Samantabadra “ K
etika terjadi arus pasang dan surut; terbit dan terbenamnya bulan, juga ketika terjadi perubahan keempat musim; panas, gugur, dingin, dan semi, pasti terjadi hal yang berbeda dari biasanya. Sama halnya ketika manusia akan menjadi Buddha. Artinya, ketika akan menjadi Buddha pasti akan timbul rintangan yang disebut sebagai tiga rintangan empat iblis. Orang yang bijaksana akan merasa gembira menghadapinya, sedangkan orang bodoh akan merasa takut dan mundur...
“
U
ntuk mencapai kebuddhaan memang sulit, lebih sulit daripada menancapkan jarum di puncak Gunung Semeru dan kemudian melontarkan seutas benang dari puncak Gunung Semeru di dunia lain langsung memasuki lubang jarum ini.
SAMANTABADRA | AGUSTUS 2018 | NOMOR. 295
dpp nsi beserta seluruh peserta tgm 31 dan umat nsi berfoto di depan istana maimun (kesultanan deli) di medan, sumatera utara 19 juni 2018
gosyo kensyu SURAT PERIHAL TIGA RINTANGAN EMPAT IBLIS gosyo cabang SURAT BALASAN KEPADA SHIIJI SHIRO liputan TGM 31
Surat Perihal Tiga Rintangan Empat Iblis
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Agustus
2 0 1 8
08 # 295
DPP NSI bersama peserta Temu Anak-Anak NSI (Tansi) 27 di Mahawihara Saddharma NSI, 30 Juni 2018
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Keterangan halaman muka Menteri Agama RI menerima plakat apresiasi dari Ketua Umum NSI pada kegiatan TGM 31
“
Begitu banyak air sungai mengalir ke dalam lautan besar, tapi lautan besar belum pernah menolak kembali air sungai yang mengalir ke dalamnya. Dalam lautan besar pelaksana Saddharmapundarikasutra, berbagai kesulitan besar akan mengalir masuk sebagai air sungai yang tak terhitung jumlahnya, tapi janganlah sekali-kali mencoba untuk menahan dan menolaknya. Karena tanpa adanya air sungai, lautan besarpun takkan pernah ada. Tanpa adanya kesulitan besar, tidak mungkin seseorang disebut pelaksana Saddharmapundarika-sutra.
“
Menteri Agama RI memberikan sambutan pada upacara penutupan TGM 31 di Wihara Vimalakirti NSI Medan, Sumatera Utara. 22 juni 2018
Surat Balasan kepada Shiiji Shiro
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Balasan kepada Matsuno-dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 30 Juni – 01 Juli 2018
Nammyohorengekyo,
yang terbentuk akan musnah. Maka, kita harus Kalimat, “hukumnya membaca agama Buddha berat, badannya ringan,� dengan pendirian seperti berarti bahwa dalam yang diajarkan oleh Niciren menjalani hidup kita perlu Daisyonin, dengan pendirian sepenuhnya mengandalkan di dasar kalimat dan bukan Myoho. Myoho atau pemaknaan di atas kalimat. Nammyohorengekyo harus Pandangan dijadikan dasar, agama Saddharmapundarikaharus dijadikan andalan dan sutra dari Buddha Niciren landasan. Dalam kehidupan mengajarkan bahwa di dunia sehari-hari, kita harus ini tidak ada suatu apapun melandaskan pergerakan yang musnah, semua yang pikiran, ucapan, dan perilaku ada di alam semesta ini dengan Nammyohorengekyo; hanya berubah bentuk, dalam kehidupan berumah namun masih memiliki tangga, dalam pekerjaan, dan unsur-unsur yang sama. Hal sebagainya. ini sejalan dengan hukum Sebelum memasuki kekekalan energi fisika. SaddharmapundarikaContohnya, setelah kita sutra, ada ajaran Theravada meninggal, tubuh yang (42 tahun pertama ajaran dikubur akan berubah bentuk Buddha Sakyamuni). menjadi tumpukan tanah, Kisah Putra Himalaya yang dan yang dibakar menjadi menceritakan tentang abu. Kelima unsur tanah, air, kefanaan (ketidakkekalan) api, angin, dan ruang menjadi merupakan konsep pemikiran terurai. Contoh lainnya dari ajaran Theravada dan adalah rokok. Setelah rokok Mahayana yang masih dinyalakan, puntungnya merupakan pemahaman di menjadi lebih pendek dan atas kalimat, bahwa semua terbakar, sehingga terurai
menjadi uraian-uraian gas seperti nitrogen, karbon dioksida, dan lain sebagainya. Ini adalah konsep pandangan Saddharmapundarika-sutra, yang menjelaskan bahwa segalanya hanya berubah bentuk, tiada yang musnah. Maka itu, petunjuk Niciren Daisyonin dalam kaitannya dengan keteladanan Putra Himalaya, ada dua prespektif yang dapat kita tangkap. Pertama-tama, agama Buddha memandang segala sesuatu dengan pandangan kekekalabadian. Jiwa menurut Saddharmapundarika-sutra adalah syiki syin funi, yang berarti kesenyawaan dan kesatuan antara fisik dan rohani, yang berpadu secara sempurna. Ada unsur nyata, unsur sunyata, dan unsur hakikat yang membentuk jiwa kita. Jadi, jiwa itu bukan roh seperti anggapan dari agama lain. Agama kita
Agustus 2018 | Samantabadra
1
mengajarkan bahwa jiwa adalah syiki syin funi; ketai (nyata; badan, fisik), kutai dalam wujud gelombang (sunyata; perasaan, pikiran), dan cutai (yang mengikat keduanya). Sesuai dengan pesan Buddha Niciren, pada zaman Mappo ini kita harus memperdalam pengetahuan Buddha dharma kita agar kita tidak keliru dalam memahami Buddhisme yang sesungguhnya (Nammyohorengekyo— Saddharmapundarikasutra). Ketika kita keliru memahami, maka ajaran yang kita sebarluaskan bisa jadi keliru bahkan sesat. Niciren Daisyonin mengecam bhikkhu-bhikkhu yang lebih mementingkan reputasi dan keuntungan sendiri daripada menyebarluaskan hukum yang sebenarnya dan membantu semua umat manusia untuk mencapai kebahagiaan. Itu sebuah contoh perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran ini dan tidak boleh ditiru. Sebaliknya, kita juga harus bisa mengubah nasib bangsa dan seluruh umat manusia. Kita harus mengupayakan, supaya lewat Saddharmapundarikasutra, semua dapat berubah menjadi perubahan positif yang kekal, karena di dunia ini segalanya kekal abadi, jiwa kita kekal, begitu pun juga 2
Samantabadra | Agustus 2018
halnya dengan alam semesta. Dalam sikap pelaksanaan yang sesuai ajaran Buddha, Niciren Daisyonin banyak memuji Nicigen, seorang bhikkhu dari Kuil Jisso di daerah Iwamoto. Beliau tadinya memercayai ajaran dari sekte lain dan kemudian menjadi murid Niciren Daisyonin, walaupun keadaan di negeri Jepang pada waktu itu menentang ajaran Saddharmapundarikasutra. Nicigen pun sering diancam dengan kesulitankesulitan karena sudah menganut dan memengaruhi murid-muridnya sendiri untuk mengikuti ajaran yang ditentang oleh pemerintah, dan Niciren Daisyonin atas dasar ini sering memberinya dorongan dan bimbingan. Karena hal ini, bhikkhu dari sekte lain pun menjadi marah karena kehilangan murid. Umat-umat Buddha sebagai Boddhisattva yang muncul dari bumi harus menjalankan 6 macam pelaksanaan atau 6 paramita. Bagi kita umat awam, kita cukup menyumbang kepada susunan dan menyebut Nammyohorengekyo, tapi akan jauh lebih baik bila kita dapat percaya dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Pada waktu itu, sektesekte Buddhis lain sangat dekat dengan penguasa
daerah, sehingga Niciren Daisyonin yang pada waktu itu muncul dengan pemikiran baru tentang Saddharmapundarika-sutra harus mengalami berbagai penganiayaan. Sesungguhnya Saddharmapundarika-sutra bukanlah ajaran baru, karena sudah ditulis sejak 3,000 tahun yang lalu oleh Buddha Sakyamuni. Namun, pada waktu itu memang ajaran ini belum dibabarkan dan dijelaskan karena belum tepat waktunya. Agama Buddha dibagi menjadi tiga tahapan waktu. Pertama-tama, pada zaman shobo atau zaman Saddharma (setelah Buddha meninggal hingga 1000 tahun setelahnya), ajaran yang tepat untuk diterapkan dalam masa itu adalah ajaran Theravada. 1000-2000 tahun setelah kemoksyaan Sang Buddha disebut sebagai zaman zoho, di mana agama Buddha mulai bergeser dari India ke Tiongkok, Jepang, Sri Lanka, Thailand, sampai semua bermuara di Indonesia. Sejak zaman inilah, banyak patung-patung Buddha yang diukir untuk melestarikan sosok Buddha Sakyamuni. Kemudian, 2000 tahun setelah kemoksyaan Buddha Sakyamuni sampai dengan hari ini disebut sebagai
zaman mappo atau zaman akhir Dharma. Akhir Dharma berarti Dharma yang terakhir, yakni Saddharmapundarikasutra. Niciren Daisyonin memberi pesan dalam gosyo ini untuk mempelajari sutra ini beserta dengan ajarannya dengan pendirian sebagai para Boddhisattva yang muncul dari bumi. Kita mempelajari, menghayati, dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra bukan karena kebetulan, tapi karena itu merupakan janji kita sendiri sejak masa lampau. Maka, di dalam Saddharmapundarika-sutra, konsep ketuhanan kita adalah kekekalabadian, tidak ada yang musnah. Kita mengenal tiga masa; masa lampau, sekarang, dan akan datang. Setelah kita meninggal, maka kita akan melanjutkan hidup kita di dalam kehidupan setelah kematian. Kalau kita musnah, berarti tidak ada lagi yang namanya masa akan datang. Ketika kita Daimoku, berarti kita melantunkan dan menyebut judul dari sebuah sutra final yang dikhotbahkan oleh Buddha Sakyamuni. Setelah mencapai kesadaran Buddha, Niciren Daisyonin mengambil inti dari Saddharmapundarikasutra, yakni Myohorengekyo. Arti Myoho adalah hukum
yang gaib, maka dengan Myoho, semua yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan Myoho, kita dapat melampaui apapun. Dalam tradisi agama Buddha, setelah Buddha Sakyamuni moksya, ada kelompok umat yang meninggalkan rumah tangga dan kelompok umat yang masih berumah tangga. Yang meninggalkan rumah tangga disebut sebagai rohaniwan, bhikkhu, atau bhikkhuni. Kelompok yang tetap berumah tangga dan juga menganut agama Buddha disebut sebagai umat awam atau Upasaka dan Upasika. Di dalam tradisi agama Buddha, para Bhikkhu, Bhikkhuni, Upasaka, dan Upasika, semua sama. Buddha Sakyamuni menyebut ini sebagai empat golongan umat. Oleh karena itu, Nammyohorengekyo yang disebut oleh orang awam dan orang arif bijaksana pada hakekatnya semua sama, yang memunculkan perbedaan kurnianya tergantung pada sikap menyebutnya. Kalau menyebutnya dengan sungguh-sungguh, pasti kurnia yang didapatkan besar. Kesungguhan hati diukur dengan 14 macam pemfitnahan dharma (hobo). Kalau menyebut Nammyohorengekyo namun
masih menjalankan salah satu dari 14 hobo, pasti yang timbul adalah malapetaka dan bukan kurnia. Yang dikatakan sebagai hal yang menentang semangat dasar dari hukum agama Buddha adalah 14 hobo. Sebelum Saddharmapundarikasutra, beberapa kaum sering dikecam, khususnya wanita. Hanya dengan Saddharmapundarika-sutra, semua lelaki dan perempuan, orang baik dan orang jahat, memiliki peluang untuk mencapai kesadaran Buddha. Kita harus berpendirian pada prinsip inti hakikat jiwa dan wujud sesungguhnya. Jadi, kalau kita meninggal, jiwa kita adalah persatuan antara ketai, kutai, dan cutai. Ketika kita meninggal, jiwa kita menjadi terurai; jasadnya kembali ke alam semesta sebagai kelima unsur, dan jiwa kita yang sunyata menjadi gelombang. Saat ajal adalah sekarang karena kita tidak dapat menduga-duga kapan kita akan meninggal, maka kita berbuat baik secara konsisten. Perasaan jiwa kita pun harus dilatih agar saat meninggal nanti, perasaan jiwa kita dapat berpadu kepada gelombang di alam semesta yang berada pada keempat dunia yang suci. Dengan demikian, dalam melantunkan Nammyohorengekyo, kita Agustus 2018 | Samantabadra
3
harus memiliki hati yang bersih, jangan sampai ada di perasaan jiwa yang 14 macam ini dan jalankanlah pertapaan kita dengan cara yang sesuai ajaran, maka kurnia dari daimoku kita akan berlimpah, dan kita pun akan mendapatkan 11 macam kebaikan. Kualitas dan suasana jiwa dalam kehidupan sehari-hari kita akan turut meningkat bila menjalankan pelaksanaan dengan cara ini secara konsisten dan tidak tergoyahkan oleh ajaranajaran lain, sehingga dapat bermaitri karuna kepada orang lain, menyebarluaskan Dharma, menyadari hawa nafsu sebagai kesadaran (bonno soku bodai), dikelilingi oleh teman dan sanak saudaara yang baik, mencapai kesuksesan (dalam hal materi), dilindungi dari malapetaka dan serangan penyakit.
Catatan
4
Samantabadra | Agustus 2018
Kemudian, Niciren Daisyonin mau menjelaskan Saddharmapundarika-sutra demi pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, sehingga dapat dilestarikan selama-lamanya. Maka itu, kita sebagai murid-muridnya pun harus menjalankan tugas kita sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi. Kita harus banyak belajar dan mengerti. Tanpa menuntut Hukum agama Buddha, tidak mungkin kita dapat melaksanakan. Kita semua memiliki tujuan yang sama; untuk mencapai kesadaran Buddha. Kesadaran Buddha sudah ada dalam diri kita sendiri. Gohonzon memiliki fungsi sebagai cermin jiwa dan jodoh pembantu sehingga dapat mempermudah pencapaian kesadaran Buddha. Tanpa ada Buddha Niciren,
Saddharmapundarikasutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni selama delapan tahun tidak akan bisa dipahami dengan makna yang tepat. Maka, kita sebagai murid-murid Buddha Niciren harus bisa berfungsi sebagai dharmaduta, yaitu orang-orang yang menuntut Dharma dan menyiarkannya kepada orang lain demi kebahagiaan umat manusia secara keseluruhan. Sampai hari ini, kita dapat merasakan kebahagiaan karena mengenal Nammyohorengekyo, maka kita pun harus menyebarluaskan hukum ini. Jadi, kita harus menekadkan diri untuk selalu menjalankan pertapaan tanpa menyayangi jiwa raga dalam perjalanan menuju kegembiraan yang mutlak dan sesungguhnya dalam kesadaran Buddha, bukan kegembiraan yang semu. ***
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Balasan kepada Matsuno-dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 30 Juni – 01 Juli 2018
Nammyohorengekyo, Nama lain dari surat ini adalah “Surat mengenai 14 Pemfitnahan Hukum”, masih ada kaitannya dengan gosyo periode sebelumnya mengenai badan yang ringan dan hukum yang berat. Kita bisa mewujudkan badan yang ringan dan hukum yang berat kalau kita tidak melakukan 14 pemfitnahan hukum atau 14 hobo. Karena gosyo ini ditulis pada tahun 1726, saat Niciren Daisyonin baru mulai tinggal di Gunung Minobu, maka dalam latar belakang pun, Niciren Daisyonin mengulas kembali alasan mengapa beliau masuk ke Gunung Minobu. Seperti yang kita ketahui, Niciren Daisyonin ingin menegakkan filsafat yang benar di negeri Jepang, sehingga berani mengutarakan kepada pemerintah Jepang untuk mematahkan filsafat-filsafat sesat tersebut. Walaupun begitu, sampai tiga kali nasehatnya belum juga digubris oleh pemerintah, maka Niciren Daisyonin mengalami beberapa macam penganiayaan, dan
akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke Gunung Minobu. Pengertian keputusan ini jangan kita salah artikan seolah-seolah seperti kehidupan sehari-hari di kaum masyarakat. Niciren Daisyonin pergi ke Gunung Minobu bukan untuk melarikan diri, justru untuk melestarikan hukum. Ini yang harus kita camkan. Kemudian, kalau kita lihat keadaan Gunung Minobu, tempat tinggal Niciren Daisyonin, bukan main sengsaranya. Beliau tinggal di sebuah gubuk yang sederhana dan dikelilingi oleh gununggunung, tanpa tetangga. Niciren Daisyonin menyumbang jiwa raganya demi melestarikan hukum dan demi kebahagiaan seluruh umat manusia, dengan menulis gosyo dan membimbing murid-muridnya. Niciren Daisyonin juga membabarkan Saddharmapundarika-sutra, yang disebut “Ongi Kuden” dan pada waktu itu dicatat oleh Nikko Syonin. Salah satu muridnya, Nicigen, adalah seorang bhikkhu dari Kuil Jisso, sekte Tientai, tapi sungguh-sungguh percaya kepada ajaran Niciren
Daisyonin. Karena mengikuti ajaran Buddha Niciren, beliau mengalami beberapa hambatan dan berbagai kesulitan. Tapi, dalam keadaan demikian, beliau tidak mundur. Beliau tetap ingin menuntut Hukum agama Buddha dan tetap percaya kepada ajaran Niciren Daisyonin. Maka itu, Buddha Niciren memuji semangat dari Nicigen yang mau mempertahankan hukum untuk melestarikan Nammyohorengekyo. Sikap hidupnya harus kita teladani. Dalam keadaan bagaimanapun, kita harus tetap mengingat Nammyohorengekyo. Dijelaskan pula bahwa banyak bhikkhu-bhikkhu yang sudah di-syakubuku oleh Nikko Syonin kalah suasana ketika dihadapi dengan tantangan, karena terikat dengan reputasi dan keuntungan pribadi. Bhikkhu-bhikkhu seharusnya bisa seperti Bhikkhu Nicigen, yang betul-betul dapat mempertahankan kemurnian Dharma demi kebahagiaan Agustus 2018 | Samantabadra
5
seluruh umat manusia. Gosyo ini adalah jawaban dari pertanyaan Matsuno Dono kepada Niciren Daisyonin tentang perbedaan kurnia Daimoku yang disebut oleh orang arif bijaksana dan penganut biasa. Niciren Daisyonin menjawab bahwa kurnia dan kekuatan dari Daimoku itu semuanya sama. Yang menyebabkan perbedaan adalah penyebutan Daimoku, tergantung dari kesungguhan hati kita, kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan kita. Bersungguh hati berarti kita tidak menentang 14 Hobo. Tanpa kita sadari, sampai hari ini, keempat belas Hobo ini masih melekat di dalam pelaksanaan hari-hari kita. Dalam 14 Hobo ini dikatakan mengandung bimbinganbimbingan, sehingga harus kita gunakan untuk meninjau diri dan mengintrospeksi diri, bukan untuk menuding orang lain. Kita diingatkan untuk tidak benci dan iri hati, karena semua orang memiliki jiwa Buddha, seperti yang dikatakan oleh Bodhisatva Saddhaparibhuta. Kalau kita tidak menjalankan 14 hobo, kita pasti akan mendapatkan kurnia dan rezeki jiwa yang sesuai dengan ketulusan kepercayaan dan pelaksanaan kita. Dalam mempertahankan hati kepercayaan, tentunya kita harus bisa mengorbankan jiwa raga dengan sungguh hati. Niciren Daisyonin mengambil contoh dari cerita Putra Himalaya. Putra Himalaya selalu berpikir segala apapun adalah fana. Singkat cerita, dewa 6
Samantabadra | Agustus 2018
indera yang menyamarkan dirinya menjadi seorang iblis mengatakan bahwa segala apapun adalah tidak kekal. Putra Himalaya hanya mendengar sepenggal kalimat ini, dan ingin mengetahui kelanjutannya. Karena itu, Putra Himalaya bersedia mengorbankan jiwanya sebagai makanan untuk iblis tersebut demi Hukum. Akhirnya, dewa indera pun memberi tahu kelanjutannya, menegaskan bahwa segalanya akan berakhir dengan kemusnahan, namun kematian dengan kesadaran adalah hal yang paling membahagiakan. Karena berkeinginan untuk melestarikan kata-kata Buddha tersebut demi kebahagiaan umat lainnya juga, maka sebelum beliau menyerahkan jiwanya, beliau menulis kalimat-kalimat yang baru saja didengar olehnya di pohonpohon dan lingkungan sekitar. Makna dari cerita ini adalah bahwa kita harus memiliki hati yang menuntut dan ingin mempercayai, melaksanakan, dan mempelajari Hukum agama Buddha. Kemudian, hal ini pun harus dilandaskan dengan pelaksanaan yang tidak menyayangi jiwa raga. Kita juga tidak boleh memandang status atau pangkat seseorang dan membeda-bedakan sesama umat, karena semua umat memiliki jiwa Buddha, dan jika siapa pun membabarkan hukum, kita harus menghormatinya. Juga dijelaskan bahwa pencapaian
kesadaran Buddha tidak terjadi ditengah-tengah sesuatu yang istimewa dan spesial, tapi terjadi disekitar lingkungan kita sehari-hari. Kalau begitu, kita yang sudah tidak perlu mencari kalimat sutra seperti Putra Himalaya yang sampai menyumbang kehidupannya sendiri, harus membalas budi. Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa kalau kita miskin dan tidak memiliki uang untuk disumbangkan sebagai Dana Paramitta, kita bisa mempersembahkan jiwa raga kita untuk mempelajari Hukum agama Buddha; menyumbang waktu maupun upaya atau tenaga. Kita pun diingatkan bahwa hidup kita pendek, sehingga apa yang harus menjadi titik fokus kita adalah perjalanan menuju pencapaian kesadaran Buddha, karena disitulah kita akan mendapatkan kebahagiaan yang mutlak. ***
liputan
Menjadi Indonesia Sejati dalam Temu Generasi Muda ke-31 NSI Mengangkat tema Indonesia Sejati adalah Kerja Bersama Mewujudkan Keadilan Sosial, Temu Generasi Muda (TGM) ke 31 Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia diadakan di kota Medan dari tanggal 18 hingga 23 Juni 2018. TGM ke-31 terkesan berbeda karena keikutsertaan enam orang mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
Agustus 2018 | Samantabadra
7
Hari Pertama Pada pukul 14.00 WIB, TGM ke-31 NSI resmi dibuka oleh Direktorat Jenderal Bimas Buddha Caliadi, S.H., M.H. Upacara pembukaan TGM ke-31 dimulai dengan menyanyikan Indonesia Raya, pembacaan teks Pancasila, kemudian penyematan atribut TGM oleh Bapak Caliadi dan Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja kepada perwakilan peserta saudari Winnie dan saudara Verdi Virgautama, yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta TGM yang berasal dari 18 provinsi di Indonesia. Melalui sambutannya, Bapak Caliadi tidak lupa memberikan kata sambutan dan harapannya terhadap Generasi Muda (GM) NSI. Upacara pembukaan TGM ditutup dengan pemberian plakat dan atribut TGM kepada Bapak Caliadi, dan seluruh peserta menyanyikan theme song TGM 31 sambil mengiringi Bapak Caliadi meninggalkan ruangan upacara. Setelah upacara pembukaan, diadakan sesi gosyo yang membahas Surat Balasan Kepada Otogoze, Perihal Badan Ringan Hukum Berat. Malam harinya, peserta dibagi ke beberapa kelompok sesuai status masing-masing untuk sesi focus group discussion (FGD). Sekitar pukul 23.00 acara di hari pertama berakhir dengan daimoku bersama. Hari Kedua 8
Samantabadra | Agustus 2018
Setelah sarapan pagi, pukul 08.00 peserta TGM gongyo pagi bersama. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi workshop oleh saudara Martinus, pembekalan mengenai Aceh oleh saudara Arya Prasetya dan kesimpulan dari Bapak Ketua Umum. Kemudian pada pukul 12.30 WIB setelah makan siang, semua peserta berangkat menuju Istana Maimun dan Museum Tjong A Fie. Di Istana Maimun peserta mendapatkan pengetahuan baru bahwa di kota Medan masih terdapat kesultanan Deli yang hingga saat ini masih aktif dan Sultan yang memimpin saat ini berusia 17 tahun. Berbeda dengan kesultanan di DIY Yogyakarta, kesultanan Deli tidak ikut campur dalam hal pemeritahan di kota Medan.
Di Museum Tjong A Fie, peserta TGM melihat rumah beserta perabotan peninggalan Tjong A Fie, sosok dermawan asal Tiongkok yang ikut membangun Medan. Di dalam museum, terdapat surat wasiat Tjong A Fie yang isinya merefleksikan kedermawanan Tjong A Fie, salah satu isinya adalah memberikan tunjangan keuangan kepada yang muda-muda yang berbakat dan berkelakuan baik, tanpa membedakan golongan rupa yang untuk melanjutkan dan menyempurnakan pelajarannya memerlukan bantuan tersebut. Sekitar pukul 15.30 WIB seluruh peserta kembali ke Vihara Vimalakirti Medan, dan bersiap untuk berangkat ke kota Banda Aceh.
Hari Ketiga Menempuh perjalanan darat sekitar 14 jam, seluruh peserta TGM 31 tiba di Banda Aceh pada pukul 08.00 WIB. Pemberhentian pertama setelah tiba di Aceh adalah Pelabuhan Ulee Lheue, di sana seluruh peserta cuci muka dan gosok gigi, kemudian gongyo pagi bersama di dalam bis. Setelah itu, peserta mengunjungi Museum Tsunami Aceh yang dipandu oleh tujuh orang perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Seluruh peserta TGM memiliki kesempatan melihat sisa-sisa puing pasca tsunami Aceh 2004 silam, dan mendapatkan banyak cerita dan wawasan baru mengenai bencana tersebut dari perwakilan BEM
UIN Ar-Raniry. Peserta juga dibawa menuju bangkai Kapal PLTD Agung 1 yang terseret 5km ke daratan pada saat tsunami. Sekitar pukul 12.00 WIB, perserta TGM 31 tiba di Kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh untuk acara silahturahmi kebudayaan. Peserta mendapatkan masukan dari dua orang narasumber, yaitu Prof Yusni Sabi, Ph.D. dan Teuku Kemal Fasya S.Ag., M.Hum. Acara silahturahmi kebudayan juga dihadiri oleh Drh Muhibbuthabri, M.Ag selaku wakil ketua rektor bidang akademik UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Pembimas Buddha Aceh Wiswadas, S.Ag., M.Si. Selesai mengikuti silahturahmi kebudayaan, seluruh peserta berkunjung ke Kampung Peunayong, China Town di Aceh. Pukul 19.30 WIB, seluruh peserta pulang ke Medan bersama dengan enam orang perwakilan BEM UIN.
Hari Keempat Peserta TGM dan perwakilan BEM UIN tiba di Vihara Medan sekitar pukul 08.00 WIB. Setibanya di Vihara, peserta diberikan waktu untuk MCK dan istirahat hingga pukul 12.00 WIB. Setelah itu, dilaksanakan acara Cerdas Cermat. Cerdas Cermat dibagi menjadi tiga bagian soal: wawasan umum, wawasan kenegaraan, dan wawasan seputar gosyo. Untuk dua wawasan pertama, mahasiswa UIN ikut membaur ke dalam kelompok dan ikut bermain bersama. Kemudian, dilaksanakan gladi resik untuk upacara penutupan TGM 31 esok harinya. Pada pukul 19.00 WIB, diadakan sesi sharing bersama budayawan Indonesia Radhar Panca Dahana.
Agustus 2018 | Samantabadra
9
Hari Kelima Upacara penutupan TGM 31 dihadiri oleh Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Lukman Hakim Saifuddin. Pada acara penutupan TGM 31, Bapak Lukman menyempatkan diri untuk berdisuksi dua arah dengan seluruh peserta TGM. Bapak Lukman mengajak GM NSI untuk menceritakan hal apa yang membanggakan dan tidak membanggakan menjadi Warga Negara Indonesia. Beberapa peserta TGM seperti Swee Hin, Mayasari, Justin, Ricky Sandy, dan perwakilan BEM UIN Ar-Raniry menyampaikan pendapat mereka langsung ke Bapak Lukman. Kemudian, peserta TGM mendapatkan masukan seputar kondisi agama di Indonesia dan bagaimana GM seharusnya bersikap dalam menghadapi konflik yang mengatasnamakan agama di negeri ini. 10
Samantabadra | Agustus 2018
Acara penutupan juga diisi dengan acara kolaborasi antara peserta TGM 31 NSI dengan mahasiswa UIN. Terakhir, Bapak Lukman memukul tambur sebanyak tiga kali sebagai tanda TGM 31 resmi ditutup. Setelah acara penutupan selesai, seluruh perwakilan BEM UIN pamit karena harus kembali ke Aceh. Suasana pun mencair ketika seluruh peserta TGM berfoto bersama teman baru dari Aceh dan saling menukar nomor handphone. Pada malam harinya, diadakan malam kesenian yang juga dihadiri oleh Bapak Radhar Panca Dahana. Seluruh kelompok dan tim pelaksana menampilkan penampilan berdasarkan lagu medley dengan tema kebangsaan. Hari Keenam Sesi kesan pesan diadakan pada pukul 09.00 WIB setelah
seluruh peserta gongyo pagi bersama dan foto kelompok. Antusiasme dan kegembiraan peserta TGM 31 terpancarkan ketika sesi pesan yang mana beberapa peserta menyampaikan kegembiraan mengikuti TGM 31 dan banyaknya pengetahuan baru yang diperoleh di TGM kali ini. Hari terakhir TGM 31 ditutup dengan kesimpulan dari Bapak Ketua Umum, dan seluruh peserta bersiap-siap untuk kembali ke daerah masingmasing. (vivi)
Kesan & Pesan Peserta TGM 31
“Sangat bersyukur dan berterimakasih dapat mengikuti TGM 31 karena lewat TGM rasa cinta terhadap tanah air saya semakin bertambah, semakin merasakan secara nyata bahwa dengan banyaknya keberagaman yang ada di Indonesia dapat bersatu dan bekerja sama untuk mewujudkan keadilan sosial. Saya bericinen untuk selalu ada di TGM NSI karena saya mendapatkan manfaat dan hal positif. See you at TGM 32 NSI, guys!” Sheny Pundarika, Bogor “TGM 31 memberi kesempatan untuk kita sebagai generasi penerus bangsa untuk belajar dari Aceh yang hidup dengan rukun dan saling menerima satu sama lain, bukan sekadar toleransi. Kita juga mampu bersilahturahmi secara langsung dengan beberapa perwakilan BEM UIN Ar-Raniry, yang merupakan bagian dari masyarakat Aceh. Selain itu saya belajar untuk hidup lebih disiplin dan teratur sebagai bekal untuk mencapai cita-cita saya.” Nicholas Justin, Banten
"Di TGM 31 kita betul-betul dilatih, tidak hanya dalam bentuk ceramah (teori) tapi juga langsung pada praktiknya. Saya ingin agar semangat TGM bisa terus bertahan, kita berjuang mengatasi kesulitan masing-masing agar bisa terus ikut TGM NSI. Terima kasih untuk susunan NSI dan tim pelaksana yang selalu berusaha memeberikan kenyamanan untuk kita sehingga acara ini berjalan dengan sangat baik dan berkesan. Saya berharap kegiatankegiatan NSI dapat dipublikasikan lewat media sosial (live streaming), seperti ceramah pertemuan GM di honbu, sesi gosyo di kensyu ataupun sesi dengan para narasumber, agar penyebarluasan dharma dapat berjalan dan lebih banyak lagi orang yang berkesempatan mendengarkan masukan-masukan positif dari ajaran Buddha Niciren, mengingat belum banyak sumber informasi yang bobotnya bagus seperti NSI." Phopy, Jakarta
“TGM kali ini sangat seru dan juga melelahkan bagi saya karena perjalanan dari Kota Medan menuju Banda Aceh yang ditempuh dengan bis. Rasanya badan sangat pegel dan sebenarnya saya juga tidak tahan kalau tidak mandi. Tapi karena TGM saya dapat mengikuti semua aturan dengan baik. Harapan saya ke depannya NSI dapat semakin sukses dan maju.” Winnie, Medan
“Saya selalu menantikan kegiatan TGM karena di daerah jarang bisa seperti di Jakarta kumpul setiap minggu mendengarkan ajaran Buddha dan sosialisasi dengan temanteman seagama. Kebersamaan dan pengalaman TGM 31 ini luar biasa. Melalui pembelajaran gosyo hukum berat badan ringan, saya bertekad meringankan badan, menabung rejeki jiwa dan rejeki uang untuk bisa ikut kegiatan di susunan NSI dan meningkatkan kualitas jiwa saya. Sampai ketemu di TGM 32, semoga tahun depan dari Palembang banyak pesertanya.” Christine, Palembang Agustus 2018 | Samantabadra
11
TEMU ANAK-ANAK NSI (TANSI) KE 27
MEMBANGKITKAN HATI KEPERCAYAAN DAN PEMAHAMAN BUDDHA DHARMA SEJAK DINI
T
emu Anak-Anak NSI (Tansi) ke-27 diadakan di Mahawihara Saddharma NSI, Ciapus pada hari sabtu dan minggu, 30 Juni – 01 Juli 2018 berbarengan dengan Kensyu Gosyo Umum. Diikuti sekitar 120 anak NSI yang berasal dari Medan, Lampung, Kudus, Surabaya dan Jabotabekcul. TANSI kali ini mengambil tema gosyo “Pembangkitan dari dalam, perlindungan dari luar (Nai kun gego).” Acara dimulai jam 5 sore dengan gongyo sore bersama dan dilanjutkan dengan makan malam. Tepat jam 7 malam dimulai pertemuan, dan agar lebih mudah penyampaian materinya pertemuan ini dibagi menjadi dua kelompok (kelas TK 12
Samantabadra | Agustus 2018
– 2 SD dan kelas 3 – 6 SD). Setelah selesai pertemuan, anak-anak bergabung dengan peserta kensyu gosyo untuk sesi malam kesenian. Acara ini menampilkan tarian medley anak-anak NSI dari Tangerang, Kevin dari DKI Jakarta mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul Laskar Pelangi, tarian Maribaya yang dibawakan oleh Venella dari Bogor dan pembacaan puisi yang berjudul ‘Aku Anak Indonesia’ dari Nancy yang berasal dari Kudus. Untuk acara Minggu pagi para peserta dibekali penyuluhan kesehatan gigi, dengan diajarkan cara menyikat gigi yang baik dan benar, dengan narasumber Drg.
Nia Agustiyanti Mulya dari Tangerang yang juga merupakan anggota NSI. Setelah mendengar penyuluhan, peserta diharapkan dapat merawat kesehatan gigi mereka sedini mungkin. Untuk menambah suasana lebih gembira, dibuat permainan secara berkelompok. Acara ditutup dengan kesan pesan dan kesimpulan. Dengan mengikuti kegiatan Tansi diharapkan pesertanya dapat meningkatkan kualitas jiwa dan memupuk rejeki jiwa dari usia dini sehingga dapat selalu bertemu dengan jodoh baik di sekitar mereka dan lebih sungguh-sungguh dalam menjalankan hati kepercayaan. Sampai jumpa di Tansi 28! ***
`
Agustus 2018 | Samantabadra
13
Laporan Kegiatan Kensyu Kartini 2018
Audiensi DPP NSI dengan Menteri PPPA RI
Suasana audiensi antara DPP NSI dan Menteri PPPA RI di kantor menteri.
P
ada tanggal 28 Juni 2018, Ketua Umum beserta DPP NSI dan perwakilan pimpinan perempuan NSI kembali bertatap muka secara langsung dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Ibu Yohana Susana Yembise untuk memberikan hasil/ laporan kegiatan Peringatan Hari Kartini Tahun 2018 di Bali. Hal tersebut merupakan wujud tanggung jawab dan ungkapan terima kasih NSI melaksanakan dengan baik Kegiatan Secara Nasional Peringatan Hari Kartini 2018 yang dirangkai dengan Kensyu Nasional Gosyo Umum pada tanggal 27-30 April 2018 dengan Tema “Wanita NSI adalah Bahtera Untuk Menuju 14
Samantabadra | Agustus 2018
Indonesia Negara Bahari Yang Jaya�. Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum NSI menyampaikan beberapa laporan kegiatan lengkap beserta dengan dokumentasi foto-foto kegiatan. Seluruh rangkaian acara dari Kensyu Gosyo Nasional Peringatan Hari Kartini Tahun 2018 juga menghasilkan beberapa rekomendasi dan usulan dari sudut pandang Agama Buddha mengenai pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak selaku Mitra NSI, yaitu :
1. Masalah kesetaraan gender di Indonesia Undang-Undang yang ada di Indonesia berupaya mengatur mengenai kesetaraan gender, yang salah satunya berbunyi bahwa untuk menjamin kesetaraan gender, maka keterwakilan perempuan dalam institusi DPR/MPR maupun institusi pemerintah lainnya, harus diwakili oleh perempuan minimal 30%. Namun demikian, apakah hal ini sudah tepat, mengingat penyelenggaraan Negara bukan hanya dinilai dari jumlah minimal keterwakilan perempuan dalam institusi pemerintah? Dalam perspektif hukum Agama Buddha, baik pria maupun wanita memiliki
Ketua Umum NSI memberikan dokumentasi kegiatan Kensyu Kartini 2018 kepada Menteri PPPA RI.
potensi yang sama dalam mengembangkan seluruh kemampuannya. Oleh karena itu, atas dasar perspektif demikian kami memberikan usulan/rekomendasi pada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, berupa: a. Membina seluruh perempuan Indonesia melalui program-progam nyata pemberdayaan perempuan, seperti peningkatan intelektual perempuan, yang diaplikasikan pada tingkat terendah seperti kelurahan dan kecamatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas seluruh perempuan Indonesia. b. Perlu dipahami bahwa tidak mutlak wanita harus menempati 30% di partai politik atau pun di parlemen, karena alasan kesetaraan gender, namun lebih daripada
itu perempuan Indonesia bisa saja menempati posisi strategis di pemerintahan karena memiliki kesungguhan hati dan kemampuan dalam bekerja. c. Selain itu, stigma bahwa keterwakilan perempuan Indonesia hanya dibatasi 30% merupakan hal yang kurang tepat. Bila kaum wanita memang memiliki kapabilitas dalam menjalankan roda pemerintahan, kenapa hanya 30%, dan seharusnya lebih. Tapi sebaliknya kalau kaum wanitanya belum berkualitas mengapa harus ada keterwakilan wanita dalam menjalankan roda pemerintahan yang menyangkut hajat hidup seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia harus memperjuangkan hal ini sebagai bentuk perjuangan kesetaraan gender di Indonesia. 2. Hilangnya kodrat wanita dalam kehidupan rumah tangga Tak dapat dipungkiri bahwa masih ada kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, dan sebagian besar korbannya adalah perempuan. Namun demikian, perlu dicermati juga bahwa pria juga bisa menjadi korban KDRT yang
disebabkan adanya dominasi wanita dalam rumah tangga. Dalam perspektif hukum Agama Buddha mengajarkan bahwa pria ibarat tiang, sedangkan wanita ibarat atapnya. Bila tiangnya kokoh maka atap pun dapat melindungi seluruh isi rumah yang terdapat di dalamnya, dan sebaliknya bila tiangnya rapuh, atapnya pun ikut jatuh. Ini artinya, secara alamiah dan kewajaran, baik pria maupun wanita memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam kehidupan rumah tangga. Dengan saling bekerja sama, maka kehidupan rumah tangga akan menjadi kehidupan yang harmonis dan bahagia Dengan demikian, untuk mengatasi masalah ini kami memberi rekomendasi pada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, agar : a. Memberikan pembinaan dan pemahaman kepada seluruh wanita Indonesia, bahwa peningkatan kualitas dari wanita Indonesia bukan berarti harus meninggalkan kodratnya sebagai wanita dan Ibu rumah tangga, yang mampu menjaga dan melindungi seluruh anggota keluarganya, serta menghormati suami sebagai kepala rumah tangga. b. Harus disadari bahwa nilai perjuangan dari Ibu Kartini juga memiliki semangat yang sama, bahwa sekalipun wanita Agustus 2018 | Samantabadra
15
Foto bersama DPP NSI dan Menteri PPPA RI.
bisa mengenyam pendidikan yang tinggi, namun kodrat sebagai seorang wanita tidak akan pernah berubah. 3. Masalah anak yang selalu menjadi korban kesibukan dari orang tuanya Perkembangan dari teknologi, khuhusnya media sosial, bukan hanya membawa dampak baik, namun juga membawa dampak buruk bagi bangsa ini. Banyak generasi muda yang akhirnya tenggelam pada dampak buruk tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya interaksi antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, banyak generasi muda yang akhirnya tidak lagi perduli akan prestasi yang seharusnya menjadi capaian bijaksana dalam hidupnya, karena sebagian besar waktunya dihabiskan pada media sosial. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, harus membuat sebuah program yang selalu melibatkan interaksi antara orang tua dan 16
Samantabadra | Agustus 2018
NSI Lampung
anak secara konsisten tiap minggu, sehingga anak lebih dekat dengan orang tua dan tidak menghabiskan waktunya di media sosial yang bisa saja memberikan dampak buruk bagi perkembangan dirinya.
