Samantabadra 2019-02

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

02

#301

SAMANTABADRA | FEBRUARI 2019 | NOMOR. 301

Pelataran Mahawihara Saddharma NSI. Desember 2018.

gosyo kensyu Surat Memahami Hakikat Hukum Syoho Jisso

februari 2 0 1 9

gosyo cabang Surat Perihal Dua Macam Kepercayaan: Api dan Air


Ada orang yang percaya kepada Saddharmapundarika-sutra seperti api dan ada juga yang percaya seperti air mengalir. Yang disebut orang percaya pintu hukum seperti api, ketika mendengar pikirannya berkobar seperti api namun sejalan berlalunya waktu, timbul perasaan hati ingin membuangnya. Yang disebut orang percaya seperti air menunjukkan percaya tanpa hati ingin mundur. Anda, kapanpun selalu tidak mundur mengunjungi Niciren. Maka, Anda menjalankan kepercayaan seperti air mengalir. Hal ini agung sekali. Surat Jawaban Kepada Ueno Dono Perihal Dua Macam Kepercayaan: Api dan Air

Suasana Kensyu Generasi Muda NSI Desember 2018 di Mahawihara Saddharma NSI

Komplek Mahawihara Saddharma NSI Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Mahawihara Saddharma NSI Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Saddharmapundarika-sutra adalah tujuan kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia ini. Hukum Dasar Pokok yang memberi Pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, pada kesimpulannya sama sekali tiada lainnya, kecuali keempat aksara “Syo-ho-Ji-sso” ini. Oleh karena itu, yang diwariskan oleh Mahaguru Dengyo dengan melewati gelombang puluhan ribu mil adalah kalimat ini, yaitu, “Sebait kalimat yang mengandung seluruh makna dengan lengkapnya adalah Syoho Jisso.” Surat Memahami Hakikat Hukum Syoho Jisso


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Kelahiran dan Nama yang Sama (Dosyo-Domyo) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 30 Desember 2018 - 01 Januari 2019

Nammyohorengekyo,

Pemerintah Kota Bogor melalui walikotanya, Bima Arya, menghimbau agar masyarakat, sehubungan dengan adanya bencana alam di Banten, bisa merayakan tahun baru dengan cara yang sederhana. Terutama, disarankan supaya tahun baru dirayakan di rumahrumah ibadah. Setiap tahun, NSI sudah menjalankan ini, karena kita tahu bahwa memperingati tahun baru tidak perlu bermewahmewahan. Agama masih merupakan landasan yang paling penting di dalam urusan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada tanggal 28 dan 29 Desember kemarin, saya menghadiri rapat bersama Menteri Agama, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh budaya, dan anak-anak milenial. Pada kesempatan itu, saya

menyerahkan buku Icinen Sanzen kepada Menteri Agama, yang sekarang sudah diterbitkan oleh Gramedia. Ini adalah kerjaan kita sebagai murid-murid Niciren. Ini adalah tugas kita karena saya ingin mewujudkan salah satu kalimat dari gosyo ini. Buddha mengatakan bahwa manusia mudah melupakan Buddha Niciren, apalagi perempuan-perempuan. Dikatakan bahwa perempuan-perempuan mempunyai jiwa yang gelap. Sebelum memasuki Saddharmapundarikasutra, perempuan dikecam karena hatinya berliku-liku; mereka mudah cemburu. Perilakunya sulit diduga, sehingga dikatakan bahwa mencari jarum di laut lebih mudah daripada mengetahui perasaan perempuan. Itu menurut sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra.

Ketika masuk ke Saddharmapundarikasutra, Buddha mengatakan bahwa sebetulnya, lelaki maupun perempuan, kalau tidak mampu menjalankan hati kepercayaan secara berkelangsungan, duaduanya gelap. Akibatnya adalah Jiwa Bodhisattva dan Jiwa Buddha tidak bisa berkembang di dalam dirinya. Jiwa Bodhisattva yang ditegaskan disini adalah Bodhisattva Samantabadra dan Bodhisattva Manjusri. Bodhisattva Manjusri memiliki prajna yang kuat dan arif, dan Bodhisattva Samantabadra memiliki kekuatan untuk mempertahankan kebenaran dan kewajaran. Kemudian, Jiwa Buddhanya bisa terbuka, dan sifat Bodhisattvanya menjadi kekuatan untuk bergerak; dalam bersikap penuh kewajaran dan bisa menegakkan kebenaran, dan Samantabadra | Februari 2019

1


menggunakan prajnanya untuk menyebarluaskan Dharma. Memberi buku Icinen Sanzen kepada Menteri Agama adalah salah satu contoh prajna. Setiap waktu memikirkan Buddha karena setiap waktu Buddha memikirkan kita, seperti seorang ibu yang selalu memikirkan anaknya. Sebetulnya agama adalah ajaran supaya kita bisa memikirkan orang lain. Karena itu, kita bisa bahagia. Kalau kita tidak membahagiakan orang lain, kita sendiri tidak akan bisa bahagia. Tapi, terkadang jiwa kita masih sering melarat. Kalau kita sudah berhasil keluar dari kesulitan, kita biasanya lupa dengan Buddha. Dalam kondisi ini, kita harus membangun kebiasaan hidup yang terus melatih diri kita agar waktu, tenaga, dan kesungguhan hati kita semuanya dipakai untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Yang dimaksud mengingat Buddha adalah mengutamakan Dharma. Ajaran ini tidak boleh mati. Jangan dibawa ke liang kubur bersama dengan saya. Ajaran ini harus tetap hidup. Niciren Daisyonin mengajarkan tentang kesungguhan hati dalam sikap belajar kita. 2

Samantabadra | Februari 2019

Kalau membaca gosyo, hendaknya belajar bersama dengan bersama-sama. Selama ada di Ciapus ini, kita harus tetap dalam sikap bertapa; obrolan kita, sikap kita berbicara, cara kita makan, dan sebagainya. GM kita pun berubah selama KGM. Mereka bangun pada jam 4.30 pagi untuk membersihkan vihara kita. Mereka juga berkebun dan bertanam. Dengan ini, mereka akan memiliki sebuah rasa memiliki terhadap tempat ini. Mereka berusaha melaksanakan faham-faham yang ada di dalam gosyo ini. Di negara ini, kita sudah mendapat kesempatan untuk melaksanakan ajaran Niciren Daisyonin secara sepenuhnya. Maka itu, kita semua sebetulnya tinggal menjalankan dan mempertahankan. NSI juga mau terus berusaha supaya bisa lebih membaik. Memang membangun sebuah kebiasaan baik itu tidak mudah. Ada perkataan yang berbunyi, “Dibutuhkan waktu tiga tahun untuk berubah menjadi baik dan tertib, dan sebaliknya, hanya dibutuhkan tiga hari untuk belajar hal-hal yang tidak baik.� Jadi, kita belajar agama Buddha dengan tujuan untuk menertibkan diri.

Kebanyakan anak-anak GM kita merasa bahwa dirinya kurang percaya diri. Sebetulnya, untuk percaya diri itu tidak sulit, apalagi kita yang sudah menjadi murid Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin lahir di dunia dengan satu tujuan, yaitu mengajarkan dan memberi tahu seluruh umat manusia untuk percaya diri. Percaya diri berarti percaya pada diri sendiri, bahwa di dalam diri kita sendiri semua sudah komplit dengan kesepuluh perasaan jiwa. Sehingga dengan demikian, kita harus percaya bahwa kita sudah memiliki kekuatan untuk mengatasi kesulitan, kekuatan untuk menikmati kebahagian, kekuatan untuk bisa bergaul dengan sesama manusia, kekuatan untuk merawat tumbuh-tumbuhan, kekuatan untuk merawat kesehatan, semua sudah ada di dalam diri kita. Memahami dan menyadari ini akan membuat kita menjadi percaya diri. Percaya diri adalah hasil dari tahu diri. Sifat Buddha adalah sifat untuk membahagiakan orang lain. Setiap hari, ketika kita membuat karma baik, Gongyo Daimoku pagi sore, belajar gosyo, pergi kunjungan anggota, mengikuti kensyu, tujuannya adalah untuk mewujudkan


sifat itu. Hal itu yang sebenarnya mendatangkan kebahagiaan, yang mendatangkan perubahan dari diri kita, dan juga peningkatan dari kualitas diri kita. Walaupun sekarang ini kita meninggalkan tahun 2018 dan akan memasuki tahun yang baru, sebetulnya menurut agama Buddha tidak ada perhitungan yang sedemikian. Jangan pikir bahwa setelah 2018, semua sebab-sebab buruk yang telah diperbuat hilang dengan sendirinya; kita terus membawa karma kita. Tapi, kita bisa menentukan sifat kita yang dibawa ke dalam tahun ini. Di dalam diri kita, selalu terjadi pertarungan antara kekuatan baik dan kekuatan buruk.Dalam perjalanan seperti ini, kita dihadapi dengan dua pilihan; perjuangan kita setiap hari dalam diri kita adalah pertarungan Buddha dengan iblis. Oleh karena itu, ada Dosyo dan Domyo, hukum karma diri kita yang setiap waktu bekerja secara sinergis dan langsung. Inti dari dosyo domyo adalah satu hal, yaitu menjelaskan karma. Tapi, hal ini diilustrasikan menjadi dua dewa. Perbuatan kita seketika menjadi akibat. Itu yang dikatakan sebagai In Ga Guji.

Apa yang kita perbuat, baik maupun buruk, dilaporkan menjadi karma. Perbuatan buruk kita dilaporkan oleh Dosyo, dewa perempuan yang berkedudukan di pundak sebelah kanan. Perbuatan baik kita dilaporkan oleh Domyo pada pundak sebelah kiri. Saya juga sudah menyinggung masalah sikap kita di dalam menjalankan pertapaan. Kalau kita gongyo setiap hari, kita membaca bab 2 dan bab 16. Pada bab 2, ada penjelasan mengenai 10 aspek dari jiwa. Karena kita semua memiliki jiwa Buddha, pada dasarnya kita semua adalah orang baik. Buddha itu adalah perilaku dan kesadaran yang baik. Sikap syinjin kita harus terus meningkat semakin hari, jangan hanya menjadi kebiasaan. Dalam kehidupan seharihari pun begitu, dari usia muda kita terus berusaha untuk meningkatkan diri; dalam hal perilaku maupun penampilan. Sejak tahun 1985, saya mulai membantu Pak Seno di susunan. Saya tumbuh dengan keadaan keluarga yang susah; keluarga sering cekcok, yang mengalami dampak-dampak rasialis. Dari situ, saya tumbuh menjadi orang yang keras; seseorang

yang memiliki kemauan yang keras. Sejak saya bekerja di honbu hingga hari ini, kerjaan saya adalah mengurus konflik. Oleh karena itu, saya sudah terlatih untuk menghadapi berbagai kesulitan. Orang bisa menjadi kuat karena ditempa dengan kesulitan. Orang yang kuat bukanlah hasil dari imingimingan atau pujian. Karena itu, kita harus beritai dosyin dalam syinjin, termasuk dalam belajar gosyo. Kita bisa saling menjaga dan membantu sesama lain sehingga umat tidak goyah dalam menjalankan hati kepercayaan. Apalagi pada Masa Akhir Dharma ini, semua manusia, lelaki dan perempuan, semua dikuasai oleh Gampon No Mumyo, kesesatan pokok yang gelap. Oleh karena itu, kita memerlukan sebuah penerangan, dan penerangan itu adalah Saddharmapundarikasutra. Penerangan inilah yang menjadi tujuan dari pertemuan-pertemuan di Kensyu, di daerah, dan di anak cabang. Maka itu, kita harus mendengarkan gosyo dengan sungguh-sungguh dan memasukkannya ke dalam hati. Kedua, seperti yang digambarkan oleh Buddha, manusia mudah lupa. Kita

Samantabadra | Februari 2019

3


selalu mengingat saat-saat dimana kita membantu orang lain, tapi kita mudah sekali melupakan bantuan-bantuan yang sudah kita terima. Justru ini yang harus kita ubah. Menjadi murid Niciren Syosyu, kita juga harus mengingat budi dari Buddha. Saya bisa sampai disini hari ini karena budi dari Buddha. Maka itu, untuk NSI, saya rela. Yang penting, kita tidak lupa dengan Buddha. Walaupun Buddha sudah wafat, ajarannya masih ada. Jadi, kita datang mengikuti pertemuan dan Kensyu, tujuannya adalah untuk memakai, memahami, menghayati, melaksanakan, dan menyebarluaskan ajaranajaran Buddha; ini berarti kita sedang memikirkan Buddha. Inilah mengapa saya sering mengikuti rapat dengan tokoh masyarakat, karena itu harus dilakukan agar agama ini semakin tersebar luas. Penyebarluasan Kosenrufu bukan berarti mengajak semua orang di seluruh dunia untuk menjadi umat NSI, tapi menyebarluaskan filsafat dan ajaran-ajaran dari sutra ini. Untuk menjadi Buddha, kita harus meniru sikap Buddha yang selalu memikirkan orang lain. Dalam sikap syinjin, kita juga harus menjaga 4

Samantabadra | Februari 2019

ketertiban-ketertiban, sehingga hukum Nammyohorengekyo ini bisa berjalan dengan baik. Hukum Nammyohorengekyo adalah berlian, jangan dicampur dengan pikiran-pikiran dari ajaran lain ataupun pikiran kita sendiri. Kita harus menjaga berlian ini dengan menggosoknya dengan kesulitan, menghadapi ketidakbenaran. Yang harus kita tegakkan di dalam diri kita adalah Dunia Buddha dan Dunia Bodhisattva kita. Pemikiran kita harus diutarakan kepada Buddha Dharma. Kita harus percaya dengan Buddha walaupun kita belum mengerti sepenuhnya, karena lantaran Buddha adalah orang yang arif dan orang yang bijaksana. Buddha bukan penipu, dan beliau tidak pernah bohong. Maka itu, apa yang diajarkan oleh Buddha, pasti benar. Wanita dikatakan sebagai rotan dan lelaki diibaratkan seperti pohon cemara. Menurut saya, pada dasarnya, keduanya sama saja. Ini bukan soal siapa yang lebih kuasa atau yang lebih kuat. Ini soal ketergantungan suami istri dengan satu sama lain. Oleh karena itu, yang kaitannya dengan jiwa, kita memiliki 10 Nyoze, hukum

gerakan dari jiwa. Jadi, jiwa kita bergerak dengan dasar hukum atau aturan. Jiwa kita memiliki 10 macam aturan; Nyoze So berarti rupa, yang merupakan jendela dari hati. Apa yang ada di dalam perasaan jiwa semua kelihatan di wajah. Ketika seseorang sedang galau, perasaan hati ini pun bisa dilihat dari wajahnya. Nyoze Syo adalah hal-hal yang sunyata; perasaan jiwa, emosi, dan hawa nafsu. Nyoze Tai adalah badan pokok. So, Syo, Tai ini adalah jiwa. Jiwa mencakupi tiga aspek: fisik atau nyata (Nirmanakaya), non-fisik atau sunyata (Samboghakaya), dan yang hakekat (Dharmakaya). Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya berpadu secara sempurna dan membentuk jiwa. Tai adalah ikatan yang mengikat kesepuluh perasaan jiwa, kesepuluh alam: neraka, kelaparan, kebinatangan, kemarahan, kemanusiaan, surga, sravaka, pratekya, Bodhisattva, dan Buddha. Kalau kita menjadikan dunia Buddha kita sebagai Nyoze Tai, itulah yang disebut Riki. Riki adalah tenaga yang bersumber dari Dunia Buddha. Tenaga pun ada 10 macam; tenaga dari dunia neraka akan merusak diri sendiri dan


merusak orang lain, tenaga dari dunia kelaparan adalah tenaga yang serakah, tenaga dari dunia kebinatangan adalah tenaga yang takut dengan orang-orang yang berada diatas kita (dalam pangkat, status sosial, dsb) dan menekan kepada orang yang kecil. Tenaga dari dunia kemarahan menimbulkan rasa senang ketika melihat orang lain susah dan sebaliknya perasaan susah melihat orang lain senang. Pada dunia kemanusiaan, seseorang mulai bisa membedakan yang baik dan yang tidak baik. Dalam dunia surga, kita sudah mulai berkreasi, tapi hambatannya adalah Iblis Surga Keenam yang terus akan mengganggu kita. Ketujuh, Dunia Sravaka adalah dunia pengetahuan. Pratekya adalah penyerapan; sikap kita untuk menghargai. Dunia Bodhisattva kita adalah perwujudan gerakan dari kesadaran. Bodhi berarti sadar dan Satva berarti makhluk. Boddhisatva secara harfiah berarti makhluk yang sadar. Gerakan dari makhluk yang sadar adalah perasaan yang selalu ingin memberi dan ingin membahagiakan. Yang terakhir adalah Dunia Buddha. Kita harus selalu meletakkan Dunia Buddha sebagai landasan pada Nyoze Tai kita, supaya tenaga yang

keluar adalah tenaga Buddha, yang menjadi sumber dari perbuatan-perbuatan atau gerakan Buddha. Ini akan menjadi sebab, yang akan menarik jodoh dan akibatnya, yang akan disimpan dalam gudang karma sebelum menjadi bukti nyata atau imbalan tergantung dengan waktunya. Siklus karma akan berjalan terus seperti ini selama-lamanya, honmatsu kukyoto. Di dalam gosyo ini, kita menyinggung dua alam, yaitu alam Bodhisattva dan alam Buddha. Ini menjadi landasan dari Tai itu. Salah satu dari kesepuluh dunia akan menjadi fondasi atau landasan. Diatas landasan tersebut, berkembang sembilan alam lainnya. Maka itu, disebut 9 dunia menutupi 1 dunia atau 1 dunia menutupi 9 dunia. Jadi, ketika umpamanya landasan jiwa kita adalah dunia surga, sembilan dunia diatasnya juga bekerja. Nyoze Tai yang menentukan, maka kita harus berusaha setiap saat supaya Tai kita berada di Dunia Buddha. Jalan yang paling praktis untuk mencapai hal ini adalah Gongyo Daimoku. Kita Gongyo dan Daimoku setiap hari memunculkan dan menyambung getarangetaran dengan alam semesta. Kalau handphone

kita dapat menyambungkan getaran-getaran dari negara ke negara, Nammyohorengekyo bisa menyambungkan kita sampai ke seluruh alam semesta dengan ketiga masa. Doa terhadap Saddharma mencakup ketiga masa: lampau, sekarang, dan masa akan datang. Ini kehebatan dari doa kita yang mempercayai Nammyohorengekyo. Merubah nasib pada kehidupan kali ini bisa merubah karma kita yang sudah lampau, dan bisa menjadi sumber nasib yang baik pada masa mendatang. Perbuatan kita membuat sebab-akibat tidak hanya mencakup hal yang nyata. Sebetulnya kita juga sedang menata hal-hal yang tidak nyata, yaitu perasaan jiwa. Ini merupakan porsi terbesar yang menentukan perubahan kita apakah akan menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. ***

Samantabadra | Februari 2019

5


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Kelahiran dan Nama yang Sama (Dosyo-Domyo) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 30 Desember 2018 - 01 Januari 2019

Nammyohorengekyo,

Kensyu kali ini kita sudah mulai dengan Kensyu Generasi Muda dari tanggal 28 kemarin. KGM kali ini terbilang sukses. Mereka bisa menjalankan pertemuan dengan sedemikian rupa, segalanya berjalan dengan lancar, dan masing-masing bisa membagi tugas dengan rapi. Tentunya, malam ini banyak yang hadir dari wilayahwilayah selain Jabotabekcul. Ini adalah kebersamaan kita, berarti sudah terwujud Itai Dosyin untuk menjalankan misi kita, yaitu Kosenrufu Isyo Jobutsu. Surat yang kita pelajari dalam Gosyo diberikan kepada istri Syijo Kingo melalui perantara Syijo Kingo. Seperti yang kita ketahui, Syijo Kingo adalah seorang

6

Samantabadra | Februari 2019

murid yang begitu setia, yang memiliki hati kepercayaan yang bukan main kuatnya. Ketika di Kamakura saja, beliau selalu menjaga dan melindungi Buddha Niciren Daisyonin, apalagi setelah Buddha Niciren dibuang ke Pulau Sado. Syijo Kingo tidak pernah merasa lelah atau bosan untuk mengunjungi Buddha sambil membawa berbagai sumbangan berupa beras, minyak, dan uang. Perjalanan beliau juga memerlukan waktu 20 hari, dan beliau menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki. Waktu Syijo Kingo pergi ke Pulau Sado, Niciren Daisyonin menitip surat ini yang juga berjudul, “Surat Penghormatan dan Dorongan� yang diberikan kepada istrinya.

