SAMANTABADRA | NOVEMBER 2017 | NOMOR. 286
Kunjungan anak-anak NSI, didampingi DPP NSI, pengurus, dan orang tua, ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. 23 September 2017.
Samantabadra gosyo kensyu SURAT PERIHAL PEMATANG YANG KERAS DAN KUAT gosyo cabang SURAT PERIHAL STUPA PUSAKA liputan PENTAS SENI DAN BUDAYA ANAK LINTAS IMAN
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
November
2 0 1 7
11 # 286
Delegasi Kesenian NSI untuk ASEAN Song, Dance and Music Festival 2017 mewakili negara Indonesia. Berfoto bersama di Terminal 3 Ultimate Bandara Sukarno-Hatta, Banten, sesaat sebelum keberangkatan. 18 Agustus 2017.
J
alankanlah hati kepercayaan dengan kuat dan sungguh-sungguh. Orang yang menyampaikan teori kewajaran hukum Buddha kepada orang lain pasti akan dibenci... biarkan saja. Kalau mereka ingin membenci biarlah membenci. Serahkan jiwa raga kepada Saddharmapundarika-sutra... Orang seperti itu dikatakan sebagai orang yang melaksanakan pertapaan sesuai dengan yang dibabarkan oleh Sang Tathagata. ~ Surat perihal pematang yang keras dan kuat
Anak-anak NSI didampingi orang tua, sedang melakukan registrasi mandiri untuk menjadi anggota Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Samantabadra November 2017 SAMANTABADRA | NOVEMBER 2017 | NOMOR. 286
Kunjungan anak-anak NSI, didampingi DPP NSI, pengurus, dan orang tua, ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. 23 September 2017.
daftar isi
Samantabadra
SAMBUTAN Menteri Agama RI dalam rangka pelepasan delegasi kesenian NSI ke Vietnam CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta
LIPUTAN Pelepasan Delegasi Kesenian NSI ke Vietnam oleh Menteri Agama RI NSI Wakili Indonesia dalam Ajang ASEAN di Vietnam Pentas Seni Bidaya Anak Lintas Iman Dokyo Syodai Peringatan Terwujudnya DaiGohonzon (12 Oktober)
2
6 9
13 14 20 22
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Pematang yang 24 Keras dan Kuat Gosyo Cabang Surat Perihal Stupa Pusaka 37 Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
P
enari rampak gendang generasi muda NSI di pelataran Balaikota Provinsi DKI Jakarta seusai tampil dalam Pentas Seni Budaya Anak Lintas Iman. Simak berita selengkapnya di halaman 20.
SURAT PERIHAL PEMATANG YANG KERAS DAN KUAT SURAT PERIHAL STUPA PUSAKA PENTAS SENI DAN BUDAYA ANAK LINTAS IMAN
gosyo kensyu gosyo cabang liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
Halaman Muka
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
November
2 0 1 7
11 # 286
Forum Diskusi Stupa Pusaka Prabhutaratna
RIWAYAT Niciren Daisyonin WAWASAN Protokoler
KESEHATAN Waspada Kanker Payudara
53 56 62
14
64
REFLEKSI Merawat Orang Sakit
66
DUKA CITA
70
TTS
72
JADWAL KEGIATAN
73
VIHARA DAN CETYA NSI
74
20
22 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENANGGUNGJAWAB Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI & EDITOR Samanta TATA LETAK Samanta KONTRIBUTOR Arya, Kyanne Virya, Kireyna, Sumarni Xiao, Phopy. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
November 2017 | Samantabadra
1
sambutan
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA RAPAT KOORDINASI DAN KONSOLIDASI TOKOH AGAMA BUDDHA DENGAN DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT BUDDHA JAKARTA, JUM’AT, 18 AGUSTUS 2017 Assalamu’alaikum Wr.Wb. Namo Buddhaya, Yang saya muliakan Biku Sangha, Yth. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Yth. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Yth. Bapak Sudhamek, Anggota Dewan Penasehat UKP PIP, Yth. Para Tokoh dan Pemuka Agama Buddha, Yth. Para Ketua Majelis-Majelis Agama Buddha, Yth. Para Pembimas Buddha seluruh Indonesia Hadirin yang berbahagia, Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena pada kesempatan yang berbahagia ini, kita dapat hadir pada acara Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Tokoh Agama Buddha dengan Jajaran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, dalam keadaan sehat tanpa halangan apapun. Semoga dengan berkah karma baik kita semua, kegiatan ini menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi umat Buddha dan masyarakat pada umumnya, dalam rangka mewujudkan suasana kehidupan umat yang damai sejahtera. Saya menyampaikan terima kasih kepada Umat Buddha Indonesia, yang tiada hentinya berupaya berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara. Saya melihat, Umat Buddha Indonesia semakin meningkat kualitas kehidupan keagamaannya dengan sangat baik. Ini dapat kita lihat dari semakin bertambahnya aktifitas sosial keagamaan yang dilakukan. Hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan ini, saya menyampaikan apresiasi kepada Jajaran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha atas inisiatifnya dalam melaksanakan koordinasi dan konsolidasi dengan tokoh-tokoh agama Buddha pada hari ini. Saya melihat ini adalah satu langkah strategis dalam membangun sinergi antara Pemerintah dengan Masyarakat, di mana Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha baru saja dilantik pada tanggal 2 Agustus 2017 yang lalu. Kembali saya mengingatkan bahwa tugas penting yang harus dilakukan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dan jajarannya adalah mengartikulasikan peran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dalam memberikan bimbingan, pelayanan dan perlindungan kepada Umat Buddha untuk lebih bermakna. Disamping itu, yang 2
Samantabadra | November 2017
tidak kalah penting adalah dapat memahami substansi persoalan pada lingkup tugasnya, serta mengerti dengan baik urgensi keterkaitan antara sektor dalam menopang pelaksanaan tugas. Jadikan pertemuan ini sebagai wahana untuk lebih meningkatkan koordinasi dan konsolidasi pembinaan umat melalui program dan kegiatan yang langsung dapat dirasakan oleh umat Buddha. Sehingga Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha mendapatkan legitimasi dari Lembaga-Lembaga Keagamaan Buddha dan para tokoh-tokohnya dalam memantapkan program bimbingan dan pelayanan kehidupan umat Buddha ke depan. Dalam spektrum yang lebih luas, responsibilitas terhadap isu-isu aktual keumatan dan antarumat beragama harus terakomodir dalam program kerja dan sasaran kinerja. Dinamika kebangsaan terus bergerak di sekeliling kita yang mengharuskan perlunya menghadirkan spirit agama dengan segenap jiwa, raga dan cinta. Agama harus benar-benar menjadi perekat integrasi nasional dalam bingkai NKRI. Kebutuhan terhadap agama sudah menjadi bersifat sedemkian mendalam. Agama bagi bangsa Indonesia sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat digantikan oleh lainnya. Sudah tentu, dalam menjalakan agamanya, orang membutuhkan tempat ibadah, membutuhkan kitab suci, dan juga tokoh panutan sebagai pembimbingnya. Dengan demikian peran dan fungsi agama nampak semakin jelas. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang taat beragama, menunjukkan kehidupan yang lebih tenteram, damai, dan mampu menjaga dirinya. Mereka menjadi sehat, baik secara jasmani maupun rohaninya, sebagai modal membangun diri, keluarga, lingkungan, dan masyarakatnya. Hadirin yang berbahagia, Dalam momentum yang baik ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal penting berkaitan dengan perkembangan kehidupan pendidikan agama dan keagamaan khususnya berkaitan dengan pengembangan karakter bangsa yang menjadi perhatian khusus Bapak Presiden H. Joko Widodo, sebagaimana dimaksud dalam nawa cita bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Diskursus pentingnya penguatan pendidikan karakter mengemuka dalam beberapa bulan terakhir. Saya ingin menegaskan, bahwa pendidikan karakter merupakan hal yang mendesak dan tidak dapat dilepaskan dari pendidikan secara luas, termasuk di dalamnya pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Ini menjadi penting untuk kita maknai dengan sebaikbaiknya, terlebih Indonesia dikenal sebagai bangsa religius, sehingga dimensi keteladanan menjadi hal yang utama dalam pengembangan karakter bangsa. Esensi karakter dapat kita lihat pada perspektif nilai agama dan perilaku. Keduanya berorientasi pada sikap baik terhadap orang lain, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ukuran keberhasilannya adalah mengutamankan orang lain, baik itu terkait kepentingan ataupun perasaan orang lain. Kita tentu sependapat, untuk senantiasa mengembangkan karakter yang sempurna kepada anak. Mengembangkan setiap aspek pada diri anak dengan cara yang seimbang. Setiap anak memiliki kekuatan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, untuk membantu orang berkembang, pendidikan bukan untuk seleksi, karena pendidikan itu sesungguhnya untuk membantu orang berkembang. Dengan demikian, harus ada perhatian khusus di area apa dia berkembang. Terhadap pentingnya pemahaman terhadap pendidikan karakter ini, saya ingin menyampaikan satu pepatah bijak: “apabila kita membuat rencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Apabila kita membuat rencana untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon. Dan November 2017 | Samantabadra
3
apabila kita membuat rencana untuk seumur hidup, didiklah orang-orang�. Ini menunjukkan bahwa maksud dari pendidikan adalah sempurnanya hidup manusia sehingga dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin yang didapat dari alam. Buahnya pendidikan adalah matangnya jiwa yang akan mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci, dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan karakter dilakukan dengan menciptakan lingkungan, proses, dan substansi pembelajaran yang dapat menggugah, menginspirasi, dan memotivasi seseorang untuk menumbuhkan dan memupuk kebajikan secara maksimal, sehingga buahnya bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat luas. Proses pembelajaran karakter itu dapat dimulai dari kehidupan keluarga. Melalui kehidupan keluarga, anak diajarkan menggunakan tangannya untuk melakukan hal-hal yang baik, menggunakan mulutnya untuk berbicara apa yang baik dan bermanfaat, menggunakan telinganya untuk mendengarkan hal yang baik, menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang baik. Kita harus ajarkan kepada anak untuk menciptakan keselarasan antara pikiran, ucapan, dan perbuatan. Bagaimana cara yang paling efektif, adalah dengan contoh perilaku atau keteladanan. Dengan adanya pemahaman bahwa penguatan pendidikan karakter itu lebih mengedepankan keteladanan, maka pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan semata. Lebih dari itu, pendidikan karakter harus diawali dari keteladanan di tingkat keluarga dan lingkungan kehidupannya. Hadirin yang saya banggakan, Sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, di mana pada kesempatan yang baik ini, kembali umat Buddha Indonesia menunjukkan pengabdiannya kepada Bangsa dan Negara. Di tengah-tengah kita telah hadir putra-putra terbaik bangsa, yang akan menjadi duta kesenian Indonesia ke manca negara. Tim Kesenian dari Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, akan membawa misi seni budaya ke Vietnam dan beberapa negara lainnya, untuk itu, saya menyampaikan terima kasih dan selamat datang kepada segenap anggota tim atas partisipasinya, semoga dalam kesempatan kunjungan ke Vietnam ini dapat mempertunjukkan keindahan seni budaya tanah air Indonesia. Melalui pertukaran seni budaya itu, akan ditampilkan pagelaran tari dan lagu yang bernuansa Indonesia. Semoga melalui jalinan komunikasi budaya itu akan dapat lebih mempererat kerjasama antar budaya negara Indonesia dengan Vietnam. Saya berharap, melalui pertunjukan seni budaya itu, dapat diperoleh kesadaran atas pentingnya pemahaman atas pluralitas budaya, yang selanjutnya dapat dimiliki dan dipertahankan nilainilai tradisional yang dipandang relevan untuk menyempurnakan kehidupannya; karena nilainilai itu mungkin berseberangan dengan paham materialisme, konsumerisme, hedonisme, egoisme, dan sekulerisme yang semakin menguasai kehidupan di zaman modern ini. Kita tentu tahu bahwa perpaduan antara seni yang mengolah jiwa dan mengolah raga memerlukan pendalaman sipitualitas yang sangat baik. Dengan berbekal spiritualitas yang kuat dan ketajaman jiwa dalam mengapresiasi terhadap nilai seni sudah tentu pertunjukan ini menjadi semakin bermakna. Untuk itu tunaikan tugas sebagi duta seni budaya Indonesia dengan penuh tanggung jawab dan profesional. Semoga harmonisasi musik dan tari serta gerakan 4
Samantabadra | November 2017
yang akan saudara-saudara tampilkan dapat menggetarkan jiwa, dan dapat membangkitkan cakrawala para pemirsa dalam memasuki dunia modern ini dengan suatu sikap yang baru dan segar. Berkenaan dengan itu, saya mengucapkan selamat menunaikan tugas sebagai duta seni budaya Indonesia. Semoga apa yang dilakukan Tim Kesenian Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia ini dapat membawa semangat baru bagi saudara-saudara umat Buddha dalam rangka membangun cakrawala keagamaan dan harmoni umat yang lebih luas, baik dalam lingkup internal maupun dengan berbagai kelompok agama yang ada. Sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama, terutama bagi peningkatan kualitas hidup pribadi, keluarga, masyarakat serta kehidupan bangsa dan negara yang damai dan sejahtera di masa-masa yang akan datang. Mengakhiri sambutan ini, kiranya Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Tokoh Agama Buddha dengan Jajaran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha yang dirangkai dengan pelepasan duta seni budaya Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia dapat mengejawantahkan Dharma Buddha ke dalam kehidupan sehari-hari umat Buddha Indonesia. Semoga keberadaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dan Lembaga-Lembaga Keagamaan Buddha dapat semakin dirasakan manfaatnya oleh umat Buddha dan masyarakat sekitarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa memberikan berkahnya kepada kita semua. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb. Namo Buddhaya. Jakarta, 18 Agustus 2017 Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin
November 2017 | Samantabadra
5
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Melaksanakan Pertapaan yang Sesuai dengan Ajaran Sang Buddha Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30 September-01 Oktober 2017
Nammyohorengekyo,
dengan biasa-biasa aja, atau yang disebut sebagai Gosyo bulan ini adalah rutinitas. Sehingga demikian, perihal melaksanakan kita hanya jalan di tempat pertapaan yang sesuai karena hanya menjalankan dengan ajaran Buddha tanpa penghayatan. (nyosetsu sugyo). Nyo adalah Hal ini terjadi karena Buddha, setsu adalah ucapan kita tidak merasakan ada atau ajaran, sugyo adalah sesuatu yang luar biasa, kita pertapaan yang sesuai tidak memahami hakikat dengan ajaran Buddha. atau wujud dari pencapaian Biasanya ketika kita ingin kesadaran Buddha dengan melakukan perbaikan diri, pertapaan yang dilaksanakan yang diperbaiki adalah yang sesuai ajaran. Sesungguhnya, kelihatan oleh orang lain, ketika kita telah menjadi seperti penampilan fisik. Buddha, perasaan jiwa kita Padahal, Buddha mengatakan diliputi oleh ketenangan bahwa perubahan itu dan perasaan yang harus dimulai dari dalam menyenangkan. Namun diri; perasaan jiwa harus hal ini belum dapat kita diubah dari perasaan jiwa wujudkan sepenuhnya, di sembilan dunia menjadi karena pemahaman kita perasaan jiwa dunia Buddha. tentang hidup yang tenang Terkadang kalau kita dan menyenangkan dengan mendengar orang luar menjadi Buddha itu sulit berbicara, kita menganggap untuk dibayangkan. ajaran kita biasa-biasa Sebelum mewujudkan saja, sehingga kita tidak Dai Gohonzon, Buddha bersemangat, dan akhirnya Niciren melewati berbagai menjalankan pelaksanaan penganiayaan, namun setelah hati kepercayaan (sugyo) Dai Gohonzon diwujudkan, 6
Samantabadra | November 2017
yang dialami Buddha Niciren sampai meninggal adalah tantangan yang lebih banyak dan lebih berat. Maka itu, bayangan atau pemahaman kita terhadap “Buddha� selama ini mungkin terfokus pada kondisi yang “sempurna�, tanpa duka, tanpa penderitaan. Padahal, sesungguhnya ketika menjadi Buddha pun (seperti Buddha Niciren), masih mengalami berbagai penganiayaan. Karena hal ini, kita tidak tertarik dan tidak bersemangat untuk menjalankan pertapaan dan mencapai kesadaran Buddha. Namun, apabila tujuan pencapaian tersebut menghasilkan uang yang berlimpah, hidup tanpa penderitaan, kita sepertinya lebih semangat dalam menjalankan hal tersebut. Menjadi Buddha bukanlah hal yang sangat menarik untuk kita, maka itu Buddha pun menggunakan 42 tahun
untuk mengajarkan umatumat bahwa kebahagiaan yang sebenarnya adalah pencapaian kesadaran Buddha dan bukan merupakan hasil materi. Oleh karena itu, kesimpulan dari gosyo ini adalah bahwa sebetulnya nyosetsu sugyo berarti melaksanakan pertapaan yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Buddha dengan melaksanakan, menerima, dan mempertahankan Gohonzon dari Sandaihiho dan melalui syakubuku. Kemudian, Niciren Daisyonin dengan maitri karunanya mewujudkan tiga hukum untuk dilaksanakan melalui nyosetsu sugyo. Di samping menerima dan mempertahankan Gohonzon, nyosetsu sugyo juga berarti bahwa kita harus melaksanakan syakubuku. Dalam agama Buddha, ada dua pelaksanaan penyebarluasan, syoju dan syakubuku. Tetapi, pada masa akhir dharma, syoju sudah tidak dipakai lagi, semua penyebarluasan melalui syakubuku. Meskipun demikian, walaupun merupakan sebuah sikap yang tegas untuk membuktikan kebenaran hukum Nammyohorengekyo pada diri kita sendiri, syakubuku tidak dilakukan dengan kekerasan untuk memaksa orang lain.
