Samantabadra 2019-03

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat SAMANTABADRA | MARET 2019 | NOMOR. 302

Bodhisattva Baisyajaraja membakar sikunya selama tujuh puluh dua ribu tahun sebagai persembahan di hadapan Saddharmapundarika-sutra. Selama jangka waktu yang panjang, Bodhisattva Sadaparibhuta karena 24 kata dihina,dipukul, dan dilempari dengan tongkat, kayu dan batu oleh bermacammacam empat kelompok umat. Arti ke-24 kata tersebut adalah “Saya menghormati Anda secara mendalam. Saya tidak berani merendahkan atau menyombongkan diri. Mengapa demikian? Karena Anda semua dengan melaksanakan jalan ke-Bodhisattva-an pasti menjadi Buddha.�

gosyo kensyu Surat kepada Nicimyo Syonin

Surat kepada Nicimyo Syonin #302

03

m a r e t 2 0 1 9

gosyo cabang Surat Perihal Sumbernya Jauh Alirannya Panjang


DPP dan umat NSI wilayah DKI Jakarta seusai dokyo syodai peringatan Tahun Baru Imlek 2019 di Vihara Sadaparibhuta NSI

Pohon yang berakar dalam, cabangnya rimbun. Sungai yang bersumber jauh, alirannya panjang. Seperti perumpamaan ini, semua sutra selain Saddharmapundarika-sutra berakar dangkal dan oleh karena itu alirannya pun pendek. Sebaliknya, Saddharmapundarika-sutra akarnya dalam dan sumbernya jauh. Maka, Mahaguru Tien-tai mengatakan bahwa selama-lamanya di masa buruk Masa Akhir Dharma, Saddharmapundarikasutra akan tersebar mengalir tanpa terputus-putus, dan terus berkembang. Surat Perihal Sumbernya Jauh Alirannya Panjang

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Bunga teratai, perlambang hukum sebab-akibat sesaat.


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Memahami Hakikat Syoho Jisso Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 26-27 Januari 2019

Nammyohorengekyo,

Nammyohorengekyo, Kali ini kita kedatangan umat dari Semarang dan Surabaya, yang datang melalui jalur Transjawa. Ini merupakan suatu fakta, bukan mimpi, bahwa Presiden kita sudah membangun jalan untuk memfasilitasi rakyatnya supaya bisa mempunyai kemudahan-kemudahan. Ini termasuk rakyat NSI dari daerah luar, yang diberi kemudahan untuk Kensyu. TGM kita nanti akan diadakan di Surabaya, pada tanggal 2-8 Juli. Tapi, pembukaannya akan diselenggarakan di Jakarta. Jadi, generasi muda dari semua daerah, Medan, Jambi, Palembang, Lampung, Bangka-Belitung, Kalimantan, Bali, Surabaya, dan seterusnya, akan datang ke Jakarta dulu. Menteri Agama akan diundang untuk acara pembukaan, mudah-mudahan beliau

berkenan untuk hadir di kantor pusat NSI. Tentu, pembukaan yang utama adalah Dokyo Sodai, yang dilanjutkan dengan arahanarahan oleh Menteri Agama. Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya memerlukan waktu sekitar 8.5 jam, tapi karena perbaikan yang belum selesai di Cikampek, dapat memakan waktu 10.5 jam. Nanti, rencananya Presiden Jokowi akan menyelesaikan perbaikan jalan di Cikampek pada jalur tersebut sebelum pemilu, sebelum lebaran; ini pun akan ikut melancarkan kegiatan TGM kita. Hubungan dari Syoho Jisso seperti itu. Syoho berarti semua fenomena dan gejala-gejala. Jisso adalah wajah sesungguhnya atau hakekat sesungguhnya. Apa yang tergambar di luar pasti merupakan refleksi dari perasaan jiwa kita yang sesungguhnya. Di dunia ini, ada sekelompok manusia yang sekarang berkumpul

disini, yang merupakan murid-murid Buddha Niciren yang berusaha untuk percaya. Percaya itu hal yang tidak mudah, dan kita sekarang sedang berusaha percaya. Buddha mengatakan bahwa kita ini adalah pada Bodhisattva yang muncul dari bumi. Untuk itulah Buddha lahir, untuk satu hal itulah Buddha muncul di dunia ini; untuk memberi tahu kita semua punya jiwa Buddha. Untuk itu, kita perlu menjalankan tugas sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi. Tugas yang paling utama dari Bodhisattva yang muncul dari bumi adalah menyebarkan informasi. Pada masa menjelang pemilu ini misalnya, hal yang paling penting adalah penyebaran informasi. Tapi, ada juga yang menyebarkan informasi yang salah, yang juga disebut sebagai hoax. Informasi tentang politik dan ekonomi saja tidak boleh salah, apalagi informasi Samantabadra | Maret 2019

1


tentang agama. Sama sekali tidak boleh salah. Maka itu, ada sekelompok murid-murid langsung dari Buddha Niciren, yakni kita, yang semua bertekad untuk percaya, belajar sungguh-sungguh, dan menyebarluaskan informasi ajaran dari Buddha dengan sebenarnya, dengan penuh kerelaan dan keikhlasan. Ini harus dilaksanakan supaya banyak umat manusia tahu, bahwa ada jiwa Buddha dalam diri kita semua. Di dalam diri setiap makhluk hidup (bukan hanya manusia), ada tenaga atau energi dari dalam (bukan hanya fisik), yaitu tenaga jiwa. Kita bisa melihat orang yang dapat menggerakan dan menggoncangkan banyak orang karena adanya energi luar biasa tersebut. Oleh karena itu, sekarang kita sudah tahu, bahkan semua sudah merasakan tenaga itu. Namun sayangnya, kita masih sering lupa. Kita sudah merasakan, bukan main keampuhan energi yang terpendam dalam jiwa kita itu, yang disebut sebagai Dunia Buddha atau Jiwa Buddha. Kita sering diajarkan tentang hal ini, tapi kita masih belum memakainya; kita tetap menggunakan caracara lama. Kita sudah diajarkan cara untuk mengetahui bahwa dalam diri kita, ada energi. 10 dunia menjelaskan tentang 10 2

Samantabadra | Maret 2019

macam kekuatan; kekuatan yang paling lemah, bahkan kekuatan yang paling merusak, dapat merusak diri kita dan orang lain. Kalau kita memiliki kekuatan yang penuh dengan amarah, misalnya, itu merusak diri sendiri dan orang lain. Tapi, kalau kita menjalankan keseharian yang berdasarkan kekuatan yang selalu membawa kegembiraan, maka itu malah membangun diri sendiri, juga orang lain. Orang lain pun ikut bergembira. Maka itu, pilihan ada di kita. Siddharta Gautama adalah anak dari seorang raja. Beliau hebat, pintar, dan berkuasa. Walaupun begitu, beliau tidak bahagia. Beliau hanya merasa bahagia ketika tahu bahwa ada suatu tenaga yang bukan main ampuhnya di dalam dirinya. Setelah beliau bisa mengembangkan itu, beliau jadi punya prajna, kekuatan untuk membimbing orang yang putus asa, orang yang berada dalam kondisi marah – beliau bisa membimbing satu per satu. Itulah kebahagiaannya, yang ingin beliau bagikan. Beliau ingin agar semua umat manusia tahu, bahwa beliau dapat mencapai kebahagiaan karena satu hal; beliau berhasil mengembangkan keampuhan yang ada dalam dirinya. Sebetulnya, kalau seorang ingin bahagia, ia tidak perlu

bantuan siapa pun, sebab keampuhan itu sudah ada dalam diri kita. Tapi, orang itu harus mampu dan berusaha untuk memunculkan keampuhan itu. Maka itu, perasaan jiwa kita tidak boleh berada di dunia neraka. Ini yang harus diinformasikan kepada seluruh umat manusia, bukan informasiinformasi yang lain yang sesat. Maka itu, Buddha Niciren memberi bimbingan pada Syijo Kingo untuk mengatasi biksu-biksu yang menyesatkan, yang menyampingkan ajaranajaran dari sekte Tientai. Tapi, Buddha Niciren menyarankan agar Syijo Kingo tidak usah berdebat lebih panjang bila mereka tetap bersikeras dan merasa benar, agar mereka berbicara langsung dengan Buddha Niciren. Dalam susunan kita pun, kita tidak memperdebatkan dan mencaci-maki susunan lainnya yang menganut ajaran yang sama. Kita melakukan ini karena ingin menjalankan sesuai dengan Buddha Niciren. Peristiwaperistiwa yang terjadi pada orang lain tidak boleh kita jadikan sebagai konsumsi untuk menyebarkan informasi jahat yang bertentangan dengan ajaran agama kita. Justru, kita harus berpikiran, berperasaan, dan berperilaku benar. Jangan


suka menyebarkan hoax. Sayangnya, kita sendiri juga sering terpengaruh oleh omongan-omongan seperti itu, karena belum paham akan hal ini. Kita harus tahu diri, harus ampuh, walaupun ditakut-takuti oleh orang lain. Kita semua adalah emas murni; semakin digosok, semakin mengkilap dan terang. Sepuluh tingkatan jiwa semua merupakan tenaga yang ada dalam diri kita. Neraka, kelaparan, kebinatangan, kemarahan disebut sebagai empat dunia buruk (karena merusak diri kita dan orang lain) yang harus disingkirkan karena mempunyai potensi untuk merusak. Ketika sudah masuk ke alam kemanusiaan, kita mulai bisa memberi pertimbangan baik-buruk, kita bisa lebih tenang. Sehingga, ketika berada dalam dunia kemanusiaan kita mudah berpindah pada tingkatan yang atas maupun yang bawah. Maka itu, kita harus memanfaatkan posisi manusia ini untuk selalu naik keatas. Dunia keenam, dunia surga, adalah istana khayalan, tempat di mana kita mengalami kebahagiaan yang sementara, karena adanya iblis surga keenam. Dunia ketujuh dan kedelapan adalah dunia sravaka dan pratekya Buddha. Ini merupakan target dari umat Theravada. Mereka

bercita-cita untuk sampai ke Sravaka (dunia pengetahuan) dan pratekya Buddha. Tapi terkadang, dalam kedua ini, muncul kesombongannya sendiri. Maka itu, oleh Buddha dikatakan, bahwa orang Sravaka dan Pratekya seperti bibit yang sudah digoreng, tidak bisa tumbuh lagi bila ditanam ditanah, sebab sudah timbul keangkuhan intelektual, sehingga ia menganggap sudah lebih pintar dari Buddha, menganggap semua urusan selesai. Dunia kesembilan adalah Dunia bodhisattva, sebuah energi atau gerakan untuk mau selalu membahagiakan dan mencabut penderitaan orang lain. Kesepuluh adalah Dunia Buddha. Sravaka, pratekya Buddha, boddhisatva, dan Buddha dikatakan sebagai keempat dunia yang suci. Dari keempat dunia suci ini, terutama yang harus kita andalkan adalah Dunia Boddhisatva dan Buddha. Khususnya, energinya harus berasal dari Dunia Buddha. Jiwa kita bergerak menurut satu aturan So, Syo, Tai, Riki, Sa, In, En, Ka, Ho,dan Honmakkukyoto. Kita perlu mengetahui aturan dari gerak ini supaya bisa mematuhi aturan tersebut dan mengisi secara tepat, sehingga kita berhasil mendapatkan akibat yang terbaik. So (nyata), Syo (sunyata), Tai (yang hakiki)

merupakan badan pokok. Ketiga Nyoze ini menjadi kerangka dari jiwa. Oleh karena itu, yang harus kita perhatikan adalah Nyoze Tai. Tai itu pokok, dan yang menjadi pokok adalah 10 energi. Diantara 4 dunia buruk dan 4 dunia suci, yang harus kita pilih adalah Dunia Buddha karena mutlak. Kalau Dunia Buddha kita menjadi Tai, energinya adalah yang paling baik dan berkekuatan, maka itu disebut ampuh; mencerminkan segala kekuatan baik. Kalau Nyoze Taiberada pada Dunia Buddha, berarti akan keluar Riki atau tenaga dari Dunia Buddha. Tenaga itu dipakai untuk melakukan sesuatu (Sa); tenaga tadi menjadi penggerak untuk melakukan perbuatan. Segala perbuatan akan menjadi sebab (In), yang nantinya akan menarik jodoh (En). Di agama Buddha, En sebetulnya tidak dikasih Gohonzon atau sosok Tuhan, tapi berasal dari diri kita masing-masing. Kita jangan salah paham dengan En, jodoh disini tergantung dari Tai nya, kalau kita selalu mempunyai energi yang baik, maka jodoh yang akan datang pasti juga baik. Hal ini mencakup segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita; pergaulan dengan teman, hubungan romantis, ataupun kesuksesan karir. Kita menganggap kegaiban sebagai hal-hal yang kita Samantabadra | Maret 2019

3


khayalkan. Tapi sebetulnya semua akibat dan jodoh berasal dari sebab kita sendiri. Untuk menarik jodohjodoh baik, satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah meletakkan Dunia Buddha pada Tai.Hal ini pun mudah karena adanya maha maitri dan maha karuna dari Buddha Niciren. Kalau ada sebab dan jodoh, pasti langsung menjadi akibat dalam gudang karma (Nyoze Ka). Bulan lalu, kita sudah belajar tentang kedua dewa Dosyo dan Domyo yang ‘mencatat’ semua perbuatan baik maupun buruk kita. Ini mengibaratkan hukum sebabakibat. Maka itu, jangan mainmain dengan sebab-akibat. Walaupun tidak ada orang yang melihat perbuatan kita, hukum karma tetap berlaku. Gohonzon adalah kekuatan mutlak dan jodoh bagi kita untuk menimbulkan kesadaran Buddha. Maka itu, tidak mungkin Gohonzon menjadi perantara. Hukum sebab-akibat ada dalam jiwa kita sendiri. Syarat utama untuk mengikut agama ini adalah untuk percaya. Kemudian, kita bisa mengukur besar kurnia Gohonzon dari kesungguhan hati. Semakin besar kesungguhan hati kita, semakin besar kekuatan Gohonzon yang bisa kita munculkan. Mestinya, setelah 4

Samantabadra | Maret 2019

Nammyohorengekyo, perbuatan baik kita melebihi perbuatan buruk. Tapi, hal ini pun tergantung dari keinginan kita untuk melatih diri dan melakukan pertapaan untuk sungguh-sungguh percaya dan melaksanakan apa yang diajarkan. Semua gerakan ini pasti akan berjalan demikian, maka disebut Honmakkukyoto. Intinya, kalau kita mau menjadikan Nyoze Tai sebagai Dunia Buddha, jalannya hanya satu: Nammyohorengekyo. Namu adalah keinginan untuk menyatukan dan memanunggalkan diri denganMyohorengekyo. Namu menjadi sebuah mantra yang berasal dari Bahasa Sansekerta, satu sebutan awal dari mantra. Kaitannya dengan Syoho Jisso adalah sikap kita yang terkadang menyimpang, merubah waktu pertemuanpertemuan demi perayaan imlek. Sebetulnya ini sebuah kebijakan yang kurang tepat, karena perayaan imlek tidak harus diutamakan di komunitas kita. Pribadipribadi silahkan menjalankan sendiri. Kita harus sangat memahami pesan Buddha Niciren, bahwa kita dalam kehidupan kali ini harus selalu mengutamakan Dharma dalam hal apapun. Kemudian, sebagai WNI, juga harus menghormati dan menaati peraturan pemerintah atas hari raya adat-istiadat orang

Tionghoa, yang sebetulnya tidak berkaitan dengan agama. Tapi, seperti pesan Buddha Niciren juga, kalau ingin merayakan pun boleh, tapi harus berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Maka itu, kita mengadakan Dokyo Sodai di setiap daerah untuk mensyukuri. Maka itu, justru ada perayaan ini seharusnya membuat kita semakin inklusif, rukun, dan sederhana. Kalau kita berpendirian sebagai seorang Buddhis, sebagai seorang murid Niciren Daisyonin, kemudian kita tahu semua ini adalah wujud hukum Syoho Jisso, umat NSI harus melakukan gerakan-gerakan yang bisa mengubah ini secara baik. Itu adalah peran NSI dalam masyarakat. Saya bukan hanya menjaga NSI, tapi menjaga umat Buddha dan menjaga bangsa ini, karena guru saya, Buddha Niciren, mengajarkan saya supaya saya menjadi tiang, mata, dan bahtera bagi bangsa Indonesia, bukan hanya menjadi Ketua Umum NSI saja. Maka itu, kita harus inklusif, bukan eksklusif. Bapak, ibu dan generasi muda sekalian juga harus memikirkan masyarakat kita. Imlek boleh saja kita rayakan, tapi jangan sampai menggeser kepentingan Dharma. Justru, hari raya imlek bisa dirayakan karena adanya kekuatan Dharma.


Karena ada Dharma, kita ada hari ini. Kemudian, kita harus banyak berterima kasih pada Buddha Niciren. Dulu, sulit sekali untuk meletakkan cutai pada Dunia Buddha, melibatkan pertapaan yang berlapis-lapis dan bertingkattingkat - bahkan tidak bisa tercapai dalam satu kali kehidupan saja. Dulu, konsepnya juga menjelaskan bahwa perempuan tidak layak untuk bisa mencapai kesadaran Buddha, karena hatinya yang penuh dengan iri hati dan kecemburuan. Ada 52 tingkat pertapaan yang harus dilampaui untuk mencapai kesadaran. Tentu tidak semua orang mampu mencapai hal tersebut, hanya orang-orang yang sangat berbakat. Walaupun begitu, setelah kehadiran Buddha Niciren, ini semua berubah. Pertama, perempuan-perempuan sebetulnya lebih terhormat dari para lelaki. Setelah Saddharmapundarika-sutra, lelaki maupun perempuan, orang baik maupun jahat, yang berbakat maupun yang tidak, semua bisa mencapai kesadaran Buddha, asal semua berpegangan kepada Nammyohorengekyo. Kuncinya adalah Nammyohorengekyo. Kita bisa paham hukum Syoho Jisso dan bisa membuat cutai menjadi Dunia Buddha, kuncinya adalah untuk Namu

pada Saddharmapundarikasutra. Nammyohorengekyo ini multiguna, tapi sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Maka itu, Buddha memerlukan 42 tahun untuk menyampaikan pengantar dan membutuhkan 8 tahun untuk menjelaskan bahwa Nammyohorengekyo dapat (1) memunculkan kesadaran Buddha, kekuatan yang menakjubkan bisa terbuka (2) menjadi cermin bagi diri sendiri. Kita yang sudah setiap bulan ikut berbagai pertemuan dan kensyu pun masih sulit percaya. Ketika hidup berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, kita tahu di mana kita, kapan kita, sedang melakukan apa kita, dan seperti apa kita harus berperilaku. Kita harus mengaitkan semuanya dengan Nammyohorengekyo. Buddha berkata bahwa tugas kita hanya menyampaikan pesan-pesan beliau dengan Dunia Buddha. Kalau kita mau menyampaikan pesan ini, kita harus membuka Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo dari Sandaihiho supaya jiwa Buddhanya keluar. Tidak ada cara lain kecuali Syo Jiki Sya Hoben. Tidak ada cara sekte atau agama lain. Segala macam cara atau upaya tidak usah dipakai lagi. Sikap dan kualitas Daimoku kita juga harus kita tingkatkan. Kita harus konsentrasi dalam menyebut

Nammyohorengekyo, memikirkan bagaimana kita bisa membahagiakan orang lain. Myoho berarti hukum gaib, Renge berarti sebab-akibat, dan Kyo adalah sutra, suara, atau gerakan yang ingin menyelaraskan diri dengan hukum gaib In Ga Guji (sebabakibat secara langsung). Saddharmapundarika-sutra untuk Masa Akhir Dharma adalah Gosyo. Kalau kita membaca 28 bab dari Saddharmapundarika-sutra, kita tidak akan paham. Tapi, Niciren Daisyonin dapat menangkap makna tersirat dari Saddharmmapundarikasutra, sehingga beliau menyampaikannya kepada kita dengan cara yang lebih mudah melalui Gosyo. Namu pada Saddharmapundarikasutra berarti memahami ajaran Niciren Daisyonin dan menggunakan bimbingannya untuk pelaksanaan seharihari. Ajaran itu seperti orang yang mendapatkan obor dalam kegelapan. Kalau kita jalan di tempat yang gelap, pasti kita tidak akan sampai kepada tujuan. Jadikan ajaran sebagai petunjuk kita karena Buddha sudah menunjukkan jalannya. Untuk menentukan bila sikap kita sudah selaras atau belum, kita harus melihat lingkungan kita; apakah sudah berubah menjadi baik atau belum - itulah ukurannya. Kalau Samantabadra | Maret 2019

5


lingkungan disekitar kita, entah di rumah, keluarga, tempat pekerjaan, susunan, berubah menjadi baik, itu mencerminkan perubahan kita juga yang membaik. Esyo Funi berarti lingkungan dan subjek merupakan kesatuan; lingkungan merupakan gambaran atau refleksi dari kita. Ini berbeda dengan Syoho Jisso yang lebih menunjuk kepada hukum kejiwaannya. Esyo Funi merupakan sebuah perspektif dari segi subjek dan lingkungan. Mengenai Kai-e, Kai itu membuka dan e itu prajna. Jadi, sebetulnya Kai-E hanya bisa dengan Nammyohorengekyo, seperti penjelasan pada kutipan kedua. Kebenaran Nammyohorengekyo sudah tidak bisa disangkal lagi. Apapun sudah tidak bisa menolak kebenaran dari Nammyohorengekyo. Kemudian, dalam konteks ini, oknum-oknum setelah sekte Tien-tai mulai menambah-nambahkan ajaran yang menyimpangkan orang-orang dari makna sebenarnya. Langsung, ini dikecam karena tidak ada jalan lain yang bisa Kai-E kecuali mempertahankan dan percaya pada Nammyohorengekyo dan mengenyampingkan ajaranajaran lain. Fungsi dari ajaranajaran lain adalah hanya sebagai pengantara, tapi 6

Samantabadra | Maret 2019

bukan untuk dipakai lagi. Hukum 3,000 dunia atau Icinen Sanzen secara teori disusun oleh Mahaguru Tientai, orang yang sangat cerdas, sampai mendapat julukan sebagai Sakyamuni kecil. Kemudian, disusunlah sebuah teori tentang jiwa. Awalnya, semua jiwa dikategorikan dalam 10 tahapan atau kualitas. 10 dunia ini masingmasing terdiri dari 10 dunia juga. Jiwa yang terdiri dari 100 dunia ini bergerak dalam sebuah aturan atau hukum yang disebut sebagai 10 Nyoze atau 10 aspek kejiwaan. Intinya, kita harus berusaha melakukan pertapaan setiap hari, usaha-usaha yang gigih tanpa henti, supaya kualitas perasaan jiwa kita, terutama cutai kita (landasan pokok kita) berada di Dunia Buddha. Energi dari Dunia Buddha adalah energi yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Sehingga dengan demikian, kekuatan ini akan menjadi tenaga untuk menjadi sebab yang bagus, menarik jodoh yang bagus, menjadi akibat yang bagus, dan tentu nanti menjadi imbalan yang bagus dan membahagiakan. Maka itu, 10 Nyoze adalah hukum bergeraknya jiwa. 1,000 dunia ini memiliki tiga perbedaan: Gonseken, Syujoseken, Kokkudoseken. Ini adalah 3,000 gejolak jiwa dalam sekejap perasaan jiwa. Kita pegang ini untuk mencapai satu sasaran, untuk

menjadikan dunia Buddha sebagai dasar kita. Segala urusan bersumber dari sini. Dalam sehari-hari kita, perasaan jiwa kita terus berubah dalam sekejap. Buddha mengajarkan untuk mengarahkan pikiran kita untuk membahagiakan orang lain. Pikiran tidak mungkin berhenti selama kita masih hidup. Oleh karena itu, contoh di dalam kehidupan sehari-hari adalah menjalankan cara hidup yang berubah total. Hidup kita ini semua terdiri dari siklus sebab-akibat berdasarkan dengan hukum karma. Kita merubah cara hidup kita, dari cara-cara yang berdasarkan 4 dunia buruk menjadi 4 dunia baik. Dengan begitu, karma kita pun akan berubah. I berarti beda, Tai berarti badan, dan Dosyin berarti satu hati. Beda badannya, tapi hatinya satu. Kita yang kumpul disini berbedabeda, tapi mempunyai kepercayaan yang sama, yang mengajarkan tujuan yang sama: Isyo Jobutsu Kosenrufu. Untuk Isyo Jobutsu dan Kosenrufu, hati kita harus menjadi satu. ***


