Samantabadra Jakarta, 06 Nopember 2016
SAMANTABADRA | DESEMBER 2016 | NOMOR. 275
Gerak Jalan Kerukunan 52 Tahun NSI
gosyo kensyu PERIHAL KESADARAN BUDDHA DALAM SATU KEHIDUPAN INI liputan KENSYU 52 TAHUN NSI liputan GERAK JALAN KERUKUNAN 52 TAHUN NSI
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Desember
2 0 1 6
12 # 275
DKI Jakarta
DKI Jakarta
Banten
DKI Jakarta
DKI Jakarta
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Malam Kesenian dan Festival Tari Nusantara Kensyu HUT NSI ke 52 Tahun
Angklung Gita Pundarika NSI
Bogor
Paduan Suara NSI DKI Jakarta
Bekasi
Paduan Suara NSI Banten
Festival Tari Nusantara NSI 2016
Orchestra NSI
Samantabadra Desember 2016 Samantabadra Jakarta, 06 Nopember 2016
daftar isi
SAMANTABADRA | DESEMBER 2016 | NOMOR. 275
Gerak Jalan Kerukunan 52 Tahun NSI
gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta
2 5
LIPUTAN Kensyu Nasional Peringatan 8 52 Tahun NSI Gerak Jalan Kerukunan 52 14 Tahun NSI 16 Kensyu Jawa Timur 2016 MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Pencapaian Kesadaran Buddha dalam Satu 17 Kehidupan Ini Gosyo Cabang Surat Perihal Jubah Dharma 41 Forum Diskusi Tanya Jawab Ajaran Buddha 47 SYIN GYO GAKU Peran Penting Pengurus dalam Pewarisan Gohonzon
G
erak Jalan Kerukunan 52 Tahun NSI dilaksanakan 06 Nopember 2016 di bilangan Jl. Thamrin Jakarta Pusat. Simak berita selengkapnya di halaman 14.
PERIHAL KESADARAN BUDDHA DALAM SATU KEHIDUPAN INI KENSYU 52 TAHUN NSI GERAK JALAN KERUKUNAN 52 TAHUN NSI
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Desember
2 0 1 6
12 # 275
WAWASAN Pentingnya Makan Ikan
53
KESEHATAN Pneumonia
55
PENGUMUMAN
57
TEKA-TEKI SILANG
58
KIBA KRUBU Kesiangan
59
RESEP Pempek Baso Goreng
60
JADWAL KEGIATAN
61
VIHARA DAN CETYA NSI
62
50
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Halaman Muka
8
14
16 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Arya, Marvitaria, Prasetyo, Melisa, Melinda, Kyanne Virya, Phopy, Asep. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
Desember 2016 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-30 Oktober 2016
Nammyohorengekyo, Pada gosyo ini Buddha Niciren Daisyonin menjelaskan mengenai umur. Manusia umumnya berkeinginan untuk panjang umur. Lalu juga dijelaskan mengenal tiga harta; harta jiwa, harta badan, dan harta jiwa. Yang pertama dan utama itu adalah harta jiwa. Harta jiwa ini adalah segala perbuatan, sikap, dan ucapan baik yang mengakibatkan tumpukan karma baik dan membuat hidup kita bahagia. Hal ini hanya dapat kita pupuk secara aktif ketika kita masih hidup. Apabila kita sudah meninggal, kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Kita tidak akan bisa menciptakan nilai dalam hidup kita. Nilai-nilai kehidupan yang dapat diciptakan manusia, bisa berupa hal yang positif maupun negatif. Agama Buddha ingin membawa umatnya dapat menciptakan nilai yang baik atau positif. Di dalam gosyo bulan lalu, 2
Samantabadra | Desember 2016
kita berbicara mengenai kalpa pengurangan. Menurut orang India kuno, umur kita pada jaman sekarang ini semakin pendek sehingga rata-rata umur manusia sekarang antara 60-65 tahun. Namun demikian, Niciren Daisyonin menjelaskan panjang atau pendeknya usia kita ditentukan pula oleh sejauh mana kita dapat mengatasi sifat keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Apabila kita bisa mengatasi ketiga racun secara konsisten, niscaya umur kita bisa lebih panjang karena tubuh dan pikiran kita lebih sehat. Usia 60-65 pun bisa jauh terlampaui. Berumur panjang itu adalah hal yang penting. Umur itu adalah harta yang paling berharga, diikuti oleh kesehatan (badan), dan terakhir diikuti oleh harta benda. Kita memerlukan harta benda, tetapi itu bukanlah yang utama. Sayangnya, masih banyak orang yang memaknai harta benda sebagai yang utama
dalam hidup. Hal ini memang sulit dibendung karena lingkungan sosial ekonomi kita cenderung didominasi oleh kapitalisme, sehingga perlu upaya ekstra dari diri kita untuk senantiasa sadar dan mengingatkan diri kita sendiri atas hal utama yang esensial dalam hidup, yaitu harta jiwa. Memperpanjang usia kita di gosyo ini disebut dengan memperpanjang karma (hasil perbuatan) tetap. Apabila pikiran, ucapan, dan perilaku kita berdasarkan Nammyohorengekyo, maka perasaan jiwa kita menjadi bebas, tenang, bersih dan kuat. Dengan ini gerakan jiwa kita selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan membuat karma yang baik, akibatnya umur kita jadi panjang dikarenakan pikiran dan badan yang sehat. Berbuat dan bersikap baik harus dibiasakan. Tidak mudah karena kita sebelumnya terbiasa dengan
Ketua Umum
sikap yang cenderung egois, mementingkan diri sendiri, dan dipenuhi ketiga racun (serakah, marah, bodoh). Apabila kita biarkan, lambat laun perasaan jiwa kita akan rusak. Kita tidak menyadari bahwa jiwa kita rusak, namun gejalanya dapat kita amati dari kondisi tubuh kita, misalnya menjadi sakitsakitan, atau muncul penyakit berat yang kita tidak sangka. Sesungguhnya tubuh kita mampu untuk mengobati dirinya sendiri, namun kekuatan ini menjadi lemah jika perasaan jiwa kita buruk. Dengan mementingkan praktik dharma sehari-hari, kita senantiasa memelihara perasaan jiwa kita ke dalam perasaan jiwa yang baik. Di NSI, vihara tidak hanya berfungsi untuk ritual keagamaan saja tetapi juga berfungsi untuk pembinaan umat melalui ceramah ajaran Buddha Niciren dan ceramah wawasan sehingga turut mencerdaskan umat secara intelektual, spiritual dan emosional. Kecerdasan spiritual artinya kecerdasan dalam hal rasa nurani keagamaan dan kecerdasan emosional itu adalah kecerdasan dari perasaan jiwa kita; tidak mudah marah dan berjiwa besar. Semua orang bisa berkembang, tetapi berkembang dengan karakter positif harus berdasarkan dengan icinen kesadaran Buddha mereka sendiri didukung pengaruh
lingkungan dan orangorang sekitarnya. Proses ini membentuk siklus karma. Dalam riwayat Buddha Sakyamuni, ada raja Ajatasathru yang sangat jahat. Umurnya diperpanjang sampai 40 tahun. Ajatasathru yang jahatnya seperti itu saja umurnya bisa diperpanjang karena bertobat (sadar dan tidak mau lagi berbuat jahat), ada perasaan malu untuk melakukan kejahatan lagi dan berusahan untuk mengajak orang lain untuk tidak lagi melakukan kejahatan. Bagi kita manusia masa akhir dharma, cara untuk bertobat sangat mudah. Dengan Gohonzon yang kita punya di rumah, kita duduk beranjali di depannya, menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh hati, inilah tobat. Mungkin terdengar aneh, akan tetapi saat melaksanakan pelaksanaan tersebut akan muncul kegaiban besar. Ketika kita di depan Gohonzon menyebut Nammyohorengekyo, ada kekuatan yang muncul dari dalam jiwa kita. Perasaan jiwa kita yang kacau menjadi mulai tenang, perasaan kita yang bingung dan pikiran kita yang bingung, mulai terasa jernih. Kita dapat mengidentifikasi perasaan diri kita sendiri, menyadari letak kekeliruan diri kita dan mengoreksinya. Ini disebabkan oleh perasaan jiwa kita berubah.
Agama kita mengatakan bahwa kita punya 10 macam perasaan jiwa dan 10 keadaan perasaan jiwa. Umumnya, manusia biasa hanya berputar-putar di empat dunia perasaan jiwa saja; neraka, kelaparan, binatang dan kemarahan, paling jauh sampai kemanusiaan dan surga. Sampai di perasaan dunia surga nanti kita jatuh lagi ke perasaan dunia neraka, dikarenakan di dunia surga ada iblisnya yaitu iblis surga keenam. “Iblis� ini bisa berupa prasangka buruk, suara hati yang jahat, atau bisa juga berupa pengaruh buruk dari orang-orang di sekitar kita. Dengan menyebut Nammyohorengekyo, kita bisa menggeser kecenderungan perasaan jiwa kita yang buruk dari ke enam dunia, meningkat ke empat dunia suci. Semakin konsisten dan teguh syinjin kita, kecenderungan perasaan jiwa kita akan semakin terjaga di empat dunia suci dan akan semakin kokoh. Kemudian kita gunakan tenaga Buddha ini untuk melakukan kebaikankebaikan. Karena konsisten berbuat baik, semakin serius dan sungguh-sungguh, akan menjadi tumpukan karma tetap yang baik. Dengan sendirinya usia pun akan menjadi panjang. Sebaliknya, perasaan jiwa yang resah dan tidak tenang, dipenuhi Desember 2016 | Samantabadra
3
ceramah gosyo marah, benci, iri, dengki, memperpendek umur. Di dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra, terdapat kalimat yang berbunyi, Pada saat ini, yang mulia bangkit dengan tenang dari meditasinya. Seraya menyapa Sariputra, kearifan seluruh Buddha adalah tak terbatas dalamnya serta tak terkirakan. Pintu gerbang menuju kearifan sulit untuk dimengerti dan dimasuki. Tiada kaum sravaka maupun kaum pratekyabuddha dapat memahaminya. Kearifan Buddha itu biarpun orang pintar seperti tingkatan sravaka dan pratekya, tidak mampu untuk memahaminya. Tetapi kita bisa memahaminya dan mempraktikkannya, karena kita ada Gohonzon dan Niciren Daisyonin menjelaskannya secara praktis dalam gosyo. Betapa beruntungnya kita. Alinea ke-dua: Dasar alasannya adalah bahwa seorang Buddha telah melaksanakan pertapaanpertapaan yang tak terhingga di bawah ratusan kalpa koti Buddha-Buddha yang tak terbilang. Beliau setelah membaktikan dirinya kepada pelaksanaan-pelaksanaan ini sedemikian berani serta tak pernah lelah sehingga namanya dikenal di seluruh alam semesta. Beliau telah memahami dharma yang mendalam serta tiada taranya 4
Samantabadra | Desember 2016
dan membabarkannya sesuai dengan tahap kecakapan umat manusia. Namun demikian, niat dan hasrat beliau adalah sangat sulit dimengerti. Sakyamuni bisa menjadi Buddha karena menjalankan pertapaan yang banyak dan sulit sekali hingga bisa mencapai kesadaran Buddha. Kita sebagai umat masa akhir dharma tidak perlu lagi menjalankan metode pertapaan lama karena kita sudah punya Gohonzon, Nammyohorengekyo dan gosyo. Kelemahan kita adalah terkadang bersikap mengentengkan pelaksanaan dharma ini karena begitu mudahnya, kita menjadi tidak sungguh-sungguh, semua dianggap enteng. Semestinya dengan pelaksanaan yang “sederhana�, kita bisa lebih sungguh-sungguh dan menjalankan praktik dharma secara berkelanjutan. Namun memang pengaruh iblis surga keenam sulit ditepis tanpa hati kepercayaan yang mantap, sehingga sering kali kita menganggap enteng pelaksanaan tersebut. Sariputra mengatakan, “setelah aku mencapai kesadaran Buddha, aku telah membabarkan ajaran-ajaranmu secara meluas melalui banyak cerita.� Perihal hubunganhubungan masa lampau serta banyak perumpamaanperumpamaan dengan cara-
cara yang tak terhitung telah membina umat manusia dalam melepaskan dirinya dari segala keterikatan. Alasan untuk ini adalah bahwa sang Tatagatha memiliki kedua-duanya, baik cara maupun kearifan yang sempurna. Buddha bisa sebegitu rupa kecapakannya, karena dia punya dua keahlihan. Kecakapan maupun kearifan. Jadi kita harus seperti Buddha yang mempunyai kecakapan dan juga kearifan. Sariputra, kearifan sang Tatagatha, meliputi segala-galanya dan dalam sekali. Welas asihnya tidak terhingga serta ajaranajaran-Nya tak mengenal batas. Diberkahi dengan kekuatan, keberanian, pemusatan kebebasan dan kecakapan untuk bermeditasi, ia bermukim dalam ketiada-terbatasan dan menyadari dharma yang tiada pernah disadari sebelumnya. Sariputra, sang Tatagatha memiliki kekuatan untuk mengerti yang pernah diantar berbagai ajaran untuk membabarkan ajaranajaran dalam suatu cara yang bijaksana dan tidak dan untuk menggembirakna hati umat manusia dengan katakata yang sangat serta lembut sama seperti nyonya Toki Ama-Goze. Penuh kelembutan dan penuh kehangatan, itu yang diteladani oleh Buddha.
eee
Dharma Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Memperpanjang Karma Tetap Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-30 Oktober 2016
Nammyohorengekyo, Pertama-tama, selamat hari jadi NSI yang ke-52! Gosyo kensyu kita kali ini berjudul “Memperpanjang Karma Tetap (Ka En Jogo syo)”. Gosyo ini ditulis pada tahun 1279 dan dikirim dari Minobu untuk istri Toki Jonin yang tinggal di Nakamiya. Ketika Toki Jonin menjadi bhikkhu, Toki Ama Goze, istrinya, turut pulang untuk mencukur rambutnya dan bersama dengan suaminya menjadi seorang bhikuni. Setelah menjadi bhikuni, Toki Ama Goze mendapat nama baru yaitu, Myojo. Di sini kita mempelajari watak Toki Ama Goze yang tenang dan memiliki budi pekerti yang halus. Beliau juga selalu mendukung dan menjalankan hati kepercayaan bersama dengan suaminya, Toki Jonin. Kalau suami istri dapat bersama-sama menjalankan hati kepercayaan adalah hal yang paling bahagia. Toki Ama Goze, ketika sudah tua tetap sungguh-sungguh menjalankan hati kepercayaan,
namun sayangnya, ini terganggu dengan penyakit yang dideritanya. Niciren Daisyonin mengajarkan kepada Ama Goze untuk tidak takut dengan penyakit, kekuatan Buddha dapat merombak penyakit karma tetap (umur) dapat diperpanjang. Toki Ama Goze menjadi bersemangat setelah mendengar perkataan Niciren Daisyonin ini. Judul gosyo ini diambil dari isi surat, “walau karma itu ada karma tetap, jika berdasarakan Saddharmapundarika-sutra, karma tetap tersebut dapat diperpanjang” disingkat menjadi “Memperpanjang Karma Tetap” atau “Ka En Jogo Syo” atau “Karma Tetap dari Usia diperpanjang.” Ketika menulis surat ini, Niciren Daisyonin mengetahui Toki Ama Goze sedang sakit dan kebetulan Syijo Kingo sedang datang ke Gunung Minobu. Niciren Daisyonin menganjurkan Ama Goze untuk berobat dengan tabib yang unggul yaitu Syijo Kingo dengan menggunakan
pengobatan moksibasi. Pertama-tama dijelaskan, penyakit itu ada dua macam; penyakit yang berat dan penyakit yang ringan. Yang menyebabkan penyakit itu adalah diri kita sendiri ketika empat unsur (tanah, air, api, dan angin) di alam semesta tidak seimbang. Seperti ketika kita terlalu banyak makan rasa asin, manis, pahit, dan asam, dari perasaan dan hawa nafsu kita yang mau mengenakkan diri sendiri akhirnya merugikan tubuh kita sendiri. Penyakit seberat apa pun jika ditangani oleh dokter yang ahli, penyakit itu akan dapat terobati dan usia akan diperpanjang. Oleh karena itu, ketika kita sakit, janganlah kita mengeluh, tapi langsung mencari cara agar penyakit kita diobati. Berobat ke dokter harus disertai dengan observasi diagnosa dokter yang baik dan keyakinan (doa) agar mendapat jodoh dokter yang baik. Desember 2016 | Samantabadra
5
ceramah gosyo Karma juga ada dua macam; karma tetap dan karma tidak tetap. Karma tetap bisa dilenyapkan jika sungguh-sungguh bertobat, apalagi kalau karma itu karma tidak tetap. Karma itu ada tiga golongan yang berdasarkan isi, imbalan, dan akibat. Sebab akibat yang dibuat dari karma-karma kita, semua itu pasti menjadi imbalan tergantung dari sebab baik atau buruk. Sebab yang buruk akan berakibat buruk dan imbalannya pun juga buruk, sebab yang baik imbalannya pun pasti baik. Kita harus yakin semua sebab akibat yang kita lakukan pasti ada imbalannya, hanya saja imbalannya terkadang belum matang. Yang pasti harus kita lakukan adalah terus menjalankan syinjin. Berdasarkan waktu, karma disebut karma tetap jika waktu untuk memperoleh imbalan akibat dari karma tersebut sudah ditentukan. Karma tidak tetap adalah karma dimana waktu tersebut tidak ditentukan. Siapa yang menentukan waktu ini? Cepat atau lambat karma menjadi karma tetap ditentukan oleh diri kita sendiri dalam menjaga diri dan perasaan jiwa kita. Bagaimana karma bisa menjadi karma tetap? Ini semua tergantung dengan bobot kesesatan/kebersihan hati (icinen), tergantung dari icinen yang penuh dengan kesesatan atau kebersihan hati. Kalau dasar icinen kita adalah hati yang kotor, pasti karma tetap akan menjadi tidak baik. Kalau icinen kita
6
Samantabadra | Desember 2016
adalah hati yang bersih, karma tetap kita dapat diperpanjang umurnya. Icinen sangat penting untuk hal ini, kita sering tidak dapat merasakan sekejapsekejap perasaan jiwa kita, selalu mengikuti keinginan kita yang akhirnya bertumpuk menjadi karma tetap. Karma tetap juga tergantung tempat perbuatan karma ini secara berulang-ulang atau kebiasaan-kebiasaan kita (syu in syuka). Seperti kebiasaan untuk menyalahkan orang lain ketika kita sedang menghadapi masalah, disini kita selalu membuat karma tetap. Sering sekali kita tidak menyadari hal ini. KIta harus ingat bahwa segala hal apapun yang terjadi itu adalah jodoh dari diri sendiri. Di gosyo ini dikatakan, “di dalam surat tersebut Niciren Daisyonin menggunakan pengertian karma dengan usia, usia itu adalah hal yang paling dipikirkan dengan serius oleh umat manusia. Toki Ama Goze menyampaikan isi hatinya yang takut dengan usia.� Karma tetap dapat diperpanjang dengan sungguhsungguh bertobat. Bagaimana cara bertobat? Bukan melalui pengakuan dosa, karena segala sebab perbuatan, pikiran, ucapan sudah pasti akan kita terima terima sebagai akibat, dengan atau tanpa kita akui. Tobat yang diajarkan Niciren Daisyonin adalah sangat mudah, yaitu dengan merenungkan wajah sesungguhnya. Seluruh lautan karma dan kesesatan jiwa itu timbul dari kesesatan
pokok jiwa (avibia). Pikiran buruk itu menjadi karma buruk. Bila ingin bertobat, duduklah bersila, bersimpuh, dan renungkanlah wajah sesungguhnya, dengan menjalani gongyo dan daimoku. Jika mau bertobat, harus percaya terhadap Gohonzon dan melaksanakan kata-kata Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Itu adalah hal yang penting. Dari semua ini, prajna akan muncul dan harus kita laksanakan kesadaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Seperti suami istri sudah samasama gongyo daimoku harus ber-prajna untuk bisa hidup harmonis bersama. Mengapa kita dapat merombak seluruh karma tetap dengan kurnia kebajikan Gohonzon? Karena Gohonzon adalah wujud sesungguhnya yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin dan Gohonzon adalah inti dari hukum Nammyohorengekyo atau Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang paling unggul dari seluruh ajaran Buddha Sakyamuni. Di kalimat Bab 23 (bab perbuatan pokok Bodhisatva Baisyajaraja) dikatakan, “Sutra ini adalah obat manjur untuk mengobati seluruh umat manusia di dunia.� NammyohorengekyoGohonzon dapat menyembuhkan seluruh penyakit kita di seluruh dunia. Semua yang menyebut Nammyohorengekyo di seluruh dunia bisa mengubah keluarga sendiri yang tidak
Dharma Duta
harmonis menjadi harmonis, dan patahnya semangat jadi bersemangat hidup kembali. Niciren Daisyonin mengambil bukti Ajatasatru untuk membuktikan karma tetap umur yang hanya tinggal tiga minggu, tetapi dengan percaya kepada Saddharmapundarikasutra dan kepada Buddha Sakyamuni. Ajatasatru dibabarkan Bab Nirvana Sutra yang berisi,“Turuti Dharma, jangan menuruti manusianya, turuti maknanya, jangan menuruti kata-katanya, turuti prajna-nya, jangan menuruti pengetahuannya, dan turuti sutra yang sempurna, jangan menuruti sutrasutra yang tidak sempurna. Setelah dibabarkan sutra ini, Ajatasatru sadar dan dapat memperpanjang karma tetapnya, karena sebelumnya Ajatasatru tidak mengikuti sutra tetapi mengikuti katakata Devadatta dan jatuh ke neraka penyakit. Chen-Ch’en mengatakan bahwa Saddharmapundarikasutra itu dapat tersebar luas lima kali lima ratus tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat. Tetapi pada masa Chen-Ch’en ini hanya baru 1500 tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat, walaupun demikian, Chen-Ch’en sudah menerima ultimatum bahwa umur beliau hanya akan berlangsung sampai lima puluh tahun. Ketika Chen-Ch’en bertemu Tientai yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra, Chen-Ch’en percaya dapat memperpanjang umurnya
selama lima belas tahun. Padahal ini belum sampai ke waktu lima kali lima ratus tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat. Inilah di mana Saddharmapundarikasutra itu unggul. Seperti padi yang panen di musim dingin atau bunga serunai yang mekar di musim panas. Dengan Saddharmapundarika-sutra, yang tidak mungkin dapat menjadi mungkin. Ini adalah kekuatan Nammyohrengekyo yang bukan main yang kita harus sungguh-sungguh percaya. Dikatakan perempuan itu paling jahat dan tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Niciren Daisyonin membuktikan ini ketika ibu beliau sakit dengan kekuatan Nammyohorengekyo, dan umur sang ibu dapat diperpanjang selama empat tahun. Oleh karena itu Niciren Daisyonin mengajak Ama Goze untuk menjalankan hati kepercayaan demi kesembuhan, dan mencari tabib Syijo Kingo yang paling pintar yang pasti dapat mengobatinya. Kepercayaan hati kita terhadap Gohonzon tidak bisa dengan perantara, harus kita sendiri yang sungguh-sungguh menjalankan hati kepercayaan (bukan meminta orang lain untuk mendoakan). Aliran darah dari hati kepercayaan tidak bisa menggunakan perantara, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Segala sesuatu apa pun dasarnya hati kepercayaan tidak ada perantara, akan terwujud akibat yang nyata
dan akan kita terima semua itu dengan hati yang gembira. Niciren Daisyonin mengingatkan Ama Goze, “Jiwa bagi manusia adalah sebuah pusaka yang sukar diperoleh.” Sebanyak-banyaknya uang, tidak dapat menggantikan jiwa. Jiwa adalah yang paling bernilai. Niciren Daisyonin mengatakan jiwa itu bernilai karena di dalam jiwa tersembunyi sifat Buddha, semua orang memiliki sifat Buddha yang berdasarkan maitri karuna di dasar jiwanya. Tetapi karena tertutup oleh sifat-sifat yang buruk maka yang biasanya terlihat adalah sifat buruk. Sifat Buddha ini dapat kita munculkan hanya dengan Nammyohorengekyo. Orang yang jahat sebagaimana pun dapat timbul kesadaran dan menjadi baik (Bono Shoku Bodai). Yang penting adalah di kensyu dan di kehidupan sehari-hari, jiwa kita harus mau menciptakan nilai, bagaimana mau umur panjang kalau tidak disukai oleh orang lain. Sebab akibat itu pasti ada imbalannya, tergantung dalam waktu yang lama atau waktu yang cepat. Kita yang sudah bertemu Gohonzon janganlah membuang satu hari pun, harus berterima kasih dapat hidup dari hari ke hari. Biarpun kita menjadi orang arif bijaksana ataupun raja, jika hanya memiliki umur yang pendek tidak ada gunanya karena belum cukup banyak membuat kebaikan demi kemanusiaan. eee Desember 2016 | Samantabadra
7
liputan
52 8
tahun sudah perjalanan NSI membina umatnya agar menjadi manusia-manusia yang unggul dalam kehidupan pribadi maupun dalam berbangsa dan bernegara. Sebuah perjalanan yang tidak pernah berhenti untuk maju dan
Samantabadra | Desember 2016
Kensyu Nasional Peringatan 52 Tahun Hari Jadi NSI
NSI Melangkah Lagi dengan Pasti
Jajaran DPP, Dewan Penasihat, dan DPW NSI Nasional menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama dengan umat NSI yang hadir dalam Kensyu dalam rangka peringatan hari jadi NSI ke 52 tahun.
