Â
Dzarratul Hikmah Sebuah jurnal kumpulan gagasan Edisi 5 Tahun 2019
Siapa yang berhak menentukan makna suatu tulisan, apakah penulisnya atau pembacanya? Jawabnya, keduanya. Seorang penulis ketika menulis tentu memiliki perspektif terhadap makna atau pesan yang ingin disampaikan melalui tulisannya. Akan tetapi, setiap pembaca belum tentu bisa melihat pesan tersebut, atau justru melihat hal lain. Ini tidak bisa dihindari, sebagaimana ku selalu tanamkan, “tidak ada membaca tanpa menafsir, dan tidak ada menafsir tanpa subjektivitas.� Satu buku yang sama, dibaca oleh sepuluh orang yang berbeda, bisa menghasilkan sepuluh makna yang berbeda. Maka dari itulah, buku sendiri, tulisan sendiri, perlu diulas kembali untuk terus menerus menciptakan makna baru. Dan inilah dia, jurnal kelima, kumpulan resensi buku KAMIL 2019. (PHX)
Daftar Konten
Harapan cinta dari Sepotong Hati yang Baru (5) Perlukah Aku Membaca “Maryam, Bunda Suci Sang Nabi”? (13) Bertumbuh: Sebuah buku yang layak dibaca oleh kaum millennials (22) Belajar dari “The Five People You Meet in Heaven” (27)
Harapan cinta dari Sepotong Hati yang Baru Nurul Aisyah Salman
Judul
: Sepotong Hati yang Baru
Penulis
: Tere Liye
Penerbit
: Mahaka Publishing
Ketebalan
: 206 halaman 5
Buku ini merupakan hadiah dari seorang sahabat yang menjadi karya pertama Tere Liye yang saya baca. Awalnya saya terkecoh karena mengira bahwa akan berisi satu cerita novel pada umumnya namun ternyata merupakan kompilasi beberapa kisah yang dikemas dengan epik. Beragam kisah yang disajikan menjadikan buku ini kaya akan pesan. Intinya terkait dunia romansa cinta yang bagus menjadi konsumsi remaja yang belajar mencari makna cinta sejati. Utamanya pemahaman bahwa cinta tak hanya tentang happily ever after seperti yang terjadi di negeri dongeng. Bahasa yang digunakan juga ringan. Dalam buku ini terdapat delapan kisah cinta dengan konflik yang berbeda-beda dan memperkaya sudut pandang bagi pembaca. Berikut ulasannya. Kisah 1: Hiks, Kupikir ini sungguhan. Kisah ini membahas tentang kondisi anak muda zaman sekarang (umumnya perempuan) yang mudah baper alias bawa perasaan saat diberi perhatian oleh do’i incarannya. Latarnya mengangkat dunia kampus. Seorang mahasiswi bernama Putri yang menyalahartikan perhatian kaka tingkatnya, Rio, dan menjadi ke-GR-an. Hal ini putri pamerkan ke teman-temannya lalu ada seorang temannya bernama Nana yang mencoba menyadarkan Putri. Tapi Nana tidak berhasil dan pada akhirnya sadar bahwa Rio baik dan ramah ke semua orang. Namun konflik yang
6
menarik ketika Nana malah terjebak dalam kondisi ini juga. Di akhir kisah, hikmah yang bisa didapatkan adalah perhatian seseorang belum tentu berarti bahwa dia suka ataupun tertarik. Karena cinta sejati tidak bermain pada level “kode-kodean� dan saling memberi harapan palsu. Latihan untuk sadar diri itu memang perlu dalam melatih kedewasaan dan kelapangan hati. Kisah 2: Kisah Sie Sie. Karakter Sie Sie digambarkan sebagai sosok gadis yang cantik, cerdas, tegar, rela berjuang demi keluarga, sabar, dan setia. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu yang akhirnya “merelakan� dirinya menjadi istri belian seorang anak dari keluarga kaya. Namun selama pernikahannya Sie Sie mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya. Hal ini tidak menyurutkan janji cinta Sie Sie bahwa dia akan mencintai suaminya apa adanya. Dan dia percaya bahwa suaminya akan mencintainya apa adanya. Ada masa ketika suaminya menjadi orang terbuang dan dengan kekuatan cinta yang dimiliki Sie Sie, dia menjemput suaminya yang saat itu menjadi gelandangan kembali ke rumah mereka. Hingga pada akhirnya Sie Sie mendapatkan apa yang dia percayai. Kisah Sie Sie adalah salah satu kisah favorit saya dalam buku ini. Kisah 3: Sepotong Hati yang Baru. Ini adalah kisah yang dijadikan sebagai judul utama buku ini. Dalam bagian ini
7
