SAMANTABADRA | JULI 2017 | NOMOR. 282
Marching Band Mandarava NSI memandu Gerak Jalan Sehat Bersama dalam Rangka Waisak 2017 di Alun-Alun Kota Tangerang. 25 Mei 2017.
Samantabadra gosyo kensyu SURAT BALASAN KEPADA SYIJO KINGO gosyo cabang TANYA JAWAB ANTARA ARIF BIJAKSANA DAN ORANG BODOH liputan GERAK JALAN LINTAS IMAN HARKITNAS 2017
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
J
u
l
i
2 0 1 7
07 # 282
Foto bersama grup Marching Band Mandarava NSI, Ketua Umum NSI, Pengurus NSI Wilayah Banten, umat NSI, dan perwakilan Kementerian Agama RI, seusai Gerak Jalan Bersama FUB Banten. 25 Mei 2017.
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat perihal Sulit Mudahnya Saddharmapundarika-sutra dan Sutra-Sutra Lainnya Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 27-28 Mei 2017
Nammyohorengekyo,
Zuita-i adalah ajaran yang berdasarkan kehendak Gosyo ini diberikan murid Buddha, sedangkan kepada Toki jonin yang Zuiji-i adalah ajaran yang mengalami kondisi berdasarkan kehendak kesulitan. Perjalanan shinjin Buddha. Kehendak Buddha dari dulu tidaklah mudah, adalah mencapai kesadaran pasti ada hambatan. Buddha. Jadi ajaran yang Hambatan muncul karena berdasarkan kehendak ada keragu-raguan dalam Buddha adalah ajaran yang diri kita. Dulu waktu mampu memunculkan Buddha masih hidup, kesadaran Buddha. Namun beliau memberi bimbingan murid-muridnya belum langsung. Sekarang mau mencapai kesadaran Buddha mewariskan Buddha karena belum ajaran. Sebelum mengerti seperti apa itu Saddharmapundarika-sutra jiwa Buddha. Jika ditanya ada Parinirvana Sutra, di sebagai manusia, mau jadi mana Buddha berpesan, kaya raya atau menjadi setelah kemoksyaan Buddha? Pasti pada Buddha, umat manusia umumnya ingin menjadi harus berpegangan kaya raya. Kita semua belum kepada hukum/ajaran. terlalu mengerti apa itu Jangan memuja orang kesadaran Buddha. Seperti atau reliknya. Sekarang apa orang yang mampu kita belajar dari bimbingan mencapai kesadaran Niciren Daisyonin atau Buddha. melalui gosyo. Zuita-i adalah ajaran yang Topik sekarang adalah lebih mudah dilaksakan mengenai Zuita-i dan Zuiji-i. marena masih berupa
tanya-jawab. Sedangkan Zuiji-i adalah ajaran yang mengajarkan manusia agar dapat mencapai kesadaran Buddha. Buddha membimbing agar manusia memilih dunia Buddha. Tetapi manusia lebih memilih untuk kaya daripada mencapai kesadaran Buddha, sehingga lewat satu kehidupan tanpa mencapai kesadaran Buddha. Seringkali kita terpancing kesesatan dan berputar pada sembilan dunia. Buddha Sakyamuni lahir di India, anak seorang raja. Kemudian diusia yang sangat muda beliau meninggalkan istana untuk mencari sesuatu yang paling berharga dibandingkan dengan menjadi seorang raja. Buddha merasakan bahwa kekuasaan dan kekayaan Juli 2017 | Samantabadra
1
bukan kebahagiaan. Pasti ada sesuatu yang lebih membahagiakan dibandingkan itu semua. Kemudian dalam pencariannya selama delapan tahun beliau mencapai kesadaran. Ketika Buddha mencapai kesadaran, artinya beliau adalah manusia biasa yang kesadarannya telah terbuka sehingga pikiran-pikirannya adalah pikiran yang berdasarkan pada dunia Buddha. Kemudian beliau mulai mengajarkan dharma. Inti dari gosyo ini adalah membandingkan tingkatan ajaran yang dibabarkan Buddha. Mulanya beliau langsung masuk pada ajaran semi Mahayana, karena pada saat itu masayakat India pintapintar. Ketika Buddha mulai membabarkan ajaranNya, banyak Brahmana yang pintar. Ajaran ini juga disebut sebagai ajaran Kegon (Avatamshaka). Kemudian ajaran Hinayana diajarkan. Masuk pada periode Agam, Buddha mengajarkan selama 12 tahun ajaran Theravada. Kemudian masuk pada periode Vaipulya. Setelah itu masuk periode Prajna selama 14 tahun. Kemudian 2
Samantabadra | Juli 2017
masuk pada periode Saddharmapundarika-sutra selama delapan tahun. Buddha membabarkan dharma selama 50 tahun. Selama 42 tahun beliau mengajarkan dengan cara Zuita-i. Selama 8 tahun terakhir memasuki ajaran Zuiji-i, di mana Buddha mulai memasuki ajaran Saddharmapundarikasutra. Buddha Sakyamuni mengetahui bahwa 8 tahun waktu yang ia punya untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Dijelaskan dalam gosyo ini bahwa ajaran Buddha adalah ajaran yang paling sulit dipercaya dan dimengerti, hanya antara Buddha dan Buddha yang mengerti, sehingga kita harus meningkatkan kualitas jiwa kita pada tingkat dunia Buddha. Kita harus ada pada dunia Buddha. Kemudian kita harus memahami teori sepuluh aspek atau Icinen Sanzen. Pada intinya kita harus memunculkan kesadaran Buddha melalui Nammyohorengekyo. Tidak perlu bertapa melalui 52 tingkatan dan 250 pantangan. Kita hanya perlu sungguh hati menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon
sehingga gosyo dapat kita pahami dan kita laksanakan. Kita juga jangan terjebak pada jubah. Buddha sendiri juga menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara Buddha dengan umat. Sebenarnya tujuan Buddha adalah membuat antara Buddha dengan umat menjadi setara mencapapai kesadaran. Oleh karena itu tidak perlu meminta bantuan pada Buddha. Hanya saja bedanya Buddha telah sampai ke daratan kesadaran Buddha. Mencapai kesadaran Buddha pun bukan ajaran yang sulit kalau kita sudah mencapai kesadaran Buddha. Oleh karena itu kita hanya perlu melaksanakan dua hal. Pertama kita harus ingin menjadi Buddha, kedua perkuat dengan penyebutan Nammyohorengekyo. Pasti apa yang diajarkan oleh Buddha pasti mudah kita pahami dan kitapun akan mencapai kesadaran. ***
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat perihal Sulit Mudahnya Saddharmapundarika-sutra dan Sutra-Sutra Lainnya Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 27-28 Mei 2017
Nammyohorengekyo,
Dari teman beliau saat masih TK, mungkin Melalui Gosyo ini kita mengenang kebersamaan bisa mengenal betapa dahulu saat masih kanakhebatnya Buddha Niciren kanak. Dan saat sekarang Daisyonin. Berawal dari ini, setelah usia dewasa ini pertanyaan seorang murid ternyata bisa menjalankan yang bernama Toki Jonin, tugas untuk kebahagiaan umat beliau dapat menulis sebuah manusia, yakni menyebarkan Gosyo yang hingga saat ini Dharma. Ini dapat dikatakan, pun manfaatnya dapat kita bahwa sebuah nama manusia rasakan. Beliau benar-benar bisa membawa manfaat bagi merupakan Buddha Pokok, masyarakat, apalagi bagi kita, karena pada dasar pokok jiwa mengingat beliau adalah ketua Beliau ingin membahagiakan umum kita. semua umat agar dapat Kita sebagai umat, mencapai kesadaran Buddha. seharusnya dapat berbuat Ada peribahasa yang lebih dari itu jika kita mau mengatakan, “Gajah mati menyelaraskan perilaku kita meninggalkan gading, harimau sesuai dengan ajaran Buddha mati meninggalkan belang”, Niciren Daisyonin. Tentunya, dan yang paling penting bagi kita juga sebagai murid umat manusia, “Manusia mati Buddha Niciren Daisyonin, meninggalkan nama”. Begitu harus bisa membuat nama kita pula dengan Bapak Suhadi, tetap dikenang, hingga saat di di mana dari pengalaman mana kita telah meninggal pun beliau yang telah kita dengar tetap dapat dikenang. semalam, sudah lama tidak Seperti bapak ketua berjumpa, ketika melihat Dharma kita, Almarhum sosok beliau muncul di televisi, Bapak Sumitra. Salah satu maka terkenang kembali. hal yang dapat kita kenang
dari beliau, yakni; “Pokoknya, pagi-pagi sebelum bertemu apa pun, bertemu dengan Gohonzon.” Mungkin di antara kita banyak yang umumnya melaksanakan Gongyo pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Namun kita masih mengenang kata-kata beliau, meskipun sudah setahun lebih beliau sudah tiada. Kita pun juga berharap dapat menjalankan tugas sebagai murid Niciren Daisyonin yang sesungguhnya. Di dalam Gosyo ini juga dijelaskan, adanya pertanyaan dari Toki Jonin, di mana dalam Bab Kesepuluh dari Saddharmapundarikasutra dikatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang penting, sutra yang sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Adanya pertanyaan ini, Buddha Niciren Daisyonin pun menjelaskan dan mengingatkan kepada kita, bahwa ingin percaya Juli 2017 | Samantabadra
3
dan ingin mengerti adalah hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Percaya pun, sampai di mana kah kepercayaan kita? Harus diiringi dengan pengertian, dan lebih ditekankan lagi, haruslah dilaksanakan. Dilaksanakan sesuai dengan Syinjin kita, hanya satu, yakni percaya pada Nammyohorengekyo Gohonzon, tidak kepada yang lain. Terkadang, masih sering kita mencampuradukkan Syinjin kita. Dan dalam Gosyo ini juga dijelaskan kenapa Saddharmapundarika-sutra sulit dipercaya, dan sulit dimengerti. Sedari moksha nya Buddha Sakyamuni hingga lahirnya Buddha Niciren Daisyonin, yang dapat menjalani ajaran Saddharmapundarika-sutra yang sulit dimengerti dan sulit dipercaya sesuai dengan makna sesungguhnya hanya ada tiga orang. Yang pertama ialah Nagarjuna, di mana dalam buku yang ia tulis ada dijelaskan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang memang sulit dipercaya dan sulit dimengerti, diumpamakan seperti tabib manjur yang dapat mengubah racun menjadi obat. Jika kita tinjau kembali dengan pikiran kita sebagai manusia biasa, racun tidak mungkin dapat diubah menjadi obat, bahkan tidak 4
Samantabadra | Juli 2017
terpikirkan. Inilah yang ia maksud sebagai sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Yang kedua dan ketiga adalah Mahaguru Tientai dan Mahaguru Dengyo, yang dapat memahami sutra yang telah dibabarkan adalah ajaran Teravada atau ajaran sementara, sutra yang sedang dibabarkan adalah Saddharmapundarika-sutra, dan juga sutra yang akan dibabarkan adalah Parinirvana Sutra. Tetapi yang paling unggul adalah yang sedang dibabarkan, yakni Saddharmapundarikasutra. Keunggulan Saddharmapundarika-sutra terletak pada penjelasan bahwa semua umat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha, tanpa adanya kompromi maupun perbedaan. Sedangkan di dalam ajaran Hinayana dan sutra-sutra lain yang telah dibabarkan, dijelaskan bahwa Sravaka dan Pratyekabuddha tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Seberapa pintar pun tidak dapat mencapai kesadaran Buddha dikarenakan kesombongan diri sendiri yang tidak mau percaya terhadap kata-kata Buddha. Pada saat Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, dijelaskan bahwa seluruh umat manusia, termasuk Sravaka dan Pratyekabuddha dapat
mencapai kesadaran Buddha, dan hal ini membuat semua umat terkagumkagum. Betapa hebatnya Saddharmapundarika-sutra. Ibarat seperti bibit yang telah digoreng, telah busuk, yang tidak bisa mencapai kebahagiaan mutlak, namun dengan Saddharmapundarikasutra semua umat bisa mencapai kesadaran Buddha tanpa adanya perbedaan. Hal ini dikatakan sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Sama seperti kita, saat pertama mengenal Hukum Agung Nammyohorengekyo, kita pun sulit untuk mengerti, maupun untuk percaya, hanya menjalankan kata-kata Buddha saja. Daimoku dan bimbingan selama berjam-jam pun kita jalani dengan sepenuh hati. Nasib bisa kita ubah, sama seperti merubah racun menjadi obat. Dulu sebelum Syinjin, kita pasti menyangkal, tidaklah mungkin nasib bisa berubah. Nasib saya memang sudah begini dari sananya, dan saat itu kita pasrah, tidak ada harapan. Banyak kejadian yang diterima dengan pasif, apa adanya. Hidup penuh dengan penderitaan, menjalani keseharian dengan penuh kesulitan. Dalam sebuah contoh kasus kehidupan, seorang ibu terkadang lelah menjalankan rumah tangga, harus mengurus suami dan menjaga anak pula, betapa menderita dirasakan. Wajah pun tidak
berseri, sehingga saat suami pulang pun merasa tidak betah berada di rumah. Dan pada saat itu, suami pergi mencari pelarian dengan wanita lain. Kasus tersebut nyata dialami oleh umat. Sang ibu menangis pedih, dan meminta bimbingan atas kesulitan yang dihadapi. Dengan mencegah suami pergi, mencari ke mana pun suami pergi, hal itu tidak mengubah sifat dasar si suami. Namun dengan percaya dan belajar, daimoku, ikut kensyu dan pertemuan, serta menjalankan katakata Buddha, akan mampu mengubah kecenderungan kesesatan diri sendiri dan akhirnya membawa perbaikan suasana kehidupannya. Saat itu si istri mulai berubah, dan akhirnya bersama-sama suami dapat menjalankan hati kepercayaan. Hal ini sesungguhnya merupakan perwujudan dari kekuatan Nammyohorengekyo yang disebut dengan “sulit dipercaya dan sulit dimengerti�, namun membawa bukti nyata perubahan nasib dalam kehidupan. Kita telah mempertahankan Syinjin kita sedemikian lama, dan kita telah merasakan kekuatan Nammyohorengekyo, namun tanpa kita sadari, kita bertemu lagi dengan jodoh-jodoh di mana kita sudah mulai nyaman dengan hidup kita. Di saat perasaan jiwa kita berada di dunia surga, di mana
dalam dunia surga terdapat raja iblis surga keenam. Saya pun terkena iblis penyakit, saya kira penyakit thyroid saya kambuh, namun ternyata hanyalah cholesterol saya yang sedikit tinggi. Namun janganlah mengambil makna yang menguntungkan diri sendiri. Jangan karena dirasa terlalu banyak aktifitas sehingga kelelahan, sehingga merasa tidak perlu terlalu aktif menjalankan Kosenrufu. Ini merupakan pandangan yang salah. Saat menjalankan tugas pasti ada saja yang menghalang-halangi, namun di saat itu lah kita belajar memahami bahwa tugas yang kita emban ini, selama kita masih bisa berjalan, ayo kita jalani. Kalau berpikir ingin istirahat, malah akan menjadi penyakit, sehingga benarbenar harus istirahat. Di dalam menjalankan Syinjin, ingin mempertahankan sungguh-sungguh untuk menjalankannya secara murni, memang tidaklah mudah. Pada umumnya, manusia memperoleh kesenangan saat keinginan kita terpenuhi dan terjawab, saat situasi dapat mengikuti kehendak kita. Maka Buddha mengatakan jika kita menjalankan Syinjin sesuai dengan kehendak dan keinginan kita, maka tidak dapat mencapai tujuan. Karena didasari oleh keinginan serta ego kita, bukan oleh
keinginan Buddha, bukan untuk mencapai kesadaran Buddha. Bahkan hingga sekarang ini, banyak sekali keaktifankeaktifan kita yang kita jalankan sesuai dengan keinginan kita. Artinya, kita masih senang memilih-milih tugas. Dan tanpa disadari kita telah menjalankan Zuita-i, bukan tujuan mencapai kesadaran Buddha tapi semata-mata ingin mencapai kepuasan diri sendiri. Dan oleh karena itu ditekankan kembali, pertamatama mengenai keinginan untuk menjadi Buddha. Bagaimana kita terus diingatkan, menjadi Buddha bukanlah merupakan suatu sosok yang tidak dapat kita raih. Melainkan, kita harus bisa menimbulkan kesadaran Buddha dan menjadi seorang manusia yang penuh akan kesadaran. Serta menjalankan tugas utama kita untuk menyebarluaskan Dharma demi kebahagiaan umat. Bila didasari kesadaran Buddha, kita tidak lagi menjalankan Syinjin untuk mencari keuntungan pribadi. Ajaran Zuita-i dirasakan lebih mudah untuk dilaksanakan karena sesuai serta mengikuti keinginan kita sebagai manusia biasa, juga menyesuaikan keadaan dengan keinginan kita sendiri. Perjalanan Syinjin kita dimulai dari hanya melaksanakan daimoku menyebut Juli 2017 | Samantabadra
5
