Samantabadra O
rang yang mendaki gunung yang tinggi pasti akan turun lagi. Orang yang meremehkan orang lain pasti akan diremehkan, orang yang mencerca
wajah dan perawakan yang gagah pasti akan terlahir dalam rupa yang buruk. Orang yang merenggut pakaian, makanan dan minuman orang lain pasti akan menjadi iblis kelaparan. Orang yang mentertawakan seorang bhiksu mulia yang mempertahankan pantangan dengan baik pasti akan terlahir dalam keluarga
SAMANTABADRA | JUNI 2015 | NOMOR. 257
Tarian Umat NSI Banten, Kensyu Kartini 2015
yang hina dan miskin. Orang yang mencela keluarga penganut Hukum yang benar pasti akan terlahir dalam keluarga yang berpandangan sesat. Orang yang mentertawakan seorang pertapa yang menjaga pantangan dengan baik, pasti akan terlahir sebagai orang yang berkedudukan rendah dan ditindas oleh penguasa. (Surat Perihal Dosyo-Domyo)
gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
SURAT KEPADA IKEGAMI BERSAUDARA KENSYU KARTINI 2015 DOKYO SYODAI PERINGATAN 28 APRIL
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
J
u
n
i
2 0 1 5
06 # 257
Nyanyian Anak-Anak NSI Tarian Umat NSI Bogor
Paduan Suara Gita Pundarika NSI
Tarian Papua, Generasi Muda NSI
Tarian Lansia NSI
Tarian Umat NSI Banten
Grup Angklung Gita Pundarika NSI
B
atu dibakar akan menjadi abu, namun kalau emas dibakar akan menjadi emas murni. Justru dalam penderitaan kali ini, Anda mewujudkan hati kepercayaan yang sesungguhnya sehingga sudah pasti Dasaraksasi dari Saddharmapundarika-sutra akan
melindungi Anda sekalian. Iblis yang muncul di hadapan putra Himalaya adalah Dewa Indra. Burung dara yang dibantu oleh Raja Syibi adalah Dewa Bisyamon. Sama halnya, mungkin Dasaraksasi dalam mencoba hati kepercayaan seseorang, ia telah masuk ke
Tarian Bondan Tani, Ibu-Ibu NSI
dalam jiwa ayah bunda untuk menuntut orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra. (Surat Kepada Ikegami Bersaudara)
pengumuman
D
i bulan Juni-Juli 2015, NSI akan menyelenggarakan kegiatan tahunan nasional generasi muda (TGM) dan anak-anak (Tansi). Bagi umat NSI di Jakarta dan sekitarnya yang ingin menyumbangkan darahnya, NSI mengadakan bakti donor darah yang diadakan di Vihara Vimalakirti NSI Cengkareng. Seperti apa rasanya hidup sebagai tentara? Apakah kalian tahu ternyata di Jawa Barat terdapat situs bersejarah yang usianya lebih tua daripada piramida di Mesir? Ketahui jawabannya langsung di TGM 28! Dijamin kalian akan merasakan manfaat dan pengalaman yang tidak terlupakan!
TANSI 24 Halo Adik-Adik, Anak NSI di seluruh nusantara! Libur telah tiba! Yuk, kita isi liburan ini dengan mengikuti Temu Anak-Anak NSI (Tansi) ke-24. Kalian akan belajar dharma sambil melatih kreativitas kalian dan bermain bersama teman-teman sedharma. Kalian bisa ikut MamaPapa kalian, karena Tansi kali ini bersamaan dengan Kensyu Gosyo Nasional bulan Juni 2015.
Mahavihara Saddharma NSI 27-28 Juni 2015
Bakti Donor Darah
Temu Generasi Muda NSI (TGM) yang ke-28 akan diselenggarakan di Bandung (pusat kegiatan di Vihara Vimalakirti NSI Bandung), mulai tanggal 07 sampai 12 Juli 2015. Pendaftaran dibuka sampai minggu pertama Juni 2015. Dana paramita kegiatan sebesar Rp. 1,500,000.Keberangkatan tanggal 07 Juli 2015 dari Kantor Pusat NSI (Jl. Minangkabau), Jakarta jam 06 pagi.*
*jika ada perubahan atau update info akan disampaikan melalui koordinator daerah masing-masing.
Kesempatan bagi Anda untuk menyumbangkan darah Anda melalui Bakti Donor Darah NSI yang akan diselenggarakan pada :
Tanggal 05 Juli 2015 di Vihara Vimalakirti NSI Cengkareng Jalan Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat. Jam 08.00 WIB sampai selesai.
Juni 2015 | Samantabadra
1
Samantabadra Samantabadra O
rang yang mendaki gunung yang tinggi pasti akan turun lagi. Orang yang meremehkan orang lain pasti akan diremehkan, orang yang mencerca
wajah dan perawakan yang gagah pasti akan terlahir dalam rupa yang buruk. Orang yang merenggut pakaian, makanan dan minuman orang lain pasti akan menjadi iblis kelaparan. Orang yang mentertawakan seorang bhiksu mulia yang mempertahankan pantangan dengan baik pasti akan terlahir dalam keluarga
SAMANTABADRA | JUNI 2015 | NOMOR. 257
daftar isi
Tarian Umat NSI Banten, Kensyu Kartini 2015
Juni 2015
Halaman Muka
M
enteri PP & PA RI, foto bersama Ketua Umum NSI dan segenap umat NSI pada Kensyu Kartini NSI 2015. Berita selengkapnya di halaman
19.
yang hina dan miskin. Orang yang mencela keluarga penganut Hukum yang benar pasti akan terlahir dalam keluarga yang berpandangan sesat. Orang yang mentertawakan seorang pertapa yang menjaga pantangan dengan baik, pasti akan terlahir sebagai orang yang berkedudukan rendah dan ditindas oleh penguasa. (Surat Perihal Dosyo-Domyo)
gosyo kensyu liputan liputan
MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT
SAMBUTAN Menteri PP & PA RI Bupati Bogor Ketua Umum NSI CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Ketua Dharma NSI Dharma Duta
LIPUTAN Kensyu Kartini NSI 2015 Dokyo Syodai 28 April
3 6 8
10 13 17 19 25
MATERI AJARAN Gosyo Kensyu 26 Surat Kepada Ikegami Gosyo Cabang Surat Perihal Dosyo-Domyo 61 Forum Diskusi Kebijaksanaan dan 72 Kebodohan
Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di : Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia
2
Samantabadra | Juni 2015
SURAT KEPADA IKEGAMI BERSAUDARA KENSYU KARTINI 2015 DOKYO SYODAI PERINGATAN 28 APRIL
PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA
J
u
n
i
2 0 1 5
06 # 257
WAWASAN Waisak di Indonesia
REFLEKSI Facing National Exam KESEHATAN Menghadapi Depresi Kehilangan Pasangan
76 79
81
RESEP Gemblong
82
BERITA DUKA CITA
83
KIBA-KRUBU
84
JADWAL KEGIATAN
85
VIHARA DAN CETYA NSI
86
19
25
79 PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENASEHAT Suhadi Sendjaja PENANGGUNG JAWAB Sumitra Mulyadi PEMIMPIN REDAKSI Minto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Samanta KONTRIBUTOR Megah Ria, Vinni Kristanto, Kyanne Virya, Mayasari, Wantie Bellina, Denny Surya STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999
sambutan SAMBUTAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KARTINI 2015 PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA (NSI) Mahavihara Saddharma NSI, Bogor, 25 April 2015 Yth. Dirjen Bimas Buddha; Yth. Bapak Suhadi Sendjaja, Ketua Umum NSI; Yth. Bapak Dan Ibu Pengurus dan Peserta NSI dari provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Lampung, Jambi, Bali, Kalbar, Sumsel, Babel dan Sumut; Para Undangan, hadirin yang dikasihi oleh Tuhan. Nammyohorengekyo, Selamat siang dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua. Marilah kita memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang pada hari ini kita sekalian dapat hadir disini pada acara Peringatan Hari kartini Tahun 2015. Peringatan Hari Kartini pada tahun ini akan diselenggarakan oleh Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) selama 3 (tiga) hari yaitu dari tanggal 24-26 April 2015. Sebelumnya, Bapak Suhadi Sendjaja, Ibu Tristina, Ibu Sri Angraini yang aktif penghotbah, dan beberapa Ibu dan Bapak pengurus dari NSI telah beraudiensi dengan saya, dan telah banyak menyampaikan keberhasilan NSI dalam pembangunan manusia. NSI juga selalu bermitra dengan Pemerintah dalam menjalankan program dan kegiatannya. Pada kesempatan ini saya jelaskan bahwa latar belakang saya adalah dari dunia pendidikan, dan sekarang, Saya berada di Pemerintahan dan menjalankan program-program untuk mendorong kemajuan SDM Indonesia pada umumnya dan perempuan dan anak pada khususnya, oleh karena itu saya sangat menghargai semua upaya dari NSI dalam menjalankan program kegiatannya dengan pendekatan kemanusiaan.
Permintaan khusus untuk saya tentang Peran Perempuan dalam Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika. Untuk itu hal yang nyata sebagai peran perempuan adalah telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara BNN dan Kowani. Penandatangan MoU tersebut luar biasa karena Kowani merupakan federasi organisasi kemasyarakatan perempuan Indonesia yang memiliki 86 (delapan puluh enam) organisasi perempuan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan secara organisasi berakar seperti akar rumput. Artinya, jaringan organisasi kelembagaan kowani bukan hanya di tingkat pusat saja tetapi berakar hingga daerah bahkan desa. Upaya pencegahan Narkoba biasanya pendekatan melalui perempuan lebih persuasif. Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd. Akan memanfaatkan kepada pengurus, kader, dan simpatisan organisasinya masing-masing di seluruh cabang di daerah, yang jika diakumulasikan beranggotakan 30 juta perempuan Indonesia.
Bapak dan Ibu sekalian yang saya muliakan, Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang telah ditanda tangani MoU antara BNN dan Kowani pada tanggal 22 April 2015 Juni 2015 | Samantabadra
3
sambutan dalam rangka bekerja sama dalam hal pelaksanaan diseminasi informasi dan advokasi di bidang P4GN. dalam penanganan narkoba bisa mulai dari pencegahan dan pendampingan pencegahan konsultasi dan bimbingan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada seluruh anggota Kowani untuk membangun keluarga sejahtera yang bebas dari penyalahgunaan Narkoba; pelaksanaan Training of Trainer (ToT); pembinaan dan pemberdayaan dalam pembentukan kader anti penyalahgunaan Narkoba; sosialisasi pelaksanaan program wajib lapor dan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba; dan pemanfaatan call center Kowani dalam rangka pendampingan yang terkait dengan penyalahgunaan Narkoba. Untuk itu saya yakin NSI dapat bekerjasama dengan KOWANI untuk pelaksanaan mendorong peran perempuan dalam pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan Narkotika.
Ibu dan Bapak sekalian, Pada kesempatan ini saya juga akan menyampaikan bahwa peran perempuan sangat besar khususnya dalam pendidikan anak karena perempuan yang utama dan pertama memberi pendidikan terhadap anaknya, dan pada umumnya perempuan sangat berperan dalam pembinaan keluarga. Perempuan juga sangat berperan dalam melestarikan budaya nasional. Akan tetapi jangan lupa semua peran perempuan bisa berjalan dengan baik apa bila berbagi peran dengan kaum laki-laki. Untuk itu pada peringatan Hari Kartini menurut saya penting juga digali peran dari Kakek, Bapak, Anak laki-laki dan Cucu laki-laki untuk keharmonisan, keluarga, untuk ketahanan keluarga dan pelestarian budaya nasional. Untuk itu pada Peringatan Hari Kartini tahun 2016 semoga dapat dikaji dan dianalisa tentang peran Kakek, Bapak, Anak laki-laki dan Cucu laki-laki untuk keharmonisan, keluarga, untuk ketahanan keluarga dan pelestarian budaya nasional. Ilustrasi lain tentang peran perempuan dalam pembangunan dan bagaimana mereka masih menghadapi kendala adalah besarnya jumlah pelaku usaha mikro. Kita mengetahui bahwa semua orang Indonesia melakukan usaha ekonomi untuk kehidupannya. Di antara lebih dari 57 juta usaha ekonomi, 98% adalah usaha mikro. Lebih dari 50-60% dari pelaku usaha mikro itu adalah perempuan. Walaupun mereka menyumbang 56% dari PDB nasional, namun perhatian untuk mereka sangat terbatas. Padahal mereka mempekerjakan lebih dari 100 juta orang dan dalam krisis ekonomi, mereka yang paling bisa bertahan. Dapatkah kita memberi sumbangan untuk mereka? Selain dari kemampuan untuk hidup dan produktif, pendidikan juga memberi dampak pada kemampuan pribadi untuk membangun kepercayaan diri dan membangun posisi tawar, baik di dalam keluarga atau di dalam masyarakat. Saya yakin dengan sertifikasi yang dibangun BWA sangat membangun kepercayaan diri , untuk itu sertifikasi tersebut sangat penting, disamping dapat mendukung ekspresi kemampuan, juga untuk memberi perlindungan. Pada situasi saat ini, disamping kemajuan yang dicapai oleh perempuan, masih terjadi banyak tindakan kekerasan. Data yang dianggap di bawah keadaan yang sebenarnya, menunjukkan bahwa sedikitnya ada 6% perempuan pada setiap waktu yang mengalami kekerasan. Dengan persentase itu, maka jumlahnya akan sangat besar yaitu sebesar 6 juta orang (BPS dan KPP Tahun 2006). Menurut perkiraan, kekerasan terhadap perempuan berada pada angka sekitar 20%. Demikian pula pada anak yaitu 1 dari 2 anak laki-laki dan 1 dari 6 anak perempuan usia sebelum 18 tahun mengalami kekerasan sedangkan 1 dari 3 anak laki-laki dan 1 dari 4 anak perempuan usia 13-17 tahun 4
Samantabadra | Juni 2015
mengalami kekerasan (BPS, KPPPA dan Kemsos tahun 2014). Angka yang sedemikian besar ini mempunyai dampak sosial dan ekonomi. Di Negara lain yang sudah menghitung kerugian dari kekerasan terhadap perempuan seperti Canada dan beberapa Negara di Amerika Selatan, menunjukkan angka kerugian milyaran dolar, hanya untuk perawatan kesehatannya saja. Belum lagi kalau dihitung dengan waktu yang hilang karena mengalami kekerasan, maka kerugian ekonomi yang ditimbulkannya sangat besar. Ibu dan Bapak yang saya banggakan, Jika kita meningkatkan kualitas hidup perempuan, maka akan banyak keuntungan yang didapat. Sebagai contoh: (1) Peningkatan rata-rata lamanya pendidikan pada perempuan sebanyak satu tahun, akan setara dengan peningkatan GDP sebesar US$ 700; (2) Peningkatan pendidikan Ibu, akan menurunkan angka kematian bayi; (3) Peningkatan penghasilan ibu, sebagian besar akan digunakan untuk membeli makanan dan membiayai sekolah anaknya; (4) Peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen, akan meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor kesejahteraan sosial.
Ibu dan Bapak yang saya hormati, Pada tahun 2015 ini, Kementerian KPPPA memiliki Tugas untuk menyelenggarakan Urusan di Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Berangkat dari tugas tersebut maka arah kebijakan kementerian pada tahun 2015 diantaranya; (1) Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG, (2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, (3) Meningkatkan akses semua anak terhadap pelayanan yang berkualitas, (4) Menguatkan sistem perlindungan anak, (5) Meningkatkan efektivitas kelembagaan perlindungan anak Dari keseluruhan kebijakan di atas fokus prioritas Kementerian pada tahun 2015 diantaranya; (1) Pengarusutamaan gender di bidang perekonomian, (2) Pengarusutamaan gender di bidang sosial, politik dan hokum, (3) Perlindungan perempuan, (4) Perlindungan anak, (5) Pemenuhan hak anak Ibu dan Bapak yang saya muliakan, Marilah kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, kiranya apa yang kita lakukan senantiasa berada dalam lindungan-Nya dan kita selalu diberi petunjuk dan kemampuan yang lebih baik. Terima kasih.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tertanda Yohana S. Yembise
Juni 2015 | Samantabadra
5
sambutan SAMBUTAN BUPATI BOGOR PADA PERINGATAN HARI KARTINI 2015 PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA (NSI) Mahavihara Saddharma NSI, Bogor, 25 April 2015 Nammyohorengekyo, Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu alaikum wr.wb. Salam sejahtera bagi kita semua Yth. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ibu Yohana Susana Yembise beserta rombongan; Yth. Segenap jajaran forum koordinasi pimpinan Kecamatan Tamansari; Yth. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Parisadha Dharma Niciren Syosyu Indonesia; Yth. Para undangan dan tokoh masyarakat; Serta hadirin yang kami hormati.
Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan yang maha kuasa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, pada kesempatan ini kita dapat bersama-sama memperingati hari hartini tahun 2015 yang diselenggarakan atas prakarsa parisadha buddha dharma niciren syosyu indonesia. Terlebih dahulu perkenankanlah kami atas nama pemerintah Kabupaten Bogor mengucapkan selamat datang kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Ibu Yohana Susana Yembise beserta rombongan. Kehadiran Ibu sungguh merupakan kehormatan bagi kami, karena kunjungan ini bukan yang pertama kalinya. Beberapa waktu lalu, Ibu juga berkenan mengunjungi pemerintah Kabupaten Bogor dan pengadilan negeri cibinong dalam rangka melihat secara langsung peragaan role model tentang penanganan perkara-perkara yang korban atau pelakunya adalah anak dan/atau perempuan. Kami berharap, perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia terhadap Kabupaten Bogor terus berlanjut dan berkesinambungan, sejalan dengan komitmen kami untuk terus meningkatkan pengarusutamaan gender di berbagai bidang pembangunan. Hadirin undangan yang kami hormati,
Kita ketahui bersama bahwa hari kelahiran ibu kartini, tanggal 21 april adalah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena ibu kartini tumbuh menjadi pejuang emansipasi perempuan yang kemudian melahirkan kesadaran akan pentingnya penghargaan masyarakat terhadap kaum perempuan di tengah diskriminasi antara perempuan dan laki-laki serta antara kaum bangsawan dan rakyat biasa, khususnya dalam mengakses kesempatan belajar. Dalam perjuangannya, ibu kartini tidak serta merta mendorong masyarakat untuk menaruh hormat kepada kaum perempuan, akan tetapi terlebih dahulu berjuang membuka jalan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kualitasnya menjadi perempuan terdidik yang cerdas, mandiri dan bermanfaat bagi sesama, sehingga dengan sendirinya tumbuh penghargaan dan rasa hormat masyarakat terhadap integritas kaum perempuan. 6
Samantabadra | Juni 2015
Berkat perjuangannya dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi kaum perempuan dari berbagai lapisan masyarakat, pada masa sekarang ini hampir tidak ada lagi kesenjangan antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki. Manusia tidak lagi dinilai dari apakah dia perempuan atau laki-laki, akan tetapi dari seberapa besar kemampuannya dalam mengaktualisasikan diri dan memberi kemanfaatan bagi sesama dengan ilmu yang dimilikinya. Perjuangan ibu kartini telah membuka mata hati kita semua, bahwa kaum perempuan tidak hanya mampu berperan di ranah domestik sekitar rumah tangga, akan tetapi juga mampu berperan di ranah publik dalam berbagai bidang, bahkan pada beberapa kesempatan mampu mengungguli kaum laki- laki. Perluasan peran perempuan ini telah mendorong pemerintah untuk mengembangkan program kesetaraan gender yang kemudian berkembang menjadi program pengarusutamaan gender di berbagai bidang pembangunan dan sejauh ini telah berhasil mendorong kaum perempuan untuk aktif berkiprah dalam kegiatan kegiatan pembangunan, terutama yang berdimensi sosial kemanusiaan. Sejalan dengan pemahaman akan sejarah perjuangan ibu kartini tersebut, kami memberikan apresiasi dan penghargaan yang setingg-tingginya kepada Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, atas inisiatifnya memperingati hari kartini dengan melaksanakan kegiatan bakti sosial pengobatan untuk warga Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
Kiranya inisiatif ini membesarkan hati kita semua, bahwa perjuangan ibu kartini tidak hanya mengantarkan masyarakat pada pemahaman akan kesetaraan gender, akan tetapi juga telah mengasah hati kita semua untuk lebih peduli dan giat berbagi dalam rangka mengikis kesenjangan sosial, termasuk dalam aspek kesehatan. Dengan membantu masyarakat meningkatkan derajat kesehatannya, tentunya Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia telah berbuat banyak bagi masyarakat, sebagaimana ibu kartini juga telah berbuat banyak bagi Bangsa Indonesia. Saudara-saudara hadirin yang kami hormati,
Demikian beberapa hal yang perlu kami sampaikan. Marilah terus berjuang meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di mana pun kita berada. Semoga tuhan yang maha kuasa meridhoi langkah kebaikan kita. Amiin ya robbal ‘alamiin. Billahittaufik wal hidayah, Wassalamu ’alalkum wr.wb. Bupati Bogor
tertanda Hj. Nurhayanti
Juni 2015 | Samantabadra
7
sambutan SAMBUTAN KETUA UMUM NSI PADA PERINGATAN HARI KARTINI 2015 PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA (NSI) Mahavihara Saddharma NSI, Bogor, 25 April 2015 Nammyohorengekyo, Yang saya homati Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Ibu Yohana S. Yembise, Yang saya hormati Camat Kecamatan Tamansari, Yang saya hormati Staf Ahli Bidang Keagamaan dari Kementerian Agama RI, Yang saya hormati Kapolsek kecamatan Tamansari beserta jajarannya, Ibu-ibu PKK Tamansari, Bapak-bapak, ibu-ibu, seluruh umat NSI yang saya hormati. Pertama-tama saya bersyukur bahwa pada hari ini kita bisa menyelenggarakan peringatan hari kartini, yang merupakan sebuah kehadiran yang turut membangun bangsa Indonesia, khususnya kaum wanita. Oleh karena itu, saya laporkan juga kepada Mama Yo (Panggilan akrab ibu Menteri), peringatan hari kartini merupakan rangkaian kegiatan dalam usaha untuk semakin menumbuhkan rasa kebangsaaan dan rasa cinta tanah air dari umat NSI. Dengan demikian kegiatan semacam ini juga selalu kami lakukan di berbagai tempat. Peringatan hari kartini dua tahun yang lalu, kami adakan di Brastagi. Pada waktu itu juga dihadiri oleh Menteri PP&PA RI sebelumnya, Ibu Linda Gumelar. Tahun lalu pun, Ibu Linda hadir disini juga dalam rangka peringatan hari kartini. Tahun ini peringatan hari kartini bersama dengan Mama Yo. Semoga tahun depan kita masih bersamasama lagi dengan Mama Yo. Saya ada gagasan untuk mengadakan peringatan hari kartini tahun depan di Papua. Kabarnya, Bapak Presiden kita, Pak Jokowi sangat memperhatikan perkembangan dari daerah-daerah tertinggal, salah satunya Papua. Papua adalah bagian dari negara kita yang letaknya paling jauh, potensi kekayaan alamnya paling kaya, tapi penduduknya sedikit. Seringkali saya melihat tayangan di televisi yang menggambarkan tentang Papua. Papua digambarkan sebagai pulau yang indah, masyarakatnya pun masih polos dan tulus. Saya sangat berharap keinginan untuk bisa merayakan peringatan hari kartini di Papua bisa benar-benar terwujud. Oleh karena itu, umat NSI sekalian harus mulai berdoa dari sekarang agar keinginan ini bisa terwujud. Sesuai dengan tema perayaan kartini NSI pada tahun ini, “Wujudkan perempuan NSI yang tanggap dan tangguh dalam membangun keluarga bermental unggul dan berejeki”, berkaitan dengan “revolusi mental” yang didengungkan Bapak Presiden kita. Jadi sekarang ini adalah bagaimana membangun mental kita agar semakin unggul dan berejeki. Di dalam prinsip hukum Agama Buddha, dalam hidup ini, rejeki adalah nomor satu, kepintaran/kepandaian itu nomor dua. Nomor tiga adalah modal (capital). Jadi yang paling utama adalah rejeki. Rejeki itu adalah hasil dari perbuatan baik. Saya yakin Mama Yo juga setuju mengenai hal ini. Oleh karena itu, mari umat NSI, kita mulai dari sekarang sungguh-sungguh berdoa, agar perayaan kartini tahun depan kita bisa bersama-sama dengan Mama Yo menyelenggarakannya di Papua, juga kita bisa turut mengundang Pak Jokowi bersama dengan kita merayakan peringatan hari kartini. 8
Samantabadra | Juni 2015
Kehadiran Mama Yo di sini merupakan hadiah yang sangat berarti untuk saya dan umat NSI khususnya, untuk itu saya ucapkan terima kasih. Bila ditelaah lebih jauh, sebetulnya ini juga yang menjadi cita-cita dari ibu kartini, melalui pengorbanan jiwa raganya untuk mewujudkan kesetaraan antara wanita dan pria. Mungkin kalau hari ini ibu kartini masih ada, beliau akan sangat bergembira melihat ibu-ibu menari, bernyanyi, kemudian melihat anak-anak bisa bersyair dan sebagainya.
Selanjutnya, perlu saya laporkan kepada Ibu Menteri bahwa yang hadir pada hari ini adalah umat dan pengurus NSI yang berdatangan dari 12 provinsi di seluruh Indonesia. Apa yang telah disampaikan di sini, akan diteruskan ke daerah masing-masing, dengan demikian ini akan menjadi sebuah informasi yang sangat efektif untuk pergerakan atau penjelasan tentang pembangunan. Pada kesempatan kali ini juga, saya sangat harapkan adanya masukan dari ibu menteri, terutama kepada ibu-ibu NSI. Di dalam komunitas NSI, tidak hanya mengajak atau memfasilitasi umat untuk bersembahyang, tidak hanya mengajak umat untuk belajar dharma saja. Hidup ini tidak cukup pada satu aspek keagamaan saja, ada aspek sosial, ada aspek yang berkaitan dengan pembangunan kehidup sehari-hari. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pembinaan terhadap umat NSI dalam kegiatan sehari-hari, kami juga melakukan program kerukunan pada anak-anak, remaja, bagian ibu, bagian bapak termasuk kami juga memberdayakan Sekolah Tinggi Agama Buddha. Komplek Mahavihara Saddharma NSI ini menjadi Kampus 2 dari STAB Samantabadra NSI, kampus 1-nya berada di Jakarta. Muridnya memang baru sedikit, tidak seperti Sekolah Tinggi Agama Islam yang muridnya lebih banyak. Walaupun demikian, ini menjadi hal yang sangat menggembirakan, umat Buddha juga harus terus membangun. Inilah beberapa hal yang perlu saya sampaikan Kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Semoga kehadiaran ibu menteri dalam perayaan kartini umat NSI menjadi sebuah hal yang semakin membesarkan hati kami untuk lebih banyak lagi berkontribusi bagi bangsa. Kita bertekad untuk menjadi bhinekka tunggal ika, dan perbedaan yang kita miliki ini menjadi sebuah keindahan. Kalau lihat wajah kita semua di sini berbeda-beda. Ibu yang di sebelah sana berjilbab. Mama Yo dari Papua. Saya sendiri keturunan Tionghoa. Pak Kapolsek dari Palembang, Inilah keanekaragaman. Ada Batak, Sunda, Papua, Palembang, Tionghoa, itulah Indonesia, itu yang membuat kita menjadi satu. Semoga ini menjadi sesuatu hal yang terus tergores di dalam hati. Ibu Menteri dan para hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan bahwa di sni juga hadir ibu-ibu PKK Tamansari dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Tamansari. Di daerah sekitar sini adalah sentral sepatu dan sandal. Mudah-mudahan ibu-ibu PKK di sini juga bisa mendapatkan arahan dari ibu menteri di kemudian hari. Semoga mereka bisa semakin berdaya. Terima kasih. Nammyohorengekyo. Ketua Umum NSI
Suhadi Sendjaja Juni 2015 | Samantabadra
9
ceramah gosyo
Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 25-26 April 2015
Nammyohorengekyo, Kensyu Gosyo Umum yang kita laksanakan pada bulan April 2015 dirangkai dengan peringatan Hari Kartini. Sebetulnya lahir menjadi perempuan Indonesia itu beruntung, karena ada Hari Kartini, Hari Ibu, ada Menteri Pemberdayaan Perempuan. Laki-laki Indonesia tidak seberuntung itu; tidak ada hari Bapak, tidak ada hari Kartono, tidak ada Menteri Pemberdayaan Laki-laki. Mungkin karena kondisi perempuan di Indonesia banyak mengalami permasalahan dan kelemahannya sehingga negara perlu membentuk kementerian pemberdayaan.
