Samantabadra Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, para Buddha sepuluh penjuru, Raja
Mahabrahma, Raja Indra, Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain, bukankah tidak ada yang kurang? Apalagi jika dipuji oleh Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), tentu tidak ada kekurangan apapun juga. (Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri)
SAMANTABADRA | MEI 2015 | NOMOR. 256
S
ekalipun dibenci oleh semua manusia, namun jika merasa disayangi Buddha
gosyo kensyu liputan cermin kehidupan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
SURAT PERIHAL KESATUAN SUAMI-ISTRI AUDIENSI KU NSI DENGAN MENTERI PP & PA RI MENJALANI HIDUP SEPERTI BUNGA TERATAI
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
M
e
i
2 0 1 5
05 # 256
Ketua Umum NSI memperlihatkan majalah Samantabadra kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ibu Yohana Susana Yembise, dalam audiensi yang dilakukan untuk mengundang kehadiran beliau pada Kensyu Kartini 2015.
U
ntuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para
Buddha Bunsyin dari 10 penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat
W
anita yang bersungguh hati untuk Saddharmapundarika-sutra dirasakan Buddha sama seperti Putri Naga. Aksara “wanita”
dapat dibaca “mengikuti”. Pohon Fuji mengikuti pohon cemara, wanita mengikuti pria. Oleh karena itu, jadikanlah Saemon-nojo sebagai guru Anda dan ikutilah bimbingan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. (Surat Perihal Persatuan Suami-Istri)
manjur, yakni lima aksara Myo-ho-ren-ge-kyo. (Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma)
Samantabadra Samantabadra S
ekalipun dibenci oleh semua manusia, namun jika merasa disayangi Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, para Buddha sepuluh penjuru, Raja
Mahabrahma, Raja Indra, Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain, bukankah tidak ada yang kurang? Apalagi jika dipuji oleh Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), tentu tidak ada kekurangan apapun juga. (Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri)
SAMANTABADRA | MEI 2015 | NOMOR. 256
daftar isi
gosyo kensyu liputan cermin kehidupan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta
LIPUTAN Audiensi KU NSI dengan Menteri PP&PA RI
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri Gosyo Cabang Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma Forum Diskusi Sikap Doa yang Sesungguhnya SYIN GYO GAKU Makna Gohonzon
2 5 10
12
14 32 45 48
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
Mei 2015
Halaman Muka
A
udiensi Ketua Umum NSI beserta DPP dan Pimpinan Ibu NSI dengan Menteri PP&PA RI, dalam rangka mengundang kehadiran beliau pada Kensyu Kartini NSI 2015. Berita selengkapnya di halaman 12
SURAT PERIHAL KESATUAN SUAMI-ISTRI AUDIENSI KU NSI DENGAN MENTERI PP & PA RI MENJALANI HIDUP SEPERTI BUNGA TERATAI
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
M
e
i
2 0 1 5
05 # 256
CERMIN KEHIDUPAN Menjalani Hidup Seperti Bunga Teratai
53
WAWASAN Produk Hasil Burung Puyuh 58 REFLEKSI Semangat Kartini dan Perempuan Modern
KESEHATAN Pencegahan Kanker pada Perempuan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
12
59
62 63
RESEP Uyan (Talas Goreng)
65
BERITA DUKA CITA
66
JADWAL KEGIATAN
67
VIHARA DAN CETYA NSI
68
53
59
PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Vinni Kristanto, Kyanne Virya, Wantie Bellina, Mayasari STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
Mei 2015 | Samantabadra
1
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Balasan Kepada Soya Dono (Surat Mengenai Kewaspadaan untuk Mencapai Kesadaran Buddha) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-29 Maret 2015
Nammyohorengekyo, Menurut Buddha, memunculkan kesadaran Buddha dalam hidup kali ini adalah tujuan pertapaan kita yang membahagiakan. Namun pada umumnya kita belum memahami benar perihal ini, sehingga kita tidak terlalu tertarik untuk memunculkan kesadaran Buddha, malah kita lebih tertarik dengan uang. Perihal uang atau harta, orang awam lebih memahami kegunaan yang bisa diperoleh. Uang bisa kita gunakan untuk macam-macam pemenuhan kebutuhan, seperti beli rumah yang bagus, mobil yang bagus, makanan yang enak, batu akik, berlian, dan lain-lain. Oleh karena itu, pada umumnya kita belum bisa masuk ke dalam satu pengertian, bahwa pencapaian Kesadaran Buddha adalah yang paling membahagiakan karena mencapai Kesadaran Buddha adalah kebahagiaan yang sebenarnya. Uang adalah 2
Samantabadra | Mei 2015
alat untuk menambah kebahagiaan tetapi bukan untuk mencapai Kesadaran Buddha. Umpamanya kita memiliki uang sebanyak satu truk dan sudah sampai ke rumah kita, apa suasana yang terjadi? Pasti kita resah mau ditaruh dimana uang sebanyak ini? Diletakkan di depan takut dirampok, dimasukkan ke dalam rumah tidak masuk, sebab truknya lebih besar daripada rumah. Bingung. Belum apa-apa uang tersebut bukannya membawa kebahagiaan, malah menimbulkan kekhawatiran, keresahan. Buddha mengatakan harta yang paling penting untuk manusia adalah “hidup�. Untuk mempertahankan hidup dibutuhkan makanan, maka uang, permata atau emas bisa berharga kalau bisa ditukar dengan makanan. Buddha menjelaskan sebetulnya kebahagiaan yang paling hakiki adalah munculnya perasaan Buddha atau pencapaian Kesadaran
Buddha, hanya saja kita dalam kehidupan kita seharihari banyak asupan informasi dan konsep pemikiran yang keliru tentang hidup yang bahagia. Gaya hidup modern merangsang pertumbuhan tiga racun; keserakahan, kemarahan dan kebodohan kita, sehingga definisi bahagia dalam kehidupan adalah dengan memiliki banyak uang, sehingga kita mati-matian cari uang, tapi ketika uang kita sudah terkumpul banyak, ternyata masih belum bahagia juga. Sekarang beras naiknya banyak, gas elpiji dan sekarang pemerintah mau menarik subsidi untuk gas yang 3 kg, sebab ada yang dari 3 kg dipindahkan ke 12 kg, kita anggap harga 1 tabung gas yang 3 kg Rp. 20.000,-, yang besar 12 kg berarti 4 tabung kecil = 1 tabung yang besar, 4 x Rp. 20.000,- = Rp. 80.000,-, kalau yang 12 kg dijualnya Rp. 150.000,-, maka ada oknum
Ketua Umum
yang ingin meraup untuk dengan cara memindahkan gas dari tabung 3 kg ke 12 kg. Banyak tabung gas yang meledak dari peristiwa ini. Kejadian ini timbul karena perasaan jiwa manusia tersebut dikuasai keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Peperangan tidak pernah berhenti dari jaman dulu. Hal ini dikarenakan sebetulnya ada pihak-pihak yang ingin menjual senjatanya. Kalau senjatanya mau laku harus ada perang, maka perangnya tidak pernah berhenti-berhenti, maka betapa mengerikan itu uang! Amerika sebenarnya punya cadangan minyak, tapi dia tahu, cadangan minyak dunia akan menipis, maka minyaknya dia tidak pakai dan harga minyak dunia akan tergantung kebijakannya. Kita pasti ingin hidup bahagia, tapi kalau kita meletakkan kebahagiaan itu dengan mengejar uang sebanyak-banyaknya, hal tersebut bukanlah hal yang tepat. Ternyata uang itu yang membuat kita tidak bahagia. Yang bisa membuat kita sungguh-sungguh bahagia adalah jiwa Buddha, maka jangan menjadikan uang sebagai tujuan hidup. Tujuan hidup kita berdasarkan ajaran Buddha Niciren adalah memunculkan kesadaran Buddha (jobutsu). Dengan kesadaran Buddha, kita dapat memanfaatkan uang untuk
kita gunakan seperlunya dan tepat guna. Kalau dasarnya keserakahan, kemarahan dan kebodohan seperti negara-negara besar yang memperalat uang untuk kesenangan sendiri dan menyusahkan orang lain, hal ini tidak akan membawa kebahagiaan bagi dirinya atau orang lain. Dengan Gosyo ini, Buddha ingin membimbing kita agar cara berpikir kita berubah karena cara berpikir kita yang belum tepat akhirnya membuat hidup kita jadi sengsara dan tidak bahagia. Niciren Daisyonin mengatakan, bukannya kita tidak perlu uang, namun jangan jadikan uang sebagai tujuan hidup. Uang itu tetap adalah alat. Yang harus menjadi tujuan hidup kita adalah mencapai Kesadaran Buddha, yang harus kita rubah adalah cara berpikir kita. Kita tentu mau hidup lebih lama di dunia ini, panjang umur dan hidup bahagia. Namun buat apa panjang umur tapi hidupnya sengsara? Agama Buddha kita mengajarkan untuk hidup panjang umur dan bahagia. Uang banyak atau sedikit tergantung kita rajin atau tidak mencarinya, juga uang banyak atau sedikit bisa bahagia atau tidak tergantung cara pakainya. Kalau kita sadar, kita bisa memakai uang itu untuk bahagia, tapi kalau kita bukan
orang yang sadar, kita banyak uang bukan jadi bahagia malah jadi orang yang sengsara. Agama Buddha membimbing kita agar betulbetul penuh bahagianya, sempurna bahagianya, masalah uang banyak atau tidak, tergantung, tidak semua orang mempunyai bakat menjadi orang kaya. Kaya raya pun belum tentu bahagia. Bahagia ada di dalam perasaan diri kita sendiri, itu yang harus kita pahami. Ternyata mencapai Kesadaran Buddha adalah yang paling bahagia, bukan karena banyak uang. Niciren Daisyonin secara praktis menjelaskan bahwa jalan untuk mencapai Kesadaran Buddha ada pada Saddharmapundarikasutra yang membabarkan bahwa Suasana dan Prajna tidak terpisahkan. Buddha Sakyamuni memberikan ajaran selama 50 tahun, dibagi menjadi dua periode; yang 42 tahun pertama disebut Ajaran Hinayana, yang 8 tahun terakhir disebut Mahayana yang mencakup Saddharmapundarikasutra. Pada Ajaran 42 tahun belum menjelaskan tentang pencapaian Kesadaran Buddha, maka kita tidak gunakan. Niciren Daisyonin mengatakan, kalau ajaran yang 42 tahun dan 8 tahun diterapkan bersamaan, tidak akan memberikan hasil. Jadi yang kita pakai adalah yang 8 Mei 2015 | Samantabadra
3
ceramah gosyo tahun Saddharmapundarikasutra, kalau kita gunakan Ajarannya, kita bisa mencapai Kesadaran Buddha, sebab di Saddharmapundarikasutra ada penjelasan, bahwa Suasana dan Prajna tidak terpisah yang menjadikan kunci untuk kita agar dapat mencapai Kesadaran Buddha. Suasana adalah Nammyohorengekyo. Suasana itu adalah Gohonzon. Prajna adalah dunia Buddha yang dimiliki oleh diri kita sendiri. Jadi, Suasana adalah Gohonzon, Prajna adalah diri kita. Dengan menyebut Nammyohorengekyo, bangkit Kesadaran Dunia Buddha yang ada di dalam diri kita. Dengan terbukanya Kesadaran Buddha kita, itu yang disebut tercapai Kesadaran Buddha. Buddha mengatakan, di dalam diri setiap orang ada 10 macam perasaan. (1) Perasaan Neraka atau Dunia Neraka itu adalah perasaan menderita, ini salah, itu salah, jadi Dunia Neraka ada di dalam diri kita, ternyata bukan di bawah tanah. (2) Kelaparan, artinya sulit merasa puas, seperti baju sudah banyak tapi kalau melihat baju bagus masih ingin memiliki, itu namanya keserakahan. (3) Kebinatangan, perasaannya kepada yang kecil mau kita tekan, tapi kepada yang kaya kita menunduk. (4) Kemarahan/ asura rasanya kita ingin menang sendiri 4
Samantabadra | Mei 2015
saja. (5) Kemanusiaan, kadang kita bisa tenang. (6) Surga, ternyata tidak ada di langit ke-7, menurut penjelasan Agama Buddha, surga itu adalah suasana jiwa kita yang gembira, segala-galanya terpenuhi, makan enak, tidur nyenyak, keluarga baik, usaha lancar. (7) Pratyeka atau belajar. (8) Penyerapan. (9) Bodhisattva, perasaan ingin memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Sampai perasaan yang ke-9 ini kita bisa paham, namun yang namanya perasaan Dunia Buddha sulit kita pahami, bayangan kita yang namanya Buddha adalah Buddha Sakyamuni patung besar, tidak demikian. Buddha itu adalah Kesadaran, karena kita tidak pernah sadar maka kita tak pernah mengerti yang namanya Buddha itu adalah Kesadaran, itu pun ada di dalam diri kita. Sekarang kita diberitahu jalannya yang langsung, yaitu bagaimana kita bisa Kyoci Myogo dengan Gohonzon, itu adalah jalan langsung untuk kita bisa merasakan Dunia Buddha. Kita semua mau menjadi Buddha. Hal yang perlu kita ingat, pertama, bibit yang ditanam untuk menjadi Buddha adalah Nammyohorengekyo. Ke dua, Buddha adalah orang yang menanam bibit. Ke tiga, ladangnya adalah kita semua, umat manusia adalah ladang. Nammyohorengekyo adalah
bibit Buddha dan Buddha adalah yang menanam bibit kepada kita. Dari ketiga ini yang penting adalah ketigatiganya sama-sama penting. Buddha, Nammyohrengekyo dan umat manusia, ketiganya sama penting. Maka kita jangan kecil hati, kita sudah ketemu Buddha yang benar yaitu Buddha Niciren Daisyonin. Di dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin juga mengatakan, Saya sangat menghormati Buddha Sakyamuni karena Buddha Sakyamuni adalah Guru yang Agung dan Buddha Sakyamuni juga punya tiga Kebajikan sebagai guru, majikan dan orangtua. Hanya Buddha Sakyamuni dan Niciren Daisyonin fungsi-Nya berbeda. Memang sama-sama Buddha, tapi Niciren Daisyonin adalah Buddha Pokok, dan sesungguhnya Buddha Niciren Daisyonin sangat menghormati Buddha Sakyamuni karena apa yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni justru bisa dilaksanakan karena munculnya Buddha Niciren. Tanpa kemunculan Buddha Niciren Daisyonin, apa yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni di dalam Saddharmapundarika-sutra akan menjadi kata-kata kosong, maka Buddha Niciren menempatkan Buddha Sakyamuni pada proporsi yang Agung. eee
Ketua Dharma
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi Surat Balasan Kepada Soya Dono (Surat Mengenai Kewaspadaan untuk Mencapai Kesadaran Buddha) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-29 Maret 2015
Nammyohorengekyo, “Surat Balasan kepada Soya Dono” atau “Surat Mengenai Kewaspadaan untuk Mencapai Kesadaran Buddha” ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 3 bulan 8 tahun 1276 ketika Niciren Daisyonin berusia 55 tahun untuk Soya Dono. Berdasarkan isinya surat ini mempunyai nama Surat Mengenai Kewaspadaan untuk Mencapai Kesadaran Buddha. Pertama, isi surat ini menerangkan bahwa jalan pencapaian Kesadaran Buddha terdapat pada Saddharmapundarikasutra, jadi hanya pada Saddharmapundarikasutra, tidak pada sutrasutra lain. Seperti kita ketahui Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma selama 50 tahun, terbagi dua bagian, yaitu 42 tahun pertama adalah Ajaranajaran Sementara atau upaya yang menuntun masuk ke
Saddharmapundarika-sutra dan delapan tahun adalah Saddharmapundarika-sutra. 42 tahun pertama belum menerangkan tentang pencapaian Kesadaran Buddha. setelah masuk Saddharmapundarika-sutra, baru menerangkan makna dari pencapaian Kesadaran Buddha bahwa kedua hukum Suasana dan Prajna tidak terpisah. Dalam sutra-sutra sementara sebelum Saddharmapundarikasutra, Suasana dan Prajna adalah 2 hal yang terpisah, maka tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha. Bahwa manunggalnya Badan Pokok Suasana dan Prajna (Kyoci Icinyo) yang dibabarkan Saddharmapundarikasutra adalah 5-7 aksara Nammyohorengekyo dan ini merupakan Hukum Pokok Pencapaian Kesadaran Buddha bagi umat manusia Masa Akhir Dharma. Sebelum Saddharmapundarikasutra, dikatakan bakat
umat manusia sangat rendah, mereka mendapat bimbingan dari Buddha sesuai bakat masing-masing, maka Prajna Buddha yang begitu dalam tak sama dengan umatnya maka tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha. lain halnya dengan Saddharmapundarika-sutra dimana Buddha Sakyamuni yang mempunyai Prajna yang begitu dalam langsung membabarkan Dharma tanpa menunggu pertanyaan umatnya, artinya prajna dan suasana sebagai kesatuan, maka bisa mencapai Kesadaran Buddha, jadi yang dikatakan antara “Suasana dan Prajna” itu adalah Nammyohorengekyo untuk kita di Masa Akhir Dharma. Untuk itu di dalam Ajaran Pokok Saddharmapundarikasutra, ikatan pokok penting ini diwariskan kepada Bodhisattva Muncul dari Bumi yang dibimbing oleh Buddha Pokok dan Mei 2015 | Samantabadra
5
ceramah gosyo dibabarkan pula, bahwa sekarang Niciren Daisyonin menyebarkan Hukum Pokok itu. Dalam pewarisan tugas ini ada 2 makna pewaris tugas, yakni umum dan khusus. Niciren Daisyonin membimbing dengan tegas bahwa jika mencampuradukkan kedua makna ini, melupakan Guru Sumber Pokok, mempunyai keinginan untuk pindah ke Guru lain, Buddha lain dan sutra lain, maka tidak dapat mencapai Kesadaran Buddha dan terus berputar dalam penderitaan hidup mati. Sebenarnya Buddha Sakyamuni mencapai Kesadaran Buddha bukan pada 3.000 tahun yang lalu di India, tapi jauh sebelumnya dan pernah menjadi Pangeran ke-16 dan lain-lainnya. Dan umat yang dibina seperti kita sekarang juga, ada yang tetap menjalankan hati kepercayaan secara benar, ada yang mundur di tengah jalan, mereka menerima penanaman bibit dari Buddha Sakyamuni, prinsip Agama Buddha adalah kita menerima penanaman bibit dari Buddha yang mana? Kita harus mematangkan bibitnya itu dengan Buddha tersebut dan akhirnya dipanen mencapai Kesadaran Buddha saat itu juga. Prosesnya adalah penanaman bibit, pematangan dan panen 6
Samantabadra | Mei 2015
tergantung gurunya, sutranya dan umatnya. Dalam Bab 2 Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, rol ke-1 dibabarkan “Prajna para Buddha sangat dalam dan tak terhitung”. Mahaguru Tientai menerangkan, “Tepian ‘suasana’ luas tidak terbatas maka dikatakan sangat dalam. Air Prajna suka diukur maka dikatakan tidak terhitung”. Sebenarnya kalimat sutra ini beserta keterangannya mengandung makna, bahwa jalan untuk menjadi Buddha ada pada 2 Hukum: Suasana dan Prajna. Yang dimaksud dengan Suasana adalah badan puluhan ribu Hukum, yang dimaksud dengan Prajna adalah rupa. Pada saat tepian Suasana ‘Dalam, Luas dan Besar’, Air Prajna mengalir tanpa terhambat. Artinya apabila ingin mencapai Kesadaran Buddha tergantung pada 2 Hukum, yaitu Suasana dan Prajna. Suasana adalah Puluhan Ribu Hukum, hal ini adalah Myohorengekyo, Hukum Alam Semesta. Jadi kalau kita namu kepada Hukum ini akan timbul prajna, yaitu diri sendiri menyatukan dengan puluhan ribu Hukum itu. Jadi ketika kita Kyoci Myogo dengan Gohonzon, artinya muncul prajna dan akan mencapai Kesadaran Buddha.