Nammyohorengekyo. Selanjutnya mengikuti pertemuan, yang frekuensi nya pun makin lama makin meningkat. Namun seiring semakin tertariknya kita akan ajaran yang dibabarkan, mulai diri sendiri merasa terlalu banyak kegiatan yang kita lakukan dalam susunan sehingga mulai secara perlahan mengurangi pertemuan. Mulai memilih-milih waktu ikut kensyu, merasa bahwa setahun hanya perlu tiga kali kensyu. Saat kensyu tahun baru, kensyu kartini, dan kensyu 28 Oktober dirasa sudah cukup. Hanya karena dirasa macet, menjadi penghalang dari pertapaan Syinjin kita. Hal ini menunjukkan sikap kita yang masih Zuita-i, masih memikirkan untuk kepentingan diri sendiri. Lain halnya saat kita ingin terima Gohonzon, masih memiliki patung Kwan Im di rumah kita. Dikatakan tidak apa, namun lama kelamaan sudah bisa lepas dari ajaran sementara dan mulai mengikuti kensyu dan pertemuan. Saat itulah ajaran Zuiji-i mulai dimasukkan. Dengan mengikuti ajaran Zuiji-i, Syin Gyo Gaku tidak boleh dilepas. Hal ini dikarenakan ajaran inilah yang memungkinkan kita untuk mencapai kesadaran Buddha, terlepas dari perputaran hidup mati 6
Samantabadra | Juli 2017
yang penuh kegelapan. Jiwa kita kekal abadi, jadi karma masa lampau yang telah kita buat, dengan bertemunya ajaran Zuiji-i ini, di mana Buddha Niciren telah mewujudkan ajaran Zuiji-i Nammyohorengekyo ini dengan Gohonzon, dan Gohonzon menjadi jodoh bagi kita untuk mengubah perasaan jiwa kita. Namun meskipun telah diwujudnyatakan Gohonzon dengan segala jerih payah Buddha Niciren, kita masih saja sering memutarbalikkan kata-kata Buddha, sama seperti Kobo dan Chisyo. Yang dahulunya percaya, sekarang mulai meragukan kata-kata Buddha. Meski sudah menjalani Syinjin selama berpuluhpuluh tahun lebih, begitu dihadapi oleh iblis penyakit berat seperti kanker, maka dengan mudahnya mundur dari hati kepercayaan. Mulai mendengarkan masukkan dari luar, ajaran sementara yang lainnya pun mulai dipercaya. Bukannya mempergiat Daimoku, malahan mulai mencari-cari orang pintar, dukun. Pergi juga ke Kelenteng, ke tempat di luar Nammyohorengekyo, kembali ke ajaran kita yang dahulu kita percaya. Sama halnya saat anak kita akan menikah, masih saja melihat tanggal baik, melihat kwamia. Bahkan masih banyak telah kita lihat
pasangan yang sudah pacaran selama bertahun-tahun, harus berakhir hanya karena dilihat dalam ramalan tidak cocok satu sama lain. Oleh karena itu melalui Gosyo ini kita diingatkan kembali, ajaran yang harus kita ikuti hanya Zuiji-i, katakata Buddha, tiada yang lain. Dan juga diingatkan kembali, bahwa hukum masyarakat adalah hukum Buddha. Apa pun yang terjadi tidak luput dari hukum agama Buddha, atau hukum sebab akibat. Tidak mungkin ada badan tidak lurus yang memiliki bayangan yang lurus. Begitu pula sebaliknya, tidak mungkin badan yang lurus memiliki bayangan yang tidak lurus. Dan hal inilah yang harus kita camkan, bagaimana pun juga yang paling utama adalah kata-kata Buddha. Janganlah lagi mendengarkan kata-kata manusia biasa. Pada umumnya kita lebih mendengarkan kata-kata manusia biasa karena adanya sesuatu yang tidak mengena, tidak Zuiji-i. Keinginan kita lebih kuat, sehingga lebih memilih Zuita-i ketimbang Zuiji-i. Buddha Niciren Daisyonin juga mengatakan, bila menjalankan Syinjin dengan mengikuti keinginan diri sendiri pasti tidak akan bisa mencapai kesadaran Buddha. Dan kesadaran Buddha adalah yang harus kita utamakan demi kebahagiaan mutlak. ***
liputan
Marching Band Mandarava NSI Memandu Gerak Jalan Kerukunan Lintas Iman
Barisan marching band Mandarava NSI melewati Taman Diponegoro, Jakarta.
Legenda bunga Mandarava di dalam sutra Buddhis tercermin dalam susunan NSI melalui grup “Marching Band Mandarava NSI”. Belum lepas dari ingatan masa-masa kejayaan Marching Band (MB) Mandarava NSI di tahun 80-an. Pada masa itu MB Mandarava bahkan menjuarai perlombaan tingkat nasional dan bermain di istana negara pada upacara-upacara kenegaraan. Setelah mekar begitu indah dan bertebaran dimana-mana, MB Mandarava NSI kembali “sunyata”.
Selama bertahun-tahun MB Mandarava NSI tidak tercium harumnya, sampai akhirnya pada tahun 2006 MB Mandarava mulai kembali tumbuh kuncup. Perjalanan yang penuh dinamika, pasangsurut tidak membuat bunga Mandarava batal bermekaran. Tahun demi tahun terlewati sampai akhirnya MB Mandarava NSI bisa kembali menderapkan langah dengan pasti. Tahun 2017 menjadi waktu bagi MB Mandarava NSI untuk terus menunjukkan
eksistensinya di tanah air. Baru sampai dengan pertengahan tahun, MB Mandarava NSI telah menebar kebahagiaan di empat kegiatan yang berbeda. Pertama adalah pawai proses waisak di Magelang, Jawa Tengah, kedua adalah kirab kebangsaan di Kabupaten Bogor, ketiga adalah gerak jalan kebangsaan dalam rangka hari kebangkitan nasional di Jakarta, dan keempat adalah gerak jalan kerukunan dalam rangka hari raya waisak di Banten.
Juli 2017 | Samantabadra
7
Gerakan pemuda sejak dulu memang selalu menjadi motor bagi terjadinya suatu perubahan, bahkan lepasnya Indonesia dari tangan penjajah bukan lain adalah karena peran besar para pemuda. Gejolak jiwa yang selalu berapi-api dengan fisik yang masih prima ini harus disalurkan pada kegiatan-kegiatan positif dan Marching Band Mandarava NSI sudah terbukti menjadi wadah untuk menyalurkan tenaga muda dengan positif. Pada bulan November nanti MB Mandarava NSI akan melenggang ke langkah yang lebih jauh, yakni berlomba pada kegiatan Swayamvara Tripittaka Gatta. Perlombaan ini akan menjadi media untuk semakin menunjukkan kekuatan Nammyohorengekyo melalui perwujudan Boddhisatva Gadgasvara. Mari para generasi muda NSI turut serta aktif dalam kegiatan kepemudaan, salah satunya Marching Band Mandarava NSI. Melaksanakan hati kepercayaan bukan hanya dengan Syin, tetapi juga harus dengan Gyo dan Gaku. ***
8
Samantabadra | Juli 2017
Barisan marching band Mandarava NSI melewati jalan protokol kota Tangerang.
Mandarava tiga generasi: Ibu Susana (tas biru), umat NSI daerah Bekasi bersama dua anaknya (Ibu Kitiwi [kiri] dan Kiki [tengah]), dan cucunya Louis. Ibu Susana dan Ibu Kitiwi sebagai petugas bendera, Kiki sebagai petugas garda depan, dan Louis memainkan perkusi snare drum.
Peringatan Waisak 2017 Umat NSI Wilayah Banten
Acara kegiatan menyambut Hari Tri Suci Waisak, diawali dengan daimoku bersama, dari jam 09.00 pagi dilanjutkan Dokyo Sodai yang di pimpin oleh Bapak Djuanda dan selang lima belas menit kemudian beberapa pimpinan cabang, ranting dan gm melakukan syoko. Setelah dokyo sodai, Bapak Djuanda memberikan kata sambutan. Pesan yang disampaikan oleh Bapak Djuanda, mengenai arti makna Waisak, kita sebagai warga negara Indonesia dan terutama keturunan Tionghoa dapat ikut serta menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa, mewujudkan suasana damai dan menjaga kebhinekaan tunggal Ika. Lalu dilanjutkan oleh Ibu Mei Hoa, dalam sambutannya beliau sangat bahagia karena bertepatan di tanggal yang sama, ibu Mei Hoa bertambah usia, pesannya mengajak umat NSI untuk tambah semangat dan lebih giat dalam
pelaksanaan hati kepercayaan. Terakhir kata sambutan dari bapak Suryandi, pesan yang disampaikan mengajak umat NSI untuk merasakan gembira dan bersyukur dapat terlahir di Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan ke-aneka ragaman, walaupun berbeda tetapi bersatu. Menyadari kehidupan sekarang banyak rintangan dan hambatan, tetapi itu merupakan bagian dari pembelajaran dan masalah yang kita dapat membuat kita semakin bertambah keyakinannya dan bertambah kedewasaan dalam cara mengatasi masalah. Usai kata sambutan, sekitar jam 10.40, segenap pimpinan dan umat NSI dengan tangan beranjali memberikan ucapan selamat. Puncak acara menyaksikan kesenian tarian dan paduan suara, dan terakhir makan bersama. (yansen)
Juli 2017 | Samantabadra
9
Peringatan Waisak 2017 Umat NSI Daerah Bogor
Waisak merupakan hari suci yang selalu diperingati oleh segenap umat Buddha.Hari raya Waisak ini diperingati dalam bulan Mei pada saat purnama sidhi atau terang bulan untuk memperingati 3 peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran Siddharta Goutama, saat Pangeran Siddharta mencapai kesadaran Buddha di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M., dan saat Pangeran Siddharta mencapai penerangan agung dan menjadi Buddha di BuddhaGaya pada tahun 588 SM saat dirinya berumur 35 tahun, dan Buddha Gautama parinirvana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 SM. Ketiga peristiwa ini kemudian disebut dengan istilah Trisuci Waisak, dan pada tahun ini perayaan Waisak ke 2561 B.E. 10
Samantabadra | Juli 2017
jatuh pada hari Kamis,11 Mei 2017. Namun, bagi kita umat NSI, Waisak bukanlah sekadar peringatan ketiga peristiwa ini, tetapi waisak juga merupakan salah satu momen untuk membalas budi kepada segenap umat manusia, negara, orang tua, dan Triratna. Maka, panitia beserta DPD telah merumuskan serangkaian kegiatan: Karya Bakti, Dokyo Syodai, Donor Darah & Pentas Seni. Pada tgl. 14/4 diadakan kegiatan pra-Karya Bakti di TMP Dreded diikuti oleh 10 orang GM & 3 orang bapak, guna mempersiapkan kegiatan utamanya. Mereka mengerok dinding depan dengan menggunakan kape & sikat besi. Dilanjutkan pada 30/4 para umat NSI Bogor sejumlah
hampir 70 orang melaksanakan Karya Bakti di TMP Dreded dengan dibantu beberapa orang warga Kelurahan Empang (LPM/Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Empang) yang adalah para Ketua RW. Acara dimulai lebih awal daripada biasanya, yakni pukul 06.00 dengan briefing oleh Ketua Panitia Waisak NSI Bogor, Bp Ali Wikarta. Pukul 10.00 acara dianggap selesai karena cat habis. Di Vihara Vimalakirti Bogor, hari Waisak ini awalnya dimulai dengan sembahyang Dokyo Syodai oleh segenap umat yang hadir untuk menghormati perayaan Waisak tersebut, dilanjutkan dengan Syoko. Dokyo Syodai dipimpin oleh Bp Husen. Pada hari Waisak ini juga, setelah Dokyo Syodai, para
umat tidak lupa memberikan dana paramitha. Selanjutnya acara dibawakan oleh Marvitaria, sembari menunggu para tamu datang. Pada pukul 11.00 siang, Camat Kepala Kecamatan Tanah Sareal, Bapak Asep Kartiwa, S.E., datang didampingi Lurah Tanah Sareal, Bapak Ade Iman Mulyawan, Ssi,M.M., Ketua UDD PMI Kota Bogor, Ibu dr Sri Piantari Hanum & Ketua RT 005/03, Ibu Nin. Kakan Kemenag & Kakan Dinas Sosial Kota Bogor diwakili masing-masing oleh Kasubbag TU & salah seorang kasinya. Rombongan tamu masuk sambil diiringi sebuah lagu oleh Gamelan NSI yang terdiri atas anak-anak SD. Kemudian tetamu mendengarkan Kata Sambutan Ketua Daerah NSI Bogor, Bapak Oking Darmawan. Sesudah itu, Bapak Camat maju dan mengucapkan Selamat Hari Waisak kepada kita semua dilanjutkan sambutannya yang diakhiri dengan pemukulan gong tanda dimulainya Donor Darah. Umat NSI Bogor melakukan aksi Donor Darah, yang diikuti kalangan bapak, ibu dan generasi muda dengan
semangat menyumbang sebagian kecil jiwa raga mereka, dengan tulus dan tanpa rasa takut. Sebelum donor darah, umat harus melakukan pemeriksaan oleh dr Wisnu yang bertugas, agar pasien memenuhi syarat untuk menjadi donor. Setelah kata sambutan dari Bapak Camat, Pentas Seni Budaya Nasional yang dipersembahkan dari umat Buddha NSI pun dimulai. Penampilan pertama adalah sebuah tari Rampak Gendang yang ditampilkan oleh generasi muda NSI Bogor. Kedua, muncul permainan gitar oleh Bapak Kyanne Virya, pertunjukan biola oleh generasi muda, dan sebuah penampilan Tari Jaipong Mojang Priangan untuk menutup acara seni tersebut. Setelah acara waisak selesai, umat NSI Bogor bersantap makan siang dan melanjutkan kegiatan donor darah yang berlangsung sampai jam 14.00 siang, dengan hasil sebanyak 47 kantong darah yang disumbangkan umat NSI Bogor dari 58 orang calon donor. Acara diliput oleh beberapa TV swasta & 1 media cetak lokal Bogor. (pratty/kireina)
Juli 2017 | Samantabadra
11
GM NSI Mengikuti Pembinaan Umat Beragama di Kabupaten Bogor
Pada tanggal 15-16 Mei 2017 GM NSI, Nanda, Pratty (Bogor), Desi, Merlin dan Finna (Muncul) mengikuti kegiatan pembinaan umat beragama di Kabupaten Bogor Kelompok I kemudian pada tanggal 22-23 Mei 2017 Kelompok II diikuti oleh Vita, Bee Mey Lan, Cristy (Bogor), Rintan, Irene, Frisca (Muncul), yang diselenggarakan di Hotel Purnama, Cibogo, Puncak. Acara ini dihadiri oleh beberapa perwakilan umat beragama lainnya dan juga beberapa narasumber yang memberi pengarahan, antara lain Cecep Agus Suprianta, S.H.M.Si (Kasubdit Fasilitas Umat beragama dan Penghayat Kepercayaan), Iwansyah (KBO,Intel) , Dr.H.Jamaluddin, S.H.M.Si (Kanwil Kementrian Agama Prov.Jawa Barat) dan Satria Irwan, S.H.MH (Kepala 12
Samantabadra | Juli 2017
Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor). Pengarahan yang disampaikan yaitu tentang kerukunan antar umat beragama dan bangsa, juga pembahasan mengenai konflik dan penyelesaiannya. Konflik dapat terjadi karena kesenjangan ekonomi, kepentingan politik, sosial dan budaya. Penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan diskusi, penyuluhan/ sosialisasi, memupuk sikap rukun, dan mengikuti kegiatan forum pertemuan antar-umat beragama. Intisari dari dialog ini adalah membangun kesadaran sikap saling menghormati perbedaan agama dan keyakinannya masing-masing. Para peserta generasi muda juga memiliki peran penting untuk menerapkan sikap
toleransi pada kehidupan bermasyarakat dalam menghadapi ketegangan sosial, agama, dan budaya di negeri sekarang ini. Selain itu kami dihimbau untuk berpegang teguh pada empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Peserta GM NSI semakin disadarkan harus memunculkan tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai dan mencintai bangsa ini lebih dalam lagi. Selain itu, kita di organisasi NSI ditanamkan untuk berbalas budi, salah satunya untuk mencintai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu, walaupun kita berbeda-beda agama, kita harus saling menghargai dan menghormati adanya perbedaan.Dari situlah, nilai-nilai kehidupan dalam berbangsa dan bernegara akan semakin marak sesuai dengan ideologi yang tercantum dalam Pancasila. ***
Peresmian Cetya Baru dan Peringatan Waisak 2017 Umat NSI daerah Palembang
Foto bersama DPP dengan umat Palembang setelah acara syukuran dan pertemuan umum di Cetya Palembang
Tidak dapat dipungkiri bahwa di masa sekarang tempat yang layak adalah faktor yang penting untuk bisa melaksanakan suatu kegiatan. Bayangkan apabila ceramah gosyo dilaksanakan di taman terbuka atau lapangan umum, tentu suasana akan menjadi tidak kondusif. Apabila cuaca panas, umat akan kepanasan, apabila hujan tentu ceramah tidak bisa dilaksanakan. Betapa beruntungnya umat NSI di berbagai daerah yang memiliki tempat berupa Cetya, bahkan Vihara. Sungguh merupakan rezeki yang luar biasa. Bulan Mei yang lalu, umat Palembang dapat merasakan langsung bukti kekuatan Nammyohorengekyo. Berkat kesungguhan hati untuk bisa menuntut dan mengamalkan Dharma Buddha, akhirnya umat Palembang dapat memiliki tempat berupa Cetya untuk
bisa melaksanakan Syinjin dengan lebih baik. Cetya yang berlokasi di jalan Residen Abdul Rozak Nomor 2 ini adalah sumbangan dari salah satu umat Palembang yang dengan tulus meminjamkan gedung yang sangat nyaman untuk dijadikan sebagai “rumah� Buddha. Sungguh kebajikan yang luar biasa. Kebahagiaan yang dirasakan oleh umat Palembang adalah juga kebahagiaan seluruh umat NSI, sehingga pantasnya kehadiran Cetya ini juga dapat menjadi sumber kebaikan bagi daerah Palembang secara umum dan umat NSI Palembang secara khusus. Peningkatan kualitas Syinjin pasti lebih menyanangkan dengan kehadiran Cetya ini. Tidak hanya bagi umat Palembang, tetapi seluruh umat NSI harus semakin yakin dengan sikap syinjin yang ditanamkan oleh susunan NSI.