emosional, dan intelektualnya, dan menjadi benteng keluarga dan pada akhirnya menjadi benteng Negara dalam menangkal seluruh pahampaham negatif yang bisa merusak bangsa ini. Kesungguhan hati dan kesiapan NSI dalam 4. Wanita adalah Benteng mempersiapkan segala keluarga dan benteng negara sesuatunya untuk Betapa vitalnya peran seorang wanita dalam keluarga, menyampaikan laporan karena pada hakekatnya, wanita dan hasil kegiatan tersebut disambut dengan baik dan adalah benteng keluarga. mendapatkan tanggapan yang Wanita mampu menjadi sangat positif dari Ibu Menteri benteng bagi keluarganya, PPPAI. Ibu Menteri sampaikan agar sebuah keluarga menjadi bahwa beliau mengapresiasi keluarga yang harmoni dan keluarga yang tidak terpengaruh NSI yang senantiasa secara berkesinambungan melakukan paham-paham buruk yang pembinaan-pembinaan kepada berasal dari lingkungan yang memiliki arus lalu lintas umat, khususnya pembinan terhadap perempuan dan informasi yang luar biasa. Apabila Menteri Pemberdayaan perlindungan anak dan kiranya kerjasama antar NSI dengan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki pemahaman ini, pemerintah seperti ini kiranya maka kami merekomendasikan akan terus terjalin dengan baik.Semoga laporan hasil agar selalu bekerja sama dengan seluruh komunitas rekomendasi ini dapat menjadi masukan yang baik untuk agama dalam membina semua perempuan sehingga membangun manusia Indonesia menuju Indonesia Jaya. *** perempuan bisa menjadi wanita yang kualitas spiritual,
Kunjungan Peserta SabangMerauke ke Wihara Sadaparibhuta NSI
P
ada tanggal 5 Juli 2018, Parisdha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) mendapat kunjungan dari peserta kegiatan SabangMerauke (Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali) tahun 2018 yang mendatangkan para pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) terpilih dari seluruh Indonesia serta merepresentasikan lima agama yang berbeda untuk merantau selama tiga minggu di Jakarta serta beraktivitas dengan kakak dan famili yang berasal dari latar belakang yang berbedabeda. SabangMerauke adalah gerakan sosial dalam bentuk program pertukaran pelajar antar daerah yang menekankan nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan ke-Indonesia-an. Program yang dilakukan sekali setiap tahun ini mengajak beberapa anak dari berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke untuk meluangkan waktu libur sekolah selama beberapa minggu untuk tinggal di Jakarta. Kegiatan ini
dilaksanakan dalam bentuk dialog interaktif dan tur keliling rumah ibadah. Para peserta SabangMerauke (SM) mulai berdatangan pukul 08.15 WIB untuk melakukan kunjungan dan silahturahmi ke Wihara Sadaparibhuta NSI. Beberapa umat NSI dan Generasi Muda NSI dengan senang hati menyambut dan menerima kehadiran sekitar 50 orang peserta dari Adik dan Kakak SM. Sesampainya di Wihara, peserta SM diajak untuk mengamati proses ritual upacara Dokyo Syodai di lantai 4 Wihara Sadaparibhuta NSI. Terlihat antusias para peserta SM yang menyaksikan secara lansung tata upacara agama Buddha Niciren Syosyu. Seusai Dokyo Syodai, didampingi oleh beberapa umat dan GM NSI yang membaur akrab dengan peserta SM, menuruni tangga untuk melakukan sesi diskusi di ruang pertemuan lantai 2. Dalam sesi tersebut, yang dipandu oleh Ketua Wilayah DKI, Bapak Tjong Nie Kie
memaparkan sekilas mengenai ragam agama, sejarah berdirinya Agama Buddha Niciren Syosyu, arti simbol/lambang yang ada dalam Wihara, tradisi/ ritual dalam bersembahyang Agama Buddha Niciren Syosyu. Selanjutnya, adalah sesi tanya jawab yang dilakukan oleh peserta SM. Dalam sesi tanya jawab tersebut sangat terlihat antusis peserta SM ynag semakin besar akan keingintahuan mendapatkan wawasan mengenai Agama Buddha. terbukti pada saat dibuka sesi tanya jawab, ada sekitar 25 orang yang mengacungkan tangannya untuk bertanya. Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam sesi diskusi tersebut di antaranya : 1. Apakah Agama Buddha memiliki aliran-aliran seperti dalam Agama Islam dan Kristen? 2. Bgaimana tata cara duduk sembahyang dalam agama Buddha Niciren Syosyu? 3. Apakah terdapat Agustus 2018 | Samantabadra
17
perbedaan cara sembahyang Agama Buddha Niciren Syosyu yang di Jepang dengan yang ada di Indonesia? 4. Menanyakan menganai apa itu Gohonzon dan apa yang tertulis dalam Gohonzon? 5. Bagaimana konsep kehidupan setelah meninggal dalam agama Buddha Niciren Syosyu? 6. Bagaimana konsep hukum karma akan kelahiran kembali/ kehidupan setelah kematian dalam agama Buddha Niciren Syosyu? 7. Bagaimana dan apa kriteria untuk menjadi Pandita? Pertanyaan-pertanyaan diatas menunjukkan bahwa masih banyak orang awam mengenai agama Buddha Niciren Syosyu yang berasal dari Negeri Jepang. Dari diskusi tersebut didapatkan pemikiran orangorang akan Agama Buddha yang terbenak adalah identik dengan lilin-lilin berwarna merah besar dan patungpatung besar. Sebagai penganut Agama Buddha Niciren Syosyu, pastinya dalam diskusi tersebut menjelaskan kepada peserta SM sesuai dengan ajaran yang sesungguhnya yang tepat waktu dan tepat guna yang diajarkan oleh Buddha Niciren Daiyonin sebagai Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Salah satu cerita muncul dari Mariani, Adik SabangMerauke (ASM) yang berasal Sumbawa Barat. Mariani yang beragama Islam, pertama kali
18
Samantabadra | Agustus 2018
menginjakkan kaki di Wihara Niciren Syosyu Indonesia. “Sebelum mengikuti kegiatan SabangMerauke, aku pikir tempat ibadah orang Buddha itu yaudah biasa saja, ternyata tidak. Ternyata mereka juga memiliki peraturan-peraturan sendiri, serta arsitekturnya juga indah. Sebelumnya aku hanya mengada-ada seperti apa tata cara beribadah agama lain, ternyata yang selama ini aku pikirkan salah. Dengan mengunjungi tempat ibadah agama lain, aku bisa memperluas pemikiran aku,” ungkap Mariani. Tidar Rachmadi, Tim Perumus Kegiatan SabangMerauke yang mengangkat tema #MenjalinToleransi dalam setiap kegiatan menyebutkan bahwa menjaga konsistensi pelaksanaan SabangMerauke memang tidak mudah, namun banyak pihak terus membantu dan juga percaya bahwa toleransi tidak hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan. SabangMerauke juga terus berinovasi melalui berbagai kegiatan supaya keberagaman dapat dipandang sebagai aset yang harus dipertahankan di negeri ini. SabangMerauke adalah program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan dan keindonesiaan. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu Perumus SabangMerauke Ayu Kartika Dewi, ia berharap SabangMerauke mampu berkontribusi pada perdamaian
bangsa, seperti yang dicitacitakan pada saat pendiriannya. ”SabangMerauke dibentuk atas upaya ikut serta membantu mewujudkan Indonesia yang lebih damai. Karena kami percaya, toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan,” ujar Ayu. Melaui kegiatan seperti ini adalah sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dari kiri kita. Dengan begitu, barulah kita dapat mengingatkan diri sendiri agar selalu menjadi manusia yang berkualitas tinggi, baik kualitas Spiritual, kualitas Emosional, maupun kualitas Intelektualnya. Sebenarnya NSI sudah melampaui seperti kegiatan tersebut. Seperti yang sudah Ketua Umum NSI sering dengungkan bahwa Toleransi saja tidak cukup, karena masih menyisakan jarak. Namun kita harus menerima dengan sepenuhnya bahwa kita semua adalah satu keluarga besar NKRI. Kita harus sadar bahwa Karena Kamu Adalah Aku! Ada Kesadaran dan Tindakan yang Mewujudkan Bahwa Ada Kamu di Dalam Diriku dan Ada Aku Di Dalam Dirimu. Aku ada Karena Kau Ada, Kau Ada Karena Aku Ada (Sebuah Sinergi yang Harmonis). Bukan Saling Meniadakan Tetapi Saling Memberdayakan. “Berlomba menciptakan kebaikan”. Kebaikan apa? Apa saja asal ia berguna bagi masyarakat banyak. Jadi, kesuksesan seseorang adalah sukses orang lain juga. Aku tidak akan sukses jika tidak mampu menyukseskan orang lain. ***
Ketua Umum NSI dalam Forum Internasional Melawan Ujaran Kebencian
K
etua Umum NSI menjadi Peserta Aktif Forum Internasional “Combating Online Religious Hate Speech in Indonesia� Jakarta, 10-11 Juli 2018 Pada 10-11 Juli 2018 , bertempat di Hotel Mulia Senayan, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi kembali mendapat kepercayaan diundang dalam forum internasional sebagai salah satu peserta aktif yang mewakili dari agama Buddha. Kegiatan ini diselenggarakan oleh National Democratic Institute (NDI) dengan tujuan mendorong para aktivis, pemimpin agama, insan media dan pemerintah untuk bersama-sama mempromosikan kebebasan beragama dan melawan berbagai ujar kebencian yang bertaburan di dunia online. Termasuk di dalamya, berbagai langkah yang harus diambil untuk menyebarkan pesan perdamaian dan melawan penggunaan agama untuk memecah belah masyarakat. Workshop dua hari ini dipandu oleh Moira Whelan, dari NDI,
dan diisi dengan presentasi dari mereka yang bergerak di dunia media. Selain itu, sejumlah peserta dari kalangan masyarakat sipil, anggota parlemen dan lembaga keagamaan, ikut memberikan catatan mengenai berbagai persoalan terkait berkembangnya ujar kebencian berbasis sentimen agama dan kelompok-kelompok mana saja perlu mendapat perhatian dalam meneruskan nilai-nilai toleransi dan perdamaian. Dalam Kesempatan ini MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan pendapatnya serta memberikan masukan yang konstruktif dan proporsional sebagai seorang Buddhis, bahwa yang terkait perkembangan teknologi dan media sosial saat ini adalah temuan kecil yang ada di alam semesta, teknologi ini tidak ada salahnya. Justru kami komunitas agama yang merasa punya tanggung jawab lebih besar untuk mempersiapkan kesadaran umat untuk bisa memanfaatkan teknologi ini secara
positif. Karena pada dasarnya teknologi ini ditemukan untuk semakin membahagiakan manusia. Orang-orang yang melontarkan ujaran-ujaran kebencian sebenarnya adalah orang-orang yang termakan oleh informasi-informasi hoax yang belum teruji kebenarannya. Sehingga orang-orang yang memiliki kepentingannya sendiri terpengaruh ajakan provokatif yang mengacu pada perpecahan bangsa. Sekarang ini sehari-hari kita diganggu oleh banyaknya informasi yang beredar di media sosial melalui handphone yang mana hal tersebut membuat manusia lebih sering berinteraksi dengan gadgetnya dibanding komunikasi yang intens di dalam lingkungan keluarga. Hal inilah yang perlu diperbaiki agar lingkungan rumah tidak mudah termakan hasutan ujaran kebencian yang akhirnya ikut-ikutan untuk melakukan ujaran kebencian. MPU Suhadi Sendjaja sampaikan, kita jangan mudah terjebak Agustus 2018 | Samantabadra
19
dengan perilaku hate speech agar bangsa Indonesia ini terbebas dari perpecahan, apalagi kalau ujaran-ujaran kebencian itu ditunggangi oleh kelompokkelompok kepentingan atau kelompok lain yang menginginkan adanya perpecahan di negeri ini maupun sebagai cara-cara untuk mendapatkan kemenangan dalam pertarungan politik. Jika ditanyakan apakah politik bisa membaur dengan agama, jawabannya bisa. Pada dasarnya politik tidak jelek, tidak salah. Karena politik merupakan suatu cara/usaha tertentu yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Namun jika pada hasil akhirnya membawa hal yang jelek, bukan karena politiknya. Tetapi karena orangnya. Oleh karena itu orangnya harus pemahaman agama yang benar, karena untuk mendapatkan akibat/hasil yang baik semua harus bersumber dari kualitas perasaan hati atau kualitas perasaan jiwa yang baik juga. Bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Didalam penjelasannya MPU Suhadi Sendjaja menyatakan bahwa semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing dan apabila ketika diposisikan dengan baik itu bahagia, itu damai. Kita semua tahu bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka agama harus menjadi sumber kekuatan dan beliau 20
Samantabadra | Agustus 2018
menekankan bahwa setiap pemimpin komunitas umatnya memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan tepat serta memahami dan melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. Harus benar-benar menjalankan dan melaksanakan apa yang kita yakini sesungguhnya. Tidak mengacu kepada orangnya, tetapi kembali ke ajaran yang sebenarnya/sesungguhnya yang diyakini oleh masing-masing agama. Kaitannya dengan hate speech mengenai agama tertentu yang semakin masif di masyarakat baik melalui media sosial ataupun media lainnya, sebenarnya agama itu adalah satu kemunculan yang suci dan tidak ada agama yang tidak mengajarkan kebaikan. Semua agama itu mengajarkan nilainilai moralitas dan perdamaian. Sebagai bangsa yang religius kita patut mengedepankan nilai-nilai moral ajaran agama yang kita yakini dalam agama masing-masing dan bersamasama mengedepankan nilainilai ajaran agama yang dianut dalam agama masing-masing sebagai landasan kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian, jika ada peristiwa teroris, itu tidak melekat pada satu agama tertentu dan tidak dikaitkan dengan agama. Karena agama tidak pernah mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan. Agamaagama yang lainpun seperti itu. Sehingga agama itu sebetulnya dan mestinya tidak merupakan sumber kekacauan. Agama
itu muncul untuk mengatasi kekacauan. A itu artinya tidak, dan Gama itu artinya kacau/ kekacauan. Jadi adanya agama, kekacauan bisa diatasi. Oleh karena itu, kesimpulannya, bahwa yang terpenting itu kami sebagai komunitas Buddhis itu harus betul-betul membawa umat itu sangat memahami ajaran yang diyakininya, kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga agama itu tidak dijadikan alat atau senjata untuk kepentingan yang lain. Kita hidup di Indonesia dengan segala kebhinekaannya, sering mendengar kita harus saling menghormati dengan saling bertoleransi. Namun seberarnya toleransi saja tidaklah cukup. Ada nilai yang lebih tinggi dibandingkan sekedar toleransi. Seperti yang sudah Ketua Umum NSI sering sampaikan bahwa bahwa Toleransi saja tidak cukup, karena masih menyisakan jarak. Namun kita harus menerima dengan sepenuhnya bahwa kita semua adalah satu keluarga besar NKRI yang harus betul-betul menerima perbedaan itu secara tulus bahwa kita adalah keluaraga besar. Karena Indonesia memiliki landasan Pancasila sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu harus kembali kepada kesadaran komunitas dan peran serta pemuka agama sangat penting dalam menyebarkan nilai-nilai agama yang benar kepada umat, sehingga umat tidak terpengaruh ajakan provokatif yang megacu pada perpecahan bangsa. ***
Dokyo Syodai Peringatan Waisak di Wihara Vimalakirti NSI Sukabumi
Upacara dokyo syodai dalam rangka peringatan Waisak 2018 dipimpin oleh Ketua Daerah NSI Sukabumi, Bapak Tanu dan diikuti oleh segenap umat NSI Sukabumi.
P
ada pagi hari Sabtu, 02 Juni 2018, pihak Polsek Tanah Sareal Bogor menghubungi Ketua DPD NSI Bogor, Bapak Oking Darmawan, untuk bekerja sama melaksanakan Bakti Religi dalam rangka HUT ke-72 Bhayangkara di rumah ibadah. Atas inisiatif Babin Kamtibmas Kelurahan Tanah Sareal, Bapak Dolly, penyelenggaraan dilakukan di Wihara Vimalakirti NSI Bogor. Sebelum pukul 08.00 WIB sudah hadir empat orang anggota, termasuk seorang Polwan, Ibu IIs. Berangsurangsur para anggota POLRI lainnya berdatangan, sebagian Sabhara sebagian lagi Polantas, mencapai 15 orang. Sasaran pengerjaannya hanya di halaman sesuai dengan arahan DPD. Mereka membawa sendiri alat-alat kebersihan. (Kyanne)
Bakti Religi Polsek Tanahsareal Bogor di Wihara Vimalakirti NSI Bogor
Agustus 2018 | Samantabadra
21
Bakti Sosial NSI Tangerang ke Yayasan Sayap Ibu
N
SI Tangerang bersama Forum Umat Buddha (FUB) Kota Tangerang, melaksanakan kegiatan kunjungan sosial ke Yayasan Sayap Ibu, yayasan penyantunan dan rehabilitasi anak cacat terlantar yang berlokasi di Graha Bintaro, Tangerang Selatan, pada hari Minggu 10 Juni 2018 pukul 15.00 WIB. Sekitar 30 orang umat yang terdiri dari bagian bapak, ibu dan juga generasi muda, ikut serta berkunjung ke yayasan tersebut. Tiba di lokasi Yayasan Sayap Ibu, kami disambut hangat dan dilayani ramah oleh petugas 22
Samantabadra | Agustus 2018
dari yayasan. Kami pun tidak sungkan memberi penjelasan maksud tujuan dari kunjungan itu yaitu untuk bersilaturahmi dengan anak anak di yayasan, memberikan sumbangan makanan, perlengkapan dan peralatan yang masih layak dan bisa digunakan, dan juga berdana paramita. Sumbangan diserahkan oleh Ibu Liana Waty kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah, beberapa petugas dari yayasan memperkenalkan anak-anak yang di asuh dari yayasan, rumah di yayasan ini berlantai dua, lantai bawah/ dasar untuk anak laki-laki dan lantai dua untuk anak
perempuan. Suasana pun larut penuh kehangatan dan memberi motivasi semangat kepada mereka, agar untuk terus menjalankan aktivitas tanpa putus asa dan penuh semangat. Terakhir dari kunjungan sosial ini, foto bersama. ***
Kolaborasi Generasi Muda NSI dengan Pemuda Lintas Agama SabangMerauke
P
ada hari Sabtu, tanggal 26 Mei dan 2 Juni 2018 Generasi Muda NSI ikut serta dalam sesi ‘Ask Me Anything’ dalam Kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat) Milenial Islami. Kegiatan ini salah satu yang diInisiasi oleh Organisasi Sabang Merauke yang berkolaborasi dengan Milenial Islami, Salamul Falah Institute, Pusat Studi Al-Quran, dan Peace Generation yang merupakan sebuah gerakan penyebarluasan pemahaman nilai-nilai yang mengajarkan sikap toleransi beragama kepada para
pesertanya. Kegiatan ini juga mengundang perwakilan remaja dari beragam latar belakang agama seperti Buddha, Hindu, Konghucu, Katolik dan Kristen Protestan untuk hadir di Pesantren Bayt Al Quran dan berdiskusi santai sesama remaja mengenai perbedaanperbedaan yang ada di antara mereka. NSI ikut parsisipasi dalam kegiatan tersebut dengan mendelegasikan dua orang siswi SMA dari generasi muda NSI, yakni Medita dan Putri yang hadir pada tanggal 26 Mei serta Medita dan April yang hadir
pada tanggal 2 Juni 2018. Ask Me Anything adalah sebuah sesi di mana perwakilan dari seluruh agama di Indonesia berkumpul dan menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat dari peserta acara. Dalam sesi ini, para peserta bisa bertanya kepada teman sebaya dari agama lain yang diundang ke kegiatan pesantren, mengenai berbagai isu yang selama ini mungkin ingin mereka ketahui. Sesi ‘Ask Me Anything’ Sabtu petang itu berlangsung hangat di sela buka puasa. Sambil lesehan dan mengudap Agustus 2018 | Samantabadra
23
berbagai sajian buka puasa di lantai bawah Masjid Pesantren Bayt Al Quran di kawasan Pondok Cabe, para peserta dari pesantren Bayt Al Quran bertanya berbagai hal kepada Generasi Muda NSI dan agama Kong Hu Chu serta dua keluarga masing-masing beragama Hindu dan Katolik. Dalam sesi tersebut Generasi Muda kita mendapat pertanyaan-pertanyaan seputar ritual bersembahyang dalam agama Buddha. Ada tiga pertanyaan yang didiskusikan pada sesi tersebut di antaranya adalah : 1. Menagapa ritual Agama Buddha seperti menyembah patung? 2. Apakah Borobudur sama seperti Mekkah yang merupakan tempat/ rumah suci? 3. Apakah dalam Agama Buddha mengenal Ibadah puasa juga seperti dalam agama Islam? Ketiga pertanyaan di atas menunjukkan bahwa pandangan dan pemikiran orang-orang akan Agama Buddha yang terbenak adalah identik dengan patung-patung besar. Sebagai penganut Agama Buddha Niciren Syosyu, Generasi Muda NSI pastinya menjelaskan kepada temanteman ask me anything sesuai dengan ajaran Buddha Niciren Daiyonin sebagi Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Untuk pertanyaan pertama, sebenarnya pematungan itu ada pada Pratirupadharma. Agama Buddha dibagi menjadi 24
Samantabadra | Agustus 2018
tiga masa yakni Saddharma, Pratirupadharma dan Masa Akhur Dharma. Setekah Buddha Sakyamuni meninggal, umatnya merindukan sosok dari Buddha sehingga dibentuklah patung-patung. Tetapi pada intinya bahwa Buddha sendiri tidak mengajarkan untuk mengikuti orangnya, tetapi Ajarannya/ Dharmanya. Serta intinya bahwa agama Buddha mengajarkan kesadaran yang diaplikasikan pada pelaksanaan sehari-hari. Pertanyaan kedua, pada hakikatnya dalam Agama Buddha tidak ada tempat yang dianggap suci maupun tempat yang kotor. Tetapi yang ada adalah tergantung bagaimana hati diri sendiri yang bersih atau kotor. Borobudur sebagai simbol saja, pada waktu kerajaankerajaan Agama Buddha ada dan berkembang di Indonesia. Untuk pertanyaan ketiga, Agama Buddha yang mengenal berpuasa itu dilakukan oleh Bhikku/umat penganut agama Buddha sekte Theravada yang berpuasa tidak makan setelah di atas jam 12. Melalui sesi Ask Me Anything ini, para peserta diharapkan punya pemahaman yang lebih
jernih terhadap perbedaan yang merupakan sebuah cerminan bhineka tunggal ika serta sebagai nilai luhur bangsa Indonesia. sehingga pemeluk agama yang berbeda-beda ini hidup rukun bertetangga meruntuhkan persepsi negatif yang mungkin ada di antara para pemeluk agama yang berbeda. Kegiatan seperti ini juga harus menjadikan kita semakin semangat dalam menyebarluaskan ajaran yang sesungguhnya, ajaran yang tepat waktu dan tepat guna. Kita harus semakin bersemangat untuk menyebarluaskan Hukum Agung Nammyohorengekyo ini kepada seluruh umat manusia. Kita harus konsisten dalam syinjin, dengan begitu barulah kita dapat memperoleh manfaat sesungguhnya dari percaya kepada Hukum Nammyohorengekyo ini dan kita mampu mengingatkan diri sendiri agar selalu menjadi manusia yang berkualitas tinggi, baik kualitas Spiritual, kualitas Emosional, maupun kualitas Intelektualnya ***
https://kemenag.go.id/berita/read/507973/ditanya-menag-tentang-kebanggaan-menjadi--orang-indonesia----ini-jawaban-pemuda-buddha
http://harian.analisadaily. com/kota/news/pbdnsi-gelartemu-generasi-muda-seindonesia/573249/2018/06/21
http://medan.tribunnews. com/2018/06/19/ dpd-parisadha-buddhadharma-niciren-syosyuindonesia-gelar-temugenerasi-muda-ke-31
Agustus 2018 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Mengenai Tiga Rintangan dan Empat Iblis LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis pada bulan 11 tahun 1277 (Kenji 3) ketika Niciren Daisyonin berusia 56 tahun di Gunung Minobu dan diberikan kepada Munenaga. Isi suratnya memberi bimbingan yang tegas terhadap kedua masalah dari hubungan keyakinan dan kebaktian kepada orang tua serta hubungan keyakinan dengan masalah kekeluargaan, sehingga surat ini dinamakan sebagai “Surat Tiga Rintangan dan Empat Iblis (Sansyo Syima)�. Dan juga karena terdapat bagian yang mengajarkan untuk menasehati sang ayah, hingga disebut sebagai “Surat Nasehat�. Surat-surat yang diberikan kepada kakak beradik Ikegami terdapat 17 pucuk surat, namun diantaranya kebanyakan diberikan kepada adiknya Munenaga. Karena kakaknya, Munenaka memiliki keyakinan kuat dan kokoh sedangkan adiknya Munenaga mengalami pendertiaan atas kericuhan dalam hubungan cinta kasih terhadap orang tua dengan keyakinan, maka dalam surat ini Niciren Daisyonin memberikan bimbingan tegas yang penugh dengan welas asih. Rintangan keyakinan yang dihadapi oleh kakak beradik Ikegami adalah tantangan dari ayahnya yang bernama Yasumitsu, beliau adalah seorang penganut yang giat dari Bhikku Ryokan dari Kuil Gokurakuji. Kiranya ayahnya 26
Samantabadra | Agustus 2018
yang mengusir anaknya, Munenaka merupakan siasat jahat dari Bhikku Ryokan. Pada tahun 1275 (Bun-ei 12) ketika terjadi pengusiran yang pertama di mana Niciren Daisyonin telah memberi bimbingan kepada kakak beradik melalui surat Kyodaisyo dan pengampunan terhadap kakaknya Munenaka terjadi pada tahun 1276, namun 3 tahun setelah terjadi hal tersebut terulang lagi pengusiran terhadap Munenaka kali ini, Daisyonin melalui surat ini telah memberi bimbingan. Pengusiran keluarga pada masyarakat feodal waktu itu, adalah berlainan dengan sekarang dimana tidak hanya memutuskan hubungan darah malah menyita jaminan ekonomi. Jadi bagi kakaknya Munenaka telah dihadapi masalah penting di mana hak meneruskan pimpinan keluarga telah dicabut. Sedangkan bagi adiknya telah digoda dengan ransangan besar. Akan tetapi terhadap ransangan ini adiknya Munenaga telah bertekad untuk meneruskan keyakinan dengan mengikuti dan bersatu hati dengan kakaknya. Akhirnya pada tahun 1278 ayahnya Yasumitsu pun telah turut menganut kepercayaan ini.
