Samantabadra 2017-03

Page 1

Samantabadra SAMANTABADRA | MARET 2017 | NOMOR. 278

gosyo kensyu SURAT PERIHAL HAWA NAFSU ADALAH KESADARAN gosyo cabang SURAT PERIHAL WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENYEBARLUASKAN DHARMA

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

M a r e t

2 0 1 7

03 # 278


Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Ajaran, Bakat, Waktu, dan Negara Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 21-22 Januari 2017

Nammyohorengekyo, Gosyo yang kita pelajari kali ini menjelaskan lima makna dari agama Buddha kita yaitu tentang ajaran, bakat, waktu, negara dan urutan penyebar luasan. Saya ingin sekali umat NSI betul-betul bersatu dan bisa merasakan mendapat bimbingan langsung dari Buddha Niciren, lewat ajaran dan gosyo. Saya coba menangkap dari setiap gosyo itu, “Apa jiwanya?� Kemudian, saya berusaha untuk menuntun dan mengarahkan, tetapi sebetulnya akhirnya bisa menagkap atau tidak bimbingan itu kembali tergantung dari kesungguhan hati (kokoro zasi) diri kita sendiri. Ajaran adalah sarana untuk membimbing kita agar bisa melakukan usaha yang cukup dan tepat, untuk bisa mengembangkan sifat-sifat kebuddhaan kita. Caranya adalah melalui percaya satu hal yang sangat hakiki, yaitu Nammyohorengekyo, yang

merupakan bukti hakikat ajaran Buddha. Pemahaman terhadap ajaran Buddha hanya bisa dimasuki dengan “percaya� (syin). Kita sudah membahas dan belajar gosyo tentang panjang umur, gosyo tentang memelihara sekejap-sekejap perasaan jiwa dan kemudian kemarin yang terakhir adalah tentang kesungguhan hati atau kokoro zasi. Sebetulnya ketika belajar ajaran Buddha di dalam pertemuan atau kensyu, kita harus konsentrasi, mendengar, mencatat dan memusatkan perhatian, itu adalah wujud dari kokoro zasi. Melakukan suatu hal apapun hendaknya perlu konsentrasi pada hal tersebut. Waktu makan misalnya, harus konsestrasi juga, kalau tidak bisa tersedak. Ketika kita-kita sungguhsungguh ingin menjalankan apa yang diajarkan oleh Buddha Niciren dan Buddha Sakyamuni, pasti kita akan menghadapi tiga musuh besar. Ketiganya pernah

dihadapi oleh Buddha Niciren. Ketiga tantangan itu muncul membuktikan kekuatan Saddharmapundarika-sutra, artinya, dengan kekuatan Saddharmapundarika-sutra kita bisa mengatasi kesulitan dan membuktikan bahwa Saddharmapundarika-sutra betul-betul ampuh. Karena pada hakekatnya, tiga musuh kuat ini mengacu pada perasaan kesesatan jiwa yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Kita baru saja bersamasama melewati tahun baru imlek, yang tahun ini dilambangkan dengan hewan ayam. Momen tahun baru imlek hendaknya kita maknai dengan semangat kegembiraan, bukan sekedar ritual dan tradisinya. Setelah beragama Niciren Syosyu, hendaknya cara berpikir kita berubah menjadi lebih baik. Jika sebelumnya kita percaya dengan hal-hal tradisi yang kurang realistis dan

Maret 2017 | Samantabadra

1


tidak sesuai ajaran Buddha, sekarang kita jalankan sesuai dengan kata-kata Buddha. Imlek bukan sekedar makan enak, kasih angpao dan sebagainya. Kita harus memaknai imlek jauh lebih bermakna dan mencerahkan. Tugas NSI adalah membimbing umat agar umat memiliki cara berpikir yang benar dan menjadi lebih cerdas. Salah satunya adalah dengan pengenalan koperasi. Koperasi NSI harus menjadi koperasi yang besar. Orang keturunan Tionghoa kurang mengerti koperasi. Koperasi itu memberdayakan umat dan membantu umat memahami sistem ekonomi kerakyatan. Dalam hal keagamaan Niciren Sysoyu, NSI juga senantiasa memberikan pemahaman yang sesuai ajaran Buddha Niciren. Tidak ada di dalam gosyo pernyataan yang mewajibkan umat mengikuti Tozan. Kegiatan tozan sedemikian rupa kini menjadi komoditas pihak tertentu. Hal tersebut tidak menjadi perhatian NSI karena tidak ada kaitannya dalam hal bakat, waktu maupun urutan penyebarluasan dharma. Ajaran yang kita gunakan adalah Saddharmapundarikasutra dari tiga hukum rahasia agung (sandaihiho), khususnya pada masa akhir dharma sekarang ini. Gohonzon yang digunakan adalah Gohonzon dari Sandaihiho. 2

Samantabadra | Maret 2017

Honmon No Daimoku adalah Nammyohorengekyo. Kemudian Honmon No Kaidan adalah altar pemujaan (Gohonzon). Lalu ajaran yang digunakan pada masa akhir dharma adalah sastra Buddha Niciren atau gosyo dari Niciren karena melalui gosyo kita diajarkan bagaimana memaknai Saddharmapundarika-sutra secara tepat dan praktis. Buddha Sakyamuni muncul ke dunia tujuannya adalah untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Kita lahir ke dunia juga memiliki misi atau tugas. Tujuan dari pembabaran dharma selama 42 tahun pertama oleh Buddha Sakyamuni adalah untuk mengondisikan agar umat manusia pada masa itu dapat memahami Saddharmapundarika-sutra yang dibabarkan pada 8 tahun terakhir. Dalam Saddharmapundarikasutra dijelaskan bahwa manusia memiliki jiwa Buddha. Sebelum Saddharmapundarika-sutra, wanita tidak mampu mencapai kesadaran Buddha karena wanita digambarkan sebagai makhluk yang memiliki hati yang bengkok dan kikir. Hal ini dipatahkan dan kita mesti bersyukur dapat menganut Nammyohorengekyo di mana seluruh umat manusia, baik pria maupun wanita dapat mencapai kesadaran Buddha

dengan badan apa adanya. Sumbangan kepada dharma (Buddha) dapat berupa uang, ujaran (yang baik, membabarkan dharma), maupun ajaran. Tidak perlu mengomentari atau menjelekjelekkan ajaran agama lain. Dalam kaitannya juga dengan negara, apakah Indonesia berjodoh dengan Saddharmapundarika-sutra? Tentu sangat berjodoh. Dulu berdiri kerajaan Sriwijaya pada abad ke tujuh. Sriwijaya menganut aliran Mahayana. Bodobudur didirikan pada masa tersebut. Kemudian mengenai urutan penyebarluasan, Buddha menjelaskan setelah ajaran Hinayana, lalu masuk pada ajaran Mahayana, kemudian ke Mahayana Sesungguhnya, kita harus mengacu pada ajaran yang lebih tinggi, jangan menukar emas dengan batu biasa. Indonesia dulu sudah belajar Mahayana dan sekarang harus belajar Mahayana yang sesungguhnya, yaitu Saddharmapundarikasutra Nammyohorengekyo. Mengenai jodoh atau tidak ada jodoh, keduanya dapat memunculkan kesadaran Buddha. Bedanya, yang satu melalui jodoh selaras, yang satunya lagi tidak. Jika selaras dapat langsung mewujudkan kesadaran Buddha, jika tidak selaras harus melalui jodoh tambul beracun. Dalam beberapa bulan


ke depan, NSI akan memulai pembangunan gedung serbaguna di komplek Mahavihara Saddharma NSI. Terwujudnya bangunan ini tentu merupakan bentuk kesungguhan hati umat dalam mengembangkan susunan. Dalam Saddharmapundarikasutra dikatakan bahwa cemoohan dalam syinjin bukan menjadi rintangan tetapi menjadi obat untuk terus memperkuat hati kepercayaan, tidak menyayangi jiwa raga dalam menyumbang untuk dharma; maksudnya adalah adalah sungguh-sungguh dalam hal apapun. Waktu gongyo, lakukan dengan baik. Menyanyikan Indonesia raya saja harus hormat dan sikap sempurna, apalagi melakukan pertapaan gongyo dan daimoku; sikap kita anjali, jangan hanya menyebut Nammyohorengekyo tapi fokus kita hilang. Sama halnya dalam kehidupan sehari-hari, ketika misalnya berdagang, bertemu relasi, belajar, dan berusaha, semuanya harus sungguhsungguh. Saat pertemuan mendengarkan gosyo dengan baik tidak mengobrol dan bicara sendiri. Itu adalah kunci untuk mencapai keadaran Buddha. Tujuan kelahiran kita sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi adalah kosenrufu. Pada kehidupan kita sebelumnya, kita telah

berjanji di Menara Gridakuta, ketika Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa kita yang akan menjalankan dharma pada masa akhir dharma dan menyebarluaskannya. Lahir menjadi manusia itu sulit, jangan menunggu satu kalpa lagi baru kita mau menjalankan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh. Ketika kita mewujudkan sikap yang sesuai ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan kata-kata Buddha kepada orang lain, sesungguhnya kita telah menanamkan bibit kebuddhaan pada orang tersebut. Seperti yang dikatakan Nicikan Syonin, kita berjalan pada jalan dharma yang tiada tara dan berdiri di atas kaki kita sendiri. Pakai badan ini untuk penyebarluasan dharma, sayangilah hukum ini. Tanamkan dan ukir dalam jiwa semangat kita demi pencapaian kesadaran Buddha dan kebahagiaan seluruh umat manusia. Pantangan untuk umat Niciren Daisyonin hanya satu, yaitu tidak boleh meninggalkan Gohonzon. Pada masa mapo, orang-orang, termasuk Niciren Daisyonin, tidak menjalankan pantanganpantangan seperti orang pada masa syoho dan masa joho. Akan tetapi, ini bukan berarti umat Niciren Syosyu boleh seenaknya saja seperti makan sebanyak-banyaknya, dan

bekerja terus menerus tanpa istirahat. Kita berpegangan pada Saddharmapundarika Sutra, kita mengetahui aturan dan dapat mengatur diri sendiri tanpa menggunakan pantangan-pantangan. Kita semua teratur karena kita dikendalikan oleh kesadaran. Oleh karena itu, di mana pun kita berada kita harus bisa sadar, ketika sedang mendengarkan gosyo, ketika sedang dalam aktivitas kensyu dan juga pada kehidupan sehari-hari. Kendon artinya kalau kita sudah mengetahui Hukum Namyohorenggekyo adalah hukum yang tepat waktu dan tepat guna, seharusnya kita tidak boleh kikir dalam arti egois, tidak mempedulikan sekitar. Kita harus punya keinginan yang tulus untuk menyebarluaskan hukum yang sebenarnya. Bagi kita, umat Niciren Syosyu, kita harus memahami hinaya, sastra dan sutra. Sepahampahamnya kita, kita harus memahami bahwa ajaran adalah sarana dan bukan tujuan. Yang harus kita pegang kuat adalah yang pokok yaitu Nammyohorengekyo. Kalau mau jadi Buddha kita harus belajar untuk menyebarluaskan Dharma. ***

Maret 2017 | Samantabadra

3


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Ajaran, Bakat, Waktu, dan Negara Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 21-22 Januari 2017

Nammyohorengekyo,

kesulitan. Ajaran yang tepat pada masa mutakhir dharma Gosyo ini ditulis tahun sekarang ini hanyalah 1253 saat Buddha Niciren Nammyohorengekyo dari Daisyonin mengalami ketiga hukum rahasia agung. penganiayaan yang pertama, Namun yang terpenting yaitu pengasingan ke adalah bagaimana kita Semenanjung Izu. Prajna memaknai saat belajar Buddha Niciren mewujudkan bukan sekadar belajar, tetapi Nammyohorengekyo haruslah diterapkandalam adalah keagungan kehidupan kita sehari-hari. untuk membahagiakan Kita belajar agama Buddha seluruh umat manusia, Niciren agar kita mampu maka sesungguhnya kita melakukan penyebarluasan tak perlu khawatir jika hukum Nammyohorengekyo. menghadapi tantangan Jangan kikir untuk atau rintangan, pasti kita melakukan kunjungan bisa menemukan jalan anggota, menyemangati keluar dan mengatasinya umat yang sedang lemah dengan kekuatan hati kepercayaannya. Nammyohorengekyo. Jangan malah semangat Buddha Niciren mendapat membicarakan keburukan perlindungan saat mengalami orang lain. Inilah pengasingan. Beliau dijaga tantangannya, bagaimana dan dilindungi oleh Funamori mengubah ego kita Yasaburo. Kita mesti memiliki menjadi sifat maitri karuna. keyakinan dan kesungguhan Di sini keistimewaan hati dalam melaksanakan Nammyohorengekyo, orang syinjin, dengan demikian yang memiliki jodoh selaras pasti kita mampu mengatasi dan tidak selaras semuanya 4

Samantabadra | Maret 2017

mampu mencapai kesadaran Buddha. Tentu ada bedanya, bagi yang selaras cepat untuk mencapai kesadaran Buddha namun yang tidak selaras harus mengalami tambur beracun. Semua orang melalui Nammyohorengekyo dapat mencapai kesadaran. Kesulitan akan berubah menjadi obat. Nammyohorengekyo adalah “obat� yang paling manjur untuk mengatasi kesesatan jiwa manusia. Waktu, selalu mengingatkan kita bahwa saat ajal adalah sekarang. Buddha Sakyamuni berpacu dengan waktu ketika membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Maka kita jangan terikat pada hal-hal yang fana. Materi dan uang berapa banyak pun tidak akan dibawa mati. Kita melakukan pertapaan


seperti kensyu, pertemuan, kuliah di STAB Samantabadra NSI, adalah sarana untuk mencapai kesadaran, memupuk rejeki, sehingga kita bisa menjalankan hidup yang bermakna, tanpa penyesalan, mati pun dengan tenang. Bersyukur kita di NSI mendapat pelajaran dan gosyo-gosyo yang murni dari Buddha Niciren. Kita yang sudah menganut Nammyohorengeyo, ibarat sudah menggenggam emas, jangan sampai ditukar dengan batu biasa. Terutama generasi muda NSI, hendaknya ketika mendapat pasangan hidup yang berbeda keyakinan, harus tetap mantap dengan keyakinan pada Nammyohorengekyo, dan justru dapat mengajak pasangan untuk samasama dalam kegembiraan syinjin, bukan sebaliknya

malah melepaskan hati kepercayaan. Begitu juga bagian bapak-ibu, jangan mudah kalah suasana, jangan percaya oleh takhayul. Di gosyo ada ungkapan, jangan kita takut oleh gajah liar, tetapi takutlah pada pengaruh buruk, karena bisa merasuk ke perasaan jiwa kita. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mewaspadai pengaruh buruk yang datang dari lingkungan sekitar kita maupun kecenderungan buruk dari dalam diri kita sendiri. Buddha Niciren dalam gosyo ini memberikan dorongan semangat untuk kita. Ketika kita menjalankan sungguh-sungguh hukum ini, pasti akan berhadapan dengan “tiga musuh kuat�. Jangan kita menunggu dan berharap rintangan akan selesai dengan sendirinya. Syinjin harus

seratus persen, begitu pula dengan keseharian kita dalam mengerjakan apapun. Badan kita tidak apa-apanya, umur seseorang tidak ada harganya, setelah meninggal jasad kita akan kembali ke alam semesta. Sekeras apapun usaha kita mempercantik diri pasti akan meninggal juga, tetapi hukum akan kekal abadi. Hukum sebab akibat tidak pernah berhenti. Maka jangan memanjakan diri, mari sebarluaskan hukum yang agung ini, teruskan sampai masa mendatang yang kekal abadi. Jangan hanya menjaga materi atau uang yang tidak kekal. Hukum Nammyohorengekyo-lah yang kekal abadi dan bisa memunculkan sifat kuat, bebas, suci, dan tenang. ***

Maret 2017 | Samantabadra

5


liputan

Kensyu Generasi Muda Desember 2016

6

Samantabadra | Maret 2017


Kensyu Akhir Tahun 2016 (Tahun Baru 2017)

Maret 2017 | Samantabadra

7


Seremoni Penerimaan Mahasiswa Angkatan II STAB Samantabadra NSI

Berlangsung di Mahavihara Saddharma NSI, bersamaan dengan Kensyu Gosyo Umum, 21 Januari 2017, sembilan orang perwakilan mahasiswa STAB Samantabadra NSI angkatan II (dari wilayah DKI Jakarta dan Banten) secara simbolis melakukan seremoni penerimaan mahasiswa baru.

8

Samantabadra | Maret 2017


Dokyo Syodai Peringatan Tahun Baru Imlek

DKI Jakarta

Jambi

Maret 2017 | Samantabadra

9


Ketua Umum NSI Nara Sumber Pembahasan Proker Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI Salah Satu pembicara Mpu Suhadi Sendjaja, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia didalam forum tersebut merupakan sentral pembicara atau talking point mengemukakan ada 3 point utama yang disampaikan-nya, point pertama adalah bahwa kerjasama dalam forum ini Jakarta, 1 Desember adalah suatu hal sangat baik, 2016. Majelis-Majelis dan point kedua mengenai Agama Buddha pada hari pilkada Mpu Suhadi Sendjaja ini Kamis pukul 10.00memberi klarifikasi soal 16.00 Wib, diundang oleh adanya kampanye ditempat Direktur Urusan dan ibadah yang ditanyakan Pendidikan Agama Buddha oleh salah satu Majelis Drs Supriyadi,M.pd untuk buddha, dalam klarifikasi membahas program-program tersebut Mpu Suhadi kerja dan issu-issu terkini Sendjaja menjelaskan pilkada serta cara Penanganannya. merupakan konsekuensi Isu yang dibahas yang kita mau berdemokrasi,dan sedang hangat terjadi menjelaskan bahwa ada pada seperti masalah Rohingya waktu itu “salah satu rumah dan Pilkada. Pertemuan ini ibadah yang digunakan berlangsung di Gedung sebagai tempat kampanye” Kantor Kementerian Agama beliau mengklarifikasi bahwa RI, Jalan M.Thamrin No. 6. “ Pada Waktu itu belum Jakarta Pusat. Masing-masing masuk waktu Kampanye” Majelis diberi kesempatan dan apabila sudah masuk untuk memberikan masukan dalam waktu kampanye tidak dan saran terhadap Program- boleh Rumah Ibadah apapun program yang sedang digunakan sebagai Tempat dan akan berjalan yang kampanye”. dan point ketiga disampaikan oleh Direktur adalah masalah agama, Urusan dan Pendidikan agama harus menjadi Agama Buddha Drs sumber kekuatan, menurut Supriyadi,M.pd. Mpu Suhadi Sendjaja agama muncul didunia ini baik itu 10

Samantabadra | Maret 2017

agama Buddha, Kristen ataupun Islam sebagai suatu upaya mengatasi kekacauan dan tidak lucu gara-gara agama terus jadi masalah. Agama harus menjadi sumber kekuatan untuk mengatasi masalah, dalam kaitan dengan agama Buddha Mpu Suhadi Sendjaja mengemukakan dalam perkembangan agama Buddha itu tentu harus kembali kepada sejauh mana pelayanan kita. kalau masalah syiar Semua Agama punya tugas syiar. jadi kalau agama Buddha nanti melakukan Syiar dan tentu caranya itu adalah bagaimana bisa menteladani menyebarkan suatu pahampaham kedamaian dan oleh karena itu Mpu Suhadi Sendjaja tidak terlalu sependapat mengenai masalah hal yang berkaitan dengan menghadapi perkembangan dari agama lain. “Buddha itu pahamnya lebih kepada bagaimana instropeksi masingmasing internal. sehingga kesucian agama harus kita kembalikan, agama harus menjadi sumber kekuatan, sumber landasan moral, dan etik serta harus kita jaga benar keagungan agama masing-masing,” tutup MPU Suhadi Sendjaja. (adi)


Ketua Umum NSI Menandatangani Deklarasi Kerukunan Umat Beragama di Kecamatan Tamansari Pada tanggal 2 Desember 2016, Bertempat di Kantor Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Camat Tamansari Drs.H.Achmad Sofyan,MM mengumpulkan para tokoh lintas agama untuk menandatangani deklarasi pernyataan sikap Para tokoh lintas Agama untuk menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama terutama di wilayah kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penandatanganan Deklarasi Pernyataan Sikap ini diharapkan dapat membawa suasana kondusif di Indonesia khususnya di wilayah Kecamatan Tamansari. Kabupaten Bogor. Turut Menandatangani Deklarasi Pernyataan Sikap Kerukunan Antar Umat Beragama, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, MPU Suhadi Sendjaja. Deklarasi tersebut sebagai bentuk komitmen dari semua pihak yang ada di Wilayah Kecamatan TamanSari untuk senantiasa menjaga kerukunan, baik kerukunan antar umat beragama, kerukunan intern agama, maupun kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. Hal ini dilakukan karena disadari atau tidak bahwa kerukunan menjadi modal penting bagi pembangunan suatu bangsa dan negara tidak terkecuali bagi bangsa Indonesia, oleh karena itu kerukunan mesti dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak. ***

Maret 2017 | Samantabadra

11


Lokakarya Peran Serta Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama di Kecamatan Cileungsi

Bertempat di Kantor Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, 13 Desember 2016, diadakan Lokakarya Forum Komunikasi Umat Beragama dengan Tema: Peran Serta Pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam memelihara Kerukunan Umat Beragama. Hadir dalam Lokakarya Para Tokoh Lintas Agama, Camat Cileungsi,Kapolsek Cileungsi, Danramil , serta unsur-unsur dari pemuka Agama wilayah cileungsi, dan juga unsur dari desa. Lokakarya ini dihadiri kurang lebih 80 peserta yang berlangsung dari 12

Samantabadra | Maret 2017

beragama. Hal kedua yang disampaikan Mpu Suhadi Sendjaja adalah mengenai Agama, Mpu Suhadi menjelaskan bahwa semua Agama itu baik. Agama muncul karena ada sebuah kekacauan . Maka itu Agama disebut sebagai A itu tidak, Gama itu Kacau. Di India Sakyamuni muncul karena ada kekacauan kemudian karena pukul 10.00-13.00 WIB. kemunculan Sakyamuni Ada 2 hal utama yang membabarkan pemikiran disampaikan Ketua Umum yang arif sehingga NSI MPU Suhadi Sendjaja. kekacauan itu bisa diatasi., Hal pertama yang sehinggga disebut sebagai disampaikan adalah beliau Agama. Agama harus memaparkan dengan dijadikan sebagai sumber Peraturan Bersama Menteri kekuatan, jadi tidak benar Agama dan Menteri Dalam kalau pada suatu saat Ada Negeri. Nomor : 9 dan peristiwa yang dikatakan Nomor : 8 tahun 2006 ini konflik antar agama. yang diharapkan bahwa Agama tidak pernah kerukunan ini bisa kita konflik, tapi Agama sering pelihara bersama-sama disalahgunakan, sering yaitu antara pemerintah dibonceng,sering diperalat dan umat beragama secara untuk kepentinganbersama-sama. kepentingan lain. Tidak Jadi bukan hanya ada satu agama-pun yang urusan Pemerintah dan mengajarkan Konflik. FKUB saja tapi bersamaOleh Karena itu agama sama.antara Pemerintah harus dijadikan sumber daerah dan seluruh umat kekuatan. ***