Dokyo syodai umat NSI Palembang dalam rangka peringatan Hari Waisak 2017.
Penandatanganan kontrak penggunaan bangunan oleh Ketua Umum NSI dan Bapak Joko.
Juli 2017 | Samantabadra
13
Pertemuan dan Pembinaan Umat di Daerah Plangkrongan, Jawa Timur Pembinaan umat Buddha oleh NSI terus dilakukan tanpa pamrih dengan semangat penyebarluasan dharma (shakubuku). Di wilayah Jawa Timur, tepatnya di Desa Plangkrongan, Kabupaten Magetan, dharma duta Ibu Chairani membabarkan dharma dihadiri oleh umat dari desa tersebut serta umat dari daerah Lemahbang, Wonomulyo, Sukorejo, Solo, Pekalongan. Umat di Desa Plangkrongan dibina oleh organisasi lain. Perawatan vihara dibantu oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Kab. Magetan. Umat Desa Plangkrongan berinisiatif untuk menuntut dharma lebih dalam dan berjodoh dengan NSI. ***
Suasana pertemuan gosyo di Desa Plangkrongan.
14
Samantabadra | Juli 2017
Ketua Umum NSI dalam Pembukaan Pekan Pancasila bersama Presiden RI
Foto bersama Ketua Umum NSI, Presiden RI, dan para tokoh lintas agama.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia menjadikan tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional untuk memperingati hari kesaktian Pancasila. Sungguh merupakan bentuk peningkatan kualitas kebangsaan. Tanpa pondasi yang kuat tidak akan menjulang gedung tinggi, tanpa dasar negara yang kuat tentu suatu negara tidak akan bisa bertahan. Disaat banyak negara terpecah-pecah, mimsahkan diri, berkonflik, Pancasila membuktikan kekuatannya untuk bisa menyatukan sabang sampai merauke bahkan mempertahankan kesatuan ini sejak 1945 sampai dengan hari ini dan pasti untuk selamanya. Presiden Republik Indonesia memperingati hari kesaktian Pancasila ini dengan mencanangkan pekan Pancasila
dan menjargonkan “Saya Indonesia, Saya Pancasila�. Beliau mengundang para tokoh agama dan tokoh masyarakat unruk bersama-sama membuka pekan Pancasila tersebut sekaligus melaksanakan upacara peringatan. Pada kesempatan yang sangat terhormat ini, ketua umum NSI mendapat undangan secara khusus untuk hadir sebagai salah satu tokoh agama. Peran tokoh agama semakin dirasakan penting oleh negara. Hal ini jelas, karena sila pertama Pancasila adalah, “Ketuhanan yang Maha Esa�. Sila ini menyiratkan bahwa agama merupakan salah satu pedoman berbangsa dan bernegara bagi Indonesia. Sila ini tidak menunjuk agama manapun, tetapi sila ini menunjukkan sikap Indonesia yang sangat religius. Hampir tidak ada negara yang mengurusi agama,
tetapi Indonesia dengan sangat yakin menjadikannya sebagai pedoman. Agama memang seharusnya menjadi penjaga suatu bangsa dan negara agar bisa berjalan dalam koridor-koridor kebaikan, bukan sebaliknya agama yang meminta perlindungan negara. Kehadiran libur nasional hari kesaktian Pancasila semakin menambah gejolak semangat Pancasila di tahun 2017 ini. Percikan-percikan yang berpotensi menimbulkan perpecahan hampir tidak mungkin hilang karena berbagai faktor, namun kekuatan persatuan menjadikan hal tersebut hanya terasa seperti angin sepoisepoi yang menjadikan dinamika kehidupan tidak membosankan. Kita Indonesia, kita Pancasila! Merdeka! ***
Juli 2017 | Samantabadra
15
Ketua Umum NSI sebagai Narasumber dalam Dialog Pencegahan Terorisme
Ketua Umum NSI sedang menyampaikan tinjauan Buddhis.
Agama telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tidak hanya tersarat jelas dalam sila pertama Pancasila, tetapi dalam keseharianpun sangat terasa nuansa religius di masyarakat. Namun demikian, agama yang sejatinya adalah salah satu sumber kedamaian bagi kehidupan manusia terkadang dijadikan sebagai alat untuk menggiring kepentingan oleh oknum-oknum tertentu. Beberapa tahun terakhir dunia kembali diributkan oleh kehadiran bermacammacam golongan ekstrimis yang mengatasnamakan agama untuk melakukan tindak terorisme, salah satunya adalah 16
Samantabadra | Juli 2017
ISIS yang mengatasnamakan agama islam untuk melancarkan aksi-aksinya. Indonesia tentu saja tidak luput dari dampak kehadiran kelompok teroris tersebut, apalagi Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Guna mempertahankan kedaulatan dan menjaga keamanan serta kestabilan negara, pemerintah Indonesia tentu telah melancarkan aksi dan mempersiapkan strategi tertentu. Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah adalah mengembangkan hubungan strategis dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Langkah ini direalisasikan melalui kegiatan �Dialog Lintas Agama Dalam
Pencegahan Paham Radikal Terorisme Sewilayah Jawa Tengah� yang diprakarsai oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) pada tanggal 24 Mei 2017 di Kota Solo. Pada kesempatan tersebut ketua umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja diundang sebagai salah satu pembicara utama untuk membagikan pandangan dan pengalaman mengenai kerukunan umat bergama di Indonesia dan secara khusus mengemukakan pendapat mengenai peran agama dalam pencegahan paham radikal terorisme. “Jangan mengaitkan suatu agama atas terjadinya suatu tindak terorisme. Karena tidak ada agama yang
Pembicara tokoh lintas agama yang hadir pada dialog tersebut.
mengajarkan umatnya untuk melakukan hal tersebut.� Demikian yang disampaikan oleh MPU Suhadi Sendjaja pada kesempatan beliau berbicara. Berkenaan dengan perspektif agama Buddha, beliau mengemukakan konsep dasar karma sebab-akibat. Kerukunan dikatakannya sebagai sebuah akibat dari sebab-sebab untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan dalam kehidupan dengan menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Beliau juga menyampaikan bahwa seringkali orang salah kaprah mengenai SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan). Banyak orang memanfaatkan isu SARA sebagai sarana pengiring kepentingan, sehingga SARA seringkali dianggap sebagai sumber konflik di Indonesia. Berbeda dengan kebanyakan orang, MPU Suhadi Sendjaja mengatakan bahwa SARA
Ketua Umum NSI menerima plakat penghargaan.
adalah kekuatan bagi Indonesia yang menjadikan NKRI berdaulat dan terbebas dari penjajahan. Persatuan seluruh suku, agama, ras, dan golongan di Indonesia telah membawa Indonesia pada kemerdekaan. Pemuka agama dan tokoh masyarakat memiliki peran yang sangat penting untuk bisa membimbing umat beragama agar hidup sesuai dengan ajaran agama yang sesungguhnya.
Lebih jauh lagi, seluruh rakyat juga memiliki tanggungjawab yang sama untuk bisa mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga suasana kondusif dengan hidup rukun saling berdampingan antar suku, agama, ras, dan golongan. Rakyat yang rukun dan bersatu adalah sumber ketahanan negara yang akan menepis aksi terorisme masuk ke nusantara. (Prajna)
Juli 2017 | Samantabadra
17
Ketua Umum NSI sebagai Narasumber dalam Myanmar Interfaith Dialogue
Eksistensi NSI di Tanah Air, bahkan di dunia Internasional semakin terpampang nyata. Kontribusi nyata NSI sebagai mata, tiang, dan bahtera bagi bangsa Indonesia bukan lagi sekedar jargon. Sudah berulang kali ketua umum NSI MPU Suhadi Sendjaja mewakili NSI, bahkan mewakili agama Buddha untuk bisa memberikan masukan dan arahan bagi kehidupan Indonesia yang memang selalu mendasarkan diri pada religi. Pada tanggal 23 Mei 2017 bertempat di DI Yogyakarta, MPU Suhadi Sendjaja kembali menjadi wakil agama Buddha untuk menjadi narasumber dalam kegiatan skala 18
Samantabadra | Juli 2017
internasional yakni, “The 1st Indonesian – Myanmar Interfaith Dialogue” dengan tema, “The Role of Leaders in Promoting Tolerance, Mutual Understanding, and Harmony in Social Development”. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan rasa saling mengerti antar tokoh agama dari masingmasing negara, sehingga dapat menjadi promotor sikap toleran dan teladan penguat harmoni sosial. Kegiatan ini menjadi penting memgingat beberapa tahun lalu dunia digemparkan oleh kasus pembantaian yang terjadi di Rohingya. Kasus yang dikait-kaitkan dengan isu agama tersebut agaknya membawa
dampak ke tanah air yang masih cukup sensitif dengan isu semacam ini. Kegiatan ini tentu membawa dampak untuk mengubah persepsi masyarakat selama ini mengenai konflik yang terjadi di Rohingya, bahwasanya konflik yang terjadi bukanlah konflik agama, melainkan konflik sosial yang terjadi atas motif lain, seperti kecemburuan sosial. Diundangnya MPU Suhadi Sendjaja tentu bukan tanpa alasan. NSI sudah dikenal sebagai salah satu pelopor kerukunan umat beragama. Dalam hal isu “Rohingya” ini, NSI bahkan sudah lebih dulu melakukan kunjungan ke Myanmar pada tahun 2016 lalu
membawa rombongan kesenian untuk membawa pesan perdamaian. MPU Suhadi Sendjaja menyatakan bahwa pemuka agama tidak seharusnya dipandang dari jubah yang dipakai, melainkan dari perilaku teladan yang mencerminkan ajaran agamanya. Pemuka agama tidak sepatutnya mengandalkan jubah atau atribut tertentu untuk mewakili kepentingan pribadi, pemuka agama harus bisa menjadi
umat Buddha dengan umat Muslim, lebih jauh lagi tidak ada masalah diantara seluruh umat beragama. Sebagai rakyat Indonesia yang berjiwa Pancasila, tidak sepantasnya kita menjadi pribadi yang mudah terprovokasi oleh isu Sara. Hidup rukun penuh toleransi adalah sikap yang sangat didambakan oleh seluruh masyarakat dunia, tetapi nyatanya sampai hari ini hanya Indonesia yang mampu merumuskan kerukunan pemandu bagi bangsanya dan mengamalkannya agar damai dan sejahtera. dalam kehidupan sehariSetelah melaksanakan dialog, hari berdasarkan Pancasila. kegiatan ini dilanjutkan dengan Sudah saatnya seluruh umat kunjungan ke candi Borobudur NSI turut serta berperan yang merupakan salah satu aktif untuk bisa merawat ikon agama Buddha, ke Gereja Indonesia melalui kebolehannya Katolik Ganjuran, dan Masjid masing-masing. Ketua umum Kota Gedhe. Tidak hanya NSI telah membuktikan sekedar berkunjung, kunjungan keunggulan Dharma Buddha ke tempat-tempat ini membawa Nammyohorengekyo, maka pesan bahwa sesungguhnya keraguan bukan lagi sesuatu tidak ada masalah diantara yang seharusnya muncul dalam Indonesia dengan Myanmar hati kita. *** dan tidak ada masalah diantara Juli 2017 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Balasan kepada Syijo Kingo LATAR BELAKANG| Surat ini ditulis pada bulan ke-9 tahun 1272 yang ditujukan kepada Syijo Kingo yang telah memberi sumbangan terhadap arwah almarhumah ibunda Beliau pada peringatan tahun yang ketiga. Pertama-tama menunjukkan bahwa gerak arah suatu negara ditentukan oleh rajanya. Begitupun dijelaskan bahwa penyebarluasan Hukum agama Buddha ditentukan oleh raja negara itu. Bagian kedua menjelaskan bahwa walau Hukum yang jahat pun kalau dianut oleh raja akan cepat berkembang, namun kalau bertentangan dengan sang raja, maka tidak dapat dihindari penderitaan penganiayaan besar. Bagian ketiga menjelaskan karena raja dihasut oleh Hukum yang tersesat, sehingga Niciren Daisyonin dihadapi berbagai penganiayaan besar. Bagian keempat menjelaskan bahwa Niciren Daisyonin adalah utusan Sang Buddha yang muncul dengan menerima amanat Sang Buddha. Bagian kelima menjelaskan bahwa Saddharmapundarikasutra yang disebarluaskan itu adalah kebenaran dalam kebenaran yang sesungguhnya, sehingga setiap kata atau setiap kalimat diperumpamakan sebagai ‘mutiara pusaka agung sekehendak hati‘ (Nyoihoju). Bagian keenam menunjukkan Hukum yang mendalam, dimana hendaknya 20
Samantabadra | Juli 2017
memiliki keyakinan bahwa setiap kata dari Saddharmapundarika-sutra merupakan Sang Buddha yang masih hidup. Surat ini menjelaskan prinsip yang sangat penting dalam menyebarluaskan Hukum agama Buddha pada masyarakat yang nyata, dan menunjukkan bahwa pada dasarnya Hukum agama Buddha yang sesungguhnya merupakan sesuatu yang agung yang tidak dapat diperkirakan dengan kekuasaan sang raja dan lain-lain. Dan juga dalam kutipan yang berbunyi bahwa “Sebelumnya Sang Buddha telah mewarisi Hukum agama Buddha dalam Hukum Raja, jadi walau orang arif bijaksana maupun para cendekiawan, kalau tidak menuruti sang raja, maka Hukum agama Buddha tidak akan tersebar luas�. Jadi dalam kutipan ini menandaskan bahwa dalam penyebarluasan Hukum agama Buddha telah membebankan tugas yang sangat penting kepada penganut biasa.