berkembang, menjadikan segala tantangan dan hambatan sebagai jodoh baik untuk maju. NSI melangkah lagi dengan pasti, mewujudkan umat yang berkesadaran Buddha dan semakin menyebarluaskan bukti nyata keagungan Gohonzon-Nammyohorengekyo.
Desember 2016 | Samantabadra
9
liputan
K
10
ensyu gosyo umum dalam rangka peringatan hari jadi NSI yang ke-52 tahun dimulai pada hari Jumat, 28 Oktober 2016. Umat NSI dalam skala nasional hadir dan berkumpul untuk mengikuti salah satu momen akbar NSI yang berlangsung selama tiga hari dua malam di Mahavihara Saddharma NSI, Bogor. Rangkaian kegiatan kensyu diawali dengan bazar pada siang harinya (yang berlanjut hingga Sabtu), berlanjut dengan gongyo sore, makan malam bersama, dan dokyo syodai peringatan hari jadi NSI ke-52 tahun yang dipimpin oleh Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja. DPP, segenap pimpinan DPW dan DPD NSI seluruh Indonesia melakukan upacara syoko saat dokyo sodai. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI menyampaikan rasa syukur dan kegembiraannya bisa bersama-sama umat NSI melangkah lagi dengan pasti memajukan NSI dan bangsa Indonesia. Eksistensi NSI harus senantiasa ditingkatkan sebagai organisasi keagamaan Buddha yang mempromosikan kerukunan hidup antarumat beragama dan membina umat berdasarkan ajaran Buddha Niciren agar lebih berdaya dalam menghadapi hidup. Dalam kensyu kali ini, NSI bekerjasama dengan Samantabadra | Desember 2016
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (KKPRI) mendatangkan rekanan usaha kecil dan menengah yang melakukan usaha pengolahan ikan dan hasil laut. Produk yang didatangkan antara lain makanan beku siap saji, yoghurt rumput laut, puding, baso dan otak-otak. Umat NSI dari berbagai wilayah juga turut meramaikan keceriaan kensyu dengan berdana paramita dalam bentuk produk dan makanan dari daerahnya, seperti baso goreng, baso kuah, pakaian, dan lain-lain. NSI juga mengundang pembicara dari KKPRI, Ibu Ines Rahmania, Direktur Akses Pasar dan Promosi KKPRI, yang memberikan pembekalan kepada peserta kensyu tentang pentingnya mengonsumsi ikan. Festival tari nusantara NSI 2016 berlangsung semarak, diikuti oleh sebelas tarian dari berbagai provinsi. Tahun ini, juara 1 diperoleh DKI Jakarta, juara 2 Bogor, juara 3 Bekasi, harapan 1 DKI Jakarta, dan harapan 2 Banten. Walau demikian, Festival ini bukan seperti ajang kompetisi pada umumnya, melainkan sebuah ruang kreativitas bagi umat NSI untuk menyalurkan kecintaannya pada Indonesia melalui seni dan budaya, yang tentu didasari oleh semangat syinjin. eee Desember 2016 | Samantabadra
11
liputan
Kesan Pesan Kensyu Hari Jadi NSI ke-52 Tahun Di kensyu kali ini, saya merasa senang sekali. Semua bisa melihat, NSI begitu bagus. Ketua umum NSI sungguh-sungguh jalankan bukan hanya untuk diri dia sendiri, tetapi juga untuk kita semua. Kita harus merubah sifat kita dulu, baru nasib kita akan berubah. Dengan adanya Gohonzon, kita punya kekuatan untuk dapat merubah sifat-sifat buruk kita. Pesan saya untuk semuanya, kita harus satu hati dan tetap ada di NSI. (Ibu Si Cie, Kalimantan Barat)
Selama 3 hari 2 malam mengikuti kensyu, saya merasa semuanya sangat berkesan. Baik dari gosyonya, maupun malam keseniannya. Saya juga mendapat banyak pengetahuan dengan adanya sesi pembekalan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan. Rasanya sangat menyenangkan dan saya ingin terus ada di sini. Saya bersyukur bisa ada di NSI dan semakin yakin untuk terus menyebarkan hukum Nammyohorengekyo. (Sdr. Aming, Bangka) Saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk NSI, semoga tetap jaya, semakin berkembang dan tetap satu hati. Banyak hal-hal positif yang saya dapat selama mengikuti kensyu ini, dari gosyo dan acara-acara lainnya. Semoga kita semua bisa bertambah yakin dengan hukum ini, tambah rajin gongyo daimoku agar dapat memunculkan kesadaran Buddha. (Baturaja)
Kesan saya di kensyu ulang tahun NSI ke-52, semakin tahun semakin berbeda. Di kensyu ini, umat NSI dari seluruh daerah bisa hadir. Hal ini mencerminkan semangat dari kita semua dan tentunya dorongan dari ketua umum NSI. Saya akan terus percaya dengan hukum Nammyohorengekyo dan terus ada di NSI. Pesan saya untuk semuanya, mari kita sama-sama memajukan NSI. (Ibu Cincu, Palembang) Kesan saya untuk kensyu kali ini, suasanya meriah meskipun sederhana. Malam keseniannya mengalami kemajuan dibandingkan tahun lalu. Hal ini memperlihatkan bahwa umat kita sangat bersemangat dan punya keinginan untuk lebih maju lagi. Pesan saya bagi bapak-ibu yang punya anak, jangan ragu-ragu untuk mengarahkan anaknya agar selalu ada di susunan NSI. NSI merupakan wadah yang sangat positif dan bermanfaat bagi kita semua. Tujuan bersama kita adalah untuk memajukan NSI dan menyebarluaskan hukum Nammyohorengekyo. (Ibu Juju, Lampung)
Saya merasa beruntung bisa punya kesempatan untuk duduk dan berbicara di depan. NSI adalah bengkel jiwa kita. Dengan adanya perubahan sifat dan karakter, akibat yang akan kita terima pun berubah. Laksanakan ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Niciren dan jalankan gongyo daimoku setiap hari. Kita mendapatkan banyak hal dari kensyu ini, mulai dari gosyo, suasana hati, dan ilmu pengetahuan. Saya juga ingin mengajak kita semua agar meningkatkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas lagi. (Bapak Surya, Jawa Timur) 12
Samantabadra | Desember 2016
Saya merasa senang sekali karena baru kali ini saya dapat bertemu dengan saudara-saudara yang berasal dari berbagai daerah. Saya berharap di tahun depan bisa membawa umat yang lebih banyak lagi dari daerah saya. (Bapak Jarwo, Jawa Tengah) Saya merasa kurnia yang telah saya terima dari Gohonzon begitu besar. Yang paling penting dari seorang penganut adalah melaksanakan kata-kata Buddha dalam kehidupan sehari-hari kita dan juga menjalankan penyebarluasan dharma. Kita harus tetap waspada, hati kepercayaan kita jangan sampai tergoyahkan. (Ibu Siu Tau, Jawa Barat) Saya merasa gembira karena umat Banten yang mengikuti kensyu kali ini berjumlah 104 orang. Banten tujuannya adalah isyo jubutsu konsenrufu, selalu gembira, satu hati, dan melakukan yang terbaik. (Ibu Mei Hoa, Banten)
Saya sangat berterima kasih kepada Gohonzon dan susunan NSI. Di tahun 2013 lalu, saya punya icinen untuk syakubuku yang banyak. Waktu itu saya sedang sakit dan melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Pada saat itulah saya punya kesempatan yang banyak untuk bisa syakubuku. Saya yakin hukum Nammyohorengekyo pasti tersebarluas karena generasi mudanya yang penuh dengan semangat. (Ibu Limia, DKI Jakarta)
Susunan NSI sudah mendunia berkat ketua umum kita. Saya mengucapkan selamat ulang tahun NSI yang ke-52, saya berharap agar NSI tetap jaya. Saya juga ingin menghimbau kepada umat Jabotabekcul untuk ikut gerak jalan kerukunan umat beragama pada tangal 06 November 2016. Gerak jalan ini diadakan dalam rangka HUT NSI ke-52 dan peringatan hari Sumpah Pemuda. Pesan saya agar kita semua bisa selalu itai dosyin. (Bapak Niki, DKI Jakarta)
Kesimpulan Ketua Umum
S
aya mengucapkan terima kasih kepada semuanya karena telah membawa suasana yang begitu hangat dan penuh kekeluargaan. Semoga suasana yang seperti itu bisa menjadi bagian dari kehidupan masing-masing umat NSI dan bisa menjadi rejeki. Pada kensyu Oktober tahun ini, semuanya berjalan lebih baik dibanding tahun lalu. Kesan pesan yang disampaikan semua umat sudah baik. Buddha Niciren Daisyonin mengatakan bahwa melalui Saddharmapundarika Sutra, kita akan menjadi manusia yang unggul. Menurut ajaran Buddha, tidak ada peluang bagi kita untuk menyalahkan orang lain. Perombakan nasib adalah hasil dari usaha kita dalam melakukan perombakan sifat. Bagaimana kita dapat merubah kecenderungan jiwa kita dari empat dunia buruk menjadi kesadaran Buddha. Maka dari itu, kita perlu menjalankan gongyo daimoku, ikut pertemuan, kunjungan anggota, dan sebagainya. Dalam agama Buddha dikatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini memiliki unsur waktu dan jodoh. Yang harus kita semua dambakan adalah pencapaian kesadaran Buddha bagi diri kita dan penyebarluasan hukum Nammyohorengekyo. Dengan adanya icinen tersebut, kita dapat menarik jodoh-jodoh baik. eee Desember 2016 | Samantabadra
13
liputan
Gerak Jalan Kerukunan 52 Tahun NSI
NSI Memelopori Gerakan Kerukunan Antarumat Beragama
14
Samantabadra | Desember 2016
P
arisadha Buddha Dharma Niciren Syoyu Indonesia (NSI) menggelar gerak jalan kerukunan umat beragama di kawasan Kementerian Agama, Jakarta pada minggu pagi (6/11/2016). Gerakan ini dinilai banyak kalangan membawa kesejukan ditengah merebaknya isu SARA pada masyarakat Jakarta. Gerakan ini juga mendapat apresiasi dari Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin, “Kementerian Republik Indonesia memberikan pengargaan setinggi-tingginya bagi NSI karena telah menjadi agen dalam merawat dan menjaga kerukunan dan kebhinnekaan bangsa Indonesia�, ujar beliau. Gerak jalan yang bertujuan merawat kerukunan umat beragama ini diikuti oleh berbagai majelis agama Buddha dan seluruh elemen keagamaan. Gerak jalan ini diikuti 2.233 umat NSI dan ratusan umat agama lain. Ketua Umum NSI, Suhadi Sendjaja menekankan bahwa menjaga kerukunan dan persatuan Indonesia merupakan tugas bagi seluruh elemen bangsa Indonesia. NSI berupaya mengajak seluruh umat beragama untuk bergandengan tangan demi menjaga keutuhan dan perdamaian khususnya di kawasan Ibu Kota Jakarta. Di luar perkiraan, gerak jalan kerukunan yang berselang dua hari setelah aksi damai 4 November 2016 lalu ini
menjadi momentum penting untuk memulihkan dampak psikologis yang muncul akibat beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab dalam aksi damai yang sejak awal hingga akhir berlangsung dengan baik. “Kami berharap gerakan ini menjadi momentum untuk memulihkan situasi dan rasa percaya diri dari masyarakat, khususnya warga keturunan Tionghoa,” Ujar Ketua Umum NSI. Sehari sebelum kegiatan berlangsung, Ketua Umum NSI menyampaikan pesan langsung kepada Menteri Agama RI, bahwa gerak jalan ini juga berfungsi untuk membangun penilaian positif atas situasi Indonesia oleh masyarakat dunia. Hal ini juga merupakan salah satu momen penting bagi kita untuk berbakti bagi ketentraman, kerukunan bangsa, menjaga citra bangsa di mata dunia untuk Indonesia jaya. “Kerukunan adalah sesuatu yang sudah ada di Indonesia sejak dulu. Gerak jalan ini menjadi satu kegiatan merawat kerukunan yang direkomendasikan oleh Kementerian Agama,” jelas Ketua Umum NSI, Suhadi Sendjaja di lokasi acara. Ketua umum NSI menegaskan dengan menghayati dan mengamalkan dharma, setiap orang bisa melaksanakan balas budi kepada orangtua, negara, masyarakat, dan triratna (Buddha Dharma). Sekarang bagaimana setiap orang berupaya dan
berdoa supaya presiden dan pemimpin bangsa sehat dan setiap warga negara dapat mencapai kesadaran terunggul yang dalam ajaran Buddha Niciren dijelaskan bahwa setiap manusia mampu berbahagia, hidup rukun, tenteram dan menciptakan nilai yang bermanfaat bagi orang lain melalui diri sendiri. Sebelumnya, rangkaian acara peringatan 52 tahun NSI dimulai dengan kegiatan penataran spiritual 1000 umat Buddha yang dilakukan pada tanggal 28-30 Oktober 2016 di Mahavihara Saddharma NSI, Taman Sari Bogor. Usaha pelestarian budaya juga dilakukan dengan menggelar festival tari nusantara yang menampilkan 12 tarian daerah dari berbagai propinsi di Indonesia. Tak hanya itu, NSI juga bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, dalam mensosialisasikan gerakan gemar makan ikan. Melalui kebudayaan Indonesia yang dibawakan dan dilestarikan oleh umat NSI diharapkan tak akan ada lagi diskriminasi kelak dan warga Tionghoa dapat dihormati sebagai elemen bangsa yang turut membangun dan menjaga kebhinnekaan Indonesia. eee
Desember 2016 | Samantabadra
15
liputan
Kensyu Jawa Timur 2016
U
ntuk meningkatkan semangat untuk mengamalkan ajaran Buddha niciren, NSI jawa timur mengadakan kensyu Jawa timur yang bertempat di Trawas, Mojokerto pada tanggal 12 dan 13 Nopember 2016. Kensyu kali ini diikuti oleh umat dari Surabaya, Banyuwangi selain itu umat dari bali dan jakarta juga turut berpartisipasi dalam kensyu ini. Tema yang diangkat pada kensyu kali ini adalah “Pahami Makna ajaran Buddha Niciren yang sesungguhnya dan amalkan.” Pada kesempatan kali ini bapak Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mengajak para umat untuk memahami
16
Samantabadra | Desember 2016
makna sesungguhnya dari ajaran buddha niciren. Kensyu kali ini diisi juga dengan senam pagi yang di ikuti dengan antusias oleh peserta kensyu yang di akhiri dengan yel-yel bersama “NSI Sehat, Kuat, Hebat”. Pada sesi tanya jawab juga terjadi interaksi yang sangat baik mulai dari konsep ketuhanan sampai pada bagaimana ajaran buddha yang sesungguhnya tanpa dicampuri pemahaman agama lain. Dengan terselenggaranya kensyu jawa timur ini, harapan dari umat NSI Jawa Timur dapat menjadi motor penggerak penyebarluasan Dharma di Jawa Timur. Nammyohorengekyo. eee
Ketua Daerah NSI Surabaya, Bapak Pardi, memimpin gongyo bersama.
Pembabaran gosyo oleh DPP NSI.
Yel-yel bersama, NSI Sehat, Kuat, Hebat!”
Peserta kensyu melakukan senam pagi.
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Pencapaian Kesadaran Buddha dalam Satu Kehidupan Ini Gosyo Zensyu Halaman 383 LATAR BELAKANG|
S
urat ini ditulis di Kamakura ketika Niciren Daisyonin berusia 34 tahun (1255). Kepada siapa surat ini diberikan tidak tercatat, tetapi diperkirakan diberikan kepada Toki Jonin. Surat aslinya sudah tidak ada lagi. Pada tanggal 28 bulan empat tahun Kenco ke-5 (1253), di Kuil Seico di Propinsi Awa, Niciren Daisyonin menegakkan ajaran dan mendirikan sekteNya. Kemudian Beliau langsung pergi ke Kamakura dan sekitar bulan delapan mendirikan pondok di Matsubagayatsu, Nagoe. Dari sanalah Beliau mulai menjalankan penyebarluasan Hukum Agung ini. Dalam dua tahun awal bimbingan ajaranNya ini, Nissyo, Niciro, Syijo Kingo, Ikegami Munenaka, Kudo Yosyitaka dan lain-lain, berturut-turut memasuki hati kepercayaan dan dikemudian hari mereka menjadi pemimpin para murid. Penganut pertama adalah Toki Jonin, yakni pada kirakira tahun Kenco ke-6 (1254). Toki Jonin berdiam di Wakamiya Haciman So, daerah Katsusyika Propinsi Syimofusa dan bekerja pada keluarga Ciba, gubernur Propinsi Syimofusa sebagai Sekretaris Jendral, jadi ia adalah
orang yang berpendidikan tinggi. Maka ia menerima surat-surat penting dari Niciren Daisyonin, seperti Kanjin no Honzon, Surat Hokke Suyo, Surat Perihal Empat Percaya Lima Bab dan sebagainya. Berarti ia sangat aktif dan menjadi pemimpin utama di antara murid. Pada waktu penganiayaan Matsubagayatsu yang terjadi pada tanggal 27 bulan 8 tahun Bun-ei ke-I (1260), ia menerima Niciren Daisyonin di rumahnya sendiri. Ia sering memberikan perlindungan kepada Niciren Daisyonin hingga dapatlah dirasakan bahwa Toki Jonin adalah seorang yang sangat kuat hati kepercayaannya. Surat ini ditulis dua tahun setelah mendirikan sekteNya, maka jiwa surat ini adalah masa awal bimbingan dan ajaran seumur hidup Niciren Daisyonin. Isi surat ini menerangkan bahwa titik penting dari pencapaian kesadaran Buddha dalam tiap kehidupan adalah harus menghayati teori Sad yang ada di dasar pokok jiwa umat manusia, berarti harus menyebut dan melaksanakan Myohorengekyo. Myohorengekyo adalah Desember 2016 | Samantabadra
17
materi ajaran | gosyo kensyu sutra yang menerangkan tercakupnya puluhan ribu hukum dari dunia hukum dalam sekejap perasaan hati umat. Oleh karena itu menyebut dan mempertahankan lima aksara Saddharma berarti menyadari bahwa sekejap perasaan hati kita, umat manusia, mencakup keseluruhan 10 dunia, terlebih lagi 3.000 gejala dari puluhan ribu hukum alam semesta, subyek dan lingkungan, jasmani dan rohani. 80.000 ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni, para Buddha dan Bodhisattva
dari ketiga masa, juga tidak lain adalah sekejap perasaan hati sendiri. Maka baik yang dikatakan Buddha maupun umat manusia, atau baik yang dikatakan tanah kotor maupun tanah suci, tidak lebih adalah perbedaan sesat dan sadar. Dan untuk dapat menggosok cermin gelap kesesatan jiwa sehingga menjadi cermin terang kesadaran jiwa, hanyalah dengan menyebut dan melaksanakan Nammyohorengekyo.
ISI GOSYO |
P
ertama, jika hendak lepas dari penderitaan perputaran hidup mati sejak asal mula, kali ini harus bertekad untuk dapat membangkitkan kesadaran yang tiada tara. Untuk itu harus menghayati Sad yang ada pada pokok jiwa umat. Maksud Sad yang ada pada pokok jiwa setiap umat adalah Myohorengekyo. Bila sepenuh jiwa raga menyebut Nammyohorengekyo maka dapat menghayati Sad yang ada pada pokok jiwa setiap umat. Saddharmapundarika-sutra adalah raja sutra, kalimat dan teorinya adalah yang sesungguhnya dan paling benar. Maka aksara kalimat adalah Wujud Sesungguhnya, Wujud Sesungguhnya adalah Saddharma. Bagaimanapun Saddharma adalah ajaran yang mewujudkan dan membabarkan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Oleh karena itu Saddharmapundarika-sutra disebut Prajna dari para Buddha.
Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa berarti tanpa kurang satupun dari umat sepuluh dunia, 3.000 gejala, subyek-lingkungan, jasmani-rohani, pohon-rumput yang tidak berperasaan, langit luas dan tanah negeri, sebutir debupun tidak ketinggalan tercakup dalam sekejap perasaan hati. Sekejap perasaan hati ini secara menyeluruh meluas pada Dunia Dharma tanpa tertinggal sedikitpun dan dikatakan sebagai puluhan ribu hukum. Menyadari teori ini juga dikatakan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Meskipun menyebut Nammyohorengekyo dikatakan menerima dan mempertahankan, jika berpikir ada Hukum di luar sekejap perasaan hati sendiri, hal itu sama sekali bukan Saddharma melainkan hukum yang kasar, tidak sempurna. Hukum kasar dan tidak sempurna bukanlah Saddharmapundarika-sutra. Jika bukan Saddharmapundarika-sutra, maka merupakan Ajaran Upaya dan Ajaran Pintu Sementara, maka bukan jalan langsung untuk mencapai kebuddhaan. Karena bukan jalan langsung untuk mencapai kebuddhaan, maka tidak akan memperoleh pencapaian kesadaran mutlak meskipun telah melewati pertapaan hidup mati berulang kali selama berkalpa-kalpa. Maka tidak akan memperoleh pencapaian Kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini. Karena itu, ketika menyebut 18
Samantabadra | Desember 2016
Saddharma dan membaca Pundarika, haruslah membangkitkan hati kepercayaan yang mendalam dengan menunjuk bahwa sekejap perasaan hati sendiri dinamakan ‘Myohorengekyo’.
Baik 80.000 ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni maupun berbagai Buddha dan Bodhisattva dari sepuluh penjuru ketiga masa, janganlah sekali-kali berpikir bahwa semua itu berada di luar sekejap perasaan hati kita. Meskipun mempelajari Agama Buddha, jika tidak dapat menghayati sifat sekejap perasaan hati, sama sekali tidak dapat terlepas dari penderitaan hidup-mati. Jika melaksanakan pertapaan puluhan ribu kebaikan melalui jalan di luar sekejap perasaan hati, dapatlah diumpamakan sebagai orang miskin yang menghitung kekayaan orang lain siang dan malam, tidak akan memperoleh bagian setengah sen pun. Maka dalam Syikan Bugyoden Guketsu rol ke-4, Mahaguru Miao-Lo (sekte Tien-tai) mengatakan : “Jika tidak menghayati sekejap perasaan hati sendiri, tidak dapat menghapuskan dosa berat”. Berarti bahwa jika tidak menghayati sifat sekejap perasaan hati, maka akan menjadi pertapaan menderita yang tidak terhitung. Orang seperti itu, dikecam sebagai “Meskipun belajar Hukum Buddha tetapi menjadi berjalan di luar ajaran Buddha”. Hal ini di dalam Makasyikan rol ke-10 paruh awal diterangkan, “Sekalipun mempelajari Hukum Buddha, namun berbalik sama dengan pandangan non Buddhis”. Maka kita harus berkeyakinan bahwa menyebut nama Buddha, membaca dan menyebut sutra, menyebar bunga dan mempersembahkan dupa, semuanya adalah akar karunia kebajikan yang tersimpan di dalam sekejap perasaan hati kita. Hal ini dalam Sutra Nama Suci dibabarkan, “Kalau mencari kesadaran dari para Buddha pada sekejap perasaan hati pelaksanaan umat, maka umat adalah kesadaran; hidup mati adalah nirvana”, dan “Kalau perasaan hati umat manusia kotor, maka tanah air tempat tinggalnya juga kotor. Sebaliknya jika perasaan hati umat manusia suci, maka tanahnya pun suci”. Meskipun dikatakan tanah suci dan tanah kotor tidak berarti ada dua macam tanah air yang berbeda. Baik atau buruknya perasaan hati sendiri akan menjadikan tanah suci atau kotor.
Demikian pula antara umat atau Buddha. Ketika sesat dinamakan umat, ketika sadar dinamakan Buddha. Sebagai umpama, cermin yang gelap jika digosok akan nampak sebagai cermin terang seperti permata. Sekejap perasaan jiwa sesat adalah cermin gelap yang tidak digosok, namun kalau digosok cermin itu akan menjadi cermin terang sifat Dharma yang sesungguhnya. Oleh karena itu, perkuatlah hati kepercayaan secara mendalam siang dan malam, pagi dan sore serta tidak malas untuk selalu menggosoknya. Bagaimana agar dapat selalu menggosoknya ? Hanya dengan menyebut dan melaksanakan Nammyohorengekyo saja dapat menggosoknya.
Apakah arti dari Myo (Sad)? Itu adalah sekejap perasaan hati sendiri; karena gaib dikatakan Myo. Gaib berarti perasaan maupun kata-kata tidak dapat menerangkannya. Oleh karena itu, dalam mencari sekejap perasaan hati, bila dikatakan “ada” tetapi tidak ada warna atau bentuknya. Bila dikatakan “tidak ada” tetapi dalam hati timbul bermacammacam perasaan. Maka, tidak boleh dipikirkan ‘ada’ atau ‘tidak ada’. Karena keduanya ‘ada’ dan ‘tidak ada’ tidak dapat menerangkannya. Bukan ‘ada’ atau ‘tidak ada’ tetapi bagaimanapun ‘ada’ dan ‘tidak ada’ meluas tersebar ke manapun secara menyeluruh tanpa tertinggal sedikitpun. Badan Sad dari Jalan Tengah Tunggal Sesungguhnya (Cudo Desember 2016 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu Icijitsu) sangat gaib, maka dinamakan Myo (Sad). Sedangkan Hukum sekejap perasaan hati yang sedemikian gaib ini disebut Ho (Dharma) dan untuk menyatakan gaibnya Pintu Hukum ini, sesuai perumpamaan hukum fakta nyata secara tuntas, maka dinamakan Renge (Pundarika). Menyadari sekejap perasaan jiwa (Issyin) adalah gaib (Sad / Myo). Sebaliknya, mengetahui sekejap perasaan hati yang lain juga sebagai Saddharma, disebut Sutra Sad (Myokyo). Hal ini menunjukkan bahwa baik maupun buruk, badan pokok sekejap perasaan hati yang timbul dalam tiap kejap merupakan badan Saddharma. Karena membabarkan hal ini, sutra ini menjadi raja sutra. Oleh karena itu menjadi Jalan Langsung Pencapaian Kesadaran Buddha. Jika sungguh-sungguh percaya pada teori ini secara mendalam dan menyebut Myohorengekyo, pasti memperoleh pencapaian kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini. Maka, dalam Bab XXI Kekuatan Gaib Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra dibabarkan: “Setelah kemoksyaan-Ku, harus menerima dan mempertahankan sutra ini. Orang ini berada di dalam Jalan Buddha dan pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Hal ini tidak perlu diragukan lagi�. Tidak boleh diragukan sedikitpun. Alangkah beruntungnya! Alangkah beruntungnya! Hati kepercayaan untuk mencapai kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini adalah Nammyohorengekyo.
tertanda,
Niciren
20
Samantabadra | Desember 2016
| KUTIPAN GOSYO
1
Jika hendak lepas dari penderitaan perputaran hidup-mati sejak asal mula, kali ini harus bertekad dan menetapkan hati untuk dapat membangkitkan kesadaran tiada tara.
GM
Keterangan : Kalimat awal surat ini menguraikan bagaimana umat dengan badan manusia biasa mencapai kesadaran Buddha dalam masa satu kehidupan. Juga secara gamblang membabarkan teori hukum dan pertapaannya. Pertama, dari sudut pandangan jiwa ketiga masa dikatakan bahwa kita umat manusia, sejak masa lampau yang tidak berawal telah hidup kemudian mati, lalu hidup kembali dan mati, berulang kali berputar terseret arus penderitaan Triloka Enam Jalan. Maka dikatakan jika berpikir untuk berhenti dari arus perputaran penderitaan hidup-mati, itu adalah “kali ini”. Di dalam perkataan “kali ini” tercakup seluruh keinginan perasaan hati Niciren Daisyonin karena pada masa inilah dapat bertemu dengan Hukum Buddha. Kehidupan kali inilah merupakan kesempatan satu dalam 1.000 untuk dapat keluar dengan menghentikan arus perputaran hidup-mati. Dan dikatakan, “Kali ini harus bertekad dan menetapkan hati untuk dapat membuktikan kesadaran yang tiada tara”. Berarti setelah bertemu hukum Buddha pada masa ini, harus menghayati “Teori Sad yang ada pada pokok jiwa setiap umat”. Di sinilah sebenarnya dibabarkan hakikat pokok kepastian tercapainya kesadaran Buddha pada satu kehidupan ini (pencapaian kesadaran Buddha dalam badan apa adanya) bagi umat manusia biasa. Teori Sad yang ada pada pokok jiwa setiap umat berarti hukum teori gaib yang sudah dimiliki umat manusia sejak asal mula. Menghayati teori hukum gaib berarti mengetahui dan menyadari jiwa. Hal ini diajarkan Niciren Daisyonin dengan mengutip
perkataan mengamati hati dan mengamati hukum (kannen kanpo) dari pintu hukum Mahaguru Tien-tai. Tetapi bukan berarti mengajarkan pertapaan Pintu hukum Mahaguru Tien-tai, tidak diajarkan untuk mengamati dan menghayati teori hukum gaib yang tidak dapat dilihat dengan mata, yang timbul dan tercakup sejak asal mula. Niciren Daisyonin menunjukkan bahwa Sad yang ada pada pokok jiwa setiap umat adalah lima aksara Myohorengekyo. Maka dikatakan, sungguh hati menyebut daimoku lima aksara Myohorengekyo ini dapat menghayati Hukum gaib yang tercakup sejak asal mula pada umat manusia. Ini berarti dapat memahami dan merasakan jiwa sendiri. Karena surat ini ditulis ketika Niciren Daisyonin baru saja mendirikan sekte, maka tidak di singgung perihal menerima dan mempertahankan Gohonzon. Namun demikian bagi kita sekarang ini, bagaimanapun harus membaca kalimat di atas berdasarkan menerima dan mempertahankan Gohonzon. Berarti perkataan “menghayati” harus kita baca sebagai menerima dan mempertahankan Dai Gohonzon dari Sandaihiho dan menyebut daimoku, yaitu menerima dan mempertahankan adalah kesadaran (juji soku kanjin). Demikianlah uraian mengenai kesadaran (kanjin). Sedangkan mengenai cara membaca sesudah diwujudkannya Sandaihiho, hukum agung Masa Akhir Dharma, Bhiksu Tertinggi ke-26 Nicikan Syonin dari kuil pusat menguraikan dengan jelas di dalam Surat Penjelasan Kanjin no Honzon. Beliau menguraikan kalimat Surat Kanjin no Honzon yang berbunyi, “Kanjin berarti menghayati perasaan jiwa sendiri dan melihat dunia 10 hukum Ini disebut Kanjin” (Gosyo Zensyu hal. 240). Yang dimaksud dengan “Menghayati perasaan jiwa sendiri” adalah sungguhsungguh percaya Gohonzon. “Melihat dunia 10 hukum” berarti sungguh-sungguh menyebut dan melaksanakan Saddharma. Desember 2016 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu
2
Saddharmapundarika-sutra adalah raja sutra, kalimat dan teorinya adalah yang sesungguhnya dan paling benar. Maka kalimat aksara adalah wujud sesungguhnya dan wujud sesungguhnya adalah Saddharma.
hukum. Dengan demikian sekejap perasaan hati adalah Dunia Dharma, Dunia Dharma adalah sekejap perasaan hati. Menyadari dan mengetahui teori ini dalam jiwa disebut juga Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Perkataan “monrisyinsyo” (kalimat dan teorinya adalah yang sesungguhhya dan paling Keterangan : benar) berasal dari kalimat yang terdapat Pada bagian terdahulu telah dijelaskan dalam Sutra Amitarta Bab II Pembabaran bahwa teori Hukum untuk mencapai Dharma, yaitu kalimat “Putra yang baik, sutra kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini ini adalah ajaran Mahayana yang sangat (pencapaian kesadaran Buddha dengan badan mendalam dan tiada tara, kalimat dan teorinya apa adanya) bagi seluruh umat manusia adalah adalah yang sesungguhnya dan paling benar, teori Sad yang ada pada pokok jiwa setiap sangat agung dan tiada tara. Para Buddha umat, yakni Myohorengekyo. Sedangkan pada ketiga masa bersama-sama telah menjaganya. bagian ini akan dijelaskan isi yang diuraikan Sekelompok umat dan jalan iblispun tidak dan diwujudkan Myohorengekyo. dapat memasukinya. Seluruh pandangan sesat Pertama, dalam Saddharmapundarikadari hidup mati tidak dapat memecahkan dan sutra, baik satu persatu kalimatnya, maupun mengalahkannya”. Perkataan “monrisyinsyo” teori sesungguhnya yang diterangkan kalimat ini dipergunakan Niciren Daisyonin untuk sutra itu, kedua-duanya adalah monrisyinsyo menghargai keunggulan Saddharmapundarika(kalimat dan teori yang sesungguhnya sutra, yang merupakan tujuan kehadiran dan paling benar). Oleh karena itu, sutra Buddha Sakyamuni. itu dikatakan raja di antara segala sutra. “Kalimat aksara adalah wujud Aksara Saddharmapundarika-sutra langsung Sesungguhnya dan wujud Sesungguhnya menyatakan wujud kesadaran Buddha adalah Saddharma”, adalah kalimat setelah yang sesungguhnya. Wujud Sesungguhnya kalimat “Saddharmapundarika-sutra adalah kesadaran Buddha itu tidak lain adalah raja sutra, kalimat dan teorinya adalah Saddharma, teori sesungguhnya. yang sesungguhnya dan paling benar”. Ajaran yang menerangkan Dunia Dharma Teorinya adalah yang sesungguhnya dan Sekejap Perasaan Jiwa disebut Saddharma. paling benar sehingga mengungkapkan Inilah kesadaran dari seluruh Buddha, maka yang sebenarnya, oleh karenanya disebut dikatakan prajna para Buddha. Selanjutnya monrisyinsyo. Maka tentu saja, kalimat dibabarkan secara rinci isi Pintu Hukum Dunia aksara Saddharmapundarika-sutra langsung Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Yang dimaksud menyatakan wujud Sesungguhnya. Niciren Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa adalah Daisyonin juga mengatakan bahwa kalimat sekejap perasaan hati yang bukan hanya aksara adalah wujud sesungguhnya. Tentu saja mencakup sepuluh dunia tiga ribu gejala, “Kalimat aksara” dalam surat ini menunjukkan subyek dan lingkungan, jasmani dan rohani lima aksara Myohorengekyo. Maka dikatakan dari yang berperasaan, bahkan dari yang tidak wujud Sesungguhnya adalah Saddharma berperasaan, pohon dan rumput, antariksa dan (Myohorengekyo). Sekarang, karena wujud bumi, satu debu pun tidak ketinggalan, ribuan Sesungguhnya tidak dapat dilihat dengan hukum alam semesta, semuanya tercakup mata sendiri, agar diri sendiri menjadi sadar, menjadi Dunia Dharma. Sebaliknya, sekejap mewujudkannya serta mengajarkannya perasaan hati ini secara menyeluruh tersebar kepada umat manusia, Buddha lahir di dunia luas pada Dunia Dharma tanpa tertinggal ini dan membabarkan hukumnya. Hukum sedikitpun dan mewujudkan puluhan ribu pembabaran Buddha dicatat dalam sutra
GM
22
Samantabadra | Desember 2016
sebagai kalimat aksara dan cara pikiran yang diungkapkan pada dasarnya ada pada kalimat itu. Mengenai hal ini, di dalam surat lainnya, Niciren Daisyonin mengatakan, “Keinginan hati adalah hukum kejiwaan, suara adalah hukum jasmani. Hukum jasmani dan kejiwaan tidak terpisah-pisah sehingga menjadi nyata dalam tiap sekejap. Maka akhirnya keinginan perasaan hati Buddha dinyatakan menjadi kalimat aksara Saddharma. Kalimat aksara di rombak menjadi keinginan hati Buddha. Oleh karena itu orang yang membaca Saddharmapundarika-sutra janganlah berpikir dan merasakannya hanya sebagai aksara, karena sutra itu merupakan keinginan hati dari Buddha” (Surat Perihal Membuka Mata Dua Patung dari Pohon dan Lukisan, Gosyo Zensyu hal. 469).
3
Bagaimanapun Saddharma adalah ajaran yang mewujudkan dan membabarkan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Karena itu Saddharmapundarika-sutra disebut Prajna Para Buddha. Keterangan : Kalimat ini menerangkan isi badan hukum Saddharma. Dikatakan bahwa betapapun juga, yang membabarkan pintu hukum Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa (Icinen Sanzen) hanyalah Myohorengekyo. Perkataan ini mengandung arti bahwa badan hukum Myohorengekyo bermakna luas dan besar, tetapi pada hakikatnya semuanya kembali pada Teori Hukum Dunia Dharma.
4
Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa berarti tanpa kurang satu pun dari umat sepuluh dunia, 3000 gejala, subyek lingkungan, jasmani dan rohani, pohon dan rumput yang tidak berperasaan, langit luas dan tanah negeri, sebutir debupun tidak ketinggalan tercakup dalam sekejap perasaan hati. Sekejap perasaan hati ini secara menyeluruh meluas pada Dunia Dharma tanpa tertinggal
sedikitpun dan dikatakan sebagai puluhan ribu hukum. Menyadari teori ini juga dikatakan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa.
