S
Samantabadra
ebelum Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan, manusia Kesembilan Dunia bagaikan rumput dan pohon di musim gugur dan dingin. Tetapi ketika huruf
‘Myo’ dari Saddharmapundarika-sutra menyinari mereka seperti matahari di musim semi dan panas, maka bunga keinginan untuk mencapai kesadaran akan bersemi dan buah Dunia Buddha akan muncul. (Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-Sutra)
SAMANTABADRA |JANUARI 2015 | NOMOR. 252
Ketua Umum NSI bersama Ketua Daerah dan Ibu Daerah NSI Bogor, dan para penari umat NSI Bogor, dalam pembukaan MTQ-37, Kabupaten Bogor. Nopember 2014
gosyo kensyu SURAT PERIHAL DAIMOKU DARI SPS (lanjutan) liputan STAB SAMANTABADRA NSI DALAM MAHANITILOKA IV liputan KUNJUNGAN KMBUI KE MAHAVIHARA SADDHARMA NSI
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Januari
2 0 1 5
01 # 252
K
etika Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan dan cahaya bulan
dari Ajaran Bayangan muncul, maka Bodhisatva yang memiliki dua mata yang baik itu untuk pertama kalinya mencapai kesadaran, disusul manusia Dwiyana bermata juling. Kemudian mata buta manusia biasa akan terbuka, bahkan kemudian manusia Iccantika yang telah buta semenjak lahir, akan dapat membuat suatu jodoh dengan Saddharmapundarika-sutra yang menjamin bahwa mata mereka suatu hari akan terbuka. Kesemuanya ini dapat terjadi karena kebajikan dari satu huruf “Myo”. (Surat Perihal Daimoku dari SPS)
M
akna “Myo” adalah “Sosei”, makna “Sosei” adalah hidup kembali. Ini adalah seperti anak bangau kuning. Dikatakan
bahwa walaupun anak bangau itu mati, tapi bila induk bangau tersebut memanggil nama Tzu-an, maka anak burung yang mati itu akan hidup kembali; atau menyerupai ikan dan kerang yang terbunuh karena sejenis burung beracun masuk ke air, jika mereka disentuh cula badak, dikatakan mereka akan kembali hidup. (Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra)
Samantabadra Samantabadra SAMANTABADRA |JANUARI 2015 | NOMOR. 252
daftar isi S
ebelum Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan, manusia Kesembilan Dunia
gosyo kensyu liputan liputan
bagaikan rumput dan pohon di musim gugur dan dingin. Tetapi ketika huruf
‘Myo’ dari Saddharmapundarika-sutra menyinari mereka seperti matahari di musim semi dan panas, maka bunga keinginan untuk mencapai kesadaran akan bersemi dan buah Dunia Buddha akan muncul.
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta
2 5 11
LIPUTAN STAB Samantabadra NSI 13 pada Mahanitiloka IV Kunjungan KMBUI ke Mahavihara Saddharma NSI 16
Halaman Muka
B
unga sakura yang sedang mekar, perlambang musim semi atau awal tahun. Selamat tahun baru 2015.
SURAT PERIHAL DAIMOKU DARI SPS (lanjutan) STAB SAMANTABADRA NSI DALAM MAHANITILOKA IV KUNJUNGAN KMBUI KE MAHAVIHARA SADDHARMA NSI
(Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-Sutra) MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
Januari
2 0 1 5
01 # 252
RESEP Otak-Otak
60
BERITA DUKA CITA
59
JADWAL KEGIATAN
61
VIHARA DAN CETYA NSI
62
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Daimoku dari 18 SPS (lanjutan) Gosyo Cabang 44 Ajaran Lisan Bab IV Forum Diskusi Mundur dari Hati 52 Kepercayaan
13
15
REFLEKSI NSI Pasca-50 Tahun dan Pemerintah Baru Indonesia 57 Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Januari 2015
16 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto KONTRIBUTOR Megah Ria, Silviani, Kyanne Virya, Wantie STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
Januari 2015 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja “Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra (1)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 29-30 Nopember 2014
Nammyohorengekyo,
Myohorengekyo. Melantunkan Pertama, kita mempunyai makna perlu menyimak bahwa kita memasrahkan judul dari Gosyo ini, diri kepada judul yaitu, “Daimoku dari SaddharmapundarikaSaddharmapundarikasutra itu, memasrahkan sutra.� Dai artinya diri artinya ingin melantunkan, moku menyatu kepada adalah judul. Jadi, SaddharmapundarikaDaimoku adalah sutra yang berisi ajaranmelantunkan judul dari ajaran dari Buddha, yaitu Saddharmapundarikabagaimana bisa mencapai sutra. Sad dalam bahasa Kesadaran Buddha, Mandarin adalah miao bagaimana kita membuka atau bahasa Jepang Kesadaran Buddha kita, myo, Dharma adalah ho bagaimana kita bisa dalam bahasa Jepang, memunculkan Kesadaran jadi Saddharma itu Buddha kita. Untuk Myoho. Pundarika itu kita menambahkan adalah Renge, kalau Nammu yang artinya ingin bahasa Mandarinnya menyatukan diri kepada adalah Lien Hua. Karena Saddharmapundarikaperkembangan agama sutra. Buddha Niciren Syosyu Ada dua aspek dari berawal dari Jepang, maka penyebutan mantera, digunakan aksen Jepang, kita menyebut maka suaranya adalah Nammyohorengekyo Myohorengekyo. Dengan berulang-ulang untuk demikian, Daimoku itu menimbulkan kekuatan adalah melantunkan untuk tidak terjerumus 2
Samantabadra | Januari 2015
dalam perbuatanperbuatan buruk. Memang hal ini kurang menarik untuk dibahas, tetapi kalau ditanya ingin banyak duit apa mata melek? Sebab banyak duit tetapi mata buta, semua gelap, pasti tidak mau. Maka kurnia menyebut Nammyohorengekyo dengan penuh percaya itu ibarat orang buta yang melek lagi, hebat kan! Tapi yang harus kita kejar adalah mencapai Kesadaran Buddha, maka Nammu kita jangan ke harta, tahta, wanita/pria, tapi kepada Saddharmapundarikasutra. Oleh karena itu judulnya menjadi Daimoku dari Saddharmapundarikasutra. Artinya kita adalah orang-orang yang bertekad, bahwa
Ketua Umum
aku akan memasrahkan diriku kepada Saddharmapundarikasutra, bahwa aku adalah orang-orang yang bertekad untuk menyatukan diri dengan Saddharmapundarikasutra. Pertama-tama ada pertanyaan, apakah mungkin kita menyebut tanpa memahami artinya, ada manfaatnya atau tidak? Buddha Niciren menjawab “Ya”. Jadi walaupun kita menyebut tanpa memahami artinya, tapi hanya menyebut kelima huruf atau tujuh huruf, bahkan hanya sekali sehari, sekali sebulan, sekali setahun, sekali sedekade atau sekali seumur hidup dapat terhindar dari membuat kejahatan besar maupun kecil dan luput dari terjatuh ke empat dunia buruk dan sebaliknya, akhirnya dapat tercapai sampai tingkat tidak akan mundur. Jadi, Niciren Daisyonin menjawab “Ya, memang demikian”. Walaupun kita tidak mengerti, kalau kita menyebut Nammyohorengekyo
“pasti”. Yang penting sungguh-sungguh menyebutnya. Kesadaran Buddha itu ibarat orang buta bisa “melek” bisa melihat lagi. Artinya, kalau kita menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh-sungguh ibarat orang buta dapat melihat kembali. Kalau berpikir cukup sehari menyebut sekali, maka tidak perlu menyebut berkalikali, ini merupakan suatu kekeliruan yang amat besar. Kata “sekali” digunakan untuk menandaskan besarnya karunia yang terkandung dalam satu kata Nammyohorengekyo. Maksudnya sekali, bukannya disuruh cukup sekali, artinya Nammyohorengekyo ini luar biasa kekuatannya, tetapi tidak dianjurkan “hanya sekali”, karena itu hebat dan manjur luar biasa, justru kita harus banyak-banyak menyebut Nammyohorengekyo, itu alasannya, Maka Daimoku lah yang banyak, kalau sudah paham Gosyo ini tidak lagi harus disuruhsuruh, karena mengerti
maknanya dan itu bukan karena target, menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguhsungguh, tapi jangan hanya sekali seumur hidup, harus berkali-kali, harus sebanyak mungkin dengan sungguh-sungguh menyebutnya. Kita bisa merasakan asem, ketika mendengar buah yang asem rasanya tanpa harus makan terlebih dahulu, langsung keluar enzim atau air liur dari mulut kita. Menyebut Nammyohorengekyo bukan pada hidup kali ini saja, dari dulu-dulu juga kita pernah menyebut dan itu tersimpan, kalau kita menyebut Nammyohorengekyo akan menimbulkan Kesadaran Buddha dan itu ada di dalam jiwa kita, maka kita mengerti atau tidak mengerti kalau kita menyebut Nammyohorengekyo, Kesadaran Buddha pasti muncul. Niciren Daisyonin mengatakan, tapi kita masih belum percaya juga, maka ada pertanyaan, kutipan kalimat mana yang dapat Januari 2015 | Samantabadra
3
ceramah gosyo diambil sebagai bukti untuk menunjukkan bahwa seseorang harus menyebut Daimoku saja. Dijawab jilid ke-8. Jadi Nammyohorengekyo adalah versi terjemahan dari Kumarajiva di dalam Saddharmapundarikasutra tercatat bahwa barangsiapa yang menyebut Nammyohorengekyo, nasib baik yang akan diterima adalah di luar batas perkiraan. Yang paling pokok orang menyebut Nammyohorengekyo karena muncul Kesadaran Buddhanya, ia akan terhindar dari melakukan perbuatan buruk. Hidup kita terdiri dari karma, tergantung karma yang kita simpan ini baik atau buruk? Kalau karma yang kita simpan ini baik, hidup kita juga
4
Samantabadra | Januari 2015
senang. Kalau karma yang menumpuk di dalam gudang karma kita jelek, maka hidup kita banyak kesusahannya, karena kita banyak melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Kurnia yang hebat dari orang yang sungguhsungguh menyebut Nammyohorengekyo, ia akan terhindar dari melakukan perbuatan yang buruk, karena orang yang menyebut Nammyohorengekyo akan muncul Kesadaran Buddhanya, sehingga perbuatannya adalah perbuatan yang baik. Kalau kita tidak muncul Kesadaran Buddhanya, perbuatannya adalah perbuatan di dalam 4 dunia buruk; neraka, kelaparan, kebinatangan dan kemarahan. Kalau 4 dunia ini yang menjadi dasar hidup kita, maka
kita selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk yang menghasilkan karma yang buruk, karma yang buruk itu menumpuk di dalam gudang karma kita, maka itulah yang keluar dari gudang karma kita. Orang yang menyebut Nammyohorengekyo punya permata yang namanya Nyoi Hoju, mau minta apa saja dapat. Kita harus menyimpan di Gudang Karma kita perbuatanperbuatan yang bagus dengan menyebut Nammyohorengekyo dengan penuh kesungguhan hati yang akan memunculkan jiwa Buddha kita yang menjadi sumber tenaga untuk melakukan perbuatanperbuatan yang baik. eee
Ketua Dharma
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi “Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra (1)” Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 29-30 Nopember 2014
Nammyohorengekyo, Gosyo “Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra” ini ditulis pada tahun 1266 ditujukan kepada seorang wanita lanjut usia, ia adalah penganut baru dalam agama Buddha danbermukim di Amace, Propinsi Awa. Gosyo ini menerangkan imbalan karunia pelaksanaan sederhana dalam agama Buddha yang benar, dengan mengajarkan bahwa Nammyohorengekyo mencakup seluruh potensi Buddha dan barang siapa menyebutnya dapat membuka seluruh karunia Buddha tersebut dan membangkitkan kembali semangat hidupnya. Gosyo ini terdiri dari 2 bagian. Pertama, menguraikan imbalan karunia yang diperoleh melalui pengucapan Daimoku dari Saddharmapundarikasutra. Walau seseorang menyebut Daimoku
Nammyohorengekyo tanpa mengerti maksud dari Saddharmapundarika-sutra dan menekankan pentingnya keyakinan dalam mencapai Kesadaran Buddha. Beliau mengatakan bahwa walau tanpa mengerti seseorang dapat menghapus segala karma buruk dan menimbun rejeki tak terhingga, selama ia melaksanakan penyebutan Daimoku dengan kepercayaan yang kuat pada agama Buddha yang benar. Kedua, Niciren Daisyonin menjelaskan karunia besar yang terkandung dalam 5 huruf MyoHoRenGeKyo, judul dari Saddharmapundarika-sutra. Beliau menjelaskan ketiga makna dari Myo (gaib) yaitu; membuka, bulat sempurna dan hidup kembali. Terakhir Beliau menyatakan bahwa hanya Saddharmapundarikasutra yang memungkinkan kaum wanita mencapai Kesadaran Buddha dan menganjurkan penerima surat ini untuk menyebut
Nammyohorengekyo, Daimoku dari Hukum Gaib dan menanggalkan keterikatannya pada Nembuce. Isi Gosyonya ada 4 pertanyaan; Pertanyaan 1; Apakah mungkin tanpa memahami arti dari Saddharmapundarikasutra, tapi hanya dengan menyebut kelima huruf atau ketujuh huruf Nammyohorengekyo sekali sehari, sekali sebulan, sekali setahun, sekali sedekade atau sekali seumur hidup, dapat menghindari diri dari berbuat kejahatan besar maupun kecil, luput dari terjatuh ke dalam 4 dunia buruk, sebaliknya akhirnya dapat mencapai tingkat tidak akan mundur? Jawab : Ya, demikian kalau kita sungguh-sungguh percaya Gohonzon, menyebut Nammyohorengekyo dengan tulus. Sebenarnya dalam Januari 2015 | Samantabadra
5
ceramah gosyo jiwa kita sudah terkandung karma buruk sejak masa lampau, kita banyak melakukan perbuatanperbuatan yang tak baik yang membuat karma buruk, sehingga ketika muncul jodoh dari karma buruk itu, kita akn terpancing untuk membuat akibat dari 10 nyoze; So, Syo, Tai, Riki, In, En, Ka, Ho, karena ada sebab dalam jiwa, ada tenaga yang menarik jodoh dari luar, akibatnya dalam jiwa muncul akibat ada yang baik atau buruk, tapi umumnya adalah akibat buruk yang membuat karma buruk yang bisa jatuh ke dalam 4 dunia buruk. Tapi, kalau kita percaya Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo dengan tulus, walaupun di dalam jiwa kita ada sebab untuk jatuh ke dalam 4 dunia buruk, ketika muncul dia tak tertarik untuk melakukannya sehingga dia terhindar dari melakukan perbuatan buruk yang besar maupun kecil, maka luput dari terjatuh ke dalam 4 dunia buruk, kekuatan Nammyohorengekyo seperti itu. Tapi ini tergantung dari keyakinan dan ketulusan menyebut Nammyohorengekyo itu. Jadi, walaupun Nammyohorengekyo mempunyai kekuatan yang besar, tapi kalau menyebutnya tidak dengan ketulusan hati dan 6
Samantabadra | Januari 2015
keyakinan yang percaya, itu tidak akan muncul kekuatannya sehingga sia-sia saja, biasa-biasa saja, maka penekanannya haruslah dengan sungguhsungguh percaya. Buddha Sakyamuni menjelaskan Saddharmapundarikasutra pada usia 72 tahun ini berbeda sekali dengan saat membabarkan sutrasutra lainnya. Pada saat usia 30 tahun, saat Beliau mencapai Kesadaran Buddha, pada waktu itu kesadaran tertingginya dari Saddharmapundarika-sutra atau Nammyohorengekyo saat itu karena waktunya belum tepat, bakatnya belum sampai, sehingga Beliau membabarkannya berdasarkan keinginan umat yang dalam agama Buddha istilahnya Jui Ta I, yang sesuai dengan bakat dari umat dan keinginan umat, tapi ketika sudah 42 tahun saat memasuki membabarkan Saddharmapundarikasutra sudah tak seperti itu dan pada Bab II Buddha Sakyamuni menyapa Sariputra bahwa Prajna Buddha itu sangat dalam dan luas, itu tak bisa dipahami walaupun Sariputra sangat pintar, tapi hanya Buddha dan Buddha yang bisa memahami, karena ini bukan berdasarkan keinginan umat, tapi Buddha langsung memberikan, ini
adalah Jui Ji I, artinya yang tadi seperti seorang ayah yang bijaksana mengikuti kehendak anaknya. Tapi pada Saddharmapundarikasutra seperti seorang ayah yang menyuruh anaknya mengikuti dia karena Saddharmapundarika-sutra sangat sulit untuk dipahami, sangat dalam pengertiannya, jadi hanya bisa dipercaya. Jadi Nammyohorengekyo itu harus dimasuki dengan hati kepercayaan, maka Niciren Daisyonin menekankan seperti seorang anggota baru yang belum mengerti apaapa tapi dia mau menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh hati, dia akan merasakan kurnia kebajikan dari Nammyohorengekyo. Jadi yang penting dia percaya, sebab kalau dia mau mengerti dulu, tak akan bisa, sebab ini adalah inti dari seluruh Ajaran Buddha Sakyamuni, maka tak akan bisa dimengerti dulu. Tapi setelah sekian lama percaya, kita pun harus belajar, karena ini bukan hanya untuk kita sendiri, sebab kita harus syakubuku/ menyebarluaskan Nammyohorengekyo kepada orang lain, maka kita harus menjelaskan dan oleh karenanya kita perlu belajar. Sampai sekarang juga kadang-kadang kita masih meragukan, maka tak ada kurnianya atau bukti nyata dari Nammyohorengekyo itu sendiri.
Ketua Dharma
Pertanyaan 2; Anda dapat saja berbicara tentang api, tapi bila Anda tidak meletakkan tangan Anda ke dalam nyala api, Anda tidak akan terbakar. Anda dapat mengatakan “air, air”, tapi bila Anda tidak meminumnya, Anda tak akan pernah dapat memuaskan dahaga. Dengan demikian, bagaimana mungkin hanya dengan menyebut Daimoku dari Nammyohorengekyo tanpa memahami artinya, Anda dapat terhindar dari karma buruk? Lalu Niciren Daisyonin mengatakan, jika Anda membunyikan kecapi dari senar yang terbuat dari urat singa, maka senar dari jenis lain akan putus, dan jika Anda mendengar kata “”acar prem” atau asinan, mulut Anda akan segera mengeluarkan air liur. Dalam hidup sehari-hari saja dapat terjadi kegaiaban serupa itu, maka sesungguhnya betapa lebih besar lagi kegaiban Saddharmapundarika-sutra atau Nammyohorengekyo, karena di dalam jiwa kita semua sudah ada Dunia Buddha atau Nammyohorengekyo. Jadi kalau menyebut Nammyohorengekyo dengan bersuara, maka Nammyohorengekyo di dalam jiwa kita akan terbuka dan dunia Buddha kita akan muncul, ini adalah hal yang wajar. Kekuatan Daimoku dari Saddharmapundarika-
sutra yang merupakan inti hakekat dari 80.000 ajaran suci Sang Buddha dan juga merupakan mata dari para Buddha yang tak terhingga. Bagaimana dapat Anda ragukan lagi bahwa dengan menyebutnya saja, Anda dapat terhindar dari keempat Dunia Buruk? Dalam Saddharmapundarikasutra dikatakan bahwa Sang Buddha dengan tulus membuang seluruh Ajaran Sementara, dikatakan bahwa seseorang dapat “dengan percaya dapat memasuki Kebuddhaan (I Syin Toku Nyu)”, dan dalam Sutra Nirvana yang dikhotbahkan Sang Buddha pada saat-saat akhir hidupnya, dinyatakan “walaupun terdapat pertapaan yang tak terhitung jumlahnya dapat membawa seseorang mencapai Kesadaran Buddha, namun hanya satu ajaran : percaya, akan mencakup seluruh pertapaan tersebut”. Maka percaya adalah hal yang paling diperlukan untuk memasuki jalan keBuddhaan. Dalam ke-52 tingkat pertapaan Kebodhisattvaan, 10 tingkat pertama yang menyangkut kepercayaan adalah yang menjadi dasar dan tingkat pertama dari 10 tingkat seluruh Ajaran Buddha Sakyamuni. Ini menjadi sebab yang mengundang jodoh-jodoh dari luar, sehingga kalau kita
tak ada kekuatan, kita akan ikuti jodoh-jodh it uterus, terpancing oleh jodoh-jodoh buruk ini sehingga terus membuat karma buruk, kalau seperti ini bagaimana bisa merubah nasib. Tapi kalau ada kesungguhan hati percaya Gohonzon menyebut Nammyohorengekyo, ini akan menjadi satu kekuatan untuk kita menyadari “Saya tak boleh begitu! Ini adalah kecenderungan Saya yang buruk, maka Saya tak boleh ikuti”, sehingga tidak terjatuh ke dalam 4 dunia buruk. Ini adalah kekuatan Nammyohorengekyo seperti itu! Tapi harus dimasuki dengan hati kepercayaan dan pelaksanaan kata-kata Buddha dengan benar. Orang mengatakan bila Anda mengikatkan sebatang cula badak di badan Anda dan masuk ke dalam air, air itu tak akan menenggelamkan Anda. Mereka juga mengatakan, bila tumbuh sehelai daun pohon Tanthan akan menyebabkan perubahan pada pohon Eranda pada kejauhan 40 yojana dalam hal ini, karma buruk kita dapat disamakan dengan pohon eranda atau air dan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra bagaikan cula badak atau daun pohon Tan-than. Intan amat keras sehingga hampir tak dapat dipotong oleh apapun, kecuali oleh tanduk kambing atau kulit penyu. Januari 2015 | Samantabadra
7
ceramah gosyo Dahan pohon Nyagrotha begitu besar, sehingga burung terbesar sekalipun dapat bertengger di atasnya tanpa mematahkannya, meskipun demikian dahan itu dapat rapuh oleh ulat plum yang teramat kecil sehingga hampirhampir dapat membangun sarangnya di atas bulu mata seekor nyamuk. Disini karma buruk kita dapat disamakan dengan intan atau pohon Nyagratha, dan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra disamakan dengan tanduk kambing atau ulat plum. Batu ambar dapat menarik debu atau besi dan Daimoku dari Saddharmapundarikasutra seperti batu ambar atau batu magnet. Bila kita mempertimbangkan persamaan ini, kita dapat mengerti kenapa kita harus selalu menyebut Nammyohorengekyo. Jadi dengan menyebut Nammyohorengekyo, karma buruk kita yang betapa berat dan keraspun dengan banyaknya Daimoku dan percaya Gohonzon dengan tulus bisa dihancurkan. Maka Niciren Daisyonin mengatakan jiwa kita ibarat cermin yang buram karena mengandung karma buruk sejak masa lampau yang luar biasa. Oleh karena itu harus dibersihkan dengan cara digosok yaitu menyebut Nammyohorengekyo. Jangan malas menyebut 8
Samantabadra | Januari 2015
Nammyohorengekyo, artinya jangan malas menggosok cermin itu supaya bisa melihat dimana kekurangan kita, maka kalau ada waktu harus digunakan untuk Daimoku, maka jiwa kita akan menjadi cermin terang sifat Dharma. Kemudian, di dalam Gosyo Sulit Mudahnya Saddharmapundarika-suta bila dibandingkan dengan Sutra lain dikatakan bahwa Nammyohorengekyo atau Saddharmapundarika-sutra ibarat pelita agung yang bisa menerangi kegelapan malam hidup mati yang amat panjang, tanpa pelita ini hidup mati kita yang panjang akan gelap, artinya kita selalu mengikuti karma buruk kita, membuat keburukan sehingga hidup kita selalu dalam penderitaan seperti orang yang tak berdaya, maka dikatakan ini “takdir, maka sudah tak bisa apa-apa�, padahal bukan seperti itu! Tapi ketika kita menyebut Nammyohorengekyo, percaya sungguh-sungguh kepada Gohonzon, seperti kita mendapatkan pelita agung yamg bisa menerangi kegelapan hidup kita dan juga seperti pedang tajam yang bisa menembus kesesatan pokok jiwa kita, maka kita mengerti kenapa kita harus sering Daimoku. Jadi jangan mengeluh bahwa karma kita berat maka tak bisa merubah nasib!