Niciren Daisyonin merasa kagum terhadap istri Syijo Kingo yang bisa mendorong semangat Syijo Kingo yang bisa sampai ke Pulau Sado dalam keadaan yang sedemikian jauh jaraknya. Selain perjalanan yang jauh, keamanan Syijo Kingo pun tidak terjamin. Tentunya, semuanya itu dikarenakan dasar dari hati kepercayaan Syijo Kingo sendiri dan juga istrinya yang memiliki Syinjin yang kuat. Ini adalah suatu contoh semangat yang patut diikuti. Dalam kehidupan kita pun, seorang istri dan suami harus saling mendukung dalam menjalankan syinjin. Misalnya, karena kita sedang libur tahun baru, timbul hawa nafsu yang memicu kita untuk pergi liburan


daripada mengikuti Kensyu. Dengan dasar jiwa yang mengutamakan Dharma, bukan mengutamakan kebahagiaan pribadi, kita sebagai umat; suami-istri, dalam keluarga, anak dan orangtua, sesama teman, harus bisa memberi semangat. Kesatuan hati antara suamiistri akan menimbulkan kepercayaan yang lebih kuat. Walaupun badannya berbeda, tapi hatinya, tujuannya, adalah sama. Dalam isi gosyo, dikatakan bahwa surat ini hendaknya diperlihatkan dan dibaca bersama dengan Nyonya Tosiro. Dari kalimat ini, kita bisa melihat dengan jelas bahwa Niciren Daisyonin menginginkan setiap umatnya untuk belajar gosyo dan memberitahukan kepada umat-umat yang lain agar bisa belajar gosyo bersama. Dalam mempelajari gosyo di NSI, ini sudah diterapkan. Kita belajar gosyo bersama-sama dalam kensyu, pertemuan daerah, pertemuan cabang, dan pertemuan anak cabang. Dukungan seperti ini penting karena yang kurang memahami dapat bertanya dan umat-umat yang lain

bisa memberi penjelasan atau berpendapat. Jika ini terus diterapkan, maka ajaran Buddha Niciren akan lebih mudah dimengerti dan lebih mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, menuju tahun baru 2019, ayo kita semangat belajar gosyo bersama. Kemudian, disini juga dijelaskan mengenai maitri karuna dari Saddharmapundarika-sutra. Karena gosyo ini diberikan kepada istri Syijo Kingo, seorang wanita, maka dijelaskan mengenai maitri karuna dan kehebatan dari Saddharmapundarika-sutra. Di dalam ajaran sementara (42 tahun pertama), wanita tidak bisa mencapai kesadaran Buddha. Setelah Saddharmapundarikasutra dibabarkan, ajaran ini memungkinkan semua umat untuk bisa mencapai kesadaran Buddha. Inilah keagungan dari Nammyohorengekyo. Diterangkan dalam Saddharmapundarikasutra bahwa semua umat dasarnya sama karena semuanya memiliki jiwa Buddha. Dalam gosyo, ada sebuah perumpamaan

yang menyamakan Saddharmapundarika-sutra dengan sinar matahari yang menyinarkan kegelapan hati wanita. Memang, pada umumnya, pada Masa Mutakhir Dharma ini, umat manusia penuh dengan tiga racun; keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Wanita dikatakan sebagai kegelapan dalam kegelapan. Alasannya adalah karena wanita memiliki sifat menjaga diri yang kuat sekali. Ini berarti wanita memiliki rasa egois yang tinggi. Walaupun begitu, wanita juga penuh kesabaran. Pada umumnya, wanita lebih mementingkan hal-hal yang nyata; seperti uang. Dengan kata lain, wanita memiliki kecenderungan untuk mengutamakan hal-hal yang tidak kekal. Segalanya dalam hidup ini tidak ada yang kekal; hanya satu yaitu jiwa kita. Jiwa kita adalah sesuatu yang agung, tidak bisa dibeli, tidak bisa ditukar-tambah. Saddharmapundarika-sutra bisa menerangi kegelapan apa pun, seperti sinar matahari. Meskipun gosyo ini ditujukkan kepada perempuan, sebenarnya hal ini masih berlaku kepada lakiSamantabadra | Februari 2019

7


laki. Pria juga sama, harus mengutamakan kejiwaan. Kekuatan Saddharmapundarika-sutra seperti matahari, yang bisa membahagiakan semua umat manusia. Perumpamaan lainnya adalah mengenai maitri karuna. Semua umat diumpamakan sebagai bayi, dan Buddha Sakyamuni diumpamakan sebagai seorang ibu yang menyayangi semua umat. Tapi, umat belum tentu memikirkan Buddha. Kita biasanya hanya mengingat Buddha kalau kita sedang mengalami kesulitan, namun sebaliknya Buddha memikirkan dan menjaga siapapun juga. Beliau tidak pilih kasih; yang bodoh, yang pintar, yang kaya, yang miskin, semuanya dijaga untuk mencapai kesadaran Buddha. Seharusnya kalau kita sudah memahami kehebatan dari Saddharmapundarikasutra ini, kita juga harus memikirkan sang Buddha, dan berapa banyak kurnia kebajikan yang sudah kita terima selama ini. Memikirkan Sang Buddha berarti kita memiliki keinginan untuk mengikuti contoh Buddha agar 8

Samantabadra | Februari 2019

perilaku kita sama dengan Buddha. Buddha memiliki perilaku yang didasarkan oleh maitri karuna, yaitu memikirkan kebahagiaan orang lain. Kita juga harus mau menyebarluaskan dharma karena itu yang paling utama, itu adalah tugas kita sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi. Kalau kita dengan sungguh hati memikirkan Buddha, kita membuat sebab-sebab baik, maka akibatnya berupa jodohjodoh yang baik, yang bukan lagi menyusahkan kita, tapi melindungi kita. Batu biasa bukan berlian dan berlian bukan batu biasa. Disini, filsafat sesat dan ajaran sementara sama seperti batu biasa. Saddharmapundarika-sutra adalah berlian. Jadi, karena kita sudah memegang ajaran yang sebenarnya, kita tidak perlu lagi menukarnya dengan batu biasa, kita tidak perlu menukar kepercayaan dengan filsafat-filsafat lain. Bila difitnah dan dicemooh, seharusnya kita tidak mundur dari hati kepercayaan. Berlian tetap berlian. Kita sebagai murid Niciren Daisyonin juga harus punya semangat

kepercayaan yang sama seperti berlian, tidak usah takut bila difitnah. Kita harus tetap menjadi berlian, tidak usah khawatir. Hal ini terbukti dalam kensyu kali ini, karena 500 umat NSI dari seluruh wilayah bisa kumpul bersama. Jangan terkecoh dan goyah dengan perkataan orang lain, sebaliknya kita harus membuktikan semangat berlian kita. Yang bisa menjadi berlian palsu adalah umatnya, bukan hukumnya. Maka itu, kita harus membuktikan bahwa kalau kita berlian, kita harus menjadi berlian sampai akhir hayat, mempertahankan sampai ajal. Ini harus dicamkan. Kemudian, semangat untuk mempertahankan kebenaran dicontohkan oleh Bhikkhu Hodosanjo. Bhikkhu Hodosanjo hidup pada masa kekuasaan raja Sung Utara. Raja tersebut dihasut oleh seorang pendeta Tao. Bhikkhu Hodosanjo berjuang mempertahankan kebenaran, dan ini memerlukan keberanian. Niciren Daisyonin juga menunjukkan sikap yang sama, beliau mau berjuang penyebarluasan


Nammyohorengekyo di Jepang. Itu pun dihasut oleh sekte Zen, sehingga beliau dihasut oleh pemerintah dan mendapat berbagai penganiayaan. Umat-umat NSI juga sering dihasut dan diajak untuk meninggalkan kepercayaan kita. Tapi, karena kita semua adalah berlian, kita mengutamakan Dharma. Yang paling utama, kita harus percaya dengan Dharmanya, bukan dengan manusianya. Kalau seumpamanya kita tidak mengerti, jangan berlagak seperti kita mengerti. Banyak sekali umat yang punya keinginan untuk memahami arti dari semua kata-kata dari Bab 2 dan Bab 16 setiap kali kita Gongyo. Kalau mau mengerti secara mendalam, memahami filsafat-filsafat kejiwaan, itu akan memerlukan waktu yang sangat lama sampai kita dapat percaya. Yang penting, walaupun kita belum mengerti, namun kita harus percaya. Kalau kita percaya dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh, kekuatan dari Buddha pasti akan keluar. Dengan menanam sebab-sebab baik, prajna Buddha kita pasti akan

timbul, dan kita pasti dapat merasakan bukti nyatanya. Dalam jiwa kita, ada Dunia Bodhisattva dan Dunia Buddha. Dunia Boddhisattva kita adalah Samantabadra, yang mempunyai dasar maitri karuna; mau menyebarluaskan Dharma secara merata ke semua umat - mau mencari kebenaran dan kewajaran. Sehari-hari, ketika kita Gongyo Daimoku, kita memunculkan Dunia Buddha dan Dunia Boddhisatva ini, yang merupakan kekuatan kita untuk mempertahankan kepercayaan. Yang terakhir, wanita diumpamakan sebagai rotan, sedangkan laki-laki bagaikan cemara. Rotan tidak akan dapat berdiri tegak kalau tidak bersandar kepada cemara. Sebaliknya, semakin pohon cemara meninggi, semakin mudah tergoyang oleh angin. Inilah pentingnya rotan, yang bisa memastikan bahwa pohonnya berdiri tegak. Ini berarti bahwa sepasang suami-istri sama sama saling menunjang, saling membutuhkan. Ini tidak hanya berlaku kepada suami-istri aja, anak pun bisa mendorong orangtuanya

untuk menjalankan syinjin dengan hati kepercayaan yang kuat. Ini bukan hanya urusan suami istri, semua orang yang menyebut Nammyohorengekyo mempunyai tugas sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi untuk membahagiakan anggota. Terakhir, ada dosyo dan domyo, dewa kelahiran yang sama dan dewa nama yang sama. Kita diingatkan pada akhir tahun ini bahwa saat ajal adalah sekarang. Selama kita hidup, kita menjalankan hati kepercayaan untuk memperpanjang karma tetap. Kemungkinan agar karma tetap kita bisa diperpanjang tergantung dari dosyo domyo kita, sebab baik dan sebab buruk kita. Hukum sebab-akibat dari Niciren Daisyonin itu adalah sesaat, In Ga Guji. Kelihatan atau tidak kelihatan, semuanya tercatat. Gosyo ini adalah persiapan untuk kedepannya. Bila kurnia kebajikan yang kita terima tidak banyak, berarti kita harus memupuk sebabsebab yang baik. Jangan raguragu lagi. Semua perbuatan kita, yang baik, yang jelek, yang besar, yang kecil, masuk Samantabadra | Februari 2019

9


dalam gudang karma kita. Yang menanggung semua akibatnya pun diri kita sendiri. Semua sebab-sebab yang kita buat tergantung dari perasaan jiwa kita, filsafat-filsafat kita. NSI adalah salah satu tempat yang bisa mengajarkan bapak ibu, dan anak-anak tentang filsafat kejiwaan yang dasarnya luar biasa. Perempuan-perempuan diajak sebagai bagian ibu untuk membangun

10

Samantabadra | Februari 2019

bangsa dan negara, bisa menyebarluaskan Nammyohorengekyo demi kebahagiaan umat. Untuk melaksanakan tugas ini, kita sendiri harus menjalankan dulu dengan sungguh hati, seperti istri Syijo Kingo. Dengan begitu, kita pasti akan mendorong suami dan anak untuk menjalankan hati kepercayaan yang benar, sehingga mereka pun bisa memunculkan jiwa yang welas asih.

Janganlah kita hanya memperhatikan hal-hal yang ada didepan mata. Jangan hanya sampai disitu saja. Niciren Daisyonin menginginkan kita untuk menjadi Bodhisattva yang muncul dari bumi, betulbetul bisa membahagiakan orang lain; bukan hanya keluarga saja, tapi seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. ***


B

ertempat di Arthalia resort (Puri Avia) Jalan Raya Puncak Km. 65 No. 179 Cipayung Kecamatan Megamendung, Senin-Selasa, 12-13 November, Ketua Umum NSI-Mpu Suhadi Sendjaja atas undangan Sekretaris Daerah, Pemerintah Kabupaten Bogor, Drs. Adang Suptandar, Ak.MM, menghadiri rapat Koordinasi dan evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Bidang Keagamaan dengan Tema “Wujudkan Kabupaten Bogor Yang Rukun Dalam Keberagaman, Keberadaban Dan Kerukunan�. Rapat Koordinasi ini salah satu agendanya membahas pembangunan disektor keagamaan, dimana memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Bogor, agar lebih agamanis, bermoral dan berkualitas,

sehingga capaian visi dan misi akan sejalan dengan harapan masyarakat serta memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi dengan senantiasa menunjukan jati diri yang sesuai dengan jiwa semangat kebangsaan sebagaimana terkadung dalam nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. Forum ini juga membahas mengenai perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standarisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi dibidang kerukunan umat beragama yang meliputi dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, menampung aspirasi ormas keagamaan, melaksanakan sosialisasi peraturan perundangundangan serta membantu pemerintah daerah dalam mensukseskan program-

program pembangunan. Rapat Koordinasi ini juga membahas bagaimana Peran pemimpin informal dan Kearifan lokal dalam menjaga harmonisasi Kerukunan Antar Umat Beragama dan Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor. Semoga kiranya seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah, FKUB dan para tokoh agama senantiasa selalu ikut mengambil peran aktif dalam merawat masyarakat kabupaten Bogor yang rukun, damai dan sejahtera. Rapat Koordinasi yang dilaksanakan ini diharapkan dapat menghasilkan hal positif dalam meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan pembangunan di Kabupaten Bogor. ***

Samantabadra | Februari 2019

11

liputan

Ketua Umum NSI dalam Rakor Kebijakan Keagamaan Kabupaten Bogor


KENSYU GENERASI MUDA &

MENYAMBUT TAH

12

Samantabadra | Februari 2019


KENSYU GOSYO UMUM NSI

HUN BARU 2019

Samantabadra | Februari 2019

13


Suasana pertemuan pada kensyu gosyo umum, 30 Desember 2018.

D

i penghujung tahun 2018, NSI menyelenggarakan kensyu generasi muda (KGM) yang dilanjutkan dengan kensyu gosyo umum menyambut pergantian tahun. KGM berlangsung sejak hari Jumat 28 Desember 2018, selama lima hari, bergabung dengan kensyu gosyo umum yang dimulai pada tanggal 30 Desember 2018 dan selesai bersama-sama pada tanggal 01 Januari 2019. Pada KGM kali ini peserta diajak untuk lebih dekat dengan alam dan proaktif dalam memfungsikan fasilitas ecowihara yang terdapat pada Mahawihara Saddharma NSI. Pada hari pertama, seluruh peserta yang terbagi dalam kelompok kecil membersihkan seluruh komplek mahawihara 14

Samantabadra | Februari 2019

Saddharma NSI, mulai dari ruang dharmasala, asrama, kantin, WC dan kamar mandi, serta pekarangan. Mereka menyapu, mengepel, membersihkan altar, mengelap perabotan. Semuanya dilakukan secara bergotong royong demi keasrian wihara kita. Di hari berikutnya, peserta KGM melakukan praktik eco-wihara yang meliputi pengolahan biogas, bercocok-tanam, hidroponik, penyulingan air. Peserta berkesempatan untuk merasakan pengalaman langsung mengolah limbah dari kegiatan di wihara menjadi sumber energi yang dapat digunakan kembali. Mereka juga mendapat pengalaman memindahkan bibit pohon ke dalam tanah pada aktivitas bercocok tanam.

