Samantabadra 2018-11

Page 1

Samantabadra

Surat Balasan kepada Toki Ama-goze

SAMANTABADRA | NOVEMBER 2018 | NOMOR. 298

K

alau berpikir kita pasti menjadi Buddha, sama sekali tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tiada artinya baik dilahirkan sebagai permaisuri atau dilahirkan di dunia surga. Ikutilah jejak Putri Naga dan dapatkanlah kedudukkan yang sederajat dengan Bhikkuni Mahaprajapati. Alangkah menggembirakan hal ini. Hendaknya hanya menyebut Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo.

gosyo kensyu SURAT PERIHAL TANDA-TANDA ALAMAT gosyo cabang SURAT BALASAN KEPADA TOKI AMA GOZE liputan DOKYO SYODAI PERINGATAN PERWUJUDAN DAI-GOHONZON

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

November

2 0 1 8

11 # 298


“

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Surat Perihal Tanda-Tanda Alamat

Keterangan halaman muka Bunga teratai yang sedang mekar, perlambang hukum sebab-akibat sesaat.

Surat Balasan kepada Toki Ama-goze

Melesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya. Bergeraknya awan tergantung kekuatan naga. Kegiatan suami tergantung kekuatan istrinya.

“

Ketika banyak orang bergembira, maka di langit akan muncul tanda-tanda alamat yang baik, di bumi timbul tanda-tanda alamat bergeraknya bumi dari Dewa Indra. Sebaliknya, semakin banyak orang yang berhati buruk, maka di langit akan timbul perubahan aneh yang tidak diharapkan dan di bumi timbul bencana yang mengerikan. Tergantung dari besar kecilnya kebencian dan dendam yang terkandung dalam manusia, maka bencana alam yang timbul pun ada yang besar dan kecil.


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Kepada Nyonya Myoho-ama Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 29-30 September 2018

Nammyohorengekyo, Gosyo ini sangat penting, karena Buddha Niciren sudah berkali-kali menegaskan kepada kita semua untuk memahami kematian lebih dulu sebelum kita mengetahui tentang segala masalahmasalah yang terkait dengan kehidupan. Menurut saya ini adalah sesuatu hal yang patut kita ketahui secara baik. Buddha Niciren selalu merenungkan arti dari kematian, karena semua orang pasti mengalaminya. Manusia seperti kita sering lengah, dan kita terkadang lupa bahwa kita juga akan mati. Kalau kita sendiri yang meninggal, mungkin kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang kematian. Tetapi, ketika seorang anggota keluarga atau teman kita meninggal, timbul rasa duka dan pertanyaanpertanyaan tentang kematian. Kita perlu memahami, bahwa menurut pandangan Agama Buddha, manusia menjalankan sebuah perputaran lahir, tua, sakit,

mati, yang terus berulang. Agama Buddha menjelaskan bahwa jiwa kita adalah jiwa yang terdiri dari tiga unsur: unsur nyata/fisik (ketai), unsur sunyata/perasaan, pikiran, emosi (kutai), dan unsur hakikat (cutai) atau energi yang mengikat unsur yang nyata dan sunyata. Ketika hidup, ketiga unsur ini berpadu secara seimbang. Ketika mati, ikatannya terlepas; energi dari cutai sudah tidak cukup kuat untuk mengikat, sehingga memengaruhi kedua unsur lainnya. Unsur ketai atau unsur fisiknya pun sudah mulai rusak, sehingga organ-organ tubuh tidak bisa lagi berjalan dengan harmoni. Unsurunsur organ di dalam badan juga memengaruhi perasaan, sehingga energi-energi yang disediakan untuk cutai juga semakin lama semakin berkurang – sampai sebuah titik tertentu, energi itu habis. Titik itu adalah titik di mana seseorang meninggal. Sebenarnya, setiap detik kita mengalami fase hidupmati, setiap kali kita menarik

dan menghembuskan nafas. Hingga pada akhir hayat, kita menghembuskan nafas terakhir dan tidak mampu menariknya kembali. Agama Buddha menjelaskan konsep ini agar kita mengetahui, bahwa perjalanan hidup kita tidak terputus-putus dan terus berlanjut, selalu mengikuti siklus kehidupan. Kita pun membawa karmakarma kita dalam siklus ini. Maka itu, saat menjelang ajal, kita memiliki cermin Jauhari (kiasan yang mengandung arti refleksi/kilas balik kehidupan yang ada di pikiran kita, jauhari berarti cerdik, pandai), yang mengingatkan kita akan perbuatan-perbuatan buruk kita selama hidup. Kondisi ini berada di gudang karma (alaya-syiki), dan hal ini menjadi penentu dari keadaan wajah saat ajal. Jika kondisi wajah putih dengan kemerah-merahan, berarti jiwanya berada di dunia surga November 2018 | Samantabadra

1


atau keempat dunia yang suci. Tetapi, kalau seorang meninggal dalam kondisi yang sebaliknya, dengan wajah yang gelap, berarti jiwanya berada di bawah empat dunia yang suci. Kalau bisa menyebut Nammyohongekyo saat menjelang ajal, itu adalah kondisi yang sangat bagus, karena ketika menyebut Nammyohorengekyo, alayasyiki atau gudang karmanya berubah menjadi dunia Buddha. Maka itu, kita harus selalu menjadikan Nammyohorengekyo sebagai pertapaan sehari-hari. Ini sangat penting, karena akan sulit bagi kita untuk menolong diri sendiri setelah meninggal. Maka itu, kita harus mempersiapkan diri dari hari ini juga. Sebenarnya, yang bisa menolong kita bukanlah orang lain, tapi kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus terus membiasakan diri untuk selalu berada di Dunia Buddha. Semua makhluk, bukan hanya manusia, memiliki tugas kelahiran. Tentu tugas kelahiran setiap makhluk hidup berbeda. Tugas kelahiran manusia adalah mencapai kesadaran Buddha dan memberi manfaat kepada orang lain dengan menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Justru kebahagiaan yang kita rasakan adalah hasil dari membahagiakan orang lain. Itu yang dipercayai agama Buddha, tapi biasanya kita 2

Samantabadra | November 2018

selalu mengikuti pandangan diri sendiri dan mementingkan diri sendiri. Gerak jalan kerukunan NSI sebagai contoh, merupakan sebuah kesempatan untuk membuat karma baik dan untuk menjalankan tugas penyebarluasan dharma. Kita mengadakan gerakan ini bukan dengan niat untuk mencari nama depan publik. Saya ingin mengajak umat NSI untuk menyumbangkan tenaga, waktu, dan materinya untuk membuat karma baik; untuk diri sendiri (sebagai salah satu bentuk persiapan untuk kematian), dan untuk bangsa (agar pemilu presiden nanti bisa berjalan dengan selamat dan aman). Buddha Niciren mengatakan bahwa kalau kita mewujudkan diri kita sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi, kita lebih hebat dari orang hebat. Ini terbukti nyata bahwa pemerintah mengeluarkan surat yang mendukung gerak jalan kita. Acara ini sepenuhnya didukung oleh Menteri Agama. Beliau mengajak dan mengundang umat agama-agama lainnya untuk mengikuti gerak jalan kita. Saya ingin semua umat NSI merasakan kehebatan dari gerakan ini. Tentu, ini sebuah gerakan yang menjadi sumbangan atau bakti dari umat NSI untuk keselamatan bangsa. Oleh karena itu, saya harapkan semua umat bisa melaksanakan ini dengan getaran perasaan jiwa yang

luhur dan baik dengan dasar Dunia Buddha. Gerakan ini menjadi usaha yang dilaksanakan supaya kita dapat membuat karma baik untuk diri sendiri. Mati itu adalah hal yang pasti, berarti kita harus melatih dan mempersiapkan diri setiap waktu sehingga kapanpun kita mati, kita bisa mati dengan kualitas yang bagus. Gosyo ini juga menjelaskan dan mengingatkan kita bahwa hidup ini tidak dibatasi oleh kematian. Sebenarnya, dalam ukuran tiga masa; lampau, sekarang, dan akan datang, kematian itu adalah permulaan dari kehidupan yang baru. Maka itu, kita harus sangat serius mempersiapkan mati atau kondisi ajal supaya itu bisa menjadi satu kondisi yang terbaik. Itu adalah filosofi agama Buddha. 10 macam kondisi menjadi 10 macam kualitas daripada kelahiran kita. Untuk itu, susunan NSI tentu mempersiapkan gerakangerakan supaya umatnya dapat mengikuti arus ini bersama-sama. Saya sebagai Ketua Umum tentu harus mencarikan arus yang paling besar dan yang paling baik. Gerak jalan itu merupakan momen perdamaian dari seluruh umat beragama dan memiliki arus yang besar. Dalam kesempatan ini, kita harus terus memancarkan getaran dan vibrasi ke seluruh alam semesta.


Nammyohorengekyo sendiri sudah memiliki irama dan getaran, dan tanggung jawab NSI adalah untuk membawa umat masuk ke dalam getaran itu, supaya bisa memancarkan getaran yang kuat untuk membawa Indonesia ke jalan yang selamat. Kemudian dalam gosyo dijelaskan bahwa saat ajal, apapun keadaan dunia kita, apapun kecenderungan karma yang ada di gudang karma kita, ketika kita melantunkan Nammyohorengekyo, dunia Buddha kita akan bangkit dan memindahkan kecenderungan jiwa dari dunia apapun ke dunia Buddha. Itu akan menjadi kondisi saat ajal. Tetapi, andai kata kita tidak sempat menyebut Nammyohorengekyo pada saat ajal, kita masih bisa berada di empat dunia yang suci dan dunia Buddha kalau kita rutin menjalankan pertapaan Gongyo-Daimoku saat masih hidup. Jadi, intinya adalah, kita dalam hidup kali ini betulbetul harus menjalankan hidup dengan serius, dengan prinsip Bonno Soku Bodai (kesulitan adalah kesadaran), Syoji Soku Nehan, dan Syoku Syin Jobutsu. Ini penting karena hal ini lah yang menentukan keadaan kita saat lahir kembali. Berbeda dengan kepercayaan agama lain, agama Buddha percaya bahwa sebelum kita lahir kembali, jiwa kita kembali ke alam semesta besar (makro

kosmos). Kosmos berarti alam semesta dan makro berarti besar. Kita adalah mikro kosmos, sebab badan kita persis seperti alam semesta. Pandangan orang tentang kematian menentukan cara hidupnya. Karena memahami tentang hidup yang berkelangsungan, cara hidup orang Buddha lebih serius, karena kita tahu kita akan selalu mempertanggungjawabkan karma-karma yang diperbuat. Maka, kalau kita meninggal di dalam keadaan empat dunia yang suci, wajah kita pasti terlihat putih dan bersih. Sebaliknya, wajah kita akan berwarna gelap kalau meninggal di kondisi dunia yang buruk. Itu semua adalah kondisi-kondisi yang terwujud dalam wajah kita, Nyoze So, sesuai dengan hasil imbalan yang tertumpuk di dalam gudang karma kita. Kondisi ajal seseorang tidak bisa dibohongi dengan urusan karma dari orang yang bersangkutan (keluarga maupun teman). Yang paling penting bagi kita, apakah itu keluarga atau anggota, adalah memberi sumbangan doa kepada orang yang meninggal. Kondisinya seperti apa pun, baik maupun buruk, kalau kita menyebut Nammyohorengekyo sebagai sumbangan doa, pasti akan memberikan kurnia manfaat bagi yang meninggal. Ada tiga tahap yang dilewati semua orang saat

menjelang ajal. Tahap pertama adalah tahap hati yang sadar, tahap kedua adalah tahap menyayangi diri sendiri, dan tahap terakhir adalah tahap tidak sadar. Dalam Niciren Syosyu, kita diajarkan pemahaman tentang diri kita sampai dengan indra kesembilan; panca indra, indra perasaan, indra manas (perenungan), alaya (gudang karma), dan amala (indra yang tidak pernah terkotori, dunia Buddha). Dalam kehidupan, kita selalu mendapatkan rangsangan dari luar, yang kemudian diterima oleh panca indra kita dan dikirim ke hati atau perasaan. Selanjutnya, ini masuk ke indra ketujuh dan menjadi pertimbangan, dan hasil renungan tersebut masuk ke gudang karma. Sirkulasinya terus berputar dengan sendirinya, dan begitulah proses penumpukan karma. Oleh karena itu, karena kita ingin selalu memasukkan karma-karma yang baik ke gudang karma kita, kita harus mencari rangsangan dari luar yang memiliki pengaruh yang baik. Kita harus bisa menentukan lingkunganlingkungan yang baik untuk kita sehingga semua arus dan rangsangan yang ditangkap oleh panca indra kita dapat membuat jiwa Buddha kita lebih terbuka. Ketika hati sudah hilang kesadarannya, baru memasuki indra manas, di mana rangsangan dari luar sudah November 2018 | Samantabadra

3


putus. Pada tahap ini, orang yang meninggal merenung dan mulai menyesal. Dalam kondisi seperti itu, kita lepas dari manas dan masuk ke tahapan ketiga. Di gudang karma kita, pasti timbul sebuah keinginan untuk lahir kembali. Keinginan hidup kembali tersebut adalah Dunia Buddha. Di tahap ini, kita juga mulai menyayangi lingkungan, diri sendiri, dan masa yang akan datang. Fungsi nirmanakaya (ketai) atau 10 dunia dari dalam diri kita, menyatu dengan 10 dunia dari alam semesta. Jadi, kita tidak berhubungan dengan alam semesta, tapi kita menyatu dengan alam semesta. Dharmakaya adalah cutai, salah satu dari kecenderungan jiwa kita yang berada di gudang karma. Kecenderungan dan perasaan jiwa sangat penting, dan ini hanya bisa dipersiapkan dalam perlakuan sehari-hari sewaktu kita masih hidup, untuk berada di empat dunia yang suci. Kondisi orang meninggal tergantung dari rezekinya ketika masih hidup. Kalau dalam kehidupan kita sering memberi manfaat kepada orang lain, saat menjelang ajal kita pun siap, sehingga kesiapan itu sendiri menjadi sebuah keadaan supaya kita bisa berada di dunia yang bagus dan akan menjadi modal untuk kelahiran dalam keadaan yang baik. Ketika kita menjelang ajal, semua perasaan jiwa kita menjadi 4

Samantabadra | November 2018

satu. Karena adanya cermin Jauhari, perbuatan kita seumur hidup terbayang dan teringat lagi. Oleh karena itu, kita harus terus memupuk rezeki jiwa dari sekarang. Kalau kita sudah melaksanakan tugas kita dengan baik, saat ajal kita tidak akan merasakan beban, sebab kita tahu bahwa kita akan lahir kembali dengan hasil dari karma-karma kita. Sebaliknya, jika masih belum melaksanakan tugas kejiwaan, kita merasakan beban karena kita tahu kita akan terjatuh ke 4 dunia buruk. Kalau kita setiap saat terus mau merasakan tugas jiwa dan menghidupkan ini dalam kehidupan sehari-hari, bersama dengan jiwa alam semesta (myo-ho-renge-kyo), berarti kita menghidupkan seluruh makhluk. Ini adalah dunia Buddha yang ada pada perasaan jiwa kita. Kalau kita terus mengembangkan ini, lama-lama dunia Buddha kita akan menetap, dan kita akan selalu siap untuk mati. Jadi, lewat gosyo ini, kita memahami pengertian rinci dari kematian. Setelah mengerti ini, seharusnya kita tidak takut lagi dengan kematian. Suami dari Myohoama juga melalui proses kematian, begitupun halnya dengan Buddha sendiri. Di dalam penjelasan Buddha Niciren, semua orang yang meninggal pasti akan mengalami tahapan proses perjalanan sampai meninggal

dengan tiga tahapan itu. Sampai meninggal pun, manusia masih meninggalkan potensi di dalam dirinya; potensi jiwa untuk menggerakkan lingkungan. Dalam Saddharmapundarika-sutra, yang namanya Nirvana adalah dunia surga di dalam diri kita sendiri. Pengertian bahagia bagi manusia adalah kebutuhan sangan, pangan, dan papan yang terpenuhi. Tapi, materi tidak menjadi ukuran dari kebahagiaan, tapi perasaan lah yang menjadi ukuran. Maka itu, Buddha mempunyai keinginan, agar kita bisa mewujudkan kebahagiaan yang mutlak. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah kebahagiaan yang bisa menjadikan sandang, pangan, dan papan sebagai sarana, bukan sebagai tujuan. Sarana tersebut dipakai untuk menunjang kebahagiaan perasaan jiwa kita, yang dapat mewujudkan kebahagiaan yang mutlak tersebut. Semoga gosyo ini bisa menjadi pegangan yang baik, supaya kita bisa memiliki cara hidup yang lebih berkualitas untuk mempersiapkan saat ajal, supaya kita bisa mencapai nirvana di kehidupan dan kematian kali ini. ***


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Kepada Nyonya Myoho-ama Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 29-30 September 2018

Nammyohorengekyo, Gosyo ini adalah surat balasan dari laporan Nyonya Myoho-ama atas kematian suaminya. Niciren Daisyonin menanggapi laporan tersebut dengan memberi dorongan kepada Nyonya Myoho-ama. Suaminya masih menerima dan mempertahankan ajaran Saddharmapundarika-sutra dan menyebut Daimoku saat menjelang ajal. Maka, Buddha mengatakan bahwa suaminya pasti dapat mencapai kesadaran Buddha dan dilahirkan di dunia surga, sesuai dengan keadaan wajahnya yang putih dan tenang saat beliau meninggal. Kemudian, tidak diragukan pula, bahwa istrinya, yang juga percaya kepada Nammyohorengekyo, pasti mencapai kesadaran Buddha. Kalau kita lihat dari laporan Nyonya Myoho-ama, dikatakan bahwa Nyonya Myoho-ama terus menyebut Daimoku sambil mengamati dan menemani suaminya sampai ia meninggal dunia. Setelah ia ditinggal suaminya

pun, Nyonya Myoho-ama tetap rajin menjalankan Daimoku, bersikap kuat dan tegas. Gosyo ini menjelaskan bahwa keadaan wajah saat menjelang ajal telah menentukan akibat imbalan (bentuk kehidupan) pada masa mendatang, karena kita percaya dengan jiwa kekal-abadi. Maka itu, dikatakan bahwa awal dan akhir adalah sama (10 aspek Nyoze menjelaskan bahwa Nyoze So dijadikan awal dan Nyoze Ka dan Nyoze Ho dijadikan sebagai akhir, di mana awal dan akhir adalah sama, diselaraskan dengan Nyoze Honmakkukyoto). Ini juga dibuktikan dengan bukti tertulis dari sastra dan sutra. Sastra Maha Prajnaparamita, Sutra Sugoku-Kusyo dan Surat kepada Senici-ama menjelaskan bahwa orang yang wajahnya berwarna hitam ketika menjelang ajal akan terjatuh ke neraka. Usia manusia mempunyai batas dan tidak kekal. Kita harus selalu mengingat bahwa saat ajal adalah sekarang,

dan setiap saat bisa saja kita meninggal mendadak. Ini tidak tergantung pada umur, baik yang tua dan muda, yang bodoh dan pintar, semua tidak luput dari kematian yang tidak dapat diprediksi. Agama Buddha juga menjelaskan tentang siklus kehidupan yang merupakan sebuah perputaran proses lahir-tua-sakit-mati. Tapi, yang paling penting adalah perbuatan-perbuatan kita saat kita hidup sekarang ini. Orang yang berada di sekeliling kita, baik suami, istri, orangtua, atau anak pun, dalam sekejap bisa hilang dari kehidupan kita. Maka itu, jangan sampai kita meremehkan dan menyia-nyiakan orang-orang di samping kita dan baru menyesal setelah mereka sudah tiada. Penyesalan serupa itu tidak berguna. Kemudian, di dalam Agama Buddha, ada prinsip Hukum sebab-akibat dan kehadiran jiwa yang berkelangsungan November 2018 | Samantabadra

5


dari ketiga masa. Jika kita tidak berbuat baik pada kehidupan kali ini, berarti kita membawa karma buruk pada masa yang akan datang, begitupun sebaliknya. Akhir dari masa kehidupan kali ini adalah awal dari masa kehidupan mendatang. Dengan ini, kita harus menata hidup kita sekarang, sebab segala gerakan, perbuatan, dan sikap kita, adalah persiapan untuk kehidupan kita sendiri di masa akan datang. Intinya, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa yang paling penting adalah kita harus mempelajari kematian sebelum memahami Hukum Agama Buddha. Pada umumnya, di kalangan masyarakat, setiap kali seseorang meninggal, seringkali keburukan realita ditutup-tutupi dan tidak dijelaskan dengan sesungguhnya. Pada umumnya, masyarakat selalu berpikiran bahwa orang yang meninggal akan menuju ke Dunia Surga. Pandangan mereka berbeda dengan pandangan agama kita yang percaya tentang jiwa yang kekal-abadi. Mereka percaya bahwa ada sebuah kehidupan setelah kematian di alam luar, surga dan neraka. Karena banyaknya orang-orang yang percaya hal-hal demikian, maka orang yang sudah meninggal sering dianggap orang hebat karena sudah menyelesaikan tugasnya. 6

Samantabadra | November 2018

Karena itu, tanpa kita sadari, seringkali kita masih meminta-minta pada leluhur kita agar kita dilindungi. Kita memuji-muji mereka karena menganggap mereka hebat. Itulah pandangan kita dulu sebelum mengenal ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Padahal, sebenarnya orang yang meninggal tidak bisa berbuat apa-apa, hanya membawa karmanya sendiri. Tapi sekarang, karena sudah diberi tahu Buddha Niciren, seharusnya kita menyadari hal ini dan tobat, bukannya meminta-minta orang yang sudah meninggal untuk melindungi kita. Saat ajal mencakupi tiga tahap; tahap pertama adalah tahap hati yang sadar. Pada tahap ini, karma dari kelima panca indera sudah berakhir, tapi perasaan (atau indra keenam) belum berakhir. Tahap kedua adalah menyayangi diri sendiri, di mana indra keenam sudah berakhir. Walaupun begitu, indra manas, yang merupakan sumber dasar dari keterikatan diri sendiri, masih ada. Tahap ini terdiri dari tiga macam fase; menyayangi dan merasa berat meninggalkan lingkungan, menyayangi diri sendiri, dan menyesal pada perbuatan diri sendiri. Tahap terakhir adalah tahap tidak sadar, dimana hanya gudang karma yang tertinggal. Selanjutnya, gudang karma tersebut lah yang mewujudkan fungsi yang

sebenarnya untuk kehidupan masa akan datang. Karena jiwanya akan berpisah dengan tubuh, timbul perasaan menderita dan putus asa pada diri sendiri. Selanjutnya, kita diingatkan bahwa kita yang mengenal ajaran ini masing-masing memiliki tugas kejiwaan sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi, yang ingin menyebarluaskan dharma Nammyohorengekyo ini ke seluruh umat manusia. Hendaknya kita tidak meremehkan tugas kejiwaan ini, yang akan menjauhkan kita dari rejeki dan karma baik yang telah kita perbuat. Terkadang kita tidak merasakan betapa agung tugas kita ini untuk kebahagiaan seluruh umat manusia. Yang kita jalankan sehari-hari pun sebenarnya bertujuan untuk mewujudkan perasaan senang dan kebahagiaan yang bermanfaat bagi kita sendiri. Rata-rata, kita tidak merasakan keagungan dari tugas kita, dan menjalankan kehidupan sesuai dengan keinginan kita sendiri saja. Tapi, ketika penyakit datang, kita sudah terlambat. Biasanya, kalau kita masih sehat, kita meremehkan dan menunda-nunda syinjin dan mementingkan kewajibankewajiban lainnya, sehingga pada akhirnya tidak membuat karma baik. Kita cenderung mengikuti ego sendiri, dan seiring berjalannya waktu kita


tidak menyadari bahwa saat ajal sudah mendekat. Untuk itu, kita harus menyadari ini dan menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh tanpa ragu-ragu. Di sini kita juga diajak untuk melaksanakan pertapaan kepercayaan seharihari dengan Gongyo Daimoku. Kalau kita menjalankan tugas ini, kita bisa mencapai kesadaran Buddha, kebahagiaan yang mutlak yang sudah mencakup semua yang kita mau; baik dalam hal materi, kesehatan, dan juga jiwa yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Semua orang dapat mendapat karunia kebajikan, termasuk generasi muda. Jangan pernah meremehkan syinjin dan jangan pernah lupa untuk selalu memupuk rezeki jiwa, di samping kewajiban sehari-hari yang juga dipentingkan (seperti menuntut ilmu di sekolah).

