SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat
Surat Balasan kepada Sairenbo Perihal Menjadi Guru dan Murid
gosyo kensyu Surat Balasan kepada Sairenbo Perihal Perjanjian Menjadi Guru dan Murid
08
#307
“ D
i dalam Hokke Gengi dikatakan, “Semenjak dahulu, dengan mengikuti Buddha ini baru dapat menimbulkan keinginan hati mencari Jalan Buddha dan dengan mengikuti Buddha ini dapat menetap pada suasana jiwa yang tak akan mundur”.
SAMANTABADRA | AGUSTUS 2019 | NOMOR. 307
Menteri Agama RI membuka TGM 32. Wihara Sadaparibhuta NSI Jakarta. 02 Juli 2019.
gosyo cabang Surat Balasan kepada Syijo Kingo Perihal Sulitnya Mempertahankan Sutra Ini
agustus 2 0 1 9
Ketua Umum NSI Suhadi Sendjaja didampingi Ketua Wilayah NSI Jawa Timur Djohan Limanto dan Arya Prasetya bersama Prof. Mahfud MD (baju biru), Pengurus Wihara Trowulan, Pembimas Buddha Jawa Timur (sebelah kiri KU NSI), dan Budayawan Radhar Panca Dahana (baju putih) dalam rangkaian kegiatan TGM 32. Islamic Center Surabaya. 04 Juli 2019.
“ S
alah satu sutra mengatakan, “Jika ada seorang pemfitnah, janganlah tinggal bersamanya. Kalau erat dan menyukainya serta tinggal bersama-sama, akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus”. Demikian diperingatkan.
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Surat Balasan kepada Sairenbo Perihal Menjadi Guru dan Murid
Keterangan halaman muka Bunga teratai, perlambang hukum sebab-akibat sesaat.
Kebersamaan peserta TGM 32 dan para murid Pesantren Raudlatut Thalibin cerminan persaudaraan antarumat beragama. Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, 03 Juli 2019.
“ W
ajar banyak orang yang mendengar dan menerima sutra ini. Namun, orang yang benar-benar mendengar dan menerima sutra ini di mana walau dihadapkan dengan penganiayaan besar sesuai dengan ramalan sutra ini, namun masih tetap mempertahankan dan selalu ingat pada Hokekyo adalah jarang sekali. Menerima adalah mudah, mempertahankan adalah sulit. Namun demikian pencapaian kesadaran Buddha terdapat di dalam mempertahankan secara berkelangsungan. Surat Balasan kepada Syijo Kingo Perihal Sulitnya Mempertahankan Sutra Ini
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Kalpa Pengurangan Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 29-30 Juni 2019
Nammyohorengekyo, Gosyo ini bertujuan agar kita dapat lebih memahami ajaran Buddha Niciren Daisyonin dan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, sehingga nantinya akan membuahkan hasil yang baik. Gohonzon adalah jodoh terbaik yang membantu kita memunculkan kesadaran Buddha. Kita harus terus berjalan ke depan dengan mantap dan penuh keyakinan, jangan tengok kiri kanan. Agama itu hakikatnya adalah doa. Semua agama punya cara berdoa masing-masing, tidak ada satupun agama yang tidak memiliki doa. Tujuan kita beragama adalah untuk perubahan nasib. Caranya adalah
dengan memperbaiki karma yang kita buat. Oleh karena itu, kita harus berdoa agar kesadaran Buddha kita bisa muncul, sehingga sebab-sebab yang kita buat adalah sebab yang baik. Dana paramita adalah salah satu cara agar kita dapat merubah nasib kita menjadi lebih baik. Janganlah mengukur kurnia Gohonzon sekehendak hati kita sendiri. Gohonzon adalah satu-satunya jodoh di masa akhir dharma untuk dapat memunculkan Ganmpon No Hossyo (kesadaran pokok) dalam diri kita. Terkabul atau tidaknya doa kita tergantung dari seberapa besar hati kepercayaan kita, bukan tergantung pada Buddha
Niciren. Terkabulnya doa kita tergantung dari kesungguhan hati kita dalam menjalankan ajaran. Hati kepercayaaan manusia ibarat seperti air. Hati kepercayaan yang lemah, sama seperti air yang keruh. Hati kepercayaan yang tulus dan penuh semangat, sama seperti air yang jernih. Air yang jernih dapat memantulkan bayangan bulan dengan indah. Bisa berjodoh dengan hukum Nammyohorengekyo merupakan keberuntungan yang terbesar, karena hanya melalui hukum ini kita dipastikan dapat mencapai kesadaran Buddha. Hukum Buddha harus dijalankan selaras dengan hukum Samantabadra | Agustus 2019
1
masyarakat. Agama Buddha mengajarkan kita cara berpikir dan bertindak yang benar, agar kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Mencapai kesadaran Buddha adalah landasan pokok agar kita bisa hidup berbahagia. Bahagia bukan sematamata punya uang banyak, badan sehat, berkuasa, dan berpengetahuan, tapi ada faktor penentu lain. Manusia terlahir di dunia memiliki tujuan dan tugas dalam hidupnya, yaitu untuk membahagiakan serta memberikan manfaat kepada seluruh makhluk hidup. Sebagai seorang Buddhis, kita harus selalu berprasangka baik kepada orang lain. Kita harus dapat mengatasi tiga racun (keserakahan, kemarahan, kebodohan) yang ada dalam diri kita. Tujuan hidup Buddha adalah agar seluruh umat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha. Oleh karena itu, kita sebagai murid Buddha harus sungguh-sungguh menjalankan ajaran agar cita-cita Buddha dapat terwujud nyata. Di 2
Samantabadra | Agustus 2019
masa akhir dharma ini, ketiga racun dalam diri manusia semakin kuat, sehingga menyebabkan terjadinya kalpa pengurangan, di mana setiap seratus tahun usia rata-rata manusia akan berkurang satu tahun. Ajaran di luar hukum Saddharmapundarikasutra sudah tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengatasi ketiga racun umat manusia di masa akhir dharma. Setiap manusia memiliki kesadaran pokok dan kesesatan pokok. Yang dinamakan kesadaran pokok adalah dunia Buddha, sedangkan kesesatan pokok adalah sembilan dunia. Perasaan jiwa kita harus selalu didasari oleh dunia Buddha. Sembilan dunia yang lain boleh tetap tumbuh dan berkembang, asalkan dilandasi dengan dunia Buddha. Mengamati kedua belas sebab jodoh untuk memperbaiki sifat mengeluh. Kondisi kita yang tidak mempunyai uang sebenarnya tidak membuat kita menderita. Yang membuat kita menderita adalah kondisi jiwa kita yang tidak bisa
menerima kenyataan. Akibat kita tidak bisa menerima kenyataan, akhirnya kita jadi sering berkeluh kesah. Inilah yang dinamakan dengan kebodohan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kebodohan dibutuhkan pengamatan kedua belas sebab jodoh. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, pasti ada sebab-sebab yang mendahuluinya. Dengan menyadari hukum sebab akibat ini, barulah kita bisa menikmati hidup dengan penuh kegembiraan.
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Kalpa Pengurangan Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 29-30 Juni 2019
Nammyohorengekyo, Gosyo perihal kalpa pengurangan hendak menjelaskan kepada kita perihal hubungan antara perasaan jiwa yang buruk dengan angka harapan hidup kita. Dikatakan bahwa “racun� atau “tiga racun� dalam perasaan manusia (keserakahan, kemarahan, dan kebodohan), adalah penyebab utama berkurangnya angka harapan hidup manusia. Semakin orang dikuasai dengan ketiga racun, maka angka harapan hidup orang tersebut semakin rendah. Hal ini dikarenakan ketika kita dikuasai oleh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, kita cenderung melakukan halhal yang memperpendek usia kita; stres, depresi, dan penyakit-penyakit lain yang berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.
Racun apabila ditakar dapat menjadi obat. Ketiga racun dalam jiwa manusia apabila dapat dikendalikan dan dilandasi dengan dunia Buddha, tentu dapat menjadi kekuatan yang menunjang hidup kita; memperpanjang usia, menjadi kekuatan dan pembelajaran bagi diri kita untuk berkontribusi lebih luas lagi bagi kemanusiaan. Dengan demikian, agama Buddha tidak bertujuan untuk menghilangkan tiga racun dari diri kita, karena memang tidak bisa. Kuncinya ada pada memunculkan kesadaran Buddha dan menjadikan dunia Buddha sebagai landasan atau fondasi dari kecenderungan perasaan/ sifat jiwa lainnya. Inilah yang menjadi tujuan pelaksanaan syinjin kita. Buddha Niciren menjelaskan, setelah agama
Buddha diperkenalkan kepada penguasa dan menjadi dasar filsafat negara, negara tersebut menjadi damai. Hal ini dikarenakan kebijaksanaan dari hukum Buddha begitu luas dan mendalam dan dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam interaksi sosial maupun fenomena yang dialami oleh manusia secara personal (kejiwaan). Dharma Buddha dapat membimbing hati manusia menuju jalan kedamaian dan kebijaksanaan. Pelaksanaan ajaran Buddha secara murni akan mendatangkan kebajikan. Permasalahan yang kerap timbul sepanjang perjalanan sejarah perkembangan agama Buddha, banyak oknum yang mencampuradukkan ajaran Buddhis dengan non-Buddhis, ajaran Samantabadra | Agustus 2019
3
sementara dengan ajaran sesungguhnya, seolah-olah penggabungan ajaranajaran tersebut dapat mendatangkan berkah lebih, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Mencampuradukkan filsafat malah akan membawa mudarat. Niciren Daisyonin menyebarkan ajaran Buddha secara murni berdasarkan Saddharmapundarikasutra adalah upaya untuk membawa para manusia masa akhir dharma untuk berjalan di atas jalan dharma dan memperoleh kebajikan dari dunia Buddha. Kita lah yang harus memilih dan menentukan seperti apa langkah yang akan kita tempuh. Terkadang walaupun kita mengaku beragama Buddha NSI, namun sikap, perilaku, dan pikiran kita masih berasaskan ajaran sementara dan non-Buddhis. Kita perlu waspada sekejap demi sekejap perasaan jiwa kita, melatih diri kita agar dalam kondisi yang sadar dan murni. Hal ini salah satu sebab mengapa banyak di antara kita yang masih mempertanyakan kekuatan Gohonzon. Padahal kekuatan Gohonzon atau dharma jelas dan mutlak. Kecenderungan sifat buruk manusia semakin meningkat pada zaman 4
Samantabadra | Agustus 2019
mutakhir dharma ini. Buddha Niciren dalam gosyo ini menyebutkan bahkan orang arif bijaksana sekalipun akan mengalami kesulitan untuk menasehati atau membimbing umat manusia. Kita amati bersama gejala sosial di sekitar kita, berita bohong atau hoax begitu cepat menyebar tanpa disertai kemampuan untuk menyaring dan mempertanyakan kembali kebenarannya. Begitu juga pencampuradukkan praktikpraktik agama, ceramahceramah yang begitu menggebu-gebu mengajak massa untuk melakukan aksi tertentu yang sesungguhnya tidak sejalan dengan nilai-nilai moral agama. Fenomena-fenomena yang menyesatkan ini sesungguhnya menstimulasi ketiga racun di dalam diri manusia menjadi semakin dominan. Yang berbahaya, terkadang kita tidak menyadari atau tidak mau mengakui bahwa diri kita keliru atau tengah dikuasai ketiga racun. Oleh karena itu, kita perlu melawan mereka dengan pelaksanaan dharma yang murni. Mengembangkan hati kepercayaan atau syinjin yang tidak bercabang disertai pikiran yang logis sehingga syinjin kita tidak takabur. Syinjin juga
memerlukan disiplin dan upaya untuk menjaga prinsip dan kemurnian ajaran. Jika tidak demikian, kita akan mudah goyah oleh katakata orang lain. Padahal yang kita mau pertahankan adalah kata-kata Buddha. Menerima adalah mudah, mempertahankan adalah sulit. Dalam gosyo ini, Niciren Daisyonin juga mengingatkan kita tentang perlunya berpikir progresif ketika melakukan kebaikan. Perbuatan yang sepertinya baik, ternyata bisa membawa kemudaratan. Memberi sumbangan atau donasi kepada pengemis misalnya. Secara umum orang akan menganggap hal ini adalah perbuatan baik. Namun ada pengemis yang merupakan bagian dari organisasi yang menjadikan belas kasihan orang sebagai komoditas dan mata pencaharian. Biasanya mereka ada di tempat yang sama setiap hari.Sumbangan kita menjadi kurang tepat karena kita turut melestarikan masalah sosial yang ada di lingkungan kita. Ini hanyalah contoh sederhana. Dalam hal praktik dharma, Niciren Daisyonin mengimbau agar kita tidak berkontribusi bagi lestarinya ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Buddha yang sesungguhnya
karena akan membuat umat manusia lebih menderita dan sulit mewujudkan kesadaran Buddha. Sebagian besar dari kita hidup dibesarkan dalam lingkungan sosial yang cenderung melihat peristiwa sebagai hitam dan putih. Baik berarti tidak buruk, bagus berarti tidak jelek, baik berarti tidak jahat. Salah satu aspek dianggap menegasikan aspek lainnya. Padahal semua fenomena tersebut adalah sebuah keutuhan. Memahami kebenaran dari keutuhan tersebut hanya bisa dipahami oleh Buddha dan dikomunikasikan antara Buddha dan Buddha; kondisi ketika kita dapat memunculkan kesadaran tertinggi yang berarti mampu melihat secara konsisten dari awal hingga akhir proses karma dan kehidupan, menyadarinya dari pikiran hingga ke ucapan dan perbuatan. Inilah yang dimaksud dengan kalimat “Honmatsukukyoto”; pemahaman yang utuh terhadap fenomena kehidupan hasil dari kesadaran Buddha. Apabila kita mau memahami hakikat dari kehidupan kita, maka kita perlu melakukan upayaupaya yang membuat pikiran kita seirama dengan pikiran Buddha. Caranya
adalah dengan melakukan praktik-praktik dharma yang tulus, tepat, dan berkelangsungan. Hukum Buddha adalah hukum kemasyarakatan. Buddha Niciren menegaskan hal ini di dalam gosyo, bahwa praktik dharma yang perlu kita lakukan sebagai murid-muridnya adalah dengan terlibat aktif dalam membangun peradaban manusia, bukan menarik diri dan bertapa jauh dari hingar-bingar kehidupan. Murid-murid Niciren harus berkiprah di dalam masyarakat, memahami bagaimana dunia ini berproses. Kebijaksanaan atau kesadaran Buddha kita peroleh dari interaksi dengan manusia dan lingkungan sekitar kita. Permasalahan dan tantangan yang kita hadapi sehari-hari adalah kewajaran yang tidak dapat dipisahkan dari proses kita mewujudkan kebuddhaan. Istilah “Buddha” mengandung pengertian yang luas. Sikap Buddhis adalah universal dan dapat merujuk pada siapa pun yang mengamalkan nilainilai Buddhisme. Dalam gosyo ini Niciren Daisyonin menceritakan tentang Ta Kung Wang dan Chang Liang di Tiongkok pada masa sebelum agama Buddha berkembang. Sikap
mereka yang memikirkan kesejahteraan rakyatnya adalah pengamalan dari nilai Buddhisme, oleh karena itu Buddha Niciren mengatakan “ … orang-orang yang mempertahankan ajaran non Buddhis ini memiliki prajna yang mengandung prajna hukum agama Buddha.” Hal yang sebaliknya juga berlaku serupa. Walaupun seseorang mengaku beragama Buddha, apabila sikap hidupnya bertentangan dengan nilainilai Buddhisme, maka sesungguhnya ia tidak memiliki prajna hukum agama Buddha dan dapat dikatakan bukan seorang Buddhis. Perihal ini tidak perlu dijadikan alat justifikasi syinjin orang lain. Kita bertanggung jawab penuh atas sikap dan pilihan hidup kita masing-masing, beserta konsekuensinya. ***
Samantabadra | Agustus 2019
5
liputan
Menjadi Manusia Indonesia Yang Unggul
TGM 3
6
Samantabadra | Agustus 2019
l
Berdasarkan Saddharmapundarika-sutra
32
Samantabadra | Agustus 2019
7
M
Menteri Agama RI memberikan sambutan pada upacara pembukaan TGM 32. Ketua Umum NSI memberikan sambutan pada upacara pembukaan TGM 32.
engangkat tema Menjadi Manusia Indonesia Yang Unggul Berdasarkan Saddharmapundarikasutra, Temu Generasi Muda (TGM) ke 32 Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) diadakan pada tanggal 2-8 Juli 2019. Jawa Timur (Khususnya Kota Surabaya) dipilih menjadi pusat kegiatan TGM ke-32 NSI tahun 2019 ini karena ada satu sosok inspiratif di Kota Surabaya, yaitu Ibu Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) yang mampu memetamorfosiskan Kota Surabaya sehingga menjadi kota yang menginpiratif dan banyak mendapatkan penghargaan. Selain Kota Surabaya, ada beberapa tempat di Jawa Tengah, Jawa Timur dan perbatasannya yang menjadi tujuan dari kegiatan TGM 32 NSI, yaitu Lasem, Rembang, Trowulan, dan Madura, di kota-kota tersebut para peserta juga melakukan pengkajian budaya (termasuk sejarah) dan melakukan Silaturrahim 8
Samantabadra | Agustus 2019
Kebudayaan dengan para santri-santriwati di dua pesantren yang dikunjungi dan juga masyarakat yang berada di sana. Hal tersebut akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi seluruh peserta dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya di masa kini dan masa depan. TGM ke-32 NSI diselenggarakan dengan berbagai muatan-muatan yang sarat dengan pembekalan Dharma, pembekalan sosialkebudayaan, dan pembekalan kebangsaan yang bertujuan agar generasi muda NSI dapat membangun moral dan potensi dirinya untuk menjadi generasi muda yang cinta pada tanah airnya dan selalu memiliki pendirian sebagai Indonesia Sejati serta menjadi manusia-manusia unggul yang memiliki lima nilai inti, yaitu Budaya Unggul (excellence), Kemandirian, Inovasi, Kebangsaan, dan Gotong Royong. Melalui TGM NSI, diharapkan Generasi Muda NSI mampu menjawab tantangantantangan yang saat ini
menjadi permasalahan bangsa. Oleh karena itu, generasi muda Indonesia harus dibekali dengan masukanmasukan yang positif sejak dini yang dapat meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritualnya. Dengan bekal itulah, generasi muda Indonesia diharapkan menjadi manusia yang mampu melihat seluruh permasalahan bangsa secara utuh, tidak terpengaruh oleh pahampaham buruk/extrem yang bisa memecah belah bangsa, menjadi agen-agen perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, dan menjadi manusia yang unggul dan selalu cinta pada tanah airnya. TGM ke-32 dirasa semakin istimewa karena tahun ini, peserta TGM adalah peserta Kensyu Gosyo Nasional. Sehingga para peserta TGM harus mengikuti rangkaian acara dari Kensyu Gosyo Nasional di Ciapus tgl 29-30 Juni, kemudian mengikuti pendalaman gosyo di hari Senin bersama pimpinan NSI. TGM ke-32 semakin berkesan karena keikutsertaan dua
orang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, yakni sdr. Khairul dan sdri. Nanda yang pada TGM ke-31 NSI, tahun lalu di Medan kita bertolak ke Aceh untuk diskusi bersama di UIN Ar-Raniry Aceh. Dua pemudapemudi Aceh ini juga tahun lalu ikut bersama generasi muda NSI ke Kota Medan dan menginap di Vihara Vimalakirti NSI.
Peserta lintas agama dari Banda Aceh.
2 Juli 2019 Sekitar pukul 13.30, diawali dengan upacara dokyo syodsi pembukaan TGM yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja. Setelah upacara dokyo syodia, diadakan sesi gosyo yang membahas Surat Mengenai Kalps Pengurangan. Setelah pembabaran gosyo, peserta dibagi ke beberapa kelompok sesuai status masing-masing untuk sesi focus group discussion (FGD). Sekitar pukul 17.00, oeserta
sudah mempersiapkan untuk pembukaan oleh Menteri Agama RI. Pada pukul 18.30 WIB, Menteri Agama RI Bapak Lukman Saiffudin didampingi oleh Dirjen Bimas Buddha Bapak Caliadi, SH.M.H TGM memasuki ruangan upacara disambut oleh peserta TGM dengan peragaan baju adat daerah. Pembukaan tersebut juga dihadiri oleh Bapak Radhar Panca Dahana yang juga mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir. TGM ke-32 NSI resmi dibuka oleh Menteri Agama RI dan dihadiri oleh Dirjen Bimas Buddha,. Upacara pembukaan TGM ke-32 dimulai dengan menyanyikan Lagu Kebangdaan Indonesia Raya, Sambutan dan Laporan Ketua Umum NSI, Sambutan Menteri Agama RI sekaligus membuka secara resmi kegiatan TGM ke-32 NSI, kemudian penyematan atribut TGM oleh Bapak Menteri Agama kepada perwakilan peserta saudara yaitu Jefvin (Jambi) dan saudari Marlin (Semarang), yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta TGM yang berasal dari 18 provinsi di Indonesia.
Acara selanjutnya adalah menyaksikan video kilas Balik TGM dan sekilas perjalanan dan kegaitan yang dilaksanakan pada TGM ke-32 NSI, dilanjutkan dengan dan seluruh peserta menyanyikan theme song TGM 32. Upacara pembukaan TGM ditutup dengan pemberian kenang-kenangan dan atribut TGM kepada Bapak Menteri Agama RI, dan Bapak Dirjen Bimas Buddha dan foto bersama selanjutnya peserta menyanyikan theme song TGM 32 sambil mengiringi Bapak Menteri Agama dan BapakCaliadi untuk meninggalkan ruangan upacara. Selanjutnya, para peserta melakukan kegaiatan kebersihan dan persiapan menuju keberangkatan menggunakan bus. Kirakira pukul 21.00, Ketua Umum Walubi, Ibu Dra Hartati Murdaya datang dan mngajak para peserta TGM ke-32 NSI bernyanyi bersamasama, selagi menunggu keberangkatan. 3 Juli 2019 Sekitar pukul 00.15 WIB, rombongan peserta TGM ke-32 NSI berangkat menggunakan 3 bus, 1 mobildan 1 ambukance dengan dikawal oleh patwal forider sampai terbebas dari keacetan tol cikarangcikampek. Namun walaupun sudah dikawal, rombongan tetap terkena kemacetan hingga 2 jam, sehingga destinasi ke Lasem untuk
Sesi pembabaran gosyo di hari pertama.
Samantabadra | Agustus 2019
9
berkunjung ke Klenteng Cu An Kiong dan Klenteng Gie Yong Bio Lasem dan ke pusat sentra batik, tidak bisa terlaksana dan langsung menuju ke Pondok Pesantren (Ponpes) Raudlatut Thalibin, Rembang untuk bertemu dengan santriwansantriwati serta berdiskusi dengan K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau yang lebih sering dipanggil Gus Mus. Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta sampai di ponpes Rembang,kedatangan kami disambut dengan hangat sekali. Kegaiatan dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan para santri ponpes.
MPU Suhadi Sendjaja
K. H. Gusmus
TGM kepada K.H Gusmus dan pengurus ponpes, sekaligus pemberian secara simbolis sembako sebagai ungkapan tali asih. Selanjutnya adalah foto bersama dan kegiatan keakraaban atara umat NSI dan santri Ponpes Rembang. Ponpes rembang menampilkan beberapa lagu dengan menggunakan alatalat rebana qasidah, disertai penampilan menari dengan cara yang unik yaitu berputarputar setiap lagu dimainkan, kemudian tim marching band NSI juga menampilkan 3 buah lagu untuk menghibur temanteman santri di sana. Kegiatan Sebelum diskusi dimulai, dilanjutkan dengan bermain ada acara sedikit ceremonial games untuk menambah sambutan dari Ketua Umum keakraban diantara umat NSI NSI dan perwakilan dari dan santri-santri ponpes, serta ponpes Raudlatut Thalibin. diakhiri dengan menyanyi Diskusi panel antara Ketua lagu Satu Nusa Satu Bangsa Umum NSI, K.H Gusmus dan dan saling bergantian Pak Radhar dimulai kira-kira bersalam-salaman mengiringi pukul 13.30 wib. Para peserta meninggalkan ruangan. sangat bersemangat mengikuti Setelah berfoto bersama, diskusi tersebut. Dalam Sekitar pukul 17.00 WIB penjelasannya, K.H Gusmus seluruh peserta kembali ke menyampaikan pesan kepada para peserta bahwa untuk menjadi manusiayang unggul, jangan pernah berhenti belajar. Setelah diskusi selesai, dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dan atribut 10
Samantabadra | Agustus 2019
Radhar Panca Dahana
Bus untuk melanjutkan Vihara Vimalakirti Medan, dan bersiap untuk berangkat ke kota Surabaya. Menempuh perjalanan darat sekitar 6.5 jam, seluruh peserta TGM 32 tiba di Cetya Surabaya pada pukul 23.30 WIB. Sesampainya di Cetya Surabaya, peserta TGM melakukanSansyo Daimoku dipimpin ketua umum NSI. Selanjutnya peserta TGM beristirahat sebentar sebelum menuju islamic center, peserta TGM sudah di jamu oleh umat Surabaya untuk makan Nasi Soto. 4 Juli 2019 Setelah mengunjuni Cetya Surabaya, menuju islamic center untuk beristirahat. Pagi harinya, setelah sarapan dan gongyo pagi, peserta menuju Gedung Sawunggaling Pemkot Surabaya untuk mendapatkan pembekalan mengenai program Walikota Surabaya yang mampu memetamorfosiskan Kota Surabaya menjadi Kota
Di TPSA Kota Surabaya
Sesi penyuluhan bersama pemerintah kota Surabaya.