membahas tentang sosok “Aku” (seorang lelaki) yang ditinggalkan oleh tunangannya bernama Alyssa demi lakilaki lain. “Aku” berupaya memperbaiki segala sakit hatinya dan ketika Alysa meminta untuk kembali lagi, “Aku” menjadi bimbang. Hingga akhirnya di memutuskan bahwa “Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna”. Akhir kisahnya memang cukup mengejutkan dan ada sepenggal kalimat favorit saya yang isinya “patah hati tapi tetap keren”. Konflik dengan diri sendiri yang dialami tokoh “Aku” dalam kisah ini dikemukakan dengan detail dan jelas. Selain itu juga memberi gambaran tentang alur logika berfikir dengan bahasa yang mudah dipahami. Kisah 4: Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay. Kisah ini membahas tentang hubungan cinta terlarang antara permaisuri yang menyamar menjadi biksu (Engtay) karena kecintaannya menimba ilmu bertemu dengan sosok pemuda yang polos apa adanya dan memiliki kemampuan kungfu yang hebat (Sampek). Sampek pada awalnya tidak tahu bahwa Engtay adalah seorang perempuan. Namun karena suatu kejadian akhirnya rahasia besar Engtay diketahui Sampek. Sampek juga menjaga rahasia Engtay ini dan mereka terikat dalam hubungan cinta. Mimpi mereka harus kandas dikarenakan Engtay dijodohkan dengan seorang putra mahkota dan ini memicu patah hati yang hebat bagi Sampek. Ini akhirnya menggiring dia
8
mampu menguasai jurus Naga Surga yang terkenal pada zamannya. Akhir ceritanya sangat mengejutkan. Serius, ini bagus banget untuk dibaca. Ada kutipan favorit saya dalam kisah ini, “Naga Surga hanya bisa dipanggil oleh seseorang yang memiliki hati yang baik. Hati yang apa daya tersakiti oleh sesuatu. Tetapi hati itu tidak pernah membenci atas takdir menyakitkan tersebut.� Kisah 5: Itje Noerbaja dan Kang Djalil. Hal yang special dalam kisah ini adalah penggunaan ejaan lama sepanjang pemaparannya. Sejujurnya saya lumayan lama “bertengger� dalam kisah ini dikarenakan upaya membaca yang butuh konsentrasi sedikit lebih banyak dibanding kisah-kisah sebelumnya. Kisah ini mengangkat tentang upaya sepasang kekasih yang ingin merebut kemerdekaan Indonesia melalui rencana terselubung. Keduanya di tempat yang sama yakni sepasangan suami istri Belanda. Itje Noerbaja yang merupakan seorang asisten rumah tangga dan Kang Djalil yang merupakan pengawal pribadi kepercayaan tuan rumahnya. Awalnya Itje merasa ragu akan rencana kekasihnya, namun setelah dikuatkan kembali akhirnya mereka sepakat bersama dengan para gerilyawan lainnya. Ending cerita yang tak tertebak oleh pembaca digambarkan dengan menarik dan mengharukan. Kisah ini berhasil membuat perasaan saya campur aduk saat membacanya.
9
Kisah 6: Kalau Semua Wanita Jelek. Jo digambarkan sebagai wanita yang memiliki tubuh gendut dan sering mendapat perlakuan “tidak adil� dari lingkungannya sejak kecil. Keresahannya ini disampaikan ke Vin, sahabatnya, yang merupakan perempuan kurus yang wajahnya biasabiasa saja. Lalu suatu waktu Jo berdo’a agar Tuhan menunjukkan keadilanNya dengan menjadikan kecantikan itu harus memiliki harga dan doanya pun dikabulkan. Walaupun pada awalnya semua hal terlihat menyenangkan bagi Jo (salah satunya karena dia berhasil mendapatkan lelaki pujaan hatinya), namun segala sesuatu yang dipaksakan pada akhirnya tidak akan seindah harapan. Dalam bab ini mengajarkan pembaca akan pentingnya makna bersyukur atas segala hal yang dimiliki. Karena pada hakikatNya semua sudah diatur Tuhan sesuai porsinya. Selain itu, keberadaan sahabat yang berani menegur saat salah merupakan suatu komponen penting dalam hidup. Bab ini bisa menjadi pembelajaran besar bagi kaum wanita. Kisah 7: Percayakah Kau Padaku? Sejujurnya saya baru pertama kali membaca kisah Rama dan Shinta secara lengkap dalam buku ini. Kisah Rama dan Shinta ini digambarkan oleh seorang ayah diatas pusara anaknya. Secara tidak langsung menggambarkan kisah si Ayah dan Ibu dari anak ini. Pemaparannya menarik dan menggali
10
