SAMANTABADRA | JULI 2018 | NOMOR. 294
DPP NSI, PERSONIL MARCHING BAND MANDARAVA NSI, DAN SEGENAP UMAT NSI BERFOTO DI PELATARAN CANDI BOROBUDUR SEUSAI PAWAI WAISAK NASIONAL 2018. MAGELANG, 29 MEI 2018
Samantabadra gosyo kensyu SURAT BALASAN KEPADA MATSUNO DONO gosyo cabang SURAT BALASAN KEPADA KYO’O DONO liputan PERINGATAN WAISAK 2018
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
J
u
l
i
2 0 1 8
07 # 294
prosesi pelepasan lampion peringatan waisak nasional 2018 di pelataran candi borobudur dikelilingi peserta yang antusias mengabadikan momen dengan gawai mereka.
Ketua Umum NSI menerbangkan lampion mendampingi Menteri Agama RI dalam rangkaian seremoni peringatan Hari Waisak Nasional di Candi Borobudur.
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Hidup dan musnah berakhir dengan kemusnahan, namun musnah dengan kesadaran menjadi kegembiraan Keterangan halaman muka Marching Band Mandarava NSI dalam Pawai Waisak Nasional 2018 dari Candi Mendut ke Candi Borobudur.
Surat Balasan kepada Matsuno Dono
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Badan Ringan Hukum Berat Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahavihara Saddharma NSI, 02-03 Juni 2018
Nammyohorengekyo, Dalam gosyo ini, Niciren Daisyonin pertama-tama menjelaskan tentang ajaranajaran yang ada di Tiongkok dan Jepang sebelum agama Buddha mulai tersebarluas. Pada saat itu, ada beberapa filosofi yang mengajarkan tentang etikaetika kesantunan dan budi pada orangtua, guru, dan sebagainya. Tetapi, satu hal yang tidak diajarkan oleh filosofifilosofi tersebut adalah hukum karma. Karma atau sebab-akibat yang kita perbuat menyangkut masa lampau, masa sekarang dan masa akan datang. Agama Buddha menjelaskan bahwa sebetulnya, kehidupan kita, beserta dengan permasalahan apapun yang terjadi pada masa sekarang, berkaitan dengan perbuatan kita di masa lampau. Melalui gosyo ini, Niciren Daisyonin kembali menegaskan dan mendorong
Ibu dari Otogoze agar beliau semakin meyakini bahwa keyakinannya adalah kepercayaan yang paling tepat, dan perjalanannya pasti akan selalu dilindungi oleh seluruh dewa-dewi. Fungsi dari agama adalah untuk menghindari dan mengatasi kesembronoan dan kedangkalan dalam pikiran manusia. Agama muncul ketika suatu masyarakat tidak melakukan sesuatu apa dengan pertimbangan yang dalam, sehingga menimbulkan kekacauan. Ketika agama muncul, keadaan dan kondisi tersebut pun dapat berubah, sehingga kedamaian pun dapat dicapai dan dipertahankan. Agama juga dapat memengaruhi hubungan manusia, di mana umat-umat menjalin hubungan yang penuh persaudaraan. Kalau makna dan fungsi utama dari agama adalah hal tersebut, tidak mungkn ada konflik antara agama. Tetapi, yang
timbul adalah konflik yang mengatasnamakan agama, yang menyalahgunakan agama. Maka itu, perlu ada persatuan yang kuat antar umat beragama. Semangat Buddha adalah semangat untuk mempersatukan. Buddha senantiasa memikirkan cara agar seluruh makhluk hidup dapat memperoleh jalan menuju pencapaian kesadadran Buddha. Kita pun sebagai murid-murid Buddha harus mengoreksi diri kita sendiri, untuk merubah keinginan dan pikiran yang senantiasa memprioritaskan uang dan masalah-masalah dalam kehidupan kita, menjadi keinginan untuk mencapai kesadaran Buddha. Buddha Sakyamuni berkata bahwa kalau kita ingin mencapai kesadaran Buddha, hal yang paling pokok untuk dimiliki adalah kesungguhan hati. Kedua adalah ajaran yang dianut Juli 2018 | Samantabadra
1
harus tepat guna dan tepat waktu. Sebagai bukti, Buddha Sakyamuni menyatakan hal ini pada Bab 16 dalam Saddharmapundarikasutra. Ketiga, kita juga harus berjodoh dengan guru yang tepat, yang betulbetul memahami makna sebenarnya daripada ajaran Saddharmapundarika-sutra. Guru itu pun adalah guru yang sudah menjalankan ajaran Saddharmapundarikasutra dengan badan dirinya sendiri, Niciren Daisyonin, yang juga sudah berjodoh dengan kita. Kedua faktor tersebut sudah terpenuhi, berarti tinggal kesungguhan hati kita (Kokoro Zasi) yang harus selalu kita tingkatkan, seperti yang kita pelajari dalam gosyo bulan lalu. Kembali ke poin pertama, manusia adalah makhluk yang berbudaya. Perkembangan demi perkembangan, manusia semakin berbudaya. Mengikuti perkembangan ini, agama dan pemerintahan pun mengalami pengembangan. Maka itu, Niciren Daisyonin ingin menitipkan kepada kita, bahwa kita sebagai seorang Buddhis, kita harus juga paham tentang budaya dan memiliki kesadaran untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jadi, seorang Buddhis Niciren yang bagus juga harus menjadi warga negara yang bagus.
2
Samantabadra | Juli 2018
Di antara beberapa kelompok yang menyebut Nammyohorengekyo di Indonesia, yang menjunjung ajaran Niciren Syosyu seharusnya adalah NSI. Jika ajaran Niciren Syosyu betul-betul diterapkan oleh kita, buktinya harus terlihat; budaya-budaya yang berkualitas bagus dan berjalan sesuai dengan hukum, harus tumbuh dan berkembang di semua keluarga Niciren Syosyu, di negara Indonesia dan di seluruh dunia. Kemudian, karena filsafatfilsafat di Tiongkok pada masa itu yang sudah mengajarkan etika-etika dan nilai moral yang tepat dan masukan yang baik, masyarakat Tiongkok lebih mudah menerima ajaran Buddha, karena sudah memahami dasar utamanya. Walaupun begitu, ada hal dalam filsafat tersebut yang belum dibahas, mereka belum mampu menjangkau hukum karma dalam ajaran mereka. Karma adalah syin ku i (hati, ucapan, dan perbuatan). Pada ajaran Mahayana, kita memusatkan semua pada hati dan perasaan jiwa kita, sementara ajaran Theravada memusatkan fokus kepada pikiran karena ajaran Theravada belum mengarah ke Dunia Buddha, baru sampai ke Dunia Sravaka dan Pratekya Buddha. Di samping
itu, ajaran Mahayana mengajarkan bahwa jika seseorang ingin berada di Dunia Buddha, maka ia harus memiliki kesadaran, yang bergantung pada hati kita. Sehingga dengan demikian, perbedaan dari Theravada dan Mahayana adalah bahwa ajaran Theravada hanya dapat menyebabkan orang-orang tertentu untuk mencapai kesadaran Buddha, mengecualikan wanita dan para Dwiyana, dan sebagainya, sementara ajaran Mahayana memungkinkan semua orang untuk menuju dan mencapai kesadaran Buddha dan kebahagiaan yang sebenarnya. Pada masa Mutakhir Dharma, pikiran manusia yang bergejolak bersumber dari sekejap-sekejap perasaan jiwa yang berada pada kualitas 9 dunia, dan yang tenang, kuat, bebas, dan suci ada pada dunia Buddha. Kekurangan yang harus kita perbaiki untuk mencapai kesadaran Buddha adalah pelaksanaan kita yang harus lebih bersungguh hati. Nasib kita mencakup ketiga masa. Maka itu, apa yang ada pada hari ini tidak ada yang luput daripada diri kita sendiri, tidak ada penyebab yang datang dari orang lain, dan semuanya berasal dari hasil perbuatan diri kita sendiri. Dalam kutipan kedua, ajaran agama Buddha juga
bertingkat-tingkat. Ada yang esoterik dan eksoterik; yang berkalangan esoterik adalah hal yang hanya dapat dimengerti oleh sekelompok orang tertentu dan khusus, dan kalangan eksoterik adalah ajaran sesungguhnya, di mana semua anggota dan penganut bisa memahami dan menerapkan ajaran dengan tujuan akhir pencapaian kesadaran Buddha. Selama 42 tahun pertama, Buddha belum mengajarkan tujuan kelahirannya, baru menyampaikan pengantar, dan pada 8 tahun terakhir, beliau baru membabarkan ajaran sesungguhnya, Saddharmapundarikasutra. Yang istimewa dari Saddharmapundarikasutra adalah bahwa semua umat dapat diselamatkan; termasuk perempuan dan orang jahat. Buktinya adalah Devadatta dan Putri Naga, orang jahat dan perempuan yang paling tidak disangka untuk mencapai kesadaran Buddha, akhirnya pun berhasil mencapai kesadaran Buddha, dan hal ini membuktikan kehebatan dari ajaran ini. Inti dari Saddharmapundarika-sutra dari 28 bab ada pada judul Nammyohorengekyo, Namu kepada Saddharmapundarikasutra. Ketika kita menyebut Nammyohorengekyo,
kita sebetulnya sedang mengucapkan sebuah tekad untuk sungguh sungguh ingin Namu kepada Myohorengekyo. Namu adalah hukum yang berat dan badan yang ringan. Ini berarti pelaksana harus mengutamakan hukum. Gohonzon memiliki fungsi dan kekuatan yang gaib, yaitu untuk membuka kesadaran dan jiwa Buddha kita, menyempurnakan pikiran kita dengan prajna dari Dunia Buddha, mengabulkan semua doa (berarti sesuai dengan sebab-akibat), dan juga menghapuskan semua dosa (berarti mendorong kita untuk berhenti melakukan karma buruk). Selain itu, hal yang paling penting yang harus kita lakukan adalah untuk meresapkan apa yang diajarkan oleh Buddha Niciren Daisyonin dan melaksanakan semua itu dalam perbuatan kita sehari-hari. Arti dari badan ringan dan hukum berat adalah meresapi hukum itu dan melaksanakan ajaranajaran dalam kehidupan kita. Jika kita menghadapi berbagai kesulitan, kita harus memunculkan jiwa Buddha kita, yang merupakan wujud dari memprioritaskan ajaran. Untuk itu, umat-umat NSI harus menjadi manusia yang unggul, dengan menghayati dan melaksanakan hukum, bukan menentangnya. Yang
paling penting, umat-umat NSI harus membuktikan bahwa kita adalah yang terbaik karena kita adalah orang-orang yang menganut sebuah hukum sakti yang paling unggul. Saddharma itu seperti penerangan di tempat kegelapan, maka kita harus terus semakin memperkuat dan sungguhsungguh menjalankan hati kepercayaan. Ketika kita melakukan hal-hal yang mengagungkan hukum gaib, pasti karunianya juga besar. Begitu juga dengan karma. Kedua dewa dosyo dan domyo berbicara tentang hukum karma, hukum yang paling adil. Tidak ada orang baik yang tidak mendapatkan pahala atau kebajikan, begitupun sebaliknya. Dosyo dan domyo merupakan gerakan daripada hukum karma kita, sebab baik menjadi tumpukan karma baik dan sebab buruk menjadi tumpukan karma buruk, dan semua ini mutlak tersimpan di gudang karma kita. Maka itu, kita harus bisa belajar sungguh-sungguh dalam wujud menguasai, memahami, menuntut, dan menerima pelajaran agama Buddha yang ditinggalkan oleh Niciren Daisyonin. ***
Juli 2018 | Samantabadra
3
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat kepada Ibu dari Oto-goze Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahavihara Saddharma NSI, 02-03 Juni 2018
Nammyohorengekyo,
belajar, dan menyebarkan pelajaran-pelajaran tersebut Gosyo ini masih berkaitan kepada umat lainnya, dengan gosyo sebelumnya walaupun sudah merupakan yang kita bahas di Bali, seorang janda yang ditinggal mengenai kesungguhan suaminya. hati Ibu dari Oto Goze yang Niciren Daisyonin menempuh perjalanan ke mengatakan bahwa nyawa Pulau Sado dari Kamakura, seorang wanita adalah yang memakan waktu suaminya. Bila seorang 21 hari dengan berjalan janda saja bisa melakukan kaki, semuanya untuk hal-hal tersebut tanpa belajar. Dalam gosyo ini mengeluh dan tanpa (perihal badan ringan mundur, apalagi wanita yang hukum berat), Ibu dari masih memiliki suami. Oto Goze pun kembali Semangat ibu dari Oto mengunjungi Buddha Goze yang mempertahankan Niciren, ingin berjumpa keyakinan atau syinjinnya dengannya untuk belajar kepada ajaran Buddha dan menyebarkan Dharma. membuatnya menjadi Kali ini, beliau menghampiri seseorang yang luar Buddha Niciren di Gunung biasa. Beliau memiliki Minobu setelah melampaui kesungguhan hati untuk perjalanan yang tidak menjalankan tugas mudah dilalui, tanpa kebuddhaan. keluhan. Niciren Daisyonin secara Niciren Daisyonin memuji garis besar menjelaskan Ibu dari Oto Goze yang bahwa sesungguhnya tetap bersungguh hati untuk sebelum agama memberikan sumbangan Buddha tersebarluas di kepada Buddha Niciren, Tiongkok, ada sastra yang 4
Samantabadra | Juli 2018
mengajarkan mengenai tata karma dan tata susila. Ajaran tersebut penting untuk menjaga dan memelihara lingkungan yang tenang dan damai. Meskipun demikian, ajaran ini hanya menjelaskan tentang kehidupan di masa sekarang, dan belum menjelaskan hidup setelah kematian, tentang Hukum Alam maupun kehidupan tiga masa. Sementara itu, agama Buddha lebih unggul daripada ajaran non-Buddhis karena mengajarkan ketiga masa dan Hukum Sebab-Akibat. Namun, agama Buddha juga dibagi menjadi beberapa sekte; ajaran Theravada dan Mahayana. Ajaran Theravada adalah ajaran yang dibabarkan
oleh Buddha Sakyamuni selama 42 tahun, tapi hanya mengajarkan pokok penting tentang memusnahkan hawa nafsu. Maka itu, sulit sekali mencapai kesadaran Buddha, karena ajaran Theravada mengajarkan pertapaan sampai di Dunia Surga. Ajaran Theravada juga tidak berlaku pada semua orang, tidak semua orang dapat mencapai kesadaran Buddha. Ajaran Mahayana adalah ajaran yang dibabarkan selama 8 tahun terakhir. Dikatakan dalam Saddharmapundarikasutra, bahwa semua makhluk memiliki jiwa Buddha; baik Dwiyana, wanita, orang-orang jahat, semua dapat mencapai kesadaran Buddha. Yang paling unggul adalah Saddharmapundarikasutra yang ada pada dasar kalimat Bab ke-16, yang kemudian disadarkan oleh Niciren Daisyonin sebagai Hukum Alam Semesta Nammyohorengekyo. Hukum Nammyohorengekyo ini adalah ajaran yang paling unggul di antara semua ajaran Sang Buddha dan memang diperuntukkan untuk masa Mutakhir Dharma di mana perasaan jiwa manusianya keruh, kita harus memegang hukum
yang kuat. Karena hukumnya kuat dan agung, manusianya pun menjadi luhur, bisa mencapai kesadaran Buddha. Oleh karena itu, alasan mengapa Ibu dari Oto Goze begitu hebat adalah karena beliau menganut kepercayaan dan keyakinan yang kuat hanya kepada Hukum Nammyohorengekyo, ini keunggulannya. Kita pun harus mengikuti contoh ini. Namun dijelaskan lebih lanjut bahwa bukan hanya tergantung sutranya, juga tergantung dari gurunya yang membabarkan sutra tersebut. Kalau menganut filsafat yang sesat, pasti pikiran akan sesuai pada apa yang dipelajari atau dianut. Ini serupa dengan kejadian akhir-akhir ini di Indonesia, di mana terjadi beberapa serangan bom dan juga beberapa anak SMP yang mengakhiri hidup mereka sendiri karena keinginan yang tidak terpenuhi. Dari kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kita, harus disadari bahwa kita perlu menganut hati kepercayaan dari Buddha, sehingga kita tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh luar yang dapat memberikan dampak negatif. Dengan memegang
hukum ini dengan teguh, kita mampu merombak sifat jiwa. Kemudian, pada waktu Niciren Daisyonin di Kamakura, semua muridnya berdiam. Maka itu, sulit menerka siapa diantara mereka yang bersungguhsungguh maupun yang tidak. Namun, setelah kejadian penganiayaan Niciren Daisyonin ke Pulau Sado, beliau bisa meyakinkan bahwa Ibu dari Oto Goze betul-betul memiliki kesungguhan hati yang luar biasa. Biasanya sifat manusia pun begini. Kita tidak boleh kalah suasana dengan permasalahanpermasalahan yang ada, yang bisa melunturkan hati kepercayaan kita. Kita seharusnya lebih semangat karena hal itu, dan mencontoh sikap Buddha Niciren yang menghadapi kesulitan demi kesulitan dan menganggap segala penganiayaan sebagai peluang untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo demi kebahagiaan seluruh umat. NSI juga mengalami beberapa fitnahan dan tantangan, baik dari perorangan maupun susunan. Tetapi, seperti yang kita lihat pada Hari Waisak kemarin, bukan Juli 2018 | Samantabadra
5
hanya di Borobudur, di mana Nammyohorengekyo berkumandang lewat siaran televisi nasional, tapi juga Dokyo Sodai yang dilaksanakan di setiap daerah yang menimbulkan getaran dan icinen yang kuat, begitu ada Myoho, membuktikan bahwa kita benar dan ajaran kita paling unggul. Dalam Sutra Nirvana dikatakan bahwa badan itu ringan, sedangkan hukum itu berat. Maka, mengorbankan jiwa demi penyebaran hukum menjadi inti dari gosyo ini. Untuk itu, kita harus betul-betul mendasarkan seluruh aspek penghidupan kita pada fondasi hukum, bukan berdasarkan manusia biasa, maka kita perlu mengorbankan jiwa raga. Mengorbankan jiwa raga di sini berarti mengutamakan semua pelaksanaan kita sehari-hari berdasarkan hukum, bukan berdasarkan pikiran kita sendiri. Kita pun diingatkan untuk membuka mata umat manusia, bukan dengan tujuan untuk mendapatkan kurnia yang bukan main, melainkan untuk menjalankan tugas kita sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi, untuk menyebarkan 6
Samantabadra | Juli 2018
Dharma ini. Maka itu kita perlu bersungguh hati dan menyumbang waktu, tenaga, bahkan dana. Karena kita menjalankan kehidupan sesuai dengan hukum, pasti kita mengatur kehidupan kita semuanya, apalagi bila kita dapat menyebarkan hukum kepada banyak umat. Kita juga harus belajar untuk memikirkan temanteman kita yang masih ragu terhadap ajaran ini, untuk bermaitri karuna dan memperhatikan orang lain juga. Apapun yang terjadi, kita harus selalu memegang Gohonzon. Kita juga harus bisa merasakan perasaan bersyukur. Kita memiliki jodoh dengan Nammyohorengekyo, dan menyebarkan hukum ini sangatlah penting untuk membahagian umat manusia lainnya pula. Segala apapun tergantung dari perasaan hati kita dan icinen kita, kalau kita sungguh-sungguh mau, pasti kita bisa. Mari sama-sama kita jalankan sekarang, yang merupakan waktu di mana kita bisa menyebarluaskan hukum ini dan saling membantu agar dapat membangun bangsa dan negara yang aman dan sejahtera. ***
Catatan
liputan
WAISAK 2018
Peringatan Borobudur
P
ada tanggal 28 Mei 2018, umat NSI yang tergabung dalam grup Marching Band Mandarava NSI mengikuti peringatan Waisak Nasional di Candi Borobudur. Rombongan berangkat sekitar pukul 15.00 WIB menggunakan satu buah bus. Perjalanan menggunakan bus dari Jakarta menuju Magelang menghabiskan waktu sekitar 12 jam. Setibanya di Magelang pukul 02.35 dini hari, anggota Marching Band Mandarava NSI beserta dengan offical beristirahat sejenak di Gedung BPKP yaag berjarak kurang
Waisak
Nasional
lebih 2 kilometer dari Candi Mendut. Keesokan harinya anggota Marching band sudah siap mengenakan kostum Marching Band dan bersama-sama melakukan gongyo pagi, dilanjutkan dengan latihan persiapan untuk tampil dalam pawai Marching Band pada peringatan Hari Raya Waisak. Pada tanggal 29 Mei 2018, dimana tepat pukul 10.00 umat NSI diseluruh Indonesia ssecara serempak mengadakan Upacara Dokyo Syodai bersama memperingati Waisak di wilayah masing-masing, Seluruh pemain dan tim official
2018
di
pun turut serta dalam tugas konsenrufu. Marching Band Mandarava NSI memulai pawai Waisak sekitar pukul 12.00 WIB dimulai dari Candi Mendut Menuju Borobudur. Anakanak dan generasi muda NSI yang tergabung dalam Marching Band Mandarava NSI nampak begitu bersemangat memainkan alat-alat musik mereka, sementara umat pendamping turut mendukung disebelah kanan, kiri depan dan belakang barisan Grup Marching Band saat pawai berlangsung. Penampilan marshing band disaksikan oleh
Juli 2018 | Samantabadra
7
ribuan masyarakat setempat yang begitu antusias yang desetiap tahunnya semakin ramai dikunjungi. Tahun 2018 ini sudah memasuki tahun ke-10 ikut berpartisipasi memandu Pawai Waisak di Borobudur. Dengan berjalan sekitar 2.5 jam, tibalah tim Marching Band Mandarava NSI di pelataran Candi Borobudur, walaupun matahari begitupanas terik, namun tetap bersemangat dan menyadari dengan penuh kegembiraan bahwa keikutsertaan Marching Band Mandarava NSI ini membawa misi untuk menjalankan tugasnya sebagai Bodhisatva Gadgasvara yang muncul
8
Samantabadra | Juli 2018
dari bumi, dan semua dapat terlaksana karena kesungguhan hari sehingga kondisi fisikpun mendukung dari awal hingga akhir perjalanan. Malam harinya pukul 19.00 WIB, umat NSI dan seluruh umat Buddha dari sekte lainnya berkumpul dipelataran atas Candi Borobudur yang sudah disiapkan untuk mengikuti dan menyambut detik-detik Waisak bersama-sama. Setelah detikdetik Waisak dikumandangkan dengan membunyikan gong, selanjutnya setiap sekte agama Buddha dipersilahkan melaksnakan ritual doa sesuai tradisi masing-masing secara singkat.
