Samantabadra 2017-12

Page 1

Samantabadra SAMANTABADRA | DESEMBER 2017 | NOMOR. 287

gosyo kensyu SURAT PERIHAL BUKTI TERANG SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA gosyo cabang SURAT PERIHAL KERETA SAPI PUTIH AGUNG liputan GERAK JALAN KERUKUNAN NSI 2017

Display Marching Band Mandarava NSI di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, seusai memandu Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017. 22 Oktober 2017.

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Desember

2 0 1 7

12 # 287


e

Orang yang jatuh di atas tanah akan bangkit kembali dengan bertumpu pada tanah tersebut. Orang yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra terjatuh ke tanah Tiga Jalan Buruk; neraka, kelaparan dan kebinatangan, serta dunia kemanusiaan dan surga. Sebaliknya, seperti yang diterangkan oleh teori kewajaran (hal ini menjadi jodoh bertentangan), dengan uluran tangan Saddharmapundarika-sutra, orang tersebut dapat menjadi Buddha. Surat perihal Bukti Terang Saddharmapundarika-sutra

Foto bersama DPP NSI, Dirjen Buddha Kemenag RI, Kepala Kesbangpol Kabupaten Bogor sebagai perwakilan Bupati Bogor, Ketua-Ketua Majelis Agama Buddha, tamu undangan, dan generasi muda NSI dari berbagai wilayah yang mengenakan busana daerah Indonesia, pada Kensyu Gosyo Umum Peringatan Dirgahayu ke 53 Tahun NSI dan sumpah pemuda di Mahavihara Saddharma NSI. 28 Oktober 2017.

Wawancara media massa terhadap Menteri Agama RI dan Ketua Umum NSI pada Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017 di pelataran Gedung Kementerian Agama RI. 22 Oktober 2017.


Samantabadra Desember 2017 Samantabadra SAMANTABADRA | DESEMBER 2017 | NOMOR. 287

daftar isi

gosyo kensyu gosyo cabang liputan

Display Marching Band Mandarava NSI di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, seusai memandu Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017. 22 Oktober 2017.

CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta

LIPUTAN Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017 Kensyu Peringatan Dirgahayu ke 53 Tahun NSI

2 4

6 9

MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Bukti Terang Saddharmapundarika16 sutra Gosyo Cabang Surat Perihal Kereta Sapi 27 Putih Agung Forum Diskusi Melihat, Menyadari, Mengubah Karma Sendiri 34 FOKUS Stupa Pusaka Adalah Kita

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

SURAT PERIHAL BUKTI TERANG SADDHARMAPUNDARIKA-SUTRA

SURAT PERIHAL KERETA SAPI PUTIH AGUNG GERAK JALAN KERUKUNAN NSI 2017

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Desember

2 0 1 7

G

erak Jalan Kerukunan NSI 2017 di Jalan MH. Thamrin Jakarta Pusat diikuti oleh ribuan umat Buddha NSI dan umat lintas agama dalam rangka dirgahayu ke 53 tahun NSI. Berita selengkapnya di halaman 6.

12 # 287

REFLEKSI Manajemen Waktu

KESEHATAN Fakta dan Mitos HIV/AIDS

46 48

WAWASAN Harmonisasi dalam Wisata Pecinan KEK Mandalika

51 52

DUKA CITA

53

RUANG ANAK

54

PENGUMUMAN

55

TTS

56

JADWAL KEGIATAN

57

VIHARA DAN CETYA NSI

58

40

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nsi.or.id/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Halaman Muka

6

9

40 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENANGGUNGJAWAB Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI & EDITOR Samanta TATA LETAK Samanta KONTRIBUTOR Arya, Silviani, Kireyna, Nico, Kyanne, Phopy. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Desember 2017 | Samantabadra

1


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Stupa Pusaka (Abutsubo Gosyo) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 27-29 Oktober 2017

ibu dan bapak-bapak di sini adalah stupa. Tentunya, kita ingin diri kita menjadi stupa aya sangat pusaka, berarti kita harus mengapresiasi bahwa menggunakan semua panca sekarang umat NSI dari bagian generasi muda, bagian indera, perasaan jiwa, dan fisik kita untuk hal-hal yang bapak, maupun bagian ibu positif. sudah mampu melakukan Kuping, contohnya, adalah FGD (Forum Group salah satu pusaka, dan kuping Discussion). FGD adalah kita bisa digunakkan menjadi suatu pola yang dilakukan oleh para doktor dan insinyur pusaka atau sekedar hiasan untuk mendiskusikan satu saja. Kalau kuping kita betulbetul digunakkan menjadi permasalahan yang sangat pusaka, kuping kita bisa pelik dalam suatu kelompok kecil. Kita menggunakan pola menjadi mon. Mon berarti itu, dan ternyata umat NSI kuping kita bisa mendengar dengan hati dan perasaan, yang sangat sederhana pun sehingga bisa memilih untuk bisa melakukan FGD. Hal ini merupakan satu bukti bahwa membuang perkataanperkataan yang tidak baik dengan Gohonzon, kita dan menerima masukkanbisa menjadi manusia yang unggul, karena jiwa Buddha masukkan yang bagus. Kesadaran jiwa Buddha kita kita bisa terbuka. Stupa pusaka adalah satu lah yang mengendalikan masuknya hal-hal baik dalam kondisi kualitas manusia diri kita. Semakin banyak dimana semua organ-organ tubuh kita bisa difungsikan masukkan-masukkan bagus yang ada dalam diri kita, secara baik. Kita semua adalah stupa, semua ibuNammyohorengekyo,

S

2

Samantabadra | Desember 2017

semakin berkembang pula jiwa Buddha kita, sehingga kualitas diri pun akan ikut meningkat. Stupa pusaka dihiasi oleh ketujuh pusaka, Mon, Syin, Kai, Jo, Syin, Sya, dan Zan. Kai, menjaga pantangan, berarti tidak meninggalkan hati kepercayaan terhadap Gohonzon. Jo, menekadkan hati, berarti sungguhsungguh bertekad untuk mencapai sebuah hasil. Zan, meninjau diri, berarti tidak menyalahkan orang lain dalam sikap kehidupan sehari-hari. Mon (mendengar), Syin (percaya), Kai (menjaga pantangan), Jo (menekadkan hati), Syin (menjalankan pertapaan), Sya (membuang keterikatan hawa nafsu), dan Zan (meninjau diri) ini adalah potensi diri kita, dan tentu kita ingin menjadikan ketujuh organ yang ada pada diri kita ini menjadi pusaka. Oleh karena itu,


kita harus melakukan usaha untuk menerima dan mempertahankan Sandaihiho dan melakukan syakubuku. Ini adalah pesan Buddha dalam nyosetsu sugyo (yakni cara hidup atau cara pertapaan yang sesuai dengan petunjuk dari Buddha). Stupa Pusaka yang terbuka adalah Honmon, jalan satusatunya yang bisa membuat umat manusia memunculkan kesadaran Buddha. Stupa yang masih tertutup disebut Syakumon (Bab 1-14), berarti belum memunculkan kesadaran Buddha dan masih berada dalam 9 dunia. Inti dari Honmon ada pada Saddharmapundarikasutra Bab 15-28 yang ada di dasar kalimat, di mana termaktub makna bahwa ada satu hukum yang khusus dipersiapkan untuk masa akhir dharma. Juga dijelaskan bahwa pencapaian kesadaran Buddha bukanlah sesuatu hal yang terjadi 3.000 tahun yang lalu, Sakyamuni sendiri dalam Saddharmapundarika-sutra Bab 16 menjelaskan bahwa sebetulnya dirinya telah mencapai kesadaran Buddha sejak lama, di mana beliau melakukan Hon In Myo, Hon Ga Myo dan Hon Kokudo Myo. Sebab pokoknya adalah menjalankan pertapaan kebodhisattvaan dan akibatnya adalah pencapaian kesadaran Buddha.

Sesungguhnya, tempat pencapaian kesadaran Buddha tidak lain dari dunia saha ini. Dalam sutra dikatakkan bahwa di manapun dikotbahkan Saddharmapundarika-sutra, di situlah stupa pusaka akan terbuka. Maka itu, dalam pencapaian kesadaran Buddha tidak ada tanah suci dan tanah kotor, yang ada adalah manusia dengan hati yang kotor. Oleh karena itu, yang penting adalah bahwa orang-orangnya dapat memunculkan kesadaran Buddha. Dengan demikian, Buddha ingin menjelaskan kepada kita bahwa yang paling penting adalah bagaimana kita membuka pintu menara pusaka sehingga bisa mencapai kebahagiaan dalam kehidupan sekarang. Dengan ini, daimoku sangatlah penting, dan hasil daripada daimoku yang telah membuka menara pusaka kita pun harus digunakan secara baik. Pusaka yang ada dalam diri kita terdiri dari semua panca indera, perasaan dan pemikiran kita. Maka itu, kita harus berupaya; menggunakan tenaga untuk membahagiakan orang lain dan menyebarluaskan Nammyohorengekyo, mencurahkan pikiran untuk memajukan susunan, dan

menggunakan hati perasaan sepenuhnya untuk merasakan penderitaan orang lain. Seperti yang dilakukan dalam gerakan-gerakan NSI, potensi umat yang merupakan tenaga, waktu, dan materi harus dipakai untuk mengagungkan, memasyaratkan dan menyebarluaskan Nammyohorengekyo, bukan untuk memperkaya diri sendiri. Mempertahankan Gohonzon di masa akhir dharma merupakan hal yang sangat utama karena ajaran yang bisa membuka stupa kita dan bisa memunculkan kesadaran Buddha kita hanyalah Saddharmapundarika-sutra dari makna yang tersirat (Sandaihiho). ***

Desember 2017 | Samantabadra

3


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Stupa Pusaka (Abutsubo Gosyo) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 27-29 Oktober 2017

P

embabaran ajaran dari Sang Buddha merupakan sebuah usaha dari seorang manusia biasa yang menginginkan semua umat manusia agar bisa lepas dari keterikatan. Melepaskan diri dari keterikatan ini harus kita lakukan sendiri, bukan dibebaskan oleh orang lain. Ini yang menjadi puncak dari sebuah filsafat seorang manusia yang berkaitan dengan jiwa. Seorang Buddha ketika menerima persembahan apapun, selalu mengaitkannya dengan kesungguhan hati. Untuk itu, kita lihat dalam gosyo ini bahwa agama kita mementingkan dan mengembalikan kita semua kepada pemahaman yang paling mendasar; semuanya kembali kepada dasar hukum. Kemudian, kita harus memastikan bahwa kita selalu mengacu pada dharma. Niciren Daisyonin 4

Samantabadra | Desember 2017

mengatakan bahwa intisari dari Tripitaka adalah dharma, karena baik Buddha maupun Sangha akhirnya akan mengalami kematian. Buddha bisa meninggal, begitupun halnya dengan para sangha. Maka itu, ajaran Buddha lah yang harus kita jadikan patokan. Kita yang berpegangan kepada filsafat yang paling unggul harus tetap memegang acuan dari ajaran Niciren Daisyonin dan bukan dari perkembangan di luar. Makna pemunculan stupa pustaka adalah ketiga golongan sravaka ketika memasuki Saddharmapundarikasutra, baru menyadari stupa pusaka dalam jiwanya masing masing. Kaum sravaka dan dwiyana adalah para cendekiawan. Buddha Sakyamuni mengecam kaum tersebut karena mereka berada dalam satu kondisi di mana mereka merasa

paling pintar, sehingga ajaran Buddha pun ditafsirkan lagi secara subyektif. Akhirnya, sulit bagi mereka untuk percaya. Oleh karena itu, golongan sravaka ini bisa mencapai kesadaran Buddha hanya dengan memahami bahwa stupa pusaka atau kesadaran Buddha sebetulnya berada di dalam dirinya sendiri. Setelah memasuki masa akhir dharma, yang namanya stupa pusaka adalah jiwa kita sendiri. Oleh karena itu, siapapun yang percaya dan mempertahankan Sandaihiho bisa menjadi stupa pusaka dan Tatagatha Prabhutaratna. Kita semua adalah stupa, tapi agar stupa ini menjadi ketujuh pusaka yang cemerlang, kita harus menyebut Nammyohorengekyo. Menyebut


Nammyohorengekyo bukan hanya sekedar menyebut, tapi juga memahami makna dari Nammyohorengekyo sendiri; namu pada Saddharmapundarika-sutra. Orang-orang yang menyebut Nammyohorengekyo adalah orang-orang yang bertekad kuat untuk menjadikan ajaran Buddha Niciren sebagai dasar di dalam kehidupan seharihari. Maka itu, kita harus syo ji ki sya hoben. Pemahamanpemahaman kita yang selama ini masuk ke dalam pikiran kita jangan digunakan lagi,

dan kedepannya kita harus menggunakan cara berpikir yang diajarkan oleh Buddha Niciren. Dalam kutipan keenam, dikatakan bahwa Abutsubo terdiri dari 5 unsur besar; tanah, air, api, angin, dan ruang, yakni kelima kata dari daimoku. Abutsubo adalah menara pusaka, dan kita semua pun harus menjadi Abutsubo-Abutsubo yang menganut kepercayaan dengan tulus. Begitu juga mengenai Trikaya yang Ekakaya, ini menyangkut pemahaman

konsep ketuhanan dari agama Buddha, khususnya agama Buddha Niciren Syosyu, adalah Trikaya yang Ekakaya. Dalam kutipan kesembilan, dikatakan bahwa Stupa Pusaka seharusnya diwariskan kepada orangorang yang memiliki kepercayaan yang kuat. Gohonzon harus betulbetul sangat kita agungkan terlebih dahulu, karena mengagungkan Gohonzon merupakan sikap yang utama untuk menjalankan syakubuku. ***

Catatan

Desember 2017 | Samantabadra

5


liputan

Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017

DENGAN KERUKUNAN YANG SEMAKIN KOKOH KITA KERJA BERSAMA UNTUK WUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH KASIH SAYANG

6

Samantabadra | Desember 2017


S

ebagai rangkaian dari acara peringatan dirgahayu ke-53 tahun Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dan hari Sumpah Pemuda, NSI menyelenggarakan Gerak Jalan Kerukunan NSI pada hari Minggu, 22 Oktober 2017. Kegiatan tahunan yang mempromosikan kerukunan antarumat beragama ini sudah berlangsung sebanyak

Sarifuddin dengan didahului oleh sambutannya dan sambutan Ketua Umum NSI. Gerak jalan dimulai dari depan Kantor Kemenag RI, Patung Kuda, Sarinah, Bundaran HI dan kembali ke Kemenag RI. Gerak jalan kerukunan NSI diikuti oleh 5000 umat Buddha NSI dan 20 komunitas umat Buddha dan umat dari lintas agama masing-masing 100 orang, dimeriahkan oleh

semakin kokoh persatuan dan kesatuan antar umat beragama, sehingga bangsa ini tetap utuh, berjaya, dan semakin merata kesejahteraan rakyatnya, bahkan dapat turut serta berperan aktif untuk membangun perdamaian dunia,” sambungnya. Tema dari Gerak Jalan Kerukunan NSI tahun ini adalah, “Dengan Kerukunan yang semakin Kokoh Kita Kerja Bersama Untuk Wujudkan

tiga kali berturut-turut, sejak peringatan dirgahayu NSI ke 50 tahun. Kegiatan ini didukung oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Pusat, dan organisasi lintas agama/ lintas sekte. Acara pembukaan gerak jalan diadakan di pelataran Kantor Kemenag RI yang juga terletak di Jalan MH. Thamrin. Dibuka langsung oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim

Marching Band, pawai busana daerah, serta rangkaian kesenian daerah Indonesia, seperti angklung dan tarian yang semuanya dilakukan oleh umat Buddha NSI. “Gerak jalan ini menjadi satu kegiatan merawat kerukunan yang direkomendasikan oleh PKUB Kementerian Agama RI,” jelas Mahapandita Utama Suhadi Sendjaja, selaku Ketua Umum dari NSI. “Harapan terbesar dari gerak jalan ini adalah Indonesia semakin rukun,

Indonesia Yang Lebih kasih Sayang.” Gerak jalan ini adalah upaya NSI dalam mempraktikkan ajaran Buddha Niciren untuk menjadi manusia yang membalas budi kepada bangsa dan negara. Momen berharga dalam gerak jalan kerukunan ini juga menjadi momen penting bagi kita semua, warga negara Indonesia, untuk berbakti bagi ketenteraman

Desember 2017 | Samantabadra

7


negara, kerukunan bangsa, dan menjaga citra baik bangsa Indonesia di mata dunia. Dengan kerukunan yang semakin kokoh kita semua bekerja bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih kasih sayang. Ketua Umum NSI mengatakan, bahwa dengan menghayati dan mengamalkan dharma, kita bisa melaksanakan balas budi kepada orangtua, negara, masyarakat, dan Buddha dharma. Sekarang bagaimana kita semua berdoa supaya presiden dan para pemimpin bangsa sehat, supaya semua umat manusia (warga negara) bisa mencapai kesadaran terunggul yang dalam ajaran Buddha dijelaskan, yaitu setiap orang bisa bahagia, hidup rukun, tenteram, dan bahagia.

