Samantabadra SAMANTABADRA | NOPEMBER 2016 | NOMOR. 274
J
iwa satu hari adalah lebih unggul daripada seluruh harta 3000 dunia besar. Bagaimanapun juga yang pertamatama harus dilaksanakan adalah mewujudkan kesungguhan hati. Hal tersebut dibabarkan dalam Saddharmapundarika-sutra jilid ke-7 yang berbunyi, “Daripada menyumbang seluruh harta senilai 3000 dunia besar, lebih baik membakar satu jari tangan sebagai sumbangan kepada Buddha dan Saddharmapundarika-sutra.”
gosyo kensyu SURAT PERIHAL MEMPERPANJANG KARMA TETAP liputan GM NSI DALAM YOBBANA DHAMMA SAMAYA liputan MANDARAVA NSI DALAM KIRAB BUDAYA DAN RUWAT BUMI
(Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap)
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Nopember
2 0 1 6
11 # 274
Penyakit itu sebenarnya ada dua macam. Penyakit yang berat dan penyakit yang ringan. Sekalipun penyakit itu berat, kalau ditangani dokter yang ahli, penyakit itu akan cepat dapat di obati dan usia dapat diperpanjang. Apabila penyakit berat dapat diobati, maka penyakit yang ringan pasti dapat disembuhkan. Seperti penyakit, karma juga ada dua macam. Karma tetap dan karma tidak tetap. Walaupun karma itu karma tetap, bisa dilenyapkan jika sungguhsungguh bertobat. Apalagi kalau karma itu karma tidak tetap. Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap
Orang yang memiliki kepercayaan dengan hanya satu jalan tanpa ada keinginan hati yang lain sedikit pun, akan dijaga dan dilindungi seperti bayangan yang selalui mengikuti badan. Kalau dapat mempercayai Hukum dengan hanya satu jalan dan hati yang tak berubah, pasti mendapatkan hidup yang tenang dan tenteram dalam hidup kali ini. Serta pada masa yang akan datang akan terlahir di tempat yang baik. Surat Perihal Empat Budi Empat Kebajikan
Samantabadra Nopember 2016 Samantabadra J
iwa satu hari adalah lebih unggul daripada seluruh harta 3000 dunia besar. Bagaimanapun juga yang pertamatama harus dilaksanakan adalah mewujudkan kesungguhan hati. Hal tersebut dibabarkan dalam Saddharmapundarika-sutra jilid ke-7 yang berbunyi, “Daripada menyumbang seluruh harta senilai 3000 dunia besar, lebih baik membakar satu jari tangan sebagai sumbangan kepada Buddha dan Saddharmapundarika-sutra.”
SAMANTABADRA | NOPEMBER 2016 | NOMOR. 274
daftar isi
Halaman Muka
M
arching Band Mandarava NSI tampil dalam Kirab Budaya dan Ruwat Bumi yang diselenggarakan oleh Matakin. Simak berita selengkapnya di halaman 11.
SURAT PERIHAL MEMPERPANJANG KARMA TETAP GM NSI DALAM YOBBANA DHAMMA SAMAYA MANDARAVA NSI DALAM KIRAB BUDAYA DAN RUWAT BUMI
gosyo kensyu liputan liputan
(Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap)
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta
LIPUTAN GM NSI dalam Yobanna Dhama Samaya Mandarava NSI dalam Kirab Budaya dan Ruwat Bumi Kensyu Lansia dan Pelatihan Ketrampilan Dokyo Syodai 12 Oktober KU NSI Dukung Kompetisi Video Anti-radikalisasi KU NSI Suarakan Pesan Damai untuk Pilkada KU NSI dalam Diskusi Merawat Kerukunan KU NSI Nara Sumber Diskusi Kebangsaan KU NSI Menerima Penghargaan Mendagri MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Memperpanjang Karma Tetap Gosyo Cabang Empat Kebajikan dan Empat Budi
2 4
8
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Nopember
2 0 1 6
11 # 274
Forum Diskusi Sikap Hati Kepercayaan dan Keaktifan di Susunan
REFLEKSI Keutuhan Syinjin dan Kebahagiaan
44
49
52 55
13
WAWASAN Lima Museum Unik di Indonesia Siapa Orang Indonesia Asli? PENGUMUMAN
57
14
DUKA CITA
57
15
TEKA-TEKI SILANG
58
17
KIBA KRUBU Main Ponsel
59
11 12 13
18
19
RESEP Kerupuk Atom Ikan
60
JADWAL KEGIATAN
61
VIHARA DAN CETYA NSI
62
8
11
13
31
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja KONTRIBUTOR Arya, Liliawati, Marvitaria, Phopy, Melisa, Melinda, Kyanne Virya. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
Nopember 2016 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Kalpa Pengurangan Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 24-25 September 2016
Nammyohorengekyo,
Umat NSI hendaknya senantiasa menyadari Budaya Indonesia yang bahwa potensi konflik beraneka ragam (termasuk sosial selalu ada di sekitar di dalamnya suku bangsa, kita, namun hal tersebut etnis, kepercayaan) di satu bukanlah sesuatu yang sisi merupakan kekayaan harus kita takuti. Justru sekaligus identitas dengan pikiran yang bangsa. Di sisi lain, ada sadar, kita harus semakin oknum-oknum yang tidak membuktikan diri sebagai ingin bangsa ini maju murid Buddha Niciren dengan memanfaatkan yang memahami arti keberagaman budaya balas budi kepada bangsa. bangsa sebagai pemicu Umat NSI adalah motor disintegrasi. Isu hangat dari perjuangan dan yang mengemuka kembali pembauran, motor cinta belakangan ini adalah tanah air. Pemerintah sentimen terhadap WNI Indonesia memberikan etnis Tionghoa berkenaan dukungan kepada dengan pencalonan kembali seluruh umat beragama, petahana gubernur DKI termasuk Buddhis Jakarta, Basuki TP atau yang dengan menetapkan hari dikenal dengan Bapak Ahok, Waisak sebagai hari libur yang beretnis Tionghoa. nasional. Pemerintah juga Selain itu, kebijakan mengesahkan undangamnesti pajak juga banyak undang kewarganegaraan menyoroti pengusaha yang meneguhkan bahwa etnis Tionghoa, walau warga negara Indonesia kenyataannya pengusaha tidak dilihat berdasarkan dan konglomerat di latar belakang etnisnya. Indonesia banyak dari etnis lain. 2
Samantabadra | Nopember 2016
Kesempatan kita untuk eksis dan membaktikan diri kepada bangsa sebenarnya semakin terbuka lebar untuk betul-betul mencintai tanah air dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Namun kita tidak boleh lengah. Potensi konflik selalu ada. Kejadian yang lebih besar dan mengerikan dari kerusuhan tahun 1998 bisa terjadi kembali. Oleh karena itu, kita harus memupuk rejeki jiwa, menimbulkan getaran-getaran cinta tanah air setiap saat. Caranya adalah dengan menyebarluaskan getaran hukum Myohorengekyo ke seluruh penjuru Nusantara. Hal ini harus kita mulai dari diri kita, sesama anggota NSI, harus semakin satu hati (itai dosyin), kita harus semakin kuat bersama di dalam susunan NSI. Pembangunan NSI terus bergulir. Vihara NSI di desa
Ketua Umum
Pendingan, Jawa Tengah, akan direnovasi dan dibuat setinggi lima meter agar sirkulasi udara lebih baik dan terasa lebih sejuk di dalam vihara. Umat NSI di sana turun langsung dalam proses pembangunan. Mereka bergotong-royong. Tradisi tersebut masih berkembang di sana. Waktu terus bergulir. Sebentar lagi kita akan sampai di pengujung 2016, lalu memasuki tahun 2017. Dalam alur kehidupan, kita mengalami proses kelahiran dan kematian di sekeliling kita, orang-orang terdekat kita, kerabat kita. Hal ini adalah kenyataan hidup, siklus kehidupan seperti yang diutarakan oleh Buddha; lahir, tua, sakit, dan mati. Niciren Daisyonin dalam gosyo ini mengatakan bahwa semua manusia pasti akan mengalami proses lahir, tua, sakit, mati. Lansia NSI hendaknya terus dan semakin percaya terhadap hukum Nammyohorengekyo. Tidak ada kata terlalu tua atau “pensiun� untuk meningkatkan hati kepercayaan. Tahun depan kita akan melaksanakan kensyu lansia di atas kapal. Hendaknya kita semua sama-sama memantapkan icinen untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan
hati yang gembira dan badan yang sehat. Kita berkesempatan untuk bertemu dan percaya Gohonzon adalah bagian dari perjalanan hidup kita. Usia bertambah, tubuh mengalami penuaan dan kondisi kesehatan menurun, adalah bagian dari kewajaran, seperti halnya hukum Buddha. Hendaknya kita hadapi dengan penuh kegembiraan dan kesadaran penuh bahwa waktu hidup kita sangat berharga dan harus diisi dengan hal-hal yang bernilai. Jangan sampai kita tiba di fase penuaan, sakit, dan meninggal, namun belum merasakan “hidup� yang penuh suka cita. Perjalanan kehidupan akan terasa penuh penderitaan dan penyesalan saat menjelang ajal. Hal inilah yang melatarbelakangi Siddharta Gautama memilih untuk meninggalkan istana dan bertapa; menunjukkan jalan kesadaran kepada umat manusia agar tidak terjebak di dalam siklus penderitaan. Agama Buddha yang berdasarkan ajaran Buddha sesungguhnya adalah yang mengajarkan umatnya menjadi berdaya, mampu mengatasi kesulitannya sendiri dengan memunculkan kekuatan jiwa Buddha
dari dalam dirinya; tidak ketergantungaan dengan hal di luar dirinya, seperti berharap didoakan oleh pemuka agama, atau doktrin yang mengajarkan bahwa kebahagiaan kita terletak pada hal selain pelaksanaan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Hubungan darah hati kepercayaan kita dengan Gohonzon tidak ada perantara atau bersifat langsung. Buddha sendiri mengatakan bahwa beliau pun tidak dapat melindungi; beliau menunjukkan jalan menuju kebuddhaan (dharma). Kita sendiri sebagai penganut yang harus berjalan di atas jalan dharma tersebut. eee
Nopember 2016 | Samantabadra
3
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Kalpa Pengurangan Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 24-25 September 2016
Nammyohorengekyo,
Kali ini kita belajar mengenai Surat Mengenai Kalpa Pengurangan. Kalpa itu artinya perhitungan panjangnya waktu di mana di sini ingin menjelaskan mengenai panjangnya waktu usia manusia. Di Icinen Sanzen ada dijelaskan satu Kalpa itu kira-kira sebanyak 16 juta tahun (15,998,000 tahun). Penerima gosyo ini tidak jelas, namun diperkirakan Gosyo ini ditulis pada 1276 dan diberikan kepada Keluarga Takahashi RokurĹ? HyĹ?e Nyudo yang sudah meninggal. Maka itu, Niciren Daisyonin mengutus Daisinbo Daisinajari untuk berziarah ke makam almarhum Rokuro HyĹ?e Nyudo. Sedangkan judul dari Gosyo ini diberikan kemudian dan disesuaikan dengan awal kalimat isi gosyo. Jadi surat mengenai kalpa pengurangan atau disebut juga sebagai Surat Prajna yang meruntuhkan negara. 4
Samantabadra | Nopember 2016
Surat aslinya sampai sekarang masih ada. Di isi gosyo, pertamatama dikatakan, sebelum kita masuk ke kutipannya, keterangan isi gosyo menjelaskan orang India pada jaman dahulu itu mempunyai pandangan bahwa batas usia manusia itu akan mengalami penambahan dan pengurangan berulangulang. Pada jaman dahulu usia manusia sekitar 120,000 tahun, bentuk fisik badannya tidak seperti kita sekarang, kemungkinan lebih besar dan tinggi sesuai dengan umurnya. Tetapi setiap sepuluh tahun, usia manusia berkurang setahun, sampai waktu Niciren Daisyonin umur rata-rata manusia adalah 100 tahun. Saat ini, rata-rata umur manusia sekitar 65 tahun. Niciren Daisyonin mengatakan, kurang dan bertambahnya umur dikarenakan perasaan hati manusia yang dipengaruhi
oleh tiga racun; keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Ketika kebaikannya sedikit atau banyak melakukan kejahatan, umurnya menjadi berkurang. Ketika manusia banyak berbuat baik, umurnya menjadi panjang. Sesungguhnya tiga racun inilah yang merupakan akar penderitaan manusia, dan turut menentukan panjangpendeknya usia manusia. Ketika kita menderita, kita cenderung lebih mudah mengundang jodoh-jodoh yang buruk dan banyak penyakit. Tiga racun adalah tiga perasaan jiwa atau pikiran yang buruk. Serakah yang berlebihan itu tidak baik, contohnya serakah uang berlebihan, makan berlebihan, merokok berlebihan, kerja berlebihan hingga tidak ingat makan, dan sebagainya. Semua ini dapat memperpendek usia dan
Dharma Duta
berujung pada kematian. Di Icinen Sanzen, Buddha Niciren Daisyonin mengatakan, �marah adalah neraka.� Ketika kita marah, perasaan jiwa kita menderita. Ketika jiwa kita menderita, kita berada di neraka. Dan ini dapat mengundang banyak penyakit, misalnya darah tinggi. Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa yang sifat atau pikiran bodoh adalah kebinatangan. Walau kita manusia, namun sifat kita dapat menyerupai binatang. Binatang hanya mengikuti naluri, tidak memiliki akal dan logika. Ketika mau marah misalnya, binatang langsung marah, tidak bisa berpikir dahulu tentang konsekuensinya. Takut terhadap yang lebih kuat, dan menindas kepada yang lebih lemah. Manusia yang memiliki akal dan logika, sewajarnya tidak mudah terpancing oleh kata-kata yang mengadu domba atau hasutan. Jika akal dan logika ini dikuasai oleh tiga racun, maka manusia dapat menghasilkan berbagai cara untuk berbuat jahat, picik, untuk membuat orang lain atau lingkungannya menderita. Di sisi lain, apabila kita mampu membangkitkan kekuatan pikiran dari empat dunia suci, apalagi kesadaran Buddha, kita mampu bersikap bijaksana dan mengatasi segala tantangan dan permasalahan hidup, tidak
terpancing oleh hasutan atau sikap buruk orang lain terhadap kita. Banyak kepalsuan di sekitar kita. Orang-orang yang kita anggap dekat, bisa jadi musuh dalam selimut, terlihat baik dari luar, namun ketika timbul banyak masalah yang menimpa diri kita, merekalah yang senang dan bertepuk tangan di atas kesulitan kita. Oleh karena itu, kita jangan membiarkan diri kita dikuasai oleh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Ketiga dunia buruk ini tidak bisa di buang. Mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari diri kita. Tiga dunia buruk ini membuat kita utuh sebagai manusia. Yang harus kita waspadai adalah, jangan sampai kita terlena atau berlarut-larut di dalam ketiga dunia buruk ini. Jangan membuat tiga racun sebagai perasaan yang mendominasi diri kita sehari-hari, karena akan memanggil penyakit dan membuat perasaan jiwa menderita. Perasaan jiwa menderita ini yang dikatakan jiwa kita mengerut dan mengecil (perasaan ketika dada atau kepala berasa tidak enak dan nafas menjadi sesak). Jika kita ingin panjang umur, hendaknya mengingat hal ini. Sesungguhnya kita dapat memperpanjang dan memperpendek usia kita sendiri, tergantung dari bagaimana kita mengelola perasaan jiwa kita dengan dasar Nammyohorengekyo.
Dalam teori icinen sanzen, sepuluh dunia mencakupi sepuluh dunia. Perasaan jiwa dunia neraka pun mencakupi sembilan dunia lainnya, termasuk dunia Buddha. Perasaan Buddha bisa muncul dari perasaan neraka. Contoh sederhananya, kita bisa merasa susah hati ketika melihat orang lain menderita. Perasaan dunia kelaparan yang didasari dunia Buddha misalnya, dapat memunculkan keinginan untuk memajukan susunan NSI di daerahnya, merasa “haus� untuk lebih banyak syakubuku dan merasa diri sendiri harus lebih rajin lagi menjalankan syinjin. Ketika usia rata-rata manusia menjadi sepuluh tahun, akan muncul tiga malapetaka kecil atau tiga bencana; peperangan, timbul macam-macam penyakit, dan bencana kelaparan. Pada masa kalpa pengurangan, nafsu manusia kuat dan lima kekeruhan menonjol dalam masyarakat. Ajaran Agama Buddha adalah ajaran yang dapat mengatasi dan menyingkirkan hati kejahatan serta memperkuat hati yang baik sehingga dapat menyelamatkan manusia dari penderitaan. Selanjutnya dijelaskan mengenai lima kekeruhan hati manusia. Yang pertama adalah menyayangi diri sendiri (takut terjadi apaapa dengan badannya, takut capek, tidak mau pertemuan, Nopember 2016 | Samantabadra
5
ceramah gosyo tidak berani keluar kalau hujan), tidak percaya jiwa kekal abadi (terlalu jaga diri, pandangan salah, tidak percaya hukum sebab akibat dan pikirannya sesat). Ini adalah kekeruhan pandangan dari diri manusia sendiri, merosotnya kemampuan jiwa dan raga. Terakhir adalah kekeruhan jiwa, masyarakat jadi keruh hingga saat ini terjadi kekacauan di manamana karena kekeruhan jaman. Ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra sudah tidak berlaku. Dahulu mereka berdoa di depan abu leluhur untuk meminta yang baik-baik. Dahulu orang tua kita takut kita berbuat jahat, makanya kita diberi tahu bahwa kita harus melakukan sebab yang baik agar akibatnya juga baik. Namun ajaran ini pun tidak bertahan. Niciren Daisyonin menjelaskan karena perasaan hati manusia mulai kurang tersentuh dengan prajna yang baik, prajna buruk menjadi semakin unggul dalam sutra Agama Buddha, dan sutra Hinayana berusaha untuk mengatur kehidupan masyarakat, namun tidak berhasil. Dahulu masyarakat dapat diatur dengan sutra Hinayana. Ajaran sebabakibat di atas kalimat dapat dituruti. Manusia sudah cukup senang bisa sampai pada tingkatan perasaan dunia surga. Ketika dijelaskan perihal dunia Buddha, kita bertanya-tanya, “apa gunanya 6
Samantabadra | Nopember 2016
menjadi Buddha ketika dunia surga sudah demikian menggembirakan?� Seiring berlalunya jaman, semakin banyak manusia yang kadar kejahatan hatinya bertambah. Sehingga dengan sutra-sutra Buddhis sebelum Saddharmapundarikasutra tidak berhasil menggugah kesadaran Buddha manusia akhir dharma. Hanya kekuatan dari Saddharmapundarika-sutra yang mampu menandingi kadar kejahatan atau tiga racun umat manusia masa akhir dharma. Buddha Sakyamuni mengajarkan lima cara untuk mengatasi dan mengamati hati yang sesat. Pertama adalah dengan menghitung nafas. Sebetulnya menghitung nafas ini untuk memperbaiki pikiran kita (keruwetan pikiran) dan sesungguhnya ini adalah untuk belajar sabar. Kedua adalah mengamati ketidaksucian badan, agar dapat mengatasi keserakahan dengan menjauhkan hawa nafsu. Dengan pengamatan maitri karuna, bagaimana kita bisa memunculkan keinginan untuk membahagiakan orang lain. Tidak ada rasa iri dan tidak ada rasa benci. Egoisme kita ubah menjadi maitri karuna. Salah satu cara untuk mengikis tiga racun adalah dengan menjalankan syakubuku dan kunjungan anggota, karena aksi ini membuat kita terus berpikir untuk kebahagiaan orang lain. Keempat adalah
mengenai 12 sebab jodoh, yang menjelaskan bahwa kita harus senantiasa memiliki kesadaran penuh atas segala sikap, ucapan, dan pikiran kita, kapanpun di manapun. Buddha Niciren menjelaskan lebih dalam, bahwa fokusnya adalah memperbaiki/ memperhatikan sebab, bukan pada akibat. Dengan demikian, barulah kita dapat melakukan perombakan nasib menjadi lebih baik. Hal ini dapat kita lakukan dengan menyebut Nammyohorengekyo dengan kesungguhan hati dan sikap doa yang sungguh-sungguh, sehingga muncul kekuatan dunia Buddha untuk mengatasi kesulitan dan penderitaan hidup.