Percontohan yang banyak mendapatkan penghargaan yang merupakan wujud nyata dari kelima nilai inti manusia unggul. Rombongan TGM disambut dengan hangat oleh Pemkot Surabaya. Pada kesempatan itu, Walikota Surabaya, Ibu Risma Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T. diwakilkan oleh Asisten 3 Walikota beserta Humas Pemkot Surabaya. Dalam paparannya, Bapak Asiten 3 Walikota menyampaikan, bahwa dalam setiap program pemkot Surabaya, seperti Program Pengelolaan Sampah, kebersihan dan pelestarian lingkungan kota, rogram penataan dampak lingkungan, keseimbangan ekologi serta pembangunan masyarakat dan lingkungan berkelanjutan, dan Program pengelolaan transportasi dan pengaturan ketertiban lalu lintas dan programprogram lainnya Ibu Risma selalu menjalani dengan segenap hati dan cinta dan tekat ingin memajukan kota Surabaya. Selanjutnya peserta diajak Tur keliling singkat (kegiatan Widyawisata) hasil dari program pemkot Surabaya. Tempat pertama yang dikunjungi adalah tempat pengolahan sampah. Pengelolaan sampah di Surabaya semakin tertata. Selain tempat pengelolaan sampah akhir (TPSA), pemkot menyediakan rumah kompos dan pusat daur ulang (PDU). Ada dua PDU yang didirikan pemkot, salah satunya dan yang peserta TGM kunjungi adalah PDU Superdepo Sutorejo.PDU ini Superdepo Sutorejo ini adalah salah satu hasil kerja Sesi bersama Prof. Mahfud MD di Islamic Center Surabaya.
sama anatara Pemkot Surabaya dan Pemkot Kitayushu bersama Nishihara Co.Ltd, Jepang yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir. Selanjutnya, peserta diajak ke Taman Harmoni atau lebih dikenal dengan sebutan Taman Sakura . Taman ini dulunya adalah bekas tempat pembuangan sampah di daerah keputih. Yang disulap oleh Bu Risma menjadi taman atau wisata ruang publik yang indah dan menarik bagi warga kota Surabaya dan sekitarnya. Taman Harmoni Keputih ini memiliki tanaman yang tidak dimiliki oleh taman-taman lainnya di kota Surabaya yaitu tanaman Bunga sakura. Sekitar pukul 13.30 WIB, perserta TGM 32 kembali ke islamic center untuk mendapatkan pembekalan oleh Prof. Mahfud MD. Diskusi dengan Prof Mahfud MD dimulai sekitar pukul 15.00. Diskusi ini juga turut mengundang beberapa tokoh agama Surabaya, untuk sama-sama mendengarkan masukanmasukan dari diskusi panel Ketua Umum NSI dan Prof. Mahfud MD. Prof. Mahfud MD sebagai pakar hukum tata negara memberikan materi secara komprehensif sehingga mampu membuka wawasan dari generasi muda Buddhis NSI mengenai arti dari hukum tata Negara yang sesungguhnya dan hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, sehingga pada akhinya kita bisa mewujudkan kehidupan berbangsa yang aman, damai, adil dan sejahtera di Indonesia. Pembekalan ditutup dengan Samantabadra | Agustus 2019
11
Suasana upacara gongyo sore bersama.
kesimpulan dari Ketua Umum NSI, dan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan kepada Prof. Mahfud MD dan foto bersama. Kegiatan dilanjutkan dengan MCK, dan gongyo sore bersama. Pada pukul 19.00 WIB, diadakan sesi sharing bersama budayawan Indonesia Radhar Panca Dahana. Dalam materinya Bapak Radhar menyampaikan, bahwa kita sebagai generasi muda harus menjadi generasi muda yang jujur dan membuka pikiran serta wawasan kita mengenai bangsa kita dan kita mampu menjawab tantangantantangan yang saat ini menjadi permasalahan bangsa. Selanjutnya peserta TGM melakukan daimoku bersama hingga pukul 23.00, dan beristirahat untuk melanjutkan kegiatan keesokan harinya. 5 Juli 2019 Seusai sarapan pagi dan dan gongyo pagi bersama, sekitar pukul 08.00 Peserta TGM menujuTrowulan. Trowulan yang konon katanya adalah Ibukota kerajaan Majapahit menyisakan banyak peninggalan. Trowulan memiliki sebuah museum bernama Museum Trowulan 12
Samantabadra | Agustus 2019
Majapahit yang berisi segala sejarah dan peninggalan Majaphit. Melalui Museum ini bisa didapat informasi mengenai keterkaitan antara kerajaan Lasem dan Majapahit. Dalam museum ini juga menyimpan informasi mengenai hubungan tiongkok dengan nusantara terutama
majapahit yang sudah terjalin sangat lama dan baik. Selain museum terdapat pula sebuah kompleks situs candi peninggalan Majapahit yang terletak di sekitar kawasan museum. Kompleks candi ini adalah sedikit jejak yang masih tersisa dari megahnya Majapahit. Peserta TGM mengunjungi 2 (dua) candi
yang berunsur agama Buddha yaitu Candi Brahu dan Candi Tikus. Setelah kunjungan tersebut, peserta TGM menuju Komplek Mahavihara Mojopahit Trowulan untuk mendaptkan pembekalan materi dari sejarahwan Bapak Djoko Irawan. Sesampainya di Komplek Mahavihara Mojopahit Trowulan, rombongan sudah disambut dan disuguhkan makanan vegetarian yang dimasak oleh ibu-ibu pengurus Vihara dan umat Majelis Budayana Indonesia(MBI) Surabaya. Selnjutnya, sebelum masuk dalam diskusi dengan Bapak Djoko Irawan, peserta TGM foto bersama di depan patung Buddha yangada di komplek tersebut. Dilanjutkan dengan perkenalan sejarah Maha Vihara Mojopahit oleh Bhante sebagai perwakilan dari Pengurus Mahavihara Mojopahit Trowulan. Masuk ke sesi diskusi, dipaparkan mengenai Sejarah dan Perkembangan Kerajaan Majapahit di Nusantara, Kaitannya Sejarah Kebudayaan Lasem dan Kejayaan Kerajaan Majapahit, Penyebab keruntuhan kerajaan Majapahit, dan Kontribusi dan Peranan Generasi Muda dalam menjaga keberlangsungan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan yang luhur. Kesimpulan dari diskusi tersebut adalah Majapahit adalah sebuah nagara yang merupakan pusat dari Kerajaan Jawa, Kerajaan
Jawa sudah berdiri jauh sebelum Majapahit. Sebagai sebuah nagara, Majapahit berkembang dengan cepat karena mampu memanfaatkan momentum penyerangan Mongol ke Gelang-Gelang, dan kemudian membunuh Kaisar Khubilai Khan. Majapahit runtuh karena diserang Demak adalah rekaan pujangga Mataram untuk menaikkan leluhur Mataram atas leluhur Demak. Ketua Umum NSI, dalam kesimpulannya sebelum mengakhiri diskusi pada siang itu, menyatakan bahwa Penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit jika dikihat dari ajaran agama Buddha sebenarnya bukan hanya karena serta merta di serang oleh kerajaan lain, namun melainkan karena pada saat itu masyarakat sudah tidak lagi ber-Dharma Bhakti terhadap Dharma, dan sudah mencampur adukan ajaran, sehingga tidak lagi berada pada ajaran yang sesungguhnya, dan
mengakibatkan perasaan manusianya berada pada dunia buruk, sehingga terjadi perpecahan/perselisihan dari dalam/intern nya sendiri. Seletah sesi diskusi, dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan kepada Bapak Djoko dan Bhante juga pengurus Mahavihara serta berfoto bersama. Sesudah itu, rombongan TGM langsung menuju Vihara Avalokitesvara di Pamekasan untuk singgah beristirahat sebelum menuju Ponpes Annuqayah Sumenep.
6 Juli 2019 Sesampainya di Vihara Avalokitesvara Pamekasan, kira-kira pukul 23.30 tanggal 5 Juli. Peserta disuguhkan sate lalat (sate ayam dan kambing khas madura yang bentuk potongan dagingnya kecil-kecil). Setelah itu, peserta dibagikan kamar dan beristrirahat sebelum keesokan harinya melanjutkan perjalanan ke Sumenep. Pagi harinya, peserta sarapan dengan sop kacang ijo kikil khas madura, dan
Foto bersama di Mahawihara Mojopahit Trowulan
Samantabadra | Agustus 2019
13
melakukan gongyo pagi bersama. Setelahnya, peserta dijelaskan sedikit mengenai sejarah Vihara Avalokitesvara. Ada keunikan dari Vihara atau Kelenteng Kwan Im Kiong Candi, Pamekasan, tidak hanya sebagai tempat ibadah umat Tridharma, melainkan tempat ibadah untuk umat beragama lain, semisal Pura untuk umat Hindu serta Musala untuk umat Islam juga ada di areal tersebut. Sesi perkenalan tersebut ditutup dengan pemberian kenang-kenangan dan foto bersama. Selanjutnya, sekitar pukul 08.30 peserta menuju Ponpes Annuqayah, Sumenep. Kirakira pukul 11.00 sampai di Ponpes tersebut, dan langsung memulai acara. Materi kegiatan di ponpes Annuqayah adalah Pembukaan (Sambutan Ketua Umum NSI dan Sambutan Perwakilan Pimpinan/Pengurus Ponpes Annuqayah), Kegiatan Keakraban antara Generasi Muda NSI dan santrisantri Ponpes Annuqayah, Penampilan Kesenian dari Generasi Muda NSI dan santrisantri Ponpes Annuqayah. GM NSI menampilkan TimMarching Band Mandarava
Suasana upacara gongyo pagi bersama.
NSI, dan santi Ponpes Annuqayah menampilkan paduan suara, rebana qasidah, theather dan perkusi. Sebelum ke acara puncak yaitu penyerahan kenangkenangan dan pemberian sembako secara simbolis dan sebagai simbol tali asih antara NSI dan Ponpes Annuqayah. Suasana keakraban sangat terasa antara GM NSI dan santriwan-santriwati Ponpes Anuqqayah. Terlihat dengan saling berswafoto bersama, bercanda bersama, dan saling bertukar nomor telepon pada saat pulang. Kira-kira pukul 16.00, peserta melanjutkan perjalanan ke Surabaya untuk menginap di Hotel Novotel Samator Surabaya. Sesampainya di hotel kira-kira pukul 21.00, agenda peserta
adalah kumpul bersama kelompoknya masing-masing untuk mempersiapkan pentas kreativitas keesokan harinya. 7 Juli 2019 Pagi hari setelah gongyo bersama dan sarapan, peserta melanjutkan persiapan kelompoknya untuk tampil dalam pentas kreativitas pada pukul 15.00 yang juga dihadiri dan ditonton oleh Bapak Radhar Panca Dahana. Seluruh kelompok dan tim pelaksana menampilkan penampilan berdasarkan dengan tema tokoh-tokoh yang unggul. Para peserta TGM tampak serius dan bersemangat dalam memerankan perannya masing-masing. Diselingi juga oleh beberapa adegan lucu yang secara natural
Besama pengurus dan siswa Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep.
14
Samantabadra | Agustus 2019
keluar dari tiap peserta TGM yang semakin menambah kegembiraan pada sore itu. Kegiatan selanjutnya adalah acara Gala Dinner bersama para tamu undangan. Turut hadir Sekjen Kementerian Agama RI periode yang lalu, Bapak Nur Syam yang menambah kemeriahan acara gala dinner dalam penutupan TGM ke-32 NSI. Dalam gala dinner tersebut juga menampilkan tarian yang berjudul Indonesia Menari yang dibawakan oleh peserta TGM yang berasal dari Banten, selanjutnya ditampilkan kembali 2 kelompok terfavorit pada saat gala dinner agar tamu undangan bisa turut menikmati pertunjukan tersebut. 2 kelompok itu adalah kelompok 7 yang menampikan biodrama penyanyi Chrisye, dan kelompok 6 yang menampilkan Biodrama Benyamin Sueb. Dalam Sambutannya, Ketua Umum NSI Pak Suhadi menyatakan bahwa acara ini memiliki keunikan tersendiri, sebab seluruh peserta TGM ini biaya sendiri. Mereka mengumpulkan uangnya sendiri sampai bisa berangkat
mengikuti acara TGM. Tidak hanya yang beragama Buddha akan tetapi juga ada dua mahasiswa UIN Ar Raniri Aceh yang bersama-sama dalam perjalanan panjang. Selain itu kegiatan seperti ini sangat baik untuk membina generasi muda yang ke depan tentu akan menjadi penerus generasi tua yang tentu akan meninggalkannya. Dan kita berharap banyak terhadap para generasi muda yang memahami kebinekaan bangsa ini. Selain Ketua Umum NSI, yang memberikan sambutan
menyampaikan apresiasinya atas acara yang hebat ini. Jika orang yang lain berpikir untuk mendapatkan uang dalam sebuah kegiatan meskipun itu kegiatan agama, akan tetapi TGM justru mengeluarkan agar acara ini sukses. Beliau membenarkan ungkapan Pak Suhadi, bahwa keruntuhan Majapahit bukanlah karena diserang oleh Kerajaan Islam, akan tetapi karena rebutan kekuasaan di dalam kerajaan tersebut. Konflik yang terus menerus tersebut kemudian melemahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat dan
dalam gala dinner tersebut Pak Arif Harsono selaku pemilik Hotel Novotel Samator yang turut serta mendukung kegiatan TGM ke-32 NSI ini. Pak Satimin, Pembimas Buddha pada Kakanwil Provinsi Jawa Timur juga
akhirnya mereka memilih jalan lain untuk beragama. Pak Nursyam dalam kegiatan tersebut menyampaikan tiga hal terkait dengan penutupankegiatan TGM ke032 NSI. Pertama, adalah apresiasi atas terselenggaranya acara yang balk ini. pemuda se Indonesia menyatukan langkah dalam memandang apa yang sebaiknya dilakukan untuk masyarakat Indonesia. Para pemuda dari Parisadha NSI bertemu dan membicarakan dunia
Foto bersama setelah pagelaran malam kreativitas.
Samantabadra | Agustus 2019
15
spiritulitas dan kebangsaan sekaligus. Kedua, jagalah persatuan dan kesatuan bangsa. Bahwa disampaikan jika konflik internal akan dapat melemahkan sendisendi kehidupan masyarakat, maka hal ini dapat menjadi acuan agar kita semua tidak tergoda untuk melakukan hal yang sama. Ingat betul bahwa persatuan adalah segalagalanya bagi kehidupan kita. Jika kita rukun dan harmoni maka persatuan dan kesatuan bangsa akan terwujud, dan sebaliknya, Jika kita ceral beral dan konflik maka kita akan hancur berkeping-keping. Tentu kita tidak ingln Indonesia yang luar biasa hi menjadI bercerai berai di masa yang akan datang. Ketiga, Jangan lupakan sejarah bangsa. Anakanak muda adalah anak bangsa yang wajlb tahu bagalmana bangsa Ini dirumuskan dan kemudian dimerdekakakn. Tidak ada yang gratis di dalam memerdekakan Indonesia. Dimerdekakan dengan harta, dan bahkan nyawa sekaligus. Ada sangat banyak korban untuk memerdekakan Indonesia dari cengkeraman penjaJah. Oleh karena itu pantaslah Jika anak-anak muda terus menerus belajar sejarah bangsa. Setelah sambutansambutan dan sebelum menutup kegiatan TGM ke-32 NSI, ada pemberian kenang-kenangan kepada Pak Nursyam, Pak Arief dan Pak Satimin. Dilanjutkan dengan foto bersama selanjutnya 16
Samantabadra | Agustus 2019
peserta menyanyikan theme song TGM 32 sambil mengiringi para tamu undangan untuk meninggalkan ruangan ballroom. Setelahnya, ada sesi kesan pesan pada pukul 22.00 wib. Antusiasme dan kegembiraan peserta TGM 32 terpancarkan ketika sesi pesan yang mana beberapa peserta menyampaikan kegembiraan mengikuti TGM 32 dan banyaknya pengetahuan baru yang diperoleh di TGM kali ini. Hari terakhir TGM 32 ditutup dengan kesimpulan dari Bapak Ketua Umum, dan seluruh peserta bersiap-siap untuk naik Bus dan kembali ke daerah masing-masing. TGM ke-32 NSI telah selesai, namun kita harus semakin bersemangat untuk menyebarluaskan Hukum Agung Nammyohorengekyo ini kepada seluruh umat manusia. Kita harus konsisten dalam syinjin, dengan begitu barulah kita dapat memperoleh manfaat sesungguhnya dari percaya kepada Hukum Nammyohorengekyo ini dan kita mampu mengingatkan diri sendiri agar selalu menjadi manusia yang unggul, berkualitas tinggi, baik kualitas Spiritual, kualitas Emosional, maupun kualitas Intelektualnya. Sampai Jumpa di TGM ke-33! ***
Kesan TGM 32 oleh Prof. Dr. Nur Syam, M.Si.
Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI
GENERASI MUDA BUDDHIS DAN KERUKUNAN BANGSA
S
aya dengan Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja memiliki hubungan yang dekat di saat saya masih menekuni dunia birokrasi terutama di saat menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Agama dan dipercaya oleh Menteri Agama, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, untuk menjadi Plt. Dirjen Bimbingan Masyarakat Buddha, selama setahun lebih. Dari sini, maka kedekatan hubungan secara personal itu terbentuk, misalnya dengan Pak Arif Harsono, pendiri Permabudhi, Pak David Hermansyah, pegiat Tridharma, Pak Suhadi, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Bu Hartati, Pimpinan Walubi, dan juga yang lain. Dalam waktu setahun lebih menjadi Plt. Dirjen Bimas Buddha tersebut, maka saya bisa melakukan relasi personal maupun organisasional dengan sahabat-sahabat saya, baik dalam momentum kegiatan maupun lainnya. Misalnya saya terlibat dalam perumusan Permabudhi, pemikiran pengembangan pendidikan Agama Buddha, pengembangan organisasi-organisasi di dalam agama Buddha dan menghadiri upacara-upacara keagamaan di dalam agama Buddha, misalnya menghadiri acara “Meruwat Rupang Buddha” di Vihara Pak Aguan, dan juga menghadiri acara Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Buddha internasional, Seminar maupun acara lainnya. Waktu setahun lebih menjadi Plt. Dirjen Bimas Buddha menjadi momentum yang sangat monumental. Setelah tidak lagi menjabat sebagai Plt. Dirjen Bimas Buddha, saya juga masih sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Sahabat-sahabat saya dari Agama Buddha ini. Rupanya persahabatan yang tulus itu ditandai bukan karena jabatan atau kepentingan sesaat, akan tetapi difasilitasi oleh bertemunya rasa kemanusiaan yang tulus dan ikhlas. Dan saya merasakan ketulusan tersebut di dalam relasi personal yang kami lakukan bersama. Termasuk di saat saya diundang di dalam acara “Penutupan Temu Generasi Muda (TGM) Parisadha Niciren Sosyu Indonesia (NSI),” yang malam itu ditutup di Hotel Samator Surabaya. Acara yang diikuti oleh kurang lebih 170 pemuda ini dilakukan dalam waktu yang panjang, 2-8 Juli 2019, dan merupakan putaran yang ke 32. Acara ini diikuti oleh pemuda se Indonesia dan semuanya harus berkumpul di Jakarta lalu berangkat menuju lokasi-lokasi yang dijadwalkan. Mereka harus datang ke Jakarta dulu, sebab perlu pembekalan spiritual. Perjalanan ini menghadirkan nuansa spiritual yang memang diperlukan di era sekarang. Itulah sebabnya di dalam acara ini mereka mengunjungi Pesantren Raudlatut Thalibin, asuhan Kyai Mustafa Bisri, Pesantren An Nuqayah di Sumenep, Wihara Trowulan, Mojokerto, dan juga Cetya NSI di Surabaya. Selain itu mereka juga memperoleh asupan pengetahuan mengenai kebangsaan, oleh Prof. Dr. Mahfud MD, Radar Pancadahana, Pak Suhadi Sendjaja dan beberapa tokoh kebangsaan lainnya. Samantabadra | Agustus 2019
17
Acara penutupan TGM 32 sangat meriah. Nyaris tidak dijumpai ekspresi lelah setelah perjalanan panjang dari Jakarta ke Jawa Timur. Mereka merasakan bahwa perjalanan ini begitu penting, tidak hanya untuk kepentingan masa depan Agama Buddha, akan tetapi juga untuk masa depan bangsa dan negara. Saya kira pilihan yang sangat cerdas dari Pak Suhadi untuk memilih acara terakhir di hotel. Selain lokasi yang strategis juga sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat, bernostalgia dan bertemu anak- anak muda mileneal. Walau padat, acara penutupan ini berkesan. Semua penampil adalah peserta TGM. Dibuka dengan tarian-tarian kreasi baru, dan dilanjutkan dengan drama satu babak, yang mengisahkan tentang perjalanan karir musik Chrisye, yang ternyata adalah anak Tionghoa yang berkarir di dunia musik pop Indonesia. Para pemainnya memiliki talenta yang balk, misalnya yang memerankan Chrisye, saya mengagumi aktivitas perannya sebagai Chrisye. Lalu juga mengisahkan perjalanan karir seni Bunyamin Sueb, tokoh legendaris Betawi yang sukses dalam dunia musik lokal dan juga pemain film. Tidak kurang 70 album musik yang dihasilkannya dan lima puluhan film yang juga diperaninya. Pelakon Bunyamin Sueb juga sangat berbakat dan memiliki talenta yang baik untuk seni peran. Mereka dipilih oleh kawan-kawan mereka sendiri untuk tampil dalam acara ini, selain tentu masukan dari Pak Radar Pancadahana. Saya mencermati terhadap sambutan-sambutan dari Pak Suhadi, selaku pimpinan NSI dan juga penggerak acara TGM ini. Beliau menyatakan bahwa acara ini memiliki keunikan tersendiri, sebab seluruh peserta TGM ini biaya sendiri. Mereka mengumpulkan uangnya sendiri sampai bisa berangkat mengikuti acara TGM. Tidak hanya yang beragama Buddha akan tetapi juga ada dua mahasiswa UIN Ar Raniri Aceh yang bersama-sama dalam perjalanan panjang. Mereka bisa menyatu dengan sangat baik, tidak hanya sesama peserta tetapi juga dengan para santri pondok pesantren yang didatanginya. Bahkan acara selalu tambah waktunya karena keakraban yang bisa dijalin. Misalnya di Rembang yang seharusnya acara selesai jam 15.00 WIB ternyata selesai yang 16.30 WIB. Para kyai sangat welcome atas kedatangan peserta TGM, misalnya bahkan di Pesantren An Nuqayah, seluruh peserta diberi makan gratis. Agama masih diperlukan di era Revolusi Industri 4.0. Ada banyak hal yang bisa ditanyakan kepada Google, misalnya akan tetapi ada juga yang mesin pencari tersebut tidak mampu menjawabnya. Kita berangkat di kawal oleh Patwal untuk mengejar waktu agar bisa datang di Rembang tepat waktu, akan tetapi ternyata hal itu tidak sesuai dengan rencana. Ada factor di luar kemampuan manusia untuk memprediksinya. ltulah sebabnya mereka ini harus tetap berada di dalam keberagamaannya. Mereka harus memperoleh siraman rohani selain siraman wawasan kebangsaan. Peserta TGM ini datang di Surabaya jam 24.00 WIB. Akan tetapi mereka tidak langsung ke Islamic Center, sebab mereka harus lapor dulu kepada Buddha bahwa mereka sudah datang di Surabaya dalam bentuk ritual kepada Tuhan. Pak Suhadi menyatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat baik untuk membina generasi muda yang ke depan tentu akan menjadi penerus generasi tua yang tentu akan meninggalkannya. Dan kita berharap banyak terhadap para generasi muda yang memahami kebinekaan bangsa ini. 18
Samantabadra | Agustus 2019
Saya menyampaikan tiga hal terkait dengan penutupan acara ini. Pertama, adalah apresiasi atas terselenggaranya acara yang balk ini. pemuda se Indonesia menyatukan langkah dalam memandang apa yang sebaiknya dilakukan untuk masyarakat Indonesia. Para pemuda dari NSI bertemu dan membicarakan dunia spiritulitas dan kebangsaan sekaligus. Kedua, jagalah persatuan dan kesatuan bangsa. Ingat betul bahwa persatuan adalah segala-galanya bagi kehidupan kita. Jika kita rukun dan harmoni maka persatuan dan kesatuan bangsa akan terwujud, dan sebaliknya, Jika kita ceral beral dan konflik maka kita akan hancur berkeping-keping. Tentu kita tidak ingin Indonesia yang luar biasa ini menjadI tercerai-berai di masa yang akan datang. Indonesia adalah negara yang besar. Dengan sebanyak 17.000 pulau, maka Indonesia adalah negara dengan Jumlah pulau terbesar. Dengan sebanyak 1300 suku bangsa, maka menempatkan Indonesia sebagal negara dengan jumlah suku bangsa terbesar di dunla, dan dengan 500 bahasa, maka menempatkan Indonesia sebagal negara dengan bahasa terbesar dl dunla. Oleh karena itu marl kita hargal kebinekaan kebangsaan dengan sikap terus membangun kerukunan dan harmoni untuk memperoleh keselamatan. Indonesia akan tetap jaya jika para pemudanya memiliki sikap beragama yang mengedepankan kerukunan. Anak muda yang hebat hanya akan dllahirkan oleh generasi sebelumnya yang hebat. Maka bersyukurlah kita semua karena memillki generasi tua yang hebat sekarang ini. Ketiga, Jangan lupakan sejarah bangsa. Anak-anak muda adalah anak bangsa yang wajlb tahu bagalmana bangsa Ini dirumuskan dan kemudian dimerdekakan. Tidak ada yang gratis di dalam memerdekakan Indonesia. Dimerdekakan dengan harta, dan bahkan nyawa sekaligus. Ada sangat banyak korban untuk memerdekakan Indonesia dart cengkeraman penjajah. Oleh karena itu pantaslah jika anak-anak muda terus menerus belajar sejarah bangsa. Kita hidup dl era milenial atau era revolusl industri 4.0 yang disebut sebagal era disruptif atau era ketidakmenentuan, maka anak-anak semua harus memiliki pegangan yang kuat untuk meneruskan perjuangan mengisi kemerdekaan bangsa. Jangan pernah salah memIllh dasar negara, jangan pernah salah memillh bentuk negara. Kita sudah diwarisi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebinekaan sebagal pilar kebangsaan, makanya hal ini harus terus kita perjuangkan. Para founding fathers negeri ini blsa tersenyum di alam kuburnya karena kita sampai saat ini masih sepertl yang dicita-citakan, tetapi Jangan sampal kita yang tua-tua ini nanti menangis di alam kubur karena anak-anak ini tidak bisa mempertahankan pilar kebangsaan dimaksud. Makanya marilah kita rajut kerukunan beragama, kerukunan kebangsaan dan kerukunan bermasyarakat untuk menjamin bahwa Indonesia akan selalu berada di dalam NKRI yang berdasar atas Pancasila dan berbasis pada kebinekaan yang merupakan rahmat Tuhan. Wallahu alam bi al shawab. Sumber : http://nursyam.uinsby.ac.id/ 121:1
Samantabadra | Agustus 2019
19
Temu Anak-Anak NSI (Tansi) 28 diadakan di Wihara Saddharma
NSI tanggal 29 – 30 Juni 2019 dan diikuti oleh 126 anak-anak NSI yang berasal dari Lampung, DKI Jakarta, Bogor, Muncul, Banten, Kudus dan Bekasi. Tansi 28 kali ini membahas tentang Gosyo Kalpa Pengurangan yang menerangkan bahwa sekarang kita sedang berada pada masa kalpa pengurangan yang disebabkan oleh ketiga racun, keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Hari pertama ditutup dengan acara malam kesenian yang dipersembahkan oleh tarian gabungan anak-anak dan ibu dari daerah Tegal Alur Jakarta yang membawakan Tarian Mbok Jamu dan tarian anak-anak dari wilayah Lampung. Hari kedua TANSI 28 mengundang tamu untuk pertunjukkan boneka tali Marionette Show yang menceritakan tentang pentingnya rasa persahabatan dan tolong-menolong pada anak-anak. Pertemuan ditutup dengan kesimpulan dan pesan-kesan agar anak-anak dapat mengontrol ketiga racun yang terdapat dalam perasaan jiwa masing-masing. Sampai jumpa pada TANSI 29! ***
20
Samantabadra | Agustus 2019
Samantabadra | Agustus 2019
21
liputan
Ketua Umum NSI dalam FGD Pencegahan Perkawinan Anak
K
amis, 11 Juli 2019 bertempat di Ashley Hotel Jakarta, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi peserta aktif dalam FGD: Peran Tokoh Agama dan Ormas Keagamaan dalam Pencegahan Perkawinan Anak yang diselenggarakan oleh Kementerian perencanaan dan pembangunan Nasional (Kementerian PPN)/ Badan Perencaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Adapun tujuan utama dari diskusi ini adalah untuk memberikan masukanmasukan strategis dan memetakan cara-cara untuk bersinergi dalam rangka mencapai tujuan pencegahan perkawinan anak yang berkelanjutan. Diskusi tersebut membahas/merumuskan 22
Samantabadra | Agustus 2019
strategi Nasional (STRANAS) Pencegahan perkawinan Anak. STRANAS diharapkan akan menjadi dokumen yang komprehensif dan dapat menyelaraskan upaya dalam bidang-bidang berbeda, di tingkat K/L, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan dunia usaha untuk mencapai tujuan pencegahan perkawinan anak secara berkelanjutan. Dalam diskusi tersebut dipaparkan bahwa pada umumnya, praktik perkawinan anak di lndonesia mengalami penurunan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir meskipun belum sebagaimana diharapkan. Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2018 mencatat bahwa persentase perempuan berusia 20-24 tahun yang menikah sebelum ‘18 tahun sebesar 11,2 persen, menurun 3,5 persen dibanding tahun 2008 sebesar 14,7 persen. Lebih lanjutnya, tingkat perkawinan anak di setiap provinsi juga sangat bervariasi. Terdapat 20 provinsi yang memiliki prevalensi perkawinan usia anak di atas angka nasional. Sebagai tambahan, SUSENAS mencatat bahwa angka perkawinan usia anak terjadi Sulawesi Barat sebesar 19,4 persen, diikuti dengan Kalimantan Tangah 19,1 persen dan Sulawesi Tenggara 19,0 persen. Sementara itu, DKI Jakarta memiliki tingkat terendah sebesar 4,1 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, faktor geografis juga mempengaruhi di mana angka perkawinan anak cenderung lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan perkotaan (BAPPENAS dan UNICEF 2017:66).