Di samping itu, semua hal, apakah itu rumah bagus atau kedudukan yang tinggi, kalau tidak ada rezeki jiwa, tidak akan bisa dinikmati, karena sebetulnya yang namanya bahagia bukanlah dari materi, melainkan perasaan. Buddha mengajarkan bahwa inti dari nyosetsu sugyo adalah bahwa menerima dan mempertahankan Gohonzon dari Sandaihiho tidak cukup. Tanpa syakubuku, sebetulnya belum nyosetsu sugyo. Syakubuku juga termasuk mencintai tanah air, menjalankan sikap yang sesuai dengan pemerintah. Radikal adalah salah satu cara yang dikelola oleh sebuah kelompok tertentu untuk mencapai keinginan pribadi dengan segala macam cara, termasuk dengan cara-cara kekerasan. Hal ini diartikan sebagai radikal. Tapi, sebetulnya kata radikal sendiri berarti mengakar. Kita pun harus mempunyai keyakinan hati kepercayaan yang mengakar, bukan untuk hal yang buruk tapi untuk hal yang baik, mengakar dan menanamkan keyakinan kepada dharma untuk berperilaku sebagai manusia yang maitri karuna. Syakubuku sama seperti menanam bibit. Ada pula empat unsur yang harus diperhatikan dalam
melakukan usaha penanaman yang baik; bibit yang bagus (Nammyohorengekyo), lahan yang subur (dunia saha), petaninya yang ahli (Buddha), dan waktu yang tepat (masa akhir dharma). Maka itu, kita harus mendengarkan bimbingan Buddha, karena Buddha adalah petani yang sudah mempunyai pengalaman. Kita sekarang ingin menanam syakubuku, kita rawat supaya bibit Nammyohorengekyo tersebut bisa tumbuh dan mengakar. Bibit Nammyohorengekyo diperuntukkan untuk masa akhir dharma, maka itu kalau bibit tersebut tidak bertambah, berarti bibit tersebut belum nyosetsu sugyo. Kalau kita sudah menjalankan nyosetsu sugyo, pasti kita akan menghadapi tiga musuh kuat; kecongkakan dan kebodohan dari orang-orang awam, bhikku-bhikku, dan orangorang yang berkuasa. Dalam menjalankan nyosetsu sugyo, kita akan menghadapi orangorang yang dikuasai oleh kecongkakan dan kebodohan. Justru kecongkakan dan kebodohan tersebut menjadi jodoh kita untuk menjadi lebih kuat. Kebodohan dan kecongkakan dari upasaka dan upasika mencakup
November 2017 | Samantabadra
7
diri kita sendiri, yang bisa menjadi penghambat dalam menjalankan nyosetsu sugyo. Terkadang, kita sendiri sering bertanyatanya tentang kehebatan dari Nammyohorengekyo. Manusia pada masa akhir dharma masih sulit untuk percaya, walau diberi agama yang baik dan sesuai. Percaya pada Nammyohorengekyo tidaklah mudah karena kita, sebagai manusia biasa, diliputi oleh kebodohan dan kecongkakan. Namun, percaya pun tidak cukup untuk menjalankan ajaran Buddha, pelaksanaan Nammyohorengekyo harus mencakup dua hal; percaya dan melaksanakan, dan yang harus kita laksanakan adalah penyebarluasan Nammyohorengekyo. Oleh karena itu, pertapaan kita adalah menyebut mantra Nammyohorengekyo. Besar kecilnya kurnia Gohonzon semua tergantung pada kesungguhan hati dan bukan tergantung pada besar kecilnya ukuran Gohonzon. Kalau Niciren Daisyonin tidak hadir di dunia ini, pasti akan sangat sulit bagi kita untuk belajar dan memahami 28 bab Saddharmapundarikasutra. Karena ada Buddha Niciren yang mewujudkan Gohonzon, mewujudkan Nammyohorengekyo, dan mewujudkan gosyo-gosyo, menjadi lebih mudah bagi 8
Samantabadra | November 2017
kita untuk memahami ajaran Saddharmapundarika-sutra. Pada awal kalimat gosyo ini, juga ada penjelasan mengenai lima prinsip penyebaran dharma. Pertama-tama, dharma yang kita sebarkan adalah Nammyohorengekyo, karena sudah disiapkan oleh Buddha untuk masa akhir dharma. Buddha juga berkata bahwa semua orang berbakat untuk menerima Nammyohorengekyo. Ketiga, waktu yang cocok untuk menanam bibit Nammyohorengekyo adalah masa akhir dharma. Keempat, keadaan negeri di mana kita akan menyebarkan dharma adalah urutan ajaran. Kelima adalah bagaimana kita menyebarkan ajaran Buddha tersebut, caranya adalah melalui syakubuku. Syakubuku yang dimaksud adalah melakukan usaha penyebarluasan dengan menyingkirkan paham-paham yang sesat dalam diri kita sendiri dan juga dari orang lain. Buddha Sakyamuni saja menghadapi banyak penderitaan, yang juga mencakupi sembilan macam kesulitan. Niciren Daisyonin mengalami penderitaan yang lebih berat, karena tugas yang dijalankan oleh Buddha Niciren lebih besar; menyebarkan Saddharmapundarika-
sutra pada masa akhir dharma, sedangkan Buddha Sakyamuni baru membabarkan dan belum menyebarluaskannya. Ini merupakan bukti bahwa dalam menyebarkan hukum sakti pada masa akhir dharma, yaitu Saddharmapundarikasutra Nammyohorengekyo menurut lima prinsip penyebarluasan hukum, pasti akan datang penderitaanpenderitaan yang jauh lebih besar. Namun, penderitaan yang besar tersebut menunjukkan tugas kita yang besar pada masa mutakhir dharma ini. Kalau kita mengalami rintangan tiga musuh besar setelah kita menyebarluasakan penyebarluasan dharma, berarti kita sedang menjalankan nyosetsu sugyo, berarti kita sedang menjalankan pertapaan yang sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Dengan ini, akibat yang akan didapatkan adalah pencapaian kesadaran Buddha, di mana kita dapat menikmati kehidupan yang tenang dan menyenangkan. Memang ada rintangan, namun jika terus kita jalankan, rintangan tersebut dapat kita terima sebagai jodoh untuk mengukur sejauh mana ketepatan kita melaksanakan ajaran Buddha (nyosetsu sugyo). ***
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Melaksanakan Pertapaan yang Sesuai dengan Ajaran Sang Buddha Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30 September-01 Oktober 2017
Nammyohorengekyo, Gosyo ini diberikan kepada seluruh murid, berarti untuk kita semua murid Buddha Niciren yang melaksanakan penyebarluasan dharma dengan sungguh-sungguh demi melestarikan hukum Buddha sesudah kemoksyaan beliau. Pada waktu menjalankan syakubuku, pasti timbul tiga jenis musuh kuat. Kalau kita ingin menyebarluaskan dharma, pasti kita akan menghadapi banyak rintangan. Yang Arya Bhikku Tertinggi ke-26 Nicikan Syonin memberi penjelasan mengenai judul dari gosyo ini yang sudah mencakup pengertian dari Ketiga Hukum Rahasia Agung (Honmon no Honzon, Honmon no Daimoku, Honmon no Kaidan), maka tujuannya adalah untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Kalau kita kembali ke isi gosyo, kalimat pertama membahas tentang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra
(Honmon no Honzon; pusaka sejati) dan mempertahankan kepercayaan pada sutra (Honmon no Daimoku) dalam tanah negeri (Honmo no Kaidan; tempat). Kemudian, juga dijelaskan tentang adanya lima prinsip penyebaran dharma; ajaran, bakat, waktu, negara, dan urutan ajaran yang akan disebarkan. Membabarkan ajaran Buddha pun harus sesuai dengan lima prinsip tersebut. Ajaran berarti Saddharmapundarika-sutra, bakat berarti percaya, waktu berarti masa mutakhir dharma, negeri adalah tempat, dan urutan ajaran yang disebarkan merupakan sutra yang akan disebarluaskan. Jadi, dari awal kalimat pun sudah dijelaskan bahwa pada masa mutakhir dharma, kalau kita ingin menyebarluaskan Nammyohorengekyo, yang memang sudah tepat waktu dan tepat guna, sudah diramalkan bahwa pasti kita akan mengalami berbagai tantangan dan rintangan. Hal
ini tercantum dalam Bab 10 Saddharmapundarika-sutra, yang menjelaskan bahwa setelah kemoksyaan Sang Buddha Sakyamuni, kebencian dan iri hati yang lebih besar akan timbul bertubi-tubi dari diri manusia sendiri. Bab 10 Saddharmapundarika-sutra juga menjelaskan tentang perbandingan di antara penganiayaan yang dialami Buddha Sakyamuni dengan rintangan-rintangan yang harus dihadapi murid-murid Niciren dalam membabarkan ajaran Buddha. Sewaktu Buddha Sakyamuni masih hidup, yang membimbing dan mengajarkan umat-umat adalah Buddha Sakyamuni sendiri. Meskipun demikian, masih terdapat banyak kebencian yang timbul, sehingga Buddha pun masih harus menghadapi berbagai penganiayaan. Pada zaman kehidupan Buddha Sakyamuni,
November 2017 | Samantabadra
9
murid-murid langsung dibimbing oleh Buddha sendiri, sedangkan Niciren Daisyonin hadir secara nyata sebagai manusia biasa, maka pasti penganiayaan yang dialami lebih banyak dan lebih besar. Murid-murid dari Buddha Sakyamuni pada waktu itu adalah arahat-arahat yang sudah mematahkan kesesatan dan yang berkedudukan tinggi. Seharusnya mereka tidak lagi menimbulkan rasa benci dan iri hati, tetapi tetap saja halhal tersebut timbul, apalagi manusia biasa pada zaman sekarang. Di sisi yang lain, yang dibimbing oleh Niciren Daisyonin adalah manusia biasa yang penuh dengan tiga racun (keserakahan, kemarahan, dan kebodohan), sehingga pasti tantangannya lebih hebat. Buddha Sakyamuni membimbing bakat dan membina jiwa untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra secara sama rata. Namun, ternyata dalam Bab Upaya Kausalya, dikatakan bahwa ketika Buddha Sakyamuni mulai membabarkan dharma pada murid-muridnya, 5000 orang Bhiksu beranjak keluar dan tidak mau mendengarkan. Apalagi di masa mutakhir dharma, sama sekali tidak membimbing bakat dan membina jiwa, maka wajar bila kita yang merupakan manusia biasa akan lebih banyak mengalami penganiayaan. Ditambah lagi, di dalam Saddharmapundarika-sutra bab ke-13 dikatakan bahwa 10
Samantabadra | November 2017
untuk mempertahankan ajaran ini, pasti akan muncul tiga musuh kuat. Tiga jenis musuh kuat adalah kebodohan dan kecongkakan rakyat jelata (zokusyu zojoman), kebodohan dan kecongkakan dari upasaka upasika dan bhikku-bhikku (domon zojoman), kebodohan dan kecongkakan dari orang yang dianggap memiliki kekuasaan (sensyo zojoman). Pada zaman sekarang, kebodohan dan kecongkakan rakyat jelata adalah orang-orang yang, berdasarkan dengan kesombongannya, menentang dan mengkritik agama Buddha tanpa berusaha untuk memahami hukum Buddha terlebih dahulu. Kebodohan dan kencongkakan dari upasakaupasika dan bhikku-bhikku adalah para bhikku dari sekte sesat yang tidak percaya pada hukum Buddha dan tidak menjalankan hati kepercayaan sesuai ajaran, namun bertindak seolah-olah mengerti hukum Buddha. Kebodohan dan kecongkakan dari orang yang dianggap memiliki kekuasaan berarti orang-orang yang mengambil keuntungan dari posisi dan kedudukan mereka di masyarakat untuk menentang hukum Saddharmapundarikasutra. Misalnya di dalam keluarga, seorang anak tidak didukung untuk menjalankan hati kepercayaan oleh orangtuanya, atau karyawan dan karyawati dalam sebuah organisasi tidak dapat menjalankan hati kepercayaan karena majikannya. Hal tersebut sama halnya seperti sebuah
agama yang ditentang oleh pemerintah, hingga sulit untuk tersebarluas. Tetapi, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa banyak murid-murid terkejut ketika mendengar bahwa penganiayaan-penganiayaan, kecil maupun besar, akan menghampiri, sehingga banyak murid yang mundur dari hati kepercayaan. Sama halnya seperti kita, terkadang ketika kita menghadapi penganiayaan, banyak yang pindah agama dan mundur dari hati kepercayaan. Padahal, sebetulnya Buddha Niciren sudah mengingatkan dalam sutra bahwa tantangantantangan pasti akan datang. Maka itu, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa kita tidak perlu terkejut atau takut karena Niciren mendapat hukuman yang sedemikian banyak, karena semua ini sudah tercantum sebagai ramalan pada Saddharmapundarikasutra Bab ke-13. Niciren Daisyonin menghadapi tantangan tersebut, membuktikan bahwa apa yang diramalkan dan apa yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni itu benar. Artinya, kita juga dalam menjalankan hati kepercayaan pasti ada berbagai tantangan, semuanya untuk membuktikan kekuatan dari Nammyohorengekyo. Kalau kita terus menghadapi dan menerima rintangan dalam hikmah yang baik, berarti kita membuktikan bahwa katakata Buddha itu benar. Tetapi sebaliknya, kalau kita mundur, berarti tidak ada peningkatan
bagi diri kita sendiri. Dalam Bab Perumpamaan tentang Rumput Obat Saddharmapundarika-sutra, dikatakan bahwa orang yang percaya Saddharmapundarikasutra pada hidup ini akan merasa tenang dan tentram, namun timbul keragu-raguan terhadap alasan mengapa Buddha Niciren masih mengalami penganiayaan. Seperti kita, pada umumnya, kalau kita ingin merombak nasib, biasanya yang diutamakan adalah materi. Bukan miskin materi, tapi terkadang umat miskin waktu untuk kosenrufu, sehingga perasaan jiwa pun tidak pernah puas, masih kurang dan kurang. Maka itu, umumnya kalau ada kesulitan, kita masih banyak mengeluh, padahal sebetulnya kita tidak perlu mengeluh, malah harus fokus untuk terus maju. Di sini juga dijelaskan bahwa orang yang memfitnah dharma terhadap hukum di masa lampau akan mengalami penganiayaan untuk mengubah karma berat menjadi karma yang ringan. Orang yang memfitnah dharma juga akan jatuh ke dalam dunia neraka. Gosyo ini mengingatkan bahwa kalau kita sudah jatuh kedalam pemfitnahan dharma, kelihatannya seperti tidak ada lagi hukuman yang akan menimbun kita, tetapi sebenarnya sudah pasti hukum sebab-akibat berlaku. Apalagi di zaman sekarang yang disebut masa akhir dharma, saat banyak terjadi
perselisihan dan pertikaian, pasti akhirnya akan terjadi tiga bencana dan tujuh musibah. Hal ini mengingatkan kita bahwa segala kejadian yang akan terjadi merupakan akibat dari sebab yang kita perbuat karena perasaan jiwa kita sendiri. Pada masa mutakhir dharma ini, zamannya kacau dan manusianya jahat, sampai akhirnya memanggil jodoh tiga bencana dan tujuh musibah, esyo funi (kita dan lingkungan tidak terpisahkan karena yang memanggil jodoh tersebut adalah perasaan jiwa kita). Memang Niciren Daisyonin adalah Buddha pokok yang mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo, tapi kenyataannya menunjukkan bahwa pengikut Niciren lebih sedikit daripada orang-orang yang menentang. Meskipun demikian, Niciren Daisyonin tidak takut dan tidak mundur. Sama seperti kita, walaupun jumlah orang yang menyebut Nammyohorengekyo bukan mayoritas penduduk dunia, tapi kita tidak boleh gentar, dan harus maju terus dan menjalankan syakubuku. Maka itu, Niciren Daisyonin juga mengatakan bahwa dirinya tidak takut dan terus menjalankan syakubuku karena syakubuku sangat penting karena merupakan syarat sebagai pelaksana yang menjalankan sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Kita diajak untuk percaya dengan sungguh hati, untuk tidak takut menjalankan
syakubuku dan menjalankan Nammyohorengekyo. Dengan sungguh hati, Niciren Daisyonin yakin bahwa kosenrufu akan tercapai, bahwa Nammyohorengekyo pasti akan tersebarluas, walaupun masih banyak yang tidak percaya dan menentang, tetapi akhirnya pasti akan kembali kepada ekabudhhayana. Pada saat Nammyohorengekyo sudah tersebarluas, pasti keadaan hidup menjadi tenang dan menggembirakan. Kalau Nammyohorengekyo tersebarluas, keadaan alam semesta pasti ikut mendukung sedemikian rupa, dan kita sudah mengalami ini di keluarga kita. Suasana dan getaran Nammyohorengekyo pun merubah suasana di rumah, sehingga tidak ada lagi angin ribut. Orang zaman sekarang pada umumnya menganggap semua agama sama dan tidak ada bedanya, begitu juga ajaran Buddha, namun hal ini berarti mencampuradukkan ajaran. Kalau kita mencampuradukkan ajaran, tidak mungkin kita bisa mendapat kebahagiaan mutlak dan dan bisa mencapai kesadaran Buddha. Orang yang menerima, mempertahankan dan menjalankan syakubuku sudah mencakup seluruh ajaran dari Buddha Sakyamuni dan kita tidak perlu ragu-ragu. Kehidupan kita berlalu dengan cepat, dan sebetulnya tiga jenis musuh kuat muncul karena getaran perasaan jiwa kita yang buruk. *** November 2017 | Samantabadra
11
liputan
P Pelepasan Delegasi Kesenian NSI ke Ajang ASEAN oleh Menteri Agama RI
ada tanggal 18 Agustus 2017, bertempat di Kantor Kementerian Agama RI, Jalan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, melepas delegasi kesenian Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) yang berjumlah 26 orang untuk mengikuti ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017 dalam rangka memperingati hari jadi ASEAN ke 50 tahun. Delegasi dipimpin langsung oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja.
12
Samantabadra | November 2017
Perjalanan ke Vietnam, tepatnya ke provinsi Vinh Phuc, berlangsung pada tanggal 19-25 Agustus 2017. Delegasi kesenian NSI menampilkan tujuh tarian tradisional Indonesia dari 3 provinsi di Indonesia, yaitu Tarian Bajidor Tahot, Tari Waledan, Tari Kujang, Tari Topeng Kelana dari Jawa Barat, Lenggang Nyai dan Nyai Kembang dari Betawi (DKI Jakarta), dan Tari Giring-giring dari Kalimantan Tengah. Melalui kesenian, NSI menyuarakan perdamaian, mencintai tanah air, dan gerakan pelestarian budaya bangsa. Gerakan ini juga menjadi tindak lanjut dari gerakan NSI pada tahun 2015 ke Myanmar dalam rangka peringatan HUT RI ke-70, dan tahun 2016 ke Laos dalam rangka perayaan HUT RI ke71; keduanya diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI. Keberangkatan delegasi NSI memiliki misi untuk menjalin hubungan baik dengan umat Buddha di Vietnam khususnya dan bangsa Vietnam pada umumnya, termasuk seluruh masyarakat ASEAN yang hadir, juga untuk memperkenalkan Indonesia di kancah Internasional sebagai wujud kerja nyata cinta tanah air terhadap Indonesia. Upaya ini adalah salah satu jalan untuk menciptakan hubungan baik dengan seluruh bangsa di dunia, solidaritas dengan
seluruh umat manusia, serta mewujudkan perdamaian dunia. Kesenian Tarian merupakan representasi dari praktik Dharma yang diwujudnyatakan oleh umat NSI untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian melalui nuansa seni yang menghibur dan menyejukkan hati. “Kami ingin menjadikan agama Buddha di Indonesia sebagai agama Buddha Nusantara, yang membuat umatnya semakin cinta tanah air. Gerakan ini akan memunculkan sumber daya manusia yang unggul, memberi perubahan yang baik bagi komunitasnya, memiliki tata krama, sopan santun, dan kualitas jiwa yang unggul untuk membangun
kebahagiaan diri sendiri dan membahagiakan orang lain,” ungkap Suhadi Sendjaja, Ketua Umum NSI. “Kami ingin menunjukkan ke negara tetangga bahwa Indonesia baik-baik saja, Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman dan kerukunan antarumat beragama dan antaretnis yang baik, buktinya 26 orang ini yang mayoritas keturunan Tionghoa dan beragama Buddha datang ke Vietnam untuk mewakili Indonesia.” Ini juga bertujuan untuk meningkatkan hubungan persahabatan Indonesia dengan Vietnam. Rencananya setiap tahun NSI akan melakukan gerakan seperti ini, khususnya di Asia Tenggara yang mayoritas beragama Buddha. (may)
Sekjen Kementerian Agama RI, Prof. DR. H. Nur Syam, M.Si menerima album foto kegiatan TGM 30 dari Ketua Umum NSI, mewakili Menteri Agama RI yang dipanggil oleh Presiden RI sesaat setelah membuka acara ini.
November 2017 | Samantabadra
13
NSI Wakili Indonesia Dalam ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017
K
esenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat, oleh karena itu untuk mempererat ikatan solidaritas antar sesama warga Asia Tenggara, maka Assosication of South East Asia Nation (ASEAN atau asosiasi negara-negara se-Asia Tenggara, mengadakan kegiatan ASEAN Song, Dance, and Music Festival sebagai kegiatan rutin tahunan. Penyelenggaraan kegiatan kesenian ASEAN kali ini bertepatan dengan hari jadinya yang ke-50 tahun, tentu ini menjadi sebuah momen yang istimewa. Vietnam ditunjuk 14
Samantabadra | November 2017
sebagai tuan rumah untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Vietnam memilih daerah Vinh Phuc sebagai lokasi diselenggarakannya kegiatan ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 18 sampai 25 Agustus 2017. Setiap negara anggota ASEAN diminta untuk mengirimkan tim kesenian yang mewakili negaranya, dalam hal ini Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) ditunjuk dan diberikan kepercayaan oleh negara untuk mewakili Indonesia dalam kegiatan kesenian ASEAN tersebut. Tentu hal ini bukan hanya sekedar misi untuk menampilkan kesenian yang terbaik dan membawa nama
harum Indonesia di kancah internasional, tetapi di balik itu ada sebuah misi yang lebih besar, yaitu issyo jobutsu dan kosenrufu, menjalin hubungan persahabatan dengan negara-negara ASEAN untuk perdamaian dunia. Perjalanan kesenian NSI ke Vietnam kali ini merupakan salah satu “jalan� yang terbuka dari icinen Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja atas Misi tim kesenian NSI selama dua tahun berturutturut (ke Myanmar pada tahun 2015 dan Laos pada tahun 2016), untuk menjalin hubungan baik dengan sesama umat Buddha di Asia tenggara khususnya dan dunia pada umumnya, yang dijadikan sebagai kegiatan rutin setiap tahunnya.
Foto bersama staf KBRI Hanoi sesaat setelah tiba di Bandara Noi Bai, Hanoi, Vietnam.
Hari Pertama Seluruh Delegasi Kesenian NSI berangkat menuju Vietnam dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Banten, pada pukul 13.45 WIB. Rute perjalanannya adalah JakartaHo Chi Minh, Ho Chi MinhHanoi. Tiba di Hanoi pukul 21.00 langsung disambut oleh staff KBRI Hanoi dan menuju ke tempat penginapan. Hari Ke Dua Delegasi kesenian NSI mengikuti gladibersih menjelang upacara pembukaan ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017. Setelah selesai melakukan gladibersih, delegasi kesenian NSI mengikuti kegiatan makan siang bersama pihak penyelenggara kegiatan dan seluruh delegasi kesenian dari negara ASEAN lainnya. Setelah selesai makan siang bersama,
Delegasi NSI bersama ketua panitia penyelenggara (berdiri, kanan) pada jamuan makan siang.
Ketua Umum NSI dan Ibu Tristine mengapit penari NSI yang menampilkan tari penyambutan (kiri-kanan: Fong-Fong, Iing, Sri Dewi) pada acara pembukaan ASEAN 50.
Upacara gongyo pagi bersama dipimpin oleh Ketua Umum NSI. November 2017 | Samantabadra
15
seluruh peserta melakukan pawai keliling kota Vinh Phuc dengan menggunakan bus. Malam harinya tibalah saatnya Opening Ceremony yang dilaksanakan di Vinh Phuc Theater, seluruh delegasi dari masing-masing negara menampilkan kesenian-kesenian khas dari negara masing-masing, NSI menampilkan tarian Bajidor Kahot dari Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu tarian khas Indonesia. Kegiatan opening ceremony berlangsung sangat megah dan diikuti dengan antusias oleh masyarakat Vinh Phuc, seluruh kursi penonton di teater terisi penuh. Pada akhir acara seluruh pimpinan delegasi dari setiap negara diminta untuk naik ke atas panggung dan menerima karangan bunga dari pihak penyelenggara kegiatan ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017, dalam hal ini Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja menjadi perwakilan dari Indonesia yang menerima rangkaian bunga tersebut. Hari Ke Tiga Hari selanjutnya Tim kesenian NSI mendapatkan waktu untuk melakukan persiapan latihan dan diberikan kesempatan untuk melakukan kunjungan ke supermarket Big C di provinsi Vinh Phuc. Sebagai gambaran, Vinh Phuc merupakan salah satu provinsi di Vietnam yang sedang dikembangkan oleh pemerintah negara tersebut, sehingga 16
Samantabadra | November 2017
Tari Waledan (Jawa Barat) Penari: Prasetyo D, Yessi GP, Meliana, Serafina, Megah, Irene
Tari Kujang (Jawa Barat) Penari: Fong-Fong, Iing, Sri Dewi, Milawati, Nari, Trevani
Tari Nyai Kembang (Betawi) Penari: Ayi Nilawati, Lensy S, Lispiana, Derina, Yuliani, Kitiwi
Tari Giring-Giring (Kalimantan Tengah) Penari: Prasetyo D, Yessi GP, Meliana, Serafina, Megah, Irene
Tari Lenggang Nyai (Betawi) Penari: Ayi Nilawati, Lensy S, Lispiana, Derina, Yuliani, Kitiwi
belum banyak tempat-tempat hiburan yang bisa dikunjungi, penduduknya pun tidak banyak, sehingga ketika mengelilingi provinsi ini, terlihat jalanan yang masih sangat kosong, tidak ada kemacetan, dan tidak banyak kerumunan orang-orang di pinggir jalan maupun di tempat-tempat belanja. Pada malam harinya, delegasi kesenian NSI menyaksikan penampilan dari negara-negara lain bersama dengan pejabat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Hanoi. Hari Ke Empat Tibalah saatnya tim kesenian NSI (Indonesia) tampil di gedung Vinh Phuc Theater. Indonesia tampil bersama dengan dua negara ASEAN lainnya, yaitu Myanmar dan Laos. NSI menampilkan enam tarian tradisional, yaitu Tari Waledan, Tari Nyai Kembang, Tari Kujang, Tari Giring-giring, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Topeng Kelana. Hari Ke Lima Delegasi Indonesia, bersama Myanmar, dan Laos dijadwalkan untuk tampil pada panggung outdoor untuk memberikan hiburan kepada masyarakat Vietnam, namun urung dilaksanakan karena hujan.
Tari Topeng Kelana (Jawa Barat) Penari: Fong-Fong, Iing, Sri Dewi, Milawati, Nari
Hari Ke Enam Pada hari terakhir penyelenggara acara mengajak seluruh delegasi kesenian negara ASEAN untuk berkunjung ke tempat wisata November 2017 | Samantabadra
17
Ketua Umum NSI menerima karangan bunga dari ketua panitia ASEAN 50 setelah delegasi dari Indonesia (NSI) menampilkan tarian-tariannya.
alam di Vinh Phuc Province dan berkunjung ke beberapa kuil dan vihara di sana. Setelah selesai diajak berwisata alam, pada malam harinya seluruh delegasi kesenian diajak untuk melakukan gala dinner bersama seluruh delegasi dari negaranegara lain, dalam kegiatan ini terasa sekali suasana kekeluargaan dan keakraban yang dijalin antardelegasi kesenian negara-negara ASEAN. Selain itu, yang lebih istimewa lagi selama mengikuti kegiatan ini Indonesia berjodoh dengan negara Myanmar baik dalam gala dinner ini maupun di dalam penampilan-penampilan di atas panggung. Saat itu berita mengenai kekerasan etnis di Rohingya belum 18
Samantabadra | November 2017
mencuat kembali ke publik, namun pada kesempatan gala dinner ini, Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja sudah menjalin hubungan baik terlebih dahulu dengan wakil pemerintah Myanmar, Kementerian Agama dan Kebudayaan Myanmar. Terlihat sekali hubungan yang akrab antara Ketua Umum NSI dengan Perwakilan pemerintah Myanmar, bahkan di akhir gala dinner mereka saling bertukar hadiah (rekaman performance tim kesenian masing-masing, dan cendera mata khas negara masing-masing). Puncak acara pada hari terakhir ini adalah closing ceremony yang diisi oleh tim kesenian dari Vinh Phuc, Vietnam, pada akhir acara
seluruh pimpinan delegasi kesenian dan satu orang perwakilan tim kesenian diminta untuk naik ke atas panggung dan menerima piala, rangkaian bunga, serta secara simbolik menerima sertifikat sebagai penghargaan dan bentuk ucapan terima kasih yang diberikan oleh penyelenggara kegiatan ASEAN Song, Dance, and Music Festival 2017. Hari Terakhir Seluruh delegasi kesenian NSI bersiap untuk kembali ke Indonesia. Setelah selesai packing barang, seluruh peserta dijemput menggunakan bis dan diantar ke bandara untuk melakukan check in dan take off pesawat jam 06.00. Tim
kesenian NSI tiba kembali di tanah air Indonesia jam 13.00 WIB dengan selamat. Keberhasilan misi kesenian NSI merupakan bukti nyata bahwa NSI dan seluruh umatnya memiliki suatu tugas kejiwaan yang besar untuk melakukan pertapaan kebodhisattvaan membahagiakan seluruh umat manusia melalui penyebarluasan dharma agung Myohorengekyo ke seluruh penjuru dunia, oleh karena itu mari bersama-sama lebih sungguh hati melaksanakan hati kepercayaan terhadap Nammyohorengekyo, bersihkan hati dan pikiran dari kedengkian, iri hati, dan kebodohan-kebodohan lainnya yang merusak diri sendiri maupun memecah belah susunan, lebih baik kita bersatu hati, berlatih dengan tekun menciptakan kreasi keseniankesenian lainnya untuk mewujudkan kebahagiaan seluruh umat manusia melalui jalan dharma agung Nammyohorengekyo ini. (arya)
Ketua Umum NSI menerima piagam penghargaan dan karangan bunga dari panitia, didampingi oleh koordinator tari NSI, Fong-Fong dan Ayi Nilawati (mengapit Ketua Umum) pada acara penutupan.
Ketua Umum NSI bertukar cenderamata dengan Ketua Delegasi Myanmar yang juga pejabat Kementerian Agama dan Kebudayaan Myanmar.
Delegasi NSI di depan panggung outdoor kota Vinh Phuc. November 2017 | Samantabadra
19
Anak-Anak NSI Mengunjungi PNRI dan Mengikuti Pentas Seni & Budaya Anak Lintas Iman
Beberapa anak NSI kelompok kelas 3-6 SD sedang berbaris di depan gedung Balaikota Provinsi DKI Jakarta.
S
ekitar 600 anak-anak majelis agama yang mewakili enam agama, mengikuti acara Pentas Seni dan Budaya Anak Lintas Iman yang diselenggarakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta di Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Sabtu 23 September 2017 pukul 14.00 WIB. Anak-anak yang terdiri dari siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) berkumpul untuk menampilkan kreativitas mereka dan bermain bersama. Hadir di antaranya anak-anak NSI yang mewakili agama Buddha. Kegiatan bertema “Indonesia Bangkit 2017� diisi dengan 20
Samantabadra | November 2017
Anak-anak NSI (rompi batik hijau), berkolaborasi dengan anak-anak dari agama lain untuk mewarnai papan gambar yang telah disediakan oleh panitia. Hal ini bertujuan untuk memunculkan semangat kebersamaan dalam keberagaman untuk mencapai satu tujuan.
Gubernur DKI Jakarta beserta Ibu Happy Djarot menyalami anak-anak yang hadir dalam acara tersebut.
aktivitas edukasi anak-anak seperti permainan, mewarnai, dongeng serta pentas kesenian dan musik tradisional Indonesia. Tujuannya adalah untuk menanamkan dan mendidik nilai-nilai toleransi kesatuan, persatuan, dan pemahaman tentang multikulturalisme pada anak-anak mulai usia dini. Anak NSI menampilkan tarian rampak gendang oleh anak-anak dan generasi muda NSI Bogor, dan disaksikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat. Dalam acara ini, lagu kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza dinyanyikan oleh para anak, sambil memegang kertas yang berisi bait syair tiga stanza tersebut. Mengunjungi PNRI Pagi harinya, sebelum mengikuti kegiatan Pentas Seni dan Budaya Anak Lintas Iman, anak-anak NSI terlebih dahulu mengunjungi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang berlokasi sejajar dengan Balaikota Provinsi DKI Jakarta, berjarak sekitar 200 meter. Gedung Perpusnas yang terletak di Jalan Medan
Anak-anak NSI duduk berkumpul dalam barisan, sedang menunggu acara dimulai.
Anak-anak dan generasi muda NSI pemain dan penari Rampak Gendang.
Merdeka tersebut adalah gedung baru yang diresmikan pada tanggal 14 September 2017 oleh Presiden RI, Joko Widodo. Gedung baru dengan 27 lantai ini menjadikan Perpusnas sebagai perpustakaan dengan gedung tertinggi di dunia. Di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas publik yang bisa digunakan, di antaranya ruang baca anak. Anak-anak NSI yang datang diarahkan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai anggota Perpusnas di lantai 2. Anak-anak NSI yang sudah mengerti komputer, bisa mencoba secara mandiri proses pendaftaran dalam jaringan (on-line), atau didampingi oleh
Kegembiraan anak-anak NSI bermain dan membaca di ruang anak PNRI.
orang tua, sedangkan anakanak PAUD diajak ke ruang anak. Setelah itu, petugas PNRI menunjukkan video perkembangan PNRI dan penjelasan gedung PNRI tiap lantai. (arya) (Referensi: https://kumparan.com/ indra-subagja/indonesia-raya-3-stanzaberkumandang-di-balai-kota-dki)
November 2017 | Samantabadra
21
liputan
Dokyo Syodai Peringatan Terwujudnya Dai-Gohonzon 1 2 O k t o b e r
DKI JAKARTA
BOGOR 22
Samantabadra | November 2017
BEKASI LAMPUNG
SUKABUMI
Kuis Cerdas Cermat Buddhis memeriahkan peringatan 12 Oktober di Vihara Vimalakirti NSI Sukabumi.
SOLO & KARANG ANYAR
Umat NSI Sukabumi mengadakan kuis cerdas cermat untuk memeriahkan peringatan 12 oktober. Ini adalah foto per kelompok para pemenang kuis cerdas cermat tersebut.
November 2017 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Balasan kepada Abutsu-bo Ama Goze
Surat Perihal Pematang yang Keras dan Kuat Gosyo zensyu halaman 1307 ISI GOSYO | 01
D
alam surat Anda ditanyakan, “Bagaimanakah imbalan karma buruk sesuai dengan dangkaldalam atau ringan-beratnya pemfitnahan dharma?” Arti pokok Saddharmapundarikasutra yang sebenarnya adalah sutra dari jalan pencapaian kesadaran Buddha yang merata bagi seluruh umat manusia. Sekalipun demikian, hanya orang yang percaya sutra ini yang dapat mencapai kesadaran Buddha. Orang yang memfitnah akan terjatuh ke dalam benteng besar penderitaan yang tak terputus-putus. Mengenai hal ini, dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Kalau orang tidak percaya dan memfitnah sutra ini, maka orang tersebut memutuskan bibit Buddha dalam seluruh masyarakat. Setelah masa hidupnya berakhir, orang tersebut akan masuk ke Neraka Avici”. Di antara orang-orang yang memfitnah dharma, juga terdapat perbedaan dangkal dan dalam, ringan dan berat. Meskipun percaya dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra, memang jarang sekali terdapat orang yang percaya dengan badan dan hati yang sesuai atau pelaksana yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini. Orang-orang seperti ini, sekalipun melakukan sedikit pemfitnahan dharma, tidak mendapat akibat buruk yang dalam dan berat. Hal ini karena hati kepercayaannya kuat, sehingga pemfitnahan dharma juga lemah; sama seperti air yang banyak dapat memadamkan api kecil.
02
Dalam Sutra Nirvana dikatakan, “Jika ada seorang bhiksu yang baik, ketika melihat orang yang memecahkan hukum tidak menghiraukan, memarahi, memperingatkan atau mengusir serta dengan tegas memberitahukan karma buruknya, hendaknya diketahui bahwa orang ini merupakan musuh dari dalam Hukum Buddha. Kalau ia sungguh-sungguh memarahi, mengusir, mengecam dan dengan tegas memberitahukan karma buruknya, orang ini adalah muridku dan sravaka yang sebenarnya.” Dengan adanya peringatan kalimat sutra ini, sekalipun akan bertemu dengan bermacam-macam penganiayaan besar, Niciren mengecam pemfitnah dharma agar terhindar dari peringatan menjadi “musuh dari dalam Hukum Buddha”.
03
Tetapi pemfitnahan dharma ada yang dangkal dan ada yang dalam. Kadang kala berpurapura bodoh dan tidak mengecamnya, seperti kepada Sekte Syingon dan Sekte Tendai. Karena mereka merupakan pemfitnah Saddharmapundarika-sutra, maka kecamlah dengan keras. 24
Samantabadra | November 2017
Tetapi, jika bukan orang yang berprajna agung akan sukar membedakan pintu hukum mereka dengan pintu hukum yang disebarluaskan oleh Niciren. Oleh karena itu, untuk sementara tidak mengecam mereka seperti dalam Sastra Menegakkan Filsafat Yang Benar Untuk Menentramkan Negara. Baik saya berbicara maupun tidak, mereka tidak dapat terhindar dari karma buruk yang 04 berat. Setelah melihat dan mendengar bahwa dengan berbicara dapat menghindarkan mereka dari karma buruk, maka jika membiarkan dengan tidak memperingatkannya, perbuatan ini langsung memecahkan kedua kebajikan mata dan telinga. Dengan demikian menjadi perilaku yang tidak mahamaitri mahakaruna. Mahaguru Chang-an mengatakan, “Keakraban yang palsu tanpa maitri berarti berperilaku sebagai musuh baginya”, dan lain-lain. Karma Buruk berat ini sukar dihapuskan. Yang terpenting 05 adalah mengobarkan kesungguhan hati untuk memberi manfaat kepada orang lain. Orang yang berkarma buruk ringan kadangkala harus dikecam, kadangkala dibiarkan saja dan 06 tidak dikecam. Ada orang yang dapat menjadi benar dengan sendirinya. Ada juga yang harus mengecam pemfitnahan dharma, agar diri sendiri dan orang lain terhindar dari karma buruk, kemudian baru memaafkan. Alasannya adalah karena semua akan tercemar oleh pemfitnahan dharma sehingga mendapat karma buruk berat yang lebih besar lagi. Mengenai hal ini, dalam Kumpulan Ulasan Sutra Nirvana, Mahaguru Chang-an mengatakan, “Menghilangkan keburukan seseorang berarti menjadi ayah baginya”. Di antara murid dan penganut Niciren pun, banyak terdapat hal-hal seperti di atas. Pasti Ama Goze juga sudah mendengarnya. Di dalam, Icinosawa Nyudo telah menjadi penganut Niciren. Tetapi di luar, ia berperilaku sebagai penganut Nembutsu. Bagaimanapun, di masa akan datang ia tidak dapat diselamatkan. Namun demikian, kepadanya diberikan sepuluh rol Saddharmapundarika-sutra. Jalankanlah hati kepercayaan dengan kuat dan sungguh-sungguh. Orang yang menyampaikan 07 teori kewajaran Hukum Buddha kepada orang lain pasti akan dibenci oleh bhiksu, bhiksuni, pria, dan wanita. Biarkan saja. Kalau mereka ingin membenci biarlah membenci. Serahkan jiwa raga kepada petuah emas dari Saddharmapundarika-sutra, Buddha Sakyamuni, Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Miao-lo, Mahaguru Dengyo, Mahaguru Chang-an, dan lain-lain. Orang seperti itu dikatakan sebagai orang yang melaksanakan pertapaan sesuai dengan yang dibabarkan oleh Sang Tathagata. Dalam Bab Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam zaman yang 08 mengerikan, sungguh-sungguh membabarkan sekalipun hanya sebentar”, dan seterusnya. Kalimat sutra ini menerangkan bahwa pada Masa Akhir Dharma yang keruh, saat berkumpulnya orang buruk yang penuh tiga racun yang kuat berkobar, orang yang percaya dan mempertahankan Hukum Sebenarnya, sekalipun hanya sebentar, akan disumbang para dewa. Sekarang, tegakkanlah keinginan agung dan berdoalah untuk masa akan datang. Sedikit 09 saja ada kesalahan dari memfitnah dharma dan tidak percaya, tidak diragukan lagi pasti jatuh ke dalam benteng besar penderitaan yang tak terputus-putus. Sebagai umpama, kapal yang berlayar di laut. Sekalipun kapalnya tidak buruk, kalau dimasuki air, pasti kapal itu akan tenggelam dan penumpangnya akan sekaligus mati. Meskipun pematang sawah keras dan kuat, bila ada lubang semut, akhirnya air pasti tidak dapat tertampung. Oleh karena itu, November 2017 | Samantabadra
25
hendaknya menimba dan menghilangkan air keruh ketidakpercayaan maupun pemfitnahan 10 dharma serta mengeraskan pematang hati kepercayaan. Kalau seseorang melakukan karma buruk yang ringan, dengan toleransi dari kita, ia dapat memperoleh karunia kebajikan. Apabila kesalahannya berat, berilah dorongan semangat hati kepercayaan agar dapat menghapus dan memusnahkan karma buruk yang berat itu.
11
Dalam kedudukan Ama Goze, mau mempertanyakan arti dangkal-dalam, ringan-beratnya karma buruk, Anda benar-benar wanita yang jarang terdapat. Bagaimana mungkin lebih rendah dari Putri Naga? Dalam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, “Aku membuka Ajaran Mahayana untuk menyelamatkan dan mencabut penderitaan umat manusia.� Juga dikatakan, “Menanyakan makna dan keadaan sutra ini adalah hal yang sungguh sukar.� Maka dibabarkan bahwa sukar timbul orang yang menanyakan makna teori Saddharmapundarikasutra. Perhatikanlah selalu untuk sekuat tenaga mengecam pemfitnahan dharma. Mengenai bantuan Anda kepada makna Niciren dirasakan sungguh aneh, sungguh aneh. Alangkah pandainya! Tertanda Niciren Tanggal 3 bulan 9 Surat Balasan Kepada Abutsu-bo Ama Goze Ditulis di Minobu, tahun kenji ke-1, pada usia 54 tahun
26
Samantabadra | November 2017
| KUTIPAN GOSYO
1
Dalam surat Anda ditanyakan, “Bagaimanakah imbalan karma buruk sesuai dangkal dalam atau ringan beratnya pemfitnahan dharma?” Keterangan: Surat ini adalah jawaban atas pertanyaan Sennici Ama mengenai besar kecilnya imbalan karma buruk sesuai dengan dangkal-dalam serta ringan-beratnya pemfitnahan dharma. Seperti dikutip dari Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra”, jika orang tidak mempercayai, memfitnah, dan merusak sutra ini…” Memfitnah dharma berarti tidak percaya Hukum Buddha, memfitnah dan merusak sutra ini yakni Hukum Sebenarnya. Dengan demikian, arti mendasar dari “pemfitnahan dharma” adalah perilaku yang memfitnah Hukum Sebenarnya dengan tiga karma: badan, mulut dan hati diri sendiri secara langsung. Berdasarkan hal tersebut, kepercayaan kepada ajaran yang didasari pemfitnahan dharma juga disebut pemfitnahan dharma. Tentang besarnya karma buruk pemfitnahan dharma dikutip kalimat selanjutnya dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra, “Setelah masa hidupnya berakhir, orang itu masuk ke Neraka Avici.” Lama penderitaan di Neraka Avici ini adalah kalpa yang tak terhitung. Bila dibandingkan penderitaan akibat melakukan lima karma buruk - yang juga akan terjatuh ke dalam neraka yang tak terputus-putus penderitaannya – jelas sekali betapa besar dan berat karma buruk memfitnah dharma. Imbalan dari melakukan lima karma buruk berat dijelaskan dalam Surat Perihal Perwujudan Pemfitnahan Dharma”, Panjangnya usia di Neraka Avici adalah satu kalpa menengah”, (Gosyo Zensyu halaman 447). Sebagai contoh umat yang meremehkan dan memfitnah Bodhisattva Sadaparibhuta, walaupun mereka sudah bertobat tetap akan terjatuh ke dalam Neraka Avici selama seribu kalpa. Seribu kalpa di Neraka Avici berarti
seribu kalpa menengah. Berdasarkan hal ini dapat diketahui betapa berat karma buruk dari memfitnah dharma. Sennici Ama dan suaminya, Abutsu-bo, baru menganut Hukum Sakti setelah usia lanjut. Sebelum itu mereka mempercayai ajaran Nembutsu untuk jangka waktu yang panjang. Ketika mendengar beratnya karma buruk pemfitnahan dharma. Sennici Ama sangat menaruh perhatian karena mengkhawatirkan masalah karma buruk pemfitnahan dharma tersebut. Jawaban Niciren Daisyonin memperlihatkan bahwa Beliau benarbenar memahami kekhawatiran Sennici Ama. Pertama-tama Beliau membimbing bahwa dasar pokok Saddharmapundarika-sutra adalah, “Sutra dari jalan pencapaian kesadaran Buddha yang merata bagi seluruh umat manusia”. Dengan demikian, orang yang percaya pasti akan mencapai kesadaran Buddha. Seberat apapun imbalan karma buruk masa lampau, kunci untuk mengatasinya adalah kekuatan hati kepercayaan sekarang ini. Bimbingan tersebut memecahkan dan mematahkan hal-hal yang dikhawatirkan Sennici Ama. Sebaliknya, memfitnah Saddharmapundarika-sutra, pasti menerima karma buruk besar terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Namun, karma buruk pemfitnahan dharma pun ada ribuan macamnya, berat-ringan serta dangkaldalam. “Orang yang percaya dengan badan dan hati yang sesuai atau pelaksana yang sungguhsungguh mempertahankan sutra ini”, bila sedikit memfitnah dharma, tidak akan menerima karma buruk yang berat dan dalam. Orang semacam ini kelihatannya tidak ada pemfitnahan dharma sedikitpun. Di lain pihak, walaupun menjalankan hukum ini dengan sungguh-sungguh, perasaan hati orang ini sering berubah-ubah. Hal-hal kemasyarakatan membuatnya dalam sekejap terjatuh pada ketidakpercayaan sehingga melakukan pemfitnahan dharma. Betapapun, seseorang di satu pihak mempunyai tenaga menuju pencapaian kesadaran Buddha dengan percaya Saddharma. November 2017 | Samantabadra
27
Akan tetapi sekaligus pula mempunyai tenaga menuju neraka penderitaan yang tak terputus-putus dengan memfitnah dharma. Yang terpenting adalah menguatkan tenaga kepercayaan menuju pencapaian kesadaran Buddha dan memperkecil tenaga pemfitnahan dharma yang menuju neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Jika hati kepercayaannya kuat dan pemfitnahan dharmanya lemah, bagaikan air yang banyak dengan mudah memadamkan api kecil. Dengan demikian karma buruk pemfitnahan dharma tidak dapat menjadi besar sehingga tidak terjatuh ke neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Demikianlah diterangkan teori dasar mengenai hal pemfitnahan dharma diri sendiri.
2
Dalam Sutra Nirvana dikatakan�, Jika ada seorang bhiksu yang baik, ketika melihat orang yang memecahkan hukum tidak menghiraukan, memarahi, memperingatkan, atau mengusir serta dengan tegas memberitahukan karma buruknya, hendaknya diketahui bahwa orang ini merupakan musuh dari dalam Hukum Buddha�. Keterangan: Pada bagian terdahulu telah diterangkan pelaksanaan untuk diri sendiri, sedangkan disini diterangkan perlakuan kepada orang lain. Orang yang melihat seseorang menjalankan pemfitnahan dharma tetapi membiarkan saja dengan tidak memberitahu, adalah musuh dari dalam Hukum Buddha. Orang yang memarahi, mengusir, mengecam, dan memberitahu orang yang memfitnah dharma adalah murid Buddha yang sebenarnya. Hal tersebut sesuai dengan sila keras dari Sutra Nirvana, yang menganjurkan untuk terus mengecam pemfitnahan dharma. Inilah, semangat dasar pokok Niciren Daisyonin. Semangat dasar pokok pada Masa Akhir Dharma adalah syakubuku; dan tentu saja harus mengecam pemfitnahan dharma. Masa Akhir Dharma penuh dengan lima kekeruhan, saat semua manusia jatuh dalam pemfitnahan dharma. Oleh karena itu, jika menjalankan Hukum Sebenarnya pada Masa Akhir Dharma, 28
Samantabadra | November 2017
tapi tidak mau mengecam pemfitnahan dharma, berarti tidak menjalankan Hukum yang sebenarnya. Sesungguhnya, Niciren Daisyonin sendiri sejak awal mendirikan sekte ini telah mematahkan dan memecahkan secara mendasar kesalahan-kesalahan ajaran sekte agama Buddha yang sudah ada. Beliau mematahkan dengan memberi empat petuah, yakni Nembutsu adalah neraka yang tak terputus-putus penderitaannya; Syingon adalah pemecah belah negara; Ritsu adalah pengkhianat; Zen adalah iblis surga. Dan Beliau membabarkan hukum yang sesungguhnya. Seumur hidup Niciren Daisyonin tidak lain adalah perjuangan mengecam dengan keras pemfitnahan dharma dari awal hingga akhir. Dalam surat ini dikatakan bahwa dasar dari memecahkan dan mematahkan pemfitnahan dharma yang merupakan sumber terjatuhnya seluruh umat ke neraka adalah agar tidak melanggar pembabaran Sang Buddha. Demikian mahamaitri mahakaruna Niciren Daisyonin dalam membimbing umat manusia menuju kebahagiaan. Beliau sendiri terus menerus mengalami penganiayaan karena mengecam pemfitnahan dharma ini.
3
Tetapi pemfitnahan dharma ada yang dangkal dan ada yang dalam. Kadangkala berpura-pura bodoh dan tidak mengecamnya.
GM
Keterangan: Sekalipun dikatakan, pada dasarnya harus mengecam pemfitnahan dharma, namun bukan berarti harus keras mematahkan siapapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun. Pemfitnahan dharma ada yang dangkal dan dalam. Pada suatu waktu perlu berpura-pura tidak mengetahui, sehingga sengaja tidak memecahkan dan mematahkannya. Contohnya Niciren Daisyonin sendiri. Pada tahap awal, yaitu dalam Sastra Menegakkan Filsafat yang Benar Untuk Menentramkan Negara, Beliau tidak khusus memecahkan Sekte Syingon, Tendai, dan lain-lain secara tegas. Hal ini bukan karena dangkalnya pemfitnahan dharma sekte Syingon dan Tendai; pemfitnahan dharma
kedua sekte ini sangat dalam. Orang banyak sukar membedakan hukum yang disebarluaskan Niciren Daisyonin dengan ajaran dari sekte Syingon dan Tendai. Alasannya karena ajaran kedua sekte ini juga menegakkan pintu hukum Icinen Sanzen, dan pada umumnya kelihatan mementingkan makna Saddharmapundarikasutra secara tersurat. Untuk dapat membedakan Hukum tersebut dengan Hukum Niciren Daisyonin, harus mempunyai pengertian makna tersurat dan tersirat, yakni pengertian tentang perbandingan ajaran pemanenan dan pembibitan. Hukum Buddha Niciren Daisyonin sendiri sejak awal merupakan kalimat tersirat Ajaran Pokok Tunggal. Pemecahan untuk dapat membedakan kedua hukum tersebut adalah dari segi filsafat, yakni menerangkan dengan menelusuri mulai dari dangkal hingga mendalam. Niciren Daisyonin menjelaskan perbandingan ajaran pemanenan sesudah menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan pendirian sebenarnya di Tatsunokuci. Pada tahap awal Beliau memusatkan pada perbandingan Ajaran Sementara dan Ajaran Sesungguhnya. Khususnya dalam Sastra Menegakkan Filsafat Yang Benar Untuk Menentramkan Negara Beliau menitikberatkan untuk memecahkan dan mematahkan sekte Nembutsu sebagai wakil Ajaran Sementara.
4
Saya berbicara maupun tidak, mereka tidak dapat terhindar dari karma buruk yang berat. Setelah ‌ perilaku yang tidak ada mahamaitri mahakaruna.
GM
Keterangan: Dalam Sastra Menegakkan Filsafat Yang Benar Untuk Menentramkan Negara, Sekte Syingon dan Tendai untuk sementara tidak dikecam. Alasannya, mereka tidak dapat mengerti, sehingga tentu tidak dapat berubah meskipun diberitahu Niciren Daisyonin. Baik diberitahu maupun tidak, mereka tetap menerima karma berat. Jika sudah memahami bahwa dengan diberitahukan mereka dapat menghindar karma buruk pemfitnahan dharma namun tetap membiarkan saja dan tidak mengecam, maka
menjadi memecahkan kedua kebajikan mata dan telinga diri sendiri. Hal ini juga berarti sama sekali tidak ada mahamaitri mahakaruna terhadap orang tersebut. Melihat pemfitnahan dharma dengan mata dan mendengarnya dengan telinga, lalu mengecam pemfitnahan dharma itu, perilaku ini selain merupakan perilaku yang agung sebagai murid Buddha, juga dapat menambah kebajikan mata dan telinga. Sedangkan jika melihat dan mendengar pemfitnahan dharma, namun tidak mengecamnya akan memecahkan kebajikan mata dan telinga. Sikap ini bukan hanya terbatas pada mata dan telinga. Jika menggunakan panca indera berdasarkan pandangan tujuan yang tinggi dan rasa tugas sebagai murid Buddha, serta menggunakan seluruh filsafat maupun pengetahuan, maka panca indera, filsafat dan pengetahuan akan menjadi hidup.
5
Karma Buruk berat ini sukar dihapuskan. Yang terpenting adalah mengobarkan kesungguhan hati untuk memberi manfaat kepada orang lain.
GM
Keterangan: Karma buruk berat pemfitnahan dharma dari masa lampau tidak mudah dihapuskan. Untuk menghapuskan imbalan karma buruk ini harus melakukan syakubuku dan sungguh hati berusaha memberikan manfaat pada orang lain. Bimbingan ini mempunyai arti bahwa syakubuku harus didasari hati maitri karuna. Dengan melakukan hal ini, dapat menumpuk karunia kebajikan dan rejeki lebih besar sehingga membangun kebahagiaan pada masa akan datang. Berdasarkan hukum teori sebab akibat karma buruk yang dijalankan pada masa lampau harus diterima akibat imbalannya. Jika kita menerima imbalan tersebut, barulah dapat menghapus karma karma buruk. Namun, jika tidak ada jodoh, sampai kapanpun tidak dapat menghapuskannya. Jodoh inilah yang dikatakan syakubuku.
6
Orang yang malakukan karma buruk ringan, kadangkala harus dikecam, kadangkala dibiarkan saja dan tidak dikecam.
Anak Cabang
November 2017 | Samantabadra
29
Keterangan: Kadangkala orang yang melakukan karma buruk pemfitnahan dharma ringan harus dikecam. Akan tetapi adakalanya tidak perlu dikecam, menunggu sampai sadar dengan sendirinya. Karma buruk ringan pun mempunyai kemungkinan lama kelamaan menjadi berat. Menjaga kemungkinan ini, hendaknya memecahkan dan mematahkannya secara tegas. Inilah maitri karuna. Yang penting, karena terdapat bermacam-macam kasus, maka tidak dapat disamaratakan. Jangan terikat pada gejala permukaan saja, tetapi harus menembus sebabsebab yang mendalam.
7
Orang yang menyampaikan teori kewajaran Hukum Buddha kepada orang lain pasti akan dibenci oleh bhiksu, bhiksuni, pria dan wanita… serahkan jiwa raga kepada petuah emas dari Saddharmapundarika-sutra, Buddha Sakyamuni, Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Miao-lo, Mahaguru Dengyo, Mahaguru Changan, dan lain-lain.
