Samantabadra maupun Rahula yang telah mempertahankan 250 pantangan bersama-sama telah mencapai kesadaran Buddha. Begitupun sama halnya seperti Raja Myosyogon yang memiliki pandangan yang tersesat, dan Sariputra yang memiliki pandangan yang benar bersama-sama telah menerima penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha. Jadi ini menandaskan bahwa, “Tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.”
SAMANTABADRA | SEPTEMBER 2016 | NOMOR. 272
Begitupun Devadatta yang telah melanggar ketiga dosa berat
(Surat Balasan kepada Sennici-ama, Pusaka Anak yang Berbudi dan Berbakti)
gosyo kensyu SURAT BALASAN KEPADA SENNICI-AMA liputan PERTEMUAN IBU GABUNGAN DI MUNCUL liputan PARTISIPASI GM NSI DALAM KEGIATAN FKUB JAWA BARAT
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
September
2 0 1 6
09 # 272
Jalan untuk menjadi Buddha dengan mudah bukanlah suatu hal yang istimewa;
sama seperti memberi air kepada orang yang menderita kemarau panjang, memberi api kepada orang yang menderita kedinginan, maka jalan tersebut ialah memberkan sesuatu yang tiada duanya kepada orang lain, menyumbangkan sesuatu yang menjadi penyambung kehidupan kita kepada orang lain. (Surat Balasan kepada Ueno-dono)
Hendaknya memikirkan sesuatu dengan
baik dan wajar. Dengan berdasarkan inilah seharusnya menentukan apakah ajaran Sang Buddha adalah benar atau merupakan suatu bualan belaka. (Surat Balasan kepada Sennici-ama, Pusaka Anak yang Berbudi dan Berbakti)
Samantabadra September 2016 Samantabadra B
egitupun Devadatta yang telah melanggar ketiga dosa berat maupun Rahula yang telah mempertahankan 250 pantangan bersama-sama telah mencapai kesadaran Buddha. Begitupun sama halnya seperti Raja Myosyogon yang memiliki pandangan yang tersesat, dan Sariputra yang memiliki pandangan yang benar bersama-sama telah menerima penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha. Jadi ini menandaskan bahwa, “Tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.”
SAMANTABADRA | SEPTEMBER 2016 | NOMOR. 272
daftar isi
Halaman Muka
P
emandangan alam bahari kepulauan Indonesia.
(Surat Balasan kepada Sennici-ama, Pusaka Anak yang Berbudi dan Berbakti)
SURAT BALASAN KEPADA SENNICI-AMA PERTEMUAN IBU GABUNGAN DI MUNCUL PARTISIPASI GM NSI DALAM KEGIATAN FKUB JAWA BARAT
gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta
2 6
LIPUTAN Peran serta NSI dalam penataran solidaritas 9 GM NSI dalam kegiatan FKUB Jawa Barat 12 Pertemuan Ibu gabungan di Muncul 14 MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Balasan kepada Sennici-ama 15 Gosyo Cabang Surat Balasan kepada Uenodono 37 Forum Diskusi Keagungan Balas Budi 48
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
September
2 0 1 6
09 # 272
INSPIRASI Rafi Ridwan
50
WAWASAN Menyambung Tradisi Emas Bulu Tangkis Indonesia Jenis Plastik Kemasan
52 53
TEKA-TEKI SILANG
56
KIBA KRUBU Makan Bekal
57
RESEP Udang Telur Asin
58
DUKA CITA
58
JADWAL KEGIATAN
59
VIHARA DAN CETYA NSI
60
9
12
14 Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Liliawati, Marvitaria, Phopy, Melisa, Melinda, Kyanne, Tommy. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
September 2016 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Berita kepada Matsuno Dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30-31 Juli 2016
Nammyohrenggekyo,
sangat penting karena ketika menyebarluaskan hukum Dalam Agama Buddha dengan Saddharmapundarika-sutra percaya terhadap sutra ini dikatakan, kita semua ini pasti akan timbul rintangan adalah orang-orang yang sehingga orang-orang akan akan menjadi pribadi-pribadi sulit untuk memercayainya. yang unggul. Buddha Niciren Kita adalah orang-orang berkata, bagi kita yang telah yang berjodoh dengan percaya dengan Gohonzon dan Saddharmapundarika-sutra, menjalankan Syinjin dengan sutra yang paling unggul. sungguh-sungguh, kita akan Dalam empat bait Baisyajaraja, jauh lebih unggul dari orang Buddha Sakyamuni lain yang tidak mengenal mengatakan, di atas semua Gohonzon. sutra SaddharmapundarikaSebagai contoh, ibu-ibu sutra adalah sutra yang dapat belajar untuk menjadi paling unggul karena lebih luwes, cerdas, dan Saddharmapundarikapenuh dengan ketabahan. sutra dapat langsung bisa Untuk bapak-bapak juga membimbing kita membuka demikian, sehingga dapat jiwa Buddha kita. Sutra-sutra lebih unggul dari Dewa Maha yang lain merupakan sutra Brahma dan lain-lainnya. pengantar untuk masuk ke Kita diartikan sebagai pria Saddharmapundarika-sutra. yang dapat menguasai empat Tetapi untuk membuka jiwa penjuru dunia dan sebagainya Buddha dalam diri sendiri itu karena kita akan dapat bukan hal yang mudah. menjadi manusia yang tabah, Orang beragama itu pada berkemampuan, dan memiliki umumnya merasakan dirinya jiwa yang kuat tenang, suci tidak mampu, makanya baru dan bebas. ingin beragama. Sehingga Dalam kutipan kedua ketika sudah bertemu dengan dikatakan, “ Amatlah sulit agama, umumnya orang ingin untuk menentukannya.� Ini agama menjadi penolong 2
Samantabadra | September 2016
mereka. Padahal Buddha berkata bahwa sebetulnya agama itu harusnya membimbing kita agar kita itu punya kekuatan sehingga kita tidak perlu meminta pertolongan dari luar diri kita. Jika dihadapkan dengan kesulitan dan rintangan, kita harus bangkit karena di dalam diri kita ada satu kekuatan yang luar biasa yaitu jiwa Buddha. Jiwa Buddha harus dimunculkan. Tetapi, untuk memunculkan jiwa Buddha ini kita perlu melaksanakan perombakan sifat jiwa. Perombakan sifat jiwa inilah yang sulit dilaksanakan, makanya ketika sampai ke titik yang kritis, kita suka ingin mundur dari kepercayaan. Sama halnya dengan membaca sutra ini. Dulu begitu bayak Bodhisatva yang menjalankan pertapaan dengan hati yang sungguhsungguh. Ada yang tangannya anjali selama 1400 tahun. Dulu ketika para Bodhisatva ingin mencapai tingkat yang lebih tinggi dari jiwa mereka,
Ketua Umum
tangan mereka beranjali kepada Buddha selama 1400 tahun. Mereka mendapat kurnia yang besar. Namun, kita yang dapat membaca Saddharmapundarikasutra, yang sesungguhnya merupakan pertapaan yang paling unggul yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni, sulituntuk mempertahankannya. Sebenarnya ajaran Saddharmapundarika-sutra itu luar biasa. Contohnya, ketika kita gongyo di Borobudur, orang-orang sekte lain berkata doa dan sutra kita terdengar enak. Pada saat kita ingin meninggalkan Saddharmapundarikasutra, inilah waktu di mana kita perlu melaksanakan perombakan sifat jiwa walaupun terkadang kita merasa sulit dan lupa. Di saatsaat seperti ini, kita butuh icinen yang tepat. Kita sering lengah dan terjebak dalam sekejap-sekejap perasaan jiwa. Niciren Daisyonin mengingatkan kepada kita untuk menyadari dan mawas terhadap sekejap-sekejap perasaan jiwa kita. Seribu tahun pun terdiri dari sekejapsekejap perasaan jiwa. Oleh karena itu, memelihara perasaan jiwa bukan hanya sekali ketika hadir dalam kensyu. Memelihara perasaan jiwa juga bukan setahun sekali ketika ulang tahun. Semua sekejap-sekejap perasaan jiwa kita harus bagus sepanjang tahun dan sepanjang hidup kita.
Perasaan jiwa sekejapsekejap itu penting, di agama Buddha Niciren Syosyu hal ini dijelaskan sebagai icinen. Daimoku penting karena daimoku adalah suara sekejap-sekejap; suara Namyohorengekyo yang terus menerus bersambung. Sama halnya dengan umat Muslim yang berpuasa sebulan sebagai latihan untuk setahun (mengendalikan nafsu). Pengendalian diri tidak berhenti setelah satu bulan puasa, melainkan terus berkelanjutan. Ketika menghadapi masalah sehari-hari, setiap saat kita harus mengingatkan diri (pikiran dan perasaan kita) untuk sekejap-sekejap kembali ke tingkatan yang sadar dan menyadari bahwa masalah sehari-hari itu semua adalah syoho jisso atau cerminan dari karma kita sendiri, sehingga kita harus mampu menerima dan mengatasi kesulitan hidup. Kemudian pada kutipan yang ketiga, Niciren Daisyonin memproklamasikan Nammyohorengekyo pada tanggal 28 April 1253. Waktu itu keadaan di Jepang sangat kacau dan bermunculan banyak sekte agama Buddha,di samping terjadi pemberontakan, penyakit dan bencana alam juga. Waktu itu sekte yang paling kuat yang muncul di Jepang itu adalah sekte Nembuce (Namu Amitofo/Amitaba). Dalam kondisi seperti itu, banyak orang-orang
yang tidak percaya kepada Buddha Niciren, tapi Icinen beliau tetap satu, yaitu ingin menyelamatkan umat manusia sesuai dengan pesan Buddha Sakyamuni bahwa yang bisa menyelamatkan umat manusia pada Masa Akhir Dharma adalah Nammyohorengekyo. Besarnya tantangan yang Buddha Niciren sedikitbanyak juga dialami oleh NSI yang mendapat tekanan yang luar biasaPadahal kita yang sungguh-sungguh mempertahankan hati Buddha Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin memproklamasikan Nammyohorengekyo sebagai ajaran yang telah diamanatkan oleh Buddha Sakyamuni untuk Masa Akhir Dharma. Maka dari itu, jika Niciren Daisyonin tidak menjalankan ini, berarti beliau tidak menjalankan wasiat dari Buddha Sakyamuni. Kita membaca Bab 2 dan Bab 16 , dan menyebut Nammyohorengekyo , hal ini adalah pesan Buddha Sakyamuni. Janganlah hanya mencari keenakan dan kemudahan, karena hal tersebut tidak sesuai dengan wasiat dari Buddha Sakyamuni. Kejadian perusakan rumah ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara, dipicu oleh umat yang kurang memahami dharma dalam praktik di kehidupan, walaupun banyak versi dan sudut pandang dalam menyikapi permasalahan ini. Peristiwa September 2016 | Samantabadra
3
ceramah gosyo ini hendaknya dapat menjadi hikmah agar kita semakin giat dalam memelajari dharma Buddha Niciren Daisyonin. Belajar dan melaksanakan merupakan bagian dari hati kepercayaan. Belajar dari kejadian tersebut, kita juga harus mengerti untuk tidak menggunakan agama sebagai cover. Contohnya tozan adalah tozan, syinjin adalah syinjin, dan hubungan darah adalah hubungan darah. Kita diajarkan oleh Buddha Niciren untuk esyo funi; kita dan lingkungan adalah satu dan tidak terpisah, seperti halnya Mahavihara Saddharma NSI berdiri di antara lingkungan saudara kita yang mayoritas Muslim. Hubungan NSI dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik dengan mengedepankan sikap toleransi dan tenggang rasa. Oleh karena itu sudah di atas jalan yang sesuai dharma. Dengan demikian, kita harus lebih sungguh-sungguh lagi berjalan di atas jalan yang sesungguhnya dan jangan lengah. Di dalam gosyo, Matsunodono adalah seorang tuan tanah di daerah Matsuno di Jepang,pengikut Buddha Niciren dan usianya cukup tua. Walaupun Matsuno-dono belum pernah bertemu dengan NicirenBuddha Niciren, dia rajin menyumbang makanan dan buah-buahan untuk NicirenBuddha Niciren sedangkan Nicirenbeliau sedang berada di Gunung 4
Samantabadra | September 2016
Minobu, mengasingkan diriNiciren dikarenakan waktu itu Nicirenbeliau sudah selesai mengalami masa pembuangan di Pulau Sado sebagai hukuman oleh penguasa setempat karena menyebarluaskan hukum Nammyohorengekyo. Waktu itu masyarakat Jepang sangat kuat memercayai ajaran lain sehingga penguasa bersekongkol dengan pimpinan-pimpinan agama di waktu itu sampai akhirnya mereka memutuskan untuk memenggal Niciren Daisyonindi Tatsunokuci. Tetapi pelaksaan pemenggalan tidak berhasil karena tiba-tiba ada meteor besar melintas dan membuat algojo tidak berani untuk mengeksekusi sehingga Niciren Daisyonin masih bisa hidup. Kejadian tersebut membuat penguasa mengubah keputusan pemenggalan menjadi pembuangan ke Pulau Sado. Setelah menjalani masa pembuangan dan menarik diri ke Gunung Minobu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, Niciren Daisyonin tidak meninggal di Pulau Sado,dan walaupun kondisi di Pulau Sado sangat ekstrim, Niciren Daisyonin juga berusaha untuk syakubuku (Abutcebo) di samping mempertahankan diri untuk hidup. Abutcebo adalah penganut agama Buddha senior dan setelah mengetahui keberadaan dan identitas
Niciren Daisyonin, ia berusaha untuk membunuh-Nya tetapi ia menyadari bahwa beliau adalah orang yang istimewa dan mengurungkan niatnya. Buddha Niciren terlihat istimewa karena kecenderungan perasaan jiwa-Nya. Penampilan Niciren karismatik dan bisa mengubah pandangan orang yang ingin membunuhnya melalui pendekatan dialog agama Buddha. Abutcebo akhirnya menyadari bahwa Nammyohorengekyo adalah agama Buddha yang sesungguhnya, dari orang yang ingin membunuh menjadi orang yang melindungi Niciren. Buddha Niciren berhasil melewati masa pengasingan dengan selamat dan dibebaskan. Itikad Niciren Daisyonin yang merupakan seorang Buddha hanya satu, yaitu bagaimana caranya untuk bisa membahagiakan umat manusia dan dengan cara apa. Jawabannya adalah dengan menyebarkan Nammyohorengekyokarena bisa menyelamatkan seluruh manusia. Setelah tantangan dan peristiwa pembuangan yang beliau lewati, Buddha Niciren merasa harus lebih mawas diri agar bisa menjaga agama ini, sehingga pengertian sesungguhnya dari Buddha dharma bisa dilestarikan. Oleh karena itu Niciren Daisyonin menarik diri ke Gunung Minobu.
Ketua Umum
Ketika Buddha Niciren berada di Gunung Minobu, Matsuno-dono sering mengirimkan dukungan dalam bentuk makanan. Walau Matsuno-dono tidak pernah kenal dan bertemu langsung dengan Niciren Daisyonin ketika itu, sikap ini mencerminkan ketulusan dari sikap menyumbang kepada Buddha. Ketika kita menyumbang kepada pelaksana dari pada Saddharmapundarika-sutra, rezekinya sangat besar. Keberadaan kita di susunan NSINiciren sesungguhnya sebuah kesempatan yang sangat baik untuk menerima dan mendalami wasiat ajaran Buddha yang sangat berharga sehingga kita bisa mengubah pola pikir kita yang tersesat dan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan baik dan etis. Orang-orang yang percaya kepada Saddharmapundarikasutra dan melaksanakan dharma dalam kehidupan sehari-hari pasti akan menjadi manusia yang unggul. Buddha Niciren bisa bertahan hidup menghadapi keadaankeadaan yang ektrim karena memiliki kualitas jiwa yang kuat, suci, tenang dan bebas. Empat kualitas jiwa tersebut sesungguhnya ada di dalam diri tiap-tiap manusia sebagai potensi kebuddhaan, tetapi belum berhasil menumbuhkan dan mengembangkannya secara konsisten. Kita sebagai umat NSI hendaknya meneladani sikap
hati kepercayaan seperti Matsuno-dono (laki-laki) dan Myoho-ma atau Senichiama (perempuan, yang mengembangkan shingyogaku secara berkelangsungan. Umat yang berpegang teguh kepada Nammyohorengekyo bisa memaksimalkan pendengaran setajam Se Kuang dan penglihatan seperti Li Lou, yang bisa mendengar dan melihat segala sesuatu berdasarkan prajna Buddha. Ketika kita menyumbang kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra, kita turut belajar dan melaksanakan pertapaan sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, kita juga menyumbang kepada Buddha Niciren. Kalau kita melakukannya seperti itu, rezeki akan meliputi kehidupan kita. Penjelasan di atas diperkuat dengan tiga bukti, pertama bukti dari Buddha Prabutaratna. Cerita dari Saddharmapundarika-sutra menceritakan kemunculan sebuah menara yang besar sekali, yang bermaksud menjelaskan agungnya sebuah peristiwa kejiwaan. Perasaan jiwa manusia tidak terbatas, kita bisa menjangkau perasaan kita dari tempat sejauh apapun. Di dalam menara, Buddha Prabutaratna terus mengangguk-angguk terhadap apa yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni sebagai ungkapan setuju bahwa semua itu benar. Prabutaratna adalah simbol
Buddha, kebuddhaan secara hakiki ada di dalam perasaan kita. Apabila perilaku kita berdasarkan kesadaran Buddha, kita akan menanggapi suasana apapun sebagai hikmah baik. Seperti inilah hukum kewajaran. Lingkungan akan membuktikan kebenaran atau pembuktian tentang diri kita. Kedua, pembuktian dari Bab 2 Saddharmapundarikasutra. Di sini mengatakan pembuktian dari Buddha Sakyamuni dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, beliau berkata, “Saya sekarang merasa gembira dengan tanpa kekhawatiran dari bodhisatwa untuk membuang ajaran sementara dengan tulus dan jujur, dan hanya menjelaskan ajaran untuk mencapai kesadaran agung.� Tanpa mengesampingkan ajaran sementara, tidak bisa masuk kepada ajaran yang sesungguhnya. Maka menjelang memasuki pengkhotbahan Saddharmapundarika-sutra, dengan tulus dan jujur mulai saat itu hanya akan menjelaskan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Ketiga, pembuktian dari seluruh Buddha dalam Bab Kekuatan Gaib Saddharmapundarika-sutra, Sang Thatagata (Buddha) telah mewujudkan wajah dan menjulurkan lidah.� Kata-kata ini bermaksud menjelaskan tentang peristiwa kejiwaan manusia itu sendiri. eee September 2016 | Samantabadra
5
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Berita kepada Matsuno Dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30-31 Juli 2016
Nammyohorengekyo, Gosyo ini diberikan kepada Matsuno-dono yang tinggal di daerah Suruga, Jepang, ditulis pada tahun 1276 sebagai surat balasan kepadanya yang memberikan sumbangan kepada Buddha Niciren. Di sini dijelaskan bahwa istri Matsuno-dono termasuk dalam keluarga besar, di mana ada empat orang yang menganut ajaran Niciren Daisyonin. Dari gosyo kita bisa mengambil makna bahwa kita juga bisa memperkenalkan atau men-syakubuku keluarga kita seperti mantu, cucu dan anggota keluarga yang lain. Gosyo ini juga ingin menjelaskan mengenai keagungan karunia kebajikan dari sumbangan pelaksana Saddharmapundarika-sutra pada masa mutakhir dharma. Surat ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama menjelaskan tentang kedudukan pria dan wanita 6
Samantabadra | September 2016
yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra, kedua menjelaskan karunia kebajikan dalam mempertahankan Saddharmapundarikasutra (karunia orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra), dan ketiga menjelaskan keagungan karunia kebajikan dari sumbangan kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Niciren Daisyonin menjelaskan hukum apa yang harus dipertahankan sehingga kedudukan pria dan wanita dapat menjadi agung. Beliau mengambil Bab Baisajaraja (Bab 23 dari Saddharmapundarikasutra) di mana tertulis, “di antara sedemikian banyak bintang-bintang, sinar bulanlah yang paling utama.� Begitu pun sama dengan Saddharmapundarika-sutra ini, dari kumpulan sutrasutra yang begitu banyak,
Saddharmapundarikasutralah yang paling terang sinarnya. Perumpamaan antara bintang dan rembulan menjelaskan bahwa bintangbintang yang banyak itu adalah sutra-sutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, tetapi hanya satu sinar yang paling agung, yang paling bisa menerangi seluruh umat manusia, diumpamakan sebagai rembulan. Bintang adalah ajaran sementara tetapi rembulan adalah ajaran Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang paling agung karena menjelaskan bahwa seluruh umat manusia mempunyai jiwa Buddha. Jiwa Buddha bisa dimunculkan dengan menyebut dan percaya Nammyohorengekyo dan semua orang bisa melakukannya.