Masa akhir dharma adalah jaman yang keruh, di mana pikiran dan hati manusia semakin kompleks, penuh intrik, abu-abu. Kelihatannya baik, namun di dalam hati memendam benci dan dendam. Kelihatannya membabarkan dharma, namun sikap hidupnya bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Kata-katanya manis di depan, namun menusuk dari belakang. Begitu pula kita sebagai murid Buddha Niciren, jangan sampai kita mengatasnamakan dharma untuk memaklumkan sikap buruk kita. Hal ini justru merupakan kejahatan yang besar karena tidak sesuai dengan Ajaran Agama Buddha
Dharma Duta
yang sesungguhnya. Katakata ajaran Agama Buddha dipelintir agar sesuai dengan kepentingan kelompok dan kepentingan masing-masing. Kalau kita mengaku beragama Buddha, menyebut Nammyohorengekyo, namun pola pikir dan sikap hidupnya tidak sesuai dengan ajaran Agama Buddha Niciren Daisyonin (antara lain masih mengharapkan bantuan dari kekuatan di luar diri, mengharapkan pamrih dari beragama), sesungguhnya kita berbuat dosa yang melampaui lima dosa besar (membunuh Ayah, membunuh Ibu, membunuh arahat, mengeluarkan darah dari Sang Buddha, dan merusak susunan) dan sepuluh karma buruk. Ketika menghadapi kesulitan hidup misalnya, bukannya Daimoku di depan Gohonzon, malah bunuh diri masuk ke dalam sumur. Ini adalah contoh di mana seseorang kelihatannya menganut ajaran Agama Buddha namun sebenarnya bukan Buddhis karena tidak menerapkan ajaran Sang Buddha, sehingga yang muncul adalah pikiran pendek, lupa dengan jiwa yang kekal abadi. Hendaknya masing-masing dari kita harus selalu sadar bahwa nasib dan kebahagiaan hidup kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Tumpukan karma manusia (baik maupun buruk), sesungguhnya bersumber
dari tiga karma. Yang pertama adalah karma badan; seperti perbuatan membunuh, mencuri, berzinah. Yang kedua adalah karma hati; seperti sifat serakah, marah, kebodohan. Yang ketiga adalah karma mulut; seperti berkata bohong, bermulut manis, dan mencela orang. Jangan menanggapi orang yang baik tetapi sudah tidak sesuai dengan ajaran Sang Buddha di sekeliling kita. Kita akan mendapatkan karma buruk yang sama dengan mereka. Selanjutnya, pada jaman yang kotor ini, kita memerlukan kehadiran orang arif yang memiliki prajna seperti Maha Bodhi Bhagavat dan raja yang bijaksana seperti Raja Senyo yang tidak lain adalah Buddha di tengah kehidupan bermasyarakat. Buddha itu dasarnya arif dan bijaksana yang berani untuk mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Tidak ada kompromi seperti yang dikatakan di dalam gosyo ini, “dengan tegas dan keras menuntut orang yang dianggap orang yang arif bijaksana dari delapan sekte menjatuhkan hukuman pembuangan.� Berani menjatuhkan hukuman untuk kebaikan umat manusia, tidak ada kompromi. Kita yang sama-sama ada di dalam susunan NSI harus memiliki tujuan kebuddhaan yang sama yaitu mewujudkan isyojobutsu
dan kosenrufu. Kosenrufu adalah menyebarluaskan Dharma untuk menyadarkan umat. Isyojobutsu adalah mewujudkan kesadaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang bisa mewujudkan tujuan kebuddhaan tersebut disebut sebagai orang arif bijaksana. Kita terkadang lupa atas hal-hal sederhana yang patut kita syukuri dalam hidup. Seringnya kita terfokus pada permasalahan dan penderitaan. Kita harus ingat, keberadaan kita di NSI hingga saat ini, keutuhan keluarga, kecukupan ekonomi, kemajuan dalam kehidupan, semua ada karena sikap hati kepercayaan kita yang sungguh-sungguh kepada GohonzonNammyohorengekyo. Oleh karena itu, ayo kita bersama-sama satu hati untuk menjalankan hati kepercayaan secara tulus dan konsisten. Jalankan gongyodaimoku. Jangan lewatkan satu hari pun tanpa daimoku. Perkuatlah daimoku kita agar kita semua dapat menghadapi tantangan dan permasalahan hidup. Seperti yang dikatakan di gosyo, “adanya permasalahan besar adalah pertanda datangnya kebaikan besar.� Ketika kita bisa menghadapi semua tantangan hidup, rejeki dan bukti nyata kebaikan pasti akan terwujud. eee
Nopember 2016 | Samantabadra
7
liputan
Generasi Muda NSI Mengikuti Yobanna Dhamma Samaya Teman baru, keluarga baru, dan saudara baru dalam perjalanan spiritual dan pengembangan hati kepercayaan pemuda pemudi Buddhis.
Y
obanna Dhamma Samaya (YDS) dilakukan pertama kalinya di Indonesia sejak tanggal 3-8 Oktober 2016 di Kota Magelang, Jawa Tengah. Setiap propinsi mengirim 15 perwakilannya yang berusia 17-35 tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, keagamaan, nasionalisme, dan kecerdasan sosial pemuda pemudi Buddhis di Indonesia. Selama 6 hari, sebanyak 463 generasi muda Buddhis seluruh Indonesia dari 31 propinsi berkumpul dalam acara perdana Yobanna 8
Samantabadra | Nopember 2016
Dhamma Samaya. Acara pelatihan pemuda pemudi Buddhis ini dilaksanakan di Kota Magelang dengan tujuan membangun kualitas generasi muda yang mandiri, berprestasi, dan profesional. NSI mengutus 9 orang generasi muda untuk mewakili propinsinya masingmasing. YDS diawali dengan parade pakaian adat setiap perwakilan propinsi sebagai usaha untuk mengajak untuk mencintai dan menghargai budaya lokal masingmasing. Pembekalan untuk mengembangkan diri juga diberikan kepada sekitar 463
pemuda-pemudi Buddhis Indonesia, bagaimana memperkuat potensi diri setiap individu dengan dilandasi oleh falsafah Buddhisme dan pelaksanaan yang sesuai. Pada hari berikutnya sesi Mindfulness Meditation peserta melatih metode meditasi duduk, berbaring, berjalan, slow eating, menyadari pikiran dan perasaan diiringi dengan kegiatan untuk mengakrabkan peserta. Selain mendalami dhamma, peserta selama sehari mengikuti pelatihan bela negara: disiplin, berani, dan bertanggung jawab sebagai warna negara
Pelatihan bela negara bukan hal baru bagi generasi muda NSI. Namun selalu ada hal baru yang bisa dipelajari.
Setiap hari GM NSI melakukan gongyo pagi dan sore bersama.
Indonesia. Rangkaian kegiatan diakhiri dengan kunjungan ke Candi Mendut dan Candi Borobudur dan menanam pohon bersama di area candi. Kegiatan pertama dalam sejarah perkembangan Agama Buddha di Indonesia ini menjadi kesempatan berharga untuk membangun persaudaraan antar umat Buddha di tanah air. Tak kenal maka tak sayang. Masa depan perkembangan penyebaran Agama Buddha di tangan para generasi muda.
GM NSI berpartisipasi dalam parade budaya di pembukaan YDS: Jawa Barat, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Pontianak, dan Jawa Tengah.
Nopember 2016 | Samantabadra
9
liputan
Kesan pesan generasi muda NSI yang mengikuti YDS
S
aya sangat senang dengan adanya acara ini saya menjadi semakin mengerti bahwa memang benar kita pelaksana Buddha Niciren Syosyu harus bahagia seutuhnya dan berterima kasih. Generasi muda NSI sudah melakukan acara TGM dan pelatihan bela negara seperti di acara YDS ini sejak dua tahun lalu. Kegiatan pelatihan bela negara membuat kita semakin mencintai tanah air dan memahami budaya bangsa. Kegiatan NSI telah mempersiapkan saya untuk bisa beradaptasi dengan mudah ketika mengikuti kegiatan YDS dan melatih saya untuk memikirkan kebahagiaan umat manusia. (Pendi, Jambi)
S
aya sangat senang bisa mewakili NSI dan bertemu banyak teman baru dari sekte buddha lain. YDS menjadi wadah untuk melatih menghargai perbedaan dan bersilahturami dengan temanteman sedharma. Saya juga belajar displin untuk rajin gongyo daimoku bersama walau jadwal padat, saya belajar untuk disiplin tidak lalai menjalankannya. (Juriawan, Banten)
K P
egiatan ini melatih kita untuk semakin bisa menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan lebih disiplin terhadap waktu. (Daimona, Kalimantan Barat)
engalaman pertama bertemu dengan generasi muda Buddhis dari 31 propinsi yang berbeda dari Sabang sampai Merauke membuat saya optimis bahwa Agama Buddha pasti berkembang pesat di Indonesia ini. Yang paling berkesan saat bertemu dengan teman baru dari Aceh dan Nusa Tenggara Barat dan Timur, mendengar ketulusan dan keyakinannya pada ajaran Buddha. Mendengar perjuangan teman dari Lombok untuk bisa mempertahankan keyakinannya meski ada banyak tantangan dan rintangan. (Mayasari, DKI Jakarta)
S
aya merasa berejeki sekali bisa mewakili NSI mengikuti kegiatan YDS. Dengan bertemu GM buddhis dari 31 propinsi yang ada di Indonesia membuat saya membuka mata dan menghilangkan persepsi dan stereotype suku suku tertentu. Gembira sekali dengan pelatihan bela negara yang membuat saya semakin cinta Indonesia dan bangga beragama Buddha. Janganlah kita suka berkata “itulah orang Indonesia� kalau sedang bicara yang jelek-jelek mengenai Indonesia, karena dengan berkata seperti itu sama saja kita menghina diri sendiri yang merupakan orang Indonesia yang jelek. Sebagai GM buddhis Marilah kita tingkatkan kualitas diri kita agar kita juga bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Nammyohorengekyo. (Trevani, Banten)
S 10
aya belajar untuk menjadi pribadi yang tepat waktu. Saya senang sekali bisa bertemu dengan teman-teman buddhis dari Aceh sampai Papua. (Sherly, Jambi)
Samantabadra | Nopember 2016
Mandarava NSI dalam Kirab Budaya dan Ruwat Bumi Matakin
M
arching Band Mandarava NSI diundang oleh Matakin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) untuk mengikuti kirab budaya dan ritual ruwat bumi yang diselenggarakan dalam rangka Peringatan Hari Kelahiran Nabi Kongzi 2567 Nasional pada tanggal 09 Oktober 2016 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh Ibu Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid dan Walikota Jakarta Timur. Hal ini menunjukkan dukungan NSI terhadap kerukunan antar umat beragama yang harus selalu dikembangkan dan dipelihara oleh umat beragama di Indonesia. eee
Nopember 2016 | Samantabadra
11
liputan
Kensyu Lansia NSI 23-25 September 2016 dan Pelatihan Keterampilan NSI di Vihara Sadaparibhuta NSI
a Peserta Kensyu Lansia memperoleh layanan kesehatan
pemeriksaan tekanan darah oleh dokter.
aUmat NSI dari Jabotabek mengikuti pelatihan tata rias. aUmat NSI dari Jabotabek mengikuti pelatihan membuat
nasi tumpeng.
aUmat NSI dari Jabotabek mengikuti pelatihan membuat
prakarya kerajinan tangan.
12
Samantabadra | Nopember 2016
Dokyo Syodai Peringatan Perwujudan DaiGohonzon (12 Oktober) Wilayah DKI Jakarta
KU NSI Mendukung Kompetisi Video Pendek Anti Radikalisasi
Nopember 2016 | Samantabadra
13
liputan
Jawa Pos, 18 Oktober 2016
Kompas, 18 Oktober 2016
Ketua Umum NSI bersama tokoh lintas agama menyuarakan pesan damai untuk Pilkada
14
Samantabadra | Nopember 2016
Ketua Umum NSI di Dalam Diskusi Merawat Kerukunan Umat Beragama Bersama Menteri Agama RI dan Tokoh Lintas Agama Indonesia berlangsung pada hari Jumat, 14 Oktober 2016 jam 09.00 s.d 11.30 di kantor Kementerian Agama RI, Jalan M.H Thamrin Nomor 6, Jakarta Pusat. Diskusi ini dipimpin langsung oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, dan dihadiri oleh tokoh masyarakat Indonesia dan Tionghoa, serta Tokoh-tokoh agama Indonesia. Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), mengkhawatirkan karena uku, Agama, Ras, dan Maha Pandita Utama (MPU) menimbulkan gejolak di Antargolongan (SARA) Suhadi Sendjaja hadir sebagai masyarakat dan menjadi merupakan hal yang sangat Tokoh yang mewakili Agama polemik di berbagai media. sensitif dan mudah untuk dijadikan alat pemecah belah Banyak pihak yang terpancing Buddha Indonesia. Diskusi berlangsung tertutup/ kesatuan bangsa di Indonesia. dan memperuncing tidak disiarkan Live oleh permasalahan ini. Menejelang Pemilihan media massa, tetapi menjadi Menanggapi permasalahan Kepala Daerah (Pilkada) liputan khusus oleh Metro TV tersebut Kementerian serentak gelombang kedua setelah acara diskusi selesai. Agama Republik Indonesia, yang akan berlangsung Di dalam diskusi tersebut melalui Pusat Kerukunan pada 15 Pebruari 2017, seluruh tokoh dipersilahkan Umat Beragama (PKUB), SARA kembali dimunculkan oleh Menteri Agama RI untuk mengambil inisatif untuk sebagai pemicu perpecahan bangsa, salah satunya dengan segera mempertemukan dan menyampaikan pandangan dan pendapatnya mengenai melakukan diskusi bersama dimunculkannya cuplikan permasalahan ini, MPU Tokoh-tokoh masyarakat video Gubernur DKI Jakarta Suhadi Sendjaja segera di berbagai media sosial yang serta Agama Indonesia mengambil inisiatif dan menyinggung salah satu ayat agar permasalahan ini dengan sanggat tanggap dapat segera diredam dan kitab suci agama Islam di menjadi tokoh pertama yang dalam pemaparannya kepada tidak meluas ke seluruh menyampaikan pendapatnya. Indonesia. Diskusi dengan masyarakat Kepulauan Di dalam pemaparannya, tema: “Merawat Kerukunan Seribu beberapa waktu yang MPU Suhadi Sendjaja Umat Beragama� tersebut lalu. Hal ini dianggap sangat
S
Nopember 2016 | Samantabadra
15
liputan menyampaikan bahwa “Pertama yang berkaitan dengan kemunculan dan fungsi daripada agama. Kemunculan agama ini semua berasal dari situasi dan kondisi ketika ada suatu kekacauan, Sakyamuni muncul di India sebagai seorang anak raja ketika di India sedang kacau, ada kasta-kasta di kalangan masyarakat India, dengan kemunculan Sakyamuni ini membuat kondisi di India berubah menjadi lebih baik. Saya kira begitupun dengan kemunculan-kemunculan agama yang lain, apakah itu Kristen, Islam, dan lain sebagainya. Oleh karena itu bagi saya, saya memiliki sebuah keyakinan, agama itu dari istilahnya saja A itu ‘tidak ‘, Gama itu ‘kacau’, jadi agama itu adalah sebuah kemunculan untuk membuat situasi yang kacau menjadi tidak kacau, oleh karena itu menjadi tanggung jawab Saya, khususnya di komunitas agama Saya untuk menjaga hal ini, jangan sampai agama ini sebagai suatu kehadiran yang agung disalahgunakan, atau diperalat untuk kepentingan-kepentingan yang lain, sehingga posisi agama menjadi suatu posisi yang bergeser, dari suatu posisi yang agung dan suci menjadi suatu hal yang yang dianggap menjadi sumber konflik. Tentu menjadi tanggung jawab dan kewajiban Saya 16
Samantabadra | Nopember 2016
sebagai pemimpin suatu komunitas agama Buddha, agar umat Buddha bisa memahami Dharma dengan tepat dan benar, Saya pikir ini menjadi salah satu segi yang menjadi acuan kerja dari kemenag, yang sering didengungkan oleh menteri agama, bahwa kehadiran kementerian agama adalah ingin memfaslitiasi agar majelis-majelis agama itu bisa memberikan pelayanan semaksimal mungkin agar umat bisa memahami ajaran-ajaran agama maupun Dharma dengan tepat dan benar, sehingga seperti yang disampaikan oleh Pak Menteri, agama bisa dijadikan acuan dari segala kegiatan bukan hanya Pilkada, tetapi semua aspek-aspek kehidupan dalam bermasyarakat dan berbangsa.” Selanjutnya MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa agama harus kembali kepada posisinya, sebagai dasar untuk melandasi semua kegiatan-kegiatan, baik kegiatan sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Kondisi saat ini harus menjadi suatu hikmah baik bagi kita untuk kembali ke titik dan hakikat dari agama. Pada dasarnya semua agama memiliki kearifankearifan di dalam memberikan kontribusi di dalam membangun bangsa Indonesia dan memiliki hubungan baik satu sama
lain, tidak ada satu agama pun yang mendominasi di dalam memberikan kontribusinya terhadap pembangunan bangsa Indonesia. Hanya saja yang harus diwaspadai saat ini adalah derasnya arus informasi yang diterima oleh generasi muda indonesia melalui mediamedia sosial. Banyak cara pandang generasi muda yang mulai bergeser mengenai kebanggan terhadap agama. Generasi muda tidak lagi memandang agama dari esensi ajarannya, tetapi hanya kebanggan-kebanggan yang tampak dari luar saja / secara fisik (berpenampilan keren, religius, dan lain sebagainya) kebanggan itu bukan lagi kepada esensi dari ajarannya, salah satu contoh, banyak anak-anak muda yang terlibat sebagai teroris di dalam gerakan Islamic State of Irak and Syriah (ISIS), karena dianggap keren, mampu menjadi pahlawan, membawa senjata, dan membela sebuah “Kebenaran”. Hal ini harus menjadi titik balik yang harus dikemukakan oleh para tokoh agama bahwa agama punya keunggulan yang lebih daripada itu, kemudian agama harus menjadi sumber moral dan sumber inspirasi dari semua gerakan berbangsa dan bernegara. Pandangan Ketua Umum NSI ini menjadi landasan Menteri Agama RI sebagai kesimpulan dari acara diskusi tersebut. eee
