Samantabadra 2019-05

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat SAMANTABADRA | MEI 2019 | NOMOR. 304

Dasar dari keharmonisan suami-istri bukan hanya saling menyayangi dan mencintai, namun berdasarkan saling mengerti dan saling mempercayai sebagai manusia, masing-masing berusaha untuk maju. Dengan demikian barulah dapat mempertahankan rasa sayang dan cinta yang sesungguhnya. Kalimat dari Niciren Daisyonin ini mengajarkan bahwa di zaman kapan pun, suami-istri harus selalu mendidik diri sendiri dan maju sebagai manusia. Untuk itu, melalui dialog, suami-istri harus meningkatkan perasaan dan pengetahuannya. Di situ dengan tidak memutuskan hubungan suami-istri, baru dapat membangun keharmonisan antara mereka yang akhirnya menjadi keharmonisan keluarga yang sesungguhnya.

gosyo kensyu Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri

gosyo cabang Surat Perihal Persembahan Jubah Musim Panas

Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri #304

05

m e i 2 0 1 9


DPP, DPW, DPD NSI melakukan foto bersama pada Pesamuan Kerja Nasional Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI). 29-31 Maret 2019.

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Bunga teratai, perlambang hukum sebab-akibat sesaat.

Ketua Umum NSI bersama sejumlah tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Suluh Kebangsaan memberikan dukungan terhadap KPU dalam melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan pemilu. April 2019.


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Perwujudan Kesadaran Buddha bagi Perempuan Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 30-31 Maret 2019

Nammyohorengekyo,

P

ada kesempatan Rakernas NSI kemarin, para pimpinan NSI berusaha untuk memahami kembali arti dari agama Buddha; memahami ketuhanan dari agama Buddha dan peran ketuhanan tersebut dalam kehidupan kita. Menurut agama Buddha, ketuhanan menjelaksan tentang sesuatu yang sepenuhnya tentang diri kita masing-masing. Hanya satu hal yang diinginkan oleh Buddha, yaitu untuk memberi tahu umat manusia bahwa semua orang punya kekuatan dan potensi yang sudah ada di dalam dirinya, yakni kesadaran Buddha. Mungkin bapak-ibu sering bertanya-tanya, mengapa selama ini kita masih mengalami kesulitan. Jawabannya karena kesadaran Buddha kita belum muncul dan/atau belum berfungsi. Buddha mengatakan. bahwa selama ini, seluruh umat manusia sesat. Kita dulu tersesat dan keluar dari

“ibukota kesadaran sejati”. Bahkan sebaliknya, kita masuk ke pelosok pikiran yang sesat dan hati yang goncang. Saya mendapatkan undangan dari Bapak Christianto Wibisono yang akan berulang tahun sebentar lagi. Walaupun ia adalah seorang penganut agama Kristen, ia akan meluncurkan buku yang berjudul “Kencan dengan Karma.” Ia adalah cendikiawan yang mempelajari hukum karma, yang dalam paham dia adalah hukum yang menjadi dasar dari semua keberadaan di alam semesta. Saya tidak tahu sejauh mana Bapak Christianto Wibisono bisa memberi uraian tentang karma, tapi karma menurut agama kita mencakup tiga indra, yaitu badan, mulut, dan hati (syin ku i). Jadi, ketiga indra kita terusmenerus membuat karma yang buruk karena sumbernya adalah dunia-dunia yang buruk. Itu yang menyebabkan kehidupan yang penuh penderitaan selama ini.

Agama Buddha tidak pernah menjanjikan bahwa semua penderitaan kita akan diselesaikan oleh satu sosok yang Maha Kuasa atau Maha Penyayang. Agama Buddha tidak pernah meletakkan janji seperti itu. Namun, karena kita sudah keluar dari ibukota kesadaran, yang menjadi landasan kita bukan lagi kesadaran, tapi alam-alam yang lain, terutama ketiga dunia yang buruk: neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Terkadang, cara berpikir kita terjebak dan terjerumus ke dalam kesesatan. Agama Buddha memberikan penjelasan bahwa perempuanperempuan adalah makhlukmakhluk yang sangat buruk. Walaupun wajah perempuan terlihat seperti Bodhisattva, hatinya sebetulnya penuh dengan iblis-iblis, tidak menentu dan penuh dengan kekeruhan. Kutipan gosyo keempat berbunyi, “Selain sutra ini, tidak ada sutra yang dapat Samantabadra | Mei 2019

1


memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha, apalagi pencapaian kesadaran Buddha bagi perempuan, sama sekali tidak diizinkan di dalam sutra-sutra lainnya.� Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra, kaum wanita menerima banyak kecaman. Misalnya, sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra mengatakan bahwa kaum wanita mempunyai lima ribu tangan. Kalau tidak ada Saddharmapundarikasutra, terutama Bab 12 yang tertinggal, wanita tidak akan bisa tertolong. Dalam ajaran sementara, dikatakan bahwa wanita mempunyai lima keterbatasan; ia tidak dapat menjadi Dewa Brahma, Dewa Indra, Raja Mara, Raja Cakravartin, dan seorang Buddha. Bukan hanya itu, kaum wanita juga disalahkan karena menimbulkan nafsu birahi pada kaum pria dan menjadi penggoda untuk menjerumuskan mereka ke dalam dunia buruk. Semua kejelekan ini adalah kenyataan berdasarkan hati wanita yang berada di ketiga dunia buruk, sehingga potensi wanita itu menjadi potensi yang merusak. Tapi, perempuan yang sudah kenal dengan Saddharmapundarikasutra akan masuk ke ibukota kesadaran. Dengan begitu, potensinya akan berubah menjadi sebuah potensi yang penuh kekuatan untuk membangun dan 2

Samantabadra | Mei 2019

meningkatkan kualitas jiwa. Hal ini telah dibuktikan dengan Putri Naga. Oleh karena itu, hanya satu jalannya, hanya satu jalur yang sangat sederhana. Bodhisattva Manjusri dan Bodhisattva Pragnakuta awalnya tidak percaya bahwa wanita bisa menjadi Buddha. Tapi, ketika Putri Naga muncul, seketika ia mempersembahkan sesuatu permata yang ada pada dirinya yang sangat berharga, yang harganya 3,000 dunia. Seketika itu diterima, dan karena penyerahannnya begitu tulus, Buddha pun menerima dengan tulus. Seketika itu, Putri Naga langsung berubah bentuk dan mencapai kesadaran Buddha. Ini membuktikan bahwa semua makhluk mempunyai potensi untuk mencapai kesadaran Buddha. Sebetulnya perempuanperempuan itu hebat. Ibu-ibu harus membuktikan bahwa semuanya bisa menjadi Buddha. Kalau semua perempuan saja bisa mencapai kesadaran Buddha, maka semua makhluk di dunia bisa mencapai kesadaran Buddha. Begitu mulia kekuatan perempuan, yang tidak ada pada lelaki. Dalam upaya membabarkan Dharma, dalam upaya melaksanakan satu hukum yang bisa membuat seluruh umat manusia mencapai kesadaran, Buddha banyak memberi contoh dari kehidupannya sendiri. Saya juga ingin membagi cerita

pribadi saya. Keempat anak saya masing-masing sudah mempunyai rencana yang berbeda-beda, ada yang sudah mau berkeluarga, ada yang memprioritaskan pendidikan dan pekerjaan. Kita bisa mempelajari bahwa, yang menentukan kehidupan kita adalah diri kita sendiri, yang memegang kuasa atas semua perbuatan kita. Jadi, sebetulnya, yang Maha Pengasih, Maha Tahu, dan Maha Penyayang, adalah kesadaran Buddha kita. Itu yang harus kita perjuangkan, karena kesadaran Buddha ada di dalam diri kita sendiri. Sebetulnya, manusia dan semua makhluk yang ada di alam semesta ini pada dasarnya memiliki potensi untuk berbuat baik. Semua makhluk hidupnya yuraku, senang. Maka itu, sebetulnya hakekat kehidupan adalah shujo sho yu-raku shoten gyaku tenku jo sas shu gigaku umandara ke. Pada hakikatnya, seluruh makhluk hidup di alam semesta hidup dalam kesenangan. Alam semesta juga begitu indah; bahkan di langit, bunga-bunga mandarava menebarkan harum dan keindahan yang luar biasa. Ketika Buddha Sakyamuni pertama kali mencapai kesadaran, beliau menjelaskan tentang sebab penderitaan, adanya penderitaan, akhir penderitaan, dan cara untuk mengakhiri penderitaan. Jadi, masalah utamanya adalah, dulu, kita bahagia karena kita


selalu berdiam di ibukota kesadaran. Dasar jiwa kita ada pada kesadaran. Di situ lah, terpancar semua energienergi kehidupan, dari masingmasing pribadi. Kekuatan yang sumbernya dari ibukota kesadaran adalah energi yang bukan main membahagiakan diri sendiri, dan juga memberi nilai positif kepada orang lain. Tapi, lama-lama kita terjerumus ke dalam tiga dunia yang buruk karena kita mulai lengah. Dulu, pada awal-awal peradaban manusia, orang-orang masih bisa mengatur dan menata dirinya. Dulu, manusia selalu berada di posisi itu, menempatkan kehadirannya seirama dengan alam semesta. Manusia dulu juga selalu ingin membahagiakan orang lain. Tapi, seiring berjalannya waktu, nilai ini berubah. Orang zaman sekarang tidak lagi ingin membahagiakan orang lain, tapi malah ingin mengambil keuntungan dari orang lain. Nilai ini berubah karena dasar hatinya berubah, dari ibukota kesadaran ke pelosok-pelosok kesesatan. Ini berlangsung terus sampai hari ini. Ketika Buddha Sakyamuni mencapai kesadaran, tiga ribu tahun yang lalu, kondisi umat manusia memang sudah tidak seperti jutaan tahun yang lalu. Sama halnya dengan situasi manusia hari ini. Sehingga dengan demikian, kesimpulannya adalah, semua penderitaan ini memiliki sebab, yaitu pergantian sumbernya, dari kesadaran

menjadi kesesatan. Tapi, ini akan berakhir. Kita punya cara untuk mengakhiri ini, yakni kembali ke ibukota kesadaran. Cara untuk kembali ke ibukota kesadaran itu hanya satu. Buddha Sakyamuni hanya menitipkan satu sutra untuk dibabarkan kepada seluruh umat manusia di Masa Akhir Dharma. Dari semua sutra yang dibabarkan Buddha Sakyamuni selama 50 tahun, yang kita sebut sebagai 84,000 gudang sutra, hanya ada satu yang bisa memungkinkan kita mencapai kesadaran. Seorang manusia yang bernama Sakyamuni, yang dulu bernama Siddharta, setelah mencapai kesadaran Buddha, merasakan energi yang luar biasa. Beliau tidak pernah berhenti untuk membabarkan Dharma. Sampai akhir kehidupannya pun, sebelum moksa, beliau terus membabarkan Dharma sambil berbaring. Pada saat itu, sutra yang dibabarkan adalah Parinirvana Sutra. Jadi, keteladanan ini yang sebetulnya harus kita jadikan ukuran. Dari Saddharmapundarikasutra yang terdiri dari 28 bab, yang harus kita pegang erat adalah bagian kedua, ajaran sesungguhnya. Saddharmapundarika-sutra dibagi menjadi dua bagian; bagian pertama dari Bab 1 sampai Bab 14, yang disebut sebagai ajaran sementara. Apabila diibiratkan dengan

kondisi alam, ajaran sementara itu seperti cerminan bulan di langit pada kolam di bawahnya. Kalau ada angin, refleksi di permukaan air mudah tergoyang bayangannya. Jika bulannya diam dalam satu tempat, tentu bulannya bisa terlihat dengan jelas. Tapi, jika bulannya terus bergeser ke tempat lain, sudah tidak lagi di atas kolam, bayangan bulan di permukaan air kolam akan hilang. Walaupun demikian, bulan di langit tetap ada. Ini menggambarkan kekuatan Bab 15 sampai Bab 28. Niciren Daisyonin sebetulnya tidak bermaksud untuk merendahkan perempuan, tapi untuk menjelaskan bahwa kondisi dasar perempuan yang sebenarnya memang buruk. Selanjutnya, beliau juga ingin menjelaskan, bahwa dengan kondisi perempuan yang seperti itu, sutra ini bisa membuat wanita menjadi sadar dan merubah nasib. Itulah kekuatan dan keunggulan Saddharmapundarika-sutra, yang bisa merubah kondisi yang paling buruk menjadi kondisi yang paling baik. Perempuan-perempuan harus lebih jauh menjunjung Saddharmapundarika-sutra. Maka itu, tidak aneh juga sebenarnya, di dalam susunan Niciren Syosyu di mana-mana, di seluruh dunia, jumlah umat perempuan lebih banyak. Begitu juga dengan soal keuletan. Perempuan adalah Samantabadra | Mei 2019

3


makhluk yang memiliki banyak keistimewaan. Daya tahan perempuan lebih kuat dibandingkan dengan lelaki. Oleh karena itu, Putri Naga, yang bukan hanya perempuan, tapi juga binatang, bisa mencapai kesadaran Buddha. Ini menjadi sebuah revolusi ketuhanan yang luar biasa dari perjalanan kemanusiaan. Dulu, diajarkan bahwa manusia bisa sempurna dengan perjalanan bertahap dan bertingkat. Kemudian, manusia juga dilihat secara parsial, ada manusia neraka, ada manusia binatang, ada manusia dari Dunia Sravaka, dan sebagainya. Tapi, Saddharmapundarikasutra mengajarkan tinjauan secara utuh dan holistik, bukan lagi secara parsial. Sepuluh dunia itu merupakan kesatuan, sehingga perubahan bukan setahap-setahap, tapi sekaligus. ‘Sekaligus’nya ini yang harus digarisbawahi. Tadi, sebelum kita memulai sesi gosyo, banyak umat yang duduk di belakang, walaupun sudah diarahkan untuk duduk di depan, agar lebih fokus. Sikap kita akan sulit dirubah jika perasaan jiwanya tidak didasarkan dengan kesadaran. Bisa jadi kita gengsi ketika ada yang mengatur-ngatur kita. Sebetulnya, kita harus mempelajari, bahwa Putri Naga sendiri menyerahkan jiwa raganya dalam seketika. Tapi, kita tidak bisa seketika menyerahkan jiwa raga kita, sebab kita masih memelihara gengsi dan rasa keegoisan. 4

Samantabadra | Mei 2019

Kita kebanyakan berputar di antara keempat dunia buruk. Kita harus belajar mengesampingkan rasa gengsi dan kemarahan kita. Jangan mau menang sendiri dan jangan melaksanakan sesuatu karena mempunyai maksudmaksud tertentu. Kesadaran harus sering dimunculkan, sehingga nanti akan jadi terlatih dan membangun kebiasaan, sehingga kita nanti akan selalu menetap di ibukota kesadaran. Salah satu contoh melatih diri adalah pertemuan kita pada kensyu. Tapi, tidak mungkin kita kensyu setiap hari. Saya bersedia dan mau saja menyelenggarakan kensyu setiap hari, untuk berlatih, tapi bapak-ibu belum tentu mau. Sebetulnya, perubahan manusia bukan berarti perubahan yang secara fisik saja. Agama Buddha mengajarkan cara untuk menjalankan perubahan yang hakiki. Perubahan yang hakiki adalah perubahan secara mendasar. Yang ingin saya ingatkan terus adalah, bahwa sebetulnya, perubahan kita pasti berlangsung. Mau kensyu atau tidak kensyu, ikut NSI atau tidak, tiap hari Gongyo-Daimoku atau tidak, menerapkan gosyo ini atau sebaliknya, semua adalah urusan kita masingmasing. Segala sebab dan akibat akan terwujud kepada diri kita sendiri, In Ga Guji. Apabila kita menggunakan

cara-cara sendiri yang keliru, kita berisiko menjalankan penderitaan yang berkepanjangan. Kalaupun kita memberhentikan caracara kita yang salah, dan menukarnya dengan caracara yang diajarkan oleh Buddha yang merupakan hakikat kebenaran, keputusan itu juga berisiko. Risikonya dalam perubahan menuju kebaikan pun ada. Kita sendiri yang harus memilih dan menghadapi konsekuensi pilihan kita. Buddha Sakyamuni adalah manusia yang sangat tegas namun konsekuen, karena Buddha berkata bahwa tiap jiwa manusia memiliki kelengkapan potensi kebaikan dan keburukan, kesadaran dan kesesatan, gampon no mumyo dan gampon no hosyo. Setiap saat, dinamika perasaan jiwa ini terus berproses. Maka dari itu, kita menjalankan pertapaan dengan membaca Bab 2 dan Bab 16, serta menyebut Nammyohorengekyo setiap pagi dan sore sebagai upaya untuk memelihara konsistensi perasaan jiwa di tingkat terluhur, yaitu dunia Buddha. Ini adalah petunjuk dari Buddha. Walaupun demikian, pelaksanaannya tergantung tekad dari diri kita sendiri. Pada kehidupan modern seperti sekarang, orang-orang mulai berpikir ulang tentang kepentingan agama. Mereka mulai bertanya-tanya bila agama masih diperlukan.


Sekarang, semua orang serba sibuk, sehingga mereka menganggap bahwa agama membuang waktu. Banyak anak muda sekarang yang menjadi agnostik dan ateis. Mereka menantang agama karena tidak melihat guna atau fungsi agama; mereka merasa dirinya lebih pintar. Jadi, sekarang sudah muncul manusia-manusia yang menganggap dirinya lebih pintar dari Tuhan, manusiamanusia yang lebih pintar dari Buddha. Ini yang harus kita atasi, karena kecenderungan itu bukan hanya ada pada orang-orang yang sok pintar. Kecenderungan itu dimiliki oleh semua orang, karena itu hanya berbicara tentang kesesatan dan kesadaran. Kita semua harus berwaspada, dan caranya adalah dengan melawan iblis pada setiap waktu. Di dalam satu forum diskusi, saya pernah ditanya mengenai tanggapan saya tentang masalah hoaks. Sebetulnya, pada hakekatnya, kita harus kembali melawan diri kita sendiri. Bangsa ini harus diajarkan tentang cara berkomunikasi yang baik dan benar, karena rakyatnya kurang belajar. Kensyu pun tujuannya itu, untuk mengajarkan orang-orang yang kurang belajar. Kita semua harus mengajar diri kita sendiri. Semua orang akan mengalami siklus kehidupan. Ketika kita menua, kita

berlagak sok tua, dan berpikir bahwa segalanya hanya urusan anak muda, dan kita tidak perlu banyak berpikir lagi tentang pekerjaan atau produktifitas. Sebetulnya, dalam ajaran agama Buddha, tidak ada yang mengajarkan hal seperti itu. Yang mengajarkan itu adalah kesesatan kita sendiri. Akibatnya, kita memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap kepikunan dan kematian. Akhirnya, kita menjadi manusia yang tidak berguna. Itu pun harus dilawan. Apabila ingin mencapai kesadaran Buddha, kita tidak boleh mundur, kita harus tetap maju dan berjuang. Kutipan kedua menjelaskan tentang cara agar kita bisa lepas dari triloka. Jawabannya adalah dengan kurnia pertapaan hukum agama Buddha Nammyohorengekyo. Tidak ada yang lain. Tidak ada ajaran dari pembabaran Buddha Sakyamuni selama 42 tahun pertama, tidak ada ajaran bayangan. Ternyata, Saddharmapundarika-sutra yang 28 bab pun sudah tidak boleh dipakai. Jadi, yang bisa dipakai secara efektif hanyalah Nammyohorengekyo. Bahasa dari doa kita juga tidak boleh diganti. Orang muslim pun tidak boleh menerjemahkan Al Quran ke bahasa Indonesia. Apa pun bangsanya, orang Arab, orang Indonesia, maupun orang Tionghoa, harus membacanya dalam bahasa yang sama.