Dharma Duta
Dengan mencapai kesadaran Buddha, umat bisa sadar dan melakukan hal-hal yang baik. Niciren Daisyonin mengambil perumpamaan dari Bab 23 Saddharmapundarikasutra untuk membuat kita lebih yakin lagi terhadap kebenaran dari hukum agung Nammyohorengekyo, bukan kata-kata manusia biasa juga bukan kata-kata guru sastra, tapi ini adalah amanat dari Buddha Sakyamuni. Pada gosyo bulan lalu kita pelajari, satu kali menyebut Nammyohorengekyo sama seperti membaca keseluruhan 28 Bab Saddharmapundarikasutra. Hal ini menjelaskan kedudukan pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra di mana diambil juga dari Bab Baisajaraja. Begitu pun sama halnya dengan orangorang yang dapat menerima dan mempertahankan sutra ini maka di antara seluruh makhluk, mereka yang paling mulia. Kalimat di atas berarti orang yang menerima, mempertahankan dan menjalankan pertapaan terhadap Gohonzon, lebih unggul daripada Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Saturmaharaja, serta lebih unggul dari penguasa keempat penjuru. Begitu pun permaisuri Dewa Indra yang juga disebut sebagai sosok yang memilik wajah rupawan
dan selalu memberikan rezeki dan kebajikan kepada manusia, sama seperti halnya Permaisuri dari kerajaan Tang di Tiongkok yang merupakan seorang wanita yang cantik dan mahir menyanyi dan menari. Mereka mewakili simbol para wanita yang memiliki rezeki, keindahan maupun kepandaian yang tercatat dalam sejarah. Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa ketika seseorang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, maka orang tersebut akan lebih unggul dari orang-orang tersebut di atas. Apabila dipandang berdasarkan filsafat agama Buddha, maka kekayaan materi, reputasi, dan kedudukan semuanya itu masih belum mencakupi kebahagiaan yang sesungguhnya karena hal tersebut bukan tujuan hidup yang sejati dan hakiki. Reputasi kedudukan, pendidikan dan kekuasaan ekonomi seperti seorang raja, tidaklah stabil dan sewaktuwaktu dapat hancur, banyak kisah hidup orang-orang yang terlihat dalam sejarah. Tujuan hidup yang berdasarkan agama Buddha bukanlah mencari rezeki yang tidak kekal, melainkan memperjuangkan hidup dengan rezeki yang tak terhapuskan. Kita yang sudah menerima dan mempertahankan Gohonzon,
bukan mencari reputasi dan kekuatan ekonomi semata dalam hidup, tetapi yang paling utama adalah rezeki jiwa. Dengan rezeki jiwa, timbul dunia Buddha, timbul kesadaran sehingga jiwa menjadi kuat, bebas, suci dan tenang. Dengan adanya keempat sifat jiwa ini, yang pria menjadi pria yang sejati, tanggung jawab kepada keluarga, penuh kasih sayang. Pria yang menyebut Nammyohorengekyo harus mencerminkan perubahan yang lebih baik dalam dirinya, sifatnya menyerupai Buddha, kuat tidak kalah suasana, tidak terikat, tenang, suci dan bersih. Untuk bisa seperti ini, harus memupuk rezeki jiwa dengan shingyogaku. Sama halnya dengan wanita, kehidupan yang dibangun berdasarkan kecantikan dan harta benda akan runtuh seiring dengan berlalunya waktu karena bersifat tidak kekal. Yang paling penting adalah kecantikan dari dalam jiwa sendiri, itu akan mencerminkan sikap dan sifat hidup secerah bulan purnama. Hal ini bisa dicapai dengan kepercayaan yang kuat dan murni terhadap Gohonzon melalui kepercayaan kuat dan berjuang demi kebahagiaan kesejahteraan bangsa dan negara yang akan menyadarkan kesesatan jiwa sendiri dan membuka kesadaran. September 2016 | Samantabadra
7
ceramah gosyo Dalam gosyo ini dikatakan, “Seandainya ia adalah seorang wanita maka ia akan lebih unggul dari permaisuripermaisuri maupun seluruh wanita yang tak terhitung jumlahnya.� Di masa akhir dharma diperlukan hukum seperti Nammyohorengekyo agar jiwa Buddha pada masing-masing umat manusia bisa bermunculan dengan dasar maitri karuna, jadi tidak ada lagi sifatsifat yang kasar yang tidak berperikemanusiaan. Tanpa filsafat yang dasarnya maitri karuna, sangat susah untuk mengubah hal yang buruk menjadi sesuatu yang baik. Untuk kita bisa menjadi seperti yang dikatakan lebih dari raja atau permaisuri memang sulit karena perlu perjuangan. Kita yang mempertahankan Nammyohorengekyo perlu perjuangan, sulit dipertahankan dan dipercaya. Niciren Daisyonin sendiri mendapatkan ancaman dan perilaku yang tidak hangat dari sekitar-Nya ketika membabarkan dharma, tetapi icinen dari Buddha Niciren hanya satu, demi kebahagiaan semua umat di dunia ini. Oleh karena itu, walaupun banyak tantangan dan rintangan beliau harus tetap maju. Di sini kita belajar sikap Niciren Daisyonin yang tidak pantang mundur dan terus berkesinambungan dalam mempertahankan hati kepercayaan. Susunan 8
Samantabadra | September 2016
NSI yang berjuang demi kemurnian ajaran menghadapi tantangan yang sangat banyak. Namun demikian kita menyadari bahwa memang hal ini sudah diramalkan oleh sang Buddha, orang yang mau menyebarkan ajaran Nammyohorengekyo di masa akhir dharma demi kebahagiaan umat manusia tantangannya itu sangat besar. Dengan icinen dan keteguhan kita, kita bisa terus melanjutkan perjalanan ini. Tantangan dan rintangan tak akan ada habisnya muncul dalam perjalanan hidup kita, tetapi yang harus kita lihat adalah ke depan, bagaimana NSI bisa semakin maju dan mempersiapkan masa depan untuk membangun NSI. Pada masa lampau, saat mau menyebarkan dharma dan mempertahankan hukum ini, bukan main banyaknya tantangan. Matsunodono yang tidak kenal dengan Niciren Daisyonin menyumbang kepada beliau. Niciren Diasyonin berkata bahwa semua ini karena karma jodoh masa lampau. Kita juga, percaya dan sungguh-sungguh karena bertemu dengan jodoh masa lampau. Karunia kebajikan orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra ini dijelaskan seperti air bersih, jadi bisa memantulkan bayangan jiwanya dan menarik jodoh yang baik.
Niciren Diasyonin mengatakan bukan main rezeki orang yang mempertahankan Nammyohorengekyo, bisa dapat lingkungan yang agung dikarenakan diri kita sendiri yang menarik jodoh tersebut. Ada tiga pembuktian yang meneguhkan bahwa Saddharmapundarika-sutra merupakan sutra terunggul untuk memunculkan kesadaran Buddha bagi para manusia. Pertama, Thatagataprabutaratna dalam stupa pustaka berkata dengan suara yang besar bahwa pengkotbahan Buddha Sakyamuni adalah benar. Kedua, pembuktian Buddha Sakyamuni yang mengatakan di Bab Kausalya sekarang saya merasa gembira dan tanpa khawatir di antara Boddhisatva untuk membuang ajaran sementara dengan tulus dan jujur (karena ajaran selama 42 tahun adalah ajaran sementara), setelah Saddharmapundarikasutra akan tulus dan jujur membabarkan ajaran yang sesungguhnya. Tiga bukti ini dapat digunakan untuk membuat kita untuk percaya kepada kata-kata Buddha dan inti dari gosyo ini adalah bagaimana kita yang sudah menganut, baik pria maupun wanita, dapat benarbenar menjadi lebih unggul daripada orang yang tidak menganut ajaran ini. eee
liputan
Peran serta NSI dalam penataran solidaritas dan ikatan sosial antarumat beragama
Foto bersama para peserta Angkatan II, termasuk di antaranya peserta dari NSI.
S
ebuah penataran bertajuk Peningkatan Rasa Solidaritas dan Ikatan Sosial di Kalangan Masyarakat Angkatan I dan II Tingkat Kabupaten Bogor diselenggarakan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bogor. pada tgl. 18-20/7 dan 25-27/7 di Grand Mutiara Hotel. NSI diwakili oleh Arya, David, Pratty, Marvel pada Angkatan I, dan oleh Michelle, Ferawati, Rintan, Alsya, Marvita, Bapak Hidayat, Ibu Sri Sundari, Bapak Kyanne di Angkatan II. NSI diundang karena Mahavihara Saddharma
NSI terletak di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Maka peserta NSI ini wajib memperkenalkan diri sebagai warga Kabupaten Bogor. Para peserta umumnya berdatangan dari seluruh wilayah Kabupaten Bogor (40 kecamatan) mewakili keenam agama yang diakui pemerintah. Materi terdiri atas: 1. Pengembangan Rasa Solidaritas dan Nilai-nilai Sosial di Masyarakat oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat 2. Tinjauan Sosiologi Hukum dan Strategi Penanganan
Konflik Sosial oleh Rektor Universitas Pakuan 3. Implementasi Nilainilai Pancasila dalam Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa oleh Kodim 0621 Kabupaten Bogor 4. Pandangan Umat Beragama tentang Pentingnya Solidaritas Sosial oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor 5. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pembinaan Kerukunan Umat Beragama 6. Peran Masyarakat dalam Menjaga Kerukunan dan Pencegahan Konflik Sosial oleh Polres Bogor
September 2016 | Samantabadra
9
liputan Panitia menyediakan seorang instruktur senam pagi dari Kodim 0621, Serma Suryanto. Konteksnya, para peserta diarahkan untuk paripurna luar dalam; mental dan fisiknya, rohani dan jasmani, spiritual dan fisik. Narasumber dalam kegiatan ini adalah tokohtokoh pemerintahan dan masyarakat, seperti Kepala Kantor Kesbangpol Kabupaten Bogor, Kasdim Kodim 0621 Kabupaten Bogor, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor, Rektor Univeirsitas Pakuan (Unpak) Bogor, yaitu Dr. H. Bibin Rubini,. M.Pd., Kepala Bagian Pembinaan Mental (Kabag Bintal) Kabupaten Bogor, dan Kapolres Bogor. Mereka membahas isu-isu yang berhubungan dengan hubungan antasuku, ras, agama yang ada di Indonesia dengan konteks dan sudut pandang yang berbeda-beda. Kodim 0621 Kabupaten Bogor memberikan arahan kepada peserta bahwa nilai-nilai yang sudah ada di dalam Pancasila harus benar-benar dicamkan, selain harus mempunyai pendidikan formal yang tinggi, masyarakat juga dituntut untuk mempunyai akhlak, moral, budi pekerti, dan dapat berpikir dengan menggunakan nalar serta membahasnya dari sudut pandang ipoleksosbudhankam (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Kemanan). 10
Samantabadra | September 2016
Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama, Bapak Bahrul Ulum, peserta juga dituntut dalam menganut dan mengamalkan agama apapun yang dipeluknya, tetap harus menjaga rasa perdamaian dan ikatan sosial antarumat beragama. Masing-masing agama memiliki ajaran, ritual, akidah yang tak bisa dimasuki umat beragama lainnya. Namun kalau menyangkut kerja sama sosial, semua umat beragama yang berbeda-beda akidahnya ini dapat bersatu bahu-membahu membangun masyarakat terkecil dan terdekat. Solidaritas tercipta karena seperasaan, sepenanggungan dan saling butuh. Sementara itu, Rektor Unpak juga turut membahas kondisi masyarakat yang ada di Indonesia, di mana masyarkat Indonesia terdiri dari 300 kelompok etnik, 1.340 suku bangsa, dan 740 bahasa daerah. Manusia tak terlepas dari konflik. Sebagai pendidik, Pak Bibin menyoroti pendidikan sebagai law of effect, law of exercise dan law of example. Beliau juga membahas mengenai Sosiologi Hukum, bahwa menurutnyan ada hubungan timbal-balik antara hukum dengan gejalagejala sosial lainnya secara empiris dan hal ini mirip dengan prinsip esyo-funi yang sesuai dengan ajaran Niciren Daisyonin. Beliau menekankan tindakan koreksi bukannya pembiaran terhadap perilaku menyimpang sebagian
mahasiswanya dengan contoh kasus merokok. Jika ada tercium bau rokok, beliau akan mengejar sumbernya dan langsung menegur. Tak ada pembiaran dalam segala hal. Kabag. Pembinaan Mental Setda Kabupaten Bogor, Enday Jarkasih, juga membahas mengenai perilaku-perilaku yang ada masyarakat dari tinjauan SQ, EQ, dan IQ. Beliau dalam menjalankan tugasnya dalam Kabag Bintal terjun langsung ke lapangan sambil berpurapura menjadi dukun dengan tujuan mempelajari hal-hal yang merugikan masyarakat via modus penipuan para dukun di masyarakat. Setelah mempelajari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh dukun, beliau berkesimpulan itu hanya akal-akalan dukun semata, yakni para dukun mempunyai trik tersendiri untuk mengelabui “pasiennya.� Kabag. Bintal Setda Kabupaten Bogor juga mengajak peserta untuk memelihara kebiasaan lama yang baik, dan mencari kebiasaan baru yang lebih baik. Staf Polres Bogor membahas mengenai peran masyarkat dalam menjaga kerukunan dan pencegahan konflik. Banyak kasus konflik sosial dapat mereka selesaikan. Kepala Kantor Kesbangpol Kabupaten Bogor sungguh mengharapkan semua peserta dapat menyebarluaskan ilmu sosial
Foto bersama para peserta Angkatan I, termasuk di antaranya peserta dari NSI.
yang telah diperolehnya sekaligus dipraktekkan dalam komunitas masing-masing dan masyarakat plural yang lebih luas. Banyak pelajaran yang generasi muda NSI dapatkan setelah selama tiga hari berada dalam kegiatan ini. Salah seorang peserta dari Muncul, Alsya bercerita bahwa ini merupakan pengalaman pertamanya ikut dalam acara seperti itu, awalnya ia tidak terlalu dapat memahami apa yang akan mereka semua lakukan. Tetapi, dengan mengikutinya hari demi hari tujuan dari acaranya pun bisa terlihat. yaitu, peran kita semua sebagai masyarakat yang berbeda-beda agama/ keyakinan, usia, dan status sosial serta berbagai profesi yang ada dapat saling merangkul satu sama lain agar dapat menciptakan kerukunan sosial antarumat beragama dalam bermasyarakat, dan bernegara.
Pengalaman yang sangat menarik dan berkesan bagi mereka yaitu di dalam kegiatan tersebut mereka dapat bertemu dan bersosialisasi langsung dengan orang-orang yang berbeda-beda agamanya, profesinya pun mulai dari mahasiswa, guru, pengacara, tokoh masyarakat, tokoh agama, anggota TNI AL, pendeta dan sebagainya. Mereka semua saling berkenalan, bertukar pikiran, dan berbagi pengalaman. Kegiatan tersebut juga sangat banyak memberikan manfaat serta pengaruh positif terhadap kehidupan kita dari mulai diajarkannya rasa disiplin, rela berkorban (waktu, tenaga, pikiran), menghormati sesama anggota masyarakat, peduli terhadap kesehatan, dan peranan kita untuk memajukan suatu daerah dengan memikirkan pentingnya rasa solidaritas sosial serta negara di masa depan.
Delegasi NSI, Arya, dipercaya menjadi ketua kelas pada angkatan pertama dan memimpin upacara pembukaan.
Angkatan I telah bertekad bulat untuk mengumpulkan beras satu ton untuk disumbangkan kepada para anggota masyarakat dan komunitas-komunitas yang membutuhkan sebagai bukti Peningkatan Rasa Solidaritas dan Ikatan Sosial di Kalangan Masyarakat Kabupaten Bogor. Angkatan II baru pada tahapan pembentukan komunitas media sosial WA dengan saling memberi dorongan penerapan prinsipprinsip Solidaritas dan Ikatan Sosial. (David, Alsya Michelle, Kyanne) September 2016 | Samantabadra
11
liputan
Kegiatan FKUB Jawa Barat
Generasi Muda NSI Berperan Aktif dalam Menciptakan Toleransi Kerukunan Antarumat Beragama
Generasi Muda NSI, Hartinah (ke dua dari kanan), sebagai peserta Buddhis bersama peserta generasi muda lintas agama lainnya.