Ketua Umum NSI Menjadi Narasumber dalam Diskusi kebangsaan bertajuk “Pilkada Damai Tanpa SARA”
M
enjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak gelombang kedua yang akan berlangsung pada 15 Pebruari 2017 di 101 daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, dan kota, mulai banyak oknumoknum tidak bertanggung jawab yang memunculkan isu-isu pemecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan membuat isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) sebagai alat untuk memperoleh kemenangan di dalam Pilkada serentak gelombang kedua tersebut. Sebagai upaya pencegahan agar Pilkada serentak gelombang kedua berlangsung dengan aman dan damai, maka berbagai pihak mulai dari lembaga pemerintahan sampai organsiasi masyarakat mengundang para tokoh agama untuk memberikan masukan serta pencerahan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa mengawal penyelenggaraan Pilkada serentak ini dengan baik. Taruna Merah Putih sebagai salah satu Organisasi Kepemudaan menyelenggarakan
diskusi kebangsaan yang bertajuk “Pilkada Damai Tanpa SARA”, pada hari Minggu, 16 Oktober 2016 di Gedung Joang yang berlokasi di Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Umum Ormas Kepemudaan PDIP Taruna Merah Putih (TMP)-Maruarar Sirait, Wakil Gubernur DKI Jakarta-Djarot Saiful Hidayat, Ketua DPRD DKI Jakarta-Edi Marsudi, dan tokoh-tokoh lintas Agama Indonesia. Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja diundang sebagai tokoh agama Buddha Indonesia sekaligus narasumber untuk memberikan pencerahan dan arahan kepada para undangan yang hadir di dalam diskusi kebangsaan tersebut. Dalam pemaparannya, MPU Suhadi Sendjaja memberikan sedikit koreksi mengenai tema diskusi yang diangkat oleh TMP, “Pilkada Tanpa SARA”, beliau menyampaikan bahwa “Pilkada justru harus dengan Suku,
Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA), karena Indonesia terdiri dari SARA, sambung menyambung menjadi Indonesia. Kekuatan Indonesia justru bersumber dari berbagai macam suku, agama, ras dan antar golongan tersebut. Bagaimana bisa pemilu tanpa SARA? Justru SARA itulah yang memperkuat Indonesia.” Selanjutnya MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa Pilkada itu memilih kepala daerah bukan kepala suku. Jadi, untuk memilih kepala daerah, harus memilih calon kepala daerah yang memiliki kompetensi yang cukup, serta mempunyai kekuatan kesadaran, keinginan yang tulus untuk membuat rakyat yang dipimpin itu bisa menjadi bahagia dan sejahtera. Apa pun suku, agama, dan rasnya tidak menjadi masalah. Selain itu, agama harus memberikan landasan moral dan etika untuk para pemilih. Pilkada yang sukses itu tidak terlepas dari peran agama yang diyakini oleh masing-masing pemilih, oleh karena itu, Pilkada bukan sebagai ajang untuk memecah belah SARA, melalui Pilkada ini justru harus semakin memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Acara diskusi berlangsung pukul 11.30 s.d 13.00 WIB, diakhiri dengan penyerahan cinderamata ucapan terima kasih oleh pimpinan TMP dan foto bersama seluruh narasumber dan pengurus TMP. eee Nopember 2016 | Samantabadra
17
liputan
Ketua Umum NSI menerima penghargaan dari Menteri Dalam Negeri dalam Rakor FKUB Nasional
18
Samantabadra | Nopember 2016
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Memperpanjang Karma Tetap (Ka En Jo Gosyo)
LATAR BELAKANG|
S
urat ini ditulis pada tahun Bunei ke-2 (1279). Ketika itu Niciren Daisyonin berusia 58 tahun. Surat tersebut dikirim dari Minobu kepada istri Toki Jonin yang bertempat tinggal di Nakamiya, desa Katsusyika Propinsi Syimofusa. Ketika Toki Jonin menjadi bhiksu awam (Nyudo), Toki Ama Goze turut pula mencukur rambutnya dan bersama- sama suaminya menjadi bhiksuni. Toki Ama Goze mendapat nama Myojo. Wataknya tenang, halus budi pekertinya dan selalu mendukung suaminya. Toki Ama Goze adalah wanita yang terus menjalankan hati kepercayaan bersama suami. Akan tetapi pada usia lanjutnya, Toki Ama Goze sering mendapat kesulitan yang ditimbulkan oleh Iblis penyakit. Dalam surat tersebut Niciren Daisyonin mengajarkan kepada Ama Goze bahwa kekuatan Buddha dapat merombak karma tetap. Selain itu Niciren Daisyonin juga membimbing dan memberi dorongan semangat kepada Ama Goze sampai hal-hal yang terkecil melalui surat tersebut. Judul surat tersebut juga tertera dalam isi surat itu yang berbunyi, “Walaupun karma itu adalah karma tetap, jika berdasarkan pada Saddharmapundarika-
sutra, karma tetap tersebut dapat diperpanjang�. Kalimat tersebut dipersingkat menjadi Memperpanjang Karma Tetap (Ka En Jo Gosyo), atau disebut juga sebagai Karma Tetap Dari Usia Diperpanjang (Jogo Emmyo Syo). Surat yang asli masih terdapat di kuil Hokkekyo, Nakayama. Akan tetapi bagian akhir dari surat tersebut yang membuat bulan dan tahun sudah tidak ada. Dalam surat itu dikatakan bahwa Syijo Kingo mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu pada bulan 10 tahun yang lalu. Pada saat itulah Niciren Daisyonin menyampaikan tentang penyakit yang di derita Ama Goze pada Syijo Kingo. Syijo Kingo menjawab bahwa penyakit tersebut pasti akan timbul pada bulan 1 atau bulan 2 tahun berikutnya. Bila kita melihat hal itu, maka dapat kita perkirakan bahwa surat tersebut ditulis pada bulan 1 atau bulan 2. Adapun tentang tahun penulisan surat tersebut terdapat dua pendapat yang berbeda. Ada yang mengatakan surat tersebut ditulis pada tahun Ko-an ke- 2, tetapi adapula yang berpendapat bahwa surat tersebut ditulis pada tahun Bun-ei ke12 (1275). Alasan perkiraan yang pertama Nopember 2016 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu adalah karena dalam Surat Balasan kepada Toki Dono Nyobo Ama Goze yang ditulis pada bulan 11 tahun Ko-an ke-2 tertera bahwa penyakit yang diderita Ama Goze semakin parah. Sedangkan perkiraan yang kedua didasarkan pada Surat Balasan kepada Toki Ama Goze yang ditulis pada tanggal 27 bulan ke-3 tahun kenji ke-2 yang mengatakan bahwa Toki Ama Goze harus mendapatkan pengobatan moksibasi. Diperkirakan bahwa hal tersebut berhubungan erat dengan isi surat di atas yang menganjurkan untuk meminta pertolongan kepada Syijo Kingo. Surat tersebut pertama-tama menjelaskan bahwa ada penyakit yang ringan dan penyakit yang berat. Sama halnya dengan penyakit adalah karma. Karma yang di dalam surat itu diartikan sebagai usia, ada yang merupakan karma tetap dan ada yang tidak tetap. Penyakit yang paling beratpun dapat disembuhkan bila ditangani oleh dokter yang ahli. Begitu juga dengan karma tetap. Seseorang dapat merombak karma tetap dan memperpanjang umur dengan hati kepercayaan hukum sakti. Perkataan ini merupakan suatu dorongan pada Ama Goze yang telah kehilangan semangat hidup dan merasa putus asa karena penyakit yang dideritanya. Isi surat tersebut bertujuan untuk memberi semangat pada Ama Goze agar mempunyai harapan yang besar untuk hidup. Tujuan tersebut dapat dilihat dari kalimat dalam surat tersebut yang berbunyi , “Sutra ini (Saddharmapundarika-sutra) adalah obat manjur untuk menyembuhkan penyakit seluruh umat manusia di dunia”. Juga dengan khusus dan tegas dikatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra menjanjikan kebahagiaan bagi kaum wanita. Selanjutnya ditulis pula bukti-bukti nyata yang mengisahkan perpanjangan usia Raja Ajatasatru, Chen-ch’en dan Bodhisattva Sadhapaributa. Jika kaum pria dapat memperoleh manfaat agung dari sutra ini, 20
Samantabadra | Nopember 2016
apalagi kaum wanita. Kaum wanita tak mungkin tidak mendapat bantuan. Niciren Daisyonin sendiri mendoakan penyembuhan penyakit Ibu-Nya, sehingga ibu-Nya dapat memperpanjang usia selama 4 tahun. Semua bukti-bukti yang nyata itu merupakan bimbingan Niciren Daisyonin agar Ama Goze dapat menimbulkan hati kepercayaan dengan kuat. Penyakit yang berat dapat saja diobati oleh dokter yang ahli apabila penyakit tersebut tidak timbul pada batas usia karma tetap. Pernyataan tersebut berarti bahwa dalam tubuh manusia terdapat tenaga untuk hidup yang mempunyai kekuatan melawan penyakit. Hanya saja daya gerak dari tenaga untuk hidup ini dirintangi oleh penyakit. Pengobatan yang dilakukan oleh seorang dokter akan menghilangkan rintangan ini, sehingga kekuatan jiwa akan timbul kembali. Tetapi, apabila sebab dasar dari penyakit yang diderita adalah karma tetap, maka tenaga untuk hidup itu sendiri menjadi lemah dan runtuh, akhirnya musnah sama sekali. Jika demikian keadaannya, maka dokter yang paling ahlipun tak dapat membantu. Seseorang yang menderita penyakit yang didasari karma tetap harus memperkuat ‘kekuatan jiwa’ orang itu sendiri. Satusatunya jalan untuk menghidupkan kembali tenaga jiwa yang hampir padam adalah merombak karma tetap orang tersebut dan bertobat kepada hukum sakti. Sumber pokok untuk hidup baru bisa timbul dengan merombak karma tetap. Oleh karena itu Niciren Daisyonin dengan keras membimbing hati kepercayaan Ama Goze. Beliau juga menganjurkan Ama Goze untuk mendapatkan pengobatan dari Syijo Kingo.
ISI GOSYO |
P
enyakit itu sebenarnya ada dua macam. Penyakit yang berat dan penyakit yang ringan. Sekalipun penyakit itu berat, kalau ditangani dokter yang ahli, penyakit itu akan cepat dapat di obati dan usia dapat diperpanjang. Apabila penyakit berat dapat diobati, maka penyakit yang ringan pasti dapat disembuhkan.
Seperti penyakit, karma juga ada dua macam. Karma tetap dan karma tidak tetap. Walaupun karma itu karma tetap, bisa dilenyapkan jika sungguh-sungguh bertobat. Apalagi kalau karma itu karma tidak tetap. Dalam Saddharmapundarika-sutra jilid-7 Bab XXIII, Bab perbuatan pokok Bodhisattva Bhaisajyaraja dikatakan, “Sutra ini adalah obat manjur untuk menyembuhkan penyakit seluruh umat manusia di dunia�.
Kalimat di atas adalah kalimat yang terdapat dalam Saddharmapundarika-sutra. Semua ajaran suci yang dibabarkan seumur hidup Sang Buddha Sakyamuni adalah petuah emas Buddha. Ajaran-ajaran suci tersebut bukanlah merupakan kata-kata bualan semenjak kalpa yang tak terhitung. Jadi, seluruh ajaran suci yang dibabarkan oleh Sang Buddha Sakyamuni disebut sebagai sutra-sutra. Di antara seluruh sutra tersebut hanya dalam Saddharmapundarika-sutra Sang Buddha Sakyamuni mengatakan, “Dengan tulus dan jujur membuang ajaran sementara dan hanya membabarkan ajaran sesungguhnya�. Maka, Saddharmapundarika-sutra yang memuat kalimat itu adalah sutra yang sungguh-sungguh besar di antara sutra-sutra lainnya; Saddharmapundarika-sutra adalah kebenaran yang paling benar. Tathagata Prabhutaratna memperkuat bukti bahwa semua kata-kata Buddha adalah kebenaran. Para Buddha sepuluh penjuru menjulurkan lidah ke surga Brahma untuk memperkuat pernyataan tersebut. Maka tidak mungkin dapat dikatakan bahwa katakata Buddha adalah bualan. Dalam Saddharmapundarika-sutra juga dibabarkan hukum rahasia yang paling dalam dan utama. Dalam kalimat sutra tersebut dibabarkan tentang masa lima kali 500 tahun atau lebih dari 2500 tahun sesudah kemoksyaan sang Buddha. Selain Saddharmapundarika-sutra juga membabarkan mengenai adanya kemungkinan penyakit pada kaum wanita.
Pada tanggal 15 bulan 2, raja Ajatasatru yang berusia 50 tahun menderita bisul-bisul yang besar dan ganas di sekujur tubuhnya. Jivaka, tabib yang paling ternama tidak berdaya. Raja tersebut dipastikan akan meninggal pada tanggal 7 bulan 3 untuk kemudian akan jatuh dalam neraka yang berisi penderitaan tak terputus-putus. Kesenangan-kesenangan besar selama lima puluh tahun lebih lenyap dalam sekejap. Penderitaan besar seumur hidupnya terkumpul dalam tiga kali tujuh hari terakhir dalam hidupnya itu. Jadi, usianya telah ditetapkan. Akan tetapi, Sang Buddha membabarkan Sutra Nirvana yang merupakan keterangan tambahan mengenai Saddharmapundarika-sutra. Sang Buddha memberikan pada raja Ajatasatru tersebut. Dalam sekejap penyakit badannya sembuh, juga karma berat dalam perasaan hatinya menguap seperti embun di pagi hari. Nopember 2016 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu Seribu lima ratus tahun lebih setelah kemoksyaan Sang Buddha, hiduplah seorang bernama Chen-ch’en. Dikatakana bahwa ia mengetahui jika umurnya telah ditetapkan. Chen-ch’en mengetahui bahwa umurnya hanya 50 tahun. Namun ketika ia bertemu dengan Mahaguru Tien Tai usianya diperpanjang 15 tahun. Setelah itu Chen-ch’en dapat hidup sampai usia 65 tahun. Selain itu Bodhisattva Sadhaparibhuta membabarkan bahwa seseorang dapat memperpanjang usianya dengan melakukan pertapaan Saddharmapundarika-sutra: karena pertapaan Saddharmapundarika-sutra dapat memperpanjang karma tetap. Memang mereka itu semua adalah kaum pria dan bukan wanita. Namun bagaimanapun juga pelaksanaan pertapaan Saddharmapundarika-sutra dapat memperpanjang karma tetap yang akhirnya akan memperpanjang usia. Juga bisa dilihat bahwa apa yang dialami Chen-ch’en sebenarnya tidak sesuai dengan kalimat ‘lima kali 500 tahun’ (Chen-ch’en hidup 1500 tahun setelah kemoksyaan Sang Buddha Sakyamuni). Jadi, kisah Chen-ch’en adalah bagai padi yang panen di musim dingin atau bunga serunai yang mekar di musim panas. Oleh karena itu kaum wanita yang melaksanakan pertapaan Saddharmapundarikasutra tepat pada masa lima kali 500 tahun setelah kemoksyaan Sang Buddha Sakyamuni, pasti dapat merombak dan memperpanjang karma tetap; memperpanjang usia. Siapapun tak akan terkejut mendengarnya seperti juga Chen-ch’en.
Dengan demikian doa Niciren untuk penyembuhan penyakit berat ibu-Nya yang karuna, tidak hanya menyembuhkan penyakit ibu-Nya pada masa ini. Doa Niciren bahkan dapat memperpanjang usia ibu-Nya sepanjang empat tahun. Ama Goze, Anda sebagai seorang wanita yang jatuh sakit, laksanakan pertapaan dengan sungguh-sungguh untuk menimbulkan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra. Apa lagi ada seorang dokter yang baik bernama Syijo Nakatsukasa Saemon No-jo. Ia juga seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Jiwa bagi manusia adalah sebuah pusaka yang sukar diperoleh. Perpanjangan usia satu hari saja merupakan sesuatu yang jauh lebih berharga dari pada puluhan ribu kilogram emas. Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang paling unggul di antara ajaran-ajaran suci yang dibabarkan dalam seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni, karena Saddharmapundarika-sutra berisi Bab panjangnya Usia Sang Tathagata. Meskipun seseorang dilahirkan sebagai putra raja, apabila ia berumur pendek maka jiwanya amat dangkal dan ringan. Jiwanya akan berbobot lebih ringan daripada rumput. Oleh karena itu kehidupannya akan menjadi sia-sia. Juga apabila ada seseorang yang jiwanya arif dan tenang bagai matahari namun meninggal dalam usia dini, maka kearifanya menjadi tidak bermanfaat. Ama Goze, cepatlah menimbun harta kesungguhan hati secara terus menerus dan juga cepat-cepatlah sembuh dari penyakit. Niciren juga ingin menyampaikan kepada Syijo Kingo. Tetapi memang ada orang yang dapat menerima dengan baik suatu penyampaian melalui perantara dan ada juga yang tidak. Ada orang yang berpendapat apabila seseorang menyampaikan sesuatu melalui perantaraan, maka orang itu kurang bersungguh hati. Memang sukar mengetahui hati orang lain. Beberapa waktu yang lalu Saya pernah mengalami hal seperti itu. Syijo Kingo adalah orang yang tak suka menerima penyampaian yang dilakukan seorang perantara. 22
Samantabadra | Nopember 2016
Maka menggunakan perantara dalam hal ini Saya kira kurang tepat, Saya kira untuk meminta pertolongan dengan sungguh hati janganlah melalui perantara.