lmplikasi dari pernikahan anak sangat kompreks, yang paling nyata adarah ancaman bagi kelangsungan generasi bangsa, sedikitnya ada 5 ancaman yaitu: pertama, ancaman untuk melanjutkan pendidikan, perempuan yang menikah sebelum 18 tahun paling banyak hanya menyelesaikan pendidikan sMp/ sederajat sebanyak 44,9 persen, atau 4 kati l;bih kecil bisa menyelesaikan pendidikan sMA ke atas dibanding yang menikah 18 tahuan atau lebih; Kedua, ancaman kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian. perempuan yang menikah pada usia anak relasi sosialnya timpang berisiko mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan perempuan yang menikah di bawah 1g8tahun 5 persennya bercerai dibanding pernikahan berusia 18 tahun atau lebih; Ketiga, ancaman kesehatan khususnya terkait angka kematian ibu. Komplikasi saat kehamilan dan melahirkan merupakan penyebab kematian terbesar kedua bagi anak perempuan berusia 15-19 tahun, serta rentan mengalami kerusakan organ reproduksi; Keempat, ancaman kematian bayi (AKB) Bayi yang lahir dari ibu berusia di bawah 20 tahun berpeluang meninggal sebelum usia 28hari/1,5 kali lebih besar dibanding ibu berusia 20-30 tahun; Kelima, ancaman terhadap peluang ekonomi. Pernikahan anak diestimasikan menyebabkan kerugian ekonomi setidaknya
.1,7 persen dari pendapatan kotor negara (PDB). Ketua Umum sebagai salah satu peserta aktif dalam FGD tersebut mengungkapkan beberapa tanggapannya, bahwa kita semua menyadari bahwa negara tidak bisa bergerak sendiri untuk mengatasi persoalan ini. Karena itu, diperlukan peran aktif masyarakat dan berbagai pihak termasuk organisasi masyarakat berbasis keagamaan dan nonkeagamaan, secara aktif ikut serta dalam upaya pencegahan perkawinan anak dan menjaga keberlanjutan program agar usaha pencegahan perkawinan anak dapat terus dilakukan secara aktif. Ketua Umum sepakat bahwa perkawinan anak merupakan praktik yang membahayakan dan menimbulkan dampak negatif terhadap perempuan dan anak-anak. Perkawinan anak merupakan perkawinan yang dilakukan oleh salah satu atau kedua belah pihak di bawah usia 18 tahun. Praktik perkawinan anak merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak. Perkawinan anak merampas hak-hak anak, terutama anak perempuan, untuk mendapatkan perlindungan, pendidikan, kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan hak-hak lainnya. Sudah seharusnya para tokoh agama, tokoh adat, dan lainnya ikut serta memegang peranan penting
di masyarakat. Keberadaan lembaga non-formal memiliki pengaruh besar dalam memengaruhi pemahamaan masyarakat untuk melakukan perkawinan anak. Oleh karena itu, perlu adanya jalinan kerjasama dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam menyosialisasikan pencegahan menghentikan praktik perkawinan anak. Selain itu, hendaknya seluruh pihak yang terlibat selalu melandasi perasaan jiwa dalam menyikapi segala persoalan dengan perasaan yang berkesadaran serta agama harus dijadikan dasar landasannya, sehingga bagi seseorang yang sudah cukup umur tidak menyalahi/ melanggar hukum, matang secara mental dan psikis ingin menikah, harus ada pemberian bimbingan pra nikah/pembinaan rohani keagamaan bagi para calon mempelai, sehingga kedua mempelai memahami bahwa agama harus menjadi sumber kekuatan dan memahami ajaran yang yakini dengan benar dan tepat dan harus benar-benar menjalankan dan melaksanakan apa yang diyakini sesungguhnya sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sehingga nantinya, perkawinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak menghasilkan kebahagiaan. ***
Samantabadra | Agustus 2019
23
liputan
Ketua Umum NSI dalam Silaturahmi "Rekat Anak Bangsa"
K
amis, 27 Juni 2019, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menghadiri acara Silaturahim dan Halal Bihalal dengan tema “Rekat Anak Bangsa, Menuju Indonesia Sejuk” yang diselenggarakan oleh Forum Rekosiliasi Masyarakat (REKAT) ang diselenggarakan di Ballroom Hotel Shangrila, Jakarta. Acara Silaturahim dan Halal Bihalal “Rekat Anak Bangsa, Menuju Indonesia Sejuk” berlangsung dengan penuh semangat persaudaraan dan
24
Samantabadra | Agustus 2019
persatuan tersebut dihadiri oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, dan sejumlah ulama, kiai, habib, ustaz, aktivis dari berbagai kalangan, baik yang pendukung Capres-Cawapres 02 PrabowoSandi maupun CapresCawapres 01 Jokowi-Ma’ruf, tokoh agama serta perwakilan dari organisasi kemasyarakatan lainnya. Turut mendampingi Menhan dalam kesempatan tersebut Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksdya TNI Agus Setiadji, Inspektur Jenderal Kemhan Laksdya TNI Didit Herdiawan serta beberapa pejabat di lingkungan Kemhan. Juga
dihadiri oleh perwakilan dari Presidium Alumni 212 turut hadir dalam acara tersebut di antaranya Nonof Hanafi, Haikal Hasan, dan Habib Umar. Ketua Panitia acara, Eka Gumilar, mengatakan diselenggarakannya acara Halal Bihalal bersama PA 212 dan Menhan Ryamizard, sebagai perwakilan pemerintah, dalam rangka menyejukkan situasi nasional. Ini bertujuan merekatkan kembali seluruh elemen anak bangsa yang seolah terpecah karena pemilu,” ujar Eka. Eka menambahkan, Ketua PA 212 dan Menhan Ryamizard sebagai tokoh
yang memiliki kepedulian dalam menjaga pesatuan dan kesatuan anak bangsa. Menhan dalam sambutannya menyampaikan, menyambut baik diselenggarakan acara silaturrahim ini dan mengajak kepada seluruh komponen serta elemen bangsa untuk bersama – sama menjaga perdamaian, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Lebih lanjut Menhan mengungkapkan bahwa sejak dahulu kala dan hingga saat ini, masyarakat dunia telah mengenal bangsa Indonesia sebagai bangsa yang solid, serta bangsa yang sangat toleran, ramah tamah dan murah senyum. Lebih penting lagi, bangsa Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang sangat mencintai perdamaian dan kedamaian, menghormati berbagai perbedaan walaupun bangsa Indonesia memiliki beribu-ribu perbedaan mulai dari suku, agama dan ras.� Ketua Umum NSI sebagai salah satu peserta forum tersebut mengungkapkan beberapa tanggapannya, bahwa tokoh Lintas Agama mempunyai peran penting dalam menjaga NKRI dengan terus bersilaturahmi. Apalagi dalam situasi pasca kegiatan Pemilu Presiden/Wakil Presiden dan anggota Legislatif tahun 2019. Kiranya silahturahmi yang terus terjaga dapat mendukung situasi pasca pemilihan, sehingga pesta demokrasi ini menjadi momentum yang baik untuk semakin mempersatukan bangsa yang disambut dengan bahagia oleh semua kelompok.
Indonesia yang merupakan negara dengan bermacammacam suku, agama, ras dan golongan yang merupakan keluarga besar Negara Kesatuan Republik Indonesia, persaudaraan sebangsa, setanah air seyogianya harus bisa diperlihara oleh semua pihak, dengan begitu meski berbeda pilihan dalam pemilu masyarakat tidak terpecah belah. Sudah tidak ada lagi namanya 01 maupun 02, tapi kita semua bersaudara sebagai bangsa Indonesia yang utuh dan tidak akan pernah terpisahkan sepanjang masa. Dengan persatuan itulah bangsa ini maju dan dengan persatuan itulah bangsa ini kuat dan akan tercipta suatu kedamaian. Negara Indonesia adalah negara yang agamis artinya semua orang-orang Indonesia adalah orang yang beragama. Oleh karena itu suasana damai bisa diartikan dengan satu suasana dari rukunnya semua umat beragama, kalau semua umat beragama rukun, internalnya rukun, antar umat beragamanya rukun, dengan pemerintahnya rukun, berati suasana itu akan menjadi suasana yang damai. artinya damai itu sebagai modal yang penting, sehingga agama bisa selalu dijadikan landasan dalam kehidupan bernegara, dan dalam setiap menyikapi persoalan yang ada haruslah dilakukan secara musyawarah dan mufakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi mewujudkan kepentingan negara dan bangsa yang
lebih besar yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Kita semua harus tetap menjaga dan memelihara kehidupan kerukunan antarumat beragama, merawat kebhinekaan, persatuan dan kesatuan, keutuhan bangsa dan negara, serta keteguhan hati dalam mempertahankan Pancasila, sehingga masyarakat semakin mencintai tanah air Indonesia, yang semua ini merupakan hakekat ketahanan bangsa untuk mampu menghadapi segala macam ancaman, sehingga bangsa ini tetap utuh, berjaya, dan semakin merata kesejahteraan rakyatnya, bahkan dapat turut serta berperan aktif untuk membangun perdamaian dunia. Selain halal bihalal dalam rangka menyambung tali silaturrahim sesama anak bangsa, acara juga diisi dengan penantanganan Petisi Rekat Bangsa yang berisi tiga kesepakatan, Pertama, kesepakatan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia; Kedua, bersamasama menciptakan Indonesia yang damai, sejuk tenteram, damai dan aman; dan Ketiga, sepakat untuk menghormati dan menghargai perbedaan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. *** Referensi : https://www.faktanews.id/2019/06/ menhan-dan-pa-212-gelar-halal-bihalal. html
Samantabadra | Agustus 2019
25
liputan
Ketua Umum NSI Menjadi Narasumber Pembahasan RUU KUHP
S
elasa, 16 Juli 2019, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja diundang menjadi narasumber dari unsur agama Buddha untuk melakukan pembahasan delik agama yang bermasalah dalam draft Rancangan Undang-Undang Kitab Umum Hukum Pidana (RUU KUHP). Bertempat di Kantor Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Jakarta. Pertemuan tersebut selain di hadiri oleh Ketua Umum NSI, 26
Samantabadra | Agustus 2019
Pengurus KWI juga dihadiri oleh Pertemuan dihadiri oleh lembaga-lembaga Agama di Indonesia, yakni Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), PP Muhamadiyah, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Parisadha Hindu Dhrama Indonesia (PHDI) dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), bersama dengan Koalisi Advokasi Kemerdekaan Beragama atau Berkeyakinan. Ketua Umum sebagai salah satu narasumber dalam forum tersebut mengungkapkan beberapa
tanggapannya, bahwa dengan tegas menyatakan tokoh Agama menolak jika KUHP ikut mengatur Agama, kepercayaan atau keyakinan. Karena pada dasarnya memang tidak ada ajaran agama manapun yang mengajarkanuntuk menyebarkan hasutan, menyiarkan kebencian dengan maksud melakukan kekerasan, atau diskriminasi atas dasar agama atau kepercayaan atau keyakinan. Agama tidak ada yang jelek, agama tidak ada yang mengajarkan tidak baik. Namun, saat ini Agama
tidak menunjukkan kekuatan yang sebenarya dari Agama. Sehingga negara turut serta melindungi agama yang diatur dalam KUHP. Nah oleh karena itu dalam kondisi apapun yang terjadi di masyarakat, kontruksi berpikir ini yang harus dibangun ketika kita ingin membangun sebuah suasana damai, suasana yang baik rukun, karena agama tidak pernah mengajarkan kita tidak rukun Jadi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing komunitas itu untuk menjaga kemurnian dan juga kesucian agama yang diyakini. Oleh karena itu Moderasi Agama yakni mengembalikan kemurnian agama sebagaimana memang tertuang pada kitab suci masing-masing. Bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan
kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika agama tidak bisa memosisikan pada posisi yang sebenarnya, makan akanterjadi kekacauan. Kesimpulan dari pertemuan adalah Lembaga-Lembaga Keumatan (Agama) dan Lembaga Kemasyarakatan meminta penundaan pengesahan RUU KUHP dan membuka ruang dialog kembali dengan Lembaga Keumatan (Agama) dan Lembaga Kemasyarakatan. Beberapa argumentasi yang dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Pada Asas Legalitas multi-tafsir, juga beberapa rumusan lain padahal KUHP harus tegas dan tidak membuka ruang tafsir lain.
3. Banyak persoalan kontoversial yang perlu dilakukan percakapan antara lain; - Penghinaan terhadap presiden yang telah dicabut oleh keputusan MK - Delik Kesusilaan - Tindak Pidana Khusus (Korupsi, HAM berat) Tindak Pidana Mati Ketentuan Penutup - Ketentuan Peralihan. 4. Seluruh ketentuan dalam KUHP ke depan akan memiliki dampak besar pada masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan masalah pemidanaan. 5. Pembahasan dan usaha pengesahan RUU KUHP lebih pada kepentingan politik bukan pada substansi hukum. ***
2. Selama proses pembahasan pada tahun 2018 2019 Lembaga-Lembaga Keumatan (Agama) dan Lembaga Kemasyarakatan tidak disertakan untuk melakukan pembahasan, terutama dalam pasal-pasal delik agama.