Anak Cabang
Keterangan: Titik penting bagian ini adalah sikap akar pokok hati kepercayaan, yakni melaksanakan pertapaan sesuai dengan yang dibabarkan Sang Tathagata. Orang yang melaksanakan pertapaan sesuai yang dibabarkan oleh Sang Tathagata, pada masa ini pasti dilindungi dan disumbang oleh para dewa. Untuk mencapai kesadaran Buddha pada masa akan datang, diri sendiri sedikitpun tidak boleh ada pemfitnahan dharma. Meskipun berbadan wanita, jika mengecam pemfitnahan dharma demi orang lain serta mengajarkan Hukum Sebenarnya adalah sesuatu yang agung dan tidak lebih rendah dari Putri Naga. “Teori Kewajaran Hukum Buddha”, berarti percaya pada dharma; dan tidak percaya adalah sebab karma terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Oleh karena itu “Menyampaikan teori kewajaran Hukum Buddha”, berarti melakukan syakubuku. Apabila menjalankan syakubuku, wajar 30
Samantabadra | November 2017
jika dibenci orang-orang, tetapi janganlah takut. Serahkanlah jiwa raga pada petuah emas Saddharmapundarika-sutra, Buddha Sakyamuni, dan lain-lain, serta jalankanlah sesuai dengan ajaran itu. Dengan demikian, “Melaksanakan pertapaan sesuai yang dibabarkan Sang Tathagata”, adalah semangat dasar pokok pelaksanaan Hukum Buddha. Seperti diuraikan di sini, yang melaksanakan sesuai Saddharmapundarika-sutra adalah Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin menegakkan pembuktian diri sendiri sebagai Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Sekarang, bagi orang yang menerima dan percaya Hukum Putih Agung Masa Akhir Dharma, dasar pokok pelaksanaan adalah ajaran Niciren Daisyonin, Buddha Pokok Masa akhir Dharma. Oleh karena itu, hendaknya melaksanakan sesuai dengan Gosyo yang ditinggalkan Niciren Daisyonin. Inilah yang dimaksud dengan melaksanakan pertapaan sesuai yang dibabarkan Sang Tathagata pada Masa Akhir Dharma sekarang. Bagaimanapun, jika melaksanakan pertapaan sesuai yang dibabarkan oleh Sang Tathagata akan memecahkan avidya dasar pokok jiwa. Maka tentu akan tetap ada hantaman yang timbul dari keterikatan hati pada kesesatan. Di sini berarti langsung menghadapi bermacam penderitaan seperti onsyitsu, ancaman, dan lainlain. Namun seperti diuraikan di atas, orang yang melaksanakan Hukum Sebenarnya sesuai yang diajarkan Sang Buddha, meskipun ditindas dan dikecam orang-orang dalam masyarakat, pasti mendapat perlindungan dan sumbangan para dewa.
8
Dalam Bab Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam zaman yang mengerikan, sungguh-sungguh membabarkan sekalipun hanya sebentar”.
Anak Cabang
Keterangan: Kalimat di atas adalah kalimat pada akhir Bab XI Stupa Pusaka Saddharmapundarikasutra yang membabarkan tentang anjuran dan karunia kebajikan menerima, mempertahankan,
membaca dan menghafal Saddharmapundarikasutra sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Dikatakan, “Sutra ini sukar dipertahankan, jika ada orang yang mempertahankannya sebentar saja, Aku akan bergembira, begitupun para Buddha. Orang seperti ini akan dipuji oleh para Buddha, orang ini berani, orang ini tekun, orang ini dinamakan orang yang mempertahankan sila dan pelaksana dhuta; ia langsung akan mencapai Jalan Buddha yang tiada tara. Orang yang di masa akan datang, sungguh-sungguh membaca dan mempertahankan sutra ini, adalah anak Buddha yang sesungguhnya, sehingga berdiam di tempat yang suci dan baik. Sesudah kemoksyaan Sang Buddha, orang yang dapat membabarkan maknanya, akan menjadi mata masyarakat untuk manusia dan dewa. Orang yang dalam zaman yang mengerikan, sungguh-sungguh membabarkan sekalipun hanya sebentar, oleh semua dewa dan manusia akan disumbang”. Dalam surat ini hanya dikutip satu baris kalimat saja dan dalam kalimat selanjutnya Niciren Daisyonin menerangkan, “Pada Masa Akhir Dharma …” Maka kutipan kalimat di atas, dari awal sampai akhir sudah tercakup. Juga berarti bahwa masa buruk yang akan datang adalah waktu dilahirkannya orang buruk yang penuh dengan tiga racun yang berkobar-kobar. Oleh karena itu disebut zaman buruk dari lima kekeruhan. Niciren Daisyonin mengecam pemfitnahan dharma yang menjadi dasar pokok kekeruhan jiwa orang yang memiliki tiga racun yang kuat berkobar ini. Maka, tentu wajar bila timbul hantaman maupun serangan yang keras kepada Beliau. Hal ini tercatat dalam kalimat Saddharmapundarika-sutra yang mengatakan, “zaman yang mengerikan”. Bagaimanapun dibenci orang-orang yang terikat pemfitnahan dharma dalam masyarakat, hendaknya yakin bahwa para dewa pasti melindungi dan menyumbang orang yang melakukan syakubuku. Pada akhirnya pasti mewujudnyatakan kemenangan dalam kehidupan.
memfitnah dharma dan tidak percaya, tidak diragukan lagi pasti jatuh ke dalam benteng besar penderitaan tak terputus-putus. Keterangan: “Keinginan agung” berarti tercapainya kesadaran Buddha. Dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan, “Keinginan agung untuk menyebarluaskan Saddharma” (Gosyo Zensyu halaman 736). Tidak perlu dikatakan lagi bahwa dalam penyebarluasan Saddharma terdapat Jalan pencapaian kesadaran Buddha. Selanjutnya, kalimat “Sedikit saja ada kesalahan dari memfitnah dharma dan tidak percaya”, menegaskan sekali lagi bahwa diri sendiri tidak boleh memfitnah dharma sedikitpun. Mengapa? Karena walaupun sungguh hati melaksanakan hati kepercayaan sehingga kelihatannya menumpuk karunia kebajikan, tetapi jika ada memfitnah dharma, sedikit saja karunia kebajikan tersebut akan menjadi bocor. Dari lubang kecil pemfitnahan dharma ini, iblis mendapat kesempatan untuk masuk sehingga akhirnya merusak diri sendiri. Hal ini bagaikan kapal yang dimasuki air akan tenggelam dan semua penumpangnya akan mati. Perumpamaan ini diambil untuk mengatakan bahwa orang yang memfitnah dharma akan dikuasai oleh iblis. Perumpamaan lainnya adalah pematang sawah yang kuat. Namun jika ada lubang, sekalipun kecil, akan membuat air sedikit demi sedikit bocor. Walaupun air tertampung penuh, tanpa disadari lama kelamaan akan habis dan kering. Hal ini mengumpamakan karunia kebajikan yang didapat karena sungguhsungguh melaksanakan hati kepercayaan dapat dibocorkan oleh pemfitnahan dharma. Maka yang terpenting perlu mawas diri secara tegas agar tidak memfitnah dharma sedikitpun dalam menjalankan hati kepercayaan.
10
Kalau seseorang melakukan karma buruk yang ringan, dengan toleransi dari kita, Sekarang tegakkanlah keinginan ia dapat memperoleh karunia kebajikan. agung dan berdoalah untuk masa akan Apabila kesalahannya berat, berilah datang. Sedikit saja ada kesalahan dari dorongan semangat hati kepercayaan
9
November 2017 | Samantabadra
31
agar dapat menghapus dan memusnahkan karma buruk yang berat itu. Keterangan: Dalam bagian ini dianjurkan tentang sikap kita terhadap pemfitnahan dharma yang dilakukan oleh orang lain. Di atas telah diterangkan bahwa sedikit saja ada kesalahan dari memfitnah dharma dan tidak percaya, tidak diragukan lagi pasti jatuh ke dalam benteng besar penderitaan tak terputus-putus”. Mengenai pemfitnahan dharma yang dangkal oleh orang lain, diajarkan agar kita sendiri lebih bertoleransi. Namun demikian, bukan berarti tidak maitri karuna, karena tujuannya agar orang itu sendiri dapat membuka mata terhadap hati kepercayaan yang sesungguhnya. Jika terlalu diperinci kesalahannya satu persatu dengan keras, akan menutup kemampuan kesadaran hati kepercayaan orang itu sendiri. Dari sudut pandang ini, jika karma buruknya dangkal, daripada diberitahu secara rinci, lebih baik dilihat sudut positif orang itu dan beranjak dari sini diberi dorongan semangat hati kepercayaan sehingga dapat menambah karunia kebajikan. Jika karma buruknya berat atau hal yang berkaitan dengan kesalahan berat yang telah diterangkan di atas, perlu diberi dorongan semangat hati kepercayaan secara tegas dan keras agar dapat menghapus dan memusnahkan karma buruk yang berat itu. Bagaimanapun juga, perlu diketahui bahwa untuk membangun dan membimbing orang lain menuju pencapaian kesadaran Buddha, harus mempunyai maitri karuna yang kuat, tabah, dan berkesinambungan. Inilah pokok dasar semangat pelaksanaan.
11
Dalam kedudukan Ama Goze mau mempertanyakan arti dangkaldalam dan ringan-beratnya karma buruk, Anda benar-benar wanita yang jarang terdapat. Keterangan: Masalah dangkal dalam dan ringan beratnya pemfitnahan dharma adalah masalah Abutsubo Ama, yakni Sennici Ama pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai pimpinan dari para 32
Samantabadra | November 2017
murid Niciren Daisyonin di Pulau Sado. Dalam membimbing penganut yang baru dan ingin melakukan syakubuku, ia sering menghadapi hal tersebut. Niciren Daisyonin sungguh-sungguh memuji dan membimbing hal-hal penting kepada Sennici Ama, seorang wanita berusia lanjut yang menjalankan hidup demi Hukum. Semangat dan hati menuntut Hukum Buddha dari Sennici Ama dipuji seperti dikatakan, “Anda benar-benar wanita yang jarang ada.” Kalimat, “Perhatikanlah selalu untuk sekuat tenaga mengecam pemfitnahan dharma,” berarti pertapaan Jalan Hukum Buddha harus dilaksanakan dengan giat dan sekuat tenaga hingga akhir kehidupan. Kita perlu membaca bimbingan Niciren Daisyonin yang tercantum dalam kalimat ini agar dapat menghayati dan menjiwai dalam hati masing-masing. ***
The Embankments Of Faith In your letter you asked how the retribution varies according to the degree of slander against the correct teaching. To begin with, the Lotus Sutra was taught to lead all living beings to the Buddha way. Only those who have faith in it, however, attain Buddhahood. Those who slander it fall into the great citadel of the hell of incessant suffering. As the sutra states, “If a person fails to have faith but instead slanders this sutra, immediately he will destroy all the seeds for becoming a Buddha in this world… When his life comes to an end he will enter the Avichi hell.” There are many degrees of slander: shallow and profound, slight and heavy. Even among those who embrace the Lotus Sutra, very few uphold it steadfastly both in mind and in deed. Few are the practitioners who are able to uphold this sutra. But those who do will not suffer serious retribution even if they have committed minor offenses against the sutra. Their strong faith expiates their offenses as surely as a flood extinguishes tiny fires. The Nirvana Sutra states: “If even a good monk sees someone destroying the teaching and disregards him, failing to reproach him, to oust him, or to punish him for his offense, then you should realize that that monk is betraying the Buddha’s teaching. But if he ousts the destroyer of the Law, reproaches him, or punishes him, then he is my disciple and a true voice-hearer.” This admonition urged me on, and I spoke out against slander in spite of the various persecutions I faced, because I would have become an enemy of the Buddha’s teaching if I had not. Slander can be either minor or serious, however, and sometimes we should overlook it rather than attack it. The True Word and Tendai schools slander the Lotus Sutra and should be severely rebuked. But without great wisdom it is hard to differentiate correctly between their doctrines and the teachings that Nichiren spreads. Therefore, at times we refrain from attacking them, just as I did in On Establishing the Correct Teaching for the Peace of the Land. Whether or not we speak out, it will be difficult for those who have committed the grave offense of slander to avoid retribution. Our seeing, hearing, and making no attempt to stop slander that, if we spoke out, could be avoided, destroys our gifts of sight and hearing, and is utterly merciless. Chang-an writes, “If one befriends another person but lacks the mercy to correct him, one is in fact his enemy.” The consequences of a grave offense are extremely difficult to erase. The most important thing is to continually strengthen our wish to benefit others. When a person’s offense is minor, admonishment is sometimes called for, but at other times it may be unnecessary, for there are those who may correct themselves without being told. Reprove a person for slander when necessary, so that you can forestall for both of you the consequences of an offense. Then, you should forgive that person. The point is that even minor slanders may lead to serious ones, and then the effects one must suffer would be far worse. This is [what Chang-an means when he writes], “One who rids the offender of evil is acting as his parent.” November 2017 | Samantabadra
33
Many such examples of slander are also found among Nichiren’s disciples and lay believers. I am sure that you have heard about the lay priest Ichinosawa. Privately he is considered one of Nichiren’s followers, but publicly he still remains in the Nembutsu school. What should be done about his next life? Nevertheless, I have presented him with the ten volumes of the Lotus Sutra. Strengthen your faith now more than ever. Anyone who teaches the principles of Buddhism to others is bound to incur hatred from men and women, priests and nuns. Let them say what they will. Entrust yourself to the golden teachings of the Lotus Sutra, Shakyamuni Buddha, T’ien-t’ai, Miaolo, Dengyo, and Chang-an. This is what is signified by the expression, “practicing according to the Buddha’s teachings.” The Lotus Sutra reads, “If in that fearful age one can preach this sutra for even a moment, [one will deserve to receive alms from all heavenly and human beings].” This passage explains that in the evil age of the Latter Day of the Law, when evil persons stained by the three poisons prevail, anyone who believes in and upholds the correct teaching, for even a short time, will receive offerings from heavenly and human beings. Now you should make a great vow and pray for your next life. If you are disbelieving or slander the correct teaching even in the slightest, you will certainly fall into the great citadel of the hell of incessant suffering. Suppose there is a ship that sails on the open sea. Though the ship is stoutly built, if it is flooded by a leak, those on the ship are sure to drown together. Though the embankment between rice fields is firm, if there is an ant hole in it, then surely, in the long run, it will not remain full of water. Bail the seawater of slander and disbelief out of the ship of your life, and solidify the embankments of your faith. If a believer’s offense is slight, overlook it, and lead that person to obtain benefits. If it is serious, encourage him to strengthen his faith so that he can expiate the sin. You are indeed an unusual woman since you asked me to explain the effects of various degrees of slander. You are every bit as praiseworthy as the dragon king’s daughter when she said, “I unfold the doctrines of the great vehicle to rescue living beings from suffering.” The Lotus Sutra reads, “If one can ask about its meaning, that will be difficult indeed!”8 There are very few people who inquire about the meaning of the Lotus Sutra. Always be determined to denounce slander against the correct teaching to the best of your ability. It is indeed wonderful that you should be helping me reveal my teachings. Respectfully, Nichiren The third day of the ninth month Reply to the lay nun and wife of Abutsu-bo
34
Samantabadra | November 2017
November 2017 | Samantabadra
35
36
Samantabadra | November 2017
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Perihal Stupa Pusaka (Abutsubo Gosyo)
LATAR BELAKANG |
N
ama lain dari surat ini adalah surat Menara Stupa. Ada yang mengatakan surat ini ditulis pada tanggal 13 bulan 3 tahun 1272 (Bun-ei 9), namun ada yang mengatakan ditulis pada tahun 1277. Surat ini merupakan balasan kepada Abutsubo yang menyumbang kepada Niciren Daisyonin serta menanyakan makna kemunculan Stupa Pusaka yang dijelaskan dalam Bab “MuncuInya Stupa Pusaka� Saddharmapundarika-sutra dengan mengajarkan makna mendalam dari Stupa Pusaka. Abutsubo, penerima surat ini, sebelumnya adalah penganut dari filsafat lain, di mana pada mulanya Beliau bermaksud berdebat dengan Niciren Daisyonin di Sanmaido, namun sebaliknya telah berdialog Hukum Agama Buddha dengan Niciren Daisyonin, sehingga Beliau melepaskan kepercayaannya terhadap filsafat lain dan bersama istrinya, Sennici Ama telah menganut agama Buddha Niciren Daisyonin. Sejak saat itu Beliau telah melindungi Niciren Daisyonin tanpa menghiraukan bahaya dan pengawasan yang ketat terhadap Niciren Daisyonin. Terlebih dari itu, setelah Niciren Daisyonin dibebaskan dari hukum pembuangan di Pulau Sado, dan memasuki Gunung Minobu, walau usia Beliau telah sedemikian lanjut namun telah 3 kali mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu yang letaknya jauh dari Pulau Sado. Ada yang mengatakan bahwa Abutsubo adalah seorang ksatria yang melindungi kaisar Zuntoku. Beliau telah menetap di Pulau Sado ketika kaisar Zuntoku dibuang di Pulau Sado, begitupun ada yang mengatakan Beliau adalah penduduk asIi dari Pulau Sado. Gosyo ini pertama menjelaskan makna rasa terima kasih dan berdana paramita terhadap Gohonzon. Ke dua, menjelaskan makna Stupa Pusaka. Ke tiga, menjelaskan arti sesungguhnya Stupa Pusaka. Dan yang terakhir memberikan kesimpulan dengan mengajarkan sikap kepercayaan yang sesungguhnya.
November 2017 | Samantabadra
37
ISI GOSYO |
S
urat Anda telah Saya terima dan telah Sаya baca dengan seksama. Barang-barang dana paramitha kepada Stupa Pusaka berupa uang satu renceng, beras putih, dan berbagai barang-barang Iainnya telah Saya terima dengan baik. Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama Saya sampaikan kepada Gohonzon, Saddharmapundarika-sutra, harap Anda bertenang hati. Anda telah menanyakan. Dalam surat bahwa apakah maksudnya Prabutharatna Tathagata bersama Stupa Pusaka yang muncul dari bumi? Ini adalah ajaran yang maha penting. Mahaguru Tien Tai pernah menerangkan dalam kitab Hokke Mongu jilid VIII bahwa ada dua macam Stupa Pusaka, yaitu sebelum pembuktian (Syozen) dan sesudah pembuktian (Kigo). Sebelum pembuktian (Syozen) adalah ajaran Syakumon, sesudah pembuktian (Kigo) adalah ajaran Honmon. Demikian pula Stupa Tertutup adalah ajaran Syakumon, Stupa Terbuka adalah ajaran Honmon. Ini adalah kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (prajna). Karena akan semakin rumit, maka penjelasan hal ini Saya tangguhkan sementara. “Makna Pemunculan Stupa Pusaka,” pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari Stupa Pusaka dalam jiwanya masing-masing. Sekarang, begitupun sama halnya dengan murid dan penganut Niciren. Setelah memasuki jaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika- sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapapun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan juga Tathagata Prabutaratna. Tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo. Kini diri Abutsubo Syonin terdiri dari lima unsur besar yaitu tanah, air, api, angin dan ruang. Kelima unsur besar ini adalah kelima kata Daimoku. Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan carа adalah tiada gunanya. Stupa Pusaka ini adalah Stupa Pusaka yang dihiasi oleh ketujuh pusaka, yakni mendengar (Mon), percaya (Syin), menjaga pantangan (Kai), menekаdkan hati (Jo), menjalankan perrtapaan (Syin), membuang keterikatan hawa nafsu (Sya), meninjau diri (Zan). Seakan-akan Anda menyumbang kepada Stupa Pusaka Tathagata Prabutaratna, namun sebenarnya tidaklah demikian, bahkan Anda menyumbang untuk diri Anda sendiri. Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari “Trikaya adalah Ekakaya.” Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka. Dalam Sutra dikatakan, “Di manapun dikhotbahkan Saddharmapundarika-sutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini.” Saya merasa sangat berterima kasih, maka Saya pun menulis dan mewujudkan Stupa Pusaka untuk Anda. Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri. Janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat. Inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini. 38
Samantabadra | November 2017
Sesungguhnya, Anda, Abutsubo harus dikatakan sebagai pemimpin agama Buddha di negeri Utara. Mungkin Bodhisatva Visudhakaritra (Jogyo) telah lahir kembali sebagai diri Anda dan telah menjenguk Saya, Niciren. Sungguh ini adalah suatu hal yang gaib. Walau Saya tidak mengetahui berapa tebalnya kesungguhan hati kepercayaan Anda, namun ini semua adalah karena kekuatan kemunculan, Bodhisatva Visisthakaritra. Tidak akan ada pengertian lain dalam peristiwa ini. Berdoalah Anda, suami-istri kepada Stupa Pusaka. Hal-hal terperinci akan menyusul pada surat berikutnya. Tahun Bun-ei 9 bulan ke-3 tanggal 13 Kepada Abutsubo Hormat Saya, tertanda, Niciren
November 2017 | Samantabadra
39
KUTIPAN GOSYO |
1
Barang-barang dana paramita kepada Stupa Pusaka berupa uang satu renceng, beras putih, dan berbagai barang-barang Iainnya telah Saya terima dengan baik. Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama Saya sampaikan kepada Gohonzon, Saddharmapundarikasutra, harap Anda bertenang hati. Keterangan: Bagian ini menjelaskan makna laporan mengenai Gohonzon mengenai kesungguhan hati Abutsubo yang telah menyumbang uang, beras putih, dan barang-barang lainnya kepada Gohonzon. Perjalanan dari Pulau Sado ke Gunung Minobu pada waktu itu memerlukan waktu kurang lebih 20 hari, dengan harus melalui perjalanan yang berbahaya seperti melintasi lautan, mendaki gunung, dan menyeberangi Iembah yang curam, dan pada waktu itu perampok masih sering berkeliaran, begitupun tempat penginapan masih jarang sekali, sehingga dalam menempuh perjaIanan ini harus membawa persediaan makanan sendiri. Dengan perjalanan demikian, Abutsubo mengunjungi Gunung Minobu. Disamping itu, Mongolia baru saja menyerang Jepang dan juga Jepang sedang dilanda wabah penyakit menular, sehingga kalau tanpa kesadaran yang tinggi maka sulit untuk melaksanakan perjalanan yang selalu mengancam jiwa. Namun demikian, Abutsubo dengan mengatasi berbagai kesulitan, telah membawa uang yang ditabungnya serta berbagai barang yang dibuat oleh Sennici Ama, seorang wanita yang luwes. Dalam keadaan demikian, Abutsubo telah meneruskan kepercayaan 40
Samantabadra | November 2017
yang langsung dengan hati Niciren Daisyonin dengan mengatasi rintangan lautan dan pegunungan hingga telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu. Dalam kalimat awal surat yang singkat ini telah muncul ketiga nama dari “Stupa Pusaka”, “Gohonzon”, dan “Saddharmapundarikasutra”, namun itu sama sekali bukan sesuatu yang berlainan, melainkan hanya menunjuk Gohonzon. Jadi dengan meminjam Upacara Stupa Pusaka yang dikhotbahkan dalam Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin telah mewujudkannya sebagai satu helai Gohonzon. Yang diwujudkan dalam Saddharmapundarika-sutra adalah “Stupa Pusaka”, dan Stupa Pusaka diwujudkan sebagai Gohonzon yang merupakan inti hakekat, sehingga walau Saddharmapundarika-sutra, Stupa Pusaka, dan Gohonzon dibariskan berdampingan, namun pada akhirnya tidak lain merupakan Gohonzon. Dan juga kutipan “Kesungguhan hati Anda ini telah dengan seksama kami laporkan kepada Gohonzon, Saddharmapundarikasutra”, hendaknya hal ini dibaca sebagai bimbingan sikap kepercayaan yang berdasarkan pada Gohonzon. Seperti yang ditandaskan sebelumnya dalam Kaimokusyo bahwa jiwa Beliau adalah Buddha sesungguhnya untuk Masa Akhir Dharma yang mencakupi Ketiga Kebajikan: Majikan, Guru, Orang tua dan Buddha Trikaya yang tidak dibuat-buat. Walaupun demikian, Beliau selalu menunjukkan pendirian yang menjunjung tinggi berdasarkan Gohonzon. Kutipan “Harap Anda bertenang hati” telah mewujudkan kehangatan hati Niciren Daisyonin bahwa “kesungguhan hati Anda
akan sepenuhnya disampaikan kepada Gohonzon Saddharmapundarika-sutra.