GM
Keterangan : “Sekejap perasaan jiwa” dari “Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa” adalah sekejap perasaan hati yang akan diterangkan di bawah ini. Yang dimaksud “Dunia Dharma” adalah subyek dan lingkungan dari 3.000 segala gejala, hukum jasmani dan rohani, pohon dan rumput dari yang tidak berperasaan, langit luas dan tanah negeri. Arah segala gejala hukum dari Dunia Dharma dibabarkan mencakup seluruhnya pada sekejap perasaan hati umat manusia. Pada bagian belakang dijelaskan maksud dari “Sekejap perasaan hati ini secara menyeluruh meluas pada Dunia Dharma tanpa tertinggal sedikitpun menunjukkan yang disebut sebagai puluhan ribu hukum”. Meskipun dikatakan puluhan ribu hukum dari Dunia Dharma, sebenarnya adalah sekejap perasaan hati umat yang menyebarluas ke Dunia Dharma. Pada kalimat bagian depan diterangkan bahwa umat sepuluh dunia dari Dunia Neraka yang terbawah sampai dengan Dunia Buddha yang teratas dan segala gejala dari 3.000 hukum, subyek dan lingkungan, jasmani dan kejiwaan dari yang berperasaan, pohon dan rumput dari yang tidak berperasaan sampai langit luas dan tanah negeri, dunia hukum secara keseluruhan, sebutir debu pun tidak ketinggalan, semuanya tercakup pada sekejap perasaan hati umat. Inilah yang dikatakan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Sebaliknya pada bagian belakang dikatakan bahwa sekejap perasaan hati umat tersebarluas dan melahirkan ribuan hukum alam semesta dari Dunia Dharma, ini disebut Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Sekejap perasaan hati umat manusia dan ribuan hukum alam semesta dari Dunia Dharma saling mencakupi. Hal ini dijelaskan sebagai sekejap perasaan hati dari Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Jika menyadari dan Desember 2016 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu mengetahui hukum teori ini, juga disebut sebagai Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Hubungan Hidup - Mati Yang Tidak BerawalAkhir Dengan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa Dapat disimpulkan bahwa maksud pokok yang dibabarkan Niciren Daisyonin di atas adalah sebagai berikut. Di dalam sekejap perasaan hati seluruh umat telah tercakup dari suasana jiwa sepuluh dunia sampai tiga ribu ribuan hukum alam semesta raya, sebutir debu pun tidak tertinggal. Terlebih lagi, sekejap perasaan hati dari suasana jiwa sepuluh dunia dan tiga ribu ribuan hukum ini menyebarluas secara menyeluruh. Rupa dari Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa ini sebenarnya adalah rupa asal mula. Ini dikatakan Teori Sad yang ada pada pokok jiwa tiap umat dan merupakan wujud Sesungguhnya segala gejala (Myohorengekyo). Kenyataannya umat manusia tidak menyadari bahwa dirinya adalah badan pokok sesungguhnya Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa dari asal mula. Karena itu semuanya tenggelam dalam siklus penderitaan perputaran hidup mati. Maka berjumpa dengan Saddharmapundarikasutra dan Gohonzon dalam kehidupan kali ini, dapat menghentikan arus penderitaan perputaran hidup mati serta membuka kesadaran tiada tara, mencapai kesadaran Buddha dengan badan apa adanya pada kehidupan kali ini. Dalam hal ini harus menyadari dan mengetahui Teori Saddharma bahwa diri sendiri merupakan badan pokok Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa dari asal mula. Demikianlah harus membuka mata terhadap hal ini. Berarti sebenarnya kita kembali ke pendirian sumber kesadaran pokok diri sendiri. Untuk itulah kita mempercayai Gohonzon (Saddharmapundarika-sutra) yang merupakan raja dari berbagai sutra dan menjelaskan kepada umat bahwa mereka adalah badan pokok dari Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa sejak asal mula. Diajarkan bahwa pokok terpenting dalam kepercayaan ini adalah menyebut dan melaksanakan kelima aksara Myohorengekyo. 24
Samantabadra | Desember 2016
5
Meskipun menyebut Myohorengekyo dikatakan menerima dan mempertahankan, jika berpikir ada hukum di luar sekejap perasaan hati sendiri, hal itu sama sekali bukan Saddharma melainkan hukum kasar, tidak sempurna. Keterangan : Sebelumnya telah di jelaskan mengenai dasar pokok dan teori hukum pencapaian kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini (pencapaian kesadaran Buddha dengan badan apa adanya) bagi umat. Mengenai pelaksanaan penyebutan Daimoku Nammyohorengekyo yang merupakan pertapaan pelaksanaan pencapaian Kesadaran Buddha dalam satu kehidupan dijelaskan bagaimana sikap mendasar yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam menyebut Nammyohorengekyo yang menguraikan sekejap perasaan hati dari Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa, ditegaskan tidak boleh mengkhayalkan bahwa segala hukum (baik berbagai hukum sepuluh dunia maupun segala gejala alam semesta raya dari Dunia Dharma) terdapat di luar sekejap perasaan hati sendiri. Jika berdasarkan pikiran khayal seperti itu, meskipun menyebut Saddharma yang sama, akan menjadi sama dengan melaksanakan hukum yang kasar dan tidak sempurna (Ajaran Upaya Sementara). Oleh karena itu tidak dapat mencapai kesadaran Buddha walaupun telah melalui berulang kali hidup mati selama beberapa kalpa. Apalagi dengan keras ditegaskan tidak mungkin dapat mencapai kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini. Orang yang menyebut daimoku dari Saddharma, ditunjukkan bahwa sekejap perasaan hati sendiri adalah Myohorengekyo, sehingga dianjurkan dengan keras agar membangkitkan hati kepercayaan di dalam jiwa secara mendalam. Selanjutnya diajarkan bahwa baik 80.000 ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni maupun para Bodhisattva dan Buddha sepuluh penjuru ketiga masa, jangan sekali-
kali dipikirkan semuanya itu terdapat di luar sekejap perasaan hati kita. Seharusnya menyebut Saddharma dengan percaya bahwa baik segala hukum (80.000 ajaran suci) maupun seluruh karunia kebajikan para Buddha dan Bodhisattva, semuanya terdapat di dalam sekejap perasaan hati kita sendiri. Niciren Daisyonin mengutip peringatan Mahaguru Miao-Lo bahwa sekalipun telah melakukan pertapaan puluhan ribu pelaksanaan dan puluhan ribu kebaikan, tanpa menghayati sifat sekejap perasaan hati serta menuntut Jalan di luar sekejap perasaan hati sendiri akan menjadi sama dengan ajaran di luar Hukum Buddha. Dikatakan pula agar pada dasar sekejap perasaan jiwa harus mempunyai hati kepercayaan yang sesungguhnya sehigga semuanya dapat menjadi akar kebaikan dan karunia kebajikan. Dengan demikian kita dapat merasakan apapun yang kita jalankan untuk Gohonzon. Baik gongyo daimoku maupun menyumbang dupa, daun dan lain-lain, serta pelaksanaan pertapaan, semuanya harus dilakukan dengan penuh kesungguhan hati. Sudah dijelaskan terdahulu bahwa pelaksanaan yang secara tuntas membuktikan kesadaran tiada tara adalah penyebutan lima aksara Myohorengekyo yang merupakan Teori Sad yang ada pada pokok jiwa tiap umat. Berarti dengan menyebut Nammyohorengekyo dapat mewujudnyatakan Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa sehingga badan ini menjadi badan pokok Icinen Sanzen. Maka setelah menerima teori Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa, bila menyebut daimoku tidak boleh bertentangan dengan isi yang ditunjukkan daimoku Nammyohorengekyo, yakni tidak boleh berpikiran khayal yang salah bahwa umat sepuluh dunia dan segala hukum dari tiga ribu gejala alam semesta berada di luar sekejap perasaan hati sendiri. Bila melakukan hal itu ditunjukkan dengan tegas sikap ini bukan lagi sikap percaya kepada Saddharma yang bulat terpadu sempurna, akhirnya menjadi sikap percaya kepada hukum yang kasar, tidak sempurna dan
rendah. Kalimat ini menegaskan, betapapun menyebut daimoku dari Saddharma secara formalitas, bila berpikir ada hukum di luar sekejap perasaan hati sendiri, secara mendasar menentang semangat Saddharma. Kalau di katakan secara lebih nyata lagi, meskipun tetap menyebut daimoku kepada Gohonzon, sikap tidak mau meninjau diri serta menuntut sebab bahagia atau tidak bahagia pada orang lain dan lingkungan merupakan sikap yang berpikir ada hukum di luar sekejap perasaan hati sendiri. Dari kesimpulan bahwa sebab bahagia atau tidak bahagia adalah karma masa lampau sendiri dan cara hidup yang keliru, serta perilaku memfitnah Dharma, maka jalan untuk mematahkan maupun membuka suasana jiwa yang tidak bahagia itu tidak lain hanya dengan merombak sifat jiwa sendiri. Berjuang berdasarkan kesadaran ini, baik untuk kepercayaan maupun untuk kehidupan merupakan sikap menyadari dan mengetahui jiwa sendiri bahwa Saddharma terdapat di “dalam sekejap perasaan hati sendiri�. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yang dimaksud dengan Saddharma adalah hukum yang menunjukkan dan membabarkan teori bahwa segala puluhan ribu hukum terdapat di dalam sekejap perasaan hati kita sendiri. Sebaliknya sekejap perasaan hati kita menyeluruh ke dunia hukum, sehingga menjadi puluhan ribu hukum. Maka berpikir bahwa sebab ketidakbahagiaan diri terdapat di luar sekejap perasaan hati sendiri menjadi sikap yang melupakan Saddharma. Pembabaran Ajaran Upaya Sementara membuat sekejap perasaan hati manusia biasa menjadi kecil dan sempit. Bodhisattva dan Buddha yang hebat terdapat di luar sekejap perasaan hati dan tanah suci serta mempunyai karunia terdapat di sepuluh penjuru. Ajaran itu mengajarkan bahwa sekejap perasaan hati tidak mencakup puluhan ribu hukum sehingga menjadi hukum yang kasar dan tidak sempurna. Mulutnya menyebut Saddharma, tetapi dalam hati merasa bahwa baik sebab tidak bahagia maupun kekuatan untuk mengatasinya terdapat di luar diri sendiri. Desember 2016 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu Maka menjadi sama dengan mengandalkan hukum yang kasar dan tidak sempurna. Kalimat ini mengajarkan bahwa isi mendalam dari pokok dasar hati kepercayaan merupakan pokok yang terpenting.
6
Jika merupakan Ajaran Upaya dan Ajaran Pintu Sementara, maka bukan jalan langsung untuk mencapai Kebuddhaan. Oleh karena bukan jalan langsung untuk mencapai Kebuddhaan, maka tidak akan memperoleh pencapaian kesadaran mutlak meskipun telah melewati pertapaan hidup - mati berulang kali selama berkalpa-kalpa. Maka tidak akan memperoleh pencapaian kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini.
Keterangan : Ajaran Upaya dan Ajaran Pintu Sementara adalah ajaran yang dibabarkan Buddha sebagai upaya, sesuai dengan keinginan hati dan bakat pemahaman umat. Oleh karena itu manusia biasa mudah mengerti dan menyukainya. Perasaan hati sendiri (subyek) dengan berbagai hukum sepuluh Dunia dan ribuan hukum alam semesta dari Dunia Dharma (obyek) adalah terpisah-pisah. Karena manusia biasa, siapapun juga, selalu berpikir dan merasakan seperti itu, maka mereka mudah mengerti ajaran tersebut. Dengan demikian bukan merupakan Sad (hukum gaib). Memang mudah dimengerti dan dipikirkan, tetapi karena tidak membabarkan secara tuntas mengenai bentuk sesungguhnya dari jiwa yang disebut Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa, ajaran itu adalah hukum yang rendah dan tidak sempurna. Oleh karena itu, dikatakan tidak dapat menjadi jalan langsung untuk pencapaian kesadaran Buddha. Berarti jika berpikiran khayal bahwa sekejap perasaan hati kita dengan berbagai hukum sepuluh Dunia dari Dunia Neraka sampai dengan Dunia Buddha adalah terpisah-pisah, maka akan semakin jauh meninggalkan Teori Sad yang ada pada pokok jiwa tiap umat. Sedang 26
Samantabadra | Desember 2016
teori ini merupakan inti pokok pencapaian kesadaran Buddha karena Dunia Buddha tercakup dalam berbagai hukum sepuluh dunia pada sekejap perasaan jiwa manusia biasa. Walaupun kita melaksanakan pertapaan hukum yang kasar dan tidak sempurna selama berulang kali hidup mati beberapa kalpa, tidak akan memperoleh pencapaian kesadaran Buddha. Sama seperti kita berjalan ke arah yang salah, bagaimanapun kita bergerak maju, tetap tidak akan tiba di tempat tujuan yang sebenarnya. Apalagi pencapaian kesadaran Buddha dalam satu kehidupan kali ini, tidak mungkin tercapai. Kalimat ini mematahkan dan memecahkan pandangan pencapaian kesadaran Buddha melalui pertapaan selama berkalpa-kalpa yang dibabarkan ajaran Mahayana dari Ajaran Upaya dan pintu Sementara. Juga memecahkan cara pemikiran pencapaian kesadaran Buddha setelah meninggal dengan tenang, dapat pergi ke tanah suci Sukhavati dan di sana melakukan pertapaan sehingga mencapai kesadaran Buddha.
7
Baik 80.000 ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni maupun berbagai Buddha dan Bodhisattva dari sepuluh penjuru ketiga masa, janganlah sekali-kali dipikir bahwa semua itu berada di luar sekejap perasaan hati kita.
Keterangan : Seperti dikatakan Niciren Daisyonin, 80.000 ajaran suci yang dibabarkan selama lima puluh tahun seumur hidup Buddha Sakyamuni adalah “Catatan harian-Ku sendiri�. (Surat Sokanmon, Gosyo Zensyu hal. 563). Dengan demikian kutipan di atas menjelaskan teori hukum jiwa Dunia Dharma Sekejap Perasaan Jiwa. Pada hakikatnya Dunia Buddha dan Dunia Bodhisattva dibabarkan tercakup di dalam sepuluh dunia tiga ribu gejala, maka para Buddha dan Bodhisattva sepuluh penjuru ketiga masa yang dibabarkan dalam ajaran suci seumur hidup tercakup juga dalam sekejap
perasaan hati sendiri. Apakah kesemuanya ini di rasakan dan pikirkan berada dalam jiwa sendiri atau ada di luar sekejap perasaan jiwa sendiri, tentu sangat erat hubungannya dengan pemahaman dan kepercayaan pada ajaran Buddha. Jika kita dapat menerima dan memahami bahwa ajaran Buddha membabarkan jiwa kita dengan wajar, tentu kita sungguh-sungguh percaya kesemuanya itu ada di dalam sekejap perasaan hati sendiri. Kalau merasakan hukum tersebut ada di luar perasaan hati sendiri, sama dengan merasakan ajaran Buddha hanyalah cerita bualan Sang Buddha sendiri atau dongeng.
keseluruhan perasaan hati pokok. Dalam setiap debu terkandung seluruh debu; di dalam setiap debu ada seluruh perasaan hati dan di dalam tiap kejap perasaan hati terdapat baik seluruh debu maupun perasaan jiwa serta badan kita, yang tersebar menyeluruh ke tanah air, bumi dan debu. Umat dan seluruh Buddha juga sama. Pada pokoknya, umat manusia, Buddha serta sekejap perasaan hati merupakan satu badan tetapi pada kenyataannya menjadi tiga bagian yang berlainan tergantung jodohnya. Dalam hal ini dapat dibagi menjadi diwarnai (sen) dan suci (jo). Akan tetapi baik perbedaan diwarnai ataupun suci maupun jodoh sebenarnya berasal dari sunyata. Maka tidak boleh memahaminya dari sudut yang Walaupun belajar Agama Buddha, sudah ditetapkan. Juga tidak boleh terikat jika tidak menghayati sifat sekejap bahwa hal itu adalah sunyata. “Sifat” dari “sifat perasaan hati, sama sekali tidak dapat terlepas dari penderitaan hidup mati. sekejap perasaan hati menunjukkan mengikuti jodoh (zuien) tetapi pada dasarnya tidak berubah (fuhen). Sedangkan “sekejap perasaan Keterangan : Mempelajari dan melaksanakan hati” menunjukkan tidak berubah, tetapi juga mengikuti jodoh. Dari uraian di atas, pertapaan ajaran Buddha berarti melihat dan menganalisa sifat dan perasaan hati; yakni sifat menganalisa dan menghayati sekejap perasaan hati menjadi jelas. Tentu saja kesemua ini pokok diri sendiri. Dengan demikian dapat adalah pintu hukum Mahaguru Tien-tai. mengetahui dan menyadari Teori Saddharma Dalam Hukum Buddha Niciren bahwa segala gejala hukum alam semesta Daisyonin, dengan menerima dan percaya tercakup dalam sifat pokok sekejap perasaan jiwa sendiri. Maka di katakan bahwa sekalipun kepada Gohonzon serta menyebut Nammyohorengekyo dapat menghayati telah melakukan pertapaan ajaran Buddha secara formalitas, kalau tidak menganalisa dan sifat sekejap perasaan hati. Sekarang kita, manusia biasa, sejak masa lampau yang tak menghayati sifat pokok perasaan hati sendiri, berawal berputar dalam hidup mati dan tidak dapat melepaskan diri dari perputaran tenggelam dalam dunia penderitaan. Kita, hidup mati. manusia biasa yang bodoh, tidak mengetahui Selanjutnya mengenai “menghayati sifat sekejap perasaan hati”, di dalam Makna teori Sad yang ada pada pokok jiwa umat manusia (honnu no myori). Karena melupakan Pokok Makasyikan, Mahaguru Miao-lo menerangkan : “Dalam sutra dikatakan , dan tidak mengetahui teori ini merupakan sebab mendasar, maka untuk dapat terlepas ‘Perasaan hati, Buddha dan umat, ketiganya dari penderitaan hidup mati dan akhirnya tidak ada perbedaan’…” Di sini dibabarkan dapat mencapai kesadaran Buddha dalam bahwa sifat pokok sekejap perasaan hati satu kehidupan kali ini, perlu mengetahui kita mencakup ribuan hukum alam semesta. Terutama mengutip kalimat Sutra Avatamsaka, serta menyadari teori Sad ini. Kalau dibahas berdasarkan teori hukum ini, seandainya “Perasaan hati, Buddha serta umat manusia, menyebut daimoku dari Saddharma, tetapi ketiganya tidak ada perbedaan”. Berarti sifat pokok umat manusia dan Buddha adalah sama. tidak sungguh-sungguh berusaha seirama Dalam setiap kejap perasaan hati terdapat dengan Teori Sad yang ada pada pokok jiwa
8
Desember 2016 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu umat yaitu daimoku, tentu tidak dapat lepas dari penderitaan hidup mati. Berdasarkan hal ini menjadi jelas mengapa dalam melakukan pertapaan Jalan Buddha sangatlah penting untuk sungguh-sungguh berusaha merombak diri demi peningkatan jiwa dengan menganalisa dan menghayati sekejap perasaan hati sendiri.
9
Jika melaksanakan pertapaan puluhan ribu kebaikan melalui jalan di luar sekejap perasaan hati, dapat diumpamakan sebagai orang miskin yang menghitung kekayaan orang lain siang dan malam, tidak akan dapat memperoleh bagian setengah sen pun. Maka dalam Syikan Bugyoden Guketsu rol ke – 4, Mahaguru Miao Lo (Sekte Tien Tai) mengatakan : ”Jika tidak menghayati sekejap perasaan hati sendiri tidak dapat menghapus dosa berat”. Berarti bahwa jika tidak menghayati sifat sekejap perasaan hati, maka akan menjadi pertapaan penderitaan tidak terhitung. Orang seperti itu dikecam sebagai ”Meskipun belajar Hukum Buddha tetapi berjalan di luar ajaran Buddha”.
Anak Cabang
Keterangan : Pokok dasar Hukum Buddha adalah melaksanakan pertapaan dengan sungguhsungguh melihat sifat pokok (sifat sekejap perasaan hati) diri sendiri. Kemudian menganalisanya untuk mengetahui sifat pokok tersebut yang sebenarnya. Bila lepas dari prinsip ini, yakni menuntut Jalan Buddha di luar sekejap perasaan hati sendiri, tidak ada gunanya, bahkan ditunjukkan dengan tegas bahwa segala usaha pelaksanaan pertapaan seperti itu akan berakibat pada penderitaan yang tidak terhitung. Akhirnya sama dengan ajaran Non Buddha. Pertama, tanpa menganalisa dan menghayati sifat pokok perasaan hati sendiri serta mencari kebahagiaan di luar sekejap perasaan hati, walau menumpuk puluhan ribu pelaksanaan bahkan menumpuk puluhan ribu 28
Samantabadra | Desember 2016
akar kebaikan, sama seperti orang miskin yang menghitung harta tetangga siang dan malam. Ia sama sekali tidak mendapatkan setengah sen pun. Perumpamaan ini dikutip untuk menunjukkan usaha yang tidak berarti sama sekali. Perumpamaan “orang miskin” dibabarkan Sutra Avatamsaka Bab ke-6 Bodhisattva Dharmasiras (terdiri dari enam puluh rol). Bodhisattva Manjusri bertanya kepada Bodhisattva Dharmasiras mengapa setiap umat sukar mematahkan hawa nafsu sekalipun semuanya telah mendengar Hukum Sakti dari Buddha secara merata. Atas pertanyaan itu Bodhisattva Dharmasiras membabarkan, bagaimanapun telah banyak mendengar Hukum Buddha tetapi kalau tidak menjalankan pertapaan sesuai dengan yang dibabarkan oleh Buddha, sama sekali tidak akan memperoleh apapun juga. Alasan dari hal ini diterangkan dengan mengangkat sembilan perumpamaan. Perumpamaan yang dikutip dalam surat ini adalah perumpamaan keempat yang berbunyi, “Seandainya orang miskin menghitung pusaka orang lain siang dan malam, tidak akan mendapatkan setengah sen pun untuk dirinya sendiri. Banyak mendengarpun sama halnya seperti itu”. Mahaguru Tien-tai memanfaatkan perumpamaan Buddha ini. Maka, jika bodoh dan tidak mengetahui sifat pokok perasaan hati sendiri serta menuntut jalan pencapaian kesadaran Buddha di luar sekejap perasaan hati sendiri, bagaimanapun melakukan pertapaan dan menumpuk akar kebaikan, tepat sama dengan orang miskin yang menghitung pusaka orang lain. Selanjutnya dikatakan, “Jika tidak menghayati sekejap perasaan hati sendiri, tidak dapat menghapus dosa berat. Dengan demikian diterangkan bahwa bila tidak menghayati sifat sekejap perasaan hati, akan menjadi pertapaan menderita yang tak terhitung”. Dalam rol keempat Guketsu, Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Jika tidak ada kanjin, tidak dapat menghapus dosa yang berat”. Berarti orang yang mempunyai pandangan hawa nafsu besar, yakni pelaku
karma dosa berat, berdasarkan kanjin sungguh-sungguh mengakui kesalahan sendiri dan bertobat bahwa semuanya adalah hasil perbuatan sendiri. Setelah itu harus menjalankan kanjin, jika tidak, tidak dapat menghapus dosa berat. Karena itu yang paling utama adalah kanjin (menganalisa dan menghayati perasaan hati). Dalam surat ini Niciren Daisyonin mengutip kalimat yang menerangkan bahwa bila tidak menghayati sifat pokok perasaan hati lalu menuntut jalan di luar sekejap perasaan hati sendiri, akan menjadi pertapaan penderitaan yang tak terhitung akan bertambah penderitaannya. Dalam mengulas kalimat ini, Beliau memperingatkan kalau menjalankan pertapaan tanpa menghayati sekejap perasaan hati sendiri, tidak dapat menghapus karma dosa yang berat. Bagaimanapun menumpuk pelaksanaan pertapaan Jalan Buddha, malah menjadi pertapaan penderitaan yang tak terukur. Kalimat “Dikecam sebagai orang yang meskipun belajar Hukum Buddha, tetapi sebaliknya berjalan di luar ajaran Buddha”, berarti orang yang tidak menghayati sekejap perasaan hati sendiri lalu mencari jalan pencapaian kesadaran Buddha di luar sekejap perasaan hati sendiri, kelihatannya melakukan pertapaan Hukum Buddha, tetapi sebaliknya keluar dari Ajaran Buddha, sehingga melakukan hal yang memalukan. Untuk membuktikan hal itu, Niciren Daisyonin mengutip kalimat rol kesepuluh Makasyikan : “Sekalipun mempelajari Hukum Buddha, sebaliknya sama dengan pandangan Non Buddha”. Berarti terikat pada pintu Ajaran Buddha, yakni pengertian harfiah ajaran lisan yang dibabarkan Buddha. Sebaliknya hawa nafsu mereka timbul sehingga tidak dapat memasuki Dharma Buddha, yaitu Jalan Tengah. Akhirnya sama dengan pandangan Non Buddhis. Mereka tidak mengetahui Ajaran Upaya dari Mahaprajna Paramita, terikat ajaran Abhidharma dan jatuh ke dalam pandangan “ada” / ( u ). Apabila terikat ajaran “sunyata” (ku), berarti terikat pada
pandangan “tidak ada” ( mu ). Kemudian jatuh kepandangan ‘ada’, tapi ‘tidak ada’, atau jatuh kepandangan bukan ‘ada’, bukan ‘tidak ada’, sehingga semuanya menjadi pandangan yang sama dengan pandangan Non Buddhis. Maka dalam surat ini dikutip perkataan Mahaguru Tien-tai yang juga mengutip kalimat dari Mahaprajnaparamita-sastra dan Madhyamikakarika. Kedua sastra ini mengatakan bahwa sekalipun bertemu hukum sebenarnya, karena terikat pandangan di atas, berbalik menjadi orang dari hukum sesat. Dalam surat Makna Garis Besar Ajaran Suci Seumur Hidup, Niciren Daisyonin mengajarkan : “Dalam Non Buddhis ada tiga macam Ajaran. Pertama, ajaran yang benar-benar di luar Hukum Buddha (ada 95 macam). Kedua, ajaran Non Buddhis tetapi melekatkan Hukum Buddha Hinayana. Dan ketiga, ajaran Non Buddhis yang mempelajari Hukum Buddha Mahayana yang tidak mengetahui Saddharma”. (Gosyo Zensyu hal. 403). Ajaran ketiga, “Ajaran Non Buddhis yang mempelajari Hukum Buddha”, tercantum dalam kalimat surat ini, yakni meskipun mempelajari dan melaksanakan pertapaan Hukum Buddha, kalau terikat cara berpikir Ajaran Upaya Sementara dan tidak dapat mengetahui makna sebenarnya Saddharma, akhirnya terlepas dan menyimpang dari ajaran Buddha. Akhirnya menjadi sama dengan pandangan dan pengetahuan Non Buddhis. Demikian petunjuk tegas Niciren Daisyonin.