Menteri Agama RI menyempatkan untuk berlari menjelang garis akhir Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017.

Ketua Umum NSI memberikan salam sebelum sambutan pada Gerak Jalan Kerukunan NSI

(may)

Barisan color guard Marching Band Mandarava NSI. Barisan Gerak Jalan Kerukunan NSI 2017 memadati kedua ruas jalan protokoler MH. Thamrin setelah melewati Bundaran HI.

8

Samantabadra | Desember 2017


KENSYU PERINGATAN DIRGAHAYU KE 53 TAHUN NSI

Menerima, Mempertahankan dan Menyebarluaskan Sandaihiho Demi Ketenangan dan Ketentraman Bangsa dan Negara

P

arisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) memasuki usia ke 53 tahun pada 28 Oktober 2017. Hari jadi NSI yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda merupakan wujud semangat rasa cinta tanah air sebagai nafas pergerakan umat Buddha NSI. Lebih dari setengah abad NSI telah berkontribusi bagi perkembangan agama dan umat Buddha di Indonesia.

Memasuki tahun ke 53, NSI semakin menyadari pentingnya pembinaan umat Buddha NSI secara inklusif; menjadi Buddhis yang mampu mengamalkan nilainilai ajaran Buddha Niciren dan mengembangkan sikap toleransi dan kerukunan antarumat beragama dalam bermasyarakat. Itulah sebabnya dalam peringatan dirgahayu NSI kali ini diangkat tema, “Menerima,

Mempertahankan dan Menyebarluaskan Sandaihiho Demi Ketenangan dan Ketentraman Bangsa dan Negara�. Hal ini sejalan dengan ajaran Buddha Niciren yang mengarahkan kita untuk menjadi tiang, mata, dan bahtera bagi bangsa kita, yang bertujuan untuk menciptakan negara indonesia yang tenteram, makmur, dan sejahtera. Sebagai rangkaian dari kegiatan peringatan Desember 2017 | Samantabadra

9


Upacara syoko peringatan dirgahayu ke 53 tahun NSI dan sumpah pemuda

Suasana kensyu dalam sesi pembabaran gosyo.

Gugus Depan Pramuka Pelajar Kecamatan Tamansari hadir untuk membantu kelancaran acara kensyu.

dirgahayu ke 53 tahun NSI, kensyu didahului dengan Gerak Jalan Kerukunan NSI yang diselenggarakan di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, pada 22 Oktober 2017. Gerak Jalan Kerukunan NSI diinisiasi pada momen dirgahayu 50 tahun NSI tiga tahun silam dan menjadi kegiatan rutin NSI untuk memelihara kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh Kementerian Agama RI, dan senantiasa dihadiri oleh Menteri Agama RI. Yang berbeda pada kensyu kali ini, NSI mengadakan 10

Samantabadra | Desember 2017

swayamvara dokyo syodai. Hal ini sebagai upaya NSI untuk meningkatkan kualitas membaca sutra para pimpinan dan umat NSI. Pengucapan atau pelafalan yang tepat, tempo dan irama yang runtun, akan membuat suasana upacara gongyo, daimoku, atau dokyo syodai yang dilakukan menjadi semakin khidmat dan membuat getaran positif bagi pemunculan dunia Buddha. Tim NSI Jambi terpilih sebagai pemenang. Selain itu, diselenggarakan juga swayamvara angklung yang diikuti oleh empat tim umat NSI dari DKI Jakarta,

Banten, Bandung, dan Jambi. Ke depannya, diharapkan pengurus NSI daerah dan wilayah lain yang belum ikut serta dapat mengembangkan kesenian angklung dan berpartisipasi dalam swayamvara angklung tahun 2018. Tim NSI DKI Jakarta terpilih sebagai pemenang. Swayamvara tari nusantara (sebelumnya disebut festival) semakin meningkat kualitasnya. Kali ini diikuti oleh 13 tim dari berbagai wilayah dan menampilkan tari-tarian tradisional khas wilayahnya. Tim NSI Bogor, Jawa Barat, terpilih sebagai pemenang. (sam)


Suasana peringatan sumpah pemuda dan dirgahayu ke 53 tahun NSI, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Foto bersama DPP dan DPW NSI dengan tamu undangan, antara lain Dirjen Bimas Buddha RI, Ketua Majelis dan sesepuh agama Buddha.

Ketua Umum NSI memberikan cenderamata kepada Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI.

Desember 2017 | Samantabadra

11


SUMATERA UTARA

KALIMANTAN BARAT

JAMBI

12

Samantabadra | Desember 2017

GRUP MASAK BERSAMA DPP NSI


JAWA TENGAH

JAWA TIMUR

KEP. BANGKA BELITUNG

SUMATERA SELATAN LAMPUNG

YELYEL UMAT NSI

BALI

Desember 2017 | Samantabadra

13


Juara Peragaan Busana Daerah.

Juara Swayamvara Tambur.

Juara Stand Bazaar.

Foto Bersama Ketua Umum NSI dan Ibu, Ketua Umum Walubi dan Budayawan Radhar P. Dahana pada acara Malam Kebudayaan Kensyu HUT 53 Tahun NSI.

14

Samantabadra | Desember 2017


Peserta Swayamvara Tari Nusantara bersama DPP NSI dan Dewan Juri.

Peserta Swayamvara Angklung bersama DPP NSI dan Dewan Juri.

Juara Swayamvara Angklung, tim NSI DKI Jakarta.

Juara Swayamvara Dokyo Syodai, tim NSI Jambi.

Juara Swayamvara Tari Nusantara, tim NSI Bogor.

Juara Swayamvara Tambur, Ibu Novi dari Jambi.

Desember 2017 | Samantabadra

15


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Bukti Terang Saddharmapundarika-sutra (Surat Perihal Mati dan Hidup Kembali)

LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 28 bulan 2 tahun 1282 (Ko-an ke-5) ketika Niciren Daisyonin berusia 61 tahun dan ditujukan kepada Nanjo Syiciro Jiro Tokimitsu. Nama lain dari surat ini adalah Surat perihal Mati dan Hidup Kembali. Surat aslinya terbagi tiga dan tersimpan antara lain di dalam Kuil Nisyiyama Honmon. Di dalam surat asli hanya tertera tanggal penulisan, 28 bulan 2, tanpa keterangan tahun. Akan tetapi Nikko Syonin mencatat tahun penulisannya, yaitu tahun Ko-an ke-5. Catatan tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Kuil Pusat Taiseki-ji. Pada tahun Ko-an ke-5, ketika Tokimitsu menerima surat ini, gejolak suasana yang ditimbulkan dari penganiayaan hukum di Atsuhara telah mulai mereda. Tokimitsu, yang menjadi pemimpin umat daerah Fuji, mungkin menderita jiwa dan raga, sehingga merasa lelah karenanya. Penyakit yang telah mengidap semenjak tahun yang lalu menjadi bertambah berat. Pada waktu itu Niciren Daisyonin juga dalam keadaan sakit, tetapi beliau tetap mengkhawatirkan penyakit Tokimitsu. Pada tanggal 25 bulan 2 beliau meminta Niciro membantu menuliskan surat. Surat itu kemudian dikirim kepada Tokimitsu melalui Nikko Syonin. Isi penting surat tersebut adalah sebagai berikut. Dalam ajaran Buddha, Raja Yama memiliki kuasa 16

Samantabadra | Desember 2017

sepenuhnya untuk mencabut jiwa manusia. Niciren Daisyonin dengan tegasa memerintahkan kepada Raja Yama, “Kali ini harus menolong Tokimitsu, sekalipun karma tetapnya telah memastikan bahwa ia harus meninggal.� Beliau memberi semangat dengan mengambil contoh ibu-Nya sendiri yang dapat memperpanjang hidup. Melihat kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan Nanjo Tokimitsu. Niciren Daisyonin mempunyai harapan besar untuk masa depannya. Oleh karena itu, sekali pun dalam keadaan sakit beliau mau menulis surat sendiri. Surat ini ditulis hanya 3 hari setelah surat tersebut di atas, tepatnya pada tanggal 28 bulan 2. Dan sekali lagi disampaikan melalui perantaraan Hoki-bo. Dengan iringan doa Niciren Daisyonin yang penuh kesungguhan hati serta bimbingan dari Nikko Syonin. Tokimitsu yang masih muda ini membangkitkan hati kepercayaan yang kuat dalam dirinya. Pada akhirnya ia dapat mengatasi penyakit berat tersebut. Surat ini memang ditujukan kepada Tokimitsu aka ntetapi isi surat ini sebenarnya memarahi habis-habisan setansetan yang menyusahkan Tokimitsu. Surat ini berbeda dengan surat yang biasa ditulis. Surat ini diawali dengan tanda “Niciren, pelaksana Saddarmapundarika-sutra.� Setelah dibubuhi cap seperti itu, baru dituliskan isi suratnya.


ISI GOSYO |

I

ngin kulihat bagaimana orang yang percaya dan melaksanakan pertapaan sesuai dengan kalimat Sutra Saddharmapundarika-sutra di Masa Pascimadhrama (Mutakhir Dharma) yang buruk dan keruh ini, dipantulkan oleh cermin Saddharmapundarika-sutra. Petuah emas yang keluar dari mulut Buddha Sakyamuni menegaskan bahwa orang itu adalah orang yang telah menyumbangkan puluhan milyar Buddha di masa lampau. Mungkin manusia biasa Masa Pascimadharma akan ragu-ragu bila perkataan tersebut diucapkan oleh hanya satu Buddha saja. Oleh karena itu, dari tempat tinggal-Nya di kawasan Ratnavisudha, di jurusan timur dunia ini, melalui beraneka dan berbagai negara. Buddha Prabhutaratna sengaja datang, di hadapan Buddha Sakyamuni. beliau membuktikan dengan jelas, “Saddharmapundarika-sutra yang gaib, seluruhnya sungguh benar.� Maka sesunguhnya, bagaimana mungkin timbul keragu-raguan lagi? Sekali pun demikian, terpikirkan pula bahwa agaknya manusia biasa Masa Pascimadharma sukar untuk percaya. Sang Buddha lalu mengumpulkan para Buddha dari sepuluh penjuru untuk turut menjulurkan lidah yang panjang dan lebar1. Lidah para Buddha yang panjang dan lebar ini menandakan bahwa para Buddha tersebut tak pernah mengucapkan bualan sekali pun jua sejak kalpa yang tak terhitung. Lidah yang terjulur amat panjang dan lebar ini disebut sebagai wajah lidah yang panjang dan lebar (Koco Zesso). Lidah-lidah ini dijajarkan dengan rapi menjulang di antariksa bagaikan Gunung Semeru. Sungguh suatu peristiwa yang luar biasa! Apabila demikian, badan manusia biasa Masa Pascimadharma yang terus percaya dan melaksanakan, sekali pun hanya satu atau dua aksara dari Saddharmapundarika-sutra, dapat dikatakan mempunyai lidah para Buddha dari sepuluh penjuru. Nasib apakah yang telah dibuat pada masa lampau, sehingga terlahir dalam badan seperti ini, serta amat gembira melihat kalimat sutra? Pada masa lampau telah bertemu dan menyumbang sepuluh milyar Buddha, tetapi hanya Saddharmapundarika-sutra saja yang tak digunakan. Sekali pun demikian, oleh karena karunia menyumbang Buddha yang amat besar, maka dibabarkan bahwa meskipun terlahir dengan badan yang miskin dan papa yang merupakan akibat karma memfitnah dharma, sekali lagi bisa menjadi orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra. Mengenai hal ini. dalam keterangannya Mahaguru Tien Tai mengatakan, “Orang yang terjatuh di atas tanah dapat berdiri kembali karena adanya tanah tersebut, dan sebagainya.� Orang yang jatuh di atas tanah akan bangkit kembali dengan bertumpu pada tanah tersebut. Orang yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra terjatuh ke tanah Tiga Jalan Buruk; neraka, kelaparan dan kebinatangan, serta dunia kemanusiaan dan surga. Sebaliknya, seperti yang diterangkan oleh teori kewajaran (hal ini menjadi jodoh bertentangan), dengan uluran tangan Saddharmapundarika-sutra, orang tersebut dapat menjadi Buddha. Akan tetapi, Keluarga Ueno Syiciro Jiro adalah manusia biasa Masa Pascimadharma. Terlahir sebagai keluarga samurai, maka dapat dikatakan sebagai orang yang buruk namun hatinya adalah hati orang yang baik. Alasannya adalah sebagai berikut. Ketika itu puluhan ribu orang, dari seorang yang berkedudukan tinggi sampai rakyat jelata yang berkedudukan rendah, bukan hanya tak percaya pada Hukum Niciren, bahkan sewaktu ada orang yang percaya, mereka lalu mengganggu harta benda atau sawah dan ladang orang yang percaya hingga menimbulkan gangguan yang akhirnya dapat mengancam jiwa. Demikianlah sukarnya menjalankan hati kepercayaan. Akan tetapi, ibu Anda Ama Goze dan almarhum ayah Anda Ueno Dono tetap mempertahankan kepercayaan ini. Kini, Syiciro Jiro yang menjadi pewaris (dari almarhum Ueno Dono), percaya Saddharmapundarikasutra tanpa dianjurkan oleh siapa pun juga, percaya sepenuh hati yang muncul dari dasar jiwa. Desember 2017 | Samantabadra

17


Puluhan ribu orang, dari atas sampai bawah, telah memperingatkan bahkan menakut-nakuti maupun mengancam (agar Syiciro Jiro menghentikan kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra). Biarpun demikian, sampai akhir tak ada hati yang ingin membuang (kepercayaan). Oleh karena hampir mencapai kesadaran Buddha, maka mungkin iblis surga atau umat diluar jalan Buddha2 menimbulkan penyakit sebagai ancaman. Kehidupan jiwa manusia adalah terbatas, maka janganlah terkejut sedikit juga. Setan-setan yang menyusahkan orang ini (Syiciro Jiro Tokimistu)! Apakah ingin menelan pedang yang terhujam bulat-bulat? Apakah ingin mengusung api besar yang membara? Selain itu, apakah ingin menjadi musuh besar Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa? Jangan sampai menyesal kemudian! Oleh karena itu, segera sembuhkanlah penyakit orang ini! Berbaliklah menjadi dewa pelindung, sehingga dapat melepaskan diri dari penderitaan besar Jalan setan! Apabila tidak demikian, di masa ini memperoleh imbalan dosa kepala pecah menajdi tujuh. Sedangkan di masa yang akan datang terjatuh ke dalam neraka besar dengan penderitaan yang tak terputus-putus. Hendaknya perkataan ini benar-benar dicamkan dalam hati. Apabila menghina ucapan Niciren sedikit jua, pasti akan menyesal di masa yang akan datang, pasti menyesal di masa yang akan datang. Tertanda, Niciren Pelaksana Saddharmapundarika-sutra Tanggal 28 bulan 2 Tahun Ko-an ke-5 (1282) Diberikan melalui Hoki-bo Catatan kaki: 1. Menjulurkan lidah adalah kebiasaan (adat istiadat) orang India Kuno. Tujuannya adalah untuk menyatakan bahwa ia tidak berbohong. Semakin tipis dan semakin panjang lidahnya membuktikan bahwa kata-kata yang diucapkannya itu makin benar. 2. Umat di luar Jalan Buddha adalah umat yang menentang kata-kata Buddha dan mengganggu para pelaksananya dengan berbagai cara.