Waktu itu, saya berinisiatif untuk menyarankan MUI untuk pergi ke Xinjiang, Tionghoa, ketika waktu itu sedang ada permasalahan di sana. Beberapa orang dari MUI akhirnya pergi ke Xinjiang, dan di sana mereka belajar bahwa tidak ada penyiksaan yang dilaksanakan terhadap umat Muslim. Yang ada adalah sebuah kerukunan yang erat di antara umat Muslim dan Tionghoa. Mereka dididik, mereka mempelajari bahasa, kesenian, dan lain sebagainya. Tapi, mereka juga tahu bahwa Xinjiang tepat bersebelahan dengan Afghanistan, salah satu tempat yang dituju banyak anggota ISIS. Masyarakat Xinjiang, oleh pemerintah Tiongkok, dimasukkan ke dalam satu pusat pendidikan dan latihan, supaya otak mereka tidak terkontaminasi dengan paham-paham ekstrim dan radikal. Karena paham-paham radikal, terkadang kita mulai bertanya-tanya tentang kepentingan agama. Tiongkok, walaupun negara yang sangat maju, tetap memberi kebebasan dan keterbukaan untuk agama. Suara itu kyo. Maka itu, di sini dijelaskan, bahwa namu adalah kimyo, berarti memasrahkan diri dan ingin memanunggalkan diri. Myoho itu adalah hukum gaib renge, yaitu sebab-akibat sesaat. Kyo itu adalah suara Buddha. Semua suara mempunyai getaran sendiri-sendiri. Samantabadra | Mei 2019

5


Zaman sekarang, zaman emansipasi, manusianya sudah maju. Di samping banyaknya kasus perceraian, perempuan juga sering sekali menjadi korban KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga. Dalam berbagai kasus, ternyata Undang-Undang KDRT belum bisa menyelesaikan masalah. Polisi pun, sebagai pelaksana dari Undang-Undang ini tidak juga menyelesaikan masalah. Sebetulnya, yang bisa menyelesaikan masalah kita tidak lain dari kurnia pertapaan hukum agama Buddha. Tidak ada yang lain. Rotan membutuhkan pohon pinus, yang mengibaratkan laki-laki. Pohon pinus berdiri tegak, dan rotan merayap di bawah. Tapi, ketika rotan bersender pada pohon pinus, rotan tersebut bisa merambat naik. Pohon pinus adalah tempat bersandarnya rotan. Perempuan harus bisa membuat suaminya setia dengan dirinya saja, sehingga tidak mungkin menoleh pada yang lain. Untuk itu, sifat perempuan itu harus unggul, dimulai dari memunculkan keistimewaannya. Baik pria maupun wanita, setiap orang tertarik dengan wangi, rupa, sentuhan, dan rasa. Untuk memiliki daya tarik, seseorang harus memiliki inner beauty atau kecantikan dari dalam; perasaan yang betul-betul ingin memancarkan kasih sayang, keinginan untuk memberi kehangatan dan perhatian. 6

Samantabadra | Mei 2019

Kembali lagi, dalam agama Buddha, yang terpenting adalah kita tidak mengubah diri kita secara fisik, tapi mempersembahkan dengan tulus, membuang ego kita dan mempersembahkan hal yang paling berharga di dalam diri kita. Dengan begitu, seketika kita akan mencapai kesadaran Buddha. Jangan sampai jiwa kita selalu berada di kegelapan. Jiwa kita harus ada di tempat yang terang, yaitu ibukota kesadaran. Jika kita ada di tempat yang terang, hati kita tidak bisa diguncang, dan ketika kita konsentrasi, kita pasti akan berhasil mencapai keterangan. Dengan demikian, kita harus berjuang untuk selalu membuka pintu kesadaran. Ohashi no Taro adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ayahnya. Generasi muda sekarang dengan generasi muda dulu sangat berbeda. Dulu, kita selalu diingatkan untuk membalas budi kepada orang tua kita. Masalah yang berkaitan dengan budi, tidak ada hubungannya dengan teknologi. Tak peduli kemajuan teknologi secanggih apa pun, budi tidak boleh berubah, karena itu adalah nilai kemanusiaan yang tinggi. Ohashi no Taro adalah seorang anak yang sejak kecil tidak mengenal ayahnya, karena ayahnya ditangkap oleh kerajaan yang waktu itu berkuasa. Ketika ia bertumbuh besar,

ia sering digertak karena tidak mempunyai sosok ayah. Sejak ia mengetahui cerita lengkap dari ibunya, ia bertekad untuk mencari ayahnya. Ia mengunjungi beberapa kuil untuk belajar ajaran Buddha. Satu waktu, dengan tulus ia memanjatkan satu mantra. Suaranya bagus dan penuh kesungguhan. Permaisuri pun lewat dan kagum dengan suaranya. Ia turun dari tandunya dan menghampiri anak itu, menanyakan namanya. Ohashi Taro menceritakan tentang ayahnya kepada permaisuri, yang kemudian menanyakan raja tentang ayah Ohashi Taro tersebut. Celakanya, raja di kerajaan itu baru saja memerintahkan untuk mengirim ayah Ohashi Taro untuk dieksekusi. Raja itu langsung memerintahkan perdana menteri untuk membatalkan eksekusinya, menyuruh algojo untuk pulang, dan membebaskan ayah Ohashi Taro. Seperti itu saja, penyebutan mantra yang sungguh-sungguh bisa membebaskan orang tua. Artinya, kita yang sudah bertemu dengan mantra yang paling tepat guna dan tepat waktu, tinggal menjalankan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Saddharmapundarika-sutra, Nammyohorengekyo, adalah satu-satunya sutra yang bisa membuat seluruh makhluk hidup mencapai kesadaran Buddha.


Bagi orang-orang NSI, cita-cita kita adalah agar semua makhluk hidup mencapai kesadaran Buddha. Sebetulnya, kebahagiaan yang hakiki itu adalah mencapai kesadaran Buddha. Saya kira ini inti dari gosyo bulan ini, semoga kita semua memiliki keyakinan dan pemahaman yang benar. Pertama, agama sampai kapan pun tetap kita butuhkan. Teknologi boleh maju, zaman boleh berubah, fasilitas-fasilitas lain boleh saja semakin bagus, tapi kita sebagai manusia yang sudah tahu tentang perubahan-perubahan yang bisa menggantikan manusia, harus meningkatkan kualitas diri kita. Jangan sampai kita kalah dengan robot. Kualitas kita ada pada rupa, rasa, wangi, dan sentuhan. Ini harus bisa kita gunakan dalam semua aspek. Bagi kualitas kerja juga begitu. Sekarang, semua pemikiran dalam bidang kerja berdasarkan pemikiran kontinental, yang memperhitungkan untung dan rugi. Berbeda dengan dulu, ketika pikiran masyarakat Indonesia selalu bersifat memberi. Bahkan, dulu ada pepatah Jawa yang berbunyi, “ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji, sugih tanpo bondho.� Artinya, menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa aji-aji dan kaya tanpa harta. Itu adalah filsafat tinggi dari orang Jawa yang selaras

dengan filsafat Buddhis. Namun, sekarang semua nilai-nilai ini sudah memudar. Maka itu, ketika kita melihat perkembangan seperti ini, mestinya kita terus berusaha meningkatkan kualitas diri kita. Sebagai komunitas, hendaknya kita mulai dari diri sendiri untuk melakukan usaha perubahan, agar orang lain pun dapat terinspirasi untuk meningkatkan kualitas jiwa mereka. Kita harus menjiwai kualitas yang penuh dengan kemanusiaan, kualitas yang berada di ibukota kesadaran. Delapan ratus juta empat ribu icinen ditulis dari berbagai sutra, tapi berdasarkan teori dari Tientai, itu adalah Icinen Sanzen. Walaupun belum ada riset yang membuktikan bahwa gejolak jiwa itu berjumlah delapan ratus juta empat ribu icinen, memang perubahan yang terjadi sekejap-sekejap banyak sekali. Artinya, jiwa kita tidak pernah menetap, terus berubah. Jadi, icinen dalam sekejap ada tiga ribu gejolak, tiga ribu perubahan. Gejolak jiwa sebetulnya tidak bisa dihitung secara matematis, tapi angka tiga ribu ini berasal dari adanya 10 dunia, dan adanya 10 dunia yang mempunyai 10 dunia tersendiri, menjadi 100 dunia. Kemudian, ada 10 nyoze atau 10 aspek. Jadi, jiwa bergerak dalam satu aturan atau satu hukum yang berirama 10 aspek itu. Jiwa bersumber dari So, Syo, dan Tai, Trikaya yang Ekakaya.

Kemudian, satu jiwa akan bergerak dari nyoze riki, yang memiliki kekuatan atau energi yang terdiri dari sepuluh macam kualitas, tergantung dari 10 dunia. Neraka, kelaparan, dan kebinatangan juga menghasilkan energi, tapi energi yang destruktif atau merusak. Tentu, energi yang paling bagus adalah energi dari Dunia Buddha. Nyoze riki dan nyoze sa menjadi sumber kekuatan untuk melakukan perbuatan, dan semua perbuatan itu akan menjadi sebab (nyoze in). Nyoze en adalah gerakan membuat sebab yang akan menarik jodoh, yang ditarik oleh sebab kita sendiri, bukan dari Tuhan. Nyoze ka adalah akibat yang dihasilkan dari sebab dan jodoh. Semua perbuatan kita seketika menjadi akibat, seperti bunga teratai. Segala perbuatan langsung disimpan di gudang karma, indra kedelapan kita, dan akibatnya akan terwujud menjadi imbalan. Prosesnya seperti itu dari awal sampai akhir, honmakukkyoto. Oleh karena itu, pertapaan kita adalah untuk membuat gejolak jiwa yang terus berubah ini jadi menetap di ibukota kesadaran. ***

Samantabadra | Mei 2019

7


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Perwujudan Kesadaran Buddha bagi Perempuan Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 30-31 Maret 2019

Nammyohorengekyo,

S

utra ini menjelaskan mengenai pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Saat surat ini ditulis pada tahun 1265, Hukum Nammyohorengekyo baru tersebarluas selama 12 tahun; ajarannya masih muda. Penerima surat ini memang tidak jelas, tapi pada akhir isi gosyo, Buddha Niciren menerangkan tentang Bab 12 Saddharmapundarikasutra, yang menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Maka itu, gosyo ini jelas diberikan kepada seorang wanita. Pertama-tama, Niciren Daisyonin memberikan uraian mengenai Bab 12, Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra, sekaligus menjelaskan 8

Samantabadra | Mei 2019

keunggulan dari kurniakurnia kebajikan dari bab tersebut. Niciren Daisyonin juga membahas mengenai hati manusia. Banyak manusia yang sudah melalui siklus kehidupan berulang kali, tapi tetap saja terjebak di keenam dunia buruk. Ketiga, Buddha menjelaskan perbandingan antara ajaran sementara dan ajaran SaddharmapundarikaSutra. Yang terakhir, Buddha menjelaskan mengenai keunggulan dari Saddharmapundarika-sutra. Dulu, tujuh orang raja dari Dinasti Chin sampai Dinasti Liang, sama sekali tidak tahu tentang Bab 12 dari Saddharmapundarika-sutra, mereka hanya tahu bahwa Saddharmapundarikasutra terdiri dari 27 bab. Untungnya, ada seorang Dharmaduta yang bernama Man, yang mengambil bab yang hilang, yang selama itu

tertinggal di Istana Chang An. Ibu-ibu, apabila sampai sekarang bab itu belum juga ditemukan, mungkin kita masih percaya bahwa perempuan tidak bisa mencapai kesadaran Buddha. Ada dua keunggulan yang dijelaskan dalam Bab Devadatta, yaitu pencapaian kesadaran Buddha oleh orang jahat, Devadatta, dan juga oleh wanita. Dulu, waktu Sakyamuni dilatih untuk menjadi seorang raja, beliau ingin sekali belajar agama Buddha, sampai meninggalkan kerajaannya demi mencari seseorang yang bisa membabarkan Myohorengekyo. Akhirnya, ada seorang pertapa yang datang dan bersedia mengajarkan Hukum Myohorengekyo. Sakyamuni belajar dengan pertapa


tersebut yang bernama Asita. Beliau berjanji kepada dirinya sendiri dan bertekad untuk menjalankan apa pun yang diinginkan oleh pertapa tersebut selama seribu tahun, jika pertapa tersebut memang bisa mengajarkan hukum agama Buddha itu. Sambil belajar, akhirnya Sakyamuni mencapai kesadaran Buddha. Saat Sakyamuni membabarkan Saddharmapundarika-sutra, beliau menjelaskan bahwa sebetulnya Devadatta pada masa lampaunya adalah pertapa Asita. Berarti, orang jahat juga mempunyai Dunia Buddha dan Maitri Karuna. Setelah Devadatta yang sesat itu sadar, ia pun akhirnya menyebarkan Dharma. Sama halnya dengan Putri Naga, yang mempersembahkan mahkotanya seharga 3,000 dunia dan sekejap mematahkan egonya. Perasaan jiwanya seketika berubah dari dunia yang penuh dengan kesesatan menjadi dunia kesadaran. Sosok Putri Naga mewakili semua wanita dan kemampuan mereka untuk mencapai kesadaran Buddha. Kehebatan dari Bab 12 adalah kurnia yang dapat diterima. Bab Devadatta ini, ketika diterima oleh

umat yang berhati bersih dan penuh ketulusan, pasti akan menimbulkan kurnia. Kurnia pertama adalah orang tersebut tidak akan jatuh ke dalam tiga dunia buruk: neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Yang kedua, terlahir di hadapan Buddha. Berarti, saat lahir, ia sudah bisa memunculkan Dunia Buddha. Ketiga, di mana pun ia lahir, ia akan mendengar sutra ini. Keempat, kalau dilahirkan di antara manusia dan dewa, ia akan memperoleh kebahagiaan yang tiada tara. Artinya, dalam kondisi ini, kita berada di Dunia Surga dan Dunia Kemanusiaan, dan kita bisa menjalankan kehidupan kita yang sesuai dengan apa yang bisa dijalankan oleh manusia. Mungkin kita bisa menjadi orang yang berpangkat, orang yang berada, dan sebagainya. Kemudian, yang terakhir dikatakan: “Terlahir di hadapan Buddha akan terlahir sendirinya sebagai bunga teratai.� Terlahir sebagai bunga teratai berarti kita tidak kalah dengan penderitaan dan cemoohan, karena bunga teratai itu putih, bersih, dan suci, meskipun bunga itu tumbuh di lingkungan yang kotor. Kalau dasar jiwa kita Nammyohorengekyo, pasti perasaan jiwa kita bersih seperti teratai.

Kelima kurnia ini hanya bisa kita dapatkan kalau kita sungguh-sungguh percaya dengan Hukum ini secara tulus dan murni. Syo Jiki Sya Hoben, buanglah ajaran sementara dan peganglah satu hukum Nammyohorengekyo, tidak ada yang lain. Sayangnya, umat manusia tidak tahu bahwa di dalam dirinya sudah ada jiwa Buddha yang memiliki kekuatan yang tidak terjangkau pikiran manusia. Justru, jiwa ini lah yang memungkinkan umat manusia mencapai kebahagiaan yang mutlak dan sesungguhnya. Kebahagiaan mutlak tidak tergantung dengan materi, melainkan kebahagiaan jiwa. Banyak umat manusia yang tidak tahu akan hal ini, maka seringkali kita keluar dari ibukota kesadaran. Sebetulnya, ada kekuatan yang sedemikian ampuh dan kuat di dalam diri kita, tapi kita selalu mencari jalan lain. Kita lebih sering memilih jalan sesat yang sesuai dengan pikiran dan ego kita sendiri, sehingga segala perbuatan kita yang berasal dari karma mulut, pikiran, dan hati tidak bersifat memikirkan orang lain. Kita memakai pikiran kita untuk kepentingan diri sendiri. Kita selalu memprioritaskan kebahagiaan sendiri dan mengacuhkan orang lain. Samantabadra | Mei 2019

9


Kalau hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri, manusia akan sulit untuk bahagia dalam hidup. Betapa buruknya keadaan jiwa sedemikian. Karena kita tahu bahwa karma kita buat berasal dari badan, mulut, dan hati, kesesatan jiwa kita terbuka menjadi kesadaran. Perasaan jiwa kita seharihari hanya berdasarkan pikiran kita sendiri. Kalau begitu, bagaimana cara agar kita bisa keluar dari triloka? Cara apa yang bisa kita jalankan agar lepas dari penderitaan hidup dan mati? Niciren Daisyonin dengan tegas menjawab, bahwa tidak ada pertapaan yang lain; hanya pertapaan agama Buddha, hanya dengan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Ketika kita menyebut Nammyohorengekyo, semuanya bisa berubah, tidak peduli umur, status sosio-ekonomik, dan sebagainya; generasi muda, pemuda/pemudi, ataupun lansia, miskin ataupun kaya, semua pasti mengalami perubahan. Dengan menyebut Nammyohorengekyo di depan Gohonzon, ibukota kesadaran sejati dalam diri kita muncul. Tanpa kita sadari, kesesatan dan segala ego dan marahbenci, berubah menjadi rasa sayang kepada orang lain. 10

Samantabadra | Mei 2019

Walaupun wanita dianggap sedemikian buruknya, kata “ibu” yang mewakili semua wanita dipakai dalam kata-kata: ibukota, ibu jari, dan lain-lain. Kita harus bisa menerima keburukankeburukan kita sebagai wanita, karena itu semua pasti mengandung makna. Kejelekan-kejelekan dari wanita tercantum dalam ajaran sementara, yang mengajarkan bahwa walaupun mata seluruh Buddha jatuh ke tanah, wanita tidak akan bisa mencapai kesadaran Buddha. Sutra Avatamsaka juga mengatakan bahwa kaum wanita telah memecahkan bibit Buddha. Ini bermakna bahwa nasib wanita sudah tidak bisa dipungkiri lagi, bibitnya sudah ‘gosong’. Kemudian, dalam Mahaparinirvanasutra dikatakan, “Semua sungai pasti mengalir dengan berliku-liku. Seperti demikian hati wanita juga berliku-liku. Satu wanita bisa menimbulkan hawa nafsu seluruh laki-laki di dunia.” Kaum wanita dikatakan sebagai utusan neraka yang telah memutuskan bibit kebudhaan. Sutra ini menyatakan bahwa wanita sudah seperti iblis. Walaupun wanita tampangnya cantik, hatinya disamakan dengan iblis.

Wanita memang bisa tampil cantik, tapi di dalam hatinya seringkali terkandung niat buruk. Dulu, dipercayai bahwa wanita harus memenuhi tiga kepatuhan; mematuhi orang tua ketika masih muda, mematuhi suami ketika sudah menikah, dan mematuhi anak ketika sudah tua. Karena ini, biasanya banyak wanita mengoceh kecil pada dirinya sendiri, dan tidak pernah memberi tahu suaminya ataupun orang lain tentang masalah yang sedang diocehkan, karena tidak berani. Sebetulnya, yang harus kita utamakan dan patuhi hanya Hukum Nammyohorengekyo. Jangan sekali-kali mengikuti kehendak orang tua, suami, ataupun anak yang menjalankan kepercayaan yang lain. Jangan sekalikali kita kalah suasana dan mengabaikan dorongan Niciren Daisyonin untuk menjalankan ajaran ini dengan tulus dan murni. Dalam gosyo ini, kita juga diingatkan bahwa Buddha sayang dengan kita karena beliau menjelaskan kejelekan wanita untuk mendorong kita menjadi lebih baik. Kita harus bisa menerima kebaikannya. Jika terus menerima pujian, kita tidak akan bisa berubah. Kita tidak akan


mengetahui kekurangan kita. Justru, kalau kita mengetahui kejelekan itu, kita bisa mengubah sifat kita sehingga kita bisa menimbulkan Dunia Buddha. Semua ini adalah hikmah yang baik. Keistimewaan wanita adalah hatinya yang seperti air, yang bisa melewati jalur yang berliku-liku. Batu, pohon, batu karang, hambatan apa pun tidak akan menghentikan air mengalir; air tersebut pasti bisa melalui segala halangan. Aliran air itu terus berkesinambungan. Itu lah hati wanita, walaupun diumpamakan seperti berliku-liku, hatinya tidak akan kalah dengan halangan apa pun. Tentu, yang harus diutamakan dalam konteks ini adalah syinjin kita. Walaupun kita menghadapi banyak tantangan dan rintangan, kita harus seperti air yang terus mengalir yang tidak kalah dengan suasana. Hati seorang wanita juga diumpamakan sebagai angin sepoi-sepoi. Artinya, hati wanita tidak mudah didapatkan. Ini yang harus kita camkan. Ada beberapa situasi di mana suami mencari pelarian karena istrinya galak atau terlalu banyak menuntut. Terhadap situasi serupa, ini adalah satu pelajaran bagi wanita

(para istri) untuk bersikap mengasihi terhadap suami dan keluarga, karena itulah cerminan dari kebudhaan. Hal ini juga berlaku bagi para suami terhadap istri dan keuarganya. Dari ini semua, kita bisa mempelajari bahwa: (1) Hanya Saddharmapundarikasutra yang bisa membantu kita mencapai kebahagiaan mutlak, (2) Kita harus menjadi wanita yang seperti ‘angin sepoi-sepoi’, dan kita harus belajar menjadi seperti air, yang (3) selalu bisa menyesuaikan diri dalam wadah apapun, berarti menerima sesuatu dengan tulus, dan (4) rendah hati, seperti air yang mengalir dari yang daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah. Di zaman sekarang, sudah ada banyak kemajuan sosial yang membela dan mempromosikan kesetaraan gender. Walaupun demikian, kita diingatkan bahwa wanita harus menjalankan tugas sesuai dengan kodratnya, kewajiban dan tugas sebagai seorang ibu. Hanya dengan Nammyohorengekyo, keistimewaan wanita bisa muncul. Contoh seorang wanita, Putri Naga, akhirnya membuktikan bahwa seluruh wanita mempunyai kemampuan yang sama dengan pria.

Apabila dalam kehidupan kali ini kita bisa sungguhsungguh percaya dengan tulus dan murni, niscaya kita akan meninggal dengan tenang. Apabila kita meninggal dengan tenang, berarti di kehidupan akan datang kita juga akan terlahir kembali menjadi orang yang hidup dengan tenang dan tenteram. ***

Samantabadra | Mei 2019

11


liputan

Partisipasi NSI dalam Dialog Kerukunan Internal Umat Buddha

Kamis, 11 April 2019, bertempat di Pusdiklat Buddhis Maitreyawira, Jalan Tubagus Angke – Jakarta Barat, 4 orang umat NSI (Bapak Tjong Nie Kie, Bapak Efendi Alih Diharjo, Bapak Tan Kris Setiawan danIbu Karmina) hadir dalam kegiatan Dialog Kerukunan Internal Umat Buddha Provinsi DKI Jakarta denga tema “Kita Tingkatkan Wawasan Multikulutral”. Kegiatan tersebut dibuka resmi Kepala Kanwil 12

Samantabadra | Mei 2019

Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, Bapak Saiful Mujab. Dalam sambutannya Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta menyampaikan bahwa, sebuah agama / lembaga apapun yang paling terpenting itu adalah terjadi kerukunan di internalnya. Jika kerukunan berjalan dengan baik artinya pondasinya kuat, sehingga jika ada persoalan dapat diatasi .Jika internal tidak kuat ini

akan mudah terpecahkan. Dalam hal kerukunan umat, Kementerian Agama mempunyai konsentrasi pada kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah. Tetapi konsentrasi awal pada kerukunan intern umat beragama. “Karena di kerukunan intern ini yang harus benar – benar terjaga dengan baik,” imbuhnya.