10
Maka kita harus berkeyakinan bahwa menyebut nama Buddha, membaca dan menyebut sutra, menyebarkan bunga dan mempersembahkan dupa, semuanya adalah akar karunia kebajikan yang tersimpan di dalam sekejap perasaan hati kita.
Anak Cabang
Keterangan : Dikatakan dengan tegas, kita seharusnya menerima hati kepercayaan bahwa perilaku menyebut nama gelar Buddha, perilaku membaca dan menghafalkan sutra, juga Desember 2016 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu perilaku menyumbang dupa serta daun di hadapan Buddha, semuanya merupakan akar kebaikan dari karunia kebajikan yang tersimpan dalam sekejap perasaan jiwa kita. Nama gelar Buddha Pokok Masa Akhir Dharma adalah Nammyohorengekyo. Apabila diuraikan dari sudut pertapaan kita seharihari, maka yang dimaksud “menyebut nama gelar Buddha” adalah menyebut daimoku. “Membaca dan menghafalkan sutra” adalah membaca Bab II Upaya Kausalya dan Bab XVI Panjang Usia Tathagata Saddharmapundarikasutra. “Menyebar bunga” adalah menyumbang kepada Buddha. Hal ini bila dipandang dari sudut pertapaan kita sehari-hari berarti menyumbang daun Syikimi (daun hijau) di hadapan Buddha (Gohonzon). “Mempersembahkan dupa” adalah melakukan syoko, juga jelas termasuk membakar dupa di hadapan Gohonzon. Perilaku menyumbang seperti ini kelihatannya menyumbang kepada Buddha secara sepihak dari umat. Akan tetapi karena yang disebut Buddha adalah Hukum Saddharma yang ada di dalam dada umat, maka menyumbang kepada Gohonzon maupun segala perbuatan yang berhubungan dengan perilaku ini, masing-masing dapat menjadi tumpukan akar kebaikan atau karunia kebajikan dalam sekejap perasaan hati kita. Hal ini ditunjukkan lebih jelas di dalam Surat kepada Abutsu-bo, “Abutsu-bo adalah stupa pusaka, stupa pusaka adalah Abutsu-bo” (Gosyo Zensyu hal. 1304). Dengan demikian dibabarkan bahwa satu badan Abutsu-bo itu sendiri adalah Saddharma (Stupa Pusaka). Kemudian dikatakan pula, “Kelihatannya menyumbang kepada Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna, namun sebenarnya bukan demikian, melainkan menyumbang kepada badan kita sendiri”.
11
Dalam Sutra Nama Suci dibabarkan, “Kalau mencari kesadaran dari para Buddha pada sekejap perasaan hati pelaksanaan umat, maka umat adalah kesadaran, hidup mati adalah nirvana”. Dan “Kalau perasaan 30
Samantabadra | Desember 2016
hati umat manusia kotor, maka tanah air tempat tinggalnya juga kotor. Sebaliknya jika perasaan hati umat manusia suci, maka tanahnya pun suci”. Keterangan : Sampai bagian ini telah ditunjukkan bahwa segala hukum tercakup dalam sekejap perasaan jiwa sendiri. Selanjutnya diuraikan bahwa kedua hukum sesat dan sadar juga tercakup dalam sekejap perasaan hati dan pantulan dari sekejap perasaan hati ini dinyatakan menjadi tanah kotor atau tanah suci. Dengan demikian diajarkan pentingnya menggosok sekejap perasaan hati sendiri. Dan yang menjadi hukum pertapaan untuk menggosok sekejap perasaan hati adalah penyebutan Daimoku. Pertama dikutip dua kalimat sutra dari Bodhisattva Vimalakirti yang mengatakan bahwa umat dan Buddha tidaklah berbeda; perbedaannya hanya terletak pada sekejap perasaan jiwa secara nyata. Dan yang dikatakan tanah suci atau tanah kotor bukanlah dua tanah yang berlainan, hanya merupakan pantulan jiwa secara objektif. Berarti, dengan adanya dua keadaan perasaan hati : yang sesat (buruk) dan yang sadar (baik), terdapat perbedaan manusia biasa dan Buddha. Kemudian berdasarkan teori Subyek dan Lingkungan Bukan Dua (Esyo Funi), pada pantulan jiwa timbul perbedaan tanah kotor dan tanah suci. Maka kedua perbedaan yang ada tidaklah menjadi badan yang sesungguhnya. Yang terpenting, karena sekejap perasaan hati merupakan dasar pokok, maka sekejap perasaan hati ini harus dibersihkan dari kesesatan menjadi jiwa yang sadar. Disimpulkan, pokok terpenting adalah penyebutan Nammyohorengekyo. Dapatlah dipahami bahwa kalimatkalimat ini pada khususnya mematahkan pandangan keliru dianut banyak sekte agama Buddha pada waktu itu. Pandangan keliru itu bersumber dari pemahaman yang salah bahwa umat dan Buddha, tanah kotor dan tanah suci saling terpisah dan berlainan. Akhirnya
pandangan yang keliru ini menyatakan bahwa tanah suci baru tercapai setelah meninggal dan di tanah suci ini manusia diselamatkan oleh Buddha Amitabha. Dengan menggunakan pandangan yang keliru ini sekte Jodo menjadi makmur dan jaya. Sebenarnya pembabaran hukum Semi Mahayana hanyalah merupakan upaya Sang Buddha dalam membimbing umat, tetapi mereka keliru menangkap ajaran ini sebagai ajaran yang sesungguhnya. Kemudian hal ini dipatahkan Niciren Daisyonin dari dasar pokoknya. Yang dikatakan Sutra Nama Suci adalah Sutra Vimalakirti atau resminya disebut Sutra Pembabaran Vimalakirti. Sutra ini dinamakan demikian karena yang menjadi peran utama adalah Vimalakirti, seorang tokoh agama Buddha dari kalangan umat awam. Vimalakirti adalah bahasa Sansekerta, yang bermakna nama suci. Maka sutranya disebut Sutra Nama Suci. Kutipan kalimat pertama adalah salah satu dialog antara Bodhisattva Manjusri dengan Bodhisattva Vimalakirti ketika Beliau mengunjungi Bodhisattva Vimalakirti yang sedang menderita sakit. Pertama, mengenai kalimat, “Kalau mencari kesadaran dari para Buddha pada sekejap perasaan hati pelaksanaan umat”. Dialog antara Bodhisattva Manjusri dengan Bodhisattva Vimalakirti merupakan tanya jawab mengenai filsafat mendasar dari agama Buddha, yakni perihal sunyata. Atas pertanyaan dari Bodhisattva Manjusri mengenai di mana adanya sunyata, Bodhisattva Vimalakirti menjawab seharusnya terdapat dalam 62 pandangan. Selanjutnya Bodhisattva Manjusri bertanya di manakah terdapat 62 pandangan itu. Bodhisattva Vimalakirti menjawab bahwa semua pandangan ini harus dicari dalam kesadaran para Buddha. Kalau demikian, Bodhisattva Manjusri bertanya lagi, di manakah terdapat kesadaran para Buddha. Dijawab bahwa harus dicari pada sekejap perasaan hati pelaksanaan dari seluruh umat manusia. Kalimat tanya jawab yang terakhir inilah yang dikutip dalam surat ini, “Kalau mencari kesadaran
dari para Buddha pada sekejap perasaan hati pelaksanaan umat”. Kesadaran, seperti ditunjukkan dalam dialog itu sendiri, biasanya dipikirkan sebagai sesuatu yang melampaui dunia kehidupan manusia sehari-hari dan berada di tempat yang lain. Sekejap perasaan hati pelaksanaan umat yang dikatakan dalam sutra ini sebenarnya berarti sekejap perasaan jiwa mula-mula ingin mencari dan kemudian baru bergerak. Dan di situlah terdapat kesadaran para Buddha. Yakni, dengan adanya gerakan sekejap perasaan hati pelaksanaan, umat dapat menyadari dan mengetahui kesadaran para Buddha. Atau sebaliknya, 62 pandangan kesadaran para Buddha ini menjadi sama dengan kesadaran umat. Titik tolak kesemuanya ini ada pada sekejap perasaan hati umat manusia. Oleh karena itu “umat adalah Bodhi”. Selanjutnya mengenai kalimat Sutra Nama Suci yang dikutip dalam surat ini, “Hidup mati adalah nirvana”. Kalimat ini terdapat dalam tanya jawab antara Bodhisattva Manjusri dan Bodhisattva Vimalakirti pada bagian yang menjelaskan pertapaan para Bodhisattva sehingga mencapai Jalan Buddha. Bodhisattva Manjusri bertanya, “Bagaimanakah agar Bodhisattva dapat menembus dan mencapai Jalan Buddha ? Vimalakirti menjawab, “Jika Bodhisattva berjalan di Jalan ‘tidak ada (hido)’, dengan ini menembus dan mencapai Jalan Buddha”. Dari sudut pandangan hidup biasa, Jalan “tidak ada” ini berlawanan dengan Jalan Buddha. Tetapi dari pandangan sebenarnya, Jalan “tidak ada” ini adalah jalan untuk dapat mencapai Jalan Buddha. Dalam hal ini Bodhisattva Manjusri bertanya, bagaimana Bodhisattva melaksanakan jalan “tidak ada” ini. Vimalakirti menjawab bahwa seorang Bodhisattva, meskipun melakukan lima dosa besar sehingga terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputusputus, ia tidak ada penderitaan, kesulitan, kemarahan dan kebencian. Meskipun jatuh ke dunia neraka, tidak ada kekotoran dan dosa. Meskipun menunjukkan perbuatan yang penuh hawa nafsu keserakahan, Desember 2016 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu namun terlepas dari bermacam-macam keterikatan jiwa. Dengan demikian, kalau dilihat tampaknya bersikap menjalankan Jalan ‘tidak ada’ tetapi sebenarnya dengan itu menjalankan Jalan Buddha. Dan Bodhisattva mewujudkan pelaksanaan menyelamatkan umat yang tersesat, tetapi sebenarnya dengan itu dapat menyelamatkan umat manusia dengan tepat dan benar. Meskipun mewujudkan rupa memasuki bermacammacam Jalan, dapat mematahkan sebab jodoh tercapainya bermacam-macam Jalan tersebut dan mewujudkan nirvana, tetapi tetap tidak mematahkan dan memutuskan hidup mati. Demikianlah menembus dan mencapai Jalan Buddha dengan menjalankan Jalan ‘tidak ada’. Perkataan dalam jawaban Bodhisattva Vimalakirti ini; “Mewujudkan nirvana, tetapi tetap tidak mematahkan dan memutuskan hidup mati” dikutip dalam surat ini menjadi perkataan “Hidup mati adalah nirvana”. Kemudian mengenai kalimat surat ini yang berbunyi, “Kalau perasaan hati umat manusia kotor, maka tanah air tempat tinggalnya juga kotor. Sebaliknya jika perasaan hati umat manusia suci, maka tanahnya pun suci”. Kalimat ini berarti, bila tanah Buddha suci, pembabaran hukum di tempat itu juga suci. Jika pembabaran hukum suci, prajna pun suci. Jika prajna suci, sekejap perasaan hati juga menjadi suci; sekejap perasaan hati suci, tanah Buddha juga menjadi suci. Sebagai kebalikan dari jika sekejap perasaan hati suci tanah Buddha pun suci, maka bila melihat tanah Buddha tidak suci, hal ini bukan berpegang pada prajna Buddha, tetapi berpegang pada manusia biasa. Bila didasari prajna Buddha akan dapat melihat bahwa tanah Buddha adalah suci. Dari isi yang diajarkan dalam sutra Vimalakirti, Niciren Daisyonin menyimpulkan bahwa baik yang disebut tanah suci atau tanah kotor, maupun yang disebut Buddha atau umat, semuanya tergantung sekejap perasaan hati umat. Yakni tergantung apakah sekejap perasaan hati umat itu baik, yang berarti sadar (berakar pokok pada prajna Buddha). Atau, apakah sekejap perasaan hati umat itu buruk 32
Samantabadra | Desember 2016
yang berarti sesat (sekejap perasaan hati umat terlepas dari prajna Buddha). Dan tergantung dari keduanya ini terdapat perbedaan dalam gejala nyata.
12
Sekejap perasaan jiwa sesat adalah cermin gelap yang tidak digosok. Namun, kalau digosok cermin itu akan menjadi cermin terang sifat Dharma yang sesungguhnya.
Anak Cabang
Keterangan : Dengan menggunakan perumpamaan cermin, bagian ini mengajarkan apakah yang seharusnya dilakukan pada sekejap perasaan hati sendiri, dasar pokok dari segalanya. Diajarkan, perasaan hati manusia biasa yang terikat dengan kesesatan adalah “Cermin yang tidak digosok”. Cermin yang kotor dan gelap kalau digosok akan menjadi berkilauan seperti permata yang memantulkan segala gejala dengan jelas. Maka dikatakan, jika jiwa manusia biasa yang sesat digosok akan menjadi jiwa yang sadar dari sifat Dharma. Yang terpenting di sini, baik cermin yang tidak digosok maupun cermin yang berkilauan karena digosok, bukan merupakan barang yang berbeda; tetap barang yang sama. Bukan karena gelap kemudian dibuang dan ditukar dengan cermin yang lain. Jadi gelap atau berkilauan, tetap merupakan badan cermin yang sama. Namun, karena kotor dan gelap tidak dapat memperlihatkan bentuknya, sama sekali tidak dapat berfungsi sebagai cermin. Justru permukaan cermin yang berkilauan dan indah dapat berfungsi sebagai cermin yang dapat memantulkan benda. Demikian pula, baik jiwa manusia biasa maupun Buddha, badan jiwa itu sendiri adalah sama. Adalah keliru bila untuk menuju kepada pencapaian kesadaran Buddha harus membuang jiwa manusia biasa dan mencoba memperoleh jiwa Buddha. Sekalipun demikian, antara keadaan jiwa yang sesat sebagai manusia biasa dan keadaan jiwa yang sadar sebagai Buddha terdapat perbedaan bagaikan langit dan bumi. Seperti cermin yang gelap harus
digosok agar menjadi cermin yang terang, maka cara untuk merombak keadaan jiwa kita menjadi kesadaran, juga seharusnya dengan menggosok jiwa kita sendiri. Dan dikatakan bahwa pelaksanaan yang konkrit adalah menyebut daimoku siang dan malam tanpa malas.
13
Apakah arti dari Myo (Sad) ? Itu adalah sekejap perasaan hati sendiri, karena gaib, dikatakan Myo. Gaib berarti perasaan maupun kata-kata tidak dapat menerangkannya. Karena itu dalam mencari sekejap perasaan hati bila dikatakan ’ada’ tetapi tida ada warna atau bentuknya bila dikatakan ’tidak ada’ tetapi dalam hati timbul bermacam perasaan. Maka tidak boleh dipikirkan ’ada’ atau ’tidak ada’ karena keduanya ’ada’ atau ’tidak ada’ tidak dapat menerangkannya. Bukan ’ada’ atau ’tidak ada’ tetapi bagaimanapun ’ada’ atau ’tidak ada’ meluas tersebar kemanapun secara menyeluruh tanpa tertinggal sedikitpun. Badan Sad dari Jalan Tengah Tunggal Sesungguhnya (Cudo Icijitsu) sangat gaib, maka dinamakan Myo (Sad). Keterangan : Pertama-tama diterangkan arti aksara Myo (Sad). Myo berarti sangat gaib, tidak dapat dipikirkan atau dirasakan. Maka dikatakan sekejap perasaan hati kita bukan main gaibnya. Gaib atau Myo dibabarkan sebagai “Perasaan maupun kata-kata tidak dapat menerangkannya”. Meskipun menggunakan perasaan hati, pikiran atau renungan tetap tidak dapat menjangkau pengertian akan hal tersebut. Bagaimanapun berusaha mencari perkataan untuk menerangkan tetap tidak mungkin. “Perasaan ……. tidak dapat menerangkannya” berarti bagaimanapun memikirkan dan merenungkannya, sebagai manusia biasa tidak dapat mengetahuinya. Kata-kata “tidak dapat menerangkannya” berarti walau telah menyadari dan
berkeinginan untuk membabarkan kesadaran ini, tetapi tidak dapat mencari kata yang tepat untuk mengucapkannya. Selanjutnya diuraikan mengenai kegaiban sekejap perasaan hati. Sekejap perasaan hati kita timbul dan musnah dalam tiap kejap, berputar dan berubah. Bila mencoba menangkap sekejap perasaan hati yang timbul, jika dikatakan ada, seharusnya ada warna atau bentuknya, akan tetapi dalam hal ini tidak ada. Bila dikatakan sekejap perasaan hati itu tidak ada, pada kenyataannya bermacammacam perasaan hati terus menerus timbul. Maka sekejap perasaan hati itu tidak dapat dipikirkan ada, juga tidak dapat dipikirkan tidak ada. Karena tidak dapat dikatakan dengan dua perkataan ‘ada’ dan ‘tidak ada’, tentu saja kedua hal “ada” dan “tidak ada”, tidak dapat menerangkan kegaiban ini. Demikianlah, sekejap perasaan hati bukan ‘ada’ dan juga bukan ‘tidak ada’. Dapat dikatakan melampaui hal ‘ada’ dan ‘tidak ada’. Kalau begitu, sekejap perasaan hati sama sekali tidak berhubungan dengan hal ‘ada’ dan ‘tidak ada’. Tetapi sebaliknya, sekejap perasaan hati itu ‘ada’ dan juga ‘tidak ada’ yakni semuanya tercakup, luas tersebar ke manapun secara menyeluruh. Dapat dikatakan keadaan sekejap perasaan hati lebih tinggi tingkatannya. Maka disimpulkan bahwa sekejap perasaan hati adalah yang dikatakan “Badan Sad dari Jalan Tengah Tunggal Sesungguhnya”.
14
Ho (Dharma).
Sedangkan Hukum sekejap perasaan hati yang sedemikian gaib ini disebut
Keterangan : Kalimat di atas menerangkan mengenai aksara Ho (Dharma) dari kelima aksara Myohorengekyo. Di dalam Hokke Gengi, Mahaguru Tien-tai mengatakan, “Harus mengikuti perasaan hati Sad, ini disebut sebagai Dharma”. Sekejap perasaan hati bukan ‘ada’ dan ‘tidak ada’, juga meluas secara menyeluruh tanpa ketinggalan satu bagian Desember 2016 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu pun. Namun sekalipun Jalan Tengah, sekejap perasaan hati bukan main gaibnya seharusnya ada jalan atau teori kewajaran sebagai pedoman yang harus dipatuhi. Ini adalah Hukum Myohorengekyo. Dari ulasan Mahaguru Tien-tai, dapat diperkirakan bahwa dalam sekejap perasaan hati tercakup 10 dunia, 10 Nyoze (aspek), yang sementara (9 Dunia) dan sesungguhnya (Dunia Buddha), subyek dan lingkungan, jasmani dan kejiwaan, 3.000 gejala ribuan hukum alam semesta. Dengan menunjuk kesemuanya ini, dikatakan sebagai Dharma (Ho). Berarti, keadaan sekejap perasaan hati itu sendiri sangat gaib, betapapun mencakup 10 dunia, 10 Nyoze, 3.000 gejala dari ribuan hukum. Dan ini terwujud nyata secara tuntas sebagai hukum dari 10 dunia 3.000 gejala. Oleh karena itu, 10 dunia 3.000 gejala hukum dan sekejap perasaan hati yang hanya dapat dikatakan gaib; keduanya tidak terpisah.
15
Untuk menyatakan gaibnya Pintu Hukum ini, sesuai perumpamaan hukum fakta nyata secara tuntas, maka dinamakan Renge (Pundarika).