rasa penasaran. Intinya adalah tentang Rama dan Shinta yang saling mencintai. Namun setelah Rama berhasil menyelamatkan Shinta ketika diculik beberapa lama oleh Rahwana, keraguannya mulai muncul. Dia mulai mendengarkan bisik-bisik dari para rakyat yang mempertanyakan kesetiaan dan berbagai hal terkait Shinta. Rama pun terpengaruh dan dia menguji cinta Shinta dengan berbagai hal. Shinta yang mencintai Rama menjalani semua tantangan itu dengan penuh kepatuhan hingga harus dikeluarkan dari istana selama 10 tahun. Hingga puncaknya ketika Shinta kehilangan kesabarannya dikarenakan kecurigaan Rama yang tidak mengakui kedua anak mereka, Lawa dan Kusa. Penggalan kalimat Shinta yang luar biasa kepada Rama adalah “Apalah artinya cinta jika tanpa sebuah kepercayaan?�. Dengan begitu, Shinta akhirnya lenyap ditelan bumi atas permintaannya sendiri. Kutipan lain yang saya sukai dalam bab ini adalah “Cinta yang besar, tanpa disertai komitmen dan kepercayaan, maka ia hanya akan menelan diri sendiri�. Kisah 7: Bua Apa Disesali. Bab ini berkisah tentang Hesty (anak tuan rumah) dan Tagor (anak pembantu di rumah Hesty) yang bersahabat sejak kecil. Seiring berjalannya waktu, mereka saling jatuh cinta namun hubungan ini tidak disetujui pihak keluarga Hesty. Berbagai usaha memisahkan mereka telah dilakukan hingga kemudian tercipta kesalahpahaman diantara Hesty dan Tagor yang 11
membuat mereka tidak mampu bersama. Hikmah yang saya petik dari kisah ini adalah pentingnya komunikasi dan saling memverifikasi informasi. Selain itu, menghindari prasangka sebelum mengetahui fakta sebenarnya merupakan suatu tindakan yang bijak. Setelah membaca buku ini, saya berpendapat bahwa kisah cinta apapun itu (baik berakhir dengan bersatu ataupun berpisahnya pasangan tersebut), semuanya merupakan kisah yang berharga. Semuanya berhak mendapatkan tempat di relung hati terdalam. Ada syukur diakhir yang membahagiakan. Ada pelajaran penting diakhir yang ditakdirkan tak bersama. Dengan satu catatan penting, bila kisah cinta yang diperjuangkan tidak melanggar batasan Tuhan sehingga makna cinta sejati itu tidak disamarkan oleh nafsu semata. Kompleksitas latar, tokoh, dan alur cerita bisa membuat pembaca seperti menonton film dari berbagai zaman. Hal ini bisa bernilai positif maupun negatif, tergantung selera pembaca. Namun secara keseluruhan, menurut saya pribadi buku ini adalah bahan bacaan yang memberikan kesan yang menarik.
12
Perlukah Aku Membaca “Maryam, Bunda Suci Sang Nabi”? Aprilia Dewi Hamani
Judul
: Maryam “Bunda Suci Sang Nabi”
Penulis
: Sibel Eraslan
Penerbit
: Kaysa Media
Ketebalan : 468 halaman 13
“Duhai Allah… Apa yang akan didapatkan Jika seseorang kehilangan-Mu, Dan apa yang hilang darinya Jika seseorang mendapatkan diri-Mu?” (Maryam, Bunda Suci Sang Nabi: hal. 398)
Tentang kisah seorang wanita suci nan mulia, Maryam. Penantian panjang penuh harap sepasang cinta Ilhai, Imran dan Hana atas hadirnya sang buah hati membawa Hana larut dalam kerinduan yang menyeruak. Doa dan pengharapkan yang diterbangkan pun telah mengetuk pintu langit hingga mengantarkan kabar gembira baginya. Namun, saat yang dinati-nanti ditakdirkan untuk hadir di antara keduanya, Sang Ibu, Hana, berjanji untuk mengurbankan calon buah hatinya untuk Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa ta’ala. Melepaskan sesuatu yang begitu dirindu, demi kecintaan dan ketaatan pada Allah Subhanahu wa ta’ala tentu tak mudah, namun begitulah kemurnian cinta dan ketulusan hati Hana dan Imran. Pengorbanan yang Maryam jalani atas janji kedua orangtuanya sama sekali tak membuatnya mempertanyakan nasib. Tumbuh sebatang kara dalam tirai ketaatan dan kecintaan hanya kepada Allah
14