Kakanwil menyampaikan terdapat 3 (tiga) tantangan dekade dalam kerukunan umat, pertama seorang yang belajar langsung bertemu dengan gurunya. Kedua, dibawah generasi pradigital sudah bertemu tapi sudah bedakan. Ketiga, dekade kekinian yang belajar dengan digital. “Ini yang harus kita perhatikan secara serius,” ujarnya. Bapak Saiful mengajak pada para tokoh agama, ketua majelis untuk mengatasi generasi agar kepeduliannya tumbuh dan kepemimpinannya ada. “Karena saat ini masih banyak belajar agama menggunakan alat komunikasi, sehingga terjadi efek negatif seperti individualnya tinggi dan ketergantungan dengan orang lain menjadi kurang,” jelasnya. “Dan agama tidak bisa menggunakan media sosial. Ruh pengajaran agama harus dengan orang yang ahli agama, karena mengajarkannya dengan hati sedangkan media sosial tidak ada hati,” tambahnya. Negara Indonesia merupakan kaya akan budaya, bahasa maupun adat istiadat. Hal ini Kakanwil menyampaikan terdapat 3 (tiga) generasi yang harus dipahami pada Negara yang multikultural. Pertama, generasi yang paham terkait bangsa Indonesia merdeka. Kedua, generasi yang menikmati hasil perjuangan. Ketiga, generasi yang hanya menerima informasi tentang perjuangan bangsa

Indonesia. “Ini yang harus diberikan pemahaman tentang Multikultural dan kemajemukan bangsa kita,” kata Kakanwil. Kakanwil juga mengingatkan pentingnya menjaga kedamaian dan kerukunan. Dimana Bangsa Indonesia akan menyelenggarakan Pilpres dan Pileg. Beliau berharap pelaksanaannya berjalan dengan nyaman dan sebagai warga Negara Indonesia harus ikut andil dalam kegiatan tersebut. “Berikan pemahaman kedamaian agar berjalan dengan baik. Hasil Pemilu ini akan memberikan kontribusi nyata 5 tahun kedepan bangsa kita untuk bersamasama dalam mewujudkan NKRI,” imbuhnya. Diakhir sambutannya, Kakanwil berkeyakinan dengan menumbuhkan dialog kerukunan intern, pemahaman multikultural dan moderasi beragama, kerukunan akan terjaga dengan baik. Harapannya kegiatan ini bisa turut serta semakin memperat serta merapatkan barisan dan terus mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Memasuki tahun politik, tokoh agama memang mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menggerakan partisipasi masyarakat dalam sebuah pemilihan umum (pemilu). Karena sesungguhnya tanpa disadari dimata masyarakat tokoh agama merupakan

sosok yang paling disegani dan patut untuk diteladani. Tokoh agama juga berperan dalam menciptakan atau membentuk opini publik atau pendapat umum yang sehat. Maka dari itu, setiap Tokoh Agama/ pemimpin komunitas umatnya harus memahami ajaran yang dia yakini dengan benar dan tepat serta melaksanakan ajaran yang di yakini dengan benar serta tepat juga. Tokoh agama harus memahami makna agama. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama yang diyakini oleh masing-masing agama. Bahwa agama untuk mewujudkan perdamaian (menyelesaikan masalah). Tokoh agama dalam menjalankan tugasnya sebagai pemuka agama seyogyanya selalu berada di tengah-tengah (jalan tengah) karena hakekat dari fungsi agama adalah agar segala sesuatunya kembali pada hakekat kebenaran yang sejati serta harus terus aktif menumbuhkan rasa kebangsaan diantara umat beragama dalam menghantarkan pemilu dengan suasana yang rukun, damai dan bermartabat, berlangsung tanpa hoax, Politisasi SARA, praktik politik yang merendahkan, dan politik uang yang mengancam keberagaman. Sehingga, melalui dengan begitu akan muncul pemimpin yang terbaik bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.***

Samantabadra | Mei 2019

13


Ketua Umum NSI dan Pemuka Lintas Agama dalam Joy Sailing TNI

Ketua Umum NSI (baju oranye) bersama Tokoh Lintas Agama Indonesia dalam Joy Sailing TNI.

S

enin, 15 April 2019, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja dengan sejumlah Tokoh Lintas Agama Indonesia diundang dalam kegiatan Joy Sailing (berlayar dengan gembira) yang diselenggarakan oleh TNI. Kegiatan dimulai dengan berkumpul di Dermaga JICT-II, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada pukul 06. 30 Yudhistira menuju Pulau Bidadari dengan menggunakan KAL Yudhistira menuju Pulau Bidadari. Kegiatan tersebut turut dikawal ketat oleh Kopaska (Komando Pasukan Katak, Pasukan Khusus TNI AL). Kegiatan Joy Sailing ini sangat penting dilakukan dalam rangka untuk menambah wawasan di bidang kemaritiman, kecintaan terhadap bahari dan upaya memberdayakan potensi kemaritiman menikmati keindahan alam Indonesia, kita juga dapat melihat serta merasakan secara langsung luasnya lautan Indonesia yang ukurannya dua per tiga dari luas

14

Samantabadra | Mei 2019

wilayah Indonesia secara keseluruhan. Disamping itu, luasnya laut Indonesia adalah kekayaan alam yang harus dijaga kelestariannya untuk kepentingan nusa dan bangsa. Selain dapat sambil menikmati keindahan Samudera Indonesia dari atas kapal, kegiatan ini juga merupakan ajang silaturahmi. Kegiatan yang dikemas dalam pelayaran kebangsaan ini diharapkan dapat memberi kesan tersendiri bagi para Tokoh Lintas Agama tentang pentingnya menjaga NKRI dengan terus bersilaturahmi. Apalagi dalam situasi menuju kegiatan Pemilu Presiden/ Wakil Presiden dan anggota Legislatif tahun 2019. Kiranya silahturahmi yang terus terjaga dapat mendukung kegiatan pemilu berjalan dengan jujur, lancar, aman, damai dan penuh rasa persaudaraan. Sehingga pesta demokrasi ini menjadi momentum yang baik untuk semakin mempersatukan bangsa yang disambut dengan bahagia oleh semua kelompok. Indonesia yang merupakan neg-

Ketua Umum NSI menerima koin kehormatan secara simbolis dari Panglima TNI.

ara dengan bermacam-macam suku, agama, ras dan golongan yang merupakan keluarga besar Negara Kesatuan Republik Indonesia, persaudaraan sebangsa, setanah air seyogyanya harus bisa diperlihara oleh semua pihak, dengan begitu meski berbeda pilihan dalam pemilu masyarakat tidak terpecah belah. Kita semua harus tetap menjaga dan memelihara kehidupan kerukunan antarumat beragama, merawat kebhinekaan, persatuan dan kesatuan, keutuhan bangsa dan Negara, serta keteguhan hati dalam mempertahankan pancasila, sehingga niscaya bangsaku semakin mencintai tanah air Indonesia, yang semua ini merupakan hakekat ketahanan bangsa untuk mampu menghadapi segala macam ancaman, sehingga bangsa ini tetap utuh, berjaya, dan semakin merata kesejahteraan rakyatnya, bahkan dapat turut serta berperan aktif untuk membangun perdamaian dunia. ***


GM NSI dalam Seminar Kebangsaan Interaktif: Beneran Indonesia

Delegasi generasi muda NSI untuk kegiatan Beneran Indonesia, didampingi oleh Ketua Karitra NSI, Ibu Tristina HS dan Sdr. Arya.

S

abtu, 6 April 2019 Generasi Muda NSI kembali ikut serta berpartisipasi (untuk ketiga kalinya) dalam kegiatan Beneran IndonesiaŠ (BEla NEgaRA Nasional INDONESIA) . Pembukaan kegiatan ini di Perpustakaan Nasional RI Lt. 4, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Gambir, Jakarta Pusat dan penutupan di Museum Bank Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh peserta siswa/i SLTA dari berbagai latar belakang suku dan agama dan NSI

mendelegasikan 17 (Tujuh Belas) orang siswa/i SMA untuk megikuti kegiatan tersebut. Kegiatan Beneran IndonesiaŠ menyajikan pelajaran karakter dan kewarganegaraan dalam bentuk interaktif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk mendorong peserta dari berbagai latar belakang berkerja sama untuk berkontribusi bagi kesejahteraan serta menciptakan solusi bagi

permasalahan yang ada di komunitasnya, dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan semangat generasi muda bangsa yang mengobarkan persatuan dalam identitas keberagaman bangsa, mengadopsi fakta diri bangsa sebagai negara kepulauan yang terikat dalam sebuah semangat, Indonesia yang dibalut dengan banyak kegiatan dan permainan serta talkshow seru sehingga generasi muda bisa belajar banyak bagaimana sejak Samantabadra | Mei 2019

15


Delegasi generasi muda NSI untuk kegiatan Beneran Indonesia menerima arahan dari Ketua Umum NSI sehari sebelum kegiatan.

muda bisa berkarya dan dengan mengikuti Aku Cinta Indonesia, peserta akan belajar lebih mengenal sesama saudara sebangsa kita dan belajar mencintai Bangsa ini. Dilaksanakan dalam bentuk sebuah kegiatan: A C I - Aku Cinta Indonesia yakni dengan seminar kebangsaan interaktif yang diadakan sehari penuh dengan menyajikan pelajaran karakter dan kewarganegaraan dalam bentuk permainan dan kompetisi, sehingga relevan buat generasi milenial yang dikemas menjadi 5 pos (di tempat-tempat historis di sekitar Jakarta) yang mana pada disetiap pos, peserta akan menyelesaikan berbagai kuis dan permainan yang berkenaan dengan Pancasila Sila Pertama hingga Sila Kelima, serba serbi Indonesia serta menganalisa masalah yang berkenaan dengan 16

Samantabadra | Mei 2019

lokasi pos tersebut. Kegiatan tersebut mengikutsertakan peserta dari berbagai latar belakang agama sekolah dan suku berkumpul. Disana baik peserta maupun relawan belajar untuk mengenali pusaka Indonesia sesungguhnya. Teman dari berbagai latar belakang yg saling bahu membahu menjaga kesatuan dan mewujudkan cita-cita bangsa. Indonesia selalu punya harapan jika generasi mudanya mau peduli menjaga pusaka bangsa, kuncinya ada di tangan kita semua, generasi muda menjadi lebih banyak berkontribusi dan memikirkan kesejahteraan bersama. Negara yang kuat adalah negara yang memiliki warga negara yang kontribusinya jauh melebihi tuntutannya dan bekerja sama dengan warga negara lain yang berbeda latar belakang untuk mencari

solusi bagi kebaikan bersama. Generasi Muda NSI telah menunjukkan sikap yang baik serta semangat yang tetap mengalir sampai acara Beneran IndonesiaŠ selesai. Sikap, semangat, dan partisipasinya di dalam acara tersebut telah memberi warna indah dan getaran baik untuk rekan-rekan dari agama lain. Kegiatan Aku Cinta Indonesia telah berakhir namun semangat kebhinekaan tidak boleh padam. Negara ini butuh lebih banyak lagi generasi yang beraksi memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsa. Negara yang kuat adalah negara yang memiliki warga negara yang kontribusinya jauh melebihi tuntutannya. Semoga Pancasila tetap di hati dan kontribusi kita lakukan menjadi karya nyata bagi Negara tercinta kita ***


Pembinaan Kerukunan Umat Beragama di Kabupaten Bogor

K

etua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, pada tanggal 20 Maret 2019 menghadiri Kegiatan Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Menuju Bogor Berkeadaban. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Bupati Kabupaten Bogor Bapak H. Iwan Setiawan, SE. Dalam sambutannya beliau menekankan hal pertama adalah kita harus mampu menjaga tali silahturami berjalan dengan baik, persatuan dan kesatuan adalah harga mutlak bagi kita semua. Banyaknya gangguan-gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang ingin memecah belah bangsa, oleh karena itu melalui forum ini kita semua berharap kita mendapatkan sesuatu pembekalan untuk membentengi kita sehingga

kita bisa menghadapi hari-hari kedepan ini dengan hal-hal pembangunan bangsa dan negara, harus bersatu sebagai saudara satu negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia Kedua, kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, jangan hanya menjadi penonton, dan kita harus saling menjaga satu dengan lainnya bergandengan tangan secara erat di bawah NKRI, juga harus saling menghargai dan kita semua bahu-membahu fokus untuk membangun negara Indonesia. Ketua Umum NSI sebagai salah satu peserta forum tersebut memberikan beberapa arahan dan pencerahan, serta pandangan atau persprektif dalam agama Buddha. Beliau mengemukakan dalam suasana damai, karena negara Indonesia adalah negara

yang agamis artinya semua orang-orang Indonesia adalah orang yang beragama. Oleh karena itu suasana damai bisa diartikan dengan satu suasana dari rukunnya semua umat beragama, kalau semua umat beragama rukun, intern-nya rukun, antar umat beragamanya rukun, dengan pemerintah-nya Rukun, berati suasana itu akan menjadi suasana yang damai. artinya damai itu sebagai modal yang penting. Melihat kondisi keserakan manusia, kemarahan manusia semakin menjadi-jadi . untuk itu dalam konteks ini agama merupakan suatu kebutuhan. Karena kemunculan suatu agama itu adalah satu kemunculan dimana situasi itu adalah tidak baik, dalam bahasa Sansekerta “a” berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau”, jadi agama itu Samantabadra | Mei 2019

17


adalah suatu suasana yang tidak kacau. Agama harus dijadikan sebagai sumber kekuatan, jadi tidak benar kalau pada suatu saat ada peristiwa yang dikatakan ini konflik antar agama. Agama tidak pernah konflik, tapi Agama sering disalahgunakan, sering dibonceng,sering diperalat untuk kepentingankepentingan lain. Tidak ada satu agama-pun yang mengajarkan konflik. Oleh Karena itu agama harus dijadikan sumber kekuatan. Dalam kondisi seperti ini kita harus lebih mewaspadai diri kita sendiri. Dalam kaitan kemunculan dalam suatu

agama baik itu agama Islam ,Buddha,Hindu,kristen,kath olik maupun Kong Hu Cu itu adalah suatu kemunculan atau kehadirannya baik niatnya dan suci misinya. oleh karena itu ini yang harus menjadi konstruksi berpikir dari kita semua. Agama tidak ada yang jelek, agama tidak ada yang mengajarkan tidak baik. Nah oleh karena itu dalam kondisi apapun yang terjadi di masyarakat, Kontruksi berpikir ini yang harus dibangun ketika kita ingin membangun sebuah suasana damai, suasana yang baik rukun, karena agama tidak pernah mengajarkan kita tidak rukun Jadi mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing komunitas itu untuk menjaga kemurnian dan juga kesucian agama yang diyakini. Hakekatnya pembangunan ini adalah membangun manusianya , bukan hanya membangun Fisik saja seperti jembatan ,MRT atau LRT saja. Jadi manusianya yang jadi titik sasaran utamanya. jadi kita butuh suasana yang damai. Kita mampu mengingatkan diri sendiri agar selalu menjadi manusia yang berkualitas tinggi, baik kualitas spiritual, emosional, maupun kualitas Intelektualnya. ***

Renungan Nusantara Satukan Negeri, Satukan Bangsa

S

abtu 6 April 2019, NSI berpartisipasi dalam kegiatan Doa Lintas Agama “Renungan Nusantara Satukan Negeri Satukan Bangsa “ yang selenggarakan oleh Simpatisan yang tergabung dalam Galang Kemajuan Satu Warna (GKSW) sebuah anak relawan dari GK (galang kemajuan). NSI diundang untuk mengirimkan 1 orang delegasi sebagai perwakilan dari unsur agama Buddha dalam acara doa lintas agama tersbeut. Bapak Tjong Nie Kie yang 18

Samantabadra | Mei 2019


Pandita Nie Kie (ke empat dari kiri) membacakan doa secara agama Buddha.

mewakili dari hadir dalam acara tersebut. Mengingat pentingnya Pemilu ini untuk masa depan bangsa, maka para pemuka agama mengajak seluruh umat beragama yang mempunyai hak pilih untuk memberikan prioritas waktu datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilih mereka karena setiap warga negara yang baik, wajib ikut berpartisipasi dalam Pilkada sebagai bentuk pengorbanan nyata bagi nusa dan bangsa. Dalam menentukan pilihan, seluruh warga juga dihimbau untuk mengikuti suara hati dan mengedepankan nilai-nilai kebangsaan serta kebhinnekaan yang diharapkan memberi makna positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

NSI juga berpartisipasi dengan menghadirkan atau menampilkan tarian/kesenian Tradisional Indonesia yakni Tarian Betawi yang dibawakan oleh 4 orang umat NSI (Lispiana, Derina, Yuliani, Lensy) untuk memeriahkan kegiatan tersebut. Hadirin yang datang dalam acara tersebut sangat bergembira dan wajah penuh antusias menyaksikan penampilan kesenian NSI. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam menguatkan persaudaraan. Hidup rukun dan damai dalam keberagaman bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Seperti yang sudah sering Bapak Ketua Umum NSI dengungkan bahwa Agama mengajarkan nilai-nilai luhur kebaikan, keutamaan, kesempurnaan dan kedamaian. Masyarakat

harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Meskipun berbeda agama, ras dan suku, tapi kita tetap satu saudara sebangsa dan setanah air dan kita harus saling menjaga satu sama lain dan maknanya harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menebarkan kedamaian bagi seluruh bangsa Indonesia, sehingga kita tidak mudah terpecah belah hanya karena perbedaan tersebut. Selain sebagai ajang budaya pemersatu bangsa, misi yang dibawa Umat NSI mengikuti kegiatan ini untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian Nasional memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta semakin cinta tanah air yang merupakan tugas sebagai Bodhisatva Gadgasvara yang muncul dari bumi demi menyebarluaskan Dharma. *** Samantabadra | Mei 2019

19


Silaturahim dan Dukungan Suluh Kebangsaan kepada KPU

R

abu, 10 April 2019, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja bersama sejumlah tokoh yang tergabung dalam Gerakan Suluh Kebangsaan mendatangi Kantor KPU Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Kedatangan tersebut ditujukan untuk mendukung KPU dalam melaksanakan tugastugas penyelenggaraan pemilu. Audiensi ini dihadiri oleh Ketua Umum NSI, Ketua Umum Suluh Kebangsaan; Mahfud MS, Sinta Nuriyah Wahid, dan Alissa Wahid, rombongan Suluh Kebangsaan yang hadir menemui KPU adalah Imam Prasodjo, Rhenald Kasali, beserta 20 tokoh lainnya.Audiensi tersebut diterima langsung oleh Ketua KPU Arief Budiman beserta jajaran komisionernya; Viryan Azis dan Pramono Ubaid Tanthowi. Tokoh yang tergabung dalam Suluh Kebangsaan merasa perlu memberi dukungan kepada KPU

20

Samantabadra | Mei 2019

lantaran lembaga penyelenggara pemilu itu saat ini dihadapkan pada isu dan tudingan-tudingan yang berpotensi merusak kredibilitas KPU sebagai lembaga independen. Isu-isu yang dimaksud di antaranya tudingan kecurangan, ketidaknetralan KPU dan aparat penegak hukum, lemahnya Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), hingga isu pencurian suara melalui sistem IT KPU. Isu-isu liar itu berpotensi merusak kredibilitas KPU. Padahal persiapan KPU dalam menyongsong pesta demokrasi dinilai sudah cukup matang. Ketua Suluh Kebangsaan, Bapak Mahfud Md menyampaikan bahwa “Kami datang di sini terus terang kalau diungkapkan dalam kalimat pendek, kami akan memberi dukungan kepada KPU untuk meneruskan tugas-tugas dengan penuh profesional dalam rangka menyongsong pemungutan suara Pemilu 2019,” ungkapnya. Menurut Mahfud, KPU

sudah bekerja secara profesional, tapi masih ada beberapa gangguan terkait pelaksanaan pemilu sehingga KPU harus didukung. “Kami juga masih melihat adanya gangguan-gangguan sehingga kita perlu dukung gangguangangguan itu berupa, misalnya, upaya mendelegitimasi KPU sebagai lembaga yang independen dan merupakan juga ada upayaupaya yang mendelegitimasi hasil pemilu sebelum ini terlaksana,” ujar Mahfud. Ada beberapa catatan isu yang harus dijernihkan sebelum pemilu berlangsung. Adapun beberapa isu tersebut dikhawatirkan, bila tidak diantisipasi, bisa merusak kredibilitas pemilu. “Bahwa kami mencatat ada beberapa isu apabila tidak diatasi dan tidak diantisipasi KPU bisa merusak kredibilitas pemilu sebagai amanat konstitusi,” kata Mahfud. “Kami melihat ada gangguan-gangguan yang berupa mendelegitimasi KPU sebagai lembaga yang independen dan juga merupakan upaya-upaya mendelegitimasi hasil pemilu sebelum pemilu ini terlaksana,” ujar Ketua Umum Suluh Kebangsaan. Sebaliknya, Mahfud menilai tudingan-tudingan kecurangan yang dialamatkan kepada KPU tak masuk akal. Pasalnya kedudukan KPU dalam UUD 1945 bersifat mandiri dan tak bisa diintervensi pihak mana pun. Selain itu, Komisioner KPU sendiri dipilih oleh legislator melalui panitia seleksi (pansel). Selain bersifat mandiri, kerja-kerja KPU juga diawasi banyak lem-


baga seperti Bawaslu dan DKPP. Selain lembaga struktural, masyarakat secara umum juga bisa mengawasi kinerja KPU sehingga tudingan kecurangan yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif tak masuk akal. Ketua KPU Arief Budiman menyambut baik dukungan moral Suluh Kebangsaan. Arief beraharap KPU dapat menuntaskan pekerjaan penyelenggaraan Pemilu 2019 dengan baik. “Hari ini KPU merasa senang, bahagia dan patut untuk memberi apresiasi atas kehadiran Prof Mahfud dan anggota atau bagian Suluh Kebangsaan, diharapkan mampu memberikan dukungan secara moril kepada KPU karena makin mendekati hari pemungutan suara itu beban kerja dan banyak hal simpang siur yang KPU merasa perlu juga menyampaikan. Kami berharap pertemuan hari ini informasinya tidak berhenti di ruangan ini,� ujar Arief. Kiranya kegiatan ini semakin mempererat silahturahmi yang terus terjaga dapat mendukung kegiatan pemilu berjalan dengan jujur, lancar, aman, damai dan penuh rasa persaudaraan. Sehingga pesta demokrasi ini menjadi momentum yang baik untuk semakin mempersatukan bangsa yang disambut dengan bahagia oleh semua kelompok. Indonesia yang merupakan negara dengan bermacam-macam suku, agama, ras dan golongan yang merupakan keluarga besar Negara Kesatuan Republik Indonesia, persaudaraan sebangsa, setanah air seyogyanya harus bisa diperlihara oleh semua pihak, dengan begitu meski berbeda pilihan dalam pemilu masyarakat tidak terpecah belah demi kemaslahatan bangsa Indonesia. *** Referensi : https://www.medcom.id/pemilu/newspemilu/9K5ElqnK-suluh-kebangsaan-dukungkpu

Pesamuan Kerja Pimpinan Nasional NSI

Meningkatkan Kualitas Spiritual, Emosional, dan Intelektual Pimpinan NSI untuk Indonesia Jaya

Foto bersama DPP NSI dan Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI beserta segenap pimpinan NSI lingkup nasional.