P
ada tanggal 26-27 Juli 2016, Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) turut berpartisipasi dalam acara yang diadakan oleh Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) yang bertajuk “Kita Ciptakan Toleransi Kerukunan Umat Beragama Dikalangan Generasi Muda Secara Berkesinambungan Guna Mewujudkan Program Jawa Barat Kondusif.� Acara ini diikuti oleh peserta dari berbagai usia dan agama di Indonesia seperti Buddha, Hindu, Konghucu, Protestan, Katolik, dan Islam. Acara dibuka oleh sambutan dari panitia yaitu Bapak Dani. Dalam pidatonya Pak Dani mengatakan bahwa acara ini diadakan guna menggalakan
12
Samantabadra | September 2016
komunikasi dan kerja sama lintas agama di Jawa Barat. Pak Dani juga menyampaikan bahwa di atas perbedaan yang ada, yaitu suku, ras dan agama (SARA) kita semua merupakan saudara sebangsa dan setanah air yang seharusnya saling bantu membantu. Sebagai contoh adalah dua tempat ibadah berbeda yang letaknya berdekatan namun tetap rukun antar umat beda agama tersebut. Ia menekankan bahwa kerukunan antar umat beragama merupakan kunci dari persatuan Indonesia dan pertahanan negara. Kerukunan antar umat beragama merupakan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing individu dalam upayanya sebagai Warga Negara dalam
mempertahankan negara. Seperti yang diajarkan Buddha Niciren Daisyonin yang selalu memikirkan kebahagiaan orang lain, maitri karunia nya yang tak terbatas dalam memikirkan kebahagiaan umat manusia, kita juga dapat memikirkan orang lain dalam kehidupan sehari-hari kita. Acara kemudian dilanjutkan oleh capacity building, untuk memunculkan kapasitas yang baik dari potensi yang dimiliki diri kita. Capacity building juga bertujuan agar peserta dapat menyelesaikan semua persoalan dengan berbagai metode dan dengan kesungguhan hati. Namun untuk itu diperlukan komitmen agar dapat menggali potensi diri, terutama mewujudkan potensi menjadi tindakan nyata. Dalam capacity building, peserta diberikan sejumlah permainan yang menuntut kerja sama dan komunikasi antar peserta yang berbeda agama, ras dan suku. Selain itu diperlukan strategi dan kesepakatan bersama dalam menyelesaikan permainan yang diberikan pelatih. Hal ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada kerjasama antar peserta. Banyak hal yang dipelajari dalam permainan ini seperti pikiran saja tidak cukup untuk menyelesaikan
persoalan tanpa diikuti oleh perilaku nyata. Salah satu kunci dalam permainan ini adalah mengalahkan egoisme diri sendiri dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Dari permainan-permainan tersebut mengajarkan peserta bagaimana bekerjasama menyelesaikan setiap permainan yang diberikan pelatih. Para peserta yang awalnya tidak mengenal satu sama lain kemudian menjadi saling mengenal dan bekerja sama tanpa memandang agama, suku dan ras, namun ada juga peserta yang bertengkar dan tidak dapat bekerja sama dengan baik karena tidak mau mengalah dan mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini mengajarkan mengenai menjadi pribadi yang fleksibel, dimana tidak hanya memerintah, seseorang juga perlu belajar menjadi pengikut yang baik. Permainan tersebut juga mengajarkan untuk tidak menyerah dalam menyelesaikan masalah, setiap orang dapat mencoba dan gagal (trial and error) dalam menyelesaikan permainan. Peserta kemudian juga diberikan tugas untuk menampilkan kreativitas kelompok pada malam harinya. Acara dilanjutkan keesokan harinya dengan diskusi mengenai komitmen dan nilainilai yang dipelajari peserta dari acara ini. Diskusi ini menghasilkan 10 komitmen bersama Forum Komunikasi antar Umat Beragama (FKUB) angkatan pertama yaitu: 1. FKUB siap mempertahankan empat
fondasi negara, yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945), Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia satu, dan hal ini merupakan harga mati! 2. FKUB bertekad mewujudkan perdamaian Indonesia dan Dunia 3. FKUB meyakini keragaman umat beragama yang ada dapat menjadi modal untuk membangun Jawa Barat yang kondusif. 4. FKUB Jawa Barat sebagai pelopor dalam meningkatkan tolerani antar umat beragama. 5. Komunikasi merupakan salah satu alat untuk meningkatkan atau menciptakan harmonisasi dalam kerukunan antar umat beragama. 6. FKUB mendukung pemerintah dalam upaya peningkatan toleransi antar umat beragama 7. FKUB berperan aktif dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk menuju masyarakat adil, makmur, DAMAI, dan sejahtera yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat 8. FKUB menolak dan menentang segala radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama 9. FKUB sebagai sarana/ fasilitator dalam menyelesaikan konflik antar umat beragama 10. FKUB sebagai agen perubahan untuk menuju Jawa Barat yang damai,
rukun dan sejahtera.
NSI tidak hanya merumuskan namun ikut melaksanakan komitmen di atas dengan turut serta dalam berbagai upaya untuk menanamkan toleransi antar umat beragama. Hal ini dibuktikan dengan peran aktif Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja dalam berbagai diskusi lintas agama, pembinaan kerukunan umat beragama, dan yang kasus di Balai Tanjung yang baru baru ini terjadi. Kita sebagai umat Buddha sebaiknya bijak dalam memandang permasalahan di Tanjung Balai, bahwa hendaknya tidak mengaitkan segala permasalahan yang ada dengan agama. Para pelaku merupakan manusia biasa, yang dapat melakukan kesalahan dan tidak perlu dikaitkan dengan agamanya. Peristiwa di Tanjung Balai mengajarkan kita betapa pentingnya toleransi antar umat beragama, dan tidak hanya itu bahkan toleransi tanpa memandang suku dan ras. Bayangan yang bengkok disebabkan oleh badan yang begkok. Kita tidak dapat merubah lingkungan, namun kita dapat merubah diri kita sendiri, mari kita semua merubah diri menjadi pribadi yang selalu memunculkan jiwa Buddha dalam sekejap perasaan kita, terutama dalam kehidupan sehari-hari sebagai pelaksana ajaran Saddharmapundarika-sutra.
(Hartinah)
September 2016 | Samantabadra
13
liputan
Pertemuan Ibu Gabungan DKI Jakarta-Jawa Barat-Banten
Perempuan NSI Mengisi Hari Kemerdekaan dengan Belajar Dharma
P
ertemuan Ibu gabungan DKI Jakarta-Jawa BaratBanten bulan Agustus dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari Kemerdekaan RI yang ke71, di Vihara Vimalakirti NSI Muncul. Pertemuan didahului dengan upacara gongyo sore yang dipimpin oleh Ibu Daerah Muncul, Ibu Suryani. Setelah itu seluruh hadirin menyanyikan bersamasama lagu Indonesia Raya untuk memperingati hari kemerdekaan RI dengan konduktor Ibu Karmina. Pertemuan Ibu kali ini dihadiri oleh tidak kurang dari 400 anggota NSI dari Jabotabek dan sekitarnya. Ceramah gosyo dipandu oleh dharma duta Ibu Irawati Lukman, Ibu Sri Anggreini, dan Ibu Susan Mulyadi. Melalui pertemuan ini, ibu-ibu NSI bertekad untuk menjadi perempuan yang luwes dan mempunyai hati kepercayaan yg kuat sebagai dasar terwujudnya keluarga harmonis dan kosenrufu. eee 14
Samantabadra | September 2016
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Balasan kepada Sennici-ama pusaka anak yang berbudi dan berbakti LATAR BELAKANG|
S
urat ini ditulis pada musim panas tahun 1280 (Koan ke-3) di Gunung Minobu dan diberikan kepada Sennici Ama yang berada di Pulau Sado. Karena suaminya, Abutsubo telah wafat pada musim semi tahun yang lalu sehingga kehidupan Sennici Ama telah berlalu dengan kesepian, dan dari surat ini terasa sekali kehangatan hati Niciren Daisyonin yang memperhatikan keadaan Sennici Ama. Terlebih dari itu, dalam seluruh surat ini telah terasakan dentaman keyakinan agung Buddha Niciren sebagai pengabdi Saddharmapundarika-sutra, dan menandaskan kurnia kebajikan yang mutlak dari Saddharmapundarika-sutra. Nama lain dari surat ini adalah ‘Surat Harta Anak Berbudi Bakti’, yakni dengan memberi perumpamaan dari anak yang tidak berbudi bakti kepada orang tua, dan anak yang berbudi bakti hingga memberi kebahagiaan kepada orang tua. Anak kandung Sennici Ama, Tokuro, telah melaksanakan kepercayaan yang tulus, sehingga Niciren Daisyonin telah
memuji rejeki Sennici Ama karena mempunyai anak kandung yang hebat dengan menyatakan, “Tiada harta yang melampaui seorang anak. Tiada harta yang melampaui seorang anak.� Pokok isi surat ini menjelaskan bahwa justru Saddharmapundarika-sutra merupakan maksud kelahiran-Nya di dunia ini, dan merupakan inti hakikat dari ajaran suci seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni. Dalam surat in ijuga ditandaskan keyakinan yang tegas terhadap Saddharmapundarikasutra dan kurnia kebajikan agung untuk memberikan pencapaian kesadaran Buddha kepada seluruh umat yang mempertahankan sutra ini.
September 2016 | Samantabadra
15
materi ajaran | gosyo kensyu ISI GOSYO |
P
erihal istri Ko-u Nyudo sangat menyedihkan, dan juga harap sampaikan salam rindu yang amat mendalam dari Saya. Uang satu renceng 500 mon, rumput laut, nori, nasi kering, dan berbagai barang dana paramitha telah Saya terima dengan baik, dan telah Saya persembahkan kehadapan Buddha dari Saddharmapundarika-sutra.
Dalam bab ke-2 Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Seandainya, kalau terdapat orang yang mendengar Hukum, maka tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.� Walau kutipan kalimat di atas terdiri dari sepuluh kata (dalam suku kata Kanji Jepang), namun walaupun hanya membaca satu kalimat Saddharmapundarika-sutra, maka berarti telah membaca seluruh ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni tanpa tertinggal satu bait pun. Oleh karenanya, Mahaguru Miao-Lo dalam buku penjelasan Hokke Gengi ke-3 mengatakan, “Seandainya dalam penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra, walau hanya sekilas menjelaskan satu makna pun, namun kalau mencocokkan seluruh ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni, maka dari awal hingga akhir harus jelas adanya.�
Yang dikatakan awal adalah Sutra Avatamsaka, akhir adalah Mahaparinirvana Sutra. Sutra Avatamsaka adalah Sutra yang dikhotbahkan ketika Buddha Sakyamuni pertama-tama mencapai kesadaran Buddha yang dijelaskan atas permintaan Boddhisatva Gedacegace kepada para Boddhisatva Ho-e Kudokurin dan lain-lain. Walaupun perkembangan Sutra ini tidak jelas baik di India, di Ryukyujo, dan di Toseceten, namun yang telah tersebar luas di Jepang terdapat ketiga jenis yang terdiri dari 60 jilid, 80 jilid, dan 40 jilid. Yang dikatakan akhir adalah Mahaparinirvana Sutra, ini pun tidak hanya terdapat di India, di Ryukyujo, dan lain-lain. Di negeri Jepang terdapat beberapa jenis sutra, di antaranya terdiri dari 40 jilid, 36 jilid, 6 jilid, dan 2 jilid. Selain dari itu Sutra Agam, Sutra Vaipulya, Sutra Prajna Paramitha, dan lain-lain yang terdiri dari 5.000 jilid atau 7.000 jilid. Walau tidak melihat maupun mendengar sutra-sutra tersebut di atas, namun jika sudah membaca walau hanya satu kata, satu kalimat dari Saddharmapundarika-sutra maka berarti telah membaca tanpa tertinggal satu kata pun dari semua sutra-sutra tersebut di atas.
Sebagai umpama, kata India (Gessyi) dan Jepang masing-masing terdiri dari dua kata. Kedua kata (India) telah mencakupi negara Go Tejuku, 16 negara besar, 500 negara sedang, 10.000 negara kecil dan telah mencakupi seluruh dataran, gunung, tumbuh-tumbuhan, binatang serta manusia. Dan juga misalnya, walau cermin yang berukuran 1 sentimeter, 2 sentimeter, 3 sentimeter, 4 sentimeter, dan 5 sentimeter pun dapat mencerminkan manusia yang berukuran 1 kaki sampai 5 kaki, begitupun dapat mencerminkan gunung yang tingginya 10 meter, 20 meter, 100 meter, 1.000 meter. Dengan demikian, kalau membaca kalimat Sutra dari Bab Upaya Kausalya ini, maka orang yang mendengar Saddharmapundarika-sutra ini tiada seorang pun yang tertinggal dalam mencapai kesadaran Buddha. Hati dari seluruh umat manusia dari kesembilan dunia, keenam dunia, masing-masing berbeda-beda. Sebagai umpama walau terdapat 2-3 orang hingga 100 maupun 1.000 orang, namun tidak terdapat seorang pun yang memiliki wajah yang sama. Karena tidak terdapat hati yang mirip sama, sehingga wajah pun berlainan. Apalagi hati dari 2 orang, 10 orang, manusia dari keenam dunia, kesembilan dunia, betapa berlainannya satu dengan yang lainnya. Oleh 16
Samantabadra | September 2016
karena itu, terdapat beraneka ragam dan bentuk, ada yang mencintai bunga, menyenangi bulan, suka dengan makanan yang asam, suka dengan makanan yang pahit, menyayangi benda yang mungil, suka dengan barang-barang yang besar. Ada orang yang senang dengan kejahatan, begitupun ada yang suka dengan kebaikan.
Walupun terdapat beraneka ragam, namun setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra, maka hanya terdapat tubuh dan hati dari seorang saja. Misalnya, walau terdapat air dari berbagai sungai namun kalau air tersebut memasuki lautan besar, maka semuanya akan menjadi asin. Walau terdapat bermacam-macam burung yang beraneka ragam warnanya, namun kalau mendekati Gunung Semeru semuanya akan berwarna emas. Begitupun Devadatta yang telah melanggar ketiga dosa berat maupun Rahula yang telah mempertahankan 250 pantangan bersama-sama telah mencapai kesadaran Buddha. Begitupun sama halnya seperti Raja Myosyogon yang memiliki pandangan yang tersesat, dan Sariputra yang memiliki pandangan yang benar bersama-sama telah menerima penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha. Jadi ini menandaskan bahwa, “Tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.” Dalam Sutra Amitabha dan lain-lain yang dikhotbahkan selama 40 tahun lebih, di mana walau dikatakan Sariputra selama 7 hari menyebut judul Amitabha sebanyak jutaan kali akan memperoleh kebaikan besar, namun oleh karena dalam Bab ke-2 Pengkotbahan Dharma Sutra Muryogi dikatakan, “Selama 40 tahun lebih masih belum mewujudkan ajaran sesungguhnya,” hal mana sama seperti air yang dimasak selama tujuh hari lalu dituang ke dalam lautan besar, sungguh sia-sia belaka. Dan juga, walau Nyonya Idaike dengan membaca Sutra Kanmuryoju hingga memperoleh kedudukan Anupattika Kshanti, namun karena sesuai dengan yang dikatakan dalam Bab ke-2 Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, “Dengan tulus dan jujur membuang ajaran sementara,” sehingga ia membuang Sutra Kanmuryoju. Maka kalau tidak percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra, ia akan kembali pada keadaan wanita yang semula. Walau bertapa dengan memupuk kebaikan besar, namun kalau tidak bertemu dengan Saddharmapundarika-sutra, maka sama sekali tidak akan berguna. Walau melanggar kejahatan besar pun kalau hanya mengeluh saja, sama sekali tidak ada gunanya. Dengan demikian, kalau melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra yang Ekayana bukankah akan dapat mengikuti jejak Devadatta. Hal ini menandaskan bahwa kutipan Sutra yang berbunyi, “Tiada seorang pun yang tidak dapat mencapai kesadaran Buddha,” bukan suatu bualan.
Oleh karenanya, walau sekarang orang-orang merasa ragu-ragu di manakah kehadiran arwah almarhum Abutsubo, namun dengan cermin terang Saddharmapundarika-sutra, Niciren dapat melihat bayangan yang timbul bahwa Abutsubo duduk menghadap ke Timur di dalam Stupa Pusaka Prabutaratna Tathagata di Gunung Gridhrakuta. Seandainya, kalau hal ini tidak benar, maka itu bukan salahnya penglihatan Niciren. karena kalau tidak demikian, maka seluruh lidah yang telah membuktikan kebenaran Saddharmapundarika-sutra, termasuk lidah Sang Buddha Sakyamuni yang telah mengkhotbahkan bahwa, “Karena sang Buddha telah sedemikian lama mengkhotbahkan dharma, sehingga pada akhirnya menjelaskan kebenaran,” dan lidah Prabhutaratna Tathagata yang telah membuktikan bahwa, “Myohorengekyo semuanya adalah benar,” begitupun lidah-lidah dari seluruh Buddha dan Tathagata dari negara-negara sejumlah 400 asamkheya yang dibariskan bagaikan alang-alang, padi, bintang, dan bambu tanpa ketinggalan seorang Buddha pun yang telah mengeluarkan lidah mereka yang besar dan panjang menjulang ke atas hingga mencapai Istana Maha Indra Raja untuk September 2016 | Samantabadra
17
materi ajaran | gosyo kensyu membuktikan kebenaran Saddharmapundarika-sutra, akan menjadi busuk seperti bangkai ikan paus, dan busuk seperti ikan Iwasyi yang tertumpuk. Seluruh Buddha dan Tathagata sepuluh penjuru akan terjerumus ke dalam dosa berbual besar, maka bumi besar dari emas dan luri dari tanah suci Buddha akan pecah terbelah dan mereka akan jatuh ke dalam dunia neraka yang tidak terputus-putusnya seperti Devadatta. Sama seperti Bhikkuni Horenko di mana badannya akan dihembus dengan api besar sebagai imbalan berbual besar, dan taman bunga dunia Rengezo dari Jippodo telah terbakar habis menjadi abu. Apakah mungkin terjadi hal demikian?
Kalau arwah almarhum Abutsubo seorang diri tidak masuk ke dalam dunia suci Buddha, maka tidak diragukan lagi seluruh Buddha akan jatuh ke dalam penderitaan besar. Hendaknya memikirkan sesuatu dengan baik dan wajar. Dengan berdasarkan inilah seharusnya menentukan apakah ajaran Sang Buddha adalah benar atau merupakan suatu bualan belaka. Kaum lelaki adalah sesuatu yang sama seperti tiang, dan wanita adalah atapnya. Lelaki sama seperti kaki, wanita adalah badannya. Lelaki sama seperti sayap, wanita adalah badannya. Kalau sayap dan badan terpisah-pisah apakah mungkin dapat terbang? Kalau tiang jatuh, atap pun akan runtuh ke tanah. Kalau di dalam keluarga tidak memiliki seorang lelaki, sama seperti orang yang tidak memiliki jiwa. Dengan siapakah tugas umum harus dirundingkan? Walau terdapat makanan yang lezat, dengan siapakah itu dinikmati bersama? Berpisah satu-dua hari saja sudah menjadi kenangan, apalagi sejak tanggal 21 bulan 3 tahun yang lalu beliau telah meninggal, walau telah menunggu selama setahun namun tidak dapat berjumpa lagi. Tahun ini pun telah memasuki bulan ke-7, seandainya diri sendiri tidak dapat datang, mengapa tidak ada kabar berita? Bunga yang gugur telah berkembang kembali. Buah-buahan yang sudah masak pun telah berbuah kembali, tiupan angin musim semi tetap tidak berubah-ubah. Begitupun pemandangan musim rontok sama dengan keadaan tahun lalu. Mengapa hanya hal ini saja yang berubah, apakah mungkin kembali ke dalam keadaan semula? Bulan yang tertutup awan pun muncul kembali; awan yang telah hilang, timbul kembali. Hanya orang ini yang telah pergi dan belum kembali, kiranya langit pun akan menyesali, begitupun bumi akan merasakan kesedihannya. Hendaknya secepat mungkin mengandalkan Saddharmapundarika-sutra sebagai makanan dari perjalanan untuk berjumpa dengan Abutsubo di Tanah Suci Buddha.