ISI GOSYO | Raja Ci Tan Kun gemar memakai baju berwarna ungu. Karena Raja Cu Cuan membenci wanita berpinggang besar, maka seluruh wanita negeri itu berusaha keras mengecilkan pinggangnya, dan sebagai akibatnya banyak yang mati kelaparan. Dengan demikian, kegemaran seorang raja Walau bertentangan dengan hati nurani puluhan ribu rakyat, harus tetap dipatuhi dan disesuaikan. Sebagai umpama, angin kencang menggoyangkan pohon dan rumput, lautan luas menerima segala arus sungai; apakah pohon dan rumput yang tidak menyesuaikan tiupan angin tidak tumbang? Ke manakah aliran sungai akan mengalir kalau tidak diterima lautan luas? Yang dikatakan sebagai seorang raja adalah karena pada masa kehidupan lampau lebih unggul daripada puluhan ribu orang dalam mempertahankan Sila Agung, sehingga diizinkan oleh Dewa Surga, Dewa Bumi, dan berbagai Dewa untuk menjadi Raja. Dan negeri dimana raja tersebut harus menetap telah ditentukan berdasarkan pada karunia kebajikan dalam mempertahankan Sila Agung itu. Tiada kerajaan yang dipimpin oleh dua tiga orang raja; untuk itu Dewa Bumi, Dewa Surga, Dewa Laut, Dewa Gunung dan lain sebagainya semuanya akan hadir untuk melindungi raja tersebut. Apalagi, mungkinkah rakyat negeri tersebut menentang rajanya. Seandainya sang raja melangggar perbuatan jahat sebanyak satu kali, dua kali, tiga kali, namun para dewa akan berdiam diri dan tidak akan menghukumnya. Hanya perbuatan yang tidak sesuai dengan hati para dewa, maka pada umumnya akan menimbulkan bencana alam sebagai tanda peringatan. Namun kalau taraf menentangnya melampaui batas, maka para dewa akan meninggalkan negeri itu. Seandainya, ketika kekuatan karunia kebajikan mempertahankan Sila pada masa lampau dari sang raja telah habis, maka tibalah saatnya keruntuhan negeri itu. Dan juga, kalau pelanggaran dosa sang raja sedemikian beratnya, maka negeri itu akan diserang negara tetangga. Jadi, baik dan buruknya suatu negara akan tergantung pada rajanya. Walau hal-hal yang dijelaskan di atas adalah sesuatu yang berkaitan dengan Hukum kemasyarakatan, namun sama halnya dengan Hukum agama Buddha. Sebelumnya Sang Buddha telah mewarisi Hukum agama Budha dalam Hukum Raja. Jadi sebagai umpama, kalau orang arif bijaksana, orang bijaksana maupun para cendekiawan tidak menuruti sang raja, maka Hukum agama Buddha tidak akan tersebar luas. Mungkin, di kemudian hari Hukum agama Buddha akan tersebar luas, namun pada mulanya pasti akan dihadapkan dengan penderitaan besar. Raja Kanisika adalah seorang raja yang muncul 400 tahun setelah wafatnya Sang Buddha. Beliau menguasai negara Kendara dan telah mengumpulkan serta memelihara lima ratus arahat untuk membuat dua ratus jilid Sastra Basya. Akan tetapi, di seluruh negeri itu telah tersebar Iuas ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra, sedangkan Ajaran Mahayana sama sekali tidak pernah tersebar luas. Dan juga, Raja Hossyamitara yang mengikuti Go- Tenjiku telah memusnahkan Hukum agama Buddha dan memenggal kepala bhikku-bhikku agama Buddha, para arif bijaksana yang bagaimanapun tidak mungkin dapat menentang kekuasaan sang raja. Raja Tang Tai Cung adalah seorang raja yang arif, Bhikku Sien Cuang San Cang telah dijadikan sebagai gurunya dari sekte Hosso. Tiada seorangpun dari menterinya yang dapat menentang hal tersebut. Juli 2017 | Samantabadra
21
Walau Sekte Hosso adalah ajaran Mahayana, namun kelima sifat dijelaskan terpisahpisah satu dengan lainnya, dan telah menentukan orang yang dapat mencapai kesadaran Buddha dan orang yang tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha. Hal mana telah menimbulkan malapetaka besar yang mengacau agama Buddha. ltu merupakan Hukum jahat yang kejahatannya melebihi Hukum sesat di Iuar Hukum agama Buddha, dan merupakan makna tersesat yang tidak dapat diterima oleh ketiga negara India, Tiongkok, dan Jepang. Dan selanjutnya, di negeri Jepang Hukum sesat ini telah diluruskan oleh Mahaguru Dengyo. Walau tiada suatu malapetaka yang lebih besar daripada ini, namun karena Raja Tang Tai Cung telah menaruh kepercayaan ini, maka tiada seorangpun yang berani menentangnya. Sekte Syingon menjadikan Sutra Dainici, Sutra Kongoco dan Sutra Sosiceji sebagai Sutra pegangan, dan ketiga Sutra ini dinamakan sebagai ketiga bagian Sutra Dainici. Sutra-sutra ini dibawa oleh Bhikku Zenmuisanjo dan Kongocisanjo dari India pada masa Kaisar Sien Cung dari Kerajaan Tang. Kaisar Sien Cung menghormati sekte ini melebihi Sekte Tien-tai maupun Sekte Kegon. Dan juga, karena beranggapan bahwa Sekte Syingon lebih unggul daripada Sekte Hosso dan Sekte Sanron, maka orang-orang di Tiongkok berpikir bahwa Sutra Dainici lebih unggul dari Saddharmapundarika-sutra. Begitupun di negeri Jepang hingga saat sekarang ini masih ada yang merasakan bahwa Sekte Tien-tai lebih buruk daripada Sekte Syingon. Toji dan para bhikku tinggi Sekte Tien-tai yang mempelajari Sekte Syingon ini telah menimbulkan kesombongannya. Akan tetapi, kalau memandang Sutra Dainici dan Saddharmapundarikasutra secara jujur dengan mengesampingkan pandangan picik, maka Sutra Dainici adalah bagaikan sinar kunang-kunang sedangkan Saddharmapundarika-sutra adalah bagaikan terangnya bulan. Dan juga Sekte Syingon adalah bagaikan kumpulan bintang, sedangkan Sekle Tien-tai adalah bagaikan matahari. Orang yang berpandangan picik mengatakan, “Karena Anda masih belum mempelajari makna mendalam dari Sekte Syingon, maka Anda mengatakan Sekte Syingon, amat buruk�. Namun demikian, semenjak Sekte Syingon menyeberang ke Tiongkok, telah berlalu 600 tahun lebih dan sejak tersebar luasnya di Jepang telah berlalu 400 tahun lebih, selama ini Saya sendiri mengetahui dengan baik tentang tanya jawab yang menyulitkan dari guru manusia (Ninsyi), Diantaranya hanyalah Mahaguru Dengyo seorang diri yang memahami sepenuhnya sumber dasar Hukum Syingon ini. Namun demikian, dosa pemfitnahan Hukum yang utama di negeri Jepang sekarang ini adalah Sekte Syingon. Oleh karena meremehkan Saddharmapundarika-sutra yang unggul sebagai sesuatu yang buruk, dan sebaliknya mengagungkan Hukum Syingon yang buruk sebagai sesuatu yang unggul, maka ketika penguasa pada waktu itu mempergunakan Sekte Syingon untuk menaklukkan Mongolia, telah terpukul mundur oleh musuh. Sekte Kegon adalah sekte yang didirikan oleh Hodosanjo, karena Ibu Permaisuri Wu Ce Tien menganut sekte ini, maka sekte ini mcmperoleh kekuasaan. Oleh karena itu sekte lainnya tidak dapat menandinginya. Kalau melihat contoh-contoh di atas, maka unggul lemahnya suatu agama adalah berdasarkan pengaruh kekuasaan sang raja dan sama sekali tidak berdasarkan pada unggul lemahnya Hukum. 22
Samantabadra | Juli 2017
Sebagai umpama, walau terdapat guru dan guru sastra yang memiliki kesadaran makna mendalam Hukum agama Buddha, namun karena sulit mengalahkan Hukum Raja, maka kadang-kadang orang yang bermaksud memenangkan hukum Raja akan dihadapi oleh penderitaan besar. Seperti yang dikatakan, Syisyisonja telah dibunuh oleh Raja Damira, Bodhisattva Daiba dibunuh oleh orang- orang di luar agama Buddha, Bhikku Cu Tai Sen telah dibuang ke Gunung Su, wajah Bhikku Hodosanjo dicap dengan stempel yang dibakar dan dibuang ke daerah Selatan Sungai Yang Ce. Akan tetapi, Niciren bukan pelaksana Saddharmapundarika-sutra, begitupun tidak termasuk di dalam kelompok bhikku yang ada, dan ketika orang-orang dalam masyarakat sedang giat-giatnya menyebut judul Buddha Amitabha, terdapat Bhikku Sendo yang menilai titisan kembali dari Buddha Amitabha dengan berkata, “Dengan Sutra Amitabha baik sepuluh orang, maupun seratus orang, tidak tertinggal seorangpun semuanya dapat menuju tanah suci. Sebaliknya, dari seribu orang tiada seorangpun yang mencapai kesadaran Buddha dengan berdasarkan pada Saddhamapundarika-sutra”. Bhikku Honen yang dianggap sebagai titisan kembali dari Bodhisattva Mahasyatamahatta dalam Sencakusyu dengan singkat menjelaskan hal ini dengan berkata, “Pada masa Akhir Dharma ini kalau Sutra Amitabha dicampurbaurkan dengan Saddharmapundarika-sutra dan sutra-sutra lainnya di luar Amitabha, maka tiada seorangpun diantara seribu orang yang dapat mencapai kesadaran Buddha. Namun kalau dengan sungguh-sungguh menyebut Amitabha Buddha, seandainya sepuluh orang yang menyebutnya, maka seluruhnya mencapai kesadaran di masa mendatang”. Di negeri Jepang, orang yang berprajna maupun yang tidak semuanya percaya terhadap makna yang dikatakan di atas, dimana sekarang selama 50 tahun lebih tiada seorangpun yang meragukan hal tersebut. Hanya perbedaan Niciren dengan mereka adalah dalam bagian keinginan pokok dari Buddha Amitabha yang berprasetya, “Hanya terkecuali bagi orang-orang yang melanggar dosa besar dan yang memfitnah Hukum Sakti”. Sedangkan dalam Bab perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Seandainya, kalau ada orang yang tidak percaya dan memfitnah Saddharmapundarika-sutra ini, maka itu akan memutuskan bibit Buddha dari seluruh masyarakat, dan ketika orang itu meninggal akan jatuh kedalam neraka avici”. Dengan demikian, kalau berdasarkan pada kutipan kalimat tersebut di atas, maka Jendo, Honen, adalah orang-orang yang memfitnah Hukum, sehingga Buddha Amitabha yang menjadi dasar pegangan mereka harus dibuang, sedangkan mengenai Sutra-sutra dan BuddhaBuddha yang lainnya, karena telah dibuang, maka sudah sewajarnya walau berkeinginan untuk menyelamatkannya tetapi tidak berdaya. Di samping itu pun, kalau berdasarkan pada Bab ‘Perumpamaan’ Saddharmapundarika-sutra dikatakan, bahwa tidak diragukan lagi pasti jatuh ke dalam neraka yang tidak terputus-putus penderitaannya. Dengan berkata demikian, Niciren telah meluruskan aliran Nembuce. Akan tetapi, karena seluruh rakyat Jepang adalah murid-murid dari Nembuce, maka Niciren yang berkata demikian sulit kiranya untuk menghindari penganiayaan besar. Justru di Sini terletak sebab pokok kebencian mereka yang berusaha dengan berbagai siasat jahat untuk menindas Niciren. Juli 2017 | Samantabadra
23
Mari kita mengesampingkan berbagai penganiayaan-penganiayaan di atas. Pada tanggal 12 bulan ke-9 tahun yang lalu, ketika Saya dijatuhi hukuman pemenggalan kepala, sesungguhnya mungkinkah telah terjadi sesuatu hal sehingga pada malam hari itu hukuman terhadap Saya telah diundurkan, kemudian dibuang ke Pulau Sado sampai sekarang ini. Saya adalah orang yang dibuang oleh masyarakat dan Hukum agama Buddha, bcgitupun tidak dikunjungi para dewa. Walau badan Saya dibuang masyarakat dan Hukum agama Buddha, namun kesungguhan hati Anda yang sedemikian kuat telah mengirim utusan Anda ke sini untuk mengirimkan dana paramitha bagi upacara peringatan tiga tahun wafatnya ibunda yang welas asih dan sangat penting bagi seluruh kehidupan Anda. Selama dua Tiga hari ini telah dilalui dengan memikirkan kejadian ini yang bagaikan mimpi bagi Saya. Dalam kejadian ini kiranya Saya memiliki perasaan hati yang sama seperti Bhikku Syunkan dari Kuil Hosso yang dibuang ke Pulau I-O ketika menerima kunjungan dari muridnva Dosyi yang sejak lama berbakti padanya. Yang Kung dari negeri Fu yang ditangkap di negeri Tiongkok, ketika berjalan dari Utara ke Selatan telah bersedih hati ketika melihat burung belibis yang berterbangan dari Utara menuju Selatan. Kiranya perasaan Sayapun lebih dalam dari mereka. Namun demikian, dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Seandainya putri-putri-Ku yang baik ini, setelah kemoksyaan-Ku dapat mengkhotbahkan sepatah kata Saddharmapundarika-sutra ini kepada seseorang walaupun secara rahasia, maka ketahuilah bahwa orang-orang ini adalah utusan-utusan Sang Tathagata yang diutus untuk menjalankan perbuatan-perbuatan Sang Tathagata”. Hal mana berarti walau menyebut satu kata, satu kalimat Saddharmapundarika-sutra, dan juga memberitahukan kepada orang lain, maka orang itu adalah utusan dari leluhur Buddha Sakyamuni. Kalau sesuai dengan Sutra ini, maka walau Niciren dilahirkan dengan badan yang hina, namun telah memperoleh amanat leluhur Buddha Sakyamuni hingga dilahirkan di negeri Jepang ini. Maka, walau orang-orang memfinah Niciren dengan satu kata pun, dosanya akan jatuh ke dalam neraka yang tiada terputus-putus penderitaannya, sebaliknya walau orang hanya menyumbang dengan satu kata, satu kalimat, maka berarti telah menyumbang BuddhaBuddha yang tidak terhitung jumlahnya. Leluhur Buddha Sakyamuni adalah leluhur seluruh ajaran kehidupan Buddha Sakyamuni, dan guru pembimbing dari seluruh makhluk, kedelapan puluh ribu pusaka Hukum yang dikhotbahkan Buddha Sakyamuni seluruhnya merupakan petuah emas, dan kedua belas bagian Sutra, semuanya adalah benar. Kesimpulan dari Sila tidak berdusta yang dipertahankan sejak kalpa yang tak terhingga adalah seluruh Sutra, Sutra apapun tidak ada yang meragukannya sama sekali, Akan tetapi ini merupakan pandangan secara umum. Jadi kalau dipandang secara khusus, maka ajaran yang diajarkan melalui mulut emas Tathagata Sakyamuni terdapat perbedan dari ajaran Theravada, ajaran Mahayana, kedua Ajaran Nyata dan Rahasia, Ajaran Sementara dan Ajaran Sesungguhnya, karena sekarang dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Sementara dan sekarang hanya menjelaskan ajaran yang maha agung”. Dan juga dikatakan, “Karena sudah sedemikian lama sejak Hukum pertama dari pengkhotbahan Sang 24