NSI menyiapkan Altar Gohonzon (Butsudan), lilin dan dupa. Prajna Purnama, Generasi Muda NSI memimpin Upacara Dokyo Syodai pada malam Waisak di pelataran Candi Borobudur terasa sangat mengalirkan getaran Hukum Agung Nammyohorengekyo agar seluruh umat manusia dan umat NSI khususnya bisa menjalankan pertapaan mewujudkan Isyo Jobutsu dan Konsenrufu. Setelah ritual keagamaan yang dijalankan oleh setiap sekte selesai, malam tersebut ditutup dengan pelepasan lampion ke udara dan rombongan NSI kembali ke Jakarta dengan selamat dan keadaan yang baik. ***
WAISAK 2018
Dokyo Syodai Peringatan Waisak 2018 di Lingkungan NSI
NSI DKI Jakarta
P
eringatan Waisak 2018 di lingkungan NSI di peringati secara nasional di wilayah dan daerah pada 29 Mei 2018 dengan melaksanakan upacara dokyo syodai pada pukul 10 pagi. Setelah itu, para ketua wilayah/daerah masing-masing membacakan sambutan Ketua Umum NSI dalam rangka Waisak 2018. Ketua umum NSI yang pada hari Waisak menghadiri seremoni Waisak Nasional 2018 di Borobudur, menyoroti pentingnya umat Buddha NSI
dan umat Buddha di Indonesia pada umumnya untuk senantiasa mengembangkan sikap hidup yang toleran, welas asih, dan manusiawi, yang merupakan teladan sikap hidup Buddha Niciren dan Buddha Sakyamuni. Beliau juga menggarisbawahi perlunya pembiasaan diri untuk menjadi Buddhis sejati dalam berperikehidupan dan merasakan bukti nyata perubahan positif di sekitar kita yang merupakan akibat dari sebab-sebab kebajikan
yang kita buat. Di wilayah DKI Jakarta, Sambutan Ketua Umum NSI dibacakan oleh Ketua Wilayah NSI DKI Jakarta Bapak Niki. DPP NSI Ibu Irawati Lukman yang hadir turut memberi sambutan yang mengemukakan pentingnya tugas kejiwaan kita sebagai murid Buddha Niciren Daisyonin, yaitu menyebarkan filsafat Nammyohorengekyo sehingga semua orang dapat memiliki pemahaman yang tepat dalam memaknai kehidupan. Masih hadirnya diri Juli 2018 | Samantabadra
9
kita dalam peringatan Waisak tahun ini adalah kesempatan berharga untuk menyadari tugas jiwa ini, di saat banyak kerabat dan saudara kita yang telah mendahului, kita harus lebih bersyukur dan mawas diri. Waktu yang kita miliki terbatas pada kehidupan kali ini. Ibu Ira juga menambahkan bahwa kita umat NSI harus bisa membuktikan diri sebagai Buddhis sejati dalam perbuatan, perkataan, dan pikiran, untuk memunculkan dunia Buddha dengan dasar maitri karuna. Hindari diri untuk melakukan sikap provokasi, memutarbalikkan fakta, apalagi bila berhubungan dengan katakata Buddha. Kita perlu menjalankan tugas kejiwaan penyebarluasan dharma agung dengan tulus agar bangsa Indonesia damai dan sejahtera. ***
NSI Sragen
10
Samantabadra | Juli 2018
NSI Pontianak
NSI Bali
NSI Bogor
NSI Bekasi
NSI Bangka-Belitung
NSI Muncul
NSI Lampung
Juli 2018 | Samantabadra
11
NSI Jambi
NSI Purwodadi
Atas: NSI Surabaya Kiri: NSI Karang Anyar Bawah (kiri-kanan): NSI PalembangNSI Semarang
12
Samantabadra | Juli 2018
NSI Banten
Waisak di Banten Dokyo Sodai dalam rangka peringatan Waisak 2018 di Vihara Vimalakirti NSI Tangerang dipimpin oleh Bapak Djuanda. Sekitar 400 umat hadir dan tergabung dari 3 daerah, yaitu Tangerang, Teluk Naga dan Citra Raya, ikut serta terhanyut dalam suasana khusyuk dan penuh kesungguhan hati dan bersemangat menyebut dan mengumandangkan Nammyohorengekyo. Seusai upacara dokyo, Para pimpinan NSI Banten berdiri di depan dan berbaris dengan sikap tangan beranjali seraya mengucapkan selamat Hari Waisak kepada umat yang satu per satu menghampiri. Setelah saling memberi ucapan selamat Waisak acara dilanjutkan dengan mendengarkan kata sambutan.
Kata sambutan pertama disampaikan oleh Bapak Suryandi, sebagai penasihat berpesan kepada umat NSI Banten, agar senantiasa bersemangat melaksanakan hati kepercayaan, kita perlu membuka perasaan dan pikiran kita, jangan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri saja, Sadarilah bahwa jalan hati kepercayaan yang kita laksanakan sekarang ini tidak boleh berhenti pada diri kita sendiri, namun merupakan perjalanan yang berkesinambungan untuk anak cucu keturunan selanjutnya. Kedua disampaikan oleh Ibu Mei Hoa, Pimpinan DPD Tangerang & Koordinator Wilayah Banten, beliau berpesan agar kita terus perkuat pelaksanaan hati kepercayaan, karena fondasi mendasar dalam kehidupan
adalah harus punya keyakinan yang kokoh dan kesungguhan hati. Kata sambutan final disampaikan oleh Bapak Djuanda, Ketua DPD Tangerang, yang menyampaikan sambutan Ketua Umum NSI. Beliau juga berpesan, dengan merenungkan petuah emas Buddha Niciren Daisyonin, perkuatlah hati kepercayaan hari demi hari, sedikit saja kita lengah, iblis dengan cepat datang menguras energi perasaan dan pikiran. Jadilah Buddhis sejati yang mengutamakan Dharma Nammyohorengekyo di atas segalanya demi kosenrufu. Acara dilanjutkan dengan menyaksikan bersamasama hiburan kesenian yang telah disiapkan sebelumnya persembahan dari tim tarian Juli 2018 | Samantabadra
13
bagian anak-anak, generasi muda dan ibu-ibu, tim angklung dan tim paduan suara, diawali dengan Tari Batok, Tarian Anak-anak, Tarian Remaja, Performance Biola oleh generasi muda NSI Justin, Tarian Gemufamire yang dibawah beberapa generasi muda. Rangkaian peringatan Waisak ditutup dengan makan siang bersama yang telah disiapkan oleh pengurus NSI. Umat pun dengan tertib dan rapih mengambil barisan, untuk menikmati makan, senyum canda dan suasana rasa bersyukur mewarnai momen peringatan hari raya Waisak di tengah umat NSI Banten. ***
14
Samantabadra | Juli 2018
NSI Kep. Babel
Waisak di Kep. Babel Dalam rangka menyambut hari Tri Suci Waisak 2018, pengurus dan umat NSI wilayah Kepulauan Bangka Belitung menjaga persatuan seluruh umat Buddha lintas sekte serta memelihara sikap itai dosyin di kalangan umat NSI dengan menyelenggarakan rangkaian kegiatan Waisak yang bekerja sama dengan Walubi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diawali dengan donor darah pada tanggal 29 April 2018, acara di mulai pukul 09.00 WIB bertempat di Vihara Sukhavati kota Pangkalpinang. Umat NSI Bangka menjadi rombongan pertama yang melaksanakan kegiatan tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah Bakti Sosial yang setiap tahunnya diadakan di Situs Sriwijaya Kota Kapur. Kegiatan ini diadakan pada hari minggu tanggal 13 Mei 2018. Tempat ini adalah salah satu objek bersejarah di pulau Bangka. Pada hari minggu tanggal 20 Mei 2018 kegiatan dilanjutkan dengan karya bakti di taman
makan pahlawan Pawitralaya Pangkalpinang yang dimulai pukul 07.00 WIB. Bersama dengan umat Buddha dari seluruh sekte, umat NSI bangka terdiri dari daerah Pangkalpinang dan Sungailiat dengan kegembiraan mengikuti karya bakti. Tentu saja tidak ketinggalan adanya kegiatan kebersihan Vihara Vimalakirti NSI Pangkalpinang tercinta. Selasa, tanggal 29 Mei 2018 seluruh umat NSI Bangka berkumpul di Vihara Vimalakirti NSI Pangkalpinang untuk mengikuti Dokyo Sodai Waisak pada pukul 10.00 WIB. Seluruh umat mengikuti upacara dengan sungguh hati. Setelah Dokyo sodai, umat mendengarkan kata sambutan dari ketua daerah NSI Pangkal Pinang, Bapak Suherman, pembacaan sambutan Ketua Umum NSI, serta sesi berbagi pengalaman beberapa umat. Kegiatan ditutup dengan makan bersama. Semoga keharmonisan dan Semangat Itai Dosyin umat NSI dapat terus terjaga dan terpelihara. *** Juli 2018 | Samantabadra
15
Sorotan Peringatan Waisak oleh pengurus dan umat NSI Jambi tidak hanya berlangsung di vihara. Pengurus dan umat NSI Jambi juga melaksanakan dokyo syodai di Candi Muara Jambi. Terlihat dari foto di sebelah kiri, umat NSI itai dosyin dan melaksanakan dokyo syodai dengan khidmat dan daimoku diiringi dentuman tambur, diliput oleh berbagai media cetak dan elektronik, lokal dan nasional. Hal serupa juga terjadi di Borobudur, ketika detikdetik Waisak, sebuah media elektronik nasional menyiarkan lantunan dokyo syodai dan kumandang Nammyohorengekyo dari NSI. Di Denpasar (foto kiri) dan berbagai daerah lainnya, pengurus dan umat NSI melakukan bakti sosial donor darah dan kebersihan vihara serta taman makam pahlawan. Hal ini sudah menjadi agenda rutin yang konsisten dilakukan oleh NSI sejak awal perkembangannya di Indonesia lima dekade silam. ***
Suasana Pertemuan Lansia Umum Mei 2018 di Vihara Vimalakirti NSI Muncul.
16
Samantabadra | Juli 2018
NSI dalam Acara Peringatan Waisak di LP Perempuan Pondok Bambu
P
eringatan Waisak 2018 juga turut diperingati oleh umat Buddha yang berada dalam lembaga pemasyarakatan (LP). NSI yang telah rutin menjadi pembina agama Buddha di LP Perempuan Pondok Bambu, mendukung terselenggaranya acara peringatan Waisak di sana. Dihadiri oleh Ketua Umum NSI dan Pembimas Buddha DKI Jakarta Kementerian Agama RI, acara yang mengangkat tema Harmoni dalam Kebinekaan untuk Tanah Air Tercinta diisi dengan berbagai penampilan kesenian. NSI menghadirkan angklung Gita Pundarika NSI dan tari-tarian daerah yang dibawakan oleh grup tari NSI DKI Jakarta dan Banten. DPP NSI Ibu Tristina HS selaku pembina agama Buddha dan panitia pelaksana memberikan sambutan dan menyatakan kegembiraannya bisa bersama-sama memperingati momen trisuci Waisak di lingkungan LP. Walau dihuni oleh orang-orang dari berbagai latar belakang masalah, namun dalam harmoni kebinekaan, orang-orang yang dibina di dalam LP bisa menumbuhkan kesadaran untuk menjadi diri yang lebih baik dan menghormati orang lain. Penganut Buddha dan orang yang tertarik dengan agama Buddha di LP bisa mendengarkan bimbingan ajaran Buddha setiap minggu. *** Juli 2018 | Samantabadra
17
Generasi Muda NSI dalam ICABY 2018
D
alam rangka memperingati Hari Raya Waisak 2562, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyelenggarakan kegiatan International Conference on ASEAN Buddhist Youth (ICABY) pada 27-30 Mei 2018 di Yogyakarta dan Magelang, Jawa tengah. Kegiatan ini merupakan salah satu program penting Kemenpora dalam membangun kerukunan antar umat beragama dan saling menghargai perbedaan serta mendorong dan melakukan perubahan untuk terciptanya perdamaian di kawasan ASEAN dan dunia. Kemenpora mengajak pemuda Indonesia melakukan perubahan untuk terciptanya perdamaian dan toleransi di Indonesia maupun dunia. “Konferensi ini sekiranya mampu menstimulan pemuda untuk turut andil dalam
18
Samantabadra | Juli 2018
mengokohkan fondasi toleransi dan perdamaian dunia. Selain itu, secara tidak langsung juga dapat membantu merubah stigma negatif paska kejadian terorisme beberapa pekan terakhir, bahwa Indonesia terkendali dan mereka dapat beribadah serta menimba ilmu dengan aman,� ujar Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Faisal Abdullah usai upacara pembukaan di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Minggu 27 Mei 2018. Kegiatan ICABY 2018 diikuti oleh peserta dari 10 negara-negara anggota ASEAN (masing-masing negara anggota ASEAN diwakili oleh 2 orang peserta) dan 34 peserta perwakilan dari setiap provinsi di Indonesia, serta 20 peserta lokal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu dikiyti oleh dari 15 negara non ASEAN seperti Jepang, Afghanistan,
India, Tajikistan, Azerbaijan, Madagaskar, Korea Selatan, Kazakhstan, Pakistan, Turki, Ukraina, Algeria, Bangladesh, Polandia, Slovakia. NSI patut berbangga karena ada 4 orang generasi muda (GM) NSI yang terpilih menjadi peserta ICABY 2018 sebagai perwakilan di 4 provinsi di Indonesia. Keempat GM tersebut adalah Prajna Purnama mewakili Provinsi Jawa Barat, Vivi Silviani mewakili Provinsi Jambi, Angela mewaliki Provinsi Bangka dan Yansen mewakili Provinsi Sumatera Selatan. GM NSI menunjukkan sikap telah menunjukkan sikap yang baik serta semangat yang tetap mengalir sampai kegiatan selesai. Kualitas baik GM NSI dalam ajang internasional tersebut menunjukkan bahwa peran pemuda sangat penting sebagai agen perubahan, khususnya GM NSI sebagai
pemuda yang beragama Buddha untuk selalu menerapkan pemikiran-pemikiran Buddhis dalam kehidupan sehari-hari sehingga membentuk jiwa pemuda yang berprajna dan memiliki keinginan luhur yang cinta damai serta menjunjung tinggi perdamaian dunia antar umat beragama.
Peserta ICABY juga juga turut serta mengikuti puncak peringatan Hari Trisuci Waisak 2562 BE/2018 dengan melakukan Kirab dengan berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur menempuh perjalanan sekitar 3 km. Kirab yang diikuti Peserta ICABY ini menunjukan
kebersamaan dan menebar perdamaian serta kedamaian dalam peringatan Trisuci Waisak 2018.
(Referensi: https://www.jpnn. com/news/kemenpora-serukanperdamaian-dunia-di-icaby-2018)
Ketua Umum NSI Nara Sumber dalam ICABY 2018
B
ertempat di Hotel Santika Premiere Jogja, pada tanggal 28 Mei 2018 pukul 10.00-12.00 Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja diundnag sebagai Narasumber untuk memberikan materi kepada peserta International Conference on ASEAN Buddhist Youth (ICABY) 2018 dengan tema “Fostering World Peace Among Religious Community� Dalam kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan beberapa pokok bahasan, yakni : 1) Memahami Makna Agama. Makna dari suatu Agama adalah untuk mewujudkan perdamaian (menyelesaikan masalah). Agama berasal dari Bahasa Sanskrit: A- tidak (Kamus Sanskrit, 2009, p.3), Gama-Kesembronoan, kedangkalan, kacau (Flightiness, Superficiality) (Sanskritdictionary,2018), Agama = Tidak Sembrono, dangkal, Kacau. Agama Muncul Dengan Tujuan Untuk Mewujudkan Perdamaian, Menghilangkan Kekacauan. Semua Agama Punya Konsep Ketuhanannya Masing-masing yang Menuju pada Satu Titik Temu, yaitu Kemanusiaan/Kebahagiaan/Perdamaian. Sehingga jika ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Tidak mewujudkan Ketuhanan dalam dirinya. Sehingga sejatinya, tidak ada Konflik antar agama. Juli 2018 | Samantabadra
19
2) Semangat Buddha adalah semangat persatuan. “Mai Ji Sa Ze Nen. I Ga Ryo Shujo. Toku Nyu Mu-Jo Do. Soku Joju Busshin”. “Hal Ini Adalah Pikiranku Senantiasa, Bagaimana Aku Dapat Membuat Seluruh Makhluk Hidup, Memperoleh Jalan Menuju “Jalan Teragung” dan Cepat Memperoleh Kesadaran Buddha.” (SaddharmapundarikaSutra, Bab 16 Panjangnya Usia Sang Tathagata, dalam Buku Paritra NSI, 2017, p.38). Apabila Sebuah Kapal Dikemudikan Oleh Juru Mudi yang Tidak Terampil, Maka Akan Mendatangkan Kerugian Bagi Jiwa Seluruh Penumpang. Sama Halnya, sekalipun seseorang memiliki tenaga fisik yang kuat, jika semangatnya lemah, bagaimana pun banyak keistimewaan tidak akan ada gunanya. (Gosyo Berita Kepada Otogoze, Surat Perihal Badan Ringan Hukum Berat). Semangat disini adalah semangat beragama. Harus menjadikan ajaran agama / dharma / hukum buddha / kesadaran sebagai landasan dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga badan menjadi ringan karena hukumnya (dharmanya) berat (ulasan di sutra nirvana dalam gosyo surat perihal badan ringan hukum berat). 3) Memahami Konsep Ketuhanan Agama Buddha. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti Tuhan n 1 sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg Yang Maha Esa; Esa=Mutlak, Sejati, Hakiki.. ke·tu·han·an n 1 sifat keadaan Tuhan; 2 segala sesuatu yg berhubungan dng Tuhan: hal-hal ~ , yg berhubungan dng Tuhan; ilmu ~ , ilmu mengenai keadaan Tuhan dan agama; dasar ~ , kepercayaan kpd Tuhan Yang Maha Esa. Agama Buddha merupakan agama kesadaran, Buddha merupakan manusia yang sadar, Agama Buddha menjelaskan di dalam setiap jiwa manusia itu ada 10 alam dari Neraka, Kelaparan, Binatang, Marah, Manusia, Surga, Sravaka, Prayetka, Bodhisattva, dan Buddha. Ketuhanan agama Buddha adalah Hukum Sebab Akibat (karma). Siklus Lahir-Tua-Sehat-Meninggal, Semua Orang bisa menjadi Buddha karena semua orang memiliki kesadaran di dalam jiwanya. Cara untuk menjadi Buddha adalah dengan menyelaraskan diri dengan Dharma/Hukum, dengan irama alam semesta yaitu melalui hukum Nammyohorengekyo/ Namu Saddharmapundarika-sutra). Manusia memiliki sepuluh kualitas sekejap perasaan jiwa yang menjadi landasan hidup manusia, jika diurutkan dari yang teratas adalah 10. Dunia Buddha (Sumber Tenaga Jiwa Terbesar) 9.Dunia Bodhisattva 8.Dunia Pratyekabuddha 7.Dunia Sravaka 6.Dunia Surga 5. Dunia Kemanusiaan 4.Dunia Kemarahan (Asyura) 3. Dunia Kebinatangan 2.Dunia Kelaparan 1. Dunia Neraka 4) Memahami Cara Untuk Mewujudkan Perdamaian Dunia Di Kalangan Masyarakat Persatuan dan Perdamaian Dalam Agama Buddha. Perlu Pemahaman dan Penghayatan yang Baik Terhadap Ajaran Agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan makan akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika ajaran agama dipolitisasi untuk merebut kekuasaan maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebabakibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing dan apabila ketika diposisikan dengan baik itu bahagia, itu damai. Kita semua tahu bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka agama harus menjadi sumber kekuatan dan beliau menekankan bahwa setiap pemimpin komunitas umatnya memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan Tepat serta Memahami dan melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat beragama dengan toleransi saja tidaklah cukup! Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: toleransi/to·le·ran·si/ n 1 sifat atau sikap toleran; 2 batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; 3 penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja;. Karena Satu Warna Kurang Indah, Beraneka Warna Menjadi Lebih Indah. Kita harus menerima sepenuhnya keberadaan dari agama lain seperti di dalam satu keluarga besar. Kita harus sadar bahwa karena kamu adalah aku! Ada kesadaran dan tindakan yang mewujudkan bahwa ada kamu di dalam diriku dan ada aku di dalam dirimu.
20
Samantabadra | Juli 2018
Aku ada karena kau ada, kau ada karena aku ada (sebuah sinergi yang harmonis). Bukan saling meniadakan tetapi saling memberdayakan sehingga dengan demikian perdamaian pasti terwujud. ***
Juli 2018 | Samantabadra
21
pertemuan di desa widoro
P
embabaran dan penyebarluasan dharma Buddha Niciren terus dilakukan secara konsisten hingga ke pelosok negeri. Dharma duta NSI Ibu Chairani membabarkan dharma di Desa Widoro, Wonogiri, Jawa Tengah, di tempat tinggal salah satu umat NSI di sana. Pada kesempatan tersebut, diserahkan surat pernyataan kesediaan sang umat untuk menjadikan tempat tinggalnya sebagai tempat dakwah agama Buddha NSI. Pemandangan di Wonogiri masih hijau dan asri. Fotofoto berikut adalah foto yang diambil Ibu Chairani dari Desa Banyuwadang dengan latar belakang Gunung Lawu. Keindahan alam Indonesia hendaknya membuat kita lebih semangat untuk menyebarluaskan dharma agar semakin banyak umat manusia yang mempraktikkan Buddhisme dan menyadari prinsip kesatuan manusia dan lingkungan (esyo funi) sehingga alam dan kehidupan bisa terus lestari. ***
22
Samantabadra | Juli 2018
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Balasan kepada Matsuno Dono
LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis pada tahun 1276 (Kenji 2), ketika Niciren Daisyonin baru saja memasuki Gunung Minobu. Nama lain dari surat ini adalah Surat Empat Belas Pemfitnahan Hukum. Surat ini merupakan berita balasan atas pertanyaan yang diajukan oleh Matsuno Dono, yang menanyakan mengenai apakah terdapat keunggulan atau tidak kurnia kebajikan dari Daimoku. Pertama-tama, dengan menarik kalimatkalimat penjelasan Sutra dan menunjukkan keempat belas pemfitnahan Hukum untuk menasehati dan menganjurkan peningkatan hati menuntut agama Buddha, dengan melalui penjelasan yang jelas dari cerita Putra Himalaya yang mengorbankan jiwanya demi setengah bait kalimat Sutra. Kemudian, menasehati para bhikku bahwa sikap yang bermain-main dan tidak sungguhsungguh adalah sama seperti binatang dan pencuri, dan melalui kedua bagian Honmon, Syakumon, dan Parinirvana Sutra telah menjelaskan usaha penyiaran Dharma yang tidak menyayangi jiwa raga. Sedangkan bagi penganut biasa adalah melaksanakan penyebutan Daimoku dan menjalankan dana
paramita hingga akhirnya mencapai suasana kesadaran Buddha. Walau Niciren Daisyonin telah berkalikali mengajukan nasehat yang dimulai dengan Rissyo Ankoku Ron kepada penguasa Kamakura, namun penguasa pada waktu itu sama sekali tidak mau mendengarnya, malah sebaliknya telah menganiaya Niciren Daisyonin. Ketika dibebaskan dari Pulau Sado, dan kembali ke Kamakura pun Niciren Daisyonin telah berusaha mengajukan nasehat kepada penguasa untuk yang ketiga kalinya. Namun demikian, karena nasehat tersebut tidak diterima, Niciren Daisyonin dengan menarik pelajaran dalam cerita bahwa kalau nasehat seorang arif bijaksana yang ketiga kalinya tidak diterima, maka akan mengundurkan diri dari masyarakat sehingga Beliau memasuki Gunung Minobu. Walau itu kelihatannya bagaikan mengasingkan diri, sesungguhnya merupakan perjuangan demi melestarikan Ketiga Hukum Rahasia Agung yang tersirat di dasar kalimat sutra hingga puluhan ribu tahun dari masa Akhir Dharma yang kekal abadi. Di samping itu juga merupakan perjuangan menyempurnakan pondasi dari perjuangan penyelamatan Juli 2018 | Samantabadra
23
kebahagiaan umat manusia, sehingga Niciren Daisyonin dengan sepenuh jiwa raga menulis surat-surat penting dan membina orang -orang berbakat. Kemudian, mengenai keadaan kehidupan Niciren Daisyonin di Gunung Minobu, tertulis dalam surat ini, bahwa Gunung Minobu adalah tempat yang terpencil dan jauh dari kehidupan manusia. Dalam Surat Syuju Ofurumai dikatakan: “Pada siang hari tidak dapat melihat matahari, pada malam hari tidak dapat melihat bulan”, sehingga merupakan gunung dengan hutan rimba yang lebat dan tidak tembus cahaya. Pada surat yang sama dikatakan: “Pada musim panas, rumput dan alang-alang sedemikian lebatnya, dan karena jarang dilalui orang sehingga sulit untuk mengenali jalan.” Dari sini dapat diperkirakan bahwa tempat tersebut adalah suatu tempat yang terpencil dan jauh dari kehidupan manusia. Walau berada dalam keadaan yang sedemikian buruk, tetapi hubungan
24
Samantabadra | Juli 2018
surat menyurat dengan murid-murid Beliau yang tersebar di berbagai daerah tidak pernah terputus, begitupun banyak orang yang sungguh-sungguh ingin memberikan dana paramita telah mengunjungi-Nya. Dan juga, di Gunung Minobu telah banyak murid Beliau yang datang untuk menerima bimbingan maupun mendengarkan ceramah. Mengenai ceramah Saddharmapundarikasutra yang diberikan di Gunung Minobu, dalam catatan tahunan Niciren Daisyonin tertulis: “Karena permintaan para murid, Saya telah memberikan ceramah penjelasan Saddharmapundarika-sutra di ruangan belakang gubuk pertapaan. Nikko yang selalu mendengar ceramah tersebut telah menjilidnya menjadi sebuah kitab yang dinamakan Ongi Kuden dengan memberi tanda tangan Nikko”. Niciren Daisyonin yang usianya telah melampaui 50 tahun selalu menjelaskan filsafat Hukum agama Buddha secara luas dan mendalam kepada muridmurid-Nya.