18

Samantabadra | Desember 2017


|PENJELASAN GOSYO

1

GM

isi surat menerangkan bahwa pada Masa Pascimadharma yang keruh, orang yang dapat percaya dan menerima Saddharmapundarika-sutra sebagaimana yang diterangkan di dalam sutra, sebenarnya pada masa lampau telah menyumbang para Buddha sejumlah sepuluh milyar. Terlebih lagi Saddharmapundarikasutra adalah ajaran yang sebenarnya. Kebenarannya telah dibuktikan oleh para Buddha sepuluh penjuru dan Tathagata Prabhutaratna. Maka, kebenaran sutra tersebut tidak boleh diragukan lagi. Walaupun pada masa lampau telah menyumbang sepuluh milyar Buddha, orang yang tidak hanya percaya kepada Saddharmapundarika-sutra akan membuat dosa pemfitnahan dharma. Ia akan terlahir sebagai manusia, tetapi dalam keadaan miskin dan hina. Dalam keadaan seperti ini, ia akan percaya kepada Saddharmapundarikasutra. Dengan meneruskan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra, maka ia telah dipastikan untuk mencapai kesadaran. Sampai saat ditulisnya surat ini, sekalipun menerima penganiayaan yang tak terkatakan beratnya, Tokimitsu sama sekali tidak membuang Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, pencapaian kesadaran Buddha baginya sudah terlihat di depan mata. Iblis surga dan umat di luar Jalan Buddha tidak menginginkan terjadinya hal ini. Mereka mengganggu dengan bermacammacam penyakit yang membuat Tokimitsu menderita. Pada kesimpulannya, Niciren Daisyonin memarahi dan mengancam setansetan yang menimbulkan penderitaan kepada Nanjo Tokimitsu. Pada bagian pertama dijelaskan bahwa pada Masa Pascimadharma orang yang percaya dan menerima Saddharmapundarika-

sutra (Gohonzon) sesuai dengan kalimat sutra, serta sungguh-sungguh melaksanakan pertapaan untuk diri sendiri dan untuk orang lain (Jigyo dan Keta) adalah orang yang mempunyai akar kebaikan besar, karena telah menyumbang Buddha sejumlah sepuluh milyar pada masa lampau. Ini sesuai dengan yang dikatakan di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab X Dharma Duta, “Bila ada orang yang menerima dan mempertahankan, membaca dan menyebut, membabarkan, menulis dan menyalinnya, meskipun hanya satu syair dari Saddharmapundarika-sutra… pada masa lampau mereka telah menyumbang Buddha sejumlah sepuluh milyar. Maka di tempat para Buddha mereka telah mencapai keinginan besar. Karena merasa sayang dan kasihan kepada umat, mereka terlahir sebagai manusia.” Selain itu, Hukum ini tidak hanya dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Hukum ini disaksikan bahkan pula oleh Tathagata Prabhutaratna dan kawasan Ratnavisudha. Di dalam Bab XI Stupa Pusaka jelas dibuktikan, “Saddharmapundarika-sutra yang gaib seluruhnya sungguh-sungguh benar.” Selanjutnya sebagai bukti tambahan dalam Bab XXI Kekuatan Gaib Tathagata para Buddha dari sepuluh penjuru menjulurkan lidah mereka hingga mencapai surga Brahma. Hal ini belum pernah didengar sebelumnya. Maka dikatakan, “Sungguh luar biasa!”

2

GM

Surat ini dinamakan Bukti Terang Saddharmapundarikasutra Percaya dan menerima Saddharmapundarika-sutra dapat “mempunyai lidah Buddha sepuluh penjuru”, ini berarti orang yang melaksanakan adalah sesuai dengan keinginan Buddha sepuluh Desember 2017 | Samantabadra

19


penjuru. Di satu pihak orang tersebut menerima karunia besar karena menerima dan percaya Saddharmapundarika-sutra. Sedangkan di lain pihak harus menerima kenyataan terlahir sebagai manusia di Masa Pascimadharma. Maka, di dalam surat dikatakan, “Nasib apakah yang dibuat pada masa lampau sehingga terlahir dengan badan seperti ini?” “Badan seperti ini” berarti dapat percaya dan menerima Saddharmapundarika-sutra. Sebaliknya, perkataan terlahir dengan badan yang miskin dan hina sebagai akibat karma memfitnah dharma menunjukkan terlahir dalam “badan manusia biasa Masa Pascimadharma.” Karunia luar biasa dan sebab penderitaan besar terlahir sebagai manusia biasa Masa Pascimadharma diuraikan dengan kalimat, “Sekalipun demikian, karena karunia menyumbang Buddha amat besar, maka dibabarkan bahwa meskipun terlahir dengan badan yang miskin dan hina sebagai akibat karma memfitnah dharma, sekali lagi dapat menjadi orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra.” Kalimat ini berarti, pada masa lampau menyumbang Buddha sejumlah sepuluh milyar. Akan tetapi, tidak percaya kepada Saddharmapundarikasutra sehingga membuat dosa memfitnah dharma. Akan tetapi masih beruntung, dari akar pokok menyumbang Buddha sepuluh milyar menimbulkan kekuatan karunia jodoh bertentangan Saddharmapundarikasutra. Oleh karena itu yang dikatakan sekali lagi dapat menjadi orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, bagaimanapun pemfitnahan kepada Saddharmapundarika-sutra membuat dosa berat. Karma dosa ini menyebabkan ‘terlahir dalam keadaan yang miskin dan hina’ serta harus mengalami penderitaan dan kesulitan. Dikatakan menyumbang Buddha sejumlah sepuluh milyar tidak 20

Samantabadra | Desember 2017

menjadi penanaman bibit, melainkan seperti yang diterangkan dalam Bab Dharma Duta, membuat sebab ‘terlahir sebagai manusia’ yakni membuat sebab untuk memperoleh syodo syoki1 yang dapat melaksanakan pertapaan dengan percaya dan menerima Saddharma. Penanaman bibit Hukum Buddha ini dapat ditinjau dari sudut jodoh bertentangan memfitnah dharma karena tidak percaya kepada Saddharmapundarikasutra. Meskipun menerima jodoh bertentangan untuk penanaman bibit, tetap tidak dapat terhindar dan terlahir dalam keadaan miskin dan hina akibat dosa memfitnah dharma. Oleh karena itu, percaya dan menerima Saddharma pada masa kini, dapat menghapus dosa pemfitnahan dharma pada masa lampau serta mendapat karunia kebajikan agung tercapainya kesadaran dan kebahagiaan. Untuk mencapai itu, satu-satunya jalan adalah dengan terus mempertahankan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. Inilah yang dimaksud ‘orang yang terjatuh di atas tanah dapat berdiri kembali karena adanya tanah tersebut.’

3

Dalam surat ini diterangkan Catatan Hokke Mongu dari Mahaguru Miao Lo, yang menerangkan kaliamt Hokke Mongu dari Mahaguru Tien Tai, “Orang yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra terjatuh ke tanah Tiga Jalan Buruk; Neraka, Kelaparan, dan Kebinatangan, serta Dunia Kemanusiaan dan Surga. Sebaliknya, seperti yang diterangkan oleh teori kewajaran (menjadi jodoh bertentangan), dengan uluran tangan Saddharmapundarika-sutra dapat menjadi Buddha.” Orang yang terjatuh ke atas tanah tidak mungkin dapat bangkit kembali tanpa bertumpu pada tanah tersebut. Dapat tidaknya bangkit kembali tergantung pada tanah tersebut.

Anak Cabang


Dengan demikian, karena memfitnah Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), orang tersebut akan terlahir dalam badan yang miskin dan hina. Karena menemui penderitaan dan kesulitan maka tiada jalan lain kecuali melaksanakan hati kepercayaan kepada Gohonzon. Tanpa kepercayaan kepada Gohonzon tidak mungkin dapat menghapuskan karma dosa tersebut. Tak seorangpun yang dapat membantu kita untuk meringankan penderitaan tersebut. Haruslah diketahui bahwa sebab dasar timbulnya penderitaan dalam diri kita sendiri adalah karena pada masa lampau kita telah memfitnah Gohonzon. Oleh karena itu, haruslah diketahui bahwa dengan percaya dan menerima Gohonzon, kita baru dapat memecahkan dan mengubah nasib dari akar pokok. Apalagi pelaksanaan utama kepercayaan kepada Gohonzon bukan hanya dapat mengatasi nasib, kita bahkan juga akan mendapat karunia kebajikan agung yang berupa tercapainya kesadaran. Inilah yang dikatakan ‘permata unggul yang tiada tara tanpa diinginkan diperoleh dengan sendirinya.’ Bagaimanapun, sesuai dengan teori hukum Saddharmapundarika-sutra diterangkan bahwa Nanjo Tokimitsu adalah orang berkebajikan besar yang telah menyumbang sepuluh milyar Buddha pada masa lampau. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin menegur dengan keras bahwa setan-setan yang ingin memberi penderitaan kepada Tokimitsu akan mendapatkan hukuman besar.

Niciren Daisyonin memarahi setan-setan sambil memberi semangat kepada Nanjo Tokimitsu dengan mengatakan bahwa karena ia hampir mencapai kesadaran Buddha, Iblis Surga dan umat diluar Jalan Buddha ingin sekali merintangi. Oleh karena itu, Nanjo Tokimitsu menderita sakit berat. Ayah Tokimitsu, Hyoe Syiciro, termasuk orang yang tetap menjadi penganut sekalipun orang banyak pada waktu itu ‘mengganggu harta benda atau sawah dan ladang orang yang percaya, sampai menimbulkan gangguan yang akhirnya dapat mengancam jiwa.’ Ia meninggal dalam usia yang belum lanjut. Di bawah bimbingan ibunya, Tokimitsu dapat meneruskan keinginan ayahnya; yaitu meneruskan jalan hati kepercayaan. Nanjo Tokimitsu sendiri mendapat bermacam gangguan dari orang yang ‘memperingatkan bahkan menakutnakuti, maupun mengancam.’ Akan tetapi, bagaimanapun juga ia tidak mundur, ia tetap sungguh-sungguh melaksanakan hati kepercayaan dengan tulus. Oleh karena itu, pencapaian kesadaran Buddha dalam dirinya ingin dirintangi oleh Iblis Surga dan umat di luar Jalan Buddha. Rintangan itu berupa penyakit berat yang dideritanya. Niciren Daisyonin bisa menyorot secara jelas intisari hal tersebut. Oleh karena itu beliau dapat memberi semangat kepada Tokimitsu dengan mula-mula mengatakan, “Kehidupan jiwa manusia adalah terbatas, maka janganlah terkejut sedikit juga.” Pada awal surat tertera ‘Niciren, pelaksana Saddharmapundarika-sutra’. Kalimat ini menunjukkan pendirian Niciren Nanjo Tokimitsu lahir dalam keluarga Daisyonin sebagai Buddha Pokok Masa samurai. Meskipun demikian, sejak Pascimadharma. Dengan pendirian tersebut, kecil ia telah melaksanakan hati beliau memperingatkan dengan keras, kepercayaan. Bermacam-macam rintangan “Setan-setan…” Tokimitsu mempunyai akar dan penderitaan dapat diatasinya; ia dapat kebaikan besar, karena pada masa lampau terus mempertahankan hati kepercayaannya. telah menyumbang sepuluh milyar Buddha.

4

Anak Cabang

Desember 2017 | Samantabadra

21


Alangkah tidak tahu dirinya setan-setan yang berani memberikan penderitaan besar kepada Nanjo Tokimitsu! Sebenarnya perilaku setan-setan tersebut mendatangkan karma berat dan hukuman besar bagi diri mereka sendiri. Para pemimpin Iblis, seperti Dewi Hariti dan Dasa Raksasi telah berjanji di dalam pesamuan Saddharmapundarika-sutra dengan berkata, “Yang menyusahkan dan membuat kekacauan bagi pelaksana Saddharmapundarika-sutra akan mendapat hukuman berupa kepala terpecah menjadi tujuh�. Maka, setan-setan tersebut akan mendapat hukuman dari Dewi Hariti dan Dasaraksasi karena mereka telah menyusahkan Nanjo Tokimitsu. Apalagi hukuman ini tidak hanya berupa kepala yang terpecah menjadi tujuh bagian pada masa ini, bahkan karena perilaku mereka yang menentang Saddharmapundarika-sutra dan memusuhi para Buddha dari ketiga masa, di masa akan datang mereka akan terjatuh ke dalam neraka dengan penderitaan yang tak terputus-putus. Oleh karena itu, iblis-iblis ini harus berubah wujud sebagai pelindung orang-orang yang melaksanakan Saddharmapundarika-sutra, seperti yang dilakukan oleh Dewi Hariti, Dasaraksasi, dan sebagainya. Ini berarti, mereka langsung berhenti menyiksa melalui penyakit dan langsung menyembuhkan penyakit Tokimitsu. Jadi pada akhirnya, untuk masa selanjutnya mereka bertugas menjaga Tokimitsu. Dengan demikian, setan-setan itu sendiri akan terselamatkan dari Jalan Penderitaan keserakahan. Oleh karena itu di dalam surat dikatakan, “Jangan sampai menyesal kemudian! Maka, segera sembuhkanlah penyakit orang ini! Berbaliklah menjadi dewa pelindung agar dapat melepaskan diri dari penderitaan besar Jalan setan ini!�

22

Samantabadra | Desember 2017

Secara umum, surat ini merupakan surat yang memberi dorongan semangat kepada Nanjo Tokimitsu yang disampaikan lewat Hoki-bo, yaitu Nikko Syonin. Akan tetapi isinya secara khusus ditujukan kepada setansetan yang menyusahkan Tokimitsu. Setansetan ini dimarahi dan dikecam dengan keras. Maka, surat ini bagaikan raungan singa yang memukul dan memecahkan gerakan setan tersebut. *** Catatan Kaki: 1. Syodo Syoki adalah jiwa seluruh umat manusia adalah bejana sejati untuk mendapatkan pencapaian kesadaran Buddha. Jiwa manusia memiliki potensi untuk jatuh kedalam Jalan Buruk karena keinginan hawa nafsu dan jodoh buruk dan juga untuk mencapai keadaan Arahat, Pratekyabuddha, dan Buddha.


The Proof of the Lotus Sutra

H

ow does the mirror of the Lotus Sutra portray the people who, in the evil world of the latter age, believe in the teachings of the Lotus Sutra just as they are set forth in the sutra? Shakyamuni Buddha has left us words from his golden mouth revealing that such people have already made offerings to a hundred thousand million Buddhas in their past existences. But ordinary people in the latter age might well doubt the words spoken by just one Buddha. With this in mind, Many Treasures Buddha came expressly all the way from his World of Treasure Purity, many lands to the east. Facing Shakyamuni Buddha, he gave his words of testimony about the Lotus Sutra, saying, “All that you have expounded is the truth!” If this is so, then there can be no room for doubt about the matter. Nevertheless, Shakyamuni Buddha may have felt that ordinary people in the latter age would still be skeptical. Hence he summoned the Buddhas of the ten directions to come and join him in the magnificent act of extending their long broad tongues, which had told nothing but the truth for countless kalpas, until they projected into the sky as high as Mount Sumeru. Since this is the case, when ordinary people in the latter age believe in even one or two words of the Lotus Sutra, they are embracing the teaching to which the Buddhas of the ten directions have given credence. I wonder what karma we created in the past to have been born as such persons, and I am filled with joy. The words of Shakyamuni that I referred to above indicate that the blessings that come from having made offerings to a hundred thousand million Buddhas are so great that, even if one has believed in teachings other than the Lotus Sutra and as a result of this slander been born poor and lowly, one is still able to believe in this sutra in this lifetime. A T’ien-t’ai commentary states, “It is like the case of a person who falls to the ground, but who then pushes himself up from the ground and rises to his feet again.” One who has fallen to the ground recovers and rises up from the ground. Those who slander the Lotus Sutra will fall to the ground of the three evil paths, or of the human and heavenly realms, but in the end, through the help of the Lotus Sutra, they will attain Buddhahood. Now since you, Ueno Shichirō Jirō, are an ordinary person in the latter age and were born to a warrior family, you should by rights be called an evil man,4 and yet your heart is that of a good man. I say this for a reason. Everyone, from the ruler on down to the common people, refuses to take faith in my teachings. They inflict harm on the few who do embrace them, heavily taxing or confiscating their estates and fields, or even in some cases putting them to death. So it is a difficult thing tobelieve in my teachings, and yet both your mother and your deceased father dared to accept them. Now you have succeeded your father as his heir, and without any prompting from others, you too have wholeheartedly embraced these teachings. Many people, both high and low, have admonished or threatened you, but you have refused to give up your faith. Since you now appear certain to attain Buddhahood, perhaps the heavenly devil and evil spirits are using illness to try to intimidate you. Life in this world is limited. Never be even the least bit afraid! Desember 2017 | Samantabadra

23


And you demons, by making this man suffer, are you trying toswallow a sword point first, or embrace a raging fire, or become the archenemy of the Buddhas of the ten directions in the three existences? How terrible this will be for you! Should you not cure this man’s illness immediately, act rather as his protectors, and escape from the grievous sufferings that are the lot of demons? If you fail to do so, will you not have your heads broken into seven pieces in this life and fall into the great hell of incessant suffering in your next life! Consider it deeply. Consider it. If you ignore my words, you will certainly regret it later.