Samantabadra | Agustus 2019
27
ajaran
Surat Balasan kepada Sairenbo
Gosyo Kensyu
Perihal Perjanjian Menjadi Guru dan Murid
Latar Belakang
S
urat ini ditulis pada tanggal 13 4. Niciren Daisyonin merupakan bulan 4 tahun Bun-ei ke-9 (1272), guru yang sejati dan baik di Masa ketika Niciren Daisyonin berusia Pascimadharma (Akhir Dharma); 5. sebab jodoh guru dan murid serta 51 tahun dan dikirim dari Icinosawa, dorongan untuk melaksanakan dan Pulau Sado, kepada Sairenbo Nicijo membimbing umat; yang menerima hukuman yang sama, 6. karunia kebajikan menerima dan pembuangan ke Pulau Sado. Surat aslinya sudah tak ada lagi. mempertahankan sila pokok yang sempurna (hon-en kai juji); Pertama-tama, isi surat ini menyatakan 7. suasana jiwa tercapainya kesadaran. penghargaan atas sumbangan yang diterima, dan selanjutnya sebagai jawaban Sebagai kesimpulan, surat ini atas surat Sairenbo diterangkan tentang : 1. kegembiraan Sairenbo karena meramalkan pembebasan dari hukuman menerima dan mempertahankan dan memberi dorongan semangat kepada kepercayaan pada Saddharma dan Sairenbo. terjalinnya ikatan jodoh guru dan murid; 2. harus membuang guru yang sesat dan harus mengikuti guru yang sejati; 3. nama-nama guru yang sesat dan kalimat sutra sebagai bukti; 28
Samantabadra | Agustus 2019
Isi Gosyo
B
ila akan berkunjung di sore hari, harap benar-benar berhati-hati. Saya ingin menyampaikan secara mendalam tentang Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku (Tokujusyoku Nin Kudoku Homon). Keinginan yang tertera di dalam surat telah dipahami dan berbagai barang yang berasal dari ibukota diterima dengan sungguh hati. Ketika tinggal di Kamakura, barang-barang tersebut sering dilihat, akan tetapi selama masa pembuangan di pulau ini sama sekali tidak pernah melihatnya. Barang-barang seperti itu Saya rasa langka di Pulau kecil yang jauh dari ibukota. Di dalam surat Anda tertera, “Sejak awal bulan dua telah menjadi murid yang mengikuti kepercayaan sampai sekarang dan seterusnya. Saya lebih rendah dari orang biasa, tetapi telah dianggap sebagai seorang murid. Betapa bersyukurnya!”. Di dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat kalimat, “Sering kali dilahirkan bersama-sama guru di tanah negeri seluruh Buddha” dan dibabarkan juga, “Kalau erat dan akrab dengan Guru Hukum segera akan memperoleh Jalan Kebodhisattvaan. Dengan selaras dan mengikuti guru ini serta belajar darinya dapat melihat Buddha sejumlah butir-butir pasir Sungai Gangga.” Di dalam Hokke Gengi dikatakan, “Semenjak dahulu, dengan mengikuti Buddha ini baru dapat menimbulkan keinginan hati mencari Jalan Buddha dan dengan mengikuti Buddha ini dapat menetap pada suasana jiwa yang tak akan mundur.” Juga, di dalam catatan Hokke Mongu dikatakan, “Pertama, dengan mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini terjadi ikatan jodoh. Sebaliknya, kesadaran Jalan Buddha dapat tercapai karena mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini”. Bila kita memikirkan dan merenungkan keterangan-keterangan dan kalimat sutra ini, mungkin semenjak dahulu, dari masa lampau yang tak terhitung, telah ada perjanjian menjadi guru dan murid. Kita sekalian dapat terlahir di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) yang keruh dan buruk, di negeri Jepang yang utama di Jambudwipa, dengan mulut menyebut Nammyohorengekyo yang bukan main agungnya dan merupakan tujuan kehadiran para Buddha di dunia, dapat percaya di perasaan hati, mempertahankan dengan badan, dan dapat memegang dengan tangan, sematamata karena karma kebiasaan yang tertinggal dari masa lampau. Saya melihat dari wajah negeri Jepang, Raja Iblis Surga Keenam telah merasuki tubuh orang arif, sehingga guru yang baik menjadi guru yang jahat, guru yang sejati menjadi guru yang buruk. Inilah yang dimaksud dengan “iblis jahat merasuki badan” yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarikasutra. Sekalipun Niciren bukan orang yang arif, Raja Iblis Surga Keenam ingin merasuki badan-Nya. Akan tetapi, karena kewaspadaan telah mendalam sekali semenjak dahulu, badan-Nya tidak dapat didekati. Karena Iblis Surga Keenam tak berdaya, ia merasuki mulai dari raja dan pejabat-pejabat lainnya sampai Ryokan dan murid-muridnya, menjerat guru Hukum yang bodoh sehingga membenci Niciren. Akan tetapi, bagaimanapun juga, pada zaman sekarang ini haruslah diketahui perbedaan yang ada di antara guru yang sejati dan guru yang sesat, guru yang baik dan guru yang buruk. Oleh karena itu, menjauhlah dari guru yang sesat dan buruk, erat dan akrablah dengan guru yang sejati dan baik. Bila memiliki kebajikan yang meluas hingga ke seluruh dunia serta prajna yang bersinar seperti matahari dan bulan, ketahuilah bahwa guru yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra Samantabadra | Agustus 2019
29
merupakan guru yang buruk dan sesat; maka tidak boleh erat dan akrab dengannya. Salah satu sutra mengatakan, “Jika ada seorang pemfitnah, janganlah tinggal bersamanya. Kalau erat dan menyukainya serta tinggal bersama-sama, akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus”. Demikian diperingatkan. Meskipun diri sendiri setulus hati ingin memperoleh nama sebagai orang yang bijaksana, baik di dalam maupun di luar masyarakat, bila erat dan akrab dengan orang jahat, dengan sendirinya dua atau tiga kali dalam sepuluh kali akan mengikuti ajarannya sehingga akhirnya menjadi orang yang buruk juga. Di dalam Syikan Bugyo Den Gukece dikatakan, “Sekalipun orang ini semula bukan orang yang buruk, bila erat dan akrab dengan orang yang buruk, akhirnya pasti menjadi orang yang buruk juga. Dan nama buruk ini akan tersebarluas ke seluruh dunia”. Pokoknya, guru yang sesat dan buruk adalah Guru Hukum zaman sekarang yang memfitnah Hukum Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Sutra Nirvana dikatakan, “Wahai Bodhisattva, janganlah merasa takut kepada gajah ganas dan lainnya, tetapi bangkitkanlah hati ketakutan kepada teman yang buruk (akucisyiki). Ketika terbunuh karena gajah ganas, tidak akan terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk; Neraka, Kelaparan, dan Kebinatangan. Akan tetapi bila hati kesadaran terbunuh karena teman yang buruk, pastilah tiba pada Tiga Dunia Buruk.” Di dalam Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Dalam zaman yang buruk, para biksu memiliki prajna yang sesat dan hati yang bengkok”, dan lain-lain. Semenjak dahulu telah disampaikan bahwa para guru, yaitu Subhakarasimha, Vajrabodhi, Bodhidharma, Hui-ko, Shan-to, Kobo dari Kuil To, Cisyo dari Kuil Enjo, Jikaku dari Gunung Hiei, Ryokan dari daerah Timur membaca petuah emas “membuang ajaran sementara sesungguh hati” menjadi “membuang ajaran sesungguhnya setulus hati dan hanya membabarkan ajaran upaya”, atau membaca kalimat sutra “teratas di antara berbagai sutra” menjadi “terbawah di antara berbagai sutra”, atau membaca kalimat sutra “Saddharmapundarika-sutra adalah yang terunggul” menjadi “Saddharmapundarika-sutra adalah yang kedua atau ketiga”. Oleh karena itu, mereka dikatakan sebagai guru Hukum yang sesat dan buruk. Sekarang, yang dikatakan guru yang sejati dan baik adalah yang mengikuti petuah emas Buddha Sakyamuni bahwa berbagai sutra merupakan ajaran upaya dan Saddharma merupakan yang sebenarnya. Orang yang setulus hati membaca seperti ini adalah guru yang sejati dan baik. Hendaknya melihat Bab Memasuki Hukum Dunia (Nyuhokai) Sutra Avatamsaka jilid ke-77. Di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Teman yang baik (Zencisyiki) adalah sebab jodoh yang utama”. Berarti, membimbing dan mengajarkan untuk bertemu dan melihat Buddha sehingga membangkitkan keinginan hati kesadaran yang tiada taranya. Sesuai dengan pembabaran Sang Buddha, buanglah sebagai sutra empat rasa tiga ajaran, yakni Hinayana, Semi Mahayana, berbagai sutra upaya, sutra pegangan berbagai sekte : Nembuce, Syingon, Zen, Rice, dan lainnya. Guru yang membabarkan Myohorengekyo sebagai Sebab Jodoh Hanya Satu Fakta Sangat Penting harus disebut sebagai guru yang sejati dan baik. Meskipun demikian, Niciren yang dilahirkan di negeri Jepang pada masa 500 tahun awal Masa Pascimadharma (akhir dharma) mendapat rintangan dan penganiayaan dari Tiga Jenis Musuh Kuat sesuai dengan ramalan Sang Buddha. Setelah menerima bermacam-macam kesulitan dan malapetaka tanpa menyayangi jiwa raga dan terus menyebut Nammyohorengekyo, hendaknya dipikirkan dengan sungguh-sungguh, siapakah merupakan guru yang sejati atau guru yang sesat. Orang-orang dari berbagai sekte semenjak dahulu menganggap dan menyatakan, “Saya telah mengetahui dan memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra”. Meskipun demikian, mereka tidak mengalami kesulitan dan penganiayaan seperti yang diterima oleh Niciren. Niciren, pada tahun Ko-an ke-1 dibuang ke Propinsi 30
Samantabadra | Agustus 2019
Izu, pada tahun Bun-ei ke-8 dibuang ke Pulau Sado, dan menerima hukuman pemenggalan kepala di Tacenokuci, serta lainnya. Berbagai kesulitan dan penganiayaan lainnya tidaklah terhitung. Jika disesuaikan dengan kalimat sutra, Sayalah guru yang sejati dan guru yang baik. Hendaknya berpikir bahwa pengajar dan pelajar dari berbagai sekte adalah guru yang sesat dan guru yang buruk. Selain ini, masih banyak kalimat sutra dan sastra yang membagi dan membedakan dua macam guru, yang baik dan yang buruk. Tetapi hal ini tidak perlu diterangkan, karena agaknya Anda telah mengetahuinya. Di dalam surat dikatakan, “Mulai saat ini akan membuang guru sesat yang sekarang ada dan hanya akan mengikuti serta percaya kepada satu-satunya guru yang sesungguhnya, yaitu Niciren Daisyonin”. Saya sendiri merasa hal ini bukan main menakjubkan. Buddha Sakyamuni, guru pokok kita semua, hadir di dunia ini untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Pada waktu itu, Buddha dari kawasan lain, Bodhisattva dan lainnya datang untuk membantu Sang Buddha dalam perilaku membimbing umat. Oleh karena itu, mungkin utusan Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha sepuluh penjuru muncul di Jepang untuk membimbing dan mengajar. Di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Saya, dari negeri yang lain, mengutus pembimbing, mengumpulkan umat untuk mendengarkan Hukum. Seluruh pembimbing mendengar Hukum, mengikuti dengan selaras dan tidak menentang”. Yang dikatakan biksu di dalam kalimat sutra tersebut adalah Anda sendiri. Oleh karena itu, perkataan: “ … mendengarkan Hukum, menerima dan percaya, mengikuti dengan selaras, dan jangan menentang” sudah jelas terpampang di depan mata. Mengapa timbul keragu-raguan mengenai hal ini ? Sebagai contoh lain, orang yang dikatakan, “sering kali terlahir bersama guru di tanah para Buddha” sama artinya dengan ketiga golongan Sravaka yang meskipun telah tertanam bibit, telah meninggalkan Mahayana dan terjatuh ke dalam Hinayana sehingga terjerumus ke dalam Lima Jalan dan Enam Jalan. Namun, ketika tiba saatnya untuk mencapai kesadaran, akhirnya berturutturut mendapat kesadaran. Alangkah gembiranya dapat membuang Hukum sesat dan guru sesat Nembuce, Syingon, dan lainnya serta menjadi murid Niciren! Bagaimanapun, orang yang menghantam pemfitnahan dharma dari berbagai sekte seperti yang dilakukan Niciren, membuang Hukum sesat, dan turut percaya Hukum Sakti secara berurutan memasuki Tanah Buddha (Jojakko-do) tempat ketiga Buddha. Di hadapan Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna bertanya, “Apakah kita sekalian semenjak masa lampau yang tak berawal akhir mengikat perjanjian sebagai guru dan murid? Dan kemudian datang sebagai utusan Buddha Sakyamuni untuk mengajar dan membimbing.” Ketika itu dijawab, “Demikianlah adanya.” Ketika kata-kata tersebut diterima, di dalam hati sendiri dapat menerima dan mengerti. Maka, dalam keadaan bagaimanapun, bergiatlah dengan sungguh hati, bergiatlah. Meskipun tak direncanakan, pada bulan 2 yang lalu telah disampaikan Hukum yang sangat penting kepada Anda. Terlebih lagi, di tengah malam tanggal 8 bulan 4, pada pukul 04.00 telah memberi Jusyoku Kanco (penerima tingkat tertinggi dengan upacara memercikkan air prajna di kepala orang tersebut) berdasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma. Mungkinkah orang yang menerima Jusyoku ini tidak menjadi Buddha Myokaku pada masa ini ? Kalau pada masa hidup sekarang mencapai tingkat Myokaku, mungkinkah pada masa yang akan datang menjadi bagian tingkat sebab Tokaku dan lainnya? Sesungguhnyalah, ini merupakan perjanjian semenjak asal mula tiada berawal akhir.
Samantabadra | Agustus 2019
31
Di dalam teori dikatakan, “Sering kali terlahir bersama guru”. Sekarang, Niciren telah mencapai kesadaran, bagaimana mungkin Anda dibiarkan terjatuh ke dalam jalan buruk? Jika kalimat sutra catatan Sang Buddha ditinjau dari Arti pokok Sang Buddha, sama sekali bukan bualan, baik di dalam maupun di luar keduniawian. Dan juga di dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Setelah kemoksyaan Saya, orang yang menerima dan mempertahankan sutra ini, tidak diragukan lagi pasti akan mencapai kesadaran di dalam Jalan Buddha.” Atau, “Segeralah terangkan hal ini agar memperoleh Jalan Buddha yang terunggul”. Kalau kalimat sutra ini tidak ada fakta nyatanya, bila pencapaian kesadaran kita di masa sekarang merupakan bualan, maka lidah para Buddha akan terputus, stupa Tathagata Prabhutaratna akan jatuh dan hancur, singgasana kedua Buddha akan menjadi singgasana besi membara api neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Ketiga Tanah Buddha; Tanah Sementara, Tanah Bodhisattva, dan Tanah Buddha, akan berubah menjadi Tiga Jalan Buruk: neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Mungkinkah terjadi hal seperti itu? Hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Betapa senang dan gembiranya. Dengan memikirkan hal-hal seperti ini, meskipun Saya seorang terhukum, kegembiraan Saya, badan dan hati, tidaklah terkatakan. Dengan memikirkan dan merenungkan siang dan malam Hukum yang sangat penting ini, dalam setiap kejap dapat merasakan teori pencapaian kesadaran Buddha. Dengan menjalankan seperti ini, tahun dan bulan dilalui tanpa terasa lama; waktu panjang yang telah dilalui pun tak terasa. Sebagai contoh, ketika kedua Buddha: Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna duduk di dalam Stupa Pusaka dan menyetujui teori gaib dari Saddharmapundarika-sutra, waktu yang berlalu amatlah panjang, selama 50 kalpa kecil. Akan tetapi, dengan kekuatan gaib Sang Buddha, semua golongan umat merasa bagaikan hanya setengah hari. Demikianlah yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab XV Bodhisattva Yang Muncul dari Bumi, dan begitu pula yang dirasakan oleh Niciren. Semenjak semula di dunia ini selalu ada peringatan dari orang tua, majikan, dan lainnya. Di antara orang yang menerima hukuman pembuangan ke pulau negeri yang jauh, mungkin tidak ada orang yang sekujur tubuhnya dipenuhi dengan kegembiraan seperti kita. Oleh karena itu, tempat kita berada untuk melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra, dimanapun kita berdiam, akan menjadi kota Jojakko (Tanah Buddha). Orang yang menjadi murid dan penganut kita, tanpa melangkah satu langkah pun dapat melihat Gridhrakuta di India, dan dikatakan dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal muasal. Kegembiraan dalam hal ini tidak terkatakan. Karena merasakan kegembiraan yang meluapluap, maka diikrarkan sebuah janji. Bila Anda lebih cepat dibebaskan dari hukuman pembuangan dan dapat kembali ke ibukota, sedangkan Niciren tidak dibebaskan oleh Kamakura Dono (Hojo Tokimune), maka Saya akan menyampaikan kepada para dewa dan lainnya agar Saya dapat kembali ke Kamakura dan mengirim surat ke Kyoto. Atau, bila Niciren diizinkan terlabih dahulu kembali ke Kamakura, Saya akan menyampaikan kepada para dewa agar Anda dapat pulang kembali ke kampung halaman. Sampai jumpa lagi. Tanggal 13 bulan ke-4 Surat Balasan Kepada Sairenbo tertanda, Niciren
32
Samantabadra | Agustus 2019
Kutipan Gosyo
1
Saya ingin menyampaikan secara mendalam tentang Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku (Tokujusyoku Nin Kudoku Homon).
Anak Cabang
Keterangan: Sairenbo baru menjadi murid Niciren Daisyonin pada awal bulan 2 tahun 1272. Pada tanggal 11 bulan yang sama ia langsung menerima Surat Perihal Warisan Hakikat Hukum Kejiwaan (Syoji Icidai ji Kecimyaku Syo), tanggal 20 menerima Surat Perihal Penegasan Lisan Pencapaian Kesadaran Buddha bagi Rumput dan Pohon (Somoku Jobuce Gukece), dan seterusnya juga mendapat surat-surat yang berisi hukumhukum yang sangat mendalam. Dua bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 8 bulan 4, seperti yang tertera dalam surat ini, telah dilaksanakan upacara pemberkahan sila sempurna dari Ajaran Pokok Tunggal Yang Tersirat Di Dasar Kalimat (Montei Dokuice Honmon). Dengan upacara agung ini terjalinlah ikatan jodoh guru dan murid secara nyata. Kegembiraan Sairenbo tak terkatakan melihat sikap Niciren Daisyonin yang meskipun sedang menjalani hukuman pembuangan tetap teguh tak tergoyahkan, bahkan tetap berwibawa serta membabarkan Hukum yang sangat mendalam dengan jelas. Dapat dirasakan kegembiraan di dalam hati Sairenbo untuk mengetahui jalan tersebut, yaitu tekad untuk menjadi murid Niciren Daisyonin. Diperkirakan perasaan hati yang mendalam tersebut tertuang dalam surat yang di kirimnya dan Surat Perjanjian Menjadi Guru
dan murid ini merupakan jawaban atas tulisan tersebut. Perasaan berterima kasih terlihat di dalam isi surat yang dikirim oleh Sairenbo, “Sejak awal bulan dua telah menjadi murid yang mengikuti kepercayaan sampai sekarang dan seterusnya. Saya lebih rendah dari orang biasa, tetapi telah dianggap sebagai seorang murid”. “Betapa bersyukurnya!” Selain itu, Sairenbo juga menerangkan, “Mulai saat ini akan membuang guru yang sesat yang sekarang ada dan hanya akan mengikuti satu-satuya guru yang sesungguhnya”. Surat Sairenbo tidak hanya menerangkan kegembiraan atau tekad hati semata, tetapi juga berisi keinginan untuk menerima bimbingan tentang Hukum. Hal ini dapat dirasakan dari perkataan Niciren Daisyonin. “Keinginan yang tertera di dalam surat telah dipahami”. Ini merupakan pernyataan yang tersurat, tetapi di dalamnya terkandung makna bahwa Sairenbo meminta bimbingan tentang Hukum. Agaknya surat Sairenbo menanyakan tentang Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku. Kalimat pertama dalam surat ini berbunyi. “Bila akan berkunjung di sore hari, harap benar-benar berhati-hati”. Tidaklah diketahui sore hari kapan yang dimaksud di sini. Perkataan ini bukan hanya bimbingan harus datang, tetapi juga menyatakan bahwa Niciren Daisyonin bertemu dengan Sairenbo di malam hari. Abucebo pun mengirim sumbangan di tengah malam, karena meskipun berada di kediaman Icinosawa Nyudo, Niciren Daisyonin sering kali menghadapi bahaya. Dari hal ini dapatlah di perkirakan bahwa tidak mudah bagi Sairenbo Samantabadra | Agustus 2019
33
untuk menemui Niciren Daisyonin, agaknya para penjaga sering menolak kedatanganya Oleh karena itu, di sini dikatakan untuk berhati-hati bila ingin datang di sore hari. Selanjutnya mengenai barang-barang yang diperoleh dari Kyoto. Barang-barang tersebut disumbangkan kepada Niciren Dasyonin dan Beliau menyampaikan kegembiraan-Nya. Tidaklah diketahui jenis barang tersebut, tetapi jelas barang yang sering terlihat di Kamakura tanpa pernah ditemui sekalipun semenjak dibuang ke Pulau Sado, tempat terpencil yang jauh dari Kamakura maupun Kyoto. Bagi Sairenbo sendiri. mungkin barang-barang dari Kyoto itu amat berharga, tetapi ia lebih memen tingkan Niciren Daisyonin sehingga rela menyumbangkannya. Dari sini dapatlah dirasakan ketulusan hati Sairenbo yang murni. Mengenai perkataan “Pintu Hukum Karunia Kebajikan Orang Yang Menerima Tingkat Myokaku” (Tokujusyoku Nin Kudoku Homon) di dalam surat ini tidaklah diterangkan. Akan tetapi, hal tersebut diterangkan di dalam surat yang ditulis dua hari kemudian. Isinya diterangkan sebagai berikut : Orang yang “menerima tingkat” (jusyoku) disebut sebagai “penerima tingkat tertinggi” (jusyoku kanco). Setelah menyelesaikan pertapaan kebodhisattvaan, orang akan menerima tingkat myokaku. Di dalam berbagai sutra, selain Saddharmapunda rika-sutra, diterangkan bahwa bila bodhisattva tingkat tokaku ingin menjadi Buddha Myokaku. maka para Buddha yang berasal dari dunia lain akan memercikkan Air Prajna Hukum Buddha ke atas kepala bodhisattva ini. Oleh karena itu, di dalam sutra-sutra lainnya ditegaskan, bahwa hanya Bodhisattva Tokaku yang menjadi Jusyoku Kanco. Sebaliknya, yang “menerima tingkat” Saddharmapundarika-sutra, manusia biasa 34
Samantabadra | Agustus 2019
lebih banyak dari pada orang arif, orang buruk lebih banyak dari pada orang baik, lapisan bawah lebih banyak dari pada lapisan atas, orang yang merusak sila lebih banyak dari pada orang yang mempertahankan sila, orang yang berpandangan sesat lebih banyak dari pada orang yang berpandangan benar, orang yang berakar-bakat tumpul lebih banyak dari pada orang yang berakarbakat tajam, orang yang berkedudukan rendah lebih banyak dari pada orang yang berkedudukan tinggi, wanita lebih banyak dari pada pria, binatang lebih banyak dari pada manusia dan dewa; oleh karena itu, bukan hanya bodhisattva tingkat tokaku yang mendapatkannya, bahkan ke-51 tingkat secara keseluruhan dapat “menerima tingkat”. Sebenarnya, tidak ada menerima 52 tingkat dari Saddharmapundarika-sutra, akan tetapi sebagai toleransi tetap dikatakan mencakup ke-51 tingkat lainnya, sehingga ke-52 tingkat secara keseluruhan dapat “menerima tingkat”. Bila mengatakan dengan tegas, jenjang 52 tingkat ini adalah makna Ajaran Khusus (Bekkyo). Menurut Saddharmapundarika-sutra kesadaran myokaku didapatkan secara langsung tanpa melalui 52 tingkat. Yang tetapi, “penerima tingkat tertinggi”, sekalipun berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, ada yang “me nerima tingkat” sangha dan ada yang “menerima tingkat” penganut. Perbedaan keduanya terletak pada telah melaksanakan pertapaan ajaran, mengerti dan tamat hanya dengan percaya dan melaksanakan. Terutama, bagi orang yang telah me laksanakan pertapaan, mengerti dan tamat, bukan hanya dapat mencapai kesadaran bagi diri sendiri, juga dapat menyelamatkan orang lain; karena itu menjadi agung. Sangha manberi manfaat dan keuntungan kepada lainnya, yang berkedudukan tinggi dapat membabarkan kepada orang lain secara luas, sedangkan yang berkedudukan rendah hanya
membabarkan secara diam-diam kepada satu persatu orang. Niciren Daisyonin “menerima tingkat” dari Buddha Sakyamuni, dan sekarang “menerimakan tingkat” kepada Sairenbo. Setelah “menerima tingkat”, orang tersebut mulai membabarkan kepada orang lain. Orang yang menyebarkan Sad dharmapundarika-sutra adalah orang yang sering berada di tanah air Buddha. Oleh karena itu Buddha Sakyamuni akan mengirimkan seorang utusan untuk menjaga orang tersebut. Mengapa demikian? Karena orang tersebut adalah utusan Buddha. Niciren Daisyonin adalah guru yang terunggul di antara para guru unggul lainnya. Sebagai murid dari guru yang terunggul, Sairenbo harus mempertebal kepercayaan dan pelaksanaan, serta melaksanakan pertapaan ajaran sebagai guru yang membabarkan Saddharma untuk orang lain. Oleh karena itu, penerima tingkat tertinggi tidak berhenti hanya pada waktu upacara. Setelah ada pelaksanaan baru terwujud nyata yang sebenarnya. Demikianlah kurang lebih isi surat yang ditulis pada tengah malam tanggal 15 bulan 4 tahun Bunei ke-9 (1272) dan tertanda Niciiki Syamon Niciren.
2
Sejak awal bulan dua telah menjadi murid yang mengikuti kepercayaan sampai sekarang dan seterusnya. Saya lebih rendah dari orang biasa, tetapi telah dianggap sebagai seorang murid. Betapa bersyukurnya ! Di dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat kalimat. “Sering kali dilahirkan bersama-sama guru di tanah negeri seluruh Buddha”.
GM
Keterangan: Di dalam surat, Sairenbo menerangkan tentang kegembiraanya dapat menjadi murid yang menerima dan percaya Saddharma serta menyatakan ketekadan
hatinya. Sebagai jawaban, Niciren Daisyonin mengutip kalimat Saddharmapundarika-sutra untuk menerangkan dalamnya hubungan guru dan murid. Di dalam Bab VII, Istana Khayalan dikatakan, “Di jaman kapanpun sering terlahir di tanah negeri para Buddha”. Kalimat sutra ini berarti, 16 putra Buddha Mahabhijnajnanabhibhu, yang muncul pada 3.000 asamkheya koti kalpa, setelah mendengar Pembabaran Saddharmapunda rika-sutra dari ayahanda raja mengulang kembali ajaran Hukum tersebut dan mengikat jodoh sebagai guru dan murid dengan umat manusia sejumlah 600 juta butir-butir pasir Sungai Gangga. Umat ini pada jaman kapan pun di kemudian hari, terlahir bersama-sama guru di Tanah Buddha untuk bersama-sama membabarkan dan melaksanakan Hukum Buddha. Demikianlah di dalam Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra Sang Buddha membabarkan hal ini kepada para Sravaka dari Golongan Sebab Jodoh, salah satu dari Tiga Golongan Pembabaran Hukum : Golongan Pembabaran Hukum, Golongan Pembabaran Perumpamaan, Golongan Sebab Jodoh. Meskipun Buddha Sakyamuni telah mengungkapkan “Membuka Triyana Mewujudkan Ekayana” melalui Pembabaran Hukum dan Perumpamaan, akar-bakat para sravaka tersebut tidak dapat menerima dan mengerti. Maka diterangkan jodoh umat manusia yang mendapat bimbingan ajaran dari 16 putra Buddha Mahabhijnajnanabhibhu. Dalam hal ini diterangkan bahwa Buddha Sakyamuni adalah salah seorang dari ke 16 pangeran. Sedangkan para sravaka serta lainnya yang berkumpul di pesamuan Saddharmapundarika-sutra adalah umat yang telah menerima bimbingan ajaran pada waktu itu. Penjelasan untuk para sravaka golongan sebah jodoh ini dikutip Niciren Daisyonin untuk mengajarkan bahwa sama seperti umat yang menerima bimbingan Samantabadra | Agustus 2019
35
ajaran dari ke-16 pangeran, hubungan Beliau dengan Sairenbo sangatlah mendalam. Niciren Daisyonin selanjutnya menerangkan bagian akhir Bab Guru Dharma, “Kalau erat dan akrab dengan Guru Hukum segera akan memperoleh Jalan Kebodhisattvaan. Dengan selaras dan meng ikuti guru ini serta belajar darinya dapat melihat Buddha sejumlah butir-butir pasir Sungai Gangga”. Di sini, “erat dan akrab” serta “selaras dan mengikuti” adalah nama lain dari percaya dan menerima. Kalimat ini berarti, orang yang membabarkan Saddharmapunrika-sutra setelah kemuksyaan Sang Buddha akan dijaga dan dilindungi oleh berbagai makhluk yang diutus oleh Sang Buddha. Oleh karena itu, bila erat dan akrab serta selaras dan mengikuti Guru Hukum seperti ini akan mendapat Jalan Kebodhisattvaan dan dapat melihat Buddha sejumlah butir-butir pasir Sungai Gangga. Memang, di dalam kalimat ini Niciren Daisyonin ingin menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Guru Hukum di sini adalah Beliau sendiri, sedang yang “erat dan akrab” serta yang “selaras dan mengikuti” adalah Sairenbo. Selanjutnya, kalimat sutra tersebut diperjelas oleh Mahaguru Tien-tai di dalam Hokke Gengi. “Semenjak dahulu, dengan mengikuti Buddha ini baru dapat menimbulkan keinginan hati mencari jalan Buddha dan dengan mengikuti Buddha ini dapat menetap pada suasana jiwa yang tak akan mundur”. Di dalam catatan Hokke Mongu Mahaguru Miao-lo menerangkan, “Pertama, dengan mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini terjadi ikatan jodoh. Sebaliknya, kesadaran Jalan Buddha dapat tercapai karena mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini”. Kalimat ini bermaksud menerangkan arti honju (mengikuti pokok). Guru dapat membimbing para murid sehingga mencapai Kesadaran Buddha; inilah Teori Hukum Guru dan Murid Bukan Dua 36
Samantabadra | Agustus 2019
(Sitei Funi). Dalam hal ini, Niciren Daisyonin adalah guru yang “mengikuti pokok”, sebaliknya Sairenbo, yang dapat menjadi murid Niciren Daisyonin, pasti memiliki sebab-jodoh semenjak masa lampau. Kalimatkalimat di atas dikutip untuk menjelaskan arti ini. Selanjutnya, “suasana jiwa yang tak akan mundur” yang diterangkan di dalam Hoke Gengi disebut tingkat “syoju”. yaitu tingkat pertama dari sepuluh tingkat Penetapan di dalam ke-52 tingkat pertapaan. Di dalam ajaran Sempurna, para bodhisattva yang menyadari sebagian teori Jalan Tengah akan memasuki tingkat “suasana jiwa yang tak akan mundur”. Nicikan Syonin, Bhiksu Tertinggi ke-26 Kuil Pusat Taiseki-ji, mengatakan di dalam Surat Sanju Hiden, “Guru mengatakan, tersirat pada kalimat hon in Syoju, terpendam secara rahasia Icinen Sanzen Kenyataan, Saddharma kuon myoji. Haruslah diketahui, untuk dapat naik ke tingkat selanjutnya tergantung pada pelaksanaan sebelumnya”. Berdasarkan teori hukum penjelasan sutra ini, Niciren Daisyonin dan Sairenbo telah menjalin hubungan sebagai guru dan murid semenjak masa lampau dari kalpa yang tak terhitung. Dengan demikian ikatan hubungan tersebut sangat mendalam. Terlebih lagi, dapat terlahir di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) yang keruh dan buruk di negeri Jepang yang utama di Jambu dwipa dan dapat mengikat hubungan sebagai guru dan murid, serta bersama-sama berdasarkan tiga karma, badan, mulut dan hati menerima, mempertahankan, serta melaksanakan “Nammyohorengekyo yang merupakan tujuan kehadiran para Buddha di dunia”. Ini “semata-mata karena karma kebiasaan yang tertinggal dari masa lampau”. Hukum Nammyohorengekyo adalah hukum yang dibabarkan oleh seluruh Buddha dari sepuluh penjuru dan ketiga masa demi tercapainya Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia.