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Memahami Hakikat Syoho Jisso Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 26-27 Januari 2019

Nammyohorengekyo,

Nammyohorengekyo,

dan mengecam kesalahankesalahan dari Sekte Tien-tai Gosyo ini ditulis pada tahun tersebut. 1275, merupakan surat balasan Buddha Sakyamuni pada laporan Syijo Kingo atas membabarkan ajaran selama perdebatannya dengan biksu 50 tahun, yang dibagi menjadi sekte lain tentang Hukum dua fase; 42 tahun adalah Syoho Jisso. Surat balasan ajaran sementara (di mana ini menjelaskan betapa kaum Sravaka, Pratekya pentingnya hukum ini. Kalau Buddha, orang jahat, dan kita lihat, Syijo Kingo adalah wanita tidak bisa mencapai seorang umat biasa, seorang kesadaran Buddha), dan samurai yang berani berdebat ajaran sesungguhnya pada dengan biksu sekte lain. Ini 8 tahun terakhir (di mana adalah salah satu contoh dikatakan bahwa kaum semangat keberanian untuk Dwiyana, Sravaka, dan menegakkan kebenaran; Pratekya Buddha, wanita, hukum yang sebenarnya. maupun orang jahat, Kalaupun orang yang semuanya bisa mencapai menentang kebenaran adalah kesadaran Buddha). seseorang yang berpangkat, Berarti, di dalam seperti seorang biksu, Saddharmapundarika-sutra, seharusnya kita tidak perlu ada penjelasan bahwa takut. semua umat bisa mencapai Pada waktu itu, Sekte Tien- kesadaran Buddha. Ini tai mencampuradukkan ajaran merupakan tujuan kelahiran sementara dengan ajaran dari Buddha Sakyamuni sesungguhnya, mengenai yang ingin memberikan dan ajaran Hukum Kai-E. Maka menunjukkan kepada seluruh itu, Niciren Daisyonin di umat manusia bahwa mereka dalam gosyo ini menjelaskan dapat mencapai kebahagiaan

yang tertinggi. Untuk mencapai kesadaran Buddha ini, Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa teori dasar pokok pencapaian kesadaran Buddha terletak pada Syoho Jisso. Kita sudah belajar bahwa Syoho berarti seluruh keberadaan di alam semesta serta menunjukkan segala gejala. Hal ini berarti bahwa segala gejala apapun, yang ada di alam semesta, di hadapan kita, semua kejadian dalam kehidupan kita merupakan Syoho. Kemudian, Jisso adalah wajah sesungguhnya, wajah keadaan seadanya dari Syoho. Tientai menjelaskan adanya 10 Nyoze dalam Syoho Jisso. 10 Nyoze yang kita baca setiap hari; pagi 15 kali dan sore 9 kali. Ini merupakan penjelasan dari pergerakan jiwa kita berdasarkan Hukum Syoho Jisso, sehingga dikatakan, “di sinilah letaknya kunci untuk pencapaian kesadaran Buddha.� Samantabadra | Maret 2019

7


Kalau kita lihat di dalam 10 Nyoze, ketiga Nyoze pertama (So, Syo, dan Tai) dikatakan sebagai kerangka pokok atau tiga aspek pokok jiwa. Jadi, jiwa kita terdiri dari Nyoze So (wajah yang kelihatan), Nyoze Syo (pikiran ataupun perasaan yang tidak kelihatan), dan Nyoze Tai (inti hakekat jiwa yang sesungguhnya). Tiga kerangka ini menjadi pokok. Adanya wujud dari tiga pokok ini akan bergerak di ketujuh Nyoze (Riki, Sa, In, En, Ka, Ho, Honmakukkyoto). Paling utamanya adalah Nyoze Tai, yang kita ketahui sebagai ‘cutai’, yakni inti hakekat. Kalau inti hakekat kita marah, otomatis Nyoze So atau wajah kita pun, pikiran kita, gerakan tubuh kita pun, akan menunjukkan sikap yang marah. Untuk itu, ketujuh Nyoze akan bergerak semua. Ada kekuatan dalam diri kita untuk memunculkan kemarahan (Riki). Ini langsung dipengaruhi oleh Nyoze Sa (gerak), membuat sebab dan memanggil jodoh (Nyoze In), akhirnya menjadi Nyoze Ka. Selama berlalunya waktu, menjadi imbalan. Dari awal sampai akhir menjadi sama kenyataannya. Kalau dasar awalnya adalah kemarahan, maka akhirnya honmakkukyoto, kita pun mendapatkan suasana yang didasari dengan kemarahan. Ini berlangsung dalam sekejap. Disini, yang dititikberatkan adalah cutai kita. Untuk 8

Samantabadra | Maret 2019

bisa mewujudkan Dunia Buddha, berarti Nyoze Tai kita harusnya berdasarkan Dunia Buddha, maka otomatis wajah, pikiran, dan semua gerakan kita dasarnya sesuai dengan Sang Buddha, maitri karuna dan memikirkan kebahagiaan orang lain. 10 Nyoze ini ada pada Bab 2 Saddharmapundarikasutra. Kita gongyo setiap hari berdasarkan Bab 2 dan 16, Bab 2 menjadi intinya karena menjelaskan bahwa semua umat memiliki jiwa Buddha masing-masing. Disini kita ditekankan untuk bisa memunculkan cutai kita, inti hakekat kita, menjadi Dunia Buddha yang sesungguhnya. Kalau tidak ada jodoh, sulit. Segala apapun harus ada jodohnya. Kita tertawa karena ada yang lucu, kita menangis karena ada jodoh yang sedih. Di dalam Saddharmapundarikasutra Bab 2 ini, walaupun dikatakan bahwa semua umat memiliki Jiwa Buddha, memunculkannya masih hal yang sulit. Tidak ada penjelasan mengenai bagaimana, di mana, dan kapan kita bisa mewujudkannya. Ini hanya merupakan teori. Sama seperti kita, kalau hanya melaksanakan gongyo tapi tidak mengaplikasikan ajaran-ajaran ini pada kehidupan nyata, tidak ada perombakan sifat jiwa, dan tidak mungkin rasa maitri karuna kita muncul,

sehingga tidak mungkin Dunia Buddha kita muncul. Jodoh untuk memunculkan Dunia Buddha ini ada di ajaran yang sesungguhnya. Kalau 10 Nyoze, Syoho Jisso, ada di Ajaran Bayangan (Syakumon). Ini adalah teori, tapi untuk memunculkan itu jodohnya belum ada. Pada Bab Saddharmapundarikasutra yang sesungguhnya, yaitu bab 15-28, pada bab 16 dikatakan bahwa pada masa lampau yang amat jauh, Ku On Ganjo, di dunia ini, bahwa Buddha Sakyamuni sudah mencapai kesadaran Buddha. Dengan menjelaskan ketiga inti ini dalam Bab 16, menjadi jelas bahwa untuk memunculkan Dunia Buddha yang sesungguhnya, hanya menjalankan pertapaan Bodhisattva, yang memiliki sifat dasar maitri karuna, hukum alam semesta yang sesungguhnya. Hukum semesta ini adalah Myoho-renge-kyo. Artinya, hanya dengan Hukum Myohorengekyo ini, baru kita bisa memunculkan Dunia Buddha. Niciren Daisyonin mewujudkan Myohorengekyo ini dalam rupa Gohonzon. Dengan hati kepercayaan kita yang kuat, sungguhsungguh menjalankan Gongyo dan Daimoku, kita akan memunculkan Dunia Buddha yang ada di dalam diri kita sendiri. Hanya dengan hukum ini, tidak ada yang lain. Maka itu, kita


diingatkan untuk selalu Daimoku, menyebutkan Nammyohorengekyo, Namu pada Myohorengekyo. Kita mau menjadi satu dengan alam semesta yang dasarnya maitri karuna. Hanya itu. Maka itu, kita terus melantunkan Daimoku ini berarti kita berusaha, mulut kita menyebut suara yang berasal dari perasaan hati kita. Akhirnya, ini menjadi kebiasaan, sehingga bisa memunculkan Dunia Buddha, yang tanpa kita sadari, setelah sekian lama kita menjalankan hati kepercayaan, terjadi perubahan-perubahan yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia, kejadian yang kita sebut sebagai Myoho (gaib). Kita harus yakin bahwa tujuan Buddha adalah ingin agar kita semua mencapai kebahagiaan yang mutlak. Untuk itu, kita diajak untuk menjalankan dengan sungguhsungguh dan percaya kepada Nammyohorengekyo dari Tiga Hukum Rahasia Agung, tidak ada yang lain. Kemudian, masuk pada penjelasan mengenai Kai-e, di mana dikatakan, “Ajaran Hukum Kai-e bermakna sesat karena keliru memahami teori kalimat sutra.� Kai-e bermakna membuka keampuhan dari jiwa kita sendiri. Ini sudah dibuktikan dan disadari oleh Buddha Sakyamuni, bahwa di dalam jiwa Beliau, sudah bisa memunculkan keampuhannya, kekuatan

jiwanya, yaitu kekuatan jiwa Buddha. Setelah Buddha Sakyamuni menyadari ini, Beliau juga ingin membuka jiwa semua umat manusia agar menyadari bahwa dalam dirinya masingmasing pun, ada kekuatan yang ampuh, yang sedemikian agung dan sama seperti hukum alam semesta yang tidak terjangkau oleh pikiran siapapun juga. Ini adalah kekuatan Dunia Buddha. Setelah Buddha Sakyamuni menjelaskan ini, Sekte Tientai mengambil penjelasan mengenai Kai-e berdasarkan pandangannya sendiri. Sekte Tien-tai mengacaukan pengertian mengenai makna keampuhan Saddharmapundarika-sutra. Jadi, diartikan, setelah menjelaskan bahwa semua umat ada Jiwa Buddha, sekte Tien-tai mengatakan bahwa hal ini berarti semua sutra-sutra yang sudah dibabarkan sama - bahwa semua sutra memiliki keampuhan yang sama dengan Saddharmapundarikasutra. Disinilah, Niciren Daisyonin memecahkan kesalahan mereka. Yang disebut Kai-e yang sesungguhnya adalah hanya mempertahankan Gohonzon dari Trimahadharma Sakti: pertama, hanya percaya kepada Gohonzon - tidak ada yang lain, kedua, membuang seluruh ajaran hukum yang lainnya. Tepatnya, hanya dengan percaya kepada

Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo sesuai dengan Hukum Syoho Jisso. Artinya, seperti kita, setelah kita percaya Gohonzon, sudah dijelaskan bahwa hukum inilah yang paling agung. Namun, kita masih percaya pada ajaran dan sutra yang lain. Kita berpikir bahwa semua ajaran Sang Buddha sama. Ini keliru, justru Niciren Daisyonin mengatakan bahwa kita harus membuang seluruh ajaran dari sutra-sutra yang lainnya. Makna kata ‘dibuang’ tentu bukan berarti sutrasutra yang dibabarkan itu salah atau merupakan bualan. Yang dimaksud Buddha adalah, bahwa sutra-sutra yang lain menjadi pengantar atau pembimbing untuk kita menuju pada ajaran yang sesungguhnya. Ini bisa digambarkan dengan perjalanan kita dalam pendidikan. Saat kita SD, kita diajarkan tentang menghitung angka dalam pelajaran matematika. Saat kita sudah memahami hal itu, kita diajarkan perkalian dan pembagian. Sebelum kita belajar perkalian atau pembagian, yang kita jalankan adalah perhitungan menjumlah yang dijabarkan. Tapi, kalau kita sudah belajar perkalian dan pembagian, kita bisa langsung mengerjakannya tanpa proses yang kompleks. Dalam hal ini pun, pengetahuan kita tentang pembelajaran awal tidak dibuang. Yang sudah

Samantabadra | Maret 2019

9


kita pelajari akan dibawa terus untuk memahami lanjutannya. Begitu juga kita, yang sudah mengenal Hukum Nammyohorengekyo ini. Dulu, sebelum mengenal Gohonzon, yang kita jalankan adalah takhayultakhayul dan kepercayaankepercayaan yang sesat. Kita yang sudah kenal dengan Nammyohorengekyo tidak boleh menjalankan filsafat lainnya. Hal-hal yang ada dalam tradisi kita pun, seperti membakar rumah-rumahan dan mobil-mobilan, tanpa kita sadari, merupakan sebuah bentuk dari mencampuradukkan ajaran. Terlebih lagi, begitu terjadi masalah dan kesulitan seperti penyakit, musibah; pada umumnya, kita kalah dan kembali pada ajaran yang sementara. Kita senang karena ada yang mendoakan kita, ada yang bisa merombak nasib kita, dan sebagainya. Kebanyakan umat melepaskan hati kepercayaan karena musibah-musibah yang mereka alami. Hal-hal seperti ini lah yang mengganggu hati kepercayaan kita. Padahal, sebetulnya, semua kesulitan yang harus kita hadapi adalah karma dari sebab-sebab kita, yang sekarang sudah berjodoh dengan kita. Kita selalu ingin hal-hal yang nyata dan positif. Niciren Daisyonin ingin kita semua untuk membuka jiwa kita dan tidak membiarkan diri kita terpengaruh dengan pengaruh luar. 10

Samantabadra | Maret 2019

Memang Buddha Sakyamuni pernah menjelaskan tentang adanya 80,000 gudang sutra. Tetapi, kalau disusun berdasarkan isinya, itu menjadi tiga kelompok; yang pertama: sutra-sutra yang membabarkan Dwiyana, Sravaka, dan Pratekya Buddha sebagai tujuan hidup manusia, yang kedua: sutra-sutra yang menjelaskan bahwa mencapai keBoddhisattvaan merupakan kehidupan yang tertinggi, dan golongan ketiga: sutrasutra yang menunjukkan bahwa pencapaian kesadaran Buddha merupakan tujuan yang hakiki, serta menjelaskan teori mendasar untuk menjadi Buddha. Buddha Niciren Daisyonin mengambil penjelasan dari Bab 2 Upaya Kausalya, di mana dijelaskan bahwa Buddha hadir di dunia ini karena mempunyai sebabjodoh, dengan maksud pokok untuk menjelaskan satu fakta. Fakta tersebut hanya ingin mengajak semua umat untuk menyadari bahwa di dalam jiwa semua umat, ada jiwa Buddha yang memungkinkan semua mencapai kebahagiaan yang mutlak. Buddha juga ingin semua umat memasuki jalan kebuddhaan, caranya adalah dengan memunculkan dunia Buddha dan memikirkan kebahagiaan orang lain. Kita bersama-sama ada disini juga dilatih membuka jiwa kita yang sesungguhnya (Kai-e), bahwa kita ada

kekuatan yang demikian hebat. Maka, kita jangan berkata bahwa kita tidak bisa, semua bisa mencapai kesadaran. Wujudkanlah yang sesungguhnya. Halhal yang dulu merupakan pengantar bagi kita, tapi semua itu menuju kepada hal-hal yang lebih tinggi dan lebih hebat. Semua adalah pelatihan dan pelaksanaan kita agar perilaku kita bisa sesuai dengan gosyo dan keinginan Sang Buddha. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, kita tidak merasakan adanya perubahan dalam diri kita sendiri. Adanya perubahan dalam diri kita sendiri bisa merubah keluarga, lingkungan, dan susunan kita di NSI. Bukankah demikian? Jadi, jangan lagi kita jalankan hal-hal yang sudah tidak sesuai dengan ajaran sementara, tapi hanya percaya pada Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Kemudian, kita ditegaskan bahwa Syoho Jisso itu mutlak, tidak bisa ditawar-menawar. Kita tidak bisa merubah suasana yang sudah terjadi, karena semua itu adalah wujud dari perasaan jiwa sendiri yang akhirnya terwujud jadi kenyataan, karena Syoho Jisso itu adalah Hukum Alam Semesta Nammyohorengekyo yang tidak bisa berubah. Dalam menjalankan hati kepercayaan, kita tidak boleh mencampur-aduk; kalau sebabnya baik, akibatnya pun baik, begitupun sebaliknya. ***


liputan

Audiensi Ketua Umum NSI dengan Menteri Luar Negeri RI

Selasa, 29 Januari 2019, Ketua Umum NSI bersama budayawan Radhar Panca Dahana beserta tim MBI melakukan audiensi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Lestari Priansari Marsudi untuk menyampaikan hasil Temu Akbar Mufakat Budaya Indonesia (MBI) III 2018. Dari hasil audiensi tersebut, Menteri Retno setuju untuk menyampaikan hasil MBI III akan diajukan

kepada Presiden Joko Widodo agar rekomendasi ini bisa disebarkan dan diinternalisasikan dengan baik ke semua kalangan, lalu diimplementasikan. Rekomendasi yang menjadi semacam titik pijak bersama dan berisi nilai-nilai bangsa Indonesia itu juga perlu “dioperasionalisasikan� melalui jalinan komunikasi dengan penyelenggara negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan,

komunitas kebudayaan, agamawan/tokoh agama dan juga komunitas akademik. Sebelumnya, MBI III menghasilkan lima bidang yang dibahas yang diyakini saling terhubung. Hal ini karena MBI meyakini tidak ada kebangsaan tanpa kebudayaan, tidak ada ideologi tanpa bangsa, serta tidak ada konstitusi tanpa kebudayaan, kebangsaan, dan ideologi. Samantabadra | Maret 2019

11


Sementara itu, sistem dan tata kelola kenegaraan menjadi implementasi dari empat bidang yang disebut sebelumnya. Dari seluruh komisi tersebut kemudian dirangkum menjadi satu bundel rumusan. Poin dalam rumusan tersebut, yaitu kebudayaan Indonesia merupakan manifestasi dari nilai luhur tiap suku bangsa yang perlu diwariskan, dilestarikan, dan diciptakan kembali. Dari aspek kebangsaan, disepakati bahwa yang menjadi identitas bangsa Indonesia ialah menghargai keberagaman, bergotong royong, dan inklusif. Dari aspek ideologi, Pancasila diyakini sebagai sari pati dari nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah “selesai� sebagai ideologi formal. Namun, diperlukan pemalmaan Pancasila yang tidak bersifat indoktrinasi sehingga bisa membuat Pancasila menjadi ideologi lintas generasi bagi bangsa Indonesia. Sementara itu, terkait konstitusi, MBI III merekomendasikan perubahan UUD 1945 dengan berdasarkan pada nilai demokrasi, pluralisme, kearifan lokal, serta mewadahi kemajuan ilmu dan teknologi. Terakhir, masalah kenegaraan, Temu Akbar MBI III bermufakat 12

Samantabadra | Maret 2019

bahwa harus ada gerakan untuk mengembalikan sistem politik dan hukum ke dalam relnya, kepada semangat dan nilai-nilai yang ada dalam suasana batin para pendiri bangsa. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), MPU Suhadi Sendjaja juga sekaligus membicarakan rencana untuk membawa umat dan delegasi kesenian NSI ke Beijing dalam rangka mengikuti festival kesenian di sana dan menampilkan keseniankesenian Tradisional Indonesia. Keikutsertaan atau partisipasi NSI dalam fetival kesenian ini diharapkan sebagai ajang budaya pemersatu bangsa, dan misi yang dibawa Umat NSI mengikuti parade kebudayaan untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian nasional memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta semakin mencintai tanah air Indonesia. ***


Pembinaan Rohani Keagamaan Buddha oleh NSI di Lapas Pemuda 2A Tangerang

Ketua Umum NSI bersama Kepala Lapas yang sedang memberikan sambutan dan pengarahan.

Pada 17 Januari 2019, pengurus Parisadha Buddha Niciren Syosyu Indonesia (NSI) melakukan kunjungan pertama/perkenalan membuka pembinaan baru para bagi warga binaan di Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang. Sebelumnya, Sejak tahun 2013, NSI sudah rutin memberikan pembinaan rohani kepada warga binaan Lapas Pondok Bambu dan Lapas Cipinang. Dalam kesempatan ini NSI telah mendapatkan izin dari Kepala Lembaga

Ketua Umum NSI memimpin upacara dokyo syodai yang diikuti oleh warga binaan lapas beragama Buddha.

Pemasyarakat (Lapas) Pemuda Kelas 2A Tangerang untuk membuka pembinaan rohani keagamaan Buddha di Lapas tersebut. Kepala Lapas sangat menyambut baik dan mengapresiasi pembinaan yang akan dilakukan NSI setiap hari Kamis di lapas tersebut. Pada tanggal 24 Januari 2019, Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja beserta tim penyuluh pembinaan rohani Keagamaan Buddha dari NSI

melakuan prosesi upacara dokyo syodai pemasangan Mandala Pusaka Gohonzon di Wihara Kusala Cetana, ruangan khusus tempat pembinaan rohani Agama Buddha. Upacara Dokyo Syodai dipimpin langsung oleh Ketua Umum NSI. Kiranya pembinaan rohani Keagamaan Buddha bagi warga binaan Lapas Pemuda Kelas 2A Tangerang ini dapat menjadikan para narapidana menjadi manusia yang lebih baik, serta membentuk warga Samantabadra | Maret 2019

13


binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat kembali ke masyarakat dan tidak dikucilkan serta dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat. Selain itu, diharapkan dengan adanya pembinaan rohani keagamaan Buddha para warga binaan lapas memahami bahwa agama harus menjadi sumber kekuatan dan memahami ajaran yang yakini dengan benar dan tepat dan harus benar-benar menjalankan dan melaksanakan apa yang diyakini sesungguhnya sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Selain itu warga binaan juga diharapkan dapat berbaur kembali secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. ***

14

Samantabadra | Maret 2019


Peluncuran dan Bedah Buku Filsafat Jiwa Icinen Sanzen

R

abu, 30 Januari 2019, bertempat di Gedung Gramedia Matraman, Jakarta Timur Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) nebggelah acara peluncuran dan bedah buku “Filsafat Jiwa Icinen Sanzen� Hukum 3.000 Gejolak Perasaan Jiwa Dalam Sekejap. Kegiatan bedah buku ini diinisiasi oleh Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia yang bekerja sama dengan BIP Gramedia. Acara dimulai tepat pada pukul 14.00 WIB.