Pada waktu 1.000 – 2.000 tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat, mereka menjalankan ajaran Buddha dengan bermeditasi, berusaha memaknai katakata Buddha Sakyamuni, seperti pada Bab 2 dimana dikatakan, bahwa kehadiran Buddha di dunia ini karena satu hal penting yaitu : 1. Membuka jiwa Buddha umat manusia, maka Buddha lahir di dunia ini, 2. Mewujudkan Dunia Buddha setiap umat manusia, 3. Menyadarkan umat akan adanya Dunia Buddha di dalam dirinya, 4. Membimbing umat di jalan Kebuddhaan. Jadi tujuan Buddha Sakyamuni lahir ke dunia ini adalah itu. Mahaguru Tientai dengan bermeditasi berusaha memaknainya, ada yang berhasil, tapi sangat sulit, maka dalam ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra 28 Bab, awalnya adalah Ajaran Bayangan Bab 2 s/d 14, Bab 15 s/d 28 adalah Ajaran Pokok. Dalam ajaran Pokok, dipanggil Bodhisattva yang Muncul dari Bumi untuk diserahi tugas, sebab Buddha Sakyamuni tahu, bahwa di Masa Akhir Dharma, manusia tidak bisa menjalankan pertapaan seperti Mahaguru Tientai karena manusia Masa Akhir Dharma belum ada akar kebaikannya. Kalau muridmurid Buddha Sakyamuni dulu memang sudah ada akar
Ketua Dharma
kebaikannya. Di dalam Bab 21, Saddharmapundarikasutra, disebutkan bahwa yang diserahi tugas penyebarluaskan dharma (GohonzonNammyohorengekyo) di Masa Akhir Dharma adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi, Ajaran tersirat Saddharmapundarikasutra kepada Bodhisattva setelah Buddha Sakyamuni wafat. Ini adalah ajaran khusus Nammyohorengekyo kepada Bodhisattva yang Muncul dari Bumi. Padahal murid-murid yang lain juga mau, tapi oleh Buddha Sakyamuni ditolak dan Buddha Sakyamuni memanggil Bodhisattva yang Muncul dari Bumi, orangnya besar-besar dan lebih kuat daripada Buddha Sakyamuni. Ini adalah Bodisattva Visistakaritra yang merupakan fungsi luar dari Niciren Daisyonin dan fungsi dalamnya Beliau adalah Buddha Pokok. Walaupun Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa Saya bukan Bodhisattva Visistakaritra, tapi Saya mewakili penyebarluasan terlebih dahulu 5 huruf Nammyohorengekyo. Ini satu hal yang sangat penting bahwa di masa akhir Dharma ini kita menerima pembibitan-Nya dari Buddha Niciren Daisyonin, bukan Buddha Sakyamuni, ini harus jelas. Kalau menerima
pembibitan dari Niciren Daisyonin, kita harus menerima pematangannya lewat Ajaran Niciren Daisyonin dan akhirnya mencapai Kesadaran Buddha lewat Ajaran Niciren Daisyonin. Jadi tidak bisa kita menyebut Nammyohorengekyo, tapi memakai ajaranajaran Buddha Sakyamuni yang lalu sebelum Saddharmapundarika-sutra, itu tidak akan bisa mencapai Kesadaran Buddha. Maka ada 2 penyerahterimaan tugas yaitu Bab 21 Kekuatan Gaib Sang Tathagata di mana Buddha Sakyamuni menyerahkan Hukum Nammyohorengekyo kepada Boddhisatva Muncul dari Bumi, di Bab 22, Bab Akhir Pesamuan, Buddha Sakyamuni menyerahkan seluruh Ajaran yang lain kepada seluruh Bodhisattva yang ada pada waktu itu. Secara umum serah terima ini adalah untuk masa waktu 1.000 tahun s/d 2.000 tahun setelah Buddha Sakyamuni wafat. Jadi ajaranajaran bayangan Saddharmapundarikasutra ajaran sementara itu tidak berlaku di masa akhir Dharma. Sedangkan Nammyohorengekyo ketentuan waktunya yaitu 500 tahun awal masa
akhir Dharma. Semua ini sebenarnya sudah diatur oleh Buddha Sakyamuni, tetapi kadang-kadang ada yang salah paham. Semua dijelaskan oleh Buddha Sakyamuni sendiri, sutra mana yang unggul dan sutra mana yang kurang unggul di antara seluruh sutra yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, jadi yang mengatakan bukan Niciren Daisyonin. Maka kalau kita tidak waspada, tidak mendapat bimbingan dari Niciren Daisyonin dan pindah kepada Guru yang lain, Buddha lain. Hal ini akan menjadi penderitaan dan tidak bisa mencapai Kesadaran Buddha. Di jaman sekarang adalah menyebut Nammyohorengekyo, ini saja sulit dijalankan. Coba yang setiap hari ada Daimoku setengah jam s/d 1 jam apakah banyak? Tidak banyak. Apalagi kalau disuruh meditasi seperti Mahaguru Tientai. Yang lagi susah saja tidak mau Daimoku, apalagi yang lagi senang. Kita sebagai murid Niciren Daisyonin harus jalankan Daimoku setiap hari. Jangan seperti murid-murid utama Niciren Daisyonin yang melanggar dan menganggap Buddha Sakyamuni sebagai Buddha Pokoknya, padahal menerima penanaman bibit dari Buddha Niciren Daisyonin Mei 2015 | Samantabadra
7
ceramah gosyo tapi tidak mengakui Niciren sebagai Buddha Pokok. Di masa akhir Dharma ini dengan diwujudkannya Dai Gohonzon sebagai suasana (Kyo). Gohonzon adalah Dunia Buddha sehingga kita manusia biasa dengan Namu kepada Myohorengekyo itu akan jadi Prajna Buddha dengan Gohonzon. makanya betapa pentingnya kita Daimoku. Tanpa Gohonzon tidak mungkin, kita mau mencari Dunia Buddha-Nya dimana? Dunia Buddha itu hanya ada di Gohonzon. Memang Niciren Daisyonin mengatakan seolah-olah pertapaan kita hanya 5 huruf atau 7 huruf, itu kelihatannya sedikit, padahal lebih dalam dari pertapaan Mahaguru Tientai karena ini ada di dasar kalimat, sedangka ajaran Tientai di atas kalimat. Kita kelihatannya kurang yakin, padahal Hukumnya begitu agung. Kita lebih mencari hal-hal yang lain yang sedikit kebahagiaannya. Dengan menyebut Nammyohorengekyo, bisa membawa kita kepada kebahagiaan yang kekal abadi, tetapi kita mencarinya yang di depan mata saja. Sebetulnya betapa unggulnya kita, berejekinya kita yang sudah bertemu Gohonzon dan melaksanakan, walaupun kita banyak kesulitan karena karma kita sejak masa lampau. Niciren 8
Samantabadra | Mei 2015
Daisyonin mengatakan karma kita sejak masa lampau setinggi gunung, tapi yakinlah kita sudah bertemu Hukum ini kalau kita betul-betul percaya dan kita menjalankan ajaranNya, semua akan bisa diatasi. Kita kadang-kadang berfikir, bahwa hidup kita hanya masa ini saja. Padahal dibalik kematian itu ada kehidupan yang akan datang yang kekal abadi, kita tidak akan lepas dari Hukum lahir, tua, sakit, mati. Semua yang terjadi adalah memang karma kita, jangan kita bertanya lagi kenapa? Sudah ada Gohonzon, tinggal sungguhsungguh kita menjalankan Ajaran Buddha Niciren. Niciren Daisyonin mengatakan, tidak ada doa yang tidak terkabulkan, tidak ada dosa yang tidak dihapuskan. Di Bab 23 Saddharmapundarikasutra, Buddha Sakyamuni mengatakan Sutra ini memberi obor bagi yang kegelapan, baju bagi yang telanjang, air bagi yang kehausan dan lain-lainnya, kalau kita percaya katakata Buddha pasti kita bisa atasi semua masalah kita. Jangan kita lebih percaya pada pikiran kita sendiri dan kata-kata orang daripada kata-kata Buddha. Seperti sakit sudah dapat obat yang manjur, tapi kita tak mau minum obat itu, kalau sakitnya tiak sembuh, siapa
yang salah? Sutra Nirwana membabarkan,�Jika Bhiksu yang baik melihat orang memecahkan Hukum Buddha tetapi membiarkan tanpa memarahi, menyerang, mengusir dan menerangkan kesalahannya, hendaknya sungguh-sungguh diketahui, bahwa orang ini adalah orang yang merugikan dalam Hukum Buddha. apabila sungguh-sungguh mengusir, memarahi, menyerang dan memberitahu kesalahannya, orang itu adalah murid Saya. Jadi menegur orang yang salah jalan adalah bagian dari pertapaan kita, jangan sampai timbul perasaan tidak enak, nanti dia marah dan lainnya. Niciren Daisyonin mengatakan, kalau membiarkan akibatnya keduanya akan jatuh ke neraka yang tak terputusputus, sebab kalau kita membiarkan orang yang merusak Hukum akhirnya umat akan tersesat, sebab kalau kita biarkan sama juga kita mendukung dia, maka kalau kita ingin mencapai Kesadaran Buddha, kita harus menegur orang yang memfitnah Dharma. Kita harus tegas, kita harus menjaga kemurnian Ajaran. Di dalam Saddharmapundarikasutra Bab Istana Khayalan, Bab 7, disebutkan, bahwa murid dan Guru akan lahir bersama dimanapun seperti
Ketua Dharma
murid-murid Buddha Sakyamuni yang mundur di masa lampau, lahir kembali bersama Buddha Sakyamuni di India dan di situ dibina sampai mencapai Kesadaran Buddha. Artinya , kita yang sudah percaya Gohonzon nanti lahir lagi pasti akan ketemu Gohonzon. karena jodohnya begitu kuat melekat, sekali percaya Gohonzo akan selamanya percaya Gohonzon dan pasti mencapai Kesadaran Buddha. Dengan sungguh-sungguh berulang kali mengatakan agar jangan sampai salah dalam mengikuti Guru Pokok dan capailah kesadaran Buddha. Buddha Sakyamuni adalah Guru Pokok yang diikut seluruh umat manusia, apalagi Beliau mencakup kebajikan majikan dan orangtua, karena pintu Hukum ini diutarakan oleh Niciren seperti teori kewajaran pada umumnya, nasehat yang
baik tidak enak didengar, Saddharmapundarika-sutra bagaikan bibit, Buddha bagaikan orang yang menanam, umat bagaikan sawah. Jika menyalahi makna seperti ini, Niciren pun tidak dapat menyelamatkan hidup Anda di masa yang akan datang. Jadi bibit kita dalah Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung karena kita dalah umat yang dilahirkan di Masa Akhri Dharma. Jadi kita hanya Nammyohorengekyo, Buddha adalah orang yang menanam bibit itu dan kita seperti sawah kalau ditanam bibit oleh Niciren Daisyonin. Bibit Nammyohorengekyo jadi harus konsekuen jalankan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Buddha Niciren Daisyonin. Kalau tidak seperti ini, percaya kepada Buddha yang lain, Ajaran yang lain, pasti kita tidak akan mencapai Kesadaran Buddha dan kalau sampai salah, Niciren
Daisyonin tidak dapat menyelamatkan. Kalau kita mengatakana bahwa kita adalah murid Niciren Daisyonin, bukan murid Buddha Sakyamuni, seolaholah kita merendahkan Buddha Sakyamuni, tapi sebenarnya tidak seperti itu, Buddha Sakyamuni pun pada Bab 15 menyerahterimakan tugas, maka kita harus jelas memahaminya, tidak ada sedikitpun kita merendahkan Buddha Sakyamuni. Niciren Daisyonin pun sangat menghormati Buddha Sakyamuni, Mahaguru Tientai, Dengyo, karena dalam Gosyo-gosyo Niciren Daisyonin sering memakai pandangan Mahaguru Tientai, Dengyo, Buddha Sakyamuni. Jadi bukan kita mengarang pertapaan kita menyebut Nammyohorengekyo dan menjalankan Ajaran Niciren Daisyonin. eee
Mei 2015 | Samantabadra
9
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Balasan Kepada Soya Dono (Surat Mengenai Kewaspadaan untuk Mencapai Kesadaran Buddha) Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 28-29 Maret 2015
Nammyohorengekyo,
Kesadaran Buddha, untuk itu Niciren Daisyonin Beberapa bulan ini mengingatkan kita harus Bapak Sumitra dalam waspada agar kita menuju ceramahnya mengajak Kesadaran Buddha yang kita untuk menjalankan sebenarnya. hati kepercayaan yang Bab II Buddha benar agar bisa mencapai Sakyamauni menunjukkan Kesadaran Buddha, karena Suasana Buddha dan Prajna kebanyakan orang tujuan Buddha yang sesungguhnya, hidupnya adalah Istana karena semua umat ada Khayalan, terutama materi, jiwa Buddhanya dan serta maka kita harus ingat, bahwa saling mnecakupi antara tujuan kita adalah mencapai suasana jiwa yang satu Kesadaran Buddha pada dengan suasana jiwa yang hidup sekarang dan masa lain dan keinginan Buddha yang akan datang. hanya satu, yaitu ingin semua Karena umat yang sudah sama seperti “Saya”, bisa lama menjalankan hatinya menjadi Buddha, maka kita bukan untuk tercapai jangan kecil hati, walaupun Kesadaran Buddha, tanpa kita misalnya saat ini ada disadari karma yang di suasana Neraka, tetapi dibuat menimbulkan karena dalam jiwa kita juga masalah, seperti sakit atau terkandung Dunia Buddha, keluarganya sudah mulai maka apabila potensi itu tidak harmonis lagi atau kita gali maka kita dapat bangkrut, sehingga mundur terbebas dari suasana dari hati kepercayaan atau neraka. Begitupun yang lain tahu-tahunya menyalahkan semua ada Dunia Buddhanya. Gohonzon. Maka mari Oleh karena itu kita bisa kembali lagi kita ke tujuan merombak nasib, maka Sang Buddha, yaitu ingin suasana dan Prajna dasarnya semua umat mencapai harus Dunia Buddha. 10
Samantabadra | Mei 2015
Niciren Daisyonin mengatakan 5 atau 7 huruf Myohorengekyo atau Nammyohorengekyo. Dengan ‘Hukum ini’, maka suasana dan prajna menjadi satu, bisa memunculkan Kesadaran Buddha, maka Niciren Daisyonin dengan penuh maitri karuna dan penuh perjuangan mewujudkan Gohonzon sebagai jodoh agar semua umat bisa mencapai Kesadaran Buddha. Tanpa Gohonzon kita akan mudah terbawa pada suasana jiwa yang bukan suasana Buddha, ada Gohonzon saja kita masih bisa terbawa apalagi kalau tidak ada Gohonzon. sayangnya umat menusia sekarang hanya baru awal syinjin saja semangat, tetapi lama kelamaan bisa tumbuh rasa bosen, jadi dianggapnya seperti pakaian, lama-lama bosen kemudian nyari lagi yang lain. Bisa jadi sekarang masih sayang dan percaya, tetapi tahu-tahu semangat
Dharma Duta
hati kepercayaannya kita luntur, ini dapat terwujud dari pelaksanaan kita yang tawar menawar, pada hal sudah diberi tahu jangan menyalahkan suasana, itu (suasana) adalah saya. Tetapi sekarang tanpa kita sadari paling gampang menyalahkan suasana, salahkan orang lain, ini bukan prajna Buddha hanya untuk mengenakan diri sendiri, mau menang diri sendiri. Nammyohorengekyo adalah Hukum yang paling unggul dengan Daimoku di depan Gohonzon bisa menimbulkan prajna dan menyadari saya yang salah, memang perlu GongyoDaimoku agar kita bisa menyadari. Seperti bapakbapak yang punya istri
bawel, pasti ada sebabnya kalau menyadari cerewetcerewet bawel juga, untung saya masih punya istri, untung dia masih bisa ngomong. Begitu kita terima suasana, maka suasana akan berubah, hal ini tidak bisa dibeli dengan uang, tidak ada obatnya atau resepnya, tetapi Hukum nya adalah Nammyohorengekyo. Hukum ini telah diserahkan kepada Bodhisattva Visistakaritra pemimpin Bodhisattva yang muncul dari bumi, ini sesuai dengan ramalan yang ada dalam Saddharmapundarika-sutra. Niciren Daisyonin tampak luarnya adalah Bodhisattva Visistakaritra, tetapi hakikatnya adalah Buddha Pokok. Yang menyebut Nammyohorengekyo kita
semua adalah murid Niciren Daisyonin. Tugas Niciren Daisyonin membabarkan Hukum meyebarkan Nammyohorengekyo dan ingin membahagiakan semua umat. Kita semua tanpa disadarinya juga menjalankan pembabaran Hukum, seperti tidak meremehkan orang lain saling menghormati. Kita menjalankan untuk diri sendiri dan orang lain. Begitu bahagianya kita yang sudah Nammyohorengekyo di ajak untuk mencapai Kesadaran Buddha, kita harus ingat dan bisa seperti Niciren Daisyonin yang ingin selalu membabarkan Hukum demi membahagiakan orang lain juga diri sendiri. eee
Mei 2015 | Samantabadra
11
liputan
Dalam Rangka Peringatan Kartini 2015
Audiensi KU NSI dengan Menteri PP&PA RI
Foto bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ketua Umum NSI, DPP dan Pimpinan Ibu NSI, dan staf menteri, di kantor dinas Menteri seusai melakukan audiensi dalam rangka mengundang kehadiran beliau dalam Kensyu Kartini NSI 2015.
P
ada akhir bulan April setiap tahunnya, NSI selalu mengadakan peringatan Hari Kartini. Hal ini kita laksanakan sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi perempuan dalam membangun masyarakat, bangsa, dan negara. Agar peringatan Hari Kartini tahun 2015 yang dirangkai dengan Kensyu Nasional Gosyo Umum pada tanggal 24 sampai 26 April 2015 dapat lebih bermakna, maka jauh-jauh hari kita 12
Samantabadra | Mei 2015
sudah mempersiapkan segala sesuatunya, salah satunya adalah mengundang kehadiran Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PP&PA RI). Tanggal 8 April 2015 yang lalu, Ketua Umum NSI, DPP NSI dan pimpinan perempuan NSI, beraudensi dengan Menteri PP&PA RI, Ibu Yohana Susana Yembise, untuk mengundang kehadiran Ibu Menteri bersama-sama dengan
umat NSI memperingati Hari Kartini di Mahavihara Saddharma NSI pada tanggal 25 April 2015. Ketua Umum NSI beserta rombongan disambut dengan baik oleh “Mama Yo�, panggilan akrab Ibu Menteri. Beliau diundang untuk memberikan pengarahan kepada seluruh umat NSI, khususnya perempuan NSI agar dapat membangun keluarga berkualitas yang bahagia dan sejahtera, serta dapat membimbing
Ketua Umum NSI berdiskusi dengan Ibu Menteri dalam suasana kekeluargaan, seputar kegiatan susunan NSI dan pandangan mengenai kiprah perempuan di masyarakat. Ketua Umum NSI juga memperlihatkan liputan pada Majalah Samantabadra ketika Menteri terdahulu (Ibu Linda A. Gumelar) hadir dalam peringatan Kartini yang diadakan NSI di Medan dan Mahavihara Saddharma NSI, Bogor.
generasi anak-anak dengan kualitas unggul dan terbaik. Dalam diskusi singkat pada audiensi tersebut, kita sepakat bahwa keluarga adalah benteng yang bisa menyelamatkan masa depan generasi anak dan muda, dengan dilandasi pemaknaan dan pelaksanaan ajaran agama yang tepat. Kerja sama NSI dengan Kementerian PP&PA RI sudah dirintis sejak tahun 1970-an, seiring dengan kiprah NSI di
Indonesia. Beberapa kali Menteri PP&PA RI hadir di acara yang diselenggarakan oleh NSI, antara lain Ibu Khofifah Indar Parawansa, Ibu Linda Amalia Sari Gumelar (dua kali hadir di peringatan Hari Kartini yang diselenggarakan NSI). Kerjasama antara NSI dengan pemerintah seperti ini kiranya akan terus terjalin dengan baik dan mencakupi beberapa bidang kehidupan.
(Minto, Maya)
Mei 2015 | Samantabadra
13
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri (Gosyo Zensyu Halaman 1134)
LATAR BELAKANG|
P
ada bulan 1 tahun Bun-ei ke-12 (1275), Nicigennyo, istri Syijo Kingo, menyampaikan kepada Niciren Daisyonin bahwa ia berumur 33 tahun, usia yang mengandung bahaya. Untuk itu ia menyumbang dana paramita. Surat ini adalah surat balasan dari Niciren Daisyonin yang ditulis di Minobu pada tanggal 27 bulan yang sama. Garis besar surat ini bermakna sesuai dengan usia 33 tahun, usia yang dikatakan berbahaya bagi kaum wanita. Nicigennyo mungkin sedikit merasa khawatir, maka Niciren Daisyonin menerangkan, bahwa kaum wanita yang mempertahankan
14
Samantabadra | Mei 2015
Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon), unggul dan utama di antara seluruh umat manusia.
Tambahan pula, Gohonzon melindungi dengan sungguh-sungguh, namun perlindungan Gohonzon juga bergantung pada tebal tipisnya hati kepercayaan orang tersebut. Maka, Niciren Daisyonin mengusulkan agar ia mengikuti sang suami, Syijo Kingo, untuk meneruskan hati kepercayaan yang kuat berkobar. Ketika menegakkan hati kepercayaan seperti itu, dikatakan bahwa bahaya usia 33 tahun juga dirombak menjadi rejeki usia 33 tahun.
ISI GOSYO |
P
okoknya, hukum sesat yang membuat mata orang-orang seluruh negeri Jepang keluar dan mengacaukan jiwa, tidak ada yang lebih daripada hukum pertapaan guru Syingon. Namun mengenai hal ini tidak dipikirkan dahulu. Melihat sepuluh perumpamaan yang dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, kelihatannya membabarkan mengenai unggul rendahnya antara Saddharmapundarika-sutra dengan seluruh sutra. Tetapi, sebenarnya bukan merupakan arti pokok Buddha, melainkan menjelaskan dasar sikap orang yang mempertahankan hukum dan perbandingan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan pelaksana seluruh sutra. Hal ini menyatakan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra unggul seperti matahari, bulan dan lain-lain. Pelaksana berbagai sutra rendah seperti berbagai bintang dan obor. Hal ini menjadi dasar pokok. Bagaimana dapat mengetahui hal itu? Kalimat yang sangat penting di antara sepuluh perumpamaan selanjutnya terdapat dalam perumpamaan kedelapan. Kalimat sutra ini membabarkan, “Demikian pula jika ada orang yang sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan sutra ini, orang ini paling utama di antara seluruh umat manusia”. Demikianlah dibabarkan mengenai hal ini. Kalimat 22 aksara adalah kalimat intisari utama dalam satu sutra dari Saddharmapundarika-sutra. Boleh dikatakan kalimat yang merupakan mata untuk seluruh umat manusia. Kalimat ini berarti, pelaksana Saddharmapundarikasutra unggul seperti matahari, bulan, Raja Mahabrahma dan Buddha. Pelaksana Sutra Mahavairocana rendah seperti berbagai bintang dan sungai, serta manusia biasa. Demikianlah dibabarkan dalam kalimat sutra. Buddha melihat bahwa orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dalam masyarakat ini, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni, dapat sesuai untuk menjadi majikan seluruh umat manusia. Dan Dewa Brahma, Dewa Indra, juga menghormati orang itu. Kalau berpikir demikian, betapa senangnya tidaklah terkatakan. Memikirkan dan merenungkan kalimat sutra itu siang dan malam, membacanya pagi dan sore, pelaksana yang dibabarkan kalimat sutra ini bukan pelaksana Saddharmapundarikasutra yang biasa dikatakan dalam masyarakat. Aksara “Sya” yang terdapat dalam kalimat sutra “Zekyo Tensya” (orang yang mempertahankan sutra ini), dibaca sebagai “Orang”. Maka, di antara pria dan wanita dalam masyarakat, ini dirasakan adalah bhiksu dan bhiksuni, upasaka dan upasika yang dikatakan sebagai orang-orang yang mempercayai Saddharmapundarikasutra; namun bukanlah demikian. Mengenai aksara “Orang” ini, dalam kalimat sutra berikutnya Buddha kembali membabarkan, “Seandainya ada kaum wanita”. Kalimat ini menyampaikan mengenai kaum wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Ketika Niciren Daisyonin melihat seluruh sutra, kecuali Saddharmapundarika-sutra, merasa tidak mau menjadi kaum wanita. Salah satu sutra menentukan kaum wanita sebagai utusan neraka. Salah satu sutra membabarkan sebagai ular besar. Salah satu sutra membabarkan sebagai pohon yang bengkok. Salah satu sutra membabarkan bahwa bibit Buddhanya sudah digoreng. Bukan hanya Hukum Buddha saja, di luar Hukum Buddha juga demikian. Mei 2015 | Samantabadra
15
materi ajaran | gosyo kensyu Umpamanya, seorang bernama Yung Chi-Chi di Tiongkok pada jaman musim semi dan musim gugur bernyanyi mengenai tiga kesenangan. Di antaranya disebut Buchoraku, salah satu kesenangan tidak dilahirkan sebagai kaum wanita di dunia ini. Dan di Tiongkok ditetapkan tiga orang wanita yang menimbulkan malapetaka. Hanya Saddharmapundarikasutra ini saja yang membabarkan bahwa kaum wanita yang menerima dan mempertahankan sutra ini, bukan hanya mengungguli seluruh kaum wanita, bahkan juga mengungguli seluruh pria di dunia. Akhirnya, seandainya dibenci oleh semua manusia, bagi wanita, jika merasa disayangi oleh suami yang tersayang, ia merasa puas. Demikian pula, sekalipun dibenci oleh semua manusia, namun jika merasa disayangi Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna, para Buddha sepuluh penjuru, Raja Mahabrahma, Raja Indra, Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain, bukankah tidak ada yang kurang? Apalagi jika dipuji oleh Saddharmapundarikasutra (Gohonzon), tentu tidak ada kekurangan apapun juga. Tahun ini Anda berusia 33 tahun, usia yang mengandung bahaya sehingga mengirimkan sumbangan. Oleh karena itu, telah diberikan ke hadapan pusaka Buddha Sakyamuni, Saddharmapundarika-sutra, Dewa Matahari setelah menyampaikan keinginan hati kepercayaan Anda. Tubuh orang mempunyai pundak kanan dan kiri. Di kedua pundak ini terdapat dua dewa. Yang satu disebut Domyo, yang lainnya Dosyo. Kedua dewa ini diutus oleh Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Matahari dan Bulan, dan lain-lain untuk menjaga orang itu. Maka, sejak dikandung dalam badan sampai akhir hayatnya, orang itu diikuti terus bagaikan bayangan dan mata orang tersebut. Jika orang itu melakukan perbuatan yang buruk atau menjalankan perbuatan baik, tanpa ketinggalan sedikitpun, seperti debu dan embun disampaikan kepada para dewa ini. Hal ini dibabarkan dalam kalimat Sutra Avatamsaka dan dikutip Mahaguru Tien-tai untuk digunakan dan dibabarkan dalam Makasyikan jilid ke-8. Akan tetapi ditulis bahwa orang yang berhati-kepercayaan lemah, sekalipun kaum wanita yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra tidak akan mendapat perlindungan. Sebagai umpama, bila panglima tentara lemah hatinya, tentara itu sendiri juga tidak berguna. Jika busurnya lemah, tali busurnya pun kendur. Anginnya lemah, gelombang juga kecil. Itu adalah teori kewajaran alam. Sekarang, Saemon-no-jo Dono adalah penganut Saddharmapundarika-sutra yang berkepercayaan kuat, tidak ada orang yang menyamai di antara seluruh penganut di dalam Jepang. Anda yang terus mengikuti suami ini juga adalah wanita yang utama di Jepang. Wanita yang bersungguh hati untuk Saddharmapundarika-sutra dirasakan Buddha sama seperti Putri Naga. Aksara “wanita” dapat dibaca “mengikuti”. Pohon Fuji mengikuti pohon cemara, wanita mengikuti pria. Oleh karena itu, jadikanlah Saemon-no-jo sebagai guru Anda dan ikutilah bimbingan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. Bahaya usia 33 tahun akan berubah menjadi rejeki dari 33 tahun. Inilah yang dikatakan, “Tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki”. Usia kembali menjadi muda dan rejekinya bertumpuk. Sekian. Tanggal 27 bulan 1 Surat Balasan Kepada Istri Syijo Kingo
16
Samantabadra | Mei 2015
Tertanda, Niciren
| KUTIPAN GOSYO
1
Perbandingan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan pelaksana seluruh sutra. Hal ini menyatakan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra unggul seperti matahari, bulan, dan lain-lain. Pelaksana berbagai sutra rendah seperti berbagai bintang dan obor.
GM
Keterangan : Bagian pertama membabarkan mengenai tingginya tingkat orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra (Gohonzon). Sepuluh perumpamaan yang dibabarkan dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra pada umumnya membabarkan tentang unggul rendahnya seluruh sutra lainnya dibandingkan dengan Saddharmapundarikasutra. Tetapi sesungguhnya dari sudut manusia menerangkan tentang unggul rendahnya pelaksana Saddharmapundarika-sutra dibandingkan dengan pelaksana seluruh sutra lainnya. Orang yang mempertahankan Gohonzon adalah majikan seluruh umat manusia, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni. Sepuluh perumpamaan dalam Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra membabarkan bahwa perbedaan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan pelaksana berbagai sutra bagaikan matahari, bulan, dan bintang serta membabarkan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra jauh lebih unggul. Sebelum kutipan kalimat di atas, mengenai sepuluh perumpamaan Niciren Daisyonin mengatakan, “Melihat sepuluh perumpamaan yang dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, kelihatannya membabarkan mengenai unggul rendahnya Saddharmapundarika-sutra dibandingkan dengan seluruh sutra. Tetapi sebenarnya bukan merupakan arti pokok Buddha”.
“Kemudian, dilanjutkan dengan kutipan kalimat bagian ini. Dengan demikian, arti pokok Buddha adalah menerangkan unggul rendahnya manusia daripada unggul rendahnya hukum. Maka disimpulkan, “hal ini menjadi dasar pokok”. Mengenai kalimat sepuluh perumpamaan yang membabarkan unggul rendahnya antara pelaksana Saddharmapundarikasutra dengan pelaksana berbagai sutra, selanjutnya Nicikan Syonin menerangkan dalam Bundan bagian paruh awal. Dengan mengambil arti Niciren Daisyonin dalam surat ini, Beliau menganjurkan cara membaca sebagai berikut, “Kalau demikian sekarang pelaksana Saddharmapundarika-sutra harus mengetahui kalimat ‘harus sungguh-sungguh mempertahankan’. Berarti menyatakan bahwa kalimat ‘ada yang sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan dan lain-lain’ yang ada di belakang perumpamaan ke-8. Demikian pula harus mengetahui sepuluh perumpamaan satu persatu”. Berarti, di antara sepuluh perumpamaan, hanya perumpamaan ke-8 yang menerangkan unggul rendahnya menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra dibandingkan dengan menerima dan mempertahankan berbagai sutra. Tetapi diajarkan untuk hendaknya mengetahui bahwa sesungguhnya 9 perumpamaan lain pun semuanya membabarkan makna unggul rendahnya manusia. Kalimat ini berarti hakikat atau teori mendasar Hukum Buddha, “Betapapun, karena hukumnya gaib, manusianyapun agung” (Gosyo Zensyu halaman (1578). Saddharma yang dipertahankan adalah unggul dan agung, maka orang yang mempertahankannya pun agung. Pada umumnya, agungnya manusia dan agungnya kehidupan dapat dikatakan ditetapkan berdasarkan filsafat atau ideologi yang dipertahankan dan terus dilaksanakan. Dan jika kalimat ini dibaca dari sudut pelaksana, Mei 2015 | Samantabadra
17
materi ajaran | gosyo kensyu orang yang mempertahankan hukum yang unggul dan agung itu harus mewujudkan bukti sesungguhnya dalam kehidupan nyata. Mengenai yang dikatakan “mempertahankan hukum” tentu berarti bagaimana melaksanakannya. Hanya mengetahui hukum saja dan percaya hukum, tanpa berusaha sama sekali merasa dan berpikir bahwa “saya unggul”, berarti hanyalah memuaskan diri sendiri. Sikap seperti ini sebaliknya hanya melukai hukum.
2
Demikian pula, jika ada orang yang sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan sutra ini, orang ini paling utama di antara seluruh umat manusia.
GM
Keterangan : Di antara sepuluh perumpamaan yang dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra, kalimat perumpamaan ke-8 mengumpamakan tentang akibat ke-4, (Pratyekabuddha). Orang yang mempertahankan sutra sesungguhnya ini (pada umumnya Saddharmapundarika-sutra, khususnya Gohonzon dari Sandaihiho) adalah orang yang utama di antara seluruh umat manusia. Jika melihat kalimat sutra dari perumpamaan ke-8 adalah sebagai berikut, “Di dalam seluruh manusia biasa, Srotapanna, Sakradagamin, Anagamin, Arahat dan Pratyekabuddha adalah yang utama. Demikian pula sutra ini. Di antara seluruh sutra yang dibabarkan Sang Tathagata, dibabarkan Bodhisattva, atau dibabarkan Sravaka, adalah yang utama dan unggul. Demikian pula, jika ada orang yang sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan sutra ini, orang ini paling utama di antara seluruh umat manusia”. Perumpamaan ke-8 berbeda sama sekali dengan 9 perumpamaan lainnya. Kalau melihat sepuluh perumpamaan itu, sembilan perumpamaan lainnya membandingkan seluruh sutra dengan Saddharmapundarikasutra. Perbandingan ini hanya membabarkan 18
Samantabadra | Mei 2015
unggul rendahnya hukum, sedangkan perumpamaan ke-8 membabarkan unggul rendah dari kedua sisi, hukum dan orang. Apalagi kalimat sesudah ‘sungguh-sungguh menerima dan mempertahankan’ (Uno Jyuji), khusus membabarkan mengenai orang yang sungguh mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Perumpamaan ke-8 membabarkan kedua hukum dan orang, khususnya orang yang sungguhsungguh mempertahankan. Karena khusus membabarkan hal ini, maka di situ terdapat arti yang sangat penting. Oleh karena itu, dalam surat ini dikatakan, “Kalimat 22 aksara adalah kalimat intisari utama dalam satu sutra dari Saddharmapundarika-sutra. Boleh dikatakan kalimat yang merupakan mata untuk seluruh umat manusia”. Arti sesungguhnya Niciren Daisyonin adalah sebagai berikut. Di dalam Hukum Buddha tentu saja hukum merupakan akar pokok. Namun terlebih dari itu, dengan keras dikatakan bahwa orang yang membabarkan hukum tersebut mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan, kalau melihat pola penyebaran sutra di Masa Akhir Dharma, boleh dikatakan hal manusianya sangat penting, melampaui hal hukum. Surat Perihal Tanya Jawab mempertahankan Saddharmapundarika-sutra mengatakan, “Kalau melihat keadaan masyarakat secara seksama, walau dikatakan suatu Hukum yang agung, tetapi nyatanya orang mempertahankan hukum itu dibenci oleh puluhan ribu orang. Sesungguhnya Anda telah tersesat dari sumber hukumnya. Bila dikatakan dengan cara lain, seluruh tanaman tumbuh di bumi besar, kalau memikirkan hal ini, maka tersebarluasnya Hukum Buddha bergantung pada manusianya. Mahaguru Tien-tai memberi penjelasan, ‘Pada masa hidupnya Sang Buddha juga, terwujudnya Hukum itu bergantung dari manusianya, di Masa Akhir Dharma, apakah mungkin dapat dikatakan bahwa Hukumnya unggul, tetapi manusianya rendah ? (Gosyo Zensyu halaman 465). Orang-orang pada waktu itu memuji dan mengunggulkan Saddharmapundarika-
sutra, tetapi tidak mengakui Niciren Daisyonin yang membabarkan Saddharmapundarikasutra yang sungguh sebenarnya. Akhirnya, jika demikian hukum sumber pokok yang unggul dan agung pun tidak dapat sungguhsungguh diketahui orang. Berarti, nilai yang sesungguhnya baru dapat dinyatakan bergantung orang yang mengetahui hakikat hukum dan menerangkan intisari ini. Oleh karena itu, dengan kuat Niciren Daisyonin mengemukakan tentang orang yang sungguhsungguh mempertahankan (Noji). Mengenai “Sungguh-sungguh mempertahankan, berarti harus memikirkan dan merenungkan aksara sungguh-sungguh (No)” (Gosyo Zensyu halaman 709). Niciren Daisyonin sering menerangkan untuk harus memperhatikan kesungguhan hati dari satu aksara “sungguh-sungguh” (No) ini. “Orang yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini”, bukan hanya berarti mempertahankan sutra dan menjalankan hati kepercayaan saja, melainkan berarti membaca Saddharmapundarika-sutra dengan tiga karma : badan, mulut dan hati. Dalam Surat Honzon Mondo dikatakan, “Di negeri Jepang mulutnya mengutamakan membaca Saddharmapundarika-sutra, tetapi kesungguhan hatinya kedua atau ketiga, atau keseluruhan badan, mulut dan hati kedua atau ketiga. Pelaksana Saddharmapundarikasutra yang paling utama membaca yang sesungguhnya sesuai dengan tiga karma, tidak ada satu orang pun selama 400 tahun lebih. Apalagi pelaksana yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini, Saya rasa tidak ada sama sekali” (Gosyo Zensyu halaman 370). Berarti, pelaksana yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini seharusnya adalah orang yang membaca Saddharmapundarikasutra dengan tiga karma : badan, mulut dan hati. Dengan demikian, mendirikan hati kepercayaan yang kuat berkobar-kobar, dalam keadaan bagaimanapun juga membaca dengan badan ajaran-ajaran yang ditinggalkan Niciren Daisyonin, yakni surat-surat ini. Dalam Surat Perihal Doa (Kito Syo)
dikatakan, “Bagaimanapun juga, hati kepercayaan pelaksana Saddharmapundarikasutra tidak mundur dan tidak menyayangi badannya. Kepada seluruh Saddharmapundarika-sutra, menyerahkan jiwa raga dan melaksanakan pertapaan seperti petuah emas. Pasti bukan hanya menentukan hidup yang akan datang, dalam hidup di masa sekarang pun dapat berusia panjang dan tidak ada malapetaka, memperoleh imbalan akibat besar yang unggul dan baik. Juga, dapat mencapai keinginan agung Kosenrufu”. Bagian awal mengatakan bahwa orang yang sungguh mempertahankan sutra ini harus mempunyai hati kepercayaan. Bagian belakang mengatakan tentang imbalan akibat yang diterima orang yang mempertahankan sutra ini, yakni dikatakan secara nyata menjadi orang yang utama diantara seluruh umat manusia. Orang yang dengan sungguhsungguh terus melaksanakan Hukum Buddha Niciren Daisyonin, di dalam masa sekarang mendapatkan kesenangan yang tertinggi, hidupnya penuh kepuasan dan kekuatan jiwanya keluar. Sebagai kelanjutannya, pada kehidupan yang akan datang dapat dilahirkan menjadi orang yang bahagia. Demikianlah dapat berdiri dengan kokoh pada bahagia mutlak melalui kedua masa : sekarang dan akan datang (Gento Nise). Maka, selanjutnya dikatakan bahwa ia dapat menyelesaikan tugas sebagai orang yang memegang inisiatif tercapainya penyebarluasan hukum ini (kosenrufu). Orang itu hidup sebagai orang yang utama di antara seluruh umat manusia. Untuk itu harus mengetahui kesungguhan hati dalam melaksanakan dan dapat menerima di badannya satu aksara “sungguh-sungguh (No)”.
3
Buddha melihat bahwa orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dalam masyarakat ini, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni, dapat sesuai untuk menjadi majikan seluruh umat manusia. Dan Dewa Brahma, Dewa Indra juga menghormati orang itu. Kalau berpikir
Mei 2015 | Samantabadra
19
materi ajaran | gosyo kensyu demikian, betapa senangnya tidaklah terkatakan. Keterangan : Siapa pun orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, yakni Hukum Buddha Niciren Daisyonin dalam Masa Akhir Dharma tanpa perbedaan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni, ia mengungguli seluruh umat. Dalam hal ini terkandung arti, bahwa orang itu menjadi panutan. Di sini Niciren Daisyonin mengatakan, “Tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni”. “Perbedaan” yang dikatakan Niciren Daisyonin di sini tidak ada hubungannya dengan perbedaan jenis kelamin, atau perbedaan bhiksu dan bhiksuni, atau perbedaan tingkatan kehidupan, atau perbedaan pendidikan, namun semuanya menunjuk pada semua orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. “Majikan seluruh umat” berarti menjadi sumber pokok sifat kemanusiaan dan mempunyai kekuatan untuk mengajarkan seluruh umat tentang cara hidup dalam kehidupan masa ini dan masyarakat. Hal ini tidak dapat tercapai tanpa berusaha dengan sungguh-sungguh. Tetapi, orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra, Hukum Buddha Niciren Daisyonin, berusaha untuk melukisnya pada badan sendiri dan menyelamatkan orang-orang yang belum mengetahui Hukum Buddha sesungguhnya dari dasarnya. Maka, harus mengeluarkan dan membangkitkan kekuatan yang unggul untuk melaksanakan hal ini, serta menimbulkan prajna berdasarkan Hukum Buddha. Agar dapat menyumbang kekuatan itu kepada masyarakat (negara), harus memelihara, merangkul, dan mengayomi orang di lingkungan dengan kehangatan hati berdasarkan maitri karuna yang tak terbatas. Demikianlah, berdasar pokok pada Gohonzon, dari segi isi dalam jiwa berusaha memenuhi kepuasan diri sendiri dan dari segi luar berusaha untuk mengembalikan kekuatan ini untuk umat manusia. Dengan demikian, akhirnya dapat menjadi “majikan seluruh umat manusia”, yakni dapat menjadi tokoh panutan. 20
Samantabadra | Mei 2015
4
Hanya Saddharmapundarika-sutra ini saja yang membabarkan bahwa kaum wanita yang menerima dan mempertahankan sutra ini, bukan hanya mengungguli seluruh kaum wanita, bahkan juga mengungguli seluruh pria di dunia. Keterangan : Di sini diterangkan bahwa Saddharmapundarika-sutra saja yang membabarkan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Mengenai “Orang” dari “Orang yang sungguh-sungguh mempertahankan” yang dibabarkan dalam sepuluh perumpamaan, ada kalimat “Kalau ada kaum wanita”. Dengan demikian kalimat tersebut menunjuk bahwa kaum wanita termasuk juga. Wanita yang sama sekali tidak disukai dalam sutra-sutra sementara, di dalam Saddharmapundarika-sutra bukan hanya dapat melampaui seluruh kaumnya, bahkan juga dapat melampaui seluruh pria. Oleh karena itu, diterangkan bahwa wanita yang menerima dan mempertahankan Gohonzon, yang merupakan intisari Saddharmapundarikasutra, dapat diliputi oleh maitri karuna yang luas dan besar dari Gohonzon. Kaum wanita yang di dalam Sutra Sementara sama sekali tidak disukai sifatnya dan tidak dizinkan mencapai kesadaran Buddha, di dalam Saddharmapundarika-sutra, ketika mempertahankan sutra ini, termasuk dalam pria utama yang dapat melampaui seluruh umat manusia. Kalimat Bab Bodhisattva Baisyajaraja menerangkan bagaimana unggulnya wanita yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra yang sesungguhnya di Masa Akhir Dharma. Dan, bersamaan dengan itu merupakan kalimat yang membabarkan keunggulan kekuatan Saddharmapundarikasutra di antara seluruh sutra. Di situ dengan kuat menerangkan bahwa khususnya hanya Saddharmapundarika-sutra ini yang utama, maka yang membabarkan tercapainya kesadaran Buddha kaum wanita hanyalah Saddharmapundarika-sutra.
Dalam Surat Subhakarasimha dikatakan, “Dalam Hokke Mongu jilid ke-7 ada kalimat yang mengatakan, ‘Sutra lainnya hanya mencatat penganugerahan bagi pria, bukan wanita’, dan lain-lain. Di Sutra lainnya, pria juga tidak dapat mencapai kesadaran Buddha, tetapi untuk sementara memaksakan diizinkannya hal ini. Mengenai kaum wanita, di dalam berbagai sutra tertulis bahwa sama sekali tidak dapat mencapai kesadaran Buddha”. Berarti, di dalam Sutra Sementara, jalan pencapaian yang diperoleh adalah sementara (Tobun), namun juga terdapat penganugerahan umum bagi pria. Bagi kaum wanita, dalam Sutra Sementara dari awal sampai akhir tidak diakui dapat mencapai kesadaran Buddha. Baru dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan bahwa jiwa seluruh umat manusia adalah sepuluh dunia yang saling mencakupi (Jikkai Goku), mencakup jiwa Dunia Buddha yang agung dan hakiki. Di sini sebagai contoh yang tuntas, dalam Bab ke-12 Devadatta, diterangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi Devadatta, orang buruk yang paling buruk dan sukar diselamatkan serta pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga sebagai wanita. Putri Naga berusia 8 tahun, putri dari Raja Naga. Bagaimanapun putri naga itu berbadan ular sehingga sukar dimengerti dapat mencapai kesadaran Buddha. Oleh karena itu, sebagai wakil seluruh umat yang ragu-ragu, Bodhisattva Prajnakuta bertanya kepada Putri Naga. Dalam Bab ke-12 Devadatta dikatakan, “Dapat menjadi Buddha selama kalpa yang tak terhitung, menumpuk berbagai pertapaan, baru dapat menjadi Buddha”. Demikianlah timbulnya keragu-raguan mengenai pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga. Bagaimana mungkin badan yang sedemikian kotor dapat menjadi Buddha? Sebagai jawabannya Putri Naga langsung mewujudnyatakan badan sesungguhnya, yaitu dalam waktu yang sangat singkat berubah menjadi pria. Mengenai dapat mencapai perombakan menjadi pria, Niciren Daisyonin mengatakan
dalam Catatan Ajaran Lisan sebagai berikut, “Pembabaran mencapai perombakan menjadi pria berarti dasar Tanah Pokok Putri Naga juga adalah Nammyohorengekyo” (Gosyo Zensyu halaman 747). Di dalam Sutra Sementara dikatakan mengenai mencapai kesadaran dengan merombak (Kaiten Jobutsu), yakni mencapai kesadaran Buddha dengan merombak badan wanita menjadi pria. Namun, arti di dalam Catatan Ajaran Lisan berlainan. Badan itu seadanya adalah badan jiwa Saddharma dari Kuon. Jiwa sendiri adalah sepuluh dunia, dan jiwa Dunia Buddha yang agung dan hakiki yang terkandung diwujudnyatakan. Apalagi, pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga dengan berubah menjadi pria itu terjadi dalam waktu sekejap, maknanya adalah sebagai berikut. Sekejap itu sendiri berarti langsung, maka dikatakan teramat sangat cepat (jinsitsu). Pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga adalah pencapaian kesadaran Buddha dalam badan apa adanya, oleh karena itu sekejap. Demikianlah, baru di Saddharmapundarikasutra diizinkan pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita. Karena hanya Saddharmapundarika-sutra saja membabarkan pintu hukum Jikkai Goku Icinen Sanzen, maka pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga ini dikatakan bukan hanya pencapaian kesadaran Buddha dari seorang Putri Naga, melainkan pencapaian kesadaran Buddha dari seluruh kaum wanita yang mempertahankan Saddharma di Masa Akhir Dharma. Dalam Surat Membuka Mata dikatakan, “Pencapaian Kesadaran Buddha Putri Naga bukan hanya menyatakan pencapaian kesadaran Buddha hanya satu orang, melainkan seluruh kaum wanita. Sebelum Saddharma, berbagai Sutra Hinayana tidak mengizinkan pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita. Ini dikatakan Kosyo Reisyo (dengan mengangkat satu perumpamaan, mengumpamakan untuk seluruhnya). Pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga membuka jalan pencapaian kesadaran bagi kaum wanita Masa Akhir Dharma”. Mei 2015 | Samantabadra
21
materi ajaran | gosyo kensyu Selanjutnya, mengenai kalimat “Kaum wanita yang menerima dan mempertahankan sutra ini bukan hanya mengungguli seluruh kaum wanita, bahkan juga mengungguli seluruh pria di dunia…”. Hal-hal yang menjadi keistimewaan kaum wanita seperti kesombongan, cemburu, mengeluh, egosentris, dan lainnya dapat dikatakan berakar sumber pada tiga racun, yaitu keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Catatan Ajaran Lisan mengatakan, “Kebalikan dari Dunia Hukum umat adalah Devadatta. Dunia Hukum keserakahan, kemarahan, kebodohan, cemburu, semuanya adalah Putri Naga” (Gosyo Zensyu halaman 797). Berdasarkan kalimat ini, sifat memberontak diwakili oleh Devadatta; dapat dikatakan hal ini merupakan keistimewaan kaum pria. Sebaliknya, kaum wanita menyatakan tiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Karena hal ini merupakan dasar akar pokok jiwa, maka mempunyai racun yang dalam sekali. Oleh karena itu, dikatakan, “Badan wanita itu kotor” (Gosyo Zensyu halaman 472) atau “Kaum wanita berprajna dangkal sehingga menimbulkan banyak kesesatan dan licik” (Gosyo Zensyu halaman 718). Perihal kaum wanita yang tidak diizinkan untuk mencapai kesadaran Buddha di dalam sutra-sutra Ajaran Sementara, tetapi dalam Saddharmapundarika-sutra diizinkan untuk mencapai kesadaran Buddha mempunyai makna yang sangat penting. Bodhisattva Baisyajaraja di dalam Saddharmapundarika-sutra mengatakan, “Di dalam 500 tahun yang kelima, jika ada kaum wanita yang mendengar sutra ini dan bertapa sesuai dengan yang dibabarkan, pada akhir kehidupannya ia akan menuju tempat yang dipenuhi para Bodhisattva dari Buddha Amitabha. Ia akan terlahir di atas singgasana pundarika. Dan, ia tidak akan terpengaruh oleh hawa nafsu keserakahan, apalagi kemarahan dan kebodohan, tidak terpengaruh oleh kesombongan, cemburu dan berbagai kekotoran”. Maka, ketiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan, serta 22
Samantabadra | Mei 2015
kesombongan, kecemburuan dan berbagai kekotoran juga tidak akan mempengaruhi. Oleh karena itu, (wanita yang membuka kesadaran Buddha) dapat melampaui pria yang belum mengetahui Hukum Buddha yang sesungguhnya dan yang hidup berdasarkan naluri tanpa mengetahui diri sendiri. Itulah sebabnya, mengapa sekalipun perihal pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga dijelaskan sendiri oleh Bodhisattva Manjusri, guru sang Putri Naga, tetap tidak dapat dipercayai oleh Bodhisattva Prajnakuta. Dalam hal ini, Catatan Ajaran Lisan mengatakan, “Prajnakuta adalah Avidya Pokok Jiwa (Gampon no Mumyo), Putri Naga adalah kaum wanita sifat Dharma. Mengenai Prajnakuta adalah dikatakan Avidya Pokok Jiwa adalah karena dua aksara ‘tidak percaya’ terhadap kaum wanita. Tidak percaya berarti ragu-ragu, ragu-ragu dikatakan Avidya Akar Pokok (Kompon)” (Gosyo Zensyu halaman 746). Seluruh jiwa tidak mempunyai perbedaan. Jiwa orang yang bagaimana rendah pun pada hakikatnya tetap mempunyai jiwa Buddha yang unggul. Tidak dapat mengerti hal ini berarti jiwa yang tidak percaya Hukum Buddha; itulah Avidya Pokok Jiwa. Niciren Daisyonin menentukan, pria yang tidak mengetahui Hukum Buddha yang sesungguhnya adalah sesuai dengan hal ini. Sebaliknya, badan pokok Putri Naga adalah badan pokok Icinen Sanzen. Dalam kalimat paling akhir terdapat kalimat yang mengatakan bahwa dengan mendengar bisa menimbulkan kesadaran (Bodhi). Hanya Buddha saja yang mengetahui dan dapat membuktikannya. Juga, Ajaran Mahayana bisa menyelamatkan umat yang menderita. Mengenai “mendengar bisa menimbulkan kesadaran”, Niciren Daisyonin dalam Catatan Ajaran Lisan mengatakan, “Putri Naga dikatakan mendesak Prajnakuta”. Dan mengenai “umat yang menderita” ditujukan dengan jelas adalah “Khususnya mengenai kaum wanita” (Gosyo Zensyu halaman 746). Karena menumpuk berbagai pertapaan jalan Buddha, maka dapat menjadi Bodhisattva yang duduk di tingkat paling tinggi di antara umat
sembilan dunia. Mereka diperingatkan oleh Putri Naga yang berbadan binatang. Inilah rupa yang melampaui seluruh pria. Jika dikatakan di jaman sekarang, wanita yang mempertahankan Hukum Buddha Niciren Daisyonin, umumnya melampaui pria, baik pria yang cerdik dan pandai, yang mempunyai kekuasaan, maupun yang mempunyai kekuatan. Apalagi, bila mempunyai keinginan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dari penderitaan. Keinginan tersebut paling unggul dan tinggi sebagai cara hidup seorang manusia. Maka, mempunyai arti untuk dipuji menjadi lebih tinggi dan agung melampaui pria mana pun dari masa lampau dan sekarang. Dalam Surat ini, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa seperti Putri Naga di masa lampau, wanita yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) di masa sekarang, sekalipun mempunyai sifat yang rendah dan buruk, bisa berdiri di tingkat Dunia Buddha yang paling tinggi. Di sinilah letak makna pentingnya. Itulah sebabnya mengapa pertama-tama diterangkan bahwa wanita dapat melampaui seluruh umat manusia. Keinginan Buddha juga ada di situ.
5
Akan tetapi ditulis bahwa orang yang berhati kepercayaan lemah, sekalipun kaum wanita yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, tidak akan mendapat perlindungan.
Keterangan : Berdasarkan hati kepercayaan yang kuat berkobar-kobar, usia 33 tahun yang mengandung bahaya pun dapat dirombak menjadi usia 33 tahun yang berejeki. Sekalipun para dewa melindungi dan menjaga orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra, namun jika hati kepercayaannya lemah, gerakan penjagaan dan perlindungan tidak akan nyata pada orang tersebut. Sebagai istri yang mengikuti Syijo Kingo, orang yang paling utama percaya kepada Saddharmapundarikasutra di Jepang, Nicigennyo juga adalah
wanita yang utama di Jepang. Dijanjikan, bila ia mengikuti sang suami, sungguh-sungguh menjalankan hati kepercayaan, bahaya akan hilang dan sebaliknya menjadi tumpukan rejeki seumur hidupnya akan dilewati dengan penuh tenaga jiwa yang bergairah. Tergantung tebal tipisnya hati kepercayaan, perlindungan dan penjagaan dari Gohonzon dan para dewa pun, ada perbedaan kuat dan lemahnya. Orang yang hati kepercayaannya lemah tidak akan mendapat perlindungan. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra adalah yang utama di antara seluruh umat manusia. Ini berarti perbedaan antara orang yang mempertahankan Gohonzon dengan orang yang tidak mempertahankan Gohonzon. Karena Gohonzon unggul dan agung, maka orang yang mempertahankan juga unggul dan agung. Namun, bagaimanapun juga, ini berdasarkan pada pelaksanaan pertapaan sesuai yang dibabarkan Sang Buddha. Sekalipun mempertahankan Gohonzon, perlindungan dari Gohonzon akan berbeda tergantung kuat lemah, dangkal dalamnya hati kepercayaan sehingga karunia kebajikan yang diperoleh juga berlainan.
6
Pohon fuji mengikuti pohon cemara, wanita mengikuti pria. Oleh karena itu, jadikanlah Saemon-no-jo sebagai guru Anda dan ikutilah bimbingan hati kepercayaan Saddharmapundarikasutra.