Pada mulanya terdapat kalimat Sutra yang mengatakan, “Anak adalah musuh.� Dalam Sutra Syinjikan terdapat kutipan kalimat yang berbunyi, “Orang-orang di dunia, karena demi anak telah membuat banyak dosa.� Induk burung elang dan rajawali dengan penuh welas asih menghidupkan anaknya, sebaliknya sang anak telah memakan induknya. Burung kyo (sejenis burung rajawali) setelah dilahirkan pasti memakan induknya. Binatang saja sudah sedemikian rupa. Di antara manusia pun sama halnya, Raja Haruri telah merebut kekuasaan ayahnya. Raja Ajatasatru telah membunuh ayahnya. Anrusan telah membunuh ibu angkatnya. Ancinsyu telah membunuh ayahnya yang bernama Anrusan, sedangkan Ancinsyu telah dibunuh oleh Syisemin. Begitupun Syisemin telah dibunuh oleh anaknya yang bernama Syicaugi. Dengan demikian, bila dikatakan anak adalah musuh ada kebenarannya. Bhikku Zensyin adalah anak dari leluhur Buddha Sakyamuni, namun telah bersatu dengan filsafat lainnya dan telah berkalikali ingin membunuh Buddha Sakyamuni, ayah kandungya. 18
Samantabadra | September 2016
Di samping itu, juga terdapat kalimat Sutra yang menyatakan bahwa, “Anak adalah Pusaka.” Dalam Sutra Syinjikan dijelaskan, “Pria dan wanita dengan melalui pertapaan Hukum agama Buddha telah menimbun rejeki dan menyinari neraka dengan sinar yang terang hingga membangkitkan hati kepercayaan dari orang tua.” Walau Buddha tidak mengutarakan pun namun kenyataan telah terbentang di hadapan mata.
Seorang raja dari negeri Anjoku di India sangat gemar memelihara kuda, sehingga pada akhirnya beliau telah menjadi ahli dalam memelihara kuda, di mana tidak hanya dapat merubah kuda yang tidak baik menjadi kuda naga, melainkan sapi pun dapat dijadikan kuda, kemudian manusia dapat diubah menjadi kuda untuk ditunggangi. Karena rakyat di negaranya kebanyakan mengeluh atas hal tersebut, maka telah mengambil orang dari negara lain untuk diubah menjadi kuda. Sehingga kalau terdapat kaum pedagang dari negara lain yang datang ke negerinya kemudian diberi minum obat hingga berubah menjadi kuda dan dipelihara di dalam kandang kuda. Pedagang yang diubah menjadi kuda, pada umumnya rindu terhadap negaranya terutama sekali rindu terhadap anak istrinya. Walau sulit menahan kerinduan tersebut namun karena tidak memperoleh persetujuan dari sang raja, maka tidak dapat kembali ke negeri sendiri. Dan juga, walau dapat kembali ke negerinya namun dengan bentuk yang demikian tidak dapat berbuat apa-apa. oleh karenanya setiap hari hanya berkeluh kesah saja.
Pada waktu itu, terdapat seorang anak yang karena ayahnya tidak kembali tepat pada waktu yang telah ditetapkan, sehingga anaknya mengkhawatirkan apakah ayahnya dibunuh orang atau apakah ayahnya jatuh sakit sampai tidak dapat bergerak. Sebagai seorang anak, betapa pun hendak mengetahui sejelas-jelasnya tentang keadaan diri ayahnya. Oleh karenanya, ia menetapkan untuk berangkat mencari ayahnya, walau ibunya mengeluh dan khawatir bahwa, “Sang suami pergi ke negeri lain dan belum kembali, jika sekarang kalau anak satu-satunya pergi meninggalkan Saya, apa yang harus Saya perbuat?” karena sang anak sedemikian merindukan ayahnya sehingga pada akhirnya ia berangkat menuju ke negeri Anjoku.
Ketika sang anak menginap di sebuah rumah yang kecil, pemilik rumah itu berkata, “Kasihan sekali, Anda dalam usia masih muda dan wajah Anda cukup tampan. Saya pun mempunyai seorang anak. Sekarang ia sedang pergi ke luar negeri, namun apakah ia sudah meninggal atau bagaimanakah tidak jelas adanya. Kalau melihat Anda, saya terkenang anak saya. Mengapa demikian? Karena di negeri ini terdapat suatu hal yang menyedihkan sekali. Raja negeri ini sangat menyenangi kuda dan mempergunakan rumput ajaib. Kalau orang diberi makan daun rumput yang kecil akan berubah menjadi kuda, sebaliknya kalau kuda diberi makan rumput yang lebar akan berubah menjadi manusia. Selama ini pun, pedagang-pedagang negeri lain yang datang telah diberi rumput ini, sehingga berubah menjadi kuda dan telah disimpan di dalam kandang kuda nomor satu yang dirahasiakan.” Anak tersebut setelah mendengar hal ini, terkilas dalam pikirannya apakah sang ayah telah dijadikan seekor kuda. Kemudian ia bertanya, “Bagaimanakah keadaan dari bulu kuda itu?” Pemilik rumah itu menjawab: “Kuda itu berlurik dan ada warna putih di pundaknya.” Setelah mendengar hal ini kemudian dengan berbagai upaya ia mendekati istana dan berhasil mencuri rumput yang lebar itu untuk diberikan kepada sang ayah, sehingga kembali pada keadaan semula sebagai manusia. Raja negeri tersebut merasakan gaib sekali setelah mendengar hal ini, kemudian telah mengembalikan ayah dari anak yang berbudi bakti itu, dan sejak itu telah bertekad untuk menghentikan tindakan merubah orang menjadi kuda. September 2016 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu Kalau tidak terdapat sang anak, apakah mungkin dapat berhasil mencari ayahnya? Maudgalyayana telah jatuh ke dalam dunia kelaparan untuk menyelamatkan penderitaan sang ibu; Jogen Jozo telah berhasil meluruskan kesesatan pandangan dari ayah mereka. Inilah contoh dari anak yang baik yang telah menjadi pusaka dari orang tua. Selain itu, walau almarhum Abutsubo adalah orang biasa dari pulau di Laut Utara negeri Jepang, karena mendambakan dan memikirkan masa kehidupan mendatang sehingga telah menjadi bhikku. Walau mendambakan masa kehidupan mendatang namun telah bertemu dengan orang pembuangan, Niciren, untuk mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, kemudian pada musim semi tahun lalu telah menjadi Buddha. Anjing-anjing liar Gunung Syida telah bertemu dengan hukum agama Buddha dan benci untuk hidup serta mendambakan kematian untuk dilahirkan sebagai Dewa Indra. Yang Arya Abutsubo telah membersihkan badan dari dunia yang kotor dan buruk ini kemudian menjadi Buddha. Anak almarhum Abutsubo, Tokuro Moribuna telah mengikuti jejak ayahnya dan menjadi pengabdi Saddharmapundarika-sutra. Pada tanggal 2 bulan ke-7 tahun yang lalu telah memikul abu almarhum Abutsubo dengan melintasi gunung dan laut sepanjang 1.000 kilometer, hingga mendaki Gunung Minobu lalu disimpannya dalam Tanah Buddha Saddharmapundarika-sutra. Begitupun pada tahun ini, tanggal 1 bulan ke-7 telah mendaki Gunung Minobu dan menyembah batu nisan dari ayah yang welas asih. Tiada harta yang melampaui seorang anak, tiada harta yang melampaui seorang anak. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Bulan ke-7 tanggal 2
Balasan kepada almarhum Abutsubo Gozen
Tertanda,
Niciren
Tambahan: Kami kirimkan sehelai baju sutra, hendaknya hal ini disampaikan kepada Pungobo. Sesungguhnya Saddharmapundarika-sutra ini telah tersebar luas di negeri Jepang. Di daerah Utara seharusnya disebarluaskan oleh Pungobo, namun kalau tidak memiliki pengetahuan maka tidak dapat tercapai. Hendaknya secepatnya datang ke Gunung Minobu sebelum tanggal 15 bulan ke-9. Banyak ajaran suci yang dikirim bagaikan catatan harian, hendaknya secepatnya dititipkan kepada Tanbabo. Dan juga harap sampaikan kepada Yamabusyibo cara untuk datang ke Gunung Minobu ini. Kadang-kadang terkenang dengan Yamabusyibo, dan sangat menggembirakan sekali.
20
Samantabadra | September 2016
| KUTIPAN GOSYO
1
”Seandainya, kalau terdapat orang yang mendengar Hukum, maka tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.”
Anak Cabang
Keterangan: Saddharmapundarika-sutra merupakan sutra yang tertinggi dalam ajaran suci seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni. Kalau membaca Saddharmapundarika-sutra berarti telah membaca ajaran suci seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni, hal mana menandaskan bahwa inti hakikat ajaran suci seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni telah sepenuhnya diintisarikan pada setiap kata, kalimat dari Saddharmapundarika-sutra. Kutipan kalimat Sutra Bab Upaya Kausalya yang berbunyi, “Seandainya kalau terdapat orang yang mendengar Hukum, maka tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.” Di sini ‘Hukum’ berarti Saddharma yang mencakupi seluruh gejala dan gerakan alam semesta. Kalau dibaca berdasarkan kanjin, maka berarti Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Dalam bab Upaya Kausalya Syakumon telah mewujudkan Hukum Buddha Ekayana, namun mengenai cara pencapaian kesadaran Buddha hanya masih berupa segi teori saja. Walau dikatakan seluruh umat manusia dengan Saddharma dapat mencapai kesadaran Buddha, namun hal ini masih belum diwujudkan dengan nyata. Hukum dasar pokok pencapaian kesadaran Buddha adalah Saddharma (Myoho) yang dijelaskan dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata dari Honmon yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan. Dan Buddha Niciren Daisyoninlah yang telah mendirikan dan mewujudkan Hukum Agung dari dasar kalimat yang dirahasiakan ini dalam masa Mutakhir Dharma sebagai sehelai Mandala Agung. Kutipan, “Seandainya kalau terdapat orang yang mendengar Hukum” berarti Hukum dari Ketiga Hukum Rahasia Agung Buddha
Niciren Daisyonin. Bersamaan dengan itu “Membaca satu kalimat Saddharmapundarikasutra” berarti Saddharmapundarika-sutra yang telah hidup kembali dengan disinari Saddharma dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Selanjutnya, kalimat ini merupakan perwujudan kurnia kebajikan membaca Saddharmapundarika-sutra dan mendengar Hukum, namun kalau membaca dengan menyesuaikannya pada pelaksanaan kita, maka makna dari ‘membaca’ dalam kutipan “Walaupun hanya membaca satu kalimat Saddharmapundarika-sutra” dan makna dari ‘mendengar’ dalam kutipan “Seandainya kalau terdapat orang yang mendengar Hukum”, sama sekali bukan hanya membaca dengan ketiga karma: badan, mulut, dan hati; mendengar berarti mengukir dalam jiwa.
2
Hati dari seluruh umat manusia dari kesembilan dunia, keenam dunia, masing-masing berbedabeda. Sebagai umpama walau terdapat 2-3 orang hingga 100 maupun 1.000 orang, namun tidak terdapat seorang pun yang memiliki wajah yang sama. Karena tidak terdapat hati yang mirip sama, sehingga wajah pun berlainan. Apalagi hati dari 2 orang, 10 orang, manusia dari keenam dunia, kesembilan dunia, betapa berlainannya satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, terdapat beraneka ragam dan bentuk, ada yang mencintai bunga, menyenangi bulan, suka dengan makanan yang masam, suka dengan makanan yang pahit, menyayangi benda yang mungil, suka dengan barang-barang yang besar. Ada orang yang senang dengan kejahatan, begitupun ada yang suka dengan kebaikan.
Anak Cabang
Keterangan: Bagian ini menunjukkan perumbapaan yang nyata untuk menandaskan bahwa Saddharmapundarika-sutra merupakan
September 2016 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu Hukum yang adil dan merata untuk memberikan kesadaran Buddha kepada seluruh umat manusia. Saddharmapundarikasutralah yang telah menjelaskan Hukum dari pencapaian kesadaran Buddha. Kalau tidak melaksanakan Saddharmapundarikasutra maka tidak mungkin dapat mencapai kesadaran Buddha. Walau menimbun berbagai sebab karma baik dengan melalui pertapaan berbagai Sutra-sutra, justru hanya dengan bertemu Saddharmapundarika-sutra baru akan melahirkan nilai yang sesungguhnya. Keadaan umat manusia dari kesembilan duni dan keenam dunia adalah beraneka ragam, dan juga hatinya adalah berbeda-beda. Orang yang memiliki kesatuan dalam badan dan hati, tidak terdapat di dalam dunia ini. berbagai pikiran yang mendambakan harapan maupun perasaan yang bersifat baik maupun jahat yang terkandung di dalam hati setiap orang adalah sesuatu yang sangat peka, rumit, dan tak terpikirkan. Seluruh umat manusia dari keenam dunia dan kesembilan dunia yang sedemikian beraneka ragam ini, “Kalau setelah memasuki Saddharmapundarika Sutra, maka hanya terdapat badan dan hati dari seorang saja”, berarti badan dan hati kedua-duanya bersamaan menjadi Buddha. Setiap orang telah mewujudkan berbagai perbedaan dalam dunia yang nyata, dan dengan keadaan seadanya itu kalau memasuki Saddharmapundarika-sutra maka badan dan hati akan menjadi Tathagata. Sebelum dikhotbahkan Saddharmapundarika-sutra, umat manusia kesembilan dunia masih belum mengetahui Myoho (Saddharma) dalam hatinya sendiri, sehingga tidak dapat menyadari dunia Buddha dalam jiwanya. Dengan demikian, kalau hatinya bukan hati dari Tathagata melainkan hati dari kesembilan dunia dan keenam dunia yang tersesat dan terjerumus ke dalam ‘Aku Kecil’, maka badannya akan berputarputar dalam dunia yang fana. Hanya dengan percaya terhadap Saddharmapundarikasutra yang dikatakan sebagai Hukum untuk mencapai kesadaran Buddha, baru dapat 22
Samantabadra | September 2016
membuka dunia Buddha di dalam dada umat manusia dengan wujud nyata---- badan dan hati dari Tathagata. Maka dengan percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra akan mengembalikan pada pembentukan manusia yang seutuhnya dengan berdasarkan pada ‘Aku Besar’ dari Dunia Buddha dan maju melangkah pada perjalanan menuju kesadaran Buddha. Terlebih dari itu, kutipan ini mewujudkan prinsip kesembilan dunia adalah dunia Buddha. Hal ini menandaskan bahwa umat manusia yang tersesat dari keenam dunia dan kesembilan dunia dengan berdasarkan kepercayaan terhadap Saddharmapundarika Sutra, dengan tanpa merubah badannya akan mencapai suasana kesadaran dari dunia Buddha dan dapat melangkah dalam kehidupan yang penuh keyakinan. Justru Hukum kesembilan dunia adalah dunia Buddha inilah yang merupakan prinsip hakikat dari Saddharmapundarika-sutra. Sekarang pada masa Mutakhir Dharma ini, dengan mempersembahkan seluruh jiwa raga dan kehidupan kepada Gohonzon yang diwujudkan Niciren Daisyonin ini telah memberikan kemungkinan bagi seluruh umat manusia untuk dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya.
3
Niciren dapat melihat bahwa bayangan yang timbul bahwa Abutsubo duduk menghadap ke Timur di dalam Stupa Pusaka Prabhutaratna Tathagata di Gunung Gridhrakuta.
GM
Keterangan: Bagian ini telah menandaskan keyakinan agung Buddha Niciren Daisyonin bahwa almarhum Abutsubo yang telah meneruskan kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra pasti mencapai kesadaran Buddha. Sejak dahulu kala di India, arah Timur dijadikan sebagai arah yang agung. Di dalam Gridhrakuta Buddha Sakyamuni telah mengkhotbahkan Saddharmapundarika-sutra dengan menghadap ke Timur, kemudian dalam
Bab Munculnya Stupa Pusaka, Prabhutaratna Tathagata yang membuktikan kebenaran Saddharmapundarika-sutra telah muncul dari dunia pusaka suci dari arah sebelah Timur. Jadi di dalam Stupa Pusaka, Prabhutaratna Tathagata berkedudukan di Timur menghadap ke Barat. Setelah Buddha Sakyamuni memasuki Stupa Pusaka, lalu Prabhutaratna Tathagata menggeserkan separuh tempat duduknya untuk duduk berdambingan bersama-sama dengan Buddha Sakyamuni. Dengan demikian, kedua Buddha—Sakyamuni dan Prabhutaratna—duduk dengan arah Timur menghadap ke Barat. Di sana, Abutsubo yang memasuki Stupa Pusaka dengan menghadap ke arah Timur adalah keadaan yang berhadapan langsung dengan Buddha Sakyamuni, dan Prabhutaratna Tathagata di dalam Stupa Pusaka, sedangkan almarhum Abutsubo yang berada di dalam Stupa Pusaka dan duduk menghadap ke arah Timur berarti telah mencapai kesadaran Buddha, di mana telah berada di dalam pelukan Dunia Buddha—Gohonzon. Seperti yang dikatakan di dalam surat Stupa Pusaka, “Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan cara adalah tiada gunanya”, maka sungguh almarhum Abutsubo terlihat dengan dengan jelas menetap di dalam Stupa Pusaka, dimana diajarkan kepada Sennici Ama yang telah kehilangan suaminya yang sangat diandalkan untuk lebih kuat hidup dan mengadakan dialog kejiwaan dengan almarhum Abutsubo dengan kepercayaan terhadap Gohonzon.
memberi pencapaian kesadaran Buddha bagi setiap umat manusia dan menyelamatkan kebahagiaan seluruh umat manusia. Dikatakan bahwa kalau almarhum Abutsubo tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, maka para Buddha pun akan jatuh ke dalam penderitaan besar dari neraka. Inilah semangat hukum agama Buddha yang mengutamakan makna dari kemanusiaan. Buddha sama sekali bukan sekedar merupakan kehadiran Buddha yang mutlak dan agung. Namun terlebih dari itu, sesungguhnya merupakan Buddha yang kehadirannya memiliki tugas jiwa demi menyelamatkan seluruh umat manusia dan membimbing para penganut Myoho agar dapat memasuki suasanya pencapaian kesadaran Buddha. Kalau sang Buddha tidak melaksanakan tugas jiwa ini maka akan jatuh ke dalam dunia neraka. Jadi, kita yang menjadi murid sang Buddha hendaknya mencamkan sedalam-dalamnya petuah emas ini.
5
Hendaknya secepat mungkin mengandalkan Saddharmapundarika-sutra sebagai makanan dariperjalanan untuk berjumpa dengan Abutsubo di tanah suci Buddha.
