Samantabadra 2018-04

Page 1

Samantabadra Surat Balasan kepada Gyobu Saemon No Jo

SAMANTABADRA | APRIL 2018 | NOMOR. 291

Dalam sutra Nirwana dikatakan, “Di akhir masa, dizaman keruh dan buruk, orang tak berbudi bakti jumlahnya melebihi debu bumi besar, sedangkan orang berbudi bakti lebih sedikit dari tanah yang tertinggal di atas kuku.”

gosyo kensyu SURAT JAWABAN KEPADA GYOBU SAEMON NO JO gosyo cabang SURAT BALASAN KEPADA YAGENTA NYUDO liputan DOKYO SYODAI PERINGATAN KEHADIRAN BUDDHA NICIREN DAN HARI RAYA IMLEK

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

A p r i l

2 0 1 8

04 # 291


Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat kepada Misawa Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 24-25 Februari 2018

Nammyohorengekyo, Dalam kehidupan manusia, harus selalu ada perjuangan. Sama seperti tayangan burung elang yang ditampilkan tadi, manusia harus terus berjuang; syinjin penuh perjuangan, begitu juga hidup. Di dalam proses perjalanan lahir, tua, sakit, dan mati, semua berisi perjuangan. Film pendek mengenai seekor burung elang yang baru ditayangkan menceritakkan kehidupan burung elang yang terbang dan berjuang untuk mengatasi penyakitpenyakitnya, sehingga bulu, ceker dan parunya mengganti baru, yang memperbaharui dan memperpanjang umurnya pula. Kemampuan ini pun ada pada manusia, yang mempunyai kekuatan yang

lebih, apalagi kita yang ada Gohonzon. Kita dapat melakukan transformasi, merubah diri kita secara total, yang disebut sebagai revolusi jiwa. Sebetulnya, setiap waktu kita berusaha mengisi hidup kita dengan sebuah nilai; nilai-nilai yang kira-kira bisa dirasakan sebagai manfaat oleh orang lain. Begitu juga dengan susunan. Seperti yang sudah dijelaskan Niciren Daisyonin melalui gosyo ini, banyak sekali penganut agama Buddha di masa sekarang, namun hanya sedikit yang bisa mencapai kesadaran Buddha. Dalam kehidupan kita, kita memiliki kondisi kehidupan yang berbedabeda; ada yang sukses, penuh dengan kegembiran, dan ada juga yang menderita dan penuh kegagalan. Sebetulnya,

perbedaan tersebut terletak di kualitas perasaan dan kualitas jiwa kita. Yang merupakan orang sukses, memiliki kualitas yang ada pada dunia kesadaran, sehingga pikirannya adalaah pikiran yang muncul dari Prajna Buddha, sehingga dapat berhasil. Kalau yang menderita atau banyak kesulitan, perasaan jiwanya ada dalam dunia kesesatan. Jadi, pikirannya bukan berdasarkan Prajna Buddha, tapi kebodohan. Maka itu, kita melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengisi cara berpikir kita dengan cara berpikir Buddha, sehingga lamalama, dengan dasar hati kepercayaan yang kuat, semakin kita belajar, semakin kita tekun belajar. Kesalahan kita itu adalah kita menganggap belajar agama Buddha seperti April 2018 | Samantabadra

1


belajar di sekolah, yang berupa hafalan. Maka itu, makin lama orang belajar gosyo, makin pintar melakukan perdebatan dan penilaian terhadap apa yang dijelaskan oleh Buddha. Akhirnya, karena merasa pintar, banyak umat meninggalkan Buddha Niciren dan berjodoh dengan guru-guru yang sesat. Memang tidak gampang percaya pada ajaran-ajaran Buddha Niciren, karena begitu banyak ajaranajaran Buddha sebelumnya yang pernah dibabarkan. Biasanya, banyak orang yang berpikiran bahwa yang namanya agama, fungsinya adalah untuk mengambil alih kesulitan kita, sehingga agama lah yang menyelesaikan semua masalah kita. Padahal tidak seperti itu. Agama Buddha memberi tahu bahwa kita memiliki kekuatan, bahwa kita bisa mengatasi kesulitan tersebut. Tetapi, tenaga untuk mengatasi tersebut sering tertutup dengan perasaan jiwa yang tidak baik dari dalam diri kita sendiri; keserakahan, kemalasan. Oleh karena itu, agama Buddha mengajarkan kita agar bisa membangun sebuah perasaan jiwa yang 2

Samantabadra | April 2018

baik, sehingga kekuatan kita bisa muncul dan segala kesulitan pun bisa kita atasi. Dasar ajaran yang harus dipegang adalah ajaran dari Buddha Niciren, bukan dari dasar ajaran guru manusia biasa. Masalah sosial adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari; soal ekonomi, pendidikan. Sekarang, peradaban menjadi semakin maju dan berkembang, sehingga sekarang seolahola kita merasa tertinggal jauh dengan perkembangan yang terus berlangsung. Oleh karena itu, karena ada perkembangan yang sedemikian maju dan kita belum bisa mengikuti, timbul beberapa permasalahan sosial. Oleh karena itu, kaitan dengan masalah yang berhubungan dengan agama kita adalah bagaimana kita menyikapi permasalahan seperti ini. Agama pun harus berperan dalam hal ini, karena agama adalah sesuatu yang kita terima supaya bisa menjadi sesuatu pendamping di dalam hidup kitau untuk menghadapi masalah. Masalah sosial adalah suatu hal yang harus kita atasi, dan peranan agama Buddha dalam hal ini Perbedaan diantara

daimoku sesudah dan sebelum Pulau Sado adalah bahwa daimoku sebelum Pulalu Sado adalah daimoku yang masih di mulut, sebelum diwujudkannya Dai Gohonzon. Daimoku sesudah Pulau Sado menjadi daimoku dari wujud yang sesungguhnya. Ini bukan berbicara tentang daimokunya, tapi sikap penyebutannya. Secara keseluruhan daripada kehadiran kita, tidak hanya ada mulut kita, namun ada unsurunsur lain; mulut, hati, dan perbuatan. Maka itu, sesudah Sado, penyebutan Nammyohorengekyo kita harus dari mulut (syin), dari hati (ku) dan dari perbuatan (yi). Setelah Sado, Buddha Niciren adalah Hosyakku Kempon. Beliau bukan lagi Buddha Niciren yang lahir di pinggir laut, tetapi beliau sudah menjadi Buddha Niciren yang Hosyakku Kempon (memiliki pendirian sesungguhnya). Dulu, beliau adalah pemimpin Bodhisatva Visisthakaritra, tapi setelah pemenggalan kepala yang tidak terlaksana, Niciren Daisyonin menanggalkan pendirian yang sementara sebagai Bodhisatva Visisthakaritra. Namun,


setelah kejadian tersebut, beliau mewujudkan dirinya sebagai Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Oleh karena itu, pembuktian dari dalam adalah menyatunya dan manunggalnya hukum dan manusianya. Kalau kita menyebut Nammyohorengekyo, kita dan hukumnya harus menjadi satu. Maka, dalam perbuatan kita, terlihat pemahaman Misawa dan semua gosyo Niciren Daisyonin yang melekat di perbuatan badan kita seutuhnya. Daimoku setelah Sado adalah daimoku yang mencakup Ketiga Hukum Rahasia Agung; Honmono Honzon, Honmono Daioku, Honmono Kaidan. 3 rintangan dan 4 iblis (Sansyo Syima) sangat berbahaya. Dalam menghadapi iblis kematian, hukum karma adalah hukum yang berlaku paling adil untuk pembuat karma itu sendiri. Agama Buddha kita mengajarkan untuk bersikap zencisyiki; selalu melihat segala kejadian dengan hikmah yang baik, bahkan dalam menghadapi iblis kematian. Di dalam prinsip pendirian ajaran Niciren Daisyonin tentang kematian, yang diajarkan adalah

bahwa penentunya adalah orang yang meninggal itu sendiri. Niciren Daisyonin mengajarkan kita untuk mempersiapkan diri, karena ajal kita adalah saat ini juga. Kita juga harus menentukan perasaan jiwa kita pada saat meninggal; yaitu dunia Buddha. Karena ajal adalah setiap saat, maka setiap saat juga kita harus berada dalam 4 dunia yang suci dari alam semesta. Iblis surga keenam bisa merasuki siapa saja, tapi bisa juga muncul kesadaran Buddha, karena Nammyohorengekyo itu Bonno Soku Bodai. Prinsip yang harus kita pegang dalam menjalankan syinjin adalah hati kepercayaan kepada Gohonzon dan prinsip hidup berdasarkan ajaran Buddha Niciren. Prinsip-prinsip yang kita selama ini jalankan membawa kita kepada hidup yang sengsara dan menderita, karena semua berasal dari 4 dunia yang buruk. Kita dapat menggantikan ini dengan pikiran Buddha, yang berasal dari dasar dunia Buddha. Inilah pentingnya kensyu, datang pertemuan, dsb. Jadi, kita adalah orangorang yang bertekad dalam kehidupan kali ini untuk

merubah cara hidup kita berdasarkan apa yang diajarkan Buddha Niciren, tidak lagi memakai cara berpikir diri kita sendiri. Cara berpikir kita hanya dipakai untuk menyikapi dan mensiasati agar kita bisa menerima dan memahami apa yang diajarkan oleh Niciren Daisyonin, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka itu, janji kita adalah untuk tidak melepaskan Gohonzon dalam kondisi apapun. Kondisi perkembangan sosial terus berkembang, maka manusianya membutuhkan agama yang kuat, yaitu Nammyohorengekyo. Agama ini pun diperunttukan oleh Buddha untuk masa akhir dharma ini. ***

April 2018 | Samantabadra

3


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat kepada Misawa Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 24-25 Februari 2018

Nammyohorengekyo,

adalah “Surat Sebelum dan Sesudah Pulau Sado.� Misawa Gosyo ini diberikan menerima surat ini karena kepada Misawa, yang berasal telah bertanya mengenai dari daerah Hyogo. Pada alasan mengapa timbul tahun-tahun terakhir, beliau berbagai penderitaan dalam pindah ke Misawa, daerah pelaksanaan kepercayaan Fuji, Suruga, sebagai kepala Hukum Agama Buddha. daerah. Karena beliau adalah Jawabannya adalah surat seorang kepala daerah, yang kita pelajari malam Misawa tidak berani terangini. Sepertinya pertanyaan terangan dalam menjalankan tersebut juga sering timbul hati kepercayaannya. Ia dalam pikiran kita. Umumnya khawatir dicurigai oleh kita mulai mempertanyakan pemerintah Jepang, karena ajaran ini ketika kita waktu itu Niciren Daisyonin mengalami berbagai masih dikejar-kejar oleh kesulitan. Di dalam gosyo ini musuh-musuhnya, yaitu terdapat dua bagian. Pada pemerintah. bagian pertama, Niciren Maka itu, Misawa menjalin Daisyonin menjelaskan hubungan dengan Niciren tentang prinsip kewajaran Daisyonin secara tidak ajarannya, sementara bagian resmi, dengan menjaga kedua menjelaskan tentang jarak. Karena itu, hanya ada peristiwa yang dialami dua surat yang diterima Bhikkhuni Uchebusa. oleh Misawa dari Niciren Di awal gosyo, Niciren Daisyonin; surat yang kita Daisyonin mengajak pelajari hari ini dan Surat kepada Misawa untuk kepada Misawa Gyobo. menyampaikan kesungguhan Nama lain dari surat ini hati Niciren Daisyonin kepada 4

Samantabadra | April 2018

umat-umat di daerah Suruga untuk bersatu hati antara sesame lain. Dari awal surat, Niciren Daisyonin sudah berpesan dan mengingatkan bahwa yang paling utama, sebagai murid Niciren Daisyonin, adalah itai dosyin, satu hati, satu tujuan. Dalam masyarakat kita juga mengenal adanya peribahasa yang mengatakan, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.� Hal ini benar, bila diterapkan dalam keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial sekitar. Bukan tergantung banyak sedikitnya anggota dalam kelompok tersebut, tapi yang penting adalah kesatuan hatinya. Kalau ada seseorang dalam suatu kelompok yang menjadi biang kerok, atau menjadi penyebab terjadinya suatu kericuhan, ia bisa


menghancurkan seluruh kelompok itu. Hal ini sering diumpamakan sebagai cacing dalam perut singa. Ini pun sudah bisa kita rasakan dalam susunan NSI dari awal mula. Dengan kesatuan hati yang kita miliki, dari dulu yang tidak mempunyai banyak; belum ada tempat, belum cukup umat, kita harus ingat bahwa kesatuan hati kita bukan main, sehingga bisa terwujud adanya vihara ini. Dengan berjalannya waktu, terus bersama-sama kita bergandengan tangan sehingga bisa susunan NSI dapat terus berkembang sampai sekarang dan kedepannya. Semua itu karena adanya kesatuan hati kita; itai dosyin. Ini harus kita pertahankan terus sampai anak cucu kita, sehingga Hukum Nammyohorengekyo yang merupakan hukum agung bagi pencapaian kesadaran Buddha seluruh umat manusia bisa berjalan sampai Mappo Mannen, tidak ada batasannya. Itu semua tergantung dari diri kita sekarang. Jadi, diharapkan bahwa dalam menghadapi hal apapun, kita harus ingat fondasinya di NSI, bagaimana kita dapat menjalankan dengan satu hati, agar mencapai tujuan kita untuk isyo jobutsu dan kosenrufu.

Untuk menjawab pertanyaan dari Misawa mengenai mengapa menjalankan pelaksanaan pertapaan ini mengalami berbagai macam penderitaan, Niciren Daisyonin mengambil kutipan dari Parinirvana Sutra, dimana dikatakan, “walau orang yang mempelajari hukum agama Buddha jumlahnya melebihi debu dari bumi besar, namun orang yang dapat mencapai kesadaran Buddha sesungguhnya lebih sedikit daripada tanah yang berada diatas kuku.� Disini, sudah dikatakan bahwa memang pasti sulit menjalankan syinjin, karena Parinirvana Sutra dari Buddha Sakyamuni saja sudah mengatakan demikian. Dulu, umat-umat belum tahu ajaran dari agama Buddha yang sebenarnya, dan karena tidak menjalankan dengan sesuai dengan ajaran yang sesungguhnya, tidak bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, atau mencapai tujuan pencapaian kesadaran Buddha. Begitu banyak sutra agama Buddha yang dibabarkan, namun sutra yang betulbetul menuntun kita ke jalan sesungguhnya untuk pencapaian kesadaran Buddha hanya Hukum Nammyohorengekyo.

Maka itu, ketika dulu kita menganggap kita beragama Buddha, kita masih memintaminta dalam doa. Kita belum tahu bahwa ada kekuatan yang sedemikian agung yang bisa memunculkan jiwa Buddha, sehingga kita dapat menghadapi kesulitan apapun. Hanya Saddharmapundarikasutra yang menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat. Kita harus melalui banyak kesulitan karena kita menganut sutra-sutra yang bukan ajaran sebenarnya, dan adanya tiga rintangan dan empat iblis dalam Sutra Saddharmapundarika-sutra yang sudah dianut. Kemudian, kita yang sudah belajar agama Buddha, merasa semakin pintar. Namun, disini dikatakan bahwa semakin banyak belajar, semakin banyak yang tidak diketahui. Pada umumnya, kita beranggapan bahwa belajar agama Buddha sama seperti kita sekolah. Padahal, Sang Buddha mengatakan sebaliknya. Semakin kita belajar agama ini, semakin kita menjadi bodoh. Kalau kita tahu bahwa sesuatu hal merupakan perbuatan yang tidak benar, tapi perbuatan buruk tersebut masih terus dilakukan, berarti itu

April 2018 | Samantabadra

5


merupakan pemfitnahan dharma. Ini menambahkan karma yang buruk. Karena kepintaran kita dan anggapan bahwa diri kita sudah cerdik, kita merasa bahwa semuanya tergantung dari kita. Inilah yang dimaksud dari kebodohan kita, yang tidak mau mengikuti aturan dari Sang Buddha yang sudah ditentukan, malah mengikuti pikiran kita sendiri, menganggap diri kita lebih pintar. Kemudian, walau kita sudah bertemu dengan Gohonzon, Hukum Nammyohorengekyo dan bertemu dengan guru yang agung, kita masih bisa kalah dengan suasana. Maka itu, banyak kawan-kawan kita yang sudah pindah agama karena kalah suasana, karena menganggap bahwa mereka sudah mengerti dan mencapai apa yang diinginkan. Alasan paling utama adalah karena adanya tiga rintangan empat iblis; rintangan hawa nafsu (dari lima racun), rintangan dari karma yang diperbuat (dari masa lampau, yang sekarang dilarang oleh faktor-faktor lain), rintangan imbalan dari penguasa (anjuran dari majikan, sehingga sulit menjalankan kepercayaan). Keempat iblis terdiri dari iblis penyakit 6

Samantabadra | April 2018

(tidak bisa menjalankan hati kepercayaan karena sakit), iblis hawa nafsu (dari lima racun), iblis kematian, dan iblis surga keenam. Hanya dengan dasar kepercayaan yang kuat, baru kita bisa melawan Raja iblis surga keenam. Sangat sering kita kalah dengan iblis surga keenam yang ada dalam perasaan jiwa kita, yang sebetulnya merupakan sumber yang memangil jodoh dari luar. Iblis ini merupakan sebagai satu pengaruh buruk untuk kita, sehingga kita tidak boleh kalah dengan hal ini – satu-satunya cara adalah dengan menjalankan hati kepercayaan yang sungguhsungguh. Kemudian, juga dikatakan bahwa orang bijaksana adalah orang arif yang mengetahui ketiga masa. Sebetulnya, Niciren Daisyonin sangat berrendah hati dalam menyampaikan hal ini. Dengan dasar pelaksanaannya, pengalaman dan berbagai penganiayaan yang dialaminya, beliau bisa mengetahui ketiga masa, dan sebetulnya Niciren Daisyonin adalah Buddha Pokok. Walau begitu, dengan rendah hati beliau menyatakan bahwa dirinya sama, merupakan manusia biasa juga. Sebetulnya beliau sudah tahu bahwa

dalam menyebarkan Saddharmapundarika-Sutra, pasti beliau akan mengalami banyak penderitaan. Tetapi, keunggulan darinya adalah bahwa Niciren Daisyonin tidak takut dan tidak mundur dalam menyebarluaskan Hukum Nammyohorengekyo. Sebaliknya, beliau mengatakan sendiri bahwa beliau tidak memikirkan segala apapun yang akan terjadi pada dirinya, tapi bagaimana dirinya bisa menyebarluaskan dharma ini untuk kebahagiaan seluruh umat manusia. Dari ini, kita bisa melihat dasar dari sikap Niciren Daisyonin, yang dasarnya adalah maitri karuna; doku. Beliau ingin merasakan dan menerima penderitaan orang lain sebagai penderitaan dirinya sendiri. Yang dapat kita contoh dari sini adalah untuk selalu memikirkan kebahagiaan orang banyak, bukannya hanya memikirkan untuk kepentingan diri sendiri. Demi kebahagiaan orang banyak, justru menjadi alasan mengapa ajaran ini harus disebarkan. Kalau kita sudah tahu harus disebarkan, tapi tetap tidak berusaha untuk menyebarluaskan, dikatakan bahwa kita akan lahir kembali menjadi seseorang yang jatuh kepada dunia neraka avici. Ini mengajak kita, sebagai murid


Niciren Daisyonin, agar tidak takut dengan tiga rintangan empat iblis. Tentunya, tanpa adanya perjuangan, tidak mungkin kita bisa mengatasi kesulitan kita, apalagi terus menjalankan syinjin untuk pencapaian kesadaran Buddha. Untuk itu, jangan sampai kalah suasana. Niciren Daisyonin masuk ke Gunung Minobu bukannya untuk melarikan diri. Karena sudah tiga kali dihiraukan nasehatnya, Niciren Daisyonin masuk ke Gunung Minobu, bukan untuk melarikan diri tapi untuk menyebarluaskan dharma dan mendidik murid-muridnya. Yang paling utamanya lagi, di Gunung Minobu lah Niciren Daisyonin menyelesaikan tugas kelahirannya di dunia, yaitu menulis Dai Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Jadi, dari bermacammacam kesulitan, pasti ada maknanya. Maka itu, kita pun sama, tidak boleh lari dari rintangan-rintangan tersebut, karena akhirnya pasti ada maknanya untuk kita. Kita juga harus menyadari dalam kehidupan kita, dari kita ketemu Nammyohorengekyo, kita terus berjuang sampai hari ini, dengan semua suka dan duka; yang paling utama, dalam perjalanan tersebut kita memiliki tugas selama ini. Kita menjalankan hukum

ini bukan karena kebetulan, tapi kita mempunyai tugas sebagai Bodhisatva yang muncul dari bumi untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Tetapi, umumnya kita masih belum menyadari itu. Yang kita sadari biasanya adalah bahwa hukumnya agung, maka sepertinya hidup kita pun harus bahagia, tanpa adanya perjuangan sedikitpun. Maka itu, diharapkan agar kita semua tidak berhenti sampai disini. Jangan sampai kita kalah oleh iblis dan rintangan apapun juga. Susah pun, tetap harusnya kita ingat bahwa ini semua adalah untuk penyebarluasan dharma. Saya juga merasakan dalam persiapan untuk Kensyu Bali, bahwa perjuangan kita dari awal sampai hari ini bukan main, banyak iblis yang harus kita hadapi. Awalnya pasti tidak terpikir banyaknya rintangan yang menghalangi disaatsaat kita akan mengadakan kegiatan yang besar. Maka itu, kita harus ingat untuk menjalankan ajaran yang sesungguhnya, bukannya menjalankan ajaran yang sementara. Yang tidak kalah pentingnya, adalah mengenai sikap kepercayaan kita kepada Gohonzon. Kita harus mengutamakan Gohonzon

dalam segala hal apapun, yang disini dikaitkan dengan contoh dari Bhikkhuni Uchebusa. Bhikkhuni Uchebusa ingin bertemu dengan Niciren Daisyonin, tapi beliau menyembah ke dewa-dewa terlebih dahulu. Niciren Daisyonin tidak menerimanya, karena hanya akan menambah karma Bhikkhuni Uchebusa kalau diterima, sebab hal itu merupakan sebuah tindakan yang meremehkan Buddha. Apalagi Bhikkhuni Uchebusa adalah seorang Bhikkhuni yang sudah tahu ajaran agama Buddha, dan semestinya menjadi contoh bagi umat-umat Buddha lainnya. Sama seperti kita, yang sudah menjalankan syinjin dari dulu, belum memiliki kesungguhan hati yang tulus. Maka, maksud sesungguhnya adalah makna hukum ini, yang mengutamakan Gohonzon. Jadi, jangan mencampuradukkan ajaran kita dengan ajaran-ajaran agama lainnya, tetapi tetaplah utamakan Gohonzon sebagai pegangan kita untuk perjalanan kepercayaan ini menuju isyo jobutsu kosenrufu. ***

April 2018 | Samantabadra

7


liputan

D

i tahun 2018 ini, peringatan hari raya imlek bertepatan dengan peringatan hari kehadiran Buddha Niciren, yaitu pada tanggal 16 Februari. Umat dan segenap pengurus NSI di wilayah dan daerah melaksanakan upacara dokyo syodai untuk memperingati ke dua hari besar tersebut. Di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta, upacara dokyo syodai dipimpin oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, dan dilangsungkan upacara syoko yang diikuti oleh DPP NSI, DPW, dan DPD NSI Jakarta. Upacara dokyo syodai juga diselenggarakan di viharavihara di wilayah NSI seluruh Indonesia. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI menyampaikan kebanggaannya terhadap umat NSI yang memiliki kesungguhan hati untuk memperingati hari raya imlek dan hari kehadiran Buddha Niciren dengan datang ke vihara dan melaksanakan dokyo syodai bersama. Hal ini sesungguhnya refleksi dari hati kepercayaan yang mendalam kepada Nammyohorengekyo. 8

Samantabadra | April 2018

Ketua Umum NSI juga menyampaikan bahwa dengan memperingati hari kehadiran Buddha Niciren, umat NSI hendaknya dapat meneladani sikap hidup Buddha Niciren dalam menghadapi tantangan hidup. Kegigihan Buddha Niciren dalam menegakkan ajaran sesungguhnya.