Ketua Umum NSI memberikan plakat penghargaan kepada Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI.

P

ada tanggal 29-30 Maret 2019 Maha Vihara Saddharma NSI (Myoho-Ji), Bogor. Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) melaksanakan Pesamuan Kerja Pimpinan Nasional tahun 2019. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 300 pimpinan NSI dari 18 provinsi di Indonesia, dan dibuka secara resmi oleh Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, Bapak Caliadi, SH,. MH. Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja menjadi Pimpinan

Pesamuan dan dimoderatori oleh Sdr. Swee Hin. Kegaiatan ini bertujuan untuk membahas perkembangan organisasi NSI dari lini pusat hingga anak cabang sekaligus konsolidasi para pimpinan, pedoman pelaksanaan administrasi, serta misi dan program NSI ke depan. ***

Samantabadra | Mei 2019

21


ajaran

Surat perihal Kesatuan Suami-Istri Gosyo Kensyu

Gosyo Zensyu halaman 1134

Latar Belakang

P

ada bulan 1 tahun Bun-ei ke-12 (1275), Nicigennyo, istri Syijo Kingo, menyampaikan kepada Niciren Daisyonin bahwa ia berumur 33 tahun, usia yang mengandung bahaya. Untuk itu ia menyumbang dana paramita. Surat ini adalah surat balasan dari Niciren Daisyonin yang ditulis di Minobu pada tanggal 27 bulan yang sama. Garis besar surat ini bermakna sesuai dengan usia 33 tahun, usia yang dikatakan berbahaya bagi kaum wanita. Nicigennyo mungkin sedikit merasa khawatir, maka Niciren Daisyonin menerangkan, bahwa kaum wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), unggul dan utama di antara seluruh umat manusia.

22

Samantabadra | Mei 2019

Tambahan pula, Gohonzon melindungi dengan sungguh-sungguh, namun perlindungan Gohonzon juga bergantung pada tebal tipisnya hati kepercayaan orang tersebut. Maka, Niciren Daisyonin mengusulkan agar ia mengikuti sang suami, Syijo Kingo, untuk meneruskan hati kepercayaan yang kuat berkobar. Ketika menegakkan hati kepercayaan seperti itu, dikatakan bahwa bahaya usia 33 tahun juga dirombak menjadi rejeki usia 33 tahun.


Isi Gosyo

P

okoknya, hukum sesat yang membuat mata orang-orang seluruh negeri Jepang keluar dan mengacaukan jiwa, tidak ada yang lebih daripada hukum pertapaan guru Syingon. Namun mengenai hal ini tidak dipikirkan dahulu. Melihat sepuluh perumpamaan yang dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, kelihatannya membabarkan mengenai unggul-rendahnya antara Saddharmapundarika-sutra dengan seluruh sutra. Tetapi, sebenarnya bukan merupakan arti pokok Buddha, melainkan menjelaskan dasar sikap orang yang mempertahankan hukum dan perbandingan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan pelaksana seluruh sutra. Hal ini menyatakan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra unggul seperti matahari, bulan dan lain-lain. Pelaksana berbagai sutra rendah seperti berbagai bintang dan obor. Hal ini menjadi dasar pokok. Bagaimana dapat mengetahui hal itu? Kalimat yang sangat penting di antara sepuluh perumpamaan selanjutnya terdapat dalam perumpamaan kedelapan. Kalimat sutra ini membabarkan, “Demikian pula jika ada orang yang sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan sutra ini, orang ini paling utama di antara seluruh umat manusia”. Demikianlah dibabarkan mengenai hal ini. Kalimat 22 aksara adalah kalimat intisari utama dalam satu sutra dari Saddharmapundarika-sutra. Boleh dikatakan kalimat yang merupakan mata untuk seluruh umat manusia. Kalimat ini berarti, pelaksana Saddharmapundarika-sutra unggul seperti matahari, bulan, Raja Mahabrahma dan Buddha. Pelaksana Sutra Mahavairocana rendah seperti berbagai bintang dan sungai, serta manusia biasa. Demikianlah dibabarkan dalam kalimat sutra. Buddha melihat bahwa orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dalam masyarakat ini, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni, dapat sesuai untuk menjadi majikan seluruh umat manusia. Dan Dewa Brahma, Dewa Indra, juga menghormati orang itu. Kalau berpikir demikian, betapa senangnya tidaklah terkatakan. Memikirkan dan merenungkan kalimat sutra itu siang dan malam, membacanya pagi dan sore, pelaksana yang dibabarkan kalimat sutra ini bukan pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang biasa dikatakan dalam masyarakat. Aksara “Sya” yang terdapat dalam kalimat sutra “Zekyo Tensya (orang yang mempertahankan sutra ini)” dibaca sebagai orang. Maka, di antara pria dan wanita dalam masyarakat, ini dirasakan adalah bhiksu dan bhiksuni, upasaka dan upasika yang dikatakan sebagai orang-orang yang mempercayai Saddharmapundarika-sutra; namun bukanlah demikian. Mengenai aksara “Orang” ini, dalam kalimat sutra berikutnya Buddha kembali membabarkan, “Seandainya ada kaum wanita”. Kalimat ini menyampaikan mengenai kaum wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Ketika Niciren Daisyonin melihat seluruh sutra, kecuali Saddharmapundarika-sutra, merasa tidak mau menjadi kaum wanita. Salah satu sutra menentukan kaum wanita sebagai utusan neraka. Salah satu sutra membabarkan sebagai ular besar. Salah satu sutra membabarkan sebagai pohon yang bengkok. Salah satu sutra membabarkan bahwa bibit Buddhanya sudah digoreng. Bukan hanya Hukum Buddha saja, di luar Hukum Buddha juga demikian. Umpamanya, seorang bernama Yung Chi-Chi di Tiongkok pada zaman musim semi dan musim gugur bernyanyi mengenai tiga kesenangan. Di antaranya disebut Buchoraku, salah satu kesenangan tidak dilahirkan sebagai kaum wanita di dunia ini. Dan di Tiongkok ditetapkan tiga orang wanita yang menimbulkan malapetaka. Samantabadra | Mei 2019

23


Hanya Saddharmapundarika-sutra ini saja yang membabarkan bahwa kaum wanita yang menerima dan mempertahankan sutra ini, bukan hanya mengungguli seluruh kaum wanita, bahkan juga mengungguli seluruh pria di dunia. Akhirnya, seandainya dibenci oleh semua manusia, bagi wanita, jika merasa disayangi oleh suami yang tersayang, ia merasa puas. Demikian pula, sekalipun dibenci oleh semua manusia, namun jika merasa disayangi Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, para Buddha sepuluh penjuru, Raja Mahabrahma, Raja Indra, Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain, bukankah tidak ada yang kurang? Apalagi jika dipuji oleh Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), tentu tidak ada kekurangan apapun juga. Tahun ini Anda berusia 33 tahun, usia yang mengandung bahaya sehingga mengirimkan sumbangan. Oleh karena itu, telah diberikan ke hadapan pusaka Buddha Sakyamuni, Saddharmapundarika-sutra, Dewa Matahari setelah menyampaikan keinginan hati kepercayaan Anda. Tubuh orang mempunyai pundak kanan dan kiri. Di kedua pundak ini terdapat dua dewa. Yang satu disebut Domyo, yang lainnya Dosyo. Kedua dewa ini diutus oleh Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Matahari dan Bulan, dan lain-lain untuk menjaga orang itu. Maka, sejak dikandung dalam badan sampai akhir hayatnya, orang itu diikuti terus bagaikan bayangan dan mata orang tersebut. Jika orang itu melakukan perbuatan yang buruk atau menjalankan perbuatan baik, tanpa ketinggalan sedikitpun, seperti debu dan embun disampaikan kepada para dewa ini. Hal ini dibabarkan dalam kalimat Sutra Avatamsaka dan dikutip Mahaguru Tien-tai untuk digunakan dan dibabarkan dalam Makasyikan jilid ke-8. Akan tetapi ditulis bahwa orang yang berhati-kepercayaan lemah, sekalipun kaum wanita yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra tidak a akan mendapat perlindungan. Sebagai umpama, bila panglima tentara lemah hatinya, tentara itu sendiri juga tidak berguna. Jika busurnya lemah, tali busurnya pun kendur. Anginnya lemah, gelombang juga kecil. Itu adalah teori kewajaran alam. Sekarang, Saemon-no-jo Dono adalah penganut Saddharmapundarika-sutra yang berkepercayaan kuat, tidak ada orang yang menyamai di antara seluruh penganut di dalam Jepang. Anda yang terus mengikuti suami ini juga adalah wanita yang utama di Jepang. Wanita yang bersungguh hati untuk Saddharmapundarika-sutra dirasakan Buddha sama seperti Putri Naga. Aksara “wanita” dapat dibaca “mengikuti”. Pohon Fuji mengikuti pohon cemara, wanita mengikuti pria. Oleh karena itu, jadikanlah Saemon-no-jo sebagai guru Anda dan ikutilah bimbingan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. Bahaya usia 33 tahun akan berubah menjadi rejeki dari 33 tahun. Inilah yang dikatakan, “Tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki”. Usia kembali menjadi muda dan rejekinya bertumpuk. Sekian. Tanggal 27 bulan 1 Surat Balasan Kepada Istri Syijo Kingo tertanda Niciren

24

Samantabadra | Mei 2019


Kutipan Gosyo

1

Perbandingan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan pelaksana seluruh sutra. Hal ini menyatakan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra unggul seperti matahari, bulan, dan lain-lain. Pelaksana berbagai sutra rendah seperti berbagai bintang dan obor.

GM

Keterangan : Bagian pertama membabarkan mengenai tingginya tingkat orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra (Gohonzon). Sepuluh perumpamaan yang dibabarkan dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra pada umumnya membabarkan tentang unggul rendahnya seluruh sutra lainnya dibandingkan dengan Saddharmapundarikasutra. Tetapi sesungguhnya dari sudut manusia menerangkan tentang unggul rendahnya pelaksana Saddharmapundarikasutra dibandingkan dengan pelaksana seluruh sutra lainnya. Orang yang mempertahankan Gohonzon adalah majikan seluruh umat manusia, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni. Sepuluh perumpamaan dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarikasutra membabarkan bahwa perbedaan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan pelaksana berbagai sutra bagaikan matahari, bulan, dan bintang serta membabarkan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra jauh lebih unggul. Sebelum kutipan kalimat di atas, mengenai sepuluh perumpamaan Niciren Daisyonin mengatakan, “Melihat sepuluh perumpamaan yang dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarikasutra, kelihatannya membabarkan mengenai unggul rendahnya Saddharmapundarika-sutra

dibandingkan dengan seluruh sutra. Tetapi sebenarnya bukan merupakan arti pokok Buddha”. “Kemudian, dilanjutkan dengan kutipan kalimat bagian ini. Dengan demikian, arti pokok Buddha adalah menerangkan unggul rendahnya manusia daripada unggul rendahnya hukum. Maka disimpulkan, “hal ini menjadi dasar pokok”. Mengenai kalimat sepuluh perumpamaan yang membabarkan unggul rendahnya antara pelaksana Saddharmapundarikasutra dengan pelaksana berbagai sutra, selanjutnya Nicikan Syonin menerangkan dalam Bundan bagian paruh awal. Dengan mengambil arti Niciren Daisyonin dalam surat ini, Beliau menganjurkan cara membaca sebagai berikut, “Kalau demikian sekarang pelaksana Saddharmapundarika-sutra harus mengetahui kalimat ‘harus sungguh-sungguh mempertahankan’. Berarti menyatakan bahwa kalimat ‘ada yang sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan dan lain-lain’ yang ada di belakang perumpamaan ke-8. Demikian pula harus mengetahui sepuluh perumpamaan satu persatu”. Berarti, di antara sepuluh perumpamaan, hanya perumpamaan ke-8 yang menerangkan unggul rendahnya menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra dibandingkan dengan menerima dan mempertahankan berbagai sutra. Tetapi diajarkan untuk hendaknya mengetahui bahwa sesungguhnya 9 perumpamaan lain pun semuanya membabarkan makna unggul rendahnya manusia. Kalimat ini berarti hakikat atau teori mendasar Hukum Buddha, “Betapapun, karena hukumnya gaib, manusianyapun agung” (Gosyo Zensyu halaman (1578). Saddharma yang dipertahankan adalah unggul dan agung, maka orang yang mempertahankannya pun agung. Pada Samantabadra | Mei 2019

25


melihat sepuluh perumpamaan itu, sembilan perumpamaan lainnya membandingkan seluruh sutra dengan Saddharmapundarika-sutra. Perbandingan ini hanya membabarkan unggul rendahnya hukum, sedangkan perumpamaan ke-8 membabarkan unggul rendah dari kedua sisi, hukum dan orang. Apalagi kalimat sesudah ‘sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan’ (Uno Jyuji), khusus membabarkan mengenai orang yang sungguh mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Perumpamaan ke-8 membabarkan kedua hukum dan orang, khususnya orang yang sungguh-sungguh mempertahankan. Karena khusus membabarkan hal ini, maka di situ terdapat arti yang sangat penting. Oleh karena itu, dalam surat ini dikatakan, “Kalimat 22 aksara adalah kalimat intisari utama dalam satu Demikian pula, jika ada orang yang sutra dari Saddharmapundarika-sutra. Boleh sungguh-sungguh menerima dan dikatakan kalimat yang merupakan mata untuk mempertahankan sutra ini, orang ini seluruh umat manusia”. paling utama di antara seluruh umat manusia. Arti sesungguhnya Niciren Daisyonin adalah sebagai berikut. Di dalam Hukum Buddha tentu Keterangan : saja hukum merupakan akar pokok. Namun Di antara sepuluh perumpamaan yang terlebih dari itu, dengan keras dikatakan bahwa dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja orang yang membabarkan hukum tersebut Saddharmapundarika-sutra, kalimat perumpamaan ke-8 mengumpamakan tentang mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan, kalau melihat pola penyebaran sutra akibat ke-4, (Pratyekabuddha). Orang yang di Masa Akhir Dharma, boleh dikatakan hal mempertahankan sutra sesungguhnya ini manusianya sangat penting, melampaui hal (pada umumnya Saddharmapundarika-sutra, hukum. khususnya Gohonzon dari Sandaihiho) adalah Surat Perihal Tanya Jawab mempertahankan orang yang utama di antara seluruh umat Saddharmapundarika-sutra mengatakan, manusia. Jika melihat kalimat sutra dari perumpamaan “Kalau melihat keadaan masyarakat secara seksama, walau dikatakan suatu Hukum yang ke-8 adalah sebagai berikut, “Di dalam seluruh agung, tetapi nyatanya orang mempertahankan manusia biasa, Srotapanna, Sakradagamin, Anagamin, Arahat dan Pratyekabuddha adalah hukum itu dibenci oleh puluhan ribu orang. Sesungguhnya Anda telah tersesat dari sumber yang utama. Demikian pula sutra ini. Di antara seluruh sutra yang dibabarkan Sang Tathagata, hukumnya. Bila dikatakan dengan cara lain, seluruh tanaman tumbuh di bumi besar, kalau dibabarkan Bodhisattva, atau dibabarkan memikirkan hal ini, maka tersebarluasnya Sravaka, adalah yang utama dan unggul. Hukum Buddha bergantung pada manusianya. Demikian pula, jika ada orang yang sungguhsungguh menerima dan mempertahankan sutra Mahaguru Tien-tai memberi penjelasan, ‘Pada masa hidupnya Sang Buddha juga, terwujudnya ini, orang ini paling utama di antara seluruh Hukum itu bergantung dari manusianya, di umat manusia”. Masa Akhir Dharma, apakah mungkin dapat Perumpamaan ke-8 berbeda sama sekali dikatakan bahwa Hukumnya unggul, tetapi dengan 9 perumpamaan lainnya. Kalau

umumnya, agungnya manusia dan agungnya kehidupan dapat dikatakan ditetapkan berdasarkan filsafat atau ideologi yang dipertahankan dan terus dilaksanakan. Dan jika kalimat ini dibaca dari sudut pelaksana, orang yang mempertahankan hukum yang unggul dan agung itu harus mewujudkan bukti sesungguhnya dalam kehidupan nyata. Mengenai yang dikatakan “mempertahankan hukum” tentu berarti bagaimana melaksanakannya. Hanya mengetahui hukum saja dan percaya hukum, tanpa berusaha sama sekali merasa dan berpikir bahwa “saya unggul”, berarti hanyalah memuaskan diri sendiri. Sikap seperti ini sebaliknya hanya melukai hukum.

2

26

Samantabadra | Mei 2019

GM


manusianya rendah ? (Gosyo Zensyu halaman 465). Orang-orang pada waktu itu memuji dan mengunggulkan Saddharmapundarika-sutra, tetapi tidak mengakui Niciren Daisyonin yang membabarkan Saddharmapundarika-sutra yang sungguh sebenarnya. Akhirnya, jika demikian hukum sumber pokok yang unggul dan agung pun tidak dapat sungguh-sungguh diketahui orang. Berarti, nilai yang sesungguhnya baru dapat dinyatakan bergantung orang yang mengetahui hakikat hukum dan menerangkan intisari ini. Oleh karena itu, dengan kuat Niciren Daisyonin mengemukakan tentang orang yang sungguh-sungguh mempertahankan (Noji). Mengenai “Sungguh-sungguh mempertahankan, berarti harus memikirkan dan merenungkan aksara sungguh-sungguh (No)” (Gosyo Zensyu halaman 709). Niciren Daisyonin sering menerangkan untuk harus memperhatikan kesungguhan hati dari satu aksara “sungguh-sungguh” (No) ini. “Orang yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini”, bukan hanya berarti mempertahankan sutra dan menjalankan hati kepercayaan saja, melainkan berarti membaca Saddharmapundarika-sutra dengan tiga karma : badan, mulut dan hati. Dalam Surat Honzon Mondo dikatakan, “Di negeri Jepang mulutnya mengutamakan membaca Saddharmapundarika-sutra, tetapi kesungguhan hatinya kedua atau ketiga, atau keseluruhan badan, mulut dan hati kedua atau ketiga. Pelaksana Saddharmapundarikasutra yang paling utama membaca yang sesungguhnya sesuai dengan tiga karma, tidak ada satu orang pun selama 400 tahun lebih. Apalagi pelaksana yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini, Saya rasa tidak ada sama sekali” (Gosyo Zensyu halaman 370). Berarti, pelaksana yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini seharusnya adalah orang yang membaca Saddharmapundarikasutra dengan tiga karma : badan, mulut dan hati. Dengan demikian, mendirikan hati kepercayaan yang kuat berkobar-kobar, dalam keadaan bagaimanapun juga membaca dengan badan ajaran-ajaran yang ditinggalkan Niciren

Daisyonin, yakni surat-surat ini. Dalam Surat Perihal Doa (Kito Syo) dikatakan, “Bagaimanapun juga, hati kepercayaan pelaksana Saddharmapundarikasutra tidak mundur dan tidak menyayangi badannya. Kepada seluruh Saddharmapundarika-sutra, menyerahkan jiwa raga dan melaksanakan pertapaan seperti petuah emas. Pasti bukan hanya menentukan hidup yang akan datang, dalam hidup di masa sekarang pun dapat berusia panjang dan tidak ada malapetaka, memperoleh imbalan akibat besar yang unggul dan baik. Juga, dapat mencapai keinginan agung Kosenrufu”. Bagian awal mengatakan bahwa orang yang sungguh mempertahankan sutra ini harus mempunyai hati kepercayaan. Bagian belakang mengatakan tentang imbalan akibat yang diterima orang yang mempertahankan sutra ini, yakni dikatakan secara nyata menjadi orang yang utama diantara seluruh umat manusia. Orang yang dengan sungguhsungguh terus melaksanakan Hukum Buddha Niciren Daisyonin, di dalam masa sekarang mendapatkan kesenangan yang tertinggi, hidupnya penuh kepuasan dan kekuatan jiwanya keluar. Sebagai kelanjutannya, pada kehidupan yang akan datang dapat dilahirkan menjadi orang yang bahagia. Demikianlah dapat berdiri dengan kokoh pada bahagia mutlak melalui kedua masa : sekarang dan akan datang (Gento Nise). Maka, selanjutnya dikatakan bahwa ia dapat menyelesaikan tugas sebagai orang yang memegang inisiatif tercapainya penyebarluasan hukum ini (kosenrufu). Orang itu hidup sebagai orang yang utama di antara seluruh umat manusia. Untuk itu harus mengetahui kesungguhan hati dalam melaksanakan dan dapat menerima di badannya satu aksara “sungguh-sungguh (No)”.