Dengan kepercayaan kepada Nammyohorengekyo, seorang anak lulusan SMA pun bisa dapat kurnia kebajikan, asal ia menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh. Kembali ke suami Nyonya Myoho-ama, ia sudah dipastikan mencapai kesadaran Buddha, karena wajahnya putih bersih pada saat ajal dan sempat menyebut Nammyohorengekyo sebanyak dua kali. Di dalam Saddharmapundarika-sutra, juga ada prinsip hukum yang menjelaskan Bonno Soku Bodai, yang berarti hawa nafsu adalah kesadaran (dari penderitaan dan keinginan, dengan dasar Nammyohorengekyo, bisa timbul kesadaran). Tidak kalah penting bagi kita untuk menyadari bahwa hidup-mati adalah Nirvana; jiwa kekalabadi. Kita memang melewati proses lahir-tua-sakit-mati,

tetapi mati itu akan menjadi awal dari kehidupan lagi. Dengan demikian, artinya kita seharusnya tidak perlu takut mati, karena tujuan mati adalah untuk hidup kembali. Kalau bisa menyadari ini dan selalu memupuk sebab-sebab yang baik, dan menjalankan tugas sebagai Bodhisattva, akhirnya kita bisa mencapai kesadaran Buddha dalam badan apa adanya, akhirnya menjadi Isyo Jobutsu. Kita semua bisa mencapai kesadaran Buddha dengan kekuatan dari Nammyohorengekyo. Nammyohorengekyo juga memiliki kekuatan untuk menghapus karma kita dari ketiga masa. Dengan kekuatan Daimoku, karma seberat apapun bisa menjadi karma yang baik, ibarat cat hitam yang ditimpa cat putih sehingga lama-lama menjadi warna putih. ***

Catatan

November 2018 | Samantabadra

7


liputan

Peringatan Perwujudan Dai-Gohonzon

Meningkatkan Kedewasaan untuk Membuktikan Kekuatan Gohonzon

Upacara dokyo syodai peringatan perwujudan Dai-Gohonzon di Wihara Sadaparibhuta NSI DKI Jakarta dipimpin oleh Ketua Umum NSI .

G

ohonzon adalah badan pokok jiwa Buddha yang diwujudkan oleh Buddha Niciren Daisyonin pada tanggal 12 Oktober. Umat NSI memperingati hal ini dengan melakukan upacara dokyo syodai di tiap Wihara Vimalakirti NSI di wilayah dan daerah yang tersebar di Indonesia. Di wilayah DKI Jakarta, upacara dokyo syodai dipimpin oleh Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja dan diikuti oleh DPP dan DPW NSI DKI Jakarta beserta umat dari Jakarta dan sekitarnya. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI menggarisbawahi agar peringatan perwujudan 8

Samantabadra | November 2018

Gohonzon oleh Buddha Niciren dapat dimaknai oleh umat NSI dengan cara meningkatkan kedewasaan dalam syinjin dan membuktikan kekuatan myoho. “Kita perlu membudayakan untuk semakin bisa menghayati makna ajaran Buddha Pokok Niciren Daisyonin,” jelas beliau. “Kita bisa menikmati hidup secara bijak dan mengatasi tantangan yang ada di dalamnya karena ada panduan ajaran Buddha.” Membuktikan kekuatan myoho berarti mewujudkan sikap hidup dan perilaku kita yang mencerminkan sifat-sifat kebuddhaan, seperti welas asih dan maitri karuna terhadap sesama dan

lingkungan di sekitar kita. Ketua umum NSI juga menyorot tentang gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018. “Kita prihatin atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah dan turut berbelasungkawa terhadap korban jiwa. Di sisi lain, kita perlu mewaspadai gejolak alam sebagai pertanda munculnya 3 bencana dan 7 musibah, yang bersumber dari gejolak perasaan jiwa manusia yang berada di atasnya,” lanjutnya. “Oleh karena itu, kita harus senantiasa berterima kasih atas kehidupan yang masih kita jalani sampai detik ini, rejeki jiwa yang kadang lupa kita syukuri, padahal sesungguhnya ajal bisa terjadi kapan pun.” Diwujudkannya DaiGohonzon oleh Buddha Niciren Daisyonin mengandung misi penyebarluasan dharma dan menyelamatkan umat manusia akhir dharma dari kesesatan pokok jiwa. Apabila perasaan jiwa kita senantiasa


dikuasai oleh kesesatan, maka kecenderungan sifat kita menjadi buruk, membawa penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Getaran negatif dari kesesatan pokok jiwa akan memengaruhi getaran alam semesta besar, yang dalam Buddhisme dijelaskan sebagai salah satu sebab munculnya 3 bencana dan 7 musibah. Menutup sambutannya, MPU Suhadi mengingatkan kepada umat NSI agar senantiasa meyakini bahwa ajaran Buddha Niciren adalah yang paling tepat untuk menghadapi fenomena kehidupan masa akhir dharma dalam mewujudkan kebahagiaan dan kemanfaatan. ***

Umat NSI DKI Jakarta dalam upacara dokyo syodai perwujudan DaiGohonzon

Upacara dokyo syodai peringatan perwujudan Dai-Gohonzon di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang, Banten, dipimpin oleh Ketua Daerah NSI Tangerang, Bapak Djuanda.

Umat NSI Banten dalam upacara dokyo syodai perwujudan Dai-Gohonzon di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang.

November 2018 | Samantabadra

9


Kunjungan Pengurus ICMI ke Kantor Pusat NSI

Foto bersama DPP NSI dan pengurus ICMI di depan Balai Pusat NSI, Jalan Minangkabau No. 23A, Jakarta Selatan.

R

abu, 26 September 2018, Ketua Umum NSI bersama DPP dan sejumlah Dharma Dhuta NSI kunjungan perwakilan pengurus Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), di kantor pusat NSI, Jalan Minangkabau No. 23A25, Manggarai Jakarta Selatan. Dalam pertemuan tersebut Ketua Umum NSI dan perwakilan Pengurus ICMI membahas mengenai kebudayaan dan yang kaitannya dengan memajukan bangsa Indonesia dan kerukunan yang intinya semua harus kembali kepada sumber hakikat dan fungsi agama yaitu perdamaian. Pada kesempatan ini Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja 10

Samantabadra | November 2018

menyampaikan mengenai perlunya pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan makan akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika ajaran agama dipolitisasi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu, maka akan menghasilkan perpecahan. Bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Perlu pemahaman dan penghayatan yang

baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika ajaran agama dipolitisasi untuk merebut kekuasaan maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebab-akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Ketua umum NSI, juga menyampaikan bahwa mewujudkan perdamaian dunia di kalangan


belakang agama dan sukunya. Kiranya suasana kerukunan yang terasa pada kegiatan ini tidak hanya dirasakan pada kegiatan ini berlangsung saja, namun hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk bukan lagi sekedar toleransi dan tenggang rasa antar umat beragama, namun harus menerima Suasana rapat antara pengurus NSI dan pengurus ICMI. sepenuhnya akan perbedaanperbedaan yang ada. masyarakat persatuan dan sumber konflik artinya Karena toleransi sebenarnya perdamaian dalam agama mereka tidak menghayati masih menyisakan jarak. Buddha adalah menyadari dan mengamalkan ajaran hukum sebab-akibat dan agamanya. tidak mewujudkan Kita harus melihat bahwa walaupun kita berbeda, menjaga keselarasan serta ketuhanan dalam dirinya. tetapi kita semua adalah keseimbangan di dalam sehingga, sejatinya, tidak saudara dan harus menerima kehidupan. Semua memiliki ada konflik antaragama. sepenuhnya keberadaan peran dan fungsinya masing- Karena ajaran agama yang masing dan apabila ketika selalu mengutamakan untuk dari agama lain seperti di dalam satu keluarga besar. diposisikan dengan baik itu selalu hidup berprilaku Kita harus sadar bahwa bahagia, itu damai, serta baik, saling menghormati karena kamu adalah aku. penghayatan ajaran agama dan menyayangi dengan Ada kesadaran dan tindakan lah yang harus menjadi orang yang beragama landasan utama di dalam berbeda dapat mewujudkan yang mewujudkan bahwa ada menjalankan perilaku kita persatuan dan kesatuan dan kamu di dalam diriku dan ada aku di dalam dirimu (sebuah dalam kehidupan, karena sebagai alat untuk menuju sinergi yang harmonis). pada dasarnya semua agama perdamaian dunia, maka membimbing manusia perdamian dunia akan selalu Bukan saling meniadakan tetapi saling memberdayakan untuk menjadi baik. “Agama terpelihara dengan baik. sehingga dengan demikian hadir untuk membela umat Dengan penghayatan perdamaian pasti terwujud. manusia, bukan sebaliknya�. agama yang cukup yang Dengan kita menerima Semua Agama Punya ditanamkan pada anak-anak dengan sepenuhnya dan Konsep Ketuhanannya sejak kecil, dan sikap saling menyadari bahwa kita semua Masing-masing yang menerima untuk mengenal adalah satu keluarga, dengan Menuju pada Satu Titik keberagaman, merasakan begitu nilai-nilai kesatuan Temu, yaitu Kemanusiaan/ sendiri rasanya hidup dalam keanekaragaman Kebahagiaan/Perdamaian. dengan yang berbeda dari Bhinneka Tunggal Ika akan Sehingga kalau ada pihak dirinya, harapannya, akan tetap terus terjaga *** yang menjadikan agama tumbuh rasa saling hormat sebagai sumber kekacauan, menghormati. Apapun latar November 2018 | Samantabadra

11


Senior Multi-faith Women Leaders 2018

Ketua Karitra NSI: Peningkatan Kreativitas Perempuan Buddhis Sebagai Inspirasi Kebahagiaan Bagi Orang Lain

S

ebanyak 27 tokoh wanita lintas agama dan lintas provinsi mengikuti program kursus singkat Leadership for Senior Multi-Faith Women Leaders 2018 tentang keragaman dan inklusi yang diselenggarakan oleh Australia Awards Indonesia dari tanggal 7 sampai 23 September 2018. Satu di antaranya adalah delegasi Buddhis dari Indonesia, yaitu Ibu Tristina Handjaja, Ketua Karitra NSI. Kursus singkat ini mempertemukan perempuan dari Indonesia dan Australia untuk mengidentifikasi inisiatif yang sukses mendukung multikulturalisme dan pluralisme agama, serta memahami bagaimana Australia mendorong toleransi dalam komunitas multi-agama yang beragam. Program yang diselenggarakan untuk kedua kalinya ini dipusatkan di Deakin University, Melbourne, Victoria. Para peserta diajak untuk menggali ilmu dan wawasan mengenai pengelolaan organisasi dan kepemimpinan dari belasan pembicara 12

Samantabadra | November 2018

dan panelis dari sejumlah organisasi di Australia. Mereka juga melakukan kunjungan ke sejumlah organisasi perempuan di Australia antara lain Women’s Information Referral Service (WIRE) , Multicultural Center for Women’s Health (MCWH), dan Australian Muslim Women’s Centre for Human Rights (AMWCHR). Terbangunnya jaringan dan kolaborasi antar organisasi perempuan lintas agama dan kepercayaan yang kuat menjadi misi dari program kursus singkat yang digawangi oleh Dr Rebecca Barlow, sebagai direktur program dan perancang program, Prof. Shahram Akbarzadeh sebagai Project Manager dan penasihat kursus serta Annemarie Ferguson sebagai konsultan dan Project Official. Di akhir program seluruh peserta diharapkan dapat menciptakan proyek bersama untuk kemajuan dan kesetaraan perempuan dalam bingkai keberagaman. Selain proyek bersama seluruh peserta dalam kegiatan ini juga diwajibkan membuat proyek studi dalam rangka menerapkan ilmu dan wawasan baru mereka mengenai pengelolaan organisasi dan kepemimpinan berangkat dari kondisi di masing-masing organisasi. Bagi Ibu Tristina, yang juga merupakan pembina rohani Buddha di rutan/lapas wanita


Foto bersama penerima Australia Awards for Senior Multi-faith Women Leaders 2018 di depan Gedung Parlemen Australia.

Pondok Bambu, isu kampanye yang diangkat adalah merealisasikan kesetaraan dan keadilan gender pada perempuan Buddhis NSI khususnya dari kalangan warga keturunan Tionghoa di perkotaan yang masih kental budaya patriarkinya. “Lakilaki cenderung diutamakan dan perempuan bersifat pasif serta tidak boleh mengambil keputusan. Hal ini membuat terjadinya banyak kekerasan terselubung,” tutur penyuluh agama Buddha Kementerian Agama RI non-PNS ini. “Bagi warga Tionghoa, tabu bagi laki-laki untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Meskipun dilakukan oleh laki-laki secara suka rela, namun anggapan keluarganya atau masyarakat akan menilai sebagai pembawa ketidakberuntungan atau tidak hoki. isterinya bisa di maki-maki bahkan diceraikan hanya karena kedapatan oleh keluarga bahwa suaminya mencuci piring, misalnya.” Untuk menyikapi kondisi ini, ibu yang juga aktif sebagai pendamping Puspa (pelayanan publik masyarakat untuk perempuan dan anak) KPPPA wilayah Bali, telah merancang

program berupa festival seni dan budaya berupa pelatihan tari tradisional nusantara dan angklung bagi perempuan di NSI. “Dengan mengikuti kegiatan seni budaya Indonesia diharapkan mereka dapat keluar dari kungkungan budaya patriarki, bahwa perempuan memiliki kegiatan positif di luar rumah itu adalah suatu kewajaran yang perlu diperjuangkan.” “Dan karena ajaran Buddha menekankan pada hukum sebab akibat, saya berharap dengan perempuan bisa memberi kebahagian bagi orang lain melalui kreasi mereka, mereka juga akan mendapatkan berkat kebaikan dari kegembiraan yang mereka tebarkan,” jelas anggota farkomnas Pembina Masyarakat dalam

Ketua Karitra NSI menerima ijazah Australia Awards penanda selesainya short term course.

Ketua Karitra NSI bersama fasilitator dari Queen Victoria Women's Center.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PMPPPA). Seluruh peserta kursus singkat kepemimpinan ini akan kembali berkumpul untuk mengevaluasi proyek studi yang mereka lakukan di masing-masing organisasinya dalam program post course yang akan digelar awal tahun 2019 nanti.*** Referensi: http://www.abc.net.au/ indonesian/2018-10-04/belajar-kelolaorganisasi-dari-australia/10331774

Ketua Karitra NSI menyampaikan pandangannya dalam salah satu forum di depan partisipan yang lain.

November 2018 | Samantabadra

13


litian fenomena sosial yang sedang terjadi di Indonesia dan di dunia. Selain memiliki kemampuan dan pemahaman yang mendalam mengenai ajaran Buddha Niciren Syosyu, calon lulusan juga disiapkan untuk menjadi peneliti sains yang berlandaskan pada ajaran Buddha Niciren. Pada tanggal 22 September 2018 lalu sebanyak 18 orang mahasiswa/i telah menjalani tahap menuju kelulusan sebagai sarjana yaitu mempresentasikan hasil penelitian yang Mahasiswa STAB Samantabadra NSI sedang melaksanakan perkuliahan. telah dilakukan. Salah satu di antaranya adalah mahanyumbangkan jiwa, waktu, endidikan adalah siswa berusia 82 tahun, Bapak dan tenaga untuk melestarikan Lukman Tanjung, yang telah senjata ampuh untuk mengubah dunia. Pep- dan menyebarluaskan hukum menyelesaikan tugas peneNammyohorengekyo. atah ini pernah diungkapkan litiannya, dengan dukungan STAB Samantabadra-NSI oleh Nelson Mandela. Apalagi dari pihak keluarga terdekat, jika pendidikan yang dilandasi mengajak para peserta didik penelitian bisa terlaksana untuk menjadi calon pendidik dengan baik. Beliau juga menoleh Sadharma Pundarika Suagama Buddha berkualitas tra, akan menjadi “senjata” jadi inspirasi bagi kita semua, ampuh untuk membahagiakan unggul dan memiliki keistime- untuk mencurahkan segenap waan dalam kejiwaan dan juga jiwa raga untuk penyebarluabanyak manusia dan menyperilaku. Mahasiswa/i diajak elamatkan mahluk untuk bisa san dharma. “Saya hanya ingin untuk berpartisipasi aktif mengatasi kesesatan dalam berbuat sesuatu untuk menyedalam kegiatan pengabdian jiwa dan hidup. barluaskan dharma agung ini,” Tidak terasa semester demi masyarakat dan juga peneungkap Bapak Lukman. semester telah dilalui oleh para mahasiswa dan mahasiswi STAB Samantabadra-NSI. Proses perkuliahan menjadi kesempatan bagi setiap peserta untuk mengisi jiwa, menambah keahlian, dan memperdalam pengetahuan mengenai agama Buddha khususnya. Semangat untuk belajar tampak dari para mahasiswa yang secara konsisten menguatkan tekad untuk me- Mahasiswa STAB Samantabadra NSI sedang melaksanakan perkuliahan komputer.

STAB Samantabadra NSI

Kosenrufu Melalui pendidikan Tinggi

P

14

Samantabadra | November 2018


Peningkatan Mutu Kualitas Dosen Sepanjang tahun 2018, dosen-dosen tetap dari STAB Samantabadra-NSI meningkatkan kualitas dengan rangkaian program pelatihan dosen di Solo, Magelang, Jakarta, dan Jawa Timur. Dosen mendapatkan pembekalan bagaimana menyusun kurikulum dan pencapaian pembelajaran, termasuk kemampuan untuk mendesain materi pembelajaran. Tugas utama dosen adalah menjalankan tugas tridarma yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian ke masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kementerian Agama RI terus meningkatkan mutu teknologi pendidikan, salah satunya dengan adanya SAPTO (Sistem Akreditasi Online).

Untuk selanjutnya, proses pendataan nilai dan laporan aktivitas perkuliahan berlaku secara online di seluruh Indonesia, termasuk STAB SamantabadraNSI yang terus mengikuti perkembangan terkini. (maeya)

Sdr. Arya, Mayasari, Febriandi, dan Vincent, sebagai perwakilan STAB Samantabadra NSI dalam workshop PTKB.

Mahasiswa STAB Samantabadra NSI, 2018.