Sebetulnya tak tergantung tebal tipisnya karma kita, tapi tergantung tebal tipisnya hati kepercayaan kita. Maka tergantung hati kepercayaan kita sampai dimana? Maka kita harus menyadari betapa pentingnya menyebut Daimoku agar kita betulbetul bisa menggosok karma buruk kita yang kita bawa sejak masa lampau! Dengan demikian kita bisa membuktikan kekuatan Gohonzon di dalam kehidupan kita.s Dalam Saddharmapundarikasutra jilid pertama dinyatakan : “Amatlah sukar untuk mendengar Hukum ini dalam waktu kalpa yang tak terhitung jumlahnya. Dan sekalipun Buddha Sakyamuni memunculkan diri-Nya dengan tujuan sematamata untuk membabarkan Saddharmapundarikasutra, namun selama 42 tahun Beliau menyimpan nama sutra ini secara rahasia dan tidak pernah mengacu pada-Nya. Baru ketika Beliau mencapai usia 72 tahun Beliau mulai mendengungkan judul dari Sutra Myohorengekyo. Jadi bisa ketemu Nammyohorengekyo itu amat langka, tapi kita yang sudah ketemu Nammyohorengekyo tak merasa, biasa-biasa
Ketua Dharma
saja dan malas Daimoku, padahal itu rejekinya bukan main, pusaka di dalam jiwa kita. Buddha mengatakan sebenarnya tak gampang bisa ketemu Nammyohorengekyo. Indonesia adalah negara yang berejeki bisa menerima Nammyohorengekyo bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang belum menerima Nammyohorengekyo. Memang kita harus menjalankannya dengan benar, sehingga ada bukti nyata di dalam kehidupan kita. Jangan menganggap ada atau tidak ada Gohonzon itu sama saja! Sebetulnya Gohonzon merupakan pusaka di rumah kita, maka jangan di sia-sia kan, bacalah Gosyo ini berulang-ulang. Maka dikatakan seperti Nyoi Hoju atau Permata Pengabul Segala Kehendak yang dapat mengeluarkan harta pusaka yang tak terhitung seperti lampu Aladin, maka Buddha Sakyamuni di dalam Bab 23 Saddharmapundarikasutra mengatakan bahwa Sutra ini dapat memenuhi seluruh keinginan umat dan memusnahkan seluruh duka nestapa seperti seorang kehausan mendapat air yang dingin yang menghilangkan kehausannya, seperti seorang mau menyeberang mendapat kapal, orang miskin mendpaat permata, orang telanjang
mendapat baju dan lainlainnya. Tapi ini semua tergantung pada keyakinan kita sampai dimana menjalankannya? Dan juga bukan minta Gohonzon yang membereskannya. Kita sering karena ada masalah, lalu Daimoku, lalu bertanya, koq masalah saya tidak hilang-hilang, seolaholah minta Gohonzon yang beresin masalahnya, bukan seperti itu, tapi karena kesungguhan hati kita percaya kepada Gohonzon. Daimoku dengan melihat kelemahan kita dimana? Disitu kita perbaiki sehingga pasti bisa terhindar dari masalah kita, sebab kelemahan kita sendiri yang menyebabkan kita mendapat masalah itu, maka dengan menyadari kelemahan kita sehingga bisa membuat kita melangkah untuk maju. Maka betapa beruntungnya orang yang bertemu Nammyohorengekyo, kata Buddha seperti itu sebab kurnianya luar biasa. Pertanyaan 3; Kutipan kalimat manakah yang dapat diambil sebagai bukti untuk menunjukkan bahwa seseorang harus menyebut Daimoku saja? Disini ada 3 versi, yang pertama adalah jilid ke-8 Myohorengekyo dari karangan Kumarajiva yang kita kenal, menyatakan “Seseorang yang menerima dan memeluk nama dari Saddharmapundarika-sutra
atau Nammyohorengekyo akan menikmati karunia rejeki di luar batas dugaannya”. Versi ke-2 mengatakan, “Jika seseorang mendengar Sutra ini dan mempermaklumkan dan memeluk judulnya, ia akan menikmati karunia di luar batas perkiraan”. Dan dalam versi ke-3 “Tembonhokekyo” dikatakan “Seseorang yang menerima dan memeluk nama dari Saddharmapundarikasutra akan menikmati nasib baik di luar batas perkiraan”. Jadi 3 versi dari Saddharmapundarikasutra mengatakan orang yang menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh-sungguh dan tulus akan menerima nasib baik di luar batas perkiraan artinya ketika seseorang di syakubuku mungkin ia hanya ingin menyelesaikan masalah kecil seperti keuangan keluarga atau pekerjaan, tapi ternyata yang dia dapat adalah melebihi dengan apa yang dia inginkan sebagai nasib baik yang dia peroleh bahkan mencapai Kesadaran Buddha karena kekuatan Nammyohorengekyo. Memeluk, membaca, menyalin, merasa senang dan menjaga seluruh 8 jilid dan ke-28 jilid Bab Saddharmapundarikasutra dikatakan sebagai pelaksanaan umum. Menerima dan menjaga Januari 2015 | Samantabadra
9
ceramah gosyo Bab Upaya Kausalya (Hobenpon) dan Panjang Usia Sang Tathagata (Nyorai Juryo bon) dikatakan sebagai pelaksanaan yang dipersingkat. Dan menyebut suatu syair dan keempat suku kata atau Daimoku dan menjaga mereka yang melakukannya, dikatakan sebagai pelaksanaan pokok. Maka, diantara ke-3 jenis pelaksanaan ini, yaitu pelaksanaan umum, yang dipersingkat dan pokok, Daimoku digolongkan sebagai pelaksanaan yang pokok. Ini yang harus dilaksanakan oleh kita, sedangkan Gongyo itu adalah pertapaan penunjang. Pertanyaan 4; Berapa besarkah karunia yang terkandung dalam kelima huruf Myohorengekyo? Jawab : Dijelaskan samudera luas mengandung seluruh sungai yang mengalir ke dalamnya, bumi besar mengandung seluruh makhluk berperasaan dan tidak berperasaan, dan Permata pengabul segala kehendak (Nyoi Hoju) dapat mengeluarkan harta pusaka yang tak terhitung dan Dewa Mahabrahma memerintah seluruh Triloka. Kelima huruf Myohorengekyo dapat dibandingkan dengan ke semua hal ini. Segenap makhluk 9 dunia sebagaimana halnya yang berada dalam Dunia Buddha tercakup di dalamnya. 10
Samantabadra | Januari 2015
Karena segenap makhluk 10 dunia (Subyek, Syoho) tercakup di dalamnya begitu pula lingkungannya (Obyek, Eho). Artinya kalau kita Syinjin yang benar, betul-betul menyebut Nammyohorengekyo dengan tulus percaya, pasti terbukti dengan lingkungan kita karena Esyo Funi, 10 dunia mencakup 10 dunia, 10 nyoze, 3.000 perbedaan termasuk kokudo. Jadi artinya kalau lingkungan kita belum terlihat baik, artinya masih ada kekurangan di dalam pelaksanaan kita. Ini sebagai tolak ukur yang memudahkan kita untuk melihat hasil dalam pelaksanaan kita, maksudnya seperti itu. Jadi kalau dengan tulus pasti lingkungan akan mendukung. Selanjutnya menerangkan huruf “Kyo” atau “Sutra” adalah Raja seluruh Sutra sehingga dengan menyebut Nammyohorengekyo artinya kita sudah berpegang pada Ajaran yang sesungguhnya. Niciren Daisyonin katakana, sebetulnya menyebut Nammyohorengekyo lebih menggembirakan daripada orang yang terlahir buta lalu bisa lihat ayah, ibunya dan lain-lainnya atau orang yang ditangkap penjahat lalu dilepaskan dan berkumpul dengan keluarganya kembali. Maka, kita semua setelah mendengar Gosyo ini dan kemudian dibaca-baca lagi
di rumah, diresapi, yakinlah bahwa tidak ada jalan lain di dalam kehidupan ini selain menyebut Nammyohorengekyo dengan tulus dan melaksanakan seluruh ajaran Niciren Daisyonin ini penting, bukan hanya sekedar mengerti saja, tapi juga Syin Gyo Gaku, karena kita dituntut untuk memahami walaupun sedikit-sedikit untuk syakubuku orang lain, itu harus kita laksanakan. Kalau tak demikian, kita tak bisa syakubuku diri sendiri apalagi orang lain. Daimoku dan ketulusan hati percaya adalah yang paling pokok. Bulan depan akan menerangkan tentang kegaiban dari “Myo” yaitu: 1. Membuka, 2. Bulat sempurna, artinya semua orang bisa mencapai Kesadaran Buddha, 3. Hidup kembali artinya bibit yang sudah busuk atau matipun dengan Nammyohorengekyo bisa hidup kembali. Jadi siapapun bisa merombak nasibnya yang penting percaya Nammyohorengekyo dan sungguh-sungguh jalankan. eee
Dharma Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman “Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra (1)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 29-30 Nopember 2014
Nammyohorengekyo, Niciren Daisyonin setelah mengumandangkan Nammyohorengekyo pada tanggal 28 April 1253, untuk melakukan penyebarluasan Nammyohorengekyo ini banyak tantangan telah dialami oleh Niciren Daisyonin, tapi Niciren Daisyonin selalu selamat karena Niciren Daisyonin tak pernah putus asa, hal ini adalah karena keyakinan-Nya yang sangat kuat kepada Nammyohorengekyo. Saat Beliau kembali ke Kamakura, Beliau ingin melihat Ibu-Nya yang sedang sakit dan dibuktikan dengan kekuatan doa dari Niciren Daisyonin, Daimoku dari Niciren Daisyonin, aakhirnya
IbuNya sembuh dan dapat memperpanjang usia selama 4 tahun. Niciren Daisyonin melakukan penyebarluasan dengan mengunjungi muridmuridNya, dit engah jalan terjadi peristiwa yang disebut Komacebara, dahi Niciren Daisyonin terluka oleh pedang dan ada murid-Nya yang meninggal, tetapi Niciren Daisyonin tidak gentar dan terus menyebarluaskan Hukum ini untuk kebahagiaan seluruh umat manusia. Kita pun di dalam susunan banyak rintangan untuk mempertahankan hati kepercayaan. Penerima surat ini adalah umat baru yang bertanya seperti ini maka wajarlah, ini sama seperti kita saat di syakubuku tidak bertanya
dulu apa artinya, saat itu pokoknya sebutlah Nammyohorengekyo. Di sini ingin menjelaskan kekuatan dari Daimoku, buktinya 50 tahun NSI, tidak terpikirkan oleh kita. Kalau kita sudah di NSI, maka kita akan tetap di NSI, karena kita sudah membuktikan kalau kita menjalankan hati kepercayaan dengan kesungguhan hati, yang tidak mungkin jadi mungkin, seperti kita bisa melaksanakan pesta kebudayaan yang demikian megah, yang mengagumkan semua orang yang melihatnya, maka kita harus lebih semangat lagi. Nammyohorengekyo kekuatannya tidak tergantung dengan orang pintar atau bodoh, tetapi Januari 2015 | Samantabadra
11
ceramah gosyo yang utama adalah hati kepercayaan sampai dimana? Sebab dengan kepercayaan bisa mencapai Kesadaran Buddha, karena kita percaya, maka kita menjalankan Gongyo Daimoku setiap hari pagi dan sore tanpa lalai. Mama Lifen yang menjadi korban ajaran Kong Hu Cu yang harus mempunyai anak lakilaki, tinggal sama mertua, ipar, makanya jadi stress, sebab ancamannya kalau tidak punya anak lakilaki untuk keturunan, suaminya akan dikawinkan lagi. Beliau punya 4 anak perempuan, 2 anak laki-lakinya meninggal sewaktu masih bayi. Maka ketika temannya mengenalkan obat manjur yaitu sebut Nammyohorengekyo, Beliau mau menyebutnya
12
Samantabadra | Januari 2015
dan dimana-mana selalu menyebut Nammyohorengekyo. Memang kekuatan Daimoku Nammyohorengekyo luar biasa, Beliau yang sudah stress bisa sembuh total dan Beliau buktikan bisa Tozan saat itu, karena Beliau terus Daimoku, maka terbukti. Maka jangan ragu lagi dengan kekuatan Nammyohorengekyo. Seorang Ibu dari Tebing Tinggi yang suaminya ada wanita lain, sehingga setiap hari ribut, tapi setelah sebut Nammyohorengekyo, Ibu ini bisa terima bahwa ini adalah nasib saya. Ibu ini belum kembali ke Tebing Tinggi karena mau ikut Kensyu Tahun Baru di Taman Sari. Maka kita harus yakin, pada Masa Akhir Dharma ini hanya
Nammyohorengekyo, tidak ada yang lain, itu yang harus kita camkan dan harus kita buktikan karena dasarnya percaya, maka kita jalankan yang sebenarnya berdasarkan kata-kata Buddha Niciren Daisyonin. Tidak pakai pandangan dan pikiran kita sendiri. Perjalanan kita masih jauh, apapun tantangan dan rintangan yang kita hadapi harus kita terima dengan tabah dan gembira, sebab lingkungan kita bagaimana itu adalah Saya. Kita tak bisa menyalahkan siapapun atau lingkungan, untuk itu maka kita harus tingkatkan Daimoku kita agar jiwa Buddha kita muncul sehingga ada kekuatan bisa menerimanya sesuai dengan kata-kata Buddha.
eee
liputan
Partisipasi STAB Samantabadra NSI pada Mahaniti Loka Dhamma IV
P
ada tanggal 10-14 November 2014, bertempat di Putri Duyung Cottage, Ancol, untuk keempat kalinya STAB Samantabadra-NSI mengikuti perlombaan antar Perguruan Tinggi Buddhis dari 14 Perguruan Tinggi baik Negeri dan Swasta yang ada di Indonesia. Ketua STAB Samantabadra-NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja, juga turut mendampingi para generasi muda yang akan berkompetisi dengan turut memberikan dukungan dengan kehadiran Beliau pada Pembukaan dan Penutupan dari Mahaniti Loka Dhamma IV tahun 2014. Partisipasi kali ini didampingi oleh Ketua Kontingen : Ibu Tristina Handjaja, Official : Ibu Yulie Arif dan Pelatih : Swee Hin dan Wantie Bellina.
Adapun penghargaan yang berhasil diraih oleh para generasi muda NSI yang mewakili STAB Samantabadra-NSI sebagai berikut : 1. Juara 2 (Trevani Plorentina) dari lomba Penulisan dan Presentasi Artikel Ilmiah kategori putri 2. Juara 2 (Secilia Mediana) dan Juara 3 (Vicky Saputra) dari lomba Design Poster kategori putri dan putra
Januari 2015 | Samantabadra
13
liputan 3. Juara Harapan 1 (Hartinah Dinata) dari lomba Dhammadesana Inggris kategori putri 4. Juara Harapan 1 (Vincent Nuari dan Fidela Darmawan) dari lomba Penulisan dan Penelitian Proposal kategori putra dan putri 5. Juara Harapan 2 (Martinus) dari lomba Bercerita Buddhis kategori putra
6. Juara Harapan 2 (Tony Chandra dan Jessie Juwita) dari lomba Cipta Media Mainan Edukatif kategori putra dan putri
Ajang ini menjadi kesempatan para GM NSI untuk berjuang dalam Syakubuku dan Kosenrufu demi mengagungkan Gohonzon, Hukum Nammyohorengekyo dan tentu saja Ajaran-ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Semoga melalui ajang-ajang demikian, Hukum ini makin tersebarluas dan diperdengarkan ke seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma. Tentu saja inipun menjadi kesempatan para GM NSI untuk makin meningkatkan kemampuan diri secara spiritual, mental dan intelektual dalam menghadapi berbagai kompetisi ke depannya seiring kemajuan NSI di Indonesia dan menambah pengalaman juga pembelajaran pada diri masing-masing untuk juga memiliki kebanggaan beragama Buddha dan beraliran Niciren Syosyu. Oleh karena itu, diharapkan para generasi muda dapat makin meningkatkan kesungguhannya dalam mempelajari Ajaran Buddha Niciren Daisyonin. (Wantie)
Pada kompetisi Mahaniti Loka Dhamma IV tahun 2014 ini ada beberapa cabang lomba
baru yang dilombakan dan juga mendapat perhatian khusus dari segenap dewan Juri karena menyangkut kreatifitas para mahasiwa/i Buddhis dalam melihat polemik negara Indonesia saat ini dan juga perkembangan metode pembelajaran berbasis agama Buddha khususnya untuk anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Berikut disajikan beberapa karya GM NSI terkait design poster yang bertemakan anti korupsi juga cipta media mainan edukatif yang bisa dipergunakan dalam mendidik anak-anak Sekolah Minggu Buddhis nantinya. Puzzle, karya Tony Chandra. Sejak kecil, selain anak-anak diajarkan secara teori tentang Buddha Dharma, anak-anak diajak bermain puzzle tentang gambar-gambar Buddha dan perjalanan Dharmanya, sehingga bisa meningkatkan daya imajinasi anak dan menstimulasi otak anak melalui menyusun puzzle.
14
Samantabadra | Januari 2015
Desain poster, oleh Secilia Mediana. Bertemakan anti korupsi di lingkungan kampus, gambar tersebut menjelaskan perilakuperilaku jujur dalam lingkungan dan mengetahui akibat buruk dari melakukan korupsi.
Desain poster, oleh Vicky Saputra. Bertemakan anti korupsi di lingkungan kampus, design ini mewakili mahasiswa/i Buddhis untuk dapat mengembangkan Buddha Dharma dan menghindari praktikpraktik korupsi yang mungkin terjadi sehingga melalui Keagungan dharma, maka luhur pula manusianya.
