Samantabadra 2017-06

Page 1

SAMANTABADRA | JUNI 2017 | NOMOR. 281

Marching Band Mandarava NSI bersama segenap official dan umat NSI di pelataran Candi Borobudur pada peringatan hari Waisak 2017.

Samantabadra gosyo kensyu SULIT-MUDAHNYA SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA DAN SUTRA-SUTRA LAINNYA gosyo cabang SURAT BALASAN KEPADA UENO DONO

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

J

u

n

i

2 0 1 7

06 # 281


Foto bersama DPP NSI dan peserta lomba fashion show “Sayuran� pada malam keakraban Kensyu Kartini 2017

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Kensyu

7 1 0 2 i n Karti

Foto bersama DPP NSI dan peserta lomba make-up pasutri pada malam keakraban Kensyu Kartini 2017


sambutan

Juni 2017 | Samantabadra

1


2

Samantabadra | Juni 2017


Juni 2017 | Samantabadra

3


4

Samantabadra | Juni 2017


Juni 2017 | Samantabadra

5


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Balasan kepada Soya-dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 21-23 April 2017

Nammyohorengekyo,

cukup. Oleh karena itu, hidup kita menjadi bahagia. Kalau Sebetulnya apa tujuan kita merasa tercukupi, kalau pertapaan agama Buddha? mengerjakan yang didasari Apa tujuan agama Buddha? oleh kesadaran, kita bisa Kita mulai sedikit-sedikit bekerja dengan tepat waktu tahu bahwa ternyata tujuan dan tepat guna, badan kita kita bertapa atau hidup pun menjadi sehat. berdasarkan agama Buddha Buddha (Sakyamuni atau supaya kita itu bisa mencapai Niciren) itu adalah manusia kesadaran Buddha. Dulu, kita biasa. Buddha Sakyamuni juga tidak mengerti apa itu arti adalah anak seorang raja dari kesadaran Buddha. Dikira dan memiliki paras wajah kesadaran Buddha itu kalau dan badan seperti manusia kita sudah mengeluarkan pada umumnya. Buddha itu sinar dari kepala kita, mata manusiawi, tetapi mencapai kita menjadi bulat dan terang. kesadaran Buddha. Dia punya Belakangan kita baru tahu perasaan jiwa yang selalu ada kalau mencapai kesadaran di kesadaran. Karena sadar, Buddha itu sebetulnya tidak pikiran menjadi bijak dan berubah wujud, yang orang arif, menyampaikan apapun Wonogiri tetap menjadi dengan tepat. Sehingga orang Wonogiri, yang orang dengan demikian, akhirnya, Tangerang tetap menjadi apa yang dibabarkan oleh orang Tangerang. Wujudnya mereka menjadi ajaran tidak ada yang berubah. (dharma). Ketika mencapai kesadaran Dengan beragama Buddha, Buddha, perasaan jiwa kita sesungguhnya kita bisa ada di keadaan yang selalu menjadi orang yang hidupnya sadar. Sadar berarti segala tidak diliputi oleh ketakutan sesuatu yang kita kerjakan atau kekhawatiran. Kalau bisa berhasil, dan apa yang dulu, kita hidup dengan kita peroleh bisa dirasa ketakutan dan memikirkan 6

Samantabadra | Juni 2017

bagaimana nasib kita esok hari? Kemudian, kita juga tidak jelas, takut orang bilang ini-itu, kalau di dalam hidup ada sakit sedikit dan terus bilang kalau ini terjadi karena leluhur tidak senang sama kita dan kasih sesajen untuk mereka. Tetapi, sekarang sudah bertemu dengan agama yang pas dan benar, sehingga kita bisa dituntun dan merasa kalau kita punya kemampuan dan mungkin dulu kita tidak merasa seperti sekarang yang percaya diri, kuat, punya kekuatan di dalam diri sendiri dan lain-lain. Dulu beragama seolaholah minta kekuatan untuk ditolong, padahal yang dimintakan tolong tidak tahu apa-apa. Ke orang tua yang sudah meninggal atau ke dewa-dewa? Akhirnya, kita bertemu dengan agama ini dan berkata bahwa semua rezeki itu bersumber dari dalam diri kita sendiri, tidak usah cari ke mana-mana. Gosyo hari ini sebenarnya


kita mengerti karena tujuan kita adalah untuk mencapai kesadaran Buddha, tetapi harus selalu hati-hati dan mempunyai kewaspadaan, kalau didalam perjalanan pertapaan, kita bisa “terpeleset� dan mundur dari hati kepercayaan. Gosyo ini diberikan kepada Tuan Soya-dono, Sebutan ‘dono’ di belakang nama berarti tuan tanah, dengan demikian tuan Soya-dono adalah tuan tanah dari daerah Soya. Ajaran Buddha itu sangat banyak dan ternyata ada 84 ribu gudang sutra. Secara klasifikasi dari Tien Tai, ajaran Buddha itu dibagi menjad dua kelompok besar. Buddha itu mengajarkan agama Buddha selama 50 tahun. Selama 42 tahun, Buddha Sakyamuni melakukan dialog dan tanya-jawab bersama murid-murid dan penganutNya. Semua ajaran-ajaran yang dia babarkan di 42 tahun ini disebut ajaran Hinayana (Theravada). Delapan tahun setelah 42 tahun pertama, Buddha Sakyamuni membabarkan ajaran yang merupakan tujuan kelahiran dia. Cara pengajarannya tidak lagi berupa tanya jawab antar murid atau penganut dengan Buddha, tetapi lebih ke arah bimbingan langsung. Yang bisa membimbing umat manusia untuk mencapai kesadaran Buddha adalah dari ajaran 8 tahun terakhir. Ajaran 8

tahun ini dibagi menjadi ajaran bayangan dan ajaran yang sesungguhnya. Ajaran bayangan ini dibagi lagi menjadi bab 1 sampai bab 14 (Shakumon), dan ajaran sesungguhnya itu dari bab 15 sampai bab 28 (Honmon/ Pokok). Jadi 8 tahun Buddha Sakyamuni membabarkan ajaran sesungguhnya yang merupakan tujuan kelahirannya yang disebut Saddharmapundarika-sutra, itu terdiri dari 28 bab. Di bab 15 sampai 28 Saddharma Pundarika Sutra, terdapat NamuMyohorengekyo. Ada hukum Kyochimyogo. Kyo itu adalah semua lingkungan, fenomena, kejadian-kejadian, apa yang terjadi di kehidupan, hukum, dan peristiwa-peristiwa. Ini harus secara manunggal yang menyatu secara gaib dengan prajna. Chi itu adalah Chi-e yang berarti prajna. Prajna dan lingkungan itu menyatu secara gaib dan itulah pencapaian kesadaran Buddha. Bagi kita umat Niciren Syosyu, tidak ada jalan lain untuk pencapaian kesadaran Buddha selain menyebut Nammyohorengekyo. Gosyo ini mengingatkan kita untuk waspada, jangan sampai kita menduakan hati kepercayaan. Yang namanya hati kepercayaan harus mantap dan satu. Hal ini bukan berarti kita tidak toleran terhadap penganut agama lain.

Di dalam perjalanan kita mencapai kesadaran Buddha, berbagai tantangan dalam hidup yang kita alami justru perlu dimaknai sebagai hal-hal yang membuat kita semakin bisa mencapai kemajuan (hikmah baik). Buddha Niciren mengatakan di dalam Saddharmapundarika-sutra, tidak ada yang berkata bahwa hidup ini adalah penderitaan, hidup ini bahagia. Namun, hidupnya jangan di 9 dunia, hidupnya harus di dunia Buddha. Kalau perasaan jiwanya ada di dunia Buddha, lingkungannya pun semua akan mengangguk-angguk dengan bahagia. Lingkungan itu bisa tetangga, majikan, teman, pacar, teman kantor, semua orang di sekeliling kita akan merasa gembira di dekat kita. Oleh karena itu, capaian yang harus kita raih adalah membuat pikiran, perbuatan, dan ucapan kita senantiasa selaras dengan dunia Buddha. Cara memunculkannya adalah dengan melaksanakan pertapaan gongyo dan daimoku di depan Gohonzon. Gohonzon adalah perasaan Buddha, jadi kalau dikatakan antara Kyo dan Chi, Kyo itu adalah lingkungan, Chi-nya itu adalah gohonzon. Di dalam gohonzon itu juga duduk berdampingan, di sebelah kanan ada Buddha Sakyamuni, di sebelah kanan ada Buddha Prabhutaratna. Ini adalah gambaran dari upacara Juni 2017 | Samantabadra

7


stupa pusaka di bab 11 dari Saddharmapundarika-sutra, di mana ada menara besar muncul dari bawah tanah, menjulang terus sampai 500 yojana, di dalamnya ada dua Buddha duduk, Prabhutaratna dan Sakyamuni. Sesungguhnya ini adalah simbolis peristiwa pada perasaan jiwa. Sakyamuni itu adalah simbol dari kesadaran Buddha dan simbol dari lingkungan adalah Prabutaratna. Dua Buddha ini mengarah ke pusaka, Sakyamuni berbicara dan Prabhutaratna mengangguk-angguk, mengiyakan semua yang Sakyamuni katakan. Lingkungan yang disebut Prabhutaratna dalam konteks kehidupan seharihari adalah lingkungan kita, seperti tetangga, majikan, teman, pacar, teman kantor. Apabila kita sebagai subyek mewujudkan sikap hidup yang berdasarkan kesadaran Buddha, dengan sendirinya lingkungan akan “mengiyakan� (menunjang) kebahagiaan kita. Kita bisa mewujudkan hal tersebut karena prajna itu ada di dalam Gohonzon. Apabila kita setiap hari pagi dan sore gongyo dan daimoku di depan Gohonzon dengan anjali, menyebut Nammyohorengekyo, pasti bisa memunculkan jiwa Buddha kita. Gongyo daimoku itu tujuannya hanya satu, memunculkan kesadaran 8

Samantabadra | Juni 2017

Buddha kita, agar bisa manunggal dengan hukum agung Myohorengekyo dan memunculkan kesadaran (Kyocimyogo). Manusia adalah Kyo-nya, dan Gohonzon adalah Chi-nya, myogo; manunggal. Gohonzon itu adalah jodoh untuk memunculkan kesadaran Buddha kita. Kesadaran Buddha di dalam diri kita akan terefleksi atau terpantul di lingkungan di sekitar diri kita setiap hari. Sehingga, seharihari kita itu gambaran dari dunia Buddha. Kalau semua terefleksi dari gambaran dunia Buddha, semua pasti akan mengangguk-angguk. Inilah mencapai kesadaran Buddha. Ternyata apa yang ada terefleksi dari lingkungan kita, keluarga, tempat kerja dan lain sebagainya, semua itu adalah gambaran dari diri kita sendiri. Kalau kurang bagus, itu adalah bayangan kita sendiri. Hidup kita sehari-hari adalah cermin dari perasaan jiwa. Saddharmapundarikasutra, dan gosyo-gosyo Niciren Daisyonin adalah guru yang kita jadikan pegangan untuk masa akhir Dharma untuk memunculkan kesadaran. Pikiran dan hati kepercayaan kita hanya satu, Nammyohorengekyo saja. Kalau seperti itu bisa ditaati dan dijalankan, kita bisa Kyochimyogo dan pasti bisa mencapai kesadaran Buddha. Kalau kita mencapai kesadaran Buddha, semua

lingkungan kita adalah lingkungan-lingkungan yang mencerminkan kehidupan yang bahagia, tercukupi, dan penuh kegembiraan. Pencapaian kesadaran Buddha hanya bisa melalui Nammyyohorengekyo. Saya juga sudah menyampaikan bahwa kita harus mewaspadai keyakinan kita. Sekarang dalam masyarakat banyak ribut-ribut mengenai pilkada. Jangan terjebak dalam suasana itu, sekarang kita harus pikir ke depan. Prajna Buddha adalah luas sampai ketepian, bersifat horizontal. Kemudian prajna juga sangat dalam dan percaya kepada hukum Buddha harus sampai ke akarnya. Tidak ada yang lain, harus mengerahkan jiwa raga untuk percaya, mengakar dan sampai dasar. Tetapi jangan sampai ekstrem, jangan anarkis sampai melakukan kekerasan kepada orang lain. Tiada lain pencapaian kesadaran Budddha adalah hasil kita bisa menyatu kepada prajna Buddha. Sebelum Saddharma Pundarika Sutra tak menerangkan hal ini. Buddha adalah kesadaran yang ada dalam diri kita masing-masing. Jiwa Buddha adalah hakikat maka disebut buchigen. Prosesnya bagaimana kita bisa membuka, mewujudkan, menyadari, dan memasukan potensi Buddha kita dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu karena kita ingin


menjadi Buddha, maka kita harus mengerjakan pekerjaan Buddha. Mencapai kesadaran adalah pencapaian tertinggi, tetapi Buddha Sakyam uni meninggalkan harta dan tahtanya untuk mencapai kesadaran. Beliau membuang tahtanya sebagai calon raja. Berarti kesimpulannya bahwa ada yang lebih dari harta, tahta, dan wanita. Kesadaran Buddha jauh melebihi itu semua. Jika kita memiliki kesadaran, maka harta, tahta, dan wanita akan menjadi penunjang kita membahagiakan sesama. Jika tahta dipegang oleh orang yang sadar maka tahta itu akan berguna. Tetapi setelah belajar Nammyohorengekyo, hidup kita tak tergantung harta dan tahta karena Buddha mempimpin dengan kearifan dan kebijaksanaan. Sekarang kita sudah tau resepnya menjadi Buddha, tetapi tidak ada artinya jika tidak dijalankan. Anak-anak kita dari kecil harus memberikan masukan yang benar, jika tidak maka masukan dari luar yang akan masuk dalam pikiran anak kita. Sekarang Buddha sudah memberikan obat kepada umat manusia untuk masa akhir dharma, tinggal kita semua yang menjalani dan menyebarluaskan. Bagaimana ceritanya Nammyohorengekyo selama 3000 tahun bisa bertahan sampai sekarang dan tersebarluas ke suluruh

belahan dunia? Buddha Sakyamuni sebelum beliau moksa berkata bahwa beliau sudah menyiapkan orangorang untuk menyebarluakan Nammyohorengekyo. Pada masa akhir dharma kita semua ikut upacara dan berprasetya untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Kita semua berjanji pada waktu itu untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Ada dua hal pokok, pertama kita harus jitai kensho, artinya kita harus menyinari diri kita sendiri dengan Nammyohorengeyo. Sehingga lingkungan kita mengakui bahwa kita adalah istimewa. Kekuatan sutra ini begitu hebat karena juga ada budinya dari Bodhisatva yang muncul dari bumi. Kita harus membuktikan janji kita sejak masa kuon, kita harus mengerjakan pekerjaan Buddha. Kita harus menanam bibit Buddha, kasih tau orang lain tentang ajaran ini. Masukan, munculkan, dan kembangkan kepada orang lain bahwa mereka juga memiliki potensi Buddha. Icinen kita harus sama dengan Icinen daripada Buddha yaitu ingin membahagiakan orang lain. Ini menjadi sebuah hidup yang terus meningkat. Bagaimana kita harus membuktikan jitai kensho dan menjalankan pekerjaan Buddha, menanamkan bibit Nammyohorengekyo. Kita adalah petaninya, sawahnya adalah umat

manusia dan bibitnya adalah Nammyohorengekyo. Intinya adalah bagaimana kita semua bisa menjalankan itu. Kemudian mengenai Kartini, kita harus tetap memegang teguh budaya bangsa. NSI juga tidak boleh ada diskriminasi, umat NSI yang keturunan Tionghoa dan umat Jawa bisa duduk bareng tidak ada perbedaan. Maka yang paling penting bagi kita adalah kembangkan sikap Buddha masing-masing. Pahami ajaran ini, dengan badan kita sendiri kita pancarkan sinar Nammyohorengekyo dengan badan kita. Kita juga kadang sulit percaya pada ajaran Buddha karena pada masa akhir dharma ini kekuatan negatif lebih besar daripada kekuatan positif. Sebetulnya kegiatan di susunan seminggu sekali itu tidak banyak. Jujur saja, umat Buddha semakin berkurang. Terutama lewat anak kita karena kita menyekolahkannya di sekolah agama lain. Maka kita perlu tenaga relawan, demi menjaga kelestarian dharma, kita harus menjaga anak-anak kita untuk tetap menganut hukum Nammyohorengekyo. ***