3

Buddha melihat bahwa orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dalam masyarakat ini, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni, dapat sesuai untuk Samantabadra | Mei 2019

27


menjadi majikan seluruh umat manusia. Dan Dewa Brahma, Dewa Indra juga menghormati orang itu. Kalau berpikir demikian, betapa senangnya tidaklah terkatakan. Keterangan : Siapa pun orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, yakni Hukum Buddha Niciren Daisyonin dalam Masa Akhir Dharma tanpa perbedaan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni, ia mengungguli seluruh umat. Dalam hal ini terkandung arti, bahwa orang itu menjadi panutan. Di sini Niciren Daisyonin mengatakan, “Tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni”. “Perbedaan” yang dikatakan Niciren Daisyonin di sini tidak ada hubungannya dengan perbedaan jenis kelamin, atau perbedaan bhiksu dan bhiksuni, atau perbedaan tingkatan kehidupan, atau perbedaan pendidikan, namun semuanya menunjuk pada semua orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. “Majikan seluruh umat” berarti menjadi sumber pokok sifat kemanusiaan dan mempunyai kekuatan untuk mengajarkan seluruh umat tentang cara hidup dalam kehidupan masa ini dan masyarakat. Hal ini tidak dapat tercapai tanpa berusaha dengan sungguh-sungguh. Tetapi, orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, Hukum Buddha Niciren Daisyonin, berusaha untuk melukisnya pada badan sendiri dan menyelamatkan orang-orang yang belum mengetahui Hukum Buddha sesungguhnya dari dasarnya. Maka, harus mengeluarkan dan membangkitkan kekuatan yang unggul untuk melaksanakan hal ini, serta menimbulkan prajna berdasarkan Hukum Buddha. Agar dapat menyumbang kekuatan itu kepada masyarakat (negara), harus memelihara, merangkul, dan mengayomi orang di lingkungan dengan kehangatan hati berdasarkan maitri karuna yang tak terbatas. Demikianlah, berdasar pokok pada Gohonzon, dari segi isi dalam jiwa berusaha memenuhi kepuasan diri sendiri dan dari segi luar berusaha untuk mengembalikan kekuatan 28

Samantabadra | Mei 2019

ini untuk umat manusia. Dengan demikian, akhirnya dapat menjadi “majikan seluruh umat manusia”, yakni dapat menjadi tokoh panutan.

4

Hanya Saddharmapundarika-sutra ini saja yang membabarkan bahwa kaum wanita yang menerima dan mempertahankan sutra ini, bukan hanya mengungguli seluruh kaum wanita, bahkan juga mengungguli seluruh pria di dunia.

Anak Cabang

Keterangan : Di sini diterangkan bahwa Saddharmapundarika-sutra saja yang membabarkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Mengenai “Orang” dari “Orang yang sungguh-sungguh mempertahankan” yang dibabarkan dalam sepuluh perumpamaan, ada kalimat “Kalau ada kaum wanita”. Dengan demikian kalimat tersebut menunjuk bahwa kaum wanita termasuk juga. Wanita yang sama sekali tidak disukai dalam sutra-sutra sementara, di dalam Saddharmapundarika-sutra bukan hanya dapat melampaui seluruh kaumnya, bahkan juga dapat melampaui seluruh pria. Oleh karena itu, diterangkan bahwa wanita yang menerima dan mempertahankan Gohonzon, yang merupakan intisari Saddharmapundarika-sutra, dapat diliputi oleh maitri karuna yang luas dan besar dari Gohonzon. Kaum wanita yang di dalam Sutra Sementara sama sekali tidak disukai sifatnya dan tidak dizinkan mencapai kesadaran Buddha, di dalam Saddharmapundarika-sutra, ketika mempertahankan sutra ini, termasuk dalam pria utama yang dapat melampaui seluruh umat manusia. Kalimat Bab Bodhisattva Baisyajaraja menerangkan bagaimana unggulnya wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra yang sesungguhnya di Masa Akhir Dharma. Dan, bersamaan dengan itu merupakan kalimat yang membabarkan keunggulan kekuatan Saddharmapundarikasutra di antara seluruh sutra. Di situ dengan kuat menerangkan bahwa khususnya hanya Saddharmapundarika-sutra ini yang utama,


maka yang membabarkan tercapainya kesadaran Buddha kaum wanita hanyalah Saddharmapundarika-sutra. Dalam Surat Subhakarasimha dikatakan, “Dalam Hokke Mongu jilid ke-7 ada kalimat yang mengatakan, ‘Sutra lainnya hanya mencatat penganugerahan bagi pria, bukan wanita’, dan lain-lain. Di Sutra lainnya, pria juga tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, tetapi untuk sementara memaksakan diizinkannya hal ini. Mengenai kaum wanita, di dalam berbagai sutra tertulis bahwa sama sekali tidak dapat mencapai kesadaran Buddha”. Berarti, di dalam Sutra Sementara, jalan pencapaian yang diperoleh adalah sementara (Tobun), namun juga terdapat penganugerahan umum bagi pria. Bagi kaum wanita, dalam Sutra Sementara dari awal sampai akhir tidak diakui dapat mencapai kesadaran Buddha. Baru dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan bahwa jiwa seluruh umat manusia adalah sepuluh dunia yang saling mencakupi (Jikkai Goku), mencakup jiwa Dunia Buddha yang agung dan hakiki. Di sini sebagai contoh yang tuntas, dalam Bab ke-12 Devadatta, diterangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi Devadatta, orang buruk yang paling buruk dan sukar diselamatkan serta pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga sebagai wanita. Putri Naga berusia 8 tahun, putri dari Raja Naga. Bagaimanapun putri naga itu berbadan ular sehingga sukar dimengerti dapat mencapai kesadaran Buddha. Oleh karena itu, sebagai wakil seluruh umat yang ragu-ragu, Bodhisattva Prajnakuta bertanya kepada Putri Naga. Dalam Bab ke-12 Devadatta dikatakan, “Dapat menjadi Buddha selama kalpa yang tak terhitung, menumpuk berbagai pertapaan, baru dapat menjadi Buddha”. Demikianlah timbulnya keragu-raguan mengenai pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga. Bagaimana mungkin badan yang sedemikian kotor dapat menjadi Buddha ? Sebagai jawabannya Putri Naga langsung mewujudnyatakan badan sesungguhnya, yaitu dalam waktu yang sangat singkat berubah menjadi pria.

Mengenai dapat mencapai perombakan menjadi pria, Niciren Daisyonin mengatakan dalam Catatan Ajaran Lisan sebagai berikut, “Pembabaran mencapai perombakan menjadi pria berarti dasar Tanah Pokok Putri Naga juga adalah Nammyohorengekyo” (Gosyo Zensyu halaman 747). Di dalam Sutra Sementara dikatakan mengenai mencapai kesadaran dengan merombak (Kaiten Jobutsu), yakni mencapai kesadaran Buddha dengan merombak badan wanita menjadi pria. Namun, arti di dalam Catatan Ajaran Lisan berlainan. Badan itu seadanya adalah badan jiwa Saddharma dari Kuon. Jiwa sendiri adalah sepuluh dunia, dan jiwa Dunia Buddha yang agung dan hakiki yang terkandung diwujudnyatakan. Apalagi, pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga dengan berubah menjadi pria itu terjadi dalam waktu sekejap, maknanya adalah sebagai berikut. Sekejap itu sendiri berarti langsung, maka dikatakan teramat sangat cepat (jinsitsu). Pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga adalah pencapaian kesadaran Buddha dalam badan apa adanya, oleh karena itu sekejap. Demikianlah, baru di Saddharmapundarikasutra diizinkan pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita. Karena hanya Saddharmapundarika-sutra saja membabarkan pintu hukum Jikkai Goku Icinen Sanzen, maka pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga ini dikatakan bukan hanya pencapaian kesadaran Buddha dari seorang Putri Naga, melainkan pencapaian kesadaran Buddha dari seluruh kaum wanita yang mempertahankan Saddharma di Masa Akhir Dharma. Dalam Surat Membuka Mata dikatakan, “Pencapaian Kesadaran Buddha Putri Naga bukan hanya menyatakan pencapaian kesadaran Buddha hanya satu orang, melainkan seluruh kaum wanita. Sebelum Saddharma, berbagai Sutra Hinayana tidak mengizinkan pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita. Ini dikatakan Kosyo Reisyo (dengan mengangkat satu perumpamaan, mengumpamakan untuk seluruhnya). Pencapaian kesadaran Buddha Samantabadra | Mei 2019

29


Putri Naga membuka jalan pencapaian kesadaran bagi kaum wanita Masa Akhir Dharma”. Selanjutnya, mengenai kalimat “Kaum wanita yang menerima dan mempertahankan sutra ini bukan hanya mengungguli seluruh kaum wanita, bahkan juga mengungguli seluruh pria di dunia…”. Hal-hal yang menjadi keistimewaan kaum wanita seperti kesombongan, cemburu, mengeluh, egosentris, dan lainnya dapat dikatakan berakar sumber pada tiga racun, yaitu keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Catatan Ajaran Lisan mengatakan, “Kebalikan dari Dunia Hukum umat adalah Devadatta. Dunia Hukum keserakahan, kemarahan, kebodohan, cemburu, semuanya adalah Putri Naga” (Gosyo Zensyu halaman 797). Berdasarkan kalimat ini, sifat memberontak diwakili oleh Devadatta; dapat dikatakan hal ini merupakan keistimewaan kaum pria. Sebaliknya, kaum wanita menyatakan tiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Karena hal ini merupakan dasar akar pokok jiwa, maka mempunyai racun yang dalam sekali. Oleh karena itu, dikatakan, “Badan wanita itu kotor” (Gosyo Zensyu halaman 472) atau “Kaum wanita berprajna dangkal sehingga menimbulkan banyak kesesatan dan licik” (Gosyo Zensyu halaman 718). Perihal kaum wanita yang tidak diizinkan untuk mencapai kesadaran Buddha di dalam sutra-sutra Ajaran Sementara, tetapi dalam Saddharmapundarika-sutra diizinkan untuk mencapai kesadaran Buddha mempunyai makna yang sangat penting. Bodhisattva Baisyajaraja di dalam Saddharmapundarikasutra mengatakan, “Di dalam 500 tahun yang kelima, jika ada kaum wanita yang mendengar sutra ini dan bertapa sesuai dengan yang dibabarkan, pada akhir kehidupannya ia akan menuju tempat yang dipenuhi para Bodhisattva dari Buddha Amitabha. Ia akan terlahir di atas singgasana pundarika. Dan, ia tidak akan terpengaruh oleh hawa nafsu keserakahan, apalagi kemarahan dan kebodohan, tidak terpengaruh oleh kesombongan, cemburu 30

Samantabadra | Mei 2019

dan berbagai kekotoran”. Maka, ketiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan, serta kesombongan, kecemburuan dan berbagai kekotoran juga tidak akan mempengaruhi. Oleh karena itu, (wanita yang membuka kesadaran Buddha) dapat melampaui pria yang belum mengetahui Hukum Buddha yang sesungguhnya dan yang hidup berdasarkan naluri tanpa mengetahui diri sendiri. Itulah sebabnya, mengapa sekalipun perihal pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga dijelaskan sendiri oleh Bodhisattva Manjusri, guru sang Putri Naga, tetap tidak dapat dipercayai oleh Bodhisattva Prajnakuta. Dalam hal ini, Catatan Ajaran Lisan mengatakan, “Prajnakuta adalah Avidya Pokok Jiwa (Gampon no Mumyo), Putri Naga adalah kaum wanita sifat Dharma. Mengenai Prajnakuta adalah dikatakan Avidya Pokok Jiwa adalah karena dua aksara ‘tidak percaya’ terhadap kaum wanita. Tidak percaya berarti ragu-ragu, ragu-ragu dikatakan Avidya Akar Pokok (Kompon)” (Gosyo Zensyu halaman 746). Seluruh jiwa tidak mempunyai perbedaan. Jiwa orang yang bagaimana rendah pun pada hakikatnya tetap mempunyai jiwa Buddha yang unggul. Tidak dapat mengerti hal ini berarti jiwa yang tidak percaya Hukum Buddha; itulah Avidya Pokok Jiwa. Niciren Daisyonin menentukan, pria yang tidak mengetahui Hukum Buddha yang sesungguhnya adalah sesuai dengan hal ini. Sebaliknya, badan pokok Putri Naga adalah badan pokok Icinen Sanzen. Dalam kalimat paling akhir terdapat kalimat yang mengatakan bahwa dengan mendengar bisa menimbulkan kesadaran (Bodhi). Hanya Buddha saja yang mengetahui dan dapat membuktikannya. Juga, Ajaran Mahayana bisa menyelamatkan umat yang menderita. Mengenai “mendengar bisa menimbulkan kesadaran”, Niciren Daisyonin dalam Catatan Ajaran Lisan mengatakan, “Putri Naga dikatakan mendesak Prajnakuta”. Dan mengenai “umat yang menderita” ditujukan dengan jelas adalah “Khususnya mengenai kaum wanita” (Gosyo Zensyu halaman 746). Karena menumpuk berbagai pertapaan jalan


Buddha, maka dapat menjadi Bodhisattva yang duduk di tingkat paling tinggi di antara umat sembilan dunia. Mereka diperingatkan oleh Putri Naga yang berbadan binatang. Inilah rupa yang melampaui seluruh pria. Jika dikatakan di jaman sekarang, wanita yang mempertahankan Hukum Buddha Niciren Daisyonin, umumnya melampaui pria, baik pria yang cerdik dan pandai, yang mempunyai kekuasaan, maupun yang mempunyai kekuatan. Apalagi, bila mempunyai keinginan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dari penderitaan. Keinginan tersebut paling unggul dan tinggi sebagai cara hidup seorang manusia. Maka, mempunyai arti untuk dipuji menjadi lebih tinggi dan agung melampaui pria mana pun dari masa lampau dan sekarang. Dalam Surat ini, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa seperti Putri Naga di masa lampau, wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) di masa sekarang, sekalipun mempunyai sifat yang rendah dan buruk, bisa berdiri di tingkat Dunia Buddha yang paling tinggi. Di sinilah letak makna pentingnya. Itulah sebabnya mengapa pertama-tama diterangkan bahwa wanita dapat melampaui seluruh umat manusia. Keinginan Buddha juga ada di situ.

sutra di Jepang, Nicigennyo juga adalah wanita yang utama di Jepang. Dijanjikan, bila ia mengikuti sang suami, sungguh-sungguh menjalankan hati kepercayaan, bahaya akan hilang dan sebaliknya menjadi tumpukan rejeki seumur hidupnya akan dilewati dengan penuh tenaga jiwa yang bergairah. Tergantung tebal tipisnya hati kepercayaan, perlindungan dan penjagaan dari Gohonzon dan para dewa pun, ada perbedaan kuat dan lemahnya. Orang yang hati kepercayaannya lemah tidak akan mendapat perlindungan. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra adalah yang utama di antara seluruh umat manusia. Ini berarti perbedaan antara orang yang mempertahankan Gohonzon dengan orang yang tidak mempertahankan Gohonzon. Karena Gohonzon unggul dan agung, maka orang yang mempertahankan juga unggul dan agung. Namun, bagaimanapun juga, ini berdasarkan pada pelaksanaan pertapaan sesuai yang dibabarkan Sang Buddha. Sekalipun mempertahankan Gohonzon, perlindungan dari Gohonzon akan berbeda tergantung kuat lemah, dangkal dalamnya hati kepercayaan sehingga karunia kebajikan yang diperoleh juga berlainan.

Akan tetapi ditulis bahwa orang yang berhati kepercayaan lemah, sekalipun kaum wanita yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, tidak akan mendapat perlindungan.

Pohon fuji mengikuti pohon cemara, wanita mengikuti pria. Oleh karena itu, jadikanlah Saemon-no-jo sebagai guru Anda dan ikutilah bimbingan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra.

Keterangan : Berdasarkan hati kepercayaan yang kuat berkobar-kobar, usia 33 tahun yang mengandung bahaya pun dapat dirombak menjadi usia 33 tahun yang berejeki. Sekalipun para dewa melindungi dan menjaga orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra, namun jika hati kepercayaannya lemah, gerakan penjagaan dan perlindungan tidak akan nyata pada orang tersebut. Sebagai istri yang mengikuti Syijo Kingo, orang yang paling utama percaya kepada Saddharmapundarika-

Keterangan : Kalimat ini menganjurkan agar Nicigennyo menjadikan suaminya, Syijo Kingo sebagai gurunya di dalam mempelajari Hukum Buddha, dan meneruskan hati kepercayaan dengan gagah dan kuat melebihi sekarang. Sekalipun menerima bermacam-macam kesulitan, Syijo Kingo tetap percaya kepada ajaran Niciren Daisyonin, melaksanakannya serta menjaga dan melindungi Niciren Daisyonin dengan sungguhsungguh. Sikap demikian ini juga membuat perasaan Niciren Daisyonin terasa semakin

5

GM

6

Samantabadra | Mei 2019

31


mendalam. Oleh karena itu, perasaan tersebut dinyatakan dalam kalimat yang mengatakan “Jadikanlah Saemon-no-jo sebagai guru”. Selebihnya, perkataan “Jadikanlah sebagai guru” mewujudkan akar pokok keadaan dari suami-istri. Dasar dari keharmonisan suami-istri bukan hanya saling menyayangi dan mencintai, namun berdasarkan saling mengerti dan saling mempercayai sebagai manusia, masing-masing berusaha untuk maju. Dengan demikian barulah dapat mempertahankan rasa sayang dan cinta yang sesungguhnya. Kalimat dari Niciren Daisyonin ini mengajarkan bahwa di zaman kapan pun, suami-istri harus selalu mendidik diri sendiri dan maju sebagai manusia. Untuk itu, melalui dialog, suami-istri harus meningkatkan perasaan dan pengetahuannya. Di situ dengan tidak memutuskan hubungan suami-istri, baru dapat membangun keharmonisan antara mereka yang akhirnya menjadi keharmonisan keluarga yang sesungguhnya. Sesuai keadaan setiap orang yang berbeda, hal ini baru dapat terjadi berdasarkan Hukum Buddha yang melihat secara tembus dengan pandangan jiwa yang mendalam. Jika menjadikan hukum sesungguhnya sebagai yang utama, maka hubungan keadaan suami-istri yang di masa lampau seperti hubungan majikan dan karyawan atau hanya cinta mencintai seperti suami-istri di jaman modern, barulah dapat menjadi hubungan manusia yang sesungguhnya. Di sini dapat terlihat kemajuan dan peningkatan dari keadaan suami-istri. Inilah “Itay Dosyin” yang sesungguhnya. Hendaknya sungguh-sungguh mengetahui bahwa ‘keinginan hati ini’ adalah hati kepercayaan dari orang yang percaya kepada Hukum Buddha Sandaihiho. Selanjutnya adalah mengenai “Guru” Hukum Buddha yang membabarkan hakikat kejiwaan merupakan filsafat yang tertinggi; tidak ada yang mengunggulinya. Oleh karena itu sulit dimengerti. Tanpa seorang guru, diri sendiri tidak akan dapat menerima dan melaksanakan pertapaan. Surat Rensei mengatakan, “Di dalam Syikan dikatakan, ‘jika tidak bertemu 32

Samantabadra | Mei 2019

dengan guru, semakin hari berlalu, semakin berprajna sesat. Bulan demi bulan, hidup mati bagaikan ditarik pohon yang bengkok di hutan, sukar ke luar dari sana………..’ (Gosyo Zensyu halaman 153). Kesadaran terakhir tidak lain diperoleh dan dicapai oleh diri sendiri. Oleh karena itu, sekalipun dikatakan tidak ada guru yang berprajna, untuk dapat mencapai pada jalan tersebut harus tergantung seorang guru. Karena manusia biasa berputar di dalam kehidupan yang sesat, tidak mengikuti berdasarkan jalan guru dan murid, maka tidak dapat mencapai kesadaran jalan kebuddhaan. Akan tetapi, jalanan guru dan murid bukanlah suatu hubungan yang telah ditetapkan secara kaku seperti feodalisme. Karena Hukumnya unggul dan agung, maka terhadap orang yang lebih lama mengetahui Hukum Buddha, baik satu hari atau satu langkahpun, kita harus belajar darinya dengan sikap hormat sebagai murid terhadap guru. Dihormati sebagai guru, pada dasarnya adalah dalamnya pelaksanaan pertapaan Hukum Buddha dan bukan berdasarkan tingkatan di dalam masyarakat, atau usia, atau pria dan wanita. Suami-istri Syijo Kingo meneruskan hati kepercayaan dengan tulus dan sungguhsungguh, bahkan pelaksanaan hati kepercayaan Syijo Kingo melebihi orang lain. Maka, Niciren Daisyonin mengatakan, “Jadikanlah sebagai guru”.