Mengenai hubungan guru dan murid ini, Niciren Daisyonin mengatakan tidak hanya di dalam surat ini saja. Di berbagai surat lainnya Beliau sering mengatakan kepada Sairenbo, bahwa menakjubkan sekali adanva ikatan hubungan sebagai guru dan murid. Misalnya, di dalam Surat Perihal Hakikat Hukum Kejiwaan (Syoji Icidaiji Kecimyaku) dikatakan, “Sesungguhnya, pasti terdapat ikatan karma dari masa lampau yang menyebabkan Anda bernasib menjadi murid Saya pada waktu seperti sekarang ini. Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna harus mengetahui hanya pernyataan sutra, Dari suatu masa kehidupan ke kehidupan lainnya mereka senantiasa dilahirkan bersama dengan guru mereka di Tanah Buddha di alam semesta ini bukan merupakan bualan”. (Gosyo hal. 1338). Di dalam Surat Sioho Jisso juga dikatakan, “Tidakkah terdapat ikatan janji gaib di antara kita?...... Dalam hal ini pasti terdapat Sebab Jodoh yang tertinggal semenjak masa lampau sehingga Anda menjadi murid Saya”. (Gosyo hal. 1.362). Suasana jiwa yang sangat sulit dirasakan oleh Niciren Daisyonin semasa pembuangan di Pulau Sado. Pada waktu itu, sungguh menakjubkan Sairenbo dapat menunaikan sebagian tugas menjaga Niciren Daisyonin. Terlebih lagi mengingat ia ada lah bekas bhiksu sekte Tien-tai, sehingga denggan jodoh ini Niciren Daisyonin dapat meninggalkan hukum-hukum yang sangat mendalam yang tertuang dalam Surat Perihal Warisan Hakikat Hukum Kejiwaan, Surat Perihal Penegasan Lisan Pencapaian Kesadaran Buddha Dari Rumput dan Pohon, Surat Sioho Jisso dan lainnya. Maka, di dalam perkataan “telah ada perjanjian menjadi guru dan murid” terkandung ribuan perasaan hai Niciren Daisyonin.
3
Saya melihat dari wajah negeri Jepang. Raja lblis Surga Keenam telah merasuki tubuh orang arif, sehingga guru yang baik menjadi guru yang jahat, guru yang sejati menjadi guru yang buruk. Keterangan: Bagian ini berisi peringatan adanya bermacam-macam guru yang sejati dan yang sesat, yang baik dan yang buruk, serta peringatan untuk tidak erat dan akrab dengan guru yang sesat dan buruk. Bila memperhatikan masyarakat sekarang satu persatu, tampak bahwa Raja Iblis Surga Keenam telah merasuki tubuh orang arif, sehingga guru yang sejati menjadi guru yang sesat, guru yang baik berubah menjadi guru yang buruk. Raja Iblis Surga Keenam yang dimaksud di sini adalah Takejizaiten (iblis yang merasuk ke dalam jiwa seseorang dan menguasai jiwa tersebut sepenuhnya). Takejizaiten dapat masuk ke dalam tubuh seseorang bila ada celah, sekalipun amat kecil dan menguasai jiwa orang tersebut secara keseluruhan. Dan Iblis Surga tersebut mempunyai kerabat da lam jumlah besar. Mereka akan menghambat Jalan Buddha di tengah umat manusia. Di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab XIII, Amanat Untuk Mempertahankan diterangkan wajah Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) sebagai berikut, “Di dalam kalpa keruh dan jaman buruk terdapat ber macam-macam keburukan yang mengerikan. Iblis buruk ini akan merasuk tubuh, sehingga orang yang dirasuki akan mengejek, merendahkan dan menghina pelaksana Saddharmapundarika-sutra”. Takejizaiten merupakan pemimpin tertinggi para iblis buruk. Iblis ini akan merenggut kegembiraan orang lain dan menjadikannya sebagai kesenangannya sendiri. Maka, kedudukannya amat bertolak belakang dengan pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang ingin Samantabadra | Agustus 2019
37
memberi pencapaian Kesadaran Buddha, yang merupakan sumber pokok kegembiraan jiwa seluruh umat manusia. Dengan demikian, iblis tersebut merasuk ke dalam tubuh seluruh makhluk agar dengan cara mengancam maupun membujuk dapat menentang, pelaksana Saddharmapundarika- sutra. Surat ini secara khusus menyatakan. “merasuki tubuh orang arif” Mengenai orang arif, di dalam Surat kepada Ikegami Bersaudara, Niciren Daisyonin mengatakan, “Dunia ini sebenarnya adalah tempat milik Raja Iblis Surga Keenam … Meski pun bermaksud menjatuhkan orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra ke dalam dunia buruk, karena selalu tidak berhasil, iblis tersebut menggunakan berbagai tipu muslihat untuk menjatuhkan umat manusia ke dalam ajaran Avatamsaka yang menyerupai Saddharmapundarika-sutra. Ini dilakukan oleh bhikku Tu-shun, Chie-yen, Fatsang, Cheng-kuan dan lainnya. Selanjutnya, kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam Sutra Prajnaparamita adalah Chia-hsiang. Seng-chuan dan lainnya. Dan, kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam Sutra Sandhinirmo cana adalah Hsuan-chuang dan Tzu-en. Kawan-kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam Sutra Mahavairocana adalah Subhakarashimha, Vajrabodhi, Pukung, Kobo, Jikaku dan Cisyo. Kawan-kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam sekte Zen adalah Bodhidharma, Huiko dan lainnya. Dan, kawan-kawan buruk yang menipu untuk menjatuhkan ke dalam Surga Amitayurdhyana adalah Shan-tao dan Honen. Dalam hal ini, Raja Iblis Surga Keenam telah merasuki ke dalam tubuh para orang arif untuk menipu orang baik. Yang dibabarkan di dalam jilid lima Saddharmapundarika-sutra, iblis jahat telah merasuk ke dalam tubuhnya adalah hal ini”. (Gosyo hal. 1.082). Orang arif yang dimaksud di sini adalah para pendiri 38
Samantabadra | Agustus 2019
berbagai sekte. Dan dengan jelas diajarkan bahwa Raja Iblis Surga Keenam merasuk ke dalam tubuh orang-orang tersebut. Mereka sebenarnya dapat menjadi guru yang sejati dan baik, akan tetapi karena dirasuki Raja Iblis Surga Keenam mereka menjadi guru yang sesat dan buruk. Akhirnya guru yang sesat dan buruk itu menipu dan mempermainkan umat manusia. Dengan demikian, berdasarkan arti tersebut Niciren Daisyonin benar-benar seorang yang arif. Oleh karena itu, Raja lblis Surga Keenam juga pasti berusaha memasuki tubuh Niciren Daisyonin agar Beliau menjadi guru yang sesat dan buruk tetapi Niciren Daisyonin telah mengetahui hal ini semenjak dahulu, sehingga jiwa-Nya senantiasa waspada, tidak pernah lengah, sehingga tenaga iblis surga tidak dapat menjangkau. Maka, iblis merasuki tubuh orang awam yang menggunakan kekuasaan dan juga Bhikku Ryokan, guru yang bodoh, sehingga orang-orang tersebut menentang Niciren Daisyonin yang merupakan pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Di sini Niciren Daisyonin mengatakan Ryokan dan lainya sebagai Guru Hukum yang bodoh yang tidak mengetahui wajah sebenarnya. Bersamaan dengan itu juga dikatakan, “merasuki raja dan pejabat-pejabat lainnya”. Dengan demikian mereka menjadi salah satu dari Tiga Jenis Musuh Kuat, yaitu Zokusyi Zojoman (orang awam yang tidak mengetahui Hukum Buddha sehingga mengejek pelaksana Saddharmapundarikasutra dan memukulnya dengan pedang atau tongkat). Musuh kuat yang kedua dan yang ketiga, yaitu Domon Zojoman (bhikku yang sombong dan berprajna sesat) dan Sensyo Zojoman (bhikku yang tampak seperti orang arif dan dihargai oleh masyarakat, tetapi di dalam jiwa terikat dengan keuntungan bagi diri sendiri; merasa iri hati dan benci kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan menggunakan kekuasaan untuk menganiaya
pelaksana Saddharmapundarika-sutra) adalah Ryokan dan murid-muridnya. Dengan demikian, Raja Iblis Surga Keenam nyata pada Tiga Jenis Musuh Kuat. Dengan adanya proses seperti itu, meskipun sama disebut sebagai guru, guru yang menolak rasukan Raja Iblis Surga Keenam dikatakan sebagai guru yang baik dan sejati, sedangkan yang dirasuki oleh Raja Iblis Surga Keenam adalah guru yang sesat atau guru yang buruk. Meskipun seseorang berkebajikan seperti apapun, atau memiliki prajna seunggul apapun, atau dihormati dan diagungkan di masyarakat, bila memfitnah Saddharma, ia adalah guru yang buruk dan guru yang sesat. Karena itu tidak boleh erat dan akrab dengan orang serupa ini. Salah satu sutra, yaitu Surga Daihokojurin bab ke-5 memperingatkan, “Tidak boleh tinggal bcrsama-sama dengan orang yang memfitnah Hukum Sakti. Bila erat dan akrab serta tinggal bersamasama, berarti menuju Neraka Avici yang penderitaannya tak terputus-putus”. Ini merupakan peringatan keras, bahwa bila erat dan akrab dengan orang yang memfitnah Hukum Sakti akan tertarik menuju jalan yang buruk. Sekalipun seseorang berkeinginan untuk hidup dengan lurus dan benar serta pada kehidupan masa ini ingin memperoleh nama baik sebagai orang arif di dalam maupun di luar masyarakat, bila akrab dengan orang yang buruk, tanpa disadari dua, tiga kali dalam sepuluh kali, tergantung keakrabannya, orang tersebut akan dinodai oleh keburukan sehingga akhirnya menjadi orang yang buruk. Ini merupakan teori yang wajar oleh karena itu Maharguru Miao-lo menunjukkan di dalam Syikan Bugyo Den Gukece, “Sekalipun orang ini semula bukan orang yang buruk, akhirnya pasti menjadi orang yang buruk juga. Dan nama buruk ini akan tersebar luas ke seluruh dunia”.
Perbuatan yang kita lakukan tidak tergantung dari pengetahuan yang kita miliki, tetapi tergantung pada jodoh tempat di sekitar kita. Maka, bila berjodoh dengan guru yang buruk dan sesat, tanpa diketahui akan terpengaruh, sehingga jiwa kita menjadi sesat dan buruk. Mahaguru Miaolo selanjutnya mengatakan di dalam Syikan Bugyo Den Gukece jilid ke-1, Bab keempat sebagai berikut, “Walaupun pada mulanya timbul hati yang tidak benar, bila berjodoh dengan suasana yang sungguh-sungguh baik, tetap akan memperoleh banyak karunia kebajikan. Akan tetapi, bila tidak ada suasana yang benar-benar baik, meskipun timbul hati yang jujur dan tidak bersalah, tidak akan menjadi bibit pencapaian kesadaran. Oleh karena itu, guru pembimbing yang harus dipercaya dan dijadikan panutan hendaknya sungguh-sungguh dipilih : guru yang benarbenar baik atau guru yang buruk lagi sesat.
4
Semenjak dahulu telah disampaikan, bahwa para guru, yaitu Subhakarasimha, Vajrabodhi, Bodhidharma, Hui-ko, Shan-tao, Kobo dari Kuil To, Cisyo dari Kuil Enjo, Jikaku dari Gunung Hiei, Ryokan dari daerah Timur membaca petuah emas “membuang ajaran sementara sesungguh hati” menjadi “membuang Ajaran Sesungguhnya setulus hati dan hanya membabarkan Ajaran Upaya”.
Anak Cabang
Keterangan: Di sini jelas siapa yang dimaksud sebagai Guru Buruk dan Guru Sesat. Di dalam Sutara Nirvana dikatakan, “Wahai Bodhisattva, janganlah merasa takut kepada gajah ganas dan lainmya, tetapi bangkitkanlah hati ketakutan kepada teman yang buruk (akucisyiki). Ketika terbunuh karena gajah ganas, tidak akan terjatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk : Neraka, Kelaparan dan Kebinatangan, akan tetapi bila hati kesadaran Samantabadra | Agustus 2019
39
terbunuh karena teman yang buruk, pasti tiba pada Tiga Dunia Buruk”. Dan juga, di dalam Saddharmapundarikasutra Bab XIII, Amanat Untuk Mempertahankan diterangkan mengenai bhikku buruk yang timbul di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma), “Dalam jaman yang buruk, para bhikku memiliki prajna yang sesat dan hati yang bengkok”. Jika demikian, siapakah yang dimaksud dengan guru yang sesat dan buruk? Di Tiongkok : pendiri aliran Sekte Syingon, Subhakarasimha dan muridnya, Vajrabodhi, pendiri Sekte Zen, Bodhidharma dan muridnya Hui-ko, pendiri aliran sekte Nembuce, Shan-tao dan lainnya. Di Jepang, ketika masa Kyoto, pendiri Sekte Nembuce, Honen, pendiri Sekte Syingon, Kobo dari Kuil To, bhikku tertinggi ke-4 Kuil Enryaku Gunung Hiei, Cisyo yang memperbaiki dan mem bangun kembali dari kelompok Kuil Mitsui Enjo dan bhikku Tertinggi ke-3 Jikaku yang mendirikan Aliran Sanmon. Di daerah Timur, Kanto : Bhikku Ryokan dari Kuil Gokuraku sekte Rice di Kamakura dan lainnya. Nama-nama guru sesat yang dikutip itu dikatakan semenjak dahulu telah diberitahukan. Akan tetapi, di dalam berbagai Gosyo yang ditulis untuk Sairenbo semenjak ia diterima menjadi murid, yaitu pada bulan 2 tahun Bun-ei ke-9 (1272) sampai dengan surat ini ditulis, yaitu pada bulan empat, tidak tertulis nama-nama tersebut. Oleh karena itu, nama-nama tersebut bukan tertulis dalam surat, tetapi kemungkinan diajarkan Niciren Daisyonin ketika bertemu dengan Sairenbo. Mengapa di sini ditunjukkan guru-guru yang buruk dan sesat. Berdasarkan apa guruguru ini disebut sebagai guru yang buruk dan sesat? akar pokok keburukan dan kesesatan para guru ini adalah membengkokkan petuah emas Sang Buddha yang mengajarkan dan mewujudkan Saddharma pundarika-sutra sebagai suatu yang paling 40
Samantabadra | Agustus 2019
unggul, hukum inti hakikat dan hukum pencapaian kesadaran. Kalimat sutra Bab II, Upaya Kausalya, “Dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Upaya Sementara dan hanya membabarkan Jalan agung yang tiada taranya”, dibengkokkan menjadi “mem buang ajaran sesungguhnya setulus hati dan hanya membabarkan ajaran upaya”; atau kalimat Saddharmapundarika-sutra Bab XIV, Pertapaan yang tenang dan menyenangkan, “Saddharmapundarika-sutra teratas di antara berbagai sutra”, dibaca menjadi “terbawah di antara berbagai sutra”. Di dalam bab yang sama dikatakan bahwa di dalam seluruh Hukum dan Sutra lainnya, Saddharmapun darika-sutra adalah yang terunggul. Demikian juga, di dalam Bab X, Guru Dharma dikatakan, “Di antara berbagai sutra yang Saya babarkan, Saddharmalah yang terunggul”. Meskipun dikatakan seperti itu, mereka membaca Saddharmapundarika-sutra menempati kedudukan kedua dan ketiga. Cara baca guru sesat yang terbalik seperti ini dikatakan Niciren Daisyonin bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga secara kenyataan. Yang membaca perkataan Saddharmapundarika-sutra “Membuang Ajaran Upaya Sementara, hanya membabar kan Jalan Agung tiada taranya”, terbalik menjadi “membuang ajaran sesungguhnya dan hanya mempertahankan Ajaran Upaya” adalah berbagai sekte, terutama Sekte Jodo. Di dalam Sencaku Syu, Honen mengatakan, bahwa selain Tanah Suci, seluruh sutra, termasuk Saddharmapundarika-sutra, dituntut untuk dibuang, ditutup, ditinggalkan dan dicampakkan. Dengan demikian menjadi bukti nyata “membuang ajaran sesungguhnya”. Dan yang membaca kalimat “di antara berbagai sutra, Saddharmapundarika-sutra adalah yang terunggul”, terbalik menjadi “di antara seluruh sutra, Saddharmapundarikasutralah yang terendah”, adalah Sekte Syingon. Mereka membandingkan
Saddharmapundarika-sutra dengan Mahavairocana-sutra dan mengatakan bukan saja Mahavairocana-sutra lebih unggul, bahkan Saddharmapundarika-sutra dipastikan lebih rendah dari pada Ava tamsaka-sutra, yaitu pada urutan ketiga tingkat terendah. Kalimat “Di antara berbagai sutra yang Saya babarkan, Saddharmapundarika-sutra adalah yang terunggul”, dibaca menjadi “Saddharmapundarika-sutra adalah yang kedua atau ketiga oleh Sekte Syingon (Tomice) dan sekte Tien-tai yang sudah di pengaruhi oleh Sekte Syingon (Taimece). Mengenai sekte Syingon yang merendahkan Sadharmapundarika-sutra pada urutan ketiga telah diterangkan. Yang membaca Saddharmapundarika-sutra menempati urutan kedua adalah Sekte Tien-tai pada masa bhikku tertinggi Kuil Enryaku yang ke-4 dan ke-3. Jikaku dan Cisyo sebagai bhikku tertinggi Sekte Tientai, seharusnya mereka meneruskan aliran Ajaran Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo. Akan tetapi karena terpengaruh dan tergoyah dengan makna ajaran sesat Syingon Mikkyo, mereka mengatakan, “Secara teori Saddharmapundarika-sutra dengan Mahavairocana-sutra adalah sama, tetapi buktinya Mahavairocana-sutra lebih unggul dari pada Saddharmapundarikasutra”. Dengan demikian, dikemukakan makna “teorinya sama, fakta nyatanya lebih unggul”. Karena menganggap tinggi makna sekte sendiri, membengkokkan dan tidak mau berpegang pada petuah emas Sang Buddha, sehingga merendahkan dan memfit nah Saddharmapundarika-sutra, sebenarnya mereka menjauhkan umat dari Hukum Buddha. Dengan demikian jelas, bahwa mereka merupakan guru yang sesat dan yang buruk.
5
Sekarang yang dikatakan guru yang sejati dan baik adalah yang mengikuti petuah emas Buddha Sakyamuni, bahwa berbagai sutra merupakan Ajaran Upaya dan Saddharma merupakan yang sebenarnya.
GM
Keterangan: Sampai dengan bagian ini telah diterangkan siapa yang dimaksud dengan guru sesat dan guru buruk. Siapakah guru yang baik, guru sejati di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma)? Guru yang sesat dan guru yang buruk adalah guru yang membaca petuah emas Sang Buddha dengan membengkokkannya, sedang guru yang baik atau guru yang sejati jelas adalah yang membaca sutra dengan benar sesuai petuah emas Buddha Sakyamuni serta melaksanakanya. Mengenai membaca sutra sebagaimana petuah emas Sang Buddha, di dalam surat ini dikatakan, “Berbagai sutra merupakan Ajaran Upaya dan Saddharma merupakan yang sebenarnya”. Niciren Daisyonin mengatakan, orang yang sungguh hati percaya dan menerima serta berkelangsungan, melak sanakan dengan badan sesuai dengan petuah emas Sang Buddha, membaca dengan mulut dan menginginkannya sepenuh hati, sebenarnya adalah Niciren Daisyonin seorang diri. Mengenai ini dikatakan, “Hendaknya melihat Bab Memasuki Dunia Hukum (Nyubokai), Sutra Avatamsaka jilid ke-77”. Sehubungan dengan itu, Zenzai Doji merupakan orang yang mencari “teman yang baik”, sedangkan Tokusyo Doji dan Utoku Dojo dapat dikatakan sebagai “teman yang baik” bagi Zenzai doji. Kisah ini dapat dirasakan sebagai bagian yang membabarkan karunia kebajikan mengikuti dan selaras dengan guru yang baik dan sejati. Dan kutipan kalimat Saddharmapundarika-sutra, Bab XXVII, Raja Subhavyuha, “Teman yang Samantabadra | Agustus 2019
41
baiklah yang membimbing dan mengajarkan kita, serta merupakan sebab jodoh utama untuk melihat Buddha sehingga timbul ke inginan hati kesadaran”, mengajarkan bahwa teman yang baik amat penting. Sesuai dengan pembabaran Sang Buddha. “Dengan tulus dan jujur membuang Ajaran Upaya Sementara dan hanya membabarkan Jalan agung tiada taranya”. Maka dengan tulus dan sungguh hati membuang sutra empat rasa dan tiga ajaran, yakni Hinayana, Semi Mahayana dan berbagai sutra Upaya lainnya. Berarti, guru yang baik dan sejati adalah yang membuang ajaran sutra pegangan Sekte Nembuce, Syingon, Zen, Rice dan berbagai sekte lainnya, dan hanya membabarkan Myohorengekyo, sebab jodoh satu fakta sangat penting bagi kehadiran Buddha di dunia ini. Dengan demikian Myohorengekyo adalah satu-satunya sebab jodoh satu fakta sangat penting yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra, Bab II Upaya Kausalva, “Para Buddha yang dihormati hadir di dunia membaca sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting”. Maka, arti pokok ke hadiran Buddha di dunia adalah Hukum ini. Apakah yang dimaksud dengan “sebab jodoh hanya satu fakta sangat penting?”. Bab, Upava Kausalya mengatakan, “Para Buddha bermaksud agar umat manusia ‘membuka jiwa untuk melihat dan mengetahui Buddha’ (kai buce ciken). Karena berkehendak agar jiwa menjadi suci dan bersih, maka hadir di dunia ini. Karena Buddha ingin agar umat manusia mau ‘melihat dan mengetahui Buddha’ (ji buce ciken), maka hadir di dunia ini. Buddha hadir di dunia ini agar seluruh umat manusia ‘mendapat kesadaran melihat dan mengetahui Buddha’ (go buce ciken). Berkehendak agar seluruh umat manusia ‘memasuki Jalan Buddha dengan melihat dan mengetahuinya’ (nyu buce ciken}, 42
Samantabadra | Agustus 2019
maka hadir di dunia ini. Wahai Sariputra, sebabnya para Buddha hadir di dunia ini adalah karena membawa ‘sebab jodoh hanya satu takta sangat pcnting’ Dengan demikian seluruh umat manusia dapat membuka, mewujudkan, mendapat kesadaran dan memasuki (kai, ji, go, nyu) “melihat dan mengetahui Buddha”. Ini berarti tujuan kehadiran Buddha di dunia ini adalah agar seluruh umat dapat memasuki Jalan Buddha. Guru yang baik dan sejati adalah guru yang membabarkan Myohorengekyo, yang merupakan sarana seluruh umat manusia untuk memasuki Jalan Buddha. Sebaliknya, bila menjauhkan umat manusia dari Saddharmapundarika-sutra yang berarti menutup Jalan Buddha untuk mereka, merupakan guru yang sesat dan buruk. Siapakah yang menyebarkan Saddharmapundarika-sutra secara nyata? Buddha telah melihat keadaan Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) setelah kemoksyaan Beliau dan meninggalkannya sebagai catatan akan datang, yaitu yang jelas terdapat di dalam Bab Amanat Untuk Mempertahankan. Niciren Daisyonin yang timbul di negeri Jepang pada 500 tahun awal Masa Pascimadharma (akhir dharma) menghadapi Tiga Jenis Musuh Kuat, mengalami berbagai penganiayaan, tetapi tetap menyebut Nammyohorengekyo dan menyebarkannya tanpa menyayangi jiwa raga. Dalam hal ini Niciren Daisyonin mengatakan, haruslah melihat dengan sungguh-sungguh siapa yang merupakan guru yang sesat dan guru yang sejati, yaitu yang tindakannya menunjukkan fakta nyata sesuai dengan catatan Sang Buddha.
6
Orang-orang dari berbagai sekte semenjak dahulu menganggap dan menyatakan, “Saya telah mengetahui dan memperoleh arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga
merupakan pelaksana Saddharmapundarikasutra.
Selanjutnya Niciren Daisyonin mengatakan bahwa orang dari berbagai sekte yang mengajukan dan menamakan diri sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, Keterangan: seperti yang telah diterangkan dahulu, Seperti yang telah diterangkan kebanyakan adalah para guru sesat yang terdahulu, orang-orang dari berbagai sekte berkedudukan tinggi di dalam Sekte Tienmengatakan, “Saya telah memperoleh tai, yaitu Cisyo dari Kuil Enjo dan Jikaku arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga dari Sanmon. Cisyo menulis 10 jilid Catatan merupakan pelaksana SaddharmapundarikaSastra Saddharma dan lainnya. Jikaku sutra”. Akan tetapi, sebagai pelaksana menulis keterangan sepuluh macam myo Saddharmapundarika-sutra, siapakah dari Kanjin Ajaran Bayangan Saddharma yang seperti Niciren Daisyonin, menerima dan keterangan 10 macam myo dari Kanjin berbagai penganiayaan dan hukuman, Ajaran Pokok Saddharma, serta lainnya. seperti hukuman pembuangan dan hukuman Seluruhnya memang merupakan ceramah mati ? Tak seorang pun pernah menerima mengenai Saddharmapundarika-sutra. penganiayaan besar dari Tiga Jenis Musuh Akan tetapi, meskipun mulut mereka Kuat demi Saddharmapundarika-sutra. Oleh menceramahkan Saddharmapundarikakarena itu, Niciren Daisyonin menjelaskan, sutra, mereka memandang kedudukan bila disesuaikan dengan pembabaran Saddharmapundarika-sutra – seperti Sang Buddha, tenang dan tegas Niciren yang telah diterangkan terdahulu – masih Daisyoninlah guru yang sejati, guru yang baik. lebih rendah dari Sutra Mahavairocana. Guru leluhur berbagai sekte lain Pandangan seperti ini tentu tidak dapat mengatakan, “Saya telah memperoleh dibenarkan. Terlebih, bila dibandingkan arti Saddharmapundarika-sutra, sehingga dengan Niciren Daisyonin, mereka sama merupakan pelaksana Saddharmapundarika- sekali tidak mendapat penganiayaan sedikit sutra”. Mengenai hal ini Niciren Daisyonin pun demi Saddharmapundarika-sutra. mengatakan bahwa pada kenyataannya Sutra-sutra andalan guru tersohor hanya Beliau sendiri yang menerima dari berbagai sekte bukanlah penganiayaan. Beliau mengatakan demikian Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian karena pertapaan Saddharmapundarikasama sekali tidak dapat dikatakan mereka sutra seharusnya dilaksanakan dengan telah memperoleh arti Saddharmapundarikatiga karma: badan, mulut, dan hati. sutra atau melaksanakan pertapaan Guru leluhur berbagai sekte memang Saddharmapundarika-sutra. Mereka membaca Saddharmapundarika-sutra, menegakkan makna sesat bahwa yang berarti membaca dengan karma Nembuce dan lainnya yang telah mulut, akan tetapi Niciren Daisyonin “dibuka dan ditemukan” (kai-e) adalah mengatakan bahwa Beliau membaca Saddharmapundarika-sutra; mereka Saddharmapundarika-sutra dengan karma mengatakan telah memperoleh arti badan. Membaca SaddharmapundarikaSaddharmapundarika-sutra. Pada sutra yang sebenarnya adalah membaca kenyataannya mereka malah menghina dengan karma badan; di luar itu bukan Saddharmapundarika-sutra dengan pertapaan Saddharmapundarika-sutra yang menyesatkannya lebih rendah dari Sutra sesungguhnya. Ini merupakan keyakinan kuat Mahavairocana. Mereka katakan bahwa Niciren Daisyonin. bila berpegang pada SaddharmapundarikaSamantabadra | Agustus 2019
43
sutra tidak akan mencapai kesadaran, maka sutra tersebut harus dibuang. Oleh karena itu, sungguh lucu bila mereka sendiri mengatakan telah mendapatkan arti sutra tersebut. Yang membaca Saddharmapundarikasutra tepat dengan karma mulut dan karma hati adalah guru sejati Masa Pratirupadharma, yaitu Mahaguru Tientai dan Mahaguru Dengyo. Akan tetapi, bagaimanapun beliau berdua bukanlah guru sejati Masa Pascimadharma (Akhir Dharma), maka mereka tidak termasuk dalam masa tersebut. Kalimat “Selain ini, masih banyak kalimat Sutra dan Sastra yang membagi dan membedakan dua macam guru, yang baik dan yang buruk. Tetapi hal ini tidak perlu diterangkan, karena agaknya Anda telah mengetahui” berarti Sairenbo – sebagai Bhikku pelajar Sekte Tien-tai – telah mengetahui perbedaan antara Saddharmapundarika-sutra dengan sutrasutra lainnya. Karena Sairenbo sebagai Sangha telah mengetahui dasar pokoknya, maka di sini diterangkan “hal ini tidak perlu diterangkan”.
7
Di dalam surat dikatakan, “Mulai saat ini akan membuang guru sesat yang sekarang ada dan hanya akan mengikuti serta percaya kepada satu-satunya guru yang sesungguhnya, yaitu Niciren Daisyonin”. Saya sendiri merasa hal ini bukan main menakjubkan.
GM
Keterangan: Kalimat “Saya sendiri merasa hal ini bukan main menakjubkan” menunjukkan kelahiran yang membawa tugas yang mendalam. “Menakjubkan” yang dikatakan di sini bukan berarti rasa heran kepada ketekadan hati kepercayaan Sairenbo, yang di tempat buruk seperti Pulau Sado dapat 44
Samantabadra | Agustus 2019
turut percaya Saddharma, serta secara nyata menjadi penjaga Niciren Daisyonin; melainkan mempunyai makna yang jauh lebih mendalam. Makna mendalam tersebut akan diterangkan berikut ini. Kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia adalah untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Para Buddha dan Bodhisattva yang berasal dari negeri lain berkumpul bagaikan pantulan dari getaran suara dan bayangan yang mengikuti badan untuk menolong Sang Buddha dalam pelaksanaan membimbing umat. Para Buddha dan Bodhisattva dari negeri lain tersebut merupakan utusan Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha sepuluh penjuru untuk membimbing dan mengajar umat manusia muncul nyata di Jepang. Dengan demikian Niciren Daisyonin mengatakan bahwa Sairenbo mungkin salah seorang dari para Buddha dan Bodhisattva yang berasal dari negeri lain. Sebagai bukti kalimat sutra untuk perkataan ini dikutip kalimat Saddharmapundarika-sutra Bab X Dharma Duta yang berbunyi, “Saya dari negeri yang lain, mengutus pembimbing, mengumpulkan umat, untuk mendengarkan Hukum. Dan juga mengutus pembimbing-pembimbing : Bhikku, Bhikkuni, Upasaka dan Upasika untuk mendengar pembabaran Hukum tersebut. Seluruh pembimbing ini mendengarkan Hukum, menerima dan percaya, mengikuti dengan selaras dan tidak menentang”. Mendahului kalimat di atas tertulis, “Seandainya setelah kemoksyaan Sang Buddha, ada putra-putra yang baik dan putri-putri yang baik ingin membabarkan Saddharmapundarika-sutra kepada keempat golongan umat, bagaimana mereka harus membabarkannya ? Putra-putra yang baik dan putri-putri yang baik ini akan memasuki kamar Sang Buddha, mengenakan jubah Sang Buddha, duduk di singgasana Buddha,
dan kemudian membabarkan sutra ini secara luas kepada keempat golongan”. Hal ini menunjuk ketiga pola : pakaian, tempat, dan kamar (E, Za, Shitsu no Sanki). Sang Buddha mengutus orang ke berbagai negara untuk membimbing dan menolong pembabaran Hukum. Di Masa Pascimadharma orang yang menyebarkan Saddharmapundarika-sutra setelah Sang Buddha moksya adalah Niciren Daisyonin, sedangkan pembimbing yang diutus oleh Sang Buddha adalah Sairenbo dan lainnya. Niciren Daisyonin sendiri menyatakan bahwa Sairenbo adalah Bhikku yang terdapat dalam kalimat “Mengutus pembimbingpembimbing Bhikku, Bhikkuni, Upasaka, dan Upasika untuk mendengar pembabaran Hukum tersebut. Seluruh pembimbing ini mendengar Hukum, menerima dan percaya, mengikuti dengan selaras dan tidak menentang”. Selanjutnya, Sairenbo diumpamakan sebagai salah seorang dari para Sravaka yang mencapai kesadaran melalui pembabaran Hukum bagi ketiga golongan Sravaka. Pada masa lampau yang amat jauh, yaitu 3000 asamkheya kalpa koti, umat yang telah menerima bimbingan dari ke-16 pangeran putra Buddha Mahabhijnajnanabhibu sering kali terlahir bersama guru di tanah negeri Buddha pada zaman kapan pun. Akan tetapi di kemudian hari terjadi “mundur dari yang besar, mengambil yang kecil”, berarti mundur dari Hukum Mahayana dan mengambil Hukum Hinayana, sehingga terjatuh ke dalam Lima Jalan dan Enam Jalan, yakni berputar dalam kesesatan penderitaan hidup-mati : Neraka, Kelaparan, Kebinatangan, Kemurkaan, Kemanusiaan, dan Surga. Akan tetapi, ketika bakat para Sravaka tersebut matang untuk mencapai kesadaran, mereka akan mendapat penganugerahan, tepatnya di dalam Saddharmapundarika-sutra. Sama halnya dengan Sairenbo yang menjadi murid Niciren
Daisyonin. Ia “sering kali terlahir bersama guru”, akan tetapi “mundur dari yang besar, mengambil yang kecil” sehingga tenggelam dalam penderitaan. Sekarang akar bakatnya telah matang, dapat membuang Hukum sesat dan guru sesat Nembuce, Syingon, dan lainnya serta menjadi murid Niciren Daisyonin. Inilah yang dimaksud, “bukan main menakjubkan”. Ketika menerima bimbingan pada masa 3000 asamkheya kalpa koti ada dua jenis manusia : “yang membangkitkan hati kepercayaan” (hosyin) dan “yang tidak membangkitkan hati kepercayaan” (mihosyin). “Yang membangkitkan hati kepercayaan” ada dua jenis, yaitu “yang tidak mundur” (futai) dan “yang mundur dari yang besar” (taidai). Di dalam Sanju Hiden Syo Nicikan Syonin, Bhikku Tertinggi ke-26 Kuil Pusat Taiseki-ji mengatakan, “Pada waktu pengulangan pembabaran Hukum Buddha Mahabhijnajnanabhibu (Daicefuko) terdapat dua jenis manusia : yang membangkitkan hati kepercayaan dan yang tidak membangkitkan hati kepercayaan. Yang tidak lupa akan pembibitan di masa lampau yang amat jauh dengan mendengar pembabaran Saddharma dapat menimbulkan hati kepercayaan. Yang lupa dan yang menghilangkan pembibitan di masa lampau yang amat jauh, meskipun mendengar Saddharma, tidak dapat membangkitkan hati kepercayaan…Di dalam “yang membangkitkan hati kepercayaan” pun ada dua jenis. Pertama, yang tidak mundur dan kedua, yang mundur dari yang besar. Orang “yang tidak membangkitkan hati kepercayaan” adalah jenis yang ketiga. Maka, Dwiyana yang sekarang mendapat kesadaran, sebagian besar termasuk jenis yang kedua dan sebagian kecil termasuk jenis ketiga”. Para Sravaka yang berkumpul di dalam pesamuan pembabaran Hukum Saddharma,
Samantabadra | Agustus 2019
45
dahulu telah dibimbing dan diajak oleh salah seorang dari 16 putra Buddha Mahabhijnajnanabhibu, sehingga setelah mendengar pembabaran Hukum bangkit hati untuk percaya. Orang yang tidak mundur mendapat Jalan Kesadaran. Orang yang tidak membangkitkan kepercayaan dan yang membangkitkan kepercayaan, tetapi mundur di pertengahan jalan, tenggelam di dalam penderitaan, berputar dalam Lima Jalan atau Enam Jalan. Baru setelah akar bakat mereka dimatangkan dengan pembabaran Hukum Saddharma, mereka mendapat penganugerahan. Sairenbo termasuk dalam golongan ini. Ia menerima dan percaya Saddharma, tetapi di tengah perjalanan mundur sehingga tenggelam di dalam penderitaan. Akan tetapi, sekarang ia bertemu dengan Niciren Daisyonin, maka akar bakatnya benar-benar dapat dimatangkan. Selanjutnya mengenai “Sering kali terlahir bersama guru di Tanah Buddha�. Niciren Daisyonin memberi petunjuk bahwa orang “yang tidak membangkitkan kepercayaan�, yang mundur dari Mahayana dan mengambil Hinayana, dan yang berputar di dalam jalan buruk, bagaimanapun di masa sekarang telah menjadi murid dan penganut Niciren Daisyonin. Oleh karena itu mereka harus menghantam pemfitnahan Dharma yang dilakukan oleh berbagai sekte, membuang Hukum sesat, dan ikut percaya Saddharmapundarika-sutra sebagai Hukum sesungguhnya dan di masa akan datang hadir di tanah suci Buddha, tempat Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan Buddha sepuluh penjuru. Di muka tempat pusaka ini Sairenbo bertanya, apakah ia dengan Niciren Daisyonin telah mengikat perjanjian menjadi guru dan murid di masa lampau yang amat jauh dan apakah ia menjadi utusan Buddha Sakyamuni untuk membantu Niciren Daisyonin menyebarluaskan Saddharma di 46
Samantabadra | Agustus 2019
Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) ini sehingga terlahir di Jepang ? Jawabannya adalah memang ia telah mengikat perjanjian sebagai guru dan murid, dan timbul di dunia ini untuk membantu pembabaran ajaran sang guru. Dengan mendapat jawaban seperti itu, terasakan tugas diri sendiri secara pasti. Untuk mendapat jawaban seperti ini, yang terpenting adalah dalam keadaan bagaimanapun hendaknya sungguh-sungguh melaksanakan pertapaan untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
8
Pada bulan 2 yang lalu telah disampaikan Hukum yang sangat penting kepada Anda. Terlebih lagi, di tengah malam tanggal 8 bulan 4, pada pukul 04.00 telah memberi jusyoku kanco berdasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma. Keterangan: Di sini dikatakan bahwa Hukum yang sangat penting telah disampaikan kepada Sairenbo pada bulan dua. Bulan dua merupakan bulan Sairenbo menjadi murid Niciren Daisyonin. Segera setelah percaya ia langsung menanyakan berbagai macam Hukum kepada Niciren Daisyonin dan Beliau menjawab semua pertanyaan ini. Pada tahun Bun-ei ke-9 (1272) tanggal 11 bulan 2, Sairenbo mendapat Surat Warisan Hakikat Hukum Kejiwaan, pada tanggal 20 bulan yang sama menerima Surat Perihal Penegasan Lisan Pencapaian Kesadaran Buddha dari Rumput dan Pohon. Terlebih lagi, di tengah malam tanggal 8 bulan 4, pada waktu harimau, kurang lebih pukul 04.00, berdasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma telah dilaksanakan pemberian jusyoku kanco. Di dalam Surat 106 Hal Penting dikatakan bahwa jusyoku kanco berarti menerima Saddharma dari Icinen Masa Lampau Asal Muasal (Myoho Icinen Ganjo) sesungguh hati,
yaitu menerima hakikat tertinggi (Gosyo hal. 867). Upacara sangat agung yang diterima sebagai hukum pusaka masa lampau yang tak berawal akhir yang tersirat secara rahasia adalah Nammyohorengekyo, Icinen Sanzen Kenyataan. Selanjutnya, mengenai jusyoku kanco diterangkan di dalam Surat Hoko Jusyoku Kanco Ge yang ditulis pada tahun Bun-ei ke-11 (1274) sebagai berikut, “Pertanyaan : Bagaimanakah wajah jusyoku dari Ajaran Pokok? Jawab : Menerima tingkat asal muasal dari Ajaran Pokok jiwa kekal abadi semenjak masa lampau yang amat jauh (Honnu Jusyoku Honmon Kuon Ganjo) adalah mata, tulang sumsum dan hati mendalam dari sekte ini. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan dengan mudah. Pertanyaan : Apakah badan Hukum jusyoku ? Badan Hukum jusyoku dari Ajaran Pokok hanya dapat diketahui oleh Buddha dan Buddha. Meskipun ingin membabarkannya, selama kalpa yang tak terhitung pun tak akan pernah selesai. Akan tetapi, bila mengambil hakikat pokoknya saja dan membabarkannya, tidak lain adalah kelima aksara Myohorengekyo. Di sini diterangkan bahwa kelima aksara Myohorengekyo adalah badan Hukum jusyoku. Selanjutnya, mengenai menjadi jusyoku dikatakan, “Jusyoku berarti mewariskan, atau dengan kata lain bermakna mendapat penganugerahan, atau mendapat ketetapan pencapaian kesadaran, atau bermakna nyusyo joju” (hal. 114). Oleh karena itu, “Mewariskan” mempunyai makna yang sama dengan mendapat penganugerahan”. Bila harus dibedakan, jusyoku berarti menguntungkan diri sendiri, sedangkan “mewariskan” berarti menguntungkan orang lain. Akan tetapi, sebenarnya keduanya mengandung makna yang sama. Dalam memberikan jusyoku kanco, Niciren Daisyonin mendasarkan sila pokok sempurna dari Saddharma. Apakah yang
dimaksud dengan sila di dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin ? Sila di Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) ini tiada lain kecuali “menerima dan mempertahankan Saddharma”. Di dalam Surat Ajaran, Pelaksanaan, dan Bukti dikatakan, “inti hakikat Ajaran Pokok Saddharmapundarikasutra adalah Myohorengekyo, dan karunia kebajikan ribuan kebaikan dan ribuan pelaksanaan para Buddha selama tiga masa dikumpulkan menjadi lima aksara. Maka, dalam kelima aksara ini terkandung seluruh karunia kebajikan ribuan sila” (Gosyo hal. 1282). Karena itu dikatakan, “Sila Saddharma yang mencakup keseluruhan atau sila pusaka vajra” (Gosyo hal. 1282). Ini berarti, dengan hanya menerima dan mempertahankan Saddharma sudah tercakup karunia kebajikan ribuan sila, sehingga menerima dan mempertahankan sama artinya dengan mempertahankan pantangan. Dengan demikian, tanpa mempertahankan sila lainnya dengan menerima dan mempertahankan Saddharma berarti telah mempertahankan sila yang terunggul. Oleh karena itu, orang yang menerima tingkat (jusyoku) adalah orang yang ‘menerima dan mempertahankan adalah kesadaran” (juji soku kanjin), sehingga langsung mencapai perasaan yang sebenarnya (jikitace syokan). Dengan demikian, terwujud Buddha Myokaku adalah badan manusia biasa di masa sekarang ini, yang berarti pencapaian kesadaran Buddha dengan badan seadanya dan pencapaian kesadaran Buddha pada hidup kali ini (sokusyin jobuce dan issyo jobuce). Kalau pada masa sekarang mencapai tingkat hakikat Buddha Myokaku, mungkin pada masa akan datang akan menjadi “bagian tingkat sebab tokaku dan lainnya”, berarti tidak akan kembali pada suasana jiwa Bodhisattva dan lainnya. Perjanjian sebagai guru dan murid sejak masa lampau yang amat jauh antara Niciren Daisyonin dengan Samantabadra | Agustus 2019
47
Sairenbo adalah berdasarkan teori kewajaran “Senantiasa terlahir bersama guru”. Niciren Daisyonin memberi dorongan yang kuat kepada Sairenbo dengan mengatakan bahwa bila sang guru, Niciren Daisyonin, dapat mencapai kesadaran, murid yang benar-benar dapat menerima ajaran yang sebenarnya tidak akan terjatuh ke dalam Jalan Buruk. “Kalimat Sutra Catatan Sang Buddha ditinjau dari Arti Keinginan Pokok Sang Buddha” sama sekali bukan merupakan bualan baik di dalam maupun di luar keduniawian. Arti Keinginan Pokok Sang Buddha adalah perbandingan terhadap arti Akar Bakat dan Perasaan. Arti Akar Bakat dan Perasaan adalah menjawab sesuai dengan akar bakat dan perasaan manusia, sedangkan Arti Keinginan Pokok Sang Buddha adalah keinginan mendasar Sang Buddha itu sendiri. Pembabaran sesuai dengan akar bakat umat manusia adalah ajaran upaya, jadi bukan yang seharusnya atau sebenarnya. Sekalipun demikian, Arti Keinginan Pokok Sang Buddha baik di dalam maupun di luar Hukum keduniawian sama sekali Buddha tidak membual. Mahaguru Dengyo menerangkan keduanya, Arti Keinginan Pokok Sang Buddha dan Arti Akar Bakat dan Perasaan dalam go ju gen : nama, badan, sekte, fungsi, dan ajaran. Sebagai contoh, mengenai “nama”. Menurut Arti Keinginan Pokok Sang Buddha, di dalam “nama” badan fungsi tidak terpisah. Namun, ditinjau dari sudut Arti Akar Bakat dan Perasaan, “nama” ditegakkan sementara untuk menerangkan badan. Demikianlah perbedaan yang ada dalam pembabaran Arti Keinginan Pokok Sang Buddha dan Arti Akar Bakat dan Perasaan. Mengenai hal ini Niciren Daisyonin mengatakan bahwa jika kalimat sutra catatan Sang Buddha ditinjau dari arti pokok Sang Buddha, sama sekali bukan bualan. Untuk itu, 48
Samantabadra | Agustus 2019
dikutip kalimat Saddharmapundarika-sutra sebagai kalimat bukti Sang Buddha. Dalam Bab XXI, Kekuatan Gaib Sang Tathagata, dikatakan, “Setelah kemoksyaan-Ku, pada Masa Pascimadharma (Akhir Dharma) harus menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo. Orang ini tidak diragukan lagi pasti mencapai Jalan Buddha”. Dan juga, di dalam Bab XI Stupa Pusaka dikatakan, “Orang yang menerima dan mempertahankan sutra ini (Nammyohorengekyo) langsung memperoleh Jalan Buddha yang terunggul”. Seandainya kalimat yang tercatat ini bualan, sehingga pencapaian kesadaran guru dan murid bagi Niciren Daisyonin dan Sairenbo merupakan ucapan kosong belaka, maka semua teori Hukum yang dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra menjadi bualan juga. Oleh karena itu, Bab XXI Saddharmapundarika-sutra, Kekuatan Gaib Sang Tathagata, membuktikan yang sebenarnya, “Lidah para Buddha akan terputus”. Demikian pula, di dalam Bab XI Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna membuktikan, “Seluruh yang dibabarkan Buddha Sakyamuni adalah benar”. Bila ucapan ini omong kosong belaka, maka Stupa Pusaka Tathagata Prabhutaratna akan hancur runtuh; singgasana kedua Buddha yang mewujudkan “pencapaian kesadaran Buddha dengan badan seadanya” dan “kemanunggalan mutlak antara suasana dengan prajna” akan berubah menjadi besi membara Neraka Avici dan ketiga tanah tempat pembabaran Saddharmapundarikasutra : Tanah Dwiyana (hoben-do), Tanah Bodhisattva (jippo-do) dan Tanah Buddha (jakko-do) yang kesemuanya serasa Tanah Buddha akan berubah menjadi Tiga Jalan Buruk : neraka, kelaparan, dan kebinatangan. Penjelasan yang menyatakan tidak mungkin terjadi hal seperti itu menerangkan keyakinan Niciren Daisyonin yang tak tergoyahkan. Dengan terus berpikir bahwa orang yang
penting demi pelestariannya, waktu terasa amat singkat. Mencapai kesadaran Buddha berarti dari kedalaman jiwa keluar perasaan puas dan penuh berisi. Dalam jiwa, Dunia Buddha terwujud secara nyata sebagai badan Nammyohorengekyo dari asal muasal. Dengan demikian, di dalam icinen jiwa sekejap sekarang ini tercakup masa lampau yang tak berawal dan masa akan datang yang Dengan memikirkan dan tak berakhir. merenungkan siang dan malam Hukum yang sangat penting ini, Sebagai contoh, dikutip kalimat Bab dalam setiap kejap dapat merasakan teori Munculnya Bodhisattva dari Bumi, Bab pencapaian kesadaran Buddha. XV Saddharmapundarika-sutra perihal kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna yang duduk di Keterangan: dalam Stupa Pusaka ketika pembabaran Di sini dijelaskan suasana jiwa Niciren Hukum Saddharmapundarika-sutra di Daisyonin yang “menerima Hukum-Nya upacara pesamuan antariksa. Kedua Buddha sendiri dan merasa senang dan tenang” ini saling menyetujui teori Saddharma (jiju horaku); jiwa Beliau tidak terikat waktu dari Saddharmapundarika-sutra. Buddha dan tidak tergoyahkan suasana. Hukum Sakyamuni membabarkan Saddharma yang sangat penting, yang pada hakikatnya dan Tathagata Prabhutaratna menyetujui dirasakan dalam jiwa siang dan malam, serta membuktikan bahwa semua yang adalah Hukum Buddha agung mengenai dibabarkan adalah benar. Dalam pesamuan “pencapaian kesadaran Buddha dalam badan antariksa tersebut muncul Bodhisattva dari seadanya” (sokusyin jobuce). Icinen jiwa Bumi, murid dari masa lampau yang amat sendiri dapat merasa dan memperoleh teori jauh; sebagaimana diterangkan di dalam pencapaian kesadaran Buddha setiap kejap. Bab XV Munculnya Bodhisattva dari Bumi. Pada masa pembuangan, Niciren Dengan membawa bermacam-macam Daisyonin terus menerus menulis surat yang Hukum pujian, dalam waktu sepanjang sangat penting, seperti Surat Membuka 50 kalpa kecil, mereka dengan sungguhMata, Surat Kanjin no Honzon, demi sungguh menghormati dan memuji Sang pewarisan Hukum yang sangat penting Buddha serta menyebut Myohorengekyo. bagi umat manusia di Masa Pascimadharma Selama itu Sang Buddha duduk berdiam (Akhir Dharma). Mengenai waktu, di dalam isi diri, demikian pula keempat golongan umat. surat dikatakan bahwa waktu berlalu tanpa Tetapi, seperti yang dikatakan dalam sutra, terasa, tahun dan bulan cepat berlalu. Ketika “Waktu selama 50 kalpa kecil ini, dengan berada dalam suasana jiwa yang benci atau kekuatan gaib Sang Buddha, dirasakan menderita, waktu terasa amat panjang. Pada oleh seluruh umat hanya setengah hari”, umumnya, orang yang sedang menjalani dengan fungsi gaib Sang Buddha yang hukuman pembuangan merasakan waktu sangat menakjubkan umat yang hadir dalam bukan main panjangnya. Tetapi, bagi Niciren pesamuan merasa waktu yang berlalu hanya Daisyonin yang menggunakan setiap hari setengah hari. untuk membabarkan Hukum yang sangat menerima dan mempertahankan Saddharma akan menerima suasana jiwa Buddha yang terunggul, agung, tidak akan rusak serta kekal di badan sendiri membuat kegembiraan Niciren Daisyonin dan Sairenbo yang menerima hukuman pembuangan bangkit secara meluap-luap, baik di dalam perasaan hati maupun badan.
