SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat
Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma
gosyo kensyu Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma
gosyo cabang Surat Perihal Kacang Kedelai
12
#311
“ A
ksara myo-ho-ren-ge-kyo tidak dititipkan kepada para Bodhisattva seperti Dharmaprajna Gunavana, Kudokunin, Vajrasattva, Samantabhadra, Majusri, Bhaisyajaraja, Avalokitesvara dan lainlain. Apalagi kaum Dwiyana seperti Kasyapa, Sariputra dan lainlain tidak usah disebut lagi. Terdapat empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhivattva Visistakaritra dan lain-lain. Empat Bodhisattva ini telah menjadi murid Tathagata Sakyamuni semenjak 500 asam kheya kalpa koti. Dalam sekejap pun mereka tidak pernah melupakan Buddha. Buddha mengundang keluar para Bodhisattva Agung ini dan memberikan lima aksara.
SAMANTABADRA | DESEMBER 2019 | NOMOR. 311
Umat Buddha NSI Banten peserta Swayamvara Tari Nusantara NSI 2019,
desember
2 0 1 9
Ketua Umum NSI berjalan berjajar bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Wakil Menteri Agama RI, dan Direktur Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI dalam Gerak Jalan Kerukunan 2019, memperingati HUT ke 55 tahun NSI.
“
O
Acara peringatan dirgahayu 55 tahun NSI di Mahawihara Saddharma NSI. Dihadiri oleh delegasi pemerintah Kabupaten Bogor, Kementerian Agama RI, para ketua majelis agama, dan segenap anggota NSI peserta kensyu. Oktober 2019.
“ J
rang buta tidak dapat melihat dan mengetahui matahari yang bersinar terang. Misalnya, meskipun gema besar dari pemukulan genderang seperti gempa bumi tidak dapat dirasakan oleh orang yang sedang tidur pulas... Untuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para Buddha Bunsyin dari 10 penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat manjur, yakni lima aksara Myo-ho-ren-ge-kyo.
ika satu tetes air dilemparkan ke lautan besar, tidak akan dan musnah, sekalipun oleh tiga bencana. Jika satu kembang diletakkan di Panca Suddhavasah, tidak akan layu, sekalipun oleh api kalpa. Jika satu kacang kedelai disumbangkan kepada Saddharmapundarika-sutra, dunia hukum semuanya menjadi Dunia Pundarika yang penuh karunia kebajikan.
Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma
Surat Perihal Kacang Kedelai
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Keterangan halaman muka Bunga teratai, perlambang hukum sebab-akibat sesaat.
sambutan
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT BUDDHA DALAM RANGKA SYUKURAN ULANG TAHUN KE-55 PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA TAHUN 2019 SABTU 26 OKTOBER 2019
Namo Buddhaya, Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Sang Tri Ratna yang telah memberikan berkah-Nya sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat dan berbahagia, untuk melaksanakan acara Syukuran Hari Ulang Tahun ke — 55 Niciren Syosyu Indonesia Tahun 2019. Saya selaku pribadi maupun instansi menyampaikan selamat atas terselenggaranya acara Syukuran HUT ke —55 NSI Tahun 2019. Mudah-mudahan dihari yang berbahagia ini Majelis Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia menjadi majelis yang membawa kemajuan bagi umat Buddha dan Agama Buddha pada umumnya. Majelis Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, sebagai salah satu Majelis Agama Buddha yang telah berperan penting dalam perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia khususnya dalam bidang pembangunan moral dan spiritual di bidang keagamaan Buddha melalui pembinaan dan bimbingan terhadap umat Buddha sampai kepelosok Nusantara. Tidak terasa 55 Tahun Majelis Parisada Buddha Dharma Niciren Samantabadra | Desember 2019 Syosyu Indonesia (NSI) berdiri, bagaikan usia 55 Tahun adalah usia matang baik matang dalam hal berorganisasi atau matang
1
khususnya dalam bidang pembangunan moral dan spiritual di bidang keagamaan Buddha melalui pembinaan dan bimbingan terhadap umat Buddha sampai kepelosok Nusantara. Tidak terasa 55 Tahun Majelis Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) berdiri, bagaikan usia 55 Tahun adalah usia matang baik matang dalam hal berorganisasi atau matang dalam hal kualitas program —program pembinaan dan pelayanan umat demi kemajuan umat Buddha. Untuk itu mari kita bangun sinergi program dan kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas bimbingan dan pelayanan umat. Apresiasi yang setinggi-tinginya kita berikan kepada para pengemban tugas, dengan sabar, loyal, kompak, bersama, bersatu meskipun dalam perjalanan ada sesuatu yang kadang membuat goyah, namun semua itu merupakan bagian dari perjuangan dalam pembinaan terhadap umat Buddha. Dalam hidup adalah catatan sejarah, dalam sejarah adalah2 perjuangan dan dalam perjuangan adalah pengorbanan, itu semua adalah momentum-momentum yang tidak bisa kita hilangkan, dan tidak bisa kita hindari, namun kita semua memiliki progres dan tujuan sesuai dengan program yang kita buat guna mensukseskan visi dan misi kita Bersama. Di Ulang Tahun yang ke 55 ini, marilah kita kroscek, segala kekurangan yang ada, kita perbaiki bersama dan dengan tekad pengabdian yang tulus sehingga menjadikan Majelis Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) menjadi majelis yang dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia. Untuk mencapai Visi dan Misi NSI dalam hal peningkatan kualitas umat, diperlukan pembinaan yang merata terutama di daerah-daerah yang masih membutuhkan pembinaan. Pembinaan umat di daerah pedesaan tidak hanya cukup membangun sarana fisik (vihara) saja, namun juga harus dibarengi dengan pembinaan secara mental, pendidikan, dan pengembangan ekonomi umat. Oleh sebab itu dalam melakukan pembinaan diharapkan benar-benar memaksimalkan Tugas dan
2
Samantabadra | Desember 2019
3
Fungsi NSI daerah sehingga umat Buddha mampu menjaga kelestarian Dhamrna dan menambah keyakinan umat Buddh. Untuk itu kedepan rnarilah singsingkan lengan, kepalkan tangan, dan bangkit untuk Indonesia, untuk tanah air kaa. melalui sektor organisasi ini, agar menjadi lebih baik, lebih bersahaja, Iebih mantap dan lebih kooperatif di hari kedepan. Sekali lagi saya ucapkan Selamat Ulang Tahun Majelis Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) yang ke 55. Semoga semakin maju dan Jaya. Semoga Buddha, Dharma dan Sangha senantiasa mernberikan perlindunga-Nya kepada bangsa dan Negara kita. Semoga semua makhluk Hidup berbahagia. Sadhu, Sadhu, Sadhu.
4
Samantabadra | Desember 2019
3
4
Samantabadra | Desember 2019
Samantabadra | Desember 2019
5
WALIKOTA SUKABUMI SAMBUTAN WALI KOTA SUKABUMI PADA ACARA PERESMIAN RENOVASI GEDUNG VIHARA WIMALA KIRTI SUKABUMI HARI /TANGGAL : SELASAI, 26 OKTOBER 2019 PUKUL : 12.30 WIB TEMPAT : VIHARA VIMALA KIRTI JALAN PEJAGALAN KOTA SUKABUMI
SELAMAT SIANG, SALAM SEJAHTERA Sampurasun… YSH. SDR. KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA SUKABUMI; YSH. SDR. SUHADI SENDJAJA, KETUA UMUM DPP PARISADHA BUDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA; YSH. PARA PANDITA, DAN KETUA MAJELIS BUDHAYANA INDONESIA KOTA SUKABUMI; YSH. KETUA DAN ANGGOTA FKUB KOTA SUKABUMI HADIRIN TAMU UNDANGAN DAN UMAT BUDDHA SE-KOTA SUKABUMI, PERTAMA-TAMA MARILAH KITA PANJATKAN PUJI DAN SYUKUR KEHADIRAT TUHAN YANG MAHA KUASA, PADA SIANG HARI INI KITA BERSAMA-SAMA DAPAT BERKUMPUL HADIR PADA KEGIATAN PERESMIAN VIHARA WIMALA KIRTI SUKABUMI TANPA KEKURANGAN SESUATU APAPUN JUGA.
6
SEKILAS MENGINGATKAN KEMBALI AGAMA BUDHA NICIREN SYOSYU
Samantabadra | Desember 2019
KEHADIRAN INDONESIA,
BERKUMPUL HADIR PADA KEGIATAN PERESMIAN VIHARA WIMALA KIRTI SUKABUMI TANPA KEKURANGAN SESUATU APAPUN JUGA. SEKILAS MENGINGATKAN KEMBALI KEHADIRAN AGAMA BUDHA NICIREN SYOSYU INDONESIA, BERMULA DARI TAHUN 1950 DIMANA SHAT ITU ADA BEBERAPA ORANG JEPANG YANG BEKERJA Di INDONESIA MENGANUT AJARAN NICIREN SYOSYU. YANG MULAI MENYEBAR LUAS KEPADA ORANG-ORANG YANG INGIN MENGETAHUI DAN TERTARK KEPADA AJARAN AGAMA BUDHA NICIREN SYOSYU DAN BERKEMBANG PESAT DI INDONESIA. SEHINGGA PADA TANGGAL 28 OKTOBER 1964 BERDIRILAH MAJELIS AGAMA BUDHA NICIREN SYOSYU INDONESIA, YANG DITEGASKAN DENGAN ANGGARAN DASAR NO 76 TANGGAL 22 SEPTEMBER 1970 BAHWA NICIREN SYOSYU INDONESIA ADALAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN KEAGAMAAN SEBAGAI WADAH BAGI UMAT NICIREN SYOSYU DI INDONESIA DALAM MELAKUKAN PERIBADATAN JUGA UNTUK 2 MENGHIMPUN, MENGELOLA DAN MENGARAHKAN POTENSI SELURUH UMAT DEMI TERCAPAINYA TUJUAN AGAMA BUDHA NICIREN SYOSYU INDONESIA. HADIR1N YANG SAYA HORMATI, KEBERADAAN VIHARA WIMALA KIRTI DI SUKABUMI YANG DIPRAKARSAI OLEH PARISADHA BUDHA DHARMA NICHIREN SYOSYU INDONESIA HARUSLAH DIRASAKAN KEBERADAANNYA, YAITU BERSAMA-SAMA DENGAN PEMERINTAH DAERAH MEMBANGUN KOTA SUKABUMI YANG DIBINGKAI DALAM VISI WALT KOTA DAN WAKIL WALT KOTA SUKABUMI RELIGIUS, NYAMAN DAN SEJAHTERA.
DENGAN KEBERADAAN RUMAH IBADAH INI SAYA BERHARAP, SEGALA AKTIVITAS KEAGAMAANNYA DAPAT MENGAMBIL BAGIAN DALAM MEMBANGUN KUALITAS BATIN UMAT BUDDHA DITENGAH-TENGAH MARAKNYA PERSOALAN YANG MENYANGKUT MASALAH MORAL, SERTA PERSOALAN-PERSOALAN LAINNYA, YANG DIAKIBATKAN SALAH SATUNYA OLEH Samantabadra | Desember 2019
3
7
DEGRADASI BUDAYA. JADIKANLAH VIHARA WILAMA KIRTI INI BUKAN SAJA SEBAGAI TEMPAT IBADAH, TETAPI TEMPAT INI HARUS MENJADI TEMPAT PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN MENTAL SPRITUAL UMAT BUDDHA, SERTA PELAYANAN UMAT YANG PEDULI KEPADA LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR. DAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI UNTUK MENGEL UARKAN IDE-IDE YANG DAPAT DISAMPAIKAN UNTUK MEMBANGUN KOTA SUKABUMI BERSAMASAMA DENGAN PEMERINTAH DAERAH. KEBERADAAN VIHARA WIMALA KIRTI JUGA DIHARAPKAN DAPAT BERKONTRIBUSI TERHADAP PARTISIPASI SEKALIGUS KESADARAN UMAT DALAM MERAJUT HUBUNGAN LINTAS AGAMA YANG KUAT. KITA MEMILIKI HARAPAN BESAR SERTA CITA-CITA BERSAMA BAHWA TEMPAT PERIBADATAN SELURUH AGAMA TERUS BERKEMBANG, DAN MENGAJARKAN UMATNYA BAGAIMANA MENCIPTAKAN KERUKUNAN UNTUK BANGSA DAN NEGARA, KHUSUSNYA DI KOTA SUKABUMI. HADIRIN YANG SAYA HORMATI, SETIAP AGAMA APA SAJA MEMPUNYAI TUJUAN YANG SAMA, OLEH KARENA ITU KITA SEBAGAI BANGSA INDONESIA YANG BERBEDA-BEDA KEYAKINANNYA HARUS SALING MENJAGA, SALING MENGHARGAI DAN KERJA SAMA, MAMPU MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEIMANAN DAN 4 KETAKWAAN MASYARAKAT, SERTA AKAN MAMPU MEWUJUDKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG AMAN DAN HARMONIS. KARENA MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERTAKWA MERUPAKAN MODAL BESAR DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, SERTA MAMPU MENCIPTAKAN SUASANA YANG KONDUSIF UNTUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DISEGALA BIDANG. 8
Samantabadra HADIRIN | Desember 2019YANG
SAYA HORMATI, VIHARA SEBAGAI TEMPAT IBADAH AGAMA BUDDHA
MAMPU MENCIPTAKAN SUASANA YANG KONDUSIF UNTUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DISEGALA BIDANG. HADIRIN YANG SAYA HORMATI, VIHARA SEBAGAI TEMPAT IBADAH AGAMA BUDDHA MEMILIKI FLAGS! UTAMA SEBAGAI TEMPAT UNTUK BERSUJUD, BERIBADAH, MEMBACA DOA SUCI, DAN MEMBABARKAN DHARMA BAGI KEBAHAGIAAN SEMUA KEAGAMAAN MAKHLUK. KEGIATAN-KEGIATAN TERSEBUT MERUPAKAN SUATU PROSES YANG DINAMIS, YANG SELALU BERGERAK DART WAKTU KE WAKTU SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN. UNTUK ITU FUNGSI-FUNGSI TERSEBUT PERLU SENANTIASA DIAKTUALISASIKAN DENGAN BERBAGAI KEGIATAN OPERASIONAL YANG NYATA, SEHINGGA DAPAT MEMBERIKAN KEBERMAKNAAN KEPADA UMAT DALAM MENJALANKAN KEHIDUPAN KEAGAMAANNYA. KITA TIDAK PERLU KAGET BAHWA DALAM MASYARAKAT YANG SELALU BERPACU DENGAN KEMAJUAN ZAMAN SEPERTI SEKARANG INI, DINAMIKA 5 KEHIDUPAN TEMPAT IBADAH MULAI BANYAK MENYESUAIKAN DIRI DENGAN PERKEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI, ARTINYA TEMPAT IBADAH TIDAK HANYA BERPERAN SEBAGAI PUSAT IBADAH TETAPI JUGA SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN KUALITAS UMAT DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT. DI DALAM TEMPAT IBADAH ITULAH TERJALIN SINERGI ANTARA AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN AKTIVITAS SOSIAL-EKONOMI. SEBAB ITU SEYOGYANYA TEMPAT IBADAH DIBANGUN DENGAN INFRASTRUKTUR YANG LENGKAP DENGAN GAYA ARS1TEKTUR YANG INDAH AGAR ORANG YANG BERIBADAH DIDALAMNYA MERASA TENANG DAN NYMAN. HADIRIN YANG SAYA HORMATI, PADA KESEMPATAN YANG BAIK INI, SAYA INGIN MENGINGATKAN KEPADA SELURUH UMAT BUDDHA, AKAN TUGAS-TUGAS PELAYANAN KE DEPAN YANG SEMAKIN BESAR. SITUASI KEHIDUPAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT KITA SHAT INI MAS1H CUKUP BERAT. REALITAS SOSIAL ADA D1HADAPAN KITA, MESKIPUN KITA BERKEINGINAN KUAT UNTUK MEMUTUSKAN Samantabadra | Desember 2019
6
9
BELENGGU KEMISKINAN, KETERBELAKANGAN, KEBODOHAN DAN KETERGANTUNGAN. NAMUN UNTUK MENYATUKAN LANGKAH DAN KEBERSAMAAN DI ANTARA SESAMA, GUNA MENGHADAPI PROBLEMA MASA DEPAN TERSEBUT TERNYATA CUKUP SULIT. SEBAGIAN BESAR KEHIDUPAN SOSIAL KITA, MASIH MENYISAKAN PROBLEMA EFORIA DEMOKRATISASI YANG MUNGKIN DAPAT MENIMBULKAN PERSELISIHAN DAN PERTIKAIAN ANTARA KOMPONEN BANGSA. SEMENTARA TANTANGAN DI DEPAN KITA MENUNTUT UNTUK LEBIH MEMFOKUSKAN PADA PERWUJUDAN MEMBANGUN KEJAYAAN BANGSA MELALUI PENCAPAIAN PRESTASI DAN PENCIPTAAN PRODUK-PRODUK UNGGULAN. DALAM SITUASI YANG DEMIK1AN IN1 KITA HARUS TETAP OPTIMIS, JIKA KITA SEMUA BERSATU PADU MENGGALANG KEBERSAMAAN DAN MENGEMBANGKAN SEGENAP POTENSI YANG DIMILIKI, MAKA KITA AKAN DAPAT MEMBAWA UMAT DAN BANGSA INI TERHINDAR DARI MALAPETAKA KETERPURUKAN, MENUJU UMAT DAN BANGSA YANG SEJAHTERA, MANDIRI , BERMARTABAT, RELIGIUS DAN BERKEPRIBADIAN. HADIRIN YANG SAYA HORMATI, AKHIRNYA ATAS NAMA PEMERINTAH KOTA SUKABUMI SAYA MENYAMPAIKAN UCAPAN SELAMAT ATAS SELESAINYA PEMBANGUNAN VIHARA WIMALA KIRTI INI, SEMOGA KIRANYA DAPAT TERUS BERKARYA MEMBINA UMAT BUDDHA DI KOTA SUKABUMI. 7
SADHU... SADHU... SADHU... SELAMAT SIANG.
