Samantabadra menanam, umat bagaikan sawah. Jika menyalahi makna seperti ini, Niciren
pun tidak dapat menyelamatkan hidup Anda di masa yang akan datang. (Surat Balasan Kepada Soya Dono)
SAMANTABADRA | APRIL 2015 | NOMOR. 255
S
addharmapundarika-sutra bagaikan bibit, Buddha bagaikan orang yang
gosyo kensyu SURAT BALASAN KEPADA SOYA DONO liputan INDONESIA-MYANMAR INTERFAITH EXCHANGE 2015 liputan KU NSI MEMBEDAH BUKU “AGAMA DALAM KEARIFAN BAHARI”
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
A p r i l
2 0 1 5
04 # 255
Peserta “Myanmar-Indonesia Interfaith Exchange” (dan satu orang penyelenggara dari Inggris), mengunjungi Mahavihara Saddharma NSI, Pebruari 2015.
Penampilan Tarian Rampak Gendang yang dibawakan oleh umat NSI daerah Bogor pada acara “Myanmar-Indonesia Interfaith Exchange di Mahavihara Saddharma NSI.
B
hiksu Masa Akhir Dharma, kebanyakan tidak mengetahui teori Jalan Hukum Buddha, terikat kesombongan sendiri, sehingga
merendahkan guru dan menjilat umat. Hanya bhiksu yang tulus hati,
B
agaimanapun mempercayai Saddharmapundarika-sutra, kalau ada pemfitnahan dharma, pasti terjatuh dalam neraka. Sama
seperti di dalam ribuan sendok pernis ada sepotong kaki kepiting (menjadi tidak berguna). Inilah yang dimaksud dengan perkataan, “Hawa nafsu masuk dengan mendalam, sehingga kehilangan hati pokok.” (Surat Balasan Kepada Soya Dono)
mempunyai sedikit hawa nafsu dan mengenal rasa puas merupakan bhiksu yang sesungguhnya. (Surat Balasan Kepada Soya Dono)
Samantabadra
April 2015
Halaman Muka
F
oto bersama peserta IndonesiaMyanmar Interfaith Exchange 2015, grup angklung Gita Pundarika NSI dan Ketua Umum NSI di Mahavihara Saddharma NSI. Berita selengkapnya di halaman 11
daftar isi
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta
LIPUTAN Indonesia-Myanmar Interfaith Exchange 2015 KU NSI Membedah Buku “Agama Dalam Kearifan Bahari” Menengok Semangat Umat NSI Cikupa Pertemuan GM NSI Jabotabek di Teluk Naga Pandangan KU NSI terhadap Pencegahan Korupsi Diskusi Rencana Pemekaran Ditjen Bimas Buddha RI Dokyo Syodai Tahun Baru NSI Karang Anyar dan Suasana Kensyu Jateng
2 4 9
11 14 15 16 17 17 18
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Balasan Kepada Soya Gosyo Cabang Melompati Pintu Naga Forum Diskusi Tanggung Jawab Terhada Nasib Sendiri REFLEKSI Pembangunan Baru, Masalah Baru
KESEHATAN Waspada DBD Diet yang Sehat Dampak Rokok Elektrik Melawan Lupa
19 42 47
11
50 55 56 57 58
JADWAL KEGIATAN
63
VIHARA DAN CETYA NSI
64
14
18 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Kyanne Virya, Wantie Bellina, Martinus, Dewi, Priandarini STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
April 2015 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja “Surat Kepada Niike (2/2)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28 Pebruari-01 Maret 2015
Nammyohorengekyo, Selamat tahun baru imlek. Semoga umat NSI senantiasa sehat, berumur panjang, dan berejeki melalui pertapaan sepenuh hati kepada GohonzonNammyohorengekyo. Gosyo kali ini merupakan sambungan dari bulan lalu. Ajaran Agama Buddha dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni selama 50 tahun, digolongkan menjadi ajaran 42 tahun pertama (Ajaran Hinayana) dan ajaran 8 tahun terakhir (Ajaran MahayanaSaddharmapundarika-sutra). Buddha menjelaskan, memang Ajaran Buddha itu ada yang cocok dengan zaman dulu dan ada yang cocok untuk sekarang, jadi Ajaran Buddha yang 42 tahun itu cocok untuk dulu, ketika Buddha Sakyamuni masih hidup. Setelah Buddha moksya 1.000 tahun sampai 2.000 tahun, pada masa tersebut masih cocok. Tapi pada zaman sekarang, setelah Buddha meninggal 5 kali 500 tahun dan seterusnya, ajaran-ajaran tersebut sudah tidak cocok dan yang cocok 2
Samantabadra | April 2015
hanya NammyohorengekyoGohonzon. Maka pada Gosyo ini Niciren Daisyonin menyimpulkan, betapa beruntungnya kita karena bisa bertemu dengan GohonzonNammyohorengekyo, karena Gohonzon ini disebarkan untuk masa sekarang, kalau kita lahir sebelum masa ini, kita tidak akan bertemu walaupun Ajaran Buddha sudah disebarkan pada 3.000 tahun yang lalu, tetapi GohonzonNammyohorengekyo belum diwujudkan, sebab diwujudkannya pada masa sekarang. Ajaran Buddha bertujuan agar bisa tercapai kesadaran Buddha pada seluruh umat manusia, artinya mencapai kebahagiaan mutlak, karena kita semua tentu mau hidup bahagia dan bisa mencapai kesadaran Buddha seperti yang dijelaskan dalam Saddharmapundarika sutra. Namun kalau menjalankan Saddharmapundarika-sutra saja, tanpa ada Gohonzon akan sulit menjalaninya. maka beruntunglah kita yang telah bertemu dengan Gohonzon, karena untuk dapat mencapai
kesadaran melalui pertapaan mendasar kepada Gohonzon ini. Namun demikian, walaupun kita sudah bertemu Gohonzon, lahir tepat pada waktunya, tapi kalau kita tidak melaksanakan, maka kita termasuk orang-orang yang tidak beruntung dari begitu banyak orang yang beruntung. Oleh karena itu kita yang sudah bertemu dengan Gohonzon, harus melaksanakan dan juga harus percaya sungguh-sungguh, barulah kita akan mencapai kesadaran Buddha. Pencapaian Kesadaran Buddha itu bukan karena kepintaran tetapi karena kepercayaan. Sariputra bisa mencapai kesadaran Buddha karena ia percaya bukan karena pintar. Soal percaya tidak harus melalui Sekolah Tinggi. Bulan Februari 2015 yang lalu saya ke Cikupa. Pimpinan daerah Cikupa itu seorang perempuan yang namanya Bu Sadikun, ia bisa menangkap makna Gosyo
Ketua Umum
walaupun tidak sekolah tinggi. Di samping itu dia rajin belajar Gosyo, syinjin dari Jaman Pak Seno, rumahnya di Balaraja. Waktu tahun 80-an kalau pertemuan dari Balaraja ke Honbu belum ada jalan tol, di Tangerang juga belum ada vihara untuk belajar Gosyo. Jadi dia harus pergi ke Jalan Padang, dengan naik truk/container turun di Kebon Nanas naik lagi sampai Pancoran, dari Pancoran naik oplet ke Jalan Padang. 3 kali turun-naik, berdiri lagi, mana tidak ada uang kata Bu Sadikun, mau ke Honbu dia bekalnya singkong rebus, tapi hidup sampai sekarang. Bu Sadikun itu lulusan S-2 (SD kelas 2) dan ternyata bisa mewujudkan hati kepercayaan yang kuat kepada dharma. Tiap bulan dia mau kensyu, datang ke Honbu, latihan Paduan Suara, tidak menyalahkan orang lain, sampai sekarang anak-menantunya Syinjin. Itu adalah hasil dari pelaksanaan syinjin yang sungguhsungguh, itu yang harus kita syukuri. Untuk dapat menjadi Buddha, itu bukan sesuatu yang sulit, Niciren Daisyonin mengatakan menjadi Buddha adalah hal yang biasa yaitu menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh-sungguh, diibaratkan seperti telur ayam kalau dierami sama induknya, setelah 21 hari keluar anak ayam dari
dalamnya. Sebetulnya di dalam telur itu sudah mengandung anak ayam, hanya bentuknya belum kelihatan. Bapak-bapak/ ibu-ibu di dalam diri kita juga sudah mengandung jiwa Buddha, maka kalau dierami dengan Nammyohorengekyo, lalu tumbuh jiwa Buddhanya, yang yang tadinya tak kelihatan, kelihatannya di perilakunya yang berubah, rejekinya berubah, jodohnya berubah dengan yang bagus-bagus yang berejeki, itu tanda-tandanya jiwa Buddhanya berkembang. Buddha Niciren Daisyonin juga mengatakan, pokoknya tiap hari bisa ketemu Saya, ketika kamu rindu sama saya ketika Gongyo pagi, menghadap ke timur, dibalik matahari itu pasti ada Saya, jadi tiap hari bisa ketemu Niciren Daisyonin. Syinjin kita bisa konsisten, kalau percaya, melaksanakan dan belajar. Kuncinya adalah percaya Saddharmapundarikasutra (Gohonzon), giat melaksanakan untuk diri sendiri dan orang lain (JigyoKeta). Sebetulnya pemenuhan untuk diri sendiri tidak akan terpenuhi tanpa memenuhi kepentingan orang lain. Niciren asal kata dari ‘Nici’ artinya Matahari, dan ‘Ren’ adalah Teratai, jadi artinya Buddha Niciren adalah Buddha yang memberikan penerangan kepada seluruh umat manusia. Niciren Daisyonin mengatakan,
ternyata orang-orang yang berpegangan pada Saddharmapundarika-sutra di mata Buddha, derajatnya sangat tinggi, kalau kita orang-orang yang percaya Saddharmapundarikasutra dan sungguh-sungguh menjalankan. Sebetulnya yang melindungi kita adalah diri kita sendiri. Niciren Daisyonin mengatakan, barangsiapa yang mematikan jiwa dari Saddharmapundarikasutra, ia adalah orang yang berkarma buruk, mematikan jiwa-jiwa dari Saddharmapundarika sutra adalah mematikan jiwa dari orang yang bersangkutan. Bapak Sumitra tadi mengatakan, “walaupun kita belum ada Bhikku, kita bisa menjaga diri kita sendiri, yang terpenting kita melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh, karena kita bisa menjaga diri kita sendiri”. Ini adalah dorongan untuk menghidupkan jiwa Saddharmapundarika sutra dari dalam diri kita masing-masing. Orang yang mengungkapkan hal ini harus dihormati, karena yang dikatakan adalah katakata Buddha. Menjalankan ajarannya berarti menyumbang kepada Buddha, sebab sumbangan kepada Buddha artinya menjalankan ‘Ajaran-Nya’. eee
April 2015 | Samantabadra
3
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi “Surat Kepada Niike (2/2)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28 Pebruari-01 Maret 2015
Nammyohorengekyo,
sutra. Karena dalam Saddharmapundarika sutra Gosyo ini adalah lanjutan ini dijelaskan pencapaian dari Gosyo Surat kepada Niike Kesadaran Buddha bagi yang bagian awal sudah kita seluruh umat manusia, bahas pada kensyu bulan yang dan sutra-sutra sebelum lalu, oleh karena itu, latar Saddharmapundarika belakangnya tidak perlu kita sutra adalah sebagai ulas lagi. penuntun upaya masuk ke Buddha Sakyamuni adalah Saddharmapundarika sutra. Majikan, Guru, dan Orang Tua. Jadi Saddharmapundarika Yang dikatakan Buddha adalah sutra harus dijadikan mempunyai 3 kebajikan. pegangan bagi semua Begitu juga Niciren Daisyonin. orang yang mengaku Di dalam Kaimokusyo, Niciren dirinya beragama Buddha. Daisyonin mengatakan Beliau Namun begitu dalam adalah majikan, guru, dan kenyataannya baik di orang tua dari seluruh Bangsa Tiongkok maupun di Jepang Jepang, sehingga di dalam telah terjadi penyimpanganKaimokusyo terkenal dengan penyimpangan, misalnya di kalimat, walaupun Beliau Tiongkok 2.000 tahun setelah dibuang oleh para dewa. Buddha Sakyamuni wafat, Beliau akan tetap menjadi lahir Mahaguru Tien-Tai. mata, tiang, dan bahtera dari Pada waktu Agama Buddha bangsa Jepang, sebagai 3 berkembang di Tiongkok ada kebajikan dari majikan, guru, berbagai macam sekte yang dan orang tua. menggunakan ajaran-ajaran Sebenarnya di Jepang, sebelum Saddharmapundarika walaupun Buddha Sakyamuni sutra sebagai pegangannya. membabarkan ajaran Ketika Mahaguru Tien-Tai selama 50 tahun, tetapi muncul, mereka semua tujuan sesungguhnya adalah dihadapan Kaisar, melakukan Saddharmapundarika perdebatan, dengan Kaisar 4
Samantabadra | April 2015
sebagai jurinya. Akhirnya mereka semua dikalahkan Mahaguru Tien-Tai, sehingga mereka semua ikut Mahaguru Tien-Tai percaya Saddharmapundarika sutra. Tapi setelah Mahaguru TienTai meninggal, terjadi lagi penyimpangan-penyimpangan dan tidak lagi menggunakan Saddharmapundarika sutra, tapi kembali lagi dengan ajaran-ajaran sementara. Pada waktu itu di Tiongkok datang 3 orang dari India, yang mengatakan bahwa Icinen Sanzen yang dibabarkan oleh Mahaguru Tien-Tai juga ada di sutrasutra lain, tidak hanya ada di Saddharmapundarika sutra, karena yang datang adalah orang dari India, maka dianggap sebagai saudara Buddha Sakyamuni, jadi mereka percaya begitu saja, sebenarnya mereka dibohongi, karena Icinen Sanzen hanya ada di dalam Saddharmapundarika sutra. Dan hanya Mahaguru Tien-Tai
Ketua Dharma
yang bisa mengungkapkan, maka ada Icinen Sanzen teoritis. Tapi sejak 3 orang India tersebut datang sehingga ajaran Mahaguru Tien-Tai jadi rusak, karena bercampur dengan ajaran Syigon. Di Jepang sama juga. Mahaguru Dengyo lahir, pergi ke Tiongkok belajar kepada Mahaguru TienTai, Saddharmapundarika sutra dibawa ke Jepang dan mendirikan sekte Tien-Tai di Jepang yang dasarnya Saddharmapundarika sutra. Setelah dikumpulkan oleh Kaisar diadakan perdebatan, karena mereka kalah, lalu mereka mengikuti Mahaguru Dengyo, tapi ketika Mahaguru meninggal, juga terjadi percampuradukkan ajaran Mahaguru Dengyo dengan ajaran Syingon dan tidak lagi menggunakan Saddharmapundarika sutra sebagai sutra pegangan, tetapi menggunakan ajaran-ajaran 42 tahun, ini terjadi turun temurun. Ketika Niciren Daisyonin lahir di Jepang sudah terjadi selama 400 tahun, sehingga seluruh rakyat di Jepang menganut ajaran-ajaran yang salah, sehingga ketika Niciren Daisyonin lahir di Jepang dan menerangkan, bahwa semua itu salah, mereka tidak bisa terima, maka Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa seluruh rakyat Jepang adalah musuh dari Buddha Sakyamuni. Dibandingkan para penganut awam, pria dan wanita, para Dharmaduta yang
berprajana sesat merupakan musuh Sang Buddha yang lebih jahat. Artinya yang menyimpangkan ajaran bukan penganut awam biasa, tetapi para Guru Dharma karena mereka merupakan orangorang yang diikuti, kalau penganut biasa hanya ikut saja, Guru Dharma itu yang memutarbalikkan ajaran. Prajna ada dua macam, yaitu prajna benar dan prajna sesat. Meskipun seseorang tampaknya mempunyai prajna, janganlah mengikuti ajarannya yang sesat. Begitu juga janganlah mengikuti ajaran seseorang semata-mata karena ia seorang Bhiksu mulia atau berkedudukan tinggi. Meskipun seorang hina dina, bila ia memahami sutra ini, pujalah dan sumbanglah kepadanya seakan-akan ia adalah seorang Tathagata yang hidup. Jadi penilaian kita pada ajaran benar atau salah, suatu ajaran apa pegangan sutranya. Kalau Saddharmapundarika sutra pada saat itu atau sekarang Gosyo-Gosyo Niciren Daisyonin, kalau yang lain berarti tidak benar. Karena tujuan kelahiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah membabarkan Saddharmapundarika sutra, maka Niciren Daisyonin mewujudkan dalam bentuk Gohonzon. Jadi kalau orang berpegangan pada dasar ajaran itu, berarti prajna adalah prajna Buddha. Tapi kalau tidak berpegangan pada dasar ajaran seperti itu, berarti Prajna sesat.