9
Anak Cabang
Samantabadra | Agustus 2019
49
Ini berarti, panjangnya waktu Bodhisattva Muncul dari Bumi memuji dan menghormati Buddha adalah untuk menerangkan kekuatan gaib Sang Buddha. Mahaguru Tien-tai menerangkan hal ini di dalam Hokke Mongu jilid 9 bagian paruh awal, “Orang yang mengerti bahwa yang pendek sebenarnya adalah yang panjang, dapat merasakan waktu 50 kalpa kecil. Orang yang keliru, merasa yang sebenarnya panjang sebagai pendek, merasa seperti setengah hari”. Dengan demikian, waktu yang sangat lama, yaitu 50 kalpa kecil, dirasakan sebagai setengah hari karena orang tersebut keliru. Akan tetapi, tujuan Niciren Daisyonin mengutip kalimat ini bukan menunjukkan orang yang keliru, melainkan menunjukkan bahwa Saddharma mempunyai kekuatan untuk membuat waktu yang demikian panjang dirasakan sebagai waktu yang singkat. Selanjutnya dikatakan bahwa semenjak semula di dunia ini selalu ada peringatan dari orang tua, majikan, dan lainnya. Di antara orang yang menerima hukuman pembuangan ke pulau negeri yang jauh, mungkin tidak ada orang yang sekujur tubuhnya dipenuhi kegembiraan seperti kita (Niciren Daisyonin dan Sairenbo). Perhatikanlah kata “kita” dalam kalimat tersebut. Kita di sini berarti, bukan hanya Niciren Daisyonin yang merasakan kegembiraan dibuang ke pulau yang jauh, tetapi juga bagi Sairenbo. Bagi Niciren Daisyonin, hukuman pembuangan ke Pulau Sado merupakan pembuktian terhadap kebenaran Saddharmapundarika-sutra; maka kegembiraan Beliau tidak terputus-putus. Bagi Sairenbo, meskipun kehidupan di Pulau Sado sangat susah, peristiwa ini merupakan jodoh untuk bertemu dengan Hukum Buddha Niciren Daisyonin dan dapat memastikan tercapainya kesadaran Buddha bagi dirinya, maka sesungguhnya tiada kegembiraan yang lebih besar dari itu.
50
Samantabadra | Agustus 2019
Di sini Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa dengan diterangkannya kegembiraan Beliau, Sairenbo seharusnya mengetahui kegembiraan dirinya. Bagi orang yang berada dalam suasana jiwa pencapaian kesadaran Buddha, suasana yang teramat kejam sekalipun, seperti hukuman pembuangan di negeri yang jauh, Pulau Sado, dapat menjadi kota Tanah Suci Buddha. Dengan menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo, tempat orang tersebut melaksanakan pertapaan, suasana seperti apapun akan dapat dirombak menjadi kota Tanah Buddha. Di dalam Surat Balasan Kepada Syijo Kingo dikatakan, “Di dalam Propinsi Sagami Tacenokuci adalah tempat Niciren membuang jiwa; oleh karena itu tempat tersebut tidak lebih rendah daripada Tanah Buddha. Kalau pada masa sekarang ini, tempat di manapun Niciren menemui kesulitan dan penderitaan harus dapat menjadi Tanah Buddha. Mengenai Tacenokuci, tempat Niciren meninggalkan jiwa karena Saddharmapundarika-sutra, dapat dikatakan sebagai Tanah Suci Buddha. Di dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata dikatakan, “Baik di hutan, di taman, di gunung, di lembah, atau di padang luas, di manapun menjadi tempat para Buddha memasuki Nirvana”. (Gosyo hal. 1113). Seperti dikatakan di atas, tempat meninggalkan jiwa karena Saddharmapundarika-sutra menjadi Tanah Buddha, maka Pulau Sado adalah tempat tinggal jiwa Buddha Pokok. Demikian pula bagi Sairenbo, tempat itu merupakan tempat meninggalkan jiwa menjadi penganut Saddharmapundarika-sutra, yaitu menerima dan percaya Saddharma Masa Pascimadharma (Akhir Dharma); maka benarbenar merupakan Kota Tanah Suci Buddha. Terhadap murid dan penganut Niciren Daisyonin yang melaksanakan pembabaran Hukum Saddharma dikatakan, “Tanpa melangkah satu langkah pun dapat melihat
Gridhrakuta di India”. Juga dikatakan, Dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal muasal”. Di sini, “Tanpa melangkah satu langkah pun dapat melihat Gridhrakura di India” berarti upacara Saddharmapundarika-sutra timbul nyata di dalam jiwa orang yang percaya dan menerima Saddharma. Dengan demikian, yang dikatakan, “Dapat pulang pergi dalam satu hari satu malam ke tanah suci Buddha asal muasal” berarti menyebut Saddharma pagi dan sore sama dengan kembali ke Tanah Suci Buddha.
10
Karena merasakan kegembiraan yang meluap-luap, maka diikrarkan sebuah janji.
bukti nyata diizinkan kembali ke kota. Dapat kita lihat keyakinan Niciren Daisyonin yang memikirkan segala sesuatu secara rinci, terutama dalam pengungkapan bahwa kemungkinan Sairenbo dibebaskan dari hukuman pembuangan terlebih dahulu. Pada bulan 3 tahun Bun-ei ke-11 (1274), dua tahun setelah surat ini ditulis, Niciren Daisyonin dibebaskan dari hukuman pembuangan dan kembali ke Kamakura. Setelah memperingatkan pemerintah sebanyak tiga kali, pada bulan lima tahun yang sama Beliau masuk ke Gunung Minobu. Setelah Niciren Daisyonin bebas dari hukuman dan masuk ke Gunung Minobu, Sairenbo kembali ke Kyoto. Dengan demikian, perkataan Niciren Daisyonin terbukti secara nyata.***
Keterangan: Untuk memberi semangat kepada Sairenbo, Niciren Daisyonin memberikan janji mengenai pembebasan dari hukuman. Beliau mengucapkan janji itu bergembira sekali melihat di dalam diri Sairenbo telah timbul hati kepercayaan. Janji tersebut berbunyi; seandainya Sairenbo lebih dahulu dibebaskan dari hukuman pembuangan dan dapat tiba di ibukota, sedangkan Niciren Daisyonin tidak dibebaskan oleh pemerintah Kamakura, Beliau tetap akan berdoa sesungguh hati kepada para dewa dan lainnya sehingga pasti terbukti dapat kembali ke Kamakura dan dari sana akan mengirim surat kepada Sairenbo yang berdiam di Kyoto. Atau, bila Niciren Daisyonin dibebaskan terlebih dahulu dan kembali ke Kamakura, Beliau akan sungguh-sungguh berdoa kepada para dewa agar Sairenbo cepat kembali ke Kyoto. Di sini dengan tegas dikatakan bahwa sekalipun hari-hari selama pembuangan di Pulau Sado dilewatkan dengan penuh bahaya, Beliau tetap menyampaikan kepada para dewa dan lainnya yang berjanji untuk melindungi Saddharma, sehingga pasti ada Samantabadra | Agustus 2019
51
52
Samantabadra | Agustus 2019
Samantabadra | Agustus 2019
53
54
Samantabadra | Agustus 2019
Samantabadra | Agustus 2019
55
56
Samantabadra | Agustus 2019
Gosyo Cabang
ajaran
Surat Balasan kepada Syijo Kingo Perihal Sulitnya Mempertahankan Sutra Ini
Latar Belakang
S
urat ini ditulis pada tanggal 6 Maret 1275 (Bun ei-12) dan ditujukan kepada Syijo Kingo yang berada di Kamakura. Satu tahun sebelumnya yakni tahun 1274, Syijo Kingo telah mensyakubuku majikannya, Ema, namun karena majikannya adalah seorang penganut Ryokan Kuil Gokurakuji sehingga menimbulkan kebencian dari majikannya. Sungguh Syijo Kingo sedang berada di dalam keadaan yang sangat kritis di dalam keluarga Ema di mana telah dianiaya dan difitnah oleh kawan sekerjanya. Di dalam surat ini pertama-tama menyinggung kutipan sutra bahwa “Sulit mempertahankan sutra ini� yang terdapat di dalam Bab Munculnya Menara Pusaka Hokekyo hal mana untuk menandaskan bahwa walau dihadapkan dengan berbagai penganiayaan, namun tetap menerima dan mempertahankan Myoho merupakan inti hakekat dari pencapaian kesadaran Buddha. Kemudian memberikan dorongan semangat bahwa pelaksana Hokekyo mengalami berbagai penganiayaan adalah suatu hal yang wajar, namun hendaknya selalu bertekad maju tanpa melupakan keempat kata: “ Sulit mempertahankan sutra ini�.
Samantabadra | Agustus 2019
57
Isi Gosyo
W
ajar banyak orang yang mendengar dan menerima sutra ini. Namun, orang yang benar-benar mendengar dan menerima sutra ini di mana walau dihadapkan dengan penganiayaan besar sesuai dengan ramalan sutra ini, namun masih tetap mempertahankan dan selalu ingat pada Hokekyo adalah jarang sekali. Menerima adalah mudah, mempertahankan adalah sulit. Namun demikian pencapaian kesadaran Buddha terdapat di dalam mempertahankan secara berkelangsungan. Orang yang mempertahankan Hokekyo harus memiliki persiapan hati untuk menghadapi penganiayaan. Hendaknya tidak meragukan kutipan kalimat sutra “Secepat mungkin memperoleh jalan Buddha yang agung tiada batasnya”.
Keterangan Gosyo
K
arena Syijo Kingo pada tahun 1274 telah mensyakubuku majikannya, selain tidak disenangi oleh majikannya begitupun juga telah mengalami penganiayaan dari kawan sekerjanya, sehingga berada di dalam keadaan yang sangat sulit sekali. Di dalam keadaan demikian Syijo Kingo pun semakin melemah jiwanya dimana kelihatannya timbul hati yang berkeluh kesah bahwa “Sebetulnya menjalankan hati kepercayaan ini karena mendengar kehidupan sekarang akan aman dan tenteram, namun sebaliknya telah dilanda penganiayaan besar bagaikan hujan lebat”. Niciren Daisyonin yang telah mendengar keadaan demikian kemudian 58
Samantabadra | Agustus 2019
telah memberikan dorongan semangat kepada Syijo Kingo, di mana pada awal surat ini telah mengutip kalimat Bab Munculnya Menara Pusaka Hokekyo “Sulit mempertahankan sutra ini”. Kesulitan untuk mempertahankan sutra ini adalah karena akan berhadapan dengan berbagai kesulitan dan penderitaan yang bertubi-tubi sehingga menimbulkan keragu-raguan terhadap hati kepercayaan dan melepaskan diri dari Gohonzon dan susunan, hal mana akan menutup jalan kebahagiaan diri sendiri. Betapapun juga janganlah sekali-kali terlepas dari jalur dasar pokok hati kepercayaan karena terpengaruh oleh penderitaan dan kegembiraan serta untung rugi di hadapan mata.
Sama seperti yang diajarkan Niciren Daisyonin, “Menerima adalah mudah mempertahankan adalah sulit, namun demikian pencapaian kesadaran Buddha terdapat di dalam mempertahankan secara berkelangsungan”. Di mana walau berhadapan dengan kesulitan, namun tetap menerima dan mempertahankan Gohonzon secara berkelangsungan merupakan inti hakekat dari pencapaian kesadaran Buddha seluruh kehidupan. Kalau menerima dan mempertahankan Myoho dengan membangkitkan perjuangan penyebarluasan kebenaran ajaran, maka akan memunculkan karma diri sendiri yang tersembunyi selama ini dan akan menimbulkan berbagai rintangan dan hambatan berupa tiga rintangan dan empat iblis. Ini merupakan prinsip kewajaran sesuai dengan sutra. Oleh karena itu dikatakan: ”Orang yang mempertahankan Hokekyo harus memiliki persiapan hati untuk menghadapi kesulitan dan penganiayaan.” Kutipan kalimat dari Bab Munculnya Menara Pusaka, “Secepat mungkin memperoleh jalan Buddha agung yang tiada
batasnya” adalah pernyataan kekuatan kurnia kebajikan dari pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Sebagai akibat dari pelaksanaan hati kepercayaan berkelangsungan yang kuat sesuai bimbingan dari Niciren Daisyonin, pada akhirnya Syijo Kingo telah berhasil memperoelh kepercayaan kembali dari majikan yang melebihi masa lampau. Orang yang telah menerima dan mempertahankan Myoho secara tuntas, walau di dalam perjalanan kehidupan mengalami penderitaan dan penganiayaan, namun pada akhirnya pasti mencapai kemenangan. Walau menghadapi hal apapun, namun tetap menyebut Nammyohorengekyo dengan doa yang mendalam. Bibit pohon dari hati kepercayaan dan kepercayaan serta pelaksanaan, dengan berlalunya waktu pasti akan kembali tumbuh menjadi pohon besar dari kebahagiaan mutlak”. Ini adalah kurnia tidak nyata”. Marilah meneruskan hati kepercayaan yang berkelangsungan untuk memenangkan kehidupan yang menang. ***
Catatan
Samantabadra | Agustus 2019
59
60
Samantabadra | Agustus 2019
Forum Diskusi
1
ajaran
Tanya Jawab Perihal Agama Buddha
Bagaimana pengertian “mutlak� dalam Hukum agama Buddha?
Jawab: Singkatnya adalah mutlak terhadap Dharma, dan sama sekali tidak mutlak terhadap manusia. Namun Hukum itu tidak lain terdapat di dalam jiwa manusia. Yakni Saddharma yang terkandung di dalam pusaka jiwa. Saddharma inilah yang mutlakyang terdapat pada keagungan jiwa dari seluruh umat manusia, atau dengan kata lain kesadaran Buddha. Pandangan mutlak terhadap orang yang tertentu akan memutuskan hubungan mendalam antara rakyat. Bersamaan dengan itu untuk menyadari prinsip mutlak yang tak berubah-ubah yakni Saddharma hanya terdapat dalam perjuangan hubungan kesatuan guru dan murid yang tak terpisahkan yang saling membangun. Di situlah terdapat makna sesungguhnya dari Hukum agama Buddha. Jiwa manusia tak ternilai dan tak tergantikan. Hal ini berarti pelaksanaan Hukum agama Buddhamemerlukan
hubungan manusia yang mendalam antara guru dan murid agar pemahaman dan apresiasi terhadap jiwa menjadi semakin mendalam. Mutlak dalam Hukum agama Buddha bermakna mencakupi segala sesuatu. Kemutlakan sama sekali tidak menyangkal eksistensi yang bersifat relatif. Sesungguhnya filsafat, ideologi, pelaksanaan apapun pada bagian-bagian tertentu memiliki suatu kebenaran. Akan tetapi, jika menyalahtafsirkan pandangan sebagian sebagai keseluruhan, akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Ideologi Demokrasi dikatakan sebagai ideologi relatif, karena berdasarkan pada sistem dari pandangan demokrasi. Akan tetapi di dasar pandangan tersebut, betapapun harus diletakkan filsafat kekal yang mutlak memandang keagungan jiwa.
2
Bagaimana pandangan agama Buddha mengenai sifat-sifat keturunan?