7

Tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki.

Anak Cabang

Keterangan : Tergantung kuatnya hati kepercayaan terhadap Gohonzon, kesulitan yang bagaimanapun juga dapat dirombak menjadi rejeki. Tujuh kesulitan dari “Tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki” sebenarnya adalah kesulitan dalam kehidupan bernegara seperti yang dibabarkan Sutra Manusendra. Namun, sekarang pada Masa Akhir Dharma, hukum yang dapat mengatasi kesulitan itu adalah Nammyohorengekyo dari Sandaihiho.


Berdasarkan hal ini bisa memakmurkan dan menenteramkan negara. Ini adalah teori dasar yang membabarkan mengenai ketenteraman dan menjaga negara. Niciren Daisyonin menggunakan teori dasar ini untuk setiap pribadi. Tujuh kesulitan dirombak menjadi tujuh rejeki juga menyatakan teori dasar ‘racun dirombak menjadi obat’. Pertama, sekalipun ada kesulitan dan penganiayaan, selama tetap menerima dan mempertahankan Gohonzon, pasti dapat merombaknya menjadi kebahagiaan. Hal ini harus diyakini sebagai kekuatan yang unggul dan besar dari Gohonzon. Surat Perihal Doa mengatakan, “Seandainya luput memanah bumi besar, meskipun seseorang dapat mengikat antariksa, sekalipun tidak terjadi pasang surut, atau matahari terbit dari barat, tidak mungkin ada doa pelaksana Saddharmpundarika-sutra yang tak terkabulkan”. (Gosyo Zensyu halaman 1351). Kedua, rejeki sesungguhnya berarti di depan kebahagiaan yang besar, pasti ada kesulitan besar. Terlahir dalam suasana yang makmur dan kaya serta tidak mengenal kehidupan yang susah, pada umumnya dikatakan bahagia. Bagaimana mungkin orang demikian ini dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya ? Bahkan orang seperti ini, jika suatu waktu menemui penderitaan dan kesulitan, kemakmuran dan kemajuan hingga saat itu akan menjadi runtuh. Hal ini biasa terjadi di dalam masyarakat. Kebahagiaan yang tergantung pada suasana lingkungan berarti kebahagiaan relatif. Bagaimanapun suasananya, tetap mau membangun kebahagiaan di dalam jiwa berarti bahagia mutlak. Maka, jika dibandingkan dengan kebahagiaan mutlak, kebahagiaan relatif adalah rendah. Ketiga, berdasarkan prinsip ‘Dosa berat diterima menjadi ringan (Tenjukyoju)’ membuka dan memecahkan nasib dari akar pokok. Inilah hidup bahagia yang sesungguhnya. Kesulitan yang bagaimanapun, ada sebab pokok yang mendasarinya. Bila orang menerima kesulitan pada sumber akarnya, pasti terdapat dosa

pemfitnahan terhadap Saddharmapundarikasutra. Semuanya ini jelas dikatakan di dalam berbagai sutra. Maka, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan dosa berat seperti ini, sekalipun orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra sekarang bertemu dengan kesulitan besar, juga masih ringan jika dibandingkan dengan dosa yang telah dibuat di masa lampau. Surat Membuka Mata paruh akhir mengatakan, “Datangnya penganiayaan besar ini adalah karena dosa berat di masa lampau mengundangnya untuk menerima dan menjaga hukum pada masa sekarang” (Gosyo Zensyu halaman 233)”. Untuk menghapus dosa berat diri sendiri, maka ingin mengundang kesulitan ini.

8

Usia kembali menjadi muda dan rejekinya bertumpuk.

Anak Cabang

Keterangan : Terhadap istri yang ingin menghilangkan malapetaka bahaya dari usia 33 tahun, Niciren Daisyonin membabarkan mengenai tujuh kesulitan dirombak menjadi tujuh rejeki. Selanjutnya membabarkan mengenai bagaimana hal itu dinyatakan di dalam kehidupan nyata. Jiwa dari orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra, dari tahun ke tahun semakin mudah dan kehidupannya terbuka menjadi suatu kehidupan yang penuh dengan rejeki. “Usianya menjadi muda” berarti, menunjuk pada jiwa itu sendiri. Dan “Rejekinya bertumpuk” berarti berdasarkan jiwa yang muda dapat membuka gejala di dalam kehidupan. Di dalam Bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Sutra ini berarti obat yang baik bagi penyakit manusia di seluruh dunia. Jika ada orang yang berpenyakit mendengar sutra ini, penyakitnya langsung musnah dan menjadi tidak tua tidak mati”. Mengenai kalimat ini, di dalam Catatan Ajaran Lisan, Niciren Daisyonin membabarkan, “Orang berarti atas, akibat Samantabadra | Mei 2019

33


Buddha berarti bawah, termasuk orang berdosa di neraka. Penyakit berarti hawa nafsu tiga racun. Buddha dan Bodhisattva pun mempunyainya. Tidak tua berarti guru Sakyamuni, tidak mati berarti jenis Bodhisattva Muncul dari Bumi. Sesudah kemoksyaanNya, sekarang dibabarkan untuk umat manusia. Maka, penyakit berarti pemfitnahan Dharma. Bagi orang yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini, penyakit berarti menghapuskan. Hal ini tidak diragukan lagi. Sekarang, Niciren dan sejenisnya adalah orang yang menyebut Nammyohorengekyo (Gosyo Zensyu halaman 774)”. “Tidak tua tidak mati”, bukankah menunjuk pada kehidupan sekarang ? Penderitaan di dalam kehidupan memang bermacam-macam, namun pada hakikatnya adalah empat penderitaan, yakni lahir, tua, sakit dan mati. “Tua” berarti baik segi jasmani maupun segi kejiwaan merupakan satu penderitaan besar yang dipikul manusia. Kebalikan dari penderitaan yakni kesenangan juga bermacam-macam. Tetapi, dapat menyelesaikan empat penderitaan yang merupakan penderitaan terbesar di dalam kehidupan, akan menjadi kesenangan yang terbesar. Sekarang, di dalam kalimat Bab Bodhisattva Baisyajaraja atau kalimat Catatan Ajaran Lisan, dapat dilihat bahwa pada orang yang mempertahankan Gohonzon, sungguhsungguh menjalankan hati kepercayaan dan menyebut Daimoku, mahamaitri karuna Sang Buddha terwujud nyata sebagai “mencabut penderitaan, memberi kesenangan”. Selain itu, badan diri sendiri terwujud nyata sebagai Bodhisattva Muncul dari Bumi; jiwa dari Guru Sakyamuni. Berarti, diri sendiri mewujudnyatakan jiwa Dunia Buddha dan menyatakan badan pokok yang maitri karuna. Maka, lama kelamaan, kekuatan jiwa dan badan keduanya kuat berkobar-kobar sehingga gerakannya menjadi bergairah. Selain itu, dapat maju dengan kuat di dalam kehidupan dengan berpendirian pada pandangan tujuan yang tinggi. Dengan mengetahui akar keadaan jiwa yang berdasarkan pada pandangan jiwa 34

Samantabadra | Mei 2019

yang demikian itu, dapat hidup dengan kuat di dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan, bukankah ini “rejekinya bertumpuk”, dan inilah kehidupan yang berejeki. Surat Kanjin No Honzon mengatakan, “Kedua Hukum, sebab pelaksanaan dan akibat kebajikan dari guru Buddha Sakyamuni tercakup lima akasara Myohorengekyo. Jika kita menerima dan mempertahankan lima aksara ini, dengan sendirinya dapat memperoleh pewarisan karunia kebajikan dari sebab akibat itu” (Gosyo Zensyu halaman 246). Buddha Sakyamuni mencapai kesadaran Buddha pada usia 30 tahun di India. Sampai pada saat itu, melewati bermacam-macam pelaksanaan yang menderita dan menentukan demi jalan Hukum Buddha ini. Namun sekarang pada Masa Akhir Dharma, orang yang mempertahankan Gohonzon, sungguhsungguh melaksanakan dan menyebut Daimoku; Hukum rahasia mendalam yang tidak diterangkan selama 40 tahun lebih, langsung dapat mendekati suasana jiwa itu dan akhirnya akan terwujud nyata sebagai orang yang berinisiatif menjalankan Hukum ini. Selanjutnya, dapat dikatakan kehidupan orang itu “Keinginannya terpuaskan, tempat umat manusia bermain bersenang-senang; hidup kali ini tenang dan senang, hidup akan datang dilahirkan di tempat baik”. Seperti demikian, kehidupannya bebas dan bersenangsenang bermain-main sehingga melewati kehidupan dengan penuh bernilai. Sungguh hal ini dapat dikatakan sebagai orang yang mencapai rejeki. “Permata pusaka yang unggul dan tiada tara dengan sendirinya dapat diperoleh tanpa menginginkannya” menunjukkan hal tersebut di atas. Di dalam Surat Musyimoci dikatakan, “Sekarang, orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra, mengumpulkan rejeki dari ribuan mil”. Dengan demikian, untuk dapat mengundang rejeki ini harus mengetahui makna sesungguhnya dari “percaya”. ***


Samantabadra | Mei 2019

35


36

Samantabadra | Mei 2019


Gosyo Cabang

ajaran

Surat Perihal Persembahan Jubah Musim Panas

Latar Belakang

S

urat ini merupakan surat balasan kepada Nyonya Sajiki, seorang penganut di Kamakura. Suaminya bernama Into Saburo Zaemon Sukenobu, kakak dari Ben Ajari Nissyo, salah seorang dari enam murid utama Niciren Daisyonin. Ibu mertuanya bernama Bendono. Setelah memasuki ke-Bhikku-an diberi nama Bhikkuni Sajiki. Maka itu, ia pun dipanggil dengan nama Sajiki. Dalam surat ini dijelaskan bahwa Nyonya Sajiki telah menyumbangkan sehelai jubah musim panas kepada Niciren Daisyonin. Dengan penuh maitra karuna Niciren Daisyonin menjelaskan makna sumbangan dan besarnya rejeki yang pasti diterima. Dari sikap Niciren Daishonin kita dapat meneladani untuk menghargai sikap hati kepercayaan. Surat ini memang singkat, tetapi pada setiap kata yang tertulis terasa kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya. Surat ini ditulis pada bulan lima, saat musim panas. Dengan pergantian musim ini, pakaian juga harus disesuaikan. Terdorong oleh keinginan menyumbang pakaian musim panas untuk Niciren Daisyonin, Nyonya Sajiki menenun dan membuat sendiri pakaian ini serta mempersembahkannya. Perasaan hati wanita

ini dirasakan di dalam jiwa Niciren Daisyonin. Pertama, Niciren Daisyonin menyatakan keistimewaan sifat wanita. Wanita bagaikan air yang dengan rela mengikuti bentuk wadahnya. Sikap rela mengikuti ini bukan sikap seperti budak zaman feodal, tetapi percaya kepada suami yang mempertahankan hati kepercayaan, kemudian mengikutinya dan diri sendiri tetap mempunyai inisiatif meningkatkan kepercayaan. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dapat menerima segala suasana dengan baik dan dapat mengeluarkan tenaga dari dalam diri sendiri yang penuh kekuatan untuk dipergunakan dalam suasana kehidupan. Dengan demikian tugas seorang wanita bukan hanya terbatas dalam lingkungan keluarga yang sempit saja, tetapi harus juga dapat melihat masalahmasalah di luar rumah dengan terjun dalam masyarakat. Dalam keadaan bagaimanapun, seorang wanita hendaknya mempunyai prinsip yang teguh dalam menerima suasana dan tetap berjuang membahagiakan orang lain. Dengan sikap seperti ini baru terdapat pengembangan diri sebagai seorang wanita.

Samantabadra | Mei 2019

37


Isi Gosyo

W

anita bagaikan air, yang dengan rela mengikuti bentuk wadahnya. Wanita bagaikan anak panah yang baru dapat terbang setelah dipadankan dengan busurnya. Wanita bagaikan kapal, untuk maju perlu dikendalikan kemudi. Oleh karena itu, bila suami seorang pencuri, istripun pencuri; bila suami seorang raja, istripun jadi permaisuri. Bila suami seorang berkebajikan (mempertahankan Dharma Sejati), istri pun akan mencapai kesadaran Buddha. Tidak hanya pada hidup kali ini tetapi juga pada kehidupan mendatang, nasibnya ditentukan oleh suami. Suami Anda, Hyoe no Saemon, seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Karena Anda istrinya, apapun yang terjadi, Buddha harus mengakui Anda sebagai wanita dari Saddharmapundarika-sutra. Terlebih lagi, Anda membangkitkan kepercayaan atas kehendak sendiri, telah mengirim sehelai jubah musim panas demi Saddharmapundarika-sutra. Terdapat dua macam pelaksana Saddharmapundarika-sutra: arif bijaksana dan manusia biasa. Arif bijaksana mengupas kulitnya untuk dituliskan kata-kata sutra. Bila seorang manusia biasa mempersembahkan pakaian satu-satunya kepada pelaksana Saddharmapundarikasutra, Buddha akan menerimanya dengan baik, setara dengan pengupasan kulit arif bijaksana. Jubah musim panas Anda telah dipersembahkan kepada para Buddha dari 69.384 aksara yang menyusun Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, sama nilainya dengan 69.384 helai jubah. Karena setiap dari 69.384 Buddha ini mencakup seluruh 69.384 aksara sutra dan setiap aksara dari 69.384 aksara sutra ini mencakup 69.384 Buddha, maka Anda sama seperti telah mempersembahkan 69.384 potong jubah kepada setiap Buddha. Sebagai gambaran, misalkan terdapat padang musim semi seluas seribu mil yang dipenuhi rumput tebal. Ketika sepercik api, sekecil biji kacang, disulutkan pada sehelai rumput, serta merta api akan menjalar keseluruh padang, berkobar menjadi api yang tak terukur dan tak terbatas besarnya. Demikian pula halnya dengan jubah musim panas ini. Sekalipun hanya satu, telah dipersembahkan kepada para Buddha dari seluruh aksara Saddharmapundarikasutra. Karunia sumbangan ini akan meluas pada orang tug Anda, kakek nenek, dan sejumlah u’mat lainnya; tidak usah dikatakan lagi untuk suami yang sangat Anda cintai. Harap yakinlah akan hal ini. tertanda Niciren Tanggal 25 bulan ke-5

38

Samantabadra | Mei 2019


Keterangan Gosyo Dalam surat ini dikatakan: “Bila suami seorang berkebajikan (mempertahankan Dharma Sejati) Istri pun akan mencapai kesadaran Buddha”. Orang yang berkebajikan bukan berarti orang yang berhasil dalam kehidupan masyarak, tetapi orang yang bersungguh hati dalam menjalankan kepercayaan. Bila suaminya sungguh-sungguh menjalankan kepercayaan, istri pun makin memperdalam hati kepercayaan sehingga dapat mencapai kesadaran Buddha. Hubungan suami-istri tidak terbatas pada hidup kali ini saja, tetapi juga akan berlanjut pada masa mendatang. Hubungan suamiistri bukan merupakan hubungan majikankaryawan, tetapi berdasarkan “saling percaya”. Keharmonisan keluarga dimulai dari keharmonisan suami-istri. Keharmonisan inilah yang membuat keluarga sejahtera. Tertulis dalam surat ini: “Terdapat dua macam pelaksana Saddharmapundarikasutra”. Pelaksana Saddharmapundarikasutra dalam kutipan ini berarti orang yang melaksanakan sesuai kata-kata Saddharmapundarika-sutra, sehingga dapat dikatakan orang yang menyebarkan Hukum Nammyohorengekyo. Dari kedua macam pelaksana, orang arif bijaksana dan manusia biasa, diambil Dharma Artin (Gyobo Bonji) sebagai contoh orang arif bijaksana. Beliau adalah Buddha Sakyamuni di masa lampau ketika sedang menjlankan pertapaan. Demi mencari ajaran Buddha, Dharma Artin telah berkeliling berbagai negara, namun tidak dapat menemukan orang yang dapat mengajarkannya. Baru setelah 12 tahun berkeliling, ia bertemu dengan iblis yang menjelma menjadi seorang brahmana. Ketika mendengar iblis berkata, “ Saya sendiri mengetahui ajaran Buddha hanya satu syair saja. Jika kamu bersedia memberikan kulitmu untuk dijadikan kertas, tulangmu dijadikan

kuas dan darahmu sebagai tinta, saya bersedia mengajarkannya”. Ia jadi gembira, dengan tulus hati melakukan permintaan iblis dna menulis satu syair ajaran itu. Cerita ini tidak hanya mengajarkaisn kita sikap rela mengorbankan diri sendiri demi mendengar Hukum, tetapi juga keinginan untuk meneruskannya kepada umat di masa ndatang. Keinginan kuat untuk meneruskan kesadaran Hukum menjadi sebab tercapainya kesadaran Buddha. Walaupun yang mengajarkan Hukum Agama Buddha adalah iblis, hendaknya tetap diagungkan sehingga dapat menyampaikan ajarannya. Inilah semangat mencari Hukum. Kalau melihat kisah ini lebih mendalam, pelaksanaan Niciren Daisyonin yang tak menyayangi jiwa raga demi Hukum seperti pemenggalan kepala, sama seperti tulang dijadikan kuas, kulit dikupas dijadikan kertas. Demikian pula hal Iainnya, demi Hukum Agama Buddha tidak sayang mengorbankan jiwa, dengan sikap ini Niciren Daisyonin membuktikan diri-Nya sebagai arif bijaksana yang sesungguhnya. Pelaksanaan manusia biasa adalah menyumbang atau mengorbankan jiwa raga untuk Hukum Agama Buddha, ini merupakan sikap penganut. Tidak sayang menyumbangkan satu-satunya pakaian, satu-sutunya makanan untuk Hukum Agama Buddha, sama dengan pengupasan kulit; juga berarti mengorbankan diri sendiri. Orang yang melaksanakan ajaran agama Buddha dengan menyumbang pakaian, makanan dan lainnya yang dapat menghidupkan jiwa Buddha dalam dirinya dan dapat menyebarkan Hukum Agama Buddha, sehingga dapat didengar umat manusia selamalamanya. Oleh karen aitu, makna sumbangan itu berarti benar-benar mengagungkan dan menjaga Dharma, Dengan sikap ini manusia biasapun sama tingkatannya dengan Dharma Artin, orang arif bijaksana. Samantabadra | Mei 2019

39


Pada bagian selanjutnya diterangkan bahwa 69.384 aksara yang menyusun Saddharmapundarika-sutra berarti 69.384 Buddha dan setiap huruf itu mencangkup Saddharmapundarika. Maka persembahan Nyonya Sajiki untuk Saddharmapundarikasutra, meskipun hanya sehelai pakaian, sama artinya dengan meyumbang setiap aksara dari 69.384 aksara Saddharmapundarika-sutra atau 69.384 Buddha. Karena setiap huruf mencakup seluruh Buddha, berarti telah menyumbang kepada seluruh Buddha. Disini terletak makna Saddharmapundarika-sutra sebagai Dharma Gaib (Saddharma/Myoho) yang merupakan dasar pokok kesadaran seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa, dan dapat memperoleh rejeki yang bukan main besarnya. Sebenarnya persembahan Nyonya Sajiki ini ditujukan kepada Niciren Daisyonin, tetapi Beliau mengatakan: “Telah mengirim sehelai jubah musim panas demi Saddharmapundarika-sutra�. Dengan kalimat ini Niciren Daisyonin mengungkapkan diri-Nya sebagai Buddha Kemanunggalan Manusia dan Hukum, Trikaya yang Tak Dibuat-buat (Ninpo lkka Musa Sanjin). Penjelasan diatas, dasar pokok dari seluruh Buddha sepuluh penjuru dan ketiga masa berarti Buddha Asal Muasal dari Masa Lampau yang Tak Berawal (Jijuyusyin Kuon Ganjo), tak lain daripada Niciren Daisyonin sendiri. Penerima surat ini, Nyonya Sajiki, bukanlah seorang yang kaya. Pada masa itu pengangkutan juga belum maju. Dapatlah kita bayangkan bagaimana ketulusan hati Nyonya Sajiki yang menenun dan menjahit sendiri, dan kemudian mengirimkannya. Untuk sampai ke tangan Niciren Daisyonin Minobu di Gunung Minobu tentu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Niciren Daisyonin amat menghargai kesungguhan hati ini dengan mengatakan bahwa rejeki yang diterima tidak hanya terbatas untuk diri sendiri, tetapi juga meluas kepada orang tua, kakek nenek dan umat lainnya, apalagi untuk suami tercinta. ***

40

Samantabadra | Mei 2019

Catatan


Samantabadra | Mei 2019

41


ajaran

Sikap Syinjin yang Perlu Diutamakan Forum Diskusi

1

Hati kepercayaan seperti apa yang harus kita utamakan agar doa kita tercapai?

