Samantabadra
Ada doa yang nyata dan jawabannya nyata pula, doa yang nyata tetapi jawabannya sunyata, doa yang sunyata jawabannya sunyata pula, dan doa yang sunyata tetapi jawabannya nyata. Meskipun ada doa demikian, yang terpenting adalah menjalankan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra akan mengabulkan segala keinginan di masa sekarang hingga masa akan datang. SAMANTABADRA | FEBRUARI 2018 | NOMOR. 289
Surat Perihal Empat Macam Doa
gosyo kensyu SURAT KEPADA KONICIBO gosyo cabang SURAT PERIHAL EMPAT MACAM DOA liputan KGM DAN KENSYU TAHUN BARU 2018
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Fe b r u a r i
2 0 1 8
02 # 289
Penampilan tari generasi muda NSI Bogor pada Kensyu Tahun Baru 2018.
Dokyo syodai peringatan tahun baru 2018. Mahavihara Saddharma NSI, 01 Januari 2018.
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Doa: Pilihan Niciren, Sramana Negeri Ini Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30 Desember 2017-01 Januari 2018
Nammyohorengekyo, Belakangan ini, masalah yang berkaitan dengan doa sering menjadi pertentangan. Banyak yang mempertanyakan: “Sebetulnya dalam ajaran Niciren Syosyu ini, bolehkah doa kita bersifat permintaan?�Ada yang berpendapat bahwa doa yang diucapkan tanpa permintaan tidak terasa pas atau menenangkan. Banyak orang juga beranggapan bahwa yang namanya doa harusnya bertujuan untuk meminta, maka doa tanpa permintaan tiada gunanya dan percuma. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa walaupun tidak meminta-minta, dengan sendirinya doa bisa tercapai. Gosyo mengenai doa dipilih untuk memulai tahun yang baru. Semua gosyo sebetulnya berlaku untuk setiap saat, maka itu dicarikan gosyo tentang doa, supaya doa kita untuk kedepannya bisa sesuai dan pantas. Menurut Buddha Niciren Daisyonin, doa dari orang yang percaya kepada
Nammyohorengekyo pasti akan terkabul, ibarat umat manusia yang memanah ke sasaran yang jauh lebih besar, umpamanya bumi, pastilah kena. Hal ini terjadi karena sasaran jauh lebih besar daripada panahnya. Kalau sasarannya berupa sebuah titik, belum tentu panah tersebut mendarat pas di sasaran. Seperti memanah kearah bumi besar, kepastian daripada doa orang-orang yang menyebut Nammyohorengekyo sangat pasti dan menentu. Akan tetapi, agar bisa sungguh-sungguh terkabul, doa kita harus tepat. Yang pasti, kalau kita meminta pun, kekuatan doa, menurut agama kita, ditimbulkan dari kesungguhan orang yang berdoa, tergantung dari kesungguhan hati orang tersebut. Buddha Niciren Daisyonin sendiri berkata bahwa besar kecilnya kekuatan doa kita sebetulnya tidak tergantung pada besar kecilnya Gohonzon. Bukan berarti Gohonzonnya lebih besar, kekuatannya lebih
besar. Kekuatan doa juga tidak tergantung pada siapa yang menulisnya. Oleh karena itu, siapa pun Bhikku Tertingginya, kekuatannya pasti tiada beda. Namun, yang membedakan hasil kekuatan Doa adalah kesungguhan hati daripada orang yang berdoa. Kesungguhan hati tersebut diukur dari kepercayaannya, seratus persen atau tidak. Kalau dengan sepenuhnya, berarti tidak ada keyakinan lain kecuali Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Tidak ada Sutra Mahavairocana, tidak ada Sutra Amitabha, tidak ada yang lain. Demikianlah pesan dari Buddha Sakyamuni, untuk percaya sungguh-sungguh kepada Nammyohorengekyo dan hanya Nammyohorengekyo sendiri. Karena itu pesan Buddha Sakyamuni, kita tidak boleh melanggarnya, apalagi melakukan pemfitnahan dharma. Mengapa? Karena Buddha sendiri mengatakan bahwa hanya Saddharmapundarika-sutra lah yang merupakan ajaran yang Februari 2018 | Samantabadra
1
paling tepat dan paling besar kekuatannya, sehingga doa yang sesuai pun pasti terkabul dan semua orang bisa menjadi Buddha. Oleh karena itu, ada Gohonzon, ada kita sebagai muridnya, penganutnya. Kemudian ada juga mantra, yakni Nammyohorengekyo. Mantra ini juga mempunyai kekuatan, sebab mantra ini merupakan suatu suara yang bisa memanggil keluar jiwa Buddha yang ada dalam diri kita. Panggilan untuk memanggil jiwa Buddha kita adalah bunyi Nammyohorengekyo. Jiwa Buddha kita dapat dipanggil tanpa mengganti bahasanya, sebab mantra merupakan bahasa universal. Begitu juga dengan perasaan jiwa Buddha, universal; sebab perasaan jiwa Buddha kita adalah mikrokosmos, alam semesta yang kecil. Nammyohorengekyo di alam semesta adalah makrokosmos, maka itu mantra ini berlaku dan dimengerti dimana-mana. Kemudian, kita ingin Namu dengan kekuatan yang ada di luar diri kita, badan kita sebagai mikrokosmos (alam semesta yang kecil) sebetulnya dulu sama persis seperti makrokosmos (alam semesta yang besar), keduanya lengkap. Namun, karena adanya masukanmasukan yang salah ke dalam diri kita, alam semesta yang kecil ini, Buddha menyadari bahwa sekarang jiwa manusia sudah kacau. Pada zaman sekarang, ketika kita berhubungan dengan alam semesta, susunan jiwa
2
Samantabadra | Februari 2018
Buddha kita tidak di atas lagi, sudah diganti oleh perasaan jiwa kita yang lainnya; neraka, kebinatangan. Maka itu, kita harus bisa mengiramakan kembali jiwa Buddha kita, dan patokannya adalah alam semesta besar yang sampai hari ini tetap harmoni dan seimbang. Di samping itu, alam semesta besar atau makrokosmos sejak dulu tetap berirama yang sama, selalu rutinitas yang sama; seperti terbit dan terbenamnya matahari. Itulah perbedannya, maka kita harus Namu kepada alam semesta besar, Myohorengekyo. Pada intinya, doa kita boleh meminta, tetapi untuk alasan yang tepat. Meminta supaya kita dapat betul-betul seirama dengan hukum alam semesta dan supaya kita betul-betul bisa memunculkan kesadaran Buddha. Selain itu, masalahmasalah yang kita hadapi sehari-hari tetap saja kita yang menyelesaikan. Niciren Daisyonin juga menjelaskan melalui Saddharmapundarika-sutra, bahwa satu waktu Buddha Sakyamuni berkata bahwa dirinya akan meninggal, beliau memastikan bahwa dirinya akan moksya dalam waktu tiga bulan, dan beliau pun mempertanyakan penerus ajaran-ajarannya. Beliau berkata demikian karena seorang Buddha mempunyai tiga kebajikan; kebajikan sebagai majikan, guru, dan orang tua. Buddha adalah seseorang yang berhasil mengembangkan kekuatan tiga kebajikan yang ada dalam
dirinya. Maka itu, sebelum beliau meninggal, kebajikannya sebagai orang tua pun berkobarkobar. Orang tua pasti ingin mewariskan yang terbaik pada anak-anaknya. Buddha mengetahui bahwa yang terbaik adalah Nammyohorengekyo, karena Nammyohorengekyo merupakan jalan satusatunya bagi umat manusia untuk mencapai kesadaran Buddha, tingkatan yang paling bahagia untuk kehidupan manusia. Maka itu, Buddha sangat ingin mewariskan Nammyohorengekyo, karena beliau menyadari, bahwa walaupun beliau adalah Buddha, beliau juga akan meninggal, karena meninggal adalah bagian dari hukum alam semesta yang berlaku kepada siapa saja. Semua murid-murid Buddha pada waktu itu melakukan aksi dan berjanji bahwa kedepannya akan menyebarkan hukum yang diajarkan Buddha, dengan tujuan untuk menghibur Buddha. Akhirnya Buddha Sakyamuni pun meninggal, namun setelah 3000 tahun, sampai hari ini, hukumnya pun masih ada, sebab ada yang meneruskan. Kita juga harus mengembangkan ketiga kebajikan dari diri kita, bukan hanya dalam sekejap, namun seterusnya. Maka itu, pelaksanaan kita untuk doa tidak cukup hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo saja. Dengan menyebut Nammyohorengekyo, doa kita memunculkan jiwa
Buddha kita, kekuatan tersebut harus kita gunakan untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Doa kita tidak hanya meminta agar kita dapat bersatu dan bisa seirama dengan hukum alam semesta, namun dengan dukungan dari alam semesta tersebut, kita juga harus bisa menyebarluaskan hukum ini. Tentunya banyak hal yang tidak kita ketahui, tapi yang penting kita tulus mau Namu kepada hukum alam semesta dan mau Namu kepada tugas yang dipercayakan oleh Buddha kepada kita. Dengan demikian, kita sebagai umat yang percaya kepada Saddharmapundarikasutra harus berdoa dengan tujuan untuk mendapat kesempatan dan kekuatan untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo, karena itu merupakan janji kita sendiri, sebab kita adalah orangorang yang bertekad untuk mencapai keBuddhaan, dengan menjalankan penyebarluasan Nammyohorengekyo. Setelah Buddha Sakyamuni meninggal pun, hukum ini tetap bisa tersebarluas sampai hari ini. Buddha berkata bahwa hukum ini harus tersebarluas sampai Mappo Mannen, sampai masa akhir dharma dan juga puluhan ribu tahun kedepan, maka itu kita lah yang harus melanjutkan penyebarluasannya. Itu sesungguhnya doa daripada orang-orang yang menyebut Nammyohorengekyo dari Sandaihiho pada masa akhir dharma.
Penerima surat (gosyo) ini adalah Sairenbo, yang merupakan cendekiawan Buddhis. Ia adalah mantan Bhikku, sehingga ia sudah mengetahui tentang hukum Buddha bahkan sebelum mengenal Niciren Disyonin. Niciren Daisyonin adalah seorang Buddha yang memiliki tiga kebajikan sebagai majikan, guru, dan ayah bunda. Kebajikan sebagai guru artinya dapat membimbing. Karena sekarang Sairenbo adalah murid Buddha Niciren, maka Buddha Niciren harus bisa membimbing Sairenbo. Cara membimbing cendekiawan Buddhis seperti Sairenbo berbeda dengan cara membimbing Syijo Kingo. Terkadang Buddha Niciren dapat membimbing dengan memarahi Syijo Kingo yang berjiwa samurai, bertemperamen tinggi, dan tidak terlalu berpendidikan tinggi. Berbeda dengan Sairenbo, Sairenbo harus diberikan bimbingan dengan penjelasan yang sangat rinci, dan memiliki acuan-acuan yang jelas. Acuanacuan yang jelas maksudnya adalah sumber-sumber yang jelas, maka karena itu di sini dijelasakan dari bab berapa, dalam sejarah tercatat sebagai apa. Karena itu gosyo ini panjang. Tapi inti dari gosyo ini adalah makna dari doa. Semua agama pasti ada doa. Doa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah permohonan (harapan atau permintaan atau pujian) kepada Tuhan. Kita sebagai umat niciren syosyu memiliki pengertian doa yang tepat menurut ajaran agama kita.
Pertama, kita harus mengerti masalah yang berkaitan dengan Tuhan. Tuhan dalam agama kita disebut dengan Dharma. Ketika kita berdoa, kita melakukan permohonan atau berharap kepada Dharma. Ketika kita berdoa di depan Gohonzon, Tuhan kita adalah dharma. Dharma adalah hukum, ho. Hukum seperti apa? Hukum yang gaib, myo. Tuhan kita adalah myoho, dharma yang gaib. Apa itu dharma yang gaib? Dharma yang gaib adalah Myohorengekyo. Maka karena itu, bagi orang Niciren Syosyu, berdoa adalah melantukan Nammyohorengekyo. Artinya, kita betul betul mempercayakan adanya suatu kekuatan di luar diri kita yang mutlak yang mengatur semua keberadaan di seluruh alam semesta ini. Kita menyebut Nammyohorengekyo agar dapat terhubung dengan kekuatan yang ada di luar diri kita, dengan hukum alam semesta. Nammyohorengekyo artinya Namu kepada Myohorengekyo. Namu itu manunggal, menjadi satu, kyoci myogo dengan Myohorengekyo (menyatu antara kita dan hukum). Itu adalah doa kita. Hukum ini adalah yang mengatur atau peraturan, bukan person. Kalau di agama lain, ini diwujudkan sebagai person. Karena itu segala doa, permohonan diajukan pada Tuhan. Menurut Spiritual Science Research Foundation, “pengertian doa atau prthan (dalam bahasa Sansekerta) berasal dari dua kata pr dan artha, yang artinya memohon dengan sungguh-sungguh. Februari 2018 | Samantabadra
3
Dengan kata lain, berdoa artinya meminta sesuatu hal kepada Tuhan YME dengan kerinduan intensif. Doa mencakup rasa hormat, cinta, permohonan dan iman/keyakinan. Melalui sebuah doa, seorang abdi/ hamba Tuhan mengungkapkan ketidakberdayaan dan menyerahkan sikap pelasanaan dari suatu pekerjaan kepada Tuhan YME�. “Menyerahkan sikap pelaksana kepada Tuhan YME berarti kita mengakui bahwa Tuhan membantu kita dan Ia yang menyelesaikan pekerjaan itu. Doa adalah suatu alat penting dalam latihan spiritual secara umum di jalan spiritual pengabdian� Ini adalah pengertian doa secara umum. Orang Niciren Syosyu tidak boleh memaknai doa seperti ini. Tidak boleh meminta Gohonzon menyelesaikan masalah kita. Jika pandangan kita salah, akan timbul masalah-masalah seperti mengganggap Gohonzon NSI tidak kuat. Mencari Gohonzon yang lebih kuat tapi sikap doanya tetap salah. Tentu tidak akan terkabul dan menimbulkan pemahaman-pemahaman yang salah. Oleh karena Nammyohorengekyo adalah mantra, tujuan kita saat menyebut Nammyohorengekyo cukup memanggil jiwa Budda dalam diri kita. Tujuan orang Niciren Syosyu berdoa adalah ingin mencapai kesadaran Buddha. Pencapaian kesadaran Buddha hanya dapat dilakukan melalui Saddharmapundarikasutra. Karena itu Buddha dengan tegas mengatakan
4
Samantabadra | Februari 2018
bahwa jika kamu ingin mencapai kesadaran Buddha, maka kamu harus menetapkan Saddharmapundarika sutra sebagai satu satunya jalan, tidak ada yang lain. Cendekiawan-cendekiawan Buddhis dahulu banyak yang salah menempatkan Saddharmapundarika-sutra tidak pada tempatnya, tidak pada sutra satu-satunya, tidak pada sutra rajanya. Saddharmapundarika-sutra ditempatkan pada urutan kesekian, mengatakan bahwa Sutra Mahavairocana lebih unggul. Ini tentu tidak sesuai dengan apa yang diwujudkan oleh Buddha. Buddha mewujudkan pencapaian kesadaran Buddha hanya ada pada Saddharmapundarikasutra. Kesimpulannya doa dalam agama kita adalah menyebut Nammyohorengekyo, bukan juga di doa keempat. Menyebut Nammyohorengekyo berdasarkan Saddharmapundarika-sutra dan Gohonzon dari San Dai Hiho hanya akan menghasilkan kesadaran Budhha, dimana ini baru dijelaskan di 8 tahun akhir ajaran, selama 42 tahun belum diajarkan. Tidak ada yang lebih tinggi daripada menjadi Buddha. Dulu Sakyamuni sudah memiliki semua tahta, harta dan wanita, tapi Ia belum merasa bahagia. Ia baru merasakan kebahagiaan yang sempurna setelah mencapai kesadaan Buddha, dan ini yang hendak diberikan kepada kita. Karena itu kita sudah diberikan pusaka yang paling berharga, tidak
perlu meminta yang lain. Maka ketika doa keempat tidak perlu banyak meminta, karena dengan kepastian bisa menjadi Buddha, pasti akan bahagia. Seseorang yang dapat menjadi raja negeri disebabkan pada masa lampau mempertahankan hukum sakti dan mengikuti sang Buddha. Jokowi dapat menjadi presiden karena masa lampau pasti mempertahankan hukum sakti, yaitu Nammyohorengekyo hukum alam semesta, dan mengikuti Sang Buddha dalam artian ia mengikuti kesadarannya seperti Sang Buddha. Dalam mengatasi masalah mengandalkan kesadaran, bukan kemarahan. Itu adalah perbutannya pada masa lampau, yaitu kemaren, sebulan yang lalu dan seterusnya, yang menjadikannya presiden. Menjadi raja negeri adalah kedudukan yang tinggi, tapi dengan Nammyohorengekyo bahkan dapat menjadi Buddha. Buddha lebih tinggi daripada presiden. Jaminan menjadi Buddha harusnya membuat hidup kita tenang dan menyenangkan. Doa kita menyebut Nammyohorengekyo. Menyebut Nammyohorengekyo pasti muncul kesadaran Buddha. Doa kita pasti terkabul. Yang masalah adalah keserakahan hati kita yang menganggap kesadaran Buddha tidak cukup bahagia. ***
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Doa: Pilihan Niciren, Sramana Negeri Ini Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 30 Desember 2017-01 Januari 2018
Nammyohorengekyo, Kita menganggap doa sebagai cara kita menyampaikan apa yang kita inginkan kepada apa yang kita percayai dan yakini, dan mengharapkan agar segala doa kita dapat terkabul. Sebelum mengenal Nammyohorengekyo, kita suka berdoa berdasarkan ajaran sementara. Doa seperti itu, tanpa kita sadari adalah bentuk dari upaya kita untuk menghibur diri kita sendiri, seolah-olah dengan kita berdoa kita bisa mendapatkan semua yang kita inginkan tanpa melakukan usaha apapun. Padahal bukan seperti itu pengertian doa. Doa seperti itu adalah doa yang mengharapkan kekuatan dari luar diri kita. Sebagai contoh, kita meminta ramalan pada peramal. Peramal tersebut mengatakan kita akan mendapatkan untung 20 tahun lagi, lalu kita tinggal menunggu keuntungan tersebut. Apakah keuntungan akan datang begitu saja tanpa kita berbuat
apa-apa? Contoh lain, jika kita ingin mendapatkan jodoh atau kekasih, tetapi dalam sehariharinya hanya berdiam diri di dalam kamar, apakah orang tersebut dapat menemui jodohnya? Maka jika mau mencari jodoh tidak bisa hanya berdiam diri saja, harus aktif kemana-mana, seperti aktif di susunan. Artinya dalam hidup jika kita menginginkan sesuatu, kita tidak bisa hanya menunggu dengan diam saja. Dalam kesempatan kali ini kita akan sama-sama mempelajari seperti apa doa yang sesungguhnya. Gosyo ini ditulis di Pulau Sado pada tahun 1272 dan diberikan kepada Sairenbo. Surat ini merupakan surat balasan pertanyaan Sairenbo. Sairenbo adalah seorang Bhikku yang pintar, dan memahami ajaran Mahaguru Tien Tai, artinya beliau juga memahami ajaran hukum agama Buddha. Gosyo ini menerangkan tiga poin. Poin pertama menjelaskan, doa dari berbagai sutra, pada umumnya adalah
doa, namun doa yang berdasarkan kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra pasti terkabulkan. Poin kedua menjelaskan seluruh Boddhisatva Dwiyana, manusia, surga, dan lainnya telah mencapai jalan kesadaran Buddha melalui Saddharmapundarikasutra, maka mereka demi membalas budi tersebut, mereka melindungi orang yang berdoa dengan menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Oleh karena itu doa atau keinginan pelaksana Saddharmapundarika-sutra, pasti terkabulkan. Poin terakhir menjelaskan Doa berdasarkan hukum sesat Syingon dan lainnya tidak ada buktinya, bahkan orang yang berdoa, maupun orang yang menyuruh berdoa berdasarkan hukum sesat, akan memusnahkan badannya sendiri. Jadi berdoa dengan ajaran yang salah,
Februari 2018 | Samantabadra
5
bukannya doa tersebut tercapai, malah mencelakakan diri sendiri. Contoh, peristiwa pemberontakan syukyo, yang mengakibatkan kekalahan besar, karena penguasa berdoa berdasarkan sekte Syingon yang sesat. Pada akhirnya kerajaan tersebut menjadi runtuh, dikarenakan hal ini (doa yang salah). Pada jaman dahulu (masa ajaran sementara), para Boddhisatva jika ingin mencapai kesadaran Buddha, pada jaman dahulu harus menjalankan pelaksanaan pertapaan sebanyak 52 tingkat. Namun hal ini tidak dapat dijalani dalam satu kehidupan. Dalam perputaran hidup-mati hanya satu tingkatan yang diraih, dalam satu tingkat terdapat 10 macam dunia lagi. Untuk mencapai dunia Buddha harus mencapai tingke ke 52. Tetapi umat manusia hanya dapat mencapai tingkat ke 51, yaitu tingkat Boddhisattva. Untuk mencapai tingkat ke 52, yaitu dunia Buddha, belum dijelaskan oleh Buddha Sakyamuni bagaimana akibat untuk mencapai tingkat kesadaran. Namun kita yang memiliki Gohonzon, tidak perlu menjalankan pertapaan seperti ini. Kita yang memiliki Gohonzon dapat mencapai tingkat ke 52, karena dengan Gohonzon, kita bisa soku shin jobutsu dan bisa isyo jobutsu (dalam kehidupan ini dapat mencapai kesadaran Buddha). Sekarang pertanyaannya seberapa banyak kita bisa menimbulkan kesadaran 6
Samantabadra | Februari 2018
seperti itu walaupun ada Gohonzon? Dalam pertapaan kita sehari-hari banyak sekali gangguan, seperti banyaknya pasir-pasir di sungai Gangga. Contohnya ketika kensyu akhir tahun sekaligus menyambut tahun baru, banyak ajakan untuk tidak mengikuti kensyu, seperti ajakan makan-makan atau jalan-jalan. Sesungguhnya walau sudah sampai di tingkat ke 51 kita tidak boleh kalah suasana. Walaupun tinggal satu tingkat lagi ke Dunia Buddha namun kita tidak boleh meremehkan usaha untuk mencapai dunia Buddha. Kensyu merupakan salah satu bentuk pertapaan kita untuk mencapai kesadaran. Kita dapat mengikuti kensyu ataupun acara susunan secara konsisten, kita sudah menang dari suasana. Kita sebagai manusia walaupun sudah punya Gohonzon dan dapat menimbulkan kesadaran setiap waktu, masih sering kalah suasana. Jika diibaratkan, dalam cerita 12 hari perjalanan menuju Kyoto, tinggal satu hari perjalanan lagi untuk mencapai kota Kyoto. Namun karena kita kalah suasana kita tidak melanjutkan perjalanan kita. Pertapaan jaman dulu dikatakan sangat susah, karena Buddha Sakyamuni baru menjelaskan di Saddharmapundarika-sutra bahwa semua umat dapat mencapai kesadaran Buddha. Semua umat dapat mencapai kesadaran Buddha, karena setiap orang memiliki jiwa Buddha. Boddhisattva yang mendengar hal tersebut
merasa sangat bahagia. Setelah mendengar Saddharmapundarika-sutra, baru menyadari pertapaan selama ini yang dijalankan berdasarkan hukum sementara ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra ini yang paling unggul, yang paling hebat, sehingga dapat menyadarkan umat manusia bahwa setiap orang memiliki jiwa Buddha, memiliki kekuatan yang dapat memunculkan kesadaran dalam diri kita. Boddhisattva yang merasa bergembira mendengar Saddharmapundarika-sutra, kemudian berjanji untuk menjalankan perluasan Dharma. Memiliki semangat untuk melaksanakan tugas pertapaan dengan Issin Yokken Butsu, Fuji Shaku Shinmyo (setiap saat ingin melihat Buddha tanpa menyayangi jiwa raga). Banyak umat kita yang semangat shinjinnya makin menurun dengan berjalannya waktu. Dulu awalawal semangat shinjin kita besar. Dulu kita berdoa untuk mempunyai rumah yang besar, agar dapat digunakan untuk pertemuan. Bahkan dulu saat semangat shinjin kita besar, kita berebut agar rumahnya digunakan untuk pertemuan. Sekarang setelah memiliki rumah besar, rumahnya tidak dapat digunakan untuk pertemuan walau sebentar saja. Contoh lain, dulu kita berdoa untuk memiliki mobil agar dapat pergi kensyu. Kita
rela berhimpitan duduknya dalam mobil, agar kita bisa sama-sama dengarkan kata Buddha. Namun sekarang setelah memiliki mobil, apakah kita gunakan mobil itu untuk sama-sama mendengarkan kata-kata Buddha? Maka dari itu, semangat shinjin kita ini jangan sampai menurun. Jangan setelah menerima Gohonzon kita semangat, tapi seiring berjalannya waktu semangat kita di situ-situ saja, jalan di tempat. Gosyo ini mengingatkan kita akan janji/ prasetya kita untuk dapat menjalankan shinjin. Buddha memiliki tiga kebajikan yaitu, majikan, guru dan orang tua. Majikan menjamin kesejahteraan hidup, guru membimbing kita dan orang tua penuh maitri karuna kasih memberikan kasihsayangnya terhadap anaknya. Orang tua rela menderita, memberikan banyak pengorbanan, semua itu demi kebahagiaan anaknya. Buddha memiliki ketiga kebajikan ini, tapi kita sering melupakannya dan hanya meragukan bahwa setiap umat memiliki jiwa Buddha. Kita hanya percaya bahwa sravaka dan pratekya Buddha tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Manusia jaman sekarang sulit mempercayai kata-kata Buddha, bahkan lebih mempercayai kata-kata manusia biasa. Bulan lalu kita baru mempelajari Bab Stupa Pusaka, dimana adanya Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna, duduk
berdampingan. Boddhisattva Prabhutaratna membenarkan perkataan Buddha Sakyamuni bahwa benar seluruh umat manusia memiliki jiwa Buddha, sehingga semua dapat mencapai kesadaran Buddha. Untuk membuktikan perkataan tersebut benar adanya, maka para Boddhisatva menjulurkan lidahnya. Setelah mendengar hal itu kita percaya menjadi percaya dan ingin menjalankan shinjin dengan sungguhsungguh. Buddha kemudian menanyakan, apabila saya telah tiada, siapakah yang hendak menyebarluaskan hukum ini? Pada waktu itu, Boddhisttva, termasuk kita semuanya janji untuk menyebarluaskan hukum ini. Saat kita Gojukai (upacara penerimaan Gohonzon) kita tiga kali berprasetya (menyebutkan janji). Yang pertama saya berjanji saya akan menjalankan hati kepercayaan hanya pada Nammyohorengekyo. Yang kedua saya akan membuang ajaran sementara. Terakhir kita mau mencapai kesadaran Buddha. Namun apakah kita melakukan usaha penyebarluasan Dharma? Sama seperti Boddhisattva, kita juga harus menjalankan, karena ini merupakan prasetya (janji) penting. Sama prinsipnya dengan saat kita menjalankan usaha. Apabila kita tidak melakukan apa yang kita janjikan, orang tidak akan percaya lagi dengan kita. Yang namanya janji harus ditepati, apalagi prasetya kepada Buddha.