SUKABUMI, 28 OKTOBER 2019 WALI KOTA SUKABUMI,
TTD H. ACHMAD FAHMI
10
Samantabadra | Desember 2019
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat kepada Sennici-ama Perihal Pusaka Anak yang Berbudi dan Berbakti Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahawihara Saddharma NSI 25 – 27 Oktober 2019
Nammyohorengekyo,
rutin dan membina mereka, melakukan pendekatan, Sebuah pepatah Minang memberikan pengayoman berbunyi, “kuman di dan kehangatan, sementara seberang lautan tampak, majelis-majelis agama Buddha gajah di pelupuk mata tiada lainnya belum melakukan tampak.” Kearifan lokal ini, pendekatan serupa. Meskipun saya kira, melukiskan salah orang-orang di Lapas telah satu kelemahan terbesar kita melakukan tindak pidana sebagai manusia. Di depan dan diberi hukuman, meski mata, kita sudah mempunyai mereka telah mengalami pusaka Nammyohorengekyo, berbagai kesulitan, mereka tapi pusaka ini tetap tidak ingin menerima ajaran Buddha terlihat oleh kita. Niciren. Mereka bahkan sudah Kita hanya memandang menjalankan Gongyo Daimoku. Gohonzon sebagai sehelai Sebetulnya susunan kita kertas, tidak sebagai pusaka. memerlukan satu fenomena Mengapa demikian? karena seperti ini untuk memberi kita, manusia, bermata juling. inspirasi dan masukan balik Justru hanya pada waktu di kepada kita sendiri. mana kita mengalami kesulitan Gosyo ini membahas lah, kita baru bisa merasakan mengenai anak yang berbudi kekuatan Nammyohorengekyo dan berbakti. Sebetulnya yang agung. berbudi dan berbakti pada Berbicara tentang umumnya mengacu pada kesulitan, sebetulnya NSI ajaran Kong Hu Cu, yang sudah melaksanakan upaya memberi penekanan pada hal penjangkauan kepada ini, mereka menitikberatkan narapidana dan anak didik pentingnya balas budi kepada permasyarakatan di Indonesia orang tua. Ketika Abucebo di beberapa Lembaga baru pertama mengenal Pemasyarakatan (lapas). Nammyohorengekyo, usianya Tujuan Lapas adalah untuk sudah lanjut. Ia baru bertemu membina para narapidana dan dengan Buddha Niciren di memasyarakatkan mereka Pulau Sado ketika Buddha kembali. NSI selalu datang Niciren diasingkan.
Pada waktu itu, di Jepang, sekte-sekte agama Buddha yang lain juga sedang berkembang, sehingga kehadiran Niciren yang menjelaskan tentang Saddharmapundarika-sutra, yang merupakan ajaran yang terakhir dan terunggul dari Buddha Sakyamuni, mendapatkan tantangan dari sekte-sekte lain, terutama dari pimpinan-pimpinan sekte. Tema pada Kensyu kali ini adalah ‘Menyiarkan Darma yang Sesungguhnya’. Semua agama mempunyai ajaran agama yang bagi pemeluknya merupakan ajaran agama yang sesungguhnya. Dalam ajaran Niciren Syosyu, kita percaya bahwa ajaran sesungguhnya bersumber dari gosyo Buddha Niciren Daisyonin. Ketika Buddha Niciren Daisyonin menyampaikan ajaran Saddharmapundarikasutra di Jepang, yang merupakan ajaran terunggul dari Buddha Sakyamuni, seharusnya masyarakat bersenang hati mendengarnya. Namun, pada waktu itu, masyarakat Jepang sangat membenci Buddha Niciren. Padahal, agama mengajarkan Samantabadra | Desember 2019
11
kita untuk senang melihat orang lain senang, susah ketika melihat orang lain susah, sedih ketika kita melihat orang lain menderita. Apabila ada satu agama yang bisa mengubah nasib seseorang menjadi gembira dan sukses, seharusnya orang-orang yang beragama lain juga ikut bergembira. Namun, mengapa Buddha Niciren dibenci? Buddha Niciren menghadapi berbagai penganiayaan dari masyarakat Jepang karena orang-orang yang pada saat itu menjadi pemimpin agama mempunyai kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok di luar kepentingan agama. Pemimpin-pemimpin tersebut mengaku telah mengatasnamakan agama, mereka bahkan berjubah agama, namun mereka memojokkan Niciren mengatakan bahwa beliau sesat karena membawa bahaya. Sesungguhnya, di dalam sekte agama Buddha, tidak ada ajaran seperti itu, tapi beberapa kepala agama seringkali menyelewengkan ajaran agamanya sendiri. Dengan menyiarkan darma yang sesungguhnya, kita dapat menghasilkan manusia yang unggul. Apabila NSI dapat memproduksi manusiamanusia yang unggul, NSI akan ikut menunjang dan berkontribusi pada kemajuan Indonesia. Niciren Syosyu harus menghasilkan manusiamanusia yang unggul melalui wihara-wiharanya, umat Islam 12
Samantabadra | Desember 2019
harus menghasilkan manusiamanusia yang unggul melalui masjid-masjidnya, umat Kristen harus menghasilkan manusia-manusia yang unggul melalui kapel-kapel dan gereja-gerejanya, umat Hindu juga harus menghasilkan manusia-manusia yang unggul melalui pura-puranya. Apabila semua rumah ibadah bisa memproduksi manusiamanusia yang unggul, Indonesia akan maju. Itulah sebabnya konflik yang timbul karena agama membuat heran, karena sesungguhnya agama hadir untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menimbulkan masalah. NSI meresmikan Wihara Vimalakirti NSI Sukabumi pada tanggal 28 Oktober 2019, agar umat Sukabumi dapat menikmati sarana tempat sendiri. Dengan adanya susunan NSI, kita harus lebih giat untuk berbakti bagi nusa dan bangsa, sehingga di masa mendatang semua akan melihat bahwa umat Buddha membawa kebaikan dan kebahagiaan di manamana. Saya menginginkan agar semua umat NSI dapat mempraktikkan ajaran Buddha yang sesungguhnya, hingga kita semua bisa mencapai kesadaran Buddha. Semua gohonzon dari Sandaihiho mempunyai kekuatan yang sama; tidak tergantung dari besarkecilnya ukurannya, terbuat dari kayu atau kertas, atau nama biksu tertinggi Niciren Syosyu mana yang terdapat di
dalamnya. Yang menentukan kualitas, besar atau kecilnya kekuatan Gohonzon terletak pada pelaksanaan syinjin kita sehari-hari, bergantung pada kesungguhan hati dari orang yang melaksanakan. Inilah ajaran Buddha yang sesungguhnya. Karena NSI sudah berdiri selama 55 tahun, organisasi ini harus semakin mendewasakan umat-umatnya; itu namanya kita beragama secara moderat. Dengan beragama, kita dilatih untuk berpikiran benar. Apabila kita masih mempraktikkan sikap-sikap non-Buddhis, artinya kita sedang memfitnah darma, walau kita rajin mengikuti kensyu, belajar gosyo, menjalankan Gongyo Daimoku dengan rutin, membaca darma, dan menyebut mantra; tapi ketika kita menghadapi masalah, kita lebih sering mempraktikkan ajaran nonBuddhis daripada menerapkan pelajaran yang didapatkan dari gosyo. Oleh karena itu, kita harus melakukan introspeksi diri, dan mempertanyakan sejauh mana kita sudah mempraktikkan ajaran ini dalam kehidupan kita seharihari. Kita akan mengadakan sayembara sebagai acara untuk memperingati HUT ke-55 NSI. Tentunya, dalam sebuah sayembara nanti, terdapat paling sedikit dua pasangan yang menampilkan tarian nusantara, pemukulan tambur, Dokyo Sodai, atau angklung. Tapi, sebenarnya tujuan
NSI tidak mementingkan kemenangan, seperti layaknya sebuah pertandingan. Lebih dari itu, sayembara juga mencakup aspek lain – bukan hanya mementingkan menang-kalah, tapi melihat siapa telah menampilkan dengan lebih baik. Misalnya, apabila nanti pada festival tambur, teknik pukulan yang ditampilkan bagus, tapi sikap dan penampilan sang pemukul kurang baik, maka aspek-aspek tersebut akan memengaruhi penilaian. Ketika Buddha Sakyamuni bertanding dengan Devadatta, kriteria penilaian tidak hanya mencakup keterampilan teknik, tapi juga mencakup sikap dan perilaku petanding. Jadi, capaian yang diinginkan oleh agama Buddha adalah kondisi yang lebih utuh dan sempurna, yang tidak parsial. Begitu juga, dalam gosyo ini, ada seorang penganut bernama Abucebo yang mengenal Nammyohorengekyo setelah bertemu dengan Buddha Niciren saat beliau diasingkan ke Pulau Sado. Ketika mengenal agama ini, Abucebo sudah berumur. Awalnya, ia tidak bertekad untuk menjadi murid Buddha Niciren, bahkan sebaliknya ia bertekad untuk membunuh Buddha. Orang yang beragama seharusnya tidak menampilkan perilakuperilaku demikian. Ketika pada akhirnya Abucebo mendengar tentang perilaku Niciren dan mendengarnya membaca
Daimoku, Abucebo merasakan getaran. Karena telah mengamati suara, perilaku, dan cara-cara Buddha Niciren berbicara, Abucebo dapat menyimpulkan bahwa Buddha Niciren adalah orang yang bijaksana. Dengan berjalannya waktu, Abucebo mulai tertarik pada ajarannya, dan walaupun ia lebih tua daripada Buddha Niciren, ia akhirnya menyatakan diri menjadi murid beliau. Ini harus menjadi salah satu pembelajaran bagi kita. Guru tidak harus lebih tua daripada muridnya. Kita dapat menilai kepantasan dan legitimasi seorang guru untuk mengajar sebuah ajaran agama melalui ukuran jiwa, bukan dengan ukuran umur ataupun ukuran akte kelahiran mereka. Urusannya ada pada ketiga masa: masa lampau, sekarang, dan masa akan datang. Karena sikap Niciren yang bijaksana, Abucebo menghormati Buddha Niciren, sampai menjaganya siang dan malam agar beliau dapat bertahan hidup di Pulau Sado dalam keadaan yang begitu sulit. Yang istimewa, setelah Buddha Niciren kembali ke Kamakura, Abucebo juga terus berusaha untuk meminta bimbingan. Bahkan, istri dan anaknya juga dapat menjadi penganut Buddha Niciren. Satu hari, istri Abucebo, Sennici Ama, menulis surat kepada Buddha Niciren dan memberi beberapa persembahan kepadanya. Kemudian, ia memohon
bimbingan tentang cara untuk mengatasi kerinduannya pada Abucebo yang sudah meninggal pada tahun yang baru saja berlalu. Sennici Ama setiap malam berdoa karena ia ingin bertemu dengan suaminya. Dengan perasaan hati seperti ini, Sennici Ama menanyakan tanggapan Niciren, yang kemudian menjawab dengan gosyo ini mengenai cara berpikir seorang Buddhis. Jalan pikiran seorang Buddha patut kita tiru karena tujuan kita sendiri sebagai bodhisatwa yang muncul dari bumi adalah untuk menjadi Buddha. Untuk itu, kita dapat meniru cara-cara Buddha Niciren mempraktikkan ajaran-ajaran Saddharmapundarika-sutra dalam kehidupannya seharihari. Niciren Daisyonin menenangkan dan meyakinkan Sennici Ama bahwa suaminya pasti berada di Tanah Gridhakuta. Buddha Niciren menjamin bahwa jiwa Abucebo pasti berada di Dunia Buddha, karena sewaktu ia hidup, ia menjalankan Syinjin dengan sungguh-sungguh; siang malam memberikan dukungan kepada Niciren - ia sungguh-sungguh menjalankan ajaran walaupun dihadapi berbagai macam tekanan. Oleh karena itu, Buddha Niciren yakin bahwa jiwa Abucebo yang sunyata berada di Dunia Buddha. Perbedaan kita, manusia biasa, dengan Buddha, adalah tingkat kesadaran yang Samantabadra | Desember 2019
13
berbeda derajat. Buddha adalah seseorang yang mencapai kesadaran tertinggi yang mencakup ketiga masa, sehingga seorang Buddha mempunyai kemampuan untuk melihat masa lampau, sekarang, dan akan datang. Jadi, perkataan Buddha bukan merupakan bualan belaka. Buddha memiliki kemampuan untuk melihat ketiga masa dengan mata hati, sementara manusia biasa seperti kita hanya mampu melihat alam semesta ini dengan mata daging. Inilah sebab mengapa kita patut memercayai katakata Buddha, karena prajna Buddha tidak terjangkau oleh pikiran manusia biasa. Buddha Niciren membimbing Sennici Ama agar tidak berkecil hati, karena bila ia ingin bertemu suaminya, ia dapat membaca Gongyo Daimoku dan menghadap ke arah timur, dari situ lah Abucebo dapat memandang Sennici Ama. Perumpamaan ini tidak dimaksud untuk dimengerti secara literal. Yang dimaksud ialah bahwa, Abucebo telah menjalankan Syinjin dengan semangat dan ketulusan yang begitu besar ketika ia masih hidup. Keyakinan Niciren Daisyonin akan hal ini tersirat dalam perkataan beliau bahwasannya, apabila Abucebo tidak berada di Tanah Buddha, berarti para Buddha, termasuk Buddha Sakyamuni dan Tien Tai, semua merupakan pembohong. Hal ini adalah hal yang tidak 14
Samantabadra | Desember 2019
mungkin, karena para Buddha tidak mungkin membual. Putra Sennici Ama yang pertama sudah menjalankan hati kepercayaan berdasarkan Hukum Nammyohorengekyo. Maka itu, putranya, Tokuro, disebut sebagai pusaka. Sebaliknya, dalam masyarakat, seringkali timbul pemikiran bahwa anak terkadang menjadi pembawa malapetaka. Anak yang terlibat dalam kecanduan narkotik, penjualan narkoba, tindakan-tindakan pidana, dan berbagai jalan kehidupan yang salah, membawa petaka bagi seluruh keluarga. Demikianlah pandangan masyarakat, sehingga terkadang orang-orang menjadi apatis. Buktinya, sekarang terdapat banyak pengumuman-pengumuman tertulis mengenai pemutusan hubungan antara anak dan orang tua karena cekcok atau masalah yang dibuat sang anak. Meskipun orang tua memainkan peran yang sangat besar dalam mengarahkan kehidupan seorang anak, keputusan-keputusan anak itu berada dalam kuasa tangan sang anak sendiri sebagai individu, sebab semua orang menentukan karmanya masing-masing. Buddha Niciren Daisyonin berkata bahwa posisi dan kualitas seorang anak, apakah ia menjadi malapetaka atau pusaka bagi orang tuanya, tergantung pada kesungguhan hati anak tersebut dalam menjalankan Syinjin. Apabila
sang anak tidak menjalankan Syinjin dan menempuh kehidupan dengan cara dan pemikirannya sendiri, bukan merupakan kemungkinan kecil bahwa anak ini menjadi pembawa malapetaka, jika dipandang dari aspek kepentingan orang tua. Dalam pandangan agama Buddha, seorang anak harus tumbuh menjadi manusia yang bisa membalas budi pada orang tuanya, hal mana bergantung pada pelaksanaan budi bakti yang sebenarnya, yaitu mendengar Hukum Nammyohorengekyo dengan ketiga karma (mulut, hati, dan badan) dengan kepercayaan yang dilandasi ketiga pilar Syin (percaya), Gyo (melaksanakan), dan Gaku (belajar). Jika seorang anak sudah mencapai kesadaran Buddha, walaupun orang tuanya belum mencapai kesadaran Buddha, ia dapat membimbing orang tuanya untuk mencapai kesadaran Buddha, yang merupakan kebahagiaan yang tertinggi. Seorang anak yang menjalankan Syinjin dan mengubah perilakunya, dari yang merugikan menjadi yang dilandasi kesadaran, merupakan wujud balas budi yang sesungguhnya. Pada umumnya, masyarakat menganggap bahwa berbudi bakti dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain mengajak orang tua berpergian ke luar negeri, mencicipi makanan enak, dan seterusnya.
Namun sesungguhnya, seiring berjalannya waktu, kemampuan orang tua untuk melakukan hal-hal ini juga menurun. Bahkan untuk berjalan kaki saja, mereka perlahan-lahan akan mengalami kesulitan karena nyeri terasa di dengkul. Begitu juga halnya dengan mencicipi makanan lezat, indra perasa orang lanjut usia sudah mulai melemah sehingga makanan tidak terasa nikmat. Bentukbentuk balas budi seperti ini memang baik, karena didasari oleh niat positif, namun caracara ini bersifat material dan temporer, tidak kekal. Oleh karena itu, balas budi yang paling besar adalah untuk mengajak orang tua Syinjin.