Jawab : Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama sebagai kesimpulan adalah harus dapat melihat nasib diri sendiri yang sebenarnya. Perombakan sifat diri sendiri merupakan kunci untuk menyelesaikan segala permasalahan. Yang terpenting adalah berdoa dan melaksanakan dengan ketetapan hati dan icinen seperti itu. Di dunia ini ada bermacam-macam manusia yang tinggal di tempat yang berbeda-beda dan mempunyai cara hidup yang berlainan pula, tetapi semua mempunyai keinginan yang sama, ingin hidup bahagia. Sesungguhnya, dapat bertemu dan menerima Hukum agama Buddha sudah merupakan kebahagiaan. Walau sudah mendapat kebahagiaan mendasar ini, kita masih kerap mengeluh, seperti bahasa gosyo yang susah dimengerti, ajarannya kurang dapat dipahami, tak ada waktu karena kesibukan sehari-hari; berbagai alasan kita buat yang menjauhkan kita dari sikap syinjin yang giat. Di bagian dunia mana pun, semua orang bisa mengerti bahwa rasa gula itu manis. 42

Samantabadra | Mei 2019

Tetapi, bila tidak dirasakan tak akan tahu manisnya gula. Demikian pula dengan karunia Gohonzon. Karunia Gohonzon adalah sama di seluruh dunia, tetapi bila tidak percaya dan tidak melaksanakan , karunia itu tidak bisa dirasakan oleh diri sendiri. Ada seorang perempuan yang bersifat keras, suaminya jatuh cinta kepada perempuan lain sehingga ia marah sekali. Ia tidak mau bicara dengan suaminya dan tidak menaruh perhatian sedikit pun, tidak memperhatikan makanan untuk suaminya. Perempuan ini ingin berpisah dengan suaminya, sehingga ia menyebut daimoku sebanyak satu juta kali agar keinginannya tercapai. Setelah menyebut satu juta kali daimoku keinginannya tidak juga tercapai. Timbul pertanyaan si perempuan itu, “Saya dengar, tidak ada doa yang tidak terkabulkan. Saya telah berdoa, tetapi mengapa sama sekali tidak tercapai ?� Bila doa itu didasarkan keinginan diri sendiri agar orang lain berbahagia, tentu dapat tercapai; tetapi bila menginginkan orang lain menjadi susah tentu saja tidak tercapai. Bisa berbahaya kalau apapun yang didoakan dan apapun yang diinginkan bisa tercapai. Anda menyebut daimoku satu juta kali dengan tujuan ingin berpisah dengan


suami, tetapi berapa kalikah Anda berdoa agar suami dapat percaya Gohonzon? Perempuan itu berkilah, “Saya membenci suami, mana mungkin suami saya bisa percaya Gohonzon. Saya tidak bisa daimoku untuk itu.” Dalam pandangan masyarakat mungkin dapat dibenarkan bahwa karena suaminya jahat istrinya menjadi menderita, tetapi dalam Hukum agama Buddha tidaklah demikian. Terlebih lagi bila kejadian seperti perempuan ini menimpa orang yang sungguh-sungguh aktif, orang pasti mengatakan, “Anda gila-gilaan menjalankan keaktifan, sehingga tidak memperhatikan suami!” Bermacam-macam keluar perkataan orang. Adakalanya orang yang biasa menjalankan keaktifan pun menggunakan cara-cara ketika menghadapi nasib buruk. Sebenarnya karena orang itu mempunyai nasib menderita karena suami, maka nasib seperti itu timbul. Orang ini terus menerus membicarakan keburukan suami, tetapi tidak menyadari apakah dirinya sendiri telah menjadi istri yang baik. Niciren Daisyonin sendiri, ketika memberi semangat kepada Ikegami Bersaudara yang kepercayaannya ditentang oleh sang ayah, mengatakan, “Memang perbuatan ayah tidak dapat dibenarkan, tetapi mengapa beliau menentang? Ini merupakan karma, diri sendirilah yang membuat suasana serupa ini.” Bila menghadapi suasana dengan sikap menyalahkan, seperti suami itu buruk, orang itu jahat, kejelekan diri sendiri tidak akan dapat dirasakan. Dengan perasaan jiwa atau kecenderungan jiwa seperti itu, berapa orangkah sudah kita buat susah hati? Tanpa menyadari hal ini dan terus menyalahkan suasana berarti semakin memupuk dosa. Tidak menyalahkan orang lain bukan berarti lantas menyalahkan diri sendiri.

Kita diharapkan dapat memandang suatu persoalan dengan pikiran yang jernih. Ada kalanya memang kita tidak salah, ada kalanya orang lain yang salah. Ada tolak ukur yang bisa kita gunakan untuk menilai benar-salah; etika moral, logika, aturan, undang-undang, adat-istiadat. Yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengembangkan kecerdasan emosional kita untuk menerima realitas secara apa adanya dan proporsional dan mengambil langkah-langkah atau tindakan yang bijaksana. Hal ini sesungguhnya adalah cerminan dari perwujudan dunia Buddha. Di sini lah letak pentingnya gongyo dan daimoku dalam kehidupan kita, agar kita mampu tetap berpikir jernih di tengah keruhnya kondisi masyarakat yang diliputi ketiga racun. Memang, suatu penderitaan yang berat bagi seorang perempuan bila suami sudah tidak menyayangi lagi atau menyayangi orang lain, tetapi bagaimanapun juga karma ini dibuat oleh diri sendiri. Karena itu, karma ini harus diputuskan. Karma adalah gerakan jiwa, dapat diartikan sebagai sifat. Apabila kita berfokus pada balas dendam, mengembangkan ekspektasi yang tidak diiringi dengan langkah-langkah kongkrit untuk mengatasi masalah, ingin orang lain senantiasa baik terhadap diri sendiri namun diri sendiri enggan atau lupa untuk berbuat baik, akhirnya karma buruk yang terus dipupuk dan kehidupan semakin menderita. Sesungguhnya ini adalah konsekuensi logis. Dalam agama Buddha, bila suaminya buruk berarti istrinya juga buruk. Kecenderungan jiwa yang sama memungkinkan mereka menjadi suami istri. Karena itu, bila suasana orang tersebut terus menerus buruk dan menentang suasana, dengan sendirinya membuat karma buruk terus menerus, dan akhirnya menumpuk penderitaan. Semua ini Samantabadra | Mei 2019

43


mengakibatkan kehidupan yang susah dan akhirnya menimbulkan penyakit. Tanpa kita rasakan, sikap meremehkan orang lain membuat banyak orang susah hati. Sebenarnya semua ini dikarenakan dasar diri sendiri yang bersifat egosentris. Karena itu, di hadapan Gohonzon hendaknya dapat menyadari karakter diri sendiri. Bila menyebut daimoku yang banyak sambil merenungkan perilaku diri sendiri semenjak kecil, lambat laun akan lebih mampu memahami diri sendiri. Bila ingin menghapuskan karma buruk, sikap egois harus dialihkan demi menjadi sikap yang mengutamakan kebahagiaan orang lain. Hendaknya dapat meninjau perilaku sikap kepercayaan. Bila masih sering timbul emosi dan memarahi orang yang telah percaya dan aktif atau membencinya, penghapusan karma ini, hati egosentris ini harus dialihkan demi kebahagiaan orang lain. Hendaknya dapat meninjau perilaku sikap kepercayaan. Bila masih sering timbul emosi dan memarahi orang yang telah percaya dan aktif atau membencinya, penghapusan karma ini tidak akan tercapai dan bahkan akan menimbulkan keluhan. Sebenarnya tujuan kita aktif adalah untuk mematahkan perasaan serupa ini, tetapi bila perasaan ini timbul, kita menjadi rugi. Dalam contoh perempuan di atas, hendaknya ia dapat meninjau diri, apakah sampai saat ini ia telah menjadi ibu yang baik atau mungkin bila dilihat dari mata suaminya ia adalah sosok istri yang buruk. Hendaknya kita bertekad mulai dari sekarang untuk menjadi manusia yang baik, ibu yang baik, ayah yang baik, suami yang baik, istri yang baik, dan mau menjadi orang yang tulus dalam memajukan penyebarluasan Hukum Nammyohorengekyo. Doa dan pelaksanaan

44

Samantabadra | Mei 2019

yang sungguh-sungguh untuk tujuan demikian, pasti timbul akibat yang baik. Tidak ada sebab tentu tidak ada akibat. Gohonzon adalah hukum sebab-akibat. Kuncinya adalah memecahkan perombakan nasib diri sendiri. Menetapkan icinen, berdoa, memperdalam dharma, dan melaksanakan Buddhisme dalam kehidupan merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan kehidupan yang bahagia dan bernilai.

2

Adakalanya ketika kita memberi tahu seseorang agar dia bisa bahagia, orang tersebut salah menerimanya dan menjadi tidak senang. Mengapa bisa terjadi seperti itu ? Jawab : Dalam Bab Nasihat Bodhisattva Samantabadra Saddharmapundarikasutra tertulis, “Bila melihat orang yang menerima dan mempertahankan Sutra ini (Gohonzon), dengan alasan yang tepat atau tidak, bersikap merendahkan orang tersebut dengan rasa benci, akhirnya akan mendapat penyakit kusta, dan lainnya”. Berarti bila merendahkan dan menertawakan orang tersebut, giginya akan tumbuh dengan tidak teratur, mukanya menjadi jelek, atau kaki tangannya menjadi bengkok, atau timbul bisul yang ganas dan asma, serta lainnya. Begitulah penyakit berat yang dapat timbul. Orang yang menjalankan kepercayaan secara kebiasaan saja – asal jalan tetapi tidak ada semangat – akan menjadi sombong dan sok tahu akan bermacammacam teori. Bila melihat orang yang mengerjakan sesuatu dengan jelek, dia langsung mengatakan, “Kamu salah!” Kalau kita mengatakan seperti di atas kepada orang yang tidak melakukan keburukan, tentu kita salah. Tetapi mengapa


kita tidak boleh mengatakan buruk kepada orang yang benar-benar melakukan keburukan? Kalau pemimpin itu jelek memang harus diakui bahwa kalau jelek, kalau buruk ya buruk. Kan keterlaluan kalau kita membiarkan kejelekan orang lain. Tetapi bila bermacam-macam suara timbul karenanya, kita tetap harus menjaga orang yang melaksanakan Saddharmapundarikasutra. Dalam Gosyo dikatakan, “Tanpa maitri, memberitahu kesalahan seseorang merupakan sifat yang buruk; tetapi bila benar-benar berdasarkan maitri, memberitahunya merupakan hal yang baik�. Walau perkataan yang kita sampaikan itu benar, bila mengeluarkan kata-kata yang buruk atau mengkritik orang tersebut di belakangnya, bagaimanapun itu semua menjadi dosa berat. Pada dasarnya, kemarahan itu ada yang dilandasi dengan kebaikan dan keburukan. Bila memarahi seseorang dengan benar-benar menginginkan orang tersebut bahagia, kemarahan seperti itu menjadi kebaikan. Tetapi bila kemarahan itu dilontarkan karena merasa tidak senang perkataannya tidak didengarkan, yang pada dasarnya mementingkan diri sendiri, kemarahan itu menjadi buruk. Biar bagaimanapun kita tidak boleh membenci atau mengentengkan atau membicarakan orang di belakangnya; terlebih lagi terhadap orang yang telah menerima dan mempertahankan Gohonzon. Sebenarnya, sifat membenci, mengentengkan ingin menjelek-jelekkan orang di belakang sudah merupakan sifat diri sendiri yang terdapat di dasar jiwa. Bila dirasa sekilas, kelihatannya seolah-olah memikirkan orang lain, tetapi bila sungguhsungguh meninjau diri, sebenarnya terselip sifat meremehkan orang lain.

Susunan kita merupakan tempat berkumpulnya manusia biasa yang masih menjalankan pertapaan. Di dalam susunan, ketika menghadapi dan berhubungan dengan orang lain tentu ada orang yang disenangi ada pula orang yang tak disenangi. Di antara orang-orang seperti itu kita berkumpul bersama demi menyebarluaskan Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Saya rasa, yang dimaksud dengan menyebarkan Hukum oleh Niciren Daisyonin adalah penyebaran di dalam rakyat dan untuk rakyat. Karena itu, setiap orang di antara kita dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan dan dapat saling menyayangi demi tujuan yang lebih luas untuk memajukan dan memakmurkan negara demi rakyat Indonesia, termasuk diri kita sendiri; dan dalam hidup kita kali ini dapat mencapai kesadaran. Untuk itu, kita mewujudkan susunan yang harmonis sambil terus berupaya mewujudkan keharmonisan dan kerukunan yang berkesinambungan.***

Samantabadra | Mei 2019

45


wawasan

Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia

P

erkembangan bahasa Indonesia sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi sudah tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga kita selaku pemakai bahasa Indonesia wajib mengetahuinya. Banyak di antara kata-kata baru dimaksud terkait dengan perkembangan komputer, baik perangkat keras, perangkat lunak, maupun personel. Sekaligus tentang personel, saya tambahkan juga tentang istilah-istilah ‘terbaru’ terkait dengan para petugas lapangan apakah itu Narahubung, Pramujasa,ataupun Pramugolf dan lain-lain. Fungsi Lain Kamus Besar Bahasa Indonesia Bulan Februari 2019 yang lalu saya ceritakan hal-ihwal KBBI. Apakah itu KBBI? Ya, benar sekali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus kebanggaan rakyat Indonesia! Apa manfaatnya? Untuk menentukan benar salah, baku tidak-baku ejaan kedua pasangan kata putera atau putra, samudera atau samudra, menteri atau mentri misalnya. Dapatkah para pembaca mengatakan dengan pasti mana yang benar? Benar sekali: putra, samudra, akan tetapi menteri! Apa manfaat lain KBBI? Kali ini saya paparkan manfaat lain KBBI, yaitu untuk menambah kosakata kita. Apakah kosakata itu? Kosakata = perbendaharaan kata, begitu menurut KBBI. Dengan membuka-buka kamus ini, akan kita saksikan kata-kata baru yang mengusik perhatian kita. Apa ini, apa itu? Dalam tulisan ini akan saya angkat beberapa contoh kata ‘baru’. Sudah saya jelaskan dalam tulisan yang lalu, kita tidaklah perlu membeli dan memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia terbaru yang ben46

Samantabadra | Mei 2019

tuknya sangat besar, tebal dan mahal harganya itu. Mengapa? Karena sekarang sudah ada versi digitalnya di telepon genggam cerdas. Ketik di Playstore: KBBI, maka akan muncul beberapa pilihan. Pilihlah KBBI yang berwarna biru, karena inilah aplikasi resmi dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan versi terkini: KBBI V 0.2.1 Beta (21). Jadi, manfaatkan telepon genggam cerdas tidak hanya untuk bermedia sosial, berselancar, namun juga untuk berbahasa yang baik dan benar. Munculnya Kosakata Baru Pernah memperhatikan kata-kata baru di berbagai media massa? Sebagian besar itu terjemahan kata-kata bahasa Inggris dan merupakan upaya mencari padanan-kata dalam koleksi-kata bahasa Indonesia & Melayu atas kata-kata bahasa Inggris yang disasar. Maka setelah bekerja keras, para ahli bahasa kita menemukan kata-kata baru seperti: Unduh dan Unggah sebagai padanan Download dan Upload, Narahubung sebagai padanan Liaison Officer dan Pramusiwi sebagai padanan Babysitter. Telah saya susun kata-kata baru yang saya anggap perlu pembaca ketahui dalam bagian selanjutnya tulisan ini. Sengaja saya kelompokkan menjadi dua bagian besar: komputer dan petugas agar memudahkan memahami dan menghapalkannya. Menurut teori belajar, kerja otak kita akan lebih mudah jikalau melihat halhal serupa, ketimbang sekadar daftar kata per abjad apalagi secara acak. Istilah-istilah Komputer Menurut saya, bapak dan ibu dan saudara pembaca sudah mengetahui Unduh dan Unggah, ya? Ini bahasa Indonesianya Download &


Upload! Bagaimana dengan bahasa Indonesianya online & offline? Sudah ada juga, lho. Lihat dan periksa daftar di bawah ini. 1. Unduh = mengopi berkas dari layanan informasi daring atau komputer lain ke komputer. Istilah ini digunakan untuk menggantikan Download.

juga memiliki arti sebagai perkakas atau alat. Ponsel, laptop, tab, komputer dan sebagainya secara tidak langsung juga berupa alat atau perkakas. Kata Gadget sudah terlalu terbiasa diucapkan oleh masyarakat Indonesia. Saat ini, media cetak dan daring nasional sudah mulai menggunakan kata Gawai untuk menggantikan Gadget.

2. Unggah = memberi berkas ke layanan informasi daring atau ke yang menggantikan Upload.

10. Pelantang = alat untuk melantangkan suara. Kata ini digunakan untuk menggantikan kata Microphone.

3. Daring/dalam jaringan = terhubung melalui jejaring komputer, internet dan sebagainya. Daring muncul untuk menggantikan online.

11. Warganet = warga internet; orang yang aktif menggunakan internet. Warganet muncul untuk menggantikan kata Netizen.

4. Luring/luar jaringan = terputus dari jejaring komputer. Kata Luring muncul untuk menggantikan kata offline. 5. Peladen = komputer dalam jejaring yang berfungsi sebagai penyedia layanan ke komputer lain. Kata ini mirip profesi seseorang yang bertugas untuk meladeni. Tapi, faktanya kata peladen muncul untuk menggantikan kata server. 6. Tetikus = peranti periferal pada komputer yang menyerupai tikus, gunanya, antara lain untuk mengendalikan kursor. Inilah padanan kata untuk computer mouse. 7. Pranala = hipertaut. Kata Pranala muncul untuk menggantikan kata Hyperlink atau Link, yang sudah terbiasa disebut dalam bahasa teknologi informasi. 8. Swafoto = Potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan ponsel atau kamera digital, biasanya untuk diunggah ke media sscial. Kata ini muncul untuk menggantikan kata selfie. 9. Gawai = peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis; gadget. Ini adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata Gadget. Jangan terkejut, karena gawai

12. Narablog = pengeblog Petugas Ada kata-kata dalam bahasa kita yang menyangkut orang yang melakukan sesuatu atau berkaitan dengan petugas: nara- dan pramu-. Contoh tertua alias yang paling kita kenal ialah Narapidana dan Pramugari. 1. Narapidana = orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum 2. Pramugari = karyawati perusahan pengangkutan umum (udara, darat, dan laut) yang bertugas melayani penumpang Dari sinilah tampaknya para ahli bahasa di Pusat Bahasa mengembangkan kata-kata baru dengan memanfaatkan kedua akar kata ini: nara- dan pramu- sebagai bahan untuk padanan kata bahasa Inggris, menjadi nara- dan pramu- lainnya. Sepengetahuan saya, nara- berarti orang dan pramu- berarti petugas. Marilah kita simak kata-kata terkait nara- dan pramu berikut ini. Nara1. Narasumber = orang yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber informasi

Samantabadra | Mei 2019

47


2. Narapidana = orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum

11. Pramukantor = orang yang biasanya melakukan pekerjaan kasar atau tidak memerlukan keterampilah khusus di kantor

3. Narahubung = orang yang bertugas sebagai penghubung dan penyedia informasi untuk pihak luar, biasanya dalam kegiatan seminar, konferensi, dan sebagainya

12. Pramusiwi/Pramubayi = wanita yang bekerja pada suatu keluarga dengan tugas merawat bayi atau anak-anak kecil keluarga yang bersangkutan; pengasuh anak

4. Naradamping = orang yang bertugas menghubungkan dua lembaga untuk bekerja sama dan bertukar informasi

Patutlah kita berbangga akan hal ini. Perkembangan bahasa Indonesia seiring dengan majunya peradaban dan teknologi informasi sudah tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sehingga kita selaku pengguna bahasa Indonesia wajib mencermatinya. (Kyanne Virya)

Pramu1. Pramuacara = tuan rumah 2. Pramuantar = orang yang membawakan barang atau koper penumpang di stasiun kereta api, bandar udara, atau di hotel 3. Pramubakti = orang yang membantu dalam pelaksanaan tugas sosial 4. Pramubarang = porter 5. Pramudapur = karyawan yang melaksanakan bermacam-macam tugas yang berhubungan dengan pelayanan peralatan makanan 6. Pramujasa = orang yang bekerja di bidang pelayanan jasa 7. Pramujasa jamban = petugas yabg menjaga kebersihan toilet umum 8. Pramugari = karyawati perusahan pengangkutan umum (udara, darat, dan laut) yang bertugas melayani penumpang 9. Pramugolf = orang yang pekerjaannya mengikut dan membantu pegolf untuk memunguti bola, membawakan peralatan olahraga golf , dan sebagainya di lapangan golf; kedi 10. Pramuhotel = pegawai hotel yang bertugas memberikan bantuan dan menyediakan informasi kepada tamu hotel