Subhanahu wa Ta’ala, menjadikan Maryam wanita suci yang terikat pada cinta kasih sang Khaliq. Kesendirian telah menjadi saksi penghambaannya pada Allah Subhanahuwata’ala. Tinggal di dalam di Baitul Maqids, di balik mihrab berlapis tujuh pintu tujuh kunci yang dibangunkan sang paman, Nabi Zakaria ‘alaihissalam, tak menjadikannya seorang santri biasa atau bahkan santri tertinggal. Empat ribu hafiz dan santri tidak mampu menyaingi kualitas Maryam. Ya, Maryam adalah seorang santri yang begitu pintar. Ia sangat pintar dalam menulis hattat meski karyanya hanya dapat ditunjukkan ke kelas yang santri yang masih kecil sebagai contoh. Siapakah yang menurunkan kehebatan itu padanya jika bukan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wata’ala. Sebagaimana dikisahkan dalam QS. Ali-Imraan : 37; Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, "Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?" Dia (Maryam) menjawab, "Itu dari Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. 15
Maryam, sosok wanita tegar yang patut dicontoh oleh wanita-wanita lain setelahnya. Mengandung tanpa pernah disentuh oleh lelaki manapun, tentu bukan hal yang mudah untuk diterima. Pun demikian seharusnya oleh Maryam. Tetapi tidak, dengan keluasan hatinya, Maryam menerimanya sebagai ketetapan Allah untuknya dalam rangkaian takdir-Nya. Demikianlah kesucian cinta Maryam pada Sang Maha Pengasih. Alih-alih mengeluh dan mempertanyakan takdir, lagi-lagi, dengan tutur kata yang lembut ia katakan bahwa Allah telah memberinya kabar gembira atas kehadiran seorang Kalamullah dalam rahimnya. Ia jamu takdirnya atas nama cinta dan penghambaan pada Sang Maha Pencinta. ----------------------Bismillahirrahmanirrahim---------------------Dikemas dalam balutan sampul bergambar sajian buahbuahan segar dalam sebuah wadah yang dipadu dengan tulisan “Maryam – Bunda Suci Sang Nabi” berhasil meningkatkan rasa ketertarikan pembaca untuk membaca novel ini. Selain karena membuat saya ingin menikmati buah-buahan tersebut, tampilannya mampu memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang hanya dapat pembaca jawab ketika pembaca membaca dan menikmati isi novelnya. “Apa hubungannya Maryam dengan buahbuahan itu?” “Mengapa kesuciannya dikaitkan dengan sajian buah-buahan itu?”, begitulah kurang lebih
16
pertanyaan- pertanyaannya. Secara fisik, novel ini sudah mengantongi modal awal dalam memunculkan ‘rasa penasaran’ pembaca. Keluasan ilmu, sebagai anugerah untuk Sibel Eraslan, membuatnya mampu menyajikan kisah Maryam secara runut dan cukup detil, bahkan sejak Maryam belum terlahir. Tak hanya berfokus pada sosok Maryam, banyak tokoh-tokoh yang juga diceritakan dalam novel ini seperti misalnya Hana yang merupakan ibunda Maryam, Imran ayahanda Maryam, Zakaria ‘alaihissalam sang paman yang merawatnya, Al ‘Isya istri Zakaria yang juga menyayanginya, Isa ‘alaihissalam putranya, Yahya ‘alaihissalam saudara sepupunya, Merzangus dan Yusuf pendamping setianya, dan tokoh-tokoh lainnya. Meskipun tidak menceritakan secara detil tentang tokohtokoh lainnya, Sibel Eraslan dengan gaya bahasanya yang sangat lembut, berhasil membuat saya merasakan perasaan yang dialami semua tokoh. Seperti misalnya ketika novel ini menggambarkan betapa Nabi Zakaria. Pada halaman 199, tersaji sebuah potongan doa Nabi Zakaria “…… Sungguh, dapat bertasbih kepada-Mu dengan sebenar-benarnya adalah kemuliaan yang paling agung. Semoga Engkau berkenan melimpahkan nikmat itu, duhai Allah! Dan sungguh, limpahan nikmat agung yang telah Engkau anugerahklan kepada kami tidak lain
17
