4 minute read
Energi untuk Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan
Energi untuk Indonesia: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan
Aufa Maulida Fitrianingrum
Advertisement
Energi merupakan salah satu hal pokok dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2007, energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Sejak dulu hingga sekarang, banyak negara mengembangkan sumber energi agar mampu menghasilkan efisiensi yang maksimal.
Sumber energi dibagi menjadi dua jenis yaitu sumber energi tak terbarukan dan terbarukan. Sumber energi tak terbarukan merupakan sumber energi yang sulit untuk diperbarui karena proses pembentukannya yang lama seperti batu bara, gas bumi, dan minyak bumi yang berasal dari fosil. Sumber energi terbarukan yaitu sumber energi yang mudah untuk dibuat atau diperbarui. Dewasa ini, banyak dilakukan pencarian energi terbarukan untuk mengganti energi bahan bakar fosil.
Energi Masa Dulu hingga Sekarang
Sumber energi pertama kali yang digunakan manusia yaitu kayu, angin, dan air yang digunakan untuk memasak, pertukangan, pengangkutan, dan penggilingan. Pada abad 13, batu bara mulai dikenalkan sebagai sumber panas menyusul minyak bumi dan listrik pada abad 19.
Sampai abad 21 ini, baik di Indonesia maupun negara lain, penggunaan bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi) masih mendominasi pasar energi. Pada sektor minyak bumi, Indonesia mengalami masalah ketahanan energi akibat penurunan jumlah lifting (produksi) minyak bumi. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Tren Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia 1998-2014 (Roziqin, 2015)
Produksi bahan bakar fosil yang tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat seperti pada Gambar 1 akan mengakibatkan berbagai masalah energi apabila tidak segera dicari solusi alternatif.
Energi Terbarukan untuk Masa Depan
Terletak di daerah khatulistiwa, menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi termasuk dalam sumber energi terbarukannya. Salah satu potensi terbesar adalah energi surya.
Gambar 2. Potensi Energi Surya di Indonesia Tahun 2017 (www. solargis.com)
Dengan besar radiasi penyinaran rata-rata 4,8 kWh/m2 , Indonesia dapat memanfaatkannya dalam bentuk solar thermal (aplikasi pemanasan) maupun solar photovoltaic (pembangkit listrik). Hambatan utama pembuatan pembangkit listrik tenaga surya adalah biaya investasi yang masih relatif mahal dan beberapa bahan baku komponen sel surya yang masih harus diimpor. Apabila dapat dikembangkan industri sel surya lokal, maka akan sangat strategis dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di masa mendatang. Di samping itu, kebijakan feed in tariff yang menarik bagi investor juga menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan investasi swasta dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (Suprayogi, 2016).
Menurut Kholiq (2015), beberapa potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia yaitu energi panas bumi, air, tumbuhan (bio energi), energi samudera/laut, fuel cell, angin, surya, panas bumi, dan nuklir. Jaelani (2017) memaparkan bahwa bentuk energi terbarukan telah dituliskan dalam AlQuran seperti
1. Soil, Water and Vegetation (Al-An’am, 6: 95; Al-Hijr, 15: 22; Al-
Nahl, 16: 11-13; Yasin, 36: 34)
2. Land and Marine Transport (Al-Hajj, 22: 65; Al-Mu’minun, 23: 21-22; Al-Rum, 30: 46; Al-Fathir, 35: 12)
3. Mineral and their manufacture (Saba', 34: 10 dan 12; Al Hadid, 57: 25)
4. Fuel (Yasin, 36: 80; Al-Waqi'ah, 56: 71-73)
5. Animal Transport and Produce (Al-Nahl, 16: 81; Al-Hajj, 22: 65;
Al-Mu’minun, 23: 17-22; Yasin, 36: 71-73; Al-Zukhruf, 43: 12;
Al-Jatsiyah, 45: 12)
6. Minerals and Their Manufacture (Al-Baqarah, 2: 164; Al-A’raf, 7: 57; Al-Hijr, 15: 22; Al-Isra’, 17: 11-12; Al-Rum, 30: 48-49;
Fathir, 35: 9)
Agar dapat dirasakan tak hanya bagi masyarakat sekarang namun juga untuk masa depan bangsa, pengelolaan potensi sumber energi harus diolah dengan benar dan tidak dilakukan eksploitasi secara besar-besaran. Pelestarian alam tetap wajib dilakukan untuk menjaga ketahanan sumber energi. Salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menanam satu pohon untuk masa depan. Dalam usaha agar memelihara lingkungan, Rasulullah menekankan kepada para sahabat beliau:
ﺎﻬﺳﺮﻐﻳ ﺎﻬﺳﺮﻐﻴﻠﻓ ﻰﺘﺣ ﻡﻮﻘﺗ ﻻ ﻥﺃ ﻉﺎﻄﺘﺳﺍ ﻥﺈﻓ ﺔﻠﻴﺴﻓ ﻢﻛﺪﺣﺃ ﺪﻳ ﻲﻓ ﻭ ﺔﻋﺎﺴﻟﺍ ﺖﻣﺎﻗ ﻥﺇ
“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat maka hendaklah dia menanamnya.” (HR. Imam Ahmad 3/183, 184, 191, Imam AthThayalisi no.2068, Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479 dan Ibnul Arabi di kitabnya Al-Mu’jam 1/21 dari hadits Hisyam bin Yazid dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu).
Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang tertuang dalam Instruksi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan INS.1/MENLHK/PDASHL/DAS.1/8/2017. Program tanam pohon ini sangat baik untuk dilaksanakan oleh setiap masyarakat. Mengingat Indonesia merupakan paru-paru dunia, maka kelestarian alam wajib dijaga. Bukan hanya untuk keindahan, namun terlebih bagi kemaslahatan umat manusia.
Selain melakukan konservasi alam, pengembangan riset dan penciptaan teknologi untuk menemukan sumber energi terbarukan juga sangat penting untuk terus dilakukan. Disamping itu, upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan mengonsumsi energi dengan efisien dan tidak boros.
Seperti yang diungkapkan oleh James Redfille, “jika ingin mengubah dunia, maka ubahlah dirimu terlebih dahulu.” Untuk memperbaiki dunia, maka perbaiki diri sendiri. Mematikan lampu saat tidak dipakai adalah salah satu hal kecil yang dapat dilakukan.
Referensi
[1] Jaelani, A. 2017. Kebijakan Energi Baru Terbarukan di
Indonesia: Isyarat Ilmiah Al-Qur’an dan Implementasinya dalam Ekonomi Islam. Annual International Conference on
Islamic Studies (AICIS) 2017.
[2] Kholiq, I. 2015. Pemanfaatan Energi Alternatif sebagai
Energi Terbarukan untuk Mendukung Subtitusi BBM. Jurnal
IPTEK. Volume 19 (2). Hlm: 75-91.
[3] Roziqin. 2015. Pengelolaan Sektor Minyak Bumi di
Indonesia Pasca Reformasi: Analisis Konsep Negara
Kesejahteraan. Jurnal Tata Kelola & Akuntabilitas Keuangan
Negara. Volume 1 (2). Hlm: 128– 140
[4] Suprayogi, M. 2016. Jurnal Energi 2. Jakarta: Kementerian
Esdm.
[5] www. solargis.com