ISI GOSYO |
S
eikat uang, sekarung beras, sehelai pakaian telah Saya terima dengan baik. Di sisi Selatan Gunung Minobu ini terdapat pegunungan yang sambung menyambung hingga ratusan kilometer. Di sisi Utaranya terdapat pegunungan Syirane yang berdiri tegak lebih tinggi dari Gunung Minobu. Di sisi Baratnya terdapat puncak pegunungan Nanamen yang tinggi menjulang ke atas dan selalu diliputi dengan salju. Di sana tidak terdapat sebuah rumah pun. Karena kera masih berkeliaran dan jarang dikunjungi orang, maka jarang orang yang mau menetap di sana. Di sisi Timurnya terdapat Sungai Fuji yang mengalir dengan derasnya. Karena berada di tempat yang demikian, maka tidak banyak orang yang mau berkunjung. Namun demikian, Anda telah berkali-kali mengirim barangbarang sumbangan dan menulis surat kepada Saya. Sungguh merupakan sesuatu yang gaib. Nicigen, murid Kuil Jisso daerah Iwamoto, karena menganut kepercayaan terhadap Niciren, harta kekayaannya telah dirampas dan murid serta penganutnya telah diusir. Walau berada dalam keadaan yang membahayakan jiwanya, sebaliknya ia telah mengunjungi Saya dan telah memberikan perhatian yang tulus kepada para murid Saya, Niciren. Ini merupakan kepercayaan yang sungguh-sungguh dan amat arif bijaksana. Sebenarnya, tiada seorang pelajar agama Buddha yang dapat menandingi Nicigen. Ia telah melaksanakan pertapaan yang tidak menyayangi jiwa raganya dengan berkeinginan untuk membalas budi kepada Sang Buddha, sehingga mengajarkan agama Buddha kepada Anda sekalian. Dengan demikian, dapat membimbing Anda sekalian hingga dapat mempersembahkan dana paramitha kepada Gohonzon. Sungguh merupakan sesuatu yang gaib. Pada masa Akhir Dharma, Sang Buddha mengatakan, bahwa bhikku dan bhikkuni yang sama seperti anjing akan muncul sedemikian banyak bagaikan pasir-pasir di Sungai Gangga. Makna kalimat ini berarti, dalam masa Akhir Dharma ini para bhikku dan bhikkuni telah terikat oleh reputasi dan mencari keuntungan diri sendiri. Karena penampilannya memakai jubah, dan walau kelihatannya mirip seperti bhikku dan bhikkuni, namun dalam hatinya telah memiliki pandangan yang sesat, dan selalu berusaha agar penganut-penganutnya menjauhi bhikku dan bhikkuni lainnya, dengan melontarkan berbagai fitnahan dan caci maki yang tak masuk akal. Dengan demikian, ia dapat menguasai para penganutnya. Hal mana dapat diumpamakan seperti seekor anjing yang selalu mencari rumah yang dapat memberinya makan. Kemudian, bila melihat anjing lainnya datang, ia akan menyalak dan berkelahi sesamanya. Para bhikku dan bhikkuni yang demikian pasti akan jatuh ke dalam dunia buruk. Murid ini, Nicigen, karena adalah seorang pelajar agama Buddha, kiranya telah membaca kalimat Parinirvana Sutra ini. Selain dari itu, karena Anda selalu mengunjungi Saya maupun murid-murid Saya dengan memberi berbagai perhatian, maka sungguh Saya merasa amat berterima kasih. Dalam surat Anda terdapat pertanyaan yang berbunyi : “Walau telah menganut dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), dan tidak mundur kepercayaannya dengan membaca kesepuluh Nyoze dari Bab ‘Upaya Kausalya’ dan Jigage dari Bab ‘Panjangnya Usia Sang Tathagata’ maupun menyebut Daimoku, apakah terdapat perbedaan kurnia Daimoku yang disebut oleh arif bijaksana dengan kurnia Daimoku yang disebut oleh kita, manusia biasa? Kurnia Daimoku sama sekali tidak ada unggul lemahnya. Sebab emas yang dimiliki oleh orang bodoh dan emas yang dimiliki oleh arif bijaksana, begitupun api yang dinyalakan oleh orang bodoh dan api yang dinyalakan oleh arif bijaksana adalah sama dan sama sekali tidak ada perbedaan. Namun, hanya kalau menyebut Daimoku dengan menentang pada hati Saddharmapundarikasutra, maka di situ terdapat perbedaan. Dalam pertapaan Saddharmapundarika-sutra terdapat berbagai tahap, kalau diterangkan secara garis besarnya, maka dalam jilid ke-5 dari Hokke Monguki, Juli 2018 | Samantabadra
25
Mahaguru Miao-lo berkata : “Dalam menjelaskan jumlah kejahatan (pemfitnahan Hukum) di dalam Bab ‘Perumpamaan’ Saddharmapundarika-sutra hanya menjelaskan mengutarakan dan tidak mengutarakan”. Seseorang yang bernama Jion membagi jumlah kejahatan ini sebagai berikut : “Mula-mula menunjukkan sebab kejahatan, kemudian menjelaskan akibat kejahatan”. Pertamatama, pada sebab kejahatan ini terdapat keempat belas pemfitnahan terhadap Hukum, yaitu: 1. Kesombongan (kyoman); 2. Kemalasan (ketai); 3. Kepicikan (keiga); 4. Berpandangan dangkal (sensyiki) ; 5. Keserakahan (jakuyoku); 6. Ketidakmengertian (fuge); 7. Ketidakpercayaan (fusyin); 8. Mengejek Hukum (hinsyuku); 9. Keraguan-raguan (giwaku); 10. Memfitnah dan mengkritik Hukum (hibo) ; 11. Meremehkan orang yang menganut Hukum agama Buddha (keizen); 12. Membenci orang yang menganut Hukum agama Buddha (zozen); 13. Iri hati terhadap orang yang menganut Hukum agama Buddha (syitsuzen); 14. Dendam terhadap orang yang menganut Hukum agama Buddha (konzen). Keempat belas pemfitnahan terhadap Hukum agama Buddha ini berlaku bagi bhikku maupun penganut biasa, yang mana hal ini amat menakutkan. Bodhisattva Sadaparibhuta pada masa lampau telah menjalankan pertapaan sembah dengan memandang bahwa : “Pada seluruh umat manusia terdapat jiwa Buddha, di mana kalau mempertahankan Saddharmapundarika-sutra pasti mencapai kesadaran Buddha”. Bodhisattva Sadaparibhuta sedemikian hormat dan menyembah kepada orang yang belum menganut Saddharmapundarika-sutra sekalipun, dan beranggapan bahwa mungkin mereka akan menganut Saddharmapundarika-sutra, karena pada jiwa semua orang pasti pada asal mulanya terdapat jiwa Buddha. Apalagi bhikku dan orang biasa yang menganut Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) sewajarnya harus dihormati. Dalam Bab ‘Dharmaduta’ jilid ke-4 Saddharmapundarika-sutra dikatakan, bahwa : “Walau sebagai seorang penganut maupun bhikku, kalau memfitnah orang yang menganut dan menjelaskan Saddharmapundarika-sutra walau hanya dengan sepatah kata pun, maka dosanya lebih berat daripada dosa memfitnah secara langsung di hadapan Buddha Sakyamuni selama satu kalpa”. Begitupun dalam Bab ‘Nasehat Bodhisattva Samantabadra’ Saddharmapundarika-sutra dikatakan : “Walaupun secara sungguh-sungguh maupun tidak, namun kalau mencaci maki orang yang menganut Saddharmapundarika-sutra dosanya berat sekali”. Jadi, kalau meninjau kalimat Saddharmapundarika-sutra di atas, maka sesungguhnya tidak diperkenankan saling memfitnah. Ini disebabkan karena orang yang menganut Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) semuanya adalah Buddha. Jadi, kalau memfitnah Buddha sewajarnya akan menerima hukuman. Kurnia kebajikan dari penyebutan Daimoku dengan perasaan hati yang demikian adalah sama dengan kurnia kebajikan dari penyebutan Daimoku Sang Buddha. Mahaguru Miao-lo dalam Konpeiron menjelaskan : “Tanah air neraka yang merupakan lingkungan Neraka Avici maupun mahluk neraka yang merupakan subyek dari dunia neraka, kedua-duanya terdapat di dalam jiwa Buddha – arif bijaksana yang maha agung. Begitupun juga, jiwa Buddha Bhirujana maupun tanah air Buddha, kehadirannya tidak melebihi icinen umat manusia biasa. Segala apapun terdapat di dalam jiwa, hati dari icinen”. Hendaknya membaca keempat belas pemfitnahan Hukum berdasarkan makna yang sesungguhnya. Dengan demikian, Anda yang mencari dan menanyakan Hukum agama Buddha, sesungguhnya mungkin karena Anda mencita-citakan kehidupan yang akan datang. Dalam Bab ‘Upaya Kausalya’ dijelaskan : “Orang yang dapat mendengar Hukum ini dengan percaya dan mempertahankan secara sungguh-sungguh adalah amat sedikit sekali”. Kalau tidak muncul utusan Buddha yang tepat di dunia ini, maka Saddharmapundarika-sutra sulit dijelaskan sesuai dengan maksud sesungguhnya dari Sang Buddha. Terlebih lagi, sangat sedikit sekali orang yang menanyakan makna dari Sutra ini hingga 26
Samantabadra | Juli 2018
menjadi jelas, dan dapat menganutnya dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, betapa rendah dan hinanya kedudukkan seseorang dalam masyarakat, kalau orang itu memiliki prajna mengenai Hukum agama Buddha yang melebihi diri sendiri, maka tanyakanlah makna dari sutra ini kepadanya. Namun, umat manusia masa Akhir Dharma yang jahat dan kotor ini, yang sedemikian kuatnya dengan kesombongan, pandangan picik, prasangka serta terjerumus ke dalam mencari nama dan keuntungan diri sendiri. Apakah mungkin harus menjadi murid-murid dari orang yang demikian? Seandainya kalau mempelajari ajaran Hukum agama Buddha dari orang yang demikian, bukankah akan dihina oleh orang-orang ? Dalam kalimat sutra dijelaskan : “Kalau tidak dapat memutuskan pikiran yang jahat akan jatuh ke dalam kehidupan yang buruk”. Dalam Bab ‘Dharmaduta’ Saddharmapundarika-sutra dijelaskan : “Harap bergembiralah dari dasar hati. Walau ada orang dapat memperoleh kurnia kebajikan dengan menyumbang pusaka yang tak terhingga kepada Sang Buddha selama 8 milyard kalpa, namun tidak akan melebihi kurnia dan kebajikan agung yang diperoleh dengan sendirinya bagi orang yang menyumbang bhikku yang menjelaskan Saddharmapundarika-sutra. Apalagi kalau orang tersebut walau sebentar saja dapat mendengar dan mempertahankan Hukum Sutra ini”. Orang yang tidak mengetahui Hukum agama Buddha, seyogyanya mengabdi kepada orang yang menjelaskan Sutra ini hingga dapat memperoleh kurnia. Walau iblis dan binatang yang bagaimanapun, kalau ia menjelaskan satu bait atau satu kalimat dari Saddharmapundarika-sutra, maka sesuai dengan yang dijelaskan dalam sutra yang berbunyi : “Harus menyambutnya dari jauh dengan hormat, sungguh seperti menghormati Sang Buddha”. Oleh karena itu, orang yang menganut Hukum agama Buddha harus saling menghormati seperti menghormati Sang Buddha. Sebagai umpama, dalam upacara Bab ‘Munculnya Stupa Pusaka’ Saddharmapundarika-sutra, dimana Tathagata Prabhutaratna menggeserkan separuh tempat duduknya untuk menyambut Buddha Sakyamuni. Dengan demikian, kiranya harus saling menghormati seperti kedua Buddha yang duduk saling berdampingan. Sammibo ini, walau kedudukannya rendah, namun sedikitnya ia adalah seseorang yang menjelaskan Hukum Saddharmapundarika-sutra, maka hendaknya hormatilah ia seperti seorang Buddha, dan tuntutlah agama Buddha darinya. Hendaknya mencamkan makna kalimat Parinirvana Sutra yang berbunyi : “Tuntutlah Hukumnya, dan janganlah sekali-kali menuruti orangnya”. Pada zaman dahulu, Putra Himalaya telah menetap di gunung salju seorang diri. Putra Himalaya menyambung hidupnya dengan memakan buah-buahan, kulit rusa digunakan sebagai pakaiannya, dan telah melaksanakan pertapaan agama Buddha dengan tenang. Hal yang selalu dipikirkannya adalah, kalau memandang keadaan masyarakat dengan seksama di mana karena segala sesuatunya berdasarkan pada prinsip hidup mati yang tidak kekal, maka sesuatu yang dilahirkan pasti akan mati. Oleh karena itu, hal yang tak dapat dijangkau dalam kehampaan yang mengkhawatirkan keadaan masyarakat adalah sama seperti halilintar, begitupun sama seperti embun di pagi hari yang akan hilang kalau disinari matahari. Dan juga, sama seperti pelita di hadapan angin akan mudah padam, dan bagai sejenis daun pisang yang mudah robek. Setiap orang tidak mungkin dapat menghindarkan diri dari kefanaan ini, dan pada akhirnya harus mengalami kematian. Kalau memikirkan perjalanan setelah kematian, di mana perjalanan itu sedemikian gelap, sama sekali tidak ada cahaya matahari, bulan maupun bintang; terlebih lagi, walau ingin menyalakan pelita namun api tidak akan menyala, begitupun dalam perjalanan yang sedemikian gelap itu sama sekali tidak ada orang yang mendampingi. Pada waktu berada di dunia saha ini, orang tua, sanak saudara, suami istri, dan kerabat berkumpul bersama-sama, di mana ayah memberikan bimbingan dengan welas asih yang agung, ibu mengasuh dengan kasih sayang yang mendalam, sedangkan suami istri dengan perjanjian sehidup semati, bagaikan sepasang udang Juli 2018 | Samantabadra
27
dalam lautan yang mendambakan tidak akan terpisahkan untuk selama-lamanya. Walau hidup dalam suasana kehidupan yang rukun pun, tidak mungkin bersama-sama menuju pada perjalanan kematian. Dalam perjalanan kematian yang gelap harus dijalankan seorang diri. Apakah mungkin menanyakan siapa yang akan datang memberi salam? Begitupun, karena kefanaan tidak terbatas pada yang tua dan muda, maka kalau orang yang tua terlebih dahulu meninggal, itu merupakan sesuatu yang wajar. Walau dalam kesedihan pun mungkin akan terkenang betapa rasa kehangatannya. Namun demikian, bila terdapat orang yang muda meninggal mendahului orang yang tua, maka akan menimbulkan penyesalan dan kebencian yang amat mendalam. Karena anak yang sejak kecil dipelihara meninggal mendahului orang tuanya. Putra Himalaya berpikir bahwa karena hidup dalam keadaan kefanaan hidup mati yang tidak menentu akan kematian tua dan muda, serta keadaan yang tidak dapat diperkirakan untuk masa mendatang, sehari-hari hanya semata-mata memikirkan dan menuntut keuntungan demi mengumpulkan harta kekayaan masa mendatang, serta sama sekali tidak mau menghormati Sang Buddha, tidak percaya Hukum agama Buddha maupun melaksanakan pertapaan, dan juga tidak mempunyai prajna, sehingga ketika dihadapkan kepada mahkamah kematian, apakah yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan dalam perjalanan yang panjang dari triloka? Apakah yang dapat dijadikan sebagai perahu ataupun rakit untuk menyeberangi lautan penderitaan agar dapat menyeberang dan tiba di tanah Buddha? Dan, karena waktu tersebut bagaikan mimpi, waktu sadar bagaikan suatu kenyataan, sehingga tidak lain berpikir untuk menghilangkan mimpi yang mengkhawatirkan keadaan masyarakat dan menuntut kesadaran yang nyata. Demikianlah Putra Himalaya menuntut kesadaran Buddha dengan menghilangkan berbagai kenafsuan yang menyelubungi bagai gunung salju. Dewa Indra melihat Putra Himalaya dengan jelas dari Dunia Surga, dan berpikir bahwa walau bibit ikan banyak, namun di antaranya yang menjadi ikan adalah sedikit sekali. Walau banyak bunga pohon Anra yang berbunga, tetapi yang berhasil menjadi buah adalah sedikit sekali. Begitupun sama halnya dengan manusia. Walau banyak orang yang mendambakan pencapaian kesadaran Buddha dengan menuntut Hukum agama Buddha, namun orang yang tidak mundur dari kepercayaan dan dengan sempurna melaksanakan pertapaan agama Buddha sangat sedikit sekali. Seluruh hati kesadaran dari kita manusia biasa kebanyakan telah dipengaruhi oleh jodoh buruk, sehingga mudah tergoyahkan dan digoncangkan oleh hal apapun. Begitupun sama halnya, walau banyak ksatria yang memakai baju perang yang hebat, tetapi sedikit sekali ksatria yang berani di medan peperangan. Di situlah Dewa Indra berpikir untuk mencoba hati yang sesungguhnya dari Putra Himalaya dengan menjelmakan dirinya menjadi iblis di samping Putra Himalaya. Oleh karena pada waktu itu, Buddha masih belum muncul dalam dunia ini, maka, walau Putra Himalaya berkeinginan untuk menuntut ajaran Mahayana yang lebih banyak, tetapi sukar sekali dapat mendengar ajaran tersebut. Tepat pada waktu itu terdengar dengan jelas suara yang berbunyi : “Segala gerakan apapun adalah tidak kekal dan fana; dan inilah Hukum dari hidup dan kemusnahan�. Putra Himalaya terkejut sekali karena tiada seorang pun berada di sekelilingnya, dan hanya terdapat iblis yang berdiri di situ. Wajah iblis itu sangat menakutkan, dimana rambutnya terurai bagai kobaran api, giginya panjang bagai pedang yang tajam menjulur ke luar, dan tatapan matanya tajam menyalanyala melotot memandang Putra Himalaya. Putra Himalaya sama sekali tidak merasa takut dihadapkan dengan wajah iblis yang sangat menakutkan itu, sebaliknya semata-mata merasakan kegembiraan karena dapat mendengar Hukum agama Buddha tanpa sedikit pun ada keraguan-raguan di hatinya. Hal mana sama seperti anak sapi yang telah terpisah dari induknya sehingga ingin mendengar suara 28
Samantabadra | Juli 2018
induknya”. Siapakah gerangan yang mengucapkan setengah bait kata-kata yang diucapkan tadi? Dan pasti masih terdapat kata-kata yang tertinggal yang masih belum diucapkan”, demikianlah Putra Himalaya mencari orang di sekelilingnya, tetapi sama sekali tidak terdapat seorang pun. Seandainya kata-kata ini diucapkan oleh iblis, apakah mungkin iblis mengucapkan kata-kata demikian. Karena ia (iblis) telah terwujud dengan wajah yang kelihatan seperti menanggung dosa berat. Tetapi setengah bait ini adalah kata-kata yang diucapkan oleh Sang Buddha. Walau Putra Himalaya berpikir pasti kata-kata itu tidak mungkin keluar dari mulut iblis yang sedemikian hina, kerena di sekelilingnya tidak terdapat seorang pun sehingga ia mencoba menanyakan pada sang iblis dengan berkata : “Apakah Anda yang mengutarakan kalimat Sutra tadi?” Iblis menjawab dengan berkata : “Saya malas untuk mengucapkan kata-kata selanjutnya, karena telah beberapa hari belum makan sehingga sangat lapar dan lelah, tidak dapat memusatkan pikiran dan pusing. Mungkin merupakan suatu ucapan yang sembarangan, karena diucapkan dengan pikiran yang agak kacau, maka apa yang saya utarakan, saya tidak tahu”, demikian jawabnya. Kemudian Putra Himalaya berkata : “Setengah bait yang telah saya dengar adalah bagaikan melihat wajah separuh bulan dan sama seperti memperoleh separuh telur. Sungguh Anda telah mengucapkan kata-kata itu. Saya harap Anda berkenan menjelaskan setengah bait yang tertinggal”. Iblis menjawab : “Karena Anda sebelumnya telah memiliki kesadaran, sehingga walau saya tidak memperdengarkan pun, Anda tidak akan benci. Sedangkan, karena saya sekarang sedang kelaparan dan tidak memiliki kekuatan untuk mengucapkan kata-kata, maka bagaimanapun tidak mau mengatakan apa-apa”. Putra Himalaya menanyakan : “Jika demikian, kalau sudah makan, apakah Anda mau mengutarakan kata-kata selanjutnya ?” Iblis menjawab : “Kalau sudah makan, saya akan melanjutkannya”. Kemudian, Putra Himalaya dengan gembira menanyakan : “Dengan demikian, apakah yang akan Anda makan ?” Iblis menjawab : “Sesungguhnya ini tidak boleh dikatakan. Seandainya Anda mendengar apa yang ingin saya makan, Anda akan menjadi ketakutan. Dan juga bukan sesuatu yang Anda dapat cari”. Namun demikian, Putra Himalaya tetap bersikeras mengajukan pertanyaan : “Kalau itu yang dikatakan, saya akan berusaha mencarinya”. Iblis berkata : “Sesungguhnya, saya hanya makan daging manusia yang empuk dan minum darah manusia yang hangat, namun demikian, walau saya telah terbang mengelilingi angkasa, tetapi karena manusia dilindungi oleh Buddha dan dewa, sehingga saya tidak berhasil untuk membunuh seorang pun. Oleh karena itu, saya hanya dapat membunuh dan memakan manusia yang telah dibuang oleh Buddha dan dewa-dewa”. Pada saat itu Putra Himalaya berpikir : “Saya akan mengorbankan jiwa saya demi Hukum Buddha setelah mendengar bait tersebut”. Kemudian berkata, “Makanan Anda ada di sini dan jangan mencarinya di mana-mana. Karena badan saya sekarang masih belum mati, maka daging nya masih hangat, dan karena badan saya masih belum dingin, maka darahnya masih hangat. Harap jelaskanlah bait yang tertinggal. Badan ini saya akan persembahkan kepadamu”. Setelah mendengar itu, iblis berkata dengan sangat marah : “Siapakah yang dapat mempercayai perkataan Anda sebagai suatu kebenaran ? Kalau setelah mendengar bait yang tersisa, kemudian Anda mengingkari janji, siapakah yang dapat menjadi saksi untuk memperoleh keadilan ?” Di sini Putra Himalaya berkata : “Badan ini pada akhirnya harus mati. Kalau jiwa yang mati percuma dapat dipersembahkan kepada Hukum agama Buddha dimana dengan membuang jiwa yang kotor, pasti terbuka kesadaran dan menjadi Buddha pada masa mendatang, serta dapat memperoleh jiwa yang bersih dan suci. Hal ini sama seperti membuang tempat yang terbuat dari tanah dan menggantikannya dengan pusaka. Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Chaturmaharaja,
Juli 2018 | Samantabadra
29