Dalam Ajaran Buddha Niciren Daisyonin, laki-laki dan perempuan adalah setara. Di Indonesia sekarang ini lagi banyak hajatan, tadi baru selesai Konferensi Asia Afrika. Memang kalau kita lihat Presiden kita Jokowi, rejekinya bagus, maka bisa menjadi Presiden. 10
Samantabadra | Juni 2015
Bicara mengenai rejeki, kita semua pasti ingin rejeki yang besar dalam kehidupan ini, yang dapat diperoleh dengan menjalankan Shinjin secara sungguh-sungguh, apalagi dengan semangat Ibu Kartini. Di Surabaya, tukang mengisi bensin perempuan mengenakan kebaya, polisi wanita juga mengenakan kebaya, di jalan-jalan, perempuan banyak yang memakai kebaya, ini adalah salah satu bentuk semangat perempuan Indonesia dalam memperingati hari Kartini dan mengembangkan nasionalisme.
Presiden Jokowi dapat dikatakan memiliki rejeki yang besar. Ketika beliau menjadi kandidat calon Presiden mendapat banyak dukungan. Begitu menjadi Presiden, bertepatan dengan diselenggarakannya forum internasional, yaitu Konferensi Asia Afrika (KAA) 60 tahun, padahal baru 6 bulan menjadi Presiden. KAA itu dihadiri delegasi dari 109 negara, walaupun Presiden Jokowi baru menjabat, namun
Beliau percaya diri.
Ketika rejeki sudah matang, sekeras apapun kita melawannya, tidak akan bisa menghindarinya. Ada ungkapan Tiongkok, bahwa rejeki atau hoki (rejeki) itu Te-it (nomor satu), Pungsu Te-ji (kepintaran/kepandaian nomor dua). Manusia kadangkadang terbalik menjalani hidup; mati-matian mencari duit, padahal hoki itu Te-it, pungsu Te-ji, punchi Te-sa (modal/uang nomor tiga). Dalam sebuah cuplikan film, ada perempuan yang begitu hebat. Dia tidak punya kaki, tidak punya tangan, tapi masih bisa membuat rejeki. Sekolah juga lulus dan masih bisa memberi manfaat untuk orang lain. Kita yang kaki dan tangannya masih komplit seharusnya dapat membuat rejeki yang lebih daripada perempuan tersebut. Sejak kecil ia tidak pernah mengeluh. Kalau kita sakit sedikit saja sudah banyak keluhannya, waktu kecil dia
Ketua Umum
mandi sendiri, pakai baju usaha sendiri, itu luar biasa. Ternyata kita mempunyai kemampuan yang luar biasa tapi kemampuan yang kita kembangkan masih terlalu sedikit, perempuan tadi sudah mampu, bisa menari juga dengan keterbatasannya, sangat percaya diri, wajahnya pun cantik sekali. Hal ini juga berlaku untuk bapak-bapak, kita masih terlalu sedikit mengembangkan kekuatan atau daya yang ada pada diri kita. Oleh karena itu, melalui kegiatan kensyu, kita tanamkan dalam hati keinginan dalam 2 hari1 malam agar kita bisa mengeluarkan potensi diri melalui pelatihan agama Buddha. Buddha sendiri ingin semua umat manusia (laki-laki dan perempuan) bisa mengembangkan dirinya secara maksimal, karena dirinya bisa bahagia, dirinya bisa mencapai Kesadaran Buddha dalam badan apa adanya tanpa harus mendapat bantuan dari siapapun, tapi atas usaha sendiri. Dalam hidup yang singkat ini, kita harus mencari masukan-masukan yang bagus, jangan memberikan atau menerima masukanmasukan yang jelek. Tapi, karena dasar jiwa kita buruk, akhirnya masukan yang jelek yang kita biarkan masuk, masukan yang bagus kita
tak mau dengar. Masukan yang bagus adalah gosyo dari Buddha Niciren Daisyonin, itu adalah masukan yang paling bagus. Maka ketika ada kesempatan dengar Gosyo Niciren Daisyonin, jangankan ke Bogor, sampai ke Gridhakuta pun sepatutnya kita akan tempuh perjalanannya demi mendengarkan dharma ini. Gosyo yang kita bahas pada malam ini dititikberatkan perihal perempuan. Perempuan di dalam ajaran agama Buddha sebelum masuk Saddharmapundarikasutra tidak diijinkan untuk mencapai Kesadaran Buddha, tetapi sebenarnya bukan soal diijinkan atau tidak. Buddha sendiri tidak mampu membuat orang lain menjadi Buddha, sebetulnya kita jadi Buddha atas usaha kita sendiri. Buddha menunjukkan jalannya. Jadi maksudnya tidak diijinkan adalah belum diterangkan bagaimana kita bisa menjadi Buddha.
Pada ajaranajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra, perempuan banyak dikecam; dikatakan perempuan itu hatinya bengkok, perempuan seperti ular besar di sejarah Tiongkok, karena ada tiga perempuan, negara jadi berantakan juga ada yang mengatakan, salah satu keberuntungan kita adalah
kalau tidak lahir sebagai perempuan. Pemikiran yang sesat ini berlangsung lama di Tiongkok, maka mereka mengutamakan laki-laki dan sekarang di Tiongkok kekurangan penduduk maka boleh mempunyai dua anak. Dalam agama Buddha menjelaskan perempuan maupun laki-laki semua adalah badan dari 10 dunia, itu dasarnya, maka tak ada perbedaan, kita semua adalah badan pokok dari 10 dunia yang bisa membuat kita menjadi Buddha atau tidak, karena ada 10 dunia yang memiliki 10 dunia.
Dikatakan bahwa perempuan dasarnya adalah tiga racun; keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Sedangkan laki-laki itu dasarnya sifat Devadatta yang maunya merusak. Tapi dalam Gosyo ini dijelaskan, keserakahan, kemarahan, kebodohan bagi perempuan itu jadi keunggulan, bagi lakilaki juga itu jadi keunggulan karena ada prinsip 10 dunia yang mempunyai 10 dunia. Pada sutra-sutra lain hal seperti ini belum dijelaskan. Maka betapa beruntungnya kita yang menjadi murid Niciren Daisyonin, di samping kita pegang Saddharmapundarika-sutra, kita juga punya Gohonzon, sehingga kita tahu bahwa perempuan maupun lakilaki tidak ada masalah dan dengan Nammyohorengekyo kelemahan kita tadi dapat Juni 2015 | Samantabadra
11
ceramah gosyo menjadi keunggulan. Seperti Bapak Sumitra jelaskan tadi, hawa nafsu, karma menjadi penderitaan berubah menjadi Dharmakaya, Prajna dan Vimukti. Maka Ibuibu yang ada di sini semua akan menjadi manusia yang unggul. Jadi dengan Nammyohorengekyo semua akan menjadi unggul, bukan hanya bisa membahagiakan diri kita sendiri tapi juga bisa membahagiakan orang lain karena kita bisa membahagiakan orang lain maka diri kita sendiripun bahagia. Putri Naga, perlambang perempuan dan binatang dalam sutra, walau begitu dia bisa seketika menjadi Buddha, dengan badan apa adanya. Jadi bagi orang yang Nammyohorengekyo, kita sudah berjodoh dengan GohonzonNammyohorengekyo, kita pada hidup sekarang bisa menjadi Buddha, tidak perlu pergi ke mana-mana lagi, tidak usah ganti kelamin dulu, tidak usah nanti lahir jadi anak orang kaya dulu, seketika juga pada hidup kali ini bisa menjadi Buddha. Artinya kita bisa hidup bahagia dengan segala hal yang kita miliki dan tidak kita miliki saat ini. Apalagi kita punya Gohonzon Nammyohorengekyo, punya susunan NSI, tiap bulan bisa Kensyu, maka betapa beruntungnya. 12
Samantabadra | Juni 2015
Saya merasakan Kensyu adalah suasana yang luar biasa, Saya sendiri belajar banyak dari Kensyu, melatih diri datang tidak terlambat, makan menunggu dulu, mendengarkan terlebih dahulu kata-kata Buddha yang mengantarkan kita untuk makan, sebab kita makan pun dengan 10 dunia. Orang yang dengan keserakahan mengambil makanannya sampai piringnya tidak muat, makan terburu-buru. Buddha memberitahu bahwa makanan itu bisa menunjang hidup kita, maka kita ada terima kasih waktu makan, itu dari Dunia Kelaparan menjadi Dunia Bodhisattva, makannya nikmat dan menjadi manfaat, dicerna dengan bagus menjadi energi.
keinginan hati Anda sudah Saya sampaikan. Tubuh orang mempunyai pundak kiri dan kanan, di kedua pundak ini terdapat dua dewa, yang di kanan disebut Domyo, yang di kiri disebut Dosyo. Kedua Dewa ini diutus oleh Dewa Brahma, Dewa Indra, Dewa Matahari dan Bulan dan lainlain untuk menjaga orang itu.
Niciren Daisyonin mengatakan, “Sebetulnya yang menjaga kamu bukan Saya, tapi dua dewa yang menempel di pundak kiri dan kanan.� Maka sejak dikandung badan sampai akhir hayatnya, orang itu diikuti terus bagaikan bayangan dan mata orang tersebut. Jika orang itu melakukan perbuatan yang buruk atau menjalankan perbuatan yang baik, tanpa Di dalam Gosyo ini Niciren ketinggalan sedikitpun Daisyonin membimbing seperti debu dan embun Nicigen-nyo, isteri Syijo disampaikan kepada para Kingo, waktu itu dia Dewa ini. Hal ini dibabarkan berumur 33 tahun yang dalam kalimat Sura menurut kepercayaan Avatamsaka dan dikutip orang Jepang 33 tahun Mahaguru Tien-tai untuk ini masa rawan/bahaya, digunakan dan dibabarkan maka dia menyumbangan dalam Makasyikan jilid kepada Niciren Daisyonin ke-8. Oleh karena itu, agar didoakan agar bisa hendaknya kita berupaya melewati usia 33 ini. Ternyata sendiri dengan percaya setelah Niciren Daisyonin kepada Gohonzon agar dapat menerima sumbangan, lalu mencapai kebahagiaan yang memberikan penuntasan sesungguhnya. eee semua kesesatan kita. Niciren Daisyonin mengatakan, sudah Saya sampaikan kepada Saddharmapundarikasutra, Buddha Sakyamuni, Dewa Matahari, pokoknya
Ketua Dharma
Rangkuman Ceramah Ketua Dharma NSI Bapak Sumitra Mulyadi Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 25-26 April 2015
Nammyohorengekyo, Surat perihal Kesatuan Suami Istri adalah merupakan surat balasan Niciren Daisyonin yang di tulis pada tanggal 27 bulan 1 tahun 1275 untuk Nicigenyo, istri Syijo Kingo. Garis besar surat ini bermakna sesuai dengan usia 33 tahun. Usia yang dikatakan berbahaya bagi kaum perempuan (kepercayaan masyarakat Jepang saat itu), Nicigenyo mungkin merasa khawatir, maka Niciren Daisyonin menerangkan, bahwa kaum perempuan yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) akan menjadi unggul dan utama di antara seluruh umat manusia. Gohonzon akan melindungi, namun perlindungan Gohonzon tergantung kepada tebal atau tipisnya hati kepercayaan orang yang bersangkutan. Maka Niciren Daisyonin menganjurkan kepada Nicigenyo agar ia
mengikuti sang suami (Syijo Kingo) untuk meneruskan hati kepercayaan yang kuat berkobar, ketika menegakkan hati kepercayaan seperti itu, dikatakan bahwa bahaya usia 33 tahun dapat dirombak menjadi rejeki usia 33 tahun. Hari ini sekaligus kita merayakan Hari Kartini, untuk membentuk perempuan NSI yang tanggap dan tangguh dalam membina keluarga yang unggul dan berejeki, untuk tujuan seperti ini tidak mudah di dalam kehidupan sekarang, sebab ada begitu banyak yang tidak baik, coba bayangkan, ada yang anaknya narkoba dan lain-lain itu adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, sebab kita mengharapkan anak kita di kemudian hari menjadi orang yang berguna, tetapi ternyata anak itu kena narkoba, apabila sampai di pusat rehabilitasi, orang tuanya pasti susah hati. Apakah kita bisa bersembunyi dari masyarakat?
Dalam Gosyo ini diterangkan adanya 3 racun di dalam jiwa kita, yaitu keserakahan, kemarahan dan kebodohan baik perempuan maupun lakilaki sama yang membuat kita menderita. Tetapi kita mempunyai Gohonzon yang dapat merombak 3 jalan, yaitu hawa nafsu, karma dan penderitaan menjadi Dharmakaya, Prajna dan Vimukti atau Kesadaran, NSI bertujuan untuk mewujudkan ini bagi seluruh umat manusia. Maka pada Gosyo yang kita bahas pada kensyu kali ini Niciren Daisyonin mengatakan bahwa Nicigenyo, istri Syijo Kingo, karena di Jepang masyarakatnya percaya bahwa perempuan yang berumur 33 tahun adalah saat yang rawan, maka dia khawatir dan mengirim sumbangan untuk meminta didoakan agar dia bisa melewati masa rawan (usia Juni 2015 | Samantabadra
13
ceramah gosyo 33 tahun) dari berbagai mara bahaya. Hal ini tidak sesuai dengan Ajaran Buddha, maka Niciren Daisyonin memberikan penjelasan dalam Gosyo ini, bahwa Ajaran Syingon itu menyesatkan, sebab tidak menjadikan Saddharmapundarika sutra sebagai pegangan. Tetapi menaruhnya di bagian II atau III sehingga menghancurkan Negara, baik di Tiongkok maupun di Jepang. Di dalam Gosyo ini dikatakan jika melihat 10 perumpamaan yang dibabarkan Bab Bodhisattva Baisyajaraja, Bab 23 Saddharmapundarika-sutra yang membandingkan antara Saddharmapundarikasutra dengan sutrasutra sebelumnya dan menunjukkan keunggulan Saddharmapundarikasutra, tetapi sebenarnya menurut Niciren Daisyonin orang yang melaksanakan juga dari pada pelaksana sutra yang lain. Agar lebih jelas dari 10 perumpamaan itu adalah : “ wahai raja, bayangkan seandainya di antara syair-syairnya, hubungan di antara sungai dengan airnya, maka laut lah yang paling luas, begitupun dengan sutra bunga teratai, di antara semua sutra yang telah dibabarkan, hukum sutra bunga terai inilah yang paling dalam, demikian pula di antara semua 14
Samantabadra | Juni 2015
pegunungan, maka Gunung Semerulah yang paling tinggi. Begitu juga di antara semua bintang-bintang, rembulanlah yang paling besar, demikian pula dengan sutra Bunga Teratai, di antara ratusan bunga, maka bunga teratailah yang paling cemerlang. Ini menunjukan Buddha Sakyamuni sendiri mengatakan demikian, bahwa dibandingkan dengan sutra-sutra lain, maka Saddharmapundarikasutra lah yang paling unggul, diumpamakan seperti air, maka lautlah yang paling besar dan luas. Saddharmapundarika-sutra diperumpamakan sebagai lautan atau gunung-gunung kecil maka Gunung Semeru lah yang paling tinggi, di antara semua bintang maka yang paling terang adalah bulan. Perumpamaan nomor 8 khusus mengenai manusianya. Di sini Niciren Daisyonin ingin menjelaskan kepada Nicigennyo, bahwa Saddharmapundarikasutra begitu unggul, maka orang yang percaya Nammyohorengekyo dan sungguh-sungguh, maka kurnia kebajikannya luar biasa, termasuk untuk perempuan. Jadi Niciren Daisyonin ingin meluruskan pemikiran Nicigenyo, karena Anda percaya Gohonzon Anda menjadi perempuan yang luar biasa, unggul bahkan
dapat mengungguli semua perempuan, maka tidak perlu khawatir karena mengenai kepercayaan masyarakat Jepang waktu itu yang menganggap usia 33 tahun adalah masa rawan (bahaya). Selain hal tersebut juga menerangkan bahwa hanya Saddharmapundarika-sutra yang dapat membimbing dan membuat semua umat manusia, khususnya kaum perempuan. Buddha melihat bahwa orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra di masyarakat, tanpa membedakan pria dan wanita, bhiksu dan bhiksuni dapat menjadi majikan dari seluruh umat manusia. Artinya dengan tidak membedakan, apabila sungguh-sungguh percaya Gohonzon, pasti menjadi orang yang unggul di dalam masyarakat, di dalam hidupnya akan berejeki. Niciren Daisyonin mengatakan, bahwa Beliau melihat seluruh sutra kalau tidak ada Saddharmapundarika-sutra. Beliau tidak ingin menjadi wanita karena sutra sebelum Saddharmapundarikasutra tidak mengijinkan perempuan mencapai Kesadaran Buddha. Hanya Saddharmapundarikasutra yang menyebutkan bahwa perempuan pun memungkinkan mencapai Kesadaran Buddha. Karena
Ketua Dharma
ada sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra menyebutkan bahwa perempuan adalah utusan neraka, jadi tidak mungkin perempuan mencapai Kesadaran Buddha. Ada juga yang menyebut bahwa perempuan seperti pohon yang bengkok, ada juga yang mengatakan seperti bibit yang sudah digoreng. Di luar agama Buddha pun perempuan dianggap berbeda dengan laki-laki. Hanya Saddharmapundarikasutra yang memberikan kepastian bahwa perempuan bisa mencapai Kesadaran Buddha. Oleh sebab itu apabila sungguh-sungguh seluruh perempuan atau laki-laki akan mencapai Kesadaran Buddha. Jadi dalam hal ini Niciren Daisyonin menentukan, apabila sungguh-sungguh maka tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, dari seluruh perumpamaan tersebut adalah menjelaskan hal ini. Akhirnya seandainya dibenci oleh semua manusia, bagi perempuan, jika disayang sang sauami maka akan merasa puas. Demikian pula sekalipun dibenci oleh semua manusia, apabila disayang oleh Buddha Sakyamuni, Buddha Prabutharatna, Buddha sepuluh penjuru, Raja Maha Brahma, Raja Indera, Dewa Matahari, Dewa Bulan
bukankah tidak ada yang kurang? Apalagi bila dipuji oleh Saddharmapundarikasutra (Gohonzon), tentu tidak ada kekurangan apapun juga. Tahun ini Anda berusia 33 tahun, usia yang mengandung bahaya sehingga mengirim sumbangan, oleh karena itu telah diberikan ke hadapan Pusaka Buddha Sakyamuni. Dewa Matahari menyampaikan keinginan hati kepercayaan Anda. Tubuh seseorang mempunyai pundak kanan dan kiri. Di kedua pundak ini terdapat 2 dewa, yang satu disebut Domyo yang satu lagi disebut Dosyo, kedua dewa ini diatus oleh Dewa Brahma, Dewa Indera, Dewa Matahari, Dewa Bulan dan lain-lain untuk menjaga orang itu, maka sejak dikandung dalam badan sampai akhir hayatnya, orang itu diikuti terus bagai bayangan dengan badan. Jika orang tersebut melakukan perbuatan yang buruk atau baik, tanpa ketinggalan sedikitpun, seperti debu atau embut akan disampaikan semua kepada para dewa itu. Ini dasarnya adalah Hukum Sebab Akibat, kalau berbuat baik, akibatnya baik, tetapi kalau sebabnya buruk akibatnya pasti buruk. Jadi sebenarnya tidak ada hal dari luar yang membuat kita menderita.
Penderitaan kita adalah tanggung jawab diri kita sendiri atas perbuatan kita. Maka pemikiran Nicigenyo ini adalah salah bahwa kalau usianya 33 tahun adalah usia yang rawan bahaya. Apabila ada kesulitan yang datang dari luar, untuk bisa mengatasi maka apapun yang terjadi dalam hidup ini hanya satu melaksanakan sesua dengan apa yang telah diajarkan, karena semua bukan berasal dari luar diri kita. Hal ini dibabarkan dalam Avatamsaka-sutra dan dikutip oleh Mahaguru Tian-tai untuk digunakan dan dibabarkan dalam Makasyikan jilid ke–8 . akan tetapi ditulis bahwa orang yang berhati kepercayaan lemah, sekalipun kaum perempuan yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra tidak akan mendapat perlindungan. Sebagai umpama apabila panglima tentara lemah hatinya, tentara itu sendiri juga tidak berguna. Jika busurnya llemah, tali busurnyapun akan kendur, angin yang lemah gelombangnya juga kecil. Itu adalah teori kewajaran alam. Artinya semua hal dasarnya adalah Hukum Sebab Akibat. Perlindungan itu dasarnya ada di dalam diri sendiri. Jadi adalah salah, kalau kita mengharapkan perlindungan dari luar, Juni 2015 | Samantabadra
15
ceramah gosyo tanpa ada perombakan dari dalam diri sendiri. Di dalam Ajaran Buddha disebutkan Naikun Gego, artinya pembangkitan dari dalam, tanpa ada pembangkitan dari dalam artinya tidak menjalanakn kepercayaan dengan benar. Maka kalau hati kepercayaannya lemah tidak akan ada perlindungan. Ini adalah hal yang harus menjadi pegangan kita. Masih banyak orang yang berpandangan, seolaholah perlindungan datang dari luar dirinya, sehingga mencari tempat di mana ada yang mengatakan kalau tidak ada bhiksu tidak ada perlindungan, kemudian mencari di tempat yang ada bhiksu karena ia mencari perlindungan, hal seperti ini tidak ada dasar ajarannya, setelah pindah ke tempat yang ada bhiksu, ternyata tidak mendapat perlindungan juga akhirnya kecewa. Bhiksupun juga harus melindungi dirinya sendiri. Sesuai dengan ajaran, Niciren Daisyonin menjelaskan kepada Nicigenyo karena sudah memberikan sumbangan tidak berarti ia pasti selamat/aman. Artinya walaupun didoakan oleh Niciren Daisyonin kalau hati kepercayaannya lemah maka tidak akan mendapat perlindungan. Jadi semua tergantung perbuatan / karma masing-masing. 16
Samantabadra | Juni 2015
Sekarang Saemon Nojo Dono adalah penganut Saddharmapundarika-sutra yang hati kepercayaannya kuat, tidak ada orang yang menyamai diantara seluruh penganut di Jepang, maka Anda (istri) dianjurkan untuk terus mengikuti suami seperti itu adalah juga perempuan yang utama di Jepang. Perempuan yang sungguh hati untuk Saddharmapundarika-sutra sama seperti Putri Naga. Dalam Gosyo ini Niciren Daisyonin membimbing Nicigenyo untuk mengikuti suami (Syijo Kingo) karena memiliki hati kepercayaan yang kuat. Dalam huruh Kanji kata “perempuan” dapat dibaca “mengikuti”. Pohon Fuji mengikuti PohonCemara, permpuan mengikuti laki-laki,oleh karena itu jadikanlah Saemon Nojo sebagai Guru Anda dan ikutilah bimbingan hati keprcayaan Saddharmapundarika-sutra. Bahaya usia 33 tahun akan berubah menjadi rejeki dari 33 tahun. Inilah yang dikatakan “tujuh kesulitan musnah, lahir tujuh rejeki” Usia kembali menjadi muda dan rejekinya bertumpuk. Kita semua pasti ingin rejekinya bertumpuk, kita percaya Gohonzon, menyebut Nammyohorengekyo dan melaksanakan ajaran dengan sungguh hati pasti rejekinya bertumpuk, maka terutama
bagian perempuan NSI, bagaimana bisa mewujudkan perempuan yang tanggap dan tangguh di dalam keluarga yang bermental Hukum Buddha dan berejeki. Tanggap artinya bisa melihat situasi lingkungan sehingga kita bisa waspada agar tidak terjerumus ke dalam karma buruk, ini adalah prajna Buddha yang menimbulkan perlindungan, tanpa perlindungan, di jaman seperti sekarang ini akan mengalami kesulitan, namun begitu perlindungan tidak datang dengan sendirinya. Maka harus menjalankan hati kepercayaan dengan sungguh hati, sehingga menjadi perempuan yang unggul dari seluruh perempuan, bahkan mengungguli kaum laki-laki. eee
Dharna Duta
Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Kesatuan Suami-Istri Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 25-26 April 2015
Nammyohorengekyo, Niciren Daisyonin mengatakan, kalau kita tidak sadar, tidak akan bisa memunculkan Dunia Buddha, walaupun sebut Nammyohorengekyo akan tetap begitu kalau hati kepercayaannya lemah. Bagi yang wanita karir, kalau tidak bisa mengatur waktu misalnya, pergi jam 08.00 pagi, pulang dari kantor latihan Angklung, kemudian pertemuan, pulang-pulang jam 10.00 malam, ke suami tidak memperhatikan, bilang kepada suami, di kulkas ada bakso tinggal panasin atau goreng telur sendiri. Kalau seperti ini pola hidupnya pasti rumah tangganya akan berantakan, bukan begitu seharusnya, boleh kesetaraan gender tapi kodrat wanita jangan kita lupakan kewajiban menjalankan tugas menjaga dan mendidik anak, sama suami bagaimana mau membangun keluarga kita sama-sama maju ke depan seperti pilot dan co-pilot.
Kalau pilot dan co-pilotnya di kapal terbang saling tidak akur, maka akan nyungsep pesawatnya, maka samasama maju ke depan, masingmasing ada tugas. Kepintaran masing-masing itulah yang ditonjolkan dengan dasar maitri karuna untuk menyebarluaskan Dharma.
Memang perempuan butuh kasih sayang, walaupun sudah tua tetap butuh itu, begitu pun laki-laki juga butuh kasih sayang. Bagaimanapun jangan ada simpanan, pasti ketahuan, apalagi kita sudah ada Nammyohorengekyo, pasti ketahuan. Jangan cari pusing sendiri, maka perlu hati kepercayaan yang kuat, pasti di antara kita tidak ada simpanan, itu harapan kita semuanya. Di perayaan hari Kartini kali ini, bagaimana kita semuanya harus bangkit di dalam jaman sekarang ini, terutama baik yang muda-muda baik Bapak-bapak maupun Ibuibu mau menyumbangkan waktunya untuk susunan NSI ini untuk lestarinya Nammyohorengekyo, kita
tidak mau NSI hilang karena kita tahu NSI inilah terbukti tidak ada perbedaan. Kalau tidak ada perempuan, dapur pasti tak nyala, pasti perut keroncongan, grup tari pasti perempuan.