Juni 2017 | Samantabadra

9


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Balasan kepada Soya-dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 21-23 April 2017

Nammhyohorengekyo,

kedalam jalan kebuddhaan. Kita bisa bahagia jika kita bisa Pertama dari Gosyo membuka jiwa Buddha kita. ini Niciren Daisyonin Kita harus menyadari mengingatkan kita bahwa bahwa jiwa kita seluas alam pencapaian kesadaran semesta yang penuh dengan Buddha ada pada Saddharma maitri karuna. Buddha Pundarika Sutra. Buddha menjelaskan suasana adalah selalu mengingatkan bahwa segala gejala yang ada tujuan kita hidup adalah dalam hidup kita. Dikatakan untuk mencapai kesadaran suasana adalah luas dan Buddha. Mengapa demikian dalam. Begitupun prajna, karena melalui pencapaian tak terjangkau oleh pikiran kesadaran Buddha, hidup kita manusia, jika kita mau bisa tenang dan merasakan mencapai kesadaran Buddha, kebahagiaan. Buddha hanya tidak lain harus menyatukan memikirkan bagaimana prajna dan suasana. manusia bisa hidup mencapai Agar dapat menyatu kebahagiaan. Hanya melalui adalah melalui Saddharma Pundarika Sutra Nammyohorengekyo. Pada yang menjelaskan mengenai waktu ajaran sementara, hukum suasana dan prajna dan suasana adalah prajna. Ini memang sangat terpisah. Dalam hidup penting, kalau kita tidak kita mestinya mengikuti bisa merasakan suasana dan kehendak Buddha daripada menimbulkan prajna maka keinginan kita. Akhirnya kita hidup kita akan menderita. tidak bisa mendapatkan Maka Buddha menjelaskan hasil. Dalam Saddharma mengenai perihal membuka, Pundarika Sutra, sema menyadari, dan masuk bisa mencapai kesadaran 10

Samantabadra | Juni 2017

Buddha, tak terkecuali. Semua bisa memunculkan jiwa Buddha yang dasarnya adalah percaya. Sekarang jamannya emansipasi dan kesetaraan gender. Namun jangan melewati batas, boleh saja wanita juga mencapai kecerdasan intelektual yang sama dengan laki-laki, namun perlu juga kecerdasan berumahtangga. Kembangkan sikap perempuan NSI untuk kedamaian. Tanpa munculnya dunia Buddha, kita perempuan akan selalu menyalahkan suasana. Wanita NSI harus menjadi teladan, mampu membangun keluarga, bangsa, dan negara. Wanita NSI harus mengetahui tata krama dan budi pekerti. Tujuannya adalah menyebarkan Dharma dan memunculkan kesadaran Buddha.


Selanjutnya bagaimana kita menjalankan tugas ini tanpa mencampuradukan ajaran Buddha dengan ajaran luar. Kita selalu menyanyakan bukti nyata, katanya Nammhohorengekyo kuat? Tanpa sadar kita selalu menyalahkan suasana. Kita kemarin belajar Gosyo bahwa yang menghambat kita mencapai kesadaran umumnya bisa saja dalam keluarga. Padahal semua tergantung pada peraaan jiwa kita. Tetapi sekarang yang menghambat kita dalam pertemuan bukan keluarga tetapi diri kita sendiri. Kesungguhan hati kita yang tidak ada karena mengikuti keinginan kita. Kemudian tahun depan mengenai bazaar harus ada kemajuan. Adi tiap umat NSI dari berbagai

daerah mempunyai ciri khas. Perempuan NSI harus semakin maju dalam berkarya. Kemudian mengenai regenerasi, orangtua uga harus mendukung setiap kegiatan generasi muda dalam susunan. Jangan takut ada bela negara jadi anaknya tidak boleh ikut TGM. Jangan salah pilih, bibit pencapaian kesadaran Buddha adalah Saddarma Pundarika Sutra. Kita mau jadi bibit unggul atau bibit jelek tergantung diri kita sendiri. Kita harus terus berjuang, jangan sampai kita salah pilih. Kemudian tugas kita sebagai Bodhisatva yang muncul dari bumi ada yang sementara dan ada yang sesungguhnya. Jadi kita yang menyebut Nammohorengekyo ini adalah yang sesungguhnya.

Jangan salah memilih guru. Kemudian megenai wanita dikatakan, wanita hebat bukan karena kaya, cantik atau kuat. Wanita yang hebat adalah wanita yang mampu menghadai semua masalah yang ada. Wanita mempesona karena selalu bisa memaafkan. Coba dalam hubungan suami istri, kadang susah untuk meminta maaf. Semoga kita para kaum wanita bisa menjadi wanita yang hebat. Bukan hebat karena suami takut kita, tetapi karena rasa hormat dan bisa diayomi. Bisa saling percaya dan mendukung adalah yang dibutuhkan dalam keluarga. Mari samasama kita mengembangkan jiwa Buddha kita agar semua menjadi damai. ***

Juni 2017 | Samantabadra

11


liputan

Peringatan Waisak 2017 (2561 B.E.)

Dokyo syodai peringatan hari Waisak di Vihara Sadaparibhuta NSI Jakarta dipimpin oleh Ketua Umum NSI.

P

eringatan hari Waisak pada dasarnya adalah memperingati tiga peristiwa penting dari Buddha Sakyamuni (Sidharta Gautama) yang semuanya terjadi di bulan Vesakha saat bulan purnama. Tiga Peristiwa Penting itu adalah kelahiran Pangeran Sidharta, pencapaian penerangan sempurna Sidharta (Buddha Sakyamuni), dan pencapaian Parinibbana. NSI memperingati hari Waisak 2561 BE yang jatuh pada hari Kamis, 11 Mei 2017 dengan melaksanakan upacara dokyo

syodai di vihara vimalakirti dan cetya masing-masing daerah pada jam 10 pagi. Ketua Umum NSI memimpin upacara di Vihara Sadaparibhuta NSI diikuti oleh umat NSI dari DKI Jakarta dan sekitarnya. Marching Band Mandarava NSI mengiringi prosesi Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur pada tanggal 10 Mei 2017 yang dimulai sekitar jam 3 sore. Detik-detik Waisak di Candi Borobudur diikuti oleh umat Buddha dari seluruh Indonesia. Anggota Marching Band Mandarava NSI dan umat

NSI yang hadir melaksanakan dokyo syodai menjelang detikdetik Waisak pada tanggal 11 Mei 2017 sekitar jam 4 pagi. Rangkaian peringatan Waisak di daerah juga diisi dengan sesi keakraban, gerakan donor darah, dan kebersihan Taman Makam Pahlawan. Hal ini sebagai wujud balas budi umat NSI terhadap tanah air dan senantiasa mengingatkan kita terhadap identitas kita sebagai umat Buddha Indonesia, bukan sebatas umat Buddha di Indonesia.***

Ketua Umum NSI menyampaikan sambutan Waisak.

12

Samantabadra | Juni 2017


Penampilan Tari Lansia NSI, Paduan Suara NSI DKI Jakarta (kiri), dan Angklung Gita Pundarika NSI (atas) seusai dokyo syodai Waisak.

Penampilan Grup Angklung Gita Pundarika NSI, Tarian Ibu DKI Jakarta (atas) dan Tari Jaipong Putri Cilik (kanan) di Mal Emporium Pluit dalam rangka peringatan Hari Waisak 2017.

Juni 2017 | Samantabadra

13


BOGOR

BANDUNG BEKASI

SOLO 14

Samantabadra | Juni 2017


KARANG ANYAR

TMP SURAKARTA (SOLO)

Juni 2017 | Samantabadra

15


SEMARANG

SURABAYA MEDAN 16

Samantabadra | Juni 2017


LAMPUNG

SUKABUMI

BANGKA

Juni 2017 | Samantabadra

17


PONTIANAK

Sesi keakraban, permainan istri mencari suami.

Pasangan suami-istri anggota NSI Pontianak.

Dokyo syodai Waisak di Candi Muaro Jambi

18

Samantabadra | Juni 2017

JAMBI


BOROBUDUR

Juni 2017 | Samantabadra

19


FA S H I O N S H O W S AY U R A N

K E N S Y U K A R T I N I 2 0 1 7 20

G PUN

LAM

ENG JAT

ENG

ARA G E N

I JAT

AR GK

OR

CEN

G

BO

N

TE BAN Samantabadra | Juni 2017

ALI

AW RAJ

LUR

A AL G E T

BAR

AM JEL


Dokyo Syodai Peringatan 28 April Dokyo Syodai Vihara Vimalakirti NSI Tangerang Peringatan 28 April Vihara Vimalakirti NSI Sukabumi

V

ihara Vimalakirti NSI Tangerang, hari Jumat, tanggal 28 April 2017 dilaksanakan dokyo sodai penyebutan pertama kali Nammyohorengekyo oleh Buddha Niciren, acara dimulai pada jam 18.00 dengan diawali daimoku marathon bersama, satu per satu umat berdatangan mengisi ruangan vihara, sekitar satu jam berlangsung, dilanjutkan dengan dokyo sodai yang dipimpin oleh Ketua Daerah Tangerang, bapak Djuanda, dengan penuh semangat umat khidmat mengikuti acara tersebut.

Usai dokyo syodai, dilanjutkan dengan kata sambutan di mulai dari bapak Djuanda, kemudian bapak Suryandi, dan terakhir ibu Mei Hoa, dalam kata sambutannya dirangkum garis besarnya: 1. Memaknai semangat Buddha Niciren dalam perjuangannya melestarikan hukum agung Nammyohorengekyo,dengan keteguhan hati dan kekuatan hati kepercayaan hukum dharma dapat tersebar luas. 2. Mari bersatu dalam penegakkan hati kepercayaan dengan kesungguhan hati. 3. Pentingnya memahami dan menjalankan hari-hari keagamaan, sebagai tonggak kebangkitan menyosong dan menyambut hari raya Waisak. Acara puncaknya sekitar jam 19.40 menonton bersama dengan memutarkan film riwayat Buddha Niciren, dan terakhir umat beserta para pimpinan menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh panitia. (yansen)

P

ada tanggal 28 april 2017 seluruh umat NSI Sukabumi melaksanakan dokyo syodai untuk memperingati pertama kali penyebutan Nammyohorengekyo yang dipimpin oleh ketua daerah NSI Sukabumi Bapak Tanu Widjaya di Vihara Vimalakirti NSI Sukabumi. Seusai dokyo syodai, seluruh umat Sukabumi menyaksikan film mengenai riwayat Buddha Niciren, di mana seuruh umat Sukabumi lebih bersemangat untuk lebih meningkatkan hati kepercayaan. (sherly)

Juni 2017 | Samantabadra

21


Perkembangan STAB Samantabadra NSI

Sejak awal tahun 2017 hingga pertengahan tahun ini, upaya peningkatan kualitas STAB Samantabadra-NSI terus dilakukan. Perkuliahan STAB Samantabadra-NSI telah kembali aktif setelah sempat vakum beberapa semester sebelumnya untuk mempersiapkan perbaikan kurikulum dan mutu pengajaran. Selain itu secara rutin dosen STAB Samantabadra-NSI mengikuti pelatihan untuk mengembangkan kualitas mutu pengajaran dan juga pemahaman tugas tridarma sebagai dosen dan beban kerja dosen. Pelatihan difasilitasi oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktorat Pendidikan Agama Buddha. Setiap bulan STAB Samantabadra-NSI mengundang dosen tamu yang berpengalaman di bidang sesuai mata kuliah 22

Samantabadra | Juni 2017

bersangkutan, sebagai upaya nyata memberikan yang terbaik bagi seluruh mahasiswa/i. Beberapa mata kuliah umum yang sudah dilakukan pada semester genap ini adalah kuliah umum Pancasila dan Kewarganegaraan mengundang pembicara khusus, Mayjen TNI (Purn) E. Imam Maksudi, Tenaga Profesional Lemhannas RI Bidang Geopolitik & Geostrategi. Dosen tamu dari Lemhanas RI ini telah berpengalaman melatih caloncalon pemimpin besar di Indonesia. Dalam mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan, mahasiswa mempelajari prinsip-prinsip moral yang sangat diperlukan untuk mengomunikasikan berbagai perbedaan yang menjadi ciri masyarakat Indonesia, serta mengembangkan kesadaran

kolektif sehingga terwujud suasana kehidupan yang selaras harmonis, serta dapat menyatukan segenap upaya demi tercapainya tujuan dan cita-cita hidup bersama sebagai bangsa Indonesia. Keahlian bahasa asing juga disiapkan untuk calon lulusan STAB SamantabadraNSI, dengan mengundang dosen tamu yang ahli bahasa Mandarin, yaitu Guan Nan,

Dosen tamu Lemhanas.


Dosen tamu UBM.

Ph.D selaku Wakil Dekan Jurusan Bahasa Mandarin dari Universitas Bunda Mulia, Jakarta. Setiap bulan mahasiswa STAB secara intensif mempelajari Filsafat Icinen Sanzen sebagai salah satu mata kuliah wajib dan syarat kelulusan sebagai sarjana pendidikan agama Buddha. Yang tidak kalah pentingnya adalah mahasiswa disiapkan juga untuk mampu menguasai keahlian mengoperasikan komputer dan teknologi. Dengan berlandaskan pada keinginan tulus untuk bisa menyumbang dan mengembangkan agama Buddha, para mahasiswa STAB pun menjalani tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Hal itu terlihat dari konsistensi mahasiswa untuk selalu hadir tepat waktu dan mengikuti sesisesi perkuliahan yang ada, di tengah kesibukan pekerjaan dan profesi masing-masing. Usia lanjut pun bukan

penghalang untuk bisa mewujudkan impian menjadi seorang sarjana pendidikan berkualitas di Indonesia yang bisa semakin menjaga

kelestarian Hukum Agung Nammyohorengekyo di bumi ini. (maya)

Peningkatan Kualitas Dosen dan pengurus STAB Samantabadra-NSI mengikuti workshop dan pelatihan.