Mengenal Abjad dan Huruf, karya Jessie Juwita. Di desain untuk menarik minat anak belajar abjad dan huruf melalui permainan edukatif sehingga anak dapat belajar memainkannya sendiri. Januari 2015 | Samantabadra
15
liputan
Kunjungan Mahasiswa Buddhis UI (KMBUI) ke Mahavihara Saddharma NSI
P
ada tgl 6 – 7 Desember 2014, sekitar 90 mahasiswa dari Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Indonesia (KMBUI) berkumpul di Mahavihara Saddharma NSI (Myoho-Ji) dalam acara Malam Keakraban KMBUI dengan tema “Growing Friendship, Building Solidarity� (menumbuhkan persahabatan, membangun solidaritas). Selain Mahasiswa KMBUI, beberapa generasi muda NSI juga turut serta untuk mendukung terselenggaranya acara ini. Acara pertama dimulai dengan pembagian kelompok dan beberapa permainan kecil. Setelah itu, dilanjutkan dengan pelaksanaan puja bakti (gonyo sore) bersama. Sebelum gongyo dimulai, perwakilan dari generasi muda NSI menjelaskan terlebih dahulu tentang tata cara gonyo yang benar. Meskipun di awal masih banyak peserta yang terlihat kebingungan, tapi mereka tetap dapat mengikuti gongyo dengan baik sampai selesai. 16
Samantabadra | Januari 2015
Setelah gongyo, para peserta menuju kantin untuk makan malam bersama. Pada pukul 19.00 WIB, acara dilanjutkan dengan pembekalan materi agama Buddha yang dibawakan oleh Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja. Pada sesi ini, beliau menjelaskan sekilas tentang sejarah Buddha Sakyamuni dan Buddha Niciren Daisyonin. Selain itu, juga dibahas tentang perbedaan mendasar antara 42 tahun ajaran sementara dan 8 tahun ajaran sesungguhnya, serta bagaimana cara mengaplikasikan ajaranajaran Buddha tersebut dalam kehidupan seharihari. Para peserta terlihat cukup antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ajaran dari Saddharmapundarika Sutra. Keesokan harinya, acara diisi dengan sarapan, gongyo pagi, dan games. Rangkaian makrab KMBUI selesai pada pukul 12.00 WIB dan ditutup dengan sesi foto bersama. Setelah
itu, acara disambung dengan pertemuan generasi muda NSI yang dihadiri oleh sekitar 100 orang GM dari berbagai daerah (Jabotabek). Pertemuan diawali dengan gongyo sore bersama. Pada pertemuan kali ini membahas tentang kekuatan daimoku dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup yang terjadi di kalangan generasi muda. Pertemuan berlangsung dengan suasana yang cukup baik. (Megah)
Januari 2015 | Samantabadra
17
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-Sutra (lanjutan dari Gosyo Desember 2014)
ISI GOSYO |
S
ekarang kita meninjau huruf “Myo”, berarti gaib. Saddharmapundarika-sutra mengatakan: “Sutra ini membuka pintu Ajaran Sementara dan mewujudkan aspek sejati dari kenyataan”. Mahaguru Chang-an berkomentar akan hal ini: “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat di kedalaman”. Dan Mahaguru Miao-lo mengatakan: “Mengungkapkan berarti membuka”. Di sini huruf Myo berarti membuka. Seandainya ada sebuah gudang berisi harta pusaka tapi tak ada kuncinya, maka gudang itu tak dapat dibuka, dan jika tak dapat dibuka tentu harta pusaka di dalamnya tak dapat dilihat. Sang Buddha membabarkan Sutra Avatamsaka, tapi Beliau tidak memberikan penjelasan yang dapat dijadikan sebagai kunci untuk membuka sutra ini. Sama halnya selama 40 tahun atau lebih, Beliau mengkhotbahkan sutra-sutra lain, seperti Sutra Agam (Agon), Vaipulya (Hoto), Prajna (Hannya), dan Amitayurdhyana (Kammuryoju), tapi Beliau tidak mengungkapkan maknanya. Pintu sutra itu tetap terkunci, karena itu tak seorang pun dapat mengerti sutra-sutra ini. Walaupun orang berpendapat bahwa mereka mengerti, tapi kenyataannya mereka hanya memiliki pandangan keliru. Tapi kemudian Sang Buddha mengkhotbahkan Saddharmapundarika-sutra, dan dengan jalan ini membuka gudang dari sutra-sutra. Untuk pertama kali setelah berlalu lebih dari 40 tahun seluruh umat manusia Sembilan Dunia dapat memandang pusaka yang terdapat dalam gudang sutra tersebut. Sebagai persamaan, walaupun di bumi ini terdapat manusia dan binatang, tumbuhan dan pohon, tanpa cahaya 18
Samantabadra | Januari 2015
matahari atau rembulan, walaupun memiliki mata, mereka tidak dapat melihat rupa dan warna. Hanya bila matahari atau bulan bersinar, seseorang dapat melihat untuk pertama kalinya bentuk mereka yang sesungguhnya. Sutra-sutra yang mendahului Saddharmapundarika-sutra bagai dibungkus kegelapan malam yang panjang, sedang Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan dari Saddharmapundarika-sutra bagaikan matahari dan bulan. Di antara para Bodhisattva yang memiliki dua mata yang baik, manusia Dwiyana yang memiliki mata juling, manusia biasa yang memiliki mata buta atau mereka yang termasuk manusia Iccantika yang telah buta semenjak lahir tak seorang pun dapat melihat rupa dan warna sesungguhnya dari benda-benda melalui sutra-sutra yang terdahulu. Tapi ketika Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan dan cahaya bulan dari Ajaran Bayangan muncul, maka Bodhisatva yang memiliki dua mata yang baik itu untuk pertama kalinya mencapai kesadaran, disusul manusia Dwiyana bermata juling. Kemudian mata buta manusia biasa akan terbuka, bahkan kemudian manusia Iccantika yang telah buta semenjak lahir, akan dapat membuat suatu jodoh dengan Saddharmapundarika-sutra yang menjamin bahwa mata mereka suatu hari akan terbuka. Kesemuanya ini dapat terjadi karena kebajikan dari satu huruf “Myo”. Ada dua “Myo” atau prinsip gaib35 yang diterangkan dalam Saddharmapundarikasutra, yang satu terdapat dalam 14 bab pertama, merupakan Ajaran Bayangan dan satunya lagi ada dalam 14 bab berikutnya, merupakan Ajaran Pokok. Dari sudut pandangan lain terdapat 20 prinsip36, 10 dalam Ajaran Bayangan dan 10 lagi dalam Ajaran Pokok, atau terdapat 60 prinsip gaib, 30 dalam Ajaran Bayangan dan 30 lagi dalam Ajaran Pokok. Dari sudut pandangan lain, 40 prinsip gaib37 lainnya dapat dilihat dalam setiap setengah bagian dari Saddharmapundarika-sutra. Dengan menambahkan ini pada ke 40 prinsip gaib tentang pengamatan alam pikiran38, huruf tunggal “Myo” dapat dilihat berisi sejumlah 120 “Myo” atau prinsip gaib. Satu huruf ‘Myo’ yang mendasar atau prinsip gaib mendasari setiap huruf dari ke 69.384 huruf yang menjadikan keseluruhan Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, Saddharmapundarika-sutra terdiri dari 69.384 prinsip gaib. Huruf “Myo” diterjemahkan kedalam bahasa Sansekerta sebagai Sad, dalam bahasa Mandarin diucapkan sebagai ‘Miao’. Myo berarti “diberkahi sepenuhnya”, yang kemudian beralih menjadi arti “sempurna”. Dalam tiap kata dan tiap huruf Saddharmapundarikasutra berisi makna ke-69.384 huruf yang menjadikan sutra itu. Sebagai gambaran, dalam setetes air laut terkandung air dari berbagai sungai yang mengalir ke lautan, dan Permata Pengabul Segala Kehendak (cintamani), walaupun tidak lebih besar dari biji mostar, dapat memberikan segala harta pusaka yang diinginkan seseorang. Persamaan lain lagi, rumput dan pohon akan layu dan gundul dimusim gugur dan dingin, tapi bila matahari musim semi dan panas menyinarinya, maka akan tumbuh batang dan daun, kemudian berbunga dan berbuah. Sebelum Saddharmapundarikasutra dikhotbahkan, manusia Kesembilan Dunia bagaikan rumput dan pohon di Januari 2015 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu musim gugur dan dingin. Tetapi ketika huruf ‘Myo’ dari Saddharmapundarika-sutra menyinari mereka seperti matahari di musim semi dan panas, maka bunga keinginan untuk mencapai kesadaran akan bersemi dan buah Dunia Buddha akan muncul. Bodhisattva Nagarjuna dalam karangannya, Mahaprajna Paramitha Sastra (Daicido-ron) mengatakan, “Saddharmapundarika-sutra seperti tabib pandai yang dapat merubah racun menjadi obat”. Penegasan ini terdapat dalam salah satu kutipan Mahaprajna Paramitha Sastra yang menerangkan kebajikan yang terkandung dalam huruf ‘Myo’ dari Saddharmapundarika-sutra. Mahaguru Miao-lo berkomentar perihal ini: “Karena ini dapat menyembuhkan segalanya yang dianggap tak dapat disembuhkan, maka disebut ‘Myo’ atau gaib”. Secara umum, terdapat empat jenis manusia yang amat sukar untuk mencapai kesadaran Buddha. Pertama, mereka yang ditetapkan menjadi umat Sravaka dan Pratekyabuddha39; kedua, mereka yang termasuk golongan Iccantika; ketiga, mereka yang berpegang teguh pada kekosongan40 dan keempat, mereka yang memfitnah Hukum Sakti. Tapi melalui Saddharmapundarika-sutra, seluruh manusia ini dapat mencapai kesadaran Buddha. Inilah sebabnya mengapa Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Myo”. Devadatta adalah putra tertua Raja Dronodana dan keponakan Raja Suddhodana, [ayah dari Buddha Sakyamuni], sehingga ia adalah saudara sepupu Sang Buddha. Ia juga merupakan kakak sulung dari murid Sang Buddha, Ananda yang patut dimuliakan. Ia sama sekali bukan orang berderajat rendah di Jambudwipa. Ia menjadi murid Bhiksu Sudaya41 dan memasuki kehidupan keagamaan. Dari Ananda ia belajar 18 kekuatan gaib, ia mampu menghafal 60 ribu ajaran non Buddhis dan 80 ribu ajaran Buddhis. Ia menjalankan 5 pelaksanaan42 dan tampaknya lebih saleh dari Sang Buddha sendiri. Dengan berpikir menjadikan dirinya sebagai pemimpin seperti Sang Buddha, dia tak takut membuat kejahatan melanggar vinaya dengan membangun peraturan yang dibuatnya sendiri di Gunung Gaya43 dan mengajak murid-murid Sang Buddha ke pihaknya. Ia bersekutu dengan Pangeran Ajatasatru, “Saya bermaksud membunuh Sang Buddha dan menjadi Buddha baru. Hendaknya Anda membunuh ayah Anda, dan menjadi raja penggantinya”! Setelah Pangeran Ajatasatru benar-benar membunuh ayahnya, Devadatta mengamat-amati kegiatan Sang Buddha dan dengan sebongkah batu besar ia berhasil melukai-Nya hingga berdarah. Ia juga memukul dan membunuh Bhiksuni Utpalavarna44 yang telah mencapai tingkat arahat. Dengan demikian ia telah melakukan 3 dari 5 dosa besar. Disamping itu dengan Kokalika45 sebagai muridnya dan Raja Ajatasatru sebagai pelindungnya, Devadatta mulai menarik para pengikut dari berbagai tempat, sehingga dari ke 5 wilayah di India dengan 16 negara bagian besar dan 500 negeri bagian sedang, setiap orang berdosa yang telah melakukan 1, 2 atau 3 dosa besar menjadi anggota kelompoknya. Mereka bergabung dengannya seperti berbagai sungai berkumpul dengan Sariputra dan mereka yang memiliki kekuatan gaib berkumpul dengan Maudgalyayana, demikian pula orang-orang yang mempunyai ikatan buruk bergabung dengan Devadatta. 20
Samantabadra | Januari 2015
Sebagai akibatnya, bumi besar setebal 168.000 yojana dan didalamnya terdapat pusaran angin46 sekeras intan, terbelah, Devadata jatuh hidup-hidup kedalam neraka yang tiada terputus penderitaannya. Murid utamanya, Kokalika, juga jatuh hiduphidup kedalam neraka, sebagaimana juga Brahmana wanita Cincamanavika47, Raja Virudhaka48 dan Bhiksu Sunakshatra. Selain itu, penduduk dari 5 wilayah di India dengan 16 negeri bagian besar, 500 negeri bagian sedang dan 10.000 negara bagian kecil, semua menyaksikan hal ini. Demikian pula makhluk-makhluk dari 6 Surga Kamadhatu dan 4 Surga Meditasi49, seluruh makhluk baik dari Rupadhatu maupun Arupadhatu50, termasuk Dewa Maha Brahma, Sakra Devanam Indra, Iblis Surga Keenam dan Dewa Yamaraja, menyaksikan pula nasib mereka. Seluruh makhluk dari seluruh dunia besar dan seluruh alam semesta mendengar hal ini dan secara bulat berkesimpulan bahwa walaupun kalpa jumlahnya sebanyak butiran debu di bumi telah berlalu, Devadata dan lainnya takkan dapat terhindar dari neraka yang tiada terputus penderitaannya dan walaupun batu yang menandai lamanya waktu satu kalpa mungkin telah pupus seluruhnya, mereka tetap terus menderita dalam penderitaan besar benteng Neraka Avici. Namun betapa mengejutkan, dalam Bab Devadata Saddharmapundarika sutra, Buddha Sakyamuni mengungkapkan bahwa Devadata adalah guru-Nya pada kehidupan masa lampau dan meramalkan bahwa dia dapat mencapai kesadaran dimasa mendatang sebagai Buddha bergelar Tathagata Devaraga. Jika sutra-sutra pra Saddharmapundarikasutra adalah benar, maka Saddharmapundarika-sutra seharusnya suatu bualan yang teramat besar. Tapi bila Saddharmapundarika-sutra adalah benar, maka sutra-sutra lain harus dipersalahkan karena melakukan penipuan besar. Jika Devadatta yang telah melakukan 3 dari 5 dosa besar, di samping itu telah melakukan kejahatan besar lain yang tak terhitung dapat menjadi Tathagata Devaraga, maka tidak diragukan lagi, penjahat lain yang hanya melakukan 1 atau 2 dosa besar pasti dapat mencapai kesadaran. Jika seandainya bumi besar ini dapat dijungkirbalikkan, maka sudah pasti tumbuhan dan pohon juga terjungkir balik. Dan jika batu yang keras dapat dihancurkan, maka pasti rumput yang liat dapat ditekuk. Maka Saddharmapundarika-sutra disebut ‘Myo’. Sekarang marilah kita membicarakan perihal wanita; kita mendapatkan bahwa mereka sangat dipersalahkan baik dalam tulisan Buddhis maupun non-Buddhis. Karya yang dikenal sebagai 3 Catatan dan 5 Peraturan51 dari 3 Penguasa dan 5 Kaisar Tiongkok kuno menggambarkan mereka sebagai penjilat dan penjahat. Dengan alasan ini, malapetaka dikatakan datang disebabkan oleh 3 wanita jahat di jaman purbakala52. Dengan demikian wanita dibuktikan sebagai penyebab keruntuhan suatu negara dan bangsanya. Dalam Sutra Avatamsaka, ajaran agung pertama yang dikhotbahkan setelah Sang Buddha mencapai kesadaran, dinyatakan: “Wanita adalah utusan neraka yang dapat menghancurkan bibit kebuddhaan. Mereka tampaknya seperti Bodhisattva, tapi dalam hatinya mereka bagaikan Iblis Yaksa�.53 Dan dalam Sutra Nirvana, ajaran terakhir Januari 2015 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu Sang Buddha yang dikhotbahkan di hutan pohon sal, dikatakan: “Seluruh sungai dan anak sungai pasti berliku-liku dan berkelok-kelok, dan semua wanita pasti penjilat dan penjahat”. Juga dikatakan: “Seandainya seluruh nafsu dan khayalan seluruh pria dari tatanan surya dijadikan satu, itu takkan lebih besar dari rintangan karma seorang wanita”. Bila Sutra Avamtasaka mengatakan bahwa kaum wanita “dapat menghancurkan bibit kebuddhaan”, berarti, mereka menghanguskan dan membakar benih-benih yang memungkinkan mereka dapat mencapai kesadaran Buddha. Ketika gumpalan awan berkumpul di langit musim kemarau dan hujan deras turun ke bumi, maka rumput dan pohon-pohon yang layu akan bersemi dan menghasilkan buah. Tapi hal ini takkan terjadi pada benih hangus; mereka takkan bertunas, sebaliknya hujan deras itu akan membusukkannya. Demikianlah Sang Buddha seperti gumpalan awan, ajaran-Nya seperti hujan deras dan tumbuhan dan pohon layu bagaikan seluruh makhluk hidup. Ketika mereka disirami hujan ajaran Agama Buddha, menerima 5 pantangan54, 10 pantangan55 dan pelaksanaan meditasi, semuanya mendatangkan karunia, mereka akan memunculkan tunas dan menghasilkan buah. Tapi bibit hangus takkan bertunas walaupun dihujani, sebaliknya akan membusuk. Hal ini disamakan dengan kaum wanita yang walaupun mengetahui ajaran Agama Buddha, mereka tak dapat melepaskan diri dari penderitaan lahir-mati, sebaliknya berpaling dari hakikat ajaran Agama Buddha dan jatuh kejalan buruk. Inilah yang dimaksudkan Sutra dengan mengatakan bahwa kaum wanita “dapat menghancurkan bibit kebuddhaan”. Kutipan kalimat Sutra Nirvana di atas mengartikan, seperti seluruh sungai dan anak sungai berliku-liku dan berkelok-kelok, demikian pula kaum wanita suka menentang dan berliku-liku. Karena air adalah cairan, bila kita menghadang alirannya dengan benda keras seperti batu karang atau gunung, maka aliran itu akan terpecah menjadi dua anak sungai atau mengalir ke samping tak tentu arah; sekarang mengalir begini nanti mengalir begitu. Kaum wanita juga demikian, pikiran mereka lembut dan lemah. Walaupun mereka mungkin percaya bahwa tujuan tertentu benar, tapi bila mereka berhadapan dengan keinginan kuat seorang pria dan mendapatkan bahwa cara mereka terhalang, maka mereka akan berpaling ke arah yang sama sekali berbeda dengan tujuan semula. Lagipula, meskipun Anda melukis gambar di permukaan air, tak satu pun yang Anda gambar akan tetap tinggal. Kaum wanita juga sama, pendirian mereka yang kurang teguh merupakan sifat dasar mereka. Bila saat ini mereka berpikir sesuatu, maka pada detik berikutnya mereka mempunyai pandangan lain yang berbeda sama sekali. Sedangkan sifat dasar seorang Buddha adalah jujur dan berterus terang. Dengan demikian kaum wanita, karena pendirian mereka tidak tetap, tak pernah dapat menjadi Buddha. 22
Samantabadra | Januari 2015
Kaum wanita dihukum dengan 5 rintangan dan 3 jenis kepatuhan56. Karena itu dalam Sutra “Gonjikinyo”57 (Wanita berwarna keperak-perakkan) dikatakan: “Walaupun mata seluruh Buddha masa lampau, sekarang dan akan datang jatuh ke bumi, tak seorang wanita pun dapat menjadi Buddha”. Dan dalam Mahaprajna Paramitha Sastra dikatakan: “Anda dapat lebih cepat menangkap angin daripada memegang pikiran seorang wanita”. Walaupun segenap makhluk wanita begitu dihina dalam berbagai Sutra, namun ketika Bodhisattva Manjusri mengucapkan sepatah kata ‘Myo’, seorang wanita dapat segera menjadi Buddha. Kejadian ini sangat luar biasa, sehingga Bodhisattva Pragnakuta (Cisyaku), murid terkemuka Tathagata Prabhutaratna di Dunia Kesucian Pusaka, dan Sariputra, yang paling terkenal kebijaksanaannya di antara semua murid Sang Buddha, memprotes hal ini. Mereka mengatakan, menurut seluruh Sutra Mahayana dan Hinayana yang dikhotbahkan selama 40 tahun lebih, Putri Naga takkan mungkin menjadi seorang Buddha. Tapi pada akhirnya, sanggahan mereka sia-sia belaka karena kenyataannya Putri Naga telah menjadi seorang Buddha. Dengan demikian kutipan pada Sutra pertama yang mengatakan bahwa wanita “dapat menghancurkan bibit keBuddhaan” dan khotbah terakhir-Nya dihutan pohon sal tentang bagaimana “seluruh sungai dan anak sungai pasti berliku-liku dan berkelok-kelok”, sama sekali berlawanan dan kaca atau kulit penyu peramal58 dalam Gonjikinyo Sutra dan Mahaprajna Paramitha Sastra dibuktikan sebagai bualan. Pragnakuta dan Sariputra terpaksa mendiamkan lidahnya dan menutup mulut mereka, sementara seluruh manusia dan makhluk yang hadir pada pesamuan besar ketika Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan bersikap anjali bersama sebagai pernyataan sukanya. Semua disebabkan kebajikan dari sebuah huruf ‘Myo’. Di benua Jambudwipa bagian selatan dunia, terdapat 2.500 sungai yang berkelokkelok. Mereka berliku-liku seperti jalan pikiran kaum wanita di Jambudwipa. Tapi terdapat sebuah sungai yang disebut Syabaya59 yang mengalir lurus, selurus tali yang tegang, mengalir langsung kelaut barat. Seorang wanita yang berhati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra akan menyerupai sungai ini, berjalan lurus menuju Tanah Suci di dunia barat60. Ini adalah kebajikan yang terkandung dalam sebuah huruf ‘Myo’. Makna Myo adalah Sosei, makna Sosei adalah hidup kembali. Ini adalah seperti anak bangau kuning61. Dikatakan bahwa walaupun anak bangau itu mati, tapi bila induk bangau itu memanggil nama Tzu-an62, maka anak burung yang mati itu akan hidup kembali. Atau menyerupai ikan dan kerang yang terbunuh karena sejenis burung beracun masuk ke air, jika mereka disentuh cula badak63, katanya mereka akan kembali hidup. Sama halnya dengan manusia Dwiyana, mereka yang tergolong Iccantika, dan kaum wanita yang digambarkan dalam sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra yang menghanguskan dan membunuh bibit kebuddhaannya akan dimungkinkan kembali mencapai kesadaran Buddha. Dengan berpegang teguh pada huruf tunggal ‘Myo’ ini, mereka akan menghidupkan kembali bibit keBuddhaan yang telah hangus. Januari 2015 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu Mahaguru Tien-tai menyatakan; “Bagaimanapun Iccantika masih mempunyai hati, karena itu mereka masih mungkin mencapai kesadaran Buddha. Tapi manusia Dwiyana telah membunuh prajnanya, karena itu tak dapat membangkitkan hati yang berkehendak untuk mencapai kesadaran. Tapi, Saddharmapundarika-sutra dapat mengobati mereka. Itulah sebabnya ia disebut ‘Myo’ “. Mahaguru Miao-lo berkomentar akan hal ini: “Sutra-sutra lainnya disebut ‘dai’ atau maha, tapi tidak ‘Myo’ adalah karena mudah mengobati mereka yang memiliki pikiran, tapi sukar mengobati mereka yang tidak memiliki pikiran. Karena Saddharmapundarika-sutra dapat mengobati semua yang dianggap tidak dapat diobati, maka disebut ‘Myo’ atau gaib”. Kutipan kalimat ini menunjuk pada kenyataan bahwa sutra-sutra lain seperti Buddharatamsaka-nama-Mahavaipulya-sutra (Daihokobua Kegon sutra), Mahasanghata-sutra (Daijuku), Mahaprajnaparamitha-sutra (Daibon Hannya) dan Mahaparinirvana sutra (Dai Nehan), semuanya memiliki huruf “Dai” (maha) pada judulnya, tapi bukan huruf “Myo”. Ini disebabkan mereka hanya dapat menyembuhkan yang hidup tapi tak dapat menyembuhkan yang mati. Tapi, Saddharmapundarikasutra dapat mengobati yang mati sebaik yang hidup, maka ia memiliki huruf “Myo” pada judulnya. Dengan sutra-sutra lain, manusia yang hendak menjadi Buddha tidak dimungkinkan, tapi dengan Saddharmapundarika-sutra, mereka yang tampaknya tidak mungkin mencapai kesadaran Buddha dapat mencapainya, tidak perlu disebut lagi orang yang lebih mudah kemungkinannya. Dengan alasan ini, semenjak Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan tidak diperbolehkan lagi seorang pun mempercayai sutra lainnya. Kini 2.000 tahun masa Purwaka Dharma dan Madya Dharma telah berlalu, kita telah memasuki masa Akhir Dharma. Masa ini, adalah satu juta milyar kali lebih sukar bagi manusia biasa untuk mencapai kesadaran Buddha dibandingkan manusia Dwiyana dan Iccantika dimasa hidupNya Sang Buddha. Tapi masih juga orang pada masa ini yakin bahwa dengan mempercayai Amitayurdhyana sutra atau sutra-sutra lainnya yang dikhotbahkan pada masa 40 tahun lebih sebelum dikhotbahkannya Saddharmapundarika-sutra dapat terhindar dari penderitaan lahir-mati. Alangkah sia-sianya, betapa sungguh sia-sia. Kaum wanita, baik mereka yang hidup pada masa hidup-Nya Sang Buddha atau dalam masa Purwaka, Madya atau Akhir Dharma tak dapat mencapai kesadaran Buddha melalui ajaran apapun kecuali Saddharmapundarika-sutra. Tak satu pun sutra lain yang dibabarkan oleh seorang Buddha di manapun dapat menolong mereka. Mahaguru Tien-tai, yang mendengar ajaran Sang Buddha di Gridhrakuta64 dan kemudian mencapai kesadaran di tempat meditasi, telah menyatakan dengan terang, “Sutra-sutra lain meramalkan pencapaian kesadaran Buddha hanya untuk pria dan tidak untuk kaum wanita. Hanya sutra ini yang meramalkan kesadaran Buddha untuk seluruh umat”. Buddha Sakyamuni dihadapan Tathagata Prabutaratna dan Buddha-Buddha lain sepuluh penjuru, mengkhotbahkan Saddharmapundarika-sutra selama delapan tahun 24