yang harus digali sedalam-dalamnya, namun Niciren Daisyonin pada umumnya secara garis besar telah memperkenalkan makna Anda telah menanyakan dalаm yang dijelaskan Mahaguru Tien-Tai dalam surat bahwa apakah maksudnya Hokke Mongu, sedangkan pada khususnya Prabhutaratna Tathagata bersama telah mewujudkan makna sesungguhnya, stupa Pusaka yang muncul dari bumi? berdasarkan pendirian makna mendalam Ini adalah ajaran yang maha penting. yang tersirat di dasar kalimat yang Mahaguru Tien-Tai pernah menerangkan dirahasiakan. dalam kitab Hokke Mongu jilid VIII bahwa Pada bagian ini, pertama-tama ada dua macam Stupa Pusaka, yaitu memperkenalkan pendirian berdasarkan sebelum pembuktian (Syozen) dan sesudah ajaran Tien-tai, di mana Niciren Daisyonin pembuktian (Kigo). Sebelum pembuktian sama sekali tidak menjelaskan makna yang (Syozen) adalah ajaran Syakumon, sesudah rumit dan sulit dimengerti kepada Abutsubo, pembuktian (Kigo) adalah ajaran Honmon. dan Beliau hanya menjelaskan beberapa Demikian pula Stupa Tertutup adalah pokok penting, seperti yang dikatakan dalam ajaran Syakumon, Stupa Terbuka adalah surat ini, “Karena akan semakin rumit, ajaran Honmon. Ini adalah kedua Hukum maka penjelasan hal ini Saya tangguhkan Kyo (suasana) dan Ci (prajna). Karena akan sementara.” semakin rumit maka penjelasan hal ini Saya Kalau berdasarkan urutan dalam upacara tangguhkan sementara. Saddharmapundarika-sutra, maka makna apakah yang dimiliki dalam pemunculan Keterangan: Stupa Pusaka Prabhutaratna? Dimulai dari Bagian ini merupakan jawaban atas Bab ke-2 Upaya Kausalya hingga Bab ke-9 pertanyaan yang diajukan oleh Abutsubo Penganugerahan para Sravaka, murid di masa bahwa apakah makna sesungguhnya hidup Buddha Sakyamuni keseluruhannya dari munculnya Prabhutaratna Tathagata telah memperoleh pengertian dan beserta Stupa Pusaka dalam Bab Munculnya dianugerahkan untuk memperoleh kesadaran Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra. Buddha pada masa mendatang, sedangkan Pada mulanya seperti Niciren Daisyonin dalam Bab ke-10 Dharma Duta telah menandaskan bahwa “Ini adalah ajaran yang dijelaskan kepada Bodhisattva Baisyajaraja maha penting” menunjukkan makna yang tentang cara dan kurnia kebajikan dari dimiliki atas pemunculan Stupa Pusaka penyiaran, menerima dan mempertahankan adalah sedemikian luas dan mendalam, Saddharmapundarika-sutra setelah wafatnya sehingga tidak hanya berakhir dengan Buddha Sakyamuni. Bab-bab selanjutnya pemunculan Stupa Pusaka dalam Bab telah dimulai pengkhotbahan demi Munculnya Stupa Pusaka itu saja, melainkan penyiaran masa mendatang setelah wafatnya upacara pertemuan di antariksa dari Sang Buddha Sakyamuni. Saddharmapundarika-sutra yang berkembang Bab selanjutnya dari Bab Dharma Duta kemudian dengan memusatkan pada drama adalah Bab ke-11 Munculnya Stupa Pusaka, kejiwaan yang tiada taranya. dimana Stupa Pusaka yang dikatakan Jadi, walau dalam Stupa Pusaka ini memiliki ketinggian 500 yojana, dan garis terdapat berlapis-lapis makna mendalam tengah 250 yojana telah muncul dari bumi
2
November 2017 | Samantabadra
41
dan bertahta di antariksa, dan pada waktu itu dari dalam Stupa Pusaka terdengar suara besar yang berkata, “Baik sekali, baik sekali. Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni, Paduka dengan prajna agung yang adil merata telah mengajarkan Hukum Ke-Bodhisattva, dan telah dengan bijaksana menjeIaskan Saddharmapundarika-sutra ini yang selalu dipelihara dan dipertahankan oleh seluruh Buddha kepada seluruh makhluk. Begitulah adanya. Seluruh yang dikhotbahkan oleh Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni adalah benar adanya.” Selanjutnya, Buddha Sakyamuni telah menjawab pertanyaan Bodhisattva Maha Pratibana yang menanyakan tentang suara dalam Stupa Pusaka dengan menjelaskan bahwa di dalam Stupa Pusaka terdapat Prabhutaratna Tathagata, dan Prabhutaratna Tathagata ini pasti akan muncul untuk membuktikan kebenaran Buddha Sakyamuni atas pengkhotbahan Saddharmapundarika-sutra di sepuluh penjuru dunia. Kemudian Buddha Sakyamuni telah mengumpulkan seluruh Buddha-Buddha titisan Beliau dari sepuluh penjuru dunia dalam upacara ini. Untuk itu telah dilaksanakan upacara tiga kali mensucikan tanah air menjadi tanah air Buddha. Setelah seluruh Buddha titisan Buddha Sakyamuni terkumpul, Buddha Sakyamuni dengan tangan kanan membuka pintu dari Stupa Pusaka kemudian masuk dan duduk berdampingan dengan Prabhutaratna Tathagata. Selanjutnya, atas permintaan dari seluruh umat, Stupa Pusaka bersama dengan kedua Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna beserta seluruh umat dalam upacara telah bertahta di antariksa, dengan demikian telah dimulai Upacara Antariksa. Sekarang, dalam kutipan surat ini yang memperkenalkan penjelasan dari Mahaguru 42
Samantabadra | November 2017
Tien-Tai kalau diperkembangkan dalam Saddharmapundarika-sutra, maka maknanya menjadi lebih jelas adanya. Pertama-tama, ketika Stupa Pusaka tertutup telah terdengar kata-kata dari dalam Stupa Pusaka “Seluruh yang dikhotbahkan oleh Yang Maha Agung Buddha Sakyamuni adalah benar adanya.” Itu merupakan pembuktian atas kebenaran terhadap pengkhotbahan yang dimulai dari Hukum Jumyo Jisso dari Bab Upaya Kausalya hingga penganugerahan kesadaran Buddha kepada para Sravaka dari Syakumon. Dengan demikian, sebelum pembuktian adalah Syakumon dan Stupa Pusaka tertutup adalah Syakumon. Setelah seluruh Buddha titisan Buddha Sakyamuni dari sepuluh penjuru berkumpul, pintu Stupa Pusаka dibuka dan Buddha Sakyamuni memasukinya, kemudian kedua Buddha duduk berdampingan dan dalam keadaan demikianlah upacara pengkhotbahan dalam pesamuan antariksa dilaksanakan. Ini merupakan pendahuluan yang mendalam yang menjelaskan Kuon Jitsujo dari Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata, merupakan pengkhotbahan yang hakiki dalam upacara pengkhotbahan dalam pesamuan antariksa ini. Kuon Jitsujo berarti waktu pencapaian kesadaran Buddha dari Buddha Sakyamuni pada 500 asamkheya kalpa koti yang jauh terdahulu dari pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni pada 3000 asamkheya kalpa koti yang sedikit dijelaskan dalam Syakumon. Wujud sesungguhnya dari seluruh BuddhaBuddha titisan Buddha Sakyamuni dari sepuluh penjuru, itu sendiri sesungguhnya telah memecahkan kegelapan pandangan pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni padа usia 30 tahun di dunia ini (Syijo Syo Kaku) dengan menunjukan pencapaian kesadaran Buddha pada masa Kuon. Sesudah pembuktian dari Bab Munculnya Stupa Pusaka, sesungguhnya adalah demi
penyebarluasan sesudah wafatnya Sang Buddha, terutama sekali Niciren Daisyonin menandaskan bahwa ini merupakan pendahuluan yang mendalam demi perwujudan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Oleh karenanya sesudah pembuktian adalah Honmon. Terlebih dari itu perwujudan kedua Buddha yang duduk berdampingan dalam Stupa Pusaka ini merupakan kedua Hukum Kyo (suasana) dan Ci (Prajna). Mengenai kedua Hukum Suasana dan Prajna. Ini merupakan hubungan yang sangat penting dalam Hukum Agama Buddha. Dalam surat balasan kepada Soya Dono dikatakan: “Dengan demikian apa yang disebut suasana (Kyo) adalah hakekat dari segala Hukum, sedangkan apa yang disebut Prajna (Ci) adalah penerangan dan perwujudan diri sendiri (Jitai Kensyo). Apabila lubuk suasananya tiada terbatas dan amat dalam, maka air prajna akan mengalir tanpa henti- hentinya. Dengan manunggalnya suasana dan prajna seperti ini, tercapailah pencapaian kesadaran Buddha dalam kesadaran sebagaimana adanya.” Lubuk adalah tempat cekung dari bumi, dan disitulah terdapat fungsi yang menetapkan secara objektif atas arah dan bentuk arus air. Bersamaan dengan itu, yang dikatakan sebagai hakekat dari segala Hukum memiliki kedalaman khusus dan tertentu. Di dalam lubuk hakekat dari Hukum ini, kalau aliran air mengalir sesuai dengan lubuknya sehingga menemukan prajna secara subjektif, hal mana dikatakan sebagai penerangan dan perwujudan diri sendiri atau manunggalnya suasana dan prajna. Mengenai Stupa Pusaka ini kalau didiskusikan berdasarkan hal di atas, maka Stupa Pusaka yang tertutup adalah umat manusia dari kesembilan dunia, terutama melambangkan dunia Buddha yang dimiliki
seadanya dari Sravaka. Jadi masih merupakan dunia Buddha yang belum diwujudkan secara nyata, hal mana masih terbatas pada segi suasana saja. Begitupun isi dari Saddharmapundarika-sutra menunjukkan bahwa para Sravaka memiliki dunia Buddha yang dimiliki sejak asal mula di dalam jiwanya dan karena tidak lain menjelaskan kemungkinan untuk mencapai kesadaran Buddha di masa akan datang, maka dunia Buddha yang dijelaskan di sini masih terbatas dan berakhir pada segi suasana saja. Ketika Stupa Pusaka terbuka dan kedua Buddha Sakyamuni serta Prabhutaratna duduk berdampingan, berarti dengan Prajna yang dimiliki sendiri telah menyadari dunia Buddha yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwanya, dan melambangkan keadaan pencapaian kesadaran Buddha secara nyata dengan manunggalnya suasana dari Prabhutaratna dan Prajna dari Buddha Sakyamuni. Jadi, yang dikatakan Buddha yang dimiliki sejak asal mula dan “hakekat dari Saddharma yang dimiliki sejak asal mula” merupakan segi dari suasana. Ini berarti seluruh Hukum dalam alam semesta adalah adil dan merata. Justru dengan mewujudkan kesаdaran jiwa sendiri adalah Buddha yang dimiliki sejak asal mula maupun hakekat dari Saddharma dalam perilaku nyata sebagai Buddha yakni dengan manunggalnya suasana dan Prajna (Kyoci Myogo) akan mencapai kesadaran Buddha yang sesungguhnya. Untuk memperoIeh kesadaran ini diperlukan pertapaan Hukum agama Buddha. Nah, kalau ini disimpulkan berdasarkan pelaksanaan kepercayaan kita, maka Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung lah yang mewujudkan Dunia Buddha dari hakekat Saddharma yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwa kita. OIeh karenanya, Gohonzon menjadi suasana. Dengan menerima serta mempertahankan
November 2017 | Samantabadra
43
Gohonzon ini hingga mewujudkan perilaku sebagai Buddha merupakan Prajna. Disinilah terwujud manunggalnya suasana dan prajna (Kyoci Myogo).
3
“Makna pemunculan Stupa Pusakaâ€?, pada hakekatnya berarti ketiga golongan Sravaka setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru menyadari Stupa Pusaka dalam jiwanya masing-masing. Keterangan: Dengan berdasarkan pendirian Hukum agama Buddha, Niciren Daisyonin menandaskan apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan pengkhotbahan ketiga golongan dari Syakumon Saddharmapundarika-sutra telah menyadari dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwanya sendiri. Perihal menyadari Dunia Buddha dalam jiwanya sendiri diwujudkan dengan memperlihatkan Stupa Pusaka. Wujud sesungguhnya dari Stupa Pusaka adalah terdapat disini. Demikianlah, ajaran yang sedemikian tajam dari Daisyonin. Oleh karenanya, judul dari Bab ini tidak dikatakan sebagai Bab Stupa Pusaka, namun dikatakan sebagai Bab Munculnya Stupa Pusaka, dan disitulah terkandung makna mendalam. Orang yang membaca Saddharmapundarikasutra secara harfiah akan merasakan suatu keanehan yang tak masuk diakal tentang cerita munculnya Stupa Pusaka. Oleh karena, besarnya Stupa Pusaka ini sepertiga hingga separuh dari bumi ini. Stupa Pusaka yang sedemikian besar tentu tak akan terbayangkan dapat diwujudkan secara nyata. Seandainya kalau hal ini tercatat secara nyata dalam sejarah, hal mana tidak lain adalah bualan belaka. Namun demikian, SĐ°ddharmapundanika-sutra bukanlah 44
Samantabadra | November 2017
sesuatu yang dibaca sebagĐ°i catatan sejarah yang nyata, melainkan para murid yang dibimbing Buddha Sakyamuni telah mencatat sesuatu yang berupa perwujudan kesadaran Dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwanya sendiri. Saddharmapundarika-sutra merupakan suatu perwujudan kesadaran yang diperoleh dari keagungan kemanusiaan Buddha Sakyamuni. Agar dapat memberi pengertian kepada orang-orang tentang kesadaran yang amat mendalam itu, dengan demikian tidaklah dikatakan sebagai suatu perkiraan yang bukan-bukan. Hal yang terpenting adalah disitu sama sekali tidak menuntut kenyataan dalam sejarah, melainkan sikap orang yang membaca dengan meresapi secara langsung atas kebenaran dari tahap kejiwaan, yaitu kesadaran dari filsafat jiwa Hukum agama Buddha. Di situ yang terpenting adalah membaca dengan ketiga karma badan, mulut, dan hati yang berdasarkan kepercayaan. Oleh karenanya, Niciren Daisyonin dengan tegas dan tandas membaca Saddharmapundarika-sutra sebagai kesadaran atas dunia Buddha yang terdapat di dalam jiwa sendiri. Di samping itu sama sekali bukan penjelasan yang tak masuk akal demi menyesuaikan keadaan masyarakat. Dalam masyarakat Jepang pada abad ke13, kiranya mudah diperkirakan bahwa cara penjelasan yang logis sesuai dengan masa modern sekarang ini akan menerima tantangan. Justru oleh karena Niciren Daisyonin memiliki prajna yang intuitif dan keyakinan yang sedemikian rupa sehingga menandaskan bahwa betapapun makna pokok Saddharmapundarika-sutra terdapat di sini.
4
Setelah memasuki zaman Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Kalau memang demikian, tanpa melihat mulia atau hina serta kedudukan seseorang, barang siapa pun yang menyebut Nammyohorengekyo akan menjadi Stupa Pusaka dan jugaTathagata Prabhutaratna.
5
Tiada Stupa Pusaka kecuali Myohorengekyo, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo.
Keterangan: Stupa Pusaka dalam upacara Saddharmapundarika-sutra akan merasakan sebagai sesuatu yang sulit dipikirkan secara logika. Kalau ditanyakan apakah yang diwujudkan dalam Stupa Pusaka itu, maka Keterangan: Dalam Hukum agama Buddha Sakyamuni, kesimpulannya tidak lain kecuali hanya Stupa Pusaka berarti ketiga golongan Sravaka Myohorengekyo, demikan Niciren Daisyonin menandaskan. Myohorengekyo adalah judul yang telah menyadari dunia Buddha di dari Saddharmapundarika-sutra namun dalam jiwanya. Terutama, Dunia Buddha yang disadari Sravaka ini tidak lain masih judul ini tidak hanya semata-mata berupa judul dari Sutra. Yang dinamakan judul merupakan sesuatu yang terpendam di dari Sutra sesungguhnya telah mencakupi dalam jiwa. Jadi, kalau disimpulkan dengan seluruh isi Sutranya, sekarang kalau Stupa Pusaka, hal itu tidak lain Stupa Pusaka yang tertutup, sedangkan Stupa dikatakan Saddharmapundarika-sutra maka mencakupi seluruh dari 28 Bab, jadi judul Pusaka yang terbuka kemudian tidak lain dari Sutra sama sekali bukan hanya sekedar melambangkan jiwa Buddha diri sendiri mencantumkan namanya saja. dari Buddha Sakyamuni. Sebaliknya dalam Walaupun demikian, ketika Niciren Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin Daisyonin menyebut dengan sebutan bahwa sikap kaum pria dan wanita yang “Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra mempertahankan Saddharmapundarikahendaknya diketahui bahwa hal mana sutra itu sendiri adalah Stupa Pusaka. Itu mempunyai maksud yang berlainan. Dengan bukanlah sesuatu yang terdapat terpendam kata lain, judul Daimoku Myohorengekyo di dasar jiwa sendiri, melainkan telah terwujud dengan nyata sebagai pria maupun adalah badan pokok, sedang seluruh kalimat wanita. Jadi seluruh jiwa dari manusia biasa dari ke-28 Bab merupakan penjelasannya. Mengenai hal ini, dalam surat balasan ini sesungguhnya sudah merupakan Stupa Pusaka itu sendiri. kepada Soya Dono dikatakan: “Inti hakekat Kutipan “Tiada lagi Stupa Pusakа, dari satu Sutra tersimpulkan daIam judul (Daimoku)nya”, dan juga dikatakan: “Pada kecuali sikap kaum pria dan wanita yang kesimpulannya, kelimа kata Myohorengekyo mempertahankan Saddharmapundarikabagi orang-orang pada waktu itu hanya sutra” berarti “Tiada jalan lain, kecuali diperkirakan sebagai nama saja, namun hanya menerima dan mempertahankan sesungguhnya tidaklah demikian halnya. Myoho dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, Sesungguhnya itu adalah tubuh, tubuh yakni Saddharmapundanika-sutra yang memberikan jalan untuk menjadikan jiwa kita berarti hati. Maha Guru Chang An berkata, “Pokoknya, Raja Jo menjelaskan makna dari sebagai Stupa Pusaka”.
November 2017 | Samantabadra
45
Saddharmapundarika~sutra. Dengan demikian seakan-akan terdapat kontradiksi sesamanya. Namun demikian, karena seperti yang dijelaskan disini, “Kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra”, badan dari jiwanya adalah kelima kata dari Daimoku. Maka, bersamaan dengan Stupa Pusaka adalah sikap “Kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika sutra”, begitupun juga adalah “Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra.” Dalam Ongikuden dikatakan “Perihal hanya satu hal penting sebab dan jodoh dikatakan: “Kepala kita adalah Myo, tenggorokan adalah Ho, dada adalah Ren, perut adalah Ge, kaki adalah Kyo, badan yang berukuran lima kaki adalah kelima kata Myohorengekyo”. Dalam surat Sanzesyobutsu-sokanmon dikatakan: “Lima unsur adalah tanah, air, api, angin, dan ruang, ini adalah kelima kata Myohorengerkyo. Dengan kelima kata ini telah terbuat tubuh manusia, yakni kekekalabadian yang dimiliki sejak asal mula (Honnu Joju) maupun Tathagata dari kesadaran pokok (Honkaku no Nyorai).” Dan juga “Pada awal mula dari 500 Kini diri Abutsubo Syonin terdiri asamkheya kalpa koti yang lalu ketika Buddha dari 5 unsur besar yaitu tanah, Sakyamuni dengan tubuh manusia biasa air, api, angin, dan ruang. Kelima unsur besar ini adalah kelima kata Daimoku. melaksanakan pertapaan, mengetahui bahwa badan kita adalah tanah, air, api, angin, dan Maka Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan ruang, sehingga dalam sesaat pertapaan itu Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal telah membuka kesadarannya.” Seperti dalam kutipan “Kini diri Abutsubo dan cara adalah tiada gunanya. Syonin...”, hendaknya dibaca dengan pengertian setulusnya bahwa walau Keterangan: dikatakan Stupa Pusaka yang tiada tara, Stupa Pusaka pada satu pihak dikatakan agung dan megah yang dijelaskan dalam sebagai “Dengan memasuki Masa Saddharmapundarika-sutra, namun itu sama Akhir Dharma tiada lagi Stupa Pusaka, sekali tidak menunjukkan suatu hal yang lain, kecuali sikap kaum pria dan wanita yang melainkan merupakan perwujudan dari jiwa mempertahankan SaddharmapundarikaAnda sendiri. sutra”, sedang pada pihak lain dikatakan sebagai “Myohorengekyo Daimoku dari
Sutra, sedangkan makna Sutra menjelaskan hati dari kalimat Sutra”, dan lain-lain. Hati dari penjelasan ini berarti yang dikatakan Myohorengekyo bukan terdapat dalam kalimat, begitupun bukan terdapat di dalam makna, namun mewujudkan hati dari satu Sutra. Dengan demikian orang yang mencari hati Saddharmapundarika-sutra dengan meninggalkan Daimoku adalah sama seperti kura-kura yang sia-sia mencari lever (hati) dengan menjauhkan diri dengan kera, begitupun sama seperti kera yang mencari buah-buahan ditepi pantai dengan meninggalkan hutan. Sungguh sia-sia.” Justru Nammyohorengekyo yang dikatakan sebagai Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra merupakan badan pokok dari Saddharmapundarikasutra. Untuk ini Niciren Daisyonin lebih mempertegas dengan mewujudkan Hukum agama Buddha dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. “Stupa Pusaka adalah juga Nammyohorengekyo, berarti Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung adalah badan dari Stupa Pusaka.”
6
46
Samantabadra | November 2017
Walau Hukum agama Buddha bukan sesuatu yang abstrak, begitupun bukan sesuatu catatan kejadian yang terjadi pada masa lampau di India, sekarang pandangan kesadaran Niciren Daisyonin telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya keadaan jiwa manusia yang hidup dalam kenyataan. Kiranya dengan satu kalimat ini telah menjadi jelas. adanya. Kelima unsur: tanah, air, api, angin, dan ruang yang membentuk seluruh alam semesta, seluruhnya telah menjadi unsur penting yang membentuk badan jiwa manusia. Dan kelima unsur tanah, air, api, angin, dan ruang tidak lain adalah Daimoku dari Nammyohorengekyo, karena Daimoku dari Saddharmapundarikа-sutra itu adalah hakekat yang mewujudkan Stupa Pusaka, maka jiwa kita yang terbentuk dari kelima unsur ini adalah Stupa Pusaka. Seperti yang ditandaskan bahwa, “Oleh karenanya Abutsubo adalah Stupa Pusaka dan Stupa Pusaka adalah Abutsubo. Selain kepercayaan dan pengertian ini segala akal dan cara adalah tidak ada gunanya lagi”, berarti kesadaran dari Hukum Agama Buddha tiada lain lagi selain ini. Jadi “Abutsubo adalah Stupa Pusaka” berarti kita menyadari bahwa jiwa kita merupakan hakekat dunia Buddha yang tiada tara, agung dan megahnya. Yang tidak mengerti hal ini dikatakan sebagai manusia biasa yang tersesat, sedangkan yang menyadari hal ini dikatakan sebagai pencapaian kesadaran Buddha. Dan juga, “Stupa Pusaka adalah Abutsubo” berarti walau hal ini dijelaskan dalam sutra, namun pada akhirnya hendaklah diketahui bahwa itu merupakan penjelasan dari jiwa kita seorang manusia. Dan “selain kepercayaan dan pengertian ini, segala akal dan cara tiаda gunanya” berarti dalam Hukum agama Buddha yang terpenting adalah memiliki kesadaran akan hal ini, selain dari ini semuanya adalah cabang dan ranting yang tiada artinya.