Aksara “wanita� dapat dibaca “mengikuti�. Pohon Fuji mengikuti Pohon Cemara, wanita mengikuti pria. Oleh karena itu, jadikanlah Saemon-no-jo sebagai Guru Anda dan ikutilah bimbingan hati kepercayaan Saddharmapundarika-sutra. Di sini Niciren Daisyonin mengingatkan kita, karena Syijo Kingo lebih dulu Syinjin dan mengerti terbukti bisa mempertahankan hati kepercayaannya walaupun banyak tantangannya. Maka istrinya harus mengikuti suaminya.
Antara suami-istri kita jangan terlalu ikut campur, apalagi dalam hal pekerjaan, kalau perempuan terlalu ikut campur, si suami jadi bingung, bisa bikin kacau. Kalau hati Juni 2015 | Samantabadra
17
ceramah gosyo kepercayaan kita baik, suami pun bisa mengikuti kita. Bagaimana perilaku kita dalam kehidupan kita seharihari banyak buktinya yang tidak terpikirkan, suaminya tahu-tahunya bisa ikut di susunan, semua tergantung kita. Bagaimana mau suami maju, kita jangan terlalu banyak mengatur, lebih baik apa keterampilan kita, kita perempuan harus ada karyanya di jaman sekarang ini. Kita adalah Bodhisattva yang Muncul dari Bumi. Tunjukkan keterampilan kita, yang bisa membuat baju atau yang lain-lainnya itu dimanfaatkan. Yang di grup tarian atau yang di grup Angklung harus berdasarkan Shinjin bukan berdasarkan untuk membahagiakan diri kita sendiri, juga grup
18
Samantabadra | Juni 2015
Koras, semua kita bersatu berjalan di atas jalan Dharma yang sesungguhnya, pasti NSI jaya, tak ada lagi yang mengatakan NSI tak ada apa-apanya, NSI tak ada kekuatan karena kita sendiri belum mengangkat ini untuk membuktikan. Inilah NSI satu per satu kita tunjukkan bersatu karena sekarang banyak yang mencemoohkan kita, tapi jangan dipusingkan yang penting yang ada disini sungguh-sungguh percaya dan kita menjaga NSI dan tunjukkan semangatnya. Tantangan kita banyak, maka kita perlu pertemuan Ibu untuk mendengar kata-kata Buddha. Kita harus memperkuat hati kepercayaan kita dan jalankan dengan sungguhsungguh dengan penuh kegembiraan. Bagaimana
kita mau menunjukkan keluarga kita menjadi benteng keluarga yang harmonis, kembali lagi semua tergantung bagian Bapak dan Ibunya mau membina keluarganya yang dasarnya Nammyohorengekyo. eee
liputan
Kensyu Kartini NSI 2015 bersama Menteri PP & PA RI
Membangun Umat NSI yang Bermental Unggul dan Berejeki
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ketua Umum NSI, Camat Tamansari, Kapolsek Tamansari, dan segenap umat NSI peserta Kensyu Kartini NSI 2015 menyanyikan lagu “Yamko Rambe Yamko” bersama-sama, diiringi musik Angklung Gita Pundarika NSI.
P
eringatan Hari Kartini 2015 yang diselenggarakan oleh NSI di Mahavihara Saddharma NSI, dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PP & PA RI), Ibu Yohana S. Yembise. Acara peringatan Hari Kartini merupakan rangkaian kegiatan dari Kensyu Gosyo Umum yang berlangsung dari tanggal 24-26 April 2015.
Rangkaian kegiatan Kensyu Kartini dimulai dengan pembabaran gosyo “Perihal Kesatuan Suami-Istri”. Puncak kegiatan berlangsung keesokkan paginya, dengan kegiatan bakti sosial bagi warga sekitar komplek Mahavihara Saddharma NSI dan kecamatan Tamansari. Beberapa dokter umum dan dokter gigi yang merupakan umat NSI, memberikan pelayanan kesehatan bagi warga yang berdatangan sejak jam 8 pagi hingga siang hari. Menjelang jam makan siang, Menteri PP & PA RI tiba di komplek vihara, disambut langsung oleh Ketua Umum NSI, jajaran DPP NSI, Camat Tamansari, dan Kapolsek
Tamansari. Ibu Menteri berkenan meninjau langsung kegiatan bakti sosial yang masih berlangsung, dan berdialog singkat dengan para dokter. Beliau mengapresiasi kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh NSI, sebagai bentuk kepedulian dan silaturahmi kerukunan antar umat beragama. Pengarahan oleh Ibu Menteri kepada umat NSI dalam rangka peringatan Hari Kartini, dirangkai dengan acara kesenian yang ditampilkan oleh umat NSI dari anak-anak hingga lansia. Dalam sambutannya, Ibu Menteri menyampaikan apresiasi dan terima kasih bisa bersama-sama umat NSI Juni 2015 | Samantabadra
19
liputan memperingati Hari Kartini. Beliau mengungkapkan kegembiraannya bisa menikmati hiburan-hiburan, terutama tarian Papua (Yamko Rambe Yamko) yang dibawakan oleh generasi muda NSI. “Seni budaya mulai dari anak-anak sampai dengan lansia tadi hebat!� tuturnya. Kehadiran Menteri PP & PA RI memberikan suasana kegembiraan bagi umat NSI. Arahan yang beliau sampaikan
memberikan wawasan baru dan semangat bagi umat NSI, khususnya bagian perempuan, untuk semakin yakin dan percaya, dengan dasar hati kepercayaan kepada Gohonzon, kita bisa menjadi manusia yang unggul dan berejeki untuk membangun diri kita, keluarga, dan bangsa Indonesia. (Sam)
Semangat Ibu Menteri untuk Meningkatkan Taraf Hidup Perempuan Indonesia
S
Gamelan hidup yang dimainkan oleh generasi muda NSI Bogor, mengiringi tarian.
Tari Topeng oleh umat NSI Banten, menyambut kedatangan Ibu Menteri.
aya baru saja diangkat menjadi menteri sekitar 5 bulan lebih. Urusan saya adalah urusan perempuan dan anak. Sekitar 250 juta penduduk di Indonesia, separuh adalah perempuan. Kalau digabung antara perempuan dan anak mencakup sekitar 70%-80% dari total penduduk Indonesia, yang semuanya berada di bawah perlindungan saya. Banyak hal yang sudah kita hadapi selama ini. Saya baru saja ke Jepara pada tanggal 12 April yang lalu untuk menghadiri festival. Saya pun menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat kelahiran Kartini. Dulu waktu saya belajar pelajaran sejarah di sekolah sampai dengan SMA, saya hafal riwayat Kartini, di mana Kartini lahir, siapa ayahnya (seorang bupati Jepara pada waktu itu), tapi setelah saya menjadi menteri, saya baru bisa langsung melihat tempat kelahiran Kartini. Sekarang ini Hari Kartini sedang dalam proses tidak dijadikan hari nasional. Mengapa demikian? Karena selain Kartini ada pahlawan-pahlawan nasional lainnya. Jadi untuk adilnya ada peraturan baru, hari nasional yang berkenaan dengan pemberdayaan perempuan adalah Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Tahun depan, Ibu Negara akan berkunjung ke NTT dalam rangka peringatan Hari Ibu. Bila ibu-ibu umat NSI berkenan, saya akan mengundang ibu-ibu sekalian untuk turut merayakan hari ibu bersama dengan kami di NTT. Setiap tahun, saya harus melaporkan ke PBB mengenai perkembangan wanita di Indonesia. Ada 189 negara yang berada dibawah naugan PBB. Setiap tahun berkumpul hampir 15.000-17.000 perempuan dari seluruh dunia untuk melaporkan perkembangan perempuan-perempuan di negara mereka masing-masing, tidak terkecuali Indonesia. Standar angka kematian ibu adalah 102 per 100.000. Namun, sekarang ini angka kematian ibu naik menjadi 359 per 100,000. Kenaikan ini tinggi sekali. Angka ini harus kita turunkan, mulai dari pembinaan di desa-desa. Kami akan terus memperhatikan dan mendampingi setiap desa dalam menjalankan Pilot Project ini. Untuk itu kami sangat membutuhkan peran serta dari PKK untuk bisa bekerjasama dalam memberdayakan perempuan. Belakangan ini sering kali kita dengar di berita bahwa anak-anak usia Sekolah Dasar membunuh temannya, belum lagi dengan masalah kekerasan di anak-anak SMP dan SMA. Kepala kita cukup pusing mendengar hal itu, oleh karena ini kita harus bekerja sama. Hanya tinggal dengan menunjuk jari saja, membuka kordinasi antarorganisasi perempuan dan harus sungguh-sungguh berusaha bersama-sama mengatasi masalah nasional sekarang. Selamat hari kartini. Semoga NSI tetap jaya dan mapan. eee
20
Samantabadra | Juni 2015
Hasil kerajinan tangan ibu-ibu umat NSI dari berbagai daerah dalam sesi kreativitas pada Kensyu Kartini NSI 2015.
Juni 2015 | Samantabadra
21
liputan
Menteri PP & PA RI berdialog singkat dengan dokter yang berpartisipasi dalam baksos NSI.
Menteri PP & PA RI bersama Ketua Umum NSI melintas di halaman Mahavihara Saddharma NSI ketika meninjau lokasi bakti sosial (baksos) di komplek Mahavihara Saddharma NSI.
Warga Kecamatan Tamansari berdatangan untuk mendapatkan pengobatan gratis dari baksos yang diadakan NSI dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Menteri PP & PA RI bersama Ketua Umum NSI melintas di halaman Mahavihara Saddharma NSI ketika meninjau lokasi bakti sosial (baksos) di komplek Mahavihara Saddharma NSI.
Beberapa pasang suami-istri bermain joget balon pada sesi permainan. Menteri PP & PA RI memasuki Mahavihara Saddharma NSI, disambut hangat oleh segenap umat NSI yang hadir.
22
Samantabadra | Juni 2015
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Ibu Yohana S. Yembise memberikan pengarahan kepada umat NSI.
(kiri) Ibu Menteri terlihat gembira menerima kenang-kenangan dari Ketua Umum NSI. (kanan) Ketua Umum NSI memberikan kenangkenangan kepada Ketua Umum NSI.
Juni 2015 | Samantabadra
23
liputan Suasana gongyo bersama peserta Kensyu Kartini 2015.
Ibu Menteri melambaikan tangan kepada umat NSI menjelang kepulangannya.
24
Samantabadra | Juni 2015
Dokyo Syodai Peringatan Penyebutan Nammyohorengekyo untuk Pertama Kalinya
P
Ketua Umum NSI memberikan sambutan pada Peringatan Penyebutan Nammyohorengekyo untuk Pertama Kalinya.
eringatan penyebutan Nammyohorengekyo untuk pertama kalinya, diperingati umat DKI Jakarta dan sekitarnya dengan melaksanakan upacara dokyo syodai yang dipimpin oleh Ketua Umum NSI, Bapak Suhadi Sendjaja, di Vihara Sadaparibhuta NSI, Jakarta, pada tanggal 28 April 2015. Dalam sambutannya, Ketua Umum NSI mengingatkan kita kembali tentang makna peringatan 28 April bagi umat NSI, bagaimana agar umat senantiasa dapat meningkatkan hati kepercayaan kepada Gohonzon dengan menjalankan sikap hidup yang sesuai ajaran Buddha. Hanya dengan Nammyohorengekyo, kita dapat membuka jiwa Buddha kita. eee
Juni 2015 | Samantabadra
25
materi ajaran | gosyo kensyu
Gosyo Kensyu
Surat Kepada Ikegami Bersaudara (Bagian 1 dari 2)
LATAR BELAKANG|
Y
asumice, ayah dari Ikegami bersaudara adalah seorang Menteri Pembangunan dari pemerintah Kamakura dengan menyandang gelar Daiyu, begitupun kedua bersaudara ini memperoleh gelar yang sama sebagai Daiyu. Dan dapat diperkirakan bahwa ayah dan kedua anaknya memiliki kedudukan sebagai bangsawan yang pada masa pemerintahan Kamakura waktu itu merupakan suatu kedudukan yang sangat tinggi. Dengan demikian, kiranya kedudukan mereka tidak terbatas sebagai Menteri Pembangunan saja, melainkan juga memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai ksatria (samurai). Ikegami Munenaka menganut kepercayaan ini pada tahun 1256 (Kenco ke8), yakni tiga tahun setelah Niciren Daisyonin memproklamirkan Sekte Niciren pada tahun 1253. Ketika itu Munenaka berusia 34 tahun, juga dikatakan bahwa pada tahun yang sama, Syijo Kingo berusia 27 tahun telah menganut kepercayaan ini. Kemudian disusul adiknya Menenaga turut menganut kepercayaan ini. Dengan dimulainya Syijo Kingo menganut kepercayaan ini, berturut-turut pula para ksatria muda lainnya. Keadaan masyarakat Jepang pada tahun 1256 berada dalam 26
Samantabadra | Juni 2015
keadaan yang kacau balau, dimana telah timbul berbagai bencana alam dan bahaya serangan dari Mongolia; dan bersamaan dengan itu Niciren Daisyonin beserta murid dan penganutnya telah dihadapkan dengan penganiayaan yang kejam sekali. Karena Yasumice, ayah dari Ikegami bersaudara adalah seorang penganut yang kuat dari bhiksu Ryokan, kuil Gokuraku sekte Nembuce dan Rice, maka tantangan keras terhadap kepercayaan kedua bersaudara, sesungguhnya telah berlangsung 20 tahun lebih. Bhiksu Ryokan telah dikalahkan oleh Niciren Daisyonin dalam mendoakan turunnya hujan. Oleh karena Niciren Daisyonin menandaskan hal itu sebagai “musuh penguasa�, maka bhiksu Ryokan tidak hanya benci dan dendam terhadap diri Niciren Daisyonin, malah telah berusaha dengan berbagai siasat biadap untuk memfitnah Niciren Daisyonin hingga dijatuhi hukuman pemenggalan kepala maupun hukuman pembuangan ke Pulau Sado. Namun, karena nampaknya penindasan terhadap diri Niciren Daisyonin tidak akan berhasil, maka saat itu mulailah disusun siasat licik untuk menghancurkan dari dalam persatuan hati
murid Beliau dengan mengadakan penindasan terhadap murid dan penganut Niciren Daisyonin. Untuk itu Niciren Daisyonin telah memberi bimbingan, bahwa ayah mereka, Yasumice, yang mengusir dan memutuskan hubungan anak dan orang tua terhadap diri Ikegami Munenaka adalah merupakan salah satu siasat licik dari bhiksu Ryokan. Bagi mereka selama bebarapa tahun sejak kakaknya diusir oleh ayah mereka, merupakan masa perjuangan yang penting dalam perombakan nasib mereka. Hati kepercayaan adalah perjuangan terhadap iblis. Justru karena melaksanakan kepercayaan terhadap Hukum Sakti dan peningkatan suasana hati kepercayaan mereka, sehingga menimbulkan kesulitan dan penderitaan. Oleh karenanya Niciren
Daisyonin memberi dorongan dan bimbingan agar jangan takut dan kalah dari pengusiran dan pemutusan hubungan anak dan orang tua oleh ayah mereka, Yasumice. Karena kutipan kalimat “Ketiga rintangan dan empat Iblis akan timbul menghalanginya� telah dibaca dengan jiwa raga oleh Niciren Daisyonin, maka hendaknya menjadikan hal itu sebagai cermin terang kepercayaan bagi seluruh murid dan penganut Beliau. Untuk itu Niciren Daisyonin telah memberi dorongan, hendaknya mereka membaca kutipan kalimat ini dengan jiwa raga dan menjadi perintis bagi murid dan penganut Beliau di masa yang akan datang. Kedau bersaudara Ikegami yang menerima bimbingan yang penuh maitri karuna dari Niciren Daisyonin telah membangkitkan hati kepercayaan yang kuat.
ISI GOSYO |
Y
ang dikatakan dalam Saddharmapundarika-sutra adalah jiwa hakekat dari 80.000 ajaran dan inti dari keduabelas macam Sutra. Para Buddha dari ketiga masa telah mencapai kesadaran karena menjadikan Saddharmapundarika-sutra sebagai guru. Buddha-buddha dari kesepuluh penjuru dunia telah menjadikan Saddharmapundarika-sutra yang merupakan hukum tunggal agung sebagai mata dalam membimbing umat manusia. Sekarang kalau secara nyata memasuki gudang sutra untuk meninjau seluruh sutra, maka sejak hukum agama Buddha memasuki Tiongkok selama lebih kurang 850 tahun sejak era Yung Ping dari masa kerajaan Han (bagian belakang) hingga masa akhir dinasti Tang, di mana seluruh sutra dan sastra yang telah memasuki Tiongkok terdapat dua kelompok; yakni yang dikatakan sebagai sutra terjemahan lama dari Kumarajiva dan lain-lain, yang terdiri dari 5.048 jilid, dan sutra-sutra terjemahan baru dari Gensyo dan lain-lain, yang terdiri dari 7.399 jilid. Seluruh sutra yang disebut di atas, masing-masing telah memperkenalkan dirinya sebagai “yang paling utama�. Di samping itu, kalau Saddharmapundarika-sutra diperbandingkan dengan seluruh sutra lainnya, maka unggul lemahnya adalah bagaikan langit dan bumi, tinggi rendahnya adalah seperti awan dan tanah, seluruh sutra-sutra lainnya adalah sama seperti bintang-bintang yang banyak, sedangkan Saddharmapundarika-sutra adalah sama seperti bulan. Dan juga sutra-sutra lainnya sama seperti sinar dari lampu, bintang dan bulan, sedangkan Saddharmapundarikasutra sama seperti matahari. Ini merupakan keadaan perbandingan pada umumnya antara Saddharmapundarika-sutra dengan sutra-sutra lainnya.
Selanjutnya pada khususnya kalau melihat berdasarkan pada kalimat sutra dari Saddharmapundarika-sutra, maka terdapat 20 hukum terpenting dari SaddharmapundarikaJuni 2015 | Samantabadra
27
materi ajaran | gosyo kensyu sutra yang mengungguli sutra lainnya. Di antaranya, Hukum terpenting yang pertama dan kedua adalah kedua hukum dari 3.000 asamkheya kalpa koti dan 500 asamkheya kalpa koti. Hukum 3.000 asamkheya kalpa koti terdapat dalam bab perumpamaan Istana Khayalan (Kejoyu Bon) jilid ke-3 Saddharmapundarika-sutra.
Yang dikatakan 3.000 asamkheya kalpa koti adalah, bahwa ketiga ribu dari ribuan dunia besar digiling hingga menjadi debu, dan dengan berjalan menuju arah timur di mana setelah melewati seribu dari ketiga ribu dari ribuan dunia besar dijatuhkan satu butir debu. Dengan demikian, seterusnya seluruh debu yang digiling dari ketiga ribu dari ribuan dunia besar dijatuhkan satu butir debu. Selanjutnya, setelah melewati seribu dari ketiga ribu dari ribuan dunia besar, dijatuhkan lagi satu butir debu. Dengan demikian, seterusnya seluruh debu yang digiling dari ketiga ribu dari ribuan dunia besar dijatuhkan hingga habis. Kemudian, ketiga ribu dari ribuan dunia besar yang telah dijatuhkan butiran debu dan ketiga ribuan dunia besar yang tidak dijatuhkan butiran debu, seluruhnya dari ketiga ribu dari ribuan dunia besar yang tersebut di atas dikumpulkan, lalu di giling menjadi debu lagi. Dan seluruh debu ini dibariskan dengan menjadikan satu debu sebagai satu kalpa dan dilaksanakan hingga selesai. Dengan demikian, ketika jumlah dari kalpa debu yang tidak terhitung selesai semuanya itulah yang dikatakan 3.000 asamkheya kalpa koti. Sekarang, yang dinamakan ketiga golongan dari Sravaka, yakni orang-orang seperti Sariputra, Mahakasyapa, Ananda, Rahula di mana masa lampau yang jauh dari 3000 asamkheya kalpa koti, mereka telah mempelajari Saddharmapundarika-sutra dari seorang Bodhisattva, yakni Pangeran ke-16 dari Buddha Mahabijnajnanabhibhu, namun pada pertengahan jalan mereka telah terpengaruh oleh jodoh buruk sehingga telah menimbulkan hati untuk membuang Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, mereka telah jatuh secara bertahap di mana ada yang jatuh dalam Sutra Kegon, ada yang jatuh ke dalam Sutra Hannya, ada yang jatuh ke dalam Sutra Daijuku, ada yang jatuh ke dalam Sutra Nirvana, ada yang jatuh pada Sutra Dainici, Sutra Jimmitsu, atau Sutra Kammuryoju, atau jatuh pada Sutra Agam dan kemudian jatuh ke dalam akar kebaikan dari Dunia Kemanusiaan dan Dunia Surga. Terlebih dari itu, telah jatuh ke dalam keempat Dunia Buruk dari Dunia Neraka, Dunia Kelaparan, Dunia Kebinatangan dan Dunia Kemurkaan. Dengan demikian dalam jatuhnya selama 3000 asamkheya kalpa koti, kebanyakan dilahirkan pada neraka penderitaan yang tidak terputus-putus dan sebagian kecil dilahirkan pada ketujuh neraka lainnya kadang-kadang dilahirkan pada seratus neraka lebih dan jarang sekali yang dilahirkan pada Dunia Kelapan, Dunia Kebinatangan dan Dunia Kemurkaan. Setelah melewati selama asamkheya kalpa koti yang panjang, kemudian baru dilahirkan pada Dunia Kemanusiaan dan Dunia Surga. Oleh karenanya, dalam Bab Perumpamaan jilid kedua Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “karena selalu menetap dalam Dunia Neraka sehingga menjadi kebiasaan seakan-akan bermainmain dalam taman; dan juga telah menetap di dalam dunia buruk lainnya Dunia Kelaparan, Dunia Kebinatangan dan Dunia Kemurkaan, yang bagaikan berada dalam rumahnya sendiri.� Orang yang melanggar kesepuluh kejahatan akan jatuh kedalam Neraka Tokatsu dan Neraka Kokujo selama 500 tahun atau 1000 tahun. Orang yng berbuat lima dosa besar, setelah jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tidak terputus-putus selama satu kalpa menengah (cugo), kemudian akan dilahirkan dalam Dunia Kemanusiaan. Akan tetapi, mungkin disebabkan oleh suatu hal sehingga orang yang membuang Saddharmapundarika-sutra, walau ketika mundur dari kepercayaan tidak merasakan sebagai dosa besar dan berat seperti membunuh ayah-bunda dan lainnya, namun mereka akan jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tidak terputus-putus dan yang paling berat selama kalpa yang banyak sekali. 28
Samantabadra | Juni 2015
Sebagai umpama, walau telah membunuh satu seorang, dua orang, sepuluh orang, ratusan orang, ribuan orang, puluhan ribu orang, ratusan ribu orang, seribu milyar ayah-bunda, apakah mungkin jatuh ke dalam neraka selama suatu masa yang panjang dari 3000 asamkheya kalpa koti? Dan juga, walau telah membunuh satu Buddha, dua Buddha, sepuluh Buddha, ratusan Buddha, ribuan Buddha, puluhan ribu Buddha, ribuan milyar Buddha, apakah mungkin akan jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tidak terputus-putus selama 500 asamkheya kalpa koti? Akan tetapi, karena dosa membuang Saddharmapundarika-sutra, sehingga ketiga golongan Sravaka telah jatuh ke dalam Neraka Avici selama 3000 asamkheya kalpa koti. Sedangkan para Maha Bodhisattva jatuh kedalam Neraka Avici selama 500 asamkheya kalpa koti, kiranya hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting sekali.
Pada kesimpulannya, sebagai umpama kalau kepalan tangan memukul angkasa maka tidak akan merasa sakit, sedangkan kalau memukul batu, maka kepalan tangan akan terasa sakit. Dosa membunuh orang jahat adalah ringan, sedangkan dosa membunuh orang baik adalah berat. Atau membunuh orang lain adalah sama seperti kepalan tangan memukul tanah liat. Sedangkan membunuh ayah-bunda adalah sama seperti kepalan tangan memukul batu. Begitupun sama seperti anjing yang menyalak kepada rusa, anjing tidak akan terbunuh. Sebaliknya anjing yang menyalak kepada singa, ususnya akan hancur berantakan. Asura yang menelan matahari dan bulan kepalanya akan pecah menjadi tujuh bagian. Devadatta yang memukul Buddha telah jatuh ke dalam bumi yang meretak dari neraka penderitaan yang tak terputus-putusnya. Dengan demikian tergantung pada obyek dari dosa yang dilanggar, sehingga berat ringannya dosa pun berlainan.
Oleh karena itu, Saddharmapundarika-sutra ini adalah mata dari seluruh Buddha, guru pokok dari leluhur Sang Buddha Sakyamuni. Jadi, kalau terdapat orang yang membuang Saddharmapundarika-sutra ini walau satu kata, satu titikpun, maka orang itu memiliki dosa berat yang melampaui dosa mengeluarkan darah dari badan Buddha kesepuluh penjuru, maka telah menjalani penderitaan dalam dunia buruk selama masa yang sangat panjang dari 3000 asamkheya kalpa koti dan 500 asamkheya kalpa koti. Mengenai Saddharmapundarika-sutra ini, untuk sementara waktu dikesampingkan dahulu. Dan juga, untuk bertemu dengan orang yang menjelaskan dan melaksanakan sutra ini seperti yang terdapat dalam kalimat sutra adalah sulit sekali. Sebagai umpama, walau kura-kura bermata satu dapat bertemu kayu cendana yang terapung, atau walau serat buah teratai dapat menggantung gunung semeru di angkasa, namun untuk berjumpa dengan orang yang dapat menjelaskan Saddharmapundarika-sutra seperti yang terdapat dalam sutra adalah sulit sekali.
Oleh karena itu, Mahaguru Tzu-en, murid dari Hsuan-chuang, adalah guru dari Kaisar Tai Cung, Dinasti Tang. Ia dapat menghafal buku dalam bahasa Sansekerta dan bahasa Tionghoa, menguasai seluruh sutra serta dapat mewujudkan prajna Buddha melalui ujung pensil kuasnya, bagi tercurahnya hujan dan merupakan seorang arif bijaksana, di mana ketika berkotbah gigi taringnya memancarkan sinar. Orang-orang pada waktu itu menghormati Mahaguru Tzu-en seperti matahari dan bulan. Begitupun sesudah wafatnya, orang-orang mengidam-idamkannya sebagai mata. Namun demikian, Mahaguru Dengyo telah menuntut Mahaguru Tzu-en dengan berkata, “Walau memuji Saddharmapundarika-sutra, namun sebaliknya telah membunuh hati Saddharmapundarikasutra.“ Makna dari kalimat ini berarti bahwa walau Mahaguru Tzu-en berpikir bahwa dirinya telah memuji Saddharmapundarika-sutra, namun karena tidak mengetahui prinsip bahwa Saddharmapundarika-sutra merupakan sesuatu yang paling unggul dan utama, maka ketika mewujudkan teori, ia telah menjadi pembunuh makna sesungguhnya dari Saddharmapundarikasutra. Juni 2015 | Samantabadra
29
materi ajaran | gosyo kensyu Bhiksu Shan-wu-wei adalah raja dari negeri Udyana di India dimana ia telah meninggalkan tahta kerajaan untuk menjadi seorang bhiksu, dengan melaksanakan pertapaan dengan mengelilingi 50 negeri di India dan menguasai dengan mahir kedua ajaran nyata dan ajaran rahasia. Kemudian ia pergi ke Tiongkok dan menjadi Guru dari Kaisar Hsuan-Tsung. Para guru Syingon di Tiongkok dan Jepang, tiada seorangpun yang dapat melebihi bhiksu Shan-wu-wei. Walau ia adalah seorang yang sedemikian agung, namun ia telah mati mendadak dan dituntut oleh penguasa iblis neraka. Mengapa ia mati mendadak dan dihadapkan dengan tuntutan penguasa iblis neraka? Tiada seorangpun yang mengetahui alasannya.