Dalam sesi pembekalan pada kensyu kali ini, NSI menghadirkan tiga orang nara sumber yang terbagi dalam tiga sesi terpisah, yaitu Wakil Rektor UI, Prof. Bambang Wibawarta, Budayawan Radhar Panca Dahana, dan Dokter Nur Arif. Prof. Bambang menyampaikan materi tentang strategi budaya dalam membangun karakter bangsa. Radhar berbicara mengenai pentingnya disiplin dalam diri generasi muda, dan dokter Nur Arif berbicara mengenai pendidikan seksual dan penyakit menular seksual. Memperingati momen pergantian tahun dalam suasana kebuddhaan

Ketua Umum NSI memberikan plakat apresiasi kepada Prof. Bambang Wibawarta sebagai nara sumber.


Foto bersama DPP NSI, Dokter Nur Arif, dan segenap peserta kensyu seusai sesi pembekalan pendidikan seksual.

bersama-sama keluarga menjadi hal yang dinantikan oleh para peserta kensyu kali ini. Pada malam terakhir di tahun 2018, para peserta makan malam bersamasama dengan konsep “gala dinner� yang disajikan oleh para generasi muda NSI. Acara dilanjutkan dengan malam keakraban dengan penampilan kesenian dari para peserta NSI yang ditutup dengan membuat lingkaran besar dan seluruh peserta kensyu saling bergandengan tangan. Setelah itu peserta melaksanakan daimoku bersama hingga pukul 12 malam.

Tanggal satu bulan satu tahun 2019 diawali dengan gongyo pagi bersama. Setelah itu peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesanpesannya selama kensyu berlangsung. Pukul 10 pagi dilaksanakan upacara dokyo syodai peringatan tahun baru yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, dan upacara syoko oleh para pimpinan NSI. Ketua Umum NSI dalam sambutannya menyampaikan kegembiraannya di tahun 2019 masih bisa bersama-

sama berkumpul dengan anggota NSI sekalian. Peningkatan kualitas syinjin adalah hal yang harus dilakukan secara konsisten agar dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Beliau menghimbau agar kita senantiasa menyadari tugas kehadiran kita di dunia ini sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi dan mengemban fungsi Bodhisattva Samantabadra yaitu turut aktif dalam menyebarluaskan hukum agung Nammyohorengekyo secara merata. ***

Samantabadra | Februari 2019

15


(atas) Ketua Umum NSI memimpin upacara dokyo syodai peringatan tahun baru 2019, dilanjutkan dengan upacara syoko yang diikuti oleh para pimpinan DPP, DPW, dan DPD NSI (bawah).

16

Samantabadra | Februari 2019


Kreasi Umat NSI dalam pagelaran Malam Keakraban

Samantabadra | Februari 2019

17


Persiapan gala dinner.

Aneka permainan yang membangun kekompakan dan kreativitas.

Diskusi dharma dalam kelompok kecil.

18

Samantabadra | Februari 2019


Ketua Umum NSI bersama Dokter Nur Arif.

Membersihkan pekarangan wihara.

Bercocok-tanam.

Sesi olahraga pagi.

(atas-bawah) Pengolahan biogas.

(atas) Penyulingan air limbah. Malam keakraban.

Samantabadra | Februari 2019

19


Ketua Umum NSI dalam Dialog Lintas Iman Hari Amal Bakti

Ketua Umum NSI menyampaikan pandangannya di depan Menteri Agama RI dan para tokoh lintas agama.

P

ada hari Jumat-Sabtu, 28-29 Desember 2018, Ketua Umum NSI hadir dan menjadi peserta aktif dalam Kegiatan Dialog Lintas Iman tentang Kehidupan Beragama di Indonesia: Refleksi dan Proyeksi yang di gelar oleh Kementerian Agama. Dialog ini merupakan rangkaian kegiatan Hari Amal Bakti (HAB) Kemenag ke - 73, yang mengangkat tema Jaga Kebersamaan Umat. Dialog Lintas Iman, berlangsung di Hotel Discovery Ancol, Jakarta selama dua hari, 28-29 Desember 2018. 20

Samantabadra | Februari 2019

Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menjadi salah satu peserta dalm kegiatan ini yang diikuti oleh puluhan tokoh dengan berbagai latar belakang, seperti tokoh agama, budayawan, akademisi, praktisi media, dan kaum muda milenial. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Mahfud MD, Abdul Muthi, Asep Zamzam Noor, Fatin Hamama, Garin Nugroho, Haidar Baqir, Hartati Murdaya, Henriette G Lebang, Jadul Maula, Komaruddin Hidayat, Sujiwo Tedjo, Ulil Abshar Abdalla, Usman Hamid, Uung

Sendana, Wahyu Muryadi, Yudi Latif, Bhikku Jayamedo, Alisa Wahid, Coki Pardede, Zaztrow, dan D Zawawi Imron. Tak ketinggalan turut hadir dalam dialog tersebut, Menag Lukman Hakim Saifuddin beserta pejabat-pejabat eselon I Kemenag. Dalam dialog yang berlangsung 2 hari tersebut membahas tentang isuisu aktual keagamaan dan dinamika kehidupan beragama di Indonesia. Menurut Menag, kegiatan ini memang sengaja digagas agar Kemenag mendapat masukan terkait


Diskusi ini mencari jawaban atas beberapa pertanyaan, seperti: apa indikasi konservatisme? mengapa konservatisme menguat? Apakah konservatisme adalah bagian dari meningkatnya gairah beragama? Apa implikasinya terhadap kualitas keberagamaan? Serta sejauhmana program dan visi moderasi beragama/ wasathiyah berhasil menetralisir kecenderungan konservatisme? Sesi ini juga akan membahas proyeksi tentang upaya menyikapi Ketua Umum NSI memperlihatkan buku Icinen Sanzen cetakan terbaru kepada kecenderungan konservatisme Menteri Agama RI di sela-sela rehat kegiatan. beragama ini, utamanya menjelang pemilu eksekutif dan legislatif dan bagaimana strategi pengarusutamaan Moderasi Beragama. Kedua, Relasi Agama dan negara di Zaman Milenial. Ddiskusi ini membahas fenomena beragama di era digital dan memasuki revolusi industri 4.0. Diskusi akan mencari jawaban atas beberapa pertanyaan, seperti: melakukan proyeksi kehidupan problem-problem kehidupan mengapa otoritas keagamaan beragama di tahun 2019. beragama yang terjadi di seakan berpindah dari tokoh Ada tiga tema/isu Indonesia. Dialog ini dilakukan agama ke dunia digital (tokoh utama dibahas dalam untuk bersama menjawab agama populis)? Mengapa forum dialog tersebut. problem serta mewujudkan content keagamaan di dunia Pertama, Kecenderungan kehidupan beragama yang digital dan media sosial lebih Konservatisme Beragama lebih baik lagi. Dalam dialog banyak diisi oleh materi di Tahun Politik. Tema ini ini akan dilakukan setidaknya keagamaan yang konservatif dibahas dengan fokus dua hal. Pertama, melakukan dan sering hitam putih dalam pada kecenderungan refleksi terkait kehidupan menafsirkan agama? Kemana meningkatnya konservatisme beragama di Indonesia dan di mana khazanah beragama di Indonesia. setahun terakhir. Kedua, Samantabadra | Februari 2019

21


tidak mengakomodasi kepentingan dan aspirasinya? Pada kesempatan dialog lintas agama kali ini, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menyerahkan Buku Filsafat Jiwa Icinen Sanzen kepada Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Saiffudin. Ketua Umum NSI menyampaikan, bahwa kiranya Buku Filsafat Jiwa Icinen Sanzen ini bisa menjadi sebuah landasan dari revolusi jiwa, karena di dalamnya dijelaskan mengenai proses dan cara untuk meningkatkan kualitas mental/jiwa seseorang, selain itu di dalam buku ini juga dijelaskan mengenai proses terbentuknya sebuah nasib dalam perspektif agama Buddha Niciren, bahwa nasib dan segala gejolak yang Ketiga, Beragama di Era Disrupsi. Sesi ini mendiskusikan terjadi di alam semesta ini ditentukan oleh sekejapdinamika hubungan agama sekejap perasaan jiwa manusia dan negara di Indonesia. yang ada di dalamnya, manusia Topik yang dibahas antara lain bagaimana sesungguhnya dan alam semesta adalah sebuah kesatuan yang saling konsep ideal merealisasikan memengaruhi. negara kebangsaan yang Kegiatan ini ini hakekatnya berketuhanan? Apakah selama ingin membawa satu kondisi ini Pemerintah sudah tepat yang lebih baik untuk bangsa. menempatkan agama dalam Forum silaturahim dan sarana tata kelola negara? Sudah komunikasi serta bertukar adilkah sikap Pemerintah, khususnya Kemenag, terhadap informasi antara puluhan tokoh dengan berbagai pemeluk agama minoritas latar belakang, seperti dan aliran kepercayaan di tokoh agama, budayawan, Indonesia? Mengapa masih akademisi, praktisi media, dan ada kelompok agama yang kaum muda milenial, samamenganggap bahwa negara keagamaan klasik yang kaya dan menggambarkan keragaman penafsiran? Mengapa tokoh agama dan akademisi khususnya seolah absen dan gagap dalam menghadapi perubahan pola keberagamaan masyarakat milenial? Serta Bagaimana strategi agar di tahun 2019 para tokoh agama, budayawan, dan akademisi yang memiliki otoritas kagamaan dan keilmuan dapat lebih lantang (speak up) merespon isu-isu keagamaan, serta apa yang sebaiknya dilakukan oleh Kementerian Agama melalui satkersatkernya di daerah, termasuk Perguruan Tinggi dibahas dalam sesi ini.

22

Samantabadra | Februari 2019

sama memiliki fungsi sebagai perekat atau pemersatu umat dan pemersatu bangsa dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa NKRI yang berdaulat dan sejahtera serta demi menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Harapannya, apapun pilihan masyarakat Indonesia, harus tetap menjaga dan memelihara kehidupan kerukunan antarumat beragama di Indonesia . *** Referensi : https://monitor.co.id/humaniora/ keagamaan/kemenag-gelar-dialogagama-bahas-kehidupan-beragama-diindonesia/ https://nasional.sindonews.com/ read/1366397/15/kemenag-gelar-dialogagama-bahas-kehidupan-beragama-diindonesia-1545986864


Ketua Umum NSI Sebagai Pembahas RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Buddha

S

enin, 05 November 2018, bertempat di Hotel Mercure Jakarta Kota di Jalan Hayam Wuruk No.123 RT.4/RW.6 Mangga Besar, Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha menyelenggarakan kegiatan revie regulasi ditjen Bimas Buddha dengan agenda Pembahasan tentang Rancangan Undangundang (RUU) Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Buddha. keegiatan tersebut diikuti oleh kurang lebih 60 orang dari pegawai Ditjen Bimas Buddha serta ketua Umum dan perwakilan dari Majelis-majelis Agama Buddha. Pada kesempatan ini Ketua Umum NSI, M.P.U Suhadi Sendjaja memberikan masukan yang konstruktif dan

proporsional, M.P.U Suhadi Sendjaja menyampaikan bahwa usaha untuk menjadikan pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan mendapatkan perhatian dari negara. Rancangan yang masih ada sekarang ini memandang perlu untuk melakukan kajian secara menyeluruh, dan bahwa RUU Pesantren dan Keagamaan tidak hanya membahas terkait pendidikan agama Islam. Sebab, saat ini Kemenag lebih berfokus pada pesantren dan pendidikan keagamaan Islam. Namun sebenarnya tugas Kemenag harus lebih luas dari pesantren dan pendidikan keagamaan Islam RUU tersebut juga mengatur terkait agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu yang juga ikut menyelenggarakan. Kajian

tersebut harus dilakukan sesuai dengan prinsip persamaan dan kemudian tidak diskriminatif. Karena selama ini pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan belum memiliki pengakuan negara melalui payung hukum setingkat UU dan selama ini pesantren dan pendidikan seperti Sekolah Minggu dan Dhammasekka hanya ditempatkan dalam kategori lembaga pendidikan informal dan/atau nonformal. Pengakuan pemerintah terhadap pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya nanti akan berimplikasi terhadap kewajiban negara untuk memfasilitasi untuk lembaga pendidikan ini. Rancangan Undang-undang (RUU) Pesantren dan Pendidikan Keagamaan dikaji ulang

Samantabadra | Februari 2019

23


secara menyeluruh. RUU tersebut tidak saja terkait agama Islam, tapi juga terkait pendidikan agama lainnya yang ada di Indonesia. Khususnya dalam Ditjen Bimas Buddha, di setiap langkah-langkah yang diambil harus memiliki kandungan makna yang memiliki/bersifat nilainilai Buddhis. Misalnya Membudayakan dan menghidupkan kembali budaya Pesantren. Karena sebenarnya Pesantren berasal dari bahasa Pali, Ssansekerta dan cara hidup orang-orang di pesantren diadaptasi/berasal dari cara hidup orang-orang yang tinggal di Vihara, seperti bangun pagi, kemudian belajar agama, hidup disiplin, melakukan kegiatan kebersihan, dan lain-lain. Sehingga Ditjen Bimas Buddha bersamasama dengan majelis-majelis agamaBuddha harus samasama mengaktifkan kembali budaya hidup seperti itu di Vihara majelis-majelis agama masing-masing. Selain itu juga dalam pengkajian harus harus digali literatur-literatur serta 24

Samantabadra | Februari 2019

istilah-istilah Agama Buddha untuk menghidupkan kembali budaya pesantren. Mempelajari sejarah agama buddha bagaimana agama buddha masuk ke Nusantara melalui kerajaan-kerajaan Agama Buddha di Indonesia. Sehingga betul-betul jikan nantinya akan menjadi UU tidak bertentangan dengan pembentukan satu sistem pendidikan yang dimaksudkan dalam UUD 45. Ini perlu semua pihak duduk melakukan pembahasan, sehingga dengan demikian ketika sudah ada perbaikan/kajian yang tepat, undang-undang ini nantinya justru muncul memberikan kemaslahatan atau kegunaan bagi kehidupan bergama itu. ***


Ketua Umum NSI Menghadiri Resepsi Pelantikan Bupati Bogor 2019-2024

P

ada tanggal 3 Januari 2019, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja diundang untuk menghadiri acara ramah tamah Bupati Bogor Terpilih 20192023, Hj. Ade Yasin dan wakilnya Iwan Setiawan. Sebelumnya Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, melantik Bupati dan Wakil Bupati Bogor terpilih Hj. Ade YasinIwan Setiawan hasil Pilkada Serentak tahun 2018, di Aula Barat, Gedung Sate Bandung, Minggu, 30 Desember 2018. Kiranya dengan terpilihnya Bupati Bogor yang baru dapat semakin menjalin komunikasi dan kemitraan yang baik dengan seluruh stakeholders, jajaran Forkopimda, tokoh- tokoh masyarakat, dan tokoh- tokoh agama untuk menjaga stabilitas politik, keamanan dan ketertiban masyarakat, serta membangun konsolidasi intern Pemerintahan Daerah dengan para ASN agar tugas- tugas Pemerintahan Daerah terutama pelayanan publik di Kabupaten Bogor supaya dapat terus berjalan optimal. Serta membudayakan bekerja cerdas dalam mewujudkan target dan program pembangunan daerah serta manfaatkan kemajuan teknologi digital untuk percepatan pembangunan. Juga untuk seluruh aparatur pemerintah dapat bekerja sesuai aturan perundang-undangan dan menjaga penuh integritas. Yaitu dengan mencegah dan memberantas segala bentuk ketidakjujuran, korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi, dan lain sebagainya serta selalu menjaga tiga nilai utama sebagai seorang penyelenggara

negara, yakni integritas, jiwa melayani sepenuh hati, dan profesionalisme. Kegiatan ramah tamah ini diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan silaturahmi, sekaligus memupuk rasa kebersamaan baik diantara unsur pemerintah dan masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun baru dalam membangun hari esok yang lebih baik. Ramah Tamah ini juga dihadiri seluruh OPD Pemkab Bogor dan jajaranya, tokoh agama, tokoh pemuda, LSM, dan seluruh elemen masyarakat serta tamu undangan lainya. *** Referensi : https://news.okezone.com/read/2018/12/30/525/1997813/ gubernur-jabar-lantik-bupati-wakil-bupati-bogor-2018-2023

Samantabadra | Februari 2019

25


ajaran

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Memahami Hakikat Hukum Syoho Jisso Surat Balasan kepada Syijo Kingo

Latar Belakang

S

urat ini ditulis pada bulan tujuh tahun 1275 (Kenji 1) sebagai balasan surat Syijo Kingo yang menjelaskan bahwa ia telah melakukan perdebatan hukum dengan bhikku sekte lain mengenai Ajaran Hukum Syoho Jisso. Surat balasan ini menjelaskan betapa pentingnya Ajaran Hukum Syoho Jisso.

26

Samantabadra | Februari 2019

Pada waktu itu sekte Tien-tai telah membengkokan arti Ajaran Hukum Kai-e serta menegakkan makna sesat dengan mencampuradukan Ajaran Sementara dengan Ajaran Sesungguhnya. Surat ini mengecam kesalahan makna tersebut dan memberi bimbingan mengenai sikap dalam menjalankan perdebatan hukum.


Isi Gosyo

S

aya gembira sekali menerima utusan yang dikirim di kala sibuk. Dan juga, 50 buah jeruk dan uang 5 kanmon telah diterima dengan baik. Di dalam surat Anda tertulis bahwa pada tanggal 16 yang lalu, ketika bertemu salah seorang bhikku, Anda telah mendiskusikan makna Ajaran Hukum Syoho Jisso. Saddharmapundarika-sutra adalah tujuan kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia ini. Hukum Dasar Pokok yang memberi Pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, pada kesimpulannya sama sekali tiada lainnya, kecuali keempat aksara “Syoho-Ji-sso” ini. Oleh karena itu, yang diwariskan oleh Mahaguru Dengyo dengan melewati gelombang puluhan ribu mil adalah kalimat ini, yaitu, “Sebait kalimat yang mengandung seluruh makna dengan lengkapnya adalah Syoho Jisso.” Ajaran hukum Kai-E menurut sekte Tien-tai sekarang bermakna sesat karena keliru memahami teori kalimat sutra di atas. Hanya dengan mempertahankan Saddharmapundarikasutra (Gohonzon) dan menyebut Nammyohorengekyo, serta hanya percaya kalimat sutra, “dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Sementara dan hanya membabarkan jalan yang teragung” inilah yang disebut hukum ajaran Kai-E dari Syoho Jisso. Untuk itu, Saddharmapundarika-sutra dibabarkan dengan menjadikan Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa sebagai saksi. Dengan pemahaman seperti itu, hendaknya Anda setiap saat merenungkan keempat aksara “Syo-ho-Ji-sso”. Mungkinkah mencampurkan racun ke dalam obat yang manjur secara sengaja? Dapatkah mengambil air sungai dari dalam laut? Bulan muncul pada malam hari, matahari terbit pada siang hari? Hal-hal semacam ini tidak perlu diperdebatkan lagi. Untuk selanjutnya, hendaknya tanya jawab dilaksanakan dengan pengertian demikian. Akan tetapi, jangan sekali-kali melakukan perdebatan yang bertele-tele. Kalau orang tersebut bertanya melebihi hal di atas, hendaknya dengan wajah tersenyum berulang kali menjawab, “Hendaknya Anda bertanya jawab dengan guru saya, Niciren.” Karena menulis Perihal Ajaran Hukum, Saya tidak dapat menyatakan terima kasih atas kesungguhan hati terhadap sumbangan Anda, tetapi setulus hati merasakan terima kasih. Hal-hal yang yang lebih terinci akan diterangkan dengan sungguh hati di kemudian hari. Tanggal 22 bulan 7 tahun 1275 (Kenji pertama) Surat balasan kepada Syijo Nakacekasa Saemon-no-jo. tertanda, Niciren Samantabadra | Februari 2019

27


Kutipan Gosyo

1

Saddharmapundarika-sutra adalah tujuan kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia ini. Hukum Dasar Pokok yang memberi Pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, pada kesimpulannya sama sekali tiada lainnya, kecuali keempat aksara “Syo-ho-Ji-sso” ini.

GM

Keterangan : Di dalam Saddharmapundarika-sutra ditunjukkan dan dijelaskan mengenai pencapaian Kesadran Buddha bagi Dwiyana, pencapaian Kesadaran Buddha bagi Putri Naga dan pencapaian Kesadaran Buddha bagi Devadatta. Dengan demikian, seluruh umat manusia tanpa terkecuali dapat mencapai Kesadaran Buddha. Maksud pokok kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia saha ini sebenarnya adalah agar seluruh umat manusia menemukan dan menerima suasana jiwa Buddha. Oleh karena itu, Saddharmapundarika-sutra yang membabarkan pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, merupakan tujuan kehadiran Sang Buddha di dunia ini. Teori dasar pokok pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia terkandung di dalam keempat kata “Syoho Jisso”. Kalau begitu, apakah yang dimaksud Ajaran Hukum Syoho Jisso? Syoho berarti seluruh keberadaan di alam semesta serta menunjukkan segala gejala. Wajah keadaan

28

Samantabadra | Februari 2019

seadanya dari syoho ini adalah wajah sesungguhnya yang disebut sebagai jisso. Mahaguru Tien-tai menjadikan kalimat junyo jisso dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, yaitu, “nyoze so, nyoze syo, nyoze tai, nyoze riki, nyoze sa, nyoze in, nyoze en, nyoze ka, nyoze ho, dan nyoze honmacekukyoto” sebagai dasar pokok untuk menyusun filsafat Icinen Sanzen secara sistematik. Dan Icinen Sanzen ini adalah jisso dari syoho. Diterangkan bahwa intisari dari segala keberadaan adalah Icinen Sanzen. Masing-masing umat dari Sepuluh Dunia yang di dalam Sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra dijelaskan sebagai satu badan pokok yang masingmasing berbeda dari segi akar pokoknya di sini untuk pertama kalinya dibukakan jalan untuk menjadi Buddha. Akan tetapi, bagaimanapun sumber pokok kehadiran seluruh jiwa adalah Icinen Sanzen, dan dari segi akar pokoknya tidak ada perbedaan antara keberadaan sebagai Buddha maupun sebagai manusia. Namun demikian hal ini masih secara teoritis. Dalam sumber pokok jiwa Icinen Sanzen yang dibabarkan oleh Mahaguru Tien-tai, Niciren Daisyonin menjelaskan dengan terang kehadiran tegas Hukum Tunggal yang disebut Nammyohorengekyo yang menggerakkan dan menggetarkan jiwa Icinen Sanzen ini. Dan inilah sumber pokok Syoho Jisso (wajah sesungguhnya dari


segala apapun yang ada di alam semesta). Juga menunjukkan bagaimana dapat mencapai dan mewujudkan Dunia Buddha secara nyata. Di dalam Surat Syoho Jisso dikatakan, “Yang disebut sebagai Wajah Sesungguhnya (jisso) adalah nama lain dari Myohorengekyo. Berarti, segala Gejala Hukum (syoho) adalah Myohorengekyo. Mahaguru Tien-tai berkata, “Teori mendalam dari Wajah Sesungguhnya adalah Myohorengekyo yang ada sejak asal mula, dan lain-lain.” Makna penjelasan ini adalah istilah “Wajah Sesungguhnya” adalah berpusat pada Ajaran Bayangan, sedangkan ‘Myohorengekyo yang ada sejak asal mula’ adalah Ajaran Hukum berdasarkan Ajaran Pokok.” (Gosyo, hal 1359). Dengan demikian, hukum sumber pokok yang berupaya agar seluruh umat manusia semuanya dapat memasuki jalan yang setara dengan Buddha atau kebahagiaan mutlak adalah Nammyohorengekyo.

dengan membaca dan menyebut berbagai sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, menyembah Buddha yang bagaimanapun, pada hakikatnya suasana penyerahan jiwanya adalah sama, dan dikatakan di dalamnya tidak ada perbedaan unggullemah. Niciren Daisyonin memecahkan hal itu berdasarkan teori dan juga pelaksanaan, menjelaskan bahwa ajaran-hukum Kai-e dari syoho jisso yang sesungguhnya adalah mempertahankan Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti, dan membuang seluruh ajaran-hukum lainnya. Tepatnya, hanya dengan percaya kepada Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo sesuai dengan Hukum Syoho Jisso. Di sini akan akan dijelaskan maksud Kai-e yang sesungguhnya. Kalimat Sutra yang telah dibabarkan Buddha Sakyamuni dikatakan berjumlah 80.000 gudang hukum, suatu angka yang amat besar. Akan tetapi, kalau digolongkan berdasarkan isinya, sutra-sutra itu terbagi ke dalam Hanya dengan mempertahankan tiga kelompok. Yang pertama adalah Saddharmapundarika-sutra sutra-sutra yang membabarkan Dwiyana, (Gohonzon) dan menyebut Sravaka dan Pratekyabuddha, sebagai Nammyohorengekyo, serta hanya percaya tujuan hidup manusia. Kedua, sutrakalimat sutra “dengan tulus dan jujur sutra yang menjelaskan bahwa mencapai membuang Ajaran Sementara dan hanya keboddhisatvaan merupakan kehidupan membabarkan jalan yang teragung”. yang tertinggi. Dan yang ketiga, sutra-sutra yang menunjukkan bahwa pencapaian Keterangan : Kesadaran Buddha merupakan tujuan yang Pada waktu itu, Sekte Tien-tai telah hakiki, serta menjelaskan teori mendasar terjerumus ke dalam makna sesat, yaitu untuk menjadi Buddha. Dengan demikian, mengacaukan pengertian Ajaran Sementara yang pertama adalah kelompok yang dan Ajaran Sesungguhnya mengenai bahwa mengutamakan sutra-sutra Hinayana, yang berdasarkan Saddharmapundarika-sutra kedua kelompok yang berpusat pada sutrayang sudah dibuka keampuhannya (kai-e), sutra Semi Mahayana, kelompok ketiga adalah Saddharmapundarika-sutra.

2

Anak Cabang

Samantabadra | Februari 2019

29


Jika demikian, di manakah letak maksud pokok dari Buddha Sakyamuni? Di dalam Bab II Saddharmapundarika-sutra, Bab Upaya Kausalya, dikatakan sebagai berikut, “Karena para Buddha yang dihormati di dunia telah hadir di dunia ini dengan membawa sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting. Wahai Sariputra, mengapa Saya katakana, bahwa para Buddha yang dihormati di dunia telah hadir di dunia ini dengan membawa sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting? Hal itu karena para Buddha yang dihormati di dunia bermaksud agar umat manusia membuka jiwa untuk melihat dan mengetahui Buddha yang berada dalam diri sendiri. Karena berkehendak agar jiwa menjadi suci dan bersih, maka hadir di dunia ini. Karena Buddha ingin agar umat manusia mewujudkan melihat dan mengetahui Buddha di diri sendiri, maka hadir di dunia ini. Agar semua umat manusia mendapat kesadaran melihat dan mengetahui Buddha di dalam diri sendiri, maka hadir di dunia ini. Berkehendak agar seluruh umat manusia memasuki Jalan Buddha dengan melihat dan mengetahui Buddha, maka hadir di dunia ini. Wahai Sariputra, sebabnya mengapa para Buddha itu hadir di dunia ini hanya karena membawa sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting.� Sesuai dengan kutipan di atas, maksud pokok Sang Buddha tentu saja adalah untuk membuka, menunjukkan, dan menyadarkan jiwa Buddha yang telah dicakup sejak awal mula di dalam jiwa seluruh umat manusia dan kemudian memasuki Jalan jiwa Buddha tersebut. Oleh karena itu, kalau 30

Samantabadra | Februari 2019

membandingkan unggul lemahnya ketiga jenis kelompok sutra yang disebut di atas, maka yang membabarkan maksud pokok Buddha Sakyamuni yang sebenarnya adalah Saddharmapundarika-sutra; sehingga sutrasutra lainnya harus dibuang. Akan tetapi, maksud pokok Sang Buddha di sini adalah memberi Kesadaran Buddha kepada seluruh umat manusia. Berpijak pada pengertian ini, kalau meninjau kembali makna pokok kalimat sutra kelompok kesatu dan kedua, dapatlah dipahami bahwa sutra-sutra tersebut pada hakikatnya dibabarkan demi membimbing umat manusia menuju pencapaian kesadaran Buddha. Dengan demikian, arti pokok sutrasutra yang telah dibabarkan dari berbagai sudut, dibuka dan diwujudkan berdasarkan sutra yang lebih dalam, yaitu Saddharmapundarika-sutra, sehingga akhirnya dapat bertemu dengan Saddharmapundarika-sutra. Inilah yang dimaksud dengan Kai-E menurut Saddharmapundarika-sutra. Dalam hal ini berlaku teori sotaimyo (perbandingan relatif), yaitu perbandingan unggul rendah masing-masing sutra untuk mengetahui perbedaannya. Sedangkan teori zettaimyo (perbandingan mutlak) berarti pemahaman bahwa seluruh sutra lainnya diterangkan untuk Saddharmapundarika-sutra. Kalau berpijak pada pendirian zettaimyo ini, sekalipun pembabaran berbagai sutra beraneka ragam, makna arti semuanya setara dengan Saddharmapundarika-sutra, dapat dikatakan satu rasa sama rata. Di sini, yang harus diperhatikan adalah bahwa meskipun dikatakan


dengan Kai-e arti pokok sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra menjadi jelas, namun karena tetap tidak berubah, betapapun sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra merupakan pandangan sebagian. Membahas pandangan sebagian itu sesuai dengan keadaannya tersebut adalah perbandingan sotaimyo, akan tetapi bila menyimpulkan pandangan sebagian ini dalam pandangan keseluruhan, itulah zettaimyo, yakni menjadi Kai-e. Oleh karena itu, sekalipun telah menjadi Kai-e bila berpendapat bahwa sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra sama dan setara dengan Sadharmapundarika-sutra, sungguh merupakan suatu kesalahan. Betapapun juga, pandangan sebagian tidak dapat begitu saja dijadikan pandangan keseluruhan. Para penganut Sekte Tien-tai semasa hidup Niciren Daisyonin salah memahami teori mendasar Kai-e ini. Mereka berpendapat bahwa setelah Kai-e, baik sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra maupun Saddharmapundarika-sutra itu sendiri menjadi sama dan setara. Menanggapi kekeliruan ini, Niciren Daisyonin menyatakan bahwa dasar pokok dari Kai-e betapapun harus berpusat pada Saddharmapundarika-sutra. Terlebih dari itu, Beliau juga menerangkan bahwa pelaksanaan pertapaan yang dengan sungguh-sungguh percaya “dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Sementara dan hanya membabarkan Jalan yang Teragung�, merupakan Ajaran Hukum Kai-e yang sesungguhnya. Mengenai ini, mungkin

timbul pikiran bahwa hal ini menyerupai pendirian sotaimyo. Namun demikian, dipandang dari sudut lain mengenai Kai-e, bagaimanapun seluruh sutra terdapat dalam Saddharmapundarika-sutra, maka dalam pertapaan sudah sewajarnya bila mengambil inti yang terpokok. ***

Samantabadra | Februari 2019

31


32

Samantabadra | Februari 2019


Gosyo Cabang

Surat Perihal Dua Macam Hati Kepercayaan: Api & Air Surat Balasan kepada Ueno-dono | Zensyu halaman 1544

Latar Belakang

S

urat ini ditulis tanggal 25 bulan 2 tahun Kenji ke-4 (1278) ketika Niciren Daisyonin berusia 57 tahun dan merupakan jawaban kepada Nanjo Tokimitsu. Surat aslinya kini sudah tak ada lagi. Sejak musim kemarau tahun lalu terjadi bencana kelaparan karena kekeringan melanda masyarakat, bahkan sejak musim gugur penyakit menular mulai berjangkit.

Dalam keadaan demikian parah, Nanjo Tokimitsu memikirkan kehidupan Niciren Daisyonin di Gunung Minobu, maka ia mengirim berbagai sumbangan. Sambil memuji sikap hati kepercayaan dan ketulusan hati Tokimitsu yang tidak berubah dalam keadaan apapun, Niciren Daisyonin menunjukkan adanya dua sikap hati percaya: ”Seperti api” dan “Seperti air”. Beliau mengajarkan, hati percaya seperti air mengalir sangatlah penting dan agung.

Samantabadra | Februari 2019

33


Isi Gosyo

T

elah diterima talas kecil, serenceng buah kesemek kering, beras panggang, buah kastanye, rebung dan setabung cuka. Pernah ada seorang raja di India, yaitu Maharaja Asoka. Saat itu seperempat dunia ini telah berada dalam genggamannya serta dengan mengendalikan raja naga ia dapat menurunkan hujan sekehendak hatinya. Ia juga menggunakan ‘ki’ sebagai pembantunya. Mulanya ia adalah seorang raja buruk, tapi kemudian setelah menganut Hukum Buddha, tiap hari ia menyumbang kepada 60.000 orang Bhiksu dan mendirikan stupa batu sejumlah 84.000 buah. Bila meninjau masa lampau Maharaja ini, ketika masa Buddha Sakyamuni hidup ada dua orang anak kecil bernama Tokusyo Doji (Sri Sambhava) dan Musyo Doji. Dua anak kecil ini menyumbang kue moci tanah kepada Buddha. Berkat sikap pelaksanaan karunia kebajikan tersebut, 100 tahun kemudian terlahir sebagai Raja Asoka. Meskipun Buddha adalah seorang yang dihormati, jika dibandingkan dengan Saddharmapundarika-sutra terdapat perbandingan unggul-rendah bagaikan perbandingan kunang-kunang dengan matahari dan bulan. Perbandingan tinggi rendahnya dapat juga dikatakan sebagai langit dan bumi. Bila dengan menyumbang Sang Buddha saja sudah memperoleh kurnia kebajikan sebesar itu, apalagi bila menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra! Sumbangan kue moci dari tanah saja mempunyai kurnia kebajikan seperti ini; apalagi (Anda) telah menyumbang bermacam-macam buah-buahan. (Ketika Sri Sambhava dan Musyo Doji menyumbang kue moci pasir kepada Buddha) negerinya tidak mengalami kelaparan. Sekarang, seluruh negeri mengalami kelaparan. Jika memikirkan hal ini, bagaimana mungkin Buddha Sakyamuni, Buddha Prabutaratna, Dasaraksasi tidak melindungi (Anda)? Sekarang, ada orang yang percaya kepada Saddharmapundarika-sutra. Ada yang percaya seperti api dan ada juga yang percaya seperti air mengalir. Yang disebut orang percaya pintu hukum seperti api, ketika mendengar pikirannya berkobar seperti api. Namun, sejalan berlalunya waktu, timbul perasaan hati ingin membuangnya. Yang disebut orang percaya seperti air menunjukkan percaya tanpa hati ingin mundur. Anda, kapanpun selalu tidak mundur mengunjungi Niciren. Maka, Anda menjalankan kepercayaan seperti air mengalir. Hal ini agung sekali, agung sekali.

34

Samantabadra | Februari 2019


Apakah benar ada orang sakit dirumah Anda? Meskipun hal itu benar, tak mungkin adalah perbuatan ‘ki’. Mungkinkah Dasaraksasi menguji bagaimana hati kepercayaan Anda. Jika ‘ki’ yang benar adalah ‘ki’ baik, maukah menyusahkan hati pelaksana Saddharmapundarikasutra dengan memecahkan kepalanya sendiri? Jalankanlah dengan kepercayaan yang mendalam bahwa Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra tidak mungkin membual.