Kita yang tidak menjalankan penyebarluasan artinya kita memfitnah Dharma. Maka prasetya ini harus kita jalankan dengan sungguh-sungguh. Dari dulu Buddha Sakyamuni sudah berpesan siapa yang nanti menyebarluaskan hukum ini (syakubuku)? Kita yang sudah berjanji harus melaksanakannya, jika tidak kita memfitnah Dharma. Setelah mengatakan hal tersebut Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa tiga bulan lagi Ia akan wafat. Setelah mendengar hal itu, karena mereka manjadi penuh kekhawatiran, takut kehilangan Sang Buddha, sehingga tidak lagi memikirkan hal-hal lain. Apapun yang dipikirkan adalah bagaimana dapat menyumbang untuk Buddha. Hal ini sebagai bentuk perasaan yang ingin balas budi kepada Sang Buddha. Saya dapat mencapai kesadaran Buddha dan merasakan kebahagiaan karena Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharmapundarika-sutra agar dapat mencapai kesadaran Buddha, dapat bahagia mutlak. Sebaliknya apakah yang terjadi pada kita? Apakah kita merasakan saya ingin berterima kasih, ingin balas budi, mau menjalankan kata-kata Buddha. Saya mau menyebarluaskan hukum ini, karena kita tidak akan ada seperti sekarang tanpa adanya Buddha Niciren Daisyonin, tanpa adanya Gohonzon, tanpa adanya Nammyohorengekyo. Karena adanya Nammyohorengekyo, karena adanya Gohonzon, saya Februari 2018 | Samantabadra
7
dapat merasakan kebahagiaan saya sekarang, seperti keharmonisan rumah tangga, kebahagiaan dari anak-anak, dan lain-lain. Sekarang kita jarang mendengar orangtua yang mengeluh, anak saya belum jadi orang, padahal hal tersebut tergantung dari cara kita mendidik anak. Jadi di sini, kita diajarkan bagaimana untuk tidak melupakan hal-hal apa yang sudah kita dapat. Jika kita lihat, tanpa kita sadari banyak semangat dari hati kepercayaan umat yang menurun. Banyak dari antara kita yang merasa tidak perlu menjalankan pertapaan pelaksanaan lagi, agar generasi yang baru dapat menjalankan tugasnya, karena merasa diri sendiri sudah cukup menjalankan shinjin. Hal ini tidak benar, justru kita belajar dari gosyo ini, waktu muridmurid Buddha Sakyamuni baru mendengar saja Buddha Sakyamuni hendak wafat, mereka merasa sangat susah hati. Karena Buddha merupakan orang yang menunjukkan saya jalan agar saya dapat bahagia, maka segala apapun mereka berikan kepada Buddha. Maksud umat ingin agar Buddha dapat tenang dan seolah-olah dapat memperpanjang usianya. Walaupun tidak seperti itu, karena pada akhirnya Buddha Sakyamuni pasti wafat juga. Semunya tetap berjanji mau menjalankan penyebarluasan Dharma. Sebenarnya Gohonzon yang butuh kita atau kita yang butuh Gohonzon? Yang butuh adalah 8
Samantabadra | Februari 2018
kita, umat manusia. Kita butuh Gohonzon untuk mengeluarkan kekuatan jiwa Buddha kita. Jika seperti itu, semestinya kita tidak perlu disuruh-suruh lagi untuk menjalankan pertapaan pencapaian kesadaran Buddha. Sebagai contoh, pada kensyu akhir tahun banyak anggota yang menanyakan apakah mereka dapat mengikuti kensyu sebagian (pulang malam, tidak menginap di asrama), sehingga tidak mengikuti keseluruhan rangkaian acara kensyu). Pengurus NSI tidak memperbolehkan dan juga tidak melarang kensyu PP (pulang-pergi), pada prinsipnya semua tergantung kesadaran diri sendiri. Kita juga harus bisa mengatur supaya umat dapat menimbulkan kesadarannya seperti yang diamanatkan oleh sang Buddha. Jika memang tidak bisa ikut kensyu apa boleh buat, namun jika sesungguhnya kita dapat mengikuti kensyu secara keseluruhan, kenapa kita harus pulang-pergi? Tanpa kita sadari, kita sedang membuat sebab nasib miskin. Maka dari itu, diri kita harus bisa merasakan bahwa kita yang membutuhkan Gohonzon. Karena kita yang membutuhkan, maka kita harus jalankan sesuai keinginan sang Buddha, yaitu menyebarluaskan hukum Nammyohorengekyo, melalui gerakan-gerakan yang baik di dalam bermasyarakat. Gerakan kita tidak perlu dibuat-buat, karena pada dasarnya memang tugas kita sudah sesuai dengan janji yang kita ikrarkan pada masa
lampau sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi untuk menyebarluaskan hukum Nammyohorengekyo. Orang yang menjalankan dengan sungguh-sungguh pasti dilindungi. Pengertian dilindungi di sini juga harus dimengerti maknanya dengan benar. Bukan berarti dengan hanya menyebut Nammyohorengekyo pasti semua doa kita terkabul dan dilindungi. Di sini dijelaskan semua itu tergantung kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan, baru ada kekuatan hukum dan kekuatan Buddha. Bukan berarti semua orang yang sebut Nammyohorengekyo pasti dilindungi. Karena kekuatan kepercayaan kita, dengan sungguh-sungguh Gongyo daimoku di depan Gohonzon, kemudian timbul kekuatan Buddha berupa prajna kita untuk dilaksanakan dalam kehidupan kita seharihari. Jadi kekuatan doa yang dimaksud di sini bukan doa untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Doa yang pasti terkabul adalah doa untuk mencapai kesadaran Buddha. Apabila kita sungguhsungguh percaya, kita pasti mampu menjalankan Gongyo, Daimoku dan shin gyo gaku (percaya, belajar dan melaksanakan) secara tepat dan konsisten, sehingga kita dapat memunculkan kesadaran kita. Jadi doa kita itu untuk memunculkan kesadaran Buddha. Pada saat daimoku kita bisa menimbulkan kesadaran Buddha, dan dengan kesadaran
tersebut, kita bisa menjadi manusia yang bijaksana dalam hidup sehari-hari dan bermasyarakat. Jadi kita tidak perlu doa yang meminta-minta pada Gohonzon. Tahun baru kerap dianggap sebagai momen untuk menutup buku dan membuka lembaran buku yang baru. Kita biasanya mencatat keinginan (icinen) kita di kertas, misalnya 10 keinginan dan kita taruh di depan Gohonzon. Pada akhir tahun kemudian kita lihat lagi catatan tersebut, berapa keinginan kita yang sudah terkabul dan mana yang belum terkabul. Jadi kita seolah-olah “meminta� kepada Gohonzon, agar keinginan kita terkabul. Jika tidak terkabul kita akan merasa susah hati karena kekuatan Gohonzon tidak ada buktinya, padahal tidak seperti itu. Seharusnya menjelang tahun baru kita harusnya merasakan gembira, bukannya menangis. Dulu banyak diantara kita yang menjelang tahun baru menangis. Menangis karena menyesal mengenai perbuatan salah yang dia lakukan, ingin bertobat. Timbul penyesalan atas karma –karma buruk yang diperbuat pada tahun sebelumnya. Padahal perbuatan buruk kita sudah lewat menjadi akibat buruk juga (Hon Ga Myo). Niciren Dasiyonin mengatakan, yang pentng adalah Hon In (sebab pokok: sekarang, saat sekarang berbuat sebab yang baik). Refleksi yang baik pada momen pergantian tahun bisa dilakukan dengan
menyadari kekeliruan diri sendiri yang banyak kalah suasana, memakai cara-cara yang tidak Buddhis untuk mengatasi masalah. Tapi ke depan, tahun 2018 kita tidak mau seperti itu. Dapat terlahir sebagai manusia bukan merupakan suatu kebetulan. Hal tersebut merupakan hasil dari proses menjalankan karma baik yang milyaran jumlahnya kepada dharma. Begitu juga kita, sebagai manusia harus menjalankan penyebarluasan dharma. Jangan kita pikir kita dapat bertemu Gohonzon karena disuruh orangtua. Untuk terlahir menjadi manusia itu harus menunggu satu kalpa (sekitar 16.000.000 tahun). Jadi dalam hidup ini walau pendek, hanya 100 tahun, namun 16.000.000 tahun lagi baru bisa terlahir kembali menjadi manusia. Maka kehidupan kita kali ini sangat berharga bukan? Kehidupan kita yang berharga ini harus kita manfaatkan dan kita harus ingat janji kita akan penyebarluasan Dharma. Ingat janji kita belum selesai! Pertapaan mewujudkan kesadaran Buddha adalah proses seumur hidup. Jangan karena ekonomi kita sudah mapan, badan sehat, lantas kita lalai untuk melaksanakan syinjin secara konsisten. Justru dengan harta benda dan harta badan yang menunjang, kita manfaatkan untuk melakukan sebanyak-banyaknya karma baik untuk memupuk harta jiwa kita. Dalam berdoa, yang paling utama adalah jangan kita
campur dengan konsep doa ajaran lain, seperti ajaran Syingon yang dibabarkan oleh Kobo dan Jisyo Jikaku. Mereka memutarbalikkan kata-kata Buddha dan mengatakan Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang paling rendah, dan mengunggulkan sutra Vairocana. Kita masih bisa bersamasama keluarga dan orang-orang terdekat melewati tahun 2017 bukan main gembiranya. Walau banyak masalah yang kita hadapi, tidak sedikit kurnia kebajikan yang kita peroleh selama ini dan patut kita syukuri. Marilah kita berfokus pada hal-hal positif dan hal baik yang bisa kita syukuri. Kata-kata dalam Saddharmapundarikasutra bukanlah bualan semata. Kita tidak berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan dikarenakan kita masih memiliki hati kepercayaan yang salah. Jangan seperti Jikaku yang merasa dirinya hebat karena mimpi memanah matahari, padahal kalo di Jepang hal tersebut berarti kesialan. Kita juga masih sering seperti itu, memikirkan yang tidak-tidak, padahal hal tersebut belum terjadi. Kita jadi dipenuhi dengan kekhawatiran dan keragu-raguan. Ayo, di tahun 2018 kita lebih semangat lagi jalankan syinjin dengan lebih sungguh-sungguh. ***
Februari 2018 | Samantabadra
9
liputan
Kensyu Generasi Muda dan Kensyu Nasional Tahun Baru 2018
Di penghujung tahun 2017, NSI menyelenggarakan kensyu generasi muda (KGM) sekaligus kensyu gosyo umum dalam rangka menyambut tahun baru pada tanggal 30 Desember 2017 sampai 01 Januari 2018 di Mahavihara Saddharma NSI, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan KGM dilaksanakan lebih awal, yaitu pada pukul 08.00 WIB, disusul kensyu gosyo umum pada pukul 17.00 WIB. NSI mengundang kembali budayawan Radhar Panca Dahana sebagai nara sumber dalam sesi pembekalan KGM. Dalam sesi kensyu gosyo umum, NSI mengundang dua orang nara sumber; Dra. Kristina, M.Si. dari Komisi Penanggulangan AIDS 10
Samantabadra | Februari 2018
Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, dan Dr. Elizabeth Jane Soepardi, Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Dra. Kristina memberikan materi tentang tindak kekerasan, gender, dan HIV/AIDS, sedangkan Dr. Jane memberikan materi tentang seluk-beluk penyakit difteri. Momen pergantian tahun dilewati umat NSI bersamasama dengan melakukan daimoku bersama di tanggal 31 Januari 2017 dari pukul 22.00 WIB hingga 00.00 WIB. Setelah itu dilakukan pemukulan genta. Pagi harinya, dilaksanakan upacara gongyo pagi, yang disusul dengan upacara dokyo syodai peringatan tahun baru 2018 yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI. ***
Februari 2018 | Samantabadra
11
Kegiatan Tahun Baru Di Vihara Vimalakirti Tangerang
Dokyo Sodai menyambut tahun baru dimulai pada jam 10 pagi, di pimpin oleh bapak Suryandi Mulya, sekitar 150 umat yang hadir dan turut serta dalam dokyo sodai tersebut. Umat yang datang, terdiri dari tiga daerah cikupa, tangerang dan teluk naga berbaur jadi satu menciptakan suasana begitu semangat, satu per satu umat bergantian melakukan syoko dengan ketulusan dan kesungguhan hati. Prosesi dokyo sodai berlangsung sekitar 25 menit. Selanjutnya Ketua Bidang Karitra NSI Tangerang, bapak Kusnadi menyampaikan kata sambutan, dalam sambutannya berpesan kepada para pimpinan, pengurus maupun umat NSI haruslah memiliki ketahanan mental dan kesadaran untuk menjaga kemurnian ajaran, agar tidak terpengaruh oleh pandangan-pandangan keliru 12
Samantabadra | Februari 2018
yang berkembang, sehingga sekaligus dapat memastikan dan memberikan pemahaman ajaran yang tepat dan memperoleh kebaikan dari memeluk agama Buddha NSI. Berikutnya Ketua Bidang Sraddha NSI Tangerang, bapak Suryandi Mulya juga menyampaikan kata sambutan, beliau berpesan malam pergantian tahun terkenal dengan kumpul-kumpul bersama keluarga, saudara, teman, sahabat di rumah untuk masak-masak maupun bermain untuk menyalakan kembang api, mengisi suasana tahun baru, sampai detik detik jam menunjukkan tahun yang baru tiba. Marilah kita awali kehidupan yang baru ini dengan penuh kegembiraan. Apabila hati kita gembira, semua ikut bahagia, segala beban masalah kehidupan pun menjadi ringan, bekerja pun dengan perasaan tenang dan nyaman. ***
Kensyu Pontianak dan kunjungan persahabatan ke Kuching
Bulan Desember 2017, tepatnya pada tanggal 15-17, NSI menyelenggarakan Kensyu Pontianak-Kuching. Kensyu yang dipusatkan bertempat di Vihara Vimalakirti Pontianak di Jalan Waru (WR.Supratman) No.4 Kota Pontianak ini diikuti sekitar 180 orang umat NSI dari Kalimantan Barat dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Di Hari Pertama, Sejak pukul 06.00 pagi, peserta kensyu yang berasal dari Jabodetabekcul berkumpul di Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk keberangkatan menuju Pontianak. Dalam perjalannya menuju pontianak, rombongan gongyo pagi bersama di dalam pesawat dan sesampainya di Bandara Pontianak sekitar pukul 11.00, rombongan selanjutnya
menuju hotel dan santap siang terlebih dahulu. Setelah gongyo sore, dan makan malam seluruh peserta sudah siap dan duduk rapi di dalam Vihara Vimalakirti Pontianak yang di Jalan Waru (WR.Supratman) No.4 Kota Pontianak untuk mendengarkan pembabaran Gosyo. Hari ke-2, seusai gongyo pagi, dilanjutkan dengan membawa umat NSI menuju Kuching-Malaysia untuk melakukan kunjungan persahabatan dengan umat Buddha sekte Niciren Syosyu yang ada di Malaysia yakni kunjungan ke Organisasi Niciren Buddhist Assosiation (NBA) dalam rangka menjalin hubungan persahabatan keagamaan. Sesampainya di Kuching Internatioanl
Airport, Malaysia, para peserta disambut baik oleh Anggota NBA dan berfoto bersama dan dengan menggunakan bus menuju hotel Grand Continental Kuching-Malaysia. Sore harinya, rombongan bersama umat NBA bertemu untuk macara makan malam besama dan melakukan pertemuan ceramah gosyo bersama umat NBA. Keramahtamahan umat NBA yang ditunjukkan kepada umat NSI pada saat menyambut kedatangan umat NSI seperti pemyambutan dan pengalungan serta pemberian selendang kepada seluruh peserta kensyu oleh umat NBA semakin menambah rasa kegembiraan rombongan yang ikut kesnyu kali ini. Suasana kebersamaan Anggota NSI dengan Anggota NBA semakin terasa pada saat acara Gala Dinner adalah adanya penggabungan dari umat NSI dan umat NBA dalam satu meja yang beranggotakan 10 orang. Umat NSI dan umat NBA saling bercerita pengalaman dan saling bercanda gurau. Acara semakin semarak karena turut dimeriahkan oleh penampilan kesenian 3 tarian oleh umat NSI daerah Tangerang dan penampilan kesenian oleh umat NSI. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI menyampaikan
Februari 2018 | Samantabadra
13
bahwa “kita berkumpul disini sata ini, kita membuktikan bahwa adanya perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, sebetulnya kita tidak ada perbedaan. Jadi agama Buddha cita-citanya adalah ingin membahagiakan seluruh makhluk dan kami juga seperti itu, kami datang disini juga sama ingin membahagiakan saudara-saudara kita yang ada di Malaysia lewat persahabatan. Untuk itu, apalagi orang Pontianak dan orang Kuching yang sebetulnya satu daratan. Ketua Umum NSI mengharapkan kunjungan kali ini bisa menjadi sebuah permulaan untuk nantinya bisa terjalin hubungan persahabatan seagama, sama-sama menyebut Nammyohorengekyo dan samasama Niciren Syosyu khususnya umat Pontianak dan umat Kuching�. Anggota NBA juga turut serta mengungkapkan sepatah kata dalam pertemuan ini. Salah satu anggota NBA mengungkapkan persaan 14
Samantabadra | Februari 2018
bahagianya atas kunjungan anggota NSI ke NBA, dan hingga meneteskan air matanya dalam mengungkapkannya, mereka merasa terharu anggota NSI dapat berkunjung ke NBA karena mereka sangat rindu suasana keagamaan seperti ini. Selanjutnya Bapak Ketua Umum NSI menerima kenangkenangan dari salah satu anggota NBA, dan tak lupa Bapak Ketua Umum NSI juga memberikan kenang-kenangan kepada seluruh pimpinan NBA yang hadir, seperti pada pimpinan NBA Kuching, NBA Johor Baru, NBA Serawak, NBA Penang, NBA Johor Baru, NBA Kedah. Umat NSI juga membagikan majalah Samantabadra dan Buku Kyobong/Buku Sembahyang edisi terbaru yang disertai artinya yang dibagikan oleh Bapak Ketua Umum bersama Bapak Ketua PPS NSI kepada Anggota NBA. Suasana puncak Gala dinner semakin mencair dengan malam keakraban
anggota NSI dengan Anggota NBA yang bersama-sama bernyanyi bersama dan berjoget-joget ria dengan lagu poco-poco. Hari ke-3 seusai Gongyo pagi dan makan pagi bersama, rombongan melanjutkan perjalanan dengan city tour yang semakin menambah antusias dan semangat para peserta. Sepanjang perjalanan, para peserta sambil menikmati pemandangan sekitarnya juga tak lupa mengabadikan momen dengan berfoto-foto atau merekam video. Para peserta diajak mengunjungi patung Kuching yang menjadi simbol kota ini, dan juga mengunjungi Gedung Dewan Bandaraya Kuching Selatan (Kantor Walikota), Gedung Dewan Undangan Negeri Serawak (DPRD). Perjalanan selanjutnya yaitu mengunjungi pusat oleholeh dan cenderamata. Setelah city tour, para peserta kembali meuju hotel untuk santap saing dan mendengarkan arahan Bapak Ketua Umum NSI, sebelum beliau bertolak ke Bangkok, Thailand untuk menghadiri Undangan Interreligious Dialogue in South And South. Waktu yang diallui dengan hati yang gembira terasa begitu singkat. Penghujung kegiatan kensyu ini diisi dengan sesi kesan pesan dari anggota NSI dan anggota NBA terkait kegiatan kensyu PontianakKuching dan kunjungan ke organisasi NBA. Sesi kesan pesan ini juga ditutup oleh kebersaman anggota NSI
dan anggota NBA dengan bergoyang dan berjoget ria serta penampilan tarian maumere. Perjalanan kensyu kali ini dari hari pertama sampai dengan hari terakhir penuh dengan warna warni yang tak terlupakan. Kegiatan ini pastinya sangat berkesan bagi anggota NSI maupun anggota NBA terlihat dri antusiasnya dan kegembiraan peserta dari hari pertama waktu keberangkatan, kunjungan ke NBA, Gala Dinner, hingga sesi kesan pesan dan malam keakraban bersama. Apalagi kali ini kita bisa mendapatkan keluarga baru melalui kunjungan persahabatan ke organisasi NBA yang juga menjadikan kualitas spiritual kita meningkat. Kensyu kali ini dan juga kunjungan ke organisai NBA, memiliki capaian target yakni sebagai upaya memperkuat konsilidasi dengan Pemerintah Kalimantan Barat dengan umat NSI yang ada di Kalimantan Barat serta Membangun dan mempererat hubungan persahabatan dengan keagamaan dengan Umat Buddha di Kuching-Malaysia. ***
Februari 2018 | Samantabadra
15
Partisipasi Umat NSI dalam Gerak Jalan Kerukunan hari Amal Bakti ke72 Kementerian Agama RI
Dalam rangka peringatan Hari Amal Bakti dan memeriahkan HUT ke72 Kementerian Agama RI, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menyelenggarakan Gerak jalan Kerukunan yang mengambil tema “Tebarkan Kedamaian�. Kemenag Rl mengundang partisipasi dari seluruh umat beragama, termasuk di antaranya umat Buddha NSI. Gerak jalan diikuti oleh ribuan umat beragama yang datang dari berbagai daerah, termasuk di antaranya umat NSI. NSI juga menampilkan Marching Band Mandarava NSI yang mengiringi gerak jalan tersebut, 16
Samantabadra | Februari 2018
menambah semarak dan semangat peserta gerak jalan. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, jam 07.30 pagi, pada hari Minggu, 07 Januari 2018. Gerak jalan kerukunan ini dipusatkan di Kementerian Agama Lapangan Banteng dan titi awal/rute start perjalanan dimulai dari kantor Kemenag -Jl. Pejambon- Jalan Merdeka Timur, Utara, Barat, Selatan-Gambir, dan Finish kembali ke Kantor Kemenag dengan hjarak tempuh rute gerak jalan sekitar 6 kilometer. Menteri Agama RI, mengungkapkan dalam sambutannya sebelum membuka dan melepas gerak jalan kerukunan ini bahwa tema Tebarkan Kedamaian� ini dipilih karena pada hakikatnya agama berfungsi menyemai
kebaikan dan menebar kedamaian. Beliau mengajak agar semua pihak untuk menjaga kerukunan bangsa Indonesia. Menag kembali menegaskan bahwa kedamaian adalah pesan universal semua agama kepada umat manusia. Menurut Menag, “kedamaian akan membawa kebahagiaan. Kedamaian adalah jalan menuju kesejahteraan dan kemajuan. Karena itu, saya mengajak seluruh Kementerian Agama dan semua komponen umat beragama di Tanah Air agar bersama-sama menjadi Duta Penebar Kedamaian. Marilah kita buktikan bahwa agama sesungguhnya membawa angin kesejukan yang menenteramkan. Dalam damai akan tercipta negeri yang tenteram dan sejahtera dan pesan kedamaian ini
makin terasa penting untuk digaungkan agar kita tidak terjerumus dalam kubangan perseteruan dan jebakan permainan atas nama agama,� ujar Menag. Dalam kesempatan tersebut Menag juga menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak, baik sesama aparat pemerintah pusat dan pemerintah daerah, para wakil rakyat di parlemen, majelis-majelis agama dan tokoh agama, pers dan media, maupun seluruh lapisan masyarakat umat beragama, atas segala dukungan dan
kerjasama yang telah diberikan kepada Kementerian Agama selama ini. Ketua Umum NSI, Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja menyambut baik gerak jalan kerukunan ini. Terlihat dari banyaknya umat NSI yang berpartisipasi pada gerak jalan kerukunan ini. Selain menampilkan Marching Band NSI, NSI juga turut serta memeriahkan gerak jalan kerukunan ini dengan membawa atributnya seperti spanduk bertuliskan tematema kerukunan, logo NSI, logo Kementerian Agama dan logo
Burung Garuda serta tak lupa kontribusi umat dalam parade tim Bhineka Tunggal Ika yang memakai baju adat 34 provinsi, Tim Kesenian Tarian Daerah, Angklung, dan Mahasiswa/i dari STAB Samantabadra-NSI tak lupa dengan total +500 umat NSI ikut serta memeriahkan gerak jalan kerukunan tersebut. Beliau juga mengatakan bahwa suasana kerukunan yang terasa pada kegiatan ini hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk toleransi dan tenggang rasa antar umat beragama. ***
Februari 2018 | Samantabadra
17
Ketua Umum NSI Memberi Sambutan dan Penghargaan Malam Anugerah FTI manusia melalui berbagai program di antaranya Festival Monolog di Ruang Publik (FESMON FTI), FTI Award, Forum Wacana, Bengkel FTI, dan serangkaian kegiatan lainnya ini telah menghimpun aktor, sutradara, penulis naskah, skenografer,penata panggung, produser, manajer teater, pemusik teater, kritikus teater, peneliti/akademisi teater, wartawan teater, dan serta semua pihak yang mencintai teater yang sejalur dengan itu untuk bekerja secara kooperatif Rabu, 27 Desember 2017 dan profesional yang terbentuk bertempat di Gedung Kesenian atas kesadaran bersama akan Jakarta, Pasar Baru, Jakarta pentingnya kolektivitas demi Pusat tepat di usianya yang kemajuan teater Indonesia. genap 13 tahun, Federasi Teater Acara FTI award 2017 ini Indonesia (FTI) menggelar dihadiri oleh seniman-seniman Malam Anugerah FTI Award dan tokoh-tokoh nasional XIII 2017. FTI ialah Lembaga nirlaba yang didirikan atas inisiatif budayawan, Radhar Panca Dahanam pada 2004 silam di Taman Ismail Marzuki ini merangkul segala golongan yang memiliki misi memajukan dunia teater Indonesia. FTI ialah lembaga nirlaba yang terbentuk atas dasar kesadaran bersama akan pentingnya kolektivitas, tidak berafiliasi politik dan menghimpun kelompok serta berfungsi sebagai wadah berhimpunnya kelompok teater dan para pekerja teater dan fokus menciptakan jaringan nasional, pemasyarakatan dan pengembangan sumber daya 18
Samantabadra | Februari 2018
seperti GKR Hemas, Zulkifli Hasan, Slamet Rahardjo, Tatang Ramadhan B, Nano Riantiarno, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI – Mpu Suhadi Sendjaja serta para undangan dengan dipandu pembawa acara peraih Aktor Terbaik FFI 2017, Teuku Rifnu Wikana didamping aktris teater Lisa Ariyani. Ini adalah penyelenggaraan ke 13 dan menjadi tradisi tahunan sejak FTI berdiri tanggal 27 Desember 2004. Malam Anugerah FTI ke 13 ini dimulai dengan prosesi penyambutan para tokoh penerima penghargaan pada pukul 17.00. Lalu dilanjutkan Tasyakuran ulang tahun FTI ke13, dan acara utama baru yang digelar mulai pukul 19.00. Sejak 2004 FTI rutin memberikan