Ada dua Narasumber dalam acara bedah buku ini, yakni Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, dan Seorang Budayawan Indonesia yakni Bapak Radhar Panca Dahana. Jalannya diskusi tersebut dipandu oleh Moderator Muda yang juga salah satu Generasi Muda NSI yang aktif baik di kegiatan intern NSI maupun kegiatan ekstern seperti kegiataan-kegiatan

kepemudaan, kebudayaan, kebhinekaan, dan public speaking yakni Sdr. Arya Prasetya, S.Pd.B., S.M.B., M.I.Kom., M.Si. Buku Filsafat Jiwa Icinen Sanzen adalah sebuah landasan dari revolusi mental (kami menyebut dengan istilah revolusi jiwa), karena di dalamnya dijelaskan mengenai proses dan cara untuk meningkatkan kualitas mental/jiwa seseorang, selain itu di dalam buku ini juga dijelaskan mengenai Samantabadra | Maret 2019

15


Lahir, tua, sakit, dan meninggal, dan apa yang terjadi setelah manusia meninggal? 6. Makna Buddha Niciren membimbing untuk mepelajari perihal kematian sebelum mempelajari hal hal lainnya.

proses terbentuknya sebuah nasib dalam perspektif agama Buddha Niciren. Buku ini sendiri sebenarnya telah beberapa kali diterbitkan sejak tahun 1970an, namun selama ini buku Filsafat Jiwa Icinen Sanzen hanya diterbitkan dikalangan intern umat Buddha NSI. Namun, melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini pada umumnya dan umat Buddha khususnya yang sedang mengalami krisis mental, dan dirasa bahwa buku ini perlu untuk dibaca oleh masyarakat luas, oleh karena itu buku ini dirbitkan kembali yang telah dimasyarakatkan melalui gerai-gerai toko buku gramedia di Indonesia. Dalam acara bedah buku tersebut disampaikan makna-makna yang di kupas habis oleh dua narasumber. Beberapa point-point pembahasan dalam diskusi bedah buku tersebut yakni : 1. Apa makna dari Icinen Sanzen? (Keadaan sebenarnya dari Jiwa) dan Apa itu Jiwa? Mengapa Jiwa itu penting? Ada apa di dalam jiwa? 2. Bagaimana jiwa itu menentukan bahagia atau tidaknya seseorang? 3. Penjelasan mengenai 10 Nyoze, 10 Dunia, 10 Dunia yang mencakup 10 Dunia. 4. Bagaimana Proses terjadinya perubahan nasib dalam diri seorang manusia tersebut? 5. Bagaimana pandangan Buddhis Niciren Syosyu mengenai siklus 16

Samantabadra | Maret 2019

Antusias dan respon peserta dan tamu undangan pun sangat baik terhadap diselenggarakannya acara bedah bukiu ini. Terbukti pada saat sesi tanya jawab, peserta bersemangat untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan agar dijelaskan lebih detail mengenai isi buku Icinen Sanzen terrsebut hingga waktu yang disediakan telah habis, namun masih ada peserta yang ingin mengajukan pertanyanan atau ingin dijelaskan lebih mendalam mengenai makna jiwa yang sesungguhnya. Dengan diselenggarakannya bedah buku “Filsafat Jiwa Icinen Sanzen� Hukum 3.000 Gejolak Perasaan Jiwa Dalam Sekejap diharapkan masyarakat umum khususnya umat Buddha, baik umat Buddha NSI maupun dari sekte/aliran lain mendapat pemahaman yang lebih mendalam mengenai jiwa. Karena bahwasanya buku mahakarya ini sangat layak dikosumsi untuk masyarakat luas maupun semua sekte agama Buddha, karena pembahasannya yang general dan dapat dipahami. Dengan membaca, menghayati, dan menjalankan kata-kata Buddha Niciren yang tertuang dalam buku ini, kita akan memahami secara mendalam mengenai makna dari jiwa, hingga akhirnya kita semua memperoleh kebahagianan yang hakiki, yakni Mencabut Akar Penderitaan, Jalan Pasti Menuju Kebuddhaan. ***


Dokyo Syodai Peringatan Tahun Baru Imlek 2019

P

eringatan tahun baru imlek pada tanggal 05 Februari 2019 diperingati oleh segenap umat NSI di wihara/cetya daerah masing-masing dengan melaksanakan upacara dokyo syodai. Di Wihara Sadaparibhuta NSI Jakarta, Ketua Umum NSI memimpin upacara dokyo syodai diikuti oleh umat NSI wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI menyampaikan makna peringatan tahun baru yang berarti peningkatan kualitas diri. Masa sekarang dan akan datang harus lebih baik dari masa lalu. Kita bisa memperingati kembali tahun baru imlek hendaknya diiringi doa dan rasa terima kasih kepada negara, karena ada budi negara (pemerintah). Kita adalah komponen dari negara Indonesia. Etnis Tionghoa diakui sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia. Hal ini patut kita syukuri. Kita adalah WNI keturunan Tionghoa. Bukan warga negara Tiongkok. Hendaknya warga negara beretnis Tionghoa senantiasa memahami hal ini. ***

Ketua Umum NSI memberikan sambutan dalam rangka hari raya imlek seusai dokyo syodai di Wihara Sadaparibhuta NSI.

Samantabadra | Maret 2019

17


ajaran

Surat kepada Nicimyo Syonin Gosyo Kensyu

Latar Belakang S

eorang wanita yang menetap di Kamakura telah mengunjungi Niciren Daisyonin di tempat pembuangan di Pulau Sado. Surat ini ditulis untuk memuji hati kepercayaan yang demikian kuat dalam menuntut Hukum Buddha. Nama Nicimyo Syonin penerima surat ini, dianugerahkan oleh Niciren Daisyonin sebagai pujian terhadap kesungguhan hatinya. Nama aslinya tidaklah jelas, Yang Arya Bhikku Tertinggi ke-59 Nicikko Syonin menduga ia adalah ibu Otogoze. Pada bulan ke-2 tahun Bun-ei ke-9, Niciren Daisyonin telah selesai menulis surat membuka mata, dan pada bulan ke-3, menulis Surat dari Sado yang diberikan ke seluruh murid dan penganut yang berada di Kamakura, karena sejak tanggal 3 bulan ke-4 Niciren Daisyonin dipindahkan ke Icinosawa, maka surat ini pun ditulis di kediaman Honma di Icinosawa. Dari Surat Membuka Mata, Surat dari Sado, dan berbagai surat lainnya yang ditulis pada waktu itu, dapat diperkirakan para murid Beliau banyak yang mundur dan bahkan berbalik mengkritik. Suatu kenyataan bahwa penganiayaan Tatsunokuci yang dilanjutkan dengan Hukuman Pembuangan di Pulau Sado

18

Samantabadra | Maret 2019

tidak hanya merupakan penganiayaan terbesar bagi Niciren Daisyonin, bahkan banyak diantara penganut dan murid Beliau yang ditindas dengan diusir dari tempat tinggal, dibebankan pajak yang berat, dikenakan hukuman penjara. Tidak aneh dalam keadaan seperti itu, banyak orang terjerumus ke dalam ketidakpercayaan, sungguh merupakan saat yang penuh penderitaan. Sekalipun demikian, dalam keadaan seperti itu, Nicimyo Syonin seorang janda yang tidak memiliki tempat bersandar dalam kehidupan dan memiliki anak yang masih kecil telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado. Hati kepercayaannya sungguh merupakan hal yang luar biasa. Di dalam surat ini dikutip contoh para pelaksana yang menyumbang jiwa raga di masa lampau untuk mengakui dan memuji kesungguhan hati kepercayaan Nicimyo Syonin yang kuat dan kokoh, sekejap pun tak tergoyahkan, sekalipun beliau seorang wanita. Dengan memperttimbangkan latar belakang pada waktu itu, dapatlah dirasakan hati Niciren Daisyonin secara lebih mendalam.


Isi Gosyo

D

ahulu kala ada seorang yang bernama Dharma-arthin (Gyobo-bonji). Ia berkelana dari satu negara ke negara lainnya selama 12 tahun untuk mencari hukum Ajaran Buddha. Pada waktu itu, tidak satupun dari Triratna Buddha, Dharma dan Sangha yang telah muncul. Sekalipun demikian Dharma-arthin tetap mati-matian melanjutkan pencariannya akan Hukum Buddha seperti orang yang kehausan mencari air atau orang yang kelaparan mencari makanan. Pada suatu hari seorang Brahmana datang kepadanya dan berkata, “Saya mempunyai sebait ajaran suci. Bila Anda benar-benar mau mendengar Hukum Buddha dan menginginkannya, akan saya berikan.” Dharma-arthin menjawab, “Sesuai dengan yang Anda katakan, saya memang menginginkan Hukum Buddha.” Brahmana itu berkata, “Kalau Anda memang bersungguh hati, pertama kupaslah kulit Anda untuk dijadikan kertas, kemudian cabutlah sebuah tulang untuk kuas, hancurkanlah sumsumnya sebagai tinta dan cucurkanlah darah menjadi pelarut. Bila Anda bersedia melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menuliskan Hukum yang akan disampaikan, maka Saya bersedia membabarkan syair Buddha.” Pada waktu itu Dharma-arthin sangat bergembira. Sesuai dengan yang dikatakan, ia mengupas kulitnya, mengeringkan dan dijadikannya sehelai kertas kulit; tidak satu katapun ditentangnya. Setelah melakukan semua yang diperintahkan, Brahmana itu lenyap dalam sekejap. Dharmaarthin meratap menengadah ke langit dan kemudian bersujud ke tanah. Buddha merasakan kesungguhan hati Dharma-arthin sehingga muncul dari arah bawah dan membabarkan, “Bertapalah Hukum yang sebenarnya, jangan melaksanakan Hukum yang sesat. Baik dalam hidup ini maupun yang akan datang, orang yang melaksanakannya akan menetap dengan tenang dan tenteram (myo ho o syugyo, hiho fu o gyo, konze nyaku goze, gyobo ja annon).” Pada saat Dharma-arthin mendengar syair ini, seketika ia menjadi seorang Buddha. Syair ini terdiri dari 20 aksara kanji. Pada masa lampau, ketika Bodhisattva Sakyamuni menjadi Raja Cakravarti, Beliau menghormati delapan aksara yang berbunyi, “Setiap yang dilahirkan tentu akan mati, penderitaan hidup musnah ini untuk menjadi bersuka ria (bussyo kyosyi mece i raku).” Sebagai penghormatan dan pemuliaan kepada delapan aksara tersebut, Beliau mengubah badannya sendiri menjadi seribu obor untuk disumbangkan kepada kedelapan aksara . Tambahan pula, dalam upaya menganjurkan orang banyak. Beliau menulis aksara itu pada dinding batu dan jalan utama sehingga mereka yang melihatnya dapat membangkitkan hati kesadaran . Sinar seribu obor ini mencapai jauh hingga surga Trayastrimsa, dan menjadi penerangan bagi Dewa Indra dan dewa-dewa surga lainnya. Dan juga dalam kehidupan lampau lainnya, Bodhisattva Sakyamuni masih menuntut Hukum Buddha. Pada suatu hari, seorang penderita kusta menghadap Sang Bodhisattva, “Saya mempertahankan Hukum Sebenarnya. Hukum Sebenarnya ini terdiri dari 20 aksara. Bila anda bersedia memijit tubuh kustaku, memeluk dan menjilatinya , memberi saya makan dua atau tiga kali daging Anda sendiri setiap hari, saya akan membabarkan Hukum ini.” Sang Boddhisattva melakukan tepat seperti yang diminta penderita kusta. Sebagai hasilnya, Beliau memperoleh ke-20 aksara dan menjadi Buddha. Ke-20 aksara itu adalah Buddha telah membuktikan dan memperoleh nirvana, memutuskan ikatan penderitaan hidup dan mati untuk waktu yang lama. Samantabadra | Maret 2019

19


Jika ada orang yang mendengar sesungguh hati, pasti mendapat bersukaria tanpa batas (nyorai syo nehan, yo dan o syoji. Nyaku fu syi syin jo, to toku muryo raku). Pada masa lampau ada seseorang yang disebut Putra Himalaya. Di gunung Himalaya itu Hukum non-Buddhis telah mengakar, tetapi Hukum Buddha sama sekali belum pernah diperdengarkan. Pada waktu itu, ia mendengar Iblis raksasa menghafal sebait syair yang dimulai dengan, “Segala sesuatu adalah fana, ini adalah Hukum hidup dan musnah (syojo mujo,sesyo mece mece ho).” Akan tetapi, iblis itu hanya mengucapkan delapan aksara pertama dari syair tersebut dan tidak membabarkan kelanjutannya. Walaupun Putra Himalaya merasa gembira tak terkatakan mendapat delapan aksara permulaan, tetapi perasaan jiwanya bagaikan mendapat setengah butir permata cintamani atau sama seperti bunga yang mekar tetapi tidak menjadi buah. Ketika Putra Himalaya meminta diperdengarkan delapan aksara lanjutannya, iblis raksasa itu menjawab, “Aku sudah kelaparan selama beberapa hari. Hal ini mengacaukan pikiranku sehingga tidak mampu mengucapkan delapan aksara kelanjutannya. Oleh karena itu, berikan aku makanan!” Putra Himalaya bertanya, “Apa makananmu?” Iblis itu menjawab, “Saya makan daging dan darah manusia yang hangat. Walaupun aku dapat terbang dengan bebas dan mencarinya berkeliling ke seluruh penjuru empat dunia, sulit mendapatkan daging dan darah yang hangat. Karena manusia dilindungi oleh dewa, kalau orang tidak berdosa , sulit untuk dibunuh.” Putra Himalaya menjawab, “Aku akan mempersembahkan badanku sendiri, karena itu ajarkanlah delapan aksara sisanya.” Iblis itu kembali berkata, “Kau memang berprajna dan cerdas sekali, kau dapat memperdayakanku!” Putra Himalaya menjawab, “Bila seseorang menawarkan emas dan perak sebagai pengganti puing tidakkah akan diterima? Bila aku mati siasia di gunung ini, badanku akan ditelan oleh burung nasar,serigala dan harimau, dan sedikitpun tak ada karuni kebajikan untukku. Sebaliknya, bila aku menukar jiwa dengan kedelapan aksara lanjutannya, ini seperti menukar kotoran dengan nasi.” Iblis itu berkata, “Aku masih tak percaya!” Putra Himalaya meyakinkannya, “Marilah kita menetapkan para saksi.” Saksi para Buddha di masa lampau, seperti Dewa Brahma, Sakra Devanam Indra, Dewata Surya dan Candra serta Caturmaharajakayika pun akan menjadi saksi. Akhirnya iblis menyatakan, “Baiklah, aku akan membabarkan kelanjutannya.” Puta Himalaya membuka baju kulit rusanya dan membentangkannya sebagai tempat duduk sang iblis. Kemudian, dia menekuk lutut kanannya dan dengan mengatupkan kedua tangannya meminta iblis itu duduk di situ. Iblis itu duduk di tempat yang telah disediakan dan mulai membabarkan, “Setelah memusnahkan hidup dan musnah, menjadi kesukaan nirvana (syo mece mece ji jakumece i-raku).” Ketika putra Himalaya selesai mempelajari seluruh syair, ia menuliskannya di pohon-pohon dan batu-batu. Setelah selesai, dia melemparkan dirinya ke mulut sang iblis raksasa itu. Putra Himalaya tersebut di atas adalah Buddha Sakyamuni sekarang ini, sedangkan iblis raksasa merupakan penyamaran Dewa Indra. Bodhisattva Baisyajaraja membakar sikunya selama tujuh puluh dua ribu tahun sebagai persembahan di hadapan Saddharmapundarika-sutra. Selama jangka waktu yang panjang, Bodhisattva Sadaparibhuta karena 24 kata dihina,dipukul, dan dilempari dengan tongkat, kayu dan batu oleh bermacam-macam empat kelompok umat. Arti ke-24 kata tersebut adalah “Saya menghormati Anda secara mendalam. Saya tidak berani merendahkan atau menyombongkan diri. Mengapa demikian? Karena Anda semua dengan melaksanakan jalan ke-Bodhisattva-an pasti menjadi Buddha.” Bodhisattva Sadaparibhuta tersebut di atas adalah Buddha Sakyamuni

20

Samantabadra | Maret 2019


sekarang ini. Di masa lampau, demi kelima huruf Myohorengekyo, Raja Suzudan bekerja keras melayani pertapa Asita selama seribu tahun. Bahkan ia menjadikan tubuhnya sebagai lantai. Ia adalah Buddha Sakyamuni sekarang ini. Myohorengekyo terdiri dari delapan rol. Membaca delapan rol ini sama dengan membaca enam belas rol, karena merupakan sutra yang dibabarkan dan dijelaskan oleh kedua Buddha. Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna. Keenam belas rol itu merupakan rol-rol yang tak terbatas dan tak terhingga. Alasannya , karena kebenarannya telah jelas dibuktikan oleh para Buddha dari sepuluh penjuru. Dengan cara yang sama, satu aksara sutra tersebut sama dengan dua aksara, karena merupakan aksara dari kedua Buddha, Sakyamuni dan Prabhutaratna. Lagipula, satu aksara adalah aksara yang tak terhingga, karena sutra tersebut terang dibuktikan oleh para Buddha dari seluruh penjuru. Sebagai umpama, walau permata cintamani itu hanya sebutir, namun dapat mencurahkan harta berupa dua permata sampai permata tak terhingga. Demikian pula sama halnya satu aksara dalam Saddharmapundarika-sutra adalah satu pusaka, aksara yang tak terhingga adalah permata pusaka yang tak terhingga. Pada satu aksara Myo terdapat dua lidah, yakni lidah kedua Buddha, Sakyamuni dan Prabhutaratna. Lidah dari Kedua Buddha ini adalah Pundarika berkelopak delapan. Di atas susunan Pundarika berkelopak delapan terdapat permata pusaka. Ini adalah satu aksara Myo. Permata Myo ini, pada masa lampau kehidupan Buddha Sakyamuni dikatakan sebagai Karunia kebajikan karena melaksanakan Dana Paramita mempersembahkan badan-Nya kepada seekor harimau yang kelaparan dan dengan memberikan jiwa-Nya kepada burung rajawali demi menyelamatkan burung merpati. Juga, karunia kebajikan karena melaksanakan sila paramita sebagai Raja Shudama yang tidak pernah berdusta, serta karunia kebajikan lainnya. Atau karunia kebajikan sebagai pertapa suci Ksantivadin yang menahan siksaan Raja Kari, dan berbagai karunia kebajikan sebagai Pangeran Dana, sebagai pertapa Shojari serta karunia kebajikan lainnya dari ribuan pelaksanaan Enam Paramita. Semua karunia kebajikan tersebut tercakup dalam satu aksara Myo ini. Melalui permata Myo ini, Buddha Sakyamuni telah mengaruniakan kita, umat masa Pascimadharma (Akhir Dharma) yang keruh yang tidak pernah melaksanakan pertapaan satu akar kebaikan pun, karunia kebajikan yang penuh padat dari seluruh puluhan ribu pelaksanaan pertapaan Enam Paramita (roku do mangyo). Ini sesuai dengan pernyataanNya, Sekarang seluruh Triloka adalah milik-Ku. Seluruh umat manusia di dalamnya adalah anakanak-Ku (Bab Perumpamaan). Walaupun kita sebagai manusia biasa terikat oleh hawa nafsu, kita segera mendapatkan karunia kebajikan yang sama dengan Buddha Sakyamuni, berarti dapat menerima seluruh karunia kebajikan Guru Buddha Sakyamuni. Dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Sama seperti Saya tanpa ada perbedaan sedikitpun.� (Bab Upaya Kausalya) Kalimat ini berarti, orang yang percaya dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra akan sama dengan Buddha Sakyamuni. Sebagai umpama, perpaduan serasi antara seorang ayah dan ibu akan melahirkan seorang anak. Badan anak itu secara keseluruhan merupakan badan ayah ibunya. Hal ini tidak dapat disangkal oleh siapapun. Anak seekor raja sapi adalah raja sapi, dia tak akan menjadi raja manusia atau raja dewa. Sekarang pelaksana Saddharmapundarika-sutra adalah anak Buddha Sakyamuni, sebagaimana dinyatakan dalam sutra, “Seluruh umat manusia di dalamnya adalah anak-anak-Ku. Dengan demikian, untuk menjadi raja Hukum seperti Guru Buddha Sakyamuni tidaklah sulit.� Akan tetapi, anak yang tidak berbakti tidak akan dapat meneruskan jejak ayah bundanya. Samantabadra | Maret 2019

21


Raja Yao mempunyai putra mahkota yang bernama Tan Chu dan Raja Shun mempunyai putra mahkota yang bernama Shang Chuen. Karena kedua putra itu tidak berbakti, mereka dibuang oleh ayah mereka masing-masing dan diturunkan derajatnya sebagai rakyat biasa. Chung Hua dan Yu, keduanya adalah anak rakyat jelata, tetapi karena hati berbakti mereka mendalam sekali. Raja Yao dan Shun memanggil mereka untuk diserahkan tahta kerajaan. Berarti badan rakyat jelata dalam sekejap menjadi badan raja. Sebagaimana seorang rakyat jelata dengan badan seadanya menjadi badan raja, demikian pula seorang manusia biasa dapat menjadi Buddha dengan segera. Ini merupakan hati-pokok teori Icinen Sanzen. Kemudian, bagaimanakah kita dapat memperoleh karunia kebajikan Saddharmapundarikasutra? Haruskah kita mengupas kulit sebagaimana dilakukan Dharma-arthin, atau meneladani Putra Himalaya dan lainnya dengan memberikan tubuh kita kepada iblis, ataukah harus membakar siku kita ? Sebagaimana pernyataan Mahaguru Chang-an, “Mengambil atau membuang harus sesuai dengan waktu, tidak ada penyamarataan, Hukum Pelaksanaan pencapaian kesadaran Buddha dengan melaksanakan Hukum sebenarnya harus sesuai dengan waktu. Bila di Jepang tidak ada kertas, Anda harus mengupas kulit tubuh. Seandainya Saddharmapundarika-sutra belum masuk ke negeri Jepang dan yang mengetahui sutra itu hanya iblis, hendaknya Anda memberikan tubuh padanya. Bila tidak ada minyak di Jepang , Anda harus membakar siku, Tetapi di Jepang telah penuh tersedia kertas tebal, sehingga apa gunanya mengupas kulit tubuh?� Hsuan-tsang berkelana ke seluruh India di arah Barat untuk mencari Dharma selama 17 tahun dengan menempuh jarak sejauh seratus ribu mil. Mahaguru Dengyo tingal di Tiongkok hanya selama dua tahun, tetapi menempuh tiga ribu mil dengan menyeberangi laut yang bergelombang besar. Hal-hal ini mengenai pria dan terjadi pada zaman dahulu, juga tentang orang arif dan orang bijaksana. Sampai sekarang. Saya belum pernah mendengar seorang wanita yang menempuh sampai seribu mil untuk mendengar Hukum Buddha. Meskipun ada pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya dari Putri Naga dan penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha bagi Bhikkuni Maha Prajapati. Saya kira, agaknya Sang Buddha dan Bodhisattva mewujudkan bentuk sementara sebagai wanita. Sekalipun demikian, peristiwa ini terjadi di masa Sang Buddha ada. Kodrat wanita memang sejak awal mula berbeda dengan seorang pria, seperti api yang panas dan air yang dingin. Nelayan cakap dalam menangkap ikan dan pemburu mahir dalam menjerat rusa. Kalimat sutra menerangkan bahwa wanita itu pandai dalam hal-hal seksual, tetapi sampai sekarang belum pernah terdengar, seorang wanita yang pandai dalam Hukum Buddha. Dalam Hukum Buddha, hati seorang wanita diumpamakan sebagai angin sepoisepoi; bahkan meskipun dapat mengikat angin, sulit sekali menggenggam hati wanita. Hati seorang wanita diumpamakan bagai menulis di permukaan air. Tulisan di atas air ini tentu tidak akan berbekas. Seorang wanita diumpamakan sebagai seorang pembual, pada suatu saat sebagai orang yang benar dan pada saat lain menjadi orang yang munafik. Seorang wanita diperumpamakan dengan sungai, karena semua sungai berliku-liku. Akan tetapi, Saddharmapundarika-sutra membabarkan mengenai hal-hal yang tulus dan jujur, yakni dengan jujur dan tulus membuang seluruh ajaran sementara, dan lain-lain dan semua adalah benar, perasaan jiwa yang jujur dan lembut serta orang yang berhati jujur, damai dan lembut dan sebagainya. Oleh karena itu orang yang mempercayai sutra ini adalah orang yang berhati lurus seperti rentangan tali busur yang tegang atau tali sipat seorang tukang kayu.