Samantabadra | Juli 2017
Buddha, maka Beliau harus mengumandangkan kebenaran sempurna yang sesungguhnya”. Maka, walau tidak terdapat seorangpun yang meragukan hal ini, namun Prabhutaratna Tathagata telah membuktikannya, begitupun seluruh Buddha telah membuktikannya dengan menjulurkan IidahNya hingga ke langit Brahma. Oleh karena itu, Sutra ini walau terdiri dari satu bagian, namun mencakup tiga bagian. Begitupun, walau Satu kalimat namun sesungguhnya adalah tiga kalimat, dan juga walau satu kata namun sesungguhnya adalah tiga kata. Dalam satu kata dari Saddharmapundarika-sutra telah terkandung karunia kebajikan dari Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna dan seluruh Buddha-Buddha dari sepuluh penjuru. Sebagai umpama, sama seperti ‘mutiara pusaka agung sekehendak hati’ (Nyoihoju), sebutir mutiara pusaka maupun seratus butir mutiara pusaka adalah sama. Walau sebutir mutiara pusaka pun akan menurunkan hujan pusaka yang tak terhingga jumlahnya. Begitupun di dalam ratusan mutiara terdapat pusaka yang tak terbatas. Sebagai umpama, ratusan jenis rumput obat diramu menjadi satu butir hingga seratus butir obat, sebutir maupun seratus butir obat semuanya memiliki khasiat yang sama untuk menyembuhkan penyakit. Sebagai umpama, dalam setetes air dari lautan telah mencakupi air dari seluruh sungai, begitupun dalam lautan telah mencakupi rasa dari puluhan ribu sungai. Yang dikatakan Myohorengekyo adalah nama keseluruhan, sedangkan ke-28 Bab adalah nama khususnya. Gasyi (India) adalah sebutan umum dari negeri Tenjiku sedangkan Gotenjiku adalah sebutan khususnya. Jepang adalah nama keseluruhan sedangkan 66 propinsi adalah nama khususnya. Mutiara pusaka agung adalah relik dari Buddha Sakyamuni, Raja Naga telah menerima dan memakainya di atas kepala. Dewa Indra memegangnya sebagai pusaka yang memberikan rezeki. Tulang dari Buddha dapat menjadi ‘mutiara pusaka agung sekehendak hati’ adalah karena pantangan agung yang dipertahankan sejak kalpa yang tak terhingga, dimana hawa badan Buddha telah merasuk ke dalam tulang dan diramu menjadi butir obat yang menyelamatkan seluruh makhluk. Sebagai umpama, gigi anjing akan hancur oleh tulang harimau, sama seperti tulang ikan akan tercerna oleh hawa burung kasa. Kalau kecapi dengan senar yang dibuat dari urat Singa dipetik, maka akan memutuskan seluruh senar yang terbuat dari urat binatang lainnya. Pengkhotbahan Hukum dari Sang Buddha adalah raungan singa, terlebih dari itu Saddharmapundarika-sutra adalah raungan singa yang utama. Sang Buddha memiliki tiga puluh dua wajah, setiap wajahnya merupakan keagungan yang penuh dengan rezeki. Wajah daging ubun-ubun yang menonjol (Usnisasiraskata), wajah rambut alis yang cemerlang (Urnakesa) dan lain-lain adalah sama seperti buah, dan dengan bunga dari kedudukan sebab menjadi karunia kebajikan yang mencakupi tiga puluh dua wajah. Dan juga dikatakan, wajah yang tak terlihat ubun-ubun adalah badan Buddha Sakyamuni setinggi 1.6 jo. Brahma Cikujo Gedo tidak dapat mengukur tinggi badan Sang Buddha, walau hendak melihat ubun-ubun Sang Buddha, namun tak berhasil untuk melihatnya. Begitupun Bodhisattva Oji dan Dewa Brahma tidak dapat melihat ubun-ubun Sang Buddha Sakyamuni. Juli 2017 | Samantabadra
25
Kalau ini ditinjau sebab musabab sehingga mereka tidak bcrhasil melihat ubun-ubun Sang Buddha Sakyamuni adalah, karena pada masa kehidupan masa lampau Buddha Sakyamuni telah menghormati ibu, ayah, guru dan majikan dengan berlutut membungkukkan badan hingga ubun-ubun kepalanya mencapai tanah, maka pada kehidupan kali ini memperoleh wajah yang demikian. Dan juga, wajah dengan suara yang terdengar dengan terang dan jelas hingga kejauhan (Brahmasvara) merupakan wajah Sang Buddha yang utama. Oleh karena raja, kaisar, dan Raja Cakravartin, dan lain-lain kesemuanya memiliki sebagian dari wajah ini, maka satu kata dari sang raja akan dapat menghancurkan atau membangun satu negara, amanat sang raja merupakan sebagian dari wajah dengan suara yang terdengar dengan terang dan jelas dari kejauhan, walau rakyat dengan puluhan ribu kata tidak melebihi satu kata dari sang raja. Jadi, catatan dari ketiga kaisar dan kelima raja masa purbakala di Tiongkok adalah kata-kata raja dari negara yang kecil. Dalam hal memerintah negara kecil yang dikatakan Jepang, maupun Raja Dewa Brahma dapat memimpin makhluk dari Triloka. Terlebih lagi, Buddha dapat memimpin Raja Dewa Brahma dan Raja Dewa Indra adalah oleh wajah dengan suara yang terdengar dengan suara terang dan jelas hingga kejauhan ini. Walau dengan suara yang terdengar dengan terang dan jelas hingga kejauhan ini telah menjadi seluruh Sutra dan memberi karunia serta kebajikan kepada seluruh makhluk. Di antaranya Saddharmapundarika-sutra merupakan kesungguhan hati Tathagata Sakyamuni yang diwujudkan dengan tulisan, sedangkan suara Tathagata Sakyamuni diwujudkan dalam katakata. Jadi, jiwa raga Buddha tercakup dalam tulisan ini, sebagai umpama, sama halnya bibit, kecambah, bakal buah dan padi, walau bentuknya berubah-ubah namun jiwanya itu sendiri sama sekali tidak berubah. Walau Buddha Sakyamuni dan kata-kata dalam Saddharmapundarika-sutra bentuknya berbeda, namun hatinya adalah satu. Dengan demikian, ketika membaca kata-kata dari Saddharmapundarika- sutra, hendaknya bersikap seperti menghadap Buddha Sakyamuni yang masih hidup. Kesungguhan hati Anda telah mengutus utusan dengan mengirimkan barang-barang sumbangan ke Pulau Sado ini, sebetulnya telah diketahui dengan jelas oleh Buddha Sakyamuni, sungguh sangat berbudi bakti. Kepada Syijo Kingo Bun-ei 9 tertanda Niciren
26
Samantabadra | Juli 2017
| KUTIPAN GOSYO
1
Apakah pohon dan rumput yang tidak menyesuaikan tiupan angin tidak tumbang? Kemanakah aliran sungai akan mengalir kalau tidak diterima lautan luas?
tugas sesungguhnya demi melindungi keamanan dan kebahagiaan rakyat. Dengan demikian, hubungan kekuasaan dengan rakyat adalah sama seperti angin dan rumput, dan sudah sewajarnya terdapat hubungan dimana rakyat harus menuruti Keterangan: kekuasaan. Kutipan ini menjelaskan hubungan Terlepas dari baik atau buruknya suatu kekuasaan antara raja dan rakyat dengan masalah, seseorang demi memperoleh hidup mengumpamakan angin dan lautan adalah sewajarnya sebagai seorang manusia, maka kekuasaan, rumput dan pohon serta sungai sejak suatu masyarakat terbentuk, di situ kecil adalah rakyat. kekuasaan akan merupakan suatu keharusan Seperti yang pernah dikatakan oleh yang muncul dengan sewajarnya. Hal mana Aristoteles bahwa, “Manusia adalah sama seperti sungai kecil yang mengalir makhluk sosial (politik)�. Manusia dalam ke dalam lautan besar, yang merupakan mempertahankan hidup sebagai seorang kewajaran alam. manusia yang wajar, sama sekali tidak dapat Walau demikian, apakah penguasa akan mcmisahkan diri dari masyarakat. Hal ini tidak merasa sombong jika memperoleh ketaatan terbatas pada segi materi saja, terlebih dari dari rakyat ? Hukum agama Buddha dengan itu dalam segi spriritual pun sesungguhnya tegas membantah bahwa rakyat berada seorang manusia telah menerima budi dalam keadaan yang sedemikian lemah. Yang yang tak terhingga dalam menempuh dimaksud “dengan tegas� dalam Hukum hidup bersama dengan masyarakat. Suatu agama Buddha, tidak hanya tegas dalam katamasyarakat dibentuk pada suatu susunan kata, terlebih dari itu menandaskan bahwa yang organis. Yang menguasai fungsi pada dasarnya terdapat batas-batas aturan susunan itu adalah penguasa, sedangkan dari kekuasaan. kekuatan yang menguasai susunan itu adalah Dalam kutipan ini Niciren Daisyonin dalam kekuasaan. tulisan yang sederhana telah menunjukkan Sesuai dengan keadaan dan zaman dengan tepat, bahwa terlepas dari baik terdapat berbagai bentuk kekuasaan, antara buruknya sesuatu kekuasaan, dimana lain sistem kerajaan, sistem kekaisaran, kekuatan pengaruh dari penguasa telah sistem kebangsawanan maupun sistem menguasai rakyatnya hingga kepada suatu demokrasi. Namun demikian, sifat dasarnya masalah yang bersifat pribadi seseorang sama sekali tidak berubah. Kekuasaan seperti kesenangan dalam menentukan menggerakkan susunan yang dikatakan pakaian maupun segi bentuk tubuh. sebagai masyarakat, dan merupakan sesuatu Yang dikatakan sebagai seorang yang harus ditaati oleh masyarakat. Kalau raja adalah, karena pada masa tidak demikian halnya, maka itu tidak dapat kehidupan lampau lebih unggul dikatakan sebagai kekuasaan. Masyarakat daripada puluhan ribu orang dalam tanpa kekuasaan akan kehilangan fungsi organisnya, sehingga tidak dapat menunaikan mempertahankan Sila Agung, sehingga
2
Juli 2017 | Samantabadra
27
diizinkan oleh Dewa Surga, Dewa Bumi, dan berbagai dewa untuk menjadi raja. Dan, negeri dimana raja tersebut harus menetap telah ditentukan berdasarkan pada karunia kebajikan dalam mempertahankan Sila Agung itu.
raja. Kutipan yang terdahulu dikatakan, ‘Hanya terhadap perbuatan yang tidak sesuai dengan hati para dewa pelindung agama Buddha, maka pada umumnya akan menimbulkan bencana alam sebagai tanda peringatan”. Dalam hal ini berarti, bahwa raja yang menentang kewajaran Hukum agama Keterangan : Buddha akan membuat penderitaan bagi Dalam Hukum agama Buddha, seseorang rakyat dan tidak dapat dikatakan sebagai dapat dilahirkan sebagai seorang raja, raja yang sesungguhnya. Kalau disesuaikan merupakan akibat imbalan dari sebabdengan masa sekarang, maka seorang raja sebab yang dibuat pada masa kehidupan bukanlah perseorangan yang tertentu, lampau yang telah mempertahankan melainkan seluruh rakyat. Oleh karenanya, sepuluh pantangan / sila baik, dalam hal ini seorang raja harus memiliki kemampuan menjelaskan dasar pokok batas-batas aturan memberi kecerdasan, kebijaksanaan dan dari kekuasaan. rezeki kepada seluruh rakyat. Begitupun Seorang raja memperoleh perlindungan bukanlah “rakyat yang bodoh”, melainkan dari para dewa agama Buddha maupun harus membina rakyat menjadi rakyat yang memperoleh ketaatan dari seluruh rakyat penuh kesadaran dan dilengkapi dengan adalah karena jiwanya ideologi yang unggul dan kepribadian yang telah menimbun rezeki karma baik masa tinggi, Walaupun demikian, kehadiran lampau. pemimpin adalah sesuatu yang mutlak Sepuluh pantangan baik adalah : diperlukan. Pemimpin dilahirkan dari rakyat, 1. Tidak membunuh; dan demi melindungi kepentingan rakyat. 2. Tidak mencuri dan merampok; Kiranya hubungan ini merupakan hubungan 3. Tidak berzinah; yang sangat ideal sekali. 4. Tidak berdusta; Kutipan yang berbunyi: “Lebih unggul dari 5. Tidak membujuk; puluhan ribu orang dalam mempertahankan 6. Tidak mencaci maki; Sila Agung”, berarti kedudukan pemimpin 7. Tidak berlidah dua; bukanlah suatu kedudukan yang enak-enak 8. Tidak serakah; malahan merupakan perjalanan yang sulit, 9. Tidak emosional; dimana ia harus berjuang dengan tegas 10. Tidak bodoh. terhadap kelemahan diri sendiri yang lebih keras daripada orang lain. Orang yang dapat mempertahankan Kutipan “Sehingga diizinkan oleh Dewa pantangan ini berarti seseorang yang telah Surga, Dewa Bumi, dan berbagai dewa memiliki kepribadian yang unggul. Jadi, orang untuk menjadi raja”, berarti memperoleh yang memiliki kepribadian yang unggullah dukungan dari rakyat. Pemimpin yang yang seharusnya memegang politik, namun memiliki kesadaran atas tanggung jawab yang kalau sang raja mempergunakan kekuasaan berat terhadap rakyat, selalu berjuang demi dengan sewenang- wenangnya demi rakyat tanpa menghiraukan kepentingan memenuhi nafsu pribadi, maka orang itu pribadi. Di situlah akan muncul masyarakat sudah tidak dapat dikatakan sebagai sang yang sejahtera dan bahagia sesuai dengan
GM
28
Samantabadra | Juli 2017
kehendak hati rakyat. Dan, bukankah dengan “rakyat yang penuh kesadaran” dan “pemimpin yang memiliki kesadaran atas tanggung jawab terhadap rakyat” akan tercapai ideologi demokrasi yang sesungguhnya. Bagian ini menjelaskan bahwa walau sebagai seorang penguasa pun, kalau tidak menuruti kewajaran dari Hukum agama Buddha Akhirnya akan musnah, Dengan demikian, Hukum agama Buddha merupakan suatu kehadiran yang lebih agung, luas dan tinggi daripada kekuasaan politik, maupun hal apapun juga. Di samping Itu, Hukum agama Buddha tidak hanya Iebih Agung, luas dan tinggi, melainkan juga merupakan Hukum yang memiliki kekuatan agung untuk mengatur kekuasaan dan politik, dengan tegas akan tcrcermin dalam masyarakat nyata. Sebaliknya, Hukum agama Buddha merupakan sesuatu yang sama sekali tidak akan terlepas dari kenyataan. Terlebih dari itu, merupakan sesuatu yang harus mengarahkan pada kenyataan dan menggerakkan kekuasaan demi kebahagiaan rakyat.