Peningkatan Peran Pemuka Agama dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Jakarta,15 Desember 2016, Bertempat Di Hotel Atlet Century Park, Senayan. telah berlangsung Semiloka mengenai� Peningkatan Peran Pemuka Agama dalam Menghadapi Perubahan Iklim yang diprakarsai Siaga Bumi. Hadir dalam lokakarya tersebut pemuka agama dari berbagai unsur agama. Unsur agama yang hadir dari unsur Walubi, dari unsur Matakin, dari KWI , dari unsur NU, dari unsur Muhamadiyah,dan dari PHDI. Krisis Lingkungan Hidup dengan berbagai manifestasinya seperti perubahan iklim dan pemanasan global sejatinya adalah krisis moral, karena manusia memandang alam sebagai obyek bukan subyek dalam kehidupan semesta. Maka, penanggulangan terhadap masalah yang ada (environmental and climate solution) haruslah dengan pendekatan moral . Acara yang dimulai pukul 10.00 -13.00 Wib. Pada titik inilah agama harus tampil berperan melalui koloborasi lintas agama, dan itu perlu dimulai dari Rumah Ibadah masing-masing. keberhasilan menciptakan Rumah ibadah yang ramah adalah penjelmaan dari hati

bersih dan pikiran jernih umat beragama. Langkah ini pendekatan moral untuk pembangunan berkelanjutan dengan makna. Disini peran agama sangat penting untuk dapat menyampaikan kepada umatnya baik secara lisan keagamaan maupun aksi langsung oleh para pemuka agama melalui rumah ibadahnya masing-masing. Perubahan iklim menumbuhkan rasa kekeluargaan global serta pendalaman spiritual. Setiap tindakan untuk melindungi dan menjaga semua makhluk menghubungkan kita satu sama lain, memperdalam dimensi spiritual dari kehidupan kita serta hakikat hubungan manusia dengan bumi. Bumi bukan sumber daya untuk dieksploitasi sekehendak manusia. Manusia berkewajiban menjaga dan memakmurkan bumi dengan segala isinya. Umat manusia harus bersatu dengan harapan bersama yang timbul dari kepercayaan kita masingmasing, untuk merawat bumi dan semua kehidupan. Masalah kemanusiaan ini telah direspons oleh seluruh umat beragama dunia melalui pernyataan baik tiap

agama maupun pernyataan bersama lintas agama. Fenomena alam global akibat perubahan iklim tidak hanya menjadi keprihatinan para ilmuwan dan pecinta lingkungan, tapi meningkat menjadi isu sentral dalam pembuatan kebijakan global oleh pemimpin negara dan pemimpin agama.Pada pertemuan Negara Pihak UNFCCC ( united Nation Framework on Climate Change) di Apris (COP 21) pada tahun 2015, 197 negara

Maret 2017 | Samantabadra

13


menandatangani perjanjian, dimana 100 negara telah meratifikasinya pada COP 22 tahun 2016 di Marrakesh. Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Paris ini sehingga bersifat mengikat secara hukum an diterapkan semua negara. oleh karenanya seluruh pemangku kepentingan perlu bekerjasama dalam memenuhi komitmen kemanusiaan ini. Pada Semiloka ini Ketua Umum NSI Mpu Suhadi Sendjaja mengemukakan bahwa ini adalah pemikiran dasar yang sangat tepat karena ini bukan hanya dalam soal lingkungan hidup Peran Agama diperlukan tetapi dalam hal-hal lain pun peran agama kelihatannya sudah dirasakan sebagai sesuatu yang sangat diperlukan. karena dunia semakin kacau , justru agama ini muncul karena ada kekacauan dan disebut agama. A itu tidak Gama itu kacau, supaya tidak kacau kekacauan ini bisa diatasi perlu agama.Karena Agama itu adalah sumber kekuatan, sumber etik dan moral daripada perilaku manusia dalam keseharian. Di dalam Buddhis kita adalah mikrokosmos, kemudian dunia atau alam semesta ini adalah Makrokosmos Kalau mikrokosmos ini tidak bisa merasakan hubungan yang langsung dengan makrokosmos disitulah akan terjadi hal-hal yang tidak selaras. oleh karena itu 14

Samantabadra | Maret 2017

Buddhism dasarnya adalah Namo kepada Makrokosmos. atau Namo itu adalah ingin menyelaraskan atau ingin menjadi manunggal dengan Makrokosmos. inilah landasan filosofisnya. Oleh karena itu bagi NSI menjaga lingkungan hidup dan meningkatkan usaha untuk menjaga lingkungan hidup dan harus menjadi way of life dari seorang Buddhist. Peran Pemuka Agama dalam menghadapi perubahan iklim dalam hal ini Nsi terus memprakarsai setiap Vihara itu menjadi Eco Vihara. Vihara Nsi di seluruh indonesia 40 % telah menjadi Eco Vihara dan NSI telah menerbitkan Sebuah buku “Buddhisme dan Lingkungan�. Masalah yang berkaitan dengan menjaga lingkungan sudah NSI sosialisasikan atau sudah dipratekkan pada anak-anak sekolah minggu, sedini mungkin pemahaman tentang mikrokosmos dan makrokosmos itu sudah ditanamkan pada anak-anak dan perilaku sehari-hari itu apakah waktu makan,waktu mandi,buang air kecil dan BAB. itu semua adalah hal-hal yang punya kaitan dengan lingkungan itu yang sudah kita tanamkan, usahausaha itu atau upaya-upaya itu sudah kita laksanakan, kemudian beberapa kali bekerjasama dengan LHK untuk menyebarkan bibit pohon. tidak cukup hanya menanam tapi juga merawat

dan menjaga hingga tumbuh besar. Serta memasukan ini dalam kurikulum yang ada di Sekolah Tinggi agama Buddha Parisadha Agama Budha Niciren Syosyu Indonesia ini yang sudah dilakukan oleh NSI secara sederhana dan ini harus menjadi gerakan hidup dari semua umat NSI atau secara umum umat Buddha yang lain.dalam kaitan dengan lingkungan hidup ada satu prinsip bahwa kita adalah Subjek. Lingkungan adalah Obyek, oleh akrena itu Subyek dan lingkungan ini sesungguhnya bukan dua, sehingga dengan demikian apa yang menjadi perilaku kita merupakan gerakangerakan yang menentukan melestarikan atau merusak. Walaupun gerakan yang Nsi lakukan ini kecil tetapi NSI akan terus bergerak, mudah-mudahan gerakan ini membawa gelombang keseluruh Alam Semesta tutup MPU Suhadi Sendjaja.

(adi)


Lokakarya Peran Serta Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama di Kecamatan Parung

Pada Desember 2016 kegiatan Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja lumayan padat. Salah satunya menghadiri Kegiatan Lokakarya Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Tangerang, yang diadakan di kantor kecamatan Parung 2016 pada tanggal 14 Desember 2016 dengan tema “Peran Serta Pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam memelihara Kerukunan Umat Beragama.”Lokakarya ini dihadiri dari berbagai tokoh lintas agama, Camat Kecamatan Parung, Ketua FKUB kabupaten Bogor, Danramil, Kapolsek,dan unsur-unsur pemuka agama di wilayah kecamatan Parung, serta guru-guru agama yang berada di

dengan Bangladesh yang umumnya adalah beragama Islam., namun sampai sekarang ini mereka disana ini tidak mempunyai status kewarganegaraan. Jadi orang-orang Rakin disana statusnya masih stateless yang artinya diambangkan, diakui sebagai warga negara Myanmar tidak, tetapi ditolak juga tidak ini sudah berlangsung hampir 1.000 tahun,2 tahun yang lalu Mpu Suhadi bertolak ke kecamatan Parung.Lokakarya Myanmar bersama dengan berlangsung dari pukul KH Slamet Effendi Yusuf 10.00 – 13.00 Wib. Dalam (Alm) salah Satu Ketua Lokakarya ini Ketua Umum MUI yang membidani NSI- Mpu Suhadi Sendjaja masalah kerukunan, karena memberikan klarifikasi “kita harus secara cepat mengenai Kasus Rohingya. Di melihat secara langsung dalam berbagai kesempatan apa yang terjadi disana.” Mpu Suhadi Sendjaja yang keberangkatannya mengatakan bahwa Kasus difasilitasi oleh Duta besar Rohingya bukan menyangkut Indonesia di Myanmar yaitu masalah agama Buddha Bpk Tito Sumardi dan beliau dengan Islam. masalah menjelaskan secara detail Rohingya lebih menyangkut bahwa ini bukan masalah kewarganegaraan dan Islam dengan Buddha. kemanusiaan. Lokakarya masalahnya ini adalah diadakan di kecamatan masalah politik karena yang lokasi masyarakatnya mereka ini tidak mempunyai majemuk. salah satunya status kewarganegaraan,juga di Kecamatan Parung masalah hukum,masalah ini. Dalam Klarifikasinya sosial dan juga masalah Mpu Suhadi Sendjaja ekonomi.Rakin merupakan mengatakan penduduk Provinsi termiskin di di Rohingya disebut suku Myanmar. agar masalah Rakin yang berbatasan ini tidak berkelanjutan Maret 2017 | Samantabadra

15


Ketua Umum NSI Mpu Suhadi Sendjaja bersama dengan KH Slamet Effendi Yusuf yang ahli mengenai masalah kewarganegaraan mengusulkan beberapa catatan kepada Pemerintah Myanmar harus sesegera mungkin memberikan status hukum kewarganegaraan bagi warga Rohing karena mereka adalah orang-orang yang sudah 1.000 tahun lebih tinggal disana. dan pada tanggal 9 oktober yang silam itu ada sebuah gerakan. Mpu Suhadi Sendjaja menjelaskan Rakin ini berbatasan dengan Pakistan persis hanya dipisahkan oleh sebuah sungai.jadi Orang-orang Rakin ini tinggal diperbatasan dan pada tanggal 9 oktober ada 12 pos polisi berbatasan dengan Myanmar diserbu oleh orang-orang Rakin

dan gudang senjata dari pemerintah Myanmar dijebol, dan orang-orang Rakin itu lebih kurang ada 1,7 juta jiwa. dan tentu merekapun tidak terlepas daripada adanya usaha-usaha luar atau usaha-usaha dari pihak ketiga yang memanfaatkan situasi seperti ini. dan usaha dari pihak ketiga ini harus sangat kita waspadai yang berusaha mengincar dari aspek keagamaan. mereka akan berusaha mengadu antar agama dengan agama. sebab apabila agama dengan agama tempur habis sudah. karena dunia ini sudah tidak ada aturan.sebab aturan yang tertinggi itu adalah aturan agama bukan undang-undang sebetulnya. dan apabila agama dengan agama sudah bertempur ya sudah selesai, dan ini tampaknya sudah masuk kedaerah Rakin sehingga

mereka itu timbul gerakan seperti itu yang tentu itu menimbulkan reaksi dari pemerintah Myanmar dan Pemerintah Myanmar bergerak mengatasi masalah itu dan ini belakangan yang terjadi.sekarang ini Media sosial sangat mengerikan. jadi gambar-gambar yang beredar di media Sosial tentang Rohing mengenai pembunuhan itu dibantah sepenuhnya oleh Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Bpk Tito Sumardi sepenuhnya adalah Hoax. dan tampaknya Pemerintah Myanmar mendengar usulan yang disampaikan oleh MPU Suhadi Sendjaja dan KH Slamet Effendi Yusuf sekarang Pemerintah Myanmar sedang berusaha memberikan semacam E-KTP kepada penduduk Rakin. ***

Ketua Umum NSI Menghadiri Silahturami Antara Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan Elemen Masyarakat Ketua Umum NSI MPU Suhadi Sendjaja, pada tanggal 23 Desember 2016 menghadiri Silahturami Antar Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan Elemen Masyarakat dengan Tema “Marilah Membangun Suasana Damai Mengedepankan Toleransi dan Menghargai Perbedaan� yang dilaksanakan 16

Samantabadra | Maret 2017

di kantor Walikota Jakarta Selatan Jalan Prapanca Raya Nomor 9 Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang dihadiri 120 orang antara lain oleh Walikota Jakarta Selatan,ketua FKUB Jakarta Selatan, Ketua Forum Antar Ormas, Organisasi kemahasiswaan, elemen masyarakat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama

wilayah Jakarta Selatan. serta narasumber dari pemuka agama yaitu KH. Usman Umar anggota FKUB Prov DkI Jakarta, Romo Yohanes Situmeang FKUB Prov DKI Jakarta, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI MPU Suhadi Sendjaja serta dari Polres Jakarta Selatan Silahturami dibuka kata sambutan oleh Walikota Jakarta


Selatan yang diwakili oleh Wakil Walikota Jakarta Selatan Bpk Drs Irmasyah. Dalam sambutannya beliau menekankan hal pertama adalah kita harus mampu menjaga Jakarta Selatan tali silahturami berjalan dengan baik. persatuan dan kesatuan adalah harga mutlak bagi kita semua. kita semua paham berapa banyak gangguangangguan baik dari dalam maupun dari luar yang ingin memecah kita, oleh karena itu melalui forum silahturami ini kita semua berharap kita mendapatkan sesuatu pembekalan untuk membentengi kita sehingga kita bisa menghadapi hari-hari kedepan ini dengan hal-hal pembangunan bangsa dan negara, harus bersatu sebagai saudara satu negara “Negara Kesatuan Republik Indonesia” dan hal kedua kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, jangan hanya menjadi penonton, dan menjaga kota kita khususnya wilayah Jakarta Selatan dan kita harus satu dengan lainnya bergandengan tangan secara erat dibawah negara kesatuan Republik Indonesia. juga harus saling menghargai, toleransi antar sesama. dan berharap kita semua bahu-membahu fokus

untuk membangun negara Indonesia. Ketua Umum NSI memberikan beberapa arahan dan pencerahan, serta pandangan atau persprektif dalam agama Buddha. MPU Suhadi Sendjaja mengemukakan dalam suasana damai, karena negara Indonesia adalah negara yang agamis artinya semua orang-orang Indonesia adalah orang yang beragama dan agama yang dilayani oleh Pemerintah Indonesia itu ada enam yaitu Kristen, Islam, Katholik, Buddha, Hindu dan yang terakhir Konghucu. Oleh karena itu suasana damai bisa diartikan dengan satu suasana dari rukunnya semua umat beragama, kalau semua umat beragama rukun, internalnya rukun, antar umat beragamanya rukun, dengan pemerintahnya. Rukun, berati suasana itu akan menjadi suasana yang damai. Artinya damai itu sebagai modal yang penting, melihat kondisi keserakan manusia, kemarahan manusia semakin menjadijadi. Untuk itu dalam konteks ini agama merupakan suatu kebutuhan. Karena kemunculan suatu agama itu adalah satu kemunculan dimana situasi itu adalah tidak baik, dalam bahasa Sansekerta a itu “tidak” dan gama itu “kacau” jadi agama

itu adalah suatu kemunculan ketika suasana kacau, dalam agama Buddha masa-masa ini disebut masa akhir Darma artinya itu kekuatan “dharma” itu hampir seimbang dengan kekuatan “Jahat” bahkan Buddha bilang kekuatan jahat terkadang lebih besar dari kekuatan Darma itu sendiri. Dalam kondisi seperti ini kita harus lebih mewaspadai diri kita sendiri. Dalam kaitan kemunculan dalam suatu agama baik itu agama Islam, Buddha, Hindu, Kristen, Katholik maupun Konghucu itu adalah suatu kemunculan atau kehadirannya baik niatnya dan suci misinya. oleh karena itu ini yang harus menjadi konstruksi berpikir dari kita semua. Kontruksi berpikir ini yang harus dibangun ketika kita ingin membangun sebuah suasana damai, suasana yang baik rukun, karena agama tidak pernah mengajarkan kita tidak rukun Jadi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing komunitas itu untuk menjaga kemurnian dan juga kesucian agama yang diyakini. Hakekatnya pembangunan ini adalah membangun manusianya. ***

Maret 2017 | Samantabadra

17


Ketua Umum NSI Memberikan Sambutan dan Penghargaan kepada Pemenang Award Malam Anugerah FTI Award XI 2016

Senin, 26 Desember 2016 bertempat di Graha Bhakti Budaya Taman ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73 Jakarta Pusat, berlangsung Malam Anugerah FTI Award XI 2016 & syukuran HUT FTI ke 12. Federasi Teater Indonesai (FTI) berfungsi sebagai wadah berhimpunnya kelompok teater dan para pekerja teater yaitu: aktor, sutradara, penulis naskah, penata panggung, produser, manajer teater, pemusik teater, kritikus teater, peneliti/akademisi teater, wartawan teater, dan profesi-profesi lain yang sejalur dengan itu untuk bekerja secara kooperatif dan profesional. Acara FTI award 2016 ini dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan Siti Nurbaya Bakar,Ketua MPR RI Bapak Zulkifri Hasan, Ketua Umum 18

Samantabadra | Maret 2017

Maecenas FTI Dr (Hc) Ir Ciputra dan penerima award Abdi Abadi FTI Rudolf Puspa. Dalam Malam Anugerah FTI Award XI 2016, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI - Mpu Suhadi Sendjaja didaulat memberikan pidato ucapan selamat kepada penerima award dan juga didaulat memberikan Hadiah atau souvenir kepada penerima Parisadha Buddha Dharma award Maecenas 2016 Bpk NSI – Mpu Suhadi Sendjaja Dr (HC) Ir Ciputra. Dalam serta para undangan. Ini Ucapan Selamatnya Ketua adalah penyelenggaraan Umum Parisadha Buddha ke 11 dan menjadi tradisi Dharma Indonesia Mpu tahunan sejak FTI berdiri Suhadi Sendjaja sangat tanggal 27 Desember 2004. mengapresiasi kepada 3 Malam Anugerah ini dirangkai tokoh penerima Award dengan syukuran HUT FTI FTI 2016 yang telah yang ke 12.Dalam acara benar-benar memberikan ini diumumkan peraih FTI sumbangsih jiwa raganya award untuk kategori Tokoh untuk perkembangan FTI,Maecenas FTI, dan Abdi Teater di Indonesia. ini Abadi FTI. Maecenas FTI merupakan suatu upaya adalah penghargaan yang yang tidak kecil artinya diberikan kepada seluruh bagi kebangsaan.apalagi elemen masyarakat yang saat-saat sekarang bangsa tidak bekerja di lapangan sedang membutuhkan artistik (seni), tetapi telah kekuatan bersatu. dan memberikan sumbangan untuk itu melalui budaya ini yang sangat signifikan pada adalah salah satu jalan yang dinamika dan perkembangan sangat tepat untuk semakin kesenian,seni pertunjukan memperkokoh persatuan secara khusus, kebudayaan dan kesatuan. Acara ini secara umum. Sebagai ditutup oleh pentas apresiasi penerima penghargaan dari tokoh-tokoh teater Tokoh FTI Azwar AN, terkemuka dan kesenian lain. ***


Ketua Umum NSI memberikan Kuliah Umum di UNJ tentang Peran Agama dalam Menjaga Kebhinnekaan

Bertempat di Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jalan Rawamangun Muka Jakarta Timur 13220, Gedung Pusat Studi dan Sertifikasi Guru, tanggal 29 Desember 2016 pukul 08.00 – 12.00 Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja diundang sebagai Nara Sumber untuk memberikan kuliah umum atau stadium general dihadapan 200 mahasiswa UNJ dengan tema “Peran Agamaagama dalam Menjaga keBhinnekaan Indonesia�. Hadir sebagai Narasumber Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI -Mpu Suhadi Sendjaja dari Buddha, unsur Hindu, unsur Kristen, unsur Konghucu dan unsur Islam. Dalam Kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan Peran Agama dalam Menjaga ke-Bhinekaan Indonesia dalam perpektif Buddhis. Dalam kuliah umumnya Beliau menyampaikan Konsep Ketuhanan dalam ajaran Buddha. Agama Buddha merupakan agama kesadaran, Buddha merupakan manusia yang sadar, Agama Buddha menjelaskan di dalam setiap jiwa manusia itu ada 10 alam dari Neraka,

Ketua Umum NSI sedang memberikan paparan mengenai Peran Agama dalam menjaga kebhinnekaan dalam perpektif Buddhis

Ketua Umum NSI menerima Sertifikat Penghargaan dari UNJ sebagai pembicara di Stadium General UNJ

Foto Bersama Ketua Umum NSI dengan Mahasiswa UNJ peserta stadium General

Kelaparan ,Binatang, Marah ,Manusia, Surga, Sravaka Prayetka, ,Bodhisattva, dan Buddha. Ketuhanan agama Buddha adalah Hukum Sebab Akibat (karma). Siklus Lahir-Tua-Sehat-Meninggal, Semua Orang bisa menjadi Buddha karena semua orang memiliki kesadaran di dalam jiwanya. Menyadari Hukum Sebab Akibat dan menjaga keselarasan serta

keseimbangan di dalam kehidupan. di dalam agama Buddha tidak ada penciptaan jadi semua itu adalah proses lahir-Tua-Sehat-Meninggal dan semua itu tercipta tidak ada yang menciptakan. jadi yang paling bertanggung jawab adalah diri sendiri. pemikiran Damai menurut agama Buddha itu adalah seseorang bisa damai kalau dia itu menyadari semua itu

Maret 2017 | Samantabadra

19


Hukum Sebab Akibat.Jadi mau damai itu sebuah akibat atau sebuah hasil. Di dalam Kuliah umumnya MPU Suhadi Sendjaja menyatakan bahwa semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing dan apabila ketika diposisikan dengan baik itu bahagia, itu damai, selanjutnya Mpu Suhadi menjelaskan bahwa Indonesia itu perlu SARA, Mpu Suhadi menceritakan bahwa waktu itu beliau diundang di Gedung Juang dengan Tema “ PILKADA TANPA SARA” Mpu Suhadi Sendjaja justru menjelaskan

bahwa PILKADA itu jelas butuh “SARA “ Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan, karena Indonesia terdiri dari berbagai Suku,Agama,Ras dan Antar Golongan, SARA harus menjadi kekuatan dan SARA jangan diperalat untuk kepentingan sesaat. Kita semua tahu bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,maka agama harus menjadi sumber kekuatan dan beliau menekankan bahwa setiap pemimpin komunitas agama harus membawa umatnya memahami ajaran

yang dia yakini dengan benar dan Tepat serta Memahami dan melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. didalam akhir kuliah umumnya. Ketua umum NSI menekankan baiknya Forum-forum seperti ini dan ini merupakan usaha yang benar, beliau menekankan pendidikan itu perlu dan perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Agama adalah untuk kita bukan sebaliknya.Amalkan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh sehingga tercermin di badan kita bukan di kitab suci. (adi)