Saya sudah menyampaikan keprihatinan yang sangat mendalam akan penyakit yang Anda derita ketika ia berkunjung ke Minobu pada bulan ke-10 tahun yang lalu. Mendengar tentang penyakit Anda tersebut beliau mengatakan, “Keadaan sekarang tidaklah terlalu berbahaya, namun apabila tak berhati-hati penyakit tersebut pasti timbul menjelang tahun baru atau bulan dua tahun yang akan datang. Oleh karena itu saya merasa prihatin sekali”. Beliau juga mengatakan, “Toki Dono mengandalkan Ama Goze sebagai tiang dan tongkat, sehingga menjadi amat khawatir.” Kata-kata tersebut diucapkannya dengan penuh kekhawatiran. Memang Syijo Kingo adalah orang yang berpendirian teguh dan menyayangi orang-orang yang mendukungnya. Sekali lagi saya sampaikan dengan sungguh-sungguh bahwa penyakit ini akan sukar ditinggalkan bila masih menyayangi harta benda. Jiwa satu hari adalah lebih unggul daripada seluruh harta 3000 dunia besar. Bagaimanapun juga yang pertama-tama harus dilaksanakan adalah mewujudkan kesungguhan hati. Hal tersebut dibabarkan dalam Saddharmapundarika-sutra jilid ke-7 yang berbunyi, “Daripada menyumbang seluruh harta senilai 3000 dunia besar, lebih baik membakar satu jari tangan sebagai sumbangan kepada Buddha dan Saddharmapundarika-sutra.” Jiwa lebih unggul daripada 3000 dunia secara keseluruhan. Usia Ama Goze belum terlalu tua dan terlebih lagi sudah bertemu dengan Saddharmapundarika-sutra. Jika dapat memperpanjang jiwa satu hari saja maka Ama Goze akan memupuk karunia kebajikan menjadi jiwa yang sungguh-sungguh amat berharga. Kirimkanlah nama dan usia yang Anda tulis sendiri. Niciren akanmenyampaikan pada Dewa Surya dan Dewa Chandra. Iyo Dono juga sangat khawatir, sehingga mungkin ia juga membacakan jigage kepada Dewa Surya dan Dewa Chandra.
Surat Balasan Kepada Ama Goze tertanda
Niciren
Nopember 2016 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu | KUTIPAN GOSYO
1
Karma juga ada dua macam. Karma tetap dan karma tidak tetap. Walaupun karma itu tetap, bisa dilenyapkan jika sungguh-sungguh bertobat. Apa lagi kalau karma itu tidak tetap.
Anak Cabang
Keterangan : Berbagai pandangan semenjak jaman dahulu menyatakan bahwa karma dapat dibagi menjadi dua jenis. Karma tetap dan karma tidak tetap. Kalau kita meninjau penggolongan karma dari pandangan yang pokok, maka kita akan mendapatkan tiga jenis penggolongan. Penggolongan pertama adalah penggolongan berdasarkan isi imbalan akibat. Sebab karma yang sudah menetapkan imbalan akibatnya adalah karma tetap. Imbalan yang timbul dari karma tetap adalah imbalan yang berlaku mutlak dan tidak berubah-ubah. Sedangkan karma yang tidak mutlak menentukan imbalan akibatnya adalah karma tidak tetap. Karma tidak tetap akan menimbulkan Isi imbalan yang mungkin dapat berbeda-beda. Penggolongan kedua adalah penggolongan yang berdasarkan waktu. Karma dikatakan sebagai karma tetap apabila waktu untuk memperoleh imbalan akibat dari karma tersebut sudah ditentukan. Sedangkan bila waktu untuk memperoleh imbalan akibat dari karma itu tidak ditentukan maka karma tersebut adalah tidak tetap. Penggolongan ketiga adalah penggolongan yang berdasarkan isi imbalan dan juga waktunya. Karma tetap menurut penggolongan ini adalah karma yang isi maupun waktu imbalan akibatnya telah ditetapkan secara mutlak. Karma yang isi maupun waktu imbalan akibatnya tidak ditentukan adalah karma tidak tetap. Jika demikian, bagaimanakah karma tetap itu terjadi? Dalam Abhidharmakosa-sastra dikatakan, “Terbuatnya itu tergantung dari 24
Samantabadra | Nopember 2016
bobot kesesatan atau kebersihan hati. Juga sebagaimana tempat terbuatnya, maka akan timbul dalam tempat karunia kebajikan. Apabila memusnahkan orang tua, karma menjadi karma tetap”. Perkataan, “Tergantung bobot kesesatan atau kebersihan hati” berarti pada waktu itu karma yang baik atau buruk dilaksanakan dengan icinen yang kuat. “Tempat terbuatnya,” berarti perbuatan yang sering diulangi yang akhirnya menjadi kebiasaan. Pada akhirnya karma yang terus diulang-ulang tersebut timbul ditempat karunia kebajikan yang selanjutnya akan memusnahkan orang tua. Ini berarti bahwa karma yang tetap terbentuk dari bermacam-macam perilaku terhadap obyek yang berbeda-beda. Dengan demikian, jiwa kita mengandung karma tetap dan tidak tetap yang terbagi atas bermacam-macam jenis. Dalam surat tersebut Niciren Daisyonin menggunakan pengertian karma sebagai usia. Usia adalah suatu hal yang paling dipikirkan secara serius oleh umat manusia. Mungkin Toki Ama Goze menyampaikan perasaan hatinya mengenai hal usia ini. Oleh karena itu Niciren Daisyonin menerangkan dalam surat tersebut bahwa usia yang sudah ditetapkan sebagai karma tetap, sebenarnya dapat diperpanjang. Beliau juga memberi petunjuk mengenai cara untuk memperpanjang usia. Beliau mengatakan bahwa usia dapat diperpanjang dengan “sungguh-sungguh bertobat.” Bagaimanakah caranya bertobat? Pada jaman dahulu bertobat dilakukan dengan mengakaui kesalahan-kesalahan kita di depan Ayah atau guru dan selanjutnya memohon maaf. Akan tetapi dalam Saddharmapundarikasutra diajarkan cara bertobat yang lebih mendalam. Dalam Saddharmapundarikasutra diajarkan cara bertobat dari dasarnya. Dalam Sutra Boddhisattva Samantabhadra (Sutra penutup dari Saddharmapundarikasutra) dikatakan, “Seluruh lautan karma dan kesesatan itu timbul dari Avidya.
Bila ingin bertobat, duduklah bersila dan renungkankanlah wajah sesungguhnya. Seluruh dosa akan lenyap dan akan terhapus. Cahaya matahari akan melenyapkan embun ini. Kata “wajah sesungguhnya� yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah Saddharma yang mengandung seluruh inti hakekat dari keseluruhan hukum. Niciren Daisyonin mewujudkan Saddharma yang merupakan inti hakikat seluruh hukum dan juga mengandung seluruh hukum yang tersebut menjadi Gohonzon - Nammyohorengekyo. Jadi dalam hukum Buddha Niciren Daisyonin perkataan “Merenungkan Wajah Sesungguhnya� berarti percaya kepada Gohonzon menyebut Nammyohorengekyo dan melaksanakannya dalam kehidupan. Dengan melakukan hal itu maka seluruh kesesatan akan hilang. Seluruh karma yang menjadi penghalang kebahagiaan yang di buat semenjak masa lampau kita akan hilang lenyap bagi embun pagi yang disinari cahaya matahari. Kita dapat merombak seluruh karma tetap dengan kurnia kebajikan Gohonzon. Fungsi karma buruk yang memperpendek umur menjadi lenyap dan tenaga jiwa untuk hidup timbul kembali. Pada akhirnya kita dapat menerima sepenuhnya segala kesenangan dan kekayaan kehidupan. Selanjutnya Niciren Daisyonin menganjurkan Ama Goze untuk menerima pengobatan dari Syinjo Kingo; seorang Dokter Ahli. Syijo Kingo ini adalah juga sesama murid Niciren Daisyonin. Pada permulaan surat tersebut dikatakan bahwa penyakit yang berat sekalipun dapat diobati dengan cepat dan selanjutnya memperpanjang usia apabila ditangani oleh dokter yang Ahli. Dengan memusnahkan karma yang menjadi penghalang kebahagiaan, tenaga yang menjadi sumber pokok dari jiwa akan timbul secara nyata. Satu-satunya jalan untuk merombak karma tetap atau karma yang menjadi penghalang kebahagiaan adalah bahwa kita harus mempunyai hati kepercayaan yang kuat. Hati kepercayaan yang kuat kepada Gohonzon. Tetapi walaupun kekuatan penyembuhan sendiri dari diri kita timbul dan berkobar-
berkobar, kita tidak mempunyai harapan untuk mengatasi penyakit apabila kekuatan tersebut dihalangi oleh penyakit. Akhirnya penyakit yang berat tidak dapat disembuhkan. Dokter yang baik akan meneliti dengan seksama keadaan jiwa kita. Dokter yang baik akan menolong bagian jiwa yang lemah atau bagian jiwa yang menolak timbulnya tenaga penyembuh sendiri dalam diri kita. Setelah bagian tersebut diobati, maka fungsi tenaga penyembuh dalam diri kita akan dapat bergerak dengan leluasa dan penyakitpun akan dapat kita tinggalkan atau lenyapkan. Jiwa adalah sesuatu yang tidak dapat digantikan oleh apapun juga. Oleh karena itu perpanjangan usia satu hari saja merupakan tumpukan karunia kebajikan yang tak terhingga. Petunjuk ini diberikan oleh Niciren Daisyonin juga dengan penuh maitri karuna. Demikian, pula petunjuk tentang sikap untuk meminta pertolongan pada Syijo Kingo yang diajarkan secara rinci. Mengenai bagian ini mungkin terdapat berbagai penafsiran. Akan tetapi mula-mula Niciren Dasyonin menerangkan dahulu mengenai sifat Syijo Kingo. Pertama-tama harus diketahui bahwa Syijo Kingo lebih menyukai pembicaraan langsung dari pada penyampaian melaluhi perantara. Oleh karena Syijo Kingo mempunyai sifat seperti tiu maka Ama Goze harus meminta pertolongan dengan sungguh hati. Syijo Kingo adalah seorang yang berhati lapang dan gagah. Ia adalah juga seorang yang selalu bersifat terus terang. Sudah barang tentu orang seperti Syijo Kingo ini tidak dapat digerakkan denga kekuasaan. Oleh karena itu dengan meminta pertolongannya secara langsung dengan penuh kesungguhan hati, maka orang tersebut akan menyentuh hatinya. Syijo Kingo akan merasa bahwa yang meminta pertolongan tersebut tak lain daripada keluarganya sendiri. Dalam peristiwa ini terkandung petunjuk bahwa adalah sangat penting bagi kita untuk mengetahui bakat orang yang kita hadapi. Dalam peristiwa tersebut juga diajarkan cara membimbing orang lain. Apabila kita membimbing orang lain, maka kita harus selalu mengajarkan Nopember 2016 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu tentang akar pokok hati kepercayaan. Kita juga harus selalu menganjurkan untuk membangkitkan hati kepercayaan. Bersamaan dengan itu kita harus pula mengajarkan untuk menimbulkan prajna yang sempurna. Ketika Syijo Kingo berkunjung ke Minobu, Niciren Daisyonin telah menyampaikan tentang penyakit yang diderita Ama Goze. Mendengar hal tersebut Syijo Kingo merasa khawatir. Oleh karena itu Niciren Daisyonin memberikan dorongan untuk bertemu dengan Syijo Kingo agar penyakitnya dapat cepat disembuhkan dan umurnya dapat diperpanjang sekalipun hanya satu hari.
2
Jiwa bagi manusia adalah sebuah pusaka yang sukar diperoleh. Perpanjangan usia satu hari saja merupakan suatu yang lebih berharga daripada puluhan ribu kilo emas. Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang paling unggul di antara ajaranajaran suci yang dibabarkan dalam seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni, karena Saddharmapundarika-sutra berisi bab panjangnya usia sang Tathagata.
GM
Keterangan : Bagi siapapun di dunia ini, jiwa merupakan pusaka yang paling unggul. Oleh karena adanya jiwa ini segala harta dapat mempunyai arti dan nilai. Jika jiwa sudah mati, maka harta sebanyak apapun juga tidak akan ada artinya. Dalam Surat Sekarung Beras Putih dikatakan, “Di antara seluruh harta pusaka yang tersebar penuh dalam 3000 Dunia besar tidak ada satupun yang dapat menggantikan jiwa”. (Gosyo halaman 1596). Selain itu dalam surat tersebut juga dikatakan, “jiwa satu hari saja adalah sesuatu yang lebih unggul dari pada seluruh harta yang terdapat dalam 3000 Dunia Besar”. Jiwa memang lebih unggul dari pada seluruh pusaka yang memenuhi alam semesta, karena jiwa tersebut mencipta nilai dan juga tidak dapat digantikan oleh apapun juga. Jiwa dapat mencipta nilai dan tidak dapat digantikan karena dalam dasar jiwa tersembunyi sifat Buddha secara rahasia. Sifat 26
Samantabadra | Nopember 2016
Buddha adalah badan pokok hakikat seluruh alam semesta yang unggul. Walaupun jiwa itu dikotori oleh hawa nafsu atau jiwa itu menderita karena karma yang buruk, pada dasarnya di dalam jiwa tersebut tersembunyi secara rahasia jiwa Buddha. Dalam jiwa manapun selalu tersembunyi jiwa Buddha yang penuh Prajna dan maitri karuna. Sutra yang menerangkan tentang jiwa Buddha ini adalah Saddharmapundarika-sutra dalam bab panjang Usia Sang Tathagata. Dalam bab tersebut Sang Buddha Sakyamuni berkata, “Sebenarnya sejak aku mencapai kesadaran Buddha telah berlalu ratusan milyar kalpa koti nayuta yang tak terhitung dan terbatas”. Perkataan ini menerangkan mengenai pencapaian kesadaran Buddha dimasa lampau yang amat jauh, pada 500 asam kheya kalpa kolti. Selanjutnya dikatakan, “Sejak saat itu, aku selalu berada di dunia saha untuk membabarkan dan mengajarkan hukum”. Melalui pembabaran tersebut Sang Buddha Sakyamuni menerangkan, bahwa jiwa Buddha berada di dunia saha sejak asal mula dan kekal. Dengan kalimat tersebut Sang Buddha Sakyamuni ingin menunjukkan bahwa di dasar jiwa yang dalam dari seluruh umat terdapat jiwa Buddha yang kekal. Saddharma yang kekal sejak asal mula tersirat secara rahasia dalam kalimatkalimat bab panjangnya Usia Sang Tathagata. Niciren Daisyonin yang merupakan Buddha pokok massa Akhir Dharma mewujudkan Saddharma itu secara nyata menjadi Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti. Dengan adanya Gohonzon, maka seluruh umat manusia dapat membangkitkan dan mewujudkan sifat Buddha yang kekal dalam jiwa masingmasing. Oleh karena itu dalam surat di atas dikatakan, “Perpanjangan usia satu hari saja dapat menumpuk karunia kebajikan yang semakin besar”. Kita yang menerima dan mempertahankan Gohonzon serta menyebut Daimoku setiap hari harus dapat sungguhsungguh mengetahui keagungan jiwa kita sehari-hari. eee
Nopember 2016 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu
28
Samantabadra | Nopember 2016
On Prolonging One’s Life Span T
here are two types of illness: minor and serious. Early treatment by a skilled physician can cure even serious illnesses, not tomention minor ones. Karma also may be divided into two categories: fixed and unfixed. Sincere repentance will eradicate even fixed karma, tosay nothing of karma that is unfixed. The seventh volume of the Lotus Sutra states, “This sutra provides good medicine for the ills of the people of Jambudvīpa.” These words can be found in no other sutra. All the sacred teachings of Shakyamuni’s lifetime are the golden words of theThus Come One; for countless kalpas, they have never contained the slightest falsehood. The Lotus Sutra is the truth of all truths taught by the Buddha, for it includes his declaration of “honestly discarding expedient means.” Many Treasures Buddha confirmed the truth of theLotus Sutra, and all the other Buddhas lent their tongues in testimony. How, then, could it be false? Moreover, this sutra contains the greatest of all secrets. It tells of a woman who suffers from illness in the last five-hundred-year period of the twenty-five hundred years following the Buddha’s passing. King Ajātashatru broke out in virulent sores all over his body on the fifteenth day of the second month of his fiftieth year. Not even the skills of the great physician Jīvaka were enough to cure him. It was fated that he would die on the seventh day of the third month and fall into the great citadel of the hell of incessant suffering. All the pleasures of his fifty years suddenly vanished, and the sufferings of an entire lifetime were gathered into twenty-one days. His death was predetermined by his fixed karma. But then the Buddha reiterated the teaching of the Lotus Sutra, entitling it the Nirvana Sutra and conferring it on the king. The king immediately recovered from his illness, and the grave offenses that had burdened his heart vanished like dewdrops. More than fifteen hundred years after the Buddha passed away, there lived a man [in China] called Ch’en Chen. It was prophesied that he would die at the age of fifty, but by following the Great Teacher T’ien-t’ai, he was able to prolong his life by fifteen years and lived to be sixtyfive. Bodhisattva Never Disparaging also transformed his fixed karma and prolonged his life through his practice of the Lotus Sutra. The sutra says, “His life span was increased.” The persons mentioned above were men, not women, but they prolonged their lives by practicing the Lotus Sutra. Ch’en Chen lived before the last five-hundred-year period, so his change of karma was as extraordinary as rice ripening in winter or chrysanthemums blossoming in summer. In this age, it is as natural for a woman to change her fixed karma by practicing the Lotus Sutra as it is for rice to ripen in fall or chrysanthemums to bloom in winter. When I prayed for my mother, not only was her illness cured, but her life was prolonged by four years. Now you too have fallen ill, and as a woman, it is all the more timely for you to establish steadfast faith in the Lotus Sutra and to see what it will do for you. In addition, you can go toNakatsukasa Saburō Saemon-no-jō [Shijō Kingo], who is not only an excellent physician but a votary of the Lotus Sutra. Life is the most precious of all treasures. Even one extra day of life is worth more than ten million ryō of gold. The Lotus Sutra surpasses all the other sacred teachings of the Buddha’s lifetime because of the “Life Span” chapter. The greatest prince in the land of Jambudvīpa would be of less consequence than a blade of grass if he died in childhood. If he died young, even a person whose wisdom shone as brilliantly as the sun would be less than a living dog. So you must hasten to accumulate the treasure of faith and quickly conquer your illness.