adalah mengalirkan lafaz-lafaz zikir kepada-Mu dalam lidah kami karena Engkai telah memperkenankan kami bertahmid, tasbih, bermunajat dan memanjatkan doa ke haribaan-Mu……”. Novel yang tersusun dari 53 Bab ini berhasil membuat saya semakin jauh tenggelam dalam kelembutan untaian kata demi kata. Novel ini, menyuguhkan rasa penuh harap, penuh syukur, penuh kasih dengan balutan cinta pada Ilahi Rabbi yang menghangatkan jiwa. Seperti ketika Hana mengandung Maryam pada Bab 11, diceritakannya “Semilir udara terasa…. Seolah-olah semua makhluk bergoyang satu sama lain ikut meluapkan kegembiraan. Langit dengan bumi, mentari dengan puncak gunung saat terbit, dedaunan dengan sesamanya, sayap burungburung yang satu dengan yang lain. Seakan-akan seisi alam raya kembali hidup dengan titah Zat Yang Maha Menghidupkan telah bermandikan luapan cinta dan kegembiraan di halaman kebun rumah Hanna”. Sungguh, turut membuat saya bahagia atas kabar gembira tersebut, kabar akan hadirnya Maryam. Selain itu, novel ini juga mampu menghembuskan rasa amarah yang menggebu dalam saat-saat tertentu. Misalnya saja rasa marah pada orang-orang durjana yang membunuh Nabi Zakaria ‘alaihissalam dengan sangat keji. Tapi di saat yang sama, novel ini membuat saya
18
kembali terkagum-kagum kepada Nabi Allah, Nabi Zakaria ‘alaihissalam. Novel ini kembali membawa saya untuk selalu mengingat-Nya, seperti pada penggalan kalimat pada Bab 35 berikut: “Lantunan zikirlah yang menjadi rintihan, pekikan dan jeritan Zakaria dalam menghadapi ujian kematian, inilah yang menjadi harta warisan bagi umat setelahnya….”, juga “Seperti Zakari yang menutup mata dalam gergaji, kita berikan jiwa kepada sang pujaan jiwa” Dari semua hal-hal mengagumkan di atas, inti yang saya sukai adalah novel ini membuat saya turut mengaca diri. Mempertanyakan sejauh mana hatinya terikat dengan Sang Khaliq, sejauh mana hati saya mencintai Sang Maha Pencinta, sejauh mana ia mengharap belas kasih Yang Maha Rahim. Sebagai sedikit gambaran, Pada Bab 7, dikisahkan Hana yang mulai lelah mendengar gunjingan atasnya yang tak kunjung memiliki anak, akhirnya meminta kepada Imran agar memohon kepada Allah untuk diberi keturunan. Lalu alangkah tertegunnya Hana saat Imran justru mengingatkannya agar tidak meminta sesuatu hanya untuk nafsu sendiri. Bayangkan, betapa besar penghambaannya pada Sang Maha Besar. Bahkan berdoa meminta keturunan saja memerlukan kehati-hatian agar tidak terjerumus dalam jebakan hawa nafsu. 19
Pada sepenggal kata dalam Bab 18, “Saat cinta telah merekah di dalam hati, ia tentu ingin mengungkapkan isinya. Seperti buih susu yang berubah menjadi krim, yang ingin menunjukkan wujud asli dari apa yang ada di dalamnya, yang ingin memuji, mengigau menyebut nama kekasihnya..”, lalu sepenggal kata lainnya pada Bab 45 kala Maryam berbincang dengan seorang nelayan “Duhai Allah… Apa yang akan didapatkan jika seseorang kehilangan-Mu, dan apa yang hilang darinya jika seseorang mendapatkan diri-Mu”. Tanpa perlu mendikte saya untuk selalu bermuhasabah, novel ini menggiring saya. Novel ini seolah merangkul perlahan dengan penuh kelembutan untuk kemudian menjadi pengingat tersendiri bagi pembacanya. Atas kuasa Allah, atas kasih sayang Sang Maha Rahim, novel ini benar-benar menyentuh hati di titik yang tepat. Tetesan air mata yang mengalir saat membaca novel ini, bukan lagi sebatas sedih memposisikan diri tokohnya atau membayangkan rasanya masa itu. Air mata mengalir mengagumi kekuasaan Allah, mengalir menyadari betapa diri ini masih perlu untuk terus berbenah, bergerak dan berjuang. Barangkali saya serakah, tapi rasanya saya tidak bisa memilih hanya satu bab yang menjadi bagian terbaik menurut saya. Begitu pun tentunya, novel ini akhirnya menjawab pertanyaan saya terhadap sampulnya. Barangkali
20
sedikitnya adalah tentang bagaimana seorang Maryam, yang hidup sebatang kara dibalik mihrab berlapis tujuh pintu tujuh kunci tumbuh dengan keyakinannya dan ketulusan cintanya senantiasa mengikat hatinya pada Allah semata. Menjadikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala satu-satunya tempat berharap dan Allah Ridha terhadapnya. Allah lah yang menemaninya dalam kesendirian, Allah lah yang menjaganya. Begitulah sedikitnya bagaimana novel ini membuat saya hanyut dalam keindahannya. Mulanya, bertahan untuk tetap membaca novel ini memang tak mudah. Gaya bahasanya yang sangat lembut membuat pembaca yang tak biasa dengan bacaan sejenis ini memerlukan sedikit waktu untuk beradaptasi. Selain itu, di bagian awal, dimunculkan tokoh-tokoh yang baru didengar oleh pembaca. Tapi percayalah, tidak butuh waktu yang lama untuk tersapu ombak lautan indahnya kisah dalam novel ini. Dengan mengharap Ridha Allah, dengan segala keterbatasan pembaca, rasanya nilai 9 dari 10 sangat layak dikantongi oleh Novel ini. Selamat menikmati kisah manis ini! đ&#x;˜Š
21
Bertumbuh: Sebuah buku yang layak dibaca oleh kaum millennials Inayatul Inayah
Judul
: Bertumbuh
Penulis
: Satria Maulana, dkk
Penerbit
: CV IDS
Ketebalan
: 297 halaman 22
Buku ini merupakan kumpulan sikap dan hikmah atas apa yang kebanyakan terjadi dalam hidup kita. Bagi yang sedang berada pada quartal life crisis buku ini sangat membantu dalam menghadapi serangkaian kekhawatiran dan kebimbangan dalam hidup. Buku ini banyak memberikan kita prespektif lain dalam menjalani hidup. Tergambar dari judul bukunya, buku ini menyadarkan kita untuk terus bertumbuh, yap bertumbuh menjadi manusia yang bermanfaat dan beradab. Buku ini mampu menyihir pembaca untuk sejenak berfikir dan merenung, kemudian berkata “iya, ini yang harusnya saya lakukan�. Melalui pengalaman dan pengamatan penulis, buku ini banyak menceritakan kisah dan pelajaran yang dapat diambil dari sebuah peritiwa yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebuah buku kontemplasi dalam menghadapi Quarter Life Crisis ini memiliki 5 bagian, yang menurutnya menjadi circiri orang bertumbuh, yaitu: 1.
Bangun pagi.
Berisi serangkaian cerita dan nasehat tentang bagaimana seseorang memiliki cita-cita untuk dicapai setiap hari. 2.
Fokus pada tujuan hidupnya.
Berisi serangkaian kisah dan nasehat tentang bagaimana
23
kita menjalani hidup, yaitu bukan pada “apa” atau “yang mana” jalan hidupnya, melainkan bagaimana cara menjalaninya. 3.
Tidak iri terhadap pertumbuhan hidup orang lain.
Berisi renungan terhadap diri atas hidup orang lain, alihalih ikut senang dan bahagia apabila ada orang lain yang meraih keberhasilan—dan justru terinspirasi untuk menjadi versi dirinya yang lebih baik. 4.
Banyak sedekah.
Berisi renungan dan nasehat tentang sikap kesadaran bahwa apa yang dimilikinya—entah harta, waktu, atau energi—bukanlah miliknya sendiri. 5.
Semakin bertambah keimanan, ketakwaan, dan rasa syukur.
Berisi nasehat tentang manusia sejatinya dengan semakin mengenal siapa dirinya, untuk apa diciptakan, dan kemana dia akan pulang. Mutiara Prawitasari, merupakan sosok yang paling banyak menuangkan gagasannya dalam bentuk narasi, pemikirannya mampu melahirkan inspirasi dalam penyikapan terhadap permasalahan diri, maupun penerimaan terhadap perubahan orang lain. Ia lebih banyak berbagi mengenai hablumminannas. Banyak dari 24
pemikiran penulis yang menohok hati pembaca, menyadarkan para pembaca, betapa kita sering tidak adil dengan diri sendiri maupun seringnya terjebak dengan pemikiran sendiri. Kurniawan Gunadi atau akrab dipanggil Mas Gun ini lebih banyak mengulik sisi penghambaan kita kepada sang maha khaliq, sisi kebaktian kita kepada orang tua maupun tanah kelahiran tercinta, yang selalu mengingatkan bahwa dunia ini fana dan sementara. Saat semua orang ingin berlomba menjadi orang yang luar biasa, ia memilih menjadi yang biasa, karena menurutnya yang paling utama adalah menjadi seseorang yang berperan, dimanapun kita berada, apapun konteks kehidupannya. Novie Octaviane Mufti, penulis satu ini banyak mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya. Ia lebih banyak menceritakan mengenai kesuksesan dan kegagalan dalam hidupnya. Melalui pengalamannya, ia menyampaikan bahwa ada banyak hikmah yang dapat kita ambil dari sebuah pengalaman, pengalaman sukses maupun gagal. Iqbal Hariadi, selain melalui pegalamannya, ia merupakan penulis yang lebih banyak mengambil makna dari film yang sering ditontonnya atau buku yang pernah dibacanya, kemudian merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ringan dan unik.
25
Satria Maulana, tak hanya melalui pengalaman pribadinya, ia mampu mengambil makna dari kisah yang dialami orang lain, bahkan kisah dari orang yang tak pernah dikenalnya sekalipun. Melalui kelima penulis diatas, buku ini mampu menyihir pembaca untuk terus merefleksikan apa yang ditulis dengan apa yang terjadi terhadap diri pembaca. Tidak untuk mengguri, buku ini mengajak kita untuk berjalan bersisian dan melakukan perenungan bersama bagaimana menjadi insan yang lebih baik. Bagi kamu yang sedang resah dan gelisah dalam menjalani hidup yang terasa begitu sulit, buku ini cocok sebagai teman berproses. Temukan jawaban atas keresahan hidup dan temukan sisi lain dari permasalahan yang terjadi dalam hidup. Selamat berproses. Selamat bertumbuh!
26
Belajar dari “The Five People You Meet in Heaven” Nurul Aisyah Salman
Judul
: The Five People You Meet in Heaven
Penulis
: Mitch Albom
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Ketebalan
: 202 halaman
27
Sisi menarik dari buku yang ditulis Mitch Albom ini diawali dengan bab berjudul “TAMAT� yang berisi tentang pernyataan bahwa semua akhir pada hakikatnya merupakan permulaan. Bab-bab dibagian awal menjelaskan seputar kehidupan dan karakter Eddie yang bekerja sebagai seorang teknisi wahana di sebuah taman hiburan bernama Ruby Pier. Digambarkan bahwa saat kematiannya terjadi, Eddie merupakan lelaki tua yang kekar namun harus memakai tongkat saat berjalan. Kakinya terluka saat menjadi tentara dalam sebuah peperangan. Eddie meninggal saat berusaha menyelamatkan seorang gadis kecil ketika terjadi kecelakaan wahana di taman hiburan tempatnya bekerja. Saat dia meninggal, di alam baka Eddie bertemu dengan lima orang yang berperan penting dalam hidupnya. Masing-masing individu itu memberikan makna tersendiri dalam “hidup baru� yang dijalani Eddie di alam baka. Perlu ditekankan bahwa buku ini bukan bertemakan horror ataupun thriller hanya karena diawali dengan cerita kematian. Namun lebih kepada awal kehidupan baru saat manusia itu meninggal. Secara pribadi, hal yang membuat buku ini menyenangkan untuk dibaca diantaranya karena alur ceritanya yang majumundur. Pembaca digiring untuk memperhatikan hal-hal kecil yang bila berpindah ke halaman selanjutnya memiliki
28
keterkaitan satu sama lain. Selain itu, translate Bahasa Indonesianya juga tidak mengurangi makna dari teks aslinya yang berbahasa Inggris yang dalam beberapa kasus buku terjemahan yang kurang pas ini sangat mengganggu. Diantara itu semua adalah beragai pelajaran yang disampaikan melalui orang-orang yang ditemui tokoh utama saat berada di alam baka. Pelajaran pertama membahas tentang “Tidak ada kejadian yang terjadi secara acak. Bahwa kita semua saling berhubungan” yang disampaikan oleh Si Orang Biru. Si Orang Biru sendiri merupakan korban yang meninggal akibat serangan jantung saat Eddie kecil dan teman-temannya tidak sengaja mengagetkan dia ketika bermain lempar-lemparan bola bisbol. Hal ini membuat saya pribadi berfikir bahwa terkadang ada beberapa hal yang kita anggap sepele namun ternyata berdampak besar bagi lingkungan sekitar, termasuk hidup orang lain. Jadi penting sekali untuk mempertimbangkan dampak perbuatan kita namun tidak berarti bahwa kita “terjebak dalam pikiran”sehingga tidak melakukan apa-apa. Karena tidak melakukan apa-apa pun akan memberi dampak. Dalam akhir bab pelajaran pertama ini hal yang juga saya garis bawahi adalah pernyataan Si Orang Biru berisi “Tidak ada kehidupan yang sia-sia. Satusatunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira kita hanya sendirian”.