Keterangan: Pada bagian ini Niciren Daisyonin telah memberikan bimbingan yang tepat dan tajam kepada Sennici Ama yang suaminya meninggal terlebih dahulu, sehingga ia tinggal seorang diri dan berada dalam keadaan yang tidak tenang. Kalau berdasarkan pada prinsip Hukum Saddharmapundarika-sutra, maka kepastian pencapaian kesadaran Buddha Kalau arwah almarhum Abutsubo dari almarhum Abutsubo sama sekali tidak seorang diri tidak masuk ke dalam diragukan. Walau Sennici Ama ingin, namun dunia suci Buddha, maka tidak tidak dapat berjumpa dengan almarhum diragukan lagi seluruh Buddha akan jatuh Abutsubo di dunia ini. tetapi, Buddha Niciren ke dalam penderitaan besar. telah memberi dorongan dengan menjelaskan bahwa karena Sennici Ama percaya terhadap Keterangan: Bagian ini menerangkan dengan jelas bahwa filsafat Saddharmapundarika-sutra dan meneruskan hati kepercayaan terhadap Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin Myoho, sehingga setelah meninggal nanti sesungguhnya merupakan Hukum yang
4
GM
September 2016 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu akan menuju Tanah Suci Buddha, dan bertemu dengan Abutsubo di sana. Walau orang yang betapa dicintai dan dihormati, namun suatu saat pasti harus berpisah dan meninggal. Pada waktu itu, sama sekali tidak boleh hanya menangisi kesedihan dan terjerumus dalam keputusasaan. Terlebih dari itu, hendaknya meneruskan citacita perjuangan dan maju bersama dalam perjalanan yang dirintis oleh almarhum. Pasti dalam kehidupan yang kekal abadi dapat bertemu untuk dilahirkan pada suasana yang sama. Hukum agama Buddha kerakyatan berarti Hukum agama Buddha yang hidup mendalam dalam jiwa rakyat. Di dalam perilaku Buddha Niciren, pada setiap kata dan kalimat Beliau yang penuh welas asih dan yang memikat hati setiap umat manusia terdapat inti hakikat Hukum agama Buddha kerakyatan. Betapa pun, hendaknya jangan dilupakan bahwa di situ merupakan titik tolak dari orang yang menghidupkan wasiat Buddha Niciren.
6
Pada mulanya terdapat kalimat Sutra yang mengatakan, “Anak adalah musuh.” Dalam Sutra Syinjikan terdapat kutipan kalimat yang berbunyi, “Orang-orang di dunia karena demi anak telah membuat banyak dosa.”
Keterangan: Bagian ini mengungkapkan kegembiraan hati Buddha Niciren terhadap anak kandung Sennici Ama, Tokuro, yang telah meneruskan jejak almarhum ayahnya hingga menjadi penganut yang tangguh dari Saddharmapundarika-sutra. Kemudian menunjukkan rejeki kebajikan Sennici Ama, yang memiliki anak kandung yanng sedemikian rupa. Pertama-tama menarik perumpamaan dari anak yang jahat, di mana walau dikatakan anak adalah pusaka, namun sebaliknya terdapat anak yang memusuhi orang tuanya. Di sini dengan menarik Bab Balas Budi—Sutra Syinjikan—yang berbunyi, “Manusia karena 24
Samantabadra | September 2016
menghidupkan akan telah membuat banyak dosa, dan karena dosa itu telah jatuh ke dalam ketiga dunia buruk sehingga menerima penderitaan yang lama sekali. Walau sang anak merasakan harus menyelamatkan orang tua yang jatuh ke dalam dunia buruk karena dosa yang dibuat demi cinta terhadap dirinya sendiri, namun kalau tidak berdasarkan pada Hukum agama Buddha adalah tidak mungkin.” Di sini yang dimaksud dengan anak yang menjadi musuh bagi orang tua adalah tidak hanya terbatas pada anak yang sengaja memusuhi dan membenci orang tua, melainkan karena mencintai sang anak sehingga orang tua melanggar kejahatan dan sebagai akibatnya, anak dengan orang tua saling bermusuhan. Pada umumnya, cinta merupakan perbuatan yang tidak mengharapkan balasan dan tanpa alasan. Oleh karenanya cinta yang sesungguhnya itu sendiri merupakan sesuatu yang agung dan luhur. Cinta kasih yang diwujudkan orang tua kepada sang anak, terkandung sesuatu yang indah dan mengharukan. Akan tetapi, cinta kasih terhadap lingkungan dan orang lain terdapat sifat yang mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain yang sangat berbahaya sekali. Cinta kasih yang tidak memedulikan lingkungan dan orang lain pasti akan menjerumuskan orang tua dan anak ke dalam ketidakbahagiaan. Anak bagi orang tua harus menjadi kehadiran yang hidup dalam masyarakat, di samping sebagai seorang manusia yang memiliki jiwa Buddha di dalam jiwanya. Dengan demikian, cinta kasih sesungguhnya dari orang tua kepada anak adalah memberikan kecemerlangan dunia Buddha dari sang anak, begitu pun dicintai oleh orangorang sekelilingnya dan terbina kemanusiaan yang harmonis sesamanya. Justru hubungan orang tua dan anak yang saling menegakkan kepribadian sendiri sambil hidup berjuang bersama demi perdamaian masyarakat dan kebahagiaan orang lain, merupakan sikap hubungan anak dan orang tua yang sesungguhnya.
7
Di samping itu, juga terdapat kalimat Sutra yang menyatakan bahwa “Anak adalah pusaka.” Dalam Sutra Syinjikan dijelaskan, “Pria dan wanita dengan melalui pertapaan Hukum agama Buddha telah menimbun rejeki dan menyinari neraka dengan sinar yang terang hingga membangkitkan hati kepercayaan dari orang tua.” Walau Buddha tidak mengutarakan pun, namun kenyataan telah terbentang di hadapan mata.
barang kepada orang tua, begitupun ada yang memberikan kegembiraan kepada orang tua. Namun, hal-hal tersebut di atas masih terbatas dalam masa sekarang dan bersifat pelaksanaan berbudi dan berbakti yang sementara. Pelaksanaan berbudi dan berbakti kepada orang tua yang sesungguhnya adalah memberikan kesadaran kepada orang tua untuk menganut Hukum agama Buddha yang tepat sambil memberikan bukti diri sendiri atas perubahan sebagai seorang manusia yang penuh rejeki dan kebajikan. Setelah meninggal Keterangan: dunia, tidak ada jalan lain yang dapat berbalas Baian ini menunjukkan perumpamaan anak budi untuk masa mendatang yang kekal abadi yang menjadi pusaka bagi orang tua. Yang selain ini. pertama, adalah menarik kutipan kalimat Sutra Seperti yang dikatakan “Misalnya walau Syinjikan di mana anak yang ditinggalkan Buddha tidak mengutarakan pun, namun telah menimbun rejeki dengan melaksanakan kenyataan telah terbentang di hadapan mata.” Hukum agama Buddha. Dan walau almarhum Yakni menjelaskan perihal anak kandung orang tua jatuh ke dalam penderitaan neraka Sennici Ama, Tokuro, setelah ayahnya wafat pun, namun dengan sinar rejeki dan kebajikan telah meneruskan cita-cita ayahnya dan sang anak dapat menyelamatkan penderitaan menjadi murid Niciren Daisyonin dengan orang tua. Selanjutnya akan membangkitkan menunjukkan kepercayaan yang tulus. hati kepercayaan terhadap Hukum agama Justru sikap inilah merupakan tauladan dari Buddha. Balas budi terhadap orang tua dalam pelaksanaan berbudi dan berbakti terhadap Hukum agama Buddha adalah walau orang tua orang tua, demikianlah kata-kata pujian dari telah meninggal dapat diselamatkan. Justru Buddha Niciren. eee inilah pelaksanaan berbudi dan berbakti kepada orang tua yang sesungguhnya. Cerita yang menjelaskan anak yang menyelamatkan sang ayah yang telah dijadikan sebagai kuda di negeri Anjoku merupakan kesungguhan hati sang anak terhadap ayahnya. Kesungguhan hati sebagai seorang anak yang memikirkan orang tua tidak hanya mengembalikan sang ayah sebagai manusia yang sebenarnya, terlebih dari itu telah merubah hati dari sang Raja. Ini mewujudkan bahwa kalau terdapat seorang anak yang baik dalam sebuah keluarga, tidak hanya dapat menyelamatkan bahaya dari keluarga tersebut, malahan dapat merubah masyarakat. Pada umumnya, dalam pelaksanaan berbudi dan berbakti kepada orang tua pun terdapat beraneka ragam dan bentuk, ada yang selalu mendengar dan melakukan apa yang dikatakan orang tua, ada yang memberikan barangSeptember 2016 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu
26
Samantabadra | September 2016
September 2016 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu
28
Samantabadra | September 2016
September 2016 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu
30
Samantabadra | September 2016
September 2016 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu
The Treasure of A Filial Child I
was deeply grieved to hear the news about the wife of the lay priest of Kō. Please tell her that I think very fondly of her.
I have received your various gifts of fifteen hundred coins, laver, seaweed, and dried rice, and have respectfully reported this in the presence of the Lotus Sutra. The Lotus Sutra says, “If there are those who hear the Law, then not a one will fail to attain Buddhahood.” Although this passage consists of but ten characters, to read even a single phrase of the Lotus Sutra is to read without omission all the sacred teachings preached by the Thus Come One Shakyamuni during his lifetime. Therefore, the Great Teacher Miao-lo says, “If, in propagating the Lotus Sutra, one is to interpret even one of its doctrines, one must take into consideration all the Buddha’s lifetime of teachings and master them from beginning to end.” By “beginning” he means the Flower Garland Sutra, and by “end” he means the Nirvana Sutra. The Flower Garland Sutra was preached at the time when the Buddha had first attained the way, when the great bodhisattvas Dharma Wisdom, Forest of Merits, and others, responding to the request of a bodhisattva called Moon of Deliverance, preached in the Buddha’s presence. I do not know in what form this sutra may exist in India, in the dragon king’s palace, or in the Tushita heaven, but it has been brought to Japan in a sixty-volume version, an eighty-volume version, and a forty-volume version. In the case of the last of the teachings, the Nirvana Sutra, I again do not know in what form it may exist in India or in the dragon king’s palace, but in our country it exists in a forty-volume version, a thirty-six-volume version, a six-volume version, and a two-volume version. In addition to these sutras, there are the Āgama sutras, the Correct and Equal sutras, and the Wisdom sutras, which run to five thousand or seven thousand volumes. But even though we may not see or hear of any of these various sutras, if we read so much as a single word or phrase of the Lotus Sutra, it is just as though we were reading every word of all these various sutras. It is like the two characters that compose the name for India, Gasshi, or the name for Japan, Nihon. The two characters that make up the name Gasshi encompass the five regions of India, the sixteen great states, the five hundred middle-sized states, the ten thousand small states, and the countless smaller states like scattered grains of millet, all with their great land areas, great mountains, their plants and trees, and their people and animals. Or it is like a mirror, which may be only one inch, two inches, three inches, four inches, or five inches in size, but which can reflect the image of a person, whether that person is one foot or five feet tall, or of a mountain, whether it is ten feet, twenty feet, a hundred feet, or a thousand feet high. Thus when we read the above passage from the Lotus Sutra, we know that all people who hear the sutra will, without a single exception, attain Buddhahood. All living beings in the nine worlds and the six paths differ from one another in their minds. For example, two persons, three persons, a hundred, or a thousand people all may have faces about a foot in length, but no two look exactly alike. Their minds differ, and therefore so do their 32
Samantabadra | September 2016
faces. How much greater still is the difference between the minds of two persons, of ten persons, and of all the living beings in the six paths and the nine worlds! So it is that some love the cherry blossoms and some love the moon, some prefer sour things and some prefer bitter, some like little things and some favor big. People have varied tastes. Some prefer good and some prefer evil. There are many kinds of people. But though they differ from one another in such ways, once they enter into the Lotus Sutra, they all become like a single person in body and a single person in mind. This is just like the myriad different rivers that, when they flow into the ocean, all take on a uniformly salty flavor, or like the many kinds of birds that, when they approach Mount Sumeru, all assume the same [golden] hue. Thus Devadatta, who had committed three cardinal sins, and Rāhula, who observed all of the two hundred and fifty precepts, both alike became Buddhas. And both King Wonderful Adornment, who held erroneous views, and Shāriputra, who held correct views, equally received predictions that they would attain Buddhahood. This is because, in the words of the passage quoted earlier, “not a one will fail to attain Buddhahood.” In the Amida and other sutras expounded during the first forty and more years of the Buddha’s preaching life, Shāriputra is said to have achieved great merit by reciting the name of Amida Buddha a million times in the space of seven days. But since these sutras were repudiated as teachings belonging to the period when the Buddha had “not yet revealed the truth,” such recitation is in fact as meaningless as if one were to boil water for seven days and then throw it into the ocean. Lady Vaidehī, by reading the Meditation Sutra, was able to reach the stage known as the realization of the non-birth and non-extinction of all phenomena. But since the Buddha cast this sutra aside when he said that he would now “honestly discard expedient means,” unless Lady Vaidehī were to believe in the Lotus Sutra, she must revert to her former status as an ordinary woman. One’s acts of great good are nothing to rely on. If one fails to encounter the Lotus Sutra, of what avail can they be? Nor should one lament having committed acts of great evil. For if only one practices the one vehicle, then one can follow in the footsteps of Devadatta [in attaining Buddhahood]. All this is because the sutra passage that declares, “not a one will fail to attain Buddhahood,” was not spoken in vain. Some may wonder where the spirit of the late Abutsu-bō may be at this moment. But by using the clear mirror of the Lotus Sutra to reflect his image, I, Nichiren, can see him among the assembly on Eagle Peak, seated within the treasure tower of Many Treasures Buddha and facing toward the east. If what I say is not true, then it is no error of mine. Rather the tongue of the Thus Come One Shakyamuni, who said, “The World-Honored One has long expounded his doctrines and now must reveal the truth”; along with the tongue of Many Treasures Buddha, who declared, “The Lotus Sutra of the Wonderful Law... all that you [Shakyamuni] have expounded is the truth”; as well as the tongues of all the various Buddhas, the Thus Come Ones, in four hundred ten thousand million nayutas of lands, who are as numerous as hemp or rice plants, as stars or stalks of bamboo, lined up side by side with never a gap between them, and who, without a single exception, extended their long broad tongues up to the palace of the great heavenly king Brahmā—all these tongues, I say, will in one moment rot away like a whale that has died and decayed, or like a heap of sardines that have rotted. All the Buddhas, the Thus Come Ones, in the
September 2016 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu worlds of the ten directions will be guilty of the offense of speaking great falsehoods; the earth of the pure land of Tranquil Light, which is made of gold and emeralds, will suddenly split open, and all these Buddhas will, like Devadatta, plunge headlong into the great citadel of the hell of incessant suffering. Or, as happened to the nun Dharma Lotus Fragrance, fierce flames will shoot out of their bodies because of the great lies they have told, and the flower garden of the Lotus Treasury World, a Land of Actual Reward, will in one instant be reduced to a place of ashes. But how could such things be possible? If the late Abutsu-bō alone were not admitted to the pure land of Tranquil Light, then all these Buddhas would fall into a realm of great suffering. Leaving all else aside, you should consider things in this light. On this basis, you may judge the truth or falsehood of the Buddha’s words. A man is like a pillar, a woman like the crossbeam. A man is like the legs of a person, a woman like the trunk. A man is like the wings of a bird, a woman like the body. If the wings and the body become separated, then how can the bird fly? And if the pillar topples, then the crossbeam will surely fall to the ground. A home without a man is like a person without a soul. With whom can you discuss matters of business, and though you may have good things to eat, with whom can you share them? Merely to be separated from your husband for a day or two is cause for uneasiness. Yet you were parted from your husband on the twenty-first day of the third month of last year, and passed the remainder of the year without seeing his return. Now it is already the seventh month of this year. Even though he himself does not return, why does he not send you some word? The cherry blossoms, once scattered, have again come into bloom, and the fruit, once fallen, has formed again on the trees. The spring breezes are unchanged, and the scenes of autumn are just as they were last year. How is it that, in this one matter alone, things should be so different from what they were, never to be the same again? The moon sets and rises again; the clouds disperse and then gather once more. Even heaven must regret and earth lament that this man has gone away and will never come again. You yourself must feel the same. Rely upon the Lotus Sutra as nourishment for your journey, and quickly, quickly set out for the pure land of Eagle Peak so that you can meet him there! There is a sutra passage that says that children are one’s enemies. “People in this world commit many sins because of their children,” it states. Although the birds known as the crested hawk and the eagle raise their young with compassion, the young turn around and eat their parents. And the bird known as the owl, after it is hatched, invariably devours its mother. Such is the case among the lowly creatures. Even among human beings, King Virūdhaka seized the throne from his father, whom he resented, and King Ajātashatru murdered his father. An Lu-shan killed his foster mother, and An Ch’ing-hsü killed his father, An Lu-shan. An Ch’ing-hsü was killed by Shih Shih-ming [who was like a son to him], and Shih Shih-ming was in turn killed by his son, Shih Ch’ao-i. Thus there is good reason why children are spoken of as enemies. The monk named Sunakshatra was a son of Shakyamuni Buddha. But he conspired with a follower of the non-Buddhist teaching who was called Painfully Acquired, and attempted time and again to kill his father, the Buddha. There is also a sutra passage that says that children are a treasure. It states: “Because of the blessings their sons and daughters accumulate through religious practice, a great bright light 34
Samantabadra | September 2016
appears, illuminating the realm of hell, and the parents suffering in hell are thereby able to awaken a believing mind.” But even if the Buddha had not taught [that children are a treasure], you could tell as much simply from the evidence before your eyes. In India there was once a great ruler, the king of the country called Parthia. This king was inordinately fond of horses and horse-raising. In time, he became so expert in raising them that he could not only turn a worthless horse into an outstanding one, but could also transform an ox into a horse. Eventually, he even turned people into horses and rode them. The citizens of his own state were so grieved at this that he began to turn only people from other lands into horses. Thus, when a traveling merchant came to his kingdom from another country, he gave the merchant a potion to drink, transformed him into a horse, and tied him up in the royal stables. Even under ordinary circumstances the merchant yearned for his homeland and in particular thought longingly of his wife and child. Thus he found his present lot very difficult to bear. But since the king would not allow him to go home, he could not do so. Indeed, even had it been possible, what could he have done there in his present form? So all he could do was bewail his fate morning and evening. This man had a son who, when his father failed to return at the expected time, began to wonder if he had been killed or had perhaps fallen ill. Feeling that, as a son, he must find out what had happened to his father, he set out on a journey to do so. His mother lamented, protesting that her husband had already gone off to another land and failed to return, and that, if she were now to be abandoned by her only son as well, she did not know how she could carry on. But the son was so deeply concerned about his father that he nevertheless set off for the country of Parthia in search of him. Upon his arrival, he put up for the night at a small lodging. The master of the house said: “How sad! You are still so young, and I can see from your face and bearing that you are a person of distinction. I had a son once, but he went off to another country and perhaps has died there. At least I do not know what has become of him. When I think of the fate of my own son, I can scarcely bear to look at you. I say this because here in this country we have a cause for great sorrow. The king of this country is so inordinately fond of horses that he ventures to make use of a strange kind of plant. If he feeds one of the narrow leaves of this plant to a person, the person turns into a horse. And if he feeds one of the broad leaves of the plant to a horse, the horse turns into a person. Not long ago p.1045a merchant came here from another country. The king fed him some of this plant, turned him into a horse, and is secretly keeping him confined in the first of the royal stables.” When the son heard this, he thought that his father must have been transformed into a horse, and he asked, “What color is this horse’s coat?” The master of the house replied, “The horse is chestnut, with white dappling on the shoulders.” After the son had learned all these things, he contrived to approach the royal palace, where he was able to steal some of the broad leaves of the strange plant. When he fed these to the horse that his father had become, his father changed back into his original human form. The king of the country, marveling at what had happened, handed the father over to the son, since the latter had shown himself to be such a model of filial concern. After that he never again turned people into horses.