The twenty-eighth day of the second month in the fifth year of Kōan (1282) Delivered by Hōki-bō

24

Samantabadra | Desember 2017


Desember 2017 | Samantabadra

25


26

Samantabadra | Desember 2017


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Perihal Kereta Sapi Putih Agung LATAR BELAKANG |

K

epada siapa surat ini ditujukan tidaklah jelas. Juga tidak jelas kapan surat ini ditulis. Akan tetapi kesepakatan sejak dahulu menyatakan bahwa surat ini ditulis pada tahun Ko-an (1281) di Gunung Minobu serta diberikan pada salah seorang penganut. Pada bagian awal surat ini dijelaskan mengenai Kereta Sapi Putih yang hanya dapat dinaiki oleh pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Hal tersebut terdapat dalam penjelasan Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra. Dalam terjemahan Saddharmapundarikasutra berbahasa Cina yang ditulis oleh Kumarajiva tidak dijelaskan secara terperinci mengenai kereta ini. Adapun buku dasar, Saddharmapundarika-sutra, yang berbahasa Sansekerta menerangkan tentang kereta tersebut secara terperinci. Niciren Daisyonin sendiri mengatakan bahwa Beliau kira-kira telah melihat dan membaca buku berbahasa Sansekerta tersebut.

ISI GOSYO |

K

ereta Sapi Putih Agung dari Saddharmapundarika-sutra sesungguhnya merupakan kereta yang harus dinaiki oleh pelaksana Saddharmapundarika-sutra, yaitu orang lain dan juga Aku sendiri. Kereta Sapi Putih Agung ini dibabarkan di dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi dalam Saddharmapundarika-sutra terjemahan Kumarajiva, hal kereta ini tidak diterangkan secara terinci, namun hanya secara garis besar saja. Lain halnya dengan buku berbahasa Sansekerta. Buku berbahasa Sansekerta menjelaskan hiasan-hiasan kereta itu sehingga menjadi tujuh pusaka, yang berupa: Mendengar, Percaya, Menjaga pantangan, Menetapkan hati, Bergiat maju, Menyumbang jiwa raga dan Bertobat (Mon, Syin, Kai, Jo, Syin, Sya, Zan). Niciren kira-kira telah melihatnya. Kereta ini mempunyai panjang dan lebar 500 yojana. Rodanya terbuat dari emas. Tiangtiang yang terbuat dari perak adalah tempat bergantung tali emas yang terentang ke delapan penjuru. Anak tangganya berjumlah sebanyak 37 tingkat, semuanya dilapisi oleh perak yang berkilauan. Genta-genta pusaka sejumlah 84.000 tergantung di empat sisi kereta tersebut. Desember 2017 | Samantabadra

27


Juga terdapat tiga ratus enam puluh bendera merah yang berkibar-kibar pada tiang-tiang kereta itu. 42.000 rantai diletakkan oleh Catur Maharaja. Para Buddha dan Bodhisattva sejumlah 69.000 lebih, duduk di atas singgasana teratai pusaka dalam kereta itu. Dewa Indra bersama dengan pengikutnya mengalunkan 1.200 jenis musik. Dewa Mahabrahma memayungi kereta tersebut. Dewa Tanah meratakan gunung dan sungai di bumi besar. Oleh karena itu Kereta Sapi Putih Agung bebas terbang di antariksa Sifat Dharma. Orang-orang yang terlahir setelah Niciren, lebih baik datang ke Tanah Suci Ryozen dengan mengendarai Kereta Sapi Putih Agung tersebut. Pada waktu itu Niciren akan naik kereta yang sama untuk menyambut kalian. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. tertanda, Niciren

KUTIPAN GOSYO |

1

Kereta Sapi Putih Agung dari Saddharmapundarika-sutra sesungguhnya merupakan kereta yang harus dinaiki oleh pelaksana Saddharmapundarika-sutra, yaitu orang lain dan juga Aku sendiri. Keterangan: Kereta Sapi Putih Agung diperkenalkan dalam pembabaran Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra. Kereta tersebut adalah kereta yang dikeluarkan dalam perumpamaan Rumah Terbakar dan Tiga Kereta. Penjelasan secara singkat mengenai perumpamaan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: Pada suatu ketika ada rumah seorang kaya raya yang terbakar. Anak-anak orang kaya yang terdapat dalam rumah yang sedang terbakar tersebut tidak mengetahui apa-apa. Mereka bermain-main dengan penuh kegembiraan. Orang kaya tersebut ingin menyelamatkan anak-anaknya yang sedang bermain. Oleh karena itu timbul 28

Samantabadra | Desember 2017

suatu pemikiran di benaknya. Dari dahulu anak-anaknya mendambakan kereta yang dapat digunakan untuk bepergian. Kereta yang didambakan adalah kereta yang ditarik kambing, kereta yang ditarik rusa dan kereta yang ditarik oleh sapi. Orang kaya tersebut mengatakan kepada anakanaknya bahwa mereka harus keluar dari rumah karena ada kereta dambaan mereka. Mendengar kata-kata ayahnya tersebut ketiga anak itu keluar rumah yang terbakar dengan hati yang gembira. Akan tetapi ayahnya menganugerahkan ketiga anaknya sebuah kereta yang lebih unggul dari kereta dambaan mereka. Ayahnya memberikan mereka kereta sapi putih agung. Demikianlah isi dari perumpamaan tentang Rumah Terbakar dan Tiga Kereta. Perumpamaan tersebut mempunyai makna sebagai berikut. Rumah yang terbakar mengumpamakan Triloka – Enam Jalan. Orang kaya adalah Sang Buddha. Anak-anak adalah seluruh umat manusia. Anak-anak


yang sedang bermain dengan gembira di dalam rumah terbakar mengumpamakan umat manusia yang tidak menyadari bahwa mereka berdiam dalam dunia saha. Dunia saha yang penuh dengan penderitaan karena terbakar oleh api, seperti api hawa nafsu. Ketiga buah kereta yang dijanjikan oleh orang kaya kepada anak-anaknya menunjukkan Triyana Ajaran Sementara yang merupakan Sravaka, Pratekyabuddha dan Bodhisattva. Kereta Sapi Putih Agung menyatakan Ekayana Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian perumpamaan ini menggambarkan Hukum ‘Membuka Triyana Mewujudkan Ekayana’ secara jelas sekali. Kereta Sapi Putih Agung itu adalah kereta yang penuh berhiaskan bermacammacam pusaka. Kereta ini ditarik oleh sapi putih agung. Juga dikatakan bahwa kereta itu berjalan amat cepat bagaikan angin. Cepatnya kereta ini menyatakan cepat tercapainya kesadaran Buddha dalam badan apa adanya. Ada juga perkataan yang berbunyi, “Kereta Sapi Putih Agung dari Saddharmapundarika-sutra sesungguhnya merupakan kereta yang dinaiki oleh pelaksana Saddharmapundarika-sutra, yaitu orang lain dan juga Aku sendiri. Perkataan ini berarti bahwa Ekayana Saddharmapundarikasutra hanya dapat dinaiki oleh pelaksananya. Sedangkan perkataan ‘orang lain dan juga Aku sendiri’ berarti menolak sikap mementingkan diri sendiri dan mewujudkan sikap memberi keuntungan kepada orang lain. Maka, dapat dikatakan bahwa kereta tersebut dinaiki bersama-sama dengan orang-orang lain.

2

Tujuh pusaka, yang berupa: Mendengar, Percaya, Menjaga pantangan, Menetapkan hati, Bergiat maju, Menyumbang jiwa raga dan Bertobat (Mon, Syin, Kai, Jo, Syin, Sya, Zan).

Keterangan: Bab Perumpamaan Saddharmapundarikasutra dalam buku terjemahan Kumarajiva menyatakan bahwa ketujuh hiasan Kereta Sapi Putih Agung adalah emas, perak, lazuardi, ambar, mutiara, permata dan pirus. Niciren Daisyonin dalam surat ini mengutip tujuh pusaka dari Bab Perumpamaan yang terdapat dalam Saddharmapundarika-sutra berbahasa Sansekerta. Ketujuh pusaka tersebut dinyatakan sebagai mendengar, percaya, menjaga pantangan, menetapkan hati, bergiat maju, menyumbang jiwa raga dan bertobat. Hingga sekarang tidak diketahui buku berbahasa Sansekerta yang mana yang telah dilihat oleh Niciren Daisyonin. Namun buku-buku Sansekerta yang ditemukan hingga saat ini, semuanya hanya menjelaskan ketujuh pusaka sebagai emas, perak, dan lain-lainnya. Tidak ada satu buku pun yang ditemukan hingga kini membabarkan ketujuh pusaka tersebut sebagai mendengar, percaya dan lainlainnya. Oleh karena itu, hingga kini tidak diketahui hubungan yang sesungguhnya antara buku berbahasa Sansekerta yang disebutkan dan buku terjemahan Kumarajiva. Ada kemungkinan bahwa Niciren Daisyonin mengartikan tujuh pusaka tersebut dalam makna yang lain. Mungkin Niciren Daisyonin bermaksud untuk mengartikan ketujuh pusaka tersebut sebagai pusaka yang mencemerlangkan sifat Buddha. Oleh karena itu Beliau menerangkan ketujuh pusaka yang berupa emas, perak dan lain-lainnya sebagai ketujuh harta yang berupa mendengar, percaya dan lain-lainnya. Hal ini juga disinggung pula dalam Surat Balasan Kepada Abutsubo. Stupa pusaka, yang terwujud nyata dalam Bab XI Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra, dihiasi oleh tujuh pusaka yang berupa emas, perak dan lain-lainnya. Tujuh pusaka tersebut

Desember 2017 | Samantabadra

29


dijelaskan sebagai tujuh pusaka yang berupa harta pusaka tersebut secara terperinci, satu mendengar, percaya dan lain-lainnya. Juga demi satu. ketujuh pusaka tersebut sebagai tujuh harta 1. Yang pertama adalah mendengar suci atau tujuh harta kebajikan atau pula (mon). Mendengar berarti mendengar tujuh harta pusaka. Oleh karena itu ketujuh Hukum Buddha. harta pusaka tersebut dapat tersimpan 2. Yang kedua adalah percaya (syin). dalam jiwa orang-orang yang melaksanakan Percaya berarti percaya dan menerima pertapaan Jalan Buddha. atau sungguh-sungguh percaya dan Adapun mengenai tujuh harta suci dapat menerima Hukum yang didengar. dilihat dalam Sutra Digha-Mikaya rol ke-9. 3. Yang ketiga adalah menjaga pantangan Dalam sutra itu dikatakan, “Tujuh hukum (kai). Menjaga pantangan berarti pencapaian disebut sebagai tujuh harta. menahan sila atau menerima dan Tujuh harta tersebut adalah harta percaya, mempertahankan Hukum Buddha. Juga harta menjaga pantangan, harta meninjau berarti menahan keburukan dengan diri, harta bertobat, harta mendengar, ketiga karma, yaitu karma badan, harta sumbangan dan harta prajna”. Itulah mulut dan hati, serta menghentikan yang disebut sebagai ketujuh harta. Dalam keburukan itu. Sutra Vimalakirti juga dikatakan, “Kekayaan, 4. Yang keempat adalah menetapkan mempunyai tujuh harta pusaka, yaitu hati (jo). Menetapkan hati berarti percaya, menjaga pantangan, mendengar, bermeditasi atau memusatkan perasaan membuang keterikatan, prajna, bertobat dan jiwa tanpa terguncang oleh jodoh bergiat maju”. Urutan dalam kedua kalimat suasana dari dunia luar. Sutra ini memang berbeda. Akan tetapi arti 5. Yang kelima adalah bergiat maju dari kedua kalimat Sutra ini sama. atau virya (syin). Bergiat maju berarti Sekarang kita akan menyesuaikan ketujuh melaksanakan Hukum Buddha dengan harta pusaka di atas dengan ketujuh harta badan tanpa adanya kemalasan sama pusaka yang ditulis di dalam surat ini. sekali. Apabila kita sesuaikan, maka empat harta 6. Yang keenam adalah menyumbang yang berupa mendengar, percaya, menjaga jiwa raga (sya). Menyumbang jiwa raga pantangan dan bertobat adalah sama. berarti membuang keterikatan dengan senang hati, yakni icinen yang tidak Sedangkan ketiga harta pusaka lainnya menyayangi jiwa raga sendiri demi berbeda. Harta pertama yang berbeda Hukum Buddha. Maka dengan senang adalah harta prajna. Harta prajna ini mungkin hati menyumbang jiwa raga demi disesuaikan dengan prajna tetap, sehingga Hukum Buddha. dapat disamakan dengan menetapkan hati. 7. Yang ketujuh adalah bertobat (zan). Harta sumbangan adalah nama lain dari Bertobat berarti bergiat maju karena harta membuang keterikatan. Oleh karena itu merasa malu. Merasa malu karena harta sumbangan dan membuang keterikatan tidak puas akan pelaksanaan enam dapat disesuaikan dengan membuang jiwa harta yang disebut di atas. Oleh karena raga. Harta terakhir yang berbeda adalah itu ‘malu’ dalam arti bertobat di sini harta meninjau diri. Meninjau diri berarti bukanlah ‘malu’ dalam arti yang seharimerombak, jadi dapat dikatakan sebagai hari yang digunakan oleh masyarakat. bergiat maju. Kini akan diterangkan mengenai ketujuh 30

Samantabadra | Desember 2017


‘Malu’ di sini mempunyai akar pokok yang berbeda. Malu di sini berarti malu karena tidak puas oleh apa yang telah dilakukan diri sendiri, sehingga bertekad untuk dapat lebih maju dari pada keadaan sekarang, oleh karenanya menjadi bergiat maju. Bagaimanapun juga, ketujuh hal di atas harus dilakukan dalam melaksanakan pertapaan di Jalan Buddha. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketujuh hal tersebut merupakan syarat untuk menjalankan pertapaan Hukum Buddha. Apabila hari demi hari menjalankan pertapaan di Jalan Buddha dengan meletakkan Saddharma dalam dasar pokok jiwa diri sendiri, maka akan tercapailah kesadaran akibat Buddha. Ketujuh pusaka ini sebenarnya merupakan sifat istimewa atau kekuatan untuk mewujudkan secara nyata sifat keagungan manusia. Mendengar sebenarnya merupakan salah satu keistimewaan manusia. Mendengar menyebabkan manusia dapat mengerti kata-kata yang digunakan. Percaya dapat menyebabkan manusia percaya setelah mendengar. Inilah keunggulan manusia. Menjaga pantangan merupakan kekuatan manusia untuk menghantam dan mengatur diri sendiri. Ketetapan hati menyebabkan manusia memiliki prinsip yang teguh dan juga memungkinkan manusia memiliki cita-cita yang ideal. Cita-cita ideal yang merupakan tujuan yang harus dicapai dalam hidup. Bergiat maju menyebabkan manusia memiliki keinginan untuk mendorongnya lebih maju dalam mencapai tujuan atau citacita hidupnya. Menyumbang menyebabkan manusia dapat mempunyai semangat untuk tidak menyayangi apapun juga demi orang lain. Bertobat menyebabkan manusia dapat mengetahui keadaan diri sendiri, tidak mempunyai hati sombong dan dapat

meninjau diri sendiri. Jadi ketujuh hal tersebut merupakan syarat bagi manusia untuk meneruskan sifat keagungannya sebagai manusia. Maka ketujuh hal tersebut adalah harta pusaka manusia.

3

Kereta Sapi Putih Agung bebas terbang di antariksa Sifat Dharma.