7
Stupa Pusaka ini adalah Stupa Pusaka yang dihiasi oleh ketujuh pusaka, yakni mendengar (Mon), percaya (Syin), menjaga pantangan (Kai), menekadkan hati (Jo), menjalankan pertapaan (Syin), membuang keterikatan hawa nafsu (Sya), meninjau diri (Zan). Keterangan: Dalam Bab “Munculnya Stupa Pusaka” Saddharmapundarika sutra : “Pаda waktu itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa yang dihiasi oleh tujuh Pusaka dengan ketinggian 500 yojana, dan garis tengahnya 250 yojana, yang menjulang muncul dari bumi dan bertahta di antariksa. Stupa Pusaka dihiasi dengan berbagai benda pusaka dan dengan megah diperindah oleh 5000 sandaran, puluhan juta kamar peristirahatan serta panji-panji dan benderabendera yang tak terhitung jumlahnya, serta digantungi untaian-untaian permata dengan ribuan koti genta-genta manikam. Setiap sisinya menebarkan wewangian dan harumnya kayu cendаna tamala pattra yang semerbak memenuhi dunia, semua pita dan tirai-tirainya tersusun dari 7 pusaka berharga seperti emas, perak, lapisan lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mutiara, dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istana-istana dari keempat raja surga.” Karena dalam kutipan Saddharmapundarika-sutra dikatakan stupa ini dihiasi dengan ketujuh pusaka, sehingga dikatakan sebagai stupa 7 pusaka atau Stupa Pusaka. Namun demikian seperti yang telah dijelaskan diatas walau dikatakan Stupa Pusaka, tapi tidak lain adalah “Sikap kaum pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra” . Dengan demikian, apakah yang dimaksud dengan ketujuh pusaka yang memberikan keagungan dan kemegahan
November 2017 | Samantabadra
47
dari sikap “Kаurn pria dan wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutrа”? Niciren Daisyonin menandaskan isi dari ketujuh pusaka itu sebagai mendengar, percaya, menjaga pantangan, menekadkan hati, menjalankan pertapaan, membuang hawa nafsu, dan meninjau diri. Hal ini berarti perilaku jiwa kita manusia yang bendasarkan pada pelaksanaan yang mempertahankan Saddharma (Myoho), dan dapat dikatakan sebagai isi dari pelaksanaan Hukum agаma Buddha itu sendiri, yakni dengan usaha mendengar Myoho (Saddharma), percaya terhadap Myoho, mempertahankan pantangan Myoho, menekadkan hati berdasarkan pada Myoho, maju menjalankan pertapaan, membuang keterikatan hawa nafsu, dan meninjau diri, akan menjadi pusaka yang menghiasi jiwa kita. Pertama-tama ‘mendengar’ berarti mendengar untuk mengerti dan memahami, sehingga kita dapat mengetahui keagungan dari ajaran Sang Buddha, dan Hukum agama Buddha. Makhluk yang tidak dapat mengerti dan memahami sesuatu, begitupun makhluk hidup yang tidak mengenal bahasa, tidak mungkin mengetahui kedalaman dan keagungan Hukum agama Buddha. ‘Percaya’ berarti walau filsafat yang didengar dengan kemampuan sendiri masih belum dapat dipahami makna sesungghnya, tidak ragu-ragu atas kebenaran dan dari dasar jiwa dapat menerimanya. Dalam Hokke Mongu jilid I dikatakan, “Percaya berarti dapat menerima dan memahami apa yang didengar.” Hal inilah yang dimaksud dengan percaya. ‘Menjaga pantangan’ mempunyai makna mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan agar dapat dilaksanakan Hukum Sаkti secara tepat dengan sikap tidak mundur, tanpa terjerumus kedalam kesesatan maupun keragu-raguan, ‘Menekadkan hati’ berarti menetapkan hati 48
Samantabadra | November 2017
sendiri pada Myoho, hingga menegakkan diri sendiri pada keyakinan yang tak tergoyahkan. ‘Menjalankan pertapaan’ mempunyai arti maju dengan tulus ikhlas, hingga dapat meneruskan pelaksanaan dengan tidak pernah mengendor. ‘Membuang keterikatаn hawa nafsu’ berarti membuang keterikatan hawa nafsu dan keinginan diri sendiri demi Hukum Agama Buddha. ‘Namu’ berarti menyerahkan jiwa raga (Kimyo). Kimyo tidak lain berarti membuang diri sendiri demi Hukum agama Buddha. ‘Meninjau diri’ berarti merasa malu dan bertobat atas kekurangan diri sendiri terhadap ajaran Sang Buddha maupun hati nurani diri sendiri. Hendaknya diketahui bahwa perasaan malu karena perihal kemasyarakatan sama sekali berbeda dengan perasaan malu yang disebutkan di atas. Bersamaan dengan ke tujuh syarat: mendengar, percaya, menjaga pantangan, menekadkan hati, menjalankan pertapaan, membuang keterikatan hawa nafsu, dan meninjau diri merupakan syarat mutlak, yang tidak boleh kurang dalam pertapaan Hukum agama Buddha. Bahkan kalau giat melaksanakan ketujuh syarat diatas dengan berdasarkan pаda Myoho, maka tumpukan ketujuh kаrya ini akan menghiasi jiwa kita menjadi ketujuh pusaka. Selanjutnya kalau ketujuh syarat di atas dibahas tebih teliti, maka walau berdasarkan pada arti secarа umum maupun sebagai seorang manusia yang wajar, hal itu memiliki sifat khas untuk mewujudkan keagungan seorang manusia, serta dapat mengfungsikan jiwa kita.
8
Jiwa kita sesungguhnya merupakan Tathagata kesadaran pokok dari ‘Trikaya adalah Ekakaya.’ Dengan keyakinan demikian sebutlah Nammyohorengekyo, maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka.
Dalam Sutra dikatakan: “Dimanapun dikhotbahkannya Saddharmapundarikasutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini”. Keterangan : Tathagata kesadaran pokok dari Trikaya adalah Ekakaya” berarti Tathagata Trikaya yang tidak dibuat-buat sejak masa Kuon Ganjo yang tiada awal dan akhir. Jadi berarti Sang Buddha yang paling asal-muasal yang diwujudkan di dasar kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Saddharmapundarikasutra. Pokoknya, ketika kitа menyebut Nammyohorengekyo dengan percaya bahwa jiwa kita sebagai Tathagata kesadaran pokok dan Trikаyа adalah Ekakaya, maka tempat dimana kita berada аdalah tempat Stupa Pusaka. Kutipan “Maka tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka” berarti masyarakat, keluarga di mana kita tinggal akan menjadi tempat pesamuan Saddharmapundarika-sutra, tanah air Buddha. Yang ditunjukkan di sini adalah prinsip tidak terpisahnya subyek dan Iingkungan (Esyo Funi), dan juga sesuai dengan yang dikatakan “Tempat ini pun akan menjadi tempat Stupa Pusaka” dimana akan terbina suatu suasana kebahagiaan yang penuh dengan kurnia kebajikan. Kutipan kalimat Bab Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra yang mengatakan: “Dimanapun dikhotbahkannya Saddharmapundarika-sutra, disitulah Aku akan memunculkan Stupa Pusaka ini”, berarti Saddharmapundarika-sutra itu sendiri maupun Stupa Pusaka itu sama sekali tidak pernah terjadi pada kenyataan sejarah dalam pesamuan Saddharmapundarika-sutra, melainkan terdapat di dalam jiwa setiap orang yang menerima, mempertahankan, dan melaksanakan Saddharmapundarika-
sutra serta menandaskan prinsip merata dan menyeluruh bahwa Stupa Pusaka akan muncul dimana pun, dan kapan pun.
9
Saya merasa sangat berterima kasih, maka Saya pun menulis dan mewujudkan Stupa Pusaka untuk Anda. Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri. Janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat. Inilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini. Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa Stupa Pusaka dari Saddharmapundarika-sutra, telah diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai Gohonzon, dan justru karena Gohonzon ini merupakan tujuan kelahiran Niciren Daisyonin di dunia ini, sehingga betapapun tidak boleh memiliki sikap kompromi. Dalam menjalankan hukuman pembuangan di Pulau Sado pun Niciren Daisyonin telah memberikan Gohonzon, khusus kepada orang yang kepercayaannya kuat. Seperti yang dikatakan dalam kutipan yang berbunyi “Saya merasa sangat berterima kasih”, adalah bermaksud memuji kepercayaan yang tulus dari suami istri Abutsubo sehingga mewujudkan Gohonzon untuk diberikan kepadanya. Dan seperti pada akhir kalimat surat ini dikatakan: “Berdoalah Anda, suami istri kepada Stupa Pusaka”, dan juga dikatakan “janganlah memperlihatkan Stupa Pusaka ini kepada siapapun, kecuali kepada orang yang mempunyai kepercayaan yang kuat”, kemudian dikatakan, “Janganlah mewariskan Stupa Pusaka (Gohonzon) ini kepada siapapun, kecuali kepada anak Anda sendiri.” Bagian ini mengajarkan dengan nyata dan jelas cara menerima November 2017 | Samantabadra
49
dan mempertahankan Gohonzon yang sesungguhnya. Hal ini seperti yang ditandaskan bahwa “lnilah tujuan pokok kelahiran Saya di dunia ini”, merupakan inti hakekat Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Karena bagi Niciren Daisyonin tiada suatu apapun yang lebih penting dari hal ini. Mengenai betapa pentingnya Gohonzon bagi Niciren Daisyonin, dimana pada bulan ke-8 tahun 1273 dalam surat yang ditujukan kepada Syijo Kingo mengenai Gohonzon, dapat diketahui sebagai berikut: “Gohonzon ini ditulis oleh Niciren dengan mencurahkan seluruh jiwa raga-Nya dalam tinta sumi. Harap percayailah!” Maksud pokok kelahiran Buddha Sakyamuni adalah mewujudkan Saddharmapundarika-sutra. Jiwa Niciren tidak melebihi Nammyohorengekyo. Maha Guru Miaolo dalam catatan Hokke Mongu menjelaskan: “Dengan mewujudkan usia kekal yang hakiki, sehingga dijadikan sebagai jiwa.” Bagi Kyo O Goze, malapetaka sekarang pun dapat dirubah menjadi kebahagiaan. Harap berdoalah kepada Gohonzon dengan membangkitkan kepercayaan dari jiwa. Tiada hal apa pun yang tidak akan berhasil. Dengan demikian penyerahan Gohonzon yang amat penting kepada suami istri Abutsubo yang masih belum lama menganut kepercayaan ini, adalah karena kepercayaan yang kuat dan sifat kejujuran yang terlihat dengan jelas. Terlebih dari itu, karena terasakan hubungan sebab jodoh yang mendalam berdasarkan hukum agama Buddha, sehingga dikatakan “Mungkin Bodhisattva Visudhakaritra (Jogyo) telah lahir kembali sebagai diri Anda dan menjenguk Saya, Niciren. Sungguh ini adalah suatu hal yang gaib.” Setelah menjalani hukuman pemenggalan di Tatsunokuci, Niciren Daisyonin dibuang
50
Samantabadra | November 2017
ke Pulau Sado. Oleh karena itu, para bhikku berbagai sekte yang membenci Niciren Daisyonin telah berteriak-teriak kemenangan. Begitupun di pihak lain diantara murid-murid Niciren Daisyonin pun sejak dahulu telah timbul keragu-raguan, sehingga bermunculan orang-orang yang mundur dari kepercayaan. Dalam keadaan demikian, walaupun Niciren Daisyonin sedang mengalami penganiayaan dan dibenci dari berbagai pihak, namun banyak penganut Beliau yang percaya dan melindungi Niciren Daisyonin dengan memberikan berbagai sumbangan, sehingga terasa kegaiban sebab jodoh yang mendalam. Dan juga, justru karena terdapat orang yang percaya terhadap Niciren Daisyonin yang berada dalam keadaan sedemikian rupa, sehingga Niciren Daisyonin secara intuitif melihat bahwa suami istri Abutsubo pasti tidak akan mundur dari kepercayaan, dan karenanya dipuji sebagai “Pemimpin agama Buddha di negeri Utara” serta memberikan Gohonzon. Dan kenyataannya, keyakinan Abutsubo yang mantap tak terkalahkan ini tidak hanya telah mempertahankan kepercayaan seumur hidup, malahan setelah wafatnya Buddha Niciren Daisyonin, penganut-penganut Hukum Sakti di Pulau Sado tidak dipengaruhi oleh kelima bhikku yang telah menyeleweng, dan terus menerus menyebarluaskan keluhuran kepercayaan Kuil Pusat Taiseki-Ji bersama-sama yang Arya Bhikku Tertinggi ke II Nikko Syonin. ***
November 2017 | Samantabadra
51
52
Samantabadra | November 2017
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Stupa Pusaka Prabhutaratna Pertanyaan: Apakah makna sebenarnya Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna dan upacara Antariksa, sebagaimana yang dibabarkan dalam Bab 11 Saddharmapundarika-sutra? Jawab: Saddharmapundarika-sutra, dikatakan sebagai sastra sutra yang mengembangkan drama jiwa serta luas, dalam dan luhur. Yang dimaksud dengan jiwa sebenarnya adalah sesuatu yang sangat agung. Untuk mengajarkan hal ini, di dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan dengan kisah perumpamaan yang baik sekali. Untuk melambangkan jiwa yang bersinar penuh keagungan, dibabarkan upacara Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna. Di antara ke-28 Bab Sadharmapundarika-sutra. Bab 11 menggambarkan muncul secara nyatanya Stupa Pusaka Prabhutaratna. Di sini dijelaskan bahwa Stupa Pusaka yang besar sekali, yang dihiasi oleh tujuh harta pusaka, telah muncul dan berada di antariksa. Tinggi stupa tersebut adalah 500 yojana, lebarnya 250 yojana. Jika dihitung dengan ukuran masa sekarang,
paling sedikit tingginya 3600 km, padahal jari-jari bumi hanya 6400 km. Oleh karena itu, Stupa Pusaka tersebut melebihi kewajaran. Stupa Pusaka itu disebut juga Stupa Pusaka Prabhutaratna (Prabhutaratna adalah pusaka yang tak terbatas jumlahnya). Stupa ini dihiasi dengan ketujuh harta pusaka seperti “emas, perak, lazuli, jamrud, batu mulia, mutiara, jasper�. Stupa Pusaka dengan dihiasi dengan ketujuh pusaka menjulang di antariksa, cemerlang berkilauan. Di dalamnya terdapat Buddha yang bernama Tathagata Prabhutaratna. Pada mulanya pintu Stupa Pusaka tertutup rapat. Akan tetapi, dengan kedua belah tangan-Nya, Buddha Sakyamuni membuka pintu menara pusaka itu. Tathagata Prabhutaratna dan Buddha Sakyamuni duduk berdampingan melanjutkan pembabaran Saddharmapundarika-sutra di tempat tersebut. Stupa Pusaka Prabhutaratna itu menggambarkan jiwa yang agung dan tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Jiwa yang terpendam dalam dan tersembunyi dalam diri kita itu, disebut dengan Dunia Buddha. Kekuatan dan keadaan jiwa, bukan saja tidak
November 2017 | Samantabadra
53
terjangkau oleh pikiran, terlebih lagi tidak dapat dituliskan dengan kata-kata. Akan tetapi, jiwa ini dapat terwujud secara nyata atas badan jiwa masing-masing. Jiwa Buddha yang terpendam pada jiwa kita masing-masing. Secara nyata ditunjukan dengan pembabaran Upacara Stupa Pusaka tersebut. Berarti, yang disebut jiwa Buddha adalah kekuatan jiwa yang bersinar, bebas, kuat, dan suci. melalui pembabaran Stupa Pusaka Prabhutaratna ini, dengan tegas dapat dikatakan mengajarkan dua hal dari Dunia Buddha. Pertama, yakni dimiliki oleh diri kita masing-masing secara merata, tanpa terkecuali. Yang kedua adalah kekuatan jiwa Dunia Buddha yang dimiliki diri kita tersebut dapat dibuka dan muncul pada kehidupan masing-masing. Ini adalah teori filsafat yang mengajarkan bahwa jiwa siapapun adalah agung dan adil. Dengan demikian, siapapun juga dapat mewujudkan kebahagiaan mutlak. Adapun maksud pintu Stupa Pusaka Prabhutaratna, yang pada mulanya dalam keadaan tertutup, adalah mengumpamakan jiwa yang bersinar yang disebut Dunia Buddha, yang ada dalam diri kita, umat manusia biasa masih tetap tertidur dalam jiwa. Namun kemudian, “Pintu Stupa Pusaka dibuka dengan kedua tangan Buddha Sakyamuni”. Hal ini berarti, kita, umat manusia biasa, menyadari dan percaya pada Saddharma, memanggil dan membangunkan jiwa Buddha yang tertidur dan mewujutnyatakannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikatakan Niciren Daisyonin sebagai, “Tidak pandang bangsawan atau orang hina, kedudukan 54
Samantabadra | November 2017
tinggi atau rendah, orang yang menyebut Nammyohorengekyo, badannya adalah Stupa Pusaka dan juga adalah Tathagata Prabhutaratna”.(Surat Balasan Kepada Abutsubo;Gosyo Zensyu hal 1304). Syarat untuk membuka dan mewujudnyatakan jiwa Buddha yang bersinar, bukanlah kedudukan masyarakat, bakat kemampuan masing-masing, melainkan hanya bergantung pada sikap jiwa masingmasing, yaitu dapat tidaknya menerima dan mempertahankan Saddharma. Bagi orang yang tidak selaras mengikuti hingga ke hukum akar pokok jiwa yang disebut Saddharma secara tulus, karena hatinya goyah tidak menentu, sampai kapanpun “Stupa Pusaka itu tetap tertutup”. Artinya, akan tetap menjalankan kehidupan yang sia-sia. Seperti orang yang mempunyai banyak kekayaan, tapi tidak tahu bagaimana menggunakannya. Oleh karena kekeruhan jiwa yang tidak bisa mempercayai Saddharma, membuat pintu Stupa Pusaka tersebut tambah berkarat, pasti tidak ada orang yang tidak berdoa agar dirinya sendiri bercahaya, menjadi wadah Stupa Pusaka. Untuk itu juga agar setiap orang bisa membuka mata agar Saddharma dengan lebih cepat, marilah kita berdoa dari dalam hati masing-masing dan menjalankan dialog Hukum Agama Buddha dengan setulus hati. Sedangkan badan pokok “Stupa Pusaka Prabhutaratna” yang dihiasi oleh ketujuh harta pusaka adalah diri kita sendiri. mengenai hal ini, Niciren Daisyonin menunjukkan tujuh pusaka dari “Mendengar, percaya, menjaga pantangan, menetapkan hati, giat
menjalankan pertapaan, membuang keterikatan, bertobat�. Mendengar, berarti kekuatan untuk mendengar dan menilai secara benar, agar menjadi prajna yang bermanfaat dalam kehidupan. Dengan demikian, merupakan kekuatan memilih dalam mendengar. Percaya, berarti hati kepercayaan terhadap sesuatu yang benar. Pada Masa Akhir Dharma ini, umumnya tidak ada lagi kepercayaan terhadap sesuatu yang benar. Hal seperti itulah yang menjatuhkan umat manusia ke jurang ketidakbahagiaan. Menjaga pantangan, berarti hati yang tidak terbawa hawa nafsu dan dapat selalu mawas diri, sehingga bisa menguasai diri sendiri. Menetapkan hati, artinya hati yang teguh, tidak tergoyahkan oleh berbagai pengaruh lingkungan, juga perasaan jiwa yang tenang dan tentram. Giat menjalankan pertapaan berarti, hati yang senantiasa ingin merombak sifat jiwa sendiri, yang masih sempit dan
selalu mementingkan diri sendiri, serta ingin mengabdi demi kebahagiaan umat manusia secara luas. Bertobat, adalah hati yang senantiasa ingin meninjau diri sendiri. Demikianlah diajarkan oleh Niciren Daisyonin secara nyata dan jelas. Yang penting dalam hal ini adalah bukan hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja, tetapi sesungguhnya dimiliki oleh siapapun sejak asal mula, banyak orang tidak menyadari, sehingga tidak membuka dan mewujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan terhadap Saddharma adalah sumber yang dapat menyinari dan menggosok pusaka jiwa itu, sehingga dapat menghias kehidupan masingmasing. Inilah teori filsafat pelaksanaan dalam mengagungkan jiwa, secara amat mendasar, agar setiap pribadi manusia dapat menjadi Tathagata Prabhutaratna.***
Catatan
November 2017 | Samantabadra
55
riwayat
Niciren Daisyonin日蓮
(16 Pebruari 1222 – 13 Oktober 1282)
N
iciren lahir pada tanggal 16 Pebruari 1222 di Desa Kominato (saat ini bagian dari kota Kamogawa), Distrik Nagase, Propinsi Awa (pada saat ini termasuk dalam Daerah Chiba). Ayah Niciren adalah seorang nelayan dengan nama Mikuni-noTayu Shigetada, juga dikenal sebagai Nukina Shigetada Jiro, wafat pada Tahun 1258 dan Ibu adalah Umegiku-nyo, wafat pada Tahun 1267. Pada saat lahir beliau diberi nama Zennichimaro (善日麿) yang bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi “Matahari yang Cemerlang” dan di antara yang lain disebut juga sebagai “Putra Matahari yang berbudi luhur”. Nelayan merupakan kasta hirarki sosial Jepang terendah pada abad 13 saat itu. Tempat pasti kelahiran Niciren dipercaya terendam di pantai yang sekarang adalah Kominato-zan Tanjō-ji (小湊 山 誕生寺). Sebuah kuil dibangun di Kominato untuk mengenang kelahiran Niciren, putra dari keluarga dari chandala yang tinggal di dekat pantai Tojo di propinsi Awa, di daerah terpencil bagian timur Jepang. Pendidikan Pada Tanggal 12 Mei 1233, di usia 12 tahun, Zennichimaro memulai pendidikan sekolahnya di kuil setempat yang beraliran Tiantai bernama Seichō-ji (清澄寺, juga dikenal sebagai Kiyosumi-dera) dan memasuki sekolah kebhiksuan. Pada 8 Oktober 1237, saat berusia 16 tahun, Zennichimaro mendapatkan nama Buddhis yaitu Zeshō-bō Renchō (是聖房蓮長). Renchō berarti "Teratai yang tumbuh". Kondisi masyarakat Jepang yang Rencho amati dalam kehidupan sehari-hari di desa sekitar tempatnya tinggal, membuat rasa simpatinya menjadi suatu motivasi yang besar untuk berupaya menggapai inti dari doktrin Buddhisme. Dalam salah satu suratnya (gosyo), Rencho (Niciren) menceritakan bagaimana beliau dari masa kecil sudah menanamkan icinen “untuk menjadi seorang yang paling bijaksana di Jepang”. Tidak lama setelah itu, pada Tahun 1239 di usia 18 tahun, Rencho memutuskan untuk meninggalkan Seichō-ji dan pergi ke Kamakura, lalu beberapa tahun kemudian berlanjut ke Jepang bagian barat untuk mempelajari lebih mendalam Ajaran Buddha di area Kyoto, Nara, di mana pusat pelajaran Buddhisme ada di sana. Tahun 1233 Rencho pergi ke Kamakura, di mana beliau mempelajari Saddharmapundarika-sutra, di sekolah yang menekankan penyelamatan mahluk hidup melalui ajaran Amitābha, dengan maitri karuna Sang Buddha, dan dibimbing oleh guru yang ternama. Setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa berbakti pada Buddha Amitābha adalah bukan Ajaran Buddha yang sebenarnya, Rencho meninggalkan Aliran Buddha ini dan mempelajari aliran Zen, yang terkenal di Kamakura dan Kyōto. Kemudian Niciren pergi ke kuil di Gunung Hiei, cabang dari sekte Tiantai. Di sana beliau merasakan kemurnian ajaran dari Tiantai diubah oleh pengantar dan penerimaan dari ajaran yang 56
Samantabadra | November 2017
lain, terutama dari Aliran Buddha Tanah Suci (red. Pelaksanaan dalam Ajaran Tiantai Jepang dan ditemui di jaman yang sama pula di awal abad 9—era Heian—di Sekolah Shingon). Untuk menghilangkan keragu-raguan yang ada, Niciren memutuskan untuk memperdalam Ajaran Buddha di Gunung Kōya, pusat Agama Buddha Shingon, dan juga di Nara, Ibukota Jepang jaman dahulu, di mana beliau belajar tentang Risshū, yang menekankan ketaatan terhadap Vinaya (red. Aturan pendidikan untuk Sangha). Selama jangka waktu itu Niciren meyakinkan keunggulan dari Saddharmapundarika- Sutra yaitu kebenaran dalam kebenaran yang sesungguhnya sehingga setiap kata atau setiap kalimat diperumpamakan sebagai ‘mutiara pusaka agung sekehendak hati’. Rencho kemudian kembali ke Seichō-ji pada tahun 1253. Penyebutan Nammyohorengekyo pertama kali Pada 28 April 1253, di usia 32 tahun, Rencho menyatakan pendirian atas penegakan Hukum Agama Buddha masa Mappo di Kuil Seichō-ji, dan juga untuk pertama kalinya menyebut Nammyohorengekyo, dan menguraikan secara terperinci mengenai makna dari Daimoku, menandai Sho Tempōrin (初転法輪: mengembalikan roda ajaran ke Hukum yang benar). Dengan ini Niciren mendeklarasikan bahwa ajaran dan Pelaksanaan Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran Buddha yang paling tepat pada zaman ini (masa akhir dharma). Pada saat yang sama pula beliau mengubah namanya menjadi Niciren. Nichi (日) berarti “matahari” and ren (蓮) berarti “teratai”. Nama ini terkait dengan pemahaman dari Saddharmapundarika Sutra. Setelah itu, Niciren mulai melakukan penyebarluasan ajarannya di Kamakura, di mana saat itu juga merupakan pemerintahan pusat shogun berada. Beliau melakukan perjuangan yang besar di sana, menyakinkan para bhiksu dan kaum awam. Banyak dari penganut Niciren berasal dari kalangan samurai.