22

Samantabadra | Maret 2019


Seseorang mungkin dapat terus menerus bersikeras bahwa kotoran adalah kayu cendana, tetapi tentu kotoran tidak mempunyai keharuman cendana tersebut. Walaupun seorang pembual mengatakan bahwa ucapannya bukan bualan, tetapi kata-kata bualan tidak dapat dipersamakan dengan kata-kata yang benar. Seluruh Sutra dibabarkan melalui mulut emas Sang Buddha, maka bukan merupakan kata-kata bualan. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan Saddharmapundarika-sutra, semuanya merupakan kata-kata bualan, kata-kata yang aneh, katakata yang buruk, dan kata-kata berlidah dua. Hanya Saddharmapundarika-sutra sendiri yang merupakan kebenaran dari seluruh kebenaran lainnya. Hanya orang yang tulus dan jujur yang dapat mempercayai dan memperoleh Saddharmapundarika-sutra yang berisi kata-kata yang benar. Sekarang Anda merupakan seorang wanita yang berkata-kata benar. Haruslah diketahui hal ini! Walaupun seseorang menemukan orang yang dapat menyeberangi lautan dengan menjunjung Gunung Semeru di kepalanya, tidak seorang pun dapat menemukan seorang wanita seperti Anda. Bahkan, walau seseorang dapat menemukan orang yang dapat mengukus pasir dan membuat nasi dari pasir itu, tidak seorang pun dapat menemukan seorang wanita seperti Anda. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, seluruh Buddha emanasi dari seluruh penjuru, para Maha bodhisattva seperti Visishtacaritra dan Anantacaritra serta lainnya. Dewa Mahabrahma, Dewa Indera, Catur Maharajakayika, dan lainnya akan melindungi Anda seperti bayangan mengikuti badan. Tidak diragukan lagi bahwa Anda adalah wanita pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang apling utama di Jepang. Karena itu, sesuai dengan makna Bodhisattva Sadaparibhuta dan lain-lain. Saya menganugerahkan Anda sebuah nama Nicimyo Syonin. Dari Kamakura di propinsi Sagami sampai negara utara Negara Sado berjarak lebih dari seribu mil, harus melewati pegunungan dan lautan. Gunungnya menjulang tinggi lagi terjal, lautnya bergelombang besar terus-menerus. Angin dan hujan tidak mengikuti musim. Di gunung penuh dengan para perampok dan di laut penuh dengan para perompak. Hati manusia di setiap persinggahan sama seperti anjing atau harimau, dan Anda pasti merasakan seakan-akan badan sendiri sekarang mengalami penderitaan Tiga Dunia Buruk. Terlebih lagi masa sekarang sangat kacau. Semenjak tahun lalu, negeri kita telah dipenuhi dengan pemberontakan, dan pada hari kesebelas bulan kedua tahun ini pertempuran telah terjadi. Sekarang telah mendekati akhir bulan kelima, tetapi keadaan masyarakat belum aman dan tenang. Walaupun demikian, Anda membawa anak yang masih kecil, sebab ayahnya tidak dapat diandalkan untuk menjaganya karena telah lama berpisah. Walaupun masih banyak yang dipikirkan, tetapi sulit sekali untuk menuangkannya dalam tulisan dan juga perasaan hati ini sulit dimengerti, sehingga Saya mengakhiri surat ini sampai disini. Hari kedua puluh lima bulan kelima tahun Bun-ei ke-9 (1272) Tertanda, Niciren

Samantabadra | Maret 2019

23


Kutipan Gosyo

1

Dahulu kala, ada seorang yang bernama Dharma-arthin (Gyobo-bonji). Ia berkelana dari satu negara ke negara lainnya untuk mencari Hukum Ajaran Buddha. Pada waktu itu , tidak satupun dari TriratnaBuddha, Dharma dan Sangha yang telah muncul. Sekalipun demikian, Dharma-arthin tetap mati-matian melanjutkan pencariannya akan Hukum Buddha seperti orang yang kehausan mencari air atau orang yang kelaparan mencari makanan. Keterangan: Surat ini diawali dengan mengutip cerita Dharma-arthin pada masa lampau sebagai contoh orang yang menuntut Hukum Buddha tanpa mempedulikan jiwa raga. Cerita Dharma-arthin ini terdapat dalam Prajna Paramita Sastra karangan Nagarjuna. Kisah ini melukiskan Dharma-arthin yang menuntut Hukum Buddha dengan mengupas kulit tubuhnya untuk dijadikan kertas, mencabut tulangnya sebagai kuas, menghancurkan sumsumnya sebagai tinta, dan mengucurkan darahnya sebagai pelarut. Brahmana yang berjanji mengajarkan Hukum Buddha ternyata lenyap tanpa mengajarkan apa-apa. Tetapi kemudian Sang Buddha muncul di hadapan Dharma-arthin yang tengah meratap dan mengajarkan syair 20 kata, sehingga dengan itu Dharma-arthin dapat mencapai kesadaran Buddha. Dari kisah yang tertera dalam isi surat dapat kita tarik beberapa kesimpulan . Dharmaarthin berkelana ke berbagai negara selama 12 tahun untuk menuntut Hukum Buddha dengan hati yang menyerupai orang haus mencari air dan orang lapar mencari makanan. Mempertahankan Icinen menuntut Hukum selama 12 tahun secara berkelangsungan bukanlah hal yang mudah. Tetapi justru hati 24

Samantabadra | Maret 2019

yang menuntut secara berkesinambungan ini merupakan sifat sesungguhnya dalam menuntut Hukum Buddha. Dan juga, berkelana ke berbagai negara diartikan sebagai perjalanan Nicimyo Syonin yang jauh dari Kamakura ke Pulau Sado. Hal ini mengajarkan bahwa bagi orang yang menuntut hukum Buddha, jarak sejauh apapun tidak menjadi halangan untuk tetap mencarinya. Sedangkan kalimat yang menggambarkan pencarian Hukum Buddha bagaikan orang yang haus mencari air dan orang lapar mencari makanan, mengandung makna bahwa hati yang menuntut Hukum Buddha harus bangkit dan muncul dari kedalaman jiwa. Bila hati yang menuntut Hukum Buddha muncul dari dasar jiwa yang mendalam. akan sesuai dengan perkataan telah mengorbankan jiwa dengan mengupas kulit dan menghancurkan tulang. Brahmana yang berjanji akan mengajarkan Hukum Buddha, tetapi kemudian menghilang dapat disamakan dengan Bhikku pemfitnah Hukum yang kelihatan agung. Orang yang bersungguh hati menuntut hukum Buddha, dapat melihat sifat pokok sebenarnya secara jelas. Kesungguhan hati dalam menuntut hukum Buddha pasti mendatangkan imbalan, seperti diterangkan bahwa Buddha memunculkan diri-Nya dari bawah untuk membabarkan Dharma sesuai dengan yang dibabarkan dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra, Sang Buddha menetap secara kekal di Dunia Saha ini dan memperlihatkan rupanya sesuai dengan keinginan hati umat manusia yang menuntut Hukum Buddha. Dengan demikian, hanya hati yang sungguh-sungguh menuntut hukum Agama Buddha-lah yang dapat melihat dan mendengar ajaran yang dibabarkan itu. Bila tidak memiliki hati menuntut Hukum Buddha. Walaupun dekat namun tidak dapat melihatnya


(sui gon ni fuken), maka tidak dapat melihat Sang Buddha dan tidak pula dapat mendengar Hukum Buddha. Penjelasan bahwa kemunculan seorang Buddha jarang terjadi dan amat sulit dijumpai, menggambarkan betapa sulitnya bagi seorang untuk menimbulkan hati menuntut Hukum Buddha secara sungguh-sungguh. Bila mengkaji makna dua puluh kata dalam kutipan Bertapalah hukum yang sebenarnya, jangan melaksanakan Hukum yang sesat. Baik dalam hidup ini maupun yang akan datang, orang yang melaksanakannya akan menetap dengan tenang dan tenteram (myoho o syugyo, hiho fu ogyo, konze nyaku goze, gyobo ja annon). Maka dalam melaksanakan Hukum yang benar akan didapatkan suasana jiwa yang tenang dan tenteram yang melampaui hidup dan mati. Dengan demikian, keterangan di atas mengajarkan bahwa pelaksanaan Hukum Sakti merupakan kunci untuk merasakan dan menyadari jiwa kekal abadi yang tidak berubahrubah, sehingga Dharma-arthin yang menuntut Hukum Sebenarnya dengan mengorbankan jiwa raga dapat menikmati kepuasan hati sepenuhnya.

2

Pada masa lampau ketika Bodhisattva Sakyamuni menjadi Raja Cakravarti. Dan juga pada kehidupan masa lampau lainnya, Bodhisattva Sakyamuni masih menuntut Hukum Buddha. Pada suatu hari seorang penderita kusta berkata kepada Bodhisattva ini.

GM

Keterangan: Dalam bagian ini dijelaskan contoh-contoh pertapaan Buddha Sakyamuni ketika masih menjalankan pertapaan kebodhisattvaan. Adapun cerita ketika sebagai Raja Cakravarti dikutip dalam Sutra Daihoben Buppoon sedang cerita mengenai melayani orang berpenyakit kusta, dikutip dari Sutra Nirvana. Walau pada cerita yang terdahulu ajaran Sang Buddha terdiri dari delapan kata dan dalam cerita berikutnya dua puluh kata, tetapi yang menjadi inti cerita di atas adalah semangat menuntut, menyumbang, dan menyebarkan ajaran

Buddha tanpa menghiraukan jiwa raga. Contoh, ketika masih sebagai Raja Cakravarti yang menyumbangkan jiwa raga, dan telah menuliskan kedelapan kata tersebut di dinding batu dan jalan-jalan utama untuk membangkitkan hati kesadaran orang banyak, lebih merupakan contoh penyebarluasan Hukum daripada sebagai menuntut Hukum. Kemudian, mengenai sumbangan cahaya ribuan obor yang mencapai surga Trayastrimsa dan menjadi penerangan di seluruh surga, dimaksudkan sebagai perwujudan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Adalah kebiasaan sifat manusia biasa, bila memiliki kekuasaan merasa dirinya agung dan sombong serta merendahkan orang lain. Perihal Buddha Sakyamuni ketika masih sebagai Raja Cakravati yang menggantikan jiwa raganya dengan ribuan obor karena mengagungkan kedelapan kata. Pada dasarnya menunjukkan bahwa betapapun harus selalu mengagungkan Hukum Buddha, sama sekali tidak boleh memiliki hati yang sombong. Perkataan menggantikan jiwa raganya, berarti bukan menyumbangkan uang negara atau uang rakyat, tetapi menyumbang dengan mengorbankan seluruh harta milik sendiri. Dan kalimat menasehati orang banyak bermakna bukan merupakan paksaan melalui kekuasaan, tetapi anjuran dengan jalan berdialog antara seorang dengan orang lainnya secara kemanusiaan. Melaksanakan sesuatu melalui kekuasaan merupakan hal yang mudah, tetapi hendaknya diketahui bahwa pelaksanaan sesuatu dengan kesungguhan hati sendiri tanpa menggunakan kekuasaan akan menghasilkan karunia kebajikan yang agung. Cerita selanjutnya mengenai melayani penderita kusta semenjak dahulu kala, penyakit kusta ditularkan kepada orang lain melalui persentuhan, sehingga pada umumnya orang segan mendekati penderita penyakit tersebut. Bodhisattva Sakyamuni untuk mempelajari keduapuluh kata Hukum Buddha bertekad tidak menyayangi jiwa sendiri. Sesuai dengan yang dituntut kepada-Nya. Beliau tidak segan-segan melayani dengan memijat, memeluk, menjilat Samantabadra | Maret 2019

25


bukan sesuatu yang mudah. Tentu saja sudah merupakan kebiasaan, manusia mudah terikat pada ukuran bentuk luar dan kedudukan dalam menentukan tinggi rendahnya seseorang. Apalagi bila suasana atau kehidupannya rendah atau kurang unggul, sekalipun orang tersebut berkepribadian dan baik, jiwanya menjadi terikat, sehingga bagaimanapun cerdasnya orang yang membabarkan Hukum yang benar dan unggul, orang tersebut tidak mau mendengarkannya. Cerita Putra Himalaya yang menuntut Hukum kepada Iblis yang hina menunjukkan bahwa dalam upaya mendapatkan Hukum Buddha tidak boleh bergantung pada pembabarnya, tetapi betapapun harus berpegang pada Hukum. Ini menerangkan Pada masa lampau ada seorang yang teori mendasar Berpegang pada Hukum, tidak disebut Putra Himalaya. Di gunung Himalaya itu Hukum non-Buddhis telah boleh berpegang pada manusia (eho fu enin). mengakar, tetapi Hukum Buddha belum pernah Sutra Nirvana yang ditujukan untuk setelah diperdengarkan. Pada waktu itu, ia mendengar kemoksyaan Sang Buddha, mengajarkan sifat dan semangat pokok pelaksanaan iblis raksasa menghafal sebait syair yang Hukum Buddha. Semangat dan sifat pokok dimulai dengan segala sesuatu adalah fana. ini pelaksanaan ini tidak boleh dilupakan oleh kita adalah Hukum hidup dan musnah (syojo mujo, yang melaksanakan Hukum Agung Masa Akhir sesyo mece mece ho). Akan tetapi, iblis itu Dharma untuk selama-lamanya. hanya mengucapkan delapan aksara pertama Selanjutnya , marilah kita merenungkan dari syair tersebut dan tidak membabarkan beberapa makna yang terkandung dalam kelanjutannya. syair yang didengar Putra Himalaya. Segala sesuatu adalah fana, ini adalah Hukum hidup Keterangan: dan musnah, setelah memusnahkan hidup dan Kisah Putra Himalaya yang terdapat dalam musnah, menjadi kesukaan Nirvana (syojo kujo, Sutra Nirvana menceritakan bahwa perilaku sesyo mece mece ho; syo mece mece ci, jaku Putra Himalaya yang memberikan jiwa raga mece I raku). sendiri, sesuai dengan isi setengah syair sutra Bagian paruh awal syair beranggapan yang ingin didengarnya. Walau sebenarnya iblis yang meminta darah dan daging Putra Himalaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, sebagai pengganti mengajarkan setengah syair hanyalah merupakan perputaran hidup dan Hukum Buddha merupakan penjelmaan Dewa musnah. Ini merupakan pandangan fana ajaran Indra, tetapi dalam perwujudan yang tampak Hinayana. Bila sampai di sini saja, mungkin waktu itu, sekurang-kurangnya tetap buruk dan sebagian orang yang mempunyai sedikit hati hina. Kalau disimpulkan dari Sepuluh Dunia, iblis kepercayaan kepada Hukum Buddha akan mengerti, tetapi maknanya terdapat pada berarti dunia kelaparan. Akan tetapi , Putra Putra Himalaya yang tetap menuntut dengan Himalaya tidak terpengaruh oleh keburukan suasana jiwa, wajah dan sikap yang terlihat dari penuh kesungguhan hati setengah syair yang luar, bahkan tetap menyetujui permintaan yang tersisa. Bagian paruh akhir. Setelah memusnahkan hina itu karena keinginan menuntut hukum hidup dan musnah , menjadi kesukaran Buddha. Dilihat dari kebiasaan manusia, hal ini

bahkan menghidupkan orang tersebut dengan memberi dua atau tiga kati daging setiap hari. Sungguh merupakan pelaksanaan yang amat sulit. Dalam Hukum Ajaran delapan kata dan dua puluh kata yang dikutip disini dijelaskan bahwa dengan memusnahkan hidup mati akan didapatkan kesenangan yang sesungguhnya. Ini mengajarkan pentingnya melampaui keterikatan jiwa terhadap perputaran hidupmati yang fana. Karena itu, Bodhisattva Sakyamuni membaca Hukum Ajaran ini dengan badan sendiri, yaitu melalui pelaksanaan yang tidak menyayangi jiwa raga dalam keadaan yang bagaimanapun.

3

Anak Cabang

26

Samantabadra | Maret 2019


Demikian pula, karena kalimat kanji yang disebut Bodhisattva Sadaparibhuta terdiri dari dua puluh empat aksara, maka disebut Kedua puluh empat kata Saddharmapundarikasutra. Kedua puluh empat kata ini berbunyi, Saya menghormati Anda secara mendalam. Saya tidak berani merendahkan atau menyombongkan diri. Mengapa demikian? Karena Anda semua dengan demikian melaksanakan jalan ke-Bodhisattva-an pasti menjadi Buddha. Bodhisattva Sadaparibhuta menyebutkan perkataan ini sambil menyembah orang-orang yang menganiayanya, mencaci maki, dan memukulnya dengan tongkat dan batu. Hal ini mengemukakan bahwa sekalipun umat manusia mempunyai jodoh bertentangan, tetapi tetap mengandung sifat jiwa Buddha yang tidak berbeda. Seperti dijelaskan di atas, semua cerita itu PELAKSANAAN BODHISATTVA sendiri terdapat dalam SaddharmapundarikaBAISYAJARAJA, BODHISATTVA sutra sehingga ke-28 bab SaddharmapundarikaSADAPARIBHUTA DAN RAJA SUZUDAN sutra yang dibabarkan Buddha Sakyamuni secara keseluruhan menjelaskan bahwa Bagian ini menunjukkan contoh sebenarnya dalam diri seluruh umat manusia pelaksanaan tanpa menyayangi jiwa raga yang terdapat sifat jiwa Buddha secara kekal. Hal dilakukan oleh Bodhisattva Baisyarajaraja. ini dibabarkan dalam Bab Upaya Kausalya Bodhisattva Sadaparibhuta, dan Raja berupa shoyo jisso dan keempat pandangan Suzudan. Cerita yang kesemuanya terdapat Prajna Buddha, membuka, menunjukkan, dalam Saddharmapundarika-sutra ini berisi menyadari, dan memasuki. Selanjutnya untuk tentang menyumbang dan menyebarluaskan mempermudah pengertian mengenai hal ini , dan hukum dasar pokoknya adalah dibabarkan perumpamaan Permata di dalam Saddharmapundarika-sutra. Sedangkan pada jubah,dan Orang Kaya dan anak miskin. Ini cerita-cerita terdahulu, obyek Hukumnya belum semua dibabarkan untuk memperjelas hal di sampai pada Saddharmapundarika-sutra. atas. Dan sebagai pembuktian sesungguhnya Dengan demikian, walau dikatakan bahwa dilaksanakan penganugerahan pencapaian setelah memusnahkan hidup dan mati akan kesadaran Buddha bagi Dwiyana, orang jahat, diperoleh kegembiraan dan ketenteraman yang dan kaum wanita. Dilihat dari hal ini, ke-24 kata sesungguhnya, tetapi Hukum yang kekal itu yang diucapkan Bodhisattva Sadaparibhuta sendiri hanya diterangkan secara abstrak. dapatlah dimengerti merupakan pokok yang Sebaliknya , bagian ini mewujudkan Hukum dibabarkan dalam Saddharmapundarikayang kekal ini sebagai Saddharmapundarikasutra. Oleh karena itu disebut ke-24 kata sutra, ini yang terpenting. Karena itu secara Saddharmapundarika-sutra. Demikian pula nyata Bodhisattva Baisyarajaraja menyumbang halnya, kelima huruf Myohorengekyo tentu Saddharmapundarika-sutra, Bodhisattva merupakan isi makna yang lebih dipadatkan. Sadaparibhuta menyebarkan ke-24 kata Dalam Catatan Ajaran Lisan Niciren Daisyonin Saddharmapundarika-sutra dan Raja Suzudan mengatakan, Myo berarti Sifat Dharma bersedia melayani pertapa Asita demi kelima (hossyo), ho berarti tidak terang (mumyo). kata Myohorengekyo.

Nirvana (syo mece mece ci, jaku mece I raku), jelas merupakan pemikiran ajaran Mahayana yang telah melewati pandangan fana ajaran Hinayana Sesungguhnya, Nirvana (jakumece) yang ditunjukkan di sini merupakan pandangan sunyata, tetapi disini dijelaskan suasana jiwa mutlak jo-raku-ga-jo yang melebihi pandangan sunyata yang fana (ajaran Hinayana). Jika demikian, bagaimanakah kita dapat memperoleh suasana nirvana yang jo-raku-gajo? Yaitu, dengan memutuskan hidup dan mati melalui menuntut Hukum Buddha yang kekal tanpa menyayangi jiwa raga sebagai manusia biasa dalam perputaran hidup dan mati. Sesungguhnya, pelaksanaan Putra Himalaya merupakan perwujudan nyata yang diajarkan dalam syair ini.

