6 minute read

Literasi Sains Sebagai Solusi Ketahanan Energi Indonesia Dalam Dunia Pendidikan

Literasi Sains Sebagai Solusi Ketahanan Energi Indonesia Dalam Dunia Pendidikan

Widya Oktavia

Advertisement

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun sumber daya alam non hayati. Potensi kekayaan alamnya meliputi kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan alam lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia (Ridwan, 2015). Menurut Rostow untuk memperoleh kemakmuran, pembangunan suatu Negara harus diarahkan dengan cara melakukan perubahan dari masyrakat tradisional menjadi modern (Solivetti, 2005). Hal ini menegaskan bahwa memiliki kekayaan yang besar belum jamin suatu negara akan menjadi modern, karena perlu adanya didukung dengan masyarakat yang cerdas dalam memanfaat sumber daya alam yang berlimpah yang dimiliki.

Indonesia masa depan memiliki banyak keutungan bonus demografi (BKKBN, 2015). Menurut Sri (2015 ) mengemukakan Indonesia akan menikmati bonus demografi pada periode 2020-2030 . Pada saat itu indonesia akan memiliki usia produktif dua kali lipat dibandingkan dengan usia non

produktif. Hal ini juga didukung pada tahun 2016 data BPS mencatat bahwa jumlah pemuda indonesia 62.061.400 jiwa. Jadi bisa dikatakan 1 dari 4 orang adalah pemuda. Berdasarkan data statistic dan penemuan ilmiah yang dilakukan menegaskan bahwa Indonesia memiliki kesempatan besar dalam meningkatkan kualitas Negara dengan bonus demografi.

Bertitik tolak kondisi demografi Indonesia. Indonesia harus mampu membuat perencanaan jangka panjang dalam menikmati bonus demografi ini. Para Generasi muda yang sekarang masih sekolah tentu 10 tahun kedepan akan menjadi pemimpin. Berdasarkan hasil riset PISA tersebut menjadi pelajaran penting khususnya untuk Indonesia. Mempersiapkan generasi yang mampu menjaga ketahanan energi adalah sesuatu hal yang sangat penting, tidak ada jaminannya memiliki sumber energi yang berlimpah membuat ketahanan energi suatu Negara akan stabil. Menurut (Dewan Energi Nasional, 2015) mengemukakan tren perkembangan global masa depan: sistim ketenagalistikan, energi terbarukan. Revolusi Mental, upaya peningkatan kualitas, daya saing Sumber Daya Manusia (SDM), Ketahanan Energi Nasional (KEN).

Energi merupakan salah satu kajian yang sangat penting bagi kehidupan. Hampir seluruh aktivitas manusia dapat

terlaksana karena dukungan dari energi. Energi yang umumnya digunakan adalah energi listrik dan bahan bakar energi fosil. Namun menipisya cadangan bahan bakar fosil yang mengakibatkan kelangkaan energi dan meningkatnya polusi udara yang mengakibatkan pemanasan global yang disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Berdasarkan data statistik perkembangan jumlah kendaraan bermotor tahun 2000, sebesar 18.975.344 juta meningkat menjadi 85.601.351 juta pada tahun 2011 (BPS, 2011), semakin menambah kelangkaan energi yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan ketahanan energi agar persedian energi di masa mendatang tetap terjamin.

Pemuda sebagai aset bangsa memiliki pengaruh penting dalam kemajuan Negara. Sebagai aset bangsa mereka harus memiliki kemampuan yang tinggi guna menciptakan kestabilan kehidupan di masa yang akan datang termaksuk energi melalui segala bidang yang ada salah satunya adalah dengan pendidikan. Salah satu solusi untuk menjaga ketahanan energi ini dibidang pendidikan adalah dengan menggunakan Literasi Sains kepada siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Program For International Student Assesment (PISA, 2015) Indonesia menemapati urutan 62 dari 74 Negara dalam penggunaan

literasi SAINS dengan perolehan point 403, sedangkan point yang tertinggi diperoleh oleh Singapore mendapatkan 556 Point. Menurut (Suragangga, 2017) Literasi SAINS adalah Kemampuam melek siswa terhadap isu isu lingkungan yang berada di lingkungannya, Seperti Kemampuan siswa dalam mengelola air, kemampuan siswa peduli terhadap energi, tidak menggunakana energi secara berlebihan.