penganugerahan kepada pelaku, pengamat, manajer, dan akademisi teater yang telah berjasa selama lebih dari 30 tahun pada perkembangan teater Indonesia. Dalam acara ini diumumkan peraih FTI award untuk kategori Tokoh FTI,Maecenas FTI, dan Abdi Abadi FTI. Maecenas FTI adalah penghargaan yang diberikan kepada seluruh elemen masyarakat yang tidak bekerja di lapangan artistik (seni), tetapi telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada dinamika dan perkembangan kesenian ,seni pertunjukan secara khusus, kebudayaan secara umum. Namun, dengan sejarah panjang dan misi mulia itu, FTI masih belum sepi dari rintangan. Setidaknya itu tecermin dari ungkapan Ketua FTI Radhar Panca Dahana. Radar memperkirakan mungkin ini acara award yang terakhir dari FTI. Sebelumnya, Presiden FTI Radhar pert Panca Dahana mengatakan, FTI Award pad, XIII/2017 kemungkinan merupakan kegiatan penghargaan terakhir yang diselenggarakan FTI. Apakah akan membuat yang baru atau tidak sama sekali itu bergantung pada perjalanan berikutnya. Ia hanya ingin memberi imbauan kepada semua kalangan terutama government (pemerintah) untuk sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada kerja-kerja seperti ini. Senada dengan ungkapan itu, Ratna Riantiarno juga berharap agar teater bisa
menjadi tuan di rumah sendiri dan mudah-mudahan FTI tetap bisa bertahan untuk tetap melanjutkan perjuangannya memberikan penghargaan kepada pekerja-pekerja teater,” ujar Ratna Riantiarno saat memberikan pesan apresiatif. Khusus pada FTI Award ke 13 di tahun 2017 ini, penghargaan kali ini yang digelar ini menjadi istimewa, keistimewaan pertama dari acara tahunan FTI yang sudah ke-13 kalinya ini adalah tidak hanya tiga tokoh yang diberikan penghargaan, namun ada empat tokoh, dan semua tokoh itu adalah perempuan. Mereka telah memberi sumbangsih pada kehidupan dan perkembangan seni teater. Empat perempuan itu ialah Tatiek Maliyati Wahyu Sihombing (Penghargaan Abdi Abadi FTI 2017), aktris teater Ratna Riantiarno (penghargaan Tokoh FTI 2017), budayawan Toeti Heraty Noorhadi Roosseno (penghargaan Maecenas FTI 2017), dan pematung Yani Mariani Sastranegara (penghargaan khusus). Dalam Malam Anugerah FTI Award XIII 2017, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI - Mpu Suhadi Sendjaja didaulat memberikan pidato ucapan selamat kepada penerima award dan juga didaulat memberikan Hadiah atau souvenir kepada penerima award Tokoh FTI 2017, Ibu Ratna Riantiarno. Dalam Ucapan Selamatnya Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Indonesia Mpu Suhadi
Sendjaja sangat mengapresiasi kepada 4 tokoh penerima Award FTI 2017 yang telah secara luar biasa telah memberi sumbangsih pada kehidupan dan perkembangan seni budaya Indonesia, seni teater juga FTI pada khususnya dan yang telah benar-benar memberikan sumbangsih jiwa raganya untuk perkembangan Teater di Indonesia. Ini merupakan suatu upaya yang tidak kecil artinya bagi kebangsaan. Apalagi saat-saat sekarang bangsa sedang membutuhkan kekuatan bersatu. Dan untuk itu melalui budaya ini adalah salah satu jalan yang sangat tepat untuk semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan. Acara ini ditutup oleh pentas apresiasi dari tokoh-tokoh teater terkemuka dan kesenian lain seperti penampilan Orkestra 73 di bawah konduktor Raden Agung Hermawan Fitrianto, plus penampilan langka dari Keenan Nasution yang akan berpadu dengan suara sopran Aning Katamsi. Secara istimewa mereka akan membawakan gubahan baru dari semacam hymne FTI yang dikomposisi oleh Iwan Pangka dan beberapa artis dan tokohtokoh terkemuka Indonesia dari berbagai lapangan. Ada Cornelia Agatha yang akan bermono-drama, Dedi “Miing” Gumelar yang akan memberi apresiasi spesial untuk Ratna Riantiarno, juga ada Niniek L Karim, Jajang C. Noer dan Renny Djajoesman. ***
Februari 2018 | Samantabadra
19
Ketua Umum NSI Menjadi Narasumber Stadium General UNJ: Menangkal Radikalisme Berbasis Agama
Bertempat di Kampus UNJ Jalan Rawamangun Muka Jakarta Timur 13220, Gedung Pusat Studi dan Sertifikasi Guru, tanggal 09 Januari 2018 pukul 08.00 – 13.00 Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja diundang sebagai Narasumber untuk memberikan kuliah umum atau stadium general dihadapan +200 mahasiswa UNJ dengan tema “Menangkal Radikalisme Berbasis Agama “Hadir sebagai Narasumber Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma NSI -Mpu Suhadi Sendjaja yang mewakili dari Agama Buddha. Dalam Kesempatan ini Mpu Suhadi Sendjaja menyampaikan Harmonisasi Kebangsaan: Menangkal Radikalisme Berbasis Agama (Dalam Perspektif Agama Buddha). Dalam kuliah umumnya Beliau menyampaikan 5 point-point pembahasan, yakni : 1) Konsep Ketuhanan dalam ajaran Buddha. Agama Buddha merupakan agama kesadaran, Buddha merupakan manusia yang sadar, Agama Buddha menjelaskan di dalam setiap jiwa manusia itu ada 10 alam dari Neraka, Kelaparan, Binatang, Marah, Manusia, Surga, Sravaka, Prayetka, Bodhisattva, dan Buddha. Ketuhanan agama Buddha adalah Hukum Sebab Akibat (karma). Siklus Lahir-Tua-Sehat-Meninggal, Semua Orang bisa menjadi Buddha karena semua orang memiliki kesadaran di dalam jiwanya. 2) Menjelaskan Konsep Perdamaian Dalam Agama Buddha. Menyadari Hukum Sebab-Akibat dan menjaga Keselarasan serta Keseimbangan di dalam Kehidupan. Menyadari Hukum Sebab Akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Di dalam agama Buddha tidak ada penciptaan jadi semua itu adalah proses lahir-Tua-Sehat-Meninggal dan semua itu tercipta tidak ada yang menciptakan. Jadi yang paling bertanggung jawab adalah diri sendiri. Pemikiran Damai menurut agama Buddha itu adalah seseorang bisa damai kalau dia itu menyadari semua itu Hukum Sebab Akibat. Jadi mau damai itu sebuah akibat atau sebuah hasil. 20
Samantabadra | Februari 2018
3) Menjelaskan SARA dan Sila ke-1 Pancasila adalah Kekuatan Indonesia. Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). SARA ini adalah kekuatan Indonesia. Sila ke-1 Pancasila: ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ menjelaskan bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan sila ke-2 s.d ke-5, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Didalam penjelasannya Mpu Suhadi Sendjaja menyatakan bahwa semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing dan apabila ketika diposisikan dengan baik itu bahagia, itu damai. Kita semua tahu bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka agama harus menjadi sumber kekuatan dan beliau menekankan bahwa setiap pemimpin komunitas umatnya memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan Tepat serta Memahami dan melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. 4) Memahami Radikal dan Radikalisme Dalam Agama. Radikalisme di dalam agama, namun Perlu Pemahaman dan Penghayatan yang Baik Terhadap Ajaran Agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan makan akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika ajaran agama dipolitisasi untuk merebut kekuasaan maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. 5) Mewujudkan Harmonisasi Kebangsaan di dalam Menangkal Radikalisme Berbasis Agama dengan toleransi saja tidaklah cukup. Kita harus sadar bahwa Karena Kamu Adalah Aku! Ada Kesadaran dan Tindakan yang Mewujudkan Bahwa Ada Kamu di Dalam Diriku dan Ada Aku Di Dalam Dirimu. Aku ada Karena Kau Ada, Kau Ada Karena Aku Ada (Sebuah Sinergi yang Harmonis). Bukan Saling Meniadakan Tetapi Saling Memberdayakan. “Berlomba menciptakan kebaikan”. Kebaikan apa? Apa saja asal ia berguna bagi masyarakat banyak. Jadi, kesuksesan seseorang adalah sukses orang lain juga. Aku tidak akan sukses jika tidak mampu menyukseskan orang lain. Karena “kamu adalah aku”, maka jika kamu terpuruk maka aku pun ikut terpuruk, kamu terhina aku pun ikut terhina. Begitu juga sebaliknya. Di dalam akhir kuliah umumnya, Ketua umum NSI menekankan baiknya forum-forum seperti ini dan ini merupakan usaha yang benar, beliau menekankan pendidikan itu perlu dan perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Agama adalah untuk kita bukan sebaliknya. Amalkan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh sehingga tercermin di badan kita bukan di kitab suci. ***
Februari 2018 | Samantabadra
21
Ketua Umum NSI Menghadiri Malam Tasyakuran Hari Amal Bakti ke-72
Kementerian Agama RI mengadakan malam tasyakuran dalam rangka Hari Amal Bakti ke-72, Kamis (11/01/2018). Sejak pukul 18.30 WIB, tampak ribuan aparatur sipil negara (ASN) Kemenag RI mulai memenuhi lapangan halaman kantor Kemenag RI di Jalan Lapangan Banteng Barat, Jakarta Pusat. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin didampinggi sang istri Trisna Willy malam itu tampak sumringah saat menyapa ribuan keluarga besar Kementerian Agama dan mitra kerja yang sudah memadati halaman Kemenag sejak usai pukul 17.30 wib. Puncak HAB 22
Samantabadra | Februari 2018
yang dibalut tema Malam Tasyakuran menghadirkan Emha Ainun Najib alias Cak Nun bersama KiaiKanjeng yang juga memimpin dua lagu nasional. Cak Nun hadir di malam puncak HAB kali ini ditemani istrinya Novia Kolapaking yang merupakan penyanyi kondang di Tanah Air. Hadir dalam kesempatan ini keluarga besar Kementerian Agama bersama Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan KiaiKanjeng. Lilih Suryani yang memandu Malam Tasyakuran menyatakan selain dihadiri Cak Nun bersama KiaiKanjeng lewat pergelaran musiknya, malam puncak HAB ke-72 ini kian spesial karena
bertabur bintang duta penebar kedamaian yang berasal dari ASN Kementerian Agama. Sekjen Kemenag Nur Syam mengklaim keluarga besar Kementerian Agama yang hadir dan memadati malam puncak HAB ini diperkirakan mencapai 4.000 orang. Usai sambutan Sekjen, dilanjutkan pemutaran video pendek capaian kinerja Kementerian Agama di era Menag Lukman Hakim Saifuddin (2014 - 2017). Malam Tasyukuran ini juga dihadiri tokoh lintas agama, baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Mengenakan pakaian serba hitam, Menag Lukman ikut
duduk lesehan bersama keluarga besar Kementerian Agama. Tenda besar bentuk dome dengan nuansa putih telah berdiri tegak di halaman yang biasanya menjadi tempat dilaksanakannya upacara bendera. Berpakaian serba putih, para pejabat maupun ASN Kemenag tampak duduk berbaur di atas karpet yang dibentangkan di bawah naungan tenda. Suasana hangat penuh keakraban amat terasa dalam malam puncak helat HAB ke72 ini. Jajanan pasar seperti kacang, singkong serta jagung rebus yang disiapkan panitia bagi para peserta menambah kehangatan suasana. Malam tasyakuran yang digelar kali ini cukup spesial, karena akan ada penampilan budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun beserta KiaiKanjeng. “Malam tasyakuran kali ini juga disiarkan secara live, jadi akan disiarkan oleh seluruh Kanwil Kemenag di Indonesia,” tutur Nur Syam. Beberapa tokoh lintas agama dalam malam tasyakuran tersebut berkesempatan duduk diatas panggung bersama dengan Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, dan dalam sambutannya, Menteri Agama RI mengatakan “Di bawah senyum wajah rembulan yang mesti tak lagi purnama, kita dapat bermuwajjahah (bertemu muka) dalam suasana kebersamaan yang cerah bahagia. Di sini hadir wajah-wajah dari berbagai pemeluk agama, berkumpul dalam satu Kenduri Cinta,”
tutur Menag”. Kenapa bicara wajah? Menag mengatakan bahwa wajah adalah tampilan paling menonjol yang mewakili seluruh tubuh dan identitas manusia. Wajahlah yang membedakan satu sama lain di antara semua manusia. Maksud Menag, wajah manusia Indonesia yang bernafas dengan nilai-nilai agama, yang urat nadinya mengalir darah cinta tanah air merdeka, serta jiwanya berisi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Bukan wajah kepahitan yang hidungnya menghirup bangkai fitnah, yang matanya menyorot penuh curiga, dan mulutnya bau nyinyir menumpahkan cela yang nista. “Ketika wajahmu tersenyum padaku, maka di situ agama telah mendamaikan kalbu,” ucapnya. Sesungguhnya hakikat agama tercermin dalam wajah manusia. Bagaimana cara seseorang memaknai dan mengamalkan ajaran agama, hal itu terlihat pada ekspresi wajah. Ketika wajahnya penuh amarah, maka si pemilik wajah boleh jadi cuma mengenal agama sebagai kekerasan. Ketika pucat pasi wajahnya, maka dia mungkin kusut dan ruwet dalam beragama”, tegasnya. Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mewakili dari agama Buddha memberikan pandangan/perspektif dari sudut pandang Buddha mengenai Spiritual, keagaman, berbangsa dan bernegara dalam mengamalkan ajaran agama. Bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di
dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Didalam penjelasannya MPU Suhadi Sendjaja menyatakan bahwa semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing dan apabila ketika diposisikan dengan baik itu bahagia, itu damai. Kita semua tahu bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka agama harus menjadi sumber kekuatan dan beliau menekankan bahwa setiap pemimpin komunitas umatnya memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan tepat serta memahami dan melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. Harus benarbenar menjalankan dan melaksanakan apa yang kita yakini sesungguhnya. Tidak mengacu kepada orangnya, tetapi kembali ke ajaran yang sebenarnya/sesungguhnya yang diyakini oleh masing-masing agama. Agama adalah untuk kita bukan sebaliknya. Amalkan ajaran dengan sungguhsungguh sehingga tercermin di badan kita bukan di kitab suci dan agama bukanlah tujuan akhir, kesempurnaan menjadi manusia yakni kebahagiaan adalah tujuan, dan kebahagiaan hanya akan tercipta dalam suasana damai. Beliau juga menyampaikan bahwa “Agama hadir untuk membela umat manusia, bukan sebaliknya.”***
Februari 2018 | Samantabadra
23
Ketua Umum NSI Menjadi Delegasi Indonesia dalam Lokakarya Strategis di Bangkok
Dalam meningkatkan pemahaman, kerja sama dan kemitraan yang lebih baik antara komunitas agama di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Pusat Dialog Internasional yang berbasis di Wina (KAICIID) bersama Organisasi Kerjasama Islam, dengan dukungan dari Agama untuk Dewan Perdamaian / Antaragama Thailand, Yayasan Pendidikan Tinggi Islam Wilayah Selatan; Universitas Mahidol; dan Universitas Fatoni menyelenggarakan sebuah pertemuan yakni Interreligious Dialogue in South And SouthEast Asia, Bangkok, Thailand, 18-20 Desember 2107. Pertemuan tersebut dihadiri oleh tujuh puluh peserta yang terdiri dari pemimpin agama dan masyarakat madani, akademisi, pembuat kebijakan dan intelektual religius dari
24
Samantabadra | Februari 2018
Thailand, Myanmar, Indonesia, Sri Lanka, Bangladesh, Singapura, dan Malaysia berpartisipasi dalam Konferensi tersebut. Selain itu, perwakilan dari Kementerian Luar Negeri Thailand dan misi diplomatik dari Eropa dan Amerika Utara, termasuk Austria, Swiss dan Kanada menghadiri Konferensi tersebut sebagai pengamat. Ketua Umum NSI, Suhadi Sendjaja mendapat kehormatan diundang menghadiri undangan tersebut mewakili umat Buddha dari delegasi Indonesia. Safiullah Munsoor, Direktur Program KAICIID menekankan kontribusi KAICIID untuk memfasilitasi dialog antar pemimpin agama dan pembuat kebijakan. “Tujuan konferensi ini adalah untuk mempromosikan kerja sama antara pengikut berbagai agama dan orang-orang
dari berbagai budaya di Asia Selatan dan Tenggara melalui sebuah rencana tindakan untuk mempromosikan peran para pemimpin agama dalam mendukung perdamaian dengan membiarkan mereka memberi contoh bagi kerja sama antaragama, koeksistensi, dan merangkul keragaman sebagai aset. “ Kegiatan tersebut membahas bagaimana koeksistensi agama dan budaya dapat dipupuk dan membahas tantangan saat ini untuk berdampingan antar agama di Asia Selatan dan Tenggara, terutama dengan mengacu pada hubungan MuslimBuddhis, dan mengusulkan kebijakan, rekomendasi dan tindakan yang dapat memperkuat perlindungan dan penerimaan mereka di negara masing-masing. Wabah kekerasan baru-baru ini di
pemimpin agama harus berada di garis depan upaya ini, “kata Safiullah Munsoor, Direktur Program, KAICIID. Dalam diskusi pertemuan tersebut, Ketua Umum NSI menyatakan pemikirannya bahwa tidak ada konflik agama, yang ada konflik yang dikemas sedemikian rupa sehingga dilekatkan dengan identitas agama tertentu. Mengaitkan agama dengan suatu kejadian Myanmar telah mendorong isu adalah cara yang paling mudah ini menjadi terkenal, namun menyulut konflik sehingga ketegangan yang tumbuh antara banyak digunakan sebagai komunitas Buddhis dan Muslim “alat� oleh oknum=oknum yang di wilayah ini telah menjadi ingin merebut kekuasaan atau sumber perhatian beberapa ekonomi dalam politik. Beliau lama sekarang. Para peserta juga menyampaikan peran pada pertemuan tersebut akan serta pemuka agama sangat membahas perkembangan penting dalam menyebarkan historis hubungan Muslimnilai0-nilai agama yang benar Buddhis di Asia Selatan dan kepada umat, sehingga umat Tenggara, dan mengeksplorasi tidak terpengaruh ajakan tantangan identitas dan rasa provokatif yang megacu pada memiliki dalam masyarakat perpecahan bangsa. Perlu multi-etnis dan multi-agama. pemahaman dan penghayatan “Buddhisme dan Islam yang baik terhadap ajaran memiliki akar yang dalam agama, sehingga jika ajaran dalam sejarah Asia Selatan agama dijadikan landasan dan Selatan. Agama-agama ini kehidupan maka akan menjadi telah membentuk wilayah ini kebaikan serta kerukunan selama berabad-abad. Mereka dan keutuhan bangsa yang telah memperkaya setiap aspek damai, namun sebaliknya jika kehidupan, seni, budaya, musik, ajaran agama dipolitisasi untuk sastra di negara-negara di merebut kekuasaan maka akan kawasan ini. Sangat disesalkan menghasilkan perpecahan bahwa manipulasi agama oleh bangsa. Pemikiran Damai beberapa kekuatan, dan salah menurut agama Buddha itu tafsir terhadap agama oleh adalah seseorang bisa damai orang lain sekarang mengancam kalau dia itu menyadari semua untuk mengikis koeksistensi itu Hukum Sebab Akibat. Beliau antara kelompok-kelompok ini. juga turut menyampaikan Kita perlu kembali ke prinsip bahwa kita, Bangsa Indonesia bersama perdamaian dan memiliki memiliki keistimewaan koeksistensi yang dimiliki oleh tersendiri karena sejarah, agama-agama ini, dan para
kultur, dan sejarah politik yang berbeda dengan bangsa lainnya. Keanekaragaman bangsa Indonesia bisa tetap bersatu padu karena memiliki alat pemersatu yang menjadi pegangan bersama yang telah disepakati, yakni Pancasila dan pegangan ini menjadi landasan yang kuat dalam berbangsa dan bernegara. Kegiatan ini menekankan pentingnya pertemuan lintas budaya, dialog dan pertukaran antara pemimpin agama yang berbeda untuk membangun jembatan pemahaman, saling menghormati dan kepercayaan. Melalui pertemuan ini, diharapkan dapat berkontribusi dalam pembentukan praktisi Buddhish untuk mengatasi permasalahan sosial regional dan global kedepannya, juga sebagai fondasi konferensi lintas agama regional dalam tema aplikasi nilai-nilai Buddhisme. ***
Ketua Umum NSI menerima tanda penghargaan dari pihak Penyelenggara kegiatan ini: Dr. M. Safiullah Munsoor.
Februari 2018 | Samantabadra
25
Ketua Umum NSI Menghadiri Dialog Lintas Agama Amnesty International Indonesia Foto Bersama Peserta Dialog Lintas Agama mengenai Krisis Kemanusiaan Rohingya (dari kiri) yang mewakili dari agama Islam, Kristen, Katholik, Konghucu, Elise (Tim Investigasi AI), Buddha, Hindu, dan Direktur AI Indonesia
Ketua umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, diundang ikut serta dalam Dialog Lintas Agama Mengenai Krisis Kemanusiaan Rohingya. Kegiatan yang di gelar di Puri Denpasar Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (21/11/2017) ini diselenggarakan oleh Amnesty International Indonesia. Amnesty International (AI) adalah sebuah organisasi non pemerintah yang mengkoordinasikan berbagai aktivitas atas nama hak asasi manusia di seluruh dunia. AI merilis hasil penelitian yang mengungkap kejahatan 26
Samantabadra | Februari 2018
tersistematis rezim Myanmar terhadap Muslim Rohingya. AI setelah melakukan investigasi selama dua tahun terakhir di Rakhine State, Myanmar, telah telah mengumpulkan buktibukti telah terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan secara masif dan sistematis terhadap etnis Rohingya. Laporan yang berisi penelitian langsung selama dua tahun ke sejumlah wilayah Rakhine dan lokasi pengungsian itu berisi mengenai berbagai perlakuan dan kebijakan diskriminatif pemerintah Myanmar yang nampak jelas telah mencabut hak-hak dasar
dan kehidupan warga Rohingya. Elise Tillet, seorang anggota tim investigasi AI, menyebut situasi di Rakhine State tidak bisa didiamkan. Al menemukan fakta bahwa telah terjadi pembersihan etnis Rohingya di Myanmar. Tidak hanya itu, akses etnis Rohingya terhadap pendidikan dan kesehatan juga dihilangkan. Mereka juga dilarang keluar dari desanya masing-masing sejak tahun 2012 lalu. AI menyatakan telah sampai pada kesimpulan bahwa pemerintah Myanmar secara sadar telah mempraktikkan politik Apartheid serta pembersihan
etnis untuk menyingkirkan etnis minoritas Rohingya dari tempat tinggal yang telah mereka huni selama ratusan tahun di negara bagian Rakhine. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan dan mendiskriminasi mereka yang dianggap ras tertentu. Temuan AI ini sudah dipresentasikan ke tokoh-tokoh dari sejumlah agama di Indonesia. Dalam dialog tersebut hadir pula tokoh dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Konghucu yang menyampaikan pandangannya mengenai topik Krisis Kemanusiaan Rohingya dari perspektif agama masingmasing. Ketua Umum NSI, Mpu Suhadi Sendjaja yang mewakili Agama Buddha menjelaskan bahwa sebetulnya permasalahan yang terjadi di Rohingya tersebut bukanlah permasalahan agama, melainkan permasalahan sosial, ekonomi, dan juga kewarganegaraan. Agama Buddha melihat bahwa segala sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, pasti ada sebabnya yang mengakihatkan warga Rohingya diungsikan dari Myanmar menggunakan perahu ke tengah taut. Untuk mengatasi permasalahan ini harus ada perubahan sebab yang dilakukan oleh kedua belah pihak, balk dari warga etnis Rohingya maupun dari pemerintahan Myanmar. Perubahan sebab yang harus dilakukan oleh warga etnis Rohingya adalah, mereka harus mulai lebih mencintai tanah air
mereka, mencintai budaya Myanmar, serta bahasanya, dan menjadi orang-orang yang lebih produktif agar bisa memberikan manfaat serta kontribusi terhadap negara, sehingga akibatnya negara pun akan menerima mereka dengan baik. Selain itu dari sisi pemerintah harus membuat sebab agar mereka menjadi cinta terhadap tanah air Myanmar, dan menjadi orang-orang yang lebih produktif, dengan memberikan perhatian dan juga pelatihan terhadap mereka. Permasalahan ini mirip dengan diskriminasi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia beberapa dekade lalu. Warga negara Indonesia keturunan Tionghoa tidak diakui status kewarganegaraannya dan menjadi orang-orang yang dimarjinalkan oleh pemerintah. Dalam kondisi seperti itu warga keturunan Tionghoa di Indonesia yang ada di masyarakat pada umumnya dan yang menjadi umat Buddha yang terhimpun di dalam wadah Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) khususnya terus melakukan usaha untuk mencintai tanah air Indonesia dengan belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar, melestarikan kesenian-kesenian tradisional Indonesia, selalu berusaha menjadi manusiamanusia yang produktif dan kompeten sehingga mampu memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia di berbagai bidang (sosial, ekonomi, pendidikan, maupun olahraga).
Sampai akhirnya warga negara keturunan Tionghoa bisa diakui secara resmi menjadi warga negara Indonesia bukanlah suatu kebetulan, namun merupakan tumpukan sebab yang sudah dilakukan oleh warga Indonesia keturunan Tionghoa yang akhirnya menarik jodoh, dan menjadi akibat, serta imbalan nyata di dalam kehidupan saat ini. Sangat banyak sumber berita yang tidak dapat dipercaya menebarkan isu-isu kebencian, sehingga membentuk opini publik yang keliru. Sangat perlu diingat bahwa tidak ada agama yang dapat dikaitkan dengan aksi terorisme maupun aksi keji lainnya yang sama sekali tidak mencerminkan perilaku umat beragama. Pada hakekatnya agama itu sendiri adalah kemanusiaan sehingga krisis kemanusiaan Rohingya sudah jelas bukan merupakan kejadian yang bersumber dari konflik antar umat beragama. Agama itu suci dan tidak boleh dimasuki oleh konflik. Karena agama sudah pasti tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk berkonflik. Kejadian ini harus dapat menjadi pendorong bagi bersatunya umat beragama di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Beliau mengimbau seluruh umat beragama, khususnya umat Buddha untuk tidak terprovokasi. Sebagai umat beragama sudah selayaknya kita bersama-sama berdoa untuk kedamaian di Rohingya dan seluruh dunia. ***
Februari 2018 | Samantabadra
27
Sebuah langkah Baik Dalam Menjalin Hubungan Buddhis-Muslim di Indonesia
Pada hari Kamis, (23/11/2017) Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu lndonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja menghadiri undangan dari Pengurus Besar Nandlatul Ulama (PBNU) untuk mengikuti pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (KONBES) PBNU yang kali ini bertemakan “Memperkokoh Nilai-nilai Kebangsaan melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga� di Islamic Center Kota Mataram Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan ini membahas berbagai persoalan isu-isu strategis nasional dan kegiatan ini dibuka langsung oleh Presiden Republik lndonesia (Rl) ke-7, Joko Widodo, Menteri Agama Rl, Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi. Selain Presiden Jokowi, sejumlah menteri, dan pejabat tinggi negara serta tokoh-tokoh agama juga menghadiri Munas NU di Pulau Seribu Masjid ini. Pagi harinya Ketum NSI, berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Qomarul Huda di Desa Bagu, Lombok 28
Samantabadra | Februari 2018
Tengah, NTB bersama Kiai Muda dari Bogor dan Banten, untuk bertemu dan bercengkerama dengan Pemilik Ponpes tersebut, yaitu Tuan Guru Haji Lalu (TGHL) Turmuzi Badaruddin, Kiai Khos yang sangat dihormati dan disegani baik di PBNU, NTB maupun di lndonesia. Kegiatan tersebut adalah sebuah langkah baik dalam merawat hubungan dan menjalin kerukunan beragama di Indonesia agar selalu terjalin dengan baik serta menjaga keharmonisan antara umat beragama. Sebelum membuka acara Munas dan Konbes PBNU, Presiden juga mengawali kegiatan dengan bersilaturahmi ke sejumlah pondok pesantren yang ada di Provinsi NTB. ***
Ketua Umum NSI dalam FGD Penguatan Legislasi Penghayatan Kepercayaan Setelah acara selesai, Ketua Umum NSIMpu Suhadi Senjdjaja berfoto bersama dengan para peserta aktif FGD “Penguatan Legislasi Penghayat Kepercayaan Indonesia”
Ketua umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, diundang dalam FGD “Penguatan Legislasi Penghayat Kepercayaan yang di gelar di Ruang Rapat Besar Metro TV, Jakarta Barat, Jumat 24 November 2017. Kegiatan ini mendiskusikan mengenai Keputusan Mahkamah Konstitusi(MK) memutuskan penghayat kepercayaan bisa mencantumkan kepercayaan pada kolom agama di KTP dan KK dan kekuatan hukum yang sama dengan enam agama lain. Keputusan MK ini dinilai banyak pihak tak perlu lagi diperdebatkan. Masalah itu selesai ketika keputusan tertinggi sudah dicapai. Dalam FGD bertajuk Penguatan Legislasi Penghayat Kepercayaan itu dihadiri oleh Ketua Komisi II DPR Zainudin Amali, Politikus, A.Riza Partia, Direktur Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kemendikbud, Sri Hatini, Anggota DPD RI, AM Fatwa dan Kepala Divisi Advokasi Ikatan Antropolog Indonesia, Aji Semiarto, Antropolog dan Budayawan, Abdul Latif Bustami, Akademisi, Junaedi,
Victor Santoso, Haryanto, Humaidi, Tokoh Lintas Agama, MPU Suhadi Sendjaja (Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia), Romo Benny (KWI), Jefri, dan Perwakilan Para Penghayat Kepercayaan, Indraardana, Retno Latani, Engkus Ruswana. Sri Hatini mengatakan “sebelum ada keputusan MK, direktoratnya sudah 39 tahun berjuang. Berdasarkan data Kemendikbud 2013, terdapat setidaknya 11.888.957 penghayat kepercayaan di seluruh Indonesia. Mereka terbagi atas 187 komunitas atau organisasi tingkat pusat yang ada di 13 provinsi serta 1.047 kelompok cabang yang tersebar di 27 provinsi”. Dikatakan Sri, sosialisasi dilakukan terus menerus terkait tak ada perbedaan antara pemilik agama yang sudah diakui negara maupun penghayat kepercayaan. Hal utama yang harus diperhatikan dalam implementasi keputusan MK tersebut ialah agar pemerintah dapat menjamin hak sipil penghayat kepercayaan, dari hak melakukan pernikahan, hak melakukan peribadatan, pendidikan,
hingga terkait dengan penerimaan sebagai anggota TNI dan Polri. Untuk mencapai itu, ia mengatakan akan terus melakukan pertemuan dan memberi masukan kepada Kementerian Dalam Negeri yang memiliki otoritas dalam mengatur hal tersebut. “Diskriminasi selama ini masih dialami penghayat kepercayaan. Dengan keputusan ini, hal utama yang harus ditegaskan dan disosialisasikan bahwa mereka telah diakui dan tidak lagi boleh menerima diskriminasi atau sikap intoleransi,” ujar Sri. Bila diperlukan revisi undangundang untuk memastikan adanya payung hukum pada implementasi pengakuan penghayat kepercayaan, DPR siap untuk membahasnya bersama semua pihak terkait. Namun, bila pemerintah tidak merasa perlu melakukan revisi UU, teknis implementasi untuk diterapkan di seluruh daerah diharapkan agar juga dapat disampaikan untuk didiskusikan”. Wakil Ketua Komisi II DPR Riza Patria juga menyebut, pada tingkat elite, semua sudah satu suara soal Februari 2018 | Samantabadra
29
penghayat kepercayaan. Apalagi itu diatur dalam undang-undang. Untuk itu kata dia perlu ada sosialisasi lebih pada pejabat di daerah”. Kepala Divisi Advokasi Ikatan Antropolog Indonesia, Aji Semiarto, mengatakan penyelarasan antarinstansi dan pihak terkait dibutuhkan untuk segera mengimplementasi keputusan MK itu dengan lancar tanpa adanya kesalahan dan kegaduhan. “Yang harus diperhatikan sekarang ialah bagaimana bisa dicapai orkestrasi dan penyelarasan dalam implementasi keputusan MK tersebut,” katanya. Aji mengatakan, terkait dengan hal pengakuan penghayat kepercayaan, terdapat banyak pihak yang selama ini terlibat dan memiliki peran, dari Kemendagri, Kemendikbud, TNI, Polri, hingga pemerintah daerah. Penyelarasan pemahaman dan peta implementasi di lapangan harus dilakukan dengan tepat dan bijaksana. Tak dapat dipungkiri kolom agama memiliki peranan besar. Sudah menjadi rahasia umum, bagi penghayat kepercayaan, mereka kesulitan mendapat hak sebagai warga negara. Sebab, kepercayaan mereka tak dicantumkan dalam KTP.Urusan lancar ketika ada pencantuman agama. Bila tidak ada, itu berarti sejak mereka lahir hingga meninggal bakal kesulitan mengurus administrasi. Urusan bank, kesehatan, bahkan sekolah juga jadi masalah. Engkus Ruswana (salah satu penghayat kepercayaan) misalnya, saat akan menikah tak diterima catatan sipil lantaran tak menikah di KUA. Tak cuma Engkus, adiknya yang juga seorang penghayat kepercayaan dari Jawa Barat, tak bisa mengurus akta kelahiran anaknya karena tak punya surat nikah. Pada akhirnya akta kelahiran keluar tapi tak ada nama ayah, hanya nama ibu. Tak sampai di situ, Engkus nyaris tak bisa memakamkan ibunya lantaran dianggap tak beragama. “Padahal
30
Samantabadra | Februari 2018
di situ pemakaman milik desa, tapi kepala desanya bilang enggak boleh, jenazah harus disalatkan baru boleh,” kenang Engkus. Engkus menyebut, pencantuman agama dalam KTP tak hanya berpengaruh dari kelahiran, pernikahan hingga kematian. Pencari kerja utamanya di TNI-Polri kesulitan lolos. Untuk menjadi prajurit TNI-Polri, ada proses verifikasi antara form pengisian dan KTP. Lantaran penghayat kepercayaan tak diisi kolom agamanya, maka akan dianggap tak beragama. “Padahal salah satu syaratnya harus bertakwa dan beragama. Mereka dianggap tak beragama karena tidak ada pencantuman di KTP,” kata Engkus. Tokoh-tokoh lintas agama dalam diskusi tersebut juga berbagi pandangan mengenai keputusan MK terhadap Legislasi Penghayat Kepercayaan di Indonesia. Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja memberikan perspektif bahwa “Jika kita berbicara agama, tentu kita akan bicara tentang konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan samawi adalah Tuhan yang mencipta. Tuhan adalah sifat yang mengandung kemutlakkan yang diluar jangkauan pemikiran kita sebagai manusia. Saya kira ini adalah hal yang juga harus kita jadikan sebagai landasan moral. Oleh karena itu, berkaitan dengan masalah ketuhanan tentu ini berkaitan dengan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa dari yang Konteks pancasila disini bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa berarti sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Dengan kata lain Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat tuhan atau sifatsifat yang berhubungan dengan tuhan. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia dari
Tuhannya. Ketuhanan disini tidak mempersonifikasikan tetapi itu lebih kepada sifat-sifat. Sifat-sifat keesaan, kemutlakkan dan kemahaaan (Mahakuasa, Mahaperkasa, MahaEsa). Dan semua agama maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ada landasan seperti itu.”. “Oleh karena itu dalam kaitannya dengan ini, kita berbicara tentang warga negara atau penduduk yang menurut undang-undang itu adalah yang lahir disini (Indonesia). Siapa yang lahir disini adalah warga negara, kecuali dia menolak. Sehingga jika ia adalah warga negara, berarti ia memiliki kewajiban dan hak yang sama. Oleh karena itu saya bisa menghayati yang dirasakan oleh Pak Engkus. Perasaan-perasaan seperti itu pernah saya alami sebagai orang keturunan Tionghoa, masalah-masalah serpti itu bukan hanya agama tetapi juga persoalan kewarganegaraan. Tentu semua warga negara kita ini mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Tetapi ia juga memiliki kewajiban untuk cinta kepada tanah air. Ini adalah satu sisi, pada sisi lain yang paling pokok adalah harus mengakui mereka sebagai warga negara. Putusan MK adalah putusan final, oleh karena itu putusan itu harus kita laksanakan secara baik. Sehingga kaitannya dengan ini, semua yang berkaitan dengan hakhak sipil. Sehingga dengan demikian negara yang sudah semakin dewasa, atas adanya putusan MK ini maka implementasinya harus di tata sedemikian baiknya dan pemerintah dapat melaksanakan Keputusan MK secara bijaksana agar tidak lagi terjadi diskriminasi kepada hak2 penghayat kepercayaan sebagai warga negara Indonesia”, pungkasnya”. ***
Kegiatan Susunan NSI Jawa Tengah & Jawa Timur Berikut ini aktivitas susunan NSI Jawa Tengah yang dihimpun oleh Dharma Duta NSI, Ibu Chairani.
Bapak Giyarno (atas, paling kanan) menjadi rohaniawan dari agama Buddha di pendopo kecamatan GIrimarto kab. wonogiri. Bapak Giyarno dan Sdri. Situasih pada acara pelantikan (PPS) Panitia Pemungutan Suara pilkada Jateng thn 2018 (bawah).
Penyerahan Surat pernyataan NSI kepada Bapak Sarno untuk penggunaan rumahnya sebagai tempat ibadah NSI di Desa Plangkrongan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Februari 2018 | Samantabadra
31
Ketua Karitra NSI Diundang Dalam Peringatan Hari Ibu Nasional ke-89 di Papua
Seperti yang kita ketahui, setiap 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu. Tapi jangan salah, Hari Ibu yang dimaksud bukanlah Mother’s Day yang diperingati seluruh dunia. Seperti yang dikatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI melalui akun Twitter resminya, @kemkominfo, Kamis (21/12/2017), makna dan tujuan dari Hari Ibu yang diperingati di Indonesia setiap 22 Desember dimaksudkan sebagai hari kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa. Secara umum, Hari Ibu 32
Samantabadra | Februari 2018
diartikan sebagai peringatan atau perayaan bagi peran seorang ibu dalam keluarga. Peringatan Hari Ibu di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, 22 Desember dipilih sebagai perayaan hari Ibu dan telah ditetapkan sebagai peringatan nasional. Hari Ibu dicetuskan pertama kali dalam Kongres Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta, yang saat itu dihadiri oleh wakilwakil dari perkumpulannya Boedi Oetomo, PNI, Pemuda Indonesia, PSI, Walfadjri, Jong Java, Jong Madoera, Muhammadiyah dan Jong Islamieten Bond. Jika perempuan diberi peluang
dan kesempatan, maka bukan tidak mungkin mereka bisa meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri. Perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara juga mampu menjadi penggerak perubahan. Di tahun 2017 ini, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara menggelar Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-89 di tanah Papua, tepatnya di Lapangan Waisai Torang Cinta (WTC), Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, Jumat, 22 Desember 2017. Acara yang bertema ‘Perempuan Berdaya Indonesia Jaya’. Tema tersebut dipilih mengingat pentingnya eksistensi kaum
hawa dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat, hingga pekerjaan. Raja Ampat sendiri dipilih sebagai pusat peringatan Hari Ibu dengan tujuan agar perempuan dari wilayah terpencil dan tertinggal bisa juga merasakan kebahagiaan dalam perayaan Hari Ibu dan perempuan Papua Barat juga bisa belajar soal pembangunan dan pemberdayaan perempuan dari perempuan-perempuan yang datang dari seluruh Indonesia. Acara tersebut dihadiri pula oleh sejumlah menteri perempuan. Salah satu menteri yang hadir adalah Menteri PPPA, Yohana Yembise. Yohana menyatakan kegembiraannya karena puncak PHI ke-89 bisa diselenggarakan di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurutnya peringatan yang digelar di tanah Papua oleh Presiden Joko Widodo ini adalah bukti nyata bahwa negara hadir di wilayah 3 T, yakni tertinggal, terluar, dan terpencil. Menurut Yohana, Baginya, akan sangat bagus apabila masyarakat mampu memberi kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk bekerja sama membangun bangsa dan negara. Hadir pula dalam acara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, Menteri Kesehatan Nila F. Moloek, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya,
Foto bersama Presiden RI dan Ketua Karitra NSI pada kegiatan PHI 89.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto serta pejabat lainnya. Peringatan Hari Ibu juga menjadi momentum untuk mengenang dan menghargai semangat dan perjuangan kaum perempuan dari berbagai latar belakang dalam pergerakan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan sebagai perwujudan peran serta perempuan dalam mendorong hak-hak kesetaraan dan kesempataan yang sama laki-laki dan perempuan. Jika dilihat dari perspektif buddhis, dalam agama Buddha tidak membedakan antara lakilaki dan perempuan. Mereka mempunyai peran yang setara dan adil dalam kesetaraan gender, serta memiliki kesempatan yang sama dengan melakukan perbuatan dalam meningkatkan potensi untuk bekerja sama dalam proses pembangunan bangsa dan negara . Menutup rangkaian kegiatan acara puncak PHI ke-89 Tahun 2017, Presiden Joko Widodo didampingi para menteri
perempuan meninjau lokasi festival kuliner dan kerajinan tangan mama-mama Papua. Acara PHI itu diisi berbagai kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat. Masyarakat yang hadir dari berbagai wilayah Indonesia disuguhi oleh berbagai kuliner, komoditi jualan pasar, hasil industri rumahan, hingga atraksi seni dan budaya yang ditampilkan oleh mama-mama Papua. Presiden mengatakan perempuan di Indonesia benarbenar sudah diberikan ruang dalam pembangunan bangsa Indonesia. Presiden juga mengimbau kepada seluruh perempuan di Indonesia untuk semakin berdaya. Ia juga mengungkapkan jika Kabinet Kerja telah memberikan dampak besar bagi perempuan, hal ini bisa dilihat ketika sembilan menteri di Indonesia di tempati oleh wanita. “Indonesia menjadi salah satu negara di dunia dengan menteri perempuan terbanyak,� tambah Presiden Jokowi.***
Februari 2018 | Samantabadra
33
34
Samantabadra | Februari 2018
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat kepada Konici-bo LATAR BELAKANG | Surat ini ditulis dari Gunung Minobu pada bulan ke-3 tahun 1276 dan ditujukan kepada Konici-bo, seorang janda yang tinggal di daerah Amace, Provinsi Awa. Tidaklah diketahui secara pasti kapan Konici-bo menjadi seorang penganut, tetapi diketahui bahwa ia percaya kepada Daisyonin karena anjuran dari putranya, Yasyiro. Ketika Niciren Daisyonin berada di pulau Sado, ia mengirimkan pakaian dan barang-barang lainnya dengan menitipkannya kepada orang lain. Tak lama setelah Konici-bo menjadi penganut, Yasyiro meninggal dunia. Sebagai seorang samurai, Yasyiro tentu tidak dapat menolak perintah majikannya untuk membunuh orang lain; tetapi akhirnya ia sendiri juga mati terbunuh. Konici Ama sangat bersusah hati atas kejadian ini dan juga mengkhawatirkan kehidupan Yasyiro di masa yang akan datang. Ia meminta bimbingan Niciren Daisyonin bagaimana dapat merombak nasib ini. Kekhawatiran Konici-bo yang amat memikirkan anak disampaikan melalui surat kepada Niciren Daisyonin. Gosyo Surat Balasan kepada Konici-bo ini merupakan jawaban Niciren Daisyonin terhadap kekhawatiran Konici-bo. Daisyonin membesarkan hati Konicibo dengan mengatakan bahwa Yasyiro telah membuatnya percaya kepada Saddharmapundarika-sutra dapat
diselamatkan dari jalan yang buruk melalui kepercayaannya yang kuat. Hal ini menjadi titik tolak bagi kepercayaan Konici-bo, dan semenjak itu ia senantiasa mengikuti petunjuk Niciren Daisyonin. Hati kepercayaannya semakin kuat sehingga segala kesukaran dapat diatasinya. Ia melaksanakan keinginan Niciren Daisyonin sampai ia meninggal dunia. Konici-bo menerima beberapa surat, yaitu Surat kepada Konici-bo (Konici-bo Gosyo), Surat Balasan kepada Konici Syonin (Konici Syonin Gohenji), Surat Balasan kepada Konici Ama (Konici Ama Gohenji), Surat Perihal Perilaku Sang Buddha Masa Mutakhir Dharma (Syuju O Furumai Gosyo), yang di dalamnya berisi perilaku Niciren Daisyonin sebagai Buddha pokok, dan Surat Perihal Kesesatan Ajaran Ryokan dan Lainnya ( Ha Ryokan To Gosyo), yang berisi kupasan Niciren Daisyonin yang mematahkan kesesatan ajaran Sekte Syingon dan lainnya. Pada permulaan surat ini, Niciren Daisyonin mengenang kembali perasaan rindu-Nya kepada kampung halaman ketika Beliau dibuang ke Pulau Sado pada tahun Bun-ei ke-8 (1271), dan menyatakan penghargaannya terhadap sumbangan Konici-bo pada waktu itu. Beliau menjelaskan bahwa karena Beliau telah berbicara amat keras tentang sekte-sekte agama Buddha yang telah mapan pada waktu itu, seperti Februari 2018 | Samantabadra
35
kepada Sekte Nembuce yang dihargai rakyat lebih dari ibu ayah sendiri, dan mematahkan kesesatan Sekte Syingon serta Nembuce, maka Beliau dibuang ke Pulau Sado dan akan amat sukar untuk kembali ke Kamakura. Walaupun menurut pikiran masyarakat biasa hampir tak mungkin beliau diizinkan kembali, tetapi Niciren Daisyonin sebagai Buddha Pokok dan sebagai Pelaksana Saddharmapundarika-sutra yakin bahwa Beliau pasti mendapat perlindungan dari dewa-dewa agama Buddha. Dan akhirnya pada tanggal 18 bulan ke-2 tahun Bun-ei ke11 (1274) Beliau diizinkan pulang Sekembali ke Kamakura Beliau bertatap muka dengan Heino Saemon dan memberi peringatan yang ketiga kalinya. Karena peringatan ini tetap tidak dihiraukan, maka Beliau masuk ke Gunung Minobu. Sampai dengan bagian ini sama seperti yang tertulis dalam Surat Perihal Prilaku Sang Buddha Masa Mutakhir Dharma. Selanjutnya, ketika Niciren Daisyonin sedang diliputi kenangan terhadap kampung kelahiran-Nya, Beliau menerima surat dari Konici-bo yang mengabarkan bahwa putranya telah meninggal dunia. Pada bagian selanjutnya dari surat ini Beliau mengungkapkan kembali kenangannya terhadap Yasyiro dan menyatakan duka citanya yang amat dalam atas kesedihan yang dialami oleh Konici-bo. Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, Niciren Daisyonin menerangkan prinsip tobat dengan mengatakan, “Dosa betapun kecilnya, bila tidak bertobat, pasti jatuh kedalam dunia buruk. Tetapi dosa betapun besarnya , kalau bertobat sesungguh hati, pasti dapat dihapuskan.� Dengan mengutip contoh Raja Ajatashatru dan Ajita, Beliau meyakinkan Konici-bo bahwa karma Yasyiro pasti dapat dihapuskan.� karena ia telah percaya kepada Saddharmapundarikasutra dan juga telah membuat ibunya 36
Samantabadra | Februari 2018
turut percaya. Beliau juga mengingatkan untuk berhati-hati terhadap musuh Saddharmapundarika-sutra (Akucisyiki) yang dapat mengguncangkan kepercayaan. Di bagian akhir surat ini Beliau berpesan bahwa hendaknya minta tolong membacakan surat ini kepada Sammibo dan Sado-ko agar mereka juga dapat mendengar Hukum ini dan agar surat ini dapat terus disimpan minta dititipkan kepada Myoebo. Makna umum Gosyo ini adalah Niciren Daisyonin memberi dorongan semangat kepada seorang ibu yang anaknya meninggal dunia terlebih dahulu. Bila menyebut Nammyohorengekyo, maka baik ibu maupun anak, keduanya dapat mencapai kesadaran Buddha, walaupun sang anak telah meninggal dunia. Sedang makna khususnya, Niciren Daisyonin telah menegakkan keyakinan dan kepercayaan yang tidak mundur sedikitpun, walau sedang menderita di Pulau Sado yang amat dingin, sehingga dengan demikian bisa merombak nasib. Hal ini merupakan pengalaman nyata dari Niciren Daisyonin. Kepercayaan Niciren Daisyonin yang teguh membuat-Nya bisa mengatasi berbagai malapetaka serta penganiayaan yang besar dan juga membuat-Nya bisa mengatasi berbagai malapetaka serta penganiayaan yang besar dan juga membuatNya berani memarahi dewa-dewa. Gosyo ini mengajarkan kepada umat manusia masa Mutakhir Dharma yang kekal abadi, bahwa kekuatan kepercayaan Niciren Daisyonin yang agung membuat segala yang tak mungkin menjadi mungkin, serta mewujudkan keagungan karunia Saddharma.