ISI GOSYO |
K
edua utusan Anda yang membawa berbagai jenis kiriman telah tiba di sini. Surat Ben Ajari Nissyo yang menerangkan tentang kesungguhan hati juga telah disampaikan.
Bagaimanapun Saya akan menyampaikan hal yang terpenting bagi Anda. Pada masa Saddharma dan masa Pratirupadharma (Syoho dan Zoho), ketika keadaan masyarakat masih belum runtuh, para arif dan orang bijaksana telah berturut-turut lahir di dunia ini. Begitu pun para dewa masih melindungi umat manusia. Akan tetapi, pada masa akhir dharma (mappo) sekarang ini, umat manusia telah menjadi amat serekah sehingga menimbulkan percekcokan yang tak terputus=putus antara majikan dengan pegawai, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, apalagi dengan orangorang luar. Ketika pertikaian itu terjadi, para dewa akan meninggalkan negeri dan kemudian tiga bencana tujuh musibah akan tmbul, hingga satu, dua, tiga, empat, lima, enam, atau tujuh matahari muncul di langit. Tumbuhan kering kerontang , air sungai besar dan kecil mengering, bumi besar akan membara seperti arang, dan laut menjadi seperti minyak mendidih. Akhirnya kobaran lidah api yang berasal dari neraka yang tak terputus-putus penderitaannya memenuhi udara dan mencapai Surga Brahma. Dengan terjadi demikian, lambat laun dunia menjadi runtuh. Setiap orang (baik bijaksana maupun bodoh) berpikir bahwa wajar bila seorang anak patuh kepada orang tuanya, pegawai setia kepada majikannya, dan murid taat kepada gurunya. Akan tetapi, akhir-akhir ini kelihatannya umat pada masa sekarang mabuk oleh anak ketiga racun : keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, sehingga sama sekali bukan hal yang aneh bila sekarang pegawai mengkhianati majikan, anak meremehkan orang tua, dan murid merendahkan guru. Hendaknya Anda membaca berulang kali surat terdahulu yang di dalamnya Saya jelaskan bahwa seseorang haruslah mematuhi orang tua, majikan maupun gurunya; tetapi bila mereka melakukan kejahatan, tentu saja tidak boleh mematuhi, bahkan sebaliknya memperingatkan mereka berarti berbakti kepada mereka. Baru-baru ini kakakmu, Uemon no Sakan sekali lagi diusir oleh ayahmu. Mengenai hal ini, Saya telah memberitahukan istri Anda ketika ia berkunjung ke sini. Pada Waktu itu Saya sudah mengatakan, “Uemon no Sakan Dono pasti kembali diusir. Ketika itu terjadi, Saya sangat mengkhawatirkan Hyoe no Sakan; pada waktu itu Anda harus kuat menghadapi hal ini. “Pada saat ini Saya rasa , pasti Anda meninggalkan kepercayaan. Bila Anda mundur dari kepercayaan, Saya tak akan mengatakan apapun; tetapi bila Anda jatuh ke dalam neraka, harap tidak membenci Niciren. Ketika itu terjadi, Saya tak akan tahu menahu. Alang-alang yang tumbuh terus menerus selama seribu tahun pun akan musnah dalam sekejap menjadi abu, berarti karunia dari seratus tahun pun akan musnah karena sepatah kata. Ini merupakan fakta yang tak dapat dibantah. Sekarang Ayah Anda Saemon no Jo, kelihatannya telah menjadi musuh dari Saddharmapundarikasutra, sedangkan kakak Anda Uemon Daiyu Sakan, sekarang menjadi seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Anda sering memikirkan hal-hal di depan mata sehingga akan mematuhi ayah, dan orang-orang yang tak tahu kewajaran akan memuji hal itu. Taira No Munemon mengikuti keburukan ayahnya Kyumori Nyudo, sehingga akhirnya dipenggal di Syinohara. Kakaknya yang sulung, Syigemori tidak mematuhi ayahnya dan meninggal lebih dahulu. Yang manakah sebenarnya anak yang lebih berbakti kepada ayah ? Apakah dengan mematuhi ayah yang merupakan musuh Saddharmapundarika-sutra dan membuang kakak yang merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra Anda menjadi anak yang berbakti ? Bagaimanapun juga akhirnya Anda Agustus 2018 | Samantabadra
27
harus berani memutuskan satu jalan. Bila melaksanakan hati kepercayaan seperti kakak Anda, akan tercapai jalan ke-Buddha-an. Kedudukan ayah Anda seperti Raja Subavyuha, dan Anda kakak beradik seperti Pangeran Vimalagarbha dan Vimalanetra. Memang , zaman dahulu dan sekarang berbeda, tetapi kewajaran Saddharmapundarika-sutra tetap sama. Baru-baru ini Hojo Yosyimasa, Musashi Nyudo, yang memiliki harta dan pengikut yang berjumlah banyak saja berani membuang semua itu demi pengunduran diri dari masalah duniawi ; apalagi Anda yang hanya memiliki tanah yang sempit. Bila Anda mengabaikan kepercayaan dan terjatuh ke dalam jalan yang buruk, janganlah membenci Saya, Niciren. Karena sayang akan harta dan tanah yang sedikit, meskipun diberi peringatan sekali lagi, Saya rasa pada saat ini Hyoe Sakan telah membuang kepercayaan. Mengingat Anda telah menjalankan kepercayaan selama ini, terasa sayang bila Anda terjatuh ke dalam dunia yang buruk; karena itu Saya memberitahu hal ini. Walau kemungkinannya satu di antara seratus atau seribu, bila mempercayai ajaran Niciren, hadapilah ayah Anda dan katakanlah dengan tegas, “Karena Anda adalah ayah Saya, menurut peraturan memang benar saya harus mematuhi Anda. Tetapi, karena ayah telah menjadi musuh Saddharmapundarika-sutra, kalau terus mengikuti sebaliknya saya akan menjadi tidak berbakti. Oleh karena itu, Saya memutuskan untuk berpisah dengan Anda dan mengikuti kakak. Bila Anda mengusir dia, pikirkanlah bahwa Saya juga bersama kakak�. Katakanlah hal ini dengan tegas. Sedikitpun jangan terselip ketakutan di hati. Hal inilah yang menghalangi tercapainya kesadaran Buddha sekalipun telah menjalankan kepercayaan pada Saddharmapundarika-sutra berulang kali semenjak berkalpa-kalpa yang tak terhitung. Ketika terjadi arus pasang dan surut, terbit dan terbenamnya bulan juga ketika terjadi perubahan keempat musim : panas, gugur, dingin, dan semi, pasti terjadi hal yang berbeda dari biasanya. Sama halnya ketika manusia akan menjadi Buddha. Artinya, ketika akan menjadi Buddha pasti akan timbul rintangan yang disebut sebagai tiga rintangan empat iblis. Orang yang bijaksana akan merasa gembira menghadapinya, sedangkan orang bodoh akan merasa takut dan mundur. Saya telah menunggu sejak lama untuk memberitahukan hal ini kepada Anda, , baik melalui utusan Saya sendiri maupun melalui cara lainnya. Karena itu Saya sangat gembira dengan dikirimnya utusan-utusan ini. Saya pikir, bila Anda bermaksud mundur dari kepercayaan, tidak mungkin Anda mengirimkan mereka. Dengan berpikir demikian Saya rasa mungkin Anda masih meneruskan hati kepercayaan. Untuk mencapai kebuddhaan memang sulit, lebih sulit daripada menancapkan jarum di puncak Gunung Semeru di dunia ini dan kemudian melontarkan seutas benang dari puncak Gunung Semeru di dunia lain langsung memasuki lubang jarum ini. Pekerjaan ini lebih sulit lagi dilakukan bila melawan hembusan angin yang kencang. Di dalam Bab Bodhisattva Sadapaributha Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Setelah melewati berjuta milyar tahun yang tak terhitung dan kalpa yang lamanya tak terbayangkan, baru dapat mendengar Saddharmapundarika-sutra ini. Selama milyaran dan jutaan yang tak terhitung dari kalpa yang lamanya tak terbayangkan baru tiba waktunya para Buddha membabarkan Sutra ini. Oleh karena itu, para pelaksana setelah kemoksyaan Sang Buddha pada saat mendengar Sutra yang sedemikian sulit ditemui dan didengar ini tidak boleh memiliki keragu-raguan sedikitpun�. Di antara ke-28 bab Saddharmapundarika-sutra, kalimat inilah yang luar biasa pentingnya. Dari Bab Purwaka sampai dengan Bab Dharma Duta di tempat upacara Saddharmapundarikasutra terdapat banyak umat manusia, makhluk-makhluk surgawi, empat golongan umat dan delapan jenis makhluk rendah, yang semuanya di bawah tingkat tokaku, tetapi hanya ada seorang 28
Samantabadra | Agustus 2018
Buddha, yakni Buddha Sakyamuni, oleh karena itu kelihatannya bab-bab ini lebih berbobot, walau sebenarnya tidak. Kedua belas bab, dari Bab Munculnya Sebuah Stupa sampai Bab Akhir Pesamuan, merupakan Sutra yang paling berbobot di antara yang berbobot. Hal ini disebabkan karena di hadapan Buddha Sakyamuni muncul sebuah stupa yang dihiasi dengan bermacam-macam pusaka. Ini seperti matahari terbit di muka bulan. Seluruh Buddha dari sepuluh penjuru alam duduk di bawah pohon, dan ini terlihat seperti cahaya api yang menyinari seluruh rumput dan pohon di sepuluh penjuru alam. Kalimat di atas dibabarkan dalam keadaan seperti ini. Sutra Nirvana menyatakan, “Umat manusia kerap kali menerima penderitaan semenjak dahulu, dari kalpa yang tak terhitung. Kelahiran yang dialami setiap manusia dalam masa satu kalpa saja tak terhitung . Kelahiran yang dialami setiap manusia dalam masa satu kalpa saja tak terhitung kerapnya. Tulang yang ditinggalkan selama itu membukit setinggi Gunung Vipula di Rajagiha dan susu yang diminum setara dengan air dari empat lautan. Darah yang mengalir keluar dari tubuh lebih dari air dari empat samudera, demikian pula air mata yang ditumpahkan karena kesedihan atas kematian orang tua, adik kakak, istri, anak, dan sanak keluarga. Meskipun semua tanaman yang tumbuh di bumi besar dihitung dengan ukuran empat inci, tidak dapat dihitung jumlah seluruh orang tua yang dimiliki selama kehidupan lampau.” Perkataan ini diucapkan Sang Buddha sambil berbaring di bawah pohon sal pada hari terakhir hidup-Nya. Karena itu, Anda harus mencamkan perkataan ini. Itu berarti, tak terhitung jumlah orang tua yang telah melahirkan Anda semenjak kalpa yang tak terhingga di masa lampau, meskipun dapat menghitung seluruh tanaman dan pohon yang tumbuh di seluruh penjuru dunia di alam semesta dengan potongan ukuran sepanjang empat inci. Demikian dikatakan dalam Sutra. Dengan demikian, Anda mempunyai orang tua sejumlah yang tak terhitung di kehidupan yang lampau, tetapi selama waktu itu Anda masih belum bertemu dengan Saddharmapundarika-sutra. Dari sini terlihat betapa mudah memiliki orang tua, tetapi sangat sulit untuk berjumpa dengan Saddharmapundarika-sutra. Sekarang , bila Anda tidak mematuhi perkataan orang tua – yang mudah didapat – dan mengikuti seorang teman dari Saddharmapundarika-sutra – yang sukar dijumpai – Anda bukan hanya dapat mencapai kebuddhaan, bahkan juga dapat membimbing ayah yang menentang. Sebagai contoh, Pangeran Siddharta, putra Raja Suddhodana. Ayahnya menginginkannya dapat mewarisi tahta dan memerintah negara, dan benar-benar menyerahkan tahta kepada-Nya. Tetapi Sang Pangeran menentang kehendak ayahnya dan melarikan diri dari istana pada tengah malam. Karena itu Raja membenci kepada orang yang tak berbakti. Tetapi setelah Siddharta mencapai kebuddhaan. Beliau mengutamakan keselamatan orang tuanya. Raja Suddhodana dan Ratu Maya, di atas segalanya. Tidak ada seorang ayah pun yang pernah menganjurkan putranya untuk meninggalkan duniawi demi menjadi Buddha. Orang-orang penganut Rice dan Nembuce mengupayakan berbagai daya untuk membuat Anda mundur dari kepercayaan, yang pertama adalah menghasut ayah dan menjatuhkannya ke jalanan buruk. Saya mendengar bahwa Ryoka-bo sedang menyusun strategi untuk membujuk yang lain mau menyebut satu juta Nembuce dengan tujuan menimbulkan perpecahan di kalangan rakyat dan menghancurkan bibit Saddharmapundarika-sutra. Hojo Syigetoki, yang mendirikan Kuil Gokuraku, sebenarnya orang yang baik. Tetapi karena ditipu oleh penganut Nembuce, ia membenci Niciren sebagai akibatnya ia sendiri bersama seluruh keluarganya musnah. Yang tertinggal sekarang hanya satu orang penguasa dari Ecigo (Hojo Naritoki). Adakah orang yang mempercayai Ryoka-bo (Ryopkan) menjadi makmur? Lihatlah apa yang terjadi dengan keluarga Nagoe yang membiayai pembangunan Kuil Zenko, dan sebuah kuil tempat adanya sebuah patung buddha yang besar. Juga, Hojo Tokimune memang merupakan pemimpin negara Jepang, Agustus 2018 | Samantabadra
29
tetapi seluruh dunia menjadi musuhnya. Dapat dikatakan demikian karena bermusuhan dengan negeri besar Mongolia. Sekalipun membuang kakak dan dapat mengambil alih kedudukan yang ditinggalkannya, Anda tidak akan pernah menjadi makmur selama 10 juta tahun, bahkan mungkin dalam waktu yang singkat menjadi musnah. Adakah jaminan bahwa dalam hidup kali ini tidak akan musnah ? Oleh karena itu, Anda harus benar-benar memberanikan diri dan hanya menginginkan keselamatan pada masa yang akan datang. Setelah mengaitkan semua ini, terpikir oleh Saya mungkin surat ini sia-sia belaka dan Saya segan untuk meneruskannya. Tetapi mungkin juga berguna sebagai peringatan akan datang bagi Anda. Dengan hormat yang mendalam Niciren Tanggal 20 bulan ke-11
30
Samantabadra | Agustus 2018
|KUTIPAN GOSYO
1
Akan tetapi, pada masa Akhir Dharma (Mappo) sekarang ini, umat manusia telah menjadi amat serakah sehingga menimbulkan percekcokan yang tak terputusputus antara majikan dengan pegawai, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, apalagi dengan orang-orang luar.
GM
Keterangan : Bagian ini menjelaskan wajah masa Akhir Dharma (Mappo) yang bertentangan dengan kutipan terdahulu yang berbunyi, “Pada masa Saddharma dan masa Pratirupadharma (Syoho dan Zoho), ketika keadaan masyarakat masih belum runtuh, para arif dan orang bijaksana telah berturut-turut lahir di dunia ini. Begitupun para dewa masih melindungi umat manusia� mengandung arti bahwa keberuntungan bagi masyarakat adalah ketika terjadi suasana yang melindungi orang yang benar dan adanya sikap mengayomi dari pemimpin-pemimpin yang bijaksana. Bukankah seorang pemimpin merupakan cermin yang memantulkan sikap umat manusia? Namun demikian, setelah memasuki masa Akhir Dharma (Mappo), manusia terjerumus ke dalam keuntungan dan hawa nafsu demi diri sendiri. Walau manusia dapat menyelidiki segala sesuatu dengan tajam, namun kecerdasannya itu mengendalikan dasar jiwanya demi keuntungan diri sendiri dan hawa nafsunya, sehingga masyarakat semakin kacau dan keruh. Pemimpin yang bijaksana sudah tidak ada, sedang pemimpin yang durjana merajalela sesuai dengan keadaan masyarakat yang keruh dan kotor. Pada masa Saddharma dan Pratirupadharma (Syoho dan Zoho) hati manusia masih tulus dan sederhana, mungkin dapat juga dikatakan masih tidak berprajna. Akan tetapi dalam keadaan seperti itu masih terdapat kebesaran hati yang penuh dengan sifat kemanusiaan dan suasana kekeluargaan. Pada masa Akhir
Dharma (Mappo) ini, lebih baik kita mengatakan orang-orang memiliki prajna sesat daripada mengatakan mereka tidak berprajna. Dalam hubungan kemanusiaan, hubungan antara orang tua dengan anak, kakak dengan adik mencerminkan wujud sesungguhnya dari masyarakat yang buruk, yaitu saling membenci dan berselisih. Sebenarnya suatu masyarakat merupakan sarana kebersamaan demi kebahagiaan dan kemakmuran dari orang-orang yang membentuk masyarakat itu. Tetapi sarana itu kini telah menjadi medan kemurkaan yang buruk lagi jahat demi keuntungan dan hawa nafsu diri sendiri. Dapat dikatakan dalam keadaan sekarang yang seperti itu, ideologi dan falsafah zaman dahulu yang menjaga tata tertib dan sistem masyarakat menjadi tidak berdaya karena sumber pokok kebahagiaan masyarakat keluar dari dasar jiwa manusia yang terdalam. Dalam hal ini Niciren Daisyonin telah meletakkan pangkal penyelesaiannya dalam diri manusia sendiri yang menjadi dasar dari terbentuknya masyarakat.
2
Alang-alang yang tumbuh terus menerus selama seribu tahun pun akan musnah dalam sekejap menjadi abu, berarti karunia dari seratus tahun pun akan musnah karena sepatah kata. Ini merupakan fakta yang tak dapat dibantah.
GM
Keterangan : Ini adalah bagian yang menjelaskan tentang inti hakikat pelaksanaan pertapaan agama Buddha. Alang-alang yang telah tumbuh selama ribuan tahun pun kalau dibakar akan menjadi abu dalam waktu sekejap, begitupun karunia yang diperoleh selama ratusan tahun akan musnah karena sepatah kata. Dalam menyelesaikan masalah apapun, bila tidak diselesaikan secara tuntas, tidak Agustus 2018 | Samantabadra
31
akan ada artinya sama sekali. Misalnya dalam membangun rumah. Walau sebagian besar telah selesai dibangun, seandainya dindingnya belum dicat atau lantainya belum selesai, tentu rumah itu tidak dapat dihuni. Terlebih lagi Hukum Buddha bertujuan merombak sifat jiwa manusia, sehingga merupakan perjuangan membangun dasar pokok kehidupan ini. Bila kita menghentikan perjuangan ini di pertengahan jalan, segala usaha yang telah dilakukan selama ini menjadi sia-sia belaka, bagaikan buih-buih air belaka. Hukum Agama Buddha adalah menang atau kalah, dan menang kalahnya itu ditentukan pada saat terakhir. Ini adalah ketegasan Hukum Agama Buddha yang juga merupakan ketegasan kehidupan. Seandainya kita telah mengeluarkan tenaga sepenuh hati sehingga tercapai angka 92 dari 100 yang seharusnya dicapai, tetapi 8 angkanya dikerjakan sembarangan atau lari darinya, maka tidak dapat dikatakan sebagai pelaksana Hukum agama Buddha, sebaliknya, bila terus menekuni suatu usaha sampai berakhir dengan sentuhan penghabisan, pasti selalu terbuka jalan menuju masa akan datang yang baru dan cemerlang.
terdapat kekuatan yang tak berubah. Sikap perombakan keluarga yang dijelaskan di sini melalui kisah Raja Subavyuha, Vimalagarbha, Vimalanetra, dan Permaisuri Vimaladatta merupakan contoh yang berlaku juga untuk masa Akhir Dharma kalpa (Masa Mappo) sekarang ini. Bila perombakan sifat jiwa manusia mengakar pada sifat pokok, maka perombakan keluarga pun dapat dikatakan sebagai perpanjangan perombakan sifat jiwa manusia tersebut. Pada kesimpulannya, sumber pokok perombakan keluarga tergantung pada tenaga pelaksanaan yang kuat dari orang yang mempertahankan Saddharma. Sesuai dengan teori Kesatuan Subyek dan Lingkungan yang Tak Terpisahkan (Esyo Funi), pondasi satu keluarga pun dapat diubah dari akarnya. Orang yang melaksanakan Saddharma bagaikan matahari yang memberi arah bagi seluruh keluarga menuju jalan kebahagiaan, jalan pembangunan. Ketika timbul keinginan untuk merombak seperti itu, keluarga tersebut mulai membuka irama yang baru. Yang dimaksud dengan “tenaga gaib� dalam zaman sekarang ini dari keterangan kalimat sutra “Vimalagarbha dan Vimalanetra menggunakan berbagai kekuatan gaib untuk Memang, zaman dahulu dan menyelamatkan ayahnya� adalah kekuatan jiwa sekarang berbeda, tetapi kewajaran yang berkobar-kobar yang mampu merombak Saddharmapundarika-sutra tetap diri sendiri serta berdasarkan kehidupan pada sama. tenaga yang kuat. Sesungguhnya tidak ada kekuatan yang melebihi Wujud Sesungguhnya Keterangan : Bagian ini menjelaskan bahwa bagaimanapun (Jisso). Haruslah dicamkan bahwa titik tolak akar pokok perombakan keluarga terletak disini. zaman berubah, teori Saddharmapundarikasutra yang menjelaskan kedalaman dan jiwa manusia sama sekali tidak berubah. Memang, Ketika terjadi arus pasang surut, terbit setiap zaman tentu memiliki norma-norma dan terbenamnya bulan, juga ketika tersendiri dan kelihatannya tak mungkin untuk terjadi perubahan keempat musim melepaskan diri dari ketentuan zaman tersebut. : panas, gugur, dingin, dan semi pasti terjadi Tetapi, bagaimanapun juga seharusnya ada hal yang berbeda dari biasanya sama halnya sesuatu yang melampaui zaman dan bangsa, ketika manusia biasa menjadi Buddha. Artinya, itulah jiwa yang merupakan inti hakikat ketika akan menjadi Buddha pasti akan kemanusiaan. Karena dapat membuka mata timbul rintangan yang disebut sebagai Tiga sehingga dapat melihat jiwa dengan amat jelas, Rintangan Empat Iblis. Orang yang bijaksana maka di dalam Saddharmapundarika-sutra akan merasa gembira menghadapinya
3
Anak Cabang
4
32
Samantabadra | Agustus 2018
,sedangkan orang bodoh akan merasa takut dan mundur.
akan mundur atau kecil hati menghadapi penganiayaan, bahkan dengan penuh kegembiraan dan keberanian berjuang untuk Keterangan : menghantam dan memecahkan hakikat iblis. Bagian ini merupakan bagian terpenting Sebaliknya orang bodoh yang tidak mengetahui yang membabarkan teori dasar perombakan hal ini dan terjerat pada keuntungan di hadapan sifat jiwa. Titik peralihan antara arus pasang mata akan menolak dan melarikan diri dari dan arus surut, terbit dan terbenamnya bulan, penganiayaan. musim panas, gugur, dingin dan semi pasti akan Sebenarnya, kesempatan terbaik untuk menimbulkan gejala perubahan. Begitupun melaksanakan perombakan sifat jiwa adalah sama halnya titik peralihan dari manusia biasa dengan menimbulkan Tiga Rintangan mencapai kesadaran Buddha pasti akan timbul Empat Iblis tersebut. Betapapun besar dan rintangan dari Tiga Rintangan Empat Iblis. banyaknya, hendaknya tetap berjuang untuk Perjuangan merombak sifat jiwa adalah menghadapinya dengan wajah yang berseri-seri perjuangan melawan iblis. Fungsi dan kekuatan dan semakin memunculkan kekuatan jiwa yang iblis itu merusak dan meruntuhkan akar pokok kuat dan dahsyat serta tidak terpengaruh, tetap jiwa manusia, mengacaukan gerakan, serta tenang dalam berjuang untuk mematahkan menyebar memenuhi alam semesta raya. iblis ini. Sama halnya dengan keadaan sekarang Kekuatan ini. Saat ini merupakan masa krisis yang belum dan fungsi gerakan ini tetap ada dalam jiwa pernah terjadi bagi seluruh umat manusia, manusia sendiri. Di dalam sejarah manusia tidak sehingga dengan demikian dapat diketahui pernah terjadi perombakan terhadap iblis ini. keadaan iblis secara jelas dan terang . Haruslah Oleh karena itu, perjuangan merombak sifat diketahui bahwa sekarang ini sungguh jiwa manusia merupakan keberanian untuk merupakan masa terpenting bagi perombakan menghantam Iblis. Ini merupakan perjuangan nasib seluruh umat manusia. Dan yakinlah yang mendasar sekali. Teori perombakan sifat bahwa kumpulan orang arif yang berjuang jiwa seorang manusia akhirnya akan membuat tanpa mundur setapak pun, penuh keberanian perombakan sifat jiwa seorang manusia dan harapan yang berkobar adalah pasukan akhirnya akan membuat perombakan nasib Buddha. satu negara maupun perimbakan nasib seluruh umat manusia berasal dari teori hukum ini. Kedua belas bab dari Bab Munculnya Tanpa mengetahui dan mematahkan iblis Sebuah Stupa sampai Bab Akhir yang tersembunyi di dalam akar jiwa manusia Pesamuan. yang gelap sekali dan hanya merombak sistem dan struktur, pada akhirnya akan mengulang Keterangan : kembali arus perputaran tiga dunia buruk dan Bagian ini menunjukkan Upacara Antariksa empat kecenderungan buruk. Hanya dengan dalam Saddharmapundarika-sutra, salah satu membangun dasar kejiwaan yang tegar dan upacara dari Dua Tempat Tiga Pesamuan. kokoh baru dapat mewujudkan negara yang Pembabaran Saddharmapundarika-sutra sejahtera dan membuka jalan perdamaian dilaksanakan dalam tiga persamuan : dimulai dunia. di Gridhakuta, kemudian pindah ke antariksa Kutipan “Orang yang bijaksana akan merasa dan terakhir kembali lagi ke Gridhakuta. gembira menghaapi rintangan, sedangkan Dengan demikian lokasinya di dua tempat orang bodoh akan takut dan mundur� berarti : puncak Gridhakuta dan antariksa. Inilah orang bijaksana yang mengetahui teori Hukum yang dimaksud dengan Dua Tempat Tiga Buddha yang kekal dan mendalam tidak Pesamuan. Pembabaran yang terpenting adalah
Anak Cabang
5
Agustus 2018 | Samantabadra
33
pembabaran yang dilakukan di antariksa, oleh karena itu di dalam surat dikatakan, “Merupakan Sutra yang paling berbobot di antara yang berbobot”. Dalam Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) bagian paruh akhir dikatakan, “Umumnya penyerahan tugas Myohorengekyo kepada Bodhisattva Visishtakaritra dimulai sejak Bab Munculnya Stupa Pusaka, dan terwujud dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata dan berakhir pada Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dan Bab Akhir Pesamuan”. Pentingnya upacara antariksa ini adalah karena terselenggaranya upacara penting dan agung yang terdapat pada bab Munculnya Bodhisattva dari Bumi, yaitu munculnya para Bodhisattva dari bumi besar dengan dipimpin oleh Bodhisattva Visishtakaritra, selanjutnya dijelaskan Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata dan kemudian pada Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, Bodhisattva Honge yang Muncul dari Bumi menerima tugas penyebarluasan Hukum Agung dari Tri-Maha Dharma Sakti dan pada Bab Akhir Pesamuan tugas penyebarluasan agama Buddha diserahkan kepada para Bodhisattva Syakke, Dewa Mahabrahma, dan Dewa Indra. Demikianlah berlangsungnya upacara agung yang memiliki makna mendalam. Makna apakah yang terakndung dengan munculnya stupa pusaka dalam Upacara Saddharmapundarika-sutra ? Dan apakah yang dimaksud dengan upacara antariksa maupun yang disebut sebagai upacara Dua Tempat Tiga Pesamuan ? Bila hal tersebut dijelaskan berdasarkan filsafat jiwa Niciren Daisyonin, makna filosofisnya yang terkandung amatlah mendalam. Bila kita pikir berdasarkan ilmu pengetahuan, munculnya sebuah stupa pusaka di antariksa dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka yang merupakan bagian pelancar dari Ajaran Bayangan, adanya Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna yang duduk berdampingan dalam stupa pusaka itu serta hadirnya para Buddha titisan dari sepuluh penjuru dan para Bodhisattva dari dunia 34
Samantabadra | Agustus 2018
lainnya, Dwiyana, manusia dan surga dalam upacara antariksa itu, mungkin hal ini tidak wajar, akan tetapi kalau dipandang berdasarkan Hukum agama Buddha secara mendalam, sungguh merupakan upacara yang amat wajar. Sebenarnya upacara Bab Munculnya Stupa Pusaka merupakan kanjin, karena di dalam jiwa kita terpendam jiwa yang sangat gaib yang disebut Dunia Buddha. Kekuatan dan keadaan jiwa itu merupakan sesuatu yang amat sulit dijangkau oleh pikiran maupun dilikiskan dengan kata-kata, akan tetapi itu dapat diwujudkan secara nyata di permukaan jiwa kita. Penjelasan bahwa Dunia Buddha yang terpendam di dasar jiwa kita dapat dimunculkan dalam kehidupan nyata terdapat dalam Bab Munculnya Stupa Pusaka ini. Jadi, melalui upacara stupa pusaka itu Buddha Sakyamuni ingin menerangkan Icinen Sanzen, Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi yang ada di dasar jiwa-Nya sendiri. Dengan meminjam upacara stupa pusaka, Niciren Daisyonin mendirikan pintu Hukum Pembibitan yang tersirat di dasar kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata sebagai Gohonzon. Gohonzon adalah perwujudan nyata jiwa kekal abadi Buddha Pokok. Dengan demikian Dai Gohonzon merupakan badan pokok tunggal untuk mencapai kesadaran di masa Akhir Dharma (Mappo). Umat manusia masa Akhir Dharma ini dapat terselamatkan hanya dengan berdasarkan Gohonzon ini. Pada saat sekarang , Dai Gohonzon dijaga di Kuil Pusat Taisekiji, Gunung Fuji. Selanjutnya, kalau ditelaah lebih mendalam lagi berdasarkan Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) hal 187 terkandung makna sebagai berikut. Walau upacara antariksa telah dumulai semenjak Bab XI munculnya Stupa Pusaka, Bodhisattva yang Muncul dari bumi belum diwujudkan dan tidak diterangkan jiwa kekal abadi. Pembabaran Bab XV Bodhisattva yang Muncul dari Bumi hingga Bab XVI Panjangnya Usia Sang Tathagata menyempurnakan upacara antariksa tersebut. Ini berarti, Upacara Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata merupakan
upacara yang teragung selama 50 tahun pembabaran ajaran Buddha Sakyamuni karena telah menerangkan dengan jelas keadaan jiwa sesungguhnya. Akan tetapi, walau dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata telah dijelaskan dengan tegas jiwa Sepuluh Dunia Tiga Ribu Aspek yang terdapat di dasar jiwa Buddha Sakyamuni secara tersirat ini, tidak lain dari Icinen Sanzen yang berdasarkan pada jiwa Buddha Sakyamuni pada 500 asamkheya kalpa koti. Penjelasan Niciren Daisyonin berdasarkan makna tersirat kalimat Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata, yaitu Icinen Sanzen Kuon Ganjo Jijuyuhosyin, Hukum Sesungguhnya Nammyohorengekyo. Dengan demikian, Sepuluh Dunia Tiga Ribu Aspek pada arti khusus merupakan Sepuluh Dunia Tiga Ribu Aspek yang tercakup dalam Hukum Kejiwaan Icinen Tathagata Sambhogakaya yang muncul atas kehendak sendiri dari masa lampau yang tak berawal, yakni sebenarnya Buddha Pokok. Pada kesimpulannya, dalam upacara antariksa Buddha Sakyamuni telah melukiskan Gohonzon di dalam jiwa-Nya sendiri dan alam semesta raya. Namun demikian, tidak ada Hukum Akar Pokok Nammyohorengekyo Niciren. Oleh karena itu, tidak lain melukiskan keadaan Sepuluh Dunia 3000 Aspek saja. Artinya, dari sumber pokok Nammyohorengekyo Niciren akan nyata fungsinya. Oleh karena itu, Dunia Buddha yang ada dalam Dua Tempat Tiga Pesamuan semuanya terwujud sebagai Dai Gohonzon, tidak ada satu Hukum pun yang melebihinya. Mahaguru Tien-tai berkata, “ Sampai sekarang pun pertemuan di Gunung Gridhakuta masih belum bubar”. Yang dimaksud dengan “pertemuan di Gunung Gridhakuta” adalah upacara pembabaran Saddharmapundarikasutra di Gunung Gridhakuta, yaitu upacara di Dua Tempat Tiga Pesamuan. Upacara itu adalah upacara kejiwaan dari alam semesta, yakni Wujud sesungguhnya dari alam semesta raya. Keadaan itu hingga saat sekarang masih diagungkan, tetapi tidak berubah dan masih belum bubar, semuanya terkandung dalam
Dai Gohonzon yang terwujud pada masa Akhir Dharma (Mappo) dan akan lestari untuk selamalamanya.
6
Hojo Syigetoki, yang mendirikan Kuil Gokuraku sebenarnya orang yang baik. Tetapi karena ditipu oleh penganut Nembuce, ia membenci Niciren dan sebagai akibatnya ia sendiri bersama seluruh keluarganya musnah. Keterangan : Pada bagian ini Niciren Daisyonin menunjukkan ketegasan Hukum agama Buddha dengan mengutip bukti nyata hukuman yang menyedihkan yang diterima oleh Hojo Syigetoki yang berserikat dengan Ryokan dari Kuil Gokuraku untuk menindas Niciren Daisyonin. Hojo Syigetoki pada tahun 1256 memasuki kepanditaan (Nyudo) dan karena mempunyai tempat kediaman khusus di Kuil Gokuraku, ia disebut sebagai Gokurakuji Nyudo. Syigetoki adalah seorang penganut Nembuce yang fanatik. Karena Niciren Daisyonin telah memecahkan dan mematahkan kesesatan Nembuce dalam Surat Menentramkan Negara dengan Menegakkan Filsafat yang benar sebagai “salah satu yang membahayakan”, ia amat membenci Niciren Daisyonin. Pada peristiwa penganiayaan Macebagayace tahun 1260 (Bun-o ke-1) ia membiarkan saja orangorang yang memberontak dan dalam hukuman pembuangan di Izu. Ito pada tahun 1261 (Koco ke-1); anak Syigetoki, Hojo Nagatoki yang memprakarsai siasatnya. Walaupun keterlibatan Hojo Syigetoki tidak terlihat dengan jelas, namun pasti ia adalah orang yang merencanakan siasat licik untuk menganiayai Niciren Daisyonin. Hojo Syigetoki jatuh sakit mendadak satu bulan setelah Niciren Daisyonin dijatuhi hukuman pembuangan di Izu, dan akhirnya ia meninggal dunia dalam keadaan menderita. Malapetaka ini tidak hanya menimpa Hojo Syigetoki saja, tetapi juga anak-anaknya. Anaknya yang sulung, Tametoki, mati dalam usia Agustus 2018 | Samantabadra
35
muda; anak leleakinya yang kedua, Nagatoki meninggal pada usia 35 tahun; anak lelakinya yang ketiga, Toki Syige meninggal pada usia 30 tahun; begitupun anak laki-lakinya yang keempat, Yosyimasa, meninggal dalam usia 39 tahun. Bila diperhatikan, semua meninggal dalam usia muda. Hanya anak laki-lakinya yang kelima, Narutoki, yang menjalankan tugas selaku Gubernur di Ecigo luput dari malapetaka ini. Di sini Niciren Daisyonin mengajarkan Munenaga tentang hukuman yang tegas akibat memfitnah Dharma. Penindasan Melalui Kekuasaan Sebetulnya, yang sering menindas Niciren Daisyonin adalah Bhikku Ryokan beserta penganut Nembuce yang berserikat dengan orang yang berkuasa yaitu keluarga Hojo dan rezim Kamakura. Walaupun hal ini kadangkala tampak dengan jelas kadangkala tidak, tetapi pangkal penganiayaan ini bersumber pada mereka. Biasanya, sebagai pembuktian kebenaran Hukum agama Buddha akan ada penganut ajaran sesat yang berserikat dengan kekuatan penguasa. Dalam Sutra Nirvana tercatat, “Pada waktu itu golongan non Buddhis yang tak terhitung jumlahnya berserikat bersama dan membentuk kelompok menghadap Raja Ajatasatru dari Magadha dan berkata, “Pada saat ini terdapat seseorang yang kejahatannya tak terbandingkan, seorang bhikku bernama Gautama. Segala macam orang jahat yang mengharap mendapat keuntungan dan derma, telah berkumpul dengannya dan menjadi pengikut-pengikutnya. Mereka tidak melakukan kebaikan, sebaliknya menggunakan kekuatan mantera dari ilmu sihir untuk menguasai orangorang seperti Mahakasyapa, Sariputra dan Maudgalyayana.” Jadi, para non Buddhis semasa Buddha Sakyamuni hidup berlindung pada penguasa waktu itu dan mencaci maki Buddha Sakyamuni sebagai orang yang sangat jahat. Mereka bermaksud menganiaya Beliau, ini merupakan contoh penganiayaan dan penguasa pada waktu 36
Samantabadra | Agustus 2018
Buddha Sakyamuni hidup. Pada abab ke-20 ini, ketika terjadi perang dunia ke-2, Sekte Shinto bersekongkol dengan penguasa militer pada waktu itu. Ini merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Namun demikian, ketika para penganut ajaran sesat berserikat dengan penguasa untuk menindas hukum sebenarnya, sama seperti yang dikatakan Niciren Daisyonin dengan mengutip kalimat Sutra Ninno dalam Surat Menentramkan Negara dengan Menegakkan Filsafa yang Benar, “Kalau tidak berdasarkan pada sila Sang Buddha, itu merupakan sebab jodoh yang menghancurkan Buddha dan menghancurkan negara”. Dengan demikian hal ini akan mengakibatkan kehancuran satu negara. Hingga sekarang pun teori sesungguhnya tentang perserikatan antara penguasa politik dan orang-orang yang menganut ajaran sesat tetap ada. Ketika penganut ajaran sesat yang mengakibatkan ketidakbahagiaan seseorang berserikat dengan penguasa satu negara tentu mengakibatkan ketidakbahagiaan umat dan bangsa. Untuk memecahkan kesesatan itu, satusatunya jalan hanyalah dengan membuka mata umat manusia melalui penyebarluasan Hukum Sebenarnya. ***
Agustus 2018 | Samantabadra
37
38
Samantabadra | Agustus 2018
Agustus 2018 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat kepada Shiiji Shiro Gosyo Zensyu halaman 1448
LATAR BELAKANG |
G
osyo ini adalah surat yang diberikan kepada Shiiji Shiro ketika Niciren Daisyonin berusia 40 tahun, tepatnya tanggal 28 bulan 4 tahun 1261. Karena dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin memberi bimbingan dengan mengutip kalimat Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “Seperti seorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,” maka Gosyo ini juga dikatakan sebagai Nyoto-tokusen Gosyo berarti: Surat mengenai seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal. Di samping itu, karena dalam Gosyo ini diuraikan betapa agungnya seseorang yang menjalankan penyebaran Dharma dengan menghadapi dan mengatasi berbagai rintangan, berbareng pada saat yang sama mengadakan perombakan sifat jiwa, maka judul lain Gosyo ini ialah: Shinkyo Hoju Shishin Guho Gosyo atau Surat Mengenai Sikap Merendahkan Diri Sendiri dan Menjunjung Tinggi Dharma dan menyebarkan Dharma dengan mengorbankan diri sendiri. Tidak banyak hal yang diketahui mengenai penerima Gosyo ini (Shiiji Shiro), tapi 40
Samantabadra | Agustus 2018
karena dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin menganjurkan untuk berdiskusi dengan Syijo Kingo, sedang dalam salah satu Gosyo yang diberikan kepada Toki Jonin Beliau menulis, “Saya sudah mengetahui tentang Shiiji Shiro,” maka dapat diperkirakan, ia adalah seorang penganut dengan hubungan cukup erat dengan Syijo Kingo maupun Toki Jonin. Selain itu, menurut catatan kemoksyaan Niciren Daisyonin yang dibuat Nikko Syonin, Shiiji Shiro dinyatakan turut hadir dalam iring-iringan upacara kemoksyaan Niciren Daisyonin dengan membawa salah satu pakaian Niciren Daisyonin. Dari data data ini dapat kita bayangkan, Shiiji Shiro adalah seorang penganut yang telah lama menganut ajaran Niciren Daisyonin. Gosyo ini ditulis menjelang pembuangan Niciren Daisyonin ke Semenanjung Izu.. Pada masa itu, ancaman dan siasat licik kaum Nembutsu makin menjadi-jadi, sementara pemerintah Kamakura pun mulai mencoba menindas Niciren Daisyonin, karena pada tahun sebelumnya (1260) Niciren Daisyonin telah mengajukan karya tulis Rissyo Ankoku Ron kepada pihak penguasa. Dalam situasi
serupa inilah rupanya Shiiji Shiro berperan aktif memberi berbagai informasi kepada Niciren Daisyonin, maka surat ini dapat dianggap sebagai tanggapan Niciren Daisyonin mengenai pengabdiannya itu. Isi Gosyo ini garis besarnya dapat dibagi tiga bagian. Pertama, karena Shiiji Shiro telah menyampaikan berbagai informasi kepada Niciren Daisyonin, maka Beliau memberi dorongan kepadanya agar makin tajam dan tanggap dalam melihat serta mendengar kejadian-kejadian masyarakat, seperti halnya kedua tokoh jaman Tiongkok kuno: Se Kwang yang unggul dalam indera pendengaran serta Li Lou yang unggul dalam indera penglihatan. Selanjutnya, dengan mengambil contoh sungai-sungai yang akhirnya mengalir kelautan besar, Beliau menganjurkan kepadanya untuk tetap memiliki kepercayaan kuat tanpa keraguan, sekalipun dihadapi kesulitan amat berat.
lautan penderitaan hidup-mati. Dengan penegasannya bahwa orang-orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah Niciren dan murid-murid-Nya, sebenarnya Beliau secara tersirat menyatakan, Niciren Daisyonin adalah Sang Buddha Masa Akhir Dharma yang sanggup membimbing seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Terakhir, Niciren Daisyonin menganjurkan Shiiji Shiro untuk giat menjalankan kepercayaan bersama Syijo Kingo.