3
Sebelumnya Sang Buddha telah mcwarisi Hukum agama Buddha dalam Hukum Raja. Jadi scbagai umpama, kalau orang arif bijaksana, orang bijaksana maupun para cendekiawan tidak menuruti sang raja, maka Hukum agama Buddha tidak akan tersebar luas. Keterangan: Di sini dijelaskan mengenai wasiat perlindungan. Dalam menyebarluaskan Hukum agama Buddha hingga masa mendatang yang tak terhingga dimana seandainya terdapat orang yang berpandangan sesat telah menindas
dengan kekerasan terhadap orang yang mempertahankan Hukum Sakti, maka kiranya mungkin Hukum agama Buddha akan musnah. Oleh karenanya, Sang Buddha dalam mewarisi Hukum agama Buddha telah menugaskan sang raja dan penganutnya yang memiliki kekuasaan untuk melindungi hal di atas. Inilah yang dikatakan “Wasiat perlindungan”. Kutipan “Menuruti sang raja” dan “Raja turut menganut”, tidak berarti bahwa kalau penguasa menerima dan mempertahankan Myoho sudah merasakan baik. Kalau lebih luas mendiskusikan perihal sang raja, yakni kekuasaan politik, maka harus dipikirkan pandangan nilai yang mendasari ideologi, pandangan maupun berbagai kebudayaan yang ada pada masa itu. Terlebih lagi, walau hal itu berbeda sesuai dengan negaranya, namun kita harus merubah dasar nilai dari ideologi dan pandangan itu sendiri, sebaliknya kalau ideologi dan pandangan itu tidak bertentangan dengan kewajaran dari kepribadian manusia, maka kita harus menuruti dan menunjangnya. Raja Asoka di India, walau sebagai seorang penguasa yang telah menyebarluaskan Hukum Sakti pada waktu itu, namun ia telah meneruskan kebijaksanaan yang adil dimana perdebatan ajaran agama secara filosofis telah dilaksanakan dengan terbuka dan baik, sehingga berbagai agama telah diberikan kebebasan unluk menyebarluaskan agamanya masing-masing. Sebaliknya, raja yang dihasut oleh ajaran filsafat yang salah telah menindas para pelaksana Hukum Sakti, hal mana merupakan kenyataan yang sering terjadi dalam sejarah. Dan dalam Surat ini menjelaskan berbagai perumpamaan, antara lain Raja Hossyamitara telah memenggal kepala bhikku agama Buddha, Raja Damira telah membunuh Syisyisonja. Raja Wei Cung dari Kerajaan Sung telah menjatuhkan hukuman pembuangan bagi Bhikku
Juli 2017 | Samantabadra
29
Hodosanjo, dan lain-lain sebagainya. Hukum Sakti dijamin kedudukan yang sebenarnya berdasarkan Hukum Raja; terlebih lagi Hukum Raja mewujudkan semangat Hukum agama Buddha melalui kebudayaan dalam masyarakat sehingga akan terbina suatu negara yang damai, sejahtera dan berkebudayaan. Dalam hal ini, masa kerajaan Raja Asoka, masa Kerajaan Chin dan Zui di Tiongkok, dan juga masa Kerajaan Kanmu di Jepang merupakan contoh-contoh suatu negara yang damai sejahtera dengan kebudayaan yang tinggi. Walau para arif bijaksana mendirikan Hukum Sakti dan telah meluluskan berbagai ideologi pandangan yang tersesat, namun pcnguasa yang bodoh dan tertutup lebih senang mengambil ajaran yang licik daripada membedakan kebenaran dan kesesatan dari suatu ajaran. Pada umumnya, mereka kebanyakan berada pada pihak yang memiliki kekuatan. Pokoknya, prinsip kekuasaan telah menguasai keadaan. Jadi, dalam keadaan masyarakat yang demikian, walau betapa agungnya para arif bijaksana, kalau tidak terdapat di dalam Hukum Raja, maka betapa agungnya Hukum tersebut, namun Hukum ini tidak akan tersebar luas. Sebaliknya, akan mengalami penderitaan dan penganiayaan yang bertubitubi. “Wasiat perlindungan”, berarti memiliki sikap yang sama seperti di atas, dimana tidak bersekongkol dengan kekuasaan, begitupun sama sekali tidak mempertimbangkan untuk memperluas ajaran dengan mempergunakan kekuasaan. Namun sesungguhnya, dengan menjunjung tinggi cita-cita Myoho, menjaga serta mempertahankan cita-cita tersebut hingga terwujud nyata dalam masyarakat, inilah pelaksanaan “wasiat perlindungan”. Terlebih dari itu, karena Myoho adalah ideologi kemanusiaan maka terhadap gerakan kekuasaan yang meremehkan 30
Samantabadra | Juli 2017
dan merendahkan jiwa kemanusiaan, Hukum agama Buddha akan terus menerus memperjuangkan demi meluruskan pandangan sesat, justru di sini terdapat sikap yang sesuai dengan Hukum agama Buddha.
4
Walau Sekte Hosso adalah ajaran Mahayana, namun kelima sifat dijelaskan terpisah-pisah satu dengan Iainnya, dan telah menentukan orang yang dapat mencapai kesadaran Buddha dan Orang yang tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Hal mana telah menimbulkan malapetaka besar yang mengacau agama Buddha.
GM
Keterangan : “Kelima sifat yang terpisah-pisah satu dengan lainnya”, berarti bahwa sifat khas setiap manusia terdapat lima perbedaan yang menentukan yang dimiliki sejak asal mula, sehingga terdapat pandangan yang beranggapan bahwa ajaran Dwiyana dan Pancayana yang diberikan berdasarkan pada bakat yang sesuai dengan orang itu merupakan sesuatu kebenaran. Mengapa ini dikatakan sebagai “Tiada suatu malapetaka yang lebih besar dalam agama Buddha”. Sungguh, Buddha Sakyamuni sebelum mengkhotbahkan Saddharmapundarikasutra, Beliau telah menjelaskan berbagai Hukum agama Buddha yang disesuaikan dengan bakat orang-orang pada waktu itu. Sedangkan dalam Saddharmapundarikasutra baru untuk pertama kali Beliau mengatakan bahwa Sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika -sutra adalah ajaran sementara atau merupakan suatu cara saja. Tujuan kelahiran Sang Buddha adalah hanya berusaha agar seluruh umat manusia dapat memasuki jalan pencapaian kesadaran Buddha. Dan menandaskan, bahwa penyelamatan kebahagiaan umat manusia
Keterangan: Penilaian terhadap Hukum agama Buddha yang kacau dan tidak teratur dimana Saddharmapundarika-sutra yang unggul diremehkan sebagai sesuatu yang buruk, sebaliknya Hukum Syingon yang buruk diagungkan sebagai sesuatu yang unggul. Oleh karenanya, dalam kehidupan masyarakat yang nyatapun segala sesuatunya menjadi kacau balau dan tidak beraturan, Hukum agama Buddha adalah badan, Hukum masyarakat adalah bayangan. Dalam menyelesaikan masalah pokok kejiwaan kemanusiaan terjadi keterbalikan, maka dengan prinsip subyek dan lingkungan yang tidak terpisahkan (Esyo Funi), dimana walau berusaha dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan nyata, namun sebaliknya akan menghasilkan akibat yang berlawanan. Mengenai masalah sarana berupa tingkat teknologi, kadangkala orang terlalu mudah terjerumus pada kekeliruan dengan menganggapnya sebagai tujuan, sehingga berusaha sekuat tenaga untuk menyempurnakan hal tersebut di atas. Sesungguhnya politik, ilmu pengetahuan, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain, semuanya tidak lain masih berada di dalam batas-batas sarana. Oleh karenanya, tidak merasakan pentingnya ideologi, filsafat dan pandangan hidup. Sebagai umpama, walau berusaha dengan giat demi kebahagiaan umat manusia, namun karena ilmu Oleh karena meremehkan pengetahuan yang berpijak pada pandangan Saddharmapundarika-sutra yang yang memandang manusia dari segi materi, unggul sebagai sesuatu yang buruk, maka dengan usaha demikian telah semakin dan sebaliknya mengagungkan Hukum menindas dan mengakibatkan penderitaan Syingon yang buruk sebagai sesuatu yang kepada umat manusia. unggul, maka ketika penguasa pada waktu itu mempergunakan sekte Syingon untuk Sebagai umpama, gigi anjing akan menaklukkan Mongolia, telah terpukul hancur oleh tulang harimau, sama mundur oleh musuh. seperti tulang ikan akan tercerna oleh hawa burung Kasa.
sesungguhnya terdapat dalam Hukum Tunggal dari Myoho. Oleh karenanya, Hukum kelima sifat yang terpisah satu dengan lainnya merupakan sesuatu yang menentang maksud pokok dari Sang Buddha. Dalam masyarakat sekarang pun, masalah ini merupakan sebab malapetaka yang mendasar bagi masyarakat kemanusiaan yang mencakupi bidang politik, pendidikan dan kebudayaan. Jadi, dalam masyarakat kemanusiaan, salah satu pandangan picik yang sulit dihapuskan adalah ideologi pengotakan yang menimbulkan perbedaan sesama manusia, saling membenci dan pada suatu saat saling bunuh membunuh. Dari situ akan menimbulkan pertentangan antara bangsa dan negara, pertentangan antara kasta maupun masalah ras, yang dapat mengatasi perbedaan dengan memberikan pandangan yang adil dan pandangan kesatuan yang mendasar hingga berbaur menjadi satu persatuan dan kesatuan, tidak lain hanyalah Saddharmapundarika-sutra. Yang dikatakan “Menimbulkan malapetaka yang mengancam Hukum agama Buddha�, berarti “malapetaka besar yang mengancam kemanusiaan�. Hendaknya diketahui dengan jelas, bahwa justru yang dapat menyelesaikan dari dasar pokok permasalahan dengan pelaksanaan yang penuh cita-cita, hanyalah dapat dicapai melalui Myoho.
5
6
Anak Cabang
Juli 2017 | Samantabadra
31
Keterangan: Gigi anjing akan hancur dengan tulang harimau, bcrarti ketika anjing akan mengunyah tulang harimau, karena tulangnya terlalu keras sehingga gigi anjing pecah. Mungkin ini dijelaskan sebagai suatu perumpamaan; “Tulang ikan akan musnah dalam hawa dari burung Kasa”, berarti bahwa burung Kasa memakan ikan dengan tanpa mengunyah dan langsung menelannya sehingga tulang ikan tanpa tertinggal sedikitpun semuanya telah tercernakan; sedangkan perumpamaan, urat dari Singa kiranya untuk mewujudkan keadaan yang kuat dari seekor singa. “Tulang harimau”, “Hawa dari burung Kasa”, mewujudkan kekuatan karunia yang agung dari Myoho, sedangkan “Gigi anjing”, “Tulang dari ikan”, mewujudkan berbagai karma buruk masa lampau dari orang yang mempertahankan Myoho. Betapa buruknya karma seseorang kalau menerima dan mempertahankan Hukum Sakti, pasti dengan sendirinya karma buruk tersebut akan terhapuskan. Perumpamaan urat dari Singa dengan urat binatang lainnya berarti, kalau Hukum Sakti semakin berkembang, maka seluruh ajaran yang tersesat lainnya akan hancur dengan sendirinya. Perumpamaan raungan Singa berarti, kalau sekali singa meraung maka suara binatang lainnya akan sunyi dan lenyap seketika. Hal mana mewujudkan bahwa sebelum Hukum Sakti muncul, seluruh filsafat sesat lainnya akan kehilangan kekuatan untuk menggerakkan massa yang dapat menggetarkan hati orang-orang.