Dengan berjalan di atas kebenaran dharma Nammyohorengekyo, kita dapat menjadi lebih bijak dan bahagia apa adanya karena kesadaran Buddha yang muncul dari hakikat kesadaran pokok jiwa. ***


dokyo syodai peringatan kehadiran buddha niciren dan hari raya imlek April 2018 | Samantabadra

9


DKI Jakarta

Bali

Sukabumi

Kep. Bangka-Belitung Palembang

10

Samantabadra | April 2018

Batu Raja


dokyo syodai peringatan hadirnya buddha niciren dan hari raya imlek nsi wilayah banten

D

i hari yang cerah, Jumat, 16 Februari 2018, NSI Tangerang mengadakan kegiatan dokyo syodai hari kelahiran Niciren Daisyonin, hari yang sangat bermakna dan mempunyai sejarah panjang atas perjuangan Buddha Niciren dalam penyebarluasan dharma agama Buddha. Kegiatan dokyo syodai di tahun ini terasa lebih istimewa karena bersamaan dengan hari raya imlek. Dihadiri oleh sekitar 120 umat NSI yang berasal dari Tangerang dan Teluk Naga. Dokyo syodai dipimpin oleh Ketua Daerah NSI Tangerang, Bapak Djuanda Widjaja. Ketua Wilayah Banten, Ibu Mei Hoa, dan Bapak Djuanda memberikan kata sambutan yang membuat suasana semakin seru dan penuh warna, di mana dalam kata sambutannya berisikan ajakan untuk lebih semangat dalam menjalankan dan menegakkan hati kepercayaan kepada Nammyohorengekyo. Acara dilanjutkan dengan saling memberikan salam dengan tangan beranjali dan diakhiri dengan makan malam.***

April 2018 | Samantabadra

11


VAKSINASI DIFTERI TAHAP DUA UMAT NSI WILAYAH BANTEN

P

ada hari Minggu, 4 Maret 2018 pukul 1 siang, NSI Banten kembali mengadakan bakti sosial vaksinasi difteri ke 2, yang merupakan kegaitan lanjutan dalam rangka pencegahan penyakit difteri sebelumnya bulan lalu (tahap 1). Kegiatan ini diikuti oleh 125 peserta/umat yang terdiri dari tiga daerah yaitu Tangerang, Teluk Naga dan Citra Raya. Tim medis yang melaksanakan kegiatan vaksinasi terdiri dari DR. dr. Julitasari, MSc-PH beserta tim kesehatan dan beberapa perwakilan dari NSI Pusat. Acara berlangsung selama dua jam lebih, umat NSI satu per satu mereka tampak semangat melaksanakan kegiatan vaksinasi ini sebagai wujud dukungan mereka sebagai warga negara Indonesia terhadap program kesehatan pemerintah. ***

12

Samantabadra | April 2018


PELANTIKAN PENGURUS FUB BANTEN

Delegasi NSI

P

embentukan Forum Umat Buddha (FUB) di Banten merupakan yang pertama di Indonesia karena belum ada di provinsi lainnya. Dengan total peserta pengurus inti dan tingkat kota/kabupaten 50 orang, FUB bekerja secara kolektif kolegial dan saling koordinasi, tempat bernaung para tokoh dan pimpinan majelis agama Buddha,

jabatan pengurus tiga tahun, dilanjutkan dengan pengambilan sumpah jabatan pengurus yg dipimpin dan dibacakan oleh Romo Yahya Santosa, pemberkatan pengurus oleh bante/biksu Ali Jutaliko, pemberian surat keputusan pengurus yg diberikan oleh romo Djuanda Widjaja (Ketua Daerah NSI Tangerang) kepada masing masing ketua kabupaten dan kota Provinsi Banten, pemberian bendera atau pataka oleh romo Dharmawan, pemberian cap stempel dan dana operasional kas awal pengurus, kata sambutan dari ketua pengurus kota mewakili Banten dan kata sambutan romo Yahya. Terakhir kata sambutan oleh Bimas Buddha Banten, Romo Triroso, mengucapkan selamat kepada FUB provinsi sekte atau vihara, untuk Banten atas pembentukan melaksanakan kegiatannya. nya pengurus FUB provinsi Acara pelantikan berlangsung Banten, memberikan di STAB Negeri Sriwijaya, penjelasan fungsi dari Serpong, pada hari Sabtu, 3 makna jabatan pengurus dan Maret 2018. membandingkan pengurus Acara dimulai pada dengan umat, pengurus pukul 13.30 diawali dgn harus bisa mengerem emosi, menyanyikan lagu Indonesia mengerem dan menyejukkan Raya, pembacaan dan suasana agar kondusif penyebutan nama-nama aman dan damai dalam pengurus FUB oleh Romo berkehidupan beragama. *** Bibit Surya Lesmana, masa April 2018 | Samantabadra

13


SOSIALISASI PENANGGULANGAN TERORISME, RADIKALISME, DAN SEPARATISME KEPADA PEMUKA AGAMA DI SUKABUMI para tokoh agama untuk mengikuti sosialisasi itu, dari agama Buddha yang mewakili adalah Ibu Sherly dari NSI Sukabumi. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran para tokoh agama di daerah Sukabumi untuk semakin solid dan membantu advokasi ke umatnya untuk waspada terhadap gerakan terorisme dan adu domba yang mengatasnamakan agama. ***

P

erkembangan situasi yang meresahkan di wilayah Komando Distrik Militer (Kodim) 0607 kota Sukabumi serta beberapa peristiwa yang meresahkan berupa ancaman terhadap tokoh-tokoh agama yang dilakukan oleh oknum tidak dikenal atau orang yang pura-pura gila, menimbulkan kekhawatiran tokoh-tokoh agama. Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kakesbangpol) kabupaten Sukabumi mengundang para tokoh agama untuk mengikuti kegiatan sosialisasi penanggulangan atau penanganan, pencegahan 14

Samantabadra | April 2018

teroris, radikalisme dan sparatisme di wilayah kabupaten Sukabumi. Komandan Kodim 0607 kota Sukabumi pada hari Kamis, 01 maret 2018 di aula Makodim 0607 kota Sukabumi menyambut


KETUA UMUM NSI MENJADI PANELIS DALAM DISKUSI LINTAS AGAMA NDI DAN PARLEMEN ASEAN

N

ational Democratic Institute (NDI), bersama dengan Anggota Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (APHR), menyelenggarakan sebuah konferensi “Developing a More Cohesive Approach to Mitigating Religious Tensions in Indonesia Jakarta Dialogue on Freedom of Religion or Belief “ yang diselenggarakan dalam rangakaian agenda pada tanggal 13-15 Maret 2018. Tujuan konferensi ini adalah untuk melibatkan anggota parlemen dan aktivis dari Indonesia, kawasan dan global dalam memperkuat upaya perlindungan kebebasan beragama atau berkeyakinan, membangun refleksi lintas disiplin tentang bagaimana agama berpotongan dengan hak asasi manusia dan

dapat membantu menegakkan martabat manusia dan kesetaraan untuk semua orang dalam masyarakat. Dalam konferensi tersebut, anggota parlemen dan aktivis masyarakat sipil dari Indonesia akan memeriksa studi kasus dari wilayah ini dan di seluruh dunia untuk mengembangkan rekomendasi bersama, bimbingan dan komitmen ilustrasi yang dapat dilakukan oleh anggota parlemen di Indonesia untuk mempromosikan kebebasan beragama dan percaya pada kapasitas mereka sebagai pemimpin politik dan legislator. Panelis dan peserta Indonesia bergabung dengan legislator dari negara-negara yang memiliki undang-undang kebebasan beragama atau kepercayaan

yang kuat dan /atau catatan untuk mempromosikan kebebasan beragama, dan juga oleh ahli hukum, parlementer dan subyek dari Asia, Inggris dan Amerika Negara. Anggota parlemen dan aktivis di Asia dan tempat lain secara aktif terlibat dalam melindungi kebebasan beragama dan berkeyakinan (FoRB). Studi akademis telah menemukan korelasi kuat antara FoRB dan kelompok kebebasan fundamental - kebebasan sipil dan politik, kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan kebebasan ekonomi, antara lain - yang memungkinkan demokrasi berakar dan bertahan. Pada 14 Maret 2018 pukul 09.30, bertempat di Hotel Mulia Senayan, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi mendapat kehor-

April 2018 | Samantabadra

15


matan diundang sebagai salah satu panelis pada acara tersebut yang mewakili dari agama Buddha dalam pada sesi ke empat yakni “Interfaith Panel -The Role of Interfaith Dialogue in Knitting Communities Together to Advance FoRB. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh H. Abdul Mu’ti, M. Ed, Rm. RD., Helmy Faishal Zaini, Agus Ulahayanan Pr., Prof. Em. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, I Wayan Sukarya. Dalam Kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan pendapatnya mengenai Peran Dialog Antar Agama dalam Merajut Komunitas Bersama untuk Meningkatkan Kinerja dalam perpektif Buddhis. Dalam kegiatan tersebut, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan beberapa point-point pembahasan sesuai dengan konteks Indonesia, yaitu: 1. Bagaimana ajaran Buddha dan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia dalam menanamkan unsur toleransi antar umat beragama dan penganut kepercayaan 2. Dukungan nyata dari Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia untuk mendukung terciptanya kerukunan dan toleransi antar umat beragama dan penganut kepercayaan 3. Bagaimana Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia sebagai perwakilan agama mayoritas di Indonesia dapat merangkul umat beragama dan penganut kepercayaan yang lain 16

Samantabadra | April 2018

4. Bagaimana Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia di era modernitas dan teknologi menjaga sikap tenggang rasa antar umat beragama dan penganut kepercayaan Ketua Umum NSI juga menyatakan pemikirannya bahwa apa yang terkait perkembangan teknologi dan media sosial saat ini adalah temuan kecil yang ada di alam semesta, dan akan lebih banyak lagi temuantemuan yang lebih hebat lagi dan saat ini bahwa teknologi ini tidak ada salahnya. Tidak mempunyai kesalahan pada teknologi ini. Justru kami komunitas agama yang merasa punya tanggung jawab lebih besar untuk mempersiapkan kesadaran umat untuk bisa memanfaatkan teknologi ini secara positif. Karena pada dasarnya teknologi ini ditemukan untuk semakin membahagiakan manusia. Selain itu, kaitannya dengan gender dan LGBT, jika dalam pandangan Buddhis dari awalnya memang tidak ada pembedaan antar perempuan maupun laki-laki. Dalam berbagai sutra di agama Buddha dijelaskan bahwa pencapaian kesadaran Buddha antara perempuan dan laki-laki itu tidak ada perbedaan dan ini yang paling mendasar. Oleh karena itu kedua, sehingga kita tidak terlalu mengejar adanya perbedaan, terkadang pengejaran ini sendiri membuat timbulnya perbedaan. Seperti saat ini yang dalam partai politik bahwa ada porsi 37% untuk perempuan, seperti-

nya ini menjadi hal sedemikian rupa dan sebetulnya tidak harus menjadi target seperti itu. Jika ada perempuan yang lebih baik, kenapa harus 37%, jika perlu menjadi 70% perempuan. Sehingga memang tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Semua itu kembali sejauhmana kemauan dan kemampuannya. Begitu juga masalah LGBT, pada dasarnya semua agama itu sepakat untuk tidak sepakat bahwa LGBT itu dilegalkan di Indonesia. Tetapi dalam aspek lain, semua sepakat mereka ini adalah manusia. Oleh karena itu mempunyai hak asasi dan mereka harus dilindungi. Jadi pada posisi itu, kita harus melihat dan di dalam agama Buddha sendiri dibicarakan bahwa melanjutkan keturunan itu antara yang lain jenis. Namun kemudian hari kemungkinan bisa saja karena teknologi yang semakin maju tanpa harus ada perkawinan bisa melahirkan, tetapi secara alamiah dan secara hukum itu sendiri adalah perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Tentu pemikiran kedepan terkait isu-isu yang berkaitan dengan masalah agama ini harus ditempatkan pada porsinya. Seperti yang sudah disampaikan bahwa agama itu adalah satu kemunculan yang suci. Jadi menjadi tanggung jawab semua komunitas agama untuk menempatkan agama pada wilayah yang suci. Sehingga dengan demikian, jika ada peristiwa teroris, itu tidak melekat pada satu agama tertentu dan ti-


dak dikaitkan dengan agama. Karena agama tidak pernah mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan. Agamaagama yang lainpun seperti itu. Agama Buddha bercita-cita ingin seluruh makhluk berbahagia. DI Agama Islam memiliki cita-cita yakni membawa berkah bagi alam semesta. Agama Katholik dan Kristen menginginkan damai dibumi damai di langit. Begitupun Agama Hindu yang juga pasti memiliki cita-cita yang besar. Sehingga agama itu sebetulnya dan mestinya tidak merupakan sumber kekacauan. Agama itu muncul untuk mengatasi kekacauan. A itu artinya tidak, dan Gama itu artinya kacau/kekacauan. Jadi adanya agama, kekacauan bisa diatasi. Oleh karena itu, kesimpulannya, bahwa yang terpenting itu kami sebagai komunitas Buddhis itu harus betul-betul membawa umat itu sangat memahami ajaran yang diyakininya, kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. sehingga agama itu tidak dijadikan alat atau senjata untuk kepentingan yang lain. Ke depannya harus proporsional jika ada suatu tindakan kekerasan/teroris tidak dikaitkan dengan agama karena justru akan memperdalam permasalahan dan membuat orang-orang yang memperalat agama semakin berpeluang besar untuk merusak wilayah kesucian dari wilayah agama. Jika ini terjadi, permasalahan dunia akan semakin sulit diatasi. Karena agama ini merupakan

puncak daripada peradaban kemanusiaan. Oleh karena itu kaitannya dengan kekerasan dan penganiyayan terhadap pemuka agama, namun kejadian ini tidak serta merta merupakan keterwakilan dari satu agama tertentu. Memang semua agama memiliki dasar-dasar ketuhanan yang berbeda. Namun bukan berarti berbeda agama menjadi penghalang untuk adanya dialog antar umat manusia. Karena intinya final dari semua agama itu kemanusiaan. Ingin memanusiakan manusia dan meginginkan umatnya menjadi manusia yang berkualitas. Dan yang berkaitan dengan kaidah-kaidah agama, itu adalah urusan internal dan kita harus meyakini agama kita maisngmasing. Sebetulnya jika dalam keyakinan kita harus radikal, artinya itu harus benar-benar mengakar pada agama yang kita yakini. Karena mengakar itu baik, jika mengakar pada pemikiran-pemikiran agama yang benar yang kita yakini. Bahwa memang kita tidak menutup mata adanya kejadian-kejadian yang mengatasnamakan agama, dan kita harus perangi bersama. Seperti Kejadian di Myanmar yang sebenarnya adalah bukan konflik agama antaraa Islam dan Buddha. Dan hal tersebut bisa terjadi juga pada agama-agama lain. Menyongsong perkembangan yang semakin akan berkembang dan ada orang-orang yang membuat berita tidak bagus dan bohong. Oleh karena itu, kita dalam menyebarkan kebai-

kan harus dengan penuh kesungguhan. Di Indonesia semua orang harus beragama karena Indonesia meletakkan Pancasila sebagai dasar negara dan sila pertama itu Ketuhanan yang Maha Esa dan menginginkan bahwa semua warna Negara Indonesia harus beragama. Oleh karena itu perilaku orang beragama harus lebih bagus dari orangorang yang tidak beragama. Pemikiran kearifan yang ingin dibangun oleh bangsa ini sehingga meletakkan sebagai sila pertama untuk melandasi kehgidupan berbangsa dan bernegara. Sebetulnya toleransi di Indonesia sangat baik. Tetapi Indonesia mampu meningkatkan tidak hanya pada tingkat toleransi saja. Kedepannya, torelansi saja tidak cukup. Tetapi harus betul-betul ini adalah menerima perbedaan itu secara tulus bahwa kita adalah keluaraga besar. Karena Indonesia memiliki landasan Pancasila sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Ada hal mendasar yang harus sangat disadari yang merupakan sumbernya. Jika sumbernya tidak dijernihkan, air yang mengalir akan tetap kotor. Oleh karena itu harus kembali kepada kesadaran komunitas dan peran serta pemuka agama sangat penting dalam menyebarkan nilai-nilai agama yang benar kepada umat, sehingga umat tidak terpengaruh ajakan provokatif yang megacu pada perpecahan bangsa. ***

April 2018 | Samantabadra

17


AUDIENSI DPP NSI DENGAN MENTERI PP&PA RI DALAM RANGKA KENSYU KARTINI 2018

P

ada akhir bulan April kita memperingati Hari Kartini, tepatnya pada 21 April. Hari tersebut kita peringati sebagai bentuk penghargaan kepada perjuangan perempuan di setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang mampu memberi warna dan teladan tentang bagaimana perempuan bisa berkiprah di berbagai bidang. Agar peringatan Hari Kartini tahun 2018 yang dirangkai dalam Kensyu Nasional Gosyo Umum pada tanggal 27-30 April 2018 di Vihara Vimalakirti NSI Bali dapat lebih bermakna, maka jauhjauh hari NSI sudah mempersiapkan segala sesuatunya, salah satunya adalah mengundang kehadiran Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (PPAI). Pada tanggal 13 Maret 2018 yang lalu, Ketua Umum NSI beserta pimpinan perempuan NSI bertatap muka secara langsung dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Ibu Yohana Susana Yembise untuk koordinasi dan mohon petunjuk serta menyampaikan maksud untuk mengundang kehadiran langsung Ibu Menteri PPPAI sekaligus berkenan memberikan sambutannya pada acara Peringatan Hari Kartini, 27 April 2018 bertempat di Inna Bali Beach Garden. Ketua Umum NSI beserta rombongan disambut dengan baik oleh Menteri PPPAI, yang oleh Ketua Umum NSI dipanggil dengan panggilan akrabnya, “Mama Yo.� Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum NSI menyampaikan beberapa laporan terkait kegiatan Kensyu Peringatan Hari Kartini. Point-point yang disampaikan pada saat audiensi, antara lain: 1. Bahwa NSI sudah bermitra dengan KPPPA belasan tahun yang lalu dan sejak tahun 2001 sudah menjadi tradisi/ketentuan di NSI bahwa acara peringatan Hari Kartini dengan Base Camp di Vihara NSI yang tersebar di 18 provinsi di Indonesia dan turut mengundang Menteri PP&PA RI sebagai Pembimbing dan Mitra kami. Sedikit gambaran, peringatan hari kartini di komunitas NSI : Tahun 2013 di adakan di Brastagi, dihadiri oleh Menteri PP&PA, 18