Kedua, Niciren Daisyonin mengajarkan, betapa sulitnya penyebaran Hukum Sakti dalam masa Akhir Dharma, tapi justru karena hal itu sulit dilakukan, maka disitulah letak keagungannya. Dengan demikian Beliau mengajarkan, siapapun yang menerima dan mempertahankan Saddharma pasti akan mencapai Kesadaran Buddha. Dengan menggunakan kata-kata dari Miao Lo, Beliau menekankan pentingnya ketiga prinsip: percaya, melaksanakan dan belajar. Ketiga, mengutip kalimat Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “Seperti seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,� Niciren Daisyonin mengajarkan, Myohorengekyo adalah Hukum Agung yang dapat mengangkut seluruh umat manusia ke daratan kesadaran Buddha. Artinya, di sini Niciren Daisyonin menerangkan, kekuatan Saddharma ibarat kapal untuk menyeberangi Agustus 2018 | Samantabadra
41
ISI GOSYO |
S
aya telah menanyakan kepada orang bersangkutan mengenai laporan Anda kepada Saya beberapa hari yang lalu, ternyata kenyataannya tidak berbeda sama sekali dengan apa yang Anda ceritakan. Maka Saya harap Anda makin memperkuat kepercayaan dan memperoleh kekuatan karunia Saddharmapundarika-sutra. Dengar dan lihatlah kejadian-kejadian dalam masyarakat seperti telinga Se Kwang dan mata Li Lou. Dalam Masa Akhir Dharma ini, pasti muncul pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Dan bila dihadapi kesulitan besar, ia merasa gembira karena memiliki kepercayaan amat kuat. Bukankah kalau kita menambah kayu bakar kedalam api unggun, maka apinya makin berkobar? Dan begitu banyak air sungai mengalir kedalam lautan besar, tapi lautan besar belum pernah menolak kembali air sungai yang mengalir kedalamnya. Dalam lautan besar pelaksana Saddharmapundarika-sutra, berbagai kesulitan besar akan mengalir masuk sebagai air sungai yang tak terhitung jumlahnya, tapi janganlah sekali-kali mencoba untuk menahan dan menolaknya. Karena tanpa adanya air sungai, lautan besarpun takkan pernah ada. Tanpa adanya kesulitan besar, tidak mungkin seseorang disebut pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Inilah yang dimaksud Tien-tai, “Begitu banyak air sungai mengalir kelaut dan kayu bakar membuat api makin berkobar.” Anggaplah Anda menyampaikan sepatah kata atau sepotong kalimat ajaran Saddharmapundarika-sutra kepada orang lain adalah karena dalamnya jodoh masa lampau. Sedang dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “.... dan lagi mereka tidak mendengar Hukum Sakti. Orang-orang seperti ini sukar diselamatkan.” Maksud Hukum Sakti dalam kalimat ini adalah Saddharmapundarika-sutra, jadi artinya orang yang tidak mendengar Sutra ini sulit diselamatkan. Sementara dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra dikatakan: Jika putera-putera dan puteri-puteri yang baik ini, setelah kemoksyaanKu, dapat membabarkan meskipun hanya sepatah kata dari Sutra Bunga Hukum ini kepada seseorang dengan cara rahasia, maka ketahuilah, orangorang ini adalah utusan Sang Tathagata. Jadi, baik bhiksu, bhiksuni, penganut pria maupun wanita yang membabarkan meskipun sepatah kata kepada orang lain, adalah utusan Sang Tathagata. Maka, karena Anda seorang penganut pria, Anda termasuk putera-putera yang baik. Barang siapa yang mendengar meskipun hanya sepatah kata atau sepotong kalimat Sutra ini, kemudian mencamkannya dalam hati, adalah ibarat kapal yang dapat menyeberangi lautan besar hidup-mati. Mahaguru Miao Lo mengatakan, “Sepatah katapun kalau dicamkan dalam hati, pasti dapat menolong dalam mencapai daratan Kesadaran Buddha”. Terlebih lagi kalau itu direnungkan dan dilaksanakan, maka selamanya akan berguna untuk mengarungi lautan besar hidup-mati. Menyeberangii lautan hidup-mati, tidak mungkin dapat dilakukan selain dengan kapal Myohorengekyo. Sesungguhnya kapal yang dimaksud dalam kalimat Saddharmapundarika-sutra, “Seperti seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,” adalah kapal yang dibuat oleh pendiri ajaran, yaitu Sang Buddha Sakyamuni yang Maha Agung, sebagai ahli pembuat kapal yang tak terbatas prajnanya, dengan menggunakan bahan-bahan kayu Empat Rasa Delapan Ajaran, yang diserutnya untuk membuang ajaran sementara secara jujur; kemudian bahan-bahan itu dipotong dan dirakit sebagai kesatuan sifat baik dan sifat buruk dipaku dengan Kebenaran Tunggal Sarpimanda (Daigo), lalu diluncurkan ke lautan besar hidup-mati dengan tiang kebenaran tunggal Jalan Tengah yang berlayarkan Tiga Ribu Dunia. Maka, angin Syoho Jisso mendorong kapal itu melaju dengan ber42
Samantabadra | Agustus 2018
penumpang seluruh umat manusia yang memasuki pintu Hukum Buddha dengan hati percaya. Tathagata Sakyamuni memegang kemudi, Tathagata Prabhutaratna memegang tali layar, sementara keempat Maha Bodhisattva mendayung bersama dalam irama yang harmonis. Inilah kapal yang dimaksud dalam kalimat tadi. Orang-orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah Niciren dan murid-muridNya. Percayalah benar-benar akan hal ini. Bila Anda bertemu Syijo Kingo, berdialoglah dengannya dengan sebaikbaiknya. Untuk keterangan yang lebih rinci akan Saya kirimi Anda surat lagi. Tanggal 28 bulan 4 Kepada Saudara Shiiji Shiro Hormat Saya Niciren
KUTIPAN GOSYO |
1
Anggaplah Anda menyampaikan sepatah kata atau sepotong kalimat ajaran Saddharmapundarika-sutra kepada orang lain adalah karena dalamnya jodoh masa lampau. Keterangan: Pertapaan agama Buddha yang sesuai untuk Masa Akhir Dharma adalah percaya dan menerima Nammyohorengekyo, yaitu Saddharmapundarika-sutra Masa Akhir Dharma, kemudian melaksanakan kepercayaan yang mencakup Jigyo-Keta, yaitu pertapaan diri sendiri dan usaha untuk kebahagiaan orang lain. Kutipan di atas, secara ringkas Niciren Daisyonin menerangkan kesulitan dan keagungan usaha penyebaran Dharma yang pada dasarnya termasuk usaha demi kebahagiaan orang lain atau Keta. Dalam ungkapan “Sepatah kata atau sepotong kalimat�, Beliau sebenarnya menjelaskan betapa sulitnya menganut dan menyebarluaskan Hukum Sakti. Tapi justru
karena sulit, disitulah terdapat keagungannya. Kemudian pada bagian ini juga, Beliau menghimbau dan memberi dorongan kepada kita agar menyadari bahwa terlahirnya kita dalam Masa Akhir Dharma sampai kita bisa percaya, melaksanakan dan menyebarluaskan Hukum Sakti adalah karena dalamnya jodoh masa lampau kita. Menyadari hal ini, tidak lain berarti sadar akan tugas kejiwaan penyebarluasan Saddharma. Selanjutnya dari kutipan di atas, Niciren Daisyonin mengutip kalimat Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “..... dan lagi mereka tidak mendengar Hukum Sakti. Orang-orang seperti ini sukar diselamatkan.� Dengan kutipan ini, sebenarnya Beliau menyatakan, orang-orang yang tidak mau mendengar Hukum Sakti atau Saddharma sulit diselamatkan, tapi bagaimanapun kita harus berusaha untuk menerangkan dan memperdengarkannya kepada mereka. Hendaknya sejenakpun kita tidak melupakan Agustus 2018 | Samantabadra
43
tugas dan usaha untuk menerangkan dan memperdengarkan kekuatan Saddharma kepada kawan-kawan kita, sebagaimana dianjurkan Sang Buddha dalam kutipan ini.
2
Jadi, baik bhiksu, bhiksuni, penganut pria maupun wanita yang membabarkan meskipun hanya sepatah kata pada orang lain, adalah utusan Sang Tathagata. Maka, karena Anda seorang penganut pria, Anda termasuk putera-putera yang baik. Keterangan: Dengan mengutip sebuah kalimat Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin mengajarkan, siapapun yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra meskipun hanya sepatah kata kepada orang lain, adalah utusan Sang Tathagata. Pertapaan agama Buddha dalam Masa Akhir Dharma ini, yang bertujuan untuk mencapai kesadaran Buddha dalam hidup kali ini, hanyalah terdapat dalam pelaksanaan tugas mulia sebagai utusan Sang Tathagata. Karena penyelamatan umat manusia dalam arti yang sebenarnya hanyalah dapat dilakukan dengan pembabaran Hukum Sakti. ‘Sepatah kata’ yang dimaksud di sini tidak lain adalah Myohorengekyo, karena dalam Hukum Tunggal Saddharma sudah tercakup segala Hukum dialam semesta ini. Inti dari segala Hukum adalah Myohorengekyo. Maka di sini Niciren Daisyonin menegaskan, orang yang mengajar serta menyebarluaskan Hukum Sakti ini adalah utusan Sang Tathagata. Dengan menjalankan tugas mulia sebagai utusan Sang Tathagata, jiwa Buddha kita pun dapat berkembang. Maka, marilah kita makin giat menunaikan tugas mulia sebagai utusan Sang Tathagata dalam kehidupan seharihari.
3
Barangsiapa yang mendengar meskipun hanya sepatah kata atau sepotong kalimat Sutra ini, kemudian mencamkannya dalam hati, adalah ibarat kapal 44
Samantabadra | Agustus 2018
yang dapat menyeberangi lautan besar hidupmati. Keterangan: Maksudnya ‘Sutra ini’ adalah tidak lain Saddharmapundarika-sutra, tapi ‘sepatah kata atau sepotong kalimat’ adalah Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung yang merupakan inti hakekat Saddharmapundarika-sutra. ‘Mendengar’ di sini berarti percaya dan menerimanya. ‘Mencamkannya dalam hati’ berarti menjalankan ketiga prinsip: percaya, melaksanakan dan belajar. Seperti halnya kalau kita mencelup kain, warnanya akan jadi makin jelas bila diulang beberapa kali. Begitu pula dengan proses percaya, melaksanakan dan belajar bila diteruskan bertahun-tahun, maka keyakinan kita pun akan jadi makin mendalam. Dalam kutipan di atas disebutkan, “Ibarat kapal yang dapat menyeberangi lautan besar hidup-mati”, karena dalam agama Buddha kesesatan jiwa manusia biasa diumpamakan sebagai lautan besar hidup-mati. Yang dimaksud hidup-mati adalah penderitaan dalam proses: lahir-tua-sakit-mati. Karena penderitaan ini tiada habis-habisnya bagi seorang manusia biasa yang penuh kesesatan, maka diumpamakan sebagai lautan besar yang amat luas. Namun, dilautan yang besar dan luas ini terdapatlah daratan kesadaran Buddha atau kebahagiaan mutlak. Orang pertama yang mencapai daratan tersebut adalah Sang Buddha sendiri, dan kita sendiripun bila menjalankan kehidupan ini tepat sebagaimana petunjuk Sang Buddha, daratan tersebut tentu akan tercapai juga. Yang penting ialah, kapal untuk menyeberangi lautan tersebut bukan diberikan orang lain dan juga bukan berarti asal kita duduk dalam kapal itu dengan sendirinya akan sampai ketujuan. Tapi jiwa kita yang percaya pada Hukum Sakti yang menjadi kapal tersebut, kemudian pelaksanaan dan pelajaran kita akan jadi tenaga pendorong bagi kapal tersebut.
4
Mahaguru Miao Lo mengatakan, “Sepatah katapun kalau dicamkan dalam hati, pasti dapat menolong dalam mencapai daratan Kesadaran Buddha.” Terlebih lagi kalau itu direnungkan dan dilaksanakan, maka selamanya akan berguna untuk mengarungi lautan besar hidup-mati. Keterangan: Sebagaimana uraian di atas, “Sepatah kata pun kalau dicamkan dalam hati,” berarti percaya dan melaksanakan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Selanjutnya “Pasti dapat menolong dalam mencapai daratan kesadaran Buddha,” berarti, siapapun akan sanggup mencapai Kesadaran Buddha. Tapi ini bukan berarti ada orang lain yang membuatkan ‘kapal’ untuk kita, melainkan jiwa kita yang telah mencamkan Saddharma akan menjadi ‘kapal’ tersebut. Sedangkan tenaga untuk mengarungi lautan besar hidup-mati adalah ‘merenungkan’ dan ‘melaksanakan.’ ‘Merenungkan,’ berarti membaca dan menghayati Gosyo dengan sikap sebagai murid Sang Buddha Niciren Daisyonin. ‘Melaksanakan,’ berarti menjalankan pertapaan agama Buddha Niciren Daisyonin yang mencakup Jigyo Keta. Jadi, kedua jalan: melaksanakan dan belajar inilah yang mendorong kita kearah pencapaian kesadaran Buddha.
5
Menyeberangi lautan hidup-mati, tidak mungkin dapat dilakukan selain dengan kapal Myohorengekyo.
Keterangan: Bagian ini menegaskan, selain dengan percaya, menerima, melaksanakan dan mempempertahankan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, takkan mungkin kita menyeberangi lautan besar hidup-mati. Maka dapat dipastikan, berbagai pikiran dan pandangan sesat yang bertentangan dengan kebenaran ini dan berbagai sikap kompromi yang mencampur baurkan Kebenaran Tunggal ini dengan pikiran sesat adalah bagaikan kapal tua yang telah bocor dan kandas, hingga dengan
menumpanginya pada suatu saat kita akan tenggelam ke dasar lautan neraka.
6
Sesungguhnya kapal yang dimaksud dalam kalimat Saddharmapundarikasutra, “Seperti seseorang yang ingin menyeberang mendapat kapal,” adalah kapal yang dibuat oleh pendiri ajaran, yaitu Sang Buddha Sakyamuni yang Maha Agung, sebagai ahli pembuat kapal yang tak terbatas prajnanya, dengan menggunakan bahanbahan kayu Empat Rasa Delapan Ajaran, yang diserutnya untuk membuang ajaran sementara secara jujur, kemudian bahan-bahan itu dipotong dan dirakit sebagai kesatuan sifat baik dan sifat buruk dipaku dengan Kebenaran Tunggal Sarpimanda (Daigo), lalu diluncurkan ke lautan besar hidup-mati dengan tiang kebenaran tunggal Jalan Tengah yang berlayarkan Tiga Ribu Dunia. Maka, angin Syoho Jisso mendorong kapal itu melaju dengan berpenumpang seluruh umat manusia yang memasuki pintu Hukum Buddha dengan hati percaya. Tathagata Sakyamuni memegang kemudi, Tathagata Prabhutaratna memegang tali layar, sementara keempat Maha Bodhisattva mendayung bersama dalam irama yang harmonis. Inilah kapal yang dimaksud dalam kalimat tadi. Keterangan: Dengan mengutip kalimat dari Bab Bodhisatva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin membuat suatu perumpamaan yang amat indah dan mengena, menandaskan, Hukum Agung yang dapat membuat seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha, tiada lain kecuali Myohorengekyo. Kalimat Sutra yang dikutip bagian ini mengumpamakan Saddharma sebagai kapal untuk menyeberangi lautan besar hidup-mati. Niciren Daisyonin mengumpamakan Buddha Sakyamuni sebagai ahli pembuat kapal yang amat unggul prajnanya, kemudian seluruh ajaran Sang Buddha Sakyamuni yang dinyatakan sebagai Empat Rasa Delapan Ajaran, diumpamakan sebagai bahan-bahan kayu untuk membuat kapal Agustus 2018 | Samantabadra
45
tersebut. Tapi bahan-bahan kayu ini tak mungkin digabung begitu saja; bagian-bagian yang tidak diperlukan harus diserut dan dipotong. Inilah yang berarti membuang segala ajaran sementara secara jujur dan ikhlas. Kaum Sravaka, Pratyekabuddha atau juga kaum wanita dan orang jahat tidak diperkenankan mencapai kesadaran Buddha dalam ajaran-ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra atau Nizenkyo. Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra yang menjelaskan prinsip Sepuluh Dunia Mencakupi Sepuluh Dunia, mereka dipastikan dapat mencapai kesadaran Buddha. Kapal perumpamaan di atas memang terbuat dari rakitan ajaran yang benar-benar dapat menyelamatkan segenap umat manusia secara adil dan merata. Hal ini diungkapkan oleh Niciren Daisyonin sebagai “Bahan-bahan itu dipotong dan dirakit sebagai kesatuan sifat baik dan sifat buruk, dipaku dengan Kebenaran Tunggal Sarpimanda”. Ungkapan-ungkapan berikutnya seperti “Tiang kebenaran tunggal Jalan Tengah yang berlayarkan Tiga Ribu Dunia” ataupun “angin Syoho Jisso” menyatakan, ajaran Icinen Sanzen yang merupakan inti Saddharmapundarika-sutra adalah kunci ajaran untuk pencapaian kesadaran Buddha. Kapal tersebut mengangkut “seluruh umat manusia yang memasuki pintu agama Buddha dengan hati percaya.” Jadi sudah jelas kapal ini hanya dapat ditumpangi orang-orang yang Namu pada Hukum Putih Agung Myohorengekyo. Mereka yang masih memendam keraguan: apakah kapal ini benar-benar sampai ke tujuan atau apakah kapal ini tidak kandas di tengah jalan, takkan mungkin ikut menumpang kapal ini. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, Sang Buddha Sakyamuni sendiri yang memegang kemudi kapal tersebut, memang Saddharma adalah suatu ajaran yang secara pasti membawa seluruh umat manusia kepada tujuan pencapaian kesadaran Buddha. Karena itu, sikap ‘percaya‘ amat diutamakan dalam Saddharmapundarikasutra.
46
Samantabadra | Agustus 2018
Kemudian keempat Maha Bodhisatva seperti Visishtakaritra dan lain-lain “mendayung bersama dalam irama yang harmonis” berarti kepercayaan terhadap Saddharma akan membangun i tai do syin serta pelaksanaan tugas penyebarluasan Dharma akan jadi tenaga pendorong menuju pencapaian kesadaran Buddha. Pada kesimpulannya, kapal yang dimaksud dalam perumpamaan ini tidak lain adalah Gohonzon Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung.
7
Orang-orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah Niciren dan muridmuridNya. Percayalah benar-benar akan hal ini. Keterangan: Di sini Buddha Niciren Daisyonin menegaskan, murid-murid Beliau yang benar-benar percaya, melaksanakan dan mempertahankan ajaran Beliau pasti dapat menumpangi kapal yang menyeberangi lautan besar hidupmati, kemudian melaju secara pasti menuju pencapaian kesadaran Buddha. Orang yang dapat menumpangi kapal ini adalah mereka yang mempertahankan kepercayaan dengan kuat. Mereka adalah orangorang yang mempertahankan keyakinan tidak akan mundur dan giat menjalankan pelaksanaan Jigyo-Keta dan menuntut ajaran agama Buddha dengan penuh semangat. Jadi yang penting di sini adalah sikap kepercayaan yang takkan pernah menyerah menghadapi kesulitan apapun, bahkan semakin menghadapi kesulitan, semakin giat pula melaksanakan dan menuntut ajaran Sang Buddha. Juga takkan goyah menghadapi fitnahan dan rintangan. Harus disadari, dalam kehidupan berdasarkan agama Buddha, mengatasi kesulitan adalah berbareng dengan perombakan sifat jiwa. Begitulah kepercayaan kita yang dituntut sesuai petunjuk Niciren Daisyonin pada bagian ini. Hendaknya kita mencamkan dalam-dalam petunjuk Beliau “Percayalah benar-benar akan hal ini”. Dan kutipan di atas secara tersirat
menyatakan, Niciren Daisyonin adalah Sang Buddha Masa Akhir Dharma yang sanggup membimbing seluruh umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Maka marilah kita makin mempertebal kepercayaan dan berusaha lebih giat mengajak lebih banyak kawan kedalam ‘kapal’ Hukum Sakti ini.***
KETERANGAN ISTILAH Empat Rasa Delapan Ajaran: Suatu klasifikasi seluruh ajaran Buddha Sakyamuni yang dibuat oleh Tientai. Istilah Empat Rasa berasal dari perumpamaan “Lima Macam Rasa Susu” yang terdapat dalam Sutra Nirvana. Dengan menggunakan perumpamaan ini, Tien-tai menerangkan adanya 5 periode dalam pembabaran Buddha Sakyamuni. Masing-masing adalah sebagai berikut: a. Ksira: rasa susu segar, menunjuk kepada periode Avatamsaka atau Kegon. b. Dadhi: hasil proses pemurnian susu segar yang komponen utamanya adalah lemak. Contohnya adalah rasa keju atau mentega. Ini menunjuk kepada peiode Agam atau Agon. c. Navanita: sejenis cream yang terdapat di atas Dadhi, contohnya adalah rasa susu kental. Menunjuk kepada periode Vaipulya atau Hoto. d. Ghola: hasil proses fermentasi Navanita berupa susu asam yang harum dan mengandung mikroorganisme yang baik untuk kesehatan. Menunjuk kepada periode Prajna atau Hannya. e. Sarpimanda (Daigo-mi): adalah suatu cairan yang diperoleh dengan memurnikan Ghola, amat wangi dan lezat rasanya, digunakan juga sebagai obat. Menunjuk kepada periode Saddharmapundarika dan Nirvana (Hokke Nehan).