Juni 2017 | Samantabadra

23


Ketua Umum NSI Dalam Seruan Moral Organisasi Keagamaan Untuk Pilkada Damai

Organisasi keagamaan sudah seharusnya mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga keutuhan, persatuan, dan kesatuan Republik Indonesia. Dalam menyikapi situasi yang cukup memanas di DKI Jakarta Menjelang Pilkada Putaran Kedua, yang dilaksanakan pada Rabu (19/4), Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja hadir di kantor PBNU, Jakarta, (17/4/17) untuk turut serta dalam acara “Seruan Moral Organisasi-Organisasi Keagamaan terkait Pilkada DKI putaran kedua”. Acara tersebut diikuti pula oleh Ketua Umum PBNU, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Ketua Umum Persekutuan Gereja24

Samantabadra | Juni 2017

gereja di Indonesia (PGI), dan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Dalam seruan ini para pemuka agama menyerukan kepada seluruh umat beragama di DKI Jakarta agar tetap bersikap tenang, tidak takut, dan berpikir jernih dalam menyikapi keadaan. Para pemuka agama juga mengajak seluruh umat beragama yang mempunyai hak pilih untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebagai bentuk kontribusi nyata bagi nusa dan bangsa. “Kita wajib mendukung segala upaya pemerintah untuk menyukseskan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua serta menjaga keamanan dan kedamaian demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, demikian ujar MPU Suhadi Sendjaja. Para pemuka

agama juga mengimbau untuk menentukan pilihan berdasarkan hati nurani dan mengedepankan nilai-nilai kebangsaan serta kebhinekaan, sehingga dapat memberikan makna positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945. Masyarakat diharap dapat menjaga dan menjamin masa tenang yang sedang berlangsung guna menghindari berbagai bentuk intimidasi serta politisasi agama. Selain itu, umat juga diminta untuk tetap berdoa agar Indonesia dapat memiliki pemimpin yang arif dan bijaksana, sehingga pasca proses pemilihan kepala daerah ini bangsa Indonesia, khususnya DKI Jakarta dapat mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, makmur, serta beradab.“ ***


Temu Anak-anak NSI Ke-26 MAHAVIHARA SADDHARMA NSI - CIAPUS 1 Juli (17.00) – 2 Juli (14.00) 2017 Dana Paramita Kensyu : Rp. 150.000,-

AYO SEGERA DAFTAR

Pendaftaran harap mencantumkan kelas

Juni 2017 | Samantabadra

25


Pembinaan Mahasiswa Agama Buddha Tahun 2017

26

Samantabadra | Juni 2017


Juni 2017 | Samantabadra

27


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Sulit Mudahnya Saddharmapundarika-sutra dan Sutra-Sutra Lainnya LATAR BELAKANG|

J

udul bahasa Jepang dari Gosyo ini adalah Shokyo to Hokekyo to Nan-i no Koto. Gosyo ini ditulis di Minobu pada tahun 1280, dan diberikan kepada Toki Jonin. Pada Waktu itu Niciren Daisyonin sedang mencurahkan seluruh tenaganya untuk membina para muridnya melalui berbagai pelajaran agama Buddha, antara lain pelajaran tentang Saddharmapundarikasutra. Sehingga pada waktu itu salah seorang muridnya, Toki Jonin, bertanya kepada Beliau mengenai pengertian kalimat Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi: “ Diantara semua ( Sutra ) itu, Saddharmapundarika-sutra inilah yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti”. Maka dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin menerangkan kalimat ini dalam bentuk tanya jawab. Oleh karena Gosyo ini membahas kalimat Bab Dharma Duta sebagaimana yang dikutip di atas, maka Gosyo ini juga mempunyai nama lain: ”Keterangan Tentang Ajaran Yang Paling Sulit Dipercaya dan Sulit Dimengerti” (bahasa Jepangnya: “ Nashin Nange Hoomon”). Adapun isi dari Gosyo ini secara garis besarnya dapat dibagi dua. Pertamatama Niciren Daisyonin menerangkan bahwa segala sutra lain kecuali 28

Samantabadra | Juni 2017

Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran Sang Buddha yang sifatnya disesuaikan dengan bakat dan kemampuan umat (ajaran Zuita-i), sehingga ajaran-ajaran ini ‘mudah dipercaya dan mudah dimengerti’. Sebaliknya Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang menerangkan kesadaran Sang Buddha sebagaimana adanya (ajaran Zuiji-i) sehingga ‘sulit dipercaya dan sulit dimengerti’. Dengan dasar ini Beliau menyatakan bahwa justru Saddharmapundarika-sutra adalah raja dari segala sutra, yang dapat membuat seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Kedua, Beliau mengemukakan suatu prinsip bahwa agama Buddha adalah tubuh, masyarakat adalah bayangannya. Artinya keadaan agama Buddha yang tersesat di Jepang saat itu mengakibatkan masyarakatnya menjadi kacau dan keruh. Beliau amat prihatin atas keadaan masyarakat Jepang saat itu, sehingga Beliau mengajarkan dalam Gosyo ini bahwa orangorang yang pasti dapat mencapai kesadaran Buddha sesuai dengan kehendak Sang Buddha adalah hanya Beliau dan muridmuridnya.


ISI GOSYO | Pertanyaan: Apakah maksudnya kalimat Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi “Di antara semua itu, Saddharmapundarika-sutra inilah yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti?” Jawab: Kini telah berlalu dua ribu tahun lebih sejak Sang Buddha mengkhotbahkan Sutra ini. Setelah Sutra ini tersebar di India selama seribu dua ratus tahun dan di Tiongkok dua ratus tahun lebih, maka masuklah Sutra ini ke Jepang, dan sejak itu kini telah berlalu tujuh ratus tahun. Tetapi sejak wafatnya Sang Buddha, hanya ada tiga orang yang benar-benar membaca kalimat yang disebutkan di atas. Di India, Bodhisattva Nagarjuna menulis dalam karangannya berjudul Mahaprajnaparamitha-sastra. “Hal ini sama seperti seorang tabib yang amat mahir dapat merubah racun menjadi obat”. Ini berarti ia telah membaca kalimat yang berbunyi : “Sulit dipercaya dan sulit dimengerti”. Sedangkan di Tiongkok, orang yang disebut arif-bijaksana Mahaguru Tien-tai telah membaca kalimat tersebut, sehingga ia menulis dalam karangannya: “Di antara segala Sutra yang ‘sudah’, ‘sedang’ dan ‘akan’ dikhotbahkan, Saddharmapundarika-sutra inilah yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti”. Kemudian di Jepang, Mahaguru Dengyo telah membaca kalimat tersebut dan menulis dalam karangannya: “Segala Sutra yang ‘sudah’ diterangkan dalam keempat periode1, Sutra Amitarta yang ‘sedang’ dikhotbahkan dan Sutra Nirvana yang ‘akan’ diterangkan adalah mudah dipercaya dan mudah dimengerti karena semuanya itu merupakan ajaran Zuita-i. Tetapi Saddharmapundarika-sutra paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti karena ajaran Zuiji-i”. Pertanyaan: Apakah maksud keterangan ini? Jawab: Suatu ajaran mudah dipercaya dan mudah dimengerti karena ia merupakan ajaran Zuita-i atau ajaran yang disesuaikan dengan bakat dan kemampuan umat pendengar. Sebaliknya suatu ajaran sulit dipercaya dan sulit dimengerti karena ia merupakan ajaran Zuiji-i atau ajaran yang menerangkan kesadaran Sang Buddha sebagaimana adanya. Mahaguru Kobo dan para penganut dari Kuil To di Jepang beranggapan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti di antara ajaran Buddha Sakyamuni, tetapi kalau dibandingkan dengan ajaran Buddha Mahavairocana maka Saddharmapundarika-sutra merupakan ajaran yang mudah dipercaya dan mudah dimengerti. Sedangkan Jikaku dan Chisho berikut murid-muridnya beranggapan bahwa baik Saddharmapundarika-sutra maupun Sutra Mahavairocana adalah ajaran yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti; namun apabila kedua Sutra ini dibandingkan, maka Saddharmapundarikasutra adalah ajaran yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti, tetapi Sutra Mahavairocana adalah ajaran yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Kedua pandangan ini telah tersebarluas di seluruh Jepang. Tetapi menurut pengertian Niciren, apabila ajaran non-Buddhis, dibandingkan dengan ajaran Theravada, maka ajaran non-Buddhis mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Theravada sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Ajaran Theravada kalau dibandingkan Juni 2017 | Samantabadra

29


dengan Sutra Mahavairocana, maka ajaran Theravada mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Sutra Mahavairocana sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Ajaran Sutra Mahavairocana bila dibandingkan dengan ajaran Mahaprajna-paramitha-sutra, maka ajaran Sutra Mahavairocana mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Mahaprajnaparamitha-sutra sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Ajaran Mahaprajna-paramitha-sutra bila dibandingkan dengan ajaran Sutra Avatamsaka, maka ajaran Mahaprajna-paramitha-sutra mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Sutra Avatamsaka sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Ajaran Sutra Avatamsaka bila dibandingkan dengan ajaran Sutra Nirvana, maka ajaran Sutra Avatamsaka mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Sutra Nirvana sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Ajaran Sutra Nirvana bila dibandingkan dengan ajaran Saddharmapundarika-sutra, maka ajaran Sutra Nirvana mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Saddharmapundarika-sutra sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Dan lebih lanjut lagi, di dalam Saddharmapundarika-sutra sendiri kalau Shakumon dan Honmon dibandingkan, maka Shakumon mudah dipercaya dan mudah dimengerti, tetapi ajaran Honmon sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Demikianlah terdapat begitu banyak tingkatan dalam menentukan sulit dan mudahnya berbagai Sutra. Pertanyaan: Apakah manfaat kita memahami pengertian ini? Jawab: Ajaran ini adalah tidak lain dari pelita agung yang menerangi kegelapan malam hidup dan mati yang amat panjang, serta pedang sakti yang dapat menembus Kesesatan Pokok Jiwa Manusia atau Gampon no Mumyo. Justru mazhab Syingon yang menganut Sutra Mahavairocana serta mazhab Kegon yang menganut Sutra Avatamsaka adalah ajaran Zuita-i yang mudah dipercaya dan mudah dimengerti. Sutra-sutra yang dikhotbahkan Sang Buddha sesuai dengan kehendak umat manusia Sembilan Dunia disebut ajaran Zuita-i, Sebagai umpama, sama seperti seorang ayah yang bijaksana yang sengaja menuruti kehendak anaknya yang bodoh. Sutra-sutra yang dikhotbahkan Sang Buddha dengan menuruti Dunia Buddhanya disebut ajaran Zuiji-i . Hal ini sama seperti seorang ayah yang arif-bijaksana menyuruh anaknya yang bodoh untuk mengikuti dirinya. Apabila Saya melihat Sutra Mahavairocana, Sutra Avatamsaka, Sutra Nirvana dan sebagainya berdasarkan pengertian ini, maka semuanya itu merupakan Sutra-sutra Zuita-i. Pertanyaan: Apakah buktinya Sutra-sutra tersebut merupakan ajaran Zuita-i ? Jawab: Dalam Srimala Sutra dikatakan :�Kepada umat manusia yang belum pernah mendengar Hukum Sebab Akibat, Sang Buddha mengajarkan sebab-sebab baik untuk terlahir dalam Dunia Kemanusiaan dan Dunia Surga. Kepada umat manusia yang menuntut Dunia Sravaka, Sang Buddha menerangkan ajaran Sravaka-yana. Kepada umat manusia yang menuntut Dunia Pratyekabuddha, Sang Buddha menerangkan ajaran Pratyekabuddha-yana. Sedangkan kepada umat manusia yang mencari ajaran Mahayana, Sang Buddha menerangkan ajaran Mahayana�. Inilah ajaran Zuita-i yang mengikuti kehendak umat manusia, sehingga ajaran ini mudah dipercaya dan mudah dimengerti. Demikian pula dengan Sutra Avatamsaka, Sutra Mahavairocana, Mahaprajna-paramitha-sutra, Sutra Nirvana dan sebagainya. Dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra dikatakan : “ Pada saat itu Sang Buddha 30

Samantabadra | Juni 2017


menyapa delapan puluh ribu pemimpin agung melalui Bodhisattva Baisyajaraja dengan bersabda : “Wahai Baisyajaraja! Apakah engkau lihat dalam khalayak ini, para Dewa, Raja Naga, Yaksha2 , Gandharva3 , Asura4, Garuda5, Kimnara6, Mahoraga7 , manusia dan makhluk bukan manusia, serta para bhikku, bhikkuni, upasaka8 dan upasika9, yang merupakan pencari Kesravakaan, pencari KePratyekabuddhaan serta pencari KeBuddhaan, yang semuanya dalam jumlah tak terbatas ini ? Seluruh umat yang berada di hadapan Sang Buddha ini, seandainya mereka mendengar hanya sebait syair atau sepatah kata dari Saddharmapundarika-sutra dan bergembira meskipun sekejap (icinen), maka Aku memberi kepastian pencapaian kesadaran Buddha kepadanya. Sungguh mereka pasti akan mencapai Anuttara Sammyak Samboddhi10�. Tetapi dalam Sutrasutra lain diterangkanlah ajaran yang berbeda-beda untuk setiap bakat manusia. Misalnya saja ajaran Lima Pantangan11 untuk orang-orang Dunia Kemanusiaan; Sepuluh Jalan Kebenaran12 untuk orang-orang Dunia Surga; ajaran Empat Kekuatan Jiwa Yang Tak Terbatas13 untuk Dewa Brahma; ajaran untuk berderma kepada Raja Mara; ajaran 250 pantangan untuk kaum bhikku; ajaran 500 pantangan untuk kaum bhikkuni; ajaran Empat Kebenaran Suci14 untuk kaum Sravaka; ajaran Dua belas Sebab Jodoh15 untuk kaum Pratyekabuddha ; dan ajaran Enam Paramitha untuk kaum Bodhisattva. Hal ini sama seperti air yang selalu mengikuti bentuk bejana yang persegi atau pun bulat; dan juga sama seperti seekor gajah yang mengeluarkan kekuatannya sesuai dengan musuh yang dihadapinya. Tetapi Saddharmapundarika-sutra tidaklah demikian. Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan kepada seluruh pendengar, baik Delapan Makhluk16 maupun Empat Umat17. Hal ini sama seperti penggaris yang dapat meluruskan segala garis yang bengkok, dan sama seperti seekor singa yang mengeluarkan kekuatan besar tanpa peduli kuat lemahnya musuh. Apabila kita melihat segala Sutra berdasarkan cermin terang ini, maka ketiga Sutra mazhab Syingon dan ketiga Sutra mazhab Jodo akan tersembunyi dan tidak tampak. Tetapi entah kenapa, setiap orang percaya pada ajaran Kobo, Jikaku dan Chisho, sehingga pengertian di atas telah tenggelam dan tersembunyi di Jepang selama 400 tahun. Hal ini sama seperti menukar permata dengan batu kerikil, menukar kayu cendana dengan kayu yang usang. Agama Buddha diputarbalikkan seperti ini, sehingga masyarakat menjadi kacau dan keruh. Agama Buddha ibarat tubuh, masyarakat ibarat bayangannya. Apabila tubuhnya bengkok,bayangan akan miring. Tetapi alangkah bahagianya Saya dan murid-murid Saya, karena kita pasti akan mencapai lautan Sarvajnata sesuai dengan kehendak Sang Buddha. Sedangkan para sarjana masyarakat umum yang percaya pada ajaran Zuita-i pasti akan tenggelam di dalam lautan penderitaan. Lebih lanjut akan Saya tulis lagi. Tanggal 26 bulan ke-5 Surat balasan Kepada Saudara Toki Hormat Saya, Niciren

Juni 2017 | Samantabadra

31


KETERANGAN ISTILAH 1. Empat Periode: Tien-tai menggolongkan seluruh Sutra yang dikhotbahkan Buddha Sakyamuni menjadi Lima Periode menurut urutan waktunya, yaitu ; periode Avatamsaka (Kegon), periode Agam (Agon), periode Vaipulya (Hoto), periode Mahaprajna paramitha (Hannya) dan periode Saddharmapundarika (Hokke). Empat periode yang dimaksud disini ialah periode Avatamsaka hingga periode Mahaprajna-paramitha. 2. Yaksha: Sejenis setan yang terdapat dalam kepercayaan India kuno, tetapi dalam Saddharmapundarika-sutra ia diterangkan sebagai salah satu dewa baik yang melindungi Saddharmapundarika-sutra. 3. Gandharva: Disebut juga Dewa Harum, ia adalah seorang dewa pemain musik, dan ia tidak makan daging serta tidak minum minuman keras, tetapi ia hanya mencari bau harum/wangi, oleh karenanya ia dijuluki Dewa Harum. Menurut kepercayaan di India zaman kuno, ia memainkan musik di hadapan Dewa Indera bersama Kimnara. 4. Asura: Juga merupakan salah satu dewa dalam legenda India kuno yang berperawakan buruk dan melambangkan jiwa angkara-murka. 5. Garuda: Garuda adalah merupakan salah satu mahluk yang menghadiri upacara Saddharmapundarika-sutra dan menjadi pelindung Saddharmapundarika-sutra. 6. Kimnara: Dewa Menyanyi. Ia memiliki suara yang merdu dan dapat mempertunjukkan nyanyian dan tarian yang indah. Rupanya menyerupai manusia tetapi di kepalanya ada sebatang cula/tanduk. 7. Mahoraga: Dewa yang tidak memiliki kaki dan berjalan dengan perutnya. Badannya berbentuk manusia tetapi kepalanya berbentuk ular . ( No. 2 sampai No.6 di tambah para Dewa dan Raja Naga disebut Delapan Mahluk pelindung Saddharmapundarika-sutra ) 8. Upasaka: Penganut agama Buddha yang pria. 9. Upasika: Penganut agama Buddha yang wanita. 10. Anuttara Sammyak Samboddhi: Secara harfiah berarti kesadaran tertinggi yang adil merata dan tiada taranya. Maksudnya ialah kesadaran Buddha yang tertinggi dan sempurna. 11. Lima pantangan: Pantangan untuk kaum upasaka dan upasika yang diterangkan dalam ajaran Theravada, yaitu : pantangan membunuh, pantangan mencuri, pantangan berzinah, pantangan berbohong dan pantangan minum-minuman keras. 12. Sepuluh jalan kebenaran (Dasa Kusalani): Sepuluh kebaikan yang diterangkan dalam sutra Shobonenjo, yaitu: 1) tidak membunuh; 2) tidak mencuri; 3) tidak berzinah; 4) tidak berbohong; 5) tidak berlidah dua; 6) tidak mencela orang lain; 7) tidak menghias katakata; 8) tidak serakah; 9) tidak iri dan benci; 10) tidak berpandangan sesat. 13. Empat kekuatan jiwa yang tak terbatas (Catvari Apramani): Empat macam keadaan jiwa welas asih kaum Boddhisatva dan Sang Buddha yang tak terbatas. Dalam kitab “Mahaprajna paramitha sastra� karangan Nagarjuna dikatakan : bahwa barang siapa yang memiliki keempat sikap ini akan dilahirkan sebagai Dewa Brahma. Adapun 32

Samantabadra | Juni 2017


masing-masing ialah: 1) Maitri: memberi kebahagiaan pada umat manusia; 2) Karuna: mencabut penderitaan umat manusia 3) Mudita: bergembira karena umat manusia dapat meninggalkan penderitaannya; 4) Upekha: meninggalkan segala rasa benci dan iri terhadap umat manusia. 14. Empat kebenaran suci (Catur Aryasatya): Suatu ajaran yang diterangkan oleh Buddha Sakyamuni tatkala Beliau pertama kali memutar roda Dharma di taman Mirgadava. Sesudah kemokshaan Buddha Sakyamuni, ajaran ini dianggap ajaran Theravada dan orang yang telah memahami ajaran ini disebut Sravaka. Masing-masingnya ialah: 1) Dukha-aryasatya: menyadari bahwa segala sesuatu dalam dunia yang sesat ini adalah penderitaan; 2) Samudya-aryasatya: menyadari bahwa penyebab segala penderitaan adalah hawa nafsu; 3) Nirodha – aryasatya: menyadari bahwa untuk mencapai kesadaran harus memusnahkan hawa nafsu; 4) Marga-aryasatya : menyadari jalan untuk memusnahkan hawa nafsu. 15. Dua belas sebab jodoh (Dvadasanga Pratityasamutpada): Salah satu ajaran Buddha Sakyamuni mengenai dua belas sebab-musabab kefanaan hidup manusia. 16. Delapan Makhluk: Delapan jenis mahluk dewata yang menjadi pelindung Saddharmapundarika-sutra, yaitu: Dewa, Raja Naga, Yaksha, Gandarva, Asura, Garuda, Kimnara dan Mahoraga. 17. Empat umat: Bhikku, Bhikkuni, Upasaka dan Upasika. 18. Sarva-jnata: Prajna Sang Buddha yang mencakup segala sesuatu.

Juni 2017 | Samantabadra

33


| KUTIPAN GOSYO MENJELASKAN KALIMAT BAB DHARMA DUTA: “SULIT DIPERCAYA DAN SULIT DIMENGERTI”

dan mempertahankan ajaran ini dengan baik. Hal ini sama seperti seorang tabib yang amat mahir dapat merubah racun menjadi obat.” Apakah maksudnya kalimat Bab Dalam Sutra-sutra sebelum Dharma Duta SaddharmapundarikaSaddharmapundarika-sutra, kaum Arhat sutra yang berbunyi, “di antara semua yang terdiri dari kaum Sravaka dan kaum itu, Saddharmapundarika-sutra inilah yang Pratyekabuddha dinyatakan bahwa bibit paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti?” keBuddhaannya telah busuk, sehingga mereka dianggap tidak akan dapat mencapai Kesadaran Keterangan: Buddha untuk selama-lamanya. Tetapi dalam Pada awal Gosyo ini dikemukakanlah sebuah Saddharmapundarika-sutra ternyata mereka pertanyaan mengenai salah satu kalimat dari Bab diizinkan untuk mencapai Kesadaran Buddha. Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra yang Kekuatan Saddharmapundarika-sutra yang amat lengkapnya berbunyi: besar ini, oleh Nagarjuna diumpamakan sebagai Pada Waktu itu Sang Buddha menyapa kemampuan seorang tabib mahir yang dapat kembali Bodhisattva-Mahasatva Baisyajaraja merubah racun menjadi obat. Maka berdasarkan dengan bersabda, ”Sutra-sutra yang Aku kalimat Mahaprajna-paramitha-sastra ini, khotbahkan adalah sebanyak ribuan koti yang tak Niciren Daisyonin telah memastikan bahwa terbatas. Ada yang sudah selesai dikhotbahkan, Nagarjuna benar-benar memahami kalimat ada yang sedang dikhotbahkan, dan ada yang Bab Dharma Duta yang mengatakan bahwa akan dikhotbahkan di masa mendatang. Di antara Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang semua itu, Saddharmapundarika-sutra inilah paling sulit dipercaya dan sulit dipahami. yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Ada dua hal yang hanya diterangkan dalam Untuk menjawab pertanyaan pertama, Saddharmapundarika-sutra dan belum pernah Niciren Daisyonin tidaklah secara langsung diterangkan dalam Sutra-sutra sebelumnya, menerangkan makna kalimat Bab Dharma yaitu: pertama, pencapaian Kesadaran Buddha Duta tersebut, akan tetapi Beliau hanya kaum Sravaka dan Pratyekabuddha (hal ini menunjukan betapa sulitnya untuk memahami diterangkan dalam bagian Shakumon); dan Saddharmapundarika-sutra secara benar, kedua, pencapaian Kesadaran Buddha Sakyamuni dengan mengatakan, “...sejak wafatnya Sang pada masa lampau yang amat jauh (hal ini Buddha, hanya ada tiga orang yang benar-benar diterangkan dalam bagian Honmon), Maka membaca kalimat yang disebutkan di atas”. dalam Surat Membuka Mata atau Kaimokusho, Sesudah itu Beliau menjelaskan bagaimana Niciren Daisyonin mengatakan bahwa dua hal ini ketiga orang itu, Nagarjuna, Tien-tai dan Dengyo, merupakan ‘dua hal terpenting’ yang membuat menginterpretasikan kalimat Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra sulit dipercaya dan tersebut, dengan mengutip karangan mereka. sulit dimengerti. Dan dari kutipan karangan Dengan demikian. dengan sendirinya arti kalimat Nagarjuna di atas dapatlah diperkirakan bahwa Bab Dharma Duta tersebut menjadi jelas. ia telah memahami salah satu dari kedua hal Dalam karangannya, Mahaprajna paramitha tersebut, yaitu sulit dipercaya dan dimengertinya sastra, Nagarjuna menulis, “...dalam Sutra-sutra pencapaian Kesadaran Buddha kaum Sravaka dan seperti Saddharmapundarika-sutra diterangkan Pratyekabuddha. bahwa kaum Arhat telah mendapat kepastian Selanjutnya kutipan karangan Tien-tai dan untuk mencapai kesadaran Buddha, sehingga Dengyo secara langsung menunjuk kepada para Bodhisattva yang agung telah menerima kalimat Bab Dharma Duta yang dimaksudkan.

1

34

Samantabadra | Juni 2017

GM


Baik Tien-tai maupun Dengyo menerangkan bahwa apa yang dimaksud dengan Sutra yang “sudah selesai dikhotbahkan” adalah Sutra-sutra keempat periode: Avatamsaka, Agam, Vaipulya dan Mahaprajna-paramitha; sedangkan Sutra yang ‘sedang dikhotbahkan’ adalah Sutra Amitarta sebagai sutra pembukaan bagi Saddharmapundarika-sutra; kemudian Sutra yang ‘akan dikhotbahkan’ adalah Sutra Nirvana. Dengan uraian ini, kedua tokoh agama Buddha tersebut menjelaskan maksud kalimat Bab Dharma Duta bahwa justru Saddharmapundarika-sutra adalah Sutra yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti di antara segala Sutra yang ‘sudah’, ‘sedang’ dan ‘akan’ dikhotbahkan. Lebih lanjut mereka juga mengatakan bahwa segala Sutra selain Saddharmapundarikasutra mudah dipercaya dan mudah dimengerti karena merupakan ajaran Zuita-i; sedangkan Saddharmapundarika-sutra sulit dipercaya dan sulit dimengerti karena merupakan ajaran Zuiji-i. Mengenai Zuita-i dan Zuiji-i akan diuraikan dalam tanya jawab selanjutnya. MENJELASKAN MENGAPA SUTRA LAIN MUDAH DIPERCAYA DAN MUDAH DIMENGERTI SEDANGKAN SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA SULIT DIPERCAYA DAN SULIT DIMENGERTI

2

Apakah Maksud keterangan ini?

Keterangan : Di sini berdasarkan kata-kata Mahaguru Dengyo yang telah dikutip di atas, Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa suatu ajaran mudah dipercaya dan mudah dimengerti karena ajaran Zuita-i, sebaliknya suatu ajaran sulit dipercaya dan sulit dimengerti karena ajaran Zuiji-i. Selanjutnya Beliau mengemukakan pandangan-pandangan dari suatu aliran agama Buddha yang di Jepang disebut Mikkyo ( secara harfiah berarti ajaran rahasia). Menurut Mazhab Shingon, segala ajaran yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha Sakyamuni. Yang nyata sebagai

Nirmanakaya atau Ojin adalah Kenkyo (ajaran nyata). Tetapi segala ajaran yang dikhotbahkan oleh Thatagata Mahavairocana yang merupakan Buddha Dharmakaya atau Hossin adalah Mikkyo (ajaran rahasia) yang sulit dipahami sehingga lebih tinggi daripada Kenkyo. Pada zamannya Niciren Daisyonin, ajaran Mikkyo ini dianut oleh dua mazhab, yaitu pertama, mazhab Shingon yang berpusat di kuil To; dan kedua, mazhab Tien-tai yang belakangan ini mulai dipengaruhi ajaran Mikkyo ini. Menurut mazhab Shingon, Saddharmapundarika-sutra memang merupakan ajaran yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti di antara ajaran kenkyo, tetapi kalau dibandingkan dengan ajaran Mikkyo, maka ia pun merupakan ajaran yang mudah dipercaya dan mudah dimengerti. Selanjutnya mazhab Tien-tai di Jepang juga mulai terpengaruh oleh ajaran Mikkyo dari Mazhab Shingon, terutama pada waktu dipimpin oleh Bhikku Tertingginya yang ketiga, Jikaku, dan yang kelima, Chisho. Niciren Daisyonin amat prihatin terhadap keadaan mazhab Tien-tai di Jepang saat itu, sehingga Beliau secara tegas mengecam penyelewengan yang terjadi pada mazhab tersebut dalam berbagai Gosyo. Menurut mazhab Tien-tai yang telah terpengaruh ajaran Mikkyo ini, baik Saddharmapundarika-sutra maupun Sutra Mahavairocana adalah ajaran yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti, tetapi Sutra Mahavairocana adalah yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Kedua macam pandangan yang telah disebutkan di atas ini mempunyai satu persamaan, yaitu berusaha untuk memastikan Sutra Mahavairocana sebagai ajaran yang lebih sulit dipercaya dan dimengerti daripada Saddharmapundarika-sutra, maka dalam kutipan di atas pertama-tama Niciren Daisyonin mengatakan bahwa kedua pandangan tersebut telah menjadi pandangan umum di kalangan umat Buddha Jepang saat itu, tetapi selanjutnya Beliau mengatakan bahwa Sutra Mahavairocana memang sulit dipercaya dan sulit dimengerti bila dibandingkan dengan ajaran Theravada, tetapi mudah dipercaya dan mudah dimengerti bila Juni 2017 | Samantabadra

35


dibandingkan dengan Mahaprajna-paramithasutra. Tingkatan-tingkatan perbandingan yang diambil oleh Niciren Daisyonin di sini lebih luas wawasannya. Pertama-tama Beliau mengatakan bahwa filsafat non Buddhis yang tidak menjelaskan Hukum Sebab Akibat kejiwaan adalah mudah dimengerti dan mudah dipercaya, sebaliknya ajaran Theravada yang termasuk filsafat agama Buddha adalah sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Tetapi ajaran Theravada ini pun kalau dibandingkan dengan ajaran Sutra Mahavairocana, adalah mudah dipercaya dan mudah dimengerti, sedangkan ajaran Sutra Mahavairocana sulit dipercaya dan sulit dimengerti karena termasuk ajaran Mahayana. Di dalam ajaran Mahayana sendiri, kalau Sutra Mahavairocana dibandingkan dengan Mahaprajna-paramitra-sutra, maka Sutra Mahavairocana mudah dipercaya dan mudah dimengerti, sementara Mahaprajna-paramitrasutra sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Dan selanjutnya Mahaprajna-paramitra-sutra ini dibandingkan dengan Sutra Avatamsaka. Disini perlu kita pahami penggolongan ajaran agama Buddha yang dilakukan oleh Tien-tai, yang menggolongkan seluruh ajaran agama Buddha menjadi empat macam / tingkatan ajaran : Zokyo, Tsukyo, Bekkyo dan Enkyo. 1. Ajaran Zokyo adalah ajaran Theravada, yaitu ajaran yang hanya menerangkan Hukum Sebab Akibat dalam Enam Dunia. Ajaran ini melihat Hakekat segala sesuatu sebagai sunyata, dan mengutamakan kaum Sravaka dan Pratyekabuddha, sementara pembinaan kaum Bodhisattva hanya dilakukan sebagai sampingan. 2. Ajaran Tsukyo adalah pintu pertama ajaran Mahayana. Disebut Tsukyo karena ia menjadi perantara/jembatan antara ajaran Zokyo dan Bekkyo ( Tsu berarti perantara; Kyo adalah ajaran). Ajaran ini pun hanya menjelaskan hal-hal enam dunia seperti halnya ajaran Zokyo tetapi menurut ajaran ini hakekat dari segala sesuatu adalah sunyata, tetapi di dalam kesunyataan