Ketua Umum NSI Memberikan Pembekalan pada Pelatihan Pramuka Siaga Kecamatan Tamansari di Mahavihara Saddharma NSI

Ketua Umum NSI bersama anak-anak Pramuka Siaga Teladan dan pembina Pramuka Siaga se-Kabupaten Bogor

20

Samantabadra | Maret 2017

Sekitar 450 anggota Pramuka Siaga dari seluruh gugus depan yang berasal dari sekolah dasar negeri dan swasta se-Kabupaten Bogor mengikuti pesta besar Siaga Kwartir Cabang Kabupaten Bogor wilayah V yang dilaksanakan Kwartir Ranting Tamansari Gerakan Pramuka Kecamatan Tamansari di Mahavihara Saddharma NSI wilayah Desa Sukaluyu, Taman Sari Kabupaten Bogor, Kamis, 19 Januari 2017. Kegiatan dibuka oleh Camat Kecamatan Taman Sari, dihadiri oleh Ketua Umum Parisadha Buddha


Dharma NSI-Mpu Suhadi Sendjaja beserta para pembina dan pembimbing Ranting Kabupaten Bogor Pesta Siaga sebagai ajang bagi Anggota Pramuka Siaga mengekspresikan potensi dan kreativitasnya dalam permainan dan keterampilannya. Mereka berlomba untuk menjadi yang terbaik bagi kelompok atau regunya, juga yang terbaik bagi dirinya,” Para siaga yang merupakan peserta didik usia 7-10 tahun itu mendapat materi pembelajaran untuk mandiri, disiplin, bekerjasama dan bertanggung jawab. Dalam acara ini Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI MPU Suhadi Sendjaja memberikan bantuan kepada para peserta Pesta Siaga berupa bibit pohon sebanyak 350 bibit pohon. Pemberian bibit pohon ini kepada para anak-anak Pramuka Siaga sejak dini diharapkan agar Para peserta anggota pramuka Siaga agar senantiasa selalu mencintai lingkungan hidup, menjaga dan merawatnya.Sebelumnya Ketua Umum memberikan pembekalan kepada anak-anak Pramuka Siaga mengenai pentingnya “Kerjasama” antara manusia dan Pohon, Bagaimana pohon mengeluarkan oksigen kepada kita, dan menghisap karbondioksida yang dikeluarkan manusia.sehingga kita perlu selalu menjaga dan merawat lingkungan hidup. (adi)

Ketua Umum NSI memberikan bantuan bibit pohon

Ketua Umum NSI bersama para pembina Pramuka Siaga Kabupaten Bogor

Ketua Umum NSI Menghadiri Rakor dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Bidang Keagamaan

Ketua Umum NSI bersama tokoh agama pengurus FKUB kabupaten Bogor,dan Ketua MUI kabupaten Bogor

Bertempat di Hotel Bahtera. Jl. Raya CipayungMegamendung, Rabu-Kamis ( 31 Januari -1 Februari 2017 ) Ketua Umum NSIMpu Suhadi Sendjaja atas undangan Sekretaris Daerah, Drs. Adang Suptandar, Pemerintah Kabupaten Bogor, menghadiri rapat Koordinasi dan evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Bidang Keagamaan dengan Tema “ Memelihara Kerukunan Hidup Antar

Umat Beragama Dalam Menjaga Keutuhan NKRI”. Rapat Koordinasi ini salah satu agendanya membahas pembangunan disektor keagamaan, dimana memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Bogor, agar lebih agamanis, bermoral dan berkualitas, sehingga capaian visi dan misi akan sejalan dengan harapan masyarakat.

Maret 2017 | Samantabadra

21


Rapat Koordinasi ini juga membahas bagaimana Peran pemimpin informal dan Kearifan lokal dalam menjaga harmonisasi Kerukunan Antar Umat Beragama dan

Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor. Rapat Koordinasi yang dilaksanakan ini diharapkan dapat menghasilkan hal

positif dalam meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan pembangunan di Kabupaten Bogor. (adi)

Ketua Umum NSI Memberikan Masukkan dan Arahan kepada Pengurus Hikmahbudhi Periode 2016-2018 Bertempat di kantor Pusat Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) pada tanggal 26 Januari 2017 pukul 13.00 – 15.00 menerima kunjungan dari pengurus Hikmahbudi periode tahun 2016 – 2018, maksud kedatangan atau kunjungan adalah untuk meminta masukan dan Arahan dari Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja kepada pengurus baru yang akan segera bertugas. Kedatangan pengurus baru disambut hangat oleh Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja. selain memberikan masukan dan arahan kepada pengurus baru Hikmahbudi. Ketua Umum NSI Mpu Suhadi Sendjaja juga memberikan buku Icinen Sanzen dan buku TGM 29 kepada pengurus baru Hikmahbudi 2016 – 2018. Pertemuan ditutup dengan sesi foto bersama antara pengurus baru dan Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja.

22

Samantabadra | Maret 2017

Foto bersama Ketua Umum NSI dengan jajaran pengurus Hikmahbudi

Pengurus Baru yang hadir Sugiarta (Ketua Umum), Anes (SekJen), Sariani (Bendahara), Dudiaartha (Sek Pengembangan wilayah ), Chrissa Gotami ( Sek. Litbang), Nurdin & Pandita ( Pengurus cab. Jakarta Timur) dan Manggala ( Sekjen Demisioner). ***

Ketua Umum NSI-memberikan masukan dan arahan kepada pengurus Hikmahbudi


Ketua Umum NSI Menghadiri Rakor Evaluasi Kebijakan Bidang Keagamaan

Bertempat di Hotel Bahtera. Jl. Raya CipayungMegamendung, Rabu-Kamis ( 31 Januari -1 Februari 2017 ) Ketua Umum NSIMpu Suhadi Sendjaja atas undangan Sekretaris Daerah, Drs. Adang Suptandar, Pemerintah Kabupaten Bogor, menghadiri rapat Koordinasi dan evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Bidang Keagamaan dengan Tema “ Memelihara Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Dalam Menjaga Keutuhan

NKRI�. Rapat Koordinasi ini salah satu agendanya membahas pembangunan disektor keagamaan, dimana memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Bogor, agar lebih agamanis, bermoral dan berkualitas, sehingga capaian visi dan misi akan sejalan dengan harapan masyarakat. Rapat Koordinasi ini juga membahas bagaimana Peran pemimpin informal dan

Kearifan lokal dalam menjaga harmonisasi Kerukunan Antar Umat Beragama dan Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor. Rapat Koordinasi yang dilaksanakan ini diharapkan dapat menghasilkan hal positif dalam meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan pembangunan di Kabupaten Bogor. (Adi)

Maret 2017 | Samantabadra

23


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu Surat Jawaban kepada Syijo Kingo

Perihal Hawa Nafsu adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai) LATAR BELAKANG| Surat ini ditulis tanggal 2 bulan 5 tahun 1272 (Bun-ei ke-9) didaerah Icinosawa, P. Sado dan diberikan kepada Syijo Kingo. Seperti dijelaskan dalam surat Dosyo Domyo, pada tanggal 4 bulan ? tahun 1272 Syijo Kingo telah mengakhiri kunjungannya ketempat Niciren Daisyonin dan kembali ke Kamakura. Diperkirakan surat ini mengandung makna ucapan terima kasih atas kunjungan tersebut. Walaupun surat ini pendek namun di dalamnya dijelaskan bahwa Hukum Agama Buddha yang disebarluaskan Niciren Daisyonin setahap lebih mendalam daripada Hukum yang disebarkan oleh Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo, yakni berupa ketiga hal penting dari Bab Panjang Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok – perihal Nammyohorengekyo yang merupakan ajaran hakikat dalam hakikat seluruh Hukum Buddha. Juga menjelaskan teori mendasar Kemanunggalan Mutlak antara Suasana dengan Prajna (Kyoci Myogo), Hawa Nafsu adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai), Hidup Mati adalah Nirvana (Syoji Soku Nehan) sebagai fungsi kekuatan Hukum Buddha yang agung ini. Jadi, di dasar surat ini mengalir keyakinan Niciren Daisyonin yang berkobar-kobar sebagai Buddha Pokok yang menyelamatkan 24

Samantabadra | Maret 2017

seluruh umat manusia di masa Akhir Dharma – Tathagata Jijuyusyin dari Kuon Ganjo. Isi hukum kesadaran dalam jiwa Niciren Daisyonin telah panjang lebar dibabarkan dalam Surat Membuka Mata yang dititipkan kepada Syijo Kingo pada bulan 2 tahun yang sama, tetapi di sini ditunjukkan inti pokok dari inti hakikat secara ringkas dan sederhana. Dilihat dari sini dapat dirasakan betapa besar harapan Niciren Daisyonin kepada Syijo Kingo untuk melestarikan Hukum selama-lamanya. Syijo Kingo juga mengikuti peristiwa pemenggalan kepala di Tacenokuci, tempat Niciren Daisyonin menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya (Hossyaku Kempon). Di samping itu, dalam pembuangan ke Pulau Sado ia menjaga Niciren Daisyonin dengan sewaktu-waktu mengirimkan utusan atau datang sendiri ke sana tanpa menghiraukan keselamatan dirinya.


ISI GOSYO | Alangkah besar rasa terima kasih ini atas kesungguhan hati dan perhatian Anda yang tak berubah semenjak dahulu terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami Niciren. Sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, Saya tidak menyesal sedikit pun mendapat penganiayaan yang sedemikian besar. Walau kelahiran yang telah dialami di dunia ini tidaklah terhitung banyaknya, demikian pula dengan kematian; tetapi tak ada akibat imbalan yang lebih besar daripada hidup-mati kali ini. Bila tidak karena penganiayaan-penganiayaan tersebut, mungkin badan ini telah terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk dan Empat Kecenderungan Buruk. Tetapi karena sekarang Saya dapat memutuskan keterikatan penderitaan hidup-mati dan dapat mencapai akibat Kebuddhaan, maka kegembiraan Saya tidaklah terkatakan ! Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Dengyo, dan lain-lain yang menyebarkan Hukum Icinen Sanzen teoritis Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra juga telah mengalami penganiayaan yang timbul karena benci dan iri hati. Di Jepang, ajaran ini disebarluaskan oleh Mahaguru Dengyo dan diteruskan secara turun temurun kepada Gisyin, Enco, Jikaku, dan lain-lain. Mahaguru Ji-e, pewaris tertinggi ke-18, mempunyai banyak murid. Di antaranya, keempat murid yang utama adalah : Danna, Esyin, Soga dan Zen-yu. Adapun ajaran hukum terbagi menjadi dua : Danna-sojo menyampaikan ajaran hukum Kyoso (wajah-ajaran), Esyin-zosu mempelajari ajaran hukum Kanjin. Kalau kedua ajaran hukum ini : Kyoso dan Kanjin diperbandingkan, maka bagaikan bulan dengan matahari. Kyoso berhukum dangkal, sedang Kanjin berhukum mendalam. Karena itu, ajaran hukum Kyoso Danna-sojo luas tetapi dangkal, sedang ajaran hukum Kanjin Esyin-zosu sempit tetapi mendalam. Sekarang, Hukum yang disebarkan Niciren tampaknya sempit tetapi sebenarnya amat mendalam. Alasannya adalah karena Hukum ini satu tahap lebih mendalam daripada yang disebarkan oleh Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Dengyo, dan lainnya. Yang dikatakan sebagai tiga hal terpenting yang terdapat dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra adalah hal ini. Karena pertapaannya hanya dengan ketujuh huruf Nam-myo-ho-ren-ge-kyo saja, dirasakan seakan-akan sempit. Namun demikian, Nammyohorengekyo adalah guru teladan para Buddha ketiga masa, guru pembimbing Bodhisattva sepuluh penjuru, pedoman pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia; karena itu sangatlah mendalam. Dalam Saddharmapundarika-sutra Bab II Upaya Kausalya dikatakan : Prajna para Buddha amatlah mendalam dan tak terhingga (syo buce cie jinjin muryo)”. “Para Buddha” dalam kalimat Sutra ini berarti seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa, temasuk Buddha Mahavairocana dari sekte Syingon, Buddha Amitabha dari sekte Jodo : juga seluruh Buddha dan Bodhisattva dari berbagai sekte dan Sutra, seluruh Buddha dari masa lampau, sekarang, dan akan datang; Buddha Sakyamuni dan lain-lainnya di masa sekarang. Kesemuanya diterangkan dalam satu kata “Para Buddha”. Selanjutnya membahas prajna. Apakah yang dimaksud dengan prajna ? Ini adalah Badan Hukum Wujud Sebenarnya dari Segenap Gejala (syoho jisso), yakni Sepuluh Aspek Akibat Maret 2017 | Samantabadra

25


Pencapaian Kesadaran Buddha (junyo kajo). Jika demikian, apakah Badan Hukum itu ? Ini tidak lain dari Nammyohorengekyo. Dalam kitab Syaku hal ini ditunjukkan sebagai berikut, “Teori mendalam dari Wujud Sebenarnya adalah Myohorengekyo yang ada sejak asal mula. “Wujud Sebenarnya dari Segenap Gejala diwariskan sebagai kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna. Tathagata Prabhutaratna sebagai Segenap Gejala (syoho), Buddha Sakyamuni sebagai Wujud Sebenarnya (jisso); juga kedua hukum : Suasana (kyo) dan Prajna (ci). Tathagata Prabhutaratna adalah Suasana (kyo), Buddha Sakyamuni adalah Prajna (ci). Suasana dan Prajna adalah dua, tetapi merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan (funi). Ini sebenarnya merupakan kesadaran dalam diri Sang Buddha dan juga merupakan hukum yang sangat penting. Yang dikatakan Hawa Nafsu adalah Kesadaran (bonno soku bodai) dan Hidup Mati adalah Nirvana (syoji soku nehan) adalah hal ini. Sesungguhnya bila menyebut Nammyohorengekyo ketika wanita dan pria menyatu dikatakan sebagai Hawa Nafsu adalah Kesadaran dan Hidup-Mati adalah Nirvana. Hidup Mati adalah Nirvana tidak lain daripada menyadari bahwa badan pokok hidupmati adalah tidak lahir dan tidak musnah. Dalam Sutra Hukum Pelaksanaan Bodhisattva Samantabadra dijelaskan, “Tanpa mematahkan hawa nafsu dan tanpa melepaskan lima nafsu dapat membersihkan seluruh akar serta dapat menghilangkan dan memusnahkan seluruh dosa”. Maka Syikan Kesatu mengatakan, “Debu kesesatan yang ada dalam tubuh adalah kesadaran, dan hidup mati adalah nirvana. Saddharmapundarika-sutra Bab XVI Panjangnya Usia Sang Tathagata membabarkan, “Buddha sendiri selalu mambangkitkan hasrat jiwanya, bagaimana agar seluruh umat manusia dapat mancapai jalan terunggul dan segera dapat mencapai Buddhakaya (mai ji sa ze nen, i ga ryo syujo, toku nyu mujo do, soku joju bussyin). “Bab II Upaya Kausalya menerangkan, “Wajah dunia menetap secara kekal”. Ini berarti hawa nafsu adalah kesadaran dan hidup mati adalah nirvana. Walau dikatakan badan hukum seperti demikian, namun itu tidak ada lainnya daripada perihal Nammyohorengekyo. Di masa lampau saya telah menaruh Saddharmapundarika-sutra yang sedemikian agung di bawah telapak kaki atau meremehkannya, mencemooh dan menolaknya, atau tidak mempercayai Sutra tersebut. Atau ketika seseorang berupaya melestarikan jiwa hukum dengan mengajarkan dan membimbing meski hanya satu orang saja yang mempelajari Saddharmapundarika-sutra, dengan hati buruk Saya menggunakan setiap kesempatan untuk membodohi dan menertawakan orang tersebut. Atau meskipun mengetahui hal itu sangat penting untuk masa yang akan datang, tetapi karena sulit dicapai pada masa ini, maka untuk sementara berhenti menjalankannya. Demikian ketidaksenangan yang tanpa batas. Oleh karena menfitnah Saddharmapundarika-sutra seperti ini, maka pada kehidupan kali ini Niciren menghadapi bermacam-macam penganiayaan besar. Dosa merendahkan Saddharmapundarika-sutra, yang terunggul di antara seluruh sutra, menyebabkan di masa sekarang Saya direndahkan, diremehkan, dan tidak diacuhkan oleh orang-orang. Dalam Saddharmapundarika-sutra bab III Perumpamaan diterangkan, “Orang lain tidak menaruh perhatian kepadanya, walaupun ia berusaha keras mendekati dan bersahabat dengan orang tersebut”.

26

Samantabadra | Maret 2017


Tetapi, Anda telah menjadi pelaksana Saddharmapundarika-sutra sehingga akhirnya menghadapi penganiayaan besar dan juga telah menolong Niciren. Dalam Saddharmapundarikasutra Bab X Dharma Duta tedapat kalimat “Mengutus empat golongan umat, yaitu bhikku, bhikkuni, upasaka dan upasika”. Upasaka yang dibabarkan dalam kalimat ini, kalau bukan Anda, menunjuk siapa lagi ? Karena Anda bukan saja telah mendengar Saddharmapundarikasutra, bahkan percaya dan menerimanya serta sama sekali tidak menentangnya. Alangkah menakjubkan ! Seandainya Anda adalah upasaka sebagaimana yang dimaksud dalam Bab Dharma Duta, maka Niciren tidak diragukan lagi adalah Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra. Karena telah memiliki persyaratan yang sesuai sebagai “utusan Sang Tathagata” yang dibabarkan dalam kalimat Sutra, maka gerakannya akan melaksanakan pekerjaan Buddha. Niciren kira-kira telah menyebarkan kelima huruf judul yang diserahterimakan kepada Bodhisattva Visistacaritra ketika Tathagata Prabhutaratna dan Buddha Sakyamuni duduk berdampingan di dalam menara pusaka. Hal ini menunjukan bahwa bukankah Niciren dapat dikatakan sebagai utusan Bodhisattva Visishtacaritra? Anda juga mengikuti Niciren sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan memberitahukan dan menjelaskan Hukum ini kepada orang lain. Bukankah ini bermakna penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra ? Hendaknya teruskan pelaksanaan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. Anda tidak akan mendapatkan api bila berhenti menggesek di tengah jalan. Keluarkanlah kekuatan kepercayaan yang besar dan kuat, agar seluruh umat manusia di negeri Jepang dan ribuan orang-orang Kamakura, dari yang berkedudukan tertinggi sampai yang terendah, menyebut nama Anda sebagai “Syijo Kingo, Syijo Kingo dari sekte Saddharmapundarika-sutra”. Nama buruk pun dapat tersebar, apalagi nama baik; sudah sewajarnya akan tersebarluas. Terlebih lagi nama baik karena Saddharmapundarika-sutra, sudah barang tentu akan tersebarluas. Hendaknya mengenai hal inipun diberitahukan juga kepada istri Anda agar Anda berdua bersatu teguh mengeluarkan kekuatan, seperti matahari dan bulan, kedua mata atau kedua sayap. Kalau matahari dan bulan terdapat secara bersamaan, tentu tidak ada kegelapan di dunia setelah kematian (meido). Dengan adanya kedua mata, tidak diragukan lagi pasti dapat melihat Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan Buddha ketiga masa dari kesepuluh penjuru. Dengan kedua sayap dapat terbang dalam sekejap ke hakikat pusaka dari Dunia Buddha. Adapun hal yang terinci akan diberitahu di lain kesempatan. Bulan kelima tanggal 2 Tahun 1272 (Bun-ei ke-9) Dengan rasa hormat, Niciren Maret 2017 | Samantabadra

27


| KUTIPAN GOSYO

1

Tetapi karena sekarang Saya dapat memutuskan keterikatan penderitaan hidup mati dan dapat mencapai akibat Kebuddhaan, maka kegembiraan Saya tidaklah terkatakan ! Keterangan : Kalimat ini menunjukkan bahwa pada peristiwa pemenggalan kepala di Tacenokuci, Niciren Daisyonin telah menanggalkan pendirian sementara sebagai badan manusia biasa, dan mewujudkan pendirian asal mula Jijuyusyin dari Kuon Ganjo. Pada umumnya dengan dikatakan “mencapai akibat Kebuddhaan” seolah-olah akibat itu merupakan sesuatu yang dicapai di masa yang akan datang, tetapi selanjutnya dikatakan, “kegembiraan Saya tidaklah terkatakan”, sehingga sebetulnya di dalam jiwa telah diperoleh pembuktian akibat. Jika membandingkan Enam Jalan (Neraka, Keserakahan, Kebinatangan, Kemurkaan, Kemanusiaan dan Surga) dengan Empat Dunia Suci (Sravaka, Pratyekabuddha, Bodhisattva dan Buddha), “hidup mati” diterangkan sebagai berputar mengelilingi Enam Dunia, dan ini dikelilingi Enam Dunia, dan ini dijadikan isi perputaran hidup mati. Tetapi di sini yang diperbandingkan adalah antara Sembilan Dunia dengan Dunia Buddha, sehingga “perputaran hidup mati”, adalah perputaran suasana jiwa dalam Sembilan Dunia yang sesat. Di dalam Surat Membuka Mata tertulis, “Pada tanggal 12 bulan 9 tahun lalu, di antara jam Tikus dan Sapi (01.00 sampai 03.00), orang yang bernama Niciren ini telah dihukum penggal kepala. Berarti di Tacenokuci badan manusia biasa telah ditanggalkan dan diwujudkan Buddha Pokok Tathagata Sambhogakaya dari Masa Lampau 28

Samantabadra | Maret 2017

yang Tak Berawal, wujud jiwa inilah yang datang ke Pulau Sado. Pada bulan kedua tahun berikutnya, terkurung oleh salju, menulis surat ini untuk dikirimkan kepada penganut-penganut yang berada di Kamakura dan berjodoh dekat. Membaca surat ini, murid-murid Saya pasti terpesona”. Seperti diketahui, pada peristiwa Tacenokuci Niciren Daisyonin tidak berhasil dipenggal. Di saat petugas algojo ingin memenggal kepala Beliau, tiba-tiba di angkasa timbul cahaya yang terang benderang berupa meteor, sehingga mereka tidak berani memenggal. Sekalipun demikian, mengapa dikatakan “telah dihukum penggal kepala?” Ini berarti jiwa Niciren Daisyonin sebagai manusia biasa Sembilan Dunia telah berakhir dan dapat memasuki hidup baru sebagai Buddha Pokok masa Akhir Dharma, Jijuyusyin dari Kuon Ganjo. Sejak mendirikan Sekte Niciren pada usia 32 tahun sampai menghadapi peristiwa pemenggalan kepala di Tacenokuci pada usia 50 tahun, perilaku Niciren Daisyonin adalah sebagaimana yang tersurat pada kalimat Saddharmapundarika-sutra, yakni sebagai Bodhisattva Visishtacaritra, pemimpin Bodhisattva yang muncul dari bumi. Dengan demikian, sesuai ramalan Saddharmapundarika-sutra Beliau menerima bemacam-macam penganiayaan yang berakhir dengan peristiwa pemenggalan kepala di Tacenokuci. Kalau disimpulkan dari peristiwa pemenggalan kepala ini memang kepala Niciren Daisyonin tidak dapat dipenggal, tetapi dipandang dari segi umat, hal itu sendiri sama seperti telah membunuh Niciren Daisyonin. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin telah memenuhi seluruh tugas yang harus dilaksanakan sebagai kelahiran kembali dari Bodhisattva Visishtacaritra.


Maka, dengan menanggalkan rupa sementara dan melepaskan penderitaan hidup mati, diwujudkan perilaku asal mula sebagai Jijuyusyin. Inilah arti “Menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan yang sebenarnya (Hosyaku Kempon)�, yang diungkapkan secara langsung.

Kanjin. Memang, bila Kyoso digali secara lebih mendalam akhirnya dapat mendekati kesadaran Buddha, tetapi kalau terlalu memperhatikan cara yang teoritis saja, tidak akan memperoleh kesadaran yang sesungguhnya. Sebaliknya, cara pelaksanaan yang terikat pada Kanjin dan meremehkan Kalau kedua ajaran hukum ini : Kyoso dikhawatirkan mengakibatkan Kyoso dan Kanjin diperbandingkan, kesalahan besar yang tidak diperkirakan. maka bagaikan bulan dengan Sebab, bila tidak mengikuti petunjuk matahari. Kyoso berhukum dangkal, sedang kalimat sutra dengan tepat, jalan yang Kanjin berhukum mendalam. ditempuh akan sama sekali berlawanan dengan jalan kesadaran Buddha. Demikian Keterangan : besar bahayanya bila meneruskan dengan Dalam mempelajari hukum agama membabi buta. Contoh kesalahan besar Buddha ada dua jalur. Kyoso mempelajari dalam mengambil cara Kanjin dapat kita lihat dan menyelidiki keadaan sebenarnya katapada Sekte Zen yang terikat pada pandangan kata harfiah kalimat sutra dan sastra secara sendiri dan terjatuh ke dalam egoisme jujur, taat, obyektif, dan ilmiah. Dengan dengan mengatakan, “Kalimat sutra hanya demikian merupakan ajaran yang teoritis bagaikan jari yang menunjuk bulan�. Dan bertahap. Sebaliknya Kanjin berperasaan juga, Esyin-sozu yang mengucapkan kalimat ingin mencapai kesadaran dalam hakikat inipun, pada suatu saat melakukan kesalahan jiwa secara langsung, sehingga merupakan yang besar dengan menganggap tinggi dan pelaksanaan yang langsung ke tujuan. memuji Buddha Amitabha. Dalam upaya membabarkan dan Kekurangan Kyoso yang dangkal membuat menjelaskan Hukum yang disadari-Nya tidak dapat mencapai kesadaran Buddha; kepada umat manusia, Sang Buddha telah sedang Kanjin yang mendalam, karena menggunakan bemacam-macam cara pandangannya sempit, dapat terjerumus ke dan wajah ajaran yang sesuai akar bakat dalam jalan yang salah. Dengan demikian, manusia dan sesuai dengan keadaan pelaksanaan pertapaan Hukum Buddha zaman pada waktu itu. Yang terwujud pada yang tepat adalah melengkapi keduanya, permukaan ajaran adalah Kyoso, sedang baik Kyoso maupun Kanjin. Janganlah hukum kesadaran yang merupakan perasaan sampai ada kesalahan dalam hal ini. Di hati yang secara langsung merasakan samping melaksanakan Hukum Buddha kesadaran adalah Kanjin. Oleh karena itu cara yang mendalam, juga harus diperoleh dan penyelidikan dari sudut Kyoso dan dari sudut dirasakan teori hakikat Hukum Buddha pendirian Kanjin sama sekali berlawanan. tersebut. Demikian pula dalam Hukum agama Karena cara Kyoso obyektif, maka sedikit Buddha Niciren Daisyonin. Dari segi Kyoso, sekali kemungkinan terjadi kesalahan besar. hendaknya mempelajari ajaran dengan Tetapi kalau terus memperhatikan Kyoso penghayatan sebenarnya, dan dari segi saja, meskipun telah melewati waktu yang Kanjin haruslah melaksanakan dengan tujuan panjang, dikhawatirkan tidak dapat mencapai memperoleh kesadaran; keduanya adalah

2

Maret 2017 | Samantabadra

29


roda kesadaran dan kedua sayap burung yang hidup Buddha Sakyamuni, melainkan untuk saling membantu, sehingga dapat diperoleh sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Terutama inti pokok Hukum Buddha. untuk masa Akhir Dharma saat kekuatan Hukum agama Buddha tersebut tidak berlaku Yang dikatakan sebagai tiga dan di masa ini Hukum agung timbul. Dari hal terpenting yang terdapat sini dapatlah diketahui bahwa sutra-sutra ini dalam Bab Panjangnya merupakan bahan persiapan untuk Hukum Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok Agama Buddha agung yang baru, terutama Saddharmapundarika-sutra adalah hal ini. Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata yang merupakan dasar yang terpenting dari Keterangan : keempat belas Bab Ajaran Pokok. Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Terlebih lagi, justru Bab Panjangnya Usia yang dikatakan di sini berarti Ajaran Pokok Sang Tathagata-lah yang ingin dilukiskan dan Tunggal yang tersirat di dasar kalimat. Oleh diwujudkan mendekati inti hakikat terdalam karena itu, kalimat selanjutnya berbunyi dari badan hukum untuk ditimbulkan di “Pertapaannya hanya dengan ketujuh huruf masa Akhir Dharma. Dengan demikian Nam-myo-ho-ren-ge-kyo saja”. Seandainya “Tiga hal terpenting yang terdapat dalam kutipan kalimat tersebut diartikan sebagai Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Ajaran Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata yang Pokok” tidak lain adalah Ajaran Pokok tersurat, maka kaitan dengan kalimat Tunggal yang tersirat di dasar kalimat, nama selanjutnya menjadi sangat tidak jelas. lain dari Sandaihiho. Sesungguhnya, keseluruhan Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra merupakan Nammyohorengekyo adalah guru pengantar, catatan, dan ramalan untuk teladan para Buddha ketiga masa, Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Hukum guru pembimbing Bodhisattva agama Buddha agung yang tersebarluas pada sepuluh penjuru, pedoman pencapaian masa Akhir Dharma. Dalam Ajaran Bayangan, kesadaran Buddha bagi seluruh umat Sariputra bersama para murid Sravaka manusia; karena itu sangatlah mendalam. lainnya, orang jahat seperti Devadatta, kaum wanita yang diwakili oleh Putri Naga, dan Keterangan : lain-lain serta orang-orang yang berjodoh Bagian ini memaklumkan bahwa dengan Buddha Sakyamuni, semuanya Nammyohorengekyo adalah bibit pokok inti berangsur-angsur mencapai kesadaran hakikat pencapaian kesadaran Buddha, dan Buddha. sumber pokok seluruh Hukum Buddha. Sebaliknya di dalam Ajaran Pokok tidak Yang dikatakan “Guru teladan para Buddha ketiga masa” berarti Nammyohorengekyo seorang pun umat di masa kehidupan Buddha Sakyamuni yang mencapai kesadaran menjadi pola teladan bagi seluruh Buddha di masa lampau, sekarang dan akan datang. dengan mendengar pembabaran Ajaran Kalau ini disimpulkan berdasarkan waktu, Pokok. Dalam hal ini, Hukum Ajaran Pokok maka mencakupi masa lampau yang tak yang dibabarkan Buddha Sakyamuni tidak berawal hingga masa mendatang yang tak diperuntukkan kepada umat semasa hidup berakhir secara keseluruhan, dan dikatakan Beliau, dan juga bukan hanya untuk Hukum sebagai Dunia Buddha dari Akibat Pokok. Agama Buddha yang dibabarkan seumur

3

4

GM

30

Samantabadra | Maret 2017


Karena itu, dilahirkan pada zaman apapun atau berjumpa dengan Buddha yang bagaimanapun, hendaknya diketahui bahwa Hukum inti hakikat pencapaian kesadaran Buddha tidak lain hanya Nammyohorengekyo saja. Yang dikatakan “guru pembimbing Bodhisattva sepuluh penjuru” berarti guru pembimbing pelaksanaan pertapaan para Bodhisattva dalam seluruh kawasan negara, dari Timur, Selatan, Barat, Utara, atas, bawah, dan lainnya, tidak lain hanya Nammyohorengekyo. Kalau ini disimpulkan berdasarkan ruang, maka mencakupi seluruh alam semesta raya. Bodhisattva berarti orang yang melaksanakan pertapaan dengan tujuan mencapai kesadaran Buddha. Yang dapat membimbing pelaksanaan pertapaan itu dengan tepat hanyalah Nammyohorengekyo. Yang dikatakan “Pedoman pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia” berarti bagi seluruh umat manusia dari Sepuluh Dunia (khususnya di sini dimaksudkan sebagai kedelapan Dunia, dari Dunia Neraka sampai dengan Dunia Pratyekabuddha), pedoman dalam membimbing dan mengajarkan kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia secara merata hanyalah satu Hukum Tunggal, Nammyohorengekyo. Dalam keadaan suasana jiwa yang bagaimanapun, seluruh umat manusia dapat diselamatkan dan mencapai kesadaran Buddha secara adil dan merata hanya dengan Hukum agama Buddha yang agung ini. Dengan demikian, yang dapat memberi kesadaran Buddha dengan mencakup seluruh waktu, ruang, serta mempersatukan seluruh suasana jiwa umat manusia hanyalah Saddharma. Jadi, diterangkan Hukum Tunggal untuk memperoleh kebahagiaan yang mutlak. Kata “ketiga masa” dan “sepuluh

penjuru” menunjukkan waktu dan ruang, berarti mencakupi seluruh dunia fisik. Namun demikian, walau berada di dalam ruang dan waktu yang sama, dunia yang ditempati umat manusia masing-masing sama sekali berlainan karena tergantung pada suasana jiwa masing-masing. Di sini, dengan satu kalimat “seluruh umat manusia” walau berada dalam suasana jiwa yang berbeda, semua tercakup tanpa perbedaan. Dengan kutipan yang pendek dan sederhana ini diterangkan bahwa Nammyohorengekyo adalah Hukum yang menyelamatkan dari inti hakikat, pembabarannya jelas dan mudah dimengerti, terlebih lagi mencakupi secara keseluruhan tanpa kekurangan sedikit pun. Dan juga, dari perkataan yang digunakan dengan membagi “guru teladan”, “guru pembimbing” dan “pedoman” dapatlah dirasakan perhatian Niciren Daisyonin yang sangat mendalam. Bagi umat manusia yang tidak mengetahui Hukum Buddha diperlukan pedoman dan bimbingan cara pelaksanaan dan arah yang harus dituju. Sedangkan bagi para Bodhisattva yang maju berjuang dalam pertapaan menuntut Hukum Buddha sekarang ini, diperlukan guru pembimbing yang membimbing arah kemajuan itu dengan tepat. Selanjutnya, bagi para Buddha yang sebelumnya telah mencapai akibat kesadaran Buddha, harus menjadi guru teladan yang memberikan contoh teladan sebagai Buddha Saddharma. Kalau kutipan di atas disimpulkan dalam pelaksanaan kita sehari-hari, maka yang dikatakan “Pedoman pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia” berarti *kita menghadapi penderitaan dan kesulitan, maka berupaya menyelesaikan permasalahan dari akar pokoknya dengan giat berdoa menyebut Daimoku dengan sungguh-sungguh kepada Gohonzon.

Maret 2017 | Samantabadra

31


“Guru pembimbing Bodhisattva sepuluh penjuru” berarti dalam mencapai tujuan penyebarluasan Hukum dan gerakan demi menyelamatkan umat manusia, betapapun harus menjadikan Gohonzon sebagai akar pokok guru pembimbing. “Guru teladan para Buddha ketiga masa” berarti menjadikan Gohonzon sebagai guru teladan. Ketika Kyoci Myogo dengan suasana sejati, jiwa kita dapat menetap pada Dunia Buddha, dapat mencapai Badan Buddha. Terlebih lagi, haruslah diketahui bahwa berada dalam zaman, tempat, serta suasana jiwa yang bagaimanapun, hal di atas merupakan teori kebenaran yang kokoh tak berubah untuk selama-lamanya.

5

“Prajna para Buddha amatlah mendalam dan tak terhingga (syo buce cie jinjin muryo)”.

GM

Keterangan : Kebanyakan Sutra-sutra Ajaran Sementara memamerkan rupa Buddha yang penuh dengan kurnia kebajikan, sebaliknya Ajaran Bayangan Saddharmapundarikasutra amat menghargai prajna Buddha. Di sini terdapat perbedaan antara Buddha Sebenarnya dengan Buddha Sementara. Buddha Sebenarnya menjunjung tinggi prajna, sebaliknya Buddha Sementara membangkitkan hasrat dan penghargaan umat melalui keagungan 32 wajah dan 80 macam kebaikan yang dihias-hias. Buddha yang diwujudkan dalam Ajaran Sementara seperti ini. Misalnya Buddha Amitabha yang berdiam di Dunia Surgawi yang terletak di kawasan sejauh 10 milyar di sebelah barat. Dengan demikian Buddha ini berdiam di tempat lain. Dunia saha merupakan tanah yang kotor, dunia yang penuh dengan penderitaan yang sukar diatasi, sehingga Buddha seperti di atas sukar 32

Samantabadra | Maret 2017

timbul di dunia saha ini. Dalam keadaan dunia seperti itu, umat manusia pun tidak dapat diselamatkan sehingga mereka menjunjung Buddha yang ada di negeri lain, mengharap pertolongannya agar di masa akan datang dapat terlahir di tanah suci itu. Sang Buddha pun tidak memerlukan prajna, karena dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan besar dunia ini Beliau tidak sungguh-sungguh merombak kenyataan serta tidak bermaksud menyelamatkan umat manusia. Tetapi Saddharmapundarika-sutra bertujuan dan memberi harapan bagi keselamatan umat dalam dunia saha ini. Dengan demikian, dari kesulitan dan penderitaan yang menguasainya secara nyata dapat diketahui sebab-sebab kekeruhan jiwa dan diketahui pula cara untuk mengatasinya. Sudah barang tentu dalam Saddharmapundarika-sutra syarat utama yang diperlukan sebagai seorang Buddha adalah prajna. Tujuan pokok kalimat Bab Upaya Kausalya “Prajna para Buddha”, tidak terdapat pada kata “Para Buddha” tetapi pada kata “Prajna”. Apakah yang dimaksud dengan Prajna para Buddha, Hukum inti kesadaran hakikat kesadaran Buddha, dan guru teladan para Buddha ? Penjelasan mengenai hal ini merupakan tujuan yang terpenting. Prajna ini adalah prajna yang membuat para Buddha dapat mencapai kesadaran Buddha, jadi merupakan sumber pokok yang menunjang gerakan para Buddha dapat menjadi Buddha. Bagaimanapun, ini tidak lain daripada guru teladan para Buddha dari ketiga masa. Karena itu Mahaguru Tien-tai menerangkan kalimat ini dalam Hokke Mongu, “Prajna sesungguhnya para Buddha adalah vertical, tegak sampai ke dasar teori agama Buddha dan bisa diterangkan sesuai hal ini, karena itu dikatakan sangat mendalam


(jinjin). Secara horisontal mencakup seluruh dunia Hukum tanpa kekurangan satu pun, karena itu dikatakan tak terhingga (muryo). Teori Buddha (nyori) adalah teori sebenarnya inti hakikat jiwa”. Dalam Catatan Ajaran Lisan bagian paruh awal mengenai satu hal terpenting dalam Bab Munculnya Bodhisattva dari Bumi diterangkan sebagai berikut, “Keempat Bodhisattva tersebut tinggal di arah bawah, maka Mahaguru Tien-tai mengatakan dalam Kitab Syaku, ‘Hossyo no entei, gensyu no gokuci (dasar yang mendalam dari sifat Dharma, sumber inti hakikat pokok ajaran)’. Arah bawah kalimat dari kalimat ‘tinggal di arah bawah’ berarti teori yang sesungguhnya. Dalam Fusyo Ki dikatakan, “Di jurusan bawah yang disebut syoko merupakan tempat menetap teori, dan lain-lain. Jadi muncul ini nyata dari tempat menetap teori ini”. (Hal. 751). Teori Buddha (nyori) yang dikatakan di sini sama maknanya dengan teori sebenarnya, tidak lain dari Nammyohorengekyo, badan pokok jiwa. Prajna Buddha berarti badan seluruh ribuan Hukum Buddha terdapat dalam teori Buddha, sehingga dikatakan sangat dalam (jinjin). Yang dimaksud dengan “horisontal mencakup seluruh Dunia Hukum tanpa kekurangan satu pun”, berarti prajna yang menguasai keadaan seluruh alam semesta dan seluruh suasana jiwa. Dapat dikatakan ini adalah suasana jiwa yang dapat merasakan “alam semesta adalah saya”, “saya adalah alam semesta”. Ini juga berarti bahwa Nammyohorengekyo itu sendiri adalah alam semesta. Karena Saddharma ini mencakup keseluruhannya dan seluruhnya ini menjadi prajna, maka menjadi tidak terhingga (muryo). Bagi Buddha dari masa kapan pun dan dari dunia mana pun, Saddharma yang membuat seluruh Buddha dapat membuka kesadarannya adalah menyadari

Nammyohorengekyo. Bila tidak mengetahui hal ini, walau telah mencapai tingkat tokaku, tidak akan mungkin menjadi Buddha tingkat myokaku. Walau sutra-sutra Sementara mengatakan satu kata “Buddha”, tetapi Hukum Buddha yang dipertahankan masing-masing berbeda dan membabarkan prajna yang berbeda-beda pula. Mengenai hal ini kalimat Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra menerangkan adanya prajna yang berlaku bagi seluruh Buddha dan merupakan titik tolak syarat untuk menjadi Buddha. Dalam Bab Upaya Kausalya isi Prajna diterangkan sebagai Wujud Sebenarnya dari Segala Gejala (Syoho Jisso). Setelah Wujud Sebenarnya dari Segala Gejala (Syoho Jisso) ini dicari dan dilaksanakan, akhirnya Niciren Daisyonin menyimpulkannya sebagai Nammyohorengekyo, badan pokok yang kekal. Di dalam Kitab Syaku dikatakan, “Teori mendalam ‘Wujud Sebenarnya’ adalah Myohorengekyo yang telah ada sejak asal mula”. Ini memang perkataan Mahaguru Tien-tai, tetapi dalam kalimat Syoho Jisso Bab Upaya Kausalya dikatakan bahwa Wujud Sebenarnya adalah badan pokok Myohorengekyo yang telah ada sejak asal mula dari Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok. Badan Myohorengekyo yang telah ada sejak asal mula tersirat di dasar kalimat sebagai Nammyohorengekyo, sehingga prajna para Buddha adalah Badan Hukum Syoho Jisso; dan dengan tegas ditandaskan inilah Nammyohorengekyo.

6

Wujud Sebenarnya dari Segenap Gejala diwariskan sebagai kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna.

Maret 2017 | Samantabadra

33


Keterangan : Dalam Ajaran Bayangan dibabarkan teori Wujud Sebenarnya dari Segala Gejala, sedang di dalam Ajaran Pokok “Wujud Sebenarnya” ditentukan sebagai kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna. Dengan demikian, dalam Ajaran Bayangan dibabarkan teori dan sebaliknya dalam Ajaran Pokok diwujudkan yang sebenarnya. Kalimat selanjutnya dalam isi surat yang berbunyi “Tathagata Prabhutaratna sebagai Segenap Gejala (Syoho). Buddha Sakyamuni sebagai Wujud Sebenarnya (Jisso)” menyimpulkan Hukum Syoho Jisso, Syoho diterangkan sebagai berikut, “Syoho berarti mulai dari Dunia Neraka yang paling rendah hingga Dunia Buddha yang paling tinggi, keseluruhannya tak tertinggal satu Hukum pun merupakan badan pokok subyek dan lingkungan (Esyo)”. (Gosyo Hal. 1358). Dan juga dikatakan, “Rupa dunia Hukum” serta “Rupa badan pokok ribuan Dunia Hukum”. (Gosyo Hal. 1359). Sedang Jisso diterangkan sebagai “Yang dimaksud Wujud Sebenarnya (Jisso) adalah nama lain dari Myohorengekyo”. (Gosyo Hal. 1359). Kalau dilihat dari kalimat Sutra, jelas terlihat perlunya kemunculan Tathagata Prabhutaratna. Pertama, dipandang dari sudut Ajaran Bayangan, munculnya Tathagata Prabhutaratna adalah untuk membuktikan bahwa seluruh perkataan Buddha Sakyamuni yang dibabarkan dalam Ajaran Bayangan semuanya adalah benar. Ini dikatakan sebagai “Menara Pusaka sebelum pembuktian (Syozen no hoto)”. Dengan demikian, kedudukan Tathagata Prabhutaratna bersifat obyektif yakni bermakna sebagai bukti obyektif terhadap pembabaran Buddha Sakyamuni. Di lain pihak, dalam Surat Syoho Jisso, seperti yang diterangkan terdahulu Syoho berarti rupa badan pokok ribuan hukum, yakni rupa nyata dalam segi obyektif. 34

Samantabadra | Maret 2017

Oleh karena itu, kedudukan Tathagata Prabhutaratna dapat disesuaikan dengan Syoho. Buddha Sakyamuni membabarkan Badan Pokok Prajna-Nya dan ini menerangkan teori hakikat yang sebenarnya untuk mewujudkan Myohorengekyo. Karena itu, Buddha Sakyamuni berkedudukan sebagai Jisso dari Syoho Jisso. Berdasarkan hal-hal di atas, Tathagata Prabhutaratna adalah suasana, yakni bersifat obyektif dan Buddha Sakyamuni sebagai prajna yang bersifat subyektif dapat dimengerti dengan jelas. Selesai pembuktian Tathagata Prabhutaratna, pintu menara pusaka dibuka. Upacara kedua Buddha : Sakyamuni dan Prabhutaratna yang duduk berdampingan menandakan mulai memasuki pembabaran Ajaran Pokok. Ini disebut sebagai “Menara Pusaka yang telah bangkit (Kigo no hoto)”. Dua Buddha yang duduk berdampingan berarti Kemanunggalan Mutlak antara Prajna dan Suasana (Kyoci Myogo). Setelah Kyoci Myogo, dalam badan hukum terdapat makna akar pokok Nammyohorengekyo yang tersirat di dasar kalimat secara rahasia. Dua Buddha yang duduk berdampingan : Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna melambangkan pembabaran Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra yang diserahterimakan kepada Bodhisattva Maitreya sebagai umat penerima. Karena itu, kalimat “juga kedua hukum : Suasana (kyo) dan Prajna (ci). Tathagata Prabhutaratna adalah suasana (kyo), Buddha Sakyamuni adalah Prajna (ci). Suasana dan Prajna adalah dua, tetapi merupakan kesatuan yang tidak terpisah (Funi). Ini sebenarnya merupakan kesadaran dalam diri Sang Buddha, dapat dikaji bermakna sama dengan kalimat “Guru pembimbing Bodhisattva sepuluh penjuru”.


