Samantabadra 2015-02

Page 1

Samantabadra membunuh ‘jiwa’ dari Saddharmapundarika-sutra”. Maksud kalimat

ini ialah, meskipun seseorang mempertahankan, membaca dan memuja Saddharmapundarika-sutra, kalau ia menentang ‘jiwa’ ’Sutra ini’, berarti membunuh Sang Buddha Sakyamuni dan seluruh Buddha dari sepuluh penjuru alam. (Surat Kepada Niike)

SAMANTABADRA | PEBRUARI 2015 | NOMOR. 253

Meskipun seseorang memuja Saddharmapundarika-sutra, tapi ia malah

gosyo kensyu SURAT KEPADA NIIKE liputan PERINGATAN HARI IBU 2014 liputan RANGKAIAN KEGIATAN NSI AKHIR TAHUN 2014

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Pebr uari

2 0 1 5

02 # 253


Kesenian Umat NSI pada Peringatan Hari Ibu 2014 di Vihara Sadaparibhuta NSI

Kesenian Umat NSI pada Kensyu Akhir Tahun 2014


Samantabadra Samantabadra “

Meskipun seseorang memuja Saddharmapundarika-sutra, tapi ia malah membunuh ‘jiwa’ dari Saddharmapundarika-sutra”. Maksud kalimat

ini ialah, meskipun seseorang mempertahankan, membaca dan memuja Saddharmapundarika-sutra, kalau ia menentang ‘jiwa’ ’Sutra ini’, berarti membunuh Sang Buddha Sakyamuni dan seluruh Buddha dari sepuluh penjuru alam. (Surat Kepada Niike)

SAMANTABADRA | PEBRUARI 2015 | NOMOR. 253

daftar isi

gosyo kensyu liputan liputan

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

SAMBUTAN Menteri Agama RI untuk Rakernas NSI CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta

LIPUTAN Misi Perdamaian KU NSI ke Myanmar Grup Tari Ibu NSI pada Pembukaan PHI Nas 2014 Peringatan Hari Ibu 2014 di NSI KGM NSI Desember 2014 Rakernas NSI dan Kensyu Akhir Tahun 2014 Dukungan Tokoh Lintas Agama terhadap AntiKorupsi

2 6 9 15

17 19 20 22 25 28

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Pebruari 2015

Halaman Muka

D

ekorasi lampion yang kerap meramaikan suasana Tahun Baru Imlek. Selamat tahun baru imlek 2015.

SURAT KEPADA NIIKE PERINGATAN HARI IBU 2014 RANGKAIAN KEGIATAN NSI AKHIR TAHUN 2014

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Pebr uari

2 0 1 5

02 # 253

MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat kepada Niike (bag. 1) Gosyo Cabang Surat Musyimoci Forum Diskusi Cara Hidup dan Nasib WAWASAN Pengaruh Budaya Asing

REFLEKSI Pelajaran dari Kecelakaan Dare to Dream RESEP Kastengel

29 49 57

17

60 63 68 70

BERITA DUKA CITA

69

JADWAL KEGIATAN

71

VIHARA DAN CETYA NSI

72

20

25 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Kyanne Virya, Vinni Kristanto, Wantie Bellina, Jason Sianandar, Prasetyo Dharma, Denny Surya STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Pebruarii 2015 | Samantabadra

1


sambutan

Sambutan Menteri Agama RI Pada Acara Pembukaan Rapat Kerja Pimpinan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Yth. Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Yth. Kepala Kantor Wilayah Kementarian Agama Provinsi Jawa Barat Yth. Para peserta Rapat Kerja Pimpinan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Hadirin sekalian yang berbahagia

Selamat Siang dan salam sejahtera untuk kita semua Saya merasa berbahagia dapat memenuhi undangan menghadiri pembukaan Pasamuan atau Rapat Kerja Pimpinan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia pada hari ini. Kegiatan Rapim menjelang akhir tahun 2014 ini diharapkan berjalan dengan lancar, sukses serta menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang bermanfaat bagi perkembangan organisasi Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia di masa mendatang. Saudara-saudara hadirin sekalian Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pentingnya organisasi dan lembaga keagamaan mengambil peran dalam memperkuat etika kebangsaan kita yang menghadapi tantangan kian berat. Pesan luhur yang dibawa oleh agama ialah mengabdi kepada Tuhan, dan memuliakan sesama manusia harus menjadi landasan bersama dalam membangun sikap toleransi tenggang rasa, saling meghormati, dan saling mengasihi antar semua umat beragama di Republik tercinta ini. Saya mengutip pernyataan almarhum DR. KH. Idham Chalid, mantan Menkokesra dan mantan Ketua DPR/MPR-RI serta Ketua DPA-RI, yang menegaskan bahwa toleransi antar umat beragama harus dipahami secara benar dan tidak boleh disalahgunakan sehingga merugikan salah satu golongan agama. Pesan di atas saya kira penting dipahami dan dilaksanakan oleh semua umat beragama di tanah air kita. Semua agama mengajarkan pentingnya memperdalam kualitas keimanan masing-masing agar menjadi umat beragama yang paripurna, namun di saat yang 2

Samantabadra | Pebruari 2015


sama agama mengajarkan untuk bertenggang rasa dan saling menghormati, saling mengasihi sebagai sesama ciptaan Tuhan. Timbulnya sikap dan perilaku “intoleran� yang dapat menggangu kerukunan beragama, bukalah karena seseorang mendalam keyakinan, pengetahuan dan pengamalan ajaran agamanya, melainkan sebagai akibat pengetahuan dan wawasan keagamaan yang dangkal dan parsial. Oleh karena itulah pendidikan agama dan keagamaan harus mampu membentuk sikap dan perilaku keberagaman yang baik sebagai warga negara. Saudara-saudara hadirin yang saya hormati, Perilaku religius yang rukun dan damai harus senantiasa menghiasi kehidupan masyarakat Indonesia samapai kapanpun. Perilaku yang demikian itulah yang dapat disebut sebagai karakter Bangsa Indonesia. Agama sejatinya mempunyai fungsi mengawal nilai kemanusiaan. Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah masihkah perilaku tenggang rasa, saling menghormati dan saling mengasihi antar sesama menghiasi kehidupan masyarakat kita? Kita semua menyadari dan memahami kondisi yang ada. Karakter dan kebudayaan masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit tergerus oleh perkembangan arus modernisasi yang mengedapankan watak individualism dan jalan pintas untuk mencapai tujuan yang diinginkan tanpa peduli kepentingan masyarakat. Terhadap kondisi yang demikian, sudah sepatutnyalah pemimpin agama, yang juga sebagai penjaga moral bangsa berupaya membangkitkan kembali karakter bangsa sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Membangun karakter, mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi agama dan moral yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Dengan dimilikinya karakter tersebut akan berkontribusi besar dalam mewujudkan potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Saya memandang pembangunan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan substansi, proses dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong dan memudahkan seseorang untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh dan berkembang dengan didasari oleh kesadaran, keyakinan, kepekaan dan sikap orang yang bersangkutan. Mengetahui apa yang baik saja tidak cukup. Yang sangat penting adalah menyemaikan kebaikan tersebut di hati dan mewujudkannya dalam tindakan, perbuatan dan perilaku. Menunjukkan ketauladanan, mengamati dan meniru tokoh panutan serta membangun lingkungan yang mencerminkan kebaikan, akan lebih nyata pengaruhnya daripada memberitahu atau menyuruh seseorang berbuat baik, apalagi kalau yang memberitahu atau menyuruhnya justru melakukan hal-hal yang tidak baik. Pebruarii 2015 | Samantabadra

3


Kita semua menyadari, bahwa membangun keyakinan, dan sikap yang mendasari kebiasaan baik bukan usaha instan, namun merupakan proses yang berlangsung sedikit demi sedikit secara berkelanjutan dan bukan melalui indoktrinasi. Proses yang demikian itu hanya dapat dilakukan di dalam rumah tangga atau keluarga. Keluarga adalah komunitas pertama di mana manusia , sejak usia dini, belajar konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah seseorang, sejak dia sadar lingkungan, belajar tata nilai atau moral. Karena tata nilai yang diyakini seseorang akan tercermin dalam karakternya, maka di keluargalah proses pembangunan karakter berawal. Di keluarga itulah yang dapat menentukan seberapa jauh seorang anak dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa, memiliki komitmen terhadap nilai moral tertentu seperti kejujuran, kedermawanan, kesederhanaan, dan menentukan bagaimana dia melihat dunia sekitarnya, seperti memandang orang lain yang tidak sama dengan dia, yang berbeda status sosialm berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda latar belakang budaya. Di keluarga juga seseorang mengembangkan konsep awal mengenai keberhasilan dalam hidup ini atau pandangan mengenai apa yang dimaksud dengan hidup yang berhasil dan wawasan mengenai masa depan. Dari sudut pandang pentingnya keluarga sebagai basis pembetukan karakter, maka tidak salah kalau krisis karakter dan buruknya perilaku di masyarakat bisa disimpulkan sebagai cerminan lemahnya pendidikan di dalam keluarga. Korupsi misalnya, bisa dilihat sebagai kegagalan pendidikan untuk menanamkan dan menguatkan nilai kejujuran sejak dari lingkungan keluarga. Orang tua yang membangun kehidupannya di atas tindakan yang korup, akan sangat sulit menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya. Mereka mungkin tidak menyuruh anaknya agar menjadi orang yang tidak jujur, namun mereka cenderung tidak akan melihat sikap dan perilaku jujur dalam kehidupan sebagai salah satu nilai yang sangat penting yang harus dipertahankan. Ini mungkin bisa dijadikan satu penjelasan mengapa korupsi di Indonesia mengalami alih generasi. Saya memandang di sinilah pentingnya peran organisasi dan lembaga keagamaan perlu diberdayakan sebagai mitra pemerintah dalam membangun bangsa yang berkepribadian. Saudara-saudara hadirin yang saya hormati, Dalam konteks ini saya memberikan apresiasi kepada Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia yang menyelenggarakan Rapat Kerja Pimpinan dengan tema “ Membangun Karakter Bangsa Yang Berkebudayaan� . Semoga para peserta yang berkumpul di arena rapat kerja pimpinan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia ini dapat merumuskan kembali strategi dan langkah-langkah nyata dalam merajut kembali perilaku-perilaku luhur yang telah menjadi karakter masyarakat Indonesia. 4

Samantabadra | Pebruari 2015


Demikian sambutan saya, dan dengan ini saya nyatakan Rapat Kerja Pimpinan Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia tahun 2014 secara resmi dibuka. Selamat menyongsong pergantian tahun. Semoga tahun 2015 membawa kebaikan dan kedamaikan bagi seluruh umat dan bangsa Indonesia.

Sekian dan Terima Kasih.

Bogor, 30 Desember 2014 Menteri Agama RI tertanda

Lukman Hakim Saifuddin

Pebruarii 2015 | Samantabadra

5


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja “Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra (2/2)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 31 Desember 2014-1 Januari 2015

Nammyohorengekyo, Gosyo ini ditujukkan untuk seorang wanita. Buddha di dalam Saddharmapundarika sutra tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki. Semua disebut sebagai putra-putriku yang baik. Jadi di mata Buddha, tidak ada perbedaan antara lakilaki maupun perempuan dalam hal keyakinan terhadap dharma, semua mempunyai kesempatan yang sama untuk mewujudkan kebuddhaan. Namun demikian, dalam gosyo ini, Buddha Niciren terutama memberikan nasihat kepada perempuan. Ada sifat-sifat buruk yang diidentifikasikan ada dalam perempuan, namun dapat juga muncul pada laki-laki, karena pada hakikatnya laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki 10 Dunia perasaan jiwa. Pada alinea terakhir Gosyo ini, dikatakan bahwa sebagai contoh 6

Samantabadra | Pebruari 2015

permaisyuri Vimaladatta, mengijinkan putraputranya (kedua pangeran) memasuki pertapaan kebhiksuan (dalam bahasa Jepang disebut Syuke), dan memberi semangat kepada mereka untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika sutra. Jadi, Permaisyuri ini sekaligus ibunya justru memberikan ijin kepada kedua putranya untuk menjadi Bhikku. Sebetulnya kedua putranya kalau tidak menjadi Bhikku akan menjadi Raja, karena mereka adalah Pangeran. Tetapi di sini dijelaskan oleh Buddha Niciren, Permaisyuri Vimaladatta itu merelakan putraputranya untuk masuk ke dalam pertapaan Kebhikkuan. Bukan hanya sekedar masuk dalam pertapaan Kebhikkuan, namun yang lebih penting adalah memberikan semangat, kepada mereka untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika sutra.

Jadi Vimaladatta sebagai ibu merelakan anak-anaknya menjadi Bhikku agar dapat menyebarluaskan Saddharmapundarika sutra. Jadi di sini yang harus digarisbawahi adalah Ibunya mengijinkan anaknya menjadi Bhikku, karena Bhikku yang mau menyebarluaskan Saddharmapundarika sutra. Berarti yang menjadi titik penting adalah Saddharmapundarika sutra. Mengapa begitu penting Saddharmapundarika sutra? Karena hanya Saddharmapundarika ajaran yang bulat sempurna dan mencakup sepenuhnya. Karena belum sempurna, belum dapat membawa umat manusia mencapai kesempurnaan. Apa arti dari kesempurnaan? Kesempurnaan itu artinya membuka kesadaraan Buddha. Lebih jauh lagi, Putri


Ketua Umum

Naga yang seorang wanita dan merupakan Naga (perlambang binatang). Tetapi Putri Naga sendiri berprasetya, bahwa Aku akan membabarkan Ajaran Kendaraan Agung dan membawa pembebasan atas penderitaan makhluk yang sengsara. Putri Naga dapat menjadi Agung walaupun dia seorang Putri Naga yang merupakan perempuan dan binatang, karena dia telah berprasetya untuk menyebarkan atau membabarkan Ajaran Kendaraan Agung, yaitu Nammyohorengekyo atau Saddharmapundarika sutra. Hanya dengan Ajaran Saddharmapundarika sutra, hanya dengan menyebut Nammyohorengekyo, kita dapat membebaskan kesengsaraan dari seluruh makhluk hidup. Karena Saddharmapundarika sutra dapat memunculkan Kesadaran Buddha. Karena penderitaan itu adalah kesesatan. Kebahagiaan atau pembebasan dari kesengsaraan itu adalah kesadaran. Jika kita dalam kesesatan, kita akan menderita. Jika kita keluar dari kesesatan, dan kita berada dalam kesadaran berarti kita bebas dari kesengsaraan. Kemudian, para perempuan ini memang

tidak berprasetya untuk melaksanakan sutra-sutra lainnya. Ternyata di dalam Saddharmapundarika sutra semua perempuan dengan puncak peristiwa Putri Naga, tidak pernah ada yang berjanji untuk menyebarkan sutra lain, kecuali Saddharmapundarika sutra. Buddha Niciren berpesan kepada kita, bahwa pada masa Akhir Dharma hendaknya hanya percaya dan menyebarluaskan Saddharmapundarika sutra, bukan sutra yang lain. Tetapi kenyataannya kita masih kerap lalai. Kita tidak pernah diajarkan untuk berprasetya melaksanakan sutrasutra lain, tetapi nyatanya telah lalai melaksanakan Saddharmapundarika sutra. Manusia jaman sekarang lebih memperhatikan sepenuhnya pelaksanaan sutra-sutra lainnya, tidak satu pun kepada Saddharmapundarika sutra. Hendaknya mengubah cara hidup tersebut secepat mungkin. Jika belum melaksanakan Saddharmapundarika sutra sepenuhnya, segera merubah cara hidupnya, mulai sekarang tidak ada keyakinan lain. Sering kali begitu ada kesulitan, kita masih lupa keyakinan kita kepada Gohonzon. Hal

tersebut karena kebodohan yang ada di dalam diri kita. Segera mulai sekarang kita harus merubah sikap kepercayaan yang kita miliki. Untuk itu, kita dikenalkan kepada tiga makna dari ‘Myo’. “Myo” adalah gaib, suatu kegaiban yang belum mampu dijangkau oleh pemikiran kita. Kekuataan dari ‘Myo’ yang diiringi dengan hati kepercayaan yang sungguhsungguh kepada ‘Myo’, artinya kita menyebut Nammyohorengekyo dengan sikap yang baik di hadapan Gohonzon. Hasilnya adalah jiwa kita menjadi kuat dan tenang. Konteksnya dalam Gosyo ini jiwa Buddha kita akan terbuka dan muncul kesadaran Buddha. Buddha mengatakan munculnya Kesadaran Buddha lebih berharga dari pada harta. Karena ketika kesadaran Buddha kita muncul, kita mampu mewujudkan sikap yang terbaik dari diri kita untuk kebahagiaan diri kita dan orang lain. Ada Pepatah Tiongkok mengatakan pada saat muda mengorbankan kesehatan ditukar dengan uang dan emas. Waktu muda kerja mati-matian, untuk mendapatkan uang (harta), tetapi begitu sudah Pebruarii 2015 | Samantabadra

7


ceramah gosyo tua dan sakit-sakitan hartanya buat berobat, atau ditukar dengan kesehatan, jadi lebih penting kesehatan daripada uang. Mencari nafkah penting, namun jangan karena uang kita mengorbankan sesuatu yang lebih berharga seperti kesehatan. Di sisi lain, dalam kaitannya dengan menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra, Buddha mengatakan bahwa rejeki jiwa yang diperoleh dari menyebarluaskan dharma begitu bernilai dan memberikan kebahagiaan bagi kita semua. Dengan demikian, segenap jiwa raga hendaknya kita curahkan untuk mewujudkan hal ini. Ketika kita bisa mengorbankan

8

Samantabadra | Pebruari 2015

jiwa raga kita untuk penyebarluasan hukum agung Nammyohorengekyo, tentu hidup kita akan lebih bernilai dan bermanfaat. Inilah kekuatan “myo” yang bisa membukan Kesadaran Buddha. Makna kedua “myo” adalah sebagai Bulat Sempurna, atau Enman, mencakup secara keseluruhan atau Gusoku. Sutra sebelum Saddharmapundarikasutra penjelasnnya masih sebagian. Makna ketiga “myo” berarti Hidup Kembali, kalau kita memegang ajaran sempurna dan kita kita bisa membuka kesadaran Buddha kita, maka kita tidak ada matinya. Orang yang percaya

Nammyohorengekyo dengan sungguh-sungguh pasti tidak kenal putus asa, maka pada akhir Gosyo ini, Buddha Niciren mengingatkan kepada kita, walau gosyo ini ditujukan kepada perempuan, tetapi sesungguhnya kepada kita semua. Mulai sekarang kita harus mengubah cara hidup kita kepada sikap yang tidak menduakan hati kepercayaan, benarbenar menjalankan sikap hidup berdasarkan filsafat Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarika-sutra; tiada yang lain. Berdasarkan prinsip Syojiki Syahoben, filsafat atau ajaran yang lain tidak perlu digunakan. eee


Ketua Dharma

Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi “Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra (2/2)” Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 31 Desember 2014-1 Januari 2015

Nammyohorengekyo, Gosyo bulan ini adalah lanjutan dari Gosyo bulan lalu, Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarikasutra. Pada Gosyo yang kita bahas bulan ini kita menelaah makna huruf “Myo”, berarti Gaib. Dalam Saddharmapundarikasutra disebutkan : “Sutra ini membuka pintu Ajaran Sementara dan mewujudkan aspek sejati dari kenyataan”. “Mahaguru Chang-an berkomentar akan hal ini, “Myo”, berarti mengungkapkan Gudang Rahasia yang terdapat di kedalaman”. Di sini huruf “Myo”, berarti membuka. Buddha Sakyamuni mencapai Kesadaran Buddha pada usia 30 tahun di India, yang Beliau sadari adalah, bahwa di alam ini berlaku satu Hukum yang gaib, Sumber dari Segala Sumber Hukum, itu adalah Nammyohorengekyo, tapi untuk menjelaskan makna Hukum ini tidak

mudah, karena merupakan pencapaian Kesadaran Buddha yang paling tinggi. Untuk menjelaskan hal ini diperlukan waktu 40 tahun lebih, selama 40 tahun lebih itu dijelaskan sutra-sutra seperti Sutra Agam (Agon), Vaipulya (Hoto), Prajna (Hannya) dan Amitayurdhayana (Kammuryoju), kemudian baru Saddharmapundarikasutra, setelah 42 tahun lebih. Buddha Sakyamuni dalam membabarkan Dharma dibagi 2 pereode, yaitu pereode selama 42 (tahun ke-1 sampai tahun ke-42), dan 8 tahun terakhir (tahun ke-43 sampai tahun ke-50), hal ini kita tahu dari kata-kata Buddha sendiri. Setelah 42 tahun, Buddha Sakyamuni membabarkan di dalam Amitarta Sutra mengatakan “bahwa selama 42 tahun lebih, Saya belum mengungkapkan yang sebenarnya”. Kemudian di dalam Saddharmapundarika-sutra Bab II menjelaskan “karena waktunya belum tiba”.

Jadi Buddha Sakyamuni mengatakan bahwa pada 42 tahun pertama adalah ajaran pra Saddharmapundarikasutra, dan 8 tahun terakhir baru ajaran Saddharmapundarika-sutra dan makna sesungguhnya ada di Saddharmapundarikasutra. Jadi, artinya Saddharmapundarikasutra itu menjelaskan makna sesungguhnya dari pencapaian Kesadaran Buddha, artinya Hukum tunggal itu tersimpan, tersirat di dasar kalimat Saddharmapundarikasutra Bab XVI, Panjang Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra, artinya Hukum Tunggal ini tersimpan secara rahasia. Maka Mahaguru Chang-an mengatakan seperti satu gudang rahasia yang terdapat di kedalaman. Mahaguru Miaolo mengatakan : “Mengungkapkan berarti Pebruarii 2015 | Samantabadra

9


ceramah gosyo membuka”. Seandainya ada sebuah gudang berisi harta pusaka tapi tidak ada kuncinya, maka gudang itu tidak dapat dibuka, maka harta pusaka di dalamnya tidak dapat dilihat. Sang Buddha membabarkan Sutra Avatamsaka, tetapi Beliau tidak memberikan penjelasan yang dapat dijadikan kunci untuk membuka sutra ini selama 40 tahun lebih. Beliau mengkhotbahkan bermacam-macam sutra, tapi Beliau tidak mengungkapkan maknanya. Pintu Sutra itu tetap terkunci, maka tidak seorang pun dapat mengerti sutra-sutra ini. Jadi belum dijelaskan makna pencapaian Kesadaran Buddha itu apa? kemudian Sang Buddha mengkhotbahkan Saddharmapundarikasutra dan dengan jalan ini membuka gudang dari sutra-sutra. Untuk pertama kali setelah berlalu lebih dari 40 tahun seluruh umat manusia 9 dunia dapat memandang pusaka yang terdapat dalam gudang sutra tersebut. Jadi selama ini tertutup dirahasiakan karena belum waktunya. Tapi setelah waktunya diterangkan berdasarkan Saddharmapundarika-sutra yang menyadarkan, bahwa di dalam jiwa semua umat manusia ada jiwa Buddhanya. Jadi di sini arti huruf “ Myo”, berarti membuka gudang sutra dengan Saddharmapundarika-sutra itu kuncinya. 10

Samantabadra | Pebruari 2015

Ajaran Buddha Sakyamuni, Saddharmapundarikasutra adalah yang paling utama, karena hanya Saddharmapundarika-sutra yang menjelaskan. Sutra-sutra yang 40 tahun lebih itu hanya sebagai jalan untuk menuju Saddharmapundarikasutra, jadi sebagai upaya, bukan yang sesungguhnya, yang sesungguhnya adalah Saddharmapundarika-sutra. Maka Saddharmapundarikasutra dikatakan sebagai kunci untuk membuka makna sesungguhnya untuk mencapai Kesadaran Buddha. Maka Bab II dan Bab XVI Saddharmapundarika-sutra merupakan 2 tiang utama. Pada Bab II menerangkan semua umat manusia mempunyai jiwa Buddha yang di masa lalu belum dijelaskan, artinya semua orang mempunyai kemungkinan untuk mencapai kesadaran Buddha, karena sebelum Saddharmapundarika-sutra diterangkan 10 dunia, semua dari Dunia Neraka sampai Dunia Buddha masing-masing tidak bisa rubah. Jadi manusia biasa tidak bisa menjadi Buddha. Tapi, ketika masuk Saddharmapundarika-sutra, Buddha sendiri mengatakan, Beliau sendiri berprasetya, bahwa Beliau ingin membuat semua umat manusia bisa mencapai Kesadaran Buddha sama seperti Beliau tidak ada perbedaan. Buddha dan manusia itu sama, sebab manusia biasa

bisa menjadi Buddha, yang sadar adalah Buddha, yang sesat adalah manusia biasa. Tujuan kelahiran Buddha di dunia ini adalah untuk membuka Kesadaran Buddha umat manusia, menunjukkan dan memasukkan semua umat manusia ke jalan Kebuddhaan. Maka lewat Saddharmapundarikasutra, Nammyohorengekyo, semua orang kalau percaya dengan menyebut Nammyohorengekyo, semua orang pasti dapat mencapai Kesadaran Buddha. Walaupun saat itu belum ada Gohonzon karena Niciren Daisyonin belum lahir dan saat itu juga diterangkan, bahwa Saddharmapundarikasutra dipersiapkan untuk masa 5x500 tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat, yaitu masa Akhir Dharma. Setelah masuk masa akhir Dharma, Niciren Daisyonin lahir kemudian berdasarkan Saddharmapundarika-sutra yang intisarinya diwujudkan dalam bentuk Gohonzon Nammyohorengekyo dari 3 Hukum Rahasia Agung, sehingga kita semua bisa menjalankan dengan lebih mudah. Makna “Myo” di sini adalah membuka rahasia, karena belum diungkapkan sehingga seperti dirahasiakan. Setelah diberitahukan, seperti sekarang, sudah bukan rahasia lagi, jadi Saddharmapundarikasutra itu adalah


Ketua Dharma

Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, yaitu Gohonzon. Makna “Myo” yang pertama adalah membuka. Sebagai persamaan, walaupun di bumi ini terdapat manusia dan binatang, tumbuhan dan pohon, tanpa cahaya matahari atau rembulan, walaupun memiliki mata, mereka tidak dapat melihat rupa dan warna. Hanya bila matahari atau bulan bersinar, seseorang dapat melihat untuk pertama kalinya bentuk mereka yang sesungguhnya. Saddharmapundarika-sutra diumpamakan sebagai sinar matahari atau bulan. Saddharmapundarikasutra 28 Bab, Bab I sampai dengan Bab XIV adalah Ajaran Bayangan, Bab XV sampai dengan XXVIII adalah Ajaran Pokok. Ajaran Bayangan seperti sinar bulan, Ajaran Pokok itu seperti sinar matahari. Sutra-sutra yang mendahului Saddharmapundarika-sutra bagai dibungkus kegelapan malam yang panjang. Artinya setelah Saddharmapundarikasutra dikhotbahkan, baru orang menyadari bahwa setiap manusia itu bisa mencapai Kesadaran Buddha. Saddharmapundarikasutra menerangkan 10 dunia mencakupi 10 dunia, sehingga setiap orang bisa mencapai Kesadaran Buddha, sebab di Dunia Neraka pun ada Jiwa Buddhanya, kalau percaya Gohonzon menyebut

Nammyohorengekyo pasti bisa mengatasi segala permasalahan. Huruf “Myo” diterjemahkan ke dalam Bahasa Sansekerta sebagai Sad, dalam bahasa Mandarin diucapkan sebagai “Miao”. Myo berarti “diberkahi sepenuhnya”, yang kemudian beralih menjadi arti “sempurna”, hanya sebagai gambaran, dalam setetes air laut dari berbagai sungai yang mengalir ke lautan, dan Permata Pengabul Segala Kehendak (cintamani), walaupun tidak lebih besar dari biji mostar, dapat memberikan segala harta pusaka yang diinginkan seseorang. Persamaan lain lagi, rumput dan pohon akan layu dan gundul di musim gugur dan dingin tapi bila matahari musim semi dan panas menyinarinya, maka akan tumbuh batang dan daun, kemudian berbunga dan berbuah. Sebelum Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan, manusia ke Sembilan dunia bagaikan rumput dan pohon di musim gugur dan dingin. Tetapi ketika huruf “Myo” dari Saddharmapundarikas-utra menyinari mereka seperti matahari di musim semi dan panas, maka bunga keinginan untuk mencapai kesadaran akan bersemi dan buah Dunia Buddha akan muncul. Makna “Myo” berarti bulat sempurna, artinya semua

orang tanpa kecuali dapat mencapai Kesadaran Buddha. Bodhisattva Nagarjuna dalam karangannya, Mahaprajna Paramitha Sastra mengatakan, “Saddharmapundarikasutra seperti tabib pandai yang dapat merubah racun menjadi obat”. Mahaguru Miao-Lo berkomentar perihal ini, “Karena ini dapat menyembuhkan segalanya yang dianggap tidak dapat disembuhkan, maka disebut “Myo” atau gaib. Secara umum, terdapat 4 jenis manusia yang amat sukar untuk mencapai Kesadaran Buddha; Pertama, mereka yang ditetapkan sebagai umat Sravaka dan Pratekyabuddha sebab pada Ajaran-ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra mereka dikecam tidak akan mencapai Kesadaran Buddha, mereka merasa sudah mencapai Kesadaran paling tinggi, padahal belum, sehingga sombong, ego, tidak mau membantu orang lain, hanya untuk kepentingan diri sendiri, maka dikatakan mereka tidak bisa mencapai Kesadaran Buddha. Kedua, mereka yang termasuk golongan Iccantika, mereka tidak percaya Hukum Sebab-Akibat. Ketiga, mereka yang berpegang teguh pada kekosongan, mereka tidak bisa percaya agama Buddha. Keempat, mereka yang memfitnah Hukum Sakti. Tapi melalui Pebruarii 2015 | Samantabadra

11


ceramah gosyo Saddharmapundarika-sutra, seluruh manusia ini dapat mencapai Kesadaran Buddha. ini sebabnya mengapa Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Myo”. Artinya dalam kondisi apapun semua umat manusia dapat mencapai Kesadaran Buddha tanpa kecuali, apabila mereka percaya Gohonzon dan menyebut Nammyohorengekyo. Devadatta adalah saudara sepupu Buddha Sakyamuni. Ia ingin menggantikan kedudukan Buddha Sakyamuni, maka timbul niat jahatnya, sampai membunuh Buddha Sakyamuni pun dia tidak takut melakukan kejatahan ini, kemudian dia mendekati Raja Ajatasatru, karena ayah Pangeran Ajatasatru ini adalah pendukung Buddha Sakyamuni dengan banyak memberi sumbangan kepada Buddha Sakyamuni. Devadatta berpikir kalau Raja yang memberi sumbangan Buddha Sakyamuni dibunuh, maka Buddha Sakyamuni tidak mendapat sumbangan lagi, maka Raja Ajatasatru dipengaruhi agar mau membunuh ayahnya, akhirnya Raja Ajatasatru membunuh ayahnya sehingga ia menggantikan ayahnya sebagai raja. Devadatta juga pernah berupaya membunuh Buddha Sakyamuni, dengan cara menjatuhkan batu besar dari atas bukit, sehingga 12

Samantabadra | Pebruari 2015

kaki Buddha Sakyamuni berdarah karena kena batu besar itu. Jadi Devadatta telah melakukan 3 dari 5 dosa besar, yaitu mengeluarkan darah dari badan Buddha, menarik murid-murid Buddha Sakyamuni dan memecah belah susunan dan membunuh seorang arahat Bhiksuni Utpalavrna. Karena perbuatannya itu, akhirnya bumi terbelah dan Devadatta jatuh hiduphidup ke dalamnya. Semua orang melihat kejadian itu dan mereka berkesimpulan Devadatta tidak akan keluar dari lubang itu. Tetapi ketika Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, mereka terkejut karena dalam Bab Devadatta Saddharmapundarikasutra, Buddha Sakyamuni mengungkapkan bahwa Devadatta adalah Guru-Nya pada kehidupan di masa lampau dan meramalkan bahwa Devadatta dapat mencapai Kesadaran Buddha di masa mendatang dan bergelar sebagai Tathagata Devaraga. Itulah sebabnya Saddahrmapundarika-sutra dikatakan sulit dipercaya dan sulit dimengerti. Wanita pun sebelum Saddharmapundarika-sutra dibabarkan dikatakan tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha, dikecam dengan berbagai macam katakata buruk. Dalam Sutra Avatamsaka, ajaran agung pertama yang dikhotbahkan

setelah Buddha Sakyamuni mencapai Kesadaran, dinyatakan, “Wanita adalah utusan neraka yang dapat menghancurkan Bibit Kebuddhaan”. Mereka tampaknya seperti Bodhisattva, tapi dalam hatinya mereka bagaikan Iblis Yaksa”. Dalam Sutra Nirvana, ajaran terakhir Buddha Sakyamuni yang dikhotbahkan di pohon Sal, dikatakan : “Seluruh sungai dan anak sungai pasti berlikuliku dan berkelok-kelok dan semua wanita pasti penjilat dan penjahat”. Juga dikatakan, “Seandainya seluruh nafsu dan khayalan seluruh pria dari tatanan surya dijadikan satu, itu tidak akan lebih besar dari rintangan karma seorang wanita”. Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra, Bab XII, Bab Devadatta, ketika Manjusri mengucapkan sepatah kata “Myo” seorang wanita dapat mencapai Kesadaran Buddha, sehingga Bodhisattva Prajnakuta dan Sariputra yang paling terkenal kebijaksanaannya protes, katanya : “Tidak mungkin Putri Naga bisa menjadi Buddha”, tetapi akhirnya Putri Naga benar dapat mencapai Kesadaran Buddha. Sehingga sanggahan mereka sia-sia belaka karena kenyataannya Putri Naga telah menjadi seorang Buddha. Artinya, sebelum Saddharmapundarika-sutra dibabarkan orang-orang dianggap tak dapat mencapai


Ketua Dharma

Kesadaran Buddha, hanya lewat Saddharmapundarikasutra dapat mencapai Kesadaran Buddha. maka Saddharmapundarikasutra dikatakan gaib, bulat sempurna artinya semua dapat mencapai Kesadaran Buddha lewat Saddharmapundarikasutra, yang penting percaya Gohonzon, menyebut Nammyohorengekyo. Makna “Myo” yang ketiga adalah Sosei, artinya hidup kembali. Jadi makna Myo yang ketiga adalah hidup kembali. Jadi, semua yang dikatakan bibit yang sudah hangus bisa bertunas kembali karena kekuatan dari huruf Myo. Mahaguru Tien-tai menyatakan : “Bagaimanapun Iccantika masih mempunyai hati, karena itu mereka masih mungkin mencapai Kesadaran Buddha. Tapi manusia Dwiyana telah membunuh Prajnanya, karena itu tak dapat membangkitkan hati yang berkehendak untuk mencapai Kesadaran. Tapi, Saddharmapundarika-sutra dapat mengobati mereka. Itulah sebabnya ia disebut Myo. Mahaguru Miao-Lo berkomentar akan hal ini : “Sutra-sutra lainnya disebut “Dai” atau “Maha”, tapi tidak “Myo” adalah karena mudah mengobati mereka yang memiliki pikiran. Karena Saddharmapundarika-sutra dapat mengobati semua yang dianggap tidak dapat diobati, maka disebut “Myo” atau

gaib. Inilah kegaiban dari Nammyohorengekyo dapat mengobati yang dianggap tidak dapat diobati. Maka tidak terjangkau oleh pikiran kita, maka kita diminta percaya saja sebab itu sudah pasti. Semua sutra memakai “Maha’ atau “Dai”, yang pakai Sad hanya satu yaitu Saddharmapundarika-sutra, maka Saddharmapundarikasutra adalah sutra yang paling unggul di antara semua sutrasutra yang telah dibabarkan waktu itu. Mereka hanya bisa menyembuhkan yang hidup, tapi tidak dapat menyembuhkan yang mati. Tapi Saddharmapundarikasutra dapat menyembuhkan yang mati sebaik yang hidup, maka dia memiliki huruf “Myo” pada judulnya. Di dalam Saddharmapundarika-sutra, mereka yang tampaknya tidak mungkin mencapai Kesadaran Buddha tetapi dapat mencapainya. Maka sejak Saddharmapundarikasutra dikhotbahkan, tidak diperbolehkan seorang pun mempercayai lagi sutra-sutra lainnya. Karena Nammyohorengekyo ini bisa menyembuhkan segala macam penyakit apapun juga, bisa mengatasi segala macam masalah, yang penting percaya dan jalankan sesuai kata-kata Buddha, tidak ada ajaran lain. Kini 2.000 tahun Masa Purwaka Dharma dan Madya

Dharma telah berlalu. Kita telah memasuki Masa Akhir Dharma. Masa ini adalah satu juta milyar kali lebih sukar bagi manusia biasa untuk mencapai Kesadaran Buddha dibandingkan manusia Dwiyana dan Iccantika di masa hidupnya Sang Buddha, karena mereka dulu banyak membuat kebaikan di masa 500 asamkheya kalpa koti, 3.000 tahun asamkheya kapla koti, masih ada bimbingan dari Buddha Sakyamuni murid-murid-Nya itu. Jadi mereka sudah banyak menanamkan kebaikankebaikan, tapi manusia Akhir Dharma sama sekali tak ada akar kebaikannya, maka lebih sukar mencapai kesadaran Buddhnya dibandingkan dengan muridmurid Buddha Sakyamuni. Tapi, manusia masa akhir Dharma ini karena berjodoh dengan Nammyohorengekyo, bagaimanapun keadaannya, semua pasti bisa mencapai Kesadaran Buddha kalau ada kesungguhan hati percaya dan laksanakan, walaupun tak ada akr kebaikan, maka harus lebih sungguh-sungguh, tapi pasti bisa. Gosyo ini ditujukan kepada seorang Ibu. Niciren Daisyonin mengatakan, wanita-wanita di Jepang saat itu umumnya percaya ajaran-ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra yang tidak memungkinkan mereka mencapai Kesadaran Buddha, maka mereka Pebruarii 2015 | Samantabadra

13


ceramah gosyo hanya bagaikan orang yang menghitung kekayaan orang lain. Jadi sia-sia, mereka tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha melalui ajaran-ajaran itu, kecuali Saddharmapundarika-sutra. Walaupun sutra-sutra lain itu dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, Mahaguru Tien-tai yang mendengar ajaran Sang Buddha di Gridhakuta, bahwa sutrasutra lainnya hanya untuk kaum pria, tidak untuk kaum wanita. Dan hanya Saddharmapundarika-sutra yang meramalkan pencapaian Kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Memang Buddha Sakyamui mengatakan wanita bisa mencapai Kesadaran Buddha melalui Saddharmapundarika-sutra. Di sini Niciren Daisyonin memberikan gambaran, bahwa semua kaum wanita menyerahkan seluruh hidupnya di ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra, yaitu Nembutsu. Dikatakan, mereka menyebutnya 60.000100.00 kali sehari. Padahal ini tak bisa membawa mereka menacapai Kesadaran Buddha, maka Niciren Daisyonin mengatakan, mereka seharusnya merubah sikapnya dengan menyebut Nammyohorengekyo 60 ribu, 100 ribu atau bahkan 10 juta kali sehari, sehingga mereka baru dapat mencapai Kesadaran Buddha. Permata pengabul segala kehendak (cintamani), 14

Samantabadra | Pebruari 2015

walaupun tidak lebih besar dari biji mostar, dapat memberikan segala harta pusaka yang diinginkan seseorang. Sehubungan perumpamaan “permatapengabul-segala-kehendak (cintamani)”, Nicikan Syonin berkata, “Setelah memegang Pusaka Hukum Gaib, maka harus waspada terhadap halhal dari luar maupun dalam. Berarti harus memperhatikan dan mencegah 2 macam malapetaka. Malapetaka pertama adalah terbakar musnah, berarti terbakar habis oleh api pemfitnahan Dharma dari ketidakpercayaan; kedua adalah malapetaka pencuri, yaitu gangguan Raja Iblis Jahat dari dalam jiwa penganut yang telah menerima Gohonzon keluar hati tidak percaya dan dari luar mendapat gangguan musuh. Maka camkanlah hal ini dalam hati. Yang terpenting ialah menjaga dan mempertahankan kepercayaan terhadap Gohonzon seumur hidup. Seandainya telah terbakar habis oleh api pemfitnahan Dharma dari ketidakpercayaan atau terhasut iblis jahat pemfitnahan Dharma hingga melepaskan kepercayaan terhadap Gohonzon sama seperti emas yang menyatakan :”Selama ratusan kalpa bersusah payah menumpuk rejeki, dalam kesulitan bila melepaskan

Gohonzon, rejeki akan habis.” Dan “serat jerami kaya (sejenis alang-alang) yang bertahan seribu tahun dalam sekejap mata menjadi abu”. Rejeki yang telah ditumpuk sampai saat sekarang ini dalam sekejap kembali menjadi buih-buih air, harap sadari hal-hal demikian. Artinya bagi kita yang sudah percaya Gohonzon, kita musti mewaspadai 2 hal. Pertama, keluarkan keraguraguan dari dalam hati kita karena kesesatan pokok jiwa kita, maka dalam siasat Saddharmapundarika-sutra, waspada itu mewaspadai hal ini. Kedua, karena pengaruh buruk dari luar, disini dikatakan gangguan iblis jahat seperti omonganomongan orang yang macammacam yang tak benar yang membuat kita goyah dan akhirnya kita mundur dari hati kepercayaan dan kit akan jatuh ke dalam dunia buruk karena rejeki yang telah ditumpuk sampai saat sekarang ini dalam sekejap habis. Maka, kita harus sungguh-sungguh dan banyak Daimoku untuk dapat menyadari kesesatan jiwa kita sendiri sehingga tak terpengaruh. Itu adalah kewaspadaan kita terhadap pengaruh-pengaruh buruk dari luar. eee


Dharma Duta

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman “Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra (2/2)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 31 Desember 2014-1 Januari 2015

Nammyohorengekyo, Betapa bahagianya kita bisa berkumpul di sini. Semalam Ibu-ibu sangat bahagia, yang goyang terus, dari yang muda sampai yang tua, lalu beli lampion, katanya untuk cucu, anak sudah beli satu, lalu beli lagi sehingga tukang lampion laris sekali. Jadi, bukan anak-anak saja yang menikmati, tapi kita yang sudah dewasa pun rasanya senang. Maka rasanya tidak rugi ikut Kensyu Tahun Baru, yang penting sehat semuanya. Di awal tahun baru kita bisa ikut Kensyu dengan benar karena kita Gongyo Daimoku berdasarkan Saddharmapundarika-sutra untuk memulai hari yang baru di Tahun Baru ini, itu berarti kita telah jalani kancing yang benar. Usia boleh bertambah, tapi kita harus mempunyai semangat yang tetap muda, jangan kalah dengan yang muda-

muda. Saat kita merayakan hari Ibu, kita mendapat kata Sambutan dari Tamu kita yang mengatakan, “ Saya maklumi Ibu-ibu karena Ibu-ibu rombongan beser, kencing-kencing semua ber-rerot-rerot, terus bawel, pikun, karena sudah pikun, beser, bawel, tapi yang di sini, tidak seperti itu. Di awal tahun ini kita mendapat Gosyo Daimoku dari Saddharmapundarikasutra, lanjutan dari bulan lalu untuk kembali ke dasar hati kepercayaan kita. Wanita sebelum Saddharmapundarika-sutra adalah utusan Neraka, penjilat, penjahat, iri hati, cemburu, memang benar, untung kita kenal Nammyohorengekyo sehingga tahu-tahunya kita bisa menyadari bahwa kita tidak boleh seperti itu. Di sini arti Myo adalah : 1. Membuka, 2. Bulat Sempurna, 3. Hidup kembali. Gosyo ini mengajarkan kepada kita

semuanya bahwa bukan hanya untuk perempuan, tapi untuk laki-laki juga sama. Apalagi kita mendapat kata Sambutan dari Menteri Agama bagaimana mengutamakan keharmonisan keluarga, itu sangat penting sekali. Niciren Daisyonin menulis Gosyo walaupun menjelaskan kejelekan perempuan, tapi dasarnya adalah karena peranan perempuan itu bukan main. Seorang perempuan bisa mendidik anak, bisa melahirkan seorang presiden, seorang Bapak Ketua Umum, tapi juga bisa melahirkan seorang penjahat. Maka peranan perempuan untuk membangun keluarga harmonnis itu sangat penting. Jaman boleh maju, jaman boleh berubah, tapi bagaimanapun kita harus ingat jangan sampai kita Pebruarii 2015 | Samantabadra