36

Samantabadra | Juni 2017

itu ada hal-hal yang bukan sunyata. Ajaran ini dipelajari oleh Tiga Dunia Suci, tetapi khususnya ditujukan kepada kaum Bodhisattva. 3. Ajaran Bekkyo khusus menerangkan pertapaan kaum Bodhisattva yang di luar Enam Dunia, tetapi pertapaan yang dijelaskan disini adalah pertapaan yang memerlukan waktu berkalpa-kalpa lamanya. Ajaran ini menerangkan Tiga Hakekat (Santai) yang terpisah-pisah. Sehingga Kesesatan Pandangan dan Pikiran (Kenjiwaku) dianggap sebagai kesesatan Kutai dari manusia Enam Dunia. Kemudian kesesatan Hawa nafsu dianggap sebagai kesesatan Ketai, sedangkan kesesatan Pokok Jiwa dianggap sebagai kesesatan Chutai. Ajaran ini khusus ditujukan kepada Bodhisattva dan tidak untuk Sravaka dan Pratyekabuddha. 4. Ajaran Enkyo adalah ajaran yang melampaui Enam Dunia, dan menjelaskan Tiga Hakekat (Santai) yang saling mencakup secara utuh. Enkyo berarti ajaran yang bulat sempurna, karena di dalam ajaran ini baik Tiga Hakekat, Sepuluh Dunia, Sepuluh Nyoze maupun Tiga Ribu perbedaan semuanya telah tercakup secara utuh dan bulat, Enkyo ada dua macam, yaitu Enkyo Saddharmapundarika-sutra dan Enkyo sebelum Saddharmapundarika-sutra (Nizenkyo). Di dalam ajaran-ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra juga ada yang bersifat Enkyo, karena ada juga ajaran yang mengatakan bahwa seorang manusia biasa dapat mencapai Kesadaran Buddha tanpa melalui berbagai tingkatan, dan ada pula yang mengatakan bahwa seorang manusia biasa dapat mencapai kesadaran Buddha tanpa memutuskan hawa nafsunya. Jadi pada dasarnya penggolongan Empat Ajaran ini bertolak dari suatu pandangan bahwa kesadaran tertinggi Sang Buddha adalah melihat Tiga Hakekat (Santai) sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu, sehingga tatkala Sang Buddha dengan kesadarannya


yang demikian berusaha untuk membina umat manusia, maka timbullah empat macam ajaran, sesuai dengan bakat umat manusia yang berbeda-beda. Dengan dasar penggolongan serupa ini dapatlah kita lihat bahwa Sutra Avatamsaka mempunyai sifat ajaran Enkyo dan Bekkyo, tetapi ia tidak mempunyai sifat Tsukyo, sehingga Sutra Avatamsaka lebih sulit dipercaya dan dimengerti jika dibandingkan dengan ajaran Mahaprajna-paramitha-sutra yang masih mempunyai sifat Tsukyo di samping sifat Enkyo dan Bekkyo. Tetapi Sutra Avatamsaka ini pun masih lebih mudah dipercaya dan dimengerti jika dibandingkan dengan Sutra Nirvana yang sebagian memiliki sifat Enkyo murni dan tidak lagi memiliki sifat Bekkyo. Sekalipun demikian Sutra Nirvana ini kalau dibandingkan dengan Saddharmapundarika-sutra, maka ia masih juga mempunyai bagian-bagian yang dipengaruhi oleh ajaran : Zokyo, Tsukyo, dan Bekkyo. Sehingga bagaimana pun juga lebih mudah dipercaya dan dimengerti daripada Saddharmapundarika-sutra yang merupakan ajaran Enkyo murni. Selanjutnya di dalam Saddharmapundarikasutra sendiri, bagian Shakumon tidak menjelaskan hakekat jiwa Buddha Kuon Ganjo, tetapi bagian Honmon menjelaskannya, sehingga Shakumon mudah dipercaya dan dimengerti tetapi Honmon sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Kemudian meskipun dalam kalimat Gosyo ini tidak diungkapkan, menurut maksud Niciren Daisyonin, di dalam Honmon sendiri ada ajaran Honmon yang tersurat dan bersifat ajaran pemanenan. Ini lebih mudah dipercaya dan mudah dimengerti, jika dibandingkan dengan ajaran Honmon yang tersirat dan bersifat pembibitan, yaitu Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung yang terpendam pada dasar kalimat Bab “Panjangnya Usia Sang Tathagata” atau Juryohon. Inilah sebenarnya ajaran yang paling sulit dipercaya dan sulit dimengerti.

PENTINGNYA MEMAHAMI PERBEDAAN AJARAN ZUIJI-I DAN AJARAN ZUITA-I

3

Apakah manfaatnya kita memahami pengertian ini?

GM

Keterangan: Di sini pertama-tama diajukan sebuah pertanyaan apa manfaatnya kita menggolonggolongkan seluruh ajaran agama Buddha menjadi ajaran Zuiji-i yang sulit dimengerti dan sulit dipercaya, dan ajaran Zuita-i yang mudah dipercaya dan mudah dimengerti. Sebagai jawabannya Niciren Daisyonin menulis : “ajaran ini adalah tidak lain dari pelita agung yang menerangi kegelapan malam hidup dan mati yang amat panjang, serta pedang sakti yang dapat menembus kesesatan pokok jiwa manusia atau Gampon no Mumyo. Maksud Niciren Daisyonin di sini adalah bahwa untuk mengenal Sutra yang menerangkan jalan langsung pencapaian Kesadaran Buddha, maka amat penting bagi kita untuk membedakan ajaran Zuiji-i dan Zuita-i, serta melihat tinggi rendah dan sulit mudahnya ajaran berbagai Sutra. Selanjutnya dalam kutipan di atas juga sekaligus Niciren Daisyonin menjelaskan makna Zuiji-i dan Zuita-i, kemudian Beliau menegaskan bahwa Sutra-sutra seperti Sutra Mahavairocana, Sutra Avatamsaka, Sutra Nirvana dan sebagainya adalah Sutra Zuita-i.

4

Ajaran ini adalah tidak lain dari pelita agung yang menerangi kegelapan malam hidup dan mati yang amat panjang, serta pedang sakti yang dapat menembus Kesesatan Pokok Jiwa manusia atau Gampon no Mumyo.

Anak Cabang

Keterangan: Dalam kalimat ini Niciren Daisyonin menyebutkan penderitaan jiwa manusia selama berkali-kali hidup dan mati sebagai “Kegelapan malam hidup dan mati yang amat panjang”. Sedangkan Kesesatan Pokok Jiwa atau Gampon no Mumyo adalah suatu kesesatan yang memang Juni 2017 | Samantabadra

37


sudah ada dalam jiwa manusia sejak asal mulanya, dan oleh karena adanya kesesatan inilah umat manusia harus menderita dalam kegelapan malam hidup dan mati yang amat panjang. Dengan kata lain Kesesatan Pokok Jiwa adalah ‘sebab’, kegelapan malam hidup dan mati yang amat panjang adalah ‘akibat’nya. Maka untuk mengenal ajaran agama Buddha yang mengajarkan jalan untuk merombak Kesesatan Pokok Jiwa dan jalan langsung Pencapaian Kesadaran Buddha, kita harus membedakan ajaran Zuiji-i dan Zuita-i. Secara tersirat sebenarnya di sini Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa justru ajaran Tiga Hukum Rahasia Agung yang terpendam pada dasar kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra, adalah jalan langsung untuk mencapai kesadaran Buddha, serta pelita agung dan pedang sakti yang dimaksudkan dalam kalimat di atas. Ini berarti justru Gohonzon Nammyohorengekyo dari ketiga Hukum Rahasia Agung yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai tujuan kelahirannya, merupakan pelita agung yang menerangi kegelapan penderitaan hidup mati, serta pedang sakti yang dapat memutuskan dan merombak segala kesesatan jiwa manusia untuk menjadi Kesadaran Pokok Jiwa (Gampon no Hossyo). ZUIJI-I DAN ZUITA-I Dalam kalimat di atas, perbedaan pengertian Zuiji-i dan Zuita-i diungkapkan dengan suatu perumpamaan. Pertama-tama dikatakan : “Sutra-sutra yang dikhotbahkan Sang Buddha sesuai dengan kehendak umat manusia Sembilan Dunia disebut ajaran Zuita-i. Sebagai umpama, sama seperti seorang ayah yang bijaksana, yang sengaja menuruti kehendak anaknya yang bodoh.”Ini berarti ajaran Zuita-i dikhotbahkan oleh Sang Buddha sesuai dengan bakat dan selera umat manusia, sehingga ajaran ini merupakan suatu upaya untuk menuntun umat manusia kepada suatu ajaran Sang Buddha yang menerangkan kesadaran yang sebenarnya. Seluruh Sutra sebelum Saddharmapundarikasutra tergolong ajaran Zuita-i ini. 38

Samantabadra | Juni 2017

Sebagai umpama, Niciren Daisyonin mengatakan di sini bahwa untuk membimbing seorang anak yang bodoh, seorang ayah yang bijaksana seringkali tidak secara langsung mengutarakan maksudnya, melainkan ia untuk sementara menuruti kehendak anaknya, agar sedikit demi sedikit kepada sang anak dapat ditanamkan pengertian yang tepat. Oleh karena sifat ajarannya yang demikian, sudah pasti ajaran Zuita-i ini lebih mudah dipercaya dan dimengerti bagi umat manusia. Selanjutnya Niciren Daisyonin mengatakan : “Sutra-sutra yang dikhotbahkan Sang Buddha dengan menuruti Dunia Buddhanya disebut ajaran Zuiji-i. Hal ini sama seperti seorang ayah yang bijaksana menyuruh anaknya yang bodoh untuk mengikuti dirinya”. Jadi ajaran Zuiji-i adalah ajaran yang mengungkapkan kesadaran Sang Buddha sebagaimana adanya. Ajaran ini bukan lagi merupakan ajaran sementara, melainkan suatu ajaran yang sebenarnya, yaitu Saddharmapundarika-sutra. Karena justru dalam Saddharmapundarika-sutra ini Sang Buddha Sakyamuni telah berusaha untuk menerangkan suatu kesadaran serta prajna yang dapat membuat seluruh umat manusia mencapai Kesadaran Buddha, Pada bagian awal dari Saddharmapundarikasutra, tegasnya dalam Bab ke-2 yang berjudul ‘Upaya Kausalya’, Buddha Sakyamuni bangkit dari samadhinya secara tenang dan tanpa ditanya Beliau berkata kepada Sariputra : “Prajna para Buddha amat dalam dan tak terbatas. Pintu prajnanya amat sulit dimengerti dan dimasuki. Segala Sravaka dan Pratyekabuddha tidak mampu memahaminya”. Prajna para Buddha berarti prajna yang dimiliki oleh setiap Buddha, sehingga setiap manusia yang berhasil memperoleh prajna tersebut pasti dapat mencapai Kesadaran Buddha. Jadi kalimat ini sebenarnya menunjukkan bahwa Budha Sakyamuni telah mewujudkan prajna dan kesadaran yang tertinggi ini, yang sanggup membuat seluruh umat manusia mencapai Kesadaran Buddha dalam Saddharmapundarika-sutra. Sedangkan Buddha Niciren Daisyonin menulis dalam Surat membuka Mata : “


Ajaran Icinen Sanzen terpendam secara rahasia, pada dasar kalimat Bab ’Panjangnya Usia Sang Tathagata’ dari bagian Honmon Saddharmapundarika-sutra”. Jadi disini Niciren Daisyonin pun mengatakan bahwa sebab pokok untuk mencapai Kesadaran Buddha, yaitu Hukum Nammyohorengekyo Yang Maha Esa, terdapat secara terpendam atau tersirat pada dasar kalimat Saddharmapundarika-sutra. Dan hukum ini oleh Beliau telah diwujudkan sebagai Gohonzon yang dapat diterima dan dipertahankan oleh seluruh umat manusia masa Akhir Dharma. Hukum Tunggal yang terpendam pada dasar kalimat Saddharmapundarika-sutra sesungguhnya telah diterangkan oleh Tien-Tai sebagai Hukum Icinen Sanzen dan Hukum Icinen Sanzen ini oleh Niciren Daisyonin diwujudkan sebagai Gohonzon, agar seluruh umat manusia masa Akhir Dharma yang berbakat rendah segera dapat menerima dan mempertahankannya serta memasrahkan jiwa kepadaNya. Maka dalam salah satu Gosyo juga dikatakan :” Kepada mereka yang tidak mengenal Hukum Icinen Sanzen, Sang Buddha membangkitkan welas asih agungnya dan membalut permata ini dalam kelima huruf (Myohorengekyo), lalu mengalungkannya pada leher umat manusia masa Akhir Dharma yang rendah bakatnya.”(Gosyo, hal 254) Dengan menggunakan perumpamaan, Niciren Daisyonin juga menjelaskan dalam kalimat di atas, bahwa ajaran Zuiji-i adalah sama seperti seorang ayah bijaksana yang tidak menuruti kehendak anaknya, tetapi menyuruh anaknya untuk mengikuti dirinya. Oleh sebab itulah ajaran Zuiji-i ini sulit dipercaya dan sulit dimengerti bagi umat manusia. Demikianlah perbedaan antara ajaran Zuiji-i dan Zuita-i, perbedaan antara ajaran yang mudah dan sulit, adalah amat penting untuk kita pahami, karena dengan pengertian ini kita dapat melihat tinggi-rendahnya ajaran suatu Sutra, serta kita dapat menentukan ajaran mana yang sanggup membina umat manusia kepada pencapaian Kesadaran Buddha secara langsung.

BUKTI TERTULIS BAHWA SUTRA LAIN ADALAH AJARAN ZUITA-I

5

Apakah buktinya bahwa Sutra-sutra tersebut merupakan ajaran Zuita-i?

Anak Cabang

Keterangan: Di sini Niciren Daisyonin mengemukakan bukti tertulis bahwa segala Sutra seperti, Sutra Mahavairocana, Sutra Avatamsaka, Sutra Nirvana dan sebagainya adalah ajaran Zuita-i, sekaligus juga membuktikan bahwa Saddharmapundarikasutra adalah ajaran Zuiji-i. Sebagai bukti bahwa segala Sutra lain merupakan ajaran Zuita-i dikutip kalimat Srimala Sutra. Kemudian sebagai bukti bahwa Saddharmapundarika-sutra merupakan ajaran Zuiji-i dikutip juga salah satu kalimat Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra. Sesudah Beliau mengemukakan bukti tertulis dari kedua ajaran ini, sekali lagi Beliau menerangkan perbedaan Zuiji-i dan Zuita-i secara mudah. Dari kutipan kalimat Srimala Sutra dapatlah kita lihat bahwa pada dasarnya segala Sutra lain merupakan ajaran-ajaran yang disesuaikan dengan bakat dan selera umat manusia, tetapi Saddharmapundarika-sutra diterangkan kepada segala macam umat pendengar. Inilah perbedaan pokok antara Saddharmapundarika-sutra dengan sutra-sutra lainnya. Ajaran Sang Buddha Sakyamuni selama 50 tahun, memang didasari satu konsistensi yang utuh, tetapi dalam proses membina umat manusia dari bakat yang rendah menuju bakat yang lebih tinggi terjadi berbagai penyesuaian dalam kata-kata dan isi ajaran Sang Buddha. Kesadaran Sang Buddha tetap sama, tetapi kata-katanya disesuaikan dengan bakat umat manusia yang sedang dihadapi. Pengkhotbahan Sang Buddha Sakyamuni selama 50 tahun bertujuan untuk membina orang-orang Sravaka, Pratyekabuddha serta manusia biasa dari Enam Dunia, agar mereka dapat mencapai kesadaran Buddha. Adapun maksud dari pembinaan Beliau ialah meningkatkan taraf kejiwaan mereka sedikit demi sedikit agar pada akhirnya mereka dapat mencapai Kesadaran Buddha dalam pengkhotbahan Saddharmapundarika-sutra. Di Juni 2017 | Samantabadra

39


antara umat yang dibimbing Sang Buddha pada waktu itu, kaum Sravaka dan Pratyekabuddha dianggap mempunyai bakat yang terendah di antara manusia biasa lainnya, karena mereka yang seharusnya lebih unggul daripada yang lain ternyata tidak seberapa berbeda dalam hal kesadaran dan suasana jiwa keagamaan. Dasar dari agama Buddha memang bukan teori filsafatnya, melainkan kesadaran dan perasaan jiwa yang melampaui itu semua. Hal mana dapat pula disebut sebagai suasana jiwa keagamaan. Mazhab Shingon dan mazhab Jodo yang tersebarluas di Jepang semasa kehidupan Niciren Daisyonin memang bukan merupakan kesadaran Sang Buddha itu sendiri, melainkan suatu ajaran yang merupakan proses untuk menuju kepada kesadaran. Sehingga ajaran ini tidak lebih dari ajaran Zuita-i yang disesuaikan dengan bakat umat manusia. Dan justru Niciren Daisyonin yang mewujudkan kesadaran Buddha Sakyamuni dalam pelaksanaan yang nyata. Di zaman apa pun juga, suatu pemikiran yang merintis suatu pembaharuan pasti mendapat banyak tantangan. Apalagi agama Buddha yang mengajarkan dasar kehidupan manusia sudah pasti mendapat penindasan yang amat besar di Jepang saat Niciren Daisyonin hidup, karena masyarakat saat itu masih kuat sifat feodalisme yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Di dalam suatu masyarakat feodal, ajaran Saddharmapundarika-sutra yang menganggap semua jiwa manusia sama mulia dan agungnya pasti mendapat berbagai penindasan. Buddha Sakyamuni yang berasal dari keluarga bangsawan saja mengalami Sembilan Macam Penindasan, maka murid-murid Sang Buddha sesudah kemokshaannya sudah pasti harus mempunyai persiapan hati untuk menghadapi kesulitan yang lebih besar. Hal ini dinyatakan dalam setiap kalimat Saddharmapundarika-sutra Memang ada beberapa orang yang benar-benar membaca dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra setelah kemokshaan Sang Buddha, tetapi tidak ada satu pun di antaranya yang menerima kesulitan yang lebih besar daripada Buddha Sakyamuni. Hal ini disebabkan karena bagaimana pun juga 40