Samantabadra | Maret 2019

27


Yang dikatakan Myoho adalah Kesatuan Badan dari Sifat Dharma dan tidak terang . Ini berarti, manusia biasa yang tidak terang (mumyo) dan Buddha yang sudah menyadari Sifat Dharma (Hossyo) merupakan satu kesatuan. Jadi, seluruh umat manusia sejak asal mula telah memiliki jiwa kesadaran Buddha. Bukan hanya demikian saja, yang diperoleh seluruh Buddha ketiga masa dan bahkan sifat jiwa Buddha yang ada secara kekal didalam jiwa seluruh umat manusia, tidak lain dari Myohorengekyo itu sendiri.

yang menjadi permasalahan penting adalah Hukum apakah yang dituntut. Di dalam bab ini diajarkan bahwa betapapun Hukum itu harus Myohorengekyo, Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna dengan perwujudan menara pusaka membuktikan kebenaran dengan berkata. Semua yang dibabarkan adalah benar. Oleh karena itu, membaca delapan jilid Saddharmapundarikasutra sama dengan telah membaca enam belas jilid, satu kata sama dengan dua kata. Terlebih lagi, seluruh Buddha dari seluruh Dengan cara yang sama, satu aksara penjuru telah berkumpul untuk membuktikan sutra tersebut sama dengan dua kebenaran Saddharmapundarika-sutra dengan aksara, karena merupakan aksara dari mewujudkan wajah lidah panjang dan luas kedua Buddha, Sakyamuni dan Prabhutaratna. ke angkasa, sehingga hal ini sama dengan Lagi pula satu aksara adalah aksara yang kata-kata yang tak terhitung dan jilid yang tak tak terhingga, karena sutra tersebut terang terhingga serta tak terbatas. dibuktikan oleh para Buddha dari sepuluh Saddharmapundarika-sutra dibabarkan penjuru. dengan kesatuan hati Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan seluruh Keterangan: Buddha dari sepuluh penjuru. Ketiga Buddha Pada bagian-bagian terdahulu pertamaini bertanggung jawab dalam bidangnya tama dijelaskan tentang Hukum yang harus masing-masing, berarti karunia kebajikan menjadi dasar pokok, yakni Myohorengekyo, Saddharmapundarika-sutra ini terjamin dan dan bagaimanakah Myohorengekyo memiliki berlaku di seluruh bidang yang menjadi karunia kebajikan yang besar dan mutlak. tanggung jawab ketiga Buddha ini. Myohorengekyo adalah sutra yang dibabarkan Penjelasan hal di atas di dalam isi surat dengan berkumpulnya kedua Buddha-Buddha memang menggunakan perumpamaan, tetapi Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna, serta bidang apakah yang menjadi tanggung jawab seluruh Buddha dari seluruh penjuru yang tak Buddha Sakyamuni? Buddha Sakyamuni terhingga. Dengan demikian, Myohorengekyo muncul nyata di masyarakat ini sebagai ini merupakan kumpulan pusaka yang seorang manusia dan menjadi Buddha dengan dihimpun tidak hanya dari karunia kebajikan membuka kesadarannya. Ini merupakan kedua Buddha, Sakyamuni dan Tathagata lambang bahwa manusia sendiri dapat Prabhutaratna, bahkan dari seluruh Buddha di membuka kesadarannya dengan merombak sepuluh penjuru. Oleh karena itu, ditandaskan sifat jiwa. Memperoleh karunia kebajikan bahwa bila menerima dan mempertahankan Buddha Sakyamuni berarti manusia biasa Myohorengekyo telah mencakupi pertapaan dengan menerima dan mempertahankan Enam Paramita dan ribuan pelaksanaannya Saddharma dapat membuka Prajna Buddha juga seluruh karunia kebajikan yang tak yang ada dalam diri sendiri dan merombak terhingga, sehingga setara dengan Buddha, sifat jiwa sehingga dapat menjadi manusia badan pokok hakikat yang terunggul. seutuhnya. Pokoknya walau dikatakan bahwa dalam Selanjutnya, Tathagata Prabhutaratna menuntut Hukum Buddha harus melakukan sendiri tidak membabarkan Hukum. pelaksanaan tanpa menyayangi jiwa raga, tetapi Di manapun ada upacara pembabaran

4

GM

28

Samantabadra | Maret 2019


Saddharmapundarika-sutra, ia muncul sebagai Buddha yang membuktikan secara obyektif. Kalau disimpulkan dari sudut manusia, ruang lingkup pembuktian obyektif ini adalah ruang lingkup kehidupan. Dengan demikian, menerima karunia kebajikan Tathagata Prabhutaratna adalah melimpah ruahnya karunia kebajikan dalam segi kehidupan; ini tidak lain membuktikan kehebatan menerima dan mempertahankan Saddharma. Selanjutnya, mengenai para Buddha dari sepuluh penjuru. Sepuluh penjuru berarti tempat lainnya. Kalau disimpulkan berdasarkan jiwa manusia, seluruh Buddha berarti jiwa seluruh manusia lainnya. Karunia kebajikan para Buddha sepuluh penjuru berarti keadaan lingkungan manusia, bahkan seluruh masyarakat yang saling melindungi dan saling menghargai sesamanya, sehingga dapat membuktikan wujud perdamaian dunia dengan berdasarkan prinsip mengagungkan martaabt jiwa. Dengan demikian, menerima dan mempertahankan, membaca dan melaksanakan Myohorengekyo, dapat memunculkan karunia kebajikan yang besar dan mulia di seluruh dimensi.

manusia Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) yang keruh yang tidak pernah melaksanakan pertapaan satu akar kebaikan pun, karunia kebajikan yang penuh padat dari seluruh puluhan ribu pelaksanaan pertapaan Enam Paramita (rokudo mangyo)

Keterangan: Bagian ini mengutip kalimat Amitarta Sutra Nichiren Daisyonin dalam surat Kanzin no Honzon yang berbunyi, “Meskipun belum menjalankan pertapaan Enam Paramita, dengan sendirinya ada di depan mata.� Ini senada dengan yang dijelaskan dalam kutipan Kedua Hukum, pertapaan Sebab (ingyo) dan Kebajikan Akibat (Katoku) dari Buddha Sakyamuni sudah tercakup dalam lima huruf Myohorengekyo. Apabila kita menerima dan mempertahankan lima huruf ini dengan sendirinya dapat mewarisi karunia sebab akibat-Nya. Dalam surat ini dikutip beberapa diantara Enam Paramita yang menjadi sebab pelaksanaan Buddha Sakyamuni, yaitu dana paramita yang berarti memberi sumbangan, sila paramita yang berarti mempertahankan sila, dan ksanti paramita. Keenam paramita ini merupaakn pangkal Permata Myo ini, pada masa lampau pokok pertapaan ke-Bodhisattva-an dan kehidupan Buddha Sakyamuni pertapaan yang diharuskan dan dibutuhkan dikatakan sebagai karunia kebajikan untuk mencapai kesadaran Buddha. Di dalam karena melaksanakan dana paramita sutra-sutra Ajaran Sementara, Bodhisattva mempersembahkan badan-Nya kepada melaksanakan enam macam pertapaan seekor harimau yang kelaparan dan dengan selama kalpa yang tak terhingga dan dengan memberikan jiwa-Nya kepada burung Rajawali demikian mereka dapat mencapai kesadaran demi menyelamatkan burung merpati. Juga, Buddha. Tetapi, Saddharmapundarika-sutra karunia kebajikan karena melaksanakan sila menjelaskan Hukum Tunggal sumber pokok paramita sebagai Raja Shudama yang tidak yang mencakupi seluruh makna yang tak pernah berdusta; serta karunia kebajikan lainnya. Atau karunia kebajikan sebagai pertapa terhingga. Dengan percaya, menerima, dan mempertahankan Hukum tunggal ini, suci Ksantivadin yang menahan siksaan Raja sekalipun tidak melaksanakan pertapaan Enam Kari, dan berbagai karunia kebajikan sebagai Paramita selama jangka waktu yang sangat Pangeran Dana, sebagai pertapa shojari panjang, dengan sendirinya mencakupi dan serta karunia kebajikan lainnya dari ribuan dapat menjadi sama dengan Buddha yang pelaksanaan Enam Paramita. Semua karunia melaksanakan pertapaan itu. kebajikan tersebut tercakup dalam satu aksara Dengan demikian, tidak perlu melaksanakan Myo ini. Melalui permata Myo ini, Buddha pertapaan selama masa yang sangat panjang, Sakyamuni telah mengaruniakan kita, umat

5

Samantabadra | Maret 2019

29


berarti bagi manusia biasa Masa Akhir Dharma yang dilahirkan tanpa berbuat satu kebaikan pun dan tidak melaksanakan pertapaan pada masa lampau, hukum ini merupakan Hukum yang amat sesuai. Terlebih lagi, karena Myohorengekyo ini pada segi inti hakikatnya adalah teori hakikat hukum Buddha. Hukum Pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia, maka merupakan Hukum yang harus disebar luaskan di Masa Akhir Dharma yang keruh. Tugas ini diserahkan kepada Boddhisattva yang Muncul dari Bumi (Bodhisattva Honge). Sesuai dengan serah terima di dalam Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin telah menegakkan Hukum Tri Maha Dharma Sakti sebagai Myohorengekyo yang timbul di Masa Akhir Dharma. Walau pada bagian selanjutnya dikutip kalimat yang mengandung tiga kebajikan, majikan, guru, dan ayah bunda yang terdapat dalam kalimat Bab Perumpamaan yang berbunyi, “Sekarang seluruh Triloka adalah milik-Ku. Seluruh manusia di dalamnya anak-anak-Ku,� yang menjelaskan bahwa Buddha Sakyamuni merupakan majikan dan orang tua bagi seluruh umat manusia, tetapi sesungguhnya makna pokok kalimat ini menunjukkan bahwa Niciren Daisyonin merupakan Buddha yang memiliki tiga kebajikan bagi kita, umat manusia di Masa Akhir Dharma. Dan ini pun merupakan bagian yang telah diungkapkan secara jelas di dalam surat Membuka mata yang ditulis tiga bulan sebelum surat ini.

semenjak dahulu sama dengan badan pokok Myohorengekyo. Letak perbedaannya adalah Buddha telah menyadari badan pokok Saddharma dalam jiwa-Nya, sebaliknya manusia biasa tidak mengetahui dan tersesat. Sesungguhnya, Saddharmapundarika-sutra merupakan Sutra yang menjelaskan bahwa seluruh umat manusia sama dengan Buddha, yaitu sebagai badan pokok Myohorengekyo. Oleh karena itu, kalau Percaya dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra, siapapun dapat menjadi Buddha yang sama dengan Buddha Sakyamuni. Arti percaya dan melaksanakan bukanlah sesuatu yang ringan dan bukan pula merupakan sesuatu yang dipikirkan dan direnungkan hingga mencapai satu tahap pengertian dalam teori, tetapi berarti memasrahkan diri (Kimyo) kepada Saddharmapundarikasutra dan mendapat Saddharmapundarikasutra dalam jiwa sendiri. Niciren Daisyonin telah mewujudkan inti sari ini sebagai tujuh aksara Nammyohorengekyo. Jadi percaya dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra hendaknya diketahui sebagai menerima dan percaya Nammyohorengekyo dari Tri Maha Dharma Sakti yang didirikan Niciren Daisyonin, dan dengan giat melaksanakan serta belajar kata-kata Buddha. Anak akan menerima dan meneruskan jiwa orang tua, anak sapi akan menjadi sapi, anak singa akan menjadi singa, anak manusia bisa menjadi manusia seutuhnya, dapat menerima dan meneruskan jiwa Buddha hingga dapat menjadi Buddha.

Dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, Sama seperti Saya, tanpa ada perbedaan sedikitpun. (Bab Upaya Kausalya). Kalimat ini berarti orang yang percaya dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra akan sama dengan Buddha Sakyamuni.

Sekarang pelaksanaan Saddharmapundarika-sutra adalah aank Buddha Sakyamuni, sebagaimana dinyatakan dalam sutra, Seluruh umat manusia di dalamnya adalah anak-nak Ku. Dengan demikian, untuk menjadi Raja Hukum seperti guru Buddha Sakyamuni tidaklah sulit. Akan tetapi, anak yang tidak berbakti tidak akan dapat meneruskan jejak ayah bundanya.

6

Anak Cabang

Keterangan: Seperti yang ditunjukkan dalam teori Syoho Jisso Bab Upaya Kausalya, sesungguhnya baik Buddha maupun manusia biasa 30

Samantabadra | Maret 2019

7


Keterangan: Orang yang menerima dan mempertahankan serta melaksanakan Saddharma dari Tri Maha Dharma Sakti tentu tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha. Sebaliknya, sama seperti rakyat jelata yang menerima tahta kerajaan, karena unggul kebajikan kemanusiaannya, manusia biasa yang masih kasar dan sama sekali tidak memiliki akar kebaikan di masa lampau, kalau sesuai dengan Hukum Sakti, dapat menjadi Buddha atau manusia seutuhnya. Hukum Budddha dapat menjadi dasar pokok, tidak sebagai formalitas maupun suatu kualifikasi kepribadian saja sesuai dengan ini sesungguhnya dalam benar atau tidaknya pelaksanaan Hukum Sakti. Terlebih lagi sama sekali tidak ada kualifikasi tingkatan masyarakat dan Hukum Masyarakat. Haruslah diketahui bahwa kekuatan dan mendalamnya hati kepercayaan, melaksanakan dan belajar merupakan pondasi yang sangat penting untuk menjadi Buddha.

Buddha. Niciren Daisyonin mengatakan bahwa di sinilah letak hati pokok Icinen Sanzen. Bila dikatakan Hukum Icinen Sanzen terasa sebagai Hukum yang sukar dimengerti dan rumit, namun menurut ajaran Niciren Daisyonin amatlah jelas dan sederhana sebagai sastra pelaksanaan. Ini merupakan hal yang mengejutkan.

9

Kemudian, bagaimanakah kita dapat memperoleh karunia kebajikan Saddharmapundarika-sutra.

GM

Keterangan: Bagian terdahulu menjelaskan bahwa Myohorengekyo merupakan Hukum yang harus dijadikan sebagai dasar pokok, sedang dalam bagian ini dijelaskan pelaksanaannya secara konkret. Semangat dasar pokok pelaksanaan adalah melaksanakan tanpa menyayangi jiwa raga. Akan tetapi, walau dengan singkat dikatakan sebagai pelaksanaan tanpa menyayangi jiwa raga, dalam pelaksanaan yang nyata ada beraneka ragam. Untuk itu, dalam Ini merupakan hati pokok teori Icinen bagian yang lalu telah dikemukakan ceritaSanzen. cerita mengenai Dharma-arthin, Bodhisattva Sakyamuni, Putra Himalaya, Bodhisattva Baisyajaraja, Bodhisattva Sadaparibhuta dan Keterangan: Raja Suzudan sebagai contoh pelaksanaan di masa lampau. Dengan memperhatikan contoh Icinen Sanzen mengemukakan sepuluh di atas dapat dilihat adanya beraneka ragam dunia yang saling mencakupi. Teori Filsafat pelaksanaan yang berbeda-beda. ini menerangkan bahwa antara Buddha dan manusia semenjak dahulu tidak ada perbedaan. Dalam melaksanakan pertapaan di Masa Jadi manusia yang bagaimanapun, kalau Akhir Dharma sekarang ini, tidaklah berarti menyadari diri sendiri adalah badan pokok langsung meniru perumpamaan di masa lampau. Dalam kutipan Bila di Jepang tidak Saddharma, langsung menjadi Buddha. Inilah arti teori Hukum Sepuluh Dunia yang saling ada kertas, Anda harus mengupas kulit tubuh, Mencakupi Icinen Sanzen. Niciren Daisyonin menunjuk dengan tegas Menurut sutra-sutra ajaran sementara, betapa bodohnya bila meniru Dharma-arthin manusia dengan melakukan pertapaan yang yang mengupas kulitnya sendiri sebagai memakan waktu lama secara berangsur-angsur, pengganti kertas. Tujuannya adalah untuk sikap dan tingkatannya akan berubah, dan melestarikan Hukum Buddha demi masa secara bertahap pula mendekati pencapaian akan datang. Bila ada kertas, catatlah Hukum kesadaran Buddha. Ini amat berbeda dengan Buddha disana untuk dilestarikan selama masa Saddharmapundarika-sutra. Dengan menerima akan datang yang kekal abadi. dan mempertahankan Saddharma, manusia Dan juga, ketika Saddharmapundarika-sutra biasa dapat langsung mencapai kesadaran tidak ada dan satu-satunya yang mengetahui

8

Samantabadra | Maret 2019

31


hanyalah iblis, yang tidak mau mengajarkan bila tidak diberikan jiwa, dalam keadaan demikian harus menyumbangkan badan. Akan tetapi, karena sekarang secara nyata terdapat Saddharmapundarika-sutra yang tercetak dengan baik sehingga dapat dibaca kapanpun, untuk belajar dan melaksanakannya sama sekali tidak perlu mengorbankan badan seperti Putra Himalaya. Selanjutnya mengenai Bodhisattva Baisyajaraja yang telah menyumbang dengan membakar siku. Bila sekarang tidak ada minyak, melaksanakan hal serupa ini memang ada artinya; tetapi karena sekarang terdapat banyak sekali pelita sehingga dapat menyumbang pelita sejumlah berapapun, meniru perilaku Bodhisattva Baisyajaraja merupakan tindakan yang menggelikan. Dengan demikian, ketika tidak ada cara lain lagi, agama Buddha mengajarkan cara pelaksanaan yang sesuai demi tercapainya tujuan. Ini merupakan cara pemikiran yang masuk akal. Hati kepercayaan yang sedikitpun tanpa menyayangi jiwa raga dan hati menuntut agama Buddha merupakan jalan langsung untuk mencapai kesadaran Buddha. Dengan kata lain, walau secara keseluruhan terdapat bermacam-macam pelaksanaan sesuai dengan waktu dan kewajaran, semangat dasar pokok tetap tidak berubah, yaitu tidak menyayangi jiwa raga. Dengan demikian, bagaimanakah pelaksanaan yang tepat dengan waktu? Pada umumnya, petunjuk pelaksanaan yang sesuai dengan waktu Masa Akhir Dharma telah ditulis dalam Surat dari Sado. Kutipan ini memang agak panjang, tetapi agar dapat dipahami dengan tepat, ditulis apa adanya. Hati seekor binatang adalah menekan yang lemah dan takut kepada yang kuat. Para sarjana zaman sekarang adalah sama seperti binatang; menginjak arif bijaksana yang lemah dan takut kepada penguasa yang menyeleweng. Inilah yang disebut pengkhianat. Hanya dengan mengalahkan musuh yang kuat, seseorang dapat mengetahui kekuatannya. Ketika penguasa yang jahat hendak memusnahkan hukum sakti, para Bhikku yang tersesat akan 32

Samantabadra | Maret 2019

memihak kepada penguasa yang jahat untuk melenyapkan arif bijaksana. Pada saat seperti itu, seorang yang mempunyai hati seperti seekor singa, raja segala mahluk, pasti akan mencapai kesadaran Buddha. Contohnya adalah Saya, Niciren. Ini sama sekali bukan kesombongan Saya, tetapi karena hati Saya sedemikian kuat menyayangkan keruntuhan Hukum Sakti. Dan juga, seseorang yang sombong pasti akan takut ketika menghadapi musuh yang kuat, contohnya seperti Dewa Asura yang sombong. Ketika ia dimarahi oleh Dewa Indra, tubuhnya menjadi kerdil dan akhirnya ia bersembunyi di balik daun teratai kolam Anavatapta. Kalau sesuai waktu dan bakatnya, walau satu huruf maupun sepatah katapun dari Hukum Sakti, pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Tetapi, meskipun kita mempelajari ribuan sutra dan puluhan ribu sastra ajaran Sang Buddha, kalau itu tidak sesuai dengan waktu dan bakat, kita tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha. Pokoknya, mempertahankan dan menjaga Hukum Sakti berarti menjaga Guru Prajna Hukum Sakti dan menentang Hukum Senat berdasarkan hati raja singa. Bila dikatakan secara singkat, pelaksanaan syakubuku merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan waktu Masa Akhir Dharma. Tetapi, dalam surat ini Niciren Daisyonin memuji bahwa walau berada di Masa Akhir Dharma, khususnya ketika Niciren Daisyonin sedang menjalankan hukum pembuangan di Pulau Sado, sikap menuntut Hukum Buddha dengan melaksanakan perjalanan yang jauh tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri untuk menemui Niciren Daisyonin, merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan waktu.

10

yang dingin.

Kodrat wanita memang sejak awal mula berbeda dengan seorang pria, seperti api yang panas dan air

Keterangan: Dalam menuntut Hukum Buddha, ada waktunya harus melaksanakan perjalanan


yang jauh. Karena itu, perjalanan Nicimyo Syonin yang mengunjungi Beliau ke pulau Sado merupakan salah satu pelaksanaan yang sesuai dengan waktu, sehingga Niciren Daisyonin memuji dari lubuk hati. Pertama, dikutip contoh Bhikku Hsuan-tsang dari kerajaan Tang yang telah melaksanakan perjalanan ke India untuk mencari sutrasutra Sang Buddha dan Mahaguru Dengyo di Jepang yang telah pergi ke Gunung Tientai di Tiongkok. Sesuai dengan ini, Beliau memuji Nicimyo Syonin sebagai manusia yang lemah tetapi telah mengadakan perjalanan ke Pulau Sado. Selanjutnya, dikutip sifat khas seorang wanita untuk mengajarkan bahwa sifat wanita sulit untuk menerima Hukum Buddha. Sekalipun dapat menerima, dengan mudah dapat berubah, karena itu untuk dapat langsung menerima hal yang sebenarnya merupakan hal yang sukar sekali. Walaupun dikatakan wanita mempunyai sifat-sifat seperti itu, tetapi ada seorang yang tidak menyayangi jiwa raga demi menuntut Hukum Buddha. Karena itu, Niciren Daisyonin sangat memujinya dan menganugerahkan penerima surat ini dengan nama Nicimyo Syonin. Pada bagian ini dikatakan kodrat wanita memang sejak asal mula berbeda dengan seorang pria, dengan mengutip beberapa hal yang berkaitan dengan sifat khas seorang wanita. Sewajarnya, hal ini tidak berlaku bagi semua wanita. Niciren Daisyonin sendiri menerangkan dengan jelas bahwa Nicimyo Syonin tidak dapat disamakan dengan hal-hal itu. Tetapi, marilah kita memikirkan kalimat ini menurut pandangan umum. Pertama, mengenai yang dijelaskan dalam kalimat. Kalimat Sutra menerangkan bahwa wanita itu ahli dalam hal-hal seksual, tetapi sampai sekarang belum pernah terdengar seorang wanita yang pandai dalam Hukum Buddha. Seks memang berfungsi untuk meneruskan keturunan dan telah dimiliki manusia semenjak dahulu. Karena melahirkan dan memelihara anak merupakan tugas yang maha penting bagi seorang wanita; dari pandangan biologis pun dapat dikatakan

sebagai sifat khas seorang wanita. Hanya, kalau hal ini dipahami dalam pengertian yang luas, pada dasarnya wanita itu memiliki naluri dan perasaan jiwa yang peka lagi tajam. Tetapi, hal ini membuat keterikatan jiwa sehingga sukar membuka dan membimbing jiwa sendiri dalam tujuan mencapai kesempurnaan diri sendiri, dalam arti menuntut Hukum Buddha untuk mencapai kesadaran Buddha; dan ini merupakan sifat khas wanita. Kedua, mengenai perumpamaan hati wanita yang bagaikan angin sepoi-sepoi, dikatakan meskipun dapat mengikat angin, sulit sekali menggenggam hati wanita, dan selanjutnya mengenai perumpamaan menulis di atas air, tulisan di atas air ini tentu tidak akan berbekas, hal ini berarti, bahwa meskipun menganut Hukum Buddha, hati seorang wanita berubahrubah dan dipengaruhi oleh jodoh luar, sehingga sulit untuk mempertahankan secara berkelangsungan. Ketiga, perihal perumpamaan wanita sebagai pembual, dikatakan pada suatu saat sebagai orang yang benar dan pada saat lain menjadi orang yang munafik. Ini berarti, pada suatu saat bersungguh-sungguh, sedang pada saat lainnya tidak bersungguh-sungguh. Hal ini tentu saja tidak diketahui orang lain, bahkan diri sendiri pun tidak mengetahuinya. Keempat, perihal wanita diperumpamakan sebagai sungai. Dikatakan, semua sungai berliku-liku. Berarti, walau mendengar sesuatu yang sesungguhnya , namun tidak bisa menerimanya setulus hati. Tentu saja, sifat-sifat khas tersebut diatas tidak berlaku untuk semua wanita. Dan juga meskipun dikatakan sebagai sifat khas wanita, tidak berarti pria luput dari sifat-sifat ini. Niciren Daisyonin mengutip sifat khas wanita tersebut dalam arti umum secara keseluruhan. Bagaimanapun yang terpenting, ini dikecam sebagai penghambat atau penghalang bagi pelaksanaan pertapaan Hukum Buddha. Dengan demikian, tepat tidaknya sifat khas wanita yang diterangkan diatas tidak dapat dan tidak usah diperdebatkan. Di sini diterangkan, yang terpenting adalah baik Samantabadra | Maret 2019

33


pria maupun wanita haruslah mawas diri dan memperingatkan diri sendiri dengan keras, terhadap hati yang sempit dan labil atau bengkok, serta percaya ajaran Buddha yang sebenarnya dengan sungguh-sungguh, serta terus mempertahankan dan melaksanakannya.