7

Dikatakan sebagai Hawa Nafsu adalah Kesadaran dan Hidup Mati adalah Nirvana.

pun merupakan Badan Pokok Subyek dan Lingkungan Sepuluh Dunia. (Gosyo Hal. 1358). Demikianlah rupa Myohorengekyo yang sesungguhnya. Kalimat ini mewujudkan Keterangan : teori Hukum Sembilan Dunia adalah Dunia Hawa nafsu adalah Kesadaran berarti hawa Buddha. Dengan demikian, hawa nafsu nafsu yang terkandung dalam jiwa manusia Sembilan Dunia menjadi kesadaran Dunia Sembilan Dunia yang menimbulkan kesulitan Buddha, suasana hidup mati Sembilan Dunia itu melalui jodoh Saddharma dapat diubah menjadi suasana Nirvana Dunia Buddha. menjadi kesadaran. Kesadaran (Bodai) berarti Selanjutnya akan dijelaskan mengenai prajna kesadaran sejati dari Buddha. Hidup teori dasar Kemanunggalan antara Suasana Mati adalah Nirvana berarti penderitaan jiwa dengan Prajna. Dengan adanya unsur Sembilan Dunia, yaitu empat penderitaan : pelaksanaan – yang berarti adanya jodoh lahir, tua, sakit dan mati dengan berdasarkan suasana sejati Saddharma – membuat kekuatan Saddharma menjadi tidak lahir dan Saddharma yang telah ada di dalam diri tidak musnah. Sifat Hukum ini dapat terbukti sendiri menjadi Kyoci Myogo, sehingga dan dialami segera setelah merombak membuka dan menggerakkan serta suasana jiwa menjadi kesadaran. mewujudnyatakan Badan Pokok diri sendiri Sebenarnya semenjak dahulu Ajaran menjadi Badan Pokok Saddharma. Dengan Sementara mengajarkan bahwa api demikian, badan Sembilan Dunia dari asal prajna kesadaran baru didapatkan setelah mula dengan membuka dan merasakan memadamkan api hawa nafsu dan samudera Saddharma yang terkandung di dalamnya luas Nirvana baru dapat dimasuki setelah menjadi Hawa Nafsu adalah Kesadaran Hidup terhindar dari lautan luas hidup dan mati. Mati adalah Nirvana. Tetapi teori filsafat SaddharmapundarikaDi dalam Gosyo dikatakan, “Ketika sutra menerangkan bahwa kesadaran itu wanita dan pria menyatu”, ini tidak lain justru didapatkan dengan adanya hawa merupakan kehidupan suami istri. Ini nafsu. Juga dijelaskan bahwa Nirvana pun berarti, hawa nafsu dan hidup mati dari rupa didapatkan dengan mengubah hidup mati asal mula Triloka dan Enam Dunia. Di sini menjadi Nirvana. dijelaskan bahwa hanya dengan menyebut Tetapi yang menjadi permasalahan di Nammyohorengekyo dapat merombak sini adalah mengapa teori Hukum Wujud hawa nafsu menjadi kesadaran dan Sebenarnya dari Segala Gejala (Syoho Jisso), membuka penderitaan hidup mati menjadi dan Kemanunggalan Mutlak antara Suasana nirvana. Selanjutnya dikutip kalimat Sutra dengan Prajna (Kyoci Myogo) menjadi Hawa Samantabadra, Maka Syikan, Bab Upaya Nafsu adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai) Kausalya, dan Bab Panjangnya Usia Sang dan Hidup Mati adalah Nirvana (Syoji Soku Tathagata sebagai bukti dari teori mendasar Nehan). Selanjutnya hal ini akan dijelaskan. bagi seluruh umat manusia bahwa hawa Seperti telah diterangkan terdahulu, nafsu adalah kesadaran dan hidup mati dalam Surat Syoho Jisso diterangkan bahwa adalah nirvana. mulai dari Dunia Neraka yang paling rendah Dengan demikian, melalui Saddharma hingga Dunia Buddha yang paling tinggi, yang sesungguhnya, Hukum Buddha Agung keseluruhannya tanpa tertinggal satu Hukum Nammyohorengekyo ini, umat manusia

Maret 2017 | Samantabadra

35


Sembilan Dunia sama sekali tidak perlu mengingkari atau membengkokkan gerakan jiwa manusia yang telah ada secara hakiki. Dengan keadaan sewajarnya melaksanakan dalam perilaku sehari-hari dan dengan ini dapat membuka jiwa dan menyadarinya. Jadi hal ini adalah penerapan dari “Pedoman pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia” yang telah diterangkan terdahulu.

8

Badan pokok hidup mati adalah tidak lahir dan tidak musnah.

Keterangan : Walau dikatakan “hidup mati adalah Nirvana” tidak berarti menghilangkan keempat penderitaan : lahir, tua, sakit dan mati. Sekalipun Sang Buddha telah mengetahui dan menyadari jiwa kekal abadi, perwujudan nyata lahir, tua, sakit dan mati merupakan suatu kewajaran alamiah. Tetapi ini bukan berarti bahwa Buddha adalah manusia yang sesat dari Sembilan Dunia, Tiga Dunia dan Enam Jalanan. Perubahan hidup mati jiwa merupakan perubahan yang hakiki. Badan pokok jiwa yang mengulangi hidup mati bukan timbul lahir dan bukan akan musnah. Badan pokok jiwa ini tetap ada, tidak berubah, dan kekal. Yang menyadari dan mengetahui bahwa badan pokok ini tidak lahir dan tidak musnah adalah Buddha. Umat manusia Sembilan Dunia hanya melihat rupa kenyataan dalam perwujudan lahir dan mati. Ini diperumpamakan seperti membuka mata, sehingga dapat melihat segala sesuatu di depan mata secara jelas. Yang dengan sungguh-sungguh melihat sehingga mengetahui sampai di mana perjalanan sekarang ini dan perjalanan seterusnya adalah suasana jiwa Buddha. Sebaliknya 36

Samantabadra | Maret 2017

keadaan manusia yang sesat menutup matanya. Untuk maju satu langkah pun tak tahu apa yang akan terjadi, oleh karena itu sering ragu-ragu dan cemas kapan akan terjatuh ke jurang atau kapan akan terbentur tembok. Atau dapat dikatakan juga sebagai hidup dengan mengetahui hari esok dan tidak mengetahuinya. Mungkin dapat dikatakan amatlah tipis perbedaan antara menyadari dan tidak menyadari bahwa badan pokok hidup mati tidak lahir dan tidak musnah, tetapi keadaan jiwa orang yang hidup penuh dengan keyakinan, prajna, dan harapan berbeda seperti langit dan bumi atau awan dengan lumpur.

9

Di masa lampau Saya telah menaruh Saddharmapundarikasutra yang sedemikian agung di bawah telapak kaki atau meremehkannya, mencemooh dan menolaknya, atau tidak mempercayai Sutra tersebut. Keterangan : Kalimat ini menjelaskan bahwa bermacammacam penganiyaan besar yang menimpa Niciren Daisyonin dalam menyebarluaskan Hukum Nammyohorengekyo pada kehidupan sekarang, disebabkan karena pada masa lampau memfitnah Hukum Saddharma yang amat unggul, dan sebagai akibat imbalan meremehkan dan merendahkan orang yang mempertahankan Saddharma. Sesungguhnya Niciren Daisyonin adalah Buddha Pokok masa Akhir Dharma, Kuon Ganjo Jijuyusyin Nyorai, tetapi mengapa Beliau sendiri mengatakan, “Pada masa lampau ?” Tentu saja hal ini menunjukkan pendirian Wujud Manusia Biasa (jido bonpu). Bila menghadapi umat manusia masa Akhir Dharma yang penuh kobaran ketiga racun dengan penampilan seperti Buddha Sakyamuni yang demikian agung dengan


32 wajah dan 80 macam kebaikan serta berbeda dengan manusia biasa, tentu tidak bisa membimbing umat manusia. Tetapi bila diri sendiri berwujud sama dengan manusia biasa dan bergerak langsung dalam rakyat dengan kedudukan tanpa perbedaan untuk membabarkan hukum, baru akan membuka mata umat manusia. Kalau Buddha berbeda dengan manusia biasa – memiliki rupa dan sikap yang istimewa – manusia pasti berfikir, “Manusia berbeda dengan Buddha. Mana mungkin kita manusia biasa dapat menjadi Buddha !” Bimbingan Sang Buddha bukan bertujuan mengajarkan bahwa keadaan Buddha istimewa agar didambakan, dihargai, dan ditakuti oleh umat manusia sehingga mereka berkeinginan mengikuti Beliau. Tujuan atau pokok yang terpenting adalah sebagaimana yang tertera dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata, “Bagaimana agar seluruh umat manusia dapat mencapai jalan terunggul dan segera dapat mencapai Buddhakaya ( i ga ryo syujo, toku nyu mujo do soku joju busyin)”. Dengan demikian umat manusia harus membangkitkan perasaan hati, “Kita juga dapat menjadi Buddha”. Untuk itu Sang Buddha mewujudkan bentuk rupa-Nya sebagai manusia biasa. Satu hal penting lagi yang ditunjukkan kalimat ini adalah tentang ketegasan teori sebab akibat Hukum Buddha. Ajaran Sementara, seperti Sutra Hridayabhumidhyana mengatakan, “Bila ingin mengetahui sebab masa lampau, lihatlah akibat di masa sekarang ini”. Dengan demikian, diterangkan bahwa bermacammacam pederitaan yang diterima pada masa sekarang semua disebabkan karma buruk masing-masing di masa lampau. Kemiskinan pada masa sekarang pada dasarnya merupakan imbalan karena mencuri di masa lampau.

Sebaliknya, di sini Niciren Daisyonin menerangkan bahwa semua yang diterimaNya merupakan imbalan karma buruk masa lampau, karena memfitnah Hukum Saddharmapundarika-sutra dan lainnya. Ini berarti, penganiayaan yang dihadapi Niciren Daisyonin pada masa sekarang timbul karena Beliau menerima dan mempertahankan serta menyebarkan Saddharma. Oleh karena itu, dapat disamakan dengan kalimat, “Sedikitpun tidak ada kesalahan dalam masyarakat”. Penganiayaan yang dihadapi sekarang terjadi karena Saddharmapundarika-sutra, berarti adanya karma buruk pemfitnahan Dharma menentang orang yang melaksanakan Saddharmapundarika-sutra atau Saddharmapundarika-sutra itu sendiri. Karena itu, pendirian Niciren Daisyonin yang membahas sikap masa sekarang berdasarkan masa lampau, sesuai dengan teori mendasar “Kalau ingin mengetahui sebab masa lampau, lihatlah akibat masa sekarang ini”. Tetapi kalau kalimat ini diterangkan dari pendirian umat dan penguasa yang menentang Niciren Daisyonin, hal ini langsung mengandung pengertian sebagai peringatan tentang kejamnya masa akan datang. Inilah arti “Bila ingin mengetahui akibat masa akan datang, lihatlah sebab masa sekarang ini”. Orang-orang yang merendahkan dan mengentengkan Niciren Daisyonin, membenci serta berbuat jahat, pasti akan datang tak dapat mengelakkan bermacammacam penderitaan dan kesulitan. Harap jangan dilupakan bahwa kalimat ini mengandung makna peringatan yang berlaku bagi seluruh umat manusia.

10

“Mengutus empat golongan umat, yaitu bhikku, bhikkuni, upasaka, dan upasika”.

Maret 2017 | Samantabadra

37


Keterangan : Syijo Kingo sering mengkhawatirkan keadaan Niciren Daisyonin, sehingga ia mengantarkan sendiri bermacam-macam sumbangan ke Pulau Sado yang jauh atau mengirim utusannya. Pada waktu itu, ketika Niciren Daisyonin sudah tidak ada di Kamakura, para murid utama-Nya ada yang diusir dari tempat tinggal atau dipenjarakan. Syijo Kingo merupakan orang yang terpenting di antara para penganut yang tinggal di Kamakura, sehingga tentu saja dia menerangkan Hukum Buddha ini kepada orang banyak. Karena itu, kalimat-kalimat yang ditunjukkan dalam Bab Dharma Duta tepat sama dengan yang dilakukan Syijo Kingo. Maka yang dimaksud dengan “upasaka” dalam kutipan kalimat tersebut tentu tak lain daripada Syijo Kingo. Kata “Dharma Duta” tentu tak lain berarti Niciren Daisyonin, guru Hukum Agung Nammyohorengekyo dan Buddha Kemanunggalan Mutlak antara Manusia dan Hukum, hubungan antara Niciren Daisyonin dengan Syijo Kingo bukan karena kebetulan atau baru terjalin pada masa sekarang saja. Hal ini dibabarkan dengan jelas dan tegas dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra. Sebab jodoh hubungan ini amatlah mendalam, bahkan telah memiliki jodoh semenjak masa lampau yang tak berawal (kuon). Demikianlah makna yang terkandung dalam kalimat Gosyo ini. Kesadaran diri sebagai upasaka tentu tidak terbatas pada Syijo Kingo seorang diri, tetapi harus pula menjadi kesadaran diri para penganut Saddharma yang mencakupi masa Akhir Dharma hingga puluhan ribu tahun yang kekal abadi. Hendaknya kita mengukir kalimat Sutra ini dalam dada sebagai syarat utama penganut yang baik. “Menyumbang Dharma Duta” berarti 38

Samantabadra | Maret 2017

benar-benar menjaga Kuil Pusat TaisekiJi yang terletak di Gunung Fuji, tempat disemayamkannya Dai Gohonzon. Ini tidak berarti hanya menjaga dalam arti materi atau ekonomi, tetapi menjaga secara keseluruhan agar terlindungi selama-lamanya. Dalam kehidupan masing-masing, ini dapat diartikan sebagai sembahyang dan sumbangan kepada Gohonzon sehari-hari. Kalimat “Saya akan membimbing seluruh umat manusia dan mengumpulkan mereka untuk mendengarkan Hukum ini”, berarti sebagai pemimpin di antara rakyat biasa hendaknya sering menolong dan mendorong, serta terlebih lagi memperdengarkan Saddharma hingga dapat mengikat jodoh dengannya.

11

Telah memiliki persyaratan yang sesuai sebagai “Utusan Sang Tathagata” yang dibabarkan dalam kalimat sutra, maka gerakannya akan melaksanakan pekerjaan Buddha. Keterangan : Dalam Saddharmapundarika-sutra Bab X Dharma Duta tertera, “Setelah kemoksyaan-Ku nanti, barang siapa yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra untuk orang lain, walau hanya satu kata, haruslah diketahui bahwa orang tersebut adalah Utusan Sang Buddha. Sebagai Utusan Buddha, ia melaksanakan pekerjaan Buddha”. Yang dimaksud dengan “hanya satu kata” Saddharmapundarika-sutra tidak lain berarti ketujuh huruf Nammyohorengekyo – Saddharmapundarika-sutra. Umumnya kalau dikatakan dari fungsi luar, Niciren Daisyonin sebagai Bodhisattva Visishtacaritra mendapat tugas dari Buddha Sakyamuni dan membabarkan Hukum Nammyohorengekyo di masa Akhir Dharma. Kedudukan sebagai Bodhisattva Visishtacaritra merupakan


utusan Sang Buddha, melaksanakan pekerjaan Buddha. Utusan Sang Buddha dan melaksanakan pekerjaan Buddha berarti menggantikan orang yang menugaskan, sehingga mempunyai hak yang sama dengan orang yang mengutus. Seperti misalnya duta besar suatu negara atau wakil duta besar atau utusan khusus yang mewakili rakyat dan pemerintah negara tersebut dalam mengadakan perundingan, memberi penerangan dan menandatangani perjanjianperjanjian. Dengan demikian “Utusan Buddha yang melaksanakan pekerjaan Buddha”, mempunyai maksud yang sama. Menjadi Utusan Buddha berarti melaksanakan pekerjaan Buddha. Dalam kalimat ini Niciren Daisyonin sebagai utusan Buddha melaksanakan pekerjaan Buddha. Dari segi luar, umumnya “Utusan Buddha” menunjukkan Bodhisattva Visishtacaritra, sedang cara khusus ini harus dibaca sebagai kesadaran Buddha Masa Akhir Dharma, yaitu perasaan diri sendiri sebagai Buddha ingin menyelamatkan seluruh umat pada masa Akhir Dharma.

12

Bukankah ini bermakna penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra ?

Keterangan : Dalam Hukum Buddha yang terpenting adalah bagaimana agar Hukum ini dapat tersebarluas di antara umat manusia, dan juga dengan bagaimanakah agar hukum Buddha ini dapat lestari hingga masa mendatang. Kata-kata dan syair-syair Buddha Sakyamuni dalam Saddharmapundarikasutra bahkan seluruh Sutra yang dibabarkan seumur hidup Buddha Sakyamuni dapat dikatakan ditujukan untuk penyebaran selanjutnya setelah kemoksyaan Sang

Buddha. Oleh karena itu, ketika ditanyakan siapakah yang akan menyebarluaskan Hukum setelah kemoksyaan Beliau, Buddha Sakyamuni menolak para Bodhisattva Syakke, seperti Maitreya, Manjusri dan lainnya dan sebaliknya menugaskan penyebarluasan Hukum kepada Bodhisattva Honge yang muncul dari bumi. Niciren Daisyonin sendiri tetap membabarkan Saddharma di tengah rakyat walau mendapat tantangan yang amat kejam dari penguasa pada waktu itu. Melalui berbagai tulisan-Nya Beliau mewariskan teori sesungguhnya untuk umat di masa mendatang. Terlebih lagi Beliau telah mencurahkan seluruh jiwa raga demi mendidik murid-murid Beliau. Seperti yang tersurat di dalam kutipan surat ini, “Anda juga mengikuti Niciren sebagai Pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan memberitahukan dan menjelaskan Hukum ini kepada orang lain”, menandaskan betapa unggul dan agung aliran Jalan penyebarluasan Hukum agama Buddha ini. Walaupun berada di dalam zaman yang bagaimanapun, satu hal yang mutlak tidak boleh dilupakan sebagai seorang yang menerima dan mempertahankan Saddharma adalah bagaimanakah agar air Dharma yang jernih tak tercemarkan tetap ada dalam masyarakat dan tetap mengalir untuk umat di masa akan datang. Dengan demikian, hendaknya diketahui bahwa menjaga air Dharma agar mengalir dengan tepat merupakan tugas yang sangat agung dan membanggakan sebagai murid Sang Buddha, sebaliknya mencemarkan dan menghambat aliran air Dharma merupakan perbuatan dosa yang sangat berat.

Maret 2017 | Samantabadra

39


13

14

Hendaknya mengenai hal eluarkanlah kekuatan ini pun diberitahukan juga kepercayaan yang besar kepada istri Anda agar dan kuat, agar seluruh umat manusia di negeri Jepang dan ribuan orang- Anda berdua bersatu teguh mengeluarkan kekuatan, seperti matahari dan bulan, orang Kamakura, dari yang berkedudukan tertingggi sampai yang terendah, menyebut kedua mata atau kedua sayap. nama Anda sebagai “Syijo Kingo, Syijo Kingo Keterangan : dari Sekte Saddharmapundarika-sutra�. Kalimat ini menerangkan betapa penting hati kepercayaan yang berkesinambungan Keterangan : dalam kehidupan bersama antara suami Sudah selayaknyalah bila orang yang menerima dan mempertahankan Saddharma istri. Keluarga menempati kedudukan yang utama sebagai dasar kehidupan dihargai, dipuji dan didambakan oleh manusia dan landasan dalam bergerak di orang lain, serta menjadi pemenang dalam masyarakat. Seperti yang telah diterangkan kehidupan ini. Dan mewujudkan bukti sesungguhnya kemenangan sebagai manusia terdahulu, pelaksanaan Hukum Buddha yang sebenarnya tidaklah terlepas dari kehidupan di dalam masyarakat nyata, merupakan dan penghidupan yang nyata. Karena itu, sikap yang benar sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Hati kepercayaan sangatlah penting untuk merombak dan Saddharmapundarika-sutra tidaklah terlepas memperbaiki diri sendiri dan dari sana dapat memajukan keluarga sendiri serta dari bermacam-macam perilaku kehidupan akhirnya dapat merombak dan memperbaiki sebagai manusia. Hati kepercayaan yang masyarakat serta negara. Tidaklah berlebihan benar akan nyata dalam sikap sebagai bila dikatakan bahwa kalau lupa berjuang manusia yang seutuhnya. Hati kepercayaan untuk memperbaiki kenyataan tidak akan ada terlihat jelas dalam kehidupan, berarti akar Hukum Buddha. dasar kehidupan adalah kepercayaan. Dengan demikian, dalam kaitan antara Bila kelihatan hati kepercayaannya baik sekali tetapi tidak disenangi sebagai manusia, sifat kemanusiaan dari sudut kenyataan dengan cita-cita, tampaknya ada kesenjangan haruslah diketahui bahwa itu berarti antara kenyataan dengan cita-cita yang tinggi menyimpang dari hati kepercayaannya sendiri. Sebaliknya walau seseorang berusaha dan unggul mengenai kebahagiaan kekal setelah kematian atau dapat bertemu dan hidup yang benar dan berlaku sewajarnya melihat wajah ketiga Buddha atau hakikat sebagai manusia, kalau tidak berdasarkan pada hati kepercayaan yang benar pasti akan pusaka Dunia Buddha. Kutipan kalimat di atas mempersatukan antara cita-cita dengan mengalami kegagalan. Hati kepercayaan kenyataan ini. Dengan perkataan lain, selama adalah akar sumber segala apapun, masih dibebani dan tidak dapat merombak sehingga merupakan inti pokok dan fondasi kenyataan hidup, maka tidak akan mencapai kepribadian manusia. Namun, walaupun hal kebahagiaan kekal setelah kematian dan itu tidak terlihat, haruslah diketahui bahwa usaha memperkuat hal tersebut menentukan suasana ideal kesadaran Buddha. Bahkan kutipan kalimat ini lebih lanjut menjelaskan secara keseluruhan. bahwa bagaimanapun beratnya beban dan hawa nafsu yang menjadi ikatan suami istri,