Delapan Ajaran terdiri dari Empat Macam Isi Ajaran dan Empat Macam Cara Pembinaan. Empat Macam Isi Ajaran: a. Zokyo: ajaran yang hanya menerangkan kesunyataan. b. Tsukyo: ajaran yang juga menerangkan hal-hal di luar kesunyataan. c. Bekkyo: ajaran yang hanya ditujukan kepada kaum bodhisatva. d. Enkyo: ajaran yang bulat sempurna. Empat Macam Cara Pembinaan: a. Tonkyo: secara langsung menerangkan kesadaran. b. Zenkyo: pembinaan secara bertahap, dari yang rendah menuju yang tinggi. c. Himitsukyo: menerangkan kurnia yang berbeda-beda untuk setiap orang. d. Fujokyo: cara pembinaan / pembabaran sedemikian rupa sesuai tingkat penangkapan/ pemahaman pendengarnya berbeda satu sama lain. Kesatuan sifat baik dan sifat buruk: maksudnya dalam jiwa manusia terdapat sifat baik maupun sifat buruk. Berarti, dalam Saddharmapundarika-sutra, baik orang jahat, Sravaka, Pratyekabuddha maupun kaum wanita telah diizinkan untuk mencapai kesadaran Buddha. Kebenaran Tunggal Sarpimanda (Daigo): kebenaran tunggal Saddharmapundarika-sutra. Mengenai Sarpimanda (Daigo), perhatikan keterangan nomor satu di atas.
Agustus 2018 | Samantabadra
47
48
Samantabadra | Agustus 2018
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Tiga Rintangan dan Empat Iblis
Pertanyaan : Dalam Gosyo dikatakan “Kalau sudah menjalankan pelaksanaan dan pengertian, Tiga Rintangan Empat Iblis akan bermunculan secara ganas dan beruntun.” Namun di samping itu dikatakan, “Jika ada hati yang lengah walaupun sedikit, iblis akan mengambil kesempatan.” Kalau begitu, bagaimana kita dapat membedakan iblis yang timbul karena kita giat menjalankan kepercayaan, dengan iblis yang timbul karena kita lalai dalam menjalankan kepercayaan? Jawab : “Iblis” yang timbul karena kita giat atau lalai, adalah kita sendiri yang paling mengetahuinya. Dan pada dasarnya, itu adalah masalah kesadaran diri sendiri. Rintangan yang timbul ketika kita maju menuju pemunculan kesadaran Buddha (Issyo Jobutsu) dan perombakan sifat jiwa sendiri, dengan menggelorakan semangat untuk maju, dalam kepercayaan yang kuat adalah jelas, termasuk iblis golongan pertama. Dalam hal ini, pada umumnya dipertahankan sikap kepercayaan untuk menemukan iblis secara tajam, dan berusaha untuk melawannya. Sebaliknya pada jenis yang kedua, iblis akan masuk ke dalam keadaan yang tidak ada peningkatan kepercayaan, dikuasai kemalasan dan mundur, lalu ia akan menggerogoti jiwa. Dalam hal ini, secara konkritnya, orang yang bersangkutan akan dimakan habis oleh iblis, hingga kehilangan kegembiraan dan keberanian dalam kepercayaan, dan dalam pelaksanaannya pun akan lalai. Yang harus kita perhatikan adalah,
bahwa seringkali kita tidak sadar, bahwa kita ini dipengaruhi oleh iblis. “Iblis” yang dimaksud di sini adalah pengaruh buruk atau kondisi sifat jiwa negatif yang secara alamiah memang sudah ada di dalam diri kita sebagai potensi kesesatan pokok jiwa, bukan makhluk jahat yang berada di sekitar dan merasuk ke dalam diri kita. Di situlah pentingnya kita berada dalam susunan Buddha yang Itai Dosyin, untuk saling menegur dan memberi dorongan, serta mendapatkan pimpinan kepercayaan yang baik. Ketika kita terjerumus dalam kondisi kepercayaan yang buruk, entah karena iblis ataupun kesulitan, tidak ada sesuatu yang lebih meyakinkan daripada kehadiran pemimpin atau saudara sedharma yang memberi dorongan dengan maitri karuna yang mendalam, serta daya bimbing yang luas dan berkeyakinan untuk memecahkan kesesatan pikiran kita. Agama Buddha mengajarkan, bahwa sesama kawan kita yang menganut Agama Buddha Niciren Syosyu ini disebut “kawan atau pengaruh baik”, dan haruslah merupakan hubungan kawan untuk memperdalam kepercayaan masingmasing, dan memajukan diri sendiri. Pokoknya, sebagaimana dikatakan dalam Gosyo “Kalau muncul rintangan yang disebut Rintangan Empat Iblis, orang bijaksana akan bergembira dan orang yang bodoh akan mundur”, maka, kita walaupun menghadapi rintangan iblis seperti apapun, tetap maju dalam perjalanan perombakan sifat jiwa dengan menjadi arif bijaksana Myoho.
Agustus 2018 | Samantabadra
49
Pertanyaan : Dalam “Kyodaisyo” dikatakan “Dunia ini adalah milik Raja Iblis Surga Keenam”. “Sejak zaman dahulu yang tidak berawal, seluruh umat manusia adalah pengikut Raja Iblis tersebut” (Gosyo, hal. 1081). Namun apakah perjuangan melawan rintangan iblis dan musuh besar tidak akan hilang untuk selama-lamanya? Jawab : Dapat dikatakan, bahwa hal tersebut tidak akan hilang untuk selama-lamanya. Dengan keyakinan yang demikian, kita harus selalu mempertahankan “Kepercayaan yang dapat mengenal iblis”, dan “Kepercayaan yang dapat mengatasi iblis”. Dalam Gosyo dikatakan “Sifat Hukum Sumber Hukum Pokok (Gampon no Hossyo) akan terwujud sebagai Bonten, Taisyaku, dan sebagainya. Kesesatan Sumber Pokok (Gampon
Catatan
50
Samantabadra | Agustus 2018
no Mumyo) akan terwujud sebagai Raja Iblis Surga Keenam” (Gosyo, hal. 997). Berarti kalau kita tinjau dari filsafat jiwa Agama Buddha, dalam jiwa kita memang sudah terdapat sifat hukum / kesadaran (Hossyo) dan kesesatan (Mumyo) secara bersama-sama. Bahkan kesesatan dan kesadaran adalah satu, dan itu dapat dikatakan sebagai perwujudan jiwa itu sendiri dalam bentuk yang berlainan. Dalam hal ini, kesesatan perwujudan fungsi Raja Iblis Surga Keenam. Dengan demikian, proses munculnya kesesatan dan kesadaran dalam jiwa manusia adalah proses yang simultan dan akan terus ada. Tujuan dari beragama Buddha adalah agar jiwa kita didominasi oleh perasaan jiwa yang sadar (kesadaran Buddha). Tanpa pelaksanaan Buddhisme dalam kehidupan sehari-hari, kesesatan pokok jiwa lebih mudah untuk mendominasi di tengah kekeruhan zaman akhir dharma saat ini. ***
Koreksi Gosyo Cabang bulan Juli 2018
Agustus 2018 | Samantabadra
51
52
Samantabadra | Agustus 2018
kesehatan
Waspada! Efek Samping Sering Sendawa
Sendawa setelah makan adalah hal yang biasa. Lain halnya jika terus-menerus bersendawa karena bisa jadi ini adalah gejala suatu penyakit atau efek samping obat-obatan tertentu.
S
endawa adalah salah satu cara tubuh mengeluarkan gas secara alami. Kondisi ini umumnya adalah hal yang baik karena jika tidak dikeluarkan, maka gas dalam perut dapat menyebabkan perut kembung yang kadang disertai dengan sakit perut. Kondisi menelan udara, baik secara sengaja maupun tidak ini disebut dengan aerophagia. Udara yang masuk ke tubuh mengandung gas nitrogen dan oksigen. Gas ini akan didorong ke atas oleh perut menuju kerongkongan dan keluar dari mulut dalam bentuk sendawa. Gas dalam tubuh manusia umumnya terbentuk dari proses pencernaan makanan atau ketika ada udara yang tertelan melalui
mulut. Udara dapat masuk ke tubuh jika Anda berbicara sambil makan, mengunyah permen karet, mengisap permen, makan terlalu cepat, atau merokok. Selain aktivitas di atas, ternyata masih ada kondisi-kondisi tertentu yang dapat menyebabkan seseorang cenderung lebih sering bersendawa. Situasi-situasi tersebut perlu Anda kenali agar dapat diantisipasi, yaitu: • Beberapa kelompok makanan dan minuman dapat menimbulkan sendawa terus menerus, antara lain brokoli, kacang-kacangan, pisang, biji-bijian utuh, kismis, dan minuman berkarbonasi. Minuman keras, makanan kaya akan gula, tepung, dan serat juga dapat menyebabkan
sering sendawa. • Beberapa jenis obat bisa menyebabkan sendawa atau gangguan yang menyebabkan sendawa, antara lain aspirin, ibuprofen, pereda nyeri (naproxen), obat pencahar seperti sorbitol dan laktulosa, acarbose untuk menangani diabetes tipe 2. • Beberapa orang banyak menelan udara saat mereka sedang cemas. • Obesitas dan berpakaian ketat dapat meningkatkan risiko sering sendawa. • Sebagian pengidap penyakit tertentu merasa lebih banyak bersendawa akibat perut yang tidak nyaman, seperti: • Penyakit reflux asam lambung atau gastroesophageal Agustus 2018 | Samantabadra
53
reflux disease (GERD). Kondisi ini diakibatkan oleh asam lambung yang naik ke kerongkongan. • Tukak lambung: luka pada perut, kerongkongan, dan usus halus bagian atas. • Intoleransi laktosa: ketidakmampuan perut mencerna laktosa dalam susu. • Gangguan penyerapan sorbitol atau karbohidrat fruktosa. • Penyakit Celiac: intoleransi gluten yang banyak terdapat makanan bertepung, seperti roti. • Sindrom dumping: gangguan yang menyebabkan perut kosong lebih dulu sebelum isinya tercerna dengan baik. • Gangguan pada pankreas (pancreatic insufficiency): ketidakmampuan pankreas untuk menjalankan perannya melepaskan enzim untuk proses pencernaan. • Gastritis atau peradangan pada dinding perut. • Infeksi Helicobacter pylori pada lambung. Umumnya sendawa bukanlah hal yang berbahaya dan tidak memerlukan penanganan khusus. Namun meski sendawa adalah proses alami, tapi tetap saja ada saat kita perlu mencegah sendawa, seperti pada acara jamuan resmi. Untuk mencegah sendawa, Anda bisa mencoba beberapa cara di bawah ini. • Hindari makan dan minum terburu-buru. • Merokok menyebabkan Anda menghirup udara. • Minimalkan atau hindari 54
Samantabadra | Agustus 2018
merokok. • Batasi konsumsi permen dan permen karet. • Hindari konsumsi bir dan minuman berkarbonasi yang mengandung gas karbondioksida. • Jika menggunakan gigi palsu, coba periksakan agar pemasangannya tepat sehingga Anda tidak menelan udara yang tidak perlu. • Jika Anda adalah pengidap nyeri ulu hati ringan, cobalah untuk mengonsumsi obat yang dijual bebas, seperti antasida, atau mengonsultasikannya ke dokter jika Anda mengalami gejala yang cukup berat. • Konsumsi suplemen atau minuman probiotik untuk membantu pencernaan. • Hindari makan dalam porsi besar. Juga hindari makan tepat sebelum waktu tidur. • Hindari mengonsumsi makanan berlemak, makanan yang mengandung asam seperti jus buah, kopi, tomat, dan bawang bombay, dan makanan pedas seperti merica
dan cabai. • Daripada direbus, lebih baik sayuran dimasak dengan cara dikukus. • Hindari perubahan suhu lambung yang tiba-tiba. Misalnya meminum minuman panas kemudian minuman dingin. • Kenakan pakaian longgar. Pakaian ketat, terutama di sekitar pinggang karena berisiko menyebabkan sendawa dan perut yang tidak nyaman. Untuk meredakan sendawa, Anda dapat mencoba untuk berbaring menyamping. Posisi mendekatkan lutut ke dada juga dapat membantu. Walau umumnya bukan merupakan hal serius, tapi segera periksakan diri jika Anda terus bersendawa dan merasa perut terus-menerus terasa kembung. Dokter akan menanyakan gejala-gejala lain untuk mendiagnosis penyebab sebenarnya. Penggunaan X-ray pada perut, MRI, atau CT scan mungkin diperlukan untuk meneliti sistem pencernaan lebih cermat. Sumber: https://www.alodokter.com/ sering-sendawa-bisa-berarti-tidak-sehat t
html
1
R 2
3
4
5
S
S
K
U
T
U
A
O
S
N
K
U
D
I
A
I
E L 6
8
S
A
M
M
T
10
U 12
S
7
T
A
I
J
G
U
I
J
9 11
A
U
J
I
N
O
D
U
R
13
U
E
R
J 14
S
N
15
I
C
H
I
G
A
N
J
O
O
I
N
S
16
N
I
D
I
G
I
K
P
A
H
A
N
T
A
O
H
O K
17
N
Y
O
Z
E
S
S
O
U
B
K
18
H
O
E
A
19
O
P
R
A
M
U
K
A
N
T
J I 20
S
A
Y
I
K
I
S
Y
I
N
F
U
Jawaban TTS Samantabadra Agustus 2017
N
I
O
R
wawasan
Mengubah Sampah Menjadi Bahan Bakar
P
enanganan sampah merupakan permasalahan serius di Indonesia. Penanganan yang dilakukan biasanya menggunakan cara-cara konvensional, seperti kumpulangkut-buang lalu kemudian sampah akan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebenarnya sampah sendiri bisa diolah menjadi barang yang berguna sehingga mampu memiliki nilai jual lebih. Selain itu, sampah juga bisa dilihat sebagai sumber energi yang belum termanfaatkan. Inilah yang disadari oleh pakar di Kelompok Keahlian (KK) Konversi Energi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka memiliki ide untuk mengembangkan sampah kota menjadi bahan bakar terbarukan. Hal ini berdasarkan karena bahan bakar dapat dipasok dari sampah kota yang sudah diolah dan memiliki karakteristik serupa dengan bahan bakar konvensional. Dengan begitu, permasalahan volume sampah dapat diselesaikan sekaligus mendapatkan sumber daya bahan bakar terbarukan. Dengan menggunakan Agustus 2018 | Samantabadra
55
prinsip hidrotermal, sampah kota campuran organik-plastik yang tidak terpilah dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, cara pandang terhadap Tempat Pembuangan Sampah Sementara harus diubah menjadi tempat pengolahan akhir. Nantinya sampah yang telah terolah – dalam volume yang jauh lebih kecil – dapat dibawa ke stasiun penyimpanan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit atau pabrik. Konsep yang digunakan pada alat ini seperti memasak menggunakan panci presto. Pertama adalah memasukkan sampah padat ke dalam reaktor bersama dengan air. Setelah reaktor ditutup, proses dimulai dengan memanaskan reaktor hingga temperatur operasi hingga nanti akan terbentuk padatan berukuran kecil. Keunggulan dari alat inovasi ITB ini adalah 56
Samantabadra | Agustus 2018
sampah kota yang diolah tidak memerlukan proses pemilahan maupun pencacahan terlebih dahulu. Dari pemrosesan satu jenis produk seragam berisi campuran organik dan plastik yang dijadikan bahan bakar padat akan dibentuk menjadi briket dengan kalor tinggi. Selanjutnya, dua jenis produk organik dalam bentuk halus dan produk plastik terpisah yang nantinya dapat digunakan dalam proses recycling lebih lanjut. Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia. id/2018/06/29/pakar-itb-ubah-sampahkota-menjadi-bahan-bakar-padat
Siak, Jejak Kerajaan Melayu Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah di Kota Pekanbaru, biasa disebut Jembatan Siak, menjadi gerbang masuk menuju Kabupaten Siak. Jembatan berwarna kuning dominan tersebut merupakan penghubung antara Siak dan Kecamatan Mempura. Jembatan di atas Sungai Siak sepanjang sekitar 1.196 meter inilah pembuka cerita kerajaan besar dan masyhur Melayu, yakni Kerajaan Siak Sri Indrapura.
M
asa kepemimpinan Kerajaan Siak Sri Indrapura turun-temurun hingga Sultan Siak XII, Sultan Assyaidis Syarif Qasim Abdul Jalil Syarifuddin, yang lazim dikenal dengan nama Sultan Syarif Qasim II. Kerajaan Siak Sri Indrapura berakhir pada 1946 seturut Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemegahan dan ciri khas Kerajaan Siak Sri Indrapura tidak pernah hilang. Apalagi setelah Siak ditetapkan menjadi kabupaten pada 12 Oktober 1999. Jejak sejarah dan budaya kerajaan
bertransformasi menjadi daya tarik pariwisata kabupaten dengan 14 kecamatan ini. Daya pikatnya pun membuat Siak diklaim oleh pemerintah daerah setempat sebagai Melayu yang Sebenarnya.
Agustus 2018 | Samantabadra
57
Kompleks Istana Nuansa budaya Melayu yang kental dapat dilihat dengan penggunaan warna kuning yang sangat dominan di wilayah komplek istana. Beberapa peninggalan kerajaan hingga saat ini masih terawat baik. Bahkan, saat berkeliling di tepi sungainya, kebersihan tampak sangat terjaga. Sebuah tugu dengan lambang Kerajaan Siak Indrapura berwarna coklat berlatar Istana Siak berdiri kokoh. Inilah identitas yang tidak akan pernah dilupakan, apalagi terletak di tengah tempattempat bersejarah Kerajaan Siak. Di sisinya terdapat tempat lapang untuk berkumpul warga menikmati eksotisme Sungai Siak. Istana ini sudah berubah fungsi, dari simbol kerajaan menjadi museum sejarah dan budaya. Namun, inilah bukti nyata kebesaran Kerajaan Melayu Islam terbesar di Riau. Di sini pula bisa jelas tentang silsilah sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang dimulai pada
58
Samantabadra | Agustus 2018
1723 M dengan 12 sultan pernah bertakhta. Desain istana mengadopsi gaya Eropa, India, Arab, serta perpaduan Melayu Tradisional. Saking megahnya, istana ini pun dijuluki sebagai ‘’Istana Matahari Timur’’. Terdiri atas dua lantai, pada tiap sudut bangunan terdapat pilar berbentuk bulat. Bagian puncak pilar terdapat hiasan burung garuda. Di depannya beberapa meriam diletakkan teratur demi melindungi istana dari serangan pada masa lalu. Semua pintu dan jendela berbentuk kubah berhias mozaik kaca. Lantai bawah terdiri atas enam ruangan. Kini di pintu masuk terdapat patung-patung lengkap dengan pakaian khas kerajaan. Di lantai bawah pula terdapat ruang besar utama yang terbagi atas ruang depan istana, ruang sisi kanan, ruang sisi kiri, serta ruang belakang. Di ruang sisi kanan terdapat peninggalan kerajaan yang sangat terkenal, yakni Cermin Permaisuri. Konon tamu yang datang percaya, berkaca di
cermin ini akan membuat aura kecantikannya keluar. Tak hanya Cermin Permaisuri, di ruangan tersebut terdapat pula pemutar musik Komet buatan Jerman yang, konon, hanya ada dua di dunia. Pemutar itu memiliki piringan bergaris tengah 90 cm, berisi lagu-lagu Mozart dan Beethoven. Hebatnya, pemutar tersebut hingga kini masih berfungsi dengan baik. Peninggalan lain yang masih sangat terjaga adalah Brankas Istana Siak, yang isinya hingga kini masih misterius. Konon, brankas tersebut tidak pernah dibuka karena kuncinya dibuang ke laut oleh Sultan Syarif Kasim II ketika menjadi Penasihat Presiden Soekarno tahun 19451950. Brankas tersebut terletak di bawah tangga menuju ruang atas. Tangga juga memiliki ciri khas tersendiri. Antara tangga naik dan turun memiliki jumlah anak tangga berbeda. Desainnya berulir dengan material besi nan kokoh. Berbeda dengan di lantai bawah, di lantai atas terdapat foto-foto silsilah kerajaan Siak serta barang-barang keperluan rumah tangga. Klenteng Bersejarah Sisi lain Siak yang cukup
menarik adalah Klenteng Hock Siu Kiong yang dibangun pada 1898 di pusat Kota Siak. Daerah sekitarnya merupakan perkampungan Tionghoa khas dengan warna bangunan merah menyala. Dalam kelenteng, patung-patung dewa dan dewi berjajar rapi dengan lilin berwarna merah yang menyala. Bagian dinding kanan-kiri kelenteng dihiasi lukisan naga dan burung phoenix. Sementara pada bagian dinding luar terdapat lukisan tentang Legenda The Eight Immortals yang sangat tersohor dalam mitologi masyarakat Tionghoa. Pada masa lalu sultan mengundang pedagang Tiongkok untuk mengajari masyarakat Siak cara berdagang. Sebagai apresiasi, sultan mengizinkan para pendatang Tiongkok tersebut mendirikan perkampungan dan bangunan untuk beribadah sesuai kepercayaan mereka. (Sumber: http://lionmag.net/web/2017/03/06/-
siak-jejak-kerajaan-melayu-wisata-pekanbaru)
Kisah Semangat dan Perjuangan Bangsa
ASIAN GAMES 18 Agustus 2018 | Samantabadra
59
I
ndonesia bangga terpilih menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya dalam ajang olahraga bergengsi, Asian Games, yang diselenggarakan oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA / Olympic Council of Asia). Pesta olahraga terbesar kedua setelah Olimpiade ini, pertama kali diadakan di New Delhi, India, pada tahun 1951. Setelah Perang Dunia ke-II berakhir, sejumlah negara di Asia yang telah merdeka menginginkan adanya sebuah ajang kompetisi baru, dimana kekuatan Asia tidak ditunjukkan dengan kekerasan. Pemikiran inilah yang mempelopori dibentuknya Asian Games dengan waktu penyelenggaraan setiap empat tahun sekali. Ketika terpilih menjadi tuan rumah pada tahun 1962, Indonesia berada dalam kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang belum stabil pasca perang kemerdekaan. Fasilitas olahraga dan berbagai infrastuktur yang masih minim juga menimbulkan pro kontra pada saat itu. Meskipun demikian, Presiden Soekarno mempunyai keyakinan yang sangat besar dan terus berjuang agar harkat & martabat 60
Samantabadra | Agustus 2018
bangsa Indonesia dapat terangkat di tingkat internasional. Menurut Presiden Soekarno, Asian Games bisa dijadikan sebagai alat untuk menyatukan dan membangun karakter bangsa (Nation Building). Oleh karena itu, berbagai lapisan masyarakat turut dilibatkan dalam rangka menyukseskan Asian Games ke-IV. Berikut ini adalah proses pembangunan fasilitas olahraga raksasa di Jakarta, yang kini disebut dengan Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno : • 8 Februari 1960 - Presiden Soekarno menancapkan tiang pancang Stadion Utama sebagai pencanangan pembangunan kompleks Asian Games IV dan disaksikan oleh wakil perdana menteri Uni Soviet, Anastas Mikoyan. • Juni 1961 - Stadion Renang berkapasitas 8.000 penonton selesai dibangun. Bangunan ini terdiri dari kolam tanding 50 meter, kolam loncat indah, kolam pemandian dan kolam anak. • 25 Desember 1961 - Stadion Tenis berkapasitas 5.200 penonton selesai dibangun. • Desember 1961 - Stadion Madya berkapasitas 20.000 penonton selesai dibangun. Berdiri di area seluas 1.75 hektar dan dilengkapi dengan 2 tribun; tribun barat berkapasitas 8.000 penonton dan tribun timur 12.000 Perangko Asian Games 2018
•
•
•
•
penonton. 21 Mei 1962 - Istana Olahraga berkapasitas 10.000 penonton selesai dibangun dan untuk pertama kalinya digunakan untuk penyelenggaraan kejuaraan dunia bulu tangkis beregu putra memperebutkan Piala Thomas. Juni 1962 - Gedung Bola Basket berkapasitas 3.500 penonton selesai dibangun. 21 Juli 1962 - Stadion Utama berkapasitas 100.000 penonton selesai dibangun. Stadion ini kemudian tercatat sebagai stadion terbesar di Asia Tenggara dan salah satu yang terbesar di dunia. 24 Agustus 1962 - Gedung Televisi Republik Indonesia Pusat sebagai stasiun televisi pemerintahan pertama di Indonesia selesai dibangun dan diresmikan mulai dibuka.
