Klasifikasi Tutupan Lahan dan Korelasinya terhadap Kerentanan Pesisir di Silabu, Kepulauan Mentawai Kerja Praktik (Januari-Februari 2021) Phidju Marrin Sagala Supervised by: Hartanto Sanjaya
Latar Belakang Posisi koordinat acuan Desa Silabu ialah 99° 97’ BT dan 02° 77’ LS. Ketersediaan data tutupan lahan Mentawai 2 Silabu merupakan salah satu desa terdampak Tsunami Mentawai 2010 (Bappeda 2015). Kajian kerentanan pesisir sangat dibutuhkan dalam Langkah mitigasi bencana alam (Susanto et al. 2010). 1 3
Tujuan Menentukan klasifikasi tutupan lahan pada tahun 2019 di Silabu, Kepulauan Mentawai. Menduga laju perubahan garis pantai akibat erosi atau akresi serta implikasinya terhadap kerentanan pesisir dengan menggunakan coastal vulnerability index (CVI) di MemperkirakanSilabu.dampak Tsunami di Pantai Macaronis, Desa Silabu, Kepulauan Mentawai.
Tabel 1 Bahan yang digunakan
Alat dan Bahan (Data) Data kemiringan pantai 1.40%, kedalaman laut 1.178 m dari jarak 100 m pantai. Juni 2017 (Musim Timur) Desember 2017 (Musim Barat) Data kisaran tunggang pasang surut senilai 0.549
Data SWH = 1.64 m Gambar 2 Significant wave height of combined wind waves and swell (SWH) Kepulauan Mentawai Tahun 2017 (Sumber: cds.climate.copernicus.eu) Alat dan Bahan (Data)
Alat dan Bahan (Data) Data SLA = 3.6 mm/tahun Gambar 3 Sea Level Anomaly (SLA) Kepulauan Mentawai Tahun 1992-2017 (Sumber: sealevel.colorado.edu)
Metode Persamaan menghitung indeks kerentanan pesisir Pengolahan data kerentanan pesisir menggunakan aplikasi ArcGIS dengan persamaan CVI (Thieler & Hammar-Klose 2000): CVI = √(a*b*c*d*e*f*g)/n dimana: CVI = indeks kerentanan pesisir a = skor kerentanan dari variabel geomorfologi pantai, b = skor kerentanan dari variabel perubahan garis pantai (erosi/akresi) c = skor kerentanan dari variabel kemiringan pantai d = skor kerentanan dari variabel ketinggian permukaan tanah (topografi) e = skor kerentanan dari variabel perubahan muka air laut relatif f = skor kerentanan dari variabel tinggi gelombang laut rata-rata g = skor kerentanan dari variabel tunggang pasang surut n = jumlah variabel yang digunakan.
Sumber:Thieler&Hammar-Klose(2000);Handartoputra et al.(2015);Joesidawati(2016);LópezRoyo et al. 2016
Metode Gambar 4 Diagram alir projek
Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Daerah kajian terletak di Desa Silabu, Kabupaten Kepulauan Mentawai yang merupakan salah satu kawasan terdampak Tsunami pada tahun 2010. Tutupan lahan diklasifikasikan menjadi 4 tutupan lahan yaitu: 1. Badan Air 2. Pantai 3. Lahan Terbangun 4. Vegetasi
Laju Perubahan Garis Pantai (Akresi/Erosi) Gambar 5 Peta laju erosi/akresi Desa Silabu Laju perubahan garis pantai Desa Silabu pada tahun 2007 sampai 2017 memiliki nilai: •Pemunduran garis pantai tertinggi sebesar -10.46 m/tahun •Pemajuan garis pantai tertinggi sebesar 15.11 m/tahun •Rata-rata yang terjadi yaitu pemajuan garis pantai sebesar 2.22 m/tahun.
Laju Perubahan Garis Pantai (Akresi/Erosi) Gambar 6 Peta perubahan garis pantai Berdasarkan peta juga dapat dilihat pada umumnya kawasan pantai mengalami akresi. 2007 2009 2011 2017 Transek
Kerentanan Pesisir (CVI) RendahSangatRendahSedangTinggi KELASSangatTinggiKERENTANAN 65.47% 28.84% 1.55% 4.14% 0% 11.85 km 5.22 km 0.28 km 0.75 km 0 km Total 18.1 km
Dampak Tsunami Gambar 8 Macaronis tahun 2009 (sebelum tsunami) Gambar 9 Macaronis tahun 2014 (setelah tsunami) • Kejadian gempa Mentawai Tahun 2010 dengan kekuatan 7.7 MW ini menyebabkan hilangnya kawasan dan jenis mangrove yang ada di suatu lokasi, khususnya di pantai Macaronis yaitu Rhizophora apiculate dan Bruguiera gymnorrhiza. • Gambar 9 menunjukkan dampak tsunami terhadap hilangnya kawasan mangrove yang cukup luas. Kawasan mangrove tersebut ialah A seluas 1.331 m2, B seluas 6.989 m2, C seluas 1.631 m2, dan D seluas 2.575 m2.
Pada
Kondisi daerah kajian terkini umumnya kawasan pantai sudah ditumbuhi mangrove karena merupakan kawasan yang juga pertemuan antara sungai sehingga mangrove dapat tumbuh dengan
dan laut
Kembali
baik dan sehat. Gambar 10 Lokasi survei di Macaronis dan jalan menuju Desa Silabu (26 Desember 2020).
Dampak Tsunami Mentawai 2010 berakibat pada hilangnya kawasan mangrove yang cukup
.
Perlu analisis lebih lanjut indeks kerentanan pesisir dengan mempertimbangkan jumlah penduduk di daerah kajian sebagai salah satu parameter yang diukur.
. •
•
•
Daerah kajian pada umumnya mengalami akresi dengan rata-rata yang terjadi yaitu pemajuan garis pantai sebesar 2.22 m/tahun Desa Silabu memiliki kerentanan yang tinggi
,
Klasifikasi tutupan lahan dibagi menjadi 4 tutupan yaitu badan air, vegetasi, lahan terbangun dan juga pantai dengan tutupan vegetasi yang mendominasi.
Kesimpulan
.
•
luas serta berkurangnya jenis mangrove di Pantai Macaronis yaitu Rhizophora apiculate dan Bruguiera gymnorrhiza Saran
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015. Laporan RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015. Tuapejat (ID): Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Handartoputra A, Purwanti F, Hendrarto B. 2015. Penilaian kerentanan pantai di sendang biru kabupaten malang terhadap variabel oceanografi berdasarkan metode CVI (coastal vulnerability index). Diponegoro Journal of Maquares. 4(1): 91-97. Joesidawati MI. 2016. Penilaian kerentanan pantai di wilayah pesisir Kabupaten Tuban terhadap ancaman kerusakan. Jurnal Kelautan. 9(2): 188-198 Susanto KE, Marfai MA, Mardianto D. 2010. Proyeksi kenaikan permukaan laut dan dampaknya terhadap banjir genangan kawasan pesisir. Majalah Geografi Indonesia. 24 (2): 101-120.
Thieler ER, Hammar-Klose ES, 2000a. National assessment of coastal vulnerability to sea-level rise: preliminary results for the U.S. Pacific Coast. U.S. Geological Survey Open-File Report. 00- 178. Thieler ER, Hammar-Klose ES, 2000b. National assessment of coastal vulnerability to sea-level rise: preliminary results for the U.S. Gulf of Mexico Coast. U.S. Geological Survey Open-File Report. 00-179. Royo ML, Ranasinghe R, Jimenez JA. 2016. A rapid, low-cost approach to coastal vulnerability assessment at a national level. Journal of Coastal Research. 32 (4): 932-945.
Daftar Pustaka
Terima Kasih.