para Buddha sepuluh penjuru, bodhisattva, semuanya akan menjadi saksi. Atas dasar itu saya tidak dapat berdusta.” Kemudian sikap iblis kembali sedikit lunak dan berkata : “Seandainya apa yang Anda katakan benar, saya akan menjelaskan bait selanjutnya.” Waktu itu Putra Himalaya sedemikian gembiranya, dan melepaskan baju kulit rusa yang dipakainya untuk melapisi lantai sebagai tempat pembabaran Hukum dan membungkukkan badan dengan tangan terkatup hingga kepalanya menyentuh tanah. Kemudian dengan sikap hormat yang khidmat berkata : “Silakan jelaskan bait yang selanjutnya kepada saya.” Lalu iblis menduduki tempat pembabaran Hukum sambil menjelaskan bait selanjutnya dengan berkata : “Hidup dan musnah berakhir dengan kemusnahan, namun musnah dengan kesadaran menjadi kegembiraan”. Waktu itu setelah Putra Himalaya mendengar kata-kata tersebut, ia merasakan kegembiraan yang tak terhingga dengan berulang-ulang menghafalnya dalam hati dan berkata, “Takkan terlupakan hingga masa mendatang.” Dan kemudian berkata : “Yang menggembirakan adalah bahwa kata-kata ini sama sekali tidak berlainan dengan yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha. Sebaliknya hal yang menyedihkan adalah, karena bait ini hanya saya seorang diri yang mendengarnya dan tidak dapat memberitahukan kepada orang lain”, demikian pikirnya dalam hati. Kemudian, ia menulis bait tersebut di atas batu, dinding, gunung, pepohonan di pinggir jalan dan berkata, “Diharapkan orang-orang berikutnya pasti dapat melihat kalimat ini dan menyadari makna teorinya sehingga dapat memasuki jalan yang sesungguhnya.” Selesai mengucapkan katakata tersebut, ia langsung memanjat pohon yang tinggi dan menerjunkan diri ke tanah di hadapan iblis. Dan seketika sebelum tubuhnya menyentuh tanah, tiba-tiba iblis tersebut berubah bentuk menjadi Dewa Indra dan menjemput tubuh Putra Himalaya dan mendudukkannya pada tempat yang lapang. Kemudian menyembahnya dengan hormat sambil berkata : “Karena saya menyayangi ajaran suci Sang Tathagata, sehingga menguji Anda dengan menyulitkan hati Bodhisattva Anda, harap Anda dapat mengampuni dosa ini dan pada masa mendatang pasti memberikan pertolongan.” Lalu pada waktu itu seluruh dewa dan manusia telah memunculkan diri dengan memuji.” Baik sekali, baik sekali. Sungguh ini adalah Bodhisattva.” Putra Himalaya karena pengorbanan jiwanya demi setengah bait telah dapat menghapuskan dosa hidup mati selama waktu 12 kalpa yang panjang. Hal ini dikatakan di dalam Parinirvana Sutra. Jadi, kalau mengingat sikap dari Putra Himalaya, di mana untuk mengetahui setengah bait telah rela membuang jiwa raganya, bagaimana dengan kita, apakah kita dapat membalas budi dari kebajikan karena dapat mendengar satu bab maupun satu jilid dari Saddharmapundarika-sutra ini? Sesungguhnya, kalau berdoa untuk masa akan datang, maka perbuatan dan gerakan seperti Putra Himalaya adalah yang sangat ideal. Seandainya kalau diri sendiri sedemikian miskin, tidak memiliki harta benda untuk disumbangkan, maka kalau dapat memperoleh kesempatan untuk mengorbankan jiwa raga demi Hukum agama Buddha, korbankanlah jiwa raga untuk menuntut dan belajar Hukum agama Buddha. Terhadap hal apapun jiwa ini pada akhirnya menjadi tanah gunung yang hampa, walau disayangsayangi juga tak dapat berbuat apa-apa. Betapa menyayanginya pun, namun tidak dapat mencapai hal yang diidam-idamkan. Betapa panjangnya usia seseorang, namun jarang yang melampaui umur 100 tahun lebih. Jangka waktu selama itu hanya berupa mimpi semalam. Kita telah dilahirkan sebagai seorang manusia suatu hal yang sulit diperoleh, begitupun walau menjadi seorang bhikku, tetapi kalau belajar agama Buddha dengan tidak menuntut orang pemfitnah Hukum dan hanya semata30
Samantabadra | Juli 2018
mata melewati hari-hari dengan bermain dan obrolan saja, tidak lain hanya merupakan binatang yang memakai jubah Dharmaduta. Dengan meminjam nama Dharmaduta untuk menghidupkan diri sendiri, tetapi sama sekali tidak memiliki makna sebagai Dharmaduta. Hal ini merupakan seorang pencuri yang mencuri nama sebagai Dharmaduta. Sungguh merupakan sesuatu yang menakutkan dan memalukan. Dalam Bab ‘Penegakkan’ Syakumon Saddharmapundarika-sutra dikatakan : “Tidak menyayangi jwa raga dan hanya menyayangi jalan agung”. Sedang dalam Bab ‘Panjangnya Usia Sang Tathagata’ Honmon Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Sama sekali tidak menyayangi jiwa raga sendiri”. Sedangkan dalam Parinirvana Sutra dikatakan : “Badannya ringan Hukumnya berat, sehingga mengorbankan jiwa raga demi menyebarluaskan Hukum”. Jadi, dalam Honmon dan Syakumon Saddharmapundarika-sutra maupun Parinirvana Sutra kesemuanya menandaskan, bahwa harus menyebarluaskan Hukum dengan mengorbankan jiwa raga. Dosa berat yang melanggar dan menentang larangan ini, walau tidak tampak dengan mata, namun akan tertimbun sebab-sebab jatuh ke dalam neraka. Hal mana sama seperti panas dan dingin yang tidak mempunyai wujud. Walau tidak terlihat dengan mata, namun pada musim dingin orang dan tumbuh-tumbuhan akan merasakan kedinginan, pada musim panas orang dan binatang akan menderita kepanasan. Bagi bhikku harus melaksanakan sesuai dengan yang telah dijelaskan seperti di atas, namun walau Anda adalah penganut biasa, yang terpenting adalah tidak memikirkan hal-hal lain selain menyebut Nammyohorengekyo dan menyumbang kepada bhikku. Itu pun kalau sesuai dengan kalimat Sutra, maka yang penting adalah harus menyiarkan Dharma kepada orang lain sesuai dengan kekuatan masing-masing. Dan ketika merasakan penderitaan hidup yang berat pada kehidupan sekarang, harap sebutlah Nammyohorengekyo dengan berpikir bahwa penderitaan kehidupan sekarang pun sudah sedemikian menyedihkan, apalagi penderitaan hidup masa akan datang tentu akan lebih berat daripada sekarang ini. Begitupun ketika bergembira, harap sebutlah Nammyohorengekyo dengan mengingat kembali bahwa kegembiraan kehidupan sekarang adalah seperti dalam keadaan mimpi, karena kegembiraan dari Dunia Buddha (Ryozen Jodo) merupakan kegembiraan sesungguhnya. Dan harap laksanakanlah pertapaan tanpa mundur sedikit pun hingga menanti waktu kematian. Kalau mendaki Gunung Myokaku, dapat melihat dengan jelas keempat penjuru, dan akan terasakan betapa indahnya alam ini. Seluruh alam semesta (hokkai) adalah Dunia Buddha (jakkodo), di mana bumi besar terdiri dari gelas (ruri), dan membentuk kedelapan jalan perbatasan dari tali emas dengan dihujani keempat jenis bunga dan alunan musik di udara. Kiranya seluruh Buddha dan bodhisattva akan ditiup oleh angin keempat kebajikan Jorakugajo yang menggembirakan. Kita pun sudah mendekati dan termasuk dalam barisan tersebut untuk menikmati kegembiraan bermainmain. Namun, kalau keyakinannya lemah pasti tidak akan dapat pergi ke tempat yang sedemikian berbahagia. Seandainya kalau masih terdapat hal-hal yang meragukan, akan Saya beri jawaban dengan jelas. Hormat Saya, tertanda Niciren
Juli 2018 | Samantabadra
31
|KUTIPAN GOSYO
1
Nicigen, murid Kuil Jisso daerah Iwamoto, karena menganut kepercayaan terhadap Niciren, harta kekayaannya telah dirampas dan murid serta penganutnya telah diusir. Walau berada dalam keadaan yang membahayakan jiwanya, sebaliknya ia telah mengunjungi Saya dan telah memberikan perhatian yang tulus kepada para murid Saya, Niciren. Ini merupakan kepercayaan yang sungguh-sungguh dan amat arif bijaksana. Keterangan: Kuil Jisso daerah Iwamoto, merupakan kuil tua dari sekte Tien-tai yang terkenal di daerah Suruga, dan mempunyai hubungan yang mendalam dengan penguasa Kamakura serta selalu memperoleh perlindungan yang kuat dari penguasa. Kuil tersebut lebih baik dikatakan sebagai kuil besar yang dikuasai oleh penguasa, daripada dikatakan sebagai suatu kuil yang bersifat kedaerahan, dimana terdapat banyak penganut dan terkumpul banyak bhikku. Nicigen, bhikku pelajar kuil tersebut diperkirakan sebagai bhikku biasa, namun dalam kutipan surat ini dikatakan, “Murid dan penganutnya diusir�, sehingga diperkirakan kedudukan kebhikkuannya memiliki murid dan penganut. Karena ia adalah seorang bhikku dari Kuil Jisso yang sedemikian kuat dipengaruhi oleh penguasa, maka ketika kemudian ia menjadi murid dari Buddha Niciren Daisyonin, ia mengalami penderitaan penganiayaan yang keras dari penguasa. Oleh karena penganiayaan terhadap Nicigen semakin keras dan terlebih daripada itu, Nicigen di bawah pimpinan Nikko Syonin telah melakukan penyiaran Dharma di daerah Kuil Jisso, Kyuju, dan Kyuin, sehingga hal ini telah menimbulkan penindasan besar, dan sebagai akibatnya seluruh murid dan penganut Nikko Syonin dikejarkejar. Hal ini terjadi pada tahun 1278 (Koan 1), yakni tiga tahun setelah surat ini ditulis. Dalam keadaan zaman yang sedemikian rupa, penyiaran 32
Samantabadra | Juli 2018
Dharma yang sesungguhnya dapat dikatakan sebagai sesuatu yang sulit sekali, dan bagian inilah yang menggugah perasaan hati Buddha Niciren Daisyonin untuk memberikan dorongan dari lubuk hati-Nya kepada Nicigen yang baru saja menganut kepercayaan ini.
2
Apakah terdapat perbedaan kurnia Daimoku yang disebut oleh arif bijaksana dengan kurnia Daimoku yang disebut oleh kita, manusia biasa? Kurnia Daimoku sama sekali tidak ada unggul lemahnya. Sebab emas yang dimiliki oleh orang bodoh dan emas yang dimiliki oleh arif bijaksana, begitupun yang dinyalakan oleh orang bodoh dengan api yang dinyalakan oleh arif bijaksana adalah sama dan sama sekali tidak ada perbedaan. Namun, hanya kalau menyebut Daimoku dengan menentang pada hati Saddharmapundarika-sutra, maka di situ terdapat perbedaan.
GM
Keterangan: Pada bagian ini Niciren Daisyonin menjawab pertanyaan, bahwa kurnia kebajikan dari Daimoku adalah adil dan merata bagi seluruh umat manusia, dan sama sekali tidak ada perbedaan. Namun, kalau menyebut Daimoku dengan menentang “Hati dari Sutra ini�, maka akan terdapat perbedaan. Di sinilah diajarkan dengan tegas mengenai sikap kepercayaan yang sesungguhnya. Pertama-tama, mengenai adil dan meratanya kurnia kebajikan dari penyebutan Daimoku, di dalam Sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra yang dijelaskan oleh Buddha Sakyamuni selama 40 tahun lebih telah membeda-bedakan manusia dari Sepuluh Dunia, yaitu hanya pria saja yang diberi kesempatan untuk mencapai kesadaran Buddha, sedangkan wanita adalah utusan neraka, mereka dibenci dan diasingkan karena telah putus bibit Buddhanya. Sebaliknya, walau orang jahat seperti Devadatta yang jahatnya tak
terbatas maupun Sravaka dan Pratyekabuddha yang telah hangus bibit Buddhanya, dapat mencapai kesadaran Buddha dengan adil dan merata melalui Saddharmapundarika-sutra. Kalau tanpa Saddharmapundarika-sutra, maka agama Buddha Sakyamuni akan berakhir sebagai suatu pandangan / filsafat angan-angan yang tidak realistis. Namun, justru dengan adanya Saddharmapundarika-sutra, maka Hukum agama Buddha telah menjadi puncak keunggulan dari filsafat timur. Gohonzon merupakan perwujudan ‘seadanya’ yang berdasarkan pada filsafat agung Saddharmapundarika-sutra. Secara teori maupun kenyataan adalah prinsip inti hakekat jiwa dan wujud sesungguhnya. Dan sesuai dengan petuah emas, prajna agung yang adil dan merata telah memberikan secara adil kekuatan Buddha yang agung dan maitri karuna bagaikan sinar matahari kepada seluruh umat manusia. Tetapi, walau menyebut Daimoku terhadap Gohonzon yang agung ini, namun kalau menentang semangat dasar dari Hukum agama Buddha, maka tidak akan memperoleh kekuatan kurnia kebajikan yang agung. Apalagi bila membengkokkan Hukum, pasti akan membuat dirinya gila. Jadi, apakah sesungguhnya yang dikatakan sebagai hal yang menentang semangat dasar Hukum agama Buddha? Pertama-tama, akan dijelaskan keempat belas pemfitnahan Hukum: 1. Kesombongan (kyoman) : dengan kesombongan hati meremehkan Hukum agama Buddha. 2. Kemalasan (ketai) : malas melaksanakan pertapaan Hukum agama Buddha. 3. Kepicikan (keiga) : menilai ajaran Hukum agama Buddha dengan pandangan sendiri yang sempit. 4. Pandangan dangkal (sensyiki) : karena tidak mengerti prinsip agama Buddha sehingga tidak ingin menuntut Hukum agama Buddha. 5. Keserakahan (jakuyoku) : karena dikuasai oleh nafsu sehingga tidak berkeinginan untuk menuntut Hukum agama Buddha. 6. Tidak mengerti (fuge) : tidak berkeinginan
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
untuk mengerti Hukum agama Buddha. Tidak percaya (fusyin) : tidak percaya Hukum agama Buddha. Mengejek Hukum (hinsyuku). Keragu-raguan (giwaku) : ragu-ragu terhadap Hukum agama Buddha. Memfitnah dan mengkritik Hukum agama Buddha (hibo). Meremehkan dan menghina orang yang percaya terhadap Hukum agama Buddha (keizen). Membenci orang yang percaya terhadap Hukum agama Buddha (zozen). Iri hati dan benci terhadap orang yang percaya Hukum agama Buddha serta merusak persatuan dan kesatuan Sangha dan penganut (syitsuzen). Dendam terhadap orang yang percaya Hukum agama Buddha (konzen).
Akibat dari perbuatan pemfitnahan Dharma tersebut di atas akan membuat kita jatuh pada keempat Dunia Buruk karena tidak sesuai dengan hati Saddarmapundarika-sutra. Tetapi kalau sesuai dengan hati Saddharmapundarika-sutra kita akan menjadi orang yang mempunyai rejeki jiwa sebagai berikut : 1. Orang yang dapat mewujudkan Sebab dan Jodoh yang baik yang terdapat di dalam lapisan jiwa mendalam sejak masa lamapu sehingga mencapai suasana jiwa yang terus menerus meningkat hati kepercayaannya secara kuat dan mendalam. 2. Orang yang dapat mewujudkan Suasana Jiwa Yang Luhur, yaitu keyakinan untuk maju terus dan menjalankan Maitri Karuna. 3. Orang yang dapat menjalankan Syakubuku dengan suasana jiwa Buddha. 4. Orang yang sama sekali tidak mau menerima ajaran Lain dan tidak akan tergoyahkan oleh pembahasan seperti apapun juga kecuali Ajaran Agama Buddha Niciren Daisyonin. Juli 2018 | Samantabadra
33
5. Orang yang bisa menyadari Bonno Soku Bodai, sehingga tidak terombang-ambingkan oleh hawa nafsu dan dapat merenungkan kebenaran secara mendalam. 6. Orang yang di sekelilingnya berkumpul Sanak Saudara dan Teman yang Baik. 7. Orang yang dapat mencapai Suasana Jiwa yang Tulus tanpa kemarahan. 8. Orang yang mempunyai Prajna Yang Tajam sehingga dapat memahami dan mencipta nilai dengan baik. 9. Orang yang berumur panjang dan tidak mudah diserang penyakit. 10. Orang yang selalu dilindungi Oleh Dewa-Dewi sehingga terhindar dari malapetaka. 11. Orang yang mempunyai Materi yang sangat memuaskan.
Dengan demikian, kalau dapat melaksanakan kepercayaan yang murni dan tulus pasti dapat mencapai kesadaran Buddha dan dapat secara langsung mengecap kebahagiaan dan menimbun rejeki yang kekal, sebaliknya hendaknya diperhatikan bila kepercayaan lemah, maka tidak dapat mencapai kesadaran Buddha.
3
Kalau tidak muncul utusan Sang Buddha yang tepat di dunia ini, maka Saddharmapundarika-sutra sulit dijelaskan sesuai dengan maksud sesungguhnya dari Sang Buddha.
GM
Keterangan: Di sini Niciren Daisyonin dalam menjawab pertanyaan Matsuno Dono telah menandaskan, bahwa keinginan untuk menanya demi membangkitkan hati menuntut agama Buddha merupakan suatu hal yang penting sekali. “Maksud sesungguhnya dari Sang Buddha�, Terlebih dari itu, kalau memperhatikan dengan berarti, dalam masa Akhir Dharma adalah seksama, maka dalam bagian ini terkandung Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia bimbingan-bimbingan, berupa : Agung dari dasar kalimat yang dirahasiakan 1. Orang yang mempertahankan dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra tidak Saddharmapundarika-sutra. Jadi, walau dikatakan Saddharmapundarika-sutra, namun boleh membenci dan iri hati. 2. Walau betapa rendahnya kedudukan kalau tidak membacanya dengan pendirian seseorang, namun kalau ia demikian, maka tidak akan mengerti makna sesungguhnya dan sama sekali tidak ada mengetahui Hukum agama Buddha, manfaatnya. Pada umumnya, kalau membaca maka kita harus menghormati dan berdasarkan pendirian makna kalimat secara menuntut Hukum agama Buddha harfiah, maka Mahaguru Tien-tai, guru pokok darinya. 3. Harus menuntut Hukum agama masa Zoho telah melaksanakan kesemuanya itu. Namun demikian, kalau itu dibaca dengan begitu Buddha dengan kesadaran mengorbankan jiwa raga. saja dalam masa Akhir Dharma, maka sama sekali tidak ada manfaatnya. Pada masa Akhir 4. Dalam belajar Hukum agama Buddha, sama sekali tidak boleh Dharma sekarang ini kita harus membacanya main-main dan tidak boleh tidak berdasarkan pendirian Hukum agama Buddha menuntut terhadap pemfitnahan yang dirahasiakan di dasar kalimat Sutra. Orang Hukum agama Buddha. yang melaksanakan ini tidak lain adalah “utusan 5. Sebagai penganut biasa hendaknya Sang Buddha yang sesungguhnya�. menyebut Daimoku dengan tanpa Perihal sulit mendengar Hukum agama berpikir hal-hal lain, semata-mata Buddha dikatakan, walau ada orang dapat demi mempertahankan Hukum Sakti memperoleh kurnia kebajikan dengan dan menyumbang kepada Sangha. menyumbang Stupa Pusaka yang tak terhingga kepada Sang Buddha selama 8 milyard kalpa, 34
Samantabadra | Juli 2018
namun tidak akan melebihi kurnia dan kebajikan agung yang diperoleh dengan sendirinya bagi orang yang menyumbang bhikku, yang menjelaskan Saddharmapundarika-sutra. Apalagi, kalau orang tersebut walau sebentar saja dapat mendengar dan mempertahankan Hukum Sutra ini. Oleh karenanya, walau betapa hinanya seseorang kalau ia menjelaskan satu bait, satu kata dari Saddharmapundarika-sutra, kita harus menyambutnya dari jauh seperti menghormati Sang Buddha. Kemudian, Niciren Daisyonin memberikan bimbingan kepada Matsuno Dono untuk memiliki sikap menuntut Hukum agama Buddha kepada Sammibo yang diutus oleh Niciren Daisyonin.
kekekalan di dalam wujud sesungguhnya yang dimiliki sejak asal mula sehingga dapat meneguhkan kehidupan yang kokoh tidak dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kekal. Itulah pandangan jiwa yang kekal abadi yang dimiliki sejak asal mula dari kehidupan yang Jorakugajo.
5
Untuk mengetahui setengah bait telah rela membuang jiwa raganya. Bagaimana dengan kita, apakah kita dapat membalas budi dan kebajikan karena dapat mendengar satu bab maupun satu jilid dari Saddharmapundarika-sutra?
4
Keterangan: Hal yang selalu dipikirkannya Kutipan kalimat di atas berarti, bahwa Putra adalah kalau memandang keadaan Himalaya demi mendengar setengah bait Sutra masyarakat dengan seksama, dimana telah mengorbankan jiwa raganya. Sekarang, karena segala sesuatunya berdasarkan pada kita yang dapat mendengar satu bab, satu jilid prinsip hidup mati yang tidak kekal, maka Saddharmapundarika-sutra, dengan apakah sesuatu yang dilahirkan pasti akan mati. kita dapat membalas budi kebajikan? Dewa Indra menjelmakan dirinya menjadi iblis untuk Keterangan: menguji hati menuntut agama Buddha dari Putra Putra Himalaya memandang berbagai gejala Himalaya. Makna apakah yang terkandung dalam di dalam dunia ini sebagai sesuatu yang fana. sikap putra Himalaya yang dalam menuntut Pandangan yang fana adalah kebalikan dari setengah bait telah mengorbankan jiwa raganya pandangan kekal. Wajah masyarakat yang kepada iblis? Pertama, dalam pertapaan Hukum ada selalu berubah-ubah, dimana terdapat agama Buddha, hati menuntut merupakan hal kelahiran dan kemusnahan, namun seluruhnya yang amat penting. Hukum itu harus dituntut dan berputar-putar pada hidup mati dan tiada sama sekali tidak akan dapat diperoleh dengan sesuatupun yang tetap. Justru, perwujudan berpangku tangan. Sesungguhnya, dengan sesungguhnya dari lahir, menetap dan musnah kehadiran Gohonzon, kita harus merasakan merupakan prinsip dasar dari alam semesta. terima kasih. Karena Gohonzon merupakan Kalau terdapat kelahiran pasti terdapat kematian kumpulan pusaka agung yang diperoleh tanpa dan kemusnahan. Pandangan ketidakkekalan dicari-cari. Akan tetapi, di dalam perjuangan itu sendiri sebenarnya merupakan sebagian meningkatkan diri sendiri dengan berdasarkan dari kebenaran Hukum alam semesta. Akan pada Gohonzon yang agung ini diperlukan hati tetapi, kalau pandangan sebagian kebenaran menuntut Hukum agama Buddha yang kuat itu dijadikan sebagai pandangan keseluruhan, sekali. Kalau tidak ada hati menuntut Hukum merupakan suatu kesalahan yang fatal. agama Buddha, di situ tidak ada agama Buddha. Buddha Niciren Daisyonin menatap dunia yang Kedua, dalam menuntut Hukum agama tidak kekal dengan keadaan seadanya, di samping Buddha harus dilandasi dengan pelaksanaan itu sama sekali tidak melarikan diri darinya, dan yang tidak menyayangi jiwa raga. Hukum agama bahkan menatap secara mendalam bahwa di Buddha sama sekali bukan merupakan suatu dalam sesuatu yang tidak kekal terdapat suatu pengetahuan. Selama tidak ada pelaksanaan, inti hakekat yang kekal abadi, yakni memandang tidak dapat menuntut Hukum agama Buddha.
Anak Cabang
Juli 2018 | Samantabadra
35
Justru dengan pelaksanaan yang kuat, akan menggemakan Hukum agama Buddha di dalam jiwa sebagai prinsip yang hidup. Ketiga, di sini tak peduli siapapun yang menjelaskan Hukum agama Buddha, kalau ia unggul dalam Hukum agama Buddha, maka kita harus maju mengobarkan hati menuntut agama Buddha. Dengan mewujudkan perumpamaan dari iblis telah mewujudkan secara tandas dan gamblang, bahwa dalam menuntut Hukum agama Buddha harus berdasarkan pada Hukum agama Buddha. Kedudukan dan pangkat dalam masyarakat yang bagaimanapun, sama sekali tidak berhubungan dengan keagungan seseorang sebagai manusia. Hukum agama Buddha meletakkan segala titik tolak pada ideologi kemanusiaan. Keempat, kesadaran Hukum agama Buddha sama sekali tidak terdapat dalam dunia yang istimewa, melainkan terdapat dalam lingkungan kehidupan diri sendiri yang terdekat. Mungkin perumpamaan iblis agak istimewa. Namun, Hukum agama Buddha tidak terdapat dalam dunia yang ideal dan mewah, malah dapat dikatakan terdapat di dalam masyarakat nyata yang kotor. Putra Himalaya telah melaksanakan pertapaan di gunung salju yang terpencil dari kehidupan manusia, akan tetapi di situ ia tidak memperoleh Hukum agama Buddha, malah ia memperolehnya ketika menuntut Hukum agama Buddha dengan mengorbankan jiwanya kepada iblis. Kesadaran Hukum agama Buddha bukan sesuatu yang tenang, melainkan justru akan muncul di dalam pelaksanaan agung yang mengorbankan jiwa raga. Cerita ini jelas mewujudkan hal tersebut. Kitapun dapat menganut dan mempertahankan Gohonzon melalui penyiaran Dharma. Kemudian, dengan belajar filsafat Hukum agama Buddha, akhirnya kita dapat mengetahui Hukum perombakan nasib, dan menerima kurnia kebajikan. Dengan apakah kita dapat membalas budi kebajikan ini? Niciren Daisyonin mengajarkan, bahwa kalau kita miskin dan tidak mempunyai harta untuk berdana paramita, maka kita harus mempersembahkan jiwa raga. Kalau ada kesempatan, hendaknya 36
Samantabadra | Juli 2018
mengorbankan jiwa raga untuk mempelajari Hukum agama Buddha. Tidak lain hanya merupakan binatang yang memakai jubah Dharmaduta.