Di samping sarana olahraga di atas, presiden Soekarno juga membangun beberapa bangunan lain, seperti Patung Selamat Datang yang terletak di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Thamrin. Patung ini Perangko Asian Games 1962
Hotel Indonesia
Gelora Bung Karno 2018
Patung Selamat Datang
Stadion Istora Senayan (Gelora Bung Karno) 1962
dibuat oleh Edhie Sunarso pada tahun 1961 sebagai simbol yang menggambarkan semangat pemuda pemudi dalam menyambut tamutamu mancanegara. Presiden Soekarno sangat serius dalam mempersiapkan berbagai kebutuhan menjelang Asian Games. Salah satunya dibuktikan dengan melakukan peresmian Hotel Indonesia pada tanggal 05 Agustus 1962. Ketika itu, hotel ini merupakan hotel termegah di Indonesia dan menjadi satu-satunya hotel bintang lima di kawasan Asia Tenggara yang menyediakan fasilitas dengan standar internasional. Pertandingan Asian Games IV yang berlangsung pada tanggal 24 Agustus - 04 September 1962 berhasil menempatkan Indonesia sebagai runnerup atau juara umum ke-2 setelah Jepang dengan total perolehan 77 medali yang terdiri dari 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Model kepemimpinan presiden Soekarno yang mampu membakar semangat rakyatnya untuk sama-sama berjuang dalam mempersiapkan Asian Games, menuai decak kagum dari berbagai negara. Suksesnya
penyelenggaraan Asian Games ke-IV telah membuktikan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat, berkarakter, dan juga berprestasi dalam olahraga. Di tahun ini, Indonesia kembali memperoleh kesempatan untuk mengukir sejarah dan mencetak prestasi. Asian Games ke-XVIII akan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus - 02 September 2018, berlokasi di Jakarta dan Palembang. Hal ini merupakan kali pertama Asian Games diadakan di dua kota dalam satu negara secara bersamaan. Berbagai persiapanpun telah dilakukan oleh pemerintah guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua atlet mancanegara, dimana tantangan berupa transportasi dan kesiapan venue pertandingan menjadi fokus utama. Penataan kembali kawasan Gelora Bung Karno, pembangunan Wisma Atlet di Kemayoran, renovasi Velodrome di Rawamangun, dan arena pacuan kuda di Pulomas, adalah bentuk-bentuk persiapan untuk meningkatkan kualitas serta estetika bangunan menjadi representatif dan bertaraf internasional.
Presiden Joko Widodo berharap agar momentum Asian Games 2018 dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa. Pembangunan infrastruktur tidak hanya terbatas pada Asian Games saja, tetapi juga demi kemajuan bangsa di masa depan. Selain itu, dengan menjadi tuan rumah juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Indonesia. Oleh karenanya, kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia harus bersatu dan mendukung sepenuhnya agar pelaksanaan Asian Games ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Sekali lagi, mari kita tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bisa!! (Megah) Sumber: https://sport.detik.com/sport-lain/3602226/ bung-karno-membangun-karakter-bangsalewat-asian-games-1962 https://www.goodnewsfromindonesia. id/2015/09/12/mengenang-asian-games-1962 https://sportourism.id/heritage/beginikemegahan-hotel-indonesia-sambut-asiangames-62 https://kominfo.go.id/index.php/content/ detail/10233/infrastruktur-asian-games-2018bawa-manfaat-jangka-panjang-bagi-kemajuannegeri/0/artikel_gpr https://kominfo.go.id/index.php/content/ detail/10233/infrastruktur-asian-games-2018bawa-manfaat-jangka-panjang-bagi-kemajuannegeri/0/artikel_gpr
Agustus 2018 | Samantabadra
61
wawasan
Rumah Mayor Tionghoa Terakhir di Batavia Sebuah rumah tua bergaya oriental nan luas, berdiri di tengah gedung hotel dan apartment di Jalan Gajah Mada Nomor 188, Jakarta Barat. Penampakan tersebut tampak tak lazim dengan daerah sekitarnya. Seakan rumah tersebut tak disentuh oleh zaman. Di sekelilingnya pusat niaga Glodok terus bergeliat. Bangunan tua dirobohkan, berganti dengan ruko dan gedung-gedung tinggi.
62
Samantabadra | Agustus 2018
“
Banyak orang yang berpikir kalau rumah ini angker karena letaknya berada di tengah hotel dan apartment. Padahal rumah ini sebenarnya rumah bersejarah,” jelas pemandu dari Jakarta Good Guide, Cindy, dalam acara Heritage Tour dari Archipelago International, Kamis (28/6/2018). Rumah yang disebut Candra Naya tersebut adalah rumah terakhir Mayor China di Batavia. Zaman Hindia Belanda dulu, diangkat seseorang untuk mewakili etnisnya. Ialah Mayor Khouw Kim An yang lahir di Batavia 5 Juni 1879. Kariernya termasuk cemerlang di pemerintahan Batavia. Pada 1905 diangkat menjadi Leutenant, 1908 dipromosikan menjadi Kapitan, dan 1910 naik pangkat lagi menjadi Mayor. “Khouw Kim An ini kaya raya, punya bank dan juga toko beras. Istrinya ada 14 orang, anaknya 24 orang,” jelas Cindy. Rumah Candra Naya sekarang menurut Cindy hanyalah sepertiga luas asli rumah Khouw. “Rumah ini sempat tidak terawat, dan waktu dibeli oleh pengembang sempat rumah ini mau dipindahkan ke Taman Mini (TMII), tetapi banyak yang memprotes kalau dipindahkan dari lokasi asli maka nilai sejarahnya akan hilang,” jelas Cindy. Candra Naya bukan sekedar kediaman keluarga Khouw. Rumah ini merekam jejak sejarah Tionghoa di tanah air.
Khouw merupakan menantu Poa Keng Hek, pendiri organisasi Tionghoa modern pertama di Hindia Belanda, Tiong Hwa Hwe Kwan. Kala Indonesia dijajah Jepang, Candra Naya sempat menjadi kantor Sing Ming Hui, perkumpulan orang Tionghoa dengan tujuan sosial. Inilah perkumpulan yang akhirnya mencetuskan Universitas Tarumanagara. Pasca kemerdekaan RI, peraturan nasionalisasi nama membuat Sing Ming Hui berubah nama menjadi Candra Naya. Candra Naya juga pernah menjadi lokasi kuliah mahasiswa Universitas Tarumanagara, dan menjadi tempat penyelenggaraan Indonesia Open atau pertandingan bulu tangkis tingkat internasional pertama di Indonesia. Saat ini Candra Naya termasuk dalam komplek hunian superblok PT Modernland Realty Tbk. Namun, Candra Naya berada di bawah supervisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Untuk masuk rumah tersebut gratis, tetapi tidak diperkenankan memotret dengan kamera beresolusi tinggi. Lantas
bagaimana Mayor China terakhir di Batavia? Nasib Khouw ternyata tidak begitu baik di ujung usia. Kala Jepang masuk ke Indonesia, Khouw ditahan di kamp konsentrasi dan meninggal di sana pada 13 Februari 1945. Makamnya dapat ditemui di komplek makam Petamburan. Di sana dikuburkan keluarga Khouw, termasuk O.G. Khouw, sepupu Khouw Kim An yang terkenal sebagai pengusaha dan filantropis ternama. Makam O.G. Khouw disebut sebagai makam dengan mausoleum (pelindung makam) paling megah di Asia Tenggara.
Sumber: https://travel.kompas.com/ ad/2018/06/28/221000027/sejarahcandra-naya-rumah-mayor-chinaterakhir-di-batavia.
Agustus 2018 | Samantabadra
63
wawasan
Struktur Kata yang Kerap Salah Kaprah
C
ontoh beberapa istilah yang menyangkut kata wanita yang terdengar aneh, tidak masuk akal & berlogika salah, misalnya: Polisi Wanita, penumpang wanita, peneliti wanita, pengusaha wanita, penumpang wanita, pegawai wanita, guru wanita, penganut wanita, dharmaduta wanita, pelayan wanita. Tolong bayangkan, makna-makna kata-kata majemuk ini. Manakah yang buat Anda terasa menggelitik karena salah kaprah? Terasakah keganjilan maknanya? Tulisan saya kali ini menyoroti makna-makna katakata majemuk yang menyangkut kata wanita agar pembaca sekalian menyadari keanehan & keganjilannya. Ke depannya saya harapkan kita semua, warga NSI, yang menjunjung bahasa persatuan kita, dapat berbahasa Indonesia yang baik & benar dengan mengacu pada tertibbahasa & mengacu pada pengertian benar & lurus. Sebagai warga negara & warga masyarakat yang baik, perlu sekali kita gunakan istilah/kata majemuk yang berlogika bahasanya benar agar tidak terjadi salah pengertian & miskomunikasi antar pelaku komunikasi. Marilah kita bahas satu per satu kata-kata majemuk dimaksud. Yang terparah dari segi pemahaman ialah kata pengusaha wanita. Pengusaha wanita cukup mengganggu perasaan kita, karena berarti germo & bukan para pengusaha yang berjenis kelamin perempuan. Pengusaha wanita bermakna orang [lelaki atau perempuan] yang mengusahakan & memperdagangkan wanita sebagai sumber penghasilannya. Jadi, yang benar ialah wanita pengusaha. Yang parah juga ialah Polisi Wanita. Di sini pun terjadi salah kaprah & salah logika karena Polisi Wanita bermakna petugas polisi yang khusus & melulu menangani & mengurusi wanita, baik wanita yang bermasalah ataupun wanita 64
Samantabadra | Agustus 2018
yang memerlukan bantuan pengawalan demi keamanan ybs. Maka, Polwan sebetulnya tidak berhak atau tidak berwenang menangani pria yang bermasalah ataupun pria yang memerlukan bantuan pengawalan demi keamanan ybs. Jika, yang dimaksud para wanita yang menjadi petugas polisi, yang benar adalah Wanita Polisi. Sebagai penumpang KRL, sudah beratus kali saya mendengar istilah penumpang wanita ketika berkereta setiap hari p.p. ke Jakarta. “Kereta pertama & terakhir diperuntukkan bagi penumpang wanita,� begitu tuturan sang PPK yang bertugas mendampingi masinis selama perjalanan. Tuturan ini terasa menggelitik di telinga & hati saya setiap kali terdengar. Penumpang berarti orang yang menumpang atau orang yang naik (kereta, kapal, dan sebagainya). Penumpang wanita berarti orang yang menumpang wanita?! Jika, yang dimaksud para wanita yang menumpang kereta, yang benar adalah wanita penumpang. Logika salah yang sama berlaku ketika kita menyebut peneliti wanita yang mengandung arti peneliti, baik yang berjenis kelamin pria maupun wanita, yang menyasar atau menjadikan wanita sebagai sasaran penelitian/riset keilmuannya. Jadi, yang benar ialah wanita peneliti. Sama halnya dengan guru wanita, pengertiannya ialah guru, bisa pria atau wanita, yang khusus mengajar wanita. Kalau ingin menyatakan guru yang khusus berkelamin wanita, wajib dikatakan wanita guru. Bagaimana dengan dharma-duta wanita? Secara harfiah, artinya ialah dharma-duta, bisa pria atau wanita, yang khusus mengajar dharma & membina sraddha/syinjin khusus kepada wanita. Yang benar, sesuai maksudnya, itu
wanita dharma-duta, berarti para wanita yang mengabdikan diri mereka mengajar dharma & membina sraddha/syinjin kepada pria & wanita Buddha NSI. Bagaimana halnya dengan pelayan wanita? Istilah ini berarti orang yang khusus melayani perempuan di sebuah restoran? Jika tidak, seharusnya katakan wanita pelayan.
Di antara sekian banyak istilah atau kata majemuk bertemakan wanita, masih ada yang benar logika bahasanya. Yang paling benar ialah Wanita Angkatan Darat, berarti para wanita yang mengabdikan diri mereka sebagai prajurit di Angkatan Darat Republik Indonesia. (Kyanne Virya)
Berita Duka Cita
Ibu Siniwati Winata
Sdr. Nelson C'zar Widjaja
Meninggal pada usia 88 tahun 17 Mei 2018 Umat NSI Gajahmada DKI Jakarta
Putra dari Bapak Heri Oey Meninggal pada usia 15 tahun 26 Mei 2018 Umat NSI Kotabumi Banten
Ibu Suwantini
Ibu Henny
Meninggal pada usia 81 tahun 10 Juni 2018 Umat NSI Cianjur Jawa Barat
Meninggal pada usia 53 tahun 15 Juni 2018 Umat NSI Tegal Alur DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Agustus 2018 | Samantabadra
65
dunia anak
Hai anak-anak NSI! Yuk tes ketelitianmu dengan cari perbedaan yang ada di gambar di bawah ini!
66
Samantabadra | Agustus 2018
Resep Sapi Lada Hitam Bahan-bahan: 1. 500 gram daging sapi has dalam, cuci lalu iris tipis berlawanan serat 2. 3 siung bawang putih, geprek atau iris tipis 3. 1 buah bawang bombai, iris memanjang 4. 1 buah paprika merah, potong kotak 5. 1 buah paprika hijau, potong kotak 6. 1 sdm kecap inggris 7. secukupnya Garam dan merica hitam 8. 2 sdm kecap manis 9. Bahan Perendam : 5 siung bawang putih, geprek 1 sdm tepung tapioka 1/2 sdt merica hitam 2 sdm kecap inggris 1 sdm gula pasir 2 sdm saus tiram 2 sdm kecap asin 1 sdm saus tomat 2 sdm minyak goreng
Langkah: 1. Rendam daging sapi yang telah diiris tipis dengan bumbu perendam selama minimal 30 menit. Semalaman lebih enak. 2. Panaskan wajan dan sedikit minyak, tumis daging yang telah direndam hingga berubah warna. Sebentar saja. Tiriskan. Saya bagi menjadi dua kali penggorengan. Sisihkan. 3. Tumis bawang bombai dan bawang putih hingga harum. 4. Tambahkan paprika hijau dan paprika merah. Aduk rata. 5. Masukkan daging yang telah ditumis tadi. 6. Bubuhkan garam, merica, kecap manis, dan kecap inggris. 7. Masak hingga matang. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/5241092-sapi-lada-hitam-beef-black-pepper
Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â
Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Agustus 2018 | Samantabadra
67
ttsagus18.html
teka-teki silang
ttsagus18.html 1
2
3 2
4 3
1
5 4
5
6
7 6
8
7
9 8
9
10 12
11
10
11
13
12
13
1414
15 15
16 16
17
17
18
18 19
19
20
20
Mendatar Across 4. Sunyata / tidak tampak / ... Mendatar Across
6. 3 Aspek pokok kerangka pokok jiwa: Nyoze So, Nyoze Syo, Nyoze ... 4.8.Sunyata / tidak tampak / ... 2-1 6. 3 Aspek pokok kerangka 11. Bagai ... dalam daging pokok jiwa: Nyoze Syo, Inggris) Nyoze ... 12.Nyoze MusimSo, Panas (Istilah 14. Nama Bhiku tertinggi ke-26 8. 2-1 17.Bagai Hukum / Ketai / ... 11. ... jasmani dalam daging 18. Hukum (Istilah Jepang) 12. Musim Panas (Istilah Inggris) 19. Babysitter = Pramusiwi, Office boy = ... 14. Nama Bhiku tertinggi ke-26 20. Kesatuan jasmani & rohani yang tak 17. Hukum jasmani / Ketai / ... terpisahkan (Istilah Jepang)
18. Hukum (Istilah Jepang) 19. Babysitter = Pramusiwi, Office boy = ... 20. Kesatuan jasmani & rohani yang tak terpisahkan (Istilah Jepang)
Menurun Down 1. Agama (Istilah Inggris) Menurun Down
2. Karena nila setitik, rusak ... sebelanga 3. Nama lain dari gosyo 'Surat Mengenai 3 1. Agama (Istilah Inggris) Hukum Rahasia Agung' 2.5.Karena nila setitik, rusak ... sebelanga Salah seorang murid terkemuka di 3. Nama lainKanto dari gosyo 'Surat Mengenai daerah bersama murid lainnya3 seperti Ota & Agung' Soya, yang diberikan Hukum Rahasia namaseorang Nichizomurid oleh Nichiren Daisyonin. 5. Salah terkemuka di 7.daerah 'Menerima dan Mempertahankan adalah Kanto bersama murid lainnya Kesadaran' (Istilah Jepang) seperti Ota & Soya, yang diberikan 9. Monday, ..., Wednesday nama Nichizo oleh Nichiren Daisyonin. 10. Upload (Istilah Inggris) 7. 'Menerima dan Mempertahankan adalah 13. Waktu (Istilah Jepang) Kesadaran' (Istilah Jepang) 15. 12 ... adalah hari perwujudan Dai 9. Monday, ..., Wednesday Gohonzon. 16.Upload Ilmu Pengetahuan Alam 10. (Istilah Inggris)
13. Waktu (Istilah Jepang) 15. 12 ... adalah hari perwujudan Dai Gohonzon. 16. Ilmu Pengetahuan Alam
68
Samantabadra | Agustus 2018
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Agustus 2018 Tanggal
30 juli 31 juli 1 2 3 4 5
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
6 7
Senin Selasa
8
Rabu
9 10 11 12 13 14 15
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
16 17 18 19
Kamis Jumat Sabtu Minggu
20 21 22
Senin Selasa Rabu
23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Jam 13.00
Pendalaman Gosyo Dharma Duta
Wihara Sadaparibhuta NSI
19.00
Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
19.00
Ceramah Gosyo
Daerah masing-masing
10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1
19.00
Pertemuan Cabang
Daerah Masing-Masing
10.00 19.00
Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Pelajaran Anak Cabang
Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
14.00 19.00
Pertemuan Wanita Daerah Pertemuan Pria Daerah
Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing
19.00
Pertemuan Anak Cabang
Daerah Masing-Masing
10.00 14.00 19.00
Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lanjut Usia Umum Pertemuan Empat Bagian
Daerah Masing-Masing
13.00
Pendalaman Gosyo Dharma Duta
Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul
Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI
Kensyu Gosyo Umum September 2018 Kensyu Gosyo Umum September 2018
Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI
17.00 13.00
Kegiatan
Pendalaman Gosyo Dharma Duta
Tempat
Daerah Masing-Masing
Agustus 2018 | Samantabadra
69
Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
70
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | Agustus 2018
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510