Keterangan : Bagian ini mengulas mengenai Renge (Pundarika) dari kelima aksara Myohorengekyo. Pintu Hukum yang gaib dari Pintu Hukum sekejap perasaan hati yang gaib (Sad) yang sudah diterangkan di atas, melampaui perkataan dan pikiran. Akan tetapi, untuk sedikit mempermudah dalam menerangkan Saddharma yang sangat gaib ini, Buddha menggunakan perumpamaan fakta nyata. Yakni dengan meminjam gejala fakta nyata secara tuntas yang disebut Renge. Maka Renge berarti sekejap perasaan hati yang gaib mencakup 10 dunia, 10 Nyoze, sementara (9 Dunia) dan sesungguhnya (Dunia Buddha). Dari teori mendasar ini khusus mengambil perkataan “sementara dan sesungguhnya”, yakni 9 Dunia adalah Dunia Buddha. Sementara (9 Dunia) yakni sebab; dan 34
Samantabadra | Desember 2016
sesungguhnya (Dunia Buddha) adalah akibat, sebab dan akibat ini tercakup dalam sekejap perasaan hati. Untuk menyatakan kegaiban ini dibuat perumpamaan. “Ren (buah)” dari Renge adalah sesungguhnya, mengumpamakan akibat. Sedangkan “Ge (bunga)” adalah sementara, mengumpamakan sebab. Hukum kejiwaan bukan hanya sebab dan bukan hanya akibat. Hukum ini mencakup keduanya, sementara sebagai sebab 9 dunia dan sesungguhnya sebagai akibat Dunia Buddha. Maka hukum kejiwaan itu sendiri tak dapat dikatakan hanya sebab atau akibat. Tetapi, kalau sungguh-sungguh diamati sesuai teori, berarti sebab akibat. Yakni kalau dikatakan dari teori kewajaran, perombakan dari sebab 9 dunia hingga akibat Dunia Buddha yang timbul secara nyata pada hukum kejiwaan, maka boleh dikatakan sebagai sebab akibat. Juga berarti dapat memisahkan dan membedakan antara sebab dan akibat.
16
Menyadari Sekejap perasaan jiwa (Issyin) adalah gaib (Sad / Myo). Sebaliknya, mengetahui sekejap perasaan hati yang lain sebagai Saddharma, disebut Sutra Sad (Myokyo).
Keterangan : Bagian ini menerangkan aksara Kyo (sutra) dari kelima aksara Myohorengekyo. Kutipan kalimat di atas berarti sebagai berikut : sesuai keterangan Myohorengekyo terdahulu, diketahui bahwa sekejap perasaan hati adalah Sad, mencakup ribuan hukum, juga mencakup sebab akibat sembilan dunia dan Dunia Buddha. Selanjutnya, perubahan sekejap perasaan hati yang timbul kemudian juga diketahui sebagai Saddharma. Berarti sekejap perasaan hati yang terus berubah-ubah, timbul - musnah berkesinambungan, juga adalah Saddharma. Mengetahui kesemuanya ini dikatakan Sutra Sad. Dalam bahasa Sansekerta, “Kyo” disebut sutra. Kyo berarti benang vertikal yang dapat dibandingkan dengan benang horisontal.
Benang vertikal berarti inti pokok yang berkelangsungan dalam ajaran. Dengan arti seperti itu, tulisan-tulisan orang arif bijaksana dinamakan Kyo. Tentu saja aksara Kyo diberikan pada ajaran Buddha Sakyamuni karena Buddha Sakyamuni, guru leluhur pendiri ajaran Buddha adalah orang arif. Karena tepat dengan teori hukum dan tepat dengan bakat umat, dengan perkataan lain adalah sutra yang tepat, maka disebut Kaikyo. Benang vertikal berarti berkesinambungan secara vertikal dari segi waktu. Ini melambangkan teori sesungguhnya selalu menetap dan tidak berubah (Joju Fuhen). Berdasarkan makna tersebut di atas, dari segi waktu secara vertikal, sekejap perasaan hati berputar berubah, timbul dan musnah, timbul dan musnah kembali, berkesinambungan dengan teori Myohorenge. Ini dinamakan Kyo. “Sekejap perasaan jiwa (Issyin)” adalah perasaan hati dari Buddha sendiri. Sedangkan “Sekejap perasaan hati (Icinen)” adalah sekejap perasaan hati umat manusia. Berarti “Kyo (sutra)” adalah pembabaran Buddha bagi umat manusia yang dititipkan pada perkataan. Yaitu dengan perkataan mengajarkan kesadaran Buddha sendiri kepada seluruh umat manusia untuk membimbing mereka hingga berkesadaran sama dengan Buddha. Mahaguru Chang An berkata, “Suara menjadi hal Buddha. Dan ini dikatakan sebagai sutra”. Mengenai hal ini Mahaguru Miao-lo menerangkan, “Suara menjadi hal Buddha berarti semuanya tergantung pada waktu Buddha masih hidup. Tetapi maknanya dapat mengalir terus sampai sesudah Buddha moksya. Maka dinamakan sebagai sutra”. Berati, bunyi suara Buddha adalah hal Buddha. Perilaku mengajar dan membimbing umat manusia merupakan sutra (Kyo). Tetapi hal ini bukan hanya berlaku pada waktu Buddha masih hidup, bunyi suara Buddha ditulis menjadi sutra untuk diteruskan sesudah kemoksyaan Buddha sehingga dapat digunakan untuk membimbing dan mengajarkan umat manusia. Inilah yang dikatakan sutra (Kyo).
17
Hal ini menunjukkan bahwa baik maupun buruk, badan pokok sekejap perasaan hati yang timbul dalam tiap kejap merupakan badan Saddharma. Karena membabarkan kesadaran ini, sutra ini menjadi raja sutra. Karena itu menjadi Jalan Langsung Pencapaian Kesadaran Buddha. Keterangan : Kalimat ini merupakan kesimpulan dari keterangan makna lima aksara Myohorengekyo. Seperti telah diuraikan, Saddharmapundarika-sutra ini dengan jelas membabarkan bahwa sekejap perasaan hati kita, umat manusia, yang berulang kali timbul musnah, baik maupun buruk, tidak lain adalah badan pokok Myohorengekyo. Karenanya merupakan raja dari seluruh sutra. Bagi umat manusia siapapun juga, dengan menyadari bahwa dasar jiwa sendiri adalah Myohorengekyo, langsung mencapai kesadaran Buddha. Karena Saddharmapundarika-sutra mengajarkan jalan ini, maka merupakan Jalan Langsung Pencapaian Kesadaran Buddha.
18
Jika sungguh-sungguh percaya pada teori ini secara mendalam, dan menyebut Nammyohorengekyo, pasti memperoleh pencapaian kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini. Keterangan : Seperti telah diuraikan dalam isi surat, jika sungguh-sungguh percaya makna mendalam Saddharma, menerima dan mempertahankannya, pasti dapat mencapai kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini. Keterangan ini memberi dorongan semangat sekaligus menyimpulkan surat ini. Yang dikatakan “teori ini” berarti sekejap perasaan jiwa kita umat manusia mencakup sepuluh dunia 3.000 ribuan hukum alam semesta. Ini adalah Hukum Buddha yang bermakna lima aksara Myohorengekyo. Sungguh-sungguh percaya teori ini secara Desember 2016 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu mendalam dan menyebut Nammyohorengekyo, dikatakan pasti dapat mencapai kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini. Sebagai bukti perkataan ini dikutip kalimat dari Bab XXI Kekuatan Gaib Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “Setelah kemoksyaan-Ku harus menerima dan mempertahankan sutra ini. Orang ini berada di dalam Jalan Buddha, pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Hal ini tak perlu diragukan lagi”. Kalimat ini berarti, sesudah kemoksyaan Buddha Sakyamuni, di Masa Akhir Dharma, “sutra ini” adalah Saddharmapundarika-sutra
36
Samantabadra | Desember 2016
yang tersirat, Gohonzon Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Orang yang sungguhsungguh percaya dan menyebut di dalam Jalan pertapaan Hukum Buddha ini pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Terakhir dikatakan, “Hal ini tidak boleh sedikitpun diragukan”. Di sini diajarkan bahwa dasar kepercayaan yang sangat penting dikatakan sama sekali tidak boleh ragu-ragu. Selanjutnya sebagai kalimat terakhir dikatakan bahwa hati kepercayaan untuk mencapai kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini tidak lain adalah Nammyohorengekyo. eee
Desember 2016 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu
38
Samantabadra | Desember 2016
On Attaining Buddhahood in This Lifetime If you wish to free yourself from the sufferings of birth and death you have endured since time without beginning and to attain without fail unsurpassed enlightenment in this lifetime, you must perceive the mystic truth that is originally inherent in all living beings. This truth is Myoho-renge-kyo. Chanting Myoho-renge-kyo will therefore enable you to grasp the mystic truth innate in all life. The Lotus Sutra is the king of sutras, true and correct in both word and principle. Its words are the ultimate reality, and this reality is the Mystic Law (myoho). It is called the Mystic Law because it reveals the principle of the mutually inclusive relationship of a single moment of life and all phenomena. That is why this sutra is the wisdom of all Buddhas. Life at each moment encompasses the body and mind and the self and environment of all sentient beings in the Ten Worlds as well as all insentient beings in the three thousand realms, including plants, sky, earth, and even the minutest particles of dust. Life at each moment permeates the entire realm of phenomena and is revealed in all phenomena. To be awakened to this principle is itself the mutually inclusive relationship of life at each moment and all phenomena. Nevertheless, even though you chant and believe in Myoho-renge-kyo, if you think the Law is outside yourself, you are embracing not the Mystic Law but an inferior teaching. “Inferior teaching” means those other than this [Lotus] sutra, which are all expedient and provisional. No expedient or provisional teaching leads directly to enlightenment, and without the direct path to enlightenment you cannot attain Buddhahood, even if you practice lifetime after lifetime for countless kalpas. Attaining Buddhahood in this lifetime is then impossible. Therefore, when you chant myoho and recite renge, you must summon up deep faith that Myoho-renge-kyo is your life itself. You must never think that any of the eighty thousand sacred teachings of Shakyamuni Buddha’s lifetime or any of the Buddhas and bodhisattvas of the ten directions and three existences are outside yourself. Your practice of the Buddhist teachings will not relieve you of the sufferings of birth and death in the least unless you perceive the true nature of your life. If you seek enlightenment outside yourself, then your performing even ten thousand practices and ten thousand good deeds will be in vain. It is like the case of a poor man who spends night and day counting his neighbor’s wealth but gains not even half a coin. That is why the T’ient’ai school’s commentary states, “Unless one perceives the nature of one’s life, one cannot eradicate one’s grave offenses.” This passage implies that, unless one perceives the nature of one’s life, one’s practice will become an endless, painful austerity. Therefore, such students of Buddhism are condemned as non-Buddhist. Great Concentration and Insight states that, although they study Buddhism, their views are no different from those of non-Buddhists. Whether you chant the Buddha’s name, recite the sutra, or merely offer flowers and incense, all your virtuous acts will implant benefits and roots of goodness in your life. With this conviction you should strive in faith. The Vimalakirti Sutra states that, when one seeks Desember 2016 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo kensyu the Buddhas’ emancipation in the minds of ordinary beings, one finds that ordinary beings are the entities of enlightenment, and that the sufferings of birth and death are nirvana. It also states that, if the minds of living beings are impure, their land is also impure, but if their minds are pure, so is their land. There are not two lands, pure or impure in themselves. The difference lies solely in the good or evil of our minds. It is the same with a Buddha and an ordinary being. When deluded, one is called an ordinary being, but when enlightened, one is called a Buddha. This is similar to a tarnished mirror that will shine like a jewel when polished. A mind now clouded by the illusions of the innate darkness of life is like a tarnished mirror, but when polished. it is sure to become like a clear mirror, reflecting the essential nature of phenomena and the true aspect of reality. Arouse deep faith, and diligently polish your mirror day and night. How should you polish it? Only by chanting Nam-myoho-renge-kyo. What then does myo signify? It is simply the mysterious nature of our life from moment to moment, which the mind cannot comprehend or words express. When we look into our own mind at any moment, we perceive neither color nor form to verify that it exists. Yet we still cannot say it does not exist, for many differing thoughts continually occur. The mind cannot be considered either to exist or not to exist. Life is indeed an elusive reality that transcends both the words and concepts of existence and nonexistence. It is neither existence nor nonexistence, yet exhibits the qualities of both. It is the mystic entity of the Middle Way that is the ultimate reality. Myo is the name given to the mystic nature of life, and ho, to its manifestations. Renge, which means lotus flower, is used to symbolize the wonder of this Law. If we understand that our life at this moment is myo, then we will also understand that our life at other moments is the Mystic Law. This realization is the mystic kyo, or sutra. The Lotus Sutra is the king of sutras, the direct path to enlightenment, for it explains that the entity of our life, which manifests either good or evil at each moment, is in fact the entity of the Mystic Law. If you chant myoho-renge-kyo with deep faith in this principle, you are certain to attain Buddhahood in this lifetime. That is why the sutra states, “After I have passed into extinction, [one] should accept and uphold this sutra. Such a person assuredly and without doubt will attain the Buddha way.” Never doubt in the slightest. Maintain your faith and attain Buddhahood in this lifetime. Nam-myoho-renge-kyo, Nammyoho-renge-kyo. Respectfully. Nichiren
40
Samantabadra | Desember 2016
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Perihal Jubah Dharma Gosyo Zensyu halaman 1296
LATAR BELAKANG |
S
urat ini hanya ada sebagian. Meskipun demikian, isi surat yang tertinggal sampai sekarang ini hampir sempurna. Mengenai tanggal, bulan, dan tahun ditulisnya surat ini sudah hilang. Sehingga latar belakang penulisan surat ini maupun asal usulnya tidaklah jelas. Namun demikian, dari isi surat dapat diperkirakan surat ini diberikan kepada seorang penganut wanita yang mempunyai hati-kepercayaan. Dapat diperkirakan penganut wanita tersebut menyumbang
pakaian kepada Niciren Daisyonin dan sebagai balasannya ia menerima surat ini. Ada yang mengatakan surat ini ditulis pada tahun Bun-ei ke-10 (1273), atau tahun Koan ke-3 (1280). Bagian pertama surat ini menjelaskan tentang sumbangan pakaian, kemudian menjelaskan karunia kebajikan yang tak terukur dari menyumbang pakaian. Sebaliknya juga dibabarkan orang yang segan menyumbang pakaian akan mendapat akibat imbalan buruk.
ISI GOSYO |
T
elah diterima bahan pakaian dan bahan pakaian musim panas. Makanan dapat mempertahankan jiwa, pakaian dapat menutupi badan. Orang yang menyumbang makanan kepada makhluk yang berperasaan akan mendapat imbalan berusia panjang. Orang yang mencuri makanan orang lain akan mendapat imbalan berusia pendek. Orang yang tidak menyumbang pakaian kepada orang lain, maka selama masa-masa kehidupannya mendapat imbalan telanjang. Di antara Enam Dunia, orang yang terlahir di bawah Dunia Manusia, semuanya hidup dengan telanjang. Umat Dunia Surga ketika lahir sudah mempunyai pakaian. Rusa dan lain-lain di antaranya, bukan saja terlahir tidak mempunyai pakaian. Karena pada kehidupan masa lampau mencuri pakaian orang lain, maka dikupas kulit badannya oleh manusia sebagai imbalan karena mencuri pakaian; seolah-olah merupakan ganti rugi. Di antara manusia, Bhiksuni Senbyaku ketika lahir sudah mengenakan Desember 2016 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang pakaian. Dalam Hukum Buddha juga dikatakan tidak bertapa Hukum telanjang, maka itu Buddha Sakyamuni mendapat pakaian Bhiksuni Makadaimo sehingga telah tercapai kesadaran sebenarnya. Para bhiksu diizinkan mengenakan tiga pakaian. Bhiksu yang berakar bodoh, jika tidak mengatur makanan dan pakaian dikatakan tidak mendapat akibat arahat. Khususnya, di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan “jubah ziarah ketabahan.” Pakaian menjadi akar pokok. Dan, Buddha membawa pakaian pelaksana Saddharmapundarika-sutra untuk menutupinya. Inilah makna yang sesungguhnya khidmat. Niciren adalah bhiksu yang tak memiliki pantangan dan orang yang berpandangan sesat. Oleh karena itu, dibenci surga / langit sehingga menjadi badan miskin yang kekurangan pakaian dan makanan. Meskipun demikian, mulutnya menyebut Saddharmapundarika-sutra dan sekali-sekali membabarkannya. Hal ini diumpamakan dengan ular besar yang menyembunyikan permata, seperti hutan rimba yang mengandung cendana. (Niciren) memberikan kayu cendananya dengan membuang hutan rimba, menyembunyikan bentuk ular besar dengan memberikan permata. Mahaguru Tien-tai mengatakan, “sutra-sutra selain Saddharmapundarikasutra hanya memberi penganugerahan kepada pria saja, sedangkan wanita tidak diberi penganugerahan.” Selain Saddharmapundarika-sutra tidak ada yang mengizinkan tercapainya Kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Yang dimaksud Tathagata meliputi puluhan ribu wajah sinar adalah bhiksuni Makadai. Dengan berpikir berdasarkan hal-hal ini, maka pencapaian Kesadaran Buddha bagi kaum wanita seharusnya berdasarkan pada Saddharmapundarika-sutra. Yang dimaksud “Seharusnya membabarkan yang sesungguhnya secara pasti dan tepat” adalah petuah emas leluhur Buddha. Yang dikatakan “Semuanya adalah yang sesungguhnya” merupakan pembuktian Buddha Prabhutaratna, lalu yang dimaksud dengan “hingga wajah lidah panjang dan lebar yang mencapai surga Dewa Brahma” adalah surat prasetya Para Buddha. Apakah matahari dan bulan akan terjatuh ke tanah? Adakah Gunung Semeru akan runtuh pada suatu waktu? Bukankah air lautan besar bertambah atau berkurang? Adakah tanah besar akan ditutup? (Berdasarkan hal-hal ini, hanya dengan Saddharmapundarika-sutra sajalah, kaum wanita pasti mencapai kesadaran Buddha). Karunia kebajikan menyumbang pakaian dibabarkan dalam Saddharmapundarika-sutra. Sukar sekali diterangkan dengan kata-kata, hanya dapat direnungkan berdasarkan hati kepercayaan.
42
Samantabadra | Desember 2016
KUTIPAN GOSYO |
1
Makanan dapat mempertahankan jiwa, pakaian dapat menutupi badan.
Keterangan: Orang yang menerima surat ini menyumbang pakaian kepada Niciren Daisyonin. Sebagai balasannya Niciren Daisyonin mengirim surat ini. isinya pertama-tama diterangkan mengenai jiwa manusia yang sama sekali mutlak memerlukan 2 hal pokok, pakaian dan makanan. Niciren Daisyonin menerima sumbangan pakaian dan makanan dari penganutnya. Terhadap sumbangan ini dengan tegas Beliau menjelaskan bahwa sumbangan itu sangat agung dilihat dari sudut kejiwaan. Mengenai unggulnya sumbangan tersebut, Beliau menjelaskan dalam Surat Perihal Sekarung Beras, “Bagi manusia ada dua jenis harta: Pertama, pakaian dan kedua, makanan. Salah satu sutra menerangkan, ‘makhluk yang berperasaan, hidup tergantung pada makanan’, dan lain-lain. hati kalimat ini bermakna bahwa yang menunjang manusia hidup di dalam dunia ini adalah pakaian dan makanan.” (Gosyo Zensyu halaman 1596). Dan dalam Surat Mengenai Tiga Kebajikan Makanan dikatakan bahwa makanan mempunyai ketiga kebajikan sebagaimana dijelaskan berikut ini, “pertama, dapat mempertahankan jiwa; kedua, dapat menambah warna; ketiga, sesuai mengikuti tenaga. Menyumbang benda pada orang lain dapat menolong diri sendiri. Umpamanya, bila kita menyalakan api untuk orang lain, maka kita sendiri akan mendapat terang” (Gosyo
Zensyu halaman 1598). Selanjutnya, Surat Mengenai Pakaian dan Makanan dikatakan, “Makanan ini menambah warna, memberikan tenaga sehingga menopang jiwa. Pakaian itu mengusir kedinginan, melindungi dari panas, dan menyembunyikan rasa malu. Orang yang menyumbang benda untuk orang lain menambah warna, menambah tenaga, dan mempertahankan jiwa.” (Gosyo Zensyu halaman 1302). Dengan demikian, pakaian dan makanan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Kalimat selanjutnya mengatakan, “Orang yang menyumbang makanan kepada makhluk yang berperasaan akan mendapat imbalan berusia panjang. Orang yang mencuri makanan orang lain akan mendapat imbalan berusia pendek. Orang yang tidak menyumbang pakaian kepada orang lain, maka selama masamasa kehidupannya mendapat imbalan telanjang.”