Disampaikan dengan hormat. Tanggal 25 bulan 2 Surat Jawaban kepada Ueno Dono Tertanda, Niciren

Samantabadra | Februari 2019

35


Kutipan Gosyo

1

Mulanya ia adalah seorang raja buruk, tapi kemudian setelah menganut Hukum Buddha, tiap hari ia menyumbang kepada 60.000 orang Bhiksu dan mendirikan stupa batu sejumlah 84.000 buah. Keterangan : Pada awal surat dikutip legenda bahwa Raja Asoka pada masa lampau adalah Sri Sambhava dan Musyo Doji. Karena karunia kebajikan menyumbang kue moci tanah kepada Buddha, maka ia terlahir sebagai Maharaja. Dengan membandingkan antara Buddha Sakyamuni dengan Saddharmapundarika-sutra diuraikan, sumbangan kepada Sang Buddha saja sudah terdapat karunia kebajikan demikian besar, apalagi besarnya karunia kebajikan Tokimitsu yang menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) tidaklah dapat diukur. Mengenai perbandingan barang sumbangan, menyumbang kue moci tanah saja sudah mendapat karunia kebajikan sedemikian besar, karena itu karunia kebajikan sumbangan talas kecil dan rencengan buah kesemek, pasti jauh lebih besar. Terlebih lagi jika ditinjau situasi yang ada. Ketika orang-orang semasa hidupnya Buddha Sakyamuni tidak sedang dilanda bencana kelaparan, dibandingkan dengan yang sedang mengalami bencana kelaparan semasa hidupnya Buddha Niciren Daisyonin

36

Samantabadra | Februari 2019

waktu itu, diuraikan betapa besar karunia kebajikan Tokimitsu. Maharaja Asoka adalah raja ketiga Dinasti Maurya di India. Ia membangun masa kejayaan dinasti tersebut. Masa pemerintahannya diperkirakan pada tahun 268 - 232 SM. Sejak kecil ia bersikap kasar dan memiliki badan kuat. Karena itu ia tidak disayangi ayahanda raja. Setelah ayahanda raja meninggal dalam perebutan tahta kerajaan, Asoka banyak membunuh saudara-saudara tirinya, membunuh para menteri serta wanita. Kelakuannya benarbenar kejam. Ia lalu dijuluki “Raja Asoka yang kejam dan lalim”. Karena itulah, dalam isi surat dikatakan: “Mulanya ia raja buruk”. Tapi ia unggul dalam strategi perang, hingga ia berulang kali memenangkan perang atas musuh-musuhnya. Karena itu, ia menjadi Maharaja dan menguasai empat penjuru negeri, seperti dikatakan “seperempat dunia ini telah berada dalam genggamannya”. Seiring berjalannya waktu, ia merenungkan, meninjau dan mengubah kekejamannya itu. Ia kemudian mengikuti Hukum Buddha dan menjalankan pemerintahan yang baik berdasarkan maitri karuna. Ia berjuang untuk membangkitkan Hukum Buddha dengan “tiap hari menyumbang kepada 60.000 orang Bhiksu” dan “mendirikan stupa batu sejumlah 84.000 buah”. Baktinya kepada Hukum Buddha amatlah besar. Selain menyumbang Stupa


untuk reliks Buddha Sakyamuni, ia juga mengutus para bhiksu ke-4 penjuru untuk menyebarluaskan Hukum Buddha, Beliau juga jadi pelindung bagi 1000 orang Bhiksu yang berkumpul pada Konsili Agama Buddha ke-3 untuk mengumpulkan Sutrasutra dan sastra Hukum Buddha. Mengenai asal-usul lahirnya Raja Asoka dikeluarga raja diuraikan dalam Sutra Fuhozo dan lainnya. Raja Asoka, pada masa lampau adalah Sri Sambhava. Sri Sambhava adalah seorang anak yang menyumbang kue moci tanah pada Buddha Sakyamuni yang sedang melakukan pertapaan mengemis makanan di Rajagriha. Suatu ketika Buddha Sakyamuni lewat disebuah jalan raya, dua orang anak Sri Sambhava dan Musyo Doji sedang bermain tanah. Sri Sambhava melihat sinar keemasan terpancar dari tubuh Sang Buddha yang menyinari benteng istana. Ia merasa sangat gembira, hingga menyumbang kue moci tanah kedalam bokor tempat meminta makanan Sang Buddha. Buddha Sakyamuni meramalkan, 100 tahun setelah Beliau moksya, anak tersebut akan terlahir kembali sebagai Raja Asoka dan percaya terhadap Hukum Buddha. Ia juga akan menjadi Raja Cakravarti yang membangun 84.000 stupa dan menyumbang stupa tempat menyimpan reliks. Sesuai ramalan itu, dikatakan “pada 100 tahun kemudian” terlahir sebagai maharaja Raja Asoka. Disini diuraikan barang sumbangan Sri Sambhava adalah kue moci tanah yang tak dapat dimakan, namun, karena sumbangan tersebut berasal dari hati nurani yang mendambakan kesempatan untuk menjadi

sebab karunia, maka ia mendapat imbalan besar. Sedang sumbangan Nanjo Tokimitsu, berupa berbagai buah dan beras panggang, disumbang dengan ketulusan hati yang tak berbeda, tapi jauh lebih unggul dalam mutu barang. Ia menyumbang dengan sikap: “meskipun jawawut ringan, tapi karena berusaha sepenuhnya sesuai dengan apa yang dimiliki dan sesuai kisah ladangnya yang unggul, maka mendapatkan imbalan unggul” (Gosyo Zensyu halaman 1511). Karena obyek yang disumbang agung, maka telah menerima karunia kebajikan besar. Juga dikatakan: “Meskipun Buddha adalah seorang yang dihormati. Jika dibandingkan dengan Saddharmapundarikasutra…..”. Berarti perbandingan antara Buddha Sakyamuni (manusia) sebagai “Buddha sementara yang dihias-hias” dengan Saddharmapundarika-sutra (hukum pokok) yang menetap secara kekal sejak asal mula (Honmu Joju), maka dikatakan “bagaikan kunang-kunang dengan matahari dan bulan” dan “tinggi rendahnya bagaikan langit dan bumi”. Melalui perbandingan ini diuraikan, yang unggul adalah hukumnya, sedangkan manusianya rendah. Meskipun disebut Buddha, namun yang menjadi guru adalah hukum, hukum adalah dasar pokoknya. Maka seperti dikatakan, “Dengan menyumbang Sang Buddha memperoleh karunia kebajikan seperti itu, apalagi bila menyumbang pada Saddharmapundarika-sutra.” Berarti, karunia kebajikan menyumbang Saddharmapundarika-sutra yang lebih unggul daripada Buddha Sakyamuni, besar dan luasnya tidak dapat diukur. Samantabadra | Februari 2019

37


Di sini jika dibaca setahap lebih mendalam, Niciren Daisyonin adalah wujud nyata dari prinsip: Hukum adalah Manusia dan Manusia adalah Hukum, atau Tathagata Jijuyuhosyin masa lampau tidak berawal dan Kemanunggalan Manusia dan Hukum. Karena Kemanunggalan Manusia dan Hukum, maka sumbangan Nanjo Tokimitsu dikatakan, “Sumbangan kepada Saddharmapundarika-sutra”, serta pada masa Sri Sambhava hidup orang-orang tidaklah dilanda kelaparan. Memang, tentu saja kue moci tanah itu tidak ada hubungannya dengan rasa lapar, karena Buddha Sakyamuni menerima berbagai sumbangan dari orang banyak. Jika sumbangan Tokimitsu dibandingkan dengan hal tersebut, maka barangbarang yang disumbangkan itu sangat berharga bagi Tokimitsu sendiri maupun keluarganya mengingat waktu itu sedang terjadi bencana kelaparan. Ketulusan hati menyumbang itu sungguh luar biasa. Juga, sumbangan itu sendiri mempunyai makna agung dalam menunjang jiwa Niciren Daisyonin yang menerimanya. Maka, karunia kebajikan itu tak dapat terhitung. Mengenai sumbangan ada bermacam jenis, seperti dana paramita, dana dharma dan sebagainya. Namun, baik dana paramita maupun dana dharma, dengan adanya icinen yang penuh getaran hati kepercayaan murni, seluruhnya menjadi akar kebaikan dan karunia kebajikan yang akan mencemerlangkan jiwa dan kehidupan kita menjadi penuh dengan karunia kebajikan.

38

Samantabadra | Februari 2019

2

Sekarang, ada orang yang percaya pada Saddharmapundarika-sutra. Ada yang percaya seperti api dan ada juga yang percaya seperti air mengalir. Keterangan: “Sekarang” berarti masa Akhir Dharma sekarang ini. Terdapat berbagai jenis manusia di antara orang-orang yang percaya Hukum Buddha Niciren Daisyonin sebagai Hukum Sakti. Sikap kepercayaannya itu garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu “seperti api” dan “seperti air”. Namun ditekankan pentingnya hati kepercayaan seperti air. Kepercayaan seperti api diuraikan, “ketika mendengar, pikirannya berkobar seperti api. Tapi, sejalan berlalunya waktu timbul perasaan hati ingin membuangNya”, itu menunjukkan hati kepercayaan yang mudah memanas, tapi tiada kesinambungannya. Dalam Surat Perihal Mendengarkan Ceramah juga diuraikan: “Maksudnya seperti api, ketika mendengar sutra ini bagaikan api berkobar dan perasaan hatinya agung serta sungguh ingin percaya. Namun, makin lama makin padam. Waktu itu kelihatannya hati kepercayaannya kuat, tapi api hati percaya seperti itu mudah padam” (Gosyo Zensyu hal. 841). Pada masyarakat umum juga dikatakan, ”mudah menjadi panas, mudah menjadi dingin.” Maksud hati percaya seperti api, adalah keadaan pada saat penuh gairah seperti berkobarnya api, menyebut Daimoku dengan serius, dan menjalankan penyebarluasan hukum dengan giat. Tapi, lambat laun sejalan


berlalunya waktu, hati kepercayaannya pun hilang seperti api padam, keadaannya pun jadi mundur. Apalagi hati percaya seperti api tersebut, saat sedang berkobar kadang kala menjadi sikap percaya membabi-buta atau kepercayaan yang terlalu fanatik. Kepercayaan seperti ini akhirnya menimbulkan tingkah laku tidak wajar hingga dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap Hukum Buddha yang pada akhirnya berakibat lebih merendahkan hukum. Timbulnya “hati yang ingin membuang” dengan berlalunya waktu tentu tak dapat dikatakan: “berhati teguh”. Harus dengan kekuatan kesadaran sendiri yang keras, mawas diri dan menguasai diri sendiri, meneruskan hati kepercayaan tanpa mundur, itulah sikap pelaksanaan hati kepercayaan yang teguh. Apalagi dalam pertapaan Jalan Kebuddhaan, seperti diuraikan dalam Gosyo: “Menerima mudah, mempertahankan sukar. Tapi pencapaian kesadaran Buddha terletak pada mempertahankan” (Gosyo Zensyu hal. 1136). Karena itu, dasar pokok terpenting untuk mencapai Jalan Kebuddhaan adalah mempertahankan kesinambungan seumur hidup dalam menjalankan hati kepercayaan. Disini diajarkan pentingnya menjalankan hati kepercayaan bagai mengalirnya air. Meski dikatakan “seperti air”, bukan berarti seperti air yang berhenti mengalir di kolam yang keruh, tapi seperti yang dikatakan “selalu tidak mundur”, menunjukkan sikap hati kepercayaan bagai air mengalir secara tetap tanpa henti sedikitpun. Seperti yang diuraikan dalam Surat Perihal Mendengarkan Ceramah: “Yang disebut

pelaksanaan seperti air adalah seperti air mengalir siang-malam tanpa henti, sedikit pun tak pernah beristirahat. Demikianlah, orang yang percaya Saddharmapundarikasutra seperti itu dikatakan sebagai pelaksana seperti air” (Gosyo Zensyu hal. 841). “selalu tidak mundur” merupakan kunci penting untuk senantiasa maju berkesinambungan. Untuk itu jadikanlah Hukum Buddha sebagai darah daging diri sendiri. Karena semangat Hukum Buddha dan ajaran Niciren Daisyonin jika benarbenar dipahami dalam diri sendiri, meskipun berdiri seorang diripun takkan menjadi mundur atau berhenti. Nanjo Tokimitsu bukan hanya melindungi saat Niciren Daisyonin hidup, setelah Niciren Daisyonin wafat pun, ketika lima Bhiksu senior menyelewengkan hukum, ia pun melindungi Nikko Syonin, Bhiksu Tertinggi ke-2. Sebagai seorang penganut awam utama ia merupakan teladan dalam menjalankan hati kepercayaan dan turut mendirikan Kuil Pusat Taiseki-ji. Sikap seperti ini benar-benar merupakan “hati kepercayaan bagaikan air”. Dalam Surat Perihal Orang Arif yang Tertimpa Berbagai Penganiayaan terbaca: “Bulan demi bulan, hari demi hari , perkuatlah hati kepercayaan. Sedikit saja hati lengah, iblis akan mendapat kabar akan hal itu”. (Gosyo Zensyu hal. 1190). Pelaksanaan hati kepercayaan yang baik dapat dikatakan perang melawan iblis setiap kejapnya. Kita harus bersikap memecahkan atau mematahkan rintangan iblis. Sikap tersebut harus kita miliki sejak kemarin, hari ini dan esok. Kita harus sungguh-sungguh maju Samantabadra | Februari 2019

39


dengan keinginan hati yang berinisiatif menuntut, hingga jiwa kita lebih maju dan berkembang. Inilah hati kepercayaan bagai air mengalir. Dan juga dikatakan: “Pelaksana seperti api memang banyak, tapi pelaksana seperti air sedikit”. (Gosyo Zensyu hal. 841). Maka “Kapanpun selalu” berarti diharapkan dapat meneruskan hati kepercayaan bagai air mengalir dengan sikap hati percaya yang kokoh seumur hidup.

3

Apakah benar ada orang sakit di rumah anda ? Meskipun hal itu benar, tak mungkin adalah perbuatan ‘ki’. Mungkinkah Dasaraksasi menguji bagaimana hati kepercayaan Anda. Keterangan: Sebagai penutup, Niciren Daisyonin mengkhawatirkan adanya orang sakit dalam keluarga Nanjo. Beliau memberi dorongan dengan mengatakan, penyakit tersebut adalah karena Dasaraksasi mencoba mengukur kuat lemahnya hati kepercayaan. Untuk itu hendaknya meneruskan hati kepercayaan agar menjadi semakin kokoh. Pada dasarnya, ada dua macam ki, yaitu ki baik dan ki buruk. Perbuatan ki tersebut dikatakan, “Ki baik memakan musuh Saddharmapundarika-sutra, ki buruk memakan pelaksana Saddharmapundarikasutra” (Gosyo Zensyu hal. 1246). Maksud “memakan” adalah melemahkan kekuatan atau merenggut kekuatan jiwa. Ki buruk ini mempunyai hubungan erat dengan penyakit. Mahaguru Tientai mengungkapkan enam macam sebab 40

Samantabadra | Februari 2019

timbulnya penyakit. Sebab keempat adalah “mengundang datangnya ki”. Namun dikatakan, yang sekarang menyusahkan keluarga Nanjo bukanlah ki. Hal ini karena dalam Bab Dharani Saddharmapundarikasutra, Dasaraksasi telah berprasetya: “Jika ada yang mengacau atau menyesatkan pembabar Saddharmapundarika-sutra, akan diberi hukuman berupa kepalanya pecah menjadi tujuh”. Maka, tidaklah wajar kalau ada ki yang kepalanya sendiri ingin dipecahkan oleh Dasaraksasi. Dasaraksasi mulanya adalah ki buruk, sebagaimana dikatakan, “adalah ki berbakat tinggi yang memakan energi manusia. Mereka ini adalah ki utama dari penyakit menular”. (Gosyo Zensyu hal. 1246). Jadi, dalam hal ki, keberadaan Dasaraksasi amat kuat. Dasaraksasi, dalam Bab ke-26 Dharani Saddharmapundarikasutra, berprasetya kepada Buddha Sakyamuni akan melindungi orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, maka dikatakan, ki lainnya tak mungkin berani melanggar prasetya ini. Karena itu, sakit yang sekarang sedang dihadapi merupakan perilaku Dasaraksasi sendiri, mungkin untuk mengukur kuatnya hati kepercayaan. Dasaraksasi mulanya adalah ki buruk yang menyusahkan dan menyesatkan orang. Tapi, kepada orang yang berhati kepercayaan kuat kepada Saddharmapundarika-sutra, ia menunjukkan perilaku yang melindungi, artinya jika kita menegakkan hati kepercayaan yang kuat dan mantap, saat itu juga berubah menjadi perilaku yang melindungi dan menjaga.