September 2016 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu Who but a son would have gone to such lengths to search for his father? The Venerable Maudgalyāyana saved his mother from the sufferings of the world of hungry spirits, and the brothers Pure Storehouse and Pure Eye persuaded their father to give up his erroneous views. This is why it is said that a good child is a parent’s treasure. Now the late Abutsu-bō was an inhabitant of a wild and distant island in the northern sea of Japan. Nevertheless, he was anxious about his future existence, so he took religious vows and aspired to happiness in the next life. When he encountered the exile Nichiren, he embraced the Lotus Sutra, and in the spring of last year he became a Buddha. When the fox of Mount Shita encountered the Buddha’s teaching, he grew dissatisfied with life, longed for death, and was reborn as the god Shakra. In the same way, the Honorable Abutsu grew weary of his existence in this impure world, and so he became a Buddha. His son, Tōkurō Moritsuna, has followed in his footsteps and become a wholehearted votary of the Lotus Sutra. Last year, on the second day of the seventh month, he appeared here at Mount Minobu in Hakiri in the province of Kai, having journeyed a thousand ri over mountains and seas with his father’s ashes hung around his neck, and deposited them at the place dedicated to the practice of the Lotus Sutra. And this year, on the first day of the seventh month, he came again to Mount Minobu to pay respects at his father’s grave. Surely, there is no treasure greater than a child, no treasure greater than a child! Nam-myoho-renge-kyo, Nam-myoho-renge-kyo. Nichiren The second day of the seventh month Reply to the wife of the late Abutsu-bō Postscript: I am sending a priestly robe of dyed silk. Please inform Bungo-bō. The teachings of the Lotus Sutra are already spreading throughout the country of Japan. Bungo-bō should undertake to propagate them in the Hokuriku region, but he cannot do so unless he becomes well learned. Tell him to make haste and come here no later than the fifteenth day of the ninth month. Please send me the various sacred texts as soon as possible by way of Tamba-bō, as you did with the daily records. Please send Yamabushi-bō here to me as I instructed earlier. I am delighted to hear that you have been treating him with such kindness.
36
Samantabadra | September 2016
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Balasan kepada Ueno Dono
LATAR BELAKANG |
G
osyo ini diberikan oleh Niciren Daisyonin kepada Nanjo Tokimitsu (Ueno Dono), yang pada waktu itu merupakan tuan tanah desa Ueno di daerah Fuji, pada tanggal 27 bulan ke-12 tahun 1280, ketika Beliau berusia 59 tahun. Nama lain dari Gosyo ini ialah “Surat Mengenai Hartawan Sudatta.� Nanjo Tokimitsu memandang Nikko Syonin sebagai kakaknya sendiri dalam menuntut ajaran agama Buddha Niciren, dan dengan demikian menjalankan kepercayaan secara amat giat. Di dalam menghadapi peristiwa penganiayaan Atsuhara yang terjadi setahun sebelumnya, ia mengambil peranan yang aktif dalam menjaga muridmurid Niciren Daisyonin. Terhadap Nanjo Tokimitsu yang demikian, penguasa Jepang pada waktu itu memberikan tekanan ekonomi dengan mewajibkannya membayar pajak berat, sehingga pada waktu itu keluarga Nanjo Tokimitsu menderita kemiskinan yang amat parah. Mengenai hal ini dalam Gosyo ini dikatakan bahwa pada suatu saat begitu merananya keluarga mereka sampai-sampai
Nanjo Tokimitsu tidak mempunyai kuda untuk ditungganginya, sementara anak istrinya kekurangan pakaian. Dari hal ini dapat kita bayangkan betapa berat tekanan yang diderita oleh keluarga Nanjo Tokimitsu. Namun dalam penderitaan serupa ini juga, Nanjo Tokimitsu tetap menyumbangkan uang sebanyak satu Kan kepada Niciren Daisyonin yang berada di Minobu. Maka sebagai balasan kepada sikap kepercayaan Nanjo Tokimitsu yang tidak kenal mundur ini, Niciren Daisyonin menulis Gosyo ini untuknya. Garis besar dari Gosyo ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama Niciren Daisyonin menyatakan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya atas sumbangan atau Dana Paramitha berupa uang sejumlah satu Kan, dan Beliau menyatakan bahwa justru sikap kepercayaan yang ikhlas berupa Dana Paramitha yang penuh kesungguhan hati di tengah penderitaan merupakan jalan langsung menuju pencapaian kesadaran Buddha. Kemudian sebagai salah satu contoh betapa besarnya kurnia Dana Paramitha, Niciren Daisyonin mengungkapkan September 2016 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo cabang perbuatan Dana Paramitha dari Raja Suwarna yang menyelamatkan orangorang yang tertimpa bencana kemarau panjang, serta perbuatan Dana Paramitha dari hartawan Sudatta yang mendirikan dan menyumbangkan Jetavana vihara demi kebangkitan agama Buddha. Dengan mengutip kisah-kisah ini beliau memberi petunjuk bahwa kita harus menyadari sikap pertapaan agama Buddha yang sebenarnya berdasarkan contoh-contoh ini.
Terakhir Niciren Daisyonin menutup Gosyo ini dengan memuji sikap kepercayaan Nanjo Tokimitsu, yang telah berDana Paramitha kepada Niciren Daisyonin meskipun pada waktu itu ia sedang mengalami kesulitan ekonomi akibat dari tekanan penguasa, yang tidak senang melihatnya menolong murid-murid Niciren Daisyonin yang tertindas dalam peristiwa penganiayaan Atsuhara.
ISI GOSYO |
S
aya telah menerma sumbangan Anda berupa uang sejumlah satu kan¹. Saya menyatakan segala sesuatu yang terdapat dalam surat ini mengingat luhurnya itikad Anda. Janganlah Anda menganggap Saya sebagai seorang Bhikku yang serakah.
Ada jalan untuk menjadi Buddha dengan mudah. Saya akan mengajarkannya kepada Anda. Mengajarkan sesuatu kepada orang lain adalah sama seperti meminyaki roda yang berat agar mudah berputarnya, meluncurkan kapal di atas air agar laju bergeraknya. Jalan untuk menjadi Buddha dengan mudah bukanlah suatu hal yang istimewa; sama seperti memberi air kepada orang yang menderita kemarau panjang, memberi api kepada orang yang menderita kedinginan, maka jalan tersebut ialah memberkan sesuatu yang tiada duanya kepada orang lain, menyumbangkan sesuatu yang menjadi penyambung kehidupan kita kepada orang lain. Di suatu negara yang dikuasai oleh seorang raja bernama Suwarna terjadi bencana kemarau panjang selama 12 tahun, sehingga tiada terhitung jumlah rakyat yang mati kelaparan. Mayat orang-orang yang mati kelaparan menjembatani sungai, sementara tengkoraknya menggunung-berbukit di darat. Pada waktu itulah Sang Raja Suwarna menimbulkan kesadarannya yang agung untuk ber Dana Paramitha. Segala sesuatu yang dapat ia sumbangkan telah habis, sementara di dalam lumbung padinya hanya tersisa lima sho² beras.
Tatkala seorang pengikutnya menyodorkan beras tersebut seraya berkata, “Baginda, inilah bahan makanan satu hari untuk Baginda”, maka Sang Raja pun mengambil beras tersebut ddan membagikannya kepada seluruh rakyatnya yang menderita kelaparan. Seluruh rakyatnya memperoleh beras tersebut secara merata, meskipun hanya sebutir, dua butir atau pun tiga sampai empat butir. Setelah itu ia pun naik ke langit dan berseru dengan lantangnya, “Aku telah mati kelaparan untuk menebus penderitaan kelaparan seluruh rakyat!” Langit rupanya mendengar seruan ini, sehingga segera diturunkan 38
Samantabadra | September 2016
hujan AmirtaÂł. Setiap orang yang tubuhnya atau pun mukanya terkena hujan ini mendapat makanan yang berlimpah-limpah, sehingga dalam waktu sekejap seluruh rakyatnya dapat hidup kembali.
Di negeri India, seorang hartawan bernama Sudatta pernah tujuh kali jatuh miskin dan tujuh kali pula menjadi kaya raya. Ketika kemiskinannya yang terakhir, semua orang lari meninggalkannya dan mati, sehingga pada akhirnya hanya tertinggal Sudatta dan istrinya. Pada waktu itu mereka masih mempunyai lima sho beras, yang mereka rencanakan sebagai bahan makanan selama lima hari. Namun pada waktu itu juga kelima orang; Kasyapa, Sariputera, Ananda, Rahula, dan Buddha Sakyamuni datang berturutturut dan memohon beras tersebut, sehingga mereka pun menyumbangkannya. Sejak hari itulah Sudatta menjadi orang terkaya di seluruh India. Ialah yang mendirikan dan menyumbangkan Jetavana-vihara4 . Maka hendaknya Anda juga menyadari segala sesuatunya berdasarkan kedua contoh ini.
Anda pada saat ini sudah menyerupai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, seperti halnya kera yang menyerupai manusia dan kue ketan yang menyerupai bulan. Perbuatan Anda untuk melindungi orang-orang Atsuhara pasti dianggap sama seperti perbuatan Masakado dan Sadato5 oleh orang-orang negeri ini. Namun hal ini semata-mata disebabkan karena Anda membuang jiwa-raganya demi Saddharmapundarika-sutra. Pasti para dewa tidak akan melihat Anda sebagai seorang yang memberontak terhadap majikan. Sementara itu kepada tanah milik Anda yang tidak seberapa luasnya telah dikenakan pajak yang begitu besar jumlahnya, sampai-sampai Anda tidak mempunyai kuda untuk ditunggangi, sementara anak istri Anda tidak mempunyai sandang untuk dipakainya.
Mesipun dalam keadaan seperti ini, Anda tetap mengkhawatirkan Saya. Janganjangan Saya sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra menderita kedinginan salju ataupun kekurangan bahan makanan, dan Anda telah menyumbangkan uang sejumlah satu kan. Sikap Anda ini sama seperti seorang wanita miskin yang bersama-sama dengan suaminya menyumbangkan pakaian yang hanya tinggal satu kepada pengemis6 , serta Rida yang menyumbangkan dedak bahan makanannya kepada Sang Pratyekabuddha7. Sungguh amat luhur sikap Anda ini.
Hari ke-27 bulan ke-12 tahun Koan ke-2 Surat Balasan kepada Ueno Dono Tertanda,
Niciren
September 2016 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo cabang KETERANGAN ISTILAH: 1. Kan: Satuan mata uang kuno di Jepang, yang terdiri dari 1.000 lembar mata uang logam berlubang yang diikat dengan tali. 2. Sho: Satuan takaran beras di Jepang, 1 Sho berarti sama dengan kurang lebih 1,8 liter.
3. Amirta: Suatu cairan gaib yang dikemukakan dalam cerita-cerita India kuno. Menurut Sutra Vimalakirti, air ini amat harum dan barangsiapa yang meminumnya dapat hidup selama-lamanya dan tidak akan mati. 4. Jetavana-vihara: Salah satu vihara ternama pada masa kehidupan Sang Buddha Sakyamuni. Bangunan vihara ini disumbangkan oleh Sudatta, sementara tanahnya yang amat luas berikut hutan belukarnya disumbangkan oleh putera mahkota Jeta. Vihara ini terletak di negeri Sravasti, India. 5. Masakado dan Sadato: Dua orang pemberontak yang ternama di Jepang pada abad ke-10 dan ke-11.
6. Seorang wanita miskin... pengemis: Salah satu kisah dari Sutra. Seorang wanita miskin menjadi penganut agama Buddha yang saleh berkat anjuran dari seorang Bhikku. Ia menganjurkan suaminya untuk memberikan pakaian yang tinggal satusatunya kepada si pengemis. Karena perbuatan baiknya itu ia mendapat kurnia besar. 7. Rida yang... Pratyekabuddha: Salah satu kisah dari Sutra. Menurut sutra, Rida adalah kakak Aniruddha (salah seorang murid terkemuka Buddha Sakyamuni di dalam kehidupan masa lampau. Rida mempunyai kakak bernama Arida. Ayah kedua bersaudara ini meninggal sebelum meninggalkan wasiat agar kedua kakak beradik ini saling bersatu hati, tetapi akhirnya mereka berdua hidup terpisah. Kakaknya menjadi bhikku dan mencapai tingkat Pratyekabuddha, sedangkan adiknya hidup sebagai pembuat kayu bakar yang miskin. Pada suatu hari Ridha bertemu dengan seorang Pratyekabuddha (sebenarnya kakaknya sendiri) sedang berjalan dengan patra (mangkok bagi para bhikku) yang kosong. Maka Rida memasukkan satu-satunya makanan yang ia miliki pada waktu itu, yaitu dedak. Karena perbuatan baik ini bukan saja ia menjadi kaya raya, namun juga setiap kelahirannya ia tak pernah lagi kekurangan makanan.
40
Samantabadra | September 2016
KUTIPAN GOSYO |
1
Mengajarkan sesuatu kepada orang lain adalah sama seperti meminyaki roda yang berat agar mudah diputarnya, meluncurkan kapal di atas air agar laju bergeraknya. Keterangan: Di sini pertama-tama Niciren Daisyonin menyatakan bahwa Beliau akan mengajarkan jalan untuk menjadi Buddha dengan mudah. Maka selanjutnya Beliau terlebih dahulu menerangkan tujuan perbuatan “mengajar.” Dan perlu kita ingat di sini bahwa apa yang dimaksud dengan “mudah” di sini bukanlah dalam arti santai atau seenaknya, melainkan dalam arti suatu kepastian untuk mencapai kesadaran Buddha. Di sini oleh Niciren Daisyonin, perbuatan mengajarkan sesuatu kepada orang lain diumpamakan sebagai meminyaki roda yang berat agar mudah berputarnya, serta meluncurkan kapal di atas air agar laju bergeraknya. Jadi, bagaimana pun juga yang harus bergerak dan maju adalah orang yang bersangkutan itu sendiri, sedangkan ajaran yang diberikan berfungsi untuk memperlicin dan memperlancar kemajuan tersebut. Suatu kapal tidak akan bisa bergerak maju di atas darat, karena ia salah “jalan” kalau berada di atas darat. Tetapi kalau ia diluncurkan di atas air, itu berarti ia dituntun ke jalan yang benar. Inilah tujuan ajaran Sang Buddha. Begitu juga sebuah roda yang kehabisan minyaknya pasti sulit untuk berputar. Maka meminyaki roda tersebut berarti membangkitkan prajna, keyakinan, dan kegembiraan dari orang lain.
2
Jalan untuk menjadi Buddha dengan mudah bukanlah suatu hal yang istimewa; sama seperti memberi air kepada orang yang
menderita kemarau panjang, memberi api kepada orang yang menderita kedinginan, maka jalan tersebut ialah memberikan sesuatu yang tiada duanya kepada orang lain, menyumbangkan sesuatu yang menjadi penyambung kehidupan kita kepada orang lain. Keterangan: Di sini Niciren Daisyonin menyatakan secara tegas, bahwa suatu hal yang terpenting dalam mencapai kesadaran Buddha adalah: pertama, memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain, dan kedua, memberikan sesuatu yang tiada duanya bagi kita, sesuatu yang menjadi penunjang kehidupan kita, kepada orang lain. Petunjuk Sang Buddha ini secara khususnya menunjuk kepada sikap luhur dana paramitha, karena petunjuk ini ditujukan kepada Nanjo Tokimitsu yang menjalankan dana paramitha kepada Niciren Daisyonin, dan dana paramitha di sini mempunyai arti yang luas, karena sesuatu yang paling dibutuhkan oleh seluruh umat manusia adalah tidak lain dari Saddharma. Oleh sebab itu segala usaha untuk memberikan Saddharma kepada orang lain dengan sikap tidak menyayangi jiwa raga sendiri merupakan jalan terpenting menuju pencapaian kesadaran Buddha.