Jawab: Keturunan itu adalah gejala dari sifat dan bentuk tubuh yang diturunkan dari Samantabadra | Agustus 2019
61
ayah bunda kepada anak dan cucu. Akhirakhir ini perkembangan yang pesat dalam ilmu molekul biologi, di mana dikatakan bahwa di dalam susunan dua lapis dari DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) yang terdapat dalam inti sel terdapat sifat dan keturunan. Banyak permasalahan yang timbul dari faktor keturunan, misalnya golongan darah, kebutaan warna maupun warna dari kulit. Ilmu pengetahuan bisa menjelaskan ini secara ilmiah namun belum menjelaskan keadaan atau kecenderungan dari jiwa sejak dilahirkan. Sebagai umpama, terdapat seseorang yang “menerima� penyakit HIV/AIDS, dan sebabnya terdapat pada orang tuanya. Akan tetapi, mengapa sebab yang terdapat pada orang tua akibatnya harus diterima oleh anak-anak yang berjiwa lain? Pepatah mengatakan “Sebab akibat dari orang tua dibalas kepada anak�. Namun hal ini sulit untuk dapat diterima. Orang yang harus menderita seumur hidup karena menerima keturunan yang buruk, sehingga tiada cara lain di mana hanya benci terhadap orang tua. Memang, apakah akibat yang diterima diri sendiri disebabkan oleh sebab dari orang lain? Apakah sebab dan akibat terpisah-pisah? Sesungguhnya yang dapat menjelaskan masalah ini tidak lain adalah Hukum agama Buddha, sehingga sekarang yang selalu dipandang sebagai sebab dari orang tua, namun dalam Hukum agama Buddha, orang tua maupun lingkungan di sekitar kita dikatakan sebagai jodoh (en), sedangkan sumber sebab dari segala akibat yang kita terima dalam kehidupan, termasuk hal-hal yang sepertinya diwariskan dari orang tua kita (sifat-sifat buruk, cacat tubuh, penyakit), 62
Samantabadra | Agustus 2019
sesungguhnya berasal dari jiwa diri sendiri; karma yang kita perbuat dari masa lampau yang jauh. Hukum agama Buddha menyelidiki dan mengamati sebab akibat sumber pokok yang hakiki dalam dasar jiwa lebih dalam daripada aliran keturunan. Terlebih lagi, tidak hanya memandang bentuk dan sifat jiwa, namun mempermasalahkan seluruh kecenderungan dari jiwa. Singkatnya, keturunan merupakan suatu hasil penyelidikan dari segi gejala ilmu kimia dan ilmu alam jiwa, sedangkan Hukum agama Buddha merupakan filsafat jiwa yang menyelidiki hakikat dari jiwa. ***
Catatan
Samantabadra | Agustus 2019
63
wawasan
VISI INDONESIA S
etiap pemimpin mesti mempunyai visi. Setiap bangsa harus memiliki visi. Pemimpin bangsa, apalagi bangsa besar seperti Indonesia, wajib hukumnya mempunyai visi besar. Visi menjadi pedoman sang pemimpin bangsa menjalankan kebijakannya demi mencapai kemajuan. Visi memberi panduan ke arah mana pemimpin bangsa menakhodai perahu negerinya. Presiden terpilih Joko Widodo memiliki visi Indonesia maju. Apa itu Indonesia maju? “Indonesia maju ialah Indonesia yang tidak ada satu pun rakyatnya tertinggal untuk meraih cita-cita, Indonesia yang demokratis, yang hasilnya dinikmati oleh seluruh rakyat, Indonesia yang setiap warga negaranya memiliki hak yang sama di depan hukum, Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kelas dunia, Indonesia yang mampu menjaga dan mengamankan bangsa dan negara dalam dunia yang semakin kompetitif,� kata Jokowi ketika menyampaikan pidato bertajuk Visi Indonesia di Sentul, Bogor, Jawa Barat, tadi malam. Visi, bagaimanapun, ialah teks. Ia dirumuskan dalam konteks atau ruang dan waktu 64
Samantabadra | Agustus 2019
tertentu. Jokowi menjadikan kondisi global sebagai konteks dengan karakteristik penuh perubahan cepat, penuh risiko, kompleksitas, dan kejutan yang sering jauh dari kalkulasi kita. Dengan melihat konteks tersebut, mau tidak mau manusia menjadi faktor teramat penting. Hanya manusia Indonesia berkualitas yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan kondisi global. Oleh karena itu, Jokowi menjadikan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai prioritas dalam visinya di periode kedua kepemimpinannya. Penekanan pada peningkatan kualitas SDM kiranya tepat setelah pada periode pertama pemerintahannya, Jokowi menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur. Akan tetapi, Jokowi tidak melupakan pembangunan infrastruktur, tetapi melanjutkannya. Pekerjaan besar dalam melanjutkan pembangunan imfrastruktur ialah menciptakan ekosistem melalui integrasi dengan, misalnya, kawasan pariwisata, pertanian, industri, atau usaha kecil dan menengah. Penciptaan ekosistem
infrastruktur yang terintegrasi hanya bisa diwujudkan oleh SDM berkualitas. Dalam visinya, Jokowi juga berkomitmen menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien. Jokowi bakal memangkas birokrasi yang bertele-tele. Ia bahkan akan membubarkan lembaga atau badan yang tidak diperlukan. Infrastruktur terintegrasi, birokrasi efektif dan efisien, plus SDM berkualitas yang punya daya saing tentu akan menarik investasi yang pada gilirannya membuka lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, Jokowi mengajak kita untuk tak alergi dengan investasi. Visi besar Jokowi itu mustahil dicapai jika tidak dikejar bersama seluruh rakyat. Pun, visi ideal itu bisa gagal terwujud tanpa perubahan pola pikir kita semua. Oleh karena itu, Jokowi menyerukan perubahan pola pikir serta persatuan Indonesia. Walhasil, tantangan terbesar dalam mewujudkan visi besar Jokowi sesungguhnya ialah mengubah pola pikir dan merawat persatuan. https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1742-visi-indonesia
Makna Tasbih (Juzu) N
ichikan Shonin (1655-1726), Biksu Tertinggi ke-26 Niciren Syosyu menulis, “Ketiga Jubah Mazhab Ini“ (Toke sannesyo), dikatakan: “Tasbih (juzu) adalah perlengkapan umat Buddha yang membantu untuk maju dalam pertapaan Buddha mereka.” (Seiten, h. 970) Sutra Mokugenji menyatakan: Seorang raja bernama Haruri pernah mengatakan kesedihannya kepada sang Buddha: “Beberapa tahun belakangan ini, wabah kelaparan dan wabah penyakit telah telah menyebar di negeriku yang kecil. Semua orang merasa tertekan. Saya selalu khawatir akan hal ini. Kami menderita. Gudang Dharma itu terlampau dalam dan luas untuk digali. Mohon ajari saya gagasan pokok Dharma.” Sang Buddha menjawab: “Wahai baginda raja, jika baginda ingin menghapuskan nafsu duniawi, buatlah seuntai benang terdiri atas 108 butir
manik-manik dari kayu. Kenakan selalu di jemari baginda. Lantunkan ‘Nam Buddha - Nam Dharma-Nam Sangha’; Hitunglah satu manik-manik setiap kali lantunan”(ibid.) Inilah asal-muasal tasbih atau juzu dalam sekte Niciren Syosyu. Seperti yang ditunjukkan sutra, sang Buddha menasihati sang raja untuk memegang seuntai tasbih. Kita mengikuti tradisi ini ketika memuja Triratna, atau ketika menghitung jumlah ulangan Daimoku. Nicikan Syonin lebih lanjut menyatakan, “Seuntai tasbih mewujudnyatakan prinsip gaib.” Miaolo menyatakan dalam tulisannya Catatan tentang Konsentrasi dan Pandangan Agung”, “Tiada kekurangan dalam Prinsip Gaib.” Oleh karena itu, kita gunakan seuntai tasbih yang dapat dibandingkan dengan Prinsip Gaib. Jumlah dasar manik-manik itu 108, yang katanya untuk melambangkan jumlah
nafsu-duniawi yang dimiliki manusia biasa (Seiten, h. 971). Tasbih kita terdiri atas dua benang panjang yang disatukan di kedua ujungnya dengan dua manik-manik besar. Tergantung dari bagian-luar manik-manik besar ini dua helai benang lebih pendek di satu sisi, dan tiga helai benang pendek di sisi lainnya. Kelima helai benang pendek ini digantungi dengan benangbesar kepang putih dengan rumbai-rumbai putih di ujungnya. Dua dan tiga helai benang pendek ini sama jaraknya dan berlawanan letaknya satu sama lain. Kedua manik-manik besar disebut bapak manik-manik dan ibu manik-manik. Kedua manik-manik besar ini melambangkan Buddha. Ketika kita menggunakan tasbih, kita memilinnya sekali, membentuk angka delapan. Ujung angka delapan dengan ketiga helai benang pendek ditempatkan di jari-tengah kanan, ujung dengan dua Samantabadra | Agustus 2019
65
menunjukkan 10 Aspek. Karena maknanya yang mendalam, kita harus memperlakukan tasbih Anda dengan hormat, sebagaimana persis kepada Buddha. Memahami makna tasbih berarti mulai memahami mendalamnya agama Buddha, pertapaan yang tepat, dan alasan mengungkap syukur kepada Tri Maha-Dharma Rahasia1 dan Triratna. helai di jari-tengah kiri. Helai-helai pendek terletak di bagian-luar tangan, yang ditempatkan bersama kedua telapak dan kesepuluh jarijari saling menyentuh. Antara ayah manikmanik dan ibu manikmanik ada 108 manik-manik kecil. Seperti disebutkan, 108 manik-manik ini melambangkan hawa-nafsu duniawi. Anda juga akan menemukan empat manikmanik kecil. Empat manikmanik ini saling berhadapan, 2 berada tujuh biji dari ujung berhelai dua, dan dua lagi ada empat belas biji sesudah kedua biji-kecil pertama. Empat manik-manik kecil ini melambangkan Empat Pemimpin Bodhisatwa Muncul dari Bumi — Jogyo (Pertapaan Kuat), Muhengyo (Pertapaan Bebas), Jougyo (Pertapaan Suci), and Anryugyo 66
Samantabadra | Agustus 2019
(Pertapaan Tenang)—dan juga menunjukkan Empat Kebajikan Jiwa Buddha. Empat Kebajikan Jiwa Buddha ini ialah abadi, tenang, diri-sejati, dan suci. Persis di bawah ayah manikmanik, yang terletak di ujung berhelai dua, terdapat satu biji yang lebih kecil. Ini melambangkan hakikat pokok Dharma, kebenaran abadi, mutlak. Helai-helai yang bergantungan dari bagialuar kedua jari-jari tengah melambangkan icinen sanzen. Kedua helai dengan 10 biji masing-masing yang bergantungan dari jaritengah kiri menunjukkan 10 Dunia dan 10 Dunia yang Memiliki 10 Dunia. Dari ketiga helai yang bergelantungan di jaritengah kanan, kedua helai dengan lima biji masing-masing sekaligus
Makna Tertulis Beranjali Dalam Puja Bakti Saddharmapundarikasutra berisi berbagai cerita orang dalam kondisi jiwa Sravaka dan Bodhisatwa. Bodhisatwa Sadaparibhuta, misalnya, beranjali dalam pemujaan baktinya atas sifat Buddha yang sudah ada dalam jiwa setiap orang yang beliau temui. Sebagian kutipan Saddharmapundarika Sutra sebagai berikut, “Ketika menghadap sang Buddha, kita harus beranjali dalam puja bakti.” “Wajiblah beranjali dalam puja bakti dengan penuh kesungguhan hati.” “Kita harus menunjukkan hormat kita dengan beranjali dalam puja bakti ketika kita mendengar tentang jalan yang penuh karunia kebajikan.” “Kita harus menyalami dengan beranjali takzim dalam puja bakti.” Pertapaan ini sering kali
disebut dalam Saddharmapundarika Sutra. Sebuah kutipan dari “Catatan Ajaran Lisan” Niciren Daisyonin menyatakan, Beranjali dalam puja bakti itu ungkapan alternatif bagi Saddharma-pundarika Sutra …Kedua aksara Kanji Beranjali dalam puja bakti terdapat dalam segala gejala. Jiwa Neraka dan Kelaparan, masing-masing, dan semua hukum Tiga Ribu Dunia dalam keadaan mereka sekarang ini beranjali dalam puja bakti dan menghadap sang Buddha (Gosyo, h. 1734).
dengan rendah hati, kita mendemonstrasikan prinsip: “Dunia Buddha Tercakup Dalam 9 Dunia.” Keberadaan kita, ketika kita beranjali dalam puja-bakti, menghadap sang Buddha dan melantunkan Daimoku, itu perwujudan kesadaran Buddha yang nyata.
Perlambang Beranjali Dalam Puja Bakti Makna beranjali dalam puja bakti adalah sraddha sepenuh hati kita yang dilambangkan oleh kedelapan daun-bunga bunga teratai. Hal ini juga disebut “bunga teratai di Ketika kita, manusia-biasa hati” atau “bunga teratai 9 Dunia, beranjali dalam puja putih” dan bunga teratai bakti dengan kesungguhan putih menggambarkan hati dalam sraddha dan sifat-Buddha kita. Dalam menghadap Gohonzon, beranjali berpuja bakti, kita menjadi makhluk yang kedelapan daun-bunga mewujudkan prinsip “10 dilambangkan oleh 8 jari, Dunia Memiliki 10 Dunia,” dan 2 ibu jari melambangkan (jikkai goku), “3.000 Gejala ayah dan ibu atau Tercakup dalam Sekejap prinsip “Kemanunggalan Jiwa” (icinen sanzen) dan Suasana dan Prajna” dan “Pencapaian Kebuddhaan prinsip “Bertapa untuk dalam Badan Seadanya” Pemantapan Jiwa dan (Soku Syin Jobutsu); dengan Prajna.” Sudah dikatakan demikian, beranjali dalam bahwa 10 angka memotret puja bakti membangkitkan konsep 3.000 dunia yang perasaan sraddha. Beranjali tercakup di dalam 10 Dunia dalam puja bakti sama benar dan beranjali menunjukkan dengan memahami jiwa kita 10 Dunia yang Memiliki 10 (ibid.). Dunia. Mengantar anjali di depan dada melambangkan Ketika kita berpuja bakti sraddha hati kita. (berdoa) dan mencurahkan diri kepada Gohonzon
Pertapaan Sesungguhnya Beranjali Dalam Puja Bakti Kita perlu perhatikan sikap beranjali ketika melantunkan daimoku dan gongyo. Banyak orang memulai dengan postur baik namun sedikit demi sedikit kehilangan bentuknya. Ketika ketegangan melemah, ujung jari mereka mulai menekuk dan tangan mulai terlepas, atau malah terlalu tegang dan mendorong lengan ke arah luar, atau membiarkan tangan perlahan-lahan terjatuh di bawah dada. Posisi yang tepat ialah duduk tegak dan melantunkan dari diafragma. Ketika daimoku dan gongyo sebaiknya pusat perhatian kita tertuju pada Gohonzon. Hal ini memungkinkan kita mencapai 3.000 dunia dalam sekejap jiwa pelaksanaan dan menjadi Buddha wujud Dharma Gaib (Myoho). Dengan demikian, kita harus sungguh-sungguh setiap hari mempertahankan postur tubuh yang tepat dalam pertapaan kita (diterjemahkan oleh Kyanne Virya, dari Nichiren Shoshu Basics of Practice. USA: 2002. 3rd Edition)
Samantabadra | Agustus 2019
67
68
Samantabadra | Agustus 2019
Samantabadra | Agustus 2019
69
70
Samantabadra | Agustus 2019
Samantabadra | Agustus 2019
71
72
Samantabadra | Agustus 2019
Samantabadra | Agustus 2019
73
Berbagai Obat Flu Alami
W
alau bukan penyakit berbahaya, flu bisa mengganggu aktivitas sehari-hari apalagi jika juga terkena demam. Tapi jangan khawatir, karena ada beberapa pengobatan alami yang bisa dicoba di rumah untuk mengatasi flu. Berikut adalah 10 obat flu alami. 1. Jahe Jahe telah diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Bahkan jahe sudah terbukti dapat meredakan batuk atau radang tenggorokan yang biasanya datang bersama flu. Caranya cukup masukkan irisan jahe dalam air hangat dan minum campuran tersebut. Atau bisa juga membeli teh jahe yang banyak ditemui di warung dan toko. 74
Samantabadra | Agustus 2019
2. Sup Ayam Sup ayam termasuk salah satu obat flu tradisional yang bisa dicoba. Sebuah studi menyebutkan bahwa sup ayam dapat meredakan peradangan yang menyebabkan pilek dan flu. Selain itu, sup ayam juga bisa mengencerkan lendir di hidung, tenggorokan dan paru-paru sehingga napas bisa menjadi lebih lega. 3. Bawang Putih Bawang putih disebut memiliki sifat antivirus yang bisa mencegah pilek dan flu. Kandungan minyak allicin juga disebut ampuh untuk melawan pilek dan flu. Cara paling efektif adalah dengan memakan bawang putih mentah. Tapi jika tidak suka, bisa dicampurkan dengan makanan lain misalnya sup ayam.
4. Madu Madu memiliki sifat antibakteri dan antimikroba. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa madu berguna untuk menekan batuk yang biasanya muncul saat flu. Untuk mengobati flu dengan madu, cukup meminum teh yang sudah dicampur dengan madu dan lemon. 5. Vitamin C Vitamin C mungkin tidak bisa mengobati flu secara langsung tapi sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan flu. Beberapa buah yang kaya akan vitamin C antara lain jeruk nipis, jeruk, grapefruit, lemon dan masih banyak lagi. Selain mengonsumsi buah secara
langsung, juga bisa mencampurkan air perasan lemon ke teh hangat atau meminum jus lemon hangat untuk meredakan gejala flu. 6. Makanan Probiotik Probiotik adalah bakteri baik yang ada di dalam tubuh, dan bermanfaat untuk mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan atas. Contoh dari makanan probiotik yang rasanya tidak kalah enak adalah yogurt. Tapi, carilah produk yang mencantumkan bakteri aktif di labelnya. 7. Teh Hijau Teh hijau banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk menangkal berbagai penyakit, termasuk flu. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa teh hijau memiliki antioksidan yang dapat meningkatkan sistem daya tahan tubuh terhadap infeksi flu. 8. Air Putih Hangat Air putih hangat dapat mengencerkan lendir yang membuat hidung tersumbat, mencegah dehidrasi dan meredakan peradangan yang terjadi di hidung dan tenggorokan. 9. Air Garam Kumur dengan air garam bisa mengurangi risiko infeksi di saluran pernapasan atas. Metode ini juga bisa meredakan rasa sakit akibat radang tenggorokan dan hidung yang tersumbat. Kumur dengan air garam juga bisa mengencerkan lendir di hidung. Caranya dengan melarutkan satu sendok teh garam dalam satu gelas air hangat. Kumur selama 30-60 detik dan keluarkan. 10. Daun Mint Daun mint merupakan obat flu tradisional dan alami yang bisa dicoba. Ekstrak daun mint diketahui memiliki cara kerja seperti obat dekongestan yang bisa mengencerkan lendir dalam hidung. Rasa hangat dari menthol juga bisa membuat saluran pernapasan lebih lega. Sumber: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4620502/10-obat-flu-alami-yang-bisa-dicoba-di-rumah?tag_from=wp_nhl_judul_30&_ ga=2.243111234.1136577813.1562847910-1794132813.1543806912
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Jawaban TTS Agustus 2019 1
R 2
O
D
3
4
H
A
W
A
N
A
F
S
U
5
S
U
R
G
A
6
7
A
A
N
P
S
U
R
A
8
O
P
K
S
A
E
D
P
B
O
9 10
I
11
J
I
G
O
K
U
T
L
12
E
L
E
S
K
O
S
A
I
R
Y
N
O
13
S
U
R
A
B
A
Y
A
14
15
L
H
O
A
L
F
K
E
L
A
P
A
R
A
T
N G
16
R
I
N
G
N
G
A
G
U
J
I
A
17
I
M
M
N
N
I
G
18
S
E
M
A
R
A
19
N
K
U
E
M
A
R
A
H
A
N
N
20
S
U
N
F
L
O
W
E
R
I A
Samantabadra | Agustus 2019
75
Makanan Khas Madura
Berkunjung ke kota-kota yang ada di Indonesia tentu tidak lah lengkap jika tidak mencicipi makanan khas setempat. Nah, jika Anda sedang berencana mengunjungi kota Madura, berikut beberapa sajian khas yang wajib dicicipi.
Sate Madura Makanan khas Madura yang pertama akan dibahas adalah Sate Madura. Bahan sate yang digunakan cukup beragam, ada yang terbuat dari daging ayam, daging sapi atau daging kambing. Sedangkan untuk bumbu sate tersebut, terbuat dari bahan kacang, kecap, yang ditambah dengan beberapa jenis bumbu lainnya. Daging yang telah dipotong kecil-kecil akan ditusuk menggunakan bambu berukuran kecil, kemudian dipanggang di atas bara api, setelah setengah matang, kemudian diolesi bumbu kemudian dipanggang kembali.
Kaldu Kokot Nama penganan yang satu ini memang cukup unik, yaitu kaldu kokot. Kokot sendiri dalam bahasa Jawa artinya tulang sapi, itu artinya bahan utama panganan yang satu ini adalah tulang sapi yang lengkap dengan sumsumnya. Tulang sapi tersebut kemudian dimasak sedemikian rupa menggunakan bumbu tertentu. Untuk kuah, panganan yang satu ini juga menggunakan berbagai macam rempah, dan tidak lupa menambahkan kacang hijau.
76
Samantabadra | Agustus 2019
Bebek Songkem Seperti namanya, maka bahan dasar untuk membuat panganan ini adalah bebek. Bebek yang telah dibersihkan, kemudian diberi bumbu tertentu, kemudian ditelungkupkan, dan dikukus menggunakan daun pisang. Setelah matang, angkat bebek tersebut dari kukusan, dan sajikan.
Soto Madura Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai kuliner dari jenis soto, namun masing-masing daerah mempunyai cita rasa serta bahan yang berbeda untuk soto tersebut. Demikian pula dengan Soto Madura, jenis soto yang satu ini juga cukup khas, kuahnya menggunakan bahan kemiri. Sehingga warna kuah menjadi kuning keruh, dengan aroma yang cukup khas.
Lorjuk
Lorjuk ini sendiri adalah salah satu jenis kerang, yang memiliki cangkang seperti bambu. Untuk menemukan kerang yang satu ini, masyarakat Madura, biasanya memanfaatkan laut yang sedang surut. Ketika sedang surut inilah biasanya kerang tersebut, terjebak di dalam sedimen laut. Dengan menggunakan perlengkapan yang sederhana, binatang yang satu ini dapat ditangkap.
Tokak Ladhe Bangkalan
Penganan yang bernama Tokak Ladhe ini adalah salah satu kuliner yang biasanya ada pada saat hari raya Idul Fitri, tepatnya pada saat hari raya ketupat. Topak Ladhe ini sendiri terdiri atas irisan daging, jeroan sapi dan juga telur. Untuk jeroan sapi, biasanya diganti dengan daging ayam. Selain berbagai macam bahan daging ada juga potongan kacang panjang, dan potongan pepaya muda yang telah dikukus sebelumnya.
Tajin Sobih Bangkalan
Tajin sendiri adalah istilah untuk kuliner berjenis bubur, sedangkan nama Sobih adalah nama salah satu desa kecil yang ada di kabupaten Bangkalan Madura. Kuliner yang satu ini biasanya dijajakan oleh para ibu-ibu berusia lanjut, dengan cara ditanggung di atas kepala, dan dijajakan berkeliling. Kuliner yang satu ini terdiri atas berbagai macam isian, ada yang mirip dengan bubur sumsum, dan jenis lainnya. Sumber: https://www.gotravelly.com/blog/makanan-khas-madura/
Samantabadra | Agustus 2019
77
Berita Duka Cita
Ibu Elyanah Meninggal pada usia 29 tahun 25 Juni 2019 Umat NSI daerah Cikupa Banten
Ibu Yap Bin Nio
Bapak Kusnadi
Bapak Tedy Gunawan
Meninggal pada usia 81 tahun 27 Juni 2019 Umat NSI daerah Tangerang Banten
Meninggal pada usia 41 tahun 05 Juli 2019 Umat NSI daerah Tangerang Banten
Meninggal pada usia 70 tahun 15 Juli 2019 Umat NSI daerah Sukabumi Jawa Barat
Resep Makaroni Panggang Bahan: 1. 200 gram makaroni 2. 150 gram keju cheddar, parut 3. 150 gram keju quickmelt/mozarella, parut untuk taburan 4. 50 gram cornet beef/sosis sapi 5. 3 butir telur, kocok lepas dan beri sedikit garam 6. 225 ml susu UHT 7. 2 sdm tepung terigu (cairkan dengan air) 8. 1 siung bawang bombay, cincang halus 9. 3 siung bawang putih, cincang halus 10. 10 gram margarin untuk menumis Bumbu-bumbu: 1. 1/2 sdt garam 2. 1/2 sdt kaldu bubuk 3. 1/2 sdt pala bubuk 4. 1/2 sdt lada bubuk
78
Ibu Boen Njun Tjauw Meninggal pada usia 66 tahun 14 Juni 2019 Umat NSI daerah Pangkal Pinang Kep. Bangka Belitung
Samantabadra | Agustus 2019
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Cara membuat: 1. Rebus makaroni hingga empuk, jangan lupa tambahkan sedikit minyak pada rebusan air agar macaroni tidak lengket. Jika sudah empuk, angkat dan sisihkan. 2. Tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum. Masukkan cairan tepung dan susu UHT, aduk hingga mendidih. 3. Masukkan bumbu-bumbu yaitu garam, kaldu bubuk, pala bubuk, lada bubuk. Aduk rata. 4. Masukkan corned beef dan keju cheddar parut. Aduk hingga mendidih. Angkat dan dinginkan. 5. Jika sudah dingin, masukkan macaroni yang sudah direbus dan kocokan telur. Aduk rata. 6. Masukkan adonan ke dalam cup, taburi keju quickmelt. 7. Panggang pada suhu 150°C selama kurang lebih 40 menit. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/9670226-macaroni-schotelpanggang?via=search&search_term=macaroni%20panggang
dunia anak
Hai anak-anak NSI! Bulan Agustus adalah bulan Kemerdekaan Indonesia, lho. Yuk warnai kemerdekaan dengan memberikan warna pada ilustrasi perayaan kemerdekaan di bawah ini.
Sumber: hhttps://gambarmewarnaiterbaru.blogspot.com/2018/07/mewarnai-gambar-tema-kemerdekaan.html
Samantabadra | Agustus 2019
79
teka-teki silang
1 1
2 2
3
4
3
4
5 5
6
7
6
7
8 8
9 9
10
11
10
11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16 17 17 18 18 19 19
20 20
Across Across Mendatar Mendatar
3. Dasar dunia neraka, dunia kelaparan, 3. dunia Dasar kebinatangannya, dunia neraka, duniadunia kelaparan, dunia kebinatangannya, dunia kemurkaan adalah kemurkaan adalah 4. Suatu keadaan jiwa gembira & berseri4. seri Suatu keadaan jiwa adalah dunia ...gembira & berseriseri adalah dunia ... 6. Iblis kemurkaan 6. Neraka Iblis kemurkaan 10. (Istilah Jepang) 10. Neraka (Istilah Jepang) 11. Teropong besar untuk melihat bintang 11. Teropong besar 13. Ibukota provinsiuntuk jawa melihat timur bintang 13. Ibukota provinsi jawa timur 15. keadaan jiwa dimana seseorang 15. dikuasai keadaan oleh jiwa dimana seseorang dorongan hawa nafsu, dikuasai oleh dorongan hawakeinginan nafsu, sehingga ketika nafsu dan sehingga ketika nafsu dan keinginan tidak terpenuhi ia akan merasa tidak terpenuhi akan merasa kelaparan, tidakiapuas tidak puas kelaparan, 16. Sebab dan akibat sesaat (Istilah 16. Jepang) Sebab dan akibat sesaat (Istilah Jepang) 18. Salah satu destinasi/ lokasi TGM 32 18. Dunia Salah satu lokasi TGM 32 19. ke-4 destinasi/ dari 10 dunia 19. Dunia ke-4 dari 10 dunia 20. Bunga Matahari (Istilah Inggris) 20. Bunga Matahari (Istilah Inggris)
80
Samantabadra | Agustus 2019
Down Down Menurun Menurun 1. Menurut
Sanju Hiden Syo, surga 1. Menurut Sanjuadalah Hiden Dunia Syo, surga Aruadhatu .. Aruadhatu 2. 20 + 5 adalah Dunia .. 2. 5. 20Mawar +5 (Istilah Inggris) 5. 7. Mawar (Istilah Inggris) Pepaya (Istilah Jepang) 7. 8. Pepaya (Istilah Jepang) salah satu dari 3 dunia buruk 8. 9. salah satu dari 3 dunia buruk Tarik (antonim) 9.12. Tarik (antonim) Subjek dan lingkungan tidak 12. Subjek dan lingkungan terpisahkan (Istilah tidak Jepang) terpisahkan (Istilah Jepang) 14. Laku Laku 14.17. Makhluk sosial 17. Makhluk sosial
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Agustus 2019 Tanggal Hari 29 Juli Senin 30 Juli Selasa 31 Juli Rabu
01 02 03 04
Kamis Jumat Sabtu Minggu
05 06
Senin Selasa
07
Rabu
08 09 10 11 12 13 14
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
15 16 17 18
Kamis Jumat Sabtu Minggu
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
29 30 31 01 Sep
Kamis Jumat Sabtu Minggu
Jam 13.00
Kegiatan Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah
Tempat Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
19.00
Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
19.00
Pertemuan Ceramah Gosyo
Daerah Masing-Masing
10.00 10.00 10.00 13.00
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1
12.00 14.00 19.00 19.00
Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1
10.00 19.00
Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang
Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
14.00 19.00
Pertemuan Ibu Daerah Pertemuan Pria Daerah
Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing
19.00
Pertemuan Cabang
Daerah Masing-Masing
10.00 14.00 19.00
Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lanjut Usia Umum Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang
Daerah Masing-Masing
19.00
Pertemuan Anak Cabang
Daerah Masing-Masing
19.00
Pertemuan Empat Bagian
Daerah Masing-Masing
10.00 19.00
Pendalaman Gosyo Dharma Duta Rapat DPW-DPD NSI DKI Jakarta
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
17.00
Kensyu Gosyo Umum Materi September 2019 Kensyu Gosyo Umum Materi September 2019
Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI
Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2
Samantabadra | Agustus 2019
81
Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
82
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | Agustus 2019
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510