29
Pelajaran kedua disampaikan oleh seseorang yang Eddie panggil Kapten saat berada di medan perang. Kapten meninggal saat mencoba menyelamatkan pasukannya (yang di dalam pasukan itu juga ada Eddie). Pesannya berisi “Pengorbanan adalah bagian dari kehidupan. Kadangkadang kalau kau mengorbankan sesuatu yang berharga, kau tidak sungguh-sungguh kehilangan itu. Kau hanya meneruskannya pada orang lain�. I underline these sentences twice in my book. Pelajaran ketiga didapatkan Eddie dari Ruby, wanita tua yang namanya diabadikan menjadi taman hiburan tempatnya bekerja. Pesan pertama saat Ruby bertemu dengan Eddie adalah kau mendapat kedamaian setelah kau berdamai dengan dirimu sendiri. Kehadiran Ruby lebih kepada bagian dalam upaya Eddie mencoba memaafkan masa lalu Eddie yang kurang menyenangkan bersama ayahnya. Dibagian akhir bab ini Ruby juga berpesan, “menyimpan rasa marah adalah racun. Kita mengira bahwa kebencian merupakan senjata untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Namun kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, kita lakukan terhadap diri sendiri. Dari sini saya berfikir bahwa untuk merelakan hal-hal di masa lalu, hal yang baiknya kita lakukan bukan dengan memaksa diri untuk melupakan. Namun lebih utama untuk memaafkan dan mengikhlaskan. Bagi beberapa orang, 30
memaafkan/mengikhlaskan mungkin akan memakan waktu cukup lama namun itu bisa membuat kita belajar dari rasa tidak nyaman yang pernah dilalui. Yakin bahwa apapun yang sudah terjadi merupakan bagian dari pembelajaran hidup. Dibanding harus memaksakan diri untuk melupakan yang secara tidak langsung juga akan membuat kita kembali untuk mengingat. Kalau istilah anak zaman now #LupaNamaIngatRasa. Pelajaran keempat Eddie dapatkan melalui istrinya yang lebih dulu meninggal sebelum dirinya, Marguerite. I can say this chapter is my favorite one. Yup benar, isinya membahas tentang cinta. Dalam bab ini, beberapa kutipan yang saya tandai berisi sebagai berikut, “Cinta yang hilang tetap cinta, Eddie. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Kau tidak lagi mampu melihat senyumnya, atau membawakannya makanan, atau sekedar mengacak-acak rambutnya, atau berdansa dengannya. Namun ketika inderaindera itu melemah, indera-indera lain menguat. Kenangan. Kenangan menjadi pasanganmu. Kau memeliharanya. Kau mendekapnya. Kau berdansa dengannya. Kehidupan harus berakhir, namun cinta tidak�. I can tell you more about this chapter but I am afraid we will never stop hahaha. ‘Cause I love it.
31
Selanjutnya adalah pelajaran terakhir yang Eddie dapatkan di alam baka. Bagian awal bab pelajaran kelima ini sangat menarik dengan penggalan kalimat “kesunyian jadi terasa lebih mencekam ketika kau tahu kesunyian itu sendiri tak akan terpecahkan�. Untuk pesan yang kelima ini tidak disampaikan secara langsung seperti pada empat orang diawal. Namun lebih kepada sikap yang ditunjukkan oleh orang kelima yang ditemui Eddie, anak kecil bernama Tala. Tala adalah gadis kecil yang dulunya ingin Eddie selamatkan saat di medan perang namun gagal sehingga Tala meninggal dalam kebakaran yang besar. Saat bertemu dengan Tala, Eddie mengutarakan permintaan terdalamnya dan segala penyesalannya. Namun, Tala menjelaskan (dengan penggambaran dialog anak-anak) bahwa pada hakikatnya Eddie adalah orang yang baik karena selalu ramah dan suka menghibur anak kecil. Dan Tala akhirnya menjelaskan selamat atau tidaknya anak kecil yang berusaha Eddie selamatkan di akhir masa hidupnya saat bekerja di taman hiburan. Secara pribadi, saya sangat puas membaca buku ini. Ini hanya sebagian kecil kutipan dan poin-poin menarik yang diuraikan dalam buku. Buku ini dapat menjadi referensi untuk dibaca saat bersantai sambil mendapatkan pembelajaran hidup. Meskipun mungkin bagi beberapa pembaca akan kurang tertarik dengan tema yang membahas tentang “kehidupan setelah mati�. Namun 32
terlepas dari itu semua, buku ini merupakan bacaan ringan yang berbobot tinggi.
33