November 2018 | Samantabadra

15


Mahasiswa STAB Samantabadra NSI Menyaksikan Langsung Program Mata Najwa

Rapat Koordinasi Pemuda Lintas Agama untuk Rencana Kegiatan Pelatihan Kebangsaan Mahawihara Saddharma NSI Bogor. Kegiatan ini ditargetkan bisa mengikutsertakan sebanyak 150 orang peserta. Tema kegiatan ini secara garis besar yakni Menjaga Negeri Memberi Arti. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk mencegah perpecahan antar anak bangsa, melalui anak-anak muda ini sebagai tulang punggung bangsa untuk mempersatukan umat yang berbeda-beda keyakinan tersebut agar lebih memahami tentang kerukunan antar umat ada Jumat, 29 September 2018 petang beragama sehigga tercipta hal yang positif dan bertempat di kantor pusat NSI, Ketua Umum kondusif karena adanya saling menghormati NSI bersama tim pelaksana GM NSI menyambut satu sama lain dan menepis isu-isu perbedaan. kedatangan pemuda-pemudi lintas agama untuk Para pemuda lintas agama diharapkan dapat melaksanakan pertemuan yang membahas rencana menunjukan bahwa keragaman yang ada di pelaksanaan kegiatan pelatihan kebangsaan bagi Indonesia adalah sebuah kenyataan dan dinpemuda-pemudi lintas agama. Dalam pertemuan amika sosial, tinggal bagaimana merawatnya malam itu ditentukan susunan kepanitiaan dan dengan baik menjadi sebuah kekuatan tersendrencana konten kegiatan yang akan diselenggarairi Bahwa kita semua adalah satu Indonesia kan, mencakupi sesi pembekalan materi pembinaan yang terdiri dari beragam agama, ras dan mental, diskusi, outbound, bela negara dan praktik golongan tanpa membedakan satu sama yang lapangan yang konsep acaranya akan menghadirlain. Harapannya forum ini mempunyai peran kan narasumber dari unsur enam agama. Rencana dalam menjaga agama dan pemuda punya pelaksaan kegiatan ini dilangsungkan pada bulan rasa nasionalis, Pancasila dan punya Bhinneka Februari tahun 2019 mendatang dan pilihan lokasi Tunggal Ika serta punya rasa yang selalu ingin pelaksanaan di daerah Cipanas atau bertempat di merawat kerukunan di Indonesia. ***

P

16

Samantabadra | November 2018


Partisipasi NSI Tangerang dalam Kirab Satu Negeri

NSI

Tangerang turut serta dalam Kirab Satu Negeri (KSN) yang diprakarsai PP GP Ansor dan membawakan pesan perdamaian ke seluruh penjuru tanah air dan saat itu tiba di Kota Tangerang. Ketua Daerah NSI Tangerang, Bapak Djuanda beserta segenap umat NSI Tangerang, pengurus Cabang Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) Kota Tangerang, Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santo Agustinus, Muda-Mudi Kong Hu Cu, Pemuda Gereja Bethel Indonesia dan Pemuda Parisadha Hindu Dharma Indonesia turut andil dalam Kirab Kebangsaan ini. Dengan didorong oleh keprihatinan merebaknya isu SARA dan tindakan-tindakan kekerasan atas nama agama yang tentunya dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, atas dasar itu Kirab

Kota Tangerang A. Sudarto menyatakan Kirab Satu Negeri ini merupakan tindakan cinta tanah air yang dilakukan seluruh GP Ansor untuk menyampaikan pesan kebinekaan di Negeri ini sesuai dengan tagline ‘Kita Ini Sama’. Jajat Sudrajat (Ketua PAC GP Ansor Tangerang) sebagai ketua panitia juga memberikan arahan agar setiap komponen anak bangsa berperan dalam merawat kerukunan umat beragama untuk menciptakan perdamaian dan membumikan nilai-nilai toleransi di tengahtengah masyarakat kita yg majemuk. Kirab Satu Negeri dimulai dengan parade Satu Negeri di Kota Tangerang keanekaragaman budaya ini dihadirkan dengan nuansa Indonesia, kemudian di kebinekaan pada selasa (16/10), sambung dengan pembacaan bertempat di Plaza Gazebo puisi-puisi kebangsaan dari Masjid Raya Al-Azhom, Pusat perwakilan seluruh agama yang Pemerintahan Kota Tangerang. ada. Orasi Kebangsaan dari Acara dihadiri oleh para berbagai macam tokoh agama pejabat MUSPIKA dan para diantaranya Drs. KH. Amin tokoh agama juga tokoh Munawar (Ketua FKUB Kota pemuda se-Kota Tangerang, Tangerang), Romo Lammarudut dalam sambutannya Walikota HPH Sihombing, CICM (Pastur Tangerang H. Arief Rachadiono Kepala Paroki Ciledug Dekanat Wismansyah, B.Sc, M.Kes. Tangerang 1), Y.M. Bhiksu mengatakan Kota Tangerang Bhadra Sraddha, S.Pdb (Ketua adalah anugerah terindah yang Sekretariat Wilayah Banten telah diberikan oleh Tuhan Sangha Agung Indonesia), JS. karena terdiri dari berbagai Yap Cun Goan (Ketua Khong macam keyakinan dan suku Cu Bio Tangerang), P. Nyoman bangsa, melalui event ini NKRI Subikse (Wakil Ketua Parisadha adalah suatu keniscayaan dalam Hindu Dharma Indonesia menjaga nilai-nilai kebinekaan, Kota Tangerang) dan Pendeta kedamaian di Kota Tangerang Andreas Tarmudi, S.H, S.Th juga menjadi tanggung (Ketua Musyawarah Pimpinan jawab seluruh warga untuk Gereja-gereja Kota Tangerang). menanamkan nilai-nilai luhur *** Referensi: bagi generasi selanjutnya. http://www.tricitramedia.com/index.php/ Ketua PC GP Ansor fenomenal/367-wajah-kebinekaan-kotatangerang November 2018 | Samantabadra

17


Lokakarya Peran Serta Pemerintah Kabupaten Bogor dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama

P

ada 24 September 2018, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menghadiri Kegiatan Lokakarya Forum Kerukunan Umat Beragama dengan Tema: Peran Serta Pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam memelihara Kerukunan Umat Beragama. Hadir dalam Lokakarya Para Tokoh Lintas Agama, Camat Cileungsi, Kapolsek Cileungsi, Danramil, serta unsur-unsur dari pemuka agama wilayah Cileungsi, dan juga unsur dari desa. Tokohtokoh lintas agama yang hadir dalam diskusi tersebut, berbagi pandangan mengenai menjaga 18

Samantabadra | November 2018

toleransi di Indonesia. Ketua Umum NSI memberikan perspektif dari sudut pandang Buddha. Pertama diharapkan kerukunan ini bisa kita pelihara bersama-sama yaitu antara pemerintah dan umat beragama secara bersama-sama. Jadi bukan hanya urusan Pemerintah dan FKUB saja tapi bersama-sama antara Pemerintah daerah dan seluruh umat beragama. Kedua, ketua umum NSI menjelaskan bahwa semua agama itu baik. Karena kemunculan suatu agama itu adalah satu kemunculan dimana situasi itu adalah tidak baik menjadi

baik, dalam bahasa Sansekerta A itu “tidak” dan Gama itu “kacau” jadi Agama itu adalah suatu kemunculan ketika suasana kacau, dalam agama Buddha masa-masa ini disebut masa akhir Dharma artinya itu kekuatan “Dharma” itu hampir seimbang dengan kekuatan “Jahat” bahkan Buddha bilang kekuatan jahat terkadang lebih besar dari kekuatan Dharma itu sendiri. Dalam kondisi seperti ini kita harus lebih mewaspadai diri kita sendiri. Agama tidak ada yang jelek, agama tidak ada yang mengajarkan tidak baik, dan didasarkan pada ajaran agama yang mewajibkan umatnya untuk mencintai sesama dan hidup rukun. Kontruksi berpikir ini yang harus dibangun ketika kita ingin membangun sebuah suasana damai, suasana yang baik rukun, karena agama tidak pernah mengajarkan kita tidak rukun. Jadi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing komunitas itu untuk menjaga kemurnian dan juga kesucian agama yang diyakini. Ketiga, Karena negara Indonesia adalah negara yang agamis artinya semua orangorang Indonesia adalah orang yang beragama dan agama yang dilayani oleh Pemerintah Indonesia itu ada 6 yaitu Kristen, Islam, Katholik, Buddha, Hindu


dan yang terakhir Kong Hu Cu. Oleh karena itu suasana damai bisa diartikan dengan satu suasana dari rukunnya semua umat beragama, kalau semua umat beragama rukun, intern-nya rukun, antar umat beragamanya rukun, dengan pemerintah-nya Rukun, berati suasana itu akan menjadi suasana yang damai. Artinya damai itu sebagai modal yang penting. Di India Sakyamuni muncul karena ada kekacauan kemudian karena kemunculan Sakyamuni membabarkan pemikiran yang arif sehingga kekacauan itu bisa diatasi. Sehinggga disebut sebagai Agama. Agama harus dijadikan sebagai sumber kekuatan, jadi tidak benar kalau pada suatu saat Ada peristiwa yang dikatakan ini konflik antar agama. Agama tidak pernah konflik, tapi Agama sering disalahgunakan, sering dibonceng, sering diperalat untuk kepentingan-kepentingan lain. Tidak ada satu agama-pun yang mengajarkan Konflik. Oleh Karena itu agama harus dijadikan sumber kekuatan. Keempat, bahwa agama bukanlah tujuan akhir, kesempurnaan menjadi manusia yakni kebahagiaan adalah tujuan, dan kebahagiaan hanya akan tercipta dalam suasana damai. Beliau mengungkapkan “Sejak kecil anak-anak harus tahu pemahaman agamanya, tujuan akhir bukan agama, adalah pencapaian kesempurnaan diri sendiri. Kalau dirinya sempurna, dia bisa menghormati yang lain,�. Beliau juga menyampaikan bahwa “Agama hadir untuk membela umat manusia, bukan

sebaliknya�,pungkasnya. Semua Agama Punya Konsep Ketuhanannya Masing-masing yang Menuju pada Satu Titik Temu, yaitu Kemanusiaan/Kebahagiaan/Perdamaian. Sehingga kalau ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. tidak mewujudkan ketuhanan dalam dirinya. Sehingga, sejatinya, tidak ada konflik antaragama. Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik, saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia, maka perdamian dunia akan selalu terpelihara dengan baik. Kelima, mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat beragama dengan toleransi saja tidaklah cukup. Karena masih menyisakan jarak dan kadar toleransi bisa berkurang. Kita harus melihat bahwa kita semua adalah

saudara. Memang berbeda suku, berbeda adat, berbeda adat istiadat dan agama. Tetapi kita semua bersaudara. Kita harus menerima sepenuhnya keberadaan dari agama lain seperti di dalam satu keluarga besar. Kita harus sadar bahwa karena kamu adalah aku. Ada kesadaran dan tindakan yang mewujudkan bahwa ada kamu di dalam diriku dan ada aku di dalam dirimu. Aku ada karena kau ada, kau ada karena aku ada (sebuah sinergi yang harmonis). Bukan saling meniadakan tetapi saling memberdayakan sehingga dengan demikian perdamaian pasti terwujud. Maka dari itu, peran tokoh agama/lintas agama harus selalu terus membangun, melestarikan, dan mengimplementasikan semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan juga spirit berkorban kepada negara Indonesia. Dengan spirit berkorban, berarti masyarakat memiliki kebesaran jiwa untuk menanggalkan partikularisme, agar tercipta kehidupan yang harmonis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ***

November 2018 | Samantabadra

19


Literasi Media Digital: Internet sehat Bagi Keluarga

P

ada tanggal 10-11 Oktober 2018 berlokasi di Hotel Salak Heritage, Bogor, Ketua Karitra NSI mewakili NSI menghadiri seminar Literasi Media Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Pada kesempatan ini ada beberapa masukan dan bahan pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan media digital dan bagaimana mengantisipasi terjadinya penggunaan teknologi internet yang merugikan bagi anakanak dan generasi muda khususnya. Era baru teknologi internet berkembang pesat ini berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan masyarakat, terutama di dalam pola pengasuhan di dalam keluarga. Ibu adalah salah satu pilar dalam keluarga, yang

berperan besar dalam menjaga ketahanan keluarga untuk menjaga anak-anak dari generasi yang lahir dan berkembang di dalam era digital, agar anak tidak memiliki ketergantungan yang kuat dengan dunia digital. Bimbingan seorang ibu menjadi penting agar anak mendapat banyak manfaat sekaligus meminimalisir resiko. Oleh karena itu, literasi digital menjadi hal yang perlu dikuasai oleh seorang ibu dalam

Literasi media digital melalui permainan ular tangga.

20

Samantabadra | November 2018

perannya sebagai pendidik anak-anak. Sebagai bahan acuan bagi instansi pemerintah, Lembaga Masyarakat, masyarakat serta para pemangku kepentingan lainnya, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan literasi digital bagi perempuan, khususnya ibu. Tersusunnya Materi Edukasi Literasi Digital yang dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kapasitas perempuan dalam keluarga. Literasi media juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan perempuan dalam memanfatkan teknologi digital, khususnya dalam perannya sebagai pendamping anak di keluarga. Literasi media mendorong partisipasi masyarakat dalam rangka turut meningkatkan literasi digital khususnya bagi kaum perempuan. ***


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Tanda-tanda Alamat Gosyo Zensyu Halaman 1140

LATAR BELAKANG |

S

urat ini pada tahun Kenji ke-1 (1275) ketika Niciren Daisyonin berusia 54 tahun. Oleh karena bagian akhir dari surat tidak lengkap, maka kepada siapa surat ini ditujukan tidaklah jelas. Namun, umumnya dikatakan bahwa surat ini ditujukan kepada Syijo Kingo. Isinya menjelaskan tentang tandatanda yang terjadi ketika Sang Buddha membabarkan Saddharmapundarikasutra. Secara tegas ditandaskan pula bahwa tanda-tanda pada upacara Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, yang merupakan upacara penyebarluasan di Masa Akhir Dharma adalah setahap lebih unggul. Di antara tanda-tanda alamat ini, khususnya tanda bergetarnya bumi besar, melambangkan bergeraknya keenam indera manusia. Hal ini menunjukkan keadaan sesungguhnya dari betapa besarnya gejolak yang akan timbul dalam penyebarluasan Saddharma pada Masa Akhir Dharma.

Tanda-tanda alamat yang dikatakan di dalam kalimat sutra adalah timbulnya kelainan dalam perubahan kewajaran alam semesta. Namun, terlebih dari itu tanda-tanda alamat tersebut menjelaskan hubungan kesatuan antara lingkungan (alam semesta) dan subjek (jiwa manusia) yang tak terpisahkan. Surat ini merupakan surat yang menjelaskan dengan jelas wajah sesungguhnya yang gaib dari jiwa, sehingga surat ini mengandung isi yang jauh dan mendalam.

November 2018 | Samantabadra

21


ISI GOSYO |

K

elainan perubahan di langit mengejutkan banyak orang dan bencana di bumi besar meresahkan semua orang. Ketika Sang Buddha akan membabarkan Saddharmapundarikasutra, Beliau memunculkan lima dan enam tanda-tanda alamat. Tanda-tanda berguncangnya bumi di antara keenam tanda-tanda alamat itu berarti bumi besar berguncang di dalam enam jenis. Mengenai keenam jenis tersebut, dalam Hokke Mongu rol ke-3 Mahaguru Tientai menyatakan, “Arah Timur naik membukit dan arah Barat turun tenggelam. Hal ini berarti arah Timur adalah warna hijau dan melambangkan organ hati, hati juga melambangkan mata. Sedangkan arah Barat adalah warna putih dan melambangkan paru-paru, paru-paru juga melambangkan hidung. Oleh karena itu, yang dikatakan arah Timur naik dan arah Barat tenggelam menyatakan karunia kebajikan dari indera mata lahir, dan sebagai jawabannya hawa nafsu indera hidung musnah. Karunia kebajikan indera hidung lahir, sebagai jawabannya hawa nafsu dari indera mata musnah. Sama seperti itu, berdasarkan timbul tenggelamnya berbagai arah lainnya, menyatakan lahir musnahnya karunia kebajikan dan hawa nafsu dari indera-indera yang bersangkutan.” Dalam hal ini, Mahaguru Miao-lo menjelaskan, “Berbagai arah mewujudkan enam indera, yakni karena mata dan hidung telah menyatakan Timur dan Barat, maka sudah sewajarnya telinga dan Iidah akan berhadapan sebagai Utara dan Selatan. Pusat adalah hati, keempat arah adalah badan. Badan mencakup keempat indera, hati berjodoh dengan keempat indera semuanya. Oleh karena itu, hati terhadap badan menyebabkan timbul tenggelamnya.” Kesepuluh penjuru adalah lingkungan (Eho), umat manusia adalah subjek (Syoho). Lingkungan diumpamakan sebagai bayangan, subjek adalah badannya, kalau tidak ada badan pasti tidak ada bayangan. Begitu pula, kalau tidak ada subjek, maka lingkungan pun tidak ada. Dan subjek membuat badan tergantung pada lingkungan. Indera mata dibentuk oleh arah Timur. Demikian pula, melalui hal ini dapat diketahui bahwa Iidah adalah arah Selatan, hidung adalah arah Barat, telinga adalah arah Utara; badan adalah keempat arah, hati adalah pusat dan saling berhadapan. Oleh karena itu, ketika kelima indera dari umat manusia akan terpecah, pusat dan keempat arah dari bumi akan berguncang. Dengan demikian, sebagai tanda tanah negeri akan benar-benar hancur, mula-mula gunung menjadi runtuh, rumput dan pohon menjadi layu, air sungai mengering. Dan jika telinga, mata dan indera lain dari manusia menjadi kacau dan terkejut, maka akan timbul perubahan luar biasa di langit. Jika hati manusia digerakkan, bumi besar akan berguncang. Sutra manakah yang tidak mengandung contoh bermacam jenis guncangan? Ketika Sang Buddha membabarkan sutra apapun juga, selalu terjadi keenam macam guncangan. Akan tetapi terhadap keenam macam guncangan yang terjadi ketika Sang Buddha hendak membabarkan Saddharmapundarika-sutra, umat manusia tetap saja menjadi sangat terkejut. Bahkan, Bodhisattva Maitreya mengajukan pertanyaan yang mengandung keragu-raguan dan Bodhisattva Manjusri menjawab pertanyaan itu. Hal itu karena tanda-tanda alamat tersebut lebih besar dan panjang daripada tanda-tanda alamat sutra-sutra lainnya. Sudah tentu keragu-raguan pun menjadi lebih sulit untuk dipecahkan. Oleh karena itu, Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Tidak pernah ada bagian Sutra Mahayana manapun yang tidak mengandung 22

Samantabadra | November 2018


contoh-contoh dari tanda-tanda alamat seperti terkumpulnya banyak umat, memancarkan sinar, hujan bunga, berguncangnya bumi, dan lain-lainnya. Namun pada umat manusia tidak pernah timbul keragu-raguan yang sedemikian besar.” Penjelasan ini berarti, dalam berbagai sutra manapun terdapat tanda-tanda alamat yang mendahului, namun tidak pernah ada tanda-tanda alamat yang sedemikian besar seperti pada Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, Mahaguru Tien-tai juga membabarkan, “Orang-orang dalam masyarakat mengatakan, 'Kalau laba-laba membuat sarang, maka dalam waktu dekat akan datang kegembiraan. Kalau itik berkotek, maka tamu akan berkunjung'. Hal yang sedemikian kecil pun dari masyarakat, terdapat tanda-tanda alamat yang mendahuluinya. Apalagi, bagaimana mungkin tidak ada tanda-tanda alamat pada suatu hal penting dalam Hukum Buddha? Berdasarkan tanda-tanda alamat yang memperlihatkan yang dekat, menyatakan teori kewajaran yang dalam dan jauh dari Hukum Buddha.” Buddha Sakyamuni membabarkan Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra dengan menyatakan tanda-tanda alamat besar yang belum pernah ada selama 40 tahun lebih semasa hidup Beliau. Terlebih dari itu, tanda-tanda alamat ketika dibabarkan Ajaran pokok Saddharmapundarikasutra merupakan tanda-tanda alamat yang jauh lebih besar daripada tanda-tanda alamat Ajaran Bayangan yang telah dibandingkan dengan tanda-tanda alamat sutra-sutra sementara. Guncangan besar yang terjadi ketika Stupa pusaka agung muncul dari bumi besar dalam Bab Stupa Pusaka dan ketika banyak Mahabodhisattva Muncul dari Bumi Ribuan Dunia, Muncul dari bumi besar dalam Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi sama seperti angin taufan yang bertiup di lautan luas, sehingga menimbulkan ombak setinggi gunung besar. Kemudian ombak itu menyerang kapal kecil yang bagaikan daun alang-alang dan membasahi layarnya. Oleh karena itu, mengenai tanda-tanda alamat yang terdapat di dalam Bab Purwaka, Bodhisattva Maitreya mengajukan pertanyaan kepada Bodhisattva Manjusri. Sedangkan mengenai tanda-tanda besar dari Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi, Bodhisattva Maitreya mengajukan pertanyaan kepada Sang Buddha. Mengenai hal ini, dalam Catatan Hokke Mongu rol ke-3 Mahaguru Miao-lo menjelaskan, “Perihal Ajaran Bayangan adalah Hukum yang dangkal dan dekat, maka diserahkan kepada Bodhisattva Manjusri. Tanah Pokok dari masa lampau yang amat jauh sangat sulit dimengerti, sehingga hanya dimohonkan kepada Sang Buddha.” Meskipun Sang Buddha tidak membabarkan mengenai tanda-tanda alamat Ajaran Bayangan, Bodhisattva Manjusri kurang lebih telah mengetahui maknanya. Akan tetapi, mengenai Ajaran Pokok, Bodhisattva Manjusri sedikit pun tidak dapat memperkirakannya. Sekalipun demikian, tanda-tanda alamat besar ini adalah dari semasa hidup Buddha Sakyamuni. Apalagi, memasuki Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, Sang Buddha mewujudkan sepuluh kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini tidak dapat ditandingi oleh kedua tanda-tanda alamat terdahulu dari Bab Purwaka, Bab Stupa Pusaka, dan Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi. Pancaran sinar pada Bab Purwaka hanya menerangi 18.000 tanah negeri di arah Timur. Sebaliknya, pancaran sinar agung dari Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata mencapai dunia 10 penjuru. Dan, tanda-tanda alamat guncangan bumi dari Bab Purwaka hanya terbatas sampai 3.000 dunia. Sedangkan mengenai guncangan bumi besar dari Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, di seluruh dunia dari para Buddha 10 penjuru, bumi besar berguncang dalam enam macam. Demikian pula halnya dengan tanda-tanda alamat sekarang. November 2018 | Samantabadra