Keterangan : Sifat Dharma (Hosyo) berarti sifat pokok segala gejala. Oleh karena itu bermakna sama dengan wujud sesungguhnya segala gejala (Syoho Jisso). Sifat Dharma juga dapat disebut dengan kata lain sebagai syinnyo, atau yang menunjukkan sumber akar seluruh gejala alam semesta. Sifat Dharma ini diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai Nammyohorengekyo. Saddharma merupakan teori hukum yang menembus akar segala gejala alam semesta raya. Keadaan yang sedemikian luas dan tanpa hambatan digambarkan sebagai antariksa atau antariksa Sifat Dharma. Saddharma merupakan suasana jiwa yang sama sekali tanpa hambatan. Adapun kereta yang dapat membuat kita sekalian dapat terbang dengan bebas adalah Kereta Sapi Putih Agung ini. Suasana jiwa yang bebas dan tanpa hambatan akan kita rasakan bila kehidupan kita berakar pokok pada Gohonzon. Juga bila kita dengan sungguh-sungguh melaksanakan tinjau diri untuk menyempurnakan jiwa diri sendiri dan juga untuk orang lain. Apabila kita tetap meneruskan hati kepercayaan yang kuat kepada Gohonzon, sekalipun kita mendapatkan hambatan apa juga dalam dunia saha, maka kita dapat merasakan sebagaimana yang dikatakan Niciren Daisyonin. Kita dapat merasakan apa yang dikatakan Niciren Daisyonin sebagai ‘dapat

Desember 2017 | Samantabadra

31


naik Kereta Sapi Putih Agung’. Kereta Sapi Putih Agung yang bebas terbang di antariksa Sifat Dharma. Maka dengan mewujudkan secara nyata suasana jiwa Dunia Buddha, kita dapat menetap pada suasana jiwa yang bebas, luas dan agung. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengatakan, “Bagi umat manusia, tiada yang dapat melebihi kesenangan dan ketenangan daripada penyebutan Nammyohorengekyo. Dalam Sutra juga dikatakan, ‘Umat manusia merasa tenang dan senang (syujo syo yuraku)’. Bukankah kalimat ini berarti diri sendiri yang menerima kesenangan Dharma?” (Gosyo hal. 1143). Seperti yang dikatakan kalimat ini, “Suasana jiwa yang tenang dan senang tidak dapat dirusakkan atau dilunturkan oleh siapapun juga. Suasana jiwa tersebut dapat dikatakan sebagai suasana jiwa kebahagiaan mutlak”.

4

Orang-orang yang terlahir setelah Niciren lebih baik datang ke Tanah Suci Ryozen dengan mengendarai Kereta Sapi Putih Agung tersebut. Keterangan: Yang dimaksud sebagai ‘orang-orang yang terlahir setelah Niciren’, adalah orang-orang yang hadir di dunia setelah Niciren Daisyonin moksya. Kalau kita tinjau dari makna yang mendalam, maka kalimat ini mempunyai arti sebagai berikut; orang-orang yang hidup di dunia semasa Niciren Daisyonin hidup dapat mencapai kesadaran dengan sembahyang kepada Niciren Daisyonin sebagai Jijuyuhossyin Nyorai Kuon Ganjo. Jika demikian, bagaimana dengan manusia yang terlahir setelah kemoksyaan Niciren Daisyonin. Bagaimanakah mereka dapat mencapai kesadaran Buddha? Bagi mereka Niciren Daisyonin mendirikan Gohonzon dari Altar Sila Sejati sebagai Kereta Sapi Putih 32

Samantabadra | Desember 2017

Agung yang membawa mereka mencapai kesadaran Buddha. Diajarkan bahwa orang-orang yang terlahir setelah kemoksyaan Niciren Daisyonin pasti mencapai kesadaran Buddha melalui percaya dan mempertahankan Dai Gohonzon. Pada waktu itu dikatakan, “Niciren Daisyonin akan naik kereta yang sama”. Apabila ditinjau dari makna yang mendalam maka kalimat ini berarti Kemanunggalan Mutlak antara Manusia dan Hukum. ***


Desember 2017 | Samantabadra

33


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Melihat, Menyadari, dan Mengubah Karma Sendiri

1

Sering kita dengar, sikap hati percaya dalam agama Buddha Niciren Daisyonin adalah harus bisa melihat karma masa lampau diri sendiri. Apakah artinya? Jawab: Umumnya umat meminta bimbingan pribadi karena mereka sedang menghadapi kesulitan atau penderitaan dan mereka tidak atau belum bisa mengatasinya sendiri. Hakikatnya kesulitan dan penderitaan itu timbul karena dalam dasar jiwa setiap manusia tersimpan karma-karma buruk, disertai kecenderungan jiwa yang sama, yaitu menolak pengertian bahwa nasib buruknya itu sebagai karma mereka sendiri. Menjadikan rasa tidak puas akan suasana sekelilingnya sekarang, karena belum juga memperoleh kehidupan yang senang dan bahagia, juga seringkali menjadi ragu, karena merasa tak memperoleh rejeki. Memang sebagai manusia, sukar untuk dapat melihat, menyadari dan mengakui nasib sebagai karma diri sendiri. Sedangkan yang dikatakan karma mencakup karma baik dan buruk. Maka dalam salah satu Gosyo tertulis, “Sungguh karma masa lampau sulit dibayangkan.� (Gosyo hal. 958). Sebenarnya sejak masa lampau kita telah menumpuk karma baik dan karma buruk. Maka dalam kehidupan sehari-hari menjalankan pertapaan hati kepercayaan, sering kita menemui kesulitan atau penderitaan besar, 34

Samantabadra | Desember 2017

misalnya penyakit berat, bangkrut atau tertimpa malapetaka lain. Menurut ajaran Niciren Daisyonin, pada saat itu juga kita harus menerima seluruh penderitaan tersebut, sebagai karma buruk pemfitnahan Dharma kita di masa lampau. Kekuatan Gohonzon dan karunia dari pelaksanaan maitri karuna ajaran Buddha, khususnya Buddha Niciren Daisyonin dapat menghapuskan karma dan kesulitan. Timbulnya berbagai penderitaan dan kesulitan merupakan dorongan untuk mengadakan evaluasi gejolak perasaan dan sifat diri selama hidup ini, kemudian secepat mungkin merombak ego sentris tersebut menjadi perasaan, sifat dan pikiran positif melalui doa sungguh hati dan tobat pada Gohonzon. Perombakan sifat jiwa ini pasti menghapus karma buruk masa lampau. Demikian seharusnya kita mengambil makna dari timbulnya penderitaan dan kesulitan itu. Hanya sebagai manusia biasa, kita seringkali tak mau melihat kesalahan diri sendiri sebagai pemfitnahan Dharma, Saddharmapundarika-sutra, Nammyohorengekyo. Yang kita pikirkan selalu hanya karma baik yang pernah kita jalankan, walau hanya sedikit. Karena itu sering timbul pertanyaan seperti, “Mengapa harus terjadi demikian, padahal saya selalu menjalankan Gongyo Daimoku serta keaktifan lainnya?� atau, “Mengapa saya mendapat penderitaan ini, padahal saya


tidak begitu jahat, mengapa hanya keluarga saya saja yang mengalami penderitaan ini?” Kita demikian terkejut dengan timbulnya berbagai rintangan dan kesulitan besar, hingga melupakan hati percaya yang seharusnya, akhirnya kita mengeluh dan menyalahkan suasana. Padahal, saat itu merupakan kesempatan yang tepat untuk melihat karma diri sendiri. Renungkanlah sikap seharusnya yang diajarkan dalam Surat Membuka Mata (Kaimoku Syo), yaitu: saat timbulnya kesulitan adalah saat bertobat dan memusnahkan dosa (Zai Syo Syo Metsu). Mungkin saat sekarang kita memang tidak melakukan karma buruk dalam hukum masyarakat atau hukum negara, tapi bila melihat tegas dan adilnya irama Hukum sebab akibat dalam agama Buddha, pasti sejak masa lampau hingga masa sekarang kita telah melakukan dosa berat, yaitu pemfitnahan Saddharmapundarika-sutra, melalui memfitnah orang lain. Dalam Surat Jawaban Kepada Tuan Akimoto dikatakan, “Sungguh sedih sekali terlahir di negara pemfitnah Hukum Sakti hingga bertemu penderitaan besar. Umpama, walau dikatakan dapat terhindar dari karma pemfitnahan badan sendiri, bagaimana mungkin dapat mengatasi kesalahan dari karma pemfitnahan keluarga dan pemfitnahan negara?” (Gosyo hal. 1076). Artinya, bagaimanapun kita tidak dapat terhindar dari pemfitnahan negara, keluarga atau pemfitnahan badan sendiri. Selanjutnya dalam Surat Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Kaum Wanita dikatakan, “Sungguhpun demikian, seluruh umat manusia telah tersesat dan keluar dari ibukota kesadaran sejati dan memasuki pelosok pikiran sesat serta hati goncang. Sejak saat itu, di antara segala perbuatannya dalam tiga karma, karma badan, mulut, dan hati, hanya terdapat sedikit sekali karma baik tapi lebih

banyak karma buruknya (Gosyo hal. 471). Kalimat ini sebenarnya sangat penting karena dapat membuka mata atau menyadarkan kita akan karma masa lampau hingga sekarang diri kita sendiri, yang sebenarnya saat itu kita baru mendapat suatu kesadaran dan kekuatan. Dengan kata lain merupakan satu langkah maju untuk memecahkan kesulitan dan penderitaan menuju perombakan nasib. Selanjutnya setelah kita membuka mata atau menyadari karma berat diri sendiri sejak masa lampau hingga masa sekarang, maka kita harus bertobat di hadapan Gohonzon. Dalam Surat Jawaban Kepada Konici-bo dikatakan, “Dosa sekecil apapun, bila tidak bertobat sungguh hati, pasti tak dapat dihapuskan” (Gosyo hal. 930). Juga Sutra Kan Fugen Bosatsu Gyo Ho, penutup dari Saddharmapundarika-sutra tertulis, “Bila ingin bertobat, duduklah bersila sambil merenungkan wajah hukum sesungguhnya secara mendalam, maka semua karma buruk bagaikan embun yang disinari prajna matahari.” Maka di hadapan Dai Gohonzon, sungguh-sungguhlah berdoa, mohon maaf akan segala karma buruk diri sendiri, patahkan ego dengan sungguh hati, maka segala dosa dapat terhapuskan, seperti matahari yang dapat mencairkan es bagaimanapun bekunya. Artinya, dosa seberat apapun dapat terhapuskan. Sebenarnya, saat kita mengalami penderitaan dan kesulitan, berarti Gohonzon ingin memberi satu kemajuan kesadaran dalam hati kepercayaan kita sendiri. Maka perasaan jiwa kita harus dapat merasa berhutang budi dan terima kasih pada Gohonzon. Karena dengan bertemunya kesulitan dan penderitaan ini, kita dapat merombak nasib kita dan membuktikan kekuatan Gohonzon, jadi itu sikap kita bukan hanya mengaku salah. Bila kita hanya mengaku salah dan minta maaf, berarti jiwa kita melemah/

Desember 2017 | Samantabadra

35


mundur. Tapi justru saat mengalami penderitaan dan kesulitan, harus kita gunakan sebagai suatu titik tolak merombak nasib. Maka cara menerima penderitaan dan kesulitan harus dibalik, karena kesulitan dan penderitaan tersebut adalah untuk tercapainya kesadaran kita sendiri. Adanya semua gejala ini maka dasar jiwa kita jadi maju. Sikap menerima kesalahan merupakan suatu titik tolak yang menjadikan kita kuat, bebas, suci dan tenang menghadapi kesulitan dan penderitaan. Inilah sebenarnya sikap hati kepercayaan sesuai ajaran Niciren Daisyonin. Maka Niciren Daisyonin membimbing kita agar bersikap sejak mulai Syinjin dan seterusnya untuk menerima penderitaan dan kesulitan dengan melihat dan menyadarinya sebagai karma dosa berat diri kita sendiri dari masa lampau hingga masa sekarang. Demikian bimbingan yang mendalam dan luas ini. Karena itu, kita jangan membabi buta mengharapkan “perlindungan dewa-dewi” (hidup yang berejeki,diliputi jodoh-jodoh baik yang menunjang keberlangsungan hidup), karena tercapainya keinginan kita bukan terwujud dari doa-doa semata, tapi sadarilah bahwa sebenarnya fungsi gerakan dewa-dewi itu sudah ada sejak asal mula dalam jiwa kita. Niciren Daisyonin mengatakan, “Sifat Dharma yang mendasar atau sifat Buddha (Gampon no Hossyo) mewujudkan dirinya sebagai Dewa Brahma dan Dewa Indra, sedang kesesatan yang mendasar (Gampon no Mumyo) mewujudkan dirinya sebagai Raja Iblis Surga Keenam” (Gosyo hal. 997). Maka yang terpenting dalam kita menjalankan hati kepercayaan adalah bisakah diri kita sendiri “memanggil” atau menimbulkan perlindungan dewa-dewi. Artinya bergeraknya dewa-dewi tergantung sikap hati percaya kita, manusia biasa. Adalah anggapan terbalik dan kesalahan 36

Samantabadra | Desember 2017

besar, bila perasaan kita biasanya merasa kecewa bila tidak dapat perlindungan dewadewi. Dalam Gosyo dikatakan, “Kuatnya perlindungan dewa-dewi tergantung kekuatan hati percaya. Karena dari hati percaya sungguh hati, maka penjagaan dewadewi pun pasti kuat” (Gosyo hal. 1220). Demikianlah, bila hati percaya terhadap Gohonzon kuat, keras dan berkobar.” Umumnya murid-murid Niciren Daisyonin sering tidak meninjau sikap hati percaya diri sendiri, hanya selalu menginginkan bukti nyata dan ingin mendapat perlindungan dewa-dewi. Padahal penting sekali untuk melihat dan merombak sikap hati kepercayaan kita masing-masing dengan keras, sebelum timbul keraguan karena tidak nampaknya rejeki. Sebelum menyesali keadaan sekarang ini yang tidak tenang dan senang, renungkanlah sikap hati kepercayaan secara mendalam dan selanjutnya memperbaikinya. Demikianlah bimbingan Niciren Daisyonin. Mengenai pertapaan masa ini yang tenang dan senang, Niciren Daisyonin mengatakan, “Bisa menerima kesulitan yang datang, dengan perasaan hati yang mengerti bahwa semua ini adalah untuk dapat tercapainya kehidupan yang tenang dan senang” (Gosyo hal. 750). Maka suasana jiwa hati percaya yang tak tergoyahkan (kuat), sebenarnya adalah kehidupan yang tenang dan senang. Anggapan kita sebagai manusia biasa yang berkesadaran rendah, bahwa keadaan hidup ideal adalah bila tak ada angin/badai, tenang dan tidak goncang sebagai Gen Se Se Annon, adalah anggapan yang teramat keliru, karena tidak sesuai dengan wajah sesungguhnya hukum Buddha atau hukum alam, yaitu Shoho Jisso.


2

Mengapa agama Buddha, terutama agama Buddha Niciren Syosyu selalu menegaskan pentingnya jiwa?

Jawab: Memang, dalam agama Buddha, terutama agama Buddha Niciren Syosyu sangat mengutamakan jiwa dan selalu mengajarkan bagaimana mengatur perasaan jiwa. Karena hal itulah yang menentukan nasib seseorang. Untuk lebih jelas, sekarang Anda dapat mengikuti cerita mengenai empat orang istri. Disebuah kota tinggallah seorang laki-laki dengan empat orang istri. Istri yang paling disayanginya adalah istri pertama. Istri pertama itu tak pernah sedetikpun terpisah dari suami. Tiap saat, apakah sedang duduk atau berdiri, baik sedang bekerja maupun saat beristirahat, selalu berdampingan dengan suaminya. Tiap hari istri pertama itu dimandikan dan disisirkan rambutnya. Pada musim panas dan musim dingin selalu dijaga baik-baik dan dilindungi. Apapun keinginannya pasti dikabulkan. Pergi kemana pun selalu diajak. Makanan apapun yang diidamkannya selalu diberi. Pendek kata, segala keinginan sang istri selalu diluluskan oleh suaminya. Demikian besar kasih sayang sang suami kepada istri pertamanya. Istri kedua didapatkan dengan susah payah dan penuh penderitaan. Untuk mendapatkan istri kedua itu, sang suami harus bertengkar lebih dahulu dengan orang lain. Sang suami sering mendampingi istri kedua ini dan sering juga berbicara padanya. Namun, kasih sayang pada istri kedua ini tidaklah melebihi rasa sayangnya kepada istri pertama. Istri ketiga, kadang-kadang ditemuinya dan juga disayangi. Apa yang ingin dibicarakan dapat dikeluarkan dengan bebas sekehendak hati. Namun bila terus bersama keduanya menjadi bosan, tapi bila berjauhan keduanya saling memikirkan dan tak dapat saling melupakan.