Bagi anak yang belum mulai menjalankan hati kepercayaan, ia sendiri harus mulai menjalankan Syinjin secara konsisten dan sungguhsungguh, lalu mengajak orang tuanya untuk ikut serta menjalankan pertapaan Hukum Nammyohorengekyo. Bagi seorang anak yang berjodoh dengan orang tua yang sudah Syinjin, ia seharusnya menjalankan Syinjin dengan semangat yang lebih bagus dan lebih tulus daripada orang tuanya. Demikianlah yang disebut sebagai budi bakti yang sesungguhnya. Meski waktu berlalu, pergantian tahun demi tahun pun tidak akan memengaruhi kesadaran
apabila hati seseorang selalu mementingkan Syinjin. Intinya, bagi umat yang beragama Niciren Syosyu, ukuran berbudi bakti dapat berupa hal-hal yang bersifat sementara – memberi sandang, pangan, dan papan kepada orang tua, menuruti orang tua, membantu orang tua dalam kesulitan, dan sebagainya. Tetapi, upayaupaya seperti ini masih belum memadai. Satu-satunya upaya balas budi yang kekal adalah upaya seorang anak untuk mengajak dan mendukung orang tuanya untuk bersemangat dalam pelaksanaan Syinjin. ***
Samantabadra | Desember 2019
15
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat kepada Sennici-ama Perihal Pusaka Anak yang Berbudi dan Berbakti Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahawihara Saddharma NSI 25 – 27 Oktober 2019
Nammyohorengekyo, Saya akan menjelaskan inti-inti dari gosyo bulan ini, mengenai Surat Balasan kepada Sennici Ama. Nama lain dari gosyo ini adalah ‘Surat Harta Anak Berbudi Bakti’. Gosyo ini ditulis pada musim panas pada tahun 1280 di Gunung Minobu, yang diberikan kepada Sennici Ama di Pulau Sado. Sennici Ama, istri dari Abucebo, masih berduka atas kematian suaminya, meskipun satu tahun telah berlalu. Oleh karena itu, Buddha Niciren Daisyonin memberi rangkulan kehangatan berupa bimbingan-bimbingan kepada Sennici Ama dalam gosyo ini. Selanjutnya, Buddha Niciren mengambil contoh mengenai anak yang berbudi bakti kepada orang tua dan anak yang tidak berbudi bakti kepada orang tua. Pokok pembahasan ini dipaparkan karena Buddha Niciren memuji putra Sennici Ama, Tokuro, yang menganut hati kepercayaan dengan tulus dan penuh dengan keyakinan. Niciren Daisyonin berkata 16
Samantabadra | Desember 2019
bahwa Sennici Ama sangat berezeki, karena ia dan anaknya sama-sama dapat menjalankan Syinjin. Pertama-tama, untuk memberi dorongan semangat kepada Sennici Ama, yang dulunya menganut sekte Nembuce dengan suaminya, Buddha Niciren menjelaskan bahwa Saddharmapundarikasutra adalah inti dari seluruh ajaran Buddha Sakyamuni. Apabila kita bisa membaca satu kata atau satu kalimat dari Saddharmapundarika-sutra, berarti kita sudah membaca seluruh ajaran dari Buddha Sakyamuni. Dalam Bab 2 Saddharmapundarika-sutra, ada sebuah kalimat yang berbunyi, “Seandainya, jika terdapat orang yang mendengar hukum, maka tiada seorang pun yang tidak mencapai kesadaran Buddha.” Walaupun terdapat kalimat demikian, pada saat itu hukumnya belum dijelaskan; cara untuk mencapai kesadaran Buddha dan kebahagiaan yang mutlak belum tertera. Hukum ini baru
dijelaskan dalam Bab ke-16 Saddharmapundarika-sutra, yang sering kita baca (Bab Panjang Usia Tathagata) setiap kali melaksanakan Gongyo. Di dasar kalimat, ada satu kata yang menjelaskan hukum yang paling agung, yaitu di dasar kalimat “Ga Hon Gyo Bo Satsu Do”, yakni hukum Nammyohorengekyo. Hukum yang disebut dalam kutipan Saddharmapundarikasutra di atas adalah Dharma dari Nammyohorengekyo. Nammyohorengekyo, walaupun hanya terdiri dari satu kata, dapat mencakup seluruh ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Ini merupakan hal yang gaib. Kegaiban ini juga terbukti dalam fakta bahwa umat-umat dari seluruh Indonesia dapat berkumpul di Ciapus setiap tahun untuk merayakan HUT NSI. Ini semua dapat terjadi karena myoho. Penyakit kritis pun, yang pada umumnya tidak dapat disembuhkan, akhirnya dapat dipulihkan, karena adanya myoho. Bukti-bukti nyata ini sudah terwujud
yang menyenangi bunga, ada yang menyenangi bulan, ada yang suka dengan makanan masam, ada yang menyukai benda-benda mungil, ada pula yang menggemari barangbarang yang besar. Ada yang senang karena kejahatan dan ada yang suka kebaikan. Manusia menjalankan hidup dengan perasaan jiwa dan sifat yang berbeda-beda. Maka, apabila kita iri hati atau menyimpan dendam terhadap seseorang, berarti kita sendiri mengalami kerugian. Setiap manusia menjalankan karmanya masing-masing, maka kita sepatutnya belajar untuk menerima keadaan dan melepas perasaan kesal, benci, dan dendam. Jika kita masih menyimpan perasaan tersebut terhadap orang lain, sesungguhnya kita membebani dan mengganggu ketenangan perasaan jiwa kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari kita, menumpuk karma buruk kita untuk masa yang mendatang. Buddha Niciren mengingatkan kepada kita yang sudah menyebut Nammyohorengekyo, agar berusaha untuk terus berada dalam Dunia Buddha. Apabila kita sudah menjalankan pertapaan Syinjin dan menyebut Nammyohorengekyo, kita pasti dapat menata perasaan jiwa kita. Sebagai contoh, Devadatta menjalankan ajaran sementara, namun sebelum ia berjodoh dengan Saddharmapundarika-
sutra, ia belum bisa mencapai kesadaran Buddha. Bahkan Rahuna, yang telah mempertahankan 250 pantangan, belum dapat mencapai kesadaran Buddha sebelum bertemu ajaran Saddharmapundarikasutra. Artinya, kita yang sudah berjodoh dengan Nammyohorengekyo seharusnya bisa memunculkan Dunia Buddha kita. Hendaknya, pelaksanaan kita pun dilandasi hati yang sungguh-sungguh dan tidak tanggung-tanggung. Begitu juga dengan bazaar yang diselenggarakan pada kensyu kali ini, sesungguhnya kita tidak bertujuan untuk mencari untung, melainkan untuk menjalankan dana paramita. Hendaknya, kita senantiasa berusaha memunculkan Dunia Buddha, jangan lagi kita berpikiran sesat. Dalam Saddharmapundarikasutra, Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa selama 40 tahun, beliau belum mewujudkan ajaran yang sesungguhnya, hal mana diumpamakan bagaikan air yang dimasak selama 7 hari lalu dituangkan kepada lautan besar. Perjalanan pertapaan kita akan sia-sia apabila kita tidak membuang ajaran sementara dengan tulus dan jujur, apabila kita mencampuradukkan hati kepercayaan kita dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain. Walaupun bertapa dengan memupuk kebaikan besar, namun Samantabadra | Desember 2019
17
ceramah gosyo
dalam kehidupan umat-umat NSI: banyak umat kita yang terserang penyakit kanker, namun mereka dapat bangkit dan pulih kembali. Ada seorang umat NSI di daerah Tangerang yang mengalami kejadian ini. Ia adalah seorang perempuan yang lincah dan cantik. Ia menderita kanker, dan pada hari Senin nanti, ia akan menjalankan chemotherapy yang ke tujuh, tetapi hal ini tidak melunturkan semangatnya di susunan; bahkan, ia akan terus aktif di kegiatan NSI termasuk kensyu. Penyakit bukan segala-galanya. Dengan Nammyohorengekyo, pasti ada jalan keluar bagi semua kesulitan. Sekalipun seseorang berpenghasilan besar, apabila ia jatuh sakit dan tidak berezeki dengan Nammyohorengekyo, ia tidak akan memiliki semangat hidup. Karena kita, umat NSI, sudah berjodoh dengan Nammyohorengekyo, semangat hidup kita tinggi dan perasaan jiwa kita tenang, sehingga kita dapat melampaui segala apa pun juga. Kemudian, Buddha Niciren Daisyonin juga mengingatkan bahwa setiap umat manusia, pada setiap saat, memiliki perasaan jiwa yang berbedabeda dan yang senantiasa berubah. Manusia hidup dalam wujud yang berbedabeda, dengan beraneka ragam dan rupa, dengan berbagai kepribadian. Ada
bila tidak bertemu dengan Saddharmapundarika-sutra dan tidak menjalankannya, maka pertapaan tersebut tidak akan berguna. Apabila kita tidak pernah menjalankan perombakan sifat jiwa, maka pelaksanaan kita sama sekali tidak ada manfaatnya, karena kita hanya sekedar mendengar ajaran ini tanpa menerapkannya. Kita sepatutnya melaksanakan pertapaan Saddharmapundarikasutra yang Ekayana, hukum satu-satunya yang harus dipegang dengan erat, tidak ada yang lain. Apabila kita dapat menjalankan Saddharmapundarika-sutra yang Ekayana, maka kita dapat mengikuti jejak Devadatta yang akhirnya mencapai kesadaran Buddha. Kembali pada konteks gosyo, Sennici Ama ingin bertemu lagi dengan suaminya. Niciren Daisyonin berkata bahwa Abucebo tidak ada di mana-mana, tapi bila Sennici Ama ingin bertemu dengan suaminya, ia harus menghadap ke timur setiap pagi, karena Abucebo akan “tampak di timur.� Hendaknya hal ini tidak dicamkan secara harfiah. Maksud Buddha Niciren adalah, hanya dengan menjalankan Gongyo Daimoku dan megnanut kepercayaan kepada Saddharmapundarikasutra lah, jiwa Buddha kita dapat muncul, untuk mewujudkan keinginan agar sang suami atau istri dapat mencapai kesadaran 18
Samantabadra | Desember 2019
Buddha juga. Dengan kesadaran Buddha, kita bisa menimbulkan getaran untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Kaum lelaki adalah sama seperti tiang dan wanita adalah atapnya. Lelaki sama seperti kaki, wanita adalah badannya; lelaki sama seperti sayap, wanita adalah badannya. Jika sayap dan badan terpisah, apakah mungkin seekor burung terbang? Hanya dengan keduanya lah burung tersebut mendapatkan keseimbangan. Suatu keluarga yang tidak terdiri dari seorang anggota lelaki diumpamakan bagaikan orang yang tidak memiliki jiwa. Maka dari itu, alangkah baiknya bagi bapak ibu yang masih memiliki suami dan istri untuk saling menyayangi satu sama lain, selagi masih hidup. Di dalam Saddharmapundarika-sutra, dijelaskan bahwa semua umat memiliki jiwa Buddha. Tidak ada perbedaan antara kesadaran yang dimiliki pria maupun perempuan. Kita semua mempunyai kekuatan yang sama, hanya aspek fisik saja yang membedakan kedua jenis kelamin. Kita yang percaya Nammyohorengekyo harus belajar agar tidak terpengaruh karena kesulitan. Orang yang kita cintai dan hormati suatu saat pasti harus berpisah dengan kita. Pada waktu itu, hendaknya kita tidak hanya menangisi kesedihan. Jangan sampai kita terjerumus dalam
keputusasaan. Terlebih dari itu, hendaknya kita meneruskan cita-cita perjuangan dalam perjalanan yang dirintis oleh almarhum, meneruskan semangat syinjin dan hati kepercayaannya. Dengan begitu, dalam kehidupan yang akan datang, sepasang suami istri dapat bertemu lagi ketika dilahirkan kembali pada suasana yang sama, walaupun dalam rupa dan ragam yang berbeda. ***
liputan
Ketua Umum NSI Menjadi Pembicara Kegiatan Kemah Kebangsaan Seminar Kebangsaan dengan Tema “Membentuk Fonem Jati Diri Pemuda Dalam Lanskap Pembangunan Negara”
S
enin, 14 Oktober 2019, bertempat di Green Valley, Bandungan, Semarang, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi Kegiatan Kemah Kebangsaan –Seminar Kebangsaan dengan Tema “Membentuk Fonem Jati Diri Pemuda Dalam Lanskap Pembangunan Negara”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Harapan Pemuda Indonesia (YHPI) bekerja sama
dengan Yayasan Pondok Kasih point-pont pembahasan yakni: (YPK) dan Indonesia Global 1. Saat ini, banyak yang Compact Network (IGCN) sudah menganut agnostik yang bertujuan untuk merajut bahkan atheis sedang Kebhinekaan Pemuda untuk menjadi “tren” anak muda. meningkatkan Perdamaian dan Lantas bagaimana dengan Kesejahteraan. di indonesia?! Sedangkan Dalam forum tersebut kita memegang teguh disampaikan oleh Ketua pancasila dan sila pertama Umum NSI mengenai Spiritual, ketuhanan yang maha esa. keagaman, berbangsa Kita semua meyakini adanya dan bernegara dalam suatu kekuatan spiritual mengamalkan ajaran agama. yang diluar jangkauan Dalam Kesempatan pikiran dan panca indera. ini Mpu Suhadi Sendjaja Maka dari itu agama yang menyampaikan beberapa justru menjawab pertanyaan Samantabadra | Desember 2019
19
termutakhir. Penjelasan agama tidak pernah kadaluwarsa. Semakin modern dunia semestinya semakin membuktikan kebenaran agama. Maka sesungguhnya agama dan modernisasi tidak bertolak belakang. Agama tanpa perkembangan hanyalah kata-kata. Perkembangan tanpa agama hanyalah bendabenda. Perkembangan yang dilandasi agama itulah kehidupan ideal 2. Moderasi beragama. Semakin bergama kita akan semakin moderat dan berwawasan luas. Mengembangkan sikap beragama yang tepat dan sesuai. Karena pada dasarnya ajaran agama itu sendiri sudah moderat. Moderasi = Moderat yang dalam KBBI artinya selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Yakni artinya, benar-benar menjalankan Agama sesuai hakikat sesungguhnya dari ajaran agama tersebut. 3. Ajaran agama berisi pengetahuan dan kearifan yang bisa menengahi semua Masalah serta upaya yang kuat juga dari semua komunitas dengan meneguhkan literasi kepada umat. Agar Bisa memahami ajaran agama, maka perlu melakukan Literasi. Tidak hanya Literasi terhadap teks tertulis, tetapi juga terhadap “teks� hidup yang terdapat di lingkungan alam semesta sehari-hari. Literasi Agama Menjadi Kunci dalam Mewujudkan Praktik Bhinneka Tunggal Ika Dalam Kemerdekaan Indonesia. 4. Dengan moderasi agama yakni mengembalikan kemurnian agama sebagaimana memang tertuang pada kitab suci masing-masing. Sila pertama pancasila menjadi kunci bagi siapnya bangsa ini. Agama hadir untuk mengatasi berbagai masalah di dunia, bukan justru sebaliknya kehadiran agama pada hakikatnya adalah untuk membuat dunia tidak kacau. 5. Penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, 20
Samantabadra | Desember 2019
karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika agama tidak bisa memosisikan pada posisi yang sebenarnya maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebab-akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Dalam kesimpulannya, MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan kepada peserta Festival Pemuda 2019 bahwa apakah Pemuda merupakan agen perubahan? Perubahan dapat mengarah pada kebaikan maupun keburukan. Maka pemuda bukanlah agen perubahan, tapi harus menjadi agen perbaikan. Lalu apa parameter kebaikan itu? Inilah peran agama memberikan pedoman-pedoman pada hati nurani dan kebenaran yang hakiki. Dengan beragama maka kita akan menjadi manusia dengan kualitas terunggul, karena dengan berdasarkan ajaran agama segala yang kita lakukan adalah untuk memberi kebahagiaan bagi orang lain dan seluas-luasnya kehidupan. Agama perlu dipahami dan dihayati dan perlu diamalkan sehingga tampak manfaatnya dalam kehidupan kemanusiaan. ***
liputan
Partisipasi NSI dalam Acara Pisah Sambut Menteri PPPA RI Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia
S
ebagaimana kita ketahui, Presiden Jokowi telah mengumumkan Kabinet Indonesia Maju di Istana Kepresidenan, Rabu (23/10/2019). Salah satunya adalah Presiden Jokowi menunjuk I Gusti Ayu Bintang Darmawati, atau dikenal Bintang Puspayoga. I Gusti Ayu Bintang Darmawati menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak periode 2019 - 2024 usai dilantik Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober 2019 lalu, Menteri Bintang mendapat mandat untuk melanjutkan tongkat estafet pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabinet Indonesia Maju. Pada Kamis, 24 Oktober 2019, bertempat di
gedung Kementerian PPPA RI, Kementerian PPPA RI menggelar acara pisah sambut untuk Menteri PPPA Kabinet Indonesia Maju, I Gusti Ayu Bintang Darmavati. Acara ini dihadiri oleh seluruh pejabat eselon 1 dan eselon 2 Kemen PPPA, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), IWAPI, KOWANI, Mitra Daya Setara (penisunan Kementerian PPPA), perwakilan UNICEF (United Children Fund), UNFPA (United Nation Population Fund), Kementerian/Lembaga dan beberapa organisasi masyarakat dibidang perempuan dan anak, akademisi, budayawan, sastrawan, dan tokoh agama. Di acara ini hadir pula Samantabadra | Desember 2019
21
Menteri PPPA periode Kabinet Kerja, Yohana Yembise yang memberikan sambutan hangat pada penggantinya. Dalam sambutannya tersebut, Yohana juga menyinggung tentang perbedaan suku antara dirinya dan I Gusti Ayu Bintang Darmavati yang berasal dari Pulau Dewata. “Tidak ada beda kita Sabang, Merauke, Bali tidak ada beda, kita tetap satu. Tidak ada perbedaan. Papua pergi, Bali masuk,� tutur Yohana di kesempatan yang sama. Sementara itu terkait program, Yohana Yambise menitipkan pesan untuk penggantinya tersebut agar membangun kerja sama dan netrworking yang baik, serta melanjutkan programprogram Kementerian PPPA. Ibu Yohana berharap Menteri Bintang mampu membawa Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) lebih maju lagi. Ibu Yohana juga menitipkan pesan kepada Menteri Bintang agar memberi perhatian pada kebijakan-kebijakan yang perlu diselesaikan, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual, serta mendorong penyusunan RUU Pengasuhan Keluarga dan RUU Kesetaraan Gender agar bisa masuk ke dalam Prolegnas (program legislasi nasional). Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) juga menjadi salah satu yang diundang dalam acara pisah sambut tersebut. Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja bererta Ketua Karitra NSI, Ibu Tristina Handjaja hadir dalam acara tersebut. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum NSI juga menyampaikan laporan kepada Ibu Menteri PPPA yang baru, dan menyambung kesepakatan dengan Menteri PPPA RI yang lalu, juga sekaligus mendungang kehadiran langsung dan keikutsertaan Ibu Menteri PPPA RI yang baru, Ibu I Gusti Ayu Bintang beserta Aparatur Sipil Negara KPPPA RI dalam gerak jalan kerukunan tersebut yang pelaksanaannya sempat tertunda dari tanggal 20 Oktober 2019 menjadi 3 November 2019. Point-point yang disampaikan pada saat pertemuan tersbebut, antara lain :
22
Samantabadra | Desember 2019
1. Agar semakin mengokohkan keberadaan perempuan dan perhatian terhadap anak-anak, serta semakin “meng-kitakan� dalam menerima bahwa kita semua bersaudara, begitu pun dengan saudara kita dari Papua yang merupakan bagian dari keluarga besar NKRI. 2. Mengikutsertakan komunitas Papua yang ada di Jakarta dan sekitarnya dalam gerak jalan kerukunan tersebut. 3. Menyampaikan gambaran acara kegiatan kegiatan Gerak Jalan HUT ke-55 tahun NSI yang diikuti oleh lintas agama dengan dimeriahkan oleh pawai Marching Band dan Rangkaian Kesenian Daerah Indonesia dari umat NSI serta peragaan baju adat dari 34 Provinsi. Kesungguhan hati dan kesiapan NSI dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan gerak jalan ini mendapatkan tanggapan yang sangat positif dari Ibu Menteri. Ibu Menteri bersedia untuk hadir langsung dan ikut serta dalam gerak jalan kerukunan tersebut, juga mengikutsertakan pegawai KPPPA RI dalam gerak jalan kerukunan tersebut. Kiranya kegiatan-kegiatan lain yang dilaksanakan oleh NSI dapat terus bersinergi dengan pemerintah dan bergandengan tangan sengan semua stakeholder terkait, sehinggan apabila kita bersinergi maka kegiatan akan terlaksana dengan baik, dan semua kegiatan yang NSI selenggarakan mempunyai salah satu goal untuk semakin merawat kerukunan antar lintas agama. Kerukunan yang merupakan fondasi untuk membangun negara yang kuat, maka diperlukan peran umat beragama dalam mewujudkan kerukunan dan Moderasi Agama di Indonesia dan mari samasama berjuang sepenuh hati dan semakin bersatu hati dalam perjalanan kosenrufu kita untuk menyebarluaskan Dharma Agung Nammyohorengekyo ****
liputan
Kiprah Ketua Umum NSI Temu Mufakat Budaya Indonesia 2019
K
etua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja kembali diundang dalam acara Temu Mufakat Budaya Indoesia tahun 2019. Bertempat di hotel Century Atlet Senayan, kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 29-31 Oktober 2019. Dalam pertemuan itu mendeklarasikan hasil sidang yang dirangkum dalam satu rumusan. Kegiatan ini dihadiri tokoh dari beberapa daerah dengan latar belakang beragam seperti akademisi, budayawan, sastrawan, dan tokoh agama. Temu mufakat itu digelar untuk memufakatkan gagasan-gagasan baru yang bisa menjadi solusi komprehensif bagi bangsa Indonesia menjawab persoalan masa kini, dan meraih masa depan di tengah realitas dunia yang penuh ketidakterdugaan. Solusi yang berbasis pada karakter bangsa Indonesia yang pasifis, damai, penuh cinta dan artistik.