Nopember 2016 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu I could ask Shijō Kingo on your behalf, but, while some people would prefer to be approached by an intermediary, others may feel it reflects a lack of earnestness on the part of the individual concerned. It is extremely difficult to fathom another person’s mind. I have experienced such difficulties on several occasions. Shijō Kingo is one who would feel offended if the request came from anyone but the person directly concerned, so in his case, it would not be advisable for me to intercede. Just ask his assistance yourself, frankly and sincerely, without an intermediary. When he came to see me in the tenth month of last year, he told me how grieved he was about your illness. He said that you were probably not overly concerned then because your illness was not yet serious, but that it would surely become critical by the first or second month of this year. His words deeply saddened me. He also said that Toki depends on you as a staff to lean on and a pillar for support. He was very concerned about you. He is a man who never gives in to defeat and who greatly values his friends. If you are unwilling to make efforts to heal yourself, it will be very difficult to cure your illness. One day of life is more valuable than all the treasures of the major world system, so first you must muster sincere faith. This is the meaning of the passage in the seventh volume of theLotus Sutra that states that burning a finger as an offering to the Buddha and the Lotus Sutra is better than donating all the treasures of the major world system. A single life is worth more than the major world system. You still have many years ahead of you, and moreover you have encountered the Lotus Sutra. If you live even one day longer, you can accumulate that much more benefit. How truly precious your life is! Write down your name and age yourself and send your messenger with it to me so that I can pray to the gods of the sun and moon. Your son Iyo-bō is also extremely worried about you, so he will offer the recitation of the verse section of the “Life Span” chapter to those gods. Reply to the lay nun Respectfully, Nichiren
30
Samantabadra | Nopember 2016
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Berita kepada Ueno-dono
Surat Perihal Empat Kebajikan dan Empat Budi Gosyo Zensyu halaman 1526 LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis di Gunung Minobu pada tahun Kenji ke-1 (1275). Ketika itu Niciren Daisyonin berusia 54 tahun. Surat yang merupakan berita (Go-syosoku) ini ditujukan kepada Nanjo Syiciro Jiro Tokimitsu. Sekarang surat aslinya sudah tidak ada lagi. Ketika Tokimitsu berusia 7 tahun, ia kehilangan ayahnya yang merupakan Kepala Daerah Ueno (sekarang sebagian dari kota Fujinomiya, Propinsi Syizuoka). Di kemudian hari, atas dukungan ibu yang memiliki hatikepercayaan yang kuat, Tokimitsu meneruskan hati-kepercayaan almarhum ayahnya. Ia tumbuh menjadi dewasa dengan baik. Kemudian ia mewarisi kedudukan ayahnya sebagai kepala daerah; sekalipun pada waktu itu ia masih belia. Ketika menerima surat ini Nanjo Tokimitsu baru berusia 17 tahun. Dalam surat ini Niciren Daisyonin memuji Tokimitsu sebagai seorang kepala keluarga yang dapat menjalankan bakti dengan sungguh hati kepada ibu dan juga dapat membagi sumbangan karunia kebajikan sendiri untuk almarhum ayahnya. Di samping budi yang tebal kepada orang tua tersebut, Niciren Daisyonin mengharapkan berkembangnya sifat kemanusiaan yang lebih sempurna dalam diri Tokimitsu. Oleh karena itu, Beliau membabarkan keempat budi menurut Hukum Buddha dan empat kebajikan dari sastraluar. Keempat budi dan keempat kebajikan tersebut adalah dasar moral pada umumnya.
Jadi, dengan surat ini Niciren Daisyonin mengajarkan Tokimitsu jalan sebagai manusia seutuhnya. Dari keempat budi tersebut, khusus mengenai budi ayah dan ibu diuraikan secara rinci. Nanjo Tokimitsu diberi semangat bahwa justru pelaksanaan yang kuat untuk meneruskan warisan hati-kepercayaan dari ayahnya merupakan balas budi kepada orang tua. Maka, nama lain dari surat ini adalah Surat Perihal Empat Kebajikan dan Empat Budi. Isi surat ini menunjukkan empat kebajikan yang terdapat dalam sastra-luar dan empat budi yang terdapat dalam sastra-dalam. Juga diuraikan bahwa orang yang percaya dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra dengan sendirinya mencakupi keempat kebajikan. Sedangkan menerima serta mempertahankan sutra ini merupakan balas budi kepada keempat budi. Tambahan pula, orang yang percaya sutra ini dengan kuat pasti dijaga dan dilindungi mulai dari Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha sepuluh penjuru hingga Dasaraksasi. Penjagaan dan perlindungan mereka adalah pasti, seperti bayangan seseorang yang mengikuti badannya. Oleh karena itu, kalau meneruskan hati-kepercayaan dengan kuat, tak diragukan lagi bahwa “Pada masa sekarang hidup degan tenang dan tenteram, serta di masa akan datang terlahir di tempat yang baik.� Demikianlah dorongan yang diberikan kepada Tokimitsu. Nopember 2016 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo cabang ISI GOSYO |
S
etiap Buddha dari ketiga masa muncul di dunia ini untuk membabarkan keharusan membalas keempat budi. Para orang arif (kenjin) zaman dahulu seperti tiga penguasa dan lima kaisar, Kong Hu Cu, Lao Tse, Yen Huiš, dan lainnya mengajarkan untuk sungguhsungguh melaksanakan empat kebajikan. Keempat kebajikan yang diajarkan mereka adalah: 1. Berbakti kepada ayah dan ibu; 2. Setia kepada majikan; 3. Sopan santun kepada kawan; 4. Bersikap kasih sayang bila bertemu dengan orang yang kurang daripada kita. Pertama, berbakti kepada ayah dan ibu. Meskipun orang tua tidak berlaku sesuai dengan kewajaran sebagai manusia serta berbicara dengan hati yang buruk, janganlah marah atau memperlihatkan wajah masam kepada mereka. Jangan melawan sedikit juga terhadap apa yang mereka katakan. Pikirkanlah untuk selalu memberikan yang terbaik kepada mereka. Jikalau tidak dapat berbuat apa-apa, perlihatkanlah wajah tersenyum dua atau tiga kali dalam sehari. Kedua, setia kepada majikan. Jangan sedikit juga mempunyai hati yang tidak jujur kepada majikan, hendaknya selalu mempunyai hati untuk menyumbang; sekalipun harus mengorbankan diri sendiri. Walaupun hingga sekarang tidak diketahui orang lain, bila ada kesungguhan hati, pada suatu saat, pasti akan nyata dan dikatakan mempunyai kebajikan. Ketiga, sopan santun kepada kawan. Walaupun kawan mengunjungi sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali dalam sehari, hendaknya tetap menganggapnya sebagai orang yang datang dari 1.000-2.000 mil yang jauh. Sedikitpun tak boleh mengurangi perilaku sopan santun padanya. Keempat, bersikap penuh kasih sayang apa bila bertemu dengan orang yang kurang daripada kita. Anggaplah orang yang lebih lemah sebagai anak sendiri dan limpahkanlah kasih sayang kepadanya. Demikianlah yang dimaksud dengan empat kebajikan. Orang yang menunjukkan perilaku di atas dikatakan sebagai orang bijaksana. Jikalau memiliki empat kebajikan ini, meskipun kurang baik dalam hal yang lain, orang itu tetap dikatakan sebagai orang yang baik. Demikianlah, orang yang melaksanakan dan memperoleh empat kebajikan ini dianggap sebagai orang yang sudah membaca 3.000 rol sastra luar²; sekalipun sebenarnya ia tidak membacanya. Empat budi menurut Ajaran Buddha adalah: 1. Membalas budi kepada ayah dan ibu; 2. Membalas budi kepada raja negara (majikan); 3. Membalas budi kepada seluruh umat manusia; 4. Membalas budi kepada Triratna. Pertama, membalas budi kepada ayah dan ibu. Badan kita pertama-tama terbentuk dengan menyatunya dua tetes cairan merah dan putih dari ibu dan ayah. Setelah itu 32
Samantabadra | Nopember 2016
kita berdiam di dalam kandungan ibu selama 270 hari. Selama sembilan bulan (ibu) mengalami 37 kali penderitaan, yang rasanya bagaikan mati. (Penderitaan sakit) ketika ibu melahirkan, rasanya hampir-hampir tak tertahankan. Nafas terengah-engah dan uap yang keluar dari ubun-ubun bagaikan mencapai Surga Brahma. Setelah dilahirkan, air susu ibu yang diminum berjumlah lebih dari 180 kokuÂł; bermain-main di pangkuan ayah dan ibu selama tiga tahun. Oleh karena itu, setelah dewasa dan percaya kepada ajaran Buddha, hendaknya pertama-tama membalas budi kepada ayah dan ibu. Gunung semeru masih rendah jika dibandingkan dengan tingginya budi ayah. Samudera luas masihlah dangkal bilda dibandingkan dengan dalamnya budi ibu. Hendaknya membalas budi kepada ayah dan ibu dengan penuh ketekadan hati. Kedua, membalas budi kepada raja negara. Semenjak lahir, kita telah menerima budi dari raja negara. Terutama dalam hal pakaian dan makanan. Doakanlah agar (raja negara) merasakan hidup tenang dan tenteram pada masa ini, serta pada masa akan datang terlahir di tempat yang baik. Ketiga, mengenai membalas budi kepada seluruh umat. Kalau ditinjau dari jiwa yang mencakup tiga masa, di masa lampau seluruh pria adalah ayah kita dan seluruh wanita pernah menjadi ibu kita. Dengan demikian, seluruh umat memberikan budi pada setiap kelahiran4 dan setiap zaman. Maka, doakanlah agar seluruh umat dapat mencapai kesadaran Buddha. Keempat, membalas budi kepada Triratna. Jika mencari hal ini di dalam Sutra Avatamsaka yang pertama kali dibabarkan setelah memperoleh Jalan Pencapaian – sutra ini adalah Tathagata Sambhogakaya – maka, Dwiyana dan sebagainya adalah bagaikan burung hantu di siang hari atau elang di malam hari. Meskipun mendengar pintu-hukum Avatamsaka, mereka akan sama dengan orang yang tuli dan buta. Jangankan berpikir dapat membalas keempat budi, membalas budi ibu saja susah. Hal itu disebabkan wanita tak disukai dengan dikatakan tidak dapat memperoleh pencapaian kesadaran Buddha. Berikutnya Buddha Sakyamuni membabarkan sutra Agama selama 12 tahun, dan inilah Ajaran Hinayana. Oleh karena itu, kita kira Ajaran Hinayana ini sesuai dengan akar-bakat kita. Akan tetapi, Sutra Hinayana ini membabarkan bahwa agar badan kita mencakup 3.000 wibawa, dasarnya adalah 5 sila untuk laki-laki, 10 sila untuk wanita, 250 sila untuk gurudharma, dan 500 sila untuk bhiksni. Sehingga kita berpikir ajaran tersebut tidak sesuai untuk Masa Akhir Dharm. Dengan demikian sukar untuk membalas budi ibu. Apalagi, sutra ini juga tidak menyukai pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita. Demikian pula dengan sutra-sutra yang dibabarkan selama 40 tahun lebih, seperti Sutra-Sutra Vaipulya dan Prajnaparamita. Seluruh sutra tersebut tidak menyukai kaum wanita. Hanya dalam Sutra Ten-nto Jobutsu, Sutra Amitayurdhyana dan lainnya, ditemui kalimat sutra yang menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita, meskipun hanya sedikit. Namun, pencapaian kesadaran tersebut hanya ada namanya saja, tanpa adanya pusaka (badan sesungguhnya). Terlebih lagi, sutra-sutra ini termasuk ke dalam sutra “belum mewujudnyatakan pendirian sesungguhnyaâ€? (mikken syinjitsu). Oleh karena itu semua sutra tersebut sama sekali tiak mempunyai kekuatan. Dalam semua sutra yang dibabarkan selama 40 tahun lebih, wanita tidaklah disukai. Begitupula dengan Sutra Nirvana yang dibabarkan terakhir. Dalam sutra tersebut wanita juga tak disukai. Nopember 2016 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo cabang Pertanyaan: Ajaran sutra manakah yang dapat membalas keempat budi ini? Hanya Saddharmapundarika-sutra yang membabarkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Putri Naga yang berusia delapan tahun dapat mencapai kesadaran Buddha. Mahaprajapati, ibu yang mengasuh Sang Buddha, dan bhikkuni Yasodhara juga mendapat penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha. Memang, badan ibu kita adalah badan wanita, bukan badan binatang maupun ular. Tetapi, Putri Naga saja pada usia 8 tahun dapat mencapai kesadaran Buddha. Maka, bagaimana mungkin ibu kita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha dengan kekuatan Saddharmapundarika-sutra ini? Dengan demikian, hanya orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dapat menjalankan balas budi kepada ayah bunda. Meskipun dalam hati tak terpikir untuk membalas budi kepada ayah dan ibu, melalui kekuatan sutra ini kita melaksanakan balas budi. Oleh karena itu, para Buddha sepuluh penjuru yang tak terhitung, Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan sebagainya; para bodhisattva yang muncul dari bumi, seperti Visishtakaritra dan sebagainya; Bodhisattva Syakke seperti Samantabadra dan Manjusri; para mahasravaka, seperti Sariputra dan sebagainya; serta raja dewa, Dewa Brahma, Dewa Surya, Dewa Candra, dan sebagainya; Raja Delapan Bagian5 (delapan bagian umat), Dasaraksasi, dan sebagainya; dewa-dewa negeri Jepang, baik besar maupun kecil, semua menjaga orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra dengan hati kuat dan berkobarkobar. Orang yang memiliki kepercayaan dengan hanya satu jalan tanpa ada keinginan hati yang lain sedikit pun, akan dijaga dan dilindungi seperti bayangan yang selalui mengikuti badan. Kalau dapat mempercayai Hukum dengan hanya satu jalan dan hati yang tak berubah, pasti mendapatkan hidup yang tenang dan tenteram dalam hidup kali ini. Serta pada masa yang akan datang akan terlahir di tempat yang baik. Sekian.
Surat kepada Ueno Dono Disampaikan dengan hormat, tertanda Niciren
Keterangan: 1. Yen Hui (514 SM-483SM): lahir di Tiongkok. Ilmuwan yang berasal dari Propinsi Li. Nama kecilnya Kai, marga Shien. Murid utama dari Kong Hu Cu. 2. Sastra-luar: ajaran di luar Ajaran Buddha. Di sini dimaksudkan Ajaran Tao dan Kong Hu Cu yang berjumlah 3.000 rol. 3. Koku: ukuran isi sistem Jepang. Satu koku kurang lebih 180 liter. 4. Setiap kelahiran: kehidupan yang dialami dalam perputaran hidup dan mati. 5. Raja delapan bagian: Makhluk bukan manusia yang melindungi agama Buddha yaitu: dewa, naga, yaksya, gandarva, asyura, garuda, kimnara, dan mahoraga.
34
Samantabadra | Nopember 2016
KUTIPAN GOSYO |
1
Keempat kebajikan yang diajarkan mereka adalah:
1. 2. 3. 4.
Berbakti kepada ayah dan ibu; Setia kepada majikan; Sopan santun kepada kawan; Bersikap kasih sayang bila bertemu dengan orang yang kurang daripada kita.
Keterangan: Pertama, diuraikan mengenai empat kebajikan yang terdapat dalam sastra-luar. Keempat kebajikan tersebut adalah berbakti kepada orang tua, setia kepada majikan, sopan santun kepada kawan, dan kasih sayang kepada orang yang kurang bila dibandingkan dengan diri sendiri. Keempat kebajikan ini merupakan pokok dasar dari ajaran sastraluar. Sastra-luar merupakan pintu pertama untuk memasuki Hukum Buddha, sesuai dengan pendirian yang dikatakan di dalam Gosyo, “Ajaran-ajaran tentang sopan santun dan seni musik harus dimuali terlebih dahulu, dan setelah itu dapat dibuka jalan sesungguhnya” (Gosyo Zensyu hal. 187). Dan juga, bagaimanakah seharusnya perilaku kita sebagai manusia? Dalam kehidupan bermasyarakat diajarkan sikap menyesuaikan diri ketika menghadapi manusia-manusia lain. Hukum Buddha adalah kewajaran, maka pelaksanaan hukum Buddha tidak berbeda dengan gerakan masyarakat nyata. Dapat dikatakan juga bahwa pelaksanaan Hukum Buddha tidak terlepas jauh dari makna keadaan masyarakat. Di dalam Surat perihal Kalpa Pengurangan dikatakan, “Dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, ‘seluruh hukum tidak ada yang bertentangan dengan wajah-sesungguhnya’, dan sebagainya. Maha guru Tien-tai menanggapi hal ini dengan berkata, ‘seluruh peraturan negara dan usaha untuk menjadikan masyarakat sejahtera, tidak ada yag
bertentangan dengan wujud sesungguhnya’, dan sebagainya. Orang bijaksana tidak melaksanakan Hukum Buddha di luar hukum kemasyarakatan; yang sungguh-sungguh mengetahui hukum untuk mengatur negara disebut sebagai orang arif” (Gosyo Zensyu hal. 1466). Oleh karena itu, seluruh hukum kemasyarakatan merupakan Hukum Buddha. Maka, sebagai orang yang memahami Hukum Buddha seharusnya menguasai sepenuhnya sikap yang baik dalam kehidupan, cara bicara yang baik, dan sebagainya. Bahkan nilai-nilai empat kebajikan dapat menjadi dasar moral. Serta teori kewajaran dalam sastra-luar sebelum Ajaran Buddha juga mempunyai makna. Penjelasan mengenai empat kebajikan adalah sebagai berikut. Yang pertama, mengenai budi kepada ayah dan ibu. Kong Hu Cu mengajarkan untuk “berbakti kepada ayah dan ibu” dan “mematuhi keinginan orang tua”. Hendaknya berpikir untuk memberikan barang yang disenangi mereka. Seandainya tidak dapat melakukan hal ini, paling sedikit tetap tersenyum kepada mereka sebanyak dua atau tiga kali dalam sehari. Ajaran ini memang memberikan tujuan hidup yang sangat berharga bagi zaman sekarang. Zaman sekarang adalah saat sering terjadinya pemutusan hubungan antara orang tua dan anak serta timbulnya banyak ketidakharmonisan antara orang tua dan anak. Dengan demikian ajaran ini dapat digunakan untuk membangun keluarga yang harmonis. Kedua, setia kepada majikan. Sediktpun tidak boleh mempunyai hati tidak jujur kepada majikan, dan juga harus mempunyai sikap setia dengan sesungguh hati. Perkataan ini bertujuan mengajarkan Nanjo Tokimitsu tentang kewajaran moral sebagai samurai yang bekerja pada majikan. Di dalam surat ini dikatakan, “Walaupun hingga sekarang tidak diketahui orang lain, bila ada kesungguhan hati, pada suatu saat pasti akan nyata.” Kalimat Nopember 2016 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo cabang ini mempunyai arti yang sama dengan kalimat “ada kebajikan tersembunyi, pasti ada imbalan yang nyata” yang dikutip dari buku Jinkankun yang ditulis oleh Enanji. “Kebajikan yang tersembunyi” adalah perilaku kebaikan yang tidak diketahui orang lain, atau kesungguhan hati yang tersembunyi. “Imbalan yang nyata” berarti bentuk imbalan baik yang terlihat secara jelas. Kalimat ini berarti, meskipun tidak disukai oleh majikan, hendaknya tetap setia – sekalipun hanya diam-diam. Pada suatu saat sikap ini pasti akan memperoleh imbalan yang baik. Diajarkan, hendaknya terus menimbun kebajikan sunyata, baik yang dilihat oleh orang lain maupun yang tidak dilihat. Perbuatan ini terukir dalam jiwa sebagai karma baik, dan sebagai imbalan nyata pasti menerima akibat nyata yang besar. Maka, pada akhirnya orang tersebut akan bersinar sebagai pemenang kehidupan. Ketiga, mengenai sikap sopan santun kepada kawan. Ini merupakan petunjuk mengenai sikap yang seharusnya sebagai manusia. Juga merupakan satu pedoman yang sangat penting. Walaupun seseorang datang terus menerus ke rumah sebanyak sepuluh atau dua puluh kali dalam sehari, anggaplah ia sebagai orang yang datang dari 1.000-2.000 mil yang sangat jauh. Petuah ini mengajarkan betapa penting untuk selalu bergaul dengan orang lain setulus hati. Hendaknya bergaul dengan penuh penghargaan dari dasar hati, baik dengan kawan yang telah akrab ataupun orang-orang lain. Pergaulan ini hendaknya tidak tergantung pada status orang itu. Tidak tergantung pada kedudukannya dalam masyarakat, jabatannya, ataupun hal-hal lainnya. Dengan demikian dapat menciptakan hubungan kemanusiaan yang sejati dan dapat membangun tali persahabatan yang kokoh. Tali persahabatan yang tak dapat diputuskan. Ini merupakan suatu teori kewajaran yang jelas dan terang. Keempat, memberikan kasih sayang kepada orang yang kurang daripada diri sendiri. Yang dimaksud kurang disini bukanlah dalam hal martabat sebagai manusia. Tetapi yang 36
Samantabadra | Nopember 2016
dimaksud dengan kurang di sini adalah dalam hal kedudukan masyarakat, jasmani, atau semangat. Bagi Tokimitsu, orang yang kurang dari dirinya berarti para bawahan dan pengikutnya. Hendaknya orang-orang tersebut dianggap sebagai anak sendiri dan diperlakukan secara adil berdasarkan hati yang maitri karuna. Menurut ajaran Kong Hu Cu, orang yang melaksanakan dan memperoleh empat kebajikan disebut sebagai orang arif atau orang bijaksana. Meskipun menjabat sebagai kepala daerah, Tokimitsu baru berusia 17 tahun. Ia masih seorang remaja yang belum berpengalaman luas. Petunjuk Niciren Daisyonin yang didasarkan ada empat kebajikan ini bermaksud membimbing Tokimitsu mengenai liku-liku kehidupan secara terinci. Dengan itu diharapkan dapat semakin meningkatkan kepribadian Tokimitsu. Dari kalimat sutra “Orang yang menunjukkan perilaku di atas dikatakan sebagai orang bijaksana”, dapat dirasakan dalamnya maha maitri karuna Niciren Daisyonin kepada Tokimitsu.
