5 minute read

Catatan Diri tentang Makna Kontribusi Bagi Negeri

Catatan Diri tentang Makna Kontribusi Bagi Negeri

Rahmiati Rusli

Advertisement

Peran pemuda bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi, pemuda bisa berperan sebagai pembawa harapan namun di sisi lainnya bisa berubah menjadi pembawa bencana. . Kekhasan pemuda adalah kumpulan individu yang penuh energi dan ide, keberanian dalam pengambilan keputusan, serta banyak potensi yang powerful yang dapat di wadahi dengan mengarahkan kearah pemikiran yang bermakna demi kehidupan yang lebih baik. Pemuda juga merupakan bom waktu malapetaka yang akan menambah panjang angka pengangguran, kemiskinan, serta ketimpangan di peradaban.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang di prediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 20302040. Masa dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 1564 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa (www.bappenas.go.id). Penduduk usia produktif tersebut di dominasi oleh pemuda. Hal ini sesuai

dengan rujukan Undang-Undang No.40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Generasi muda didefinisikan sebagai warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. (www.kemenpora.go.id).

Indonesia dapat memetik manfaat yang maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja (www.bappenas.go.id). Peningkatan Pendidikan dan keterampilan menjadi beberapa faktor yang dapat melesatkan potensi pemuda demi kemajuan bangsa.

Dari berbagai macam hal menggiurkan tentang bonus demografi, terdapat pula beberapa hal yang harus di waspadai. Dengan meningkatnya populasi usia produktif, haruslah selaras dengan dengan peningkatan jumlah penyediaan lapangan pekerjaan. Bila hal ini tidak dapat direalisasikan maka berpotensi menyebabkan peningkatan angka pengangguran, kemiskinan yang semakin massive serta memperlebar kesenjangan sosial. Peningkatan kapasitas kompetensi populasi usia produktif juga di perlukan guna mendapaatkan kualitaas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompetensi dan memiliki

daya beli yang maksimal. Peningkatan bukan semata-mata dalam hal kuantitas saja dari segi jumlah populasi usia produktif, namun juga di dukung oleh kualitas populasi usia produktif yang mempuni.

Di kutip dari Tirto.id, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia selama Februari 2017 hingga Februari 2018. Berdasarkan data yang disampaikan BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan universitas naik sebesar 1,13 persen dibandingkan Februari 2017. Dari 5,18 persen menjadi 6,31 persen. Kondisi lulusan Universitas yang di harapkan memiliki kompetensi lebih baik di bandingkan lulusan sekolah menengah, malah menjadi penyumbang angka pengangguran lebih besar di Indonesia.

Pemuda Indonesia dengan berbagai macam potensi yang dimilikinya, sudah selayaknya memaksimalkan ikhtiar guna peningkatan kapasitas diri dalam membangun negeri. Berbagai upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan menjadi wirausaha muda. Menurut Albinsaid Gamal yang di kutip dari portal online kompasiana menyatakan bahwa jumlah wirausaha di Indonesia masih sangatlah kecil di bandingkan dengan negara seperti Singapura. Padahal kegiatan wirausaha menjadi sumber dan penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini menjadi selaras dengan fakta bahwa banyak

alumni universitas yang berlomba-lomba menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam setiap perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) setiap tahunnya dibandingkan menjadi wirausaha. Wirausaha menjadikan pemuda berorientasi pada pencetak lapangan pekerjaan, bukan pada mencari pekerjaan.

Beberapa contoh upaya dilakukan oleh pemuda Indonesia untuk berkontribusi bagi Indonesia di antaranya gerakan “Belajar di Kota, Mengabdi di Desa”. Gerakan ini memfokuskan pada kontribusi pemuda dalam membangun daerah asal dengan ilmu yang telah di peroleh selama masa perkuliahan di perantauan. Hal ini dapat menggerus laju urbanisasi yang terjadi di kota besar. Upaya ini juga dapat membangun desa yang merupakan tonggak awal kemajuan suatu bangsa. Ketika pelosok desa berdaya dengan kompetensi mempuni dari pemuda lokal, dapat di pastikan pembangunan dari pelosok dapat berkontribusi besar terhadap perkembangan negara.

Upaya kontribusi lainnya adalah peningkatan kapasitas diri oleh beberapa pemuda dengan bergabung bahkan membentuk Organisasi Non-Profit (NGO) serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sukarelawan baik dalam skala lokal, nasional hingga internasional. Hal ini menjadi wadah bagi pemuda untuk langsung berperan aktif sebagai pemimpin pemimpin baru serta menimba sebanyak banyaknya

pengalaman dari kehidupan volunteering. Janganlah menunggu untuk bertumbuh, “Don’t wait to grow up” . Seperti yang di kemukakan Muhammad Yunus sang pemenang Nobel Perdamaian yang memiliki konsep Social Bussiness;

“We always refer to young people as future leaders. And at one time, probably this was true. But this is not true any longer, because they are not a future leader. They are leaders already. They are the leaders. They are creating a completely new breed of leaders to create a completely new world for themselves and all of us.”

Upaya kontribusi terbesar yang bisa di berikan pemuda lainnya adalah dengan memberikan usaha terbaik dalam peningkatan kompetensi diri baik dari segi emosional, intelegensi, serta spiritual yang di ikhtiarkan dari masing masing individu. Mereka yang memiliki kompetensi serta kapasitas yang baik berpotensi untuk dapat membangun suatu generasi yang terbaik dalam suatu peradaban. Dengan demikian akan munculah penerus masa depan yang memiliki serangkaian peluru pencerah yang memberikan kebermanfaatan bagi banyak orang. Jangan pernah merasa kenyang dengan berbagai macam ilmu. Tingkatkan kemampuan kognitif tentang ilmu Pengembangan Diri, Persiapan Pra Nikah, bahkan Parenting bisa membantu kita dapat memahami ilmu sebelum beramal.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang di amalkan, dan proses pembelajaran terbaik adalah proses pembelajaran sepanjang hayat.

Populasi Pemuda di Indonesia yang besar bisa menjadi potensi besar bagi kemajuan bangsa. Mereka lebih memiliki waktu hidup yang lebih lama seperti mencari pekerjaan, menikah, melahirkan generasi pembangun bangsa, serta dapat menentukan bagaimana masa depan mereka kedepannya. Mempersiapkan generasi untuk menghadapi tantangan global di masa yang akan datang dapat di realisasikan dengan menjadi individu yang menyadari potensi yang di berikan sang pencipta dengan mengiktiarkan usaha terbaik sebagai individu. “Be Your Best Self!” Tidak peduli seberapa banyak apa yang kamu dapatkan, yang terpenting adalah seberapa banyak yang kamu beri.It is not about what you get, but it is all about what you give. Seberapa bisa kamu memberikan kontribusi. Sekecil apapun itu janganlah meremehkannya. Mulailah saat ini dan dari dirimu sendiri. What will you be? Pemuda pembawa Bencana atau pemuda pemberi cahaya?

Referensi

[1] https://www.bappenas.go.id/files/7215/3147/1294/Inde ks_Pembangunan_Pemuda_Indonesia_20 17.pdf

[2] https://media.neliti.com/media/publications/48410-IDstatistik-indonesia-2016.pdf

[3] http://kemenpora.go.id/pdf/UU%2040%20Tahun%20200 9.pdf

[4] https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/ view/26355/8804/.)

[5] https://www.kompasiana.com/gamalalbinsaid/5a9ce419 dd0fa873eb162ce2/bonus-demografi-vs-bencanademografi?page=all

This article is from: