Samantabadra 2020-03

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

gosyo cabang Surat Balasan Kepada Ueno Dono (Co-i Gosyo)

gosyo kensyu Surat Balasan kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze

03

#314

Surat Balasan kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze

SAMANTABADRA | MARET 2020| NOMOR. 314

M

ungkinkah bermimpi atau bukan mimpi? Kalau bermimpi, sangat disesalkan mimpi ini bukan main lamanya. Tetapi sebenarnya hal ini adalah benar dan sudah berlalu 49 hari. Kalau benar, bagaimanakah seharusnya? Bagai bunga yang sudah mekar namun tidak rontok, sedangkan bunga yang kuncup menciut dan langsung kering, ibu yang sudah tua ditinggal, anak muda pergi. Betapa masa ini fana, tidak ada rasa sayang, betapa masa ini bukan main fana, tidak ada rasa sayang.

m a r e t

2 0 2 0


“ J

ika melihat, membaca dan membuka Saddharmapundarika-sutra ini terdapat perkataan, “Tathagata membungkus orang ini dengan pakaian ini dan sekarang para Buddha dari kawasan lainnya sungguh-sungguh menjaganya�. Kalimat sutra ini berarti, dari timur, barat, selatan, dan utara, delapan jurusan, tiga ribuan bumi besar, selain itu dari 400 milyar nayuta tanah negeri, para Buddha 10 penjuru terus menerus datang berkumpul memenuhi langit bagaikan bintang, tersusun di atas tanah seperti padi atau rumput untuk menjaga dan melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra.

Surat Balasan kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Bunga teratai perlambang hukum sebab-akibat.

DPP NSI, DPW NSI DKI Jakarta dan segenap umat NSI DKI Jakarta seusai melaksanakan upacara dokyo syodai peringatan tahun baru imlek di Wihara Sadaparibhuta NSI Jakarta. 25 Januari 2020.

DPW NSI Bangka-Belitung dan segenap umat NSI daerah Bangka seusai melaksanakan upacara dokyo syodai peringatan tahun baru imlek di Wihara Vimalakirti NSI Bangka. 25 Januari 2020.


himbauan Samantabadra | Maret 2020

1


2

Samantabadra | Maret 2020


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Balasan kepada Ueno Dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI 01 - 02 Februari 2020

Nammyohorengekyo,

Gosyo ini ditulis oleh Buddha Niciren setelah beliau Kensyu kali ini, kita dibebaskan dari Pulau Sado. menerima kedatangan Buddha Niciren membedakan seorang tamu dari Bekasi ajarannya dalam dua bagian: yang ingin mengikuti gerakan sebelum dan sesudah Sado. NSI. Ia menghadiri pertemuan Ajaran yang beliau babarkan bukan karena disyaku buku sebelum penganiayaan di kerabat atau keluarga, tapi Pulau Sado disebut Syakumon karena mencari tahu sendiri di atau Ajaran Bayangan, dan Youtube. ajaran setelah Pulau Sado Beberapa waktu yang lalu, disebut Ajaran Pokok atau seorang kiai muda, Tretan ajaran yang sesungguhnya. Muslim, datang ke wihara ini Oleh karena itu, dalam dan menyiarkan kunjungannya penjelasan gosyo ini, di media sosial. Saudara Buddha Niciren meluruskan kita yang bertamu hari ini pandangan-pandangan agama melihat video tersebut dan Buddha sebelum memasuki menganggapnya menarik, Saddharmapundarika-sutra sehingga menghubungi kita mengenai kesadaran Buddha. dan menanyakan tentang Sebelum membabarkan kegiatan-kegiatan organisasi Saddharmapundarika-sutra, NSI. Buddha sendiri menjelaskan Menurut agama Buddha, ini bahwa kesadaran Buddha dapat terjadi karena sebuah berada di tempat yang jodoh sebab-akibat yang telah jauh, di barat. Tapi, sesudah tertanam. Segala sesuatu Buddha mengajarkan tentang yang terjadi di dalam hidup Saddharmapundarika-sutra, kita tidak ada yang merupakan beliau menjelaskan bahwa “kebetulan� belaka. Menurut pandangan itu hanyalah agama Buddha, segala sebuah pengantar. Beliau sesuatu terjadi karena ada tidak berkata demikian jodoh, akibat, dan imbalan dengan maksud untuk nyata (In En Ka Ho). mendustai umat, melainkan

untuk menyampaikan pengantar, sebab kemampuan umat pada waktu itu masih belum memadai. Sehingga, mereka masih memerlukan perumpamaan-perumpamaan untuk dapat memahami Dunia Buddha dan kekuatan kesadaran yang dimiliki oleh seluruh umat manusia. Kesadaran harus dimunculkan agar umat manusia dapat mempunyai kekuatan untuk menghadapi kesulitan. Ketika kita menjadi manusia yang sadar, kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi pada seorang individu tidak disebabkan oleh orang lain ataupun lingkungan eksternalnya. Buddha menjelaskan bahwa sesungguhnya, agama tidak patut dipandang sebagai paham yang salah. Salah paham sesekali tidak masalah, tetapi hidup seharusnya tidak dijalankan berdasarkan pada paham yang salah. Umat kita sendiri pun banyak yang sering salah paham perihal Sangha di NSI. Tetapi, kesalahpahaman Samantabadra | Maret 2020

3


ini adalah sebuah hal yang minor, sebab lambat laun mereka pun akan dapat memahaminya. Tetapi, kalau seseorang menjalankan ajaran Buddha dengan paham yang salah, itu sangat menyesatkan. Apa itu paham yang salah? Contoh paham yang menyimpang adalah kepercayaan bahwa kesadaran Buddha adalah sebuah sifat yang hampir tidak mungkin dicapai. Atau, asumsi bahwa nasib yang baik adalah karunia kebajikan yang diberikan oleh seorang biksu. Nasib yang baik berasal dari diri kita sendiri; apabila kita percaya dengan agama Buddha, kesadaran Buddha kita akan terbuka. Pada hakikatnya, neraka dan surga (kesadaran) berada dalam hati kita. Tujuan agama Buddha adalah untuk membimbing umat manusia dalam memahami dirinya sendiri. Semua umat manusia memiliki 10 perasaan jiwa: Dunia Neraka, Kelaparan, Kebinatangan, Kemarahan, Kemanusiaan, Surga, Sravaka, Pratekya, Bodhisatwa, dan Buddha. Kata “Buddha� berasal dari bahasa Sansekerta, artinya “orang yang sadar.� Di dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, diajarkan bahwa setelah meninggal, manusia akan masuk ke Tanah Suci (surga) atau Neraka, tergantung baik buruknya perbuatan yang 4

Samantabadra | Maret 2020

ia tanam semasa hidupnya. Tanah Suci dianggap terletak jauh di sebelah barat, sementara Tanah Neraka dideskripsikan berada di bawah tanah sejauh 1.000 yojana. Tetapi, di sini Niciren Daisyonin menegaskan bahwa semua sebab-akibat tidak berada di luar kendali kita, melainkan di dalam perasaan atau suasana jiwa kita. Ajaran agama Buddha menjelaskan bahwa jiwa kita bergerak dalam hukum Icinen Sanzen. Dalam sekejap, perasaan jiwa kita dapat berubah sebanyak 3.000 kali. Umat manusia mempunyai 10 alam, dan masing-masing dunia ini juga terdiri dari 10 dunia. Kemudian, terdapat 10 aspek Nyoze yang kita baca setiap hari saat Gongyo, hal mana menjelaskan mengenai hukum gerakan dari jiwa kita. Nyoze So berarti wajah, Nyoze Syo berarti perasaan (hal-hal yang sunyata), dan Nyoze Tai berarti badan pokok. Nyoze Tai memiliki energi untuk mengikat Nyoze So dan Nyoze Syo. Nyoze Tai menjadi badan pokok yang mengeluarkan tenaga untuk menggerakan perasaan dan emosi, hal mana akan terlihat pada wajah seseorang. Nyoze Tai adalah sepuluh dunia. Maka, kita harus mengupayakan agar Nyoze Tai kita selalu berada pada Dunia Buddha. Terakhir, terdapat tiga perbedaan: di dalam hidup kita, gerakan

jiwa kita ada di dalam sebuah irama Syiki (fisik), Jo (menerima), So (mencerna), Gyo (bereaksi), dan Syiki. Gerakan seperti ini terjadi dalam jiwa seluruh umat manusia. Tapi, kecenderungan jiwa setiap orang berbedabeda. Artinya, dalam sekejap, perasaan jiwa kita terus berubah, tetapi Dunia Buddha tetap berada di dalam jiwa kita sendiri. Maka dari itu, orang yang sadar bahwa jiwanya merupakan wujud dari Icinen Sanzen adalah seorang Buddha. Jika tidak, maka mereka adalah manusia dari kesembilan dunia. Kita bisa memunculkan kesadaran Buddha apabila kita mendasarkan pertapaan sehari-hari pada Saddharmapundarika-sutra: yakni dengan percaya, belajar, dan melaksanakan (Syin, Gyo, Gaku). Yang lebih istimewa, kita juga bisa menyadari bahwa Dunia Buddha adalah Neraka, Dunia Neraka adalah Dunia Buddha. Sehingga bagi kita, setiap waktu berlalu dengan kebahagiaan. Jika kita berada dalam kesulitan, kita dapat mencari makna dari kesulitan tersebut. Umpamanya, seorang petinju yang menerima pukulan akan mendapatkan peluang untuk memukul kembali. Neraka adalah kesadaran, kesadaran adalah neraka. Jadi sebetulnya, bagi seseorang yang sudah menyadari ini dan sudah percaya kepada Saddharmapundarika-sutra,


mereka bisa berbahagia. Itulah konsep bonno soku bodai, syoji soku nehan. Kesulitan adalah kesadaran, kesulitan adalah kebahagiaan. Tidak ada kebahagiaan tanpa kesulitan. Tidak ada menerima tanpa memberi. Demikianlah hukum alam. Sama seperti proses pernapasan kita, kita menarik nafas lalu membuangnya. Ketika kita membuang nafas, kita memberi karbon dioksida kepada pohon, dan sebagai gantinya pohon memberi oksigen kepada kita. Saya akan menuju ke Korea untuk mewakili Indonesia dan memberi pidato di sebuah forum internasional. Saya melihat ini sebagai peluang untuk menjelaskan pemikiran Buddha Niciren di hadapan delegasi-delegasi internasional. Saya berusaha menjalankan apa yang ditugaskan Buddha Niciren, untuk menyebarluaskan pikiran yang benar tentang kehidupan. Saya akan berbicara sebagai Ketua Umum NSI, bukan sebagai seorang pribadi. Dalam Forum Universal Peace Federation di Seoul, Korea Selatan, saya hendak menyampaikan bahwa sumber dari segala peristiwa berasal dari manusianya. Maka itu, saya akan memulai pidato saya dengan mengatakan bahwa pembangunan manusia adalah landasan terpenting dalam mewujudkan keamanan

dan perdamaian dunia. Saya memasukkan pemikiran Buddha Niciren karena beliau telah merombak paham yang salah. Saya juga memasukkan pemikiran Pak Jokowi tentang manusia yang unggul. Kemudian, saya juga hendak menyampaikan mengenai Gosyo berjudul “Hukum yang Gaib dan Manusia yang Agung�. Karena hukumnya gaib, manusianya menjadi agung; karena manusianya agung, tanahnya menjadi luhur. Gaib di sini berarti belum terjangkau oleh akal pikiran manusia, karena akal pikiran kita baru memasuki indra keenam, belum menggunakan kesembilan indra. Intinya, saya menjelaskan bahwa pertapaan manusia harus didasarkan pada Dunia Buddha. Saya juga hendak memaparkan bahwa segala masalah di dunia: kelaparan, terorisme, perubahan iklim, ketidakamanan pangan, penurunan moral, pengungsian, perang, dan bencana alam, yang terus terjadi dalam skala global, sebetulnya disebabkan oleh penurunan moral. Saya bicara tentang agama Buddha, menjelaskan bahwa moral manusia sudah tidak lagi sesuai dengan irama Hukum Alam Semesta yang gaib ini. Saat ini, kecenderungan manusia lebih banyak memberi duka dan mencabut suka kepada alam semesta dan isinya. Di

dalam Sutra Manusendra dan Baisyajaraja Guru, dijelaskan bahwa bilamana jiwa manusia menjadi kacau, akan terjadi tiga bencana (peperangan, penyakit, dan kelaparan) dan tujuh musibah: kematian orang karena wabah penyakit, serangan dari negara asing, perang saudara di dalam negeri, kelainan peredaran bintang, gerhana matahari dan bulan, hujan dan angin besar yang tidak pada waktunya, kemarau panjang yang mengakibatkan kebakaran. 3.000 tahun yang lalu, semua ini sudah diramalkan oleh Buddha, dan nyatanya kita melihat korelasi yang kuat dengan realita manusia sekarang. Maka itu, melihat ketepatan kata-kata Buddha, kita harus berterima kasih pada beliau, menjalankan ajarannya dan menyebarluaskannya. Satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas moral adalah dengan meningkatkan kesadaran hakiki dalam jiwa manusia, dan caranya adalah dengan menyebut mantra Nammyohorengekyo, ungkapan kesungguhan hati yang mampu melaraskan diri dengan alam semesta. Selain itu, keinginan untuk memberi manfaat pada lingkungan eksternal juga berupa perwujudan dari kesadaran dalam sehari-hari. Contohnya, ada seorang arsitek yang membuat rencana pembangunan rumah sakit di Tionghoa,

Samantabadra | Maret 2020

5


dan berencana untuk menyelesaikannya dalam 10 hari. Semangat yang diperlukan sangat besar, dan untungnya rakyat di Tionghoa terus meneriakkan kata-kata semangat. Perilaku ini patut dicontoh; kita seharusnya tidak mengomel ketika dihadapi kesulitan, tapi mencari sebabnya dan memancarkan kesadaran untuk mengatasinya. Semua umat beragama harus kembali kepada ajaran sebenarnya. Agama memiliki peran untuk memberi semangat, karena pada dasarnya agama mengajarkan umatnya untuk mengatasi kesulitan. Dalam agama Buddha, sebaiknya kita melakukan lebih dari sekedar mengatasi kesulitan, tapi juga membuat suatu kehidupan yang tidak lagi menimbulkan 3 bencana dan 7 musibah. Kesimpulannya, apabila hukumnya gaib, manusianya agung, dan apabila manusianya agung, tanahnya pasti akan subur. Inilah pesan yang hendak kita masyarakatkan. Intinya, kita harus memahami ajaran Buddha Niciren supaya kita bisa memunculkan kesadaran yang ada di dalam diri kita sendiri. Kita harus memberi landasan kesadaran Buddha untuk kesembilan dunia, sehingga dengan demikian, semua akan menjadi energi untuk semakin membahagiakan diri kita dan orang lain. 6

Samantabadra | Maret 2020

Maka, seyogianya kita memunculkan perasaan jiwa yang baik, yang ingin membahagiakan orang lain. Jalankanlah pertapaan Gongyo Daimoku sebagai upaya untuk memunculkan kesadaran Buddha, dan laksanakanlah pertapaan ke luar, yakni membahagiakan orang lain (pertapaan yang Jigyo Keta). Janda Ueno Dono setiap tahun selalu mengirim persembahan agar Niciren Daisyonin mendoakan suaminya. Agama Niciren Syosyu adalah agama Buddha yang betul-betul ingin menyebarkan paham yang benar. Maka itu, pertama Buddha Niciren menerangkan perihal kematian. Beliau mengerti kerinduan janda tersebut pada suaminya. Buddha Niciren memberi tahu Nyonya Ueno Dono bahwa dirinya masih bisa bertemu dengan suaminya, tapi hanya dalam sebuah mimpi atau ilusi. Buddha Niciren juga mengingatkan Nyonya Ueno Dono tentang kekuatan kepercayaan suaminya sewaktu hidup. Beliau mengatakan bahwa Nyonya Ueno Dono mungkin sudah menikahi beribuan pria dalam kehidupannya yang lalu, tapi suami pada kehidupan kali itu adalah yang terbaik. Buddha memastikan Nyonya Ueno Dono bahwa suaminya sudah mencapai kesadaran Buddha. Ketika seorang Buddhis meninggal, lima unsur tanah,

air, api, angin, dan ruang terurai. Kemudian, badan pokoknya pasti akan berada pada salah satu perasaan jiwa dari kesepuluh dunia. Perasaan jiwa mereka yang berada pada Dunia Buddha akan sampai di Tanah Buddha Gridrakhuta. Maka, pasangan suami-istri pun bisa bertemu lagi, bukan secara fisik tapi dalam penyelarasan perasaan jiwa. Di samping itu, kita tidak perlu mendekat pada ajaran yang lain. Hal ini percuma, karena yang bisa memunculkan kesadaran Buddha kita hanyalah Saddharmapundarika-sutra. Ajaran lain belum menjelaskan cara untuk mencapai kesadaran Buddha. Penjelasan tentang keberadaan dunia neraka di dalam diri sendiri merupakan ajaran yang amat mendalam. Tidak ada agama lain yang menjelaskan ini, bahkan agama Buddha dari sekte lain tidak mengajarkannya. Orang yang beragama lain cenderung mempunyai keinginan untuk cepat meninggal agar dapat menikmati surga. Pemikiran demikian adalah bentuk ajaran yang belum selesai, tapi dipakai dan disalahgunakan. Sebaliknya, kita di NSI telah mempelajari ajaran yang sudah tuntas, maka kita tidak boleh mendekatkan diri ke ajaran-ajaran yang sesat. Dalam kehidupan, segala sesuatu bersumber dari diri


sendiri. Jadi, apabila kita ingin mulai perombakan sifat jiwa, kita dapat memulainya sekarang juga. Agar seirama dengan alam semesta, kesadaran kita harus ditimbulkan, sehingga kita dapat merasakan kekuatan Buddha yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Nyonya Ueno Dono pun, setelah mendapatkan bimbingan, semakin bergiat menjalankan pertapaaan dengan sungguh-sungguh. Beliau tidak berkecil hati. Mencontoh dari sikap Nyonya Ueno Dono, hendaknya kita melihat kesulitan sebagai sebuah jodoh bagi kita agar kita semakin kuat dan maju. Ilmu agama Buddha adalah ilmu tentang kehidupan, tidak ada tamatnya. Mengetahui ini, untuk memunculkan kesadaran Buddha kita harus menyebut Nammyohorengekyo dan mengubah cara berpikir kita yang salah dengan paham yang benar. Umat Kristen harus memakai paham dari Yesus Kristus, umat Islam harus memakai paham dari Nabi Muhammad, dan tentunya umat Buddhis harus memakai paham dari Buddha Niciren. Nila adalah sejenis daun yang mempunyai warna getah yang biru. Apabila kita mencelupkannya dalam air, semakin lama air itu akan semakin biru, bahkan lebih biru dari nilanya sendiri. Semakin lama kita menjalankan Syinjin,

seharusnya kepercayaan hati kita juga semakin tebal. Ilustrasi ini juga menggambarkan hubungan antara guru dan murid. Apabila Buddha Niciren bisa melaksanakan syaku buku di Jepang, seharusnya kita bisa melaksanakan syaku buku di seluruh dunia. Citacita, usaha, dan capaian kita harus lebih besar dari Buddha Niciren, karena semua ilmu Buddha Niciren sudah kita serap. Seorang murid harus melebihi gurunya sendiri, ibarat gelombang di depan yang didorong gelombang di belakangnya. Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya kita menyebarluaskan gosyo karena dengan begitu, kita memupuk rezeki jiwa. Kebahagiaan diri sendiri adalah kebahagiaan orang lain. Barulah kita dapat “mencelup” jiwa kita, menjalankan Syin Gyo Gaku dengan warna Dunia Buddha. Buddha Niciren mengajarkan paham yang benar dari ajaran agama Buddha. Namun, saat itu, ajaran sementara yang dibabarkan Buddha Sakyamuni selama 42 tahun pertama sudah beredar dengan luas di Jepang. Yang dimaksud dari “ajaran rahasia” di surat ini adalah ajaran sesungguhnya yang diperuntukkan untuk Masa Akhir Dharma. Maka dari itu, Mahaguru Tientai Tien Tai mengatakan bahwa

beliau hanya mengetahuinya dalam hati, tapi belum bisa mengungkapkannya. Pengertian “rahasia” dalam gosyo merujuk pada hal ini. Kemudian, kembali pada penjelasan mengenai kesembilan indra; setiap manusia mempunyai sembilan indra, indra penglihatan, penciuman, pendengar, pengecap, peraba, hati, indra manas, alaya (gudang karma), amala (indra dari Dunia Buddha). Kesembilan indra ini adalah alat bagi kita untuk memupuk karma baik. Untuk memupuk rezeki jiwa, perasaan jiwa kita harus didasarkan pada kesadaran Buddha. Oleh karenanya, sangat penting bagi kita untuk melakukan pertapaan Gongyo Daimoku secara rutin dan konsisten. Sebagai manusia, kita semua mempunyai kesadaran dan kesesatan. Hendaknya, kita memakai indra kesadaran kita sebagai fondasi untuk perilaku dan perbuatanperbuatan kita, sehingga kita dapat menjalankan hidup yang berkualitas. Dengan begitu, kita dapat menjadi manusia yang unggul, dan hidup kita bisa membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. ***

Samantabadra | Maret 2020

7


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Balasan kepada Ueno Dono Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI 01 - 02 Februari 2020

Nammyohorengekyo, Surat ini diberikan Buddha Niciren kepada seorang janda, Nyonya Ueno Dono. Isinya mengandung penjelasan bahwa Tanah Buddha dan Tanah Neraka sebenarnya berada dalam diri kita sendiri. Apabila kita ingin menuju ke Tanah Buddha, kita harus menyadari terdahulu bahwa kedua perasaan jiwa ini sudah berada dalam diri kita. Maka itu, dengan kepercayaan yang didasarkan pada Nammyohorengekyo, kita dapat mengubah penderitaan kita menjadi kesadaran Buddha dengan badan seadanya. Gosyo ini ditulis pada bulan 7 tahun 1274, ketika Buddha Niciren Daisyonin menetap di Gunung Minobu setelah beliau bebas dari hukuman pembuangan di Pulau Sado. Karena nasihat beliau telah tiga kali ditolak oleh pemerintah Jepang, Buddha Niciren memilih untuk pergi ke Gunung Minobu, bukan untuk beristirahat atau 8