11

Anda adalah wanita pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang paling utama di Jepang. Karena itu, sesuai dengan makna Bodhisattva Sadaparibhuta dan lain-lain, Saya menganugerahkan Anda sebuah nama Nicimyo Syonin dan lain-lain. Keterangan: Kutipan sesuai dengan makna Bodhisattva Sadaparibhuta berarti Bodhisattva Sadaparibhuta mendapat nama tidak berani meremehkan (Sadaparibhuta), karena menyembah dan menghormati dari dasar hati kepada empat kelompok manusia. Niciren Daisyonin memberikan penghormatan dari lubuk hati Beliau kepada seorang wanita yang semata-mata demi menuntut Hukum Buddha dengan sungguh hati telah melakukan perjalanan jauh seorang diri dari Kamakura ke Pulau Sado. Di sini ingin diterangkan bahwa dalam hati kepercayaan tidaklah terdapat perbedaan antara Bhikku dan penganut biasa, atau perasaan atas dan bawah antara guru dan murid. Betapapun rasa hormat dari dasar lubuk hati diberikan hanya dengan melihat kesungguhan hati kepercayaan dalam menuntut Hukum Buddha. Dalam nama Nicimyo Syonin (Nicimyo yang arif bijaksana), jelas terkandung rasa hormat yang mendalam sekali. Beberapa tahun kemudian yakni pada bulan 11 tahun 1279 (Koan ke-2), ketika Nanjo Tokimice berhasil menunaikan tugas mulia sebagai pelindung luar yang hebat dalam peristiwa Acehara. Niciren Daisyonin menulis surat kepadanya dengan menulis namanya sebagai Ueno Syonin Dono (Ueno Dono yang arif bijaksana). Tetapi, kemudian di coret dan 34

Samantabadra | Maret 2019

diubah menjadi Ueno Kenjin Dono (Ueno Dono yang arif). Kepada Ueno Dono yang sedemikian pun masih tidak diberi sebutan syonin (arif bijaksana). Pada berbagai surat dijelaskan bahwa yang mengetahui ketiga masa disebut syonin. Sebutan arif bijaksana (syonin) hanya dipergunakan oleh Niciren Daisyonin sendiri yang telah menyadari kesadaran Buddha, Dengan memikirkan hal itu, pemberian nama Nicimyo dengan sebutan Syonin kepada seorang penagnut wanita, harus dirasakan betapa mendalam rasa hormat Niciren Daisyonin.

12

Dari Kamakura di Propinsi Sagami sampai negara utara negara Sado berjarak lebih dari seribu mil.

Anak Cabang

Keterangan: Betapa sulitnya perjalanan dari Kamakura ke Pulau Sado dan pendertiaan yang menyertainya dapat dilukiskan dengan tuntas dan tepat, seperti keadaan yang sebenarnya. karena Niciren Daisyonin sendiri telah melakukan perjalanan itu. Perjalanan dari Kamakura yang terletak di pantai Lautan Teduh, sampai ke pulau Sado, yang terapung di Laut Jepang, harus melintasi bagian tengah pulau Honsyu sehingga tiba di Ecigo di pantai laut Jepang. Dari situ, harus menyeberangi lautan hingga dapat tiba di Pulau Sado. Hal ini sesuai dengan perkataan merupakan perjalanan yang harus melewati pegunungan dan menyeberangi lautan. Di samping itu, kesulitannya tidak terbatas hanya pada segi geografis dan alam. Seperti dijelaskan dalam kutipan di Gunung penuh dengan para perampok dan di laut dengan perompak. Hati manusia di setiap persinggahan sama seperti anjing atau harimau. Pada waktu itu, bencana yang bertubi-tubi menyebabkan bahan makanan tidak ada sehingga banyak orang bekerja sebagai perampok. Terlebih lagi, seperti yang telah disinggung oleh Niciren Daisyonin bahwa pada bulan dua tahun yang sama telah terjadi pemberontakan pada rezim Kamakura,


sehingga mengakibatkan adanya kegoncangan. Selanjutnya, karena bertepatan dengan kekacauan yang diakibatkan serangan Mongolia yang merupakan penderitaan negara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah tidak sanggup menangani keamanan di berbagai daerah di dalam negeri. Kalau memikirkan keadaan yang seperti itu, kutipan di Gunung penuh dengan perampok dan di laut penuh dengan perompak, sama sekali bukan merupakan hal yang dibesarbesarkan . Mudah dibayangkan bahwa dalam keadaan yang dilanda bencana yang bertubitubi, kehidupan rakyat menjadi miskin dan susah. Meskipun tidak menjadi perampok atau perompak, orang cenderung merampok orang yang mengadakan perjalanan. Hal ini dilukiskan dengan tepat dengan kalimat hati manusia di setiap persinggahan sama seperti anjing dan harimau. Dalam keadaan yang demikian, tidak mungkin seorang wanita mengadakan perjalanan bila tidak memiliki ketabahan yang memadai. Terlebih lagi, alasan mengadakan perjalanan itu hanya karena rasa rindu untuk bertemu dengan Niciren Daisyonin, yang menunjukkan hati kepercayaan dalam menuntut Hukum Buddha. Niciren Daisyonin dari dasar Hati kepercayaan yang kuat dan ulet ini dengan menyimpulkan dalam kutipan terakhir yang berbunyi, walaupun masih banyak yang dipikirkan, tetapi sulit sekali untuk menuangkannya dalam tulisan dan juga perasaan hati ini sulit dimengerti, sehingga saya mengakhiri surat ini sampai disini. Seperti yang diajarkan dalam surat ini, meniru bentuknya saja tidak ada artinya. Perilaku gerakan berdasarkan zaman dan demi kejayaan Hukum Buddha juga berubah berdasarkan kebutuhan yang dituntut sesuai dengan waktu. Tetapi, semangat dasar pokok hati kepercayaan yang tidak menyayangi jiwa raga demi Hukum Buddha tidak akan berubah untuk selamanya. Nicimyo Syonin sendiri melaksanakan demikian dan memperoleh pujian dari dasar lubuk hati Niciren Daisyonin. Dan dengan menjadikan semangat dasar

pokok hati kepercayaan ini sebagai cermin kita untuk selama-lamanya, hendaknya kita terus melaksanakan sehingga kita pun memperoleh pujian dari Niciren Daisyonin.***

Samantabadra | Maret 2019

35


36

Samantabadra | Maret 2019


Samantabadra | Maret 2019

37


38

Samantabadra | Maret 2019


Samantabadra | Maret 2019

39


40

Samantabadra | Maret 2019


Samantabadra | Maret 2019

41


Gosyo Cabang

Surat Perihal Sumbernya Jauh Alirannya Panjang Zensyu halaman 1180

Latar Belakang

M

engenai tahun ditulisnya surat ini terdapat dua pendapat, yaitu tahun Koan ke-1 dan tahun Koan ke-2. Bagaimanapun pada bulan 1 awal tahun Kenji ke-4, Syijo Kingo mulai bebas dari kemarahan Majikan-guru Ema, sehingga mungkin keadaannya mulai membaik. Maka, dapat diperkirakan mulai terdapat jalan penyelesaian yang baik mengenai perselisihan tanah milik dahulu. Mungkin sejak bulan sembilan, bulan ditulisnya surat ini (1278). Mula-mula dikatakan bahwa Syijo Kingo menyumbang uang satu kanmon. Ini di sumbangkan ke hadapan Pusaka Saddharmapundarika-sutra dan disampaikan bahwa ini adalah dari Yoritomo. Berdasarkan perkataan ini dapat dirasakan kegembiraan besar dari Nichiren Daisyonin untuk Syijo 42

Samantabadra | Maret 2019

Kingo, karena ia mulai dapat keluar dari suasana jiwa yang menderita. Sampai saat itu kehidupan Syijo Kingo pasti menderita, sehingga tidak dapat menyumbang uang satu kanmon. Namun kini ia mulai mempunyai suasana yang baik, hingga dapat menyumbang secara nyata. Kegembiraan Nichiren Daisyonin disebabkan Syijo Kingo sendiri dapat memecahkan suasana penderitaannya.


Isi Gosyo

S

udah diterima uang satu kanmon dan sudah disampaikan ke hadapan Pusaka Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) bahwa ini adalah dana paramita dari Yoritomo. Pasti dari dekat dilihat dengan jelas oleh Dewa Surya dan Dewa Candra, serta dari jauh oleh Majikan Guru Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna serta para Buddha sepuluh penjuru. Sekarang, orang yang akan menjadi unggul di dalam masyarakat, dibenci dan dicemburui oleh semua orang, sekalipun orang-orang ini dapat dianggap sebagai orang arif dan orang bijaksana. Apalagi oleh manusia biasa, tentu tidak perlu dikatakan lagi. Wang Chao Cin, Permaisuri Kaisar Yuan dari Han, dibenci oleh tiga ribu orang permaisuri. Kausika dibenci oleh 99 juta nayuta istri Dewa Indra. Di Jepang, Raja Cu-o, dahulu dibenci oleh Menteri Ononomiya. Tenjin dari Kitano, dibenci oleh Menteri Fujiwara dari Tokihira dan Kaisar dihasut sehingga ia dihukum buang ke suatu negeri di Propinsi Tsukusyi. Pikirkanlah berbagai masalah berdasarkan hal ini. Keluarga Ema Nyudo, majikan Anda, pada awalnya berhati luas tetapi sekarang menjadi sempit. Apalagi, putra-putra keluarga itu banyak pula dan di antaranya pegawai yang sudah bertahun-tahun. Oleh karena itu, sama seperti ikan-ikan yang resah ketika air kolam menjadi surut, atau burung-burung kecil yang gaduh untuk hinggap di atas cabang ketika angin musim gugur mulai bertiup. Betapa orang-orang di keluarga itu membenci Anda. Apalagi, Anda sendiri sering menentang perkataan majikan dan sering tidak sesuai dengan keinginan beliau. Maka bagaimanapun terdapat banyak hasutan. Namun sebaliknya, sekarang mendapat kembali tanah milik dari majikan. Hal ini benar-benar luar biasa. Sungguh, ini adalah imbalan nyata dari kebajikan yang tersembunyi. Mungkin karena kesungguhan hati mendalam yang menginginkan majikan agar dapat mempercayai Saddharmapundarika-sutra. Raja Ajatasatru menentang Buddha. Tetapi atas saran Menteri Jivaka, ia dapat mempercayai Saddharmapundarika-sutra, sehingga dapat memperpanjang usia dan dapat mempertahankan kedudukannya sebagai raja negara. Atas saran dua orang puteranya, Raja Subhavyuha merombak pandangan sesat. Demikian pula Anda. Atas saran Anda, perasaan hati majikan Tuan Ema sekarang menjadi lembut. Ini juga semata-mata karena hati-kepercayaan yang dalam dari Anda sendiri kepada Saddharmapundarika-sutra. Pohon yang berakar dalam, cabangnya rimbun. Sungai yang bersumber jauh, alirannya panjang. Seperti perumpamaan ini, semua sutra selain Saddharmapundarika-sutra berakar dangkal dan oleh karena itu alirannya pun pendek. Sebaliknya, Saddharmapundarika-sutra akarnya dalam dan sumbernya jauh. Maka, Mahaguru Tien-tai mengatakan bahwa selamalamanya di masa buruk Masa Akhir Dharma, Saddharmapundarika-sutra akan tersebar mengalir tanpa terputus-putus, dan terus berkembang. Banyak terdapat orang yang mempunyai hati kepercayaan pada pintu hukum ini. Tetapi, karena secara umum maupun pribadi penganiayaan datang secara bertubi-tubi, maka sekalipun telah mengikuti satu atau dua tahun, akhirnya sebagian orang mundur dari hati kepercayaan dan sebagian lagi menentang, bahkan menjadi penghantam Saddharmapundarika-sutra. Selain

Samantabadra | Maret 2019

43


itu ada orang yang badannya kelihatannya tidak mundur dari hati kepercayaan, tetapi di dalam hatinya terkandung keragu-raguan. Atau, ada juga yang hatinya saja percaya, sedangkan badannya mundur dari hati kepercayaan. Buddha Sakyamuni, putra tertua dari Raja Suddhodana, adalah maharaja yang menguasai 84.210 negeri. Oleh karena itu, para raja di dunia menundukkan kepala dan menghormatinya. Pegawainya pun berjumlah 10 milyar orang. Walaupun sosoknya seperti itu, pada usia 19 tahun ia keluar dari istana ayahandanya dan memasuki Gunung Dandaka untuk melaksanakan pertapaan selama dua belas tahun. Selama itu, orang yang menjaga Beliau hanya lima orang, yakni Ajnata Kaundinya, Asvajit, Bhadrika, Dasabala Kasyapah dan Mahanama. Dari kelima orang ini, dua orang meninggalkan-Nya sesudah mengikuti selama enam tahun dan tiga orang sisanya juga pergi enam tahun kemudian. Buddha Sakyamuni hanya tinggal sendiri dan bertapa. Namun akhirnya Beliau dapat mencapai kesadaran Buddha. Melebihi hal itu, Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang sukar dipercaya. Inilah yang dimaksud dengan kalimat sutra yang berbunyi, “Sukar dipercaya, sukar dimengerti”. Pada Masa Akhir Dharma sekarang ini, penganiayaan lebih bertubi-tubi dari pada semasa hidup Buddha Sakyamuni. Mengenai orang yang mempertahankan dengan terus melaksanakannya, dibabarkan dalam Bab Dharma Duta “Karunia kebajikannya lebih unggul daripada menyumbang Buddha selama satu kalpa.” Sekarang adalah 2.230 tahun lebih sesudah kemoksyaan Sang Buddha. Orang yang menyebarkan Hukum Buddha selama 1.000 tahun lebih di India sudah tertera dalam catatan, sehingga menjadi jelas. Orang yang menyebarkan hukum selama 1.000 tahun di tanah negeri Tiongkok dan selama 700 tahun di Jepang semuanya juga sudah dipastikan di dalam catatan. Sedikit yang menemui penganiayaan seperti Buddha Sakyamuni. Sekali pun mengatakan, “Saya juga orang arif,” dan “Saya juga orang bijaksana,” namun tak seorang pun mendapat penganiayaan seperti kalimat Sutra, “Terlebih lagi sesudah kemoksyaan-Ku (Kyometsu Dogo).” Bodhisattva Nagarjuna, Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo adalah orang yang menemui penganiayaan untuk Hukum Buddha, namun belum mencapai penganiayaan sebagaimana yang dibabarkan Sang Buddha dalam kalimat sutra. Ini karena jamannya terlalu cepat. Mereka dilahirkan tidak sesuai dengan waktu Saddharmapundarika-sutra harus disebarluaskan. Sekarang waktunya sudah memasuki awal dari Masa Akhir Dharma, yaitu tepat 500 tahun kelima yang diramalkan Buddha Sakyamuni dalam Sutra Mahasanghata. Sebagai umpama, dikatakan seperti matahari tanggal 15 bulan 5, ketika mulai memasuki musim panas; seperti bulan tanggal 15 bulan 8, saat malam bulan purnama. Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo sudah dilahirkan sebelum Masa Akhir Dharma. Dan orang yang dilahirkan di masa kemudian dari sekarang, tentu menyesal karena tidak sesuai dengan waktu yang tepat. Dengan munculnya Nichiren secara nyata, pasukan besar iblis sudah dikalahkan, kelompokkelompok lain yang masih ada tidak usah dihiraukan. Sekaranglah waktu yang tepat seperti yang diramalkan Buddha Sakyamuni, “500 tahun kelima”, “Awal Masa Akhir Dharma”, terlebih lagi sesudah kemoksyaan-Nya (Kyometsu Dogo).” Kata-kata Buddha bukan bualan, maka dalam dunia pasti timbul nyata orang arif. Tanda-tanda timbulnya orang arif secara nyata yang dibabarkan kalimat sutra adalah timbulnya perang besar di seluruh dunia. Ketika keganasan perang ini timbul, maka arif bijaksana pun muncul nyata di dunia ini. Orang-orang di zaman Khong Hu Cu, dengan timbul nyatanya ki lin, mengetahui bahwa Khong Hu Cu adalah orang 44

Samantabadra | Maret 2019


arif. Dan dengan bunyi Risya1, timbul nyatanya orang arif tidak usah diragukan. Ketika Sang Buddha muncul secara nyata, timbul kayu cendana. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa Sang Buddha adalah orang arif. Lautze diketahui sebagai orang arif karena menginjak aksara dua dan lima2. Berdasarkan apakah dapat mengetahui tentang orang arif dari Saddharmapundarikasutra di Masa Akhir Dharma sekarang ini? Bab X Dharma Duta Saddharmapundarika-sutra membabarkan, “Orang yang sungguh-sungguh membabarkan Sutra ini, sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan Sutra ini, adalah utusan Buddha.� Berarti, orang yang mempertahankan delapan rol Saddharmapundarika-sutra, satu rol, satu bab, satu syair, sampai orang yang menyebut Daimoku, adalah utusan Tathagata. Orang yang sejak awal sampai akhir, seumur hidup tidak membuang Saddharma, sekalipun mendapat penganiayaan, menerima dan mempertahankan secara berkelangsungan, adalah utusan Tathagata. Hati Nichiren sama sekali bukan utusan Tathagata, karena badan (Saya) sendiri adalah manusia biasa. Tetapi seperti yang sudah diramalkan dalam Saddharmapundarika-sutra, (Saya) dibenci oleh tiga jenis musuh kuat, bertemu penganiayaan hukuman pembuangan dua kali: ke Ito di propinsi Izu, dan Sado, sehingga mirip utusan Tathagata yang dibabarkan dalam kalimat Sutra. Hati (Saya) dalam tiga racun: keserakahan, kemarahan dan kebodohan; dan satu badan ini adalah manusia biasa; namun mulut (Saya) menyebut Nammyohorengekyo, maka mirip utusan Buddha. Jika mencari contoh di masa lampau, mirip Bodhisattva Sadaparibhuta yang timbul nyata di akhir Masa Pratirupadharma dari Buddha Bhishmagarjitasvararaja. Jika mencari dengan yang dibabarkan kalimat sutra sekarang, sama sekali tidak berlainan dengan kesulitan “pedang dan tongkat, batu dan kereweng�. Berdasarkan hal ini, memikirkan dan merenungkan masa akan datang, maka sesuai dengan kalimat sutra, tidak diragukan lagi sungguh sampai ke tempat pertapaan (Toke Jodo). Oleh karena itu, orang-orang yang memelihara Nichiren sedemikian ini, tidak diragukan adalah orang-orang yang tinggal bersama-sama di Tanah Suci Gridhrakuta. Banyak kata-kata yang ingin disampaikan, tetapi berhenti sampai di sini. Setelah ini harap pikirkanlah dan renungkanlah dengan sungguh hati. Penyakit bayi sudah sembuh sama sekali, maka Saya gembira sesungguh hati. Hal kematian Daisyin Ajari sesuai dengan tindakan Anda. Maka Jivaka dari akhir zaman pun belum melebihi Anda. Semuanya betul-betul sangat memuji, Saya juga tentu demikian. Juga mengenai Sanmibo dan Sosyiro, pernyataan kita cocok seperti dua sobekan kertas dipadukan. Saya juga ingin menyerahkan hidup dan mati Nichiren kepada Anda. Saya menentukan tiada dokter lainnya lagi. Tanggal 15 bulan 9 tahun Koan ke-1 Syijo Kingo Dono Tertanda, Nichiren Catatan kaki: 1. Risya : Lubang gua batu. Dikatakan bahwa jika ada orang arif bijaksana dilahirkan, gua tersebut akan mengeluarkan bunyi. 2. Menginjak aksara dua dan lima: Dikatakan bahwa pada satu telapak kaki Lautze ada aksara dua, dan pada satu telapak lagi terdapat aksara lima. Samantabadra | Maret 2019

45


Kutipan Gosyo

1

Pasti dari dekat dilihat dengan jelas oleh Dewa Surya dan Dewa Candra, dari jauh oleh Majikan Guru Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna serta para Buddha sepuluh penjuru. Keterangan: “Dilihat dengan terang” berarti mendapat sinar yang terang, yakni Dunia Buddha dari Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan berbagai Buddha sepuluh penjuru. Dengan demikian dapat mencapai kebahagiaan yang kekal, yaitu tercapainya kesadaran Buddha. Hal ini sudah melampaui keberuntungan yang diperoleh pada masa sekarang dan merupakan kebahagiaan dari sumber pokok jiwa, sehingga dikatakan “dari jauh”. Jika dikatakan sesuai Sepuluh Dunia, “Dewa Surya dan Dewa Candra” adalah Dunia Surga. Dewa Surya dan Dewa Candra yang menyinari dari Dunia Surga berarti kebahagiaan pada masa sekarang, antara lain berupa mendapatkan harta kekayaan. Oleh karena itu, dikatakan “dari dekat”.

2

Orang yang akan menjadi unggul di dalam masyarakat, dibenci dan dicemburui oleh semua orang, sekalipun orang-orang ini dapat dianggap sebagai orang arif dan orang bijaksana. Keterangan: Berdasarkan ilmu jiwa manusia, kalimat ini sungguh merupakan ketajaman pandangan Nichiren Daisyonin yang dapat tembus. Sekalipun dikatakan sebagai orang arif atau orang bijaksana yang dihormati dalam masyarakat, ada juga yang mempunyai rasa iri hati. Jika dipandang dari filsafat jiwa manusia, tentu hal ini terjadi karena 10 Dunia yang saling mencakupi. Sesungguhnya orang arif dan orang bijaksana dapat melihat keburukan hati dirinya, mematahkannya, dan bergerak 46

Samantabadra | Maret 2019

menimbulkan maitri karuna besar. Oleh karena itu tidak dapat dikuasai oleh perasaan iri hati. Namun, jika tidak dapat menahan rasa iri hati, maka ia akan menghalangi, menghantam, dan menekan orang yang mempunyai kemampuan untuk maju, dan dapat membimbing masyarakat. Sebenarnya, orang arif dan orang bijaksana sama sekali tidak boleh melakukan hal ini. Oleh karena itu, orang seperti ini bukan orang bijaksana atau orang arif sesungguhnya. Khususnya pada Masa Akhir Dharma, bukan hanya pimpinan masyarakat, di antara pimpinan agama yang suci pun ada yang mengotori jiwanya sendiri dengan tiga racun, terikat reputasi, dan keuntungan diri sendiri. Orang ini menjadi tidak menyukai orang yang melebihi dirinya. Maka, keadaan Dharma dari Masa Akhir Dharma, kekotoran dan kekeruhan bukan hanya ada dalam rakyat biasa, orang yang bergerak di dalam bidang politik, atau pimpinan dalam masyarakat, melainkan juga nyata dalam Hukum Buddha. Bahkan, dapat dikatakan inilah sumber pokoknya. Oleh karena itu, hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh orang yang melaksanakan Hukum Buddha.

3

Pohon yang berakar dalam, cabangnya rimbun. Sungai yang bersumber jauh, alirannya panjang.