ISI GOSYO | Pada bulan ke-9 tahun Bun-ei 8 (1271), Saya telah membangkitkan kemarahan pemerintah sehingga dibuang ke Pulau Sado di lautan Utara. Ketika Saya tinggal di ibukota Kamakura di provinsi Sagami, Saya selalu merindukan Awa, karena di sanalah tempat kelahiran Saya. Tetapi, walaupun di sana tempat tinggal Saya, perasaan hati orang di sana membuat Saya sulit untuk bergaul akrab dengan mereka. Oleh karena itu, Saya jarang mengunjunginya. Kemudian Saya ditangkap dan seharusnya dihukum mati, tetapi akhirnya diganti dengan pengusiran dari provinsi Sagami. Tampaknya bila tidak terjadi keadaan yang luar biasa. Saya tidak mungkin kembali ke Kamakura, dan oleh karena itu Saya tidak pernah dapat berziarah ke kuburan orang tua Saya lagi. Memikirkan hal ini, saya dirasuki penyesalan yang telah terlambat. Mengapa sebelum tertimpa keadaan berbahaya ini, Saya tidak mengarungi lautan dan melintasi gunung-gunung setiap hari, atau setidak-tidaknya sekali sebulan, untuk mengunjungi kuburan orang tua dan menjenguk guru-Ku? I Su-wu, selama 19 tahun menjadi tahanan di tanah Barbar Utara. Ia iri pada angsa-angsa liar yang pindah terbang ke selatan. Nakamaro pergi ke Tiongkok sebagai seorang petugas mahkamah istana kerajaan Jepang. Tahun-tahun telah berlalu, tetapi ia tidak diizinkan kembali pulang. Setiap kali ia melihat bulan terbit di timur, ia akan menghibur dirinya sendiri dengan berpikir bahwa bulan yang sama juga sedang bersinar diatas Gunung Mikasa di kampung kelahirannya dan bahwa orang-orang disana pasti pada saat yang sama sedang menatap bulan itu. Tepat ketika Saya diliputi dengan kerinduan yang serupa pada kampung halaman, Saya menerima pakaian dari kampung halaman yang telah anda titipkan pada seseorang yang bepergian ke Pulau Sado. Jiwa Su-wu dapat dipertahankan dengan hanya sepucuk surat yang diikatkan pada kaki seekor angsa liar, sedangkan Saya benar-benar menerima pakaian demikian! Kegembiraannya tidaklah dapat dibandingkan dengan kegembiraan Saya. Saya, Niciren, tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi ketika Saya menyatakan keunggulan Saddharmapundarika-sutra, penduduk negara ini membenci Saya. Mereka semua terus menerus dikelabui oleh bhikku-bhikku sekte Nembuce atau sekte Zen, Rice atau Syingon, sehingga di luar mereka berprilaku seakan-akan menghormati Saddharmapundarika-sutra, tetapi di dalam hati tidaklah mempercayainya. Keadaan ini persis seperti pada masa Mutakhir Dharma dari Buddha Bhismagarjitasvararaja yang seluruh empat golongan umatnya membenci Boddhisatva Sadaparibhuta. Demikian kebencian rakyat Jepang, dari golongan atas hingga ribuan rakyat biasa, mendengar nama Niciren pun tak sudi,apalagi melihat-Nya! Oleh karena itu, walaupun Saya tidak bersalah tetapi nyatanya sudah sampai di Pulau Sado, sehingga tidak mungkin mudah dibebaskan. Apalagi saya katakan bahwa sekte Nembuce, yang dihormati rakyat Jepang melebihi orang tuanya sendiri dan lebih tinggi dari matahari dan rembulan, sebagai sebab karma yang membawa mereka ke neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Saya menyerang sekte Zen sebagai karya dari iblis, dan sekte Syingon sebagai ajaran sesat yang akan meruntuhkan negara, serta menekankan bahwa kuil-kuil Nembuce, Zen, dan Rice, harus dibakar, serta kepala bhikku-bhikku sekte Nembuce harus dipenggal. Bahkan Saya bertindak lebih jauh lagi dengan menyatakan bahwa kedua almarhum pendeta (Nyudo) dari kuil Saimyo dan Gokuraku telah jatuh ke dalam Neraka Avici ( karena menghasut tanpa bukti). Demikian besar pelanggaran Saya. Setelah mengemukakan tuduh-tuduhan serius semacam itu kepada seluruh umat baik di tingkat atas maupun bawah, walau umpama Saya telah keliru bicara juga, Saya sukar sekali kembali lagi ke masyarakat ini. Bahkan lebih buruk lagi, Saya mengulangi pernyataanpernyataan demikian setiap pagi dan sore, siang dan malam kepada orang banyak. Saya juga dengan tegas memberitahu Heino Saemon dan ratusan petugasnya, tidak peduli hukuman apapun yang akan dijatuhkan pada Saya, Saya tidak akan berhenti mengatakan hal-hal ini dan mematahkan filsafat sesat. Oleh karena itu, sekalipun batu besar di dasar lautan yang membutuhkan tenaga seribu orang Februari 2018 | Samantabadra
37
untuk memindahkannya dapat mengapung sendiri, atau sekalipun hujan yang turun dari langit gagal menyentuh bumi, tetapi Saya, Niciren, tidak mungkin dapat kembali ke Kamakura. Sekalipun demikian, Saya meyakinkan diri sendiri dengan berpikir bahwa bila ajaran Saddharmapundarika-sutra sungguh-sungguh benar dan Dewa-dewa Surya dan Chandra tidak meninggalkan Saya, barangkali masih ada kesempatan untuk kembali ke Kamakura dan juga mengunjungi kuburan orang tua Saya. “Apa yang telah terjadi pada Dewa Mahabrahma, Dewa Indra, Dewa Surya, Dewa Chandra dan Chaturmaharajakayika? Apakah Tensyo Daijin dan Boddhisatva Haciman telah tiada di negeri ini? Apakah kalian bermaksud mengingkari prasetya yang diikrarkan di hadapan Sang Buddha dan mengabaikan pelaksana Saddharmapundarika-sutra? Sekalipun kalian gagal melindungi Saya, Niciren, tidak peduli apapun yang terjadi, Saya tidak akan menyesal atau menyayangi raga-Ku, Namun ingatlah apa yang telah kalian ikrarkan dengan khidmat di hadapan Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, dan seluruh Buddha dari sepuluh penjuru. Bila kalian sekarang tidak melindungi Saya, Niciren, dan bahkan sebaliknya membuang Saya, bukankah kalian menjadikan Saddharmapundarika-sutra yang di dalamnya sang Buddha menyatakan bahwa beliau dengan tulus dan jujur membuang Ajaran sementara (Syojiki Syahoben) sebagai suatu bualan besar? Kalau begitu, kalian melakukan dosa menipu seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa, pelanggaran yang bahkan lebih berat daripada kesalahan yang menyakitkan dari Devadatta atau lebih memalukan daripada penipuan Kokalika. Sekarang kalian mungkin dihormati sebagai Dewa Maha Brahma dan tinggal di puncak Rupadhatu, atau dihormati sebagai Dewa Seribu Mata dan berdiam di puncak Gunung Semeru. Tetapi bila kalian membuang Saya, Niciren, kalian akan menjadi kayu bakar bagi api Neraka Avici dan selama-lamanya terkurung dalam benteng penderitaan yang tak terputus-putus. Bila kalian takut melakukan pelanggaran lagi, bergegaslah mewujudkan beberapa tanda pada negara, sehingga Saya dapat diizinkan kembali pulang!� Saya meneriakkan kata-kata ini dengan lantang dari atas gunung yang tinggi. Kemudian, tak lama setelah penangkapan Saya pada tanggal 12 bulan ke-9 yaitu pada bulan ke-11, sebuah pemberontakan meletus, dan pada tanggal 11 bulan ke-2 tahun berikutnya sejumlah jendral, pelindung perkasa negeri Jepang, dihukum mati tanpa alasan yang jelas. Jelas bahwa dewa-dewa telah membagi-bagikan hukuman. Kelihatannya, karena tergoncang oleh peristiwa ini pihak penguasa membebaskan murid-murid Saya yang ditahan. Namun, walaupun murid-murid telah dibebaskan, Niciren masih belum dibebaskan; sehingga Saya melanjutkan menegur dewa-dewa surgawi dengan tegas dan sungguh-sungguh.Pada saat itu seekor burung gagak berkepala putih terbang di atas kepala. Saya teringat akan pangeran Tan dari kerajaan Yen yang menjadi tahanan di negara Chin, yang diizinkan kembali kenegaranya ketika muncul kuda bertanduk dan gagak berkepala putih, dan juga akan sajak bhikku Nicizo yang melihat gagak berkepala putih ini.� Walaupun kepala gagak gunung telah berubah menjadi putih, saat saya pulang kembali pasti waktunya telah datang.� Sekarang Saya yakin akan dibebaskan tidak lama lagi. Tepat seperti dugaan Saya, pemerintah mengeluarkan surat pengampunan pada tanggal 14 bulan ke-2 tahun Bun-ei ke-11 (1274) yang tiba di Sado pada tanggal 8 bulan ke-3. Saya meninggalkan Icinosawa (tempat kediaman Saya) di Pulau Sado pada tanggal 13 bulan yang sama dan tiba di sebuah pelabuhan bernama Maura, tempat Saya menginap pada malam tanggal 14. Seharusnya Saya sudah tiba di pelabuhan Teradomari provinsi Ecigo pada tanggal 15, tetapi angin taufan menghalangi kapal Saya untuk merapat. Namun, beruntung sekali,angin dari arah belakang sehingga setelah dua hari berlayar, kami tiba di Kasyiwazaki, dan pada hari berikutnya Saya tiba di pusat provinsi Ecigo. Maka setelah melakukan perjalanan selama 12 hari, akhirnya Saya kembali ke Kamakura pada tanggal 26 bulan ke-3. Pada tanggal 8 bulan ke-4, Saya bertatap muka dengan Heino Saemon. 38
Samantabadra | Februari 2018
Tepat seperti dugaan Saya sejak semula, seluruh peringatan Saya, yang semuanya hanya untuk maksud tunggal menyelamatkan jepang ari keruntuhan, tetap tidak dihiraukan. Saya telah memperingatkan pemerintah sebanyak tiga kali. Mengingat bahwa orang yang tetap diabaikan setelah memberi peringatan sebanyak tiga kali harus meninggalkan tempat dan masuk dalam hutan pegunungan, maka Saya meninggalkan Kamakura pada tanggal 12 bulan ke-5. Pada waktu itu Saya telah berpikir akan mengunjungi tanah kelahiran untuk berziarah ke kuburan orang tua sekali lagi, Namun, tradisi agama Buddha dan filsafat lainnya mengharuskan seseorang pulang ke rumah dengan membawa kemenangan. Bila Saya kembali tanpa membawa nama baik dan kehormatan, bukankah membuktikan diri sebagai seorang anak yang tak berbakti? Dengan melihat kenyataan bahwa Saya dapat mengatasi segala kesulitan sehingga dapat kembali lagi ke Kamakura, maka Saya yakin masih mempunyai kesempatan untuk pulang dengan membawa kemenangan. Saya akan menunggu saat demikian untuk menziarahi kuburan orang tua Saya. Karena Saya merasakan hal ini secara mendalam, Saya masih belum pergi ke kampung halaman. Tetapi Saya sedemikian rindu akan tempat kelahiran Saya, sehingga apabila orang mengatakan angin bertiup dari arah timur, Saya bergegas ke luar untuk merasakan embusannya. Dan bila dikatakan bahwa awan berkumpul di langit timur, Saya berdiri di kebun untuk menatapnya. Dengan perasaan demikian, hati Saya akan menjadi hangat pada orang yang walaupun belum dikenal hanya bila dikatakan bahwa orang itu berasal dari tempat yang sama dengan Saya. Maka bayangkanlah, bagaimana gembiranya hati Saya menerima surat Anda! Dengan tergesa-gesa Saya membuka dan membacanya, ternyata mendapat kabar bahwa Anda telah kehilangan putra Anda, Yasyiro, pada tanggal 8 bulan 6, dua tahun yang lalu. Saya sangat gembira sebelum membuka surat Anda, namun demikian, setelah membaca berita duka ini, Saya menginginkan tadi tidak membukanya dengan begitu cepat. Penyesalan Saya ini pasti sama seperti yang dirasakan Urasyimataro ketika ia membuka kotak usianya. Walaupun orang-orang Awa telah menyebabkan Saya menderita atau memperlakukan Saya secara jahat, Saya tidak pernah meremehkan orang dari kampung halaman atau berhenti memperhatikan apa yang terjadi dengan mereka. Terutama sekali putra Anda sangat mengesankan Saya, penampilannya yang tampan membuatnya menonjol di antara lainnya, dan gayanya yang penuh perhatian tidak mencerminkan kesan keras kepala. Itu terjadi pada salah satu ceramah Saya mengenai Saddharmapundarika-sutra (di sana Saya melihatnya untuk pertama kali). Karena di sana hadir banyak orang yang tak dikenal, maka Saya tidak menyapanya. Ketika ceramah Saya selesai, para pendengar, termasuk anak Anda, meninggalkan tempat.Tetapi kemudian ia mengirimkan utusan untuk memberitahukan hal-hal sebagai berikut. “Saya berasal dari tempat yang disebut Awace di provinsi Awa. Sejak masa kanak-kanak saya selalu mengagumi keyakinan Anda. Ibu saya juga amat menjunjung Anda. Anda berpikir saya berbicara dengan cara yang tak sepantasnya, tetapi ada sesuatu yang memerlukan nasihat Anda untuk memantapkan hati saya. Saya tahu seharusnya saya mengutarakan hal ini setelah beberapa kali berjumpa sehingga sudah saling mengenal terlebih dahulu. Namun, saya hanya mempunyai sedikit waktu terluang karena sedang bertugas sebagai tentara, dan tambahan pula persoalannya amat mendesak. Oleh karena itu, walaupun saya menyadari sepenuhnya akan kekasaran saya, saya mohon Anda memberi kesempatan untuk bercakap-cakap.� Dengan cara ini secara sopan ia meminta berunding dengan Saya. Tambahan pula, karena ia berasal dari tempat kelahiran Saya, Saya memintanya untuk tidak bersikap resmi seperti dalam upacara dan mengundangnya ke tempat kediaman Saya. Ia menceritakan secara terperinci menghenai masa lalunya dan akan datang, kemudain ia berkata, “Perjalanan duniawi adalah fana. Tidak seorang pun tahu bila ia akan meninggal. Saya bertugas sebagai samurai yang harus patuh kepada perintah majikan, baik Februari 2018 | Samantabadra
39
senang ataupun tidak. Saya tidak dapat menghindar dari perintah atasan yang saya terima akhir-akhir ini. Saya cemas terhadap hal-hal yang menanti saya pada kehidupan yang akan datang. Mohon Anda sudi membantu saya.� Dengan mengutip kalimat-kalimat Sutra Saya memberi petunjuk kepadanya. Kemudian dengan meratap ia berkata,�Saya tidak dapat melakukan apapun untuk almarhum ayah saya. Tetapi bila saya meninggal mendahului ibu saya yang sudah menjanda, saya akan menjadi anak yang tidak berbakti. Bila terjadi sesuatu atas diri saya, sudilah Anda menyampaikan kepada ibu saya melalui murid-murid Anda bahwa saya telah mendapat bimbingan dan telah mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang.� Dengan cara yang penuh hormat seperti ini ia mengajukan permintaannya. Apakah dugaan Saya benar bahwa pada saat itu tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, tetapi peristiwa apakah yang kemudian terjadi sehingga menyebabkan kematiannya? Tidak seorang manusia pun, baik berkedudukan tinggi atau rendah, bebas dari kesedihan dan keputusasaan. Namun, kesulitan berubah-rubah menurut waktu dan berbeda-beda sesuai dengan orangnya. Dalam kegiatan ini, kesedihan seperti penyakit, tidak peduli penyakit apapun yang diderita seseorang, bila bertambah parah, ia akan berpikir bahwa tidak ada penyakit lain yang lebih mengerikan daripada penyakitnya. Ada kesedihan karena berpisah dengan atasan, berpisah dengan orang tua, dan berpisah dari pasangan hidup; tidak satupun dapat dihilangkan dengan mudah. Tetapi, seseorang dapat saja melayani majikan lainnya atau pulih kembali setelah menikah lagi. Namun demikian kesedihan karena kehilangan orangtua atau anak tampaknya bertambah mendalam dengan berlalunya hari dan bulan. Tetapi walaupun kematian pada umumnya sangat menyedihkan , adalah hal yang wajar bila orang tua meninggal dan anak-anaknya masih hidup. Adalah hal yang sangat memprihatinkan bila seorang ibu yang sudah tua didahului anaknya dalam kematian! Anda dapat saja merasa dendam kepada dewa-dewa dan para Buddha. Mengapa mereka tidak mengambil Anda daripada sang putra? Mengapa mereka membiarkan Anda hidup hanya untuk disiksa dengan dukacita seperti itu? Sungguh hal ini merupakan beban yang amat berat. Bahkan binatang yang tidak memiliki hati nurani saja tidak dapat menahan derita berpisah dengan anak-anaknya. Burung kuau emas terjun kedalam api di vihara Hutan Bambu dan mati demi menyelamatkan telur-telurnya. Rusa jantan di Taman Rusa menawarkan dirinya kepada raja demi menyelamatkan rusa betina dan anak rusa yang sedang dikandungnya. Maka, betapa seharusnya lebih agung cinta manusia terhadap anak-anaknya! Demikianlah, ibu dari Wang Ling memecahkan tengkoraknya sendiri ( dan mati demi mencegah anaknya menjadi seorang pengkhianat), dan istri kaisar Syen Yao membedah perutnya sendiri demi menyelamatkan pangeran yang belum terlahir. Jika Anda mempertimbangkan contoh-contoh ini, Saya yakin Anda pasti tidak akan ragu-ragu untuk terjun ke dalam api atau memecahkan tengkorak sendiri bila dengan melakukan hal ini Anda dapat bertemu kembali dengan anak. Membayangkan kesedihan Anda, air mata Saya mengalir tak hentinya. Dalam surat Anda tertulis,�Karena anak saya telah membunuh orang, di tempat bagaimanakah di kehidupan yang akan datang ia dilahirkan? Sudilah Anda memberi penjelasan! �Sebatang jarum pasti tenggelam di dalam air, dan hujan tidak akan tergantung di tengah-tengah udara. Mereka yang membunuh seekor semut pun ditetapkan jatuh kedalam neraka, dan mereka yang hanya memotong mayat pun tidak dapat mengelak terjatuh ke jalan Dunia buruk. Apalagi bila membunuh manusia, penderitaannya lebih buruk lagi. Namun, batu yang besar dapat terapung di permukaan laut karena kekuatan perahu yang membawanya. Bukankah air berfungsi memadamkan api yang bagaimana besarnya? Dosa betapun kecilnya, bila tidak bertobat, pasti jatuh ke dalam dunia buruk. Ttapi dosa betapapun besarnya, kalau bertobat sesungguh hati, pasti dapat dihapuskan.
40
Samantabadra | Februari 2018
Saya akan menguraikan beberapa contoh. Seorang bhikku yang mencuri jawawut di masa lampau dilahirkan sebagai seekor sapi pada masa kehidupan berturut-turut selama 500 kali. Orang yang mematahkan gandum jatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk. Lebih dari 80.000 raja di India, termasuk raja Rama, Bacedai, Biruskin, Nagosa, Katei, Bisyakya, Cakko, Komyo, Nikko, Ai, dan Jitanen, semua naik takhta kerajaan dengan membunuh ayahnya. Karena mereka tidak bertemu dengan guru yang baik, dosa mereka tidak dapat dihapuskan dan pada akhirnya jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Di kota Varanasi terdapat seorang jahat bernama Ajita. Karena jatuh cinta kepada ibu sendiri, ia membunuh ayahnya dan memperistri ibunya. Ketika seorang arahat yang merupakan guru ayahnya menasihatinya ia membunuh arahat itu. Ketika ibunya memilih laki-laki lain sebagai suami, ia membunuh ibunya juga. Dengan demikian ia telah melakukan tiga dari lima dosa besar. Oleh karena itu, ia dibenci dan dikucilkan oleh para tetangga sehingga ia tidak mempunyai tempat untuk kembali. Ia pergi ke vihara Jetavana, memohon diijinkan menjadi bhikku, tetapi para bhikku disana menolaknya. Iblis di hatinya semakin garang sehingga ia membakar sejumlah besar tempat tinggal bhikku. Namun akhirnya ia berjumpa dengan Buddha Sakyamuni dan diperbolehkan menjadi bhikku. Di India bagian utara terdapat kerajaan yang disebut Saiseki dan diperintah oleh raja Ryuin. Ryuin telah membunuh ayahnya, tetapi karena kemudian dihantui oleh perbuatannya sendiri. Ia meninggalkan negaranya, menghadap sang Buddha dan bertobat atas perbuatannya; oleh karena itu sang Buddha mengampuninya. Sejak lahir sifat raja Ajatashatru sudah penuh dengan tiga racun, keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, dan selalu melakukan salah satu dari sepuluh karma buruk. Tambahan pula, ia membunuh ayahnya, mencoba mencabut nyawa ibunya, dan mengangkat Devadatta sebagai guru, membunuh murid-murid Buddha sejumlah tak terbilang. Sebagai akibat dari timbunan kesalahannya, pada tanggal 15 bulan ke-2, bersamaan dengan wafatnya sang Buddha, bisul-bisul berbisa tumbuh di tujuh tempat di tubuhnya, suatu pertanda bahwa ia akan terjatuh kedalam neraka yang tak terputus-putus penderitaannya. Sang raja menggeliat-geliat dalam kesengsaraan dan angkara yang amat sangat, ia merasa seakan-akan terbakar dalam kobaran api atau disiram dengan air mendidih. Keenam menterinya datang menghadap raja dan mengusulkan memanggil enam guru non buddhis untuk mengobati dari sumber bisanya. Hal ini sama seperti rakyat Jepang sekarang yang bergantung pada pemimpin-pemimpin sekte Zen dan Rice atau bhikku-bhikku Nembuce dan Syingon sebagai guru-guru yang baik, percaya bahwa doa orang-orang ini akan mengalahkan Mongolia dan menolong mereka dalam kehidupan yang akan datang. Tambahan pula pula, Devadatta, guru utama Ajatashatru, hafal akan 60.000 sutra non buddhis dan 80.000 sutra agama Buddha. Pengertiannya baik dalam hal-hal masyarakat maupun ajaran-ajaran agama sejelas matahari, rembulan, atau cermin yang digosok, Ia seperti bhikku-bhikku terpelajar dari sekte Tien Tai pada waktu ini, yang benar-benar memahami kedua ajaran eksoterik dan esoterik, serta hafal semua sutra agama Buddha. Hal inilah yang menyebabkan negaranya, Magadha, menderita gangguan-gangguan langit yang berulang-ulang dan sering kali terjadi kejadian-kejadian aneh di bumi, angin yang ganas merusakkan tak putus-putus bertiup, musim kemarau yang ganas, kelaparan dan penyakit sampar terjadi. Setelah itu, masih diserang pula oleh negara lain, Sekarang, sebagai tambahan atas kesemuanya itu, ia menderita penyakit bisul berbisa. Ketika kerajaannya mulai terlihat di ambang kehancuran, tiba-tiba ia menghadap sang Buddha dan bertobat atas kesalahan-kesalahannya, dan dosa-dosanya dihapuskan. Dalam hal bagaimanapun, walau orang tua adalah seorang jahat, bila anaknya adalah seorang yang berbudi, maka dosa-dosa orang tuanya dapat diampuni. Sebaliknya, meskipun anaknya adalah seoarang jahat, bila orang tuanya adalah orang yang baik, dosa-dosa anaknya akan diampuni. Demikian pula, walaupun almarhum putra Anda, Yasyiro, melakukan kejahatan, bila Anda, ibu yang melahirkannya, Februari 2018 | Samantabadra
41
meratapinya dan mendoakannya siang dan malam di hadapan Gohonzon, bagaimana mungkin ia tidak diselamatkan? Apalagi, karena semasa hidupnya ia adalah penganut Saddharmapundarikasutra, ia pasti tidak akan jatuh ke dalam dunia buruk, sebaliknya akan menuntun orang tuanya menuju pencapaian kesadaran Buddha. Mereka yang percaya kepada Saddharmapundarika-sutra harus dengan gagah berani menghadapi dan waspada terhadap musuh-musuh Saddharmapundarika-sutra. Ketahuilah, bahwa bhikku-bhikku Nembuce, penyokong pemerintah, dan guru-guru Syingon pokoknya, semua yang menolak menyebut Nammyohorengekyo adalah musuh-musuh Saddharmapundarika-sutra, tidak peduli bagaimana sungguh hati mereka membacanya. Kalau kamu tidak mengetahui musuh-musuhmu, kamu akan mudah tertipu. Betapa inginnya Saya dapat menjumpai Anda secara pribadi dan bercakap-cakap dengan Anda mengenai hal-hal secara lebih terinci! Apabila Anda berjumpa dengan Sammibo atau Sado-ko, yang mengunjungi daerah Anda dari Minobu, mintalah mereka membacakan surat ini. Simpanlah surat ini di bawah penjagaan Myoebo. Mereka yang tidak berprajna pasti akan mengejek Saya atau mengritik surat ini hanya sebagai akta-kata untuk memperlihatkan kepintaran Saya. Atau mereka akan membandingbandingkan Saya dengan yang lainnya dengan berkata,�Bhikku ini tidak akan pernah dapat menandingi Mahaguru Kobo atau melampaui Mahaguru Jikaku!� Anggaplah orang yang mengatakan hal-hal seperti ini sebagai satu kebodohan belaka.
Niciren Ditulis pada bulan ke-3 tahun Kenji ke-2 (1276) di pegunungan desa Hakiri di daerah Nambu, provinsi Kai.
42
Samantabadra | Februari 2018
|KUTIPAN GOSYO
1
Su Wu selama 19 tahun menjadi tahanan di tanah Barbar utara. Ia iri kepada angsa-angsa liar yang pindah terbang ke Selatan. Nakamaro pergi ke Tiongkok sebagai seorang petugas mahkamah istana kerajaaan Jepang. Tahun-tahun telah berlalu, tetapi ia tidak diizinkan kembali pulang. Setiap kali ia melihat bulan terbit di timur, ia akan menghibur dirinya sendiri dengan berpikir bahwa bulan yang sama juga sedang bersinar di atas Gunung Mikasa di kampung kelahirannya dan orang=orang di sana pasti pada saat yang sama sedang menatap bulan itu. Tepat ketika Saya diliputi dengan kerinduan yang serupa, Saya menerima pakaian dari kampung halaman yang telah Anda titipkan pada seseorang yang bepergian ke Pulau Sado.
kaisar. Kedua orang ini merupakan tokohtokoh yang telah mendharma baktikan seluruh hidupnya demi masyarakat dan negara dengan menahan kesedihan dan penderitaan karena terpisah jauh dari kampung halamannya. Sekalipun demikian, penderitaan mereka tidaklah dapat dibandingkan dengan penderitaan Niciren Daisyonin. Kita tak dapat membayangkan atau melukiskan penderitaan Beliau dengan katakata; tetapi bila kita mencoba memberanikan diri untuk melukiskan sikap niciren Daisyonin yang tetap tabah dan teguh tak tergoyahkan dalam menghadapi hukuman pembuangan dan hukuman mati, sama halnya seperti kita memandang Gunung Fuji yang gagah perkasa. Niciren Daisyonin menerima segala penganiayaan besar dengan kebesaran hati karena Beliau menyebarluaskan Saddharma demi memutuskan Keterangan: akar penderitaan umat di Jepang pada khususnya Pada bagian ini dijelaskan mengenai perasaan dan seluruh dunia pada umumnya. hati Niciren Daisyonin yang merindukan kampung Dalam Gosyo Sioho Jisco (hal 1361) halaman di Provinsi Awa ketika Beliau dibuang tertulis,”Meskipun burung dan serangga dapat ke Pulau Sado. Kesusahan hati Niciren Daisyonin mengeluarkan suara rintihan, namun tidak yang tidak dapat melepaskan kerinduan-Nya pernah mengeluarkan air mata. Niciren tidak untuk berziarah ke kuburan orang tua Beliau pernah mengeluarkan suara rintihan, namun diungkapkan dengan mengutip berbagai cerita air mata-Nya tidak pernah berhenti bercucuran. dan perhatian-Nya kepada orang disana.Dengan Air mata Saya ini mengalir bukan karena hal-hal demikian Niciren Daisyonin mewujudkan rasa kemasyarakatan, melainkan semata-mata untuk maitri karuna agung. Saddharmapundarika-sutra.”Dalam Catatan Su Wu yang terdapat dalam kutipan di atas Ajaran Lisan(Ongi Kuden) hal.758 tertulis,”Niciren adalah seorang menteri ternama yang mengabdi menyatakan ‘menerima semua aneka ragam pada Kaisar Wu di Kerajaan Han. Selama 19 tahun penderitaan seluruh umat dan menjadikannya ia menjadi tahanan di negara Siung Niu (tempat sebagai penderitaan Niciren seorang diri.’ “ suku Barbar di utara) di tepi Danau Baikal. Ia Semangat maitri karuna agung Niciren telah menahan lapar dengan memakan sejenis Daisyonin ini, hendaknya kita pertahankan dalam rumpuit dan tikus liar, namun kesetiaannya memikirkan kebahagiaan bangsa dan negara, terhadap negara Han tidaklah tergoyahkan. Abe serta dalam menyebarluaskan Saddharma. Nakamaro adalah seorang pelajar yang diutus oleh kerajaan Jepang pada periode Hei-an untuk Saya, Niciren, tidak merasa pernah mengunjungi Kerajaaan Tang di Tiongkok. Karena melakukan kesalahan, tetapi ketika ia seorang yang berbakat, maka ia tak diizinkan Saya menyatakan keunggulan kembali ke negaranya, sehingga menghabiskan Saddharmapundarika-sutra, penduduk negara seluruh hidupnya di negara lain sebagai pengawal ini membenci Saya. Mereka semua terus
2
Februari 2018 | Samantabadra
43
menerus dikelabui oleh bhikku-bhikku Sekte Nembuce atau Sekte Zen, Rice, atau Syingon, sehingga di luar mereka berprilaku seakanakan menghormati Saddharmapundarika-sutra, tetapi di dalam hati tidaklah mempercayainya. Keterangan: Pada bagian ini dijelaskan bahwa hukuman pembuangan Niciren Daisyonin ke Pulau Sado semata-mata disebabkan karena Beliau meluruskan kesesatan Sekte-sekte Nembuce, Zen, Rice, dan Syingon dengan menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra, Di dunia ini, baik di timur maupun di barat dan di zaman kapan pun, para perintis zaman yang baru pasti terus menerus dihadapi dengan penderitaan; apalagi Niciren Daisyonin yang merintis perjuangan penyebarluasan Hukum Agung yang belum pernah ada. Pada waktu itu, filsafat Nembuce mengenai Tanah Suci di akhirat telah mengakar di dasar jiwa rakyat Jepang, sedangkan filsafat Sekte Zen mengenai pencapaian kesadaran Buddha melalui meditasi melihat sifat jiwa diri sendiri mulai mendapat dukungan yang kuat dari kalangan samurai. Terlebih lagi, sekte-sekte Rice dan Syingon yang tersebarluas sebelum periode Kamakura telah mempengaruhi seluruh rakyat negeri Jepang. Di lain pihak, Sekte Tien Tai yang seharusnya menyampaikan makna sebenarnya Saddharma Punarika Sutra sebagai Hukum Agung yang melindungi kemakmuran negara, pada masa Bhikku Tertinggi ke-3 dan ke-4, Jikaku dan Cisyo, telah tercampur dengan ajaran sesat Sekte Syingon; sehingga jalan hukum dan makna sejati ajaran Sang Buddha telah terputus. Akhirnya, demi mewujudkan kebesaran dan kekuatan sendiri dan menjaga keberlangsungan kuil, mereka pada waktu itu menentang kaisar, sehingga menjerumuskan masyarakat ke dalam kekacauan. Sungguh Hukum putih telah tenggelam dan gejala-gejala zaman mutakhir Dharma yang merisaukan telah muncul. Berdasarkan kalimat-kalimat Sutra dan melihat gejala zaman, Niciren Daisyonin mengetahui dengan jelas inilah masa Mutakhir 44
Samantabadra | Februari 2018
Dharma. Beliau juga mengetahui dengan pasti akan dihadapi bermacam-macam penganiayaan, namun Beliau tetap berani meluruskan seluruh pandangan dan hukum sesat dari berbagai sekte yang merupakan sumber malapetaka dalam masyarakat demi memberi kebahagiaan kepada seluruh umat manusia. Dalam Surat kepada Murid dan Penganut (hal.177) kita dapat membaca, “Niciren bersama murid dan penganut telah ditetapkan akan dijatuhi hukuman pembuangan dan hukuman mati, maka janganlah sekali-kali merasa terkejut. Saya mengatakan kepada orang-orang itu secara keras karena ingin sekali memaksa mengeluarkan racunnya (Niko Dokusyi). Niciren merasa telah tiba waktunya bagi hal-hal yang diharapkan akan terjadi dengan baik, maka hendaknya Anda selalu dapat berhati-hati dan sedikit pun jangan memikirkan sanak saudara dan istri, janganlah takut terhadap kekuasaan. Bila berhasil memutuskan tali ikatan hidup dan mati pada kehidupan kali ini, maka akaibat pencapaian kesadaran Buddha akan didapatkan.� Sudah sewajarlah bila kita sebagai murid Niciren Daisyonin yang dengan gagah menerima tugas penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra dihalangi oleh pasukan iblis selama perjuangan ini. Bila kita, sebagai murid-murid Niciren Daisyonin dan pasukan Buddha, mengeanng kembali sikap Niciren Daisyonion yang berdiri seorang diri dalam menghadapi pasukan iblis yang besarnya tidak dapat dibandingkan dengan keadaan sekarang, maka kekuatan yang penuh keberanian akan menggelora dalam jiwa kita. Kita adalah perintis utama yang membuka abad kejiwaan yang gemilang. Perjuangan untuk menghapuskan akar sumber penyakit manusia dengan mengagungkan kebenaran sejati hanya dapat dilakukan oleh pejuang yang memiliki ideologi dan filsafat yang tertinggi. Hendaknya kita menyadari tugas jiwa kita masing-masing dalam memperjuangkan kebenaran sejati ini.