Samantabadra | April 2018


lbu Linda Gumelar dan Tahun 2014, Ibu Linda kembali hadir di Maha Vihara Saddharma Bogor. Tahun 2015 dihadiri oleh Menteri PP&PA Ibu Yohana S.Yembise, dan Tahun 2016 dan 2017 juga diadakan di Maha Vihara Saddharma Bogor yang pembacaan sambutan Menteri PP&PA Ibu Yohana S.Yembise diwakilkan oleh Deputi Pengarusutamaan Gender KPP&PPA RI, dr. Heru Prasetyo Kasidi. 2. Konsistensi Pembinaan pemberdayaan di NSI sudah ada sejak tahun 1970-an dan terus berkelanjutan dan berkesinambungan sampai sekarang. 3. Memaparkan pembinaan dan kegiatan yang dibina oleh NSI (Pembinaan mulai dari anak hingga lansia);  Pembinaan Anak (Pertemuan Rutin 4 kali dalam sebulan, kegiatan Nasional Temu Anak NSI setiap tahunnya, pemberian pembekalan oleh narasumber yang berkualitas, pembinaan kesenian dan kreativitas anak-anak NSI).  Pembinaan Genrasi Muda ((Pertemuan Rutin 4 kali dalam sebulan, kegiatan Nasional Temu Generasi Muda setiap tahunnya, pemberian pembekalan oleh narasumber yang berkualitas, pembinaan kesenian dan kreativitas anak-anak NSI: MB, Tarian, Orkestra, Paduan Suara).  Pembinaan Ibu dan Lansia (Pertemuan rutin, Pelatihan memasak, pelatihan kerajinan tangan, pelatihan komputer, Pelatihan make up dan tata rambut, pembinaan kesenian ; paduan suara, tarian, angklung.)  Menyampaikan alasan Pemilihan Bali Pada peringatan hari kartini di tahun 2018 ini adalah ingin menunjukkan bahwa di Bali aman pasca erupsi puncak Gunung Agung sehingga Bali layak untuk dikunjungi. karena beberapa negara mengeluarkan travel warning agar warga negaranya tak mengunjungi Bali sehingga sebagian masyarakat takut berkunjung ke Pulau Bali. 4. Menyampaikan gambaran acara kegiatan Kensyu peringatan Hari Kartini di Bali; Gala Dinner sekaligus Malam Keakraban, dan Pentas Kesenian/Kreativitas umat Buddha NSI dan juga akan disuguhkan beberapa hasil masakan ibu2 NSI sebagai salah satu pemberdayaan yang dibina oleh NSI. Selain itu nanti ada satu waktu dimana seluruh peserta akan berkunjung ke pantai dan melakukan aksi memungut sampah sebagai salah satu tindakan peduli lingkungan dan cinta tanah air. 5. Menyampaikan bahwa dalam kegiatan tersebut sudah terdaftar sebanyak 645 umat dari 18 provinsi di seluruh Indonesia yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Kep. Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan serta 54 saudara se-Dharma kita dari Malaysia. Meskipun Ibu Menteri menyampaikan pada saat audiensi bahwa saat ini peringatan Hari Kartini mulai tidak diperingati secara nasional karena dianggap bahwa pahlawan/pejuang wanita tidak hanya Kartini, namun banyak pejuang wanita lainnya yang berasal dari daerah lain selain Jepara, Jawa Tengah dan hanya Hari Ibu yang diperingati secara Nasional untuk menghargai perjuangan peran perempuan Indonesia. Namun Ibu Menteri sangat senang dan mendukung kegiatan Peringatan Hari Kartini yang akan dilaksanakan oleh NSI. Peringatan Hari Kartini saat ini dimaknai sebagai pengapresian orang-orang yang memiliki kontribusi dan sumbangsih atas apa yang telah dilakukannya untuk kemajuan bangsa dan negara. Kesungguhan hati dan kesiapan NSI dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengundang kehadiran Ibu Menteri PPPA, dimulai mengumpulkan materi-materi seperti foto-foto kegiatan dan slide show power point mengenai pembinaan yang ada di NSI untuk disuguhkan/ diperlihatkan kepada Ibu Menteri bahwa NSI secara konsisten dalam melakukan pembinaan April 2018 | Samantabadra

19


pemberdayaan di NSI sudah ada sejak tahun 1970-an dan terus berkelanjutan dan berkesinambungan sampai sekarang mendapatkan tanggapan yang sangat positif dari Ibu Menteri. Bahkan pada saat Ibu Menteri melihat jadwal kegiatannya di tanggal 27 April, yang seharusnya beliau ada kegiatan lain, namun memang sudah diberikan disposisi untuk digantikan oleh orang lain, sehingga agenda Ibu Menteri sampai saat ini masih kosong

dan Ibu Menteri menyampaikan akan menjadwalkan untuk hadir sekaligus memberikan sambutannya pada Kensyu Peringatan Hari Kartini pada 27 April 2018 nanti di Bali. Saran Ibu Menteri untuk kegiatan kensyu peringatan hari Kartini di Bali, adanya sesi pemberian apresiasi bagi orang-orang yang terpilih dari NSI atas kontribusinya untuk kemajuan dari susunan NSI, bisa dari kalangan generasi muda, orang tua, maupun manula. Nanti akan diberikan

piagam penghargaan dari Kementerian Perempuan dan Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia yang akan diberikan langsung oleh Ibu Menteri pada saat hadir dalam Kensyu peringatan Hari Kartini tanggal 27 April 2018 mendatang. Kerjasama antar NSI dengan pemerintah seperti ini kiranya akan terus terjalin dengan baik dan mencakupi beberapa bidang kehidupan. ***

PERTEMUAN DPP NSI DENGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI

20

Samantabadra | April 2018


S

alah satu permasalahan utama lingkungan yang dekat dengan kehidupan manusia seharihari, terutama dalam kaitannya dengan pencemaran adalah masalah sampah. Jumlah penghuni planet ini mencapai tujuh milyar orang, dan kebanyakan belum menyadari pentingnya pelestarian lingkungan hidup bagi keberlangsungan kehidupan di alam semesta. Beberapa hari lalu, nama Indonesia kembali viral di media sosial kancah internasional. Namun sayangnya kali ini bukan tentang keindahan alam atau keragaman budayanya. Video rekaman yang diunggah oleh penyelam dari Inggris pada saat ia menyelam di perairan sekitar Nusa Penida daerah Manta Point ini memperlihatkan bagaimana kotornya laut Indonesia yang sedang ramai dibicarakan. Dalam rekaman tersebut, terlihat air lau begitu jernih dan biru namun, ternyata banyak sekali sampah plastik yang mengambang diantara ikan-ikan. Masalah sampah plastik yang mencemari laut di Indonesia bisa dibilang cukup memprihatinkan dan mikroplastik bisa dianggap berbahaya apabila dimakan oleh ikan. Berkaitan dengan hal tersebut, agar tidak lebih memperparah pencemaran sampah plastik, kita harus mulai untuk menjaga laut dengan tidak membuang sampah sembarangan. NSI juga turut serta dalam menjaga

dan melestarikan lingkungan karena pada dasarnya prinsipprinsip Buddhisme menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan (alam dan sosial) terutama meninjau lebih mendalam tentang interkonektivitas yang terjalin antara manusia dengan lingkungan. Walau eksis sebagai dua entitas yang berbeda, Buddhisme memberikan pemahaman yang menyeluruh dan mendalam bahwa manusia dan lingkungan yang pada dasarnya adalah satu kesatuan elemen hidup. Prinsipnya Buddhisme mengajarkan bahwa hakikat kehidupan antara manusia dengan alam adalah keharmonisan dan keselarasan yang terwujud karena sinergisitas di antara keduanya, yang secara fundamental, hubungan manusia dan lingkungan merupakan senyawa yang tidak dapat dipisahkan (Esyo Funi). Satu hal penting yang ditekankan dalam Buddhisme adalah pemberdayaan diri sendiri dari tiap-tiap individu, bahwa di dalam diri kita sendiri terdapat potensi kesadaran dan tenaga untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Seperti halnya badan dan bayangan; bayangan tak akan lurus jika badan tak lurus. Kondisi lingkungan akan berkembang pada hal postif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku manusia yang hidup di dalamnya. Hal tersebut diwujudnyatakan dengan NSI

akan melaksanakan kegiatan aksi bersih-bersih di sekitar salah satu Pantai Bali yang masuk ke dalam rangkaian Kensyu Perigatan Hari Kartini 27-30 April 2018 mendatang. NSI juga sudah berkordinasi dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI pada saat audiensi bahwa nantinya ada satu hari di mana setiap orang peserta kensyu akan mengumpulkan, memunguti dan membersihkan sampah disekitar salah satu Pantai Bali dalam kegiatan aksi bersih-bersih tersebut. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya yang menyampaikan bahwa beliau beserta tim dari KLH ikut serta dalam kegiatan tersebut dan akan bersama-sama dengan umat NSI dalam melaksanakan aksi bersih-bersih di sekitar pantai Bali. Ketua Umum NSI mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk pengabdian masyarakat dan juga meyadari bahwa Indonesia adalah negara maritim, maka sudah seharusnya warga negara ini ikut serta dalam menjaga kepulauan dan lautan yang ada sebagai salah satu bentuk cinta tanah air dan hal menunjukan hubungan perilaku keseharian manusia dengan kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem, sehingga menimbulkan pemahaman mengenai pentingnya menerapkan gaya hidup yang berkesadaran lingkungan dalam kehidupan kita sehari-hari. ***

April 2018 | Samantabadra

21


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Jawaban kepada Nyonya Gyobu Saemon No Jo LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis tanggal 21 bulan 10 tahun 1280 (Koan 3) dan dikatakan diberikan kepada isteri Gyobu Saemon no Jo dari propinsi Owari, daerah Takagi. Gyobu Saemon no Jo ini kemungkinan besar adalah Sukeyori Ito, tapi yang sebenarnya tidaklah diketahui. Ditinjau dari sumbangan isterinya berupa uang 20 kanmon, diperkirakan Gyobu Saemon no Jo adalah samurai berkedudukan tinggi. Surat ini diberikan sehubungan dengan persembahan peringatan tahun ke 13 meninggalnya ibunda Nyonya Gyobu Saemon no Jo. Di antara budi ayah-ibu, dalam surat ini lebih dititik beratkan kepada budi ibu. Juga diterangkan jalan membalas budi menurut Buddha Dharma dan non Buddhis. Diajarkan, membalas budi yang sebenarnya tidak lain melalui Saddharmapundarika-sutra. Sebagai murid Niciren Daishonin, persembahan nyonya ini yang diberikan dengan sungguh hati demi kebajikan almarhum ibunya, merupakan budi bakti tertinggi dan sebenarnya. Demikian bimbingan dalam surat ini. Pada bagian akhir surat, Niciren 22

Samantabadra | April 2018

Daishonin mengatakan, “Ketika ibu masih hidup, Niciren sering menentang kata-katanya, kini setelah beliau wafat merasakan penyesalan yang mendalam. Karena itu merenungkan ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni dan ingin berbakti kepada ibu. Jika melihat orang ditinggal ibundanya dapat dirasakan sebagai masalah diri sendiri. Maka Saya merasa gembira melihat Anda bermaksud mempersembahkan kepada ibu, sehingga menuiis hukum sebenarnya tentang berbudi bakti kepada ayah-bunda�. Dalam kalimat ini Niciren Daishonin mencurahkan simpatinya dengan ribuan perasaan dalam memikirkan ibunya. Maka betapa bersyukurnya nyonya ini menerima bimbingan yang melukiskan rasa bakti Niciren Daishonin sendiri.


ISI GOSYO |

D

alam surat yang diterima bulan ini tertera, “tanggal 3 bulan 10 adalah hari peringatan tahun ke 13 meninggalnya ibu, karenanya mempersembahkan sumbangan uang 20 kanmon.” Dalam lebih dari 3000 jilid ajaran non Buddhis, kedua huruf “taat dan setia” dijadikan tulang punggung, sedang dalam lebih dari 5000 jilid hukum Buddha, berbudi bakti dijadikan pokok penting. Maka dikatakan bahwa matahari dan bulan tidak rela memberi sinarnya kepada orang tidak berbudi bakti. Dewa Bumi pun marah. Dalam salah satu sutra dikatakan, ketika seluruh umat manusia Enam Dunia telah berkumpul dihadapan Sang Buddha, Beliau menanyakan keadaan mereka masing-masing. Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Dewa Bumi, “Adakah yang lebih berat dari bumi besar?” Dewa Bumi dengan hormat menjawab, “Ada sesuatu yang lebih berat dari bumi besar.” Menanggapi jawaban itu, Sang Buddha kembali bertanya, “Wahai Dewa Bumi, mengapa Anda mengutarakan hal picik ini? Tiga ribu dunia besar semuanya diletakan di atas bumi besar. Baik Gunung Semeru yang tingginya 168.000 yojana dan lebarnya 3.360.000 km, maupun samudera luas yang panjang dan lebarnya 84.000 yojana, seluruh umat dan mahluk Iain, serta seluruh rumput, pohon dan Iainnya, semua hidup di atas bumi besar ini. Dengan menanggung seluruh beban di atas, adakah sesuatu yang lebih berat dari bumi besar?” Dewa Bumi menjawab, “Sesungguhnya Sang Buddha telah mengetahui semuanya, namun pertanyaan ini diajukan agar semua orang tahu. Semenjak kami menjadi Dewa Bumi, telah berlalu waktu yang sangat panjang, yakni 29 kalpa lamanya. Walau selama ini menyangga bumi besar, baik leher maupun pinggang sama sekali tidak merasa sakit, juga walau menyangga bumi besar ini sambil bergerak di angkasa, ke Timur, Barat, Selatan dan Utara, tidak merasa berat. Tapi di kediaman orang-orang tak berbudi bakti, terasa sangat berat sehingga tak tahan untuk menyangganya. Demikian beratnya hingga leher terasa sakit, pinggang terasa patah, lutut tak bertenaga, kaki tak dapat diluruskan, matapun jadi gelap dan tenaga jiwa hampirhampir lenyap. Aduh! Dalam hati sering terlintas keinginan untuk menghempaskan bumi besar tempat tinggal orang-orang tak berbudi bakti. Maka di tempat tinggal orang-orang tak berbudi bakti, bumi besar ini sering berguncang. Devadatta, adik sepupu Buddha Sakyamuni yang lahir dalam keluarga bangsawan utama di seluruh dunia merupakan orang tak berbudi bakti. Karenanya kami tak kuat menyangga bumi besar di bawah Dewadata, hingga akhirnya bumi besar terbelah dan ia terjatuh ke dalam neraka yang tiada terputus penderitaannya. Disebabkan kekuatan kami tidak cukup”. Demikian Dewa Bumi menuturkan kepada Buddha secara rinci. Sang Buddha setuju, dengan prihatin Beliau berkata, “Setelah kemoksyaan-Ku nanti, orang-orang tak berbudi bakti akan melebihi Devadatta dan Kokalika.” Dalam sutra Nirwana dikatakan, “Di akhir masa, di zaman keruh dan buruk, orang tak berbudi bakti jumlahnya melebihi debu bumi besar, sedangkan orang berbudi bakti lebih sedikit dari tanah yang tertinggal di atas kuku.” Sekarang, ketika Niciren memandang dan merenungkan secara mendalam kalimat sutra ini, memang sungguh benar demikian. Besarnya budi ayah-ibu bukanlah hal baru. Khusus budi ibu, kemuliaannya terukir dalam jiwa sendiri. Memperhatikan burung terbang memberi nafkah April 2018 | Samantabadra

23


kepada anak-anaknya dan binatang berkeliaran di bumi besar, menjaga anaknya dengan sungguh-sungguh, tak tertahankan rasa haru melihat jerih payah ini. Bila menghayati hal ini, tentu tak dapat melupakan budi ibu. Penderitaan sembilan bulan membawa anak dalam tubuh sendiri membuat perut seperti tambur, leher seperti jarum menggantung, napas sesak, wajah pucat seperti daun layu, bila tidur perut serasa pecah, kalau duduk seluruh tubuh menderita. Dan saat menjelang melahirkan, rasa sakit membuat pinggang seakan pecah dan putus, mata serasa terlepas masuk surga. Setelah memberi penderitaan sedemikian berat, seandainya setelah dilahirkan, kita di pandang sebagai musuh, dilempar ke tanah dan diinjak hingga perutnya pecah kemudian dibuang, agaknya wajar. Akan tetapi hal ini tidak dilakukannya bahkan dengan menahan penderitaan sendiri langsung ingin cepat memeluk, membersihkan darah dan kotoran serta mendekapnya di dada. Selanjutnya selama tiga tahun memeliharanya dengan penuh kesungguhan hati. Selama tiga tahun, air susu ibu yang diminum si anak adalah sebanyak 180 koku 3 jo dan 5 go. Nilai air susu ini tidak terbandingkan oleh apapun, umpama 1 go susu saja nilainya setara dengan 3000 dunia besar. Apabila harga 1 syo susu ini setara dengan 11.850 koku dan 5 syo beras, jika dibandingkan dengan padi, lebih dari 21.700 ikat, kalau dibandingkan dengan kain, setara dengan 3.370 dan. Maka 180 koku 3 jo 5 go air susu ibu, nilainya besar sekali. Seandainya seseorang mencuri uang 1 mon atau beras 1 go saja pasti masuk penjara. Tapi meskipun ayah dan ibu memelihara 10 orang anak, tak ada anak yang memelihara seorang ibu. Apalagi setelah menikah, tidur daĹ‚am kehangatan pelukan suami, tidak seorangpun isteri yang menghangatkan kaki ibu yang kedinginan. Dahulu kala burung emas dari taman Jetavana terjun ke dalam api demi menyelamatkan anak. Nyonya Kausika membunuh ayahnya demi sang suami. Sang Buddha berkata, “Ayah dan bunda selalu memikirkan masalah anak, tetapi anak tidak memikirkan ayah bundanyaâ€?. Raja Bimbisara berkata, “Ayah memikirkan anaknya, sedangkan sang anak tidak memikirkan ayahnyaâ€?, dan seterusnya. Misalkan dalam kehidupan masa kini tampaknya benar-benar melaksanakan budi bakti kepada ayah-ibu, tetapi tak seorangpun menanyakan bagaimana keadaannya pada masa mendatang. Ketika sang ibu masih hidup, dalam hati tidak terlalu memikirkannya, memang sebulan sekali atau setahun sekali sang ibu masih dikunjungi, tapi setelah si ibu meninggal, pada 7 hari pertama, 2 x 7 hari sampai tahun ketiga, karena masih diperhatikan orang lain, sebagai formalitas masih menjenguk. Bagi sang Ibu ketika masih hidup, perpisahan sehari terasa sebagai perpisahan selama ribuan hari, tetapi setelah meninggal, tidak hanya sehari bahkan 13 tahun (4000 hari lebih) sama sekali tidak ada orang yang menjenguk. Almarhum sang ibu sangat ingin mendengar keadaan orang-orang yang masih hidup. Sutra budi bakti non Buddhis hanya mengajarkan budi bakti pada kehidupan sekarang saja, tapi tidak membabarkan keadaan masa mendatang. Ini sama seperti dapat menyembuhkan penyakit jasmani tapi tak tak dapat mengobati penderitaan hati. Dalam lebih dari 5000 jilid sutra Hukum Buddha ajaran sementara, diterangkan bahwa manusia dan surga memasuki jalan Dwiyana, Sravaka, dan Pratekyabuddha, tapi belum membimbing hingga memasuki jalan Buddha. Karena itu tak dapat dikatakan telah membabarkan budi bakti sesungguhnya. 24

Samantabadra | April 2018


Ayah Maudgalyayana bernama Maudgalla, ibunya bernama Maudgalli. Maudgalli meninggal jatuh kedalam jalan Keserakahan. Selama Maudgalyayana masih sebagai manusia biasa ia tak mengetahui hal ini, tapi setelah mendapat bukti-akibat menjadi Dwiyana, ia dapat membuka mata surganya dan dapat melihat ibunya jatuh ke dalam dunia kelaparan. Betapa besar kesusahan hati Maudgalyayana karena tak mengira kejadian ini. Seketika itu juga ia pergi kedunia kelaparan untuk memberikan nasi. Tapi ketika nasi itu sedikit memasuki mulut ibunya, langsung nasi itu berubah jadi kobaran api, mulut ibunya jadi seperti panci besi dan nasinya seperti arang membara. Karena badan ibunya terbakar bagaikan obor, Maudgalyayana menggunakan kekuatan gaibnya untuk mengeluarkan air guna memadamkan kobaran api tersebut, tapi air itu malah berubah menjadi kobaran api yang makin memperbesar kobaran api sebelumnya. Karena kekuatan Maudgalyayana sendiri tak dapat mengatasinya, ia bergegas menghadap Sang Buddha menyampaikan hal ini. Kemudian sesuai petunjuk sang Buddha ia menyumbang para bhikku suci seluruh penjuru. Sumbangan makanan segar itu dapat sedikit meringankan penderitaan ibunya dalam Dunia Kelaparan. Setelah tujuh hari Sang Buddha Sakyamuni dilahirkan, Ibunda-Nya, Ratu Maya, meninggal. Ketika itu Sang Buddha Sakyamuni masih manusia biasa, Beliau tidak mengetahui bahwa Ibunda-Nya telah terlahir kembali. Ketika Beliau berusia 30 tahun dan mencapai kesadaran Buddha, Beliau membimbing ayahnya, Raja Sudhodana, hingga dengan keadaan badan nyata memperoleh bukti-akibat, yaitu menjadi arahat. Demi Ibunda-Nya, Buddha Sakyamuni naik ke surga Trasyastrimsa untuk menjelaskan sutra Maya. Karena itu kedua orang tua-Nya mencapai arahat. Berdasarkan ini, orang-orang yang percaya sutra-sutra ajaran sementara mengatakan bahwa Maudgalyayana adalah Dwiyana berbudi bakti dan Buddha Sakyamuni adalah Buddha berbudi bakti. Demikian pemikiran mereka. Tapi kalau meninjau kembali berdasarkan makna pokok, mereka bukanlah Sravaka dan Buddha berbudi bakti, karena Maudgalyayana sebagai orang suci tak dapat membimbing ibunya memasuki Jalan Kebuddhaan dan Buddha Sakyamuni yang maha suci telah memasukan kedua orang tua-Nya ke Jalan Dwiyana, padahal Dwiyana tak dapat mencapai kesadaran Buddha untuk selamanya. Penderitaannya jauh lebih mendalam, maka dapatlah dipahami dengan jelas apakah perilaku ini termasuk berbudi bakti atau tidak. Mengenai hal ini, Vimalakirti menghina Maudgalyayana sebagai murid keenam guru non Buddhis dan Buddha Sakyamuni sendiri mengecam dirinya sebagai, “Saya akan jatuh ke dalam dosa kikir dan serakah. Sungguh tidak baik.� Juga dikatakan hal lainnya. Karena Maudgalyayana tidak mengetahui Saddharmapundarikasutra, dapat dikatakan dosa tidak berbudi baktinya masih dangkal, namun Buddha Sakyamuni yang telah menyadari Saddharmapundarika-sutra, tapi kikir untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra kepada ayahnya yang masih hidup, juga tidak menjelaskannya kepada almarhum ibunya setelah berhasil bertemu, dapat dikatakan sebagai orang yang sangat kikir dan serakah tiada taranya. Bila memperhatikan inti hakekat di atas, dengan menghancurkan 250 sila dan melanggar 10 sila, Sang Buddha menjadi orang baik. Seandainya Sang Buddha tidak membabarkan Saddharmapundarika-sutra, berarti Beliau menjatuhkan seluruh umat manusia sepuluh penjuru dunia ke dalam dosa tak berbudi bakti. Beliau takkan terelak dari dosa besar. Karena