Istri keempat adalah seperti pembantunya saja. Pekerjaan seberat apapun pasti dikerjakannya. Kesusahan suami turut dipikulnya dan ia selalu mengerjakan yang diinginkan suaminya. Tapi meskipun sang istri keempat ini memberi pelayanan demikian besar, tak sedikitpun ia mendapat kasih sayang dari sang suami. Tak sepatah kata pun pernah ditujukan oleh sang suami pada dirinya. Pada suatu hari laki-laki ini harus keluar kota. Ia harus pergi ke negeri jauh dan tinggal seorang diri disana. Laki-laki itu bermaksud mengajak istri-istrinya. Pertama-tama, ditanyakan istri pertama yang paling disayanginya, “Aku harus pergi ke negeri lain nan jauh. Kau ikut bersamaku, bukan?” “Maaf, saya tidak bisa mengikutimu!” tolak sang istri. Bukan main terkejutnya sang suami mendengar jawaban ini. Ia sama sekali tidak mengira istri yang paling disayangi akan menolak tawarannya. “Saya adalah orang yang paling menyayangimu. Rasa sayang saya padamu melebihi siapa pun. Apa yang kau inginkan pasti kukerjakan, sekalipun untuk itu aku harus menderita. Mengapa kamu sekarang mengatakan tidak mau ikut bersama saya?” Sang istri menjawab dengan dingin, “Sebesar apapun sayangmu padaku, pokoknya aku tidak bisa mengikutimu!” Sang suami merasa susah hati dan amat bersedih karena tidak mendapatkan kasih sayang istri yang paling dicintainya. Lalu dipanggilnya istri kedua, “Kamu pasti bisa mengikutiku, bukan?” Istri kedua menjawab, “Istri pertama yang paling kamu sayang saja tidak mau ikut, apalagi saya!” Mendengar jawaban ini sang suami berkata dengan nada penuh penyesalan, “Saya mendapatkan kamu dengan penuh penderitaan. Suatu waktu harus menggigil kedinginan, suatu saat harus

Desember 2017 | Samantabadra

37


kepanasan. Pernah juga menahan lapar. Di lain kesempatan harus terjun kedalam air dan masuk kedalam api. Saya begitu sungguh hati hingga rela bertengkar dengan kawan baik, atau menghadapi pencuri. Badan saya demikian letih, harus mengeluarkan suara dan juga menahannya. Setelah bersusah payah serupa itu, baru akhirnya saya mendapatkanmu! Tapi, mengapa sekarang kamu tidak mau pergi bersama saya?” Bagaimanapun juga, istri kedua tidak mau ikut. Ia berkata, “Walaupun kamu mengatakan seperti itu, bukan saya yang menghendakimu! Kamu yang memaksa diri sendiri dan semua itu kau lakukan atas kehendak sendiri. Setelah itu baru aku mengikutimu. Karena itu, mengapa saya harus pergi kenegeri jauh? Bagiku, semua ini akhirnya hanya membuat penderitaan saja.” Mendengar jawaban itu, sang suami jadi membenci istri keduanya yang tak berperasaan sedikit pun. Maka, dipanggilnya sang istri ketiga, “Kamu pasti dapat mengikuti saya, bukan?” “Memang saya telah menerima budi baikmu. Maka, saya akan mengantar kamu sampai batas kota. Tapi, maaf sebesar-besarnya, saya tidak mau pergi bersamamu ke negeri yang jauh itu.” Mendengar jawaban seperti itu, sang suami membenci juga istri ketiganya yang tidak mempunyai rasa sayang. Dengan agak putus asa akhirnya dipanggilnya juga istri keempat yang selama ini tak dipedulikannya. “Sekarang aku harus pergi ke negeri yang jauh! Kau bisa menemaniku?” “Aku sudah melepaskan kedua orang tuaku, ayah-ibu, untuk mengikutimu. Dalam keadaan susah ataupun senang, hidup ataupun mati, saya takkan berpisah darimu. Ke manapun kamu pergi, sepanjang itu pula saya akan bersamamu.” Akhirnya, kepergian laki-laki itu ke negeri 38

Samantabadra | Desember 2017

yang jauh tidaklah ditemani ketiga istri yang sehari-harinya amat disayangi. Tapi ia pergi bersama istri keempat yang paling tidak disayanginya. Cerita di atas merupakan suatu perumpamaan. Kota dalam cerita ini berarti dunia tempat hidup sekarang, sedangkan negeri yang jauh adalah dunia setelah kematian. Keempat istri dan sang suami yang tinggal dikota tersebut mengumpamakan jiwa manusia, yang mencakup jiwa dan raga. Istri pertama berarti badan raga manusia ini. Meskipun badan raga ini demikian disayang melebihi apapun, seperti kasih sayang sang suami kepada istri pertama, pada akhir hidup badan ini akan kembali jadi tanah, mutlak tak dapat dibawa bersama. Jiwa manusia harus meninggalkan badan raga ini seorang diri dengan perasaan sedih. Yang dapat dibawa hanyalah dosa-dosa yang diperbuat semasa hidup dan tumpukan karunia kebajikan akibat melaksanakan Hukum Buddha. Istri kedua berarti harta benda manusia. Meskipun bersusah payah menumpuk harta hingga setinggi gunung, saat mati tak satu sen pun dapat dibawa serta. Istri ketiga berarti ayah ibu, suami atau istri, sanak saudara, teman atau pembantu, dan orang lain yang berhubungan dengan kita. Pada waktu hidup kita saling menyayangi dan saling memikirkan satu dengan lain, juga sering tak mau berpisah. Tapi, saat kematian tiba, hubungan ini harus terpisah. Terasa susah hati, sedih dan air mata pun tercurah. Meskipun demikian kita hanya dapat mengantarkan yang mati sampai kepemakaman (perbatasan kota). Setelah kembali ke rumah masing-masing, lewat sepuluh hari, orang yang telah meninggal mulai dilupakan dan masing-masing bergelut dalam kehidupan sendiri. Istri keempat adalah perasaan keinginan hati manusia. Dari perasaan keinginan


hati ini, manusia menumpuk karma buruk dan karma baik. Waktu hidup didunia, tiap orang hanya menjaga dan menyayangi diri sendiri. Tiap manusia berbuat sekehendak hati, hingga menimbulkan hawa nafsu keserakahan, mengobarkan kecemburuan dan kebencian, tidak percaya kepada Hukum Sakti, seenaknya mengikuti hawa nafsu keinginan sendiri. Namun, pada akhir hidup, karma dosa ini menentukan untuk masuk ke neraka atau jatuh dalam penderitaan dunia kelaparan atau dunia kebinatangan. Semua ini disebabkah semasa hidup tidak mementingkan atau menjaga perasaan hati. Perasaan hati sesat tersebut dibiarkan

seenaknya dan dilepaskan mengikuti naluri hawa nafsu. Sebagai akibatnya malas menumpuk karma baik melalui pertapaan Hukum Buddha. Sesungguhnya pertapaan dalam Hukum Buddha adalah memperbaiki perasaan jiwa diri sendiri dan membebaskan hati yang selalu mengeluh. Keinginan hati yang bodoh ini dapat dihentikan dengan melaksanakan pertapaan ajaran Sang Buddha. Dengan melatih diri seperti itu, kita dapat melepaskan diri dari segala malapetaka untuk kemudian tidak mendapatkan imbalan tiga jalan buruk, yaitu neraka, kelaparan dan kebinatangan serta lainnya. ***

Catatan

Desember 2017 | Samantabadra

39


fokus

STUPA PUSAKA ADALAH KITA Ketika mendengar kalimat stupa, yang terbesit di benak kita mungkin adalah bangunan candi seperti Borobudur atau Prambanan. Namun demikian, dalam gosyo perihal Stupa Pusaka yang ditulis oleh Buddha Niciren Daisyonin, maksud dari stupa pusaka adalah kiasan yang menggambarkan

perihal

kesadaran

Buddha yang dapat dimunculkan oleh kita, umat manusia.

40

Samantabadra | Desember 2017


B

erdasarkan pengertian umum, stupa adalah gambaran bentuk atau struktur yang tinggi, megah, menjulang. Pusaka adalah sesuatu hal yang berharga atau bernilai tinggi. Di dalam Saddharmapundarikasutra Bab ke-11 tentang “Munculnya Stupa Pusaka”, dituliskan bahwa stupa pusaka memiliki ketinggian 500 yojana (1 yojana sekitar 13 km, konversi tinggi sekitar 65oo km), dan garis tengah 250 yojana (3250 km) telah muncul dari bumi dan bertahta di antariksa. Diameter aktual bumi sekitar 12 ribu km. Apabila disandingkan, maka tinggi stupa pusaka sekitar setengah diameter (jari-jari) bumi. Di dalam membabarkan dharma yang tertulis pada sutra-sutranya, Buddha Sakyamuni banyak memberikan perumpamaanperumpamaan (metafora, kiasan) untuk menjelaskan Buddhisme. Stupa pusaka adalah salah satunya. Di sinilah salah satu peran penting Niciren Daisyonin. Beliau yang merupakan Buddha pokok masa akhir dharma memiliki prajna kebuddhaan yang mampu memahami makna dari sutra-sutra Buddha Sakyamuni, terutama

Saddharmapundarika-sutra, dan “menerjemahkannya” ke dalam bahasa awam yang mampu dipahami oleh kita, umat manusia (masa akhir dharma), melalui gosyogosyo yang ditulisnya semasa hidup.

mewujudkan segala kebaikan dan kebahagiaan. Munculnya stupa pusaka raksasa dari dalam bumi yang tertulis di dalam sutra, sesungguhnya ingin menjelaskan bahwa kesadaran Buddha yang begitu agung dapat muncul Memahami Stupa Pusaka dari dasar perasaan jiwa yang Di atas kalimat, buruk sekalipun. Upacara pernyataan tentang Stupa antariksa yang merupakan Pusaka di dalam Bab 11 ritual kemunculan stupa Saddharmapundarika-sutra pusaka, adalah praktik seolah menjelaskan sebuah dharma (gongyo dan struktur bangunan raksasa daimoku) yang kita yang muncul dari dalam lakukan setiap hari untuk bumi dan menjulang tinggi memunculkan dunia Buddha ke angkasa sebagai bagian dalam diri kita. dari ritual atau upacara Buddha Sakyamuni antariksa yang dihadiri berupaya menggambarkan para Buddha. Melalui betapa besar dan agungnya penggambaran tersebut, kondisi kebuddhaan dalam Buddha sesungguhnya diri manusia, sedemikian ingin menjelaskan tentang rupa sehingga digambarkan keutuhan manusia (jiwa dan sebagai stupa atau menara raga) yang begitu agung. yang tingginya setengah Di dalam gosyo perihal diameter bumi. Melalui Stupa Pusaka, Buddha penggambaran ini, Buddha Niciren menjelaskan, Buddha mengajarkan umat manusia Prabutharatna adalah untuk tidak meremehkan stupa pusaka, stupa pusaka jiwa, tidak rendah diri. adalah Abutsubo, yang Kita semua, tiap manusia, merupakan penerima gosyo memiliki “pusaka” tak ternilai tersebut. Dengan demikian, yang merupakan potensi sesungguhnya stupa adalah kebuddhaan untuk menjadi diri manusia itu sendiri. orang yang paling bijaksana Dikatakan pusaka, karena dan welas asih. Tanpa di dalam diri tiap manusia memandang keterbatasan terkandung harta tak ternilai, fisik, latar belakang sosial yaitu potensi dunia Buddha ekonomi, semua orang punya (kebuddhaan), kondisi pikiran potensi yang sama untuk atau jiwa yang mampu memunculkan kebuddhaan.

Desember 2017 | Samantabadra

41


Sayangnya, di masa akhir dharma yang penuh dengan distraksi dan kekeruhan pikiran, kita mudah sekali terpengaruh dengan pandangan keliru yang membuat kita meremehkan diri kita, merasa tidak berdaya dan mudah putus asa ketika dihadapkan dengan tantangan. Agar pikiran kita tetap jernih dan positif, kita perlu melaksanakan “upacara antariksa� (gongyo dan daimoku) agar kita senantiasa ingat betapa berharganya diri kita, betapa besar dan agungnya jiwa kita. Kesesatan pokok jiwa dan pandangan keliru di masyarakat kerap membuat kita merasa kecil dan berpikiran sempit. Hal ini yang menjadi sumber penderitaan banyak orang. Padahal, hakikat potensi manusia sungguh tak terbatas apabila dilandasi dengan tenaga kebaikan dari dunia Buddha. Harapan, cita-cita, kesuksesan, dan kebahagiaan yang berakar dari niat untuk memberikan manfaat dan kebahagiaan untuk orang lain, pasti dapat terwujud. Di samping itu, memaafkan dan berterima kasih kepada lingkungan sekitar kita menjadi lebih mudah, karena jiwa kita seluas alam semesta, mampu menerima kenyataan hidup dan terus maju berlandaskan dharma. Mewujudkan Stupa Pusaka Diri manusia masa akhir dharma cenderung diselimuti oleh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Kesesatan jiwa tersebut ibarat tabir yang menyelimuti pusaka kebuddhaan sehingga tertutup kecemerlangannya. Untuk mengembalikan nilai manusia sebagai stupa pusaka, Buddha Niciren menjelaskan tujuh cara yang dapat dilakukan oleh kita dalam kehidupan. 1. Mendengar ajaran yang benar Ajaran Buddha adalah ajaran yang tepat untuk menuju jalan kebenaran hidup. Jalan kebenaran adalah jalan yang mengarahkan kita pada sikap 42

Samantabadra | Desember 2017

hidup welas asih dan maitri karuna. Buddha telah menunjukkan jalannya, hanya saja seringkali manusia melakukan penafsiran yang melenceng dari kehendak Buddha, menyebabkan mudarat bagi orang lain dan diri sendiri, bahkan melakukan pemfitnahan dharma. Buddha Niciren sebagai Buddha pokok masa akhir dharma sesungguhnya telah memberikan kita banyak kemudahan untuk mengakses jalan kebenaran. Beliau telah menunjukkan jalannya, dan memberikan pemahaman tersurat maupun tersirat dari sutra-sutra Buddha sehingga kita umat awam dapat memahami dan mempraktikkannya. Mewujudkan Dai-Gohonzon dan menyadari inti hakikat dari Saddharmapundarikasutra (Nammyohorengekyo), adalah upaya terpenting yang dilakukan Buddha Niciren agar umat manusia masa akhir dharma (kita) dapat hidup berlandaskan nilai-nilai kebenaran. Mengikuti pertemuan, mendengarkan pembabaran gosyo Buddha Niciren adalah hal yang dimaksud dalam poin ini. 2. Hati yang percaya (syinjin) Semua orang bisa mengaku syinjin (percaya sepenuh hati hanya kepada Nammyohorengekyo, tanpa keraguan). Namun demikian, kualitas syinjin sesungguhnya bersifat subyektif dan hanya bisa diketahui oleh masingmasing orang. Salah satu indikator sederhana kualitas syinjin bisa dilihat dari sikap dan sifat hidup orang tersebut sehari-hari. Orang yang syinjin biasanya selaras antara pikiran, ucapan, dan perbuatan. Keselarasan tersebut bertujuan untuk kebaikan. Dia


tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan memutuskan untuk tetap berbuat baik walaupun konsekuensi yang diterimanya mungkin tidak populer. Tidak perlu memperdebatkan siapa yang lebih syinjin. Yang pasti, dengan hati yang tulus percaya kepada Nammyohorengekyo, kita dapat merasakan kebahagiaan hidup dari memberikan manfaat kepada lingkungan dan orang lain. 3. Melepaskan keterikatan/kemelekatan Berbagai bentuk kemelekatan ada di dunia ini. Sesungguhnya, hal yang melekat adalah segala sesuatu yang tidak bisa kita bawa mati, seperti uang, rumah, mobil, harta benda lainnya, bahkan anggota keluarga. Semua itu adalah hal yang fana. Kesadaran terhadap kemelekatan dan kefanaan ini hendaknya membuat kita mawas diri, bahwa yang terpenting dalam hidup adalah melakukan perbuatan

yang menghasilkan rejeki jiwa. Hal-hal fana di dunia ini sesungguhnya adalah jodoh baik bagi kita untuk berbuat baik yang akan membuat hidup kita berejeki. Jangan jadikan hal fana tersebut sebagai tujuan atau syarat kehidupan kita. Buddha Niciren dalam bimbingannya menjelaskan, bahwa tujuan hidup kita adalah issyo jobutsu dan kosenrufu, yaitu menjadi Buddha (bijaksana) dan menyebarluaskan jalan kebenaran (ajaran Buddha) ini seluas-luasnya, sehingga semua orang dapat merasakan kegembiraan yang sama seperti kita karena mendapat pengertian yang benar tentang hidup. 4. Menjaga/menjalankan sila (ajaran Buddha) Inti dari ajaran Buddha adalah membimbing umat manusia untuk menjadi manusia yang sadar (mewujudkan kebuddhaan). Wujudnya adalah dalam bentuk sikap