23


Tanda-tanda alamat besar dari Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata berarti intisari Saddharmapundarika-sutra akan tersebarluas sesudah kemoksyaan Sang Buddha, yaitu setelah berlalu 2.000 tahun Masa Saddharma dan Masa Pratirupadharma serta memasuki Masa Akhir Dharma. Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dibabarkan, “Karena sesudah kemoksyaan Sang Buddha, dapat mempertahankan sutra ini, semua Buddha bergembira, dan memperlihatkan kekuatan gaib yang tak terhingga.” Dan juga dalam Bab Karunia Kebajikan yang berbeda-beda dibabarkan, “Dalam masa buruk dari Akhir Dharma, orang yang dapat mempertahankan sutra ini, sama dengan di atas, dengan sempurna membuat segala macam sumbangan.” Dengan ragu-ragu berkata, "tanda-tanda alamat, sekalipun yang baik maupun yang buruk menunjukkan yang akan terjadi sesaat dua saat, satu atau dua hari kemudian, setahun atau dua tahun kemudian, tujuh atau dua belas tahun kemudian. Namun, mengapa ada tandatanda alamat yang menunjukkan 2.000 tahun lebih masa yang akan datang?" Menjawab dengan berkata, "Dahulu, tanda-tanda alamat Raja Chao dari Dinasti Chou di Tiongkok baru tepat menjadi kenyataan setelah 1.015 tahun kemudian. Dan, mimpi dari Raja Krki pada masa India purba, baru tepat menjadi kenyataan setelah 22.000 tahun kemudian. Maka, mengenai 2.000 tahun lebih berlalu, tidak ada alasan untuk meragukan munculnya tanda-tanda alamat yang mendahuluinya." Bertanya dengan berkata, "Mengapa tanda-tanda alamat setelah kemoksyaan lebih besar daripada tanda-tanda alamat semasa hidup Buddha Sakyamuni?" Menjawab dengan berkata, "Bergeraknya bumi besar adalah karena bergeraknya keenam indera manusia. Jadi, tergantung besar kecilnya gerakan keenam indera manusia, terdapat tinggi rendahnya keenam macam guncangan bumi besar. Berbagai Sutra Sementara sebelum Saddharmapundarika-sutra kelihatannya dapat memecahkan hawa nafsu dari keenam indera seluruh umat manusia, namun sesungguhnya tidak demikian. Berbagai Sutra Sementara itu masih belum memecahkannya." Sekarang, karena Saddharmapundarika-sutra memecahkan avidya pokok jiwa, yang merupakan akar pokok hawa nafsu manusia, maka terdapat guncangan yang sangat besar. Apalagi pada Masa Akhir Dharma, terdapat lebih banyak orang buruk daripada semasa hidup Sang Buddha, oleh karena dapat memecahkan avidya itu, maka Sang Buddha menyatakan dan menunjukkan tanda-tanda alamat untuk Masa Akhir Dharma yang lebih besar dari tandatanda alamat semasa hidup Beliau. Dengan ragu-ragu berkata, "Di manakah terdapat kalimat bukti yang mengatakan bahwa khususnya pada Masa Akhir Dharma terdapat banyak orang yang buruk?" Menjawab dengan berkata, "Mengenai hal tersebut, dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, “Sutra ini, ketika Sang Tathagata masih ada saja sudah sedemikian banyak kebencian dan iri hati, apalagi sesudah kemoksyaan-Nya.” Dengan mengesampingkan jaman dewa-dewa, yaitu tujuh keturunan dewa langit dan lima keturunan dewa bumi, gempa bumi besar pada jaman Syoka yang lalu dan perubahan besar di langit pada masa Bun-ei adalah bencana alam yang belum pernah terjadi di negeri Jepang selama 2.000 tahun lebih masa 90 keturunan raja manusia. 24

Samantabadra | November 2018


Ketika banyak orang bergembira, maka di langit akan muncul tanda-tanda alamat yang baik, di bumi timbul tanda-tanda alamat bergeraknya bumi dari Dewa Indra. Sebaliknya, semakin banyak orang yang berhati buruk, maka di langit akan timbul perubahan aneh yang tidak diharapkan dan di bumi timbul bencana yang mengerikan. Tergantung dari besar kecilnya kebencian dan dendam yang terkandung dalam manusia, maka bencana alam yang timbul pun ada yang besar dan kecil. Di negeri Jepang sekarang ini, seluruh rakyat, dari satu orang di tingkat atas sampai puluhan ribu rakyat jelata, dipenuhi dengan umat manusia yang mempunyai hati paling buruk dan dasar pokok hati buruk ini timbul karena Niciren. Terdapat sutra yang disebut Sutra Syugo Kokukai. Ini adalah sutra yang dibabarkan setelah Saddharmapundarika-sutra, namun di dalamnya dibabarkan, “Raja Ajatasatru ketika menghadap Buddha Sakyamuni bertanya dengan berkata, 'Dalam negeri saya, setiap tahun timbul penyakit menular, kelaparan, banjir besar, angin taufan, maupun kemarau panjang. Bahkan negeri saya diserang pula oleh negeri lain. Padahal negeri saya adalah negeri tempat Sang Buddha muncul. Mengapa demikian?' Buddha Sakyamuni menjawab dengan berkata, 'Hal yang baik sekali! Wahai raja agung, sungguh baik mengajukan pertanyaan ini. Anda mempunyai banyak dosa terbalik1. Di antaranya, adalah membunuh ayah dan menindas Saya dengan menjadikan Devadatta sebagai guru. Oleh karena terdapat kedua macam dosa besar ini, maka timbul malapetaka besar seperti yang Anda sebutkan tanpa terputus-putus'. Kemudian, 'Setelah kemoksyaan-Ku, memasuki Masa Akhir Dharma, ketika seluruh negeri dipenuhi oleh Bhikku-Bhikku seperti Devadatta, maka akan muncul seorang Bhikku yang mempertahankan Hukum Sesungguhnya. Para Bhikku buruk itu selain akan menjatuhkan hukuman mati, juga menjatuhkan hukuman pembuangan kepada Bhikku Hukum Sesungguhnya ini. Selain itu mereka akan memperkosa mulai dari permaisuri raja hingga kaum wanita jelata, sehingga memenuhi seluruh negeri tersebut dengan bibit-bibit pemfitnahan Dharma. Oleh karena itu, di seluruh negeri tersebut timbul berbagai malapetaka besar sempai dengan malapetaka penyerbuan negara oleh negeri lain.’ Sekarang, para penganut Nembutsu di Jepang sama seperti yang dibabarkan dalam kalimat sutra ini. Apalagi, hati kesombongan besar dari para guru Syingon ribuan juta milyar kali melampaui Devadatta. Kalau menjelaskan hal yang aneh dari Sekte Syingon adalah bagai melukis gambar 'sembilan yang dihormati dalam delapan kelopak2 dari Garbhadhatu, dan kemudian naik di atasnya serta menginjak-injak wajah para Buddha; melakukan upacara permandian. Hal ini sama seperti orang yang menginjak-injak wajah ayah bunda maupun menginjak-injak kepala kaisar. Orang-orang seperti ini telah memenuhi seluruh negeri, bahkan menjadi guru dari satu orang di tingkat atas sampai puluhan ribu rakyat jelata. Bagaimana mungkin negeri ini tidak akan musnah? Hal ini merupakan Hukum terpenting dari Saya, maka akan dijelaskan pada kesempatan lain. Mengenai hal ini, sebelumnya juga telah sedikit ditulis, namun betapapun jangan sembarangan menjelaskannya kepada orang lain. Setiap ada kabar, kesungguhan hati Anda kepada Niciren tidak hanya sekali, dua kali saja, namun (betapa pun tidak dapat melukiskan rasa terima kasih Saya dengan kata-kata).

November 2018 | Samantabadra

25


Catatan kaki: 1. Dosa berat karena menentang Teori Hukum Buddha. 2. Sembilan yang dihormati dalam delapan kelopak: Para Buddha dan Bodhisattva yang terletak pada bunga teratai yang berkelopak delapan yang terletak di tengah-tengah mandala Garbhadhatu, salah satu pusaka pujaan dalam Ajaran Rahasia Syingon. Di tengah-tengah delapan kelopak duduk Tathagata Mahavairocana dan di sekelilingnya duduk para Buddha serta para Bodhisattva, yakni Buddha Hodo (Buddha yang berada di Timur), Buddha Amitabha (Buddha yang berada di Barat), Buddha Kaifukeo (Buddha yang berada di Selatan), Buddha Tenkuraion (Buddha yang berada di Utara). Dan Bodhisattva Samantabadra, Bodhisattva Manjusri, Bodhisattva Maitreya dan Bodhisattva Avalokitesvara.

|KUTIPAN GOSYO

1

Kesepuluh Penjuru adalah lingkungan (Eho), umat manusia adalah subjek (Syoho). Lingkungan diumpamakan sebagai bayangan, subjek adalah badannya. Kalau tidak ada badan pasti tidak ada bayangan. Begitu pula, kalau tidak ada subjek, maka lingkungan pun tidak ada. Dan subjek membuat badan tergantung pada lingkungan.

GM

Keterangan: 'Umat manusia' berarti badan pokok dari jiwa yang melaksanakan gerakan, 'Kesepuluh penjuru' menunjukkan arah Timur, Barat, Selatan, Utara dan lainlain, yang berarti tanah negeri dan alam semesta raya. Hubungan badan pokok jiwa dengan tanah negeri serta alam semesta adalah hubunqan antara subjek dan lingkungan. Subjek (Syoho) berarti badan pokok yang mewujudkan akibat imbalan. Sedangkan lingkungan (Eho) adalah tempat andalan dari subjek. Jadi 26

Samantabadra | November 2018

mengenai hubungan subjek dan lingkungan ini, subjek adalah badan, lingkungan sama seperti bayangannya. Namun demikian, lingkungan (Eho) sama sekali bukan suatu khayalan yang tidak memiliki unsur-unsur nyata, malahan justru dapat membentuk subjek. Untuk mempertahankan gerakan jiwa, badan jiwa, baik dari segi materi maupun kejiwaan, selalu mengambil unsur yang diperlukan dari lingkungan luar. Tentu, unsur-unsur yang membentuk tubuh seperti udara, air, dan lain-lain yang berguna untuk mempertahankan gerakan jiwa merupakan unsur-unsur yang tidak boleh kurang sekejap pun. Begitu pula dari segi kejiwaan. Badan jiwa akan menerima berbagai rangsangan yang tak terputusputus dari lingkungan luar, sehingga dapat menjalankan gerakan jiwa yang sehat dan sempurna. Jika rangsangan dari lingkungan terputus, maka gerakan kejiwaan ini bagaikan melihat khayalan. Timbulnya ketidakwajaran ini sudah jelas melalui berbagai penelitian dan percobaan.


Dasar pokok jiwa yang suci pun mempunyai gerakan keinginan untuk mempertahankan diri sendiri dan kelompoknya serta secara nyata terus menerus bergerak di dunia luar. Dari sini menyerap segala sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan diri sendiri. Kalau melihat fungsi badan pokok gerakan jiwa ini, maka sesungguhnya subjek (Syoho) adalah badan, lingkungan (Eho) adalah bayangan. Yang dikatakan sebagai imbalan (Ho), pada dasarnya adalah seperti mekanisme gerakan jiwa, maka jika tidak ada subjek maka pasti tidak akan terdapat hal yang dikatakan sebagai lingkungan. Oleh karena itu dikatakan, "Kalau tidak ada badan pasti tidak ada bayangan. Begitupun sama halnya, kalau tidak ada subjek, lingkungan pun tidak ada.� Namun sebaliknya, karena subjek terbentuk dari lingkungan (Eho), maka tidak mungkin ada subjek (Syoho) yang tidak memiliki lingkungan (Eho). Hubungan subjek dan lingkungan ini disebut sebagai Subjek dan Lingkungan Yang Tidak Terpisahkan (Esyo Funi). Hubungan subjek dan lingkungan yang dijelaskan di sini merupakan sesuatu yang lebih peka dan mendalam, yakni merupakan teori mendasar yang menjelaskan bahwa perubahan gerakan di dalam hati dari subjek akan menimbulkan kelainan perubahan dari lingkungan. Di sini lingkungan diumpamakan sebagai cermin yang memantulkan subjek. Perubahan gerakan dalam hati manusia tidak mudah terlihat dari luar. Gerakan hati seseorang di dalam kehidupan seharihari, dari permukaan dapat diketahui melalui perubahan wajah orang itu, namun perubahan drastis yang terjadi di

dasar yang paling dalam dari hati seluruh masyarakat tidak mungkin dapat diketahui melalui ekspresi wajah atau lainnya. Gerakan perubahan dari dasar paling dalam yang sedemikian besar itu akan terpantul pada cermin lingkungan. Berarti, dengan terjadinya perubahan di langit dan bencana di bumi, baru hal tersebut dapat diketahui. Teori sesungguhnya yang sangat mendalam dari jiwa ini sulit dimengerti oleh akal kepandaian manusia biasa. Hanya melalui teori Hukum dari Hukum Buddha dan kekuatan ketajaman pandangan yang dapat menembus jiwa dari prajna Buddha, maka baru bisa dipahami badan sesungguhnya itu. Inilah yang dikatakan, “...... ketika kelima indera dari umat manusia akan pecah, pusat dan keempat arah dari bumi akan berguncang. Dengan demikian, sebagai tanda tanah negeri akan benar-benar hancur, mulamula gunung menjadi runtuh, rumput dan pohon menjadi layu, air sungai mengering. Dan jika telinga, mata dan indera lain dari manusia menjadi kacau dan terkejut, maka akan timbul perubahan luar biasa di langit. Jika hati manusia digerakkan, bumi besar akan berguncang.�

2

Sutra manakah yang tidak mengandung contoh bermacam jenis guncangan? Ketika Sang Buddha membabarkan sutra apapun juga, selalu terjadi keenam jenis guncangan. Akan tetapi, keenam jenis guncangan yang terjadi ketika Sang Buddha hendak membabarkan Saddharmapundarikasutra, umat manusia tetap saja menjadi sangat terkejut. Bahkan, Bodhisattva Maitreya mengajukan pertanyaan yang mengandung keragu-raguan November 2018 | Samantabadra

27


dan Bodhisattva Manjusri menjawab pertanyaan itu. Hal itu karena tandatanda alamat tersebut lebih besar dan panjang daripada tanda-tanda alamat sutra-sutra lainnya. Sudah tentu keragu-raguan pun menjadi sulit untuk dipecahkan. Keterangan: Bagian ini menjelaskan mengenai Saddharmapundarika-sutra merupakan pembabaran teori filsafat unggul yang melampaui sutra-sutra sebelumnya. Hal ini didiskusikan berdasarkan besarnya tanda-tanda alamat. Sudah barang tentu, bagi orang yang tidak memiliki hati kepercayaan kepada Hukum Buddha, hal ini merupakan sesuatu yang sama sekali tidak ada artinya. Bahkan sekalipun di dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan arti dari tanda-tanda alamat yang sedemikian besar, mungkin hal itu dibantah sebagai sesuatu yang dibabarkan sekehendak hati sendiri. Sekarang pun, di antara para cendekiawan ajaran Buddha terdapat pembicaraan yang kuat bahwa Ajaran Mahayana, termasuk Saddharmapundarika-sutra bukan dibabarkan sendiri oleh Buddha Sakyamuni, melainkan dibuat setelah kemoksyaan Beliau. Memang, untuk menanggapi pembicaraan demikian, tidak terdapat bukti nyata yang dapat membantah bahwa ajaran itu benar-benar dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Juga, seandainya bukan dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, melainkan oleh seseorang setelah kemoksyaan Sang Buddha, yang terpenting adalah bahwa Saddharmapundarika-sutra membabarkan teori filsafat yang sangat unggul. Ajaran 28

Samantabadra | November 2018

Buddha dikatakan sebagai satu-satunya ajaran yang dapat menyelidiki teori sesungguhnya yang agung. Dikatakan demikian, karena bagaimanapun juga ajaran Buddha dapat menjelaskan filsafat jiwa dengan sempurna tanpa kekurangan sedikit pun. Hal ini hanya diterangkan dengan jelas di dalam Saddharmapundarika-sutra. Kemudian, berdasarkan pada pemahaman yang tepat terhadap jiwa, dijelaskan pula teori mendasar perombakan manusia itu sendiri dan masyarakat yang sekaligus secara meluas merupakan perombakan pokok dasar dari tanah negeri dan alam semesta raya. Jika Saddharmapundarika-sutra tidak pernah diwujudkan, maka ajaran Buddha akan terjerumus ke dalam paham kenihilan yang menolak kenyataan. Atau dapat pula dikatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra hanya merupakan ideologi yang melarikan diri dari kenyataan hidup dan menuntut angan-angan tanah suci Sukhavati di arah Barat. Sekalipun demikian, baik dalam susunan teori maupun ketajaman dalam cara menganalisis suatu kenyataan, ajaran Buddha sangat unggul dan sempurna. Namun itu hanya akan mengakibatkan orang terikat pada ideologi yang melarikan diri dari kenyataan hidup dan nihilisme yang tak tertolong lagi. Saddharmapundarika- sutra lah yang pertama kali meluruskan kembali kesalahan-kesalahan yang terdapat pada sutra-sutra sebelumnya. Dengan kata lain, Saddharmapundarika-sutra merombak 180 derajat, sehingga merupakan ajaran yang menyelamatkan kehidupan manusia yang nyata dari dasar pokoknya.


Akan tetapi, yang perlu diperhatikan di sini adalah jangan hanya terpaku pada kesimpulan tersebut, dan berpikir bahwa Saddharmapundarika-sutra menyangkal berbagai hasil susunan teori yang sempurna dan cara analisis yang dimiliki oleh sutra-sutra sebelumnya. Ini merupakan penafsiran yang tergesa-gesa dan dangkal. Saddharmapundarika-sutra sama sekali tidak menyangkal maupun merusak sutra-sutra lainnya dari taraf yang sama. Sebaliknya, Saddharmapundarika-sutra telah menghidupkan kembali seluruh sutra hingga membuka mata terhadap teori Hukum sesungguhnya dalam taraf yang lebih mendalam, merangkul dan mengembangkan seluruh sutra tersebut, dunia Buddha, yang merupakan suasana hakikat yang ideal, dijelaskan dalam berbagai sutra Mahayana sebelum Saddharmapundarika-sutra sebagai Tanah Suci Sukhavati yang terpisah jauh dari dunia ini. Setelah memasuki Saddharmapundarika-sutra baru dibabarkan bahwa Dunia Buddha itu terdapat di dalam jiwa umat manusia yang hidup dalam kenyataan ini. Dalam hal ini, pernyataan tersebut sama sekali tidak menyangkal keagungan dari suasana Dunia Buddha. Namun tidak menolak pula keinginan keras untuk mewujudkan citacita yang agung. Pembabaran sebelum Saddharmapundarika-sutra memang menjelaskan hal-hal yang sewajarnya, namun hanya Saddharmapundarika-sutra yang menjelaskan teori Hukum yang kokoh yang dapat mewujudkan cita-cita itu. Dan Saddharmapundarika-sutra mengajarkan tentang suasana kebahagiaan mutlak yang disebut sebagai Dunia Buddha. Jika

hal itu dibandingkan dengan daya analisis yang rinci terhadap penderitaan manusia yang diajarkan oleh Ajaran Hinayana, maka kita mudah berpikiran seakan-akan keduanya itu sangat bertolak belakang. Namun kesimpulan Saddharmapundarikasutra yang tegas tidak terpisah dari analisis Ajaran Hinayana. Dasar pokoknya menjelaskan dengan memahami isi dari sutra-sutra ini secara tepat. Di sini, karena Saddharmapundarikasutra mempunyai keunggulan yang melampaui seluruh sutra sebelumnya, maka orang yang tidak mempercayai tanda-tanda alamat yang dihiasi dengan berbagai hal yang bersifat gaib akhirnya memperoleh keyakinan untuk mempercayainya. Saddharmapundarikasutra mengumpamakan tanda-tanda alamat seperti itu dengan maksud agar orang-orang ketika itu dapat memahaminya dengan mudah. Selain itu, di dalam artian yang lebih mendalam, dasar yang mendalam dari tandatanda alamat itu menyatakan teori sesungguhnya yang tidak berubah. Dengan demikian, tanda-tanda bergetarnya bumi menunjukkan perumpamaan dari hal yang menggerakkan masyarakat maupun hati umat manusia. Jadi, sekalipun tanda-tanda alamat itu terlihat sangat tidak ilmiah, namun merupakan suatu faktor yang tidak dapat diabaikan.

3

Guncangan besar yang terjadi ketika stupa pusaka agung muncul dari bumi besar dalam Bab Stupa Pusaka, dan ketika banyak Mahabodhisattva Muncul dari Bumi Ribuan Dunia, muncul dari bumi besar dalam Bab Bodhisattva Muncul dari Bumi...... November 2018 | Samantabadra

29


Keterangan: Bagian ini membandingkan Ajaran pokok dengan Ajaran Bayangan dari Saddharmapundarika-sutra. Keunggulan Ajaran Pokok yang melebihi Ajaran Bayangan dijelaskan dari segi besarnya tanda-tanda alamat. Mengenai munculnya stupa pusaka di dalam Bab XI Munculnya Stupa Pusaka Saddharmapundarika-sutra dikatakan, "Pada waktu itu di hadapan Sang Buddha, sebuah Stupa dari tujuh jenis pusaka yang tingginya 500 yojana, panjang dan lebarnya 200 dan 50 yojana, muncul dari bumi dan bertahta di antariksa.� Mengenai 'muncul dari bumi', di dalam Bab XV Munculnya Bodhisattva Muncul dari Bumi Saddharmapundarika-sutra dikatakan, "Ketika Sang Buddha berkata demikian, seluruh bumi dari 3.000 ribuan tanah dunia saha bergetar dan terbelah. Dari tengah-tengahnya muncul bersamaan ribuan milyar koti Bodhisattva Mahasattva yang tak terhitung.� Pada kutipan kalimat ini, kedua tanda-tanda alamat tersebut akan diumpamakan sebagai tanda alamat dari Ajaran Pokok semasa hidup Sang Buddha. Apabila dipandang lebih mendalam berdasarkan Hukum Pembibitan dari Kalimat Tersirat, yang merupakan Hukum Agung Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan Sang Buddha, maka baik upacara tersebut maupun pembabaran dari Ajaran Bayangan, bahkan juga pembabaran dari Ajaran Sementara, semuanya dapat dikatakan ditujukan untuk Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Khususnya, munculnya Stupa Pusaka adalah untuk perwujudan Dai Gohonzon dari Sandaihiho, badan pokok yang disebarluaskan pada Masa 30

Samantabadra | November 2018

Akhir Dharma. Oleh karena munculnya Bodhisattva Muncul dari Bumi adalah demi penyerahterimaan tugas penyebarluasan pada Masa Akhir Dharma, maka daripada dikatakan sebagai 'hal semasa hidup Sang Buddha', hendaknya lebih dipikirkan sebagai 'hal sesudah kemoksyaan Sang Buddha'. Akan tetapi, kalau dijelaskan berdasarkan urutan kalimat sutra, maka arti dari munculnya Stupa Pusaka, pertama adalah pembuktian ajaran sebelumnya, yaitu membuktikan kebenaran dari Ajaran Bayangan. Kedua adalah pembangkitan selanjutnya, yakni mempersiapkan pembabaran Ajaran Pokok. Oleh karena itu dikatakan sebagai tanda-tanda alamat dari Ajaran Pokok semasa hidup Sang Buddha. Dan juga munculnya Bodhisattva Muncul dari Bumi dari ribuan dunia, pada umumnya adalah sebagai murid-murid masa lampau yang amat jauh (Kuon) dari Buddha Sakyamuni dari Ajaran Pokok. Di samping itu pula sebagai faktor pembantu dalam mewujudkan makna panjangnya usia dari 500 asamkheya kalpa koti, ini pun dapat dikatakan sebagai tanda-tanda alamat dari Ajaran Pokok semasa hidup Sang Buddha. Sebaliknya, sekalipun dikatakan berdasarkan arti yang tersurat, Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata merupakan upacara serah terima tugas penyebarluasan pada Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan Sang Buddha, maka sama sekali bukan untuk semasa hidup Sang Buddha, namun semata-mata hanyalah untuk sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Oleh karena itu, tanda-tanda alamat 10 kekuatan gaib dari Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dikatakan sebagai tanda-tanda alamat dari penyebarluasan


Hukum Putih Agung pada Masa Akhir Dharma.