April 2018 | Samantabadra

25


itu maha guru Tien Tai mengatakan, “Dosa ini timbul karena mengikuti Buddha.” Juga ada orang berkata, ”Hal ini bertentangan dengan prasetya pokok para Buddha tiga masa sepuluh penjuru, sehingga umat manusia dibohongi dan dipermainkan.” Sang Buddha selama 40 tahun lebih telah membabarkan seluruh sutra Ajaran Hinayana, Ajaran Mahayana, Ajaran Nyata, Ajaran Rahasia dan lainnya. Dan bila sekte Syingon, Kegon, Sanron, Hosso, Kusya, Jicejo, Rice, Jodo, Zen dan lainnya serta Bodhisatva, Dwiyana, Dewa Maha Brahma, Dewa Indera, Dewa Surya, Dewa Chandra dan para leluhur pendiri sekte tidak sesuai dan tidak mengikuti Saddharmapundarika-sutra, walaupun telah berbudi bakti, tidak dapat terhindar dari dosa seperti dikatakan, “Saya akan terjatuh kedalam dosa kikir dan serakah”. Karena itu Sang Buddha melaksanakan prasetya-Nya semula, yaitu membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Namun, karena ayah bunda Beliau tidak hadir dalam upacara Saddharmapundarika-sutra, Beliau mengirim Saddharmapundarika-sutra ke Tanah Upaya Kausalya tempat orang tua Beliau telah dilahirkan kembali. Waktu itu diucapkan, “Terlebih lagi bila di negara tersebut mendambakan Prajna Buddha, Sutra ini dapat didengar.” Sutra ini (Saddharmapundarika-sutra) harus diperhatikan orang bijaksana. Buddha Sakyamuni membabarkan kalimat sutra ini kepada ayah bunda Beliau. Hukum ini hanya disadari oleh maha guru Tien Tai, tapi tidak diketahui oleh orang-orang berbagai sekte lain. Hukum ini sangat disadari dalam hati Saya, Niciren, sebagai hukum paling unggul. Orang yang sungguh ingin berbudi bakti kepada ayah bunda harus mengirim Saddharmapundarika-sutra kepada mereka. Buddha Sakyamuni pun mengirim Saddharmapundarika-sutra sebagai budi bakti kepada ayah-bundanya. Ketika ibu masih hidup, Niciren sering menentang kata-katanya, kini setelah Beliau wafat merasakan penyesalan yang mendalam. Karena itu merenungkan ajaran suci seumur hidup Buddha Sakyamuni dan ingin berbakti kepada ibu. Jika melihat orang ditinggal ibundanya, dapat dirasakan sebagai masalah diri sendiri. Maka Saya merasa gembira melihat Anda berniat mempersembahkan kepada ibu, sehingga menuliskan Hukum sebenarnya tentang berbudi bakti kepada ayah-bunda. Pasti jiwa ibu yang meninggalkan Anda langsung terlepas derita kekotoran Enam Dunia dan dapat memasuki tanah Buddha Ryozen Jodo. Hukum Saddharmapundarika-sutra ini harus didengar agar sering bertemu Zenci Shiki. Hukum ini sedikit sekali diketahui orang dinegeri Jepang. Halhal yang lebih rinci akan dijelaskan pada kesempatan lain. Selamat sore. Tanggal 21 bulan 10 Surat jawaban kepada isteri O Wari Gyobu Saemon no Jo Dono Tertanda, Niciren

26

Samantabadra | April 2018


|KUTIPAN GOSYO

1

Dalam lebih dari 3000 jilid ajaran non Buddhis, kedua huruf “taat dan setia” dijadikan tulang punggung, sedang dalam lebih dari 5000 jilid hukum Buddha, berbudi bakti dijadikan pokok penting.

dapat dimengerti, dijadikan teladan dalam kebajikan. Ajaran budi bakti yang merupakan teori dasar ketertiban dan kerja sama dalam keluarga, suku, ketika diperluas untuk negara akan menjadi kesetiaan kepada raja. Kesetiaan ini dapat anggap sebagai moral Keterangan: dalam kesatuan badan dari sifat yang sama. Dalam lebih dari 3000 jilid ajaran Tao Dalam surat membuka mata dikatakan: dan Khong Hu Cu (non Buddhis), sikap taat “kesetiaan pun berasal dari budi bakti dan setia dianggap tulang punggungnya, dałam keluarga”, menunjuk hal ini. Untuk dan dalam lebih dari 5000 jilid ajaran mempertahankan kedisiplinan, budi bakti Buddha, budi bakti dijadikan pokok ini dijadikan ikatan moral antara penguasa penting. Maka, baik ajaran Buddha maupun dengan rakyatnya. Dengan ditambahkannya diluarnya menjadikan budi bakti sebagai Lima Prinsip Kesusilaan Tiongkok zaman titik terpenting. Dalam surat kepada Horen dulu, yaitu cinta kasih, setia kawan, tata dikatakan: “Ada dua sutra budi bakti, krama, akal budi dan kepercayaan, terutama pertama non Buddhis. Orang arif, yaitu Khong memperhatikan cinta kasih, dijadikan akar Hu Cu, mempunyai sutra budi bakti. Kedua, pokok kesusilaan zaman dulu Saddharmapundarika-sutra ini, termasuk Cinta kasih selalu berlandaskan pada ajaran Buddha. Meski terdapat perbedaan cinta kasih kemanusiaan yang menetap antara ajaran Buddha dengan non Buddhis, dalam hati manusia, (dalam kitab Berbudi maknanya adalah sama.” Bakti tertera: “Badan rambut dan kulit, Karena ajaran Buddhis dan non Buddhis semua berasal dari ibu-ayah, dengan tidak mementingkan budi bakti, marilah kita melukai dan merusakannya merupakan perhatikan perbedaan pandangan budi awal berbudi bakti, lalu badan yang benarbakti antara keduanya. Sutra budi bakti benar melangkah dijalan yang benar, hingga ini ditulis sejak akhir masa peperangan di dapat meninggalkan nama baik dimasa Tiongkok sampai awal Kerajaan Han. Maka mendatang, mewujudkan puncak berbudi diperkirakan, filsafat budi bakti sudah bakti terhadap orang tua”. Kalimat Berbudi ada di Tiongkok sejak dahulu. Ketika itu Bakti ini, terhadap ayah bunda yang telah masyarakat Tionghoa hidup dalam sistem melahirkan, memelihara dan mendidik keluarga besar, hingga dibutuhkan peraturan jiwa kita, tentu ada cinta kasih dan budi untuk mempertahankan kesatuan hati dan bakti bermotif kemanusiaan. Maka filosofi ketertiban. Diajarkan, budi bakti dalam budi bakti Buddhisme ini mempunyai nilai keluarga lebih penting daripada moralitas yang berlainan sekali dengan moralitas di masyarakat luar. Dalam keluargapun, individualisme Barat Yang menyadari bakti kepada ayah yang merupakan tiang perasaan berwarga negara. keluarga, paling diutamakan karenanya Dasar kehidupan orang Asia adalah pertanian. Disamping itu orang-orang

GM

April 2018 | Samantabadra

27


Tiongkok dididik dalam suasana hidup kebersamaan dalam struktur keluarga besar, hingga muncul sifat kemanusiaan dengan kehidupannya seperti itu, dengan sendirinya timbul sikap hormat dan tunduk pada orang tua serta mau membalas budi. Hal ini telah mengembangkan pandangan berbudi bakti dan menduduki moral tertinggi. Walau budi bakti ini dibabarkan sebagai dasar bagi segala moralitas, tapi manfaatnya hanya sebatas ruang lingkup komunitas kemasyarakatan duniawi. Apakah yang dapat menyelamatkan seluruh umat manusia? Karena jika hanya menyadari jiwa kekal abadi, tapi tidak membabarkan cara penyelamatan umat manusia dari akar pokoknya, berarti tidak membabarkan budi bakti yang sebenarnya pada ayah-ibu. Manfaat penerapan pandangan budi bakti yang dilahirkan dari sistim kebersamaan hidup dalam keluarga besar yang sempit, takkan dapat mengikuti arus perkembangan masyarakat luas yang makin maju, maka filosofi tersebut hanya jadi idealisme dan formalitas belaka. Sejarah Tiongkok tidak lepas dari peperangan saling menaklukan antar komunitas keluarga besar tersebut. Dengan demikian, dari tujuan serta sifat yang sama dan manfaat kebajikan kesetiaan serta berbudi bakti ini sering berbalik jadi saling menyerang sesamanya. Bila menelusuri pandangan budi bakti dalam agama Buddha, kita akan dikejutkan adanya dasar ajaran yang sangat mendalam dan luas. Dalam ajaran sementara diterangkan juga berbagai ajaran budi bakti, tapi sekarang mari kita hayati pemikiran Niciren Daishonin mengenai budi bakti. Dalam surat kepada Horen dikatakan: “Seluruh umat manusia dari keempat bentuk kelahiran enam dunia ada pria-wanita. Pria-wanita ini semua adalah ibu-ayah kita pada kehidupan masa lampau. Sang Buddha berdasarkan kesadaran terhadap 28

Samantabadra | April 2018

Saddharmapundarika-sutra telah membuat badan ibu-ayah dari empat bentuk kelahiran enam dunia mengandung karunia kebajikan budi bakti.� Empat bentuk kelahiran enam dunia berarti seluruh umat manusia didunia ini pernah menjadi ibu-ayah kita. Yang dapat melahirkan dan mendidik kita adalah seluruh mahluk hidup, merupakan filosofi yang dapat menembus kedalaman jiwa, jadi pandangan bahwa ayah bunda menjadi orang tua hanya sebatas masa Sekarang saja adalah filosofi non Buddhis, tapi Hukum Buddha melampaui pengertian ini. Hal ini dibabarkan dalam Saddharmapundarikasutra sebagai kesadaran jiwa kekal abadi dan alam semesta yang dapat melahirkan dirinya sendiri. Berarti diterangkan prinsip satu-badan antara lingkungan dengan diri sendiri, yaitu teori Subjek dan Lingkungan Bukan Dua (Esyo Funi). Bila tidak mengerti, teori ini tak akan dapat diterima. Teori ini tidak hanya berkenaan dengan ke susilaan masyarakat, tapi menyangkut akar jiwa manusia. Maka budi bakti yang sesungguhnya adalah upaya agar seluruh umat manusia dapat mencapai kesadaran. Jelaslah, selain Saddharmapundarika-sutra yang menerangkan Sepuluh Dunia yang saling mencakupi dan Icinen Sanzen, takkan menjadi budi bakti yang sebenarnya. Dalam surat Membuka Mata dikatakan: “Budi bakti ajaran Khong Hu Cu terbatas pada masa sekarang saja, tidak dapat membantu ayah bunda untuk masa mendatang, karenanya para suci dan arif non Buddhis hanya memiliki nama tanpa ada wujud sesungguhnya (umyo mujice). Jalan hukum Buddhalah yang dapat menolong orang tua dikehidupan mendatang, sehingga harus mempunyai nama sebagai arif bijaksana� (Gosyo hal. 223). Kesimpulannya, budi bakti ajaran non Buddhis tidak melebihi ajaran susila masa kini dan sama


sekali tidak berguna bagi jiwa para teluhur. Sebaliknya harus diperhatikan bahwa bila mempertahankan Saddharmapundarikasutra, sutra terunggul agama Buddha, dapat membangkitkan kesadaran dari akar jiwa sehingga dapat menyelamatkan jiwa leluhur bahkan seperti dikatakan para orang tua terdahulu, yakni seluruh umat manusia. Karena itu kebajikan tertinggi adalah mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Menentangnya berarti tidak berbudi bakti. Memang, mengikuti orang tua juga berbudi bakti, tapi bila orang tua menentang Saddharmapundarika-sutra, hingga jatuh kedalam neraka, harus diperingatkan, bila tidak, sebenarnya tidak berbudi bakti. Dalam surat kepada Ikegami bersaudara diterangkan: “Dalam hal apapun hendaknya menuruti dan menyesuaikan dengan keinginan orang tua, tapi jangan mematuhi bila tidak sesuai dengan jalan keBuddhaan, inilah budi bakti yang sebenarnya” (Gosyo hal. 1085). Jelas, beda sekali akar pokok tentang berbudi bakti antara agama Buddha dengan Khongisme, yang mengutamakan mengikuti segala kehendak orang tua dan pemberian berbentuk materi. Selanjutnya mari kita memikirkan budi bakti setahap lebih dalam berdasarkan kanjin. Catatan ajaran lisan mengenai “menentang berarti mengikuti dan selaras”, Niciren Daishonin menerangkan dengan mengutip kalimat Hokke “Memusnahkan ibu yang serakah dan ayah yang sesat (mumyo) berdasarkan hukum pengamatan disebut menentang (gyaku). Tapi melakukan hal tidak baik sebaliknya dapat tercapai jalan keBuddhaan, maka bertentangan adalah selaras” (Gosyo hal. 710). Ayah bunda termaksud adalah nafsu dari kasih sayang, keserakahan dan kesesatan. Justru hawa nafsu ini merupakan ayah bunda yang melahirkan kita, umat manusia Sembilan

Dunia. Mengenai ayah bunda ini Niciren Daisyonin mengatakan: “lbu terikat kasih sayang ajaran sementara, ayah yang tak dapat melihat jelas perbedaan ajaran Upaya dengan sesungguhnya” (Gosyo hal. 710). Keduanya merupakan fungsi negatif yang berusaha menghambat kebahagiaan umat manusia yang sebenarnya, inilah jiwa yang menfitnah Saddharma Pundarika Sutra. Memusnahkan atau membunuh jiwa yang umpamakan ayah bunda ini tampaknya seperti berlawanan, tapi pengamatan dan pengertian akan mematahkan hati pemfitnahan hukum, sehingga menjadi sesuai. Yang dimaksud pengamatan di masa Akhir Dharma sekarang ini adalah percaya kepada Gohonzon dan menyebut Daimoku. Walau ajaran non Buddhis maupun agama Buddha sama-sama sangat mementingkan budi bakti, tapi harus dipahami bahwa isi dalamnya sangat berbeda bagaikan langit dan bumi, awan dan lumpur.

2

Dalam hati sering terlintas keinginan untuk menghempaskan bumi besar tempat tinggal orangorang tak berbudi bakti. Maka ditempat tinggal orang-orang tak berbudi bakti, bumi besar ini sering berguncang.

GM

Keterangan: Tanah tempat tinggal orang tidak berbudi bakti terasa amat berat, sehingga Dewa Bumi tidak kuat menyangganya dan seringkali hendak menghempaskannya. ltu sebabnya tanah tempat orang tak berbudi bakti berdiam sering terguncang, akhirnya tak dapat disangga sehingga orang-orangnya jatuh kedalam neraka tiada terputus penderitaannya. Contoh orang tak berbudi bakti adalah Dewadata. Disamping telah melakukan tiga dosa besar: merusak persatuan umat dan sangha, mengeluarkan

April 2018 | Samantabadra

29


darah dari tubuh Buddha, membunuh Arahat juga menghasut putra mahkota Ajatasatru untuk membunuh ayahnya sendiri, Raja Bimbisara, hingga ia membuat orang lain juga tak berbudi bakti. Karena dosa ini bumi besar dalam istana Rajagriha terbelah dengan sendirinya sehingga Dewadata jatuh hidup-hidup kedalam neraka tiada terputus penderitaannya (mugen jigoku). Tiada terputus Penderitaannya berarti tak sekejap pun dapat merasa tenang, tiap kejap penderitaan berkepanjangan. Niciren Daisyonin dalam surat kepada Horen mengatakan: “Tempat tinggal orang berdosa berat adalah delapan neraka besar. Tujuh neraka besar adalah tempat berdiam pelaku 10 kejahatan, sedang neraka tiada terputus penderitaannya adalah tempat tinggal ketiga macam pelaku lima dosa besar, tapi tidak melakukan pemfitnahan Dharma” (Gosyo hal. 1042). Sebab karma orang yang jatuh kedalam neraka tiada terputus penderitaannya adalah melakukan lima dosa besar, menfitnah hukum Sakti dan tak berbudi bakti kepada orang tua. Kutipan surat: “Di kediaman orang tak berbudi bakti, bumi besar ini sering terguncang”, diterangkan dalam surat kepada Horen: “Tempat orang tak berbudi bakti adalah neraka tiada terputus penderitaannya”. Dalam masyarakat jaman sekarang berbudi bakti kepada orang tua sudah dianggap kesusilaan kuno dan sedikit sekali orang membahas budi bakti ini. Karena sekarang telah terjadi keruntuhan sistim kekeluargaan dan bangkitnya individualisme, maka orang tidak lagi memperhatikan orang tua. Berdikarinya orang muda dengan seenaknya sendiri sudah membudaya. Tapi bila dipandang berdasarkan hukum Buddha filosofi berbudi bakti bukanlah filosofi feodalis, tapi merupakan kewajiban manusia, karena 30

Samantabadra | April 2018

budi bakti melampaui kultur dan struktur. Terlebih lagi dengan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra yang memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, barulah dapat menjadi anak berbudi bakti. Inilah budi yang sesungguhnya. Jaman sekarang banyak sekali orang yang tidak mempertahankan Saddharma Pundarika Sutra, hingga terlalu banyak juga orang tak berbudi bakti. Dalam surat Perihal Hukum Yang Harus Diutarakan (Honmon mosaru beki sama no koto) dikatakan: “Seandainya orang-orang membuang sutra yang dibabarkan selama 40 tahun lebih dan juga tidak mau memasuki Saddharmapundarikasutra, dari sudut kemasyarakatan tidak diketahui apakah ia seorang berbudi bakti atau tidak, tapi menurut hukum Buddha ia menjadi orang yang sangat tak berbudi bakti” (Gosyo hal. 1266). Maka, dipandang berdasarkan hukum Buddha, orang jaman sekarang kebanyakan tak berbudi bakti, hingga dapat dikatakan berdiam dineraka tiada terputus penderitaannya. Karena di bumi telah menetap demikian banyak orang tak berbudi bakti, maka tenaga Dewa Bumi tidak cukup kuat hingga bumi besar terguncang. Berguncangnya bumi besar dapat berwujud gempa bumi, polusi, perang, penyakit dan lainnya, dasar semua mala petaka ini adalah akibat perbuatan manusia sendiri. Dapat dikatakan, dasar buruk pada jiwa orang yang hidup ditempat itu akan mengundang bahaya. Dunia teknologi sekarang sudah demikian maju, sehingga masyarakat menjadi kaya. Semuanya itu memabukan manusia, namun kesulitan pribadi yang dirasakan manusia lebih kejam daripada jaman apapun. Polusi melanda bumi, keadaan menakutkan kehidupan manusia. Keadaan ini dapat terilihat gejala pemusnahan manusia yang


mengerikan, hingga harus ditinjau pri kehidupan manusia dari akar pokoknya. Diluar hukum Buddha, dimanapun dirasakan tidak mungkin bertemu prajna untuk mengatasi akar ini. Dengan menerima dan mempertahankan hukum Buddha Tri Dharma Sakti kita dapat melaksanakan budi bakti terluhur kepada orang dan seluruh umat, barulah kita dapat lepas dari penderitaan neraka ini. Dalam hukum Buddha Niciren Daisyonin, neraka tidak terdapat diluar diri kita, tapi sebetulnya ada dalam jiwa sendiri. Dalam Kanjin no Honzon syo dikatakan: “Kobaran api besar neraka tiada terputus penderitaan, semua terdapat dalam icinen Sepuluh Dunia atau Tiga Ribu Dunia diri sendiri” (Gosyo hal. 342). Dalam surat Ueno Dono Goke Ama dikatakan, “Tanah suci atau neraka bukan terdapat diluar, tapi terdapat dalam tiap dada kita” (Gosyo hal. 1504). Berarti icinen dalam dada kita dapat terwujud nyata sebagai neraka atau tanah Buddha. Selanjutnya, terwujudnya kehidupan diri sendiri atau tanah air menjadi kebahagiaan atau neraka tergantung suasana jiwa atau icinen sendiri. Untuk mensucikan atau merombak total icinen itu adalah melalui Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti, yaitu mencurahkan hati percaya sepenuh jiwa raga dan menyebut Daimoku, tiada jalan Iain. Inilah inti hakekat ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Demikianlah, penyebab bumi besar terguncang dan masyarakat yang penuh keraguan adalah filosofi yang kacau balau dan hati manusia sendiri yang terguncang, disamping itu sumber akar keadaan ini juga disebabkan penuhnya orang tak berbudi bakti, pelaku penfitnahan Dharma.

3

Dalam sutra Nirwana dikatakan, “Di akhir masa, dizaman keruh dan buruk, orang tak berbudi bakti jumlahnya melebihi debu bumi besar, sedangkan orang berbudi bakti lebih sedikit dari tanah yang tertinggal di atas kuku.” Keterangan: Kalimat dalam sutra Nirwana ini dikutip untuk menjelaskan bahwa pada masa Akhir Dharma, orang tak berbudi bakti jauh lebih banyak daripada orang berbudi bakti. Tapi sutra Nirvana tidak membahas budi bakti, melainkan membahas betapa sedikitnya orang yang mempertahankan hukum Sakti pada masa pascimadharma ini. Dalam surat perihal Hukum Yang Harus Diutarakan (Honmon mosaru beki sama no koto) dikatakan: ”Dalam sutra Nirwana ke 34 dikatakan bahwa memperoleh tubuh manusia sama seperti tanah diatas kuku, sedang jatuh kedalam Tiga Dunia Buruk sama seperti tanah sepuluh penjuru dunia. Yang melanggar Empat Larangan Keras dan Lima Dosa Berat hingga menfitnah sutra Nirwana sama seperti tanah sepuluh penjuru, sedang percaya Empat Larangan Keras, Lima Dosa Berat hingga percaya sutra Nirwana sama seperti tanah diatas kuku. Demikian diterangkan bahwa dimasa Pascimadharma, pelaku Lima Dosa Berat dan pemfitnah Dharma seperti sepuluh penjuru dunia” (Gosyo 1266). Pernyataan ini mendekati sutra asli Nirwana. Mungkin Niciren Daisyonin menyamakan pemfitnah Dharma dan pelaku Lima Dosa Besar orang tak berbudi bakti. Seperti yang diterangkan terdahulu bahwa pemfitnah, hukum Sakti, dengan tidak percaya padanya, bukan hanya tak dapat menyelamatkan umat manusia, bahkan orang tuanya sendiripun tidak. Karenanya mereka ditandas kan sebagai orang tak berbudi bakti.