15


ceramah gosyo lupa pada jaman sekarang banyak perempuan karena kemajuan teknologi, bukan hanya yang masih gadis, yang Ibu-ibu pun sering kali terhanyutkan oleh kemajuan-kemajuan jaman ini, terutama sebagai seorang Ibu kita harus perhatikan anak gadis kita, terutama gadis-gadis yang merasa saya sudah cukup umur, sudah waktunya untuk berkeluarga dan pacaran melalui facebook itu lebih seru daripada pacaran yang biasa, ada yang sampai setahun mungkin. Ini di Bangka sudah kejadian, setelah setahun pacaran melalui facebook, begitu ketemu, betul jadi, walaupun belum ada peresmian atau doa restu dari orangtua, tapi mereka berdua sudah meresmikan sendiri. Ini harus kita hati-hati, karena baik pria maupun wanita pasti ingin memilih yang terbaik untuk teman hidupnya, kalau kita belum mengerti latar belakangnya seperti orang beli kucing di dalam karung. Ya kenal di facebook, dia bilang alamatnya di sini, setelah bertemu seminggu lalu ditinggal pergi, bulan depan dia hamil, lalu alamat di facebook dicari-cari tidak ketemu, maka kita harus hati-hati. Begitu juga ibu-ibu, kita 16

Samantabadra | Pebruari 2015

pun harus hati-hati boleh bergaul agar kita tidak dikatakan kuno, tapi kita harus sesuaikan dengan keadaan umur dan keluarga kita. Jangan sampai kita tergiur oleh materi apalagi di Jakarta, boleh dikatakan mall-mall nya banyak sekali. Ngomong sama suami, tahu diri lo, tapi hawa nafsu, rangsangan dari dalam terus memanggil, apalagi kita bergaul, yang mengantar sekolah, yang ke rumah sakit, rapat pimpinan di sekolah untuk pamer merk dari atas sampai ke bawah, karena sering bertemu, sehingga lupa suami yang baik, anakanak kita yang menunggu di rumah, ketemu mantan pacar, sekarang jamannya seperti ini. Maka di awal tahun ini diharapkan semua, terutama bagian Ibu, bagian perempuan bisa bangkit kembali terutama dalam hal Syinjin, dalam hati kepercayaan. Kita semua tahu bahwa Gohonzon paling unggul yang bisa membuka Kesadaran Buddha kita hingga kita bisa hidup dengan rasa gembira dan kepuasan. Sekarang kita lagi krisis Syinjin karena kita kurang disiplin dengan Syinjin. Maka bagaimana pada tahun baru ini kita jalankan disiplin Syinjin kita yaitu kita jalankan Gongyo

Daimoku dengan teratur dan tambah Daimokunya lebih banyak pada masamasa sekarang ini hingga kita bisa munculkan jiwa Buddha kita, sehingga kita tak gampang terpengaruh oleh hal-hal yang bisa merugikan kita dan kita pun harus tekad pada wal tahun ini [ada tahun 2015, Saya mau Kensyu, mau belajar Gosyo karena semua sudah tahu kekuatan Gohonzon tapi karena kita merasa Saya sudah cukup, maka kita lupa menjalankan disiplin Syinjin kita. Bapak-bapak dan Ibuibu, di awal Syinjin kita, kita menjalankannya dengan kesungguhan hati dan mendapat jawaban dari Gohonzon. Kita dapat lebih daripada yang kita inginkan, alangkah sayangnya kalau kita mundur semangat Syinjin kita. Dan, kita pasti masih ingat waktu bisa rubah kehidupan kita yang mulai enak sedikit, pada saat itu pasti semuanya berjanji : “Saya ingin membalas budi kepada Gohonzon�. Sekarang, apakah kita menjalankan semanagt balas budi yang sesungguhnya, yaitu mau menyebarluaskan Dharma Nammyohorengekyo untuk membahagiakan umat untuk pencapaian Kesadaran Buddha. eee


liputan

Ketua Umum NSI Mengemban Misi Perdamaian Ke Myanmar

Ketua Umum NSI seusai berdialog dengan pemuka agama di Myanmar.

P

ada tanggal 18-22 Desember 2014, duta besar RI untuk Myanmar, Bapak Ito Sumardi mengundang utusan MUI dan Walubi ke Myanmar. Hal ini didahului dengan inisiatif MUI-Walubi mengajukan permohonan kedatangan yang bertujuan untuk turut membawa suasana damai demi terselesaikannya masalah Rohingya. Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja mewakili Walubi bersama Prof. Philip, sedangkan dari MUI diwakili oleh KH. Slamet Effendy Yusuf dan H. Hasyim Nasution.

Dubes RI untuk Myanmar menjelaskan bahwa permasalahan Rohingya bukanlah masalah agama Buddha dan agama Islam, tetapi ini adalah masalah yang secara historis melibatkan banyak masalah sosial, di antaranya masalah sikap kebangsaan dari suku Rohingya yang dinilai kurang cinta tanah air, sehingga sampai saat ini mereka belum diakui sebagai sebuah suku dan tidak punya status kewarganegaraan. Dubes berharap tokoh agama dari Myanmar juga bisa datang ke Indonesia dan

MUI serta Walubi dapat memfasilitasi pertemuan tersebut di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum NSI menjelaskan tentang NSI yang merupakan komunitas Buddha yang mengembangkan seni budaya bangsa Indonesia. Mendengar hal tersebut, Dubes RI untuk Myanmar sangat antusias dan mengundang kesenian NSI untuk tampil pada peringatan 17 Agustus 2015 di Myanmar. Selama di Myanmar, rombongan MUI dan Walubi melakukan kunjungan ke beberapa tempat. Hari pertama mereka bertemu Pebruarii 2015 | Samantabadra

17


liputan dengan komunitas Buddha Myanmar (seperti Walubi di Indonesia), bertemu dengan komunitas Muslim Myanmar (seperti MUI di Indonesia), lembaga HAM Myanmar, serta Peace Center (Lembaga PBB di Myanmar). Dubes RI untuk Myanmar juga mengundang rombongan untuk mengikuti resepsi peringatan 65 tahun persahabatan MyanmarIndonesia. Ada pertunjukan Arumba dan kesenian Jawa Barat dari grup Kang Udjo. Rombongan juga diundang untuk menghadiri acara peringatan 150 tahun masuknya agama islam di Myanmar, oleh komunitas Muslim Myanmar serta mengunjungi kediaman duta besar RI untuk Myanmar. (Sam)

K

Foto bersama (kiri-kanan) H. Hasyim Nasution, KH. Slamet Effendy Yusuf, Dubes Ito Sumadi, M. Pandita Suhadi Sendjaja, Prof. Philip, seusai jamuan makan malam di kediaman duta besar.

Foto bersama dengan tokoh Komnas HAM Myanmar.

ondisi yang berkembang saat ini, dari segi fanatisme yang sempit masih terdapat resistensi dari suku Rohingya untuk menyatu dengan kelompok mayoritas di Myanmar. Orang-orang Rohingya masih nomaden, berpindah-pindah ke negara lain seperti Banglades. Mereka bukan suku asli dari Myanmar, masih punya leluhur di Banglades. Dari pemerintah Myanmar sendiri berharap rekonsiliasi ini bisa dilakukan dengan pendekatan yang damai. Rakhaem (wilayah terjadinya konflik Rohingya) adalah salah satu Dubes RI untuk Myanmar, Bapak Ito Sumadi provinsi yang dipimpin seorang gubernur. Pemerintahan daerah di sana tidak ingin dicampuri oleh pemerintah pusat, mereka ingin menyelesaikan permasalahannya sendiri. Dalam kaitannya dengan kunjungan representasi MUI dan Walubi, saya berharap kita bisa memberikan contoh, adanya kerukunan antar umat beragama yang kiranya dapat memberikan pandangan bagi mereka untuk bersatu atau rekonsiliasi melalui suatu legalitas berdasarkan undang-undang (Myanmar), sehingga akan terjadi perubahan sudut pandang terhadap segmentasi etnisitas, menjadi pemahaman bahwa warga negara adalah sebuah nation (bangsa). Ke depannya, saya berharap dengan mengundang tokoh agama dan otoritas Myanmar ke Indonesia dan berdialog dengan tokoh agama di Indonesia, melihat langsung kehidupan antar umat beragama di Indonesia, akan terjadi perubahan mindset yang bersangkutan yang pasti akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah Myanmar dalam menyelesaikan konflik di Rakhaeng. eee 18

Samantabadra | Pebruari 2015


Grup Tari Ibu NSI Membuka Acara Peringatan Hari Ibu Nasional

Penampilan ibu-ibu umat NSI DKI Jakarta di depan forum Hari Ibu Nasional 2014 yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.

P

ada acara peringatan Hari Ibu Nasional Ke-86 yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, NSI diundang untuk menghadirkan tarian pembuka yang dibawakan oleh ibu-ibu NSI DKI Jakarta. Acara berlangsung pada hari Senin, 22 Desember 2014 di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta. Tema acara peringatan Hari Ibu kali itu adalah “Kesetaraan perempuan dan lakilaki dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan menuju Indonesia berdaulat, mandiri, dan berkepribadian�. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ibu Yohana Yambise dalam sambutannya mengatakan, peringatan Hari Ibu, selain dimaksudkan untuk mengenang dan menghargai perjuangan kaum perempuan Indonesia dalam merebut kemerdekaan, juga dimaksudkan untuk mempertebal tekad dan keyakinan bangsa Indonesia untuk mewujudkan perdamaian yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan. (Sam) Referensi : http://nasional.kompas.com/read/2014/12/22/10011691/Presiden.Jokowi.Hadiri.Peringatan.Hari.Ibu.di.GOR.Ciracas

Pebruarii 2015 | Samantabadra

19


liputan

Peringatan Hari Ibu 2014 di Vihara Sadaparibhuta NSI

Ibu Tristina HS memberikan sambutan tentang makna peringatan hari Ibu.

P

eringatan Hari Ibu 2014 yang diselenggarakan oleh NSI berpusat di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta, bersamaan dengan pertemuan ibu umum pada hari Selasa, 23 Desember 2014. Peringatan hari Ibu kali ini mengangkat tema, “Ibu yang berkeyakinan pada dharma agung Nammyohorengekyo adalah ibu yang dapat memunculkan kebenaran Buddha, ibu yang dapat mewujudkan kebahagiaan Buddha, dan ibu yang dapat melaksanakan kebaikan Buddha dalam perilakunya.� Tema ini diangkat agar perempuan NSI dapat lebih menghayati ajaran Buddha 20

Samantabadra | Pebruari 2015

dalam sikap hidupnya sehari-hari. Hal ini sangat penting mengingat peran perempuan khususnya dalam keluarga sebagai ibu yang merupakan tokoh sentral dalam membangun ketahanan keluarga. Para perempuan NSI diharapkan tidak menganggap remeh perannya dalam membina keluarga, dan semaksimal mungkin berupaya mengamalkan ajaran Buddha di dalam lingkungan keluarga dan bermasyarakat. Adapun beberapa acara disajikan dalam peringatan hari Ibu kali ini, yakni persembahan kesenian Paduan Suara Bapak-Ibu

DKI, persembahan Tarian dari Ibu dan GM TangerangBanten, Ibu DKI dan Oma Lansia NSI, dan persembahan kesenian Angklung dari Ibu-ibu NSI. Beberapa tamu dari perkumpulan wanita WALUBI, KASIH juga dari Ibu-ibu PKK turut serta memberikan materi yang tentunya menambah makna dari kegiatan peringatan hari Ibu kali ini. Peringatan hari ibu hendaknya dapat dimaknai sebagai momen untuk meningkatkan kualitas diri perempuan NSI sebagai murid Buddha Niciren yang senantiasa ingin membawa kebahagiaan bagi lingkungan di sekitarnya


(kosenrufu) melalui gerakan penyebarluasan dharma Buddha (syakubuku). Semoga wanita NSI dapat semakin maju dalam menjalankan hati kepercayaan kepada Gohonzon secara tulus sehingga kelak dapat membangun keluarga Buddhis yang selalu mampu memberi manfaat dalam masyarakat dan bangsa. (Wantie, Sam)

Sejarah Ditetapkannya Peringatan Hari Ibu di Indonesia

P

eringatan Hari Ibu Internasional diperingati setiap tanggal 13 Mei, Lalu kenapa di Indonesia peringatan Hari Ibu ditetapkan tanggal 22 Desember? dan siapa yang menetapkan? Tepatnya pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta, para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I (yang pertama). Kalau melihat kembali sejarah, sebenarnya sejak tahun 1912 sudah ada organisasi perempuan. Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan. Pada Konggres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya. Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini. Pada awalnya peringatan Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Misi itulah yang tercermin menjadi semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Kalau kita melihat sejarah betapa heroiknya kaum perempuan (kaum Ibu) pada saat itu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, apakah sepadan dengan peringatan Hari Ibu saat ini yang hanya ditunjukkan dengan peran perempuan dalam ranah domestik. Misalnya dalam sebuah keluarga pada tanggal tersebut seorang ayah dan anak-anaknya berganti melakukan tindakan domestik seperti masak, mencuci, belanja, bersih-bersih, dan kemudian memberikan hadiah-hadiah untuk sang ibu. Peringatan Hari Ibu di Indonesia saat ini lebih kepada ungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Sumber : http://www.kemenkopmk.go.id/artikel/presiden-jokowi-hadiri-peringatan-hari-ibu-siang-inisenin-22122014-di-gorciracas-jakarta#sthash.h8oWU4c6.dpuf

Pebruarii 2015 | Samantabadra

21


liputan

Kensyu Generasi Muda NSI Desember 2014

Menjadi GM NSI yang Mampu Mengapresiasi dan Mengembangkan Budaya Bangsa

K

ensyu Generasi Muda (KGM) yang diadakan pada tanggal 26 – 28 Desember 2014 dan bertempat di Mahavihara Saddharma NSI. Kensyu dimulai pada pukul 12.00 WIB dengan acara makan siang, kemudian dilanjutkan pembagian kelompok dan sesi perkenalan. Para peserta dibagi ke dalam 12 kelompok. Pembagian kelompok ini bertujuan agar sesama generasi muda NSI bisa saling mengenal satu sama lain dan membangun suasana yang lebih akrab lagi. Sehubungan dengan tema KGM kali ini, yaitu “Menjadi 22

Samantabadra | Pebruari 2015

Generasi Muda NSI yang Mampu Mengapresiasi dan Mengembangkan Budaya Bangsa Menuju Indonesia Jaya”, nama kelompok diangkat dari nama-nama kebudayaan yang berkembang di Indonesia, antara lain Gareng Lameng (tarian asal Nusa Tenggara Timur), Kesokeso (alat musik gesek dari Sulawesi Selatan), Aesan Gede (pakaian adat Sumatera Selatan), dan Juhu Singkah (makanan khas Kalimantan Tengah). Setelah para peserta berkenalan, acara dilanjutkan dengan sesi gosyo pertama yang membahas

tentang Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra. Ketua umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, menjelaskan tiga makna Myo dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Makna Myo yang pertama adalah “Kai” yang berarti membuka. Yang dimaksud dengan membuka adalah membuka gudang pusaka atau kesadaran Buddha yang terpendam di dalam diri kita. Makna Myo yang kedua adalah “Enman Gusoku” yang artinya bulat sempurna. Arti bulat sempurna ini adalah bagaimana kita dapat mengaplikasikan ajaran Buddha ke dalam


sikap hidup kita. Makna Myo yang ketiga adalah “Sosei� yang artinya hidup kembali. Di sini dijelaskan bahwa dengan menyebut Nammyohorengekyo, kita seperti terlahir kembali. Akan muncul semangat dan kekuatan dari dalam diri kita untuk dapat menghadapi berbagai kesulitan yang ada. Setelah pembahasan gosyo selesai, acara dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). Para peserta

acara disambung dengan sesi gosyo kedua. Pada sesi ini, dibahas lebih mendalam lagi tentang makna Myo yang sesungguhnya. Suasana pertemuan berlangsung dengan cukup baik, dimana hampir semua peserta terlihat serius dalam mendengarkan kata-kata Buddha yang disampaikan oleh Bapak Suhadi Sendajaja. Acara KGM hari pertama ditutup dengan daimoku bersama.

Ketua Umum NSI memberikan plakat penghargaan kepada nara sumber KGM kali ini, Bapak Radhar Panca Dahana.

dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu SMP, SMA, Mahasiswa/i, dan Pemuda/i. Setiap kelompok diberikan 5 pertanyaan untuk didiskusikan bersama. FGD ini bertujuan untuk mengevaluasi seberapa dalam pemahaman gosyo yang sudah berhasil diserap oleh masing-masing peserta. Acara dilanjutkan dengan gongyo sore, MCK, dan makan malam bersama. Kemudian,

Pada hari kedua, acara dimulai dengan sarapan dan gongyo pagi bersama. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi pengenalan sosok Radhar Panca Dahana, yang merupakan narasumber di KGM kali ini. Pak Radhar dikenal sebagai salah seorang sastrawan dan sosiolog hebat di Indonesia. Beliau mampu menginspirasi banyak orang melalui karya-karya tulis yang dihasilkannya. Sekitar pukul 10.30 WIB, semua

peserta mulai bersiap-siap untuk mengikuti permainan outdoor, antara lain water estafet (memindahkan air dengan corong), flour estafet (memindahkan tepung dengan piring), pen & bottle (memasukkan pen ke dalam botol), ball estafet (memindahkan balon dengan cara ditiup), find & wear it (mencari benda sesuai tema & memakainya), dan balap sarung (lompat dengan menggunakan kain sarung secara bergantian). Saat games berlangsung, terlihat keceriaan dan keseruan dari masing-masing kelompok. Para peserta begitu antusias dan bersemangat, saling berlomba untuk dapat menyelesaikan semua tantangan dengan baik. Acara selanjutnya adalah makan siang, persiapan malam kreativitas, dan gongyo sore bersama. Kemudian pada pukul 16.00 WIB, pemaparan yang dibawakan oleh bapak Radhar Panca Dahana dimulai. Pada kesempatan kali ini, pak Radhar mengungkapkan pemikirannya tentang apa yang dimaksud dengan budaya. Beliau mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada satupun bentuk budaya yang bersifat asli atau orisinil. Sebuah budaya terbentuk dari hasil percampuran beberapa budaya lain. Beliau juga mengatakan bahwa semakin tinggi kualitas spiritual (keagamaan) seseorang, maka akan semakin tinggi pula kualitas budaya yang bisa dihasilkannya. Pebruarii 2015 | Samantabadra

23


liputan

Foto bersama peserta KGM, Ketua Umum NSI dan Bapak Radhar Panca Dahana.

Proses diskusi berlangsung dengan cukup baik, para peserta terlihat aktif dan ingin tahu lebih banyak lagi tentang topik yang disampaikan oleh pak Radhar. Pada pukul 20.00 WIB, acara dilanjutkan dengan malam kreativitas. Konsep malam kreativitas kali ini adalah menampilkan parodi TV show. Adanya malam kreativitas ini bertujuan agar generasi muda NSI bisa lebih kompak, kreatif, semangat, dan percaya diri, serta punya keinginan untuk dapat menghibur dan membahagiakan orang lain.

Pada hari ketiga, acara dimulai dengan sarapan dan gongyo pagi bersama. Kemudian, dilanjutkan dengan kuis “Berpacu Dalam Melodi�. Para peserta diajak untuk mengingat kembali lagu daerah dan lagu anak, agar lagu-lagu tersebut bisa tetap lestari dari masa ke masa. Setelah itu, tibalah kita di penghujung acara, yaitu sesi kesan pesan. Beberapa generasi muda dengan latar belakang usia, pendidikan, dan daerah yang berbeda, maju ke depan untuk menyampaikan

Peserta KGM pada sesi permainan yang membangun kebersamaan dan keakraban.