3
Sekarang kalian mungkin dihormati sebagai Dewa Maha Brahma dan tinggal di puncak Rupadhatu, atau dihormati sebagai Dewa Seribu Mata dan
berdiam di puncak Gunung Semeru. Tetapi bila kalian membuang Saya, Niciren, kalian akan menjadi kayu bakar bagi api Neraka Avici dan selama-lamanya terkurung dalam bentang penderitaan yang tak terputus-putus. Bila kalian takut melakukan pelanggaran ini, bergegaslah mewujudkan beberapa tanda pada negara, sehinggga Saya dapat diizinkan kembali pulang!�
ke-10 Beliau tiba di Eci, dan tanggal 28 bulan ke10 tiba di Sado, kemudian tanggal 1 bulan ke-11 tiba di Cekahara Sanmaido. Menurut buku Catatan Sejarah Jepang, semenjak bulan ke-3 tahun 724 Pulau Sado ditetapkan sebagai tempat hukuman pembuangan, Semenjak itu banyak orang yang dibuang ke pulau terpencil yang dingin ini. Sebagian besar para orang buangan ini meninggal karena penyakit, sehingga dapatlah Keterangan: dikatakan bahwa hukuman pembuangan ke Pulau Bagian ini menjelaskan keyakinan Niciren Sado ini sama dengan dijatuhi hukuman mati. Daisyonin yang berkobar-kobar sebagai Buddha Dalam Surat Perihal Prilaku Sang Buddha Pokok masa Mutakhir Dharma. Dewa Maha Masa Mutakhir Dharma, Niciren Daisyonin telah Brahma adalah majikan para raja yang menguasai meramalkan,:Seratus hari setelah pembuangan dunia saha. Ia tinggal di surga meditasi pertama atau hukuman mati Saya, dan terulang pada dari Rupadhatu, salah satu dari Triloka. Dan setiap tahun, tiga tahun dan tujuh tahun, akan Dewa Seribu Mata adalah nama lain dari Sakra terjadi apa yang disebut dalam Sutra sebagai Devanam Indra yang menetap di puncak gunung perselisihan dalam negeri-----pemberontakan di Semeru sebagai majikan Surga Trayastrimsa, dalam pemerintahan Hojo sendiri. Dan semua Surga kedua dari Kamadhatu dan menguasai 32 ini akan dilanjutkan dengan serangan luar negeri Dewa Surga. Pada upacara Saddharmapundarika- dari semua pihak, terutama dari sebelah barat,� sutra, Dewa Brahma, Dewa Indra, dengan disertai Sesuai dengan ramalan di atas, pada 20.000 dewa pengikut telah berprasetya untuk bulan ke-2 tahun 1272 terbongkar makar melindungi pelaksana Saddharmapundarikapemberontakan Hojo Tokisuke terhadap sutra. Hojo Tokimune, penguasa pada waktu itu. Walaupun para dewa pelindung itu Hojo Tokisuke adalah kakak lain ibu dari Hojo diagungkan sebagaimana Dewa Brahma dan Tokimune. Dengan demikian di dalam puak Hojo Dewa Indra, bila mereka tidak melindungi terjadi saling bunuh. Di samping itupun keadaan Buddha pokok masa Mutakhir Dharma Niciren masyarakat menjadi kacau, sehingga terjadinya Daisyonin, semuanya pasti jatuh ke dalam serangan dari luar negeri merupakan soal waktu neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Di saja. Karena ramalan Niciren Daisyonin di dalam sini terlukiskan keyakinan agung Beliau bahwa Surat Perihal menentramkan Negara dengan para dewa pelindung pasti akan melindungi Menegakkan Filsafat yang benar, dan surat Beliau sebagai Buddha Pokok. Keyakinan Beliau lainnya tentang akan terjadinya dua malapetaka ini terbukti dengan timbulnya pemberontakan ( serangan luar negeri dan pemberontakan dalam negeri yang mengakibatkan Beliau dalam negeri ) bila penguasa tidak menganut dikembalikan ke Kamakura. Selain itu, dari bukti filsafat yang benar, mulai terbukti ketepatannya, nyata ini dapatlah diketahui bahwa Niciren penguasa mulai merasa takut sehingga terpaksa Daisyonin adaladh Buddha masa Mutakhir membebaskan para murid Niciren Daisyonin yang Dharma. dipenjarakan di Kamakura. Niciren Daisyonin terhindar dari hukuman WalauNiciren Daisyonin berada jauh di pemenggalan kepala di Tacenokuci pada tanggal Pulau Sado, icinen Beliau yang kuat mampu 12 bulan ke-9 tahun 1271, namun kemudian mengubahhati penguasa di Kamakura. Pada saat dibuang ke Pulau Sado karena hasutan Bhikku itu sebenarnya terjadi penentuan menang atau Ryokan kepada pemerintah. Dari surat Beliau kalah. Di hadapan jiwa agung Buddha Pokok, dapatlah diketahui bahwa pada tanggal 10 bulan kekuatan negara yang betapa besar pun hanya Februari 2018 | Samantabadra
45
merupakan ombak kecil belaka. Dibebaskannya Niciren Daisyonin dari hukuman pembuangan Pulau Sado dan dikembalikan ke Kamakura tidak lain membuktikan keunggulan Hukum agama Buddha yang sempurna terhadap hukum Raja. Dasar tuntutan Niciren Daisyonin kepada para dewa pelindung adalah pinsip filsafat jiwa agung Icinen Sanzen. Icenen Saddharma yang kuat menggerakkan seluruh alam semesta terwujud dalam diri Beliau sendiri. Walau disebut “dewa-dewa pelindung”, pada hakikatnya itu adalah fungsi kekuatan Saddharma. Hendaknya kita semua yakin bahwa ketika kecemerlangan Saddharma terwujud dalam icinen kita, segala fungsi kekuatan alam semesta dapat digerakkan secara tepat dan terarah menuju kebahagiaan umat manusia.
kebiasaan arif bijaksana di masa lampau, Niciren Daisyonin akhirnya meninggalkan Kamakura pada bulan ke-5 tahun 1274 dan masuk Gunung Minobu. Dalam Surat Perihal Prilaku Sang Buddha Masa Mutakhir Dharma dikatakan,”Negeri ini pasti telah celaka, tetapi karena Saya telah meminta dewa-dewa agama Buddha untuk menahan hukuman mereka, negeri kita masih bertahan hingga kini.” Tidak lama setelah memasuki Gunung Minobu, tentara Mongolia datang menyerang dan kemudian mengulanginya sekali lagi. Dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan penyebab keruntuhan pemerintah Kamakura. Ramalan Niciren Daisyonin terbukti dengan gemilang. Mengenai suasana Niciren Daisyonin ketika memasuki Gunung Minobu dapat diketahui melalui Surat Balasan kepada Toki Dono yang Tepat seperti dugaan Saya sejak berbunyi.”Pada tanggal 12 tiba di Sakawa, semula,seluruh peringatan Saya, tanggal 1 tiba di Takenosyita, tanggal 14 tiba yang semuanya hanya untuk di Kurumagaesyi, tanggal 15 tiba di Omiya, maksud tunggal menyelamatkan Jepang dari tanggal 16 tiba di Nambu, tanggal 17 tiba di keruntuhan, tetap tidak dihiraukan. Saya telah sini. Walaupun masih belum tetap tetapi pada memperingatkan pemerintah sebanyak 3 kali. Mengingat bahwa orang yang tetap diabaikan dasarnya sesuai dengan hati Niciren, maka sementara waktu mungkin akan tinggal di sini.” setelah memberi peringatan sebanyak tiga kali Dalam Surat Balasan kepada Maceno Dono harus meninggalkan tempat dan masuk dalam (hal 964) di katakan, “ Di sisi selatan Gunung hutan pegunungan, maka Saya meningalkan Minobu ini terdapat pegunungan yang sambung Kamakura pada tanggal 12 bulan ke-5. menyambung hingga ratusan kilometer. Di sisi utaranya terdapat Pegunungan Syirane Keterangan: yang berdiri tegak melebihi Gunung Minobu. Walaupun kutipan ini cukup singkat, namun Di sisi baratnya terdapat puncak pegunungan di dalamnya mengalir semangat Niciren Nanamen yang tinggi menjulang ke angkasa Daisyonin yang tidak mementingkan diri sendiri. dan selalu diliputi dengan salju. Di sana tidak Beliau menyebarluaskan Saddharma dengan mempertaruhkan segenap jiwa raga semata-mata terdapat sebuah rumah pun. Karena kera masih berkeliaran dan jarang dikunjungi orang, maka demi bangsa dan negara.”Tiga kali peringatan” hampir tak ada orang yang mau menetap di berarti tiga kali memberi peringatan kepada sana. Di sisi timurnya terdapat Sungai Fuji yang penguasa, yaitu yang dilaksanakan pada tanggal mengalir deras. Karena berada di tempat yang 16 bulan ke-7 tahun1260 ( Bun-o 1), kemudian demikian. maka tidak banyak orang yang mau tanggal 12 bulan ke-9 tahun 1271 (Bun-ei 8) dan berkunjung. Namun demikian, Anda telah tanggal 8 bulan ke-4 tahun 1274 (Bun-ei 11). berkali-kali mengirim barang-barang sumbangan Walau peringatan ini telah diberikan sebanyak dan menulis surat pada Saya. asungguh tiga kali, penguasa menjawab dengan meminta doa menurut mudra Amitabha; dengan demikian merupakan sesuatu yang gaib.” Secara dangkalnya, Niciren Daisyonin peringatan Niciren Daisyonin pada akhirnya masuk ke Gunung Minobu kelihatannya tidak dihiraukan. Oleh karena itu sesuai dengan
4
Anak Cabang
46
Samantabadra | Februari 2018
seperti mengikuti jejak para arif bijaksana yang mengundurkan diri di masa lampau, namun sebenarnya prilaku Beliau tidak dapat dibandingkan dengan mereka. Setelah masuk Gunung Minobu, Niciren Daisyonin bahkan berjuang dengan lebih gigih demi penyebarluasan Hukum. Kalau memperhatikan perumpamaan orang arif dari hutan bambu di Tiongkok serta Pi I dan Su Ci yang masuk gunung karena penguasa pada masa itu, maka dapat dikatakan mereka mengasingkan diri sendiri. Sedangkan Niciren Daisyonin masuk gunung semata-mata untuk menanti tibanya saat penyebarluasan Dharma dan demi melestarikan Dharma (Ryobo Kuju). Jadi makna sesungguhnya Beliau masuk gunung adalah untuk mendidik dan membina murid demi tercapainya tujuan di atas. Untuk ini Beliau menanamkan semangat penyiaran Dharma yang besarnya melampaui gunung berdasarkan maitri karunia agung yang seluas samudera besar, di satu saat dengan kehangatan hati, di lain saat memberi bimbingan dan kecaman yang keras bagaikan cinta kasih seorang ayah. Sebagai umpama dalam peristiwa penganiayaan Acehara. Dari awal hingga akhir Niciren Daisyonin senantiasa memberikan bimbingan dan dorongan yang kuat kepada Nikko Syonin dan murid-murid-Nya. Peristiwa tersebut merupakan reaksi dari Heino Saemon bersama Gyoci, Wakil Kepala Kuil Ryusen, terhadap gerakan penyebarluasan Dharma di daerah Acehara Fuji yang dilakukan oleh Nikko Syonin dan murid-murid-Nya. Daisyonin memberi bimbingan dengan mengatakan,”Setiap dari Anda hendaknya membangkitkan hati raja dari singa dan tidak kalah terhadap ancaman dari siapapun. Raja, dari singa tidak takut terhadap ratusan binatang buas lainnya, demikian pula anak-anaknya. Para pemfitnah bagaikan anjing hutan yang mengonggong, tetapi pengikutpengikut Niciren bagaikan singa yang meraung ...... Anda tidak perlu menakut-nakuti penganut yang berkeyakinan lemah di Acehara, tetapi hendaknya Anda memberikan semangat, sehingga mereka mempunyai hanya satu kebulatan tekad. (Gosyo Penganiayaan yang Menimpa Arif Bijaksana hal 1190 ).
Selain daripada itu, Niciren Daisyonin senantiasa memberi dukungan yang kuat kepada murid-murid-Nya. Misalnya kepada Syijo Kingo yang mendapat penindasan berupa penyitaan harta milik oleh majikannya, Beliau mewakilkan Sijo Kingo menulis surat yang berjudul “ Sanggahan untuk Yoritomo” untuk menyadarkan majikannya. Juga untuk Ikegami Bersaudara yang mengalami kesulitan karena ditentang oleh ayah mereka, Beliau telah menulis Surat kepada Ikegami Bersaudara (hal 1079) dan Surat Balasan kepada Hyoe no Sakan Dono ( hal 1090). Beliau juga mewakili Bhikku Niciren yang ditentang oleh kepala daerah Syimoyama dengan mengajukan surat berjudul” Berita kepada Syimoyama” (hal 343). Masih terdapat pula Gosyo-gosyo lainnya yang lebih memperjelas hal ini. Pada hakikatnya, dimana pun juga, baik di Kamakura, Pulau Sado, maupun di Gunung Minobu, dan di saat apapun juga, baik sedang berjalan, duduk, diam, maupun tidur, perjuangan Niciren Daisyonin senantiasa berdasarkan pada semangat tidak menyayangkan jiwa raga demi penyebarluasan Saddharma (Fuji Syaku Syimyo). Seluruh prilaku Beliau dari saat ke saat merupaakn prilaku Sang Buddha. Tak seorang pun, di masa lampau, sekarang, maupun akan datang yang berprilaku seperti Beliau. Oleh karena itu, kita sebagai penganut Saddharma, selain menjunjung tinggi Niciren Daisyonin sebagai Buddha Pokok masa Mutakhir Dharma, hendaknya mencurahkan seluruh kehidupandemi berjuang terhadap iblis dan menyerahkan jiwa raga untuk Saddharma. Di mana pun dan bilamanapun, merupakan perjuangan yang tak henti-hentinya terhadap iblis diri sendiri sampai terwujudnya pencapaian kebahagiaan mutlak bagi seluruh umat manusia secara luas dan merata. Betapapun, kita harus mewujudkan karya masa depan yang cemerlang dengan berpedoman kepada prilaku Niciren Daisyonin dalam melestarikan Dharma.
5
Dengan tergesa-gesa Saya membuka dan membacanya, ternyata mendapat kabar bahwa Anda telah kehilangan putra Anda, Yasyiro, pada tanggal 8 bulan 6 dua Februari 2018 | Samantabadra
47
tahun yang lalu. Saya sangat gembira sebelum membuka surat Anda, namun demikian, setelah membaca berita duka cita ini, Saya menginginkan tadi tidak membukanya dengan begitu cepat. Penyesalan Saya ini pasti sama seperti yang dirasakan Urasyimataro ketika ia membuka kotak usianya. Keterangan: Pada bagian ini Niciren Daisyonin mengungkapkan secara terinci tentang perasaanNya terhadap isi surat yang diberikan oleh Konicibo dan mengenang kembali masa hidup dari Yasyiro. Dari Gosyo ini dapat kita rasakan betapa Niciren Daisyonin dapat menyelami perasaan dan keadaan jiwa Konicibo yang telah kehilangan putranya,Dengan demikian dapat kita rasakan maitri karuna agung Niciren Daisyonin yang mendalam terhadap murid-Nya. Sikap Sang Buddha yang berani bagaikan raja dari singa dalam memecahkan Tiga Rintangan dan Empat Iblis merupakan teladan bagi seorang manusia. Bagi seorang wanita yang hidup tanpa mempunyai sandaran apapun seperti Konicibo ini, sikap Niciren Daisyonin sungguh merupakan suatu dorongan yang memberi kehangatan pada jiwa. Perjuangan Niciren Daisyonin senantiasa berpijak pada rasa kemanusiaan yang penuh dengan cinta kasih untuk memberi kebahagiaan kepada orang yang malang. Dengan merasakan penderitaan dan kegembiraan sesama manusia, - Niciren Daisyonin berjuang demi kebahagiaan umat manusia seluruh dunia dan demi masa depan yang kekal abadi. Sifat kemanusiaan yang agung tidaklah terdapat jauh dari kita, melainkan terdapat di dalam jiwa diri sendiri.Kalau tidak dapat menyelamatkan seorang manusia yang menderita, bagaimana mungkin dapat menyelamatkan negara? Prinsip ini tidaklah akan berubah untuk selamanya. Hendaknya kita tidak ragu bahwa membangkitkan sifat kemanusiaan yang hakiki ini merupakan kekuatan terbesar dalam merombak seorang manusia, suatu masyarakat dan juga satu dunia.
48
Samantabadra | Februari 2018
6
Namun demikian kesedihan karena kehilangan orang tua atau anak tampaknya bertambah mendalam dengan berlalunya hari dan bulan. Keterangan: Dari berbagai macam perpisahan, yang terberat adalah perpisahan antara orang tua dengan anak; karena cinta kasih orang tua terhadap anak sangatlah mendalam. Adalah suatu kewajaran bila orang tua meninggal terlebih dahulu daripada anaknya. Bila seorang anak meninggal terlebih dahulu, sungguh merupakan suatu kejadian yang amat malang dan menimbulkan kesedihan yang tak terlukiskan bagi orang tuanya. Dalam bagian ini dikutip berbagai cerita untuk mengenang kesedihan Konicibo yang didahului oleh anaknya. Kiranya melalui bagian ini dapat kita rasakan maitri akruna agung Niciren Daisyonin dalam memberi harapan kepada Konicibo yang dalam keadaan amat terpukul karena telah sebatang kara ditinggal oleh suami dan oleh anak yang menjadi tumpuan harapan di hari tuanya.
7
Dalam surat Anda tertulis,� Karena anak Saya telah membunuh orang, di tempat bagaimanakah di kehidupan yang akan datang ia dilahirkan? Sudilah Anda memberi penjelasan!�
GM
Keterangan: Dalam suratnya Konicibo mengajukan pertanyaan, “Karena anak saya telah membunuh orang lain, di tempat bagaimanakah pada kehidupan yang akan datang ia dilahirkan? Sudilah Anda memberi penjelasan.� Dalam bagian ini Niciren Daisyonin telah menjawab dengan memberikan berbagai prinsip kewajaran dalam masyarakat dan prinsip Hukum agama Buddha yang didukung dengan berbagai contoh nyata di masa lampau. Kalau berdasarkan kewajaran masyarakat umumnya, bila membunuh seekor semut saja bisa jatuh ke dalam neraka, apalagi orang yang telah melanggar dosa yang lebih hebat dari itu, pasti
orang tersebut jatuh ke dalam neraka. Dengan mengambil contoh nyata dari Raja Ajatasatru dan Ryu In, Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa bila seseorang bertobat berdasarkan Hukum agama Buddha, maka dosa sebesar apapun akan terhapuskan.
8
Dosa betapapun kecilnya, bila tidak bertobat, pasti jatuh ke dalam dunia buruk. Tetapi dosa betapapun besarnya, kalau bertobat sesungguh hati pasti dapat dihapuskan.
GM
Keterangan: Membunuh satu makhluk hidup yang sekecil apapun di dunia ini dapat mengakibatkan terjatuh ke dalam neraka. Dalam perjalanan hidup seorang manusia, pasti ia pernah membunuh makhluk hidup sekecil apapun. Oleh karena itu, kalau berdasarkan Hukum agama Buddha, semua orang tanpa terkecuali akan menderita kobaran api neraka. Namun sesuai dengan kutipan” Tetapi dosa betapun besarnya, kalau bertobat sesungguh hati dapat dihapuskan,” maka kalau percaya dan melaksanakan Saddharma, dosa sebesar apapun akan terhapuskan bagaikan embun yang sirna disinari oleh sinar matahari pagi. Justru inilah prinsip tobat yang sebenarnya, maitri karuna agung agama Buddha. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa tobat hanya dikenal dalam filsafat lain, dan tidak dikenal dalam agama Buddha. Arti tobat dalam masyarakat pada umumnya adalah mengungkapkan penyesalan atas kesalahan yang telah diperbuat. secara jujur di hadapan orang lain yang dianggap layak untuk menerima pengakuan ini. Tetapi bagaimanapun sucinya seseorang, ia tetaplah seorang manusia biasa. Sesungguhnya bila dipandang secara psikologis, tobat seperti disebut di atas tidak lain suatu cara untuk membebaskan perasaan hati yang tertekan. Untuk itu, berbagai filsuf kenamaan memberi komentar sebagai berikut, Nietzche (1844-1900), seorang filsuf Jerman, mengatakan,”Kalau mengutarakan tobat kepada orang lain, mungkin orang itu sendiri
akan melupakan dosanya, namun orang yang mendengarkannya tidak dapat melupakannya.” Selanjutnya moralis bangsa Perancis, La Loshufgo (1613-1680) menyatakan, “ Yang dikatakan mengungkapkan isi hati dengan jujur tidak lain adalah untuk memuji diri sendiri, ingin berbicara, ingin menarik kepercayaan orang lain atau ingin menukar rahasia.” Mengenai tobat yang sesungguhnya berdasarkan Saddharmapundarika-sutra tertera dengan jelas dalam Sutra Hukum Pelaksanaan Boddhisatva Samantabadra yang merupakan Sutra Penutup Saddharmapundarika-sutra,” Seluruh lautan hawa nafsu semuanya timbul dari angan-angan. Seandainya ingin bertobat, dengan sikap bersimpuh merenungkan hakikat jiwa yang sebenarnya (jisso), maka dosa-dosa akan terhapuskan bagaikan embun yang sirna disinari oleh sinar matahari.”Jisso dari hal ini adalah hakikat dari jiwa, yakni Nammyohorengekyo, sumber pokok alam semesta. Kalau disimpulkan berdasarkan sudut pandangan Manusia, maka ini adalah Niciren Daisyonin, Buddha Pokok masa Mutakhir Dharma; kalau disimpulkan berdasarkan sudut pandangan Hukum, maka ini adalah Dai Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti. Oleh karena itu, dengan percaya dan menerma Gohonzon, seluruh dosa karma masa lampau dapat terhapuskan. Dalam Surat Tanya Jawab Antara Arif Bijaksana dengan Orang Bodoh dikatakan,” Apakah hanya dengan menganut dan menyebut Nammyohorengekyo masih ada dosa yang tidak dihapuskan, apakah masih ada rejeki yang tak kunjung datang? Hal ini merupakan kebenaran yang mendalam sekali dan harus diterima dan dipercayai.”(Gosyo, hal 497). Dalam Kanjin no Honzon Syo Bundan, Nicikan Syonin memberikan penjelasan,”Karunia kebajikan Honzon ini tak terbatas dan terdapat fungsi gaib yang luas dan mendalam. Oleh karena itu, walau hanya sekejappun percaya Honzon ini dan menyebut Nammyohorengekyo, maka tiada doa yang tak terkabulkan, tiada dosa yang tak terhapuskan, tiada rejeki yang tidak kunjung datang, dan tiada kewajaran yang tidak dibuktikan.” Februari 2018 | Samantabadra
49
PENCAPAIAN KESADARAN BUDDHA DARI KESATUAN ORANG TUA DAN ANAK Pada bagian terdahulu telah dijelaskan secara hukum masyarakat dan Hukum agama Buddha terhadap pertanyaaan, “karena anak saya telah membunuh orang lain, di tempat bagaimanakah pada kehidupan yang akan datang ia dilahirkan? sudilah Anda memberi penjelasan !�; sedang dalam bagian ini akan dijelaskan secara lebih terperinci mengenai hal ini. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa karena kepercayaan Konicibo yang kuat, maka anaknya juga tidak akan dibiarkan tidak mencapai kesadaran. Niciren Daisyonin menandaskan pentingnya hubungan kepercayaan antara ibu dengan anak. Juga ditekankan hendaknya kita berhati-hati terhadap orang yang menentang Gohonzon. Janganlah sampai dipengaruhi oleh mereka yang menentang Gohonzon. Akhirnya penting bagi kita bagaimana membaca dan bagaimana menyimpan surat dari Niciren Daisyonin. Dan sekali lagi diperingatkan hendaknya berhati-hati terhadap para pemfitnah Dharma. Pada umumnya, tiada hubungan yang lebih intim daripada hubungan anak dengan orang tua. Walau kelihatannya orang tua dan anak merupakan dua kehadiran yang terpisah, namun sebenarnya terdapat suatu fungsi kekuatan gaib yang bekerja di antara keduanya. Inilah yang disebut kenzokumyo (kegaiban jodoh keluarga). Dapat dikatakan juga bahwa jiwa orang tua dan anak yang masing-masingnya berdiri sendiri dan memiliki sifat yang berbeda telah melebur menjadi satu jiwa. Bila orang tua mengalami musibah, tentu tidaklah wajar bila sang anak merasa bahagia. Begitupun sebaliknya, bila anak mengalami ketidakbahagiaan tidak mungkin orang tua dapat merasa bahagia. Kebahagiaan orang tua adalah kebahagiaan anak, begitupun sebaliknya. Dengan demikian orang tua dan anak bukanlah dua kehadiran yang tidak memiliki hubungan. Dan juga, kebahagiaan bersama antara orang tua dan anak merupakan kebahagiaan seluruh keluarga.Jadi pencapaian kesadaran Buddha dari orang tua dan anak merupakan prinsip perombakan keluarga. Kalau dalam icinen orang 50
Samantabadra | Februari 2018
tua yang memikirkan anak dan dalam icinen anak yang mendambakan orang tua terdapat luapan kepercayaan, langsung menjadi tumpukan rejeki sekejap yang akan mensejahterakan keluarga. Perombakan sifat jiwa seoarang anggota keluarga akan membuat perombakan total dari keluarga tersebut dan seluruh keluarga akan menerima rejekinya. Misalnya dalam satu keluarga terdapat satu orang yang percaya Gohonzon, sedangkan lainnya menentang. Dengan melaksanakan perombakan sifat jiwa. maka sebenarnya pada waktu itu dasar jiwa keluarga telah mengalami perombakan. Ini adalah prinsip Sebab Akibat Sesaat (Inga Guji) dan Kesatuan Subyek dan Lingkungan yang Tak Terpisahkan ( Esyo Funi). Sesuai dengan Hukum dasar jiwa, bila orang itu terus melaksanakan, akhirnya dapat membuktikan perombakan satu keluarga. Harap yakin akan hal ini. Lebih lanjut lagi hubungan pencapaian kesadaran Buddha dari orang tua dan anak bukan hanya pada masa hidup ini saja, tetapi terus berlangsung bila telah meninggal. Sebenarnya mencabut penderitaan dan memberikan kebahagiaan kepada almarhum orang tua dibuktikan secara nyata dalam kehidupan anakanak itu sendiri. Sesungguhnyalah, perombakan sifat jiwa dari anak-anak yang berdasarkan pada hati kepercayaan terhadap Gohonzon merupakan sumbangan penyelamatan bagi orang tua yang telah almarhum. Karena bimbingan Niciren Daisyonin, pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Konicibo, yang ditinggal mati terlebih dahulu oleh anaknya, telah mengecap kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan ini dapat dinikmati karena Yasyiro, putranya, telah membuatnya percaya kepada Niciren Daisyonin.Hal ini juga merupakan hakikat jiwa Yasyiru. Dengan demikian diajarkan mengenai kebersamaan waktu antara orang tua dan anak. Sehubungan dengan itu, marilah kita membicarakan hubungan orang tua dan anak berdasarkan kepercayaan. mengenai hubungan orang tua dan anak, pada zaman dahulu ada pandangan bahwa orang tua wajib mencintai anaknya, sedang anak
wajib berbakti kepada orang tua. Pada masa itu, moral yang ditanamkan bahwa cinta kasih orang tua lebih dalam dari lautan luas. budi yang dilimpahkan orang tua lebih tinggi daripada gunung membuat anak dibebani kewajiban untuk membalas budi.Bagaimanapun orang tuanya tidak baik, anak harus memuaskan keinginan orang tua dengan mengikuti kemauannya. Bersamaan dengan kemajuan zaman, rasa berbakti pada zaman dahulu telah rapuh dan runtuh. Dengan runtuhnya sistem keluarga feodal ini, tinggallah orang tua yang menyesali anakanaknya yang dikatakan tidak berbakti. Menurut Hukum agama Buddha hubungan orang tua dan anak tidaklah sedemikian dangkal dan tipis. Niciren Daisyonin memandang penting budi orang tua dan menggolongkannya sebagai salah satu dari keempat budi. Yang dikatakan budi orang tua bukanlah pandangan moral yang bersifat feodal. Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa balas budi dan mengenal budi dari dasar jiwa yang terdapat dalam filsafat jiwa agama Buddha Tri Maha Dharma Sakti. Balas budi kepada orang tua merupakan sesuatu yang wajar namun hendaknya diingat bahwa tolak ukur dari membalas budi adalah kepercayaan terhadap Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti. Dalam agama Buddha dikenal tiga tingkatan membalas budi kepada orang tua, yaitu tingkat rendah, tingkat menengah dan tingkat tinggi. Dalam Surat Memuji Sepuluh Raja dikatakan,” Ada tiga macam bakti : memberikan sandang dan pangan kepada orang tua adalah tingkat rendah, mengikuti kemauan orang tua adalah tingkat menengah, sedang memberi sumbangan karma kebajikan adalah tingkat tinggi.” Memberi kepuasan materi dan menuruti kemauan orang tua bukanlah budi bakti yang sesungguhnya. Pelaksanaan bakti yang tertinggi pada orang tua adalah kita sendiri menerima Gohonzon dan menarik orang tua hingga menganut agama ini, serta berdoa siang dan malam terhadap Hukum Sakti untuk arwah almarhum orang tua. Dalam Surat kepada Ikegami Bersaudara (hal 1085) diaktakan, “ Dalam segala hal lainnya harus menuruti kehendak orang tua, kecuali hanya demi
pencapaian kesadaran Buddha kita tak dapat mengikuti kehendak orang tua. Inilah dasar pokok berbakti kepada orang tua.” Dalam Surat Balasan kepada Nyonya Kebu Saemonnojo Dono (hal 1401) tertulis,” Orangorang mempunyai keinginan berbudi bakti kepada orang tua harus mempersembahkan Saddharmapundarika-sutra kepada orang tua.” Walau pada mulanya orang yang pertama percaya kepada Gohonzon ini ditentang oleh orang tua dan sanak saudaranya, namun bila ia meneruskan kepercayaan serta melaksanakan secara sungguh-sungguh dan memperlihatkan bukti nyata, maka mereka yang semula menentang akan turut percaya dan mencapai kesadaran Buddha dalam hidup kali ini. Inilah pelaksanaan budi bakti yang sesungguhnya kepada orang tua dan gelombang getarannya akan mempengaruhi satu kelaurga, kemudian negara. Oleh karena itu, camkanlah di dalam hati walau ditentang oleh orang tua, orang yang tetap menyuarakan Nammyohorengekyo dengan lantang dan dapat mempengaruhi orang tua hingga turut menganut, orang ini adalah orang yang melaksanakan petuah emas Sang Buddha Niciren Daisyonin. Contoh dari anak yang dapat mempengaruhi orang tua hingga orang tuanya turut menganut agama Buddha terdapat banyak sekali. Dalam Saddharmapundarika-sutra Raja Subavyuha telah dipengaruhi oleh kedua putranya, Vimalagarbha dan Vimalanetra untuk percaya Saddharmapundarika-sutra , dan akhirnya menjadi Buddha dengan gelar Salendraraga. Di Tiongkok, Wu Lung karena memfitnah Saddharmapundarika-sutra telah jatuh kedalam Dunia Neraka; tetapi ia telah diselamatkan oleh anaknya, I Lung, yang telah menyalin dan percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra. Dalam kehidupan Niciren Daisyonin, ayah Ikegami Bersaudara, Yasumice adalah pengikut Bhikku Ryokan yang fanatik dan menentang kepercayaan anak-anaknya selam 20 tahun; namun akhirnya ia turut menganut kepercayaan ini. Inilah suri tauladan dari keberhasilan hati kepercayaan yang telah mensejahterakan dan membahagiakan keluarga. Februari 2018 | Samantabadra
51
Selanjutnya pada bagian akhir kutipan ini dijelaskan hubungan orang tua dan anak dipandang dari sudut orang tua. Seorang profesor, Sheldon Glutch, peneliti kenakalan anak dari Universitas Harvard mengatakan, “ Seketika membuka pintu dan melihat ke dalam rumah, dapatlah diketahui dengan tepat nakal tidaknya anak di rumah.” Hal ini menjelaskan dengan tepat betapa anak dipengaruhi oleh orang tua. Dalam kalimat Sutra terdapat kata-kata, “ Bila merusakkan ajaran agama Buddha, maka tidak terdapat anak yang berbakti kepada orang tua, juga tidak terdapat keselarasan hubungan dalam keluarga.” Ini berarti bila melakukan pemfitnahan Dharma dan mempercayai filsafat sesat, maka anak-anak akan meninggal dalam usia muda atau menjadi anak yang suka menyeleweng. Sekarang adalah masa yang tercemar dengan Lima Kekeruhan. Kekeruhan Hawa Nafsu telah mengacaukan dasar sifat manusia berupa lima racun ( keserakahan, kemarahan, kebodohan, kesombongan, dan keragu-raguan) yang telah dimiliki sejak awal mula. Bersama dengan Kekeruhan Pandangan yang mengacaukan pikiran manusia, kedua Kekeruhan ini melandasi kehidupan manusia. Dengan demikian jiwa manusia menjadi ternoda, kekuatan jiwa menjadi lemah, sehingga kehidupan menjadi kacau. Kekeruhan Jiwa ini mengandung arti kekeruhan manusia itu sendiri, sehingga dikatakan sebagai Kekeruhan Umat manusia ini diperluas hingga mengacaukan zaman,maka dikatakan sebagai Kekeruhan Zaman. Keadaan generasi muda sekarang yang tepat dengan keterangan di atas tidaklah mengejutkan kita. Permasalahan mengenai generasi muda ii tidak dapat diselesaikan melalui pendidikan budi pekerti atau penanaman tata krama saja, karena sebab sesungguhnya dari permasalahan ini adalah pemfitnahan terhadap hukum Sakti. Hanya dengan percaya dan menyebarkan Saddharma sumber Lima Kekeruhan dapat diputuskan, sehingga dengan demikian jiwa menjadi jernih dan masyarakat menjadi sehat. 52
Samantabadra | Februari 2018
Orang tua yang mengharapkan anaknya tumbuh menjadi manusia yang berguna hendaknya mendidiknya dengan kesungguhan hati dan tetap tabah dalam keadaan bagaimanapun berdasarkan hati kepercayaan terhadap Gohonzon. Pokoknya, hubungan orang tua dengan anak pada masa sekarang bukanlah hubungan atas dan bawah, atau hubungan antara yang menekan dan yang ditekan. Hubungan orang tua dan anak bukanlah hubungan yang berdasarkan kekuasaan seperti itu, tetapi hubungan kenzokumyo ( kegaiban jodoh keluarga ). Kegaiban jodoh keluarga yang sesungguhnya dari Niciren Daisyonin, berarti bersama-sama berjuang sebagai Boddhisatva yang Muncul dari Bumi. Oleh karena itu, keluarga yang didasari oleh Saddharma akan mendapatkan sinar Saddharma, dan bersama-sama berjuang membangun masyarakat dan negara.