4

Meskipun Sang Buddha tidak membabarkan mengenai tandatanda alamat Ajaran Bayangan, Bodhisattva Manjusri kurang lebih telah mengetahui maknanya. Akan tetapi mengenai Ajaran Pokok, Bodhisattva Manjusri sedikit pun tidak dapat memperkirakannya. Sekalipun demikian, tanda-tanda besar ini adalah dari semasa hidup Buddha Sakyamuni.

GM

Keterangan: Ajaran Bayangan adalah Hukum untuk keluar dari penderitaan hidup mati, sehingga dapat tiba di pantai Nirvana bagi umat manusia semasa hidup Sang Buddha. Dan, dengan diawali oleh kaum Sravaka, ajaran ini merupakan filsafat yang menjelaskan bahwa jiwa Buddha tercakup di dalam jiwa seluruh umat manusia. Manjusri adalah seorang arif yang merupakan guru kesembilan dari Buddha Sakyamuni pada kehidupan masa lampau. Maka, meskipun tanpa mendengar pembabaran Sang Buddha, Ia telah mengetahui teori Hukum ini. Ketika terjadi tanda-tanda alamat dalam Bab Purwaka, Bodhisattva Manjusri dapat langsung menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bodhisattva Maitreya. Sebaliknya, Ajaran Pokok adalah upacara yang mewujudnyatakan Hukum Buddha Agung untuk umat manusia Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Dan Sang Buddha sendiri membabarkan suasana Dunia Buddha yang dicapai dari masa lampau yang amat jauh (Kuon). Mengenai hal ini, Bodhisattva

Manjusri yang masih berada pada tingkat Bodhisattva, betapapun tidak dapat memperkirakannya. Dengan demikian, Bodhisatva Manjusri tidak dapat menjawab perihal arti tanda-tanda alamat dari Ajaran Pokok. Hanya Buddha-lah yang dapat menjelaskan hal ini. Di sini dengan tegas dan tepat ditunjukkan perbedaan antara Ajaran Bayangan dan Ajaran Pokok. Ajaran Bayangan adalah ajaran untuk mengeluarkan umat manusia dari penderitaan hidup mati, sehingga dapat sampai pada pantai Nirvana semasa hidup Buddha Sakyamuni. Ajaran Bayangan ini masih belum menjelaskan tentang Tanah Pokok (Honci) dari Sang Buddha. Pada umumnya ajaran ini masih terikat dengan penyesuaian pada bakat manusia dari Sembilan Dunia. Sebaliknya, Ajaran Pokok menguraikan dengan jelas Tanah pokok dari Buddha. Ajaran Pokok juga membuka serta mengembangkan kesadaran Sang Buddha secara apa adanya sebagai upacara kejiwaan. Justru kesadaran Sang Buddha inilah yang dikatakan sebagai 'intisari Saddharmapundarika-sutra'. Ajaran ini adalah untuk Masa Akhir Dharma sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Oleh karena itu dilaksanakan upacara serah terima dari Jijuyusyin Kuon Ganjo kepada Bodhisattva yang dibimbing oleh Buddha Pokok (Honge).

November 2018 | Samantabadra

31


5

Apalagi, memasuki Bab Kekuatan 3. Tanda-tanda mendengar pembabaran Gaib Sang Tathagata, Sang Hukum daripada Buddha Buddha mewujudkan sepuluh 4. Tanda-tanda melihat kelompok umat kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini tidak mencapai kesadaran dapat ditandingi oleh kedua tanda-tanda 5. Tanda-tanda melihat berbagai alamat terdahulu dari Bab Purwaka, pelaksanaan Bodhisattva Bab Stupa Pusaka dan Bab Bodhisattva 6. Tanda-tanda melihat Buddha Muncul dari Bumi. mencapai Nirvana Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa sekalipun Kesepuluh kekuatan gaib dari Bab merupakan tanda-tanda alamat yang Kekuatan Gaib Sang Tathagata adalah: sama untuk Ajaran Pokok, namun tanda1. Mengeluarkan Iidah yang panjang dan tanda alamat dari Bab Kekuatan Gaib lebar, berarti pernyataan kebenaran Sang Tathagata untuk Masa Akhir Dharma dari pembabaran Buddha Sakyamuni sesudah kemoksyaan Sang Buddha 2. Seluruh tubuh memancarkan sinar, berbeda dengan tanda-tanda alamat dari berarti menyatakan menerangi Bab XV Munculnya Bodhisattva Muncul sepuluh penjuru dengan sinar prajna dari Bumi dan Bab Stupa Pusaka untuk 3. Batuk sesaat, berarti sebagai tanda semasa hidup Sang Buddha. membuka dan menjelaskan seluruh 'Kedua tanda-tanda alamat terdahulu' hal yang sesungguhnya berarti bahwa tanda-tanda alamat dalam 4. Menjentikkan jari tangan, berarti Bab Purwaka untuk Ajaran Bayangan dan pernyataan kegembiraan tanda- tanda alamat Stupa Pusaka serta 5. Keenam guncangan bumi, berarti Muncul dari Bumi untuk Ajaran Pokok menggetarkan keenam indera dari semasa hidup Sang Buddha. Keenam seluruh umat manusia tanda-tanda alamat dari Bab Purwaka 6. Melihat pesamuan agung, berarti adalah: pernyataan tentang persamaan Jalan 1. Tanda-tanda pembabaran Hukum dari pada Buddha 2. Tanda-tanda bermeditasi 7. Suara irama pujian di antariksa, 3. Tanda-tanda hujan bunga berarti pernyataan bahwa 4. Tanda-tanda berguncangnya bumi Saddharmapundarika-sutra akan 5. Tanda-tanda kegembiraan umat tersebarluas di masa akan datang 6. Tanda-tanda pancaran sinar 8. Semuanya menyerahkan jiwa raga, berarti bahwa seluruh umat manusia Dan hal ini dinamakan sebagai 'keenam bersikap anjali kepada Buddha tanda-tanda alamat dari tanah saha ini'. Di sebagai pernyataan memasrahkan samping itu terdapat 'Keenam tanda-tanda jiwa raga kepada Saddharma alamat dari tanah negeri lainnya', yaitu: 9. Menebarkan berbagai benda, berarti 1. Tanda-tanda melihat keenam bahwa sumbangan berbagai benda kecenderungan dari sepuluh penjuru yang diberikan 2. Tanda-tanda melihat keenam Buddha kepada Sang Buddha akan menutupi

Anak Cabang

32

Samantabadra | November 2018


tanah negeri para Buddha bagaikan salju. Hal ini menyatakan bahwa di masa akan datang pelaksanaan Hukum pertapaan semata-mata hanya mengikuti ajaran hukum ini. 10. Berlaku sama di sepuluh penjuru, berarti pernyataan bahwa di masa akan datang, berdasarkan pelaksanaan pertapaan, maka jiwa Buddha dari seluruh umat manusia dapat dibuka dan hakikat teori sesungguhnya akan menembus tanah negeri. Antara keenam tanda-tanda alamat dari Bab Purwaka dan kesepuluh kekuatan gaib dari Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata, terdapat beberapa persamaan. Namun kalau keduanya dibandingkan sekalipun, kelihatannya seakan-akan sama, namun skala besarnya sama sekali berbeda. Tandatanda guncangan bumi dari Bab Purwaka hanya dikatakan, "Buddha Loka berguncang dalam enam cara" dan "Sedangkan dunia ini berguncang dalam enam cara". Mengenai guncangan bumi besar ketika munculnya Bodhisattva Muncul dari Bumi Ribuan Dunia, dalam Bab Munculnya Bodhisattva Muncul dari Bumi dikatakan, "Ketika Sang Buddha berkata demikian, seluruh bumi dari 3.000 ribuan tanah dunia saha bergetar dan terbelah. Dari tengahtengahnya muncul bersama ribuan milyar koti Bodhisattva Mahasattva yang tak terhitung". Sebaliknya, mengenai keenam jenis guncangan bumi dari Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dikatakan, “Batuk sesaat dan menjentikkan jari mereka secara serentak. Kedua suara ini mencapai seluruh penjuru dari dunia Buddha, semua tanah mereka berguncang dalam enam cara.� Dengan demikian, guncangan itu

telah menembus dunia kesepuluh penjuru. Begitupun mengenai memancarkan sinar, dalam tanda-tanda alamat pancaran sinar dari Bab Purwaka dikatakan, "Kemudian Sang Buddha dari lingkaran rambut putih di antara alisNya memancarkan seberkas sinar yang menyinari 18.000 dunia di jurusan Timur, sehingga tidak ada tempat yang tidak dapat dicapainya". Sebaliknya mengenai seluruh tubuh Sang Buddha yang memancarkan sinar dari Bab Kekuatan Gaib sang Tathagata dikatakan, "Setiap pori-pori memancarkan Sinar dari warnawarna yang tak terbatas dan tak terhitung, semua menyinari seluruh tempat di sepuluh penjuru alam semesta.� Maka, tanda-tanda alamat dari Bab Purwaka hanya terbatas pada dunia ini atau 18.000 tanah negeri di jurusan Timur, sedangkan tanda-tanda alamat dari Bab Kekuatan gaib Sang Tathagata menembus hingga dunia kesepuluh penjuru. Hal ini menunjukkan bahwa Buddha dari Ajaran Bayangan masih terbatas pada Buddha Sakyamuni yang mencapai kesadaran pada hidup kali ini (Syijo Syokaku) dari Buddha Bayangan (Suijaku). Sedangkan Buddha dari Ajaran Pokok adalah Buddha Tanah Pokok dari masa lampau yang amat jauh (Honci Kuon). Dengan demikian, keterangan tersebut menunjukkan unggul lemahnya kekuatan. Sudah barang tentu, hal di atas juga mewujudkan perbandingan kekuatan yang tegas dan jelas antara Hukum Ajaran Bayangan dengan Hukum Ajaran Pokok. Terutama, Hukum yang diwujudkan dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata sesungguhnya merupakan Hukum Agung Masa Akhir Dharma, yakni Nammyohorengekyo itu sendiri. Oleh November 2018 | Samantabadra

33


karena itu, memiliki kekuatan yang luas, dalam dan jauh yang mencakup dunia kesepuluh penjuru, yaitu alam semesta raya. Kemudian, meskipun Tanah Pokok sesungguhnya adalah Trikaya yang Tidak Dibuat- buat dari Masa Lampau yang Tak Berawal Akhir (Musa Sanjindari Kuon Ganjo), bumi besar yang terguncang dan terbelah karena munculnya Bodhisattva Muncul dari Bumi dikatakan hanya terbatas pada ke-3000 dari ribuan bumi besar dunia saha ini. Hal tersebut adalah wajar, karena mereka muncul hanya sebagai Bodhisattva Muncul dari Bumi dari bayangan (Suijaku). Selain itu, memancarkan sinar berarti bergeraknya prajna Buddha dan fungsi kebajikannya akan menerangi kegelapan hati umat manusia. Berguncangnya bumi besar berarti menimbulkan keragu-raguan, sehingga gerakan dalam hati jiwa umat manusia bangkit dan menghancurkan pandangan nilai yang ada. Ini melambangkan wajah yang menyadari Hukum Sesungguhnya.

6

Bertanya dengan berkata, mengapa tanda-tanda alamat setelah kemoksyaan lebih besar daripada tanda-tanda alamat semasa hidup Buddha Sakyamuni? Menjawab dengan berkata, bergeraknya bumi besar adalah karena bergeraknya keenam indera manusia.

GM

Keterangan: Perubahan gerakan guncangan bumi besar mencerminkan gerakan keenam indera manusia, sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Mahaguru Tien-tai dalam kitab Hokke Mongu yang terdapat 34

Samantabadra | November 2018

di bagian awal surat ini. Sutra-sutra sementara sebelum Saddharmapundarikasutra mengajarkan untuk mematahkan secara tuntas hawa nafsu yang terdapat di dalam jiwa yang mencemari keenam indera tersebut. Akan tetapi, Hukum tersebut hanya seperti mematahkan daun dan ranting saja, tidak sampai memutuskan hingga batang dan akarnya. Maka, dengan mematahkan satu hawa nafsu akan membangkitkan berbagai hawa nafsu lainnya. Bahkan hawa nafsu yang ingin dipatahkan itu sendiri akan semakin menghebat, sehingga tidak dapat dikendalikan lagi. Dalam Hukum Buddha, hawa nafsu yang tak terhitung jumlahnya, secara garis besar dibagi menjadi tiga kesesatan (San Waku): 1. Kesesatan Pandangan dan Pikiran (Kenji Waku), yaitu kesesatan yang timbul dalam memandang dan memikirkan suatu masalah; 2. Kesesatan Hawa Nafsu yang Banyaknya Seperti Butir-butir Pasir (Jinsya Waku), adalah karma yang tertimbun di dalam arus perputaran jiwa; 3. Kesesatan Avidya (Mumyo Waku), yaitu kesesatan yang terdapat pada dasar kedalaman jiwa itu sendiri yang menjadi akar dan batang dari kesesatan lainnya. Dengan demikian, jiwa kita tidak dapat mematahkan avidya pokok jiwa (Gampon no Mumyo), maka kekuatan hawa nafsu yang hitam legam tidak akan dapat dihilangkan. Bahkan akan semakin mencari jalan untuk tumbuh keluar seperti batang pohon yang karena dipangkas malah menjadi semakin lebat.


Apakah yang dimaksud dengan avidya pokok jiwa? Sebenarnya jiwa adalah Icinen Sanzen, tidak dapat dikatakan sebagai baik maupun buruk semata, karena keduanya telah tercakup sejak asal mula (Zen Aku Muki). Maka, kalau kita memahami secara mendalam badan sesungguhnya jiwa itu sendiri dan mencapai kemanunggalan mutlak antara suasana dan prajna (Kyoci Myogo), maka kita dapat membimbing jiwa ini dengan benar dan tanpa ragu-ragu. Dengan demikian kita dapat menjalankan kehidupan dengan penuh keyakinan. Kalau kita tidak menyadari hal itu, maka kita akan terseret di dalam sifat keburukan jiwa dari Tiga Jalan Buruk dan Empat Kecenderungan Buruk. Dengan demikian kita harus menjalankan kehidupan yang penuh hawa nafsu. Tidak mengetahui badan sesungguhnya dari jiwa dikatakan sebagai avidya pokok jiwa. Kalau dapat menyadari bahwa badan kita sendiri adalah Saddharma, maka kita akan dapat memecahkan avidya pokok jiwa. Dengan demikian kita akan memunculkan Sifat Dharma Pokok Jiwa (Gampon no Hossyo). Hakikat ajaran Saddharmapundarikasutra adalah untuk membuka dan menyadari jiwa Dunia Buddha yang tercakup di dasar jiwa seluruh umat manusia. Hal tersebut berarti kita menyadarkan seluruh umat manusia bahwa dirinya sendiri adalah badan pokok Saddharma yang merupakan keinginan sesungguhnya dari Saddharmapundarikasutra. Dengan tercapainya keinginan sesungguhnya dari Saddharmapundarikasutra ini, maka perihal melepaskan kelima hawa nafsu dan mematahkan ketiga kesesatan yang pernah diajarkan dalam sutra-sutra sebelumnya dengan sendirinya

dapat tercapai. Bahkan jiwa kelima hawa nafsu dan kesesatan penderitaan itu dirombak dari dasar pokoknya, maka kelima hawa nafsu menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan untuk gerakan jiwa dalam kehidupan. Dengan demikian kesesatan penderitaan itu sendiri menjadi kebahagiaan dari jiwa. Apabila kita menjelaskan secara sekilas mengenai hubungan antara kesesatan dan keenam indera, maka inti dari keenam indera adalah indera hati, sedangkan yang membungkus seluruhnyü adalah indera badan (peraba). Hal ini dapat dikatakan dengan jelas melalui perkataan Mahaguru Miao-lo, "Pusat adalah hati. Keempat arah adalah badan". Indera hati adalah hati, indera badan (peraba) adalah jasmani; badan pokok dari hati dan jasmani adalah jiwa. Sikap dan dasar dari jiwa adalah menjadi Sifat Dharma Pokok Jiwa (Gampon no Hossyo) atau menjadi Avidya Pokok Jiwa (Gampon no Mumyo). Oleh karena itu, dikatakan bahwa bergeraknya keenam indera akan mengguncangkan bumi besar sehingga disimpulkan, "Sekarang, karena Saddharmapundarika-sutra memecahkan avidya pokok jiwa yang merupakan akar pokok hawa nafsu manusia, maka terdapat guncangan sangat besar.�

7

Di negeri Jepang Sekarang ini, seluruh rakyat, dari satu orang di tingkat atas sampai puluhan ribu rakyat jelata, dipenuhi dengan umat manusia yang mempunyai hati buruk paling besar, dan dasar pokok hati buruk ini timbul karena Niciren. Keterangan: Sebelum kutipan kalimat ini terdapat kalimat yang berbunyi, "Ketika banyak November 2018 | Samantabadra

35


orang bergembira, maka di langit akan muncul tanda-tanda alamat yang baik, di bumi timbul tanda-tanda alamat bergeraknya bumi dari Dewa Indra. Sebaliknya, semakin banyak orang yang berhati buruk, maka di langit akan timbul perubahan aneh yang tidak diharapkan dan di bumi timbul bencana yang mengerikan". Terdapat pula kalimat yang berbunyi, "Tergantung dari besar kecilnya kebencian dan dendam yang terkandung dalam manusia, maka bencana alam yang timbul pun ada yang besar dan kecil." Kalimat ini melukiskan kenyataan di Jepang waktu itu. Sedangkan kalimat-kalimat dalam kutipan di atas dengan tegas menunjukkan hal-hal yang menjadi penyebab dari 'gempa bumi besar Syoka dan Bun-ei serta bencana alam'. Memang hati yang baik maupun hati yang buruk serta gejolak perasaan yang kuat merupakan ukuran penting dalam menentukan besar kecilnya gejala. Tetapi yang lebih penting adalah objeknya. Sekarang yang dikatakan Niciren Daisyonin sebagai 'hati paling buruk' adalah kebencian dan dendam dari masyarakat kepada Niciren Daisyonin. Oleh karena ditujukan kepada Niciren Daisyonin yang membangkitkan maitri karuna agung dan luas untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, maka dikatakan sebagai 'hati paling buruk’. Justru karena menentang dan membenci kebaikan besar, maka menjadi keburukan besar. Jika objeknya adanya kebaikan kecil, sekalipun kebencian hati dan dendam bergejolak dengan sangat kuat, hanyalah merupakan keburukan kecil. Dan jika terdapat kebencian dan dendam terhadap keburukan, terlepas apakah itu merupakan cara atau strategi, 36

Samantabadra | November 2018

dengan sendirinya dapat juga menjadi kebaikan. Seluruh rakyat Jepang, dari penguasa sampai rakyat jelata, semuanya memiliki hati yang benci dan dendam kepada Niciren Daisyonin, Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Meskipun ukurannya berbeda-beda, karena benci dan dendam kepada orang yang mencakup tiga kebajikan, yaitu majikan, guru dan orang tua, yang hendak menyelamatkan seluruh umat manusia, maka semua itu menjadi 'hati keburukan besar'. Hendaknya diketahui bahwa dalam kutipan kalimat 'dasar pokok hati keburukan ini timbul karena Niciren', terungkap keyakinan agung Niciren Daisyonin yang muncul demi menyelamatkan seluruh umat manusia.