2
Empat budi menurut Ajaran Buddha adalah:
1. Membalas budi kepada ayah dan ibu; 2. Membalas budi kepada raja negara (majikan); 3. Membalas budi kepada seluruh umat manusia; 4. Membalas budi kepada Triratna.
Keterangan: Bagian ini menguraikan empat budi menurut Ajaran Buddha (sastra dalam) yang terbagi dalam uraian mengenai budi ayah dan ibu, budi raja negara, budi seluruh umat, dan budi Triratna. Pada umumnya, kebaikan hati, kasih sayang, perhatian, pemberian, dan sebagainya dari orang lain disebut sebagai “budi”. Orang yang mengetahui hal itu dikatakan sebagai orang yang mengenal budi, dan perilaku membalas
itu adalah membalas budi. Mengenal budi dan membalas budi merupakan moral dan tujuan kebajikan yang sangat indah sebagai manusia. Juga merupakan moral dan tujuan yang tak berubah atau terlanda oleh arus zaman. Akan tetapi, sebagian manusia menganggap mengenal budi dan membalas budi merupakan moral feodal yang sudah kuno. Penyebabnya adalah pada 300 tahun dan 100 tahun yang lalu, orang bawahan secara sepihak harus memberikan tenaga kepada atasannya terus menerus. Dan ini dijadikan paksaan dengan mengatasnamakan membalas budi. Maka, timbul pemikiran bahwa sikap membalas budi merupakan sikap feodal kuno. Balas budi yang sesungguhnya bukanlah keharusan menyumbang tenaga secara sepihak seperti diuraikan di atas. Tetapi balas budi adalah suatu perasaan berterima kasih yang timbul secara wajar dalam hati ketika menerima budi yang nyata. Mengenai hal ini, Ajaran Buddha terutama mementingkan pandangan timbulnya jodoh (en-gi). Bagaimanapun kita tidak mungkin hidup seorang diri di dunia ini. kuta mutlak bergantung pada yang lainnya (jodoh/en). Maka, berdasarkan teori timbulnya jodoh (engi) ini, membalas budi menjadi penting. Penjelasan mengenai empat budi menurut Hukum Buddha adalah sebagai berikut. Pertama, membalas budi kepada ayah dan ibu. Ini adalah membalas budi kepada kedua orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Niciren Daisyonin dalam Surat Perihal Membuka Mata menunjukkan pentingnya hati bakti sebagai berikut, “Yang dikatakan budi adalah tinggi. Meskipun langit itu tinggi, namun tingginya tidaklah setinggi budi. Dan budi adalah tebal. Tanah memang tebal, tetapi tidak setebal budi” (Gosyo Zensyu hal. 192). Dalam mendidik dan membesarkan anak ditemui kesulitan-kesulitan yang banyaknya tidaklah diketahui orang lain. Ada pepatah yang mengatakan, “Besarnya budi orang tua baru diketahui setelah sendiri kita mempunyai anak.” Berarti, setelah mempunyai anak barulah kita mengetahui banyaknya
kesulitan yang ditemui dalam mendidik dan membesarkan anak. Khususnya, penderitaan sakit ketika melahirkan. Juga, siang dan malam melayani bayi yang belum dapat menyatakan perasaannya sendiri adalah bukan hal yang mudah. Semua kesulitan tersebut tidaklah terlukiskan dengan kata-kata maupun tulisan. Seperti apa pun balas budi dan penghargaan kita kepada orang tua, tetaplah tidaklah memadai. Oleh karena itu dikatakan, “... setelah dewasa dan percaya kepada Ajaran Buddha, hendaknya pertama-tama membalas budi kepada ayah dan ibu.” Kedua, budi kepada raja negara. Pada zaman kerajaan dahulu pemerintahan terpusat pada raja. Tugas memelihara atau menjaga kendali dan keseimbangan dalam masyarakat ataupun kesejahteraan hidup orang banyak, terpusat pada raja. Tugas atau perilaku inilah yang disebut sebagai “budi raja negara.” Namun, pada zaman sekarang yang beriklim demokrasi, ‘raja negara’ adalah masyarakat itu sendiri. Pada masa ini masyarakat luaslah yang menyokong kehidupan anggota masyarakat tersebut. Kehidupan kita tak dapat berjalan tanpa masyarakat di sekitar kita, maupun tanpa tempat bekerja. Dalam setiap sisi kehidupan kita, kita selalu menerima budi masyarakat. Oleh karena itu, menyumbang tenaga demi pembangunan dan kemakmuran kepada masyarakat merupakan balas budi kepada raja negara. Ketiga, balas budi seluruh umat manusia. Masyarakat merupakan satu keharmonisan antara masing-masing umat manusia. kita masing-masing tentu mempunyai orang tua, dan masing-masing orang tua kita mempunyai orang tua pula. Kalau dihitung dari masa lampau, dalam 30 generasi saja terkumpul 1.073.741.824 orang. Apalagi bila kita berpikir bahwa pada masa lampau kita telah mengalami hidup mati berulang kali yang jumlahnya tak terhingga dan juga mendapat jodoh dengan orang-orang yang jumlahnya tak terhingga pula. Tepatlah bila dikatakan, “ … di masa lampau seluruh pria adalah ayah kita dan seluruh wanita pernah menjadi ibu Nopember 2016 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo cabang kita.” Dalam hidup sehari-hari sekarang saja kita menerima budi dari berbagai orang. Makanan yang kita santap sekali saja sudah merupakan olahan tangan dari orang-orang yang tak terhitung banyaknya. Tanpa budi dari umat manusia tak mungkin kehidupan kita dalam satu hari saja dapat berjalan dengan sempurna. Maka, sesuai dengan kata-kata, “ … doakanlah agar seluruh umat dapat mencapai kesadaran Buddha”, menyelamatkan setiap orang dengan mengajarkan Saddharma yang memungkinakn semuanya mencapai Jalan Buddha merupakan membalas budi yang agung ini. Di antara keempat budi yang dibabarkan dalam Ajaran Buddha, membalas budi kepada Triratna adalah yang terpenting. Meskipun dikatakan Triratna: Buddha, Dharma, dan Sangha, karena terdapat banyak sutra (dharma) dan sastra, derajat menerima budi ini berbeda tergantung pada sutra dan sastranya. Sutra apakah yang menyimpan secara rahasia Triratna yang sesungguhnya? Dijelaskan bahwa mengukur unggul rendahnya ajaran, pembabaran hukum seumur hidup Buddha Sakyamuni dibagi atas lima waktu. Selanjutnya mengenai budi yang keempat, budi dari Triratna. Triratna berarti: pusaka Buddha, pusaka Dharma, dan pusaka Sangha. Dalam kehidupan sebagai manusia yang tertinggi, yang terpenting adalah membalas budi kepada Triratna. Dengan membalas budi kepada Triratna sudah tercakup membalas budi ayah ibu, budi raja negara, dan juga budi seluruh umat manusia. Serta juga, kalau Triratna dipadatkan, semuanya kembali kepada pusaka Dharma, karena “Dharma” adalah guru dari para Buddha” (Gosyo Zensyu hal.938). Dharma berarti ajaran Sang Buddha dan sutra-sutra-Nya. Di dalam ajaran yang dibabarkan Buddha Sakyamuni selama 50 tahun terdapat Ajaran Hinayana dan Ajaran Mahayana, Ajaran Sementara dan Ajaran Sesungguhnya. Dalam hal ini terdapat perbedaan unggul rendah, dalam dan dangkal. dari urutan hukum pembabaran seumur hidup Sang Buddha, 38
Samantabadra | Nopember 2016
hal membalas budi kepada ayah dan ibu – khususnya mengenai membalas budi kepada ibu yang ditinjau dari sudut pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita-diajarkan sutra rahasia yang menyimpan Triratna sesungguhnya. Pertama, mengenai Sutra Avatamsaka, Sutra pertama yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Sutra ini berisi pintu-hukum Mahayana yang tinggi yang sulit dipahami, sehingga “ … Dwiyana dan sebagainya adalah bagaikan burung hantu di siang hari atau elang di malam hari.” Sutra yang demikian unggul agaknya dapat membalas budi yang sesungguhnya. Namun, dalam sutra tersebut dikatakan, “Wanita adalah utusan dari dunia neraka, sering memusnahkan bibit kebuddhaan. Wajahnya mirip bodhisattva, akan tetapi hatinya seperti ibli yaksya.” Dengan demikian wanita tidak disukai karena tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Dalamnya karma dosa membuat wanita tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Pada kesimpulannya, sutra tersebut tak memungkinkan untuk membalas budi kepada ibu; berarti tidak dapat membalas budi ayah dan ibu. Selanjutnya, Sutra Agama yang dibabarkan selama 12 tahun adalah Ajaran Hinayana. Sutra ini agaknya tepat dengan bakat dan hukum. Tetapi sesuai dengan yang dibabarkan, “ … agar badan kita mencakup 3.000 wibawa, dasarnya adalah 5 sila untuk laki-laki, 10 sila untuk wanita, 250 sila untuk guru dharma, 500 sila untuk bhiksuni”, maka manusia biasa Masa Akhir Dharma yang kasar tidak mungkin dapat melaksanakannya. Dengan demikian sukar membalas budi ibu. Apalagi sutra ini tidak dapat menolong, karena juga tidak menyukai bentuk wanita yang dianggap sebagai bentuk padat dari karma dosa. Serta, sutra-sutra yang dibabarkan setelah itu, yaitu Sutra Vaipulya dan Sutra Prajnaparamita, tetap tidak menyukai wanita. Sutra-sutra tersebut mengatakan bahwa wanita tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Hanya dalam Sutra Ten-nyo Jobutsu
dan Sutra Amitayurdhyana terdapat sedikit kalimat yang menyatakan bahwa wanita dapat mencapai kesadaran. Namun, itupun hanya ada namanya, tanpa adanya badan hukum yang memungkinkan hal tersebut. Dengan perkataan lain hanya ada nama tanpa ada wujud sesungguhnya (umyo mujitsu). Terlebih lagi, mengingat ajarannya termasuk ke dalam sutra “belum mewujudkan yang sesungguhnya”, pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita dalam sutra tersebut tidak dapat dianggap sebagai pencapaian kesadaran Buddha yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam surat yang diberikan kepada Tokimitsu yang sama pada tahun Koan ke-3 (1280), Niciren Daisyonin mematahkan seluruh sutra selama 40 tahun lebih. Juga termasuk Sutra Nirvana yang dibabarkan terakhir oleh Buddha Sakyamuni. Beliau mengatakan, “Dalam sastra-dalam sebanyak 5.000 rol lebih juga tidak membabarkan hal yang lain, hanya membabarkan tentang karunia kebajikan berbakti. Namun demikian, Ajaran Sang Tathagata yang dibabarkan selama 40 tahun menyerupai budi bakti, akan tetapi pembabaran itu belum dinyatakan, sehingga merupakan tidak berbakti di dalam berbakti” (Gosyo Zensyu hal. 1563). Hanya Saddharmapundarika-sutra, tujuan kelahiran Sang Buddha yang dibabarkan selama 8 tahun, membabarkan jalan berbakti yang sesungguhnya. Dalam sutra tersebut, sebagai contoh pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita, dijelaskan tentang pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga. Serta sebagai contoh wanita yang dijanjikan akan mencapai kesadaran Buddha pada masa mendatang, adalah ibu tiri Sang Buddha, Mahaprajapati, dan Putri Yasodhara yang merupakan istri Buddha Sakyamuni sebelum beliau meninggalkan keduniawian. Balas budi sesungguhnya dan yang tertinggi kepada ibu adalah, agar ibu dapat mencapai kesadaran Buddha. Serta dapat dikatakan selain daripada menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, tidak mungkin membalas budi kepada ayah dan ibu.
Yang dimaksud dengan Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma ini adalah Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Dan Triratna di Masa Akhir Dharma adalah: - Pusaka Buddha adalah Buddha Pokok Masa Akhir Dharma, Niciren Daisyonin. - Pusaka Dharma adalah Nammyohorengekyo dari Icinen Sanzen Pelaksanaan Nyata (Gohonzon). - Pusaka Sangha adalah Bhiksu Tertinggi ke-2 Nikko Syonin, sebagai pewaris hubungan darah. Membalas budi kepada Triratna inilah yang merupakan inti hakikat dari keempat budi. Ketiga balas budi yang telah diuraikan terdahulu tercakup dalam balas budi kepada Triratna. Perkataan, “... orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dapat menjalankan balas budi kepada ayah bunda,” berarti dapat membalas budi yang pertama, budi orang tua. Mengenai membalas budi raja negara, yaitu budi yang kedua, dikatakan dalam surat, “doakanlah agar raja negara merasakan hidup tenang dan tenteram pada masa ini, serta pada masa akan datang terlahir di tempat yang baik.” Mengenai budi kepada seluruh umat manusia, budi yang ketiga, dikatakan, “Doakanlah agar seluruh umat dapat mencapai kesadaran Buddha.” Semua ini dapat dimungkinkan dengan percaya kepada Triratna dari Masa Akhir Dharma. Kemudian, dikatakan, “Meskipun dalam hati tak terpikir untuk membalas budi kepada ayah dan ibu, melalui kekuatan sutra ini kita melaksanakan balas budi.” Dengan demikian maka meskipun di dalam hati kita tidak ada kesadaran untuk membalas budi secara jelas, dengan kita menerima dan mempertahankan Gohonzon serta melaksanakan hati kepercayaan untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain, dengan sendirinya menjadi balas budi yang tertinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan Buddha dan kekuatan Dharma yang agung dari Gohonzon. Tak perlu dikatakan lagi bahwa ini semua juga karena kekuatan Nopember 2016 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo cabang kebajikan Gohonzon yang tak akan habis hingga kapan pun. Namun, ini tidak berarti jika telah berdoa kepada Gohonzon dengan sendirinya telah menjalankan balas budi kepada semuanya. Dengan demikian kita tak perlu lagi berusaha membalas budi secara konkrit. Tak perlu dikatakan lagi bahwa balas budi dalam kehidupan nyata sekarang ini memerlukan usaha yang nyata.
3
Dewa-dewa negeri Jepang, baik besar maupun kecil, semua menjaga orang yang percaya Saddharmapundarikasutra dengan kuat dan berkobar-kobar. Orang yang memiliki kepercayaan dengan hanya satu jalan tanpa ada keinginan hati lain sedikit pun, akan dijaga dan dilindungi seperti bayangan yang selalu mengikuti badan. Keterangan: Bagian ini menerangkan bahwa bila kita percaya Saddharmapundarika-sutra dengan kuat dan berkesinambungan dengan hanya satu jalan tanpa keinginan hati yang lain sedikit pun, pasti mendapatkan perlindungan dari para Buddha dan para dewa secara nyata. Serta kita tak perlu ragu lagi bahwa kita akan merasakan kehidupan masa sekarang yang tenang dan tenteram serta masa yang akan datang terlahir di tempat yang baik. Dalam pesamuan Saddharmapundarikasutra Buddha Sakyamuni,Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha lainnya serta para dewa dari sepuluh penjuru telah berjanji akan menjaga orang yang percaya, menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma. Hal ini menerangkan bahwa bila terus melaksanakan hati kepercayaan dengan tekad tak akan mundur seumur hidup pasti akan mendapatkan pencapaian kesadaran Buddha serta merasakan suasana jiwa kebahagiaan yang kekal. Akan tetapi, untuk mendapatkannya kita harus mempersiapkan hati yang “memiliki kepercayaan dengan hanya satu jalan tanpa ada keinginan hati yang lain” 40
Samantabadra | Nopember 2016
dan “hati yang tak berubah”. Jika memiliki hati yang lain atau keinginan lain kita akan menjadi pemfitnah dharma karena kita tidak percaya dengan sepenuh hati. “Kepercayaan dengan hanya satu jalan,” berarti kepercayaan yang tidak akan pernah mundur. Yang terpenting adalah kepercayaan yang berlangsung seumur hidup tanpa mundur dengan didasari sikap yang tulus dan murni. Kalau setitik juga masuk pikiran atau hati yang lain, sehingga tercampur aduk dengan ketidakpercayaan, maka baik kekuatan Buddha maupun kekuatan Dharma yang luas dan besar tak terbatas dari Gohonzon serta kekuatan perlindungan dari Buddha, Bodhisattva, para dewa yang diuraikan di sini, sama sekali tidak akan terwujud secara nyata. Untuk menumpuk rejeki kebajikan yang tak terhingga selama tiga masa, yaitu berupa hidup kali ini tenang dan tenteram serta di masa akan datan terlahir di tempat yang baik, marilah kita semakin memperkuat hati yang menuntut Jalan Buddha. Marilah kita juga meneruskan hati kepercayaan seumur hidup tanpa mundur dengan hanya satu jalan Saddharma. eee
Nopember 2016 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang
42
Samantabadra | Nopember 2016
Nopember 2016 | Samantabadra
43
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Sikap Hati Kepercayaan dan Keaktifan di Susunan
1
Hati kepercayaan seperti apa yang harus kita utamakan agar doa kita tercapai?
Jawab : Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama sebagai kesimpulan adalah harus dapat melihat nasib diri sendiri yang sebenarnya. Perombakan sifat diri sendiri merupakan kunci untuk menyelesaikan segala permasalahan. Yang terpenting adalah berdoa dan melaksanakan dengan ketetapan hati dan icinen seperti itu. Di dunia ini ada bermacam-macam manusia yang tinggal di tempat yang berbeda-beda dan mempunyai cara hidup yang berlainan pula, tetapi semua mempunyai keinginan yang sama, ingin hidup bahagia. Sesungguhnya, dapat bertemu dan menerima Hukum agama Buddha sudah merupakan kebahagiaan. Walau sudah mendapat kebahagiaan ini masih mengajukan bermacam-macam alasan, seperti bahasanya susah dimengerti, ajarannya tidak bisa dimengerti, tak ada waktu karena kesibukan sehari-hari; timbul alasan ini dan itu. Di bagian dunia manapun, semua orang bisa mengerti bahwa rasa gula itu manis. Tetapi, bila tidak dirasakan tak akan tahu manisnya gula. Demikian pula dengan 44
Samantabadra | Nopember 2016
karunia Gohonzon. Karunia Gohonzon adalah sama di seluruh dunia, tetapi bila tidak percaya dan tidak melaksanakan, karunia itu tidak bisa dirasakan oleh diri sendiri. Ada seorang wanita yang bersifat keras, suaminya jatuh cinta kepada wanita lain sehingga ia marah sekali. Ia tak mau bicara dengan suaminya dan tak menaruh perhatian sedikitpun, bahkan makanan untuk suaminya tak diperhatikan. Wanita ini ingin berpisah dengan suaminya, sehingga ia menyebut Daimoku sebanyak satu juta kali agar keinginannya tercapai. Setelah menyebut satu juta kali Daimoku keinginannya tidak juga tercapai. Timbul pertanyaan si wanita itu, “Saya dengar, tak ada doa yang tak terkabulkan. Saya telah berdoa, tetapi mengapa sama sekali tak tercapai?� Bila doa itu didasarkan keinginan diri sendiri agar orang lain berbahagia, tentu dapat tercapai; tetapi bila menginginkan orang lain menjadi susah tentu saja tak tercapai. Bisa berbahaya kalau apapun yang didoakan dan apapun yang diinginkan bisa tercapai. Anda menyebut Daimoku satu juta kali dengan tujuan ingin berpisah dengan suami, tetapi berapa kalikah anda berdoa agar suami dapat percaya Gohonzon? Tetapi si wanita itu berkilah, “Saya membenci suami, mana mungkin suami
saya bisa percaya Gohonzon. Saya tak bisa Daimoku untuk itu�. Dalam pandangan masyarakat mungkin dapat dibenarkan bahwa karena suaminya jahat istrinya menjadi menderita, tetapi dalam Hukum Buddha tidaklah demikian. Terlebih lagi bila kejadian seperti wanita ini menimpa orang yang sungguh-sungguh aktif, orang pasti mengatakan, “Anda gila-gilaan menjalankan keaktifan, sehingga tidak memperhatikan suami!� Bermacam-macam keluar perkataan orang. Adakalanya orang yang biasa menjalankan keaktifan pun menggunakan cara-cara ketika nasibnya timbul. Sebenarnya karena orang itu mempunyai nasib menderita karena suami, maka nasib seperti itu timbul. Orang ini terus menerus membicarakan keburukan suami, tetapi tidak menyadari apakah dirinya sendiri telah menjadi istri yang baik. Niciren Daisyonin sendiri, ketika memberi semangat kepada Ikegami Bersaudara yang kepercayaannya ditentang oleh sang ayah, mengatakan, “Memang, perbuatan ayah tidak dapat dibenarkan, tetapi mengapa beliau menentang? Ini merupakan karma, diri sendirilah yang membuat suasana serupa ini.� Bila menghadapi suasana dengan sikap menyalahkan, seperti suami itu buruk, orang itu jahat, kejelekan diri sendiri tidak akan dapat dirasakan. Dengan perasaan jiwa atau kecenderungan jiwa seperti itu, berapa orangkah sudah kita buat susah hati? Tanpa menyadari hal ini dan terus menyalahkan suasana berarti semakin menumpuk dosa. Memang, suatu penderitaan yang berat bagi seorang wanita bila suami sudah tak menyayangi lagi atau menyayangi orang lain, tetapi bagaimanapun juga karma ini dibuat oleh diri sendiri. Karena itu, karma ini harus diputuskan. Karma adalah gerakan jiwa, dapat diartikan sebagai sifat. Tapi, kalau perasaan ini bertambah dalam, ingin jadi begini, ingin jadi begitu, ingin orang
lain senantiasa baik terhadap diri sendiri, dan bermacam-macam perasaan seperti ini, akhirnya karmanya semakin berat. Dalam agama Buddha, bila suaminya buruk berarti istrinya juga buruk. Kecenderungan jiwa yang sama memungkinkan mereka menjadi suami istri. Karena itu, bila suasana orang tersebut terus menerus buruk dan menentang suasana, dengan sendirinya membuat karma buruk terus menerus, dan akhirnya menumpuk penderitaan. Semua ini mengakibatkan kehidupan yang susah dan akhirnya menimbulkan penyakit. Tanpa kita rasakan, perilaku mengentengkan orang lain membuat banyak orang susah hati. Sebenarnya semua ini dikarenakan dasar diri sendiri yang bersifat egosentris. Karena itu, di hadapan Gohonzon hendaknya dapat mengakui perilaku diri sendiri dan Daimokulah untuk meminta maaf. Bila menyebut Daimoku yang banyak sambil merenungkan perilaku diri sendiri semenjak kecil, lambat laun akan dapat dirasakan bahwa diri sendiri benar-benar egosentris. Bila ingin menghapuskan karma ini, hati egosentris ini harus dialihkan demi kebahagiaan orang lain. Hendaknya dapat meninjau perilaku sikap kepercayaan. Bila masih sering timbul emosi dan memarahi orang yang telah percaya dan aktif atau membencinya, penghapusan karma ini tak akan tercapai dan bahkan akan menimbulkan keluhan. Sebenarnya tujuan kita aktif adalah untuk mematahkan perasaan serupa ini, tetapi bila perasaan ini timbul, kita menjadi rugi. Hendaknya dapat meninjau diri, apakah sampai saat ini saya telah menjadi ibu yang baik atau mungkin bila dilihat dari mata suami saya ini istri yang buruk. Hendaknya menekadkan hati, semenjak sekarang saya mau menjadi istri yang baik, ibu yang baik, dan mau menjadi orang yang berbakat dalam memajukan pernyebarluasan Hukum Nopember 2016 | Samantabadra
45
materi ajaran | forum diskusi Nammyohorengekyo. Doa dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh untuk tujuan demikian, pasti timbul akibat yang baik. Bila tak ada sebab tentu tak ada akibat. Gohonzon ini adalah sebab akibat. Sekali lagi saya tegaskan, kuncinya adalah memecahkan perombakan nasib diri sendiri. Menetapkan icinen, berdoa dan melaksanakan merupakan hal yang sangat penting.
2
Adakalanya ketika kita memberitahu seseorang agar dia bisa bahagia, orang tersebut salah menerimanya dan menjadi tidak senang. Mengapa bisa terjadi seperti itu?
Jawab : Dalam Bab Nasehat Bodhisattva Samantabadra Saddharmapundarikasutra tertulis, “Bila melihat orang yang menerima dan mempertahankan Sutra ini (Gohonzon), dengan alasan yang tepat atau tidak, bersikap merendahkan orang tersebut dengan rasa benci, akhirnya akan mendapat penyakit kusta, dan lainnya.� Berarti bila merendahkan dan mentertawakan orang tersebut, giginya akan tumbuh dengan tidak teratur, mukanya menjadi jelek, atau kaki tangannya menjadi bengkok, atau timbul bisul yang ganas dan asma, serta lainnya. Begitulah penyakit berat yang dapat timbul. Orang yang menjalankan kepercayaan secara kebiasaan saja—asal jalan tetapi tak ada semangat—akan menjadi sombong dan sok tahu akan bermacam-macam teori. Bila melihat orang yang mengerjakan sesuatu dengan jelek, dia langsung mengatakan, “Kamu salah!� Kalau kita mengatakan seperti di atas kepada orang yang tidak melakukan keburukan, tentu kita salah. Tetapi mengapa kita tidak boleh mengatakan buruk kepada orang yang benar-benar melakukan keburukan? 46
Samantabadra | Nopember 2016
Kalau pemimpin itu jelek, harus diakui bahwa memang jelek, kalau buruk ya buruk. Kan keterlaluan kalau kita membiarkan kejelekan orang lain. Tetapi bila bermacammacam suara timbul karenanya, kita tetap harus menjaga orang yang melaksanakan Saddharmapundarika-sutra. Dalam Gosyo dikatakan, “Tanpa maitri, memberitahu kesalahan seseorang merupakan sifat yang buruk; tetapi bila benar-benar berdasarkan maitri, memberitahunya merupakan hal yang baik�. Walau perkataan yang kita sampaikan itu benar, bila mengeluarkan kata-kata yang buruk atau mengkritik orang tersebut di belakangnya, bagaimanapun itu semua menjadi dosa berat. Pada dasarnya, kemarahan itu ada yang dilandasi dengan kebaikan dan keburukan. Bila memarahi seseorang dengan benarbenar menginginkan orang tersebut bahagia, kemarahan seperti itu menjadi kebaikan. Tetapi bila kemarahan itu dilontarkan karena merasa tidak senang perkataannya tidak didengarkan, yang pada dasarnya mementingkan diri sendiri, kemarahan itu menjadi buruk. Biar bagaimanapun kita tak boleh membenci atau mengentengkan atau membicarakan orang di belakangnya; terlebih lagi terhadap orang yang telah menerima dan mempertahankan Gohonzon. Sebenarnya, sifat membenci, mengentengkan, ingin menjelek-jelekkan orang di belakang sudah merupakan sifat diri sendiri yang terdapat di dasar jiwa. Bila dirasa sekilas, kelihatannya seolah-olah memikirkan orang lain, tetapi bila sungguhsungguh meninjau diri, sebenarnya terselip sifat mengentengkan orang lain. Susunan kita merupakan tempat berkumpulnya manusia biasa yang masih menjalankan pertapaan. Di dalam susunan, ketika menghadapi dan berhubungan dengan orang lain tentu ada orang yang disenangi ada pula orang yang tak disenangi.
Di antara orang-orang seperti itu kita berkumpul bersama demi menyebarluaskan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Saya rasa, yang dimaksud dengan menyebarkan Hukum oleh Niciren Daisyonin adalah penyebaran di dalam rakyat dan untuk rakyat. Karena itu, setiap orang di antara kita dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan dan dapat saling menyayangi demi tujuan yang lebih luas untuk memajukan dan memakmurkan negara demi rakyat Indonesia, termasuk diri kita sendiri; dan dalam hidup kita kali ini dapat mencapai kesadaran. Untuk itu, kita mewujudkan susunan yang harmonis sambil berusaha menjalankan keharmonisan itu.
3
Ayah dan ibu seringkali tak ada di rumah karena menjalankan keaktifan dalam susunan atau pergi ke pertemuan. Waktu itu ibu berkata, “Menjaga rumah sama artinya dengan aktif dan melaksanakan kepercayaan; karena itu pasti ada karunia kebajikan�. Saya tak bisa mengerti mengapa menjaga rumah sama artinya dengan yang dilakukan oleh ibu dan ayah dalam susunan serta mendapat karunia juga. Tolong diberi penjelasan. Jawab: Ketika ibu ayah menjalankan keaktifan atau ke pertemuan, memang banyak anakanak yang masih kecil (generasi penerus di masa akan datang) tinggal di rumah untuk menjaga rumah. Memang kadang kala terasa sedih, tetapi sebenarnya menjaga rumah juga merupakan kewajiban yang paling penting. Bila kalian menjaga rumah dengan sungguh hati, pasti beliau berdua bisa meninggalkan rumah dengan hati yang tenang. Dengan demikian, menjaga rumah berarti menjaga pelaksanaan hati kepercayaan ayah dan ibu. Ketika meninggalkan kamu di rumah untuk menjalankan keaktifan, dalam diri
ayah dan ibu tentu timbul bermacammacam kekhawatiran, ada juga perasaan ingin bersama-sama, dan ada pula perasaan kasihan. Juga, beliau berdua pergi aktif karena sayang kepada kalian semua. Mereka ingin membuat masyarakat yang lebih baik dari yang sekarang. Dengan keyakinan seperti itu, seluruh rejeki tertimbun dalam jiwa kalian. Karena itu, perlihatkanlah kegembiraan kalian ketika menjaga rumah. Perhatikan juga hal-hal berikut ini. Pertama, kunci pintu rumah dan perhatikan api, jangan sampai api itu menimbulkan bahaya. Kakak adik juga harus rukun. Dan agar ayah dan ibu dapat melaksanakan dengan sungguh-sungguh, kalian jangan lupa belajar serta membuat PR. Ada sebuah cerita yang bagus dalam Saddharmapundarika-sutra. Ada dua orang kakak beradik yang bernama Vimalagarbha dan Vimalanetra. Kedua saudara ini bersatu hati dengan ibu mereka, Permaisuri Vimaladatta, untuk mengajarkan hati kepercayaan kepada ayah mereka, Raja Subavyuha. Akhirnya sang ayah turut menjalankan kepercayaan demi kebahagiaan umat manusia dan ketentraman rakyat serta negara. Tetapi sebenarnya, di masa lampau keempat orang ini adalah para pertapa yang menjadi satu keluarga. Bila keempatempatnya pergi menjalankan pertapaan tentu hidup mereka menjadi sukar dan sukar pula dalam hal makanan. Karena itu, salah seorang dari mereka memutuskan untuk menjaga rumah. Dengan keputusan itu, tiga orang lainnya dapat melaksanakan kepercayaan dengan tenang. Di kehidupan selanjutnya, orang yang bertanggung jawab menjaga rumah dan menunjang pelaksanaan pertapaan ketiga orang lainnya terlahir sebagai Raja Subavyuha. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hati kepercayaan juga berhubungan dengan orang yang menjaga rumah. eee Nopember 2016 | Samantabadra
47
Catatan
48
Samantabadra | Nopember 2016
refleksi
Keutuhan Syinjin dan Kebahagiaan D
alam hal organisasi, umat NSI kerap diusik oleh orang-orang dari organisasi lain yang menganggap keutuhan syinjin terletak pada bhiksu dan melakukan tozankai (kegiatan ziarah ke Kuil Pusat untuk melihat Dai Gohonzon), dan bahwa selama ini umat NSI adalah orang-orang yang kehilangan arah, sehingga perlu diarahkan kembali ke jalan yang “benar”. Apakah Buddha Niciren menjelaskan demikian? Siapa yang sesungguhnya tersesat?
K
ehadiran bhiksu bukanlah penentu kelayakan dan kepatutan syinjin para penganut agama Buddha Niciren Syosyu di dalam wadah organisasi Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI). Umat NSI hendaknya tidak menganggap kegiatan yang dihembuskan oleh wadah organisasi lain sebagai syarat menjadi penganut agama Niciren Syosyu (seperti kankai, tozankai, pembuatan sotoba), sebagai sumber karunia kebajikan kehidupan pribadi umat. Sejatinya, syarat utama bagi kelayakan dan kepatutan syinjin ialah kualitas pelaksanaan syinjin pribadi masing-masing dalam kehidupan, yang pada saatnya akan menghasilkan karunia-karunia kebajikan Gohonzon di dalam diri dan lingkungan sosial masing-masing umat NSI, bukan tergantung pada kehadiran bhiksu. Sangha atau bhiksu dalam agama Niciren Syosyu memiliki pengertian sebagai ahli waris ajaran Niciren Syosyu dengan tujuan utama menjaga kemurnian ajaran, dan melaksanakan upacara-upacara Niciren Syosyu untuk kepentingan umat, seperti pentahbisan/gojukai, penerimaan Gohonzon, pernikahan, kematian. Sama sekali bukan penentu ada tidaknya kekuatan Gohonzon terhadap umat.
Bagi sebagian orang yang belum memahami hakikat hati kepercayaan dan makna “hubungan darah” terhadap Gohonzon, akan mudah dipengaruhi dan menempatkan tozankai sebagai syarat yang harus dipenuhi sebagai umat Niciren Syosyu, bagaimanapun caranya. Lama-singkatnya seseorang mengenal atau memeluk agama Niciren Syosyu ternyata tidak menentukan kematangan syinjin seseorang. Nyatanya banyak umat senior yang beralih menempatkan kebahagiaannya pada bhiksu dan akses ke tozankai. Bhiksu Bukan Faktor Penentu Kebahagiaan Umat NSI yang hati kepercayaannya mantap, memahami bahwa bhiksu bukanlah faktor yang menentukan kebahagiaan seseorang. Sayangnya, segelintir orang yang kurang memahami hal ini mudah terhasut dengan pemahaman bhiksu atau sangha dari organisasi lain, bahwa dengan “berlindung” pada Sangha Niciren Syosyu, mereka menganggap hidup aman-tenteram, dan seolah-olah sebagian besar permasalahan hidupnya telah teratasi dengan doa atau berkat dari bhiksu. Bhiksu pula pemegang akses untuk tozankai, yang dalam penjelasan Nopember 2016 | Samantabadra
49
refleksi mereka akan mendatangkan karunia kebajikan kepada para pelakunya. Ada sebuah contoh yang saya lihat, memperlihatkan bahwa mispersepsi soal Tozankai ini berdampak buruk pada kehidupan seorang umat. Sepasang suamiistri berkali-kali Tozankai secara berturutturut beberapa tanpa perhitungan finansial yang tepat. Akibatnya? Ia bangkrut. Ternyata niat baik ber-Tozankai bermuara pada kebangkrutan usaha. Bukan karunia kebajikan yang mereka peroleh, akan tetapi kepailitan. Terlihat pola pikir yang salah di sini dengan menggadaikan segala dana yang ada demi berangkat Tozankai. Padahal Buddha Niciren sudah menjelaskan, bahwa rejeki dan kegembiraan dimulai dengan perombakan sifat jiwa diri sendiri, berjalan di atas dharma (sikap hidup seharihari yang berdasarkan ajaran Buddha, menebarkan nilai-nilai kebajikan), barulah karunia kebajikan berdatangan. Bukan mengandalkan Tozankai. Tak ada pihak manapun yang bisa menjadi perantara, menengahi atau menjadi mediator ke (Dai) Gohonzon. Hubungan darah hati kepercayaan (kecimyaku) itu hanya ada antara seorang umat awam yang dengan tulus percaya dan menjalankan ajaran Dharma sejati Nam-myoho-renge-kyo dalam kehidupannya. Janganlah hubungan ini dikaitkan dengan konsep kepercayaan lain yang memang mengenal mediator. Ada atau tidak adanya bhiksu tidak berkorelasi dengan karunia kebajikan yang bisa diperoleh umat dengan percaya kepada Nam-myoho-renge-kyo. Sudah terbukti selama 20 tahun lebih NSI tanpa pelayanan dan kehadiran seorang bhiksu pun, NSI tetap eksis bahkan berkembang dengan bertambahnya umat dan vihara di seluruh Indonesia, menjadi wadah yang memfasilitasi umatnya untuk berkembang dan memberikan pelayanan keagamaan 50
Samantabadra | Nopember 2016
yang tidak pilih kasih. NSI juga diakui dan bermitra sinergis dengan Kementerian Agama RI serta organisasi keagamaan lain dalam menjalin kerukunan umat beragama. Umat-umatnya pun mampu merasakan kegembiraan dan kurnia kebajikan dari menjalankan hati kepercayaan dan mencerminkan sikap hidup sesuai dengan teladan Buddha Niciren. Dalam beberapa kesempatan, saya mengamati ada satu-dua oknum “umat” yang kakinya menginjak dua perahu; masih suka terlihat ikut di kegiatan NSI, namun juga aktif di organisasi seberang. Oknum ini sebenarnya sudah sepaham dengan organisasi seberang, dan memiliki “misi” untuk menarik umat atau anggota NSI untuk pindah ke organisasinya. Di sisi lain, ada pula umat “petualang” yang telah mencoba berbagai organisasi Niciren Syosyu, dan ingin tetap di NSI. Sepanjang umat tersebut tidak memiliki niat untuk menghasut atau menimbulkan kebingungan terhadap umat lain, tentu tidak masalah. Kita pun dapat menilai mana orang yang tulus mau jalankan keaktifan di susunan, dan mana yang memang gemar menebarkan keresahan. Kita tidak akan terhasut oleh pandangan yang tidak baik seperti itu. Kita harus menyikapi fenomena ini dengan bijak. Hendaknya kita menyadari bahwa kita sendiri yang dapat merasakan manfaat dan kekuatan Gohonzon, kita sendiri pula yang bisa membuktikannya tanpa perantara pihak manapun. Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Biarpun banyak hingar-bingar yang hendak membuat kita bingung atau tersesat, apabila keyakinan kita teguh dan pemahaman hati kepercayaan kita tepat sesuai dengan ajaran Buddha Niciren, maka kita tidak akan terpengaruh atau terhasut hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran ajaran.