Desember 2017 | Samantabadra

43


hidup yang welas asih dan maitri karuna; senantiasa ingin mencipta nilai, memberikan manfaat, dan memancarkan energi positif di manapun kita berada. Menjaga diri kita agar senantiasa berada dalam koridor jalan kebuddhaan adalah sebuah tantangan, apalagi kesesatan pokok jiwa kita kerap terselubung dan membuat kita merasa paling benar, walau ternyata menyalahi ajaran Buddha. Di sinilah pentingnya konsistensi syinjin, agar kita tidak terjebak dalam pandangan keliru yang dapat membuat tumpukan karmakarma buruk dan pemfitnahan dharma. Dalam agama Buddha Niciren Syosyu, pantangan yang ada adalah mundur dari hati kepercayaan. Dengan mengaku masih beragama Buddha Niciren Syosyu, mengaku syinjin, namun masih sering berperilaku mau menang sendiri, iri hati, serakah, bergunjing, dendam, hal ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan meninggalkan hati kepercayaan. Kita tidak menjalankan sila, malah melakukan pemfitnahan dharma. 5. Tinjau diri Atau introspeksi, adalah sikap mandiri dan bersifat personal. Hal ini sesungguhnya bagian dari pelaksanaan pertapaan kita, ketika kita gongyo dan daimoku maupun dalam sendi-sendi kehidupan kita. Esensi dari tinjau diri adalah mengevaluasi diri, berusaha mengambil hikmah baik dari segala peristiwa, tidak menyalahkan suasana. Sikap menyalahkan (orang lain maupun diri sendiri), hanya akan membuat kita depresi, karena tidak menghasilkan solusi. Alih-alih menyalahkan suasana, hal pertama yang harus kita lakukan 44

Samantabadra | Desember 2017

adalah menerima segala fenomena yang terjadi dalam hidup kita sebagai kenyataan. Tidak perlu ada pengandaian atau penyesalan terhadap hal-hal yang sudah terjadi. Kita harus berpikiran ke depan, progresif, dan solutif. Hidup adalah proses jatuh-bangun yang tak pernah berhenti. Dengan melakukan tinjau diri, sesungguhnya kita bertekad untuk menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang mampu bersikap adil terhadap dirinya dan orang lain. Menerima kesalahan sebagai pelajaran berharga untuk maju dan berkarya lebih baik. 6. Pelaksanaan dharma yang tekun Hal ini berarti kita harus dapat menghayati dan mengamalkan dharma di dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya ketika gongyo-daimoku, pertemuan, atau menjalankan keaktifan di susunan NSI. Pelaksanaan yang tekun adalah menjadikan ajaran Buddha sebagai bagian dari nafas kita. Karena manusia masa akhir dharma cenderung dikuasai oleh kesesatan, maka untuk mengubah kebiasaan berpikir, bertutur, atau berperilaku sesat menjadi sadar, butuh usaha ekstra. Di sinilah pentingnya kita menjalankan poin nomor tujuh di bawah ini. 7. Menjalankan pertapaan (gongyodaimoku) Pada dasarnya dengan menjalankan gongyo dan daimoku, kita membangun fondasi kesadaran di dalam diri kita untuk mampu menjalani hidup berdasarkan ajaran Buddha. Manusia adalah makhluk pelupa, sehingga perlu senantiasa diingatkan, termasuk dalam memunculkan kesadaran. Inilah fungsi dari menjalankan pertapaan,


mengingatkan kita agar senantiasa sadar dalam bersikap dan berperilaku sepanjang hari, semasa hidup. Setelah meninggal pun, kebajikan dari menjalankan pertapaan akan menjadi tumpukan karma baik dan kebajikan bagi kehidupan kita mendatang. Gongyo-daimoku bukanlah sarana “penebusan� karma buruk, karena hakikatnya adalah membaca sutra. Dengan membaca sutra, kita diingatkan tentang kemuliaan Buddha yang ingin seluruh umat manusia berjalan di jalan kebenaran untuk mencapai kebahagiaan. Kita sendiri yang harus melakukan upaya tersebut.

Terkadang hal yang baik dan benar bukanlah mayoritas atau arus utama. Terkadang kita harus meyakini kebenaran di tengah-tengah kepalsuan yang begitu marak. Terkadang hal yang terlihat sebagai sesuatu yang baik, ternyata mengandung keburukan yang besar di belakangnya. Untuk itu, melalui penyebutan Nammyohorengekyo dan membaca Saddharmapundarika-sutra bab 2 dan bab 16, kita bertekad untuk memunculkan tenaga jiwa kita agar mampu memberikan manfaat kebaikan bagi lingkungan, bersikap bijaksana, mampu memilah dan memilih mana yang baik dan benar. (Sam)

Catatan

Desember 2017 | Samantabadra

45


refleksi

Manajemen Waktu Dalam satu hari, setiap manusia mempunyai waktu yang sama; 24 jam. Dari 24 jam, umumnya dapat kita bagi menjadi tiga aktivitas utama, yaitu istirahat, bekerja/ sekolah, dan lain-lain, dengan proporsi yang bisa berbedabeda antara satu orang dengan orang yang lain. Semuanya tergantung pilihan masing-masing. Agar kita bisa menentukan pilihan yang terbaik bagi alokasi penggunaan waktu kita, kita perlu melakukan manajemen waktu sesuai prioritas dan kebutuhan kita.

S

usunan NSI memfasilitasi berbagai kegiatan pembinaan umat yang positif, mulai dari pembabaran dharma untuk semua kalangan, kesenian nusantara, hingga pelatihan memasak dan belajar bahasa. Dengan berkegiatan, seseorang bisa terus berbuat baik dan melakukan karunia kebajikan sekaligus mengurangi peluang berbuat buruk di lingkungan masing-masing. Semua ini bermuara pada kualitas umat Buddha NSI yang berkarakter Buddhis Niciren Syosyu yang siap menghadapi kehidupan yang semakin keras dalam berbagai profesi, posisi dan lapisan sosial masyarakat umum. Sebagai bagian dari syinjin yang merupakan aspek belajar dan melaksanakan, mengikuti aktivitas di susunan NSI mendorong umat untuk berbuat baik dan melakukan karunia kebajikan alias berjalan di atas jalan dharma atau kesadaran pokok jiwa (Gampon no Hossyo) yang terlepas dan terbebas dari avidya/kekotoran atau kesesatan pokok jiwa (Gampon no Hossyo). Aktivitas lain-lain (di luar istirahat dan bekerja/sekolah), banyak macamnya, misalnya, aktivitas di susunan NSI, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan tetangga, berkunjung ke teman dan reuni, bermain dengan anak, menonton TV, melakukan hobi, pekerjaanpekerjaan rumah tangga, waktu perjalanan, dan sebagainya.

46

Samantabadra | Desember 2017


Kita perlu mengatur diri masing-masing agar segala hal yang menjadi kewajiban kita bisa terlaksana dan tidak terlantar. Seseorang misalnya, bisa memiliki peran sebagai wiraswasta, ketua daerah di NSI, sekaligus kepala keluarga. Ketiga peran tersebut menuntut manajemen waktu yang baik, agar bisa berjalan sinergis dan memberikan hasil yang maksimal. Begitu juga seorang ibu rumah tangga misalnya, bisa juga memiliki peran sebagai dharma duta di NSI, juga menjadi pengurus di RT-nya. Apabila manajemen waktu yang dimiliki oleh ibu tersebut lemah, bisa saja salah satu perannya menjadi terlantar dan menimbulkan permasalahan baginya dan lingkungannya. Bagi pelajar atau mahasiswa misalnya, yang aktif menjadi pengurus dan mengikuti banyak kegiatan di NSI, perlu mengatur diri dengan manajemen waktu yang baik agar tetap dapat mempersiapkan pelajaran/perkuliahan di akhir pekan, ketika ada pertemuan atau latihan kesenian. Caranya bisa bervariasi, mengurangi jam nonton televisi misalnya, atau membaca materi pelajaran di sela-sela waktu senggang. Ketidakmampuan kita untuk memanajemen waktu akan memberikan dampak sosial maupun materi. Ketika kita lebih senang bergaul dengan sesama umat di NSI, otomatis kita akan lebih sering pergi ke vihara daripada kumpul dengan arisan RT. Atau ketika kita lebih senang berorganisasi ketimbang mengurus toko, kita akan lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman di organisasi ketimbang di toko, yang membuat pemasukkan menurun. Semua adalah pilihan bebas kita masing-masing. Yang perlu kita sama-sama ingat adalah, dalam hidup kita memiliki beberapa peran sosial. Peran sosial tersebut membutuhkan alokasi waktu yang proporsional agar dapat memberikan manfaat untuk kita dan lingkungan. Hati kepercayaan itu adalah mampu mendasari kehidupan dengan dharma (Syinjin soku Seikatsu), bukan hanya ketika aktif/ berada di vihara. Ketika kita bekerja, berorganisasi, berbelanja, hal tersebut adalah bagian dari hati kepercayaan. Aktivitas di susunan NSI adalah kesempatan bagi kita untuk melakukan pemantapan sraddha/keyakinan kepada Gohonzon – Sandaihiho. Dengan keyakinan dan kesadaran yang kita latih di susunan NSI, kita jadikan sebagai modal kemantapan mental untuk terjun ke masyarakat. Kita buktikan bahwa kita sebagai murid Buddha Niciren memiliki kualitas mental yang unggul di masyarakat; pebisnis yang tekun dan jujur, pelajar yang berprestasi, ibu rumah tangga yang multi-talenta, pejabat yang anti korupsi, dan sebagainya. Selain menerapkan manajemen waktu yang baik, umat NSI yang mampu menjalankan sraddha secara tepat dalam hidupnya juga secara tidak langsung melakukan syakubuku di tengah masyarakat. Sesungguhnya, kita sendiri yang paling tahu kehidupan kita, oleh karena itu skala prioritas kegiatan kita sehari-hari pun harus kita sesuaikan dan tentukan dengan bijak agar semua peran-peran sosial kita dapat terlaksana dengan baik. (Kyanne Virya, Sam)

Desember 2017 | Samantabadra

47


kesehatan

S

elama hampir lebih dari 30 tahun, HIV/ AIDS telah diselimuti berbagai macam mitos dan kesalahpahaman. Dalam beberapa kasus, pemahaman keliru mengenai penyakit ini telah mendorong sejumlah perilaku yang justru menyebabkan makin banyak orang terjangkit HIV positif. Meskipun banyak pertanyaan yang belum terjawab, para peneliti kini berhasil menemukan sejumlah fakta seputar HIV/ AIDS. Berikut ini adalah beberapa mitos paling umum tentang HIV/AIDS.

(Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS adalah diagnosis lanjutan setelah virus HIV berhasil menyerang dan melemahkan sistem imun seseorang, sehingga orang tersebut bisa mengembangkan (atau berada dalam risiko yang sangat tinggi terhadap) penyakit sistem imun tertentu. Tidak semua orang positif HIV juga terjangkit AIDS. Pengobatan HIV yang tepat guna bisa memperlambat atau menghentikan progres HIV, yang pada akhirnya akan mencegah orang tersebut mengembangkan AIDS.

Mitos #1: HIV sama dengan AIDS Fakta: HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. HIV adalah nama virus pembawa penyakit defisiensi imun

Mitos #2: Saya bisa terjangkit HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA Fakta: Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV

48

Samantabadra | Desember 2017

tidak disebarkan melalui sentuhan, air mata, keringat, atau pertukaran saliva. Anda tidak akan tertular HIV saat: • Berada di satu ruangan dan menghirup udara yang sama dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) • Menyentuh barangbarang yang telah disentuh oleh ODHA • Meminum dari gelas yang telah digunakan oleh ODHA • Memeluk, mencium, atau berjabat tangan dengan ODHA • Berbagi peralatan makan dengan ODHA • Menggunakan peralatan gym bersama-sama dengan ODHA HIV hanya bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tertentu yang


kesehatan mengandung konsentrasi tinggi dari antibodi HIV, seperti darah, sumsum tulang belakang, air mani, cairan vagina dan anus, serta ASI. HIV ditularkan ketika salah satu cairan tersebut (dari orang yang positif HIV) masuk melalui selaput lendir, luka terbuka, atau goresan dari orang yang tidak terinfeksi HIV. Mitos #3: HIV dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk Fakta: HIV memang ditularkan melalui darah, namun tidak ada bukti medis sampai detik ini yang dapat menunjukkan bahwa gigitan nyamuk adalah salah satu medium penyebaran virus HIV, bahkan di tempat yang rawan HIV dan banyak nyamuk. Saat nyamuk berpindah lokasi gigit, mereka tidak akan menginjeksikan darah orang sebelumnya kepada ‘mangsa’ selanjutnya. Selain itu, umur virus HIV dalam serangga tidak akan bertahan lama. Mitos #4: Tanda dan gejala virus HIV dapat terlihat dengan mudah Fakta: Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda,

atau partner Anda, memiliki HIV positif adalah dengan melakukan tes darah. Mitos #5: HIV/AIDS adalah hukuman mati Fakta: Pada tahun-tahun awal epidemi, angka kematian akibat HIV/AIDS menjulang tinggi. Tapi sejak perkembangan sains modern, obat retroviral memungkinkan para ODHA untuk memiliki usia bertahan hidup yang lebih panjang, normal, dan tetap bisa produktif. Mitos #6: Obat terbaru bisa sembuhkan ODHA dari HIV/ AIDS Fakta: Walaupun terbukti secara medis bisa mengurangi angka kematian akibat HIV/AIDS secara drastis, obat retroviral harus tetap diminum secara rutin sepanjang hidup. Jika banyak dosis terlewati, virus dapat berkembang menjadi kebal obat yang bisa menimbulkan berbagai efek samping parah di kemudian hari. Belum ada obat penawar HIV/AIDS.

tidak menjalani perawatan memiliki peluang penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2%. Sumber: https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/ hivaids/10-mitos-hiv-aids/

Mitos #7: Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya Fakta: Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus. Ibu hamil positif HIV yang Desember 2017 | Samantabadra

49


wawasan wawasan

Harmonisasi dalam Wisata Pecinan W

ujud toleransi dan harmonisasi di Indonesia telah ditunjukkan lewat berbagai hal. Misalnya, pengoptimalan kawasan pecinan di beberapa kota di Indonesia yang disulap menjadi kawasan wisata. Sebut saja di Kota Semarang, Solo, dan Bandung. Kawasan ini memberi contoh kepada masyarakat bagaimana perbedaan tidak menjadi penghalang untuk saling menghargai dan menghormati. Semuanya melebur dalam perpaduan apik karena satu rasa kebanggaan yakni kami Indonesia. Kawasan Pecinan di Kota Semarang misalnya, terbilang berhasil menampilkan contoh sinergitas. Keberadaan kawasan ini bersisihan dengan Kampung Arab, Kampung India, dan Kampung Jawa. Masingmasing kampung tetap menyuguhkan budaya mereka lewat tradisi, bentukbentuk bangunan, serta komoditas yang diperdagangkan. Pecinan di Semarang berkembang sebagai salah satu wisata yang

50

Samantabadra | Desember 2017

diperhitungkan di kota yang terkenal dengan ikon Lawang Sewu tersebut. Setiap malam pada akhir pekan, di Pecinan Semarang rutin terselenggara perhelatan semawis. Konsep yang diusung berupa gerai-gerai yang menjajakan aneka kuliner di sepanjang jalan di Gang Warung. Pengunjung bebas mampir dan menjajal aneka makanan yang ingin dibeli. Makanan yang dijual tidak terbatas khas pecinan, namun bisa juga dijumpai makanan kekinian dan kudapan legendaris khas Semarang seperti jamu jun, es hawa, es durian, dan pisang planet. Di sana, lumrah ditemui warga beraneka etnis hiruk pikuk memilih santapan yang diinginkan tanpa mempermasalahkan perbedaan yang ada. Pada siang hari, klenteng-klenteng di pecinan juga kerap menjadi jujukan para wisatawan. Pengelola tempat ibadah tersebut tidak keberatan selama pengunjung tidak merusak dan mengganggu aktivitas ibadah

yang tengah dijalankan. Pengelola pun berbaik hati menerangkan kepada pengunjung yang membutuhkan informasi soal klenteng tersebut. Betapa kemajemukan turut bahumembahu menyebarkan suka cita kerukunan. Di kompleks Pasar Gedhe Solo juga tersuguh fenomena bagaimana etnis Tionghoa dan etnis Jawa berasimilasi lewat proses pernikahan, perdagangan, dan berbagai bentuk kerja sama. Sehingga terjadi pencampuran yang dinamis dan menghasilkan kekayaan budaya. Di kawasan tersebut biasa diadakan rangkaian acara menyambut Imlek berupa Gerebeg Sudhiro. Kegiatan tersebut kental dengan persilangan budaya antara Tionghoa dan Jawa. Ini menjadi agenda wisata yang mampu mengundang banyak massa. Lagi-lagi, kerukunan dalam perbedaan memberi keuntungan bagi pendapatan daerah.