Anak Cabang

40

Samantabadra | Maret 2017

Anak Cabang


sebenarnya hubungan itu bagaikan matahari dan bulan yang menerangi kegelapan setelah kematian, dua mata yang dapat melihat wajah ketiga Buddha dengan jelas dan sayap yang dapat terbang ke tanah Buddha yang suci. Hal ini tidak terbatas hanya pada permasalahan suami istri, tetapi juga mengenai bermacam-macam beban tanggung jawab di dalam masyarakat nyata atau pekerjaan atau tugas masing-masing; dapat pula dikatakan sifat keistimewaan manusia itu sendiri. Ketika sifat-sifat tersebut dihidupkan demi Saddharma dan dikembangkan dengan mencipta nilai tertinggi demi kebahagiaan umat manusia dan untuk kemakmuran serta kesejahteraan negara, maka seluruh hawa nafsu akan menjadi kesadaran. Setiap jerih payah dan usaha akan menjadi sumber akar rejeki yang tak akan hancur untuk selama-lamanya. Arti yang tersirat dalam kalimat seperti matahari dan bulan. Dan selanjutnya

mengajarkan sesuatu yang berkaitan dengan dunia setelah kematian, tetapi tepat juga untuk kehidupan yang nyata sekarang ini. Kalimat “Kalau matahari dan bulan terdapat secara bersamaan, tentu tidak ada kegelapan di dunia setelah kematian (meido)” berarti memiliki harapan yang tertinggi dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai keyakinan dalam melaksanakan kemajuan dengan riang. Selanjutnya kutipan, “Dengan adanya kedua mata, tidak diragukan lagi pasti dapat melihat ketiga Buddha” berarti dengan penuh kegembiraan memperlihatkan prajna yang unggul dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya kutipan “Dengan kedua sayap dapat terbang dalam sekejap ke hakikat pusaka dari Dunia Buddha” berarti seluruh suasana yang dihadapi dalam kehidupan menjadi suasana kebahagiaan yang penuh dengan karunia kebajikan. ***

Catatan

Maret 2017 | Samantabadra

41


42

Samantabadra | Maret 2017


Maret 2017 | Samantabadra

43


44

Samantabadra | Maret 2017


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang Surat Balasan kepada Ueno Dono

Perihal Waktu yang Tepat untuk Menyebarluaskan Dharma Gosyo Zensyu halaman 1561 ISI GOSYO | Kiriman beras putih satu muatan kuda telah diterima. Bukankah segala sesuatu tergantung pada waktu? Perihal ‘musim semi adalah bunga, musim gugur adalah bulan’ juga menerangkan akan kesesuaian dengan waktu. Demikian pula halnya dengan Buddha. Penyebab munculnya Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra, namun Beliau tidak membabarkan Saddharmapundarika-sutra itu selama 40 tahun lebih dari masa kehidupan Beliau. Adapun mengenai alasannya dikatakan dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, “Karena belum tiba waktunya untuk membabarkan�. Kimono dari bahan katun tebal yang diterima pada waktu musim panas dan sehelai pakaian tipis yang diterima pada musim salju memang akan diterima dengan hati yang gembira. Namun kegembiraan hati itu tidak akan sebesar bila menerima kimono dari bahan katun tebal pada musim salju dan menerima pakaian yang terbuat dari bahan tipis pada musim panas. Demikian pula, mendapat uang pada waktu kelaparan dan menerima persembahan makanan pada waktu kehausan memang menyenangkan hati, namun kesenangan itu tidak akan sebesar kesenangan yang timbul bila mendapatkan nasi (pada waktu kelaparan) dan air (pada waktu kehausan). Bukankah anak kecil yang menjadi Buddha karena menyumbang kue tanah kepada Buddha dan orang yang terjatuh ke Dunia Neraka karena menyumbang permata adalah karena disebabkan oleh hal ini (tidak sesuai dengan waktu) ? Niciren, semenjak terlahir di negeri Jepang, tidak pernah menyesatkan orang dan tidak pernah mencuri. Dengan demikian Niciren sama sekali tidak berbuat kesalahan dalam masyarakat. Sebagai guru dharma Masa Akhir Dharma, mungkin badan ini mempunyai sedikit kesalahan. Pada waktu zaman raja yang memerintah menggemari sastra, jalan ksatria dibuang. Juga, orang yang jujur dibenci oleh para hidung belang. Demikian pula dengan Niciren, yang lahir dan menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra pada zaman orang percaya pada Sekte Nembutsu, Sekte Zen, Sekte Syingon, serta Sekte Ritsu. Oleh karena itu, Niciren dibenci oleh raja beserta seluruh jajaran pejabat pemerintahannya, dan puluhan ribu rakyat, sehingga akhirnya Niciren berdiam di tengah gunung.

Maret 2017 | Samantabadra

45


(Jika demikian) bagaimanakah pengaturan dari para dewa ? (Pada waktu musim dingin) salju tertumpuk setinggi 5 syaku (sekitar 1,5 meter). Jalan setapak yang biasa dilalui orang di gunung ini tertutup oleh salju. Oleh karena itu tak ada orang yang datang berkunjung ke gunung ini. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang tipis, sehingga tidak dapat menahan dingin. Pada waktu makanan habis, jiwa hampir melayang. Rasanya telah bertekad untuk mati kelaparan, maka kunjungan yang mencegah kematian kadangkala membuat hati gembira namun kadangkala membuat hati terasa sedih. Pada waktu itu, keadaannya (perihal menerima kiriman beras putih) adalah bagaikan sebuah pelita yang hampir padam dituangkan minyak kembali. Sungguh amat berharga! Kesungguhan hati itu amat dihargai dan disyukuri. Mungkinkah Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra mengatur hal ini? Sekian dan terima kasih. Tanggal 27 bulan 12 tahun Ko-an ke-2 (1279) Surat Balasan Kepada Ueno Dono tertanda, Niciren

KETERANGAN GOSYO | Surat ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 27 bulan 12 tahun Ko-an ke-2 (1279). Ketika itu Niciren Daisyonin berusia 58 tahun. Pada akhir tahun, yaitu pada tanggal 27 bulan 12, Nanjo Tokimitsu menyumbang beras dua karung. Tepat pada saat itu Niciren Daisyonin sedang mengalami kesulitan kekurangan makanan. Oleh karena itu sumbangan yang berupa beras dua karung itu dihargai Beliau sebagai sumbangan yang amat tepat dengan waktu. Surat aslinya hingga sekarang masih tersimpan di Kuil Pusat Taiseki-ji. Pada awal surat dikatakan, “Bukankah segala sesuatu tergantung pada waktu?� Sumbangan beras putih dari Ueno Dono bagi Niciren Daisyonin yang berada di Gunung Minobu adalah sangat tepat waktunya. Untuk menguraikan mengenai ketepatan waktu ini, pertama-tama ditegaskan terlebih dahulu akan pentingnya waktu dalam segala hal. Timbulnya perbedaan nilai dan manfaat 46

Samantabadra | Maret 2017

dari segala hal dan gejala dalam masyarakat sepenuhnya tergantung pada musim dan arus zaman. Bunga dan bulan terdapat sepanjang tahun selama 4 musim. Akan tetapi mengapa biasa dikatakan “musim semi adalah bunga, musim gugur adalah bulan?� Perkataan itu muncul karena bunga sakura mekar pada musim semi sedangkan bulan purnama yang paling indah dapat dilihat pada musim gugur. Uraian ini menunjukkan bahwa walaupun bunga-bunga tumbuh sepanjang waktu, namun hanya pada musim semi bunga terindah, bunga sakura, bermekaran dengan indahnya. Juga walaupun tiap bulan dalam setahun dapat dilihat bulan di langit, namun bulan yang terindah adalah bulan purnama pada musim gugur. Dengan demikian waktu menentukan sekali dalam segala hal. Selanjutnya dikutip perumpamaan berdasarkan Hukum Buddha. Tujuan


kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, selama 40 tahun lebih semenjak tercapainya Jalan Kebuddhaan, Beliau hanya membabarkan sutra-sutra Ajaran Sementara seperti Sutra Avatamsaka, Sutra Agam, Sutra Vaipulya, Sutra Prajna Paramita, dan sebagainya. Beliau tidak membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, seperti yang diterangkan di dalam Bab Upaya Kausalya, “Karena belum tiba waktunya untuk membabarkan”, semuanya tergantung pada waktu. Kemudian, diuraikan mengenai sumbangan kimono yang terbuat dari katun tebal yang diterima pada musim panas, serta pakaian tipis yang diterima pada musim salju. Sudah sepantasnya sumbangan ini dihargai seperti setiap sumbangan. Namun, seandainya kimono yang terbuat dari katun tebal diterima pada musim salju dan pakaian tipis diterima pada musim kemarau, sumbangan itu akan tepat dengan waktunya. Dengan demikian, sumbangan itu tentu akan lebih dihargai. Demikian juga halnya dengan sumbangan uang pada waktu kelaparan dan persembahan makanan pada waktu kehausan. Sumbangan seperti ini memang diterima dengan penuh rasa syukur. Namun rasa terima kasih ini akan jauh lebih besar bila pada waktu kelaparan mendapatkan nasi dan pada waktu kehausan mendapatkan air. Pada waktu lapar tidak ada yang lebih berharga daripada nasi dan pada waktu haus tidak ada yang lebih berharga daripada air. Hal yang sama dapat dikatakan pada sumbangan kepada Buddha. Dituliskan mengenai contoh anak yang menyumbang kue tanah kepada Buddha dan sebagai akibat imbalannya, anak itu terlahir sebagai Raja Asoka. Tetapi sebaliknya orang yang menyumbang permata terjatuh ke dalam

Dunia Neraka. Kemudian dikatakan, “Niciren, semenjak terlahir di negeri Jepang, tidak pernah menyesatkan orang dan tidak pernah mencuri. Dengan demikian, Niciren sama sekali tidak berbuat kesalahan dalam masyarakat. Sebagai guru-dharma di Masa Akhir Dharma, mungkin badan ini mempunyai sedikit kesalahan”. Dari perkataan ini diuraikan bahwa memang Niciren Daisyonin sendiri tidak mempunyai dosa dalam masyarakat. Namun, Beliau tetap mengalami berbagai penganiayaan. Penganiayaan ini Belaiu dapatkan karena menyebarkan Hukum Sakti dalam masyarakat yang percaya kepada Hukum Sesat. Pada akhirnya Beliau mengundurkan diri dan masuk ke Gunung Minobu. Sebagai seorang bhiksu, tentu wajar bila Beliau tidak melakukan kesalahan dalam masyarakat. Beliau tidak pernah melakukan kesalahan-kesalahan seperti menyiksa orang, mencuri, dan perbuatan-perbuatan semacam itu. Tetapi, mengapa hal ini ditulis? Karena, pada zaman saat Niciren Daisyonin hidup, banyak juga bhiksu yang melakukan dosa dalam hal kemasyarakatan. Kalimat selanjutnya mengatakan, “Sebagai guru-dharma Masa Akhir Dharma mungkin badan ini mempunyai sedikit kesalahan”. Dari kalimat ini dapatlah ditafsirkan bahwa sebagai bhiksu pada Masa Akhir Dharma badan Beliau mempunyai sedikit kesalahan. Niciren Daisyonin terpaksa hidup di tengah Gunung Minobu karena Beliau dibenci oleh seluruh rakyat negeri Jepang. Beliau dibenci oleh penguasa yang tertinggi sampai puluhan ribu rakyat biasa. Mereka membenci Niciren Daisyonin karena Beliau menyebarkan Saddharmapundarika-sutra, Ajaran Sesungguhnya, di tengah masyarakat yang percaya kepada sutra-sutra Ajaran Sementara. Kita dapat membaca hal ini

Maret 2017 | Samantabadra

47


sebagai suatu penjelasan yang menerangkan mengenai masalah waktu. Selanjutnya, mengenai kalimat “Pada waktu zaman raja yang memerintah menggemari sastra, jalan ksatria dibuang. Juga, orang yang jujur dibenci oleh para hidung belang”. Niciren Daisyonin sendiri dibenci oleh raja, menteri,dan seluruh rakyat karena Beliau giat menyebarkan Saddharmapundarika-sutra, ajaran sesungguhnya, di tengah masyarakat yang percaya kepada empat sekte Ajaran Sementara: Sekte Nembutsu, Sekte Zen, Sekte Syingon, dan Sekte Ritsu. Pada akhirnya Beliau berdiam di tengah Gunung Minobu. Dipandang dari satu sisi, kehadiran Niciren Daisyonin kelihatannya melawan waktu. Namun, ditinjau dari ramalan Buddha Sakyamuni dalam Mahasanghata dan Saddharmapundarika-sutra, jelas terlihat bahwa Saddharmapundarika-sutra yang merupakan ajaran Beliau adalah Sutra Sesungguhnya yang tepat dengan waktu; Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang tepat untuk Masa Akhir Dharma. Umat manusia Masa Akhir Dharma tidak mungkin dapat diselamatkan selain dengan Saddharmapundarika-sutra. Namun, rakyat negeri Jepang yang pada waktu itu tetap mempertahankan Ajaran Sementara, sama sekali tidak mau membuka telinga terhadap seruan yang penuh maitri karuna dari Niciren Daisyonin, Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Mereka bukan hanya tidak mau mendengar, mereka bahkan membalas dengan berbagai serangan dan menjatuhkan hukuman pembuangan sebanyak dua kali pada Beliau. Dengan demikian, orang yang benar-benar tak mengetahui tentang “waktu” sebenarnya adalah orang-orang negeri Jepang pada waktu itu, dari penguasa tertinggi sampai puluhan ribu rakyat biasa. 48

Samantabadra | Maret 2017

Jika kita tinjau keadaan negeri Jepang pada saat itu di dunia yang sempit ini, kelihatannya kehadiran Niciren Daisyonin tidak tepat dengan waktu. Namun, bila dilihat dari segi irama Hukum Buddha yang luas, justru Niciren Daisyoninlah yang ‘tepat dengan waktu’. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin menunjukkan kebenaran penyebarluasan Hukum dalam Gosyo lain, yaitu dengan rumus lima prinsip penyebarluasan ajaran, bakat, waktu, negara, dan urutan penyebarluasan. Terakhir, diuraikan mengenai betapa sulitnya kehidupan di Gunung Minobu. Sumbangan Nanjo Tokimitsu dipuji dan dihargai oleh Niciren Daisyonin sebagai sumbangan yang tepat dengan waktu. Keadaan di Gunung Minobu diuraikan dalam surat dengan penggambaran seperti, “Salju tertumpuk setinggi 5 syaku. Jalan setapak yang biasa dilalui orang di gunung ini tertutup oleh salju. Oleh karena itu, tidak ada orang yang datang berkunjung ke gunung ini. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang tipis, sehingga tidak dapat menahan dingin. Pada waktu makanan habis, jiwa hampir melayang”. Demikianlah pada bulan 12 di akhir tahun itu salju turun dengan kerasnya, tidak ada manusia yang berlalu lalang, dan makanan juga hampir tak ada. Dalam keadaan seperti itu, sumbangan beras satu muatan kuda dari Nanjo Tokimitsu dipuji Niciren Daisyonin sebagai ketulusan hati kepercayaan Nanjo Tokimitsu. Penghargaan ini dapat kita lihat pada bagian akhir surat, “Kesungguhan hati itu amatlah dihargai dan disyukuri. Mungkinkah Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra mengatur hal ini?” Dengan hati kepercayaan seperti ini, Tokimitsu pasti mendapat perlindungan dari Gohonzon. ***


Maret 2017 | Samantabadra

49


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Mempertahankan Syinjin dalam Suka dan Duka Pertanyaan : Bagaimana caranya mempertahankan hati kepercayaan dengan sikap yang sungguh hati, baik dalam keadaan suka maupun duka ? Jawab : Mempertahankan hati kepercayaan adalah percaya sepenuh hati, menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra, bukan hanya percaya untuk diri sendiri, tetapi juga menyebarluaskan kepada orang lain. Ini berarti menjalankan hati kepercayaan secara aktif, tidak hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri saja. Tidak merasa ego, tapi juga memikirkan bagaimana orang lain yang sedang mengalami kesulitan dapat mengatasi kesulitannya dengan percaya pada Hukum Sakti ini dan kita juga dapat merasakan kesulitan yang dialaminya. Suatu saat juga bisa terjadi pada diri kita. Seperti dalam salah satu Gosyo yang ditulis untuk Toki Jonin Dono, Niciren Daisyonin memberi petunjuk ajaran, “Seorang arif bijaksana dalam keadaan tenang dan aman senantiasa merenungkan kemungkinan mara bahaya. Tetapi bagi seorang yang bodoh dalam keadaan bahaya sekalipun tetap memimpikan keadaan tenang dan aman. Seorang arif bijaksana meskipun dalam keadaan tenang dan damai tak 50

Samantabadra | Maret 2017

pernah lengah, senantiasa membuat persiapan untuk menghadapi kemungkinan bahaya, tetapi seorang yang bodoh selalu menyanjung atasannya dan dalam keadaan bahayapun selalu memimpikan kegembiraan dan keselamatan�. Siapapun ketika mendapat kesulitan ekonomi umpamanya pada saat demikian sulitnya dapat bersungguh hati melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tetapi begitu kesulitan teratasi sepertinya lambat laun menjauhi Gohonzon. Seperti dalam kehidupan di masyarakat umum, bila mendapat masalah dapat sungguh hati dan melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tapi begitu dapat mengatasi masalahnya tak ada waktu untuk pertemuan dan kunjungan anggota. Orang yang seperti ini kurang memiliki pengertian yang mendalam terhadap makna pelaksanaan Hukum agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran Sang Buddha atau juga tujuan Sang Buddha adalah bagaimana agar umat manusia dapat terbebaskan dari penderitaan yang bersumber pada tiga racun, yaitu sebagai berikut, Don : Keserakahan, dalam hal ini ingin memperoleh lebih banyak harta benda (materi). Jin : Kemarahan, menyayangi atau membenci seseorang secara berlebihan. Ji : Kebodohan, yang membuat manusia kehilangan akal untuk membedakan berbagai masalah secara tepat.


Hal-hal seperti ini merupakan hal yang umum terlihat dalam kehidupan sehari-hari, padahal dalam masyarakat nyata banyak orang yang memiliki kedudukan terhormat tak luput dari menjadi tua dan akan mati. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang lebih mementingkan mencari uang sebanyak-banyaknya dalam hidup kali ini, tidak lagi memikirkan nilai jiwa dari hidup ini, tidak lagi melaksanakan maitri karuna, sehingga bila melihat atasan berbuat kesalahan, tak berani mengambil sikap untuk meluruskannya, malah menyanjungnya terus, sehingga tanpa disadari akhirnya jatuh ke dalam dunia neraka. Betapapun sehatnya badan kita, kita tak luput dari menjadi tua dan mati. Dan umumnya manusia tak dapat meramalkan segala hal yang akan terjadi. Mereka senantiasa sekuat tenaga berusaha mengumpulkan harta kekayaan dan ingin mencapai keadaan kehidupan yang menguntungkan. Banyak orang mengira bila dapat mencapai tujuan seperti ini pasti akan menjadi bahagia yang sebenarnya, namun sekalipun tujuan tersebut telah tercapai, manusia tak dapat luput daripada kenyataan yang tak terelakan, yakni menjadi tua dan mati. Artinya : hidup manusia akhirnyapun tiba pada ujung akhir, apabila tak menghadapi penderitaan pokok dari kehidupan manusia, yakni lahir, tua, sakit, mati, bagaimana mungkin kita mengatakan, bahwa di saat ini kita tidak memiliki sumber pokok penderitaan yang khusus tersebut. Sering kita mendengar, “Perjalanan wisata sekeluarga yang penuh kegembiraan, hanya dalam sekejap dapat menjadi penderitaan yang tak terhingga karena terjadi kecelakaan yang tak terduga. Juga terdapat kisah mengenai suatu perusahaan yang berjalan dengan baik dalam usahanya, hanya karena kesesatan jiwa dari seseorang hingga menjadi bangkrut.