Samantabadra | Januari 2015
di tempat yang disebut Gridhrakuta, arah Timur Laut dari Raja Griha, Ibukota kerajaan Magadha. Mahaguru Tien-tai telah hadir dan mendengar khotbah Beliau. “Semasa Aku membabarkan ajaran selama 50 tahun atau lebih” kata Sang Buddha, “Aku telah mengkhotbahkan berbagai ajaran suci, semua untuk mengkaruniai makhluk hidup. Dalam sutra-sutra yang dikhotbahkan selama 42 tahun pertama, Aku mengajarkan bahwa tak mungkin kaum wanita dapat mencapai kesadaran Buddha. Tapi sekarang, dalam Saddharmapundarika-sutra Aku mengumumkan bahwa kaum wanita dapat menjadi Buddha”. Arah Timur Laut Gridhrakuta, pada kejauhan 108.000 ri65 di balik gunung dan lautan, terdapat negara yang disebut Mahacina dalam bahasa Sansekerta. Kita mengenalnya sebagai Tiongkok. Sekitar 1.500 tahun setelah Sang Buddha wafat, di negara tersebut muncul utusan Sang Buddha, bergelar Mahaguru Tien-tai yang menyatakan bahwa kaum wanita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha melalui ajaran lain, kecuali melalui Saddharmapundarika-sutra. Tiga ribu ‘ri’ disebelah Timur Tiongkok terdapat sebuah negara yang disebut Jepang. Kurang lebih dua ratus tahun setelah Mahaguru Tien-tai wafat, beliau dilahirkan kembali di negeri ini dan menyandang nama Mahaguru Dengyo66. Beliau kemudian menulis sebuah karya yang berjudul Hokke Syuku, didalamnya dinyatakan: “Tiada guru maupun murid yang harus melakukan pertapaan berat melalui kalpa tak terhitung untuk mencapai kesadaran Buddha. Melalui kekuatan Saddharmapundarikasutra mereka dapat mencapai kesadaran dalam keadaan seadanya”. Dengan demikian ia dapat menjelaskan mengapa Putri Raja Naga dapat menjadi seorang Buddha. Tampaknya ada kesukaran bagi kaum wanita pada masa hidup kita sekarang untuk mencapai kebuddhaan tanpa mengubah bentuk mereka. Tepi bila mereka percaya Saddharmapundarika-sutra, tidak diragukan lagi, mereka akan dilahirkan kembali di Tanah Suci Kebahagiaan Sempurna setelah meninggal. Mereka dapat mencapainya lebih mudah daripada sungai dan anak sungai yang mengalir ke lautan besar atau lebih cepat daripada air hujan yang jatuh dari langit. Namun masih kita temukan bahwa kaum wanita di seluruh Jepang tidak menyebut Nammyohorengekyo. Sebaliknya mereka percaya kepada karya-karya seperti Sukhavativyuha-sutra atau Amitayurdhyana-sutra, tidak mungkin dapat membawa kaum wanita ke Tanah Suci atau kekesadaran Buddha. Mereka menyebut nama Buddha Amida 60.000 – 100.000 kali sehari. Amida memang nama seorang Buddha, dan memohon dengan khusyuk kepadanya tampaknya suatu pelaksanaan yang patut dipuji, tapi karena kaum wanita yang melakukannya percaya kepada sutra yang tidak memungkinkan kaum wanita mencapai kesadaran Buddha, maka sebenarnya mereka hanya bagaikan orang yang menghitung kekayaan orang lain. Hal ini terjadi tak lain karena mereka dibuat sesat oleh guru sesat. Kaum wanita di seluruh Jepang menghadapi musuh yang lebih ganas daripada harimau atau serigala, perampok gunung atau perompak lautan, musuh orang tuanya atau selir suaminya. Musuh mereka sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak mengajarkan mereka Januari 2015 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu untuk mempercayai Saddharmapundarika-sutra, sebaliknya mengajarkan untuk mempercayai Nembuce. Kaum wanita yang meletakkan kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra hendaknya menyebut Nammyohorengekyo 60 ribu, 100 ribu atau bahkan 10 juta kali sehari, setelah itu, jika mereka masih mempunyai waktu luang, mereka dapat sewaktu-waktu membisikkan kepada diri sendiri nama Buddha Amida atau salah satu dari Buddha lain. Tapi kaum wanita masa ini memberikan seluruh hidupnya dengan terus menerus menyebut nama Buddha Amida dan menyibukkan diri mereka sendiri dengan hal-hal yang berkaitan dengan Nembuce. Mereka tak pernah membaca Saddharmapundarika-sutra atau berdana kepadanya. Memang benar, ada beberapa dari mereka yang telah mendengar Saddharmapundarika-sutra yang dibacakan oleh para bhiksu yang mengikuti ajarannya, tapi mereka memandang para bhiksu Nembuce sebagai orang tua atau saudara mereka, dan memperlakukan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan penghargaan yang kurang daripada perlakuan terhadap pengiring atau pengikutnya. Walaupun demikian, masih juga mereka mengaku dirinya sebagai penganut Saddharmapundarika-sutra. Sebagai contoh yang menyolok, Permaisuri Vimaladatta67 mengijinkan putraputranya, kedua pangeran, memasuki pertapaan kebhiksuan (Syuke) dan memberi semangat kepada mereka untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Lebih jauh lagi, Putri Naga telah mengucapkan suatu prasetya: “Aku akan membabarkan ajaran Kendaraan Agung dan membawa pembebasan atas penderitaan makhluk yang sengsara�. Para wanita ini memang tidak berprasetya untuk melaksanakan sutrasutra lainnya dan telah lalai melaksanakan Saddharmapundarika-sutra. Betapapun demikian, inilah yang dikerjakan oleh kaum wanita masa ini, memperhatikan sepenuhnya pelaksanaan sutra-sutra lainnya tapi tidak satu pun kepada Saddharmapundarika-sutra. Hendaknya Anda mengubah cara hidup Anda secepat mungkin. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Hormat Saya,
Tertanda Niciren
Selesai ditulis pada Jam Kambing (pukul 14:00) di Kuil Seico68 pada hari ke-enam bulan pertama tahun Bun-ei ketiga (1266); tahun dengan tanda putaran ‘hinoe-tora’.
26
Samantabadra | Januari 2015
| KUTIPAN GOSYO
1
‘Myo’ berarti gaib. Saddharmapundarika-sutra mengatakan: “Sutra ini membuka pintu Ajaran Sementara dan mewujudkan aspek sejati dari kenyataan”.
GM
2
Mahaguru Chang-an berkomentar akan hal ini: “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat di kedalaman”.
GM
Keterangan: “Gudang rahasia yang terdapat Keterangan: dikedalaman” berarti Nammyohorengekyo Disini mulai dijelaskan secara khusus yang dirahasiakan dan tersembunyi dalam mengenai kebajikan huruf ‘Myo’ secara sutra-sutra pra Saddharmapundarikalebih rinci dan dari berbagai sudut sutra. “Gudang rahasia yang terdapat pandang. “Pintu Ajaran Sementara” ialah dikedalaman” dibuka dan mewujudkan ajaran pra Saddharmapundarika-sutra, dasar pokok Saddharma. Pengungkapan “Aspek Sejati dari kenyataan” ialah akar inilah yang disebut Myo atau dengan hukum dasar pokok (akar bibit hukum) perkataan lain membuka makna yang atau dasar pokok Saddharmapundarika terdalam dan mewujudkan dasar pokok sutra. Dengan dibukanya pintu ajaran Saddharma. sementara (pra Saddharmapundarika Kata “Rahasia” (Himice) dari kalimat sutra), maka ajaran hukum dasar pokok “Gudang rahasia yang terdapat di dari Buddha diwujudkan, itulah makna kedalaman” mempunyai tiga arti, yaitu : ‘Myo’ dari Myohorengekyo. 1. Hottai no Jinpi: berarti hakikat Keberadaan hakiki yang telah dibuktikan Hukum Gaib yang terdapat amat dalam diri Sang Buddha adalah hakekat dalam dan jauh hingga dapat hukum. Untuk menerangkan hal ini dikatakan rahasia. Dalam Sandaihiho diambil perumpamaan bulan. Keberadaan Syo terdapat kutipan Mahaguru hakiki yang telah dibuktikan oleh Buddha Tien-tai: “Ekakaya yang Trikaya ialah adalah bulan yang bersinar dilangit ‘hi’ (rahasia). Trikaya yang Ekakaya dan ajaran pra Saddharmapundarikaadalah ‘mice’ (tersembunyi)”. Dengan sutra adalah bulan yang tertutup awan. kutipan ini menerangkan Saddharma yang sedemikian jauh dan mendalam. Maka membuka dan memperlihatkan wujud Saddharmapundarika-sutra 2. Zaisyaku Onpi: berarti sebelum Saddharmapundarika-sutra adalah seperti menyingkirkan awan dibabarkan, hakikat hukum dan memperlihatkan bulan. Selanjutnya sebenarnya dirahasiakan secara membuka dan memperlihatkan wujud mendalam sekali, dengan demikian Saddharmapundarika-sutra ialah membuka Hukum Gaib tersebut tersembunyi, hakikat hukum yang telah dibuktikan oleh karena itu dinamakan himice (Sejak Buddha dan memperlihatkannya. Ini tidak masa lampau hal ini tidak pernah lain Dai Gohonzon dari Sandaihiho masa dijelaskan, disebut hi atau rahasia; Akhir Dharma. hanya Buddha sendiri yang mengerti, disebut mice atau tersembunyi). Januari 2015 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu 3.
Kaiken no Syinpi: berarti dengan Saddharmapundarika-sutra barulah rahasia sebenarnya hakikat hukum dibuka dan diterangkan, maka itu dinamakan himice. Pada kutipan “gudang rahasia yang terdapat dikedalaman” dimaksudkan sebagai perumpamaan Zaisyaku Onpi. Dalam sutra-sutra pra Saddharmapundarikasutra, Hukum Gaib tertutup dan tersembunyi, hingga disebut “terdapat di kedalaman”, seperti harta yang tersembunyi dalam gudang. Setelah Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, baru diungkapkan pertama kalinya gudang rahasia yang terdapat dikedalaman dan inti dari hakikat Hukum Gaib diwujudkan, inilah yang dimaksud dengan kalimat “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat dikedalaman”.
penting Saddharmapundarika-sutra tidak terletak pada kata-katanya, tapi makna kata-kata Saddharmapundarikasutra yang sebenarnya adalah hukum dasar pokok yang paling penting, yaitu Nammyohorengekyo.
3
Huruf “Myo” berarti membuka.
PK2
Keterangan: Dalam bahasa Sansekerta, Gohonzon disebut Mandala, berarti “Kumpulan karunia (Kodokuju)”. Gohonzon sendiri adalah kumpulan pusaka seluas alam semesta. Tujuan kepercayaan adalah membuka kumpulan karunia Gohonzon agar diri sendiri mendapat rejeki yang besar. Karena kekuatan Gohonzon sebesar alam semesta, sebanyak apapun karunia yang diterima, kumpulan karunia dalam “Mengungkapkan” berarti “membuka”. Gohonzon takkan habis. Maka tak usah khawatir. Makin bertambahnya bukti Ini berarti semua penutup badan hakikat pokok ditanggalkan dan melalui proses nyata yang diterima, kepercayaan harus pelepasan ini baru diwujudnyatakan atau makin kuat, akhirnya dapat mencapai dapat diperlihatkan. Tapi dalam kalimat kebahagiaan mutlak. “Membuka” mempunyai makna “Mengungkapkan gudang rahasia yang filosofis yang mendalam, yang terdapat dikedalaman” makna pentingnya bukan terletak pada kata “mengungkapkan” berlainan dengan filsafat sesat. Bila tidak memahami teori ini, orang yang tersurat, melainkan terletak cenderung berpikir bisa mendapatkan pada makna tersirat yang terkandung rejeki Hukum Agama Buddha dengan dalam kalimat tersebut, yaitu proses sikap meminta-minta saja atau orang membuka Hukum Gaib yang tertutup dan berwatak lemah ingin mengandalkan tersembunyi, sehingga dengan demikian atau bergantung pada kekuatan hukum gaib tersebut dapat diperlihatkan. dari luar. Sungguh merupakan salah Maka dianjurkan untuk menghayati pemahaman yang besar sekali. kalimat “Myo berarti mengungkapkan Karunia Hukum Agama Buddha hanya gudang rahasia yang terdapat di dapat diperoleh dengan membangkitkan kedalaman”. Dengan pengertian, kalimat kekuatan kepercayaan dan kekuatan ini mewujudkan inti hakikat Hukum pelaksanaan yang gigih oleh diri sendiri: Gaib. Melalui kutipan kalimat Mahaguru membuka, mengambil dan memegang Chang-an ini jelaslah bahwa makna 28
Samantabadra | Januari 2015
dengan tangan sendiri. Orang yang percaya Saddharma bagaikan mengetahui kandungan emas di dalam bumi dan menggalinya ditempat itu. Orang yang tidak percaya Saddharma bagaikan menggali tanah tanpa mengetahui lokasi kandungan emas, jadi dapat tidaknya emas tersebut hanyalah suatu kemungkinan. Orang tersebut mengeluarkan tenaga dan keringat untuk hal yang belum pasti. Dapat saja emas ditemukan, tapi hasilnya sedikit dan cepat habis. Menggali dan melewati atau hanya mendapatkan bagian tepi sumber emas yang sebenarnya, hingga walaupun dapat akan cepat habis, akhirnya jadi bingung. Kebanyakan demikian. Menentukan pilihan tempat kandungan emas dengan tepat, kemudian dengan cara tepat pula menggali, sesuai peraturan, akhirnya dengan seratus usaha mendapat hasil imbalan berlipat ganda. Sebaliknya bila menggali secara sembarangan, walau telah mengeluarkan seratus tenaga pun, hanya menghasilkan imbalan beberapa persen saja. Kekuatan Gohonzon, yaitu kekuatan Buddha dan kekuatan Dharma adalah pusaka tiada ternilai yang tersimpan secara rahasia dalam kandungan emas yang tak terbatas. Tapi untuk menggali dan menambang keluar, diperlukan tenaga diri sendiri, yaitu kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan. Dengan bersatunya keempat kekuatan ini yaitu kekuatan Buddha, kekuatan Dharma, kekuatan Kepercayaan dan kekuatan Pelaksanaan, barulah rejeki Agama Buddha yang besar dan agung akan timbul nyata. Dengan demikian ajaran Hukum Agama Buddha yang sebenarnya bukan hanya tergantung pada kekuatan luar (Tariki Hongan) atau tergantung pada kekuatan diri sendiri (Jiriki Hongan), tapi kemanunggalan keduanya. Harap dapat memahami makna filosofis yang dalam dan unggul ini.
4
Seandainya ada sebuah gudang berisi harta pusaka tapi tak ada kuncinya, maka gudang itu tak dapat dibuka, dan jika tak dapat dibuka tentu harta pusaka didalamnya tak dapat dilihat. Keterangan : Meskipun di depan mata kita terdapat gudang dengan harta luar biasa, tapi kalau tidak punya kunci, kita tak dapat membuka dan mengambil pusaka tersebut. Dari sudut pandang kepercayaan, kunci itu adalah kepercayaan yang benar. Tapi dalam gosyo ini Niciren Daisyonin menerangkan, kunci itu adalah Saddharmapundarikasutra. Untuk dapat membuka gudang ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni yang pada kedalamannya tersimpan secara rahasia pusaka Hukum Gaib (Hoju) yang tak terbatas, amat tergantung pada kunci Saddharmapundarikasutra. Maka untuk membuka gudang sutra-sutra pra Saddharmapundarikasutra juga tergantung pada kunci Saddharmapundarika-sutra. Setelah membukanya terlihatlah harta dari inti hakikat badan hukum yang sebenarnya. Selanjutnya bila tidak memahami Saddharmapundarika-sutra, tak dapat sekehendak hati mengambil pusaka dari gudang sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra apalagi menggunakannya. Niciren Daisyonin pun dalam banyak kesempatan mempergunakan kata-kata dari pra Saddharmapundarika-sutra untuk menjelaskan gosyo-gosyoNya, tapi semua kata-kata itu dibaca berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Inilah makna dari Zettai-myo dan E-nyu no gi. Januari 2015 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu
5
Permata-pengabul-segalakehendak (cintamani), walaupun tidak lebih besar dari biji mostar, dapat memberikan segala harta pusaka yang diinginkan seseorang.
Anak Cabang
Keterangan: Sehubungan perumpamaan “permatapengabul-segala-kehendak (cintamani)”, Nicikan Syonin berkata: “Setelah memegang pusaka Hukum Gaib, maka harus waspada terhadap hal-hal dari luar maupun dalam”. Berarti harus memperhatikan dan mencegah dua macam malapetaka. Malapetaka pertama adalah terbakar musnah, berarti terbakar habis oleh api pemfitnahan Dharma dari ketidakpercayaan, kedua adalah malapetaka pencuri, yaitu gangguan raja iblis jahat. Dari dalam jiwa penganut yang telah menerima Gohonzon keluar hati tidak percaya dan dari luar mendapat gangguan musuh, maka camkanlah hal ini dalam hati. Yang terpenting ialah menjaga dan mempertahankan kepercayaan terhadap Gohonzon seumur hidup. Seandainya telah terbakar habis oleh api pemfitnahan Dharma dari ketidak percayaan atau terhasut oleh iblis jahat pemfitnah Dharma hingga melepaskan kepercayaan terhadap Gohonzon, sama seperti petuah emas yang menyatakan: “Selama ratusan kalpa bersusah payah menumpuk rejeki, dalam kesulitan bila melepaskan Gohonzon rejeki akan habis”. Dan “serat jerami kaya (sejenis alang-alang) yang bertahan seribu tahun dalam sekejap mata menjadi abu”. Rejeki yang telah ditumpuk sampai saat sekarang ini dalam sekejap kembali menjadi buih-buih air. Harap sadari hal-hal demikian.
30
Samantabadra | Januari 2015
6
Secara umum, terdapat empat jenis manusia yang amat sukar untuk mencapai kesadaran Buddha. Pertama, mereka yang ditetapkan menjadi umat Sravaka dan Pratekyabuddha39; kedua, mereka yang termasuk golongan Iccantika; ketiga, mereka yang berpegang teguh pada kekosongan dan keempat, mereka yang memfitnah Hukum Sakti. Tapi melalui Saddharmapundarika-sutra, seluruh manusia ini dapat mencapai kesadaran Buddha. Inilah sebabnya mengapa Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Myo”.
Anak Cabang
Keterangan: Bagian ini umumnya menerangkan hubungan fungsi karunia kebajikan Myo dengan hal yang sukar diperbaiki (nanji) dan yang dapat diperbaiki secara aktif (noji). Disini untuk menerangkan karunia dari Myo dijelaskan perumpamaan hidup kembalinya pohon dan rumput, obat dan tabib penyembuh penyakit. Perumpamaan pohon dan rumput yang layu dimusim gugur dan dingin, orang sakit yang tak dapat disembuhkan menunjuk kepada orang yang sukar mengakhiri hayatnya dalam keadaan Dunia Buddha, yaitu : 1. Orang yang ditetapkan sebagai Dwiyana: Orang yang tetap berpegang teguh pada ajaran pra Saddharmapundarika-sutra pasti telah ditetapkan menjadi Dwiyana. Misalnya, berpegang hanya pada ilmu pengetahuan atau keahlian dan seni budaya sendiri, dan bertujuan mencapai keberhasilan tertinggi dalam bidang ini tanpa menghiraukan kesusahan orang lain. Demi tercapainya kepentingan diri sendiri, walau mengorbankan jiwa orang lain
pun tidak dirasakan sebagai satu kesalahan; 2. Orang Iccantika: yaitu orang yang berhati tidak dapat percaya kepada Saddharma; 3. Orang yang berpegang teguh pada ajaran kekosongan: berhati kosong, tak dapat mempercayai prinsip Hukum Sebab Akibat Agama Buddha; 4. Pemfitnah Hukum: orang yang memfitnah Hukum sebenarnya.
Di antara keempat golongan ini, yang terberat dosanya menurut Hukum Agama Buddha adalah Iccantika dan Pemfitnah Dharma (no. 2 dan 4). Walaupun demikian, kekuatan karunia Hukum Gaib dapat menolong mereka. Dihadapan Dai Gohonzon yang bermaitri karuna agung, golongan yang telah ditetapkan sebagai Dwiyana dan berhati kosong masih terlihat sebagai orang berdosa ringan, namun demikian, dapat tidaknya menerima maitri karuna agung ini oleh diri sendiri tergantung tebal tipisnya kepercayaan masing-masing.
7
Makna “Myo” adalah “Sosei”, makna “Sosei” adalah hidup kembali.
Anak Cabang
Keterangan: Sampai disini, dari keempat golongan umat yang sukar mencapai kesadaran Buddha, telah dijelaskan pencapaian kesadaran bagi penjahat dan kaum wanita. Dalam sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra, Devadatta yang telah melakukan 3 dosa besar dan kaum wanita sama sekali tak dapat mencapai keBuddhaan, bagaikan telah divonnis mati. Tapi dengan Saddharmapundarika-sutra, pencapaian
kesadaran Buddha bagi Devadatta dan kaum wanita dapat menjadi kenyataan, inilah makna Myo yang sebenarnya. “Makna Myo adalah Sosei”, artinya dengan Saddharmapundarika-sutra, seluruhnya dapat hidup kembali, karena itu Saddharmapundarika-sutra dinamakan Hukum Gaib (Saddharma). Sekarang ini perlu diketahui arti sebenarnya pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Dwiyana. Dalam Makasyikan jilid 6 dikatakan: “Bagaimanapun orang Iccantika masih mempunyai hati, karena itu mereka masih mungkin mencapai kesadaran Buddha, tapi manusia Dwiyana telah musnah prajnanya, karena itu tak dapat membangkitkan hati yang berkehendak untuk mencapai kesadaran”. Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra hal ini sungguh-sungguh dapat diperbaiki, jadi sekali lagi diulang makna Myo sebagai Hukum Gaib. Mengapa hanya pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana tidak dijelaskan dengan perumpamaan, sedangkan Iccantika, Devadatta dan kaum wanita terdapat penjelasannya? Hal ini adalah untuk menjelaskan makna Myo dan menerangkan lebih jelas makna Sosei. Bila Iccantika, Devadatta dan kaum wanita yang tergolong lebih rendah dari kaum Dwiyana dapat mencapai kesadaran Buddha, maka pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Dwiyana tidaklah diragukan lagi, yang dalam sutra-sutra pra Saddharmapundarikasutra , dikatakan bahwa bibit kesadaran Buddhanya telah hangus dan mati, tapi dalam Saddharmapundarika-sutra dapat mencapai kesadaran Buddha kembali. Inilah wujud nyata Sosei (hidup kembali) yang sebenarnya. Januari 2015 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu
8
Masa ini, adalah satu juta milyar kali lebih sukar bagi manusia biasa untuk mencapai kesadaran Buddha dibandingkan manusia Dwiyana dan Iccantika dimasa hidupNya Sang Buddha. Keterangan: Telah diterangkan bahwa dalam Sutra-sutra sementara yang dibabarkan selama lebih dari 40 tahun pertama oleh Buddha Sakyamuni, Dwiyana, Iccantika, dan kaum wanita tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Mereka baru mendapat penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha dalam Saddharmapundarika-sutra. Pencapaian kesadaran Buddha bagi umat masa Akhir Dharma adalah ratusan ribu juta kali lebih sukar dari ketiga golongan umat diatas. Tapi umat manusia masa Akhir Dharma selalu percaya filsafat sesat dan dengan itu ingin mencapai kesadaran Buddha. Sungguh tidak masuk akal. Niciren Daisyonin amat bersusah hati dan menyayangkan hal ini. Umat manusia masa Akhir Dharma sulit mencapai kesadaran Buddha karena mereka adalah umat yang Tidak Memiliki Akar Kebaikan dari Masa Lampau (Hon Mi U Zen). Selama perputaran hidup-mati berulang kali mereka mengikuti Hukum Jahat (Zahao) dan Makna Jahat (Zagi), hingga akhirnya jiwanya menjadi kotor dan penuh ketiga racun. Dalam keadaan demikian mereka dilahirkan didunia ini. Umat pada masa hidup Buddha Sakyamuni seperti Sariputra, Devadatta, Dwiyana, Iccantika, telah menanam bibit pencapaian kesadaran Buddha semenjak 3.000 dan 500 asamkheya kalpa koti yang lampau. Selama perputaran hidup-mati semenjak masa lampau yang jauh, orang-orang ini telah menjalankan pertapaan dan memupuk akar kebaikan, hingga Akar Sifat 32
Samantabadra | Januari 2015
Kebaikan (Hon I U Zen) telah tertanam pada dasar pokok jiwanya, maka walau pada masa ini dilahirkan sebagai umat Dwiyana yang amat egois atau menjadi penentang Sang Buddha, akar kebaikan mereka dapat timbul dan menjadi harum semerbak. Dengan demikian, mereka mudah mencapai kesadaran Buddha. Dibandingkan orang-orang semacam ini, umat manusia masa Akhir Dharma sama sekali tanpa akar kebaikan, mempunyai debu pemfitnahan Dharma yang tebal dan berat, hingga walau mendengar Hukum yang sebenarnya juga tidak mau percaya, bahkan sebaliknya menghantam Hukum Gaib karena kuatnya ketiga racun, keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Untuk menolong umat manusia masa Akhir Dharma yang demikian kotor itu diperlukan Hukum Buddha yang Agung, yakni Dai Gohonzon dari Tiga Hukum Rahasia Agung. Catatan Kaki 35. Dua prinsip gaib: Prinsip gaib Ajaran Sementara ialah, Sang Buddha membuang Ajaran Sementara dan mengungkapkan ajaran yang benar, yaitu Saddharmapundarika-sutra, yang mengijinkan umat Dwiyana (Sravaka dan Pratyekabuddha) mencapai kesadaran Buddha. Prinsip gaib Ajaran Pokok ialah Sang Buddha membuang status sementaraNya dan mengungkapkan identitas sebenarnya yaitu Buddha yang telah mencapai kesadaran sejak kalpa-kalpa tak terhitung yang lampau. 36. Dua puluh prinsip gaib : Prinsipprinsip yang dikembangkan Mahaguru Tien-tai dalam Hokke Gengi. Sepuluh prinsip gaib Ajaran
37.
38.
39.
40. 41.
Bayangan berdasarkan konsep Wujud Sebenarnya Segenap Gejala (Syoho Jisso) dan Membuka Tiga Kendaraan (Dunia Sravaka, Pratyekabuddha dan Bodhisatva) dengan mewujudkan Satu Kendaraan Buddha (Kai San Ken Ici). Sepuluh prinsip gaib Ajaran Pokok yang dikembangkan atas dasar pengungkapan pencapaian kesadaran Buddha sebenarnya di masa lampau yang jauh pada 500 asamkheya kalpa koti yang dibabarkan dalam Bab Panjang Usia Sang Tathagata. Empat puluh prinsip gaib : Tiga puluh prinsip gaib yang berhubungan dengan kehidupan makhluk hidup (Syujo-ho), Dharma Agung Buddha (Buppo) dan pola pemikiran seseorang atau Dharma di dalamnya (Syinpo), ditambah sepuluh prinsip gaib yang terdapat baik dalam Ajaran Bayangan atau Ajaran Pokok. Pengamatan alam pikiran: Mengamati atau menyadari kenyataan pokok yang terkandung dalam jiwa masing-masing. Hal ini terutama ditekankan dalam pelaksanaan ajaran Tien-tai, dengan meditasi yang dipusatkan pada sifat hakiki yang sebenarnya dari hati sendiri daripada obyek luar. Ini menunjukkan kepada dua dari kelima golongan umat. Menurut Sekte Hosso, umat manusia dibagi berdasarkan sifat masingmasing. Umat dari kedua golongan ini akhirnya dapat mencapai berturut-turut tingkat Arahat dan Pratyekabuddha. Ini menunjuk kepada mereka yang menyangkal Hukum Sebab Akibat. Sudaya: Seorang guru Brahmana yang mengajar Devadatta kekuatan-
42.
43.
44.
45.
46.
kekuatan gaib, menurut keterangan dari Sutra Zoici Agon, jilid 47. Lima Pelaksanaan: pelaksanaan pertapaan yang ditetapkan dan dijalankan Devadata. Menurut Daibibasya Ron, yaitu: (1). Hanya memakai pakaian yang telah dibuang orang, setelah mencuci dan memperbaikinya; (2). Memperoleh makanan hanya dengan mengemis; (3). Makan hanya sekali dalam sehari; (4). Selalu duduk dibatu dibawah pohon dan (5). Tidak pernah makan garam atau makanan lain yang diolah dengan lima sari rasa dasar. Gunung Gaya: Sebuah gunung yang puncaknya menyerupai kepala gajah, terletak + 1,6 km sebelah barat kota Gaya di Magadha. Menurut cerita, Devadata menjatuhkan sebuah batu bundar besar dari puncaknya ketika rombongan Buddha Sakyamuni melewati kaki gunung ini. Utpalavarna: Seorang pengikut wanita Buddha Sakyamuni. Ia dikatakan telah mencapai tingkat arahat dibawah bimbingan Bhiksuni Mahaprajapati. Menurut Mahaprajna Paramita-sastra, ia dipukul sampai mati oleh Devadata ketika memperingatkan kejahatan Devadata. Kokalika: Seorang anggota suku Sakya dan yang memusuhi Buddha Sakyamuni. Ia dipengaruhi Devadata, memfitnah Sariputra dan Maudgalyayana. Dikatakan bahwa ia telah jatuh hidup-hidup ke dalam neraka. Pusaran Angin: pusaran angin yang mula-mula terbentuk ketika terjadinya bumi dan makhluk hidup muncul didalamnya pada masa Kalpa Pembentukan. Menurut Kosya Sastra, Januari 2015 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu kekuatan karma dari makhluk hidup mula-mula menyebabkan timbulnya angin kecil di antariksa. Angin ini berkembang dan membentuk pusaran angin yang diperkirakan menjadi dasar dari dunia. Pada pusaran ini terbentuk pusaran air dan pusaran emas, dan pada keduanya ini terbentuklah daratan, dengan Gunung Semeru, lautan dan gunung-gunung. 47. Cincamanavika : Seorang wanita yang memfitnah Buddha Sakyamuni dengan mengikatkan sebuah periuk di perutnya dan mengumumkan kepada masyarakat bahwa ia dihamili oleh Buddha Sakyamuni. Kesalahannya dibuka oleh Dewa Indra yang mengubah dirinya menjadi seekor tikus dan menggigit tali pengikat periuk sampai putus. 48. Virudhaka : Seorang raja di Kosala pada masa hidupNya Buddha Sakyamuni. Ayahnya adalah Raja Prasenajit dan ibunya bernama Malika, seorang pelayan dari bangsawan suku Sakya. Ketika mengetahui bahwa ia adalah seorang anak pelayan dan dihina suku Sakya karena kerendahan keturunannya, ia memutuskan untuk membalas dendam. Setelah merebut tahta ayahnya, ia memimpin angkatan perangnya menyerbu kerajaan Sakya, membunuh kira-kira 500 orang. Sesuai dengan ramalan Sang Buddha, dikatakan bahwa 7 hari kemudian, ia mati terbakar dan jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputusputus. 49. Enam Surga Kamadhatu dan Empat Surga Meditasi : Surga Kamadhatu dan Rupadhatu. Menurut Mahaprajnaparamitha-sastra dan Kosya Sastra, keenam surga ini 34
Samantabadra | Januari 2015
50.
51.
52.
53.
dikatakan berada di antara bumi dan surga Dewa Brahma. Keenam Surga itu adalah surga dari keempat Raja Langit. Surga 33 Dewa, Surga Dewa Yama, Surga Tusita (Surga Kepuasan), Surga Lahir Gembira, dan Surga Mara (Raja Iblis). Keempat Surga Meditasi merupakan Surga Rupadhatu dan selanjutnya dibagi menjadi 18 surga. Dengan melaksanakan keempat tingkat meditasi, ketika seseorang telah membebaskan dirinya dari ikatan Surga Kamadhatu, ia akan dilahirkan kembali di keempat surga meditasi ini. Rupadhatu dan Arupadhatu : Dua bagian dari Triloka (tiga dunia), dunia tempat makhluk yang belum sadar berpindah dalam keenam jalan. Makhluk dari Rupadhatu mempunyai bentuk materi tetapi bebas dari hawa nafsu, dan Arupadhatu bebas dari kedua hawa nafsu dan hal-hal pantangan. Tiga Catatan dan Lima Peraturan : Tiga Catatan adalah catatan mengenai perbuatan dari ketiga penguasa Tiongkok Kuno yang terkenal (Fu Si, Shen Nung dan Huang Tie) yang sistem pemerintahannya dijadikan contoh. Lima Peraturan adalah tulisan-tulisan dari Lima Kaisar (Shao Hao, Chuan Hsu, Ti Kao, T’ang Yao dan Yu Shun) yang memerintah sesudah ketiga penguasa. Tiga wanita jahat jaman purbakala : Mo His dari Dinasti Hsia, Ta Chi dari Dinasti Yin dan Pao Hsu dari Dinasti Chou. Ketiganya adalah kesayangan raja dan mendorong kejatuhan dari negara. Yaksa : Berasal dari mitologi Hindu yaitu makhluk yang melayani
54.
55.
56.
57.
Kubera, dewa kekayaan. Belakangan dimasukkan ke dalam Agama Buddha sebagai salah satu dari 8 macam makhluk rendah yang bekerja melindungi Agama Buddha. Namun, di dalam beberapa Sutra, mereka dilukiskan sebagai makhluk yang buruk dan buas yang memakan daging manusia. Lima Pantangan (Pancasila) : Perintah-perintah dasar yang harus diperhatikan penganut awam, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berbohong dan tidak meminum minuman keras. Sepuluh Pantangan (Dasasila) : Petunjuk-petunjuk bagi penganut awam dari Mahayana, yaitu laranganlarangan terhadap 10 kejahatan: membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, menjilat atau berbicara sembarangan dan tidak bertanggung jawab, memfitnah, bermuka dua, serakah, marah dan memegang pandangan yang salah. Lima Rintangan dan Tiga Kepatuhan : Pembatasan yang dijatuhkan pada kaum wanita dalam ajaran Agama Buddha dan pandangan umum. Kelima rintangan, diajukan dalam beberapa Sutra Agama Buddha, yaitu: wanita tidak dapat menjadi Dewa Brahma, Dewa Indera, Raja Iblis, Raja Chakrawarti atau seorang Buddha. Ketiga kepatuhan berasal dari ajaran Konfusius dan meminta kaum wanita untuk mematuhi orang tua pada masa kecilnya, setelah menikah mematuhi suami dan dimasa tua mematuhi anak. Sutra Gonjikinya : “Sutra dari Wanita yang Berwatak Perak� Sebuah sutra yang diterjemahkan ke dalam
58.
59. 60.
61.
62.
bahasa Tionghoa oleh Buddhashanta, menerangkan mengenai kurnia pelaksanaan menyumbang. Kaca atau kulit penyu peramal : Satu kiasan dalam ajaran Agama Buddha. Kulit penyu digunakan sebagai alat meramal. “Kaca atau kulit penyu peramal� berarti patokan yang digunakan untuk pertimbangan atau suri tauladan yang menjadi dasar bagi segala sesuatu. Syabaya : Sungai dalam dongeng yang terletak di Benua Aparagodaniaya sebelah barat dari Gn. Semeru. Agama Buddha Niciren Daisyonin mengajarkan, percaya pada Saddharmapundarika-sutra akan memungkinkan setiap orang, priawanita, mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan sebagai manusia biasa pada masa ini. Namun, karena penerima surat ini masih kuat terikat pada pandangan Nembuce atau Sekte Tanah Suci, maka Daisyonin menerangkan kepadanya kekuatan dari Saddharmapundarika-sutra dengan cara yang dapat mudah dimengerti olehnya. Anak Burung Bangau Kuning : Burung besar dalam legenda Tiongkok, yang dikatakan terbang sejauh 1000 mil dengan membawa seorang pertapa dipunggungnya. Cerita lain mengatakan bahwa itu adalah angsa kuning yang besar. Tzu-an : Seorang tokoh dalam dongeng Cina. Ketika ia melihat seekor bangau kuning dijual dijalan, ia merasa kasihan, menawarkan pakaiannya sebagai penukarnya dan kemudian melepaskannya. Ketika ia meninggal, bangau itu terbang turun kekuburannya dan terus menerus Januari 2015 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu
63. 64.
65.
66.
67.
36
memanggil namanya selama tiga tahun. Sebagai hasilnya, ia kembali hidup kembali. Cula Badak : dihargai sebagai obat manjur sejak dahulu kala di Tiongkok. Dikatakan bahwa Mahaguru Tientai adalah kelahiran kembali dari Bodhisattva Baisyajaraja, yang hadir pada pesamuan di Gridhrakuta, karena beliau mencapai kesadaran melalui Bab Baisyajaraja (Bab ke-23) Saddharmapundarika-sutra. Ri : Ukuran panjang. Satu ri sama dengan 6 co (0,65 km), tetapi semenjak periode Hei-an (7941185) dan seterusnya, biasa dikenal sepanjang 36 co (3,93 km). Awal abad 9, Mahaguru Dengyo, pergi ke negeri Tang di Tiongkok dan menerima pewarisan ajaran Mahaguru Tien-tai. Sekembali ke Jepang, Beliau mendirikan Sekte Tientai dan membaktikan dirinya untuk melestarikan ajaran Agama Buddha dari Tien-tai. Dikatakan oleh Tao-sui, salah seorang guru Mahaguru Dengyo, bahwa beliau adalah kelahiran kembali dari Mahaguru Tien-tai, sesuai dengan ramalan Mahaguru Tien-tai sendiri. Permaisuri Vimaladatta : Istri Raja Subhavyuha, muncul pada Bab 27 Saddharmapundarika-sutra (Bab Raja Subhavyuha). Kedua putranya, Vimalagarbha dan Vimalanetra, diajarkan Saddharmapundarikasutra oleh Buddha Galadhara Gargita dan memohon beliau untuk menjumpaiNya. Permaisuri Vimaladatta menganjurkan mereka untuk mengajak ayah mereka juga, seorang penganut aliran Brahma yang tekun dan meyakinkan beliau kebenaran ajaran Sang Buddha.
Samantabadra | Januari 2015
Sesuai anjuran sang ibu, kedua pangeran memperagakan berbagai kekuatan gaib, dengan demikian membangkitkan keingintahuan mengenai Agama Buddha dalam diri Sang Raja. Mereka semua pergi bersama menghadap Sang Buddha dan kemudian mencapai kesadaran. 68. Kuil Seico : Kuil yang terletak di Gunung Kiyosumi, Kominato, Propinsi Awa, tempat Niciren Daisyonin mempelajari Agama Buddha semasa muda Beliau. Pada tanggal 28 April 1253, Beliau memproklamirkan berdirinya sekte Niciren melalui penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kali.
A. Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Orang Jahat (Devadatta) Dengan Saddharmapundarika-sutra orang jahat dapat mencapai kesadaran Buddha, hal yang tak dapat diperbaiki pun dapat diperbaiki; demikian dahsyatnya kekuatan karunia dan fungsi Hukum Gaib. Pencapaian kesadaran Buddha Devadatta melambangkan teori Baik & Jahat Tak Terpisahkan (Zen Aku Funi); Kesesatan & Kebenaran pada Hakikatnya Satu (Zasyo Icinyo). Devadata adalah musuh karma masa lampau Buddha Sakyamuni. Dia bukan saja melanggar lima dosa besar, bahkan seumur hidup dengan sekuat tenaga berusaha menganiaya Buddha Sakyamuni dan memfitnah Dharma sampai melampaui batas, hatinya penuh kebencian dan akal licik. Sebelum menjadi penganut Agama Buddha, Devadata adalah murid salah seorang dari enam guru non-Buddhis. Kelompok non Buddhis ini timbul di pusat perkumpulan para bhiksu dan filsuf, merupakan kelompok penentang aliran lama dari Brahman, mengadakan pembaharuan dalam filosofi Brahman. Devadatta amat mengutamakan ajaran guru non-Buddhisnya dan mempunyai keyakinan kukuh. Karena itu Devadatta memandang Buddha Sakyamuni sebagai seorang kontroversial, hingga ia selalu menekan Buddha Sakyamuni. Ia merasa perbuatannya benar, demikian kukuh pendirian dan kepercayaannya. Sebelum sampai pada pembabaran Saddharmapundarika-sutra, Devadatta merupakan seorang pemfitnah Dharma dan telah melanggar 5 dosa besar, hingga selamanya dibakar api neraka yang tiada terputus penderitaannya dan mutlak tidak dapat tertolong lagi. Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra Devadatta mendapat penganugerahan akan menjadi Tathagata Devaraga dimasa mendatang. Dalam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra diceritakan bahwa dimasa lampau yang tak terhingga Devadatta adalah seorang pertapa bernama Asita yang memiliki Hukum Saddharmapundarika-sutra. Saat itu Buddha Sakyamuni masih menjalankan pertapaan tingkat sebab untuk menjadi Buddha. Beliau menjalankan pertapaan dengan wujud sebagai seorang raja, bernama Suzudan. Beliau berguru serta melayani pertapa Asita selama seribu tahun. Sungguh tak terjangkau alam pikiran manusia bahwa masa lampau Devadatta yang sedemikian jahat adalah pertapa Asita yang memiliki Saddharmapundarika-sutra. Mendengar bahwa kehidupan masa lampau Devadatta adalah pertapa Asita yang melaksanakan Saddharmapundarika-sutra dan dimasa mendatang akan mencapai kesadaran Buddha dengan gelar Tathagata Devaraga, umat yang hadir di pesamuan Gridhrakuta mungkin jadi amat terkejut. Ada dua makna yang terkandung dalam kisah Devadatta yang dimasa lampau adalah pertapa Asita, pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan dimasa sekarang menjadi seorang yang jatuh kedalam neraka yang tak terputus-putus, yaitu : Januari 2015 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu 1. Untuk menerangkan teori Sebab Karma dan Akibat Karma (Go-in Go-ka) kepada umat. Pada garis besarnya ajaran Agama Buddha menerangkan bahwa sebab karma masa lampau akan timbul sebagai akibat karma masa sekarang; inilah filsafat kejiwaan. Baik Buddha Sakyamuni maupun Buddha Niciren Daisyonin yakin akan hal ini. Manusia jaman sekarang sukar percaya adanya hidup dimasa lampau yang dilanjutkan dimasa sekarang dan dimasa mendatang pun tetap berkelangsungan kekal abadi. Kekekal abadian jiwa adalah hal yang sukar dipercaya. Sebagai seorang Buddhis kita percaya bahwa kita dilahirkan dimasa ini dengan membawa semua sebab karma perbuatan sendiri dimasa lampau. Pertapa Asita dimasa ini lahir sebagai Devadatta adalah untuk memperjelas Hukum Sebab Karma dan Akibat Karma dalam Agama Buddha kepada umat. Seseorang dimasa lampau menjadi guru bisa saja dimasa ini lahir sebagai murid. 2. Hubungan kejiwaan antara Buddha Sakyamuni dan Devadatta bukan hanya pada masa sekarang ini saja, melainkan dari masa lampau yang tak terhitung. Disuatu saat lahir sebagai guru, dilain saat dengan wajah orang jahat, tapi semua ini demi membantu penyebarluasan Dharma. Dimasa mendatang hubungan ini akan terus berlangsung tanpa terputus. Hal inilah yang ingin diterangkan. Untuk lebih menonjolkan kebaikan besar Buddha Sakyamuni, kalau tak ada kejahatan, kebaikan juga takkan tampak.