8

Terdapat sutra yang disebut Sutra Syugo Kokukai. Ini adalah sutra yang dibabarkan setelah Saddharmapundarika-sutra, namun di dalamnya dibabarkan, "Raja Ajatasatru ketika menghadap Buddha Sakyamuni bertanya dengan berkata, 'Dalam negeri saya, setiap tahun timbul penyakit menular, kelaparan, banjir besar, angin taufan, maupun kemarau panjang. Bahkan negeri Saya diserang pula oleh negeri lain, padahal negeri Saya adalah negeri tempat Sang Buddha muncul. Mengapa demikian? Keterangan: Dengan mengutip kalimat Sutra Syugo Kokukai, mula-mula ditunjukkan letak dari sebab-sebab penderitaan rakyat Jepang, karena malapetaka serangan dari luar negeri dan bencana alam semasa hidup Niciren Daisyonin. Pada bagian akhir dijelaskan ketepatan dari ramalan dalam


Sutra Syugo Kokukai dengan keadaan pada Masa Akhir Dharma. Dan juga, dalam menjelaskan tentang pemfitnahan Dharma satu negara, diambil contoh Sekte Syingon. Salah satu makna sesat dari Sekte Syingon dijelaskan dengan menggunakan contoh-contoh yang mudah dimengerti. Dengan menggunakan perumpamaan Raja Ajatasatru ditunjukkan bahwa sebab pokok dari malapetaka serangan luar negeri dan bencana alam adalah dosa terbalik. Pembabaran yang menembus ke inti hakikat ini setahap lebih mendalam daripada pembahasan terdahulu bahwa bencana alam adalah tanda-tanda alamat munculnya Hukum Agung. Dengan demikian, perubahan di langit dan bumi bukan sebagai hal yang menggembirakan seperti dalam kutipan kalimat 'di langit muncul tanda-tanda alamat yang baik, di bumi timbul tandatanda alamat bergeraknya bumi dari Dewa Indra', melainkan sebagai malapetaka yang muncul karena 'semakin banyak orang yang berhati buruk'. Untuk menyelesaikan hal tersebut maka harus dipecahkan dan dipatahkan sebab-sebab penyakitnya, serta harus disembuhkan. Dalam Sutra Syugo Kokukai yang sama, terdapat kalimat yang menyatakan, "Orangorang yang memfitnah Dharma memenuhi seluruh negeri, menindas Bhikku satusatunya yang mempertahankan Hukum Sesungguhnya" Inilah sebab pokok terjadinya segala malapetaka tersebut. Maka jika ingin merombak keadaan ini, harus dihentikan penindasan terhadap Bhikku Hukum Sesungguhnya dan sematamata kembali kepada Bhikku tersebut. Hal itu berarti, mengikuti ajaran Niciren Daisyonin merupakan satu-satunya cara

untuk menghentikan bencana alam dan penderitaan serangan luar negeri, sehingga dapat mengatasi nasib bangsa Jepang waktu itu. Hendaknya diketahui di sini bahwa hanya maitri karuna agung yang jauh dan mendalam serta keyakinan yang kuat dari Niciren Daisyonin sajalah yang dapat menyelamatkan rakyat dan masyarakat dari penderitaan yang dihadapi dalam kenyataan. Dan juga, kutipan kalimat ini jelas menandaskan bahwa betapapun ajaran agama tidak dapat terlepas atau mengabaikan kenyataan. Terlebih lagi, seperti yang ditunjukkan dalam jawaban terhadap pertanyaan, "Setiap tahun timbul penyakit menular, kelaparan, banjir besar, angin taufan, maupun kemarau panjang. Bahkan negeri saya diserang oleh negeri lain. Padahal negeri saya adalah negeri tempat Sang Buddha muncul. Mengapa demikian?� Hukum Buddha tergantung pada sikap umat yang percaya dan menerima, apakah dapat membangun dunia kebahagiaan dengan memunculkan kekuatan agung Hukum Buddha atau sebaliknya terjerumus ke dalam penderitaan yang lebih menyedihkan daripada negeri yang tidak ada Hukum Buddha. Hal ini merupakan kalimat yang sangat penting dimana dijelaskan teori pokok. Teori pokok yang menerangkan bahwa yang terpenting adalah sikap dalam menerima Hukum Buddha.

November 2018 | Samantabadra

37


9

Hal ini merupakan Hukum terpenting dari Saya.

Anak Cabang

Keterangan: Dalam surat ini tertulis bahwa berbagai penderitaan dan bencana alam yang disebabkan penganiayaan terhadap diri Niciren Daisyonin justru membuktikan bahwa hanya Niciren Daisyonin sajalah yang merupakan Buddha pokok Masa Akhir Dharma. Oleh karena itu, hal ini merupakan pintu Hukum dari Niciren Daisyonin yang sangat penting. Jika disalahtafsirkan dapat dianggap sebagai kesombongan besar, sehingga dapat mendatangkan tekanan besar. Kita dapat merasakan bahwa setelah memasuki Gunung Minobu, Niciren Daisyonin terus memikirkan bagaimana melestarikan Hukum untuk selama-lamanya sampai puluhan ribu tahun yang akan datang tanpa terputus-putus. Mungkin karena tidak perlu mendatangkan penganiayaan yang tidak ada artinya, maka Beliau

Catatan

38

Samantabadra | November 2018

mengatakan, "Namun betapapun jangan sembarangan menjelaskannya kepada orang lain.� Juga mengenai masalah Sekte Syingon, hendaknya tetap bersikap hati-hati. Hal ini diperkirakan karena Sekte Syingon telah tercampur menjadi satu dengan Sekte Tendai. Maka ketika mendiskusikan hal tersebut, bagaimanapun akari tersangkut pada makna ajaran Tien-tai sehingga akan menimbulkan masalah yang pelik. Juga diperkirakan dari sudut lain, yaitu bahwa Sekte Syingon mempunyai hubungan yang erat dengan pihak penguasa, khususnya dengan kaisar. Hal-hal seperti ini membuat Niciren Daisyonin bersikap hati-hati terhadap masalah yang berkaitan dengan Sekte Syingon. Ini menjadi pedoman bagi kita bahwa dalam perjuangan Kosenrufu dan Syakubuku, kita tidak boleh melakukan dengan keberanian yang membabi buta, melainkan di samping keberanian kita juga harus bersikap hati-hati dan bijaksana. ***


November 2018 | Samantabadra

39


40

Samantabadra | November 2018


November 2018 | Samantabadra

41


42

Samantabadra | November 2018


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Balasan kepada Toki Ama Goze

LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis pada tanggal 27 bulan ke-3 tahun 1276 (Kenji ke2) di Gunung Minobu. Ketika Toki Jonin membawa abu tulang almarhum ibunya dari Wakanomiya daerah Syimofusa ke Gunung Minobu, Niciren Daisyonin mendengar bahwa Amagoze sedang menderita sakit. Karena itu Niciren Daisyonin menulis surat yang ditujukan kepada Amagoze. Surat tersebut masih tersimpan dengan baik hingga sekarang ini. Ketika Toki Jonin meninggalkan Niciren Daisyonin sambil membawa titipan surat yang ditujukan kepada Amagoze, kitab Saddharmapundarika-sutra miliknya tertinggal di Gunung Minobu. Niciren Daisyonin mengutus seorang murid untuk mengantarkannya. Peristiwa ini tercatat dalam Surat Perihal Lupa Mempertahankan Sutra. Pertama-tama surat ini berisi ucapan terima kasih atas berbagai sumbangan. Kemudian mengungkapkan bahwa kunjungan Toki Jonin yang dari jauh ke Gunung Minobu sebenarnya karena

dorongan dari istrinya. Di sini Beliau memuji kebajikan bantuan moril (naijo) dari sang istri yang telah mendorong suaminya berkunjung ke Gunung Minobu. Selanjutnya, isi surat ini menjelaskan laporan Toki Jonin perihal keadaan ibunya pada waktu meninggal yang dalam keadaan baik sekali. Dan bersamaan itu menyampaikan rasa kegembiraan Toki Jonin atas perilaku Amagoze yang telah merawat ibunya dengan amat baik. Tentu saja Niciren Daisyonin dapat memperkirakan Toki Jonin tidak menyampaikan perasaan terima kasih seperti itu kepada Amagoze. Dengan memberitahu hal ini kepada Amagoze diharapkan akan semakin mempertebal rasa cinta kasih antara suami istri Toki Jonin serta dapat menjadi dorongan yang menimbulkan kegembiraan kepada Amagoze. Dari hal ini dapat dirasakan kesungguhan hati Niciren Daisyonin yang memperhatikan segala sesuatu sampai sekecil-kecilnya.

November 2018 | Samantabadra

43


ISI GOSYO |

U

ang logam satu renceng berikut sebuah tabung telah Saya terima dengan baik. Melesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya, bergeraknya awan tergantun kekuatan naga, kegiatan suami tergantung kekuatan istrinya. Sekarang, kunjungan Tuan Toki ke Gunung Minobu ini adalah kekuatan dari Amagoze (istri). Dengan melihat asap kita dapat mengetahui apinya, dengan melihat hujan kita dapat mengetahui naga, dengan melihat suami kita dapat melihat istrinya. Sekarang ketika bertemu dengan Tuan Toki, Saya seakan-akan merasa berjumpa dengan Amagoze. Di dalam pembicaraan Tuan Toki terasa kesedihan atas meninggalnya ibunya, tetapi dalam kesedihannya itu tersirat juga kegembiraan karena ibundanya wafat dengan amat baik dan Amagoze dengan sungguh hati telah merawat almarhumah hingga saat ajal. Dan kegembiraan ini tidak akan terlupakan sampai masa kapanpun. Akan tetapi, hal yang paling mengawatirkan adalah penyakit yang diderita Amagoze. Penyakit Anda pasti dapat disembuhkan, walaupun harus menjalankan pengobatan akupuntur selama tiga tahun tanpa lalai. Orang yang tidak menderita sakit saja tidak dapat menghindarkan diri dari teori kefanaan. Tetapi Anda yang masih belum terlalu tua dan terlebih lagi Anda seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, pasti tidak akan mati mendadak. Tidak mungkin itu penyakit karma. Seandainya penyakit karma pun, dengan kekuatan besar Saddharmapundarika-sutra yang dapat diharapkan, tidak ada penyakit apapun yang tidak dapat disembuhkan. Dengan menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, Raja Ajatasatru telah memperpanjang usianya selama 40 tahun. Chen Cen, kakak Mahaguru Tien Tai, dikatakan telah memperpanjang usia selama 15 tahun. Amagoze juga seorang pelaksana Saddharmapundanika-sutra yang kuat kepercayaannya dan penuh semangat seperti bulan yang purnama dan laut yang pasang. Mungkinkah tidak dapat menyembuhkan penyakit serta memperpanjang usia? Yakinilah hal ini dengan kuat dan sayangilah badan Anda, serta jangan sekali-kali berkeluh kesah dalam hati. Seandainya timbul rasa sedih dan mengeluh, pikirkanlah kembali peristiwa di Iki dan Cesyima serta di Dazaifu. Atau ketika orang-orang Kamakura yang sedang bergembira seperti manusia surga harus pergi ke Kyusyu. Orang yang harus meninggalkan anak istri, atau orang yang ditinggalkan suami, atau orang yang saling mencintai akan saling berpandangan, wajah bertemu wajah, mata bertemu mata, mereka saling menatap dengan rasa sendu; kesedihan yang mereka rasakan bagaikan pohon yang dibelah. Demikian berat susah hati karena perpisahan itu. Satu hari, dua hari, selangkah demi selangkah semakin lama semakin jauh meninggalkan Yuigahama, Inamura, Kosyigoe, Sakawa, Hakone. Badan yang melewati sungai, gunung dan tertutup awan ini hanya dapat diikuti dengan cucuran air mata dan hati yang berkeluh kesah. Kepedihan yang dirasakan tidaklah dapat dilukiskan. Dalam kesedihan yang sedemikian rupa, bila diserang oleh pasukan Mongolia akan tertawan hidup-hidup di gunung atau di lautan. Yang akan terlihat hanyalah mata yang penuh 44

Samantabadra | November 2018


kegelisahan, baik ketika berada di dalam kapal maupun di Korea. Hal ini karena Niciren, Pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang dapat dikatakan sebagai ibu ayah seluruh negeri Jepang yang tidak berdosa sama sekali, tanpa alasan apapun difitnah, dipukul, dan diarak keliling kota seperti perbuatan gila, sehingga mendapat siksaan Dasaraksasi. Mereka masih akan mengalami penderitaan besar yang puluhan ribu juta milyar kali lebih dari penderitaan sekarang ini. Amatilah sungguh-sungguh kegaiban ini. Kalau berpikir kita pasti menjadi Buddha, sama sekali tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tiada artinya baik dilahirkan sebagai permaisuri atau dilahirkan di dunia surga. Ikutilah jejak Putri Naga dan dapatkanlah kedudukkan yang sederajat dengan Bhikkuni Mahaprajapati. Alangkah menggembirakan hal ini. Hendaknya hanya menyebut Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Tanggal 27 bulan ke-3 Kepada Amagoze Tertanda, Niciren

November 2018 | Samantabadra

45


KUTIPAN GOSYO |

1

Melesatnya anak panah tergantung kekuatan busurnya, bergeraknya awan tergantung kekuatan naga, kegiatan suami tergantung kekuatan istrinya. Sekarang, kunjungan Tuan Toki ke Gunung Minobu ini adalah kekuatan dari Amagoze (istri).

cinta suami istri, kewajiban dan cara hidup Wanita. Adapun dalam surat ini istri diumpamakan sebagai busur, suami diumpamakan sebagai anak panah. Kegiatan suami dalam masyarakat tergantung pada kekuatan istri. Karena itu, istri memegang peranan utama bila dibandingkan dengan suami. Dalam Surat Keterangan: Kepada Ikegami Bersaudara dikatakan, Bagian ini mengajarkan bahwa "Dalam hal menjadi Wanita sebenarnya melesatnya anak panah tergantung adalah seperti mengikuti benda, tetapi kekuatan busurnya, bergeraknya awan akhirnya benda itu berbalik mengikuti tergantung kekuatan naga, kegiatan dirinya" (Gosyo, hal. 1088). Di sini suami tergantung pada kekuatan istrinya. diajarkan bahwa mengikuti suami sambil Melalui kunjungan Toki Jonin ke Gunung memimpinnya dengan mahir merupakan Minobu, Niciren Daisyonin dapat cara hidup seorang wanita. memikirkan kekuatan istrinya yang berada Di antara para murid Niciren di belakang, sehingga dikatakan serasa Daisyoninpun juga ada penganut yang bertemu dengan Amagoze sendiri. berstatus janda, sehingga teori mendasar Hal yang serupa juga terlihat ketika ini belum tentu sesuai untuk semua Syijo Kingo berkunjung dari Kamakura orang. Pada masa sekarang terdapat ke tempat pembuangan di Pulau Sado, istri yang bersama-sama bergiat dalam juga ketika Abucebo dan Kokufu Nyudo masyarakat, tetapi dalam kedudukkan mengunjungi Niciren Daisyonin dari Pulau sebagai seorang istri dalam keluarga, Sado ke Gunung Minobu. Di samping teori mendasar ini merupakan petunjuk memuji kesungguhan hati orang yang yang sangat penting dalam membina telah berkunjung, Niciren Daisyonin juga kehidupan keluarga yang harmonis. selalu memikirkan orang yang mendorong Seorang istri mempunyai kekuatan dari belakang, karena itu dikatakan sama yang menentukan arah kebahagiaan seperti berkunjung sendiri. Dari hal ini atau ketidakbahagiaan sebuah keluarga. dapat terlihat betapa dalamnya prajna Penggunaan kekuatan itu secara Niciren Daisyonin yang tak terpaku pada bijaksana akan menggerakkan hati sang hal-hal di hadapan mata dan terasa suami dan menentukan dapat tidaknya betapa luas dan besar maitri karuna suami mengembangkan kekuatan yang Beliau terhadap manusia. dimilikinya dalam masyarakat. Bila sang Dengan menggunakan berbagai istri tidak mengetahui ciri khas yang perumpamaan, Niciren Daisyonim dimiliki wanita, hanya memaksakan memberi petunjuk perihal kesatuan kehendak sendiri pada suami, maka bukan 46

Samantabadra | November 2018


hanya melukai harga diri suami, bahkan merenggut kekuatan jiwa suami, sehingga akhirnya menghancurkan cinta kasih suami istri. Baik laki-laki maupun wanita haruslah hidup dengan bijaksana dan penuh inisiatif, namun cara hidupnya harus sesuai dengan keistimewaan masingmasing. Baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, ketika pria dan wanita masing-masing dapat mewujudkan sepenuhnya keistimewaan yang dimilikinya akan terwujud keseimbangan dan baru terbina kehidupan yang ideal. Niciren Daisyonin memuji jasa bantuan moril dari seorang wanita dengan menyatakan, bahwa walau seorang lakilaki merasa keberhasilannya tercapai dengan kekuatan dan jasa dirinya sendiri, namun di dasar itu terdapat fungsi kekuatan wanita sebagai seorang istri. Di sini terkandung makna betapa pentingnya keharmonisan suami-istri. Kekhawatiran akan penyakit Amagoze membuat Niciren Daisyonin pertamatama menganjurkan pengobatan seperti tertulis dalam surat "harus menjalankan pengobatan akupuntur selama tiga tahun tanpa lalai". Di samping itu juga menerangkan untuk menambah tenaga jiwa guna melawan penyakit berdasarkan penyembuhan medis adalah hati kepercayaan. Dan Beliau juga memberi semangat, karena Amagoze adalah seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang hati kepercayaannya makin menjadi kuat, pasti dapat mengatasi penyakit apapun serta dapat memperpanjang usia. Pada bagian ini Niciren Daisyonin memberi petunjuk

untuk mengatasi penyakit berdasarkan teori yang mudah dimengerti. Berarti, di samping menunjukkan cara penyembuhan penyakit jasmani dan kejiwaan, sekaligus juga merupakan cara penyembuhan akar sumber perombakan nasib. Pertama, ditunjukkan cara penyembuhan medis sebagaimana tertera dalam isi surat, "harus menjalankan pengobatan akupuntur selama tiga tahun tanpa lalai", untuk memulihkan tubuh. Dari sini terlihat bahwa Niciren Daisyonin memanfaatkan sepenuhnya ilmu kedokteran Jepang pada waktu itu. Selanjutnya Beliau mengajarkan, hati kepercayaan yang kuat terbadap Hukum agama Buddha bisa menambah kekuatan jiwa, sehingga nasib seburuk apapun pasti dapat disembuhkan. Dengan mengutip perumpamaan Raja Ajatasatru semasa hidup Buddha Sakyamuni dan Chen Cen kakak Maha Guru Tien Tai diterangkan bahwa karma tetap sekalipun dapat diubah dan bisa memperpanjang usia. Kedua perumpamaan ini dijelaskan dalam Surat Memperpanjang Karma Tetap (Kaenjo Gosyo) yang juga diberikan kepada Amagoze. Ketiga, memberi semangat dari sudut kejiwaan. Niciren Daisyonin mengajarkan untuk merenungkan keadaan orangorang di Kamakura yang berada dalam kesedihan atas perpisahan dengan istri dan anak, karena harus berperang melawan Mongolia dan juga setibanya di Kyusyu diserang oleh pasukan Mongolia yang kuat, sehingga meskipun bersembunyi di gunung atau melarikan diri ke laut, akan tertawan hiduphidup. Dan selama berada dalam kapal November 2018 | Samantabadra

47


musuh atau dalam perjalanan ke Korea akan dianiaya bahkan dibunuh oleh pasukan Mongolia. Orang-orang Jepang mengalami keluhan dan penderitaan seperti ini karena menghantam dan menganiaya Niciren Daisyonin, pelaksana Saddharmapundarika-sutra, sehingga mendapat siksaan dari Dasaraksasi. Terlebih lagi mereka akan mengalami "penderitaan besar yang puluhan ribu milyar kali lebih dari penderitaan sekarang ini". Ini mengisyaratkan secara tersamar penderitaan yang tak terputus-putus setelah kematian. Kemudian, sebaliknya Niciren Daisyonin memberi dorongan, bahwa karena Amagoze menganut Hukum Sakti pasti akan mencapai Kesadaran Buddha, sehingga tak perlu berkeluh kesah terhadap penyakit yang sekarang diderita. Kesedihan, keluh kesah, putus asa dan lain sebagainya merupakan musuh terbesar dalam penyembuhan penyakit. Berarti, di samping ini semua merupakan sebab timbulnya penyakit, juga merupakan sebab pokok yang memperburuknya. Apapun juga penyakit manusia, semua berkaitan secara mendalam dengan keadaan perasaan. Perasaan mengeluh akan memperburuk penyakit, sebaliknya kalau memancarkan kekuatan jiwa untuk memerangi penyakit, akan timbul sinar penuh harapan. Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa kesedihan, keluh kesah, putus asa dan menyerah pada nasib, serta lainnya mempunyai hubungan yang mendalam dengan memburuknya penyakit jantung dan juga menjadi penyebab timbulnya penyakit kanker. Keadaan jiwa ini juga 48

Samantabadra | November 2018

berhubungan secara mendalam dengan penyakit leukimia, radang lambung, kencing manis dan penyakit lainnya. Meskipun ada sikap bertahan dengan susah hati, dengan mengharapkan kesembuhan di masa akan datang, kalau penderitaannya berlangsung terus tanpa akhir, maka kekuatan jiwa untuk dapat mengatasi penyakit akan hilang. Niciren Daisyonin membandingkan kesedihan hati Amagoze atas penderitaan penyakitnya dengan penderitaan orang-orang di Kamakura pada waktu itu. Dengan mengajarkan kegembiraan karena dapat tercapainya kesadaran Buddha, Niciren Daisyonin mengobarkan semangat keberanian dan harapan untuk masa akan datang untuk menghalau kesedihan hati. Dengan demikian, ketika memandang sinar harapan untuk masa akan datang, dan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra semakin kuat, akan menghasilkan kesembuhan penyakit badan dan hati, sesuai dengan bertambahnya kekuatan jiwa, penyakit karma berat juga dapat diatasi. Terlebih lagi, perjuangan melawan penyakit dengan berdasarkan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra, tidak hanya berakhir dengan penyembuhan penyakit saja. Perjuangan melawan penyakit itu sendiri akan menjadi perombakan nasib dan dapat mengatasi berbagai penderitaan, bahkan terus berlanjut menjadi jalan pencapaian kesadaran Buddha dalam kehidupan ini. Suasana pencapaian kesadaran Buddha adalah sesuatu yang melebihi suasana kebahagiaan yang diterima karena


terlahir sebagai permaisuri atau terlahir sebagai manusia surga, karena bersifat kekal abadi. Kebahagiaan manusia surga bersifat di permukaan saja sehingga tidak kekal, sebaliknya suasana kebahagiaan pencapaian kesadaran itu bersifat selamalamanya, tidak akan rusak, seperti berlian Kongo Hokikai (Sila Bejana Vajra). Kalau mengetahui bahwa perperjuangan melawan penyakit dengan berdasarkan hati kepercayaan akan memperoleh suasana kebahagiaan mutlak, maka dalam menghadapi penderitaan penyakit tidak akan berkeluh kesah dan penuh harapan untuk masa yang akan datang. Harapan ini akan menjadi kekuatan yang merombak penyakit menjadi kesembuhan.