Keterangan: Disini dikutip kalimat yang terkenal, “Pohon yang berakar dalam, cabangnya rimbun. Sungai yang bersumber jauh, alirannya panjang.” Karena Saddharmapundarika-sutra berakar dalam dan bersumber jauh, maka pasti tersebar luas pada Masa Akhir Dharma. Untuk dapat menembus hati kepercayaan ini, pasti terdapat bermacam-macam keonaran dan penganiayaan, sehingga orang yang dapat meneruskan hingga akhir hanya sedikit. Namun, orang yang dapat mempertahankan dan menembus hati kepercayaan ini memiliki


karunia kebajikan besar yang mutlak. Perkataan ini bertujuan untuk memberi semangat hati kepercayaan pada Syijo Kingo. Dasar wajah ajaran Saddharmapundarikasutra menerangkan pencapaian kesadaran dari Buddha pada masa lampau yang amat jauh 500 asamkheya kalpa koti. Tidak ada sutra lain yang membabarkan dan menerangkan hingga masa lampau yang sumbernya sedemikian jauh. Jika dikatakan dari dasar filsafat jiwa, sinar prajna masuk di kedalaman jiwa dan menyinari sumber pokok yang sangat dalam. Hal ini juga menerangkan dan memberitahukan teori yang sungguh mendalam, yang tidak ada dalam sutra lainnya. Teori sesungguhnya yang diterangkan, sangatlah mendalam. Dengan demikian, dalam zaman dan masyarakat yang bagaimanapun dapat memberikan sumber prajna yang dapat menjadi tenaga untuk hidup. Filsafat yang dangkal hanya memberikan hasil yang terbatas. Filsafat yang mendalam mempunyai sifat yang kekal dan dapat digunakan dalam keadaan bagaimanapun juga. Yang dikatakan mendalam di sini, bukan hanya menangkap hal yang nyata saja, melainkan mencari badan sesungguhnya yang menimbulkan seluruh gejala. Saddharmapundarika-sutra dari Buddha Sakyamuni masih terbatas pada masa lampau yang dikatakan 500 asamkheya kalpa koti. Oleh karena itu, walaupun di situ diterangkan mengenai badan sesungguhnya dari jiwa, tetapi bukan badan sesungguhnya itu sendiri. Barulah dalam Hukum Buddha Nichiren Daisyonin diterangkan hukum kekal yang tidak ada awal, yang disebut Kuon Ganjo, dan dengan tegas didirikan badan sesungguhnya. Oleh karena itu, Hukum Buddha Nichiren Daisyonin pada masa keruh Masa Akhir Dharma, bisa mencapai kosenrufu lebih dari ribuan tahun sampai masa yang akan datang. Jika kalimat ini dibaca sesuai gerakan jiwa masing-masing, meletakkan akar secara mendalam dan menelusuri sumber sampai jauh di sana, berarti pada akhirnya menetapkan dalam hidup bahwa badan sesungguhnya dari akar jiwa adalah Nammyohorengekyo. Berdasarkan hal itu,

“cabangnya rimbun” berarti diri sendiri dapat mengeluarkan seluruh tenaga sehingga hidup dengan penuh kepuasan. “Alirannya panjang” berarti dapat menumpuk karunia kebajikan yang tidak akan habis hingga masa yang akan datang.

4

Ada orang yang badannya kelihatan tidak mundur dari hati kepercayaan, tetapi dalam hati terkandung keraguraguan. Atau ada juga yang hatinya saja percaya, sedangkan badannya mundur dari kepercayaan. Keterangan: Hati kepercayaan haruslah mencakup tiga karma, yakni badan, mulut, dan hati. Hati adalah akar pokok. Namun jika hati saja, tidak dapat dikatakan sebagai hati kepercayaan yang sesungguhnya. Ketika menemui bermacam-macam kesulitan, ada orang yang dari luar kelihatannya tidak melepaskan hati kepercayaan, tetapi di dalam hatinya timbul keragu-raguan dan terlepas dari hati kepercayaan. Sebaliknya, ada yang di dalam hati ingin menjaga hati kepercayaan, ingin terus mengikuti hati kepercayaan, tetapi tidak ada pelaksanaan. Kalimat “badannya kelihatan tidak mundur dari hati kepercayaan, tetapi dalam hati terkandung keragu-raguan” berarti dalam hati diri sendiri banyak mengandung keragu-raguan. “Hatinya saja percaya, badannya mundur dari kepercayaan” berarti kebanyakan orang kalah oleh penindasan-penindasan dan tekanan dari luar. Dikatakan lebih keras lagi, yang kelihatannya sungguh-sungguh melaksanakan pun, ada yang menggunakan Hukum Buddha demi nama, keuntungan pribadi, atau kekuasaan. Atau, ada juga yang hatinya kalah terhadap ketakutan dan kemalasan. Yang paling penting dalam melaksanakan Hukum Buddha adalah prajna untuk melihat Hukum Buddha sesungguhnya dan berani untuk mengatasi kelemahan diri sendiri.

Samantabadra | Maret 2019

47


5

Saddharmapundarika-sutra adalah Sutra yang sukar dipercaya. Inilah yang dimaksud dengan kalimat Sutra yang berbunyi, “Sukar dipercaya, sukar dimengerti.” Keterangan: Pada bagian terdahulu, yakni pada perumpamaan Ajnata Kaundinya, dan lain-lain, dijelaskan mengenai betapa sulitnya mengikuti Buddha Sakyamuni. Namun sebenarnya lebih sulit mengikuti Saddharmapundarikasutra. Dengan demikian, isi surat bagian awal menerangkan mengenai ‘orang’ dan pada bagian akhir menerangkan mengenai ‘Hukum’. ‘Orang’ akan memberikan peringatan dan dorongan semangat apabila muridnya hampir mundur, dan juga akan mengajarkan secara lebih mudah dengan menyesuaikan akar bakat murid tersebut. Karena ‘orang’ hidup secara nyata dan ada di hadapan mata, maka kita merasa tenang dan mudah memahaminya. Sebaliknya, ‘Hukum’ tidak mengikuti akar bakat manusia dan keberadaannya mutlak serta tegas. Hukum tidak bergerak, hanya orang yang melaksanakannya yang dapat bergerak berdasarkan Hukum. Oleh karena itu, melaksanakan ‘Hukum’ Saddharmapundarikasutra, serta percaya dan memahaminya, lebih sulit daripada mengikuti ‘orang’. Dengan demikian, Saddharmapundarika-sutra lebih unggul daripada manusia, sehingga sukar dipercaya dan sukar dimengerti. Dalam Masa Akhir Dharma, Buddha Pokok Nichiren Daisyonin dan Nammyohorengekyo adalah Persenyawaan Manusia dan Hukum (Ninpo Ikka), sehingga mengikuti Nichiren Daisyonin berarti sama dengan mengikuti Saddharma. Akan tetapi, sekarang, setelah kemoksyaan Nichiren Daisyonin, yang dikatakan ‘menerima dan mempertahankan Saddharma’ tentu berarti yang berperan adalah ‘Hukum’, dan, karena Persenyawaan Manusia dan Hukum, maka di dalamnya tercakup ‘orang’. Sesuai dengan perkataan “Orang yang berhati kepercayaan pada pintu Hukum ini ...” bagaimanapun juga jangan lupa bahwa pusat utama dari makna pokok pertapaan Hukum 48

Samantabadra | Maret 2019

Buddha adalah ‘Hukum’. Jika Hukum menjadi pusat utama, maka akan terlihat keistimewaan dari Hukum Buddha yang mementingkan sifat inisiatif dari orang yang melaksanakan dan mempertahankannya. Cara yang menjadikan ‘orang’ sebagai pusat utama mengakibatkan orang yang melaksanakan menjadi pasif. Mementingkan Hukum adalah hal yang sulit, namun karunia kebajikan dari percaya, menerima, dan mempertahankan menjadi sangat besar karenanya.

6

“Saya juga orang arif”, “Saya juga orang bijaksana”, namun tak ada seorang pun mendapat penganiayaan seperti kalimat sutra, “Terlebih lagi sesudah kemoksyaan-Ku (Kyometsu Dogo).” Keterangan: Pada kalimat sebelumnya telah diterangkan bahwa melaksanakan Saddharmapundarikasutra di Masa Akhir Dharma sungguh sulit. Oleh karena itu, karunia kebajikan pada saat mempertahankan dan meneruskan adalah ribuan kali karunia kebajikan Buddha Sakyamuni. Mulai bagian ini diterangkan bahwa yang melaksanakan sesuai dengan kalimat Saddharmapundarika-sutra dan mendapat penganiayaan tidak lain hanyalah Nichiren Daisyonin. Maka, Beliau dinyatakan sebagai “utusan Sang Tathagata”, “orang arif” di Masa Akhir Dharma. Di dalam Bab Dharma Duta dikatakan, “Ketika Sang Tathagata masih ada saja, sudah banyak kebencian dan iri hati, apalagi setelah kemoksyaan-Nya.” Berarti, setelah kemoksyaan-Nya, di dalam Masa Akhir Dharma diramalkan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra akan mengalami penganiayaan yang lebih besar daripada penganiayaan besar yang dialami Buddha Sakyamuni. Di antara 2000 tahun Masa Saddharma dan Pratirupadharma, banyak orang menyatakan diri sebagai orang arif bijaksana yang telah mencapai hakikat teori sesungguhnya yang unggul dan agung. Akan tetapi, di


antara orang-orang tersebut tidak ada yang mengalami penganiayaan. Juga Bodhisattva Nagarjuna, Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Dengyo, dan lain-lain, sekalipun menjadikan Saddharmapundarika-sutra sebagai akar pokok penyebarluasan Hukum Buddha sesungguhnya, mereka tidak akan mengalami penganiayaan seperti yang dibabarkan dalam Bab Dharma Duta. Yang mengalami penganiayaan besar sesuai dengan pembabaran Bab Dharma Duta mengenai “Apalagi setelah kemoksyaanNya (Kyometsu Dogo)”, hanyalah seorang, yakni Nichiren Daisyonin. Berdasarkan hal ini, Nichiren Daisyonin lah yang merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang sesungguhnya. Apalagi diterangkan bahwa Hukum Buddha kehilangan daya guna di Masa Akhir Dharma, sehingga pelaksana Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma dapat dikatakan sebagai Buddha yang unggul dan agung. Mengapa timbulnya penganiayaan yang besar menjadi sangat penting? Jika dikatakan karena sesuai dengan kalimat Sutra, bukanlah alasan yang cukup. Manusia mempunyai naluri untuk hidup, maka menuntut keuntungan untuk diri sendiri dan mudah digoyahkan oleh hawa nafsu kekuasaan. Hukum Buddha merombak cara hidup manusia yang menuntut kekuasaan atau keuntungan di depan mata dari dasar akar jiwa. Dengan demikian, merombak jiwa sesuai teori sesungguhnya yang menerangkan sampai ke dasar jiwa. Maka, semakin besar perombakan tersebut, semakin besar pula kekuatan yang menghantamnya. Cara hidup setiap manusia atau teori mendasar dari kebudayaan maupun masyarakat, sebenarnya terjadi didasari oleh keuntungan, kekuasaan, dan reputasi pribadi yang kesemuanya itu timbul berasal dari naluri ingin hidup. Timbulnya berbagai kesulitan atau penganiayaan memiliki arti pembuktian dari dalamnya teori sesungguhnya dan besarnya kekuatan perombakan. Oleh karena itu, jika hanya mengalami penganiayaan besar dari segi gejala saja, bukan merupakan syarat dari ‘orang arif’ dan ‘orang bijaksana’. Misalnya, orang

yang dihukum mati karena memberontak atau melanggar hukum. Atau di Eropa, seorang tukang sihir dianggap sebagai iblis. Adapula orang yang mengalami penindasan yang lebih kejam daripada Nichiren Daisyonin. Tetapi harus diketahui, bahwa yang terpenting bukanlah besarnya penganiayaan atau siksaan penderitaan yang kejam, melainkan keagungannya terletak pada filsafat yang menimbulkan perombakan sifat jiwa, dan besarnya pelaksanaan.

7

Sekarang waktunya sudah memasuki awal Masa Akhir Dharma, yaitu tepat 500 tahun kelima yang diramalkan Buddha Sakyamuni dalam Sutra Mahasanghata. Sebagai umpama, dikatakan seperti matahari tanggal 15 bulan 5, ketika mulai memasuki musim panas; seperti bulan tanggal 15 bulan 8 saat malam bulan purnama. Keterangan: Berdasarkan waktu dan peristiwa, Nichiren Daisyonin adalah Buddha Masa Akhir Dharma yang unggul dan agung. Zaman semasa Nichiren Daisyonin hidup adalah waktu timbul nyatanya Hukum Buddha yang harus disebarluaskan pada puluhan ribu tahun Masa Akhir Dharma yang tak terbatas. Dalam sejarah, banyak terjadi perombakan di dalam politik dan kemayarakatan, seperti Revolusi Prancis dan Rusia. Revolusi memang mengejutkan, tetapi jika revolusi dangkal, maka di masa akan datang akan menuntut revolusi yang lebih besar lagi, atau di tengah jalan menjadi hancur dan kembali ke asal mulanya. Daripada perombakan politik, perombakan teknologi akan lebih besar mengubah masyarakat. Sekalipun dapat menahan perubahan tersebut, akan timbul masalah-masalah di luar jiwa manusia. Kecanggihan ilmu pengetahuan secara tidak langsung mempengaruhi jiwa manusia. Oleh karena itu, kedua perombakan itu adalah sama, suatu waktu nyata, namun akhirnya mungkin berhenti dan akan memerlukan perombakan yang lebih canggih lagi. Kebalikan dengan hal di atas, agama Samantabadra | Maret 2019

49


merombak cara hidup dan cara berpikir dari setiap manusia dari dalam jiwa. Maka agama-agama, bisa dipertahankan selama ribuan tahun. Apalagi Hukum Buddha Nichiren Daisyonin yang merombak sampai ke kedalaman jiwa manusia, pasti dapat dipertahankan sampai masa akan datang yang kekal. Sebenarnya, sejarah agama yang unggul dimulai sejak awal Masa Akhir Dharma. Pada saat itu sudah ada berbagai ajaran sekte yang kuat serta kokoh, dan tatanan struktural yang terikat pada ajaran tersebut. Jika hal tersebut tidak dihadapi, dipecahkan, serta diruntuhkan, sifat manusia yang sudah menjadi sedemikian terikat dan tertekan tidak dapat dilepaskan dan bebas dengan semangat yang besar. Dasar Hukum Buddha Nichiren Daisyonin adalah kemanusiaan. Oleh karena menjalankan kemanusiaan, maka manusia menjadi bebas. Dan bukan hanya melepaskan dan membebaskan saja, tetapi mengajarkan pula untuk membuka mata terhadap keagungan dan keunggulan jiwa masing-masing. Harus berdiri di atas kaki sendiri, serta diri sendirilah yang harus melaksanakan. Di sini terdapat tujuan Hukum Buddha yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tentu timbul bermacammacam hantaman dan penindasan yang tidak pernah didengar. Namun, hantaman keras yang kita jalankan bukan dengan senjata, kekuasaan, atau kekuatan materi. Perombakan jiwa manusia tidak lain perombakan cara hidup dan falsafah dari setiap orang. Dengan demikian, menghantam diri sendiri adalah menghantam cara hidup dan pemikiran sendiri, serta harus sesuai dengan Hukum Buddha Nichiren Daisyonin.

8

Hati (Saya) dalam tiga racun: keserakahan, kemarahan, dan kebodohan; dan satu badan ini adalah manusia biasa; namun mulut (Saya) menyebut Nammyohorengekyo, maka mirip utusan Buddha. Keterangan: Apakah merupakan “Utusan Sang 50

Samantabadra | Maret 2019

Tathagata” dan Buddha Masa Akhir Dharma atau bukan, sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan yang dikatakan bahwa di dasar hati sekejap terdapat akar tiga racun yang dalam dan berbadan manusia biasa. Hal itu hanya tergantung pada Hukum mana yang akan dipertahankan. Orang yang menerima dan mempertahankan Saddharma, menyebut Nammyohorengekyo, menganjurkan orang-orang, dan menyebarluaskan Dharma dengan menjalankan pelaksanaan diri sendiri dan untuk orang lain, merupakan Buddha Nammyohorengekyo, Buddha dari Masa Akhir Dharma. Inilah arti dari kalimat “Hukumnya gaib, maka manusianya unggul.” Agaknya, dalam dunia nyata ini, selama menjadi seorang manusia, tiga racun tidak akan lenyap dari jiwa. Timbulnya hawa nafsu kemarahan, kebencian, dan keluhan, sebenarnya berasal dari keistimewaan yang dimiliki jiwa sejak asal mula, yakni mempertahankan jiwa. Kemudian, selama tinggal di dunia ini sebagai manusia, tidak ada “Saya bukan manusia biasa”. Sebaliknya, jika dikatakan dari sudut pandang yang lain. Oleh karena Nichiren Daisyonin sendiri hadir sebagai manusia biasa, maka kepada seluruh umat manusia yang tentu adalah satu badan umat manusia biasa, Beliau dapat mengajarkan dan memperlihatkan cara yang nyata. Kemudian secara tegas dan jelas, agar menyempurnakan diri sendiri, memperoleh kebahagiaan sesungguhnya yang kekal dan bukan hanya khayalan saja. Oleh karena itu, Nichiren Daisyonin hadir di dunia dengan badan manusia biasa dan perilaku-Nya sebagai Buddha adalah “manusia biasa adalah hakikat”. Hal ini sendiri berarti keagungan kekuatan, dan dalamnya filsafat Hukum Buddha menarik manusia biasa dari dunia idealis atau khayalan, serta mewujudnyatakan dunia realitas. Untuk itu, hadirnya Nichiren Daisyonin di dalam dunia nyata sebagai manusia biasa merupakan syarat yang diperlukan untuk memperlihatkan kekuatan Hukum Buddha, sehingga siapapun dapat melaksanakan dan mempercayainya. Berdasarkan hal ini,


Hukum Buddha benar-benar merupakan Hukum bagi manusia sesungguhnya. Akarnya tertanam di Dunia Saha ini sampai puluhan ribu tahun di masa akan datang, tetap kokoh sebagai kenyataan, dan menjadi bukti yang sesungguhnya. Oleh karena itu, bisa menjadi lestari dalam dunia ini, dan akan berkembang selama-lamanya.

Catatan

9

Penyakit bayi sudah sembuh sama sekali, maka Saya gembira sesungguh hati.

Keterangan: Pada bagian akhir, Nichiren Daisyonin memuji obat manjur dari tabib Syijo Kingo, dan ketajaman pengetahuan serta pandangannya tentang obat. Mungkin bayi itu berada di Minobu bersama Nichiren Daisyonin, dan dapat sembuh karena obat dari Syijo Kingo. Mengenai kematian Daisyinbo, agaknya Syijo Kingo mengatakan bahwa ia meninggal dalam keadaan sengsara, karena menghantam Nichiren Daisyonin. Hal tersebut ternyata benar, sehingga Syijo Kingo sesuai dengan tabib Jivaka yang dapat menyembuhkan penyakit pemfitnahan Dharma dari Raja Ajatasatru. Kemudian mengenai Sanmibo, Syijo Kingo mendapat kemarahan dari majikan Ema karena Sanmibo melakukan perdebatan hukum dengan Ryujobo. Pada saat itu, Syijo Kingo merasakan sesuatu dari sifat Sanmibo, dan menyampaikannya kepada orang lain. Dan hal tersebut benar terjadi, karena akhirnya Sanmibo juga menentang Nichiren Daisyonin. Oleh karena itu, semuanya tepat sesuai dengan yang dipikirkan Syijo Kingo. Selain mengenai obat, Nichiren Daisyonin juga percaya dari dasar hati mengenai mata Syijo Kingo yang dapat melihat tembus. Beliau sendiri tidak ingin menyerahkan penyembuhan penyakit-Nya kepada tabib yang lain. Beliau hanya percaya kepada Syijo Kingo. Karena kepercayaan dari Guru terhadapnya sedemikian dalam, maka dapat dirasakan bagaimana senangnya Syijo Kingo.

Samantabadra | Maret 2019

51


52

Samantabadra | Maret 2019


Samantabadra | Maret 2019

53


54

Samantabadra | Maret 2019


Forum Diskusi

1

jiwa?

ajaran

Cara Hidup dan Nasib Manusia yang Hakiki

Saya telah mempunyai cara hidup sendiri. Oleh karena itu untuk apa saya harus melaksanakan perombakan sifat

Jawab : Memang tidak dapat disangkal bahwa zaman sekarang ini adalah zaman di mana setiap manusia mementingkan pribadinya sendiri. Bahkan sekarang manusia amat dan terlalu mengagungkan pribadinya sendiri. Di antara mereka yang bersifat seperti itu, ada yang mempunyai cara berpikir yang baik dan ada pula yang dapat menyerap kebudayaan. Sifat yang ditunjang cara berpikir yang baik sangat bermanfaat untuk mencipta nilai. Kreatifitas seperti itu memang amat baik. Manusia pada dasarnya selalu memikirkan cara hidup yang sesuai dengan kepentingan dirinya. Akan tetapi sikap yang mementingkan diri sendiri ini sering mendorong manusia untuk menolak orang lain. Bahkan juga manusia sering memaksa orang lain untuk menjalankan cara hidup yang sesuai dengan cara hidupnya sendiri. Hal ini adalah tidak baik bagi kita. Apabila kita ingin meningkatkan dasar jiwa kita sendiri, kita harus mempelajari mereka-mereka yang lebih maju. Kita harus mempelajari cara hidup dan cara berpikir mereka yang lebih maju. Maju yang dimaksud di sini adalah maju dalam melaksanakan pertapaan agama Buddha. Selain itu kita juga harus mempelajari sikap hidup para tokoh yang ada dalam

sejarah. Inilah cara hidup dan sikap hidup yang sebenarnya harus kita jalankan sebagai manusia. Dahulu ada yang mengatakan bahwa manusia adalah ‘homo socius’ (makhluk yang bermasyarakat). Sebenarnya bukanlah demikian. Manusia tidak dibentuk oleh masyarakat. Manusia itu membentuk masyarakat. Kalau kita berpikir lebih dalam, maka kita dapat menemukan makna sebenarnya dari kehidupan sebagai manusia. Sebenarnya makna dari kehidupan sebagai manusia adalah hubungan dalam bentuk sikap hidup antara sesama manusia. Makna ini berarti berbagai sikap hidup dalam menghadapi bermacam-macam manusia yang ada dan membentuk masyarakat. Kita harus tahu bahwa apabila kita tidak bisa menjalankan cara hidup yang sesuai dengan berjenis-jenis manusia yang ada dalam masyarakat, hidup kita tidak akan sejahtera. Hidup kita akan sengsara. Agama Buddha juga membabarkan tentang cara hidup sebagai manusia. Agama Buddha mengagungkan setiap manusia dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap manusia dapat meningkatkan pribadinya hingga akhirnya mencapai kesempurnaan. Dalam Surat Perihal Tiga Harta Pusaka, Niciren Daisyonin menerangkan mengenai Bodhisattva Sadaparibhuta. Dalam Surat Perihal Tiga Harta Pusaka tersebut diterangkan tentang Bodhisattva Sadaparibhuta yang selalu menghormati orang lain dan juga menerangkan Samantabadra | Maret 2019

55


maksud pokok kehadiran Sang Buddha Sakyamuni di dunia. Keterangan ini adalah untuk menjelaskan perilaku seorang manusia yang mempunyai nilai agung. Surat tersebut juga menjelaskan bahwa yang mewarisi prajna kebijaksanaan tidak lain adalah manusia. Pertanyaan : Agama sering mengatakan nasib. Akan tetapi saya tidak percaya akan nasib tersebut. Misalnya dikatakan bahwa kehidupan manusia itu sudah ditentukan sebelum kelahirannya di dunia. Saya tidak mengerti cara berpikir yang seperti demikian itu. Dapatkah dijelaskan ? Jawab : Memang siapa pun sebenarnya tidak mau percaya. Tetapi siapa pun sebenarnya tidak bisa lari dari nasib. Sudah merupakan suatu kenyataan umum bahwa sejak kelahiran manusia di dunia sudah terdapat berbagai macam perbedaan dalam hidupnya. Perbedaan itu terdapat dalam bentuk muka, kepribadian, suasana, karunia dan lain-lain. Apabila perbedaan antar manusia yang berupa kekurangan-kekurangan tidak dapat diperbaiki maka timbullah apa yang dikatakan sebagai iri hati, benci dan lain sebagainya. Selain perbedaan-perbedaan tersebut manusia sejak lahir juga memiliki perbedaan kebiasaan sifat satu sama lain. Perbedaan ini yang langsung mempengaruhi keadaan diri kita. Perbedaan kebiasaan sifat inilah yang membedakan antara kita yang bahagia dan yang tidak bahagia. Tetapi sering kita mendengar orang yang mengatakan, “Hanya kebetulan�. Semua ini sebenarnya bukanlah kebetulan. Jadi bagaimanakah sebanarnya kita harus menjalankan nasib itu ? Ataukah memang nasib kita itu sudah ditentukan dan kita harus menerimanya ? Haruskah kita menjalankan cara hidup yang penuh keputusasaan, atau terus menerus tidak menerima nasib ? Menurut hukum Buddha, baik hidup yang penuh kebahagiaan dan hidup tanpa karunia, tidak dapat menggoyahkan diri kita sendiri. Melalui