2
Khususnya, di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, jubah ziarah ketabahan. Pakaian menjadi akar pokok. Keterangan: Jubah ziarah ketabahan (nyuwa ninniku), adalah: nyuwa artinya hati yang luwes dan tulus menerima dan mempertahankan Hukum Sejati. Ninniku berarti meskipun menerima hinaan, direndahkan, atau diremehkan seperti apapun juga, tetap tabah dan bertahan. Sikap hati ini diperumpamakan dengan “pakaian”. Hal ini tertera di dalam Bab ke-10 Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra, salah Desember 2016 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang satu dari ketiga pola: pakaian, kamar, dan singgasana. Ketiga pola berarti salah satu pola teladan untuk penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab Dharma Duta dikatakan, “Wahai Bhaisyajaraja, seandainya setelah kemoksyaan Sang Buddha, ada putra-putra yang baik dan putri-putri yang baik ingin membabarkan Saddharmapundarika-sutra kepada keempat golongan umat, bagaimanakah mereka harus membabarakannya? Putraputra yang baik dan putri-putri yang baik ini akan memasuki kamar Sang Buddha, mengenakan jubah Sang Tathagata, duduk di singgasana Sang Tathagata, dan kemudian membabarkan sutra ini secara luas kepada keempat golongan. Kamar Sang Tathagata berarti hati Maha Maitri Karuna dalam seluruh umat manusia. Jubah Sang Tathagata berarti hati yang lembut dan tabah. Singgasana Sang Tathagata berarti seluruh hukum sunyata.� Sesudah kemoksyaan Sang Buddha ditunjukkan sikap pelaksana penyebarluasan Saddharmapundarikasutra. Orang yang menyebarluaskan ajaran, seharusnya msuk ke dalam kamar Sang Tathagata, mengenakan jubah Sang Tathagata, dan duduk di singgasana Sang Tathagata berarti menghadapi seluruh umat manusia berdasarkan hati Maitri Karuna. Duduk di singgasana Sang Tathagata berarti seluruh hukum (seluruh benda dan keadaan), suasana jiwa yang menyadari seluruhnya adalah sunyata. Mengenakan jubah Sang Tathagata berarti mempunyai hati perasaan lembut dan tabah. Pakaian di sini sebenarnya bukan pakaian yang dikenalan dari luar untuk badan ini, akan tetapi perumpamaan pakaian yang dapat melindungi badan dari luar. Maka, 44
Samantabadra | Desember 2016
hati yang lembut dan tabah berarti menghantam kesulitan yang menimpa dari luar, menjaga dan melindungi jiwa, dengan hati (jiwa) yang suci, bersih, dan murni. Hati yang seperti itu dapat diperumpamakan dengan pakaian. Hati (jiwa) yang suci, bersih dan murni adalah percaya Saddharmapundarikasutra, dengan hati kesadaran itu ingin menyelamatkan orang lain juga berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Demikianlah hati bodhi (hati menuju kesadaran). Bagi kita hal ini berarti hatikepercayaan yang berkelangsungan untuk percaya kepada Dai Gohonzon selama-lamanya. Selamanya meneruskan keinginan hati untuk mencapai kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini (issyo jobutsu) dan kosenrufu, terlebih lagi hati yang mendorong pelaksanaan untuk diri sendiri dan mengajak orang lain untuk melaksanakannya (jigyo keta). Dalam proses menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) dengan hati tersebut jika menerima hantaman berupa direndahkan, diserang orang lain. Jika tidak memiliki tenaga yang tabah dan tahan untuk mempertahankan pada akhirnya dapat menghilangkan hatikepercayaan yang merupakan inti hakekat ini. Jika pada waktu menerima hantaman ini terdapat hati yang lembut dan tabah, maka dengan hati kepercayaan yang suci, bersih, dan murni dari dasar jiwa dapat melindungi diri sendiri bagaikan pakaian. Oleh karena itu, di Masa Akhir Dharma orang yang menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) harus mengenakan pakaian nyuwa ninniku. Dalam Surat Perihal Pakaian dan Pakaian Musim Panas dikatakan, “Orang yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra pasti mempunyai pakaian, yang dikatakan
pakaian adalah nyuwa ninniku.” (Gosyo Zensyu halaman 971).
3
Niciren adalah bhiksu yang tak memiliki pantangan dan orang yang berpandangan sesat.....
Keterangan: Di sini Niciren Daisyonin sendiri dengan rendah hati mengatakan diri-Nya sendiri sebagai bhiksu yang tidak memiliki pantangan dan orang yang berpandangan sesat. Maka, badannya kekurangan makanan dan pakaian. Akan tetapi, karena menyebarluaskan Saddharmapundarikasutra, satu-satunya sutra yang memungkinkan Pencapaian Kesadaran Buddha bagi kaum wanita, maka karunia menyumbang kepada Niciren Daisyonin tidaklah dapat disampaikan dengan kata-kata. Demikianlah beliau memuji dan menghargai kesungguhan hati dari hati-kepercayaan orang yang menerima surat ini. Seperti yang dikutip Bhiksuni Senbyaku, sebaliknya Niciren Daisyonin sendiri mengatakan bahwa Beliau “badan miskin yang kekurangan pakaian dan makanan”. Karena tidak memiliki pantangan dan orang yang berpandangan sesat, maka dibenci surga sehingga Niciren merasa menderita. Kalimat selanjutnya, mengatakan “meskipun demikian suatu waktu mulutnya menyebut Saddharmapundarika-sutra dan sekalisekali membabarkannya.” Dengan demikian, Beliau adalah Pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang melaksanakan untuk diri sendiri dan juga mengajak orang lain (jigyo keta). Mengenai hal ini dalam Surat Dari Sado dikatakan, “Niciren bukan orang arif. Akan tetapi, kata-kata Saddharmapundarika-sutra diterima dan dipertahankan sebagaimana
dibabarkan Saddharmapundarikasutra, sehingga menyerupai orang arif” (Gosyo Zensyu halaman 957). Dan, “Karena Hukumnya gaib maka orangnya unggul” (Gosyo Zensyu halaman 1578). Dengan demikian ditunjukkan secara tidak langsung, berdasarkan Hukum Buddha kedudukan Niciren Daisyonin paling tinggi dan unggul. Apalagi Saddharmapundarika-sutra sendiri adalah satu-satunya sutra yang mengizinkan Pencapaian Kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Niciren Daisyonin adalah pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Wanita yang menyumbang makanan dan pakaian kepada Saddharmapundarikasutra, akan mendapat kebajikan besar berupa pencapaian Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya. Mengenai hal ini dikatakan, karunia kebajikan pakaian ini hanya dibabarkan dalam Saddharmapundarika-sutra. Berdasarkan hati keinginan sukar dijelaskan dengan perkataan. Di sini, “Hal ini diumpamakan dengan ular besar yang menyembunyikan permata, seperti hutan rimba yang menyembunyikan cendana.” Hutan rimba dan ular besar diumpamakan sebagai bhiksu manusia biasa, yaitu bhiksu yang tidak mempunyai pantangan, orang yang berpandangan sesat. Permata dan kayu cendana itu diperumpamakan Saddharmapundarika-sutra. Untuk seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma, kedudukan Niciren Daisyonin adalah sebagai bhiksu manusia biasa. Beliau memberitahu hal ini untuk seluruh umat manusia agar dapat mencapai Kesadaran Buddha dan memberitahu karunia besar Saddharmapundarika-sutra, yaitu agar seluruh umat manusia dapat mencapai Kesadaran Buddha. eee Desember 2016 | Samantabadra
45
46
Samantabadra | Desember 2016
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Tanya Jawab Ajaran Buddha
1
Kenapa ajaran Buddha Sakyamuni menggunakan sutra yang berbedabeda, dimulai dari pembabaran sutra Avatam Saka, sutra agam, Saddharmapundarika-sutra? Jawab: Buddha Sakyamuni melalui berbagai macam cara dan kearifan, melihat bakat manusia dalam membabarkan ajaran-Nya dan membaginya ke dalam periode-periode waktu. Oleh karena itu, ketika Buddha sudah mencapai kesadaran, pertama-tama yang beliau babarkan kepada umat manusia adalah Avatam Saka selama 12 hari. Kebijaksanaan Buddha melihat masyarakat India waktu itu umumnya punya tingkat intelektual yang cukup tinggi. Mereka mengenyam sekolah tinggi waktu itu karena orang India punya kebudayaan yang cukup tua dan tinggi. Sehingga masyarakat India waktu itu mempunya sebuah tradisi, anak-anak mereka harus disekolahkan setinggi mungkin. Selesai tamat sekolah, mereka di arahkan untuk berumah tangga. Selesai berumah tangga, kemudian punya anak. Pada usia 50 tahun, mereka biasanya masuk ke dunia spiritual. Buddha Sakyamuni mengambil kesimpulan bahwa paham tentang ajaran Buddha tidak boleh yang terlalu sederhana karena masyarakat India akan menganggap enteng. Avatam Saka adalah sutra yang cukup sulit.
Apabila diumpamakan sebagai rasa susu, ini adalah rasa susu sirat. Ini adalah ajaran yang sifatnya adalah masuk ke dalam kategori Tonkyo atau Enkyo. Tonkyo adalah ajaran yang langsung dan menerangkan kesadaran. Enkyo adalah ajaran yang bulat sempurna. Setelah Avatam Saka, masuk kedalam periode yang kedua yaitu Sutra Agam yang dibabarkan selama 12 tahun. 21 hari pertama diajarkan ajaran yang cukup tinggi, sehingga masyarakat India tertarik. Setelah selesai 21 hari, masuk ke ajaran Sutra Agam selama 12 tahun. Kemudian masuk ke Vaipulya, diajarkan selama 16 tahun. Kemudian masuk ke Prajna Sutra atau Prajna Paramita Sutra selama 14 tahun. Terakhir, Saddharmapundarika-sutra selama 8 tahun. Jadi totalnya adalah 50 tahun ajaran pembabaran ajaran Buddha oleh Buddha Sakyamuni. Semua ini adalah upaya dan prajna Buddha agar umat manusia dapat mengerti secara hakiki ajaran Buddha dan dapat diterapkan dalam kehidupan.
2
Perasaan Dunia Manusia dapat dimaknai sebagai perasaan jiwa yang tenang. Namun terdapat istilah lima kesesatan yang mencerminkan lima perasaan jiwa buruk; ragu-ragu (manusia), neraka, kelaparan, binatang, dan asura. Jadi apakah perasaan dunia manusia merupakan sifat yang tenang atau ragu-ragu?
Desember 2016 | Samantabadra
47
materi ajaran | forum diskusi Jawab: Kita mengenal ada 10 alam, dari alam neraka, kelaparan, binatang, marah, manusia, surga, sravaka, pratekya, bodhisatva, dan Buddha. Yang ditanyakan adalah alam kemanusiaan. Digambarkan pada alam kemanusiaan itu perasaan kita itu tenang (In), bisa menikmati. Hal tersebut diperbandingkan dengan apa yang ada dengan don jin ji man gi atau disebut dengan lima racun. Don itu adalah keserakahan, Jin adalah kemarahan, Ji adalah kebodohan, Man adalah keragu-raguan dan Gi adalah kesombongan. Kemudian don jin ji man gi, jadi ini tidak bisa dibandingkan. Jadi kalau 10 alam atau 10 dunia itu adalah kecerendungan yang memang ada di dalam perasaan jiwa kita. Itu memang merupakan sifat jiwa dari setiap manusia. Kemudian don jin ji man gi itu adalah hal yang berkaitan dengan karakter sehari-hari. Sehingga demikian, kita di dalam praktek dharma, Buddha mengajarkan yang paling pokok itu adalah merubah kecenderungan ini.
3
Ketika gongyo pagi dan sore selalu kita mendoakan para leluhur atau orang yang sudah meniggal di doa ke lima. Apakah doa ke lima begitu penting sehingga dilakukan dua kali sehari? Sedangkan untuk doa pribadi (doa ke empat) saja hanya sekali di pagi hari. Jawab: Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa doa dalam sekte Niciren Syosyu pada hakekatnya adalah menyebut Nammyohorengekyo. Kalau di agama lain, doa adalah menyampaikan sesuatu kepada kekuatan di luar diri kita. Apabila keinginan di dalam doanya terwujud, maka doa tersebut dianggap “didengar� dan terkabul. Di agama Buddha, pasa dasarnya, doa adalah pelaksanaan dan menyebut Nammyohorengekyo sehingga muncul kekuatan kesadaran Buddha dan tenaga atau energi dari kesadaran Buddha untuk membuat 48
Samantabadra | Desember 2016
sebab-sebab baik. Itulah yang menghasilkan keterkabulan. Kemudian, kaitannya dengan leluhur yang sudah meninggal, Buddha ingin menggambarkan bahwa jiwa itu kekal abadi, namun kehadiran (wujud kita lahir di dunia) sewaktu-waktu nyata dan sewaktu-waktu tidak nyata. Ketika nyata disebut hidup dan ketika tidak nyata disebut mati. Hanya satu hal juga yang harus dipahami secara baik, ketika kita tidak nyata, kita bukan menjadi roh atau menjadi setan yang bergentayangan, namun unsur jasmani dan rohaninya terurai. Jasmani kita ini terdiri dari lima unsur; tanah, air api, angin dan ruang. Unsur yang fisik ini akan terurai karena tenaga yang mengikat otot-otot itu terlepas. Kemudian ketika meniggal, badan akan terurai bersama unsur-unsur lain di alam semesta. Unsur rohani terurai menjadi getaran, gelombang, yang juga melebur ke alam semesta. Ketika kebaikan (getaran positif) yang lebih banyak kita perbuat semasa hidup, unsur jiwa akan cenderung berada di alam kemanusiaan atau di atasnya. Alam semesta memiliki 10 alam, manusia sebagai mikro kosmos (alam semesta kecil) dan dunia adalah makro kosmos (alam semesta besar). Ketika meninggal, unsur-unsur yang ada di alam semesta kecil ini akan melebur ke alam semesta besar, kemudian gelombang masuk ke dalam semesta. Ketika kita meninggal, gelombang dari badan kita masuk ke alam semesta, di sana lah dia akan berdiam, suatu waktu menunggu kematangan karmanya akan lahir kembali. Ketika meninggal, manusia pada dasarnya menjadi pasif, tidak bisa berbuat apa-apa lagi, maka itu Niciren Daisyonin sangat mementingkan hidup. Kaitannya dengan mendoakan orang yang telah meninggal konteksnya adalah membuat kebajikan, membuat karma baik. Dengan memahami makna seperti itu, kita tidak mempermasalahkan apakah doa itu sekali atau dua kali, tetapi yang penting maknanya adalah kita memberi sumbangan doa (mengirimkan
getaran positif) untuk orang yang telah meninggal, bukan untuk meminta rejeki atau petunjuk dari mereka, ini adalah pemahaman yang keliru. Apabila kita telaah asal muasalnya doa dalam buku paritra (gongyo), sesungguhnya doa ke satu sampai doa ke lima adalah hasil konseptual dari penganut setelah Niciren Daisyonin tiada. Jadi doa-doa tersebut bukan buatan Buddha Niciren. Dengan demikian, yang lebih penting adalah memaknai doa tersebut sebagai pengingat kepada diri kita agar kita senantiasa melakukan hal yang bernilai kebaikan dalam hidup.Doa dalam agama Niciren Syosyu adalah doa yang welas asih dan maitri karuna. Ketika kita berdoa, sesungguhnya kita memberi, bukan meminta atau menuntut. Kita berdoa dengan getaran Nammyohorengekyo untuk memberi manfaat terhadap kebahagian umat manusia. Itu pun memberi doa kita.
Pada doa ke empat dalam gongyo, biasanya umat cenderung lebih khusyuk dan menghabiskan waktu lebih lama. Mengapa demikian? Karena masih ada sedikit pemahaman yang keliru, bahwa pada saat itu adalah waktu untuk meminta kepada Gohonzon. Sudah dijelaskan bahwa Niciren Daisyonin mengajarkan kepada murid-muridNya untuk memberi alih-alih meminta. Pada hakikatnya memberi adalah menerima. Doa ke empat sesungguhnya adalah momen untuk memberikan “Doa untuk tercapainya kebahagiaan seluruh umat manusia,� melalui pembabaran, penyiaran ajaran hon in myo secara meluas dan merata keseluruh penjuru dunia. Kita menyebut Nammyohorengekyo supaya keluar tenaga Buddha kita untuk melaksanakan tugas itu. eee
Catatan
Desember 2016 | Samantabadra
49
syin gyo gaku
Peran Penting Pengurus dalam Pewarisan Gohonzon Pewarisan Gohonzon terkadang dibiarkan terhenti apabila penganut meninggal. Padahal, kita, terutama pengurus NSI, perlu melakukan upaya-upaya terlebih dahulu kepada pihak keluarga agar Gohonzon dan hati kepercayaan almarhum dapat terus dipertahankan dalam garis keturunan keluarga tersebut.
A
da dua kejadian yang membuka mata saya tentang hal ini Pertama, seorang umat senior meninggal dunia tanpa ada yang menjadi ahli waris syinjin-nya. Apabila hal ini terjadi, pengurus DPD hendaknya tidak terburu-buru mengambil alih Gohonzon tanpa upaya untuk mendekati pihak keluarga yang berpotensi untuk meneruskan hati kepercayaan almarhum. Kedua, seorang ayah yang sudah pikun yang pindah ke Bogor, terpaksa kehilangan Gohonzon miliknya karena miskomunikasi antara adiknya dengan anaknya. Sang adik mendapat informasi bahwa tidak merawat Gohonzon akan menyebabkan bala dan malapetaka. Sang anak, mendapat tekanan dari sang adik (pamannya) untuk segera mencari organsiasi Niciren Syosyu terdekat dan segera mengembalikan Gohonzon. Para pengurus/DPD susunan NSI sesungguhnya mempunyai kewajiban untuk meluruskan pemahaman umum tentang Gohonzon dan membina ahli waris syinjin umat yang meninggal dunia dengan pertama-tama memberi kesempatan kepada mereka untuk menyimpan dan merawat Gohonzon warisannya. Sebelum lebih jauh, ada baiknya kita teliti pengertian-baku tentang Gohonzon menurut Kamus Buddhis Niciren Syosyu: Gohonzon, atau Mandala Pusaka Ajaran Sejati, ialah inti Tri Maha Dharma Rahasia dalam ajaran Niciren Daisyonin untuk melambangkan tujuan hidup-Nya. Tri MahaDharma Rahasia ialah Mandala Pusaka Ajaran Pokok, Mantera Agung Ajaran Pokok dan Altar Ajaran Pokok. Di sini. “Ajaran Pokok” merujuk ke ajaran Nam-myoho-renge-kyo, bukan merujuk Ajaran Pokok (paruh akhir) Saddharmapundarika Sutra. Niciren Daisyonin mencurahkan Dharma Nam-myoho-renge-kyo yang Beliau sadari di dalam jiwa Beliau sendiri dalam tiga bentuk ini, yang sesuai dengan tiga jenis pembelajaran dalam agama Buddha — pantangan, meditasi, dan prajna. Mandala Pusaka setara dengan meditasi, Mantera Agung dengan prajna, dan Altar dengan pantangan. Altar ialah terjemahan kata bahasa Jepang kaidan, yang juga diterjemahkan sebagai “tataran pentahbisan.” Ini adalah tataran tempat para pelaksana berprasetya untuk menjunjung pantangan-pantangan Buddhis. Dalam ajaran Niciren Daisyonin, memeluk Mandala Pusaka itu satu-satunya pantangan, dan tempat seseorang memuliakan Mandala Pusaka dan melantunkan Mantera Agung disebut altar. Lagipula untuk tetap percaya pada Mandala Pusaka dan melantunkan Mantera Agung sambil mengajari orang lain untuk ber-daimoku disebut pemanjatan doa. Baik altar maupun pemanjatan doa berasal dari Mandala 50
Samantabadra | Desember 2016
Pusaka. Dengan demikian, Mandala Pusaka itulah inti ketiganya. Karena alasan inilah Gohonzon, atau Mandala Pusaka, dirujuk juga sebagai Maha-Dharma Sakti Tunggal. Mandala secara umum berarti:
Obyek pencurahan diri yang melukiskan para Buddha dan bodhisattva atau mengungkapkan suatu ajaran. Banyak aliran Buddhis menganggap mandala yang khusus untuk aliran mreka masing-masing sebagai perwujudan kesadaran Buddha atau kebenaran. Mandala didefinisikan dalam bahasa Kanji sebagai “Tercakup Sempurna” /Rin En- Gu-soku atau “Kumpulan Karunia Kebajikan/Kudoku-ju”.
Gohonzon adalah pusat dari ketiga-pilar ajaran agama Buddha Niciren Syosyu. Gohonzon itu perlambang Buddha pada Masa Pascimadharma ini. Dengan demikian, fungsi Mandala Pusaka ialah untuk mengembangkan sifat-sifat kebuddhaan dalam jiwa seseorang. Seorang pribadi dapat berubah jiwa dan fisiknya ke arah yang lebih baik dengan bersatu dengan Gohonzon ini melalui doa melantunkan Mantera Agung Nam-myoho-renge-kyo di altar Buddha masing-masing di rumah atau di vihara terdekat. Pertapaan pribadi yang dilakukan seseorang inilah yang akan menghasilkan perubahan hidupnya secara menyeluruh dan signifikan. Semakin banyak Mantera Agung dilantunkan, semakin berkembang sifat kebuddhaan. Inilah karunia kebajikan sunyata orang itu menganut Gohonzon di samping karunia-karunia nyata yang menunjang kehidupan yang bersangkutan. mulai dari rumah dan tempat usaha hingga kendaraan penunjang usaha. Sebaliknya, jika seseorang tidak melaksanakan pertapaan ini secara rutin, tak ada sanksi apapun yang akan diperolehnya. Gohonzon bukanlah bentuk personifikasi kekuatan adidaya yang dapat menghukum orang yang tidak melaksanakan pertapaan. Hal ini berbeda dengan kepercayaan lain yang memiliki konsep pahala dan hukuman. Jika terjadi sesuatu yang menghambat hidup kita, itu bukanlah hukuman dari Gohonzon. Insiden terjadi semata-mata karena perbuatan sendiri pada masa lampau, baik masa-lampau yang dekat maupun pada kehidupan sebelumnya. Jangan sekali-kali menyalahkan hal-hal di luar diri kita sebagai pemicu suatu insiden, apalagi sampai menyalahkan Gohonzon. Perlu sekali kedewasaan syinjin ketika terjadi insiden atau musibah apapun yang menimpa kita apakah itu kehilangan harta benda, sakit berat, kegagalan usaha. Sudah pasti insiden terkait dengan karma masing-masing dan sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan kehadiran Gohonzon di rumah kita. Jangan ada pemikiran bahwa Gohonzon itu jimat ketika kita telah menganut agama Buddha Niciren Syosyu, bahwa dengan memiliki Gohonzon kita akan selamat, sentausa dan sejahtera secara otomatis tanpa berbuat berperilaku dan bertindak apapun. Contoh paling ekstrem ialah kita menyeberang tanpa melihat kanan-kiri karena sudah yakin dan percaya pada Gohonzon! Contoh lainnya, seorang pelajar atau mahasiswa sebegitu yakin dan percaya pada Gohonzon sampai-sampai ketika menghadapi ujian tidak belajar dan hanya melakukan gongyo-daimoku. Apabila kita bersikap seperti ini sesungguhnya kita belum memahami hakikat pelaksanaan dari hati kepercayaan yang benar.