Mereka yang hanya karena kesenangan di hadapan mata, sehingga mengira dirinya memperoleh karunia dengan lancar, merupakan manusia yang menutup dirinya dalam dunia egoisme, atau manusia yang Avidya (tersesat) tak menyadari bahwa dibalik dinding ketenangan dan kenyamanan ternyata masih ada kesulitan dan penderitaan. Pada kehidupan sehari-hari lewat media televisi, majalah, surat kabar memperoleh informasi berbagai kejadian yang tak terduga, kita sama sekali tak dapat mengetahui kapan kemungkinan kita akan terjatuh ke dalam hal-hal seperti tersebut. Seperti kita melihat bencana banjir di suatu negara, kita jangan berpikiran, “Ah, itu tidak terjadi dalam negara kita�. Kita juga tidak dapat mengetahui kapan bencana banjir tersebut akan terjadi di negara kita. Permasalahan pendidikan anak-anak dan permasalahan hubungan kehidupan keluarga dan keadaan pekerjaan para karyawan, terlebih lagi berbagai permasalahan yang berbeda-beda yang sedang menunggu menyongsong ketika kita memasuki tahap pensiun. Ketika kita memikirkan berbagai permasalahan yang berbeda-beda ini jelas kita tak dapat dengan mudah mengatakan bahwasanya penghidupan kita sekarang ini sudah merasa berhasil dan bahagia. Kegembiraan di hadapan mata bagaikan berjalan di atas jalan yang rata, tanpa menggunakan energi, namun di dalam seumur hidup kita, pasti akan menjumpai jalan-jalan yang berlumpur serta tanjakan dan turunan yang terjal. Apabila seseorang tak memiliki kekuatan jiwa raga serta prajna kearifbijaksanaan yang sesungguhnya maka dapat dikatakan tak akan mampu mengatasi hal-hal tersebut. Seseorang yang hanya mengenal jalan yang rata tidak mudah menjalani jalan-jalan yang sulit. Dengan

Maret 2017 | Samantabadra

51


demikian akan mengalami penderitaan, seperti seseorang yang selalu berkecukupan dalam ekonomi, tetapi bila suatu saat ia jatuh bangkrut, ia akan bingung menghadapi hidup ini, manusia seperti ini benar-benar merupakan manusia yang “tak berejeki”. Kecuali kita menjalankan hati kepercayaan dan sesuai dengan Hukum Buddha Niciren Daisyonin secara tulus sungguh-sungguh, maka dapat dikatakan kita akan dapat memperoleh tenaga jiwa yang kuat. Terbaca dalam Saddharmapundarika-sutra, “Sutra ini sulit untuk dipertahankan, ini adalah jalan yang tiada tara, tidak hanya sulit dipercaya terlebih lagi sulit untuk dilaksanakan”. Niciren Daisyonin dalam Gosyo Perihal Membuka Mata menegaskan, “Saya beserta muridmurid-Ku meskipun ada berbagai kesulitan, dengan tanpa sedikitpun hati yang ragu-ragu, pasti dapat mencapai Dunia Buddha, jangan meragukan tidak memperoleh perlindungan para dewa, jangan mengeluh tak tenang dan amannya hidup ini…”. Kalimat tersebut mengajarkan pada kita, betapa kesulitan yang mungkin kita hadapi, apabila tiada ada keragu-raguan dalam hati, akhirnya pasti mencapai kesadaran Buddha. Kita tidak boleh menyalahkan dewa maupun orang lain, membenci nasib, mengkritik atau menyalahkan orang lain. Bila ingin mencapai kesadaran Buddha, maka sikap terpokok yang harus dipertahankan adalah sedikitpun tidak meragukan kekuatan Gohonzon. Kita dapat menerima bahwa segala kesulitan adalah karma dari sebab yang kita buat sendiri. Kita dapat berjumpa dengan “Hukum Buddha yang sesungguhnya”, sebenarnya ini merupakan karunia kebajikan yang sulit diperoleh, namun bila kita ingin menerima dan mempertahankan Gohonzon, hendaknya tidak meremehkannya. Dalam keadaan sulit ataupun bahagia tetap menjalankan dan mempertahankan Gohonzon. Melaksanakan 52

Samantabadra | Maret 2017

dan mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon terlebih lagi merupakan suatu keberhasilan yang sulit diperoleh, bila dapat mempertahankan serta menjaga hati kepercayaan yang konsisten seumur hidup terlebih lagi sulitnya. Mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon bukan hanya berarti memberi sumbangan sajian saja kepada Gohonzon, namun justru merupakan tenaga jiwa yang kuat yang dapat membuat Anda hari demi hari tumbuh berkembang hingga mencapai kematangan. Bagaimana Anda membuat hari demi hari bertambah maju dan mempunyai kekuatan hati kepercayaan dalam menghadapi tantangan. Mempertahankan tekad hati kita sangatlah penting, kita harus bergiat mencapai apa yang kita tetapkan untuk dilaksanakan. Sekali kita mulai menetapkan tekad hati, sekalipun menjumpai hambatan dan rintangan maka kita harus senantiasa memperbaharui tekad hati kita, sekaligus memulai kembali tantangan kita. Sikap demikian mutlak diperlukan, katakanlah pada diri sendiri, “Kali ini saya dapat melaksanakannya, kali ini pula saya dapat berhasil”. Dengan demikian kita dapat maju setahap demi setahap dan akhirnya mencapai sasaran jiwa teragung, yakni mencapai kesadaran Buddha (mencapai kebahagiaan mutlak). ***


Gosyo Mandarin Kensyu Gosyo Pebruari 2017 Surat Mengenai Bakat, Waktu, Ajaran, dan Negara

Maret 2017 | Samantabadra

53


54

Samantabadra | Maret 2017


Maret 2017 | Samantabadra

55


56

Samantabadra | Maret 2017


Maret 2017 | Samantabadra

57


58

Samantabadra | Maret 2017


refleksi

Apa Harta Paling Berharga dalam Hidupmu?

Menurut pandangan masyarakat, apa saja harta yang paling berharga dalam hidup manusia? 1. Uang? Dengan uang kita bisa membeli apapun yang kita inginkan. Misalnya, bagi yang ingin berlibur, uang bisa digunakan untuk membeli paket wisata ke korea, jepang, atau bahkan keliling eropa. Bagi yang ingin tampil cantik, uang bisa dipakai untuk membeli pakaian model paling baru, make up paling bagus, dan perhiasan paling mahal. Bagi yang hobi kuliner, uang bisa ditukar dengan berbagai macam makanan enak di semua restoran. 2. Jabatan? Memiliki pekerjaan dengan jabatan tinggi di sebuah perusahaan dan tentunya juga mendapatkan penghasilan yang besar setiap bulannya, pasti menjadi salah satu impian bagi kita semua. Dengan jabatan tersebut, kita merasa lebih dihargai dan dihormati oleh orang-orang di sekitar kita. Karena itulah, di dalam masyarakat umum, jabatan atau kekuasaan menjadi salah satu harta yang paling berharga. 3. Keluarga? Keluarga, terutama orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Karena di dalam sebuah keluarga, manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta memperoleh kasih sayang yang tulus. Keluarga adalah tempat terbaik bagi kita untuk berkeluh kesah, mencurahkan perasaan, dan meminta solusi atau pendapat agar kita tidak salah dalam mengambil keputusan. 4. Sahabat? Tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa sahabat adalah harta paling berharga dalam hidupnya. Sahabat yang baik adalah sahabat yang dapat menerima kekurangan kita, mendukung kita untuk melakukan hal-hal yang positif, dan mengingatkan kita di saat kita sedang atau akan melakukan sesuatu yang buruk. Sahabat yang baik adalah mereka yang selalu ada di sisi kita, dalam suka maupun duka.

Maret 2017 | Samantabadra

59


5. Waktu? Waktu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa terulang kembali. Karena itulah, waktu dianggap sebagai salah satu harta yang paling berharga. Lao Tzu, seorang filsuf dari Cina kuno mengatakan, “Jika Anda mengalami depresi, Anda hidup di masa lalu. Jika Anda cemas, Anda hidup di masa depan. Jika Anda berbahagia, Anda hidup di masa kini.� Sebaik atau seburuk apapun masa lalu kita, kita tidak akan pernah bisa kembali lagi. Tetapi saat ini, kita punya begitu banyak peluang untuk menentukan masa depan seperti apa yang ingin kita raih. Kelima harta di atas memang sangatlah berharga, tetapi Buddha mengatakan, ada satu harta yang paling berharga dalam hidup manusia, yaitu jiwa. Jiwa manusia tidak bisa tergantikan oleh harta apapun juga. Bahkan jika 3.000 dunia besar (alam semesta) dengan seluruh isinya ingin ditukar dengan satu jiwa manusia, tetap tidak akan bisa. Dengan adanya jiwa, manusia dapat menciptakan banyak nilai dalam hidupnya. Tergantung nilai positif atau negatif yang ingin kita goreskan dalam kehidupan kita kali ini. Sebagian besar manusia mencurahkan seluruh waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memperoleh harta berupa uang. Seringkali manusia tidak sadar bahwa nilai terunggul di dunia ini adalah jiwanya sendiri. Setiap saat, seluruh organ dalam tubuh kita bergerak dengan seirama dan berkesinambungan untuk dapat mempertahankan jiwa. Buddha mengatakan, tujuan hidup yang sesungguhnya adalah bagaimana kita dapat membuat jiwa kita menjadi lebih unggul, selalu merasa gembira, dan penuh dengan kepuasan. Karena jiwa adalah pusaka yang paling unggul, maka kita baru bisa mencapai kesadaran apabila kita menyumbang jiwa kepada Buddha. Yang dimaksud dengan menyumbang jiwa bukan berarti bunuh diri, tetapi kita bersedia menyumbangkan jiwa raga kita demi menuntut hukum Buddha secara berkelangsungan, sehingga kita dapat mencapai kesadaran dan melestarikan hukum. Pada jaman yang serba canggih dan praktis ini, manusia biasa sangatlah sulit untuk menyumbangkan waktu, tenaga, dan pikirannya demi hukum. Manusia lebih sering dikuasai oleh dunia kemalasan, kebodohan, dan keragu-raguan. Dengan menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon, kita akan memiliki kekuatan untuk keluar dari ketiga dunia buruk tersebut. Kualitas jiwa kita akan meningkat dan kesadaran Buddha kita akan muncul. Munculnya kesadaran Buddha ditandai dengan kondisi jiwa yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Kondisi jiwa seperti ini tidak akan bisa kita peroleh dengan uang atau harta apapun juga. Oleh karena itu, perkuatlah hati kepercayaan kita dan jalankan syin gyo gaku dengan penuh kesungguhan hati. Dengan begitu, jiwa yang merupakan harta paling berharga dalam hidup kita, bisa kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin untuk dapat membahagiakan diri sendiri dan orang lain. (Megah Ria)

60

Samantabadra | Maret 2017


refleksi

Syinjin yang Dewasa Beberapa kasus di antara umat NSI memicu saya menulis artikel ini demi membuka wawasan & memecahkan kebekuan syjinjin. Ada umat senior terkena penyakit-berat, ada yang pailit, ada yang hampir bercerai. Semua ini terkait dengan miskonsepsi, mispersepsi & miskomuniskasi ybs. tentang & dengan Gohonzon & Daimoku sebagai kedua bagian utama Sandai Hiho. (Tri Mahadharma Rahasia) Ada 2 kasus umat terkena stroke yang mendorong penulis membuat artikel ini. Seorang kawan, B, terkena stroke. Usianya 60-an. Ia pun tergolong apik pola makannya: makan secukupnya sesuai usia. Hal lain yang mendorong penulis membuat artikel ini ialah mispersepsi soal Daimoku. Dalam satu ceramah gosyo, terangkat contoh seorang ibu sangat kuat berdaimoku, 5 jam sehari! Namun, perilaku kesehariannya tidak baik dengan seringnya memarahi sang mantu. Di lain pihak, seorang ibu lainnya pun rajin berdaimoku, 2 jam per hari. Namun, perilaku kesehariannya tidak baik dengan seringnya memarahi sang suami. Mengapa hal ini terjadi? Adakah salah persepsi soal berdaimoku? Kedua ibu ini termasuk umat senior, lho, alias sudah syinjin over 10 tahun. Intinya, saya ingin meluruskan makna-makna mendasar kedua hal pilar utama dalam agama kita, agama Buddha Niciren Syosyu. Sungguh penting kita membahas & mengkaji ulang tentang makna & pengertian Gohonzon & Daimoku sebagai kedua bagian utama Sandai Hiho. (Tri Mahadharma Rahasia). Perihal Gohonzon sudah saya bahas 2 bulan lalu. Namun ada baiknya, saya kutip ulang sbb. Gohonzon, atau Mandala Pusaka Ajaran Sejati, ialah inti Tri Maha Dharma Rahasia dalam ajaran Niciren Daisyonin untuk melambangkan tujuan hidup-Nya. Tri MahaDharma Rahasia ialah Mandala Pusaka Ajaran Pokok, Mantera Agung Ajaran Pokok & Altar Ajaran Pokok. Di sini. “Ajaran Pokok” merujuk ke ajaran Nam-myoho-renge-kyo, bukan merujuk Ajaran Pokok (paruh akhir) Saddharma-pundarika Sutra. Niciren Daisyonin mencurahkan Dharma Nam-myoho-renge-kyo yang Beliau sadari di dalam jiwa Beliau sendiri dalam tiga bentuk ini, yang sesuai dengan tiga jenis pembelajaran dalam agama Buddha — pantangan, meditasi, & prajna. Mandala Pusaka setara dengan meditasi, Mantera Agung dengan prajna, & Altar dengan pantangan. Altar ialah terjemahan kata bahasa Jepang kaidan, yang juga diterjemahkan sebagai “tataran pentahbisan.” Ini adalah tataran tempat para pelaksana berprasetya untuk menjunjung pantangan-pantangan Buddhis. Dalam ajaran Niciren Daisyonin, memeluk Mandala Pusaka itu satu-satunya pantangan, & tempat seseorang memuliakan Mandala Pusaka & melantunkan Mantera Agung disebut altar. Lagipula untuk tetap percaya pada Mandala Pusaka & melantunkan Mantera Agung sambil mengajari orang lain untuk ber-daimoku disebut pemanjatan doa. Baik altar maupun pemanjatan doa berasal dari Mandala Pusaka. Dengan demikian, Mandala Pusaka itulah inti ketiganya. Karena alasan inilah Gohonzon, atau Mandala Pusaka, dirujuk juga sebagai Maha-Dharma Sakti Tunggal. Mandala secara umum berarti: Obyek pencurahan diri yang melukiskan para Buddha & bodhisattva atau mengungkapkan suatu ajaran. Banyak aliran Buddhis menganggap mandala yang khusus untuk aliran mreka masing-masing sebagai perwujudan kesadaran Buddha atau kebenaran. Mandala didefinisikan dalam bahasa Kanji sebagai “Tercakup Sempurna” /Rin En- Gu-soku atau “Kumpulan Karunia Kebajikan/Kudoku-ju”. Maret 2017 | Samantabadra

61


Dari 2 kutipan di atas jelas, Gohonzon adalah pusat dari ketiga-pilar ajaran agama Buddha Niciren Syosyu. Gohonzon itu perlambang Buddha pada Masa Pascimadharma ini. Dengan demikian, fungsi Mandala Pusaka ialah untuk mengembangkan sifat-sifat kebuddhaan dalam jiwa seseorang. Seorang pribadi dapat berubah jiwa & fisiknya ke arah yang lebih baik dengan bersatu dengan Gohonzon ini melalui pemanjatan doa melantunkan Mantera Agung Nam-myoho-renge-kyo di altar Buddha masing-masing di rumah atau di vihara terdekat. Pertapaan pribadi yang dilakukan seseorang inilah yang akan menghasilkan perubahan hidupnya secara menyeluruh & signifikan. Semakin banyak Mantera Agung dipanjatkan, semakin berkembang sifat kebuddhaan. Inilah karunia kebajikan sunyata orang itu menganut Gohonzon di samping karunia-karunia nyata yang menunjang kehidupan ybs. mulai dari rumah & tempat usaha hingga kendaraan penunjang usaha. Sebaliknya, jika seseorang tidak melaksanakan pertapaan ini secara rutin, tak ada sanksi apapun yang akan diperolehnya. Gohonzon bukanlah bentuk personifikasi yang menghukum orang yang tak melaksanakan pertapaan yang digariskan. Tak ada takhyul dalam hal ini. Hal ini berbeda sekali dengan objek pemujaan non-Buddhis yang penuh ancaman jika tidak patuh atau memujanya. Jika terjadi sesuatu yang menghambat hidup kita, itu pun bukanlah hukuman dari Gohonzon. Insiden terjadi semata-mata karena perbuatan sendiri pada masa lampau, baik masa-lampau yang dekat maupun pada kehidupan sebelumnya. Jangan sekali-kali menyalahkan hal-hal di luar diri kita sebagai pemicu suatu insiden, apalagi sampai menyalahkan Gohonzon. Perlu sekali kedewasaan syinjin ketika terjadi insiden atau musibah apapun yang menimpa kita apakah itu kehilangan HP, sakit berat, kegagalan usaha. Sudah pasti insiden terkait dengan karma masing-masing & sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan kehadiran Gohonzon di rumah kita. Jangan ada pemikiran bahwa Gohonzon itu jimat ketika kita telah menganut agama Buddha Niciren Syosyu, bahwa dengan memiliki Gohonzon kita akan selamat, sentausa & sejahtera secara otomatis tanpa berbuat berperilaku & bertindak apapun. Contoh paling ekstrem ialah kita menyeberang tanpa melihat kanan-kiri karena sudah yakin & percaya pada Gohonzon! Contoh lainnya, seorang pelajar/mahasiswa sebegitu yakin & percaya pada Gohonzon sampai-sampai ketika menghadapi ujian tak perlu belajar! Sekarang kita bahas mengenai Daimoku. Mari kita coba lihat makna mendasar Daimoku mengacu pada referensi utama yang kita punyai sekarang ini. Hommon-no-daimoku berarti: Pemanjatan Nam-myoho-renge-kyo; lebih tepatnya, pertapaan melantunkan Nam-myohorenge-kyo dengan keyakinan pada mandala pusaka Ajaran Pokok. Di sini, “ Ajaran Pokok� merujuk pada ajaran Nam-myoho-renge-kyo, bukan pada Ajaran Pokok, ajaran ini salah satu dari Tri Mahadharma Rahasia yang dinyatakan oleh Niciren (1222-1282). Ada dua aspek daimoku: daimoku percaya & daimoku pelaksanaan. Dalam Surat kepada Horen, Nichiren menulis, “Jika Anda mencoba melaksanakan ajaran Saddharma-pundarika Sutra tanpa sraddha, seperti mencoba memasuki gudang pusaka tanpa tangan [untuk mengabil pusakapusakanya]� (511). Dengan demikian daimoku Ajaran Pokok menuntuk baik sraddha maupun pelaksanaan. Di atas telah dijelaskan, bahwa berdaimoku banyak-banyak, lebih banyak lebih baik, memupuk & menyemaikan jiwa Buddha dalam diri kita agar kita dapat menghadapi masalah kehidupan dengan lebih baik & jitu. Namun jangan dilupakan proses perombakan jiwa ini ke arah yang lebih berkualitas & bermanfaat untuk sesama kita, baik di keluarga maupun lingkungan sosial yang lebih luas & lebih besar. Baru dengan begini terjadi kepaduan Keempat Kekuatan di atas. Jika tidak, dengan hanya mengandalkan diri pada Gohonzon, hasilnya tidaklah maksimal & lebih pada upaya berdaimoku memupuk rejeki demi keamanan proteksi diri. Hal ini bukanlah tujuan utama berdaimoku banyakbanyak. 62

Samantabadra | Maret 2017


Hal ini terpengaruh pemikiran agama lain bahwa segala permasalahan manusia akan terselesaikan atau diselesaikan oleh semesta tanpa perlu berbuat apapun! Anak sekolah tak perlu belajar, ayah tak perlu bekerja, ibu tak perlu memasak asal sudah bedaimoku. Gohonzon akan menyelesaikan segalanya Jangan ada pemikiran bahwa Gohonzon itu jimat ketika kita telah menganut agama Buddha Niciren Syosyu, bahwa dengan memiliki Gohonzon kita akan selamat, sentausa & sejahtera secara otomatis tanpa berbuat berperilaku & bertindak apapun. Sungguh ekstrem & bertentangan dengan hakikat Gohonzon & Daimoku. Sudah dijelaskan dalam definisi di atas bahwa ada dua aspek daimoku: daimoku percaya & daimoku pelaksanaan. Menurut pengamatan, ada beberapa kasus yang menunjukkan miskonsepsi, mispersepsi & miskomuniskasi ybs. tentang & dengan Gohonzon & Daimoku. Sebagian umat rajin berdaimoku namun ybs. tidak berbuat baik dalam kehidupan sehari-harinya. Kasus lain, bencana sudah sangat dekat, namun ybs. tetap berdaimoku. Kasus lain ketika sakitnya semakin parah, ybs. berupaya melakukan terapi di hadapan Gohonzon! Padahal sehari-harinya atau dari awalnya tak pernah berobat secara serius atau menganggap remeh dokter dengan berpikir bahwa dengan berdaimoku di depan Gohonzon pasti penyakit akan sembuh tanpa perlu lagi ke dokter spesialis untuk berkonsultasi. Kasus umat berpenyakit yang ekstrem ialah ketika sudah melaksanakan cangkok ginjal di RRC, ybs. tak mau lagi memakan obat penawar yang faktnya harus terus dimakan seumur hidup. Jangan dilupakan, baik Gohonzon & Daimoku maupun kita masing=masing memiliki kekuatan, yang dikenal sebagai Empat Kekuatan. Syin & Gyo Riki pada diri kita berpadu dengan Ho & Butsu Riki pada Gohonzon. Keempat Kekuatan ialah Kekuatan Buddha, Kekuatan Dharma, Kekuatan Percaya, & Kekuatan Pelaksanaan. Dalam ajaran Niciren Daisyonin, Keempat Kekuatan dikenal sebagai Keempat Kekuatan Dharma Gaib, yang interaksinya memungkinkan seseorang untuk membuat doa seseorang terjawab & mencapai Kebuddhaan. Kekuatan Buddha itu maitri karuna Buddha dalam menyelamatkan semua orang. Kekuatan Dharma menunjukkan kemampuan tak terhingga Dharma Gaib membimbing semua orang ke kesadaran Buddha. Kekuatan Sraddha/Percaya itu percaya pada Gohonzon, mandala pusaka yang mewujudkan Kekuatan Buddha & Kekuatan Dharma, & Kekuatan Pelaksanaan ialah melantunkan Nam-myoho-renge-kyo itu sendiri & mengajari orang lain melantunkan Nammyoho-renge-kyo juga. Sebatas orang one menyebabkan terjadinya Kekuatan Sraddha & Kekuatan Pelaksanaan seseorang, orang dapat mewujudkan Kekuatan Buddha & Dharma di dalam jiwanya. Kesimpulan Dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan, wajiblah kita sebagai umat Buddha Niciren Syosyu berdaimoku sesungguh hati dengan jumlah memadai di hadapan Mandala Pusaka Gohonzon dengan beberapa asumsi: 1. Ada dua aspek daimoku: daimoku percaya & daimoku pelaksanaan. 2. Mandala Pusaka Gohonzon & Mantera Agung Nam-myoho-renge-kyo mengandung Kekuatan Buddha & Kekuatan Dharma. Manusia menguasai Kekuatan Percaya, & Kekuatan Pelaksanaan. Hasil maksimal akan terbukti jika kita benar-benar percay kepada Gohonzon & melaksanakan Dharma Nam-myoho-renge-kyo dalam kehidupan sehari-harinya. Tinggalkan jauh-jauh pemikiran untuk berdaimoku banyak saja tanpa perlu merombak perasaan kita! Perombakan sifat itu memang pahit & sangat menderita, namun itulah pertapaan sesungguhnya menuju Issyo Jobutsu & Sokusyin Jobutsu. Nam-myoho-renge-kyo! (Kyanne Virya) Maret 2017 | Samantabadra