Kejadian di Kamakura Pada Tahun bulan Juli 1222 telah terjadi gempa bumi yang dasyat di Kamakura. Pada tanggal 10 Januari 1254 terjadi kebakaran yang merusak dan menyapu bersih kota Kamakura. Di Tahun 1256, Kamakura juga dilanda angin badai serta penyakit menular (epidemi). Pada Tahun 1259, terjadi kelaparan hebat dan penyakit kusta merajalela di Jepang, sehingga pada tanggal 12 Juni 1260, pemerintah Jepang memerintahkan seluruh kuil-kuil di Jepang untuk mendoakan penghapusan penyakit menular ini. Murid-murid Niciren Daisyonin Pada Tahun 1254 Toki Jonin menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Pada saat Niciren Daisyonin berusia 35 tahun (1256), Shijo Kingo, Kudo Yoshitaka dan Ikegami Munenaka menjadi muridmurid Niciren Daisyonin. Pada saat Niciren Daisyonin berusia 37 tahun (1258) Nikko Syonin menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Pada Tahun 1260, Oto Jomyo, Soya Kyoshin dan Akimoto Taro menjadi pengikut Niciren Daisyonin. Abutsubo beserta istrinya, Zenichi-ama, menjadi murid-murid Niciren Daisyonin di Bulan Pebruari 1272. Pada Tahun yang sama, Honma Rokurozaemon juga menjadi penganut Niciren Daisyonin. Tiga petani dari Atsuhara yaitu Jinshiro, Yagoro dan Yarokuro menjadi pengikut dari Niciren Daisyonin pada 27 Juli 1278. Invasi Mongolia Pada tahun 1253 Niciren memprediksi invasi Mongol akan datang ke Jepang, saat Niciren Daisyonin berusia 47 tahun, tepatnya pada 18 Januari 1268. Utusan dari Kerajaan Mongolia tiba di Jepang dengan sebuah surat tuntutan agar Jepang menyerah kepada Mongolia. Tanggal 23 September 1271, kunjungan utusan kerajaan Mongolia kembali ke Jepang. Niciren memandang bahwa cara terbaik untuk melawan invasi tersebut dan menghentikan bencana-bencana yang akan datang adalah dengan kembali ke ajaran Buddha yang sebenarnya dengan cara percaya kepada November 2017 | Samantabadra
57
Saddharmapundarikan-sutra, melaksanakan daimoku dan pelaksanaan sikap hati kepercayaan yang beliau anjurkan. Pada saat Niciren Daisyonin berusia 53 Tahun, waktu itu Bulan Oktober 1274 Pasukan tentara Mongolia menyerang Jepang untuk pertama kalinya. Invasi Mongolia kembali terjadi di Bulan Mei 1281 dengan menyerang Kyushu, sebelah selatan Jepang untuk kedua kalinya. Nasehat Niciren Daisyonin untuk Pemerintah Selanjutnya Niciren Daisyonin pada tanggal 16 Juni 1260, menulis dan mempublikasikan ajaran termasuk di dalamnya Risshō Ankoku Ron (立 正安国論) yang berarti “Surat Menentramkan Negara Dengan Menegakkan Filsafat yang Benar”, pada Juli 1260, dengan didasari risshō yang bermakna satu-satunya cara untuk meningkatkan kedamaian dan kemakmuran tanah air dan rakyat dari segala penderitaan kepada Hōjō Tokiyori (北 条時頼). Ankoku bermakna ajaran Buddha yang tepat dan sebenarnya. Demikian Niciren melihat hal tersebut dalam Saddharmapundarika Sutra yang merupakan ekspresi sepenuhnya dari Ajaran Buddha dan menaruh ajaran tersebut dalam pelaksanaan. Dengan pemikiran seperti ini Niciren berharap dapat meningkatkan Jepang dengan didukung oleh umat awam maka para bhiksu terpaksa dapat mengubah jalan mereka atau mengembalikan orang awam ke ajaran bagaimana mencegah penderitaan. Niciren Daisyonin memberikan nasehat pada Hei no Saemon[平左衛門] untuk kedua kalinya pada Tanggal 10 September 1271, yang mengundang terjadinya Peristiwan Tatsunokuchi pada tanggal 12 September 1271. Setalah pemerintah memberikan pengampunan pada Niciren Daisyonin di tanggal 14 Februari 1275, waktu itu beliau berusia 53 tahun, Niciren berangkat dari Ichinosawa (Pulau Sado) menuju Kamakura. Pada Tanggal 8 April 1275, Niciren Daisyonin memprotes Hei no Saemon yang merupakan nasehat Niciren pada pemerintah untuk ke tiga kalinya.
58
Samantabadra | November 2017
Penganiyaan di Matsubaga-yatsu Pada saat Niciren Daisyonin berusia 39 Tahun, di tanggal 27 Agustus 1260, beliau mengalami penganiayaan di Matsubaga-yatsu. Gubuk Niciren Daisyonin dibakar oleh pengikut Sekte Nenbutsu. Di Tahun 1261 Niciren mengalami pembuangan di Semenanjung Izu, dan mendapat pengampunan di Tahun 1263, kemudian kembali ke Kamakura. Pada Bulan 11 November 1264 beliau diserang oleh Tōjō Kagenobu dan juga disiksa hingga sekarat di Komatsubara, Propinsi Awa. Hukuman Pemenggalan yang Gagal Niciren semakin gencar melakukan penyebarluasan dharma di Jepang Timur yang mengakibatkan semakin maraknya rasa benci dari para bhiksu yang tidak sepaham dan penguasa pemerintahan, juga setelah melakukan sebuah debat dengan bhiksu Ryōkan (良観) yang saat itu sebagai bhiksu yang berpengaruh. Pada 10 September 1271, Niciren dipanggil untuk diinterogasi oleh penguasa setempat. Niciren menggunakan kesempatan tersebut untuk memberikan pandangan terhadap pemerintah berdasarkan hukum yang benar untuk kedua kalinya. Pada saat itu pimpinan tertinggi yang menjabat adalah Hei no Saemon (平の左衛門, yang juga dikenal sebagai 平頼 綱: Taira no Yoritsuna), seorang polisi dan figur militer yang sangat berkuasa. Dua hari kemudian, pada tanggal 12 Septermber 1271, Hei no Saemon dan sekelompok tentara menculik Niciren di Matsubagayatsu, Kamakura. Tujuan mereka adalah menangkap dan memenggal kepala Niciren. Namun pada saat akan dilaksanakan pemenggalan terjadi fenomena astronomi, yaitu melintasnya sebuah komet yang terang benderang, mengarah ke pinggir pantai Tatsunokuchi tempat pelaksanaan hukuman penggal, sehingga membuat algojo pemenggal Niciren menjadi ketakutan dan tidak berani untuk melaksanakan pemenggalan. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Tatsunokuchi dan menjadi titik balik Niciren yang dikenal dengan hosshaku kenpon (発迹顕本), menanggalkan
Ilustrasi peristiwa pemenggalan kepala di Tatsunokuchi.
yang telah dihasut oleh bhiksu Gyochi. Akibatnya, semua dikrim ke Kamakura untuk diadili oleh Hei no Saimon. Peristiwa ini menjadi titik tolak yang membulatkan tekad Niciren untuk mewujudkan Dai Gohonzon pada tanggal 12 Oktober 1279. Mandala Dai Gohonzon saat ini diabadikan di Tahō Fuji Dai Nicirenge-zan Taiseki-ji, dikenal juga sebagai Kuil Pusat Taiseki-ji agama Buddha Niciren Syosyu, yang terletak di kaki Gunung Fuji, Fujimomiya, Prefektur Shizuoka, Jepang.
pendirian atau ajaran sementara dan menegakkan pendirian yang sesungguhnya.
Kembali ke Kamakura Pada Februari 1274, Niciren dibebaskan dan kembali ke Hukuman Kedua Kamakura di akhir Maret. Walau Niciren tidak melakukan tindak kriminal atau kejahatan, Dia kembali diinterogasi oleh Hei no Saemon memutuskan untuk mengasingkannya ke Pulau Hei no Saemon, yang saat itu Sado, sebuah pulau yang ada di Laut Jepang yang mempunyai mulai percaya pada prediksi cuaca ekstrim. Musim dinginnya amat dingin dan merupakan Niciren Daisyonin terhadap tempat pembuangan untuk pengasingan para narapidana. invasi Mongol ke Jepang. Pengasingan ini merupakan yang kedua kalinya bagi Niciren Utusan dari Mongol ke Jepang dalam kurun waktu tiga tahun, yang berdampak buruk bagi menuntut pada pejabat saat itu kesehatan Niciren, namun pada saat itu juga Niciren sangat untuk memberikan upeti pada produktif dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang berisi tentang Mongol. Niciren meramalkan Buddhisme yang sesungguhnya. bahwa invasi asing itu suatu Ketika di Pulau Sado, beliau membabarkan hari akan terwujud (pada Saddharmapundarika-sutra kepada penduduk di sana dan kenyataannya terjadi pada membuat mereka percaya terhadap Nammyohorengekyo, . Niciren bulan Oktober tahun yang juga menulis dua tulisan penting yaitu Kaimoku Shō (開目抄: sama). "Surat Membuka Mata") dan Kanjin no Honzon Shō (観心本尊抄: "Surat Mengenai Mandala untuk Tinjau Diri") dan juga beberapa Mengakhiri Perjalanan di surat lain dan gosyo yang berisi komponen pokok dari Ajaran Gunung Minobu Niciren Daisyonin. Niciren menghabiskan sisa Gohonzon Pada masa pengasingan di Pulau Sado Tahun 1272, Niciren Daisyonin menulis Gohonzon (御本尊) untuk pertama kalinya. Pada 21 September 1279, karena kepercayaan yang mendalam pada ajaran Niciren Daisyonin, 20 orang petani di Atsuhara, termasuk Jinshiro dan saudara-saudaranya ditahan oleh prajurit
hidupnya di Minobu, di mana dia dan pengikutnya mendirikan sebuah kuil yang bernama Kuon-ji (久遠寺), di sana beliau masih melanjutkan menulis dan memberikan pembabaran dharma pada umatnya. November 2017 | Samantabadra
59
Beliau juga menulis beberapa Gohonzon untuk Perihal Pilihan Inti Dasar Sutra Bunga Teratai. diberikan kepada murid dan penganut ajarannya. Di Tahun 1275 Bulan Juni, Niciren Daisyonin Dari sekian banyak yang ditulis, salah satu yang menulis mengenai Senji Sho: Perihal Penetapan/ masih diabadikan adalah Dai Gohonzon yang saat Pemilihan Waktu. ini berada di Taiseki-ji (大石寺). Berlanjut di Tanggal 21 Juli 1276, Niciren menuliskan Gosyo Ho’on Sho: Pembalasan Budi Gosyo-gosyo penting Niciren Daisyonin Buddha. 9 Desember, beliau menulis Matsuno Dua gosyo yang ditulis Niciren pada periode Dono Gohenji: Surat Balasan Kepada Matsuno di Gunung Minobu adalah Senji Shō (撰時抄: Dono. "Surat Pemilihan Waktu yang Tepat") dan Hōon Pada Tahun 1276 juga murid Niciren Shō (報恩抄: "Surat Mengenai Balas Budi"), Daisyonin Syijo Kingo sedang mengalami masalah yang lainnya Risshō Ankoku Ron (立正安国 dengan atasannya, Ema, sehingga pada tanggal 論: " Surat Menentramkan Negara Dengan 25 Juni Niciren Daisyonin mengirimkan suatu Menegakkan Filsafat Yang Benar "), Kaimoku surat kepada Ema atas nama Shijo Kingo serta Shō (開目抄:"Surat Mengenai Membuka Mata"), membuktikan berlakunya Hukum Agama Buddha and Kanjin no Honzon Shō (観心本尊抄: "Surat masa Mappo dan kesetiannya Syijo Kingo. Mengenai Mandala untuk Tinjau Diri"), kelima Surat tersebut dinamakan ‘Yoritomo Chinjo’, dari gosyo ini merupakan lima gosyo pokok yang yang kata-katanya berarti suatu permohonan ditulis Niciren. pengampunan (petisi) dari Yoritomo (nama lain dari Syijo Kingo). Riwayat Penulisan Gosyo Penting Kemudian di Tahun 1276 juga, Niciren 16 Juni 1260 menulis Thesis mengenai Daisyonin menulis Soya Nyudo Dono Gohenji: (Surat Balasan Kepada Soya). Risshō Ankoku Ron (立正安国論): Surat Tanggal 1 Januari 1278 Nikko Syonin telah Menentramkan Negara Dengan Menegakkan selesai menyusun catatan pelajaran-pelajaran Filsafat yang Benar. 16 Januari 1266 Niciren menulis Gosyo mengenai Hokekyo Daimoku Sho: lisan Niciren Daisyonin (Onggi Kuden). Di Tanggal 11 April, Niciren Daisyonin menulis Dannotsubo Perihal Daimoku/Judul Sutra Bunga Teratai). Pebruari 1272 Niciren menulis mengenai Gohenji Kaimoku-shô (開目抄)Perihal Membuka Mata), 1279, 16 September Niciren Daisyonin berlanjut di tahun yang sama di Pulau Sado, menulis mengenai Jakunichibo Gosyo. Berlanjut di 1 Oktober 1279 Niciren Daisyonin menulis Niciren menulis tentang Sado Gosyo: Surat Syonin Gonanji: Penganiayaan-penganiyaan yang dari Sado. April 1272 menulis mengenai Dosho Domyo Gosyo ( Hukum Sebab Akibat Jiwa). menimpa/menimpa Buddha. Selanjutnya di Tahun 1273 Bulan April Tanggal Di Bulan Desember Tahun 1280, Niciren 25, Niciren di usia 52 tahun, menulis Kanjin Daisyonin menuliskan Kangyo Hachiman Sho: No Honzon Sho (観心本尊抄): Perihal Objek Nasehat Kepada Hachiman. Sandai Hiho Syo: Perrihal Ketiga Hukum Persembahan sesungguhnya/masa Mappo). Rahasia Agung ditulis oleh Niciren Daisyonin 11 Mei, menulis mengenai Kenbutsu Mirai ki ( 顕仏未来記): Perihal Ramalan Buddha. 17 pada saat beliau sudah berusia 60 tahun waktu itu 8 April 1281. Mei, beliau menulis mengenai Syoho Jisso Sho: Pada 28 Februari 1282 Niciren Daiyonin Kesatuan Sesungguhnya dari Jiwa. Di Bulan Mei menuliskan mengenai Hokke Shomyo Syo: yang juga Niciren lanjut menuliskan Gosyo Nyosetsu berisikan mengenai Pembuktian Sutra Bunga Shugyo Sho: Pertapaan Ajaran-ajaran Buddha. Teratai. Bulan September menulis Sojo Sho: Berlanjut di 15 Agustus, Niciren Daisyonin menuliskan mengenai Kyo’o Dono Gohenji: Surat Dokumen Penyerahan Keseluruhan, Kepada Nikko Syonin, dilanjutkan tanggal 13 Oktober Balasan Kepada Kyo’o Dono. Ikegami Dojo Sho, dokumen penyeraha Kedua Pada usia 53 tahun, Bulan Mei 1274 Niciren Daisyonin menulis mengenai Hokke Shuyo Sho: 60
Samantabadra | November 2017
Kuil Konpon dibangun di Sado dimana Niciren tinggal selama masa pengasingan.
dari Dua Dokumen Penyerahan, menunjuk Nikko Syonin sebagai ahli waris resmi dari Niciren Daisyonin. Moksya Beberapa tahun terakhir hidupnya, Niciren Daisyonin menghabiskan waktunya untuk menulis Gohonzon untuk para murid dan umatnya, serta memberikan ceramahceramah. Ketika kesehatannya memburuk, beliau memberanikan diri untuk mengadakan perjalan ke sumber air panas, untuk melakukan pengobatan. Pada 8 September 1282, beliau meninggalkan Gunung Minobu ditemani oleh beberapa muridmuridnya. Sepuluh hari kemudian, tanggal 18 September 1282, sampailah di kediaman Ikegami Munenaka, salah satu pengikutnya dan tinggal disana, saat ini menjadi kuil bernama Ikegami Honmon-ji (di daerah Tokyo). September 1282 Niciren Daisyonin menulis Minobu Jo Sho, dokumen penyerahan keseluruhan kepada Nikkō Syonin. Dalam dukumen tersebut, Niciren Daisyonin menunjuk Nikkō Syonin sebagai ahli waris beliau dan pimpinan penyebarluasan Hukum Agama Buddha masa Mappo Pada 8 Oktober mengangkat 6 orang murid senior (Rokuroso)—Nisshō (日昭), Nichirō (日 朗), Nikkō (日興), Nikō (日向), Nichiji (日持), and Nitchō (日頂)—. Niciren Daisyonin juga menulis Ikegami Sojo Sho, dokumen penyerahan kedua dari Dua
Dokumen Penyerahan, menunjuk Nikkō Syonin sebagai Ahli waris resmi beliau. Dalam dokumen tersebut, beliau serah terimakan seluruh pelajaran-pelajaran Hukum Agama Buddha kepada Nikkō Syonin dan menunjuknya sebagai Bhikku Agung dari Kuil Kuonji di Gunung Minobu. Pada 13 Oktober 1282, Niciren Daisyonin moksya dan dihadiri oleh murid-murid dan para penganut. Niciren menuliskan misi hidupnya, yaitu “membuka jalan untuk kebebasan seluruh umat manusia dari penderitaan dengan mengumandangkan Ajaran Nammyohorengekyo dan filosofi mengenai martabat kemanusiaan.” Acara pemakamannya dilakukan beberapa hari kemudian. Waktu itu tanggal 21 Oktober Nikko membawa abu Niciren Daisyonin, pada tanggal 25 Oktober tiba di Minobu. Setelah Niciren Daisyonin moksya, Nikko Syonin menganggap kelima Bhiksu lainnya tidak mempertahankan Ajaran sesuai kemurnian Ajaran dari Niciren Daisyonin, sehingga memutuskan untuk membawa abu Niciren Daisyonin meninggalkan Kuon-ji menuju Gunung Fuji, dimana mereka sekarang mengabadikan Dai Gohonzon yang sekarang di Hoando, Taisekiji, Fujimomiya, Prefektur Shizuoka, Jepang. (dirangkum oleh Sumarni XiaoTM) Sumber: http://www.sgi.org/about-us/buddhist-lineage/Niciren.html https://en.wikipedia.org/wiki/Niciren Samantabadra, Gosyo Kensyu: Surat Balasan kepada Syijo Kingo, Juli 2017 T. Matsuda, Kutipan dari: Lecture on The Gosho
November 2017 | Samantabadra
61
wawasan
PROTOKOLER D
alam setiap acara resmi atau kenegaraan, terdapat pengaturan pelaksanaan kegiatan yang disebut dengan protokol. Petugas protokol memastikan terselenggaranya kegiatan yang dihadiri pejabat dan tamu-tamu kehormatan berjalan tertib dan lancar. Namun ternyata protokol memiliki esensi yang lebih mendalam dari “pelumas� kegiatan. Ketika mendengar kata “protokol�, sebagian orang kerap mengasosiasikannya dengan pembawa acara atau MC (master of ceremonies). Padahal, pembawa acara bukan protokol. Protokol dapat dikatakan sebagai penanggung jawab acara secara keseluruhan, termasuk di dalamnya fungsi pembawa acara. Keprotokolan memiliki 62
Samantabadra | November 2017
dasar peraturan khusus, yaitu Undang-undang No. 9 tahun 2010, yang mendefinisikan protokol sebagai suatu sistem pengaturan/pedoman, tata cara, aturan untuk mencapai penghormatan tertinggi terhadap tamu dan pimpinan yang merupakan cerminan sikap mengapresiasi, etika, tata krama untuk kenyamanan tamu dan pimpinan. Undangundang keprotokolan memberikan payung hukum kewenangan bagi petugas protokol untuk menjalankan fungsi keprotokolan agar dapat menghadapi intervensi dan hambatan di lapangan. Sistem keprotokolan bertujuan untuk membenahi tingkah laku manusia agar etis dan menimbulkan kenyamanan dan kelancaran kegiatan pada umumnya, dan pimpinan
serta tamu undangan pada khususnya. Keprotokolan berisi norma dan peraturan yang tidak disertai sangsi, namun setiap pejabat negara telah disumpah untuk menjalankan amanat undang-Undang dengan sebaikbaiknya. Dampak seremonial protokoler memberikan pengaruh sosial, pencitraan positif, dan membuat orang lain atau masyarakat tahu apa yang kita kerjakan. Protokol pada dasarnya berlaku pada tingkatan acara resmi atau kenegaraan yang mengatur dan mengelola orang-orang penting yang memiliki signifikansi terhadap citra pemerintah dan hubungan baik antar pihak terkait dalam suatu kegiatan. Dikarenakan bersinggungan aspek mental (kenyamanan) yang bisa berdampak pada
keberlangsungan hubungan baik jangka panjang, petugas protokol membutuhkan kemampuan manajerial agar semua pihak merasa nyaman dan diperhatikan. Di samping aturan formal perundangan, petugas protokol harus memperhatikan aturanaturan non-yuridis, seperti kultur setempat atau hukum adat. Pertimbangan terhadap aturan nonyuridis adalah juga merupakan perwujudan sikap etis dan penghargaan terhadap pihak terkait. Di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, ada kebiasaan “tempel hidung” yang merupakan salam keakraban masyarakat setempat. Hal ini perlu diketahui dan dikomunikasikan oleh petugas protokol kepada pimpinan agar pimpinan tidak kaget dan dapat bereaksi positif terhadap salam tersebut. Di Kalimantan Tengah, terdapat tradisi penyambutan tamu yang disebut Potong Pantan, yaitu memotong kayu khas Kalimantan menggunakan mandau hingga patah, baru tamu boleh masuk, lalu disuguhkan minuman fermentasi yang menggunakan alkohol (tidak semua orang berkenan, sehingga harus dikomunikasikan). Ruang lingkup keprotokolan seperti yang tercantum dalam UU Nomor 9 tahun 2010, meliputi tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan. Tata tempat adalah pengaturan tempat bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, serta tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Tata upacara adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Sedangkan tata penghormatan adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Ketidakmampuan petugas protokol untuk menata ketiga ruang lingkup tersebut secara baik dan bijaksana (terutama tata tempat duduk), bisa menyebabkan ia kehilangan pekerjaan atau jabatannya.
Pedoman Umum Tata Tempat Pengaturan tata tempat didasarkan pada kedudukannya, di mana orang yang berhak mendapat tempat paling utama adalah mereka yang mempunyai kedudukan yang paling tinggi, diikuti pejabat berikutnya. Jika berjajar, yang berada di sebelah kanan dari orang yang mendapat urutan tata tempat paling utama, dianggap lebih tinggi/mendahului orang yang duduk di sebelah kirinya. Jika menghadap meja, tempat utama adalah yang menghadap ke pintu keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan pintu keluar. Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat adalah tempat paling tengah (ganjil) atau tempat sebelah kanan luar (genap). Rumusnya, posisi sebelah kanan pada umumnya selalu lebih terhormat dari posisi sebelah kiri. Apabila jumlah orang genap [… 4 – 2 – 1 – 3 – …]. Apabila jumlah orang ganjil […– 3 – 1 – 2 – …], dengan angka 1 sebagai orang yang paling diutamakan, diikuti angka 2, 3, 4, dan seterusnya menurun berdasarkan derajat keutamaannya. Penataan tempat duduk seperti di atas diatur oleh peraturan pemerintah nomor 62 tahun 1990. Walau ditujukkan untuk keprotokolan acara resmi di lingkungan pemerintahan, ketentuan tata tempat ini dapat diterapkan secara umum dalam acara-acara organisasi atau badan hukum lainnya. (sam)
November 2017 | Samantabadra
63
kesehatan
Waspada Kanker Payudara
A
pabila pita merah merupakan simbol kepedulian terhadap AIDS, maka pita pink merupakan simbol internasional yang melambangkan kepedulian terhadap kanker payudara. Bulan Oktober merupakan bulan peduli kanker payudara di seluruh dunia. Warna pink digunakan sebagai lambang dukungan moral dan solidaritas 64
Samantabadra | November 2017
terhadap para penderita kanker payudara. Pita pink digunakan sebagai lambang kepedulian terhadap penderita kanker payudara sejak dicetuskan oleh Yayasan Kanker Payudara milik Susan G. Komen di Amerika Serikat pada tahun 1991.