Desember 2016 | Samantabadra
51
syin gyo gaku Apabila terdapat umat NSI yang meninggal dan ternyata tidak memiliki ahli waris, pengurus hendaknya dapat melakukan langkah-langkah berikut: 1. Jelaskan kepada para ahli waris, bahwa Gohonzon ini milik sang umat dan dengan demikian milik keluarganya juga dan boleh disimpan oleh keluarga yang ditinggalkan sebagai kenang-kenangan sang kakek/nenek/ayah/ibu/anak/saudara kandung. 2. Dekati salah seorang ahli waris yang memiliki kedekatan personal dengan almarhum semasa hidup, untuk meneruskan Gohonzon. Kita berikan bimbingan dan penjelasan terhadap agama ini dan alasan mengapa almarhum tetap mempertahankannya hingga akhir hayat. Dijelaskan juga pentingnya melaksanakan daimoku dan mengikuti pertemuan di vihara. Kita pun harus selalu memperhatikan keluarganya, menanyakan kabar, mengajak pertemuan/kensyu. 3. Apabila sesudah upaya tersebut di atas tak satupun ahli waris ingin meneruskan, mereka boleh mengembalikan Gohonzon ke pengurus NSI melalui vihara terdekat.
Gohonzon adalah perlambang jiwa Buddha Pokok Niciren Daisyonin yang bersatu padu dengan Dharma-Nya yang intinya Namu kepada myoho-renge-kyo, Niciren. Gohonzon itu sumber karunia kebajikan penganut-Nya melalui pertapaan pribadi yang bersangkutan. Tiada hukuman jika yang bersangkutan. tidak melaksanakan pertapaan pribadi ini. Menjadi kewajiban dan tanggung jawab para pengurus/DPD NSI untuk meluruskan persepsi orang-banyak tentang Gohonzon dan membina ahli waris syinjin umat yang wafat dengan pertama-tama memberi kesempatan kepada mereka untuk mempertahankan Gohonzon warisannya. Ini adalah bagian dari gerakan syakubuku. Nam-myoho-renge-kyo. (Kyanne Virya)
52
Samantabadra | Desember 2016
wawasan
Pentingnya Makan Ikan Pelestarian laut Indonesia saat ini masih terus gencar dilakukan, salah satu upayanya adalah dengan memberikan penyuluhan dalam kensyu peringatan 52 tahun NSI silam kepada para umat tentang pentingnya mengonsumsi ikan dan manfaatnya bagi kesehatan. Ines Rahmania Direktur Akses Pasar dan Promosi Kementerian Kelautan & Perikanan RI
T
ingkat konsumsi ikan per penduduk Indonesia saat ini mencapai 40 kilogram per tahun. Ini hal yang baik karena edukasi tentang baiknya mengonsumsi ikan perlu terus dilakukan agar anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa memiliki otak yang cerdas. Potensi kelautan Indonesia sungguh luar biasa dan berlimpah, namun demikian kita harus gunakan dengan baik dan mementingkan keberlanjutan ketersediaannya dalam mengelolanya. Kita tidak boleh mengeksploitasi sumber daya laut. Anak cucu kita harus tetap bisa menikmatinya kelak. Menurut survei Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (KKPRI), bayi Indonesia yang mengalami stunting atau lahir dengan badan yang lebih pendek, jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Faktor utamanya adalah kekurangan gizi. Jika hal ini terus berlanjut maka dalam kurun waktu 10-
Disampaikan pada sesi pembekalan wawasan Kensyu Nasional 29 Oktober 2016
20 tahun mendatang akan membahayakan kualitas generasi muda Indonesia. Saat ini, rata-rata tingkat kecerdasan masyarakat Indonesia sama dengan warga Kamboja, padahal mereka merdeka belakangan dan sumber daya lautnya tidak sebanyak Indonesia. Fakta ini harus kita sikapi dengan memperbaiki pola makan dan asupan gizi sehari-hari. Ikan adalah salah satu sumber gizi yang perlu ditingkatkan dalam konsumsi harian masyarakat Indonesia. Rata-rata tinggi badan lelaki Indonesia 158 cm dan wanitanya 147 cm, jauh tertinggal dengan negara asia lainnya. Maka harus ada perbaikan gizi, melalui perubahan pola makan dari red meat ke white meat seperti ikan. Memang harga ikan beragam, namun ikan yang harganya terjangkau seperti ikan teri mengandung protein dan nutrisi yang sangat baik untuk kecerdasan dan pemenuhan gizi.
Aneka resep olahan ikan dan hasil laut.
Demo masak pengolahan ikan pada Kensyu Oktober 2016.
Konsumsi ikan sangat diperlukan saat 1000 hari pertama kehidupan manusia (pembentukan dan perkembangan otak). Konsumsi ikan atau gizi sebanyak apapun setelah melewati periode tersebut tidak akan berdampak besar bagi perkembangan otak. Kandungan gizi pada ikan dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, darah tinggi, osteoporosis dan lainnya. Saat ini KKPRI telah membentuk Forikan (forum pentingnya makan ikan) yang tersebar di setiap provinsi. Menurut undangundang, “ikan� bukan hanya yang bersirip namun termasuk seafood lainnya, termasuk rumput laut. Indonesia memiliki lebih dari 500 jenis rumput laut namun hingga saat ini hanya 20% yang baru bisa kita manfaatkan. Oleh sebab itu kita harus terus berkarya, berkreasi mengolah hasil laut sehingga nilai ekonomisnya bertambah. eee Desember 2016 | Samantabadra
53
wawasan
Tanya Jawab Pentingnya Makan Ikan dijawab oleh Ibu Ines Rahmania
Tanya: Bagaimana kita memilih ikan yang baik untuk dikonsumsi sehari-hari mengingat sekarang banyak dijual ikan yang tidak segar? Jawab: Jika memilih ikan perhatikan bagian insang, mata, dan daging ikan. Jika insangnya sudah pucat maka jangan dibeli. Untuk mengetahui apakah insang diberi pewarna (formalin) agar terlihat berwarna merah, sentuh bagian yang basah dan berwarna merah dari insang tersebut dengan jari, lalu usapkan cairan yang menempel di jari ke bagian punggung tangan. Tunggu beberapa saat. Apabila punggung tangan terasa gatal, atau warna merah sulit hilang dari permukaan punggung tangan, sebaiknya jangan dibeli karena sangat mungkin mengandung formalin dan zat pewarna. Jika ikan tidak dihinggapi lalat, ini pun menandakan ikan tersebut tidak segar atau bercampur bahan kimia. Ikan berformalin akan mengeluarkan aroma zat kimia ketika dimasak. Tanya: apakah ada perbedaan kadar gizi antara ikan segar dengan ikan yang sudah dibekukan?
Jawab: Isu bahwa ikan berbeku tidak bergizi adalah tidak benar. Kandungan protein ikan akan tetap terjaga jika ikan ditempatkan pada suhu rendah (beku). Frozen fish atau ikan beku bagus untuk dikonsumsi dan tidak ada gizi yang hilang. Tanya: Bagaimana berbedaan gizi ikan air tawar dan laut?
Jawab: Ikan air tawar maupun laut samasama memiliki manfaat gizi yang baik. Sebagai contoh, kandungan omega tiga pada ikan salmon (ikan laut), ternyata juga dimiliki oleh ikan kembung (ikan air tawar). 54
Samantabadra | Desember 2016
Begitupun ikan lele (air tawar), megandung gizi yang sangat baik. Tanya: Bagaimana upaya KKPRI untuk menjaga agar ikan yang dikonsumsi masyarakat tetap terjaga dengan baik kualitasnya?
Jawab: KKPRI membagikan dan menyosialisasikan penggunaan ice bag kepada nelayan-nelayan untuk menghindari pemakaian formalin. Bagi konsumen, sebaiknya hindari sumber ikan dari laut yang tercemar, seperti Jakarta Utara. Lebih baik berhati-hati agar kesehatan terjaga.
Tanya: Baikkah mengonsumsi ikan dalam kemasan seperti sarden atau ikan mentah seperti sashimi/sushi? Jawab: Ikan yang digunakan dalam pengalengan adalah ikan segar dengan kualitas baik. Selama kaleng kemasan masih bagus dan tidak kadaluarsa, kondisi ikan masih terjaga. Jangan memilih kaleng yang penyok atau cembung, karena dikhawatirkan lapisan kaleng bagian dalam terkelupas dan menimbulkan karat yang bercampur dengan ikan. Untuk sushi dan sashimi umumnya menggunakan ikan segar, tidak berbahaya dan layak konsumsi. Tanya: Apakah ikan lele memicu kanker?
Jawab: Lele memicu kanker tidak benar. Isu tersebut adalah isu lama yang kembali muncul. KKPRI tidak membenarkan lele memicu kanker. Ikan lele sangat bergizi. Tanya: Baikkah kita mengonsumsi kepala ikan?
Jawab: Ya, banyak omega tiga yang terkandung dalam kepala ikan, seperti ikan kakap. Cari dan konsumsilah ikan yang segar. eee
kesehatan
Setiap 30 Detik, Satu Anak Meninggal karena Pneumonia
Hingga saat ini, pneumonia masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita. Berdasarkan data UNICEF, ada 5,9 juta anak di bawah usia lima tahun yang meninggal dunia tahun 2015. Dari jumlah tersebut, 15 persen atau 920.136 anak meninggal karena pneumonia. Dengan kata lain, ada lebih dari 2.500 balita per hari yang terinfeksi pneumonia. “Data menunjukkan, setiap 30 detik, seorang anak usia kurang dari lima tahun meninggal karena pneumonia,� ujar dokter spesialis respirasi anak, Prof.
dr. Cissy Kartasasmita, SpA (K) dalam diskusi memeringati Hari Pneumonia Sedunia di Jakarta, Kamis (17/11/2016). Cissy menjelaskan, pneumonia adalah penyakit
infeksi utama pada balita yang menyerang paru-paru. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri streptococccus pneumoniae. Kasus pneumonia menjadi masalah di negara maju dan khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara itu, Kasubdit ISPA Kementerian Kesehatan, dr Christina Widaningrum, Mkes mengungkapkan, Indonesia berada di urutan ke-10 terbanyak untuk angka kematian pneumonia. Berdasarkan laporan rutin puskesmas tahun 2015, Desember 2016 | Samantabadra
55
kesehatan ditemukan 554.650 kasus pneumonia. Tahun 2016 ini, hingga bulan September terdapat 289.246 kasus pneumonia di Indonesia. Adapun laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, ada lima provinsi di Indonesia dengan kasus pneumonia tertinggi pada balita, yaitu NTT (38,5 persen), Aceh (35,6 persen), Bangka Belitung (34,8 Persen), Sulawesi Barat (34,8 persen), dan Kalimantan Tengah (32,7 persen). Christina atau yang akrab disapa Ning mengatakan, deteksi dini dan melakukan pencegahan sangat penting untuk menurunkan kasus pneumonia. Tahun ini, Hari Pneumonia yang jatuh setiap tanggal 12 November pun mengangkat tema Gerakan Hitung Napas Balita Batuk. “Hitung napas itu salah satu cara deteksi. Setiap anak mulai batuk, coba hitung napasnya. Perhatikan, anak sesak atau tidak,” kata Christina. Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paruparu basah adalah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan. Penyakit ini juga sering disebut bronkopneumonia, 56
Samantabadra | Desember 2016
pneumonia lobular, dan pneumonia bilateral. Secara umum, pneumonia dapat ditandai dengan gejala-gejala yang meliputi batuk, demam, dan kesulitan bernapas.
Siapa saja yang Berisiko Tinggi Mengidap Pneumonia? Semua orang bisa terserang penyakit ini. Tetapi, pneumonia umumnya ditemukan dan berpotensi untuk bertambah parah pada: - Bayi serta anak-anak di bawah usia 2 tahun. - Lansia di atas 65 tahun - Perokok. Rokok tak hanya meningkatkan risiko pneumonia, tapi juga beragam penyakit lain. - Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, misalnya pengidap HIV atau orang yang sedang menjalani kemoterapi. - Pengidap penyakit kronis, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). - Pasien di rumah sakit, terutama yang menggunakan ventilator. Pencegahan pneumonia dapat kita lakukan dengan langkah-langkah sederhana. Beberapa di antaranya adalah: - Menjalani vaksinasi. Vaksin merupakan langkah penting agar kita terhindar dari
-
-
-
-
pneumonia maupun penyakit lain. Harap diingat bahwa vaksin pencegah pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan anakanak. Menjaga agar sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Misalnya dengan teratur berolahraga, cukup istirahat, serta menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang. Menjaga kebersihan agar terhindari dari penyebaran virus, seperti sering mencuci tangan. Jangan merokok karena asap rokok dapat merusak paru-paru sehingga lebih mudah terinfeksi. Hindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan berkepanjangan. Kebiasaan ini juga akan menurunkan daya tahan paru-paru Anda sehingga Anda lebih rentan terkena pneumonia beserta komplikasinya. eee
(Sumber: http://mediskus.com/penyakit/ pneumonia)
pengumuman
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.
Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.0012.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman. Tema bulan ini: membuat tumpeng
Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.
Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih.
Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan.
Berita Duka Cita
Ibu Tan No Nie
Ibu Chen Chui Phin
Meninggal pada usia 54 tahun 30 September 2016 Umat NSI Daerah Kapuk DKI Jakarta
Meninggal pada usia 40 tahun 18 Oktober 2016 Umat NSI Daerah Rajawali DKI Jakarta
Bapak Suparman Lie (Firman)
Suami dari Ibu Susanty Meninggal pada usia 47 tahun 11 Nopember 2016 Umat NSI Daerah Kerawang Jawa Barat
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Desember 2016 | Samantabadra
57
teka teki silang 1 2
3
4
5 6
7 8 1
9 2
10
3
4
5
1
11 2
3
12
6
4
7
5
13
6 7
14
8 8
9
10
15 9
11
16
10
12
17 11
12
13
18
13
14 14
15 15
16
19
17 16
20 17
18
21
18
22 19
20 19
20
23 21
21
22
22
23
23
Mendatar 2. Mendatar Nama lain Jusuf Kalla. Mendatar Mendatar 4.
Menurun
Menurun Menurun
2.
3 +2. 3
6.
4.
Mentri Indonesia saat ini. 4.3 + 33keuangan +3
7.
6. Mentri Indonesia kitakeuangan teguh, bercerai kita 6. Bersatu Mentri keuangan Indonesia saatsaat ini.ini.
8.
7. Dikasih Bersatuhati, kita teguh, bercerai minta ... kita ...
lain Jusuf Kalla. NamaNama lain Jusuf Kalla.
7.
Bersatu kita teguh, bercerai kita ...
8.
Dikasih hati, minta ...
...
Dikasih hati, minta ... 11. 8. Singkatan daridariRandom Access Memory. 11. Singkatan Random Access Memory.
13. 14.
11.
Singkatan dari Random Access Memory.
3.3.
1.
Pulau terluas ke-2 di dunia.
3.
Salah satu gosyo yang dititipkan Nichiren kepada Toki Jonin yang menguraikan tentang Dai Salah satu satu gosyo kepada Salah gosyo yang yangdititipkan dititipkanNichiren Nichiren kepada Gohonzon. Toki Jonin yang menguraikan tentang Dai
Pulau terluas terluas ke-2 Pulau ke-2 dididunia. dunia.
Toki Jonin yang menguraikan tentang Dai Gohonzon. Gohonzon. 5. Mata uang negara 5.
5.
6.
6.
13. Presiden Amerika Serikat Serikat ke-45. Presiden Amerika ke-45.
Belanda.
Mata uang negara Belanda.
Mata uang negara 6. Belanda. Nama
lain " Surat Mengenai Tiga Hukum Rahasia
Nama lain " Surat Mengenai Tiga Hukum Rahasia
Nama Tiga"Hukum Rahasia Agung Agunglain " " Surat Mengenai Agung "
9. Murid Buddha9. Sakyamuni yang paling unggul Sakyamuni yang paling unggul Murid Buddha 9. Murid Buddha Sakyamuni yang paling unggul Seorang ksatria yang sejak muda sudah mengabdi prajnanya. ksatria yang sejak muda sudah mengabdi prajnanya. 14.Seorang Seorang ksatria yang sejak muda sudah mengabdi prajnanya. kepada pemerintahan Kamakura, kemudian 10. Boddhisatva yang diterangkan dalam kepada pemerintahan Kamakura, menjadi Bhikku bernama Jonin.kemudiankemudian kepada pemerintahan Kamakura, Saddharmapundarika sutra yangdalam unggul dalam 10. diterangkan Boddhisatva yang diterangkan dalam 10. Boddhisatva yang menjadi Bhikku bernama menjadi Bhikku bernama Jonin. 15. Waktu ( Istilah JepangJonin. ) pengetahuan. Saddharmapundarika sutra yang unggul dalam Saddharmapundarika sutra yang unggul dalam
13.
Presiden Amerika Serikat ke-45.
14.
Waktu Istilah ) 16. Negara tiraiJepang bambu. 15. 15.Waktu ( (Istilah Jepang )
16.
1.1.
Menurun
16. 19. Negara tirai bambu. dari Monumen Nasional NegaraSingkatan tirai bambu. 19. 20. Singkatan dari XMonumen Nasional Sutra. Judul bab Saddharmapundarika
19. 20.Singkatan dari Monumen Nasional 22. penyusun makhluk hidup. JudulSatuan bab X terkecil Saddharmapundarika Sutra. 20. 22.Judul bab X Saddharmapundarika 23. Raja Dangdut. Satuan terkecil penyusun makhluk hidup. Sutra. Raja Dangdut. 22. 23.Satuan terkecil penyusun makhluk hidup.
23.
Raja Dangdut.
Jawaban dapat dilihat di Samantabadra edisi berikutnya.
58
Samantabadra | Desember 2016
12.
12. 17. 17. 18. 18. 21.
21.
pengetahuan. Kata sandi ( Istilah Inggris ) pengetahuan. Kata sandi ( Istilah Inggris Hukum ( Istilah Jepang ) )
12.
Kata sandi ( Istilah Inggris ) Jawaban TTS Samantabadra Nov 2016 17.karangan Hukum buku keterangan/ Tien Tai.( Istilah Jepang ) Murid Tien Tai yang telah mengarang beberapa
Hukum ( Istilah Jepang Murid Tien Tai yang telah) mengarang beberapa Singkatan dari18. Universitas Gajah Mada buku keterangan/ karangan TienTien Tai. Murid
Tai yang telah mengarang beberapa karangan Tien Tai.
Singkatan dari Universitas Gajah Mada buku keterangan/
21.
Singkatan dari Universitas Gajah Mada
ceritaKIBA & KRUBU ilustrasi: Marvitaria
kesiangan
ide cerita: Samanta
Desember 2016 | Samantabadra
59
resep
Pempek
Oleh Ibu Jhoni Kho, Jambi
Cara membuat: 1. Ikan dan air diblender hingga mengental. 2. Masukkan garam, minyak goreng, dan penyedap rasa, lalu diblender lagi. 3. Keluarkan adonan dari blender ke wadah. 4. Campurkan adonan dengan sagu dan bawang merah, aduk hingga rata menggunakan sendok kayu (jangan menggunakan tangan karena bisa membuat alot, kecuali apabila mau langsung digoreng. 5. Setelah adonan rata, bisa langsung dibentuk bulat-bulat, lalu digoreng.
Baso Goreng
Bahan: 1 kg daging ikan tenggiri 700 gram sagu (dianjurkan merek cap tani) 800 ml air 4 sdt garam 4 sdm minyak goreng 2 sdt penyedap rasa (jika mau) Bawang merah dirajang halus (jika mau)
Cuka pempek: ½ kg gula aren 100 gram bawang putih Garam secukupnya (sesuai selera) Cabai secukupnya (sesuai selera) Cuka beras secukupnya Air secukupnya
Cara Membuat: 1. Gula aren dimasak dengan air (jangan terlalu encer). 2. Masukkan bawang putih dan cabe yang sudah diblender halus. Lalu dimasak. 3. Setelah selesai, saring.
Bahan: 1 kg daging babi / ayam ¼ kg udang dikupas kulitnya 4 butir telur ayam Oleh Ibu Kwei Lan, 2 sdm tepung maizena Cengkareng 3 ons tepung sagu 1 sdm garam (secukupnya) 1 sdt penyedam jamur Cara membuat: 1. Daging ayam/babi dan udang dihaluskan (digiling atau dicincang (secukupnya) halus). ½ sdt baking powder 2. Tambahkan garam, penyedap, soda kue, baking powder, lalu aduk rata. ½ sdt soda kue 3. Masukkan telur satu persatu aduk terus sampai rata, kemudian ½ sdt lada halus (secukupnya) masukkan tepung maizena dan sagu sambil diaduk sampai rata dan menyatu, lalu tambahkan lada. 4. Bentuk menjadi bulat-bulat seperti bola ping-pong. 5. Goreng di minyak yg sudah dipanaskan sampai kecoklatan, lalu angkat.
60
Samantabadra | Desember 2016
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Desember 2016 Tgl Hari 1 Kamis 2 Jumat 3 Sabtu 4 Minggu 5 Senin 6 Selasa 7 Rabu
8 Kamis 9 Jumat 10 Sabtu 11 Minggu 12 Senin 13 Selasa 14 Rabu 15 Kamis 16 Jumat 17 Sabtu 18 Minggu
19 Senin 20 Selasa 21 Rabu 22 Kamis 23 Jumat 24 Sabtu 25 Minggu 26 Senin 27 Selasa 28 Rabu 29 Kamis 30 Jumat 31 Sabtu 1 Minggu
Desember 2016 Kegiatan
Jam
Tempat
19:00 Ceramah Gosyo
Daerah Masing-Masing
19:00 Pertemuan Cabang
Daerah Masing-Masing
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
10:00 Pertemuan Anak-Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing-Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing-Masing
14:00 Pertemuan Ibu Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok
Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing
19:00 Pertemuan Empat Bagian
Daerah Masing-Masing
10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum
13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta Musyawarah DPD Kensyu Tahun Baru 2017 Kensyu Tahun Baru 2017 Kensyu Tahun Baru 2017
Daerah Masing-Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI
Desember 2016 | Samantabadra
61
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969
PROVINSI LAMPUNG
PROVINSI JAWA BARAT
Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728
Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
62
Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340
Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851
Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682
Samantabadra | Desember 2016
Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510