Dalam pertemuan tersebut, MPU Suhadi Sendjaja memaparkan sebagai seorang Buddhis dan dari unsur tokoh agama. Beliau menyampaikan dalam ajaran Buddha, mula-mula dahulu sekali ketika asamkeya kalpakoti, manusia waktu itu ada dalam kondisi yang sanagt seimbang. Namun semakin lama, keadaan berubah dan turut mempengaruhi perasaan jiwa manusia dan bahwa Sejatinya bangsa Indonesia adalah orangorang yang memiliki kesadaran secara paripurna untuk membahagiakan orang lain. Kita sebagai makhluk sosial ada pemikiran bahwa dalam diriku ada dirimu, dalam dirimu ada diriku (Simbiosis Mutualisme) dan hakikat sejati dari bangsa Indonesia yang bahari. Sehingga mkita hrus kembali dalam Moderasi beragama. Semakin bergama kita akan semakin moderat dan berwawasan luas. Mengembangkan sikap beragama yang tepat dan sesuai. Karena pada dasarnya ajaran agama itu sendiri sudah moderat. Moderasi
adalah moderat yang dalam KBBI artinya selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Yakni artinya, benarbenar menjalankan Agama sesuai hakikat sesungguhnya dari ajaran agama tersebut. Sehingga Penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebab-akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Maka untuk benar-benar menjalankan Agama sesuai hakikat sesungguhnya dari ajaran agama, kita huarus bisa memahami ajaran agama, maka perlu melakukan Literasi. Tidak hanya Literasi terhadap teks tertulis, tetapi juga terhadap “teks� hidup yang terdapat di lingkungan alam semesta seharihari. Literasi Agama Menjadi Kunci dalam Mewujudkan Praktik Bhinneka Tunggal Ika Dalam Kemerdekaan Indonesia. ***
Samantabadra | Desember 2019
23
liputan
Audiensi Ketua Umum NSI dengan Menteri Agama RI Kabinet Indonesia Maju
P
ada tanggal 29 Oktober 2019, Ketua Umum NSI didampingi oleh Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, Bapak Caliadi dan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), Bapak Nifasri melakukan pertemuan dengan Menteri Agama Kabinet Indonesia Maju, yaitu Bapak Fachrul Razi di tempat kerjanya di Kementerian Agama Jl. Lapangan Banteng, Jakarta. Audiensi Ketua Umum NSI kali ini adalah selain ajang silahturahmi, juga dalam rangka koordinasi dan mohon petunjuk kegiatan Gerak Jalan Kerukunan bersama Menteri Agama RI, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lintas Agama dan Komunitas Papua dalam rangka Perayaan HUT ke-55 NSI Tahun 2019. Ketua Umum NSI juga menyampaikan laporan kepada Bapak Menteri Agama yang baru, dan menyambung kesepakatan dengan Menteri Agama yang lalu, juga sekaligus mendungang kehadiran langsung dan keikutsertaan Bapak Menteri Agama yanng baru, Fachrul Razi RI dalam gerak jalan kerukunan tersebut yang pelaksanaannya sempat tertunda dari tanggal 24
Samantabadra | Desember 2019
20 Oktober 2019 menjadi 3 November 2019. Point-point yang disampaikan pada saat audiensi, antara lain : - Kerukunan adalah fondasi untuk membangun negara yang kuat, oleh karena itu diperlukan peran umat beragama dalam mewujudkan kerukunan dan Moderasi Agama di Indonesia serta mendukung dan menciptakan suasana rukun, damai, sejuk, penuh persaudaran penuh persaudaraan setelah ditetapkannya Presiden dan Wakil Presiden RI Terpilih periode 2019-2024, maka dalam rangka Perayaan HUT ke-55 NSI akan mengadakan untuk ke-5 kalinya Gerak Jalan Kerukunan bersama Menteri Agama RI dan bekerjasama dengan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag RI yang melibatkan seluruh organisasi lintas agama. - Akan ada + 4.000 peserta perempuan, termasuk ibu dan anak sehingga semakin mengokohkan keberadaan perempuan dan perhatian terhadap anak-anak,
NSI serta peragaan baju adat dari 34 Provinsi.
- Mengikutsertakan komunitas Papua yang ada di Jakarta dan sekitarnya dalam gerak jalan kerukunan tersebut sehingga semakin “meng-kita-kan� dalam menerima bahwa kita semua bersaudara, begitu pun dengan saudara kita dari Papua yang merupakan bagian dari keluarga besar NKRI. - Menyampaikan gambaran acara kegiatan kegiatan Gerak Jalan HUT ke-55 tahun NSI yang diikuti oleh lintas agama dengan dimeriahkan oleh pawai Marching Band dan Rangkaian Kesenian Daerah Indonesia dari umat
Kegiatan gerak jalan ini mendapatkan tanggapan yang sangat positif dariBapak Menteri. Beliau menyampaikan jika tidak ada kegiatan lain/ tiba-tiba ditugaskan oleh Presiden, makan beliau bersedia meluangkan waktu untuk hadir langsung dan ikut serta dalam gerak jalan kerukunan tersebut, juga mengikutsertakan pegawai KPPPA RI dalam gerak jalan kerukunan tersebut. Kiranya kegiatan gerak jalan kerukunan yang NSI selenggarakan mempunyai salah satu goal untuk semakin merawat kerukunan antar lintas agama. Kerukunan yang merupakan fondasi untuk membangun negara yang kuat, maka diperlukan peran umat beragama dalam mewujudkan kerukunan dan Moderasi Agama di Indonesia dan mari samasama berjuang sepenuh hati dan semakin bersatu hati dalam perjalanan kosenrufu kita untuk menyebarluaskan Dharma Agung Nammyohorengekyo ****
KU NSI Mendampingi WALUBI Audiensi dengan Menteri Agama RI 2019-2024
Samantabadra | Desember 2019
25
liputan
Partisipasi Kesenian NSI dalam program Inaugurasi dari The Chinese People's Federation for World Peace
P
ada tanggal 3 November 2019, Kesenian Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) mengambil bagian dalam rangka pelaksanaan program Inaugurasi dari The Chinese People’s Federation for World Peace (Federasi Masyarakat Tionghoa untuk Perdamaian Dunia) Indonesia, disingkat CPFWP, yang akan diselenggarakan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. CPFWP ini dibentuk pada pertengahan tahun 2017 dengan tujuan mempromosikan integritas individu, etika keluarga, dan tanggung jawab sosial melalui moral leadership yang diyakini bahwa nilai-nilai ini melekat kuat dalam kebudayaan tradisional Tionghoa di seluruh dunia, yang dapat lebih dihidupkan sebagai penangkal terhadap masalah kehancuran keluarga dan degradasi moral yang begitu mewabah di dalam banyak masyarakat dan bangsa-bangsa. Kami merangkul konsep tradisional Tionghoa yang menghormati Surga, menjunjung tinggi martabat manusia, menghargai keluarga, dan berupaya menciptakan kerukunan dalam segala hubungan. CPFWP telah diresmikan di lima kota di seluruh dunia, dengan lima lainnya direncanakan pada akhir tahun ini. Angklung Pundarika NSI dapat turut
26
Samantabadra | Desember 2019
memeriahkan Inaugurasi CPFWP Indonesia ini melalui pertunjukan budaya lewat permainan instrument angklungnya yang memberi inspirasi bagi kurang lebih 100 peserta yang diundang dari berbagai kalangan termasuk dari daerah dan luar negeri. Terlihat dari antusias peserta yang bergembira pada saat menyaksikan dan mendengarkan alunan suara yang dihasilkan dari tim kesenian angklung NSI. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam menguatkan persaudaraan. Hidup rukun dan damai dalam keberagaman bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.seperti yang sudah sering Bapak Ketua Umum NSI dengungkan bahwa Agama mengajarkan nilai-nilai luhur kebaikan, keutamaan, kesempurnaan dan kedamaian. Masyarakat harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Meskipun berbeda agama, ras dan suku, tapi kita tetap satu saudara sebangsa dan setanah air dan kita harus saling menjaga satu sama lain. Selain sebagai ajang budaya pemersatu bangsa, misi yang dibawa Umat NSI mengikuti kegiatan ini untuk terus melestarikan dan mengembangkan kesenian Nasional memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta semakin cinta tanah air yang merupakan tugas sebagai Bodhisatva Gadgasvara yang muncul dari bumi demi menyebarluaskan Dharma. ***
Bakti Donor Darah Umat NSI dalam rangka peringatan HUT ke-55 NSI
P
arisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) kembali menyelenggrakan bakti donor darah yang dipusatkan di Kantor Pusat NSI, jalan Minangkabau-Jakarta. NSI bekerja sama denga Palang Merah Pusat (PMI) kota Tangerang, atas koordinasidari PMI Pusat. Pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019, kegiatan dimulai pukul 09.00. kegiatan ini juga bekerja ama dengan tim petugas dari Kalbe yang memberikan pemeriksaan kesehatan gratis. Mpada pukul 08.00, umat NSI mulai berdatangan. Umat NSI SeJabotabelcul dan sekitarnya turut menyemarakkan kegiatan ini dengan mendaftarkan dirinya menjadi salah satu calon pendonor darah. Tidak kurang dari 150 umat NSI yang mendaftrakan diri untuk mendonorkan darahnya. Koordinator PMI Kota Tangerang, Mba Nisa, menyatakan kegembiraan
dan terima kasihnya kepada NSI atas kegiatan donor darah yang difasilitasi. Kita yang melakukan donor darah bukan sekedar pendonor, melainkan adalah pahlawan kemanusiaan. Ketua Umum NSI, Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja mengungkapkan, donor darah adalah program kegiatan rutin NSI yang sudah dimulai sejak tahun 1983, yang merupakan gerakan “kebodhisattvaan.” “Bodhi” adalah sadar, “sattva” adalah makhluk, jadi donor darah adalah gerakan dari manusia-manusia yang sadar. Pada waktu itu, kegiatan ini diprakarsai sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada pemerintah yang menetapkan hari raya Waisak sebagai hari raya nasional. Selain karena agenda rutin, donor darah kali ini diselenggarakan dalam rangka menyambut hari jadi ke-55 tahun NSI. Selain donor darah, NSI juga mengadakan acara syukuran pada tanggal 26 Oktober 2019 dan Gerak
Jalan Kerukunan pada tanggal 3 November 2019. Semua rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan hari jadi ke-55 tahun NSI ini kiranya umat Buddha NSI dapat bersama-sama menjadi pelaksana dharma yang unggul dengan mengikuti kegiatan dengan hati yang tulus yang didasari semangat penyebarluasnya Dharma dan mari sama-sama berjuang sepenuh hati serta semakin bersatu hati dalam perjalanan kosenrufu kita untuk kemudian membangun bangsa Indonesia tugas sebagai Bodhisatva yang muncul dari bumi demi menyebarluaskan Dharma Agung Nammyohorengekyo. ***
Samantabadra | Desember 2019
27
liputan
GERAK JALAN KERUKUNAN “RUKUN, BERSATU, BERGERAK UNTUK INDONESIA JAYA”
D
alam rangka menyambut peringatan hari jadi NSI yang ke-55 tahun, NSI menyelenggarakan untuk ke-5 kalinya “Gerak Jalan Kerukunan” yang diadakan pada tanggal 3 November 2019. Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama yang diikuti oleh 5.000 umat Buddha NSI, ribuan umat beragama lain, beserta 200 orang dari Komunitas Papua di Jakarta. Gerak Jalan Kerukunan ini sudah menjadi agenda rutin NSI sejak lima tahun yang lalu sebagai salah satu wujud terima kasih kepada negara di momentum perayaan
28
Samantabadra | Desember 2019
Hari Ulang Tahunnya. Gerak Jalan Kerukunan tahun ini mengangkat tema Rukun, Bersatu, Bergerak Untuk Indonesia Jaya. Gerak Jalan kerukunan ini dipusatkan di Kantor Kementerian Agama RI, Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan rute gerak jalan yaitu menuju Patung Kuda, menuju Gedung Sarinah, lalu berputar balik menuju Bundaran HI, dan berputar balik kembali ke depan Kantor Kementerian Agama RI Jalan M.H. Thamrin. Para peserta baik umat NSI maupun peserta sudah mulai berdatangan sejak pukul
05.00 WIB. Selain itu, Gerak Jalan Kerukunan ini juga mengundang dan melibatkan majelis agama lintas agama untuk berpartisipasi. Umat perwakilan dari agama Islam yang diwakilkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) mewakili unsur umat Hindu, Persatuan Gereja-gerja di Indonesia (PGI) mewakili unsur umat Kristen, Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) mewakili unsur agama Katolik, dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) mewakili unsur agama
Konghucu. Juga turut serta perwakilan mahasiswa Buddhis dari beberapa universitas di Jakarta. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari institusi pemerintah. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, I Gusti Ayu Bintang Darmavati dan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia Zainut Tauhid hadir secara langsung untuk membuka dan mengikuti Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama ini. Hal tersebut menjadi wujud dukungan pemerintah terhadap kegiatan yang diselenggarakan secara swadaya oleh umat Buddha NSI untuk bergerak bersama seluruh umat beragama di Indonesia demi mewujudkan Indonesia yang rukun, bersatu untuk Indonesia jaya. Kehadiran Menteri PPPA RI kali ini turut mendampingi 3.000 perempuan dan anakanak yang membawa suasana gembira dan ceria dalam Gerak Jalan kali ini. Turut hadir mendampingi, Dirjen Bimas
Buddha Kemenag RI, Caliadi dan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Nifasri. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid dalam sambutannya beliau mengungkapkan apreasiasi yang tinggi terhadap kegiatan NSI yang positif dalam menyambut hari jadinya yang ke-55 tahun. Bahwa sebagai bangsa yang besar, majemuk, dan plural, masyarakat Indonesia harus senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan. Ia juga mengatakan kerukunan menjadi bentuk kedewasaan bangsa Indonesia di tengah masyarakat majemuk. Ia berharap semua pihak mampu menjaga anugerah keberagaman yang menjadi takdir bangsa Indonesia. “Keanekaragaman itu anugerah kita rawat secara alamiah, kita hidup berdampingan satu dengan yang lain. Sehingga dibutuhkan saling mengasihi dan memuliakan anak bangsa perlu kesadaran pemahaman yang mendalam dalam keragaman kebhinekaan
ini,”. Wamenag Kabinet Indonesia Maju itu juga menambahkan, masyarakat harus memiliki cara berpikir yang dewasa terutama antar umat beragama. “Pendewasaan berpikir umat beragama sangat dibutuhkan untuk menjaga keutuhan dan kesatuan Indonesia,” imbuhnya. Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmavati mengapresiasi acara yang diikuti 80 persen perempuan dan anak-anak. Acara ini diharapkan menjadi momentum memperkokoh keberagaman yang sudah terjalin dengan baik. “Keberagaman, kebhinekaan di Indonesia sudah terjalin dengan sangat baik. Saya sebagai umat beragama Hindu, tinggal di negara mayoritas muslim, saya sangat nyaman. Mari kita hormati keberagamaan, dan jaga kerukunan Indonesia dengan asas pancasila,” Samantabadra | Desember 2019
29
tutur Bintang Darmawati. “Mari memupuk dengan baik, mari kita hormati jaga keberagaman berdasarkan Pancasila. Ini jadi momentum kita mengkampanyekan pemberdayaan begitu juga perlindungan anak semua yang hadir saat ini,” ujar Ayu. Ketum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja dalam sambutannya mengatakan, pihaknya menghayati HUT ke-55, sehingga tidak hanya melakukan acara seremonial saja. Beliau lalu menyampaikan pesanpesan pedoman hidup kaum buddha.”Setiap saat kami harus bisa memberi manfaat kepada orang lain, supaya umat kami bisa terus berubah nasibnya menjadi lebih baik. Tentu komunitas ini harus mampu mengajak umatnya melakukan hal yang baik. Tanpa memberi, hakikatnya tidak ada menerima,” ujarnya. MPU Suhadi senjaja
30
Samantabadra | Desember 2019
juga menambahkan bahwa “Kerukunan ini sudah menjadi filosofi hidup kita. Buddha Niciren mengajarkan kita untuk bisa balas budi kepada orang tua, negara, dan agama, apa bentuknya? Karya-karya nyata. Memelihara dan merawat kerukunan adalah salah satu wujud nyata dari balas budi tersebut. Kerukunan itu bukan barang jadi melainkan hasil daripada usaha, dan itu menjadi modal dasar untuk pembangunan. Keluarga yang rukun bisa membangun keluarga yang bahagia, lingkungan yang rukun bisa membangun RT/ RW, Kelurahan yang maju dan bahagia, negara yang rukun bisa membangun negara yang maju. Presiden saat ini bercita-cita ingin mewujudkan Indonesia yang maju, Indonesia yang Jaya, maka melalui gerak jalan ini kita bersama menciptakan suasana dan memancarkan getaran kebaikan tersebut
untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan jaya.” Ketua Umum NSI, Suhadi Sendjaja juga mengatakan bahwa gerak jalan kerukunan ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan 55 Tahun NSI. Menurutnya, kerukunan merupakan suasana yang sangat diperlukan untuk pembangunan bangsa menuju Indonesia Jaya. Sebagai komunitas agama Buddha, NSI ingin menguatkan semangat kerukunan beragama ini, dengan melibatkan seluruh umat dari majelis Buddha di Indonesia, majelis-majelis lintas agama, dan institusi pemerintahan.” Gerak Jalan Kerukunan tampil semakin semarak dengan adanya parade iringan kesenian daerah tradisional Indonesia dan juga kesenian kontemporer yang dipersembahkan oleh umat Buddha NSI, mulai dari Marching Band oleh Generasi Muda Buddhis NSI, parade pakaian daerah 34 provinsi Indonesia, iringan alat musik tradisional Angklung yang diikuti oleh 1.000 Wanita Buddhis NSI berkebaya, hingga penari-penari tradisional dari umat Buddha NSI juga turut
meramaikan. Tak ketinggalan spanduk-spanduk dan posterposter bertuliskan kata-kata membangun mengenai kerukunan yang semakin menamnag meriah kegiatan ini. Kerukunan adalah fondasi di dalam membangun negara yang kuat, oleh karena itu diperlukan peran umat beragama dalam mewujudkan kerukunan dan moderasi agama di Indonesia. Oleh sebab itu, NSI rutin mengadakan Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama sebagai salah satu upaya