56

Samantabadra | Maret 2019

hukum Buddha kita mempunyai penglihatan yang dapat menembus hingga kenyataan yang sebenarnya atau yang hakiki. Siapakah yang menentukan nasib kita ? Sebenarnya yang menentukan nasib itu tak lain adalah pelaksanaan dari kita sendiri. Artinya perasaan hati dan badan dua pihak, kita sendiri yang menjalankan perilaku dari masa lampau yang amat jauh. Perilaku-perilaku kita dari masa lampau yang amat jauh ini menjadi suatu tumpukan. Tumpukan-tumpukan dari perilakuperilaku kita ini berkumpul menjadi sifat kecenderungan jiwa kita. Sifat kecenderungan dari jiwa kita inilah yang membentuk nasib kita. Seperti halnya diri kita, demikian juga nasib orang lain ditentukan oleh sifat kecenderungan jiwanya. Hal ini ditunjukkan dengan amat tegas. Kini terlihat jelas bahwa sebenarnya kita sendirilah yang menentukan nasib kita. Apabila demikian halnya, bagaimanakah cara kita menerima nasib ini dan bagaimana pula merombaknya ? Kita tidak bisa menunggu orang lain dalam menerima dan merombak nasib kita. Kita harus mempunyai inisiatif sendiri untuk berusaha menerima dan merombak nasib kita. Hukum Buddha sesungguhnya mengatakan, “Bukan mengikuti nasib dan kalah pada nasib. Tetapi menghadapi nasib dengan keras dan tegas. Jadi mulai sekarang dan untuk selanjutnya kita harus mendasari diri kita dengan rasa tanggung jawab pada diri kita sendiri�. Kata-kata ini menerangkan wujud hukum akar pokok dari perombakan nasib. Dalam bahasa kanji, nasib dikatakan sebagai sikume. Sikume adalah jiwa yang tetap. Sebaliknya siapa pun sebenarnya dari dulu, sejak masa lampau yang tak berbatas merupakan jiwa yang unggul. Jiwa yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Jiwa yang mengandung nasib, yang mewujudkan dan membuka diri masing-masing manusia. Dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat bermacam-macam perumpamaan. Salah satunya adalah perumpamaan Cojagusi (perumpamaan tentang hartawan dan anak miskin). Perumpamaan ini mengisahkan


tentang seorang anak laki-laki yang miskin. Anak tersebut tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia adalah anak seorang hartawan. Oleh karena itu ia ingin mencari kebahagian di negeri orang lain. Pada akhirnya keinginannya ini membuat dirinya susah. Akan tetapi pada suatu hari ia bertemu dengan seorang hartawan yang berwibawa. Hartawan itu muncul dihadapannya. Pada mulanya ia merasa takut setiap kali ia melihat hartawan tersebut, karena wibawanya yang besar. Tetapi pada akhirnya anak tersebut diterima sebagai pembantu di keluarga hartawan itu. Anak tersebut merasa amat puas dengan kedudukan yang sedemikian rendah itu. Ia bekerja dengan rajin dan sungguh-sungguh. Lama-lama hartawan tersebut menjadi amat percaya pada pembantunya ini. Hartawan tersebut menjadi amat percaya karena melihat kejujuran pembantunya itu. Maka seluruh keuangan dari hartawan tersebut diserahkan pada pembantu kepercayaannya. Seluruh keuangan hartawan tersebut selanjutnya menjadi tanggung jawab pembantu terpercayanya. Pada saat hartawan itu meninggal dunia, semua hartanya yang berlimpah-limpah diwariskan pada pembantunya ini. Demikianlah perumpamaan yang dibabarkan. Perumpamaan ini bukan hanya menerangkan tentang nasib. Perumpamaan ini menerangkan tentang bagaimana nasib dapat dirubah. Perumpamaan ini juga menerangkan bagaimana seseorang dapat membuka serta membangkitkan tenaga. Membuka dan membangkitkan tenaga untuk membangun sikap inisiatif. Sikap inisiatif dalam menjalankan kehidupan. Di sinilah diperlihatkan pada kita akan perlunya satu agama yang sesunguhnya. Agama yang dapat mendorong untuk membuka dan membangkitkan diri kita sendiri serta pada akhirnya menemukan diri kita yang sebenarnya. ***

Samantabadra | Maret 2019

57


wawasan

Menggunakan Ejaan yang Tepat B

eberapa bulan yang lalu, di kolom bahasa Indonesia, pernah saya bahas penggunaan polisi wanita atau wanita polisi. Manakah yang benar? Masih ingatkah pembaca? Mana yang berarti petugas polisi yang hanya mengurusi melulu wanita? Mana yang berarti wanita yang menjadi petugas polisi & bertugas mengurusi semua orang, pria maupun wanita. Polisi wanita berarti petugas polisi yang hanya mengurusi melulu wanita, sedangkan wanita polisi berarti wanita yang menjadi petugas polisi & bertugas mengurusi semua orang, pria maupun wanita. Sungguh kita perlu kritisi susunan kata agar bermakna tepat sesuai maksudnya. Kali ini, saya akan coba membahas atau lebih tepatnya mengkritisi ejaan beberapa kata dengan -er- atau -r- saja. Contohnya isteri atau istri. Manakah yang benar? Istri! Samudera atau samudra? Samudra! Putera atau putra? Putra. Begitupun dengan puteri atau putri: yang benar atau baku ialah putri. Namun, antara cenderung atau cendrung, terampil atau trampil, kebalikan faktanya. yang benar atau baku ialah cenderung & terampil! Wah, rumit urusannya, ya, pembaca? Untuk membuat bahasa Indonesia terhormat, sudah saatnya kita menulis kata-kata bahasa Indonesia dengan benar sesuai petunjuk Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru. 58

Samantabadra | Maret 2019

Bagaimana patokan mentukan benar salah, baku tidak-baku ejaan kedua pasangan kata ini? Tidak ada! Bagaimana cara mengeceknya? Cara satu-satunya ialah rajin-rajinlah membuka kamus! Bukalah salah satu kamus bahasa Indonesia atau yang terkenal Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru, yakni Edisi ke-5. Perlukah kita membeli & memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru yang bentuknya sangat besar, tebal & mahal harganya? Tidak perlu, kecuali pembaca memiliki minat & kepentingan khusus! Pembaca memiliki minat berbahasa Indonesia yang baik & benar atau berkeinginan menjadi penulis‌ Tidak perlu memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru, karena sekarang sudah ada versi digitalnya di telepon genggam cerdas Anda yang berbasis Android. Ketik di Playstore: KBBI, maka akan muncul beberapa pilihan. Pilihlah KBBI yang berwarna biru, karena inilah aplikasi resmi dari Badan Pengembangan & Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia dengan versi terkini: KBBI V 0.2.1 Beta (21). Kunjungi di komputer yang terhubung dengan internet: KBBI V Daring di kbbi.kemdikbud. go.id atau di hubungi mereka di ponsel dengan mengetik di Google sebagai badan. bahasa@ kemdikbud.go.id Mudah & murah, bukan? Hanya dengan


ponsel pintar Anda, Anda bisa mengecek kebenaran & kebakuan suatu kata. Yang lebih penting, pembaca bisa mengecek & memastikan arti sebuah kata bahasa Indonesia ‘baru’ yang tiba-tiba muncul di media massa atau sekadar di iklan. Saya katakan ‘baru’ karena ada kemungkinan kata dimaksud sudah lama ada di koleksi kosakata bahasa Indonesia, namun belum pernah atau jarang sekali penduduk kita menggunakannya. Tiba-tiba sebuah media massa, apakah media cetak atau media elektronik, menggunakannya. Atau, pembaca sekadar mengecek penulisan ibukota atau ibu kota, orang tua atau orangtua, petikemas atau peti kemas? Mana yang benar & baku? Yang benar & baku kalau bapak & ibu membuka kamus daring atau luring itu ialah ibu kota, orang tua, peti kemas. (Catatan: daring [di dalam jaringan] atau luring [di luar jaringan] itu terjemahan dari online & offline, lho!) Berikut ini daftar kata-kata bermasalah yang dibahas di atas berikut ejaan bakunya untuk memudahkan bapak ibu & pembaca lainnya melihat & membandingkan:

Demikianlah sekadar berbagi pengetahuan tentang bahasa Indonesia tercinta yang baik & benar. jangan sampai pembaca yang budiman terjebak pada kebingungan penulisan kata, mana yang benar antara -er- atau -r- saja. Untuk membuat bahasa Indonesia berwibawa, sudah saatnya kita menulis kata-kata bahasa Indonesia dengan tepat sesuai arahan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru. Unduhlah KBBI di telepon seluler Anda segera agar semakin banyak orang bisa mendalami & mengecek kebenaran & kebakuan sebuah kata. Ada sebuah kata Niciren Syosyu yang sudah masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-5: Gongyo! Tidak percaya? Coba buka aplikasinya & ketik Gongyo. Muncullah jenis kata, asal-muasal kata ini, artinya & kata-kata majemuk yang mungkin: n Bud doa; ibadat; - malam; - pagi. Banggalah kita semua, penduduk Indonesia yang beragama Buddha Niciren Syosyu! Entah siapa yang memasukkannya! Ini pun salah satu sarana Syakubuku! Nam-myoho-rengekyo (Kyanne Virya)

Sumatera atau Sumatra menteri atau mentri

Sumatra menteri seseberang atau sebrang berang pateri atau patri patri cendercenderung atau cendrung ung samudera atau samusamudra dra terterampil atau trampil ampil putera atau putra putra puteri atau putrid putri isteri atau istri istri derajat atau drajat derajat

Samantabadra | Maret 2019

59


Tips Mengatasi Jerawat

Bersihkan wajah secara maksimal

Salah satu penyebab utama munculnya jerawat bisa jadi karena kurangnya menjaga kebersihan area wajah. Minyak, sisa makeup, dan kotoran yang menempel di wajah berpotensi menimbulkan jerawat apabila tidak dibersihkan secara maksimal. Untuk kamu yang terlanjur memiliki masalah jerawat, kamu asalah jerawat memang dapat mencoba teknik double cleansing, dengan selalu menjadi perhatian menggunakan micellar water atau cleansing oil untuk tersendiri bagi kaum wanita, bahkan membersihkan makeup dan debu. Lalu lanjutkan pada beberapa kaum pria. Selain step kedua dengan membilas wajahmu dengan mengganggu estetika wajah, jerawat menggunakan face wash yang mengandung salicylic kerap menimbulkan rasa tidak acid atau benzoyl peroxide. nyaman di area wajah. Bagi kamu yang punya masalah serius dengan jerawat, berikut beberapa trik yang dapat diandalkan untuk mengatasi masalah tersebut.

M

Kompres jerawat dengan es batu Praktis dan memiliki banyak manfaat bagi kulit, es batu mampu memberikan efek cooling pada area yang sedang berjerawat. Es batu juga mampu meminimalisir pembuluh darah yang meradang sehingga efektif untuk mengempeskan jerawat dengan cepat. Bungkus terlebih dahulu es batu menggunakan handuk atau kain bersih sebelum di kompres ke area jerawat.

Referensi: http://www.cosmopolitan.co.id/article/read/10/2018/14801/6-cara-ampuhmenghilangkan-jerawat-dalam-3-hari

60

Samantabadra | Maret 2019


kesehatan

Gunakan produk yang mengandung tea tree Tea tree telah lama dipercaya sebagai salah satu bahan yang efektif dalam melawan jerawat. Hal ini karena kandungan anti bakteri di dalamnya yang mampu meredakan iritasi karena jerawat. Ketika jerawat muncul, kamu bisa mencoba menggunakan produk-produk yang mengandung tea tree sebagai bagian dari skincare kamu. Selain itu tea tree juga merupakan bahan alami yang minim dampak negatif bagi wajah.

Mencoba masker wajah dengan lemon Cara jitu berikutnya untuk menghilangkan jerawat adalah dengan mencoba masker wajah menggunakan lemon. Kandungan asam dalam lemon mampu mengurangi minyak dan kemerahan di wajah. Zat citric acid di dalamnya juga berperan sebagai agen yang mampu membunuh bakteri penyebab jerawat. Masker lemon dapat dibuat dengan cara mencampurkan perasan air lemon dengan dua sendok makan madu. Oleskan lemon dan madu secara menyeluruh ke wajah selama 10 -15 menit, lalu bilas dengan menggunakan air hangat.

Samantabadra | Maret 2019

61


wawasan

Mengapa Komodo Hanya Ada di Indonesia?

K

omodo atau Varanus komodoensis, adalah spesies kadal yang merupakan hewan endemik Indonesia, yang artinya ia adalah satwa asli Indonesia. Di Indonesia sendiri, komodo hanya ada di pulau Komodo, pulau Rinca, Gili Motang dan pulau Padar. Komodo merupakan spesies kadal terbesar di dunia yang panjangnya bisa mencapai tiga meter. Ia bisa mengendus mangsanya dari jarak 9 kilometer. Komodo tergolong predator buas yang bisa menyerang rusa dan manusia. Tetapi, mengapa reptil satu ini hanya ditemukan di Nusa Tenggara? 62

Samantabadra | Maret 2019

Di balik kekuatan dan ketangguhannya, ternyata komodo benar-benar punya sifat alami homebodies alias anak rumahan yang sesungguhnya. Sifat alami yang sederhana itu mendasari perilaku menetap komodo dan membuatnya cuma tersebar di Indonesia. Bagaimana bisa? Menurut sebuah studi yang terbit di Prosiding Royal Society B, komodo bukannya tak bisa menjelajah daerah lain atau menguasai dunia, tapi mereka memang tidak ingin melakukannya. Komodo sebetulnya tipe hewan yang tak mau ambil risiko. Sekelompok ahli yang

mengamati komodo di empat pulau selama satu dekade mengungkap bahwa komodo tidak pernah meninggalkan tanah kelahirannya sepanjang hidup. Dikutip dari IFLscience, komodo sudah merasa lebih aman dan nyaman berada di zona dekat rumah, mereka tak menginginkan apapun lagi. Selain itu, di habitat aslinya di Nusa Tenggara Timur, mereka bisa mengetahui secara persis di mana menemukan mangsa. Selain menolak ambil pusing soal hidup berpindah-pindah, peneliti juga menemukan, karnivora dengan kaki kuat dan kemampuan bergerak


cepat hingga 20 km per jam atau sekitar 13 mph ini lebih memilih menciptakan stabilitas dengan tak banyak bergerak jauh. Namun, hal yang membingungkan bagi para ahli adalah jika hewan berada di suatu daerah selama beberapa generasi, mereka berisiko melakukan perkawinan sedarah, menghadapi kelangkaan sumber daya, dan bahaya lain yang mungkin bisa dihindari jika mereka bergerak ke tempat lain. Para peneliti pernah melakukan dua spesimen pengujian. Pertama, para peneliti memindahkan tujuh

komodo dari wilayah asal mereka ke tempat yang jauh, tetapi masih di pulau yang sama. Beberapa diangkut sekitar 22 km jauhnya. Kedua, komodo lain dipindahkan ke pulau berbeda yang meski berjarak dekat cuma 1.6 km, tapi membuat mereka harus menyeberang lautan untuk kembali ke tempat asal. Dalam waktu empat bulan, semua komodo yang dipindahkan ke darat walaupun sangat jauh ternyata bisa kembali lagi ke rumahnya. Ini menunjukkan bahwa komodo mampu melakukan perjalanan jauh melewati medan berat.

Ternyata ada seekor komodo yang dipindah ke pulau lain yang mengalami masalah. Ia tidak bisa mencari pasangan dari komodo-komodo di pulau baru dan kesulitan menemukan mangsa. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa sebetulnya komodo punya kemampuan berenang cukup jauh, tetapi usaha pulang dianggap tidak sepadan dengan risiko yang diambil. Peneliti juga menemukan pada tes DNA komodo, yang menunjukkan adanya tandatanda perkawinan sedarah di populasi komodo, dan rentan terhadap kekurangan makanan. Padahal, menurut peneliti, berdiam diri dan enggan pergi juga tidak menguntungkan bagi komodo. Data mikrosatelit yang memantau DNA komodo menunjukkan tanda-tanda perkawinan sedarah. Boleh jadi, itu karena komodo setempat menolak kawin dengan pendatang baru Kemudian, mereka justru lebih berisiko kekurangan pangan karena persaingan antar kelompok. Belum lagi faktor bencana alam dan aktivitas manusia semisal perburuan juga mengancam populasi. Referensi: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2019/02/05/ terjawab-sudah-inilah-alasan-mengapakomodo-hanya-ada-di-indonesia

Samantabadra | Maret 2019

63


Hai anak-anak NSI! Coba perhatikan dua gambar di bawah ini, dapatkah kamu menemukan perbedaannya? Selamat mencoba!

https://www.bookwidgets.com/blog/2016/06/spot-the-difference

64

Samantabadra | Maret 2019


2018sept.html

1

3

2 4

4

2

teka-teki silang

2018sept.html 1

3

5

5

6 6 7 7

8 9

8

9

10 10

11 12 12

11

13

13

14 14

15

16

15

17

16

17 18 181 9 19

Mendatar Across Mendatar Across 1. Boddhisatva

Menurun Down Menurun Down

yang diterangkan dalam Sadharmapundarika- sutra yang unggul 1. Boddhisatva yang diterangkan dalam 2. dlam pengetahuan. Sadharmapundarika-sutra yang unggul 3. 4. T arian tradisional topeng berasal dari dlam pengetahuan. kota ... 4. Tarian tradisional topeng berasal dari nafsu adalah kesadaran (Istilah 5. 6. Hawa kotaJepang) ... nafsu adalah kesadaran 6. Hawa 6. 8. Kekuatan dari dalam (Istilah jiwa (Istilah Jepang) 7. Jepang) 8.10. Kekuatan dari dalam jiwa (Istilah 9. Gaib (Istilah Jepang) Jepang) 11. 12. Vihara (Isyilah Inggris) 10.15. GaibSinonim (Istilah Jepang) 13. dari kata anggapan. 12.16. Vihara (Isyilah Inggris) 14. Universitas Gajah Mada 15.19. Sinonim dari kata anggapan. 17. Benc ana kelapara, benc ana ..., 16. Universitas Gajah Mada 18. benc ana penyakit 19. Bencana kelapara, bencana ..., bencana penyakit

2. Noodle 3. Nama salah satu tarian Noodle berasal dari Jawa T enga Nama salah satu 5. tarian tradisional Gosyo Pencyang apaian Kesa berasal dari Jawa Tengah. Seumur Hidup. Gosyo Pencapaian 6.Kesadaran SinonimBuddha dari kata laut Seumur Hidup. 7. Bulan Hari Ulang T ahun Sinonim dari kata9. laut Sebab akibat sesaat ( I Bulan Hari Ulang11. Tahun NSI. Ada gula ada ... Sebab akibat sesaat ( Istilah Jepang ) 13. Syin. Ada gula ada ...14. 25 X 2 Syin. 17. Bagai punnguk merinduk 25 X 2 18. Merah (Istilah inggris) Bagai punnguk merindukan ... Merah (Istilah inggris)

Samantabadra | Maret 2019

65


Resep Kue Nagasari Bahan-bahan: • 200 gram tepung beras • 100 gram tapioka atau sagu • 130 gram gula pasir • 800 ml santan sedang • 3 lembar daun pandan sobek ikat simpul • sejumput garam • secukupnya pisang utk isian nagasari, potong-potong • secukupnya daun pisang untuk membungkus Langkah: Sumber: https://cookpad.com/id/resep/955512-nagasari 1. Masak santan, gula pasir, garam dan daun pandan. Aduk sampai mendidih, matikan api. Gunakan api kecil aja. Dinginkan 2. Masukkan campuran tepung beras dan sagu ke dalam santan yang sudah dingin. Aduk rata. 3. Pindahkan panci berisi campuran santan dan tepung ke atas kompor. Masak sambil terus diaduk sampai mengental menjadi adonan seperti bubur sumsum. Sebaiknya gunakan whisker dan aduk agak kuat agar adonannya halus tidak bergerindil. Matikan api. 4. Siapkan selembar daun pisang. Beri adonan putih letakkan sepotong pisang kemudian tutup lagi dengan adonan putih. Lipat seperti amplop. Lakukan sampai habis. 5. Susun adonan nagasari yg sudah dibungkus dalam kukusan. Kukus kira-kira 15 menit.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

66

Samantabadra | Maret 2019

Jawaban TTS Maret 2019

8/9/2018

2018septlgkp.html

1

2

S

A

3

M

A

N

T

A

B

A

D

I 4

R O

5

C

I

R

E

B

O

N

O

K

U

B

O

N

S

G

6

B

O

N

O

S

A

Y

H

O

D

A

I

G E

7

O

N

8

A

J

I

R

I

K

I

G

9

R

I

O

I

N

B

G

U

T 10

M

Y

O 11

B

S

12

A

C

G

E

T

13

E

M

R

P

14

L

E

L

M

15

A

E

I

16

S

U

M

S

I

R

U T

G

M

17

J

Y

B

C

I

O

U

A

A P

18

R

L

Y

U

19

P

E D

P

E

R

A N

N

G

A

N

L U H

A


Berita Duka Cita

Ibu Khu Nyuk Kiauw

Ibu Sumarni

Meninggal pada usia 70 tahun 06 Januari 2019 Umat NSI daerah Tj. Priok DKI Jakarta

Meninggal pada usia 61 tahun 01 Februari 2019 Umat NSI daerah Gajahmada DKI Jakarta

Ibu Law Yuet Wah

Ibu Thio Etjie (Ecih)

Meninggal pada usia 83 tahun 30 Januari 2019 Umat NSI daerah Jelambar DKI Jakarta

Meninggal pada usia 82 tahun 30 Januari 2019 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Bakti donor mata mendiang Ibu Khu Nyuk Kiauw diserahkan oleh pihak keluarga kepada pihak bank mata.

Samantabadra | Maret 2019

67


Catatan

68

Samantabadra | Maret 2019


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Maret 2019 Tanggal Hari Jumat 01 Sabtu 02 Minggu 03

04 05 06 07 08 09 10 11 12

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa

13

Rabu

14 15 16 17

Kamis Jumat Sabtu Minggu

18 19 20

Senin Selasa Rabu

21 22

Kamis Jumat

23 24 25 26 27 28 29 30 31

Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Jam 19.00 Ceramah Gosyo 10.00 10.00 10.00 13.00

Kegiatan

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia

19.00 Pertemuan Cabang

19.00 12.00 14.00 19.00 19.00

Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang Pertemuan Pimpinan Wanita Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

19.00 Pertemuan Anak Cabang 10.00 10.00 14.00 19.00

Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lanjut Usia Umum Pertemuan Empat Bagian

Tempat Daerah masing-masing

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1

Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1 Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

10.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19.00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI

14.00 Pertemuan Wanita Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

17.00 Kensyu Gosyo Umum Maret 2019 Kensyu Gosyo Umum Maret 2019

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI

Samantabadra | Maret 2019

69


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

70

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Maret 2019

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.