Kenali ciri-ciri kanker payudara Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkembangnya sel kanker di daerah payudara. Penyakit ini kebanyakan menyerang perempuan, tetapi laki-laki pun bisa terkena penyakit ini. Kanker payudara merupakan jenis penyakit kanker dengan jumlah penderita terbanyak
nomor dua di dunia. Sedangkan dari tingkat kematian, jenis kanker ini menyebabkan kematian nomor lima terbesar di dunia. Tanda awal kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit. Tes mammografi biasanya dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya kanker payudara. Berikut antara lain hal-hal yang harus Anda perhatikan yang merupakan gejala kanker payudara: a. benjolan pada payudara berubah bentuk/ukuran b. kulit payudara berubah warna, dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk c. puting susu masuk ke dalam (retraksi) d. salah satu puting susu tiba-tiba lepas/ hilang e. bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang-timbul f. kulit payudara terasa seperti terbakar g. payudara mengeluarkan darah atau cairan lain, padahal tidak menyusui
diketahui secara pasti penyebab spesifik kanker payudara. Walaupun demikian, terdapat sejumlah faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, antara lain: a. perubahan sifat pertumbuhan sel payudara menjadi ganas b. tubuh gagal membangun sistem pertahanan tubuh c. faktor gizi yang buruk pada makanan yang dimakan d. penggunaan hormon estrogen (misalnya pada pengguna terapi estrogen replacement) e. minum alkohol dan merokok f. obesitas pada wanita setelah menopause; diet berpengaruh terhadap keganasan sel kanker g. konsumsi lemak dan serat h. radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas; tergantung dosis dan umur saat terkena paparan radiasi i. faktor genetik dan riwayat keluarga (berhubungan dengan gen tertentu)
Ada begitu banyak kemungkinan penyebab kanker payudara, dan mungkin saja perkembangan sel kanker tersebut dipicu oleh kombinasi beberapa faktor di atas. Yang bisa Anda lakukan adalah memperhatikan hal-hal yang disebutkan Tanda kanker payudara yang paling jelas di atas dan selalu waspada. Lakukan adalah adanya luka (ulkus/borok) pada payudara. Seiring dengan berjalannya waktu, pemeriksaan rutin terhadap payudara Anda untuk deteksi dini adanya kanker. Tidak ulkus ini akan menjadi semakin besar dan hanya wanita, kanker payudara juga dapat mendalam sehingga dapat menghancurkan menyerang pria. Kalau pita pink untuk seluruh payudara. Gejala lainnya adalah wanita, maka pita biru menjadi simbol payudara sering berbau busuk dan mudah kepedulian terhadap kanker payudara pada berdarah. Jika tanda-tanda tersebut pria. *** sudah semakin parah, sebaiknya langsung memeriksakan diri ke dokter. (Sumber: http://www.yes24.co.id/ZineView/3568/4/pink-ribbonSel kanker merupakan sel yang mengalami month--bulan-kanker-payudara-sedunia.html) pertumbuhan abnormal. Begitu juga dengan sel kanker payudara, sampai saat ini belum November 2017 | Samantabadra
65
refleksi
Merawat Orang Sakit D
alam kehidupan berkeluarga, tak jarang anggota keluarga kita, apakah itu orang tua, anak, mertua, kakek/nenek, suami/istri, mengalami sakit berat yang memerlukan perawatan ekstra dari anggota keluarga yang masih sehat. Bagaimana seharusnya sikap kita menghadapinya ditinjau dari ajaran Buddha? Merawat orang sakit, apalagi anggota keluarga kita sendiri, sesungguhnya adalah bentuk balas budi dan pengabdian yang merupakan tugas mulia seorang manusia sebagai wujud terima kasih. Kita percaya bahwa kita dan anggota keluarga kita berada dalam satu ikatan karma masa lampau yang kuat sehingga bisa terlahir dalam satu keluarga, atau menikah dan menjadi satu keluarga. Ketika salah seorang anggota keluarga terkena penyakit berat yang menyebabkan kelumpuhan atau malfungsi organ atau anggota tubuh, misalnya stroke atau kanker, pihak keluarga merasa bingung, terkejut, kecewa dan sedih yang bercampur-aduk. Biasanya perasaan yang muncul cenderung negatif atau berupa penolakan kenyataan. Sikap dan emosi negatif yang muncul bisa dipahami, namun bukanlah sikap yang sesuai dengan ajaran Buddha. Umat Buddha apalagi umat Buddha NSI, sewajarnya dapat menanggapi dan bersikap positif dengan pendekatan positif terhadap kasus tersebut. Penyebab Penyakit Penyakit yang diderita oleh satu anggota keluarga kita, sesungguhnya mempunyai keterkaitan karma dengan kita dan anggota keluarga (inti) lainnya. Ada kesamaan kecenderungan jiwa di antara semua anggota keluarga, khususnya keluarga inti. Menjadi suatu kewajaran apabila kita peduli dan merasakan sakit yang diderita oleh anggota keluarga kita sebagai sakit yang juga kita alami. Sedemikian penting untuk memposisikan icinen dan perasaan jiwa anggota keluarga di rumah untuk maitri karuna dan memahami keterkaitan karma keluarga (kenzokumyo). Dengan berbekal pemahaman ini, akan lebih mudah bagi kita untuk peduli, menjaga, dan merawat anggota keluarga yang sakit, paling tidak kita mengetahui latar belakang karma si sakit dalam hubungannya dengan kita, sehingga kita dapat menerima kenyataan untuk secara tulus tanpa mengeluh merawatnya. Ketika kita merawat orang sakit dengan hati (tulus, tanpa pamrih, tanpa mengeluh), diri kita dapat memberikan dorongan dan dukungan moral kepada yang bersangkutan agar lebih terbuka, tabah dan berani menghadapi penyakitnya sambil sedikit demi sedikit mengubah icinennya buruk (putus asa, tidak semangat). Dengan interaksi yang welas asih seperti ini, kita dan dia dapat sama-sama menerima kenyataan bahwa manusia suatu saat pasti sakit dan meninggal. Oleh karena itu, yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah menghargai setiap momen yang masih ada selama hidup. Hal selanjutnya yang perlu kita bersama pahami adalah, bahwa penyakit adalah akibat. Sebabnya ada banyak faktor, mulai dari kebiasaan watak atau temperamen yang buruk, pola makan, pola tidur, genetik, lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain. Apapun faktor penyebabnya (eksternal atau internal), apabila kita telah memahami Buddhisme, tidak ada alasan bagi kita untuk menyalahkan suasana atau orang lain. Semua telah berjalan dan berproses sesuai dengan karma masing-masing (niji eten). Yang perlu kita senantiasa jalankan adalah daimoku dan gongyo sepenuh hati di depan 66
Samantabadra | November 2017
Gohonzon. Dalam kondisi sakit pun, apabila kita masih dalam kondisi sadar, mampu menyebut atau bersuara dalam hati “Nammyohorengekyo” hendaknya terus kita lakukan. Inilah sikap mawas diri dalam syinjin alias kanjin. Penyebab utama timbulnya penyakit tidak selalu dari faktor fisik (virus, bakteri, pola makan, pola istirahat), namun bisa juga dari faktor psikis atau mental (perasaan jiwa). Kecenderungan perasaan jiwa buruk yang dominan, akan mudah melemahkan daya tahan tubuh kita sehingga menjadi rentan sakit. Perasaan putus asa dan murka cenderung berada di dunia neraka. Apabila kita sering kali terbungkus keserakahan akan materi atau ketenaran, kemungkinan besar kita berbasis di dunia kelaparan. Bilamana kerap ingin menang dan menekan yang lemah, kita adalah penghuni dunia kebinatangan. Sementara, perasaan congkak dan sombong yang ingin melebihi yang lain menjerumuskan yang bersangkutan ada di dunia kemarahan. Perputaran perasaan jiwa ini bersifat dinamis dari sekejap ke sekejap perasaan jiwa, namun perasaan jiwa yang sering menghinggapi kita menjadi dasar kecenderungan dan dapat bereaksi psikis terhadap kondisi hormonal dan kinerja organ tubuh kita. Perasaan marah, kesal, kecewa, dongkol, jengkel yang berkesinambungan dalam hidup kita, tanpa kita sadari membuat daya tahan tubuh kita melemah dan rentan terhadap penyakit. Virus penyakit sesungguhnya selalu ada di sekitar kita. Yang membuat kita sakit atau tetap sehat adalah daya tahan tubuh kita. Perasaan jiwa negatif menimbulkan anomali (ketidaknormalan) pada metabolisme dan struktur tubuh kita. Uraian selanjutnya saya kutip dari tulisan saya pada tahun 2014 tentang penyakit berat. Ada rumusan gosyo tentang sebab-musabab penyakit sebagai berikut: Dalam Kitab Makasyikan Jilid ke-8 dikatakan, “Ada 6 sebab-pemicu timbulnya suatu penyakit. Pertama, karena tidak teraturnya Keempat Unsur Besar. Kedua, karena tidak teraturnya minum dan makan. Ketiga, karena tidak teraturnya kehidupan. Keempat, karena mendapat serangan kumankuman. Kelima, karena hasil pebuatan iblis. Keenam, karena timbulnya karma.” (Surat Balasan kepada Ota Nyudo) Jangan dilupakan periode pra-sakit. Periode ini adalah pemupukan rejeki jiwa pada saat kita melaksanakan pertapaan. Ingatlah kutipan gosyo tentang tiga harta. Di dalam Gosyo perihal Kaisar Su Syun, Niciren Daisyonin mengatakan: Harta badan lebih unggul dari harta gudang atau harta benda. Tetapi harta jiwa lebih unggul daripada harta badan, dan harta jiwa merupakan yang terunggul di antara segala macam harta. Maka, setelah membaca surat ini, timbunlah harta jiwa Anda. Dengan demikian, karma kebaikan yang telah kita perbuat selama sehat (harta jiwa), akan menjadi „tabungan“ yang membuat masa sakit kita menjadi lebih enteng untuk dijalani, misalnya dapat bertemu dengan dokter yang ahli dan teliti dan mempercepat proses penyembuhan kita, atau pikiran kita sendiri menjadi lebih bijaksana dalam menerima penyakit. Suasana keluarga yang mendukung pun menjadi hasil karma baik kita selama ini. Hal-hal lain yang sifatnya membuat kita dapat menyadari hikmah baik dari segala peristiwa, sesungguhnya merupakan wujud dari “tabungan“ rejeki kita. Ketika sakit, der-daimoku-lah sebanyak-banyaknya. Ada seorang anggota yang dapat daimoku sampai empat jam sehari ketika sedang menunggu operasi. Hal ini berlangsung berbulan-bulan. November 2017 | Samantabadra
67
Tentu daimoku yang diiringi sikap hati kepercayaan yang tulus dan mau menerima kenyataan, bukan disertai keluhan dan amarah. Langkah kedua, kita harus yakin bahwa kita dapat mengatasi penyakit ini dan tidak ingin menyusahkan orang lain. Kita berdoa untuk jalan keluar yang terbaik bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Jangan biarkan perasaan jiwa buruk bersarang di dalam diri dan membuat hari demi hari kita penuh penderitaan. Ingatlah kutipan gosyo: Saddharma-pundarika-sutra ibarat rajanya singa, raja segala macam hewan. Kaum wanita yang mempertahankan rajanya singa Saddharma-pundarika-sutra tak perlu takut pada ratusan binatang seperti segala Neraka, Kelaparan, Kebinatangan dan sebagainya (Surat Balasan kepada Senniciama Goze) Secara lebih khusus, “Nam-myoho-renge-kyo bagai raungan singa sehingga penyakit bagaimanakah dapat mengganggunya?” (Surat Balasan kepada Kyo O Dono). Yakinilah kita telah memiliki jiwa Buddha yang sangat kuat dan dengan ber-daimoku mampu bangkit melawan penyakit apapun. Segenap umat manusia di Jambudwipa adalah orang-orang sakit. Akan tetapi ada obat Saddharma-pundarika-sutra. Dalam tiga hal sudah terbukti kecocokannya mana mungkin diri Anda tidak terselamatkan? (Surat kepada Takahasyi Nyudo) Ketika sakit, sesungguhnya itu adalah kesempatan buat kita untuk dapat lebih memperdalam syinjin. Begitu bimbingan dalam salah satu gosyo, “Orang yang berpenyakit dapat menimbulkan hati yang menuntut jalan kebuddhaan. Di bagian lain dikatakan, “karena penyakit itu siang dan malam selalu timbul keinginannya untuk menjalankan hati kepercayaan, sehingga percaya kepada Saddharma-pundarika-sutra.” (Surat Balasan kepada Myosyin Ama Goze). Ada juga orang terkena penyakit malah semakin panjang hidupnya, karena yang bersangkutan berusaha mengobati penyakitnya sehingga akhirnya ia lebih berhati-hati menjaga kesehatannya. Niciren Daisyonin mengingatkan, Di antara semua penyakit, Kelima Dosa Besar, Icchantika, dan pemfitnahan Dharma adalah penyakit yang terberat. Artinya penyakit yang muncul itu sungguh berat sehingga sukar disembuhkan secara medis. Bagaimana mengatasi penyakit seperti ini? Caranya melalui peningkatan kualitas syinjin kepada Gohonzon, tentunya diiringi sikap tobat yang tulus. Kita perlu mengkaji sumber penyakit di dalam jiwa sebagai bawaan karma (masa lampau). Ini sesuai dengan kutipan gosyo di atas soal enam sebab pemicu penyakit. Kita perlu kanjin, diiringi sikap tobat yang tulus, ber-daimoku di depan Gohonzon melihat ke dalam diri mengenai sifat, kebiasaan, dan avidya/kesesatan jiwa kita. Termasuk di sini perasaan dan emosi negatif terhadap anggota keluarga atau terhadap orang-orang di lingkungan kerja, vihara, dan sering ditemui sehingga menimbulkan timbunan karma pemfitnahan dharma yang tak disadari namun terus menumpuk. Selain itu, kesabaran yang didasari perasaan menerima menjadi kunci pokok menghadapi penyakit berat. Jika tidak, erangan, keluhan dan sumpah serapah akan bermunculan. Kesabaran memang bagian dari watak sebagian manusia. Tidak semua orang dapat bersabar. Namun, kesabaran dapat dipelajari apalagi dengan bersumber pada Nam-myoho-renge-kyo. Icinen sabar, tabah dan tahan akan mengatur kondisi fisik kita, betapapun buruknya, sebagai dampak penyakitnya. Semakin bertambahnya usia, kondisi jasmani kita sudah jauh menurun. Solusi atas penyakit akan muncul 68
Samantabadra | November 2017
ketika perasaan kita dapat terkendali dan teratur dengan icinen positif ini. Sungguh icinen ini bagaikan pelukis mahir yang dapat menggambari apapun dengan indahnya. Sikap Merawat Orang yang Sakit Yang sehat merawat yang sakit, hal ini adalah kewajaran. Namun dalam prosesnya tidak mudah. Berikut ini adalah beberapa kutipan gosyo yang berkaitan dengan balas budi dan dapat mengingatkan kita untuk lebih bijak menghadapi penyakit dan orang sakit: 1. Yang disebut balas budi adalah suatu sikap yang amat tinggi nilainya. Bagaimanapun tingginya langit, langit tidak pernah lebih tinggi daripada sikap balas budi. Dan sikap balas budi adalah sesuatu yang amat dalam. Bagaimanapun dalamnya bumi, bumi tak pernah lebih dalam daripada sikap balas budi. Orang suci dan orang arif-bijaksana berasal dari rumah balas budi. Apalagi orang yang mempelajari agama Buddha, bukankah mereka harus mengenal budi dan membalas budi? Murid-murid sang Buddha pasti mengenal empat budi dan membalas budi luhur tersebut. (Surat Membuka Mata) 2. Sejak Aku mulai mempelajari dharma yang ditinggalkan sang Buddha Sakyamuni serta memasukkan diri-Ku ke dalam dharma sang Buddha, Aku selalu mengutamakan pengenalan budi dan mendahulukan balas budi. Di dunia ini ada keempat macam budi; barang siapa yang mengenalnya disebut manusia, tetapi barang siapa yang tidak mengenalnya disebut binatang. (Tanya Jawab antara Orang Arif Bijaksana dan Orang Bodoh) 3. Pertama, membalas budi kepada segenap umat manusia, Kedua, membalas budi kepada kedua orang tua kita, Ketiga, membalas budi kepada sang raja, Keempat, membalas budi kepada Triratna (Surat perihal Keempat Budi) Dari tiga kutipan gosyo di atas yang saling berkaitan, terasa esensi budi dalam agama Buddha Niciren Syosyu. Kehadiran dan keberlangsungan hidup kita di dunia ini sebenar-benarnya karena peran dan sumbangsih orang tua kita, peran dan sumbangsih orang-orang di sekeliling, peran dan sumbangsih sang Triratna, bahkan peran dan sumbangsih negara kita, NKRI. Orang-orang terdekat kita adalah orang-orang yang paling berjasa dan berbudi dalam hidup kita. Mereka senantiasa memberikan manfaat dan kebajikan kepada kita. Eksistensi kita saat ini tidak terlepas dari kontribusi mereka. Tidak berlebihan apabila kita menunjukkan sikap balas budi sebagai perilaku yang manusiawi. Ketika salah seorang anggota keluarga inti sakit, pikiran dan icinen kita perlu kita arahkan ke keinginan untuk menolong dan membantunya agar segera sembuh dari penyakitnya, atau mendampingi secara baik hingga akhir hayatnya. Senantiasa ingatkan diri kita terhadap icinen ini sebagai titik tolak. Orang tua merawat anak yang sakit juga perlu menyadari proses merawatnya sebagai tugas orang tua yang mulia. Pengertian hak ialah milik, kepunyaan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu, sesuatu yang memang harus kita lakukan sebagai keluarga. Kewajiban berarti sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan. Merawat yang sakit itu hak sekaligus Kewajiban kita sebagai sesama anggota keluarga. Sepintas lalu, kita menilai tugas merawat ini adalah beban, yaitu kewajiban. Namun secara lebih mendalam itu adalah hak kita, hak orang yang mendapat kesempatan merawat. Itu adalah kesempatan berbuat kebajikan kepada yang bersangkutan.
November 2017 | Samantabadra
69
Merawat orang sakit tentu menyita waktu. Hal ini membutuhkan pengaturan dan kompromi waktu dengan aktivitas kita lainnya. Tidak ada alasan untuk menyalahkan suasana apabila aktivitas di vihara berkurang karena menjaga orang sakit, misalnya. Justru dengan merawat si sakit kita berbuat kebajikan dan membuat karma baik. Kita bisa melakukan pengaturan waktu dengan anggota keluarga lainnya apabila memang memiliki niat untuk tetap aktif di susunan. Pasti ada jalan keluar. Merawat anggota keluarga yang sakit adalah perbuatan memupuk karma baik, apabila tidak disertai pamrih dan keluh kesah. Pada akhirnya semua orang akan meninggal, dan ketika meninggal, tidak ada hal nyata yang bisa kita lakukan lagi bagi orang-orang tersayang kita. Balas budi atau ekspresi kasih sayang yang paling baik adalah ketika mereka masih hidup. Jangan sampai kita menyesal kemudian karena melewatkan kesempatan tersebut. (Kyanne Virya)
Berita Duka Cita
Ibu Tan Sai Yong
Ibu Kromo
Meninggal pada usia 72 tahun 30 Agustus 2017 Umat NSI daerah Pontianak Kalimantan Barat
Meninggal pada usia 77 tahun 04 September 2017 Umat NSI daerah Sukoharjo Jawa Tengah
Bapak Thio Tin Liong (Uwongso)
Meninggal pada usia 81 tahun 30 September 2017 Umat NSI daerah Kapuk DKI Jakarta
Bapak Simarthana Sugiarto Meninggal pada usia 63 tahun 28 September 2017 Umat NSI DKI Jakarta
Bapak Lucky Meninggal pada usia 57 tahun 30 September 2017 Umat NSI DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
70
Samantabadra | November 2017
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.
Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.
Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan.
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Catatan
I
R
U
D
B
U
R
Y
Y
L I
A
N
B
A
O
N
U B
C M
S D
A
G
I
F I
N
N
F
O L
R
E
K
I C
T
J
T
A
A
A
S O
I
J
H
16
E
E
J E H
I A
J A
E
H
E
L
A
U
N
E
B
O
I
S
J
N
Y
E Y
O
Z
O
P
Y
S
November 2017 | Samantabadra
A
S
17
N
11
A P
22
K 5
10/4/2017
Y
3
B
O
6
S
N
K A 21
J
V
T
A
I
S K
E H 15
H
C
B
O
10
S O N N O
23
A
R
R
H P
20
D
A 18
G
E
N
D
O
K
O
R D
7
13
Z
U
8
B
19
N A I
L
I G
A
1
D O
V17-1.html
N
R
O
M
14
9
D
O
O
G
E
O
4
T
F
N
K
2
L
A
U
O
B
O
A
12
N
N
G
Jawaban TTS November2017
71
/4 10/4 teka teki silang
1
10/4
2 1
3
2
1
3
2
4
3
5
6
7
5
6
5
6
8 7
10
7
4
8
9
8
9
10
11
12
10 11
11
12
13 13
14
15
16 17
17
18 17
18
16
16
18
19 20
21 22
22
19
19
20
20
21
21
22
23
23
23
Across MENDATAR
3. Hawa nafsu adalah kesadaran. Across
4. Bagai ... lupa kulitnya. MENDATARMENDATAR 5. Mempelajari & menyelidiki keadaan
3. Hawa nafsu adalah kesadaran. 3. Hawa nafsu adalah kesadaran. sebenarnya dari kata-kata hafian 4. Bagai ... lupa kulitnya. 4. Bagai ... kalimat lupa kulitnya. sutra & sastra sec ara jujur, 5. Mempelajari & menyelidiki 5. Mempelajari menyelidiki keadaan keadaan taat,&objektif & ilmiah. sebenarnya dari hafian kata-kata 7. Propinsi ajaran maha guruhafian sebenarnya dari pusat kata-kata kalimat sutra & sastra secara jujur, Tientai. kalimat sutra & sastra secara jujur, 11. Akibat imbalan nyata dalam hidup taat, objektif & ilmiah. taat, objektif & ilmiah. (Istilah Jepang) 7. Propinsi pusat ajaran 7. Propinsi ajaran maha guru maha guru 13. pusat Mawar (Istilah Inggris) Tientai. Tientai. 14. Siapa yang ..., dia yang menuai. 11. Akibat imbalan nyata dalam hidup 11. Akibat nyata di dalam hidup 15.imbalan Aliran Tiantai Korea. (Istilah Jepang) 16.Jepang) Zat hijau daun. (Istilah 13. Mawaryang (Istilah Inggris) 18.(Istilah Binatang 13. Mawar Inggris)mempunyai gading. 19.14. 50 Siapa yang ..., dia yang menuai. 14. Siapa yang ..., dia yang di menuai. Tiantai Korea. 21.15. IbuAliran kota Indonesia 15. Aliran22. Tiantai di Korea. 16. Zat hijau daun. Pepaya (Istilah Jepang) 16. Zat hijau daun. 23.18. Buddha masayang akhirmempunyai dharma. Binatang gading. 18. Binatang yang 19. 50 mempunyai gading. 19. 50 21. Ibu kota Indonesia 21. Ibu kota22. Indonesia Pepaya (Istilah Jepang) (Istilah Jepang) 22. Pepaya 23. Buddha masa akhir dharma. 23. Buddha masa akhir dharma.
72
14
14 15
12
13
15
Across
4
9
Samantabadra | November 2017
Down MENURUN
... Lubang, tutup lubang. Down 1.Down
2. Salah satu hari suc i umat Buddha yang MENURUN MENURUN diselenggarakan pada tanggal pertama
1. ...tutup Lubang, tutup lubang. 1. ... Lubang, lubang. hingga ke-15 penanggalan Imlek. 2. Salah satu hari suci umat Buddha yang 2. Salah satu hari suci umat Buddha yang 6. Mati adalah nirwana (Istilah Jepang) diselenggarakan pada tanggal diselenggarakan pada tanggal pertama pertama 8. Unsur jiwa yang tidak berperasaan hingga ke-15 penanggalan (Istilah Jepang) hingga ke-15 penanggalan Imlek. Imlek. 6. Mati adalah nirwana (Istilah Jepang) 9. Selamat pagi (Istilah Inggris) 6. Mati adalah nirwana (Istilah Jepang) 10. Makhluk yang sadar. 8. Unsur jiwa yang tidak berperasaan 8. Unsur jiwa yang tidak berperasaan 12. Candi(Istilah terbesar di Indonesia. Jepang) (Istilah Jepang) 13. Antonim dari kata 9. Selamat pagitinggi (Istilah Inggris) 9. Selamat 17. 19-8pagi (Istilah Inggris) 10. Makhluk yang sadar. 10. Makhluk yang sadar. 20. Badan hukum dari syohojiso segala 12. Candi terbesar di Indonesia. gejala wujud 12. Candi terbesar disesungguhnya Indonesia. dari 13. Antonim dari kata tinggi myohorengekyo. 13. Antonim dari kata tinggi 17. 19-8 17. 19-8 20. Badan hukum dari syohojiso segala 20. Badan hukum dari syohojiso segala dari gejala wujud sesungguhnya gejala wujud sesungguhnya dari myohorengekyo. myohorengekyo.
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan November 2017 Tanggal Hari 1 Rabu 2 Kamis 3 Jumat 4 Sabtu 5 Minggu
6 Senin 7 Selasa 8 Rabu 9 Kamis 10 Jumat 11 Sabtu 12 Minggu 13 Senin 14 Selasa 15 Rabu 16 Kamis 17 Jumat 18 Sabtu 19 Minggu 20 Senin 21 Selasa 22 Rabu 23 Kamis 24 Jumat 25 Sabtu 26 Minggu 27 Senin 28 Selasa 29 Rabu 30 Kamis
Jam Kegiatan 19:00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul
Tempat Vihara Sadapaributa NSI Lt. 2
19:00 Ceramah Gosyo
Daerah masing‐masing
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 12:00 14:00 19:00 19:00
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI per kelas Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Daerah Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karir Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Daerah masing‐masing
10:00 Pertemuan Anak‐anak Daerah 19:00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang
Daerah masing‐masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
14:00 Pertemuan Wanita Daerah 19:00 Pertemuan Pria Daerah
Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing
19:00 Pertemuan Anak Cabang
Daerah masing‐masing
10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian
Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing
13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
17:00 Pertemuan DPD Daerah Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum Pendalaman Gosyo Dharma Duta
Daerah masing‐masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
November 2017 | Samantabadra
73
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
74
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | November 2017
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510