2

Orang yang tidak menderita penyakit saja tidak dapat menghindarkan diri dari teori kefanaan. Tetapi Anda masih belum terlalu tua, dan terlebih lagi Anda seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, pasti tidak akan mati mendadak. Tidak mungkin itu penyakit karma. Seandainya penyakit karma pun, dengan kekuatan besar Saddharmapundarika-sutra yang dapat diharapkan, tidak ada penyakit apapun yang tidak dapat disembuhkan. Keterangan: Tiada seorang pun yang dapat menghindarkan diri dari kematian. Walau seseorang membanggakan kesehatannya yang teramat baik, bisa saja meninggal dunia tanpa terduga sebelumnya. Dan juga, jika usianya sudah sampai, siapapun

harus menghadapi kematian. Kepercayaan akan memperoleh suasana kebahagiaan mutlak, maka dalam menghadapi penderitaan penyakit tidak akan berkeluh kesah, dan penuh harapan untuk masa yang akan datang. Harapan ini akan menjadi kekuatan yang merombak penyakit menjadi kesembuhan. "Tetapi Anda masih belum terlalu tua dan terlebih lagi Anda seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, pasti tidak akan mati mendadak". Kekuatan Saddharmapundarika-sutra dapat melawan berbagai malapetaka pada masa sekarang dan melindungi. "Kematian yang mendadak" berarti kematian yang bukan disebabkan oleh karma tetap, tetapi di sini berarti malapetaka. Terlebih lagi dikatakan, "... penyakit karma". Penyakit karma berarti penyakit yang sukar disembuhkan yang timbul karena karma buruk semenjak masa lampau. Maka Syikan jilid ke-8 bagian paruh awal menerangkan penyakit karma sebagai berikut: “Penyakit karma tentu disebabkan oleh karma masa lampau, atau karena pada masa sekarang menghancurkan sila sehingga menggerakkan karma masa lampau dan menimbulkan penyakit karma.� Dengan demikian, penyakit karma ada yang ditimbulkan karena kekuatan karma yang menarik penyakit atau karena pada masa sekarang menghancurkan sila, sehingga menggerakkan karma masa lampau dan terwujud nyata sebagai penyakit. Bagaimanapun juga, sebab pokok penyakit adalah nasib. Seandainya November 2018 | Samantabadra

49


ada penyakit yang dianggap sulit disembuhkan, bila bukan disebabkan oleh karma buruk masa lampau, maka dapat disembuhkan dengan pengobatan medis. Tetapi, penyakit karma hanya dapat disembuhkan dengan berdasarkan kekuatan Hukum Buddha. Penyakit karma dalam arti penyakit karma tetap pun, pasti bisa diatasi dengan hati kepercayaan yang kuat dan semakin kuat terhadap Saddharmapundarikasutra. Di dalam Surat Memperpanjang Karma Tetap dikatakan, "Karma tetap pun kalau sungguh-sungguh bertobat pasti dapat dihapuskan. Apalagi karma tidak tetap". Dalam Saddharmapundarikasutra jilid ke-7 dikatakan, "Sutra ini adalah obat yang paling mujarab bagi penyakit seluruh umat manusia di dunia, dan lain-lain. "Sutra" berarti kalimat Saddharmapundarika-sutra." Dengan demikian, kalau bertobat atas pemfitnahan Hukum di masa lampau di hadapan Gohonzon, karma seburuk apapun pasti dapat dihapuskan.

Catatan

50

Samantabadra | November 2018

Dengan percaya dan menerima Hukum Nammyohorengekyo yang agung, pasti kesadaran Buddha tercapai. Karena itu dalam isi surat dikatakan, “Kalau terpikir kita pasti menjadi Buddha, sama sekali tidak ada yang perlu dikeluhkan. Tiada artinya baik dilahirkan sebagai permaisuri atau dilahirkan di Dunia Surga. Ikutilah jejak Putri Naga dan dapatkanlah kedudukan yang sederajat dengan Bhiksuni Mahaprajapati.� Karena tiada kegembiraan yang melebihi dapat mencapai kesadaran, maka dengan hati yang penuh rasa terima kasih dan hati yang timbul kegembiraan menyebut Daimoku. Sebagai kesimpulan surat ini, mengajarkan bahwa meneruskan hati kepercayaan bukan hanya untuk mengatasi penderitaan penyakit, juga merupakan sikap dasar pokok hati kepercayaan. ***


November 2018 | Samantabadra

51


52

Samantabadra | November 2018


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Keselarasan Hukum Kejiwaan dan Hukum Alam Semesta Pertanyaan: Bagaimana penjelasan agama Niciren Syosyu tentang hukum kejiwaan, karma buruk, dan kurnia? Jawab: Pada umumnya orang mempunyai pandangan bahwa ada suatu kekuatan luar biasa di atas kemampuan umat manusia, yang bila tidak diikuti kemauannya akan menyebabkan malapetaka. Sebaliknya bila menuruti kemauannya akan mendapat kurnia. Tetapi dalam agama Buddha yang dijelaskan sebagai hukuman atau kurnia, kalau dikira datang dari kekuatan yang ada di luar adalah pandangan yang keliru, dapat ditegaskan di sini, bila bertentangan dengan hukum alam semesta yang murni dan bersih adalah terwujud sebagai karma buruk, bila selaras dengan irama alam semesta adalah yang dikatakan mendapatkan kurnia. Agama Buddha berbeda dengan banyak agama lain, bukan terpusat pada manusianya, melainkan hukumnya yaitu Nammyohorengekyo. Nasib bukan diberikan atau ditentukan dari kekuatan di luar diri kita. Dalam agama Buddha, baik-buruknya nasib kita tergantung keselarasan jiwa kita dengan irama alam semesta, yaitu pikiran yang bersih, cara hidup, cara berpikir apakah terkendali dan sesuai dengan hukum alam semesta tersebut. Dikatakan

bahwa penderitaan atau kurnia sebenarnya merupakan hasil dari sebab-sebab yang dibuat oleh diri sendiri dan dirasakan oleh jiwa. Diumpamakan jiwa alam semesta sebagai roda bergigi yang besar dan kita tiap umat manusia ada gigi roda yang kecil, apakah perputaran roda gigi-gigi roda yang besar itu dapat tepat pada gigi-gigi roda yang kecil, bila tidak itulah yang dikatakan sebagai buah dari karma buruk dan dirasakan oleh jiwa sebagai penderitaan. Agama Buddha menegaskan hakikat irama alam semesta adalah “Myoho�, kita harus menyesuaikan cara hidup ini dengan irama alam semesta, bila terlepas dari irama alam semesta yang serasi ini, akan memunculkan iblis dalam jiwa yang akan mengacaukan jiwa kita, hilangnya prajna dan keseimbangan, dalam agama Buddha dikatakan sebagai ketidakbahagiaan, tercakup jiwa sendiri yang mempunyai sifat yang lemah, kemunduran atau ke sesuatu keburukan. Dalam masyarakat umum disebut tidak berejeki, walaupun hanya masalah sepelepun akan tergelincir dan terbenam dalam penderitaan. Pada dasarnya keberisian jiwa juga menjadi masalah yang penting, agama Buddha tidak menolak bahkan sangat mementingkannya. Kalau hanya ditinjau dari segi kejiwaannya saja tentu tidak benar, karena manusia itu Syiki Syin Funi, bukan November 2018 | Samantabadra

53


hanya fisik saja, tetapi merupakan kesatuan jasmani dan jiwa. Manusia juga tidak dapat meninggalkan masyarakat ini dan tidak meninggalkan lingkungannya (Esyo Funi). Bukan hanya unsur kesunyataan saja yang dapat memberikan jawaban tentang cara hidup umat manusia, itulah agama Buddha. Tidak cukup hanya meningkatkan latihan kejiwaan saja, nyatanya banyak manusia walaupun telah menjalankan latihan kejiwaan secara keagamaan, namun kalah dan menyerah pada ganasnya tantangan hidup. Apapun yang terjadi, bagaimana pun keadaan terus berubah, menggoyahkan nilai-nilai luhur kepribadian, satu-satunya jalan hanya dapat melalui pertapaan agama Buddha. Dalam agama Buddha kurnia itu ada bila 6 akar kita bersih, artinya bila jiwa itu mempunyai kekuatan yang bersih dan suci, penuh mengalir Prajna Buddha, dikatakan kurnia pun bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Bila jiwa kita penuh dengan pancaran sinar Prajna dari Buddha, jiwa penuh gejolak kekuatan kehidupan, pekerjaan dan hubungan antar umat semua berjalan di atas keharmonisan, itulah arti sebenarnya kehidupan untuk mewujudkan pribadi yang bijaksana. Pertanyaan: Mengapa membaca Paritra (gongyo) dan melantunkan mantra agung Nammyohorengekyo dikatakan sebagai pelaksanaan hati kepercayaan? Jawab: Tujuan hati kepercayaan agama Buddha adalah mewujudkan kekuatan yang terbaik dalam jiwa, ini disebut sebagai mewujudkan kebuddhaan. Cara untuk dapat mewujudkan jiwa Buddha sesungguhnya adalah dengan membaca paritra (dalam 54

Samantabadra | November 2018

hal ini membaca Bab Upaya Kausalya dan Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata dari Saddharmapundarika-sutra) dan membaca mantra (Nammyohorengekyo). Apa kaitannya membaca Paritra dan mantra dengan mewujudkan jiwa Buddha dalam pelaksanaannya? Pasti pertanyaan ini timbul dalam hati setiap orang. Dalam ajaran agama Buddha tercatat, “Suara adalah perihal Buddha.� Jelasnya jiwa dari Buddha adalah Nammyohorengekyo, bila kita menyebut Nammyohorengekyo maka badan kita sebenarnya telah menjalankan gerakan dari Buddha. Membaca Bab II dan Bab XVI dari Saddharmapundarikasutra adalah intisari yang menjelaskan Nammyohorengekyo. Dengan membaca berulang-ulang kedua bab tersebut dapat memperoleh pengertian bahwa jiwa kita sendiri sebenarnya eksis karena kekuatan Nammyohorengekyo. Penyebutan mantra ini sekaligus dapat merombak nasib kita menjadi lebih baik. Ini perlu dipahami, itulah makna membaca paritra dan mantera. Kemudian, kenapa harus membaca dengan bersuara? Di sini ingin dijelaskan, pertama bersuara adalah menunjukkan bahwa jiwa sendiri dapat bergerak, seperti dapat menggerakkan anggota badan kita. Tapi apa yang dapat dicapai oleh gerakan fisik itu amat terbatas, dalam kehadiran jasmani kita pun juga tercakup alam jiwa kesunyataan. Jiwa kesunyataan ini bebas dari keterbatasan jasmani kita sampai mencakupi keluasan seluruh alam semesta. Gerakan untuk menyatakan perasaan yang terkandung dalam alam kesunyataan dalam jiwa ini tercetus dalam kata-kata yang dikeluarkan dari mulut. Kedua, makna bersuara dalam membaca paritra dan mantera adalah supaya dapat terdengar melalui telinga kita. Karena jiwa kita sangat membutuhkan irama alam


semesta tersebut dengan menggunakan sifat keistimewaan dari jiwa kita, mempunyai kekuatan untuk memberikan tandatanda dan masukan kepada jiwa dengan menggunakan sifat yang istimewa dari jiwa ini dengan tepat sehingga dapat membuat jiwa semakin cemerlang. Untuk dapat mengerti makna mendalam Nammyohorengekyo, harus mengerti Bab II dan Bab XVI Saddharmapundarika-sutra. Maka perlu mendalami ajaran agama Buddha. Tetapi mengenai hati kepercayaan dalam agama Buddha, walaupun belum mengerti makna ajaran tersebut di atas pun ajaran agama Buddha dapat dilaksanakan terlebih dahulu, tidak usah menunggu sampai semuanya menjadi jelas. Kenapa dikatakan demikian?

Dalam alam kesunyataan jiwa kita pun mencakupi batas walaupun belum dapat dimengerti tetapi dalam dasar jiwa tanpa kita sadari mempunyai kekuatan untuk menerima dan mengadakan reaksi atas itu. Seperti bayi yang baru lahir, walaupun tidak mengerti apa-apa tapi dapat dengan sendirinya menghisap susu dari ibu. Walaupun tidak mengerti makna sutra dan makna mantra, bila kita membaca dengan bersuara dalam dasar kedalaman jiwa dapat diterima dan dimengerti untuk disesuaikan dan menambah kekuatan jiwa.***

Catatan

November 2018 | Samantabadra

55


syin gyo gaku

Apakah Kita Siap Untuk Mati?

K

ematian bisa datang kapan saja dan waktu kita hidup di dunia ini terbatas. Kita tidak dapat hidup selamanya. Kenyataan bahwa jalan hidup atau nasib kita juga dipengaruhi oleh karma masing-masing membuat jalan hidup kita menjadi sebuah misteri. Tidak ada ukuran atau rumus khusus yang dapat digunakan untuk menentukan panjang-pendeknya umur seseorang. Kita semua harus siap menghadapi bahwa saat ajal bisa datang kapan saja.

dalam keluarga presiden bukan dalam keluarga pengemis, lahir di suku pedalaman papua bukan di ibukota Jakarta, dan lainlain. Karena ada unsur gudang karma yang melekat pada jiwa masing-masing pribadi dan ketika waktunya sudah tepat dan matang, akan terwujud nyata. Pandangan umum melihat kehidupan sebagai proses linear, di mana kematian sebagai titik akhir perjalanan. Sedangkan Buddhisme melihat kehidupan sebagai proses nonlinear; tanpa awal dan akhir yang terdefinisi. Oleh karena Alur Waktu Tiga Masa itu, kita percaya bahwa jiwa Dalam Buddhisme Nicibersifat kekal, dan hidup-mati ren, kita mempelajari tentang adalah proses perjalanan jiwa kontinuitas waktu kehidupan, kita untuk mewujudkan konbahwa hidup kali ini adalah sistensi kesadaran Buddha dan lanjutan dari kehidupan di masa mencipta nilai. Kita percaya lampau, dan akan berlanjut ke bahwa akhir kehidupan kita kali kehidupan di masa yang akan ini, bukanlah akhir dari perdatang. Dimensi waktu dapat jalanan jiwa kita. Jiwa bersifat dipahami sebagai sesuatu yang kekal menembus dimensi ruang kekal. Kelahiran kita di dunia ini dan waktu. Seperti halnya adalah manifestasi dari karma bernafas. Proses menarik dan masa lampau jiwa kita, dan menghembuskan nafas yang karma yang kita perbuat pada terus-menerus membuat kita hidup kali ini akan termanihidup. Hal ini terjadi secara festasi pada kehidupan jiwa alamiah sebagai proses biologis kita di masa mendatang. Inilah tubuh. Serupa dengan jiwa, ia mengapa dikatakan bahwa jiwa akan terus mengembara melalui bersifat kekal. proses hidup dan mati secara Konsep Buddhis ini pula yang alamiah. Bedanya, perjalanan dapat menjelaskan mengapa jiwa tiada berakhir. Oleh karena seseorang bisa terlahir dalam itu, kita perlu mempersiapkan kondisi fisik dan sosial yang jiwa kita sebaik mungkin untuk berbeda-beda; ada yang terlahir menjalani hidup kita saat ini difabel, dari keluarga tionghoa sebaik mungkin, serta untuk bukan dari keluarga batak, lahir melanjutkan pengembaraan di 56

Samantabadra | November 2018

kehidupan selanjutnya. Pemahaman terhadap waktu akan membuat kita lebih mawas diri, mengendalikan ego kita agar tetap membumi, dan bahwa kita harus melakukan hal yang paling bernilai dalam hidup kita kali ini, senantiasa penuh asa dan harapan. Di sisi lain, apabila kita melakukan kesalahan atau menghadapi hal yang tidak menyenangkan dalam hidup kali ini, berjuanglah untuk melawan kesesatan jiwa kita sendiri (kemarahan, kebodohan, keserakahan), karena segala keputusan kita pada hidup kali ini akan menjadi tumpukan karma untuk kehidupan kita selanjutnya, yang baik maupun yang buruk. Rasa putus asa atau membiarkan diri kita diliputi oleh kesesatan pokok jiwa akan memupuk karma buruk, bahkan sesungguhnya seketika itu juga hidup kita menderita dan cenderung berlarut-larut. Hidup dengan Mencipta Nilai Hidup kita baru akan berharga apabila kita mampu mencipta nilai bagi kehidupan kita dan lingkungan tempat kita eksis. Jangan sia-siakan waktu hidup kita dengan hal-hal egois karena tidak selaras dengan irama hukum alam semesta yang welas asih. Sifat welas asih dan maitri karuna alam semesta patut kita teladani dan jadikan sebagai irama pergerakan hidup kita. Lihatlah matahari sebagai


sumber kehidupan yang hanya memberi sinar kehidupannya tanpa pamrih. Kesesatan pokok jiwa manusia yang tergabung dalam ketiga racun; keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, atau dalam 10 dunia perasaan jiwa meliputi empat dunia terburuk; perasaan dunia neraka, kelaparan, kemarahan, dan kebinatangan, perlu senantiasa kita waspadai keberadaannya karena apabila tidak kita kelola dengan baik, akan menjadi hambatan terbesar bagi diri kita dalam mencipta nilai. Mencipta nilai bisa di mana saja, pada profesi apa saja, dalam situasi apapun. Intinya, kita bersikap pro-aktif dalam menghasilkan produk kebaikan yang bernilai bagi orang lain dan lingkungan, sekecil apapun, seperti menyapa tetangga ketika kita berangkat kerja, tidak dendam. Fokusnya ada pada nilai kebajikan dan kebijaksanaan yang terkandung dalam setiap sikap kita. Perasaan jiwa yang buruk bukan hal yang perlu kita tolak. Sebaliknya, perlu kita terima dengan damai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari gejolak perasaan jiwa manusia. Caranya adalah dengan menyebut mantra Nammyohorengekyo dan membaca paritra Saddharmapundarika-sutra bab 2 dan bab 16, atau yang kita kenal dengan daimoku dan gongyo. Pelaksanaan daimoku dan gongyo mampu menyentuh kedalaman perasaan jiwa kita hingga dunia Buddha, dan menjadikan dunia Buddha sebagai dunia yang melandasi kesembilan dunia lainnya. Dengan

demikian, sesungguhnya kita “memanggil� prajna kebijaksanaan di dalam diri kita agar terwujud dalam sikap hidup, pola pikir, dan perilaku kita dalam menyikapi permasalahan dan tantangan hidup, dengan tetap mawas terhadap keburukan diri. Saat Ajal Adalah Sekarang Buddha Niciren dalam gosyo balasan kepada Myoho-ama menuliskan tentang pentingnya memahami kematian untuk menjawab pertanyaan kenapa kita hidup. Sebagian besar dari kita, terutama yang usianya masih muda dan memiliki kondisi kesehatan yang bagus, mungkin berpikir hidup masih akan berlangsung cukup lama dan cenderung melewatkan waktu dengan santai. Namun apabila kita bertanya kepada orang tua, orang yang menderita penyakit kronis, dalam kondisi kritis, mereka pasti berharap punya waktu lebih lama untuk hidup untuk berbuat lebih banyak kebaikan dan mengurangi penyesalan. Beruntung bagi kita yang telah mengenal ajaran Buddha Niciren sejak usia muda, kita punya kesempatan untuk memahami hidup secara utuh, termasuk perihal kematian yang merupakan bagian tak terpisahkan darinya. Pada dasarnya Buddha mengajarkan kita untuk hidup secara realistis, tidak hidup dalam penyesalan maupun pengandaian. Menghadapi permasalahan hidup dengan keberanian yang bijaksana, mengatasinya dengan siasat dari Saddharmapundarika-su-

tra; daimoku untuk memunculkan prajna Buddha dan melihat segala fenomena yang terjadi secara utuh. Tiada permasalahan yang begitu berat di dunia ini yang usah membuat kita tidak mensyukuri hidup yang kita miliki. Terkadang yang membuat kita tersesat di tengah perjalanan hidup kita karena kita kehilangan makna atau tujuan hidup, atau tiba di sebuah fase di mana kita mempertanyakan kembali arti hidup. Apa pun aspirasi hidup kita, hendaknya senantiasa dilandasi oleh kesadaran Buddha, yang artinya adalah mengembangkan sikap hidup yang welas asih, maitri karuna, dan tanpa pamrih untuk peradaban yang lebih baik. Di dunia yang kian kapitalis dan mengutamakan egoisme, sikap-sikap Buddhis kerap dipandang sebagai hal yang naif dan bodoh. Namun percayalah, Buddha Niciren sendiri yang meyakinkan kita bahwa inilah hakikat dari mencipta nilai. Jangan kalah oleh suasana buruk atau sifat buruk diri sendiri yang kita pikir mungkin sudah tidak bisa diubah lagi karena sudah menjadi watak. Hukumnya menyatakan bahwa hawa nafsu bisa menjadi kesadaran dan hidup-mati adalah nirwana. Dengan melantunkan mantra agung Nammyohorengekyo, perasaan jiwa kita akan kembali selaras dengan pergerakan alam semesta dan menemukan irama alami menuju kebuddhaan. Dengan demikian, kapan pun ajal kita, kita akan siap dan tiada menghasilkan penyesalan. (Samanta)