untuk menunjukkan bahwa keberagaman suku, agama, ras, dan golongan yang dimilikinya justru merupakan kekuatan terbesar untuk mewujudkan Indonesia maju dan berjaya. Kiranya suasana kerukunan yang terasa pada kegiatan ini hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari dalam bentuk saling menerima bahwa kita semua adalah saudara, meskipun berbeda agama, suku, ras dan agama namun kita tetap satu keluarga, NKRI. Untuk umat NSI khususnya,
mari sama-sama berjuang sepenuh hati dan semakin bersatu hati dalam perjalanan kosenrufu kita untuk menyebarluaskan Dharma Agung Nammyohorengekyo ****
Samantabadra | Desember 2019
31
Svayambara NSI dan Pengukuhan 33 tahun GM NSI Berkarya
R
angkaian kegiatan menyambut hari jadi Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) yang ke-55 tahun pada Oktober 2019, diawali dengan bakti donor darah (19 Oktober), acara selanjutnya adalah gosyo umum dan pagelaran seni serta svayambara tarian, angklung, dokyo syodai dan pukul tambur yang berlangsung pada 25-27 Oktober 2019. Kensyu gosyo yang diselenggarakan Vihara Saddharma NSI diikuti oleh kurang lebih 700 umat NSI dari 18 provinsi di Indonesia ini berlangsung tertib. Pada tanggal 26 siang hari, NSI mengadakan acara syukuran HUT ke 55 NSI sekaligus Pengukuhan 33 32
Samantabadra | Desember 2019
tahun GM NSI Berkarya yang dihadiri oleh Dirjen Bimas Buddha, Pembimas Buddha DKI Jakarta, Bupati Bogor (yang dalam kesempatan kali ini diwakilkan oleh Kepala Kesbangpol Kab. Bogor), Kepala Kantor Kemenag Kab. Bogor, Kepala FKUB Kabupaten Bogor, Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Tamansari, Kepala Kantor Kepolisian Sektor Kab. Bogor, Ketua MUI Kab. Bogor, Perwakilan dari Kecamatan Tamansari, Perwakilan dari Koramil Tamansari, FKDM Kab. Bogor, FPK Kab. Bogor dan tamu undangan dari lintas agama lainnya. Acara dimuai dengan makan siang bersama terlebih dahulu oleh Ketua Umum NSI, DPP NSI beserta tamu undangan. Kemudian
dilanjutkan masuk kedalam acara ceremony syukuran HUT, dan pada saat masuk kedalam sesi Pengukuhan 33 tahun GM NSI Berkarya, Generasi Muda NSI di dideklarasikan sudah eksis selama 33 tahun dan secara simbolik dipakaikan rompi GM NSI oleh Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, Ketua Umum NSI beserta DPP NSI. diakhir ceremony, ada pemotongan kue ulang taun secara simbolik oleh Ketua Umum NSI, DPP NSI, dan beberapa perwakilan tamu undangan. Setelah kegiatan acara syukuran tersebut dilanjutkan dengan pelaksanaan svayambara Dokyo syodai dan pukul tambur yang dilaksanakan di ruang Ibu dan Anak dan di bagian
asrama Pria. Svayambara berjalan dengan lancar dan bai. Setelahnya, peserta makan sore bersama-sama dan dilanjutkan dengan pelaksanaan Svayambara Tarian dan Angklung. Kegiatan dimulai dengan dibuka oleh Ketua Umum NSI dengan penyebutan mantra agung Nammyohorengekyo, selanjutnya masuk kedalam acara yaitu persembahan tarian oleh Ibu Lansia NSI yang semakin menambah kegembiraan peserta kensyu yang melihatnya. Dilanjutkan dengan peserta svayambara tarian dan angklung yang tampil dengan cara bergantian. Malam itu ditutup sekitar pukul 23.30 wib. Keesokan harinya setelah sarapan dan gongyo pagi, acara dilanjutkan dengan sesi kesan pesan dan kesimpulan dari Ketua Umum. Kensyu diakhiri dengan gongyo sore bersama. Setelah gongyo sore dan makan siang, Ketua Umum NSI beserta pimpinan NSI berkumpul kembali untuk melanjutkan sesi pendalaman ajaran hingga pukul 17.00 dan setelahnya bersiap menuju sukabumi untuk peresmian
penggunaan kembali Vihara Vimalakirti Sukabumi. NSI yang berdiri sejak tahun 1964, kini lebih dari setengah abad sudah NSI berkiprah di Indonesia dengan mengagungkan ajaran Buddha, telah melakukan berbagai kegiatan sebagai bagian dari bakti negara, seperti membersihkan taman makam pahlawan, donor darah, donor mata, gerak jalan kerukunan dan lain-
lain. Serangkaian peringatan HUT ke-55 NSI kiranya bisa dimaknai oleh umat Buddha NSI untuk semakin menyadari tugasnya sebagai Bodhisatva yang muncul dari bumi, semakin bersatu hati dalam perjalanan kosenrufu kita untuk kemudian membangun bangsa Indonesia demi menyebarluaskan Dharma Agung Nammyohorengekyo. ***
Samantabadra | Desember 2019
33
liputan
34
Samantabadra | Desember 2019
Samantabadra | Desember 2019
35
Penggunaan kembali Vihara Vimalakirti NSI Sukabumi
P
ada tanggal 28 Oktober 2019, Walikota Sukabumi, H.Achmad Fahmi S.Ag., M.Pd. meresmikan penggunaan kembali Vihara Vimalakirti NSI Sukabumi yang setelah direnovasi. DPP NSI, DPP Sukabumi dan segenap umat NSI hadir dalam acara tersebut. Ketua Umum NSI memimpin upacara dokyo syodai peresmian Vihara Vimalakirti NSI Sukabumis sekaligus Dokyo Syodai HUT ke-55 NSI yang dilanjutkan dengan acara ceremony peresmian Vihara yang diawali dengan acara makan siang dan ramah tamah dengan tamu undangan. Setelah makan siang, masuk kedalam acara inti, sambutan-sambutan dan penandatanganan prasasti oleh Ketua Umum NSI dan Walikota Sukabumi.Hadir juga Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi, Para Pandita, dan Ketua Majelis Budhayana Indonesia Kota Sukabumi, serta Ketua dan Anggota Fkub Kota Sukabumi 36
Samantabadra | Desember 2019
dalam acara tersebut. Dalam sambutannya, Walikota Sukabumi menyampaikan bahwa “keberadaan vihara vimala kirti di sukabumi yang diprakarsai oleh parisadha budha dharma nichiren syosyu indonesia haruslah dirasakan keberadaannya, yaitu bersamasama dengan pemerintah daerah membangun kota sukabumi yang dibingkai dalam visi wali kota dan wakil wali kota sukabumi religius, nyaman dan sejahtera. Dengan keberadaan rumah ibadah ini beliau berharap, segala aktivitas keagamaannya dapat mengambil bagian dalam membangun kualitas batin umat buddha ditengah-tengah maraknya persoalan yang menyangkut masalah moral, serta persoalan-persoalan lainnya, yang diakibatkan salah satunya oleh degradasi budaya. Walikota Sukabumi menambahkan dalam sambutannya bahwa
jadikanlah vihara vimalakirti ini bukan saja sebagai tempat ibadah, tetapi tempat ini harus menjadi tempat pendidikan dan pengembangan mental spritual umat buddha, serta pelayanan umat yang peduli kepada lingkungan masyarakat sekitar. dan sebagai sumber inspirasi untuk mengeluarkan ideide yang dapat disampaikan untuk membangun kota sukabumi bersama-sama dengan pemerintah daerah. keberadaan vihara vimala kirti juga diharapkan dapat berkontribusi terhadap partisipasi sekaligus kesadaran umat dalam merajut hubungan lintas agama yang kuat. kita memiliki harapan besar serta cita-cita bersama bahwa tempat peribadatan seluruh agama terus berkembang, dan mengajarkan umatnya bagaimana menciptakan kerukunan untuk bangsa dan negara, khususnya di kota sukabumi. ***
Dokyo Sodai Peringatan HUT Ke-55 NSI Wilayah DKI Jakarta dan Banten
Dokyo syodai peringatan HUT 55 NSI di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang dipimpin oleh Pandita Suryandi, diikuti oleh segenap umat NSI dari daerah Tangerang, Citra Raya, dan Teluk Naga.
Dokyo syodai peringatan HUT 55 NSI di Wihara Sadaparibhuta NSI Jakarta dipimpin oleh Pandita Edi Purnawan, diikuti oleh segenap umat NSI DKI Jakarta dan sekitarnya.
Pertemuan Gosyo di Banyuwangi
Suasana pertemuan gosyo di salah satu rumah umat NSI di Banyuwangi dengan dharma duta Ibu Chairani.
Samantabadra | Desember 2019
37
ajaran
Gosyo Kensyu
Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma
Latar Belakang
K
apan surat ini ditulis dan kepada siapa surat ini diberikan tidaklah jelas. Yang pasti surat ini diberikan kepada seorang wanita. Ada berbagai pendapat mengenai penerima surat ini, kemungkinan ditujukan kepada Sennici Ama, Nicimyo Syonin, atau Myoho Ama, dan lain-lain. Bila mengikuti pendapat yang paling menonjol maka dapat diperkirakan bahwa surat ini dibuat pada tahun Bun-ei ke-10 (1273) dan diberikan kepada Sennici Ama. Surat yang mencatat mengenai makna Gohonzo ini dibuat karena adanya penganugerahan Gohonzon dari Myohorengekyo. Gosyo ini berasal dari hal tersebut. Mengenai waktu ditulisnya surat ini diperkirakan tidak begitu lama setelah diwujudkannya Gohonzon di Pulau Sado. Dalam isi surat diajarkan bahwa Gohonzon diwujudkan berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra adalah satu-satunya sutra yang dapat menyembuhkĐ°n penyakit umat di Masa Akhir Dharma. Yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan Saddharma di Masa Akhir Dharma adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi. Surat ini menyimpulkan bahwa orang yang mempertahankan Gohonzon akan selalu bersama Bodhisattva yang Muncul dari Bumi.
38
Samantabadra | Desember 2019
Isi Gosyo
G
ohonzon dari Myohorengekyo telah dianugerahkan. Walaupun Mandala ini tertulis dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara, namun Mandala ini merupakan guru dari para Buddha ketiga masa dan mantera yang menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita. Mandala ini akan menjadi pelita di dunia setelah kematian dan menjadi kuda yang baik untuk mendaki gunung kematian. Juga bagaikan matahari dan bulan di langit, bagaikan Gunung Semeru di bumi atau bagaikan bahtera yang menyeberangi laut penderitaan hidup mati. Ini adalah guru yang membimbing menuju jalan pencapaian kesadaran Buddha. Selama 2.220 tahun lebih sejak kemoksyaan Sang Buddha, Mandala Agung ini masih belum tersebarluas di Jambudwipa. Pengobatan diberikan sesuai dengan penyakit. Bagi penyakit ringan diberikan obat biasa, namun bagi penyakit berat seyogyanya diberikan obat yang manjur. Selama 2.220 tahun lebih semenjak kemoksyaan Sang Buddha hingga sekarang, karena penyakit dari hawa nafsu dan karma dosa umat manusia adalah ringan, para tabib yang disebut orang arif yang hadir nyata secara berkesinambungan telah memberikan obat sesuai dengan penyakitnya. Orang arif ini adalah Sekte Kusya, Sekte Jojitsu, Sekte Ritsu, Sekte Hosso, Sekte Sanron, Sekte Syingon, Sekte Kegon, Sekte Tendai, Sekte Jodo, Sekte Zen dan lain-lain. Setiap sekte tersebut mempunyai obat masing-masing, yakni Enam Wajah Sepuluh Kegaiban dari Sekte Kegon, Delapan Peniadaan Dari Jalan Tengah dari Sekte Sanron, Pandangan Vijnaptimatrata dari Sekte Hosso, 250 sila dari Sekte Ritsu, Gelar nama Buddha Amitabha dari Sekte Jodo, Pencapaian Kesadaran Buddha Dengan Melihat Sifat dari Sekte Zen, Pandangan Lima Roda dari Sekte Syingon, Icinen Sanzen dari Sekte Tendai dan lain-lain. Di dunia sekarang ini, setelah memasuki Masa Akhir Dharma, akar bakat umat tidak dapat disembuhkan dengan obat biasa dari berbagai sekte. Ditambah lagi bahwa umat di negeri Jepang, semuanya telah menjadi orang icchantika; Pemfitnah Dharma besar. Jika diupamakan, dosa umat negeri Jepang lebih berat daripada dosa-dosa besar membunuh ayah dan ibu, gerakan memberontak, mengeluarkan darah dari badan Buddha dan lainlain. Negeri Jepang telah dipenuhi oleh umat yang masing-masing berdosa sangat besar. Dosa sangat besar ini melampaui dosa seseorang yang berusaha sendiri mencabut mata seluruh umat dari tiga ribu ribuan bumi besar, serta membakar kuil dan stupa dari dunia 10 penjuru. Oleh karena itu, Dewa Langit dengan marah menatap tajam negeri Jepang setip hari. Oleh karena marah, Dewa Bumi selalu menggetarkan badannya. Namun seluruh umat negeri Jepang, masing-masing berpikir bahwa dirinya sendiri tidak bersalah dan pasti dapat meninggal dengan tenang serta dapat mencapai kesadaran Buddha. Orang buta tidak dapat melihat dan mengetahui matahari yang bersinar terang. Misalnya, meskipun gema besar dari pemukulan genderang seperti gempa bumi tidak dapat dirasakan oleh orang yang sedang tidur pulas. Demikian pula seluruh umat negeri Jepang. Dosa kaum pria lebih berat daripada dosa kaum wanita. Dosa Bhiksu lebih berat daripada dosa Bhiksuni. Dosa GuruSamantabadra | Desember 2019
39
Dharma yang mempertahankan sila lebih berat daripada dosa Bhiksu yang melanggar sila. Dosa orang arif lebih berat daripada dosa Bhiksu yang mempertahankan sila. Orang-orang tersebut di atas seperti penderita kusta putih di antara penderita kusta dan penderita kusta putih besar di antara penderita kusta putih. Jika dipikirkan, tabhib agung dan obat manjur yang bagaimanakah yang dapat menyembuhkan penyakit berat dari seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma ? Mantera dari vajra-jnana dari Tathagatha Mahavarocana dan mudra dari Tathagatha Mahavairocana, 48 doa dari Tathagatha Amitabha, 12 doa besar dan Tathagatha Baisyajaraja, khususnya prasetya untuk mengusir semua penyakit umat di antaranya tidak dapat berfungsi sebagai obat yang menyembuhkan penyakit berat ini. Mereka bukan hanya tidak dapat memusnahkan, bahkan akan menambah parah penyakit tersebut. Untuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para Buddha Bunsyin dari 10 penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat manjur, yakni lima aksara Myo-ho-ren-ge-kyo. Aksara ini tidak dititipkan kepada para Bodhisattva seperti Dharmaprajna Gunavana, Kudokunin, Vajrasattva, Samantabhadra, Majusri, Bhaisyajaraja, Avalokitesvara dan lain-lain. Apalagi kaum Dwiyana seperti Kasyapa, Sariputra dan lainlain tidak usah disebut lagi. Terdapat empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhivattva Visistakaritra dan lain-lain. Empat Bodhisattva ini telah menjadi murid Tathagata Sakyamuni semenjak 500 asam kheya kalpa koti. Dalam sekejap pun mereka tidak pernah melupakan Buddha. Buddha mengundang keluar para Bodhisattva Agung ini dan memberikan lima aksara. Empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhisattva Visistakaritra dan lain-lain akan berdiri mendampingi di depan, belakang, kiri dan kanan dari kaum wanita yang memegang obat manjur ini (lima aksara). Jika wanita ini berdiri, empat Bodhisattva Agung juga ikut berdiri. Sedangkan ketika wanita ini berjalan, empat Bodhisattva Agung ini juga ikut berjalan. Hal ini bagaikan tubuh dan bayangan, ikan dan air, suara dan gema, bulan dan sinar. Jika empat Bodhisattva agung ini meninggalkan wanita yang menyebut Nammyohorengekyo, badan Para Bodhisattva ini akan menerima kemarahan dari Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan Para Buddha Bunsyin dari Sepuluh Penjuru. Maka dapat dipastikan bahwa dosa mereka lebih besar daripada dosa Devadatta dan hendaknya diketahui akan menjadi kata bualan besar dari Kokalika. Betapa gembiranya, betapa gembiranya ! Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. tertanda, Niciren
40
Samantabadra | Desember 2019
Catatan kaki: 1. Enam Wajah Sepuluh Kegaiban: Analisis dunia gejala dari sudut perbedaan dan persamaan. Enam wajah adalah enam aspek mengenai keseluruhan segala benda, yaitu: a.
Wajah keseluruhan: Keseluruhan terdiri dari bagian-bagian.
b. Wajah khusus: Saling ketergantungan dari bagian-bagian membentuk keseluruhan. c.
Wajah persamaan: Kesatuan dari bagian-bagian dalam keseluruhan.
d.
Wajah perbedaan: Keanekaragaman dari bagian-bagian.
e.
Wajah pembentukan: Keanekaragaman membentuk keseluruhan.
f.
Wajah pemusnahan: Ciri khas dari bagian-bagian.
Manusia biasa melihat keenam wajah ini secara terpisah-pisah. Sedangkan mata orang arif melihat keenam wajah ini saling terpadu dengan sempurna. Sepuluh kegaiban ialah sepuluh sifat khas dari hubungan timbal balik yang erat dari segala gejala dan merupakan jodoh yang peka dan mendalam. Keenam wajah di atas diuraikan dari sepuluh segi ini. Baik Enam Wajah maupun Sepuluh Kegaiban adalah pintu hukum yang berkaitan dengan pandangan hukum yang ditegakan oleh Sekte Keigon. 2. Delapan Peniadaan dari Jalan Tengah: Delapan ungkapan peniadaan dalam sastra Madhayamaka-karika dari Nagarjuna, “Bukan lahir maupun musnah, bukan berhenti maupun abadi, bukan keseragaman maupun perbedaan, bukan datang maupun pergi�. Doktrin Delapan Peniadaan menunjukkan, bahwa Jalan Tengah atau Wajah Sesungguhnya Segala Gejala tidak dapat arti baik sebagai keberadaan yang tak terjangkau pikiran maupun ketidakberadaan yang tak terjangkau pikiran-pikiran, melainkan sunyata dan melampaui keduanya. 3. Pandangan Vijnaptimatratta: Pandangan segala gejala timbul dari alayavijnana (gudang karma). 4. Pandangan lima roda: Suatu bentuk meditasi rahasiayang bertujuan agar seseorang menyadari bahwa diri sendiri dan lingkungan terdiri dari lima unsur, yakni tanah, air, api, angin dan ruang; bahwa lima bagian dari tubuh, mahkota, wajah, dada, perut dan lutut, semuanva diatur oleh lima ucapan mantera rahasia, avarahakha; dan bahwa badan seseorang pada hakekatnya adalah Tathagata Lima Prajna yang merupakan perwujudan dari lima aspek dari prajna Buddha Mahavairocana.
Samantabadra | Desember 2019
41
Kutipan Gosyo
1
Walaupun Mandala ini tertulis dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara, namun Mandala ini merupakan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita.