6
Keterangan: Bagian ini menandaskan, bahwa dalam kehidupan yang pendek ini kita seharusnya mencurahkan jiwa raga demi Hukum agama Buddha. Kita yang dapat dilahirkan sebagai seorang manusia yang sulit diperoleh, terlebih lagi karena telah menjadi bhikku, Dharmaduta yang belajar, melaksanakan pertapaan, dan selalu menjelaskan Hukum agama Buddha, hendaknya menjadi suri tauladan di masyarakat. Kalau melewati sehari-hari dengan sia-sia, hanya bermain-main dan obrolan saja, maka orang itu dikatakan sebagai “Binatang yang memakai pakaian Dharmaduta”. Dharmaduta, di dalam pengertiannya secara luas dalam masyarakat sekarang ini dapat dikatakan sebagai lapisan pemimpin yang membimbing rakyat banyak. Kalau dipandang berdasarkan filsafat jiwa icinen sanzen, maka segala apapun merupakan perwujudan sesungguhnya dari Saddharma (Myoho). Oleh karena itu, Dharmaduta adalah fungsi dari Saddharma (Myoho). Dengan demikian, orang yang menganut dan mempertahankan Dai Gohonzon dengan melaksanakan amanat Buddha demi penyelamatan seluruh umat manusia adalah pemimpin masyarakat yang sesungguhnya, dan dapat dikatakan sebagai Dharmaduta. ”Tidak menyayangi jiwa raga dan hanya menyayangi jalan agung”.
7
Keterangan: Dalam Bab Penegakan Saddharmapundarikasutra dikatakan sebagai berikut : “Di dalam masa durhaka dari kalpa yang kotor, kebanyakan umat Buddha berada dalam ketakutan dan kecemasan. Iblis jahat telah masuk dan menguasai jiwanya untuk mengutuk, mencerca, dan menghina kita. Namun demikian, kita yang dengan rasa hormat
dan percaya kepada Sang Buddha, sesungguhnya harus mengenakan zirah ketabahan yang ampuh terhadap apapun demi mengkhotbahkan Sutra ini dengan menahan berbagai penderitaan. Kita tidak akan menyayangi jiwa raga dan hanya menyayangi jalan agung yang tiada taranya”. Seluruh murid Niciren Daisyonin waktu itu telah menerima kutipan kalimat Sutra ini secara amat mendalam. Surat ini ditulis pada tahun 1278 ketika muridmurid Nikko Syonin telah mengalami penindasan dan pengejaran sekte lain yang dilindungi oleh penguasa. Oleh karenanya, bhikku-bhikku yang telah menjadi murid Nikko telah berpindah sekte. Kalau tidak demikian, mereka akan dikejar dan dianiaya. Sehingga, orang yang lemah kepercayaannya menginginkan ketenangan dalam kuil dan pada waktu yang genting tersebut telah lupa terhadap nasihat Niciren Daisyonin. Namun demikian, Syoubo, Nicizen, tidak mundur dari kepercayaan dan secepatnya keluar dari vihara. Niciren Daisyonin dengan meminjam kata-kata Sang Buddha, “Saya tidak menyayangi jiwa raga, hanya menyayangi jalan agung yang tiada taranya”, menjelaskan hal itu. Pencerminan dari kalimat Sutra ini akan terlihat dengan nyata dalam kegiatan sebagai murid Niciren Daisyonin yang melaksanakan pertapaan dengan mencurahkan jiwa raga dan mempertahankan jalan agung. Para murid di bawah pimpinan Nikko Syonin, walau telah dihadapi dengan berbagai penindasan dan penganiayaan, namun, mereka telah melaksanakan petuah emas Niciren Daisyonin dengan jiwa raga. Hal ini merupakan suri tauladan kepercayaan bagi masa Akhir Dharma yang kekal abadi.
8
Kegembiraan kehidupan sekarang adalah seperti dalam keadaan mimpi, karena kegembiraan dari Dunia Buddha (Ryozen Jodo) merupakan kegembiraan sesungguhnya.
Anak Cabang
Keterangan: Sebagai kesimpulan, sikap kepercayaan bagi penganut biasa ialah harus maju melangkah
pada penyebutan Daimoku, penyiaran Dharma, dan melaksanakan dana paramita. Penyiaran Dharma pun hendaknya disesuaikan dengan kekuatan masing-masing, yakni menyesuaikan kekuatan diri sendiri untuk menyampaikan ajaran yang diperoleh kepada orang lain. Hendaknya menyiarkan Dharma dengan kegembiraan hati yang memperkembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan sifat dan kekuatan masing-masing. Dengan demikian, pasti dapat memperoleh kebahagiaan yang kekal abadi. Dasar pokoknya adalah kepercayaan. Untuk itu, Niciren Daisyonin memberikan dorongan untuk meneruskan kepercayaan dengan menandaskan, “Namun, kalau keyakinannya lemah, pasti tidak akan dapat pergi ke tempat yang sedemikian berbahagia”. Karena kebahagiaan kehidupan sekarang dalam masyarakat umum adalah bagaikan sesuatu mimpi yang tak dapat dijadikan sebagai pegangan, maka dunia kebahagiaan yang sesungguhnya adalah mencapai kegembiraan kesadaran Buddha. Kebahagiaan Dunia Buddha adalah kebahagiaan mutlak yang berdasarkan pada kepercayaan. Melalui surat ini dapat diperkirakan betapa Matsuno Dono memperhatikan dunia setelah kematian dan saat menghadapi ajal. Itu kiranya disebabkan karena ideologi pada waktu itu telah dipengaruhi oleh pandangan kefanaan, pandangan yang membenci keadaan masyarakat dan terdapat pikiran untuk mencapai suatu tanah suci serta kebahagiaan di luar dunia ini. Keadaan masyarakat pada waktu itu telah dilanda dengan bencana alam yang sedemikian kerasnya, sehingga sebagian besar rakyat telah menemui ajalnya. Matsuno Dono sebagai seorang yang hidup pada waktu itu diperkirakan sangat memperhatikan tentang kematian maupun dunia setelah kematian. Niciren Daisyonin dengan sedemikian rupa menyelami keadaan jiwa Matsuno Dono, dimana menandaskan bahwa kehidupan mendatang lebih penting daripada kehidupan sekarang. Maksud sesungguhnya menandaskan, bahwa Hukum agama Buddha meneguhkan kebahagiaan yang mencakupi waktu yang kekal abadi. Juli 2018 | Samantabadra
37
Dalam surat ini secara garis besar sebagai perumpamaan telah dilukiskan keadaan kehidupan yang ideal, namun secara hakekatnya menjelaskan, bahwa ketika menerima dan mempertahankan Gohonzon, di manapun kita berada, di situlah tanah Buddha. Jadi, walau dihadapi dengan keadaan yang bagaimanapun, ketika menerima dan mempertahankan Saddharma (Myoho), akan dapat mengatasi kesulitan apapun juga. Untuk melepaskan diri dari kelemahan jiwa maupun pandangan yang benci terhadap keadaan masyarakat, kita harus berpijak pada jiwa kekal abadi dan tidak melarikan diri dari kehidupan yang nyata, bahkan harus memunculkan jiwa yang kuat dan kokoh untuk mengatur keadaan lingkungan hidup. Hal itu berarti memasuki Dunia Buddha, yakni membangun istana jiwa sendiri, dan inilah yang dikatakan sebagai mencapai suasana kesadaran Buddha. Orang yang tidak mengetahui Hukum Sakti, karena berdasarkan pada pandangan hidup yang kabur, mereka hanya mencari kebahagiaan yang mudah hancur. Dan kalau memperoleh kedudukan dalam masyarakat, maka menjadi sombong, seakan-akan dirinya telah memperoleh kebahagiaan. Akan tetapi, kalau kedudukannya mulai goyah, dan seandainya usaha untuk mempertahankan kedudukannya tidak berhasil, maka akan lupa terhadap rasa malu dan mengeluh serta bersedih hati, seakan-akan di dunia ini tiada seorangpun yang lebih malang dari padanya. Ketahuilah, kita memperoleh kebahagiaan sesungguhnya dengan percaya dan mempertahankan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, adalah sesuatu yang tidak dapat dihancurkan oleh apapun. Selanjutnya, kita mengetahui bahwa walau kita menderita dalam penderitaan yang bagaimanapun, namun kita memiliki kekuatan yang dapat mengatasi kesulitan tersebut. Terlebih dari itu, walau kita berjerih payah mengatasi kesulitan diri sendiri, namun kita dapat memikirkan dan merasakan kebahagiaan dan penderitaan orang lain maupun seluruh masyarakat. Hal ini sekaligus akan menjadikan kesejahteraan, kemakmuran, dan kemajuan bangsa dan negara sebagai tujuan 38
Samantabadra | Juli 2018
hidup kita. Bukankah ini merupakan perombakan sifat jiwa yang agung? Kesimpulannya, walau dikatakan masa mendatang, namun itu merupakan sambungan dari tumpukan masa sekarang. Akibat yang akan terjadi pada masa mendatang ditentukan berdasarkan sebab yang dibuat dalam masa sekarang ini. Jadi, pada masa sekarang ini orang dapat bertemu, percaya, dan mempertahankan Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dengan melaksanakan kegiatan setiap harinya, kiranya tidak berkelebihan jika dikatakan kita telah dipastikan untuk memperoleh kebahagiaan yang kokoh tak tergoyahkan pada masa akan datang. ***
Juli 2018 | Samantabadra
39
40
Samantabadra | Juli 2018
Juli 2018 | Samantabadra
41
42
Samantabadra | Juli 2018
Juli 2018 | Samantabadra
43
44
Samantabadra | Juli 2018
Juli 2018 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Balasan kepada Kyo'o Dono Gosyo Zensyu halaman 1124
LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis sebagai balasan atas laporan suami istri Syijo Kingo mengenai keadaan penyakit Kyo’o Goze, putri mereka. Walaupun surat ini ditujukan kepada Kyo’o Goze, namun pada waktu itu, yaitu tahun 1273 (Bun-ei ke 10), Kyo’o Goze masih bayi; karena itu dapat diperkirakan bahwa surat ini diberikan kepada Syijo Kingo atau istrinya, Nicigen-nyo. Meskipun pada waktu itu Niciren Daisyonin telah berada di rumah Ici no Sawa Nyudo di daerah Icinosawa, Pulau Sado, Beliau tetap merupakan orang yang tidak bebas karena sedang menjalankan hukuman pembuangan. Oleh karena itu kiriman uang dari Syijo Kingo diterima dengan sangat gembira. Sekalipun surat ini tidak panjang, isinya sangat penting karena di dalamnya ditegaskan bahwa Gohonzon adalah jiwa raga Niciren Daisyonin. Selain itu ditekankan pentingnya kepercayaan dari dasar hati kepada Gohonzon. Pada peristiwa Tatsunokuchi Niciren telah menanggalkan pendirian sementara-Nya dan mewujudkan pendirian sebenar-Nya sebagai Buddha Pokok masa Akhir Dharma, membuka dan 46
Samantabadra | Juli 2018
mewujudkan suasana jiwa Beliau sebagai Kuon Ganjo Jijuyusyin Nyorai. Sekarang, setelah menegakkan obyek akar pokok kepercayaan dan pelaksanaan bagi seluruh umat manusia, selesailah tugas Beliau sebagai Buddha pokok masa Akhir Dharma. Murid-murid Niciren Daisyonin pada waktu itu, terutama Syijo Kingo, mengetahui bahwa harus membuang Ajaran Sementara dan percaya Saddharmapundarika-sutra serta menyebut Daimoku sebagai pelaksanaan sehari-hari. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa Niciren Daisyonin adalah Pusaka Pemujaan (Honzon). Kebanyakan para murid tersebut berpikir bahwa pusaka pemujaan adalah patung Buddha Sakyamuni. Menanggapi hal tersebut, dalam surat ini diajarkan dengan jelas, apakah yang menjadi dasar pokok kepercayaan dan pelaksanaan serta bagaimanakah sikap yang harus dlaksanakan sebagai kepercayaan yang tepat. Hanya sedikit sekali Gosyo yang menjelaskan titik penting ini dengan jelas. Dengan arti demikian saja dapat dikatakan bahwa Gosyo ini amat penting.
ISI GOSYO |
T
epat setelah Saya mengharapkan dapat mendengar kabar setelah perjumpaan yang terakhir, bagaikan mengetahui keinginan Saya, Anda mengirimkan utusan. Dan, uang yang berguna untuk segalanya telah diterima dengan baik. Walaupun hal ini dicari di gunung atau di laut, pada saat ini bagi Niciren sendiri merupakan sesuatu yang penting. Perihal Kyo’o Goze yang terdapat dalam surat Anda, telah saya doakan kepada Dewa Surya dan Dewa Chandra siang dan malam. Gohonzon yang telah diberikan beberapa waktu yang lalu hendaknya diterima dan dipertahankan, tidak boleh terlepas dari badan sekejap pun. Mengenai Gohonzon ini, pada kedua masa, yaitu Saddharma (Syoho) dan Pratirupadharma (Zoho) tidak seorang pun pernah mempelajari ataupun meneruskan; apalagi mewujudkan dengan menulisnya, sama sekali tidak pernah ada. Raja singa dikatakan maju tiga langkah mundur satu langkah. Baik ketika menerkam semut maupun menerkam binatang buas lainnya, gairahnya sama. Dalam menulis dan mewujudkan Gohonzon yang sungguh dijaga ini, Niciren bersikap tidak lebih rendah daripada raja singa. Inilah yang dikatakan “Segenap kekuatan raja singa” yang terdapat dalam Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi Saddharmapundarika-sutra. Hendaknya sungguh-sungguh percaya kepada Mandala ini (Gohonzon). Nammyohorengekyo sama seperti raungan raja singa. Penyakit apapun tidak dapat menghalanginya. Dalam kalimat sutra tertera bahwa Hariti dan Dasaraksasi akan melindungi orang yang mempertahankan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra. Kebahagiaan yang setara dengan Raja Ragaraja (Aizen Myo O), dan karunia yang setara dengan Dewa Vaisravana lambat laun akan terkandung. Sebagai umpama, bermain dan berada di manapun pasti tidak akan terjadi malapetaka. Di manapun dapat bergerak dan bermain dengan tenang dan senang tanpa takut, seperti raja singa. Diantara Dasaraksasi, kekuatan perlindungan dari Kunti khususnya sangatlah mendalam. Akan tetapi semuanya tergantung pada hati kepercayaan. Di tangan orang yang tidak memiliki keberanian, pedang pun tidak ada gunanya. Pedang tajam yang dinamakan Saddharmapundarika-sutra ini dapat digunakan khusus oleh orang yang memiliki hati kepercayaan yang kuat, sama dengan ki yang dipersenjatai dengan tongkat besi. Niciren melarutkan seluruh jiwa raga dalam tinta sumi untuk menulis Gohonzon ini. Hendaknya percayalah ! Keinginan hati Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra. Keseluruhan jiwa Niciren tidaklah melebihi Nammyohorengekyo. Di dalam Catatan Hokke Mongu Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Dengan wujud pokok dari jiwa yang kekal (Kempon Onju), ini dijadikan akar pokok”. Bagi Kyo’o Goze, kesukaran sekarang pasti dapat dirombak menjadi kebahagiaan. Karena itu hendaknya semakin membangkitkan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Gohonzon ini. Apapun tidak ada yang tidak akan tercapai. Dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja dikatakan, “Segala keinginan akan tercapai dan memberikan kepuasan sepenuhnya, sama seperti kolam yang jernih dan suci yang dapat memuaskan segala kehausan”. Dan juga, dalam Bab Perumpamaan tentang Rumput Obat juga dikatakan, “Masa sekarang tenang dan sejahtera masa akan datang akan dilahirkan di tempat yang baik (Genze Annon Gosyo Zensyu)”. Tidak diragukan lagi kesemuanya akan terjadi
Juli 2018 | Samantabadra
47
sesuai dengan kalimat sutra di atas. Hal-hal yang lain akan disampaikan pada kesempatan yang lain. Bila Saya telah dibebaskan dari hukuman pembuangan di Pulau Sado ini, Saya akan berkunjung secepatnya ke Kamakura untuk menjumpai Anda. Jika merenungkan kekuatan karunia kebajikan yang dimiliki Saddharmapundarika-sutra, maka “tidak tua dan tidak mati” ada di hadapan mata. Hanya yang memprihatinkan adalah kekuatan jiwa Kyo’o Goze yang lemahnya sama seperti embun. Saya akan berdoa sekuat tenaga agar mendapat pertolongan para dewa. Ikutilah jejak Putri Naga dan Nyonya Vimaladatta. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Bulan 8 tanggal 15 Salam Hormat, Niciren
KUTIPAN GOSYO |
1
Perihal Kyo’o Goze yang terdapat dalam surat Anda, telah Saya doakan kepada Dewa Surya dan Dewa Chandra siang dan malam. Keterangan : Niciren Daisyonin menginginkan kesembuhan Kyo’o Goze, sehingga terus mendoakannya kepada Dewa Surya dan Dewa Chandra. Selain itu, perkataan itu juga untuk memberikan dorongan semangat. Memang, tiada hal lain yang lebih menyusahkan dan mengkhawatirkan seorang ibu daripada penyakit yang diderita anaknya. Nama Kyo’o Goze diberikan oleh Niciren Daisyonin. Demikian pula nama kakaknya, Tsukimaro Goze. Di dalam Surat Kyo’o Goze, Niciren Daisyonin mengatakan, “Pada masa sekarang pasti merupakan anak berbudi yang meneruskan jejak orang tua dan pada kehidupan yang akan datang anak ini pasti membimbing hingga menjadi Buddha” (Gosyo Zensyu hal. 1123) 48
Samantabadra | Juli 2018
Perasaan susah suami istri Syijo Kingo tidaklah dapat dilukiskan. Dalam keadaan demikian setiap kata dari kalimat, “Saya doakan kepada Dewa Surya dan Dewa Chandra siang dan malam”, merupakan dorongan semangat kepada Syijo Kingo yang besarnya tidak terkirakan. Matahari dan bulan dapat dikatakan sebagai salah satu lambang jiwa alam semesta, maka dikatakan Dewa Surya dan Dewa Chandra. Berdoa kepada mereka dapat dikatakan menyampaikan kepada yang seharusnya mendidik dan menjaga jiwa kita. Menghadapi kekuatan iblis yang kuat dan sombong yang merenggut kebahagiaan umat manusia, Niciren Daisyonin menghantamnya dengan kuat seperti raja singa.Di dalam Surat Menentramkan Negara dengan Menegakkan Filsafat yang Benar dan sebelas surat lainnya berdentam semangat yang berkobar-kobar untuk menghancurkan kesesatan dan menegakkan kebenaran. Pada sisi lain Niciren Daisyonin benar-benar menyayangi dan menginginkan kebahagiaan
setiap orang, sehingga Beliau memberi dorongan semangat dari bermacam-macam sudut serta sering memperhatikan dan memikirkan sampai kepada hal-hal sederhana yang menyentuh kepekaan perasaan jiwa manusia.
2
Mengenai Gohonzon ini, pada kedua masa: Saddharma (Syoho) dan Pratirupadharma (Zoho) tidak seorang pun pernah mempelajari atau pun meneruskan; apalagi mewujudkan dengan menulisnya, sama sekali tidak pernah ada. Keterangan : Gohonzon yang di tengah-tengahnya tertulis Nammyohorengekyo -- Niciren disebut sebagai Gohonzon dari Icinen Sanzen Fakta Nyata (Ji No Icinen Sanzen). Ini merupakan bagian yang tidak pernah didengar oleh siapa pun selama 2000 tahun masa Saddharma dan Pratirupadharma; apalagi ditulis dan diwujudkan. Karena itu dikatakan, Gohonzon yang sama sekali belum pernah ada; tentu Buddha Sakyamuni pun tidak pernah mewujudkannya. Gohonzon yang sama sekali tidak dapat diwujudkan oleh Buddha Sakyamuni, Bodhisattva Nagarjuna, Bodhisattva Vasubandhu maupun Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo, pada masa Akhir Dharma ini baru ditulis dan diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sendiri. Dalam kata-kata itu dapatlah dirasakan kebanggaan dari Niciren Daisyonin. Makna Badan Pokok Hukum Buddha adalah tercapainya jalan ke-Buddha-an bagi seluruh umat manusia. Untuk itu Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharmapundarika-sutra dan menerangkan bahwa di dalam jiwa umat manusia terdapat sifat Buddha. Pencapaian kesadaran Buddha tidak lain daripada membuka dan merasakan sifat Buddha dalam diri sendiri. Untuk membuka, merasa dan menyadari sifat Buddha ini diperlukan kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra. Diajarkan, bahwa pelaksanaan pertapaan sesungguhnya adalah menerima dan mempertahankan, membaca, menyebut, menjelaskan dan menyalin. Mahaguru Tien-tai dapat merasakan dalam jiwa bahwa pokok penting dari falsafah
Saddharmapundarika-sutra adalah pencapaian kesadaran Buddha. Tetapi beliau sama sekali tidak menjelaskan badan pokok dari sifat Buddha tersebut serta tidak mewujudkan secara jelas apakah yang menjadi bibit sumber pokok kesadaran Buddha. Sebaliknya untuk menanggapi hal ini, Niciren Daisyonin untuk pertama kali menerangkan bahwa badan pokok itu adalah Nammyohorengekyo serta menulis dan mewujudkannya sebagai Pusaka Pemujaan (Honzon). Dan diajarkan bahwa kalau menerima dan mempertahankan Gohonzon, percaya dan menyebut Daimoku, akan terjadi kemanunggalan mutlak suasana dan prajna (Kyoci Myogo) di dasar jiwa, sehingga jiwa raga sendiri akan menjadi dasar pokok Saddharma. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan kelima macam pertapaan serta menyadari di dalam jiwa yang dipentingkan oleh Buddha Sakyamuni dan Hukum Buddha di masa Saddharma dan Pratirupadharma, maka pertapaan percaya, menerima dan mempertahankan Gohonzon sebagai dasar pokok merupakan keistimewaan ajaran Niciren Daisyonin masa Akhir Dharma. Hukum Buddha pada masa lampau hanya dapat menunjukkan proses untuk dapat mendekati tujuan, tetapi yang mewujudkan badan pokok tujuan tersebut secara jelas dan tegas menjadi Gohonzon adalah Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Haruslah diketahui, bahwa disini terdapat perbedaan besar dalam kepandaian dan kekuatan sebagai Buddha. Jika dikatakan secara lebih teliti, pelaksanaan pertapaan yang rumit hanya dapat menyelamatkan sebagian orang yang memenuhi persyaratan. Sebaliknya, pertapaan yang sederhana dari ajaran dapat menyelamatkan siapapun dari berbagai tingkat tanpa dapat dibeda-bedakan. Haruslah diketahui, bahwa makna yang sangat penting dari diwujudnyatakannya Gohonzon adalah kedudukan Niciren Daisyonin sebagai akar pokok jalan ke-Buddha-an bagi seluruh umat manusia, untuk dapat mencapai kesadaran.