Samantabadra | Maret 2020

menyendiri, tapi justru untuk melanjutkan menulis ajaran dan memberikan ceramah kepada murid-muridnya. Beliau ingin lebih mendalami Hukum Saddharmapundarikasutra dengan membabarkan gosyo. Surat ini diberikan kepada Nyonya Ueno Dono, istri dari Nanjo Hyo’E Shichiro, karena ia telah memberikan sumbangan kepada Buddha untuk mendoakan suaminya yang telah meninggal. Meskipun sepuluh tahun sudah berlalu setelah suaminya meninggal, Nyonya Ueno Dono masih mengenangnya. Setiap tahun, ia memberikan sumbangan kepada Buddha agar Almarhum suaminya dapat didoakan. Buddha Niciren menulis surat ini sebagai balasan dari sumbangan tersebut. Buddha pun terkenang kembali akan penganut setianya, Nanjo Hyo’E Shichiro. Sampai akhir hayatnya, Nanjo Hyo’E Shichiro yang jatuh sakit terus memegang hati kepercayaan

kepada Nammyohorengekyo. Begitupun halnya dengan sang istri pada kemudian hari, yang juga menjalankan Syinjin sampai akhir hayatnya dan memberikan banyak sumbangan untuk Buddha. Salah satu bentuk sumbangannya adalah pemberian tanah, yang sekarang bisa kita temukan di Taisekiji. Pasangan tersebut mempunyai sembilan anak; lima anak putra dan empat anak putri. Ketika Nanjo Hyo’E Shichiro meninggal, usia anakanaknya masih sangat muda. Salah satu anaknya bernama Nanjo Tokimitsu, yang kita kenal sebagai salah satu murid Niciren Daisyonin yang senantiasa mendukung dan melindunginya. Meskipun Nyonya Ueno Dono harus mengurus sembilan orang anak, ia tidak pernah mengeluh. Ia membesarkan anaknya dengan sungguh hati, mendidik mereka dengan baik. Ia pun tidak membiarkan dirinya kalah dengan


suasana. Meskipun tidak ada suami, meskipun pekerjaan rumahnya sehari-hari tidak ringan, ia tetap menjalankan Syinjin dengan konsisten. Di akhir surat ini, Buddha Niciren mengatakan bahwa terdapat sebuah ajaran yang dirahasiakan. Sesungguhnya, ajaran tersebut bukanlah sebuah rahasia, tapi justru sebuah bimbingan penting mengenai prinsip-prinsip kesadaran Buddha dalam badan apa adanya, serta mengenai Tanah Buddha dan Tanah Neraka yang berada dalam jiwa manusia. Maka itu, nama lain dari surat ini adalah “Surat mengenai Prinsip Neraka adalah Tanah Buddha.” Surat ini dimulai dengan kenangan Buddha Niciren tentang Nanjo Hyo’E Shichiro. Niciren Daisyonin berusaha menenangkan Nyonya Ueno Dono dengan mengatakan bahwa perasaannya terhadap kematian suaminya sangat wajar. Dapat dimengerti apabila ia ingin mendengar kabar dari suaminya, atau ingin bertemu dengannya. Tapi, tentunya hal ini tidak dapat terjadi. Satu-satunya tempat di mana mereka bisa bertemu kembali adalah di tanah suci Gridhrakuta. Buddha Niciren mengatakan bahwa suaminya sudah mencapai kesadaran Buddha, sehingga mampu “melihat” istri dan anak-anaknya seharihari. Hal ini menjelaskan mengenai perasaan jiwa,

bahwa dengan adanya kesadaran Buddha, ia seolaholah bisa “melihat” atau lebih tepatnya merasakan ikatan jodoh dengan keluarganya. Apabila Nyonya Ueno Dono ingin bertemu kembali dengan suaminya, dunia mereka harus sama-sama berada dalam Dunia Buddha. Nyonya Ueno Dono sudah berkali-kali terlahir kembali dan bertemu dengan suami yang berbeda, yang jumlahnya diibaratkan sebanyak butir-butir pasir di lautan besar. Walaupun sekian banyak suami yang telah dinikahinya, suami pada kehidupan kali itu adalah suami yang sebenarnya, karena Nanjo Hyo’E Shichiro lah yang memperkenalkan Nammyohorengekyo kepadanya. Oleh sebab itu, keduanya telah menjalankan hati kepercayaan sehingga bisa sama-sama mencapai kesadaran Buddha. Buddha Niciren mengajarkan kita semua, melalui gosyo ini, untuk menghormati suami atau istri kita sebagai Buddha. Hendaknya kita menganggap bahwa ketika mereka hidup, mereka adalah Buddha yang hidup. Sebaliknya ketika mereka telah meninggal maka seyogianya kita menganggap mereka sebagai Buddha yang sudah moksya. Kita diajarkan untuk menghormati semua orang, sebab semua orang mempunyai jiwa Buddha.

Hidup-mati adalah satu. Apabila sewaktu hidup, perasaan kita sering berada di Dunia Neraka, maka ketika meninggal pun kita akan berada dalam Dunia Neraka. Begitupun sebaliknya. Maka itu, diterangkan mengenai konsep syoku syin jobutsu, pencapaian kesadaran Buddha dalam badan apa adanya. Tanah suci (Dunia Buddha) maupun tanah neraka tidak ada di luar diri kita. Orang yang menyadari hal ini adalah seorang Buddha, dan orang yang tidak memahaminya adalah manusia biasa. Kembali lagi, perlu diingat bahwa semua tergantung dari sebab-akibat yang kita bawa selama ketiga masa. Jika sebab yang banyak kita tanam adalah sebab baik, maka perasaan jiwa kita akan berada di Dunia Surga atau Dunia Buddha. Dengan begitu, dalam kehidupan sekarang ini, kita harus membiasakan diri untuk berada dalam Dunia Buddha. Caranya adalah dengan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, sebab sutra ini menjelaskan bahwa semua manusia mengalami sekejap-sekejap perasaan jiwa dari 10 dunia. Ajaran sementara mengajarkan bahwa Dunia Buddha sangat sulit dicapai. Namun, dengan adanya Nammyohorengekyo dan Gohonzon sebagai jodoh kita untuk memunculkan Samantabadra | Maret 2020

9


kesadaran, jalannya telah dipermudah. Tanpa Saddharmapundarikasutra, tidak ada jodoh bagi kita untuk memunculkan kesadaran Buddha. Dengan begitu, yang tersisa hanyalah tiga racun. Kata-kata Buddha selalu menerangkan kewajaran, maka orang yang menjauhkan dirinya dari Saddharmapundarikasutra diibaratkan seperti orang terbakar oleh api yang mendekati sumber api, atau orang yang tenggelam ke air dan terus terselam ke perairan yang lebih dalam. Kedua ilustrasi ini merepresentasikan bahwa penderitaan dari seorang pemfitnah Dharma diperbesar karena mereka tidak mampu mengakhiri penderitaan. Justru, Saddharmapundarikasutra lah yang dapat membantu kita memunculkan prajna dan menerima penderitaan. Penderitaan seseorang yang menganut ajaran sesat diibaratkan seperti berpindah dari sebuah api ke api lainnya, dan tenggelam sampai ke dasar air. Artinya, tidak mungkin bagi mereka untuk melepaskan diri dari ikatan penderitaan. Agama Buddha menjelaskan mengenai banyak macam neraka, yang bertujuan untuk memperjelas betapa buruknya kecenderungan 10

Samantabadra | Maret 2020

perasaan jiwa manusia apabila tidak dilandaskan kesadaran. Manusia umumnya merasakan bahwa hidup sangat menderita karena belum menemukan cara untuk mengatasi kesulitan. Buddha Niciren juga memberi semangat kepada Nyonya Ueno Dono, dengan mengatakan bahwa Almarhum Nanjo Hyo’E Shichiro adalah pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang taat. Meski ia tetap memasuki api penderitaan, api itu tidak akan mampu membakarnya. Air tak akan sanggup menghanyutkannya, namun sebaliknya membawanya ke tempat yang lebih dangkal. Intinya, Nammyohorengekyo mempunyai kehebatan yang tak ternilai. Dengan Nammyohorengekyo, kita pasti bisa mengatasi segala rintangan. Tanpa jodoh untuk memunculkan kesadaran, kita akan terbawa dengan perasaan kita yang egois, hal mana akan menjerumuskan kita pada penderitaan yang lebih dalam. Nyonya Ueno Dono pasti susah hati ketika ia ditinggal suaminya. Kesedihan yang sedemikian rupa merupakan contoh dari Dunia Neraka dalam kehidupan seharihari. Di sini, kita diingatkan untuk tidak terhanyut dalam kesulitan. Kita harus berusaha untuk bangkit dan mendalami

hati kepercayaan dengan lebih sungguh-sungguh. Kemudian, Buddha Niciren Daisyonin mengutip kalimat dari Mahaguru Tien Tai mengenai nila yang setelah beberapa waktu dicelupkan dalam air akan menjadi biru. Ajaran Saddharmapundarikasutra diibaratkan sebagai warna nila, dan proses pertapaan yang mendalam diibaratkan sebagai pergantian warna menjadi semakin biru. Nyonya Ueno Dono diberi semangat untuk lebih giat lagi menjalankan pertapaan dengan sungguh-sungguh, dan tidak menyerah ketika dihadapi rintangan. Kita mempelajari gosyo dengan tujuan untuk memperkuat hati kepercayaan. Semakin kita belajar, semakin kita mendalami ajaran Buddha, dan semakin kita mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Buddha Niciren Daisyonin yang penuh maitri karuna dan perikemanusiaan memberi kehangatan kepada Nyonya Ueno Dono. Beliau mengatakan bahwa fase kesedihan adalah sebuah tahap yang wajar. Beliau juga memastikan bahwa suaminya pasti berada dalam Dunia Buddha, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Apabila seseorang meninggal dengan perasaan jiwa yang berada di Dunia Neraka,


lingkungan orang tersebut pun akan berlandaskan Dunia Neraka. Misalnya, apabila seseorang baru meninggal dan keluarganya sudah meributkan proses pemakaman atau merebutkan warisan, kondisi yang penuh amarah tersebut adalah wujud nyata dari Dunia Neraka. Namun, apabila perasaan jiwa seseorang sering didasarkan pada Dunia Buddha, maka hidup-mati adalah nirwana. Kita harus menyadari konsep bonno soku bodai. Orang bisa jatuh sakit karena terpengaruh dengan perasaan jiwanya; dirinya mengeluh maka lingkungannya pun mengikut. Seringkali, terdapat pemikiran umat yang meragukan ajaran ini, dengan mengatakan: “saya sudah menjalankan ajaran ini selama sekian tahun lamanya, aktif mengikuti pertemuan, dan memberi sumbangan, tapi kenapa suami saya jatuh sakit seperti ini?� Pemikiran yang demikian adalah pertanda bahwa orang tersebut belum mencapai kesadaran. Apabila sudah menyebut Nammyohorengekyo, tetapi masih memprioritaskan aspek-aspek lain dalam hidup, berarti kesadaran pelaksana tersebut belum terbuka. Sebagai murid dari Buddha Niciren, sebetulnya kita sudah diberi cara agar dapat menata sekejap-sekejap perasaan jiwa. Ketika dihadapi

penderitaan, kita harus bisa belajar menerima. Buddha Niciren juga menyimpulkan bahwa kita sepatutnya mencoba memahami kesulitan orang lain dengan maitri karuna, bukannya menghakimi. Mengenai hal ini, tentunya Buddha Niciren telah memberi contoh yang patut ditiru. Wajar apabila seseorang yang mengalami kesulitan bersedih. Tapi, yang paling penting adalah bagi dirinya untuk memiliki kekuatan agar tidak terhanyut dalam penderitaan tersebut. Gohonzon adalah jodoh kita untuk mengubah Dunia Neraka menjadi Dunia Buddha. Gohonzon, yang disebut sebagai kumpulan segala macam kurnia, tidak dapat memancarkan kekuatan apabila hati kepercayaan kita lemah. Meresapi nasehat Buddha kepada Nyonya Ueno Dono, kita tidak perlu mengkhawatirkan penderitaan kita, sebab Nammyohorengekyo adalah mantra yang gaib, Myo. Hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Kekuatan mantra ini berlaku untuk semua orang; siapa pun juga bisa menerima kurnia kebajikan yang tak terhitung dan mencapai kesadaran Buddha. Tetapi, jika kepercayaannya kita lengah, kekuatan itu pasti tidak dapat digunakan secara maksimal.

Buddha Niciren juga mengingatkan Nyonya Ueno Dono untuk memanjatkan doa sepuas hatinya, dengan melaksanakan Gongyo Daimoku. Hal ini juga berupa ingatan kepada kita; doa kelima dalam buku Gongyo adalah bagian di mana kita dapat mendoakan arwaharwah yang sudah meninggal. Terakhir, dalam gosyo, tercantum sebuah kutipan dari orang arif bijaksana, “Dasarkanlah jiwa Anda atas indra kesembilan, tapi jalankanlah pertapaan atas keenam indera.� Enam indra yang disebut di sini merujuk pada indra penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, peraba, dan perasaan (hati). Apa pun yang kita terima melalui keenam indra ini menjadi jendela dari gudang karma kita. Lebih dari itu, dasar perasaan jiwa kita semestinya berada di indra kesembilan, Dunia Buddha. Dengan melandaskan sikap kita seharihari pada indra kesembilan ini, kita dapat menjadi maitri karuna dan welas asih. Sekalipun kita bertemu dengan jodoh buruk, apabila kita mendasarkan perasaan jiwa pada Dunia Buddha, kita tidak akan mudah terpengaruh. ***

Samantabadra | Maret 2020

11


liputan Ketua Umum NSI memberikan sambutan pada dokyo syodai peringatan hari raya imlek di Wihara Sadaparibhuta NSI Jakarta.

Dokumentasi Dokyo Syodai Peringatan Hari Raya Imlek

Peringatan imlek di Wihara Vimalakirti NSI Bekasi Peringatan imlek di Wihara Vimalakirti NSI Bogor

12

Samantabadra | Maret 2020


Dokyo Syodai Perayaan Hari Raya Imlek di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang

P

ada hari Sabtu, tanggal 25 Januari 2020 di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang, mengadakan kegiatan dokyo syodai dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek. Acara diawali dengan daimoku bersama pukul 09.00 WIB, satu per satu umat berdatangan dan mengisi ruangan Wihara Vimalakirti NSI Tangerang. Setelah daimoku

berjalan selama satu jam, tepat pukul 10 upacara dokyo syodai imlek berlangsung, pimpinan dan umat NSI wilayah Banten dengan penuh semangat dan rasa bersyukur menjalankannya. Dipimpin oleh bapak Djuanda diiringi oleh umat yang NSI yang terdiri dari 3 daerah ikut larut dalam suasana upacara dokyo syodai.

Usai dokyo syodai Bapak Djuanda dan Bapak Suryandi memberikan dorongan kepada umat agar kita senantiasa bersyukur dan bergembira masih bisa memasuki tahun baru imlek bersama-sama. Kita senantiasa di ingatkan tugas pokok kita sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi, turut serta dalam menyebarluaskan Nammyohorengekyo, dengan tujuan utama mencapai kebahagiaan sejati. Dengan bersikap Hon In Myo, setiap saat, setiap waktu, bukan hanya pada saat imlek atau tahun baru, kita jalani hidup dengan lebih baik, bahagia dan sejahtera. Setelah itu seluruh anggota saling bersalaman dan mengucapkan selamat, lalu foto bersama. ***

Perwakilan umat dan pengurus NSI Banten sebanyak 50 orang menghadiri undangan Perayaan Imlek Nasional 2020 “Bersatu Untuk Indonesia Maju� bersama Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo pada hari kamis 30 Januari 2020 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang.

Samantabadra | Maret 2020

13


liputan

Audiensi Ketua Umum NSI dengan Gubernur Lemhanas

R

abu/22-Januari-2020 pukul 13.00, Ketua Umum NSI bersama anggota Mufakat Budaya Indonesia (MBI) melakukan audiensi dengan Gubernur Lemhanas di Ruang Gubernur Lemhanas, Jl Medan Merdeka Selatan. Dalam Kesempatan ini, Ketua Umum NSI MPU Suhadi Sendjaja bersama tim MBI menyampaikan hasil Temu Akbar MBI III, Deklarasi Pecenongan yang menghasilkan 5 point penting permasalahan yakni : kebudayaan, kebangsaan, ideologi, konstitusi, dan kenegaraan. Selain itu ketu Umum NSI juga memberikan masukan kepada Gubernur Lemhanas 14

Samantabadra | Maret 2020

mengenai bahwa dalam menjalani kehidupan seharihari dalam berbangsa dan bernegara adalah harus didasarkan pada landansan agama. Sebab Intinya yang penting kita harus kembali kepada moderasi agama, memahami ajaran agama dan mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. Perlu diingat, yang di moderasi bukan agamanya. Tapi sikap beragama nya. Beliau juga menyampaikan bahwa Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, dan sebenarnya agama hadir untuk mewujudkan perdamaian (menyelesaikan masalah). Jika ada tindakan dari seseorang/ kelompok yang melakukan

perusakan, kekerasan dan melakukan ujaran-ujaran kebencian, harus dipastikan itu bukan agama. Berarti orang tersebut sedang merusak agama, melakukan upaya untuk merusak agama dan harus kita waspadai bersama. Agama harus dijadikan sebagai sumber kekuatan, jadi tidak benar kalau pada suatu saat ada peristiwa yang dikatakan ini konflik antar agama. Semua agama masingmasing pasti akan menuju pada satu titik temu, yaitu kemanusiaan/ kebahagiaan/ perdamaian. Agama tidak pernah konflik, tapi agama sering disalahgunakan, sering dibonceng,sering diperalat untuk kepentingan-


kepentingan lain. Tidak ada satu agama-pun yang mengajarkan konflik. Oleh karena itu agama harus dijadikan sumber kekuatan. Kalau ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Tidak mewujudkan ketuhanan dalam dirinya. *Sehingga, sejatinya, tidak ada konflik antaragama. Karena Agama apapun pasti menuju pada satu titik temu, yaitu kemanusiaan/ kebahagiaan/ perdamaian. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai rencana kedepannya NSI akan bekerja sama dengan Lemhanas untuk melakukan Pendidikan dan Pelatihan

Lemhanas untuk Genrasi Muda dan Umat NSI, serta rencana untuk mengundang Gubernur Lemhanas sebagai salah satu Narasumber dalam TGM ke-33 NSI mendatang. Karena mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat beragama dengan toleransi saja tidaklah cukup. Dalam diskusi tersebut Ketua Umum NSI menyampaikan bahwa beliau lebih cenderung tidak menggunakan kata toleransi. Toleransi masih ada punya batas-batas dan masih menyisakan jarak serta kadar toleransi bisa berkurang,. “sebenarnya saat ini bukan lagi toleransi, tetapi menerima sepenuhnya akan perbedaanperbedaan yang ada. Karena toleransi sebenarnya masih menyisakan jarak, namun

jika kita menerima dengan sepenuhnya akan berbagai perbedaan. Meskipun berbeda agama, ras dan suku, tapi kita tetap satu saudara sebangsa dan setanah air dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga kita harus saling menjaga satu sama lain, rukun sesama semua agama, sesama manusia.. Sehingga dengan kita menerima sepenuhnya, kita bisa memberikan sumbangsih dalam menguatkan persaudaraan. Hidup rukun dan damai dalam keberagaman bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. ***

Kerja Bakti Pasca Banjir Tangerang

P

ada hari Minggu, tanggal 9 Februari 2020, kumpul di vihara vimalakirti Karawaci Tangerang pada jam 9 pagi, bersama umat NSI sekitar 10 orang dan dipimpin oleh penanggungjawab Cabang Karawaci bapak Heri Prajna ikut kerja bakti kebersihan rumah umat pasca banjir yang melanda di Kecamatan Periuk, Tangerang tepatnya di perumahan Mutiara Pluit, banjir setinggi hampir 3 meter, sehingga perlu bantuan agar meringankan korban banjir. Dengan menempuh perjalanan sekitar 20 menit sampai di rumah pertama, Bapak Kocan, dimulai dari bagian depan, satu per satu

dibersihkan, perabotan dan peralatan yang rusak dipisahkan, kemudian bagian tengah atau kamar, bau lembab dan becek tidak menyurutkan semangat mereka dalam hal kebersihan rumah pasca, lalu dilanjutkan ke rumah kedua, bapak Chandra (ayah dari generasi muda NSI Tangerang, Adi), dan rumah terakhir Ibu Linda (ibu dari generasi muda NSI Tangerang, Dona). ***

Samantabadra | Maret 2020

15


liputan

Audiensi DPP NSI bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI

P

ada tanggal 29 Januari 2020, Ketua Umum beserta DPP NSI dan perwakilan pimpinan perempuan NSI kembali bertatap muka secara langsung dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Ibu I Gusti Ayu Bintang Darmavati untuk memberikan hasil/laporan kegiatan Gerak Jalan Kerukunan tahun lalu yang mengangkat tema Rukun, Bersatu, Bergerak Untuk Indonesia Jaya. untuk memberikan hasil/laporan kegiatan Peringatan Hari Kartini Tahun 2018 di Bali. Laporan kepada Ibu Menteri PPPA RI tersebut merupakan wujud tanggung jawab dan ungkapan terima kasih NSI melaksanakan dengan baik Kegiatan Gerak Jalan Kerukunan tersebut. 16

Samantabadra | Maret 2020

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum NSI menyampaikan beberapa laporan kegiatan lengkap beserta dengan dokumentasi foto-foto kegiatan. Meneti PPPA RI, Ibu Bintang pun menyambut baik kedatangan Ketua Umum NSI beserta DPP NSI dalam audiensi tersebut. Beliau mengapresiasi acara gerak jalan kerukunan tersebut yang diikuti oleh