Menepis Etnosentrisme Wisata Pecinan mengajarkan masyarakat bagaimana menepis sikap etnosentrisme. Berasal dari kata dalam bahasa Yunani «ethos» (orang atau bangsa) dan «ketron» (pusat: terpusat pada satu kelompok budaya), etnosentrisme didefinisikan sebagai sikap terlalu membanggakan kebudayaan yang dibawa, dan merendahkan kebudayaan lain di luar yang dianut individu tersebut. Etnosentrisme meyakini bahwa in group-nya berkedudukan lebih tinggi atau superior daripada out group-nya. In group adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya, sedangkan out-group merupakan kelompok sosial yang oleh individu-individu diartikan sebagai musuh kelompoknya. Ini merujuk pada sikap yang tidak ingin mengakui adanya kebudayaan lain yang lebih baik; kebudayaan lain dipercaya lebih buruk. (Taylor, Peplau, dan Sears, 2000). Pandangan dan cara hidup individu diterapkan sebagai standar untuk menilai kelompok lain. Tidak seorang pun lahir dengan perilaku etnosentrik. Ia dipelajari, paling tidak untuk tingkatan tertentu. Persoalan muncul bukan dari perasaan bangga terhadap budayanya, tetapi «kesimpulan yang tidak perlu» bahwa budaya lain adalah inferior. Simbol etnisitas, agama, atau kebangsaan in-group menjadi objek kebanggaan dan kehormatan, sebaliknya simbol-simbol dari out-group menjadi objek penghinaan dan kebencian. Jika etnosentrisme dibiarkan berkembang tentu membahayakan. Bisa-bisa individu tersebut tidak lepas dari konstruksi buruk yang telanjur ia bangun soal kebudayaan lain. Dengan demikian, evaluasi yang dihasilkan ikut terpengaruh. Sikap yang tidak beralasan terhadap out-group yang didasarkan pada komparasi dengan in-group. Prasangka berisi hal-hal yang tidak rasional, atau kebencian terhadap sebuah kelompok budaya/agama. Prasangka merupakan wujud dari kebutaan budaya (cultural blindness), karena menghalangi individu untuk melihat realitas secara akurat.

Etnosentrisme muncul karena tiap-tiap budaya berfokus pada masing-masing tanpa mau bersinggungan dengan budaya lain. Lantas, timbul semacam rasa khawatir identitas budayanya lenyap lantaran adanya superioritas dan inferioritas. Beruntungnya, wisata Pecinan di beberapa kota telah menghapuskan dinding superioritas dan inferioritas. Interaksi dan komunikasi antarbudaya berlangsung harmonis. Tidak ada eksklusivitas yang tampak. Tidak ada penggilasan budaya satu sama lain. Menurut Hogg (2003), kebudayaan lahir dan lestari lewat interaksi manusia. Kontak antarmanusia mengakibatkan budaya terbebas dari jerat isolasi. Relasi masing-masing budaya memberikan pengajaran ke setiap budaya yang terlibat. Proses inilah yang disebut akulturasi. Sebagai antisipasi timbulnya kecemasan, depresi, dan psikopatologi dampak dari akulturasi dibutuhkan kemampuan beradaptasi secara sosiokultural dan psikologis. Komunikasi merupakan sarana yang menjadikan individu sadar, dan menyesuaikan diri dengan sub-budaya dan kebudayaan asing yang dihadapinya. Kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan, dan dipelajari melalui komunikasi. Kebudayaan menyebabkan orang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan alam serta lingkungan sosialnya. Lantas tercetuslah komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya dipahami sebagai proses transaksional, proses simbolik yang melibatkan atribusi makna antara individu-individu dari kultur yang berbeda (Gudykunst dan Young Yun Kim, 1997). Semakin tinggi mobilitas fisik orang-orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan bertemu dengan manusia yang berlatar belakang budaya yang berbeda, kesadaran pribadi akan pentingnya komunikasi antarbudaya kian terasa.

Sumber: https://news.detik.com/kolom/d-3708897/harmonisasi-dalam-wisatapecinan

Desember 2017 | Samantabadra

51


wawasan

KEK Mandalika: Pesona Alam Baru di Pulau Lombok

P

ada bulan Oktober lalu, Presiden Jokowi telah meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Proyek yang telah berlangsung selama 29 tahun ini akhirnya resmi diselesaikan pada tanggal 21 Oktober 2017 dan KEK Mandalika telah siap menyambut wisatawan yang datang. Menurut mitos setempat, Mandalika berasal dari nama seorang putri kerajaan di legenda Suku Sasak. Legenda Putri Mandalika berawal pada abad ke-16. Mandalika adalah anak Raja Tonang Beru dan Ratu Seranting dari Kerajaan Kuno Tanjung Bitu. Dia tumbuh menjadi putri yang cantik, dan banyak pangeran ingin 52

Samantabadra | Desember 2017

menikahinya. Mandalika tidak dapat menolak pelamarnya yang berasal dari kerajaan lain. Kemudian para pangeran memutuskan untuk berperang untuk mendapatkan Mandalika. Untuk menjaga perdamaian di kerajaanya, Mandalika memutuskan untuk mengorbankan hidupnya. Dia melemparkan dirinya ke laut, sehingga tidak ada pangeran yang bisa memilikinya. Dengan total area 1.250 hektar, KEK Mandalika menawarkan keindahan alam, panorama pantai yang begitu eksotik. Satu nilai plus dari kawasan Mandalika adalah memiliki garis pantai yang cukup panjang. Tidak kurang dari 16 kilometer garis pantai dengan pasir putih nan lembut siap

memanjakan siapa saja yang datang. Pengunjung bisa melakukan penjelajahan di kawasan pantai yang terbagi menjadi beberapa lokasi termasuk yang digunakan untuk resort. Kelima pantai yang indah dan eksotis tersebut yakni, Pantai Kuta, Panjai Serenting, Pantai Tanjung Aan, Keliuw, dan Gerupuk. Setiap pantai memiliki keunikan dan menawarkan keindahan berbeda dari yang lain. Tetapi ada beberapa kawasan pantai yang memang dibuat khusus untuk selancar, seperti Pantai Ubrug, yang sangat indah, panjang dan pasirnya sangat lembut. Pesona lain yang ada di kawasan Mandalika adalah perbukitan hijaunya yang bergelombang. Di kiri


dan kanan dari kawasan ini memiliki padang rumput yang sangat indah dinikmati dari ketinggian. Kita bisa menikmati permadani hijau yang memukau dan juga pantai yang ada di bawahnya. Jika ingin berinteraksi lebih dalam ataupun melihat kehidupan masyarakat lokal,

tak jauh dari kawasan KEK Mandalika, terdapat Desa Adat Sade dan Desa Adat Ende khas masyarakat Sasak, penghuni asli Pulau Lombok. Salah satu hal yang perlu pengunjung saksikan di KEK Mandalika adalah festival bau nyalei, yaitu perayaan mengambil cacing tanah yang sudah berumur ratusan

tahun yang sangat terkenal di kalangan masyarakat lokal. Referensi: https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/ nusa-tenggara-barat/mandalika-nusa-tenggarabarat-pesona-garis-pantai-yang-panjang.html https://travel.idntimes.com/destination/rezaiqbal/7-fakta-menarik-mandalika-lombok/full https://travel.detik.com/kemenpar/ detail/3694944/presiden-jokowi-terpukaudengan-keindahan-mandalika

Berita Duka Cita

Bapak Simarthana Sugiarto Meninggal pada usia 63 tahun 28 September 2017 Umat NSI Bekasi Jawa Barat

Bapak Lucky Meninggal pada usia 57 tahun 30 September 2017 Umat NSI Bekasi Jawa Barat

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo. Desember 2017 | Samantabadra

53


ruang anak

Sumber: http://indonesiamontessori.com/wp-content/uploads/2017/02/IMC_Printable_Pulau_IndonesiaMontessoriCom.pdf

54

Samantabadra | Desember 2017


pengumuman

Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.

Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.

Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

HALO ANAK-ANAK NSI! NSI akan mengadakan karyawisata ke Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada Hari Minggu, 17 Desember 2017

R

L

O T

A

K

I

R

A

N

D

U

P

O

Y

I

L I

G

N

A

G

R

U

Y

P

P

21

S

E

N

B

A

H

I 18

Y

N A

I

S

U

O

G

I U

N

D

N

M

20

A

B

C

O N

17

Y

C

I

S

N

A

M

R

Y

S

I

B

S

O

I

A

M

S

J

19

I

15

U

S

N

O

B

E

D

T A

M

A

K

I

S

A

N

I

Desember 2017 | Samantabadra

22

N

14

Z 16

E

A

P M

D 10

7

3/7/2017

13

E

2

B

L

A

T

A

R

C

3

K

Info lebih lanjut dan pendaftaran, silakan menghubungi Ibu Sin Hoa (0811846072)

O

11

6

E

H

X

M

4

N

A

M

M

5

S

W

8

S

O

S

H

A

9

E

M

1

I

T

G

Program dan destinasinya: 1. Dunia air tawar 2. Dunia Serangga dan Taman Kupu 3. TRABIT (Trampil Budidaya Ikan Air Tawar) 4. Theater 4 Dimensi

A

T

C

T

E

K

A

E

R

K

12

A

Jawaban TTS Desember 2017

55


1

teka teki silang 2 3 2

3

4

5

6 7

4

1

5

6 8

7 2

3

9

8

4

1

9 5

6

10

7

8

11 13

9

12

11

12

10

13 11

12

13

14

15

14

15

14

15

17

16

16

19

2019

19

17 20

18

18

21

21

17

18

20

21

22

22

Mendatar

Menurun

2. Warna hitam ( Istilah Inggris ) 1. Nama grup angklung NSI. 5. Hidup kembali ( Istilah Jepang ) 2. Salah satu makanan khas Me Mendatar Mendatar Menurun Menurun 6. Ujian ( Istilah Inggris ) 3. Sutra (istilah Jepang ) 7. Lawan kata jauh. 4. Dunia ke- 5 dari sepuluh duni perasaan jiwa. 9. Indera penglihatan. . Warna hitam ( Istilah Inggris ) 1. Nama grup angklung NSI. 2. Warna hitam ( Istilah Inggris ) 1. Nama grup angklung NSI. 10. 8 : 2 8. Dunia ke- 6 dari sepuluh duni . Hidup kembali ( Istilah Jepang ) 2. Salah satu makanan khas Medan. 5. Hidup kembali ( Istilah Jepang ) 2. Salah satu makanan khas Medan. 13. Presiden ke- 4 Republik Indonesia. perasaan jiwa manusia. . Ujian ( Istilah Inggris ) 3. Sutra (istilah Jepang ) 6. Ujian ( Istilah ) Jepang ) 3. Sutra Jepang ) 14. Meninjau diriInggris ( Istilah 11. (istilah Rasa gula. 15. Nama kata sebenarnya Y ang Arya Bhikku 4. Dunia ke-5 12. Salah satu makanan Ja sepuluh dunia dalam . Lawan kata dari sepuluh duniakhas dalam jauh. 7. jauh. Lawan 4.dari Dunia ke-5 T ertinggi Nic ikan Syonin. 16. Salah satu murid Nic imoku Sy perasaan jiwa. . Indera penglihatan. perasaan jiwa. 9. Indera penglihatan. 20. T empat penganiayaan Buddha Nic iren membawa abu jenazah Nic im sepuluh duniasepuluh dalam dunia dalam .8:2 10. 8pada : 2 tanggal 27 bulan ke- 8 tahun 8. Dunia ke-68.dari Dunia ke-6 dari Kyoto. . Presiden 13. ke-4 Republik Indonesia. perasaan jiwa manusia. 17. Ibukota Provinsi Jawa Barat. 1260. ke-4 Republik Indonesia. perasaan jiwa manusia. Presiden 21. 18.gula. Senang ( Istilah Inggris ) . Meninjau14. diri Meninjau (Pengemudi Istilah Jepang ) 11. Rasa gula. diri (pesawat. Istilah Jepang ) 11. Rasa 22. Y ang Arya Bhikku T ertinggi ke- 17. 19. Lokasi T GM 29.

. Nama sebenarnya Arya Bhikku 15. Nama Yang sebenarnya Yang Arya Bhikku Tertinggi Nicikan Syonin. Tertinggi Nicikan Syonin. . Tempat penganiayaan Buddha Niciren 20. Tempat penganiayaan Buddha Niciren pada tanggalpada 27 bulan ke-8 tanggal 27tahun bulan ke-8 tahun 1260. 1260. . Pengemudi 21.pesawat. Pengemudi pesawat. . Yang Arya ke-17. 22.Bhikku Yang Tertinggi Arya Bhikku Tertinggi ke-17.

56

Samantabadra | Desember 2017

12. Salah satu khas Jakarta.khas Jakarta. 12.makanan Salah satu makanan 16. Salah satu Syonin yang Syonin yan 16.murid SalahNicimoku satu murid Nicimoku membawa abu jenazah abu Nicimoku ke Nicimoku ke membawa jenazah Kyoto. Kyoto. 17. Ibukota Provinsi JawaProvinsi Barat. Jawa Barat. 17. Ibukota 18. Senang (18. Istilah Inggris ) Senang ( Istilah Inggris ) 19. Lokasi TGM 19. 29. Lokasi TGM 29.


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Desember 2017 Tanggal Hari 1 Jumat 2 Sabtu 3 Minggu 4 Senin 5 Selasa 6 Rabu 7 Kamis 8 Jumat 9 Sabtu 10 Minggu

11 Senin 12 Selasa 13 Rabu 14 Kamis 15 Jumat 16 Sabtu 17 Minggu 18 Senin 19 Selasa 20 Rabu 21 Kamis 22 Jumat 23 Sabtu 24 Minggu 25 Senin 26 Selasa 27 Rabu 28 Kamis 29 Jumat 30 Sabtu 31 Minggu 01‐Jan Senin

Jam

Kegiatan

Tempat

19:00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul

Vihara Sadapaributa NSI Lt. 2

19:00 Ceramah Gosyo

Daerah masing‐masing

10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 12:00 14:00 19:00 19:00

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI per kelas Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Daerah Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karir Pertemuan Pria Umum

19:00 Pertemuan Cabang

Daerah masing‐masing

10:00 Pertemuan Anak‐anak Daerah 19:00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Daerah masing‐masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

14:00 Pertemuan Wanita Daerah 19:00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing

19:00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah masing‐masing

10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing

13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

17:00 Pertemuan DPD Daerah Kensyu Gosyo Umum (Tahun Baru) Kensyu Gosyo Umum (Tahun Baru) Kensyu Gosyo Umum (Tahun Baru)

Daerah masing‐masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Desember 2017 | Samantabadra

57


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

58

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Desember 2017

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.