GM
Keterangan: Aksara Mandala (Nammyohorengekyo) ini adalah Lima Aksara - Tujuh Aksara. Meskipun demikian, aksara ini merupakan inti sari Saddharmapundarika-sutra dan di dalam aksara tersebut terkandung teori mendasar Icinen Sanzen. Dengan menyadari Nammyohorengekyo, maka para Buddha ketiga masa menjadi Buddha. Dengan demikian Nammyohorengekyo berarti ‘Guru’. Pencapaian Kesadaran Buddha dari kaum wanita adalah pintu-hukum yang hanya dibabarkan di dalam Saddharmapundarikasutra. Maka, ‘Mantera yang menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita’ tidak perlu diragukan lagi. Baik Buddha Sakyamuni maupun Mabaguru Tien-tai telah menguraikan hukum sumber pokok dari segala gejala alam semesta, namun tidak dapat membabarkan badan hukum itu sendiri. Di dalam Saddharmapundarikasutra juga dibabarkan sebagai Hukum pokok dari Empat Bait, Mahaguru Tien-tai menerangkannya sebagai Icinen Sanzen, namun karena `menyimpan dalam hati dan membabarkan ajaran keluar sesuai waktu’, Beliau tidak dapat menjelaskan Badan Hukum tersebut. Yang menerangkan Nammyohorengekyo sebagai Hukum Sumber Pokok adalah Nichiren Daisyonin. Sesudah menegakkan Daimoku pada tahun Kenco ke-5 (1253), Nichiren Daisyonin mulai mewujudkan Gohonzon pada bulan ke-1O tahun Bun-ei ke-8 (1271). Oleh karena itu dikatakan, “Selama 42
Samantabadra | Desember 2019
2.220 tahun lebih sejak kemoksyaan Sang Buddha, Mandala Agung ini masih belum tersebarluas di Jambudwipa.” Kiranya Mandala ini terlalu sederhana karena hanya terdiri dari Lima Aksara Tujuh Aksara. Akan tetapi sebaliknya justru karena merupakan teori dasar akar pokok, maka mandala tersebut dapat menjadi sederhana Lima Aksara - Tujuh Aksara. Oleh karena sederhana, seluruh umat dapat me1aksanakan dan dimungkinkan pula untuk mencapai kesadaran Buddha. Dengan diwujudkannya Nammyohorengekyo menjadi sehelai Gohonzon dapat dikatakan bahwa Hukum Buddha benar-benar adalah untuk seluruh umat. Jika untuk mencapai kesadaran tetap mensyarakatkan Pintu - Hukum yang sukar dimengerti dan pertapaan berulang kali yang sangat jauh, maka umat akan menjadi semakin jauh dari Hukum Buddha. Hukum Buddha Nichiren Daisyonin adalah Hukum Buddha yang sesungguhnya untuk umat. Dengan menyebut Daimoku di hadapan Gohonzon umat dapat manunggal dengan Gohonzon yang diwujudkan mencakup segalanya dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara.
2
Selama 2.220 tahun lebih semenjak kemoksyaan Sang Buddha hingga sekarang, karena penyakit dari hawa nafsu dan karma dosa umat manusia adalah ringan, para tabib yang disebut orang arif... yang hadir nyata secara berkesinambungan... telah memberikan obat sesuai dengan penyakitnya.
GM
Keterangan: Bagian ini menerangkan bahwa Gohonzon dari Sandaihiho yang ditegakkan oleh Nichiren Daisyonin setelah kemoksyaan Sang Buddha adalah obat manjur agung yang belum pernah ada hingga sekarang. Obat apakah yang ditegakkan dan ditunjukkan oleh agama Buddha yang ada hingga sekarang ini sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit umatnya? Sesudah kemoksyaan Buddha Sakyamuni, yakni pada Masa Saddharma dan Pratirupadharma, jiwa umat manusia masih belum kotor dan karma dosanya masih ringan sehingga masih dapat dibimbing dengan ajaran Hinayana. Semi Mahayana dari Ajaran Bayangan Saddharmapundarikasutra. Dikatakan bahwa umat Masa Akhir Dharma penuh dengan tiga racun yang kuat dan berkobar-kobar. Namun, benarkah akar bakat orang-orang di Masa Akhir Dharma lebih buruk daripada di Masa Saddharma dan Pratirupadharma? Sekilas kelihatannya tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan lebih kuat pada masa lalu daripada masa sekarang. Mungkin tingkat kecerdasan manusianya tidak terlalu berbeda. Akan tetapi, pada masa lalu manusia tidak memperdulikan pembunuhan, bahkan ajang pembunuhan pernah dijadikan sebagai pertunjukan. Berdasarkan kenyataan ini dapat diperkirakan keserakahan dan kemarahan sangat kuat. Jika dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang canggih pada masa sekarang, pasti masa lalu dianggap lebih bodoh. Namun demikian mengapa tetap dikatakan bahwa umat Masa Akhir Dharma penuh tiga racun yang kuat dan berkobarkobar? Memang meskipun pada jaman sekarang masih terdapat adat istiadat yang kasar atau biadab, namun pada umumnya mengutamakan keagungan jiwa. Misalnya, hukuman mati mulai dipermasalahkan dan dihindari, dilarangnya penyiksaan di dalam penjara atau perilaku-perilaku lain yang dapat
melukai jiwa. Namun perselisihan dan pertikaian masih saja terus terjadi. Tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan masih tetap kuat berkobarkobar. Pada setiap jaman memang terdаpat tiga racun yang kuat. Kenyataannya, dengan terjadi perubahan teknologi, perilaku dari tiga racun itu semakin licik. Pada jaman sekarang mungkin melukai orang secara terang-terangan sudah berkurang, tetapi banyak terjadi di depan orangnya tersenyum di belakang membuat kejahatan ataupun pembunuhan dengan kejam. Inilah yang disebut Masa Akhir Dharma. Hawa nafsu sederhana yang berskala kecil, berkisar di sekelilingi diri sendiri berubah menjadi hawa nafsu besar berskala negara maupun dunia. Kita pernah mengalami kejamnya peperangan yang berskala dunia. Meskipun ilmu pengetahuan semakin maju sehingga kelihatannya manusia semakin pandai, sebaliknya malahan semakin meragukan agama, filsalat yang mengajarkan hal terpenting dalam kehidupan. Pernah terjadi peristiwa yang menunjukkan dendam kesumat dan kebencian yang membabi buta kepada filsafat yang agung maupun agama tertentu. Kecenderungan ini tidak lain dari `kebodohan’. Karma dosa yang dilakukan manusia juga semakin besar. Rasa egois manusia tidak hanya menyebabkan terjadinya bunuh-membunuh di antara manusia, tetapi juga tak henti-hentinya melakukan perbuatan yang mengorbankan segalanya. Dusta dan perbuatan licik semakin lama semakin kejam. Demikianlah keadaan umat dari Masa Akhir Dharma. Karma dosa hawa nafsunya berat. Obat yang keras dan manjur tidak diperlukan bagi penderita penyakit ringan, namun diperlukan bagi penderita penyakit berat. Demikan pula, umat yang mempunyai akar bakat yang baik dapat memperoleh kesadaran melalui ajaran Samantabadra | Desember 2019
43
Hinayana, Semi Mahayana dan lain-lain. Umat yang berakar bakat rendah tak dapat diselamatkan dengan ajaran biasa, harus dengan ajaran yang paling kuat. Umat yang mempunyai akar bakat yang telah dibina dapat memahami dan menjalankan pertapaan hanya dengan pembabaran teori yang sesungguhnya serta perumpamaan yang mudah dan sebab jodoh. Namun bagi umat yang akar bakatnya belum dibina, dari awal harus diajarkan mengenai badan hukum yang tinggi dan mutlak secara langsung serta harus diwujudkan fungsi kekuatan yang agung tersebut. Keterangan makna ajaran dan teorinya boleh dijelaskan kemudian. Umat pada Masa Saddharma dan Pratimpadharma tidak mempunyai keraguan terhadap agama itu sendiri. Pada masa-masa itu, cukup diajarkan cara pertapaan yang jelas dan nyata, yakni melaksanakan sila, atau cara membaca, menyebut satra dan sutra serta menyalinnya. Juga, hanya dengan memuji keagungan Sang Buddha dan keagungan tanah suci Sukhavati, dapat memasuki Jalan Kebuddhaan. Umat Masa Akhir Dharma mempunyai keraguan terhadap agama itu sendiri. Untuk umat seperti itu, harus ditunjukkan secara nyata mengenai hal yang dapat mengatasi penderitaan hidup mati dari akar pokok serta memecahkan dan mematahkan lapisan keraguan yang cukup kuat itu. Inilah sebabnya tanpa Hukum Buddha Nichiren Daisyonin, umat Masa Akhir Dharma tidak dapat diselamatkan.
3
Ditambah lagi bahwa umat di negeri Jepang, semuanya telah menjadi orang icchantika; pemfitnah Dharma besar. Jika diumpamakan, dosa umat negeri Jepang lebih berat daripada dosa-dosa besar membunuh ayah dan ibu, gerakan
44
Samantabadra | Desember 2019
memberontak, mengeluarkan darah dari badan Buddha dan lain-lain. Keterangan: Pada bagian ini ditunjukkan dengan tegas bahwa di Masa Akhir Dharma ini umat negeri Jepang telah sangat melanggar dosa pemfitnahan Dharma yang besar. Pemfitnahan Dharma tersebut terutama dilakukan oleh orang yang seharusnya membimbing orangorang yang sedang mempelajari Hukum Buddha menuju jalan yang benar. Malahan dosa pemfitnahan orang ini lebih berat dari yang lainnya. Peringatan akan hal ini merupakan peringatan yang tegas untuk para pemimpin agama Buddha. Kutipan kalimat di atas menegaskan betapa beratnya dosa pemfitnahan Dharma melalui perbandingan dengan lima dosa besar. Lima dosa besar adalah dosa yang mengakibatkan hukuman yang berat. Hal ini karena telah melukai orang yang berbudi besar dalam rangka menjalani kehidupan sebagai manusia yang terlahir di masa ini. Gerakan memberontak adalah salah satu dan lima dosa besar, yaitu yang disebut memecah belah himpunan penganut. Maka orang yang melanggar lima dosa besar pasti akan terjatuh ke dalam Neraka Avici. Mengapa dosa pemfitnahan Dharma lebih berat dan lima dosa besar ? Hal ini berdasarkan cara pemikiran mengenai dosa dalam Hukum Buddha. Memang, lima dosa besar merupakan dosa yang berat. Akan tetapi belum tentu merupakan perilaku memusuhi Hukum Buddha sendiri. Baik membunuh ayah, ibu, arahat maupun memecah-belah himpunan penganut dan juga mengeluarkan darah dari badan Buddha, jika dilakukan berdasarkan pemfitnahan Dharma, maka akan termasuk sebagai pemfitnahan Dharma. Ada juga lima dosa besar yang tidak termasuk hal itu, yaitu yang terjadi secara kebetulan, atau dilakukan karena hasutan orang lain. Pemfitnahan Dharma adalah perilaku memfitnah Dharma itu sendiri, sehingga merupakan dosa yang sangat besar. Dalam ajaran agama Buddha,
Hukum adalah terunggul dan teragung karena merupakan bibit untuk melahirkan seluruh Buddha, para bodhisattva dan lainnya. Maka dosa memfitnah Dharma sangatlah besar tanpa batas. Berdasarkan sudut pandang umum dan hukum negara, perbuatan yang tidak disengaja tidak menjadi tindakan kriminil. Perbuatan lima dosa besar tidak mungkin tidak disertai keinginan tertentu. Tetapi jika tidak ada hati memusuhi Hukum Buddha yang tiada tara dan sangat agung, perbuatan itu dapat dipikirkan lebih ringan dari pada pemfitnahan Dharma. Jika lima dosa besar dilakukan bersumber pada pemfitnahan Dharma, memang wajar untuk menerima hukuman yang besar. Hal ini karena kedua dosa dan pemfitnahan Dharma dari lima dosa besar saling melipatgandakan hukuman. Meskipun melanggar lima dosa besar, jika menyadari Hukum Sebenarnya dan menumpuk pertapaan Jalan kebuddhaan, dosa ini dapat dihapuskan dengan mudah. Perilaku memfitnah Dharma adalah perilaku mematahkan bibit Buddha sendiri, yakni kepercayaan kepada Hukum Sebenarnya yang merupakan Hukum inti hakekat. Yang dikatakan pemfitnahan Dharma lebih berat dari lima dosa besar adalah wajar karena menutup diri sendiri dari Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha seperti yang dikatakan dalam Saddharmapundarika-sutra. Dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Kemudian mereka memutuskan seluruh bibit Buddha dalam masyarakat�. Namum jika dipikirkan lebih mendalam, pemfitnahan Dharma terhadap Hukum Sebenarnya akan menjadi jodoh terbaik. Maka sekalipun terjatuh dalam neraka penderitaan yang tak dapat diselamatkan.
4
Namun seluruh umat negeri Jepang, masing-masing berpikir bahwa diri sendiri tidak bersalah dan pasti dapat meninggal dengan selamat serta dapat mencapai Kesadaran Buddha.
Keterangan: Apa yang diuraikan dalam kalimat di atas sama dengan pandangan keagamaan yang paling menonjol dalam masyarakat sekarang. Mungkin juga sama dengan jaman Nichiren Daisyonin hidup, jarang sekali orang yang menolak agama secara total. Pada umumnya orang pernah mengakui bahwa ia membutuhkan agama. Mereka juga berpikir bahwa mereka sendiri mementingkan agama. Mereka merayakan hari Natal, pada tahun baru pergi ke kuil dengan membeli jimat pelindung dari kuil. Dengan cara-cara seperti ini, mereka berpikir telah mementingkan upacara keagamaan, sehingga akan memperoleh karunia manfaat. Cara berpilcir seperti ini sebenarnya sama saja dengan tidak mengetahui tentang agama. Justru orang yang mengatakan bahwa mementingkan agama itu akan menbantah secara total analisis dan kritikan yang rinci terhadap ajaran agamanya. Ia menganggap hal itu merendahkan agamanya. Oleh karena itu dalam melakukan syakubuku demi tercapainya kosenrufu sangat penting untuk memberitahukan orang-orang yang berpura-pura pandai itu atas ketidaktahuan mereka.
5
Dosa kaum pria lebih berat dari pada dosa kaum wanita. Dosa bhiksuni lebih berat dari pada kaum pria. Dosa bhiksu lebih berat pari pada bhiksuni. Dosa Guru Dharma yang mempertahankan sila lebih berat dari pada bhiksu yang melanggar sila. Dosa orang arif lebih berat dari pada bhiksu yang mempertahankan sila.
Anak Cabang
Keterangan: Pada masa surat ini ditulis; pengaruh kaum pria lebih besar dari pada kaum wanita. Pengaruh dari bhiksu yang telah meninggalkan keduniawian juga lebih besar dari pada penganut awam. Bhiksu ketika Samantabadra | Desember 2019
45
itu menempati kedudukkan kaum intelektual. Kalau orang yang tidak mempunyai kedudukkan dalam masyarakat mengkritik Hukum Buddha, tidak akan terlalu mempengaruhi banyak orang. Tetapi jika kritikan itu dilontarkan oleh orang yang dihormati orang banyak, tentu akan banyak diikuti dan dipercaya. Apalagi bila dilakukan oleh seorang bhiksu yang dianggap sudah mahir dalam ajaran Buddha. Jika ia mempunyai pendirian Hukum Sebenarnya dan dengan itu menipu orang banyak, dosanya sangat besar. Terlebih lagi bagi orang yang dihargai seperti Buddha hidup, karena dianggap sebagi bhiksu yang bersifat bersih dan unggul. Bila ia membobongi orang banyak dan memfitnah Dharma terhadap Hukum Sebenarnya, tidak ada dosa lain yang dapat menandingi dosanya. Devadatta dibabarkan jatuh hidup-hidup ke neraka Avici karena Ia telah menentang Buddha Sakyamuni. Ia melawan Sang Buddha dalam kedudukannya sebagai saudara sepupu dan yang dihargai oleh bermacam-macam orang, terutama oleh Raja Ajatasatru. Ryokan dari Kuil Gokuraku dianggap sebagi contoh utama dari Tiga Jenis Musuh Kuat. Ia menentang Nichiren Daisyonin dengan menggunakan taktik yang sangat licik, meskipun ia dihargai sebagai bhiksu yang mempertahankan sila. Apabila orang yang mempunyai kedudukkan penting dalam masyarakat dan dunia keagamaan mengkritik hukum sebenarnya, sekalipun dilakukan menuruti perasaan sendiri, ia akan diikuti orang banyak secara membabi-buta. Maka dosa mengkritik ini lebih besar jika dibandingkan dengan dosa mengkritik dari orang yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan kemasyarakatan maupun ajaran agama Buddha. Hal ini karena sukar menemukan kekeliruan kritikan orang tersebut. Sebagai umpama, ia mengatakan tidak mau melepaskan atau mengganti kepercayaan yang sudah merupakan warisan leluhur turuntemurun. Ia bukan hanya mengatakan tidak menyukai sekte kita, bahkan juga mengatakan bahwa semua ajaran adalah sama karena semuanya dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. 46
Samantabadra | Desember 2019
Demikianlah keterangan dan alasannya seakan-akan benar, sehingga mudah diikuti orang banyak. Apalagi hal seperti sekte Syingon yang mengaku bahwa pintu Hukum Icinen Sanzen terdapat dalam sutra Mahavairocana. Sekalipun mereka mencuri makna dan memutarbalikannya, orang biasa tidak menyadarinya. Dengan demikian pemfitnahan Dharma seperti itu lebih berat dosanya. Jika orang yang mempertahankan Gohonzon mundur dari hati kepercayaan lalu mengkritik Gohonzon, tidak diragukan lagi dosanya akan lebih besar dari pada orang yang tidak percaya kepada Gohonzon dan melakukan hal yang sama. Pengaruh perilakunya pada masyarakat dari orang yang sedang menjalankan hati kepercayaan akan lebih besar, prajnanya yang licik juga lebih hebat. Itulah sebabnya ia berdosa lebih berat. Hendaknya mawas diri dan selalu waspada atas kemunduran hati kepercayaan serta jangan mudah mengkritik.
6
Mantera dan vajra-jnana dari Tathagata Mahavairocana dan mudra dari Tathagata Mahavairocana, 48 doa dari Tathagata Amitabha, 12 doa besar dari Tathagata Bhaisyaraja, tidak dapat berfungsi sebagai obat yang menyembuhkan penyakit berat ini. Mereka bukan hanya tidak dapat memusnahkan penyakit bahkan akan menambah parah penyakit tersebut.