Dalam Sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Dalam mewujudkan kebaikan yang arif, tanpa ada keburukan tidak akan terlihat jelas�. Dari masa lampau tak terhingga, Devadatta selalu berada bersama Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni melaksanakan pertapaan Agama Buddha, sedangkan Devadatta menyimpang dari jalan ini. Tapi keduanya bekerja sama dalam memperlihatkan masalah di atas. Kalau tugas memperlihatkan keburukan ini telah selesai, maka seluruh keburukan pun menjadi kebaikan. Karena itu dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan kebaikan dan keburukan tidak terpisah, kesesatan dan kebenaran pada hakikatnya adalah satu, yang bertolak belakang pun mengikuti kebenarannya. Makna mendalam teori ini belum dijelaskan sebelum Saddharmapundarika-sutra. Walau seseorang terikat hawa nafsu setebal tujuh lapis dan tak dapat keluar dari neraka penderitaan yang tak terputus, namun dengan kekuatan besar Hukum Gaib, pasti ia dapat keluar dari dalamnya. Umat manusia masa Akhir Dharma yang paling kotorpun, bila bertemu Hukum Gaib dan bertobat atas kesesatannya serta sungguh-sungguh menjalankan kebaikan, maka akhirnya dapat mencapai perombakan sifat jiwa yang agung. Inilah makna sebenarnya teori diatas. Perwujudan Hukum Gaib ini tidak lain adalah Gohonzon. 38
Samantabadra | Januari 2015
B. Dunia Neraka Yang Mencakupi Dunia Buddha Dilihat dari sudut pandang filsafat jiwa, pencapaian kesadaran Buddha Devadatta membuktikan prinsip Dunia Neraka yang Mencakupi Dunia Buddha. Karena Devadatta melakukan tiga dosa besar, maka bumi terbelah dan Devadatta masuk ke dalam neraka. Cerita ini hanya untuk menggambarkan suasana lingkungan, namun kesungguhan yang dimaksud neraka adalah wujud sebenarnya dari hukum jiwa manusia sendiri. Bila seseorang berada dalam keadaan neraka, sesuai teori Kesatuan Subyek dan Lingkungan yang Tak Terpisahkan (Esyo Funi), suasana lingkungannya pun dirasakan sebagai neraka, hingga benar-benar merasakan penderitaan paling berat. Hal-hal yang menggembirakan orang lain malah akan menambah penderitaannya. Siapapun juga mempunyai jiwa Dunia Neraka ini. Tapi karena jiwa sebenarnya adalah Hukum Icinen Sanzen, maka bagaimana pun tertutup Dunia Neraka, dalam dasar jiwa seseorang sudah terdapat Dunia Buddha yang demikian kuat, suci dan agung. Jiwa Devadatta adalah jiwa iblis atau dapat juga dikatakan jiwa buruk. Namun, menurut pandangan Agama Buddha, walaupun gerakan Devadatta menentang agama Buddha seperti iblis, sebenarnya dalam dasar pokok jiwa Devadatta terdapat Hukum Gaib yang Mutlak (Myoho no Totai). Walau gerakannya seperti musuh Agama Buddha, hingga berdasarkan teori Sebab Akibat Satu Saat pasti jatuh ke dalam neraka, tapi dengan meninjau keburukan sendiri dan sungguh-sungguh melaksanakan pertapaan akhirnya melalui kekuatan Hukum Gaib ini dapat tertolong lagi. Dan jiwa seperti Devadatta terkandung dalam jiwa siapa pun. “Devadatta melambangkan rasa cemburu dari kaum pria, Putri Raja Naga melambangkan rasa cemburu dari kaum wanita�. Devadatta telah mengganggu dan bermaksud membunuh Buddha Sakyamuni karena cemburu pada Buddha Sakyamuni atas keunggulan dan pancaran suci wajah Beliau. Prajna dan tenaga Buddha Sakyamuni pun melebihi orang lain, hingga dihormati dan diagungkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Penghargaan ini tidak diperoleh Devadatta, padahal ia adalah saudara sepupu Buddha Sakyamuni. Ia merasa iri hati dan cemburu atas kehebatan Buddha Sakyamuni ini. Iri hati wanita disebabkan kecantikan wajah dan materi; iri hati kaum pria timbul oleh kelebihan kepandaian, prajna dan tenaga; ini adalah sifat dasar kaum pria. Jaman sekarang penuh dengan kemarahan, kepicikan, iri hati, penderitaan dan kekalutan hati; karena itu dapat dikatakan juga bahwa seluruh umat manusia masa kini adalah Devadatta. Walau demikian, dengan Saddharmapundarikasutra Devadatta mendapat penganugerahan sebagai Tathagata Devaraga. Dengan karunia kebajikan Dai Gohonzon jiwa Devadatta pun berubah menjadi Tathagata Devaraga, berarti jiwa Devadatta yang demikian kotor kini telah terpendam. Inilah sebenarnya makna Myo, demikian bukan? Januari 2015 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo kensyu
C. Teori Sebenarnya Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Kaum Wanita Pada bagian terdahulu telah dijelaskan hal-hal yang amat sukar untuk diperbaiki, sehingga mengenai pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita menjadi jelas. Dalam gosyo ini diterangkan: pertama, baik dalam sutra-sutra Agama Buddha maupun ajaran non Buddhis dijelaskan secara gamblang bahwa kaum wanita tidak disukai. Kedua, dalam berbagai sutra dijelaskan bahwa kaum wanita tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Dengan diterangkannya pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita dalam Saddharmapundarikasutra, pandangan keliru ini telah diluruskan. Ketiga, “Dalam Jambudwipa” ini wanita yang percaya Saddharmapundarika-sutra melalui karunia kebajikan satu huruf Sad dapat mencapai kesadaran Buddha. Pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita diterangkan secara gamblang hanya dalam Saddharmapundarika-sutra. Dalam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra dijelaskan, Putri Naga yang berusia delapan tahun setelah dibimbing Boddhisatva Manjusri dapat mewujudkan bentuk dan wajah kesadaran Buddha pada dirinya. Hal ini membuktikan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Ajaran non-Buddhis seringkali mengecam kaum wanita. Dalam ajaran Konfusianis 3 Catatan dan 5 Peraturan, wanita ditetapkan sebagai penjilat dan berhati bengkok, ingin memenuhi keinginan diri sendiri tapi tak ada keyakinan dan pendirian teguh dalam melaksanakan teori yang seharusnya. Inilah watak dasar dan kelemahan terbesar kaum wanita. Pada masa Dinasti Syu terdapat seorang bernama Yung Chi Chi yang mengatakan: “Kegembiraan terbesar diriku adalah tidak terlahir sebagai wanita dalam hidup kali ini”. Dalam ajaran Buddha pun sama. Sutra Avatamsaka, sutra yang pertama kali dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni dikatakan, wanita ditetapkan sebagai utusan neraka, karena mereka memetik tunas sebab pencapaian kesadaran Buddha dari kaum pria yang sedang menjalankan pertapaan. Wajah, tingkah laku dan perbuatannya bagaikan Boddhisatva, tapi dalam hatinya bengis bagaikan Iblis Yaksa. Demikian tajam kecaman terhadap kaum wanita! Dalam filsafat moral Tiongkok Kuno (Konfusianis, Laotze, Mengtze), terdapat tiga hal yang harus dipatuhi kaum wanita, yaitu dimasa kecil harus patuh terhadap orang tua, setelah menikah harus patuh terhadap suami dan setelah tua harus patuh terhadap anak. Wanita menderita karena keterikatan terhadap tiga kepatuhan ini, dalam Agama Buddha pun ditentukan bahwa bibit pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita telah musnah, hingga selamanya tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Karena selalu hidup menderita, kaum wanita jadi 40
Samantabadra | Januari 2015
putus asa dan hidup merana. Seandainya tidak dibabarkan Saddharma, kaum wanita terpaksa menangisi nasib ini selamanya. Pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga dalam Saddharmapundarika-sutra merupakan teladan untuk seluruh lainnya. Ketika Putri Raja Naga mencapai kesadaran Buddha, pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita menjadi jelas dan pasti. Menurut filsafat Timur, kedudukan wanita lebih rendah dari kaum pria, berada dipihak yang harus selalu patuh pada kaum pria. Filsafat ini berasal dari ajaran Konfusianis: 3 Catatan dan 5 Peraturan. Dapat kita lihat, sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra dengan kuat menguasai pikiran umat. Di belahan Barat pun, kalau kita lihat kembali sejarah kaum wanita, filsafat yang ada telah menyebabkan kedudukan wanita jadi demikian rendah. Kebebasan yang diperjuangkan wanita sejak dahulu adalah ingin bebas dari kaum pria. Jaman sekarang kedudukan wanita dalam masyarakat bukan main majunya, hingga kelihatannya tujuan kebebasan wanita telah tercapai. Tapi bila dipandang berdasarkan teori agung Agama Buddha, dengan memperhatikan adat istiadat dan suasana lingkungan, kebebasan wanita seperti itu bagaikan rumput tanpa akar, karena sedikitpun belum dapat membebaskan diri dari ikatan nasib dalam jiwa masing-masing. Walau suasana lingkungan berubah, tetap diperbudak nasib sendiri dan tetap menangisi hidup merana. Kebanyakan wanita demikian. Hukum Gaib Agama Buddha menekankan keharusan menjadi manusia sesungguhnya bukan hanya membimbing kaum wanita. Dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga, berarti kaum wanita harus selalu terus-menerus memperkuat dan berpegang pada pandangan hidup yang benar, kemanusiaan yang benar, masyarakat yang benar. Dalam keluarga, pekerjaan dan negara pun harus dapat mencipta nilai luhur untuk membimbing menuju kebahagiaan. Harus keluar dari karma sebab kebiasaan masa lampau, mengubah nasib dalam kehidupan dan masyarakat, dengan giat menimbulkan jiwa bersih, serta membangun jaman baru, inilah figur wanita ideal sesuai agama Buddha. Kalau membicarakan teori sebenarnya kebahagiaan wanita, tanpa membahas kesadaran dan kebebasan manusia keseluruhan berdasarkan Hukum Gaib, maka kebebasan wanita sebenarnya tak dapat terwujud. Dasar Hukum Gaib wanita, yaitu bertujuan mencapai kesadaran Buddha pada hidup kali ini, adalah dengan mengatasi rasa ke-aku-an yang besar. Berdiri diatas tujuan agung dengan memupuk kekuatan besar untuk mencipta nilai, hingga terwujud masyarakat dan tanah air yang agung. Potensi ini adalah energi besar yang dapat menciptakan perdamaian dunia. Orang (pria-wanita) yang berpandangan hidup untuk menjalankan Hukum Gaib berarti pemegang bendera perdamaian Dunia. Wanita yang mendasari hidupnya pada Hukum Gaib adalah pengibar bendera untuk membangun perdamaian dunia dan menjadi pelopor dalam membuka sejarah kebebasan yang sebenarnya bagi kaum wanita. Januari 2015 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo kensyu
D. Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Dari Dwiyana Dwiyana adalah Dunia Sravaka dan Pratekyabuddha, dua dunia dari Sepuluh Dunia. Pada masa Sang Buddha hidup, umat yang tergolong Dwiyana adalah Sariputra, Subhuti, Maha Kasyapa, Katyayana dan lainnya. Merekalah yang tidak disukai dan selalu dikecam dalam sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra. Mengapa demikian? Karena mereka sendiri merasa telah mencapai kesadaran, padahal sebenarnya belum, tapi menganggap diri sendiri berada pada kesadaran tertinggi dan tidak mau menolong orang yang menderita. Akhirnya mereka pun tidak dapat menolong diri sendiri. Walau telah dikecam sedemikian rupa dengan dikatakan tak dapat mencapai kesadaran Buddha untuk selamanya, namun setelah masuk ke Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra, mereka mendapat penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha. Demikian jelas diterangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana, hingga dengan demikian Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi (Jukkai Gogu) diwujudkan dan dasar pokok Hukum Icinen Sanzen dapat tercapai. Mengapa demikian? Bila dari kesembilan Dunia, dari Dunia Neraka sampai Dunia Bodhisattva, hanya tujuh Dunia yang mencakup Dunia Buddha – sedangkan Dwiyana tidak, maka Sepuluh Dunia yang saling mencakupi takkan terwujud. Karena sembilan Dunia dan Dunia Buddha pun mencakupi Dwiyana, bila Dwiyana tak dapat mencapai kesadaran Buddha, maka semuanyapun tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Jadi, dalam sutra-sutra pra Saddharmapundarika-sutra yang tidak mengijinkan pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana dengan sendirinya tidak terdapat Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi. Selanjutnya teori Seratus Dunia Seribu Apek, Tiga Ribu Perbedaan pun tidak dapat diwujudkan. Berarti Ketiga Perbedaan, yaitu Perbedaan Lima Unsur (Go-on Seken), Perbedaan Manusia (Syujo Seken), dan Perbedaan Tempat (Kokudo Seken), yang diterangkan dalam Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra juga tak dapat diwujudkan. Walaupun didalam Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra telah diterangkan Seratus Dunia dan Seribu Aspek, namun Icinen Sanzen tidak terwujud. Baru dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra diterangkan kalimat: “Sejak Aku benar-benar menjadi Buddha, sang waktu telah berlalu ratusan ribu koti nayuta kalpa tak terhingga dan tak terbatas (ga jitsu jobutsu irai, muryo muhen hyaku senman noku nayuta ko)”, dengan demikian Hakikat Pokok dari Asal Muasal (Kuon) telah diterangkan dan akar bibit asal mula dapat diketahui. Selanjutnya, “Mulai saat itu dan seterusnya Aku tiada hentinya berkhotbah dan mengajar dalam dunia saha ini (syaba sekai seppo kyoke)”, menerangkan perihal Perbedaan Tempat (Kokudo Seken). Dengan demikian Icinen Sanzen menjadi lengkap dan pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana telah ditetapkan. Begitu juga Sariputra, murid Buddha Sakyamuni yang terunggul prajnanya dan terkenal berpengetahuan luas, baru dapat mencapai kesadaran Buddha setelah percaya dan menerima Nammyohorengekyo. 42
Samantabadra | Januari 2015
Pada jaman sekarang, yang dapat dikatakan tergolong kaum Sravaka adalah orang yang menekuni suatu bidang, ingin mempelajari seluruh ilmu pengetahuan dan meneliti serta menyerap maknanya; antara lain para profesor atau segolongannya. Kaum Pratekyabuddha adalah orang-orang yang sungguhsungguh menghayati keahliannya masing-masing, dan akhirnya mendapatkan penyerapan yang tertinggi, misalnya para profesor termasyur, filsuf dan seniman. Tapi, kebanyakan manusia bila mempunyai pengetahuan sedikit melebihi orang lain menjadi sombong. Sebenarnya, siapapun juga kalau tidak kembali pada dasar Hukum Gaib, takkan dapat mencapai kebahagiaan mutlak. Dalam Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) dikatakan, “Baik orang pandai maupun orang bodoh, seluruhnya hanya dengan bertemu dan menyadari Hukum Nammyohorengekyo, baru dapat mematahkan filsafat sesat mereka�. (hal 735). Maka bagaimanapun pintar dan tinggi kedudukan seseorang, bila tidak membuka mata terhadap Hukum Gaib, tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Kalau mereka membuka mata jiwanya, maka seluruh perbuatannya senantiasa didasari untuk kebahagiaan orang lain. Dasar jiwa setiap manusia dari semenjak masa lampau telah terdapat jiwa maitri karuna, hingga dengan menjalankan Hukum Gaib, perasaan maitri karuna dalam jiwa masing-masing dapat dibangkitkan. Dengan bangkitnya Dunia Bodhisattva dalam diri kaum Dwiyana, meskipun sebelumnya mereka hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri saja, sekarang timbul keinginan untuk menolong dan memikirkan kebahagiaan orang lain, mau melaksanakan gerakan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan yang dahulu dicari untuk memuaskan nafsu ingin mengetahui untuk kepentingan diri sendiri, setelah mengetahui Hukum Gaib, dapat digunakan untuk menciptakan nilai, yaitu kebahagiaan bagi masyarakat luas. Karena itu, bersatunya seluruh prajna dan keberanian umat atas dasar Hukum Gaib, dapat membantu cepat terciptanya kesejahteraan sosial umat manusia, membimbing dunia yang telah kacau menjadi sejahtera. Maka, Daimoku dari Tiga Hukum Rahasia Agung adalah hukum Hidup Kembali yang sebenarnya.
Januari 2015 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang Catatan Ajaran Lisan
Bab IV: Percaya dan Mengerti Perihal I: Bab Percaya dan Mengerti (Syige Bon)
ISI GOSYO |
D
alam Catatan Hokke Mongu keenam, Mahaguru Miao-lo mengatakan bahwa terjemahan Saddharmapundarika-sutra dari bahasa India ke bahasa Tionghoa, Bab Percaya dan Mengerti (Syin-ge Bon) dalam Miao-fa-lien-hua-ching terjemahan Kumarajiva, disebut sebagai Bab Percaya dan Senang (Syin-gyo Bon) dalam Cheng-fa-hua-ching terjemahan Dharmaraksa. Mahaguru Miao-lo mengatakan: “Memang Bab Percaya dan Senang hampir sama dengan Bab Percaya dan Mengerti. Akan tetapi sebenarnya ‘senang’ belum sampai pada tahap ‘mengerti’, karena dalam bab ini dikatakan bahwa keempat maha sravaka menerima, mengerti dan menyadari akan Ekayana. Jadi bila dinamakan ‘senang’, maka akar pokok pembabaran Hukum amat dalam yang terkandung dalam bab ini menjadi amat berbeda. Maka tentu saja Bab ini tidak dapat dinamakan Bab Percaya dan Senang”. Selanjutnya dalam Catatan Ajaran Lisan dikatakan: Dari 28 judul, dalam satu bagian Saddharmapundarika-sutra judul yang sangat penting adalah ‘percaya dan mengerti’. Judul ini adalah sesuai dengan bab ini. Icinen Sanzen juga timbul dari satu aksara ‘percaya’. Pencapaian Kesadaran Buddha ketiga masa juga dari satu aksara ‘percaya’. Pernyataan ini berarti bahwa tidak bisa menjadi Icinen Sanzen bila tidak mewujudkan Dunia Buddha secara nyata. 44
Samantabadra | Januari 2015
Dunia Buddha ini baru bisa diwujudkan secara nyata bila percaya pada Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo. Maka dengan ‘percaya’ baru dapat tercapai Icinen Sanzen. Juga seluruh Buddha tiga masa dapat mencapai Jalan Kebuddhaan dengan percaya Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo. ‘Percaya’ (Syin) berarti memutuskan kesesatan kegelapan dasar pokok jiwa atau memutuskan kekeliruan terhadap Gohonzon. Jadi ‘percaya’ berarti tidak ada keraguraguan sama sekali. ‘Percaya’ adalah pedang tajam pemutus kesesatan keraguraguan. ‘Mengerti’ (ge) adalah nama lain dari Prajna. Dengan ‘percaya’ mendapat pusaka yang dinamakan Prajna. Seluruh Buddha tiga masa ini hanya dengan percaya mendapat Prajna tersebut. Prajna berarti Nammyohorengekyo. Dengan percaya pada Gohonzon maka akan menerima dan mendapat Prajna Niciren Daisyonin dan menjadi Myoji Soku. ‘Percaya dan mengerti’ mempunyai arti bahwa percaya Gohonzon dan terbukanya jalan menuju Kesadaran Buddha merupakan satu kesatuan. Satu aksara ‘percaya’ adalah Myokaku, yang berarti bibit Kesadaran Buddha. Sekarang Niciren Daisyonin serta murid dan penganut-Nya, percaya, menerima dan mengerti bahwa akar pokok pencapaian Kesadaran Buddha adalah menghadap Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo. Maka dalam Bab Percaya dan Mengerti dikatakan: “Tanpa dicari dan diinginkan, pusaka yang tidak ada taranya itu diperoleh dengan sendirinya”. Maka bisa mendapat pusaka agung tersebut. Percaya berarti Prajna. Inilah akar pokok suasana jiwa Buddha. Dengan demikian tidak percaya adalah sebab pokok jatuh kedalam neraka. Niciren Daisyonin juga mengatakan, ’percaya’ dari ‘percaya dan menerima’ berarti teori kebenaran yang tak berubah-ubah (Fuhen Sinnyo no Ri)”. Alasannya, dengan percaya sepenuh jiwa raga bahwa seluruh Hukum adalah Hukum Buddha, ditentukan bahwa wujud sesungguhnya dari segala gejala (Syoho Jisso) adalah satu teori Nammyohorengekyo. ‘Mengerti’ berarti Prajna kebenaran sesuai jodoh (Zuien Sinnyo no Ci). Dimanapun dapat bertindak amat tepat. Ini merupakan Prajna Buddha Pokok. Dalam Hokke Mongu 9 dikatakan: “Yang dikatakan ‘percaya’ adalah tidak ada keraguan sama sekali. ‘Mengerti’ adalah sungguh-sungguh mengerti dengan jelas”. Dalam Hokke Mongu jilid 6 dibabarkan bahwa keempat maha sravaka yang berakar bakat menengah, yaitu Subhuti, Katyayana, Mahakasyapa dan Maudgalyayana, baru dapat memecahkan kesesatan keragu-raguan dan memasuki Jalan Pandangan Ekayana atau Mahayana setelah mereka mendengar pembabaran perumpamaan Buddha. Ini yang dinamakan sebagai ‘percaya’ dan dengan kemauan sendiri memasuki Jalan Pertapaan Mahayana, maka dinamakan ‘mengerti’. Dalam Catatan Hokke Mongu jilid 6 selanjutnya Mahaguru Miao-lo membabarkan tentang ‘percaya dan mengerti’ berdasarkan Mahayana. Kedua aksara ‘percaya’ dan ‘mengerti’ dibagi menjadi dua jalan: Jalan Pandangan dan Jalan Pertapaan. ‘Percaya’ Januari 2015 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo cabang berarti memecahkan keragu-raguan, sehingga sama sekali tidak ada keragu-raguan lagi. Dengan kemauan sendiri maju memasuki untuk mengerti dan menerima, maka dikatakan ‘mengerti’. Ini berarti ‘percaya’ memiliki dua jalan: Jalan Pandangan dan Jalan Pertapaan. Sedangkan ‘mengerti’ hanya dicapai dengan satu jalan, yaitu Jalan Pertapaan. Maka Jalan Pertapaan dikatakan ‘mengerti’.