April 2018 | Samantabadra

31


4

Sutra budi bakti non Buddhis hanya mengajarkan budi bakti pada kehidupan sekarang saja, tapi tidak membabarkan keadaan masa mendatang.

menerangkan jiwa ketiga masa, yaitu jiwa kekal abadi, tidak bisa membabarkan budi bakti dari sumber pokok jiwa. Maka dalam surat ini dikatakan: “Hanya mengajarkan budi bakti pada kehidupan sekarang saja, tidak Keterangan: membabarkan keadaan masa mendatang”. Sutra-sutra berbudi bakti ajaran non Demikian ajaran budi bakti non Buddhis. Buddhis hanya menjelaskan budi bakti pada Niciren Daisyonin mengatakan dalam surat orang tua untuk kehidupan ini saja, tapi tidak jawaban kepada Sennici Ama Goze: “Sukar menjelaskan budi bakti padanya di kehidupan membalas budi agung ibu yang karuna. Bila mendatang. Ini menunjukan bahwa intisari ingin membalas budi tersebut berdasarkan dan kekekal abadian jiwa yang mencakup tiga ajaran non Buddhis, Sanfun, Goten, Sutra masa tidak diterangkan. budi bakti dan lainnya, memang dapat Dalam masyarakat feodal di Tiongkok dilakukan pada kehidupan sekarang tapi ajaran budi bakti diterangkan dengan tujuan tidak bisa menolong pada masa mendatang”. membangun ikatan kekeluargaan yang kuat. (Gosyo hal.1311). Berarti meskipun dalam Disamping budi bakti anak kepada ayah kehidupan sekarang dapat membiayai bunda dalam bentuk materi, juga diutamakan mereka, tapi tidak dapat menyelamatkannya budi bakti segi spiritual. Dengan ajaran budi pada masa mendatang. Dalam surat bakti ini dibina keharmonisan keluarga, dan Membuka Mata dikatakan: “Budi bakti ajaran ini merupakan akar pokok untuk mengatur Khong Hu Cu terbatas pada masa sekarang, negara. Dari segi materi, budi bakti anak tidak dapat menolong ayah bunda pada kepada orang tua adalah memberi sandang, masa mendatang, maka para suci dan arif non Buddhis hanya memiliki nama, tapi tiada pangan dan papan. Dibanding tiga macam wujud sebenarnya (Gosyo hal. 223). budi bakti dalam agama Buddha, budi Alasan mengapa para suci dan arif itu bakti ini adalah yang terendah. Mengenai memiliki nama, tapi tiada wujud sebenarnya, budi bakti pada segi spiritual, berarti tidak diterangkan dalam Membuka Mata, yaitu menentang kehendak orang tua, mematuhi tidak pandangan jiwa kekal abadi. “Meskipun apa yang dikatakannya, ini adalah budi bakti para arif dan bijaksana ini dikatakan arif tingkat menengah menurut hukum Buddha. bijaksana, mereka mengetahui keadaan Memang penting dan seharusnyalah masa lampau sepcrti manusia biasa tak seorang anak melakukan budi bakti dapat melihat punggung sendiri, dan tak kepada ayah bunda, baik dari segi materi dapat, merenungkan masa mendatang, maupun spiritual, tetapi bagaimanapun seperti orang buta tak dapat melihat memberi materi kepada orangtua dan sesuatu didepannya” (Gosyo hal. 186). Budi terus menerus mengikuti keinginannya, bakti yang dapat menyelamatkan hingga hanya terbatas masa sekarang saja. Dan masa mendatang, merupakan budi bakti lagi sebenarnya pada kehidupan sekarang sesungguhnya. Tapi ajaran budi bakti ini pun, tak dapat menyelamatkan orang tua tak dapat diperoleh dari sutra budi bakti karena tidak menyelamatkan dari sumber non Buddhis. Hukum Buddha menerangkan pokok penderitaannya, yaitu tak dapat bahwa budi bakti tertinggi adalah memberi menyadarkan kesesatan pokok jiwanya. karunia kebajikan hingga orang tua dapat Ajaran non Buddhis yang tidak bisa 32

Samantabadra | April 2018


menganut hukum Sakti. Inilah “harta” abadi. Mengirim sumbangan Daimoku kepada orang tua yang sudah meninggal juga harus berdasarkan prinsip ini.

kutipan ”Dalam lebih dari 5000 jilid sutra hukum Buddha” dalam surat ini menunjukan seluruh sutra kecuali Saddharmapundarikasutra, yaitu sutra-sutra ajaran sementara, tapi arti kalimat secara keseluruhan adalah Dalam lebih dari 5000 jilid sutra sama. Dan dalam kutipan tersebut dikatakan Hukum Buddha ajaran sementara, ”Manusia dan surga dapat memasukijalan diterangkan bahwa manusia dan Dwiyana, Sravaka dan Pratyekabuddha” surga dapat memasuki Jalan Dwiyana, tapi tidak disebut jalan keBodhisatvaan. Sravaka dan Pratyekabuddha, tapi belum Ini berarti, jalan ke Boddhisatvaan dapat membimbing hingga memasuki Jalan mencapai jalan keBuddhaan, karena Buddha. terdapat dalam kalimat “membimbing hingga memasuki jalan Buddha”. Tapi selama Keterangan : masih terbatas pada jalan kebodhisatvaan Bila dibanding dengan non Buddhis, menurut Sutra ajaran sementara belum hukum Buddhalah yang mengajarkan budi keluar dari lingkungan Dunia Kemanusiaan, bakti. Tetapi ini merupakan perbandingan Dunia Surga dan Dwiyana. Meskipun dalam secara umum antara agama Buddha dengan sutra-sutra sebelum Saddharma Pundarika non Buddhis Selanjutnya karena ajaran Sutra dibabarkan mengenai kesadaran, yang sementara selama 40 tahun lebih tidak dimaksud kutipan “belum membimbing menjelaskan jalan pencapaian kesadaran hingga memasuki jalan Buddha” adalah yang sebenarnya, maka ini merupakan pencapaian kesadaran Buddha menurut perbandingan antara ajaran sementara sutra-sutra sementara bukan pencapaian dengan ajaran sesungguhnya, dan tidak kesadaran Buddha yang sebenarnya. mengajarkan budi bakti tertinggi. Kutipan Dalam surat perihal Sepuluh Dunia kalimat diatas menerangkan hal tersebut. Dharma dikatakan: “Berbagai sutra-sutra Dalam Surat Balasan kepada Ueno Dono juga ajaran sementara tidak menjelaskan dua diterangkan: ”Dalam lebih dari 5000 jilid hal, yaitu tidak ada Buddha sempurna hukum Buddha sama sekali tidak menjelaskan yang sesungguhnya dan tidak menjelaskan hal lain kecuali karunia kebajikan berbudi masa lampau yang amat jauh (kuon bakti. Meskipun ajaran Buddha Sakyamuni jicejo). Karenanya, hanya dapat mencapai selama 40 tahun lebih menyerupai budi bakti, Bodhisatva tingkat tokaku, yang masih terikat tapi belum mewujudkannya. Maka dikatakan pada pandangan pencapaian kesadaran ”tak berbudi bakti yang terdapat dalam Buddha pada usia 30 tahun. Sampai pada berbudi bakti”. pengertian ini, masih sama dengan manusia Kalau memandang kalimat “Dalam lebih dan surga” (Gosyo hal.417). Para Bodhisatva dari 5000 jilid hukum Buddha” dari kedua ajaran sementara tidak mengetahui kutipan surat, kalimat dalam surat jawaban Buddha sempurna, yaitu Buddha yang kepada Ueno Dono menunjukan seluruh lengkap dengan Sepuluh Dunia yang Saling ajaran sutra pembabaran selama 50 tahun Mencakupi dan tidak mengetahui Buddha dalam kehidupan Buddha Sakyamuni. Dalam Pokok sejak masa lampau tak terhingga. kutipan itu sutra-sutra ajaran sementara Karena masih terpaku pada pandangan adalah sutra tak berbudi bakti, sedang bahwa Buddha Sakyamuni mencapai

5

April 2018 | Samantabadra

33


kesadaran Buddha dalam kehidupan kali ini di India, maka masih tersesat seperti manusia dan surga. Maka, walau Bodhisatva ajaran sementara dikatakan Bodhisatva, tapi dapat dikatakan masih termasuk “jalan Dunia Kemanusiaan, Dunia Surga dan Dwiyana”. Selanjutnya mengenai pencapaian kesadaran Buddha ajaran sementara bukanlah pencapaian kesadaran Budha sesungguhnya, telah diterangkan terdahulu. Selanjutnya dikatakan: “Berbagai sutra ajaran sementara... menerangkan pencapaian kesadaran Buddha dari Bodhisatva, dengan mewujudkan sementara imbalan sesungguhnya dan Dunia Buddha. Tapi dalam Bodhisatva pun terkandung Dwiyana, hingga kalau Dwiyana tak dapat mencapai kesadaran, tentu Bodhisatva pun tidak. (Gosyo hal. 421). Jelas bahwa pencapaian kesadaran Buddha menurut sutra ajaran sementara bukanlah pencapaian kesadaran sesungguhnya. Teori dasar Sepuluh Dunia yang saling mencakupi menerangkan bahwa Bodhisatva pun mengandung Dwiyana. Sutra-sutra sementara tidak menyukai Dwiyana dengan mengatakan tidak akan mencapai kesadaran untuk selamanya, karena itu pencapaian kesadaran Buddha dari Bodhisatva pun tidak mungkin. Karena sutrasutra ajaran sementara tidak menerangkan pencapaian kesadaran, maka juga tidak membabarkan budi bakti yang sebenarnya.

UPACARA ULAMBANA (persembahan karunia kebajikan kepada peninggal) Surat ini mengutip perumpamaan Maudgalyayana dan Buddha Sakyamuni yang menyelamatkan ibu mereka dari penderitaan, Orang yang percaya pada sutra ajaran sementara menganggapnya sebagai budi bakti, karena Maudgalyayana mencabut 34

Samantabadra | April 2018

penderitaan. Orang yang percaya pada sutra ajaran sementara menganggapnya sebagai budi bakti, karena Maudgalyayana mencabut penderitaan kelaparan dan Buddha Sakyamuni membuat ayah-ibunya mencapai Arahat. Namun Niciren Daisyonin sebaliknya mengatakan mereka bukan orang berbudi bakti. Dijelaskan bahwa budi bakti sesungguhnya adalah dapat memberi pencapaian kesadaran Buddha kepada ayahibu. Niciren Daisyonin mengatakan, hal ini tercapai karena sesuai dan bergantung pada Saddharmapundarika sutra, maka perbuatan isteri Gyobu Saemon no Jo yang menyumbang ibunya berdasarkan Saddharmapundarika sutra merupakan budi bakti sesungguhnya. Karena itulah Niciren Daisyonin memujinya dengan mengatakan bahwa karunia kebajikannya besar sekali. Upacara Ulambana berasal dari peristiwa Maudgalyayana yang tetah menyelamatkan ibunya yang jatuh ke dalam penderitaan Dunia Kelaparan. Maudgalyayana, salah satu dari sepuluh murid utama Buddha Sakyamuni, yang biasa disebut Maha Maudgalyayana dan terkenal “yang memiliki kekuatan gaib utama”. Dengan kekuatan gaibnya Maudgalyayana baru mengetahui bahwa ibunya Maudgalli, karena dosa kikir dan serakah jatuh kedalam Dunia Kelaparan selama 500 kali kehidupan. Walau Maudgalyayana ingin menyelamatkan ibunya, tapi dengan tenaganya sendiri tidak nampu. Setelah mendapat bimbingan dari Buddha Sakyamuni agar menyumbang para bhikku yang arif, baru bunya dapat diselamatkan. Tapi sumbangan Maudgalyayana masih berdasar ajaran Hinayana, hingga hanya dapat membebaskan ibunya dari dunia kelaparan, tidak dapat membimbing mencapai kesadaran. Dalam surat inipun dikatakan “dapat sedikit meringankan penderitaan ibunya dari dunia kelaparan”.


Dalam surat Ulamba tertera “ibunya dapat terhindar dari penderitaan dunia kelaparan selama satu kalpa” (Gosyo hal. 1428). Jelas ditunjukan belum tercapainya kesadaran sesungguhnya. Waktu itu Maudgalyayana telah mempertahankan 250 sila, memiliki prajna dan kekuatan gaib, tapi karena Saddharmapundarika-sutra belum dibabarkan, belum dapat menyelamatkan ibunya dari akar pokoknya. Surat Ulambana menjelaskannya: “Bagaimanapun Maudgalyayana sendiri belum mencapai kesadaran Buddha, maka sulit sekali dapat menyelamatkan ayah-bunda, apalagi orang lain (Gosyo hal. 1429). Kemudian hari setelah Saddarmapundarika Sutra dibabarkan, Maudgalyayana membuang 250 sila ajaran Hinayana dan dan menyumbang jiwa raganya kepada Saddharmapundarika sutra. Berdasarkan kepercayaan ini ia dapat menjadi Buddha dengan gelar Tamalapatrakandanagandha. Pada waktu itu ibundanya, Maudgalli, pun mencapai kesadaran Buddha. ini merupakan teori dasar sumbangan kebajikan kepada leluhur,peninggal atau nenek moyang. Demikianlah dapat dapat memberi sumbangan karunia kebajikan hanyalah melalui Saddharmapundarika sutra. Memberi sumbangan karunia kebajikan berarti, karunia kebajikan yang didapat karena menjalankan hukum Buddha, disumbangkan kepada orang-orang yang telah meninggal. Karena itu haruslah diketahui bahwa memberi sumbangan karunia kebajikan yang sebenarnya adalah dengan percaya dan mempertahankan Gohonzon Tri Maha Dharma Sakti dan menyebut Nammyohorengekyo, karena kebajikan yang diperoleh tersalurkan kepada nenek moyang, tiada sumbangan karunia kebajikan lainnya. Maka, sumbangan ulambana pun harus berdasar pada Gohonzon, apalagi karunia

kebajikan tersebut tidak hanya terbatas pada nenek moyang saja, bahkan diteruskan pada cucu buyut selanjutnya. Dalam surat Ulambana dikatakan: “Penderitaan karena keburukan besar diantara keburukan tidak hanya diterima diri sendiri, tapi berlanjut hingga keanak cucu hingga ketujuh generasi. Demikian pula halnya kebaikan besar diantara kebaikan” (Gosyo hal. 1430). Sekarang kita yang melaksanakan penyebarluasan hukum dan berusaha sepenuhnya melakukan pertapaan hukum Buddha, tidak hanya mewujudkan rejeki bagi sendiri, bahkan diteruskan hingga anak cucu tujuh turunan. Demikian petuah Niciren.

6

Vimalakirti menghina Maudgalyayana sebagai murid keenam guru non Buddhis dan Buddha Sakyamuni sendiri mengecam dirinya sebagai: “Saya akan jatuh kedalam dosa kikir dan serakah. Sungguh tidak baik”.

Anak Cabang

Keterangan: Dengan mengutip kalimat sutra Vimalakirti dan Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra ini diterangkan bahwa berbagai sutra ajaran sementara tidak memungkinkan berbudi bakti sesungguhnya. Kalimat: “Vimalakirti menghina Maudgalyayana sebagai murid keenam guru tidak non Buddhis” tidak jelas sumber sutranya, tapi dalam bab Ketiga Murid, bagian paru-awal pembabaran sutra Vimalakirti dikatakan: ”Seandainya Subhuti tidak melihat Sang Buddha dan tidak mendengar Dharma keenam guru non Buddhis seperti Puruna, Kasyapa dan lain lain, akan menjadi guru anda. Ini menjadi sebab dari yang keluar diduniawi. Kalau gurunya jatuh, anda juga turut jatuh”. Dari kalimat ini Niciren Daisyonin menerangkan dengan mengambil makna Subhuti sebagai Maudgalyayana bahwa

April 2018 | Samantabadra

35


Dwiyana tidak memiliki hati atau keinginan memberi manfaat kepada orang lain, hingga ditandaskan bahwa mereka bukanlah murid Sang Buddha. Karena itu, hukum Dwiyana (sutra ajaran sementara) tidak dapat mewujudkan pencapaian kesadaran bagi ibu, sehingga bukan merupakan jalan berbudi bakti. Selanjutnya ”Buddha sendiri mengecam dirinya sebagai “Saya akan terjatuh kedalam dosa kikir dan serakah. Hal ini sungguh tidak baik” yang terdapat dalam bab Upaya Kaulsalya, berarti sutra ajaran sementara tidak membabarkan pencapaian kesadaran yang sebenarnya, maka terjatuh kedalam dosa kikir dan serakah. Karena itu tidak dapat menghindarkan diri dari tidak berbudi bakti. Selanjutnya mari kita telaah bagaimana sutra-sutra sementara ini tidak menerangkan pencapaian kesadaran Buddha. Pertama perhatikanlah sutra Vimalakirti. Dalam sutra ini dengan tegas dipatahkan filsafat picik Hinayana dengan tujuan agar manusia memiliki perasaan Mahayana. Karena dengan pedas, tegas serta terus terang dinyatakan untuk mematahkan dan memecahkan dengan tidak mengijinkan mengikuti sutra lainnya. Walaupun sutra ini menguraikan diskusi Vimalakirti-seorang penganut yang kaya raya-tetapi percakapan itu ditujukan untuk mengecam keras seluruh Sravaka. Dalam surat Membuka Mata pun tertulis mengenai ini: “Karena itu suara tangisan Maha Kasyapa bergema sampai tiga ribu dunia, sedang Subhuti kehilangan akal sehingga membuang mangkuk ditangannya” (Gosyo hal. 205). Waktu itu Vimalakirti sedang menderita sakit dan Sang Buddha Sakyamuni meminta para sravaka dan Bodhisatva lainnya untuk menjenguk. Tapi karena hati kepercayaan mereka pernah dikecam keras oleh Vimalakirti, semua merasa segan untuk menjenguk. Akhirnya 36

Samantabadra | April 2018

Bodhisatva Manjusri mengunjunginya dan terjadilah berbagai tanya jawab. Kutipan “seandainya Subhuti..... “ diatas merupakan kecaman keras Vimalakirti kepada Subhuti. Demikian banyak Sravaka yang mendapat kecaman keras, termasuk Maudgalyayana. Disini Niciren Daisyonin mengutip kalimat kecaman yang ditujukan kepada Subhuti untuk menjelaskan keadaan Maudgalyayana. Selanjutnya kutipan kalimat ‘Saya akan jatuh kedalam dosa kikir dan serakah’ yang terdapat dalam bab 2 Saddharmapundarikasutra. Triyana dari sutra sementara dibuka dengan menerangkan Ekayana melalui syair “membuka yang tiga mewujudkan yang tunggal”. Sebelum kutipan kalimat ini ada kalimat: “para Buddha muncul didunia ini karena satu hal yang sesungguhnya ini, dua yang lain bukan yang sebenarnya. Hinayana tidak dapat menyelamatkan umat manusia”. Dengan demikian hukum Ekayana berarti Buddhayana yang dapat membuat membuat pencapaian kesadaran dan hanya inilah hukum sesungguhnnya yang ingin dibabarkan Sang Buddha. Sedangkan Triyana: Sravaka, Pratyekabuddha dan Bodhisatva bagaimanapun hanya Upaya Kausalya Sang Buddha. Maka diterangkan bahwa Hinayana tidak dapat menyelamatkan umat manusia. Kutipan kalimat yang menjadi permasalahan disini adalah bagian selanjutnya yang berbunyi: ”Sang Buddha sendiri menetap dalam Mahavana. Aku sendiri membuktikan jalan yang tidak ada tandingannya, yaitu hukum Mahayana yang adil dan merata. Bila membimbing berdasarkan Hinayana, sekalipun hanya satu orang , Saya langsung jatuh kedalam dosa kikir dan serakah. Hal ini sungguh tidak baik”. Hinayana yang dikatakan disini menunjukan seluruh sutra ajaran sementara, berarti termasuk juga ajaran semi Mahayana. Kalimat ini menjelaskan bahwa


menyelamatkan berdasarkan Hinayana bukan maksud pokok Sang Buddha. Dan penyelamatan melalui Hinayana akan menjatuhkan umat manusia kedalam neraka serta menutup jalan pencapaian kesadaran. Karena itu bila tidak menerangkan yang sesungguhnya, takan dapat mengelakan diri dari dosa kikir dan serakah. Melalui kalimat ini Sang Buddha sendiri mengecam diriNya dengan keras. Sesuai penjelasan diatas, Maudgalyayana dan Sang Buddha sendiri yang tak dapat melaksanakan budi bakti sesungguhnya berdasarkan sutra sementara, dikutip untuk memecahkan dan mematahkan sutra-sutra tersebut. Sekarang karunia kebajikan Ny. Gyobu Saemon no jo yang menyumbang Niciren Daisyonin-Buddha Tunggal yang menetap di dasar kalimat ajaran pokok Saddharmapundarika-sutra, sutra yang tak terbandingkan dengan ajaran sementarabesarnya sungguh tak terhitung.