Juli 2018 | Samantabadra
49
3
Dalam menulis dan mewujudkan Gohonzon yang sungguh dijaga ini, Niciren bersikap tidak lebih rendah daripada raja singa. Keterangan : Kutipan kalimat ini menjelaskan tentang sikap dan persiapan hati Niciren Daisyonin dalam menulis Gohonzon. Niciren Daisyonin mencurahkan seluruh jiwa raga-Nya dalam sehelai Mandala ini, maka Gohonzon merupakan jiwa Niciren Daisyonin sendiri. Oleh karena itu, Gohonzon mempunyai kekuatan yang agung dan unggul. Kekuatan Gohonzon yang agung dan unggul ini dapat membuat seluruh umat manusia mencapai kesadaran. Dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan, “Keinginan hati Niciren dan sejenisnya sekarang adalah membuka kesadaran badan sendiri, sehingga tercapai kesadaran Buddha dalam badan apa adanya; ini disebut sebagai rahasia Buddha dan kekuatan Gaib-Nya (Nyorai Himitsu Jinzu Syi Riki). Tidak ada rahasia dan kegaiban lainnya selain pencapaian kesadaran Buddha” (Gosyo Zensyu hal.753). Dan juga dalam Surat Kanjin no Honzon dikatakan, “Kedua hukum, yakni pertapaan sebab (Ingyo) dan kebajikan akibat (Katoku) dari Buddha Sakyamuni telah tercakup dalam lima aksara Myohorengekyo. Apalagi kita menerima dan mempertahankan kelima aksara ini, dengan sendirinya kita dapat mewarisi karunia sebabakibat-Nya”. (Gosyo Zensyu hal. 246) Dapat dikatakan, bahwa badan-pokok yang merupakan kumpulan daripada 80.000 gudang Dharma Hukum Buddha dan miniatur dari jiwa alam semesta adalah Gohonzon. Sebagai contoh, walaupun Gohonzon itu dikatakan sebagai Gohonzon Iki Ci En (Satu Bakat Satu Jodoh) atau Omamori Gohonzon yang kecil sekalipun, tetap mengandung sumber akar tercapainya kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, karena mencakup Hukum Buddha secara keseluruhan. Artinya, segenap jiwa raga Niciren Daisyonin, Buddha Pokok Masa Akhir Dharma, mengalir di dalamnya. Dengan demikian, orang yang menerima dan percaya Gohonzon ini dituntut untuk memiliki keyakinan yang kuat 50
Samantabadra | Juli 2018
serta sungguh melaksanakan kepercayaan dan pelaksanaan.
4
Hendaknya sungguh-sungguh percaya kepada Mandala ini (Gohonzon).
Keterangan : Camkanlah secara mendalam satu kata “sungguh-sungguh”. Untuk dapat percaya seperti yang dapat dikatakan, “Hendaknya sungguhsungguh percaya”, haruslah berpikir menurut ajaran Niciren Daisyonin secara keseluruhan. Oleh karena itu, walau terdapat berbagai pemikiran, seperti yang dikatakan, “Sama sekali tidak ragu-ragu merupakan kepercayaan yang sesungguhnya (Mugi Wasshin)”, hendaknya meneruskan kepercayaan kepada Gohonzon ini tanpa keragu-raguan, yaitu yakin bahwa Gohonzon mutlak tidak ada kesalahan. Dan juga, hendaknya setulus hati hanya percaya Gohonzon ini, sama sekali tidak ada sikap dan perasaan bahwa yang lain juga memiliki kebenaran. Yang terpenting adalah hanya percaya kepada Gohonzon secara berkesinambungan, jujur dan sungguh hati. Dan harus memiliki hati kepercayaan yang “mematahkan dan memecahkan teori sementara, hanya menerima satu teori Saddharmapundarika-sutra (Kokke Syakubuku Hagon Monri)”. Teori mendasar ini tidak ada pusaka pemujaan lain yang lebih tepat untuk memasrahkan jiwa raga selain Gohonzon. Oleh karena itu sama sekali tidak boleh ada hati kepercayaan yang langsung mundur ketika menghadapi Tiga Rintangan Empat Iblis dan Tiga Jenis Musuh Kuat. Walau menghadapi hambatan atau larangan yang bagaimanapun besarnya, harus tetap bersikap gagah dan tidak kalah suasana. Hati-kepercayaan seperti ini akan dapat menerobos segala macam rintangan. Makna tersebut ini juga termasuk dalam kutipan ini. Terlebih lagi, hati kepercayaan janganlah menjadi tidak bersemangat karena terjerumus ke dalam kebiasaan, seperti yang dikatakan dalam petuah emas, “Perkuatlah kepercayaan Anda hari demi hari, bulan demi bulan” (Gosyo Zensyu hal. 1190). Jalankanlah hati kepercayaan dengan
perasaan penuh inisiatif dan tekad baru yang segar di dalam diri sendiri. Memang, selain itu mungkin dapat diterangkan melalui bermacam cara dan dengan memikirkan berbagai unsur, tetapi hendaknya mencamkan secara mendalam, “sungguh-sungguh” dan mau meneruskan hati kepercayaan yang kuat.
5
Nammyohorengekyo sama seperti raungan raja singa. Penyakit apapun tidak dapat menghalanginya.
Keterangan : Bagian ini menerangkan dua sudut pandang mengenai karunia kebajikan dari orang yang telah percaya dan menerima Gohonzon. Kutipan, “Nammyohorengekyo sama seperti raungan raja singa” menunjukkan kekuatan yang berkobar-kobar dari sumber pokok jiwa orang tersebut, yakni kekuatan sumber pokok jiwa Nammyohorengekyo yang bangkit terwujud dengan menyebut daimoku. Seperti raungan raja singa, raja dari ratusan hewan lainnya, yang akan mengatasi dan mendiamkan suara hewan lainnya, irama Nammyohorengekyo yang kuat dan agung akan menghilangkan dan memadamkan jiwa yang penuh dengan hawa nafsu dan penderitaan penyakit. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengatakan dengan tegas, “Penyakit apapun tidak dapat menghalanginya”. Pada umumnya penyakit itu timbul karena melemahnya kekuatan jiwa. Dahulu, orang Jerman mengatakan, “Tuhan menyembuhkan penyakit, dokter mengambil uangnya.” Agaknya semua mengetahui bahwa kekuatan dasar pokok penyembuhan penyakit terletak pada kekuatan jiwa raga orang itu sendiri. Sesungguhnya di dasar jiwa sudah ada kekuatan untuk menyembuhkan penyakit. Justru badan sebenarnya sumber pokok kekuatan jiwa itu tidak lain adalah Nammyohorengekyo. Pengertian penyakit bukan hanya penyakit jasmaniah belaka. Berbagai kesulitan dan penderitaan hidup semua timbul dari teori dasar yang sama. Bila kekuatan jiwa untuk hidup melemah dan kalah terhadap penderitaan atau penyakit, maka akan terjatuh ke dalam
penderitaan. Meskipun timbul kesulitan dan diserang oleh berbagai penderitaan, bila kekuatan jiwa untuk hidup ini kuat, maka dapat menghantam dan mengatasi penderitaan ini. Sesungguhnya seluruh pasang surut gelombang kehidupan adalah untuk kebahagiaan hidup, sehingga hal itu bagaikan bunga-bunga kehidupan. Bila dapat menerima keadaan seperti itu, penderitaan dapat dikatakan sebagai kesenangan. Hal di atas merupakan syarat dari segi subyek (syoho) untuk membuktikan terwujudnya kebahagiaan. Sedangkan kutipan selanjutnya yang berbunyi, “Hariti dan Dasaraksasi akan melindungi orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra”, dapat dikatakan sebagai syarat dari segi lingkungan (Eho). Sebagai contoh, kenyataan orang yang sakit dapat bertemu dengan dokter yang pandai atau dapat memperoleh obat yang manjur. Dewa-dewa pelindung seperti Dasaraksasi dan Dewa Hariti, dari sudut suasana dan syarat lingkungan, merupakan lambang dari gerakan yang mendukung kebahagiaan orang banyak. Dalam surat ini memang diambil perlindungan dari Kunti, salah seorang dari Dasaraksasi, tetapi selain itu ada juga perlindungan dari Dewa Mahabrahma, Sakra Devanam Indra, Dewa Surya dan Dewa Chandra, Caturmaharajakayika, dan lainnya. Dengan demikian, pokoknya Gohonzon yang ditengah-tengah-Nya tertulis judul utama Nammyohorengekyo sebagai akar pokok, mengandung jiwa dari Sepuluh Dunia secara keseluruhan, seperti Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, para Buddha dari sepuluh penjuru, bodhisattva, serta Dewa Mahabrahma, Sakra Devanam Indra, Dewa Surya dan Dewa Chandra, Caturmaharajakayika, Hariti, Dasaraksasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ketika menyebut Daimoku kepada Gohonzon ini tidak hanya akan menggerakkan akar pokok jiwa agung Nammyohorengekyo secara berkobarkobar, bahkan akan menghidupkan fungsi dewadewa pelindung sehingga makin meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan.
Juli 2018 | Samantabadra
51
6
Kebahagiaan yang setara dengan Raja Ragaraja (Aizen Myo O) dan rejeki yang setara dengan Vaisravana lambat laun akan terkandung. Keterangan : Kata “Aizen” dari Aizen Myo O”, berarti dewa yang menguasai hawa nafsu cinta, maka mewujudkan hawa nafsu. Kebahagiaan berarti keadaan nyata yang penuh kepuasan tanpa kekurangan. Oleh karena itu, Saiwai yang setara dengan Ragaraja berarti perasaan jiwa bahagia yang dapat merasakan terpenuhinya segala keinginannya. Maka dapat dikatakan sebagai teori dasar “Hawa Nafsu adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai)”. Vaisravana adalah salah satu dari Caturmaharajakayika yang disebut Dhanada. Ia bertugas sebagai dewa yang melindungi dan menjaga Hukum Buddha dengan memberi karunia dan kebajikan. Kutipan “Karuna yang setara dengan Vaisravana”, berarti karunia yang tertumpuk di dalam jiwa tanpa diketahui atau dirasakan. Karunia jiwa ini tidak langsung nyata dalam gejala, namun adanya karunia jiwa ini membuat seluruh kehidupan lamakelamaan diliputi dengan kebahagiaan. Karena itu dapat dikatakan bahwa Raja Ragaraja yang disebut terdahulu menunjukkan karunia nyata, sedangkan Vaisravana yang disebut belakangan menunjukkan karunia sunyata. Dengan demikian, ada dua sebab pokok kebahagiaan manusia. Disini dikatakan, bahwa karunia kekuatan Gohonzon mewujudkan kedua hal tersebut. Sudah barang tentu yang menjadi dasar pokok adalah karunia sunyata. Adalah suatu hal yang wajar, bahwa dalam setiap kehidupan manusia selalu diikuti berbagai kesulitan. Dalam hal ini, yang dikatakan karunia yang ada di dalam jiwa akan nyata dalam kehidupan ini sebagai karunia yang nyata, kesulitan dapat dirombak menjadi kesadaran. Oleh karena itu, bila kedua sisi ini diwujudnyatakan, maka disitu terdapat kebahagiaan manusia yang sesungguhnya.
52
Samantabadra | Juli 2018
7
Di manapun dapat bergerak dan bermain dengan tenang dan senang tanpa takut seperti raja singa.
Keterangan : Bila terus menerus percaya kepada Gohonzon Nammyohorengekyo yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin, maka berada di manapun akan memiliki suasana jiwa yang “bermain-main bersuka ria (Syujo Syo Yuraku)”, selalu tenang dan senang. Ini berarti, suasana jiwa yang bahagia mutlak. Kutipan “di manapun” berarti, berada dalam suasana masyarakat yang bagaimanapun, berada di negeri apapun maupun pekerjaan dan kedudukan masyarakat yang bagaimanapun, kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan adalah “bermain-main bersuka ria (Syujo Syo Yuraku)”. Kutipan “bergerak dan bermain”, berarti hidup itu sendiri adalah senang dan tenang. Tetapi ini tidak berarti, bahwa dalam perjalanan kehidupan kita ini tidak ada penderitaan, hambatan dan kegagalan; sudah pasti ada berbagai penderitaan dan pasang surut kehidupan. Tetapi seperti yang dikatakan dalam kutipan, “tanpa takut seperti raja singa”, seperti raja singa yang tidak takut kepada ratusan hewan lainnya yang ada di sekelilingnya, demikian pula kita dengan tenang dapat mengatasi rintangan dan penderitaan, sehingga dapat hidup dengan suasana jiwa yang tenang dan senang. Satu kalimat ini menyimpulkan inti hakikat kehidupan ideal untuk menerangkan teori sesungguhnya dalam menikmati kehidupan. Tentu saja, yang dimaksud dengan, “hidup sendiri dengan tenang dan senang” berarti sungguh-sungguh selalu senang dari dasar hati, tidak terjerumus ke dalam keputusasaan hidup yang tidak berkekuatan atau ketidakpedulian terhadap penderitaan orang lain. Dengan adanya keberisian perasaan jiwa untuk menyempurnakan diri sendiri sebagai manusia serta mengorbankan seluruh jiwa raga demi kebahagiaan orang lain, barulah dapat memperoleh “bermain-main bersuka ria” ini. Hendaknya jangan melupakan hal ini.
8
Pedang tajam yang dinamakan Saddharmapundarika-sutra ini dapat digunakan khusus oleh orang yang memiliki hati kepercayaan yang kuat, sama dengan Ki yang dipersenjatai dengan tongkat besi. Keterangan : Saddharmapundarika-sutra, yang berarti Nammyohorengekyo - Gohonzon adalah pedang tajam yang dapat memutuskan kesesatan jiwa manusia yang tetap ada, sumber akar nasib buruk manusia. Pedang tajam ini tak dapat dibandingkan dengan filsafat manapun. Betapa unggul dan agungnya tenaga tersebut telah disampaikan hingga bagian terdahulu, sehingga sebagai manusia dapat menetap dalam suasana jiwa yang senantiasa tenang dan senang seperti raja singa. Tetapi, betapapun unggul dan ternamanya sebilah pedang, namun untuk menggunakannya diperlukan hati yang benar, teknik dan keberanian. Demikian pula dengan penggunaan pedang Saddharmapundarikasutra. Untuk menimbulkan kekuatannya secara penuh diperlukan hati kepercayaan. Keberanian berarti berani dalam menghadapi apapun juga. Dalam keberanian ini terkandung makna tenaga yang kuat, pemikiran yang mendalam, ketulusan hati, dan lain sebagainya. Hati kepercayaan yang mendalam dan kuat dapat menarik keluar kekuatan karunia agung dan unggul. Oleh karena Nammyohorengekyo adalah makna badan pokok jiwa alam semesta, maka kekuatannya tergantung pada kekuatan kepercayaan dan pelaksanaan orang yang berdoa. Sesuai dengan hal itu, besarnya kekuatan tak terbatas. Maka, besarnya kekuatan yang terwujud tergantung pada kekuatan doa orang tersebut. Akan tetapi, yang dikatakan berdoa dan hati kepercayaan disini sama sekali bukan menyerahkan segala sesuatunya kepada Gohonzon tanpa ada usaha dari diri sendiri. Sebagai manusia maupun sebagai seorang anggota masyarakat, tenaga yang dikeluarkan melebihi orang lain, kesungguhan hati dalam usaha, dan hati yang lurus termasuk dalam hati kepercayaan. Mengapa demikian ? Dalam Surat Sanze
Syobutsu Sokanmon Kyoso Hairyu dikatakan, “Mengetahui hal ini berarti langsung menyadari dan memahami seluruh hukum adalah Hukum Buddha, yakni tingkat Myojisoku”. (Gosyo Zensyu hal. 566). Myojisoku berarti, “Ketika menerima Nammyohorengekyo di atas kepala adalah Myojisoku”. (Gosyo Zensyu hal. 752). Inilah sikap dasar awal kepercayaan kepada Gohonzon. Orang yang yakin kepada Gohonzon dan tidak lupa berusaha untuk bersikap sebagai manusia, adalah orang yang memiliki hati kepercayaan yang berani. Dalam keadaan seperti ini, sama seperti Ki yang memperoleh tongkat besi; kita dapat menjalankan kehidupan dengan kuat dan tenang serta dapat mengatasi seluruh kesulitan dan penderitaan.
9
Niciren melarutkan seluruh jiwa raga dalam tinta sumi untuk menulis Gohonzon ini. Hendaknya percayalah!
Keterangan : Nammyohorengekyo - Gohonzon yang diungkapkan dan diwujudkan oleh Niciren Daisyonin pada masa Akhir Dharma berbeda sekali dengan Hukum Buddha masa lampau. Dalam Surat Perihal Sandaihiho dikatakan, “Pusaka Pemujaan (Honzon) yang didirikan dalam Bab Panjang Usia Tathagata sejak asal muasal 500 asamkheya kalpa koti dan tanah ini memiliki jodoh yang dalam dan tebal dengan Trikaya yang tidak dibuat-buat, yakni guru Buddha Sakyamuni ini”. Yang dimaksud dengan “asal muasal 500 asamkheya kalpa koti” adalah masa lampau yang tak berawal (Kuon Ganjo). Dengan demikian, yang dikatakan, “Guru Buddha Sakyamuni” berarti Tathagata Jijuyuhosyin dari Kuon Ganjo. “Pusaka Pemujaan (Honzon) yang didirikan dalam Bab Panjang Usia Tathagata”, sama sekali bukan sesuatu yang didirikan oleh Buddha Sakyamuni, tetapi didirikan oleh Niciren Daisyonin dengan mengikuti Bab Panjang Usia Tathagata. Kalimat ini lebih diperjelas dengan keterangan dalam Catatan Ajaran Lisan sebagai berikut, “Dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan, kalimat yang sesuai untuk Gohonzon adalah kalimat rahasia Buddha dan kekuatan gaib-Nya Juli 2018 | Samantabadra
53
(Nyorai Himitsu Jinzu Syi Riki). Ketiga ajaran, yakni sila, samadhi, dan prajna (Kai, jo, e) mengenai Bab Panjang Usia Tathagata adalah Sandaihiho ini. Di tanah Buddha (Gridhrakuta), Niciren pasti dapat menghadapi, menerima dan berprasetya di mulut. Honzon berarti badan pokok satu pelaksana Saddharmapundarikasutra. (Gosyo Zensyu hal. 760). Sekarang, baik yang dikatakan dalam kutipan Surat Perihal Sandaihiho maupun yang dikatakan dalam Catatan Ajaran Lisan, arti sesungguhnya dari pusaka pemujaan Niciren Daisyonin, Jijuyuhosyin dari Kuon Ganjo adalah badan pokok satu badan pelaksana Saddharmapundarikasutra di masa Akhir Dharma. Sesuai hal itu dibabarkan bahwa manusia adalah badan Buddha. Dengan perkataan lain, jiwa Niciren Daisyonin sendiri adalah Gohonzon. Tetapi bila hanya demikian, hal ini mungkin baik bagi orang yang ada semasa hidup Niciren Daisyonin. Bagi umat yang ada setelah kemoksyaan Niciren Daisyonin, tentu tidak ada lagi pusaka pemujaan yang menjadi landasan sumber pokok kehidupan. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mencurahkan segenap jiwa raga-Nya ke dalam tinta sumi dan mewujudkannya sebagai sehelai mandala untuk ditinggalkan selama-lamanya di masa Akhir Dharma sebagai pusaka pemujaan tempat seluruh umat manusia menyumbang jiwa raga. Dalam surat ini dikatakan, “Niciren melarutkan seluruh jiwa raga dalam tinta sumi untuk menulis Gohonzon ini”. Kalimat inilah yang menerangkan bahwa jiwa Niciren Daisyonin adalah Gohonzon, dengan terang diwujudkan tentang kemanunggalan antara Manusia dan Hukum (Ninpo Ikka). Ini merupakan hati maitri karuna agung yang diberikan kepada umat manusia yang tidak dapat langsung bertemu dengan Niciren Daisyonin.
10
Keinginan hati Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra. Keseluruhan jiwa Niciren tidaklah melebihi Nammyohorengekyo.
54
Samantabadra | Juli 2018
Keterangan : Kutipan kalimat ini menerangkan mengenai perbandingan Ajaran Pembibitan dan Pemanenan (Syudatsu sotai). Yang dimaksud dengan Buddha dalam kutipan, “Keinginan hati Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra”, adalah Buddha Sakyamuni yang dilahirkan di India, guru Hukum Buddha Pemanenan. Maksud dan semangat akar pokok Buddha Sakyamuni adalah ke-28 Bab Saddharmapundarikasutra. Selanjutnya ditandaskan, bahwa guru ajaran pembibitan adalah Niciren Daisyonin. Jiwa Niciren Daisyonin tidak lain daripada Nammyohorengekyo. Sama seperti yang diajarkan dalam Surat Balasan Kepada Ueno Dono, “Sekarang, setelah memasuki masa Akhir Dharma, Saddharmapundarika-sutra maupun sutra-sutra lainnya tidak berguna, kecuali Nammyohorengekyo”. (Gosyo Zensyu hal. 1546). Di dalam masa Akhir Dharma ini, Ajaran Buddha Sakyamuni, sekalipun Saddharmapundarika-sutra, bukanlah Hukum pencapaian kesadaran Buddha. Hanya dengan percaya Gohonzon dari Sandaihiho, percaya dengan menerima dan mempertahankan ajaran Niciren Daisyonin, serta menyebut Nammyohorengekyo dan melaksanakan katakata Gosyo, tidak ada jalan hukum lainnya untuk mencapai kesadaran. Walau kalimat ini amat singkat, tetapi isinya dengan jelas dan singkat menerangkan perbedaan antara Buddha Sakyamuni dengan Buddha Niciren Daisyonin. Pada dasarnya, setelah melewati masa Akhir Dharma dan Pratirupadharma, agama Buddha mementingkan upacara, sehingga menjadi formalitas belaka. Apalagi di masa yang amat keruh ini, bila hukum tidak diterangkan, maka umat manusia masa Akhir Dharma yang abadi tidak dapat diselamatkan. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mewujudkan dan menulis Hukum Sebenarnya. Diri Beliau sendiri adalah Buddha masa Akhir Dharma. Haruslah diketahui bahwa disini terletak rahasia keyakinan Beliau yang agung. Dan makna pokok ajaran Niciren Daisyonin adalah Beliau telah mencurahkan seluruh jiwa raga-Nya ke dalam tinta sumi untuk mewujudkan secara jelas Gohonzon Nammyohorengekyo.
11
Dalam Catatan Hokke Mongu Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Dengan wujud pokok dari jiwa yang kekal (Kempon Onju), ini dijadikan akar pokok”. Keterangan : Di dalam Catatan Hokke Mongu jilid kesepuluh bagian paruh akhir dikatakan, “Sutra ini (Saddharmapundarika-sutra), berdasarkan jiwa Buddha yang menetap secara kekal dijadikan sebagai tenggorokan. Berdasarkan pelaksanaan Saddharma, Ekayana dijadikan mata. Dengan berdasarkan menghidupkan kembali dan membuang bibit dijadikan sebagai hati, berdasarkan wujud pokok usia yang jauh (Onju), dijadikan jiwa”. “Wujud pokok dari jiwa yang kekal (Kempon Onju)” berarti ‘menanggalkan pendirian sementara, menegakkan yang sebenarnya’ yang terdapat dalam Bab Panjang Usia Tathagata, yaitu “membuka yang dekat mewujudkan yang jauh”, dengan menerangkan pencapaian kesadaran pada 500 asamkheya kalpa koti yang lalu. Di dalam Bab ke-28 Saddharmapundarika-sutra, wujud pokok dari jiwa yang kekal berarti jiwa merupakan pokok yang sangat penting. Sekarang, maksud pokok Niciren Daisyonin mengutip kalimat Mahaguru Miao-lo ini adalah untuk menerangkan, bahwa sama seperti wujud pokok dari jiwa yang kekal yang ada dalam jiwa Buddha Sakyamuni, Niciren Daisyonin pun dalam jiwa-Nya mewujudkan wujud pokok dari jiwa yang kekal. Dengan demikian, apakah wujud pokok dari jiwa yang kekal menurut ajaran Niciren Daisyonin ? Pokok berarti Trikaya yang tidak dibuat-buat, kesadaran Tanah Pokok (Honci) dalam jiwa. Jiwa kekal berarti, jiwa masa lampau yang tak berawal (Kuon Ganjo). Ini tidak lain berarti Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Dengan demikian, pencapaian kesadaran Buddha pada 500 asamkheya kalpa koti pada Buddha Sakyamuni dengan Saddharma dari masa lampau yang tak berawal (Kuon Ganjo), menurut Niciren Daisyonin memang berbeda sekali. Akan tetapi, bukan berarti keduanya tidak berhubungan, bahkan hubungan antar
keduanya dalam dan luas. Ini berarti, asal muasal pencapaian kesadaran Buddha Sakyamuni pada 500 asamkheya kalpa koti adalah, “Saya pada pokoknya melaksanakan jalan kebodhisattvaan, ini berarti (Ga Hon Gyo Bosatsu Do)”. Demikian dijelaskan pertapaan jalan kebodhisattvaan. Jalan pertapaan kebodhisattvaan ini berarti memasuki tingkat hon in syoju, tingkat pertama kedudukan sebab pokok. Di dalam akar dasar ini diterangkan secara tersirat bahwa semenjak masa lampau yang tak berawal (Kuon Ganjo) telah menerima dan mempertahankan Saddharma. Dengan demikian, kalau menggali setahap lebih mendalam mengenai wujud pokok jiwa yang kekal dari Buddha Sakyamuni untuk mencari teori sesungguhnya yang dirahasiakan di dalamnya, maka akan ditemukan wujud pokok jiwa yang kekal dari Niciren Daisyonin. Buddha Sakyamuni hanya menjelaskan akibat, karena itu disebut guru hon-gam myo. Sedangkan Niciren Daisyonin dengan jelas menunjukkan sebab pokok untuk menjadi Buddha, karena itu disebut guru hon-in myo. Hal ini mempengaruhi cara penyelamatan umat manusia. Maka ajaran Buddha Sakyamuni bagaimanapun menjadi Hukum Buddha Pemanenan, sedangkan ajaran Niciren Daisyonin adalah Hukum Buddha Pembibitan, yang menyebarkan bibit sumber pokok pencapaian kesadaran.