3
Di suatu negara yang dikuasai oleh seorang raja bernama Suwarna terjadi bencana kemarau panjang selama 12 tahun, sehingga tiada terhitung jumlah rakyat yang mati kelaparan. Mayat orang-orang yang mati kelaparan menjembatani sungai, sementara tengkoraknya menggunung-berbukit di darat. Pada September 2016 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang waktu itulah Sang Raja Suwarna menimbulkan kesadarannya yang agung untuk ber Dana Paramitha. Segala sesuatu yang dapat ia sumbangkan telah habis, sementara di dalam lumbung padinya hanya tersisa lima sho beras. Tatkala seorang pengikutnya menyodorkan beras tersebut seraya berkata, “Baginda, inilah bahan makanan satu hari untuk Baginda,” maka Sang Raja pun mengambil beras tersebut ddan membagikannya kepada seluruh rakyatnya yang menderita kelaparan. Seluruh rakyatnya memperoleh beras tersebut secara merata, meskipun hanya sebutir, dua butir atau pun tiga sampai empat butir. Setelah itu ia pun naik ke langit dan berseru dengan lantangnya, “Aku telah mati kelaparan untuk menebus penderitaan kelaparan seluruh rakyat!” Langit rupanya mendengar seruan ini, sehingga segera diturunkan hujan Amirta. Setiap orang yang tubuhnya atau pun mukanya terkena hujan ini mendapat makanan yang berlimpah-limpah, sehingga dalam waktu sekejap seluruh rakyatnya dapat hidup kembali. Keterangan: Raja Suwarna adalah kehidupan masa lampau Buddha Sakyamuni. Di dalam kitabkitab sutra, diterangkanlah berbagai macam bentuk pertapaan keboddhisatvaan yang dilakukan oleh Buddha Sakyamuni dalam kehidupan masa lampaunya. Kisah raja Suwarna ini menerangkan tentang dana paramitha dan kurnianya. Menurut ceritra dalam dalam Sutra, ketika seluruh rakyatnya nyaris mati kelaparan karena bencana kemarau panjang, sang raja menimbulkan kesadaran luhur dan menyumbangkan segala bahan makanannya kepada rakyat sampai hanya tersisa makanan untuk diri sendiri. 42
Samantabadra | September 2016
Menurut kitab Sutra, pada waktu itu datang seorang Pratyekabuddha kepadanya meminta sumbangan makanan dan sang raja pun menyumbangkan makanan kepadanya. Tetapi dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin menyatakan bahwa sang raja menyumbangkan bahan makanannya berupa beras kepada seluruh rakyatnya secara merata sampai akhirnya ia sendiri mati kelaparan untuk menebus penderitaan kelaparan seluruh rakyatnya. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin benar-benar menekankan penyelamatan umat manusia di atas segalagalanya. Karena raja Suwarna mempunyai icinen yang begitu luhur, yaitu mengorbankan dirinya untuk segenap umat manusia, maka turun hujan Amirta dengan segera dan seluruh rakyatnya pun terselamatkan. Kisah hartawan Sudatta berikutnya juga menerangkan betapa besar kurnia dari Nanjo Tokimitsu, yang meskipun dirinya berada dalam kemiskinan yang amat parah menjalankan dana paramitha sejumlah uang kepada Niciren Daisyonin yang berada di Minobu. Dalam surat mengenai sumbangan Beras (Hakumai Ippyo Gosyo), Niciren Daisyonin pernah menulis, “Apabila di dalam masa kelaparan kita menyumbangkan satu-satunya bahan makanan kepada Sang Buddha, meskipun dengan demikian kita kehilangan makanan untuk hari ini, maka perbuatan demikian adalah sama dengan menyumbangkan jiwa raga kita kepada Sang Buddha.” Sebagai contoh-contoh sikap seperti ini, kita kenal kisah putera Himalaya yang memberikan dirinya sendiri kepada Dewa Iblis untuk mendengar separuh bait syair ajaran Sang Buddha, ataupun kisah Boddhisatva Baisajaraja yang membakar sikutnya sendiri. Tetapi mengenai sikap seperti ini Niciren Daisyonin sendiri dalam Gosyo yang bersamaan mengatakan,
“Semuanya ini adalah untuk para Arif Bijaksana, sehingga tidak mungkin kita menjalankannya.� Lalu bagaimanakah seharusnya sikap pertapaan sebagai seorang manusia biasa? dalam Gosyo tersebut juga Beliau mengatakan, “Manusia biasa dapat mencapai kesadaran Buddha apabila ia mempunyai satu hal, yakni kepercayaan yang penuh kesungguhan hati.� Dari pernyataan ini dapat kita lihat betapa besar penghargaan Niciren Daisyonin atas sikap kepercayaan manusia biasa. Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas dapatlah kita simpulkan, bahwa untuk mencapai kesadaran Buddha dengan pasti, bukanlah kita membuang jiwa begitu saja atau pun hanya dengan menjalankan sumbangan harta kekayaan, melainkan semuanya itu harus didasari atas kepercayaan yang murni tanpa kekeruhan sedikit pun. Maka segala tindakan kita untuk mencapai kebahagiaan umat manusia dengan tekad kepercayaan untuk menyumbangkan jiwa raga kita kepada Gohonzon, adalah dana paramitha yang sesungguhnya bagi kita.
4
Di negeri India, seorang hartawan bernama Sudatta pernah tujuh kali jatuh miskin dan tujuh kali pula menjadi kaya raya. Ketika kemiskinannya yang terakhir, semua orang lari meninggalkannya dan mati, sehingga pada akhirnya hanya tertinggal Sudatta dan istrinya. Pada waktu itu mereka masih mempunyai lima sho beras, yang mereka rencanakan sebagai bahan makanan selama lima hari. Namun pada waktu itu juga kelima orang: Kasyapa, Sariputera, Ananda, Rahula, dan Buddha Sakyamuni datang berturut-turut dan memohon beras tersebut, sehingga mereka pun menyumbangkannya. Sejak hari itulah Sudatta menjadi orang terkaya di seluruh India. Ialah yang mendirikan
dan menyumbangkan Jetavana-vihara. Maka hendaknya Anda juga menyadari segala sesuatunya berdasarkan kedua contoh ini. Keterangan: Sudatta adalah seorang hartawan yang telah mendirikan dan menyumbangkan Jetavana-vihara, namun itu bukan berarti sejak mulanya ia merupakan seorang yang kaya raya, melainkan ia bahkan pernah tujuh kali jatuh miskin. Kemiskinannya yang ketujuh kalinya adalah yang terparah. Pada waktu itu ia hanya mempunyai bahan makanan untuk lima hari, tetapi Buddha Sakyamuni dan beberapa murid terkemukaNya datang memohon sumbangan bahan makanan, dan ia pun menyumbangkan bahan makanan yang amat berharga baginya itu kepada mereka. Dana paramitha tersebutlah yang membuat Sudatta menjadi orang yang terkaya di India. Suatu hal yang penting dalam kisah ini adalah bahwa Sudatta menyumbangkan bahan makanan dalam keadaan di mana tanpa bahan makanan tersebut ia tidak akan dapat meneruskan kehidupannya. Dengan demikian sumbangannya ini sama dengan menyumbangkan jiwa raganya sendiri, dan justru karena itulah ia mendapat akibatimbalan yang amat besar. Apa pun tindakan demi agama Buddha, selama itu dilakukan dengan mencurahkan segenap jiwa raga kita, maka pasti hal itu menjadi suatu sebab bagi akibat imbalan yang besar. Ketulusan hati Sudatta yang menyumbangkan segala sesuatunya demi agama Buddha tanpa pamrih sedikit pun juga, telah mengundang rejeki dan kurnia yang amat besar. Maka dalam menghadapi kesulitan seperti apa pun hendaknya kita teruskan sikap kepercayaan yang penuh keberanian.
September 2016 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang
5
Anda pada saat ini sudah menyerupai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, seperti halnya kera yang menyerupai manusia dan kueh ketan yang menyerupai bulan. Perbuatan Anda untuk melindungi orang-orang Atsuhara pasti dianggap sama seperti perbuatan Masakado dan Sadato5 oleh orang-orang negeri ini. Namun hal ini semata-mata disebabkan karena Anda membuang jiwa-raganya demi Saddharmapundarika-sutra. Pasti para Dewa tidak akan melihat Anda sebagai seorang yang memberontak terhadap majikan. Keterangan: Di sini pertama-tama Niciren Daisyonin memuji sikap kepercayaan Nanjo Tokimitsu sebagai, “Anda pada saat ini sudah menyerupai pelaksana Saddharmapundarika-sutra.� Nanjo Tokimitsu memang mulai menganut Saddharma pada usia yang muda, dan sejak saat itu ia menjalankan kepercayaan secara berkelangsungan bagaikan air yang mengalir, di bawah bimbingan dari Nikko Syonin. Sementara dalam peristiwa penganiayaan Atsuhara serta peristiwa-peristiwa lainnya ia selalu tampil sebagai pelindung muridmurid Niciren Daisyonin yang berani. Sikap Nanjo Tokimitsu seperti ini oleh Niciren Daisyonin dinyatakan sebagai menyerupai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Pendirian Nanjo Tokimitsu sebagai seorang ksatria dan manusia biasa diumpamakan sebagai kera dan kueh ketan, sehingga sebagaimana kera menyerupai manusia dan kueh ketan menyerupai bulan, ia juga menurut Niciren Daisyonin, menyerupai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Selanjutnya Niciren Daisyonin juga menyatakan bahwa sebagaimana Masakado dan Sadato yang bangkit melawan penguasa 44
Samantabadra | September 2016
demi kepentingan orang-orang daerahnya, Nanjo Tokimitsu juga dibenci oleh penguasa Jepang saat itu karena usahanya untuk melindungi orang-orang Atsuhara. Namun, menurut Niciren Daisyonin, Nanjo Tokimitsu berbeda dengan kedua pemberontak yang disebutkan di atas, karena perbuatannya itu disebabkan oleh sikap kepercayaan yang berani mengorbankan jiwa raganya demi Saddharmapundarika-sutra. Oleh sebab itu para Dewa pasti akan melindunginya dan tidak akan meninggalkannya sebagai seorang pemberontak yang melawan majikannya sendiri.
6
Sementara itu kepada tanah milik Anda yang tidak seberapa luasnya telah dikenakan pajak yang begitu besar jumlahnya, sampaisampai Anda tidak mempunyai kuda untuk ditunggangi, sementara anak istri Anda tidak mempunyai sandang untuk dipakainya. Mesipun dalam keadaan seperti ini, Anda tetap mengkhawatirkan Saya: Jangan-jangan Saya sebagai pelaksana Saddharmapundarikasutra menderita kedinginan salju ataupun kekurangan bahan makanan, Anda telah menyumbangkan uang sejumlah 1 kan. Sikap Anda ini sama seperti seorang wanita miskin yang bersama-sama dengan suaminya menyumbangkan pakaian yang hanya tinggal satu kepada pengemis, serta Rida yang menyumbangkan dedak bahan makanannya kepada Sang Pratyekabuddha7. Sungguh amat luhur sikap Anda ini.
Keterangan: Nanjo Tokimitsu karena usahanya untuk melindungi murid-murid Niciren Daisyonin, telah mendapat berbagai tekanan dari penguasa. Salah satu di antaranya adalah pajak besar yang dikenakan atas tanah
miliknya yang tidak seberapa luasnya. Oleh karena dikenakan pajak sedemikian rupa itu, keluarga Nanjo menderita kemiskinan, sampai-sampai Nanjo Tokimitsu tidak mempunyai kuda, sedangkan anak istrinya kekurangan pakaian. Tetapi dalam keadaan seperti itu juga, ia tetap menyumbangkan uang sejumlah satu kan kepada Niciren Daisyonin. Maka disini Niciren Daisyonin mengutip kisah-kisah yang dikemukakan dalam kitab-kitab Sutra untuk memuji sikap luhur Nanjo Tokimitsu ini. Sebagaimana suami istri miskin yang hanya mempunyai sehelai pakaian menyumbangkan pakaian tersebut kepada pengemis, dan sebagaimana Rida yang menyumbangkan satu-satunya bahan makanan yang tertinggal padanya berupa dedak kepada Sang Pratyekabuddha, maka Nanjo Tokimitsu juga menyumbangkan sejumlah uang yang tentunya amat diperlukan bagi keluarganya yang merana itu kepada Niciren Daisyonin. Sikap kepercayaannya yang penuh ketulusan ini oleh Niciren Daisyonin dinyatakan sebagai, “Sungguh amat luhur sikap seperti ini.� Sebagaimana dikatakan oleh Niciren Daisyonin pada awal Gosyo ini, kunci untuk mencapai kesadaran Buddha adalah perbuatan maitri karuna berupa dana paramitha sesuatu yang paling berharga bagi kita, yaitu sesuatu yang menjadi penunjang jiwa kita. maka di sini Niciren Daisyonin memuji perbuatan dana paramitha Nanjo Tokimitsu sebagai perbuatan maitri karuna yang pasti membuatnya mencapai kesadaran Buddha. eee
Catatan
September 2016 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo cabang
46
Samantabadra | September 2016
September 2016 | Samantabadra
47
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Keagungan Balas Budi
Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan balas budi yang sesungguhnya? Jawab: Serigala tua tidak meninggalkan lubang di mana ia dilahirkan, kura-kura putih tahu membalas budi pada orang yang telah menyelamatkannya. Ini adalah cerita balas budi dari binatang. Ada seorang pujangga mengatakan burung akan kembali ke sarangnya yang lama dan akan selalu mengingat sarangnya, serigalapun bila meninggal akan kembali ke lubang di mana ia dilahirkan, karena ia menyayangi tempat di mana ia dilahirkan. Pada jaman dahulu ada seorang warga di suatu negara sedang berjalan melewati tepi sungai dan melihat seorang nelayan sedang menangkap kura-kura putih. Orang tersebut merasa kasihan melihat kurakura itu, lalu ia menukar bajunya dengan kura-kura tersebut lalu kura-kura tersebut dilepaskannya kembali ke sungai. Beberapa tahun kemudian orang tersebut telah menjadi pejabat di suatu kota, dan diserang oleh musuh sehingga menyebabkan ia lari ke tepi sungai karena hendak menyeberang 48
Samantabadra | September 2016
sungai dengan kapal. Ternyata tidak ada kapal yang dapat membawanya ke seberang sungai, akhirnya musuhpun semakin dekat. Orang tersebut merasa putus asa. Dalam keadaan genting seperti itu, tiba-tiba kurakura putih muncul di permukaan air dan mempersilakan orang tersebut naik ke atas punggungnya untuk dibawa ke seberang, maka selamatlah orang tersebut dari serangan musuh. Cerita di atas menunjukkan bahwa binatang saja dapat melakukan balas budi, apalagi kita sebagai manusia, tentu adalah suatu hal yang wajar bila kita melaksanakan balas budi. Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyalahgunakan arti dari balas budi, di mana balas budi akan dilaksanakan apabila seseorang telah mendapat pertolongan dari temannya, maka ia harus menuruti kata-kata temannya tersebut, tanpa mempedulikan apakah temannya itu salah atau tidak, dan ada pula orang tua yang menuntut pada anaknya supaya menuruti permintaan yang terlalu berlebih. Ini semua karena masih terikat pada ajaran yang salah dan cara pikir yang sempit. Sebagai seorang anak sudah selayaknya kita dapat balas budi pada orang tua.
Balas budi pada orang tua secara kutai (sunyata), itu adalah yang paling agung, bila kita dapat memberi materi, itu adalah balas budi yang paling rendah, karena hanya secara ketai (nyata) nya saja, dan itu hanya bersifat sementara, tidak kekal. Bila kita mendapat pertolongan dari teman, kita perlu membalas budi baiknya, tetapi bukan dengan mengikutinya begitu saja, justru bagaimana sebagai teman sejati kita dapat memberitahu dan menjelaskannya, mungkin pada saat itu teman kita tidak dapat menerima apa pandangan kita, tapi kita harus mempunyai satu tujuan, kita ingin bersama-sama menuju kebahagiaan. Sebenarnya inilah yang disebut balas budi. Dalam Ho On Syo terdapat bimbingan demikian, “Orang yang belajar Agama Buddha bagaimana mungkin dapat melupakan budi dari orang tua, guru maupun negara?” Baik di Timur maupun di Barat, keadaan waktu apapun dan jaman yang bagaimanapun, sifat manusia yang penuh kebajikan yang mengakar secara mendalam adalah “Balas budi.” Filsafat Roma mengatakan, “Orang yang tidak tahu balas budi, ibarat gentong yang banyak lubangnya”. Filsafat Jerman mengatakan, “Tidak ada yang lebih buruk daripada orang yang tidak tahu balas budi”. Baik di Barat maupun Timur banyak terdapat kata-kata mutiara yang menjelaskan tentang balas budi, tetapi hanya Agama Buddha yang mewujudkan balas budi dengan ‘nilai yang paling tinggi’, karena balas budi adalah perilaku manusia yang paling agung. Niciren Daisyonin juga mengatakan bahwa manusia harus balas budi pada kedua orang tua, guru, dan raja/kepala negara, seperti dikatakan dalam salah satu Gosyo, “Orang yang dapat melaksanakan balas budi adalah orang yang arif” dan Buddha Sakyamuni juga mengatakan “Balas budi adalah gerakan dari Bodhisattva.”
Balas budi pada negara, dan tanah air sudah selayaknya kita laksanakan, karena kita mendapat perlindungan untuk bebas memilih agama yang kita percayai, dan kita juga berterima kasih karena Hari “Waisak” telah dijadikan hari libur Nasional. Oleh karena itu untuk mengisi Hari Waisak, kita melakukan kegiatan karya bakti baik membersihkan Taman Makam Pahlawan dan mengadakan donor darah. Ini semua adalah wujud balas budi kita sebagai umat Buddha Niciren Syosyu terhadap Tanah Air. Kita juga berterima kasih pada alam semesta, yang penuh dengan maitri karuna. Kita juga berterima kasih pada guru kejiwaan yang telah membimbing kita dalam ajaran Agama Buddha, sehingga kita dapat membangkitkan jiwa Buddha, lewat hati kepercayaan pada Gohonzon, dan dapat memperoleh prajna untuk mengatasi segala kesulitan, dan memperoleh ketenangan jiwa. Sedangkan balas budi pada orang tua sudah selayaknya kita laksanakan. Balas budi yang paling unggul adalah bagaimana kita dapat membawa orang tua kita turut serta bersama-sama mencapai kesadaran Buddha dalam hidup kali ini. Balas budi yang sesungguhnya adalah dengan belajar Agama Buddha, mendalami dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kesimpulannya : Agama Buddha ingin menyelamatkan umat manusia, melalui satu gerakan yang benarbenar dapat mewujudkan balas budi. Kebahagiaan mutlak adalah mencapai kesadaran Buddha, maka balas budi yang paling unggul adalah bagaimana dapat membawa semua umat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha. Percaya Agama Buddha Niciren Daisyonin haruslah giat melaksanakan syakubuku dan menyebarluaskan Dharma, inilah jalan balas budi yang paling agung. eee September 2016 | Samantabadra
49
inspirasi
Rafi Ridwan
Desainer Difabel Termuda Dunia dari Indonesia
S
aat masih anak-anak, kebanyakan dari kita hanya pergi ke sekolah, bermain, mewarna, dan cita-cita yang umum dimiliki adalah menjadi seorang dokter. Tentu sebagian dari kita juga memiliki cita-cita yang sama dan berpikir bahwa cita-cita itu dapat tercapai saat dewasa kelak. Tapi tidak bagi Rafi, yang sudah meraih cita-citanya di usia 9 tahun dengan menggelar fashion show untuk koleksi busana rancangannya sendiri. Meski demikian, cita-cita Rafi diraih tidak dengan cara yang mudah. Berbeda dengan anak-anak lainnya, Rafi tidak terlahir sempurna. Saat mengandung, sang ibu, Shinta Ayu Handayani terserang virus rubela yang akan berakibat buruk bagi janin yang dikandungnya. Namun, kedua orang tuanya tetap 50
Samantabadra | September 2016
mempertahankan Rafi karena mereka yakin, bukan manusia yang menentukan kehidupan manusia lainnya. Rafi pun lahir dalam kondisi tuna rungu yang membuat pertumbuhan Rafi terganggu. Namun selalu ada cara untuk membuat hidup Rafi lebih berwarna. Beruntungnya, ia tumbuh di dalam sebuah keluarga yang harmonis dan suportif. Rafi kecil yang suka bertanya akan banyak hal, suatu hari bertanya tentang apa sesungguhnya suara itu. Ibunya sempat merasa bingung, sampai akhirnya ia menjawab
bahwa suara itu sama seperti warna. Ada merah, hijau, dan warna lainnya. Tidak berhenti sampai di situ, Rafi yang lahir di Jakarta pada Juli 2002 ini tetap mendapatkan pendidikan yang tepat dari orang tuanya. Di usia 2 tahun, Rafi bersekolah di Santi Rama, sekolah untuk anak-anak tuna rungu. Di Santi Rama lah Rafi mulai menggambar. Menariknya, Rafi mengamati
Supermodel Amerika, Tyra Banks memberikan ucapan personal kepada Rafi.
inspirasi karakter Ariel dalam serial “Little Mermaid� yang pernah ia tonton di televisi. Ia lagilagi bertanya pada ibunya mengapa putri duyung itu tidak berpakaian seperti perempuan lainnya. Ibunya kembali bingung dan pada akhirnya ia meminta putranya untuk membuatkan pakaian yang bagus untuk karakter itu. Berawal dari sebuah sketsa baju untuk Ariel itulah, bakat menggambar Rafi mulai tampak. Gambar yang dibuatnya sungguh berbeda dengan gambaran anak-anak seusianya. Dibuatnya sebuah sketsa rompi dan jaket untuk Ariel dan saat ia melihat Ariel di TV sebagai seorang manusia, ia juga membuatkan gaun untuk Ariel. Semua yang dibuatnya hanya sebatas sketsA dengan spidol warna yang ia miliki. Di ulang tahunnya yang ke-9 ia menggelar mini show nya dengan kolaborasi bersama desainer ternama Indonesia, Barli Asmara. Tujuh rancangan miliknya dipamerkan di acara tersebut dan sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa dari seorang anak berusia 9 tahun. Tidak berhenti di situ, seorang pengusaha dan pendiri LC Foundation, Lia Candrasari memberi tawaran pada ibu Rafi untuk mengembangkan bakat yang Rafi miliki. Lia mengenalkannya dengan Nonita Respati dari rumah mode Purana Batik dan Ariani
Pradjasaputra dari Aarti untuk aksesori. Ketiganya menghasilkan kolaborasi kuat yang diberi nama PAR. Kolaborasi itu disuguhkan dalam sebuah salah satu perhelatan fashion terbesar di Indonesia, yakni Jakarta Fashion Week 2012 (JFW 2012). Koleksi busana yang bertajuk “Echoes of Heritage� ini berisi 24 jajaran busana ready-to-wear. Tema ini dipilih sesuai visi dari LC Foundation selaku penggagas proyek kolaborasi dan pagelaran ini. Menggali potensi kebudayaan asli Indonesia dan berbagi untuk bangsa, menjadi misi dalam program besutan Lia Candrasari ini. Sketsa-sketsa goresan Rafi diwujudkan dengan menggunakan material batik karya para pengrajin di Solo, Yogyakarta, Pekalongan, Madura, Rembang, dan berbagai kota penghasil batik lainnya. Kini, Rafi Abdurahman Ridwan beranjak remaja. Di usianya yang hampir 14 tahun, ia telah menorehkan banyak prestasi tidak hanya di dalam negeri tapi juga di mancanegara. Salah satu mimpi besar lainnya adalah berkontribusi dalam program American Next Top Model. Pada tahun 2013, ia berhasil berkontribusi dalam program tersebut dan bekerja sama dengan Tyra Banks. Disebut sebagai perancang termuda di dunia, Rafi adalah pemuda yang gigih dan tidak berhenti bermimpi.