Anak Cabang
Keterangan: Pada bagian ini, untuk seluruh umat Masa Akhir Dharma yang berkarma paling buruk dan berdosa paling berat, Nichiren Daisyonin menguraikan bahwa hanya Saddharma yang merupakan intisari Saddharmapundarika-sutra. Saddharma inilah yang diserahterimakan kepada Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Kutipan kalimat di atas memecahkan
makna ajaran yang diwakili oleh Sekte Syingon, Sekte Jodo dan Sekte Tendai. Dikatakan bahwa ajaran dari sekte-sekte itu bukan hanya tidak ada karunia kebajikannya di Masa Akhir Dharma, bahkan akan menambah parah penyakit. Ajaran Semi Mahayana mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan umat pada 500 tahun akhir masa Saddharma dan Ajaran Bayangan Saddharmapundariksutra dapat menyelamatkan manusia masa Pratirupadharma. Namun sesudah memasuki Masa Akhir Dharma, ajaran-ajaran tersebut tidak ada karunia kebajikannya lagi, bahkan akan menambah parah penyakit. Apa sebabnya? Pertama, karena mereka memfitnah Dharma terhadap Hukum Sebenarnya. Sekte Syingon mengkritik dengan mengatakan, “Teori sama, fakta lebih unggul.” Sekte Amida mengatakan, “Teori jauh mendalam, yang memahami sedikit,”dan, “Di antara seribu tidak ada satu (yang mencapai kesadaran Buddha)”. Meskipun Sekte Tendai menjadikan Saddharmapundarika- sutra sebagai sutra akhirnya menjadi pemfitnah Dharma. Obat manjur kalau dicampur dengan racun akan menjadi obat beracun, sehingga wajar akan makin membuat parah penyakit dari pada menyembuhkannya. Dalam bab III Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dan memfitnah sutra ini... mengenai imbalan dosa orang ini dengarlah sekali lagi... jika mereka menggunakan jalan pengobatan dan mengikuti aturan penyembuhan sebagaimana biasa kemudian hanya akan ditambah penyakit lainnya, atau akan membuat (pasien) mati dengan sia-sia. Jika diri sendiri jatuh sakit, tak seorang pun dapat menyelamatkan dan menyembuhkan mereka, meskipun telah meminum obat manjur. Bahkan sebaliknya menjadi parah”. Kedua, karena ajaran tersebut mengganggu pertapaan Hukum Sebenarnya. Umat masa akhir Dharma adalah umat yang mempunyai akar bakat dapat mewujudkan Dunia Buddha.
Umat ini dapat mewujudkan Dunia Buddha dengan menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo yang membabarkan wajah fakta sesungguhnya dari jiwa. Jika kepada umat ini diajarkan tentang meninggal dengan tenang ke Dunia Sukhavati yang berarti melarikan diri dari kenyataan serta dianjurkan melakukan pertapaan pengamatan hati dan pengamatan hukum secara teoritis, umat ini sebaliknya akan merasa kebohongan ajaran tersebut dan juga merasakan bahwa ajaran itu terlepas dan kehidupan nyata sekarang ini. Pada akhirnya mereka menjadi terlepas dari Hukum Buddha itu sendiri. Pertapaan pengamatan hati dan pengamatan hukum secara teoritis adalah pertapaan yang tidak nyata dan jelas di jaman sekarang yang mementingkan hal nyata ini. Apabila kalender tahun lalu digunakan pada tahun ini tentu akan timbul kekacauan. Ilmu meramal pernah berlaku pada jaman ilmu kedokteran belum maju. Tetapi sekarang ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, kalau tetap mengandalkan ilmu meramal, itu akan menghambat penyembuhan penyakit. Memikirkan hal ini, pada Masa Akhir Dharma hanya Hukum Buddha Nichiren Daisyonin sajalah yang merupakan ajaran yang tepat dengan waktu. Ajaran lainnya akan menjadi sesuatu yang menyembunyikan dan menutup Saddharma.
7
Empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain akan berdiri mendampingi di depan, belakang, kiri dan kanan dari kaum wanita yang memegang obat manjur ini (lima aksara). Jika wanita ini berdiri, maka empat Bodhisattva Agung juga ikut berdiri.
Anak Cabang
Keterangan: Bagian ini menjelaskan tentang besarnya kekuatan kebajikan Gohonzon Samantabadra | Desember 2019
47
yang merupakan obat manjur agung dari Masa Akhir Dharma. Hal tersebut dijelaskan dengan menggunakan contoh yang mudah mengenai perlindungan Empat Bodhisttva. Di sini dikatakan, karena Empat Bodhisattva akan melindungi dengan kuat di depan, belakang, kiri dan kanan dan umat yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, maka kita sama sekali tidak perlu merasa takut. Seandainya Empat Bodhisattva ini malas melindungi, Buddha akan memarahi mereka. Juga diajarkan bahwa karunia kebajikan percaya kepada Sadharma adalah besar dan mutlak. Pada umumnya empat bodhisattva, yakni Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain, diuraikan sebagai Bodhisattva yang melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Pada khususnya, Nichiren Daisyonin sendiri yang berfungsi luar sebagai kelahiran kembali Bodhisattva Visishtakaritra. Maka Nichiren Daisyonin pasti akan melindungi Sennici Ama sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Berdasarkan uraian ini renungkanlah makna pokok dari `melindungi’. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra sendiri sudah merupakan Bodhisattva Muncul dari Bumi. Inilah yang dimaksud dengan kalimat, “Jika wanita ini berdiri, maka para Bodhisattva Agung ini juga ikut berdiri”. Wanita ini yakni Sennici Ama, berdiri sendiri sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Yang dimaksud dengan `melindungi’ dalam Hukum Buddha, bukan berarti dewa pelindung akan melindungi orang yang tidak mempunyai kekuatan. Pada waktu berdiri dengan tegas sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi dan sebagai keluarga pokok Nichiren Daisyonin, para dewa akan mengikuti dan bergerak untuk menjaga orang itu seperti menjaga majikan. Disinilah terdapat makna `melindungi’. Bukan bermakna melindungi orang yang percaya karena pendiriannya lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga dikasihani Tuhan atau Buddha. Bagaimanapun, orang yang mempertahankan Sadharma mengatur gerakan dan fungsi dari dewa pelindung untuk 48
Samantabadra | Desember 2019
mengeluarkan kekuatan sepenuhnya. Para Buddha, bodhisattva dan pelindung bukan bertindak sebagai majikan. Justru orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra dipandang sebagai majikan. Sekalipun dikatakan sebagai dewa pelindung, bukan terwujud nyata dengan rupa yang khusus atau bentuk tertentu yang menandakannya. Diuraikan seperti itu adalah agar lebih mudah dipahami umat. Baik Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain adalah nama yang diberikan pada fungsi `gerakan melindungi jiwa umat’. Oleh karena itu, bagaimana menerima dan menggunakan fungsi melindungi jiwa ini tergantung pada kekuatan jiwa orang itu sendiri. Orang yang kekuatan jiwanya sudah lemah dan mundur, betapapun suasana lingkungannya baik, tidak dapat menerima fungsi tersebut sebagai bahan gizi yang baik. Sebagai akibatnya, tidak ada jawaban perlindungan. Dengan percaya kepada Gohonzon, pelaksana Saddharmapundarika-sutra akan mewujudnyatakan jiwa pokok pada jiwa sendiri sehingga segalanya akan menjadi gerakan perlindungan atau gerakan para dewa. Inilah yang dimaksud dengan pembabaran dalam bab VI, Penganugerahan yang berbunyi, “Meskipun ada iblis Mara dan manusia Mara, semuanya akan menjaga Hukum Buddha.” ***
Samantabadra | Desember 2019
49
50
Samantabadra | Desember 2019
ajaran
Surat Kacang Kedelai
(Gosyo Zensyu halaman 1210) Gosyo Cabang
Isi Gosyo S
ungguh merasa senang setelah menerima satu Koku kacang kedelai, dan telah dilaporkan di pusaka Saddharmapundarika-sutra. Jika satu tetes air dilemparkan ke lautan besar, tidak akan dan musnah, sekalipun oleh tiga bencana. Jika satu kembang diletakkan di Panca Suddhavasah, tidak akan layu, sekalipun oleh api kalpa. Jika satu kacang kedelai disumbangkan kepada Saddharmapundarika-sutra, dunia hukum semuanya menjadi Dunia Pundarika yang penuh karunia kebajikan. Selamat. Tanggal 23 bulan 10 Surat Balasan Gosyo tertanda Niciren
Keterangan: Pada surat ini hanya tercatat hari dan bulan, yakni “tanggal 23 bulan 10”, tahun penulisannya tidak jelas. Namun, ada dua keterangan mengenai tahun penulisan surat ini. Pertama, mengatakan tahun Bun-ei ke-7 (1270), dan kedua tahun koan ke-3 (1280). Kepada siapa surat ini ditujukan tidak jelas, dan hanya tertulis “Gosyo”. Namun pada dasarnya, “Gosyo” berarti istana. Pada zaman Kamakura, perkataan tersebut digunakan untuk menunjuk tempat pemerintah Kamakura. Dari perkataan, “Sungguh merasa senang...” dapat diperkirakan ada seorang pejabat tinggi yang telah memberi sumbangan. Dan surat ini merupakan balasan atas sumbangan tersebut. Isi surat menerangkan bahwa menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra akan menimbulkan karunia kebajikan yang tidak terbatas. Maka dari dasar hati, Niciren Daisyonin memuji sumbangan satu Koku kacang kedelai. Bila ada panas sedikitpun, satu tetes air akan langsung lenyap. Akan tetapi, bila terkandung di dalam lautan besar, tidak akan lenyap dan sekalipun ada tiga bencana. Bunga cepat menjadi layu dan kering. Akan tetapi, bunga yang ada di Panca Suddhavasah, tidak akan layu, sekalipun di atas tanah ini dipenuhi api kalpa. Contoh-contoh ini mengumpamakan bahwa kebahagiaan Dunia Buddha tidak tergoyahkan ke kiri dan ke kanan bagaimanapun keadaan yang ada di dunia. Kunci untuk mewujudnyatakan Dunia Buddha adalah Samantabadra | Desember 2019
51
Saddharmapundarika-sutra, yakni Gohonzon. Jika menyumbang sungguh hati, maka karunia kebajikannya akan membungkus badan diri sendiri sampai empat orang tersebut berada menjadi tanah negeri Buddha. Sekalipun hanya satu biji kacang, kesungguhan hati menyumbang yang terkandung disitu mewujudnyatakan tanah negeri Buddha yang suci dan bersih. Dunia Hukum semuanya menjadi Dunia Pundarika, berarti melambangkan dunia hukum ini dapat menjadi tanah negeri Buddha yang suci dan bersih jika dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam Hokke Gengi rol ke-7 paruh akhir dikatakan, “Berdasarkan tanah negeri imbalan Saddharma menjadi Pundarika�. Harus diketahui betapa besarnya karunia menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra, dan bersamaan dengan itu pula, bukan berarti besar kecilnya nilai barang, namun yang terpenting adalah kesungguhan hati yang mengandung hati kepercayaan. ***
Catatan
52
Samantabadra | Desember 2019
Samantabadra | Desember 2019
53
ajaran
Mempertahankan Syinjin dalam Suka dan Duka Forum Diskusi
Pertanyaan: Bagaimana caranya mempertahankan hati kepercayaan dengan sikap yang sungguh hati, baik dalam keadaan suka maupun duka? Jawab: Mempertahankan hati kepercayaan adalah percaya sepenuh hati, menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra, bukan hanya percaya untuk diri sendiri, tetapi juga sebarluaskan pada orang lain. Ini berarti jalankanlah hati kepercayaan secara aktif, tidak hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri saja. Tidak merasa ego, tapi juga mau memikirkan bagaimana orang lain yang sedang mengalami kesulitan dapat mengatasi kesulitannya dengan percaya pada Hukum Sakti ini dan kita juga dapat merasakan kesulitan yang dialaminya. Suatu saat juga bisa terjadi pada diri kita. Seperti dalam salah satu gosyo yang ditulis untuk Toki Jonin Dono, Niciren Daisyonin memberi petunjuk ajaran, “Seorang arif bijaksana dalam keadaan tenang dan aman senantiasa merenungkan kemungkinan mara bahaya. Tetapi bagi seorang yang bodoh dalam keadaan bahaya sekalipun tetap memimpikan keadaan tenang dan aman. Seorang arif bijaksana meskipun dalam keadaan tenang dan damai tak pernah lengah, senantiasa membuat persiapan untuk 54
Samantabadra | Desember 2019
menghadapi kemungkinan bahaya, tetapi seorang yang bodoh selalu menyanjung atasannya dan dalam keadaan bahayapun selalu memimpikan kegembiraan dan keselamatan�. Siapapun ketika mendapat kesulitan ekonomi umpamanya pada saat demikian sulitnya dapat bersungguh hati melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tetapi begitu kesulitan teratasi sepertinya lambat laun menjauhi Gohonzon. Seperti dalam kehidupan di masyarakat umum, bila mendapat masalah dapat sungguh hati dan melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tapi begitu dapat mengatasi masalahnya tak ada waktu untuk pertemuan dan kunjungan anggota. Orang yang seperti ini kurang memiliki pengertian yang mendalam terhadap makna pelaksanaan Hukum agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran Sang Buddha atau juga tujuan Sang Buddha adalah bagaimana agar umat manusia dapat terbebaskan dari penderitaan yang bersumber pada tiga racun, yaitu sebagai berikut: Don-keserakahan, dalam hal ini ingin memperoleh lebih banyak harta benda (materi); jin-kemarahan, menyayangi atau membenci seseorang secara berlebihan. Ji-kebodohan, yang membuat manusia kehilangan akal untuk membedakan berbagai masalah secara tepat.
Hal-hal seperti ini merupakan hal yang umum terlihat dalam kehidupan sehari-hari, padahal dalam masyarakat nyata banyak orang yang memiliki kedudukan terhormat tak luput dari menjadi tua dan akan mati. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang lebih mementingkan mencari uang sebanyak-banyaknya dalam hidup kali ini, tidak lagi memikirkan nilai jiwa dari hidup ini, tidak lagi melaksanakan maitri karuna, sehingga bila melihat atasan berbuat kesalahan, tak berani mengambil sikap untuk meluruskannya, malah menyanjungnya terus, sehingga tanpa disadari akhirnya jatuh ke dalam dunia neraka. Betapapun sehatnya badan kita, kita tak luput dari menjadi tua dan mati. Dan umumnya manusia tak dapat meramalkan segala hal yang akan terjadi. Mereka senantiasa sekuat tenaga berusaha mengumpulkan harta kekayaan dan ingin mencapai keadaan kehidupan yang menguntungkan. Banyak orang mengira bila dapat mencapai tujuan seperti ini pasti akan menjadi bahagia yang sebenarnya, namun sekalipun tujuan tersebut telah tercapai, manusia tak dapat luput daripada kenyataan yang tak terelakan, yakni menjadi tua dan mati. Artinya : hidup manusia akhirnya pun tiba pada ujung akhir, apabila tak menghadapi penderitaan pokok dari kehidupan manusia, yakni lahir, tua, sakit, mati, bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa di saat ini kita tidak memiliki sumber pokok penderitaan yang khusus tersebut. Sering kita mendengar, “Perjalanan wisata sekeluarga yang penuh kegembiraan, hanya dalam sekejap dapat menjadi penderitaan yang tak terhingga karena terjadi kecelakaan yang tak terduga. Juga terdapat kisah mengenai suatu perusahaan yang berjalan dengan baik dalam usahanya, hanya karena kesesatan jiwa dari seseorang hingga menjadi bangkrut. Mereka yang hanya karena kesenangan di hadapan mata, sehingga mengira dirinya
memperoleh karunia dengan lancar, merupakan manusia yang menutup dirinya dalam dunia egoisme, atau manusia yang Avidya (tersesat) tak menyadari bahwa dibalik dinding ketenangan dan kenyamanan ternyata masih ada kesulitan dan penderitaan. Pada kehidupan sehari-hari lewat media televisi, majalah, surat kabar memperoleh informasi berbagai kejadian yang tak terduga, kita sama sekali tak dapat mengetahui kapan kemungkinan kita akan terjatuh ke dalam hal-hal seperti tersebut. Seperti kita melihat bencana banjir di suatu negara, kita jangan berpikiran, “Ah, itu tidak terjadi dalam negara kita�. Kita juga tidak dapat mengetahui kapan bencana banjir tersebut akan terjadi di negara kita. Permasalahan pendidikan anak-anak dan permasalahan hubungan kehidupan keluarga dan keadaan pekerjaan para karyawan, terlebih lagi berbagai permasalahan yang berbeda-beda yang sedang menunggu menyongsong ketika kita memasuki tahap pensiun. Ketika kita memikirkan berbagai permasalahan yang berbeda-beda ini jelas kita tak dapat dengan mudah mengatakan bahwasanya penghidupan kita sekarang ini sudah merasa berhasil dan bahagia. Kegembiraan di hadapan mata bagaikan berjalan di atas jalan yang rata, tanpa menggunakan energi, namun di dalam seumur hidup kita, pasti akan menjumpai jalan-jalan yang berlumpur serta tanjakan dan turunan yang terjal. Apabila seseorang tak memiliki kekuatan jiwa raga serta prajna kearifbijaksanaan yang sesungguhnya maka dapat dikatakan tak akan mampu mengatasi hal-hal tersebut. Seseorang yang hanya mengenal jalan yang rata tidak mudah menjalani jalan-jalan yang sulit. Dengan demikian akan mengalami penderitaan, seperti seseorang yang selalu berkecukupan dalam ekonomi, tetapi bila suatu saat ia jatuh bangkrut, ia akan bingung Samantabadra | Desember 2019
55
menghadapi hidup ini, manusia seperti ini benar-benar merupakan manusia yang “tak berezeki”. Kecuali kita menjalankan hati kepercayaan dan sesuai dengan Hukum Buddha Niciren Daisyonin secara tulus sungguh-sungguh, maka dapat dikatakan kita akan dapat memperoleh tenaga jiwa yang kuat. Terbaca dalam Saddharmapundarika-sutra, “Sutra ini sulit untuk dipertahankan, ini adalah jalan yang tiada tara, tidak hanya sulit dipercaya terlebih lagi sulit untuk dilaksanakan”. Niciren Daisyonin dalam Gosyo Perihal Membuka Mata menegaskan, “Saya beserta murid-murid-Ku meskipun ada berbagai kesulitan, dengan tanpa sedikitpun hati yang ragu-ragu, pasti dapat mencapai Dunia Buddha, jangan meragukan tidak memperoleh perlindungan para dewa, jangan mengeluh tak tenang dan amannya hidup ini…”. Kalimat tersebut mengajarkan pada kita, betapa kesulitan yang mungkin kita hadapi, apabila tiada ada keragu-raguan dalam hati, akhirnya pasti mencapai kesadaran Buddha. Kita tidak boleh menyalahkan dewa maupun orang lain, membenci nasib, mengkritik atau menyalahkan orang lain. Bila ingin mencapai kesadaran Buddha, maka sikap terpokok yang harus dipertahankan adalah sedikitpun tidak meragukan kekuatan Gohonzon. Kita dapat menerima bahwa segala kesulitan adalah karma dari sebab yang kita buat sendiri. Kita dapat berjumpa dengan “Hukum Buddha yang sesungguhnya”, sebenarnya ini merupakan karunia kebajikan yang sulit diperoleh, namun bila kita ingin menerima dan mempertahankan Gohonzon, hendaknya tidak meremehkannya. Dalam keadaan sulit ataupun bahagia tetap menjalankan dan mempertahankan Gohonzon. Melaksanakan dan mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon terlebih lagi merupakan suatu keberhasilan yang sulit diperoleh, bila 56
Samantabadra | Desember 2019
dapat mempertahankan serta menjaga hati kepercayaan yang konsisten seumur hidup terlebih lagi sulitnya. Mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon bukan hanya berarti memberi sumbangan sajian saja kepada Gohonzon, namun justru merupakan tenaga jiwa yang kuat yang dapat membuat Anda hari demi hari tumbuh berkembang hingga mencapai kematangan. Bagaimana Anda membuat hari demi hari bertambah maju dan mempunyai kekuatan hati kepercayaan dalam menghadapi tantangan. Mempertahankan tekad hati kita sangatlah penting, kita harus bergiat mencapai apa yang kita tetapkan untuk dilaksanakan. Sekali kita mulai menetapkan tekad hati, sekalipun menjumpai hambatan dan rintangan maka kita harus senantiasa memperbaharui tekad hati kita, sekaligus memulai kembali tantangan kita. Sikap demikian mutlak diperlukan, katakanlah pada diri sendiri, “Kali ini saya dapat melaksanakannya, kali ini pula saya dapat berhasil”. Dengan demikian kita dapat maju setahap demi setahap dan akhirnya mencapai sasaran jiwa teragung, yakni mencapai kesadaran Buddha (mencapai kebahagiaan mutlak). ***
refleksi
Memaknai
Swayamvara Foto: delegasi Swayamvara Tari Nusantara NSI 2019, umat NSI Sumatera Utara.