Jadi kita jangan melihat seseorang karena kemampuannya dia berbicara/ceramahnya hebat, jangan itu yang menjadi pegangan, tapi dasar ajarannya benar atau tidak, ajarannya sesuai dengan kalimat sutra atau tidak. Kalau tidak jangan diikuti, itu kesatu, kedua jangan melihat dia seorang Bhiksu yang mulia atau berkedudukan tinggi, tapi harus dilihat dasar ajarannya. Meskipun seorang yang hina dina, bila ia memahami Saddharmapundarika sutra, orang inilah yang harus diikuti. Tapi yang memahami Saddharmapundarika sutra secara benar adalah Niciren Daisyonin. Maka Niciren Daisyonin mengatakan, kita jangan terkecoh dari bentuk luarnya, tapi harus memaknai dasar ajarannya. Mahaguru Dengyo mengatakan, kaum priawanita yang tak berprajna dan melanggar pantangan kalau benar-benar percaya pada sutra ini, hendaknya mereka tidak diberi tempat duduk rendah, melainkan ditempatkan yang lebih tinggi kedudukannya dari para Bhiksu Nizenkyo yang menjaga 250 pantangan secara ketat, apalagi dengan para Bhiksu pelaksana Sutra Mahayana. Berdasarkan ajaran Niciren daisyonin pantangan kita hanya satu, yaitu tak melepaskan Gohonzon seumur hidup. Bhiksu Ryokan yang telah menjalankan 250 pantangan pun kalau bertemu April 2015 | Samantabadra
5
ceramah gosyo Niciren Daisyonin selalu naik pitam dan membelalakan matanya, artinya timbul kebencian. Maka Niciren Daisyonin katakan, ini bukan hal biasa, tapi disebabkan masuknya iblis ke dalam tubuh Sang Arif Bijaksana tersebut, sama seperti seorang bersifat baik, ketika mabuk minuman keras timbulah hati buruk dan menjadi jahat terhadap orang lain. Sang Buddha mengajarkan, barang siapa menyumbang kepada Mahakasyapa, Sariputra, Maudgalyayana, dan sebagainya pasti akan jatuh ke dalam Tiga Dunia Buruk karena mereka ini mempertahankan 250 macam pantangan secara amat teguh seperti batu intan, menjalani 3000 macam ketentuan secara amat sempurna seperti bulan purnama malam ke 15, tapi selama mereka belum menganut Saddharmapundarika sutra mereka dinyatakan seperti ini. Baik Buddha Sakyamuni maupun Niciren Daisyonin mengatakan seperti ini. Apalagi dengan orangorang jaman sekarang yang jauh lebih buruk daripada mereka. Kita pun harus melihat menyumbang kepada Bhiksu-Bhiksu yang betul-betul percaya kepada Saddharmapundarika sutra dengan benar, tapi kalau salah kita akan mendapat akibatnya, tapi di masyarakat karena mereka tak belajar, maka tak mengerti maka mencari keselamatan hidup mendatang 6
Samantabadra | April 2015
dengan menyumbang, ini salah, artinya kita memberikan kesempatan tumbuhnya semakin banyak orang-orang seperti ini. Di sini kita dibimbing jalankan agama Buddha secara tepat. Karena begitu banyak pemfitnahan Dharma di Jepang maka para Bodhisattva yang berprasetya di hadapan Sang Buddha Sakyamuni, kelak bila ada Negara yang menjadi musuh Saddharmapundarika sutra, maka mereka akan menjadi hujan es di musim panas untuk menimbulkan bencana kelaparan di negeri tersebut atau menjelma sebagai serangga kecil-kecil yang memakan habis segala macam biji-bijian atau menimbulkan bencana kemarau panjang, atau bencana banjir yang menghanyutkan sawah lading atau angin ribut yang membunuh rakyat, atau menjadi iblis jahat yang menyusahkan manusia agar menyadari kekeliruannya, itu adalah janji mereka di dalam Saddharmapundarika sutra. Di Jepang terjadi selain pemberontakan di dalam negeri juga serangan dari Mongolia karena Negeri Jepang sama sekali tidak menggunakan Saddharmapundarika sutra tapi menggunakan ajaranajaran yang salah sehingga mereka menjadi pemfitnah dharma, maka Niciren Daisyonin katakana para dewa meninggalkan negeri ini
Niciren Daisyonin katakan banyak orang menyebarkan segala ajaran yang dikhotbahkan oleh Buddha Sakyamuni, tapi ajaran Hukum yang demikian penting tak pernah disebarluaskan siapapun, termasuk Dengyo dan Tien-Tai. Namun wajar, karena Ajaran ini adalah Ajaran Hukum yang harus disebarluaskan oleh Bodhisatva Visisthakaritra yang muncul pada 50 tahun pertama Masa Akhir Dharma, maka bagaimanapun juga percayalah sutra ini sebaikbaiknya dalam hidup ini, agar pada saat ajal tiba Anda disambut oleh ribuan Buddha dan lari ke tanah suci Gridhrakutha untuk merasalan sendiri kenikmatan kesadaran Buddha yang sebenarnya. Mahaguru TienTai hanya menyebarluaskan di atas kalimat dinamakan teoritis Icinen Sanzen. Di Dalam Bab 21 Buddha Sakyamuni menyerahkan tugas penyebarluasan Saddharmapundarika sutra kepada Bodhisattva Visistakararitra dan sutra-suta lain di Bab XXII, Akhir Pesamuan. Maka penyebarluasan Nammyohorengekyo kepada Bodhisattva Visishtakaritra itu fungsi luarnya dari Niciren Daisyonin, sedangkan fungsi dalamnya sebagai Buddha Pokok. Maka kita yang di Masa Akhir Dharma ini menyebut Nammyohorengekyo adalah murid Niciren Daisyonin
Ketua Dharma
bukan murid Buddha Sakyamuni, ini harus dipahami. Buddha Sakyamuni ada eranya tertentu. Beliau adalah Buddha Pemanenan, jadi murid-muridnya sudah dipanen habis, maka kita di Bab XXI diserahterimakan tugas, sehingga orang di Masa Akhir Dharma yang menyebut Nammyohorengekyo adalah murid Niciren Daisyonin bukan murid Buddha Sakyamuni, jangan salah, kalau masih berpikir kita sebagai murid Buddha Sakyamuni, maka kita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, karena eranya lain, ajarannya juga lain tidak sama, maka kita harus mengerti, memang Buddha Sakyamuni mempunyai tugas sendiri, begitu juga Mahaguru TienTai mempunyai tugas sendiri, ini harus kita mengerti , sudah diatur semuanya, Masa Akhir Dharma adalah 5 x 500 tahun pertama setelah Buddha Sakyamuni meninggal dan itu adalah waktunya untuk penyebarluasan Saddharmapundarika sutra, di Saddharmapundarika sutra itu jelas tertulis, bukan karangan Niciren Daisyonin, kita bukan meremehkan Buddha Sakyamuni, Ini semua ada di kalimat sutra, bukan pandangan pikiran kita sendiri. Ini perlu dicamkan. Bila saat pencapaian kesadaran Buddah bagi anda tertunda karena lemahnya kepercayaan Anda, maka janganlah dendam pada Saya. Umpama seorang penderita
sakit yang membenci dokternya ketika penyakitnya sulit disembuhkan, padahal sebenarnya sang dokter telah memberi obat-obat yang mujarab, hanya saja si penderita sakit itu sendiri yang minum racun. Jadi syinjin itu disamping memenuhi kebahagiaan kehidupan sekarang ini juga membuka suasana Buddha untuk masa yang akan datang yang kekal abadi, ini merupakan satu paket. Jadi Agama Buddha bukan hanya untuk masa hidup kali ini saja, tapi sampai ke masa yang akan datang, ini harus kita pahami agar kita bisa membuka suasana Buddha untuk masa yang akan datang, sebagai contoh orang sakit karena dia benci kepada dokternya, karena penyakitnya susah disembuhkan padahal sudah diberi obat manjur, tapi karena dia campuradukkan ibat itu akhirnya obatnya jadi tak manjur, maksudnya kita percaya sutra ini, harus menjalankan secara tepat apa yang diajarkan di dalam kalimat sutra tanpa memakai pandangan diri sendiri maupun katakata orang lain, dan tanpa bertentangan dengan seluruh isi Saddharmapundarika sutra. Bila anda bersikap seperti ini, anda pasti akan menjadi Buddha. Menjadi Buddha bukanlah hal yang luar biasa. Bila anda menyebut Nammyohorengekyo tanpa mencampur adukkan hal-hal
iannya, maka 32 ciri serta 80 tanda sang Buddha akan tercakupi dengan sendirinya. Sang Buddha Sakyamuni bersabda/berjanji “Dahulu kala Aku berprasetya ingin membuat seluruh makhluk sama seperti Aku tanpa perbedaan�, maka kita pun dengan mudah dapat menjadi Buddha seperti sang Buddha Sakyamuni jadi artinya manusia biasa adalah Buddha, yang sadar adalah Buddha, yang sesat adalah manusia biasa, tidak ada perbedaan maksudnya seperti itu maka kita pun dapat mencapai kesadaran Buddha seperti Buddha Sakyamuni, makanya kelahiran Buddha Sakyamuni di dunia ini untuk menjelaskan bagaimana jalan untuk mencapai kesadaran Buddha dan kemudian oleh Niciren Daisyonin diwujudkan dalam bentuk Gohonzon Nammyohorengekyo agar lebih mudah untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali asal percaya dan melaksanakan tepat seperti Ajarannya tanpa mencampuradukkan dengan pandangan pikiran kita, maka kita pasti menjadi Buddha. Maka kita belajar Gosyo tiap bulan untuk dicamkan dalam hati kalimat Gosyo di dalam jiwa Nicikan Syonin katakan bagi kita percaya Gohonzon ada 2 hal yang harus diwaspadai, yaitu pertama ketidakpercayaan karena pengaruh iblis jahat, dari dalam timbul keraguan terhadap Gohonzon, kedua April 2015 | Samantabadra
7
ceramah gosyo pengaruh buruk agar kita melepaskan Gohonzon sehingga habis semua rezeki yang telah kita timbun sejak masa lampau, maka Bhikku Tertinggi Ke-26 memesan agar kita jangan sampai melepaskan Gohonzon seumur hidup, maka harus mati-matian memegang kata-kata Buddha, seperti seorang dokter mengatakan bahwa penyakitmu sudah tak ada harapan, tapi Buddha Sakyamuni mengatakan di Saddharmapundarika sutra Bab XXIII bahwa Sutra ini adalah obat manjur bagi seluruh umat manusia, maka beranikah percaya, karena percaya perlu keberanian dan perjuangan, maka ada 2 orang ibu di Tangerang yang sakit kanker bisa sembuh, maka tanyakan kepada ibu-ibu ini bagaimana perjuangannya dalam melawan penyakitnya. Jadi agama Buddha benar atau tidaknya itu ada 3 hal, pertama adakah bukti tertulis itu di kalimat sutra, kedua ada bukti teorinya ada penjelasannya, ketiga kalau dilaksanakan ada bukti nyatanya atau tidak. Kalau ada, berarti itu benar, tapi diantara tiga ini, kalau kurang, walaupun satu, itu tak benar. Telur burung pada mulanya hanya berisi zat cair, tapi tanpa dibantu siapapun juga dari cairan tersebut akan muncul paruh, mata dan segala bagian tubuh lain hingga lahir seekor burung yang berterbangan di langit, kita pun sebagai 8
Samantabadra | April 2015
manusia yang masih jauh dari keadaan sempurna adalah ibarat telur kesesatan jiwa, tapi karena dierami oleh ibunda penyebutan Nammyohorengekyo, maka akan muncul paruh 32 ciri Sang Buddha dan akan tumbuh bulu berupa 80 tanda Sang Buddha, hingga jiwa kitapun akan berterbangan di langit hakikat jiwa yang sebenarnya. Hal ini dinyatakan dalam Sutra Nirwana, maka kalau Daimoku kita kuat, pasti bisa tercapai kesadaran Buddha tanpa dibantu oleh siapapun, tapi percayakah? Maka percaya itu merupakan satu hal yang sangat penting, kalau kita percaya, pasti kita bisa buktikan. Tapi kalau tak percaya, ya tidak usah cerita. Orang yang berpengertian tentang ajaran Hukum, tapi tidak berkepercayaan takkan dapat mencapai kesadaran Buddha. Sebaliknya orang yang tidak berpengertian namun berkepercayaan, pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Semuanya adalah maksud sebenarnya yang dikemukakan dalam Saddharmapundarika sutra dan bukan kata-kata Saya pribadi Maka dalam jilid II Saddharmapundarika sutra dikatakan “Sekalipun engkau, sariputra, dapat memasuki kesadaran Buddha karena percaya bukan karena kekuataan akalnya. Karena Sariputra terkenal kepinteran otaknya, maka Niciren Daisyonin katakan apalagi
manusia biasa yang tak mempunyai prajna apa-apa, tidak ada kebaikan apa-apa, maka harus percaya. Niciren Daisyonin katakan, bila anda merasa rindu kepada Saya, lihatlah matahari yang terbit tiap hari. Tiap hari sekali Saya akan memantulkan bayangan Saya pada matahari. Mintalah Bhiksu pembawa surat ini untuk membacakan dengan suara lantang dan dengarkanlah baik-baik. Hormatilah Bhiksu pembawa surat ini sebagai orang yang memiliki prajna kesadaran Buddha, dan bertanyalah selalu kepadanya, mengenai Ajaran Hukum. Tanpa bertanya bagaimana mungkin anda dapat menyingkirkan awan gelap keraguan. Tanpa memiliki kaki, bagaimana mungkin Anda dapat menempuh perjalanan 1000 mil? Mintalah selalu kepada Bhiksu pembawa surat ini berulang kali dengan suara lantang agar anda dapat mendengarnya dengan baik. Dengan harapan untuk berjumpa kembali, Saya akhiri surat ini sampai di sini. Salam Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin memantulkan bayangannya tiap hari artinya kalau Gongyo pagi tiap hari menghadap ke Timur menghadap matahri itu suasana jiwanya akan sama seperti menyatu maksudnya seperti itu. Mungkin Niike itu orang awam biasa, maka mintalah Bhiksunya bacakan yang kencang agar dia bisa mendengar dengan jelas. eee
Dharma Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman “Surat Kepada Niike (2/2)� Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28 Pebruari-01 Maret 2015
Nammyohorengekyo, Buddha memiliki tiga kebajikan, berarti Niciren Daisyonin sebagai Buddha Pokok pun memiliki tiga kebajikan, hal ini perlu benar-benar kita camkan. Dimana berarti Gohonzon dari Buddha Niciren Daisyonin mencakupi tiga kebajikan itu, kalau kita betul-betul percaya, kekuataan itu pun akan kita buktikan, pertama sebagai majikan berarti bertanggungjawab kepada kesejahteraan umat, seperti bisa memperhatikan kesejahteraan karyawannya, tentunya tergantung dari karyawan tersebut menjalankan tugasnya sehari-hari sebagai karyawan, kalau dia rajin, datang tepat waktu sesuai keinginan bos, tentu gajinya besar. Begitu juga dengan bagaimana kita menjalankan hati kepercayaan ini dimana Niciren Daisyonin mempunyai kebajikan
sebagai majikan, maka tergantung hati kepercayaan kita, Gongyo Daimokunya rajin mantap, pagi sore tak pernah absen, pertemuan rajin, jalankan perombakan sifat jiwa, itu adalah sebab karma baik yang kita buat di dalam penghidupan kita. Kedua, kebajikan sebagai seorang guru yang memberitahukan kita, yang mana yang benar dan yang mana yang salah dan membimbing kita untuk mencapai kesadaran Buddha, melalui Gosyo, dari hati kepercayaan kita yang tak lari kemana-mana dan guru kita adalah Niciren Daisyonin, maka kalau kita menjalankan sesuai dengan Gosyo, maka kita pun mendapat kebajikan dari Guru. Ketiga kebajikan sebagai orang tua, tak ada orang tua yang tak sayang kepada anak-anaknya. Semua orang tua pasti sayang kepada anak-anaknya, dan tak membeda-bedakan, selalu memperhatikan dan
menyayangi, tak pilih kasih, maka kalau kita benar-benar percaya dan menjalankan, pasti ada bukti nyatanya. Kita jangan terpengaruh mengikuti ajaran-ajarannya, karena hebat ngomongnya, penampilannya, kedudukannya, maka kita percaya, karena memang ini sifat manusia pada umumnya demikian, bukan hanya dalam menuntut ajaran, di dalam kehidupan sehari-hari pun seperti itu, gampang sekali, kita melihat luarnya, maka banyak kejadian, hanya melalui telepon kita bisa terkecoh dan percaya begitu juga Generasi Muda, jangan hanya melihat luarnya yang cantik, tapi bagaimana ingin membuat kawan kita percaya Gohonzon. Tanpa kita sadari, kita mengikuti naluri kita. Kita tahu bahwa kebahagiaan itu tergantung dari rejeki jiwa si Anak. Ada yang saat pacaran hanya lulusan April 2015 | Samantabadra
9
ceramah gosyo SMA, setelah menikah dia menjalankan hati kepercayaan dengan benar, dia bisa menjadi manager dan membahagiakan keluarga. Ada yang pilih-pilih pacar harus lulusan S-2, tapi setelah berkeluarga hanya pajangan, tak ada kerjaan. Kenyataannya Bapak Suhadi adalah Ketua Umum, Bapak Sumitra menjadi Ketua Dharma, maka kalau Beliau ceramah harus kita dengar, walaupun umurnya lebih muda. Maka hormatilah siapapun juga, jangan lihat luarnya, yang penting adalah hatinya, ajaran yang dianutnya dan prinsip hidupnya. Apalagi jaman sekarang, banyak orang yang hidup dengan kepalsuan, maka jangan kita terkecoh.
10
Samantabadra | April 2015
Memang dikatakan kita lahir di Masa Akhir Dharma ini dan ketemu Gohonzon Nammyohorengekyo, itu bukan main beruntungnya, bisa membuat kita mencapai Kesadaran Buddha, untuk itu kita ada tugas untuk menyebarluaskan Dharma ini, sebab kita diserahi tugas ini oleh Buddha Sakyamuni untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo ini, karena kita sebagai Bodhisattva yang Muncul dari Bumi. Maka kita harus buktikan sebagai pelaksana Saddharmapundarika sutra, murid Niciren Daisyonin. Apakah kita sungguh-sungguh percaya, menjalankan perombakan sifat jiwa sehingga menggetarkan lingkungan
kita. Kita jangan mengajak orang memfitnah Dharma dan buat kelompok, sehingga kelompok ini terpengaruh dan membuat dosa yang sama. Maka kita harus berani bertanya dengan dasar percaya kata-kata Buddha dan saya mau belajar begitu dijelaskan menjadi bersemangat lagi, jangan siasiakan waktu. Dan kita harus bertanya dari sumbernya sehingga kita tidak raguragu lagi, dan menjalankan dengan penuh kepercayaan dan kegembiraan. eee
liputan
Kunjungan Peserta Indonesia-Myanmar Interfaith Exchange ke Mahavihara Saddharma NSI
Foto bersama peserta Indonesia-Myanmar Interfaith Exchange 2015 di Mahavihara Saddharma NSI. Mereka adalah aktivis dan tokoh lintas agama dari Myanmar dan Indonesia, termasuk di antaranya empat orang bhiksu dan seorang pastor dari Myanmar.
P
ada akhir bulan Pebruari 2015, NSI diundang oleh Persekutuan Geraja-gereja di Indonesia (PGI) dan Christian Solidarity Worldwide (CSW) yang berpusat di Inggris sebagai pihak penyelenggara, untuk mendelegasikan perwakilannya mengikuti program Myanmar-Indonesia Interfaith Exchange 2015 (program forum lintasagama antara Myanmar dan Indonesia), serta bekerjasama untuk menyelenggarakan satu sesi kegiatan ini di Mahavihara Saddharma NSI, Bogor, Jawa Barat.
Penyelenggara mengundang perwakilan dari komunitas agama Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha di Myanmar dan Indonesia. Selain itu ada juga perwakilan dari lembaga sosial kemasyarakatan (LSM) dari kedua negara. Pusat kegiatan berlangsung di Wisma PGI, Jakarta Pusat. Generasi muda NSI dari DKI Jakarta, Wantie Bellina dan Samanta mewakili NSI dalam forum internasional tersebut. Tema yang diangkat adalah meningkatkan dan melindungi kebebasan beragama atau kepercayaan dan melawan
sikap-sikap intoleransi. Tujuan dari diselenggarakan kegiatan yang berfokus pada diskusi dan kunjungan lapangan ini adalah, agar pihak-pihak yang terlibat dapat mengembangkan sikap toleransi antarumat beragama dan melihat langsung interaksi antarumat beragama di Indonesia. Dalam program ini, para peserta juga diajak untuk mengunjungi tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, vihara) dan beberapa LSM, berdiskusi dengan pengurus setempat mengenai pengalaman kehidupan beragama mereka dan isu-isu sosial terkait. April 2015 | Samantabadra
11
liputan
Suasana forum World Interfaith Harmony Week 2015.
Foto bersama peserta Indonesia-Myanmar Interfaith Exchange 2015 di Masjid Ahmadiyah, Bandung, bersama para umat dan pengurus masjid.
Dalam salah satu sesi, para peserta berkunjung ke Mahavihara Saddharma NSI, di Bogor. Mereka sangat terkesan oleh sambutan pengurus dan umat NSI yang begitu hangat, juga pemandangan alam yang indah di sana. Setelah makan siang bersama, grup angklung Gita Pundarika NSI dan rampak gendang NSI menunjukkan kesenian tradisional Indonesia. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan Ketua Umum NSI sebagai pembicara. Ketua Umum NSI menyambut baik forum lintas agama antara Indonesia dan Myanmar ini. Adanya konflik-konflik bernuansa agama di Indonesia maupun Myanmar, beliau yakini tidak mencerminkan ajaran agama, karena ajaran agama pada dasarnya merupakan panduan hidup bagi umat manusia 12
Samantabadra | April 2015
untuk berbuat baik. Ada latar belakang kepentingan politik dan oknum-oknum tertentu yang mencoba menggunakan agama sebagai alat dalam mencapai tujuan tertentu. Sama halnya dengan Indonesia, Myanmar pun menghadapi konflik sosial dan politik yang melibatkan simbol-simbol agama. Dengan adanya kegiatan ini, para peserta interfaith dari Myanmar mendapat wawasan
Ketua Umum NSI menerima cenderamata dari delegasi Myanmar, yang diwakili oleh Bhiksu Chandramukha.
Foto bersama peserta Indonesia-Myanmar Interfaith Exchange di Kementerian Agama RI.
Ketua Umum NSI (kedua dari kanan) sebagai nara sumber pada sesi diskusi, sedang memberikan pengarahan terkait kehidupan umat beragama di Indonesia dan berbagi pengalamannya ketika mengunjungi Myanmar. Didampingi oleh Pdt. Favor Banchin dari PGI (kanan) dan Benedict Rogers dari CSW (kedua dari kiri) sebagai koordinator kegiatan.
tentang bagaimana interaksi komunitas-komunitas agama di Indonesia dengan komunitas lainnya dan pemerintah. Walau masih banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia, seperti penutupan rumah ibadah (masjid di Bekasi dan gereja di Bogor), namun secara umum interaksi antarumat beragama di Indonesia berlangsung secara baik. Pembicara lain dalam kegiatan tersebut banyak memberikan wawasan baru terhadap kehidupan antarumat beragama di Indonesia, antara lain Alysa Wahid, pejabat dari Kementerian Agama RI, Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKUB), ASEAN, PGI, dan Wahid Institute. Peserta juga diajak mengunjungi Saung Udjo di Bandung dan Taman Mini Indonesia Indah untuk melihat kekayaan budaya Indonesia. Dari pengalaman berinteraksi dengan komunitas lintas agama dalam kegiatan interfaith exchange ini, diharapkan pihak-pihak yang terlibat dapat memberikan pemahaman kepada komunitasnya tentang toleransi beragama dan hidup berdampingan secara damai dalam keberagaman. Nilai-nilai agama yang kita anut, harus sepenuhnya kita pahami dengan baik, salah satu indikatornya adalah mampu menghargai orang lain dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan di dalam hidupnya. (Sam)
Ibu-Ibu umat NSI dari Jabotabek dan Bandung turut berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan menampilkan permainan musik angklung.
April 2015 | Samantabadra
13
liputan
Ketua Umum NSI Membedah Buku “Agama Dalam Kearifan Bahari”
Ketua Umum NSI menyampaikan bahasan dalam diskusi peluncuran buku “Agama Dalam Kearifan Bahari” yang ditulis oleh budayawan Radhar Panca Dahana.
Foto bersama para pembahas buku dengan penulis buku, Budayawan Radar Panca Dahana
A
da pepatah mengatakan bahwa Buku Adalah Jendela Dunia, maksudnya adalah dengan membaca buku kita akan mendapatkan banyak wawasan tentang hal-hal lain yang ada di dunia ini. oleh karen itu buku atau bahan bacaan yang lain menjadi penting buat kita. Berkenaan dengan buku Tanggal 18 Maret 2015 yang lalu, Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, diundang untuk menjadi salah satu pembahas dalam acara diskusi buku yang diluncurkan oleh budayawan Radar Panca Dahana yang berjudul “Agama Dalam Kearifan Bahari”, bersama dengan pembahas yang lain, yaitu Romo Magnis Suseno , K H Masdar F Masudi (PB NU), Prof. Azyumardi Azra, I Ketut Wignya (Dirjen. Bimas Hindu). Dari beberapa pembahas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa keberagamaan umat beragama di Indonesia memiliki khas tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan keberagamaan umat beragama di negara/bangsa-bangsa lain, oleh karenanya ini adalah satu modal besar untuk membangun Indonesia ke depan agar tercipta masyarakat rukun, damai, bersatu, adil dan makmur. 14
Samantabadra | April 2015
Menengok Semangat Umat NSI Cikupa
Umat CIkupa mendengarkan pembabaran dharma oleh Ketua Umum NSI dan dharma duta.
K
eberadaan umat NSi di Tangerang/Banten bisa dikatakan bersamaan dengan berdirinya NSI, karena perintis NSI ada yang berasal dari Tangerang dan sekitarnya. Itulah pula nampaknya yang membuat di wilayah Tangerang/Banten saat ini ada tiga vihara, yaitu Vihara Tangerang, Teluk Naga, Tegal Alur. apakah sudah cukup? Tentu tidak. Ke depan, inginnya akan berdiri lagi vihara-vihara di wilayah Tangerang/Banten ini sebagai sarana syakubuku. Di Cikupa misalnya, walau baru rencana paling tidak hal ini sudah menjadi bibit semangat dari umat untuk segera terwujud sebuah vihara yang dapat menjadi sarana umat Cikupa
dan sekitarnya dalam menjalankan pertapaan Kebuddhaan. Itu pula sebabnya pada tanggal 23 Februari 2015 Ketua Umum NSI bersama dengan Dharmaduta berkunjung ke Cikupa untuk memberikan bimbingan dan menyemangati umat Cikupa yang memang sedang bersemangat. Kiranya semangat syinjin ini dapat terus dijaga dan ditingkatkan oleh umat NSI dan meneruskan semangatnya ke anakcucu. (Minto)
April 2015 | Samantabadra
15
liputan
Pertemuan Generasi Muda NSI di Vihara Vimalakirti Teluk Naga
Generasi Muda NSI tekun mendengarkan materi pertemuan di Vihara Vimalakirti NSI Teluknaga.