ibu yang telah meninggal berdasarkan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) pasti diterima. Selanjutnya diajarkan untuk semakin kuat menuntut hukum Buddha yang sulit diperoleh ini Kalimat “terlebih lagi bila dinegara tersebut menginginkan prajna Buddha” terdapat dalam bab Perumpamaan Istana Khayalan Saddharmapundarika-sutra. Niciren Daisyonin mengutip kalimat ini untuk membuktikan bahwa dengan dibabarkannya Saddharmapundarika-sutra dan dikirimkan kepada ayah ibunya, Buddha Sakyamuni dapat berbudi bakti sesungguhnya. Kalimat ini menunjukan bahwa hanya Saddharmapundarika-sutra merupakan ajaran budi bakti sebenarnya. Kalimat ini mengandung makna amat mendalam, sehinggga dikatakan: ”harus diperhatikan orang bijaksana”. Hal diatas dijelaskan secara umum berdasarkan perbandingan antara ajaran sementara dengan ajaran sesungguhnya, tapi bila dipandang dari kesadaran dalam Waktu itu diucapkan: “Terlebih jiwa Niciren Daishonin, “sutra ini” berarti lagi bila dinegara tersebut hukum Buddha Tri Maha Dharma Sakti. Bila mendambakan Prajna Buddha, tidak berpegang pada Tri Maha Dharma Sutra ini dapat didengar”. Sutra ini Sakti takkan ada pencapaian kesadaran (Saddharmapundarika-sutra) harus Buddha dan budi bakti yang sesungguhnya. diperhatikan orang bijaksana. Maha guru Tien Tai mengetahui tapi tidak membabarkan hukum tersebut. Keterangan: Maka dalam surat ini Niciren Daisyonin Kalimat ini menjelaskan bahwa keinginan menyatakan: “Hukum ini disadari dalam jiwa pokok Sang Buddha adalah membabarkan saya, Niciren, sebagai hukum terunggul”. Saddharmapundarika-sutra, sehingga Mengirimkan hukum Tri Maha Dharma Sakti dapat terhindar dari dosa kikir dan serakah. berarti karunia kebajikan yang diperoleh Selanjutnya dengan mengirim sutra dari penyebutan Nammyohorengekyo di tersebut ke pada almarhum ayah bunda, hadapan Gohonzon Tri Maha Dharma Sakti dapat berbudi bakti sesungguhnya kepada disumbangkan kepada orang yang telah Beliau berdua. Saddharmapundarika-sutra meninggal. Dengan menyebut daimoku ini disadari dalam jiwa Niciren Daisyonin sepenuh jiwa raga tidak hanya akan tercapai sebagai hukum terunggul. Sehingga Beliau kesadaran Buddha bagi diri sendiri, bahkan memuji dan menghargainya. Kepada NY. dapat memastikan pencapaian kesadaran Gyobu Sae mon no jo diterangkan bahwa kiriman sumbangan karunia kebajikan kepada Buddha bagi almarhum ayah bunda. ***

7

Anak Cabang

April 2018 | Samantabadra

37


38

Samantabadra | April 2018


April 2018 | Samantabadra

39


40

Samantabadra | April 2018


April 2018 | Samantabadra

41


42

Samantabadra | April 2018


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Balasan kepada Yagenta Nyudo Gosyo Zensyu halaman 1228

LATAR BELAKANG |

S

urat yang diperkirakan ditulis pada tanggal 17 bulan 9 tahun Bun-ei ke-11 (1274) ini merupakan balasan dari laporan yang diterima mengenai kesembuhan Hojo Yagenta Nyudo. Isinya dengan tegas menjelaskan bahwa walaupun dikatakan telah mengetahui Saddharmapundarika-sutra, namun pada umumnya di dunia ajarĐ°n Buddha semua orang menyebarkan pemikiran salah yang ditarik dari aliran ketiga orang Mahaguru, yaitu Kobo, Jikaku, dan Cisyo. Bagaimana pun juga, pengertian yang benar sesuai dengan pembabaran Saddharmapundarika-sutra adalah harus dengan sungguh hati di dalam hati kepercayaan. Dengan menggunakan perumpamaan penyakit keturunan ditunjukkan, bahwa cara hati kepercayaan dan pengertian orang-orang waktu itu terhadap Saddharmapundarikasutra adalah langsung menerima dan meneruskan kesalahan dari Kobo dan lainnya.

Sebenarnya, teori mendasar mengenai penyakit keturunan ini lebih ditujukan pada kedudukan orang yang menyampaikan Saddharmapundarika-sutra dengan benar. Dalam hubungan orang tua dan anak, orang yang lebih dahulu menjalankan kepercayaan dan orang yang kemudian menjalankan, orang tua dan orang yang lebih dahulu menjalankan hati kepercayaan dengan benar adalah sumber diteruskannya Hukum Sakti. Demikian diajarkan tentang sumber pokok diteruskannya Hukum Sakti antara anak dan orang-orang yang kemudian menjalankan.

April 2018 | Samantabadra

43


ISI GOSYO |

T

idak ada hal yang istimewa. Setelah berdoa kepada Saddharmapundarika-sutra tetapkanlah pikiran bahwa pasti akhirnya menjadi seperti demikian. Terasa kerinduan kepada Konobe Nyudo, namun kini ia telah tiada. Saya merasa Anda merupakan kenangannya. Dengan demikian, hati tidak lagi hampa dan sedih; sungguh Sayа merasakan hal ini. Pada masa sekarang orang-orang mengatakan bahwa diri sendiri telah mengetahui Saddharmapundarika-sutra, sehingga terdapat banyak pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Namun, sutra dalam Saddharmapundarika-sutra mengatakannya ‘seperti penyakit-penyakit keturunan’. Dalam hal keturunan, sedikit sekali anak yang bentuk rupanya tepat sama dengan sang ayah, tetapi penyakit tersebut pasti menurun. Misalnya, anak anjing mewarisi kemampuan menyalak dari ibunya; anak kucing mewarisi gerakan induknya untuk menangkap tikus. Negeri Jepang mempunyal 66 provinsi dan dua pulau. Di dalamnya terdapat 11.037 kuil Buddha. Di situ, suatu waktu bhiksu dan bhiksuni berjumlah 3.000 orang atau 10.000 orang, atau 1.100 orang, atau 10 orang, atau satu orang. Semuanya bersumber pada Mahaguru Kobo, Jikaku, dan Cisyo sehingga merupakan murid-murid ketiga Mahaguru itu. Yang berkedudukan tinggi di Gunung Hiei di Kuil Timur (Toji), di Omuro, kepala-kepala kuil di tujuh kuil besar, sekjen kuil Onjo, Izu, Hakone, Niko, Jiko, dan lainlain; juga di kuil-kuil Keto dan sebagainya, semuanya adalah keturunan aliran dari tiga Mahaguru itu. Seperti ketiga Mahaguru itu, orang-orang ini jugа membaca Saddharmapundarika-sutra. Sekarang, mengenai unggul rendahnya Saddharmapundarika-sutra dari seluruh sutra yang dibaca oleh ketiga mahaguru ini. Mahaguru Kobo mengatakan bahwa unggulan ketiga adalah Saddharmapundarika-sutra, sedangkan Mahaguru Jikaku dan Cisyo mengatakan bahwa unggulan kedua adalah Saddharmapundarika-sutra, atau membacanya sebagai sastra yang kekanak-kanakan. Muridmurid dari aliran keturunannya sekarang juga sama. Namun, mata Niciren melihat bahwa unggulan paling utama adalah Saddharmapundarika-sutra. Bahwa semua ini memang sungguh sebenarnya dibabarkan dan dibuktikan oleh Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan para Buddha Sepuluh Penjuru. Mungkinkah salah meIihatnya? Perbedaan dengan ketiga mahaguru ini seperti air dan api. Orang-orang yang menerima aliran itu mengikuti ekor mereka, sehingga boleh menggunakаn tempat, sawah dan juga kuil seperti kepunyaannya sendiri. Memperdebatkan apapun juga, jika makna yang ditetapkan oleh ketiga Mahaguru tersebut salah, rasanya sulit untuk menolak hukuman pemfitnahan Dharma itu. Namun karena Niciren sendiri adalah orang yang mempunyai kekuatan kecil, sehingga sekalipun mengatakan demikian, orang-orang tidak mau menggunakannya. Oleh karena itu, orangorang negeri Jepang yang sekarang mengatakan, “Saya juga, Saya juga membaca Saddharmapundarikasutra”, tidak dapat berpikir untuk menggunakan Pintu Hukum yang didirikan oleh Niciren. Mengenai hal ini agar di kesampingkan dahulu. Sudah lama tidak mendapat kabar, sehingga mengkhawatirkan keadaan Anda. Utusan ini sangat menggembirakan. Penyakit Anda yang telah sembuh juga sangat menggembirakan. Selanjutnya harap memberi kabar lagi. Selamat. Bulan 9 tanggal 17 Surat Balasan pada Yagenta Nyudo tertanda, Niciren

44

Samantabadra | April 2018


KUTIPAN GOSYO |

1

Pada masa sekarang orangorang mengatakan bahwa diri sendiri telah mengetahui Saddharmapundarika-sutra Keterangan: Dalam Hukum Buddha yang terpenting adalah sutra yang sesuai dengan pembabaran Sang Buddha, mendapatkan pengakuan yang benar dan menjalankan pelaksanaan. Dalam Saddharmapundarikasutra dibabarkan bahwa seluruh sutra selain Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran upaya sementara. Di antara seluruh sutra hanya Saddharmapundarika-sutra saja yang langsung membabarkan kesadaran Sang Buddha. Oleh karena itu, Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang sungguh sebenarnya dan sutra yang tingkatannya paling tinggi di antara seluruh sutra. Hal ini diterangkan dengan jelas sekali. Oleh karena itu dalam membaca sutra, bagaimana pun harus mengetahui hati utama Saddharma dan mempercayainya. Jika tidak demikian, tidak dapat dikatakan melaksanakan dan mengetahui Saddharmapundarika-sutra dengan benar. Hal ini juga merupakan satu hal penting dalam mempercayai Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Pokok penting dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin ini dengan terang diwujudkan dalam Surat Perihal Membuka Mata. Dikatakan bahwa hanya Niciren Daisyonin lah Buddha Pokok yang mencakup tiga kebajikan, yakni Majikan, Guru dan Ayah Bunda yang dapat menyelamatkan manusia pada Masa Akhir Dharma. Niciren Daisyonin mewujudkan akar pokok kepercayaan dan pelaksanaan dari umat manusia Masa

Akhir Dharma yakni Dai Gohonzon dari kanjin. Percaya kepada Dai Gohonzon ini serta menyampaikan dan menyebarkan kepada seluruh umat merupakan akar pokok pelaksanaan. Surat ini menunjukkan dan menekankan bahwa, jika melepaskan akar pokok penting ini, walaupun mengakui Niciren Daisyonin unggul dan terhormat serta dikatakan percaya Hukum Buddha pun, harus diketahui, bahwa golongannya menjadi sama dengan perkataan dalam surat ini, “Diri sendiri mengetahui Saddharmapundarikasutra�.

2

Semuanya bersumber pada Mahaguru Kobo, Jikaku dan Cisyo sehingga merupakan murid-murid ketiga Mabaguru itu. Keterangan: Kalimat ini secara tajam menunjukkan sumber pandangan Saddharmapundarikasutra yang tersebar di Jepang waktu itu. Cara berpikir yang ada dalam masyarakat hanya merupakan hal yang telah tersebarluas dan dirasakan sebagai teori sesungguhnya yang tidak dapat digoyahkan. Namun Niciren Daisyonin memecahkan dan mematahkan secara tajam kelemahan ilmu jiwa manusia seperti itu dengan menunjukkan kekeliruan hal tersebut. Jika dipikirkan, cara berpikir dalam dasar kehidupan itu timbul dari gerakan budaya tradisi dan kenyataan, sehingga terdapat sifat teori sesungguhnya yang tak tergoyahkan. Pada dasarnya dalam cara berpikir dan berpandangan keagamaan pasti ada orang pertama yang mencetuskan pernyataan. Pandangan ini kemudian diwariskan sehingga orang yang rneneruskannya semakin banyak dan

April 2018 | Samantabadra

45


kemudian menjadi kewajaran. Orang yang pertarma-tama mencetuskan pernyataan tersebut semakin tinggi kekuasaan dan kewibawaannya, sehingga dapat menyampaikan cara pemikiran yang salah sebagai teori sesungguhnya yang tidak dapat diganggu gugat. Niciren Daisyonin mengumpamakan hal ini seperti penyakit keturunan. Permasalahannya adalah pada mulanya sakit ataukah sehat. Jika telah tertular, apa pun alasannya semua orang hanya berpikir ‘ya telah tertular’ sehingga tidak dapat melihat lagi sifat perbedaannya. Namun, jika kembali berdiri pada dasar pokok tentu dapat melihat dengan jelas. Apabila dipikir lebih dalam, penyakit seluruh masyarakat Jepang bersumber dari kesalahan tiga orang Mahaguru. Dalam negeri Jepang melalui Mahaguru Dengyo, Pintu Hukum Saddharmapundarika-sutra yang paling unggul dapat memecahkan pandangan sesat Enam Sekte Kota Selatan yang ada sehingga dapat berdiri dengan tegak. Akan tetapi, pada waktu itu di Tiongkok aliran Syingon Mikkyo baru timbul dan berkembang pesat dengan menjatuhkan Sekte Saddharma dari Tien-tai. Mahaguru Kobo mempelajari hal ini dan membawanya pulang ke Jepang. Dengan pandai ia mendekati penguasa pemerintahan, sehingga dapat menyebarluaskan Ajaran tersebut di Jepang. Bagi Kobo, menjatuhkan Saddharma dari Mahaguru Tien-tai yang waktu itu telah berdiri merupakan hal yang penting. Ia mendirikan Jujusyinron dan lain-lain serta menganggap Saddharmapundarika-sutra sebagai sutra rendah ketiga dibandingkan Sutra Mahavairocana dari Syingon. Tidak ada sutra lain yang pernah dibabarkan yang lebih sesat dari pada pembabaran Kobo mengenai sutra ini. Akan tetapi, Ajaran ini dengan 46

Samantabadra | April 2018

mudah dapat diterima. Hal ini disebabkan karena Kobo mengemukakan hal-hal mistik yang merupakan keistimewaan ajaran Mikkyo, sehingga mudah mempengaruhi orang banyak. Kobo mengetahui Ajaran Tao, pandai menulis syair dan selain itu juga meningkatkan gerakan sosial kemasyarakatan dengan membuka tanahtanah dan bangunan-bangunan, sehingga Ia diterima oleh orang-orang ketika itu. Ia menghantam altar dari Ajaran Bayangan Saddharma Mahaguru Dengyo dan mendirikan tempat pertapaan Kanjo di Kuil Todai untuk melaksanakan Pertapaan Hukum Menjaga Ketenangan Negara. Di pihak lain Ia mendirikan Kuil Kongobuji di Gunung Koya serta menambah kekuasaan dan kewibawaan melalui hal-hal kemasyarakatan. Di samping itu Ia juga menjalankan Kuil To di kota Kyoto untuk mewujudkan dan memperlihatkan tenaga kekuasaan serta menjadikan penguasa Ajaran Kota Selatan sebagai anak buahnya. Tingkat tempat kedudukkannya demikian kuat dan tidak tergoyahkan dalam dua hal itu, yakni istana dan ajaran Buddha. Sejak dipegang oleh Jikaku, penerus Sekte Tien-tai di Jepang setelah Mahaguru Dengyo, Gisyin dan Enco, Ajaran Mikkyo ditarik masuk ke dalam Sekte Tientai. Hal ini disebabkan Jikaku sendiri pergi ke Tiongkok untuk mempelajari Ajaran Syingon. Tetapi selanjutnya Ia banyak dipengaruhi oleh kejayaan ajaran Mikkyo dan Kobo. Jikaku menganggap Saddharmapundarika-sutra hanyalah teori Ajaran Rahasia. Ia menegakkan Sutra Mahavairocana sebagai ajaran Jiriku Mikkyo. Bahkan kemudian Cisyo, penerus Jikaku, menganggap Saddharmapundarika-sutra dan Sutra Mahavairocana sama-sama membabarkan teori Icinen Sanzen, tapi Sutra Mahavairocana mempunyai mudra dan mantra sehingga Sutra Mahavairocana


lebih unggul. Demikianlah Ia menegakkan makna teori yang sama, tetapi faktanya lebih unggul. Kemudian Sekte Tien-tai bukan lagi Sekte Saddharma dan menjadi Sekte Mitsu sehingga dinamakan Sekte Tien-tai Mikkyo. Dengan demikian makna utama sebenarnya adalah Saddharma runtuh dan hilang dari dua sisi dalam dan luar. Makna sesat dari Kobo yang mengatakan Saddharma adalah ketiga, serta Jikaku dan Cisyo yang mengatakan Saddharma adalah kedua menjadi hal yang umum dalam dunia ajaran Buddha di Jepang. Hal ini ditunjukkan dengan keras oleh Niciren Daisyonin. Mengenai Saddharmapundarikasutra merupakan sutra utama terunggul dijelaskan dalam kalimat Sutra Amitarta yang mengatakan, “40 tahun lebih belum mewujudkan yang sesungguhnya” dan kalimat Saddharmаpundarika-sutra sendiri dengan tegas mengatakan, “Dari semua sutra yang sudah dibabarkan, sedang dibabarkan dan akan dibabarkan, sutra ini yang paling sukar dipercaya dan paling sukar dimengerti”. Mengenai hal ini dibuktikan oleh Tathagata Prabhutaratna sebagai semua ini ‘sungguh sebenarnya’ dan dibuktikan pula oleh para Buddha sepuluh penjuru berdasarkan prasetya lidah yang panjang dan lebar. Bila dibandingkan dengan Saddharmapundarikasutra, pandangan Kobo, Jikaku, dan Cisyo yang ditegakkan tanpa memperhatikan pembabaran Saddharmapundarika-sutra mempunyai perbedaan ‘seperti air dan api’, maka tidak lain merupakan pandangan sesat.

3

Memperdebatkan apapun juga, jika maknа yang ditetapkan oleh ketiga mabaguru tersebut salah, rasanya sulit untuk menolak hukuman pemfitnahan Dharma itu.

Keterangan: Dalam kutipan di atas dijelaskan bahwa jika sudah salah dari akar pokoknya, maka keadaan cabang dan daunnya juga tidak berbeda. Berarti, dengan keras diperingatkan bahwa walaupun sungguh-sungguh menjalankan kepercayaan dan pelaksanaan, jika guru yang menjadi Sumber Pokok itu salah, maka tidak dapat dicapai kesadaran Buddha dan dalam kehidupan tidak akan merasa bahagia sama sekali. Dalam Hukum Buddha, walaupun sang guru benar, jika muridnya melakukan kesalahan, maka tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Demikian pula, walaupun sang murid sungguh-sungguh dan berkepercayaan murni jika mengikuti guru yang salah, juga tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. “Memperdebatkan apa pun” berarti tak ada gunanya sama sekali berdebat dengan Sekte Tien-tai yang telah melebur dengan Sekte Syingon yang berpandangan salah terhadap Saddharmapundarika-sutra, yang mendiskusikan ajaran Mahaguru Kobo seperti demikian, atau yang tergantung dari buku-buku yang ditulis oleh Mahaguru Jikaku. “Sulit menolak hukuman pemfitnahan Dharma”, berarti bahwa kesalahan menentang pembuktian dari Buddha Prabhutaratna dan Buddha Sakyamuni, bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah paling utama dan semua yang dibabarkan dalam sutra itu sungguh sebenarnya. Oleh karena itu, tidak dapat terhindar dari kesalahan menentang Hukum Buddha. Berdasarkan hukuman dosa ini timbullah penderitaan neraka. Dengan pembabaran sesat yang berbalik menentang pembabaran Buddha, Kobo, Jikaku, dan Cisyo telah menyesatkan umat manusia. Hukuman pemfitnahan Dharma tiga orang Mahaguru tersebut dibabarkan dengan jelas dalam

April 2018 | Samantabadra

47


Bab Perumpamaan Saddharmapundarikasutra, “Setelah hidup berakhir, mereka akan berdiam dalam neraka yang paling dalam (avici) selama satu kalpa penuh dan kemudian mereka akan jatuh makin dalam. Orang-orang bodoh itu akan melewati kelahiran berulang-ulang selama banyak kalpa”. Sungguh mereka merupakan orang yang mendapat hukuman berat. Dalam paruh awal Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) juga dikatakan, “Orang buruk ini adalah Honen, Kobo, Jikaku, Cisyo dan lain-lain. Karena tidak percaya, maka mereka jatuh ke dalam tiga jalan buruk”, (Gosyo Zensyu halaman 721). Kalimat ini juga dengan keras mematahkan ketiga Mahaguru ini yang merusak Hukum Buddha. Aliran ketiga Mahaguru yang salah ini diterima dan diteruskan oleh kuil-kuil, bhiksu, bhiksuni dan lainnya di dalam negeri Jepang. Sekalipun mereka ingin membenarkan makna ajaran diri sendiri dengan berdebatpun, tidak dapat terhindar dari hukuman berat yang sama seperti ketiga Mahaguru ini. Agama adalah pandangan orang yang mempercayai sesuatu yang menjadi dasar pokok cara berpikir, dan lebih mendalam lagi secara kejiwaan menentukan dan mempolakan arah sifat dan gerakan perilaku orang tersebut. Dunia memerlukan agama. Terdapat berbagai ulasan mengenai karunia dan hukuman sesuai dengan pandangan masing-masing agama. Yang terpenting, yang diperlukan adalah agama yang tidak tergoyahkan dalam menjelaskan masalah jiwa manusia yang merupakan akar pokok kehidupan dan masyarakat. Hal ini tidak hanya dari segi spiritual saja, melainkan juga mempengaruhi aliran jiwa hingga menjadi nasib dari segi akar pokok. Oleh karena itu, mengelompokkan dan mengkhususkan agama sebenarnya menjadi masalah yang utama dalam kehidupan ini. Hal ini harus diukir sedalam-dalamnya. 48

Samantabadra | April 2018

Akhirnya dalam Surat ini dikatakan, “Namun karena Niciren sendiri adalah orang yang mempunyai kekuatan kecil, sehingga sekalipun mengatakan demikian, orangorang tidak mau menggunakannya”. Sebelum surat ini, dalam Surat Berita Syimoyama dikatakan, “Tiga kali diperingatkan juga tidak mau menggunakan, maka diri sendiri masuk ke dalam gunung”, (Gosyo Zensyu halaman 358). Perkataan dalam kedua surat ini menjelaskan suasana jiwa Niciren Daisyonin ketika masuk ke dalam Gunung Minobu. Dalam keadaan seperti itu Beliau tetap mengatakan, “Penyakit Anda yang telah sembuh juga sangat menggembirakan”. Dari sini dapat dirasakan maha maitri karuna dan kehangatan hati Niciren Daisyonin yang tetap memikirkan keadaan seorang murid secara amat mendalam. ***