7
Kalau ini ditinjau sebab musabab sehingga mereka tidak berhasil melihat ubun-ubun Sang Buddha Sakyamuni adalah, karena pada masa kehidupan lampau Buddha Sakyamuni telah 32
Samantabadra | Juli 2017
menghormati ibu, ayah, guru dan majikan dengan berlutut membungkukkan badan hingga ubun-ubun kepalanya mencapai tanah, maka pada kehidupan kali ini memperoleh wajah yang demikian. Keterangan: “Wajah yang tidak dapat dilihat ubunubunnya” (Mukencoso) berarti, walau ingin melihat ubun-ubun Sang Buddha, namun bagaimanapun tiada orang yang dapat melihatnya. Wajah Buddha yang ubunubunnya tidak dapat dilihat oleh siapapun, disebabkan karena pada masa lampau selalu menghormati ibu, ayah, guru serta majikan dengan menundukkan kepala hingga menyentuh lantai. Dalam hal ini menunjukkan prinsip Hukum sebab akibat dari jiwa yang tegas. Ibu, ayah, guru dan majikan betapapun mewujudkan ketiga kebajikan dari majikan, guru dan orang tua, dimana dalam kehidupan yang nyata seorang manusia hingga terbentuk sebagai manusia yang sesungguhnya, sebenarnya telah ditunjang dengan budi kebaikan yang tak terhingga jumlahnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan guru adalah, tidak terbatas pada orang-orang tertentu saja, melainkan termasuk orang tua, sanak saudara, kawan, seluruh masyarakat dan segenap kebudayaan merupakan fungsi dari guru kehidupan. Yang dimaksud dengan majikan dalam masa sekarang ini adalah masyarakat, tanah air itu sendiri, hendaknya diketahui bahwa seorang manusia sebagai kehadiran dalam masyarakat, kalau terlepas dari masyarakat dan tanah air, betapapun tidak dapat mempertahankan kehidupan yang layak sebagai seorang manusia. Budi pekerti dalam tradisi feodalisme, telah memaksakan seseorang untuk mengikuti kewibawaan orang tua, guru serta majikan dalam kedudukan pokok yang mengikuti
ideologi formalitas. Kalau kita berpikir atas dasar mementingkan kemanusiaan, maka dirasakan bahwa majikan, guru dan orang tua merupakan fondasi penting demi melindungi keagungan manusia. Walau yang dikatakan disini menghormati orang tua, guru dan majikan, namun sama sekali tidak berarti mempersembahkan dengan mengorbankan jiwa sendiri, melainkan kita harus menerima dan menyerap sebanyak mungkin budi luhur dari orang tua, guru dan majikan dalam diri sendiri. Dengan demikian, baru kita dapat membina diri menjadi seorang yang berkepribadian agung. Karena “wajah yang tak terlihat ubunubun� merupakan perumpamaan yang mewujudkan kepribadian yang tinggi serta agung, maka dalam kewajaran alam tentu tiada sesuatu yang tidak dapat dilihat ubun-ubunnya. Hal yang terpenting, demi membina kepribadian diri sendiri yang lebih maju sebagai seorang manusia adalah, menghormati ibu, ayah, guru dan mencintai majikan (masyarakat, tanah air).Hendaknya diketahui, bahwa orang yang tidak melaksanakan hal demikian adalah orang yang sombong dan rendah kepribadiannya sebagai seorang manusia, sehingga tidak dapat mencapai kemajuan yang lebih besar bagi dirinya.
suatu maksud yang terdapat di dalam susunan masyarakat. Penuturan ‘sepatah kata dari sang raja dengan penuturan kata dari rakyat biasa dengan sendirinya berbeda, karena sang raja memiliki pengaruh yang kuat sekali. Kata-kata yang memiliki kekuatan untuk menggerakkan orang-orang dan memimpin masyarakat, dalam Hukum agama Buddha diwujudkan sebagai Bonno-jo (suara yang jelas dan terdengar hingga kejauhan). Dengan sepatah kata dari penguasa - pemimpin, dapat mensejahterakan, menyesatkan, mengacaukan, saling bunuh membunuh, menimbulkan kerusuhan di dalam masyarakat, dan dapat menghancurkan banyak orang. Oleh karenanya , penguasa - pemimpin sedapat mungkin harus berhati-hati agar jangan keliru dalam menentukan arah dan memiliki ideologi dasar serta kebijaksanaan yang tepat, kemudian dituntut suatu keinginan yang kuat dan ulet dalam memimpin orangorang. Bonno-jo tidak hanya berarti suaranya jelas maupun dapat terdengar hingga kejauhan, melainkan kemampuan, kekuasaan dan kedudukan dalam masyarakat dari orang yang mengucapkan kata-kala itu terkandung kekuatan dalam suaranya. Namun hanya dengan demikian saja tidak akan melebihi kekuatan diri yang terdapat dalam masyarakat. Agar dapat memiliki Sepatah kata dari sang raja akan kekuatan yang dapat menggerakkan dan dapat menghancurkan atau menyampaikan kata-kata yang amat membangun satu negara. menggetarkan hati sanubari seluruh umat manusia yang melampaui tata aturan Keterangan: kemasyarakatan maupun zaman yang Sang raja yang dijelaskan disini adalah bagaimanapun, adalah tergantung apakah orang yang menguasai kekuasaan. Suatu dalam kata-kata itu terdapat kebenaran kekuasaan sejak semula merupakan sesuatu dan kewajaran, begitupun apakah dalam yang mengatur gerakan orang-orang dalam kata-kata itu terkandung maitri karuna yang masyarakat, kekuatan yang menentukan arah mendambakan kebahagiaan dan mengatasi gerak dari masyarakat serta fungsi penentuan penderitaan dari umat manusia. Petuah
8
Anak Cabang
Juli 2017 | Samantabadra
33
emas Sang Buddha dikatakan sebagai ‘ Bonno-jo’ (suara yang jelas dan dapat terdengar hingga kejauhan) adalah tidak tergantung pada kekuasaan dan kekuatan, melainkan hendaknya diketahui bahwa hal itu tergantung pada kebenaran, kekuatan maitri karuna dan pandangan yang jauh.
9
Walau Buddha Sakyamuni dan kata-kata dalam Saddharmapundarika-sutra bentuknya berbeda, namun hatinya adalah satu.
Anak Cabang
Keterangan: Jiwa Buddha Sakyamuni adalah Saddharmapundarika-sutra. Hal mana sama seperti yang terdapat dalam Surat Balasan kepada Kyo-o Dono (hal.1124) yang berbunyi: “Hati dari Sang Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra”. Niciren Daisyonin Buddha masa Akhir Dharma mengatakan : “ Niciren telah mencurahkan seluruh jiwa raga-Nya dalam Nammyohorengekyo”. Jadi Saddharmapundarika-sutra masa Akhir Dharma sekarang ini adalah Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Oleh karenanya, kata-kata dalam Saddharmapundarika-sutra tidak lain adalah Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Kalimat selanjutnya dalam kutipan surat ini dikatakan : Saddharmapundarikasutra merupakan kesungguhan hati Tathagata Sakyamuni yang diwujudkan dengan tulisan, sedangkan suara Tathagata Sakyamuni diwujudkan dalam kata-kata. Jadi jiwa raga Buddha tercakupi dalam tulisan ini”. Sedangkan Niciren Daisyonin dalam Surat Balasan Kepada Kyo-o Dono (Hal.1124) mengatakan: “Niciren telah mencurahkan jiwa raga-Nya dalam tinta 34
Samantabadra | Juli 2017
sumi”. Kedua-duanya terdapat titik persamaan. Oleh karenanya, kutipan “Dengan demikian, ketika membaca katakata dari Saddharmapundarika- sutra, hendaknya bersikap seperti menghadap Buddha Sakyamuni yang masih hidup”, hal mana berarti bahwa ketika kita menghadap Gohonzon adalah sama seperti menghadap Niciren Daisyonin yang masih hidup. Justru dalam kutipan ini mengajarkan bahwa Niciren Daisyonin adalah Gohonzon. Dalam bagian ini dapat diketahui bahwa suasana jiwa Niciren Daisyonin yang telah menyadari sejak peristiwa Tatsunokuci telah menanggalkan pendirian sementara dan meneguhkan pendirian sesungguhnya sebagai Tathagata Jijuyusyin dari masa Kuon Ganjo, dan rasa maitri karuna yang menyayangi Syijo Kingo secara langsung dari Pulau Sado. Kiranya ini merupakan hasil akibat sebagai penyempurnaan maksud kelahiran di dunia ini dengan meninggalkan jiwa Beliau sebagai Dai Gohonzon yang diberikan kepada seluruh umat manusia untuk masa Akhir Dharma yang tak terhingga. ***
Mutiara Pusaka Agung Sekehendak Hati (Nyoi Hoju)
namun hal mana disebabkan karena sejak masa kalpa yang tak terhingga telah mempertahankan Sila Agung, Seperti Mutiara pusaka agung sekehendak dikatakan, “Hukumnya agung, maka orangnya hati (Nyoi Hoju) adalah mutiara gaib yang pun luhur”. Dengan demikian, “Satu kata dari memiliki kekuatan untuk mewujudkan segala Saddharmapundarika-sutra”, yakni Myoho apapun dengan sekehendak hati. Hal ini merupakan badan sesungguhnya dari mutiara merupakan cara pemikiran orang Asia di pusaka agung sekehendak hati Myoho masa lampau. Sesungguhnya, mutiara agung adalah Gohonzon dari masa Akhir Dharma. yang demikian tidak pernah ada. Namun Gohonzon dikatakan sebagai mutiara pusaka demikian, Myoho sebenarnya memiliki agung sekehendak hati. Bagi siapapun dan kekuatan seperti mutiara pusaka agung dengan doa yang bagaimanapun kalau sekehendak hati (Nyoi Hoju) ini. berdoa dengan hati kepercayaan yang tulus Sekarang, dalam surat ini Niciren Daisyonin pasti akan terkabulkan. Hendaknya kita lebih mengumpamakan mutiara pusaka aguag meyakini kekuatan karunia kebajikan yang tak sekehendak hati ini sebagai “satu kata dari terhingga dari Gohonzon, bahwasanya “Tiada Saddharmapundarika-sutra”, dan “tulang dari doa yang tidak terkabulkan, tiada dosa yang Sang Buddha”. tidak terhapuskan”. *** Walau maksud sesungguhnya dikatakan “tulang dari Sang Buddha” sebagai mutiara pusaka agung sekehendak hati,
Catatan
Juli 2017 | Samantabadra
35
36
Samantabadra | Juli 2017
Juli 2017 | Samantabadra
37
38
Samantabadra | Juli 2017
Juli 2017 | Samantabadra
39
40
Samantabadra | Juli 2017
Juli 2017 | Samantabadra
41
42
Samantabadra | Juli 2017
Juli 2017 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Tanya Jawab Antara Orang Arif Bijaksana dan Orang Bodoh
LATAR BELAKANG | Walau surat ini dikatakan ditulis pada tahun 1265 (Bun-ei ke-2), yakni ketika Niciren Daisyonin berusia 44 tahun, namun keadaan sesungguhnya tidak jelas. Oleh karenanya ada yang mengatakan ditulis pada tahun 1267 atau tahun 1268. Dalam surat ini terdapat kalimat yang berbunyi : “Ryokan dari Kuil Gokuraku”, namun karena Ryokan menetap di Kuil Gokuraku di Kota Kamakura adalah sejak bulan 8 tahun 1267, begitupun dalam 11 pucuk surat yang ditulis pada tanggal 11 bulan 10 tahun 1268, terdapat kalimat yang berbunyi : “Bhiksu Ryokan dari Kuil Gokuraku”, oleh karenanya diperkirakan surat ini ditulis pada tahun 1268 ( Bun-ei ke-5 ). Walau surat aslinya sudah tidak ada begitupun tidak jelas siapakah penerima surat ini. Namun dari satu kutipan kalimat dalam surat ini dikatakan orang bodoh dengan sendirinya menjelaskan,“ Saya sebagai ksatria yang memegang senjata, busur dan panah”, maka dapat diperkirakan bahwa surat ini ditujukan kepada seorang ksatria. Surat ini ditulis setelah Niciren Daisyonin dibebaskan dari hukum buang di Semenanjung Izu kemudian kembali ke kampung halaman Beliau di daerah Awa dan menjalankan 44
Samantabadra | Juli 2017
dialog Hukum agama Buddha di Kamakura. Surat ini sesuai dengan judulnya dimana telah menjelaskan dialog Hukum agama Buddha secara konkre t dengan bentuk tanya jawab antara arif bijaksana yang mengajarkan Hukum agama Buddha dan orang Bodoh yang tidak mengetahui Hukum agama Buddha. Kutipan kalimat yang kali ini kita pelajari bersama merupakan jawaban terhadap orang bodoh yang mengajukan pertanyaan yang berbunyi : “ Walau dapat memahami pentingnya kepercayaan, namun karena sulit untuk melaksanakan seluruh Saddharmapundarikasutra, maka kalau terdapat inti hakikat, mohon diberitahukan”. Dimana arif bijaksana memberi jawaban bahwa, “ Inti hakikat dari pencapaian kesadaran Buddha yang sesungguhnya dari seluruh Buddha hanya terdapat pada kelima huruf Myohorengekyo”, serta menjelaskan 80.000 gudang sutra maupun Saddharmapundarikasutra yang terdiri dari satu bagian, tidak lain dijelaskan untuk kelima huruf dari Saddharma (Myoho) ini. Begitupun badan Hukum yang diserahterimakan kepada Bodhisattva yang Muncul dari Bumi demi penyebarluasan Masa Akhir Dharma adalah Myohorengekyo.
ISI GOSYO | Arif bijaksana berkata, “ Hati manusia adalah sama seperti air yang berubah sesuai bentuk wadah yang menampung air tersebut. Sifat suatu benda adalah sama seperti bayangan bulan yang bergerak sesuai gerakan gelombang air, oleh karenanya walau anda sekarang menaruh kepercayaan, namun pada waktu mendatang mungkin hatinya akan bergolak. Tetapi walaupun dihinggapi iblis-setan, hati tidak boleh tergoyahkan. Raja iblis surga benci terhadap Hukum agama Buddha. Filsafat tersesat tidak menyenangi Hukum agama Buddha, oleh karena itu walau babi hutan menggosokgosokkan punggungnya pada gunung emas, namun sebaliknya akan mencemerlangkan gunung emas tersebut, walau seluruh aliran sungai mengalir ke lautan besar, namun lautan besar akan menerima seluruh aliran tersebut. Sama seperti kayu bakar akan mengobarkan api lebih besar, begitupun sama seperti tiupan angin akan membesarkan serangga yang bernama Gura. Kalau makin kuat hati kepercayaan, maka sungguh menggembirakan sekali.
KUTIPAN GOSYO |
1
Arif bijaksana berkata, “Hati manusia adalah sama seperti air yang berubah sesuai bentuk wadah yang menampung air tersebut. Sifat suatu benda adalah sama seperti bayangan bulan yang bergerak sesuai gerakan gelombang air. Oleh karenanya, anda walau sekarang menaruh kepercayaan namun pada waktu-waktu yang mendatang mungkin pasti hatinya akan bergolak. Akan tetapi, walau dihinggapi iblis maupun setan betapapun hati tidak boleh tergoyahkan. Keterangan : Bagian ini merupakan kesimpulan dari surat ini. Dengan mendengar pembicaraan uraian dari arif bijaksana (Niciren Daisyonin), sehingga orang bodoh telah bertekad hati untuk terus mempertahankan kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra, namun sebaliknya terhadap ketekadan tersebut arif bijaksana telah menjelaskan betapa sulitnya untuk dapat menerima dan mempertahankan kepercayaan
secara berkelangsungan. Di sini telah mengejutkan hati orang bodoh. Pertama-tama sesuai dengan kutipan yang berbunyi : “ Hati manusia adalah sama seperti air yang berubah sesuai bentuk wadah yang menampungnya. Sifat suatu benda adalah sama seperti bayangan bulan yang bergerak sesuai gerakan gelombang air�. Hal mana mensitir (mengutip) kelemahan hati manusia. Air adalah sesuatu yang menyesuaikan diri dengan bentuk wadah, kalau ia berada dalam bentuk segitiga maka ia akan berbentuk segitiga, kalau ia berada pada bentuk bulat maka ia akan berbentuk bulat. Begitupun sama halnya hati manusia akan berubah sesuai dengan kondisi lingkungannya. Terlebih lagi sifat benda yang kelihatannya lebih stabil, namun sama seperti bayangan bulan di atas permukaan air yang akan berubah sesuai dengan gerakan gelombang air yang selalu berubah. Jadi, prinsip kefanaan yang dijelaskan dalam Hukum agama Buddha dimana hati manusia maupun benda tiada yang tidak berubah, Juli 2017 | Samantabadra
45
semuanya akan bergerak. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin terhadap orang bodoh yang telah bertekad untuk mempertahankan kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra, telah mensitir bimbingan keras yang berbunyi : “ Walau Anda sekarang telah menaruh kepercayaan, namun pada waktu mendatang mungkin hatinya akan bergolak”. Ketekadan hati setiap saat kelihatan kokoh, namun dengan berlalunya waktu kita tidak akan mengetahui bagaimana perubahan selanjutnya. Hendaknya camkan pada diri masing-masing, karena hati manusia adalah sesuatu yang dapat berubah, maka walau diserang iblis maupun setan betapapun hati tidak boleh tergoyahkan, sebaliknya harus memiliki kepercayaan yang dapat menghancurkan setan dan iblis. Walau ini adalah nasihat yang keras terhadap orang yang baru menaruh kepercayaan, namun karena hal ini tidak terdapat perbedaan antara yang baru percaya maupun yang lama, hendaknya menanggapi hal ini sebagai sitiran yang tegas terhadap hati yang lemah dari kita manusia biasa serta menjadikannya sebagai pedoman untuk pelaksanaan pertapaan Agama Buddha seharihari dan selamanya.