Samantabadra | Juni 2017

mereka tidak menjalankan agama Buddha secara tepat sebagaimana yang diajarkan dalam Saddharmapundarika-sutra. Tien-Tai dan Dengyo telah memberi penjelasan ajaran Saddharmapundarika-sutra dan sebagian diantaranya telah dijalankan oleh mereka sendiri. Dengan itu saja mereka sudah dicela orang, apalagi kalau benar-benar berusaha untuk menyelamatkan masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Niciren Daisyonin. Dalam arti ini, sebenarnya tidak ada seorang pun yang menjalankan ajaran Saddharmapundarikasutra secara tepat sebelum kemunculan Niciren Daisyonin. Dalam Bab ‘Anjuran Untuk Mempertahankan’ dalam Saddharmapundarikasutra dikatakan bahwa seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti akan menghadapi Tiga Musuh yang kuat. Dalam Bab ‘Bodhisattva Sadaparibhuta’ diuraikan bahwa Bodhisattva Sadaparibhuta dianiaya dengan tongkat, kayu dan batu. Sedangkan dalam Bab ‘Munculnya Stupa Pusaka’ dikatakan bahwa ada Enam Hal yang sulit dan Sembilan hal yang Mudah. Dari uraian ini dapatlah kita mengerti bahwa kesulitan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra disebabkan karena sulitnya penyebarluasan Sutra ini. Jadi sebenarnya kalimat-kalimat ini bukan hanya menyatakan kesulitan untuk percaya dan melaksanakan ajaran Saddharmapundarikasutra, tetapi lebih dari itu, menuntut dan mengajarkan betapa sulitnya penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra sesudah kemokshaan Sang Buddha. Dalam Salah Satu Gosyo pernah Niciren Daisyonin menulis : “Pengertian Saya mengenai Saddharmapundarika-sutra tidak ada seperseribunya Tien-Tai dan Dengyo, tetapi terhadap kekuatan Saya dalam ketabahan mengatasi kesulitan serta keunggulan Saya dalam welas asih, mereka pun pasti akan gentar.” (Gosyo hal 202). Tien-Tai telah menyusun teori Icinen Sanzen secara sistematik dalam tiga karangan utamanya, dan Dengyo pun tidak lebih kecil jasanya, tetapi bagaimana pun mendalamnya teori-teori mereka, welas asih Niciren Daisyonin yang melaksanakan setiap kata dan


kalimat Saddharmapundarika-sutra untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, bukan bandingan mereka. Dalam ajaran pokok agama Buddha, terutama dalam Saddharmapundarikasutra, hal yang terpenting adalah tidak lain dari usaha untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Hal ini jelas tampak pada motivasi Sang Buddha Sakyamuni untuk meninggalkan istana kerajaan dan memasuki pertapaan. Bagaimanapun unggulnya teori seseorang tanpa adanya pengabdian nyata terhadap umat manusia, ia tidak dapat disebut sebagai seorang umat Buddha. Dalam kalimat Gosyo diatas, Niciren Daisyonin menegaskan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran Zuiji-i yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti, sehingga ia merupakan ajaran yang dapat membuat seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Dan untuk melaksanakan seluruh ajarannya serta untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, Niciren Daisyonin mewujudkan Saddharmapundarika-sutra sebagai Gohonzon. MENJELASKAN BAHWA SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA ADALAH SUMBER POKOK SEGALA SESUATU

6

Tetapi entah kenapa, setiap orang percaya pada ajaran Kobo, Jikaku dan Chisho, sehingga pengertian di atas telah tenggelam dan tersembunyi di Jepang selama 400 tahun. Hal ini sama seperti menukar permata dengan batu kerikil, menukar kayu cendana dengan kayu yang usang. Agama Buddha telah diputarbalikkan seperti ini, sehingga masyarakat menjadi kacau dan keruh. Agama Buddha ibarat tubuh, masyarakat ibarat bayangannya. Apabila tubuhnya bengkok, bayangan akan miring. Tetapi alangkah bahagianya Saya dan murid-murid Saya, karena kita pasti akan mencapai lautan Sarvajnata sesuai dengan kehendak Sang Buddha. Sedangkan para sarjana masyarakat umum yang percaya pada ajaran Zuita-i pasti akan tenggelam di dalam lautan penderitaan.

Anak Cabang

Keterangan : Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, justru Saddharmapundarika-sutra yang merupakan ajaran Zuiji-i serta sulit dipercaya dan sulit dimengerti merupakan ajaran pencapaian kesadaran Buddha bagi segenap umat manusia, tetapi banyak orang yang terkecoh oleh ajaran Kobo, Jikaku dan Chisho yang bersifat Zuita-i serta mudah dipercaya dan mudah dimengerti, sehingga selama 400 tahun lamanya negara Jepang berada dalam keadaan “menukar permata dengan batu kerikil, menukar kayu cendana dengan kayu yang usang”. Di sini Saddharmapundarika-sutra diumpamakan sebagai permata dan kayu cendana, sementara sutra-sutra lain seperti sutra Mahavairocana diumpamakan sebagai batu kerikil dan kayu yang usang. Oleh karena rakyat Jepang saat itu tidak mendasarkan kepercayaannya pada ajaran Zuiji-i, melainkan pada ajaran Zuita-i, maka agama Buddha telah diputarbalikan sehingga masyarakat semakin kacau dan keruh. Hal ini diungkapkan oleh Niciren Daisyonin :”Agama Buddha ibarat tubuh, masyarakat ibarat bayangannya. Apabila tubuhnya bengkok, bayangan akan miring”, Disinilah Niciren Daisyonin menjelaskan sumber dari segala malapetaka dan bencana. Sebagai penutup Niciren Daisyonin menegaskan bahwa barang siapa yang menganut ajaran Zuita-i akan tenggelam ke dalam lautan penderitaan, tetapi Beliau dan murid-muridnya pasti mencapai Kesadaran Buddha karena sesuai dengan kehendak Sang Buddha yang sebenarnya. Agama Buddha ibarat tubuh, masyarakat ibarat bayangannya, Apabila tubuhnya bengkok, bayangan akan bengkok. Dengan kalimat ini Niciren Daisyonin menyatakan bahwa agama Buddha tidak pernah dapat terpisah dari gejalagejala masyarakat. Benar salahnya pelaksanaan agama Buddha akan menentukan sejahtera tidaknya suatu masyarakat. Inilah semangat Rissho Ankoku (Menegakkan filsafat yang benar untuk menyelamatkan masyarakat), yang mendasari seluruh kehidupan Niciren Daisyonin. Seluruh usaha Niciren Daisyonin untuk menegakkan filsafat yang benar, bersumber Juni 2017 | Samantabadra

41


dari semangat ini, dan merupakan perwujudan welas asih agung yang senantiasa memikirkan keselamatan bangsa dan tanah air serta seluruh umat manusia. Meskipun waktu dan zaman telah berubah, Hukum dan semangat ini tidak

Catatan

42

Samantabadra | Juni 2017

akan berubah sedikit juga. Maka sebagai murid Beliau, kita harus tetap mewarisi keyakinan dan semangat ini demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur di tanah air kita. ***


Juni 2017 | Samantabadra

43


44

Samantabadra | Juni 2017


Juni 2017 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Balasan Kepada Ueno Dono

LATAR BELAKANG | Surat balasan kepada Ueno Dono yang ditulis pada tanggal 1 April 1278 (tahun Koan ke-1) memuji anak perempuan dari Ishikawa Hyoe Nyudo, petugas pemerintahan untuk desa Omosu di daerah Fuji, yang meneruskan hati kepercayaan sampai wafat dan mengajarkan bahwa Nammyohorengekyo adalah inti hakekat dari Hokekyo agar bersemangat lagi untuk melaksanakan hati kepercayaan tanpa mencampurkan hal-hal lain dengan Nammyohorengekyo.

46

Samantabadra | Juni 2017

ISI GOSYO |

K

alau sekarang telah masuki masa Mappo, maka Hokekyo maupun sutrasutra lainnya tidak mempunyai manfaat lagi. Hanya Nammyohorengekyo saja yang memberikan manfaat. Walau saya mengatakan demikian. Namun, ini bukan pikiran pribadi saya, melainkan pemikiran dan ketetapan yang diatur oleh Buddha Sakyamuni, Buddha Taho, berbagai Buddha sepuluh penjuru, dan Bodhisattva yang muncul dari bumi. Jika mencampurkan pertapaan lain dengan Nammyohorengekyo ini, maka merupakan kakeliruan yang sangat besar. Setelah matahari terbit, pelita tidak ada gunanya. Kalau hujan sudah turun, apakah embun mempunyai arti ? Perlukah memberi makanan selain susu kepada bayi yang baru lahir ? Untuk obat yang sudah manjur, tidak perlu menambah obat lagi.


KUTIPAN GOSYO |

1

Kalau sekarang telah memasuki masa Mappo, maka Hokekyo maupun sutra-sutra lainnya tidak mempunyai manfaat lagi. Hanya Nammyohorengekyo saja yang akan memberikan manfaat. Walau saya mengatakan demikian. Namun, ini bukan pikiran pribadi saya, melainkan pemikiran dan ketetapan yang diatur oleh Buddha Sakyamuni, Buddha Taho, berbagai Buddha sepuluh penjuru, dan Bodhisattva yang muncul dari bumi. Keterangan: Kutipan ini mengajarkan bahwa hukum agung Nammyohorengekyo adalah inti hakekat dari Hokekyo dan hukum pokok yang perlu disebarluaskan di masa Mappo. Pada masa Mappo Hukum Buddha Sakyamuni kehilangan kekuatan untuk menyelamatkan umat manusia, maka bukan hanya sutra-sutra selain Hokekyo melainkan Hokekyo di atas kalimat pun bukan ajaran untuk pencapaian kesadaran Buddha. Jika tidak melaksanakan Nammyohorengekyo yang merupakan bibit pokok yang dapat membuat seluruh Buddha mencapai kesadaran Buddha, maka umat manusia tidak dapat memperoleh suasana jiwa Buddha. Nammyohorengekyo adalah hukum agung yang tersirat di dasar kalimat Hokekyo. Hokekyo sendiri menyatakan hukum agung ini yang mesti disebarluaskan di masa Mappo. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin menandaskan “hal ini bukan dari pikiran saya sendiri” dan mengatakan hal ini tekad seluruh Buddha dan Bodhisattva yang muncul dalam Hokekyo.

2

Jika mencampurkan pertapaan lain dengan Nammyohorengekyo ini, maka merupakan kekeliruan yang sangat besar. Setelah matahari terbit, pelita tidak ada gunanya. Kalau hujan sudah turun, apakah embun mempunyai arti? Perlukah memberi makanan selain susu kepada bayi baru lahir? Untuk obat yang sudah manjur, tidak perlu menambah obat lagi.

Keterangan: Niciren Daisyonin langsung menunjukan hukum agung untuk pencapaian kesadaran Buddha, yaitu Nammyohorengekyo, dan membuka jalan bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesadaran Buddha. Dengan panjang lebar, Niciren Daisyonin baru pertama mengajarkan pelaksanaan penyebutan Daimoku “Nammyohorengekyo” pada saat “Proklamasi pendirian Buddhisme sesungguhnya” pada tanggal 28 April 1253 (tahun Kencho ke-5). Kemudian, setelah “Hossyaku Kempon” (menanggalkan yang sementara dan mewujudkan yang sesungguhnya) waktu penganiayaan Tatsunokuchi pada tangal 12 September 1271 (tahun Bun-ei ke-8), Niciren Daisyonin mewujudkan Gohonzon dengan “Nammyohorengekyo” dan mendirikan Tiga Hukum Rahasia Agung. (Daimoku dari ajaran pokok, Gohonzon dari ajaran pokok, dan Altar dari ajaran pokok). Setelah dibuka jalan untuk mencapai kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, segala pertapaan yang diajarkan dalam sutrasutra sebelumnya tak perlu lagi dan tak berguna sebagaimana diumpamakan bahwa pelita tak perlu lagi setelah matahari terbit dan embun tak perlu lagi setelah hujan turun. Bahkan, jika pelaksanaan Nammyohorengekyo dicampurkan dengan pertapaan sutra lain, hal ini adalah kekeliruan yang sangat besar sebagaimana dikatakan di atas. Sebab, perbuatan seperti ini berarti membuat dosa pemfitnahan hukum yang menentang Myoho. Sebagaimana dikatakan tidak dapat membesarkan bayi yang baru lahir dengan memberi makanan selain susu, dan juga dapat mengurangi efek yang sebenarnya jika menambah obat untuk obat yang sudah manjur. Yang penting sungguh-sungguh meneruskan pelaksanaan untuk Kosenrufu dengan berkeyakinan bahwa tidak ada perombakan nasib sendiri dan pencapaian kesadaran Buddha Juni 2017 | Samantabadra

47


tanpa percaya kepada Gohonzon dan usaha penyebutan Daimoku Kehidupan Yang Menang Dengan Tekad Yang Kuat! Kekuatan Gohonzon yang agung tidak dapat muncul jika ragu-ragu dengan berpikir mungkin ada jalan Iain untuk kebahagiaan selain Myoho. Buddha memberikan bimbingan sebagai berikut : “Jika hidup selalu khawatir dan terikat pada mata masyarakat atau dimensi bagian luar, sampai kapan pun tidak ada rasa aman dan lega...

Catatan

48

Samantabadra | Juni 2017

Dalam rel hati kepercayaan yang benar tidak ada jurusan yang salah menuju ketidakbahagiaan. Pasti maju terus ke arah pencapaian kesadaran Buddha.� Mari kita membangun kehidupan yang penuh kemenangan dengan tekad kuat yang meneruskan perjuangan sampai kapan pun bersama-sama dengan Gohonzon.� ***


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Meningkatkan Mutu Sifat Jiwa

Pertanyaan : Bagaimanakah kiat meningkatkan suasana jiwa untuk merombak sifat jiwa? Jawab : Meningkatkan suasana jiwa bukan berarti merombak jiwa seseorang secara keseluruhan. Meningkatkan suasana jiwa berarti menimbulkan nilai kebaikan dari sifat yang ada pada diri seseorang. Ada yang bertanya juga, “apakah sifat atau kebiasaan buruk dapat dihilangkan? Bagaimana caranya merombak sifat buruk menjadi sifat baik, sehingga orang yang dulunya bersifat buruk dapat bersifat kemanusiaan?� Sifat kemanusiaan harus dimanfaatkan dalam pekerjaan dan kehidupan. Umpama ada seseorang yang emosional, bersifat pemarah, orang tersebut tidak disukai lingkungannya karena sering marah, akhirnya ia dikucilkan dari lingkungannya hingga menderita. Kemarahan orang ini didasari dunia kemurkaan. Orang tersebut tak dapat mengendalikan sifat emosionalnya berarti juga tak dapat meninggalkan penderitaan akibat kemarahannya yang berkepanjangan tersebut. Bila kita sendiri juga mengalami keadaan ini, bagaimanakah cara mengatasi dan meningkatkan suasana jiwa? Melaksanakan peningkatan suasana jiwa bukan berarti merombak sifat manusia seharihari. Baik buruknya sifat seseorang tidak tergantung dari rupa sifat itu sendiri, maka sifat pemarah itu tidak dapat langsung diartikan sebagai sifat buruk, sifat pemarah itu sebenarnya pun merupakan atau mengandung keistimewaan seseorang.