April 2018 | Samantabadra

49


50

Samantabadra | April 2018


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Menyikapi Keraguan dalam Hati Kepercayaan

1

Sebagian dari diri saya ingin percaya, tetapi sebagian lainnya merasa ragu-ragu. Benarkah jika saya meneruskan kepercayaan dengan cara demikian? Jawab: Biarpun orang-orang menetapkan hati mereka dalam pelaksanaan kepercayaan dan melakukan Gongyo setiap pagi dan sore, mereka pun pernah mengalami keraguraguan. Hal ini terjadi di saat permulaan kepercayaan, dan wajar karena belum merasakan kurnia Gohonzon. Dari sudut pandangan lain, kita belum dapat percaya pada Gohonzon dengan sungguh-sungguh karena kita masih mempunyai sisa karma pemfitnahan masa lampau. Berdoalah terus pada Gohonzon, Daimoku dengan segenap jiwa raga, untuk membersihkan jiwa Anda dari pemfitnahan masa lampau dan ketidakpercayaan. Bila timbul keragu-raguan, jangan sungkan untuk menanyakan kepada pimpinan atau anggota yang lebih senior dan meminta nasihat mereka. Saya yakin hampir semuanya dari mereka mempunyai pengalaman yang sama di saat permulaan perjalanan kepercayaan mereka. Mereka pasti akan menceritakan pengalaman dan keserbasalahan mereka, dan pasti bimbingan mereka akan mengena. Hal lain yang penting adalah untuk ikut serta dalam kegiatankegiatan dengan sungguh-sungguh dan mendengarkan pemgalaman-pengalaman

orang lain. Bila Anda mengikuti pertemuan diskusi terus menerus, Anda akan melihat bagaimana teman-teman Anda mengalami kemajuan. Lebih banyak pengalaman yang Anda dengar, lebih besar keyakinan Anda yang akan muncul dari dalam jiwa Anda dengan sendirinya. Juga penting sekali untuk belajar mengenai Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin, dan menjadikannya sebagian dari hidup Anda. Bila Anda meneruskan untuk belajar Gosyo, pelajaran Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin, dan melaksanakannya untuk diri Anda sendiri dan untuk orang lain dengan sikap yang selalu ingin mengerti, Anda pasti dapat mengatasi keragu-raguan Anda satu demi satu. Bila Anda ingin mengerti lebih dahulu, misalnya Sutra yang kita baca setiap hari pada waktu melaksanakan Gongyo, maka perjalanan sampai pada kepercayaan yang mantap akan berlangsung lama sekali. Kita memang hanya mengerti bahasa Indonesia. Misalnya, kata gula dalam bahasa asing tentu berlainan, tetapi rasa gula akan tetap manis. Kita tidak menemukan bahwa gula itu manis, setelah kita pelajari bagaimana menyebutnya dalam bahasa asing ini atau itu. Apakah kita mengerti atau tidak bahasanya, fakta tidak dapat diingkari bahwa rasa gula adalah manis, ke mana pun kita pergi. Sama halnya dengan, apakah Anda mengerti bahasanya atau tidak, Gohonzon akan memberikan kurnia pada Anda, di manapun Anda berada April 2018 | Samantabadra

51


Dalam Surat pada Horen dikatakan, “Kalau melaksanakan pertapaan Sutra ini tanpa hati kepercayaan, maka sama seperti memasuki Gunung Pusaka tanpa memiliki kedua tangan, dan sama seperti ingin mengadakan perjalanan ribuan kilometer tanpa kedua kaki”. (Hal. 1045). Sambil benarbenar mendalami kalimat ini di hati Anda, berjuanglah sekuat tenaga terus menerus hari demi hari, bulan demi bulan dengan sekuat tenaga.

2

Apakah bila kita benar-benar bertobat (Zange), maka dosa-dosa masa lampau dapat dihapuskan?

Jawab: Dalam ajaran filsafat lain pun, bila seseorang mengakui kesalahannya lebih banyak dimaafkan daripada tidak, apabila ia minta maaf dari dasar hatinya. Seorang tahanan yang berkelakuan baik dan menunjukkan itikad baiknya, masa hukumannya ada kemungkinan akan dikurangi. Hukum agama Buddha adalah Hukum yang maitri karuna agung, ajaran yang dapat menyelamatkan umat manusia. Maka itu, permintaan maaf yang sungguhsungguh di hadapan Gohonzon, bersamasama dengan segenap usaha pelaksanaan kepercacayaan akan menghapuskan segala dosa masa lampau. Permintaan maaf agar dapat melepaskan dosa-dosa berat yang pernah kita lakukan di masa lampau adalah pelaksanan yang paling penting dalam Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin menegaskan mengenai hal ini dalam berbagai Gosyo. Misalnya, dalam Surat Kepada Konicibo dikatakan, “Batu besar pun dapat mengapung di lautan, karena kekuatan dari perahu. Bukankah yang dapat memadamkan api merupakan fungsi air. Begitupun sama 52

Samantabadra | April 2018

halnya dengan dosa yang betapa kecil pun kalau tidak bertobat, maka tidak dapat terelakkan dari dunia yang buruk, akan tetapi walau dosa yang betapa besarpun, kalau bertobat maka dapat terhapuskan”. (Hal. 930). Kekuatan mengapungnya perahu yang tidak terkalahkan oleh dosa berat diumpamakan sebagai batu besar, yakni yang menjadikan karma baik adalah tobat. “Bertobat” dalam Hukum agama Buddha dikatakan duduk dengan lurus memikirkan wujud sesungguhnya. Yakni, jiwa raga menghayati dan mengamalkan wujud sesungguhnya adalah Saddharma. Jadi, hati yang percaya terhadap Gohonzon dengan menyebut Daimoku merupakan tobat yang sesungguhnya. Karena Gohonzon adalah perahu besar seluas alam semesta, maka tidak hanya batu besar, walau dosa karma berat sebesar bumi pun dapat diapungkan dengan tenang. Akan tetapi, yang terpenting adalah hati kepercayaan dan haruslah diketahui, bahwa tidak percaya dan pemfitnahan terhadap Hukum merupakan perbuatan yang membuat lubang dalam tubuh perahu. Yang terpenting adalah, kita harus mengakui pemfitnahan yang kita perbuat, minta maaf dari dasar hati kepada Gohonzon dengan sungguh-sungguh berdoa dan melaksanakan kepercayaan demi penyelamatan kebahagiaan umat manusia.

3

Menurut saya berdialog Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin amat sukar, jadi saya ingin mengerti dahulu, barulah menjalankannya. Apakah sikap saya ini benar? Jawab: Ada orang yang tidak ingin melakukan sesuatu kalau ia belum mengerti seluruhnya, dan mempunyai kepandaian yang cukup memadai untuk melaksanakannya. Selama


mereka menganut paham seperti ini, mereka tidak akan dapat mencapai sesuatu apapun. Misalnya, seseorang yang tidak pernah berenang dalam hidupnya. Selama ia menolak untuk terjun ke air, dan mengatakan bahwa ia akan melaksanakannya bila ia telah belajar bagaimana caranya berenang, ia tidak akan pernah bisa menguasai keahlian ini. Seseorang belajar bagaimana caranya berenang dengan benar-benar haruslah masuk ke dalam air dan berusaha matimatian untuk mengambang, didampingi oleh seseorang yang mempunyai pengalaman yang dapat diandalkan. Setelah berulangulang melaksanakannya, ia akan menjadi seorang perenang yang baik. Beberapa umat mengatakan, “Saya tidak mempunyai kemampuan untuk mengajak seseorang untuk turut menganut Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin�. Mereka seharusnya mengerti bahwa ini adalah alasan yang sesungguhnya mengapa mereka harus berdoa di hadapan Gohonzon – untuk mengembangkan kemampuan mereka. Bila semua orang yang kita perkenalkan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin mau turut menganut dengan segera, perdamaian seluruh umat manusia akan dapat dicapai tanpa usaha yang luar biasa. Dalam kenyataannya, bagaimanapun pergerakan kita ini adalah panjang dan tugas yang amat sukar. Karena tidak mudah untuk seseorang yang bukan umat untuk mengerti Hukum agama Buddha. Hal ini sebenarnya dapat diterima sepenuhnya. Coba kita pikirkan, misalnya orang tua yang jauh dari anak-anaknya, yang dilahirkan dari darah daging mereka sendiri, tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya. Atau suami dan istri yang masih dalam gelora cinta, tetapi sekarang gelombang pertikaian memisahkan mereka. Bila orang-orang yang demikian dekat hubungannya masih

mendapat kesukaran dalam berkomunikasi, adalah wajar bahwa kita harus mengalami kesukaran untuk membuat orang lain, yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kita, untuk mengerti Hukum agama Buddha. Bila seseorang yang Anda usahakan agar yakin akan keagungan Gohonzon, tidak mudah menerima dan melaksanakan, janganlah mengeluh. Mengeluh berarti bahwa Anda diatur oleh lingkungan Anda. Lebih sulit tugas ini, harus lebih banyak Daimoku. Menyumbang tenaga untuk perdamaian umat manusia, berarti lebih daripada hanya mengenai yang berhubungan dengan dialog Hukum agama Buddha atau melaksanakan aktivitas keagamaan. Keberadaan Anda harus menjadi harta yang berharga bagi perdamaian umat manusia. Dengan kata lain, berjuang untuk menjadi seorang yang berguna bagi daerah Anda, di dalam pekerjaan dan di dalam keluarga. Ada kisah sutra mengenai “Lampu seorang wanita miskin�. Seorang wanita yang miskin memotong rambutnya untuk membeli minyak untuk dipersembahkan kepada Buddha. Walaupun ia hanya dapat membeli sedikit minyak, lampunya menyala terus sepanjang malam, sementara lampulampu yang lain yang disumbangkan oleh orang-orang kaya padam oleh angin keras yang datang dari Gunung Semeru. Beberapa dari Anda sekalian mungkin terlalu sibuk melaksanakan segala kegiatan, mungkin mengalami kesulitan keuangan. Apapun yang terjadi, yang penting demi perdamaian umat manusia agar dapat membalas budi pada Gohonzon untuk pengumpulan sebab-sebab kurnia baik.

4

Saya tidak terlalu bersemangat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, walaupun pada waktu mendengarkan pengalaman seseorang di

April 2018 | Samantabadra

53


dalam pertemuan timbul semangat saya, namun setibanya di rumah lemah kembali. Bagaimanakah cara mengatasinya? Jawab: Memang, sering kali hati kita merasa gembira dan bersemangat oleh suasana pertemuan-pertemuan, tetapi semangatnya menurun ketika kita harus melaksanakannya. Sebaiknya kita mengerti akan kedalaman dan keagungan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin, jika kita tidak dapat melaksanakan kepercayaan, maka kepercayaan kita akan tetap hanya pada tingkat teori saja. Hendaknya selalu kita ingat pelajaran : kepercayaan yang diwujudkan melalui pelaksanaan. Keinginan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tidak muncul dengan sendirinya, yang disebabkan karena pimpinan mendorong Anda untuk berbuat demikian. Keinginan itu muncul bila Anda menghadapi suatu kesulitan dan menimbulkan semangat diri sendiri untuk mengatasinya dengan segala kekuatan yang Anda miliki. Misalnya, Anda melihat seorang anak terjatuh ke dalam kolam, apa yang anda perbuat ? Adalah wajar bila Anda segera menyelam ke dalam kolam itu dan menyelamatkan anak itu. Tentu saja tidak ada orang dewasa yang waras akan berdiri dengan santai dan tidak menolong, karena hanya memikirkan keselamatan dan kesehatan diri sendiri. Demikian pula dengan kepercayaan yang benar. Bila Anda menyadari kepercayaan sebagai inti pokok dari kebahagiaan Anda, Anda tidak akan ragu-ragu untuk melaksanakannya. Pertama-tama, Daimoku di hadapan Gohonzon dengan segenap jiwa raga. Maka, Anda akan menyadari betapa pentingnya untuk terlibat dalam kegiatankegiatan dan Anda tidak dapat begitu saja melaksanakan suatu keinginan yang timbul. Apakah yang Anda perjuangkan, Anda 54

Samantabadra | April 2018

memerlukan jiwa yang kuat agar dapat mengatasinya. Cobalah kita lihat mengenai bibit : lebih sering bibit-bibit itu diinjakinjak, maka makin tegar mereka tumbuh. Jadilah orang yang fleksibel tetapi kuat. Anda harus mengambil suatu pandangan yang luas mengenai kehidupan. Jika Anda kehilangan penglihatan kepercayaan karena terlibat dalam berbagai kesulitan atau tergoyahkan oleh kata-kata dan kelakuan orang-orang di sekitar Anda, Anda tidak perlu melukai siapapun selain diri Anda sendiri. Laksanakanlah kepercayaan sepanjang hidup sehingga pada akhirnya Anda dapat melihat ke belakang dan merasakan kegembiraan dan kepuasan mutlak. Inilah kurnia seseorang yang paling besar diperoleh dari pelaksanaan kepercayaannya. Jiwa Buddha terdapat dalam diri setiap orang, tidak dapat dirasakan, apalagi muncul kecuali bila seseorang bertemu dengan jodoh atau pengaruh yang baik. Tanpa jodoh yang baik, bibit jiwa Buddha di dalam diri seseorang tidak dapat bermekaran, apalagi berbunga dan berbuah. Ada orang yang mengatakan, bahwa keadaannya tidak memungkinkannya untuk melaksanakan kepercayaan. Mereka adalah seperti bibitbibit yang membenci tanah. Tanpa “Jodoh atau pengaruh� tanah dan pupuk, bibit tidak dapat berkembang dan tumbuh. Agar dapat membuat bibit Buddha kita berkembang, kita harus memanfaatkan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan kita (yang adalah “Jodoh baik bagi kita�) dengan kata lain, kesulitan-kesulitan kita sebagai pegas untuk pertumbuhan kepercayaan kita. ***


cermin kehidupan

Lukman Tanjung

menabung rejeki jiwa

M

enjelang paruh baya, penghidupan Bapak Lukman Tanjung, umat NSI daerah Tegal Alur, Jakarta, berada dalam ekonomi yang sulit. Tantangan hidup yang silih berganti membuatnya merasa rejeki di dalam hidupnya sudah habis. Pertemuannya dengan Gohonzon dan memulai perjalanan hati kepercayaan terhadap Nammyohorengekyo membuat jalan hidup kakek berusia 82 tahun ini terang dan berangsur membaik.

April 2018 | Samantabadra

55


Awal Syinjin Saya menerima Gohonzon pada tanggal 21 Mei 1980 di Jalan Padang nomor 27 oleh Ketua Umum NSI terdahulu, Bapak Johan Nataprawira (Alm.). Awalnya saya disyakubuku oleh teman saya yang bernama Bapak Loa Kang Wu saat saya berumur 43 tahun. Pada saat itu penghidupan saya dalam keadaan yang sangat sulit. Pada saat itu, saya bekerja di Perusahaan Angkatan EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut). Pekerjaan saya di perusahaan tersebut adalah sebagai supir truk. Untuk menjalankan hati kepercayaan sulit sekali. Bahkan untuk menjalankan Gongyo-Daimoku pagi dan sore tidak rutin, hal tersebut dikarenakan saya disibukkan dengan pekerjaan. Tapi untuk Gongyo pagi biasanya tetap berjalan karena jam 5 pagi saya sudah bangun untuk berangkat kerja.

Saya saat mengikuti perjalanan keagamaan ke Jepang bersama NSI.

56

Samantabadra | April 2018

Foto bersama keluarga besar saya; istri, anak-anak, para mantu, dan cucu-cucu.

Pada waktu itu, saya memiliki tujuh orang anak dan semuanya masih kecil. Sebagian ada yang sudah bersekolah tetapi masih ada juga yang belum. Penghasilan saya untuk biaya kebutuhan rumah tangga sangat minim sekali. Karena itu saya berpikir bahwa memang rejeki saya sudah habis. Saya bekerja banting tulang setengah mati tetapi uang yang dihasilkan sangat sedikit. Tetapi saya sadar bahwa sifat jiwanyalah yang harus diubah. Dan dirombak. Lalu, saya berusaha berdoa di depan Gohonzon dan tinjau diri atas perbuatan buruk yang pernah saya lakukan selama itu. Saya bertobat dan berhenti. Jangan sampai kejadian seperti itu terulang kembali. Saya juga terus berusaha untuk belajar dari pertemuanpertemuan yang diadakan di daerah maupun di pusat dan terkadang saya mengikuti kensyu.

Nyaris Meregang Nyawa Waktu terus berjalan, hampir satu tahun saya menerima Mandala Pusaka Gohonzon. Saya mendapat musibah yang luar biasa. Waktu itu, saat sedang muat barang dari kapal di Tanjung Priok di lapangan container untuk dibawa ke Tangerang. Barang tersebut dimuat dengan menggunakan mobil forklift. Ketika barang sedang dimuat ke mobil saya, mobil saya terdorong oleh forklift. Lalu, mobil tersebut menyelonong. Saat itu posisi saya berada di luar mobil. Melihat mobil tersebut berjalan dengan sendirinya akhirnya dengan cepat saya berusaha naik ke dalam mobil tersebut. Tetapi belum sampai saya di dalam mobil, mobil tersebut sudah menabrak tumpukan-tumpukan container lainnya. Akhirnya, saya terjepit di antara pintu mobil tersebut. Setelah itu, saya tidak sadarkan diri selama beberapa jam, kemudian saya


dibawa ke rumah sakit. Sayangnya, sesampainya di rumah sakit, rumah sakit tidak mau menerima. Lalu, saya dibawa pulang ke rumah dan sesampainya di rumah saya berdaimoku di depan Gohonzon dengan pasrah dan merenungi kejadian yang telah saya alami. Setelah itu saya dibawa ke sinshe Lo Ban Teng. Dari sinshe ini, saya diberi obat puyer. Ia mengatakan bahwa, “Kalau dalam waktu 10 menit obat puyer tersebut tidak bekerja, maka sudah tidak ada harapan.� Setelah itu ketika sampai di rumah, obatnya langsung saya minum. Sehabis meminum obat tersebut, sesuai dengan perkataan Sinshe, saya langsung muntah darah. Keesokan harinya, saya pergi ke rumah sakit untuk rontgen. Hasil rontgen menyatakan bahwa iga saya ada yang patah sebanyak tiga ruas.

Keesokan harinya, bos saya datang ke rumah saya. Beliau menyarakan saya untuk dibawa ke tabib di Pandeglang. Dengan keadaan tidak dapat berjalan sendiri, saya dibawa. Terapi di sana bukanlah diurut tetapi badan saya di tekan-tekan menggunakan lutut tabibnya dan digenjotgenjot. Dalam waktu 4 menit sampai 5 menit, saya disuruh untuk bangun sendiri dan saat itu juga, saya dapat berjalan sendiri tanpa bantuan orang lainnya. Kemudian, majikan saya juga memperhatikan keadaan saya sampai saya sembuh. Biaya pengobatannya pun ia yang bertanggung jawab sepenuhnya. Selanjutnya, dalam waktu 3 bulan saya tidak diijinkan untuk bekerja terlebih dahulu. Tetapi, gaji tetap diberi selama 3 bulan. Saya merasakan kekuatan Gohonzon memanglah luar biasa. Ketika ada kesempatan, saya Daimoku. Setelah 3 bulan terlewati, saya ingin bekerja kembali di karenakan memang sudah sembuh. Lalu saya datang ke kantor di Tanjung Priok dengan maksud ingin kembali bekerja kembali seperti biasanya. Tetapi tanpa di duga, saya malah diminta untuk menjadi pengurus atau kepala pool kendaraan di Jalan Peternakan II, Kapuk. Gajinya pun lebih baik dari sebelumnya. Anakanak saya dapat bersekolah semua. Bahkan ada yang

Bersama istri tercinta melalui perjalanan syinjin. Saat kensyu lansia NSI di kapal pesiar, Februari 2017.

sampai kuliah. Saya rasa inilah kekuatan Gohonzon. Aktif di Susunan NSI Setelah tiga bulan menerima Gohonzon, saya merasakan perasaan jiwa yang tenang dan bersemangat untuk bisa berpartisipasi dalam pesta kebudayaan NSI di Senayan. Saya ikut sebagai anggota koras (paduan suara) masal. Dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan, saya dapat melaksanakan dana paramita dengan kesungguhan hati saya. Waktu terus berjalan, saya bekerja sampai 20 tahun sebagai kepala pool kendaraan. Sayapun dapat ikut penataran di vihara NSI setiap bulan. Saya merasakan kekuatan Gohonzon memang diluar jangkauan pikiran kita. Yang kita kira tidak mungkin, jadi mungkin. Asalkan kita menjalankan dharma dengan kesungguhan hati. April 2018 | Samantabadra

57


Seiring berjalannya waktu, sebagai kepala pool kendaraan atau pengurus tidaklah mudah. Ada banyak kesulitan yang harus dihadapi. Saya berhadapan dengan orangorang yang tidak berpendidikan. Oleh karena itu, saya selalu ingat dengan kata-kata Buddha. Bila ada kejadian atas penderitaan apapun jangan sampai kita meninggalkan hati kepercayaan. Kita semua merupakan umat NSI, jadi kita harus dapat mengerjakan pekerjaan Buddha di antaranya, Syakubuku untuk memberi tahu dan menyebar luaskan kepada orang-orang yang belum bisa menyebut Nammyohorengekyo. Sampai sekarang, di umur saya yang sudah ke 82 tahun saya tidak pernah meninggalkan hati kepercayaan sekalipun. Masih banyak kesulitan yang harus dihadapi terutama mengenai masalah keluarga, tapi dapat diselesaikan dengan baik. Sekarang saya sudah pensiun, anak-anak semuanya mendukung untuk penghidu-

Bersama Ketua Umum NSI dan anggota keluarga saya di depan Balai Pusat NSI.

pan di hari tua. Bahkan tahuntahun sebelumnya sering di ajak ke luar negeri. Di antaranya, pergi ke Jepang mengikuti perjalanan keagamaan bersama susunan NSI berkeliling ke Pulau Sado, gunung Fuji, tempat makam Buddha Niciren Daisyonin, ke rumah Shijo Kingo dan tempat-tempat bersejarah lainnya bagi perkembangan agama Buddha Niciren Syosyu. Belajar adalah Proses Seumur Hidup Sampai sekarang saya masih bisa menjalankan hati kepercayaan dengan cara menjadi mahasiswa STAB (Sekolah

Bersama teman-teman seddharma mahasiswa STAB Samantabadra NSI seusai sesi kuliah.