48

Samantabadra | Mei 2019


P

esta demokrasi Indonesia kembali hadir di bulan April 2019, tepatnya tanggal 17 dalam pemilihan umum (pemilu) presiden dan wakil presiden serta badan legislatif. Perhatian lebih tersita kepada kedua pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden; Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sebagai manusia, secara alamiah kita memiliki preferensi dan subyektifitas terhadap fenomena yang ada di sekeliling kita. Termasuk dalam urusan memilih capres-cawapres. Terlepas dari siapa pun paslon yang kita pilih pada pemilu, kemungkinan paslon yang tidak kita pilih untuk menjadi pemenang pasti ada. Kedua paslon secara sah lolos verifikasi KPU dan memiliki legitimasi di bawah undang-undang. Menjadi tidak logis dan takabur apabila kita berpikir bahwa paslon yang tidak kita senangi, tidak mungkin menjadi capres maupun cawapres. Nyatanya, mereka sudah menjadi pasangan kandidat yang sah dan siap dipilih pada tanggal 17 April 2019. Terutama dalam politik, apa pun bisa terjadi. Coba kita tengok pengalaman pilpres Amerika Serikat terakhir, di mana Hillary Clinton dijagokan dan unggul dalam jajak pendapat nasional, namun akhirnya dimenangkan oleh Donald Trump. Atau pada pilkada

provinsi DKI Jakarta tahun lalu, di mana pada putaran pertama Basuki Tjahaja Purnama unggul, namun memasuki putaran kedua arah angin berbalik dan Anis Baswedan unggul dalam perolehan suara akhir dan menjadi gubernur. Konten kampanye politik yang kurang elegan di ruangruang publik termasuk media sosial cenderung hendak mendompleng perolehan suara melalui strategi memecah belah “aku” dan “mereka (orang lain)”. Walaupun sebangsa, perbedaan pilihan politik seolaholah menempatkan jarak dan seolah kita menjadi asing. Hal ini mempersempit ruang gerak bagi kerukunan dalam perbedaan. Akhirnya timbul konflik di ruang-ruang pribadi yang dilatarbelakangi oleh perbedaan pilihan politik; dalam diskusi di ruang makan, di grup Whatsapp, atau dalam forum lainnya. Pilihan politik adalah hak individu. Sudah sewajarnya kita menghargai pilihan orang lain yang berbeda dengan pilihan kita. Alih-alih “menasehati” atau “menghujat” pilihan mereka, kita bisa mulai dengan berdialog. Kita bisa sepakat untuk tidak bersepakat, dan tetap hidup berdampingan secara konstruktif. Politik adalah ranak yang pelik dan abu-abu. Tiada kawan maupun lawan abadi,

refleksi

Siapa Pun Presidennya Mari Jaga Kerukunan yang ada hanyalah kepentingan elit untuk mengutamakan kepentingan diri dan kelompoknya. Yang terpenting bagi kita warga negara Indonesia yang juga merupakan bagian dari umat beragama adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kita telah melakukan kewajiban kita sebagai WNI dengan melakukan pencoblosan tanggal 17 April lalu. Sekarang kita kawal pemilu dengan damai. Bersikap pro-aktif, bukannya reaktif. Tidak mudah untuk menyebarkan informasi di media sosial yang belum jelas kebenarannya. Mari sama-sama kita berdaimoku agar bangsa kita dapat semakin maju dan sejahtera. Melatih diri agar tidak mudah terprovokasi, selalu berusaha untuk kritis dan melakukan verifikasi informasi, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, namun tetap menunjukkan sikap yang berintegritas dan bijaksana. Buddha Niciren mengajarkan bahwa getaran dari penyebutan Nammyohorengekyo dapat memunculkan kekuatan dunia Buddha. Ibarat melemparkan batu ke tengah kolam, riaknya pasti sampai ke tepian. Begitu pula dengan kekuatan Nammyohorengekyo dari satu orang, getaran kebudhaannya dapat terpancar hingga alam semesta luas. ***

Samantabadra | Mei 2019

49


T

erinspirasi dari program Sustainable Development Goals (SDGs) atau Program Berkelanjutan yang dicanangkan oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB) mengenai Zero Hunger dan Good Health and Well Beings, seorang Mahasiswa yang berasal dari Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor bernama Lutvi Abdullah menciptakan HERBA (Chicken Feather of Snack bar). Snack bar yang dimodifikasi terbuat dari bulu ayam ini, difokuskan untuk memberikan harapan hidup lebih lama bagi penderita leukimia. Lutvi menuturkan bahwa snack bar hasil dari formulasinya membuat penderita leukimia dapat memperpanjang harapan hidupnya lebih lama. Kandungan quercetin yang terdapat dalam bulu ayam, protein nabati sekaligus vitamin yang terdapat dalam produk, membuat snack bar ini dapat mentransmisikan energi ke seluruh sel. HERBA dapat ditransfusikan secara berkala, artinya snack bar ini dapat dikonsumsi langsung atau dibuat larutan, karena sifat dari snack bar tersebut gampang larut. Agar penderita leukimia dapat mencernanya dengan cepat sekaligus dapat mentransmisikan energi vitamin dan protein secara optimal ke seluruh tubuh. Efek dari distribusi energi yang disebarkan ke seluruh tubuh, aktivitas sel darah putih yang bersifat fagositosis 50

Samantabadra | Mei 2019

Pencetus Snack Bar dari Bulu Ayam

dapat di non-aktifkan di dalam darah, sehingga protein yang ada di dalam tubuh dapat didistribusikan dengan baik. Dari hasil penelitian dan formulasi yang Lutvi buat, mahasiswa yang berasal dari Cianjur ini dapat penghargaan sebagai Best Research Award dan Most Diplomatic Award di acara International Microbiology and Medical Disease (IMMDE) yang di adakan oleh Faculty of Medicine, National University of Singapore, dan berkolaborasi dengan World Health Organization South-East Region yang dilaksanankan di singapura beberapa waktu lalu. HERBA merupakan hasil

inovasi yang Lutvi buat dengan bahan baku utamanya adalah bulu ayam, yang sudah ia ubah menjadi tepung diperlukan beberapa tahapan agar menjadi snack bar yang dapat di konsumsikan. Tidak lupa ia mengombinasikan beberapa bahan alam lainnya seperti kacang merah dan biji nangka agar dapat diformulasikan menjadi HERBA. Lutvi berharap inovasi nya dapat di dukung pemerintah sehingga memberikan bermanfaat dan dampak bagi sesama. Sumber: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2019/04/01/ herba-snack-bar-dari-bulu-ayam-karyamahasiswa-ipb


Gimana sih Caranya Produktif? P

ernah ngga sih kamu coba bayangkan apa yang membuat kamu dan Bill Gates berbeda? Hal yang sangat jelas terlihat tentu Bill Gates terkenal di seluruh dunia dengan perusahaan raksasanya Microsoft, sementara kamu saat ini mungkin baru terkenal di sekitar kompleks rumah atau lingkungan sekolah. Nah, sekarang coba bayangkan mengapa Bill Gates mampu menjadi sesukses itu? Salah satu faktor bisa saja karena bos Microsoft tersebut dapat memanfaatkan waktu yang ia miliki dengan baik. Kamu, Bill Gates atau banyak orang sukses lain di dunia ini mempunyai

satu hal yang sama, yaitu memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Namun, mereka telah menemukan cara bagaimana memanfaatkan waktu tersebut hingga mencapai kesuksesan. Kamu mungkin masih berkutat dengan banyak hal yang kurang atau bahkan tidak produktif sama sekali, seperti menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuka sosial media, menonton drama Korea, atau nongkrong di Starbucks. Jika kamu memang ingin sukses dan tidak ingin waktu yang kamu miliki terbuang siasia, berikut tips sederhananya:

Mencetak rutinitas seharihari Biasanya mungkin kamu dapat bangun tidur dan tidur kapan saja yang kamu mau, atau melakukan apapun secara mendadak tanpa adanya rencana. Mulai dari sekarang, coba atur jadwal kegiatan sehari-harimu. Catatan kamu hendaknya sedetail mungkin, misalnya pukul 05.00 WIB bangun pagi, 05.05 WIB doa pagi, 05.20 WIB mandi, dan seterusnya. Mungkin terkesan terlalu berlebihan, akan tetapi, ketika kamu membuat susunan waktu kamu dalam satu hari dan mengikutinya, waktu yang terbuang siasia dalam hidup kamu akan berkurang. Kamu akan Samantabadra | Mei 2019

51


terbiasa merencanakan hariharimu dan memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi. Matikan ponsel Tidak dapat dipungkiri ponsel saat ini telah berubah dari sebuah alat komunikasi sederhana menjadi alat yang dapat memberikan kamu segala kemudahan. Di sisi lain, banyak orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu dan perhatian terhadap smart phone. Ketika kamu terbangun di pagi hari, jangan lihat ponsel kamu dahulu, dan matikan ponsel sebelum tidur. Buatlah rancangan kegiatan Anda selama satu hari, dan catat apa yang perlu Anda capai hari ini. Wujudkan minimum tiga hal dalam satu hari Tidak perlu hal besar seperti menulis sebuah buku atau membangun sebuah robot. Mulailah dengan halhal sederhana, misalnya membaca minimal dua puluh halaman buku motivasi atau olahraga selama setengah jam. Ketika kamu telah terbiasa mewujudkan hal-hal kecil dalam keseharianmu, maka kamu akan membentuk sikap yang lebih matang untuk mencapai target yang lebih besar. Ingat, setiap hal besar dimulai dari sebuah langkah sederhana. Coba biasakan dirimu untuk tidak melulu menghabiskan seluruh akhir pekanmu dengan hanya nongkrong di kafe atau nonton film. Lakukan lah hal kecil yang bermanfaat. 52

Samantabadra | Mei 2019

Set your timer! Sangat susah untuk selalu fokus ketika kamu melakukan satu kegiatan dalam waktu yang panjang. Hal ini normal, dan tubuh kamu memang membutuhkan istirahat. Jika kamu telah melakukan satu kegiatan selama 45 menit – 1 jam, maka kamu perlu merefresh tubuh dan pikiranmu. Atur alarm, dan istirahat lah selama 10 menit sebelum kembali melanjutkan kegiatan tersebut. Dengan demikian, kamu akan memiliki pikiran yang lebih segar dan fokus yang lebih baik. Make a Not To Do List Kebanyakan orang terobsesi dengan menulis sebuah “To Do List�. Namun, jika kamu mendapatkan terlalu banyak distraksi dalam kegiatan sehari-hari, kamu dapat menulis sebuah “Not To Do List�. Catat semua kegiatan yang selama ini menyita terlalu banyak waktu dan perhatian kamu, dan berkomitmen lah untuk tidak melakukannya lagi. Stop being too easy going! Menjadi orang yang ramah dan punya banyak teman memang mengasyikan. Namun, terkadang kita lupa bahwa hal ini juga dapat memengaruhi produktivitas pribadi. Ketika kamu terlalu sibuk meng-iya-kan ajakan nongkrong di kafe, nonton film terbaru di bioskop, atau pun berakhir pekan di luar kota, kamu pada akhirnya tidak punya waktu untuk melakukan

atau bahkan merencanakan masa depan kamu. Cobalah untuk tidak selalu setuju pada setiap ajakan teman atau sahabat, dan luangkan waktu lebih banyak untuk mewujudkan mimpi kamu. Beberapa tips di atas hanya sebagian dari masih banyak lagi tips yang dapat kamu terapkan untuk menjadi lebih produktif. Kamu dapat coba akses www.robinsharma. com untuk lebih banyak lagi tips. Mungkin kamu sekarang merasa hidupmu selama ini sia-sia karena tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, tidak apa-apa. Tapi, ingat untuk ubah kebiasaan jelek tersebut dari sekarang untuk masa depan yang lebih cerah, ya.


kesehatan

MENGENAL PENYAKIT LUPUS

Penyakit lupus mungkin bukanlah istilah baru untuk Anda ketahui. Dimana penyakit yang tergolong berbahaya ini sudah banyak menyerang penduduk di seluruh dunia. Meskipun lupus bukanlah satu penyakit baru, namun masih banyak diantara kita yang belum tahu akan penyakit ini. Baik itu gejala maupun penyebabnya.

A

pa Itu Penyakit Lupus? Lupus (odapus) adalah suatu penyakit yang menyerang sistem imunitas di mana jaringan yang ada di dalam tubuh dianggap sebagai benda asing. Lupus sendiri tergolong penyakit berbahaya yang cukup banyak merenggut nyawa seseorang. Bahkan penyakit ini setara dengan penyakit kanker yang bisa berdampak pada kematian. Tidak sedikit dari mereka yang menderita lupus tidak bisa tertolong lagi. Di dunia penyakit ini cukup banyak di derita, di mana terdeteksi lebih dari lima juta orang mengidap penyakit lupus dan lebih dari 100 ribu kasus baru ditemui setiap tahunnya. Kata lupus yang bahasa latinnya diartikan sebagai “anjing hutan� telah dikenal sejak satu abad lalu.

Dulunya, penderita lupus dianggap sebagai orang yang memiliki kelainan pada kulit, yang mana tanda awal dari penyakit ini adalah munculnya bercak merah di bagian wajah terutama pipi, badan terasa panas, rambut mulai rontok, adanya pembengkakan pada sendi dan masih banyak lagi. Menurut Dr. Rahmat Gunadi Dosen Fakultas Kedokteran Unpad menyebutkan bahwa reaksi pada sistem imunitas bisa menyerang sebagian besar organ lain, seperti otot, jaringan kulit, sistem saraf, sistem pencernaan, paru-paru, hati, tulang, ginjal, mata, otak, pembuluh darah dan sel-sel darah di dalamnya. Secara garis besar, lupus diartikan sebagai kondisi di mana tubuh telah memproduksi Samantabadra | Mei 2019

53


antibodi dengan jumlah yang sangat besar. Dalam kondisi normal, antibodi memiliki peran untuk menjaga tubuh dari masuknya benda asing seperti virus dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Namun pada penderita lupus, antibodi justru menyerang tubuhnya sendiri dengan merusak sel-sel sehat di dalamnya. Akibatnya, penderita lupus sering mengalami peradangan dan infeksi pada sistem jaringan tubuhnya. Gejala Penyakit yang sering dinamai sebagai “penyakit 1000 wajah� ini memiliki beberapa ciri yang bisa menjadi tanda sebagai gejala penyakit lupus, seperti: - Pembengkakan pada sendi - Sendi terasa nyeri dan sakit - Bagian mulut dan hidung yang timbul luka namun tak kunjung sembuh bahkan hingga berbulan-bulan - Rambut rontok - Keluarnya darah bersama urin - Terdapat ruam di bagian permukaan kulit - Demam - Dada terasa sakit - Kesulitan untuk bernafas 54

Samantabadra | Mei 2019

- Kejang-kejang - Kulit yang mudah terbakar saat terkena sinar matahari - Mudah merasa lelah - Badan terasa pegal-pegal dan tidak enak - Muncul bercak merah di area wajah, terutama di bagian pipi yang mirip seperti kupu-kupu - Kulit menjadi bersisik Penyebab Lupus merupakan penyakit yang timbul akibat gangguan pada sistem imunitas seseorang. Jadi, dapat dipastikan jika penyakit ini bukan berasal dari virus maupun bakteri. Untuk penyebab penyakit odapus atau lupus memang belum diketahui secara pasti. Namun beberapa faktor diyakini menjadi penyebab paling kuat untuk penyakit kronis yang satu ini. Berikut beberapa penyebab penyakit lupus: - Faktor Genetik, memiliki anggota keluarga yang mengidap penyakit odapus akan memperbesar kemungkinan untuk Anda terkena penyakit yang sama. Seperti, bayi yang terlahir dari seorang ibu yang terkena


penyakit odapus atau memiliki gangguan pada sistem imunitasnya. - Hormon, hormon estrogen yang dihasilkan oleh wanita memiliki resiko 9 kali lebih tinggi dibanding hormon androgen yang dihasilkan dari tubuh pria. Sehingga kebanyakan penderita penyakit ini adalah wanita. - Lingkungan, lingkungan yang kurang sehat juga dapat memperbesar resiko akan penyebab penyakit adopus, misalnya lingkungan berpolusi, lingkungan beracun, asap rokok, silika, merkuri, dll. - Jenis Kelamin, telah diketahui jika wanita memiliki resiko 9 kali lebih tinggi dibandingkan pria. - Ras, penyakit odapus lebih banyak di derita oleh penduduk yang bertempat tinggal di benua Asia dan Afrika. - Mengkonsumsi Obat-Obatan, beberapa penggunaan obat seperti antibiotik, obat anti kejang, dan jenis obat lainnya memicu timbulnya penyakit odapus. - Paparan Sinar Matahari, timbulnya luka pada kulit atau kulit kemerahan dan terasa kebakar pada penderita lupus diakibatkan oleh paparan

sinar matahari. Pencegahan Meskipun sebagian besar pengidap lupus adalah kaum wanita, namun penyakit ini dapat diminimalisir dengan menerapkan gaya hidup sehat. Jika Anda ingin memperkecil resiko terkenanya penyakit lupus, berikut beberapa pencegahan yang bisa Anda lakukan: - Hindari stres berlebih - Menerapkan hidup sehat - Rutin berolahraga - Hindari kebiasaan merokok - Istirahat yang cukup - Pahami kondisi tubuh - Hindari paparan sinar matahari di siang hari - Konsumsi makanan sehat, seperti buah kaya antioksidan, sayuran hijau, omega 3, dan makanan sehat lainnya. Sumber: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4440209/ mengenal-penyakit-lupus-gejala-penyebab-pencegahan-danpengobatannya

Berita Duka Cita

Ibu Lie Cing Hiang (Suminah)

Bapak Suryanto

Meninggal pada usia 59 tahun 10 Maret 2019 Umat NSI daerah Mangga Besar DKI Jakarta

Meninggal pada usia 76 tahun 03 April 2019 Umat NSI daerah Tanjung Priok DKI Jakarta

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Samantabadra | Mei 2019

55


resep

Resep Tempe Mendoan Bahan-bahan: 1. 1 papan tempe 2. 1 daun bawang 3. Secukupnya tepung terigu 4. Air matang 5. Penyedap rasa Bumbu halus: 6. 4 siung bawang putih 7. 2 siung bawang merah 8. 1/2 sendok teh merica 9. Garam Langkah: 1. Potong tempe sesuai selera. 2. Haluskan semua bumbu halus. 3. Siapkan wadah. Kemudian masukkan daun bawang dan bumbu halus. Koreksi rasa. Aduk rata, tambahkan air secukupnya. 4. Balut tempe dengan adonan. 5. Lalu goreng, dan tiriskan jika sudah matang (warnanya kuning keemasan).

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita. 56

Samantabadra | Mei 2019

Jawaban TTS Mei 2019

Sumber: https://cookpad.com/id/resep/7521852-tempe-mendoan?via=search&search_term=tempe%20mendoan

1

P

U

T

R 2

K

A

3

4

H

E

M

A

T

5

S

T

I

S

Y

T

E

E

R U

6

S

E

L

I

K

A

Y

N

A

G

7

R

B

K

E

R

A

N

I

U

8

9

D

A

D

H

I

D

H

Y

A

N

A

B U

H

D

10

A

T

U

J

U

11

R

A

A

P

R

I

L

D

12

M

O

N

H 13

A

B

E

R

T

O

B

A

T

I

H


dunia anak

Hai anak-anak NSI! 23 Mei adalah Hari Penyu Sedunia, lho. Karena populasinya yang semakin berkurang, maka penyu termasuk salah satu binatang yang dilindungi. Nah, kali ini yuk kita mewarnai penyu di bawah ini untuk memperingati hari binatang yang satu ini.

https://malvorlagen-seite.de/jw/penyu-kura-kura/

Samantabadra | Mei 2019

57


teka-teki silang

ttsmei2019.html

1

ttsmei2019.html

2 1

3

4

5

2 3

6

4

5

7 6 7

8

9

8

9

10 10

11 11

12 12 13

Across Across

Mendatar

Mendatar 1. White

13

Down

Menurun

Down

Menurun

1. Dunia ke 8 dari 10 Dunia 3.1. ... White pangkal kaya 2. Niciren Daisyonin mengatakan: 1. Dunia"Tujuh ke 8 dari 10 Du 4.3. Saudara Perempuan (Istilah Inggris) Pusaka adalah Mendengar, Percaya, ... pangkal kaya 2. Niciren Daisyonin me 6. Satuan terkecil penyusun makhluk hidup Menjaga Pantangan, Menetapkan Hati, 4. Saudara Perempuan (Istilah Inggris) Pusaka adalah Mende 7. ... karena benar, takut karena salah Giat Bertapa, Membuang .... dan Satuan Hati terkecil makhluk hidup Menjaga Pantangan, 9.6. Menetapkan (Istilahpenyusun Jepang) Bertobat" ... 10.7. 5+ 2 karena benar, takut karena salah 4. Percaya (Istilah Jepang)Giat Bertapa, Membu 5. 5 Unsur jiwa: Tanah, Air,Bertobat" Api, Udara 11.9. Pada bulan ini pertama kali(Istilah Jepang) Menetapkan Hati dan ... dikumandangkannya 10. 5 + 2 4. Percaya (Istilah Jepa Nammyohorengekyo 7. Manusia yang sadar 5. 5 Unsur jiwa: Tanah, 11. Pada bulan ini pertama kali 12. Mendengar (Istilah Jepang) 8. Salah satu dari 3 Pusaka dan ... dikumandangkannya 13. Sikap meninjau diri, mengangkat satu prasetya atau tekad yang amat dalam Nammyohorengekyo 7. Manusia yang sadar untuk lebih meningkatkan dan 12. Mendengar (Istilah Jepang) 8. Salah satu dari 3 Pus memperdalam jiwa sendiri merupakan 13. Sikap meninjau diri, mengangkat satu penjelasan dari sikap...

prasetya atau tekad yang amat dalam untuk lebih meningkatkan dan memperdalam jiwa sendiri merupakan | Mei 2019 58 Samantabadra penjelasan dari sikap...


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Mei 2019 Tanggal 01 02 03 04 05

Hari Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

06 07

Senin Selasa

08

Rabu

09 10 11 12 13 14 15

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

16 17 18 19

Kamis Jumat Sabtu Minggu

20 21 22 23 24

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

25 26 27 28 29 30 31

Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

Jam Kegiatan 19.00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul

Tempat Wihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

19.00 Ceramah Gosyo

Daerah masing-masing

10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

19.00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Anak-Anak Daerah 19.00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

14.00 Pertemuan Wanita Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14.00 Pertemuan Lanjut Usia Umum 19.00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing-Masing

10.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta

Wihara Sadaparibhuta NSI

19.00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul Kensyu Gosyo Umum Materi Juni 2019 Kensyu Gosyo Umum Materi Juni 2019 13.00 Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

Daerah Masing-Masing

Samantabadra | Mei 2019

59


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

60

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Mei 2019

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.