2
Raja iblis surga benci terhadap Hukum agama Buddha. Filsafat tersesat tidak menyenangi Hukum agama Buddha, oleh karena itu walau babi hutan menggosokgosokkan punggungnya pada gunung emas, namun sebaliknya akan mencemerlangkan gunung emas tersebut. Walau seluruh aliran sungai mengalir ke lautan besar, namun lautan besar akan menerima seluruh aliran tersebut. Sama seperti kayu bakar akan mengobarkan api lebih besar, begitupun sama seperti tiupan angin akan membesarkan serangga yang bernama Gura. Kalau semakin memperkuat kepercayaan, maka sungguh suatu yang menggembirakan sekali. Keterangan : Di sini mengajarkan sikap hati yang bagaimanakah, ketika menghadapi iblis yang yang mengganggu hati kepercayaan. Kutipan 46
Samantabadra | Juli 2017
kalimat: “Babi hutan menggosok-gosokkan punggungnya pada gunung emas sebaliknya akan mencemerlangkan gunung emas tersebut”, adalah perumpamaan dimana babi hutan, karena benci terhadap kecemerlangannya gunung emas, ingin menghilangkan kecemerlangan gunung emas hingga menggosok-gosokkan tubuhnya pada gunung emas, namun sebaliknya semakin mencemerlangkan gunung emas tersebut. Kutipan kalimat, “ Walau seluruh aliran sungai mengalir ke lautan besar, namun lautan besar akan menerima seluruh aliran sungai tersebut”, berarti walau seluruh aliran dapat mengalir ke dalam lautan besar, namun itu tidak lain hanya merupakan sebagian yang tercakup dari lautan besar. Dan juga kutipan, “Kayu bakar akan mengobarkan api lebih besar, begitupun sama seperti tiupan angin akan membesarkan serangga yang bernama Gura”, berarti kalau api dimasukkan kayu bakar akan mengobarkan api, begitupun semakin bertiupnya angin akan semakin membesarkan serangga yang bernama Gura. Walau perumpamaan yang bagaimanapun, orang yang percaya pada Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra adalah sama seperti gunung emas, lautan besar, api dan Gura. Walau dihadapi dengan penderitaan dan iblis yang bagaimanapun, malah sebaliknya menjadikannya sebagai pegas kemajuan diri sendiri. Oleh karenanya harus memiliki keyakinan yang kuat dan kekuatan jiwa yang tangguh. Ketika memiliki keyakinan dan kekuatan jiwa tersebut walau dihadapi oleh penderitaan dan iblis yang bagaimanapun akan dapat dilumerkan oleh kepercayaan, malah dengan kepercayaan yang kokoh akan dapat merangkul segala apapun. Kita pun hendaknya meneruskan dan mempertahankan kehidupan dan kepercayaan yang mencakupi seluruh kehidupan seperti yang diajarkan di sini, dimana terhadap penderitaan dan iblis yang muncul dalam bentuk yang bagaimanapun tetap dihadapi dengan gagah serta memiliki keyakinan untuk mencapai kemenangan. ***
Juli 2017 | Samantabadra
47
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Kearifbijaksanaan dan Kebodohan Pertanyaan : Bagaimana caranya mempertahankan hati kepercayaan dengan sikap yang sungguh hati, baik dalam keadaan suka maupun duka? Jawab : Mempertahankan hati kepercayaan adalah percaya sepenuh hati, menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra, bukan hanya percaya untuk diri sendiri, tetapi juga menyebarluaskan kepada orang lain. Ini berarti menjalankan hati kepercayaan secara aktif, tidak hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri saja. Tidak merasa ego, tapi juga memikirkan bagaimana orang lain yang sedang mengalami kesulitan dapat mengatasi kesulitannya dengan percaya pada Hukum Sakti ini dan kita juga dapat merasakan kesulitan yang dialaminya. Suatu saat juga bisa terjadi pada diri kita. Seperti dalam salah satu Gosyo yang ditulis untuk Toki Jonin Dono, Niciren Daisyonin memberi petunjuk ajaran, “Seorang arif bijaksana dalam keadaan tenang dan aman senantiasa merenungkan kemungkinan mara bahaya. Tetapi bagi seorang yang bodoh dalam keadaan bahaya sekalipun tetap memimpikan keadaan tenang dan aman. Seorang arif bijaksana meskipun 48
Samantabadra | Juli 2017
dalam keadaan tenang dan damai tak pernah lengah, senantiasa membuat persiapan untuk menghadapi kemungkinan bahaya, tetapi seorang yang bodoh selalu menyanjung atasannya dan dalam keadaan bahayapun selalu memimpikan kegembiraan dan keselamatan�. Siapapun ketika mendapat kesulitan ekonomi umpamanya pada saat demikian sulitnya dapat bersungguh hati melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tetapi begitu kesulitan teratasi sepertinya lambat laun menjauhi Gohonzon. Seperti dalam kehidupan di masyarakat umum, bila mendapat masalah dapat sungguh hati dan melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tapi begitu dapat mengatasi masalahnya tak ada waktu untuk pertemuan dan kunjungan anggota. Orang yang seperti ini kurang memiliki pengertian yang mendalam terhadap makna pelaksanaan Hukum agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran Sang Buddha atau juga tujuan Sang Buddha adalah bagaimana agar umat manusia dapat terbebaskan dari penderitaan yang bersumber pada tiga racun, yaitu sebagai berikut, Don : Keserakahan, dalam hal ini ingin memperoleh lebih banyak harta benda (materi). Jin : Kemarahan, menyayangi atau
membenci seseorang secara berlebihan. Ji : Kebodohan, yang membuat manusia kehilangan akal untuk membedakan berbagai masalah secara tepat. Hal-hal seperti ini merupakan hal yang umum terlihat dalam kehidupan sehari-hari, padahal dalam masyarakat nyata banyak orang yang memiliki kedudukan terhormat tak luput dari menjadi tua dan akan mati. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang lebih mementingkan mencari uang sebanyak-banyaknya dalam hidup kali ini, tidak lagi memikirkan nilai jiwa dari hidup ini, tidak lagi melaksanakan maitri karuna, sehingga bila melihat atasan berbuat kesalahan, tak berani mengambil sikap untuk meluruskannya, malah menyanjungnya terus, sehingga tanpa disadari akhirnya jatuh ke dalam dunia neraka. Betapapun sehatnya badan kita, kita tak luput dari menjadi tua dan mati. Dan umumnya manusia tak dapat meramalkan segala hal yang akan terjadi. Mereka senantiasa sekuat tenaga berusaha mengumpulkan harta kekayaan dan ingin mencapai keadaan kehidupan yang menguntungkan. Banyak orang mengira bila dapat mencapai tujuan seperti ini pasti akan menjadi bahagia yang sebenarnya, namun sekalipun tujuan tersebut telah tercapai, manusia tak dapat luput daripada kenyataan yang tak terelakan, yakni menjadi tua dan mati. Artinya : hidup manusia akhirnyapun tiba pada ujung akhir, apabila tak menghadapi penderitaan pokok dari kehidupan manusia, yakni lahir, tua, sakit, mati, bagaimana mungkin kita mengatakan, bahwa di saat ini kita tidak memiliki sumber pokok penderitaan yang khusus tersebut. Sering kita mendengar, “Perjalanan wisata sekeluarga yang penuh kegembiraan, hanya dalam sekejap dapat menjadi penderitaan yang tak terhingga karena terjadi kecelakaan yang tak terduga. Juga terdapat kisah
mengenai suatu perusahaan yang berjalan dengan baik dalam usahanya, hanya karena kesesatan jiwa dari seseorang hingga menjadi bangkrut. Mereka yang hanya karena kesenangan di hadapan mata, sehingga mengira dirinya memperoleh karunia dengan lancar, merupakan manusia yang menutup dirinya dalam dunia egoisme, atau manusia yang Avidya (tersesat) tak menyadari bahwa dibalik dinding ketenangan dan kenyamanan ternyata masih ada kesulitan dan penderitaan. Pada kehidupan sehari-hari lewat media televisi, majalah, surat kabar memperoleh informasi berbagai kejadian yang tak terduga, kita sama sekali tak dapat mengetahui kapan kemungkinan kita akan terjatuh ke dalam hal-hal seperti tersebut. Seperti kita melihat bencana banjir di suatu negara, kita jangan berpikiran, “Ah, itu tidak terjadi dalam negara kita�. Kita juga tidak dapat mengetahui kapan bencana banjir tersebut akan terjadi di negara kita. Permasalahan pendidikan anak-anak dan permasalahan hubungan kehidupan keluarga dan keadaan pekerjaan para karyawan, terlebih lagi berbagai permasalahan yang berbeda-beda yang sedang menunggu menyongsong ketika kita memasuki tahap pensiun. Ketika kita memikirkan berbagai permasalahan yang berbeda-beda ini jelas kita tak dapat dengan mudah mengatakan bahwasanya penghidupan kita sekarang ini sudah merasa berhasil dan bahagia. Kegembiraan di hadapan mata bagaikan berjalan di atas jalan yang rata, tanpa menggunakan energi, namun di dalam seumur hidup kita, pasti akan menjumpai jalan-jalan yang berlumpur serta tanjakan dan turunan yang terjal. Apabila seseorang tak memiliki kekuatan jiwa raga serta prajna kearifbijaksanaan yang sesungguhnya maka Juli 2017 | Samantabadra
49
dapat dikatakan tak akan mampu mengatasi hal-hal tersebut. Seseorang yang hanya mengenal jalan yang rata tidak mudah menjalani jalan-jalan yang sulit. Dengan demikian akan mengalami penderitaan, seperti seseorang yang selalu berkecukupan dalam ekonomi, tetapi bila suatu saat ia jatuh bangkrut, ia akan bingung menghadapi hidup ini, manusia seperti ini benar-benar merupakan manusia yang “tak berejeki”. Kecuali kita menjalankan hati kepercayaan dan sesuai dengan Hukum Buddha Niciren Daisyonin secara tulus sungguh-sungguh, maka dapat dikatakan kita akan dapat memperoleh tenaga jiwa yang kuat. Terbaca dalam Saddharmapundarika-sutra, “Sutra ini sulit untuk dipertahankan, ini adalah jalan yang tiada tara, tidak hanya sulit dipercaya terlebih lagi sulit untuk dilaksanakan”. Niciren Daisyonin dalam Gosyo Perihal Membuka Mata menegaskan, “Saya beserta murid-murid-Ku meskipun ada berbagai kesulitan, dengan tanpa sedikitpun hati yang ragu-ragu, pasti dapat mencapai Dunia Buddha, jangan meragukan tidak memperoleh perlindungan para dewa, jangan mengeluh tak tenang dan amannya hidup ini…”. Kalimat tersebut mengajarkan pada kita, betapa kesulitan yang mungkin kita hadapi, apabila tiada ada keragu-raguan dalam hati, akhirnya pasti mencapai kesadaran Buddha. Kita tidak boleh menyalahkan dewa maupun orang lain, membenci nasib, mengkritik atau menyalahkan orang lain. Bila ingin mencapai kesadaran Buddha, maka sikap terpokok yang harus dipertahankan adalah sedikitpun tidak meragukan kekuatan Gohonzon. Kita dapat menerima bahwa segala kesulitan adalah karma dari sebab yang kita buat sendiri. Kita dapat berjumpa dengan “Hukum Buddha yang sesungguhnya”, sebenarnya 50
Samantabadra | Juli 2017
ini merupakan karunia kebajikan yang sulit diperoleh, namun bila kita ingin menerima dan mempertahankan Gohonzon, hendaknya tidak meremehkannya. Dalam keadaan sulit ataupun bahagia tetap menjalankan dan mempertahankan Gohonzon. Melaksanakan dan mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon terlebih lagi merupakan suatu keberhasilan yang sulit diperoleh, bila dapat mempertahankan serta menjaga hati kepercayaan yang konsisten seumur hidup terlebih lagi sulitnya. Mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon bukan hanya berarti memberi sumbangan sajian saja kepada Gohonzon, namun justru merupakan tenaga jiwa yang kuat yang dapat membuat Anda hari demi hari tumbuh berkembang hingga mencapai kematangan. Bagaimana Anda membuat hari demi hari bertambah maju dan mempunyai kekuatan hati kepercayaan dalam menghadapi tantangan. Mempertahankan tekad hati kita sangatlah penting, kita harus bergiat mencapai apa yang kita tetapkan untuk dilaksanakan. Sekali kita mulai menetapkan tekad hati, sekalipun menjumpai hambatan dan rintangan maka kita harus senantiasa memperbaharui tekad hati kita, sekaligus memulai kembali tantangan kita. Sikap demikian mutlak diperlukan, katakanlah pada diri sendiri, “Kali ini saya dapat melaksanakannya, kali ini pula saya dapat berhasil”. Dengan demikian kita dapat maju setahap demi setahap dan akhirnya mencapai sasaran jiwa teragung, yakni mencapai kesadaran Buddha (mencapai kebahagiaan mutlak). ***
Catatan
Juli 2017 | Samantabadra
51
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.
Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.
Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan.
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Berita Duka Cita
Bapak Thio Kim Eng
Ibu Lenawati
Bapak Tan Wie Lay
Meninggal pada usia 52 tahun 24 Maret 2017 Umat NSI daerah Bekasi Jawa Barat
Meninggal pada usia 70 tahun 27 April 2017 Umat NSI daerah Tanjung Priok DKI Jakarta
Meninggal pada usia 66 tahun 05 Mei 2017 Umat NSI daerah Kapuk DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
52
Samantabadra | Juli 2017
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Juli 2017 Tanggal Hari 1 Sabtu 2 Minggu 3 Senin 4 Selasa 5 Rabu 6 Kamis 7 Jumat 8 Sabtu 9 Minggu
10 Senin 11 Selasa 12 Rabu 13 Kamis 14 Jumat 15 Sabtu 16 Minggu 17 Senin 18 Selasa 19 Rabu 20 Kamis 21 Jumat 22 Sabtu 23 Minggu 24 Senin 25 Selasa 26 Rabu 27 Kamis 28 Jumat 29 Sabtu 30 Minggu 31 Senin
Jam
Kegiatan Kensyu Gosyo Umum Juni 2017 & TANSI Kensyu Gosyo Umum Juni 2017 & TANSI 13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta
Tempat Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadapaributa NSI Lt. 2
19:00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul
Vihara Sadapaributa NSI Lt. 2
19:00 Ceramah Gosyo
Daerah masing‐masing
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karir Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Daerah masing‐masing
10:00 Pertemuan Anak‐anak Daerah 19:00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang
Daerah masing‐masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
14:00 Pertemuan Wanita Daerah 19:00 Pertemuan Pria Daerah
Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing
19:00 Pertemuan Anak Cabang
Daerah masing‐masing
14:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian
Daerah masing‐masing
13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Pertemuan DPW, DPD Jabotabekcul
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pertemuan Pimpinan Daerah Kensyu Gosyo Umum Juli 2017 Kensyu Gosyo Umum Juli 2017 13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta
Daerah masing‐masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Daerah masing‐masing
Juli 2017 | Samantabadra
53
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
54
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | Juli 2017
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510