S
udah menjadi kegiatan rutin bulanan, pada Minggu pertama para generasi muda NSI Jabotabek berkumpul untuk belajar dharma. Memang biasanya kegiatan ini dilaksanakan di Vihara Sadaparibhuta NSI (Balai Pusat) Jakarta, tetapi pada bulan Maret 2015, tepatnya tanggal 8 Maret 2015 yang lalu kegiatan ini dilaksanakan di Vihara Vimalakirti NSI Teluk Naga, Banten. Dilaksanakannya kegiatan ini di Teluk Naga bermaksud untuk menciptakan suasana baru dan menyemangati umat NSI 16
Samantabadra | April 2015
khususnya generasi muda NSI di Teluk Naga sekaligus membuka wawasan para generasi muda NSI bahwa susunan NSi itu penuh warna (tersebar di berbagai daerah). Walau acara dilaksanakan dari jam 10.00 sampai jam 15.00 para peserta Nampak bersemangat mendengarkan materi yang disajikan, tentu hal ini menjadi modal tersendiri untuk membangun NSI ke depan dalam upaya memberikan kontribusi/ sumbangsih kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Pandangan KU NSI Terhadap Pencegahan Korupsi dalam Perspektif Buddha pada Program PPA
T
anggal 16 Maret 2015 Ketua Umum NSI bertempat di Vihara Sadaparibhuta menerima Tim Irjen. Kementarian Agama RI yang bermaksud meminta pandangan/tanggapan tentang penanggulangan/ pencegahan korupsi di Indonesia yang sudah Nampak begitu mengakar, sehingga walau tidak sedikit pelaku korupsi yang sudah dipenjarakan tetap saja masih banyak yang melakukan korupsi , itulah sebabnya Kementarian Agama RI, melalui Inspektorat Jenderalnya mengadakan program PPA (Pengawasan Pendekatan Agama) yaitu wawancara dengan para tokoh agama sebagai upaya pencegahan tindak pidana dan perilaku korupsi yang natinya akan dituangkan dalam CD untuk kemudian disosialisasikan khusunya di lingkungan Kementerian Agama RI. (Minto)
Diskusi Rencana Pemekaran Struktur Ditjen Bimas Buddha
T
idak bisa dipungkiri bahwa Agama Buddha di Indonesia sudah berkembang sejak jaman nenek moyang kita, hal ini dapat kita lihat dari peninggalan-peninggalan bersejarahyang tersebar di berbagai daerah/wilayah Indonesia baik yang berupa candi maupun prasasti. Oleh karenanya bisa dipastikan bahwa ketika itu Agama Buddha dianut oleh mayoritas masyarakat, tetapi seiring dengan perubahan jaman
berangsur-angsur Agama Buddha ditinggalkan oleh penganutnya, tentu dengan berbagai alasan dan faktor, tetapi faktor utama bisa jadi adalah melemahnya rasa percaya kepada Agama Buddha hingga akhirnya seperti sekarang ini penganut Agama Buddha di Indonesia sangat sedikit sekali bila disbanding jumlah penduduk Indonesia. Oleh karenanya kita harus berupaya lebih keras lagi agar penganut Agama Buddha tidak
semakin berkurang. Itu sebabnya Ketua Umum NSI sangat mendukung rencana Dirjen. Bimas Buddha mengusulkan pemekaran struktur organisasi di Direktorat Bimbingan Masyarakat Buddha. Apabila sebelumnya hanya ada satu Direktorat, yaitu Direktorat Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, maka nantinya akan diusalkan ada dua, yaitu Direktorat Urusan Agama Buddha dan Direktorat Pendidikan Agama Buddha. Dengan adanya pemekaran ini nantinya pelayanan terhadap umat Buddha harusnya lebih baik dari pada sebelum pemekaran. Kita tunggu hasilnya sambil tetap bersemangat mempertahankan hati kepercayaan kepada Ajaran Buddha (Nammyohorengekyo). April 2015 | Samantabadra
17
liputan
Dokyo Syodai Tahun Baru Umat NSI Karang Anyar dan Kensyu Jawa Tengah
P
ada hari Rabu, 31 Desember 2014 jam 10.00 WIB, umat NSI Karanganyar melaksanakan Dokyo Syodai menyambut Tahun Baru 2015 di kediaman Bapak dan Ibu Giyat Daren Blorong Jumantono Karanganyar. Dokyo Syodai dipimpin oleh Bapak Gacon Sularno. Setelah dokyo syodai, dibacakan Sambutan Makna Peringatan Tahun Baru, lalu dilanjutkan dengan sesi berbagi pengalaman Dharma antar generasi dari orang tua dan generasi muda. Acara ditutup dengan foto bersama dan saling memberi ucapan selamat Tahun Baru. Peringatan Tahun Baru merupakan momentum bagi umat NSI untuk 18
Samantabadra | April 2015
menjalankan Syin Gyo Gaku secara lebih sungguhsungguh, dan bersamasama secara Itai dosyin menyebarluaskan ajaran agung Nammyohorengekyo. Memulai Tahun Baru 2015 dengan menyebut Nammyohorengekyo dengan kesungguhan hati tentu akan memunculkan jiwa Buddha kita yang akan menjadi sumber tenaga untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. (Dewi)
Suasana pada salah satu sesi pertemuan Kensyu Jawa Tengah, 7-8 Pebruari 2015 di Vihara Vimalakirti NSI Solo Baru.
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Balasan Kepada Soya Dono Surat Mengenai Kewaspadaan untuk Mencapai Kesadaran Buddha (Gosyo Zensyu Halaman 1055) LATAR BELAKANG|
S
urat ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 3 bulan 8 tahun Kenji ke-2 (1276) ketika Niciren Daisyonin berusia 55 tahun. Surat berita yang dikirim kepada Soya Kyosin Nyudo ini disebut Surat Balasan Kepada Soya Dono. Berdasarkan isinya surat ini mempunyai nama lain, yaitu Surat Mengenai Kewaspadaan Untuk Mencapai Kesadaran Buddha (Jobutsu Yojin Syo). Pertama, isi surat ini menerangkan, bahwa Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha terdapat pada Saddharmapundarikasutra yang membabarkan, bahwa Kedua Hukum Suasana dan Prajna tidak terpisah. Dalam sutra-sutra sementara sebelum Saddharmapundarika-sutra, Suasana dan Prajna adalah dua hal yang terpisah, maka dengan demikian tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha. Selanjutnya, diterangkan, bahwa manunggalnya Badan Pokok Suasana dan Prajna (Kyoci Icinyo) yang dibabarkan Saddharmapundarika-sutra adalah lima
- tujuh aksara Nammyohorengekyo dan ini merupakan hukum pokok pencapaian Kesadaran Buddha bagi umat manusia Masa Akhir Dharma. Untuk itu, di dalam Ajaran Pokok Saddharmapundarikasutra, ikatan pokok penting ini diwariskan kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing oleh Buddha Pokok. Dan dibabarkan pula, bahwa sekarang Niciren Daisyonin menyebarkan Hukum Pokok itu. Dalam pewarisan tugas ini ada dua makna pewaris tugas (Fuzoku) yakni umum (So Fuzoku) dan khusus (Betsu Fuzoku). Niciren Daisyonin membimbing dengan tegas, bahwa jika mencampuradukkan kedua makna ini, melupakan Guru Sumber Pokok, mempunyai keinginan untuk pindah kepada guru lain, Buddha lain dan sutra lain, maka tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha dan terus berputar dalam penderitaan hidup-mati. Kemudian, seandainya menjadi guru yang benar juga, jika melihat Pemfitnahan Dharma tidak memarahi dan menyerangnya April 2015 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu diterangkan, bahwa guru dan penganut, keduanya jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tidak terputus-putus. Di sini dinyatakan, bahwa Saddharmapundarikasutra adalah bibit, Buddha adalah orang yang menanam bibit itu dan umat adalah sawah. Bagaimanapun, dianjurkan agar umat manusia Masa Akhir Dharma mematangkan Bibit Buddha yang ditanam di dalam jiwa masing-masing berdasarkan guru yang benar dan Hukum sesungguhnya. Guru yang benar adalah Buddha Pokok yang mencakup ketiga kebajikan; Guru, Ayah-bunda dan Hukum Sesungguhnya adalah Saddharmapundarika-
sutra (Nammyohorengekyo Penanaman Bibit Dari Kalimat Tersirat). Dengan berdasarkan pada guru yang benar dan Hukum Sesungguhnya, semuanya dapat mencapai Kesadaran Buddha. Terakhir diperingatkan dengan tegas, “Jika menyalahi makna seperti ini, Niciren pun tidak dapat menyelamatkan hidup Anda di masa yang akan datang”. Demikianlah, Niciren Daisyonin memberitahukan untuk mewujudkan hati yang selalu waspada dalam mencapai Kesadaran Buddha.
ISI GOSYO |
D
alam Bab 2 Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, rol ke-1 dibabarkan, “Prajna para Buddha sangat dalam dan tidak terhitung”. Mahaguru Tien-tai menerangkan, “Tepian ‘suasana’ luas tidak terbatas maka dikatakan sangat dalam, Air Prajna sukar diukur, maka dikatakan tidak terhitung”. Sebenarnya kalimat sutra ini beserta keterangannya mengandung makna, bahwa jalan untuk menjadi Buddha ada pada dua Hukum: Suasana (Kyo) dan Prajna (Ci). Yang dimaksud dengan Suasana adalah Badan Puluhan Ribu Hukum. Yang dimaksud dengan Prajna adalah Rupa dari Jitai Kensyo. Pada saat tepian Suasana ‘Dalam, Luas dan Besar, Air Prajna mengalir tanpa terhambat. Dengan manunggalnya ‘Suasana dan Prajna’ ini, dapat dicapai Kesadaran Buddha Dalam Badan Apa Adanya. Dalam sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, ‘Suasana dan Prajna’ masing-masing berlainan, apalagi karena merupakan Ajaran Sementara dan upaya, maka tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha. Sekarang, Saddharmapundarika-sutra yang mengatakan, bahwa manunggalnya Suasana dan Prajna, mengajarkan mengenai Empat Pandangan Mengetahui Buddha (Butciken), yakni Membuka, Mewujudkan, Menyadarkan, dan Memasukkan, serta dapat Memperoleh Kesadaran. Pembuktian dalam jiwa ini sama sekali tidak dapat dijangkau oleh Sravaka dan Pratekyabuddha. Hal ini dibabarkan dalam kalimat selanjutnya yang berbunyi, “Semua Sravaka dan Pratekyabuddha tidak dapat mengetahuinya”. Apakah yang dimaksud dengan kedua Hukum Suasana dan Prajna ini? Tidak lain adalah Lima Aksara Nammyohorengekyo. Buddha Sakyamuni mengundang Bodhisattva Muncul dari Bumi untuk mewariskan tugas lima aksara ini yang merupakan ikatan pokok penting. Ini dikatakan sebagai Pintu Hukum Honge Fuzoku. 20
Samantabadra | April 2015
Akan tetapi Bodhisattva Visisthakaritra dan lain-lain timbul secara nyata pada 500 tahun awal Masa Akhir Dharma untuk menyebarkan Lima Aksara ini yang merupakan kedua Hukum Suasana dan Prajna. Ini dengan jelas dan tegas terdapat dalam kalimat sutra. Siapakah yang masih membahasnya? Niciren bukanlah orang itu dan utusan itu, namun secara garis besar sebagai orang yang mengawali untuk mulai menyebarkannya. Bodhisattva Visisthakaritra telah memperoleh Air Prajna Saddharma dari Tathagata Sakyamuni untuk dialirkan seterusnya kepada umat yang belum mempunyai akar bakat di masa buruk, Masa Akhir Dharma. Inilah makna dari Prajna. Bodhisattva Visisthakaritra menerima pewarisan tugas dari Buddha Sakyamuni, maka Niciren juga menyebarkan Pintu Hukurn ini di dalam negeri Jepang. Di sini ada lagi dua makna : Umum dan Khusus. Jika sedikit saja menyalahi kedua makna Umum dan Khusus ini, maka sama sekali tidak boleh mengharap akan dapat mencapai Kesadanan Buddha, bahkan menjadi berputar mengelilingi penderitaan hidupmati. Misalnya, para Sravaka pada masa hidup Buddha Sakyamuni telah menerima penanaman bibit dari Buddha Sakyamuni, ketika menjadi Pangeran ke-16 dari Buddha Mahabijnajnanabhibhu. Oleh kanena itu, mereka sama sekali tidak dapat mencapai Kesadanan Buddha dengan bertemu Tathagata Amitabha atau Tathagata Bhaisyajyaguru. Sebagai umpama, jika mengambil air dari lautan besar dan dibawanya ke dalam rumah, maka seisi keluarga dapat memanfaatkannya. Tetapi jika air dari lautan besar yang diambil itu diabaikan setetes pun dan kembali menginginkan air lautan besar lainnya, sama sekali merupakan kesalahan besar, sungguh bodoh sekali. Bila melupakan Guru Sumber Pokok yang memberikan Air Prajna lautan besar Saddharmapundarika-sutra, hatinya berpindah kepada yang lain, pasti menjadi bahaya berputar dalam penderitaan hidup mati. Tetapi, sekalipun merupakan guru, kalau mempunyai kesalahan, maka harus membuangnya. Namun, ada juga di mana tidak perlu membuangnya, ini tergantung dari teori kewajaran masyarakat dan Hukum Buddha. Bhiksu Masa Akhir Dharma, kebanyakan tidak mengetahui teori Jalan Hukum Buddha, terikat kesombongan sendiri, sehingga merendahkan guru dan menjilat umat. Hanya bhiksu yang tulus hati, mempunyai sedikit hawa nafsu dan mengenal rasa puas merupakan bhiksu yang sesungguhnya. Hokke Mongu jilid satu mengulas, “Sekalipun belum menyadari teori sesungguhnya, kalau merasa malu terhadap dewa Makna Utama, malu terhadap para Orang Arif, Ia adalah bhiksu yang mempunyai rasa malu. Kalau dapat menimbulkan prajna dari kanjin, ia adalah bhiksu yang sebenarnya”. Sutra Nirvana membabarkan, “Jika bhiksu yang baik melihat orang yang memecahkan Hukum Buddha, tetapi membiarkan tanpa memarahi, menyerang, mengusir dan menerangkan kesalahannya, hendaklah sungguh-sungguh diketahui, bahwa orang ini adalah orang yang merugikan dalam Hukum Buddha. Apabila sunggqh-sungguh mengusir, memarahi, menyerang dan memberitahukan kesalahannya, orang itu adalah murid Saya, Sravaka yang sebenamya”. Kata ‘lihat’ dalam kalimat ‘melihat orang yang memecahkan Hukum Buddha’ dan kata ‘membiarkan’ dalam kalimat ‘membiarkan tanpa memarahi’ hendaknya sungguh-sungguh dilukiskan di dalam jiwa. Jika melihat musuh Saddharmapundarika-sutra, membiarkan dan melepaskan tanpa memarahinya, guru dan penganut, keduanya tidak diragukan lagi, akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan April 2015 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu yang tidak terputus-putus. Mahaguru Nan-Yueh mengatakan, “Terjatuh ke dalam neraka bersama-sama berbagai orang buruk”. Tidak menyerang pemfitnahan dharma, tetapi ingin mencapai Kesadaran Buddha, sama seperti menginginkan air dalam api, mencari api dalam air, alangkah menyedihkan, alangkah menyedihkan. Bagaimanapun mempercayai Saddharmapundarika-sutra, kalau ada pemfitnahan dharma, pasti terjatuh dalam neraka, sama seperti di dalam ribuan sendok pernis ada sepotong kaki kepiting (menjadi tidak berguna). Inilah yang dimaksud dengan perkataan, “Hawa nafsu masuk dengan mendalam, sehingga kehilangan hati pokok”. Saddharmapundarika-sutra membabarkan, “Di tanah Buddha manapun, selalu dilahirkan bersama-sama guru”. Dan membabarkan lagi, “Kalau akrab dan erat dengan Guru Hukum, segera dapat memperoleh Jalan Bodhisattva. Dan dengan sungguh hati belajar dan mengikuti guru tersebut, dapat melihat para guru sebanyak pasir sungai Gangga”. Dalam keterangannya dikatakan, “Dengan mengikuti Buddha ini, baru untuk pertama kali menimbulkan hati Jalan pertapaan dan dengan mengikuti Buddha ini dapat menetap pada tempat tidak akan mundur”. Atau ada yang mengatakan, “Pada awalnya mengikat jodoh dengan mengikuti Buddha dan Bodhisattva ini dan tergantung kepada Buddha dan Bodhisattva ini pula, dapat mencapai Jalan Kebuddhaan”. Dengan sungguh-sungguh berulang kali mengatakan agar jangan sampai salah dalam mengikuti Guru Pokok dan capailah Kesadaran Buddha. Buddha Sakyamuni adalah Guru Pokok yang diikuti seluruh umat manusia, apalagi Beliau mencakup kebajikan Majikan dan Orang Tua. Karena Pintu Hukum ini diutarakan oleh Niciren, seperti teori kewajaran pada umumnya, nasihat yang baik tidak enak didengar”, maka dijatuhi hukuman pembuangan dan akhirnya terancam jiwanya. Sekalipun begitu, sekarang masih belum jera. Saddharmapundarika-sutra bagaikan bibit, Buddha bagaikan orang yang menanam, umat bagaikan sawah. Jika menyalahi makna seperti ini, Niciren pun tidak dapat menyelamatkan hidup Anda di masa yang akan datang. Salam hangat. Tanggal 3, bulan 8, tahun Kenji kedua Kepada Soya Dono
22
Samantabadra | April 2015
tertanda, Niciren
| KUTIPAN GOSYO
1
Prajna para Buddha sangat dalam dan tidak terhitung.
Keterangan : Dalam surat ini, pertama-tama dikutip kalimat Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi, “Prajna para Buddha sangat dalam dan tidak terhitung”, dan kalimat Hokke Gengi, Mahaguru Tien-tai yang berbunyi, “Tepian Suasana luas tidak terbatas, maka dikatakan sangat dalam. Air prajna sukar diukur, maka dikatakan tidak terhitung”. Dan diterangkan pula, bahwa Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha hanya ada pada Dua Hukum, Suasana dan Prajna. Suasana tersebut adalah “Badan Puluhan Ribu Hukum”, berarti Badan Pokok seluruh gejala alam semesta. Prajna adalah ‘Rupa Jitai Kensyo’, berarti gerakan fungsi yang mewujudkan dan menerangi Badan Pokok Badan Puluhan Ribu Hukum apa adanya. Suasananya tidak terbatas, luas dan dalam, maka aliran Air Prajna yang merupakan gerakan fungsi yang mewujudkan dan menerangi Suasana tersebut, mengalir tanpa terhambat. Dibabarkan, bahwa banyaknya air tidak terukur, sedemikian penuh dan kaya, maka diterangkan, bahwa ketika Suasana yang sedemikian dalam dan Prajna yang tidak terhitung manunggal, dapat tercapai Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya. Dalam Ajaran Sementara, Suasana dan Prajna berlainan, maka umat manusia tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha. Sebaliknya Saddharmapundarika-sutra membabarkan manunggalnya Suasana dan Prajna, maka umat manusia dapat membuka, mewujudkan, menyadari dan memasuki Pandangan Mengetahui Buddha, sehingga
dapat mencapai Kesadaran Buddha. Pembuktian dalam jiwa dan Pandangan Mengetahui Buddha dari manunggalnya Suasana dan Prajna, tidak bisa dijangkau oleh Sravaka dan Pratyekabuddha yang berprajna dangkal. Mengenai hal ini di dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Seluruh Sravaka dan Pratekyabuddha tidak dapat mengetahuinya”.
2
Mahaguru Tien-tai menerangkan. “Tepian ‘suasana’ Iuas tidak terbatas maka dikatakan sangat dalam, Air Prajna sukar diukur, maka dikatakan tidak terhitung”.
Keterangan : Dalam Hokke Gengi Mahaguru Tientai mengatakan, tepian Suasana luas tidak terbatas, maka Air Prajna sukar diukur : Hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguh-sungguh mengetahuinya,” Selanjutnya, dengan menerima keterangan Mahaguru Tien-tai, dalam Keterangan Hokke Gengi Mahaguru Miao-lo mengatakan, “Suasana sesungguhnya sangat dalam, maka menjadi vertikal. Suasana Sementara tidak terbatas maka menjadi horizontal. Air dari horizontal dan vertikal sukar diukur. Oleh karena itu, sukar mengukur prajna Buddha.” Mengenai Dua Hukum, Suasana dan Prajna, Suasana adalah ‘tepian’ yang diumpamakan seperti tanah yang sangat luas dan rongga yang dalam sekali. Dan Prajna diumpamakan air tak terhitung yang memenuhi rongga yang sangat besar dan dalam sekali. Dalam keterangan Mahaguru Tien-tai, Suasana yang menerima diumpamakan sebagai ‘tepian’, sangat luas, besar dan tak terbatas. maka dikatakan sangat dalam. Dan prajna yang aktif diumpamakan air yang memenuhi ‘tepian’, April 2015 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu sulit diukur maka dikatakan ‘tidak terhitung’. ini menerangkan ‘sangat dalam dan tidak terhitung’ yang terdapat dalam Bab Upaya Kausalya. Di dalam keterangan, Mahaguru Miao-lo membagi ‘tepian’ menjadi ‘dalam’ (vertikal) dan ‘luas dan besarnya tak terbatas’ (horizontal), dan membagi yang pertama sebagai Suasana Sesungguhnya, sedangkan yang kedua sebagai Suasana Sementara. Dan dijelaskan bahwa air prajna tersebut memenuhi ‘tepian’ secara vertikal maupun horizontal dan sulit diukur, maka diterangkan sebagai menerangkan kalimat sutra Bab Upaya Kausalya yang berbunyi, Prajna para Buddha sangat dalam dan tidak terhitung, sebagai pujian terhadap Prajna Sesungguhnya Sang Buddha. Sebaliknya mungkin Mahaguru Miaolo menerangkannya sebagai dua Prajna Sementara dan sesungguhnya dari Buddha; suasana yang menerima yang merupakan objek pun dibagi menjadi dua: Suasana Sesungguhnya dan Sementara.
3
Sebenarnya kalimat sutra ini beserta keterangannya mengandung makna, bahwa jalan untuk menjadi Buddha ada pada Dua Hukum : Suasana (kyo) dan Prajna (ci). Keterangan : Sesuai kalimat sutra Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dan kalimat keterangan dari Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Miao-lo, Niciren Daisyonin membabarkan, bahwa pada hakikatnya hubungan antara Dua Hukum Suasana dan Prajna merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai Kesadaran Buddha bagi manusia biasa. Seperti yang telah diterangkan pada surat ini, penentuan pencapaian Kesadaran Buddha umat manusia tergantung pada manunggal atau tidaknya Suasana dan Prajna. 24
Samantabadra | April 2015
4
Yang dimaksud dengan Suasana adalah badan puluhan ribu Hukum. Yang dimaksud dengan prajna adalah rupa dari Jitai Kensyo... Dengan manunggalnya ‘Suasana dan Prajna’ ini, dapat dicapai Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya. Keterangan : ‘Suasana’ dikatakan sebagai ‘Badan Puluhan Ribu Hukum’, ‘Prajna’ dikatakan sebagai ‘rupa Jitai Kensyo’. Badan Puluhan Ribu Hukum, berarti Badan Pokok semua Gejala Alam Semesta. Tetapi, sekalipun di katakan sebagai Badan Pokok, bukan berarti setiap Gejala Alam Semesta merupakan sesuatu benda yang berwujud. Ini merupakan salah satu ajaran Sang Buddha dari segi Akar Pokok. Yang menerangkan hal ini dengan jelas adalah ajaran yang mengatakan ‘Timbul Dari Jodoh’. Timbul dan Jodoh berarti timbul tergantung jodoh, dan tiap gejala maupun sesuatu benda dari semua gejala alam semesta bukan timbul berdiri sendiri dari benda ataupun gejala yang lain, namun pasti ‘timbul tergantung jodoh’ dari benda lain atau gejala. Sebagai manusia biasa kita merasa, bahwa gejala maupun sesuatu benda ada karena adanya sifat yang jelas. Namun, sebenarnya segala sesuatu timbul nyata karena keterpaduan sementara antara sebab dan jodoh. Sesuatu itu sendiri sebenarnya Ku (karena ada, maka bukan berarti tidak ada). Setiap gejala alam semesta timbul karena adanya kemanunggalan jodoh dengan yang lainnya. Berarti, jika terlepas dari hubungan dengan sesuatu benda lain atau gejala, maka tidak akan timbul sesuatu. Mengambil salah satu gejala alam semesta yang manapun, itu tetap berhubungan dengan sesuatau benda. yang lainnya. Jadi berhubungan dengan semua Badan Puluhan Ribu Hukum. Misalnya, adanya satu keranjang adalah karena simpul keranjang saling berkaitan
dengan simpul lainnya. Jika menarik satu simpul keranjang, bukan hanya satu saja yang tertarik tetapi simpul yang Iainnya pun tertarik secara bersamaan. Seperti demikian, Semuanya saling berhubungan, salah satu dari yang manapun mencakup semuanya pula. Dan mengenai semua gejala alam semesta yang masing-masing memiliki kemutlakan sifat tidak ada perbedaan, dijelaskan oleh Niciren Daisyonin sebagai ‘Badan dari Puluhan Ribu Hukum’, maka dikatakan menjadi ‘Suasana Jiwa’. Kemudian, Prajna yang aktif melihat suasana jiwa ini dengan sesungguhnya merupakan ‘Rupa dari Jitai Kensyo’. ‘Ji’ dan ‘Jitai’ berarti sendiri atau menyatakan diri sendiri. ‘Tai’, berarti Badan Puluhan Ribu Hukum atau menyatakan puluhan ribu gejala alam semesta sebagai jodoh. Dengan demikian, wajah apa adanya semua dunia yang saling berhubungan dengan timbulnya jodoh dari puluhan ribu gejala alam semesta disebut ‘Jitai’. Yang melihat tembus ‘Jitai’ dengan mata (Mata Buddha) tanpa ada sedikit pun kekotoran dan kebengkokan adalah prajna. Prajna adalah ‘Wajah Jitai Kensyo’, berarti berdasarkan prajna yang aktif, keadaan apa adanya dari seluruh Badan Puluhan Ribu Gejala Alam semesta timbul dengan jelas. Dengan kata lain, lebih menitikberatkan pada ‘menerima’. Sekalipun dikatakan sebagai Suasana atau Prajna, suasana jiwa manusia biasa sulit untuk dapat merasa dan mengerti. Oleh karena itu, hanya bisa dinyatakan sebagai ‘sangat dalam dan tidak terhitung’. Pada kalimat selanjutnya Niciren Daisyonin mengatakan, “Tetapi pada saat tepian suasana dalam, luas tidak terbatas, Air Prajna mengalir tanpa terhambat. Dengan manunggalnya Suasana dan Prajna ini, dapat mencapai Kesadaran Buddha Dalam Badan Apa Adanya”. Dari sini dapat dimengerti, bahwa sekalipun Beliau mengutip secara Iangsung kalimat Hokke Gengi dari
Mahaguru Tien-tai yang mengumpamakan Suasana sebagai Tepian dan Prajna sebagai Air, Niciren Daisyonin membabarkannya secara lebih dinamis dari pada Mahagunu Tien-tai. Perbedaan hal ini jelas terutama pada pembabaran yang mengatakan, bahwa Air Prajna terus mengalir tanpa hambatan. Air Prajna yang luas, besar dan dalam dari Mahaguru Tien-tai diterangkan sebagai air tidak terhitung yang memenuhi tepian, sebaliknya ‘air’ Prajna dari Niciren Daisyonin adalah air tak terhitung yang terus mengalir tanpa hambatan. Bagaimanapun, tergantung kemanunggalan Suasana dan Prajna, manusia biasa dapat mencapai Kesadanan Buddha Dalam Badan Apa Adanya. Jawaban bagaimana kita manusia biasa dapat mencapai Kesadaran Buddha tendapat pada kalimat selanjutnya.
5
Dalam sutra sebelum Saddharmapundarikasutra, ‘Suasana dan Prajna’ masing-masing berlainan… Sekarang Saddharmapundarika-sutra yang mengatakan bahwa manunggalnya Suasana dan Prajna, mengajarkan mengenai Empat Pandangan Mengetahui Buddha (Butciken) yakni membuka, mewujudkan, menyadarkan dan memasukkan, serta dapat memperoleh Kesadaran.
Keterangan : Berbagai sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra merupakan ajaran yang disesuaikan dengan akar bakat umat manusia, maka Hukum (suasana jiwa) - nya berbeda dengan Prajna Buddha. Dengan demikian Suasana dan Prajna tidak bisa manunggal. OIeh karena itu, tidak dapat dicapai Kesadaran Buddha berdasarkan Ajaran Sementara dan berbagai sutra upaya. Sebaliknya dikatakan, “ ‘Sekarang’, Saddharmapundarika-sutra yang April 2015 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu mengatakan, bahwa manunggalnya Suasana dan Prajna ”, Selaras dengan hal ini, baru setelah memasuki Saddharmapundarikasutra, tidak dihubungkan lagi dengan akar bakat umat manusia dan secara jelas dibabarkan Kesadaran Buddha yang sebenarnya: Di situ terwujud nyata kesadaran dalam jiwa Sang Buddha dan manunggalnya Suasana dan Prajna. Bahkan Prajna yang aktif (Prajna Buddha, mata Buddha) ini sejak asal mula telah tercakup pada umat manusia Sembilan Dunia sebagai Pandangan Mengetahui Buddha (Butciken). Oleh karena itu, bagaimana agar manusia biasa dapat mencapai Kesadaran Buddha, telah diterangkan sebagian hal tersebut dari segi akar pokok. Selanjutnya, kalimat Bab Upaya Kausalya yang tersohor mengatakan, bahwa tujuan utama kehadiran para Buddha di dunia adalah membuka “Pandangan Mengetahui Buddha” yang tercakup di kedalaman jiwa umat manusia sejak asal mula dan mewujudkan, menyadarkan serta memasukkannya ke dalam Jalan “Pandangan Mengetahui Buddha” tersebut. Di dalam Hokke Gengi, Mahaguru Tientai mengatakan, “Pada sutra dikatakan, ‘untuk umat manusia, dibuka Pandangan Mengetahui Buddha, disadarkan dan dimasukkan’. Seperti demikian, kalau umat manusia tidak ada Pandangan Mengetahui Buddha, maka tidak dapat mendiskusikan tentang apakah yang dimaksud dengan ‘membuka’. Ketahuilah, bahwa Pandangan Mengetahui Buddha tercakup dalam umat manusia”. Pandangan Mengetahui Buddha tercakup secara rahasia di dasar jiwa umat manusia Sembilan Dunia. OIeh karena itu, ‘Pandangan Mengetahui Buddha’ tersebut dapat dibuka dan diwujudkan. Maka, dengan membuka dan mewujudkan teori sesungguhnya Saddharmapundarikasutra ini, serta dengan membuka dan menimbulkan Pandangan Mengetahui 26
Samantabadra | April 2015
Buddha, maka seluruh umat manusia dapat mencapai Kesadaran Buddha.
6
Apakah yang dimaksud dengan Kedua Hukum Suasana dan Prajna ini? Ini tidak lain adalah lima aksara Nam-myo-ho-renge-kyo.
GM
Keterangan : Di sini dijelaskan, bahwa manunggalnya Badan Pokok Hukum Suasana dan Prajna adalah lima-tujuh aksara Nammyohorengekyo. Bersamaan itu dijelaskan pula, bahwa agar lima aksara Saddharma tersebar di Masa Akhir Dharma, Buddha Sakyamuni mewariskan dan memberi tugas Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi, yakni Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain. Dan lima aksara Saddharma yang diwariskan kepada Bodhisattva Visishtakaritra ini, sekarang disebarluaskan oleh Niciren Daisyonin di negeri Jepang pada Masa Akhir Dharma. Hukum manunggalnya Suasana dan Prajna yang merupakan pokok penting dalam mencapai Kesadaran Buddha dijelaskan pada Bab Upaya Kausalya Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra. Dan dibabarkan pula, bahwa hukum tersebut yang merupakan ‘Pandangan Mengetahui Buddha’ tercakup secara rahasia di kedalaman jiwa umat manusia Sembilan Dunia. Tetapi, bagi umat manusia yang realistis, bagaimanapun juga hal tersebut hanya merupakan “Teori Hukum”. Mengapa demikian? Karena, sekalipun ‘Pandangan Mengetahui Buddha’ tercakup pada umat manusia Sembilan Dunia dan sekalipun diajarkan, bahwa tergantung membuka, mewujudkan, menyadarkan, memasukkan dapat mencapai Kesadaran Buddha pun, cara pelaksanaan pertapaan yang sebenannya belum dibabarkan. Memang, akar bakat umat manusia semasa
hidup Buddha Sakyamuni sudah terbina (pada pokoknya sudah ada akan kebaikan) melalui pembabaran Hukum Buddha selama 40 tahun lebih, maka dengan pembabaran Hukum Tersebut dapat membuka Jalan pencapaian Kesadaran Buddha. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin mengatakan, “Sekarang, Saddharmapundarika-sutra yang mengatakan, bahwa manunggalnya Suasana dan Prajna, mengajarkan mengenai Empat Pandangan Mengetahui Buddha: membuka, mewujudkan, menyadarkan dan memasukkan serta dapat memperoleh Kesadaran”. Akan tetapi, umat manusia Masa Akhir Dharma tidak mungkin dapat memperoleh Jalan Pencapaian berdasarkan Hukum Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutna. Maka di dalam Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra, perlu mewariskan dan menugaskan kepada pemimpin Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing Buddha Pokok, yakni Bodhisattva Visishtakaritra. Kalimat yang mengatakan, bahwa Dua Hukum Suasana dan Prajna adalah hanya lima aksara Nammyohorengekyo, berarti Buddha Sakyamuni tidak Iangsung menerangkan secara tersurat pada kalimat Saddharmapundarika-sutra. Tetapi, umat manusia semasa hidup Buddha Sakyamuni yang telah menumpuk akar kebaikan sejak masa lampau, dapat menyadari Nammyohorengekyo yang dirahasakan di dasar kalimat, sehingga dapat mencapai Kesadaran Buddha. Pada Masa Akhir Dharma, baru Niciren Daisyoninlah yang Iangsung menjelaskan dan menyebaruaskannya. Isi kalimat yang sama dengan hal ini terdapat di dalam Surat Balasan Kepada Syijo Kingo. Dikatakan bahwa hanya melaksanakan pertapaan tujuh aksara Nammyohorengekyo, secara sepintas kelihatannya sangat sempit, namun
sebenarnya isinya sangat mendalam, isinya selangkah lebih mendalam dari pada Pintu - Hukum yang dkebarluaskan oleh Mahaguru Tien-tai, Mahaguru Dengyo dan lain-lain. Bahkan merupakan guru teladan para Buddha ketiga masa, guru pembimbing Bodhisattva Sepuluh Penjuru clan merupakan bimbingan Jalan pencapaian kesadaran Buddha bagi seuruh umat manusa. Selanjutnya, di dalam Ajaran Bayangan Saddharmapundarikasutra, Nammyohorengekyo dikabarkan sebagai Wajah Sesungguhnya Berbagai Hukum, dan di dalam Ajaran Pokok dijelaskan sebagai wajah kedua Buddha yakni Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna yang duduk berdampinan inilah Dua Hukum Suasana dan Prajna. Terutama dalam Bab XI, Saddharmapundarika-sutra, Stupa Pusaka yang membabarkan upacara kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna duduk berdampingan, menjelaskan bahwa Buddha Sakyamuni adalah Prajna, berarti menyatakan Wajah Sesungguhnya, Buddha Prabhutaratna adalah Suasana Jiwa, berarti menyatakan Berbagai Hukum. Pembabaran ini merupakan hal yang sangat penting. Sesuai dengan perkataan dalam Surat Balasan Kepada Syijo Kingo, kedua Buddha : Buddha Sakyamuni dan Buddha Prabhutaratna masing-masing menyatakan dua : Suasana dan Prajna. Bahkan bersamaan itu juga menyatakan Badan Hukum lima - tujuh aksara Nammyohorengekyo yang merupakan pembuktian dalam jiwa dan manunggalnya Suasana dan Prajna. Kannen Kanpo dari Mahaguru Tien-tai mendasarkan kepada “Wajah Sesungguhnya Berbagai Hukum, Empat Pandangan Mengetahui Buddha: membuka, mewujudkan, menyadarkan dan memasukkan” yang dibabarkan di dalam Bab Upaya Kausalya Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra dan merupakan April 2015 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu cara pertapaan untuk menimbulkan dan membuka Pandangan Mengetahui Buddha yang tersembunyi di dalam jiwa umat manusia. Akan tetapi bagi Niciren Daisyonin, hukum tersebut merupakan Hukurn yang tidak memiliki manfaat lagi di dalam pencapaian Kesadaran Buddha bagi umat manusia di Masa Akhir Dharma.
Tathagata, seluruh kekuatan bebas Sang Tathagata, seluruh gudang rahasia pokok Sang Tathagata, seluruh fakta nyata yang sangat dalam dari Sang Tathagata”. Inilah empat syair hukurn pokok. Dengan demikian, karunia kebajikan Saddharmapundarikasutra ini diikat menjadi empat syair hukum pokok dan ini diwariskan kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi, maka Buddha Sakyamuni mengundang dikatakan pewarisan tugas ikatan pokok Bodhisattva MuncuI dari Bumi penting. Jika demikian apakah arti masinguntuk mewariskan tugas lima masing Empat Syair Hukum Pokok tersebut? aksara ini yang merupakan ikatan pokok 1. “Seluruh Hukum yang dipegang penting. Ini dikatakan sebagai pintu seluruh Tathagata”, berarti Kesadaran Sang Hukum Honge Fuzoku. Tathagata yang memiliki seluruh hukum (teori sesungguhnya); Keterangan : 2. “Seluruh kekuatan bebas Sang Mengenai pewarisan tugas pokok penting Tathagata”, berarti seluruh fungsi kekuatan lima-tujuh aksara Nammyohorengekyo yang gaib dan bebas yang dimiliki oleh Sang merupakan satu badan hukum Suasana dan Tathagata; Prajna yang diberikan oleh Sang Buddha 3. “Seluruh gudang rahasia pokok Sang kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi yang Tathagata”, berarti seluruh kebajikan karunia dibimbing Buddha Pokok, terdapat di Bab prajna yang tersimpan secara rahasia di XXI, Kekuatan Gaib Sang Tathagata Ajaran dalam dada Sang Tathagata; Pokok Saddharmapundarika-sutra. IniIah 4. “Seluruh fakta nyata yang dalam Honge Fuzoku. Di dalam Bab Kekuatan dari Sang Tathagata”, berarti seluruh fakta Gaib Sang Tathagata, Buddha Sakyamuni nyata yang dalam dari seluruh perilaku dari mewujudkan sepuluh macam kekuatan ketika Sang Tathagata masih manusia biasa gaib, kemudian menerangkannya kepada sampai mencapai badan Buddha dan setelah umat, Bodhisattva Visishtakaritra dan lainmencapai Kesadaran Buddha diajarkan lain. Berarti dengan membawa kekuatan dan dibabarkan kepada umat manusia. yang sangat gaib seperti sepuluh macam Mengenal hal-hal ini, ‘semuanya diterangkan, kekuatan gaib, Sang Buddha terus menerus dibabarkan dan diproklamirkan di dalam membabarkan karunia kebajikan dari sutra ini’. menyebarluaskan SaddharmapundarikaDemikianlah dibabarkan dan dijelaskan sutra di Masa Akhir Dharma yang selama secara jelas di dalam Saddharmapundarikakurun waktu ratusan ribu milyar asamkheya sutra, dan karunia kebajikan yang mutlak kalpa koti yang panjang pun tak menjadi dan besar dari Saddharmapundarikahabis. Ini menerangkan kemutlakan besarnya sutra diikat menjadi empat syair ini dan karunia kebajikan Saddharmapundarikadiwariskan. sutra. Kemudian kemutlakan besarnya karunia kebajikan tersebut dikatakan Niciren bukanlah orang itu dan berdasarkan pokok penting. utusan itu, maka Niciren juga Selanjutnya terdapat empat syair yang menyebarkan Pintu Hukum ini di dalam negeri Jepang. menyimpulkan dengan membabarkan, “Seluruh hukum yang dipegang seluruh
7
GM
8
28
Samantabadra | April 2015
Keterangan : Berdasarkan pewarisan tugas ikatan pokok penting, Badan Hukum Nammyohorengekyo diwariskan oleh Sang Buddha kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi, yakni Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain. Juga merupakan Badan Hukum kalimat tersirat dan Bab Panjang Usia Tathagata Saddharmapundarika-sutra yang dipertahankan dan dipegang oleh Buddha Pokok Masa Akhir Dharma sejak masa lampau yang amat jauh. Fungsi luar Niciren Daisyonin adalah kelahiran kembali Bodhisattva Visishtakaritra, pembuktian dalam jiwa adalah kelahiran kembali Tathagata Jijuyuhosyin Kuon Ganjo. Untuk menyelamatkan dengan pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma, Niciren Daisyonin menyebarluaskan Pintu Hukum Sandaihiho. Tetapi pada kalimat kutipan di atas, BeIiau dengan rendah hati mengatakan, bahwa sampai dengan timbulnya Bodhisativa Visishtakaritra, Beliau kira-kira telah menyebarkan lima aksara Saddharma. Selanjutnya, di dalam upacara pewarisan tugas ikatan pokok penting Saddharmapundarika-sutra, Bodhisattva Visishtakaritra ini mendapat warisan air prajna Saddharma; menunggalnya Suasana dan Prajna dari Buddha Sakyamuni, dan air prajna tersebut dialirkan di masa buruk Akhir Dharma kepada umat manusia yang prajna-nya telah mengering. Dan air prajna yang sama tersebut sekarang disebarluaskan oleh Niciren Daisyonin di negeri Jepang. Di sini dengan jelas diterangkan, bahwa Niciren Daisyonin sendiri adalah Bodhisattva Visishtakaritra. Beliau sendiri adalah Bodhisattva Visishtakaritra, berarti tanah pokok pembuktian dalam jiwa tidak lain adalah Tathagata Jijuyuhosyin Kuon Ganjo.
9
Di sini ada lagi dua makna umum dan khusus. Jika sedikit saja menyalahi kedua makna umum dan khusus ini, maka sama sekali tidak boleh mengharap akan dapat mencapai Kesadaran Buddha, bahkan menjadi berputar, mengelilingi penderitaan hidup mati.
Anak Cabang
Keterangan : Dalam pewarisan tugas terdapat dua makna, yakni pewarisan tugas umum dan khusus. Secara tegas dikatakan, bahwa jika hal ini tercampur aduk dan menjadi salah, maka bukan hanya tidak ada harapan untuk dapat mencapai Kesadaran Buddha, bahkan akan menjadi sebab dasar berputar mengelilingi penderitaan hidup mati. Sebagai umpama, Sravaka yang menerima penanaman bibit dari Buddha Sakyamuni ketika menjadi pangeran ke16, Buddha Mahabijnajnanabhibhu, tidak dapat mencapai kesadaran Buddha dengan bertemu dan menerima ajaran dari Buddha Amitabha dan Tathagata Baisyajyaguru. Demikianlah diterangkan mengenai betapa pentingnya sebab jodoh dan penanaman, pematangan dan pemanenan. Berarti, bagaimanapun juga jika Sravaka tidak mematangkan bibit dari Buddha Sakyamuni tidak akan dapat mencapai Kesadanan Buddha. Sebagai umpama, mengambil air dari lautan besar dan membawanya ke dalam numah, sehingga seluruh keluarga dapat menerima sumbangan air tersebut. Namun, jika air yang dibawa tersebut dibiarkan dan menginginkan air lautan besar dari tempat yang lain maka hal itu merupakan kesalahan, yakni melupakan ‘Guru Sumber Pokok’ yang telah mewariskan air prajna lautan besar Saddharmapundarika-sutra, dan hatinya berpindah ke guru lain. Diterangkan dengan tegas, bahwa hal tersebut pasti menjadi sebab mendasar berputar di dalam penderitaan hidup-mati. April 2015 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu Mengenai Dua Makna Umum dan Khusus
Dalam upacara pewarisan tugas Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra terdapat pewarisan tugas umum dan khusus. Pewarisan khusus berarti pewarisan tugas ikatan pokok penting yang dibabarkan dalam Bab XXI Kekuatan Gaib Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra. Di situ Buddha Sakyamuni mewariskan ikatan pokok penting (Myohorengekyo) kepada Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain yang merupakan pemimpin keempat Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing Buddha Pokok. Pewarisan tugas umum dibabarkan di dalam Bab XXII, Saddharmapundarika-sutra, Akhir Pesamuan,. Kalimat sutra yang berkaitan dengan hal tersebut mengatakan, bahwa Buddha Sakyamuni mengelus kepala para Bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya sebanyak tiga kali, dan mewariskan Hukum, maka di katakan ‘pewarisan tugas dengan mengelus kepala’. Dan karena diwariskan kepada semua Bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya, termasuk Bodhisattva Honge maupun Syakke dari kawasan Iainnya, maka di katakan ‘pewarisan tugas secara umum’. Yang terpenting di dalam dua makna pewarisan tugas umum dan khusus, bahwa pewarisan harus sesuai waktu. Umpamanya pewarisan Badan Hukum. Di dalam pewarisan tugas umum, Badan Hukum yang diwariskan kepada seluruh Bodhisattva tidak hanya kalimat tersurat Saddharmapundarika-sutra, tetapi juga bagian depan dan belakang seluruh sutra. Dan masa penyebarluasan pun adalah untuk akar bakat umat manusia 2.000 tahun masa Saddharma dan Pratirupadharma. Sebaliknya, pewarisan tugas khusus berarti badan hukum yang diwariskan adalah lima - tujuh aksara Nammyohorengekyo; kalimat tersirat Bab Panjang Usia Tathagata 30
Samantabadra | April 2015
Saddharmapundarika-sutra. Dan masa penyebarIuasannya adalah Masa Akhir Dharma. OIeh karena itu umat manusia yang dapat terlahir di Masa Akhir Dharma, bagaimanapun juga akar bakat pencapaian kesadaran Buddhanya adalah melalui Nammyohorengekyo yang diwariskan kepada Bodhisattva Visishtakaritra dan lainlain. Hal ini jangan sampai menjadi keliru. Maka jika percaya kepada Buddha Mahavairocana, Amitabha, atau ajaran dan bimbingan dari para Bodhisattva Syakke yang menerima pewarisan tugas umum, karena waktu, bakat, dan ajarannya masingmasing berlainan, maka akan berputar di dalam penderitaan hidup-mati. Sesuai perkataan ini, bukan hanya tidak bisa mencapai Kesadaran Buddha, bahkan sebaliknya diri sendiri akan mengundang malapetaka berputar dalam penderitaan hidup-mati.
10
Sutra Nirvana menbabarkan, “Jika bhiksu yang baik melihat orang yang memecahkan Hukum Buddha, tetapi membiarkan tanpa memarahi, menyerang, mengusir dan menerangkan kesalahannya, hendaklah sungguhsungguh diketahui, bahwa orang ini adalah orang merugikan dalam Hukum Buddha...”
Keterangan : Sampai di atas diterangkan, bahwa Hukum Sumber Pokok pencapaian Kesadaran Buddha bagi umat manusia adalah Nammyohorengekyo dan Hukum Manunggalnya Suasana dan Prajna. Hukum ini disebarkan di Masa Akhir Dharma dan Guru Pokok yang menyebarkannya adalah Niciren Daisyonin. Ini berarti menerangkan Pusaka Hukum dan Pusaka Buddha. Sebaliknya di bagian ini diwujudkan keberadaan bhiksu yang sesungguhnya (Pusaka Sangha).
Pertama, sekalipun guru, jika ia melakukan kesalahan, apakah dibuang atau tidak, ditentukan sesuai dengan teori kewajaran masyarakat dan Hukum Buddha. Kemudian menerangkan keadaan bhiksu yang sesungguhnya dari dua sudut. Kesatu dari sudut Jogubodai (ke atas mengharap dapat mencapai Bodhi). Mengenai Jogubodai diterangkan, “Hanya bhiksu yang tulus hati, mempunyai sedikit hawa nafsu dan mengenal puas, merupakan bhiksu yang sesungguhnya”. Dan dikutip kalimat Mahagunu Tien-tai dalam Hokke Mongu. Sudut lainnya, mengenai Gekesyujo (ke bawah membimbing dan mengajarkan umat manusia), dikutip Sutra Nirvana yang berbunyi, “Jika bhiksu yang baik melihat orang yang memecahkan Hukum Buddha, membiarkan tanpa memarahi, menyerang, mengusir dan menerangkan kesalahannya... dan setenusnya”. Berarti, baik luar maupun dalam, kalau melihat musuh Saddharmapundarika-sutra membiarkannya tanpa memarahi, maka guru dan murid keduanya pasti akan jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin yang terpenting adalah memperingatkan dengan keras pemfitnahan dharma dan ini merupakan syarat mutlak untuk mencapai Kesadaran Buddha. Bimbingan yang tegas dan lugas dari Niciren Daisyonin yang berbunyi, “Guru dan penganut keduanya tidak diragukan lagi terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus”, bagi kita umat manusia Masa Akhir Dharma hendaknya diterima sebagai masalah kita masing-masing. Dan demi pencapaian Kesadaran Buddha, kita harus tegas tidak mau menjalankan pemfitnahan dharma.
11
Saddharmapundarika-sutra membabarkan, “Di tanah Buddha manapun, selalu dilahirkan bersama-sama guru”.
Anak Cabang
Keterangan : Bagian akhir surat ini menerangkan dengan tegas dan jelas tentang Guru Pokok yang harus diikuti, siapa yang menjadi Guru Pokok bagi umat manusia Masa Akhir Dharma, dan menerangkan agar selalu waspada dalam mencapai Kesadaran Buddha. Pertama mengutip kalimat Bab Istana Khayalan Saddharmapundarika-sutra yang berbunyi “Di tanah Buddha manapun selalu dilahirkan bersama-sama guru”, dan kalimat Bab Guru Dharma Saddharmapundarikasutra yang berbunyi “Kalau akrab dan erat dengan Guru Hukum segera dapat memperoleh Jalan Bodhisattva. Dan dengan sungguh hati belajar mengikuti pada guru tersebut, dapat melihat para Buddha sebanyak pasir Sungai Gangga”. Demikianlah, tergantung Buddha dan Bodhisattva yang diikuti sebagai pokok, umat manusia dapat mencapai Kesadaran Buddha. Niciren Daisyonin memberitahukan titik penting kepada umat negeri Jepang waktu itu dan menerangkan kesalahan mereka agar dapat percaya pada Hukum Buddha yang sesungguhnya. Tetapi sesuai dengan teori kewajaran ‘Nasehat yang baik tidak enak didengar’, maka akhirnya Beliau mendapat penindasan dihukum buang dan terancam jiwanya. Sekalipun demikian Beliau tidak jera dan sudah bersedia untuk ditindas seperti apapun. Di sini dikatakan, “Saddharmapundarikasutra bagaikan bibit, Buddha bagaikan orang yang menanam, umat bagaikan sawah”, berarti bahwa akar pokok pencapaian Kesadaran Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra (Nammyohorengekyo penanaman bibit dari kalimat tersirat). Di sini dikatakan, “Buddha Sakyamuni adalah Guru Pokok yang diikuti seluruh umat manusia”. Bagaimanapun Buddha Sakyamuni adalah yang pertama hadir di April 2015 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu dunia saha untuk membabarkan Hukum, menahan penganiayaan dan kesulitan, maka diajarkan BeIiau adalah Guru Pokok yang diikuti. Tetapi dalam Masa Akhir Dharma, yang dimaksud adalah Buddha Sakyamuni dari Ajaran Pokok Tunggal dari kalimat tersirat dan itu adalah Niciren Daisyonin sendiri. Selain itu, tidak ada karunia manfaatnya. Akhirnya, jika melupakan Guru Pokok yang diikuti dan tersesat pada guru lainnya, Niciren Daisyonin pun sukar untuk menyelamatkan pada masa kehidupan yang akan datang. Demikianlah dengan tegas memperingatkan umat manusia Masa Akhir Dharma agar waspada dalam pencapaian Kesadaran Buddha.
12
Buddha Sakyamuni adalah guru yang diikuti seluruh umat manusia, apalagi Beliau mencakup kebajikan majikan dan orang tua.
Samantabadra | April 2015
Catatan kaki (keterangan istilah) :
1.
Anak Cabang
Keterangan : Kalimat ini menerangkan, bahwa Buddha Sakyamuni adalah guru yang mencakup dua kebajikan: majikan dan orang tua. Meskipun dikatakan demikian, arti pokok yang mendasar adalah Buddha Sakyamuni penanaman bibit dari kalirnat tersirat Soku adalah Niciren Daisyonin; yang merupakan Guru Pokok yang diikuti oleh kita sekalian, umat manusia Masa Akhir Dharma. Buddha Pokok Masa Akhir Dharrna mencakup Tiga Kebajikan: majikan, guru dan orang tua. Hanya berdasarkan pada Buddha Pokok Masa Akhir Dharma Niciren Daisyonin, kita sekalian umat Masa Akhir Dharma dapat mencapai Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya. Kalimat bagian akhir berbunyi, “Saddharmapundarika-sutra bagaikan bibit, Buddha bagaikan orang yang menanam, umat bagaikan sawah”. Dengan mengatakan demikian, Niciren Daisyonin menunjukkan 32
maitri karuna yang luas dan tak terbatas terhadap umat manusia Masa Akhir Dharma. Bersamaan dengan itu, Beliau terakhir memperingatkan dengan tegas, “Jika menyalahi makna seperti ini, Niciren pun tidak dapat menyelamatkan hidup Anda yang akan datang”. Kita sekalian harus menjaga peringatan yang keras ini agar jangan sampai tersesat dengan Guru lain, Buddha lain, Hukum lain. Karena, jika salah mengenai Guru Pokok yang diikuti akhirnya akan terjatuh ke dalam neraka. Hendaknya selalu waspadalah dalam pencapaian Kesadaran Buddha diri sendiri. (***)
2.
3.
4.
Jitai Kensyo : Sebagai Suasana, Badan Pokok puluhan ribu Hukum menyinari diri sendiri, sehingga mewujudnyatakan teori sesungguhnya. Jitai Kensyo yang dimaksud dalam surat ini adalah manunggalnya suasana sebagai Badan Puluhan Ribu Hukum, yakni Nammyohorengekyo dengan Prajna diri sendiri. Honge Fuzoku : Bodhisattva yang diajarkan dan dibimbing Buddha Pokok mendapat pewarisan tugas pokok penting ajaran yang disatukan. Ketiga Hukum : Hukum Umat Manusia, Hukum Buddha, Hukum Sekejap Perasaan Hati. Prajna yang aktif : Ingin mengetahui dengan jelas dan menerimanya dengan jelas.
Mengenai Dua Hukum : Suasana dan Prajna
Sementara dan Ajaran Sesungguhnya. Biasanya, arti Pelaksanaan Untuk Diri Sendiri dan Pelaksanaan Untuk Orang lain, suatu saat disesuaikan dengan 1. Mengenai Prajna pelaksanaan pertapaan dan suatu saat Seperti yang telah dijelaskan dalam isi disesuaikan dengan Badan Hukum. Di sini, surat ini, dalam Bab II Upaya Kausalya membahas mengenai yang disesuaikan Saddharmapundarika-sutra, kepada dengan Badan Hukum. Kalau menerangkan Sariputra Buddha Sakyamuni mengatakan, dengan menyesuaikan kepada pelaksanaan “Prajna para Buddha sangat dalam dan pertapaan, maka dinamakan menguntungkan tidak terhitung. Pintu prajna tersebut sangat diri sendiri dan menguntungkan orang lain. sulit dimengerti, sulit dipahami. Seluruh Maka Pelaksanaan Untuk Diri Sendiri berarti Sravaka maupun Pratyekabuddha tidak pelaksanaan pertapaan agar diri sendiri dapat mengetahuinya”. Maksud sebenarnya memperoleh karunia manfaat dari Hukum. menerangkan, bahwa Prajna Buddha lebih Pelaksanaan Untuk Orang Lain, berarti dalam dan jauh melampaui Prajna Dwiyana membimbing dan mengajarkan orang serta sangat luas. Hal ini mengejutkan lain. Kalau menerangkan dengan yang Sravaka dan Pratyekabuddha, sehingga disesuaikan kepada Badan Hukum, maka mereka merombak perasaannya secara total Pelaksanaan Untuk Diri Sendiri berarti untuk dibimbing sampai dapat menyadari menjelaskan dan membabarkan suasana tentang prajna Buddha. Mengenai kalimat atau Kesadaran Buddha dengan badan sutra yang tersohor ini, Mahaguru Tienapa adanya yang disebut “Hukum Zuiji-i”. tai dari Tiongkok menerangkannya secara Sedangkan Pelaksanaan Untuk Orang vertikal, horizontal dan sebagainya dalam Lain berarti pembabaran Sang Buddha tiga bagian besar, yakni Hokke Mongu, Hokke yang disesuaikan dengan akar bakat umat Gengi dan Makasyikan. Yang menjadi titik manusia Sembilan Dunia yang disebut penting dari keterangan tersebut adalah Dua “Hukum Zuita-i”. Hukum Suasana dan Prajna. Dalam Hukum Buddha Sakyamuni, Kalimat Sutra Bab Upaya Kausalya yang Badan Hukum Pelaksanaan Untuk Diri berbunyi, “Prajna para Buddha sangat Sendiri yang berarti Hukum Zuiji-i adalah dalam dan tidak terhitung”, berarti memuji Saddharmapundarika-sutra. Badan Hukum prajna sesungguhnya Sang Buddha. Dan Pelaksanaan Untuk Orang Lain yang berarti kalimat selanjutnya yang berbunyi, ‘Prajna Hukum Zuita-i adalah Ajaran Sementara. tersebut sulit dimengerti, sulit dipahami”, Selanjutnya, di dalam Pelaksanaan Untuk ditunjuk oleh Mahaguru Tien-tai sebagai Diri Sendiri (Hukum Zuiji-i) dan Pelaksanaan pujian terhadap Prajna Sementana Sang Untuk Orang Lain (Hukum Zuita-i) dari Sang Buddha. Berarti, Prajna Buddha terdapat Buddha masing-masing terdapat dua prajna, dua Prajna, yakni Sesungguhnya dan yakni Sesungguhnya dan Sementara. Berarti, Sementara. Selanjutnya, dua prajna ini dua prajna Pelaksanaan Untuk Diri Sendiri mencakupi Pelaksanaan Diri Sendiri (Jigyo) Sang Buddha dari Ajaran Sementara dan dan Pelaksanaan Untuk Orang lain (Keta). Ajaran Sesungguhnya. Dengan demikian, pada prajna Buddha Dua prajna Pelaksanaan Diri Sendiri Sang itu terdapat dua prajna dari Pelaksanaan Buddha dari Ajaran Sementara dan Ajaran Untuk Diri Sendiri dari Ajaran Sementara Sesungguhnya, berarti Prajna Sementara dan Ajaran Sesungguhnya, serta dua prajna dan Prajna Sesungguhnya yang terdapat Pelaksanaan Untuk Orang Lain dari Ajaran April 2015 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu dalam pembabaran Saddharmapundarikasutra yang merupakan Hukum Zuiji-i. Prajna Sesungguhnya, berarti prajna yang mencapai ke dasar teori Sesungguhnya, sehingga sangat mendalam, oleh karena itu sulit dijangkau oleh pikiran manusia. Prajna sementara berarti Prajna Upaya, prajna yang mengetahui berbagai Hukum upaya. ‘Dua Hukum ini’ (dua prajna Ajaran Sementara dan Ajaran Sesungguhnya Sang Buddha), berarti hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguh mengetahui wajah sesungguhnya berbagai hukum. Dengan kata lain, kalau prajna sesungguhnya saja, akan melampaui umat manusia, sehingga tidak dapat menyelamatkan seluruh umat manusia. Tetapi, melalui prajna sementara dapat mengetahui berbagai hukum upaya, sehingga menimbulkan hubungan dengan umat manusia. Oleh karena itu dapat membimbing umat manusia menuju kesadaran. Kesatuan dua prajna tersebut di katakan, “Hanya Buddha dan Buddha yang sungguh-sungguh mengetahui,” yakni Prajna Buddha. Dan di antara ketiga hukum dikatakan sebagai “Hukum Buddha”. Hal tersebut tidak dapat dipikir serta direnungkan oleh umat manusia maka dikatakan sebagai ‘Sad’ (Myo). Di antara Prajna Buddha dan Pelaksanaan Untuk Diri Sendiri Sang Buddha (Hukum Zuiji-i), kalimat “prajna Para Buddha sangat dalam dan tidak terhitung” membabarkan Prajna Sesungguhnya. Untuk memuji Prajna Sesungguhnya tersebut, maka dikatakan “sangat dalam dan tidak terhitung”. Berarti secara vertikal Prajna Sesungguhnya Buddha hingga ke dasar teori sesungguhnya maka dikatakan ‘Sangat dalam’, dan secara horizontal mencakup seluruh Dunia Hukum tanpa kurang sedikit pun, maka dipuji, ‘Tidak terhitung’. Di sini secara horizontal maupun vertikal mencakup segi ruang dan waktu. Dengan kata lain ‘kedalamannya jauh, melebarnya luas’ Perumpamaan ini 34
Samantabadra | April 2015
dijelaskan sebagai ‘akarnya dalam berarti subur, sumbernya jauh alirannya panjang’.
2. Mengenai Suasana Dikatakan bahwa Prajna Sesungguhnya Buddha mencapai hingga ke dasar teori sesungguhnya dan mencakup seluruh Dunia Hukum. ‘Teori sesungguhnya’ dan ‘Dunia Hukum’ tersebut tidak lain adalah Suasana. Hakikat Prajna Sesungguhnya Buddha dibabarkan dalam Bab 2, Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra sebagai berikut, “Tempat pencapaian Kesadaran Buddha adalah Hukum yang jarang sekali dan utama, serta sulit dimengerti. Hanya Buddha dan Buddha saja yang sungguh-sungguh mengetahui hakikat wajah sesungguhnya berbagai Hukurn, yakni Nyoze So, Nyoze Syo, Nyoze Tai, Nyoze Riki, Nyoze Sa, Nyoze In, Nyoze En, Nyoze Ka, Nyoze Ho, Nyoze Honmakkukyoto dan berbagai hukum”. Menurut kalimat di atas, Sang Buddha benar-benar memahami hakikat Hukum 10 Aspek (proses gerakan jiwa); wajah sesungguhnya berbagai Hukum. Di dalam Hokke Gengi dikatakan, bahwa Buddha adalah ‘Saddharma’, berarti Beliau menyadari ‘Hukum Sepuluh Dunia Sepuluh Aspek Dari Ajaran Sementara Dan Ajaran Sesungguhnya’, Hukum yang sulit dimengerti oleh manusia biasa dan Dwiyana. Mengenai Hukum Saddharma, di dalam Hokke Gengi Mahagunu Tien-tai menjelaskan Ketiga Saddharma, yakni Hukum Umat Manusia, Hukum Buddha dan Hukum Sekejap Penasaan Hati. Kegaiban Hukum Buddha saran, artinya dengan Prajna Buddha dan di antara lima mata sesuai dengan Mata Buddha, maka merupakan Pandangan Mengetahui Buddha (Butciken). Di sini, Hukum (teori sesungguhnya) yang dapat melihat tembus Hukum Buddha (Prajna Buddha, mata Buddha) dikatakan sebagai Hukum Umat Manusia. Dan untuk menjelaskan Hukum Umat Manusia, Mahaguru Tien-tai di dalam Hokke Gengi
menjelaskan dengan urutan Sepuluh Aspek, Sepuluh Dunia, Ajaran Sementara dan Ajaran Sesungguhnya. Jika demikian apakah yang dimaksud dengan Hukum Sekejap Perasaaan Hati ? Maksudnya adalah, pada Kesadaran Buddha, baik Hukum Sekejap Perasaan Hati, Hukum Umat Manusia maupun Hukum Buddha tidak ada perbedaan, tetapi bagi orang yang baru menjalankan pertapaan Jalan Buddha, itu adalah mengamati hati diri-sendiri yang merupakan hal yang sederhana untuk mendekati kesadaran Di sini penjelasannya lebih dititikberatkan pada Hukum Sekejap Perasaan Hati. Keadaan kesadaran para Buddha adalah rnanunggalnya prajna (Mata Buddha, Hukum Buddha) dengan suasana (hukum umat manusia, seluruh Hukurn, berbagai Hukum), dan di situ Prajna dan Suasana yang pasif maupun yang aktif menjadi satu dan ‘tempat’ tersebut langsung menjadi Sekejap Perasaan Hati Sang Buddha. Oleh karena itu kalimat ‘Sekejap perasaan hati, Buddha dan umat manusia, ketiganya tidak ada perbedaan...’ menerangkan kegaiban suasana jiwa. Berdasarkan Prajna Buddha (prajna yang aktif mengamati), suasana pengamatan yang tembus dilihat oleh Sang Buddha adalah wajah sesungguhnya berbagai Hukum. Dengan kata lain, Hukum Sepuluh Dunia Sepuluh Aspek dari Ajaran Sementara dan Ajaran Sesungguhnya, yakni Hukum Umat Manusia wajah sesungguhnya seluruh hukum.
Perihal Dua Kalimat Saddharmapundarika-Sutra dan Keterangan dalam Hokke Gengi dan Hokke Mongu Pertama, kalimat Bab Istana Khayalan yang berbunyi, “Sesudah kemoksyaan Sang Buddha, berbagai orang yang mendengar Hukum ini, di tanah Buddha manapun, selalu dilahirkan bersamasama Guru”, yang dimaksud dengan Buddha di sini adalah pangeran ke-16 putra Buddha Mahabijnajnanabhibhu. Berbagai orang yang mendengar hukum yang mendapat penanaman bibit dengan mendengar Saddharmapundarika-sutra dari pangeran ke-16, sesudah Buddha Mahabijnajnanabhibhu meninggal, di ‘Tanah Buddha manapun’, yakni di Tanaf Sepuluh Penjuru, selalu dilahirkan bersama-sama pangeran ke-16 yang merupakan guru masing-masing. Pangeran ke-16 ini adalah rupa masa Iampau dari Buddha Sakyamuni. Umat manusia yang diajarkan dan dibimbing pangeran ke-16 itu selalu dilahirkan di Tanah Buddha bersama dengan Buddha Sakyamuni yang merupakan Guru Penanaman Bibit dan dapat mencapai Kesadaran Buddha. Di sini membabarkan teori mendasar dari penanaman bibit, pematangan, dan pemanenan. Kedua, kalimat Bab X, Guru Dharma yang benbunyi, “Kalau akrab dan dekat dengan Guru Hukum, segera dapat memperoleh Jalan Bodhisattva. Dan dengan sungguh hati belajar mengikuti pada guru tersebut, dapat melihat para Buddha sebanyak pasir Sungai Gangga”. Berdasarkan mendekati dan akrab dengan Guru Hukum, dapat memperoleh Jalan Bodhksattva. Dan dengan mengikuti guru itu serta menjalankan pertapaan, maka dapat melihat Buddha sebanyak pasir-pasir sungai gangga. Dengan kata lain, dapat memasuki suasana jiwa pencapaian April 2015 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu Kesadaran Buddha. Bagaimanapun juga, dengan mengikuti secara selaras pada guru, sumber pokok dalam mempelajari dan mendengar hukum, baru umat manusia dapat dibimbing untuk mencapai Kesadaran Buddha Selanjutnya, mengenai kalimat sutra ini, Mahaguru Tien-tai menerangkan, “Dengan mengikuti Buddha ini, baru pertama kali menimbuIkan hati jalan pertapaan, dan dengan mengikuti ‘Buddha Ini’, dapat menetap pada tempat tak akan mundur”. Keterangan ini dibabarkan dalam Hokke Gengi. Namun, dalam menerangkan sepuluh Sad (Myo) dari Ajaran Bayangan, dalam yang kesembilan : kegaiban keluarga (Kenzoku Myo), dibabarkan adanya syarat untuk dapat hidup sebagai keIuara Buddha, yakni karena tarikan jodoh pokok yang sama dapat dilahirkan bersama Buddha. Dalam hal ini
Catatan
36
Samantabadra | April 2015
diterangkan mengenai jodoh pokok. Berarti orang yang ingin menjalankan dengan hanya berdasar pokok pada satu Buddha, dengan jodoh pokok dilahirkan lagi sebagai keluarga Buddha dan mengikuti Buddha itu, dapat menetap di tempat tidak akan mundur, sehingga dapat mencapai Kesadaran Buddha. Dan dalam Catatan Hokke Mongu, Mahaguru Miao-lo menerangkan, bahwa umat manusia yang pertama kali mengikat jodoh dengan mengikuti Buddha dan Bodhisattva; dengan sekali lagi berdasarkan para Buddha dan Bodhisattva yang sama, dapat mencapai Kesadaran Buddha. Niciren Daisyonin mengutip dua kalimat sutra dan dua keterangan ini untuk menyatakan, “berulang kali mengatakan agar jangan sampai salah dalam mengikuti Guru Pokok dan capailah Kesadaran Buddha”.
April 2015 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu
38
Samantabadra | April 2015
April 2015 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo kensyu
The Essentials for Attaining Buddhahood T
he “Expedient Means” chapter in volume one of the Lotus Sutra states, “The wisdom of the Buddhas is infinitely profound and immeasurable.” A commentary says that the riverbed of reality is described as “infinitely profound” because it is boundless, and that the water of wisdom is described as “immeasurable” because it is hard to fathom. Is not the meaning of the sutra and the commentary that the way to Buddhahood lies within the two elements of reality and wisdom? Reality means the true nature of all phenomena, and wisdom means the illuminating and manifesting of this true nature. Thus when the riverbed of reality is infinitely broad and deep, the water of wisdom will flow ceaselessly. When this reality and wisdom are fused, one attains Buddhahood in one’s present form. The sutras expounded prior to the Lotus Sutra cannot lead to Buddhahood because they are provisional and expedient teachings that separate reality and wisdom. The Lotus Sutra, however, unites the two as a single entity. The sutra says that the Buddhas open the door of Buddha wisdom to all living beings, show it, cause them to awaken to it, and induce them to enter its path. By realizing this Buddha wisdom, one attains Buddhahood. This inner enlightenment of the Buddha is far beyond the understanding of voice-hearers and pratyekabuddhas. This is why the “Expedient Means” chapter goes on to say, “Not one of the voicehearers or pratyekabuddhas is able to comprehend it.” What then are these two elements of reality and wisdom? They are simply the five characters of Nam-myoho-renge-kyo. Shakyamuni Buddha called forth the Bodhisattvas of the Earth and entrusted to them these five characters that constitute the essence of the sutra. This is the teaching that was transferred to the bodhisattvas who had been the disciples of the Buddha since the remote past. The Lotus Sutra states that Bodhisattva Superior Practices and the others will appear in the first five hundred years of the Latter Day of the Law to propagate the five characters, the embodiment of the two elements of reality and wisdom. The sutra makes this perfectly clear. Who could possibly dispute it? I, Nichiren, am neither Bodhisattva Superior Practices nor his envoy, but I precede them, spreading the five characters to prepare the way. Bodhisattva Superior Practices received the water of the wisdom of the Mystic Law from the Thus Come One Shakyamuni and causes it to flow into the wasteland of the people’s lives in the evil world of the latter age. This is the function of wisdom. Shakyamuni Buddha transferred this teaching to Bodhisattva Superior Practices, and now Nichiren propagates it in Japan. With regard to the transfer of teachings, it is divided into two categories: general and specific. If you confuse the general with the specific even in the slightest, you will never be able to attain Buddhahood and will wander in suffering through endless transmigrations of births and deaths. For example, the voice-hearers in Shakyamuni Buddha’s lifetime received the seeds of Buddhahood from Shakyamuni in the distant past when he was the sixteenth son of the Buddha Great Universal Wisdom Excellence. Therefore, they could not attain enlightenment by following Amida, Medicine Master, or any other Buddha. To illustrate, if a family member brings home water from the ocean, the entire family can use it. But were they to refuse even a single drop of that water and instead go looking for water from some other ocean, it would be terribly misguided and foolish. In the same way, to forget the original teacher who had brought one the water of wisdom from the great ocean of 40
Samantabadra | April 2015
the Lotus Sutra and instead follow another would surely cause one to sink into the endless sufferings of birth and death. One should abandon even one’s teacher if he or she is misguided, though there will be cases where this is not necessary. One should decide according to the principles both of the world and of Buddhism. Priests in the Latter Day of the Law are ignorant of the principles of Buddhism and are conceited, so they despise the correct teacher and fawn on patrons. True priests are those who are honest and who desire little and yet know satisfaction. Volume one of The Words and Phrases of the Lotus Sutra states: “Those who have yet to attain the truth should humble themselves before the highest principle, which is comparable to heaven, and feel abashed before all the sages. Then they will be monks with a sense of shame. When they manifest insight and wisdom, then they will be true monks.” The Nirvana Sutra states: “If even a good monk sees someone destroying the teaching and disregards him, failing to reproach him, to oust him, or to punish him for his offense, then you should realize that that monk is betraying the Buddha’s teaching. But if he ousts the destroyer of the Law, reproaches him, or punishes him, then he is my disciple and a true voice-hearer.” You should etch deeply in your mind the two words “see” and “disregard” in the phrase “sees someone destroying the teaching and disregards him, failing to reproach him.” Both teacher and followers will surely fall into the hell of incessant suffering if they see enemies of the Lotus Sutra but disregard them and fail to reproach them. The Great Teacher Nan-yüeh says that they “will fall into hell along with those evil persons.” To hope to attain Buddhahood without speaking out against slander is as futile as trying to find water in the midst of fire or fire in the midst of water. No matter how sincerely one believes in the Lotus Sutra, if one is guilty of failing to rebuke slander of the Law, one will surely fall into hell, just as a single crab leg will ruin a thousand pots of lacquer. This is the meaning of the passage in the sutra, “Because the poison has penetrated deeply and their minds no longer function as before.” The sutra states, “Those persons who had heard the Law dwelled here and there in various Buddha lands, constantly reborn in company with their teachers,” and “If one stays close to the teachers of the Law, one will speedily gain the bodhisattva way. By following and learning from these teachers one will see Buddhas as numerous as Ganges sands.” A commentary says, “Originally one followed this Buddha and for the first time conceived the desire to seek the way. And by following this Buddha again, one will reach the stage where there is no retrogression.” Another commentary says, “In the beginning one followed this Buddha or bodhisattva and formed a bond with him, and so it will be through this Buddha or bodhisattva that one will attain one’s goal.” Above all, be sure to follow your original teacher so that you are able to attain Buddhahood. Shakyamuni Buddha is the original teacher for all people, and moreover, he is endowed with the virtues of sovereign and parent. Because I have expounded this teaching, I have been exiled and almost killed. As the saying goes, “Good advice grates on the ear.” But still I am not discouraged. The Lotus Sutra is like the seed, the Buddha like the sower, and the people like the field. If you deviate from these principles, not even I can save you in your next life. The third day of the eighth month in the second year of Kenji (1276) To Soya With my deep respect, Nichiren
April 2015 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Melompati Pintu Naga
Jawaban kepada Oisosyi Nyudo (Gosyo Zensyu Halaman 1377)
LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis pada tahun Kenji ke 2 (1276) ketika Niciren Daisyonin berusia 55 tahun. Surat ini diberikan kepada Oisosyi Nyudo di provinsi Kai. Dua tahun sebelumnya, Bunei ke11 (1274) Niciren Daisyonin mengakhiri hukum pembuangannya di Pulau Sado yang dijalani Beliau selama 2 tahun lebih. Tanggal 26 bulan 3 Beliau kembali ke Kamakura. Tanggal 28 bulan 4 tahun yang sama Beliau memberi peringatan mengenai keadaan negeri sebanyak 3 kali kepada Heino Saemon, namun tidak dihiraukan. Oleh karena itu Niciren Daisyonin mengikuti petuah masa lampau bahwa orang arif harus masuk ke dalam gunung jika peringatan tentang negerinya sebanyak tiga kali tidak dihiraukan. Maka Beliau masuk ke Gunung Minobu. Tahun berikutnya, yakni tahun Kenji pertama (1275) bulan keempat, utusan Mongolia dari Tiongkok kembali datang ke Nagato. Hojo Tokimune membunuh utusan ini. Hal ini mengakibatkan amarah Mongolia. 42
Samantabadra | April 2015
Pemerintah Kamakura meninggalkan Hojo Sanemasa di Tsukusyi untuk menanti serangan Mongolia, akan tetapi terjadi kekacauan di seluruh negeri Jepang karena semua dilanda ketakutan. Dengan latar belakang ini Niciren Daisyonin memberi surat pendek kepada Oisosyi Nyudo. Dalam surat ini diambil perumpamaan Air Terjun Pintu Naga di Gunung Tien-tai tujuannya adalah sungguhsungguh dan tegas menasehati, walau betapa kejam dan kerasnya, hendaknya jangan mundur, tetapi harus terus menjalankan hati kepercayaan. Dalam perumpamaan tersebut dijelaskan, banyak ikan ingin melompati air terjun, tetapi betapa banyak yang kalah dan jatuh ketika mengalami penderitaan dan kesulitan di tengah jalan. Air Terjun Pintu Naga berarti jalan pertapaan pencapaian Kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini. Hambatan jalan pertapaan hati kepercayaan di tengah jalan yang diumpamakan sebagai rajawali, garuda, elang dan lain lain berarti
tiga jenis musuh kuat dan berbagai Tiga Rintangan Empat Iblis. Bagaimanapun, percaya kepada Dai Gohonzon yang didasari kekuatan kepercayaan dan pelaksanaan yang semakin kuat dapat memecahkan dan mematahkan seluruh iblis satu demi satu. Dengan demikian baru dapat merombak
sifat jiwa masing-masing, sehingga memperoleh kebahagiaan mutlak. Akar pencapaian kesadaran dalam satu kehidupan ini adalah perombakan sifat jiwa masingmasing.
ISI GOSYO |
T
elah diterima tiga ikat kesemek kering, satu kantong cuka, sayur rumput gunung dan lain lain. Di Tiongkok ada gunung bernama Gunung Tien-tai. Di situ ada air terjun setinggi 100 jo, bernama Pintu Naga. Pada permulaan musim semi, di bawah air terjun itu berkumpul banyak ikan berusaha melompati air terjun tersebut. Seandainya salah satu dari ribuan ikan tersebut mampu melompati air terjun tersebut, maka ikan tersebut menjadi naga. Ikan-ikan itu berkeinginan menjadi naga, seperti rakyat biasa mendambakan tinggal di istana, orang miskin menginginkan harta atau umat manusia biasa menginginkan jadi Buddha. Air Terjun Pintu Naga mempunyai tinggi 100 jo. Air jatuh sangat cepat, lebih cepat dari luncuran anak panah dari busur kuat dari atas. Waktu ikanikan ingin melompati air terjun itu, banyak orang berkumpul, ada yang melempar tangguk, menebar jala, ingin memanah, sedikitpun tak ada peluang di sisi kiri-kanan air terjun itu. Dari langit, burung rajawali, elang atau garuda ingin memangsa. Ketika malam tiba, binatang buas seperti harimau, anjing hutan, serigala, cerpelai dan lain-lain berkumpul entah dari mana, ingin memakan ikan-ikan itu. Haruslah disadari, menjadi Buddha pun sesuai contoh ini.
Umat manusia berputar-putar dalam hidup-mati enam dunia. Kita semua pernah terlahir sebagai singa di India, di Tiongkok dan Jepang terlahir sebagai anjing hutan, sapi liar atau harimau, pada lain waktu terlahir sebagai rajawali dan garuda di angkasa. Di atas bumi terlahir seperti itu sampai tak terhitung. Atau terlahir sebagai burung kecil, senantiasa diintai burung garuda, atau terlahir sebagai tikus yang diintai kucing, hidup-hidup ditusuk-tusuk di kepala atau daging digigit-gigit, kelahiran seperti ini pun tak terhitung. Demikian kelahiran selama satu kalpa. Dan di tempat kita meninggal, tulang belulang kita tertumpuk jauh lebih tinggi dari Gunung Semeru, lebih tebal dari tanah besar. Sekalipun sangat menyayangi badan kita, tidak usah dikatakan lagi dengan jiwa. Karenanya sekarang dapat menyumbang jiwa raga untuk Saddharma Pundarika sutra dan harus kehilangan jiwa, pikirkan dan tetapkanlah, inilah kenangan terbaik yang tiada tara sepanjang kalpa tak terhitung dan tak terhingga. Selamat. Akan disampaikan di lain kesempatan. April 2015 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo cabang Kepada Oisosyi Nyudo, Kenji ke 2 (1276)
Tertanda
Niciren
KUTIPAN GOSYO | Karenanya sekarang dapat menyumbang jiwa raga untuk Saddharma Pundarika sutra dan harus kehilangan jiwa, pikirkan dan tetapkanlah, inilah kenangan terbaik tiada tara sepanjang kalpa tak terhitung dan tak terhingga. Keterangan: Kita semua yang sudah terlahir sebagai manusia, suatu saat harus menghadapi kematian. Hal ini berlaku pada siapapun. Karena bagaimanapun badan ini akan mati, maka hendaknya membuang jiwa demi Saddharma Pundarika sutra. Dengan demikian akan menjadi kenangan baik tiada tara hingga masa mendatang dan kekal abadi. Harus yakin bahwa pasti dapat menumpuk karunia kebajikan besar untuk mencapai kesadaran Buddha dalam satu kehidupan ini. Demikian bimbingan Niciren Daisyonin. Yang dikatakan Saddharma Pundarika sutra adalah Gohonzon San Dai Hi Ho. Kita yang menjalankan kehidupan dengan memegang Gohonzon dalam dada adalah sama seperti ikan yang melompati Air Terjun Pintu Naga, pasti akan menghadapi seluruh iblis dalam menjalankan penyebarluasan hukum ini, maka harus siap sedia melaksanakan. Dalam surat Prilaku Sang Buddha Masa Akhir Dharma dikatakan: “Tiap orang yang 44
Samantabadra | April 2015
menyatakan menjadi murid Ku, seorangpun tidak boleh bersikap pengecut. Kalian juga tidak boleh mengkhawatirkan orang tua, isteri dan anak, apalagi memikirkan harta kekayaan. Semenjak masa lampau tak terhingga, kalian telah membuang jiwa raga lebih banyak dari jumlah butir debu bumi besar demi menyelamatkan ayah bunda, anak-anak atau harta kekayaan, tetapi tidak sekalipun kalian pernah membuang jiwa demi Saddharma Pundarika sutra. Kalian mungkin pernah berusaha menjalankan Saddharma Pundarika sutra sampai taraf tertentu, tetapi ketika kalian dianiaya, kalian berhenti menjalankan kehidupan berdasarkan sutra ini. Hal ini sama seperti medidihkan air hanya untuk menuangnya ke air dingin atau berusaha menyalakan api tapi berhenti di tengah jalan, sungguh tidak berguna sama sekali. Setiap orang dari kalian harus menetapkan keyakinan jauh di dalam hati, bahwa meneruskan pertapaan dengan mengorbankan jiwa demi Saddharma Pundarika sutra adalah sama seperti menukar batu dengan emas atau kotoran manusia dengan beras�. (Gosyo Zensyu hal. 910). Ketika membaca kalimat-kalimat ini jelas bahwa kemenangan sebagai seorang manusia adalah menegakan dan mengkokohkan kebahagiaan mutlak yang
kekal dan takkan musnah. Yang penting adalah melaksanakan pertapaan hukum Buddha dengan keras dan tegas tanpa menyayangi jiwa raga untuk menegakan hati kepercayaan. Semasa Niciren hidup banyak pendahulu yang melaksanakan sesuai petuah ‘tidak menyayangi dan membuang jiwa raga’, menghantam penindasan kekuatan kekuasaan, membangun dasar penyebarluasan Hukum Saddharma dan memperkuat hati kepercayaan. Sikap akar pokok hati kepercayaan kita sekalian juga harus seperti itu. Jaman Sekarang, membuang jiwa raga berarti berjuang untuk penyebarluasan Saddharma dan berdasarkan Saddharma itu membangun masyarakat yang bahagia sesungguhnya serta mencipta nilai budaya kemanusiaan yang luhur, tiap orang harus menjalankan dengan tidak menyayangi jiwa raga. Dalam kehidupan ini akan menjadi seperti yang dikatakan oleh Niciren Daisyonin: “Sekarang dapat menyumbang Saddharma Pundarika sutra dan karenanya kehilangan jiwa, pikirkan dan tetapkanlah, inilah kenangan
terbaik tiada tara sepanjang kalpa tak terhitung dan tak terhingga”. Keyakinan ini hendaknya diukir dalam dada sampai meninggal. Jika bisa merombak akar dasar jiwa, meninggal bukan sekedar mati, melainkan akan hidup kembali untuk kehidupan yang kekal. Oisosyi Nyudo adalah salah satu anggota keluarga Genji dipropinsi Kai, sama seperti Hakiri Sanenaga, Semasa hidup Niciren Daisyonin pada waktu penyebaran Saddharma di provinsi Kai, Oisosyi Nyudo mendapat bimbingan dari Nikko Syonin dan mengikuti Beliau. Dari Niciren Daisyonin, ia hanya mendapat satu surat ini saja. Surat ini ditulis pada tahun Kenji ke 2 (1276), maka diketahui bahwa surat ini ditulis Niciren Daisyonin di Gunung Minobu. Surat ini mengajarkan jalan pertapaan Hukum Buddha yang keras dan tegas untuk meneruskan hati kepercayaan, akan tetapi karena tidak mengerti hati Niciren Daisyonin, keluarga ini memilih jalan yang tidak tegas dan mundur dari hati kepercayaan. Sungguh disayangkan dan disesalkan. eee
Catatan
April 2015 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo cabang
46
Samantabadra | April 2015
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Tanggung Jawab Terhadab Nasib Sendiri Pertanyaan: Dalam berbagai ceramah sering kali dibabarkan agar tidak menyalahkan orang lain atau lingkungan di sekitar kita. Apakah dengan demikian berarti segala sesuatu yang terjadi pada diri kita merupakan tanggung jawab kita sendiri? Jawab: Hal yang ditanyakan di atas merupakan hal yang sangat mendasar dalam Hukum Buddha. Segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri seseorang merupakan tanggung jawab oranq itu sendiri merupakan cara pandang Hukum Buddha. Cara pandang ini memang berbeda dengan filsafat-filsafat lainnya. Banyak orang masih berpandangan, bahwa ia dapat menghindar dari berbagai kesulitan dengan mengatur lingkungannya atau pasrah menyerah mengandalkan sesuatu di luar dirinya sendiri. Misalnya dengan mengubah letak rumah agar mempunyai nasib yang baik, menahan penderitaan yang ada dengan pikiran setelah waktu berlalu nasib yang sedang buruk dapat berganti dengan nasib baik, atau menahan penderitaan dengan ke yakinan, bahwa penderitaan itu merupakan percobaan untuk menguji keyakinan. Cara berpikir yang tidak mengajarkan manusia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan dirinya jelas bertentangan dengan Hukum Buddha.
Manusia harus bertanggung jawab atas nasibnva sendiri kedengarannya seakan-akan berat dan kejam. Namun sebenarnya tidaklah tepat jika dikatakan berat atau kejam; lebih tepat dikatakan tegas. Baik atau buruknya nasib seseorang tergantung pada getaran jiwa orang tersebut. Getaran jiwanya di pengaruhi oleh lima racun, yaitu Keserakahan, Kemarahan, Kebodohan, Kesombongan, dan keragu-raguan menumpuk sebab akibat buruk dalam jiwa akhirnya terwujud dalam bentuk nasib yang buruk. Sebaliknya, getaran jiwa yang maitri karuna, selaras dengan irama alam semesta, menumpuk sebab akibat baik yang akan terwujud_ dalam nasib baik. Manusia dapat mengeluarkan kekuatan jiwa Buddha yang maitri karuna sehingga mutu dari lima racun yang ada dalam jiwa berubah. Dengan demikian hidupnya menjadi berbahagia. Semua Buddha hadir di dunia ini untuk menyadarkan umat manusia, bahwa di dalam diri mereka terkandung kekuatan jiwa Buddha yang tiada taranva. Buddha Niciren Daisyonin lebih tegas lagi dalam memberi jalan kepada umat manusia untuk membuka jiwa Buddha mereka, yaitu dengan mewujudkan Gohonzon. Dengan adanya Gohonzon di dunia ini setiap manusia jelas dapat bertanggung jawab atas nasibnya sendiri karena jiwa Buddba mereka pasti dapat terwujud secara nyata. Hal yang palinq pantang dalam Hukum Buddha Niciren Daisyonin adalah April 2015 | Samantabadra
47
materi ajaran | forum diskusi mengandalkan kekuatan di luar dari manusia_ sendiri meskipun melakukan gongyo dan daimoku setiap pagi dan sore selama ber tahun-tahun, apabila kita tidak mungubah filsafat yang menyesatkan dalam pikiran, kita tidak akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Tanpa disadari filsafat mengandalkan bantuan dari luar masih tebal dalam jiwa kita. Inilah yang membuat nasib tidak berubah secara tuntas. Misalnya, banyak orang yang berpikir bahwa pokoknya aktif, nanti segala sesuatu, baik keharmonisan rumah tangga, keadaan ekonomi, anak-anak yang nakal, hal-hal yang menunjang dan lain sebagainya akan diperoleh dengan sendirinya. Pemikiran seperti ini kurang tepat, karena secara tak langsung kita mengharapkan terjadinya keajaiban yang dapat mengubah segala-galanya dengan sendirinya. Sebenarnya segala sesuatu berjalan sesuai dengan kewajaran. Bila anda menyeberang jalan raya yang ramai sambil membawa Gohonzon tanpa menghiraukan kendanan yang lalu lalang, pasti anda tertabra. Kalau anda bermaksud menghidangkan makanan yang lezat untuk keluarga, meskipun daimoku berjam-jam, te tapi tidak melakukan apa-apa, tak mungkin makanan tersebut dapat terhidang. Kekuatan Gohonzon memang luas tak terbatas serta tak terjangkau oleh pikiran manusia. Namun perwujudan kekuatannya bukanlah berupa keajaiban sepetti itu. Pokoknya, suatu pemikiran yang salah bila beranggapan bahwa Gohonzon akan mengatur segala-galanya dengan baik tanpa diri kita sendiri berusaha! Kita sendiri harus berusaha mengerjakan segala sesuatu sebaik-baiknya berdasarkan prajna yang diperoleh dari Gohonzon, baru segala-galanya dapat menjadi baik. Banyak orang yang memisahkan hati kepercayaan dengan kehidupan, mereka berpikir, yang dinamakan pelaksanaan dari hati kepercayaan adalah ketika melaksanakan gongyo-daimoku, mengikuti pertemuan, pergi mengunjungi umat atau pergi penataran/ kensyu. Pekerjaan-pekerjaan lain dianggap bukan sebagai pelaksanaan dari hati 48
Samantabadra | April 2015
kepercayaan. Pemikiran seperti ini keliru? Pada dasaranya hati kepercayaan tidaklah terlepas dari kehidupan sehari-hari tersebut. Justru dalam sikap sehari-hari itu terwujud kekuatan dari hati kepercayaan. Di mana pun kita berada, baik di rumah, di tempat bekerja, ketika berhadapan dengan umat atau bukan, cara berpikir kita hendaknya berdasarkan hati kepercayaan. Pokoknya, dalam melaksanakan hati kepercayaan kita tidak boleh bermanja diri, menganggap segala-galanya akan diatur oleh Gohonzon dan kita akan menerima hasil yang terbaik. Kita sendiri yang bertanggung jawab atas nasib diri sendiri. Kekuatan Gohonzon yang luas dan besar pasti kita dapatkan kalau kita sendiri benar-benar berusaha untuk meningkatkan hati kepercayaan. Dalam berbagai surat yang diberikan kepada para murid Niciren Daisyonin memberi petuah, bahwa kuat lemahnya perlindungan dari Gohonzon tergantung pada hati kepercayaan orang itu sendiri. Bahkan, sekalipun Niciren Daisyonin mendoakan, bila orang yang didoakan tidak mempunyai hati kepercayaan tidak akan ada gunanya. Dari petunjuk ini jelas bahwa kita sendiri yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kekuatan Gohonzon dalam kehidupan.
Pertanyaan: Kalau setiap orang bertanggung jawab atas nasibnya sendiri, bagaimanakah hubungan antara perombakan nasib yang dilakukan orang tua dengan nasib anaknya? Jawab: Terjadinya hubungan orang tua dan anak adalah karena tebalnya karma jodoh, bukan karena hal yang kebutulan. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai nasib sendiri. Orang-orang yang berkumpul dalam satu keluarga mempunyai kecenderungan jiwa yang hampir sama. Karena mempunyai kecenderungan jiwa yang kurang lebih sama, maka nasib anak mumpunyai kesamaan dengan nasib orang tua dan kakek neneknya.
Akan tetapi tidak berarti nasib itu diturunkan. Setiap orang bertanggung jawab atas nasibnya sendiri. Inilah prinsip yang mendalam dari agama Buddha. Dari prinsip ini dapat diketahui, bahwa setiap orang harus berusaha keras untuk mengubah nasibnya sendiri, tidak dapat mengandalkan siapa pun. Oleh karena itu, harus ditinggalkan pemikiran, bahwa cukup satu orang yang mati-matian mengubah nasib untuk seluruh keluarga. Pemikiran seperti itu masih sering kita jumpai. Misalnya, suami yang berpikir, bahwa cukup istri saja mengumpulkan karunia jiwa untuk keluarga, atau orang tua yang merasa tak perlu menjalankan hati-kepercayaan dengan sungguh-sungguh kalau anak-anak mereka sudah aktif, atau anak-anak yang menikmati karunia dari Gohonzon sebagai imbalan dan keaktifan orang tuanya. Perombakan nasib yang dilakukan oleh satu orang manusia pasti mempengaruhi kehidupan keluarganya, lingkungan di sekitarnya, dan pada akhirnya bangsa dan negara serta seluruh umat manusia. Akan tetapi tidak berarti orang itu sendiri menyelamatkan seluruh manusia lainnya, sedangkan yang lainnya pasif. Justru dengan berawal dari satu orang yang menunjukkan kekuatan Gohonzon, maka orang lain dapat mengikuti jejaknya dalam melaksanakan hatikepercayaan yang sungguh-sungguh atau paling tidak mengikuti teladannya. Dengan semakin banyak orang yang bergerak secara aktif untuk melakukan perombakan nasib semakin cepat dunia ini berubah. Perombakan yang dilakukan oleh orang yang pertama itulah yang penting. Tanpa ada ketekadan hati dari orang pertama untuk mengubah nasibnya, orang lain tak dapat membuka mata. Dari orang pertama tersebut orang lain mendapat contoh untuk melaksanakan hati kepercayaan yang sebenarnya. Demikian pula dengan perombakan nasib yang dilakukan oleh orang tua. Orang tua akan memberi getaran kepada anak- anaknya untuk percaya kepada Gohonzon. Anak-anaknya
mendapat teladan untuk melaksanakan hati kepercayaan yang sebenamya. Akan tetapi tidak berarti jika orang tua menjalankan hati-kepercayaan dengan sungguh-sungguh, maka nasib anaknya akan berubah dengan sendirinya. Nasib merupakan perwujudan dan tumpukan karma yang telah diperbuat semenjak masa lampau yang amat jauh. Tak terhitung berapa banyak jiwa ini mengalami hidup mati berulang kali dalam berbagai ben tuk baru kemudian terlahir dalam wujud sekarang ini. Setiap jiwa mengalami hidup mati berulang kali yang tak terhitung banyaknya. Sungguh beruntung sekali dalam kehidupan kali ini kita dapat bertemu dengan Gohonzon, sehingga dalam kehidupan sekarang ini dapat mengubah nasib dari akarnya. Akan tetapi, mengubah nasib seperti itu benar-benar memerlukan pelaksanaan hati kepercayaan yang sungguh-sungguh. Hanya dengan sikap fuji syaku syinmyo (tidak menyayangi jiwa raga untuk bertemu Buddha) yang terwujud dalam perilaku sehari-hari, maka orang dapat mengubah nasib dari akarnya. Ini merupakan perjuangan bagi setiap orang. Perjuangan untuk merombak nasib dengan sikap seperti itu bukanlah mudah. Manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya dan lupa untuk bersungguh-sungguh bila keadaan hidup sudah enak. Anak-anak dari orang tua yang bersungguh-sungguh menjalankan hatikepercayaan biasanya menikmati karunia dari orang tuanya. Kehidupan mereka dapat dikatakan telah baik, dalam arti tidak kekurangan dan juga telah mengetahui jalan yang harus dilalui sebagai manusia. Oleh karena itu, anak-anak seperti ini cenderung lalai untuk mengubah kecenderungan buruk yang telah ditumpuknya semenjak masa lampau yang amat jauh. Meskipun demi kian, karena mereka mempunyai teladan dari orang tuanya dalam hal menjalankan hati kepercayaan mereka dapat dengan mudah kembali pada jalan hati kepercayaan yang sebenarnya. Dengan demikian, pelaksanaan hati kepercayaan yang sungguh-sungguh dan orang tua dapat dimanfaatkan oleh anak cucunya. eee April 2015 | Samantabadra
49
refleksi
Pembangunan Baru, Masalah Baru New Construction, New Problem
S
angat sulit menerima fakta bahwa saya dan kerabat mengalami musibah banjir, yang sebelumnya tidak pernah terkena. Ada tiga insiden yang memperlihatkan betapa sukarnya menerima fakta ini. Insiden pertama, seorang karyawan perusahaan saya terkena banjir setelah sebuah mal didirikan di Jalan Sholeh Iskandar pada tahun 2013. Di daerah yang sama, sebuah sekolah swasta kemasukan air setelah hujan besar. Pada masa lalu tak pernah kemasukan air. Inisiden kedua, salah satu kerabat yang tinggal di Jakarta terkena banjir empat kali pasca hujan besar sekalipun rumahnya telah dilindungi agar tidak kemasukan air dengan mendirikan bentengan setinggi 15 cm. Salah satu penyebabnya karena pihak pemda telah membeton jalan di depan rumahnya yang mengakibatkan jalan keluar untuk air yang mengalir terhambat. Pada masa lalu, air dapat memasuki pori-pori jalan aspal dan jalannya sendiri letaknya lebih rendah dari permukaan tanah rumah. Kini jalanan di daerah tersebut telah dinaikkan sekitar 30 cm yang menyebabkan air mengalir ke dalam rumah yang permukaannya lebih rendah. Insiden ketiga terjadi lebih awal dari dua lainnya, yakni pembangunan MoI (Mall of Indonesia) di Kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Kawasan tersebut semakin sering terkena banjir sejak saat itu. Aspal biasa digunakan untuk menghaluskan permukaan jalan. Kini teknik penghalusan permukaan jalan telah berkembang, salah satunya dikenal dengan hotmix. Aspal modern ini menghasilkan mutu jalan yang berbeda. Hotmix akan menghasilkan permukaan yang lebih halus. Pembuatannya lebih mudah dan cepat. 50
Samantabadra | April 2015
Kyanne Virya
It is very hard to accept the fact that our house gets flooded after knowing years before it is never flooded.There were 2 incidents showing how hard it is to accept the fact. The first incident, an employee of our company got flooded after a mall was built on K.H. Sholeh Iskandar Street in 2013. In the same area, a private school got some coming water after hard rain. In the past there had been no such coming water. The second one, a relative of mine living in Jakarta got several floods post hard rain in 4 times even though the house has been protected from water by constructing a little port of 15 Cms. One of the caused is the administration has concretized the road in front of the house causing no way out to running water. In the past the rain water could enter the pores of the asphalted road & the road itself is lower than the house ground surface. Now the road has been elevated about 30 cms resulting in water to flow into the house. The third incident happened earlier than the other two, that is the MoI malls construction. Kelapa Gading area has been quite influenced by the opening of this mall. It has got more inundated since then. People usually make use of asphalt to make roads. The concept has been improved & modernized into hotmix. The older asphalt & the modern one give different quality of roads. The modern one will give smoother surface. The making is easier & faster to do.
Aspal dapat menyerap air, namun hal ini berpengaruh terhadap daya tahan aspal. Air berlebih dapat mengakibatkan munculnya lubang-lubang kecil yang sedikit demi sedikit menjadi semakin besar. Jalanan beraspal akan rusak diterpa air yang mengalir dan menggenang. Air menggenang terjadi karena jalan tidak memiliki selokan dan sistem pembuangan di sisi kanan-kirinya. Air cenderung berkumpul di badan jalannya, bukan di bahu jalan. Itulah sebabnya pada musim hujan, jalan dapat cepat rusak; berlubang-lubang di sana-sini. Dinas PU pemda akan melapis ulang aspalnya ketika intensitas hujan mulai rendah.
Sebagai ganti memperbaiki selokan, Dinas PU melapis-ulang jalan. Cara lain, Dinas PU membuat jalan beton. Jalan beton memerlukan fondasi, maka mereka membuat kerangka besi sebelum mengecor dengan semen. Ini jalan pintas atas masalah jalan rusak yang menciptakan masalah lain terhadap masyarakat sekeliling. Ini membuat lingkaran setan bagi masyarakat: jalan yang lebih baik kondisinya namun air yang tak terkendali alias banjir lebih banyak. Di satu pihak, kita lebih suka jalan mulus daripada banjir. Di lain pihak, penduduk harus memilih salah satu: jalan mulus atau banjir? Mendirikan sebuah mal atau sebuah blok apartemen berarti menutupi berhektar-hektar lahan dengan cairan semen guna membuat fondasi. Dengan banyaknya tanah yang diplester semen, keseluruhan tanah memiliki permukaan yang sangat rapat, tanah tidak dapat menyerap air sama sekali.
Kondisi ini pada gilirannya akan menyebabkan kerugian air tak terkendali di sekeliling bangunan. Air tak dapat menemukan jalan keluar ke sungai. Semua jalan air telah ditutup oleh fondasi beton. Air akan terhalang permukaan keras. Hal ini akan menyebabkan air membanjir dan membuat genangan di sekitar kompleks yang pada gilirannya akan mengenai kompleks-kompleks lainnya yang posisinya lebih rendah.
In general, the asphalted roads could absorb water. But this also has caused problems to the quality of the roads. Too much water could result in small holes gradually becoming bigger ones. So, asphalted roads get problems with running & inundating water. The latter happens because the roads have no sewerage & drainage system to the left & right sides of them. The water tends to gather in the body of the road, not on the shoulders. That’s why if rain comes frequently, the road could easily broken; having holes here & there. The public works department of the local government will lay another layer of asphalt once the dry season comes or when the rain does not come down for a few days. Instead of repairing the sewerage, the department puts another layer. Otherwise, they make a concrete road. The concrete needs foundation, so they make steel framework first before pouring the cement liquid. This is the shortcut to the problem which has created another problem to the community around. This has shaped a vicious circle to the community: better roads but uncontrolled water alias more floods. On one hand, we prefer smooth streets to floods. On the other hand, people have to choose one: the former or the latter? Building a mall or an apartment block means covering the hectares of land with cement liquid to make foundation. By having a lot of ground plastered by cement, the whole ground has got very solid surface, it cannot absorb water at all. Compare with the asphalted road. This is easier to s water since it has some very small holes.
This condition will in turn bring about the cost of uncontrollable water surrounding the mall. The water cannot find way out to the river. All the passages have been blocked by the foundation concrete. It will be hindered by the hard surface. There is no compromise: it has to go back & find other ways. This will cause water to inundate & make ponds around the complex which in turn hit the other lower complexes. April 2015 | Samantabadra
51
refleksi Lihatlah Kelapa Gading sebelum dan sesudah MoI didirikan. Pasti ada perbedaan besar tentang perilaku air. Kondisi ini serupa di manapun sebuah shopping mal didirikan. Di Jakarta Pusat, ada 7 mal. Jakarta Utara memiliki 13 mal. Hanya 3 mal di Jakarta Barat. Jumlah terbesar mal ada di kawasan Jakarta Selatan: 31 modern shopping centers. (wikipedia) Sudah ada begitu banyak pusat perbelanjaan di seluruh Jakarta yang begitu luas. Kelapa Gading Mall yang dibuka pada tahun 1990 terletak di kawasan seluas 130,000 m². Tidak aneh apabila pergerakan air mengalami banyak hambatan di daerah ini karena betona gedung pusat perbelanjaan tersebut. Dan shopping mall telah menjamur di seluruh Jakarta. Bagaimana pemerintah dapat mengendalikan banjir dengan menggunakan kanal-kanal? Analoginya mirip dengan kendaraan dan jalan. Jumlah jalan tak dapat mengejar jumlah kendaraan. Jumlah kendaraan tumbuh lebih cepat daripada jumlah jalan. Hal ini terjadi terhadap air dan mal. Semakin banyak mal yang didirikan semakin banyak air yang datang, di samping banyak faktor kelalaian manusia lainnya yang mengakibatkan banjir, seperti perilaku membuang sampah.
berkenaan dengan sikap serakah. Dalam agama Buddha, serakah itu salah satu dari Ketiga Racun Jiwa: keserakahan, kemarahan, dan kebodohan batin. Apakah Racun Jiwa? Menurut definisi racun dalam jiwa, berarti kejahatan dasar yang terdapat dalam jiwa yang menimbulkan penderitaan manusia.” (www. nichirenlibrary.org). Dalam Karya Tulis tentang Kesempurnaan Agung Prajna, Ketiga Racun Jiwa dipandang sebagai sumber segala kesesatan hawa nafsu duniawi. Disebut Racun Jiwa karena mengotori jiwa manusia dan berfungsi mencegah mereka mengalihkan hati dan pikiran ke kebaikan. 52
Samantabadra | April 2015
Look at Kelapa Gading before & after MoI was built. There must be a big difference ofon the water behavior. The condition is similar anywhere a shopping mall is erected. In Central Jakarta, there are 7 malls. North Jakarta has got 13 malls. Only 3 malls does West Jakarta have. The biggest number comes from South Jakarta area: 31 modern shopping centers. (wikipedia) There have been so many shopping malls all over Jakarta. Let’s take an example: Kelapa Gading Mall which was opened in 1990 and built in 130,000 m² area. No wonder if the water flow faces many hindrance in this area because of the mall’s concrete foundation.
And shopping mall has been mushroomed all over Jakarta. How could the government control floods using the canals? The analogy is similar to cars & roads. The number of roads could not catch up with the number of cars. The latter grows faster than the former. This happens with the water & malls. The more malls you build there is much more water to come, also due to human’s behaviour that caused flood, like throwing trash anywhere.
This has something to do with being greedy. In Buddhism, one of the three poisons: greed, anger, and foolishness. What is life poisons? Per definition poisons in life means “the fundamental evils inherent in life that give rise to human suffering.” (www.nichirenlibrary. org).
In The Treatise on the Great Perfection of Wisdom, the three poisons are regarded as the source of all illusions and earthly desires. The three are so called because they pollute people’s lives and work to prevent them from turning their hearts and minds to goodness.
Lebih lanjut, Kata dan Kalimat Saddharma-pundarikasutra oleh T’ient’ai berbicara tentang Ketiga Racun Jiwa sebagai sebab yang mendasari Ketiga Bencana - kelaparan , perang, dan wabah penyakit, seraya menyatakan: “Karena kemarahan bertambah intensitasnya, perseteruan bersenjata terjadi. Karena keserakahan semakin mendalam, kelaparan timbul. Karena kebodohan batin semakin mendalam wabah penyakit mulai secara tibatiba. Dan karena Ketiga Bencana ini terjadi, hawa nafsu duniawi berkembang semakin banyak dan semakin kuat daripada yang pernah ada, dan pandangan keliru semakin berkembang “ (www.nichirenlibrary.org).
Itulah sebabnya Buddha pertama telah muncul di India untuk menyadarkan umat manusia akan ketiga kejahatan ini dan jangan sampai dikuasai ketiga kejahatan ini: Dalam Bab III “Perumpamaan dan Kiasan” Saddharma-pundarika-sutra, Buddha Sakyamuni berkata kepada Sariputra, “Beliau [sang Tathagata] terlahir di ketiga dunia, sebuah rumah terbakar, sangat buruk dan sudah tua, agar dapat menyelamatkan umat manusia dari api lahir, tua, sakit dan mati, kepedulian, penderitaan, kebutuhan, salah paham dan Ketiga Racun Jiwa; mengajari dan membimbing mereka dan memungkinkan mereka mencapai kesadaran Buddha paripurna tertinggi” (www.nichirenlibrary. org).
Pemda manapun wajib menyadari dilema ini. Semakin banyak ijin yang diberikan untuk pembangunan shopping mall, semakin banyak masalah yang akan berdatangan, salah satu di antaranya banjir. Pikirkanlah orang banyak. Janganlah mengikuti emosi negatif keseakahan. Perbuatan serakah akan mengakibatkan bencana. Muspida Tingkat I/ II (gubernur/walikota, ketua DPRD, kapolda/ kapolres dan pangdam/dandim) harus tegas untuk tidak memberi lagi ijin kepada seorang investor memanfaatkan sebidang tanah untuk
Furthermore,
The Words and Phrases of the Lotus Sutra by T’ient’ai speaks of the three poisons as the underlying cause of the three calamities of famine, war, and pestilence, stating: “Because anger increases in intensity, armed strife occurs. Because greed increases in intensity, famine arises. Because foolishness increases in intensity, pestilence breaks out. And because these three calamities occur, earthly desires grow more numerous and powerful than ever, and false views increasingly flourish” (www. nichirenlibrary.org).
That’s why the first Buddha has appeared in India to make the living beings to be aware of these three evils & not to be under their control:
In the “Simile and Parable” (third) chapter of the Lotus Sutra, Shakyamuni says to Shariputra, “He [the Thus Come One] is born into the threefold world, a burning house, rotten and old, in order to save living beings from the fires of birth, aging, sickness, and death, care, suffering, stupidity, misunderstanding, and the three poisons; to teach and convert them and enable them to attain supreme perfect enlightenment” (www. nichirenlibrary.org).
Any local administration should be aware of this dilemma. The more permit given to a shopping mall construction, the more problems are to come one of which is floods. Be thoughtful & considerate. Do not follow the negative emotion of greed. The greedy act will result in disaster. The 1st /2nd Level Muspida (the governor/mayor, the house chairperson, the kapolda/kapolres & the pangdam/dandim) shall be strict in giving no more permit to an investor to make use of a piece of land for a commercial public area. April 2015 | Samantabadra
53
refleksi kawasan komersial publik. Jika berbicara tentang Ketiga Racun Jiwa, kita tak dapat menghindari peran investor. Seorang investor pastiah seorang pengusaha yang memiliki banyak uang untuk diinvestasikan dalam, contohnya, bisnis properti. Ia wajib memiliki alarm jika sudah mulai serakah, jangan sampai menimbulkan masalah kepada penduduk di sekitar. Hati nuraninya yang berdasarkan pandangan keagaamaannya seharusnya membimbingnya menghindari perilaku buruk tersebut. yang menyebabkan kerusakan lingkungan lingkungan dengan tidak membiarkan air langsung masuk ke tanah. Air dapat berperilaku lebih baik dan lebih bersahabat hanya jika air menemukan lahan terbuka yang cukup untuk jalannya. Kerja bhakti bersama umat NSI dapat bernilai. Sudah waktunya pemda membatasi pembukaan mal baru. eee
54
Samantabadra | April 2015
Talking about the three poisons, we cannot avoid the role of investor. An investor must be a businessman who has much money to be invested in property business, for example. He should have the alarm of being greedy, not to cause trouble to people around. His conscience based on religious perspective should guide him to avoid such bad behavior bringing about the environmental destruction by not allowing water to go into the ground directly.
Water could behave better & friendlier if only it finds enough open land for water way. I recommend that each existing mall make biophores in the open space. Collaborative work with NSI members could be of value. It is high time a local administration limit the opening of new malls. eee
kesehatan
Waspada Demam Berdarah P
ada musim hujan, penyakit demam berdarah dengue (DBD) memiliki kecenderungan tinggi untuk timbul dan menyebar. Nyamuk yang merupakan vektor pembawa virus DBD berkembang biak pesat pada saat banyaknya genangan air di sekitaran rumah. Pola timbulnya penyakit ini seperti tapal kuda yaitu pada hari 2-4 panas tinggi kemudian turunnya seperti sembuh dan pada hari 4-6 suhu badan naik kembali. Saat itulah saat yang paling berbahaya karena dapat mengalami kematian. Virus DBD menyerang sistem pertahanan tubuh (antibodi) manusia. Lalu bagaimanakah virus DBD yang kecil ini dapat menyebabkan kematian bagi si penderita, bahkan saat wabahnya tiba, DBD menghasilkan angka kematian yang tinggi setiap tahunnya? Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk pembawanya sangat khusus yaitu nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). DBD merupakan bentuk berat dari infeksi dengue yang ditandai dengan demam akut, penurunan keping darah dan perdarahan. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Pada awalnya, virus dengue menyerang sel tunggal darah dan mengaktivasi sel bagian dalam pembuluh darah endotel. Diduga setelah virus dengue berikatan dengan sel darah putih (antibodi) selanjutnya melekat pada kelompok darah
putih monosit. Karena antibodi bersifat heterolog (menerima jenis seyawa lain saat berinterksi), maka virus tidak dihancurkan sehingga bebas melakukan penggandaan diri dalam monosit. Proses ini terus terjadi sehingga sel endotel mengalami disfungsi. Disfungsi sel endotel ini menyebabkan salah satunya terganggunya metabolisme darah. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena semua nutrisi diedarkan oleh darah. Sistem peredaran darah berisi virus-virus yang sedang berkembang biak sehingga menimbulkan disfungsi jaringan tubuh yang menyebabkan kematian. Dokter sering mengatakan saat menderita DBD, trombosit akan turun. Hal ini terjadi karena trombosit dihancurkan langsung oleh virus dengue untuk memperbanyak diri. Ditambah virus ini mempergunakan sel darah putih untuk menyamarkan dirinya sehingga tidak dapat diidentifikasi. Penurunan kadar trombosit ini juga terjadi karena gangguan sintesis, kurang asupan protein dan kehilangan protein melalui urin dan tinja. April 2015 | Samantabadra
55
kesehatan Penyakit DBD sangatlah berbahaya. Perlu ada penyelesaian yaitu dengan pencegahan. Pencegahan primer tingkat pertama yaitu upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat. Pencegahan sekunder adalah
pengendalian vektor dengan menurunkan kepadatan populasi nyamuk aedes aegypti. Pencegahan ini bisa melalui kimiawi dengan insektisida, biologik melalui pengembangan hayati sebagai pemangsa nyamuk ini, dan pengendalian
lingkungan dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia atau memperkecil ruang berkembang biak nyamuk ini. (Martinus) Sumber: 1)Modul Field Lab Fakultas Kedokteran UNS 2) Makara, Kesehatan, Vol.10, no 1, 2006
Diet yang Sehat T
ubuh yang proporsional dan sehat tentu adalah idaman tiap orang. Berbagai cara dilakukan demi mendapatkan tubuh yang elok. Umumnya, seseorang akan memilih cara yang paling mudah, yaitu melakukan diet dengan mengurangi jumlah makan. Namun, ternyata diet yang tepat bukan sebatas mengurangi jumlah asupan makanan, karena jika tidak dilakukan dengan benar, tubuh akan memberontak. Berikut beberapa tips diet yang sehat dan benar:
1. Sarapan pagi Jika Anda ingin diet, maka Anda sebaiknya tidak menghapus sarapan pagi. Karena sarapan pagi penting agar tubuh Anda mendapatkan nutrisi yang cukup untuk memulai hari. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa rata-rata 10.000 orang yang berhasil menurunkan berat badannya 15 kg dalam setahun adalah orang yang tidak pernah lupa sarapan pagi. Pilihlah sarapan yang tidak berlemak, misalnya roti gandum, telur dadar atau salad. 2. Perbanyak minum air putih Minum air putih tentu tidak membuat Anda gendut. Sebaliknya, minum air putih 8-10 gelas atau 1.5 liter per hari dilansir dapat menurunkan berat badan Anda 2.5 kg per tahunnya. 3. Perbanyak makanan berserat Seperti dilansir oleh femina.co.id, serat mempunyai peran yang besar dalam mengusir lemak. Hal ini dikarenakan semakin banyak serat yang masuk, maka volum feses akan semakin cepat membesar. Hal ini tentu mempercepat proses pembuangan dalam tubuh. Anda dapat mengonsumsi buah-buahan kaya serat seperti jeruk, apel dan pisang. 4. Kebutuhan akan protein Selain serat, tubuh tetap memerlukan asupan protein, karena protein adalah sumber untuk meningkatkan metabolisme tubuh. Mengonsumsi daging ayam, ikan atau telur dapat memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh. Tentu saja, dalam jumlah yang tidak berlebihan, ya! 5. Olahraga Memang beberapa orang membuktikan mengurangi makan saja sudah cukup untuk mengurangi berat badan. Tetapi, olahraga juga merupakan bagian yang krusial dalam proses diet. Olahraga 60-90 menit, minimal dalam satu minggu adalah wajib. Karena olahraga akan membantu proses pembakaran lemak, dan Anda juga akan menjadi lebih sehat karena bergerak. Tidak perlu olahraga yang susah-susah, jogging, atau bahkan berjalan keliling rumah atau kantor selama lima menit dalam rentang waktu satu jam sudah cukup membakar 200-300 kalori. (Silviani) (referensi: www.femina.co.id)
56
Samantabadra | April 2015
Apakah Rokok Elektrik Lebih Aman? Kebiasaan merokok Merokok merupakan satu kebiasaan yang umumnya terbentuk akibat bergaul bersama orang-orang yang merokok atau adanya pemahaman yang kurang tentang bahaya merokok. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), Merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan seluruh organ tubuh seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru, dan tenggorokan bahkan bahaya maksimal yaitu kematian. Namun, hal ini tidak lantas membuat perokok jera. Perokok yang sudah kecanduan parah bahkan rela memilih untuk tidak makan daripada tidak merokok. Jelas ini adalah masalah sosial yang perlu diperbaiki. Seorang akademisi anti-rokok UI, Dr. Ir. Nelson Saksono. MT, mengatakan rokok memang menuntungkan devisa negara dari sektor pajaknya, namun untuk merehabilitasi seluruh perokok dibutuhkan biaya sepuluh kali lipatnya dari keuntungan yang didapatkan negara.
Pengganti rokok Saat ini marak beredar jenis rokok elektrik. Rokok eletrik diklaim lebih aman daripada rokok hasil pembakaran tembakau. Rokok jenis ini menggunakan proses penguapan cairan kimia yang memiliki sensasi mirip rokok konvensional. Rokok elektrik atau e-cigarette ditemukan oleh Ruyan Corporation di Tiongkok pada tahun 2003 dan mulai diperkenalkan pada tahun 2004. Rokok elektrik bekerja menggunakan tenaga baterai yang dapat memanaskan cairan. Cairan (liquid) pada alat penguap (vaporizer) mengandung propilen glikol (PG), gliserin sayuran (VG) yang digunakan pelarut, pemanis yang biasanya digunakan untuk mengawetkan makanan, perasa yang menimbulkan aroma, dan nikotin sintetis yang menyebabkan kecanduan. Rokok elektrik lebih berbahaya 10 kali lipat dari rokok biasa Bicara soal efek samping rokok elektrik, FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat sudah
merilis data dari 18 penelitian mengenai rokok elektrik. Nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik ternyata bisa membuat paru-paru teriritasi. Saat rokok elektrik diisap, cairan ini akan berubah menjadi senyawa karbonil yang mengakibatkan kanker. Penelitian yang dilakukan di Jepang ini menemukan bahwa uap rokok ini mengandung zat karsinogenik atau zat penyebab kanker seperti formaldehid dan asetaldehid. Formaldehida sendiri merupakan zat kimia yang ditemukan di dalam bahan bangunan dan balsem cair. Zat ini bisa meningkatkan risiko terkena kanker 10 kali lipat lebih tinggi dari rokok biasa. Meskipun rokok elektrik juga memiliki fitur suhu sehingga bisa mengatur kadar nikotin, namun semakin tinggi pengaturan suhu, maka semakin banyak pula karbonil yang diproduksi. Selain itu, jumlah formaldehida akan menyamai rokok biasa. Asap buatan pada rokok elektrik juga akan menimbulkan aerosol yang sangat berisiko bagi kesehatan paruparu. Nikotin cair sintesis April 2015 | Samantabadra
57
kesehatan dalam rokok elektrik juga mengandung perasa buatan dan pengawet makanan. Bahan-bahan ini aman bila dikonsumsi secara biasa, tapi tidak aman bila diisap. Bakteri penyebab pneumonia juga akan makin kebal seiring Anda mengisap rokok elektrik. Di samping nikotin, kandungan berbahaya lain yang terkandung dalam rokok elektrik, seperti diungkap oleh FDA dan German Cancer Research Center adalah : 1. konsentrasi tinggi propylene glycol dapat menyebabkan iritasi jika dihirup 2. beberapa produk mengandung diethylene glycol, zat kimia yg
pernah digunakan untuk meracuni
Dilansir dari straitstimes. com, badan kesehatan dunia atau WHO sendiri sebenarnya 3. zat beracun terhadap telah melarang penjualan sel tubuh dengan kadar rokok jenis ini secara bebas menengah hingga tinggi sebab dikhawatirkan mampu dari zat pemberi rasa atau membahayakan kesehatan ‘flavor’ terutama jika asapnya dihirup oleh anak-anak. PBB pun 4. nitrosamin (penyebab melarang untuk mengonsumsi kanker), logam beracun rokok ini di ruang tertutup (cadmium, nickel, dan publik agar uapnya tidak timbal) membahayakan. (Martinus) 5. Carbonyl: formaldehyde, Referensi: acetaldehyde dan acrolein http://meetdoctor.com/article/inilah-efek-sampingrokok-elektrik#/page/3 http://www.merdeka.com/sehat/nyatanya-rokok(penyebab kanker) 6. Komponen organik yang mudah menguap dan rusak di suhu ruang: toluene dan ‘m, p-xylene’ (bersifat racun).
Melawan Lupa
“Pikun” kerap dianggap efek penuaan yang harus dimaklumi. Padahal, bisa jadi, ini gejala awal penyakit yang lebih serius. 58
Samantabadra | April 2015
elektrik-10-kali-lebih-bahaya-dari-rokok-biasa.html http://health.detik.com/read/2014/03/10/085 338/2520519/763/peringatan-kemenkes-rokokelektrik-memberi-rasa-aman-semu
S
atu dasawarsa setelah sang ibu memasuki masa pensiun, Dinda makin merasa bahwa ibunya kini adalah sosok yang sama sekali berbeda. Jika dulu gemar bersosialisasi, kini ibunya menarik diri dari pergaulan. Beliau juga makin sering lupa di mana meletakkan barang dan menuduh pembantu mencuri miliknya. Terakhir, sang ibu yang sedang berjalan santai di sekitar rumah, mendadak lupa arah jalan pulang. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Dinda baru menyadari, bahwa sang ibu ternyata mengidap Alzheimer. Penyakit Berbiaya Tinggi Pembicaraan tentang Alzheimer tidak akan terpisahkan dari demensia, dan sebaliknya. Demensia adalah gangguan kerja otak yang mempengaruhi ingatan, proses berpikir, perilaku, dan emosi manusia. Menurut Alzheimer Disease International (ADI), setidaknya ada 10 jenis demensia. Dan sekitar 50% - 60% penderita demensia menderita jenis demensia yang disebut Alzheimer. Berdasarkan data The World Alzheimer Report 2009, biaya yang dikeluarkan untuk merawat penderita Alzheimer di Asia Pasifik adalah senilai 60,4 juta dolar. Jumlah ini lebih tinggi dari perawatan terhadap pasien malaria, tetanus, atapun kanker payudara. Biaya ini bersumber dari tingginya tingkat ketergantungan penderita terhadap orang lain, perubahan tingkah laku sosial dan psikologis, pendampingan
khusus oleh perawat yang kompeten, serta pengobatan medis. Menurut Dr. dr. Martina W.S. Nasrun SpKJ (K), Psikiater Konsultan Usia Lanjut RSUPN Cipto Mangunkusumo, demensia terutama disebabkan oleh sel-sel otak yang mati atau mengecil, sehingga otak tidak dapat berfungsi normal. Penyebab matinya sel tersebut bisa bermacammacam. Jenis demensia vascular (kematian sel karena otak kekurangan oksigen), misalnya, bisa disebabkan stroke. Namun untuk demensia jenis Alzheimer, penyebabnya masih belum ditemukan. Sejauh ini, hanya diketahui adanya ketidakseimbangan protein yang menyebabkan sel otak berhenti bekerja. MHENS (School for Mental Health and Neuroscience) memprediksi bahwa penderita Alzheimer yang pada 2010 berjumlah 36 juta, akan melonjak menjadi 66 juta orang pada 2030, dan 115 juta pada 2050. Orang-orang yang berusia lanjut adalah mereka yang paling berisiko terkena Alzheimer. Setelah manula, orang-orang yang mengidap : kolesterol tinggi, depresi, diabetes mellitus, stroke, dan tekanan darah tinggi, adalah golongan yang juga berisiko. Gaya hidup adalah faktor utama yang dipercaya menjadi pencetus Alzheimer. Kebiasaan minum alcohol, tekanan dan stress terus menerus yang dapat juga berujung pada depresi, dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena Alzheimer. Stress dapat
mempengaruhi keseimbangan nutrisi yang diterima otak hingga menurunnya kualitas hidup.
Menolong Diri Sendiri Menurut Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, DY Suharya, cara utama membentengi diri dari Alzheimer adalah menjaga kesehatan fisik dan mental, selain membekali diri dengan pengetahuan akan penyakit ini. Manajemen stress dan emosi, serta menerapkan pola makan sehat akan membuat tubuh dan otak lebih prima. Berolahraga teratur juga memperlancar aliran darah ke otak. Meningkatkan kapasitas cadangan otak dengan menyeimbangkan kinerja otak kanan dan kiri juga dapat menjaga otak tetap aktif. Selain itu, terus berkegiatan secara aktif dan mandiri, terutama bagi para lanjut usia, dipercaya menyehatkan fisik dan mental. Sementara, pengobatan yang dilakukan pada orang yang sudah didiagnosa mengidap Alzheimer sendiri dapat berpengaruh pada daya ingat, fokus, dan perilaku. Namun, pengobatan hanya akan bersifat sementara dan tidak serta merta mematikan penyebab utama penyakit. Pengobatan secara medis harus dikombinasikan dengan perawatan lain. Sangat penting bagi keluarga yang hidup bersama dengan penderita Alzheimer untuk memenuhi kebutuhan fisik serta non-fisik yang bersangkutan. Kebutuhan fisik dapat dipenuhi dengan bantuan April 2015 | Samantabadra
59
kesehatan untuk melakukan kegiatan sederhana sehari-hari seperti : membersihkan diri, berpakaian, makan. Sementara, kebutuhan non-fisik, seperti suasana gembira, dihargai dengan tidak membicarakan penderita di depannya, ditemani, dimaklumi, diperhatikan, akan membuatnya bersemangat dan lebih tidak emosional. Di sisi lain, adalah wajar bagi keluarga penderita untuk merasa sedih, marah, malu, terbebani. Sehingga, merawat diri sendiri dengan baik adalah juga upaya membantu penderita demensia. Selain berbagi tugas, Dr. Martina menyarankan anggota keluarga untuk berbagi perasaan dan pemikiran dengan orangorang di sekitar, terutama dengan sesama anggota keluarga atau perawat penderita Alzheimer. Mereka juga harus memahami bahwa mereka memiliki keterbatasan dan harus tetap berusaha menyediakan waktu untuk diri sendiri. 12 Mitos Demensia Dr. Martina (Asosiasi Alzheimer Indonesia/ AAzI) mengidentifikasi 12 hal berkaitan dengan demensia yang perlu dicermati kebenarannya : 1. Demensia hanya dialami oleh orang lanjut usia. SALAH. Meski jarang, tapi kasus demensia dapat terjadi di usia muda. Sementara, di atas usia 65 tahun, ada 1 orang dengan demensia (ODD) di antara 20 orang. Dan ada 1 di antara 6 orang di atas 80 tahun, adalah ODD. 2. Gangguan daya ingat adalah satusatunya gejala demensia. SALAH. Kehilangan memori hanya salah satu gejala awal yang umum terjadi. Namun, setiap orang adalah unik. Tidak pernah ada 2 ODD yang mengalami gejala yang persis sama. 3. Demensia adalah bagian normal dari proses penuaan. SALAH. Setiap orang cenderung menjadi pelupa saat menua, namun itu tidak berarti mereka mengalami demensia. Demensia disebabkan oleh penyakit di otak, bukan bagian normal penuaan. 4. Demensia tidak dapat disembuhkan. BETUL. Saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan Alzheimer maupun penyebab demensia lainnya. Sejauh ini, para peneliti mengembangkan lebih banyak
60
Samantabadra | April 2015
lagi obat yang dapat memperlambat efek keparahan akibat demensia. 5. Ada berbagai macam jenis demensia BETUL. Ada berbagai macam jenis demensia, namun yang terbanyak adalah demensia Alzheimer dan demensia vascular. 6. Demensia lebih banyak dijumpai di negara kaya dan maju. SALAH. Kasus demensia ditemukan di seluruh dunia. Lima puluh delapan persen ODD berada di negara berkembang. Ini berhubungan dengan kecepatan laju populasi usia lanjut di negara tersebut. Indonesia adalah negara dengan populasi usia lanjut tercepat (414 %) dalam kurun waktu 1990-2020. 7. Setelah didiagnosis demensia, tidak ada lagi aktivitas yang dapat dilakukan. SALAH. Meski demensia tidak dapat disembuhkan, namun ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu ODD menjalani kehidupannya. Obat anti demensia kelompok penghambat kolinesterase dapat membantu meringankan gejala pelupa. Sementara depresi, kecemasan, dan agitasi (gelisah hebat tanpa sebab yang jelas), dapat ditatalaksana sehingga masih ada aktivitas yang dapat dilakukan. 8. Orang dengan demensia sering tidak diperiksakan ke dokter karena keluarga merasa malu. BETUL. Stigma negatif ini disebabkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan akan demensia. Penting untuk dipahami, bahwa ODD tetaplah manusia yang bernilai dan bermartabat. Asosiasi Alzheimer di seluruh dunia sedang bekerja keras untuk melenyapkan stigma terhadap demensia melalui program peningkatan kesadaran. 9. Tidak ada tempat bertanya maupun meminta bantuan untuk masalah demensia SALAH. Jangan ragu bertanya. Banyak organisasi, baik profesional maupun relawan yang bersedia membantu Anda. Asosiasi Alzheimer Indonesia (AlzI) menawarkan bantuan dan dukungan kepada ODD maupun keluarganya. Anda dapat mengakses bantuan telepon, social media, dan berbagai program
seperti pertemuan rutin keluarga ODD, rekreasi, stimulasi kognitif, daycare. Ada juga Forum Komunikasi Keluarga dengan Penderita Demensia tempat Anda berbagi. 10. Jika salah satu dari orangtua saya menderita demensia, maka saya juga akan mengalami demensia. SALAH. Jika orang tua Anda mengalami demensia di usia lanjut (lebih dari 60 tahun), maka kemungkinan Anda akan mengidap demensia hanya sedikit lebih besar dari orang yang tidak mempunyai keluarga dengan demensia. Sementara, pada demensia yang terjadi pada usia di bawah 60 tahun, memang terdapat sedikit kasus adanya hubungan langsung antara onset penyakit dengan gen bermutasi yang diwariskan. Dalam hal ini, kemungkinan anggota keluarga (kakak, adik dan anak) akan mendapat demensia adalah satu di antara dua (50 %). 11. Penyakit Alzheimer berbeda dengan Demensia SALAH. Tidak ada bedanya. Penyakit Alzheimer adalah demensia, yang merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi. 12. Diagnosis Demensia hanya dapat ditegakkan dengan tes khusus SALAH. Tidak ada tes khusus untuk demensia. Diagnosis demensia hanya dibuat oleh dokter melalui anamnesis (riwayat penyakit / cerita), baik dari orang yang bersangkutan, maupun dari kerabat atau teman dekatnya. Riwayat penyakit ini dilengkapi dengan pemeriksaan fisik dan mental, tes daya ingat, pemeriksaan darah, dan brain scan, jika diperlukan. Umumnya, semua pemeriksaan ini dapat menjadi dasar untuk membuat diagnosis demensia. (Rini)
Kenali Gejalanya Menurut DY Suharya, ada 10 gejala awal yang dapat merujuk ke Alzheimer : 1. Gangguan daya ingat Sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi, serta kerap menceritakan hal yang sama berulang kali. 2. Sulit fokus Sulit memusatkan perhatian melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak, menggunakan telepon. Kesulitan konsentrasi membuatnya melakukan sesuatu dengan waktu lebih lama dari biasanya. 3. Sulit melakukan kegiatan familiar Sulit melakukan penghitungan sederhana, berpakaian, atau hal sehari-hari lain. 4. Disorientasi Bingung akan waktu (tanggal/ hari), bingung di mana ia berada, dan tidak tahu jalan pulang ke rumah. 5. Kesulitan memahami visuo-spasial Sulit untuk membaca, mengukur jarak, membedakan warna, membedakan sendok atau garpu, tidak mengenali wajah sendiri di cermin, sering tumpah saat menuangkan air di gelas. 6. Gangguan berkomunikasi Kesulitan bicara dan mencari kata yang tepat untuk menjelaskan suatu benda. Seringkali berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkannya. 7. Lupa di mana meletakkan barang Lupa di mana ia menaruh sesuatu, hingga tak jarang curiga ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut. 8.Salah membuat keputusan Berpakaian tidak sepadan, memakai kaus kaki berbeda warna antara kiri dan kanan, tidak memahami jumlah uang yang perlu dibayar dalam transaksi. 9. Menarik diri dari pergaulan Tidak bersemangat lagi mengerjakan hobi yang tadinya diminati, dan tidak tertarik untuk bersosialisasi. 10. Perubahan perilaku dan kepribadian Sering merasa bingung, curiga, depresi, takut, atau bergantung secara berlebihan pada anggota keluarga. Mudah kecewa, marah dan putus asa. April 2015 | Samantabadra
61
kliping Harian Kompas, 19 Maret 2015
62
Samantabadra | April 2015
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan April 2015 TGL 30 31 1 2 3 4 5
HARI Senin Selasa Rabu
Kamis Jumat Sabtu Minggu
6 Senin 7 Selasa 8 Rabu
9 10 11 12 13 14 15
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
16 17 18 19
Kamis Jumat Sabtu Minggu
20 Senin 21 Selasa 22 Rabu
23 24 25 26 27 28 29
JAM KEGIATAN 13.00 Pendalaman Gosoyo
TEMPAT Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
10:00 10;00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1
19:00 Ceramah Gosyo
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Daerah Masing‐Masing
Daerah Masing‐Masing
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1
19:00 19:00 10:00 14:00 19:00
Daerah Masing‐Masing
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak Cabang / Ranting Pertemuan PK‐2 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 (empat) Bagian
13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD
Kamis Jumat Sabtu Kensyu Gosyo Umum Minggu Kensyu Gosyo Umum Senin 13.00 Pendalaman Gosoyo Selasa Rabu 19:00 Dokyo Syodai Peringatan Pertama kali Daimoku 19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul 30 Kamis
Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP
Daerah Masing‐Masing Vihara Vimalakrti NSI Bogor Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
Mahavihara Saddharma NSI (Myoho‐Ji) Mahavihara Saddharma NSI (Myoho‐Ji) Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 April 2015 | Samantabadra
63
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
64
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | April 2015
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510