Pencapaiannya di tahun 2013 tersebut tidak membuatnya puas dan mimpi lainnya adalah menggelar fashion show di Amerika Serikat. Berbekal keyakinan yang kuat, di tahun 2015 yang lalu mimpi itu menjadi nyata. Rafi diundang oleh Mercedes Benz Fashion Week di Texas, Amerika Serikat untuk menampilkan hasil rancangannya. Selain itu, dalam kesempatan berbeda, Rafi menitipkan desain tenun ikat untuk Michelle Obama kepada staf Gedung Putih yang sedang berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu. Fashion telah menjadi bagian hidupnya. Meski demikian, bagi Rafi, fashion bukanlah bisnis. Lebih dari itu, fashion merupakan cara Rafi untuk berbicara pada dunia dan fashion juga merupakan semangat hidup bagi Rafi. Pemuda ini mengajarkan tentang satu hal bahwa keterbatasan yang ada dalam diri sendiri bukan menjadi alasan untuk tetap bisa bermanfaat bagi sesama dan tentunya berkarya untuk Indonesia. eee (sumber: https://www.goodnewsfromindonesia. org/2016/08/02/rafi-ridwan-rancangbusana-american-next-top-modelhingga-michelle-obama http://rafiridwan.com/)
September 2016 | Samantabadra
51
wawasan
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
T
radisi medali emas cabang bulutangkis di olimpiade yang sempat terputus berhasil disambungkan kembali pasangan ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Tontowi/Liliyana berhasil menyambungkan meraih medali emas Olimpiade Rio 2016 usai mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Mereka membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Brasil tepat pada 17 Agustus 2016 waktu Brasil atau saat peringatan hari jadi ke-71 kemerdekaan Indonesia. Tradisi emas bulutangkis di Olimpiade yang sudah diawali sejak Olimpiade Barcelona 1992 sempat terputus di Olimpiade 2012 London. Di ajang empat tahun lalu, Indonesia hanya meraih satu medali perak dan satu medali perunggu melalui cabang angkat besi. Bulutangkis menyumbang medali pertama pada Olimpiade Barcelona 1992. Dua emas berhasil diraih lewat tunggal putri Susi Susanti dan tunggal putra Alan Budikusumah. Tidak itu saja. 52
Samantabadra | September 2016
Menyambung Tradisi Emas Bulutangkis Indonesia di Olimpiade
Seluruh medali tunggal putra bahkasan disapu bersih tim Indonesia. Hermawan Susanto meraih perunggu. Lalu di ganda putra pasangan Eddy Hartono dan Rudy Gunawan juga meraih medali perak. Tradisi emas bulutangkis kemudian dilanjutkan pada Olimpiade Atlanta 1996. Kali ini emas diraih pasangan ganda putra Rexy Mainaky dan Ricky Subagja. Namun penurunan prestasi dialami tunggal putri, Susi Susanti. Susi, yang merupakan juara bertahan, hanya memperoleh perunggu. Dominasi bulutangkis Indonesia berlanjut di Olimpiade Sydney 2000. Kali ini cabor tersebut menyumbangkan emas melalui ganda putra Tony Gunawan dan Candra Wijaya. Di ganda campuran Tri Kusharjanto dan Minarti Timur meraih perak, begitu pula Hendrawan di tunggal putra. Empat tahun kemudian, cabang bulutangkis kembali menjadi penyumbang medali. Di Olimpiade Athena 2004, tunggal putra Indonesia kembali merebut emas melalui
Taufik Hidayat dan perunggu oleh Sony Dwi Kuncoro. Sementara di ganda putra, Eng Hian dan Flandy Limpele memperoleh perunggu. Tradisi emas bulutangkis berlanjut di Olimpiade Beijing 2008. Pebulutangkis ganda putra Markis Kido dan Hendra Setiawan kali ini yang meraih emas. Sementara, di ganda campuran Nova Widianto dan Liliyana Natsir mendapat perak. Sedangkan, Maria Kristin Yulianti, andalan Indonesia di tunggal putri hanya meraih perunggu. Prestasi atlet bulu tangkis sebagai penyumbang medali bagi kontingen Indonesia sempat terhenti di Olimpiade London 2012. Dan, Tontowi/ Liliyana juara tiga kali All England berhasil menyambungkan kembali tradisi emas tersebut di Olimpiade Rio 2016. Prestasi ini menjadi satusatunya medali emas yang diraih kontingen Indonesia yang sebelumnya baru mampu mengumpulkan satu perak dan satu perunggu.
(Sumber: http://www.beritasatu.com/ bulutangkis/380298-tontowililiyanapenyambung-tradisi-emas-bulutangkis-diolimpiade.html)
wawasan
Mengenal Lebih Jauh Jenis Plastik Kemasan B
ila anda berbelanja di pasar modern, plastik akan lebih terasa berharga karena penggunaan plastik dikenakan biaya dua ratus rupiah. Lalu pernahkah anda memperhatikan tanda-tanda dibawah botol plastik minum? ada ikon berlambangkan tanda segitiga berpanah dengan nomor di dalamnya. Ikon tersebut adalah ikon tanda daur ulang, seberapa kali kemasan tersebut boleh digunakan kembali. Plastik yang umum digunakna adalah berbahan HDPE (high Density Polietilen), LDPE (Low Density polietilen), PP (polipropilen), PVC (polivinil klorida), PS (polistirene), dan PC (Policarbonat). Plastik biasanya terdiri dari termoplastik dan termoset. Termoplastik merupakan bahan resin yang dapat dibentuk kembali dan termoset sebaliknya. Berikut ini kode kode jenis plastik yang lazim digunakan untuk kemasan makanan: Jenis Kode Keterangan Polimer • Bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan pelarut, kedap gas Polietilen dan air, melunak pada suhu 80oC. tereftalat (PET) • Biasanya digunakan untuk botol minuman, minyak goreng, kecap, sambal, obat. • Tidak untuk air hangat apalagi panas.
High Density Polyethylene (HDPE)
• Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu >60oC. • Bersifat keras hingga semifleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan kelembaban, dapat ditembus gas, permukaan berlilin, buram, mudah diwarnai, diproses dan dibentuk, melunak pada suhu 75oC.
• Biasanya digunakan untuk botol susu cair, jus, minuman, wadah es krim, kantong belanja, obat, tutup plastik.
• Disarankan hanya untuk satu kali penggunaan karena jika digunakan berulang kali dikhawatirkan bahan penyusunnya lebih mudah bermigrasi ke dalam pangan. September 2016 | Samantabadra
53
wawasan Polivinil klorida (PVC)
Low Density Polyethylene (LDPE)
Polipropilen (PP)
Polistiren PS (‘stryofoam’)
• Plastik ini sulit didaur ulang.
• Bersifat lebih tahan terhadap senyawakimia.
• Biasanya digunakan untuk botol kecap, botol sambal, baki, plastik pembungkus.
• Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas. • Bahan mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, tidak jernih tetapi tembus cahaya, melunak pada suhu 70oC. • Biasanya digunakan untuk botol madu, wadah yogurt, kantong kresek, plastik tipis.
• Plastik ini sebaiknya tidak digunakan kontak langsung dengan pangan. • Ciri-ciri plastik jenis ini biasanya transparan tetapi tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140oC. • Merupakan pilihan bahan plastik yang baik untuk kemasan pangan, tempat obat, botol susu, sedotan. • Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.
• PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu 95oC. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan. • PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak, getas, mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam.
• Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai, wadah CD, karton wadah telur, dll.
• Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave. • Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan untuk mewadahi makanan berlemak /berminyak terutama dalam keadaan panas. 54
Samantabadra | September 2016
• Bersifat keras, jernih dan secara termal sangat stabil.
Other Lainnya (misalnya polikarbonat)
• Bahan Polycarbonat dapat melepaskan Bisphenol-A (BPA) ke dalam pangan, yang dapat merusak sistem hormon.
• Biasanya digunakan untuk galon air minum, botol susu, peralatan makan bayi. • Untuk mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus. • Botol yang sudah retak sebaiknya tidak digunakan lagi.
• Pilih galon air minum yang jernih, dan hindari yang berwarna tua atau hijau.
Meskipun ada beberapa jenis plastik yang dapat digunakan berulang kali, namun tidak ada satupun jenis plastik yang aman untuk kemasan pangan. Keamanan penggunaan plastik didasarkan jumlah senyawa penyusun plastik yang berpindah ke dalam pangan. Faktornya adalah konsentrasi senyawa penyusun plastik, kekuatan ikatan kimia plastik, ketebalan, sifat alami pangan saat berkontak, lama, dan suhu. Beberapa jenis plastik yang relatif aman digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan PET. Keamanan kemasan dapat dikenali dari
logo atau tulisan yang tertera, misalnya , tulisan ‘aman untuk makanan’ atau food safe/food use/food grade. (Sumber: Badan Pengawas Obat dan Makanan-BPOM)
Jawaban TTS Samantabadra Agt 2016 1
2
I C
F
I
4
U 6
H 7
3
M
T H R
R E K
8
H
Y
J
I
O
O
O
K
N
9
I M A R O
U
A
P E N G A D
I
S O E K A R N O
D
T S U K
10
T
L A N
A
A
N
G
D 11
S R
I W I
A
J A Y A
T 12
R
N
15
13
14
N Y O
O
I
A
V
C
S
B E R C A H A Y A
I
A
O
G
B
L
Y A H A C
16
K
18
T 19
S A M U R A
H
5
20
K 17
H
P E N C U R
I
R
D
R U N
O
A
21
A
I
N
P T
I
Y
Y 22
B O D O H
Mendatar 4.
SOEKARNO — Presiden pertama Republik Indonesia.
6.
THR — Tunjangan Hari Raya.
7.
FIRE — Api ( Istilah Inggris )
8.
TSUKIMARO — Nama yang diberikan Niciren kepada bayi Shijo Kingo dan Nicigennyo.
10.
PENGADILAN — Arti kata meja hijau.
22.
BODOH — Arti kata otak udang.
Menurun 1.
ICHI — Istri dari Funamori Yasaburo.
2.
MUDIK — Pulang kampung.
3.
HOJONAGATOKI — Seorang bupati yang menyuruh agar Niciren dibuang ke Semenanjung Izu.
September 2016 | Samantabadra
55
teka teki silang 1
2
5
3
4
6
7
8 9
10
1
11
2
12
3
4
13 5
14
6
7
8
15 9
16
17
10
18
11
12
19
13
20
14
15
21 16
17
18
19
23
22
24 20
25
21
22 23
27
26
24
25 26
27
28
29
28
29
Mendatar Mendatar Mendatar 1. 1.
Menurun Menurun
Hakimdalam dalamnegri negri yang bertanggung jawab Hakim yang bertanggung jawab selamapenahanan penahanan Niciren Daisyonin & Nikko selama Niciren Daisyonin & Nikko Syonin SyonindidiSanmaido. Sanmaido.
2.
2.Menang Menang jadi arang, kalah jadi arang, kalah jadi ... jadi ...
3.
dari Maluku. 3.EtnisEtnis dari Maluku. Naga Guntur. 4.Negeri Negeri Naga Guntur.
3.
Suami Senniciama.
4.
5.
2+5
6.
9.
Pengemudi pesawat.
7.
3. 5.
9. 11.
Suami Senniciama. 2+5
Pengemudi Meninjau diri (pesawat. Istilah Jepang )
6.
Bahasa nasiona negara Jepang.
Bahasa nasiona negara Jepang.
Neraka ( Istilah Jepang )
8.
7.Singkatan Neraka ( Istilah Jepang&) Kebudayaan. Mentri Pendidikan
13. 11.
Raja ( Istilah ) Meninjau diriInggris ( Istilah
10.
hidup , Mentri tidak bergerak 8.Makhluk Singkatan Pendidikan & Kebudayaan.
14.
Mendengar ( Istilah Jepang )
12.
15.
Anak Laki-laki dari Senniciama.
13.
Singkatan Alat hidup Utama, Sistem Pertahanan. 10. Makhluk tidak bergerak
20.
Nama bapak ketua daerah wilayah Jatinegara./
16.
Sekte dianut Senniciama sebelum bertemu Namayang bapak ketua daerah wilayah Jatinegara./ & membantu Nikko Syonin
17.
Tindakan ( Istilah Jepang )
19.
17. Angka dua. Abutsubo.
22.
Badan Usaha MilikInggris Negara.) 18. Doa ( Istilah
13. 14.
15. 21. 23. 20.
21.
26.
23. 27.
Jepang )
Raja ( Istilah Inggris )
Mendengar ( Istilah Jepang )
Anak unit Laki-laki daridiSenniciama. Nama koperasi NSI. Nama unit koperasi di NSI.
28.
Sekte yang dianut Senniciama sebelum bertemu Tempat ( Istilah Jepang ) & membantu Nikko Syonin Kundur ( Istilah Inggris )
26. 29.
Tindakan ( Istilah Sebab akibat sesaatJepang ( Istilah)Jepang )
27.
Tempat ( Istilah Jepang )
28.TTS iniKundur ( Istilah Inggris ) Oktober 2016 Jawaban dapat dilihat pada Samantabadra 29.
56
Menurun
Sebab akibat sesaat ( Istilah Jepang )
Samantabadra | September 2016
18.
Manunggalnya suasana & prajna ( Istilah Jepang )
12.
Singkatan Alat Utama Sistem Pertahanan.
Hewan vertebrata yang berdarah dingin & memiliki sisik menutupi tubuhnya. 13. Manunggalnya suasana & prajna (
Istilah Jepang )
Angka dua.
16.
Hewan vertebrata yang berdarah dingin & tubuhnya.
Doa (memiliki Istilah Inggris ) sisik menutupi
Nama yang diberikan Niciren Daisyonin kepada
24.
Ibu kota Tangerang. 19. Nama yang diberikan Niciren Daisyonin kepada 25. Keadaan Sebenarnya ( Istilah jepang ) Abutsubo.
22.
Badan Usaha Milik Negara.
24.
Ibu kota Tangerang.
25.
Keadaan Sebenarnya ( Istilah jepang )
ceritaKIBA & KRUBU ilustrasi: Marvitaria
makan bekal
ide cerita: Samanta
September 2016 | Samantabadra
57
resep
Udang Telur Asin Oleh Ibu Oking D., Bogor Bahan-Bahan: 1 kg udang besar 2 butir telur ayam 1 ons tepung tempura Garam, lada secukupnya
Bahan telur asin: 6 kuning telur asin, kukus lalu dihaluskan 50 gram mentega 30 gram susu bubuk 1 sdt lada 3 batang daun bawang iris
Cara membuat: 1. Udang dibersihkan, buang kulitnya, sisakan buntutnya. 2. Garam, lada, telur, dan tepung tempura aduk rata. 3. Gulingkan udang ke dalam adonan nomor 2 lalu goreng. 4. Cairkan mentega, masukkan daun bawang, goreng sampai harum. 5. Masukkan telur, tepung susu, lada, terakhir udang yang sudah digoreng. 6. Aduk sampai rata.
Berita Duka Cita
Ibu Acin Meninggal pada usia 76 tahun 07 Juli 2016 Umat NSI Daerah Batu Raja Sumatera Selatan
Bapak Ng Khin Kuang Huan Tje (Suami Ibu Ou Kiang) Meninggal pada usia 71 tahun 01 Juli 2016 Umat NSI Daerah Pontianak Kalimantan Barat
Ibu Gouw Pin Nio
(Ibunda dari Ibu Elhan) Meninggal pada usia 89 tahun 08 Agustus 2016 Umat NSI Daerah Rajawali DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
58
Samantabadra | September 2016
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan September 2016 Tgl Hari 1 Kamis 2 Jumat 3 Sabtu 4 Minggu 5 Senin 6 Selasa 7 Rabu
8 Kamis 9 Jumat 10 Sabtu 11 Minggu 12 Senin 13 Selasa 14 Rabu
15 Kamis 16 Jumat 17 Sabtu 18 Minggu
19 Senin 20 Selasa 21 Rabu
22 Kamis 23 Jumat 24 Sabtu 25 Minggu 26 Senin 27 Selasa 28 Rabu 29 Kamis 30 Jumat
Jam
Kegiatan
19:00 Ceramah Gosyo
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Tempat Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok
10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian
13:00 Pendalaman Gosyo Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD
Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum 13.00 Pendalaman Gosyo
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 19:00 Ceramah Gosyo
Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
September 2016 | Samantabadra
59
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969
PROVINSI LAMPUNG
PROVINSI JAWA BARAT
Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728
Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
60
Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340
Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851
Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682
Samantabadra | September 2016
Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510