Literasi SAINS memiliki hubungan yang sangat erat dengan ketahanan energi dalam suatu negara, contohnya Negara Singapore memiliki point tertinggi 556 dalam penggunaan literasi SAINS mampu menjadi Negara yang dalam pengelola energinya sangat efektif dan efisien. Sebagaimana yang dikemungkakan oleh Sovacool (2016) bahwa terdapatnya hubungan antara ketahanan energi, konsep pengelolaan energi dengan perkembangan literasi di negara Singapore, Japan,dan Amerika. Hal ini menegaskan konsep Negara industri harus diberikan bekal kepada generasi muda dalam bentuk pembelarjan literasi SAINS. Menurut Sovacool (2016) suatu Negara harus bisa meningkatkan literasi Sains dalam bidang energinya agar mampu menjaga ketahanan energy di Negara tersebut. Sebagai generasi muda tentu masa depan Negaranya ditentukan sikap yang sudah di ambil sejak kecil. Ketika generasi muda hanya bisa mengahabiskan energi

tanpa menemukan solusi dalam mengganti energi yang dipakai maka tidak ada jaminan masih tersedianya energi untuk generasi selanjutnya, dan begitu juga generasi muda yang mampu dalam menentukan energi terbaru tetapi tidak ramah dalam lingkungan, maka akan menjadi Negara energi belimpah namun tidak sehat untuk ditempati. Menurut Chang (2015) ketahanan energi harus didukung oleh masyarakat yang bijaksana dalam menyikapi lingkungan. Seperti Singapore yang menerapakan ketahanan energi berdasarkan pentingnya ekonomi dan penghijauan lingkungan, Singapore menjadi Negara industri, namun tetap ramah lingkungan.

Literasi Sains menurut PISA dapat dicirikan dalam 4 aspek yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu aspek Konteks, Aspek Pengetahuan, Aspek Kompetensi, dan Sikap Sains. (OECD, 2015). Aspek Konteks mengarahkan peserta didik untuk menggali situasi dalam kehidupan yang melibatkan sains dan tekonologi. Aspek Pengetahuan mengarahkan peserta didik untuk memahami alam atas dasar pengetahuan ilmiah yang mencangkup pengetahuan alam dan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan itu sendiri. Aspek Kompetensi dalam Literasi Sains PISA memberikan prioritas terhadap beberapa kompetensi yaitu: 1).Mengidentifikasi Isu Ilmiah; 2).Menjelaskan fenomena ilmiah; 3).Menggunakan

bukti ilmiah untuk menarik kesimpulan. Aspek Sikap Sains menunjukkan minat dalam ilmu penegtahuan, dukungan untuk penyelidikan ilmiah dan motivasi untuk bertindak secara tanggungjawab misalnya terhadap sumber daya alam dan lingkungan (Perwitasari, 2016).

Empat aspek dalam literasi sains yang akan mampu mendorong pembentukan karakter peserta didik yang dengan permasalahan yang ada dilingkungannya yaitu: 1.Sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body fo knowledge), 2.Sains sebagai cara untuk menyelidik (way of investigations), 3.Sains sebagai cara berpikir (way of thinking), 4.Dan interaksi antar sains , teknologi dan masyarakat (interaction between science, technology and society) (Rusmiyati, 2017). Penggunaan literasi sains ini dalam dunia pendidikan sebenarnya harus dimulai sedini atau sekitar Sekolah Dasar atau SD. Leeper mengemungkakan alasan kenapa literasi sains harus dikenalkan sedini mungkin adalah (Rusmiyati, 2017):

 Agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi melalui penggunaan metode sains, sehingga mereka terampil dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada dilingkungannya.

