5 minute read

Menjadi Pemuda yang Sadar Diri

Menjadi Pemuda yang Sadar Diri

Rifqi Zahroh Janatunaim

Advertisement

Sebagai warga negara Indonesia, tentunya kita sudah memahami bahwa bangsa ini dikenal dengan image pemerintahan yang penuh kontroversi dan tidak pro terhadap karya anak bangsa. Tak perlulah kita mengulik terlalu dalam untuk membuktikan hal tersebut, cukup kisah pesawat Pak Habibie yang hanya menjadi kisah sejarah di Indonesia, dan justru laris manis di negara seberang. Lalu berbagai cerita dari peneliti yang berjuang keras untuk memberikan karyanya cumacuma untuk negara, tetapi hanya dipandang sebelah mata. Atau sesederhana kartun anak-anak yang harus diimpor dahulu di negerinya sendiri baru bisa diterima. Hingga serumit teknologi serbaguna yang boleh jadi dicuri tanpa diketahui pemiliknya. Betapa miris dan lucunya negeri ini.

Berbagai cerita tersebut berdatangan dalam surat kabar atau media sosial, baik yang dapat dipertanggungjawabkan, yang hanya mencari sensasi untuk memantik kemarahan, atau sebagai upaya membangunkan pemuda dari tidurnya. Persepsi tersebut bergantung pada sudut pandang mana yang dapat diambil. Dalam konteks ini, kita berbicara mengenai pemuda

dalam lingkup perkuliahan, yang disebut sebagai mahasiswa. Pemuda dalam kategori ini dianggap lebih berpengalaman dan penuh integritas. Mereka dituntut untuk lebih bijaksana dalam bersikap. Tidak hanya dalam menangkap sebuah fenomena yang ada tetapi juga langkah dalam menyikapi permasalahan tersebut.

Pemuda dianggap memiliki kemampuan berpikir yang kuat dan semangat dipuncak, sehingga pemuda seharusnya memiliki kemampuan yang lebih untuk memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar, bukan hanya sekedar mengurusi remeh temeh urusannya secara individualis. Semisal saja dalam lingkup masyarakat kecil seperti keluarga, pemuda seharusnya mampu memberikan gagasan dalam musyawarah keluarga dan bagaimana gagasan itu dapat memberikan pengaruh bagi anggota keluarga yang lain. Sebagai contoh, saat seorang individu memberikan masukan kepada orang tuanya mengenai cara beribadah yang baik, atau mengajarkan saudara sekandung mengenai norma yang diterapkan di masyarakat. Berbagai hal kecil ini seharusnya menjadi sebuah motivasi yang kuat untuk menyadarkan diri bahwa pemuda juga memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi di masyarakat secara luas yang berimbas pada pemerintahan di kemudian hari.

Hal yang menjadi urgensi saat ini adalah bagaimana menumbuhkan pemikiran bahwa pemuda memiliki kemampuan yang tinggi untuk memberikan suatu perubahan bagi bangsa, serta bagaimana pemuda itu dapat keluar dari zona individualis yang hanya mementingkan kehidupan pribadi dan masa depan mereka sendiri. Sesungguhnya pemikiran tersebut dapat dimulai dari bidang pendidikan. Konteks pendidikan ini mengacu pada pendidikan tangkat perkuliahan dimana seorang pemuda sudah dianggap matang dan bebas dalam menentukan masa depan mereka. Secara umum, pemuda cenderung memilih bidang perkuliahan yang dapat menunjang masa depan, meningkatkan ilmu tertentu, dan mendukung karir di kemudian hari. Sangat jarang ditemui pemilihan yang didasarkan pada keinginan luhur untuk bermanfaat dan memberikan kontribusi keilmuan untuk menyelesaikan permasalahan sekitar atau memajukan negeri tercinta. Lalu pertanyaannya, apakah pemikiran ini dapat diubah sedemikian rupa ?.