12
Bagi Kyo’ o Goze, kesukaran sekarang pasti dapat dirombak menjadi kebahagiaan.
Keterangan : Karena Gohonzon memiliki kekuatan sedemikian unggul dan agung, maka kalau sungguh-sungguh berdoa dengan kepercayaan yang kuat, pasti segala doa akan terkabul dan merasa puas. Dengan demikian, akan menetap dalam suasana kebahagiaan jiwa yang kekal. Khusus untuk kalimat, “Apapun tidak ada yang tidak akan tercapai”, hendaknya keyakinan agung Niciren Daisyonin ini dapat dijadikan sebagai prinsip bagi diri sendiri. Bagi Kyo’ o Goze, penyakit yang diderita memang merupakan ketidakbahagiaan, tetapi kutipan kalimat Juli 2018 | Samantabadra
55
disini memberi dorongan bahwa justru karena adanya penyakit dan dapat mengatasinya, maka dapat dirombak menjadi kebahagiaan. Pada kenyataannya, sering kita melihat bahwa orang yang telah mengatasi penyakit parah, kelak tubuhnya akan menjadi lebih kuat dari orang yang tak pernah sakit. Mengapa ? Karena tubuh tersebut telah diuji dapat menahan latihan penderitaan. Hal ini tidak hanya berlaku pada penyakit, tetapi berlaku pula pada permasalahan lain dalam hidup kita. Apabila suatu kesalahan yang besar dapat menjadi ibu dari suatu kesuksesan yang besar, maka segala pengalaman menjadi harta dalam kehidupan. Akan tetapi, janganlah lupa bahwa dapat tidaknya suatu malapetaka dibuat menjadi karunia ditentukan oleh sikap kita yang tidak kalah terhadap suasana yang terus berjuang untuk mengatasinya. Dengan meletakkan akar pokok hati kepercayaan kepada Gohonzon, maka akan dapat memecahkan dan menghancurkan nasib buruk diri sendiri, tidak hanya akan mengatasi permasalahan yang dihadapi sekarang bahkan akan membuka jalan suasana jiwa bahagia yang tak terpikirkan.
13
Jika merenungkan kekuatan karunia kebajikan yang dimiliki Saddharmapundarika-sutra, maka “tidak tua dan tidak mati” ada di hadapan mata. Hanya yang memprihatinkan adalah keadaan jiwa Kyo’o Goze yang lemahnya seperti embun. Keterangan : “Tidak tua dan tidak mati”, tidak berarti bahwa badan jasmani tidak menjadi tua dan tidak mati. Proses “lahir-tua-sakit-mati” yang dialami badan merupakan teori kewajaran alam semesta, sehingga tidak dapat dihindari. Yang dimaksud disini adalah, kekuatan karunia Gohonzon dapat membangkitkan sifat Buddha dalam diri sendiri secara nyata, sehingga dalam jiwa sendiri dapat merasakan kebahagiaan yang kekal abadi. Yang terpenting adalah dapat merasakan dan mengetahui hal ini di dalam jiwa sendiri.
56
Samantabadra | Juli 2018
Badan jasmani siapapun tidak dapat mengelak dari proses lahir-tua-sakit-mati. Terlebih lagi Kyo’o Goze, bayi yang lemah dan berpenyakitan. Dalam setiap saat ia mungkin menghadapi malapetaka, tak ada yang dapat menjamin keberlangsungan hidupnya; karena itu dikatakan “Sama seperti embun”. Seperti perbedaan antara perbandingan badan jasmani yang dikatakan “lemah seperti embun” dengan keadaan jiwa yang mengandung permata Saddharma, sehingga “tidak tua dan tidak mati”, maka kebahagiaan mutlak yang didasarkan pada keyakinan kepada Saddharma dan kebahagiaan relatif yang tergantung pada lingkungan luar, haruslah dipandang sebagai sesuatu yang berbeda. Jadi, meskipun menimbun betapa banyak pun, kebahagiaan relatif tidak akan menjadi kebahagiaan mutlak. Kebahagiaan mutlak berarti hati kepercayaan yang kokoh hanya kepada Gohonzon sehingga dapat membuka kegembiraan jiwa yang terdapat dalam diri sendiri. Ketika Niciren Daisyonin berada di Pulau Sado sebagai orang pembuangan yang mengalami penderitaan yang tak terkatakan, pernyataan sebagai orang yang terkaya di Jepang, tidak lain menunjukkan makna ini. Akan tetapi, seperti yang diajarkan dengan jelas bahwa “Hukum Buddha adalah badan, hukum masyarakat adalah bayangan”, maka kebahagiaan mutlak yang terbuka dalam jiwa atau suasana jiwa “Tidak tua dan tidak mati”, bagaimanapun pasti dalam kehidupan nyata kita akan menjadi bukti sesungguhnya bagaikan bayangan. Pembuktian secara nyata ditentukan oleh Prajna, kecerdasan orang itu, kekuatan usaha dan kesungguhan hatinya dalam pelaksanaan membangun masyarakat dan negara. Akan tetapi, karena Kyo’o Dono masih belum memiliki kekuatan sampai disitu dalam dirinya, maka Niciren Daisyonin memohon perlindungan para dewa. Tetapi bagi orang dewasa, haruslah ditanggapi bahwa gerakan perlindungan para dewa agar terwujud melalui usaha yang dilakukan dalam masyarakat dan sikap kita sebagai anggota masyarakat. ***
Juli 2018 | Samantabadra
57
58
Samantabadra | Juli 2018
Juli 2018 | Samantabadra
59
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Mengapa kita perlu percaya kepada Gohonzon? Pertanyaan: Saya merasa bahwa tanpa kepercayaan kepada Gohonzon pun, saya tetap dapat hidup. Menurut saya, kepercayaan itu cukup hanya percaya pada diri sendiri saja. Jawab : Memang, manusia-manusia yang hidup pada zaman sekarang sering dikatakan tidak lagi percaya pada kemanusiaan. Perasaan hati antar manusia masa ini dirasakan saling berpencar bagai butiran pasir. Hal ini karena masing-masing individu hanya mementingkan dirinya sendiri, sehingga perasaan saling mempercayai dan saling menjaga antar manusia lenyap. Oleh sebab itu suasana masyarakat sekarang tiada lagi terasa kehangatannya. Hal ini menyebabkan keadaan menjadi kering. Melihat kenyataan keadaan masyarakat yang demikian, tentu pada diri setiap manusia bisa timbul perasaan dan pikiran, “Yah, zaman sekarang sih hanya dapat percaya pada diri sendiri saja deh!� Akan tetapi sesungguhnya, karena cara hidup semua orang yang tidak lagi saling mempercayai dan saling curiga itulah yang membuat kenyataan dalam masyarakat bagai butiran pasir yang terpencar-pencar. Tiada lagi hubungan kemanusiaan yang hangat. Oleh karena keadaan masyarakat kini yang semacam itu, seringkali tanpa sadar, dalam kehidupan sehari-hari kita telah terjerumus atau terpengaruh oleh keadaan itu. Umpamanya, kita bekerja dalam sebuah perusahaan. Sesungguhnya hal ini berarti kita bekerja demi kepentingan dan keuntungan orang lain seharusnya kita tetap bersemangat dalam 60
Samantabadra | Juli 2018
menambah serta meningkatkan keuntungan perusahaan. Akan tetapi kenyataannya, dalam pekerjaan sehari-hari sering terjadi pertentangan-pertentangan antara sesama rekan kerja. Hal ini disebabkan adanya persaingan merebut kedudukan, sehingga tanpa sadar kita pun terseret ke dalamnya. Meskipun kita tahu hal itu tidak benar, namun sering kita tak merasa bersalah melakukannya. Oleh karena kita berpikiran, memang kejadian seperti itu telah lazim terjadi pada masyarakat dewasa ini. Keadaan yang mana diri kita tak akan mendapat keuntungan, bila tak menjatuhkan orang lain. Atau dengan kata lain, kita tak akan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi tanpa menjatuhkan kedudukan orang lain. Sesungguhnya, persaingan merebut kedudukan yang lebih tinggi itu akan merugikan perusahaan secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, hal itu juga akan merugikan diri kita dan keluarga sendiri. Memang, dalam kenyataannya banyak kejadian yang membuktikan bahwa orang yang memikirkan kepentingan orang lain, malah akhirnya dirinya menjadi jatuh. Maka apabila keadaan masyarakat sudah sedemikian rupa, tentu lebih baik kita hanya mementingkan diri sendiri saja. Oleh karena telah jelas bahwa sikap orang lain tak dapat dipercaya lagi. Akan tetapi kita harus memikirkan sekali lagi apa yang dikatakan dengan ‘hanya dapat mempercayai diri sendiri saja’. Hati manusia selalu dinamis, tergantung pada suasana yang dihadapi. Coba anda pikirkan kembali, sesungguhnya perasaan Anda sering
berubah bergantung pada suasana sekeliling Anda. Misalnya, pada suatu saat Anda merasa gembira, namun beberapa waktu kemudian Anda menjadi sangat sedih. Ya memang, pada waktu segalanya berjalan lancar dan maju, Anda menjadi penuh harapan. Namun ketika Anda membuat kesalahan dalam pekerjaan atau pada saat jatuh sakit, Anda menjadi putus asa dan merasa tidak memiliki harapan lagi. Kehidupan manusia tidaklah selalu berjalan lancar dan mulus. Walaupun Anda kadangkadang merasa yakin dan puas dengan cara hidup serta potensi diri sendiri. Sebenarnya masih terdapat sebuah pernyataan yang mengganjal, sampai di manakah kita bisa percaya pada diri sendiri? Apabila kita pikirkan kembali pernyataan ‘Hanya percaya pada diri sendiri’. Pernyataan tersebut merupakan suatu hal yang sangat sensitif. Oleh karena biarpun kita sering merasa bangga atau mengatakan hanya mempercayai diri sendiri, sebenarnya hal tersebut tidak mutlak pula. Jika Anda pikirkan lebih mendalam lagi mengenai diri sendiri yang masih sering goyah ini, maka Anda akan mengetahui suasana jiwa sesungguhnya. Suasana jiwa yang sepenuhnya tertutup oleh keserakahan, kemarahan, kebodohan dan lain-lain. Hawa nafsu itu tak berbatas. Hawa nafsu inilah yang mengontrol ego manusia. Manusia menjadi sering marah. Ia juga terikat kepada halhal yang jelas-jelas menguntungkan dirinya. Bila Anda sungguh-sungguh melihat ke dalam diri sendiri berdasarkan kerendahan hati, maka Anda akan menemukan bahwa Anda selalu jatuh ke dalam suasana jiwa yang buruk. Dalam Hukum Buddha, suasana jiwa serta kehidupan yang buruk ini dikatakan sebagai suasana jiwa neraka, serakah serta kebinatangan. Ketiga suasana tersebut dinamakan tiga jalan buruk. Kemudian bila ditambah dengan sifat yang ‘bengkok’ dari jiwa yang selalu mendorong keributan (asura), maka hal ini akan memanggil empat jalan buruk. Oleh karena itu, meskipun dikatakan ‘percaya pada diri sendiri’, namun nyatanya percaya pada diri sendiri yang penuh dengan tiga jalan buruk
atau empat jalan buruk, pastilah tak akan dapat mencapai kebahagian. Malah akhirnya akan menutup seluruh jalan menuju kebahagiaan. Bahkan dapat pula menjatuhkan orang-orang lain kepada ketidakbahagiaan. Pada zaman Mutakhir Dharma yang keruh ini, kecenderungan manusia untuk dihormati dan diagungkan sangatlah kuat. Dengan demikian tanpa sadar, diri kita sendiri telah jatuh ke dalam tiga jalan buruk atau empat jalan buruk tersebut. Maka sesungguhnya, kepercayaan pada diri sendiri yang dipenuhi oleh tiga jalan buruk atau empat jalan buruk ini merupakan akar pokok bahaya yang mengakibatkan ketidakbahagiaan manusia di seluruh dunia pada masa ini. Hal di atas menerangkan bahwa bagi manusia yang dipenuhi oleh tiga jalan buruk atau empat jalan buruk selalu menempatkan hawa nafsu sebagai akar pokok yang dihormati serta diagungkan. Dengan demikian uang dan kekuasaan menjadi Honzon (obyek pemujaan). Kenyataan ini membuktikan bahwa setiap individu memiliki Honzon masing-masing. Honzon ini merupakan tujuan/pegangan hidup seseorang yang berupa uang, kekuasaan dan lain-lain. Akan tetapi sesungguhnya Honzon yang terunggul dan teragung adalah Gohonzon. Gohonzon adalah Honzon yang bertujuan untuk pencapaian kesadaran Buddha bagi umat manusia, sehingga memiliki kehidupan yang kuat dan kokoh; kehidupan yang tak tergoyahkan oleh suasana seperti apapun juga. Maka bila Anda tadi mengatakan bahwa tanpa Gohonzon pun Anda dapat hidup; sesungguhnya Anda perlu menyimak sekali lagi, Honzon manakah yang dapat membuka jalan menuju kehidupan yang kuat dan kokoh? Niciren Daisyonin membabarkan Hukum Buddha yang mampu membuat seluruh umat manusia untuk membangkitkan jiwa Buddha dalam dirinya dengan kokoh. Hal ini memungkinkan manusia menjadi agung dan berwibawa. Untuk mewujudkan hal ini, Anda perlu menjalankan perombakan sifat jiwa dengan sungguh-sungguh dan disadari oleh kepercayaan yang kuat terhadap Gohonzon. Anda merombak sifat dari jiwa yang dipenuhi oleh tiga jalan buruk Juli 2018 | Samantabadra
61
atau empat jalan buruk menjadi manusia yang penuh dengan sifat Buddha. Ini merupakan makna dari Niciren Daisyonin mewujudkan Gohonzon. Artinya, tanpa Gohonzon Anda tak dapat merombak sifat jiwa. Dengan kata lain, hanya melalui Gohonzon-lah manusia dapat membuka jiwa Buddha yang suci dan kuat. Jiwa Buddha yang terdapat dalam diri setiap manusia. Juga hanya dengan kekuatan tenaga manusia sendirilah, Anda mampu memunculkan jiwa Buddha. Apabila Anda sungguh-sungguh dapat mempercayai dari dasar hati bahwa diri Anda memiliki jiwa Buddha yang suci dan kuat, maka ini akan membuat jiwa menjadi kokoh. Inilah yang merupakan sumber tenaga jiwa yang tak habis-habisnya bagaikan sebuah mata air. Tadi Anda juga mengatakan bahwa tanpa Gohonzon pun Anda tetap dapat hidup. Hal ini memang benar. Namun jika kehidupan itu hanyalah asal hidup saja, bukankah berarti kehidupan Anda kurang berarti atau bernilai? Seperti halnya hewan yang hanya mengenal nafsu naluriah untuk bertahan hidup, tanpa tujuan dan mencipta nilai. Sebagai seorang manusia dan juga sebagai salah satu anggota masyarakat, Anda harus sungguh-sungguh percaya bahwa untuk dapat hidup bahagia, Anda perlu memiliki Gohonzon. Tanpa Gohonzon tak mungkin kita akan hidup bahagia. Hal inilah yang ingin saya sampaikan dengan jelas dan tegas. Namun secara lebih mendalam lagi, meski Anda telah memiliki Gohonzon, Anda tetap tak dapat mengharapkan kekuatan dari luar. Niciren Daisyonin mengajarkan kepada kita bahwa bila telah memiliki Gohonzon, kita sama sekali tidak boleh mengharapkan kekuatan di luar diri sendiri. Oleh karena kita yang menyebut Nammyohorengekyo sebenarnya telah mempunyai Gohonzon di dalam gumpalan darah daging sendiri. Dengan demikian Anda tak boleh berpikiran bahwa Gohonzon berada di luar jiwa Anda sendiri. Sebenarnya Gohonzon ini terdapat di dalam jiwa Anda. Maka yang penting adalah sebutlah Nammyohorengekyo. Dengan menerima dan mempertahankan Gohonzon, berdaimoku serta menjalankan perkataan Sang Buddha, siapapun tak akan dapat 62
Samantabadra | Juli 2018
memecahkan jiwa Buddha Anda yang sangat suci dan agung. Dengan mewujud-nyatakan Dunia Buddha itulah, Anda dapat menjadi seorang manusia yang penuh percaya pada diri sendiri yang sesungguhnya. Apabila setiap orang dapat percaya pada diri sendiri dengan benar dan penuh kemantapan, maka barulah keadaan masyarakat yang saling mencurigai itu akan berubah dengan sendirinya menjadi suatu masyarakat yang saling mempercayai. Jika Anda menginginkan cara hidup sebagai manusia; maka dasar jiwa Anda tak bisa hanya mementingkan diri sendiri (egois) saja. Akibatnya, hal seperti itu akan menutup diri Anda di dalam sebuah kantong yang kecil dan pengap. Anda harus berinisiatif mempercayai orang lain terlebih dulu. Dengan demikian orang lain pun dapat mempercayai kita. Hal ini sangat penting dalam hubungan antar manusia dan manusia. Hal ini akan membangkitkan kembali hubungan maitri karuna di antara sesama manusia, hubungan yang akan membuat suasana jiwa menjadi harmonis. Keadaan inilah yang kita dambakan dalam hidup. Itulah yang perlu kita bangkitkan kembali dalam masyarakat masa kini. Susunan NSI bertujuan untuk mengubah zaman sekarang yang kering ini menjadi suatu zaman yang dipenuhi suasana kemanusiaan. Maka NSI secara konsisten mengadakan pembinaan terhadap umat dan menjalankan berbagai kegiatan untuk mengubah zaman yang dipenuhi kecurigaan ini menjadi zaman yang saling mempercayai. Tenaga sumber pokok dalam kegiatan-kegiatan yang ingin memajukan atau meningkatkan jiwa Anda, hal itu tiada lain adalah Gohonzon. Anda sendiri juga, dengan menerima dan mempertahankan Gohonzon akan dapat membangkitkan kembali rasa saling mempercayai antara sesama manusia, sehingga dapat bersama-sama bergandengan tangan, menciptakan suasana masyarakat menjadi tenteram, hangat dan harmonis. Marilah kita bersama-sama membangun masyarakat Indonesia dengan penuh perasaan kemanusiaan. ***
kesehatan
Tips Mengendalikan Kolestrol Dalam Tubuh
K
olesterol merupakan zat seperti lilin yang dibuat oleh hati. Ia akan bermanfaat bagi tubuh, tapi kolesterol harus dikendalikan. Sebab, terkadang, tubuh membuat lebih banyak jumlah kolesterol daripada jumlah yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Kolesterol berlebih ini akan beredar dalam aliran darah. Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan penyakit jantung dan stroke. Indonesia yang terkenal dengan cita rasa makanan yang kuat sering menggunakan bahan-bahan makanan yang bisa memicu kolesterol, seperti minyak, margarin, gula, dan bahan makanan lainnya. Untuk mengendalikan produksi kolesterol dalam tubuh, beberapa hal berikut bisa Anda gunakan sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan koleterol tinggi.
1. Batasi konsumsi daging merah Ayam dan ikan adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan daging merah. Jika Anda tak bisa lepas dari daging, sebaiknya Anda menguliti daging sebelum mengolahnya karena kulit merupakan sumber kolesterol. Hindari pengolahan yang menggunakan banyak minyak. Biasakanlah untuk mengolah daging dengan cara dipanggang karena penggunaan minyak lebih sedikit. 2. Masak dengan minyak zaitun Minyak zaitun mengandung antioksidan yang dapat menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) tanpa memengaruhi kolesterol HDL (kolesterol baik). Anda disarankan untuk mengonsumsi dua sendok makan (sekitar 23 gram) minyak zaitun per hari agar jantung lebih sehat.
Juli 2018 | Samantabadra
63
3. Tambahkan omega 3 untuk diet Anda Asam lemak omega 3 meningkatkan jumlah kolesterol HDL (kolesterol baik). Ikan, biji rami, kacang-kacangan dan almond adalah beberapa sumber makanan yang kaya akan omega 3.
4. Tetap aktif Aktivitas fisik membantu Anda mengontrol berat badan dan dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes. Cara ini juga bisa mengurangi stres, yang merupakan faktor utama dalam penyakit jantung. Anda harus berolahraga selama 30 menit setiap hari, apakah itu pergi ke gym, berlari, bersepeda atau berenang. 5. Makan bawang putih Bawang putih menurunkan kolesterol, mencegah pembekuan darah, menurunkan tekanan darah, dan melindungi dari infeksi. Cobalah untuk mengonsumsi 2 sampai 4 siung bawang putih per hari.