NSI saat ini tidak ada bhiksu dikarenakan pihak bhiksu kuil pusat tidak mau memberikan pelayanan secara apa adanya. Mereka menerapkan syarat-syarat ritual yang tidak relevan, serta menempatkan dirinya sebagai perantara kebahagiaan/ rejeki umat. Hal ini tidak sesuai dengan esensi hati kepercayaan yang dijelaskan Buddha Niciren di dalam ajaran-Nya; yang NSI pegang teguh sampai saat ini dan seterusnya. Saya yakin di luar sana ada bhiksu Niciren Syosyu yang berpandangan terbuka dan berwawasan luas namun belum berjodoh dengan NSI. Marilah tetap mantap pada prinsip tanpa-bhiksu sambil terus berdoa dan berupaya menemukan bhiksu Niciren Syosyu yang berpandangan tepat dan berwawasan luas atau mencari peluang mendidik bhiksu Niciren Syosyu
di lingkungan NSI. Oleh karena itu, mari kita terus tingkatkan hati kepercayaan kita kepada Gohonzon dan perdalam ajaran Buddha Niciren melalui gosyo-gosyonya. Kehadiran bhiksu sekali lagi bukanlah faktor pokok bagi kesahihan syinjin para umat Buddha Niciren Syosyu di dalam kesatuan organisasi Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dan bahwa semua umat perlu memahami bahwa Tozankai sebagai salah satu pelayanan bhiksu bukan sumber karunia kebajikan kehidupan perseorangan umat. Faktor pokok bagi kesahihan syinjin sejatinya ialah mutu pertapaan syinjin pribadi masing-masing yang pada saatnya akan selalu menghasilkan karunia-karunia kebajikan Gohonzon di dalam diri dan lingkaran sosial masing-masing umat NSI terlepas dari ada-tidaknya bhiksu. (Kyanne Virya
Nopember 2016 | Samantabadra
51
wawasan
Lima Museum Unik di Indonesia Indonesia memiliki ratusan museum yang tetrsebar di seluruh negeri. Berikut ini adalah sedikit museum unik yang ada di Indonesia. Sudahkah pernah mengunjungi salah satu diantaranya?
1
MUSEUM KATA ANDREA HIRATA, PULAU BELITUNG http://museumkataandreahirata.com/
Didirikan pada tahun 2010 oleh seorang novelis asal Pulau Belitung, Andrea Hirata. Museum yang berlokasi di Jalan Laskar Pelangi 10 Gantong, Pulau Belitung, ini menjadi museum literatur pertama di Indonesia. Tak hanya mendapat kunjungan dari warga Indonesia saja, karena keunikannya, setiap minggunya museum ini didatangi oleh pengunjung dari seluruh dunia. Jam operasional museum kata di buka setiap hari mulai jam 10.00 hingga 17.00.
2
MUSEUM KOLONG TANGGA, YOGYAKARTA http://kolongtangga.blogspot.co.id/
Museum anak dan mainan pertama di Indonesia ini berdiri pada tahun 2008. Merupakan inisiatif seorang seniman Belgia, Rudi Corens, yang merupakan kolektor mainan dan permainan dari berbagai Negara. Banyak pihak yang mendukung berdirinya museum kolong tangga ini, seperti Ibu Dyan Anggraini, selaku Kepala Taman Budaya kala itu. Hingga kini, koleksi mainan yang ada berjumlah 10.000 buah. Ratusan koleksi mainan dan gambar yang dipajang dengan menarik dapat anda jumpai. Mulai dari koleksi perahu mainan, mainan lawas, topi daerah 52
Samantabadra | Nopember 2016
hingga action figure dan boneka dari seluruh dunia. Ada juga sepeda kayu, proyektor buatan tahun 1928 dan topeng Morionos. Dengan sebagian koleksi disimpan di gedung museum daerah Bintaran, yang mana terdapat pula perpustakaan dan Sanggar Burung Biru. Tak hanya mainan saja, namun juga segala benda yang berkaitan dengan dunia anak, baik dari Indonesia maupun mancanegara. Mengapa Kolong Tangga? Karena lokasinya
yang berada di bawah tangga gedung konser taman budaya, Jl. Sriwedari no 1, Yogyakarta. Setiap tahunnya, Pak Rudi, seorang kurator, bersama tim mengganti koleksi dan tema presentasi musem Kolong Tangga. Volunteer dan karyawan museum yang tergabung dalam Komunitas Kolong Tangga mengadakan berbagai kegiatan dan kerjasama dengan berbagai pihak secara berkala. Misalnya saja Pameran Robot, workshop story telling, Pameran You Cook I Eat, dan kegiatan lainnya dengan Pak Rudy sebagai pembicaranya. Museum Kolong Tangga buka pada hari SelasaMinggu pada jam 09.00-16.00.
3
MUSEUM SHELL, BALI http://bali.panduanwisata.id/
Merupakan museum kerang pertama di Indonesia. Menyimpan koleksi sekitar 10.000 aneka kerang dan fosil dari berbagai Negara, usianya pun terbilang purba, sekitar 100-150 juta tahun. Tentunya sarat akan sejarah dan edukasi mengenai kerang di museum ini. Seperti yang dilansir oleh travel.detik.com, pemiliknya museum ini, Stephen, tertarik pada dunia kerang sejak masih kecil. Selama puluhan tahun ia mengumpulkan kerang, juga traveling ke seluruh dunia untuk mengoleksi fosil kerang langka. Bali Shell Museum adalah salah satu hasil kerja kerasnya. Tak tanggungtanggung, museum ini dibangun dengan biaya Rp. 6 miliar. Di museum seluas 1.500 m2 ini, Anda bisa melihat ribuan jenis kerang.
Museumnya pun dirawat dengan baik, bisa dilihat dari koleksi kerang yang ada. Tak hanya fosil keluarga kerang-kerangan saja, aneka benda etnik berbahan dasar kerang dari seluruh penjuru nusantara juga turut menjadi koleksi museum ini. Ada juga fosil menarik dari spesies hewan laut yang telah punah selama beberapa puluh juta tahun yang lalu. Di lantai 2 museum ini terdapat fosil kerang berbentuk cumi-cumi yang umurnya diperkirakan kurang dari 440 juta tahun yang lalu. Selain itu ada juga Crinions, fosil terbesar di Asia dengan diameter 1,4 meter dengan berat 1,7 kilogram. Koleksi unik lainnya tertata di lantai 3, seperti Cypraea Moneta, merupakan jenis kerang yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Juga ada fosil aneka jenis bulu babi, hiu, bintang laut, dan lain-lain. Museum Shell yang berlokasi di Jalan Sunset Road, Kuta, Bali ini memiliki beragam fasilitas. Seperti home theater yang berisi mengenai proses pencarian dan penemuan fosil-fosil yang ada di tempat ini. Jadi selain bisa melihat bentuk dan wujud benda-benda purba itu, Anda juga berkesempatan untuk melihat dibalik kesusahan prosesi penemuan dan pencarian kerang-kerang ini. Museum Shell buka setiap hari pada jam 09.00-21.00 WITA.
4
MUSEUM AFFANDI, YOGYAKARTA
Berlokasi di Jalan Raya Yogyakarta-Solo, tepi barat Sungai Gajah Wong, Yogyakarta. Museum ini menampilkan karya-karya milik Affandi, sang maestro lukis semasa hidupnya. Selain itu ada juga karya pelukis lain, alat transportasi yang beliau dulu gunakan, rumah Nopember 2016 | Samantabadra
53
wawasan yang ditinggali, dan sebuah sanggar yang kini dipakai untuk membina anak melukis. Museum ini terdiri dari tiga buah galeri. Galeri pertama adalah tempat pembelian tiket dan permulaan tur. Galeri tersebut dibuka oleh Affandi sendiri sejak tahun 1962 dan diresmikan pada tahun 1974. Memuat sejumlah lukisan awal Affandi hingga akhir hidupnya. Banyak lukisan abstrak di galeri 1. Sedangkan di galeri 2 menampilkan lukisan beraliran realis. Di Galeri 3 difungsikan sebagai sanggar untuk anak mengasah bakat melukis. Bangunan sanggar Gajah Wong ini berbentuk garis melengkung dengan atap membentuk pelepah daun pisang. Jam operasional museum Affandi yakni hari SelasaSabtu jam 09.00-16.00.
5
MUSEUM TSUNAMI, BANDA ACEH
Dibangun sebagai monumen simbolis untuk mengenang bencana gempa bumi dan Samudera Hindia pada tahun 2004 silam, sekaligus sebagai pusta pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Dirancang oleh, Ridwan Kamil, museum ini memiliki struktur empat
54
Samantabadra | Nopember 2016
lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Memasuki museum, pengunjung melewati lorong sempit dan gelap diantara dua dinding air yang tinggi. Sehingga suasana dan kepanikan saat tsunami dapat terekam kembali di ingatan pengunjung. Pada dinding museum, terdapat gambar orang-orang menari Saman, hal ini merupakan makna terhadap kekuatan disiplin dan kepercayaan religius Suku Aceh. Atap museum membentuk gelombang laut, sedang lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan bencana tsunami. Dibangun untuk mengenang korban bencana tsunami, tercantum nama korban dan warga yang selamat di dinding salah satu ruang terdalam museum. Selain itu terdapat pameran simulasi elektronik gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 serta foto korban dan kisah dari korban yang selamat. Museum yang berlokasi di Jl. Sultan Iskandar Muda ini buka setiap hari, jam 10.00-12.00 dan hari Jumat pada jam 15.00-17.00. eee
(sumber: https://www.goodnewsfromindonesia. org/2016/10/18/5-museum-unik-indonesia-ada-apa-saja-ya)
Siapa Orang Indonesia Asli?
Musyawarah Kerja Nasional I Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kamis, 6 Oktober lalu, merekomendasikan agar UUD 1945 dikembalikan ke bentuk asal. Perubahan ini terutama difokuskan pada pasal 6 ayat (1) tentang syarat calon presiden. Seperti dilansir Antara, PPP mengusulkan menambah kata “asli” pada pasal tersebut sehingga berbunyi “Calon presiden dan wakil presiden harus seorang warga negara Indonesia asli sejak kelahirannya...(dan seterusnya).” Lantas siapa yang berhak disebut warga negara Indonesia asli?
P
enemuan manusia pertama di Indonesia adalah Homo Erectus. Fosilnya ditemukan di Pulau Jawa dan diperkirakan berusia 1 hingga 1,5 juta tahun. Setelah itu ada Homo Floresiensis, juga ditemukan di Jawa dan diperkirakan ada sekitar 50.000 tahun silam. Keduanya berasal dari Afrika dan bermigrasi ke berbagai belahan bumi termasuk Indonesia. Di luar dua manusia purba tersebut, ada dua teori yang menjelaskan asal usul orang Indonesia (dan Asia Tenggara). Pertama adalah teori out of Taiwan. Teori ini menyebut orang Indonesia berasal dari kepulauan di Taiwan. Dari Taiwan mereka bemigrasi ke kepulauan di Filipina tahun 2.500 SM. Dari Filipina sebagian mulai menyebar ke
Sulawesi, Maluku, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur tahun 1.500 SM. Kemudian tahun 500 SM gelombang kedua bergerak dari Filipina melewati Borneo, Jawa, dan Sumatera menuju pantai Semenanjung Malaya dan Vietnam selatan. Teori kedua merupakan lawan dari teori di atas, yakni out of Sundalan. Teori ini meneliti mitokondria dalam DNA orang Asia Tenggara. Hasilnya menunjukan bahwa orang-orang Asia Tenggara sudah ada di sana sejak zaman es berakhir (7.000 15.000 tahun lalu). Teori out of Sundalan diperkuat dengan studi genetik yang dipublikasikan Human Genome Organization Pan-Asian SNP Consortium tahun 2009. Studi ini menunjukan daratan Asia dihuni oleh Nopember 2016 | Samantabadra
55
manusia dari Afrika yang datang melalui India. Berdasarkan ciri khas dan rumpun bahasanya, manusia ini digolongkan dalam rumpun Austronesia, ras Mongoloid. Masyarakat Indonesia Timur merupakan campuran dari ras Asia Timur dengan Melanesia Sementara untuk Indonesia bagian timur, lain lagi asal usulnya. Seperti dilansir Tirto. id, Penelitian Jonathan Friedlaender dari Temple University mengakatan “Pemukiman pertama di Australia, Nugini, dan Pulau Besar di Timur tiba antara 50.000 - 30.000 tahun lalu.� Mereka yang ada di Indonesia lalu bercampur dengan rumpun Austronesia. Oxford Journals merilis temuannya yang menyebut Indonesia timur memiliki campuran gen dari Asia Timur dan Melanesia. Buktinya terlihat dari sistem linguistik dan adat. Beberapa contohnya ada di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni di wilayah Adonara, Alor, Lembata, Flores, Selor, dan Pantar). Memasuki era sejarah, Indonesia juga banyak mendapat pengaruh India. Ini terlihat dari kerajaan mula-mulai di Indonesia yang bercorak Hindu-Budha.
56
Samantabadra | Nopember 2016
Selain itu etnis Tionghoa banyak masuk ke Indonesia tahun 1293. Mereka datang sebagai pasukan Mongol yang dipimpin Kubilai Khan dan berperang melawan Kerajaan Singasari dan Majapahit. Ada kelompok Laksamana cheng Ho yang datang untuk berdagang. Pada masa Kolonialisme Belanda, Jan Pieterzoon Coen banyak membawa buruh Tiongkok kasar untuk bekerja di Indonesia. Banyak dari mereka yang akhirnya menetap. Sejarah Indonesia juga banyak mencatat “kunjungan� bangsa Eropa lain seperti Portugal, Inggris, dan Perancis. Ada juga pedagang-pedagang Arab dari Yaman yang menetap pada masa Kolonialisme silam. Ada beragam ras dan kebudayaan di masing-masing wilayah Indonesia. Jika mengikuti pemaparan di atas, maka orang asli Indonesia sebenarnya merupaka pencampuran berbagai ras lain seperti India, Tiongkok, Arab, bahkan Eropa. Lebih jauh, ras-ras itu semua pada dasarnya berasal dari Afrika. Penelitian menemukan manusia pertama berasal dari Afrika.
(Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia. org/2016/10/13/siapa-yang-disebut-orang-indonesia-asli)
pengumuman
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.
Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.0012.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah Printoutberpengalaman. Tema bulan ini: membuat Saturday, September 10, 2016 11:54 PM tumpeng
Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.
Jawaban TTS Samantabadra Okt 2016
B
L
Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih.
Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan.
Berita Duka Cita
Bapak Slamet Suriantio (Tan Kok Seng) Suami dari Ibu Eng Hua Meninggal pada usia 60 tahun 02 September 2016 Umat NSI Daerah Cengkareng DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Nopember 2016 | Samantabadra
57
teka teki silang
Mendatar
Jawaban TTS ini dapat dilihat pada Samantabadra Desember 2016
58
Samantabadra | Nopember 2016
Menurun
ceritaKIBA & KRUBU ilustrasi: Marvitaria
main ponsel
ide cerita: Samanta
Nopember 2016 | Samantabadra
59
resep
Kerupuk Atom Ikan
Oleh Ibu Oking D., Bogor
Bahan: 200 gram ikan tenggiri 275 gram sagu 2 butir telur ayam 1 sdm garam 10 gram gula 1 ½ sdt vetsin ½ sdt soda kue
Cara membuat: 1. Haluskan ikan dan campurkan dengan semua bumbu, lalu aduk rata. 2. Gulung adonan lalu potong kecil-kecil. 3. Goreng dalam minyak dingin dengan api sedang dan aduk terus sampai kuning dan garing, lalu angkat dan tiriskan.
Your practice of the Buddhist teachings
will not relieve you of the sufferings of birth and death in the least unless you perceive the true nature of your life. If you seek enlightenment outside yourself, then your performing even ten thousand practices and ten thousand good deeds will be in vain. Nichiren Daishonin, On Attaining Buddhahood in This Lifetime 60
Samantabadra | Nopember 2016
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Nopember 2016 Tgl 1 2 3 4 5 6
Hari Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
7 Senin 8 Selasa 9 Rabu
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
Kamis Jumat Sabtu Minggu
21 Senin 22 Selasa 23 Rabu
24 Kamis 25 Jumat 26 Sabtu 27 Minggu 28 Senin 29 Selasa 30 Rabu
Jam
Kegiatan
19:00 Ceramah Gosyo
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Tempat
Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok
10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian
13:00 Pendalaman Gosyo Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD
Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum 13.00 Pendalaman Gosyo Penceramah
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul
Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Nopember 2016 | Samantabadra
61
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969
PROVINSI LAMPUNG
PROVINSI JAWA BARAT
Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728
Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
62
Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340
Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851
Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682
Samantabadra | Nopember 2016
Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510