Ketika Niciren menilik hal ini, maka walau sebelumnya bhiksu Shan-wu-wei adalah seorang pelaksana Saddharmapundarika-sutra, namun karena mengatakan bahwa sutra Dainici lebih unggul daripada Saddharmapundarika-sutra, hal mana merupakan sebab musababnya. Jadi, Dwiyana dari Sariputra, Maudgalyayana, dan lain-lainnya yang telah jatuh ke dalam dunia buruk selama masa dari 3000 asamkheya kalpa koti, sama sekali bukan disebabkan karena sepuluh dosa kejahatan, lima dosa berat, dosa pemberontakan, maupun kedelapan dosa berat, namun hanya karena telah berhadapan dengan pengaruh buruk, sehingga telah menghancurkan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra dan mengalihkan kepercayaan mereka kepada sutra sementara. Mahaguru Tien-tai memberi penjelasan dengan berkata, “Seandainya berjumpa dengan kawan yang jahat, maka akan kehilangan hati yang sesungguhnya.” Yang dikatakan “hati yang sesungguhnya” adalah hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra. Yang dikatakan “ kehilangan“ berarti menentang hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra dengan mengalihkan hati kepercayaan kepada sutra-sutra lainnya. Oleh karena itu, dalam Bab Panjang Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Walau diberikan obat yang manjur namun tidak mau meminumnya, dan lain-lain.” Mahaguru Tien-tai menjelaskan kutipan kalimat ini sebagai, “Orang yang telah kehilangan hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra, walau diberikan obat manjur namun tidak mau meminumnya, sehingga terombang-ambing dalam penderitaan hidup mati dan melarikan diri ke negeri lain.”
Dengan demikian, hal-hal yang harus ditakuti bagi orang-orang yang percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra adalah orang-orang yang mengganggu pelaksana Saddharmapundarika-sutra, dan bukan pencuri, perampok, pembunuh, harimau, serigala, dan singa, maupun serangan dari Mongolia sekarang ini.
Dunia saha yang kita tempati adalah wilayah kekuasan Raja Iblis Surga Keenam. Seluruh umat manusia sejak masa lampau yang tidak berawal adalah sanak keluarga dari Raja Iblis Surga Keenam. Raja Iblis tidak hanya memasukan seluruh umat manusia ke dalam penjara yang telah disiapkan di dalam keenam dunia, tetapi juga telah mengikat dengan ikatan anak dan istri, menebarkan jala dalam angkasa dari ayah bunda dan majikan, memberikan minum yang memabukkan dari arak keserakahan, kemarahan dan kebodohan, serta menipu hati sesungguhnya dari jiwa Buddha seluruh umat manusia, kemudian menyediakan hidangan racun sehingga menjerumuskan manusia ke dalam bumi dari ketiga Dunia Buruk. Kalau kadang-kadang dalam umat manusia terdapat hati kebaikan, maka selalu akan menganggunya.
Walau berkeinginan untuk menjatuhkan orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra kedalam dunia buruk, namun karena selalu tidak berhasil, maka pertama-tama dengan berbagai tipu muslihat untuk menjatuhkan umat manusia ke dalam ajaran Kegon yang hampir mirip dengan Saddharmapundarika-sutra. 30
Samantabadra | Juni 2015
Hal ini terjadi pada Bhiksu-bhiksu Tu-shun, Chih-yen, Fa-tsang, Cheng-kuan, dan lain-lain. Selanjutnya, kawan buruk yang tertipu hingga jatuh pada sutra Hannya adalah Chia-hsiang, Sengchuan dan lain-lain. Kawan-kawan buruk yang tertipu hingga jatuh pada sutra Jimmitsu adalah Hsuan-chuang dan Tzu-en. Kawan-kawan buruk yang tertipu hingga jatuh pada Mahavairocana Sutra adalah Shan-wu-wei, Chin-kang-chih, Pu-kung, Kobo, Jikaku, dan Cisyo. Kawan-kawan buruk yang tertipu hingga jatuh pada sekte Zen adalah Bodhidharma, Hui-ko, dan lain-lain. Dan juga, kawan-kawan buruk yang tertipu hingga jatuh pada sutra Kammuryoju adalah Shan-tao dan Honen. Dalam hal ini raja Iblis surga Keenam telah merasuk ke dalam jiwa para orang arif untuk mengganggu orang baik yang percaya Saddharmapundarika-sutra. Dalam Bab penegakan Jilid ke-5 Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Iblis jahat telah merasuk kedalam jiwanya,” adalah menunjuk hal ini.
Sebagai umpama, walau Bohisatva yang telah mencapai tingkat Tokaku pun, namun kalau iblis besar dari kesesatan pokok jiwa telah merasuk ke dalam jiwanya, maka akan mengganggu kurnia kebajikan dari Myokaku yang dikatakan dalam Saddharmapundarika-sutra. Apalagi gangguan terhadap orang-orang yang berada di bawah tingkat tersebut di atas, akan lebih hebat lagi. Dan Raja Iblis Surga Keenam kala masuk ke dalam jiwa anak istri untuk menipu orang tua dan sang suami, atau akan masuk ke dalam jiwa sang Raja untuk menindas pelaksana Saddharmapundarikasutra ataupun akan masuk ke dalam jiwa ayah bunda untuk menuntut budi bakti anak kepada orang tua.
Karena putra mahkota Siddharta ingin melepaskan kedudukan Beliau sebagai seorang raja, sedangkan permaisuri Beliau sedang mengandung Rahula, maka ketika itu ayah Beliau, Raja Sudhodana, menasehatinya dengan berkata, “ Hendaknya Anda menjadi Bhiksu setelah anak Anda dilahirkan.” Untuk itu, Iblis telah memanfaatkan kesempatan itu dengan menahan kelahiran anakNya selama enam tahun. Sariputra pada dahulu kala masa akhir Buddha Sundara telah menegakkan pelaksanaan Bodhisattva selama 60 kalpa. Karena hanya tersisa 40 kalpa, sehingga semakin dekat untuk mencapai pertapaan 100 kalpa, maka Raja Iblis Surga Keenam yang khawatir terhadap kemungkinan keberhasilan dalam mencapai pelaksanaan Bodhisattva, ia telah menjelma menjadi seorang Brahma yang mengemis-ngemis mata Sariputra. Walau Sariputra telah memberikan matanya sesuai dengan permintaan, namun karena hal itu telah menimbulkan hati untuk mundur dari kepercayaan, maka Sariputra telah jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tiada terputusputus selama kalpa yang tidak terhingga. Enam puluh delapan milyar penganut Masa Akhir Dharma dari Buddha Daisyogon telah tertipu oleh kempat Bhiksu Kugan dan lain-lain untuk membenci Bhiksu Fuji, oleh karenanya telah jatuh ke dalam neraka penderitaan yang tidak terputus-putus selama kalpa yang tidak terhingga bagai debu halus bumi besar. Para pria dan wanita Masa Akhir Dharma dari Buddha Raja Syisyion, karena telah mempercayai Bhiksu Syoi, Bhiksu yang mempertahankan sila dan mentertawakan Bhiksu Kikon yang menyebarluaskan Hukum Sakti, maka telah jatuh ke dalam neraka selama kalpa yang tidak terhingga. Dan sekarang juga, para penganut, murid Niciren telah dihadapi dengan hal ini. Dalam bab Dharmaduta dikatakan, “Pada masa hidup Tathagata pun sudah sedemikian banyak kebencian dan iri hati, apalagi setelah wafatnya Sang Tathagata, akan lebih hebat lagi.” Dan juga, dalam Bab Pelaksanaan yang Tenang dan Gembira dikatakan, “Seluruh orang dalam masyarakat, kebanyakan membeci Buddha dan sulit percaya terhadap Hukum Sakti.” Sedangkan dalam Parinirvanasutra dikatakan,”Dilanda dengan bencana kematian mendadak, menerima caci maki, dihina, dipukul dengan sabuk dan tongkat, dipenjarakan, mengalami kelaparan, merasakan penderitaan dibelenggu. Dengan demikian, karena menerima imbalan yang ringan di masa sekarang, maka pada masa akan datang tidak akan jatuh ke dalam neraka.” Juni 2015 | Samantabadra
31
materi ajaran | gosyo kensyu Dan juga dalam Parinirvana-sutra dikatakan, “Sandang tidak mencukupi, pangan sedikit, walau mencari keuntungan, namun tidak berhasil memperolehnya, dilahirkan pada keluarga yang miskin dan berpandangan sesat, atau dihadapkan dengan penganiayaan dari Sang Raja dan berhadapan dengan imbalan penderitaan dari berbagai masyarakat manusia; namun semuanya itu dapat diterima dengan ringan adalah disebabkan karena kekuatan kurnia kebajikan dari perlindungan terhadap Hukum Agama Buddha.� Makna dari kalimat Sutra ini adalah, bahwa kita pada kehidupan lampau telah membenci orang yang melaksanakan pertapaan hukum sakti, sebaliknya, sekarang kita sendiri percaya dan menerima hukum sakti ini, maka dosa yang telah menghalang-halangi orang untuk melaksanakan pertapaan Hukum Agama Buddha di masa lampau, sesungguhnya pada masa akan datang harus jatuh ke dalam neraka besar. Namun, karena kuatnya kurnia kebajikan dalam melaksanakan Hukum sakti pada kehidupan kali ini, maka penderitaan besar akan datang telah diundang keluar dengan dihadapkan pada suatu penderitaan yang ringan pada masa sekarang ini. Kutipan kalimat Sutra ini menunjukan bahwa karena dosa pemfitnahan hukum sakti pada masa lampau, maka di dalam berbagai akibat imbalan yang akan diterima antara lain berupa: ada yang dilahirkan pada keluarga yang miskin, atau ada yang dilahirkan pada keluarga yang berpandangan sesat, begitupun ada yang dihadapkan dengan penganiayaan dari Sang Raja, dan lain sebagainya. Di antaranya yang dikatakan keluarga yang berpandangan sesat adalah, keluarga yang memfitnah hukum sakti. Sedangkan yang dikatakan dihadapkan dengan penganiayaan sang raja adalah dilahirkan pada masa seorang raja jahat sedang berkuasa. Mungkin Anda sekalian merasakan sedang dihadapi dengan kedua penderitaan besar ini. Karena hendak menghilangkan dosa pemfitnahan karma masa lampau, sehingga sekarang telah dituntut oleh ayah bunda yang berpandangan sesat, begitupun dilahirkan pada negara di mana sang rajanya membenci pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Untuk itu dalam kalimat sutra telah tertulis dengan terang dan jelas.
Oleh karenanya tidak diragukan lagi bahwa pada masa lampau, jiwa kita merupakan orang yang telah memfitnah Hukum Sakti. Kalau meragukan hal ini, masa sulit untuk menahan penderitaan ringan masa sekarang ini sehingga menuruti kehendak tuntutan dari sang ayah yang maitri, dan kalau membuang Saddharmapundarika-sutra walau sesungguhnya menyadari keunggulannya, hanya dikarenakan tidak dapat menahan penderitaan yang seolah-olah tidak berbakti kepada orang tua, maka tidak hanya diri sendiri yang akan jatuh ke dalam penderitaaan neraka, malah tidak diragukan lagi bahwa ibu yang karuna maupun ayah yang maitri, akan jatuh kedalam neraka Avici, dan semuanya akan mengalami kesedihan. Yang dikatakan hati pertapaan agung adalah menyempurnakan hati kepercayaan dengan berdiri pada pandangan tujuan agung.
Anda sekalian dua bersaudara, karena sangat percaya Saddharmapundarika-sutra sehingga pada masa sekarang ini telah menuntut keluar dari imbalan dosa berat masa lampau. Sebagai umpama, kalau menempa besi dengan teliti, maka luka atau rongga yang terdapat di dalam besi akan muncul ke permukaan besi, atau batu dibakar akan menjadi abu. Namun kalau emas dibakar akan menjadi emas murni. Justru dalam penderitaan kali ini, Anda mewujudkan hati kepercayaan yang sesungguhnya sehingga sudah pasti Dasaraksasi dari Saddharmapundarikasutra akan melindungi Anda sekalian. Iblis yang muncul di hadapan putra Himalaya adalah Dewa Indra. Burung dara yang dibantu oleh Raja Syibi adalah Dewa Bisyamon. Sama halnya, mungkin Dasaraksasi dalam mencoba hati kepercayaan seseorang, ia telah masuk ke dalam jiwa ayah bunda untuk menuntut orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra. Sehubungan dengan ini pun, kalau hati kepercayaan melemah pasti akan menyesal kemudian. Kegagalan kendaraan di depan hendaknya menjadi peringatan bagi kendaraan selanjutnya. Dalam masyarakat yang sedemikian kacau, walaupun tidak dihadapkan dengan hal diataspun, 32
Samantabadra | Juni 2015
sudah sewajarnya akan membangkitkan hati untuk menuntut hukum agama Buddha. Walau tidak suka dengan keadaan masyarakat ini, namun apakah mungkin dapat menghindarkan diri dari masyarakat yang nyata ini. Orang-orang jepang akan dihadapkan dengan penderitaan besar yang telah ditetapkan, hal ini terlihat dengan jelas, sungguh merupakan sesuatu yang berada di hadapan mata. Pada tanggal 21 bulan ke-2 tahun bun-ei ke-9 (Tokisuke, kakak sepupu dari penguasa Kamakura, Tokimune, karena memberontak telah terbunuh), adalah sama seperti bunga yang berkembang, sedang pucuk rantingnya telah putus tertiup angin besar.
Dan juga, karena seperti baju indah yang terbuat dari sutra tipis yang mudah terbakar. Apakah mungkin terdapat orang yang tidak putus asa terhadap keadaan masyarakat ini? Begitupun pada bulan ke-10 tahun Bun-ei ke-11 (Ketika Mongolia menyerang), penduduk pulau Iki dan Tsuyima, walau pada waktu itu terbunuh, namun mengapa harus memikirkan masalah orang lain? Pada waktu itu kesedihan dari orang-orang yang ditugaskan untuk menyerang Mongolia, betapa sedihnya mereka itu, orang tua yang sudah lanjut usia, anak yang masih di bawah umur, istri yang muda belia, dan telah meninggalkan rumah tinggal yang sedemikian penting hanya untuk menjaga lautan yang tiada artinya. Kalau melihat awan, dikiranya bendera dari pasukan musuh, kalau melihat perahu nelayan hatinya sudah ketakutan, karena dikiranya perahu perang dari Mongolia. Setiap hari, satu, dua kali mendaki gunung untuk bersiaga, sedangkan pada malam hari selama tiga, empat kali dikatakan bahwa musuh akan menyerang, sehingga pelana dipasang di kuda. Sungguh sehari-harinya telah dirasakan berada di dalam dunia Kemurkaan yang nyata.
Anda sekalian, dua bersaudara yang dituntut sekarangpun, pada dasarnya adalah karena sang raja memusuhi Saddharmapundarika-sutra. Sang raja memusuhi Saddharmapundarikasutra adalah timbul dari pemfitnahan Hukum dari bhiksu Jisai, Nembuce, Guru Syingon, dan lain-lain. Sekarang, hendaknya Anda sekalian menahan penderitaan ini untuk hidup dengan kekuatan dan kurnia dari Saddharmapundarika-sutra. Begitupun Niciren, dengan sekuat tenaga menyampaikannya kepada para dewa. Sama sekali tidak boleh terdapat sikap hati yang takut. Karena hati kepercayaan kaum wanita kurang kuat, maka sudah pasti istri Anda sekalian akan dipengaruhi oleh rasa ketakutan. Betapapun Anda sekalian harus dengan gigih mempertahankan kepercayaan yang kuat dengan hati yang kokoh tak tergoyahkan.
Sebagai umpama, sama seperti Niciren ketika berada di kantor Heino Saemon, sedikitpun tidak ada rasa takut, dan bertindak dengan gagah dan tegas. Anak keluarga Wada yang kalah perang terhadap keluarga Hojo, anak Wakasa no kamiyasumara yang kalah perang terhadap Tokiyori atau pengikut Taira dari Masakado dalam pemberontakan Tengyo, begitupun orang yang menjadi pengikut Abe no sadato, mereka, walau bukan mempertahankan jalan pencapaian kesadaran Buddha, namun karena merasa malu, maka sama sekali tidak menyayangi jiwa mereka. Ini adalah kebiasaaan dari Ksatria. Walau tidak terdapat hal inipun, betapapun dalam kehidupan sudah ditetapkan adanya satu kematian. Jadi jangan sampai ditertawakan orang karena sikap pengecut. (bersambung pada Samantabadra edisi Juli 2015)
Juni 2015 | Samantabadra
33
materi ajaran | gosyo kensyu | KUTIPAN GOSYO
1
“Karena selalu menetap dalam dunia Neraka sehingga menjadi dunia kebiasaan, seakan-akan bermain-main dalam taman, dan juga telah menetap di dalam dunia buruk lainnya dari Dunia kelaparan, Dunia kebinatangan, dan Dunia Kemurkaan yang bagaikan berada dalam rumahnya sendiri”. Keterangan : Ini adalah kutipan kalimat dari Bab Perumpamaan ke-3 Saddharmapundarikasutra, yang menjelaskan sikap orang-orang yang tanpa sadar menegakan diri dalam kemalasan dimana mereka berada didalam rintihan ketidak bahagiaan tanpa mengetahui cara dan telah kehilangan kekuatan untuk mengatasi masalah. Terlebih lagi kutipan kalimat diatas melukiskan secara tepat keadaan sikap manusia jaman sekarang yang acuh terhadap malapetaka dan kekhawatiran, walau keadaan masyarakat dunia sedemikian menyedihkan dan mencekam. Sejarah manusia selama beberapa ribu tahun telah mencatat tragedi dari bencana peperangan yang tak terhitung jumlahnya. Namun demikian, dalam perkembangan sejarah yang panjang terdapat pemikiran orang-orang yang beranggapan bahwa peperangan adalah suatu kewajaran yang manusiawi, dan hal itu tidak mungkin di hilangkan untuk selama-lamanya. Oleh karena tragedi dari peperangan itu dianggap sebagai suatu kewajaran yang manusiawi sehingga merupakan sesuatu yang tidak mungkin dihindari, hal mana sama seperti dikatakan dalam kutipan kalimat yang berbunyi, “ Neraka adalah tempat kediamannya sehingga seakanakan bermain-main dalam taman”. Kemudian, menimbulkan kegembiraan atas kekejaman sesame manusia yang saling membunuh dan merasakan kebanggaan atas reputasi yang diperolehnya dan itulah yang dimaksud dengan “ Taman Dari Neraka”. 34
Samantabadra | Juni 2015
Dan juga, orang yang semata-mata menuntut kehidupan dengan mengidamidamkan reputasi dan orang yang dengan napsu untuk memperoleh uang serta kedudukan sebagai tujuan hidupnya. Di lain pihak, terdapat orang yang tidak memikirkan dan memiliki keinginan untuk merombak masyarakat, namun siang dan malam selalu merasakan ketidak puasan dan ketidak adilan dengan keadaan sekarang. Selanjutnya, orang yang melewati kehidupan semata-mata demi tujuan diri sendiri yang kecil dan lain sebagainya, kiranya dapat dikatakan sebagai orang yang menjadikan Dunia Kelaparan sebagai tempat kediamannya. Terlebih lagi, kehidupan manusia yang telah melupakan hubungan kemanusiaan yang indah, hubungan sanak saudara, orang tua dan anak, dimana telah dikendalikan oleh kebodohan sehingga saling bermusuhan karena masalah yang sepele. Sikap kehidupan yang acuh tak acuh dimana yang kuat menindas yang lemah, kehidupan yang tidak melangkah pada perjalanan besar, dimana kalau dihadapkan pada suatu masalah selalu melarikan diri dan tenggelam dalam kenikmatan yang sekejap mata dan sebagainya, merupakan sikap hidup yang menjadikan dunia kebinatangan sebagai tempat kediamannya. Selaian daripada itu, orang yang karena tertawan pada pengalaman revolusi masa lampau, sehingga selalu berkeinginan untuk menyelesaikan segala kejanggalan masyarakat sekarang hanya dengan kekerasan. Hal mana merupakan kehidupan yang menjadikan dunia kemurkaan sebagai tempat kediamannya. Karena orang-orang masa sekarang selalu mengalami salah satu hal diatas, dengan demikian sikap sesuai dengan apa yang dikatakan dalam kutipan kalimat yang berbunyi, “ Dan juga menjadikan Dunia Kelaparan, Dunia Kebinatangan, dan Dunia Kemurkaan sebagai tempat kediamannya”. Penderitaan yang timbul karena pengaruh
buruk. Salah satu alasan dari penderitaan adalah, timbul karena pengaruh buruk. Dahulu kala, Sariputra yang melaksanakan pertapaan Saddharmapundarika-sutra selama masa yang sangat panjang dari 60 kalpa, telah mundur dari kepercayaan, karena kalah terhadap iblis yang mewujudkan diri sebagai Brahma yang mengemis-ngemis meminta mata Sariputra. Brahma ini bagi Sariputra merupakan pengaruh buruk, begitupun sekarang, ayah mereka, Yasumice, bagi Ikegami bersaudara bersaudara merupakan pengaruh buruk yang menghalang-halangi hati kepercayaan mereka. Jadi, kalau terpengaruh pada katakata dari ayah mereka dan terikat pada perasaan cinta kasih dan mundur dari hati kepercayaan, maka kedua bersaudara akan jatuh dalam neraka. Terhadap pengaruh buruk yang sangat menakutkan ini, Nichiren Daisyonin telah memberi bimbingan sebagai berikut, “ Mahaguru Tien-Tai memberi penjelasan dengan berkata, “ Bila berjumpa dengan kawan jahat, maka akan kehilangan hati sesungguhnya”. Yang dikatakan hati sesungguhnya adalah hati kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra”.
2
Dengan demikian, hal-hal yang harus ditakuti bagi orangorang yang percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra adalah orangorang yang mengganggu pelaksanaan Saddharmapundarika-sutra, bukan pencuri, perampok, harimau, serigala, dan singa maupun serangan dari Mongolia sekarang ini, melainkan orangorang yang mengganggu pelaksanaan Saddharmapundarika-sutra.
GM
Keterangan : Yang sangat menakutkan hati orang-orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra adalah orang-orang yang mengganggu hati kepercayaan, bukan pencuri, perampok, dan lain-lain. Perampok dan peperangan tidak lain hanya merenggut jiwa masa sekarang saja, sedangkan pengaruh buruk
akan menghancurkan hati kepercayaan dan merusak kebahagiaan yang kekal abadi dari orang itu serta akan jatuh kedalam neraka penderitaan yang tak terputus-putus. Ayah mereka, Yasumice, bagi kedua bersaudara merupakan pengaruh buruk yang menghalanghalangi hati kepercayaan mereka. Nichiren Daisyonin mengajarkan bahwa dunia ini adalah milik Raja Iblis Surga Keenam, dimana kalau melihat orang yang melaksanakan pertapaan Hukum agama Buddha, maka Raja Iblis surga Keenam merasa khawatir dan berkurang warganya, sehingga dia berusaha mengganggu hati kepercayaan dengan cara merasuk jiwa orang tua. Untuk menentang hati sang ayah yang sedemikian berjasa bagi kedua bersaudara merupakan hal yang sangat berat. Seperti dikatakan “ merasuk jiwa ayah bunda untuk menuntut budi bakti anak kepada orang tua” , hal mana berarti Raja Iblis Surga Keenam telah merasuk kedalam jiwa ayah mereka, Yasumice, dan berusaha dengan berbagai siasat agar mereka mundur dari kepercayaan dengan memberikan penderitaan kepada kedua bersaudara. Diantara murid Nichiren Daisyonin, seperti Syoubo, yang pada mulanya meskipun giat melaksanakan kepercayaan, namun pada pertengahan jalan telah mundur dari kepercayaan, kemudian ia menjelma menjadi penindas orang yang percaya terhadap Saddharmapundarikasutra melebihi kekejaman orang yang sejak semula memfitnah Hukum Agama Buddha. Hal mana berarti, ia telah kalah terhadap fungsi pengaruh buruk yang ditimbulkan karena Raja Iblis ini. Nichiren Daisyonin menjelaskan kepada kedua bersaudara tentang ketakutan untuk membuang Saddharmapundarikasutra dengan tegas melarang untuk mundur dari hati kepercayaan sebagai berikut, “ Oleh karena itu, Saddharmapundarika-sutra ini adalah mata dari seluruh Buddha, Guru pokok dari leluhur Buddha Sakyamuni. Jadi, kalau terdapat orang yang membuang walau satu kata, satu titikpun dari Saddharmapundarikasutra ini, maka orang itu memiliki dosa berat Juni 2015 | Samantabadra
35
materi ajaran | gosyo kensyu melampaui dosa mengeluarkan darah dari tubuh Buddha kesepuluh penjuru, maka telah menjalani penderitaan dalam dunia buruk selama masa yang sangat panjang 3000 asamkheya kalpa koti�. Walau pengaruh buruk itu sangat menakutkan, namun melalui icinen dari orang yang melaksanakan pertapaan, dapat merubahnya menjadi pengaruh baik. Begitupun bagi Nichiren Daisyonin, Hojo Tokimune, Haino Saemonojo yang menganiaya beliau, telah dihadapi sebagai pengaruh baik. Bagi Ikegami bersaudara, walau ayah mereka, Yasumice, adalah pengaruh buruk yang menghalangi kepercayaan dengan mengusir Munenaka, namun sebagai akibatnya tidak hanya memperkuat hati kepercayaan dan berhasil merombak nasip kedua bersaudara, malah ayah merekapun pada akhirnya menganut kepercayaan ini sehingga dapat dikatakan sebagai pengaruh baik.
3
Dunia saha yang kita tempati adalah milik Raja Iblis Surga keenam. Seluruh umat manusia sejak lampau yang tidak berawal adalah sanak keluarga dari Raja Iblis Surga Keenam.
GM
Keterangan : Kutipan kalimat ini menunjukan inti hakekat sebab pokok dari perjalanan sejarah umat manusia yang menyedihkan. Yang dikatakan “ Dunia ini� adalah dunia saha dimana kita menetap. Yakni dunia pergumulan antara napsu dengan napsu dan juga merupakan dunia yang tak henti-hentinya saling membunuh dan merampok. Walau menuntut kebahagian, namun tidak hanya tidak berhasil, malah umat manusia telah telah terjeumus kedalam lumpur pertentangan, hal mana tidak lain karena sejak masa lampau yang tak berawal umat manusia telah diperintahkan oleh Raja Iblis Surga Keenam. Dikatakan bahwa Iblis adalah fungsi yang menghalangi pencapaian kesadaran Buddha yang menutupi kebahagiaan umat manisia. Perahu motor yang bergerak maju dengan 36
Samantabadra | Juni 2015
kecepatan tinggi akan memperoleh lawan angin yang besar, kalau ada aksi maka akan terjadi reaksi. Begitu pula sama halnya ketika jiwa ingin maju menuju kebahagiaan, maka dengan sendirinya akan bermunculan fungsi yang menghalang-halangi. Ini merupakan suatu prinsip yang tak akan berubah dan fungsi ini di sebut Iblis. Iblis bukan sesuatu yang bersifat abstrak, melainkan suatu wujud nyata dari jiwa itu sendiri yang akan terwujud dalam berbagai gejala. Selain merupakan fungsi yang bertentangan dengan kebahagiaan, iblis itu juga akan muncul dalam berbagai bentuk untuk menghalangi serta menindas orang yang menuntut Agama Buddha. Terdapat kehidupan yang dikuasai napsu yang sematamata berjuang demi memperoleh kekayaan. Begitupun terdapat banyak orang yang semata-mata mengidam-idamkan kedudukan dan reputasi. Dan juga terdapat orang egois yang menuntut pengetahuan serta merasa puas dengan keinginan yang dipenuhi oleh pengetahuan yang picik. Disamping itu, terdapat pula banyak orang yang melewati hidupnya tanpa memikirkan tujuan hidup yang sesungguhnya, kesemuanya itu tidak lain merupakan kehidupan yang dikuasai dan diatur oleh iblis. Namun demikian, orang sama sekali tidak merasakan hal tersebut sebagai iblis. Akan tetapi, ketika seseorang menyadari Hukum Agama Buddha dan mulai berjuang dari pandangan kehidupan yang rendah menuju kepada tujuan agung demi perombakan diri sendiri dan membangun masyarakat, maka saat itu iblis akan mewujudkan bentuk sesungguhnya. Walaupun ada orang yang disekelilingnya mencaci maki dan mentertawakan dengan sinis, dan ada juga atasan yang menindas serta mencampur adukan masalah pekerjaan dengan kepercayaan, dalam hal ini iblis dapat diketahui secara tegas. Namun demikian, kadang kala iblis akan mewujudkan wajahnya seperti kawan. Oleh karenanya dikatakan bahwa iblis memiliki sifat dasar untuk menipu orang dengan menyembunyikan wajah
sesungguhnya. Mungkin terdapat kawan dan para senior yang berpura-pura menasehati dengan kesungguhan hati, namun bermaksud untuk menghalang-halangi hati kepercayaan. Banyak orang yang menyerang dengan mempergunakan senjata berupa hubungan cinta kasih antara suami istri, anak dan orang tua maupun sanak saudara. Sesungguhnya, Ikegami bersaudarapun dihadapkan dengan hal yang dikatakan diatas. Iblis yang tersebut diatas adalah iblis yang terdapat diluar diri sendiri, namun demikian tiada yang lebih menakutkan daripada iblis yang terdapat dalam jiwa sendiri. Dalam keadaan yang tidak disadari, iblis telah menguasai jiwa seseorang, dimana suara iblis telah terdengar sebagai suara hati sendiri. Hati seseorang adalah sesuatu yang lemah dan mudah terjerumus kedalam kompromi yang mengenakkan diri sendiri serta lupa terhadap pelaksanaan yang mantap, bergerak hanya demi reputasi serta keuntungan maupun menutupi kesalahan diri sendiri. Kesemuanya ini merupakan iblis dalam jiwa sendiri. Banyak orang yang telah mengakhiri kehidupannya dengan penuh penyesalan, karena tertipu oleh iblis dan tidak berhasil melaksanakan pertapaan Hukum Agama Buddha. Sesungguhnya, apakah yang dapat menghancurkan iblis dari dasarnya ? hal tersebut secara mutlak dapat dikatakan yakni kedua kata dari “ Hati kepercayan “. Dengan icinen hati kepercayaan yang kuat di hadapan cermin terang, iblis akan mewujudkan wajah yang sesungguhnya. Betapapun seluruh iblis dapat di hancurkan hanya dengan pedang dari “ kepercayaan” yang tajam. Berbagai fungsi dari iblis yang dijelaskan sehingga saat ini, seluruhnyua merupakan hasil dari perbuatan dari Raja Iblis Keenam, Paramita vasavartin adalah kegembiraan yang dapat mengatur dan menggerakan orang lain sesuai kehendak diri sendiri. Sesungguhnya kekuasaan merupakan fungsi yang baik, namun kalau disalah gunakan, maka kekuasaan akan menjadi kehadiran dari iblis yang menakutkan. Sekarang, fajar Myoho, ( Saddhama ) telah bersinar cemerlang ke seluruh Indonesia dan
seluruh dunia. Justru saat ini Raja Iblis surga Keenam akan mencurahkan seluruh kekuatan untuk menghalang-halangi perjalanan penyebarluasan Hukum Agama Buddha. Mungkin ada yang dihadapkan dengan penindasan dari penguasa dan juga ada yang dihadapkan dengan kritikan dari orang yang terkenal serta fitnahan-fitnahan dari media massa. Begitupun mungkin akan ditindas oleh kekuasaan yang dipengaruhi oleh pandangan sesat. Kesemuanya ini adalah perbuatan dari Raja Iblis surga Keenam. Dalam Ongi Kuden dikatakan, “ Perihal yang dikatakan Bodhisatva Bonno-syoken sebagai yang tidak berprajna adalah perbuatan dari Raja Iblis surga Keenam”. Bodhisattva Bonno-syoken adalah perbuatan Bodhisatva yang muncul dari Bumi yang bermaksud menimbulkan Dunia Buddha yang terdapat didalam jiwa seluruh umat manusia. Sifat dasar dari orang yang memfitnah pelaksanaan ini sebagai sesuatu yang tidak berprajna adalah Raja Iblis surga Keenam. Untuk itu, kita harus memperluas perjuangan terhadap Raja Iblis surga Keenam. Untuk itu, kita harus memperluas perjuangan terhadap Raja Iblis surga Keenam. Dan hendaknya kita melangkah dengan gagah pada perjalanan penyelamatan kebahagiaan seluruh umat manusia, dengan tidak berkecil hati karena difitnah, begitupun tidak sombong karena dipuji. Terlebih lagi, Raja Iblis surga Keenam merupakan fungsi yang mengancam keagungan dari jiwa. Perang nuklir dan lain-lainnya menunjukan hal itu. Betapapun didalam alam semesta, jiwa manusia adalah jiwa yang paling agung. Terlebih dari itu, jiwa seorang manusia harus lebih berharga dari kepentingan suatu negeri. Walau dengan alasan apapun, kalau merenggut jiwa jiwa seorang manusia, maka biar hal itu disamarkan bagaimanapun juga, itu tidak lain adalah perbuatan Raja Iblis surga Keenam. Kita, umat manusia setelah memutuskan sifat iblis yang tersembunyi dalam jiwa, baru dapat mencapai kemenangan dalam perdamaian yang kekal. Satu-satunya cara untuk membasmi iblis tersebut, tidak Juni 2015 | Samantabadra
37
materi ajaran | gosyo kensyu lain hanya dengan melaksanakan dan memperluas gerakan filsafat Hukum Agama Buddha yang mengagungkan jiwa manisia hingga setiap orang mensucikan jiwanya masing-masing. Dalam bab perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “ Sekarang diseluruh Triloka ini adalah milik-ku dan umat manusia didalamnya adalah anakanak-ku”. Dunia ini pada khususnya berarti dunia Buddha. Justru menikmati kehidupan didunia ini dengan penuh kegembiraan dalam pelukan Sang Buddha pada masa Akhir Dharma merupakan keadaan Dunia Kemanusiaan yang sesungguhnya.
4
Sebagai umpama, walau Bodhisattva yang telah mencapai tingkat Tokaku pun, namun kalau iblis jahat besar dari kesesatan pokok jiwa telah merasuk kedalam jiwanya, maka akan mengganggu kurnia kebajikan dari Myokaku yang dikatakan dalam Saddharmapundarika-sutra.
GM
Keterangan : Bagian ini menjelaskan sesuatu yang menakutkan dari akibat kelengahan dalam menjalankan pertapaan kepercayaan. Tingkat Tokaku merupakan tingkatan yang tertinggi dalam kedudukan Bodhisatva, dan tingkat Myokaku telah berada dihadapan mata dan merupakan tingkat cadangan dari dunia Buddha. Dengan demikian, Bodhisatva dari tingkat Tokaku yang pada umumnya telah mencapai suasana yang setaraf dengan dengan Buddhapun, iblis masih akan menyainginya. Tingkat Tokaku yang dikatakan sebagai tingkatan tertinggi dari Boddhisatva, mungkin pada umumnya diperkirakan akan muncul iblis. Akan tetapi, iblis penghalang ini sampaisampai memusingkan Bodhisatva yang telah mencapai tingkat Tokaku, dan diajarkan bahwa bahwa kekuatannya dahsyat sekali. Walau tujuan pencapaian kesadaran Buddha hanya tertinggal satu langkahpun, namun kalau timbul keraguan, maka seluruh jerih payah dan rejeki dari pertapaan berkalpa-kalpa yang 38
Samantabadra | Juni 2015
panjang sekali akan hilang begitu saja. Tujuan pertapaan dari jalan Boddhisatva adalah terdapat dalam pencapaian kesadaran Buddha. Seandainya tujuan tersebut tidak tercapai, maka walau orang yang telah mencapai tingkat Tokakupun, namun kalau mundur dari kepercayaan, maka sama sekali tidak berbeda dengan orang yang masih belum menimbulkan kesadaran. Justru yang terpenting adalah hingga saat terakhir pun tidak pernah lengah untuk terus-menerus berjuang terhadap iblis. Sekarang, kita yang sedang menjalankan pertapaan menuju perombakan sifat jiwa adalah sesuai dengan hal tersebut. Tingkatan Tokaku dikatakan sebagai Bodhisatva yang muncul dari Bumi yang maju berjuang dengan meletakan kedua kerangka dalam barisan yang sama dari perombakan sifat jiwa dan mewujudkan penyelamatan kebahagiaan umat manusia. Perombakan sifat jiwa adalah pertapaan seumur hidup, dimana telah memunculkan Dunia Buddha dalam jiwa kita yang merupakan inti hakekat dari icinen sanzen. Dan dengan kekuatan jiwa yang perkasa ini tidak berakhir dengan pertapaan untuk membuka kehidupan saja. Hendaknya kita selalu maju dengan terarah menuju tujuan dengan berhadapan secara tegas terhadap iblis dalam jiwa sendiri. Oleh karenanya, dalam pertapaan kita tidak dapat mengatakan bahwa “ semuanya sudah baik”, namun sesungguhnya hingga saat berakhirpun merupakan perjuangan demi perombakan. Kutipan kalimat “ Seandainya, walau Boddhisatva yang telah mencapai tingkat Tokakupun”, hal ini harus dibaca bahwa walau seseorang telah melaksanakan kepercayaan betapa lamapun dan menimbun betapa banyak pengalaman pun serta telah meningkat dengan pendirian yang bagaimanapun, namun kalau berpikir bahwa “ sesuatu yang baik”, maka didalam kelengahan telah berbuat sebab dari kehancuran. Memang, sudah barang tentu sebagai senior memiliki pendirian sebapai suri tauladan dari bawahannya. Justru oleh karenanya harus mengorbankan sikap yang berhati-hati terhadap kemalasan dan maju dengan semangat hati menuntut agama
Buddha. Kesesatan pokok jiwa adalah sifat iblis yang tersembunyi dalam jiwa sendiri. Sesuatu yang dapat menghancurkan sifat iblis tidak lain hanya dengan jiwa Buddha, dan yang memunculkan adalah hati kepercayaan. Dalam Ongi Kuden ( hal. 751 ) dikatakan, “ Pedang yang tajam dapat menaklukan kesesatan pokok jiwa adalah satu kata ‘ percaya’. Hal mana dikatakan sebagai tidak ragu-ragu adalah percaya”. Kutipan ini mengajarkan bahwa hanya dengan percaya yang mutlak tanpa sedikitpun keraguan terhadap Gohonzon, merupakan pedang tajam yang dapat menhancurkan kesesatan jiwa. Jadi, hati kepercayaan kita adalah setiap saatnya merupakan perjuangan yang keras terhadao Raja Iblis Surga Keenam dalam diri sendiri, dan ini harus di hancurkan hingga mencapai kemenangan. Mengapa orang yang percaya terhadap Saddharmapundarika-sutra dihadapkan dengan penderitaan? 1. Penderitaan yang ditimbulkan karena pengaruh buruk. 2. Karena karma berat yang diterimanya menjadi ringan, yakni penderitaan yang ditimbulkan akibat sebab karma masa lampau.
bersaudara berjuang dengan tekad untuk menerima bimbingan yang tegas dari Nichiren Daisyonin berdasarkan pada Hukum Sebab Akibat dari agama Buddha. “Hukum merubah karma berat yang diterima dengan ringan,“ berarti sebab pemfitnahan besar terdap hukum agama Buddha pada masa lampau yang seharusnya menermia akibat buruk pada masa mendatang yang kekal. Namun demikian, karena kekuatan kurnia klebajikan mempertahankan hukum sakti sehingga dapat merubahnya untuk diterima denganringan dimasa sekarang. Sudah sewajarnya, prinsip ini merupakan prinsip sebab akibat yang berdasarkan pandangan jiwa yang kekal abadi. Walau jiwa tidak terlihat dengan mata, namun telah berlaku prinsip hukumsebab akibat yang tegas yang dikatakan sebagai karma maupun rejeki. Keseluruhannya dari hukum sebab akibat yang terdapat di dalam jiwa merupakan wujud hakekatnya. Justru, walau lari kemanapun dan menghias diri dengan apapun, namun betapapun tidak dapat menghindari diri maupun menghilangkan hukum dasar dari jiwa ini. Namun demikian hukum agama Buddha berusaha merombak jiwa itu sendiri. Yakni, pada masa sekarang ini memecahkan perputaran jiwa dari sebab dan akibat buruk sejakkalpa nasa lampau yang tak ter4hingga Karena dosa pemfitnahan hukum yang diarahkanmenuju kebahagiaan. Dapat sakti di masa lampau sehingga menerima dikatakan bahwa makna hakekat dari hukum penderitaan. Perihal Ikegami bersaudara agama Buddhaberusaha mengadakan yang dilahirka pada keluarga yang menganut perombakan sekejap waktu dari kalpa masa Nembuce dan dilahirkan di negara dimana lampau yang taki terhingga menuju kalpa kekal sang raja jahat menganiaya pelaksana abadi dimasa akan datang. Niciren Daisyonin Saddharmapundarika-sutra adalah akibat penentangan terhadap Hukum sakti pada masa telah memutuskan belenggu sebab akibat ketidak bahagiaan pada masa sekarang ini dan lampau. Sesungguhnya, dosa pemfitnahan menunjukkan dengan tegas yang membangun terhadap hukum sakti ini akan jatuh kedalam kehidupan kebahagian yang mencakupi penderitaan neraka dimasa akan datang, masa sekarang dan masa akan datang. namun karena kurnia kebajikan menganut Hukum Buddha Niciren daisyonin adalah Saddharmapundarika-sutra inin telah hukum agama Buddha Hon- in- Myo.yakni memanggil keluar dosa karma itu dalam memecahkan seluruh akibat masa lampau kehidupan sekarang. Kini, kedua bersaudara yang terdapat di dalam sekejap jiwa masa yang dituntut oleh ayah mereka, Yasumice, sekarang, dan membuka sebab kebahagian merupakan perombakan nasip yang besar kekal abadi di masa mendatang. Dengan dan kurnia kebajikan yang agung. Ikegami Juni 2015 | Samantabadra
39
materi ajaran | gosyo kensyu demikian, kehidupan ini tidak lagi semata mata hanya dikuasai oleh sebab akibat masa lampau melainkan merupakan kehidupan yang membangun masa depan yang cemerlang. Untuk itu yang terpenting adalah ketekatan hati dan pelaksanan sekarang. Ketekatan hati yang menyadari bahwa sekarang adalah waktunya untuk merombak nasib yang diwujudkan dalam pelaksanaan, maka seluruh akan berubah. Ketika terdapat ketekatan dan pelaksanan yang gagah berani, maka akan menuntut keluaqr dosa diri sendiridari masa lampau dan dapat merubah karma berat yang diterima dengan ringan. Hati kepercayan adalah inti hakekat perombakan besar dalam waktu sekejab. Dalam perjuangan perombakan besar ini, sewajarnya terdapat penderitaan dan kesulitan. Hendaknya “ imbalan ringan dari masa sekarang “ diyakini sebagai bukti nyata perombakan sifat jiwa diri sendiri.
5
Oleh karenanya, tidak ragukan lagi bahwa pada masa lampau jiwa merupakan orang yang telah memfitnah Hukum sakti. Kalau meragukan hal ini, maka sulit untuk menahan penderitaan ringan masa sekarang ini sehingga menuruti kehendak tuntutan dari sang ayah yang maitri dan kalau membuang Saddharmapundarikasutra walau sesungguhnya menyadari keunggulannya hanya dikarenakan tidak dapat menahan penderitaan yang seolaholah tidak berbakti kepada orang tua, maka tidak hanya diri sendiri yang akan jatuh kedalam penderitaan neraka, malah tidak diragukan lagi bahwa ibu yang karuna maupun ayah yang maitri akan jatuh ke dalam Neraka Avici, dan semuanya akan mengalami kesedihan. Yang dikatakan hati pertapaan agung adalah menyempurnakan hati kepercayaan dengan berdiri pada pandangan tujuan agung. Keterangan : Hati pertapaan agung pada masa sekarang dapat dikatakan sebagai pandangan tujuan 40
Samantabadra | Juni 2015
agung. Pandangan tugas agung, kiranya tiada seorangpun yang lebih kuat daripada orang yang berpendirian pada hati pertapaan agung, malahan tiada suatu kehidupan apapun yang lebih bercemerlangan dari kehidupan ini. Yang dikatakan kehidupan adalah seperti perumpamaan dari Pascal, dimana mungkin merupakan suatu kehadiran yang lemah, namun kehadiran yang lemah itu kalau memiliki pandangan tujuan dan hidup berjuang dengan rasa tugas jiwa yang tinggi, maka kehadirannya merupakan kehidupan yang kuat sekali. Dikatakan terdapat sikap hidup yang bermalas-malasan dan acuh tak acuh, begitupun terdapat sikap hidup yang berjuang berdasarkan pada hati pertapaan agung. Walau kedua-duanya adalah kehidupan, namun kehidupan itu bukanlah milik siapapun, melainkan kehidupan diri sendiri. Yang menentukan hal tersebut diatas adalah icinen dari jiwa orang itu. Apakah mencari keuntungan kecil di hadapan mata ? Atau apakah hidup demi tujuan agung yang luas ? Apakah menuntut kehidupan yang hampa ? Atau apakah mencurahkan seluruh jiwa raga pada filsafat dan cita-cita agung yang sesungguhnya ? Pada jiwa seseorang yang menentukan kehidupan adalah icinen yang terdapat di dasar jiwa orang itu. Dalam Kembuce Miraiki telah menarik kalimat dari Mahaguru Dengyo dengan berkata, “ Meninggalkan Hukum yang dangkal dan mengikuti Hukum yang dalam adalah hati seorang lelaki�. Hal mana berarti, ketika bertekad pada hati pertapaan agung dalam icinen jiwa kita, disitu akan terbuka satu jalur perjalanan besar kehidupan manusia. Dan ketika melangkah maju pada perjalanan besar ini akan menggema keharuan yang tak terhingga dalam jiwa kita.
6
Kalau batu dibakar akan menjadi abu. Namun kalau dibakar akan menjadi emas yang murni.
Keterangan : Justru ketika timbul penderitaan, akan mewujudkan hati kepercayaan yang sesungguhnya. Orang yang berbakat yang sesunguhnya akan semakin bercemerlangan ketika dihadapkan dengan penderitaan. Orang yang acuh tak acuh akan hancur dan jatuh ketika dihadapkan dengan penderitaan. Pada waktu keadaan “ genting�, akan terwujud sifat dasar seseorang. Ketika dihadapi dengan penderitaan, akan dapat mengetahui kekuatan diri sendiri yang sesungguhnya. Barang sepuhan pasti akan luntur. Begitupun sama halnya dengan hati kepercayaan. Kalau dapat mengatasi segala penderitaan yang dijadikan sebagai ujian dengan ketabahan, merupakan hati kepercayaan yang sesungguhnya. Bila dihadapkan dengan sedikit penderitaan dan penganiayaan sehingga mundur dari kepercayaan, hal mana tidak lain merupakan kepercayaan yang palsu. Terlebih lagi, hendaknya maju dengan gagah perkasa dengan menjadikan segala hal apapun sebagai tujuan, untuk menempa diri sendiri dan menjadikan sebagai bahan makanan dari kemajuan. Yang dikatakan batu dan emas, sama sekali tidak ditetapkan sejak lahir. Karena hati kepercayaan dari myoho itu sendiri adalah “ emas�. Selanjutnya adalah tergantung pada keberanian, ketabahan, dan apakah terdapat kesungguhan hati dalam menghadapi penderitaan ? Bagi orang yang berkesungguhan hati untuk berjuang walau dihadapkan dengan kesulitan apapun, akan menanggapi semuanya itu sebagai latihan dan tempaan diri sendiri. Hal mana sama seperti emas murni, semakin dibakar akan semakin bertambah kecemerlangannya. Dalam menigkatkan kekuatan diri yang sesungguhnya dan membina kekuatan diri yang berkepribadian, tidak lain hanya dengan berlatih dan menempa diri. Dalam latihan lari marathon dan piano atau apapun juga hingga memiliki kemahiran yang utama, kiranya diperlukan latihan keras yang berkesinambungan. Dalam melatih kecerdasan diperlukan latihan membaca dan berpikir.
Akan tetapi, untuk melatih jiwa sendiri tidak lain hanya dengan Saddharma. Kalau jiwa kita tidak dilatih, hal mana sama seperti cermin yang buram, yakni jiwa yang tersesat dan kehidupan yang berputar-putar. Akan tetapi, kalau sehari-harinya dengan tekun mengosok cermin tersebut, maka akan menjadi cermin kesadaran yang terang dan bersih.
7
Iblis yang muncul di hadapan Putra Himalaya adalah Dewa Indra. Burung dara yang dibantu oleh Raja Syibi adalah Dewa Bisyamon. Keterangan : Pada umumnya, kutipan ini merupakan perumpamaan kutipan ini merupakan perumpamaan yang melukiskan Dewa Indra dan Dewa Bisyamon yang telah mewujudkan dirinya sebagai Dasaraksasi dan burung dara, untuk menguji hati kepercayaan Putra Himalaya dan Raja Syibi. Namun pada khususnya, kalau memperhatikan perumpamaan putra Himalaya, maka disini menjelaskan prinsip bahwa walau dihadapkan dengan penderitaan apapun, bukan hanya tidak tunduk pada penganiayaan, namun berjuang dengan hati kepercayaan yang kuat, maka pasti iblis yang menjadi biang keladipun akan berubah menjadi kawan yang menunjang perjuangan itu. Juga, perumpamaan burung dara yang berubah menjadi Raja Surga Bisyamon, menjelaskan bahwa seorang rakyat jelata yang tak berkekuatanpun dapat tumbuh menjadi pemimpin rakyat yang berkekuatan dan mendorong perombakan sifat jiwa. Dengan tercapainya hal tersebut diatas, merupakan suatu maitri karuna yang tak terhingga bagi orang yang lemah. Kalau berdasarkan pada kalimat sutra, dikatakan Raja Syibi demi menolong burung dara telah rela memotong dagingnya sendiri seberat burung dara tersebut untuk diberikan kepada sang garuda. Cinta maitri yang sesungguhnya adalah sesuatu yang sedemikian sungguh-sungguh dan mendalam sekali. Hendaklah diketahui Juni 2015 | Samantabadra
41
materi ajaran | gosyo kensyu bahwa justru ketika menghadapi cinta maitri ini dapat membina orang berbakat yang sesungguhnya.
asa karena tidak dapat mewujudkan hal yang melampaui kekuatan dirinya, sehingga tidak memiliki pandangan tujuan maupun keinginan untuk maju, dan melalui hari-harinya dengan Sehubungan dengan ini pun, kalau sikap acuh tak acuh. hati kepercayaan melemah pasti Hal mana sesungguhnya sudah merupakan akan menyesal kemudian. sikap yang menjaga diri, tidak berkepribadian dan inisiatif serta akan mengalami kemacetan. Keterangan : Kekuatan penggerak seluruh kemajuan adalah Ketika seseorang mengetahui dirinya tidak keinginan untuk maju. Terutama, dengan berkekuatan, maka akan timbul dorongan pertumbuhan dan perombakan diri sendiri untuk mencari sesuatu pegangan yang berupa hingga mencapai keberhasilan tujuan agung, apapun juga. Sungguh hal ini merupakan salah merupakan prinsip dan semangat Hukum satu pondasi dari agama. Dengan beranggapan Agama Buddha. Itulah yang dinamakan hati demikian, diantara orang-orang masa sekarang pertapaan agama Buddha. yang meremehkan mengatakan bahwa ajaran adalah sesuatu yang dilaksanakan untuk orang Walau tidak terdapat hal inipun, yang lemah, sesungguhnya hal ini merupakan betapapun dalam kehidupan sudah kesombongan dan tidak berprajna. ditetapkan adanya satu kematian. Pikiran yang beranggapan, segala apapun Jadi, janganlah sampai ditertawakan orang dapat diwujudkan dengan kekuatan seorang karena sikap yang pengecut. manusia merupakan suatu kesombongan, karena tidak mengetahui dirinya. Pada Keterangan : kenyataannya, manusia ini merupakan suatu Yang sangat ditakuti oleh mahluk hidup kehadiran yang lemah, dimana walau sesuatu adalah kematian. Ini merupakan naluri hidup yang berkaitan dengan kehendak sendiripun dari seluruh mahluk hidup. Namun demikian, tidak dapat diatasinya. Kiranya hal ini sering orang yang bagaimanapun, binatang, serangga, terjadi pada orang yang berkedudukan tinggi maupun tumbuh-tumbuhan, tidak ada satupun yang tidak dapat mengatasi anaknya yang yang tidak mengalami kematian. Jadi daripada nakal. Seseorang yang dikatakan bodoh, bukan berusaha melarikan diri dari kematian, namun berarti manusia yang lemah, melainkan orang yang terpenting adalah bagaimana hidup yang tidak mengetahui kelemahannya dirinya untuk menghadapi kematian. Justru Hukum sendiri. Walau terdapat perbedaan antara Agama Buddhalah yang menjawab dengan orang yang berkekuatan dengan orang yang gamblang masalah pokok tentang bagaimana lemah sesuai dengan keadaan orang, namun seharusnya menjalankan suatu kehidupan kalau perbedaan itu dipandang dari sudut itu, yakni menerima dan mempertahankan alam semesta, maka sesungguhnya perbedaan prinsip Hukum tertinggi dari alam semesta itu tidak melebihi tipisnya sehelai kertas. dan tidak mundur selangkahpun darinya, Kiranya justru orang yang mengetahui dirinya malah justru meneruskan seluruh kehidupan harus disebut sebagai orang yang arif. dengan kepercayaan terhadap Myoho ini Terlebih dari itu, salah satu segi lainnya merupakan kehidupan yang bermakna yang merupakan dasar yang menimbulkan tinggi. Hendaknya dengan melalui kematian, hati untuk beragama dari orang-orang kita mencurahkan seluruh kehidupan pada adalah ketika seseorang ingin mewujudkan Myoho yang merupakan sesuatu yang harus sesuatu yang melampaui kekuatan diri dituntut. Begitupun hal yang dituntut oleh sendiri. Seandainya, walau mengetahui batas para arif bijaksana masa lampau tidak kemampuan diri sendiri, namun berputus lain adalah Myoho. Walau telah memiliki
8
Anak Cabang
9
Anak Cabang
42
Samantabadra | Juni 2015
mutiara Myoho yang sulit diperoleh, namun karena keuntungan dihadapan mata dan menyayangi jiwa sehingga membuang mutiara Myoho,sungguh merupakan sesuatu yang amat bodoh. Hal mana dikatakan , “ Janganlah
sampai ditertawakan orang karena sikap yang pengecut�. (bersambung pada Samantabadra Juli 2015)
Catatan
Juni 2015 | Samantabadra
43
materi ajaran | gosyo kensyu
44
Samantabadra | Juni 2015
Juni 2015 | Samantabadra
45
materi ajaran | gosyo kensyu
46
Samantabadra | Juni 2015
Juni 2015 | Samantabadra
47
materi ajaran | gosyo kensyu
48
Samantabadra | Juni 2015
Juni 2015 | Samantabadra
49
materi ajaran | gosyo kensyu
50
Samantabadra | Juni 2015
Juni 2015 | Samantabadra
51
materi ajaran | gosyo kensyu
52
Samantabadra | Juni 2015
Juni 2015 | Samantabadra
53
materi ajaran | gosyo kensyu
54
Samantabadra | Juni 2015
Letter to The Brothers (part 1 of 2) T
he Lotus Sutra is the heart of the eighty thousand teachings and the core of the twelve divisions of the scriptures. The Buddhas throughout the three existences attain enlightenment because they take this sutra as their teacher. The Buddhas of the ten directions guide living beings with the teaching of the one vehicle as their eyes. Entering the sutra repository and examining the complete collection contained therein, I find that two versions exist of the sutras and treatises brought to China between the Yung-p’ing era of the Later Han and the end of the T’ang dynasty. There are 5,048 volumes of the older translations and 7,399 of the newer translations. Each sutra claims by virtue of its contents to be the highest teaching of all. Comparison reveals, however, that the Lotus Sutra is as superior to all the other sutras as heaven is to the earth. It rises above them like a cloud above the mud on the ground. If other sutras are compared to stars, the Lotus Sutra is like the moon; if they are as bright as torches, bonfires, stars, or the moon, the Lotus Sutra is then as bright as the sun. This is a general comparison. More specifically, the Lotus Sutra contains twenty outstanding principles. The two most important are the teachings of major world system dust particle kalpas ago and numberless major world system dust particle kalpas ago. The former is explained in the “Parable of the Phantom City” chapter in the third volume. Suppose someone grinds amajor world system into dust. He then takes this dust with him and goes one thousand major world systems toward the east, where he drops one particle. He proceeds another thousand major world systems eastward and drops the second particle. He continues on in this manner, dropping another particle and then another until he has exhausted all the dust particles of the entire major world system. Then he gathers up all the major world systems along the route he has taken, whether they have received a particle or not and reduces them all to dust. He places these dust particles in a row, allowing one entire kalpa to pass for the placement of each. When the first kalpa has passed, he places the second particle, and then the third, until as many kalpas have passed as there are particles of dust. The total length of time represented by the passage of all these kalpas is referred to as a period of major world system dust particle kalpas. It was this long ago—in the remote past indicated by a span of major world system dust particle kalpas—that the three groups of voice-hearers, including Shāriputra, Mahākāshyapa, Ānanda, and Rāhula, learned the Lotus Sutra from a bodhisattva who was the sixteenth son of the Buddha Great Universal Wisdom Excellence. Deluded by evil influences, however, they eventually abandoned the Lotus Sutra. They fell back into the Flower Garland, Wisdom, Great Collection, or Nirvana Sutra, or further down to the Mahāvairochana, Profound Secrets, or Meditation Sutra, or even backslid to the Hinayana teachings of the Āgama sutras. Continuing this descent, they fell back Juni 2015 | Samantabadra
55
materi ajaran | gosyo kensyu through the practice of goodness in the human and heavenly worlds and finally into the paths of evil. During this period of major world system dust particle kalpas they were most often born in the hell of incessant suffering. Sometimes they were born in the seven great hells, or less frequently in the more than one hundred hells. On very rare occasions they were born into the world of hungry spirits, animals, or asuras, and only after kalpas as many as dust particles were they able to be born again in the human or heavenly world. The second volume of the Lotus Sutra states, “He will constantly dwell in hell, strolling in it as though it were a garden, and the other evil paths of existence he will look on as his own home.” Those who commit the ten evil acts fall into the hell of repeated rebirth for torture or thehell of black cords, where they must spend five hundred lifetimes or one thousand hell-years. Those who commit the five cardinal sins fall into the hell of incessant suffering and are born again in this world after remaining there for one medium kalpa. Why is it, then, that those who abandon the Lotus Sutra fall into thehell of incessant suffering and have to stay there for such an unimaginably great number of kalpas? The offense of discarding one’s faith in the sutra must at the time seem nowhere near as terrible as killing one’s parents. Nevertheless, even if one killed one’s parents in one, two, ten, a hundred, a thousand, ten thousand, a hundred thousand, a million, or even a hundred million lifetimes, one would not have to remain in hell for a period of major world system dust particle kalpas. Even if one were to kill one, two, ten, a hundred, a thousand, ten thousand, or as many as a hundred million Buddhas, would one have to dwell in hell for a span of numberless major world system dust particle kalpas? The three groups of voice-hearers, however, had to suffer through a period of major world system dust particle kalpas, and the great bodhisattvas, through a period of numberless major world system dust particle kalpas, because of the offense they committed by discarding the Lotus Sutra. This shows what an unimaginably terrible offense it is. To put this simply, when one strikes at air, one’s fist will not hurt, but when one hits a rock, one feels pain. The offense of killing an evil person is minor compared with the offense of killing a good person, which is grave. If one kills someone who is not one’s kin, it is like striking mud with one’s fist, but if one kills one’s own parents, it is like hitting a rock. A dog may bark at a deer without having its skull broken, but if it barks at a lion, its bowels will rot. An asura who tried to swallow the sun and moon had his head shattered into seven pieces. Because Devadatta harmed the Buddha, the earth split open and swallowed him alive. The seriousness of an offense depends on the person one harms. The Lotus Sutra is the eye of all the Buddhas. It is the original teacher of Shakyamuni Buddha himself, the lord of teachings. If one discards one word or even one brushstroke of the sutra, the offense is graver than that of one who kills one’s parents ten million times over, or even of one who sheds the blood of all the Buddhas in the ten directions. This is why those who forsook the Lotus Sutra had to suffer for a period of major world system dust particle kalpas or numberless major world system dust particle kalpas. Moreover, it is extremely difficult to meet a person who expounds this sutra exactly as the sutra directs. It is even more difficult than for a one-eyed turtle to find a piece of floating sandalwood, or for someone to hang Mount Sumeru from the sky with the fiber from a lotus stem. 56
Samantabadra | Juni 2015
The Great Teacher Tz’u-en was the disciple of the Tripitaka Master Hsüan-tsang and the teacher of Emperor T’ai-tsung. He was a sage who not only was well versed in the Sanskrit and Chinese scriptures, but also had memorized all of the Buddha’s sutras. The Buddha’s ashes fell from the tip of his writing brush, and light shone forth from his teeth. His contemporaries respected him as though he were the sun and moon, and people in later ages earnestly sought out his teachings as guides for living. Even so, the Great Teacher Dengyō denounced him, stating that though he praises the Lotus Sutra he destroys its heart. This statement means that, though he intended to praise the Lotus Sutra, in the end, he destroyed it. The Tripitaka Master Shan-wu-wei was once the king of Udyana in India. He abdicated the throne, became a monk, and in the course of his Buddhist practice, journeyed through more than fifty countries in India, finally mastering all the esoteric and exoteric teachings of Buddhism. Later he went to China and became the teacher of Emperor Hsüan-tsung. Every True Word priest in both China and Japan has since become his follower. In spite of his having been such a noble person, he died suddenly, tormented by Yama, the lord of hell, though no one knows why. I, Nichiren, believe that this happened because, though Shan-wu-wei was first a votary of the Lotus Sutra, when he read theMahāvairochana Sutra, he declared it superior to the Lotus Sutra. Similarly, it was not because they had committed the ten evil acts or five cardinal sins that Shāriputra, Maudgalyāyana, and the like were doomed to wander through the evil paths of existence for the period of major world system dust particle kalpas or numberless major world system dust particle kalpas. Nor was it because they had perpetrated rebellion or any other of the eight offenses. It was because they had met someone who was an evil influence and discarded the Lotus Sutra to take faith in the provisional sutras. The Great Teacher T’ien-t’ai commented, “If they encounter an evil friend, they will lose their true mind.” “True mind” means the mind that believes in the Lotus Sutra, while “lose” means to betray one’s faith in the Lotus Sutra and transfer one’s allegiance to other sutras. The sutra reads, “But when they are given the medicine, they refuse to take it.” T’ient’ai stated, “Those who have lost their minds refuse to take the good medicine, even though it is given to them. Lost in the sufferings of birth and death, they run away to another land.” Since this is so, believers in the Lotus Sutra should fear those who attempt to obstruct their practice more than they fear bandits, burglars, night raiders, tigers, wolves, or lions— even more than invasion now by the Mongols. This world is the domain of the devil king of the sixth heaven. All of its people have been under the rule of this devil king since time without beginning. Not only has he built the prison of the twenty-five realms of existence within the six paths and confined all humankind within it, but also he has made wives and children into shackles, and parents and sovereigns into nets that block off the skies. To deceive the true mind of the Buddha nature, he causes the people to drink the wine of greed, anger, and foolishness, and feeds them nothing but dishes of evil that leave them prostrate on the ground of the three evil paths. When he happens on persons who have turned their hearts to goodness, he acts to obstruct them. He is determined to make believers in the Lotus Sutra fall into evil, but if he is unsuccessful, he tries to deceive them Juni 2015 | Samantabadra
57
materi ajaran | gosyo kensyu gradually by luring them toward the Flower Garland Sutra, which resembles the Lotus Sutra. This was done by Tu-shun, Chih-yen, Fa-tsang, and Ch’eng-kuan. Then Chia-hsiang and Seng-ch’üan were the evil companions who craftily deceived believers in the Lotus Sutra into falling back to theWisdom sutras. Similarly, Hsüan-tsang and Tz’u-en led them toward theProfound Secrets Sutra, while Shan-wu-wei, Chin-kang-chih, Pu-k’ung,Kōbō, Jikaku, and Chishō deceived them into following theMahāvairochana Sutra. Bodhidharma and Huik’o caused them to stray into the Zen school, while Shan-tao and Hōnen tricked them into believing the Meditation Sutra. In each case, the devil king of the sixth heaven possessed these men of wisdom in order to deceive good people. This is what the Lotus Sutra means when it says in its fifth volume, “Evil demons will take possession of others.” The great demon of fundamental darkness can even enter the bodies of bodhisattvas who have reached near-perfect enlightenmentand prevent them from attaining the Lotus Sutra’s blessing of perfect enlightenment. How easily can he then obstruct those in any lower stage of practice! The devil king of the sixth heaven takes possession of the bodies of wives and children, and causes them to lead their husbands or parents astray. He also possesses the sovereign in order to threaten thevotary of the Lotus Sutra, or possesses fathers and mothers, and makes them reproach their filially devoted children. Prince Siddhārtha sought to renounce his title, but his son, Rāhula, had already been conceived. His father, King Shuddhodana, therefore admonished him to put off leaving to become a monk until after the child was born. The devil took advantage of the situation and delayed the childbirth for six years. Shāriputra began his bodhisattva practice in the distant past, in the latter age after the passing of Zentara Buddha. He had already practiced for sixty kalpas when the devil king of the sixth heaven became worried that in another forty kalpas Shāriputra would complete his practice. The devil disguised himself as a Brahmān and begged Shāriputra for his eye. In response, Shāriputra gave him one of his eyes, but from that moment, he lost his will to practice and then gave up, thereby falling into the hell of incessant suffering for countless kalpas. Six hundred and eighty million lay believers in the age after the passing of Great Adornment Buddha were deceived by the monk Shore of Suffering and three other monks so that they denounced the monk Universal Practice, and as a result fell into the same hell for as many kalpas as there are the dust particles of the land. The men and women in the latter age after the passing of Lion Sound King Buddha followed the monk Superior Intentwho observed the precepts, but mocked the monk Root of Joy, and so fell into hell, where they remained for countless kalpas. It is the same with Nichiren’s disciples and lay supporters. The Lotus Sutra reads, “Since hatred and jealousy toward this sutra abound even when the Thus Come One is in the world, how much more will this be so after his passing?” It also reads, “It will face much hostility in the world and be difficult to believe.” The Nirvana Sutra states, “By suffering an untimely death, rebuke, curses or humiliation, beatings with a whip or rod, imprisonment, starvation, adversity, or other minor hardships in this lifetime, one can avoid falling into hell.” TheParinirvāna Sutra says: “They may be poorly clad and poorly fed, seek wealth in vain, be born to an impoverished and lowly family or one with erroneous views, or be persecuted 58
Samantabadra | Juni 2015
by their sovereign. They may be subjected to various other sufferings and retributions. It is due to the blessings obtained by protecting the Law that they can diminish in this lifetime their suffering and retribution.” These passages mean that we, who now believe in the correct teaching, in the past once committed the offense of persecuting its practitioners, and therefore are destined to fall into a terrible hell in the future. The blessings gained by practicing the correct teaching, however, are so great that by meeting minor sufferings in this life we can change the karma that destines us to suffer terribly in the future. As the sutra says, one’s past slander may cause one to suffer various retributions, such as being born into a poor family or a family with erroneous views or being persecuted by one’s sovereign. A “family with erroneous views” means one that slanders the correct teaching, and “persecution by one’s sovereign” means to live under the reign of an evil ruler. These are the two sufferings confronting you now. In order to expiate the sin of your past slanders, you are opposed by your parents, who hold mistaken views, and must live in the age of a ruler who persecutes the votary of the Lotus Sutra. The sutra makes this absolutely clear. Never doubt that you slandered the correct teaching in the past. If you have doubt about this, you will be unable to withstand the minor sufferings of this life. Then you may give in to your father’s opposition and desert the Lotus Sutra against your will. Remember that, if this happens, not only will you fall into hell, but also your precious parents will fall into the great Avīchi hell, causing all of you indescribable grief. The essential thing is a great resolve to attain the way. Both of you have continued believing in the Lotus Sutra; thus you are now ridding yourselves of your grave offenses from the past. For example, the flaws in iron come to the surface when it is forged. Put into flames, a rock simply turns to ashes, but gold becomes pure gold. This trial, more than anything else, will prove your faith genuine, and the ten demon daughters of the Lotus Sutra will surely protect you. The demon who appeared to test the boy Snow Mountains was actually Shakra. The dove saved by King Shibi was the heavenly king Vaishravana. It is even possible that the ten demon daughters have possessed your parents and are tormenting you in order to test your faith. Any weakness in faith will be a cause for regret. The cart that overturns on the road ahead is a warning to the one behind. In an age like this no one can help but thirst for the way. You may hate this world, but you cannot escape it. The people of Japan are certain to meet with terrible misfortune in the immediate future. The revolt that broke out on the eleventh day of the second month in the ninth year of Bun’ei (1272) was like blossoms being lashed by a gale, or like bolts of silk burning in an inferno. Who can help but abhor a world like ours? In the tenth month of the eleventh year of Bun’ei, the people on Iki and Tsushima islands were slaughtered at one stroke. How can we say that this is no concern of ours? The soldiers who went off to confront the invaders—how forlorn they must be! They had to leave behind their aged parents, small children, young wives, and cherished homes to go out and defend a sea to no avail. If they see clouds on the horizon, they imagine them to be the enemy’s banners. If they see fishing boats, they think them Mongol warships and are paralyzed with fear. Once or twice a day they climb the hills to look out over the sea. Three or four times in the middle of the night they saddle and unsaddle their horses. Though still alive, they feel as if they were in the world of asuras. All this and the hardships you have suffered as well can Juni 2015 | Samantabadra
59
materi ajaran | gosyo kensyu ultimately be blamed on the fact that this country’s ruler has become an enemy of the Lotus Sutra. His opposition was instigated by the slanderers of the correct teaching, particularly the observers of the precepts and the Nembutsu and True Word priests. You must persevere through this trial and see for yourselves the blessings of the Lotus Sutra. I, Nichiren, will also emphatically call on the heavenly gods. Now more than ever, you must neither show nor feel any fear. Women are fainthearted, and your wives have probably given up their belief. Yet you must grit your teeth and never slacken in your faith. Be as fearless as Nichiren when he acted and spoke out before Hei no Saemon-no-jō. Although theirs was not the path to Buddhahood, the sons of Lord Wada and of the governor of Wakasa, as well as the warriors under Masakado and Sadatō, fought to the death to preserve their honor. Death comes to all, even should nothing untoward ever happen. Therefore, you must never be cowardly, or you will become the object of ridicule. (to be continued in Samantabadra July 2015)
Catatan
60
Samantabadra | Juni 2015
materi ajaran | gosyo cabang
Gosyo Cabang
Surat Kelahiran dan Nama yang Sama (Dosyo-Domyo) (Gosyo Zensyu Halaman 1114)
LATAR BELAKANG |
S
urat ini ditulis pada bulan 4 tahun 1272 (Bun-ei 9), dan diberikan kepada istri Syijo Kingo melalui perantaraan Syijo Kingo sendiri, yang tanpa menghiraukan jarak yang jauh dari Kamakura telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Icinosawa, Pulau Sado. Syijo Kingo adalah seorang ksatria yang telah berbakti kepada keluarga Ema, keturunan marga Hojo. Sebagai seorang ksatria, sudah tentu Syijo Kingo selalu memberikan dana paramita ketika Niciren Daisyonin berada di Kamakura. Terlebih ketika Niciren Daisyonin menjalani hukuman pembuangan di Pulau Sado, Syijo Kingo tetap mengunjungi Niciren Daisyonin dengan menyumbang berbagai macam barang berupa uang, beras dan minyak. Kiranya hal ini bukanlah sesuatu yang biasa. Tanpa mengabaikan kekuatan dan kemurnian hati kepercayaan Syijo Kingo, hendaknya jangan melupakan tebalnya kepercayaan sang istri yang menunjang kepercayaan sang suami. Oleh karenanya,
Niciren Daisyonin telah menulis dan menitipkan kepada Syijo Kingo ‘Surat Penghormatan dan Dorongan’ untuk diberikan kepada istrinya dengan memuji kepercayaan sang istri yang telah merelakan sang suami berkunjung ke Pulau Sado yang sangat jauh itu. Garis besar surat ini menjelaskan bahwa hati suami istri yang bersatu akan menimbulkan kepercayaan yang kuat, dan juga kesungguhan hati seorang istri yang telah merelakan dan mendorong suaminya untuk berkunjung ke Pulau Sado yang sangat jauh ini, lebih tebal dari bumi serta lebih tinggi dari angkasa. Jadi, karunia kebajikannya pasti diketahui dengan jelas oleh Buddha (Gohonzon), kemudian menasehati mereka untuk meneruskan kepercayaan yang berkelangsungan dan tidak mundur. Isi surat ini terbagi dalam empat bagian, yaitu: Bagian pertama, menunjukkan maitri karuna dari Saddharmapundarika-sutra dan menjelaskan cara pelaksanaan kepercayaan seorang wanita. Juni 2015 | Samantabadra
61
materi ajaran | gosyo cabang Bagian kedua, menarik perumpamaan arif bijaksana dahulu kala di Tiongkok, di mana Bhiksu Hodosanjo dari kerajaan Sung Utara yang telah mengalami penganiayaan demi Hukum agama Buddha, sebagai perbandingan dengan penganiayaan yang dialami Beliau, yaitu dibuang ke Pulau Sado. Bagian ketiga, menjelaskan bahwa kepercayaan sang istri tidak hanya berakhir untuk mengetahui prinsip hakekat Hukum Agama Buddha, terlebih lagi memberikan dorongan bahwa kepercayaan berkelangsungan dapat dipertahankan karena
Dunia Buddha dan bahwa Dunia Bodhisattva telah menetap dalam jiwa sendiri. Dalam bagian keempat dijelaskan bahwa dengan prinsip ‘Dewa Kelahiran yang sama dan Dewa Nama yang sama (Dosyo Domyo)’, maka kesungguhan hati sang istri yang mencurahkan jiwa raga dalam pertapaan Hukum Agama Buddha demi menunjang kepercayaan sang suami pasti diketahui dengan jelas oleh Gohonzon.
ISI GOSYO |
H
endaknya surat ini selalu diperlihatkan dan dibaca bersama dengan Nyonya Tosiro. Sinar matahari akan menyirnakan kegelapan; hati seorang wanita diibaratkan sama seperti kegelapan. Sedangkan Saddharmapundarika (Gohonzon) adalah sama seperti sinar matahari yang menyirnakan kegelapan tersebut. Walau seorang bayi tidak mengetahui perihal ibunya, namun sang ibu sekejap pun tidak pernah melupakan bayinya. Bila diperumpamakan, Buddha Sakyamuni adalah sama seperti ibu yang tidak pernah melupakan bayinya, hati seorang wanita adalah sama seperti seorang bayi. Kalau ibu dan anak keduanya saling memikirkan, maka pasti tidak akan terpisah satu dengan lainnya. Walaupun demikian, kalau hanya sepihak saja yang memikirkan, sedangkan pihak lainnya tidak memikirkan orang lain, maka pada suatu kesempatan dapat berjumpa, mungkin pada waktu yang lain tidak berjumpa. Dikatakan bahwa Buddha adalah orang yang selalu memikirkan orang lain, sedangkan seorang wanita sedikitpun tidak pernah memikirkan orang lain (Buddha). Kalau kita dengan kesungguhan hati memikirkan Sang Buddha, apakah mungkin Buddha tidak muncul di hadapan kita? Betapapun batu biasa tidak dapat dijadikan berlian, sebaliknya walau berlian dikatakan sebagai batu biasa, namun tetap adalah berlian. Hal mana seperti ajaran filsafat sesat sekarang yang berdasarkan pada ajaran sementara adalah sama seperti batu biasa, walau ajaran filsafat sementara dianggap sebagai Saddharmapundarika-sutra, betapapun itu bukanlah Saddharmapundarika-sutra. Betapapun Saddharmapundarika-sutra difitnah, namun sama seperti berlian yang tidak dapat dijadikan sebagai batu biasa, keagungan Saddharmapundarikasutra sama sekali tidak dapat tercacatkan. Dahulu kala di Tiongkok pada zaman kerajaan Sung Utara, terdapat seorang raja jahat yang bernama Wei Cung. Raja ini telah dihasut seorang pendeta Tao untuk merusak patung Buddha, membakar dan membuang sutra-sutra Buddha serta mengembalikan bhiksu dan bhiksuni 62
Samantabadra | Juni 2015
menjadi orang biasa, dan tiada seorang pun yang menentang tindakan sang raja. Hanya Bhiksu Hodosanjo seorang yang tidak gentar terhadap perintah raja dan mengkoreksi kekeliruan tersebut, sehingga ia telah dijatuhi hukuman, wajahnya dicap oleh stempel yang dibakar api serta dibuang ke daerah sebelah selatan Sungai Yang Ce. Sekarang bhiksu-bhiksu Zensyu sama seperti para pendeta Tao yang memperoleh kepercayaan dari penguasa dilahirkan di dunia ini, oleh karenanya penganiayaan yang dialami Niciren adalah sama seperti yang terjadi pada diri Hodosanjo. Anda sekalian dilahirkan sebagai seorang yang tidak memiliki kedudukan dalam masyarakat dan berada dekat dengan pemerintahan Kamakura, namun demikian tanpa takut akan perhatian orang lain, Anda telah melaksanakan kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra tanpa menyayangi jiwa raga. Kiranya hal itu bukanlah sesuatu yang biasa. Hanya dalam perkiraan bahwasannya sama seperti kalau berlian dimasukkan ke dalam air yang keruh, maka airnya akan menjadi jernih. Begitupun kalau mempercayai sepenuhnya ajaran para arif bijaksana terhadap hal-hal yang tidak diketahui oleh diri sendiri, maka hal itu dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar. Apakah Buddha Sakyamuni, Bodhisattva Samantabadra, Bodhisattva Baisyajaraja, Bodhisattva Syukuoke, dan lain-lain terdapat di dalam hati anda sekalian? Dalam kutipan kalimat Bab ‘Nasehat Bodhisattva Samantabadra’ Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Dalam Jambudwipa ini yang dapat menganut kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra adalah berdasarkan pada kekuatan Bodhisattva Samantabadra.� Wanita diumpamakan sama seperti rotan, sedangkan lelaki sama seperti pohon cemara, rotan tidak akan dapat berdiri tegak kalau tidak bersandar pada pohon cemara. Hal yang demikian diandalkan dan tidak dapat digantikan dengan apapun di mana dalam keadaan masyarakat yang sedemikian kacau ini, anda telah mengutus suami anda ke Pulau Sado, kesungguhan hati anda lebih tebal daripada bumi besar. Pasti Dewa Bumi mengetahui dengan jelas. Begitupun kesungguhan hati anda lebih tinggi daripada angkasa; pasti Dewa Indra dan Dewa Brahma mengetahuinya dengan jelas. Sang Buddha mengajarkan bahwa dalam jiwa manusia terdapat dua dewa: Dewa Kelahiran yang sama (Dosyo) dan dewa nama yang sama (Domyo) yang terdapat sejak seseorang dilahirkan. Kedua dewa ini sama seperti bayangan yang mengikuti tubuhnya, sesaat pun tidak pernah meninggalkan jiwa orang tersebut. Semua dosa besar, dosa kecil, kurnia besar, serta kurnia kecil orang itu, tidak ada yang tertinggal sedikitpun dari perhatian kedua dewa yang silih berganti melaporkan kepada dewa di surga. Jadi Anda yang mengutus suami Anda, pasti diketahui oleh para dewa. Sungguh menggembirakan sekali. Hormat saya,
tertanda Niciren
Juni 2015 | Samantabadra
63
materi ajaran | gosyo cabang KUTIPAN GOSYO |
1
Hendaknya surat ini selalu diperlihatkan dan dibaca bersama dengan Nyonya Tosiro.
Keterangan: Dalam kutipan yang singkat ini terkandung bimbingan bahwa kawan seperjuangan yang bersama-sama menganut Saddharma hendaknya berdasarkan pada surat-surat yang diberikan Niciren Daisyonin dalam saling memberi dorongan mempelajari agama Buddha demi mencapai kemajuan bersama. Persatuan kekuatan suami dan istri merupakan sesuatu yang wajar. Jalinan tali persahabatan antar suami istri yang saling memberi dorongan merupakan syarat mutlak untuk kemajuan dan pertumbuhan dari hati kepercayaan. Niciren Daisyonin melihat secara tajam bahwa kemajuan seorang istri akan langsung mempengaruhi kemajuan suaminya. Melalui Syijo Kingo, Niciren Daisyonin telah memberikan dorongan dan nasehat kepada istrinya. Hal mana akan membangkitkan hati kepercayaan dari istri Tosiro yang merupakan kawan akrab dari istri Syijo Kingo. Terlebih dari itu mungkin melalui surat ini Niciren Daisyonin mengharapkan kemajuan dari Tosiro. Sikap para penganut Niciren Daisyonin yang selalu berpusat pada Gosyo dengan selalu bersama-sama membacanya, saling memberi dorongan satu dengan lainnya, dan berusaha maju dalam hati kepercayaan merupakan bentuk dasar yang terpokok dalam mempelajari Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin. Semangat ini tidak akan berubah untuk selama-lamanya dan betapapun tidak boleh berubah.
2
Sinar matahari akan menyirnakan kegelapan; hati seorang wanita adalah diibaratkan sama seperti kegelapan. Sedangkan Saddharmapundari64
Samantabadra | Juni 2015
ka-sutra (Gohonzon) adalah sama seperti sinar matahari yang menyirnakan kegelapan itu. Keterangan: Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, wanita direndahkan dengan dikatakan sebagai, “Wajah mirip Bodhisattva namun hatinya sama seperti iblis�, dan telah ditetapkan bahwa wanita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Namun dalam Saddharmapundarika-sutra dibabarkan tentang pencapaian kesadaran Buddha dari Putri Naga dan penganugerahan kesadaran Buddha kepada Bhiksuni Yasodhara dan lain-lain, serta menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha bagi seluruh wanita. Oleh karenanya, Saddharmapundarikasutra diagungkan oleh kaum wanita sebagai sutra pegangan satu-satunya untuk mencapai kesadaran Buddha. Pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita dalam masa Akhir Dharma tidak lain hanya berdasarkan pada Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Mengapa hati seorang wanita diumpamakan sebagai kegelapan? Hati umat manusia masa Akhir Dharma yang penuh dengan pandangan sesat yang kuat dengan ketiga racun, semuanya merupakan kegelapan. Teristimewa dalam segi kewanitaan menunjukkan kegelapan yang lebih dalam sehingga dikatakan sebagai kegelapan di dalam kegelapan. Dengan demikian, mengapa hati kegelapan wanita dalam sekali? Kalau memikirkan sifat khas wanita, maka teristimewa wanita memiliki sifat menjaga diri yang kuat sekali, namun di segi lain memiliki kesabaran dan ketabahan yang kuat serta sifat yang mendambakan perdamaian dan rasa aman, sehingga dalam kehidupan yang nyata telah terikat untuk memperoleh keadaan yang aman dan sejahtera.
Namun demikian, terutama Hukum agama Buddha Sakyamuni, pertapaan Hukum agama Buddha yang agak menonjol adalah sama seperti yang dilambangkan dalam bentuk pertapaan menjadi seorang bhiksu, yakni melampaui keinginan nafsu masa sekarang dan bertolak menuju pada penyempurnaan diri sendiri yang kokoh demi mencapai kebahagiaan yang kekal abadi. Justru keterikatan wanita pada hal yang nyata ini merupakan hambatan dan rintangan yang besar dalam menuntut Hukum agama Buddha. Saddharmapundarika-sutra, Hukum agama Buddha Niciren Daisyonin mengatakan bahwa, “Masa sekarang yang aman dan sejahtera, masa mendatang dilahirkan pada tempat yang baik”. Karena kenyataan ini merupakan sesuatu yang diterangkan dalam prinsip “Kefanaan adalah kesadaran” sehingga telah mencakup seluruh keterikatan keinginan nafsu masa sekarang, kemudian dapat dikembangkan untuk mencapai suasana kesadaran Hukum agama Buddha. Jadi, dalam masyarakat yang nyata ini, doa terhadap Saddharma yang mendambakan kebahagiaan yang nyata tidak hanya mengabulkan keinginan sekarang, bahkan hanya Himyo Hoben akan menjadi rejeki yang kekal abadi serta akan mencapai penyempurnaan diri sendiri. Di sini, dengan prinsip filsafat Saddharmapundarika-sutra untuk pertama kali dibuka jalan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Akan tetapi, sifat khas wanita yang terikat pada hal-hal sekarang yang nyata, tidak akan dibiarkan begitu saja. Ajaran Hukum agama Buddha memberi kesadaran terhadap pandangan kebahagiaan yang kekal abadi dan membuka wawasan luas menuju tujuan agung. Kalau tanpa kesadaran demikian, ketika dihadapi oleh berbagai rintangan, akan membabi buta pada tujuan kecil di hadapan mata yang semata-mata demi menjaga diri sendiri, maupun melindungi keluarga sehingga pada akhirnya meninggalkan Hukum agama Buddha, hal mana akan menyebabkan
kehancuran diri sendiri maupun keluarga. Dengan demikian, ketika kita menyadari tujuan agung dan hidup berjuang dengan cita-cita demikian, maka tidak hanya akan memperoleh kebahagiaan sekarang yang nyata, malah dapat memperkokoh pondasi kehidupan yang kuat.
3
Kalau kita dengan kesungguhan hati memikirkan Sang Buddha, apakah mungkin Buddha tidak muncul di hadapan kita? Keterangan: Dalam Bab ke-16 Panjang Usia Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Aku selalu berada di dunia Saha ini untuk membabarkan dharma dan pembinaan”. Hal mana berarti Sang Buddha selalu berada di dunia saha ini untuk mengajar serta membimbing umat manusia. Apakah Buddha dapat terlihat oleh mata kita atau tidak, itu tergantung pada sikap icinen kepercayaan kita terhadap Sang Buddha. Dalam masa Akhir Dharma, Sang Buddha adalah Buddha Niciren Daisyonin (Gohonzon). Bagi orang yang tidak memiliki hati kepercayaan, Gohonzon terlihat dan terbayangkan sebagai sesuatu yang berbentuk tulisan saja. Namun, kalau dipandang dengan hati kepercayaan, maka Gohonzon adalah Tathagata Jijuyusyin dari Kuon Ganjo, yakni Buddha masa Akhir Dharma, Niciren Daisyonin. Dan juga, walau berada di manapun, orang yang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap Gohonzon, selalu akan dengan tegas dilindungi Gohonzon dan dapat dinikmati kehidupan yang bebas dan tentram. Memperbandingkan penderitaan yang dialami Bhiksu Hodosanjo di Tiongkok dari kerajaan Sung Utara dengan penganiayaan yang dialami Niciren Daisyonin dalam hukuman pembuangan di Pulau Sado. Ketika Kaisar Wei Cung dari kerajaan Sung Utara dihasut oleh seorang pendeta Tao untuk Juni 2015 | Samantabadra
65
materi ajaran | gosyo cabang menindas agama Buddha, hanya Bhiksu Hodosanjo seorang diri demi kebenaran telah menentang sehingga Beliau dibuang ke daerah Selatan Sungai Yang Ce. Musibah yang menimpa diri Niciren Daisyonin disebabkan oleh penguasa pada waktu itu sedang hangat-hangatnya menaruh kepercayaan kepada Zensyu sehingga dihasut oleh para bhiksu yang tersesat. Hanya Niciren Daisyonin seorang diri yang mempertahankan kebenaran dan keagungan Saddharmapundarika-sutra, oleh karenanya telah dijatuhi hukuman pembuangan ke Pulau Sado. Dalam kedua peristiwa tersebut di atas terkandung beberapa persamaan: - Pertama, penguasa yang tidak memahami dengan baik agama Buddha ataupun filsafat dan agama lainnya, telah dipengaruhi oleh filsafat yang tersesat dan menindas orang-orang yang membabarkan filsafat dan agama yang benar. - Kedua, persamaan dari ajaran Tao dan Zensyu. Zensyu adalah salah satu ajaran di dalam agama Buddha, sedangkan ajaran Tao adalah ajaran di luar agama Buddha. Walaupun demikian, ajaran Tao yang muncul setelah tersebar luasnya agama Buddha di Tiongkok, telah banyak memasukkan dan mengambil ajaran agama Buddha ke dalamnya. Sedangkan di pihak lain, Zensyu sesungguhnya, pada mulanya merupakan suatu ajaran dari Hukum Meditasi Tien-tai. Namun untuk menyangkal hal itu mereka telah menarik kutipan ajaran Sang Buddha yang berbunyi, “Tidak melebihi jari yang menunjuk bulan�. Oleh karenanya dapat dikatakan telah mendekati ajaran di luar agama Buddha. Di samping itu, Zensyu telah menjauhkan diri dari kenyataan hidup, dengan bermeditasi di hutan yang sunyi dan mendoakan ketenangan pikiran saja. Begitupun ajaran Tao mendoakan tercapainya suasana yang luar biasa yang dilambangkan dengan 66
Samantabadra | Juni 2015
dewa sehingga keduanya terdapat persamaan. Keduanya beranggapan bahwa kenyataan hidup itu merupakan sesuatu yang buruk dan harus dibuang, sehingga dijelaskan hidup demi cita-cita yang agung. - Ketiga, persamaan dari Hodosanjo dan Niciren Daisyonin dalam menghadapi penganiayaan adalah, kedua-duanya demi mempertahankan kebenaran Hukum menghadapi penganiayaan dari penguasa dengan berdiri seorang diri. Begitupun hukuman pembuangan adalah serupa, kemudian karena pihak penguasa tidak dapat membuktikan kesalahannya sehingga pada akhirnya Beliau dibebaskan. - Keempat, Kaisar Wei Cung yang menindas Hodosanjo telah diserang oleh Kerajaan Kim, sedangkan penguasa Hojo yang telah menindas Niciren Daisyonin telah diserang oleh tentara Mongolia, hal mana menunjukkan bukti nyata yang tegas prinsip “Hukum sebab-akibat� dari Hukum agama Buddha.
Betapapun, bagian ini mengajarkan bahwa bila masyarakat suatu negara yang memfitnah Hukum agama Buddha terdapat seorang yang meneruskan dan mempertahankan kebenaran pasti akan mengalami penganiayaan, hal mana merupakan suatu kewajaran. Sekarang, walau Niciren Daisyonin sebagai seorang yang sedang menjalani hukuman pembuangan, namun sebelumnya telah memiliki kesadaran akan terjadinya peristiwa tersebut di atas.
4
Apakah Buddha Sakyamuni, Bodhisattva Samantabadra, Bodhisattva Baisyajaraja, Bodhisattva Syukuoke dan lain-lain terdapat di dalam hati Anda sekalian?
Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa dalam masyarakat masa Akhir Dharma yang tidak mengetahui hakekat Hukum agama Buddha, akan bermunculan berbagai penganiayaan yang tiada terhitung jumlahnya. Oleh karenanya, dapat dipertahankannya kepercayaan yang berkelangsungan adalah disebabkan karena di dalam jiwa kita menetap jiwa Buddha dan Bodhisattva. Sang Buddha Sakyamuni adalah leluhur ajaran Saddharmapundarika-sutra, sedangkan Bodhisattva Samantabadra dan Bodhisattva lainnya adalah Bodhisattva yang muncul dalam upacara Saddharmapundarika-sutra telah berprasetya untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra setelah moksyanya Sang Buddha Sakyamuni. Oleh karena jiwa Buddha dan Bodhisattva telah ada dalam jiwa istri Syijo Kingo dan Nyonya Tosiro sehingga sekarang dapat meneruskan kepercayaan yang kuat sedemikian rupa terhadap Saddharmapundarika-sutra. Umat manusia masa Akhir Dharma bakatnya sedemikian buruk, sehingga sewajarnya jika berpikir bahwa umat manusia masa Akhir Dharma sulit untuk menjalankan dan mempertahankan kepercayaan yang kuat dan tulus terhadap Saddharmapundarikasutra. Namun demikian, walau dihadapi dengan berbagai penganiayaan dan penderitaan namun tidak terkalahkan olehnya, malah dapat meneruskan kepercayaan yang kuat, tidak lain karena di dalam jiwa telah menetap jiwa Buddha dan Bodhisattva dari Saddharmapundarika-sutra. Kalau dipandang berdasarkan mata dari Hukum agama Buddha, penuntutan pencapaian kesadaran Buddha dengan hati yang giat melaksanakan kepercayaan adalah jiwa dari Bodhisattva, sedangkan pembuktian dalamnya adalah Dunia Buddha. Mengenai hal ini Bhiksu Tertinggi ke-26 Yang Arya Nicikan Syonin mengatakan: “Hati kepercayaan yang kuat terhadap Saddharmapundarika-sutra dinamakan Dunia Buddha.
Jiwa kita dikatakan sebagai manusia biasa bukan hanya terdiri dari Dunia Kemanusiaan saja, namun merupakan jiwa dari Sepuluh Dunia dan Tiga Ribu Dunia yang terwujudkan dalam Gohonzon yang telah terlengkapi sejak asal mula dan merupakan perwujudan yang terpadu dan sempurna. Jadi, kutipan surat ini sepintas lalu telah menjelaskan dengan berbagai perumpamaan, namun sesungguhnya telah menunjukkan wujud Icinen Sanzen secara mudah untuk dimengerti.
Mengenai Tugas dan Kewajiban Bodhisattva Samantabadra
Bodhisattva Samantabadra bersama Bodhisattva Manjusri merupakan pembantu utama Buddha Sakyamuni dari ajaran Mahayana. Manjusri dengan menunggangi singa, berkedudukan di sebelah kiri, sedangkan Samantabadra dengan menunggangi gajah putih berkedudukan di sebelah kanan. Manjusri mewujudkan prajna yang hebat dan selalu menunggangi singa. Sedangkan di lain pihak Samantabadra dikatakan mengurusi kebenaran dan kewajaran. Demikian berbagai tugas dan kewajiban kedua bodhisattva. Untuk ini, Buddha Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa manusia masa Akhir Dharma yang dapat menaruh kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra merupakan perwujudan kekuatan pengaruh yang baik (Zencisyiki) dari Bodhisattva Samantabadra. Bodhisattva Samantabadra berada di negara Buddha Raja Tohohoitokujo, dan datang ke dunia Saha ini karena mendengar Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharmapundarika-sutra, kemudian telah berprasetya pada 5 kali 500 tahun setelah moksyanya Buddha Sakyamuni, akan melindungi para pelaksana Saddharmapundarika-sutra dalam dunia yang kotor dan buruk ini. Penyebarluasan Saddharmapundarikasutra adalah perlindungan dari Bodhisattva Juni 2015 | Samantabadra
67
materi ajaran | gosyo cabang Samantabadra. Begitupun Bodhisattva Samantabadra yang terdapat dalam Bab Nasehat Bodhisattva Samantabadra adalah pembantu utama sebelah kanan dari Buddha Sakyamuni dengan mengurus kebajikankebajikan berupa kebenaran dan kewajaran, keteguhan (meditasi) dan pelaksanaan. “Samanta” berarti menyebarluaskan dengan merata, “Badra” merupakan perwujudan kebaikan. Kebajikan Bodhisattva ini menyebarluas dengan merata ke seluruh dunia, di samping itu pun merupakan perwujudan dari penyebab kebaikan. Kekuatan Bodhisattva Samantabadra ini menyebarluas dengan merata ke seluruh alam semesta serta dikatakan sebagai jiwa yang terkandung di dalam jiwa setiap manusia.
5
Wanita diumpamakan sebagai rotan, sedangkan lelaki bagaikan cemara. Rotan tidak akan dapat berdiri tegak kalau tidak bersandar pada cemara.
Keterangan: Kutipan ini menunjukkan pendirian umum yang dikatakan sebagai seorang wanita (istri). Kehadiran sang istri tergantung pada sang suami, kalau kehilangan sang suami, maka akan kehilangan dasar pokok kehadiran dirinya dalam masyarakat. Istri Syijo Kingo telah merelakan suaminya mengadakan perjalanan yang berbahaya untuk mengunjungi Niciren Daisyonin di Pulau Sado. Mengenai kepercayaan yang kuat dari istri Syijo Kingo itu tertulis dalam kutipan kalimat selanjutnya yang memuji, dengan berkata: “Anda telah mengutus suami anda ke Pulau Sado, kesungguhan hati Anda lebih tebal dari bumi besar ini” sedangkan dalam Surat Kepada Toki Ama dikatakan: “Meluncurnya anak panah tergantung pada kekuatan busur, bergeraknya awan adalah kekuatan naga, keberhasilan pekerjaan sang suami tergantung pada kekuatan sang istri”. Anak panah itu sendiri tidak ada kekuatan untuk meluncur. Meluncurnya anak panah 68
Samantabadra | Juni 2015
adalah karena busur memberikan kekuatan kepada panah. Sama halnya sang suami dapat sedemikian giat berjuang demi penyebarluasan Hukum agama Buddha adalah karena sang istri secara mendalam memahami Hukum agama Buddha, dan memberi bantuan serta kekuatan kepada sang suami. Justru, kutipan kalimat ini mengajarkan bahwa ketika suami istri bersatu dalam satu kesatuan, giat berjuang demi mempertahankan Hukum agama Buddha dan penyelamatan kebahagiaan umat manusia, akan berkembang bunga rejeki dan keluarga yang berbahagia.
Kelahiran dan Nama Yang Sama
Seorang manusia sejak dilahirkan pasti di kedua pundaknya terdapat dua dewa yang bernama ‘Dewa Kelahiran yang Sama’ dan ‘Dewa Nama yang Sama’, dimana kedua dewa sekejap saat pun tidak pernah meninggalkan orang itu, serta mencatat setiap gerakan orang itu baik berupa kebaikan, kejahatan, besar maupun kecil tanpa tertinggal sedikit pun dan saling bergantian melaporkan kepada dewa surga. Kedua dewa itu juga dikatakan ‘dewa lahir bersamaan’. Dewa kelahiran yang sama ini berdasarkan kalimat sutra dikatakan terdapat seorang dan kadangkala terdapat dua orang pria dan wanita. Kedua dewa dari pria dan wanita dikatakan dewa wanita dari kelahiran sama berada di pundak sebelah kanan dengan tugas untuk mencatat karma buruk, sedangkan dewa pria dari kelahiran yang sama berada di pundak sebelah kiri dengan tugas untuk mencatat karma baik, namun demikian berbeda berdasarkan kalimat sutra. Makna dari kedua dewa ini adalah mewujudkan prinsip Hukum sebab-akibat yang dimiliki dalam jiwa diri sendiri, yakni segala gerakan, icinen yang mencakupi kebaikan dan kejahatan dalam jiwa kita, walau tidak diketahui oleh siapapun, namun semuanya akan terukir dalam jiwa sendiri,
dan kemudian pasti akan menerima imbalan nyata dari kebaikan dan kejahatan itu, Hukum sebab-akibat yang tegas ini merupakan prinsip Hukum dasar yang telah dijelaskan dalam Hukum agama Buddha. Kalau dikatakan secara mudah, maka karma masa lampau akan diterima sebagai akibat imbalan masa sekarang. Dan juga, karma masa sekarang akan menjadi sebab dari akibat imbalan kebaikan dan kejahatan yang akan diterima pada masa akan datang. Dalam sutra-sutra agama Buddha, dijelaskan dengan tegas Hukum sebab-akibat ini, dan juga Niciren Daisyonin telah menulis berbagai surat yang menyatakan bahwa bagi yang tidak mengetahui prinsip hukum ini sebagai sesuatu yang tidak berprajna. Kalau dipandang berdasarkan pada kekekalabadian dari jiwa, maka jiwa tidak hanya terbatas pada masa sekarang ini saja, malah berkelangsungan dari masa lampau, sekarang dan akan datang. Hendaklah diketahui bahwa bekerjanya Hukum sebab-akibat adalah berdasarkan pada jiwa yang berkelangsungan ini. Dalam Surat dari Sado dikatakan, “Orang yang mendaki gunung yang tinggi pasti akan turun lagi. Orang yang meremehkan orang lain pasti akan diremehkan, orang yang mencerca wajah dan perawakan yang gagah pasti akan terlahir dalam rupa yang buruk.
Orang yang merenggut pakaian, makanan dan minuman orang lain pasti akan menjadi iblis kelaparan. Orang yang mentertawakan seorang bhiksu mulia yang mempertahankan pantangan dengan baik pasti akan terlahir dalam keluarga yang hina dan miskin. Orang yang mencela keluarga penganut Hukum yang benar pasti akan terlahir dalam keluarga yang berpandangan sesat. Orang yang mentertawakan seorang pertapa yang menjaga pantangan dengan baik, pasti akan terlahir sebagai orang yang berkedudukan rendah dan ditindas oleh penguasa.” Akan tetapi kita tidak mengetahui hal-hal selain masa sekarang saja, untuk itu perihal sebab-sebab masa lampau akan diterima sebagai nasib buruk atau masyarakat yang buruk saja. Pada akhirnya, kalau tidak mengamati secara mendalam kedalaman dari jiwa, maka tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah pokok yang dikatakan sebagai nasib”. Dalam Surat Kebajikan Tidak Nyata dan Imbalan Nyata dikatakan: “Kalau terdapat kebajikan tidak nyata, maka akan terwujud imbalan yang nyata”. Hal mana menunjukkan prinsip Hukum Sebab-Akibat yang tegas. Dan fungsi sebab-akibat ini dijelaskan dengan wujud nyata adalah “Dewa Kelahiran yang Sama” dan “Dewa Nama yang Sama”. eee
Juni 2015 | Samantabadra
69
materi ajaran | gosyo cabang
70
Samantabadra | Juni 2015
Juni 2015 | Samantabadra
71
materi ajaran | forum diskusi
Forum Diskusi
Kebijaksanaan dan Kebodohan
Pertanyaan : Bagaimana caranya mempertahankan hati kepercayaan dengan sikap yang sungguh hati, baik dalam keadaan suka maupun duka? Jawab : Mempertahankan hati kepercayaan adalah percaya sepenuh hati, menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra, bukan hanya percaya untuk diri sendiri, tetapi juga menyebarluaskan kepada orang lain. Ini berarti menjalankan hati kepercayaan secara aktif, tidak hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri saja. Tidak merasa ego, tapi juga memikirkan bagaimana orang lain yang sedang mengalami kesulitan dapat mengatasi kesulitannya dengan percaya pada Hukum Sakti ini dan kita juga dapat merasakan kesulitan yang dialaminya. Suatu saat juga bisa terjadi pada diri kita. Seperti dalam salah satu Gosyo yang ditulis untuk Toki Jonin Dono, Niciren Daisyonin memberi petunjuk ajaran, “Seorang arif bijaksana dalam keadaan tenang dan aman senantiasa merenungkan kemungkinan mara bahaya. Tetapi bagi seorang yang bodoh dalam keadaan bahaya sekalipun tetap memimpikan keadaan tenang dan 72
Samantabadra | Juni 2015
aman. Seorang arif bijaksana meskipun dalam keadaan tenang dan damai tak pernah lengah, senantiasa membuat persiapan untuk menghadapi kemungkinan bahaya, tetapi seorang yang bodoh selalu menyanjung atasannya dan dalam keadaan bahayapun selalu memimpikan kegembiraan dan keselamatan.� Siapapun ketika mendapat kesulitan ekonomi umpamanya pada saat demikian sulitnya dapat bersungguh hati melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tetapi begitu kesulitan teratasi sepertinya lambat laun menjauhi Gohonzon. Seperti dalam kehidupan di masyarakat umum, bila mendapat masalah dapat sungguh hati dan melaksanakan Gongyo dan Daimoku, tapi begitu dapat mengatasi masalahnya tak ada waktu untuk pertemuan dan kunjungan anggota. Orang yang seperti ini kurang memiliki pengertian yang mendalam terhadap makna pelaksanaan Hukum agama Buddha yang sebenarnya. Ajaran Sang Buddha atau juga tujuan Sang Buddha adalah bagaimana agar umat manusia dapat terbebaskan dari penderitaan yang bersumber pada tiga racun, yaitu sebagai berikut, Don : Keserakahan, dalam hal ini ingin memperoleh lebih banyak harta benda
(materi). Jin : Kemarahan, menyayangi atau membenci seseorang secara berlebihan. Ji : Kebodohan, yang membuat manusia kehilangan akal untuk membedakan berbagai masalah secara tepat. Hal-hal seperti ini merupakan hal yang umum terlihat dalam kehidupan seharihari, padahal dalam masyarakat nyata banyak orang yang memiliki kedudukan terhormat tak luput dari menjadi tua dan akan mati. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang lebih mementingkan mencari uang sebanyak-banyaknya dalam hidup kali ini, tidak lagi memikirkan nilai jiwa dari hidup ini, tidak lagi melaksanakan maitri karuna, sehingga bila melihat atasan berbuat kesalahan, tak berani mengambil sikap untuk meluruskannya, malah menyanjungnya terus, sehingga tanpa disadari akhirnya jatuh ke dalam dunia neraka. Betapapun sehatnya badan kita, kita tak luput dari menjadi tua dan mati. Dan umumnya manusia tak dapat meramalkan segala hal yang akan terjadi. Mereka senantiasa sekuat tenaga berusaha mengumpulkan harta kekayaan dan ingin mencapai keadaan kehidupan yang menguntungkan. Banyak orang mengira bila dapat mencapai tujuan seperti ini pasti akan menjadi bahagia yang sebenarnya, namun sekalipun tujuan tersebut telah tercapai, manusia tak dapat luput daripada kenyataan yang tak terelakan, yakni menjadi tua dan mati. Artinya : hidup manusia akhirnyapun tiba pada ujung akhir, apabila tak menghadapi penderitaan pokok dari kehidupan manusia, yakni lahir, tua, sakit, mati, bagaimana mungkin kita mengatakan, bahwa di saat ini kita tidak memiliki sumber pokok penderitaan yang khusus tersebut. Sering kita mendengar, perjalanan wisata sekeluarga yang penuh kegembiraan, hanya dalam sekejap dapat menjadi
penderitaan yang tak terhingga karena terjadi kecelakaan yang tak terduga. Juga terdapat kisah mengenai suatu perusahaan yang berjalan dengan baik dalam usahanya, hanya karena kesesatan jiwa dari seseorang hingga menjadi bangkrut. Mereka yang hanya karena kesenangan di hadapan mata, sehingga mengira dirinya memperoleh karunia dengan lancar, merupakan manusia yang menutup dirinya dalam dunia egoisme, atau manusia yang Avidya (tersesat) tak menyadari bahwa dibalik dinding ketenangan dan kenyamanan ternyata masih ada kesulitan dan penderitaan. Pada kehidupan sehari-hari lewat media televisi, majalah, surat kabar memperoleh informasi berbagai kejadian yang tak terduga, kita sama sekali tak dapat mengetahui kapan kemungkinan kita akan terjatuh ke dalam hal-hal seperti tersebut. Seperti kita melihat bencana banjir di suatu negara, kita jangan berpikiran, “Ah, itu tidak terjadi dalam negara kita.� Kita juga tidak dapat mengetahui kapan bencana banjir tersebut akan terjadi di negara kita. Permasalahan pendidikan anak-anak dan permasalahan hubungan kehidupan keluarga dan keadaan pekerjaan para karyawan, terlebih lagi berbagai permasalahan yang berbeda-beda yang sedang menunggu menyongsong ketika kita memasuki tahap pensiun. Ketika kita memikirkan berbagai permasalahan yang berbeda-beda ini jelas kita tak dapat dengan mudah mengatakan bahwasanya penghidupan kita sekarang ini sudah merasa berhasil dan bahagia. Kegembiraan di hadapan mata bagaikan berjalan di atas jalan yang rata, tanpa menggunakan energi, namun di dalam seumur hidup kita, pasti akan menjumpai jalan-jalan yang berlumpur serta tanjakan dan turunan yang terjal. Apabila seseorang Juni 2015 | Samantabadra
73
tak memiliki kekuatan jiwa raga serta prajna kearifbijaksanaan yang sesungguhnya maka dapat dikatakan tak akan mampu mengatasi hal-hal tersebut. Seseorang yang hanya mengenal jalan yang rata tidak mudah menjalani jalan-jalan yang sulit. Dengan demikian akan mengalami penderitaan, seperti seseorang yang selalu berkecukupan dalam ekonomi, tetapi bila suatu saat ia jatuh bangkrut, ia akan bingung menghadapi hidup ini, manusia seperti ini benar-benar merupakan manusia yang “tak berejeki”. Kecuali kita menjalankan hati kepercayaan dan sesuai dengan Hukum Buddha Niciren Daisyonin secara tulus sungguh-sungguh, maka dapat dikatakan kita akan dapat memperoleh tenaga jiwa yang kuat. Terbaca dalam Saddharmapundarika-sutra, “Sutra ini sulit untuk dipertahankan, ini adalah jalan yang tiada tara, tidak hanya sulit dipercaya terlebih lagi sulit untuk dilaksanakan.” Niciren Daisyonin dalam Gosyo Perihal Membuka Mata menegaskan, “Saya beserta murid-murid-Ku meskipun ada berbagai kesulitan, dengan tanpa sedikitpun hati yang ragu-ragu, pasti dapat mencapai Dunia Buddha, jangan meragukan tidak memperoleh perlindungan para dewa, jangan mengeluh tak tenang dan amannya hidup ini…” Kalimat tersebut mengajarkan pada kita, betapa kesulitan yang mungkin kita hadapi, apabila tiada keragu-raguan dalam hati, akhirnya pasti mencapai kesadaran Buddha. Kita tidak boleh menyalahkan dewa maupun orang lain, membenci nasib, mengritik atau menyalahkan orang lain. Bila ingin mencapai kesadaran Buddha, maka sikap terpokok yang harus dipertahankan adalah sedikitpun tidak meragukan kekuatan Gohonzon. Kita dapat menerima bahwa segala kesulitan adalah karma dari sebab yang kita buat sendiri. 74
Samantabadra | Juni 2015
Kita dapat berjumpa dengan “Hukum Buddha yang sesungguhnya”, sebenarnya ini merupakan karunia kebajikan yang sulit diperoleh, namun bila kita ingin menerima dan mempertahankan Gohonzon, hendaknya tidak meremehkannya. Dalam keadaan sulit ataupun bahagia tetap menjalankan dan mempertahankan Gohonzon. Melaksanakan dan mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon terlebih lagi merupakan suatu keberhasilan yang sulit diperoleh, bila dapat mempertahankan serta menjaga hati kepercayaan yang konsisten seumur hidup terlebih lagi sulitnya. Mempertahankan hati kepercayaan terhadap Gohonzon bukan hanya berarti memberi sumbangan sajian saja kepada Gohonzon, namun justru merupakan tenaga jiwa yang kuat yang dapat membuat Anda hari demi hari tumbuh berkembang hingga mencapai kematangan. Bagaimana Anda membuat hari demi hari bertambah maju dan mempunyai kekuatan hati kepercayaan dalam menghadapi tantangan. Mempertahankan tekad hati kita sangatlah penting, kita harus bergiat mencapai apa yang kita tetapkan untuk dilaksanakan. Sekali kita mulai menetapkan tekad hati, sekalipun menjumpai hambatan dan rintangan maka kita harus senantiasa memperbaharui tekad hati kita, sekaligus memulai kembali tantangan kita. Sikap demikian mutlak diperlukan, katakanlah pada diri sendiri, “Kali ini saya dapat melaksanakannya, kali ini pula saya dapat berhasil”. Dengan demikian kita dapat maju setahap demi setahap dan akhirnya mencapai sasaran jiwa teragung, yakni mencapai kesadaran Buddha (mencapai kebahagiaan mutlak). eee
Catatan
Juni 2015 | Samantabadra
75
wawasan
Waisak di Indonesia
Sejak 1983 Hingga Kini P
emerintah Republik Indonesia telah menyatakan Waisak sebagai hari libur nasional sejak 1983. Umat Hindu juga sekaligus mendapatkan Hari Raya Nyepi mereka sebagai hari libur nasional sejak 1983. Kebijakan pemerintah ini telah membuktikan kebijakan berkeadilan di antara semua agama di dalam masyarakat Indonesia. Sebagian besar hari libur nasional diberikan kepada umat Muslim sementara sisanya untuk umat Kristen/Katolik. Secara umum, setahun sekali, pada hari-H, umat Buddha berkumpul di Candi Borobudur dan Mendut untuk memperingati saat-saat Waisak. Yang lainnya ialah peristiwa budaya nasional, yang dikenal sebagai Dharmasanti Waisak, yang biasanya diselenggarakan di Jakarta, dengan menampilkan seni budaya.
Waisak Secara Umum Waisak adalah hari raya agama Buddha yang diperingati secara oleh penganut agama Buddha di berbagai negara, seperti Nepal, Singapura, Vietnam, Thailand, Kamboja, Malaysia, Sri Lanka, Myanmar, Indonesia, Pakistan dan India. Kendatipun terkadang secara informal disebut sebagai “hari ulang tahun Buddha”, Waisak sebenarnya mencakup kelahiran, pencapaian kesadaran Buddha Nirwana, dan kemosyaan (Parinirvana) Buddha Gautama. Waisak dirayakan oleh umat Buddha di seluruh dunia, dan dengan berbagai cara di seluruh jagat. Kendatipun sebagian negara kadang kala menggunakan tanggal 76
Samantabadra | Juni 2015
berbeda untuk perayaan ini, banyak negara merayakannya pada hari yang sama. Tanggal pasti Hari Waisak bervariasi menurut berbagai kalender lunar di berbagai negara dan berbagai tradisi. Di negara-negara Theravada yang mengikuti kalender Buddhis, Waisak jatuh pada saat bulan purnama hari Uposatha (biasanya tanggal 5 atau 6 kalender imlek). Hari Waisak di China, Hong Kong dan Makau, tanggal 8 bulan keempat dalam penanggalan imlek. Dengan demikian tanggalnya bervariasi dari tahun ke tahun, namun sebagai konsensus umum di banyak negara, jatuh pada saat hari bulan purnama di bulan Mei. Peringatan Waisak sebagai hari besar agama Buddha diresmikan pertama kali pada konferensi the World Fellowship of Buddhists yang diselenggarakan di Sri Lanka pada tahun 1950. Hari Waisak kerap dirujuk dengan nama yang berbeda-beda di negara yang berbeda. Nama resmi Hari Waisak ialah Vesākha, Waisak , Wesak, Waisak, Visakah Puja, Vaishaka, Buddha Purnima, Visakha Bucha, Saga Dawa, 佛誕 (fó dàn), Fāt Dàahn, dan Wèi Sāi Jié. Do dalam agama Buddha Mahayana, tradisi Mahayana , hari libur dikenal dengan nama Sansekerta, vaiśākha, dan varian-varian yang diturunkan dari nama Sansekerta ini. Vesākha dikenal sebagai Waisak or Wesak (වෙසක්) dalam bahasa Sinhala. Waisak juga dikenal sebagai : - বুদ্ধ পূর্ণিমা Buddha Purnima or বুদ্ধ জয়ন্তী Buddha Jayanti di India, Bangladesh dan Nepal
- 花祭 (Hanamatsuri) di Jepang
- 석가 탄신일 Seokka Tanshin-il (Hanja: 釋迦誕身日) dalam bahasa Korea (Korea). - 佛誕 (Mandarin: Fódàn, Cantonese: Fāt Dàahn) di komunitas-komunitas berbahasa Mandarin di China, Singapura, Taiwan. - Phật Đản dalam bahasa Vietnam (Vietnam).
- ས་ག་ཟླ་བ། Saga Dawa (sa ga zla ba) dalam bahasa Tibet (Tibet).
- Kasone la-pyae Boda nei), secara harfiah berarti “Hari Purnama Kason,” bulan kedua kalender Burma (Burma). - វិសាខបូជា Visak Bochéa dalam bahasa Khmer (Kamboja). - Vixakha Bouxa dalam bahasa Laos (Laos).
- วิสาขบูชา Visakah Puja, Waisakha Puja, atau Visakha Bucha Laos Thai (Thailand) - Waisak di Indonesia.
- Waisak / Wesak di Sri Lanka and Malaysia.
Sebagai perayaan utama dalam kalender Buddhis, hari Waisak memperingati kelahiran, pencapaian kesadaran Buddha, dan kemoksyaan Buddha Siddharta Gautama. Borobudur adalah tempat pertemuan pusat bagi umat Buddha dari seluruh Indonesia, dan di seantero dunia pada hari keberuntungan yang diselenggarakan setiap tahun, pada bulan purnama baik antara bulan April, Mei, atau Juni setiap tahunnya. Setiap tahun salah satu dari serangkaian organisasi Buddhis memimpin seremoni, yang termasuk prosesi dari Candi Mendut ke Candi Pawon lalu ke Candi Borobudur. Umat Buddha Juni 2015 | Samantabadra
77
wawasan berkumpul dan membaca sutra, melakukan ritual, dan meditasi. Alur ritual perayaan Waisak nasional di Indonesia biasanya sebagai berikut: 1. Mengambil air suci dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor dengan api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
2. Ritual “Pindatapa”, ritual meyumbang penganan kepada para bhiksu bersangha untuk mengingatkan bahwa para bhiksu mencurahkan jiwa-raganya untuk dharma. 3. Meditasi di saat bulan purnamasidhi. Penentuan bulan purnama didasarkan pada perhitungan astronomi, sehingga purnamasidhi bisa juga terjadi pada siang hari.
Selain ketiga upacara utama, upacaraupacara Waisak lainnya yang juga dilaksanakan ialah pradaksina, parade, dan acara seni.
Waisak di NSI Di NSI, sejak 1983 Ketua Umum pertama, Pak Senosoenoto, mengumumkan bahwa Hari Waisak ialah Hari Balas Budi umat NSI kepada tanah air Indonesia. Beliau merujuk ke kutipan gosyo berikut ini: “Sang srigala tua tak pernah melupakan lubang tempat ia dilahirkan, kura-kura putih membalas kebaikan yang ia terima dari Mao Pao. Jika makhluk rendahan bahkan mengenal untuk melakukan hal ii, maka berapa banyak seharusnya manusia! Dengan demikian Yü Jang, arif beijaksana tua, menjatuhkan pedangnya agar dapat membalas utang budi kepada majikannya Chih Po, dan menteri Hung Yen karena alasan-alasan serupa membedah perutnya dan memasukkan hati majikannya yang meninggal, Pangeran Yi dari Wei. Oleh karena itu, apakah yang dapat kita katakan, tentang orang-oraan diri kepada agama Buddha? Mereka pasti tidak boleh melupakan utang-utang budi kepada kedua orang tua 78
Samantabadra | Juni 2015
mereka, para guru mereka, dan negera mereka.” (Surat Perihal Membalas Budi) Saya masih ingat pada hari libur nasional pertama Waisak, NSI mencetak ratusan spanduk untuk dipasang di seluruh Indonesia untuk menunjukkan balas budi dan eksistensi NSI di masyarakat. Tema utamanya ialah bahwa umat Buddha bersyurkur atas diresmikannya peringatan hari Waisak sebagai hari libur nasional. Hal ini menunjukkan kepedulian Bapak Soeharto, presiden RI ke-2, kepada pertumbuhan dan perkembangan majelis-majelis agama Buddha demi negeri tercinta kita Indonesia. Generasi muda di seputar Jabotabek bekerja sama menuliskan dan mewarnai huruf-huruf di spandukspanduk itu. Tak hanya malam-malam ketika mereka berkeliling kota memasang spandukspanduk ini di tempat-tempat strategis untuk mengungkapkan rasa balas budi kepada negara. NSI memperingati Hari Waisak dengan melaksanakan ritual Dokyo Syodai, disertai tekad untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, karma baik, demi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa. NSI juga terus mendukung Waisak nasional di kawasan Borobudur dan Dharmasanti Waisak. (Kyanne
Virya)
refleksi
Facing National Exam
Kyanne Virya
F
or more than 10 years, all the Grades 6, 9 and 12 students have gone through such a difficult situation that they have to struggle very hard to do and pass National Exam. They have to work hard by joining extra lessons outside the school. Some schools have even opened such a facility to help them do and pass the National Exam. All the exercises and problems have been compiled and bought from book stores just to train students do them more easily and faster. Parents from primary up to senior high schools usually support their children’s academic progress by supplying funds to send them to the learning centers, aside from the school. It seems that lessons provided by the school system is not sufficient to prepare students for the big event. Most of their time has been spent to make them well-prepared. Do we face the same problem? Should we spend much time as well? In facing such exam, actually we should base it on practicing dharma on day-to-day basis from home until the temple since this needs a lot of benefits.
National Exam (Indonesian: Ujian Nasional, commonly abbreviated as UN or UNAS) is a standard evaluation system of primary and secondary education in Indonesia and the equation of quality of education levels among the areas that are conducted by the Center for Educational Assessment, The Ministry of Education. Last year, 2014, was the last National Exam held to make selection over all the students all over Indonesia. It was the academic year of 2013/2014. This year it has been held just to map the competence and achievement of the students. Different orientation and paradigm have been held. The Minister of Culture and Primary and Secondary Education, Pak Anies Baswedan, has changed the public policy of Primary and Secondary Education National Exam. He stresses the competence not the highest achievement. He has changed the policy after his predecessor, the Minister of Culture and Education, Pak M. Nuh, resigned. In the past, all the school staff had to prepare their students for the National Exam by all means. Up to the day, the school faculty Juni 2015 | Samantabadra
79
wawasan should do something to help out their students to get the highest score. It was part of their reputation in the academic world in the city or regency. Now, they do not feel so depressed that they could let their students do the test in a free situation. Why? Because the paradigm has been set aside to the competence mapping only. The students nowadays feel better than before. The National Exam is a fact that every school student must experience. In spite of the latest change, students must experience it in a different atmosphere. We should perceive an exam as something normal and usual, not scary. It does not need the whole energy if we do study regularly everyday not a night before. Reviewing system should be with the latest review method using mind maps, and learning technology as well as the efficient memorizing skills. All these are based on good and positive motivation. As Buddhists, we should do morning gongyo in front of the Gohonzon of Sandai Hiho first as a source of our daily study. To call it a day, we do evening gongyo to evaluate the day’s study. Chanting Daimoku of minimum 15 minutes is a must. Joining discussion and gosho sessions/ zadankais at the closest temple is another point of practice. Following social and cultural activities at temple makes and develops our social skills in addition to academic skills, especially the right-brain hemisphere. Visiting other youth members is a good activity to develop the deep empathy of maîtri karuna and social skills. All these will produce good karma in terms of benefits to our life. As a general rule, the youth should try hard to attend and join all the activities around the temple. No matter how busy (s)he is at school, (s)he should be at temple periodically. The feelings and emotions will be in the positive
80
Samantabadra | Juni 2015
side every time (s)he comes to temple and after leaving the temple. Preparing for an exam is one thing, but attending a religious session is another. Both should be carried out. The priority should go to the temple activity first. All the physical and spiritual energy should be spent correctly there. Don’t be lazy by such reasoning that you are having a test. Do your preparations so efficiently that you still can make the zadankai. Let’s say you take 2 hours before leaving for the session for test preparation. Having this life style will actually push yourselves to make use of your limited time to study more efficiently. That is how our dharma practice can positively contribute to our learning process. What are the benefits of doing the National Exam? Firstly, we know our personal and collective competence. We know our own strengths and weaknesses. And the school in general will know also the whole school competence. Secondly, by passing the exam, we are one step further to a higher education, to SMP, SMA or college. This will offer broader experience and gain more knowledge which will be a capital for weaving our future. Another struggle should be done just to find the best school/college for our spiritual, physical and financial condition. To sum up, to get to the National Exam we should put it in such a way that practicing dharma everyday is the basic from home until the temple because this requires a lot of benefits. Everything we do in life should be part of dharma practice. On the other hand, dharma practice should be reflected in our daily life. Doing the National Exam is actually dharma practice. eee
kesehatan
Menghadapi Depresi Akibat Kehilangan Pasangan pada Lansia
D
i setiap tahapan usia, kematian orang terdekat pada umumnya akan menghasilkan duka cita mendalam pada diri individu yang ditinggalkan. Duka cita yang berkepanjangan dapat berujung pada kemunculan depresi. Depresi sendiri memiliki berbagai ciri-ciri, yang dapat berbeda pada tiap individu, serta dapat pula khas bergantung pada pencetus depresi itu sendiri. Ditinggalkan pasangan akibat kematian banyak dialami oleh individu lanjut usia (lansia), dan tidak sedikit dari mereka yang mengalami depresi karenanya. Sebuah penelitian mengenai duka kematian pada lansia dan depresi yang dipublikasikan pada tahun 2015 di Journal of Abnormal Psychology berjudul “From Loss to Loneliness: The Relationship Between Bereavement and Depressive Symptoms� mengkaji efek dari kematian pasangan terhadap kemunculan gejala depresi dengan membandingkan tingkat depresi pada lansia yang sudah ditinggal meninggal oleh pasangannya di usia lanjut dengan lansia yang masih memiliki pasangan. Seperti bisa diduga, hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan lansia yang masih mempunyai pasangan, kelompok lansia yang telah kehilangan pasangan akibat kematian menunjukkan gejala depresi yang lebih banyak dengan level yang lebih tinggi. Mereka yang telah ditinggal
oleh pasangannya juga menunjukkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dan mereka juga lebih tidak dapat menikmati hidup. Kajian lanjutan yang menarik dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa duka cita sepeninggal pasangan, utamanya akan memunculkan gejala depresi berupa perasaan kesepian. Kemudian, perasaan kesepian ini baru menjalar mengaktifkan gejala-gejala depresi lainnya. Temuan ini perlu mendapat perhatian karena dapat memberikan petunjuk penanganan yang tepat sasaran bagi para lansia tersebut, yaitu langsung pada gejala kesepian terlebih dahulu. Dengan berpegang pada perspektif bahwa gejala kesepian ini adalah yang memulai munculnya gejala depresi lain, maka jika gejala kesepian ini dapat diatasi dengan baik, maka gejala lain pun kemungkinan akan ikut membaik pula. Tidak sedikit tantangan dialami oleh anggota keluarga para lansia yang depresi karena kematian pasangannya. Sekadar menghibur seringkali dirasakan tidak cukup karena depresi terkait duka cita ini sangat mungkin memiliki wajah yang unik dibandingkan dengan penyebab lain. Namun, di sisi lain, para anggota keluarga pun tidak tahu persis tindakan yang lebih tepat sasaran untuk dilakukan. Tidak jarang akhirnya penanganan hanya difokuskan untuk Juni 2015 | Samantabadra
81
kesehatan mengalihkan rasa duka saja, tetapi tidak untuk mengatasi depresinya secara komprehensif. Dengan berkaca pada hasil penelitian tadi, maka berfokus pada penanganan perasaan kesepian dapat menjadi pilihan yang lebih tepat sasaran. Bentuk konkretnya antara lain berupa menemani secara bergantian dan mengajak bicara secara rutin. Cara-cara ini akan membuat lansia yang ditinggalkan menjadi lebih terbiasa dengan kondisi sepeninggal pasangannya, dan belajar menerima bahwa kebersamaan dengan pasangan digantikan oleh kebersamaan dengan anggota keluarga lain. Untuk lansia yang masih bisa aktif secara fisik, membuatkan rencana kegiatan juga dapat menjadi alternatif lain untuk menghadapi kondisi ini. Sedapat mungkin mereka dilibatkan dalam kegiatan rutin sebagai sarana menghabiskan waktu, dan akan lebih baik jika kegiatan tersebut dilakukan bersama orang lain, misalnya kegiatan yang diselenggarakan oleh
perkumpulan lansia di wilayah sekitar tempat tinggal mereka. Kebersamaan dengan orang lain dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok akan mengalahkan kesepian untuk jangka pendek dan jangka panjang. Pada dasarnya, pendekatan lain pun terbuka untuk dilakukan, selama berfokus pada upaya mengatasi rasa kesepian yang mereka rasakan. Sepanjang proses pemulihan dari depresi, anggota keluarga perlu memantau dan memastikan bahwa lansia yang ditinggalkan merasa nyaman dengan bantuan dan perhatian yang diberikan kepada mereka. Proses ini mungkin tidak mudah dan membutuhkan kesabaran dari berbagai pihak, namun niscaya dapat sangat membantu lansia yang kehilangan pasangan terhindar dari depresi yang berlarut-larut sepeninggal pasangannya.
eee
Sumber: http://health.kompas.com/read/2015/04/03/110000623/ Menghadapi.Depresi.akibat.Kematian.Pasangan.pada.Lansia.
resep
Gemblong Oleh : Ibu Oking D, Bogor
Bahan A: 1 kg Tepung Ketan 800 gram Kelapa Parut muda/sedang (1 kg) 100 gram Gula Pasir 2 sendok teh garam 100 cc air Bahan B: 200 gram Gula Pasir 100 gram Gula Merah /Aren/Palm Sugar 100 cc air 82
Samantabadra | Juni 2015
Cara Membuat : 1. Aduk semua bahan A sampai merata, kemudian goreng dengan api sedang.
2. Masak Bahan B (gula) sampai agak kental, kemudian masukkan gemblog (Bahan A) yang sudah digoreng. Aduk sampai merata.
Berita Duka Cita
Bapak Lim Liong Tek
Ibu Hayati (Lalan)
Meninggal pada usia 79 tahun 20 April 2015 Umat NSI Daerah Kby. Baru DKI Jakarta
Meninggal pada usia 29 tahun 03 Mei 2015 Umat NSI Daerah Jelambar DKI Jakarta
Donor mata Bapak Lim Liong Tek, yang diserahkan secara simbolis oleh anak almarhum (Bapak Halim), kepada pihak Bank Mata.
Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.
Juni 2015 | Samantabadra
83
Gongyo & Daimoku Setiap pagi dan sore, Kiba dengan penuh kesadaran menjalankan gongyo dan daimoku tanpa perlu diingatkan lagi oleh ibunya.
Krubu malas menjalankan gongyo-daimoku. Di rumah ia terbiasa uringuringan. Ibunya harus selalu mengingatkannya untuk gongyo-dan daimoku.
Sebelum memulai gongyo-daimoku, Kiba terlebih dahulu mengelap altar dan butsudan Gohonzon agar tetap bersih. Setelah itu baru ia memulai gongyodaimoku nya.
Karena takut dimarahi Ibu, akhirnya Krubu dengan gontai menuju altar Gohonzon.
Kiba selalu ingat kata-kata Buddha, sikap dalam menjalankan gongyo dan daimoku haruslah sungguh hati agar kualitas perasaan jiwa kita dapat meningkat dan memunculkan kebuddhaan.
Krubu yang juga malas-malasan ketika datang pertemuan di Vihara, tidak paham pentingnya sikap gongyodaimoku yang baik.
Kesungguhan hati Kiba menjalankan gongyo-daimoku, membuat perasaan jiwanya tenang dan gembira.
Gongyo-daimoku yang dilakukan Krubu setengah hati, tidak memberikan manfaat pada perasaan jiwa Krubu. Ia tetap uring-uringan dan muram.
84
Samantabadra | Juni 2015
Jadwal Kegiatan Susunan NSI
Bulan Juni 2015 TGL HARI 1 Senin 2 Selasa 3 Rabu 4 Kamis 5 Jumat 6 Sabtu 7 Minggu 8 Senin 9 Selasa 10 Rabu
11 Kamis 12 Jumat 13 Sabtu 14 Minggu 15 Senin 16 Selasa 17 Rabu 18 Kamis 19 Jumat 20 Sabtu 21 Minggu 22 Senin 23 Selasa 24 Rabu
25 Kamis 26 Jumat 27 Sabtu 28 Minggu 29 Senin 30 Selasa
JAM
KEGIATAN
TEMPAT
10:00 Dokyo Syodai Peringatan Hari Raya Waisak
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4
10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 14:00 19:00 19:00
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 3 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1
Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pelajaran Pimpinan Daerah & Cabang Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Ibu/Wanita Karier Pertemuan Pria Umum
19:00 Pertemuan Cabang
Daerah Masing‐Masing
10:00 Pertemuan Anak‐Anak Daerah / Kelompok 19:00 Pelajaran Pimpinan Anak Cabang / Ranting
Daerah Masing‐Masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1
19:00 19:00 10:00 14:00 19:00
Daerah Masing‐Masing
14:00 Pertemuan Wanita Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Pria Daerah / Kelompok 19:00 Pertemuan Koord. Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak Cabang / Ranting Pertemuan PK‐2 Pertemuan Generasi Muda Daerah/Kelompok Pertemuan Lansia Umum Pertemuan 4 ( empat ) Bagian
13:00 Pendalaman Gosyo Untuk Dharmaduta 19:00 Musyawarah DPW & DPD 19:00 Musyawarah DPD
Kensyu Gosyo Umum & Tansi 24 Kensyu Gosyo Umum & Tansi 24 13:00 Pendalaman Gosyo
Daerah Masing‐Masing Daerah Masing‐Masing RRBP
Daerah Masing‐Masing Vihara Vimalakirti Bekasi Daerah Masing‐Masing
Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Daerah Masing‐Masing
Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2
Juni 2015 | Samantabadra
85
Vihara & Cetya
BALAI PUSAT NSI
Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Mayor H.M. Rasjad Nawawi (Jl.Lingkaran 2 Dempo) Blok F 20 No. 564 RT. 08 / 02 Kec. Ilir Timur Kota Palembang Telp. (0711) 357541 PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903
86
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia
Vihara Vimalakirti Muncul Diresmikan 3 Mei 1986 Dipugar 28 okt 2007 Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Vihara Vimalakirti Cisauk Depan SMU 1 Serpong Desa Setu (Muncul) – Kec. Cisauk Kabupaten Tangerang Telp. (021) 75872730 Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Rajawali Jl. Ampera IV No. 12 RT 005/RW 09 Jakarta Utara Telp. (021) 64710728, 6401168 Cetya Tanjung Priok Jl. Deli No. 31, Tanjung Priok – Jakarta Utara Telp. (021) 4356309 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034
Samantabadra | Juni 2015
Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 4 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821 Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Jl. Merdeka, No. 57 RT 05/03 Kel. / Kec. Lemah Wungkuk Kabupaten Cirebon Telp. (0231) 202793 PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo
Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201 Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Ponorogo Jl. Ontorejo 93 Kabupaten Ponorogo Telp. (0352) 681241
Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen
Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang
Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan
Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali
Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep
Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo
PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510