6. Minum teh Teh hitam adalah adalah musuh terbesar tehadap kolesterol LDL (kolesterol jahat). Cobalah untuk minum satu cangkir teh hitam setiap hari untuk mencegah kolesterol tinggi.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gayahidup/20150216071326-255-32362/cara-mengendalikankolesterol-agar-tak-berlebih-dalam-tubuh
64
Samantabadra | Juli 2018
wawasan
Tradisi Uang Panai Suku Bugis Di berbagai tempat di Indonesia, ada tradisi adat dalam pernikahan yang harus dilalui. Di Makassar, terdapat salah satu syarat dalam tradisi adat suku Bugis untuk meminang calon mempelai wanita, yakni uang panai yang mana ternyata memiliki jumlah yang fantastis. Panai ini sendiri berbeda dengan mahar, karena untuk mahar akan ada jumlah lain tersendiri. Panai dan harganya Panai sebagai syarat adat untuk meminang calon wanita memiliki yang harus dibayarkan oleh pihak pengantin pria memiliki klasifikasi nya tersendiri, tergantung dengan berbagai faktor dari sang perempuan. Faktor pendidikan misalnya, jika wanita yang akan dilamar memiliki pendidikan sebagai sarjana strata 1, harga panai akan lebih mahal dari wanita yang lulusan SMA, sedangkan wanita lulusan S2 akan jauh lebih mahal dari wanita lulusan S1. Katakanlah jika harga panai untuk lulusan SMA adalah 50 juta, maka harga wanita predikat S1 akan menjadi 75 hingga 100 juta dan jika lulusan S2 bisa jadi hingga mencapai 150 juta bahkan lebih. Hal ini pun dipengaruhi dengan latar belakang keluarga yang akan menambah tinggi harga panai, jika calon mempelai wanita memiliki darah bangsawan atau darah biru, meskipun lulusan SMA maka akan tetap menjadi mahal. Lain halnya jika tidak memiliki darah bangsawan. Masih banyak
faktor lain yang mempengaruhi nilai panai, seperti sang calon wanita sudah haji atau belum. Jika semua faktor disatukan seperti pendidikan, latar belakang keluarga dan lain sebagai nya, angka panai pun bisa mencapai angka fantastis hingga 500 juta rupiah. Namun, dibalik mahalnya nilai panai ini, ternyata besaran nilai panai masih bisa didiskusikan dan dikondisikan tergantung dari kesepakatan dari kedua belah pihak. Jadi tentu hal ini menjadi angin segar bagi siapapun yang ingin meminang gadis Bugis. Adanya panai ini konon memiliki sejarah yang mana berkaitan kebiasaan lelaki Bugis yang merantau keluar daerah dengan cara melaut. Sehingga mereka akan pergi jauh dari kampung halaman untuk mengumpulkan uang dan kekayaan kemudian kembali ke Makassar untuk meminang gadis Bugis pujaannya.
makna yang cukup mendalam. Panai dimaknai sebagai rasa penghargaan oleh pihak calon mempelai pria kepada wanita. Makna ini cukup jelas bahwa warga Bugis sangat menghargai keberadaan wanita sebagai makhluk Tuhan yang sangat berharga, sehingga tak sembarang orang dapat meminang wanita bugis. Makna lain yang terkandung adalah keseriusan dari sang calon mempelai lelaki. Panai mengindikasikan bahwa sang peminang benarbenar serius atau tidak sehingga menikah dengan wanita bugis bukanlah hal main-main. Di sisi lain tingginya harga panai akan membuat pihak lelaki akan berpikir seribu kali untuk menceraikan istrinya karena ia sudah berkorban banyak untuk mempersunting istrinya. Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia. id/2018/06/02/tradisi-uang-panai-suku-bugisyang-jumlahnya-fantastis
Makna dibalik Harga Panai Di balik harga panai yang cukup luar biasa, tersimpan Juli 2018 | Samantabadra
65
wawasan
Aneka Kuliner Khas Kota Semarang
K
ota Semarang memang identik dengan lumpia, namun ternyata kota terbesar kelima di Indonesia ini juga memiliki aneka kuliner lain yang dapat memanjakan lidah Anda. Berikut beberapa di antaranya: Babat gongso Babat gongso adalah potongan Babat dan juga jeroan lainnya, seperti ati, limpa, paru atau iso, yang dimasak dengan bumbu kecap yang kental. Babat Gongso yang terkenal karena keunikan rasanya tedapat di Nasi Goreng Pak Karmin, Jl Pemuda (Samping Jembatan Mberok), Semarang.
Soto Bangkong Perbedaan makanan asli Semarang ini dengan soto lainnya adalah kuahnya yang bening walaupun warnanya agak coklat. Soto ini disajikan dengan isian berupa suwiran ayam, irisan tomat, tauge, bihun dan taburan bawah merah dan bawang putih.
Bandeng Presto Bandeng presto dibuat dari ikan bandeng yang dibumbui bawang putih, kunyit, dan garam. Kemudian dimasak dengan cara dipresto atau dengan uap bertekanan tinggi. Hasilnya, duri-duri pada bandeng menjadi lunak dan bisa dimakan.
66
Samantabadra | Juli 2018
Wingko Babat Wingko babat merupakan jajanan yang terbuat dari ulenan beras ketan dan kelapa yang dibakar. Rasanya pun beragam mulai, seperti durian, cokelat, nangka, hingga kelapa muda.
Mie kopyok Mie kopyok berbahan dasar mie yang di tambahkan dengan tetelan daging dengan tambahan lauk berupa tahu dan kerupuk gendar diatasnya. Mie kopyok merupakan sangat khas Kota Semarang yang susah di temukan di tempat lain. Mie Kopyok kebanyakan dijajakan dengan gerobak keliling dari kampung ke kampung.
Tahu Pong Selain tahu gimbal, tahu pong juga merupakan makanan khas Semarang. Tahu pong adalah tahu goreng yang garing dan gurih. Saat digigit, tahu ini tidak berisi apapun atau kosong (kopong). Oleh sebab itu, tahu ini dinamakan tahu pong.
Tahu Gimbal Tahu gimbal merupakan sebuah makanan dengan tahu goreng dan bakwan udang sebagai bahan pokoknya. Udang atau gimbal ini dicampur dengan adonan bakwan sehingga menjadi bakwan udang. Kemudian tahu goreng dan bakwan tersebut dipotong-potong menjadi kecil. 10/4/2017
1
J
Jawaban TTS Samantabadra Juli 2018
Referesi: https://travel.kompas.com/read/2017/05/07/180400427/ nikmatnya.tahu.gimbal.khas.semarang https://resepkoki.id/2018/01/29/kuliner-dan-oleh-oleh-khassemarang/ https://sahabatnesia.com/makanan-khas-semarang/ https://travel.detik.com/destination/d-2098182/7-makananpaling-enak-dari-semarang
2
P 3
A
P
A
Y
A
O
S
4
S
M
K
5
Y
6
Z
H
O
E
J
I
N
7
A
N
G
R
O O
8
H
I
J
O
N
A
T
Y
B
A
O
U
O
Z
R
K
E
S
R
U
H
E
N
N
I
D
I
D
9
K
Y
O
S
O
M 10
O 11
13
R
12
E
14
U
B
O
N
L
N
O
S
O
K
U
B
O
D
A
E
E
N
A
H
L
G
H
15
A
K 16
M
G
B
17
A
J
C
A
18
A N A
G
A
A
L
I
S 19
P
21
H
N 20
F
B
22
I
C H
I
R A
E
N G
D
A
I
S
Y
F
O
N
I
N
D
D
H
R 23
E
J
T
O
N
Y
N
A
I
S
A
T
V
A
B
D U
Juli 2018 | Samantabadra K L O R O F I L 24
E
O
U
T A
B
67
dunia anak Hai anak-anak NSI! Yuk bantu Ibu Dinosaurus menemukan telurnya yang hilang!
68
Samantabadra | Juli 2018
wawasan
Sejarah Satelit Palapa Pertama Di Indonesia
Tanggal 9 Juli merupakan hari peringatan diluncurkannya Satelit Palapa di Indonesia. Apakah kamu sudah memahami sejarah satelit pertama yang diluncurkan Indonesia ini?
S
atelit telekomunikasi, Palapa merupakan satelit geostasioner yang diambil dari nama “Sumpah Palapa� oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada 1334. Catatan sejarah menunjukkan, satelit pertama Indonesia diluncurkan lebih dari empat dekade lalu oleh roket Amerika Serikat. Diambil dari berbagai sumber, satelit milik Indonesia perdana dikenal sebutan Palapa A1 dan Palapa A2. Satelit ini diluncurkan dari landasan Tanjung Canaveral tepatnya pada 1976 dan 1977. Satelit Palapa A1 digunakan untuk keperluan dalam negeri seperti transmisi televisi dan telekomunikasi. Sementara Palapa A2, melayani telekomunikasi ASEAN dan keperluan pertahanan dan keamanan.
Satelit memiliki usia yang terbatas, sehingga generasi baru dari satelit tersebut diluncurkan. Tercatat, satelit penerus dari satelit perdana milik Indonesia ialah Palapa B1 dan Palapa B2. Satelit Palapa B1 dan Palapa B2 menggantikan dua satelit sebelumnya yang habis masa operasinya pada 1983 dan 1984. Ada perbedaan satelit Palapa B1 dan Palapa B2. Satelit Palapa B2 memanfaatkan teknologi tinggi, sehingga harus diangkut dengan pesawat ulang alik “Challenger� ke luar angkasa. Sedangkan Palapa B1 diluncurkan dengan cara konvensional. Akan tetapi, satelit B2 mengalami kegagalan dan dijemput oleh STS-51A pada November 1984. Kemudian, Palapa B2P diluncurkan
mengitari orbit, bergerak dari barat ke timur dengan kecepatan yang sama dengan rotasi Bumi. Satelit B2P berada di ketinggian 36 ribu kilometer di atas khatulistiwa pada lokasi 113 Bujur Timur. Lalu, pada 1996 Indonesia meluncurkan satelit Palapa C1. Satelit Palapa C1 ialah satelit komunikasi pertama yang dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Satelit-satelit sebelumnya sebagian besar dikelola oleh Perumtel. Palapa C1 dibuat oleh Hughes, Amerika Serikat, AS dan diluncurkan pada 31 Januari 1996 di Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral (LC-36B) AS. Diluncurkan memanfaatkan roket Atlas 2AS. Satelit tersebut dimaksudkan untuk mengganti satelit Palapa Juli 2018 | Samantabadra
69
B4 pada Orbit Geo Stasioner slot 113 BT dengan rentang operasi selama 7 tahun, tetapi terjadi kegagalan pengisian baterai pada 24 November 1998. Akhirnya, Palapa C1 dinyatakan tidak layak beroperasi dan digantikan oleh Palapa C2. Satelit C2 beroperasi pada Orbit Geo Stasioner slot 113 BT di ketinggian 36.000 km. Operasional satelit ini lalu dipegang PT. Indosat Tbk karena penggabungan Satelindo dengan Indosat. Kemudian, satelit Palapa D diluncurkan sebagai satelit komunikasi yang dimiliki PT. Indosat Tbk. Satelit tersebut mengangkasa pada 31 Agustus 2009 di Xichang Satellite Launch Center (XSLC) menggunakan roket Long March (Chang Zheng) 3B. Satelit Palapa D diproduksi Thales Alenia Space, Perancis. Palapa D menggantikan satelit Palapa C2 pada Orbit Geo Stasioner slot 113 BT yang selesai masa operasionalnya pada 2011. Pengguna layanan Palapa D antara lain, televisi nasional serta televisi lokal di Tanah Air. Tidak hanya itu, satelit juga mendukung sejumlah radio di Indonesia. Sumber:
https://techno.okezone.com/read/2017/03/06/207/1635384/sejarah-satelitpalapa-pertama-di-indonesia
Resep Puding Lumut Bahan-bahan: 1 bungkus agar-agar bening Swallow 150 gram gula pasir 1 bungkus vanilli 2 butir telur kocok lepas 130 ml santan 550 ml air 1/4 sendok teh garam 1 sendok teh pasta pandan Langkah: 1. Campurkan semua bahan dalam satu wadah. Kemudian saring agar tekstur pudding tidak bergerindil. 2. Masak dengan api sedang sampai keluar lumut di permukaan. Aduk-aduk sampai mendidih. Matikan kompor. 3. Diamkan beberapa saat sampai hangat kuku. Siapkan loyang, tuang secara perlahan. Diamkan sampai pudding mengeras, kemudian masukkan ke dalam lemari es, dinginkan. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/4894278-pudding-lumut-hijau-pandan
70
Samantabadra | Juli 2018
refleksi
Menyadari Kesesatan Pokok Jiwa, Memunculkan Kesadaran Buddha
P
erhatikan orang-orang sekeliling kita, apakah itu di lingkaran terkecil, seperti keluarga, atau di lingkungan yang lebih besar seperti bertetangga atau berorganisasi. Bagaimana perkembangan sikap dan perilaku masing-masing individu? Apakah kita sebagai Buddhis mengalami perubahan sikap menjadi lebih positif sejak menganut agama Buddha Niciren Syosyu ini?
bertanggung jawab terhadap keluarga menjadi bertanggung jawab. Sebagian orang mungkin terlihat religius, namun dalam keseharian, mereka belum mampu menerapkan nilai-nilai religiusitas agamanya dalam sikap hidup dan berperilaku. Ada juga yang tidak religius, namun mereka bersikap baik dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Yang ideal tentunya bagaimana agar kita mampu Umat Buddha Niciren Syosyu dengan melakmenjalankan ajaran agama, dalam konteks ritual sanakan ajarannya sesungguhnya akan menjadi maupun aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. warga masyarakat dan anggota keluarga yang Panjang atau singkatnya waktu seseorang baik karena ajaran Buddha Dharma Niciren Syomengenal dan menganut ajaran agama Buddha, syu menitikberatkan perubahan dan peningkatan ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas diri dan mental kita dari 9 Dunia menuju Dunia penghayatan dharmanya atau perubahan kualiBuddha, yang dikenal dengan proses peromtas diri menjadi lebih baik. Karena kuncinya ada bakan sifat jiwa atau ningen kakumei. di kesungguhan hati, dan pelaksanaan syin gyo Buddha mengajarkan kita untuk menjadi gaku yang menyeluruh dan konsisten. Ketidakorang dan pribadi yang lebih baik dengan mampuan (dan ketidakmauan) untuk menangmerombak sifat jiwa dan pada gilirannya akan galkan filsafat lain/sementara di dalam pikiran membuat kita menjadi pribadi yang luhur. Sumdan perilaku sehari-hari adalah alasan mengapa ber perubahan adalah pelaksanaan dharma Myo- banyak orang yang sudah menganut ajaran ho-ren-ge-kyo. Ini harus menjadi dasar sikap dan agama Buddha NSI sekian dekade, namun masih perilaku kita. Dengan menghayati dan menyerap menunjukkan sikap-sikap yang tidak terpuji. energi positif Dharma Myo-ho-ren-ge-kyo, kita Dari pengamatan saya, sebagian kecil umat berperilaku lebih baik, baik secara sadar atau tak masih ada yang berperilaku asosial di lingkungan sadar. wihara, RT dan keluarga masing-masing. Tampak Mengingat tebalnya karma buruk kita, perapatis (tak acuh), canggung dan tak mau bergaul jalanan memunculkan kesadaran adalah jalan dengan masyarakat luas, memiliki kecurigaan panjang seumur hidup yang berliku. Sifat dan sosial, kecenderungan stereotip negatif dan temperamen buruk masih kerap mendominasi. berprasangka buruk terhadap orang dengan Akhirnya, muncul perilaku tidak baik seperti latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi yang menghindari membayar pajak-pajak, iuran-iuran berbeda. Kecenderungan sikap buruk ini tentu warga; menghindari kegiatan sosial-kemasyaraka- harus dipatahkan, namun sulit karena biasanya tan di RT/RW – PKK, siskamling; mengurus surat/ kita sendiri yang memelihara hal tersebut sebagai dokumen via calo; memalsukan data. bagian dari identitas. Dengan menghayati ajaran Buddha Niciren Melaksanakan Buddhisme tidaklah mudah Syosyu, kita bisa meningkatkan kualitas jiwa kita. alias sukar sekali. Maka, ada perumpamaan pasir Dari yang tadinya asosial menjadi sosial, yang di kuku. Perlu waktu panjang. Terlalu banyak faktadinya tidak peduli dengan RT dan RW masingtor penghambat. Umat masih terkungkung oleh masing menjadi peduli, yang tadinya tidak Kesesatan Pokok Jiwa, salah satu Indra Alaya, guJuli 2018 | Samantabadra
71
dang karma, sebagai pikiran bawah sadar. Untuk uraian lebih lanjut, lihat tulisan saya di Samantabadara bulan Juni 2018. Landasan Ajaran Untuk membahas perilaku sosial umat Buddha NSI dalam masyarakat, perlulah kita merujuk salah satu prinsip ajaran, yakni Dunia Buddha Tercakup di Dalam 9 Dunia [九界即仏界・九界所具 の仏界] (Bahasa Jepang kukai-soku-bukkai atau kukai-shogu-no-bukkai ) sebagai berikut.:
Buddha dan dapat mewujudkan Kebuddhaan dari dalam jiwa mereka. Ditambah lagi, Artinya, umat Konsep ini berasal dari Saddharma-pundarika Sutra, khususnya Bab Ke-2, “Upaya Kausalya”. Bersama konsep tercakupnya 9 Dunia di dalam Dunia Buddha, Bab Ke-2 menjelaskan konsep “10 Dunia Memiliki 10 Dunia” T’ient’ai. Bab Ke-2 mengatakan, “Para Buddha, Yang Dihormati Seluruh Dunia, ingin membuka pintu prajna Buddha bagi segenap umat manusia.” Niciren Daisyonin menyatakan, “Hal ini merujuk ke Dunia Buddha yang terdapat di dalam 9 Dunia” (356). Yakni, Kebuddhaan yang terdapat di dalam segenap umat manusia.
Prinsip bahwa Dunia Buddha tercakup di dalam 9 Dunia ialah semua umat manusia 9 Dunia memiliki potensi untuk memperoleh Kebuddhaan (yaitu, sifat Buddha). Ke-9 Dunia merujuk ke Dunia Neraka, Kelaparan, Kebinatangan, Asura, Manusia, Surga, Sravaka, Pratyekabuddha, dan Bodhisatwa. Dunia-dunia ini juga menandai kondisikondisi inheren atau keadaan-keadaan jiwa Sebuah rujukan lagi perlu disimak dalam kutipan yang umat manusia wujudkan pada saat gosyo di bawah ini: tertentu kapanpun. Sekalian murid Niciren tak boleh menUmat manusia masa akhir dharma pada dasarnya jadi pengecut. Apabila kita bandingkan memiliki kecenderungan jiwa di 3 Dunia Buruk, Saddharma-pundarika-sutra dan segala 4 Kecenderungan Buruk, 6 Dunia. Lebih terhormacam sutra lainnya, mana lebih unggul mat dalam teori Dharma di atas, bahwa kita itu dan mana lebih rendah, mana lebih danperwakilan 9 Dunia yang memang dasar dan gkal dan mana lebih dalam, mana dapat landasan hidupnya rendahan dan dangkal dilimencapai kesadaran Buddha dan mana puti kesesatan dan penderitaan. Namun dengan tidak, maka, pendiri ajaran Nizen dan Syateori “10 Dunia Memiliki 10 Dunia”, terbukalah kumon saja tidak masuk hitungan, apalagi cakrawala kejiwaan menuju Dunia Buddha. Mari dengan para Bodhisatwa tingkat Tokaku kita simak penjelasan lebih lanjut sebagai beriataupun para penganut mazhab ajaran kut. sementara? Kita harus membahas ajaran berbagai mazhab dengan menyadari Ke-9 Dunia diperbandingkan dengan Dunia bahwa kalau Saddharma-pundarika-sutra Buddha dalam hal bahwa 9 Dunia itu yang kedudukannya seperti Dewa Brahma dunia-dunia atau keadaan-keadaan kesitu direndahkan sebagai rakyat jelata esatan dan penderitaan, sementara Dunia ataupun binatang apakah hal ini tidak Buddha itu keadaan pencerahan/peneranmerupakan suatu kesalahan besar (Surat gan agung/kesadaran Buddha yang terbeMengenai Ajaran, Pelaksanaan dan Bukti) bas dari kesesatan dan penderitaan. Prinsip Dunia Buddha sebagai potensi di dalam Penjelasan atas kutipan di atas sebagai beri9 Dunia berarti bahwa umat manusia 9 kut. Saddharma-pundarika-sutra bagi kita, umat Dunia, yaitu, orang-orang yang tersesat, Buddha NSI, adalah Gohonzon dan Nam-myohosecara inheren memiliki keadaan Dunia renge-kyo. Disebutkan di dalam kutipan gosyo 72
Samantabadra | Juli 2018
di atas, bahwa Saddharma-pundarika-sutra terunggul itu Gohonzon dan Nam-myoho-rengekyo terunggul. Maka, perilaku umat Buddha NSI dalam masyarakat pun terunggul. Maka, kita harus bersemangat dan menjadi pemberani ketika berkiprah, bertindak dan berbuat dalam masyarakat nyata membawa panji-panji Gohonzon dan Nam-myoho-renge-kyo yang menurut keyakinan kita memang terunggul. Perjuangan mengubah diri itu bukanlah perkara yang enak, namun perjuangan gigih menjadi guru atas perasaan jiwa kita yang rendah itu. Mengatasi dan keluar dari zona nyaman kita menuju zona-tumbuh, meminjam istilah dari motivator Merry Riana. Dalam konteks perilaku sosial umat Buddha NSI dalam masyarakat, kita perlu berefleksi dan merenung, sampai manakah kita berada setelah sekian tahun berhati-kepercayaan kepada Gohonzon – Sandai Hiho? Memang Nam-myoho-renge-kyo itu mengandung unsur gaib membuka, bulat-sempurna dan hidup-kembali, bahwa secara tak sadar kita telah berubah karena kegaiban dharma ini. Namun, kita tetap harus sadar diri dan sadar berusaha mengubah diri ke tahap psikologis dan bentuk sosial yang lebih baik dan berterima. Sebagaimana disebutkan di atas, yang paling ideal ialah sebagian umat yang aktif, dalam keseharian, ia atau dia warga masyarakat dan anggota keluarga yang baik. Sebagai suami dan ayahanda, menjadilah suami dan ayahanda yang baik dan lebih baik. Sebagai istri dan ibunda, menjadilah istri dan ibunda yang baik dan lebih baik. Sebagai
anak dan kakak/adik, menjadilah anak dan kakak/ adik yang baik dan lebih baik. Sebagai warga Wihara Vimalakirti, menjadilah warga Wihara Vimalakirti yang baik dan lebih baik dengan berdana paramitha secara rutin dan memadai, aktif dalam kegiatan apapun, bersumbang saran untuk perbaikan pelayanan umat dan terus ber-syakubuku agar semakin banyak orang yang mengenal kekuatan Gohonzon dan Nammyoho-renge-kyo – Sandai Hiho. Sebagai warga masyarakat, menjadilah warga masyarakat yang baik dan lebih baik dengan membayar pajak-pajak, iuran-iuran warga sesuai kemampuan asli ekonominya; berkegiatan sosialkemasyarakatan di RT/RW – PKK, siskamling; mengurus surat/dokumen sendiri dengan meluangkan waktu; menyatakan data seadanya. Kehidupan kita tidak berubah otomatis hanya dengan menyebut Nam-myoho-renge-kyo. Kuncinya adalah kemauan untuk menyadari dan berubah dengan menggunakan dharma agung ini. Mengubah watak dan kebiasaan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mempercayai bahwa suatu kebiasaan yang kita yakini sebagai baik setelah bertahun-tahun, namun ternyata keliru, di situlah kita perlu melakukan daimoku di depan Gohonzon dan memfokuskan segenap pikiran untuk memunculkan kebuddhaan. Banyak umat yang telah mengalami bukti nyata kekuatan Gohonzon dalam perubahan sikap dan perilaku dirinya. Mereka bisa, kita juga pasti bisa karena setiap manusia memiliki potensi jiwa Buddha, tanpa terkecuali. (Kyanne Virya)
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Juli 2018 | Samantabadra
73
teka-teki silang 10/4/2017
1 2 3
4 5
7
6
8
9 10 11
13
12
14
15 16
18 21
17
19
20
22
23
24
Across
MENDATAR 2. Pepaya (Istilah Jepang) 5. Propinsi pusat ajaran maha guru Tientai. 7. Unsur jiwa yang tidak berperasaan (Istilah Jepang) 9. Mempelajari & menyelidiki keadaan
74
Samantabadra | Juli 2018
Down
MENURUN 1. 3. 4. 6. 8.
Ibu kota Indonesia Mati adalah nirwana (Istilah Jepang) Siapa yang ..., dia yang menuai. Selamat pagi (Istilah Inggris) Akibat imbalan nyata dalam hidup (Istilah Jepang)
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Juli 2018 Tanggal
30 Juni 1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
9 10
Senin Selasa
11
Rabu
12 13 14 15 16 17 18
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
19 20 21 22
Kamis Jumat Sabtu Minggu
23 24 25
Senin Selasa Rabu
26 27 28 29 30 31
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa
Jam 17.00
Kegiatan Kensyu Gosyo Umum Juli 2018 Kensyu Gosyo Umum Juli 2018
Tempat Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI
19.00
Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabodetabek
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
19.00
Ceramah Gosyo
Daerah masing-masing
10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00
Pertemuan GM Jabodetabek Pertemuan Anak Jabodetabek Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1
19.00
Pertemuan Cabang
Daerah Masing-Masing
10.00 19.00
Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Pelajaran Anak Cabang
Daerah Masing-Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
14.00 19.00
Pertemuan Wanita Daerah Pertemuan Pria Daerah
Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing
19.00
Pertemuan Anak Ranting
Daerah Masing-Masing
10.00 14.00 19.00
Pertemuan GM Daerah Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 Bagian
Daerah Masing-Masing
Pertemuan DPD & DPW Jabodetabek
Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta
Vihara Sadaparibhuta NSI Vihara Sadaparibhuta NSI
Kensyu Gosyo Umum Agustus 2018 Kensyu Gosyo Umum Agustus 2018
Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI
13.00
13.00
17.00 13.00
Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta
Pendalaman Gosyo Dharma Dhuta
Vihara Sadaparibhuta NSI
Daerah Masing-Masing
Juli 2018 | Samantabadra
75
Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
76
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | Juli 2018
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510