Anak Cabang
Keterangan : Kalimat ini menganjurkan agar Nicigennyo menjadikan suaminya, Syijo Kingo sebagai gurunya di dalam mempelajari Hukum Buddha, dan meneruskan hati kepercayaan dengan gagah dan kuat melebihi sekarang. Sekalipun menerima bermacam-macam kesulitan, Syijo Kingo tetap percaya kepada ajaran Niciren Daisyonin, melaksanakannya serta menjaga dan melindungi Niciren Daisyonin dengan sungguh-sungguh. Sikap demikian ini juga membuat perasaan Niciren Mei 2015 | Samantabadra
23
materi ajaran | gosyo kensyu Daisyonin terasa semakin mendalam. Oleh karena itu, perasaan tersebut dinyatakan dalam kalimat yang mengatakan “Jadikanlah Saemon-no-jo sebagai guru”. Selebihnya, perkataan “Jadikanlah sebagai guru” mewujudkan akar pokok keadaan dari suami istri. Dasar dari keharmonisan suami istri bukan hanya saling menyayangi dan mencintai, namun berdasarkan saling mengerti dan saling mempercayai sebagai manusia, masing-masing berusaha untuk maju. Dengan demikian barulah dapat mempertahankan rasa sayang dan cinta yang sesungguhnya. Kalimat dari Niciren Daisyonin ini mengajarkan bahwa di jaman kapanpun, suami istri harus selalu mendidik diri sendiri dan maju sebagai manusia. Untuk itu, melalui dialog, suami istri harus meningkatkan perasaan dan pengetahuannya. Di situ dengan tidak memutuskan hubungan suami istri, baru dapat membangun keharmonisan antara mereka yang akhirnya menjadi keharmonisan keluarga yang sesungguhnya. Sesuai keadaan setiap orang yang berbeda, hal ini baru dapat terjadi berdasarkan Hukum Buddha yang melihat secara tembus dengan pandangan jiwa yang mendalam. Jika menjadikan hukum sesungguhnya sebagai yang utama, maka hubungan keadaan suami istri yang di masa lampau seperti hubungan majikan dan karyawan atau hanya cinta mencintai seperti suami istri di jaman modern, barulah dapat menjadi hubungan manusia yang sesungguhnya. Di sini dapat terlihat kemajuan dan peningkatan dari keadaan suami istri. Inilah “Itay Dosyin” yang sesungguhnya. Hendaknya sungguh-sungguh mengetahui bahwa ‘keinginan hati ini’ adalah hati kepercayaan dari orang yang percaya kepada Hukum Buddha Sandaihiho. Selanjutnya adalah mengenai “Guru” Hukum Buddha yang membabarkan hakikat kejiwaan merupakan filsafat yang tertinggi; tidak ada yang mengunggulinya. Oleh karena itu sulit dimengerti. Tanpa seorang guru, diri sendiri tidak akan dapat menerima dan melaksanakan pertapaan. Surat Rensei mengatakan, “Di 24
Samantabadra | Mei 2015
dalam Syikan dikatakan, ‘jika tidak bertemu dengan guru, semakin hari berlalu, semakin berprajna sesat. Bulan demi bulan, hidup mati bagaikan ditarik pohon yang bengkok di hutan, sukar ke luar dari sana...’ (Gosyo Zensyu halaman 153). Kesadaran terakhir tidak lain diperoleh dan dicapai oleh diri sendiri. Oleh karena itu, sekalipun dikatakan tidak ada guru yang berprajna, untuk dapat mencapai pada jalan tersebut harus tergantung seorang guru. Karena manusia biasa berputar di dalam kehidupan yang sesat, tidak mengikuti berdasarkan jalan guru dan murid, maka tidak dapat mencapai kesadaran jalan keBuddhaan. Akan tetapi, jalanan guru dan murid bukanlah suatu hubungan yang telah ditetapkan secara kaku seperti feodalisme. Karena Hukumnya unggul dan agung, maka terhadap orang yang lebih lama mengetahui Hukum Buddha, baik satu hari atau satu langkahpun, kita harus belajar darinya dengan sikap hormat sebagai murid terhadap guru. Dihormati sebagai guru, pada dasarnya adalah dalamnya pelaksanaan pertapaan Hukum Buddha dan bukan berdasarkan tingkatan di dalam masyarakat, atau usia, atau pria dan wanita. Suami istri Syijo Kingo meneruskan hati kepercayaan dengan tulus dan sungguh-sungguh, bahkan pelaksanaan hati kepercayaan Syijo Kingo melebihi orang lain. Maka, Niciren Daisyonin mengatakan, “Jadikanlah sebagai guru”.
7
“Tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki”
Anak Cabang
Keterangan : Tergantung kuatnya hati kepercayaan terhadap Gohonzon, kesulitan yang bagaimanapun juga dapat dirombak menjadi rejeki. Tujuh kesulitan dari “Tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki” sebenarnya adalah kesulitan dalam kehidupan bernegara seperti yang dibabarkan Sutra Manusendra. Namun, sekarang pada Masa Akhir Dharma, hukum yang dapat mengatasi kesulitan itu adalah Nammyohorengekyo dari Sandaihiho.
Berdasarkan hal ini bisa memakmurkan dan menenteramkan negara. Ini adalah teori dasar yang membabarkan mengenai ketenteraman dan menjaga negara. Niciren Daisyonin menggunakan teori dasar ini untuk setiap pribadi. Tujuh kesulitan dirombak menjadi tujuh rejeki juga menyatakan teori dasar ‘racun dirombak menjadi obat’. Pertama, sekalipun ada kesulitan dan penganiayaan, selama tetap menerima dan mempertahankan Gohonzon, pasti dapat merombaknya menjadi kebahagiaan. Hal ini harus diyakini sebagai kekuatan yang unggul dan besar dari Gohonzon. Surat Perihal Doa mengatakan, “Seandainya luput memanah bumi besar, meskipun seseorang dapat mengikat antariksa, sekalipun tidak terjadi pasang surut, atau matahari terbit dari barat, tidak mungkin ada doa pelaksana Saddharmpundarika-sutra yang tak terkabulkan”. (Gosyo Zensyu halaman 1351). Kedua, rejeki sesungguhnya berarti di depan kebahagiaan yang besar, pasti ada kesulitan besar. Terlahir dalam suasana yang makmur dan kaya serta tidak mengenal kehidupan yang susah, pada umumnya dikatakan bahagia. Bagaimana mungkin orang demikian ini dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya ? Bahkan orang seperti ini, jika suatu waktu menemui penderitaan dan kesulitan, kemakmuran dan kemajuan hingga saat itu akan menjadi runtuh. Hal ini biasa terjadi di dalam masyarakat. Kebahagiaan yang tergantung pada suasana lingkungan berarti kebahagiaan relatif. Bagaimanapun suasananya, tetap mau membangun kebahagiaan di dalam jiwa berarti bahagia mutlak. Maka, jika dibandingkan dengan kebahagiaan mutlak, kebahagiaan relatif adalah rendah. Ketiga, berdasarkan prinsip ‘Dosa berat diterima menjadi ringan (Tenjukyoju)’ membuka dan memecahkan nasib dari akar pokok. Inilah hidup bahagia yang sesungguhnya. Kesulitan yang bagaimanapun, ada sebab pokok yang mendasarinya. Bila
orang menerima kesulitan pada sumber akarnya, pasti terdapat dosa pemfitnahan terhadap Saddharmapundarika-sutra. Semuanya ini jelas dikatakan di dalam berbagai sutra. Maka, Niciren Daisyonin mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan dosa berat seperti ini, sekalipun orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra sekarang bertemu dengan kesulitan besar, juga masih ringan jika dibandingkan dengan dosa yang telah dibuat di masa lampau. Surat Membuka Mata paruh akhir mengatakan, “Datangnya penganiayaan besar ini adalah karena dosa berat di masa lampau mengundangnya untuk menerima dan menjaga hukum pada masa sekarang” (Gosyo Zensyu halaman 233)”. Untuk menghapus dosa berat diri sendiri, maka ingin mengundang kesulitan ini.
8
Usia kembali menjadi muda dan rejekinya bertumpuk.
Anak Cabang
Keterangan : Terhadap istri yang ingin menghilangkan malapetaka bahaya dari usia 33 tahun, Niciren Daisyonin membabarkan mengenai tujuh kesulitan dirombak menjadi tujuh rejeki. Selanjutnya membabarkan mengenai bagaimana hal itu dinyatakan di dalam kehidupan nyata. Jiwa dari orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra, dari tahun ke tahun semakin mudah dan kehidupannya terbuka menjadi suatu kehidupan yang penuh dengan rejeki. “Usianya menjadi muda” berarti, menunjuk pada jiwa itu sendiri. Dan “Rejekinya bertumpuk” berarti berdasarkan jiwa yang muda dapat membuka gejala di dalam kehidupan. Di dalam Bab Baisyajaraja Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Sutra ini berarti obat yang baik bagi penyakit manusia di seluruh dunia. Jika ada orang yang berpenyakit mendengar sutra ini, penyakitnya langsung musnah dan menjadi tidak tua tidak mati”. Mengenai kalimat ini, di dalam Catatan Mei 2015 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu Ajaran Lisan, Niciren Daisyonin membabarkan, “Orang berarti atas, akibat Buddha berarti bawah, termasuk orang berdosa di neraka. Penyakit berarti hawa nafsu tiga racun. Buddha dan Bodhisattva pun mempunyainya. Tidak tua berarti guru Sakyamuni, tidak mati berarti jenis Bodhisattva Muncul dari Bumi. Sesudah kemoksyaan-Nya, sekarang dibabarkan untuk umat manusia. Maka, penyakit berarti pemfitnahan Dharma. Bagi orang yang sungguh-sungguh mempertahankan sutra ini, penyakit berarti menghapuskan. Hal ini tidak diragukan lagi. Sekarang, Niciren dan sejenisnya adalah orang yang menyebut Nammyohorengekyo (Gosyo Zensyu halaman 774)”. “Tidak tua tidak mati”, bukankah menunjuk pada kehidupan sekarang? Penderitaan di dalam kehidupan memang bermacam-macam, namun pada hakikatnya adalah empat penderitaan, yakni lahir, tua, sakit dan mati. “Tua” berarti baik segi jasmani maupun segi kejiwaan merupakan satu penderitaan besar yang dipikul manusia. Kebalikan dari penderitaan yakni kesenangan juga bermacam-macam. Tetapi, dapat menyelesaikan empat penderitaan yang merupakan penderitaan terbesar di dalam kehidupan, akan menjadi kesenangan yang terbesar. Sekarang, di dalam kalimat Bab Bodhisattva Baisyajaraja atau kalimat Catatan Ajaran Lisan, dapat dilihat bahwa pada orang yang mempertahankan Gohonzon, sungguhsungguh menjalankan hati kepercayaan dan menyebut Daimoku, mahamaitri karuna Sang Buddha terwujud nyata sebagai “mencabut penderitaan, memberi kesenangan”. Selain itu, badan diri sendiri terwujud nyata sebagai Bodhisattva Muncul dari Bumi; jiwa dari Guru Sakyamuni. Berarti, diri sendiri mewujudnyatakan jiwa Dunia Buddha dan menyatakan badan pokok yang maitri karuna. Maka, lama kelamaan, kekuatan jiwa dan badan keduanya kuat berkobar-kobar sehingga gerakannya menjadi bergairah. Selain itu, dapat maju dengan kuat di dalam kehidupan dengan berpendirian pada pandangan tujuan 26
Samantabadra | Mei 2015
yang tinggi. Dengan mengetahui akar keadaan jiwa yang berdasarkan pada pandangan jiwa yang demikian itu, dapat hidup dengan kuat di dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan, bukankah ini “rejekinya bertumpuk”, dan inilah kehidupan yang berejeki. Surat Kanjin No Honzon mengatakan, “Kedua Hukum, sebab pelaksanaan dan akibat kebajikan dari guru Buddha Sakyamuni tercakup lima akasara Myohorengekyo. Jika kita menerima dan mempertahankan lima aksara ini, dengan sendirinya dapat memperoleh pewarisan karunia kebajikan dari sebab akibat itu” (Gosyo Zensyu halaman 246). Buddha Sakyamuni mencapai kesadaran Buddha pada usia 30 tahun di India. Sampai pada saat itu, melewati bermacam-macam pelaksanaan yang menderita dan menentukan demi jalan Hukum Buddha ini. Namun sekarang pada Masa Akhir Dharma, orang yang mempertahankan Gohonzon, sungguhsungguh melaksanakan dan menyebut Daimoku; Hukum rahasia mendalam yang tidak diterangkan selama 40 tahun lebih, langsung dapat mendekati suasana jiwa itu dan akhirnya akan terwujud nyata sebagai orang yang berinisiatif menjalankan Hukum ini. Selanjutnya, dapat dikatakan kehidupan orang itu “Keinginannya terpuaskan, tempat umat manusia bermain bersenang-senang; hidup kali ini tenang dan senang, hidup akan datang dilahirkan di tempat baik”. Seperti demikian, kehidupannya bebas dan bersenangsenang bermain-main sehingga melewati kehidupan dengan penuh bernilai. Sungguh hal ini dapat dikatakan sebagai orang yang mencapai rejeki. “Permata pusaka yang unggul dan tiada tara dengan sendirinya dapat diperoleh tanpa menginginkannya” menunjukkan hal tersebut di atas. Di dalam Surat Musyimoci dikatakan, “Sekarang, orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra, mengumpulkan rejeki dari ribuan mil”. Dengan demikian, untuk dapat mengundang rejeki ini harus mengetahui makna sesungguhnya dari “percaya”. eee
Mei 2015 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu
28
Samantabadra | Mei 2015
Mei 2015 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu
The Unity of Husband and Wife As for false teachings that gouge out the eyes and delude the minds of the entire Japanese populace, in the final analysis, there is none more mistaken than that upheld by the teachers of the True Word school. But let us set this matter aside for now. Although the ten similes seem to illustrate the relative merit of the Lotus Sutra and all the other sutras, this was not the Buddha’s true intention in expounding them. His aim was to compare the votaries of all other sutras with the votary of the Lotus Sutra and to show that the votary of the Lotus Sutra is like the sun and moon, while the votaries of the other sutras are like stars or lanterns. How do we know this? The eighth simile is followed by a most vital passage. It reads, “A person who can accept and uphold this sutra is likewise foremost among all living beings.” This twenty-two-character passage is the heart of the entire sutra, the eye of all living beings. Its meaning is that, while the votary of the Lotus Sutra is like the sun and moon, the great king Brahmā, or the Buddha, the votaries of the Mahāvairochana Sutra are like the stars, the streams and rivers, or like ordinary people. For this reason, the Buddha surely considers anyone in this world who embraces the Lotus Sutra, whether lay man or woman, monk or nun, to be the lord of all living beings, and Brahmā and Shakra most certainly hold that person in reverence. When I think in this way, my joy is beyond expression. Moreover, in pondering this sutra passage day and night and reading it morning and evening, I realize that the votary it refers to is not just any practitioner of the Lotus Sutra. Since “a person” in the phrase “a person who can accept and uphold this sutra” literally means any human being, I had thought that it must indicate anyone among the monks, nuns, laymen, or laywomen in this world who believe in the Lotus Sutra. This, however, is not so. For, in a subsequent passage where the Buddha again refers to this person, he says, “If there is a woman...” When I, Nichiren, read the sutras other than the Lotus Sutra, I have not the slightest wish to become a woman. One sutra condemns women as messengers of hell. Another describes them as great serpents. Still another likens them to bent and twisted trees. And there is even a sutra that describes them as people who have scorched the seeds of Buddhahood. Buddhist scriptures are not alone in this regard; non-Buddhist writings also disdain women. Jung Ch’i-ch’i, for example, sings in praise of three pleasures, one of which is the pleasure of not having been born into the world as a woman. It is widely accepted that disaster had its origins in the three women. Only in the Lotus Sutra do we read that a woman who embraces this sutra not only excels all other women, but also surpasses all men.
30
Samantabadra | Mei 2015
Even though she may be slandered by everyone, for a woman, there is ultimately no greater happiness than to be loved by the man she holds dearest. Let others hate you if they will. What have you to complain of, if you are cherished by Shakyamuni Buddha, Many Treasures Buddha, and the Buddhas of the ten directions, as well as by Brahmā, Shakra, and the gods of the sun and moon? As long as you are praised by the Lotus Sutra, what cause have you for discontent? You say that you have now reached the unlucky age of thirty-three and for that reason sent offerings. I have presented them before Shakyamuni Buddha, the Lotus Sutra, and the god of the sun, and reported your sincerity to them. A person’s body has a left and a right shoulder, on which there are two gods, one called Same Name and the other, Same Birth. These are two deities whom Brahmā, Shakra, and the gods of the sun and moon have assigned to protect each person. From the time we enter our mother’s womb until the end of our life, they accompany us like our shadow or like our eyes. If we commit an evil act or perform a good deed, they report everything to the heavenly gods without omitting even a detail as minute as a dewdrop or a speck of dust. This is related in the Flower Garland Sutra and is cited by the Great Teacher T’ien-t’ai in the eighth volume of his Great Concentration and Insight. He states, however, that if a woman’s faith is weak, even though she embraces the Lotus Sutra, she will be forsaken. For example, if a commanding general is fainthearted, his soldiers will become cowards. If a bow is weak, the bowstring will be slack. If the wind is gentle, the waves will never rise high. This all accords with the principles of nature. Now (your husband) Saemon is a believer in the Lotus Sutra, without peer among the Buddhist lay believers in Japan. Being married to such a man, you also are foremost among the women of Japan. Because you live for the sake of the Lotus Sutra, the Buddha surely regards you as equal to the dragon king’s daughter. The character for woman implies “to depend.” The wisteria depends on the pine tree, and a woman depends on a man. Make Saemon your teacher and be guided in the faith of the Lotus Sutra. The bad luck of your thirty-third year will turn into the happiness of your thirty-third year. That is what is meant by the passage, “The seven disasters will instantly vanish, and the seven blessings will instantly appear.” You will grow younger, and your good fortune will accumulate. The twenty-seventh day of the first month Reply to the wife of Shijō Kingo Respectfully, Nichiren
Mei 2015 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Perihal Sumbangan Mandala Saddharma (Gosyo Zensyu Halaman 1305)
LATAR BELAKANG |
K
apan surat ini ditulis dan kepada siapa surat ini diberikan tidaklah jelas. Yang pasti surat ini diberikan kepada seorang wanita. Ada berbagai pendapat mengenai penerima surat ini, kemungkinan ditujukan kepada Sennici Ama, Nicimyo Syonin, atau Myoho Ama, dan lain-lain. Bila mengikuti pendapat yang paling menonjol maka dapat diperkirakan bahwa surat ini dibuat pada tahun Bun-ei ke-10 (1273) dan diberikan kepada Sennici Ama. Surat yang mencatat mengenai makna Gohonzo ini dibuat karena adanya penganugerahan Gohonzon dari Myohorengekyo. Gosyo ini berasal dari hal tersebut. Mengenai waktu
32
Samantabadra | Mei 2015
ditulisnya surat ini diperkirakan tidak begitu lama setelah diwujudkannya Gohonzon di Pulau Sado. Dalam isi surat diajarkan bahwa Gohonzon diwujudkan berdasarkan Saddharmapundarika-sutra. Saddharmapundarika-sutra adalah satusatunya sutra yang dapat menyembuhkĐ°n penyakit umat di Masa Akhir Dharma. Yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan Saddharma di Masa Akhir Dharma adalah Bodhisattva Muncul dari Bumi. Surat ini menyimpulkan bahwa orang yang mempertahankan Gohonzon akan selalu bersama Bodhisattva yang Muncul dari Bumi.
ISI GOSYO |
G
ohonzon dari Myohorengekyo telah dianugerahkan. Walaupun Mandala ini tertulis dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara, namun Mandala ini merupakan guru dari para Buddha ketiga masa dan mantera yang menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita. Mandala ini akan menjadi pelita di dunia setelah kematian dan menjadi kuda yang baik untuk mendaki gunung kematian. Juga bagaikan matahari dan bulan di langit, bagaikan Gunung Semeru di bumi atau bagaikan bahtera yang menyeberangi laut penderitaan hidup mati. Ini adalah guru yang membimbing menuju jalan pencapaian kesadaran Buddha. Selama 2.220 tahun lebih sejak kemoksyaan Sang Buddha, Mandala Agung ini masih belum tersebarluas di Jambudwipa. Pengobatan diberikan sesuai dengan penyakit. Bagi penyakit ringan diberikan obat biasa, namun bagi penyakit berat seyogyanya diberikan obat yang manjur. Selama 2.220 tahun lebih semenjak kemoksyaan Sang Buddha hingga sekarang, karena penyakit dari hawa nafsu dan karma perbuatan buruk umat manusia adalah ringan, para tabib yang disebut orang arif yang hadir nyata secara berkesinambungan telah memberikan obat sesuai dengan penyakitnya. Orang arif ini adalah Sekte Kusya, Sekte Jojitsu, Sekte Ritsu, Sekte Hosso, Sekte Sanron, Sekte Syingon, Sekte Kegon, Sekte Tendai, Sekte Jodo, Sekte Zen dan lain-lain. Setiap sekte tersebut mempunyai obat masing-masing, yakni Enam Wajah Sepuluh Kegaiban dari Sekte Kegon, Delapan Peniadaan Dari Jalan Tengah dari Sekte Sanron, Pandangan Vijnaptimatrata dari Sekte Hosso, 250 sila dari Sekte Ritsu, Gelar nama Buddha Amitabha dari Sekte Jodo, Pencapaian Kesadaran Buddha Dengan Melihat Sifat dari Sekte Zen, Pandangan Lima Roda dari Sekte Syingon, Icinen Sanzen dari Sekte Tendai dan lain-lain. Di dunia sekarang ini, setelah memasuki Masa Akhir Dharma, akar bakat umat tidak dapat disembuhkan dengan obat biasa dari berbagai sekte. Ditambah lagi bahwa umat di negeri Jepang, semuanya telah menjadi orang icchantika; Pemfitnah Dharma besar. Jika diupamakan, perbuatan buruk umat negeri Jepang lebih berat daripada perbuatan-perbuatan buruk besar membunuh ayah dan ibu, gerakan memberontak, mengeluarkan darah dari badan Buddha dan lain-lain. Negeri Jepang telah dipenuhi oleh umat yang masing-masing berbuat buruk sangat besar. Perbuatan buruk yang sangat besar ini melampaui perbuatan buruk seseorang yang berusaha sendiri mencabut mata seluruh umat dari tiga ribu ribuan bumi besar, serta membakar kuil dan stupa dari dunia 10 penjuru. Oleh karena itu, Dewa Langit dengan marah menatap tajam negeri Jepang setip hari. Oleh karena marah, Dewa Bumi selalu menggetarkan badannya. Namun seluruh umat negeri Jepang, masing-masing berpikir bahwa dirinya sendiri tidak bersalah dan pasti dapat meninggal dengan tenang serta dapat mencapai kesadaran Buddha. Orang buta tidak dapat melihat dan mengetahui matahari yang bersinar terang. Misalnya, meskipun gema besar dari pemukulan genderang seperti gempa bumi tidak dapat dirasakan oleh orang yang sedang tidur pulas. Demikian pula seluruh umat negeri Jepang. Perbuatan buruk kaum pria lebih berat daripada perbuatan buruk kaum wanita. Perbuatan buruk Bhiksu lebih berat daripada perbuatan buruk Bhiksuni. Perbuatan buruk Guru-Dharma yang mempertahankan sila lebih berat daripada perbuatan buruk Bhiksu yang melanggar sila. Perbuatan buruk orang arif lebih berat daripada perbuatan buruk Bhiksu yang mempertahankan sila. Orang-orang tersebut di atas seperti penderita kusta putih di antara penderita kusta dan penderita kusta putih besar di antara penderita kusta putih. Jika dipikirkan, tabib agung dan obat manjur yang bagaimanakah yang dapat menyembuhkan penyakit berat dari seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma? Mantera dari vajra-jnana dari Mei 2015 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo cabang Tathagatha Mahavarocana dan mudra dari Tathagatha Mahavairocana, 48 doa dari Tathagatha Amitabha, 12 doa besar dan Tathagatha Baisyajaraja, khususnya prasetya untuk mengusir semua penyakit umat di antaranya tidak dapat berfungsi sebagai obat yang menyembuhkan penyakit berat ini. Mereka bukan hanya tidak dapat memusnahkan, bahkan akan menambah parah penyakit tersebut. Untuk Masa Akhir Dharma seperti ini, pembabar utama Buddha Sakyamuni mengumpulkan Tathagatha Prabutaratna dan para Buddha Bunsyin dari 10 penjuru. Beliau meninggalkan sebuah obat manjur, yakni lima aksara Myo-ho-ren-ge-kyo. Aksara ini tidak dititipkan kepada para Bodhisattva seperti Dharmaprajna Gunavana, Kudokunin, Vajrasattva, Samantabhadra, Manjusri, Bhaisyajaraja, Avalokitesvara dan lain-lain. Apalagi kaum Dwiyana seperti Kasyapa, Sariputra dan lain-lain tidak usah disebut lagi. Terdapat empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhivattva Visistakaritra dan lain-lain. Empat Bodhisattva ini telah menjadi murid Tathagata Sakyamuni semenjak 500 asam kheya kalpa koti. Dalam sekejap pun mereka tidak pernah melupakan Buddha. Buddha mengundang keluar para Bodhisattva Agung ini dan memberikan lima aksara. Empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhisattva Visistakaritra dan lain-lain akan berdiri mendampingi di depan, belakang, kiri dan kanan dari kaum wanita yang memegang obat manjur ini (lima aksara). Jika wanita ini berdiri, empat Bodhisattva Agung juga ikut berdiri. Sedangkan ketika wanita ini berjalan, empat Bodhisattva Agung ini juga ikut berjalan. Hal ini bagaikan tubuh dan bayangan, ikan dan air, suara dan gema, bulan dan sinar. Jika empat Bodhisattva agung ini meninggalkan wanita yang menyebut Nammyohorengekyo, badan Para Bodhisattva ini akan menerima kemarahan dari Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan Para Buddha Bunsyin dari Sepuluh Penjuru. Maka dapat dipastikan bahwa dosa mereka lebih besar daripada dosa Devadatta dan hendaknya diketahui akan menjadi kata bualan besar dari Kokalika. Betapa gembiranya, betapa gembiranya! Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo.
tertanda, Niciren
Catatan Kaki 1. Enam Wajah Sepuluh Kegaiban Analisis dunia gejala dari sudut perbedaan dan persamaan. Enam wajah adalah enam aspek mengenai keseluruhan segala benda, yaitu: a. Wajah keseluruhan: Keseluruhan terdiri dari bagian-bagian. b. Wajah khusus: Saling ketergantungan dari bagian-bagian membentuk keseluruhan. c. Wajah persamaan: Kesatuan dari bagian-bagian dalam keseluruhan. d. Wajah perbedaan: Keanekaragaman dari bagian-bagian. e. Wajah pembentukan: Keanekaragaman membentuk keseluruhan. f. Wajah pemusnahan: Ciri khas dari bagian-bagian. Manusia biasa melihat keenam wajah ini secara terpisah-pisah. Sedangkan mata orang arif melihat keenam wajah ini saling terpadu dengan sempurna. Sepuluh kegaiban ialah sepuluh sifat khas dari hubungan timbal balik yang erat dari 34
Samantabadra | Mei 2015
segala gejala dan merupakan jodoh yang peka dan mendalam. Keenam wajah di atas diuraikan dari sepuluh segi ini. Baik Enam Wajah maupun Sepuluh Kegaiban adalah pintu hukum yang berkaitan dengan pandangan hukum yang ditegakkan oleh Sekte Keigon.