Dengan demikian, penyakit itu sendiri merupakan suatu tempaan dari karmanya sendiri untuk membina kuatnya hati kepercayaan. Pokoknya, kekuatan karunia Buddha Sakyamuni - Saddharmapundarika-sutra, dengan maha maitri karuna mutlak melindungi orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Gosyo ini ditutup dengan penegasan hendaknya percaya bahwa Buddha tidak mungkin membual. Yang dikatakan “Buddha Sakyamuni – Saddharmapundarika-sutra”, dalam kalimat ini bila dibaca lebih mendalam, maka Buddha Sakyamuni adalah Niciren Daisyonin (Nin Honzon), Saddharmapundarika-sutra adalah Nammyohorengekyo (Ho Honzon), yakni Gohonzon dari Kemanunggalan Manusia dan Hukum, yang dalam prinsip ajaran 4 kekuatan: kekuatan percaya dan kekuatan pelaksanaan (pada diri kita, yaitu manusia) sedang kekuatan hukum dan kekuatan Buddha (pada Gohonzon). Maksud kalimat: “Jalankanlah dengan kepercayaan yang mendalam bahwa Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra tak mungkin ada bualan”, berarti jalankan terus kepercayaan kepada Gohonzon tanpa ada keraguan, bahwa tiada kekuatan apapun yang dapat melebihinya. Marilah kita yakini kalimat ini sepenuhnya dan mendalami, jika percaya kepada Gohonzon dengan teguh, akan muncul nyata prajna dan kekuatan untuk dapat mengatasi penyakit dan rintangan apapun. ***

Catatan

Samantabadra | Februari 2019

41


42

Samantabadra | Februari 2019


Forum Diskusi

ajaran

Tanya Jawab Perihal Agama Buddha

1

Seringkali anggota bagian wanita khawatir akan suami dan anak-anak mereka, karena anak-anaknya tidak menjalankan kepercayaan atau karena suami menentangnya bila ia melaksanakan kepercayaan dengan tetap. Bagaimana saya dapat memberikan bimbingan pada anggota yang demikian? Jawab : Seorang anggota yang khawatir akan keluarganya karena mereka belum menganut, tidak mengerti apakah penyebab sesungguhnya. Mengapa sebenarnya ia harus khawatir tentang anak-anaknya atau suaminya ? Ia pasti lebih banyak mengeluh dan mencela, karena pikirnya suaminya atau anak-anaknya yang belum menganut adalah salah. Sebenarnya penyebab kesulitan bukanlah karena suaminya atau anak-anaknya yang belum menganut, tetapi sebab yang sebenarnya adalah karma yang harus ditanggungnya karena mempunyai anak-anak yang demikian dan hidup bersama suami yang tidak mau menganut. Maka itu, jalan satu-satunya untuk mengatasinya adalah mengubah karmanya.

Sebenarnya, bila hanya memikirkan bahwa kesusahan seseorang disebabkan oleh orang lain, ini saja dapat merupakan sebab dari segala kesulitan. Dalam hal keluarga di atas, ibu rumah tangga itulah yang benar-benar khawatir akan suami dan anak anaknya yang belum menganut Gohonzon. Maka tidak ada jalan lain, kecuali ibu itu sendiri yang harus berusaha untuk mengubah karmanya. Selanjutnya, orang-orang dalam keluarga yang belum menganut membuatnya khawatir, tetapi kekhawatiran adalah sebab luar yang kuat untuknya agar mempercepat perombakan sifatnya. Jadi mempunyai keluarga yang belum menjadi penganut dapat membantu perombakan sifat seseorang. Dalam Hukum agama Buddha, hal ini disebut sebagai Zencisyiki atau pengaruh baik. Satu bab dalam Gosyo “Perihal prilaku Buddha� dikatakan : “Devadatta melebihi orang lain yang membuktikan kebenaran ajaran Buddha Sakyamuni. Pada masa ini demikian juga, bukanlah seorang kawan tetapi musuh-musuh-Nya yang membantuNya menjadi lebih baik.............. Untuk Niciren, Heino Saemon dan Bupati Hojo Tokimune begitupun Tojo Kagenobu, Samantabadra | Februari 2019

43


Bhikku Ryokan, Doryu dan doa Amidabuce adalah sekutu yang paling baik dalam pencapaian kesadaran-Nya. Bahkan amat membahagiakan untuk mengetahui bahwa tanpa mereka Niciren tidak dapat membuktikan diri-Nya sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra”. (Gosyo, hal.917). Niciren Daisyonin mengajarkan pada kita bahwa mereka yang telah menganiaya Niciren adalah pengaruh baik untuk pencapaian kesadaran-Nya. Berdasarkan bab dari Gosyo tesebut, anggota bagian ibu ini dapat mengambil anak-anak dan suaminya sebagai suatu Zencisyiki dan berjuang sungguh-sungguh dalam pelaksanaan Hukum agama Buddha sehingga dapat mengubah karmanya merombak sifatnya.

2

Saya menganut Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin karena ingin agar bisa mengatasi kesulitan saya. Namun sampai sekarang kesulitan terus menerus mengelilingi saya. Bagaimana sikap saya seharusnya ? Jawab : Janganlah berpikir hanya karena Anda menganut Gohonzon, maka segala kesulitan Anda akan teratasi secara otomatis. Sikap yang demikian tidak pernah akan berguna. Sebenarnya karena Anda menderita atau dihadapi kesulitan-kesulitan sehingga Anda harus lebih menetapkan hati untuk memperkuat kepercayaan, Daimoku sungguh-sungguh dihadapan Gohonzon dan berjuang untuk penyebarluasan Dharma. Inilah yang dikatakan mengambil inisiatif dalam kepercayaan.

44

Samantabadra | Februari 2019

Ada beberapa anggota karena tugas pekerjaaannya hanya dapat menjalankan aktivitas sehari dalam seminggu. Ini bukan berarti mereka hanya menerima sepertujuh bagian kurnia daripada mereka yang menjalankan aktivitas setiap hari. Yang penting adalah menetapkan hati untuk menciptakan nilai tujuh hari pekerjaan dalam satu hari aktivitas. Apakah hal semacam ini dapat dilaksanakan adalah tergantung dari sikap kepercayaan kita. Seringkali kita sering berusaha untuk menyakinkan diri sendiri bahwa memang benar tidak dapat melakukan aktivitas yang sebenarnya kita harus lakukan, karena ini dan karena keadaan yang tidak mengizinkan. Dalam pelaksanaan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin, hal ini karena tidak adanya ketetapan hati untuk memperdalam kepercayaan agar dapat membuka suatu jalan yang positif untuk mengatasi kesulitan. Dalam hal pelaksanaan sehari-hari, sikap yang benar dalam kepercayaan adalah ketetapan untuk “memulai sejak hari ini” dan ”mengubah racun menjadi obat”. Hendaknya menilai keadaan sekarang ini tidak semata-mata karena akibat dari masa lampau tetapi sebagai titik tolak untuk menuju masa depan yang cerah. Walaupun berapa banyak Anda mungkin mengulangi, “saya sibuk”, “saya sedang mengalami kesulitan”, atau “saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan”, Anda tidak akan dapat mendapatkan jalan untuk keluar dari kesulitan. Sebaliknya, karena keadaan Anda yang demikian, tetapkanlah hati untuk melaksanakan kepercayaan dengan lebih sungguh-sungguh lagi sambil selalu Daimoku dihadapan Gohonzon. Sikap


yang demikian pasti akan membawa Anda pada perombakan nasib Anda dan keluarga Anda. Bila terjadi hal yang menggembirakan ,berterimakasihlah pada Gohonzon. Bila Anda menghadapi persoalan, berdoalah pada Gohonzon untuk mengatasinya. Sebagaimana dalam Gosyo dikatakan, “sadarilah penderitaan sebagai penderitaan, bukalah kegembiraan sebagai kegembiraan dan sebutlah Nammyohorengekyo dalam suka maupun duka�. Bukankah justru ini adalah kenikmatan kesadaran Buddha ? (Gosyo “Surat balasan kepada Syijo Kingo�, hal. 1143). Apakah ketetapan hati Anda ini akan tergoyahkan oleh kekuatan dari luar. Inilah ukuran dari kepercayaan Anda.

3

Apakah wanita yang sedang mengalami menstruasi boleh hadir dalam pertemuan dan juga melakukan sembahyang ? Jawab : Wanita mengalami menstruasi adalah hal yang alamiah dan merupakan proses yang wajar. Perubahan alamiah baik yang terjadi pada alam raya maupun pada mahluk hidup semuanya merupakan kewajaran. Seorang kanak-kanak tumbuh menjadi remaja putri harus mengalami menstruasi adalah juga proses dari Hukum alam semesta. Sedangkan Hukum alam semesta adalah tidak lain daripada Hukum Nammyohorengkyo, maka itu seorang wanita yang mengalami proses alamiah ini dapat tetap mengikuti pertemuan dan melakukan sembahyang.

4

Saya ingin menanyakan bagaimanakah sebaiknya sikap kita dalam berdoa. Ada pemimpin yang mengatakan bahwa kita tak boleh bersikap meminta-minta pada Gohozon karena dalam diri kita ada kekuatan; tetapi di lain kesempatan kita dianjurkan untuk berdoa sungguh-sungguh untuk meminta kekuatan dari Gohonzon. Mohon dijelaskan sikap berdoa yang bagimanakah yang seharusnya kita lakukan? Jawab : Jiwa manusia mempunyai dua aspek : baik dan buruk. Maka ia bisa berkisar di antara kedua kutub kebaikan dan kejahatan. Perkisaran ini oleh agama Buddha diungkapkan sebagai Sepuluh Dunia, sementara gerakan jiwanya dikatakan sebagai Sepuluh Aspek. Saddharmapundarika-sutra mengajarkan bahwa segala mahluk termasuk Sang Buddha adalah wujud Icinen Sanzen. (Filsafat Jiwa Icinen Sanzen, edisi lama hal.94). Umpamanya kita berada dalam Dunia Kebinatangan maka seluruh kekuatan yang dimiliki oleh jiwa serta tenaga penggerak jiwa (Nyoze Riki) kita adalah Dunia Kebinatangan, sehingga aspek jahatlah yang muncul. Tetapi kita yang sudah menganut Gohonzon hendaknya dapat meningkatkan jiwa kita daripada hanya Dunia Kebinatangan karena pada dasarnya sebagai mahluk yang dapat dilahirkan sebagai manusia kita seharusnya mempunyai maitri karuna yang luhur seluas alam semesta. Maka itu pada saat kita melaksanakan sembahyang dan berdoa, tujuan utamanya adalah agar jiwa kita dapat menyatu dengan Gophoznon Samantabadra | Februari 2019

45


dan berusaha sekuat tenaga untuk memunculkan “jiwa yang penuh maitri karuna� yang tidak lain adalah jiwa Buddha yang terpadu serta terpendam di dalam jiwa kita. Gohonzon mempunyai kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum, sedangkan kita sebagai umat manusia biasa terdapat kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan. Sebagaimana contoh di atas, seseorang yang dalam Dunia Kebinatangan maka kekuatan yang muncul akan berada di sekitar pengembangan hawa nafsu keduniawian saja. Justru dalam berdoa di hadapan Gohonzon, kita berusaha agar seluruh jiwa kita menyatu dengan Gohonzon sehingga kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum timbul dari dalam jiwa kita dan dengan demikian kita dapat mengatasi segala persoalan yang kita hadapi. Dari uraian di atas, jelas bahwa sikap kita dalam sembahyang maupun berdoa sama sekali bukan untuk meminta-minta, misalnya agar kesulitan yang kita hadapi akan berubah menjadi kebahagiaan. Misalnya kita mempunyai utang satu juta rupiah, tidak berarti dengan meminta pada Gohonzon, utang itu akan terhapus dengan sendirinya. Tetapi dengan doa yang sungguh-sungguh agar timbul kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum maka kita dapat mengatasi masalah utang itu dengan baik. Dan juga dengan kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum jiwa yang muncul dalam diri kita, kita dapat meninjau diri secara mendalam dan tegas. Hal ini menuntut kejujuran dan keberanian untuk mencari kelemahankelemahan dan keburukan-keburukan diri kita sekaligus bertekad untuk 46

Samantabadra | Februari 2019

merombaknya berdasarkan kepercayaan pada Gohonzon, dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan diri pribadi dan mengutamakan kebahagiaan orang lain. Dengan kata lain meningkatkan sikap jiwa dari egoistis menjadi maitri karuna. ***


H

al pertama yang dipelajari seorang anggota baru ialah cara ber-Gongyo. Hal ini karena Gongyo dan Syodai (melantunkan Daimoku) kepada Gohonzon itu pertapaanpertapaan yang paling dasar, paling penting dalam hati-kepercayaan. Dalam Niciren Syosyu, hati-percaya dan pertapaan Gongyo tak terpisahkan. Sekalipun sang anggota baru selalu diberitahu bahwa Gongyo itu pertapaan yang hebat, penting, banyak orang ternyata segera kehilangan motivasi diri untuk melaksanakan Gongyo. Hal ini terjadi mungkin karena berbagai alasan. Bagi sebagian orang ternyata melaksanakan Gongyo setiap hari itu merepotkan, dan sebagian yang lain merasa malu ketika orangorang lain menyaksikan mereka melaksanakan Gongyo. Di lain pihak, orang-orang yang telah melaksanakan Gongyo selama bertahun-tahun mungkin juga terjebak ke rutinitas, sekadar kebiasaan. Mereka mungkin lupa melaksanakan Gongyo secara serius, dan bersikap setengah hati ketika duduk di hadapan Gohonzon. Namun, ketika Gongyo dilakukan secara sepenuh hati setiap hari, Gongyo itu mesin yang hebat untuk membangun kehidupan yang berbahagia. Ketika kita lakukan pertapaan ini dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, kita menerima bukti kebajikan yang jelas dari menganut Gohonzon. Hati kita penuh dengan kebahagiaan tanpa batas, dan kita menyadari bahwa percaya pada Gohonzon itu harta yang luar biasa, tak terhingga. Oleh karena itu, kita wajib secara terus-menerus memperbaharui tekad kita untuk melaksanakan pertapaan Gongyo sepenuh dan setulus hati setiap hari.

T

he first thing a new believer learns from his or her sponsor is how to do Gongyo. This is because Gongyo and Shodai (chanting Daimoku) to the Gohonzon are the most basic, important practices in faith. In Nichiren Shoshu, faith and the practice of Gongyo are inseparable. Even though the new believer is always told that Gongyo is a powerful, important practice, many people find that they soon lose the self-motivation to do Gongyo. This may happen for a variety of reasons. Some people find it troublesome to do Gongyo every day, and others feel embarrassed when people see them doing Gongyo. On the other hand, people who have been doing Gongyo for many years may slip into doing it automatically, out of force of habit. They may forget to take Gongyo seriously, and have a halfhearted attitude when sitting in front of the Gohonzon. However, when Gongyo is done earnestly every day, it is a powerful engine for building a happy life. When we do this practice thoroughly and earnestly, we receive actual proof of the fortune of embracing the Gohonzon. Our hearts are filled with boundless joy, and we realize that having faith in the Gohonzon is a wonderful, unsurpassed treasure. Therefore, we should continuously renew our determination to practice Gongyo thoroughly and sincerely every day.

Samantabadra | Februari 2019

47

syin gyo gaku

Gongyo Sumber Kebajikan


PENGAKUAN BAHWA GOHONZON ITU JIWA NICIREN DAISYONIN Gongyo itu upacara luar biasa, sungguhsungguh, dan sumber karunia kebajikan mendalam. Dalam sebuah kutipan dari Gosyo, Niciren Daisyonin menyatakan, “Aku, Niciren, menulis Gohonzon dengan melarutkan jiwa-Ku ke dalam Gohonzon dengan tinta sumi” (Gosyo, hal. 685). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh katakata Niciren Daisyonin ini, Gohonzon itu wujud jiwa sang Buddha Sejati, Niciren Daisyonin. Hati-percaya pada Gohonzon berarti percaya bahwa Gohonzon itu jiwa Niciren Daisyonin. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri untuk setiap kali Gongyo dengan pemahaman bahwa Gongyo itu bertemu langsung dengan sang Buddha Sejati. Sikap dasar terhadap upacara Gongyo ini harus tercermin dalam penampilan, sikap badan, suara dan konsentrasi seseorang. PAKAIAN Ketika kita tampil di hadapan orang-orang yang kita sangat hormati atau ketika kita menghadiri acara penting, kita menanggapi acara-acara dengan serius dan berpakaian pantas. Dengan sikap yang sama, ketika kita melaksanakan Gongyo, kita wajib berpakaian rapi untuk upacara bersama sang Buddha Sejati ini. Melaksanakan Gongyo dengan pakaian yang amat tidak rapi atau dengan pakaian tidur menunjukkan rasa tidak hormat kepada Gohonzon. SIKAP BADAN Gosyo mengajarkan bahwa ketika melaksanakan formalitas di hadapan Gohonzon, pikiran harus tenang dan kita harus melaksanakan setiap perbuatan dengan keseriusan. Hal ini berarti bahwa ketika melaksanakan Gongyo, amatlah penting untuk duduk tegak. Telapak kedua tangan harus dirapatkan di depan dada, dengan jari-jari terbuka dan tegak lurus. Kedua tangan harus diletakkan dengan santai di depan dada (bukan di depan muka), sehingga sudut agak ke luar. 48

Samantabadra | Februari 2019

THE RECOGNITION THAT THE GOHONZON IS THE LIFE OF THE DAISHONIN Gongyois a magnificent, solemn ceremony and is the source of profound merit. In a famous passage from the Gosho, the Daishonin declares, “I, Nichiren, inscribed the Gohonzon by infusing my life into it with sumi ink” (Gosho, p. 685). As these words of the Daishonin show, the Gohonzon is the actual entity of the life of the True Buddha, NichirenDaishonin. Faith in the Gohonzon means to believe that the Gohonzon is the life of the Daishonin. Therefore, we should prepare ourselves for each and every Gongyo with the understanding that it is a direct audience with the True Buddha. This fundamental attitude toward the ceremony of Gongyo should be reflected in one’s appearance, posture, voice, and concentration. ATTIRE When we appear before people we deeply respect or when we attend an important event, we take these occasions seriously and dress appropriately. In the same manner, when we perform Gongyo, we should dress neatly for this ceremony with the True Buddha. Doing Gongyo in disheveled clothes or in sleeping attire shows disrespect to the Gohonzon. POSTURE The Gosho teaches that when performing formalities in front of the Gohonzon, our minds should be composed and we should perform everyaction with the correct solemnity. This means that when doing Gongyo, it is of prime importance to sit up straight. The palms of Hu hands should be placed together, with the fingers extended and straight. The hands should be placed naturally in front of the chest (not in front of the face), so that the hands angle slightly outward.