9
Mereka yang percaya kepada Saddharmapundarika-sutra harus dengan gagah berani menghadapi dan waspada terhadap musuh-musuh Saddharmapundarika-sutra.
Anak Cabang
Keterangan: Hendaknya kutipan kalimat di atas diukir dalam hati sanubari kita. Kutipan kalimat tersebut mengajarkan bahwa orang yang percaya kepada Saddharma dan berjuang demi terwujudnya pencapaian kebahagiaan seluruh umat manusia secara luas dan merata hendaknya dapat melihat dengan jelas musuh Saddharmapundarika-sutra serta berjuang dengan gigih melawannya. Namun demikian, kutipan “ waspada terhadap musuh-musuh Saddharmapundarika-sutra” bukan sekedar berarti ketakutan, melainkan mengandung makna kewaspadaan terhadap musuh yang menghalangi pencapaian kesadaran Buddha dan menyebabkan mundur dari kepercayaan. Sesungguhnya, apakah yang dimaksud dengan musuh Saddharmapundarika-sutra? Musuh Saddharmapundarika-sutra adalah musuh kemanusiaan musuh kehidupan dan musuh dari dasar jiwa.
Ada orang yang mengatakan bahwa musuh yang paling menakutkan adalah yang tidak kelihatan. Musuh yang paling menakutkan itu tidak terdapat dari luar, tetapi terdapat di dalam. Dan juga, dalam Sutra Nirvana dikatakan Akucisyiki ( pengaruh buruk ) adalah musuh dari Saddharmapundarika-sutra dan yang paling menakutkan, “ Janganlah merasa takut terhadap Boddhisatva dan gajah yang jahat, tetapi hendaknya takut terhadap pengaruh buruk (Akucisyiki). Dibunuh oleh gajah yang jahat, pasti tidak terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk, tetapi bila dibunuh oleh teman yang jahat , pasti terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk.� Pengaruh yang buruk dan kawan yang buruk adalah orang yang berpikiran sesat dan berprajna picik, serta selalu mempunyai keinginan untuk
memfitnah Hukum Agama Buddha. Siapapun juga, kalau menganut filsafat yang sesat akan merusak jiwa suci yang terdapat di dasar jiwa sendiri dan akan jatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk serta terperangkap dalam penderitaan selama kalpa yang tak terhingga. Pengaruh yang buruk ini tidak hanya merusak jiwa manusia sendiri, tetapi juga akan menjerat seluruh masyaraakt dalam penderitaan dan akhirnya meruntuhkan negara. Dengan demikian, hendaknya kita memiliki mata Saddharma untuk dapat melihat dan mematahkan dengan tepat iblis dalam diri sendiri, dan terlebih lagi memutuskan sumber pokok malapetaka dengan menghancurkan iblis pokok masyarakat yaitu akar jiwa yang menghalangi kebahagiaan manusia. ***
Catatan
Februari 2018 | Samantabadra
53
54
Samantabadra | Februari 2018
Februari 2018 | Samantabadra
55
56
Samantabadra | Februari 2018
Februari 2018 | Samantabadra
57
58
Samantabadra | Februari 2018
Februari 2018 | Samantabadra
59
60
Samantabadra | Februari 2018
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Perihal Empat Macam Doa ISI GOSYO | Permintaan untuk mendoakan ayah anda sudah diterima dan sudah Saya panjatkan doa dengan sungguh-sungguh di hadapan Gohonzon. Ada doa yang nyata dan jawabannya nyata pula (Kenki Kenno), doa yang nyata tetapi jawabannya sunyata (Kenki Myo-o), doa yang sunyata jawabannya sunyata pula (Myoki Myo-o), dan doa yang sunyata tetapi jawabannya nyata (Myoki Kenno). Meskipun ada doa demikian, yang terpenting adalah menjalankan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra akan mengabulkan segala keinginan di masa sekarang hingga masa akan datang. Dalam Saddharmapundarika-sutra rol ke-3 Bab Penganugerahan tertulis, “Seandainya terdapat iblis dan pengikutnya, seluruhnya akan menjaga dan melindungi Hukum Buddha.” Juga dalam rol ke-7 Bab Bodhisattva Baisyajaraja dikatakan, “Dengan percaya dan mempertahankan Sutra ini, segala penyakit langsung musnah; di masa akan datang tidak akan tua dan tidak akan mati.” Hendaknya sama sekali tidak meragukan petuah emas ini. Terima kasih atas kedatangan Myoici Ama Goze bersembahyang ke gunung ini. Saya menitipkan tulisan satu rol, mohon dapat dilihat. Nammyohorengekyo. Kenji ke-2 bulan 8 tanggal 10 Ditujukan kepada Domyo Zenmon Tertanda, Niciren
Februari 2018 | Samantabadra
61
KETERANGAN GOSYO | Surat ini ditulis di Minobu pada tahun 1276 (Kenji ke-2) ketika Niciren Daisyonin berusia 55 tahun. Mengenai Domyo Zenmon, ada yang mengatakan ia sanak keluarga Myoici Ama atau kakaknya Nissyo, keluarga Indo Saburo Zaemon Sukenobu; tetapi ada pula yang mengatakan suaminya Sajiki Nyobo. Hal yang sebenarnya tidaklah diketahui dengan jelas. Ketika Myoici Ama yang tinggal di Kamakura mengunjungi Niciren Daisyonin di Minobu, Domyo menitip permintaan kepada Niciren Daisyonin untuk mendoakan kesembuhan penyakit ayahnya. Surat ini merupakan surat balasannya. Dalam isi surat tertulis, “Ada doa yang nyata dan jawabannya nyata pula (Kenki Kenno), doa yang nyata tetapi jawabannya sunyata (Kenki Myo-o), doa yang sunyata jawabannya sunyata pula (Myoki Myo-o), dan doa yang sunyata tetapi jawabannya nyata (Myoki Kenno). Meskipun doa demikian, yang terpenting adalah menjalankan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra akan mengabulkan segala keinginan di masa sekarang hingga masa akan datang�. Ada bermacam jenis cara berdoa dan karunia kebajikan yang nyata, tetapi Niciren Daisyonin mengatakan, yang terpenting adalah hati yang percaya dengan tulus dan murni terhadap Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti. Kepercayaan yang berkelangsungan akan membuat segala keinginan tercapai pada masa ini, dan terus berlangsung hingga masa yang akan datang. Doa yang nyata (Kenki), seperti keinginan sembuh dari penyakit, keinginan untuk menyelesaikan masalah adalah, doa yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Doa yang sunyata (Myoki) berarti, menumpuk Daimoku setiap 62
Samantabadra | Februari 2018
hari seperti air mengalir. Jawaban nyata (Kenno) berarti, karunia kebajikan dari gejala yang didoakan langsung terbukti nyata. Jawaban sunyata (Myo-o) berarti, karunia kebajikan dari doa itu tidak langsung nyata, tetapi jiwa orang tersebut semakin bersih, perasaan jiwanya menjadi kaya, dan segala keinginannya akan tercapai. Dengan demikian, doa yang nyata dan jawaban nyata pula (Kenki Kenno) berarti, doa dan jawaban yang nyata ketika menghadapi kesulitan. Doa yang sungguh hati akan membuka jalan penyelesaian permasalahan. Doa yang nyata tetapi jawabannya sunyata (Kenki Myo-o) berarti, jawaban dari yang didoakan tidak langsung nyata, tetapi karunia kebajikan dari doa itu tertimbun dalam jiwa orang tersebut sebagai rejeki. Doa yang sunyata jawabannya sunyata pula (Myoki Myo-o) berarti, karunia kebajikan dari Daimoku yang dipanjatkan tanpa terputus-putus membuat orang memasuki jalan pencapaian kesadaran dari kumpulan pusaka yang tiada tara nilainya, yang diperoleh tanpa dicari (Mujo Hoju Fuju Jitoku). Doa yang sunyata tetapi jawabannya nyata (Myoki Kenno) berarti, rejeki karunia kebajikan Daimoku yang berkesinambungan yang ditimbun hari demi hari, akan nyata kekuatannya ketika menghadapi kesulitan. Dengan demikian, walau ada berbagai doa, bermacam sifat, atau berat ringan nasib masing-masing yang dapat dipisahkan kasus demi kasus, yang terpenting adalah hati kepercayaan yang teguh terhadap Gohonzon. Seberat apapun permasalahan yang ada atau seberat apapun nasib diri sendiri, akar sumber penyelesaiannya mutlak
tergantung pada Gohonzon. Yang terpenting adalah semakin memperkuat kepercayaan, karena hanya dengan Gohonzon segala permasalahan dapat selesai dengan tuntas. Doa yang sungguh hati akan merombak nasib. Bukan hanya merombak nasib, sehingga mengecap kepuasan hidup di masa sekarang, bahkan dapat dipastikan tercapainya segala keinginan di masa akan datang hingga kekal abadi. Kalimat “Seandainya terdapat iblis dan pengikutnya, seluruhnya akan menjaga dan melindungi Hukum Buddha” adalah, kutipan kalimat Saddharmapundarika-sutra Bab VI Penganugerahan. Walau ada iblis dan pengikutnya, kekuatan hati kepercayaan terhadap Saddharma dapat membuat seluruhnya berbalik menjaga Hukum Buddha. Yang dimaksud dengan “iblis”, sebenarnya tidak lain dari gerakan yang sudah ada dalam jiwa kita sendiri. Ketika menghadapi suasana, gerakan jiwa kita menimbulkan bermacam-macam gejala. Kadangkala gerakan jiwa ini diterima menjadi tenaga pendorong untuk mengembangkan jiwa, tetapi kadangkala diterima menjadi sebab yang merusak jiwa. Dalam hal ini, iblis berfungsi sebagai sebab yang merusak jiwa. Untuk menjadikan jiwa sebagai sumber air dalam mencipta nilai, yang terpenting adalah kepercayaan diri sendiri yang kuat terhadap Saddharmapundarika-sutra, pandangan jiwa yang benar. Dengan ditegakkannya kepercayaan yang kuat, kepribadian yang kokoh ditegakkan pula. Dalam keadaan jiwa demikian, iblis yang ada dalam jiwa akan ditaklukkan, dan bahkan sebaliknya akan melindungi jiwa dan berfungsi sebagai pendorong dan penambah menuju kebahagiaan. Dalam Surat Jonin dikatakan, “Kebiasaan iblis adalah merintangi kebaikan dan bergembira terhadap hal-hal
yang membuat keburukan. Tetapi, bila orang berusaha tidak berbuat jahat, tenaga iblis tidak akan menjangkau, dan bahkan akhirnya membuat kebaikan”. (Gosyo, hal. 981). Bila memiliki hati kepercayaan yang kuat dan murni, kekuatan iblis yang mengganggu hati kepercayaan dan merenggut kebahagiaan akan terselubung dan berbalik menjadi kekuatan yang menjaga Hukum Buddha, berfungsi sebagai dewa-dewa yang melindungi kebahagiaan kita. Kalimat “Segala penyakit langsung musnah; di masa akan datang tidak akan tua dan tidak akan mati”, adalah kutipan Bab Bodhisattva Baisyajaraja; yang berarti, dengan memuja Saddharmapundarikasutra segala penyakit langsung lenyap dan mengenap suasana hidup yang tidak akan tua dan tidak akan mati. Dalam hal ini, penyakit tidak hanya berarti penyakit badan, melainkan timbulnya bermacam-macam hawa nafsu dalam jiwa manusia. Secara sunyata, ini akan memakan jiwa manusia, sehingga tenaga hidup menjadi lemah dan hilang; karena itu dinamakan penyakit. Hukum Buddha dapat menyembuhkan penyakit yang tersebar di seluruh jiwa manusia ini. “Tidak akan tua dan tidak akan mati”, tentu tidak berarti secara harfiah. Sudah merupakan kewajaran bila mahluk hidup menjadi tua dan mati. “Tidak akan tua” berarti, tenaga jiwa yang selamanya muda, merasa gembira dan terus aktif, sehingga merasakan hidup yang tenang dan sejahtera. “Tidak akan mati” berarti, bisa merasakan kekekalabadian jiwa sehingga terus menimbun kebajikan agung. Demikianlah maksud perkataan “tidak akan tua dan tidak akan mati.” ***
Februari 2018 | Samantabadra
63
64
Samantabadra | Februari 2018
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Gosyo adalah Sutra Pertanyaan : Apakah sebenarnya arti dan makna dari Gosyo yang selama ini kita pelajari? Jawab : Gosyo adalah sutra untuk Masa Akhir Dharma. Dengan demikian Gosyo adalah seluruh surat atau tulisan yang ditulis oleh Niciren Daisyonin sendiri. Surat atau tulisan tersebut berisi tentang pintu hokum/ajaran, kepercayaan, perilaku, bimbingan dan sebagainya. Surat atau tulisan tersebut diberikan oleh Niciren Daisyonin kepada para Bhikku murid-Nya maupun juga pada muridNya yang bukan Bhikku. Gosyo dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yakni: uraian, berita, serta analisa ajaran. Yang dimaksud dengan uraian, adalah surat resmi yang ditujukan kepada pemerintah dan seluruh murid-murid-Nya. Jadi, uraian bukan merupakan surat yang ditujukan khusus untuk seorang murid tertentu. Sebagai contoh dari uraian, adalah Rissyo Ankoku Ron, Kaimoku Syo, Kanjin no Honzon Syo, Senji Syo, dan Ho On Syo. Kelima Gosyo ini disebut juga sebagai kelima Gosyo penting (Godaibu). Sedangkan yang dimaksud dengan surat berita, adalah surat yang diberikan secara pribadi kepada murid-murid-Nya. Di dalam surat ini diuraikan tentang berbagai masalah yang dihadapi mereka. Juga disertakan petuah untuk dibaca dan dimengerti oleh semua murid-Nya; yang juga terdiri dari kaum wanita dan rakyat jelata. Oleh karena banyaknya Surat Berita yang ditulis dengan campuran aksara Hiragana, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Hukum Buddha Niciren Daisyonin telah tersebar secara luas dikalangan rakyat jelata.