2. Delapan Peniadaan dari Jalan Tengah Delapan ungkapan peniadaan dalam sastra Madhayamaka-karika dari Nagarjuna, “Bukan lahir maupun musnah, bukan berhenti maupun abadi, bukan keseragaman maupun perbedaan, bukan datang maupun pergi”. Doktrin Delapan Peniadaan menunjukkan, bahwa Jalan Tengah atau Wajah Sesungguhnya Segala Gejala tidak dapat diartikan, baik sebagai keberadaan yang tak terjangkau pikiran maupun ketidakberadaan yang tak terjangkau pikiran-pikiran, melainkan sunyata dan melampaui keduanya. 3. Pandangan Vijnaptimatratta Pandangan segala gejala timbul dari alayavijnana (gudang karma).
4. Pandangan Lima Roda Suatu bentuk meditasi rahasia yang bertujuan agar seseorang menyadari bahwa diri sendiri dan lingkungan terdiri dari lima unsur, yakni tanah, air, api, angin dan ruang; bahwa lima bagian dari tubuh, mahkota, wajah, dada, perut dan lutut, semuanya diatur oleh lima ucapan mantera rahasia, avarahakha; dan bahwa badan seseorang pada hakekatnya adalah Tathagata Lima Prajna yang merupakan perwujudan dari lima aspek dari prajna Buddha Mahavairocana.
KUTIPAN GOSYO |
1
Walaupun Mandala ini tertulis dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara, namun Mandala ini Merupakan pencapaian Kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita. Keterangan: Aksara Mandala (Nammyohorengekyo) ini adalah Lima Aksara - Tujuh Aksara. Meskipun demikian, aksara ini merupakan inti sari Saddharmapundarika-sutra dan di dalam aksara tersebut terkandung teori mendasar Icinen Sanzen. Dengan menyadari Nammyohorengekyo, maka para Buddha ketiga masa menjadi Buddha. Dengan demikian Nammyohorengekyo berarti ‘Guru’. Pencapaian Kesadaran
Buddha dari kaum wanita adalah pintuhukum yang hanya dibabarkan di dalam Saddharmapundarika-sutra. Maka, ‘Mantera yang menjanjikan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh kaum wanita’ tidak perlu diragukan lagi. Baik Buddha Sakyamuni maupun Mahaguru Tien-tai telah menguraikan hukum sumber pokok dari segala gejala alam semesta, namun tidak dapat membabarkan badan hukum itu sendiri. Di dalam Saddharmapundarika-sutra juga dibabarkan sebagai Hukum pokok dari Empat Bait, Mahaguru Tien-tai menerangkannya sebagai Icinen Sanzen, namun karena `menyimpan dalam hati dan membabarkan ajaran keluar sesuai waktu’, Beliau tidak dapat Mei 2015 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo cabang menjelaskan Badan Hukum tersebut. Yang menerangkan Nammyohorengekyo sebagai Hukum Sumber Pokok adalah Nichiren Daisyonin. Sesudah menegakkan Daimoku pada tahun Kenco ke-5 (1253), Nichiren Daisyonin mulai mewujudkan Gohonzon pada bulan ke-1O tahun Bun-ei ke-8 (1271). Oleh karena itu dikatakan, “Selama 2.220 tahun lebih sejak kemoksyaan Sang Buddha, Mandala Agung ini masih belum tersebarluas di Jambudwipa.� Kiranya Mandala ini terlalu sederhana karena hanya terdiri dari Lima Aksara Tujuh Aksara. Akan tetapi sebaliknya justru karena merupakan teori dasar akar pokok, maka mandala tersebut dapat menjadi sederhana Lima Aksara - Tujuh Aksara. Oleh karena sederhana, seluruh umat dapat melaksanakan dan dimungkinkan pula untuk mencapai kesadaran Buddha. Dengan diwujudkannya Nammyohorengekyo menjadi sehelai Gohonzon dapat dikatakan bahwa Hukum Buddha benar-benar adalah untuk seluruh umat. Jika untuk mencapai kesadaran tetap mensyarakatkan Pintu - Hukum yang sukar dimengerti dan pertapaan berulang kali yang sangat jauh, maka umat akan menjadi semakin jauh dari Hukum Buddha. Hukum Buddha Nichiren Daisyonin adalah Hukum Buddha yang sesungguhnya untuk umat. Dengan menyebut Daimoku di hadapan Gohonzon umat dapat manunggal dengan Gohonzon yang diwujudkan mencakup segalanya dalam Lima Aksara - Tujuh Aksara.
2
Selama 2.220 tahun lebih semenjak kemoksyaan Sang Buddha hingga sekarang, karena penyakit dari hawa nafsu dan karma perbuatan buruk umat manusia adalah ringan, para tabib yang disebut orang arif... yang hadir nyata secara berkesinambungan... telah memberikan obat sesuai dengan penyakitnya. 36
Samantabadra | Mei 2015
Keterangan: Bagian ini menerangkan bahwa Gohonzon dari Sandaihiho yang ditegakkan oleh Nichiren Daisyonin setelah kemoksyaan Sang Buddha adalah obat manjur agung yang belum pernah ada hingga sekarang. Obat apakah yang ditegakkan dan ditunjukkan oleh agama Buddha yang ada hingga sekarang ini sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit umatnya? Sesudah kemoksyaan Buddha Sakyamuni, yakni pada Masa Saddharma dan Pratirupadharma, jiwa umat manusia masih belum kotor dan karma perbuatan buruknya masih ringan sehingga masih dapat dibimbing dengan ajaran Hinayana. Semi Mahayana dari Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra. Dikatakan bahwa umat Masa Akhir Dharma penuh dengan tiga racun yang kuat dan berkobarkobar. Namun, benarkah akar bakat orang-orang di Masa Akhir Dharma lebih buruk daripada di Masa Saddharma dan Pratirupadharma? Sekilas kelihatannya tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan lebih kuat pada masa lalu daripada masa sekarang. Mungkin tingkat kecerdasan manusianya tidak terlalu berbeda. Akan tetapi, pada masa lalu manusia tidak memperdulikan pembunuhan, bahkan ajang pembunuhan pernah dijadikan sebagai pertunjukan. Berdasarkan kenyataan ini dapat diperkirakan keserakahan dan kemarahan sangat kuat. Jika dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang canggih pada masa sekarang, pasti masa lalu dianggap lebih bodoh. Namun demikian mengapa tetap dikatakan bahwa umat Masa Akhir Dharma penuh tiga racun yang kuat dan berkobarkobar ? Memang meskipun pada jaman sekarang masih terdapat adat istiadat yang kasar atau biadab, namun pada umumnya mengutamakan keagungan jiwa. Misalnya, hukuman mati mulai dipermasalahkan dan
dihindari, dilarangnya penyiksaan di dalam penjara atau perilaku-perilaku lain yang dapat melukai jiwa. Namun perselisihan dan pertikaian masih saja terus terjadi. Tiga racun, yakni keserakahan, kemarahan dan kebodohan masih tetap kuat berkobarkobar. Pada setiap jaman memang terdаpat tiga racun yang kuat. Kenyataannya, dengan terjadi perubahan teknologi, perilaku dari tiga racun itu semakin licik. Pada jaman sekarang mungkin melukai orang secara terang-terangan sudah berkurang, tetapi banyak terjadi di depan orangnya tersenyum di belakang membuat kejahatan ataupun pembunuhan dengan kejam. Inilah yang disebut Masa Akhir Dharma. Hawa nafsu sederhana yang berskala kecil, berkisar di sekeliling diri sendiri berubah menjadi hawa nafsu besar berskala negara maupun dunia. Kita pernah mengalami kejamnya peperangan yang berskala dunia. Meskipun ilmu pengetahuan semakin maju sehingga kelihatannya manusia semakin pandai, sebaliknya malahan semakin meragukan agama, filsalat yang mengajarkan hal terpenting dalam kehidupan. Pernah terjadi peristiwa yang menunjukkan dendam kesumat dan kebencian yang membabi buta kepada filsafat yang agung maupun agama tertentu. Kecenderungan ini tidak lain dari `kebodohan’. Karma dosa yang dilakukan manusia juga semakin besar. Rasa egois manusia tidak hanya menyebabkan terjadinya bunuh-membunuh di antara manusia, tetapi juga tak henti-hentinya melakukan perbuatan yang mengorbankan segalanya. Dusta dan perbuatan licik semakin lama semakin kejam. Demikianlah keadaan umat dari Masa Akhir Dharma. Karma perbuatan buruk dari hawa nafsunya berat. Obat yang keras dan manjur tidak diperlukan bagi penderita penyakit ringan, namun diperlukan bagi penderita penyakit
berat. Demikan pula, umat yang mempunyai akar bakat yang baik dapat memperoleh kesadaran melalui ajaran Hinayana, Semi Mahayana dan lain-lain. Umat yang berakar bakat rendah tak dapat diselamatkan dengan ajaran biasa, harus dengan ajaran yang paling kuat. Umat yang mempunyai akar bakat yang telah dibina dapat memahami dan menjalankan pertapaan hanya dengan pembabaran teori yang sesungguhnya serta perumpamaan yang mudah dan sebab jodoh. Namun bagi umat yang akar bakatnya belum dibina, dari awal harus diajarkan mengenai badan hukum yang tinggi dan mutlak secara langsung serta harus diwujudkan fungsi kekuatan yang agung tersebut. Keterangan makna ajaran dan teorinya boleh dijelaskan kemudian. Umat pada Masa Saddharma dan Pratimpadharma tidak mempunyai keraguan terhadap agama itu sendiri. Pada masamasa itu, cukup diajarkan cara pertapaan yang jelas dan nyata, yakni melaksanakan sila, atau cara membaca, menyebut sastra dan sutra serta menyalinnya. Juga, hanya dengan memuji keagungan Sang Buddha dan keagungan tanah suci Sukhavati, dapat memasuki Jalan Kebuddhaan. Umat Masa Akhir Dharma mempunyai keraguan terhadap agama itu sendiri. Untuk umat seperti itu, harus ditunjukkan secara nyata mengenai hal yang dapat mengatasi penderitaan hidup mati dari akar pokok serta memecahkan dan mematahkan lapisan keraguan yang cukup kuat itu. Inilah sebabnya tanpa Hukum Buddha Nichiren Daisyonin, umat Masa Akhir Dharma tidak dapat diselamatkan.
3
Ditambah lagi bahwa umat di negeri Jepang, semuanya telah menjadi orang icchantika; pemfitnah Dharma besar. Jika diumpamakan, perbuatan buruk umat negeri Jepang lebih berat daripada
Mei 2015 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo cabang perbuatan-perbuatan buruk besar membunuh ayah dan ibu, gerakan memberontak, mengeluarkan darah dari badan Buddha dan lain-lain. Keterangan: Pada bagian ini ditunjukkan dengan tegas bahwa di Masa Akhir Dharma ini umat negeri Jepang telah sangat melanggar perbuatan buruk pemfitnahan Dharma yang besar. Pemfitnahan Dharma tersebut terutama dilakukan oleh orang yang seharusnya membimbing orang-orang yang sedang mempelajari Hukum Buddha menuju jalan yang benar. Malahan perbuatan buruk pemfitnahan orang ini lebih berat dari yang lainnya. Peringatan akan hal ini merupakan peringatan yang tegas untuk para pemimpin agama Buddha. Kutipan kalimat di atas menegaskan betapa beratnya perbuatan buruk pemfitnahan Dharma melalui perbandingan dengan lima perbuatan buruk besar. Lima perbuatan buruk besar adalah perbuatan buruk yang mengakibatkan imbalan yang berat. Hal ini karena telah melukai orang yang berbudi besar dalam rangka menjalani kehidupan sebagai manusia yang terlahir di masa ini. Gerakan memberontak adalah salah satu dan lima perbuatan buruk besar, yaitu yang disebut memecah belah himpunan penganut. Maka orang yang melanggar lima perbuatan buruk besar pasti akan terjatuh ke dalam Neraka Avici. Mengapa perbuatan buruk pemfitnahan Dharma lebih berat dan lima perbuatan buruk besar ? Hal ini berdasarkan cara pemikiran mengenai perbuatan buruk dalam Hukum Buddha. Memang, lima perbuatan buruk besar merupakan perbuatan buruk yang berat. Akan tetapi belum tentu merupakan perilaku memusuhi Hukum Buddha sendiri. Baik membunuh ayah, ibu, arahat maupun memecah-belah himpunan penganut dan juga mengeluarkan darah dari 38
Samantabadra | Mei 2015
badan Buddha, jika dilakukan berdasarkan pemfitnahan Dharma, maka akan termasuk sebagai pemfitnahan Dharma. Pemfitnahan Dharma adalah perilaku memfitnah Dharma itu sendiri, sehingga merupakan perbuatan buruk yang sangat besar. Dalam ajaran agama Buddha, Hukum adalah terunggul dan teragung karena merupakan bibit untuk melahirkan seluruh Buddha, para bodhisattva dan lainnya. Maka perbuatan buruk memfitnah Dharma sangatlah besar tanpa batas. Berdasarkan sudut pandang umum dan hukum negara, perbuatan yang tidak disengaja tidak menjadi tindakan kriminil. Perbuatan lima perbuatan buruk besar tidak mungkin tidak disertai keinginan tertentu. Tetapi jika tidak ada hati memusuhi Hukum Buddha yang tiada tara dan sangat agung, perbuatan itu dapat dipikirkan lebih ringan dari pada pemfitnahan Dharma. Jika lima perbuatan buruk besar dilakukan bersumber pada pemfitnahan Dharma, memang wajar untuk menerima hukuman yang besar. Hal ini karena kedua perbuatan buruk dari pemfitnahan Dharma dan lima perbuatan buruk besar saling melipatgandakan hukuman. Meskipun melanggar lima perbuatan buruk besar, jika menyadari Hukum Sebenarnya dan menumpuk pertapaan Jalan kebuddhaan, perbuatan buruk ini dapat dihapuskan dengan mudah. Perilaku memfitnah Dharma adalah perilaku mematahkan bibit Buddha sendiri, yakni kepercayaan kepada Hukum Sebenarnya yang merupakan Hukum inti hakikat. Yang dikatakan pemfitnahan Dharma lebih berat dari lima perbuatan buruk besar adalah wajar karena menutup diri sendiri dari Jalan Pencapaian Kesadaran Buddha seperti yang dikatakan dalam Saddharmapundarikasutra. Dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Kemudian mereka memutuskan seluruh bibit Buddha dalam masyarakat�. Namun jika dipikirkan lebih mendalam,
pemfitnahan dharma terhadap hukum sebenarnya akan menjadi jodoh terbalik. Maka sekalipun terjatuhsekali dalam neraka penderitaan yang tidak terputus-putus, pasti pada masa akan datang dapat diselematkan.
4
Namun seluruh umat negeri Jepang, masing-masing berpikir bahwa dirinya sendiri tidak bersalah dan pasti dapat meninggal dengan tenang serta dapat mencapai Kesadaran Buddha.
Keterangan: Apa yang diuraikan dalam kalimat di atas sama dengan pandangan keagamaan yang paling menonjol dalam masyarakat sekarang. Mungkin juga sama dengan jaman Nichiren Daisyonin hidup, jarang sekali orang yang menolak agama secara total. Pada umumnya orang pernah mengakui bahwa ia membutuhkan agama. Mereka juga berpikir bahwa mereka sendiri mementingkan agama. Mereka merayakan hari Natal, pada tahun baru pergi ke kuil dengan membeli jimat pelindung dari kuil. Dengan cara-cara seperti ini, mereka berpikir telah mementingkan upacara keagamaan, sehingga akan memperoleh karunia manfaat. Cara berpikir seperti ini sebenarnya sama saja dengan tidak mengetahui apa-apa tentang agama. Justru orang yang mengatakan bahwa mementingkan agama itu akan menbantah secara total analisis dan kritikan yang rinci terhadap ajaran agamanya. Ia menganggap hal itu merendahkan agamanya. Oleh karena itu dalam melakukan syakubuku demi tercapainya kosenrufu sangat penting untuk memberitahukan orang-orang yang berpurapura pandai itu atas ketidaktahuan mereka.
5
Perbuatan buruk kaum pria lebih berat dari pada perbuatan buruk kaum wanita. Perbuatan
buruk bhiksu lebih berat pari pada bhiksuni. Perbuatan buruk Guru Dharma yang mempertahankan sila lebih berat dari pada bhiksu yang melanggar sila. Perbuatan buruk orang arif lebih berat dari pada bhiksu yang mempertahankan sila. Keterangan: Pada masa surat ini ditulis; pengaruh kaum pria lebih besar dari pada kaum wanita. Pengaruh dari bhiksu yang telah meninggalkan keduniawian juga lebih besar dari pada penganut awam. Bhiksu ketika itu menempati kedudukkan kaum intelektual. Kalau orang yang tidak mempunyai kedudukkan dalam masyarakat mengkritik Hukum Buddha, tidak akan terlalu mempengaruhi banyak orang. Tetapi jika kritikan itu dilontarkan oleh orang yang dihormati orang banyak, tentu akan banyak diikuti dan dipercaya. Apalagi bila dilakukan oleh seorang bhiksu yang dianggap sudah mahir dalam ajaran Buddha. Jika ia mempunyai pendirian mengkritik Hukum Sebenarnya dan dengan itu menipu orang banyak, perbuatan buruknya sangat besar. Terlebih lagi bagi orang yang dihargai seperti Buddha hidup, karena dianggap sebagi bhiksu yang bersifat bersih dan unggul. Bila ia membohongi orang banyak dan memfitnah Dharma terhadap Hukum Sebenarnya, tidak ada perbuatan buruk lain yang dapat menandingi perbuatan buruknya. Devadatta dibabarkan jatuh hidup-hidup ke neraka Avici karena Ia telah menentang Buddha Sakyamuni. Ia melawan Sang Buddha dalam kedudukannya sebagai saudara sepupu dan yang dihargai oleh bermacam-macam orang, terutama oleh Raja Ajatasatru. Ryokan dari Kuil Gokuraku dianggap sebagi contoh utama dari Tiga Jenis Musuh Kuat. Ia menentang Nichiren Daisyonin dengan menggunakan taktik yang sangat licik, meskipun ia dihargai sebagai Mei 2015 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo cabang bhiksu yang mempertahankan sila. Apabila orang yang mempunyai kedudukkan penting dalam masyarakat dan dunia keagamaan mengkritik hukum sebenarnya, sekalipun dilakukan menuruti perasaan sendiri, ia akan diikuti orang banyak secara membabibuta. Maka perbuatan buruk mengkritik orang ini lebih besar jika dibandingkan dengan perbuatan buruk mengkritik dari orang yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan kemasyarakatan maupun ajaran agama Buddha. Hal ini karena sukar menemukan kekeliruan kritikan orang tersebut. Sebagai umpama, ia mengatakan tidak mau melepaskan atau mengganti kepercayaan yang sudah merupakan warisan leluhur turun-temurun. Ia bukan hanya mengatakan tidak menyukai sekte kita, bahkan juga mengatakan bahwa semua ajaran adalah sama karena semuanya dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni. Demikianlah keterangan dan alasannya seakan-akan benar, sehingga mudah diikuti orang banyak. Apalagi hal seperti sekte Syingon yang mengaku bahwa pintu Hukum Icinen Sanzen terdapat dalam sutra Mahavairocana. Sekalipun mereka mencuri makna dan memutarbalikkannya, orang biasa tidak menyadarinya. Dengan demikian pemfitnahan Dharma seperti itu lebih berat perbuatan buruknya. Jika orang yang mempertahankan Gohonzon mundur dari hati kepercayaan lalu mengkritik Gohonzon, tidak diragukan lagi perbuatan buruknya akan lebih besar dari pada orang yang tidak percaya kepada Gohonzon dan melakukan hal yang sama. Pengaruh perilakunya pada masyarakat dari orang yang sedang menjalankan hati kepercayaan akan lebih besar, prajnanya yang licik juga lebih hebat. Itulah sebabnya ia berbuat buruk lebih berat. Hendaknya mawas diri dan selalu waspada atas kemunduran hati kepercayaan serta jangan mudah mengkritik. 40
Samantabadra | Mei 2015
6
Mantera dan vajra-jnana dari Tathagata Mahavairocana dan mudra dari Tathagata Mahavairocana, 48 doa dari Tathagata Amitabha, 12 doa besar dari Tathagata Bhaisyaraja, tidak dapat berfungsi sebagai obat yang menyembuhkan penyakit berat ini. Mereka bukan hanya tidak dapat memusnahkan penyakit bahkan akan menambah parah penyakit tersebut. Keterangan: Pada bagian ini, untuk seluruh umat Masa Akhir Dharma yang berkarma paling buruk dan berbuat buruk paling berat, Nichiren Daisyonin menguraikan bahwa hanya Saddharma yang merupakan intisari Saddharmapundarika-sutra. Saddharma inilah yang diserahterimakan kepada Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Kutipan kalimat di atas memecahkan makna ajaran yang diwakili oleh Sekte Syingon, Sekte Jodo dan Sekte Tendai. Dikatakan bahwa ajaran dari sektesekte itu bukan hanya tidak ada karunia kebajikannya di Masa Akhir Dharma, bahkan akan menambah parah penyakit. Ajaran Semi Mahayana mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan umat pada 500 tahun akhir masa Saddharma dan Ajaran Bayangan Saddharmapundariksutra dapat menyelamatkan manusia masa Pratirupadharma. Namun sesudah memasuki Masa Akhir Dharma, ajaranajaran tersebut tidak ada karunia kebajikannya lagi, bahkan akan menambah parah penyakit. Apa sebabnya? Pertama, karena mereka memfitnah Dharma terhadap Hukum Sebenarnya. Sekte Syingon mengkritik dengan mengatakan, “Teori sama, fakta lebih unggul.” Sekte Amida mengatakan, “Teori jauh mendalam, yang memahami sedikit,” dan, “Di antara seribu tidak ada satu (yang mencapai
kesadaran Buddha)�. Meskipun Sekte Tendai menjadikan Saddharmapundarikasutra sebagai sutra andalan, tetapi menganggapnya sama dengan sekte Syingon akhirnya menjadi pemfitnah Dharma. Obat manjur kalau dicampur dengan racun akan menjadi obat beracun, sehingga wajar akan makin membuat parah penyakit dari pada menyembuhkannya. Dalam bab III Perumpamaan Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Dan memfitnah sutra ini... mengenai imbalan perbuatan buruk orang ini dengarlah sekali lagi... jika mereka menggunakan jalan pengobatan dan mengikuti aturan penyembuhan sebagaimana biasa kemudian hanya akan ditambah penyakit lainnya, atau akan membuat (pasien) mati dengan sia-sia. Jika diri sendiri jatuh sakit, tak seorang pun dapat menyelamatkan dan menyembuhkan mereka, meskipun telah meminum obat manjur. Bahkan sebaliknya menjadi parah�. Kedua, karena ajaran tersebut mengganggu pertapaan Hukum Sebenarnya. Umat masa akhir Dharma adalah umat yang mempunyai akar bakat dapat mewujudkan Dunia Buddha. Umat ini dapat mewujudkan Dunia Buddha dengan menerima dan mempertahankan Nammyohorengekyo yang membabarkan wajah fakta sesungguhnya dari jiwa. Jika kepada umat ini diajarkan tentang meninggal dengan tenang ke Dunia Sukhavati yang berarti melarikan diri dari kenyataan serta dianjurkan melakukan pertapaan pengamatan hati dan pengamatan hukum secara teoritis, umat ini sebaliknya akan merasa kebohongan ajaran tersebut dan juga merasakan bahwa ajaran itu terlepas dari kehidupan nyata sekarang ini. Pada akhirnya mereka menjadi terlepas dari Hukum Buddha itu sendiri. Pertapaan pengamatan hati dan pengamatan hukum secara teoritis adalah pertapaan yang tidak nyata dan jelas di jaman sekarang yang mementingkan hal
nyata ini. Apabila kalender tahun lalu digunakan pada tahun ini tentu akan timbul kekacauan. Ilmu meramal pernah berlaku pada jaman ilmu kedokteran belum maju. Tetapi sekarang ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, kalau tetap mengandalkan ilmu meramal, itu akan menghambat penyembuhan penyakit. Memikirkan hal ini, pada Masa Akhir Dharma hanya Hukum Buddha Nichiren Daisyonin sajalah yang merupakan ajaran yang tepat dengan waktu. Ajaran lainnya akan menjadi sesuatu yang menyembunyikan dan menutup Saddharma.