KONSENTRASI KEPADA GOHONZON* Ketika menghadap Gohonzon, kedua mata kita harus terbuka lebar-lebar. Kita harus secara penuh keyakinan menatap pada aksara Myo, aksara Kanji ketiga dari atas di tulisan utama di tengah-tengah Gohonzon. Jika Anda sukar mengenalinya, lihatlah aksara Kanji pertama di halaman satu Buku Paritra Niciren Syosyu. Ini sama dengan aksara Myo. Sebuah kutipan Bab Ramalan tentang yang Akan Terjadi (Juki; ke-6) Saddharma-pundarika Sutra berbunyi, “Dengan sepenuh hati, dengan tangan beranjali, mereka secar takzim memandang Yang Dihormati Seluruh Dunia , tanpa menurunkan mata mereka meski hanya sesaat pun” (Hokekyo, hal. 232). Oleh karena itu, tidaklah pantas menutup kedua mata atau melihat-lihat ke mana-mana ketika melaksanakan Gongyo. Seperti yang dinyatakan oleh Y.A. Biksu Tertinggi ke-67, Nikken Syonin dalam bimbingannya: Hal terpenting ialah melantukan Daimoku dengan sikap badan yang tepat, dengan takzim melihat pada Gohonzon dengan kedua mata terbuka lebar-lebar. Jika kedua mata bergerak ke mana-mana, atau badan Anda bongkok, atau kedua tangan Anda terkulai serampangan, itulah bukti Anda sedang kehilangan semangat pertapaan Buddhis (Dai-Nichiren , No. 459). PENGUCAPAN Ketika membaca sutra, kita harus mencoba mengucapkan kata-kata dengan jelas, dengan suara yang tegas (tidak perlu keras). Daimoku harus juga dipersembahkan dengan suara jelas, dalam dan kuat dengan ketinggian suara sedang. Kita jangan melantunkan Daimoku terlalu cepat sampai-sampai suku katanya diucapkan tercampur baur. Niciko Syonin, Y.A. Biksu Tertinggi ke-59, mengajarkan sebagai berikut tentang cara kita harus melantunkan Daimoku:

CONCENTRATION ON THE GOHONZON When facing the Gohonzon, our eyes should be fully open. We should steadfastly gaze at the character Myo, the third Chinese character from the top in the main inscription down the center of the Gohonzon. If you have difficulty recognizing it, look at the very first Chinese character on page one of The Liturgy of NichirenShoshu. This is the very same character Myo. A passage in the Bestowal of Prophecy (Juki; sixth) chapter of the Lotus Sutra reads, “Single-mindedly, with hands together in reverence, they respectfully gazed up at the World-Honored One, without lowering their eyes even for a moment” (Hokekyo, p. 232) Therefore, it is inappropriate to close your eyes or look around restlessly when doing Gongyo. As the Sixty-seventh High Priest Nikken Shonin stated in his guidance: The most vital thing is to chant Daimoku with the correct posture, reverently looking at the Gohonzon with your eyes wide open. If your eyes wander here and there, or vour body is crooked, or you hold your hands in a slip-shod manner, that is proof that you are already losing the spirit of Buddhist practice (Dai-Nichiren, No. 459) PRONUNCIATION When reciting the sutra, we should try to pronounce the words clearly, with a powerful (not necessarily loud) voice, using the sutra. Daimoku should also be offered in a clear, resonant voice at a comfortable pitch. We should not chant Daimoku so rapidly that the syllables are pronounced indistinctly. Nichiko Shonin, the Fifty-ninth High Priest, gave the following instructions about how we should chant Daimoku: The Daimoku that we chant must be performed attentively and diligently. When chanting, we should not have trivial thoughts Samantabadra | Februari 2019

49


Daimoku yang kita lantunkan harus dilaksanakan dengan penuh perhatian dan tekun. Ketika melantunkan, kita jangan memiliki pikiran yang remeh. Jangan terlalu cepat dan pengucapan jangan melindur. Ketinggian suara kita harus dipertahankan sedang dan kita harus melantunkan dengan tenang, mantap dan stabil. Tidak ada jumlah Daimoku tertentu yang harus kita lantunkan. Jumlahnya tergantung pada kondisi masing-masing. Keitka kita melantunkan Daimoku, sekujur tubuh harus merasa jauh semakin bahagia. Kita harus berupaya-ulet sampai kita menyatu dengan Gohonzon (Nichiren Shoshu Koyo, h. 134).

in our minds. The speed should not be too fast and our pronunciation should not be slurred. We must maintain a medium pitch and chant calmly, resolutely and steadily. There is no established number of Daimoku that we must chant. The amount depends on individual circumstances . . . When we chant, the entire body should feel a tremendous surge of joy. We must persevere until we become totally one with the Gohonzon (NichirenShoshu Koyo, p. 134)

PERTAPAAN YANG KOKOH DAN KONSISTEN, HARI DEMI HARI Orang yang berupaya-ulet dengan pertapaan Gongyo yang utuh merasakan jiwa mereka menjadi lebih berisi dan bahwa pekerjaan atau sekolah mereka berlangsung lancar dan berhasil. Prosess ini mirip dengan belajar musik atau seni bela diri, yang melalui situ seninya semakin menjadi bagian diri melalui penumpukan latihan sekian tahun. Dengan demikian, Niciren Daisyonin mengajarkan pentingnya pertapaan yang berkelangsungan, stabil, “Menerima itu mudah; mempertahankan itu sulit. namun Kebuddhaan terletak pada mempertahankan hati-percaya” (MW, Vol. I, h. 127; Gosho, h. 775) Penting melawan sifat malas kita yang mengganggu pertapaan Gongyo yang konsisten. Hal ini akan memungkinkan kita mencapai kondisi jiwa sokusyin jobutsu (mencapai Kebuddhaan dalam badan seadanya). Agar dapat mempertahankan pertapaan Gongyo sepanjang hidup kita, kita membuat Gongyo bagian jadwal harian rutin kita. Namun, hal ini tidak berarti melaksanakan Gongyo sekadar kekuatan kebiasaan. Kita jangan sekalikali lupa mendasari pertapaan dengan kesungguhan hati, seperti dinyatakan dalam kutipan dari Bab Panjangnya Usia sang Tathagata/Juryo (ke-16) Saddharma-pundarika Sutra, yang kita

A STRONG, STEADY PRACTICE DAY BY DAY People who persevere in a solid practice of Gongyo find that their lives become fuller and that their work or studies proceed successfully and smoothly. This process is similar to practicing music or a martial art, through which the art gradually becomes part of the self through the accumulation of many years of practice. Thus, the Daishonin teaches the importance of a continuous, steady practice, “To accept is easy; to continue is difficult. But Buddhahood lies in continuing faith” (MW, Vol. I, p. 127;Gosho, p. 775). It is important to fight our lazy nature which interferes with our consistent practice of Gongyo. This will enable us to acquire the life condition of sokushinjobutsu (attaining Buddhahood in one’s present form). In order to continue the practice of Gongyo throughout our lives, we make Gongyo part of our regular daily schedules. However, this does not mean to do Gongyo merely from force of habit. We should never forget to make earnestness the basis of our practice, as expressed in a passage from the juryo (sixteenth) chapter of the Lotus Sutra, which we recite during every prayer of Gongyo, “Isshinyokkenbutsu. Fuji shaku shinmyo

50

Samantabadra | Februari 2019


baca selama setiap doa Gongyo, “Isshin yokken butsu. Fuji shaku shinmyo (Sepenuh hati ingin bertemu dengan Buddha, mereka tanpa ragu mengorbankan jiwa) (Hokkekyo, hal. 439). Akhirnya, bimbingan Y.A. Biksu Tertinggi ke67, Nikken Syonin menyatakan: Saya ingin Anda mengakui sedemikian pentingya Gongyo. Gongyo Pagi dan Sore itu dasar hati-percaya dan belajar Anda untuk satu hari tertentu. Dan di tengah melantunkan Daimoku dengan kedua mata kita terbuka lebar-lebar menatap Gohonzon, tanpa menyadari bagaimana terjadinya, realitas Gohonzon dan diri Anda benar-benar menyatu. Itulah mencapai mencapai hal yang disebut kyoci myogo (manunggalnya suasana dan prajna) (Dai-Nichiren, No. 427).***

(Single-mindedly yearning to see the Buddha, they do not hesitate to give even their lives)� (Hokekyo, p. 439) Finally, the guidance of Sixty-seventh High Priest Nikken Shonin states: I would like you to recognize the great importance of Gongyo. Morning and evening Gongyo are the foundation for your faith and study for the day. And in the midst of chanting Daimoku with your eyes firmly fixed on the Gohonzon, without quite realizing how it happens, the actual reality of the Gohonzon and yourself truly become one. That is reaching what is called kyochimyogo (fusion of reality and wisdom) (Dai-Nichiren, No. 427). ***

* Konsentrasi pada Gohonzon itu berarti hanya membaca sutra dan melantunkan Daimoku tanpa melakukan apapun, termasuk membaca pesan-pesan singkat atau menjawab pesan-pesan singkat ini, lebih jauh chatting, apalagi sampai berseluncur di internet mencari suatu informasi! Bagaimana tanggapan dan pendapat pembaca mengenai perilaku bergawai ini – bergawai di hadapan Gohonzon ketika sedang berdaimoku? Benarkah dan dibenarkankah? Jelas salah dan melanggar ketentuan Konsentrasi pada Gohonzon! Apapun alasannya perilaku bergawai di hadapan Gohonzon sangat salah. Jangan lakukan ini lagi mulai sekarang.

Hentikan perilaku bergawai sambil berdaimoku. Tak akan ada kehilangan apapun dengan mengabaikan pesan-pesan yang masuk itu. Yakinlah demikian! Lepas dari telepon genggam barang ½ jam tidaklah merugikan siapapun. Pesan dari relasi atau pelanggan masih tetap ada dalam memori telepon ketika kita selesai berdaimoku. Bahkan kita harus mengedukasi teman atau relasi kita bahwa ada saat pada pagi hari dan malam hari kita ijin untuk tidak melayani pesan apapun yang masuk. Dalam keadaan sangat darurat, lebih baik menyingkir dahulu ke luar ruangan untuk menjawab pesan yang masuk. (Kyanne Virya)

Samantabadra | Februari 2019

51


wawasan

Budaya dalam Membangun Karakter Bangsa Oleh Prof. Bambang Wibawarta Wakil Rektor Universitas Indonesia

Definisi Kebudayaan Apa itu definisi kebudayaan? Kebudayaan dapat berupa pola hidup yang mengakar dalam suatu masyarakat atau tradisi-tradisi yang hidup di sekelompok masyarakat tertentu, dapat pula berupa tarian atau cara berpakaian. Jadi, kebudayaan memiliki banyak sekali definisi, bahkan tercatat definisi kebudayaan dapat mencapai 180 definisi. Secara garis besar, kebudayaan merupakan pola pikir atau mindset seseorang atau sekelompok masyarakat. Kebudayaan seperti fenomena batu es, yang mana bagian atas yang terlihat adalah budaya fisik seperti baju adat, tarian daerah, makanan; sementara itu bagian bawah yang tidak terlihat berupa pola berpikir masyarakat. Kebudayaan dapat merasuki kehidupan kita sehari-hari sehinga membentuk sebuah perilaku, namun ada juga kebudayaan yang hanya sebatas pengetahuan yang ada di pikiran kita tapi tidak kita terapkan. Contohnya, ketika kita melanggar rambu 52

Samantabadra | Februari 2019

lalu lintas. Pada saat itu, kita tahu bahwa tidak boleh melanggar rambu lalu lintas, tapi kita masih melakukannya. Itu lah yang disebut sebagai kebudayaan sebagai knowledge. Kebudayaan juga terdapat dalam pola pekerjaan kita sehari-hari. Di Jepang misalnya, memiliki budaya perusahaan yang “bertele-tele� dalam proses persetujuan akan suatu produk. Hal ini yang menyebabkan, meskipun Jepang memiliki sumber daya yang memadai, namun pada sekarang ini, produk buatan Jepang masih kalah dengan produk Tiongkok atau produk Korea. Masalah Penduduk Global Pertumbuhan penduduk di dunia semakin tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis energi, pangan, air dan lingkungan. Dalam sebuah riset memperkirakan bahwa pada tahun 2043 semua penduduk dunia akan rebutan untuk hidup di negara ekuator yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya Indonesia.


Indonesia dan Masalah Sosial Media Indonesia merupakan negara yang sangat multikultur. Negara ini memiliki lebih dari 17.000 pulau, 1.128 ras, dan aneka macam sumber daya alam. Namun, keberagaman yang ada di Indonesia harus dirawat dan dijaga oleh semua masyarakat, terutama oleh generasi mudanya. Penduduk di Indonesia saat ini telah terpapar oleh media dan internet, yang mana sebuah lembaga survey menunjukkan bahwa rata-rata dalam satu hari penduduk Indonesia dapat berselancar di dunia maya selama delapan jam. Hal ini menyebabkan resiko terpapar oleh budaya asing sangat tinggi. Keberadaan internet dan sosial media menghasilkan sebuah fenomena globalisasi budaya, yang mana satu budaya dapat dimiliki oleh banyak negara. Contohnya saja kebiasaan mengonsumsi burger dan menggunakan celana jeans. Globalisasi membentuk hegemoni kebudayaan masyarakat global yang luas. Kehadiran internet dan sosial media membentuk penduduk yang homo digitalis. Homo digitalis berarti sekelompok orang yang terkoneksi secara global dan memiliki kekuatan yang besar secara maya. Di antara para homo digitalis ini, dapat terjadi dua jenis perang baru, yaitu perang neocorteks dan perang proxi. Perang neocorteks berarti perang yang dilakukan tanpa menggunakan kekerasan. Perang neocorteks terjadi melalui media bahasa, gambar dan informasi yang dapat membentuk atau mengubah kebiasaan seseorang. Sementara itu, perang proxi

adalah perang dengan menggunakan pihak lain sebagai senjata. Bijak Berbudaya Penggunaan media sosial secara bijaksana memerlukan pemikiran kritis dan literasi media yang baik. Kedua hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya konflik antar penduduk dan krisis identitas anak bangsa. Selain itu, masyarakat Indonesia juga perlu meningkatkan kecerdasan budaya dengan memahami dan bersikap terbuka dalam menerima perbedaan budaya yang ada. Kecerdasan budaya dapat diperoleh melalui berbagai cara, termasuk salah satunya dialog kebudayaan dan bimbingan yang ada di organisasi keagamaan seperti NSI. Pengajaran dan bimbingan akan makna toleransi juga perlu ditanamkan untuk memelihara kedamaian di Indonesia. Generasi muda adalah penyemai dan pemelihara beih kebaikan. Oleh karena itu, perlu sekali adanya bimbingan yang tepat terhadap generasi muda. Semangat ke-Indonesia-an yang harus ditanam dalam generasi muda adalah semangat kebangsaan, budaya unggul, kemandirian, inovasi dan gotong royong. Dengan adanya budaya, seluruh masyarakat pasti dapat hidup harmonis. ***

Samantabadra | Februari 2019

53


wawasan

Festival Unik Kebudayaan Khas Indonesia Keberagaman adat-istiadat dan budaya di Indonesia memang menjadi ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain. Keanekaragaman itu tercipta karena persebaran wilayah Indonesia yang luas dan terdiri dari pulau-pulau. Indonesia dengan begitu banyak kebudayaan uniknya memang patut mendapat julukan ‘surga kecil di dunia’. Berikut beberapa di antaranya. 1. Festival Budaya Lembah Baliem Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) pertama kali diselenggarakan tahun 1989. Sejak saat itu FBLB rutin diadakan setiap tahunnya pada pertengahan tahun (Juni/Juli/Agustus). FBLB sendiri merupakan salah satu festival kebudayaan yang tua di Indonesia, banyak wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang datang ke festival ini terutama bagi mereka yang gemar fotografi. Hal tersebut tidak lepas dari keeksotisan Lembah Baliem yang ada di ketinggian 1600 mdpl Pegunungan Jayawijaya dengan lebar sekitar 80 km. FBLB merupakan acara perang-perangan antarsuku Papua yang dilakukan sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan. Suku-suku asli Papua yang tersebar di beberapa lokasi akan berkumpul di lembah ini saat festival berlangsung mulai dari Suku Dani, Suku Yali, hingga Suku Lani. 2. Festival Reog Ponorogo Setiap tahun menjelang bulan Suro atau Muharam terdapat festival unik yang kebudayaanya sudah mendunia, tepatnya di Bumi Reog, Ponorogo. Festival Reog Ponorogo atau juga Festival Reog Nasional adalah sebuah festival kebudayaan yang diperingati oleh warga Jawa Timur di Alun-Alun Ponorogo dalam rangka Grebeg Suro. Festival ini telah dilaksanakan sejak tahun 2004 dan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Keberadaan Reog memang tidak bisa dilepaskan dari terbentuknya Ponorogo. Hal ini berkaitan erat dengan legenda Dewi Songgolangit dan Prabu Klonosewandono.