Sifat pemarah dikatakan sebagai sifat buruk bila didasari oleh Dunia Kemurkaan, tapi dapat jadi sifat baik bila didasari oleh pandangan yang tinggi, suci dan luhur, pandangan dan tujuan yang mendorong kita melaksanakan tugas kemanusiaan. Pandangan, tujuan dan jalan kehidupan yang tinggi, suci dan luhur akan membuka mata kita, merubah mata kita yang gelap akibat perasaan hati yang didasari Dunia Kemurkaan hingga menjadi terang. Jiwa yang berada di Dunia Kemurkaan akan mendorong kita untuk marah pada segala hal di sekeliling kita. Marah yang demikian ini adalah demi menjaga diri sendiri. Tapi bila kita meningkat ke Dunia Buddha, maka kita tidak akan mementingkan diri sendiri lagi. Kita akan tetap memiliki sifat pemarah, tapi kita hanya marah pada hal-hal yang mengakibatkan penderitaan orang lain. Kita juga marah pada berbagai keburukan di masyarakat, karena kita merasa prihatin bahwa keburukan-keburukan itu akan merusak jiwa kita manusia. Jadi kita mempunyai keistimewaan, yaitu kita marah bila melihat hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. Jadi meningkatkan suasana jiwa bukanlah menghilangkan sifat-sifat marah, serakah, benci dan lain-lain. Meningkatkan keluhuran sifat jiwa adalah merubah tujuan yang mendasari sifat-sifat tersebut. Bila kita dulu marah, serakah atau benci untuk kepentingan diri sendiri, maka yang dikatakan meningkatkan keluhuran sifat jiwa adalah menjadikan marah, serakah dan benci untuk membela kepentingan umat manusia. Dapat juga dikatakan bahwa meningkatkan atau merombak sifat jiwa adalah perjuangan merombak keinginan-keinginan

Juni 2017 | Samantabadra

49


yang tadinya untuk menguntungkan diri sendiri, menjadi keinginan untuk kebaikan orang lain. Ada orang yang sejak lahir mempunyai bibit-bibit kemarahan dan keserakahan dalam jiwanya. Bibit ini tak dapat dirubah menjadi bibit lain, karena bibit-bibit sifat yang ada dalam jiwa orang itu telah tertanam pada masamasa kehidupannya sejak dahulu. Untuk lebih jelasnya kita ambil perumpamaan sebuah sungai yang kotor. Sungai mempunyai fungsi untuk mengalirkan air dari daerah tinggi ke daerah rendah dan akhirnya ke laut. Bila air sungai itu kotor, maka sungai akan menyebarkan bibit penyakit bagi seluruh mahluk yang hidup dari air sungai tersebut. Penyakit-penyakit yang akan timbul misalnya Kolera, Disentri dan juga penyakit-penyakit kulit bagi orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air kotor sungai tersebut. Manusia tak dapat menghapuskan penderitaan akibat kotornya air sungai tersebut dengan jalan merubah bentuk atau keadaan sungai tersebut, misalnya menghilangkan sungai tersebut atau mengeringkan air sungai itu, karena sungai terbentuk dari gerakan alam semesta yang amat panjang. Tapi manusia dapat merubah air sungai tersebut menjadi air sungai yang bersih dan sehat, misalnya dengan jalan melakukan reboisasi (penghijauan hutan kembali) di sepanjang tepian sungai tersebut atau membiakkan ikan-ikan pemakan kotoran dan lain-lain. Akhirnya tanpa merubah keistimewaan alam sungai itu, manusia dapat merubah fungsi sungai tersebut dari sebuah sungai berair keruh yang dahulu menyebarkan kotoran menjadi sungai berair jernih yang membersihkan kotorankotoran. Kini orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air sungai tersebut tidak akan terkena penyakit. Air sungai tersebut kini justru membersihkan orang-orang tersebut dari bibit penyakit dan penderitaan. Makna pokok peningkatan sifat jiwa adalah menimbulkan pandangan dan tujuan yang tinggi, suci dan luhur. Ini dapat menghidupkan sifatsifat positif. Untuk menimbulkan pandangan yang luhur kita harus melakukan suatu hal yang amat penting, yaitu kita harus mematahkan pandangan dan tujuan buruk atau rendah. Misalnya Anda tidak disenangi karena sifatsifat Anda. Anda lalu membuang pandangan dan tujuan mementingkan diri sendiri dan

50

Samantabadra | Juni 2017

menimbulkan pandangan dan tujuan untuk membahagiakan orang lain. Pandangan ini akan mendorong Anda menggunakan sifat-sifat Anda yang dahulu menyebabkan Anda tidak disenangi, menjadi sifat-sifat yang dapat membahagiakan lingkungan Anda. Begitulah gambaran nyata perombakan sifat jiwa. Kita hanya dapat mengetahui keistimewaan sifat kita dari gerakan-gerakan yang menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Hanya dengan meletakkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci, kita dapat menimbulkan gerakan-gerakan yang pada akhirnya menjadikan kita dapat melihat keistimewaan sifat kita. Kita harus mempunyai inisiatif untuk menjalankan tugas berdasarkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci tersebut. Untuk menjalankan tugas itu kita harus mengetahui keistimewaan kita yang dapat digunakan sebagai pendidik, pemimpin, perawat atau profesi lain. Akhirnya untuk dapat menjalankan tugas dengan optimal kita harus mengetahui hingga yang terdalam tentang diri kita. Niciren Daisyonin mengajarkan mengenai hal meninjau diri dengan mengambil perumpamaan kaca atau cermin. Bila kita berdiri di hadapan cermin keruh, kita tak mungkin melihat keadaan atau rupa kita dengan jelas. Tapi bila cermin tersebut dibersihkan maka rupa diri kita akan terlihat dengan jelas dan nyata. Untuk dapat melihat diri kita yang sebenarnya kita harus membersihkan cermin jiwa kita dengan menjalankan kepercayaan tunggal pada Gohonzon, yaitu menerima dan melaksanakan kata-kata Buddha. Dengan menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon, kita dapat melihat diri kita yang sebenarnya, kita dapat melaksanakan perombakan sifat jiwa. Akhirnya kita dapat menimbulkan tenaga jiwa yang memang sudah ada dalam diri kita, yang merupakan keistimewaan pribadi kita. Keistimewaan itu harus kita gunakan semaksimal mungkin untuk kebahagiaan seluruh umat, negara dan dunia. Inilah perombakan sifat jiwa yang sebenarnya. ***


cermin kehidupan “Halooo... sayang... Mami sudah sampai honbu ya...� Begitulah setiap hari Selasa menjelang siang mami Aryani memberi kabar di grup whatsapp angklung Gita Pundarika NSI. Ibu Aryani menyebut dirinya mami karena sudah menganggap semua teman angklung (yang hampir semuanya berusia lebih muda daripada dia) sebagai anaknya sendiri.

Saya menerima karangan bunga dari duta besar Indonesia untuk Laos sebagai pemain angklung tertua di NSI ketika delegasi kesenian NSI diundang ke acara HUT Kemerdekaan KBRI Laos, 2016.

Aryani Dahlan

Tetap Aktif dan Ceria di Usia Senja T

idak semua orang di usia senjanya masih memiliki semangat dan energi untuk terus aktif. Ibu Aryani Dahlan adalah salah satunya. Umat NSI dari daerah Cengkareng, Jakarta ini membuktikan bahwa dengan kekuatan hati kepercayaan kepada Gohonzon, ia mampu mengatasi kesulitan hidup, melawan kanker, dan tetap semangat dan ceria menjalani hidup di usianya yang menginjak 75 tahun. Nenek yang selalu berpenampilan rapih ini masih aktif bermain angklung dan menari di susunan NSI hingga saat ini.

Awal Syinjin Saya terima Gohonzon tahun 1983, karena di syakubuku oleh tetangga yang bernama ibu Lena. Saya mau percaya Gohonzon karena saya susah tidur dan mengidap penyakit asma. Waktu itu saya percaya saja, melaksanakan gongyo dan daimoku serta aktif di susunan NSI. Saya terus jalankan syinjin, dan saya merasakan perubahan pada tubuh saya. Saya menjadi lebih kuat dan tidak lagi mengalami kesulitan tidur. Saya rasakan ini akibat dari kegembiraan saya berada di susunan dan mendengarkan kata-kata Buddha Niciren sehingga berdampak pula pada meningkatnya kualitas kesehatan saya. Vonis Kanker Kehidupan setelah menerima Gohonzon bukan berarti tanpa tantangan dan permasalahan hidup. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan, termasuk di tahun tahun 2003 ketika saya divonis kanker payudara oleh dokter. Juni 2017 | Samantabadra

51


Sedangkan sayuran apapun boleh saya makan. Tapi sesekali semisal ketika menghadiri undangan pesta pernikahan, saya bebas makan, tapi tidak sampai kenyang sekali, karena saya takut gemuk.

Saya (kedua dari kiri) dan teman-teman penari lansia NSI ketika kensyu lansia 2017 di Royal Caribbean Cruise. Walau sudah tua, harus selalu happy dan ceria.

Saya mulai takut dan tidak tenang menghadapi kanker. Bayangan kematian kadang datang menghampiri. Namun demikian, saya tidak berlamalama murung dan memanjakan diri. Saya tingkatkan Daimoku saya hingga saya menyadari bahwa penyakit kanker yang saya derita adalah akibat dari perbuatan diri saya sendiri. Di hadapan Gohonzon, kilas balik kehidupan datang silih berganti di pikiran saya. Teringat diri saya yang dulu, pernah menyusahkan dan menyakiti hati orang lain, tidak memikirkan kebahagiaan orang lain... Saya menyadari kesalahan saya dan bertekad untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dan berguna bagi sekitar saya. Saya percaya sekali dengan Gohonzon, saya merasakan kekuatan yang luar biasa dalam diri saya setiap kali saya menyebut Nammyohorengekyo. Ketakutan saya seakan sirna menghadapi penyakit maupun permasalahan hidup. Saya bisa menerima segala kesulitan sebagai bagian dari akibat perbuatan atau karma diri saya sendiri. Saya yang buat 52

Samantabadra | Juni 2017

sebabnya, maka saya yang harus terima akibatnya. Selang beberapa waktu, saya memberanikan diri untuk menjalani operasi pengangkatan payudara, dan setelah itu melakukan kemoterapi secara rutin dan lancar. Sekarang kanker saya sudah sembuh dan saya tetap menjaga pola makan dan gaya hidup sehat. Tips Sehat Selama menjalankan kemoterapi saya kontrol makanan, selama 5 tahun tiap jam 3 sore, saya minum jus. Saya blender apel merah, wortel, lidah buaya, bit dan jambu merah. Setiap pagi, saya ambil sarinya saja, jus wortel, apel malang dan kentang. Satu jam kemudian baru saya makan kudapan, seperti biskuit atau roti. Siang dan sorenya saya makan daun selada, ketimun, tomat, alpukat, putih telur, dan daging ayam atau ikan. Saya tidak makan nasi karena mengandung karbohidrat yang kurang baik. Daging merah pun sedikit saja kadang-kadang.

Penari Lansia dan Pemain Angklung Saya konsisten mengikuti latihan angklung di susunan NSI. Setiap ada latihan, saya sudah berangkat dari rumah di daerah daan mogot dari jam 7 pagi menggunakan bus transjakarta. Karena saya sudah lansia, naik bus transjakarta gratis. Perjalanan dengan bus kini sudah nyaman. Perjalanan adem dengan pendingin udara. Saya transit di halte Harmoni lalu transit lagi ke Dukuh Atas, dan mengakhiri perjalanan di halte Manggarai. Jam 1 siang mengikuti latihan tari lansia hingga jam 3. Lalu istirahat sebentar dan jam 7 malam mulai lagi latihan Angklung. Saya ikut kegiatan kesenian NSI karena dasarnya syinjin. Berdasarkan syinjin berarti saya ikut latihan tari atau angklung bukan karena hobi saya, tetapi karena saya percaya dengan Gohonzon. Setiap penampilan angklung di kensyu, saya pasti mengikuti kensyunya bukan semata-mata karena saya ingin tampil bermain angklung atau menari. Angklung dan tarian menunjang syinjin, tetapi yang utama tetap mendengarkan dharma Buddha, mengikuti pertemuan, dan menjalankan gongyo-daimoku. Saya memiliki keterbatasan pendengaran, saat ini saya


menggunakan alat bantu dengar. Walau demikian, saya bisa mengikuti ketukan angklung dan irama tarian, menyatu dengan gerakan dan musik anggota lainnya. Saya sungguh merasa bersyukur dan berterima kasih bisa ada dalam susunan NSI. Jika tidak turut serta dalam kegiatan NSI, saya hanyalah manula biasa yang melewati hari-hari dengan penuh kebosanan dan tidak produktif. Di NSI, saya berkesempatan untuk mendengarkan katakata Buddha yang senantiasa mengingatkan saya tentang sikap hidup yang bijaksana, bermain musik angklung diberbagai acara internal dan eksternal NSI, nasional hingga internasional. Tahun lalu, saya ikut serta rombongan kesenian NSI ke Laos dan bermain angklung di hadapan tamu-tamu negara dan duta besar Indonesia untuk Laos. Sungguh pengalaman hidup yang berharga dan tidak akan terlupakan hingga akhir hayat. Menari membawa kegembiraan untuk saya sekaligus juga memberikan kegembiraan bagi orang yang menontonnya. Sudah setua ini, tarian yang saya dan teman-teman lansia NSI bawakan tentu bukan tarian yang artistik, melainkan lebih kepada olah raga dan hepi-hepi. Saya dan teman-teman sering lupa gerakan, atau salah di tengah jalan. Namun justru hal tersebutlah yang memberikan hiburan dan kegembiraan tersendiri bagi penonton. Kami pun turut gembira.

Saya adalah NSI Sejak saya terima Gohonzon dan jalankan ajaran Buddha Niciren, saya bisa merasakan hidup saya berkecukupan dan bahagia. Selalu ada momen ketika saya mulai mengeluh, marah, atau putus asa, saya bisa sadar dan bangkit kembali dengan Nammyohorengekyo. Saya merasakan kurnia Gohonzon begitu luar biasa. Saya bisa ikut semua kegiatan yang diadakan di susunan, saya yang sudah setua ini bisa main angklung sampai keluar negeri, dan semua biaya untuk ikut kegiatan anak saya bersedia membiayai. Terima kasih Gohonzon, saya punya anak dan memantu yang baikbaik, yang sayang sama saya. Saya mau terus jalankan syinjin sampai akhir hayat. Saya mau jadi orang yang berguna bagi orang lain dan lingkungan, memberi kebahagiaan lewat angklung dan tarian, karena dari situ saya pun merasa bisa benar-benar bahagia. Saya bisa jadi orang yang selalu gembira karena saya ada di susunan NSI, yang mengajarkan ajaran Buddha Niciren yang sesungguhnya. Karena ada susunan NSI, saya jadi punya kegiatan mengisi hari-hari saya. Hampir setiap hari saya ke honbu belajar komputer, belajar Bahasa Inggris, membuat kerajinan tangan (juze), ikut tari lansia, angklung, dan pertemuan. Pokoknya saya adalah orang yang paling bahagia! (rb/sm)

Sungguh bangga dan bahagia bisa berfoto bersama Ibu Duta Besar RI untuk Laos.

Aksi panggung saya pada Festival Tari Nusantara Kensyu HUT 52 Tahun NSI.