November 2018 | Samantabadra

57


Persiapan Menjelang Kematian

J

udul di atas mungkin terasa mengerikan. Sebagian besar dari kita, terutama yang masih muda merasa kematian itu masih jauh terjadi pada diri kita. Padahal saat ajal bisa terjadi kapan saja, seperti yang sering diingatkan lewat ajaran Buddha Niciren, seperti Surat Balasan kepada Myoho Ama dan Syoji Icidaiji Kecimyakusyo. Mengingat hal ini, maka kita perlu waspada dan mempersiapkan hal-hal penting, terutama yang berkaitan dengan kelangsungan hidup keluarga penerus kita. Ada beberapa hal yang mendorong saya menulis kali ini. Pertama, tiga tahun yang lalu seorang pengelola LKP/lembaga kursus dan pelatihan di Bogor dirawat di salah satu R.S. di Bekasi dan beliau ketika terbaring terpikir untuk berbagi informasi-informasi dan nomor-nomor telepon yang perlu diketahui oleh para anggota keluarganya. Kedua, pertengahan bulan Agustus 2018 ini saya ditugaskan untuk menulis sebuah bab dalam buku-ajar bahasa Inggris: Bucket List, merujuk ke film dengan judul yang sama: The Bucket List. The Bucket List itu film drama-komedi Amerika tahun 2007 yang disutradarai dan diproduksi oleh Rob Reiner, ditulis oleh Justin Zackham, dan ditibintangi Jack Nicholson dan Morgan Freeman. Ceritanya ialah dua orang lelaki yang pada stadium akhir penyakit kankernya berjalan-jalan dengan disertai daftar permintaan yang harus dilakukan sebelum mereka “meninggal� (Wikipedia). Ketiga, beberapa kenalan yang seangkatan atau seumur telah meninggal dunia beberapa 58

Samantabadra | November 2018

bulan terakhir ini. Bulan Juli 2018 yang lalu, ada seorang kakak alumni SMA meninggal dunia karena serangan jantung. Medio Agustus salah seorang wanita kolega di kantor pusat meninggal di Tanah Suci Mekah, seminggu sebelum Idul Adha. Awal Oktober 2018 ini saya dikabari, salah seorang mantan kolega di Lia pun menniggal. Beliau salah satu manajer di PT Daimler Chrysler Indonesia yang adalah pabrik mobil Mercedes di Indonesia. Maka, menurut penelaahan penulis, kita sangat perlu mempersiapkan daftar halhal yang perlu diketahui pihak keluarga yang menjadi ahli waris kita agar kelak tidak terjadi kesulitan dan kesalahpahaman dengan pihak lain di luar keluarga kita ketika kita sudah meninggal. Meninggal yang Baik adalah Hasil dari Hidup yang Baik Setiap orang kiranya mendambakan meninggal dunia secara wajar karena usia tua, tanpa sakit berat, tanpa kecelakaan apapun, tanpa kekurangan apapun baik secara fisik maupun finansial. Dalam gosyo bulan Oktober 2018, dijelaskan bahwa baik atau buruknya penampakan wajah seseorang ketika meninggal mencerminkan kondisi jiwa yang mendominasinya yang masuk ke Indra Alaya. Di antara 10 dunia perasaan jiwa, ada di mana kecenderungannya utamanya. Terhadap Gohonzon Tri Mahadharma Rahasia karena di dalam rupa Gohonzon tertera prinsip-ajaran Penderitaan Hawa Nafsu adalah Kesadaran Buddha/Bonno soku Bodai dan prinsip-ajaran Hidup-Mati adalah Nirwa-


na/Syoji soku Nehan, maka hendaknya umat NSI semakin yakin bahwa hingga menjelang ajal pun, perasaan jiwa kita terus berubah dan dinamis; hawa nafsu dapat menjadi kesadaran, dan kemelekatan hidup-mati bisa diubah menjadi bekal untuk memasuki pintu masuk kesadaran (nirwana). Sepatutnya kita jalankan kehidupan ini dengan memantapkan hati dan mempersiapkan jiwa untuk meninggal kapan saja. Ajaran Buddha Niciren menggariskan kita untuk pertama-tama memelajari soal kematian dan bukan hal-hal lainnya (Surat Balasan kepada Myoho Ama), apakah itu masalah politik, hukum, sosial dan budaya. Kita tak pernah tahu kapan kita meninggal. Di dalam kutipan gosyo lainnya, Syoji Icidaiji Kecimyakusyo terbaca saat ajal itu sekarang. Hendaknya kita berbuat yang terbaik agar dapat meninggal tanpa penyesalan berarti. Sedemikian pentingnya mempersiapkan kematian secara kejiwaan maupun secara sosial, jangan sampai membebani para ahli waris kita begitu kita meninggal dunia. Persiapan Kematian Secara Sosial Apakah yang harus kita persiapkan sebelum meninggal dunia selain sikap kejiwaan di atas? Tentunya hal-hal yang berkaitan dengan hukum perdata, apakah itu utang-piutang, ataupun surat wasiat atas segala macam bentuk warisan. Apakah perdata itu? Ada dua konsep tambahan yang pasti memeperjelas arti perdata. Perdata formal mengatur hak, harta benda dan hubungan antarorang atas dasar logika. Perdata material mengatur hak, harta benda dan hubungan antarorang atas dasar kebendaan. Semua konsep ini berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Wajiblah kita persiapkan beberapa hal yang perlu diketahui pihak keluarga atau orang terdekat berupa informasi-informasi penting tentang:

1. Surat-surat Wasiat baik menyangkut amanat untuk dilakukan upacara kematian secara Niciren Syosyu, keinginan menjadi donor mata setelah mengisi formulir PPMTI/Bank Mata setempat beberapa saat sebelumnya, maupun data-data keuangan dan harta keluarga inti,. 2. Segala harta termasuk keberadaan Safe Deposit Box/SDB di bank tertentu, tentunya beserta nomor dan isinya, 3. Data-data keuangan -- utang-piutang pihak kedua/ketiga, nomor[-nomor] rekening bank 4. Daftar nomor penting, nomor[-nomor] Kartu Kredit/Debit termasuk kata-kata sandinya, 5. Daftar nomor telepon penting meliputi daftar nomor telepon relasi/teman dan nomor[-nomor] kartu BPJS, polis asuransi, NPWP 6. Kata-kata sandi alamat surel (e-mail) termasuk juga beberapa media sosial yang diikuti.

Kesemua fotokopi dokumen dan daftar angka ini perlu sekali ditinggalkan atau diberitahukan tempat-tempatnya kepada anggota keluarga inti atau orang terdekat baik secara langsung maupun tak langsung, demi kebaikan dan kenyamanan bersama seraya memudahkan semua pihak jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan apakah sakit-berat yang menyebabkan gagal komunikasi atau bahkan meninggal. Perbuatan ini pun termasuk memelajari hal kematian sebelum segala hal lainnya. (Kyanne Virya)

November 2018 | Samantabadra

59


kesehatan

"Stunting" Pada Anak

M

ungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan kelima jumlah anak dengan kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, 60

Samantabadra | November 2018

dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi. Penyebab Stunting Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut: 1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama 2. Retardasi pertumbuhan intrauterine 3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori


Kampanye Gizi Nasional Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM). Salah satu intervensi dalam program PKGM adalah tentang perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi Nasional (KGN). Program KGN di wilayah OKI dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh, seperti melakukan aktifasi posyanduposyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI eksklusif. Sumber: https://lifestyle.kompas.com/ read/2017/02/08/100300123/mengenal. stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan. anak

4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres 5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak. Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang. Gejala Stunting 1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya 2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya 3. Berat badan rendah untuk anak seusianya 4. Pertumbuhan tulang tertunda Mencegah Stunting Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa. Untuk mengatasi masalah stunting ini Kementerian Kesehatan dengan dukungan Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-I), melalui Program Hibah Compact Millennium Challenge Corporation (MCC) melakukan November 2018 | Samantabadra

61


wawasan

Kisah Orang-orang Nomaden Terakhir di Bumi Di zaman modern ini masih ada orang-orang nomaden. Mereka mengembara secara tradisional dan menggantungkan hidupnya di alam. Melansir BBC Travel, orang-orang nomaden ini ada di Iran. Berjumlah hanya 400.000, Qashqai adalah sebutan bagi orang-orang nomaden Iran yang sangat menentang adanya asimilasi ke dalam masyarakat Iran pada umumnya.

D

iketahui bahwa Qashqai masih dari bagian suku Turki dari Asia Tengah dan menetap di Iran selama abad ke-11 dan 12. Mereka tinggal di gurun yang keras di Iran barat daya selama ratusan tahun. Setiap tahun mereka melakukan perjalanan bersama kambing dan domba ternaknya dari padang rumput sebuah dataran tinggi utara Shiraz ke padang rumput lebih rendah di dekat Teluk Persia. Perjalanan mereka kira-kira sejauh 480 km ke Selatan. Cara hidup mereka adalah keseimbangan yang baik antara manusia, hewan, dan lingkungan mereka. Berjumlah ratusan ribu Qashqai telah diupayakan agar masuk ke dalam masyarakat Iran pada umumnya, tetapi mereka selalu menolak. 62

Samantabadra | November 2018

Hidup dengan tradisi Salah satu contoh warganya bernama Ghazal dan istrinya Tarkkenaz. Keluarga ini hidup selama sekitar setengah tahun di dekat Koohmare Sorkhi, sebuah desa berjarak sekitar 50 km dari Shiraz. Mereka akan bergerak sejauh 200 km ke utara dekat Kota Kazerun ketika cuaca semakin dingin. Seperti kebanyakan Qashqai, mereka menolak untuk meninggalkan gaya hidup tradisional mereka. Mereka terus hidup seperti nenek moyang mereka selama berabad-abad. Kini ia pensiun, Ghazal menjadi guru Bahasa Farsi/Persia bagi anak-anak nomaden selama 30 tahun. Ini sangat penting karena


memungkinkan Qashqai untuk mempertahankan kemandirian dan budaya mereka. Tetapi kini semakin sulit untuk menemukan guru yang mau bepergian bersama anak-anak. Di dalam orang-orang nomaden pun hanya sedikit yang memenuhi syarat, karena mereka yang berasal dari kota tidak terbiasa dengan gaya hidup berpindah-pindah. Pengalaman menyebut saat keadaan guru tidak ada lagi dan anak-anak tidak bersekolah di dalam hidup berpindah-pindah maka para orang tua akan menyekolahkannya di kota. Namun anakanak itu biasanya malah memilih untuk tinggal di kota saja setelah bersekolah. Politik asimilasi selama beberapa dekade terakhir telah mendorong orang-orang Qashqai untuk menetap di kota atau desa terdekat jalur pengembaraannya. Sementara pusat perkotaan yang tumbuh merambah lahan pengembaraan mereka. Tetapi gaya hidup nomaden telah menciptakan solidaritas yang kuat di dalam orang-orang Qashqai. Bibi Ghazal, Madina, kehilangan suaminya beberapa tahun yang lalu namun dia tetap bepergian bersama keluarganya karena tak bisa meninggalkan cara hidup nomaden. Manusia dan hewan Orang-orang Qashqai tidak dapat membayangkan kehidupan mereka tanpa hewan ternaknya. Kambing menghasilkan susu, keju, dan daging untuk kebutuhan sehari-hari, hewan ternak ini juga bisa dijual di Pasar Shiraz untuk membeli barang-barang yang diperlukan. Selama berabad-abad, orang-orang Qashqai dikenal di seluruh Iran sebagai pembuat karpet

dan produk wol lainnya. Wol yang diproduksi di pegunungan dan lembah dekat Shiraz sangat lembut dan indah karena warnanya lebih mencolok daripada wol dari bagian lain Iran. Tarkkenaz dan wanita lain di keluarganya masih memproduksi produk wol tradisional ini, dan pedagang akan datang secara teratur ke perkemahan mereka untuk membelinya. Dunia yang berbeda Qashqai selalu mengklaim identitas dan tradisi mereka yang sangat spesifik dari masyarakat Iran pada umumnya. Meski mengikuti tradisi pernikahan Muslim, dalam perayaan ini juga ada persembahan tarian, parade, pertunjukan perang, dan pakaian tradisional. Momen ini merupakan kesempatan bagi para pengembara Qashqai untuk berkumpul. Hal ini dikarenakan mereka lebih sering tinggal berjauhan satu sama lain di daerah yang sangat terpencil. Meski secara resmi Qashqai adalah Muslim, seperti seluruh Iran, mereka tak terlalu berkomunikasi dengan institusi Islam setempat. Mereka mengikuti tradisi Muslim selama upacara pernikahan dan kematian, tetapi sangat sedikit yang melakukan salat dan mereka tidak berpuasa selama Ramadan. Ini dimungkinkan karena hidup nomaden menjadi musafir selama berabad-abad. Sumber: https://travel.detik.com/internationaldestination/d-4153321/kisah-orang-orang-nomaden-terakhirdi-bumi?_ga=2.217632278.1405323645.15385718011964058941.1528178203

November 2018 | Samantabadra

63


wawasan

Makhluk Mitologi Indonesia pada Karakter Nagini

S

osok Nagini dalam kisah Harry Potter, yang selama ini misterius, terungkap sudah dalam trailer Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald yang dirilis Warner Bros. Dalam video singkat ini, terungkap sosok asli Nagini. Bila sebelumnya ia digambarkan sebagai sosok buas dan misterius, ternyata aslinya ia adalah seorang wanita. Dalam film ini, sosok Nagini diperankan oleh seorang aktris asal Korea Selatan, Claudia Kim. Ternyata, banyak penggemar yang protes atas terpilihnya Claudia Kim untuk memerankan Nagini. Salah satunya datang dari pemilik akun sosial media Instagram @J_A_Moulton, yang menyayangkan representasi seorang wanita Asia dalam jagat sihir yang menurut dia dilakukan dengan cara kurang baik. "Dengar Joanne (nama asli JK Rowling), kamu memang tidak menampilkan representasi yang cukup saat menulis bukunya. Tapi tiba-tiba membuat sosok Nagini diperankan oleh wanita Korea, menurutku itu sampah. Representasi 64

Samantabadra | November 2018

yang ditambahkan belakangan sekadar untuk terlihat melek (atas kondisi sosial), bukan representasi yang bagus," tuturnya. Hal ini lantas dijawab oleh JK Rowling, dengan menyertakan inspirasi di balik tokoh Nagini, yang ternyata berasal dari hewan mitologi di Indonesia. "Naga dikenal sebagai sesosok makhluk mirip ular yang berasal dari kisah mitos Indonesia, yang kemudian menjadi asal muasal nama 'Nagini'," tuturnya. Ia bahkan menjelaskan lebih lanjut mengenai mitologi naga yang beredar di Tanah Air, berikut informasi mengenai Indonesia. "Naga sendiri sering kali digambarkan sebagai makhluk bersayap, memiliki tubuh setengah manusia, sampai setengah ular. Indonesia memiliki ratusan suku budaya, meliputi suku Jawa, Cina, dan Betawi," tulis dia. Sebelumnya, Claudia Kim sempat menjelaskan sosok Nagini dalam Fantastic


Beasts: The Crimes of Grindelwald. Ia mengatakan akan ada sisi lain dari Nagini yang diungkap dalam film ini. "Di film ini, dia digambarkan sangat rapuh. Dia adalah seorang wanita yang ingin tetap hidup sebagai manusia. Aku rasa itu akan terasa kontras sekali dengan karakternya selama ini," ujar Claudia Kim, seperti dilansir dari Cinema Blend. Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/27/siapasangka-jk-rowling-terinspirasi-makhluk-mitologi-indonesia-saatciptakan-karakter-nagini

Resep Kue Mangkok Bahan-bahan: 1. 150 gram gula pasir 2. 250 ml air 3. 100 gram tape singkong, haluskan 4. 150 gram tepung beras 5. 35 gram tepung terigu protein sedang 6. 1 sendok teh ragi instan 7. 1 sendok teh baking powder 8. pewarna makanan 9. mangkok cetakan kue

Langkah: 1. Rebus air dan gula pasir, aduk larut langsung angkat. Tidak usah sampai mendidih. 2. Campurkan tape yangg sudah dihaluskan, tepung beras dan terigu. 3. Tuangkan air gula yang masih hangat, aduk rata dan tidak bergerindil. 4. Tuang ragi instan, aduk rata. 5. Tambahkan baking powder, aduk rata hingga buih menghilang. 6. Setelah itu, kukus cup cetakan tujuannya agar suhu cetakan sama hangatnya dengan suhu adonan. 7. Panaskan kukusan dengan api besar hingga beruap banyak. 8. Bagi adonan menjadi beberapa bagian beri warna sesuai selera, aduk rata. Sebelum kembali berbuih segera tuang adonan ke dalam cetakan dan segera masukan ke dalam kukusan. 9. Kukus selama 20 menit dan jangan sampai buka tutup kukusan. Tutup kukusan dengan serbet bersih agar air tidak menetes. Angkat dan sajikan. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/5422101-kue-mangkok-mekarkue-apem-tepung-beras

November 2018 | Samantabadra

65


dunia anak

Hai anak-anak NSI! Ayo bantu Gadis Berkerudung Merah menemukan rumah Omanya. Psssttt.. Hati-hati jangan sampai bertemu dengan serigala jahat, ya.

Sumber: Dreamstime.com

66

Samantabadra | November 2018


Berita Duka Cita

Ibu Yeti

Bapak Ferdi Sinartha

Bapak Tan Cang Kim

Meninggal pada usia 66 tahun 18 Agustus 2018 Umat NSI Cianjur Jawa Barat

Meninggal pada usia 76 tahun 28 Agustus 2018 Umat NSI Cianjur Jawa Barat

Meninggal pada usia 66 tahun 15 Oktober 2018 Umat NSI Sewan Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

3/7/2017

1

G 2

3

B

L

A

C

4

K

5

M

S

O

S

E

I

6

I

Y

E

X

A

M

T

7

8

D

E

K

A

T

O

A

9

N

S

U

U

M

A P

S

R

U

I

G

N

T

A

10

E

M

P

A

T 11

M

12

M

K

13

A

B

D

U

R

R

O

A

H

M

A

N

W

A

H

I

N

14

D

E

A

R

R

A

I

K

15

Z

A

N

I

C

I

N

O

S

Y

I

N

S 16

17

N

18

B 19

I

H

K

T

20

J

M

A

S

A

N

S

M

D

C

E

B

A

G

A

Y

A

I

L

O

T

P

C

E L

21

O

B

P

U

Y

O R

22

N

I

S

S

E

I

S

Y

O

N

I

N

G

Jawaban TTS Samantabadra November 2018 November 2018 | Samantabadra

67


2

3

teka-teki silang

4

5

6 7

8

9 1

2

3

4

10

5

6

11

7

8

12

9

13 10 11

14

15

13

14

16

15

19

16

12

17

18

20 19

17

18

20

21 21

22

22

Mendatar

Mendatar

2. Warna hitam ( Istilah Inggris ) 5. Hidup kembali ( Istilah Jepang ) 6. Ujian ( Istilah 2. Warna hitam ( IstilahInggris Inggris )) jauh. 7. Lawan kata 5. Hidup kembali ( Istilah Jepang ) 9. Indera penglihatan. 6. 10. Ujian8(:Istilah Inggris ) 2 7. 13. Lawan kata jauh. Presiden ke- 4 Republik Indonesia. 14. Meninjau diri ( Istilah Jepang ) 9. Indera penglihatan. 15. Nama sebenarnya Yang Arya Bhikku 10. 8 : 2 Tertinggi Nic ikan Syonin. 13. 20. Presiden ke-4 penganiayaan Republik Indonesia. Tempat Buddha Nic iren 14. Meninjau ( Istilah27 Jepang ) ke- 8 tahun padadiri tanggal bulan 1260. 15. Nama sebenarnya Yang Arya Bhikku 21. Pengemudi pesawat. Tertinggi Nicikan Syonin. 22. Yang Arya Bhikku Tertinggi ke- 17.

20. Tempat penganiayaan Buddha Niciren pada tanggal 27 bulan ke-8 tahun 1260. 21. Pengemudi pesawat. 22. Yang Arya Bhikku Tertinggi ke-17.

68

Samantabadra | November 2018

Menurun

Menurun 1. 2. 3. 4. 8. 11. 12. 16.

1. Nama grup angklung NSI. 2. Salah satu makanan khas Med 3. Sutra (istilah Jepang ) Nama grup angklung NSI. 5 dari sepuluh dunia 4. Dunia keSalah satu makanan khas Medan. perasaan jiwa. Sutra (istilah8. Jepang ) ke- 6 dari sepuluh dunia Dunia sepuluh dunia dalam Dunia ke-5 dari perasaan jiwa manusia. 11. Rasa gula. perasaan jiwa. khas Jaka Dunia ke-6 12. dari Salah sepuluhsatu dunia makanan dalam 16. Salah satu murid Nic imoku Syo perasaan jiwa manusia. membawa abu jenazah Nic imok Rasa gula. Kyoto. Ibukota Salah satu 17. makanan khas Provinsi Jakarta. Jawa Barat. 18. Senang ( Istilah Inggris ) Salah satu 19. muridLokasi Nicimoku Syonin yang TGM 29.

membawa abu jenazah Nicimoku ke Kyoto. 17. Ibukota Provinsi Jawa Barat. 18. Senang ( Istilah Inggris ) 19. Lokasi TGM 29.


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan November 2018 Tanggal 29 Okt 30 Okt 31 Okt 01 02 03 04

Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

05 06 07 08 09 10 11 12 13 14

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

15 16 17 18 19 20 21

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

22 23 24 25

Kamis Jumat Sabtu Minggu

26 27 28

Senin Selasa Rabu

29 30 01 Des 02 Des

Kamis Jumat Sabtu Minggu

Jam Kegiatan 13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta

10.00 10.00 10.00 13.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia

Tempat Wihara Sadaparibhuta NSI

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1

19.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Ceramah Gosyo

Daerah masing-masing

19.00 12.00 19.00 19.00

Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

19.00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Pelajaran Anak Cabang

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

14.00 Pertemuan Wanita Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 10.00 14.00 19.00

Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lanjut Usia Umum Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19.00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI

17.00 Kensyu Gosyo Umum Desember 2018 Kensyu Gosyo Umum Desember 2018

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI

November 2018 | Samantabadra

69


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

70

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | November 2018

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.