T
iga tahun terakhir NSI menggunakan istilah kata svayamvara (Sansekerta) sebagai pengganti kata festival pada ajang seni budaya tahunan dalam peringatan hari jadinya. Secara filosofis, istilah swayamvara mengandung semangat penghayatan hakikat dan misi kebodhistwaan sebagai salah satu bagian pertapaan Buddhis, mengembangkan diri masing-masing lewat berkesenian, memupuk itai dosyin antar anggota, mengelola keuangan pribadi maupun organisasi dengan baik, dan mempersiapkan diri untuk mendukung kosenrufu dalam berbagai peristiwa sosialkemasyarakatan di masyarakat luas. Asal-muasal dan Arti Kata Swayamvara atau dalam Bahasa Indonesia sayembara, menurut KBBI berarti perlombaan dengan memperebutkan hadiah. Sementara dalam Wikipedia diketemukan kata Sayembara, pada zaman India Kuno, adalah usaha untuk memilih pasangan hidup di antara sederetan para peminang oleh gadis yang cukup umur untuk menikah. “Swayam” dalam bahasa Sanskerta berarti “sendiri” dan “Vara” berarti “memilih” atau “menginginkan”. Dalam pelaksanaannya, ayah si gadis memutuskan untuk mengadakan sayembara memperebutkan putrinya pada saat dan waktu yang tepat, dan menyebarkan berita tersebut ke penjuru negeri. Para raja biasanya mengirim utusannya ke luar negeri dan menyebarkan berita tersebut kepada masyarakat. Samantabadra | Desember 2019
57
Pada hari dan tempat yang telah ditentukan, sederetan peminang datang ke rumah si gadis dan melamarnya. Si gadis dan keluarganya memilih salah satu di antara daftar para peminang, kadangkala menentukan hasilnya setelah peminang melaksanakan berbagai syarat tertentu. Ketika si gadis sudah menentukan pilihannya, ia mengalungkan karangan bunga kepada calon suaminya dan upacara pernikahan dilaksanakan dengan segera. Demikianlah asal-muasal kata Sayembara atau Swayamvara. NSI menggunakan ejaan Svayamvara. Konteksnya, kata Svayamvara sebagai pengganti kata festival atau perlombaan. Menurut Ketua Umum NSI, Suhadi Sendjaja, pemaknaan Buddhisnya lebih kepada mencari yang terbaik di antara yang baik-baik, bahkan yang di antara terbaikterbaik. Semua peserta berusaha menjadi yang terbaik, bukan sekadar pemenang. Semua peserta wajib mengasah kompetensi, dan keterampilan mereka agar menjadi yang terbaik, bukan juara. Bukan untuk menang, namun untuk berbagi kegembiraan dan semangat syinjin melalui seni dan budaya. Persiapan Umum Swayamvara NSI Manajemen waktu bagi berbagai pihak yang terlibat swayamvara, para peserta khususnya, DPD dan umat pada umumnya, amatlah diperlukan agar dapat siap memberikan penampilan yang terbaik karena umumnya kita memiliki rutinitas pekerjaan, sekolah, atau lainnya. Para pemangku kepentingan, mulai dari Ketua DPD, orang tua peserta sampai ke umat biasa terlibat di upaya ini. Inilah salah satu bentuk pertapaan Masa Pascimadharma melaksanakan misi atau ajaran Bodhsiatwa Gadgaswara yang sejalan dengan tekad Buddha Niciren Daisyonin dalam kutipan beliau sebagai berikut: 1. Aku akan menjadi tiang, mata, dan bahtera negara-Ku (Surat Membuka Mata).Setiap umat meneladani sikap dan perilaku sang Buddha Niciren untuk tetap mencintai tanah air-Nya sampai akhir hayat. Aplikasinya, setiap umat diharapkan bekerja keras untuk kejayaan bangsanya, memiliki visi ke depan tentang bangsanya. Yang termudah ialah menjunjung budaya tempat ia berada. Di samping itu, tampak sikap kebaharian beliau dengan mengambil perlambang bahtera. 2. Kita dan Lingkungan Menyatu (esyĹ?-funi) ialah prinsip bahwa jiwa dan lingkungannya, sekalipun tampak dua gejala berbeda, pada hakikatnya bukanlah dua; jiwa dan lingkungannya adalah dua tahapan realitas tunggal yang terpadu: terdapat interaksi kuat antara manusia dan lingkungan, saling mengisi dan melengkapi antara kedua aspek manusia dan lingkungan ini. Hal yang dilakukan manusia akan berpengaruh pada lingkungan sosial dan fisiknya. Sebaliknya, lingkungan sosial dan fisik akan mempengaruhi perilaku manusia. Terlahir dan tinggal di Indonesia adalah sebuah karma kehidupan masa lampau yang membentuk kita sekarang ini. Hal ini pastilah mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku kita. Kita mencoba melebur ke sistem budaya yang lebih besar dengan mempelajari semua aspek budayanya. 3. Sikap dan perilaku Bodhisatwa Gadgaswara yang terlukiskan dalam kutipan Bab 23 Saddharma-pundarika Sutra sebagai berikut: Buddha menjawab Bodhisatwa Padmasri, “Pada masa-masa lalu ada seorang Buddha bernama Megadundubhisvararaja (Raja Suara Gunturan Awan), tathagata, arhat, 58
Samantabadra | Desember 2019
samyak-sambuddha. Negeri-Nya disebut Sarvabuddhasandarsana (Penampakan Segala Dunia), dan kalpanya disebut Priyadarsana (Digemari). Selama dua belas ribu tahun Bodhisatwa Gadgaswara menggunakan seratus ribu jenis alat musik untuk bedana kepada Buddha Megadundubhisvararaja, dan ia juga mempersembahkan kepada-Nya delapan puluh empat ribu mangkuk dana yang terbuat dari ketujuh pusaka. Sebagai imbalan atas perbuatan-perbuatan ini kini ia telah terlahir di negeri Buddha Kamaladalavimalanashatrarajasankusumitabhigna dan memiliki kekuatankekuatan gaib ini. Sikap dan perilaku Bodhisatwa Gadgaswara di atas mendorong umat NSI untuk berkesenian, baik seni musik, tari, maupun teater sebagai medium penyiaran darma. Berdaimoku menjadi dasar segala aktivitas seni budaya nasional ini. Semua peserta sangatlah perlu berdaimoku setiap kali akan berlatih, sehingga semua menjadi terbaik. Peran penceramah juga penting dalam memberi pembekalan dasar-dasar ajaran di atas: kutipan Gosyo terkenal tentang Cinta Tanah Air, prinsip esyĹ?-funi, sikap dan perilaku Bodhisatwa Gadgaswara. Janganlah dianggap suatu hal yang pasti terikut ketika seseorang itu menari atau bermain alat musik! Bahasa Inggrisnya take it for granted. Akan tetapi, sangat perlu dan penting untuk selalu mengulang-ulang semua ini agar semua terbekali dengan ajaran dan dilakukan dengan sepenuh hati. Sebagai sebuah tim kesenian, setiap anggota NSI unit kesenian ini perlu bekerja sama, saling mengisi kompetensi masing-masing penari dan saling menjaga perasaan masingmasing penari dalam kerangka misi keagamaan dan kebudayaan timnya. Kompetensi tari bukanlah yang utama, yang lebih dikedepankan ialah kesungguhan hati perseorangan dalam mewujudkan citra Buddhis NSI di masyarakat luas seluruh Indonesia. Segala tahap persiapan ini memupuk itai dosyin antar umat, muaranya ialah itai dosyin NSI sebagai wadah keagamaan. Maka, aktivitas budaya dalam rangka berkesenian nasional Indonesia itu pada hakikatnya melaksanakan pertapaan Buddhis, mengendalikan perasaan pribadi di atas kepentingan golongan, yang akhirnya mengutamakan itai dosyin. Jangan dilupakan segala proses persiapan menyambut Svayamvara ini pastilah mempersiapkan diri para penari dan atau pelaku keseniannya untuk mendukung kosenrufu – upaya penyiaran Dharma Agung Nam-myoho-renge-kyo -- dalam berbagai peristiwa sosial-kemasyarakatan di masyarakat luas. Ketika ada undangan terkait misi seni dan budaya kepada NSI, mereka siap tampil. Di sinilah para penari atau pendukung seni budaya melaksanakan misi sebagai Bodhisatwa Gadgaswara yang membawa panji Dharma Agung Nam-myoho-renge-kyo di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Dengan Svayamvara Seni Budaya setiap HUT NSI, hendaknya kita bisa lebih mendalami hakikat dan misi kebodhistwaan sebagai salah satu aspek pertapaan Buddhis, mengembangkan pribadi masing-masing lewat kegiatan seni budaya, memupuk itai dosyin antar umat NSI, mengelola dana paramita kesenian dengan baik dan benar, dan melatih diri untuk menyokong kosenrufu dalam berbagai acara sosial-kemasyarakatan di masyarakat luar. Dengan kegiatan akbar tahunan ini diharapkan muncul para penari yang makin mumpuni dan handal ketika tampil di masyarakat Indoneisa yang pluralis. (Kyanne
Virya)
Samantabadra | Desember 2019
59
Berita Duka Cita Ibu Linda Kusuma (Ago)
Ibu Sri Sundari
Ibu Tjong Lian Jin
Meninggal pada usia 79 tahun 1 November 2019 Umat NSI daerah Batu Raja Sumatera Selatan
Meninggal pada usia 69 tahun 6 November 2019 Umat NSI daerah Bogor Jawa Barat
Meninggal pada usia 80 tahun 25 November 2019 Umat NSI daerah Bogor Jawa Barat
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Dana paramita dapat disalurkan melalui:
Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.
Catatan
60
Samantabadra | Desember 2019
kesehatan
Makanan Sehat untuk Jantung
A
da banyak faktor yang menyebabkan seseorang berisiko mengalami penyakit jantung, salah satunya adalah pilihan makanan. Setiap makanan yang dikonsumsi dapat berdampak pada kesehatan jantung. Ada makanan yang berdampak buruk, namun ada sejumlah makanan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung. Mengutip berbagai sumber, berikut 7 makanan yang baik untuk kesehatan jantung. 1. Sayuran hijau Sayuran berdaun hijau seperti bayam, kangkung, sawi, kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan. Sayuran ini merupakan sumber vitamin K yang membantu melindungi arteri dan pembekuan darah. Sayuran hijau juga terbukti mengandung nitrat yang
3. Buah beri Aneka buah beri seperti stoberi, blueberi, raspberi mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan jantung. Buah beri kaya antioksidan 2. Biji-bijian utuh seperti anthocyanin, yang Dibandingkan dengan bijidapat melindungi jantung bijian olahan, biji-bijian utuh terhadap stres oksidatif seperti gandum utuh, beras dan peradangan. Studi merah, gandum hitam, dan menunjukkan bahwa makan quinoa memiliki serat yang banyak buah beri dapat lebih tinggi. Kandungan ini dapat membantu mengurangi mengurangi beberapa faktor kolesterol jahat (LDL) sehingga risiko penyakit jantung. mengurangi risiko penyakit 4. Alpukat jantung. Banyak studi telah Alpukat merupakan sumber lemak tak jenuh tunggal yang membuktikan biji-bijian sehat untuk jantung. Konsumsi dan gandum bermanfaat alpukat dikaitkan dengan bagi kesehatan jantung. penurunan kadar kolesterol Sebuah analisis dari 45 studi dan risiko penyakit jantung menyimpulkan bahwa makan yang lebih rendah. tiga porsi biji-bijian setiap hari dikaitkan dengan risiko Dikutip dari situs kesehatan Health Line, alpukat kaya penyakit jantung 22 persen kalium yang penting bagi lebih rendah. kesehatan jantung. Satu buah dapat mengurangi tekanan darah, kekakuan arteri, dan meningkatkan fungsi sel yang melapisi pembuluh darah.
Samantabadra | Desember 2019
61
alpukat memiliki 975 mg kalium, atau sekitar 28 persen dari kebutuhan kalium per hari. 5. Ikan berlemak Ikan berlemak seperti salmon, mackerel, sarden dan tuna kaya akan asam lemak omega-3. Asam lemak ini baik untuk menjaga kesehatan jantung. Studi menunjukkan makan salmon tiga kali seminggu dalam delapan pekan dapat menurunkan tekanan darah sistolik secara signifikan. Penelitian juga menemukan setiap penurunan 3,5 ons atau 100 gram konsumsi ikan mingguan, dikaitkan dengan peningkatan risiko tambahan penyakit jantung sebesar 19 persen, seperti tekanan darah tinggi, diabetes atau obesitas.
7. Tomat Tomat mengandung likopen atau pigmen tumbuhan alami dengan sifat antioksidan yang kuat. Antioksidan ini membantu menetralisir radikal bebas berbahaya. Studi mendapati kadar likopen yang rendah dalam darah dihubungkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Ulasan dari 25 studi juga menyimpulkan asupan makanan kaya likopen dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gayahidup/20190912144616-255-429931/7-makanan-tingkatkankesehatan-jantung
6. Kacang kenari Kacang kenari adalah sumber serat dan mikronutrien seperti magnesium, tembaga, dan mangan. Penelitian menunjukkan makan kacang kenari dapat mengurangi kolesterol LDL hingga 16 persen, mengurangi stres oksidatif dan peradangan. resep
Resep Banana Muffin Bahan kering: 190 gram tepung segitiga 1 sdt baking powder 1/2 sdt baking soda Secukupnya kismis Secukupnya keju cheddar
Bahan basah: 5 buah pisang ukuran sedang 1 butir telur ukuran besar 110 gram gula pasir 40 gram margarin 45 gram butter 1/2 sdt vanilla
62
Samantabadra | Desember 2019
Cara membuat: 1. Cairkan margarin dan butter, lalu sisihkan. 2. Lumatkan pisang sampai halus, lalu sisihkan 3. Kocok pakai whisk telur, vanilla dan gula hingga gula larut. Lalu masukkan pisang dan mentega yg
sdh d lelehkan. Aduk lagi hingga rata, sisihkan. 4. Ayak terigu, baking powder dan baking soda, lalu masukkan kismis, aduk-aduk. Masukkan bahan basah dan parutan keju cheddar, aduk rata pakai whisk. Jangan diaduk terlalu lama agar adonan tidak bantat. 5. Tuang ke dalam cetakan muffin, beri taburan kismis dan keju parut. 6. Panaskan oven di suhu 180°C. Panggang selama 25-35 menit. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/10586079-bananamuffin?via=search&search_term=BANANA%20MUFFIN
wawasan
Dua Rekor Dunia untuk LRT Jabodebek
M
ungkin tak kita sadari, bahwa kereta ringan atau LRT Jabodebek yang hingga saat ini masih dalam tahap pengerjaan, ternyata sudah menorehkan dua rekor dunia. Siapa sangka, ongspan atau bentangan beton panjang yang ada di lintasan Kuningan LRT Jabodebek menjadi salah satu struktur jembatan kereta api lengkung dengan struktur beton terpanjang di dunia. Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Budi Harto mengatakan rekor dunia pertama yaitu longspan JORR yang melintas di atas Jalan Tol JORR, Jalan Dukuh dan Jalan Tol Jagorawi dengan struktur u-box girder. Kemudian Longspan JORR memiliki panjang 54-9054 meter yang merupakan longspan u-box girder terpanjang di dunia. Longspan merupakan struktur jembatan yang bentang
tengahnya (jarak antar pilar) lebih dari 45 meter yang melintas di atas jalan jembatan eksisting dan sungai. Rekor kedua yaitu konstruksi longspan beton di Jalan Rasuna Said yang memiliki panjang 148 meter. Sebelumnya rekor di Dubai memiliki panjang 135 meter dengan konstruksi baja. Longspan Kuningan sendiri menjadi kebanggaan bangsa karena desain dan proses pembangunannya diproduksi oleh tenaga ahli dalam negeri. Longspan Kuningan ternyata juga sudah tersambung belum lama ini. Tujuan membuat struktur longspan ini adalah untuk mengakomodir lokasi yang membutuhkan girder dengan panjang yang melebihi dari seharusnya. Misalnya jika suatu lintasan harus menyeberang dari satu jalan ke jalan lain, maka harus dibuat longspan sehingga tidak mengganggu jalan yang
sudah ada. Saat ini, perkembangan pelaksanaan pembangunan prasarana LRT Jabodebek Tahap I sampai dengan 4 Oktober 2019, telah mencapai 66,13 persen. Ada tiga lintasan dalam proyek LRT Jabodebek tahap I ini. Pertama, lintas pelayanan 1 untuk rute Cawang-Cibubur, lintas pelayanan 2 untuk Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, dan lintas pelayanan 3 untuk Cawang-Bekasi. Proyek LRT Jabodebek tahap I ditargetkan beroperasi penuh pada November 2021. Sementara pada 18 Oktober mendatang, akan dilakukan uji coba teknis untuk rute CibuburCawang. Sumber: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2019/11/03/ dua-rekor-dunia-lrt-jabodebek
Samantabadra | Desember 2019
63
Hai anak-anak NSI! Yuk kita cari tahu nama-nama buah dalam bahasa Inggris melalui teka-teki silang di bawah ini.
Sumber: https://www.puzzles-to-print.com/crossword-puzzles-for-kids/fruits-crossword.shtml
64
Samantabadra | Desember 2019
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Desember 2019
Tanggal 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 01 Jan
Hari Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
Jam 13.00 19.00 19.00 10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00 19.00 10.00 19.00 14.00 19.00 19.00 10.00 14.00 19.00 10.00 19.00
Kegiatan Kensyu Gosyo Umum Materi Desember 2019 Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta Pertemuan Ceramah Gosyo Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum Pertemuan Cabang Pertemuan Anak‐Anak Daerah Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang Pertemuan Ibu Daerah Pertemuan Pria Daerah Pertemuan Anak Cabang Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lanjut Usia Umum Pertemuan Empat Bagian Pendalaman Gosyo Dharma Duta Rapat DPW‐DPD NSI DKI Jakarta Kensyu Gosyo Umum Materi Januari 2020 Kensyu Gosyo Umum Materi Januari 2020 Kensyu Gosyo Umum Materi Januari 2020
Tempat Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Daerah Masing‐Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Samantabadra | Desember 2019
65
Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
66
Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821
Samantabadra | Desember 2019
Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201
Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510