Saya (kedua dari kanan) pada penampilan Angklung Gita Pundarika NSI di Emporium Pluit dalam Rangka Waisak 2017. Juni 2017 | Samantabadra

53


refleksi

Sansyo Daimoku Seorang Dharma Duta senior dalam salah satu diskusi mengingatkan semua khalayak yang hadir untuk ber-Sansyo Daimoku begitu bangun tidur untuk menyatakan syukur atas masih bisa hidup, begitu juga sebelum berangkat tidur dengan icinen untuk tidur dengan baik sehingga besok bangun dengan sehat & bugar. Sebegitu pentingkah Sansyo Daimoku di depan Gohonzon? Kapan saja kita perlu Sansyo Daimoku di depan Gohonzon? Apakah makna Sansyo Daimoku di depan Gohonzon? Setiap umat Buddha NSI wajib ber-Sansyo Daimoku di depan Gohonzon ketika akan meletakkan atau mengambil sesuatu di sekitar butsudan, akan melakukan suatu kegiatan ke luar rumah sekaligus ketika kembali ke rumah, akan berisirahat pada malam hari & bangun pada pagi hari untuk bersyukur & memohon restu atas suatu kegiatan. Mengapa Kita Wajib Sansyo Daimoku? Beberapa waktu yang lalu, Samantabadra pernah menerbitkan sebuah artikel karya sangha, terjemahan dari bahasa Jepang mengenai Gohonzon. Artikel ini sungguh bagus & lengkap, menceritakan tentang alasan-alasan religius kita memuja Mandala Pusaka Gohonzon, tata cara menangani Gohonzon, baik ketika menerima maupun ketika akan menyemayamkan di rumah. Di samping itu, artikel ini pun menguraikan tentang tata cara mempersembahkan sesuatu di hadapan Gohonzon. Menurut artikel ini, secara umum, sikap kita terhadap Gohonzon sbb.: Oleh karena itu, sikap kita menyembah Gohonzon ialah menganggap Gohonzon sebagai Raja yang mempunyai kekuasaan mutlak, Guru yang membimbing kita ke kebahagiaan sebenarnya & Orang Tua yang senantiasa bermaitri karuna kepada kita. Dengan bersraddha secara tulus & murni, menjalankan Gongyo Daimoku dengan sungguh hati menuntut ajaran kepada Gohonzon, kita dapat memunculkan sebagian jiwa Buddha dari jiwa kita & akan mencapai Issyo Jobutsu. Lebih lanjut, kita wajib hormat kepada Gohonzon, salah satunya dengan selalu sansyo daimoku ketika berada di dekat-Nya, karena: Gohonzon Niciren Daisyonin adalah Gohonzon Ninpo Ikka (Perpaduan Manusia & Dharma). Walaupun ada ajaran Dharma terunggul di alam semesta, jika tidak ada Manusia (Buddha) yang menyadari & membabarkannya, tidak dapat menjelaskan keberadaan Dharma tsb. Niciren Daisyonin itu Buddha Pokok yang menyadari Dharma sumber pokok yang membimbing umat ke pencapaian kesadaran Buddha & kesadaran diri sebagai kesadaran Buddha, yang diwujudkan dalam sehelai mandala Pusaka. Maka Niciren Daisyonin disebut Honzon manusia (Nin Honzon) & Mandala Pusaka Gohonzon sebagai Honzon Dharma (Ho Honzon). Dari segi isinya, Honzon Niciren Syosyu betul-betul satu badan, maka disebut Gohonzon Ninpo Ikka. Sebagai kesimpulan, Kita harus menyembah Gohonzon dengan percaya Gohonzon adalah perwujudan jiwa Buddha Niciren Daisyonin sehingga Gohonzon dianggap Niciren Daisyonin yang hidup. Orang yang 54

Samantabadra | Juni 2017


bersraddha yang kuat akan menganggap Gohonzon itu perwujudan jiwa Buddha Niciren Daisyonin, sehingga Gohonzon dianggap sebagai Niciren Daisyonin yang hidup. Dengan icinen & perbuatan demikian, ‌ seperti dikatakan Y.A. Bhiksu Tertinggi ke-26, Nicikan Syonin, “Tak ada doa yang tak terkabulkan, tak ada dosa yang tidak musnah, karunia kebajikan tak ada yang tak datang, & tak ada yang tidak dinyatakan agama sebagai teori.â€? Demikianlah uraian tentang asal-muasal Gohonzon & sikap pelayanan-Nya. Dengan semangat pokok ingin melayani Gohonzon, bahwa Gohonzon itu badan hidup Buddha yang meliputi Ketiga Kebajikan. kita akan bisa melayani Gohonzon, ketika berada di sekitar-Nya, dengan sopan & bersungguh hati. Lagi-lagi, sansyo daimoku adalah salah satu perilaku & perbuatan melayani Gohonzon. Umat harus menganggap pelayanan kepada Gohonzon merupakan pertapaan jalan Kebuddhaan yang penting termasuk Gongyo Daimoku. Dengan perbuatan melayani Gohonzon kita akan beroleh karunia kebajikan: Niciren Daisyonin berujar, “Harus memiliki sikap sraddha bahwa menyebut nama Buddha, membaca sutra, menyumbang daun & membakar dupa semua adalah akar kebaikan karunia kebajikan yang disimpan dalam icinen kita. Salah satu pertapaan harian kita, kita mempersembahkan air & nasi yang baru dimasak pada pagi hari sebelum Gongyo Pagi. Ini pun salah satu ungkapan pelayanan kita kepada Gohonzon. Bagaimanakah sikap hati kita ketika mempersembahkan nasi? Pada waktu mempersembahkan nasi, panjatkan Doa-dalam-Hati ingin menyumbang demi membalas budi & mengucapkan terima kasih kepada Triratna Pembibitan & lantunkan Nammyoho-renge-kyo & sambil memukul bel 3 kali. Ketika mengangkat nasi, lagi-lagi lantunkan Daimoku 3 kali langsung (3 kali bermakna berdana paramitha kepada Triratna). Selain itu, umat diperkenankan mempersembahkan buah & kue yang bersumber pada kesungguhan hati Ketika kita berdana paramitha buah, kue, biskuit dsb. Anda juga memukul bel 3 kali & melantunkan3 kali Daimoku. Merujuk ke kutipan di atas, jelas bahwa ketika kita mempersembahkan apapun di hadapan Gohonzon di mana pun, baik di vihara maupun di rumah, kita wajib ber-sansyo daimoku sebagai wujud pelayanan kepada Gohonzon & ungkapan rasa syukur & terima kasih kita. Kapan Kita Wajib Sansyo Daimoku? Kita lakukan Sansyo Daimoku ketika: 1. setiap kali keluar & masuk rumah masing-masing, ketika akan ke tetangga, ke warung, ke manapun tujuan kita di sekitar rumah; begitu juga ketika butsudan sedang dalam posisi terbuka manakala kita lewat 2. setiap kali pergi & masuk ke vihara/cetiya NSI manapun untuk keperluanaapun: pertemuan, latihan seni-budaya, membeli peralatan gongyo, mendaftarkan diri untuk suatu kegiatan,dll. Juni 2017 | Samantabadra

55


3. menyuguhkan apapun di hadapan Gohonzon, kita Sansyo Daimoku 4. mengambil atau menyimpan sesuatu di dekat butsudan 5. berangkat tidur pada malam hari & bangun tidur pada pagi hari. Dalam keempat situasi di atas, sewajarnyalah kita bersujud & beranjali menyebutkan tiga kali Daimoku dengan sikap jiwa sungguh hati sejalan dengan semangat syinjin di atas. Sikap hormat kepada Gohonzon perlu ditanamkan sejak dini, sejak kecil. Anak-anak kitasejak balitapun perlu diajarkan bersikap hormat & mendahulukan Gohonzon. Ketika mereka besar, akan secara otomatis merekamelaksanaknya. Di setiap pertemuan, pengurus & dharma duta perlu memaparkan kepentingan & manfaat Sansyo Daimoku. Seperti telah dicontohkan di awal tulisan ini. Kesimpulan Setiap umat Buddha NSI sepatutnya ber-Sansyo Daimoku di hadapan Gohonzon begitu akan akan melakukan suatu kegiatan ke luar rumah sekaligus ketika kembali ke rumah, meletakkan atau mengambil sesuatu di sekitar butsudan, akan berisirahat pada malam hari & bangun pada pagi hari untuk mengungkapkan rasa syukur & memohon restu atas suatu aktivitas pribadi maupun organisasi. Perbuatan religius ini akan mendatangkan karuniakebajikan. Perbuatan religius ini perlu ditanamkan & diajarkan sejak dini, ketika anak-anak balita. Para pengurus & dharma duta wajib terus mensosialisasikannya. (Kyanne Virya)

Jawaban TTS Juni 2017 S

Y

I

K

I

S

Y

I

N

F

U

N

I

18

N

E

R

A

K

A

I

M

E

U B

16

E

E

Z

S

17

E

K

L

O

R

O

F

I

L

15

T

A

13

T

H

A

G

A

T

H

A

Y

L

K

14

R

C

N

10

U

T

T

U

A

P

A

S

C

11

I

12

R E

Yang disebut sebagai tanah suci maupun tanah kotor tidaklah berbeda. Ini semata-mata tergantung pada hati umat manusia, apakah terdapat kebaikan atau kejahatan. ***

K

Z

9

I

S

O

8

A

I

R

Y

7

A

S

O

5

S

O

U

M

B

O

N

G

6

P

4

D H

I

D

U

N

G

3

C J

I

R

I

K

I

2

N

Y

O

Z

E

E

N

1

56

Samantabadra | Juni 2017

Jika hati manusia kotor, maka tanah air pun menjadi kotor. Sebaliknya, jika hati manusia bersih, maka tanah air pun akan menjadi bersih.

Surat perihal pencapaian kesadaran Buddha dalam satu kehidupan


Catatan

Juni 2017 | Samantabadra

57


Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.

Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.

Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

Berita Duka Cita

Ibu Oey Mei Cen

Ibu Lim Hon Nio

Meninggal pada usia 70 tahun 05 Mei 2017 Umat NSI daerah Kapuk DKI Jakarta

Meninggal pada usia 72 tahun 15 April 2017 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

58

Samantabadra | Juni 2017


teka teki silang

1 2

2

1

1

2

3

3

3

4

4

4 5

7

7

9

9

8

11 10

12 11

12

11

12

14

14

15 17

16

16

18

8

10 13

16

6

9

10 14 13

6

5

7 8

13

6

5

15

15

17

17

18

18

Mendatar Mendatar

Down Down Menurun Menurun

Down

1. Jodoh/kekuatan yang diperoleh 1. Bhikku tertinggi Niciren Syosu. Mendatar 1. Jodoh/kekuatan yang dari diperoleh dari 1. Bhikkuke-4 tertinggi ke-4 Niciren Syosu. Menurun luar/ bagaimana jiwa kita menerima 4. Murid Buddha Sakyamuni yang paling luar/ bagaimana jiwa kita menerima 4. Murid Buddha Sakyamuni yang paling jodoh. unggul prajnanya. jodoh. unggul prajnanya. 1. Jodoh/kekuatan yang diperoleh dari 1. Bhikku tertinggi ke-4 2. Kekuatan dalamdari 6. Seluruh6. keuatan/ ada dan 2. dari Kekuatan dalam jiwa. Seluruh energi keuatan/ energi yang ada dan luar/ jiwa. bagaimana jiwa kita menerima 4. yang Murid Buddha Sakyam 3. Indera penciuman. terpendam dalam jiwa & badan. Energi 3. Indera penciuman. terpendam dalam jiwa & badan. Energi jodoh. unggul prajnanya. 4. Sop (istilah inggris) inggris) laten (terpendam) yang ada dalam 4. Sop laten (terpendam) yang ada dalam ene 2. (istilah Kekuatan dari dalam jiwa. 6. Seluruh keuatan/ diri 5. Merendahkan orang lain orang , merasa karma. 5. Merendahkan lain , merasa diri karma. 3.benar/ Indera penc iuman. terpendam dalam jiwa sendiri paling hebat. 8. 2 - 1 8. 2 - 1 sendiri paling benar/ hebat. laten (terpendam) ya 4. Sop (istilah inggris) 7. Air susu7.dibalas dengan ...dengan tuba ... tuba 10. Kue (istilah inggris) Air susu dibalas 10. Kue (istilah inggris) merasa diri karma. 5. Merendahkan orang lain , 9. Lebih banyak ...banyak daripada 11. Sebab-sebab kebiasaan kebiasaan (istilah jepang) 9. Lebih ...tiang daripada tiang 11. Sebab-sebab (istilah jepang) sendiri palingjiwa benar/ hebat. 8. 2 - 1 13. Manusia yang bisa menyadari kekal 12. Tutup (istilah inggris) 13. Manusia yang bisa menyadari jiwa kekal 12. Tutup (istilah inggris) 7. Air susu dibalas dengan ... tuba14. Teh (istilah Kue (istilah inggris) abadi inggris) abadi 14. Teh (istilah10. inggris) 9. hijau Lebih banyak ... daripada tiang 17. Dimana17. 11. Sebab-sebab kebiasa 15. Zat hijau ...Dimana dipijak, ... disitu langit dijunjung 15. daun. Zat daun. dipijak, disitu langit dijunjung 16. Dunia 16. ke-1Dunia dariManusia sepuluh dunia. 13. yang bisa menyadari jiwa kekal 12. Tutup (istilah inggris) ke-1 dari sepuluh dunia. 18. Jasmani dan rohani tidak terpisahkan. abadi 14. Teh (istilah inggris) 18. Jasmani dan rohani tidak terpisahkan.

15. Zat hijau daun. 16. Dunia ke-1 dari sepuluh dunia.

59 17. Dimana ... dipijak, dis

Juni 2017 | Samantabadra


SENIN

RABU

7 Juni Gosyo (2 sks) 19.0021.00

14 Juni

Pert. Bapak/Wnt Karier

13 Juni

28 Juni LIBUR

TGM

27 Juni LIBUR

TGM Gosyo (2 sks) Pert Ibu/ Bapak Daerah

Pert. Ibu

6 Juni Gosyo (2 sks) 14.00-16.00

SELASA

JUMAT

SABTU

MINGGU 2 Juni Gosyo (3 sks) 19.00-21.00 Daerah

18 Juni

4 Juni *** Gosyo (3 sks) 10.00-12.00 Pertemuan GM

Daerah

17 Juni

11 Juni

8 Juni Konseling & Psikologi 16.00 – 17.45 Kuliah Umum Icinen Sanzen 19.00 – 21.00

16 Juni

TGM

9 Juni Gosyo (3 sks) 19.00-21.00

15 Juni

TGM

1 Juli Gosyo

Ciapus

2 Juli Gosyo

25 Juni LIBUR

TGM

22 Juni Konseling & Psikologi 16.00 – 17.45 Kuliah Umum Wajib Dasar-dasar Pendidikan 19.00 – 21.00

29 Juni LIBUR

30 Juni LIBUR

TGM Gosyo (3 sks) 19.00-21.00

KAMIS

JADWAL KULIAH STAB SAMANTABADRA-NSI JUNI 2017

5 Juni Bahasa (2 sks) 16.00-18.00 Gosyo (3 sks) 19.00-21.00 12 Juni Komputer (2 sks) 16.00-18.00 Gosyo (3 sks) 19.00-21.00 19 Juni Gosyo (3 sks) 19.00-21.00 Daerah 4 Bagian

26 Juni LIBUR

Ciapus

Samantabadra | Juni 2017

60


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Juni 2017 Tanggal Hari 1 Kamis 2 Jumat 3 Sabtu 4 Minggu

5 Senin 6 Selasa 7 Rabu 8 Kamis 9 Jumat 10 Sabtu 11 Minggu 12 Senin 13 Selasa 14 Rabu 15 Kamis 16 Jumat 17 Sabtu 18 Minggu 19 Senin 20 Selasa 21 Rabu 22 Kamis 23 Jumat 24 Sabtu 25 Minggu 26 Senin 27 Selasa 28 Rabu 29 Kamis 30 Jumat 1/7 Sabtu 2/7 Minggu

Jam

Kegiatan

Tempat

19:00 Ceramah Gosyo

Daerah masing‐masing

10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karir Pertemuan Pria Umum

19:00 Pertemuan Cabang

Daerah masing‐masing

10:00 Pertemuan Anak‐anak Daerah 19:00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang TGM 30 14:00 Pertemuan Wanita Daerah 19:00 Pertemuan Pria Daerah TGM 30 TGM 30 19:00 Pertemuan Anak Cabang TGM 30 TGM 30 14:00 Pertemuan Lansia Umum TGM 30 19:00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah masing‐masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Banten Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing Banten Banten Daerah masing‐masing Banten Banten Banten Daerah masing‐masing

Idul Fitri Idul Fitri 13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Pertemuan DPW, DPD Jabotabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

Kensyu Gosyo Umum + Tansi Kensyu Gosyo Umum + Tansi

Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Juni 2017 | Samantabadra

61


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

62

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Juni 2017

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.