58

Samantabadra | April 2018

Tinggi Agama Buddha) Samantabadra NSI. Meskipun saya kurang lancar mengikuti mata kuliah yang diajarkan dikarenakan kemampuan otak yang menurun, namun saya tetap bersemangat dan berjuang untuk belajar ilmu pengetahuan dan agama Buddha. Saya tidak pernah mempunyai pikiran untuk berpindah susunan dan bertekad akan tetap di NSI. Terima Gohonzon di NSI, sampai akhir hayat pun saya akan tetap di NSI. Begitu pula dengan keluarga, anakanak, menantu, dan cucu saya, saya selalu berpesan untuk menjaga dan mewarisi hukum Nammyohorengekyo ini, karena saya sudah merasakan banyak sekali bukti nyata dan rejeki dari menganut agama ini. Saya ingin generasi penerus saya merasakan kebahagiaan yang saya rasakan, berhasil dalam mengatasi berbagai tantangan hidup dan “menang� melawan kesesatan jiwa diri sendiri. ***


kesehatan

Kanker Serviks dan Human Papilloma Virus

B

erdasarkan data International Agency Research on Cancer dari World Health Organization (WHO) tahun 2012, kanker leher rahim atau lebih dikenal sebagai kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab kematian terbanyak perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Setiap tahunnya, sebanyak 20.928 perempuan Indonesia terdiagnosis kanker serviks dan 9.498 diantaranya meninggal karena penyakit ganas ini. Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2012, Indonesia memiliki tingkat kematian, insiden, dan prevalen di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Lebih dari 1 perempuan di Indonesia meninggal setiap jam

karena kanker serviks dan terdapat 58 kasus baru yang dilaporkan setiap harinya. Apa itu Kanker Serviks? Kanker Serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim . Serviks adalah salah satu bagian dari rahim Serviks yang terdiri dari mulut dan leher rahim. Apa penyebab Kanker Serviks? Kanker serviks bukan penyakit keturunan, melainkan penyakit yang terjadi karena perubahan sel normal serviks yang diakibatkan oleh sebuah virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV) atau infeksi HPV. Ada sekitar 130 tipe HPV, sebagian bersifat ganas atau bisa menimbulkan kanker, seperti kanker bibir kemaluan dan

kanker serviks. Ada juga yang bersifat tidak ganas, umumnya menyebabkan kutil kelamin. Penyakit kanker serviks sebagian besar disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Siapa saja yang dapat terinfeksi HPV? Infeksi HPV bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, bahkan remaja atau anak-anak yang belum aktif secara seksual pun bisa terpapar virus ini. Virus HPV juga tidak memandang gender – bahkan 8 dari 10 pria dan perempuan dapat terinfeksi HPV yang ditularkan melalui sentuhan kulit ke kulit. Laki-laki dapat menderita penyakit HPV seperti kanker mulut, kanker anus, kanker penis dan penyakit kutil kelamin (genital warts). April 2018 | Samantabadra

59


Banyak orang yang terpapar virus HPV dalam tubuhnya tidak merasakan adanya tanda-tanda atau gejala, sehingga mereka dapat menularkan virus tanpa menyadarinya. Kabar baiknya, tidak semua perempuan yang terinfeksi HPV akan menderita kanker serviks. Kekebalan tubuh yang baik mampu membersihkan infeksi HPV. Namun, daya tubuh dapat ditingkatkan dengan vaksinasi HPV agar dapat secara efektif membentuk antibodi (sistem kekebalan) yang cukup dalam tubuh untuk melawan infeksi virus HPV Apakah perempuan dengan sistem imun tubuh yang kuat dapat terinfeksi HPV? Sistem imun tubuh yang baik dapat membersihkan infeksi HPV. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ternyata hanya 50% perempuan yang memiliki kekebalan terhadap HPV dan kekebalan tersebut ternyata tidak dapat melindungi terhadap infeksi berulang, sehingga dapat berkembang menjadi kanker dalam kurun waktu beberapa tahun. Apakah infeksi HPV dapat terjadi pada remaja? HPV dapat terkena pada 60

Samantabadra | April 2018

usia remaja rata-rata 9-15 tahun karena pada masa remaja sejalan dengan masa pertumbuhan mereka, struktur organ serviks lebih rentan terhadap infeksi HPV.

dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Tindakan pencegahan primer atau yang terpenting untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan vaksinasi Apakah infeksi HPV dapat HPV. Vaksinasi HPV sembuh? membuat tubuh membentuk Infeksi HPV seperti kutil antibodi terhadap virus HPV, kelamin dapat ditangani, sehingga virus yang masuk namun tidak secara akan mati dan tidak sampai langsung menghilangkan menimbulkan kanker serviks. virus penyebabnya. Pada Penyebaran kanker serviks umumnya infeksi HPV akan juga dapat dicegah dengan sering muncul kembali jika tindakan pencegahan tidak memiliki antibodi sekunder yaitu melalui (sistem kekebalan) yang deteksi dini dengan cukup dalam tubuh untuk melakukan skrining dengan melawan infeksi virus HPV. IVA atau tes Pap. Pap smear dan IVA bertujuan Apakah menikah muda untuk mengetahui sedini bisa meningkatkan risiko mungkin ada/tidaknya kanker serviks? ketidaknormalan pada Ya, jika hubungan seksual serviks. dilakukan pada usia dini, Dengan hasil yang dapat dimana struktur serviks terlihat dari tes Pap, apabila masih belum matang, terdapat ketidaknormalan maka menjadi lebih rentan maka dapat dilakukan terhadap infeksi HPV yang perawatan atau pemeriksaan dapat berkembang menjadi lanjutan dan penanganan kanker serviks. Lapisan semenjak dini. Hal ini terluar dinding serviks belum sangat meningkatkan angka matang terbentuk sehingga kesembuhan, apalagi pada saat berhubungan seksual mereka yang terdeteksi pada mudah terjadi perlukaan saat masih berupa stadium kecil sebagai tempat pra-kanker (sebelum menjadi masuknya virus. kanker). Sumber: https://cegahkankerserviks.

Apakah kanker serviks dapat dicegah? Menurut WHO, ada dua tindakan yang dapat

org/info-kanker-serviks/


wawasan

Rahasia Dibalik Kelezatan Tahu Sumedang

Ketika leluhur orang Tionghoa datang ke Indonesia, mereka bukan bawa agama sebagai orang Arab atau orang Barat. Tetapi, mereka bawa makanan yang lambat laun menjadi makanan rakyat Indonesia jelata.” Penggalan kalimat di atas disampaikan oleh Kwee Kek Beng dalam prasarannya berjudul ‘Sumbangsih Apakah yang Dapat Diberikan oleh Warganegara Indonesia Keturunan Asing kepada Pembinaan Kebudayaan Nasional Indonesia?‘. Kalimat tersebut lantas diperkuat

JJ Rizal, tahu disajikan orang Tionghoa di nusantara pada abad ke-10. Namun terbatas di kalangan elit. Ungkapnya seperti dilansir Historia.id. Menginjak abad ke-19, warga pulau Jawa dilanda kelaparan dan kekurangan gizi akibat cultuurstelsel (Tanam Paksa). Sumber pangan mulai sulit, saat itulah tahu muncul sebagai pangan alternatif. Dan tahu menjadi penyelamat krisis orang Jawa dari masa krisis asupan gizi. Kini, keberadaan tahu menjadi makanan merakyat. Bahkan menjadi sebuah ikon khas dari salah satu kota di Jawa Barat, Sumedang. Kemasyhuran tahu sumedang sudah tak asing lagi bagi kita semua.

oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Hoakiau di Indonesia. Walaupun bangsa Barat ke Indonesia membawa keju dan mentega, kepopulerannya tak bisa menandingi makanan Tionghoa nan murah seperti tahu, takwah, kecap, bakmi, teh, taoco, sayur asin dan sebagainya. Tutur Pramoedya. Sebagai salah satu makanan khas Tiongkok, tahu memiliki sejarah tersendiri di bumi nusantara. Istilah tahu terdiri dari dua suku kata Tionghoa yakni tao/teu yang berarti kacang kedelai dan hu berarti hancur. Menurut sejarawan

Rahasia Dapur Tahu Sumedang Tahu seolah menjadi identitas bagi kota Sumedang. Perkembangannya tak bisa dilepaskan dari sejarah keberadaan imigran Tionghoa bernama Ong Kino. Sam Setyautama dalam bukunya Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa menuliskan jika niat awal Ong Kino membuat tahu awalnya untuk menyenangkan istrinya. Ketika teman-temannya mencoba dan dirasa enak, muncullah ide Ong Kino untuk menjajakan tahu itu di April 2018 | Samantabadra

61


Sumedang. Pada suatu ketika, kemasyhuran rasa tahu buatan Ong Kino ini sampai di telinga Pangeran Situraja. Sang pangeran lantas mampir ke tempat pembuatan tahu Ong di Tegal Kalong. Sesampai disana, Pangeran Situraja menilai tahu itu akan laku keras dan disukai banyak orang. Bak mantra manjur, tahu olahan Ong Kino menjadi primadona kota yang berjarak 45 kilometer dari Bandung ini. Hingga kini, banyak orang bertanya-tanya apa rahasia dibalik kelezatan tahu legendaris tersebut. Ada yang menyebut kandungan air di daerah Sumedang yang beda seperti mata air panas, mata air rasa asin, dan maa air rasa asam di blok sawah Cipanas. Tak cukup sampai disitu, ternyata ada rahasia lain dibalik proses pembuatannya. Berikut 7 diantaranya yang dikutip dari buku Indonesia Poenja Tjerita. • Bahan baku tahu Sumedang menggunakan kedelai lokal. Walaupun lebih kecil namun dipercaya memiliki cita rasa lebih lezat daripada kedelai impor. • Pembuatan tahu Sumedang juga dipengaruhi oleh kandungan air daerah tersebut yang mengandung banyak mineral seperti kalsium. Kandungan inilah yang dipercaya membuat tahu lebih kenyal dan awet walau tanpa bahan pengawet buatan.

62

Samantabadra | April 2018

• Sebelum diolah menjadi tahu, kedelai direndam selama lima jam. Jika melebih waktu lima jam maka rasa akan berubah. • Yang tak kalah penting lagi adalah kebersihan mesin penggiling dan peralatan. Karena sari kedelai yang tertinggal di dalam mesin akan membuat tahu menjadi asam. • Percampuran cukai dengan sari kedelai dilakukan sedikit demi sedikit sembari diaduk, tak dilakukan secara sekaligus. Hal ini akan membuat sari kedelai menggumpal sempurna. • Beda dari yang lain, tahu Sumedang tidak menggunakan bahan pengawet buatan. • Penggorengan dilakukan dengan menggunakan minyak baru dan berlimpah pada suhu paling tinggi. Minyak tersebut tak digunakan berulang-ulang. Dulu, proses penggorengan dengan minyak kacang. Kini karena semakin sulit dan mahalnya minyak kacang maka diganti dengan minyak goreng. Itulah beberapa rahasia dibalik tahu Sumedang yang terkenal akan kelezatannya. Indonesia memang kaya akan asimilasi budaya, termasuk budaya kuliner. Jika dulu tahu dikenal sebagai makanan khas Tiongkok penyelamat kekurangan gizi, kini

keberadaannya di Indonesia telah menjadi bagian dari khazanah budaya kuliner bangsa. Dan, sudah sepatutnya kita sebagai generasi penerus menjaga dan melestarikannya.

Sumber: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2018/01/02/ rahasia-dibalik-kelezatan-tahu-sumedang-yangmelegenda


KEK Mandalika: Pesona Sejarah Paspampres Indonesia Alam Baru di Pulau Lombok

1945 BERAWAL DARI DELAPAN PERSONEL TOKUBETSU KEISATSUTAI Sehari setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Hari itu juga, delapan provinsi pertama Indonesia ditentukan. Ketika itu, bekas tentara Pembela Tanah Air (Peta) dan Heiho (orang Indonesia yang masuk tentara Jepang) telah dibubarkan dan dilucuti senjatanya oleh Jepang. Hanya polisi yang masih memiliki senjata. Pada saat kabinet dibentuk, para pemuda polisi dari Tokubetsu Keisatsutai (pasukan polisi istimewa) merasa perlu ada pengawalan bagi Presiden. Pembantu Inspektur Mangil beserta delapan polisi pun mengajukan diri untuk mengawal Bung Karno. Tim ini pula yang kemudian melakukan operasi penyelamatan Bung Karno dari Jakarta ke Yogyakarta pada tanggal 3-4 Januari 1946 dengan menggunakan kereta luar biasa. Keberhasilan operasi ini kemudian dikenang sebagai hari lahir Paspampres. 1946 DETASEMEN KAWAL PRIBADI Pada masa pemerintahan Soekarno, satuan pengawal khusus presiden bernama Detasemen Kawal Pribadi (DKP). Anggotanya berasal dari satuan polisi istimewa. DKP dalam baktinya berhasil mengamankan Presiden Soekarno dari beberapa upaya pembunuhan. Beberapa contohnya yakni saat Presiden Soekarno dijadwalkan untuk berpidato di Makassar pada Januari 1962 dan penembakan ketika presiden soekarno sedang shalat idul adha di istana negara. Dalam dua peristiwa itu, sejumlah personel DKP mengorbankan diri mereka sebagai perisai hidup Presiden.

April 2018 | Samantabadra

63


1962 RESIMEN TJAKRABIRAWA Setelah berbagai upaya pembunuhan Presiden Soekarno dilancarkan oleh sejumlah kelompok, keamanan Presiden saat itu pun kian mengkhawatirkan. Atas usul Menkohankam/ KASAB (Kepala Staf Angkatan Bersenjata) Jenderal AH Nasution, Presiden akhirnya membentuk sebuah pasukan yang secara khusus bertugas untuk menjaga keamanan dan keselamatan jiwa kepala negara beserta keluarganya. Pasukan khusus tersebut dikenal dengan Resimen Tjakrabirawa. Nama Tjakrabirawa diambil dari nama senjata pamungkas milik Batara Kresna yang dalam lakon wayang purwa digunakan sebagai senjata penumpas semua kejahatan. Kemudian, bertepatan dengan hari ulang tahun Bung Karno, 6 Juni 1962, dibentuklah kesatuan khusus Resimen Tjakrabirawa dengan SK Nomor 211/PLT/1962. Pada awalnya, Resimen Tjakrabirawa hanya terdiri dari Detasemen Kawal Pribadi (DKP), yang saat itu di bawah pimpinan Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjoyo. Tjakrabirawa menjadi satuan yang dipilih dari anggotaanggota terbaik dari empat angkatan, yakni Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian yang masing-masing terdiri dari satu batalyon. Saat itu, Resimen Tjakrabirawa dipimpin oleh Komandan Brigadir Jenderal Moh Sabur dengan wakilnya, Kolonel CPM Maulwi Salean. 1966 SATGAS POMAD PARA Setelah peristiwa G 30 S/PKI, Resimen Tjakrabirawa kemudian dilikuidasi. Selanjutnya, pada 25 Maret 1966 dibentuk Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas Pomad) dengan Letkol CPM Norman Sasono sebagai komandannya. Dalam tugasnya ini, Satgas Pomad Para berisikan 2 batalyon Pomad Para, 1 batalyon infanteri Para Raider, serta 1 Detasemen Kavaleri Panser dengan rincian Batalyon Pomad Para sebagai inti, dengan bantuan dari Denkav Serbu, Denzipur, Korps Musik Kodam V Jakarta Raya, Batalyon II Pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara, Batalyon Brimob Polisi Negara, serta Batalyon Infanteri 531/Para Raiders dari Kodam VIII Brawijaya.

64

Samantabadra | April 2018


Pada 10 Juni 1967, Direktur Polisi Militer Angkatan Darat dibebastugaskan dari komando terhadap Satgas Pomad Para. Pembinaan satuan khusus ini kemudian ditetapkan untuk berada langsung di bawah perintah Menteri/Panglima Angkatan Darat dan Wakil Presiden. 1970 PASWALPRES Presiden RI Jenderal TNI Soeharto selaku Panglima tertinggi ABRI sejak awal tahun 1970 turun langsung membenahi organisasi ABRI hingga tertata dan terintegrasi di bawah satu komando Panglima ABRI. Satgas Pomad Para yang saat itu di bawah kendali Markas Besar ABRI pun ikut dibenahi dengan dikeluarkannya Surat Perintah Menhankam Pangab Nomor Sprin/54/I/1976 tanggal 13 Januari 1976. Melalui surat perintah tersebut ditentukan tugas pokok Paswalpres, yaitu menyelenggarakan pengamanan fisik secara langsung bagi Presiden RI serta menyelenggarakan juga tugas-tugas protokoler khusus pada upacara-upacara kenegaraan. 1988 PASPAMPRES Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Kep/02/II/1988 tanggal 16 Februari 1988, ditetapkan Paswalpres masuk dalam struktur organisasi BAIS TNI. Dalam perkembangan selanjutnya, kata “pengamanan” dinilai lebih tepat digunakan daripada “pengawalan” karena mengandung makna yang menitikberatkan kepada keselamatan obyek yang harus diamankan. Sesuai dengan tuntutan tugas sebagai Pasukan Pengawal Presiden nama satuan Paswalpres diubah menjadi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Berdasarkan keputusan Pangab Nomor Kep/04/VI/1993 tanggal 17 Juni 1993, Paspampres tidak lagi di bawah Badan Intelijen ABRI, tetapi di bawah Pangab dengan tugas pokok melaksanakan pengamanan fisik langsung jarak dekat terhadap Presiden, Wakil Presiden, serta tamu negara setingkat kepala negara, kepala pemerintahan, dan keluarganya termasuk undangan pribadi serta tugas protokoler khusus pada upacara kenegaraan yang dilakukan baik di lingkungan Istana Kepresidenan maupun di luar. (Sumber: http://vik.kompas.com/paspampres/)

April 2018 | Samantabadra

65


ruang anak

Hai anak-anak NSI! Kali ini yuk berkreasi dengan warna. Selamat mewarnai, ya!

Sumber: http://leversetdujour.info/friendship-coloring-pages-printable.html#

66

Samantabadra | April 2018


Resep Choipan Bahan-bahan 5 porsi Bahan Kulit : 200 gr Tepung beras 50 gr Tepung kanji 2 sdm Minyak sayur 1/2 sdt Garam 400 ml Air Isian : 1/2 kg Bengkoang, iris korek api 1/4 kg Udang basah kupas, cincang kasar atau 1 ons Ebi 4 siung Bawang putih, cincang halus Garam, Merica bubuk, Gula (secukupnya) Saos pelengkap : 10 bh Cabe merah (boleh ditambah atau dikurangi) 2 siung Bawang putih 2 sdm Cuka Gula, Garam (sesuai selera) 500 ml air

Langkah (45 menit) 1. Campur rata semua bahan kulit di panci atau kuali, panaskan di kompor, aduk sampai mengental dan adonan bisa dipulung. 2. Tumis bahan isian, koreksi rasa. 3. Ambil sedikit adonan kulit, giling tipis (alas dengan plastik), beri isian, lipat menjadi setengah lingkaran (beserta plastiknya), cetak dan tekan dengan bibir gelas menjadi bentuk pastel. Kukus 20 menit. (Untuk 25 buah Choi Pan, atau 50 buah Choi Pan mini. Tambahkan bawang putih goreng untuk taburan) 4. Saus: Haluskan cabe dan bawang putih, masak beserta air, gula dan garam, tambahkan cuka. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/4491321-choi-pan

April 2018 | Samantabadra

67


pengumuman

Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

Berita Duka Cita

Bapak Poo Seng Lay

Bapak Tjoeng Jin Long

Ibu Lyanawati (Lian Hoa)

Meninggal pada usia 88 tahun 06 Januari 2018 Umat NSI Singaraja Bali

Meninggal pada usia 85 tahun 18 Januari 2018 Umat NSI Bandung Jawa Barat

Meninggal pada usia 68 tahun 22 Februari 2018 Umat NSI Bogor Jawa Barat

Bapak Kwee Tjiong Sen Wie (Eddy Kedung Kule)

Meninggal pada usia 72 tahun 26 Januari 2018 Umat NSI Karawang Jawa Barat

Bapak Haryanto Salim Meninggal pada usia 64 tahun 19 Januari 2018 Umat NSI Palembang Sumatera Selatan

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

68

Samantabadra | April 2018


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan April 2018

Jadwal Kegiatan Susunan NSI Bulan April 2018

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8

Hari Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Jam 13:00

Kegiatan Kensyu Gosyo Umum Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta

Tempat Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI

19.00

Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabodetabek

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00

Ceramah gosyo

Daerah masing-masing

10:00 10:00 10:00 13:00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00

Pertemuan GM Jabodetabek Pertemuan Anak Jabodetabek Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

9 10

Senin Selasa

11

Rabu

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

19.00

Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 19.00

Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Pelajaran Anak Cabang

Daerah Masing-Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

14.00

Pertemuan Wanita Daerah

Daerah Masing-Masing

19.00

Pertemuan Anak Cabang

10.00 14.00 19.00

Pertemuan GM Daerah Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 Bagian

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

23 24 25

Senin Selasa Rabu

13.00 19.00

Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta Pertemuan DPD & DPW Jabodetabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Vihara Sadaparibhuta NSI

26 27 28 29 30

Kamis Jumat 13.00 Sabtu Minggu Senin

Kensyu Gosyo Umum + Peringatan Hari Kartini Kensyu Gosyo Umum + Peringatan Hari Kartini Kensyu Gosyo Umum + Peringatan Hari Kartini Kensyu Gosyo Umum + Peringatan Hari Kartini

Vihara Vimalakirti Bali Vihara Vimalakirti Bali Vihara Vimalakirti Bali Vihara Vimalakirti Bali April 2018 | Samantabadra

69


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

70

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | April 2018

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.