63


riwayat

Syijo Kingo [四条金吾] (1230–1300) Shijo Kingo lahir di sekitar tahun 1230. Ayahnya bernama Shijo Yorikazu. Shijo Kingo adalah pengikut Nichiren Daishonin yang tinggal di Kamakura, Jepang. Nama lengkap dan gelar beliau adalah Shijo Nakatsukasa Saburo Saemon-no-jo Yorimoto. Kingo sederajat dengan gelar Saemon-no-jo [red.gelar untuk kementrian kiri (red. konsentrasi pada seni, pengetahuan dan budaya). Kementrian kiri dianggap lebih unggul dari kementrian kanan (red. militer dan seni bela diri).]. Istrinya adalah Nichigen-Nyo dan mereka memiliki dua putri, yaitu Tsukimaru-gozen dan Kyo-ogozen. Sebagai pengemban tugas Samurai, Kingo sinar muncul dengan tiba-tiba diluar kekuatan melayani keluarga Ema Asatoki dan anaknya Mitsutoki, cabang dari penguasa Klan Hojo. Kingo algojo. Meskipun saat itu tengah malam, namun langit seketika menjadi terang benderang menguasai dengan baik tentang pengobatan maupun seni bela diri, dan temperamen nya terus seperti siang hari. Orang-orang merasa ketakutan dan bergidik karena sinar tersebut. terang apa adanya, setia dan penuh semangat. Tidak ada seorang pun yang dapat Shijo Kingo juga dikenal sebagai pengikut dan menghukum seorang Daishonin, meskipun pelindung dari Nichiren Daishonin. Kesetiaan Kingo terhadap Hukum dan kebajikan moral yang otoritas negara menggunakan kekuatannya, tetap tidak bisa membunuh Buddha Yang terhormat sebagai salah satu pengikut yang setia Sebenarnya, Nichiren Daishonin. dalam sejarah Nichiren Shoshu Untuk pertama kalinya, pada tahun 1271, Sekitar tahun 1256 Dia menyatakan menjadi penganut ajaran Nichiren Daishonin, pada saat itu Penganiayaan Tatsunokuci terjadi. Nichiren Daishonin membuang peran sementaranya kira-kira bersamaan dengan Kudo Yoshitaka dan kedua bersaudara Ikegami Munenaka dan Ikegami sebagai reinkarnasi dari Boddhisatva Jogyo dan mengungkapkan jadi dirinya sebagai Asli Munenaga. Ibu Kingo, saudara perempuan, Buddha dari Kuon Ganjo. istrinya dan kedua anaknya semua menjadi Pada saat itu Kingo dapat menyaksikan pengikut dari Nichiren Daishonin. myoho terbesar yaitu acara tertinggi Dalam periode kurun waktu 10 tahun dari peristiwa Agama Buddha dimana Nichiren tahun 1271 sampai 1280 Kepercayaan dan Daishonin membuang ajaran sementara dan kontribusi Shijo Kingo menimbulkan efek yang mengungkapkan jati dirinya sebagai Buddha mengagumkan. sesungguhnya. Ketika Nichiren Daishonin dibawa ke Setelah Nichiren Daishonin di hukum Tatsunokuchi untuk menghadapi pemenggalan pembuangan ke Pulau Sado. Saat itu kondisi di tahun 1271, Shijio Kingo menemani Nichiren Pulau Sado sangat ekstrim. Nichiren Daishonin Daishonin, berteguh hati bila Nichiren Daishonin mengalami kondisi yang genting bahan pangan di hukum mati maka Kingo akan menghabiskan yang minim mengakibatkan kelaparan dan nyawanya bersama Nichiren Daishonin. cuaca yang sangat dingin. Dengan alasan ini, Ketika algojo mengangkat pedangnya untuk Shijo Kingo mengirimkan pesan dan berbagai memenggal seorang Daishonin, seketika itu pula macam sumbangan. Melalui pesan ini, Nichiren 64

Samantabadra | Maret 2017


Daishonin mempercayakan Shijo Kingo dengan memberikan pendalaman mengenai Surat Membuka Mata (Kaimoku sho), yang mana telah diselesaikan oleh Nichiren Daishonin Daishonin di bulan ke-2 tahun 1272. Di bulan ke-4 tahun 1272, Kingo sendiri melakukan perjalanan ke Pulau Sado untuk mengunjungi Nichiren Daishonin. Pada saat itu perjalanan amat sangat sulit dilewati. Beberapa kali setelah Nichiren Daishonin kembali dari Pulau Sado dan pindah ke Gunung Minobu di tahun 1274, Shijo Kingo mencoba untuk men-Syakubuku atasannya, Ema, yang merupakan penganut kepercayaan Sekolah Tanah Murni (Jodo) dan penganut dari Bhikkhu Ryokan dari kuil Gokuraku. Tuan Ema tidak dengan mudah percaya pada Saddharmapundarika Sutra atau mendukung Nichiren Daishonin Daishonin yang mana diketahui bahwa Ryokan membenci dan melecehkan Nichiren Daishonin di catatannya. Dalam satu hal, Tuan Ema memerintahkan Kingo untuk melepaskan hati kepercayaan kepada Ajaran Nichiren Daishonin Daishonin, mengancam Kingo untuk dipindahkan ke Propinsi Echigo, bila Kingo melanggar. Hal ini menyebabkan Shijo Kingo kehilangan kepercayaan diri. Namun ketika Nichiren Daishonin menyampaikan kata-kata yang memberi semangat, Shijo Kingo kembali bersemangat. Kingo dan istri lebih percaya lagi dibanding sebelumnya. Di tahun 1277 Shijo Kingo mengamati debat di Kuwagayatsu, Kamakura, yang mana Sammibo, salah seorang penganut Nichiren Daishonin, mengalahkan Ryuzo-bo, seorang Bhikkhu dari Tendai dan anak didik dari Ryokan. Sesama anggota samurai lain yang cemburu pada Kingo melihat kesempatan untuk mempermalukan Kingo di depan atasannya dan melaporkan informasi yang salah pada Tuan Ema dan mengancam untuk menyita perdikan (red. properti dan tanah yang dimiliki seseorang di jaman feodal yang diberikan oleh pimpinan tertinggi) yang dimiliki Kingo. Nichiren Daishonin Daishonin menyusun sebuah petisi ditujukan untuk Tuan Ema Atas nama Shijo Kingo, yang dikirimkan pada penganutnya yang setia. Tidak lama kemudian, Tuan Ema jatuh sakit, alhasil meminta Shijo Kingo

untuk menyembuhkannya. Beliau semakin membaik dibawah perawatan dari Shijo Kingo dan setelah itu memperbaharui kepercayaannya pada Kingo. Di tahun 1278 Kingo menerima surat dari Ema dan mendapatkan bidang tanah tiga kali lipat luasnya dibandingkan sebelumnya. Ketika Nichiren Daishonin Daishonin sakit di usia akhir beliau, Shijo Kingo mengunjungi beliau di Minobu. Kingo juga mengunjungi beliau pada saat beliau wafat dan berpartisipasi dalaam proses pemakaman. Setelah Nichiren Daishonin wafat, beliau pensiun dan tinggal di Utsubuna di propinsi Kai. Sebagai penganut kepercayaan dari Ajaran Sesungguhnya dari Nichiren Daishonin, kita harus sadar dan yakin dalam diri kita sendiri. Kapanpun dia mengalami kesulitan, Kingo selalu menjalankan Daimoku yang berkesinambungan. Menjalani hati kepercayaan yang sungguh hati dan sepenuh jiwa raga. Dengan pemikiran ini, mari lebih banyak berusaha untuk mengabdikan diri kepada hati kepercayaan ini. (xiao™) http://www.sgilibrary.org/search_dict.php?id=1992 http://alt.religion.buddhism.nichiren.narkive.com/LDSI5R7q/shijo-kingo

Rumah peninggalan Shijo Kingo yang masih dilestarikan sampai sekarang. Disebut juga sebagai Kuil Shijo Kingo.

Maret 2017 | Samantabadra

65


riwayat

Toki Jonin [富木常忍] (1216–1299)

T

oki Jonin adalah seorang pengikut awam Niciren Daisyonin yang tinggal di Wakamiya, Katsuhika, wilayah Propinsi Shimosa, Jepang yang sekarang dikenal dengan Kota Ichikwa, prefektur Chiba. Karena leluhur Jonin merupakan pria yang terpelajar dan bangsawan di Toki, Propinsi Inaba, maka beliau juga dikenal sebagai Toki Tsunenobu. Dia dikenal juga dengan nama Jonin, perbedaan baca dari nama Tsunenobu. Beliau seorang sekertaris umum pejabat daerah di Chiba. Berdasarkan suatu informasi, beliau kehilangan istrinya dan menikah lagi dengan Myojo, kemudian mengadoptasi anak laki-laki dari Myojo yang mana di tahun 1267 menjadi salah satu pengikut Niciren dan mendapatkan nama sebagai Nitcho. Nitcho kemudian hari ditunjuk sebagai satu dari enam bhiksu senior dari Niciren. Dengan pernikahan Myojo, Toki memiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Nitcho (ditulis dengan nama kanji yang berbeda dengan nama angkatnya) ditunjuk sebagai pimpinan instruktur di seminari (red. sekolah yang dipersiapkan sebagai bhiksu, penerus ajaran) Omosu oleh Nikko, sebagai penerus dari Niciren Daisyonin. Toki menjadi pengikut Niciren di Tahun 1254, setahun setelah Niciren mendeklarasikan ajarannya di Kuil Seicho-ji, beliau menjadi pengikut dari Niciren Daisyonin dan menjadi Bhiksu umum, selanjutnya dia juga dikenal sebagai Nichijo oleh gurunya, Niciren Daisyonin. Toki Jonin juga dikenal sebagai Bhikksu Toki. Beliau adalah laki-laki yang sungguh-sungguh memperhatikan kualitas dari ajaran. 66

Samantabadra | Maret 2017

Niciren mempercayakan beliau dengan banyak pekerjaan penting termasuk Mandala Pusaka Untuk Meninjau Diri Sendiri. Salah satu dari lima tulisan utama Niciren Daisyonin. Selama hidupnya Toki dikenal sebagai pendukung yang teguh dan setia terhadap Niciren. Setelah penganiyayaan Matsubagayatsu (red. Pondok Niciren Daisyonin dibakar sampai rata oleh massa yang marah) di bulan ke-8 Tahun 1260, Toki Jonin menawarkan perlindungan kepada Niciren untuk tinggal di kuil keluarga sampai Niciren merasa aman untuk kembali ke Kamakura. Toki juga membuka rumahnya untuk pengikut Niciren Daisyonin yang mengalami penganiyayaan dan menjadi pusat Niciren saat itu. Niciren Daisyonin hampir sekitar setengah tahun berada disana, selama itu banyak orang di Shimosa berpaling pada ajaran Niciren. Di Tahun 1268 pertama kali utusan dari Kerajaan Mongol menuntut Jepang sebagai sebuah tanah jajahan kerajaan. Pendeklarasian ini merupakan pertanda sebagai penyerbuan dari negeri asing.


Niciren membuat Risshō Ankoku Ron (立正安国 論/Surat Menentramkan Negara Dengan Menegakkan Filsafat Yang Benar) saat itu segera akan selesai. Niciren Daisyonin mengirimkan sebelas Surat Pertentangan Terhadap pengaruh politik dan pemimpin agama, termasuk Pejabat Bupati Hojo Tokimune dan menuntut sebuah kesempatan untuk mempertahankan ajaran Beliau di perdebatan publik keagamaan. Di tahun berikutnya. Toki Jonin diperintahkan ke Bagian Hukum Keshogunan Kamakura untuk interogasi bersama dengan Ota Jomyo dan Shijo Kingo, yang juga merupakan pengikut Niciren. Niciren Daisyonin mengirimkan intruksi yang berisikan bagaimana ber perilaku di tempat interogasi. Ketika Niciren Daisyonin dalam Hukuman Pembuangan dari Tahun 1271 sampai 1274, Toki Jonin bersama Shijo Kingo, melayani sebagai titik kumpul untuk para pengikut Niciren. Tahun 1279, ketika Nisshu dan Nichiben, mantan pengikut Thientai yang menjadi pengikut Ajaran Niciren, harus mengungsi ke daerah Fuji akibat Peristiwa Atsuhara, Toki Jonin dan istrinya, Myojo, juga dikenal sebagai bhiksuni Toki,

melindungi mereka. Toki Jonin menerima banyak pendalaman karya tulis ajaran dan surat dari Niciren dan menyimpannya dengan sangat hati-hati. Di kemudian hari ia juga mengumpulkan salinan dari semua surat disusun menjadi suatu berkas khusus untuk generasi yang akan datang, Dalam wasiatnya dia menetapkan bahwa barang-barang tersebut tidak pernah boleh dihapus dari kuil keluarga. Surat dari Niciren antara lain termasuk Perihal Hakekat Saddharmapundarika-sutra, Empat Tahapan Kepercayaan dan Lima Tahapan Pertapaan, Surat dari Sado, Arif Bijaksana Menghayati Tiga Masa Kehidupan Jiwa.

Setelah Niciren Daisyonin wafat di tahun 1282, Toki memutuskan mentasbihkan diri menjadi bhiksu dan mulai menggunakan nama Nichijo. Beliau memutuskan sisa hidupnya menyebarluaskan ajaran Niciren Daisyonin dan Saddharmapundarika-sutra. Wakamiya Hokeji, kuil keluarga dari Toki, bersama dengan dua kuil lain di wilayah yang sama, Nakayama Honmyoji dan Mama Guhoji, menjadi inti dari sekolah Nakayama. Wakamiya Hokeji dan Nakayama Honmyoji kemudian bergabung menjadi satu kesatuan yang disebut Nakayama Hokekyoji. Kuil ini masih berdiri dan terus melestarikan semua tulisan Niciren yang dikumpulkan oleh Toki. (Xiao™)

Maret 2017 | Samantabadra

67


Sekilas Tentang P3K NSI Mahavihara Saddharma Tanpa disadari ternyata tugas kami di pos P3K NSI di Ciapus sudah berjalan memasuki tahun ke-3 yang dilaksanakan pada kensyu gosyo setiap bulan. Awalnya pada acara HUT NSI di PRJ tahun 2014 Bu Tristine mengajak saya untuk tugas di Ciapus setiap bulan pada acara Kensyu NSI. Mulanya saya ragu karena kami semua masih kerja, tapi akhirnya terlaksaana juga pada Desember 2014. Hari pertama kali tugas pada desember 2014 adalah saya, sambil old and new di Ciapus. Senang rasanya bisa membantu tugas P3K NSI di Ciapus. Tapi kami tidak sendiri, ada 4 dokter yang membantu bergantian yang sempat seperti: 1. dr. Megawati Wijaya, M.M 2. dr. Widiawaty, MARS 3. dr. Yenny Holisuti 4. dr. Lenny Jusuf Joh • • • •

Jumlah pasien pada Desember 2014 sebanyak 90 pasien Februari 2015 sampai Desember 2015 sebesar 766 pasien Jumlah pasien dari Januari 2016 sampai Desember 2016 sebanyak 1.131 pasien, Jadi total pasien dari Desember 2014 sampai Desember 2016 sebanyak 1.987 pasien.

Senang rasanya bisa bantu di P3K NSI di Mahavihara Saddharma. Suatu kebahagiaan sendiri. (Dr.Megawati Wijaya, M.M)

Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.

Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.

Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu) Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

68

Samantabadra | Maret 2017


Berita Duka Cita

Bapak Suwarno Karto

Bapak Chu Wen Liung

Meninggal pada usia 98 tahun 31 Desember 2016 Umat NSI Wilayah Jawa Tengah

Meninggal pada usia 54 tahun 04 Nopember 2016 Umat NSI daerah Koba Kep. Bangka Belitung

Bapak Oey Ceng Yang

Ibu Pang Pung Kiun (Akiun)

(Ayah dari Heri Oey) Meninggal pada usia 71 tahun 29 Januari 2017 Umat NSI daerah Karawaci Banten

Meninggal pada usia 60 tahun 06 Pebruari 2017 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Bapak Lie Kiu Liem (Sahali)

(Ayah dari Ibu Lili) Meninggal pada usia 95 tahun 27 Januari 2017 Umat NSI daerah Karawaci Banten

Bapak Hendra Winata (Adik dari Ibu Lis Sumitra W) Meninggal pada usia 49 tahun 12 Nopember 2016 Umat NSI daerah Krendang DKI Jakarta

Bapak Suyanto Meninggal pada usia 42 tahun 27 Desember 2016 Umat NSI daerah Tj. Priok DKI Jakarta

Bakti donor mata dari almarhum Bapak Suyanto (kiri) dan Bapak Cen Tung umat NSI daerah Sunter DKI Jakarta (kanan) dari pihak keluarga kepada pihak bank mata.

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Maret 2017 | Samantabadra

69


resep

Roti Sisir SISTEM BIANG Bahan A: 250 gram terigu cakra 1 ½ sdm instant yeast (fermipan dll <biang>) 1 sdm gula pasir 150 cc air Bahan B: 250 gram terigu cakra 1 sdt DCL instant yeast 1 sdt supermix bread improver (pengempuk roti) 125 gram gula pasir 25 gram susu bubuk 4 butir kuning telur 75 cc air es 75 gram margarin/butter 1 ½ sdt garam 1 sdm pasta coklat, jika ingin roti sisir coklat 1 sdm pasta pandan, jika ingin roti sisir rasa pandan Ukuran loyang 10 x 15 x 6 sentimeter

Cara membuat: 1. Bahan A diaduk jadi satu sampai rata, lalu diamkan selama 1 jam.

70

Samantabadra | Maret 2017

SISTEM LANGSUNG Bahan: 500 gram terigu cakra 2 sdm instant yeast 1 sdt supermix bread improver (pengempuk roti) 125 gram gula pasir 25 gram susu bubuk 2 butir kuning telur 1 butir putih telur 175 cc air es 1 ½ sdt garam 75 gram margarin/butter Oleh Ibu Oking D, Bogor 2. Campur Bahan B jadi satu (kecuali margarin dan garam), lalu aduk rata selama kurang lebih 2 menit, kemudian masukkan garam dan margarin. Aduk lagi sampai adonan kalis. 3. Bagi adonan dan bulatkan, lalu diamkan selama 10 menit. Tipiskan adonan, gulung panjang dan susun di loyang yang sudah dipoles mentega. 4. Diamkan selama 30-40 menit, lalu panggang dengan panas 160°C dengan api bawah selama 25 menit. 5. Setelah roti matang, keluarkan dari oven. Lepaskan roti sisir satu per satu dan masingmasing dipoles dengan krim mentega gula, lalu susun lagi roti sisir seperti semula. Krim mentega gula (semua bahan diaduk dan dikocok sampai lembut): a. 250 gram butter b. 250 gram gula halus c. 1 sdt vanili Krim mentega coklat (semua bahan diaduk dan dikocok sampai lembut): a. 250 gram butter b. 100 gram gula halus c. 100 gram coklat blok cair d. 1 sdt vanili

Cara membuat: 1. Aduk semua bahan (kecuali margarin dan garam) sampai rata selama 2 menit, lalu masukkan garam dan margarin, kemudian aduk lagi sampai adonan kalis. 2. Diamkan selama 30 menit, lalu bagi adonan dan bulatkan. 3. Diamkan selama 10 menit, tipiskan adonan dan gulung memanjang, lalu susun di loyang yang sudah dipoles mentega. Diamkan lagi selama 30 menit. 4. Panggang dengan panas 160°C dengan api bawah selama 25 menit. 5. Setelah roti matang, keluarkan dari oven. Lepaskan roti sisir satu per satu dan dipoles dengan krim mentega gula, lalu susun lagi roti sisir seperti semula.


ceritaKIBA & KRUBU ilustrasi: Marvitaria

meletakkan sepatu

ide cerita: Samanta

Maret 2017 | Samantabadra

71


19

8

teka teki silang

9

10

20 11 12

1

15

2

2. Indera penglihatan. 6. Bulan kelahiran Buddha Niciren Daisyonin. 8. Berani ( Istilah Inggris ) 10. Pengemudi kapal laut. 11. Anak dari Dayang Sumbi dalam legenda Tangkuban Perahu. 12. Nada 1dr 7 tangga nada. 13. Berhenti ( Istilah Inggris ) 17. Buddha pokok masa akhir dharma. 19. Tarian dari sumatera utara. 20. Sinonim dari kata pesan.

3 16

4 5

6

17

18 7

8 19

9

Me

Mendatar 14

13

10

20

11 12

Menurun

Mendatar 13

14 15 16

17

18

19

2. Indera penglihatan. 6. Bulan kelahiran Buddha Niciren Daisyonin. 8. Berani ( Istilah Inggris ) 10. Pengemudi kapal laut. 11. Anak dari Dayang Sumbi dalam legenda Tangkuban Perahu. 12. Nada 1dr 7 tangga nada. 13. Berhenti ( Istilah Inggris ) 17. Buddha pokok masa akhir dharma. 19. Tarian dari sumatera utara. 20. Sinonim dari kata pesan.

1. Pusat tata surya. 3. Bukit dimana Buddha Niciren Daisyonin pertama kali menyebut Nammyohorengekyo. 4. Sinonim kata subuh. 5. Nama suami Sennichiama. 7. Nama masa kecil Buddha Niciren Daisyonin. 9. Darah biru. 14. Hewan pemakan daging. 15. Tempat ibadah umat Buddha. 16. Nama Ibu Buddha Niciren Daisyonin. 18. Tutup ( Istilah Inggris )

20

Mendatar

Catatan 2. Indera penglihatan.

6. Bulan kelahiran Buddha Niciren Daisyonin. 8. Berani ( Istilah Inggris ) 10. Pengemudi kapal laut. 11. Anak dari Dayang Sumbi dalam legenda Tangkuban Perahu. 12. Nada 1dr 7 tangga nada. 13. Berhenti ( Istilah Inggris ) 17. Buddha pokok masa akhir dharma. 19. Tarian dari sumatera utara. 20. Sinonim dari kata pesan.

Menurun 1. Pusat tata surya. 3. Bukit dimana Buddha Niciren Daisyonin pertama kali menyebut Nammyohorengekyo. 4. Sinonim kata subuh. 5. Nama suami Sennichiama. 7. Nama masa kecil Buddha Niciren Daisyonin. 9. Darah biru. 14. Hewan pemakan daging. 15. Tempat ibadah umat Buddha. 16. Nama Ibu Buddha Niciren Daisyonin. 18. Tutup ( Istilah Inggris )

Jawaban TTS Maret 2017 1

M

2

M

5

A

T

3

A

K 4

T

A

F

6

A

P

E

B

R

U

B

7

A

R

I

S

Z

A

E

J

8

H

B

R

A

V

9

10

U

B

A

G

N

T

A

R

A

N

M

I

O

C

A

K

O

D

S

A

U

N

G

K

U

R

I

A

N

G 12

G

D

13

B

S

O

A

T

O

W A

R

I

I

M

A

A

C

R

15

V 16

U

I

M

17

N

14

P

H

R

N

18

I

C

I

L

R

E G

N

D

A

I

S

Y

O

N

R

I

N

V

19

T

O

R

T

O

R

I

S

K

E

U

A

O R

20

72

Samantabadra | Maret 2017

I

N

F

O

R

A R

11

M

A

S

I

1. Pu 3. Bu pe N 4. S 5. N 7. N D 9. D 14. H 15. T 16. N 18. T


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Maret 2017 Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Hari Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

13 Senin 14 Selasa 15 Rabu 16 17 18 19

Kamis Jumat Sabtu Minggu

20 Senin 21 Selasa 22 Rabu 23 24 25 26

Kamis Jumat Sabtu Minggu

27 Senin 28 Selasa 29 Rabu 30 31 1 2

Kamis Jumat Sabtu Minggu

Jam

Kensyu Lansia Kensyu Lansia Kensyu Lansia

Kegiatan

Tempat

19:00 Pendalaman Gosyo Wilayah DKI Jakarta

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

19:00 Ceramah Gosyo

Daerah Masing‐Masing

10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

19:00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing‐Masing

10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

14:00 Pertemuan Ibu Daerah 19:00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing

19:00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing‐Masing

10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing‐Masing

13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Rapat DPP & DPD Jabotabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum

Daerah Masing‐Masing

Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI

Maret 2017 | Samantabadra

73


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

74

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Maret 2017

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.