7
Empat Bodhisattva Agung yang disebut Bodhisattva Visishtakaritra dan lain-lain akan berdiri mendampingi di depan, belakang, kiri dan kanan dari kaum wanita yang memegang obat manjur ini (lima aksara). Jika wanita ini berdiri, maka empat Bodhisattva Agung juga ikut berdiri. Keterangan: Bagian ini menjelaskan tentang besarnya kekuatan kebajikan Gohonzon yang merupakan obat manjur agung dari Masa Akhir Dharma. Hal tersebut dijelaskan dengan menggunakan contoh yang mudah mengenai perlindungan Empat Bodhisatva. Di sini dikatakan, karena Empat Bodhisattva akan melindungi dengan kuat di depan, belakang, kiri dan kanan dari umat yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, maka kita sama sekali tidak perlu merasa takut. Seandainya Empat Bodhisattva ini malas melindungi, Buddha akan memarahi mereka. Juga diajarkan bahwa karunia kebajikan percaya kepada Saddharma adalah besar dan mutlak. Pada umumnya empat bodhisattva, yakni Bodhisattva Visishtakaritra dan lainlain, diuraikan sebagai Bodhisattva yang melindungi pelaksana Saddharmapundarikasutra. Pada khususnya, Nichiren Daisyonin Mei 2015 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo cabang sendiri yang berfungsi luar sebagai kelahiran kembali Bodhisattva Visishtakaritra. Maka Nichiren Daisyonin pasti akan melindungi Sennici Ama sebagai pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Berdasarkan uraian ini renungkanlah makna pokok dari `melindungi’. Orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra sendiri sudah merupakan Bodhisattva Muncul dari Bumi. Inilah yang dimaksud dengan kalimat, “Jika wanita ini berdiri, maka para Bodhisattva Agung ini juga ikut berdiri”. Wanita ini yakni Sennici Ama, berdiri sendiri sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi. Yang dimaksud dengan `melindungi’ dalam Hukum Buddha, bukan berarti dewa pelindung akan melindungi orang yang tidak mempunyai kekuatan. Pada waktu berdiri dengan tegas sebagai Bodhisattva Muncul Dari Bumi dan sebagai keluarga pokok Nichiren Daisyonin, para dewa akan mengikuti dan bergerak untuk menjaga orang itu seperti menjaga majikan. Disinilah terdapat makna `melindungi’. Bukan bermakna melindungi orang yang percaya karena pendiriannya lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga dikasihani oleh Buddha. Bagaimanapun, orang yang mempertahankan Saddharma mengatur gerakan dan fungsi dari dewa pelindung untuk mengeluarkan kekuatan sepenuhnya.
42
Samantabadra | Mei 2015
Para Buddha, bodhisattva dan pelindung bukan bertindak sebagai majikan. Justru orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dipandang sebagai majikan. Sekalipun dikatakan sebagai dewa pelindung, bukan terwujud nyata dengan rupa yang khusus atau bentuk tertentu yang menandakannya. Diuraikan seperti itu adalah agar lebih mudah dipahami umat. Baik Dewa Matahari, Dewa Bulan, dan lain-lain adalah nama yang diberikan pada fungsi `gerakan melindungi jiwa umat’. Oleh karena itu, bagaimana menerima dan menggunakan fungsi melindungi jiwa ini tergantung pada kekuatan jiwa orang itu sendiri. Orang yang kekuatan jiwanya sudah lemah dan mundur, betapapun suasana lingkungannya baik, tidak dapat menerima fungsi tersebut sebagai bahan gizi yang baik. Sebagai akibatnya, tidak ada jawaban perlindungan. Dengan percaya kepada Gohonzon, pelaksana Saddharmapundarika-sutra akan mewujudnyatakan jiwa Buddha pokok pada badan sendiri sehingga segalanya akan menjadi gerakan perlindungan atau gerakan para dewa. Inilah yang dimaksud dengan pembabaran dalam bab VI, Penganugerahan yang berbunyi, “Meskipun ada iblis Mara dan manusia Mara, semuanya akan menjaga Hukum Buddha.” eee
Mei 2015 | Samantabadra
43
44
Samantabadra | Mei 2015
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Sikap Doa yang Sesungguhnya
Pertanyaan : Saya sering mendengar bahwa dengan percaya kepada Gohonzon tiada doa yang tidak terkabulkan. Bagaimanakah sikap doa yang seharusnya agar hal ini dapat terwujud? Jawab : Gohonzon adalah perwujudan jiwa Buddha Niciren Daisyonin. Maka, sikap kita ketika berdoa di hadapan Gohonzon adalah seperti menghadap Buddha Niciren Daisyonin sendiri. Bila kita berdoa di hadapan Gohonzon tetapi tidak merasa bahwa kita sedang berhadapan dengan Buddha Niciren Daisyonin, berarti kita belum memiliki hati kepercayaan yang sesuai dengan kehendak Sang Buddha. Bila kita berdoa sesuai dengan hati kepercayaan yang sesuai dengan kehendak Sang Buddha, pasti doa apapun dapat terkabul. Setiap Buddha mempunyai tiga kebajikan secara lengkap dan terpadu, yaitu kebajikan raja yang bijaksana, kebajikan sebagai guru, dan kebajikan sebagai ayah bunda. Tiga kebajikan ini merupakan syarat mutlak sebagai Buddha. Pada waktu Gongyo pagi dan sore kita membaca ketiga kebajikan yang dimiliki oleh Buddha, tepatnya dalam bagian syair Bab Panjang Usia Tathagata Saddharmapundarika-sutra. Kebajikan raja tersirat dalam kalimat “Ga syi do annon”. (Tanah-Ku tenang dan tentram). Kebajikan guru tersirat dalam kalimat “Syaba
sekai seppo kyoke” (membabarkan ajaran di dunia saha). Sedangkan kebajikan sebagai orang tua tersirat dalam kalimat “Ga yaku i se bu” (Aku adalah ayah dari dunia ini). Kebajikan raja adalah tanggung jawab untuk kebahagiaan setiap makhluk hidup dan kesejahteraan tanah air. Kebajikan guru berarti kemampuan untuk membimbing setiap manusia mencapai kebahagiaan mutlak. Kebajikan ayah bunda adalah maitri karuna untuk melepaskan setiap manusia dari penderitaan hingga ke akarakarnya. Kebajikan raja, guru, dan ayah bunda ini dimiliki secara utuh oleh Buddha, tanpa terpisah-pisah. Dengan percaya kepada Gohonzon yang mencakup ketiga kebajikan secara sempurna kita dapat mewujudkan kekuatan ketiga kebajikan tersebut. Adaya kebajikan majikan dari Gohonzon menjamin tersedianya sandang, pangan dan papan, serta kebutuhan lainnya yang diperlukan. Kebajikan guru dari Gohonzon mempunyai kekuatan untuk membimbing kita mengetahui hal yang benar dan yang salah; untuk menimbulkan prajna yang tepat dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan ini; untuk menyadarkan kekeliruan-kekeliruan yang telah kita lakukan; dan sebagainya. Kebajikan ayah bunda dari Gohonzon berarti bahwa limpahan maitri karuna dari Gohonzon tidak pernah terputusputus kepada manusia yang menderita. Jika direnungkan, betapa bahagia kita dapat percaya Mei 2015 | Samantabadra
45
materi ajaran | forum diskusi kepada Gohonzon yang mempunyai kebajikan seperti itu ! Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi dalam kehidupan ini. Namun demikian, terwujud tidaknya kebajikan yang sempurna dari Gohonzon tergantung pada sikap hati kepercayaan kita sendiri. Hal ini merupakan suatu kewajaran. Jika kita bekerja dengan rajin, tekun, sungguhsungguh dan mengutamakan majikan, dengan sendirinya perhatian majikan kepada kita juga besar. Tetapi sebaliknya, tanpa bekerja keras kita menuntut berbagai hal kepada majikan, tentu saja tidak akan diperdulikan. Jika kita mendengarkan petunjuk yang diberikan guru, kemudian mencamkannya dalam hati dan melaksanakannya, tentu kita memperoleh kemajuan. Guru juga akan terus membimbing kita dengan baik. Sebaliknya, bila kita tidak mau memperdulikan bimbingan dari guru dan bersikap sekehendak hati sendiri, guru yang sehebat apapun juga tidak dapat memberi kemajuan kepada kita. Demikian pula dengan orang tua. Maitri karuna orang tua kepada anaknya tidak pernah terputus. Tetapi, jika si anak itu sendiri tidak mau menerima maitri karuna tersebut, dapatkah orang tua disalahkan ? Dengan demikian, terkabul tidaknya doa kita tergantung kewajaran, yaitu sesuai dengan tebal tipisnya kepercayaan kita serta giatnya pelaksanaan. Ada kalanya apa yang kita doakan langsung terkabul. Apabila hal ini terjadi, hati kepercayaan kita kepada Gohonzon tentu meningkat. Tetapi ada juga yang telah kita doakan sekian lama tidak juga terkabul. Dalam hal ini mungkin kita menjadi ragu-ragu akan kekuatan Gohonzon dan merasa doa kita sia-sia belaka. Sebenarnya, Daimoku yang telah kita sebut tak akan sia-sia, tetap menumpuk karunia kebajikan dalam jiwa. Teruskanlah Daimoku dengan sungguh-sungguh, kita pasti mendapat jawaban dari apa yang kita doakan. Jawaban itu tidak berarti apa yang kita inginkan akan terjadi, namun dapat saja berupa kesadaran dalam diri kita. Kesadaran-kesadaran yang kita peroleh itu juga merupakan jawaban dari doa kita. Karunia kebajikan dari Gohonzon luas dan dalam, sehingga tanpa diminta atau
46
Samantabadra | Mei 2015
tanpa didoakan kita akan mendapatkannya. Misalnya saja, perombakan sifat jiwa kita atau munculnya keistimewaan-keistimewaan yang kita miliki. Setelah sekian lama menjalankan hati kepercayaan secara sungguh-sungguh, biasanya kepribadian kita menjadi berkembang. Kita menjadi manusia yang berbeda dari sebelumnya. Perbedaan itu tentu saja menjurus kepada hal-hal yang positif, karena bersumber pada bangkitnya jiwa Buddha kita. Inilah karunia yang nyata dari penyebutan Daimoku yang ditumpuk dalam jiwa. Tumpukan Daimoku dalam jiwa juga memberi karunia yang tidak nyata, yaitu jiwa kita menjadi bersih dan kita memasuki jalan pencapaian Kesadaran Buddha. Nyata atau tidak apa yang kita doakan, pada pokoknya, yang terpenting adalah terus menyebut Daimoku secara berkesinambungan. Pertanyaan : Setelah menerima Gohonzon saya merasa kesulitan hidup semakin banyak bermunculan. Mungkinkah saya tidak cocok dengan kepercayaan ini?
Jawab : Merupakan suatu hal yang wajar bila dalam kehidupan kita terdapat suka dan duka, penderitaan dan kebahagiaan. Suka duka dalam kehidupan adalah pemacu semangat untuk terus bergerak secara dinamis. Baik seseorang yang menerima Gohonzon atau tidak, ia tetap mengalami penderitaan dan kebahagiaan. Penderitaan dan kebahagiaan itu bersumber dari perasaan jiwa orang itu sendiri. Sama sekali bukan disebabkan oleh kepercayaan yang dianutnya. Jika penderitaan atau kesulitan itu berasal dari perasaan jiwa orang itu sendiri, apa bedanya orang yang percaya Gohonzon dengan yang tidak ? Tentu saja ada perbedaan yang amat besar. Tanpa menerima Gohonzon, orang tidak dapat membuka jiwa Buddha yang terdapat dalam dirinya. Karena jiwa Buddhanya tidak bangkit, orang tersebut akan terus berputar dalam penderitaannya. Ia tidak dapat mengatasi penderitaan tersebut dari akarnya. Sebaliknya, hati kepercayaan
kepada Gohonzon akan membangkitkan jiwa Buddha yang terpendam dalam diri, sehingga kesulitan seberat apapun pasti dapat diatasi. Hanya Gohonzon satu-satunya jodoh untuk membangkitkan jiwa Buddha. Buddha Niciren Daisyonin dengan mahamaitri mahakaruna mewujudkan jiwaNya ke dalam Gohonzon. Ini dimaksudkan agar umat manusia pada Masa Akhir Dharma ini dapat mencapai kebahagiaan yang mutlak. Oleh karena itu, siapapun yang percaya kepada Gohonzon dan melaksanakannya, pasti merasakan karunia kebajikan tak terhingga yang terkandung di dalam Gohonzon. Karunia kebajikan dari Gohonzon adil dan merata kepada seluruh umat manusia. Tidak mungkin ada orang yang tidak cocok dengan Gohonzon ini, karena Gohonzon adalah perwujudan Hukum alam semesta. Sama halnya, tidak seorang pun di dunia ini yang tidak cocok dengan matahari, angin, air, pohon serta rumput, dan sebagainya. Buddha Niciren Daisyonin sendiri adalah perwujudan Hukum alam semesta, atau tegasnya, Beliau sendiri adalah perwujudan Hukum Nammyohorengekyo itu sendiri. Persenyawaan antara Manusia (Niciren Daisyonin) dengan Hukum (Nammyohorengekyo) adalah Gohonzon. Jiwa kita berada secara kekal abadi. Kita hidup bukan hanya pada masa sekarang saja, melainkan sudah terlahir berulang kali tak terhitung selama kalpa yang tak terbatas. Dalam perputaran hidup dan mati itu kita menumpuk karma. Tumpukan karma buruk terwujud dalam kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Sekarang, setelah menerima Gohonzon kita dapat mengatasi kesulitan tersebut secara tuntas. Namun, tidak berarti karena kita mempunyai Gohonzon kita tak perlu menghadapi kesulitan tersebut. Bagaimana juga, kita pasti mendapatkan imbalan dari sebab akibat yang telah kita tumpuk. Gohonzon yang mempunyai tiga kebajikan amat maitri karuna. Kesulitan yang kita rasakan pasti dapat kita atasi, karena Gohonzon tidak akan mengeluarkan kesulitan lebih berat dari kemampuan kita untuk tabah. Sama seperti seorang majikan yang tidak akan
memberi tugas di luar kemampuan pegawainya; atau seorang guru tidak memberi bimbingan yang tidak dapat dicerna oleh siswanya; atau orang tua yang tidak menyuruh anaknya melakukan sesuatu yang tidak berguna. Apabila kita telah mempunyai kemampuan untuk menanggung kesulitan sebanyak 15 kg, maka karma yang keluar dari timbunan gudang karma kita hanya 10 kg. Sejalan dengan meningkatnya hati kepercayaan kita, semakin kuat pula kita mengatasi imbalan sebab akibat yang muncul nyata. Dan sejalan dengan keluar nyata imbalan tersebut, semakin bersih jiwa kita. Untuk memudahkan, mari kita perhatikan contoh di bawah ini. Sebab akibat buruk yang menumpuk dalam jiwa kita selama perputaran hidup dan mati bagaikan kotoran yang melekat pada baju. Baju tersebut sangat kotor, karena kotoran yang melekat banyak sekali; sama halnya dengan karma yang tertumpuk memenuhi jiwa kita. Jika baju tersebut kita rendam dalam air, kita beri bubuk detergen, dikucek, disikat, dan digilas, maka kotoran tersebut rontok dan larut dalam air. Air menjadi keruh tetapi baju menjadi bersih. Kesulitankesulitan yang keluar bagaikan air yang keruh itu. Tetapi karena kesulitan tersebut keluar semua, jiwa kita menjadi bersih. Berbagai kesulitan yang timbul hendaknya memacu kita untuk semakin gigih melakukan perombakan sifat jiwa. Terimalah kesulitan yang timbul dengan tekad bahwa inilah saat bagi saya untuk merombak nasib secara tuntas. Karunia agung dari Gohonzon membuat tumpukan karma buruk yang telah kita buat sejak hidup mati berulang kali yang tak terbatas dapat lenyap dengan segera, seperti embun yang disinari oleh matahari pagi. Agar hal ini terwujud nyata, yang terpenting adalah keberanian untuk menerima kesulitan tersebut sebagai imbalan sebab akibat yang kita buat sendiri. Kita tak menyalahkan siapapun, kita tak mengeluh, kita tak berusaha mencari jalan penyelesaian dengan berbagai cara. Satu-satunya adalah kita berdoa dengan sikap seharusnya kepada Gohonzon. Pasti kita mendapatkan bukti nyata dari kepercayaan kita. eee
Mei 2015 | Samantabadra
47
syin gyo gaku
Makna Gohonzon Apakah itu Gohonzon? Gohonzon itu jiwanya Buddha Dharma dan merupakan landasan pokok kehidupan. Honzon berarti pokok yang dihargai, yakni obyek yang dipercaya sebagai landasan pokok kehidupan. Dalam setiap agama ada Honzon yang diwujudkan melalui ajaran pendiri sektenya sendiri secara kongkrit yang akan berbeda karena perbedaan ajaran masing-masing sekte. Kepercayaan atau sraddha adalah teori sad. Dalam masyarakat juga dikatakan jika bergaul dengan warna merah, akan menjadi merah. Demikian pula dengan sembahyang, percaya dan penghayatan atas Gohonzon sebagai pokok, maka ajaran dan sifat yang diwujudkan pada Gohonzon dapat diterima dalam jiwa secara langsung. Hal ini dikatakan sebagai sraddha, yakni jika kita percaya pada Honzon bukan hanya penerapan intelektual atas suatu falsafah sebagai pandangan kehidupan diri kita, melainkan dengan adanya sraddha, Gohonzon dan diri akan bersatu dan mempunyai gerakan terpadu bersama-Nya. Oleh karena itu, walau bagaimanapun adanya ajaran dan pedoman yang unggul itu, agar dapat bersatu dengan diri kita secara langsung dan mendalam, kita memerlukan Gohonzon sebagai obyek pemujaan yang dipercaya. Sementara itu, dalam agama-agama yang dikenal umumnya tidak mengandalkan Honzon sebagai landasan pokok kehidupan. Dalam ajaran Kristiani, meskipun orang-orang percaya Tuhan sebagai pencipta seluruhnya tetapi obyek yang disembah dan dipasang di gereja adalah Yesus Kristus di atas salib. Salib bukan ditentukan oleh Yesus Kristus sebagai pendiri agama, tetapi belakangan hari orang-orang membuat obyek pemujaan tersebut. Seperti juga Rissyo Kosekai. Sejak mereka mendirikan wadah organisasi pada
48
Samantabadra | Mei 2015
tahun 1938, Honzon diubah enam kali sampai sekarang sedemikian rupa sehingga pencetus sekte ini tidak dapat menegakkan Honzon yang merupakan landasan jiwa dan rangkuman tegas agamanya. Orang-orang yang percaya agama itu belum tentu mengetahui makna sesungguhnya dari Honzon-nya. Bahagia atau tidak bahagianya seseorang turut dipengaruhi oleh Honzon sebagai obyek sembahyang. Seperti telah diuraikan sebelumnya suatu kepercayaan mencakup baik ajaran maupun sifat yang dicakup oleh Honzon tersebut. Ajaran dan sifat ini akan diterima jiwa kita melalui keyakinan kita. Misalkan, jika seseorang yang percaya pada Honzon yang sesat dan buruk, sifat dan kehidupan orang itu akan menjadi penuh derita, terpuruk, dan tidak bahagia. Coba kita bayangkan agama yang menyembah anjing hutan, ular atau sejenisnya sebagai Honzon. Dalam hal ini orang-orang itu menghargai anjing hutan atau ular sebagai pokok kehidupan lalu menerima dan memasukannya ke dalam jiwa kita. Maka pada akhirnya akan terwujud jiwa kebinatangan dalam jiwa kita dan keadaan jiwanya akan sama dengan binatang. Dari jwa kita akan timbul kecenderungan jiwa binatang anjing hutan. Meskipun dapat sebagian karunia kebajikan yang timbul dari tenaga jiwa anjing hutan, tetapi akhirnya jiwa kita akan menjadi sama dengan jiwa binatang, sehingga orang sama sekali akan kehilangan kekuasaan dan prajna yang benar sebagai manusia. Maka, orang akan jatuh ke dalam ketidakbahagiaan. Dalam masyarakat umum, ada banyak sraddha tetapi akan berbeda jauh jika kita percaya kepada dewa sebagai pokok dan ajaran dari falsafah tersohor di dunia. Apalagi kita percaya suatu agama dan menegakkan Honzon melalui kepercayaan itu, agama dan kita akan
bersatu padu. Maka, jika salah memilih agama, kehidupan akan jatuh ke kehancuran total. Oleh karena itu, memilih percaya kepada agama terungul sebagai obyek sembahyang itu penting sekali. Niciren Daisyonin mengatakan, “Harus menggunakan Honzon yang unggul.” Dengan demikian, Honzon yang rendahan dan sesat menyebabkan agama itu sesat. Honzon yang benar dan sejati menyebabkan agama yang benar dan sejati yang akan memberi karunia kebajikan sesungguhnya kepada umat.
Gohonzon Niciren Daisyonin: Gohonzon Ninpo Ikka dan Mencakup Ketiga Kebajikan Telah diuraikan di atas, bahwa benar atau sesatnya Honzon akan memberi pengaruh besar bahagia atau tidaknya orang yang percaya. Orang-orang tidak tahu ada agama yang menyembah binatang yang sebenarnya lebih rendah dari manusia, atau memproyeksikan kekuatan adidaya eksternal yang tidak didasari hukum sebab-akibat. Buddha Sakyamuni sendiri juga melarang para siswa-Nya menyembah patung Buddha Sakyamuni, tetapi orang tetap menyembah patung Buddha Sakyamuni karena dianggap amanat Buddha Sakyamuni. Orang-orang itu tidak mengetahui apakah sesungguhnya Honzon dan juga tidak tahu alasan menyembah Honzon itu. Akhirnya, perilaku ini akan menghancurkan kehidupan diri. Perilaku ini patut diwaspadai dan sungguh merupakan perilaku yang bodoh. Coba kita angkat beberapa contoh. Sekte Syingon membangkitkan fakta yang dibabarkan Buddha Sakyamuni sendiri bahwa Buddha Sakyamuni menyatakan untuk mengutamakan Saddharma-pundarika-sutra, sedangkan masing-masing mempertahankan sastra sendiri sebagai yang utama. Maka mereka menganggap Buddha Amitabha/Dainici Nyorai sebagai Honzon. Tetapi pendiri Sekte Jodo dan Syingon semua akhirnya mendapat hukuman Buddha. Maka wafatnya tidak lazim. Zenpo/ Honen dari Sekte Jodo, Jenrui Sanyo, Kobo dan
lain-lain dari Sekte Syingon merupakan bukti nyata jatuh ke neraka karena keliru memilih Honzon untuk dijadikan landasan kehidupan. Niciren Daisyonin menyatakan tentang dunia agama yang begitu mencampuradukkan Honzon. Dalam gosyo dikatakan, “Berbagai sekte tersesat dalam hal Honzon.” Oleh karena itu, menilai Honzon yang sesuai harus dengan patokan analisis mendetail agama sejati dengan asas Kelima Pedoman Agama/ Perbandingan Lima Susun atau Keempat Susun Bangkit dan Musnah Tenden. Honzon yang terpilih berdasarkan analisis agama di atas tak lain Dai Gohonzon – Sandai Hiho yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin. Percaya Honzon yang ditegakkan sekte lain bertentangan dengan Dai Gohonzon yang terunggul. Oleh karena itu, orang yang berperilaku demikian sulit memunculkan kebahagiaan. Dai Gohonzon yang diwujudkan oleh Niciren Daisyonin mencakupi Ketiga Kebajikan; Raja, Guru, Orang Tua, sehingga merupakan badan pokok jiwa Buddha. Yang dimaksud Ketiga Kebajikan ialah sifat kebajikan yang meliputi jiwa-Nya yang merupakan gerakan Raja yang melindungi keluarga/keturunan (Kebajikan Raja), kepemimpinan yang membimbing umat ke suasana mutlak (Kebajikan Guru), maitri karuna seperti ayah bersikap tegas terhadap anak (Kebajikan Orang Tua). Niciren Daisyonin dalam gosyo mengatakan, “Buddha adalah raja Dunia Manusia dan Dunia Surga, merupakan ayah-ibu segenap umat juga guru pembimbing yang membuka jalan Kebuddhaannya (1350). Gohonzon yang memiliki kekuasaan yang melengkapi Ketiga Kebajikan ini dapat dikatakan Honzon yang benar yang sungguh dapat menyelamatkan umat manusia. Oleh karena itu, sikap hormat kita di depan Gohonzon ialah menganggap Gohonzon sebagai Raja yang bijaksana, Guru yang membimbing kita ke kebahagiaan sebenarnya dan Orang Tua yang senantiasa bermaitri karuna kepada kita. Dengan bersraddha secara tulus dan murni, menjalankan Gongyo Daimoku dengan sungguh hati menuntut ajaran kepada Gohonzon, kita Mei 2015 | Samantabadra
49
syin gyo gaku dapat memunculkan sebagian jiwa Buddha dari jiwa kita dan akan mencapai Issyo Jobutsu. Gohonzon Niciren Daisyonin adalah Gohonzon Ninpo Ikka (Perpaduan Manusia dan Dharma). Walaupun ada ajaran Dharma terunggul di alam semesta, jika tidak ada Manusia (Buddha) yang menyadari dan membabarkannya, tidak dapat menjelaskan keberadaan Dharma tersebut. Sebaliknya meskipun dikatakan Buddha, jika tidak menyadari Dharma sumber pokok alam semesta raya ini, sebenarnya merupakan orang biasa. Niciren Daisyonin itu Buddha Pokok yang menyadari Dharma sumber pokok yang membimbing umat ke pencapaian kesadaran Buddha dan kesadaran diri sebagai kesadaran Buddha, yang diwujudkan dalam sehelai mandala Pusaka. Maka Niciren Daisyonin disebut Honzon manusia (Nin Honzon) dan Mandala Pusaka Gohonzon sebagai Honzon Dharma (Ho Honzon). Dari segi isinya, Honzon Niciren Syosyu betul-betul satu badan, maka disebut Gohonzon Ninpo Ikka. Kadang-kadang orang tidak tahu dan sombong, mengejek tanpa mengetahui makna mendalam hukum Ninpo Ikka. Dikatakannya, meskipun itu Gohonzon, Gohonzon itu sesuatu yang diwujudkan Manusia. Padahal walau bagaimanapun unggul ajaran Dharmanya, mutlak perlu Manusia yang membabarkan dan mewujudkan-Nya. Niciren Daisyonin mengatakan, “Untuk mewujudkan pintu dharma Icinen Sanzen perlu Mandala Pusaka ini. Cendekiawan jaman ini yang belajar setengah-setengah tidak akan mengetahui pintu dharma ini meskipun dalam mimpi (1339).� Demikianlah, meskipun kita belum bisa memahami Gohonzon, Gohonzon ini badanpokok jiwa Buddha Pokok Niciren Daisyonin. Kita harus menghormati Gohonzon dengan percaya Gohonzon adalah perwujudan jiwa Buddha Niciren Daisyonin. Orang yang bersraddha dengan kuat akan menganggap Gohonzon sebagai perwujudan jiwa Buddha Niciren Daisyonin. Kita juga berusaha dan bertapa sehari-hari agar mutu sraddha
50
Samantabadra | Mei 2015
sedemikian rupa dan memperoleh pengalaman dan belajar Buddha Dharma dengan sungguh hati agar kita dapat meyakini Gohonzon adalah Buddha Niciren Daisyonin yang hidup. Jika kita dapat menganggap Gohonzon itu Buddha Niciren Daisyonin yang hidup, kita bisa percaya dan menjalankan sraddha seperti dikatakan Y.A. Bhiksu Tertinggi ke-26, Nicikan Syonin, “Tak ada doa yang tak terkabulkan, tak ada dosa yang tidak musnah, karunia kebajikan tak ada yang tak datang, dan tak ada yang tidak dinyatakan agama sebagai teori.� Demikianlah uraian tentang asal-muasal Gohonzon dan sikap pelayanan-Nya.
Altar Gohonzon dan Sikap Penghormatannya Bagian ini mencoba menerangkan bagaimana melayani di depan Gohonzon. Semangat pokok melayani Gohonzon ialah bahwa Gohonzon itu badan hidup Buddha yang meliputi Ketiga Kebajikan. Inilah pokok sraddha. Jika kita berpikir dari segi sraddha ini, kita akan bisa melayani tanpa sikap tak sopan. Pada saat menerima Gohonzon sebagai pinjaman Kuil Niciren Syosyu, seyogyanya kita menerima Gohonzon itu dengan memegang Buku Kyobon terbuka dengan posisi lebih tinggi dari mata kita dan menerima-Nya dengan Buku Kyobon itu. Setelah menerima Gohonzon di dalam Buku Kyobon, kita harus membukusnya dengan sapu tangan dan secepat mungkin menyemayamkan-Nya di dalam sebuah butsudan dan jika mungkin menyemayamkanNya bersama anggota maupun pengurus DPD. Pada khususnya mintalah petunjuk khusus pemasangan Gohonzon agar tidak merusak atau mengotori Gohonzon. Jika menyemayamkan Gohonzon di butsudan sendiri atau akan memindahkan Gohonzon karena pindah rumah, perlu Anda perhatikan dengan seksama agar sebaiknya jangan dilakukan sendiri, namun mintalah bantuan pengurus DPD maupun anggota senior yang bersraddha mantap. Jika melaksanakan pemasangan Gohonzon sendiri, ada kejadian umat yang akhirnya tanpa sadar
memasang Gohonzon tanpa hormat. Apalagi jika menggulung dan menyimpan Gohonzon di butsudan lambat laun akan meremehkan Gohonzon, sehingga tanpa sadar umat menyeleweng. Dalam menyemayamkan Gohonzon, karena Gohonzon memiliki Ketiga Kebajikan yang membimbing kita ke kebahagiaan tertinggi, maka seyogyanya kita menyemayamkan Gohonzon di tempat terbaik di rumah. Biasakan menggunakan butsudan untuk menyemayamkan Gohonzon, tetapi jika tidak mungkin karena perekonomian keluarga dan alasan lainnya, diperkenankan menggunakan wadah lain sebagai pengganti butsudan. Jika tak ada pintunya, buatlah dengan kain atau kertas lain agar tetap dapat membuka dan menutup butsudan. Di dalam butsudan, penyemayaman Gohonzon sebaiknya jangan terlalu tinggi atau rendah dari garis mata kita ketika bersimpuh. Posisi butsudan agar lebih atas dan jangan memasang atau menaruh sesuatu di atas Gohonzon atau jangan memasang foto di atas butsudan. Alasannya, kita mendasarkan diri bersraddha sungguh-sungguh dengan menganggap Gohonzon lebih penting dari Honzon-honzon lainnya. Maka, kita tak perlu terlalu berpikir tentang formalitas. Camkan benar-benar bagaimana melayani Gohonzon yang terunggul itu dari lubuk hati Anda Di sebelah kanan altar Gohonzon dipasang lilin, kiri daun syikimi, di tengah tempat dupa. Formasi ini disebut Ketiga Kelengkapan. Kelengkapan ini tak boleh diabaikan dalam menjalankan pertapaan jalan Kebuddhaan dari segi bentuk (kegi) dan juga untuk mengagungkan di depan Gohonzon ada lagi cara Kelima Kelengkapan (gusoku): di tengahtengah dupa, kanan-kiri lilin dan daun syikimi. Baik daun syikimi, dupa maupun lilin mempunyai makna dari segi Buddha Dharma. Api lilin melukiskan sinar prajna Buddha (Sambhogakaya). Daun syikimi melukiskan perilaku Buddha (Nirmanakaya). Asap dupa melambangkan jiwa Buddha yang mencakup prajna/ci dan suasana/
kyo (Dharmakaya). Berdasarkan makna ini, baik Ketiga Kelengkapan atau Kelima Kelengkapan (lilin-syikimi-dupa) sebaiknya diletakkan bersama-sama dengan posisi satu garis horizonal, karena dupa dikeringkan dari daun syikimi dan api lilin dengan daun syikimi digabung (dikeringkan) menjadi asap dupa. Ini bermakna mewujudkan rupa arti Buddha yang memiliki Sambhogakaya (prajna), Nirmanakaya (perilaku), Dharmakaya yang melengkapi Sambhogakaya/Hossyin dan Nirmanakaya/Ojin. Jika kita tidak teratur memasang lilin, daun syikimi dan dupa, kita tidak dapat melukiskan makna mendalam ini. Penggunaan daun syikimi sudah lazim. Masyarakat umum menggunakan bunga berwarna-warni. Memang kelihatannya bunga itu sepintas cantik, namun dalam waktu singkat akan rontok dan berubah warna, akhirnya mati. Maka dari segi Dharma Buddha, bunga itu akan menunjukkan ketidakkekalan/ kefanaan. Untuk menyumbang kepada Gohonzon ada yang tidak musnah selamalamanya secara kekal baiknya. Daun berwarna tidak cocok, sedang daun syikimi adalah daun yang senantiasa hijau dan jika airnya ganti setiap hari, daunnya tidak akan rontok selama setengah bulan. Ditambah lagi daun syikimi satu-satunya pohon wangi di Jepang. Maka di Niciren Syosyu, kita memasang daun syikimi di depan Gohonzon. Menyumbang dupa pada umumnya dilakukan dengan cara membakar tiga batang yang menggambarkan Triratna: Buddha – Dharma – Sangha. Membakar tiga batang dupa tidaklah diharuskan. Masyarakat umum biasanya memasang dupa dengan posisi ditegakkan, tetapi di dalam Niciren Syosyu sejak dahulu kita memasang dupa dengan posisi ditidurkan. Ini dilakukan berdasarkan makna ajaran supaya hati tidak kacau balau, karena jika dengan posisi ditegakkan, abunya akan berantakan. Alasan utama membakar dupa dengan wewangian dupa suci dan bersih di depan altar Gohonzon ialah sebagai dana paramitha kepada Buddha. Itulah sikap mengagungkan dan menghias di altar Gohonzon. Mei 2015 | Samantabadra
51
syin gyo gaku Sebagai sikap pokok melayani Gohonzon, janganlah lupa bahwa berdasarkan sraddha kepada Gohonzon atau Niciren Daisyonin, maka sikap melayani Gohonzon itu sikap melayani Niciren Daisyonin yang hidup. Niciren Daisyonin berujar, “Harus memiliki sikap sraddha bahwa menyebut nama Buddha, membaca sutra, menyumbang daun dan membakar dupa semua adalah akar kebaikan karunia kebajikan yang disimpan dalam icinen kita. Dengan demikian, umat harus menganggap hati kepercayaan kepada Gohonzon merupakan pertapaan jalan Kebuddhaan yang pentin bersama-sama Gongyo Daimoku. Maka, kita tidak akan mendapat karunia kebajikan sesungguhnya jika kita menganggap remeh atau menganggap pelayanan itu sesuatu tambahan atau timbul rasa malas. Jika kita mendasari sraddha bahwa Gohonzon adalah Niciren Daisyonin, mustahil tidak memelihara kebersihan dan kesucian di depan Gohonzon. Ketika membersihkan Gohonzon kita menggigit sehelai daun syikimi supaya Gohonzon tidak terkena hawa kotor secara langsung. Demikian juga vas maupun tempat dupa dll. agar selalu dibersihkan. Pintu butsudan ketika bangun pagi dibuka dan ketika istirahat ditutup, tetapi ketika kita keluar rumah atau sering keluar-masuk sebaiknya ditutup. Air daun syikimi setiap pagi ditukar. Pada waktu mengganti air, siramilah ke semua helai daun dan cucilah kotoran akar daun syikimi agar jiwa daun syikimi lestari. Untuk berdana paramitha kepada Gohonzon, kita menyediakan air, nasi, dll. Di Niciren Syosyu, menyumbang air ini bukanlah air teh atau air panas. Air yang akan dipersembahkan setiap pagi diambil sebelum orang menggunakanya dan letakkanlah 1 lembar daun syikimi di dalamnya. Persembahan air di depan Gohonzon diletakkan sebelum melaksanakan Gongyo Pagi dan diangkat sebelum melaksanakan Gongyo Sore. Persembahan nasi berbeda dengan air karena nasi tidak ditaruh seharian. Pada saat memasak nasi, nasi yang baru
52
Samantabadra | Mei 2015
dimasak langsung dipersembahkan di depan altar. Pada waktu mempersembahkan nasi, panjatkan Doa-dalam-Hati ingin menyumbang demi membalas budi dan mengucapkan terima kasih kepada Triratna Pembibitan dan lantunkan Nam-myoho-renge-kyo dan sambil memukul bel 3 kali. Ketika mengangkat nasi, lagi-lagi lantunkan Daimoku 3 kali langsung (3 kali bermakna berdana paramitha kepada Triratna). Selain itu, umat diperkenankan mempersembahkan buah dan kue yang bersumber pada kesungguhan hati dengan menghindari persembahan ikan, daging, bawang merah, bawang putih, dan sebagainya. Ketika kita berdana paramitha buah, kue, biskuit, dan sebagainya. Anda juga memukul bel 3 kali dan melantunkan 3 kali Daimoku. Demikianlah telah diuraikan sikap dasar yang baik untuk menghormati Gohonzon. Tetapi pokok penting sraddha ialah kita menganggap Gohonzon sebagai Buddha yang hidup. Maka pada saat ada gempa bumi dan kebakaran, kita harus pertama-tama mengamankan Gohonzon. Pada saat melakukan pelayanan, baik pelayanan maupun kebersihan, perlu berhati-hati agar jangan sampai air daun syikimi atau lilin mengotori altar Gohonzon. Bersihkanlah debu-debu dari permukaan Gohonzon secara rutin. Berhati-hatilah memperlakukan Gohonzon sambil menggigit daun syikimi di mulut dan gunakan kain atau tisu lembut yang bersih untuk membersihkan debu yang menempel di permukaan Gohonzon. Seandainya Anda terlalu takut pada Gohonzon sampai-sampai debu menumpuk di permukaan Gohonzon, Anda malah sebaliknya tidak menghargai Gohonzon. Terakhir, pada saat keluar dan kembali ke rumah pertama-tama berilah sambutan kepada Gohonzon dengan melantunkan Daimoku 3 kali di hadapan Gohonzon dan juga pada saat datang ke rumah umat dan vihara jangan lupa beri sambutan kepada Gohonzon dengan tiga kali menyebut Nammyohorengekyo. eee
cermin kehidupan
Menjalani Hidup Seperti Bunga Teratai
Sherly (32), adalah umat NSI daerah Sukabumi, Jawa Barat. Di usianya yang masih terbilang muda, Sherly mampu berwirausaha sebagai petani puyuh yang cukup sukses di Sukabumi. Dalam mengembangkan usahanya, identitas Sherly sebagai perempuan, beretnis Tionghoa, dan beragama Buddha, membuatnya harus menghadapi berbagai stigma dan tantangan dari masyarakat dan lingkungan usahanya. Namun dengan hati kepercayaan kepada Gohonzon yang terus mengalir seperti air, Sherly mampu membuktikan kompetensinya sebagai petani puyuh berprestasi dan mengatasi berbagai kesulitan yang menerpanya. Awal Mula Syinjin Saya mulai kenal Gohonzon dari orangtua (papa dan mama). Dulu keluarga kami banyak mengalami kesulitan, baik keharmonisan keluarga maupun kesulitan keuangan. Papa disyakubuku oleh seorang temannya dan akhirnya menerima Gohonzon. Pada waktu itu saya baru berumur 4-5 tahun, masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Sejak papa menerima Gohonzon, saya mulai ikut pertemuan
dan kensyu di NSI. Saya bisa merasakan manfaat dari hati kepercayaan saya kepada Gohonzon. Karena sejak mulai syinjin, satu per satu masalah keluarga mulai bisa teratasi. Mulai Berwirausaha Ketika remaja, sama sekali tidak terlintas di pikiran saya untuk menjadi peternak burung puyuh, namun sejak lulus kuliah pada tahun 2006, saya ada keinginan untuk menjadi wiraswasta walau masih bingung akan
usaha di bidang apa. Saya seorang sarjana ekonomi, setelah lulus kuliah saya memutuskan untuk melamar kerja di bank, karena dulu beranggapan kalau bisa kerja di bank terlihat keren dan hebat. Akhirnya saya diterima bekerja di sebuah bank, tapi ditempatkan di kantor Jakarta. Saya pikir-pikir, kalau kerja di Jakarta, saya harus kos, belum lagi ongkos, mungkin kalau dihitunghitung penghasilannya juga tidak seberapa. Ditambah lagi Mei 2015 | Samantabadra
53
cermin kehidupan
Foto bersama Bupati Sukabumi, Sukmawijaya pada sebuah kegiatan penyuluhan bersama dinas peternakan Sukabumi.
jauh dari keluarga, apalagi saya anak tunggal, hal itu juga yang menjadi pertimbangan saya. Dalam hati saya ingin bekerja di Sukabumi saja. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, saya tidak menerima pekerjaan di bank tersebut. Saya terpikir untuk berwirausaha. Lahan di rumah saya cukup luas. Saya pun googling untuk mencari kira-kira bentuk usaha apa yang bisa saya kembangkan, sesuai dengan modal yang saya miliki. Pada mulanya saya terpikir untuk beternak ayam. Tapi kalau mau beternak ayam, butuh modal yang cukup besar, saya masih belum mampu. Lalu terpikir untuk beternak bebek, karena telur bebek kalau dijual harganya cukup tinggi, namun juga butuh modal yang cukup besar. Akhirnya saya menemukan iklan di internet yang sedang mencari orang untuk merawat plasma puyuh. Bibit burung puyuh diberikan oleh perusahaan pemodal, modal untuk merawat diberikan dari pemodal, risiko kematian dan 54
Samantabadra | Mei 2015
Saya sebagai satu-satunya perempuan, beretnis Tionghoa, dan beragama Buddha, dalam acara pelantikan BPD. Bangga sekaligus terharu ketika mengingat momen ini.
sakit juga ditanggung oleh pemodal, hasil produksinya juga diberikan kembali ke pemodal. Kita sebagai perawat plasma hanya menyediakan lahan dan tenaga untuk merawat. Perusahaan ini ingin mengembangkan plasma di kawasan Sukabumi. Saya mencoba menghubungi perusahaan tersebut. Keesokan harinya mereka langsung melakukan survey ke rumah saya, dilihat kondisi lahannya, air, lingkungannya yang tenang, kebetulan kondisi rumah saya juga tidak terlalu banyak tetangga. Setelah di-survey, akhirnya rumah saya disetujui untuk menjadi tempat plasma peternakan puyuh. Saya pun dilatih oleh perusahaan pemodal tersebut. Kira-kira hanya satu bulan setelah saya lulus kuliah, saya mulai melakukan usaha plasma puyuh ini. Bisa dikatakan saya beternak puyuh itu belajar secara ortodidak, tanpa ada pengalamanan kerja di
peternakan ataupun belajar di sekolah. Saat merawat plasma puyuh, saya berhasil membiakkan sampai dengan 18,000 ekor burung puyuh. Setelah berjalan kurang lebih dua tahun mengembangkan plasma puyuh, pada tahun 2008 Perusahaan pemodal saya bangkrut karena masalah politik dan keuangan di internal mereka. Akhirnya semuanya diambil kembali oleh perusahaan tersebut, termasuk semua burung puyuh yang sudah saya kembangbiakkan. Saat itu saya bingung sekali harus bagaimana. Sudah keluar modal untuk membuat kandang puyuh, menyediakan lahan untuk puyuh, tapi burung puyuhnya tidak ada. Waktu itu rasanya sangat putus asa, sepertinya apa yang telah saya lakukan selama ini sia-sia. Saya coba tanya ke sana-ke sini tentang perpuyuhan mesti bagaimana. Dalam kondisi seperti itu,
saya tidak lupa untuk tetap konsisten menjalankan syinjin, tetap syin gyo gaku pada Gohonzon. Akhirnya suatu hari saya bertemu dengan seorang petani. Bapak itu menyarankan saya untuk ke Dinas Peternakan provinsi Jawa Barat. Saya pun mengikuti saran bapak tersebut. Saya mulai menghubungi Dinas Peternakan dan mulai aktif berpartisipasi di Dinas Peternakan. Saya memperoleh bibit murah, dan bisa bekerjasama dengan kelompok-kelompok petani yang juga tertarik untuk beternak puyuh. Kami pun mendirikan Kelompok Petani Rahayu, sekitar tahun 2008. Sejak bergabung dengan Kelompok Petani Rahayu di bawah bimbingan dinas peternakan Jawa Barat ini, khususnya kabupaten Sukabumi, saya mulai mandiri untuk menjadi peternak puyuh. Saya mulai berani
Piagam penghargaan yang diberikan kepada Kelompok Tani Wanita Rahayu, di mana saya sebagai salah satu pemrakarsanya, sebagai juara satu lomba kelompok pengolahan daging dan telur di Kabupaten Sukabumi tahun 2013.
menetaskan puyuh sendiri, mengembangkan sendiri bibit puyuh dari dinas peternakan, ditambah lagi saya juga memperoleh pelatihan dari dinas peternakan sehubungan dengan beternak puyuh.
Mengubah Tantangan Menjadi Prestasi Saat mulai mandiri beternak puyuh, saya pernah mengalami kesulitan. Saat itu peternakan saya terserang hama tikus. Telur-telur puyuh dimakan oleh tikus. Cara untuk mengatasi hama tikus ini adalah dengan perbaikan kandang. Tapi kalau dilakukan perbaikan kandang, akan mengganggu kondisi puyuh, karena puyuh tidak boleh ditempatkan di tempat yang bising. Alhasil, selama perbaikan kandang berlangsung, puyuh saya hanya bisa menghasilkan 200 butir telur sehari, dari yang sebelumnya bisa menghasilkan 4,000 butir telur sehari. Tapi saya yakin, ini semua pasti ada
hikmahnya. Setelah semua itu berlalu, saya jadi makin rajin dan semangat, kualitas jiwa saya makin meningkat, saya menjadikan ini pembelajaran baru bagi saya untuk masa depan yang lebih maju, jadi lebih waspada di kemudian hari. Di Dinas Peternakan Jawa Barat saya terbilang aktif berkegiatan, khususnya di kabupaten Sukabumi. Saya merupakan satusatunya orang keturunan Tionghoa dan non-muslim yang bergabung di Dinas Peternakan, di bidangan perternakan puyuh. Sejak mulai bergabung di tahun 2008, sampai sekarang pun saya masih konsisten beraktivitas di dinas perpuyuhan. Mungkin ada beberapa orang yang tidak konsisten, bisa berubahubah, dari ternak puyuh, bisa menjadi ternak ayam atau bebek. Selain konsisten, saya pun bisa membuktikan adanya hasil dari usaha yang saya lakukan dan mempraktikkan
Sertifikat penghargaan yang saya peroleh sebagai juara satu petani berprestasi bidang peternakan tingkat Kabupaten Sukabumi.
Mei 2015 | Samantabadra
55
cermin kehidupan bimbingan yang diperoleh dari Dinas Peternakan, mulai dari jumlah puyuh yang dibudidayakan, pengolahan, pembibitan, penetasan, pengolahan daging dan telurnya. Dinas Peternakan pun aktif mengevaluasi hasil pembinaan yang mereka lakukan terhadap setiap anggota kelompoknya. Karena alasan itulah saya mendapatkan penghargaaan sebagai petani berprestasi dari Dinas Peternakan Jawa Barat karena konsistensi saya di perpuyuhan dan hasil yang bisa saya kembangkan.
Meneladani Hidup Bunga Teratai Saat aktif di Dinas Peternakan, diskriminasi sebagai seorang beretnis Tionghoa pun saya rasakan. Apalagi terjun ke instansi pemerintah yang umumnya didominasi oleh etnis Sunda. Banyak orang yang meragukan, apakah saya sebagai orang keturunan Tionghoa mau benar-benar berkecimpung serius di perpuyuhan? Apakah benar saya bersedia memberikan penyuluhan dan membagi ilmu saya pada orang lain? Apakah saya tidak takut disaingi? Menghadapi sikap yang diskriminatif ternyata cukup menghabiskan energi. Saya pun menyadari bahwa dalam kehidupan saya perlu meneladani hidup bunga teratai. Teratai dapat hidup, tumbuh, dan mekar dengan indahnya di dalam 56
Samantabadra | Mei 2015
kolam berlumpur yang keruh. Semakin dewasa, saya semakin menyadari bahwa hidup dan kehidupan tidak selalu berjalan sesuai yang kita harapkan. Ketika kita bersikap atau bermaksud baik sekalipun, orang lain belum tentu bersikap demikian. Saya banyak belajar dari susunan NSI, ajaran dari Buddha Niciren Daisyonin bahwa yang terpenting adalah memunculkan kesadaran Buddha kita dan memberikan manfaat bagi lingkungan kita. Kita tidak bisa mengubah bayangan (lingkungan), yang bisa kita lakukan adalah mengubah diri kita sendiri. Aktif di susunan NSI, membuat saya dapat terus mawas diri di kala menghadapi banyak tantangan. Saya pun terus konsisten menjalankan gongyo dan daimoku. Saya pun bertekad untuk membuktikan kepada masyarakat, bahwa pandangan-pandangan mereka selama ini tidak benar, dan saya mampu berkontribusi dan menjalin hubungan secara baik. Saya ingat bimbingan Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi, bahwa kita harus cinta tanah air. Buktikan walaupun kita etnis Tionghoa yang minoritas, tapi kita lebih cinta tanah air. Icinen saya hanya ketulusan ingin berbagi dengan orang lain dan ingin mengembangkan peternakan puyuh di wilayah Jawa Barat khususnya Kabupaten Sukabumi. Saya melihat di Jawa Barat, masih
jarang sekali orang mengenal puyuh. Saingan untuk usaha di bidang perpuyuhan juga masih sedikit. Mengkonsumsi daging puyuh dianggap masih tabu. Apalagi telur puyuh dinilai berkolesterol tinggi. Dengan semangat itulah saya terus menjalani harihari di Dinas Peternakan. Tapi lama kelamaan, rasa itu mulai memudar. Kelompok mayoritas kini tidak lagi memandang saya dengan sebelah mata. Kini kami berbaur dan saling berbagi.
Menjadi Penyuluh Swadaya Saya terpilih mewakili kecamatan Cicurug untuk mengikutin pelatihan selama lima hari di Bojongkokosan, kabupaten Sukabumi. Dalam pelatihan itu, kami dididik untuk bisa menjadi penyuluh swadaya. Karena sekarang ini pemerintah tidak lagi menggunakan PNS (Pegawai Negri Sipil) sebagai penyuluh, tapi mengembangkan penyuluh-penyuluh swadaya dari kalangan masyarakat. Setelah mengikuti pelatihan, saya diberikan sertifikasi sebagai penyuluh swadaya. Setelah menjadi penyuluh swadaya, tugas saya adalah memberikan penyuluhan ke desa-desa, kecamatan, kabupaten, kelompok ataupun perorangan yang mau beternak atau berbudidaya puyuh. Untuk bisa memberikan penyuluhan bisa langsung menghubungi saya atau melalui Dinas Peternakan.
Setelah menjadi penyuluh swadaya, saya merasa ada kebanggaan tersendiri. Yang dikatakan sebagai etnis minoritas Tionghoa bisa begitu aktif di bidang peternakan, berjuang untuk memajukan peternakan di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat. Sama sekali tidak terpikir oleh saya bisa sampai menjadi seperti sekarang ini. Saya yang hanya lahir dari keluarga sederhana, perempuan, anak satu-satunya, kalau dipikirpikir mana mungkin punya perjalanan seluas sekarang ini. Bisa bertemu dengan Wakil Di sela-sela kesibukannya, Ketua Umum NSI menyempatkan diri untuk mengunjungi Gubernur Jawa Barat dan rumah sekaligus peternakan puyuh saya di Sukabumi. Banyak inspirasi dan masukkan tokoh-tokoh masyarakat, bisa positif yang saya peroleh dari beliau. dikenal oleh masyarakat luas, Syinjin yang terbuka lebar peluang untuk sampai diliput oleh media Berkelanjutan membuka lapangan pekerjaan. cetak maupun elektronik. Bagi umat NSI, khususnya Yang paling penting, jangan Ini semua karena kekuatan generasi muda, jangan terpaku tinggalkan hati kepercayaan dari hasil menjalankan hati untuk bekerja. Cobalah untuk pada Nammyohorengekyo kepercayaan pada Hukum lebih kreatif mengembangkan dan aktif dalam kegiatan Nammyohorengekyo. pikiran kita untuk menjadi susunan NSI. Tetap konsisten wirausaha (entrepreneur) jalankan syin gyo gaku. Saya yang membuka peluang sendiri merasakan, dulu usaha. Di masyarakat masih kehidupan begitu sulit, ekonomi sulit, keluarga tidak harmonis. Namun dengan Nammyohorengekyo, kita bisa patahkan nasib buruk kita, kita bisa kuat untuk atasi kesulitan kita. Walaupun tidak berlimpah, kita bisa merasakan kecukupan dan bahagia. Atas dasar Nammyohorengekyo, semua yang tidak mungkin bisa jadi mungkin, semua bisa berubah, asalkan kita percaya dan melaksanakan. eee
Menjadi petani puyuh memberikan saya kesempatan untuk bertemu Wakil Gubernur Jawa Barat, dalam sebuah kegiatan penyuluhan.
Mei 2015 | Samantabadra
57
wawasan
Tahukah Anda produk hasil dari burung puyuh? Telur Orang sering kali mengatakan telur puyuh itu berkolesterol tinggi. Ternyata diantara semua telur unggas, yang paling tinggi kandungan proteinnya itu adalah telur puyuh dan rendah lemak. Masalah kolesterol itu karena gaya hidup yang berlebihan, bukan semata-mata karena mengkonsumsi telur puyuh. Mengkonsumsi telur puyuh 3-4 butir sehari sudah bisa memenuhi kebutuhan protein kita sehari-hari, tidak mudah capai.
Daging puyuh Daging puyuh pun memiliki kandungan kolin yang tinggi. Bila dikonsumsi oleh ibu hamil dan balita akan memberi nutrisi pada otak dan meningkatkan daya ingat, juga dapat mencegah kepikunan pada lansia. Daging puyuh kini bisa dijadikan pilihan alternatif untuk mengonsumsi daging. Harga daging puyuh pun relatif masih stabil dibandingkan harga daging unggas lainnya seperti ayam dan bebek. Burung puyuh pun di ternak secara alami, tidak menggunakan suntikan-suntikan hormon, karena ukuran burung yang kecil sehingga sangat riskan pada kematian kalau kita menyuntikan sesuatu ke tubuh puyuh.
Biogas Kotoran puyuh pun bisa dijadikan biogas. Kotoran unggas butuh waktu kurang lebih 1-1,5 bulan untuk bisa menjadi zat methan. Setelah menjadi methan, baru bisa dipakai menjadi biogas. Api yang dihasilkan dari kotoran puyuh ini bisa bertahan sampai dengan 12 jam, lebih lama dari biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi yang hanya bertahan 4 jam. Setelah menjadi biogas, energi ini bisa digunakan untuk memasak dan juga sebagai pembangkit listrik, seperti lampu petromaks. Kotoran puyuh pun bisa diolah menjadi pupuk cair maupun padat untuk pertanian. Jadi semua hasil dari puyuh sangat ramah lingkungan dan tidak merusak alam kita. eee
Catatan
58
Samantabadra | Mei 2015
refleksi
Semangat Kartini dan Perempuan Modern Kyanne Virya
D
ewasa ini begitu banyak wanita mendapatkan kedudukan sosial yang penting di masyarakat. Mereka berada di wilayah publik. Ada yang bekerja sebagai manajer di perusahaan, bankir di bank, peneliti di pusat penelitian, sebagai wirausaha dan wanita karir. Mereka memberi kuliah di universitas, menjadi anggota DPR, pegawai negeri sipil (PNS) yang memimpin divisi atau seksi di kantor-kantor kementerian. Jika melihat kedudukan sosial dan status mereka, wanita modern telah memberikan banyak sumbangsih kepada masyarakat Indonesia. Mereka telah menggerakkan roda perekonomian. Mereka mengorganisir orang agar mencapai tujuan dalam perusahaan. Mereka mengatur kegiatan sosial guna menyehatkan bayi dan anak. Mereka
mengunjungi orang-orang bermasalah di RT demi memotivasi mereka menjadi orang yang lebih baik. Mereka, dengan berperilaku sebagai ibu rumah tangga, telah mendidik dan mengurus anak sejak mereka masih kecil. Begitu banyak sumbangsih yang telah mereka lakukan kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Beberapa fakta tentang perjuangan dan pemikiran Kartini relevan dengan kehidupan wanita modern. Pertama-tama, Ibu Kartini itu puteri seorang sarjana yang religius. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga yang memiliki tradisi intelektual yang kuat. Tak hanya itu, ia belajar berbicara bahasa Belanda, suatu prestasi luar biasa bagi wanita Jawa pada saat itu. Kedua, Kartini telah dipingit seperti para gadis lainnya pada jamannya, yakni mereka tak diijinkan meninggalkan rumah orang tua mereka sampai mereka menikah. Namun, ayahanda Kartini lebih longgar daripada sebagian orang tua selama masa puterinya dipingit, dengan memberinya hak-hak istimewa seperti pelajaran menyulam dan penampakan di depan umum sekali-kali pada acara istimewa. Selama dipingit, Kartini terus mendidik dirinya sendiri. Karena ia dapat berbicara bahasa Belanda, ia mendapatkan beberapa sahabat pena orang Belanda. Salah satunya, seorang gadis bernama Rosa Abendanon, menjadi sahabatnya. Buku, suratkabar dan majalah Eropa memenuhi minat Kartini dalam cara berpikir Eropa, dan memperkuat keinginan meningkatkan kondisi wanita pribumi Indonesia, yang pada waktu itu berstatus sosial sangat rendah. Di lain pihak, kedudukan ayahandanya di pemerintahan memungkinkan Kartini masuk sekolah Belanda pada usia 6 tahun. Sekolah ini Mei 2015 | Samantabadra
59
refleksi membuka matanya kepada cita-cita Barat. Ia benar-benar terpapar terhadap cita-cita Barat. Selama masa ini, Kartini juga belajar menjahit dari salah seorang istri bupati, Mrs. Marie Ovink-Soer. Ovink-Soer berbagi pandanganpandangan feminisnya kepada Kartini, dan oleh karena itu sangat penting artinya dalam menanamkan bibit untuk aktivitas Kartini selanjutnya. Ketiga, atas bantuan dari Pemerintah Belanda, pada tahun 1903 ia membuka SD pertama di Indonesia untuk para gadis pribumi yang tidak membeda-bedakan status sosial. Sekolah ini didirikan di dalam rumah ayahnya, dan mengajari para gadis kurikulum Barat yang progresif. Bagi Kartini, pendidikan ideal untuk wanita muda dalam hal mendorong pemberdayaan dan pencerahan. Ia juga mempromosikan pendidikan sepanjang hayat mereka. Ia berkenalan dengan feminis Stella Zeehandelaar yang telah menginspirasikan Kartini lebih jauh tentang emansipasi wanita. Ia dipaksa menikah dengan Joyodiningrat, Bupati Rembang, yang beristri tiga. Suaminya mengerti tujuan Kartini dan memperkenankannya mendirikan sekolah perempuan di teras timur kompleks Kantor Kabupaten Rembang. Sungguh amat disayangkan, Kartini meninggal pada usia muda, 25 tahun, beberapa hari setelah melahirkan putera tunggalnya. Beberapa tahun setelah ia wafat, Jacques H. Abendanon, salah seorang sahabat penanya dari Belanda, menerbitkan sebundel karyakaryanya, yakni kumpulan surat-surat Kartini, yang diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Pemikiran-pemikiran tentang dan Atas Nama Penduduk Jawa. Kemudian, keluarga Van Deventer mendirikan Yayasan R.A. Kartini yang membangun sekolah-sekolah perempuan. Kiprah Perempuan NSI Para perempuan Buddhis di dalam Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), sebagian merupakan wanita modern; mereka trendi dan trendsetters dalam berdandan. Tanpa memandang latar belakang 60
Samantabadra | Mei 2015
pendidikan dan usia, wanita NSI berdedikasi untuk mempelajari dan melaksanakan Buddha Dharma dalam kehidupan mereka. Mereka telah mengembangkan kecantikan dari dalam. Potensi kesadaran Buddha berusaha dimunculkan dengan melaksanakan ajaran Buddha Niciren Daisyonin dalam kehidupan sehari-hari. Mereka ingin memberikan manfaat positif untuk dirinya dan orang lain. Kemajuan teknologi digunakan oleh para perempuan modern sebagai alat untuk membantu proses kosenrufu, penyiaran Dharma Nam-myoho-renge-kyo kepada semua orang. Mereka memanfaatkan teknologi untuk menyiarkan Dharma Nam-myoho-renge-kyo. Teknologi mempermudah dan mempercepat proses kosenrufu, sebagai bentuk efisiensi. Sebagai contoh, untuk memberitahu umat lain tentang jadwal pertemuan, kita hanya perlu mengetik panel telepon genggam melalui fasilitas group chatting. Ini jauh lebih cepat daripada menelepon mereka seorang demi seorang. Para wanita menggunakan media sosial internet untuk mensosialisasikan informasi Buddhis. Mereka tetap menjaga agar tetap mengetahui perkembangan informasi. Mereka adalah ibu rumah tangga plus. Dalam menyiarkan Dharma Nam-myohorenge-kyo pada tahun-tahun awal, pertemuan pertama Buddhis (yang dikenal sebagai zadankai) telah diselenggarakan khususnya untuk para wanita. Kelompok lainnya, pria, pemuda dan pemudi dilakukan kemudian. Ini menandakan betapa pentingnya wanita di dalam organisasi kita. Wanita di organisasi Buddhis NSI mendapat banyak kesempatan untuk memupuk rejeki jiwa melalui aktivitas kesenian daerah yang difasilitasi susunan NSI, seperti tari-tarian tradisional, permainan alat musik Angklung dan gamelan, sertai paduan suara, dan lain-lain. Mereka bertindak sebagai para Bodhisattva yang Muncul dari Bumi yang memiliki misi menyebarkan Dharma Nam-myoho-renge-kyo ke semua komunitas di Indonesia dan di dunia. Mereka tergerak oleh kekuatan dari dalam ini untuk melakukan sesuatu demi kebaikan komunitas terdekat.
Dalam misi kosenrufu, wanita dan pria berfungsi sama. Dalam praktiknya, wanita malah terlihat lebih aktif bergerak dalam kegiatan di susunan, dalam kunjungan anggota misalnya. Wanita juga terlibat lebih banyak dalam kegiatan kesenian. Dharma duta sebagian besar wanita. Hal ini tentu juga disebabkan karena wanita cenderung memiliki waktu yang lebih leluasa ketimbang pria (bapak) yang umumnya lebih banyak mencurahkan waktunya untuk mencari nafkah. Secara umum, gagasan emansipasi Kartini terbukti dewasa ini di dalam dan di luar organisasi-organisasi Buddhis. Pertapaanpertapaan Buddhis, khususnya di lingkungan NSI telah mendorong dan menyemangati para wanita agar dapat mengembangkan dirinya seproduktif dan semaksmimal mungkin di dalam hidup bermasyarakat. Kecerdasan mereka telah terpaparkan berkat Tri Mahadharma Sakti/Sandai Hiho. Dharma Sejati pasti mengubah manusia. Melalui Dharma Nam-myoho-renge-kyo Sandai Hiho,
para perempuan mampu mengembangkan kekuatan kebuddhaan mereka untuk menjadi wanita modern dipandang dari segi ibu rumah tangga-plus dan juga wanita karir karena mereka memiliki visi Issyo Jobutsu/mencapai kebuddhaan dalam kehidupan ini berbarengan dengan misi Kosenrufu. Kelompok perempuan NSI hendaknya dapat menjadi teladan bagi perempuan Indonesia lainnya karena mereka memegang dharma terunggul di alam semesta. Mereka perlu bekerja sama dengan manusia lainnya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menyosialisasikan gagasan dan cita-cita Buddhis, meluruskan paradigma sosial yang keliru yang membawa ketidakbahagiaan. Dengan mempraktikkan Dharma nam-myohorenge-kyo dari Sandai Hiho, perempuan NSI dapat senantiasa berkeinginan untuk mencapai Issyo Jobutsu/ kebuddhaan dalam kehidupan ini sekaligus mengemban misi Kosenrufu.
Catatan
Mei 2015 | Samantabadra
61
kesehatan
Pencegahan Kanker pada Perempuan Indonesia K
anker merupakan penyakit yang menimbulkan rasa sakit paling tinggi di mana dari total jenis kanker maka 47 persen dijumpai pada kanker serviks dan payudara. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang termasuk paling menderita karena masuk dalam kelompok negara berkembang yang memiliki privalensi 60-70 persen dari total penderita kanker dunia yang tumbuh hingga kecepatan 200300 persen pada dekade mendatang. Bahkan pengeluaran negara Indonesia untuk penyakit itu termasuk tertinggi bersama kardiovaskuler dan hermodialisa. Untuk tahun 2012 sebesar Rp144,7 miliar dan tahun 2014 biaya BPJS meningkat menjadi Rp905 miliar. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohanna Yambise mengungkapkan kaum perempuan harus melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker karena perempuan lebih rentan terhadap penyakit tersebut. Hal ini disampaikan Yohanna dalam kegiatan Sosialisasi Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia tahun 2015-2019 bersama Ibu Negara, Iriana Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (18/3). “Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalansi tumor kanker Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau 330 ribu orang kanker tertinggi di Indonesia umumnya menyerang perempuan,” ujar Yohanna. Kaum perempuan, kata Yohanna, sangat rentan terhadap penyakit kanker payudara 62
Samantabadra | Mei 2015
dan kanker leher rahim atau kanker serviks. Menurutnya kanker serviks adalah isu penting bagi perempuan karena terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan. Berdasarkan sistem informasi rumah sakit tahun 2010, kata dia, jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang. Sedangkan kanker serviks sebanyak 5.349. Disusul kanker leukemia sebanyak 4.342 org, dan kanker paru-paru sebanyak 3.244 orang. “Kondisi seperti ini memperlihatkan bahwa banyak perempuan di negara berkembang seperti Indonesia kurang mendapatkan informasi dan akses pelayanan terhadap penyakit ini,” sambung Yohanna. Yohanna menyatakan publik pun harus memiliki empati khusus untuk para penderita kanker serviks. Penyakit tersebut umumnya, ujar Yohanna, dapat menurunkan kualitas hidup kaum perempuan di Indonesia. Padahal kaum perempuan Indonesia termasuk yang sangat aktif. “Kanker serviks adalah hal yang sangat menakutkan bagi perempuan. Penderita kanker serviks sangat membutuhkan dukungan tidak saja dari keluarganya terutama keterlibatan suami dan keluarga yang akan merawat mereka selama pengobatan tapi juga tenaga medis yang membantu mereka,” tandas Yohanna. eee Sumber: http://www.jpnn.com/read/2015/03/18/293115/330-Ribu-OrangKena-Kanker-di-Indonesia,-Umumnya-Perempuan www.antara.com
Penyalahgunaan Napza pada Remaja N
arkotika, Alkohol, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya, atau biasa dikenal dengan singkatan NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian. Namun berbagai jenis obat tersebut kemudian disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara dan untuk menghindar dari masalah yang akhirnya menyebabkan ketagihan dan kecanduan atau ketergantungan. Bermula dari rasa ingin tahu, bersenang-senang pemakai sering kali pada awalnya berpikir bahwa kalau hanya coba-coba saja tidak mungkin kecandua atau ketagihan, namun tanpa disadari akan meningkat dan pada akhirnya menjadi ketergantungan Remaja merupakan golongan yang rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA karena selain memilki sifat dinamis, energik selalu ingin mencoba, mereka juga mudah tergoda dan mudah putus asa sehingga mudah jatuh kepada perilaku menyimpang, salah satunya penyalahgunaan NAPZA yang bepotensi menimbulkan ketergantungan yang akan merugikan remaja, keluarga dan masyarakat. Masalah NAPZA ini bukan saja diatur secara nasional tetapi juga diatur secara internasional. Berbagai peraturan perundanundangan yang berkaitan dengan NAPZA tersebut untuk keperluan pengobatan dan penelitian dan tetap menjaga agar NAPZA tidak disalahgunakan. Namun pada kenyataannya masih terjadi peredaran, kultipasi, produksi maupun konsumsi secara gelap. Penelitian yang dilakukan Hawari (1990), diperoleh data dan kesimpulan yaitu, pada umumnya kasus (penyalahgunaan narkoba) mulai memakai
pada usia remaja 13-17 tahun sebanyak 97% dan usia termuda 9 tahun. Pada awalnya kasus penyalahgunaan NAPZA sebagian besar (80%) diperoleh dari teman dengan alasan untuk menghilangkan kecemasan , kemurungan, ketakutan dan sukar tidur. Sebanyak 36% digunakan untuk memperoleh kenikmatan/ kesenangan semata. Selain itu penyalahgunaan NAPZA ini juga menimbulkan dampak negatif antara lain dapat merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan minat belajar dan bisa menimbulkan tindak kekerasan yang merugikan banyak orang. Penderita penyalahgunaan NAPZA dapat dikenali dengan mudah seperti adanya perubahan sikap dan tingkah laku, pandangan mata menjadi sayu, takut dan jarang mandi, bersifat pemalas, berjalan sempoyongan, terlihat seperti bego atau dungu. Secara psikologis ketergantungan pada NAPZA menyebabkab orang tidak dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilaku sudah dipengaruhi oleh zat yang dipakai. Berbagai gangguan psikis yang dialami oleh meraka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain depresi, paranoid, percobaan bunuh diri dan melakukan tidak kekerasan. Banyak faktor yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja, antara lain : 1. Faktor internal - Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa berpikir panjang mengenai akibatnya Mei 2015 | Samantabadra
63
kesehatan - Keinginan untuk mencoba-coba dan mengikuti tren atau gaya - Keinginan untuk bersenang-senang - Tidak memiliki rasa percaya diri - Kepribadian yang tidak teguh - Penghayatan keagamaan hanya sebatas memenuhi kewajiban semata, tanpa diikuti pendalaman yang benar - Gangguan kepribadian - Lari dari kebisanan atau kegetiran hidup
2. Faktor eksternal - Kondisi keluarga yang tidak baik, seperti kedua orang tua bercerai atau berpisah, hubungan kedua orang tua yang tidak harmonis, hubungan/komunikasi antara orang tua dan anak tidak baik, suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan serta orang tua yang jarang di rumah sehingga kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. - Lingkungan sekitar yang tidak mampu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA bahkan membuka kesempatan remaja untuk menggunakannya. - Pergaulan remaja yang bebas dengan lingkungan yang kurang tepat - Sudah terlalu banyak narkoba yang beredar di masyarakat - Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang memperlihatkan gaya hidup dan berbagai ransangan lain yang secara lansung maupun tidak lansung mendorong pemakaian NAPZA.
Hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir remaja dalam penyalahgunaan NAPZA sebagai berikut : 64
Samantabadra | Mei 2015
1. Membangkitkan kesadaran beragama, mencari informasi dan hal-hal yang positif dan bermanfaat 2. Selektif dalam memilih teman 3. Menghindarkan diri dari lingkungan yang tidak tepat 4. Menanamkan pendidikan agama sejak dini 5. Mencari tahu fakta-fakta tentang narkoba termasuk akibat-akibat yang akan ditimbulkan apabila mengkonsumsi barang haran tersebut. 6. Menciptakan kehidupan beragama di dalam berumah tangga dan menciptakan suasana kasih sayang antara kedua orang tua dan anak. 7. Bekerjasama dalam menghadapi sindikat pengedar NAPZA, serta berni melaporkan ke aparat apabila melihat sinyalemen adanya pengedar pengedar atau pengguna di sekitar kita.
Solusi ini tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan dan diterapkan, namun setidaknya kita dapat meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja, karena remaja adalah asset kemajuan bangsa di masa akan datang. SAY NO TO DRUGS! eee
Referensi : - Modul pelatihan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja, calon konselor sebaya. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak reproduksi, Jakarta 2008. - Zakiah Daradjat, yayasan citra pendidikan Indonesia (CPI) Penulis: Sri Raihan, S.Pd (Widyaiswara Perwakilan BkkbN Prov. Aceh) Sumber: http://nad.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1430
resep
Uyan (Talas Goreng) Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Bahan-Bahan dan Cara Membuat: 1 kg talas diparut besar-besar (bisa Talas Bogor atau Bitung) 3 Sendok Makan jahe 3 Sendok makan bawang putih 200 gram sagu 3 butir telur ayam 4 sendok makan Tauco 150 gram Kacang Tanah (di sangrai) Garam dan penyedap secukupnya
Semua bahan diaduk menjadi satu, dibulatbulatkan kemudian digoreng dengan api sedang
Bahan dan Cara Membuat Sambal: Âź kg cabe merah (dihaluskan) 100 gram gula pasir
1 sendok makan bawang putih 30 gram udang kering Garam secukupnya
Semua bahan diaduk dan dipanaskan sampai mendidih kemudian tambahkan cuka secukupnya
Mei 2015 | Samantabadra
65
Berita Duka Cita
Bapak Sugandi
Bapak Atjang Sutisna (Suami Ibu Siu Hoa)
Meninggal pada usia 89 tahun 03 September 2014 Umat NSI Daerah Sukabumi Jawa Barat
Meninggal pada usia 67 tahun 03 Januari 2015 Umat NSI Daerah Cengkareng DKI Jakarta
Bapak Hokarim
Bapak Rudy Bali
Meninggal pada usia 68 tahun 27 Pebruari 2015 Umat NSI Daerah Tj. Priok DKI Jakarta
Meninggal pada usia 77 tahun 16 Maret 2015 Umat NSI Daerah Jelambar DKI Jakarta
Bapak Pinardi Purwanto Meninggal pada usia 64 tahun 28 Maret 2015 Umat NSI Daerah Kebayoran DKI Jakarta
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
66
Samantabadra | Mei 2015
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Mei 2015 TGL 1 2 3
HARI Jumat Sabtu Minggu
4 Senin 5 Selasa 6 Rabu
7 8 9 10 11 12 13
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
14 15 16 17
Kamis Jumat Sabtu Minggu
18 Senin 19 Selasa 20 Rabu
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
Kamis Jumat Sabtu Minggu
JAM 19:00 Ceramah Gosyo
10:00 10;00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
KEGIATAN
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
TEMPAT Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1 Daerah Masing‐Masing
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1
19:00 19:00 10:00 14:00 19:00
Daerah Masing‐Masing
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak Cabang / Ranting Pertemuan PK‐2 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 ( empat ) Bagian
13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD
Kensyu Gosyo Umum + Kensyu Tahun Baru Kensyu Gosyo Umum + Kensyu Tahun Baru 13.00 Pendalaman Gosyo
Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP
Daerah Masing‐Masing Vihara Vimalakirti ‐ Muncul Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
19:00 Pendalaman Gosyo Penceramah 19:00 Pendalaman Gosyo Koord. GM Jabotabekcul
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
10:00 10;00 10:00 14:00
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1
19:00 Ceramah Gosyo
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia
Daerah Masing‐Masing
Mei 2015 | Samantabadra
67
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
68
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | Mei 2015
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510