80 persen perempuan dan anak-anak yang telah terlaksana dengan sukses. Beliau menyampaikan, acara tersebut diharapkan menjadi momentum memperkokoh keberagaman yang sudah terjalin dengan baik. Dalam audiensi tersbut membahas mengenai kerja sama program kerja kedepannya antar NSI dan KPPPA RI, khusunya dalam pembinaan untuk perempuan dan anak-anak. Misalnya kerjasama kegiatan peringatan hari Ibu, hari anak nasional maupun kegiatan lainnya. Berkaitan dengan pembinaan perempuan dan anak-anak, dalam melalukan pembinaan seluruh perempuan Indonesia, harus melalui program-progam nyata pemberdayaan perempuan, seperti peningkatan intelektual perempuan, yang diaplikasikan pada tingkat terendah seperti kelurahan dan kecamatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas seluruh perempuan Indonesia. Memberikan pembinaan dan pemahaman kepada seluruh wanita Indonesia, bahwa


peningkatan kualitas dari wanita Indonesia bukan berarti harus meninggalkan kodratnya sebagai wanita dan Ibu rumah tangga, yang mampu menjaga dan melindungi seluruh anggota keluarganya, serta menghormati suami sebagai kepala rumah tangga. Selain itu, karena saat ini adanya perkembangan dari teknologi, khuhusnya media sosial, sehingga saat ini banyak generasi muda sebagian besar waktunya dihabiskan pada media sosial. Kedepannya bisa dibuatkan program kegiatan yang selalu melibatkan interaksi antara orang tua dan anak secara konsisten tiap minggu, sehingga anak lebih dekat dengan orang tua dan

tidak menghabiskan waktunya di media sosial yang bisa saja memberikan dampak buruk bagi perkembangan dirinya. Kesungguhan hati dan kesiapan NSI dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyampaikan laporan dan hasil kegiatan tersebut disambut dengan baik dan mendapatkan tanggapan yang sangat positif dari Ibu Menteri PPPAI. Ibu Menteri sampaikan bahwa beliau mengapresiasi

NSI yang senantiasa secara berkesinambungan melakukan pembinaan-pembinaan kepada umat, khususnya pembinan terhadap perempuan dan perlindungan anak dan kiranya kerjasama antar NSI dengan pemerintah seperti ini kiranya akan terus terjalin dengan baik.Semoga laporan hasil kegiatan NSI ini dapat menjadi masukan yang baik untuk membangun manusia Indonesia menuju Indonesia Jaya. ***

Kunjungan Tim Komite Internasional Palang Merah ke Kantor Pusat NSI

P

ada hari Kamis tanggal 30 Januari 2020, bertempat di Kantor Pusat NSI, jalan Mminangkabau No.23A-25, Manggarai-Jakarta, NSI kedatangan tamu dari Tim Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah lembaga kemanusiaan swasta yang berbasis di Jenewa, Swiss. Negara-negara peserta (penanda tangan) keempat Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 dan 2005, telah memberi ICRC

mandat untuk melindungi korban konflik bersenjata internasional dan noninternasional. ICRC mulai bekerja di Indonesia sejak tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia. Usai kemerdekaan, ICRC terus hadir untuk memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan melalui PMI. Keberadaan ICRC dipermanenkan oleh Pemerintah Indonesia tahun 1979. Kegiatan ICRC dititikberatkan pada promosi Hukum Humaniter

Internasional (HHI) dan pengembangan kapasitas PMI di Indonesia dan CVTL di Timor Leste. ICRC merupakan cikal bakal dari Gerakan Palang Merah. ICRC berusaha menyebarluaskan prinsipprinsip humaniter dalam rangka mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi ekses terburuk dari peperangan. ICRC selalu menjalin kerjasama dengan Perhimpunan Nasional dimanapun ICRC beroperasi. Tujuannya adalah

Samantabadra | Maret 2020

17


liputan

meningkatkan kemampuan Perhimpunan-perhimpunan Nasional dalam memenuhi tanggung jawab mereka sebagai lembaga Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dalam memberikan pelayanan kemanusiaan di negara masing-masing. ICRC terutama membantu dan mendukung mereka dalam kegiatan memberi bantuan kepada para korban konflik dan ketegangan dalam negeri. Kunjungan Tim ICRC tersebut di sambut hangat oleh Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja. Pertemuan tersebut merupakan awal perkenalan dan bincangbincang tentang kegiatankegiatan untuk kemitraan dalam pengabdian sosial kemanusiaan yang akan dilakukan NSI kedepannya. Selain itu, MPU Suhadi Sendjaja juga menjelaskan tentang sejarah NSI serta 18

Samantabadra | Maret 2020

menyampaikan bahwa donor darah adalah program kegiatan rutin NSI yang sudah dimulai sejak tahun 1983, yang merupakan gerakan "kebodhisattvaan." "Bodhi" adalah sadar, "sattva" adalah makhluk, jadi donor darah adalah gerakan dari manusia-manusia yang sadar. Pada waktu itu, kegiatan ini diprakarsai sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada pemerintah yang menetapkan hari raya Waisak sebagai hari raya nasional. Selain karena agenda rutin, donor darah kali ini diselenggarakan dalam rangka menyambut hari jadi NSI. Selain itu, menanggapi kejadian-kejadian peperangan yang saat ini masih terjadi di negara-negara tertentu, ketua Umum NSI juga menyampaikan bahwa Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, dan sebenarnya agama hadir untuk mewujudkan

perdamaian (menyelesaikan masalah). Jika ada tindakan dari seseorang/kelompok yang melakukan melakukan ujaranujaran kebencian, perusakan, kekerasan sehingga terjadi peperangan, harus dipastikan itu bukan agama. Berarti orang tersebut sedang merusak agama, melakukan upaya untuk merusak agama dan harus kita waspadai bersama. Agama harus dijadikan sebagai sumber kekuatan, jadi tidak benar kalau pada suatu saat ada peristiwa yang dikatakan ini konflik antar agama. Semua agama masingmasing pasti akan menuju pada satu titik temu, yaitu kemanusiaan/ kebahagiaan/ perdamaian. Agama tidak pernah konflik, tapi agama sering disalahgunakan, sering dibonceng,sering diperalat untuk kepentingankepentingan lain. Tidak ada satu agama-pun yang mengajarkan konflik. Oleh karena itu agama harus dijadikan sumber kekuatan. Kalau ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Tidak mewujudkan ketuhanan dalam dirinya. Sehingga, sejatinya, tidak ada konflik antaragama. Agama apapun pasti menuju pada satu titik temu, yaitu kemanusiaan/ kebahagiaan/ perdamaian.***


STAB SAMANTABADRA NSI Sosialisasi Kegiatan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Tahun 2020

P

ada hari Selasa tanggal 28 Januari 2020, bertempat di ruang sidang Ditjen Bimas Buddha lantai 16, Kementerian AgamaJakarta, Ketua/Rektor STAB Samantabadar-NSI, MPU Suhadi Sendjaja dan perwakilan dari Dosen dan Tenaga Administrasi STAB SamantabadraNSI menghadiri kegiatan sosialisasi kegiatan tahun 2020 dalam rangka sinergi program Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dengan stakeholders Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB). Kegiatan tersebut dimulai sekitar pukul 09.00 dan dihadiri oleh Direktur Pendidikan dan Agama Buddha, Bapak Supriyadi, Kasubdit

Pendidikan Keagamaan Buddha, Bapak Sayit serta seluruh Ketua PTKB se-Indonesia dan/atau jajarannya. Pertemuan tersebut menyampaikan dan membahas mengenai program kegiatan PTKB yang telah disusun oleh Ditjen Bimas Buddha, serta menginformasikan program bantuan dana untuk PTKB baik yang negeri maupun yang masih berstatus swasta yang ada di Indonesia. Selain itu, disampaikan juga, bahwa Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dengan stakeholders Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha juga menyampaikan peraturan dan akan

menyesuaikan dengan peraturan baru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud), Nadiem Makarim yang kali ini ditujukan bagi pendidikan tinggi bertajuk Kampus Merdeka. Kampus Merdeka mengusung empat kebijakan di lingkup perguruan tinggi yakni: 1. Sistem akreditasi perguruan tinggi. Dalam program Kampus Merdeka, program re-akreditasi bersifat otomatis untuk seluruh peringkat dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap naik peringkat. Akreditasi yang sudah ditetapkan Badan Akreditasi Samantabadra | Maret 2020

19


liputan

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tetap berlaku selama 5 tahun namun akan diperbaharui secara otomatis. Pengajuan re-akreditasi PT dan prodi dibatasi paling cepat 2 tahun setelah mendapatkan akreditasi yang terakhir kali. Untuk perguruan tinggi yang berakreditasi B dan C bisa mengajukan peningkatan 2. Hak belajar tiga semester di luar prodi. Kampus Merdeka yang kedua memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar prodi dan melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS). 3. Pembukaan prodi baru Program Kampus Merdeka memberikan otonomi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk melakukan pembukaan atau pendirian program studi (prodi) baru. Otonomi diberikan jika PTN dan PTS tersebut sudah memiliki akreditasi A dan B, dan telah melakukan kerja sama dengan organisasi dan/atau universitas yang masuk dalam QS Top 100 World Universities.

20

Samantabadra | Maret 2020

4. Kemudahan menjadi PTN-BH Kebijakan Kampus Merdeka yang ketiga terkait kebebasan bagi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH). Kemendikbud akan mempermudah persyaratan PTN BLU dan Satker untuk menjadi PTN BH tanpa terikat status akreditasi. Berkenaan dengan hal tersebut, pada kesempatan rapat tersebut, Ketua STAB Samantabadra-NSI memberikan tanggapan bahwa ia menyoroti kebijakan yang dibuat oleh Mendikbud mengenai perubahan mendasar untuk mencerdaskan bangsanya. Satu hal yang sangat menunjang untu STAB di Indonesia. Contohnya reakreditasi. Seorang Buddhis harus mngetahui bahwa ini adalah peluang tetapi tidak membuat terlena. STAB berdiri di Indonesia belum sampai berumur 50 tahun, dan punya prestasi seperti ini hingga saat iniadalah suatu berkah. Oleh karena itu, kita dan PTKB lainnya tidak boleh kecil hati, namun bila diamati bahwa perkembanaganperkembanagn itu bisa menunjang untuk semakin maju, namun jangan sampai kehilangan dari landasan

STAB yakni basis pemahaman Agama Buddha. STAB tetap harus berlandaskan pemikiran moderasi dan berbicara mengenai kemanusiaan. Kiranya kegiatan-kegiatan yang dilakukan NSI dan STAB Samanatabadra-NSI dapat semakin membuat kita bersemangat dalam membahagiakan banyak orang dan semakin memajukan susunan NSI yang secara terus menerus konsisten dalam menjalankan ajaran Buddha Niciren, dengan begitu kita pasti dapat memperoleh manfaat sesungguhnya dari percaya kepada Hukum Nammyohorengekyo ini dan kita mampu memajukan diri sendiri, dan mengingatkan diri sendiri agar selalu menjadi manusia yang berkualitas tinggi, baik kualitas Spiritual, kualitas Emosional, maupun kualitas Intelektualnya untuk bertugas sebagai Bodhisatva yang muncul dari bumi untuk menyebarluaskan hukum agung ini. ***


STAB Samantabadra NSI Workshop Pengelolaan E-Journal System (OJS)

P

ada hari Rabu-Jumat tanggal 12-14 Februari 2020, STAB SamantabadraNSI mengikuti kegiatan Workshop Pengelolaan E-Journal System yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dengan stakeholders Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB), dilaksanakan di Hotel SparkLuxe, Pecenongan Jakarta. Kegiatan ini mnegambil tema “Meningkatkan Mutu Publikasi Ilmiah Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Menuju Era Revolusi Industri 4.0�. Kegiatan tersebut dimulai sekitar pukul 19.00, diawali dengan laporan oleh Kasubdit ). Kegiatan tersebut dimulai sekitar pukul 19.00 wib, diawali dengan laporan ketua panitaia, Kasubdit Pendidikan Keagamaan Buddha, Bapak Sayit dan dibuka langsung oleh Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, Bapak Caliadi, S,H, M.H. Disampaikan dalam sambutannya Dirjen Bimas Buddha, tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas dan mutu jurnal ilmiah pada perguruan tinggi keagamaan Buddha.

Kegiatan yang dikuti oleh 60 orang dari PTKB se-Indonesia ini diharpakan agar dosen-dosen di PTKB di Indonesia dapat menekankan pada output kinerja dosen dalam pengelolaan jurnal berbasis sistem serta diharapkan dapat melakukan pengabdian yang kongkrit dan jelas serta bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, workshop ini diselnggarakan agar PTKB dapat meningkat kualitasnya dan dikembangkan agar dapat mencetak generasi penerus yang berkualitas. Selain itu tujuan dari workshop ini adalah untuk mensosialisasikan sekaligus memberikan pelatihan kepada masingmasing pengelola jurnal mengenai proses pengelolaan berkala ilmiah. Seperti diketahui, Jurnal ilmiah adalah salah satu hal yang penting dari eksistensi sebuah perguruan tinggi. Indikasi kemajuan sebuah perguruan tinggi salah satunya diukur melalui kemampuannya dalam pengelolaan dan manajemen jurnal ilmiah. Tentu saja, kualitas pengelolaan jurnal juga harus diimbangi dengan penelitian aktif oleh para dosen yang hasilnya dipublikasikan melalui junal bereputasi, baik nasional maupun internasional. Aktivitas pengelolaan jurnal ilmiah pada saat ini diarahkan dalam bentuk daring (online) agar desiminasi dan sebaran akses semakin luas dibandingkan dengan jurnal cetak. Salah satu sistem pengelolaan yang banyak digunakan saat ini adalah Open Journal Sistem (OJS). Open Journal System (OJS) merupakan sistem pengaturan dan penerbitan jurnal dan website. OJS meliputi semua aspek penerbitan jurnal online, mulai dari pembuatan website jurnal hingga tugas operasional seperti proses submisi penulis, peer review (pengkoreksian), pengeditan, Samantabadra | Maret 2020

21


liputan

publikasi, archives, dan indeks jurnal. Melalui OJS pengelolaan jurnal lebih tertata dan terdokumentasi secara baik dan rapi. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan jurnal adalah proses penyuntingan artikel. Pada era teknologi saat ini, proses penyuntingan artikel dilakukan secara online sehingga ‘jejak’ penyuntingan terekam secara lengkap. Selain itu, proses penyuntingan artikel, bahkan proses pengajuan akreditasi berkala ilmiah oleh dikti telah dilakukan secara online. Terkait dengan perkembangan tersebut, Acara yang berlangsung selama dua hari ini diisi oleh dua orang narasumber, yaitu Ristekdikti., Bapak Dr. Lukman, S.T., M.M yang menyampaikan materi terkait dengan pemaparan materi teknik pembuatan dan proses dalam membuat “rumah” e-journal dan juga 22

Samantabadra | Maret 2020

diisi dengan praktek latihan untuk mengisi “rumah” e-journal yang sudah dibuat oleh masing-masing PTKB di link/situs e-journal. Kemudian terkait dengan kepentingan akreditasi jurnal, materi disampaikan oleh Bapak Deden Sumirat, M.Kom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang membahas poin-poin penting yang harus diperhatikan terkait pengelolaan proses penerbitan artikel secara online dan dibahas secara detail penggunaan program Open Journal System (OJS) dari mulai artikel masuk hingga diterbitkan. Hari terakhir, sesi diisi dengan rencana tindak lanjut tiap PTKB, dan target yang akan dikerjakan dalam 2 tahun kedepan, mulai dari pendaftaran nomor International Standard Serial Number - ISSN (Nomor Seri Standar Internasional), launching journal, hingga

akreditasi jurnal. Peserta dalam acara ini cukup antusias dalam mengikuti materi demi materi. Kiranya dengan dilaksanakannya kegiatan ini pengelola dan dosen PTKB bisa terus semangat dan semakin aktif dalam memajukan berkala ilmiah. Harapannya, seusai pelatihan ini baik para dosen maupun pengelola jurnal dapat lebih menyiapkan jurnal-jurnal terbitan PTKB dalam menghadapi akreditasi nasional dan selanjutnya terindeks dalam database internasional, sehingga dengan pengelolaan jurnal yang baik, maka dapat meningkatkan kualitas dan mutu jurnal ilmiah pada perguruan tinggi keagamaan Buddha. ***


Dokyo Syodai Peringatan Kehadiran Buddha Niciren Daisyonin

T

anggal 16 Februari diperingati bersama oleh umat NSI sebagai hari kehadiran Buddha Pokok Niciren Daisyonin di dunia ini. Momentum ini penting bagi kita untuk merefleksikan sikap hidup dan perjuangan Buddha Niciren semasa hidupnya mewujudkan Dai Gohonzon dan menegakkan hukum agung Nammyohorengekyo hingga bisa menjadi pedoman hidup kita saat ini. 16 Februari 2020 jatuh pada hari Minggu. Dokyo syodai peringatan kehadiran Buddha Niciren dilaksanakan pada pukul 10 pagi waktu setempat di wihara dan cetya NSI di

seluruh Indonesia. Di Jakarta, upacara dokyo syodai berlangsung di Wihara Sadaparibhuta NSI dan dipimpin oleh Pandita Niki, Ketua Wilayah NSI DKI Jakarta. Seusai upacara dokyo syodai, Ketua Umum NSI MPU Suhadi Sendjaja menyampaikan sambutan disambung dengan pemutaran film pendek riwayat Buddha Niciren. Dalam sambutannya, MPU Suhadi menggarisbawahi pentingnya keberlangsungan proses penyebarluasan darma atau syakubuku sebagai wujud dari peringatan hari kehadiran Buddha Niciren. Kita perlu lebih giat menyuarakan manfaat

dan kegembiraan yang kita peroleh dari menganut agama Buddha Niciren sehingga orang lain dapat menerima Gohonzon dan memperoleh manfaat yang kebajikan yang sama dari hukum agung Nammyohorengekyo. Beliau juga memberikan dorongan semangat kepada kita dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dalam berbagai aspek; kesehatan, tekanan sosial dan ekonomi, hendaknya kita tetap bisa bersyukur karena telah berjodoh dengan Darma Buddha sesungguhnya yang mampu memandu kita dalam mengarungi pasang surut samudra kehidupan.

DKI Jakarta

Samantabadra | Maret 2020

23


Tangerang

Di Wihara Vimalakirti NSI Tangerang upacara dokyo syodai peringatan kehadiran Buddha Niciren diikuti oleh sekitar 200 orang yang terdiri dari tiga daerah (Tangerang, Teluk Naga dan Citra Raya). Dokyo Syodai yang dipimpin oleh Pandita Djuanda. Ketika daimoku berlangsung, satu per satu DPW dan DPD NSI maju melakukan syoko dengan penuh semangat dan kesungguhan hati. Usai menjalankan dokyo syodai Pandita Djuanda dan Suryandi menyampaikan sambutan dan dorongan semangat kepada hadirin. Kedua pimpinan NSI

Bali

24

Tangerang ini menegaskan semangat pentingnya menjaga hati kepercayaan terutama dalam pelaksanaan hari-hari agar tetap konsisten dan tidak terputus. Niciren Daisyonin memberikan contoh teladan kepada kita semua, agar kita semua dapat merasakan kebahagiaan dan terutama pencapaian kesadaran.Acara ditutup dengan menikmati hidangan makan siang bersama. Setelah dilanjutkan dengan pertemuan per bagian (bapak daerah, ibu daerah dan anak-anak daerah). ***

Solo

Samantabadra | Maret 2020


Pontianak

Bogor

Lampung

Samantabadra | Maret 2020

25


liputan

Solo

Pembabaran Darma di Desa Montean

P

embabaran ajaran Buddha Niciren perlu terus digelorakan agar lebih banyak orang yang berkesempatan untuk bertemu dengan hukum agung Nammyohorengekyo dan mampu mewujudkan kebuddhaan dalam hidup kali ini. Dengan semangat tersebut susunan NSI senantiasa berupaya melayani umat hingga ke pelosok nusantara. Salah satunya adalah dengan memberikan layanan darma melalui cetya. Pada tanggal 18 Februari 2020 NSI melalui darma duta Ibu Chairani menyerahkan surat resmi penggunaan rumah umat di Desa Montean Kampung Laut, Kecamatan Klaces, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah sebagai cetya NSI. Semoga umat NSI Montean semakin giat dan semangat dalam syinjin dan menabur kebaikan di tengah masyarakat. ***

26

Samantabadra | Maret 2020


Gosyo Kensyu

ajaran

Surat Balasan kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze Gosyo Zensyu Halaman 1568

Latar Belakang

D

alam surat ini tidak tercatat tahun penulisannya. Akan tetapi, dilihat dari dikirimnya bermacam-macam sumbangan dalam rangka 49 hari meninggalnya almarhum Syiciro Goro, Surat Balasan Kepada Ibu Ueno Dono ini diperkirakan ditulis di Minobu pada tanggal 24 bulan 10 tahun Koan ke-3 (1280), ketika Niciren Daisyonin berusia 59 tahun. Penerima surat ini adalah Ibu Ueno Dono, istri Nanjo Hyoe Syiciro, ibu dari Syiciro Jiro Tokimitsu dan Syiciro Goro. Beliau biasa dipanggil dengan sebutan Ueno Dono Goke Ama. Almarhum Nanjo Syiciro Goro adalah anak bungsu dari Hyoe Syiciro. Sesuai penjelasan surat ini, ketika Hyoe Syiciro meninggal pada bulan 3 tahun Bun-ei ke-2 (1265), sang istri sedang mengandung anak bungsunya itu. Kemudian, si bungsu tumbuh menjadi dewasa dengan baik. Pada tanggal 15 bulan 6 tahun Koan ke-3, Syiciro Goro dan kakaknya, Tokimitsu, bersama-sama berkunjung ke Minobu dan bertemu dengan Niciren Daisyonin Niciren Daisyonin pun menaruh harapan untuk masa akan datang. Namun, tiga bulan kemudian, pada tanggal 5 bulan 9 Syiciro Goro meninggal. Sebab meninggalnya tidak jelas. Ketika mendengar kabar ini, Niciren Daisyonin segera menulis Surat Balasan Kepada Ueno Dono (Gosyo Zensyu halaman 1567). Di dalam surat itu dikatakan, “Sekarang sudah berlalu 49 hari sejak almarhum Syiciro Goro meninggal. Hal ini adalah fana, fana adalah hal biasa. Tetapi orang yang mendengar hal ini, betapa pun sukar menahannya. Terlebih lagi orang yang menjadi ibu dan yang menjadi istri”. Kalimat ini menyatakan kesedihan yang amat mendalam atas meninggalnya Syiciro Goro. Surat ini dinamakan “Surat Balasan Kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze” atau “Surat Balasan Kepada Ibu Ama Goze Ueno Dono” atau “Surat Chu In” atau “Perihal 49 hari”. Sebagian dari surat aslinya masih ada di Kuil Koizumi Kuon dan Kuil Kitayama Honmon. Isi surat ini pertama mengenai terima kasih atas sumbangan dan upacara 49 hari almarhum Syiciro Goro dan selanjutnya menerangkan mengenai Saddharmapundarika-sutra yang terunggul di antara ajaran suci seumur hidup Sang Buddha Sakyamuni.

Samantabadra | Maret 2020

27


Isi Gosyo

S

udah menerima sumbangan berupa uang 200 mon, beras satu karung, ubi satu karung, tahu, ires-ires, kesemak satu karung, jeruk 50 buah yang dikirim untuk upacara sumbangan doa 49 hari meninggalnya almarhum Nanjo Syiciro Goro. Untuk sumbangan doa kepada almarhum, telah menyebut sebagian Saddharmapundarika-sutra, beberapa kali Jigage dan ribuan Daimoku. Sekarang, sutra yang disebut Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang unggul yang tidak ada duanya di dalam ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni. Bahkan dibabarkan bahwa hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguh-sungguh mengetahuinya. Karena hanya Buddha dan Buddha saja yang mengetahuinya, maka umat dari Bodhisattva tingkat Abisambuddha sampai manusia biasa tidak mengetahuinya. Oleh karena itu dalam Mahaprajnaparamitasastra, Bodhisattva Nagarjuna mencatat, “Umat selain Buddha, hanya dengan percaya dapat menjadi Buddha”. Dalam Bab X Dharma Duta, Saddharmapundarika-sutra rol ke-4 dinyatakan, “Bodhisattva Bhaisyajaraja, sekarang Aku sampaikan kepada Anda. Di antara banyak sutra yang Aku babarkan, Saddharmapundarika-sutra paling utama”. Bab XIV Pertapaan yang Tenang dan Menyenangkan dari rol ke-5, “Bodhisattva Manjusri, Saddharmapundarika-sutra ini adalah Gudang Hukum Rahasia dari berbagai Buddha Tathagata. Di antara berbagai sutra berada di tingkat teratas”. Bab XXIII Bodhisattva Bhaisyajaraja dari rol ke-7 mengatakan, “Saddharmapundarika-sutra juga sama. Di antara berbagai sutra berada di tingkat tertinggi”. Atau dikatakan, “Cahayanya menyinari paling terang”, atau “paling unggul”, dan lain-lain. Kalimat sutra ini bukan merupakan makna yang sembarangan dari Saya sendiri, melainkan merupakan perkataan Buddha yang sungguh sebenarnya; pasti tidak ada kesalahan. Bila orang yang dilahirkan di dalam keluarga biasa mengatakan, “Saya setingkat dengan samurai”, pasti akan mendapat kemarahan. Apalagi bila mengatakan, “Saya sama dengan raja negara”, atau “Saya lebih unggul dari pada raja negara”, bukan hanya diri sendiri saja dipersalahkan, namun pasti akan menyusahkan pula sampai ayah, ibu, anak dan istri. Hal ini bagai api besar yang membakar rumah, atau pohon yang tumbang akan merusak pohon-pohon kecil lainnya. Demikian pula dalam Ajaran Buddha. Orang-orang yang mengandalkan Sutra Avatamsaka, Sutra Agаm, Sutra Vaipulya, Sutra bagian Prajnaparamita, tanpa mengetahui unggul rendahnya sutra yang dipercayai diri sendiri, mengatakan bahwa Sutra Amitabha dan lain-lain sama tingkatnya dengan Saddharmapundarikasutra. Atau mengatakan bahwa sutra sendiri lebih unggul daripada Saddharmapundarikasutra. Orang-orang segolongan merasa senang, karena sutra yang dipercayainya sendiri diunggulkan dan dipuji. Namun sebaliknya hal itu menjadi dosa sehingga guru, murid, dan penganut terjatuh dengan cepat ke jalan buruk bagai melesatnya sebuah anak panah. Jika menyatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra lebih unggul dari seluruh sutra, tidak akan ada hambatan, malahan sebaliknya menjadi karunia kebajikan besar karena sesuai dengan pembabaran kalimat sutra. Saddharmapundarika-sutra ini mempunyai sutra pembuka, yakni Sutra Amitarta. Sebagai umpama, ketika maharaja muncul, para jenderal berjalan di muka untuk menjaga orang-orang yang ingin merintangi dan membuat keributan. Di dalam Sutra Amitarta dikatakan, “Sutra yang dibabarkan selama 40 tahun lebih 28

Samantabadra | Maret 2020


belum membabarkan dan mewujudkan yang sungguh sebenarnya”. Ini adalah seumpama jenderal yang menghantam musuh maharaja, mengusir dengan anak panah dan busur besar dan membuang serta memenggal dengan pedang besar. Sekte Kegon membaca dan menyebut Sutra Avatamsaka, Sekte Ritsu membaca dan menyebut Sutra Agam, penganut Sekte Nembutsu membaca dan menyebut Sutra Amitayurdhyana. Para guru Sekte Syingon membaca dan menyebut Sutra Mahavairocana. Mereka menentang Saddharmapundarikasutra sehingga menyerang dan mengikuti amanat yang seperti pedang tajam. Sebagai umpama, Yosyiie Minamoto menyerang Abe no Sadato, Yoritomo Minamoto menyerang dan memusnahkan Kiyomori Taira. Perkataan, “40 tahun lebih” dari Sutra Amitarta adalah seperti pedang dan tali Raja Acala serta busur dan anak panah yang ditarik kuat dari Raja Ragaraja. Almarhum Nanjo Goro dapat melalui gunung kematian dan Sungai Sanzu tanpa hambatan dari perampok gunung hawa nafsu dan dibiarkan oleh bajak laut karma dosa, sehingga dapat tiba di tanah suci Gridhrakuta. Tentara yang menjaga ini adalah kalimat Sutra Amitarta, “40 tahun lebih belum mewujudkan yang sesungguhnya”. Dalam Bab II Upaya Kausalya rol ke satu dikatakan, “Setelah waktu lama berlalu sejak pembabaran Dharma, Sang Buddha pasti akan membabarkan yang sebenamya”. Atau, “Dengan tulus dan jujur membuang ajaran upaya, hanya membabarkan Jalan yang tiada tara”. Dalam Bab Pertapaan yang Tenang dan Menyenangkan dan rol ke lima dikatakan, “Permata cemerlang terdapat di dalam sanggul rambut”. Atau, “Di atas kepala raja sendiri ada satu permata ini”, atau, “Seperti raja yang bertenaga kuat, setelah lama menjaga permata cemerlang, sekarang benar-benar ingin memberikannya”. Arti kalimat ini adalah sebagai berikut. Seluruh sutra yang datang di negeri Jepang berjumlah 7.399 rol. Semua sutra ini adalah keluarga dari Saddharmapundarika-sutra. Jika diumpamakan jumlah pria dan wanita di negeri Jepang adalah 4.994.828 orang. Tetapi semuanya bagaikan pegawai dan seorang raja negara. Bentuk dan arti seluruh sutra ini dapat langsung dimengerti, sekalipun oleh wanita yang mengeluh. Sebagai umpama, ketika akan membangun stupa yang besar, pertama selain batang kayu, dikumpulkan banyak kayu kecil yang disebut tangga kaki yang diikat sampai satu jo atau dua jo. Setelah diikat dan dinaikkan, maka barulah dapat dibangun stupa besar dari bahan batang kayu. Sesudah stupa selesai, sebaliknya tangga kaki dipotong dan dibuang, tinggallah stupa besar itu. Tangga kaki dikatakan sebagai seluruh sutra. Stupa besar adalah Saddharmapundarikasutra. Buddha membabarkan seluruh sutra sebagai tangga kaki untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Perkataan, “Dengan tulus dan jujur membuang ajaran upaya”, berarti orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra memotong, membuang dan kemudian melemparkan Namu Buddha Amitabha, Sutra Amitabha dan lain-lain, Sekte Syingon dengan Sutra Mahavairocana dan lain-lain, Sekte Ritsu dengan Sutra Agam dan lain-lain, 250 sila dan lain-lain, serta mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Untuk membangun stupa besar, tangga kaki adalah penting. Akan tetapi, setelah stupa dibangun, tangga kaki harus dipotong dan diruntuhkan. Inilah arti kalimat, “Dengan tulus dan jujur membuang ajaran upaya”. Dengan tangga kaki dapat mendirikan stupa. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang memuja tangga kaki dan membuang stupa. Di masa sekarang, orang-orang yang melaksanakan pertapaan Jalan Buddha dengan hanya menyebut Buddha Amitabha dan melalui satu kehidupan ini tanpa menyebut satu kali pun Nammyohorengekyo merupakan orang-orang yang memuja tangga (kaki) dan membuang stupa besar. Inilah orang yang pandai di dalam masyarakat tetapi sebenarnya bodoh.

Samantabadra | Maret 2020

29


Almarhum Syiciro Goro tidak sama dengan orang-orang negeri Jepang pada waktu itu. Meskipun keinginan hatinya masih kecil, tetapi ia mengikuti dan memahami gerakan ayahnya yang pandai. Dalam usia yang masih belum mencapai 20 tahun, ia menyebut Nammyohorengekyo dan menjadi Buddha. Inilah yang dibabarkan, “Satu orang pun tidak ada yang tidak mencapai kesadaran Buddha”. Sungguh-sungguh mengharapkan ibu yang karuna, demi rasa sayang kepada anak sendiri, agar menyebut Nammyohorengekyo, dengan keinginan agar almarhum Nanjo Hyoe Syiciro dan almarhum Syiciro Goro dapat dilahirkan bersama di tempat yang sama. Satu bibit adalah satu bibit, lain bibit adalah lain bibit. Mendidik dengan sepenuh hati bibit Nammyohorengekyo yang sama, akan dapat dilahirkan di negeri Myohorengekyo yang sama. Ketiga orang dapat bertatapan muka bersama-sama merupakan kegembiraan yang tak terhitung, alangkah senangnya! Jika melihat, membaca dan membuka Saddharmapundarika-sutra ini terdapat perkataan, “Tathagata membungkus orang ini dengan pakaian ini dan sekarang para Buddha dari kawasan lainnya sungguh-sungguh menjaganya”. Kalimat sutra ini berarti, dari timur, barat, selatan, dan utara, delapan jurusan, tiga ribuan bumi besar, selain itu dari 400 milyar nayuta tanah negeri, para Buddha 10 penjuru terus menerus datang berkumpul memenuhi langit bagaikan bintang, tersusun di atas tanah seperti padi atau rumput untuk menjaga dan melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Hal ini bagaikan putra maharaja dilindungi oleh para pengawalnya. Sekalipun hanya satu jenis dari Catur Maharajakayika yang menjaga, sudah dirasakan sungguh menyenangkan dan berterima kasih sekali. Namun, malahan semua Catur Maharajakayika, semua bintang, matahari, bulan, Dewa Indra, Dewa Brahma dan lain-lain melindungi dan menjaga, sehingga seharusnya merasa puas. Apalagi seluruh dwiyana dan seluruh bodhisattva, Bodhisattva Maitreya yang berada di Surga Tushita, Bodhisattva Ksitigarbha yang berada di Gunung Kharadiya, Bodhisattva Avalokitesvara yang berada di Gunung Kudara, Bodhisattva Manjusri yang berada di Gunung Syoryo dengan masing-masing keluarganya ikut menjaga dan melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, seharusnya merasa sangat puas. Apalagi bukan main hebatnya, Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, para Buddha 10 penjuru, datang sendiri untuk menjaga dan melindungi selama siang dan malam sepanjang 12 jam. Maka, boleh dikatakan tak ada yang lebih menguntungkan dan mengunggulinya. Bagi almarhum Syiciro Goro yang mempercayai sutra yang sedemikian unggul dan menguntungkan ini serta menjadi Buddha, hari ini adalah hari ke-49. Seluruh Buddha berkumpul di tanah suci Gridhrakuta, salah satu memegang tangannya, yang satu mengusap-usap kepala atau menggendongnya atau bergembira; seperti bulan yang baru keluar, seperti bunga yang baru mekar, bagaimana mungkin tidak menyayanginya? Mengapa dipikirkan bahwa para Buddha sepuluh penjuru ketiga masa menjaga Saddharmapundarika-sutra dengan gigih? Jika dipikirkan hal itu adalah wajar, karena dikatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah ayah bunda dari para Buddha 10 penjuru ketiga masa, ibu yang menyusui dan merupakan majikan. Makanan binatang kodok adalah bunyi suara ibu, tanpa mendengar suara ibu tidak dapat tumbuh. Binatang yang disebut kalakula memakan angin. Jika angin berhenti bertiup, ia tidak dapat tumbuh. Ikan mengandalkan air, burung berdiam di atas pohon. Buddha juga sama. Makanan dan tempat tinggal jiwanya adalah Saddharmapundarikasutra. Ikan tinggal di dalam air, Buddha tinggal di ‘Sutra Ini’. Burung tinggal di atas pohon, Buddha tinggal di ‘Sutra Ini’. Bulan terpantul di air, Buddha terpantul di ‘Sutra Ini’. Hendaknya diketahui bahwa tidak ada Buddha yang tinggal di tanah negeri yang tidak terdapat sutra ini. 30

Samantabadra | Maret 2020


Dahulu kala ada seorang raja bernama Rinda, majikan Jambudwipa. Apakah makanan raja ini? Yang menjadi makanannya adalah mendengar ringkikan kudĐ° putih. Jika mendengar ringkikan kuda putih, usia raja ini menjadi muda. Cahaya mukanya menjadi baik, perasaan hatinya senang dan gembira, tenaganya pun kuat, menjaga dan melindungi negera dengan aman dan tenteram. Oleh karena itu, negara tersebut memelihara dan mengumpulkan banyak kuda putih. Misalnya, dikatakan bahwa raja Wei Wong mengumpulkan banyak burung tsuru, bagaikan kaisar Te Chung menyayangi kunang-kunang. Kuda putih meringkik karena angsa putih berbunyi. Maka, juga banyak angsa putih dikumpulkan. Pada suatu waktu, tanpa diketahui sebabnya, seluruh angsa putih menghilang sehingga kuda tidak meringkik lagi. Maharaja tidak mempunyai nafsu untuk makan, bagaikan bunga yang mekar menjadi kuncup karena lembab, bagaikan bulan purnama tertutup awan. Raja ini hampir meninggal. Permaisuri, pangeran, menteri dan rakyat seluruh negeri mengeluarkan air mata dengan muka pucat seperti anak yang dipisahkan dari ibunya. Mereka berkata, “Bagaimana seharusnya, bagaimana seharusnya?â€? Di negeri itu terdapat banyak orang di luar Jalan Buddha, seperti orang-orang Sekte Zen, Sekte Nembutsu, Guru Syingon, Bhiksu Ritsu di zaman sekarang. Dan juga terdapat murid-murid Buddha seperti orang-orang sekte Saddharma sekarang. Keduanya tidak rukun seperti air dan api, hubungannya sama seperti negara Hu dan Ye. Maharaja mengeluarkan amanat. Apabila pihak di luar Jalan Buddha dapat membuat kuda putih meringkik lagi, maka ajaran Buddha akan dimusnahkan, dan hanya semata-mata percaya ajaran di luar Jalan Buddha. Ini seperti para dewa menghormati Dewa Indra. Namun kalau murid-murid Buddha dapat membuat kuda ini meringkik, seluruh orang di luar Jalan Buddha akan dipenggal dan tempat mereka diambil untuk diberikan kepada murid Buddha. Rupa muka para umat di luar Jalan Buddha menjadi pucat dan murid Buddha pun bersusah hati. Namun demikian, hal ini tidak dapat selesai dengan begitu saja. Pihak di luar Jalan Buddha lebih dahulu pergi selama 7 hari, namun angsa putih tetap tidak datang, sehingga kuda putih tidak meringkik. Tujuh hari berikutnya diberikan kepada murid Buddha untuk berdoa. Ada seorang bhiksu kecil bernama Asvaghosa yang menjadikan Saddharmapundarika-sutra sebagai Gohonzon dari para Buddha. Sekitar tujuh hari kemudian, angsa putih datang terbang di atas mimbarnya. Setiap burung ini berbunyi, satu kuda meringkik satu kali. Mendengar suara kuda, Maharaja bangun dari tempatnya berbaring sakit. Permaisuri dan rakyat menghadap Asvaghosa dan menghormati beliau. Satu, dua, tiga angsa putih terus sampai 10, seratusanribu ekor datang muncul memenuhi negeri. Kuda putih terus menerus meringkik, satu, dua, 100, 1.000 kuda putih meringkik. Mendengar suara ini, wajah Maharaja menjadi seperti berusia 30 tahun. Hatinya cerah seperti matahari, dan Ia menjaga serta melindungi negara dengan sungguh-sungguh. Maka, dari langit turun Air Amrita. Amanat raja diikuti ribuan rakyat. Sepanjang 100 tahun sampai tak terhitung masyarakat dapat menjadi damai. Demikian pula dengan Buddha. Buddha bernama Prabhutaratna, ketika tidak bertemu Saddharmapundarika-sutra, menjadi moksya. Beliau muncul hadir pada zaman sutra ini dibaca. Buddha Sakyamuni dan para Buddha 10 penjuru juga sama. Dengan demikian, sutra ini mempunyai kebajikan sedemikian gaibnya, sehingga orang yang mempertahankan sutra ini bagaimana mungkin dibuang oleh Tensyo Daijin, Mahabodhisatva Haciman, Mahabodhisattva Fuji Sengan? Memikirkan hal ini bukan main tenang dan senangnya. Sedangkan negara-negara yang membenci sutra ini, bagaimanapun berdoa dengan setulus hati, pasti menimbulkan tujuh malapetaka dan menjadi negara yang musnah Samantabadra | Maret 2020

31


karena berperang dengan negara lain. Ini bagai sebuah kapal besar di lautan luas bertemu dengan angin ribut, rumput pohon menjadi kerontang karena kekeringan yang hebat. Sekarang, bagaimanapun negeri Jepang berdoa, karena membenci dan merendahkan keluarga Niciren, pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka bermacam-macam doa tidak terkabulkan, dan diserang negeri Mongolia yang besar, sehingga hampir menjadi musnah. Sekarang juga percayalah bahwa semua ini, karena membenci Saddharmapundarika-sutra. Sekarang sudah berlalu 49 hari sejak almarhum Syiciro Goro meninggal. Hal ini adalah fana, fana adalĐ°h hal biasa. Tetapi orang yang mendengar kenyataan ini, bagaimana pun sukar menahannya. Terlebih lagi orang yang menjadi ibu dan yang menjadi istri. Sungguh dapat merasakan perasaan dalam hatinya. Anak ada yang masih kecil, ada yang sudah dewasa, ada yang buruk, ada yang cacat, namun sekalipun demikian ayah-ibu menyayanginya. Apalagi almarhum Syiciro Goro adalah anak lelaki, selain itu semuanya dirasakan baik dan mempunyai rasa kemanusiaan; Almarhum Ueno Dono meninggal dalam usia yang masih gagah, maka kesusahan hati untuk itu tidaklah dangkal. Apabila tidak sedang mengandung anak ini, tentu ingin ikut sekalipun masuk ke dalam api atau ke dalam air. Berpikir jika anak ini dapat lahir dengan keadaan yang baik, kepada siapa harus menitipkĐ°n anak ini. Begitu menyayangi anak ini sehingga ingin bunuh diri pun tidak bisa. Dengan perasaan demikian memberi dorongan semangat kepada diri sendiri selama 14-15 tahun. Tetapi apakah yang terjadi? Begitu merasa tenang hati karena ada dua anak lelaki sebagai andalan, tahun ini tanggal 5 bulan 8, bagai bulan tertutup awan, bunga ditiup angin, Syiciro Goro meninggal. Mungkinkah bermimpi atau bukan mimpi? Kalau bermimpi, sangat disesalkan mimpi ini bukan main lamanya. Tetapi sebenarnya hal ini adalah benar dan sudah berlalu 49 hari. Kalau benar, bagaimanakah seharusnya? Bagai bunga yang sudah mekar namun tidak rontok, sedangkan bunga yang kuncup menciut dan langsung kering, ibu yang sudah tua ditinggal, anak muda pergi. Betapa masa ini fana, tidak ada rasa sayang, betapa masa ini bukan main fana, tidak ada rasa sayang. Sama seperti negeri yang tidak mempunyai rasa sayang, maka tidak disukai dan dibuang. Berdasarkan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra, almarhum Syiciro Goro segera tiba di Tanah Suci Gridhrakuta yang tetap ada dan tidak musnah. Ayah berada di Gridhrakuta, ibu tertinggal di dunia Saha. Almarhum Syiciro Goro yang berada di antara kedua orang ini dapat diperkirakan merasa iba di dalam hatinya. Masih banyak hal ingin disampaikan tetapi berhenti sampai di sini. Salam. Tanggal 24 bulan 10 Surat Balasan kepada Ibu Ueno Dono Ama Goze tertanda, Niciren.

32

Samantabadra | Maret 2020


Kutipan Gosyo

1

Sekarang, sutra yang disebut Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang unggul yang tidak ada duanya di dalam ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni. Bahkan dibabarkan bahwa hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguh-sungguh mengetahuinya. Karena hanya Buddha dan Buddha saja yang mengetahuinya, maka umat dari Bodhisattva tingkat Abisambuddha sampai manusia biasa tidak mengetahuinya.

GM

Keterangan: Teori hakikat Saddharmapundarika-sutra dibabarkan dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra sebagai berikut, ‘Hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguhsungguh mengetahui Wajah Sesungguhnya Segala Hukum (Syoho Jisso)”. Dengan demikian, Hukum yang sangat mendalam dan hakiki ini hanya diketahui antara Buddha dan Buddha saja. Dikatakan bahwa prajna dari Bodhisattva tingkat Abisambuddha pun tidak dapat mencapainya. Oleh karena itu, Bodhisattva Nagarjuna mengatakan bahwa hanya dengan sungguh-sungguh percaya, maka umat manusia Sembilan Dunia, selain Dunia Buddha, dapat bertemu dan menerima Hukum ini sehingga dapat mencapai kesadaran Buddha. Dalam Saddharmapundarika-sutra berulang kali dibabarkan bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang terunggul dan tertinggi. Sekalipun demikian, para bhiksu dari Nembutsu, Syingon, Kegon dan sekte lainnya menolak Saddharmapundarika-sutra serta menuntut bahwa sutra andalan mereka sendiri, yakni Ajaran Sementara dan Sutra Sementara, lebih unggul dari pada Saddharmapundarika-sutra. Maka, dengan tegas kekeliruan tersebut dipecahkan dan dipatahkan; dikatakan bahwa semua guru, murid dan penganut sekte-sekte tersebut akan terjatuh ke Jalan Buruk. Memfitnah Dharma berarti menentang

Hukum Sesungguhnya. Menolak Saddharmapundarika-sutra yang merupakan sutra terunggul dan sebaliknya mengunggulkan sutra pegangan sendiri sama artinya dengan menentang pembabaran Sang Buddha. Perbuatan ini merupakan karma terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus, karena memfitnah dharma atau menghina Hukum Sesungguhnya. ‘Jalan Buruk’ yang dikatakan di sini mencakup Tiga Jalan Buruk dan Empat Kecenderungan Buruk. Harus diketahui bahwa dosa dari memfitnah dharma adalah karma dosa- yang terberat, yakni terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Sebaliknya memecahkan dan mematahkan Sutrasutra Sementara yang rendah berdasarkan Saddharmapundarika-sutra merupakan perilaku yang sesuai dengan pembabaran Sang Buddha. Dengan demikian sudah barang tentu akan memperoleh karunia kebajikan yang besar.

2

Di dalam Sutra Amitarta dikatakan, “Sutra yang dibabarkan selama 40 tahun lebih belum membabarkan dan mewujudkan yang sungguh sebenarnya”.

GM

Keterangan: Mengenai Saddharmapundarikasutra yang terunggul telah diterangkan sebelumya. Kalimat dalam Sutra Amitаrta yang membabarkan, “selama 40 tahun lebih belum membabarkan dan mewujudkan yang sungguh sebenarnya”, menerangkan mengenai berbagai sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra belum mewujudkan yang sungguh sebenamya. Kalimat ini terdapat di dalam Bab Pembabaran Hukum Sutra Amitarta. Dengan tegas dikatakan, bahwa di antara pembabaran Hukum Buddha Sakyamuni

Samantabadra | Maret 2020

33


selama 50 tahun, kalimat sutra terdahulu, selama 40 tahun lebih, belum mewujudkan yang sungguh sebenarnya. Kalimat ini memecahkan dan mematahkan keinginan hati dari orang-orang yang terikat dengan Sutra Sementara serta mengajak dan menarik kepada Saddharmapundarika-sutra Mengikuti dan percaya Saddharmapundarikasutra bagai menjadi pedang yang tajam. Hal ini diumpamakan sebagai pedang dan tali kuat yang digunakan oleh Raja Acala untuk memutuskan dan mematahkan dosa hawa nafsu umat manusia, atau diumpamakan sebagai panah dan busur yang digunakan Raja Ragaraja untuk mengusir ki buruk. Pedang Raja Acala menyatakan Prajna Buddha yang mengusir iblis. Sedangkan tali kuat menyatakan makna mengikat hawa nafsu dan kesesatan karma. Busur dan panah yang dipegang oleh Raja Ragaraja menyatakan makna memecahkan dan mematahkan iblis yang merintangi dan juga bermakna memanah hawa nafsu dan karma buruk. Apabila menghadap kepada Gohonzon Nammyohorengekyo di sebelah kanan tertulis Raja Acala dan di sebelah kiri tertulis Raja Ragaraja dalam aksara Sansekerta. Raja Acala menyatakan Pintu Hukum ‘Hidup Mati adalah Nirvana (Syoji Soku Nehan)’ sebagai gerakan fungsi Saddharma yang tercakup di dalam jiwa umat manusia, sedangkan Raja Ragaraja menyatakan Pintu-Hukum ‘Hawa Nafsu Adalah Kesadaran (Bonno Soku Bodai)’. Dasar pokok memecahkan dan mematahkan hawa nafsu serta Penderitaan Hidup Mati adalah membuang keterikatan pada Ajaran Sementara serta menegakkan kepercayaan dan keyakinan kepada Saddharma. Diterangkan bahwa kalimat,”belum mewujudkan yang sungguh sebenarnya”, akan menjadi tentara yang menjaga dan mengikuti almarhum Syiciro Goro hingga ke Tanah Suci Gridhrakuta. Dengan menggunakan gambaran yang sudah ada di dalam masyarakat mengenai dunia sesudah kematian, yakni gunung kematian dan sungai Sanzu di sini hawa nafsu disesuaikan sebagai perampok gunung dan dosa karma disesuaikan 34

Samantabadra | Maret 2020

sebagai bajak laut. Yang dapat mengatasi semua ini adalah tentara ‘belum mewujudkan yang sungguh sebenarnya’.

MENGENAI ‘GUNUNG KEMATIAN DAN SUNGAI SANZU’

Menurut Sutra Sepuluh Raja Sebab Jodoh Timbul Hati Bodhisattva Ksitigarbha, gunung kematian berarti gunung terjal yang ada di pertengahan jalan ketika orang yang telah meninggal yang berada di dalam tanah gelap hendak menuju ke Raja Taiko pada tujuh hari pertama. Sungai Sanzu berarti sungai yang ada di pertengahan jalan ketika orang yang telah meninggal hendak menuju ke tempat Raja Syoko pada tujuh hari kedua. Ketika manusia meninggal dan penderitaannya berakhir, ia mulai memasuki jalan kematian. Hal ini dinamakan Jalan Cyu U (jalan di antara mati dan lahir). Ia mengelilingi sepuluh Raja : Raja Taiko, Raja Syoko dan lain-lain, karmakarma yang telah dibuatnya semasa hidup ditentukan dan tempat hidupnya di masa akan datang juga ditentukan. Sekalipun di dalam Jalan Cyu U penuh dengan penderitaan, namun bila meninggal dengan menyebut Nammyohorengekyo maka akan dijaga oleh Gohonzon serta suasana jiwanya pun tenang dan senang. Di dalam berbagai surat Niciren Daisyonin mengatakan bahwa setelah meninggal pasti akan dijaga oleh Gohonzon dan beliau menyarankan agar melaksanakan hati kepercayaan yang kuat dan berkobar-kobar. Misalnya di dalam Surat Balasan Kepada Yagenta Dono dikatakan, “Pada gunung kematian, Nammyohorengekyo menjadi tongkat dan tiang. Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, keempat Bodhisattva yakni Bodhisattva Visistakaritra dan lain-lain, menuntun dengan tangannya. Jika Niciren sesuai dengan kalimat Saddharmapundarikasutra, Niciren adalah petunjuk jalan dari jalan yang tertutup ke jalan yang terbuka. Hanya pertahankanlah hati kepercayaan secara sungguh hati dengan keinginan pergi ke Gridhrakuta (Gosyo Zensyu


halaman 1227)”. Mengenai Sungai Sanzu, Surat Jakunicibo mengatakan, “Ketika penjaga neraka Datsueba Kenne O menelanjangi jubah Anda, hendaknya berkeinginan hati ke tempat Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra adalah jubah untuk menutupi malu pada kehidupan di masa akan datang”. (Gosyo Zensyu halaman 903). Di dalam Surat Balasan kepada Ueno Dono Goke Ama dikatakan, “Harus diketahui bahwa tongkatnya adalah tongkat dari wajah sesungguhnya Saddharma. Sungai Sanzu yang disayangi adalah ‘hidup mati adalah nirvana’. Gunung kematian adalah tumpukan gunung, ‘kesesatan adalah kesadaran’ (Gosyo Zensyu halaman 1505)”. Sekalipun berada di Sungai Sanzu, orang yang menyebut Saddharma, suasana jiwanya adalah nirvana, tempatnya pun menjadi yang paling tenang dan luas. Dan gunung kematian pun berubah menjadi ‘kesesatan adalah kesadaran’ sehingga menjadi tempat yang dirasakan paling senang dan unggul demi pencapaian kesadaran Buddha. Dengan demikian, Jalan Cyu U ini bukan hanya menggambarkan ketakutan dan penderitaan, tetapi menggambarkan gunung yang penuh dengan pemandangan indah dan mudah didaki serta melewati jembatan besar yang dihiasi dengan tujuh pusaka yang nyaman dan menyenangkan. Orang seperti ini akan langsung hadir di tanah suci Gridhrakuta tanpa perlu menunggu lagi tindakan dari sepuluh raja karena dijaga dan dilindungi oleh para Buddha dan para Dewa Surga.

3

Dalam Bab II Upaya Kausalya rol kesatu dikatakan “Setelah waktu lama berlalu sejak pembabaran Dharma, Sang Buddha pasti akan membabarkan yang sebenarnya” dan lain-lain.

GM

Keterangan: Pada bagian awal terdapat kutipan kalimat Sutra Amitarta yang mengatakan bahwa Sutra Sementara belum mewujudkan yang sungguh sebenarnya. Mulai dari bagian ini terdapat kalimat yang menjelaskan bahwa Saddharmapundarika-

sutralah yang mewujudkan yang sungguh sebenarnya. Maka di dalamnya terkandung teori yang mengajarkan bahwa setelah Saddharmapundarikasutra dibabarkan, maka harus membuang Ajaran Upaya Sementara. Bab Upaya Kausalya menerangkan mengenai upaya. Perumpamaan permata cemerlang yang terdapat di dalam sanggul rambut dari Bab Pertapaan yang Tenang dan Menyenangkan berarti permata yang terdapat di atas kepala raja. Ini melambangkan Raja Sementara. Perumpamaan ini menyatakan bahwa satusatunya hukum yang dapat membuat umat manusia menjadi Buddha (diumpamakan raja) adalah Saddharmapundarika-sutra. Dalam Hokke Mongu Mahaguru Tien-tai mengatakan, ‘Permata cemerlang’. Jelas hal ini mengumpamakan Prajna Jalan Tengah. ‘sempurna’ mengumpamakan selalu. ‘Kepala’ berarti tempat berkumpulnya seluruh hakikat akibat. ‘Di dalam sanggul rambut’ berarti menyembunyikan yang sungguh sebenarnya untuk sementara. ‘Melepaskan sanggul rambut’ berarti membuka sementara. ‘Memberikan permata’ berarti mewujudkan yang sungguh sebenarnya. Umumnya, permata cemerlang ini menunjuk pada Saddharmapundarikasutra. Akan tetapi khususnya berarti Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Agar teori “dengan tulus dan jujur membuang ajaran upaya”, dari Bab Upaya Kausalya dapat mudah dimengerti, maka Niciren Daisyonin menggunakan perumpamaan hubungan stupa besar dengan tangga kaki. Seluruh sutra bagaikan tangga kaki, sedangkan Saddharmapundarika-sutra bagaikan stupa besar. Untuk membangun stupa besar diperlukan tangga kaki, akan tetapi ketika stupa besar telah berdiri, tangga kaki harus dihilangkan. Demikian pula, seluruh sutra merupakan ajaran upaya untuk membabarkan Saddharmapundankasutra. Oleh karena itu, jika Ajaran Sesungguhnya Saddharmapundarika-sutra telah Samantabadra | Maret 2020

35


dibabarkan, sudah sewajarnya membuang seluruh Ajaran Sementara Hinayana. Begitu pula, orang yang tidak menyebut Saddharma dan terikat kepada Ajaran Sementara adalah bagaikan menyembah tangga kaki dan membuang stupa besar. Sekalipun kelihatannya wajar dan pandai di dalam masyarakat, sebenarnya adalah amat bodoh. Dengan demikian, hubungan antara upaya dan sesungguhnya menjadi sangat penting. Upaya berarti cara, yakni cara sementara untuk mewujudkan tujuan yang sesungguhnya. Jika Buddha Sakyamuni langsung membabarkan kesadaran sendiri yang sesungguhnya, maka umat manusia yang belum dibimbing akar bakatnya tidak dapat memahaminya. Oleh karena itu, untuk membimbing bibit akar bakat umat manusia, awalnya Beliau membabarkan Ajaran Sementara selama 40 tahun lebih. Hal ini bagaikan mengumpulkan dahan kayu kecil untuk membuat tangga kaki. Kemudian, setelah akar bakat manusia telah dibimbing, barulah dibabarkan Saddharmapundarika-sutra yang merupakan kesadaran sesungguhnya. Hal ini bagaikan membangun stupa besar. Setelah dibabarkan Saddharmapundarikasutra yang merupakan Ajaran Sesungguhnya, Sutra Hinayana yang dibabarkan sebagai sutra upaya tidak diperlukan lagi. Oleh karena itu, orang yang tidak menyebut Saddharma, yang merupakan hukum pencapaian kesadaran Buddha dan malah sebaliknya melaksanakan pertapaan Ajaran Sementara yang merupakan hukum yang tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, adalah bagaikan membuang stupa besar dan menyayangi tangga kaki. Mengenai hal ini, Niciren Daisyonin mengatakan, “Orang yang pandai di dalam masyarakat, tetapi sebenarnya bodoh�.

4

Mendidik dengan sepenuh hati bibit Nammyohorengekyo yang sama, akan dapat dilahirkan di negeri Myohorengekyo yang sama. Keterangan: Ketika ayahnya, Hyoe Syiciro meninggal 36

Samantabadra | Maret 2020

dunia Syiciro Goro masih berada di dalam kandungan ibunya. Akan tetapi, setelah lahir ia mengikuti keinginan ayahnya. Maka dapat diperkirakan bahwa Syiciro Goro telah bersungguh-sungguh menjalankan hati kepercayaan bersama-sama dengan kakaknya, Tokimitsu. Di dalam Surat Balasan Kepada Ueno Ama Goze dikatakan, “Almarhum Goro berusia 16 tahun. Keinginan hati maupun wajahnya lebih unggul dan pada orang lain, bahkan ia telah memiliki kekuatan sebagai laki-laki. Ia dipuji oleh ribuan orang. Mengikuti keinginan ayah bunda bagaikan air yang menyesuaikan tempat dan bagaikan bayangan yang mengikuti badan�. (Gosyo Zensyu halaman 1576). Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa karena almarhum Syiciro Goro telah menyebut Saddharma sejak usia muda, maka ia mencapai kesadaran Buddha seperti ayahnya. Negeri Myohorengekyo berarti terlahir kembali di Tanah Suci Gridhrakuta. Niciren Daisyonin memberikan dorongan semangat dengan mengatakan bahwa, jika ibu Ueno Dono Goke Ama setelah meninggal ingin terlahir di tempat yang sama dengan anaknya, Syiciro Goro dan almarhum suaminya, sebutlah Saddharma dan capailah kesadaran Buddha. Bibit yang dikatakan di sini berarti energi yang terkandung di dalam jiwa yang sunyata yang terlukis di dasar jiwa. Bibit ini memiliki perbedaan sepuluh dunia. Dalam keadaan mati, bibit yang terdapat di dalam jiwa akan menentukan jenisnya. Berarti, bibit seperti apa yang telah disimpan dan ditumpuk seumur hidup akan menjadi arah dari jiwa setelah meninggal. Misalnya, jika di antara sepuluh dunia yang terkuat adalah bibit buruk, maka bagaimanapun juga akan terjatuh ke tempat yang buruk, yakni tiga jalan buruk atau empat kecenderungan buruk dan lain-lain. Sebaliknya, jika bibit baik yang kuat maka dapat diperoleh kehidupan suasana jiwa manusia, surga atau empat dunia suci. Bibit yang paling hakiki dan unggul di antara semuanya adalah bibit Myohorengekyo. Oleh karena itu, jika menyebut Saddharma dan melukis bibit Saddharma dengan kuat di dalam jiwa sendiri,


pasti dapat terlahir di Tanah Suci Gridhrakuta. Sekalipun pada masa ini menjadi ayah bunda, anak, kakak, adik atau suami istri dan lain-lain, jika tumpukan karma semasa hidupnya berlainan, sesudah meninggal akan terlahir dalam suasana jiwa yang berbeda. Sekalipun ingin terlahir di tempat yang sama, tidak dapat tercapai. Sebaliknya, sekalipun orang yang berlainan atau tidak ingin terlahir di tempat yang sama pun, jika bibitnya sama akan terlahir dalam suasana jiwa yang sama. Oleh karena itu, di dalam Surat Balasan Kepada Ueno Dono, Niciren Daisyonin menganjurkan dan mengajarkan Tokimitsu sebagai berikut, “Sekalipun orang lain, jika memegang sutra ini akan bertemu di Gridhrakuta. Apalagi almarhum ayah yang bijaksana dan suci percaya Myohorengekyo, pasti terlahir di tempat yang sama”. (Gosyo Zensyu halaman 1508). Jika ibu Ueno Dono menyebut Saddharma dan menanam bibit unggul yang dikatakan Saddharma di dalam jiwa, pasti terlahir kembali di negeri Myohorengekyo bersama-sama dengan almarhum Hyoe Syiciro dan Syiciro Goro. Niciren Daisyonin memberikan dorongan semangat ini agar semakin giat menjalankan hati kepercayaan.

orang yang sungguh-sungguh menyalin, mempertahankan, membaca, menyebut, menyumbang serta membabarkan kepada orang lain, maka Sang Tathagata akan langsung membungkus dengan jubahnya. Dan sekarang para Buddha dari kawasan lainnya juga mendoakan dan menjaganya”. Orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra serta membabarkan kepada orang lain, akan ditolong oleh Sang Buddha dan dibungkus dengan jubah-Nya. Bahkan bukan hanya Buddha Sakyamuni saja, namun para Buddha pada masa sekarang dari kawasan lainnya pun akan mengerahkan tenaga untuk menjaganya. Dengan mengutip kalimat di atas, Niciren Daisyonin menerangkan mengenai betapa banyaknya “para Buddha dari kawasan lainnya”. Dengan demikian pelaksana Saddharmapundarika-sutra bukan hanya dijaga dan dilindungi oleh seluruh Dewa Surga, Dwiyana dan Bodhisаttva tetapi akan dilindungi pula oleh Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan para Buddha Sepuluh Penjuru yang tak terhitung banyaknya. Bukan main beruntungnya. Jika melihat, membaca, dan membuka Setelah meninggal, almarhum Syiciro Goro Saddharmapundarika-sutra ini terdapat pasti dilindungi oleh para Buddha tiga masa perkataan, “Tathagata membungkus sepuluh penjuru seperti di atas, karena ia orang ini dengan pakaian ini dan sekarang para meninggal dengan keadaan percaya kepada Buddha dari kawasan lainnya sungguh-sungguh Saddharma. menjaganya”. Selanjutnya dikatakan, “Mengapa dipikirkan bahwa para Buddha Keterangan: sepuluh penjuru ketiga masa menjaga Pada bagian ini terdapat kutipan dari kalimat Saddharmapundarika-sutra dengan dalam Bab Dharma Duta Saddharmapundarikagigih? Jika dipikirkan hal itu adalah sutra yang menerangkan mengenai betapa wajar”. Mengapa para Buddha sungguhbesarnya karunia kebajikan dari menerima dan sungguh menjaga dan melindungi mempertahankan. Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra serta Kalimat dalam Bab Dharmaduta tersebut berisi pelaksana Saddharmapundarika-sutra? perkataan Buddha Sakyamuni kepada Bodhisattva Alasannya adalah karena bagi para Buddha, Bhaisyajaraja yang mengatakan akan memuji Saddharmapundarika-sutra adalah ayah dan mengunggulkan orang yang menerima bunda, ibu yang menyusui dan juga majikan. dan mempertahankan SaddharmapundarikaSeluruh Buddha dilahirkan dan timbul dari sutra. Di dalam Bab Dharmaduta dikatakan pula, Saddharmapundarika-sutra, dididik pula “Bodhisattva Bhaisyajaraja harus mengetahui oleh Saddharmapundarika-sutra. Seluruh akan hal ini. Setelah Sang Tathagata moksya, Buddha selalu bergerak sesuai dengan

5

Anak Cabang

Samantabadra | Maret 2020

37


‘Sutra Ini’. Berarti, bagi seluruh Buddha, Saddharmapundarika-sutra adalah makanan, tempat tinggal dan jiwa sesungguhnya. Mengenai hal ini diajarkan dengan mengambil perumpamaan tentang berbagai jenis binatang. Dengan demikian, Saddharmapundarikasutra adalah sutra yang terpenting bagi seluruh Buddha. Oleh karena itu, pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang menerima dan percaya Sutra ini serta membabarkan kepada orang lain pasti akan dijaga dan dilindungi oleh para Buddha. Umumnya, Saddharmapundarikasutra berarti kalimat tersurat 28 bab Saddharmapundarika-sutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Akan tetapi, khususnya, bermakna pokok kalimat tersirat Saddharmapundarika-sutra, yakni Nammyohorengekyo dari Sandaihiho. Hanya Nammyohorengekyo-lah yang merupakan sumber akar kehidupan yang aktif dari para Buddha tiga masa sepuluh penjuru dan juga merupakan hakikat hukum yang mencakup tiga kebajikan, yakni kebajikan majikan, guru dan ayah bunda. Dengan mengutip Sutra Samantabhadra, Kanjin No Honzon Syo dengan jelas menerangkan bahwa Myohorengekyo mencakup tiga kebajikan, yaitu kebajikan majikan, guru dan ayah bunda. Dikatakan, “Sutra Samantabhadra mengatakan, ‘Sutra Mahayana ini adalah mata para Buddha sepuluh penjuru ketiga masa dan gudang pusaka dari para Buddha, juga merupakan bibit yang melahirkan serta menimbulkan seluruh Tathagata dari ketiga masa. Anda yang melaksanakan mahayana jangan memutuskan bibit Buddha’ dan lain-lain. Dikatakan pula, ‘Sutra Vaipulya ini adalah mata para Buddha. Lima macam mata diperoleh berdasarkan para Buddha ini. Tiga jenis badan Buddha lahir dari Vaipulya dan menjadi cap hukum agung; cap lautan Nirvana. Seperti demikian, tiga jenis badan Buddha yang suci dan bersih, lahir dari dalam laut. Tiga jenis badan ini adalah sawah yang berejeki dari manusia dan surga’ dan lain-lain”. Mengenai kalimat ini, Yang Arya Nicikan Syonin menerangkan sebagai berikut. 38

Samantabadra | Maret 2020

Dikatakan, “Dengan meminjam dua kalimat dari Sutra Kesimpulan, dinyatakan kebajikan dari guru yang mencakup tiga kebajikan dan Kuon Ganjo”. ‘Sutra Mahayana ini’ berarti menunjuk pada Saddharma Guru Pembibitan dari Kuon Ganjo. ‘Gudang Pusaka para Buddha’ berarti kebajikan dari majikan. ‘Mata para Buddha sepuluh penjuru ketiga masa’, berarti kebajikan guru. ‘Bibit yang melahirkan dan menimbulkan seluruh Tathagata dari ketiga masa’, berarti kebajikan dari ayah bunda. Dan ‘Sutra Vaipulya’, berarti Saddharma Guru dari Kuon Ganjo. ‘Mata para Buddha’ berarti kebajikan guru. ‘Tiga jenis badan Buddha lahir dari Vaipulya’, berarti kebajikan ayah bunda. ‘Cap Hukum Agung’, berarti kebajikan guru. Para Buddha Sepuluh Penjuru Ketiga Masa, semuanya dilahirkan dari bibit Nammyohorengekyo Kuon Ganjo dan dididik serta dijaganya.

MENGENAI 49 HARI

Empat puluh sembilan hari setelah meninggal (7 x 7 hari) disebut Man Cyu U atau Cyu In Man. Berarti, orang yang meninggal berada di jalan Cyu U selama 7 x 7 hari. Oleh karena itu, hal ini merupakan tahap paling penting. Orang yang meninggal langsung memperoleh badan Cyu U atau Cyu In dan melangkah di Jalan Cyu U. Setiap tujuh hari bertahap, ditentukan jodoh kelahiran selanjutnya dan pada tahap hari ke 49 ditentukan kelahiran yang akan datang. Jodoh kelahiran di sini berarti jodoh kelahiran dari Sepuluh Dunia. Setelah meninggal, setiap tujuh hari akan ditentukan kelahirannya dalam salah satu dari Sepuluh Dunia. Setelah meninggal, di dalam Cyu U langsung ditentukan jodoh kelahiran selanjutnya. Misalnya, Cyu U yang melukis kuat bibit yang terbaik, badannya akan langsung menuju ke Tanah Suci Gridhrakuta. Sebaliknya, Cyu U yang mencakup kuat bibit yang sangat buruk, badannya akan langsung terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Setiap berlalu tujuh hari, orang yang berada di tengah-tengah ini akan ditentukan, tempat kelahirannya di salah satu sepuluh dunia berdasarkan bibit karma yang


ada di dalam jiwa Cyu U tersebut. Kemudian, kira-kira pada hari ke 49, badan yang berada di Jalan Cyu U ini telah ditentukan tempat kelahiran selanjutnya. Sesuai pembabaran Sutra Ini, setelah meninggal, setiap tujuh hari dijalankan upacara sumbangan doa karunia kebajikan. Khususnya pada hari ke 49 dijalankan upacara besar-besaran karena telah memenuhi Jalan Cyu U nya. Upacara ini biasanya dilakukan untuk menyumbang kepada orang yang telah meninggal. Maka, disampaikan bahwa karena sebelum meninggal almarhum Syiciro Goro percaya Saddharma dengan tulus hati, Setelah meninggal ia langsung pergi ke Tanah Suci Gridhrakuta. Bahkan, pada hari ke-49, ia telah sampai pada suasana jiwa pencapaian kesadaran Buddha. Ia pasti disayang oleh para Buddha yang tidak terhitung jumlahnya.

6

Dahulu kala ada seorang raja bernama Rinda, majikan Jambudwipa.

Anak Cabang

Keterangan: Supaya umat menjadi mudah mengerti bahwa makanan dari tempat tinggal para Buddha Sepuluh Penjuru Ketiga Masa adalah Saddharmapundarika-sutra, maka dikutiplah cerita Raja Rinda dan Kuda Putih. Dalam cerita ini sebenarnya dikisahkan sebab jodoh masa lampau dari Bodhisattva Asvaghosa yang dibabarkan dalam sastra oleh Bodhisattva Nagarjuna. Cerita ini dikutip oleh Niciren Daisyonin dalam Surat Balasan Kepada Soya Dono dan lainnya, seperti dalam surat ini. Raja Rinda yang bila mendengar ringkikan kuda putih, maka usianya menjadi bertambah muda, badannya bersemangat, hatinya menjadi berani, tenaganya pun menjadi kuat. Ia ahli dalam mengatur, menjaga, dan melindungi negara sehingga aman dan tenteram. Hal ini berarti jasmani dan jiwanya penuh dengan tenaga yang kuat dan bersemangat, sehingga dapat mengatur dan melindungi negara dengan baik. Kuda putih akan meringkik jika melihat angsa putih. Namun pada suatu saat, semua angsa putih tiba-tiba hilang sehingga

kuda putih tidak lagi meringkik. Apa penyebabnya tidak dikatakan dalam surat ini, hanya diceritakan mengenai kejadiannya. Namun dalam Surat Balasan Kepada Soya Dono dikatakan, “Tergantung karma yang tertinggal di dalam jiwa maka tidak habis menerima imbalan akibat”. (Gosyo Zensyu halaman 1061). Akhirnya, tenaga hidup dari Raja Rinda ini menjadi mundur sama sekali. Pertama diusahakan dengan doa di luar jalan Buddha, namun angsa putih tetap tidak muncul nyata, sehingga tentu kuda putih tidak dapat meringkik. Sebagai gantinya, ia memerintahkan biksu dari ajaran Buddha. Bodhisattva Asvaghosa sungguh-sungguh berdoa dan Beliau mengatakan bahwa angsa putih akan meloncat datang di atas mimbar jika berdoa selama tujuh hari berdasarkan Saddharmapundarika-sutra sebagai Pusaka Pujaan dari para Buddha. Oleh karena berdoa berdasarkan Saddharmapundarika-sutra, maka ia dapat memunculkan angsa putih, sehingga akhirnya kuda putih dapat meringkik kembali. Dengan demikian, raja menjadi kembali bersemangat lagi. Cerita tentang Raja Rinda dan kuda putih ini dalam Surat Balasan Kepada Nyobo Ojitsubo, diajarkan Niciren Daisyonin sesuai dengan kedudukan Nyobo Ojitsubo dan ayahnya. “Ayah Anda yang maitri seperti Raja Rinda, Anda seperti Bodhisattva Asvaghosa. Angsa putih seperti Saddharmapundarika-sutra, kuda putih seperti Niciren. Nammyohorengekyo ini seperti ringkikan kuda putih. Maharaja yang mendengar ini semangatnya berkobar-kobar dan tenaga badannya menjadi kuat. Ayah yang maitri pada masa lampau akan mencapai kesadaran Buddha karena mendengar dan meresapi suara Nammyohorengekyo dari Anda”. (Gosyo Zensyu halaman 1424). Lainnya, dalam Surat Balasan Kepada Soya Dono, Raja Rinda diumpamakan sebagai dewadewi surga. Dikatakan, “Selanjutnya, Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Surga dan Dewa Chandra, Caturmaharajakayika, Tensyo Daijin, Mahabodhisattva Haciman, aliran Syinto besar dan kecil yang terdapat dalam 3.132 Samantabadra | Maret 2020

39


tempat dalam negeri adalah seperti Raja Rinda di masa lampau. Kuda putih adalah Niciren, burung angsa adalah keluarga kita, ringkikan kuda putih adalah suara Nammyohorengekyo dan kita semua. Suara ini diperdengarkan kepada Dewa Brahma, Dewa Indra, Caturmaharajakayika dan lain-lain, sehingga bertambah warnanya, berkobar sinarnya, betapapun untuk menjaga dan melindungi kita, hal ini harus sungguh-sungguh kita rasakan�. (Gosyo Zensyu halaman 1065). Dalam kalimat manapun, Niciren Daisyonin mengumpamakan diri sebagai kuda putih, ringkikan kuda putih sesuai dengan suara Daimoku dari Niciren Daisyonin, murid dan penganutnya. Dalam Surat Balasan Kepada Soya Dono, Dewadewa diumpamakan sebagai Raja Rinda. Caturmaharajakayika, seluruh Dewa, seluruh Dwiyana, Bodhisattva dan para Buddha sepuluh penjuru ketiga masa adalah Raja Rinda. Para Dewa dan Buddha yang mendengar Daimoku Saddharmapundarika-sutra, tenaganya menjadi bertambah kuat dan sinarnya menjadi berwibawa. Murid-murid Niciren Daisyonin, yang menerima dan mempertahankan serta menyebut Nammyohorengekyo dari Sandaihiho, membuat para Dewa menjadi bertambah sinar wibawa dan kekuatannya untuk menjaga serta melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra.

7

Demikian pula dengan Buddha. Buddha bernama Prabbutaratna, ketika tidak bertemu Saddharmapundarika-sutra, menjadi moksya. Beliau muncul hadir pada zaman sutra ini dibaca. Keterangan: Tergantung pada ringkikan kuda putih, maka kewibawaan dan tenaga Raja Rinda menjadi bertambah. Berbagai Buddha, Dewa-dewa juga tergantung pada Daimoku Saddharmapundarika-sutra agar sinar kewibawaan dan tenaganya menjadi bertambah. Oleh karena itu, Sang Tathagata Prabhutaratna dan Buddha-buddha yang lain juga pasti akan timbul nyata jika mendengar 40

Samantabadra | Maret 2020

suara Daimoku. Orang yang menyebarkan Saddharmapundarika-sutra, percaya dan mempertahankannya tentu akan dijaga oleh Tensyo Daijin, Mahabodhisattva Haciman dan Mahabodhisattva Fuji Sengan. Sebaliknya jika menghina Saddharmapundarika-sutra, maka dalam negeri itu akan timbul tiga bencana tujuh musibah, sehingga menjadi musnah karena kesulitan dan penderitaan yang besar. Dikatakan bahwa sekarang seluruh negeri Jepang telah memfitnah dharma, sehingga mendapat serangan dari Mongolia. Pada waktu itu, sesudah peristiwa Bun-ei, pemerintah Kamakura semakin mengerahkan tenaga untuk menghadapi serangan dari Mongolia. Maka kota Kyoto, Kamakura, serta seluruh kuil, sungguh-sungguh berdoa agar tidak kalah dari Mongolia. Namun, walaupun sungguh-sungguh berdoa, jika melaksanakan hukum sesat dan memfitnah Saddharmapundarika-sutra tentu doanya tidak akan terkabul. Akhirnya malah mendatangkan kemusnahan dan kehancuran negara. Demikian tegasnya memecahkan dan mematahkan pandangan tersebut. Pada tahun Kenji ke-1 (1275), lima tahun sebelum dari surat ini ditulis, dalam Surat Perihal Arif Bijaksana Ketiga Masa (Syonin Sanze Ji) yang diberikan kepada Toki Jonin dikatakan, “Seandainya melaksanakan ribuan doa pun, jika tidak menggunakan Niciren, negeri ini pasti akan menjadi seperti Iki Tsusyima sekarang�. (Gosyo Zensyu halaman 974). Waktu surat ini ditulis serangan Mongolia yang kedua sudah dimulai. Tentara Monggolia mulai memasuki Tsusyima pada tanggal tiga bulan lima tahun Koan ke-4 (1281) dan perang mulai terjadi pada tanggal 21 bulan lima tahun itu.

8

Sekarang sudah berlalu 49 hari sejak almarhum Syiciro Goro meninggal. Hal ini adalah fana, fana adalah hal biasa. Tetapi orang yang mendengar kenyataan ini betapa pun sukar menahannya. Terlebih lagi orang yang menjadi ibu dan yang menjadi istri.

Anak Cabang


Keterangan: Sesudah ditinggalkan oleh suami, sekarang Ama Goze menjadi ibu yang kehilangan anak yang disayangnya. Berdasarkan kalimat ini maka dapat dirasakan dalamnya perasaan hati ibu. Pada bulan ketiga tahun Bun-ei ke-2 (1265), waktu sang suami (Hyoe Syiciro) meninggal, sang ibu sedang mengandung Syiciro Goro. Sang ibu dapat hidup karena ingin mendidik anaknya sendiri. Syiciro Goro unggul dalam segala hal dan tumbuh menjadi pria yang baik serta penuh rasa kemanusiaan yang dalam. Maka dengan adanya putra kedua, yaitu Syiciro Goro serta kakaknya, Tokimitsu, sang ibu merasa kuat untuk menghadapi bantuanya. Namun Syiciro Goro meninggal pada usia yang sedemikian muda, yakni 16 tahun. Niciren Daisyonin dapat merasakan hati seorang ibu yang kehilangan suami dan anak yang disayanginya, mungkin hati Niciren Daisyonin menjadi sakit sehingga Beliau tidak dapat mengucapkan perasaan duka cita mengenai anak muda yang meninggal lebih dulu daripada ibunya yang telah tua. Perkataan Beliau menjadi amat sedih dan penuh penyesalan tanpa berbatas. Dirasakan bahwa surat ini bagaikan tumpahan luapan perasaan Beliau. Hati sang ibu yang menghadapi kematian Syiciro Goro dirasakan seperti penderitaan hati ibu sendiri. Oleh karena itu, Beliau menyarankan tujuan tercapainya kesadaran Buddha. Dengan merasakan perasaan hati sang ibu, Niciren Daisyonin menyampaikan kesedihan-Nya seperti yang dikatakan dalam kalimat “dapat merasakan penderitaan seluruh umat manusia yang lain, seperti penderitaan Niciren sendiri�. (Gosyo Zensyu halaman 758). Kalimat ini menyatakan perasaan jiwa yang mahamaitri dan mahakaruna dari Niciren Daisyonin. ***

Catatan

Samantabadra | Maret 2020

41


42

Samantabadra | Maret 2020


Samantabadra | Maret 2020

43


44

Samantabadra | Maret 2020


Samantabadra | Maret 2020

45


46

Samantabadra | Maret 2020


Samantabadra | Maret 2020

47


ajaran

Surat Balasan Kepada Ueno Dono (Co-i Gosyo) Gosyo Cabang

Gosyo Zensyu 1567

Isi Gosyo

B

erkenaan dengan wafatnya Nanjo Syiciro Goro, semua manusia dilahirkan dan meninggal adalah biasa. Hal ini sudah diketahui oleh semua orang arif, orang bodoh, orang kalangan atas, maupun orang kalangan bawah. Maka, Saya berpikir bahwa tidak boleh sekarang baru merasa sedih dan terkejut; dan juga telah mengajarkan hal ini pada orang lain. Akan tetapi, tatkala menghadapi saat itu, apakah saat ini merupakan mimpi atau khayalan? Sampai sekarang tidak dapat ditentukan. Terlebih lagi, betapa menderita dan sedihnya ibu, ayah, kakak, dan adik sudah meninggal terlebih dahulu; suami tersayang juga telah mati terpisah. Namun karena masih mempunyai banyak anak, maka hati dapat terhibur. Anak bungsu yang disayangi, terlebih lagi anak laki-laki, wajahnya pun lebih unggul dari orang lain, hati dan sifatnya kelihatan balk sekali, dilihat orang lain sebagai anak yang baik dan penuh semangat, tetapi begitu cepat meninggal. Hal ini bagaikan kuncup bunga yang luruh tertiup angin, bagaikan bulan purnama mendadak hilang. Karena belum dapat merasakan kebenarannya Saya tidak tahu bagaimana menulis dorongan semangat. Di lain kesempatan, akan disampaikan lagi. Salam hangat. Tanggal 6 bulan 9 tahun Koan ke-3 Surat Balasan kepada Ueno Dono Tertanda, Niciren

Tambahan: Ketika bertemu pada tanggal 15 bulan 6 dapat dirasakan bahwa ia adalah anak yang gagah berani, laki-laki yang sangat baik. Namun, tidak dapat bertemu lagi. Alangkah susah dan sedihnya hati. (Nanjo Syiciro Goro) sungguh-sungguh percaya kepada Saddharmapundarika-sutra dan Buddha Sakyamuni secara mendalam, sehingga saat ajalnya pun sangat baik sekali. Oleh karena itu, hatinya pasti bersama ayahnya, ikut di tanah suci Grihrakuta, saling bergenggaman tangan, mendekatkan kepala dan bergembira. Betapa hebatnya, betapa hebatnya. 48

Samantabadra | Maret 2020


Keterangan Gosyo Surat ini ditulis pada tanggal 6 bulan 9 tahun Koan ke-3 (1280). Dalam surat ini Niciren Daisyonin menyatakan dukacitanya ketika mendengar Syiciro Goro, adik Nanjo Tokimitsu, meninggal dunia. Selain itu, Beliau mengetahui kesedihan hati Ibu Ueno Dono, Goke Ama Goze, dan menghiburnya. Berdasarkan isi surat, nama lain dari surat ini adalah Co-I Gosyo (Surat Perihal Duka Cita). Surat aslinya disimpan di Kuil Pusat Taisekiji. Meskipun dinamakan Surat Balasan kepada Ueno Dono, isinya menghibur kesedihan hati Ibu Ama Goze. Nanjo Syiciro Goro adalah putra ke lima dari Nanjo Hyoe Syiciro, Kepala Daerah Ueno Propinsi Fuji. Oleh karena itu dinamakan “Syiciro Goro” (Go berarti lima). la adalah adik Nanjo Tokimitsu. Sebelum Syiciro Goro lahir, ayahnya telah meninggal dunia sehingga ia hanya dididik oleh ibunya (Ueno Dono Ama Goze). Pada tanggal 15 bulan 6 tahun Koan ke-3 bersama kakaknya, Tokimitsu, ia berkunjung ke Minobu membawa sumbangan dan bertemu dengan Niciren Daisyonin. Tiga bulan kemudian, tiba-tiba ia meninggal. Dari isi surat ini dapat dirasakan betapa mendalamnya kesedihan Niciren Daisyonin atas meninggalnya Syiciro Goro secara tibatiba. Dari kata-kata Beliau dalam surat terungkap bahwa Beliau dapat merasakan hati Ibu Goke Ama yang paling sedih dari siapa pun. Hal ini membuktikan perasaan Niciren Daisyonin yang penuh dengan rasa kemanusiaan yang hangat. Pada awal surat dikatakan bahwa hidup mati adalah hal yang biasa dalam kehidupan. Ini memang teori Hukum Buddha sesungguhnya. Pada kenyataannya, jika menghadapi sendiri

orang yang dekat meninggal, sering kali hati tidak dapat percaya, masih seperti mimpi atau khayalan. Niciren Daisyonin adalah Buddha Pokok Masa Akhir Dharma yang sudah memahami benar teori sesungguhnya Hukum Buddha. Meskipun demikian, berkenaan dengan orang yang telah meninggal, Beliau mengungkapkan dengan perasaan jiwa manusia biasa; tidak mengatakan sebagai orang yang telah sadar atau bersikap atas bawah. Di situ terdapat dalamnya suasana jiwa yang penuh kehangatan hati tanpa batas sebagai Buddha Pokok. Selanjutnya dengan kalimat, “Terlebih lagi betapa menderita dan sedihnya ibu… bagaikan bulan purnama mendadak hilang”, Beliau menghibur dan merasakan kesedihan hati Ibu Goke Ama Goze. Ama Goze ini sudah tidak memiliki ayah, ibu, kakak, dan adik bahkan suami, Nanjo Hyoe Syiciro, telah mati berpisah. Dalam keadaan seperti itu, anak-anak yang banyak dimilikinya dapat menguatkan hatinya. Bukan main jika dapat mendidik mereka hingga dewasa. Tiba-tiba Syiciro Goro meninggal, apalagi ia adalah anak yang gagah berani, wajah dan sifatnya lebih baik dari manusia pada umumnya. Siapa pun senang anak kecil yang ceria dan penuh harapan masa yang akan datang. Anak serupa itu tiba meninggal. Hal ini dikatakan kuncup bunga yang luruh tertiup bagaikan bulan purnama. Demikianlah Niciren Daisyonin merasakan merenungkan kesedihan hati seorang ibu. Akhirnya sebagai kesimpulan surat Niciren Daisyonin mengatakan bahwa saat itu Beliau masih tidak percaya Syiciro Goro telah meninggal, sehingga tidak tahu bagaimana menulis kata-kata menghibur. Samantabadra | Maret 2020

49


Setelah mempelajari Hukum Buddha dan mengetahui teori hidup-mati, hal kematian manusia memang menjadi hal biasa. Atau, terjatuh ke dalam kesombongan merasa sudah mencapai kesadaran memahami hal ini. Biasanya dengan perasaan seperti ini selalu ingin membimbing atau menasehati orang. Sedikit pun tidak ada kata-kata Niciren Daisyonin seperti itu dalam surat ini. Merasa sedih dan menangis karena meninggalnya anak adalah wajar. Adalah sikap maitri dapat merasakan penderitaan ini bersama-sama dan merangkul untuk membesarkan hati. Berdasarkan pemahaman yang mendalam mengenai kesedihan seorang ibu, dalam surat ini Beliau dapat membimbing dengan memberikan dorongan agar Ibu Ama Goze mendapatkan ketenangan hati dan keberanian untuk mengatasi kesedihan ini. Dalam tambahan surat Niciren Daisyonin mengungkapkan ketenangan dan perasaan Beliau ketika bertemu Syiciro Goro. Beliau menyampaikan kesedihan hati tidak dapat bertemu lagi dengan wajah yang baik dan gagah berani itu. Beliau memberi dorongan semangat dengan mengatakan bahwa sekalipun Syiciro Goro berusia pendek, ia terus percaya kepada Saddharmapundarika sutra sampai ajalnya sehingga tidak diragukan lagi pasti mencapai kesadaran Buddha. Perkataan terahir yang yang berbunyi, “ Sungguh-sungguhg mempercayai Saddharmapundarika sutra dan Buddha Sakyamuni secara mendalam …Alangkah hebatnya, alangkah hebatnya,” dapat memberikan dorongan semangat jiwa pada lubuk hati Ibu Goke Ama Goze. Tentu saja yang dikatakan sebagai “Buddha Sakyamuni” adalah Tathagata Jijuyuhosyin dan Kuon Ganjo, dan “Saddharmapundarika sutra” adalah Nammyohorengekyo dari Kuon Ganjo”. *** 50

Samantabadra | Maret 2020

Catatan


Samantabadra | Maret 2020

51


ajaran

Segala Sesuatu Dapat Diterima dengan Ringan Melalui Hati Kepercayaan Forum Diskusi

1

Bila percaya kepada Gohonzon dan melaksanakan kepercayaan itu, apa yang dapat dirombak dan bagaimana caranya ? Jawab: Hati kepercayaan kepada Hukum Agama Buddha Niciren Daisyonin adalah percaya kepada Gohonzon, menyebut Daimoku dengan sungguh-sungguh, serta melaksanakan. Kita menjalankan Gongyo Daimoku adalah untuk mewujudkan Dunia Buddha yang ada dalam jiwa sendiri, sehingga dapat membersihkan jiwa. Yang dimaksud dengan mewujudkan Dunia Buddha, secara mudah dengan satu kata, yaitu timbulkan tenaga jiwa yang kuat, ingin memikirkan kebahagiaan orang lain, menyayangi orang lain dan dapat memperoleh prajna, sehingga mampu bertindak dengan tepat dalam menghadapi segala permasalahan. Niciren Daisyonin mengatakan, “Menyebut satu kali Daimoku dapat memanggil jiwa Buddha seluruh umat manusia dan waktu itu sifat Dharma dari jiwa sendiri atau Trikaya tertarik keluar (Dharma, Prajna dan Perilaku sendiri menjadi Dharmakaya, Sambhogakaya dan Nirmanakaya), dan menjadi nyata�. (Gosyo, hal. 489). Di sini, yang dimaksud dengan Dharmakaya adalah jiwa Buddha yang kekal, Sambhogakaya adalah prajna Buddha yang dapat melihat segalanya tembus, Nirmanakaya adalah hati yang menyayangi seluruh umat manusia.

52

Samantabadra | Maret 2020

Ketika mulai percaya, mungkin beranggapan akan menjadi manusia yang berkepribadian istimewa dan seluruh rupa akan berubah; tetapi sebenarnya tidak demikian. Sebelum memiliki hati kepercayaan, penderitaan itu membuat kita susah hati dan ingin melarikan diri dari penderitaan itu, tetapi setelah hati kepercayaan timbul, tenaga jiwa yang kuat dari dalam jiwa sendiri akan terwujud nyata, sehingga berani menghadapi penderitaan dan mengatasinya dengan kekuatan sendiri secara tenang hati. Bila diperumpamakan, hidup yang menderita bagaikan terombang-ambing dalam gelombang. Setelah menjalankan hati kepercayaan dapat mengikuti gelombang tersebut dengan senang dan dapat merombak hidup menjadi hidup yang bergembira. Dengan demikian, percaya kepada Gohonzon ini tidak berarti secara langsung tidak ada penderitaan dalam lingkungan. Kita harus dapat menerima gelombang itu sebagai pupuk kebahagiaan diri sendiri di masa akan datang dan menggunakan tenaga sifat inisiatif yang kuat. Di samping itu, setiap orang mempunyai bermacam-macam nasib dan hidup memikul dosa karma yang berat dari masa lampau hingga sekarang. Tetapi, dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Gohonzon, segalanya dapat diterima dengan ringan. Dalam salah satu surat-Nya Niciren Daisyonin mengatakan, “Nammyohorengekyo adalah kegembiraan terbesar di atas kegembiraan�. (Gosyo, hal. 788). Dengan menjalankan hati kepercayaan kehidupan akan


terbuka, sehingga dapat menikmati suka-duka kehidupan itu dengan gembira, senang dan tenang. Dengan demikian, segala macam penyakit, ketidakharmonisan keluarga dan berbagai kesulitan lainnya merupakan pembuka jalan untuk mengatasi segala permasalahan. Mengenai hal ini, pengalaman-pengalaman dan bukti nyata tak terhitung banyaknya dari orang-orang yang melaksanakan hati kepercayaan dalam Niciren Syosyu. Bahkan perombakan sifat jiwa dari satu orang dapat menimbulkan getaran dalam lingkungan orang tersebut sampai ke masyarakat, sehingga menimbulkan bermacam-macam gelombang kebahagiaan.

2

Dapatkah saya merombak sifat jiwa kalau menjalankan hati kepercayaan kepada Gohonzon?

Jawab: Anda bertanya demikian, mungkin karena mendapat kesulitan yang disebabkan oleh sifat diri sendiri. Tetapi sebenarnya sifat itu sendiri bukan merupakan kesulitan; hanya saja karena sifat ini, anda tidak dapat berhubungan lancar dengan orang lain dan sering kesalahpahaman atau mungkin tidak disenangi oleh orang lain, maka akhirnya menjadi demikian kesulitan. Bila tidak ada keberanian atau malas, disenangi atau disayangi oleh orang banyak, tentu sifat tersebut tidak menjadi kesulitan. Biasanya, sifat merupakan keistimewaan seseorang dalam berhubungan serta menghadapi orang lain. Manusia tidaklah dapat hidup sendiri dan selalu berhubungan dengan bermacam-macam orang. Dalam berhubungan dengan bermacam-macam orang itulah kita menginginkan kepuasan dan ketenangan hati, yaitu kita ingin mencari kebahagiaan dalam hidup. Cara dalam mencari kebahagiaan inilah yang dinamakan “sifat�. Yang sering terjadi, tidak adanya rasa percaya diri sendiri membuat sifat penakut atau rendah diri; orang yang sama sekali tidak mempercayai segala hal seringkali ragu-ragu sehingga sukar bertindak; dan orang yang selalu ingin

menjadi pusat perhatian akan memperkuat kemarahan dan ketidaksenangannya. Sebaliknya bila memiliki rasa percaya diri pada diri sendiri dan mempunyai hati kepercayaan yang kuat kepada Gohonzon tentu akan menjadi orang yang simpatik, yang dapat menghadapi orang lain secara apa adanya dan orang lain pun dapat menerima dengan simpatik tanpa merasakan perbedaan. Oleh karena itu, nilailah diri sendiri berdasarkan perasaan kita, adakah rasa percaya diri sendiri dan adakah kepercayaan dari orang lain. Dari situ menentukan apakah kita menderita atau tidak menghadapi orang lain. Sifat ini dapat diumpamakan seperti bentuk sungai yang lebar dan berliku-liku. Bentuk ini tidak akan berubah, tetapi air yang mengalir di dalamnya bisa kotor atau jernih. Ini berarti, dasar sifat tidak berubah. Dengan adanya rasa percaya pada diri sendiri dan membangkitkan kepercayaan orang lain kepada kita, sifat tidaklah menjadi kesulitan bagi diri sendiri. Tenaga penggerak dari asal mula untuk membangkitkan kembali rasa percaya diri dan rasa percaya dari orang lain kepada kita dari segi akar pokok ada di dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin. Bunga sakura adalah sakura, bunga prem adalah prem, tetapi semuanya mekar menjadi bunga yang indah. Bunga itu dapat mekar dengan baik karena mempunyai daya mekar; dan daya mekar ini adalah pelaksanaan Hukum Buddha. Kebanyakan orang mengalami kesulitan dengan sifat diri sendiri disebabkan karena mengharap pertolongan dari orang lain, atau mengharap tenaga dari luar. Tetapi orang yang selalu ingin mendengar kebahagiaan orang lain dengan keaktifan pelaksanaan maitri karuna dapat membangun kembali rasa percaya pada diri sendiri. Ajaran pelaksanaan penyelamatan umat manusia ini adalah Hukum Buddha Niciren Daisyonin.

3

Mengapa orang yang sudah percaya Gohonzon masih ada yang tidak berbahagia dan kehidupannya tidak berubah menjadi lebih baik? Samantabadra | Maret 2020

53


Jawab: Sebab dari keadaan sekarang yang tidak berbahagia sudah terdapat dalam jiwa sendiri semenjak dahulu. Hati kepercayaan yang dilaksanakan sekarang merupakan usaha untuk menghapus sebab-sebab buruk itu dan usaha yang merupakan proses itulah fakta nyata yang harus diakui. Seandainya setelah menjalankan hati kepercayaan tetap mendapat penyakit atau mengalami kebangkrutan atau tiba-tiba mendapat kecelakaan seperti tertabrak mobil, kejadian ini dikarenakan setiap manusia mempunyai berbagai macam nasib dan dosa. Pada suatu waktu, ketika meremehkan hati kepercayaan, kejadian-kejadian seperti itu merupakan pertanda, sehingga kembali mau menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh hati dan kembali mendapatkan tenaga karunia kebajikan; oleh karena itu hal-hal tersebut dapat diatasi dan akhirnya suasana jiwa menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Untuk itu, harus meninjau diri dan menunjukkan perombakan sifat jiwa akan sikap yang sampai sekarang penuh dengan kesombongan, egoistik, manja, mementingkan diri sendiri dan lain sebagainya. Dengan demikian ketidakbahagiaan kecil itu akan menjadi jodoh untuk mendapatkan kebahagiaan besar. Kebahagiaan atau ketidakbahagiaan haruslah dilihat dari jangka waktu yang panjang. Tetapi, karena sikap jiwa setiap orang berbeda, biasanya tidak memikirkan mengenai nasib dan karma serta meninjau dangkal dalamnya hati kepercayaan diri sendiri, hanya menginginkan cepat dapat mengatasi segala permasalahan dalam satu waktu kehidupan itu, atau terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Gohonzon itu tidak ada kekuatan. Lagipula apakah yang menjadi tolak ukur kebahagiaan atau ketidakbahagiaan? Pertanyaan ini mungkin ditujukan pada kesulitan ekonomi dan banyaknya penyakit dalam keluarga, tetapi sebenarnya kebahagiaan itu tidak dapat diukur dari segi materi. Dalam dunia ini ada orang yang mempunyai nama baik dan kekayaan, dan pihak luar menilai bahwa orang inilah yang ber54

Samantabadra | Maret 2020

bahagia. Bila melangkah masuk ke dalam dunia kejiwaan atau spiritual orang tersebut, barulah kita mengetahui ada juga ketidakbahagiaan di dalamnya. Ada syair yang mengatakan, “Bagaimanapun jeleknya pakaiannya, dalam hatinya bagaikan kain yang terbuat dari emas�. Dapatkah dikatakan seseorang yang hatinya sungguh-sungguh hidup dengan penuh kepuasan, walaupun yang terlihat dari luar tidak memadai, dikatakan sebagai orang yang rendah kebahagiaannya? Manusia senantiasa penuh dengan kumpulan hawa nafsu, sehingga tentu tak mungkin tanpa kesulitan sama sekali. Tetapi pada pokoknya kesulitan itu hendaknya dapat dijadikan sebagai batu loncatan untuk meningkatkan diri sebagai manusia dan untuk menyempurnakan diri, sehingga akhirnya dapat tercapai hidup yang maju dan makmur. Yang dapat membuat tercapainya keadaan seperti itu adalah akar sumber tenaga dan prajna yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai Nammyohorengekyo dari Tri Maha Dharma Sakti. Setelah percaya Gohonzon tidak berarti langsung memutuskan nasib dan karma berat serta menghapuskan semua karma dari masa lampau hingga sekarang. Pelaksanaan hati kepercayaan kita sehari-hari bertujuan untuk memikul, menghantam serta melawan nasib masing-masing, sehingga dapat mengatasinya dengan dasar ketenangan hati. Hal terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah tujuan diajarkannya hukum Buddha, yaitu agar manusia dapat mencapai kesadaran Buddha. Manfaat yang utama dari tujuan akar pokok hati kepercayaan adalah munculnya kesadaran Buddha dari dalam diri. Berbagai keuntungan di dalam hidup ini menjadi masalah yang kecil bila dibandingkan dengan tercapainya kesadaran Buddha. Bila terikat pada hal-hal dari luar dan tidak dapat melihat karunia kebajikan di dalam jiwa, berarti tidak dapat mengerti makna arti Hukum Buddha Niciren Daisyonin yang sebenarnya. ***


syingyogaku

Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada P

ada tahun 2004, sempat populer lagu Indonesia yang berjudul “Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada� yang diciptakan oleh Ahmad Dhani dan dinyanyikan duet olehnya dan Chrisye. Dalam pandangan umum, terutama di Indonesia, surga dan neraka dilihat sebagai gambaran kondisi atau alam sesudah kematian; surga adalah tempat yang didambakan, hasil dari berbuat kebaikan semasa hidup, sedangkan neraka adalah tempat siksa yang menyeramkan, hukuman atas kejahatan yang dilakukan semasa hidup. Kita sebagai bagian dari masyarakat kerap memahami surga dan neraka seperti itu. Namun, sesungguhnya bagaimanakah pengertian dari surga, tanah Buddha, dan neraka dalam ajaran Buddha Niciren?

Pencapaian Kebuddhaan dengan Badan Apa Adanya Dalam gosyo mengenai prinsip neraka adalah tanah Buddha ini, Buddha Niciren mengatakan kepada istri dari Nanjo Hyoe Shichiro bahwa suaminya semasa hidup adalah Buddha, begitu pun ketika meninggal. Dengan demikian, ia telah mencapai kebuddhaan dengan badan apa adanya (issyo jobutsu). Mengapa Nanjo diklaim sebagai Buddha oleh Buddha Niciren? Hal ini dapat kita mengerti dari pernyataan Niciren dalam gosyo tersebut bahwa semasa hidupnya Nanjo telah mempraktikkan hati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra secara benar sesuai ajaran dan membabarkan darma secara meluas (syakubuku), termasuk kepada keluarganya.

Selanjutnya, Nanjo juga dikatakan mencapai kebuddhaan ketika meninggal. Hal ini karena Nanjo mempertahankan hati kepercayaannya kepada Saddharmapundarikasutra hingga akhir hayatnya dan menjadikan Saddharmapundarika-sutra sebagai satu-satunya pedoman hidup Nanjo, tiada yang lain. Dari penjabaran tersebut, dapat kita pahami bahwa pencapaian kesadaran Buddha dengan badan apa adanya (issyo jobutsu) adalah sikapsikap yang mencakupi: 1. Semasa hidup, percaya hanya kepada Saddharmapundarikasutra; 2. Menjadikan nilai-nilai Buddhis di dalam Saddharmapundarikasutra (ajaran Buddha Niciren) sebagai Samantabadra | Maret 2020

55


pedoman hidup (mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan, tidak sekadar teori); 3. Mematahkan filsafat/ pola pikir yang tidak sesuai dengan Saddharmapundarikasutra, tidak mencampuradukkan ajaran Saddharmapundarikasutra dengan ajaran lain (non-Buddhis, Buddhisme selain Saddharmapundarikasutra) seperti dalam menghayati konsep ketuhanan, kejiwaan, rejeki, “surga dan neraka”; 4. Menyebarluaskan ajaran Buddha Niciren (syakubuku). Hakikat syakubuku sesungguhnya adalah poin nomor 1, 2, dan 3 ditambah dengan peran aktif kita mengabarkan kepada orang lain kebahagiaan yang kita peroleh dan perwujudan sikap-sikap Buddhis hasil dari percaya kepada ajaran ini; 5. Percaya dan mempertahankan ajaran ini hingga hembusan nafas terakhir. Gosyo ini menjelaskan bahwa issyo jobutsu adalah sebuah proses yang berkelangsungan sepanjang 56

Samantabadra | Maret 2020

hidup kita sampai kita meninggal, bukan sebuah titik pencapaian yang bisa dicapai satu kali dan bertahan selamanya. “Pencapaian” perlu dimaknai sebagai sebuah pemunculan kesadaran dari dalam diri sendiri/pikiran kita. Dikatakan sebagai pencapaian karena dari 10 dunia perasaan jiwa, perasaan jiwa Dunia Buddha mempunyai tingkat kesulitan tertinggi untuk dipahami dan dihayati. Dinamika perasaan jiwa adalah fenomena kewajaran dan kebenaran; dengan atau tanpa memeluk agama Buddha Niciren, semua manusia secara inheren memiliki kesepuluh dunia perasaan jiwa ini; sesaat kita bahagia, sesaat kemudian kita bisa sedih, marah, takut, perasaan jiwa senantiasa berubah-ubah. Perasaan jiwa Dunia Buddha juga dimiliki oleh orangorang yang tidak percaya Saddharmapundarika-sutra, seperti yang dikatakan oleh Buddha bahwa semua manusia tanpa terkecuali memiliki dunia Buddha di dalam dirinya. Lalu apa yang membedakan kita sebagai murid Buddha Niciren dengan orang-orang lainnya? Kita memiliki keuntungan (privilige) sebuah “jalan tol” untuk mewujudkan perasaan jiwa dunia Buddha secara konsisten dan menjadikannya perasaan jiwa yang dominan di dalam perjalanan hidup kita. Niciren Daisyonin dengan prajna Buddhanya mampu menarik intisari dari Buddhisme atau ajaran

Buddha Sakyamuni selama 50 tahun ke dalam Gohonzon— Nammyohorengekyo. Daimoku di hadapan Gohonzon adalah kunci untuk menyelaraskan frekuensi perasaan jiwa kita menjadi Dunia Buddha. Namun perlu kita ingat, bahwa perasaan jiwa itu dinamis, sekejap demi sekejap pasti berubah-ubah. Pelaksanaan daimoku dan gongyo adalah upaya kita untuk membuat kondisi kesadaran kita lebih konsisten; tetap berubah-ubah, namun kesadaran kita meningkat. Kita mampu mengobservasi perasaan diri kita sendiri, bukannya terbawa perasaan. Buddha Niciren telah menyadari bahwa perasaan jiwa dari dunia Buddha perlu dijadikan landasan atau pedoman hidup kita agar kita dapat mengoptimalkan hidup kita menjadi hidup yang bernilai. Hal ini dapat kita wujudkan melalui pertapaan menyebut Nammyohorengekyo secara berkelangsungan (daimoku) dan gongyo. Suasana kebuddhaan dapat diwujudkan oleh siapa saja, atau dengan kata lain semua orang dapat menjadi Buddha. Tidak perlu pintar, yang diutamakan adalah kepercayaan dan ketulusan kepada darma Nammyohorengekyo dan mempraktikkan nilai-nilai Buddhisme. Susunan NSI adalah wadah yang sangat baik bagi kita memperoleh pemahaman terhadap


darma serta kesempatan untuk mempraktikkan nilainilai Buddhisme. Tinggal sejauh mana kita mau memanfaatkannya untuk kebaikan diri kita sendiri dan orang lain. Dari kesepuluh dunia, kita berlatih untuk mencapai dunia Buddha. Ketika kita mampu menjadikan Saddharmapundarika-sutra sebagai bagian dari irama nafas kita, di situlah letak pencapaian kesadaran Buddha dengan badan apa adanya bagi diri kita dalam hidup kali ini. Neraka dan Tanah Buddha Secara materi pembahasan, gosyo ini masih berkaitan dengan gosyo kensyu sebelumnya (bulan Januari 2020) perihal mendambakkan Jojakko-do atau tanah Buddha. Di gosyo ini, Niciren Daisyonin secara tersurat sangat gamblang menjelaskan tentang pengertian “neraka” dan “tanah Buddha” bahwa kedua istilah tersebut di dalam ajaran Buddha Niciren mengacu pada kondisi pikiran manusia, bukan mengacu pada tempat atau kondisi di luar manusia. Secara sederhana dapat dipahami bahwa “neraka” adalah kondisi pikiran/jiwa manusia yang sangat terikat terhadap kefanaan dan menjadi menderita atas keterikatan tersebut, sedangkan “tanah Buddha” adalah kondisi pikiran/jiwa yang tidak terikat, kuat, suci, dan tenang. Ketika kita menyadari secara penuh

terhadap fenomena ini, maka kita disebut sebagai “Buddha” (orang yang berkecenderungan sadar pikir), apabila belum sadar maka kita disebut sebagai manusia biasa (orang yang berkecenderungan sesat pikir). Lebih lanjut, Buddha Niciren menjelaskan bahwa orangorang yang sungguh hati percaya dan melaksanakan Saddharmapundarika-sutra akan sampai pada pemahaman bahwa “neraka” adalah “tanah Buddha”. Apabila kita dekati pernyataan ini menggunakan filsafat selain Saddharmapundarikasutra, kita tidak mampu mencernanya, karena kontradiktif; yang satu mengacu pada tempat yang begitu suram, penuh penderitaan, yang satu lagi adalah tempat paling membahagiakan, tiada duka. Namun apabila kita dekati pernyataan tersebut menggunakan filsafat Saddharmapundarikasutra, maka “neraka” dan “tanah Buddha” merupakan kesatuan dalam pikiran kita. Dalam satu pikiran atau jiwa kita terdapat “neraka” dan “tanah Buddha” sekaligus. Walau terdefinisi sebagai dua, namun sesungguhnya bukan dua, tetapi satu kesatuan dalam jiwa. Kita tidak dapat meniadakan salah satunya. Berusaha untuk menolak penderitaan akan membuat kita menjadi lebih menderita. Kita perlu menerima keduanya sebagai suatu kewajaran.

Pemahaman terhadap konsep “neraka” dan “Tanah Buddha” berdasarkan Saddharmapundarikasutra serta kesatuan dari keduanya, sesungguhnya menjadi keunggulan dari ajaran Buddha Niciren yang mampu membantu kita mencapai pemahaman tentang fenomena kejiwaan yang hanya dapat disadari oleh Buddha dan Buddha. Dalam praktiknya, kesadaran ini membuat kita mampu menerima diri kita sendiri apa adanya; tidak arogan namun juga tidak rendah diri. Pentingnya “Ajaran Benar” Sebagai Pedoman Hidup Di bagian berikutnya dari gosyo ini terdapat kutipan yang menyatakan bahwa orang yang berpaling dari atau menjauhi Saddharmapundarika-sutra akan selalu berada dalam neraka. Tanpa pemahaman yang berdasarkan Saddharmapundarika-sutra tentang konsep “neraka”, pernyataan ini dapat dimaknai sebagai suatu doktrin yang mengerikan, terutama jika neraka dimaknai sebagai tempat eksekusi atau penghakiman setelah kematian. Selain itu, tanpa penjelasan yang memadai orang dari agama lain dapat menilai pernyataan dalam gosyo tersebut sebagai justifikasi negatif Buddha Niciren terhadap orang dengan keyakinan yang berbeda. Samantabadra | Maret 2020

57


Padahal, Buddha Niciren sesungguhnya hanya menggambarkan kewajaran, bahwa tanpa kesadaran Buddha, pikiran kita rentan terhadap pengaruh buruk, pola pikir sesat, yang mana merupakan kondisi pikiran atau perasaan jiwa yang digambarkan sebagai “neraka� karena kita merasa menderita dan berputar-putar dalam kondisi penderitaan tersebut. Saddharmapundarikasutra menyajikan filosofi kebenaran tentang kehidupan yang lebih mengena bagi kita manusia-manusia yang hidup saat ini (masa akhir darma) di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah maju sedemikian pesatnya. Pemaparan Buddhisme bagi manusia masa akhir darma lebih dapat diterima dengan penjelasan yang realistis, dan memang agama sepatutnya menjadi panduan bagi manusia dalam menjalani realita. Perumpamaanperumpamaan dalam berbagai sutra sesungguhnya merupakan upaya Buddha Sakyamuni dalam menjelaskan hakikat dari Buddhisme. Ajaran tersebut kemudian dituangkan ke dalam gosyogosyo dan pembabaran oleh Buddha Niciren yang dapat diterima secara meluas oleh masyarakat. Walau demikian, di dalam gosyo-gosyo Buddha Niciren pun masih dapat kita temui kalimat atau pernyataan metafor, perumpamaan-perumpamaan 58

Samantabadra | Maret 2020

yang sesungguhnya ingin menjelaskan kedalaman makna dari ajaran Buddha yang terkadang tidak mampu dijelaskan secara sempurna oleh bahasa dan kata-kata biasa. Oleh karena itu perjalanan syinjin perlu diiringi dengan ketekunan belajar, mengikuti kensyu, pertemuan dan diskusi gosyo atau ajaran Buddha Niciren karena belajar adalah jalan utama bagi kita untuk menyamakan frekuensi pikiran kita menjadi “Dunia Buddha�. Kita manfaatkan kesempatan belajar darma untuk memahami secara tepat dan benar ajaran Buddha. Buddha Niciren menjelaskan proses mendalami ajaran (pertapaan) ini seperti mencelupkan kain putih di air nila. Semakin dicelup kain yang dicelup akan berwarna lebih biru dari cairan awalnya. Daun nila sendiri sebenarnya berwarna hijau. Dengan demikian, ketekunan kita dalam syin gyo gaku, dengan atau tanpa disadari, pasti mempertebal hati kepercayaan kita. Baik penceramah maupun umat juga hendaknya selalu ingat untuk mengutamakan syinjin yang tulus dan sungguh hati, karena tanpa hal tersebut, kita rentan terhadap pengaruh buruk dan dapat melakukan pemfitnahan darma, menafsirkan ajaran sekehendak hati sehingga berpotensi membawa kemudaratan bagi diri sendiri, orang lain, dan citra dari agama Buddha Niciren sendiri.

Menjelang akhir dari gosyo ini, Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa kekuatan dari Saddharmapundarikasutra, karakter Myo (gaib) dari Myohorengekyo adalah mampu menyelamatkan seluruh umat manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Saddharmapundarikasutra adalah pergerakan maitri karuna dari alam semesta itu sendiri. Tidak ada penghakiman bagi manusia, semua berjalan sesuai dengan hukum agung Nammyohorengekyo. Putri Naga mencapai kesadaran Buddha tanpa mengubah wujudnya (melambangkan perempuan dan binatang, Devadatta melambangkan sifat neraka yang mencakupi dunia Buddha, hawa nafsu menjadi kesadaran, kemurkaan menjadi kebijaksanaan. Semua karakter dan sifat manusia tidak ada yang ditiadakan. Perasaan-perasaan jiwa dari neraka hingga Buddha memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Diterangi oleh sinar kebajikan dari Myohorengekyo (Dunia Buddha), kesemua perasaan jiwa saling melengkapi dan menunjang keberlangsungan hidup kita. (Samanta)


Pentingnya Objek Pemujaan yang Tepat H

onzon itu penyingkatan istilah “konpon songyo” (konpon: dasar; songyo: sangat dihormati). Honzon menunjuk objek pemujaan yang diyakini dan dihormati sebagai dasar kehidupan seseorang. Secara umum, masing-masing agama memiliki objek pemujaan yang mewujudkan ajaran, pedoman dan prinsip masing-masing agama. Agama-agama berbedabeda karena objek pemujaan agama-agama ini didasarkan pada konsep-konsep yang berbeda-beda. Dalam Agama Buddha, hati-kepercayaan didasarkan pada prinsip gaib hubungan timbal balik antara manusia (penganut) dan objek pemujaan. Hati yang percaya adalah perbuatan memuja honzon sebagai dasar keyakinan dan objek yang dihormati seseorang. Maka hal ini menyebabkan penganut langsung menerima ajaran yang tersajikan di dalam objek pemujaan itu. Meletakkan hati-percaya pada sebuah objek pemujaan tidaklah sekadar berdasarkan pada emosi, logika, atau cara berpikir empiris. Menerima hati-percaya menyatukan diri dengan objek pemujaannya. Tanpa memandang derajat unggul atau rendahnya ajaran, suatu objek pemujaan diperlukan untuk menyatukan ajaran-ajaran itu dengan jiwa si penganut, secara mendalam dan langsung. Kebahagiaan atau ketidakbahagiaan seseorang turut ditentukan oleh objek pemujaan yang diyakini orang itu. Jika seseorang memuja objek yang keliru, keadaan jiwanya menurun, yang pada akhirnya menyebabkan penderitaan dan kemandekan. Penting sekali seseorang memilih objek pemujaan yang tepat. Banyak orang berpikir semua agama itu baik, seraya mengatakan, “Hati-percaya menggerakkan gunung.” Namun yang terpenting ialah dasarnya hati-percaya itu. Ada perbedaan besar, misalnya, antara memuja

makhluk gaib dan memuja ajaran filsuf duniawi. Jika kita keliru dalam pilihan, objek pemujaan kita akan menyebabkan pengaruh yang tak diinginkan. Oleh karena itu, di dalam Gosyo, Buddha Pokok Niciren Daisyonin mengajarkan kita untuk “memilih objek pemujaan terunggul” (Gosyo, p. 1275). Agama sejati yang akan benarbenar memberi manfaat kepada umat ialah agama yang memiliki objek pemujaan terunggul, objek pemujaan sejati. Tigak Kebajikan Serta Kesatuan Manusia dan Darma Dai-Gohonzon yang Niciren Daisyonin tulis dalam bentuk sebuah mandala adalah jiwa Buddha Pokok yang memiliki 3 Kebajikan Raja, Guru dan Orang Tua. Raja berfungsi melindungi semua orang dengan kekuasaan, Guru mengajarkan dan membimbing semua orang mencapai kesadaran Buddha, keadaan kebahagiaan mutlak. Orang Tua mewujudkan maitri karuna dan pengampunan untuk mengasuh dan mendukung segenap umat manusia. Samantabadra | Maret 2020

59


Buddha itu Raja bagi orang-orang yang berada di Alam Kemanusiaan (nin) dan Alam Surga (ten), Orang Tua semua orang, dan Guru yang mencerahkan mereka. Orang Tua yang memiliki kebajikan rendah tidaklah memiliki Kebajikan Raja. Raja ditakuti jika mereka tidak memiliki maitri karuna Orang Tua. Sekalipun jika sebagian orang itu berfungsi baik sebagai Orang Tua maupun Raja, mereka tidaklah dengan sendirinya Guru. Semua Buddha yang dihormati adalah Raja namun karena para Buddha tidaklah muncul di dunia ini, para Buddha bukanlah Guru (Gosyo, h. 628). Gohonzon memiliki 3 Kebajikan ini semua, dan satu-satunya objek pemujaan yang sejati yang dapat menyelamatkan semua orang dari penderitaan kelahiran dan kematian. Penting bagi kita untuk memperhatikan sikap dan postur kita di hadapan Gohonzon. kita harus membaca sutra dan melantunkan Daimoku dengan sepenuh jiwa. Maka, kesadaran Buddha itu mungkin, dengan menyatunya sifat-Buddha yang diwujudkan dalam Gohonzon dan sifat-diri seseorang. Gohonzon merupakan perwujudan kesatuan manusia dan Darma. Sekalipun Darma terunggul ada di alam semesta, mustahil membuktikan keberadaannya tanpa manusia (Buddha) yang mencapai kesadaran Buddha dengan Darma terunggul ini. Di lain pihak, jika seorang Buddha tidak memiliki prajna Buddha untuk me60

Samantabadra | Maret 2020

nyadari Darma Gaib (Myoho) ia sekadar manusia biasa. Niciren Daisyonin adalah satu-satunya orang yang mencapai kesadaran Buddha abadi pada Darma sejati yang dapat membimbing semua orang menuju kebuddhaan. Beliau menuliskan jiwaNya yang telah mencapai kesadaran Buddha, dalam bentuk Mandala Agung, Dai-Gohonzon. Dai-Gohonzon mewujudkan Nam-Myoho-Renge-Kyo Icinen Sanzen Kenyataan (Darma) dan jiwa-Nya yang telah mencapai kesadaran Buddha abadi sang Buddha Pokok, Niciren Daisyonin (manusia) yang adalah, bersama-sama, wujud kesatuan Manusia dan Darma (Ninpo Ikka). Persembahan kepada Gohonzon dan Perawatan Gohonzon Semangat dasar kita terhadap Gohonzon haruslah semangat dasar yang penuh takzim. Jika kita memiliki sikap mendasar bahwa Gohonzon itu Buddha yang hidup, yang dikaruniai 3 Kebajikan Raja, Guru dan Orang Tua, maka kita akan selalu memperlakukan Gohonzon dengan amat hormat. Gosyo, “Perihal Pencapaian Kebuddhaan� menyatakan : Apakah Anda melantunkan nama Buddha, membaca sutra ini, atau sekadar mempersembahkan bunga dan dupa, semua perbuatan baik kita akan menanamkan karunia kebajian dan keberunungan dalam kehidupan kita. Dengan keyakinan ini Anda wajib melaksanakan hati-percaya Anda (MW, Vol. 1, p. 4; Gosyo, h. 46).

Membaca Gongyo dan melantunkan Daimoku kepada Gohonzon adalah pertapaanpertapaan dasar agama Buddha ini. kita melaksanakan Gongyo untuk menyempurnakan jiwa kita. Gongyo jangan dilakukan sekadar formalitas. Sikap hormat dan syukurlah yang paling pantas. Gohonzon mewujudkan jiwa seadanya Niciren Daisyonin, oleh karena itu Gohonzon harus diperlakukan dengan sangat hormat dan tulus. Sampai Gohonzon disemayamkan, berhati-hatilah jangan sampai membahayakan atau merusak Gohonzon. Ketika menerima Gohonzon dan akan menyemayamkannya di rumah atau ketika pindah rumah, sebaiknya didampingi oleh pengurus NSI atau satu/ dua orang penganut senior. Upacara Persemayaman sebaiknya terselenggara sesegera mungkin setelah Gohonzon diterima. Ketika memutuskan tempat altar kita, penting sekali mempertimbangkan tempat yang paling cocok untuk Gohonzon. Gohonzon dikaruniai 3 Kebajikan Orang Tua, Guru, dan Raja, yang akan membimbing kita ke kebahagiaan mutlak; oleh karena itu, Gohonzon harus diperlakukan dengan rasa hormat dan ketulusan yang tinggi. Sekalipun di dalam apartemen dengan satu ruangan saja, Gohonzon harus diletakkan di daerah yang terbaik.


Tempat untuk menyemayamkan Gohonzon adalah altar yang dibuat khusus untuk keperluan itu, yang disebut butsudan. Butsudan harus kokoh, bersih, dan aman. Jika butsudan tidak berpintu, secarik kain dapat digantung melintang di depan, yang dengan demikian dapat dibuka dan ditutup. Gohonzon jangan diletakkan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Ketika kita duduk atau berlutut di hadapan butsudan kita, bagian bawah Gohonzon harus sedikit di atas garis mata. Jangan menaruh benda-benda di atas butsudan, jangan meletakkan rak di sekelilingnya, atau foto-foto dan barang-barang di dinding tempat butsudan berada. Gohonzon tidaklah tergantikan. Oleh karena itu, melakukan semua ini harus berdasarkan hati-percaya kita yang tulus dan bukan sekadar formalitas. Gohonzon itu unggul dan perbuatan kita dalam menangani dan merawat Gohonzon harus mencerminkan pemahaman itu dan hati-percaya kita yang tulus.

Catatan

(Kyanne Virya, disadur dari Nichiren Shoshu Basics of Practice)

Samantabadra | Maret 2020

61


infografis

62

Samantabadra | Maret 2020


https://www.goodnewsfromindonesia.id/infographic/tahukah-anda-seberapa-luas-indonesia

Samantabadra | Maret 2020

63


64

Samantabadra | Maret 2020


Samantabadra | Maret 2020

65


66

Samantabadra | Maret 2020


Manfaat Saffron untuk Kesehatan

S

affron banyak dihasilkan di kawasan Timur Tengah. Harga dari rempah ini sekitar Rp7-70 juta per 500 gram dan bergantung dengan kualitasnya. Harga dari saffron ini mahal karena proses panennya yang masih manual. Ribuan hingga jutaan bunga akan diproses satu persatu dengan tangan tanpa bantuan mesin. Saffron memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan. Ada banyak hal yang bisa Anda dapatkan kalau menggunakan saffron dalam makanan atau obat. Berikut beberapa manfaat saffron untuk kesehatan: 1. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Saffron yang memiliki warna agak oranye ini memiliki banyak sekali komponen antioksidan yang bermanfaat. Setidaknya setiap mengonsumsi rempah ini kandungan crocin, crocetin, safranal, dan kaempferol bisa langsung didapatkan. Anda akan jarang sekali sakit karena daya tahan tubuh akan dipicu

bekerja dengan maksimal. Beberapa komponen antioksidan yang ada pada saffron bisa digunakan untuk mengatasi inflamasi pada tubuh dan mencegah kerusakan pada sel. Lebih lanjut, antioksidan seperti kaempferol bisa digunakan untuk mengatasi gangguan pada otak sehingga tubuh bisa sehat secara umum dan menyeluruh. 2. Kemungkinan Memperbaiki Mood Saffron bisa digunakan untuk membantu seseorang mengatasi depresi yang sedang dialaminya. Setidaknya penggunaan beberapa gram saffron yang dikemas menjadi kapsul bisa memperbaiki mood pada seseorang yang mengalami depresi pada skala rendah ke sedang. Dengan kemampuan ini seseorang bisa lebih semangat menjalani kehidupan hariannya. 3. Mengurangi Gejala PMS Saffron juga bermanfaat untuk wanita yang mengalami

gangguan PMS setiap bulannya. Seperti yang kita tahu, saat PMS tiba seorang wanita kan mengalami gangguan pada tubuhnya entah dalam bentuk nyeri yang sangat kuat atau pusing. Kondisi ini bisa sangat parah dan membuat wanita lemas hingga pingsan. Dari penelitian yang dilakukan, konsumsi sekitar 30 gram saffron bisa mengatasi rasa nyeri dan inflamasi yang terjadi pada wanita. Kemampuan ini juga bisa didapatkan dengan hanya menghirup aroma dari saffron selama 20 menit. Gangguan rasa cemas dan mood yang buruk dari produksi kortisol bisa segera diatasi. 4. Memiliki Elemen Anti Kanker Saffron memiliki elemen antioksidan yang sangat besar. Elemen ini digunakan untuk menjaga tubuh dari radikal bebas yang masuk dari luar dan sel asing yang tumbuh di dalam tubuh dalam bentuk kanker. Sel yang abnormal dan tumbuh begitu saja bisa segera Samantabadra | Maret 2020

67

kesehatan

Rempah Termahal di Dunia


wawasan

dibunuh oleh komponen antioksidan. Dengan elemen ini, seseorang akan lebih kebal dengan beberapa jenis kanker bak itu kanker kulit, prostat, paru, payudara, serviks, dan kanker lain yang umum terjadi pada pria dan juga wanita. Penggunaan Saffron dalam Kehidupan Sehari-hari Penggunaan saffron untuk keperluan harian memang jarang dilakukan di Indonesia berbeda dengan rempah seperti lada. Di daerah asalnya sana, saffron banyak digunakan untuk membuat beberapa hal di bawah ini. Makanan ini sejatinya mirip dengan bubur dari nasi

dengan tambahan bahan lain untuk menambah rasa. Saffron digunakan di sinu untuk memberikan rasa nikmat. Aneka roti dengan kualitas premium banyak menggunakan saffron sebagai bagian dari isiannya. Selain itu kalau dicampur dengan air dan ditambahkan ke adonan, saffron akan memberikan warna kuning keemasan yang cantik saat roti sudah matang. Pastry dan biskuit. Saffron digunakan sebagai campuran adonan atau isiannya. Penggunaan bisa dicampur dengan margarin atau lemak lain tanpa mengubah rasa dari rempah ini sendiri. Es krim. Saffron memang

rempah yang cukup mahal, tapi rasanya tidak terlalu kuat sehingga sering digunakan untuk membuat es krim dari olahan susu. Selain itu saffron juga banyak digunakan untuk membuat yoghurt dengan warna kekuningan. Anda bisa langsung menambahkan saffron ke dalam adonan gula untuk menjadikannya selai. Penambahan buah lain juga bisa dilakukan untuk menambahkan cita rasa yang khas. Referensi: https://doktersehat.com/ manfaat-safron-untuk-kesehatan/

STIB Sekolah Beruk Pertama di Indonesia

A

pa jadinya jika hewan beruk menempuh pendidikan di sekolah tinggi? Anda tidak perlu heran ketika seekor beruk berada di sekolah tinggi, karena di Pariaman, Sumatra Barat ada sebuah sekolah yang dikhususkan untuk 68

Samantabadra | Maret 2020

beruk. Sekolah tersebut diberinama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB). Tentu saja, sekolah tinggi yang dimaksud bukanlah beruk tersebut duduk di bangku perkuliahan, namun dinamakan dengan sekolah tinggi karena beruk tersebut dilatih di ketinggian pohon.

Sekolah Tinggi Ilmu Beruk merupakan sekolah yang berutjuan menghasilkan beruk terlatih dan memiliki keahlian untuk membantu para petani kelapa untuk di perkebunan, mengingat daerah Pariaman merupakan daerah yang menghasilkan kelapa dalam jumlah yang


cukup banyak di wilayah Sumatra Barat. Melatih beruk untuk memiliki keahlian membantu petani kelapa bukanlah hal yang mudah, hingga seringkali pemilik beruk tidak sabar dan menggunakan kekerasan fisik kepada beruk agar beruk tersebut menuruti perintah. Oleh sebab itulah Sekolah Tinggi Ilmu Beruk tersebut hadir untuk memberikan pelatihan kepada beruk agar dapat bermanfaat dan dengan cara yang aman. Sekolah Tinggi Ilmu Beruk memeiliki enam kurikulum dalam melatih hewan primata yang memiliki nama latin Macaca Nemestrina ini. Kurikulum pertama yakni pengenalan diri beruk yang mencakup materi tentang pemberian makan, minum, memandikan beruk dan hal-hal berkaitan tentang beruk. Kurikulum atau tahap pertama dilakukan selama tiga bulan. Kurikulum yang ke dua adalah mengenalkan beruk dengan kelapa yang sudah ditandai dan layak dikonsumsi, hal tersebut dilakukan selama dua bulan lamanya. Selanjutnya, yakni kurikulum ke tiga disebut dengan Karambiah Pancang yakni beruk diperkenalkan dengan buah kelapa yang telah dipancang atau ditancapkan pada kayu agar beruk belajar memutar-

mutar kelapa bolong yang ditancapkan ke kayu. Lama waktu yang diperlukan untuk kurikulum yang ke tiga tersebut adalah tiga bulan. Kemudian pada kurikulum ke empat yakni Karambiah Gantuang beruk akan belajar menjatuhkan kelapa yang digantung selama dua bulan bulan. Kurikulum yang ke lima adalah memberikan arahan kepada beruk untuk dapat membedakan mana kelapa tua dan kelapa muda. Kurikulum ke enam yakni menerjunkan beruk ke lapangan untuk praktik apa yang dipelajari selama di Sekolah Tinggi Ilmu Beruk. Berdasarkan penuturan pengurus Sekolah Tinggi Ilmu Beruk, sekolah beruk tersebut sebenarnya sudah ada dan dikenal sejak era kolonial di Pariaman. Desa Apar, yakni lokasi Sekolah Tinggi Ilmu Beruk tersebut

beberapa waktu sebelumnya mengalami revitalisasi dan dikombinasikan dengan pariwisata. Sehingga, Sekolah Tinggi Ilmu Beruk tidak hanya menjadi tempat edukasi untuk melatih beruk namun juga pilihan wisata bagi yang tertarik berkunjung ke Pariaman. Oleh sebab itu, Sekolah Tinggi Ilmu Beruk memiliki pemandu wisata di kawasan tersebut untuk menjelaskan tentang Sekolah Tinggi Ilmu Beruk kepada para wisatawan. Hal tersebut didukung dengan akan diaktifkan stasiun kereta yang dapat menjadi akses pendukung wisatawan dari luar kota menuju Pariaman. Sumber: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2020/02/15/ stib-sekolah-beruk-pertama-di-indonesia

Samantabadra | Maret 2020

69


ruang anak

Hai anak-anak NSI! Yuk latih Bahasa Inggrismu dengan mencari kata-kata yang berhubungan dengan pakaian di tabel berikut.

Sumber: Vector Stock

70

Samantabadra | Maret 2020


Bahan: 100 gr butter 100 gr margarin 100 gr gula pasir halus 200 gr tepung terigu 1/2 sdt baking powder 1 butir telur 100 gr choco chips 2 sdm cokelat bubuk

Cara membuat: 1. Campur terigu, cokelat bubuk dan baking powder, sisihkan. 2. Mixer butter, margarine dan gula halus hingga lembut, tambahkan telur, kocok rata sebentar saja, matikan mixer. 3. Tuang campuran tepung sambil diayak aduk rata dengan sepatula, tambahkan chocochips aduk rata. 4. Oles loyang dengan

resep

Resep Cokelat Kukis margarine dialas kertas roti. Ambil sesendok adonan letakkan diloyang sambil sedikit saja dipipihkan. 5. Oven dg suhu 160 derajad Celcius hingga matang atau kira-kira selama 30menit. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/732326double-chocolate-cookies-enak-renyah

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

Berita Duka Cita Ibu Susi Chandra Nilawati

Ibu Rinawati (Yusuf)

Bapak Tan Bun Theng

Bapak Tjoan Pungut

Meninggal pada usia 68 tahun 24 Januari 2020 Umat NSI daerah Jatinegara DKI Jakarta

Meninggal pada usia 62 tahun 04 Februari 2020 Umat NSI daerah Jambi Jambi

Meninggal pada usia 82 tahun 11 Februari 2020 Umat NSI daerah Pontianak Kalimantan Barat

Meninggal pada usia 66 tahun 18 Februari 2020 Umat NSI daerah Tegal Alur DKI Jakarta

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Samantabadra | Maret 2020

71


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Maret 2020 Tanggal 01 02 03 04 05 06 07 08

Hari Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

09 10

Senin Selasa

11

Rabu

12 13 14 15 16 17

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa

18

Rabu

19 20 21 22

Kamis Jumat Sabtu Minggu

23 24 25

Senin Selasa Rabu

26 27 28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa

72

Jam

Kegiatan Kensyu Gosyo Umum Materi Maret 2020 13.00 Pendalaman Gosyo darma duta dan luar daerah

Tempat Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta 19.00 Pertemuan Ceramah Gosyo

Daerah Masing-Masing

10.00 10.00 10.00 13.00 19.00 12.00 14.00 19.00 19.00

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Wanita Karier Pertemuan Pria Umum

19.00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Anak-Anak Daerah 19.00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

14.00 Pertemuan Ibu Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14.00 Pertemuan Lanjut Usia Umum 19.00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 19.00 Rapat DPW-DPD NSI Jabotabekcul Wihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

17.00 Kensyu Gosyo Umum Materi April 2020 Kensyu Gosyo Umum Materi April 2020 13.00 Pendalaman Gosyo darma duta dan luar daerah

Samantabadra | Maret 2020

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108

Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941

Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Samantabadra | Maret 2020

73


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.