Samantabadra | Februari 2019

54


3. Festival Tabuik Festival Tabuik merupakan tradisi tahunan dalam masyarakat Pariaman. Festival ini telah ada sejak puluhan tahun lalu, diperkirakan sejak abad ke-19 masehi. Festival ini merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Mulai tahun 1982, perayaan Tabuik menjadi agenda di kalender pariwisata Kabuaten Padang Pariaman. Puncak Festival Tabuik ini dihadiri ribuan pengunjung terutama yang berasal dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Tak hanya warga lokal saja, festival ini juga menjadi perhatian wisatawan daerah lain maupun mancanegara. Pantai Gondariah menjadi pusat perhelatan Tabuik ini. Ribuan orang memadati kawasan ini khususnya menjelang prosesi Tabuik diarak menuju pantai. 4. Festival Budaya Dieng Dieng, dataran yang dijuluki ‘tanah para Dewa’ ini memang selalu memikat dengan pesonanya. Setiap tahun pada bulan Agustus diselenggarakan festival yang sudah terkenal hingga ke mancanegara, yakni Dieng Culture Festival (DCF). Festival tahunan yang berisi pertunjukan seni tradisi nusantara, pameran kerajinan khas Dieng, festival film, pesta lampion, hingga menyaksikan pagelaran “Jazz di atas Awan” di tengah hawa dingin khas Dieng. Tak lupa pula upacara adat yang ditunggu-tunggu dalam DCF yaitu acara ruwatan atau pemotongan rambut bocah gimbal. 5. Festival Erau Erau adalah festival budaya khas Kutai Kartanegara dan merupakan festival tertua di Indonesia. Tradisi tahunan ini telah berlangsung selama berabad-abad, seiring perjalanan sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Bisa dikatakan, 55

Samantabadra | Februari 2019


Erau telah berlangsung sejak masa awal Kesultanan Kutai berdiri. Dahulu, Erau dilaksanakan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong setiap 29 September. Namun, mulai tahun 2010 pelaksanaan Erau dilakukan pada bulan Juli untuk menyesuaikan dengan musim liburan agar banyak wisatawan yang datang. Festival ini dimeriahkan oleh aneka kesenian, upacara adat dari Suku-suku Dayak, dan lomba olahraga ketangkasan tradisional. 6. Festival Pasola Melalui Festival Pasola, kamu akan diajak melihat kelihaian para penunggang kuda saling serang menggunakan senjata sejenis lembing kayu yang disebut Pasola. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Sumba untuk menyambut masa panen dan masa tanam di Pulau Sumba, NTB. Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura. Pasola diawali dengan adat nyale yaitu mencari cacing-cacing laut yang dilaksanakan pada bulan purnama dan ritual pajura (adu tinju di tepi pantai) pada dini hari. Walaupun puncak Pasola tampaknya penuh kekerasan, turnamen ini merupakan bagian dari kepercayaan tradisional Marapu tentang Sumba. 7. Festival Adat Rambu Solo Rambu Solo adalah upacara kematian dan pemakaman di Tana Toraja. Ritual adat ini mengantarkan arwah yang meninggal ke alam roh, meskipun terdengar menyeramkan namun banyak wisatawan terutama dari mancanegara yang ingin menyaksikan ritual ini. Puncak upacara Rambu Solo biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Saat itu orang Toraja yang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk ikut serta dalam rangkaian acara ini. Kedatangan orang Toraja tersebut diikuti pula dengan kunjungan wisatawan mancanegara. Referensi: https://www.idntimes.com/travel/destination/putri-syifa-nurfadilah/7festival-kebudayaan-unik-khas-indonesia-c1c2/full

Samantabadra | Februari 2019

56


Pohon Harry Potter dari Kota Solo

F

ajar perlahan mulai menyeruak di antara pohon jati (Tectona grand) dan mahoni (Swietenia mahagoni) yang tumbuh di kawasan wisata Akar Langit di Solo. Burung berkicau bersahutan tampak menyambut riang mentari datang. Udara sejuk menyertai perjalanan saat memasuki obyek wisata Akar Langit yang didominasi jati dan mahoni. Jati dan mahoni tersebar di sepanjang desa di pesisir utara Jawa Timur, termasuk Desa Sendangharjo. Di daerah ini, jati dan mahoni tumbuh rapi, tampak elok dipandang dari segala sisi. 57

Samantabadra | Februari 2019

Di antara hutan jati dan mahoni ini ada pohon dengan tampilan begitu mencolok. Namanya, pohon bunga kupukupu dengan (Bauhinia lingua). Pohon ini termasuk dalam famili Caesalpiniaceae, berusia sekitar 30 tahun. Di antara barisan jati dan mahoni yang kurus tinggi, pohon ini tampak seperti akar yang menjalar ke atas. Bergumul jadi satu membentuk batang berdiameter sekitar 75 centimeter. Batang-batang kecil menjalar meliuk-liuk belasan meter ke pohonpohon lain mirip jaring. Kalau dilihat dari kejauhan

tampak seperti akar yang tumbuh ke atas langit. Hal inilah yang kemudian membuat warga sekitar menyebutnya sebagai “Akar Langit.� Wisata Akar Langit berada di Desa Sendangharjo, Kabupaten Lamongan, yang sering dijuluki “Kota Soto� , Jawa Timur. Ia berada di petak 35C KRPH Lembor, masuk KBH Tuban. Pohon unik Warga sekitar menyebut bunga Kupu-kupu trinil. Di hutan yang sama, ada puluhan bunga kupu-kupu tumbuh, hanya dua yang berukuran raksasa.


Nama bunga kupu-kupu diambil dari bentuk daun yang memiliki dua ujung lancip mirip sayap kupu-kupu. Kalau memasukkan kata kunci “pohon bunga kupukupu� di mesin pencari Google, hasilnya tak akan memuaskan. Hasil teratas yang muncul Oxalis triangularis. Bentuk tanaman ini sangat berbeda dengan trinil. Hasil lebih memuaskan jika memasukkan kata kunci Bauhinia glabra. Pohon ini sempat viral Agustus 2017. Perhutani lantas meminta Kebun Raya Purwodadi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengecek pada 20 Oktober 2017. Hasilnya, pohon ini memang unik dan jarang ditemui. Berdasarkan laporan hasil identifikasi pohon di wisata Akar Langit menyebutkan, pohon induk trinil sering dijumpai di daerah lain tetapi yang bentuk dan

ukuran seperti di Akar Langit merupakan terbesar, unik, dan satu-satunya di Indonesia.

yang menonjol ke atas tanah agar tak terinjak pengunjung. Ini sesuai rekomendasi kedua.

Laporan ini menyebutkan, bunga kupu-kupu bukan tanaman parasit atau benalu. Hanya saja, puluhan ranting menjalar ke berbagai sisi membuat rimbun. Pohonpohon sekitar bisa mati karena tak mampu berfotosintesis. Tak heran, beberapa mahoni dekat bunga kupu-kupu itu mati.

Ketiga, pemberian label pada pohon-pohon yang sudah teridentifikasi. Trinil itu dan beberapa pohon lain sudah dipasangi tulisan identifikasi dari kertas kecil. Khusus trinil, tulisan nama itu tercentel di salah satu batang pohon. Pengunjung yang tak jeli tak mungkin menemukan.

Hasil identifikasi pohon itu melahirkan tiga rekomendasi terkait bunga kupu-kupu ini. Pertama, agar pohon disterilkan dalam radius 10 meter. Namun, di tempat wisata, para pengunjung bisa mendekat sekitar dua meter dari batang. Pagar dipasang cukup dekat dengan batang pohon. Pengunjung bahkan bisa menyentuhnya.

Keberadaan pohon raksasa ini jadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Sekilas pohon tampak mirip dedalu perkasa Whomping Willow di serial film Harry Potter, terutama pada bagian batang Referensi: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2019/01/06/ si-akar-langit-pohon-harry-potter-darikota-soto

Untuk mengindari kerusakan atau pohon unik itu mati, KPRH menimbun akar Samantabadra | Februari 2019

58


kesehatan

Manfaat

Untuk Kecantikan Kulit

M

empunyai kulit yang cerah dan sehat merupakan dambaan semua orang, terutama bagi kaum wanita. Sudah banyak produk kecantikan yang dijual bebas untuk membantu meningkatkan kesehatan kulit. Salah satu bahan yang terkandung dalam produk kecantikan kulit tersebut adalah vitamin C. Tidak hanya dari produk kecantikan, vitamin C alami yang bisa kita dapatkan dari berbagai jenis makanan juga sudah lama dipercaya bermanfaat untuk kesehatan kulit. Sebenarnya, apa saja fungsi dari vitamin C untuk kulit?

59

Samantabadra | Februari 2019

Mengapa vitamin C penting untuk kulit? Vitamin C mempunyai sifat antioksidan dan sangat berperan dalam pembentukan kolagen, sehingga kehadiran vitamin C tidak dapat dipisahkan dari kulit yang sehat. Vitamin C banyak ditemukan sebagai penyusun lapisan dermis dan epidermis dalam kulit normal. Namun, karena proses penuaan, kandungan vitamin C dalam lapisan dermis dan epidermis dapat menurun. Oleh karena itu, banyak produk perawatan kulit antiaging yang menambahkan kandungan vitamin C untuk memperlambat proses penuaan kulit. Selain karena penuaan, kandungan vitamin C dalam kulit juga bisa

menurun karena paparan sinar ultraviolet dan polutan terhadap kulit. Salah satu cara mendapatkan vitamin C alami untuk kulit adalah dari makanan. Makanan yang mengandung vitamin C adalah buah sitrus (seperti jeruk), strawberi, brokoli, dan bayam. Anda juga bisa mendapatkannya dari konsumsi suplemen vitamin C. Vitamin C yang didapatkan dari makanan ini kemudian akan dialirkan oleh darah menuju kulit. Mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dapat membantu meningkatkan kinerja tabir surya yang diaplikasikan pada kulit Anda, sehingga kulit Anda terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet dan mencegah kerusakan sel kulit.


Apa saja fungsi vitamin C untuk kulit? Berikut ini merupakan beberapa fungsi vitamin C untuk kulit Anda. 1. Fotoproteksi Vitamin C dapat melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet dari matahari. Hal ini bisa terjadi karena kandungan antioksidan dalam vitamin C bisa melawan radikal bebas yang menjadi penyebab kerusakan kulit. Radikal bebas terbentuk ketika oksigen berinteraksi dengan beberapa molekul. Kemudian masuk ke tubuh dan bereaksi dengan DNA atau membran sel, mengakibatkan kerusakan sel. Sinar ultraviolet dapat menurunkan kadar vitamin C dalam kulit. Seberapa banyak yang hilang tergantung dari intensitas dan durasi paparan sinar ultraviolet terhadap kulit. Oleh karena itu, selain perlindungan dari luar dengan memakai berbagai produk perawatan kulit yang mengandung vitamin C, perlindungan dari dalam yang didapatkan dari makanan yang mengandung vitamin C juga sangat diperlukan untuk melindungi kulit Anda dari kerusakan. 2. Mencegah keriput Vitamin C merupakan senyawa yang diperlukan untuk membentuk kolagen, yang diperlukan untuk mencegah keriput. Vitamin C telah terbukti dapat menstabilkan mRNA kolagen, sehingga dapat meningkatkan

sintesis kolagen untuk memperbaiki kerusakan kulit. Penelitian menunjukkan bahwa asupan tinggi makanan yang mengandung vitamin C berhubungan dengan penurunan keriput pada kulit, sehingga kulit terlihat lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa penggunaan produk perawatan kulit yang mengandung vitamin C selama 12 minggu dapat mengurangi keriput pada kulit, menurunkan kerusakan serat protein, mengurangi kekasaran kulit, dan meningkatkan produksi kolagen. 3. Mempercepat penyembuhan luka Mungkin belum banyak yang tahu bahwa vitamin C dapat mempercepat penyembuhan luka. Namun, dalam dunia kedokteran, vitamin C sudah biasa digunakan dalam terapi oral pada orang yang mengalami luka tekan, yang terjadi karena terlalu lama dalam posisi tidur, dan pada orang yang mengalami luka bakar. Vitamin C dapat meningkatkan sintesis kolagen dan mengurangi respon inflamasi di daerah luka. Selain itu, sifat antioksidan pada vitamin C juga membantu mengurangi kerusakan pada daerah luka yang disebabkan oleh radikal bebas. Oleh karena itu, vitamin C dapat membantu mempercepat penyembuhan luka pada individu yang sehat.

Tubuh menggunakan vitamin C untuk menggantikan jaringan kulit yang rusak dengan jaringan parut, sehingga tubuh lebih cepat untuk menyembuhkan luka. Pada orang dengan kadar vitamin C yang rendah dalam tubuh, luka mungkin akan lebih lama untuk sembuh. 4. Mencegah kulit kering Penelitian menunjukkan bahwa asupan tinggi vitamin C berhubungan dengan penurunan risiko kulit kering. Vitamin C dan nutrisi untuk kulit lainnya, seperti vitamin E, dapat membuat kulit lebih lembab dan tidak kering. Oleh karena itu, untuk menjaga kelembaban kulit, maka kadar vitamin C dalam tubuh Anda, yang didapatkan dari makanan, harus terpenuhi dengan baik. Vitamin C ternyata juga diperlukan untuk mempertahankan kesehatan pembuluh darah di bawah kulit, yang membawa banyak membawa oksigen dan nutrisi. Hal ini karena pembuluh darah di bawah kulit tersusun atas kolagen, di mana vitamin C berperan dalam sintesis kolagen. Referensi: https://hellosehat.com/ hidup-sehat/kecantikan/fungsi-vitamin-cuntuk-kulit/

Samantabadra | Februari 2019

60


Hai anak-anak NSI! Yuk bantu si panda menemukan jalan ke temannya. Awas, jangan sampai nyasar, yah!

https://www.churchhousecollection.com/valentines-day-mazes-for-school.php

61

Samantabadra | Februari 2019


2

teka-teki silang

1

1 3

2

3

4

4

5

5

66

7

78

9

8

10

9

10

11

11 12

14 14

15

12

13

16

15

17 17

18

19

21

MENDATAR MENDATAR

13

16

18

20

19

20

21

MENURUN

MENURUN

2.2.Upacara pembakaran mayat yang ada yang ada 1. Upac ara pembakaran mayat di di BaliBali 6.6.Hawa napsu adalahadalah kesadaran (Istilah Hawa napsu kesadaran (Istilah 3. Jepang) Jepang) 7.7.Ibu kotakota provinsi Bali Ibu provinsi Bali Jepang) Jepang) 10. diri (Istilah 10.Meninjau Meninjau diri (Istilah 12. perantara (Istilah Jepang) 4. 12.Ajaran Ajaran perantara (Istilah Jepang) 15. akibat sesaat sesaat (Istilah Jepang) 15.Sebab Sebab akibat (Istilah Jepang) 5. 17. (Istilah Inggris)Inggris) 17.Liburan Liburan (Istilah 18. pekan (Istilah(Istilah Inggris) Inggris) 18.Akhir Akhir pekan 19. 19.Pandai Pandai 21. 6. 21.2 x 2 2x 2 8.

Bahan yang digunakan untuk yang digunakan 1. Bahan menghasilkan kekebalan tubuh. menghasilkan kekebalan Sajian khas Bali, Sejenis lontong / 3. Sajian khas Bali, Sejeni ketupat yang dibungkus oleh jamur, ketupat yang dibungku biasa disajikan bersama dengan kuah biasa disajikan bersama kare, telur rebut , ayam & sambal kare, telur rebut , ayam Nama Ibu dari Yasyiro. 4. Nama Ibu dari Yasyiro. Sajian khas Bali yang terbuat dari jamur 5. Sajian khas Bali yang te tiram, lalu dicampur dengan tiram,aneka lalu dic ampur den bumbu rempah, parutan kelapa rempah, & bumbu parutan santan. santan. Ajaran Khusus (Istilah Jepang) Khusus (Istilah J 6. Ajaran Kesatuan subjek dan lingkungan (Istilah 8. Kesatuan subjek dan lin Jepang) Jepang) 9. Musim (Istilah Inggris) 9. Musim (Istilah Inggris) 1/2

Samantabadra | Februari 2019

62


Resep Pepes Tahu

Bahan-bahan: • 500 gram tahu putih • Daun salam • Daun kemangi • Daun pisang untuk membungkus Bumbu halus: • 5 bawang merah • 5 bawang putih • 5 cabai keriting • 1 1/2 sendok teh garam • 1 sendok makan gula • 1 butir telur • Garam dan merica secukupnya

Sumber: https://www.liputan6.com/lifestyle/ read/3071026/resep-pepes-tahu-praktis-dan-nikmat

Berita Duka Cita

Jawaban TTS Februari 2019

Langkah: 1. Panaskan daun pisang terlebih dahulu. Sisihkan. 2. Campurkan bahan-bahan bumbu ke dalam blender. Proses hingga halus. 3. Lumatkan tahu dengan garpu hingga cukup halus atau gunakan food processor. Kemudian, campurkan dengan bumbu halus dan aduk hingga merata. 4. Siapkan daun pisang, lalu masukkan adonan tahu dan tambahkan daun kemangi dan daun salam. 5. Kukus tahu selama 15-20 menit dengan api kecil-sedang hingga matang. Angkat dan sajikan pepes tahu selagi hangat.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

1

V 2

3

N

G

A

B

E

N

4

B

K

L

Ibu Talen

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

63

Samantabadra | Februari 2019

J

O

E

N

6

B

O

N

O

E

S

O

K

U

B

O

D

I 7

K

8

D

A

I

Y

J

I

A

E

C

G

R

I

U

B

9

E

N

P

A

S

A

R

K

S

Y

Y

E

O

O

S

U

F

O

N

10

11

Z

A

N

B 12

14

C

H

13

E

K

Y

O

L

15

M

U

Y

N

16

I

N

G

A

G

U

J

S

I

K

T

17

(Ibunda dari Bapak Tirta Samudra (Acui) dan Bapak Heryanto) Meninggal pada usia 78 tahun 07 Desember 2018 Umat NSI Baturaja Bandar Lampung

K 5

E

18

O

L

I

D

A

Y

U

W

E

E

K

E

K

N K

19

I

P

20

I

A

K

W A

A

I M

21

E

T

Y

N

E

O

N

R

O

E

M

P

A

H O

D


Catatan

Samantabadra | Februari 2019

64


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Februari 2019 Tanggal Hari Jumat 01 Sabtu 02 Minggu 03

04 05 06

Senin Selasa Rabu

07 08 09 10 11 12

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa

13

Rabu

14 15 16 17

Kamis Jumat Sabtu Minggu

18 19 20

Senin Selasa Rabu

21 22 23 24 25 26 27 28

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis

Jam 19.00 Ceramah Gosyo 10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 10.00 19.00 19.00

Kegiatan

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Dokyo Syodai Peringatan Tahun Baru Imlek Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

19.00 Pertemuan Cabang

19.00 12.00 14.00 14.00 19.00

Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang Pertemuan Pimpinan Wanita Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Daerah Pertemuan Pria Daerah

Tempat Daerah masing-masing

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1 Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Anak-Anak Daerah 10.00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14.00 Pertemuan Lanjut Usia Umum

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19.00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI

17.00 Kensyu Gosyo Umum Maret 2019 Kensyu Gosyo Umum Maret 2019

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI

19.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Samantabadra | Februari 2019

65


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

66

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Februari 2019

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.