24

Samantabadra | Pebruari 2015

kesan pesannya selama mengikuti kegiatan KGM. Mereka mengaku senang bisa mengisi waktu liburnya dengan ikut KGM, karena di KGM ini mereka mendapatkan banyak pemahaman tentang ajaran Buddha, wawasan, pengalaman, serta temanteman baru. Mereka juga sudah mulai menanam icinen dari sekarang, agar bisa terus ikut serta di acara KGM dan TGM selanjutnya. (Megah)


Rakernas NSI dan Kensyu Akhir Tahun 2014

Meningkatkan Kualitas Jiwa dan Kesadaran untuk Penyebarluasan Dharma

D

i penghujung tahun 2014, NSI menyelenggarakan Pesamuan / Rapat Kerja Pimpinan Nasional pada tanggal 30-31 Desember 2014, bertempat di Mahavihara Saddharma (Myoho-Ji), Tamansari, Bogor. Hadir segenap jajaran pengurus NSI dari 12 propinsi yang ada di Indonesia (Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Barat), mulai dari pimpinan pusat, wilayah dan daerah, termasuk

para koordinator anak-anak, kesenian, generasi muda, lansia, sampai dengan PK2. Acara ini secara resmi dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Dirjen Bimas Buddha Kementrian Agama Republik Indonesia, Bapak Dasikin. Menteri Agama Republik Indonesia secara resmi membuka Rapat kerja pimpinan NSI ini melalui sambutannya yang dibacakan oleh Dirjen Bimas Buddha Kementrian Agama RI. Rapat kerja ini mengambil tema, “Meningkatkan peran serta

pimpinan dan umat NSI dalam mewujudkan Indonesia yang rukun dan damai dalam persatuan dan kesatuan menuju Indonesia Jaya�. Sesuai dengan tema yang diangkat, tujuan diadakan rapat kerja semacam ini adalah ingin meningkatkan kualitas kejiwaan para pimpinan NSI dalam menjalankan tugasnya sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi berdasarkan ajaran Buddha Niciren Daisyonin dalam rangka mewujudkan Indonesia yang rukun dan damai dalam persatuan dan kesatuan bangsa menuju Pebruarii 2015 | Samantabadra

25


liputan Indonesia Jaya, disamping juga memberikan bekal pengetahuan kepemimpinan. Terlebih setelah 50 tahun NSI, tekad kita hanya satu, yaitu ingin berjalan di atas Jalan Dharma Yang Sesunguhnya. Sebelum mengulas halhal keorganisasian, para pengurus NSI terlebih dahulu dibekali dengan pembabaran ajaran dari gosyo mengenai Siasat Saddharmapundarikasutra, sebagai bekal untuk semakin terwujudnyatanya peningkatan daya kerja pengurus dalam upaya penyebarluasan Dharma. Gosyo tersebut dipilih agar para pengurus NSI memiliki daya dan upaya yang bijak dalam menjalankan tugas sebagai pimpinan. “Gosyo tersebut merupakan bekal ilmu yang diberikan oleh Niciren Daisyonin kepada kita, ilmu yang diberikan kepada kita tidak dibedakan, semua diberi ilmu yang sama, kuncinya adalah bisa atau tidak menjalankan Ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh. Apabila kita menjalankan dengan sungguh-sungguh dan tulus maka kebahagiaan pasti akan kita dapatkan,� demikian dikatakan oleh Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja. Demi menjaga kualitas moral anak bangsa, pembinaan yang paling efektif adalah dari segi spiritual. Peningkatan kecerdasan spiritual menjadi hal yang paling mempengaruhi kualitas 26

Samantabadra | Pebruari 2015

moral seseorang. Oleh karena itu pelatihan terhadap para pimpinan dalam melakukan pembinaan kepada umat, khususnya umat Buddha NSI menjadi sangat penting. Dalam raker tersebut didiskusikan masukan mengenai kondisi dan keadaan umat di masingmasing daerah. Para pengurus juga berkesempatan menyampaikan masukkan kepada dewan pimpinan pusat NSI demi kemajuan susunan NSI ke depan. Ketua Umum NSI juga memberikan pemaparan mengenai status NSI sebagai badan hukum serta peran dan posisi NSI di pemerintahan Indonesia saat ini. Hal ini penting untuk diketahui oleh pengurus agar bisa lebih menjiwai eksistensi susunan NSI ini dan bisa menimbulkan keinginan untuk sungguh-sungguh menjaga susunan NSI ini agar tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh buruk dan agar susunan ini bisa langgeng demi kosenrufu. NSI berkembang begitu maju hingga sekarang bisa sangat dikenal baik oleh pemerintah, khususnya di lingkungan forum kerukunan dan keagamaan. Rapat kerja seperti ini rutin diadakan NSI setiap tahunnya sebagai salah satu bentuk usaha untuk penyebarluasan dharma menuju Indonesia Jaya.

akhir tahun yang dimulai pada tanggal 31 Desember 2014, pukul 12 siang, Diawali dengan makan siang bersama. Dilanjutkan dengan pembabaran Gosyo mengenai tiga makna dari huruf “Myo�. Pada sore harinya, diadakan acara pentas seni yang diramaikan oleh beberapa pengisi acara seperti Korsik Mandarava Chambers Orchestra (MCO), tarian dari ibu-ibu dan generasi muda Banten, tarian dari ibu-ibu DKI Jakarta dan Angklung gabungan wilayah DKI Jakarta, Bandung dan Banten. Setelah usai pentas seni, tepat pukul 18.30, seluruh peserta kensyu akhir tahun makan malam bersama dalam acara Gala Dinner. Para generasi muda NSI mendapatkan kesempatan untuk berbuat kebaikan dengan melayani bapak-bapak dan ibu-ibu peserta kensyu akhir tahun pada malam Gala Dinner ini. Semua generasi muda berpakaian putih lengkap dengan topi koki dengan sigap dan gembira melayani seluruh peserta kensyu pada Gala Dinner ini. Gala Dinner juga diiringi dengan alunan lagu dari pertunjukan orgen tunggal persembahan umat dari wilayah Banten. Setelah Gala Dinner selesai, peserta kensyu menikmati malam dengan bercengkrama bersama teman-teman sedharma, Kensyu Akhir Tahun 2014 ada yang ikut berjoget, Seusai kensyu pimpinan, bersenda gurau, ada pula yang dilanjutkan dengan kensyu sibuk menulis icinen untuk


digantungkan di pohon icinen, sambil menunggu waktu daimoku untuk menyambut detik-detik pergantian tahun. Suasana pada malam itu sangat cerah, walaupun sebelumnya sempat diguyur hujan di siang hari, namun pada malam hari bulan dapat juga menampakan dirinya. Pada kesempatan malam tahun baru ini pun sangat spesial, karena tim kesenian NSI diminta oleh bapak camat kecamatan Taman Sari untuk mengisi acara malam tahun baru di Kecamatan Taman Sari. Benarbenar suatu kehormatan bagi semua umat NSI. Ini semakin membuktikan keagungan Nammyohorengekyo yang getarannya terus menerus bergema ke seluruh alam semesta. Detik-detik pergantian tahun pun dilewati dengan daimoku. Tepat pada pukul 12 malam, selesai daimoku, umat saling bersalaman satu sama lain seraya mengucapkan selamat tahun baru. Tidak seperti di tempattempat lainnya, malam tahun baru diiringi dengan petasan dan kembang api, seusai melakukan daimoku bersama, para umat melepaskan lampion. Suasana malam itu sangat penuh kehangatan dan kekeluargaan, bersama-sama merasakaan suasana yang begitu menggembirakan. Keesokan hari ini (1 Januari 2015), setelah gongyo pagi dan pembabaran gosyo (sesi 2), tepat pukul 10 pagi, seluruh peserta kensyu melaksanakan Dokyo Sodai Tahun Baru mengenakan busana batik. Acara Dokyo Sodai pun berlangsung dalam suasana yang sangat baik. Rangkaian kegiatan kensyu akhir tahun ditutup dengan sesi kesan pesan dari beberapa peserta kensyu yang mengungkapkan perasaannya selama kensyu ini dan kesimpulan dari Ketua Umum NSI mengenai Gosyo dan rangkaian acara kensyu akhir tahun ini. (Minto, Vinni)

Para peserta kensyu sansyo terlebih dahulu sebelum menyantap hidangan makan malam.

Seusai daimoku bersama, para peserta menerbangkan lampion di pelataran samping Mahavihara Saddharma NSI.

Pebruarii 2015 | Samantabadra

27


liputan

Dukungan Tokoh Lintas Agama terhadap Anti Korupsi Kompas, 20 Januari 2015

Suara Pembaruan, 20 Januari 2015

28

Samantabadra | Pebruari 2015


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Kepada Niike (Bagian 1)

LATAR BELAKANG|

S

urat ini ditulis di Gunung Minobu pada bulan ke-2 tahun 1280 (Koan ke-3) ketika Niciren Daisyonin berusia 59 tahun, diberikan kepada Niike Saemonnojo. Pertama-tama menjelaskan betapa gembiranya kita dapat dilahirkan pada Masa Akhir Dharma, dimana Saddharmapundarika-sutra tersebarluas dan menyesali orang-orang yang tak dapat percaya pada Saddharmapundarika-sutra. Kemudian menjelaskan, sekalipun memuji Saddharmapundarika-sutra dengan menerima, mempertahankan, membaca dan menghafalnya, tapi bila bertentangan dengan makna sesungguhnya ’sutra ini’, maka akan jatuh ke dalam Dunia Buruk. Selanjutnya menjelaskan karunia kebajikan menyumbang Bhiksu yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Kemudian dengan melihat keadaan masyarakat di dunia fana ini, Niciren Daisyonin menasehati tentang kecenderungan jiwa untuk tidak terikat

mencari keuntungan, reputasi maupun berkompromi dengan para pemfitnah Hukum, karena akan mendapat dosa yang sama. Lebih jauh menerangkan ketiga kebajikan Sang Buddha. Maka bagi orang-orang Jepang yang menentang Saddharmapundarika-sutra adalah musuh Sang Buddha. Umpama, betapapun hinadinanya kedudukkan seseorang, kalau ia mempertahankan ‘Hukum Sakti’, maka ia patut dihormati. Hal ini merupakan inti hakikat pencapaian Kesadaran Buddha. Kemudian mengajarkan untuk menghormati Sang Triratna sebagai hal yang mutlak dicamkan. Selanjutnya menegaskan, kesombongan hati yang makin tebal dari para Bhiksu Zensu adalah sikap iblis. Dalam surat ini diajarkan cara pelaksanaan pertapaan Hukum Agama Buddha yang tepat, akhirnya memberi dorongan untuk memperkuat kepercayaan dengan memahami secara mendalam prinsip Hukum Agama Buddha. Pebruarii 2015 | Samantabadra

29


materi ajaran | gosyo kensyu

ISI GOSYO |

B

etapa bahagianya kita yang terlahir di Masa Akhir Dharma, di mana Hukum Sakti tersebarluas. Betapa menyedihkannya mereka, meskipun terlahir di masa kini tetapi tidak percaya ’Sutra ini’. Barang siapa yang terlahir sebagai manusia tidak akan lolos dari penderitaan hidup-mati. Bila memang demikian, mengapa kita tidak menjalankan pertapaan untuk masa akan datang? Kalau Saya melihat keadaan masyarakat, banyak orang di mulut mengaku menganut dan memegang Kitab ’Sutra ini’ di tangan, namun karena menentang ‘jiwa’ dari ’Sutra ini’, maka mereka pun tidak dapat lolos dari Dunia Buruk. Umpama, tiap manusia memiliki lima organ tubuh, tapi kalau salah satu di antaranya sakit, maka organ tersebut akan menjadi sumber penyakit yang merusak organ-organ lain hingga orang yang bersangkutan akan mati. Karena itu Mahaguru Dengyo mengatakan, “Meskipun seseorang memuja Saddharmapundarika-sutra, tapi ia malah membunuh ‘jiwa’ dari Saddharmapundarika-sutra”. Maksud kalimat ini ialah, meskipun seseorang mempertahankan, membaca dan memuja Saddharmapundarika-sutra, kalau ia menentang ‘jiwa’ ’Sutra ini’, berarti membunuh Sang Buddha Sakyamuni dan seluruh Buddha dari sepuluh penjuru alam.

Jumlah karma buruk masyarakat serta Karma-Karma Buruk manusia biasa adalah setinggi Gunung Semeru, namun bila kita bertemu ’Sutra ini’, maka semua Karma Buruk tersebut akan segera lenyap bagaikan tetesan embun yang menguap dalam sekejap karena sinar matahari Sadharmapundarika-sutra. Tapi bila seseorang melanggar, meskipun hanya satu atau dua pemfitnahan Dharma dari Empat Belas Pemfitnahan Dharma yang dikemukakan dalam ’Sutra ini’, maka Karma Buruk tersebut tidak akan dapat dihapuskan. Mengapa demikian? Karena membunuh seorang Buddha lebih besar Karma Buruknya daripada membunuh seluruh makhluk hidup dalam Tiga Ribu Dunia Besar Alam Semesta. Sedang menentang ‘jiwa’ dari Saddharmapundarika-sutra adalah sama dengan Karma Buruk membunuh seluruh Buddha sepuluh penjuru alam semesta. Yang melanggar Hukum ini disebut Pemfitnah Dharma.

Dunia Neraka amat menakutkan, karena orang yang berada dalam Dunia Neraka menjadikan gelora api sebagai rumahnya. Dunia Kelaparan amat menyedihkan, karena orang yang berada dalam Dunia Kelaparan memakan anaknya sendiri karena teramat lapar. Dunia Kemurkaan adalah pertikaian, sedang Dunia Kebinatangan amat bengis, karena saling membunuh satu sama lain. Neraka Padma berarti Neraka Teratai Merah. Karena begitu dinginnya neraka ini, hingga orang yang masuk ke dalam neraka ini punggungnya akan pecah dan dagingnya keluar, hingga bentuknya menyerupai teratai merah. Apalagi Neraka Mahapadma. Sekali terjerumus ke dalam tempat buruk ini, walau seseorang menduduki tahta kerajaan atau berpangkat panglima pun, tiada berarti sama sekali. Sikap mereka yang dianiaya algojo neraka tiada bedanya sama sekali dengan seekor kera yang dipermainkan. Waktu itu, apakah artinya reputasi, kekayaan dan kesombongan diri sendiri? 30

Samantabadra | Pebruari 2015


Renungkanlah! Satu kali saja kita menyumbang kepada seorang Bhiksu yang memahami Saddharmapundarika-sutra dengan benar, meskipun perbuatan itu didasari itikad yang ganjil, kita tidak akan jatuh ke dalam Dunia Buruk. Apalagi kalau kita menyumbang kepada seorang Bhiksu serupa itu sebanyak 10 kali, 20 kali, 5 tahun, 10 tahun atau bahkan sepanjang hidup kita, maka kurnia perbuatan serupa itu tidak dapat dijangkau, sekalipun dengan Prajna Sang Buddha. Sang Buddha menerangkan, kurnia seseorang yang menyumbang walau hanya satu kali saja kepada pelaksana ’Sutra ini’, adalah ratusan ribu milyard kali lebih unggul daripada menyumbang Sang Buddha Sakyamuni selama 8 milyard kalpa dengan berbagai pusaka yang tiada terbilang jumlahnya. Maka, bilamana kita dapat bertemu ’Sutra ini’, kegembiraan kita tiada tertahan, kedua mata kita akan meneteskan air mata, kemudian kita akan merasa bahwa teramat sulit bagi kita untuk membalas budi luhur Sang Buddha Sakyamuni yang sedemikian agungnya! Namun Anda yang berulang kali datang menyumbang ke gunung ini berarti telah membalas budi luhur Saddharmapundarika-sutra serta Sang Buddha Sakyamuni. Karena itu, makin giatlah menjalankan kepercayaan tanpa lalai sedikitpun juga. Tiap penganut ’Sutra ini’, mulanya tampak seakan berkepercayaan kuat, tapi di pertengahan jalan kepercayaannya melemah, tidak lagi menyumbang kepada Bhikku, malah jadi sombong serta berpandangan sesat. Betapa menakutkannya hal seperti ini! Maka dari awal hingga akhir jalankanlah kepercayaan yang semakin kuat. Tanpa demikian Anda pasti menyesal di kemudian hari. Ini dapat diumpamakan sebagai perjalanan dari Kamakura ke Kyoto yang memakan waktu 12 hari. Bila Anda berjalan 11 hari dan berhenti disitu, padahal perjalanannya hanya tinggal satu hari lagi, bagaimana mungkin Anda dapat melihat indahnya bulan purnama di ibukota? Itulah sebabnya, bagaimanapun juga dekatilah sang Bhiksu yang memahami ‘jiwa’ dari ’Sutra ini’ dan makin bersungguhhatilah mendengarkan Ajaran Hukum untuk memperdalam kepercayaan Anda.

Betapa cepatnya hari berlalu! Maka dapat kita ketahui bahwa hidup kita tinggal tidak berapa lama lagi. Orang yang bersama Saya menikmati keindahan bunga-bunga di suatu pagi musim semi, kini telah tiada dan hanya tinggal nama, karena mereka telah berguguran bersama bunga yang ditiup angin kefanaan. Bunga yang berguguran akan mekar kembali pada musim semi mendatang, tapi di dunia seperti apakah ia yang telah pergi akan terlahir kembali ? Orang yang bersama Saya menikmati keindahan bulan di suatu malam musim gugur, kini tidak akan dapat berbicara lagi, hanya tinggal kenangan, karena ia bersama dengan bulan yang indah itu telah masuk ke balik awan kefanaan. Bulan yang terbenam dibalik gunung sebelah Barat akan menampakkan kembali dirinya pada musim gugur yang akan datang, tapi tidak Saya ketahui di mana hidupnya jiwa orang itu saat ini. Kita tidak akan terkejut meskipun mendengar raungan harimau kefanaan di dekat telinga. Berapa hari lagikah seekor kambing di tempat jagal masih dapat melangkah pada hidup yang fana ini? Burung Kankuco di Gunung Himalaya menderita kedinginan dan menangis merintihrintih sambil berjanji untuk membuat sarang setelah fajar menyingsing. Tapi setelah matahari terbit, ia selalu terlena dan lupa membuat sarang karena hangatnya sinar matahari pagi. Hal ini berlangsung terus menerus dan ia pun merintih sia-sia sepanjang hidup. Demikian pula dengan seluruh umat manusia. Ketika mereka jatuh ke dalam neraka Pebruarii 2015 | Samantabadra

31


materi ajaran | gosyo kensyu dan tersiksa api neraka, mereka bertekad, kelak bila terlahir kembali sebagai manusia, mereka akan mengesampingkan segala hal, semata-mata hanya akan menyumbang kepada Sang Triratna agar dapat mencapai kesadaran dan terselamatkan dalam kehidupan mendatang. Tapi setelah mereka terlahir sebagai manusia, badai keinginan mengejar kemasyuran dan kekayaan bertiup dengan amat ganas, hingga pelita pertapaan Agama Buddha akan terpadamkan dengan mudahnya. Untuk hal-hal yang tiada berguna, mereka tidak segan-segan mengorbankan harta kekayaannya, tapi untuk Buddha, Dharma dan Sangha, sumbangan kecil pun dirasakan berat oleh mereka. Ini bukan masalah remeh, tapi ini pertanda datangnya utusan neraka. Inilah yang disebut: sejengkal perbuatan baik mengundang sedepa kekuatan iblis. Terlebih lagi karena negeri ini adalah negeri Pemfitnahan Dharma, para Dewa Pelindung meninggalkan kuil, naik ke langit karena haus akan Rasa Dharma. Maka, iblis jahat masuk ke kuil dan menyesatkan banyak orang, sementara Sang Buddha berhenti membina manusia dan kembali ke Tanah Air Buddha yang kekal abadi, hingga stupa dan vihara menjadi tempat kediaman para iblis. Maka apakah artinya deretan bangunan-bangunan megah demikian yang dibangun atas biaya negara dan penderitaan rakyat? Ini bukanlah kata-kata Saya pribadi, tapi tertera dalam kalimat Sutra, maka pelajarilah kalimat-kalimat tersebut dengan baik.

Seluruh Buddha dan Dewa Pelindung tidak akan menerima sumbangan dari pemfitnah Dharma, apalagi kita sebagai manusia, haruskah menerima sumbangan tersebut? Dewa Kasuga Daimoyojin pernah bersabda, meskipun ia harus memakan gelora api tembaga pijar, ia takkan menerima sumbangan dari orang yang berjiwa keruh, meskipun ia harus duduk di atas gelora api tembaga pijar, ia tidak akan masuk ke rumah orang-orang yang berjiwa keruh, malah lebih suka memasuki jalan rumput dan rumah gubuk. Meskipun telah dihias dengan tali temali suci selama 1.000 hari, ia tidak berkunjung ke tempat orang-orang yang tidak mempunyai hati kepercayaan. Sebaliknya ia akan berkunjung ke sebuah rumah yang dijauhi tiap orang karena teramat miskinnya asal saja penghuninya mempunyai kepercayaan. Demikianlah para Dewa Pelindung menyesali negara pemfitnah Dharma, hingga mereka naik ke langit. Orang berhati keruh berarti tidak mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Ini dinyatakan dalam jilid ke-5 ‘Sutra ini’. Bila para Dewa menyebutkan sumbangan dari para pemfitnah Dharma sebagai gelora api tembaga pijar, bagaimana mungkin kita sebagai manusia biasa dapat memakannya? Bila kita diberi sesuatu oleh pembunuh orang tua kita, patutkah kita sebagai manusia menerimanya? Seorang arif bijaksana seperti apapun kalau sampai menerimanya, maka ia tidak akan lolos dari neraka tanpa batas. Begitu juga, janganlah mendekati pemfitnah Dharma, karena akan mendapat Karma Buruk yang sama. Sungguh menakutkan... (Berlanjut pada Samantabadra edisi Maret 2015)

32

Samantabadra | Pebruari 2015


| KUTIPAN GOSYO

1

Betapa bahagianya kita yang terlahir di Masa Akhir Dharma, di mana Hukum Sakti tersebarluas. Betapa menyedihkannya mereka, meskipun terlahir di masa kini tetapi tidak percaya ’Sutra ini’. Barang siapa yang terlahir sebagai manusia tidak akan lolos dari penderitaan hidup-mati.

GM

Keterangan : Penyebarluasan Saddharmapundarikasutra pada Masa Akhir Dharma dijelaskan dalam Bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, yaitu: “Dalam 500 tahun terakhir sesudah kemoksyaanKu nanti, sebarluaskanlah ’Sutra ini’ dalam Jambudwipa. Bila tidak, Sutra ini akan hilang, hingga Sang Mara yang maha jahat serta para manusia Mara, para Dewa, Naga, Yaksya, Kumbhandas dan lainnya akan memperoleh kesempatan”, hal mana menjelaskan keadaan pada waktu itu. Terlebih dari itu, hukum yang disebarluaskan pada Masa Akhir Dharma ini adalah sama seperti yang dikatakan dalam Kanjin no Honzon syo: “Ajaran Sejati (Honmon) masa hidup Sang Buddha Sakyamuni dan Ajaran Sejati (Honmon) Masa Akhir Dharma merupakan ajaran yang sempurna bagi pencapaian kesadaran Buddha untuk seluruh umat manusia. Tapi, perbedaan Ajaran Sejati masa hidup Sang Buddha Sakyamuni dan Ajaran Sejati Masa Akhir Dharma, masa hidup Sang Buddha Sakyamuni adalah pemanenan, Masa Akhir Dharma adalah pembibitan. Masa hidup Sang Buddha Sakyamuni adalah satu bab dan dua kali setengah bab Saddharmapundarika-sutra (Ippon Nihan), sedang Masa Akhir Dharma hanya kelima huruf Myohorengekyo”, yakni

Nammyohorengekyo dari pembibitan. Dalam kehidupan kali ini dapat berjodoh dengan Gohonzon merupakan karunia akibat imbalan agung pencapaian kesadaran Buddha, tidak lain merupakan kegembiraan tertinggi. Sebaliknya orang yang tidak percaya kepada Saddharma (Myoho), sekalipun dilahirkan tepat pada masa akibat imbalan agung, tidak hanya menyia-nyiakan kesempatan pencapaian Kesadaran Buddha seumur hidup, melainkan juga akan tenggelam ke dalam penderitaan dunia buruk. Kiranya tiada yang lebih menyedihkan dari ini. Pandangan kejiwaan Hukum Agama Buddha mengajarkan, dapat dilahirkan sebagai seorang manusia di dunia ini adalah langka sekali. Selain itu, kehidupan sekarang adalah fana dan singkat sekali. Maka demi menikmati dan mengisi kehidupan kali ini tanpa penyesalan, sesuai kutipan: “Mengapa kita tidak menjalankan pertapaan untuk masa mendatang”. Yakni yang terpenting adalah giat melaksanakan pertapaan Agama Buddha demi pencapaian Kesadaran Buddha berdasarkan Saddharma (Myoho), karena pelaksanaan pertapaan Agama Buddha pada kehidupan sekarang ini akan membuka suasana jiwa pencapaian kesadaran Buddha seumur hidup dan menentukan ketentraman dan kepuasan jiwa yang kekal abadi.

2

Banyak orang di mulut mengaku menganut dan memegang Kitab ’Sutra ini’ di tangan,

GM

Keterangan : Walau umumnya masyarakat mengatakan percaya kepada Saddharmapundarika-sutra, namun tidak Pebruarii 2015 | Samantabadra

33


materi ajaran | gosyo kensyu mengetahui inti Saddharmapundarikasutra yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha Sakyamuni, yakni tidak mengetahui Nammyohorengekyo pembibitan yang merupakan hati dari Saddharmapundarikasutra. Disamping itu, bila melanggar satudua hal dari ke 14 pemfitnahan Dharma yang dijelaskan dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra, maka sulit untuk dapat menghapuskan karma dosa masa lampau. Dalam “Ke 14 pemfitnahan Dharma� di antaranya adalah meremehkan, membenci dan dendan terhadap kebaikan, berarti bila membenci dan meremehkan Niciren Daisyonin sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka meskipun seseorang membaca memuja dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra, tapi karena ia menentang jiwa Sutra ini, maka berarti membunuh Sang Buddha Sakyamuni dan seluruh Buddha sepuluh penjuru alam semesta. Menyebabkannya jatuh ke dalam penderitaan neraka. Prinsip ini juga berlaku bagi kita dalam hal saling meremehkan, membenci antar sesama kawan seperjuangan yang memiliki keyakinan yang sama. Keempat belas pemfitnahan Dharma adalah semacam sistematik yang dibuat Mahaguru Miao-lo. 1. 2. 3. 4. 5. 34

Kesombongan: Hati sombong meremehkan Hukum Agama Buddha; Kemalasan: Malas melaksanakan pertapaan Hukum Sakti; Kepicikan: Memandang Hukum Sakti berdasarkan pandangan diri sendiri yang picik; Kedangkalan: Berdasarkan pada pengetahuan diri sendiri yang dangkal, mengkritik Hukum Sakti atau tidak mau menuntutnya; Keserakahan: Terikat pada keserakahan, sehingga tidak mau

Samantabadra | Pebruari 2015

6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14.

menuntut Hukum Sakti; Tidak Mengerti: Merasakan puas, walau tidak mengerti Hukum Sakti; Tidak Percaya: Tidak percaya pada Hukum Sakti; Mengejek: Dengan wajah buruk memfitnah Hukum Sakti; Keragu-raguan: Ragu-ragu terhadap Hukum Sakti; Memfitnah: Memfitnah dan mencemooh Hukum Sakti; Meremehkan kebaikan: Meremehkan orang yang percaya terhadap Hukum Sakti; Membenci kebaikan: Membenci orang yang percaya terhadap Hukum Sakti; Iri hati terhadap kebaikan: Iri hati terhadap orang yang percaya Hukum Sakti; Dendam terhadap kebaikan: Dendam terhadap orang yang percaya Hukum Sakti.

Demikianlah ke 14 pemfitnahan Dharma. Kadangkala kita seakan merasakan, diri kita tidak menjalankan pemfitnahan Dharma, padahal kalau ditinjau lebih mendalam, dalam keadaan tidak sadar kita telah melakukan pemfitnahan Dharma.

3

Tiap penganut ’Sutra ini’, mulanya tampak seakan berkepercayaan kuat, tapi di pertengahan jalan kepercayaannya melemah, tidak lagi menyumbang kepada Bhikku, malah jadi sombong serta berpandangan sesat. Betapa menakutkannya hal seperti ini! Maka dari awal hingga akhir jalankanlah kepercayaan yang semakin kuat. Tanpa demikian Anda pasti menyesal di kemudian hari.

PK2


Keterangan : Pada Masa Akhir Dharma “Bhiksu yang memahami Saddharmapundarika-sutra dengan benar” berarti Niciren Daisyonin, pelaksana Saddharmapundarika-sutra yang telah menyadari Saddharmapundarikasutra pembibitan. Pada Masa Akhir Dharma ini, banyak orang tidak percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra, menjadi pemfitnah Dharma serta muncul Ketiga Kelompok Musuh Kuat yang menganiaya pelaksana Saddharmapundarikasutra. Dalam keadaan masyarakat yang mencekam ini, yang dapat menyumbang dan percaya kepada Niciren Daisyonin merupakan keberanian besar dan memiliki karma jodoh mendalam. Hal ini dikatakan: “Hal itu disebabkan suatu itikad gaib”. Dengan kepercayaan kuat dan mendalam, meskipun hanya sekali saja menyumbang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, maka ditandaskan tidak akan melangkah pada Dunia Buruk. Apalagi, karunia kebajikan memberi sumbangan kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra selama bertahun-tahun berulang kali secara berkesinambungan hingga seumur hidup, maka besarnya karunia kebajikan tidak dapat diperkirakan oleh Prajna Buddha sekalipun. Dan hal yang teramat penting adalah merasakan dalam jiwa atas karunia kebajikan terbesar demi mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dengan menanamkan bibit Saddharma (Myoho) di tanah air kita Indonesia. Dalam Bab Dharma Duta dikatakan: “Seseorang yang selalu menuntut jalan pencapaian kesadaran Buddha dan selama satu kalpa penuh dengan tangan terkatup dihadapanKu, memuji-Ku dengan syair-syair yang tak terhitung. Karena ia memuji Sang Buddha, akan memperoleh karunia kebajikan tidak terhingga. Dan orang yang memuji pelaksana Sutra ini, kebahagiaannya

akan melampaui yang terdahulu, selama 80 kalpa koti dengan suara paling gaib dan wewangian, cita rasa dan sentuhan paling istimewa untuk disumbangkan kepada pelaksana Sutra ini”. Berarti, dapat berjumpa dengan Sutra yang memiliki karunia kebajikan agung merupakan rejeki tertinggi. Untuk itu dikatakan sebagai “Kegembiraan kita tiada tertahan dan kedua mata kita akan meneteskan air mata”. Mengenai pelaksanaan hati kepercayaan, dikatakan sebagai “Semakin bergiatlah menjalankan kepercayaan tanpa lalai sedikitpun juga”, yakni memberi semangat hati kepercayaan yang aktif dan berinisiatif serta memperingatkan kepercayaan yang bermalas-malasan. Sebagaimana kebiasaan manusia, pada pertengahan jalan akan terjerumus ke dalam kemalasan dan dipengaruhi hati sombong. Sesungguhnya hati kepercayaan adalah sama seperti yang diajarkan: “Sejak awal hingga akhir, jalankanlah kepercayaan yang semakin kuat”, yakni kepercayaan bagai mengalirnya air yang berkesinambungan. Kemudian menasehati, bila pada pertengahan jalan, mundur dari kepercayaan pasti akan menyesal. Dalam mencegah mengendurnya hati kepercayaan pada pertengahan jalan, yang terpenting adalah setiap hari bangkit dengan inisiatif untuk menuntut pelaksanaan Hukum Agama Buddha, dikatakan: “Bagaimanapun juga dekatilah sang Bhiksu yang memahami ‘jiwa’ dari Sutra ini dan semakin bersungguh hati mendengarkan ajaran hukum untuk memperdalam hati kepercayaan Anda”.

4

Burung Kankuco di Gunung Himalaya menderita kedinginan dan menangis merintih-rintih sambil berjanji untuk membuat sarang setelah fajar menyingsing. Tapi setelah matahari terbit, ia selalu terlena dan Pebruarii 2015 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo kensyu lupa membuat sarang karena hangatnya sinar matahari pagi. Hal ini berlangsung terus menerus dan ia pun merintih siasia sepanjang hidup. Demikian pula dengan seluruh umat manusia.

Anak Cabang

Keterangan : Kehidupan adalah sesuatu yang fana. Sebagai manusia, siapa pun juga suatu kali pasti tidak dapat luput dari kematian dan tidak dapat mengetahui kapan akan menghadapi kematian. Di sekeliling kita, banyak orang meninggal dunia, apalagi meninggal dalam usia lanjut sungguh bertambah jumlahnya. Kehidupan kita yang berada dalam dunia fana ini pun, tiap saat mendekati kematian. Apakah keadaan setelah meninggal berada pada ketiga dunia buruk neraka dan lain-lain atau berada pada suasana pencapaian kesadaran Buddha? Semua tergantung pada bagaimanakah kita mempergunakan kehidupan ini. Hukum Agama Buddha di samping mengisi keberisian dan kebahagiaan kehidupan sekarang, terlebih lagi merupakan pertapaan demi memastikan suasana bahagia yang kekal setelah kematian. Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang dilahirkan dengan memiliki syarat-syarat untuk dapat melaksanakan pertapaan Hukum Agama Buddha. Namun, walau sudah bertemu dengan Hukum Agama Buddha yang amat sulit dijumpai, dalam kehidupan nyata mudah dipengaruhi keuntungan dihadapan mata. Seperti dikatakan: “Pelita pertapaan Agama Buddha akan terpadamkan dengan mudahnya�. Mengapa? Karena dalam jiwa telah terkandung naluri untuk mempertahankan hidup, dengan fungsi ego yang lebih mengutamakan pencapaian kebahagiaan diri sendiri daripada demi kebahagiaan orang lain. Begitupun terdapat kecenderungan kuat 36

Samantabadra | Pebruari 2015

yang lebih mementingkan menuntut pemenuhan keinginan sekarang daripada kepentingan masa mendatang yang jauh. Mendharmabaktikan sesuatu demi kebahagiaan orang lain adalah kebaikan, sebaliknya terjerumus ke dalam hati egois merupakan keburukan. Memburu kebahagiaan diri sendiri saat sekarang dengan mengorbankan orang lain, betapapun akhirnya akan menjerumuskan diri sendiri ke dalam dunia buruk neraka. Seperti dikatakan: “Ini pertanda datangnya utusan neraka. Inilah yang disebut sejengkal perbuatan baik mengundang sedepa kekuatan iblis�. Iblis yang menghalangi pertapaan Agama Buddha tidak hanya terdapat dalam jiwa diri sendiri, melainkan terdapat pada fungsi masyarakat dan penguasa negara.

5

Seluruh Buddha dan Dewa Pelindung tidak akan menerima sumbangan dari pemfitnah Dharma, apalagi kita sebagai manusia, haruskah menerima sumbangan tersebut? Dewa Kasuga Daimoyojin pernah bersabda, meskipun ia harus memakan gelora api tembaga pijar, ia takkan menerima sumbangan dari orang yang berjiwa keruh, meskipun ia harus duduk di atas gelora api tembaga pijar, ia tidak akan masuk ke rumah orang-orang yang berjiwa keruh, malah lebih suka memasuki jalan rumput dan rumah gubuk. Meskipun telah dihias dengan tali temali suci selama 1.000 hari, ia tidak berkunjung ke tempat orang-orang yang tidak mempunyai hati kepercayaan. Sebaliknya ia akan berkunjung ke sebuah rumah yang dijauhi tiap orang karena teramat miskinnya asal saja penghuninya mempunyai kepercayaan. Demikianlah


para Dewa Pelindung menyesali negara pemfitnah Dharma, hingga mereka naik ke langit. Orang berhati keruh berarti tidak mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Ini dinyatakan dalam jilid ke-5 ‘Sutra ini’. Bila para Dewa menyebutkan sumbangan dari para pemfitnah Dharma sebagai gelora api tembaga pijar, bagaimana mungkin kita sebagai manusia biasa dapat memakanny ? Bila kita diberi sesuatu oleh pembunuh orang tua kita, patutkah kita sebagai manusia menerimanya? Seorang arif bijaksana seperti apapun kalau sampai menerimanya, maka ia tidak akan lolos dari neraka tanpa batas. Begitu juga, janganlah mendekati pemfitnah Dharma, karena akan mendapat dosa yang sama. Sungguh menakutkan.

Anak Cabang

Keterangan : Para Buddha maupun para Dewa tidak akan menerima sumbangan dari pemfitnah Dharma, berarti walau para pemfitnah Dharma betapa mendoakannya pun, namun para Buddha dan para Dewa takkan mewujudkan fungsi perlindungannya. Sesungguhnya para Buddha dengan menjadikan Nammyohorengekyo sebagai bibit, memungkinkan pencapaian kesadaran Buddha. Begitupun para Dewa telah menjadikan Saddharma (Myoho) sebagai Rasa Dharma hingga menambah cemerlang wibawanya. Jadi, Saddharma merupakan sumber kekuatan jiwa dan penyebutan Mantera (Daimoku) dengan percaya terhadap Gohonzon akan jadi persembahan sesungguhnya kepada para Buddha dan para Dewa. Sesuai gema suara penyebutan Mantera (Daimoku), para Buddha dan Dewa akan menambahkan kekuatan jiwa yang makin memperbesar

fungsi dan kekuatan perlindungannya. Yang dikatakan para Dewa Hukum Agama Buddha tidak mewujudkan kekuatan perlindungannya pada tempat orangorang berjiwa buruk dengan hati yang mengkhianati Saddharma (Myoho), berarti para dewa meninggalkan tanah air yang telah jadi tempat pemfitnahan Dharma dan naik kesurga. Inilah yang dikatakan sebagai “Hukum Dewa naik ke surga”. Dalam khotbah Sang Buddha dikatakan, “Orang-orang yang berhati keruh”, menunjuk pada orang yang tidak percaya terhadap Saddharma (Myoho). Sumbangan dari pemfitnah Dharma lebih beracun daripada “Gelora api tembaga pijar”. Tempat para pemfitnah Dharma adalah kehidupan yang penderitaannya lebih buruk daripada duduk di atas gelora api tembaga pijar. Dalam suatu negara kalau tidak terdapat orang yang percaya terhadap Saddharma (Myoho), maka para Dewa pelindung Agama Buddha tidak hanya tidak memiliki makanan, malah tempat tinggalnyapun tidak ada. Hingga mereka meninggalkan negeri tersebut. Hukum Sakti adalah sumber pokok pemberi kehidupan bagi seluruh Buddha dan Dewa, sama seperti orang tua yang merawat anaknya. Karenanya pemfitnah Hukum Sakti berarti sama seperti membunuh orang tua bagi Buddha dan Dewa. Dengan tidak menerima barangbarang sumbangan dari musuh orang tua, sama seperti para Buddha dan para Dewa tidak mau menerima sumbangan dari para pemfitnah Dharma, karena memfitnah Dharma merupakan Karma Buruk terberat. Untuk itu, walau betapa pun unggulnya seorang arif bijaksanapun, kalau membenci dan menentang Saddharmapundarikasutra, tidak mungkin dapat terhindar dari penderitaan neraka yang tiada putusnya. Pebruarii 2015 | Samantabadra

37


materi ajaran | gosyo kensyu Untuk itu harus diperingatkan dengan keras atas pelanggaran yang makin dekat dengan “Mendapat Karma Buruk yang sama�. “Mendapat Karma Buruk yang sama� berarti dengan makin dekat dengan suatu kelompok yang karena pengaruhnya, menyebabkan mendapat Karma Buruk

Catatan

38

Samantabadra | Pebruari 2015

yang sama. Sebaliknya mendapat kurnia yang sama berarti orang yang menyetujui dan menunjang orang yang percaya terhadap Saddharma (Myoho) pasti memperoleh karunia yang sama. eee


Pebruarii 2015 | Samantabadra

39


materi ajaran | gosyo kensyu

40

Samantabadra | Pebruari 2015


Pebruarii 2015 | Samantabadra

41


materi ajaran | gosyo kensyu

42

Samantabadra | Pebruari 2015


Pebruarii 2015 | Samantabadra

43


materi ajaran | gosyo kensyu

44

Samantabadra | Pebruari 2015


Pebruarii 2015 | Samantabadra

45


materi ajaran | gosyo kensyu

46

Samantabadra | Pebruari 2015


Letter to Niike (part 1)

W

hat a joy it is for us to have been born in the Latter Day of the Law and to have shared in the propagation of the Lotus Sutra! How pitiful are those who, though born in this time, cannot believe in this sutra! No one can escape death once born as a human being, so why do you not practice in preparation for the next life? When I observe what people are doing, I realize that, although they profess faith in the Lotus Sutra and clasp its scrolls, they act against the intent of the sutra and are thereby doomed to the evil paths. To illustrate, a person has five internal organs, but should even one of them become diseased, it will infect all the others, and eventually the person will die. The Great Teacher Dengyō states that though they praise the Lotus Sutra they destroy its heart. He means that, even if people embrace, read, and praise the Lotus Sutra, if they betray its intent, they will be destroying not only Shakyamuni Buddha but all the Buddhas in the ten directions. Our worldly misdeeds and evil karma may have piled up as high as Mount Sumeru, but when we take faith in this sutra, they will vanish like frost or dew under the sun of the Lotus Sutra. Nevertheless, if one commits even one or two of the fourteen slanders set forth in this sutra, one’s offense will be extremely difficult to expiate. Killing a single Buddha would be a far greater offense than destroying all the sentient beings in the major world system, and to violate the sutra’s intent would be to commit the sin of taking the lives of all the Buddhas in the ten directions. One who commits any of these fourteen is a slanderer. Hell is a dreadful dwelling of fire, and the realm of hungry spirits is a pitiful place where, driven by starvation, they devour their own children. The realm of asuras consists of strife, and that of animals is to kill or be killed. The hell of the crimson lotus is so called because the intense cold of this hell makes one double over until one’s back splits open and the bloody flesh emerges like a crimson lotus flower. And the hell of the great crimson lotus is even more horrible. When one falls into such an evil place, the fact that one was a ruler or a general means nothing. Tormented by the wardens of hell, one is no different than a monkey on a string. What use are fame and fortune then? Can one still be arrogant and persist in false beliefs? Stop and ponder! How rare is the faith that moves one to give alms to the priest who knows the heart of the Lotus Sutra! One will not stray into the evil paths if one does so even once. Still greater are the benefits arising from ten or twenty contributions, or from five years, ten years, or a lifetime of contributions. They are beyond even the measure of the Buddhas’ wisdom. The Buddha taught that the blessings of a single offering to the votary of this sutra are a hundred, thousand, ten thousand, million times greater than those of offering countless treasures to Shakyamuni Buddha for eighty million kalpas. When one encounters this sutra, one will overflow with happiness and shed tears of joy. It seems impossible to repay one’s debt to Shakyamuni Buddha. But by your frequent offerings to me deep in this mountain you will repay the merciful kindness of both the Lotus Sutra and Shakyamuni Buddha. Strive ever harder in faith, and never give in to negligence. All the people appear to believe sincerely when they first embrace the Lotus Sutra, but as time passes, they tend to become less devout; they no longer revere or make offerings to the priest, giving themselves up to arrogance and forming distorted views. This is most frightening. Be diligent in developing your faith until the last moment of your life. Otherwise you will have regrets. For example, the journey from Kamakura to Kyoto takes twelve days. If you travel for eleven but stop with only one day remaining, how can you admire the moon over the capital? No matter what, stay Pebruarii 2015 | Samantabadra

47


materi ajaran | gosyo kensyu close to the priest who knows the heart of the Lotus Sutra, keep learning from him the principles of Buddhism, and continue your journey of faith. How swiftly the days pass! It makes us realize how few are the years we have left. Friends enjoy the cherry blossoms together on spring mornings, and then they are gone, carried away like the blossoms by the winds of impermanence, leaving nothing but their names. Although the blossoms have scattered, the cherry trees will bloom again with the coming of spring, but when will those people be reborn? The companions with whom we enjoyed composing poems praising the moon on autumn evenings have vanished with the moon behind the shifting clouds. Only their mute images remain in our hearts. Though the moon has set behind the western mountains, we will compose poetry under it again next autumn. But where are our companions who have passed away? Even when the approaching tiger of death roars, we do not hear and are not startled. How many more days are left to the sheep bound for slaughter? Deep in the Snow Mountains lives a bird called the cold-suffering bird that, tortured by the numbing cold, cries that it will build a nest in the morning. Yet when day breaks, it sleeps away the hours in the warm light of the morning sun without building its nest. So it continues to cry vainly throughout its life. The same is true of human beings. When they fall into hell and gasp in its flames, they long to be reborn as humans and vow to put everything else aside and serve the three treasures in order to gain enlightenment in their next life. But even on the rare occasions when they happen to be reborn in human form, the winds of fame and profit blow violently, and the lamp of Buddhist practice is easily extinguished. Without a qualm they squander their wealth on meaningless trifles, but begrudge even the smallest contribution to the Buddha, the Law, and the Buddhist Order. This is very serious, for then they are being hindered by messengers from hell. This is the meaning of “good by the inch and evil by the foot.” Furthermore, since this country is a land whose people slander the correct teaching, the benevolent gods who should be protecting the nation have been deprived of the flavor of the Law and have ascended to heaven, forsaking their shrines. The empty shrines have been occupied by demons who are misleading the worshipers. The Buddha, having finished preaching, has returned to the Land of Tranquil Light. Halls and pagodas, and temples and shrines have been abandoned to become the dwellings of devils. These imposing structures stand in rows, built at state expense and through compulsory labor imposed on the people. This is not merely my own opinion; it is found in the sutras, so you should study them well. Neither Buddhas nor gods would ever accept contributions from those who slander the correct teaching. Then how can we human beings accept them? The deity of Kasuga Shrine proclaimed through an oracle that he would accept nothing from those with impure hearts, though he should have to eat the flames of burning copper; that he would refuse to set foot in their homes, though he should have to sit on red-hot copper. He would rather come down to a miserable hut with weeds choking the passageway, or to a poor thatched house. He declared that he would never visit persons lacking in faith, even if they hung sacred festoons for a thousand days to welcome him, but that he would go to a house where the people have a mind of faith, even though they might be in mourning for a parent. Lamenting that slanderers have overrun this country, the benevolent gods have abandoned it and ascended to heaven. “Those with impure hearts” means those who refuse to embrace the Lotus Sutra, as is stated in the fifth volume of the sutra. If the gods themselves regard alms from slanderers as more abominable than the flames of burning copper, how could we human beings possibly accept them? If someone were to kill our parents and then try to offer us some gift, could we possibly accept it? Not even wise persons or sages can avoid the hell of incessant suffering if they accept offerings from slanderers. Nor should you associate with slanderers, for if you do, you will share the same guilt as they. This you should fear above all. (to be continued) 48

Samantabadra | Pebruari 2015


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Musyimoci

LATAR BELAKANG |

S

eperti tertulis pada akhir surat ini; “Tanggal 5 bulan ke-1, Surat Balasan Kepada Ny. Omonsu�, maka surat ini merupakan surat balasan kepada Ny. Omonsu yang telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu, pada awal tahun dengan mempersembahkan berbagai sumbangan berupa kue ketan dan buah-buahan. Ny. Omonsu, penerima surat ini, adalah istri Isyikawa Syinbeino Suke Tokimice. Ia menganut kepercayaan ini melalui Nikko Syonin dan telah melaksanakan kepercayaan yang tulus dan murni bersama-sama suaminya. Kuil Kitayama Honmon sekarang, mula-mula didirikan oleh putranya, Isyikawa Mango Saburo no Tada, untuk menyambut kedatangan Nikko Syonin. Walau tahun ditulisnya surat ini tidaklah jelas, namun diperkirakan ditulis pada tanggal 5 bulan kesatu tahun 1281 (Koan ke-4) di Gunung Minobu. Surat aslinya sampai saat ini masih tersimpan dengan baik di Kuil Pusat Taiseki-ji. Surat ini pertama-tama memuji kesungguhan hati kepercayaan Ny.

Omonsu, yang pada permulaan bulan ke – 1 ini telah mempersembahkan sumbangan kepada Niciren Daisyonin. Kemudian, merasa kegembiraan hati Beliau, bahwa dengan hati kepercayaan itu pasti akan menambah rejeki kebajikan. Selanjutnya, sambil memuji kesungguhan hati Ny. Omonsu dalam mempersembahkan sumbangan, dan mengajarkan bahwa baik di Dunia Neraka maupun Dunia Buddha, keseluruhannya terdapat dalam jiwa kita sendiri. Kemudian dengan mengajukan pertanyaan, apakah dalam jiwa manusia yang merupakan sumber ketiga racun dari keserakahan, kemarahan dan kebodohan, tercakupi Dunia Buddha yang Agung ? Kemudian dijelaskan dengan perumpamaan yang mudah dimengerti. Pada akhirnya, menyimpulkan dan mengulangi kembali tentang karunia kebajikan dalam memberi sumbangan kepada Saddharmapundarika-sutra

Pebruarii 2015 | Samantabadra

49


materi ajaran | gosyo cabang ISI GOSYO |

S

aya telah menerima 100 lembar kue Musyimoci dan satu keranjang buah-buahan. Tanggal 1 bulan kesatu adalah menandakan awal hari, awal bulan, awal tahun dan juga awal musim semi, sehingga barang siapa yang merayakannya berdasarkan Hukum Sakti, kebajikannya semakin unggul dan dicintai semua orang, sama seperti bulan yang bergerak dari Barat ke Timur lambat laun menjadi penuh, matahari dari Timur menuju Barat lambat laun menjadi terang. Apabila kita bertanya di mana adanya Dunia Neraka dan Dunia Buddha, maka ada kalimat sutra yang mengatakan bahwa Dunia Neraka terdapat di bawah tanah, dan Dunia Buddha terdapat di sebelah Barat atau dan lain sebagainya. Namun, bila kita teliti lebih lanjut, sesungguhnya “Dunia Neraka dan Dunia Buddha� terdapat pada badan kita sendiri yang tingginya 5 kaki ini. Saya berpandangan demikian, karena pada perasaan jiwa orang yang merendahkan ayah dan meremehkan ibunya akan terdapat neraka. Sebagai contoh, terdapatnya bunga dan buah dalam sebuah biji teratai. Demikian juga Buddha berada pada jiwa kita, seperti adanya api pada batu dan adanya harta pada permata. Kita, manusia biasa, tidak dapat melihat bulu mata yang dekat dan langit yang jauh di angkasa. Begitu pula kita, tidak menyadari adanya Buddha pada perasaan jiwa kita sendiri. Hanya saja suatu hal yang membuat kita ragu, bahwa kita menjadi manusia adalah sebagai hasil percampuran antara sperma dan sel telur dari ayah dan ibu, karena berakar pokok pada tiga racun dan bersumber pada hawa nafsu, maka bagaimana mungkin Buddha ada pada diri kita ? Namun setelah direnungkan lebih mendalam, tampaknya pandangan ini tidaklah keliru. Teratai yang amat suci, muncul dari dalam lumpur yang kotor; kayu cendana yang amat harum dan wangi, tumbuh dari tanah; bunga Sakura yang amat indah, tumbuh dari pohon; Yang Kuei Fei yang amat cantik, ia dilahirkan dari rahim seorang ibu yang berkedudukan rendah; bulan terbit dari balik gunung, namun akhirnya menerangi gunung itu sendiri; malapetaka keluar dari mulut dan menjerumuskan diri sendiri; sedangkan karunia muncul dari perasaan hati dan menghias diri kita. Di awal tahun baru ini, kesungguhan hati menyumbang Saddharmapundarika-sutra sama seperti berseminya bunga Sakura dari pohon, munculnya kuntum teratai dari kolam, tumbuhnya tunas pohon cendana di Gunung Himalaya, dan munculnya bulan yang baru terbit. Kini, rakyat negeri Jepang yang memusuhi Saddharmapundarika-sutra telah mengundang malapetaka dari kejauhan puluhan ribu mil. Sebaliknya dapat dirasakan, bahwa orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra akan mengumpulkan karunia dari kejauhan puluhan ribu mil. Bayangan senantiasa berasal dari tubuh. Negara yang rakyatnya memusuhi Saddharmapundarika-sutra, akan diiringi malapetaka, sama seperti bayangan mengikuti tubuh. Orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra sama seperti kayu cendana yang mengandung wangi yang amat harum. Sekian dahulu, di lain kesempatan akan Saya jelaskan kembali. 50

Samantabadra | Pebruari 2015


Hari kelima bulan pertama Surat Balasan Kepada Nyonya Omonsu

Hormat Saya, Niciren

KUTIPAN GOSYO |

1

Tanggal 1 bulan kesatu adalah menandakan awal hari, awal bulan, awal tahun, dan juga awal musim semi, sehingga barang siapa yang merayakannya berdasarkan Hukum Sakti, kebajikannya semakin unggul dan dicintai semua orang, sama seperti bulan yang bergerak dari Barat ke Timur lambat laun menjadi penuh, matahari dari Timur menuju Barat lambat laun menjadi terang. Keterangan : Tanggal 1 bulan kesatu pada jaman dahulu kala disebut sebagai hari pokok Tiga Awal (gansan). Tiga awal berarti awal dari hari, bulan, dan tahun. Dalam surat ini dikatakan, “Awal hari, awal bulan, awal tahun”, jadi tanggal 1 merupakan dasar pokok dari ketiga tahapan ini. Selain itu juga menunjukkan tiga hari dari tanggal 1 sampai tanggal 3 bulan kesatu. Di dalam Surat Balasan Kepada Ueno Dono juga dikatakan, “Khususnya pada tanggal 3, perasaan kesungguhan hati melebihi hari pertama”. Betapapun, tanggal 1 bulan kesatu merupakan awal dari tahun, bulan, dan hari; juga awal musim semi. Dengan demikian, hari tersebut merupakan hari yang sangat dipentingkan dalam satu tahun. Orang yang mengutamakan tanggal 1 bulan kesatu dan merayakannya

berdasarkan hati kepercayaan, bukan main besar karunia kebajikannya. Oleh karena itu, Ny. Omonsu yang merayakan tanggal 1 bulan kesatu dengan gembira serta menyumbang dengan sungguh hati, dikatakan Niciren Daisyonin bahwa ia memperkaya karunia kebajikan diri sendiri, bahkan menjadi sumber untuk dicintai orang-orang. Dan sama seperti bulan, malam demi malam, dari bulan yang baru terbit akan menjadi bulan sabit dan akhirnya penuh menjadi bulan purnama, demikian pula karunia kebajikannya terus bertambah. Juga, seperti matahari yang terbit di arah Timur pada pagi hari bergerak ke Barat memberi kasih sayang kepada seluruh alam semesta dengan sinar dan kehangatannya, demikian pula Ny.Omonsu akan disukai orang banyak.

2

Apabila kita bertanya di mana adanya neraka dan Buddha, maka ada kalimat sutra yang mengatakan bahwa neraka terdapat di bawah tanah dan Dunia Buddha terdapat di sebelah Barat, atau dan lain sebagainya. Namun, bila kita teliti lebih lanjut, sesungguhnya “neraka dan Buddha” terdapat pada badan kita yang setinggi 5 kaki ini.

Pebruarii 2015 | Samantabadra

51


materi ajaran | gosyo cabang Keterangan : Setelah memuji kesungguhan hati Ny. Omonsu dalam menyumbang, diajarkan bahwa baik Dunia Neraka maupun Dunia Buddha seluruhnya terdapat di dalam jiwa sendiri. Pada waktu itu, umumnya orang menganggap Dunia Neraka adalah dunia yang terdapat di bawah tanah yang sangat dalam, sedangkan Dunia Buddha terdapat pada tanah suci surga di arah Barat. Hal ini dibabarkan di dalam sutra-sutra ajaran sementara dan pandangan ini tetap tinggal melekat. Mahavibhasa-sastra dan Kosa-sastra menerangkan secara rinci bahwa Dunia Neraka terdapat di bawah tanah. Dalam Kosa-sastra jilid 11 dikatakan, “Di bawah dunia ini, di kedalaman 20.000 yojana lebih, terdapat neraka penderitaan yang tak terputus-putus, memiliki dalam dan luas yang sama, dan di atasnya terdapat tujuh neraka. Di bawah Dunia Manusia (embudai), di kedalaman lebih dari 20.000 yojana terletak neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Di atasnya, yakni di antara 1000 hingga 19.000 yojana di bawah tanah terdapat tujuh neraka besar”. Dan juga, sebagai umpama, dalam Sutra Amitabha dikatakan, “Dari sini ke arah Barat terdapat dunia yang melampaui 10 milyar Tanah Buddha yang dinamakan Sukhavati”. Tanah Suci Buddha Amitabha di arah Barat merupakan Tanah Buddha yang paling diketahui secara luas oleh masyarakat umum. Selain itu, dari Tathagata Baisyajaguru, mulai dari Dunia Jojuri di arah Timur, terdapat Tanah Buddha sepuluh penjuru. Keduanya mempunyai persamaan bahwa dunia saha ini adalah tempat kotor yang penuh dengan penderitaan. Terhadap pemikiran yang ada pada waktu itu, Niciren Daisyonin 52

Samantabadra | Pebruari 2015

membabarkan bahwa ajaran ini hanya merupakan Ajaran Sementara yang menerangkan ajaran upaya sementara. Dan sebenarnya, seperti yang dikatakan, “Namun, bila kita teliti lebih lanjut, sesungguhnya ‘neraka dan Buddha’ terdapat pada badan kita yang setinggi 5 kaki ini”, Dunia Neraka dan Dunia Buddha sejak asal mula tercakup pada jiwa manusia biasa. Sutra yang menjelaskan hal ini adalah Saddharmapundarikasutra. Teori Hukum ini dikatakan sebagai Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi, yang berarti umat manusia Sepuluh Dunia, siapapun, pasti mencakupi Sepuluh Dunia lainnya. Maka, di dalam jiwa kita, Dunia Manusia, tercakup Sepuluh Dunia secara keseluruhan. Dan, di dalam Surat Kepada Ny. Janda Ueno Dono dikatakan, “Yang dikatakan Tanah Suci maupun neraka tidak terdapat di luar tubuh kita, tetapi hanya terdapat di dalam dada kita. Yang menyadari dinamakan Buddha dan yang tidak menyadari dinamakan manusia biasa. Yang memberi kesadaran seperti ini adalah Saddharmapundarika-sutra”. (Gosyo, hal. 1504). Dengan demikian, menyadari dengan tepat bahwa pada jiwa sendiri tercakup Sepuluh Dunia, merupakan pencapaian Kesadaran Buddha.

3

Saya berpandangan demikian, karena pada perasaan jiwa seseorang yang merendahkan ayah serta meremehkan ibu, akan terdapat neraka. Sebagai umpama, hal ini sama seperti terdapatnya bunga dan buah di dalam biji teratai. Keterangan : Mengenai contoh adanya neraka pada jiwa kita, dalam surat ini dikatakan, “Saya berpandangan demikian, karena pada


perasaan jiwa orang yang merendahkan ayah dan meremehkan ibunya terdapat neraka. Sebagai contoh, dalam biji teratai terdapat bunga dan buah”. Pada umumnya dikatakan bahwa budi terbesar yang diterima pada kehidupan ini adalah dari ayah bunda. Ayah bundalah yang memberi kehidupan kita di dunia ini. Jiwa adalah pusaka yang terunggul. Oleh karena itu, menghina dan meremehkan ayah bunda yang telah memberi budi terbesar, merupakan perilaku yang melukai diri sendiri secara mendalam. Oleh karena itu, tidak dapat luput dari penderitaan neraka. Sebab, karma dari neraka yang terdalam, neraka penderitaan yang tak terputus-putus, adalah kelima dosa besar : membunuh ayah, membunuh ibu, dan lainnya. Di samping itu, perbuatan menghina dan meremehkan ayah bunda, tidak hanya mengundang akibat imbalan terjatuh ke dalam neraka setelah kematian, bahkan kalau ditinjau dari Hukum Saddharmapundarikasutra, maka hati yang menghina dan meremehkan, sudah terdapat neraka. Berarti, karena mempunyai jiwa neraka, maka melakukan perbuatan menghina dan meremehkan orang tua, dan juga ketika melakukan perbuatan menghina dan meremehkan, dalam sekejap akan merasakan penderitaan neraka. Hal ini diperumpamakan pada biji teratai telah tercakupi bunga dan buah. Bunga adalah sebab, buah adalah akibat. Dalam hal ini, perbuatan menghina dan meremehkan yang merupakan sebab Dunia Neraka adalah bunga, sedangkan waktu sesaat langsung merasakan penderitaan neraka adalah buah. Oleh karena itu dikatakan, bahwa bunga dan buah sekaligus dapat terlihat pada sebutir biji teratai.

4

Begitu juga Sang Buddha bersemayam pada jiwa kita, sebagaimana adanya api pada batu, serta adanya harta pada permata. Keterangan : Selanjutnya, mengenai Buddha yang ada pada jiwa kita diambil perumpamaan, “Juga dikatakan, bahwa Buddha ada pada jiwa kita seperti adanya api pada batu dan adanya harta pada permata”. Dengan ini ditunjukkan sifat yang laten dengan tegas. “Adanya api pada batu” berarti batu api; “Adanya harta pada permata” berarti nilai batu permata. Bila dua batu saling dipukulkan akan menimbulkan api, setelah batu permata digosok bersih dan dikeluarkan di toko akan memiliki harga. Keduanya sejak asal mula sudah terkandung, tetapi dengan adanya jodoh baru terwujud. Begitu juga dengan jiwa Buddha yang terdapat pada jiwa kita, dengan bertemu Hukum Sakti dan melaksanakan pertapaan akan terwujud secara nyata. Hanya saja, sama seperti bulu mata sendiri tidak dapat dilihat secara langsung, jiwa Buddha yang sejak asal mula telah terdapat pada jiwa kita, sekalipun sangat dekat, tidak dapat diketahui dengan pandangan manusia biasa. Tetapi, bulu mata sendiri dapat dilihat melalui cermin. Sama halnya, ketika menghadap Gohonzon sebagai cermin jiwa, kita dapat menyadari sifat Buddha diri kita sendiri.

5

Hanya saja suatu hal yang membuat kita ragu bahwa kita ini menjadi manusia adalah sebagai hasil percampuran antara sperma dan sel telur dari ayah dan ibu, karena berakar pokok pada tiga racun dan bersumber pada hawa nafsu, maka bagaimana mungkin Buddha ada pada diri kita? Pebruarii 2015 | Samantabadra

53


materi ajaran | gosyo cabang Keterangan : Pada bagian ini diterangkan bahwa jiwa manusia biasa dapat dikatakan sumber pokok pada ketiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan, sehingga dengan keragu-raguan bertanya bagaimana mungkin di dalamnya terkandung Dunia Buddha yang paling unggul ? Untuk menjelaskan hal ini digunakan perumpamaan yang mudah di mengerti. Pertama-tama, mengenai jiwa manusia adalah sumber ketiga racun, dikutip Surat Syimon Bucejo Gi, “Kalau dipikirkan lebih mendalam, dasar hakekat jiwa kita berasal dari dua tetes darah putih dan darah merah ayah bunda yang membentuk satu badan. Oleh karena itu, sehingga dipandang sebagai sumber pokok keburukan yang paling kotor. Sebagai umpama, sekalipun dicuci dengan air lautan luas, tidak akan suci bersih. Apabila menyelidiki akar pokok akibat penderitaan ini, semua berasal dari tiga racun : keserakahan, kemarahan, dan kebodohan”. (Gosyo, hal 983). Dan juga, dalam Maka Syikan jilid ke-7 dikatakan, “Bagaimanapun, badan ini merupakan peninggalan badan lain yang mengeluarkan air mani. Dua tetes air merah dan putih bersatu, menarik dan menaruh kecenderungan, dan dengan ini membentuk sifat badan”. Merah yang dikatakan di sini berarti darah ibu, sedang putih adalah sperma ayah; sehingga dapat disimpulkan sebagai sel telur dan sperma. Kedua tetes merah dan putih ini berpadu dari ketiga racun ayah bunda. Kecenderungan ini, pada saat keadaan statis (mati) dengan awal pembentukan badan manusia, masuk dan terwujud nyata sebagai badan, hingga terlahirlah jiwa manusia. Dengan demikian, badan manusia 54

Samantabadra | Pebruari 2015

biasa bisa dikatakan sebagai sumber ketiga racun. Akan tetapi, dalam jiwa manusia yang seperti itu semenjak semula sudah terkandung Dunia Buddha. Untuk mengajarkan timbul nyatanya Dunia Buddha di dalam jiwa manusia biasa ini digunakan bermacam-macam perumpamaan. Teratai, cendana, bunga Sakura, Yang Kuei Fei melambangkan jiwa Dunia Buddha; lumpur, tanah besar, pohon, wanita yang berkedudukan rendah mengumpamakan manusia biasa yang penuh tiga racun. Bila berpikir dari lumpur dapat timbul bunga teratai yang suci, maka dapatlah dipercaya bahwa dari manusia biasa yang penuh dengan tiga racun dapat timbul jiwa Buddha yang suci. Selanjutnya mengenai “Bulan terbit dari balik gunung, tetapi menerangi gunung itu sendiri”. Bila jiwa manusia biasa dapat mewujudkan jiwa Buddha, maka jiwanya akan bersinar cemerlang, yang berarti merombak hawa nafsu menjadi kesadaran. Keistimewaan orang seperti ini, segala sifat buruk yang dimiliki ketika masih manusia biasa yang sesat dapat menjadi kebalikannya, digunakan sebagai kebaikan. “Bulan terbit dari balik gunung, tetapi menyinari gunung itu sendiri”, juga berarti seluruh keinginan hati atau karma hati yang terwujud sebagai karma mulut (ucapan) dan karma badan (perilaku) dapat membahagiakan diri sendiri atau sebaliknya akan mendatangkan malapetaka. Kebencian dan iri hati di dalam hati membuat perkataan dan perilaku melukis karma buruk di dalam jiwa sendiri dan akhirnya mengundang akibat imbalan penderitaan bagi diri sendiri. Perilaku maitri karuna yang memikirkan orang lain, ucapan yang keluar dari hati sesungguhnya, dan percaya serta


mempertahankan Hukum Sakti; semua ini akan menjadi akar kebaikan yang dilukis dalam jiwa sehingga akhirnya menerima akibat imbalan kebahagiaan.

6

Kini, rakyat negeri Jepang yang memusuhi Saddharmapundarika-sutra telah mengundang malapetaka dari kejauhan puluhan ribu mil. Sebaliknya dapat dirasakan, bahwa orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra akan mengumpulkan karunia dari kejauhan puluhan ribu mil.

Keterangan : Keagungan hati kepercayaan yang tulus yang membangkitkan keinginan menyumbang Gohonzon di awal tahun dipuji dengan berbagai perumpamaan seperti yang diterangkan terdahulu. Diajarkan bahwa rejeki kebajikannya yang besar akhirnya terlihat dalam suasana; dengan demikian seperti mengumpulkan kebahagiaan dari kejauhan puluhan ribu mil. Khusus mengenai keadaan yang nyata dalam suasana, diambil perbandingan antara orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra dengan orang yang menentangnya. Jiwa yang memfitnah Hukum ini dikatakan akan “mengundang malapetaka dari kejauhan puluhan ribu mil”, sebaliknya orang yang percaya Hukum Sakti akan mengumpulkan rejeki dari kejauhan puluhan ribu mil. Ini berarti, memfitnah Saddharmapundarika-sutra akan menjadi sebab karma yang mengundang serta mengumpulkan malapetaka yang akan nyata di dalam suasana. Sebaliknya, hati yang percaya Saddharma akan merombak segala suasana menjadi perlindungan para dewa sehingga akan memperoleh

rejeki jiwa. Dengan demikian, baik rejeki maupun malapetaka tidak terjadi secara sekonyong-konyong tanpa mempunyai hubungan dengan diri sendiri; semuanya berasal dari sebab karma yang dibuat sendiri dan merupakan pencerminan dari rejeki kebajikan. Untuk itu diterangkan bahwa sebab akibat yang terdapat dalam jiwa adalah badan; sebab karma dan akibat karma akan nyata pada suasana berupa rejeki karunia kebajikan atau malapetaka adalah bayangan. Di sini yang dikatakan “negara yang rakyatnya memusuhi Saddharmapundarika-sutra akan diiringi malapetaka, sama seperti bayangan mengikuti tubuh”, menunjukkan secara nyata kedatangan serangan dari Mongolia. Di dalam Surat Sulit Mudahnya Pelaksanaan antara Sutra-sutra lainnya dengan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Hukum Buddha bagaikan badan, masyarakat bagaikan bayangan. Bila badannya bengkok, bayangannya pun akan bengkok”. (Gosyo, hal 992). Kehidupan orang yang memfitnah Dharma seperti bayangan mengikuti badan, akan diserang oleh malapetaka, dan sebaliknya orang yang menerima dan mempertahankan Gohonzon akan seperti cendana yang berbau harum, kehidupannya akan terbuka dan rejekinya akan berbinar-binar seperti terbungkus harumnya cendana. eee

Pebruarii 2015 | Samantabadra

55


materi ajaran | gosyo cabang

56

Samantabadra | Pebruari 2015


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Cara Hidup dan Nasib Manusia yang Hakiki Pertanyaan : Saya telah mempunyai cara hidup sendiri. Oleh karena itu untuk apa saya harus melaksanakan perombakan sifat jiwa? Saya tidak merasa penting untuk melaksanakan perombakan sifat jiwa. Jawab : Memang tidak dapat disangkal bahwa zaman sekarang ini adalah zaman di mana setiap manusia mementingkan pribadinya sendiri. Bahkan sekarang manusia amat dan terlalu mengagungkan pribadinya sendiri. Di antara mereka yang bersifat seperti itu, ada yang mempunyai cara berpikir yang baik dan ada pula yang dapat menyerap kebudayaan. Sifat yang ditunjang cara berpikir yang baik sangat bermanfaat untuk mencipta nilai. Kreatifitas seperti itu memang amat baik. Manusia pada dasarnya selalu memikirkan cara hidup yang sesuai dengan kepentingan dirinya. Akan tetapi sikap yang mementingkan diri sendiri ini sering mendorong manusia untuk menolak orang lain. Bahkan juga manusia sering memaksa orang lain untuk menjalankan cara hidup yang sesuai dengan cara hidupnya sendiri. Hal ini adalah tidak baik bagi kita. Apabila kita ingin meningkatkan dasar

jiwa kita sendiri, kita harus mempelajari mereka-mereka yang lebih maju. Kita harus mempelajari cara hidup dan cara berpikir mereka yang lebih maju. Maju yang dimaksud di sini adalah maju dalam melaksanakan pertapaan agama Buddha. Selain itu kita juga harus mempelajari sikap hidup para tokoh yang ada dalam sejarah. Inilah cara hidup dan sikap hidup yang sebenarnya harus kita jalankan sebagai manusia. Dikatakan bahwa manusia adalah ‘homo socius’ (makhluk sosial). Sebenarnya bukanlah demikian. Manusia tidak dibentuk oleh masyarakat. Manusia itu membentuk masyarakat. Kalau kita berpikir lebih dalam, maka kita dapat menemukan makna sebenarnya dari kehidupan sebagai manusia. Sebenarnya makna dari kehidupan sebagai manusia adalah hubungan dalam bentuk sikap hidup antara sesama manusia. Makna ini berarti berbagai sikap hidup dalam menghadapi bermacam-macam manusia yang ada dan membentuk masyarakat. Kita harus tahu bahwa apabila kita tidak bisa menjalankan cara hidup yang sesuai dengan berjenis-jenis manusia yang ada dalam masyarakat, hidup kita tidak akan Pebruarii 2015 | Samantabadra

57


materi ajaran | forum diskusi sejahtera. Hidup kita akan sengsara. Agama Buddha juga membabarkan tentang cara hidup sebagai manusia. Agama Buddha mengagungkan setiap manusia dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap manusia dapat meningkatkan pribadinya hingga akhirnya mencapai kesempurnaan. Dalam Surat Perihal Tiga Harta Pusaka, Niciren Daisyonin menerangkan mengenai Bodhisattva Sadaparibhuta. Dalam Surat Perihal Tiga Harta Pusaka tersebut diterangkan tentang Bodhisattva Sadaparibhuta yang selalu menghormati orang lain dan juga menerangkan maksud pokok kehadiran Sang Buddha Sakyamuni di dunia. Keterangan ini adalah untuk menjelaskan perilaku seorang manusia yang mempunyai nilai agung. Surat tersebut juga menjelaskan bahwa yang mewarisi prajna kebijaksanaan tidak lain adalah manusia.

timbullah apa yang dikatakan sebagai iri hati, benci dan lain sebagainya. Selain perbedaan-perbedaan tersebut manusia sejak lahir juga memiliki perbedaan kebiasaan sifat satu sama lain. Perbedaan ini yang langsung mempengaruhi keadaan diri kita. Perbedaan kebiasaan sifat inilah yang membedakan antara kita yang bahagia dan yang tidak bahagia. Tetapi sering kita mendengar orang yang mengatakan, “Hanya kebetulan�. Semua ini sebenarnya bukanlah kebetulan. Jadi bagaimanakah sebanarnya kita harus menjalankan nasib itu? Ataukah memang nasib kita itu sudah ditentukan dan kita harus menerimanya? Haruskah kita menjalankan cara hidup yang penuh keputusasaan, atau terus menerus tidak menerima nasib? Menurut hukum Buddha, baik hidup yang penuh kebahagiaan dan hidup tanpa karunia, tidak dapat menggoyahkan diri kita sendiri. Melalui hukum Buddha kita mempunyai Pertanyaan : Agama sering penglihatan yang dapat menembus hingga mengatakan nasib. Akan tetapi saya kenyataan yang sebenarnya atau yang tidak percaya akan nasib tersebut. hakiki. Misalnya dikatakan bahwa kehidupan Siapakah yang menentukan nasib kita? manusia itu sudah ditentukan sebelum Sebenarnya yang menentukan nasib itu kelahirannya di dunia. Saya tidak tak lain adalah pelaksanaan dari kita mengerti cara berpikir yang seperti sendiri. Artinya perasaan hati dan badan demikian itu. Dapatkah dijelaskan? dua pihak, kita sendiri yang menjalankan perilaku dari masa lampau yang amat Jawab : Memang siapa pun sebenarnya jauh. Perilaku-perilaku kita dari masa tidak mau percaya. Tetapi siapa pun lampau yang amat jauh ini menjadi suatu sebenarnya tidak bisa lari dari nasib. tumpukan. Tumpukan-tumpukan dari Sudah merupakan suatu kenyataan umum perilaku-perilaku kita ini berkumpul bahwa sejak kelahiran manusia di dunia menjadi sifat kecenderungan jiwa kita. sudah terdapat berbagai macam perbedaan Sifat kecenderungan dari jiwa kita inilah dalam hidupnya. Perbedaan itu terdapat yang membentuk nasib kita. Seperti halnya dalam bentuk muka, kepribadian, suasana, diri kita, demikian juga nasib orang lain karunia dan lain-lain. Apabila perbedaan ditentukan oleh sifat kecenderungan antar manusia yang berupa kekuranganjiwanya. Hal ini ditunjukkan dengan amat kekurangan tidak dapat diperbaiki maka tegas. Kini terlihat jelas bahwa sebenarnya 58

Samantabadra | Pebruari 2015


kita sendirilah yang menentukan nasib kita. Apabila demikian halnya, bagaimanakah cara kita menerima nasib ini dan bagaimana pula merombaknya? Kita tidak bisa menunggu orang lain dalam menerima dan merombak nasib kita. Kita harus mempunyai inisiatif sendiri untuk berusaha menerima dan merombak nasib kita. Hukum Buddha sesungguhnya mengatakan, “Bukan mengikuti nasib dan kalah pada nasib. Tetapi menghadapi nasib dengan keras dan tegas. Jadi mulai sekarang dan untuk selanjutnya kita harus mendasari diri kita dengan rasa tanggung jawab pada diri kita sendiri�. Kata-kata ini menerangkan wujud hukum akar pokok dari perombakan nasib. Dalam bahasa kanji, nasib dikatakan sebagai sikume. Sikume adalah jiwa yang tetap. Sebaliknya siapa pun sebenarnya dari dulu, sejak masa lampau yang tak berbatas merupakan jiwa yang unggul. Jiwa yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Jiwa yang mengandung nasib, yang mewujudkan dan membuka diri masing-masing manusia. Dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat bermacam-macam perumpamaan. Salah satunya adalah perumpamaan Cojagusi (perumpamaan tentang hartawan dan anak miskin). Perumpamaan ini mengisahkan tentang seorang anak lakilaki yang miskin. Anak tersebut tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia adalah anak seorang hartawan. Oleh karena itu ia ingin mencari kebahagian di negeri orang lain. Pada akhirnya keinginannya ini membuat dirinya susah. Akan tetapi pada suatu hari ia bertemu dengan seorang hartawan yang berwibawa. Hartawan itu muncul dihadapannya. Pada mulanya ia merasa takut setiap kali ia melihat

hartawan tersebut, karena wibawanya yang besar. Tetapi pada akhirnya anak tersebut diterima sebagai pembantu di keluarga hartawan itu. Anak tersebut merasa amat puas dengan kedudukan yang sedemikian rendah itu. Ia bekerja dengan rajin dan sungguh-sungguh. Lamalama hartawan tersebut menjadi amat percaya pada pembantunya ini. Hartawan tersebut menjadi amat percaya karena melihat kejujuran pembantunya itu. Maka seluruh keuangan dari hartawan tersebut diserahkan pada pembantu kepercayaannya. Seluruh keuangan hartawan tersebut selanjutnya menjadi tanggung jawab pembantu terpercayanya. Pada saat hartawan itu meninggal dunia, semua hartanya yang berlimpahlimpah diwariskan pada pembantunya ini. Demikianlah perumpamaan yang dibabarkan. Perumpamaan ini bukan hanya menerangkan tentang nasib. Perumpamaan ini menerangkan tentang bagaimana nasib dapat dirubah. Perumpamaan ini juga menerangkan bagaimana seseorang dapat membuka serta membangkitkan tenaga. Membuka dan membangkitkan tenaga untuk membangun sikap inisiatif. Sikap inisiatif dalam menjalankan kehidupan. Di sinilah diperlihatkan pada kita akan perlunya satu agama yang sesunguhnya. Agama yang dapat mendorong untuk membuka dan membangkitkan diri kita sendiri serta pada akhirnya menemukan diri kita yang sebenarnya. eee

Pebruarii 2015 | Samantabadra

59


wawasan

Pengaruh Budaya Asing Terhadap Generasi Muda

E

ra globalisasi yang terjadi saat ini turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih, perkembangan teknologi tidak dibarengi dengan budaya-budaya asing yang bersifat positif. Budaya asing masuk ke negeri kita secara bebas, tanpa adanya filterisasi. Pada umumnya, para generasi muda sangat terbuka dengan berbagai inovasi yang hadir dalam kehidupannya, tetapi mereka belum dapat memilah mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan aturan serta norma yang berlaku di negara Republik Indonesia. 60

Samantabadra | Pebruari 2015

Prasetyo Dharma

Tentu banyak diantara kita yang turut merayakan hari Valentine atau Hallowen, hanya sekadar untuk kesenangan semata tanpa memaknai esensi dari budaya asing yang masuk tersebut. Budaya asing yang masuk ke Indonesia memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan generasi muda. Ada budaya yang bersifat konstruktif (positif) dan ada pula yang bersifat destruktif (negatif). Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda harus pandai dalam memilah budaya asing yang masuk, agar jati diri kita sebagai anak bangsa tidak rusak.


Arus globalisasi masuk melalui berbagai media, seperti radio, televisi, surat kabar, film, dan internet. Terjangan arus globalisasi ini kemudian menjadikan dunia seolaholah tanpa batas. Selain itu, globalisasi juga menyebabkan terjadi perubahan perilaku pada masyarakat, contohnya dalam bidang mode pakaian, perlengkapan sehari-hari, dan makanan. Banyaknya tindak kejahatan yang bermunculan seperti narkoba, tawuran, perkosaan, dan pergaulan bebas, terjadi karena generasi muda kita meniru budaya asing yang menurut mereka sudah tidak tabu lagi untuk diikuti. Inilah fenomena yang terjadi pada generasi muda kita saat ini, akibat tidak adanya kemampuan untuk memilah budaya asing yang masuk. Tak heran para budayawan mengatakan bahwa sesungguhnya akar budaya Indonesia pada generasi muda telah luntur. Saat ini kita memasuki titik nadir kebudayaan, apa yang kita lihat menarik dan menyenangkan (tanpa mempertimbangkan baik-buruknya) diterima begitu saja. Globalisasi mempunyai beberapa dampak negatif sebagai berikut : • Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme), dimana kegiatan gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan. Selain itu, ketergantungan menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari turut mempengaruhi penurunan kepekaan sosial kita. Sejak dini anak-anak sudah dibiasakan bermain tablet / smartphone, sibuk dengan dirinya sendiri dan menghiraukan linkungan sekitar. Berbeda dengan pemainan khas Indonesia yang marak beberapa waktu lalu, seperti galaksi / asen, congklak, dan petak-umpet, yang bertujuan untuk meningkatkan kepekaan dan solidaritas sesama teman. • Munculnya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi

• •

karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan sosial atau jabatan. Sikap materialisme ini menyebabkan kesenjangan sosial antara golongan kaya dan miskin semakin lebar. Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya. Tersebarnya nilai-nilai budaya yang melanggar nilai-nilai kesopanan dan budaya bangsa melalui media massa, seperti tayangan film yang mengandung unsur pornografi yang disiarkan oleh televisi asing yang dapat ditangkap melalui antena parabola atau situs-situs pornografi di internet. Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, yang dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas (free sex). Gaya hidup seks bebas yang sepertinya sudah lazim dikalangan para remaja, kehidupan pada klub malam berkembang pesat khususnya di perkotaan. Awalnya, mereka hanya menonton film porno yang didapat dari internet, kemudian timbul rasa mereka ingin mencoba hal itu dan akhirnya terjadi berbagai kemungkinan yang berbahaya, diantaranya hamil diluar nikah, tertularnya virus HIV/AIDS. Usia muda diibaratkan bagai bunga yang baru mekar, sehingga pikiran mereka masih labil. Mereka hanya memikirkan nafsu sementara saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya.

Cara memfilter budaya asing yang masuk Ada beberapa tindakan antisipasi yang Pebruarii 2015 | Samantabadra

61


dapat dilakukan remaja Indonesia dalam menghadapi terjangan budaya asing, yaitu : • Bersikap kritis dan teliti. Kita harus bisa bersikap kritis dan teliti dalam menerima budaya asing yang masuk. Harus ditelaah lebih jauh lagi, apakah budaya ini sesuai atau tidak dengan norma-norma yang berlaku. Salah satu caranya adalah dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang budaya tersebut. • Perluas Ilmu Pengetahuan (IPTEK). Kita harus mengetahui terlebih dahulu apa saja fungsi dan dampak dari budaya asing yang ada agar kita tidak menyalahgunakannya. • Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”. Adat istiadat dan budaya yang dipelihara oleh leluhur kita adalah benar adanya dan mempunyai dampak positif bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus meningkatkan kecintaan terhadap Indonesia, sehingga kita tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing. • Faktor paling penting adalah meningkatkan kecerdasan spiritualitas. Bangsa-bangsa yang mengabaikan aspek spiritualitas, cenderung tidak memiliki kebudayaan. Agama merupakan pondasi utama yang dapat mengontrol diri kita agar tidak terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Agamalah yang akan menuntun langkah kita disaat kita tersesat. Kita sebagai murid Buddha harus percaya bahwa dengan memunculkan kesadaran dalam diri sendiri untuk selalu berperilaku positif, maka jodoh baik pasti akan datang. Memupuk Kesadaran Remaja Indonesia terhadap pentingnya melestarikan budaya Indonesia Berikut adalah langkah-langkah untuk menimbulkan kesadaran remaja akan pentingnya budaya Indonesia : 62

Samantabadra | Pebruari 2015

• Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misalnya dengan mencintai produk dalam negeri dan mengapresiasi karya anak bangsa dalam dunia perfilman yang saat ini dikuasai oleh industri perfilman Hollywood. • Menanamkan dan mengamalkan nilainilai pancasila dengan sebaik-baiknya. • Mempelajari moralitas bangsa kita yang santun dan sopan, serta menerapkan perilaku gotong-royong yang merupakan budaya khas bangsa Indonesia. • Memahami akar budaya positif yang dimiliki bangsa Indonesia. • Menanamkan dan mengamalkan nilainilai agama dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini kita sebagai penganut Niciren Daisyonin, harus mampu menjunjung tinggi ajaran Buddha melalui sikap percaya, belajar, dan melaksanakan dalam kehidupan seharihari. • Selektif terhadap pengaruh globalisasi dalam bidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial budaya bangsa.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut, diharapkan mampu menangkis dan memfilter pengaruh budaya asing yang dapat mengubah nilai dan semangat nasionalisme kita terhadap bangsa, sehingga kepribadian bangsa Indonesia tidaklah hilang.

Referensi : http://www.bisosial.com/2013/02/pengaruh-budayaasing-dalam-era.html


refleksi

Lessons from The Crash

Pelajaran dari Sebuah Kecelakaan

W

hen I was driving to Jakarta to see a relative on Sunday, 12/28/14, I heard from Elshinta Radio Station that an AirAsia aeroplane flight QZ8501, an Airbus A320-200 from Surabaya to Singapore lost contact around 6.20! A few days later it was positively declared to fall into the sea! What an accident! There were 155 passengers consisting of 138 adults, 16 children and 1 infant plus 7 crew members! How horrible! How could this happen? Nevertheless, some prospective passengers who did not read the email on the flight rescheduling are still alive, safe and sound. I believe that the AirAsia case is in line with the Buddhist teaching that any accident occurred in a person’s life will follow the course of fixed karma he has done. I used to be a passenger of AirAsia around 2007-2010 myself when I was going through my bladder treatment in Gleneagles Medical Center Singapore. In 2007-8 AirAsia only flew until Batam and got no flight to Singapore. If I’m not mistaken, in 2009, it started to have one from Jakarta to Singapore.

Kyanne Virya

Ketika sedang mengemudi ke Jakarta guna menemui kerabat pada hari Minggu, 28/12/14, saya mendengar dari Radio Elshinta bahwa sebuah pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501, pesawat Airbus A320-200, dari Surabaya ke Singapura kehilangan kontak sekitar pukul 6.20! Beberapa hari kemudian pesawat AirAsia ini dinyatakan positif terjatuh ke laut! Kecelakaan yang hebat! Terdapat 155 penumpang yang terdiri atas 138 orang dewasa, 16 anak-anak dan 1 orang bayi ditambah 7 anggota kru pesawat! Betapa mengerikan! Bagaimana hal ini bisa terjadi? Kendatipun demikian, sebagian calon penumpang yang tidak membaca email tentang perubahan jadwal penerbangan masih hidup, selamat dan sehat walafiat. Menurut pendapat saya, kasus AirAsia sejalan dengan ajaran Buddhis bahwa kecelakaan apapun yang terjadi dalam kehidupan seseorang mengikuti arus karma tetap yang telah ia lakukan. Saya sendiri pernah menjadi penumpang AirAsia sekitar tahun 2007-2010 ketika sedang menjalani pengobatan kantung kemih di Gleneagles Medical Center, Singapura. Pada tahun 2007-8 AirAsia hanya terbang sampai Batam dan tidak melayani penerbangan ke Singapura. Kalau tidak salah, pada tahun 2009 AirAsia mulai melayani penerbangan dari Jakarta ke Singapura. Pebruarii 2015 | Samantabadra

63


refleksi Having known the aircraft good condition and the pilot’s competence, it is something weird to notice the crash could have happened tragically. There should be an religious explanation on what has caused the accident. Most passengers onboard were Indonesian. ‘Why so happened? Buddhism has taught us one thing: the bad emotion brings about an incident even accident. Any incident or accident takes place because of karma. What is actually karma? The Dictionary of Buddhist Terms and Concepts defines it as potentials in the inner, unconscious realm of life created through one’s actions in the past or present that manifest themselves as various results in the present or future. Furthermore the dictionary reads:

Setelah mengetahui kondisi pesawat terbang yang masih bagus dan kompetensi pilot, agak aneh mencermati kecelakaan ini dapat terjadi secara tragis. Harus ada penjelasan keagamaan tentang hal-hal yang menyebabkan kecelakaan ini. Sebagian besar penumpang di dalam pesawat berkebangsaan Indonesian. Mengapa terjadi begitu? Buddha Dharma telah mengajari kita satu hal: emosi buruk menyebabkan insiden/kejadian tak menyenangkan bahkan kecelakaan. Insiden atau kecelakaan apapun terjadi karena karma. Apakah sebenarnya karma itu? The Dictionary of Buddhist Terms dan Concepts mendefinisikannya sebagai potensi-potensi di dalam dunia jiwa tak-sadar terdalam, yang diciptakan melalui perbuatan-perbuatan seseorang pada masa lampau atau masa kini yang mewujudkan diri sebagai berbagai akibat pada masa kini atau masa depan. Lebih jauh, terbaca dalam kamus itu: This latent force, or karma, when actiDaya laten ini, atau karma, ketika diaktifkan vated by an external stimulus, produces oleh pemicu dari luar, menghasilkan akibat a corresponding good or bad effect, yang baik atau buruk yang sepadan, yakni, i.e., happiness or suffering. There are kebahagiaan atau penderitaan. Ada juga perbuatan-perbuatan netral yang tidak also neutral acts that produce neither menghasilkan akibat yang baik ataupun good nor bad results. According to this buruk. Menurut konsep karma ini, perbuatanconcept of karma, one’s actions in the perbuatan seseorang pada masa lampau past have shaped one’s present reality, telah membentuk kenyataan seseorang and one’s actions in the present will in sekarang, dan perbuatan-perbuatan turn influence one’s future. This law of seseorang pada masa sekarang akan pada karmic causality operates in perpetugilirannya mempengaruhi masa depan ity, carrying over from one lifetime to orang itu. Hukum sebab-akibat berdasarkan the next and remaining with one in the karma ini berlangsung abadi pada masa latent state between death and rebirth. akan datang, yang terbawa dari satu masa kehidupan ke masa kehidupan akan datang dan tetap ada dengan karma yang berada dalam keadaan antara kematian dan kelahiran kembali. Begitu blak-blakan penjelasan Buddhis tentang So outspoken is the Buddhist explanation cara karma bekerja. Karma dapat berkaitan sejak of how karma works. It could relate from far masa lampau jauh (masa kehidupan ini dan atau past (this lifetime and or past existence into kehidupan lampau) ke dalam kehidupan sekarang present existence towards far future (future menuju masa depan yang jauh (kehidupan existence, could be in a different family, commendatang, mungkin di sebuah keluarga, munity and country). masyarakat dan negara berbeda). To discuss more on the concept of karma, it Untuk membahas konsep karma, karma has something to do with the 3 lifetimes: pas berkaitan dengan 3 masa kehidupan: lampau, sekarang dan mendatang sebagai berikut: t, present and future as follows: Buddha Dharma Mahayana berpegangan Mahayana Buddhism holds that the sum bahwa jumlah perbuatan-perbuatan dan of actions and experiences of the pres-

64

Samantabadra | Pebruari 2015


ent and previous lifetimes are accumulated and stored as karma in the depths of life and will form the framework of individual existence in the next lifetime. The further explanation on karma makes it clear why something terrible could occur in someone’s life: early death, a fatal disease, a traffic accident etc.: Karma is broadly divided into two types: fixed and unfixed. Fixed karma is said to produce a fixed result—that is, for any given fixed karma there is a specific effect that will become manifest at a specific time. Karma that inevitably produces a fixed or set result, whether negative or positive. The AirAsia crash by the end of 2014 has taught us a very good example of how fixed karma has worked. We could say that Fixed Karma is a Karma that cannot be avoided. The plane carried 162 people with the same karma, that is the Fixed Karma. When will the Fixed Karma appear in our lives? It depends on the severity. The more severe, the slower it will appear. In this case, fixed karma may be of three types depending on when its effects will appear: (1) karma whose effects are destined to appear in the same lifetime; (2) karma whose effects are destined to appear in the next lifetime; and (3) karma whose effects are destined to appear in a third or even later lifetime. As a general rule, lighter karma is said to manifest itself in the same lifetime that it was created, while exceptionally good or bad karma will be carried over into subsequent lifetimes. The passengers could have had that lifestyle which harmed their lives. Why could this fossilize into fixed karma? The dictionary says The Dharma Analysis Treasury lists the four causes of fixed karma. They are (1) actions motivated by exceptionally strong earthly desires or by a profound-

pengalaman-pengalaman masa kehidupan sekarang dan masa kehidupan sebelumnya ditumpuk dan disimpan sebagai karma di kedalaman jiwa dan akan membentuk kerangka kehidupan individu pada masa kehidupan mendatang. Penjelasan lebih jauh tentang karma menjelaskan alasan sesuatu yang mengerikan dapat terjadi pada kehidupan seseorang: meninggal pada usia muda, penyakit fatal, kecelakaan lalu lintas dsb.: Karma is secara luas dibagi menjadi dua jenis: tetap dan tidak tetap. Karma tetap dikatakan menghasilkan akibat yang pasti -- yakni, atas karma tetap tertentu apapun, ada akibat khusus yang akan menjadi nyata pada waktu tertentu. Karma yang pasti menghasilkan akibat pasti atau tertentu apakah buruk atau baik. Kecelakaan AirAsia pada akhir tahun 2014 telah mengajari kita contoh yang sangat baik tentang cara karma tetap bekerja. Dapat kita katakan bahwa karma tetap itu karma yang tak dapat dihindari. Pesawat tsb. membawa 162 orang berkarma sama, yakni karma tetap. Kapan karma tetap akan muncul dalam kehidupan kita? Karma tetap bergantung pada intensitasnya. Semakin berat, semakit lambat munculnya. Dalam hal ini, karma tetap mungkin tergolong tiga jenis tergantung pada saat akibatnya yang akan muncul: (1) karma yang akibat-akibatnya pasti muncul dalam masa kehidupan yang sama; (2) karma yang akibat-akibatnya pasti muncul dalam masa kehidupan akan datang; dan (3) karma yang akibat-akibatnya pasti muncul dalam masa kehidupan ketiga atau bahkan lebih lambat.. sebagai aturan umum, karma yang lebih ringan dikatakan muncul sendiri dalam masa kehidupan yang sama dengan saat diciptakannya, sementara that it was created, while exceptionally good or bad karma yang sangat baik atau sangat buruk akan terbawa ke masa-masa kehidupan selanjutnya. Para penumpang mungkin memiliki gaya hidup yang sama yang membahayakan kehidupan mereka. Mengapa ini dapat membantu menjadi karma tetap? Dalam kamus itu terbaca: Kekayaan Analisis Dharma mendaftar keempat sebab karma tetap. Keempat sebab ini ialah (1) perbuatan-perbuatan yang

Pebruarii 2015 | Samantabadra

65


refleksi ly pure mind; (2) actions, whether good or evil, done habitually; (3) actions, whether good or evil, performed in relation to such sources of benefit as the three treasures of Buddhism; and (4) actions causing harm to one’s parents. Fixed karma may also be interpreted as karma whose effects are destined to appear at a fixed time.

didorong oleh hawa nafsu duniawi yang amat kuat atau oleh pikiran yang sangat suci; (2) perbuatan-perbuatan, apakah baik atau buruk, yang dilakukan sebagai kebiasaan; (3) perbuatan-perbuatan, apakah baik atau buruk, yang dilakukan terkait dengan sumber-sumber karunia kebajikan seperti Triratna agama Buddha; dan (4) perbuatanperbuatan yang membahayakan kedua orang tua seseorang. Karma tetap dapat juga ditafsirkan sebagai karma yang akibatakibatnya pasti muncul pada saat tertentu. Seandainya para penumpang mengetahui Had the passengers known the coming accident and trouble, nobody would have joined kecelakaan dan kesulitan yang akan datang, tak the aeroplane. The passengers’ families have seorangpun akan menaiki pesawat terbang itu. Keluarga para penumpang merasakan kesedihan a deeply felt sorrow. They have never imagined such a terrible event. It has been so hor- mendalam.Mereka tak pernah membayangkan peristiwa yang mengerikan tsb. Peristiwa itu telah rible and surprising that they will never forget begitu mengerikan dan mengejutkan sampaithe feeling. They have been hit and hurt by sampai mereka tak akan pernah dapat melupakan such a big accident. Up to the 14th day when perasaan itu. Mereka sudah terpukul dan terluka this article is being written, most of families oleh kecelakaan besar tsb. Hingga hari ke-14 pada have not got the bodies of their relatives. Only saat artikel ini ditulis, sebagian besar keluarga a third of the dead bodies could the SAR perbelum mendapatkan mayat kerabat mereka. Hanya sonnel find around the accident point! It is so sepertiga mayat yang dapat ditemukan personel hard to find them, that bad weather causes big SAR di seputar titik kecelakaan! Sungguh sukar menemukan mayat-mayat itu bahwa cuaca buruk waves around the location. They have been menyebabkan gelombang besar di sekitar lokasi. spread out in a larger radius! Nam-myohoMayat-mayat ini telah tersebar dalam radius yang renge-kyo! lebih luas! Nam-myoho-renge-kyo! Seandainya kita menjadi mereka, kita akan If we were them, we would feel the same. merasakan hal yang sama. Kita akan merasa sangat We will be ill-felt about the incident and acterpukul tentang insiden dan kecelakaan ini. Namun, cident. But, we have to accept the condition kita harus menerima kondisi kehilangan anggota of losing family member so suddenly. As good keluarga dengan begitu cepatnya. Sebagai warga citizens, we should send prayer to them. But negara yang baik, kita harus memanjatkan doa as Buddhists, it is hard to do so since it should kepada mereka. Namun sebagai Buddhis, sukar be done by the people themselves; that is they melakukannya karena seharusnya dilakukan oleh orangnya sendiri; bahwa mereka harus percaya should believe in the Gohonzon first! This pada Gohonzon terlebih dahulu! Ini berarti kita means we have to do the propagation of the harus melakukan penyiaran Dharma Sejati kepada True Law to more people. By doing so, they lebih banyak penduduk. Dengan begitu, mereka will know their karma and change it into an akan mengetahui karma mereka dan mengubahnya easier state. Because even if we had a very menjadi keadaan yang lebih ringan. Karena bad karma, we could change and improve its sekalipun jika kita memiliki karma sangat buruk, quality or degrade its severity. kita dapat mengubah dan meningkatkan mutunya Could fixed karma be changed? The Daisho- atau mengurangi intensitasnya. nin states yes in one of His goshos. No probDapatkah karma-tetap diubah? Niciren Daisyonin menyatakan bisa diubah di dalam salah satu gosyolem how fixed it is, this could be changed. Nya. Tidak maslah betapa tetapnya karma itu, karma No matter how hard the karma is, it could be itu dapat diubah. Tak peduli betapa sukar karmanya, improved! A few members in Bogor have ex-

66

Samantabadra | Pebruari 2015


perienced this. Their ages have been extended several years in spite of their fatal diseases. They could do something more for the sake of Kosenrufu. Look at this quote: Fixed karma was traditionally considered unchangeable, but Nichiren states in his writing On Prolonging One’s Life Span, “Karma also may be divided into two categories: fixed and unfixed. Sincere repentance will eradicate even fixed karma, to say nothing of karma that is unfixed” (954).

karma itu dapat diperbaiki! Beberapa umat di Bogor telah mengalami hal ini. Usia mereka telah diperpanjang beberapa tahun sekalipun mengalami penyakit fatal. Mereka dapat melakukan sesuatu yang lebih demi Kosenrufu. Lihatlah kutipan ini: Karma tetap biasanya dianggap tak dapat diubah, namun Niciren menyatakan dalam tulisan-Nya Perihal Memperpanjang Masa Hidup Seseorang, “Karma juga dapat dibagi menjadi dua kategori: tetap dan tidak tetap. Bertobat sesungguh hati akan menghapuskan bahkan karma-tetap sekalipun, tak perlu dikatakan lagi tentang karma tidak tetap” (954). Kecelakaan AirAsia telah memperlihakan The AirAsia accident has shown us the kepada kita ajaran bahwa peristiwa fatal apapun doctrine that any fatal event occurred in yang terjadi dalam kehidupaan seseorang akan sombody’s life is going to catch up with the berkejaran dengan arah karma-tetap yang ia course of fixed karma he has carried out. I laksanakan. Usulan saya agar kita melakukan recommend that we do more shakubuku in or- lebih banyak syakubuku supaya lebih banyak der that more people could change the course orang yang dapat mengubah arah karma. Dengan of karma. Using the power of the dharma menggunakan kekuatan dharma Myo-ho-ren-ge-kyo Myo-ho-ren-ge-kyo and chanting the Daimoku dan melantunkan Daimoku Nam-myo-ho-ren-ge-kyo Nam-myo-ho-ren-ge-kyo of the Three Great Se- Tri Mahadharma Rahasia, teruslah memperbaiki emosi dan perasaan kita untuk membuat karma cret Laws, keep improving our emotions and baik. Jauhilah emosi dan perasaan buruk! Usulan feelings to make good karma. Keep away the negative ones! Another recommendation is to lainnya ialah menghindari untuk terbang dalam penerbangan yang sama dengan para anggota avoid flying in the same flight with our family members. One of my students who studies keluarga kita. Salah seorang siswa yang belajar di Singapura mengatakan bahwa ia berencana in Singapore told me that she plans to spread menyebar para anggota keluarganya menjadi her family members into a few flights to save beberapa penerbangan demi menyelematkan the generation once they will gather for an oc- generasi keluarganya ketika mereka akan casion there. eee berkumpul di Singapura untuk suatu acara. eee

Pebruarii 2015 | Samantabadra

67


refleksi

Dare to Dream, Dare to Achieve It Jason Sianandar

D

ream means, “an idea or vision that is created in your imagination and that is not real.” (Merriam-Webster.com, 2014). Basically it is an idea or a vision that you think about in your mind but unfortunately it is not real and that is exactly why you must achieve it so your dream can become real. Now, at the 21st century, Globalization and Technology impact the world and just by looking around our environment you can see this cause most children to play with gadgets a lot. In the past, when there are no gadgets children tend to dream more about their future. But now because life is somehow easier with technology and with gadgets now such as smartphones, tablets, iphones, ipads. Nowadays childrens like to play with their gadgets more and dream less because they are too focused playing with the gadgets that they don’t have time to dream about their future. But this must change for life is a thing that we must treasure because you only live once. Like the old sayings, life is not about how long we live but it’s about what we do in life. We all know the phrase, “Follow your dreams!” But not everyone have the ability to do it. When life doesn’t go like we expect, when bills pile up, and we have to do the job that we don’t like just to make it through the day. But there are a number of reasons why you should follow your dream, to do the things you enjoy, to live life like you’ve always wanted.

1. They make life worth living Your dreams can you get through the worst of days in your life. Why? Because when you are struggling, the only thing that will encourage you to keep going are your dreams. Your dreams are what makes you wake up every morning and try again! They are what makes you life worth living. Without dreams, what are we? Nothing, just some human that is just waiting to die without even doing anything in life.

68

Samantabadra | Pebruari 2015

2. You’ll meet other Dream - Seekers When you are motivated and excited your dreams, you’ll attract other people who have the same dreams along the way. The more you surround yourself with high achievers, the further you’ll go and make friends because if time get tough and you feel hard to keep going, your friends can motivate you to continue achieving. 3. You can be an inspiration to others If you decide to follow your dream and life like you want it to be, you will give hope to others. You can be an example to them. You can be the reason of why they should try. You can also try to help them by teaching them or motivating them to keep going. 4. You can provide for your family If you’re very motivated on your goal, it’s actually hard to fail at it.If you are very focused on your goals and dreams and you make sure that you make income along the way, you will be able to provide for your family. Sure, some dreams take longer than others but that’s what makes it interesting and worth it right? 5. In the future if you work in a job you hate, it will make your days go slowly Why should you work in a job you hate? If you like architecture then why should you work as an accountant? You’ll only count the clock and you won’t do as well. Just pursue your dreams! Do what you love and enjoy the process of doing it. 6. Because no one else is going to follow them for you When we dream about something of course we must pursue them ourselves. Let’s face it: There is no one else that is going to pursue our dreams except ourselves. Everyone has their own goals and dreams that they want to achieve in life. If you don’t follow your dreams, who will?


7. So that you can finally be happy Life without dreams is depressing. Search far and wide for your dreams and make a promise to yourself that you will start pursuing your dreams. Once you start on the path to pursue your dreams, you will feel a particular change in the way you feel. 8. To prove them wrong In life, there will be people that will tell us that our dreams are not possible. Instead of believing their words, let that motivate yourself to pursue your dreams even more. Think about the people who said it is not possible. Go out and prove them wrong! 9. It will make your parents proud Sometimes our parents may not understand about or dreams in life or they try to sway us towards a particular one. But if you have a strong belief in your dreams and you work hard to achieve them, your parents will have no reasons but to be proud of you. 10. It will make you proud Even better than making your parents proud, you will be proud of yourself! Your confidence will rise and you’ll enjoy the excitement of doing something that you’ve always wanted to do. 11. This lifetime is short Our days are numbered but even so it is

something that we must treasure. Why should we spend our days doing something that we don’t love. Time to make our decision and go for it! Better start now! It’s never too late.

Buddhist’s Perspectives In our religion, we have a terminology called “Icinen” which simply means the resolution or wish or goal that we want to achieve in a certain time . Actually we can see the relationship between “Icinen” and dreams because dreams can actually be “Icinen”. Example: “My Icinen for 2015 is to study more, pass UN (Ujian Nasional) and chanting Gongyo - Daimoku daily.” That is Icinen but our dream can be Icinen. Example: “When I grow up I want to be a pilot.” That is an Icinen. So to put it simple, Icinens and dreams are having the potential to build our vision in living our life. For parents, you can encourage your childrens to dream about their future from now so in the future they will not have a hard time choosing what they want to be. Encourage them from now so in the future they can be great achievers. Let’s make the best of life!! Nammyohorengekyo. Reference : http://www.merriam-webster.com/dictionary/dream http://www.lifehack.org/articles/communication/11-reasons-whyits-important-follow-your-dreams.html

Berita Duka Cita

Bapak Tiong Tjioe (Suami Ibu Kue Hiang Nio)

Meninggal pada usia 67 tahun 19 Desember 2014 Umat NSI Daerah Cirebon Jawa Barat

Bapak Benyamin (Suami Ibu Se Phing)

Meninggal pada usia 64 tahun 14 Nopember 2014 Umat NSI Daerah Tangerang Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Pebruarii 2015 | Samantabadra

69


resep

Kastengel

Oleh : Ibu Oking D, Bogor

Bahan-Bahan: 150 gram Mentega 150 gram Wisman 3 gram Kuning Telur 300 gram Tepung Terigu 50 gram Maizena 50 gram Susu Bubuk 160 gram Keju Parut Parmesan (bola) 6 gram Rexa Powder / Baking Powder

Cara Membuat : 1. Kocok mentega selama lebih kurang 5 menit. 2. Masukkan Kuning Telur, aduk kembali sampai rata, kemudian masukan Keju, Terigu, Maizena, Susu Bubuk, aduk hingga merata.

3. Bentuk adonan menjadi gulungan adonan panjang dan potong-potong sepanjang dua ruas jari telunjuk / sesuai selera. 4. Olesi dengan Kuning Telur dan taburi dengan Keju Parut.

5. Letakkan di loyang kemudian dipanggang pada api sedang hingga matang.

70

Samantabadra | Pebruari 2015


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Pebruari 2015 TGL HARI JAM KEGIATAN 1 Minggu 2 Senin 13.00 Pendalaman Gosoyo 3 Selasa 4 Rabu 19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 5 Kamis 6 Jumat 19:00 Ceramah Gosyo 7 Sabtu 8 Minggu 10:00 Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul 10;00 Pertemuan Anak‐anak 10:00 Daimoku Bersama 14:00 Rapat Koordinator Lansia 9 Senin 19:00 Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang 10 Selasa 14:00 Pertemuan Wanita Umum 11 Rabu 19:00 Pertemuan Ibu/Wanita Karier 19:00 Pertemuan Pria Umum 12 Kamis 13 Jumat 19:00 Pertemuan Cabang 14 Sabtu 15 Minggu 10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 16 Senin 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting 19:00 Dokyo Peringatan kehadiran Niciren Daisyonin 17 Selasa 18 Rabu 14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul 19 Kamis 10:00 Dokyo‐Syodai Tahun Baru Imlek 20 Jumat 19:00 Pertemuan Anak Cabang / Ranting 21 Sabtu 19:00 Pertemuan PK‐2 22 Minggu 10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok 14:00 Pertemuan Lansia Umum 23 Senin 19:00 Pertemuan 4 ( empat ) Bagian 24 Selasa 25 Rabu 13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 26 Kamis 19:00 Musyawarah DPD 27 Jumat 28 Sabtu Kensyu Gosyo Umum 1 Minggu maret Kensyu Gosyo Umum

TEMPAT Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing Ruang Rapat Balai Pusat

Daerah Masing‐Masing

Daerah Masing‐Masing Cetiya Fajar Daerah Masing‐Masing

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing

Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI

Pebruarii 2015 | Samantabadra

71


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

72

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034

Samantabadra | Pebruari 2015

Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo

Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241

Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen

Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang

Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali

Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep

Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo

PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.