Nikko Syonin Berjuang Untuk Mengumpulkan Kembali Gosyo-gosyo dari Niciren Daisyonin Setelah Buddha Niciren Daisyonin wafat, para murid utama-Nya kecuali Nikko Syonin, yakni kelima Bhikku utama (Goroso) Nissyo, Niciro, Niko, Nitco, dan Niciji menyalin kembali Gosyogosyo dari Niciren Daisyonin atau membakarnya, mengenai pintu Hukum atau Ajaran yang terpenting. Oleh karena itu, untuk mengetahui Hukum Buddha Niciren Daisyonin, kita semuanya tidak bias terlepas dari keharusan untuk dapat memahami dan menghayati surat berita. Sebagai contoh dari surat berita ini, adalah surat yang ditulis oleh Buddha Niciren Daisyonin kepada Syijo Kingo, Toki Jonin, Ikegami bersaudara, dan lain-lain. Gosyo-gosyo yang ditulis oleh Niciren Daisyonin ini terdiri dari tulisan-tulisan yang hanya menggunakan aksara Kanji dan tulisantulisan yang menggunakan campuran antara aksara Kanji dan Hiragana. Yang terbanyak adalah yang menggunakan campuran antara Kanji dan Hiragana. Surat berita yang ditulis hanya dengan aksara Kanji adalah surat yang diberikan kepada murid-murid tertentu seperti Toki Jonin, Ota Nyudo dan lain-lain. Dengan demikian jumlah surat yang ditulis dengan aksara Kanji tidak berjumlah banyak. Pada masa itu tulisan-tulisan di kalangan umum, cendekiawan dan para Bhikku, umumnya ditulis dengan menggunakan aksara Kanji dan Katakana. Sedangkan tulisan yang menggunakan aksara Hiragana, hanya digunakan oleh kaum wanita serta rakyat jelata. Namun demikian Niciren Daisyonin tidak memperdulikan keadaan. Agar seluruh umat dapat memiliki pendirian Februari 2018 | Samantabadra
65
yang benar, Beliau tetap menulis dengan menggunakan campuran aksara Kanji dan Hiragana. Selain itu Buddha Niciren Daisyonin juga memasukkan pula berbagai cerita dan perumpamaan-perumpamaan dari sutra. Dengan demikian tulisan-tulisan-Nya itu lebih mudah. Kelima Bhikku utama tersebut berpandangan bahwa bila Niciren Daisyonin meninggalkan Gosyo yang ditulis dengan aksara Hiragana akan mempermalukan Beliau. Menghadapi keadaaan tersebut, Nikko Syonin lalu segera mengadakan pengumpulan Gosyo-gosyo. Sebagai persiapan mengadakan pengumpulan Gosyo tersebut, telah ditentukan terlebih dahulu sepuluh Gosyo penting, seperti tercatat dalam Fuji Iseki Monto Zonji (Gosyo hal. 1604). Nikko Syonin juga berusaha menyalin Gosyo-gosyo, baik seperti Rissyo Ankokuon, Hokke Syuyo Syo, Kanjin no Honzon Syo dan lain-lainnya yang merupakan Gosyo penting. Surat berita yang ditujukan kepada Syijo Kingo dan Nanjo Tokimitsu sebagian besar disalin kembali. Salinan tersebut masih disimpan hingga kini. Salinan Gosyo yang terbanyak adalah yang dibuat oleh Nikko Syonin. Ini merupakan bukti bahwa sebagai murid dari Buddha Niciren Daisyonin, Nikko Syonin telah mencurahkan jiwa raganya demi meneruskan dan melestarikan ajaran Niciren Daisyonin secara murni dan benar untuk masa yang akan dating. Selain Nikko Syonin, di antara murid-murid Niciren Daisyonin ada seorang murid Niciren Daisyonin, yang bukan Bhikku, yang juga menjaga dan menyimpan tulisan-tulisan Niciren Daisyonin yang asli. Ia adalah Toki Jonin. Gosyo-gosyo yang diberikan kepada Toki Jonin tersebut, antara lain adalah Kanjin no Honzon Syo, Syisyin Gohon Syo, Hokke Syuyo Syo dan lain-lain. Ada pula Gosyo-gosyo asli yang disampaikan kepada murid Niciren Daisyonin yang bernama Ota Nyudo, Soya Nyudo dan lain-lain juga disimpan denhan baik. Malah sampai membentuk penjagaan yang kokoh serta pemeliharaan yang teliti untuk kelestarian dari Gosyo-gosyo tersebut. Berkat usaha dan hati kepercayaan dari para murid Niciren Daisyonin yang tersebut di atas. Maka jumlah Gosyo yang berupa surat 66
Samantabadra | Februari 2018
berita yang berhasil dimuat dalam Gosyo Zensyu mencapai lebih dari 400 Gosyo. Apabila ditambah dengan Gosyo yang berupa uraian maupun berita, maka kemudian diketahui bahwa jumlahnya mencapai 700 Gosyo. Pada waktu itu tidak sekte manapun, selain Niciren Daisyonin, yang berhasil meninggalkan sedemikian banyak tulisan. Gosyo yang ditulis sebelum Hossyaku Kempon (meninggalkan pendirian sementara dan menegakkan pendirian sesungguhnya) dengan peristiwa Tatsunokuci dan yang ditulis setelah peristiwa pembuangan ke Pulau Sado, terdapat perbedaan baik dalam uraian maupun isinya. Umpamanya: sebelum peristiwa pembuangan ke Pulau Sado, isi Gosyo yang ditulis bertujuan untuk mematahkan kesesatan filsafat sekte Nembutsu, sekte Zen, dan lain-lain. Sedangkan isi Gosyo yang ditulis setelah peristiwa pembuangan ke Pulau Sado bertujuan untuk mematahkan dengan tegas kesesatan filsafat sekte Syingon dan lain-lain. Juga dalam Gosyo-gosyo ini diterangkan tentang pintu Hukum Sandaihiho yang merupakan pembabaran Inti Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Hal ini adalah seperti yang diuraikan dalam Surat Misawa : “Anggaplah segala Ajaran Saya sebelum Saya dibuang ke Pulau Sado sebagai sutra-sutra Nizen Sang Buddha�. (Gosyo Zensyu, hal. 1489). Apabila dibandingkan antara Gosyo yang ditulis sebelum pembuangan ke Pulau Sado dan setelah pembuangan ke Pulau Sado, maka jumlah Gosyo yang ditulis setelah pembuangan ke Pulau Sado berjumlah jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Oleh karena sebagai Buddha Pokok Akhir Dharma, Niciren Daisyonin mencurahkan jiwa raganya untuk mewariskan filsafat Hukum Buddha yang kekal untuk masa yang akan dating. Semangat Untuk Mempelajari Gosyo (kyogaku) Pelajaran Gosyo untuk mendorong penyebarluasan Dharma. Dalam Surat Perihal Syoho Jisso dikatakan: “Bergiatlah dalam kedua jalan : Pelaksanaan dan Belajar. Tanpa adanya pelaksanaan dan belajar, agama Buddha pun akan punah. Kita sendiri harus menjalankan
terlebih dahulu, kemudian ajarkanlah juga kepada orang lain”. (Gosyo Zensyu hal. 1361) ‘Gyo’ berarti pelaksanaan, ‘Gaku’ berarti pelajaran, keduanya diibaratkan kedua roda. Jika salah satunya tidak ada, maka tak terdapat lagi Hukum Buddha yang sesungguhnya; dan bagi setiap orang tentu tidak mungkin untuk mewujudkan Dunia Buddha secara nyata. Kekuatan Gohonzon adalah Mutlak, dan merupakan satu-satunya Hukum Sakti. Untuk mewujudkan kekuatan Gohonzon secara nyata dalam kehidupan kita, yang terpenting adalah menjalankan kepercayaan dengan ‘benar’ serta melaksanakannya. Hanya dengan kepercayaan yang ‘benar-benar’ setulus hati kepada Gohonzon kekuatan Buddha (Butsu Riki) dan kekuatan Hukum (Ho Riki) dapat terwujud secara nyata dalam kehidupan ini. Sikap “kepercayaan yang membuta” tidak akan mungkin mendapatkan karunia kebajikan. Disinilah letak pentingnya Kyogaku untuk meneruskan kepercayaan yang benar. Hal ini diuraikan dalam kalimat Sutra “E Ho Fu E Nin” (mengikuti hokum dan bukan mengikuti orangnya) Niciren Daisyonin pun mengajarkan harus melaksanakan dengan sikap “Nyosetsu Syugyo”(Melaksanakan pertapaan yang sesuai dengan pengkotbahan Sang Buddha). Adapun yang dimaksud dengan ‘E Ho’ (mengikuti hukumnya) Nyosetsu (sesuai pengkotbahan Sang Buddha) adalah pendirian kita yang harus didasari Gosyo dan mengutamakan Gosyo. Kalaupun kita menggunakan pandangan diri sendiri atau pandangan yang sesat, maka kepercayaan kita menjadi “kepercayaan yang buta” (Kyo Syin). Akibatnya kegembiraan sesungguhnya yang timbul dari hati kepercayaan akan hilang. Penyebab lain yang mengharuskan kita mempelajari Gosyo, adalah karena Hukum Buddha Niciren Daisyonin adalah Hukum Buddha Mahayana untuk menyelamatkan umat, Kosenrufu. Maka untuk melaksanakan tugas tersebut Kyogaku mutlak diperlukan. Dalam Gosyo dikatakan “Melaksanakan Saddharmapundarika-sutra ini di Embudai (seluruh dunia) karena berkat kekuatan Gaib
dari Bodhisattva Samantabadra. Penyebarluasan dari sutra ini atas berkat perlindungan dari Bodhisattva Samantabadra (Fugen)”. (Gosyo hal. 780). Perilaku Bodhisattva Samantabadra berarti gerakan dari yang berprajna dan juga berarti perwujudan dari prajna. Dengan demikian hal ini dapat dibaca : Penyebarluasan Hukum Nammyohorengekyo dar Gohonzon harus didasari dengan filsafat yang agung, yaitu Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Tugas kita adalah menyampaikan filsafat Buddha Niciren Daisyonin kepada semua seluruh umat agar dimengerti dan dijadikan semangat dunia. Untuk itu sudah sewajarnya kita harus mempelajari Gosyo secara mendalam. Hukum Buddha Niciren Daisyonin Adalah Satu-satunya Jalan Untuk Mencapai Kesadaran Buddha Dalam Gosyo Niciren Daisyonin mengatakan, “Niciren adalah pelaksana Saddharmapundarikasutra yang utama di seluruh dunia” (Gosyo hal. 266); “Niciren adalah ayah yang arif, orang tua yang bijaksana, dan guru pembimbing umat manusia negeri Jepang” (Gosyo hal. 140); “Niciren adalah majikan dari Triloka sekarang” (Gosyo hal. 880). Demikianlah, uraian mengenai diri Niciren Daisyonin sebagai Buddha Pokok Masa Akhir Dharma yang dijelaskan dalam hamper tiap Gosyo. Dengan pendirian sebagai Buddha Pokok, Beliau memproklamirkan bahwa Hukum Buddha Niciren Daisyonin, yakni Hukum Nammyohorengekyo, adalah Hukum yang merupakan sumber pokok untuk menyelamatkan umat manusia Masa Akhir Dharma. Pembabaran Hukum Buddha disebut “sutra”. Maka setiap patah kata atau kalimat dari Niciren Daisyonin sebagai Buddha Pokok Masa Akhir Dharma adalah “sutra” untuk Masa Akhir Dharma. Gosyo dapat dikatakan sebagai kumpulan dari seluruh “sastra-sutra”. Pembabaran Buddha Sakyamuni adalah ke-28 Bab Saddharmapundarika-sutra, sedangkan pembabaran Niciren Daisyonin adalah Nammyohorengekyo. Sebenarnya, makna sesungguhnya yang ingin dibabarkan Buddha Sakyamuni dalam SaddharmapundarikaFebruari 2018 | Samantabadra
67
sutra adalah Nammyohorengekyo. Nammyohorengekyo adalah Hukum dari Buddha Pokok yang membuat Buddha Sakyamuni dapat mencapai Kesadaran Buddha. Namun karena bakat umat pada saat itu belum matang dan juga waktu yang belum tepat, Hukum tersebut tidak dapat dibabarkan secara langsung. Dengan pendirian sebagai Buddha Pokok, Niciren Daisyonin menggunakan Saddharmapundarika-sutra dari Buddha Sakyamuni untuk menerangkan Nammyohorengekyo. Nammyohorengekyo merupakan sebab pokok untuk mencapai Kesadaran Buddha. Niciren Daisyonin juga menjelaskan bahwa dengan Hukum ini umat Masa Akhir Dharma dapat mencapai Kesadaran Buddha. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengatakan: “Kini, setelah memasuki Masa Akhir Dharma selain Nammyohorengekyo, baik Saddharmapundarika-sutra maupun sutrasutra lainnya tidak ada manfaatnya” (Gosyo hal. 1546); dan “Nammyohorengekyo yang disebut Niciren sekarang dapat memberikan pencapaian Kesadaran Buddha bagi umat manusia sepuluh ribu tahun Masa Akhir Dharma” (Gosyo hal. 720). Demikian diajarkan, pada Masa akhir Dharma, hanya Nammyohorengekyo yang merupakan satu-satunya Hukum untuk mencapai Kesadaran Buddha yang sesungguhnya. Maka dalam membaca Gosyo yang terpenting adalah sikap kita dalam membaca. Kita harus membaca dengan sikap menerima dan percaya bahwa setiap kalimat, setiap bait merupakan petuah emas dari Buddha Pokok dan semua itu merupakan kebenaran Mutlak. Sikap Hidup yang Maitri Karuna ”Orang-orang yang menyatakan sebagai murid-murid Niciren, dan melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra harus berperilaku seperti Niciren” (Gosyo hal. 989). ”Orang-orang yang menjadi murid Niciren, dengan merenungkan jodoh yang mendalam, seharusnya menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra sesuai dengan Niciren” (Gosyo hal. 903). Dengan demikian, Hukum Buddha Niciren Daisyonin berpangkal 68
Samantabadra | Februari 2018
pada pelaksanaan demi menyelamatkan umat. Niciren Daisyonin sendiri menunjukkan sikap melaksanakan ini. Maka yang diutamakan adalah ”seperti Niciren” dan ”sesuai dengan Niciren”. Pelaksanaan Niciren Daisyonin untuk menyelamatkan umat memang merupakan perwujudan nyata dari perasaan agung serta juga adalah pelaksanaan yang berdasarkan teori filsafat sumber pokok yang disebut Myoho. Perjalanan Kosenrufu adalah luas dan menjauh. Sehingga memang diharapkan pelaksanaan sehari-hari yang penuh dengan kegembiraan. Akan tetapi, kegairahan itu belum tentu dapat diteruskan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu diperlukan landasan hati kepercayaan yang kokoh dari dalam hati. Dengan demikian kegembiraan tersebut dapat diteruskan menjadi kegembiraan yang mutlak. Oleh karena itu, dalam membaca Gosyo hendaknya bersikap menegakkan sikap ketulusan hati akan membangunkan hati kepercayaan seumur hidup. Kita perlu belajar dari sikap Niciren Daisyonin baik di Izu, Kamakura, Pulau Sado maupun di Gunung Minobu, Beliau tetap menulis dan mengajarkan Gosyo seperti air yang mengalir dengan tenang.***
Catatan
Februari 2018 | Samantabadra
69
wawasan wawasan
Makanan Imlek yang Sarat Makna I
mlek atau tahun baru masyarakat Tionghoa biasanya identik dengan angpao atau ornamen berwarna merah. Selain itu, ada satu hal yang tidak bisa kita lupakan dari imlek, yakni beragam makanan yang disajikan pada saat Imlek. Makanan yang disajikan pada saat Imlek sarat akan makna. Bahkan setiap makanan tersebut memiliki filosofis tersendiri bagi kehidupan masyarakat Tionghoa. Berikut beberapa di antaranya: 1. Yu sheng Yu sheng yaitu semacam salad dari kombinasi sayur serta buah yang di buat oleh koki dari Singapura pada tahun 1964. Yu sheng atau yee sang adalah sajian Imlek berbentuk salad ikan fresh yang ditambah irisan sayuran segar seperti lobak serta wortel dan disajikan
70
Samantabadra | Februari 2018
dengan saus. Menurut kebiasaan, saat diaduk dengan saus, ikan serta sayuran mesti diangkat tinggitinggi di atas piring. Makin tinggi yu sheng terangkat, dipercayai peruntungan pada tahun yang baru juga makin baik. Yu sheng diaduk berbarengan oleh orang yang duduk satu meja sembari samasama mengatakan selamat tahun baru Imlek. Kebiasaan mengaduk yu sheng serta mengangkatnya tinggi-tinggi disebut dengan lo hei. 2. Eight treasure soup (Sup delapan bentuk) Sup ini terdiri dari delapan bentuk bahan mendasar yang terbagi dalam teripang, jamur tungku, ikan, udang, perut ikan, kerang kering, abalone, jamur hitam, kacang ginko, serta biji lotus. Menyantap sup ini
bermakna harapan dari usaha yang dijalankan atau usaha dapat berkembang cepat di tahun yang baru. 3. Teripang Teripang yang umumnya dimasak dengan abalon adalah simbol harapan untuk kehidupan yang tambah baik. Uniknya harga teripang bakal melambung tinggi mendekati imlek, sampai meraih jutaan rupiah untuk kualitas teripang yang baik. 4. Ikan bandeng Ikan diakui sebagai lambang untuk mengawali tahun yang baru dengan adanya banyak keberuntungan serta untuk hindari beberapa hal yang jelek. Hal semacam ini datang dari kondisi geografis Tiongkok tengah jaman dahulu (pernah jadi pusat/ibukota dari dinastidinasti yang berkuasa, yaitu Xian, Luoyang serta Chang’an)
dimana populasi ikan cukup langka. Oleh karenanya harga nya mahal serta cuma dapat dibeli atau disantap oleh beberapa orang kaya. Ikan yang dihidangkan pada perayaan Imlek sebaiknya ikan yang utuh dari kepala sampai buntutnya. Umumnya yang dihidangkan yaitu ikan bandeng. Ikan bandeng mewakili simbol usaha yang lancar, melaju penuh keberuntungan. 5 Kue keranjang Kue keranjang (Nian Gao) cuma di buat satu tahun sekali mendekati Imlek. Penganan yang terbuat dari tepung ketan serta gula merah ini mempunyai rasa manis dengan struktur lengket. Kue keranjang mempunyai bentuk bulat sebagai harapan keluarga bisa selalu menyatu, rukun serta bulat kemauan dalam hadapi tahun mendatang. Kue keranjang
kerap disusun tinggi atau bertingkat. Semakin ke atas ukurannya semakin kecil. Hal semacam ini melambangkan penambahan rezeki atau kemakmuran. Teksturnya yang lengket juga jadi lambang supaya keluarga jadi makin lengket (akrab). Umumnya sisi puncaknya di taruh kue mangkuk merah yang melambangkan rejeki yang makin mekar. 6. Lapis legit Sesuai sama namanya, kue khas Indonesia ini memanglah tidak pernah tidak hadir ada ketika perayaan Tahun Baru Imlek. Lantaran terbagi dalam beberapa susunan, kue lapis legit jadi lambang rezeki yang berlapis-lapis di tahun mendatang hingga bisa rasakan hidup yang lebih manis atau legit. 7. Kue Mangkok
Kue Mangkok umumnya ditempatkan di puncak susunan kue keranjang yang melambangkan rejeki satu tahun kedepan bakal mekar serta berkembang seperti bentuk kue mangkuk yang mekar. Tidak cuma itu, kue mangkuk juga umumnya berwarna merah yang amat dentik dengan warna ketika perayaan Imlek. 8. Jeruk Mandarin Jeruk mandarin jadi satu diantara sajian Imlek yang harus ada. Sebisa-bisanya jeruknya masihlah mempunyai daun pada tangkainya. Jeruk mandarin yang berwarna kuning keemasan ini jadi simbol kemakmuran serta kekayaan yang senantiasa bertumbuh. Sumber: http://www.seruni.id/makanansaat-imlek/
Februari 2018 | Samantabadra
71
kesehatan kesehatan
Penyakit Gondongan
Meski sebenarnya tidak berbahaya, penyakit gondongan atau yang dikenal dengan istilah parotitis/mumps dalam dunia medis, ternyata dapat menimbulkan komplikasi serius bagi mereka yang menderitanya.
Pengertian Penyakit Gondongan Gondongan adalah pembengkakan yang terjadi pada kelenjar parotis akibat infeksi virus. Kelenjar parotis merupakan suatu kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi air liur dan terletak tepat di bawah telinga. Saat terjadi gondongan, bagian sisi wajah penderita akan terlihat membesar. Penyakit gondongan merupakan penyakit menular yang umumnya diderita oleh 72
Samantabadra | Februari 2018
anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari keluarga paramyxovirus. Penyebaran virus gondongan bisa terjadi melalui percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita gondongan ketika batuk atau bersin. Orang yang sehat dapat tertular gondongan apabila percikan tersebut masuk ke hidung atau mulut mereka, baik secara langsung atau pun lewat perantara. Misalnya akibat berbagi peralatan makan dengan penderita atau menyentuh
permukaan benda-benda yang sudah terkontaminasi virus dari si penderita. Gondongan dapat menyebar dalam waktu beberapa hari. Karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Caranya adalah dengan menghindari kontak langsung dengan penderita dan menjalani imunisasi, terutama bagi anak-anak di atas usia satu tahun. Gejala Gondongan Gejala gondongan
biasanya baru akan muncul 14-25 hari setelah infeksi virus terjadi. Gejala gondongan ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotis yang membuat sisi wajah tampak membengkak. Pasca pembengkakan kelenjar parotis, gejala lainnya akan mulai berkembang. Di antaranya adalah: Nyeri saat mengunyah atau menelan makanan. Nyeri sendi. Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celsius. Mulut kering. Nyeri perut. Hilang nafsu makan. Lelah. Sakit kepala. Diagnosis Gondongan Meskipun penyakit gondongan bukan tergolong penyakit serius, seseorang dianjurkan untuk memeriksakan diri atau anak mereka ke dokter jika mengalami gejalagejalanya. Pemeriksaan ke dokter dibutuhkan untuk membedakan gejala gondongan yang serupa dengan infeksi lainnya, misalnya radang amandel (tonsillitis). Guna memastikan diagnosis gondongan, dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan suhu tubuh dan mulut untuk melihat kondisi tonsil atau
amandel. Selain itu, tes darah juga dapat dilakukan guna mendeteksi antibodi tubuh dalam memerangi virus gondongan tersebut. Pengobatan Gondongan Gondongan dapat pulih saat sistem kekebalan tubuh berhasil mengatasi infeksi yang terjadi. Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan gondongan, beberapa cara dapat dilakukan guna meredakan gejalanya, antara lain adalah dengan banyak minum air putih dan menghindari minuman yang mengandung asam supaya tidak merangsang kelenjar parotis, mengompres bagian yang bengkak dan terasa sakit dengan air hangat, serta mengonsumsi makanan lunak. Ketiga cara tersebut dapat meringankan rasa nyeri. Bentuk penanganan lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi obat pereda sakit yang dijual bebas di pasaran, ibuprofen dan paracetamol, apabila dibutuhkan. Selama masa penyembuhan, dianjurkan untuk lebih banyak beristirahat hingga gejala mereda. Penyembuhan penyakit gondongan biasanya memerlukan waktu satu sampai dua minggu. Sumber: http://www.alodokter.com/gondongan
Hallo Generasi Muda NSI Jabotabek! Marching Band Mandarava NSI sedang membuka pendaftaran anggota baru lho! bagi yang suka musik maupun mau menambah pengalaman musiknya... yuuk jangan sampai ketinggalan.. segera daftar dan jadi bagian dari Marching Band Mandarava NSI. Bagi yang berminat dapat mendaftarkan diri langsung ke contact person berikut ini : Charlie (08129470360) Arie (081384022588) *Jadwal latihan setiap hari minggu jam 13.30 di vihara Sadaparibhuta NSI Jakarta. Sampai ketemu di latihan selanjutnya! Februari 2018 | Samantabadra
73
wawasan
Uniknya Desa Trunyan di Bali
KEK Mandalika: Pesona Alam Baru di Pulau Lombok D
esa Trunyan terletak tepat di Danau Batur, daerah Kintamani, Provinsi Bali. Desa Trunyan menarik untuk dibahas sejarahnya, serta upacara ngaben-nya yang berbeda dari daerah-daerah lain di Bali. Sejarah Desa Trunyan
Warga membuat sejarah Desa Trunyan dengan tradisi yang unik sekaligus menyeramkan. Pasalnya tak seperti masyarakat Hindu lainnya saat melakukan ngaben atau upacara pembakaran mayat, warga Desa Trunyan justru meletakkan jenazah di atas tanah di pemakaman Trunyan. Mungkin kita bisa membayangkan, seberapa busuk bau yang dapat ditimbulkan dari jenazah 74
Samantabadra | Februari 2018
tersebut. Namun faktanya berbeda, di sana kita justru tidak akan mencium bau busuk. Hal ini disebabkan karena di pemakaman desa ini terdapat sebuah pohon besar bernama Taru Menyan. Taru Menyan tumbuh dengan lebat di pintu masuk pemakaman. Pohon ini dipercaya mampu menetralisasi bau busuk dari jenazah tersebut. Menurut penduduk setempat, pohon ini juga yang menjadikan asal usul terciptanya Desa Trunyan. Menurut legenda, bau Taru Menyan sempat tercium hingga ke Keraton Solo yang berjarak ratusan kilometer dari Bali. Akibat bau wanginya, empat bersaudara dari Keraton Solo mencari tahu darimana sumbernya. Bahkan mereka
rela mengarungi daratan hingga ganasnya lautan agar dapat menemukan asal muasal bau tersebut. Pada akhirnya mereka tiba di Desa Trunyan dan berhasil menemukan sumber bau yang sangat harum itu. Bau harum itu bersumber dari pohon besar yang disebut Taru Menyan. Uniknya, setelah menemukan sumber bau harum, kakak sulung dari empat bersaudara itu menjadi jatuh cinta pada seorang Dewi penunggu pohon Taru Menyan. Dan tak berselang lama, mereka saling mencintan lalu menikah. Setelah menikah, lahirlah sebuah kerajaan kecil terletak didekat tepi danau Batur, tempat Taru Menyan tumbuh.
Pohon ini tetap mengeluarkan bau harumnya meskipun sang Dewi telah menikah. Karena takut diserang kerajaan lain akibat bau semerbak dari pohon itu, akhirnya sang Raja memerintahkan masyarakat di kerajaan untuk menghilangkan bau wangi itu dengan menempatkan beberapa jenazah di bawah pohon tersebut. Langkah ini ternyata sukses, pasalnya pohon Taru Menyan sudah tidak mengeluarkan bau wangi lagi. Sedangkan jenazah di bawah pohon itu pun tak mengeluarkan bau busuk.
Upacara Ngaben Khas Desa Trunyan Warga yang telah meninggal jenazahnya akan dimakamkan tepat di atas batu besar yang mempunyai cekungan 7 buah. Jenazah tersebut hanya dipagari dengan bambu secukupnya. Uniknya lagi setelah berhari-hari didiamkan dan tidak diberi pewangi apapun, jenazah tersebut tidak menyebarkan bau busuk di sekitarnya.
Masyarakat Desa Trunyan juga mengatur metode atau cara menguburkan mayat untuk warganya yang Sampai saat ini, masyarakat meninggal. Di desa ini ada tiga Desa Trunyan terus melakukan kategori kuburan (sema) yang ditentukan berdasarkan tiga tradisi pemakaman itu, yakni jenis kematian dengan alasan meletakkan jenazah di bawah yang berbeda. Apabila seorang pohon Taru Menyan. Namun yang dimakamkan disana hanya warga Trunyan meninggal dengan wajar, maka mayatnya orang yang berhati mulia saja. akan ditutupi dengan kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa perlu dikubur tepat di bawah pohon Taru
Menyan. Pohon ini terletak di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Apabila kematiannya disebabkan karena tidak wajar, seperti kecelakaan, bunuh diri atau dibunuh orang, maka mayatnya akan diletakan di tempat bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk bayi, anak kecil dan warga yang telah dewasa tapi belum menikah, maka akan diletakan di Sema Muda. Sumber: https://indonesiabanget.net/inilahsejarah-desa-trunyan/
Jawaban TTS Februari 2018 1
2
E
3
S
Y
O
F
U
N
I
U
L
U
H
D
U
4
C
E
L
5
6
I
S
T
Y
E
P
N
A
I
A
K
M
A
A
R
7
I
I
H
B
U
D
D
H
A
L
A
H
8
Z
A
N
I
B
9
E
S
O
10
N
B
C
N
U
D
11
S
H
O
R
T 12
O
N
I
L
I
13
14
W
T
T
15
H
D
16
J
H
O
17
G
N
O
T
E
B
O
N
D
O
K
18
I
C
I
N
E
N
A
L
S
19
T
R
E
R
G
I
R
E
E
N
L
A
A
I
P
D
A
A
20
K
A
P
A
L
L
A
U
T
I
Februari 2018 | Samantabadra
N
75
ruang anak Hai Anak-anak NSI! Yuk lengkapi deret abjad di bawah ini, kemudian cari kata dalam berbahasa Inggris yang tersedia di kotak ya!
Sumber: https://indonesiamontessori.com
76
Samantabadra | Februari 2018
pengumuman
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Berita Duka Cita
Bapak Wong Suhardi Budiman
Ibu Silavati Santoso (Tjondro)
Meninggal pada usia 69 tahun 01 November 2017 Umat NSI Cengkareng DKI Jakarta
Meninggal pada usia 69 tahun 21 Desember 2017 Umat NSI Cengkareng Banten
Bakti donor kornea mata Ibu Silavati Santoso, diberikan oleh pihak keluarga kepada pihak Bank Mata DKI Jakarta.`
Ibu Tjan Hian Nio Meninggal pada usia 70 tahun 09 Januari 2018 Umat NSI Tangerang Banten
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Februari 2018 | Samantabadra
77
teka teki silang
1
1
2
2
3
3
3
1
2
5
9
12
15 16
15
20
7. 8. 9. 11. 12. 17. 18. 19. 20.
16
16
17
17
14
17
19
19
20
Mendatar Across Mendatar Across Mendatar Across
5.
14
18
19
1.
12
12
14
18
20
9
13
13
18
9
11
11
15
7
10
10
10
13
7
6
8
8
11
6
6
7 8
4
4
4
5
5
test.html
test.html
test.html
Menurun MenurunMenurun
1. Kesatuan subjek dan lingkungan yang 2. Habis manis, ... dibuang 1. Kesatuan subjek dan lingkungan yang 2. Habis manis, ... dibuang tidak terpisahkan ( Istilah Jepang ) 2. Habis manis, ...3.dibuang Penduduk ( Istilah Inggris ) Kesatuan subjek dan lingkungan yang tidak terpisahkan ( Istilah Jepang ) 3. Penduduk ( Istilah Inggris ) 5. (Penggolongan yang terdapat 4. Masa jabatan presiden indonesia a tidak terpisahkan Istilah Jepangperasaan ) 3. Penduduk ( Istilah Inggris ) 5. Penggolongan perasaan yangmanusia. terdapat 4. Masa jabatan presiden indonesia adalah didalam jiwaterdapat setiap ... tahun Penggolongan perasaan yang 4. Masa jabatan presiden indonesia adalah didalam7.jiwa setiap manusia. ... tahun 5. Percaya ( Istilah Jepang ) Seseorang didalam jiwa setiap manusia. yang telah mencapai tingkat... tahun 7. Seseorang yang telah mencapai tingkat 5. Percaya ( Istilah Jepang ) kesadaran sempurna. 6. Nama lain Seseorang yang telah mencapai tingkat 5. Percaya ( Istilah Jepang ) CO2. kesadaran sempurna. 6. Nama lain CO2. 8. Meninjau diri ( Istilah Jepang ) kesadaran sempurna. 6. Nama lain CO2.7. Biskuit ( Istilah Inggris ) 8. Meninjau diri ( Istilah Jepang ) 7. Biskuit ( Saudara Istilah Inggris ) 9. Berani karena 10. Meninjau diri ( Istilah Jepang ) benar, takut karena ... 7. Biskuit ( Istilah Inggris ) laki-laki ( Istilah Inggris ) 9. Berani11. karena benar, takutInggris karena 10. Saudara laki-laki ( Istilah Inggris Pendek Iatilah ) ... 13. (Putih ( Istilah ) ) Berani karena benar, takut( karena ... 10. Saudara laki-laki Istilah InggrisInggris ) 11. Pendek ( Iatilah Inggris ) 13. Putih ( Istilah Inggris ) 12. Nama )sungai terpanjang di dunia. 13. Putih ( Istilah 14. 4 +4 Pendek ( Iatilah Inggris Inggris ) 12. Nama 17. sungai terpanjang di dunia. 14. 4 + 415. Kekuatan dari dalam jiwa ( Istilah Nama lain laptop. Nama sungai terpanjang di dunia. 14. 4 + 4 17. Nama 18. lainSekejap laptop. perasaan jiwa ( Istilah Jepang 15. KekuatanJepang dari dalam jiwa ( Istilah Nama lain laptop. 15. Kekuatan dari dalam jiwa )( Istilah 18. Sekejap perasaan jiwa ( Istilah Jepang Jepang 16.)Tidak berhasil Sekejap perasaan )jiwa ( Istilah Jepang Jepang ) ) 16. Tidak berhasil 19. Pulau terluas didunia. ) 16. Tidak berhasil 19. Pulau 20. terluas didunia. Kendaraan yang beroperasi di laut. Pulau terluas didunia. 20. Kendaraan yang beroperasi di laut. Kendaraan yang beroperasi di laut.
78
Samantabadra | Februari 2018
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Februari 2018 Tanggal 01 02 03 04
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Hari Jam Kamis Jumat 19:00 Sabtu Minggu 10:00 10:00 10:00 14:00 Senin 19.00 Selasa 12.00 14.00 Rabu 19.00 19.00 Kamis Jumat 19.00 Sabtu Minggu 10.00 Senin 19.00 Selasa Rabu 14.00 19.00 Kamis Jumat 19.00 Sabtu Minggu 10.00 14.00 Senin 19.00 Selasa Rabu 13.00 19.00 Kamis Jumat 19.00 Sabtu 17.00 Minggu Senin 13.00 Selasa Rabu
Kegiatan
Tempat
Ceramah Gosyo
Daerah Masing-Masing
Pertemuan GM Jabodetabek Pertemuan Anak Jabodetabek Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1
Pertemuan Cabang
Daerah Masing-Masing
Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang
Daerah Masing-Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
Pertemuan Wanita Daerah Pertemuan Pria Daerah
Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing
Dokyo Syodai : HUT Niciren Daisyonin Tahun Baru Imlek
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.4
Pertemuan GM Daerah Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 Bagian
Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing
Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta Pertemuan DPD & DPW Jabodetabekcul Pertemuan Anak Cabag Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta
Daerah Masing-Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
Februari 2018 | Samantabadra
79
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
80
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | Februari 2018
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510