Tentu yang demikian itu menjadi sebuah tugas besar bagi pemuda itu sendiri, agar secara individual mampu mengubah persepsi dan mampu menularkan persepsi tersebut kepada pemuda yang lain. Perubahan pemikiran dapat dimulai dengan meluruskan niat terlebih dahulu dengan menanyakan pada diri sendiri mengenai alasan menimba ilmu dan dampak

dikemudian hari terhadap langkah tersebut. Contoh kecil yang dapat menjadi perhatian adalah jangan sampai langkah tersebut justru menambah deretan pengangguran di negara sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan kepekaan terhadap permasalahan yang timbul di lingkungan sekitar bahwa cukupkah ilmu yang dimiliki untuk memberikan solusi, atau perlukah meningkatkan bidang keilmuan untuk berkontribusi secara lebih mendalam. Melalui kepekaan tersebut, maka keinginan untuk melakukan perubahan akan sedikit demi sedikit timbul dalam diri yang akan dibawa sampai ranah pemilihan bidang studi. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi, alangkah lebih konkrit penerapan ilmu yang dimiliki diberbagai lini pemerintahan dan meningkatkan daya guna para pemuda.

Setelah tercapai kepekaan terhadap lingkungan, maka hal yang diharapkan selanjutnya adalah kemampuan untuk membumikan ilmu yang setinggi langit kepada masyarakat awam untuk mengetahui manfaat dari inovasi yang sudah kita lakukan selama masa perkuliahan. Hal ini harus dilaksanakan secara seksama sebab keberagaman budaya dan tingkat pendidikan dapat menjadi kendala tersendiri dalam penerapan inovasi. Namun demikian, apabila sedari awal pendidikan sudah dibangun dengan dasar kontribusi atas kondisi di masyarakat, maka aplikasi keilmuan tersebut dapat lebih mudah

dilaksanakan. Selain itu, peran pemuda disini juga menjembatani antara realita di masyarakat dengan kondisi di pemerintahan, dengan tetap fokus dan berimbang. Dengan ilmu, pemuda lebih mudah untuk masuk ke dalam ranah pemerintahan, sehingga kebijakan dapat disesuaikan dengan fakta yang ada di masyarakat.

Pada era ini, pemerintah sendiri sudah mulai memberikan ruang kepada pemuda untuk dapat berkontribusi nyata dalam menjawab permasalahan bangsa melalui berbagai bantuan pendidikan. Terlepas dari realisasi dan dukungan terhadap keilmuan tersebut dikemudian hari, pemerintah sudah berupaya melibatkan pemuda untuk masuk ke dalam ranah yang lebih luas. Dengan demikian, pemuda ini haruslah sadar diri bahwa pendidikan bukan hanya melulu masalah mengejar karir dan gengsi semata, melainkan ada jutaan keringat rakyat yang mengalir dalam langkah mereka menimba ilmu. Rakyat yang berharap penuh kepada pemuda pilihan untuk membawa mereka ke dalam kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya. Sehingga dalam perjalanannya, pemuda tidak hanya bertanggungawab untuk menuntaskan kredit semester dengan nilai memuaskan, namun demikian juga mampu berkontribusi dengan memaksimalkan karya keilmuan untuk negara, misalnya dengan penelitian yang dapat memberi manfaat ketika

diaplikasikan dikemudian hari. Kemudian juga mampu berkontribusi dengan membangun sinergi dibidang keilmuan lain untuk menjawab fenomena masyarakat secara lebih luas dan mendalam Hal ini dapat dimulai melalui berbagai kegiatan organisasi maupun keilmuan yang melibatkan banyak bidang. Sehingga, inti dari segala kegiatan pendidikan adalah untuk kebermanfaatan bagi masyarakat dan negara.

Keterikatan pemuda pada lingkungan sekitar juga dapat memberikan manfaat bagi pemuda untuk menghidarkan diri dari kebosanan individual yang hanya melulu menjalani sebuah tahapan pendidikan, pekerjaan, atau rumah tangga. Sehingga pemuda tersebut dapat meningkatkan kebermanfaatan diri dengan turut andil menjadi agen perubahan, Setelah mampu untuk berkontribusi ke masyarakat, pemuda diharapkan untuk memberikan pengaruh kepada pemuda yang lain. Di era milenial ini, seorang pemuda dapat lebih bebas untuk mengekspresikan diri dan menggerakan pemuda lainnya. Melalui media social, seorang individu mampu memotivasi individu lain untuk sadar diri bahwa mereka memiliki

kemampuan lebih dari sekedar membangun masa depannya secara individual, tetapi juga bisa menjadi agen perubahan yang berperan langsung dalam memberikan ruang yang layak untuk masyarakat dan juga diri mereka yang ada didalamnya. Dengan

pergerakan pemuda, keberhasilan pemerintah dalam mengatasi permasalahan dapat tercapai dengan damai, kemandirian bangsa dapat diraih, dan kemajuan negara dapat digapai dikemudian hari.

This article is from: