ma'Bajo - Performing Art (2012)

Page 1

Mencari Kemerdekaan Di hari

Kemerdekaan

Sebab laut adalah hidupnya, kembalikan perahu mereka...



Mencari Kemerdekaan Di hari

Kemerdekaan

Sebab laut adalah hidupnya, kembalikan perahu mereka...


Performer Aden, Yanto, Hamsa, Syahril, Amir, Redra, Tappa, Oji, Risal, Lion, Nomang, Arie Art Work Aden, Yanto, Hamsa Sketsa KM. Yanto Dokumentasi Adank, Yanto, Eddy Narasi Basir Sharing Space Basir, Siswanto Gunawan, Mahasiswa Komodo Peduli, ma’Bajo Crew

Terima Kasih Allah SWT, Muhammad SAW, Orang Tua Kami, Pak Kepala Desa Kampung Air, Pak Anwar H. Arjani se-keluarga, Rudi Hasanuddin, Oji, Erick Djinggo, Ochas, Wahyu, Warga Kampung Air, Warga Pendopo Kampung Ujung, dan Seluruh Masyarakat Manggarai Barat Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores - NTT ma’Bajo@2012


ada Performing Art “Mencari Kemerdekaan di hari Kemerdekaan” 17 Agustus 2012|10.00 WITA Pelataran Kantor Bupati Manggarai Barat ma’Bajo


Mencari Kemerdekaan dihari Kemerdekaan Bicara masalah kemerdekaan merupakan hal yang wajar dan merupakan hak setiap warga negara karena konsep kemerdekaan yang sesungguhnya adalah hanya menjadi ritual yang sifatnya seremonial belaka tapi pertanyaan besarnya adalah “Sudahkah saya merdeka, kamu dan kita semua?�

Defenisi dari kemerdekaan itu sendiri berarti keleluasaan, kebebasan untuk memilih dan melakukan sesuatu. Dalam pembukaan UUD negara kita termaktub kata “Kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa untuk itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan�. Jika kita mengkaji dan menganalisis bunyi yang termaktub dalam UUD tersebut ternyata kemerdekaan kita hanyalah dalam bingkai politik saja, terlepasnya kita dari cengkaraman kolonial, terbebasnya kita dari penjajahan fisik. Tapi mari kita lihat apa yang terjadi belakangan ini, maraknya perusahaan asing yang masuk kenegara kita dengan dalih investasi melainkan eksploitasi, lihat saja Papua dengan Freeport-nya. Segelintir permasalahan yang melanda Negara kita seakan menjadi boomerang besar bagi kita tentang apa sesungguhnya esensi kemerdekaan itu sendiri. Makna kemerdekaan bukan hanya karena kita memperingati hari kemerdekaan yang bertepatan pada tanggal 17 Agustus ini dengan berbagai seremonial, hormat bendera dan memnyanyikan lagu Indonesia Raya saja, tetapi jauh dari itu adalah adanya kemerdekaan dari setiap aspek seperti ekonomi,buadaya, sosial dan lainnya. Nah, bagaimana dengan nasib nelayan dalam hal ini adalah nelayan yang berada disekitar Taman Nasional Komodo?. Seperti yang kita ketahui empat pulau dari sekian banyak yang bearada dalam kekuasaan ini seperti, Komodo, Papagarang, Rinca dan P. Kerora merupakan pulau yang berpenduduk yang bermayoritas pekerjaan mereka adalah nelayan. Sebagai nelayan menangkap ikan merupakan pekerjaan utama mereka untuk menghidupi para keluarganya baik untuk menyekolahkan anak-anaknya maupun untuk keberlangsungan hidupnya. Taman Nasiaonal Komodo merupakan taman nasional yang dilindungi oleh pemerintah, Taman Nasional Komodo sendiri terbentuk pada tahun 1980 dan dinyatakan sebagai situs warisan dunia dan Biosphere Reserve oleh UNESCO pada tahun 1986. Setelah perjalanan panjangnya pada tanggal 16 Mei 2012 akhirnya Founder New 7 Wonders, foundation menyatakan bahwa Taman Nasional Komodo menjadi salah satu


dari tujuh keajaiban dunia. Kami sebagai putra daerah tentunya sangat bangga dengan prestasi yang dihasilkan oleh TNK sendiri terlebihnya adanya dampak positif yang real terhadap Manggarai Barat umumnya dan lebih khususnya adalah para masyarakat pesisir yang berada disekitar pulau tersebut. Tentunya perubahan diharapkan terjadi dengan legitimasinya TNK menjadi icon tujuh keajaiban dunia. Meskipun demikian ternyata Dessein (harapan) tidak sejalan dengan Dassolen (kenyataan) karena sebagian besar masyarakat pesisir yang terisolasi area Taman Nasional Komodo mengeluh atas penyempitan wilayah atau area penangkapan ikan para nelayan akibat adanya Taman Nasianal Komodo (TNK), terlebih setelah resminya komodo menjadi keajaiban dunia. Belum lagi keluhan masyarakat akibat penanghkapan mereka oleh para petugas dari pihak TNK bahkan kekerasan fisik maupun psikologi kerap mereka rasakan ketika sedang mencari ikan. Hal seperti yang dilakukan oleh para petugas tentunya memiliki alasan bahwa area atau zona yang para nelayan gunakan itu menyalahi aturan Taman nasional Komodo sendiri. Dan yang menarik dari hal ini, setelah mendengar pernyataan dari masyarakat bahwa belum adanya sosialisasi secara mendalam dan tatap muka yang dilakukan oleh pihak Taman Nasional Komodo sendiri terkait zona terlarang untuk penangkapan ikan sehingga banyak dari masyarakat yang belum terlalu tahu-menahu batas-batas zona yang dimaksud. Apabila hal seperti ini tidak diperhatikan oleh pemerintah khususnya pihak TNK sendiri, maka bagaimana dengan nasib para nelayan selanjutnya, tidakkah hal ini terjadi terus menerus, anak beserta istri mereka mau makan apa?. Bukankah pekerjaan yang menjadi mayoritas mereka adalah nelayan. “Laut Milik Anak Cucu Kita�, semoga bukan penafsiran untuk kepentingan segelintir orang saja. Bukan untuk bule saja, tetapi betul-betul untuk mereka yang memebesarkan anak dan cucu beserta istri mereka dengan hasil laut.

























Diskusi dan Garapan

















Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.