KETERANGAN |
D
alam Bab IV Percaya dan Mengerti, golongan pembabaran Hukum melalui perumpamaan yang dapat menerima dan mengerti teori Hukum ‘Membuka Triyana Mewujudkan Ekayana’ (Kaisan Kenici) adalah keempat maha sravaka. Pertama adalah Maudgalyayana, yang terutama dalam penguasaan kekuatan gaib. Sedangkan tiga lainnya adalah Subhuti, Katyayana dan Mahakasyapa. Mereka diketahui dapat menerima dan mengerti karena mereka membabarkan perumpamaan Orang Kaya dan Anak Miskin. Perumpamaan ‘Orang Kaya dan Anak Miskin’ secara tepat menerangkan tentang tiga waktu. Tiga waktu berupa: menanam bibit, proses pematangan dan panen. Hal ini menjelaskan tentang menerima dan mengerti yang dibabarkan dalam lima waktu. Sekarang, bila perumpamaan tersebut dibaca berdasarkan kanjin akan mempunyai arti sebagai berikut: Tentu kita sekalian sebagai anak-anak dari Niciren Daisyonin, yang berarti anak-anak Gohonzon, mempunyai karunia kebajikan besar. Tapi karena kita tidak dapat mewujud nyatakan sifat Buddha yang ada dalam diri kita, maka kita berkeliling dalam suasana jiwa Enam Jalan dan 46
Samantabadra | Januari 2015
Sembilan Dunia. Kita benar-benar tidak mengetahui Hukum Buddha dan intisari jiwa. Sehingga kita tidak menimbulkan hati atau memiliki inisiatif untuk menuntut Jalan ini. Maka ketika diperkenalkan kepada Hukum Buddha, kita tidak mau menerima. Meskipun kita telah memasuki jalan hati kepercayaan, perasaan jiwa kita tidak bergembira dan merasa terpaksa. Keadaan kita yang seperti ini adalah benarbenar sama dengan keadaan sianak miskin. Mempertahankan Saddharma dengan hati kepercayaan kuat berkobar adalah ‘percaya dan mengerti’ di Masa Pascimadharma (Mutakhir Dharma) sekarang ini. Melalui itu ‘orang kaya’ (Buddha) mengikat jodoh sebagai ayah dan anak dengan kita. Sehingga akan terwujud badan pokok Saddharma dalam dasar jiwa kita sendiri. Oleh karena itu ‘percaya dan mengerti’ di Masa Pascimadharma sama sekali tidak bertentangan dengan teori dasar kebahagiaan mutlak. Sesuai kalimat ini, maka kata ‘percaya’ dari ‘percaya dan mengerti’ adalah akar pokok segalanya. Maka dikatakan “Icinen Sanzen juga timbul dari satu aksara ‘percaya’. Jalan pencapaian Kesadaran Buddha dari ketiga masa juga timbul dari satu aksara ‘percaya’. Ini berarti bahwa Icinen Sanzen tidak akan terjadi tanpa mewujudkan Dunia Buddha
secara nyata. Padahal Dunia Buddha baru terwujud nyata dengan percaya Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo. Maka sebenarnya Icinen Sanzen baru bisa tercapai melalui percaya. Juga seluruh Buddha ketiga masa telah mencapai Jalan Kebuddhaan dengan percaya Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo�. Jadi, tanpa percaya tidak dapat dikatakan melaksanakan Hukum Buddha. Kita sekalian percaya kepada teman, percaya kepada orang tua, percaya kepada diri sendiri, percaya kepada buku, percaya kepada perkataan orang dan percaya kepada kabar disurat kabar. Kita percaya bahwa semua ini adalah fakta nyata. Memang, dalam kehidupan kita ada kalanya kita dipenuhi rasa percaya. Tetapi kadang kala kita dipenuhi rasa tidak percaya. Tanpa adanya rasa percaya, kehidupan kita tidak akan berhasil. Intisari terbentuknya suatu masyarakat adalah adanya rasa percaya dan saling menghormati. Tetapi masyarakat sekarang berada dalam keadaan yang penuh kepalsuan. Penuh dengan perasaan saling tak percaya dan berbagai keburukan lainnya. Ada orang yang kehilangan kepercayaan sehingga ia membenci masyarakat ataupun tidak menyenangi saudara kandungnya sendiri. Akhirnya ia tidak mempunyai semangat hidup lagi. Bisa juga suatu saat energi yang ada pada dirinya akan meletus bagai sebuah bom. Energi yang ada pada dirinya akan dihambur-hamburkan tak tentu arah, hanya untuk mendapat kesenangan semata. Contoh, adalah orang yang tidak percaya pada diri sendiri. Orang tersebut akhirnya akan kehilangan semangat hidup dan selanjutnya segalanya jadi musnah. Maka dapat kita rasakan bahwa dalam segala hal, percaya adalah akar pokoknya.
Seniman-seniman mampu melahirkan karya yang agung, sarjana-sarjana mampu menemukan ide-ide yang menyempurnakan berbagai hal. Semua ini didorong oleh gairah untuk mengubah masyarakat. Semuanya ini juga bisa terjadi karena adanya kepercayaan. Secara umum, seperti dalam ilmu pengetahuan, langkah pertama untuk memulai segala sesuatu adalah rasa percaya atau keyakinan. Setelah segala sesuatu pada akhirnya terbukti nyata barulah ada pengakuan yang sebenarnya. Apalagi dalam dasar pokok Hukum Buddha. Segalanya yang timbul dari satu aksara percaya, pasti akan terwujud nyata. Banyak cendekiawan didunia meyakini dua filsafat yang kurang tepat. Yang pertama adalah pandangan yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah Prajna. Ilmu pengetahuan itu sendiri sebenarnya sama sekali bukan Prajna. Memang ilmu pengetahuan dapat membimbing kita untuk sampai pada Prajna. Ilmu pengetahuan bisa menjadi pintu untuk membuka Prajna. Pandangan yang lain mengatakan bahwa Prajna dan ilmu pengetahuan berbeda. Seperti kita ketahui pandangan ini juga kurang tepat. Sebenarnya kita harus membuka pintu pengetahuan terlebih dahulu agar kita dapat memasuki dan melangkah dijalan pokok Prajna. Demikian juga dalam Hukum Buddha. Dalam Bab Karunia Kegembiraan dikatakan untuk membuang lima paramita, tetapi tidak dianjurkan untuk membuang Prajna paramita. Manusia yang tidak memiliki Prajna lebih rendah daripada anjing atau kucing. Maka manusia harus menimbulkan Prajna. Pada pokoknya, kita semua dapat menguasai kehidupan berdasarkan kekuatan jiwa yang kokoh dan Prajna yang teguh. Tanpa jiwa yang kokoh Januari 2015 | Samantabadra
47
materi ajaran | gosyo cabang dan Prajna yang teguh tidak mungkin kita meraih kebahagiaan sesungguhnya. Bagaimana pelaksanaan untuk mencapai hal tersebut? Satu-satunya jalan adalah namu (memasrahkan jiwa raga) kepada Gohonzon yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia (Icien Bodai Soyo). Tiada jalan lain. Prajna yang merupakan sumber pokok kebahagiaan hidup kita diterangkan dengan teori dasar ‘percaya yang akhirnya berubah menjadi Prajna’ (Issyin Tai-e) atau ‘dengan percaya dapat memasuki dan memperoleh prajna’ (Issyin Toku Nyu). Kesimpulannya adalah kepercayaan yang kuat kepada Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti berubah menjadi Prajna. Suasana jiwa yang bahagia, baru tercapai apabila kita menghadap Hukum Sakti berdasarkan kepercayaan. Seharusnya kita mengetahui bahwa tidak ada jalan lain. Sebab apabila obyek kepercayaan kita keliru, biar bagaimanapun kita akan terjatuh dalam ketidakbahagiaan. Mahaguru Miao-lo mengatakan: “Meskipun pada mulanya kepercayaan yang timbul dalam diri seseorang keliru, apabila orang tersebut bertemu jodoh suasana sebenarnya, karunia kebajikan orang tersebut akan berlimpah-limpah. Bila suasana tidak sesuai, meskipun suasana jiwa seseorang tulus dan sungguh hati, tidak akan menjadi bibit”. Ini berarti, pandangan agama yang menyatakan bahwa seseorang boleh percaya pada apa pun juga harus kita ketahui sebagai pandangan sesat. Hukum Buddha biar bagaimanapun harus mencakup ketiga bukti: yaitu bukti kalimat sutra, bukti teori dan bukti nyata. Ketiga bukti ini harus lengkap, tidak dibenarkan apabila kurang satu saja dari ketiga bukti ini. 48
Samantabadra | Januari 2015
Sekarang marilah kita melihat pada rupa hati kepercayaan kita. Orang-orang yang kurang pengetahuannya merasa bahwa kepercayaan kita adalah sama dengan filsafat lainnya. Mereka sering berpendapat dan menyatakan: “Jangan keterlaluan” atau “Jangan fanatik”. Mereka juga sering mengkritik dengan mengatakan “Jangan percaya secara membabi buta”. Mereka tidak mengetahui bahwa kita semua ini terus menggali filsafat jiwa Niciren Daisyonin. Filsafat jiwa yang amat luas dan dalam. Filsafat ini sungguh sangat luas dan terang hingga tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Adanya filsafat yang kita rasakan tersebut, timbul gelora kegembiraan dalam seluruh jiwa raga kita. Ada seorang filsuf yang mengatakan bahwa dasar dari percaya adalah sifat yang merasakan bahwa telah mengetahui teori dasarnya. Karena ada dasar tersebut maka seseorang bisa percaya. Memang, seseorang yang pada dasarnya mengetahui teori yang sesungguhnya dapat timbul hati kepercayaannya. Hati kepercayaan yang timbul ini mendorong seseorang untuk mengetahui teori tersebut lebih mendalam. Selanjutnya pemahaman yang lebih mendalam dari teori tersebut akan meningkatkan hati kepercayaannya. Karena ada yang melaksanakan dan memahami teori Hukum dasar yang sangat dalam dan luas, tentu tidak dapat dikatakan sebagai kepercayaan yang membabi buta. Jadi sebenarnya orang yang dapat melontarkan kritik seperti “kepercayaan yang membabi buta” sebenarnya sudah kehilangan sifat kemanusiaan yang suci dalam seluruh gerakan hidupnya; sifat kemanusiaan mengenai percaya. Memang orang tersebut adalah orang yang sangat malang.
Selanjutnya diterangkan mengenai hubungan antara ‘percaya’ dan ‘mengerti’. ‘Percaya’ berarti percaya Dai Gohonzon yang merupakan sumber pokok gerakan kehidupan. ‘Mengerti’ berarti gerakan kehidupan yang sebenarnya, dapat menggunakan Prajna secara tuntas. Maka kita sekalian pun dapat membuktikan Ekayana secara nyata dalam setiap hari kehidupan kita. Untuk
itu kita harus berdoa dengan satu hati (Icinen) berdasarkan ‘percaya’. Karena kita mempunyai keinginan kuat untuk mencapai kesadaran maka gerakan dan pikiran kita secara bertahap menuju pada kesadaran tersebut. Langkah-langkah bertahap yang pasti menuju tujuan kita tersebut adalah yang dinamakan sebagai ‘mengerti’
| KUTIPAN GOSYO ‘Percaya’ adalah pedang tajam yang memutuskan kesesatan keragu-raguan. Keterangan : Tidak ada keragu-raguan sama sekali adalah yang dikatakan sebagai ‘percaya’ (Mugi Wassyin). Akar pokok pelaksanaan Hukum Budddha adalah hanya percaya mutlak kepada karunia kebajikan agung Gohonzon dari Tri Maha Dharma Sakti dan hanya percaya mutlak pada satu-satunya filsafat jiwa terunggul yaitu Badan dan Hati Bukan Dua dari Niciren Daisyonin. Misalkan kita pada suatu saat mendapat kesulitan atau rintangan berupa jatuh sakit, ditimpa musibah kebakaran, ditimpa berbagai macam kesulitan. Pada saat itu kita tetap tidak merasa ragu-ragu terhadap Gohonzon. Kita tetap terus berpegang pada kata-kata Buddha atau kata-kata Niciren Daisyonin. Kita terus menjalankan pelaksanaan pertapaan hati kepercayaan. Inilah yang dikatakan ‘percaya’ tanpa
adanya keraguan sama sekali. Orang yang memiliki hati kepercayaan seperti itu pasti dapat mencapai kesadaran. Kita tidak boleh merasa ragu sedikitpun meski kita mendapat kritik atau hantaman dari masyarakat atau lingkungan. Kalau kita merasa ragu maka berarti hati kepercayaan kita lemah dan tipis. Seseorang baru dapat dikatakan ‘percaya tanpa ragu-ragu’ apabila seumur hidup orang itu mempertahankan dan tidak melepaskan Gohonzon, dalam keadaan bagaimanapun tetap menyebut Nammyohorengekyo dan melaksanakannya. eee
Januari 2015 | Samantabadra
49
50
Samantabadra | Januari 2015
Catatan
Januari 2015 | Samantabadra
51
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Mundur dari Hati Kepercayaan Pertanyaan: Saya sering kali merasa tidak dapat mempertahankan hati kepercayaan secara konsisten. Demikian pula, ada orang yang pada suatu saat menjalankan hati kepercayaan dengan penuh semangat, tapi di lain waktu tidak bersemangat sama sekali. Bahkan tak jarang sampai meninggalkan kepercayaan kepada Gohonzon. Mengapa orang dapat mundur dari hatikepercayaan? Jawab: Ada satu hal yang perlu dijaga oleh setiap umat Buddha Niciren Syosyu, yaitu tidak meninggalkan hati kepercayaan kepada Gohonzon seumur hidup. Dalam keadaan apapun juga, baik sedang mengalami penderitaan yang sangat berat atau sedang menikmati kebahagiaan, hendaknya tetap percaya kepada Gohonzon. lnilah yang dinamakan mempertahankan Sila Bejana Pusaka Vajra. Ajaran Niciren Syosyu tidak menekankan berbagai pantangan (sila) seperti tidak memakan daging, tidak boleh minum minuman keras, harus meninggalkan kehidupan duniawi dan lain sebagainya 52
Samantabadra | Januari 2015
seperti yang dikenal dalam ajaran lainnya. Satu-satunya hal yang harus dijaga sebagai pantangan adalah tidak meninggalkan hati-kepercayaan kepada Gohonzon selama hidup ini. Pada waktu menerima pemberkahan (gojukai) kita berprasetya untuk mempertahankan Gohonzon seumur hidup dalam keadaan apapun juga. Untuk mempertahankan hati kepercayaan secara berkesinambungan diperlukan perjuangan yang bukan main gigihnya, karena hati manusia mudah sekali berubah sesuai dengan suasana. Niciren Daisyonin mengajarkan kita untuk melaksanakan hati-kepercayaan seperti air yang mengalir. Beliau mengatakan di dalam Surat Perihal Mendengar Ceramah, “Yang disebut pelaksanaan seperti air adalah seperti air yang mengalir siang dan malam tanpa henti. Sedikitpun tak pernah beristirahat. Demikianlah, orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) seperti itu dikatakan sebagai pelaksanaan seperti air mengalir� (Gosyo Zensyu hal. 841). Kebalikan dari pelaksana seperti air adalah pelaksanaan seperti api. Api mudah berkobar, tetapi mudah juga padam. Berbeda dengan api, air mengalir secara tetap meskipun harus melalui
berbagai halangan. “Pelaksana seperti api memang banyak, akan tetapi pelaksana seperti air sedikit�. Nasehat Buddha Niciren Daisyonin. Banyak orang yang mempunyai hati kepercayaan secara tekun, sekalipun menghadapi rintangan yang beratnya tak terkatakan, adalah orang yang melaksanakan hati kepercayaan bagai air yang mengalir. Dan, mempertahankan hati-kepercayaan ini terletak pada sekejap-sekejap perasaan jiwa pada waktu menerima jodoh. Bila kita menerima suatu jodoh tidak sesuai dengan ajaran Buddha, yaitu menimpakan kesalahan kepada hal-hal di luar diri sendiri, pada saat itu dapat dikatakan kita mundur dari hati-kepercayaan. Jika cara menerima jodoh seperti itu diteruskan, pada akhirnya akan mundur dari hati kepercayaan secara total, yaitu mengembalikan Gohonzon. Pada umumnya rintangan timbul karena menguatnya berbagai hawa nafsu, munculnya karma diri sendiri, atau adanya tekanan dari pihak yang lebih berkuasa. Sebagai contoh, setelah melaksanakan hati kepercayaan beberapa waktu lamanya biasanya orang mulai dapat mengatasi kesulitan yang ada. Pada waktu suasana dalam kehidupan mulai berubah, seringkali berbagai hawa nafsu mulai berkobar, keinginan untuk menonjolkan diri, keinginan untuk mengejar apa yang belum didapatkan, keinginan untuk mengatur orang lain mulal timbul. Ini adalah rintangan dari hawa nafsu. Rintangan karma diperoleh seseorang ketika sebab akibat yang telah ditumpuk di dalam jiwa menjadi matang dan muncul sebagai imbalan akibat. Pada waktu itu orang merasa karma-karma buruk yang diperbuatnya timbul silih berganti, seolaholah tak habis-habisnya. Pada saat imbalan akibat muncul secara nyata ada kalanya
orang meragukan kekuatan Gohonzon dan menjadi mundur dari hati kepercayaan. Ada kalanya orang bertanya-tanya, `Koq setelah percaya Gohonzon tetap mendapat kesutitan?� ini merupakan rintangan dari karma. Sebenarnya, percaya Gohonzon atau tidak, jika karmanya telah masak orang itu tetap mendapat kesulitan. Rintangan yang lain lagi datang dari pihak yang berkuasa. Misalnya, larangan untuk melaksanakan hati kepercayaan dengan menggunakan kekuasaan. Pada waktu mendapatkan rintangan ini orang juga sering menjadi ragu-ragu dan mundur dari hati-kepercayaan. Hendaknya kita senantiasa waspada dalam pelaksanaan hati kepercayaan setiap hari. Saat kesulitan timbul merupakan saat untuk mempertahankan Sila Pusaka Vajra. Banyak orang yang melupakan prasetyanya sendiri ketika menghadapi rintangan yang ada. Tidaklah heran bila Buddha Niciren Daisyonin mengatakan bahwa meskipun banyak orang yang tampaknya mempunyai hati kepercayaan tetapi yang dapat mencapai kesadaran Buddha bagaikan pasir di atas kuku. Petuah emas ini hendaknya membuat kita semakin waspada dalam menjaga Sila Bejana Vajra. Orang yang tidak dapat mempertahankan hati-kepercayaan akan mundur pada waktu mendapat rintangan. Sekalipun penyebab mundurnya seseorang dari hati kepercayaan kelihatannya bukan dri diri orang tersebut, seperti karena dilarang oleh pihak keluarga atau adanya bentrokan antar sesama umat, pada dasarnya penyebab mundurnya orang tersebut dari hati kepercayaan adalah diri orang itu sendiri. Bukankah filsafat dasar Agama Buddha mengajarkan bahwa bila tidak ada sebab tentu tidak ada akibat? Oleh karena itu, kita tak dapat mengatakan bahwa seseorang menjadi mundur dari Januari 2015 | Samantabadra
53
materi ajaran | forum diskusi hati kepercayaan kepada Gohonzon disebabkan oleh orang lain. Pada dasarnya bukan seperti itu. Orang lain atau suatu peristiwa yang menyebabkan seseorang mundur hanyalah jodoh yang dipanggil oleh tumpukan sebab akibat yang telah ditimbun di dasar jiwa orang tersebut. Cara orang menanggapi jodoh itulah yang menentukan ia mundur atau malah semakin meningkatkan diri dalam hati kepercayaan. Filsafat dasar Agama Buddha tidak memisahkan antara jasmani dengan kejiwaan. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, pelaksana hati kepercayaan juga mencakup keduanya. Banyak orang yang melaksanakan hati kepercayaan seolaholah telah menjadi kebiasaan sehingga perasaan jiwanya tidak ikut serta. Secara jasmani kelihatannya orang tersebut melaksanakan hati kepercayaan secara sungguh-sungguh, namun sebenarnya secara kejiwaan ia telah mundur. Mundurnya hati kepercayaan tersebut ditandai dengan tebalnya perasaan mementingkan diri sendiri, seperti mudah tersinggung, mudah meremehkan orang lain, merasa diri sendiri dibutuhkan, sering tidak senang, merasa telah melaksanakan hati-kepercayaan dan lain sebagainya. Tumpukan sebab akibat dari berbagai perasaaan yang berpusat pada diri sendiri ini pada suatu saat akan matang menjadi imbalan nyata. Dengan bertemu salah satu jodoh, yang mungkin kelihatannya hanya sepele, orang itu tidak dapat menerima jodoh tersebut dengan perasaan jiwa yang luas sehingga akhirnya mundur dari hati kepercayaan. lnilah yang seringkali kita saksikan mengapa orang yang kelihatannya aktif dalam melaksanakan hati kepercayaan tiba-tiba dapat mundur karena penyebab yang kelihatannya sepele. 54
Samantabadra | Januari 2015
Cara berpikir yang memisahkan antara jasmani dengan kejiwaan dapat kita lihat pada pendapat yang menyatakan bahwa yang disebut hati kepercayaan cukup hanya melaksanakan Gongyo-Daimoku pagi dan sore, tanpa perlu mengikuti berbagai kegiatan lainnya. Pendapat ini sungguh-sungguh keliru. Pertapaan umat Buddha Niciren Syosyu bukan hanya bersembahyang, melainkan juga melaksanakan berbagai kegiatan dengan dasar maitni karuna. Pertapaan ini sesuai dengan pertapaan kebodhisattvaan. Susunan kita merupakan perwujudan Gohonzon yang hidup. Manusiamanusia yang ada dalam Majelis kita mewakili golongan umat Sepuluh Dunia secara lengkap. Melaksanakan GongyoDaimoku secara teoritis memang dapat membangkitkan jiwa Buddha, akan tetapi jiwa Buddha baru dapat terwujud secara nyata dengan adanya jodoh yang tepat. Dengan menjalankan hati kepercayaan sungguh-sungguh di dalam susunan barulah dapat mewujudkan jiwa Buddha yang sesungguhnya. Susunan dapat diumpamakan sebagai satu-satunya kendaraan yang menuju pada tujuan pencapaian kesadaran Buddha. Tiada kendaraan lainnya yang dapat membawa ke sana. Dalam kendaraan tersebut terdapat berbagai orang dengan bermacam-macam sifat, dari yang paling buruk sampai dengan yang paling baik. Bahkan sering dikatakan bahwa susunan kita merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai sifat buruk. (Orang bernasib buruk karena mempunyai sifat buruk, sehingga memerlukan Gohonzon untuk merombak nasibnya). Bekerja sama dengan berbagai orang yang mempunyai bermacam-macam sifat memerlukan pegangan yang teguh pada tujuan yang ingin kita capai. Hendaknya selalu kita camkan dalam jiwa bahwa susunan
merupakan kendaraan tunggal yang dapat membawa kita menuju pencapaian Kesadaran Buddha. Oleh karena itu, apapun yang terjadi hendaknya kita tidak meninggalkan susunan. Bahkan di dalam kendaraan yang sama ini kita dapat saling mendorong untuk lebih cepat mencapai tujuan. Pada kesimpulannya, mundur tidaknya seseorang ditentukan oleh sikap jiwanya sendiri pada waktu menerima rintangan. Jika rintangan itu diterima sebagai jodoh untuk meningkatkan perasaan jiwanya, maka ia akan memperkuat hati kepercayaan. Sebaliknya, bila jodoh tersebut diterima dengan menimpakan kesalahan kepada orang lain atau halhal di luar dirinya, ia akan mundur dar hati kepercayaan. Pada dasarnya tidak ada hal-hal di luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mundur dari hati kepercayaan.
Pertanyaan : Bagaimanakah sikap kita menghadapi seseorang yang sedang mundur dari hati kepercayaan? Jawab: Seperti telah dijelaskan di atas hendaknya kita benar-benar memahami bahwa pada dasarnya seseorang mundur dan hati kepercayaan terletak pada perasaan jiwa orang tersebut dalam menerima suatu jodoh atau dengan kata lain tak ada orang lain yang dapat disalahkan. Oleh karena itu hendaknya kita tidak menjadi hakim yang berusaha mencari letak kesalahan mundurnya seseorang di luar diri orang itu sendiri. Namun demikian, kita tetap dapat menganalisis penyebab mundurnya orang tersebut dan mencamkannya dalam hati bahwa kita juga mempunyai kemungkinan
untuk mengalami hal yang sama. Sebagai contoh, seseorang mundur dari hati kepercayaan karena merasa tugas yang dilakukannya secara mati-matian tidak dihargai oleh umat. Ia merasa kecewa dan tidak mau melaksanakan keaktifan lagi. Kita tak dapat menilai bahwa jika orang lain dapat menghargai karya orang lain itu tentu ia tidak akan mundur dari hati kepercayaan. Mungkin benar orang banyak kurang menghargai karyanya, tetapi tidak berarti orang tersebut mundur karena hal itu ia mundur dari hati kepercayaan karena mengharapkan pujian dari orang lain, bukan mengharapkan pujian dari Gohonzon. Seandainya ia merasa bahwa yang dilakukannya memang bermanfaat bagi orang banyak, maka ia tidak akan kecewa meskipun tidak mendapat penghargaan. Dan juga, sebenarnya bukan peristiwa itu saja yang membuatnya mundur dari hati kepercayaan, melainkan dari sikap jiwanya selama ini. Dalam menerima berbagai masalah orang tersebut cenderung menganggap diriinya yang berbuat, bukan didasarkan pada rasa tugas dari Gohonzon. Jika ia benar-benar berbuat secara tulus karena rasa tugas, maka penilaian dari orang lain tidak mempengaruhi hubungan hati kepercayaannya dengan Gohonzon. Hendaknya kita dapat melihat akar sifat yang menyebabkan orang tersebut mundur dari kepercayaan dan juga menganalisis hal-hal apa yang perlu diperbaiki. Dari analisis sifat orang tersebut, kita juga dapat mencamkan dalam hati bahwa yang terpenting adalah melakukan sesuatu secara tulus dan tidak mengharapkan pujian dari orang. Pujian dari Gohonzon dapat kita rasakan dari perubahan dalam kehidupan kita sendiri. Selain itu, kita juga mengetahui bahwa orang memerlukan pujian akan keberhasilan karyanya. Oleh Januari 2015 | Samantabadra
55
materi ajaran | forum diskusi karena itu, kita harus pandai memanfaatkan pujian untuk memberi semangat kepada orang lain. Demikianlah yang dimaksud dengan sikap tidak menghakimi, tetapi menganalisis masalah untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri. Ikatan jodoh dengan Gohonzon yang terjalin pada waktu upacara gojukai akan tetap berlangsung hingga kapanpun juga. Meskipun seseorang kelihatannya meninggalkan hati kepercayaan pada saat sekarang, suatu saat ia pasti kembali melaksanakan hati kepercayaan. Namun demikian, untuk dapat kembali lagi memerlukan waktu. Biasanya orang harus jatuh ke neraka terlebih dahulu baru dapat kembali lagi melaksanakan hati kepercayaan. Jika belum merasakan kesusahan yang tak tertahankan biasanya orang tak akan kembali. Bahkan, karena Raja Iblis bergembira melihat seseorang mundur dari hati kepercayaan kepada Gohonzon, pada umumnya Ńƒang mundur menikmati keadaan Dunia Surga yang amat menyenangkan. Dalam keadaan seperti itu Raja lblis bersenang hati dan orang yang mundur tak ingat lagi untuk melaksanakan hati kepercayaan. Oleh karena itu, kadang kala tidak ada gunanya mengajak orang yang sedang dirasuki Iblis Dunia Surga untuk kembali melaksanakan hati kepercayaan. Hingga suatu saat imbalan akibat neraka telah matang dan mau tak mau orang tersebut akan kembali melaksanakan hati kepercayaan. Seandainya sebelum percaya kembali orang tersebut telah meninggal dunia, ikatan jodoh dengan Gohonzon akan terus berlanjut pada kehidupan yang akan datang. Sebagai sesama teman sedharma sering kali kita menyayangkan mengapa seseorang harus mundur dari hati kepercayaan. Namun, kepastian adanya ikatan jodoh yang tak akan terputus dengan Gohonzon 56
Samantabadra | Januari 2015
membuat kita yakin bahwa pada suatu saat ia akan kembali lagi melaksanakan hati kepercayaan. Meskipun pada saat sekarang orang tersebut tampaknya sama sekali tidak mau menjalankan keaktifan, bagaimanapun ikatan jodohnya dengan Gohonzon tidak akan pernah putus. Kiriman doa yang tulus dari orang yang berjodoh dekat dengan orang yang mundur dari hati kepercayaan dapat menggetarkan perasaan jiwanya. Orang tersebut dapat melaksanakan hati kepercayaan kembali. Orang yang mundur dari hati kepercayaan dapat memberi contoh kepada orang lain tentang betapa ruginya mundur dari hati kepencayaan. Jika orang itu dapat kembali aktif dalam susunan dan benar-benar dapat menyadari letak kesalahannnya dalam hati kepercayaan akan memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan juga untuk orang lain. Ia dapat mengukir dalam perasaan jiwanya betapa ruginya mundur dari hati kepercayaan. Pengalaman kejiawaan ini akan membuatnya waspada terhadap kecenderungan jiwa yang dapat membuatnya mundur kembali. Dalam agama Buddha tidak dikenal adanya kutukan bagi orang-orang yang mundur dari hati kepercayaan. Siapapun juga mempunyai kemungkinan untuk meninggalkan hati kepercayaan. Oleh karena itu hendaknya kita waspada untuk selalu memperkuat hati kepercayaan dalam setiap hari. Ingat, “Sedikit saja lengah, iblis akan memgambil kesempatan�. (Gosyo Zensyu Hal. 841) eee
refleksi
NSI Pasca-50 Tahun dan Pemerintah Baru Indonesia (terjemahan dari artikel “NSI Post-50 Years and Indonesia New Government�, Desember 2014 Kyanne Virya
K
etika menghadapi dan mempersiapkan peringatan 50 tahun, masingmasing umat NSI telah melakukan banyak hal: berlatih tarian nusantara, kegiatan seni, membuat hiasan, mengundang relasi. Temanya Berjalan di Atas Dharma Sesungguhnya. Paling tidak 3 program telah dilaksanakan: Donor Darah, Gerak Jalan Kerukunan bersama-sama komunitaskomunitas beragama lain dan Dharmasanti. Pada saat yang berbarengan, Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah dinobatkan sebagai presiden dan wakil presiden republik ini. Apakah hubungan di antara kedua peristwia besar: peringatan 50 tahun NSI dan presidenwakil presiden baru? NSI sudah sangat berpengalaman perobakan sifat jiwa (human revolution) sebagai payung revolusi mental yang diproklamasikan Pak Joko Widodo. Donor Darah dilaksanakan pada hari Minggu, 12/10, di Kantor Pusat NSI, Jl. Minangkabau, Jakarta. Targetnya 1.000 donor. Gerak Jalan Kerukunan (antar-agama) diselenggarakan pada hari Minggu, 19/10, dimulai dari Kantor Kementerian Agama menuju Jl. M.H. Thamrin dan kembali ke Kantor Kementerian Agama. Targetnya 5.000 umat NSI dan umat dari komunitaskomunitas agama lainnya
seperti: Muslim, Hindu, Kristen-Katolik, dan Kong Hu Cu. Bagian ketiga ialah Festival Budaya, yang dikenal sebagai Dharmasanti. Peristiwa-peristiwa itu praktis dilakukan dan disumbangkan oleh para umat NSI, yang bukan seniman profesional. Mereka terdiri atas ibu rumah tangga, pelajar/ mahasiswa, karyawan. Dalam Saddharma-pundarika-sutra, mereka adalah upasaka/ upasika. Namun, mereka mampu melakukan begitu banyak hal guna meningkatkan kualitas manusia berdasarkan Dharma Nam-myoho-renge-kyo. Umat NSI kini ada di manamana dalam masyarakat: birokrat, anggota DPRD, pejabat sturktural di sektor swasta dan pemerintahan. Mereka dapat mempengaruhi komunitas mereka sendiri sebagai pelaksanaan petapaan sraddha mereka terhadap Gohonzon dari Ketiga Mahadharma Rahasia (Sandaihiho). Mereka mengembangkan kreasi dan kreativitas Buddhis di tempat kerja mereka. Prajna bermunculan dalam setiap kasus yang muncul di lembaga mereka. Kesimpulannya, Kebuddhaan menyinari perilaku sosial mereka. Mereka meyakini bahwa ketika mereka mengendailkan dan mengubah perasaan negatif, mereka, akan mengubah jiwa. Hal ini akan mengubah keluarga mereka, RT,
kota dan Negara dan juga seisi dunia pada gilirannya. Inilah yang disebut perombakan sifat jiwa dalam Buddha Dharma Niciren Syosyu. Ketika kita sedang mempersiapkaan peringatan HUT ke-50 NSI, proses kepresidenan sedang berlangsung juga. Joko Widodo terpilih sebagai presiden pada bulan Mei tahun ini. Apakah kelebihan-kelebihan beliau? Beliau dahulunya bukanlah birokrat namun seorang wirausaha yang berbeda dengan presiden-presiden lainnya yang sebagian besar pesonel militer (Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono) dan orang sipil dengan kelebihan khusus (Soekarno, B.J. Habiebie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnopoetri). Beliau orang awam tanpa kelebihan khusus kecuali idelaisme, suka bekerja keras dan senantiasa bertindak. Beliau presiden yang terpilih dar luar militer dan elit politk. Gaya presiden baru ini khas. Beliau senang melakukan blusukan untuk mengecek situasi setempat. Pelanggaran aturan tradisi para penguasa Jawa ini mencapai hasil dramatis ketika beliau menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI. (The Wall Street Journal)
Januari 2015 | Samantabadra
57
refleksi Perombakan Sifat Jiwa (Human Revolution) vs Revolusi Mental
Yang dimaksud Pak Jokowi jauh berbeda dengan revolusi fisik. Tak ada lagi revolusi fisik yang diperlukan dewasa ini. Beliau menginginkan Joko Widodo telah muncul sebagai presiden sesuatu perubahan dalam cara berpikir setiap dengan misi yang sangat bagus berupa birokrat. Beliau mengingini idealisme nasional revolusi mental. Samakah Revolusi Mental bukannya hedonism. Diberikan beberapa contoh: dengan Perombakan Sifat Jiwa Niciren Syosyu? para menteri baru memanfaatkan mobil-mobil Manakah yang lebih mendalam maknanya: mewah yang ada, yang dibeli lima tahun yang lalu. Revolusi Mental atau Perombakan Sifat Jiwa? Sebagai presiden yang akan datang, Jokowi sudah Kita mengklaim Perombakan Sifat Jiwa memiliki tahu sama tahu perihal detail anggaran 2015 yang makna jauh lebih mendalam. Hal yang kita dibuat oleh pemerintahan yang akan hengkang cerap dan laksanakan sebagai bagian pertapaan dan terkejut ketika mengetahui butir Rp 18 triliun Buddhis kita ialah bahwa kita berupaya keras untuk “rapat-rapat para menteri�. Beliau dapat mengkaji perasaan dan emosi kita di hadapan menghemat uang dengan mengurangi banyak Gohonzon untuk merenunginya terhadap butir pengeluaran yang tak perlu di sana sini, kebenaran Dharma Nam-myoho-renge-kyo. termasuk penggantian printer dan mesin fotokopi. Dengan mengkaji begitu sambil melantunkan (The Jakarta Post, 14 September) Nam-myoho-renge-kyo, dari dalam jiwa kita Tak semua orang memahami gagasannya tergerak untuk mengubah kebiasan buruk kita tentang merevolusi cara berpikir dan bertindak dan yang paling jauh mengubah watak buruk mereka, khususnya di luar birokrasi. Menurutnya, kita untuk dimodifikasi menjadi yang lebih baik konsep revolusi mental ialah bahwa revolusi dan lebih produktif. Hal ini akan mempengaruhi mental harus dimulai dengan mereformasi lingkungan sosial kita dari yang terkecil, pemikiran Anda. Birokrasi, yang terkenal akan keluarga kita, ke masyarakat terbesar, dunia. kepatuhan pada prosedur baku dan cara berpikir dan melakukan sesuatu, menjadi target utama Kutipan dari Syoho Jisso Syo tentang gagasan revolusi (The Jakarta Post, 14 September) penyebaran Dharma, sebagai berikut : Beliau menambahkan bahwa bangsa kita membutuhkan birokrasi yang dapat diandalkan Hanya Aku, Niciren, seorang diri yang masyarakat, sebuah sistem yang benar-benar pertama-tama melantunkan Nam-myoho- melayani masyarakat. Sang presiden baru renge-kyo, tetapi kemudian dua orang, berniat memerangi mentalitas yang berlaku tiga orang dan seratus orang pengikut, di Negara ini, khususnya di antara para melantunkan dan mengajari orang-orang birokrat yang bertangung jawab menjalankan lainnya. Begitupun halnya penyiaran pemerintahan. Untungnya, presiden yang akan akan terbuka dengan cara ini pada masa datang ini mengetahui cara memerangi birokrasi akan datang. Bukankah ini menandai berdasarkan pengalamannya selaku Gubernur “kemunculan dari bumi?� Pada saat DKI sejak Oktober 2012 dan sebagai Walikota kosen-rufu, segenap bangsa Jepang akan Surakarta di Jawa Tengah selama tujuh tahun melantunkan Nam-myoho-renge-kyo, sebelumnya (The Jakarta Post, 12 Mei). Beliau begitu pastinya bak sebatang anak panah tak ingin masyarakat harus melayani birokrasi. yang diarahkan ke bumi yang tak mungkin Birokrasi di Jakarta dan daerah setempat meleset sasarannya. sebenarnya menimbulkan banyak kepusingan bagi masyarakat. Dengan cara itu, Dharma Nam-myoho-rengeBeliau memaparkan beberapa kelebihan yang kyo dapat tersebar luas ke seluruh dunia. dimiliki negara kita: KPK, otonomi daerah dan Hal ini bagian Perombakan Sifat Jiwa yang juga banyak perubahan peraturan pusat dan membuat orang-orang menyadari dan berbuat daerah kita. Kita juga telah menyelenggarakan berdasarkan Dharma ini. pemilihan-pemilihan yang secara berkala dilaksanakan di tingkat pusat dan daerah. Semua
58
Samantabadra | Januari 2015
ini bertujuan meningkatkan pengelolaan pemerintahan yang demokratis dan bertanggung gugat,” tutur Jokowi. Namun, segala upaya gagal karena tidak dilaksanakan berbarengan dengan reformasi pemikiran orang-orang. Upaya-upaya telah gagal karena kondisi mental yang keliru para personel. Beliau berpendapat bahwa untuk mencapai keberhasilan, negara membutuhkan hal yang ia sebut revolusi mental (The Jakarta Post, 12 Mei). Langkah pertama dalam mencapai tugas tsb. ialah dengan menciptakan sistem politik yang bertanggung gugat, bebas praktek korupsi dan intimidasi. “Kita perlu memperbaiki cara kita merekrut para pemain politik, yang harus lebih mengandalkan keterampilan dan rekam jejak mereka bukannya mengandalkan uang dan kedekatan mereka dengan para pembuat keputusan,” tutur Jokowi (The Jakarta Post, 12 Mei). Jokowi juga mengatakan bahwa beliau memilih para menteri berdasarkan kemampuan mereka selain kepemimpinan dan keterampilan manajerialnya (The Jakarta Post, 27 Oktober). Dalam hal ini, beliau mempertahankan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Ini berarti NSI memperoleh kesempatan lebih besar untuk meningkatkan kehidupan keagaman di negara ini karena kita telah mengenal beliau sebelumnya. Teruslah memberi masukanmasukan Buddhis atas isyu-isyu kenegaraan
demi mempengaruhi mentalitas bangsa kita dari segi revolusi mental.
Jokowi juga mencatat pentingnya militer yang kuat untuk menjaga dan mempersatukan negara. Selain itu, dari segi perekenomian, beliau berargumen bahwa Indonesia perlu lebih mandiri dan tak terlalu bergantung pada negara-negara lain. “Kemandirian pangan dan energi itu sesuatu yang tak perlu disangkal lagi,” tutur beliau. “Indonesia perlu bergerak ke arah itu dengan program yang jelas dan terstruktur” (The Jakarta Post, 12 Mei). Pemerintahan Jokowi sejalan dengan prinsip Buddha Dharma kita, yakni, kita menekankan kekuatan jiwa untuk melakuan perubahan dalam kehidupan kita. Hal yang kita lihat ialah hal yang kita rasakan dalam hati. Perbuatan orang adalah pikiran orang itu sendiri. Untuk mengubah bangsa ini, kita perlu mulai dari hati kita. NSI telah banyak mengkaji cara menangani perombakan sifat jiwa sebagai dasar revolusi mental yang dinyatakan presiden kita yang baru diangkat, Bapak Joko Widodo. eee
Berita Duka Cita
Bapak Tan Ong Ay (Eddy Suryana) Meninggal pada usia 71 tahun 11 Nopember 2014 Umat NSI Daerah Cengkareng DKI Jakarta
Ibu Thio Ken Nio Meninggal pada usia 79 tahun 01 Nopember 2014 Umat NSI Daerah Teluk Naga Banten
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Januari 2015 | Samantabadra
59
resep
Otak-Otak Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Bahan-Bahan: 500 gr Daging ikan Tenggiri 75 gr Gula pasir 50 gr Tepung Maizena 250 cc Santan (sedang) 100 cc Putih telur ayam 5 btg daun bawang Garam, lada secukupnya
60
Samantabadra | Januari 2015
Cara Membuat : 1. Bahan-bahan diaduk dengan mixer sampai kenyal dan campurkan daun bawang.
2. Kalau menggunakan tangan aduk dan dibanting-banting , masukan santan kemudian diaduk lagi sampai kalis kemudian masukan daun bawang 3. Bungkus dengan daun pisan dan dipanggang.
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Januari 2015
TGL HARI JAM KEGIATAN 1 Kamis 10;00 Dokyo Syodai Peringatan Tahun Baru 2015 2 Jumat 13.00 Pendalaman Gosoyo 3 Sabtu 4 Minggu 5 Senin 6 Selasa 7 Rabu 19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 8 Kamis 9 Jumat 19:00 Ceramah Gosyo 10 Sabtu 11 Minggu 10:00 Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul 10;00 Pertemuan Anak‐anak 10:00 Daimoku Bersama 14:00 Rapat Koordinator Lansia 12 Senin 19:00 Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang 13 Selasa 14:00 Pertemuan Wanita Umum 14 Rabu 19:00 Pertemuan Ibu/Wanita Karier 19:00 Pertemuan Pria Umum 15 Kamis 16 Jumat 19:00 Pertemuan Cabang 17 Sabtu 18 Minggu 10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19 Senin 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting 20 Selasa 21 Rabu 14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul 22 Kamis 23 Jumat 19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting 24 Sabtu 19:00 Pertemuan PK‐2 25 Minggu 10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 26 Senin 19:00 Pertemuan 4 ( empat ) Bagian 27 Selasa 28 Rabu 13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 29 Kamis 19:00 Musyawarah DPD 30 Jumat 31 Sabtu Kensyu Gosyo Umum 1 Minggu Kensyu Gosyo Umum
TEMPAT Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP
Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI
Januari 2015 | Samantabadra
61
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
62
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | Januari 2015
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510