 Agar peserta didik memiliki sikap yang ilmiah misalnya tidak cepat mengambil keputusan yang akibatnya dapat membahayakan lingkungan sekitar, berhati-hati terhadap informasi yang diterima, dan melihat suatu kejadian dari berbagai sudut pandang.

 Agar peserta didik dapat berminat dan tertarik untuk mengahayati sains yang berada di lingkungannya.

Masalah energi sudah seharusnya menjadi perhatian bersama, khusunya kaum intelektual untuk secara bersamasama memberikan solusi dalam menjaga ketahanan energi Indonesia. Ketahanan energi tidak hanya berbicara tentang bagaimana cara menemukan energi baru, tetapi juga mempersiapkan generasi penerus yang mampu dan bijak menjaga ketahanan energi melalui dunia pendidikan Berdasarkan riset yang diuraikan di atas Indonesia mengalami krisis dalam sikap menghargai energi, tidak ada jaminannya energi akan selalu tersedia di masa depan. Sedangkan pada tahun 2020-2030 Indonesia akan medapatkan bonus demografi.

Pemerintah jangan lupa bahwa pendidikan adalah asset terbesar dalam mempersiapkan generasi di masa depan. Jangan hanya sibuk berlomba- lomba dalam menemukan energi alterrnatif saja. Tetapi yang paling penting adalah pemerintah

harus memikirkan jangka panjang mempersiapkan rakyatnya yang cerdas dan juga memiliki sikap peduli dengan lingkungan sekitar, tidak hanya mengambil energi saja tetapi juga membuat energi yang ramah dengan lingkungan dan mampu mempertahankan energi di masa yang akan datang. Diharapkan dengan adanya Literasi Sains yang ditawarkan oleh dunia pendidikan ini menjadi solusi jangka panjang bagi Indonesia dalam menangani masalah mengenai energi yang kian hari kian habis, yaitu dengan mempersiapkan peserta didik yang berkarakter dan bijak dalam menciptakan ketahanan energi di Indonesia dengan menggunakan Literasi Sains dan tetap peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

Referensi

[1] Bilgen, S. 2014. Structure and environmental impact of global energy consumption. Renewable and Sustainable Energy

Reviews. https://doi.org/10.1016/j.rser.2014.07.004

[2] BKKBN. 2015. Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam

Menggapai Bonus Demografi. Jurnal Populasi. https://doi.org/2101018

[3] BPS Indonesia 2011

[4] Chang, Y. 2015. Energy and Environmental Policy. The

Singapore Economic Review. https://doi.org/10.1142/S0217590815500393

[5] Dewan Energy Nasional. 2015. Ketahanan Energi Indonesia.

Dewan Energy Nasional. https://doi.org/10.1109/SYSCON.2015.7116743

[6] Perwitasari, Titis. 2016. Peningkatan Literasi Sains Melalui Pembelajaran Energi Dan Perubahannya Bermuatan Etnosains Pada Pengasapan Ikan. Journal. Universitas Negeri Semarang

[7] OECD. 2015. PISA 2015: Results in focus. Pisa 2015. https://doi.org/10.1787/9789264266490-en

[8] PISA. 2013. PISA 2015 Draft Science Framework. Oecd. https://doi.org/10.1177/0022146512469014

[9] Ridwan, mohammad. 2015. Kampung Wisata Nelayan Di

Tambak Lorok Semarang Dengan Pendekatan Eco Friendly.

Canopy: Journal of Architecture.

[10] Rumiyanti, Evi.dkk. 2017. Penggunaan Bahan Ajar Berbasis

Literasi sains Terhadap Pemahaman Konsep Pada Materi

Pencemaran Lingkungan. Journal. Universitas PGRI

Semarang

[11] Sovacool, B. K. 2016. Differing cultures of energy security: An international comparison of public perceptions. Renewable and

Sustainable Energy Reviews. https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.10.144

[12] Suragangga, I. M. N. 2017. Mendidik Lewat Literasi Untuk

Pendidikan Berkualitas. Penjaminan Mutu.

This article is from: