3 minute read
Kepada Pemuda: Sebuah Tinjauan Peran Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat di Zaman Milenial
Kepada Pemuda: Sebuah Tinjauan Peran Pemuda dalam Pembangunan Masyarakat di Zaman Milenial
Tri Asih Wismaningtyas
Advertisement
Pernahkah mengakses layanan transportasi Go-Jek? Layanan ini menghubungkan armada ojek dan pelanggannya secara daring. Dengan menggunakan teknologi yang canggih sehingga dimungkinkan untuk melacak posisi pemesan dan supir gojek. Selain itu, harga dapat diketahui dan disepakati oleh kedua belah pihak. Atau pernahkah berbelanja atau bahkan berjualan secara online pada situs bukalapak.com? Laman jualbeli berbasis customer to customer (C2C) yang berfokus pada pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM). Belanja online yang murah, aman dan nyaman dari jutaan toko online pelapak (sebutan bagi penjual di situs) serta garansi uang kembali. Atau mungkin pernah berdonasi atau membuat kampanye sosial melalui website kitabisa.com? Laman untuk menggalang dana dan berdonasi melalui sistem crowdfunding dan kolaborasi secara daring.
Tahukah siapa yang berada di belakang program-program yang mempunyai dampak besar tersebut? Go-Jek didirikan oleh Nadiem Makarim yang lahir di Singapura, 4 Juni 1984.
Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 beserta beberapa kawannya. Sedangkan kitabisa.com dirilis oleh Muhammad Al Fatih Timur, pria kelahiran Bukittinggi, 27 Desember 1991. Jika dilihat dari usia, Sosok di balik gerakan tersebut adalah para pemuda yang tidak sekadar berorientasi pada keuntungan secara pribadi, namun juga
Walau pada tahun 2015 Indonesia menempati peringkat 113 dari 188 negara dalam perolehan posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (UNDP, 2016). Namun dengan mulai bermunculannya para pemuda yang berpikiran positif dan bertindak positif tidak hanya terhadap dirinya tapi juga lingkungannya, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi pusat peradaban di masa yang akan datang. Pada tahun 2018, generasi yang masuk dalam usia produktif adalah para millennials, mereka merupakan individu yang lahir antara tahun 1980 dan 2000. Mereka disebut Millennials karena kedekatan mereka
dengan milenium baru dan dibesarkan di era yang lebih digital (Kaifi et al., 2012). Sifat-sifat positif yang dipunyai oleh para milenial harus dioptimalkan antaranya fokus pada pencapaian, menikmati bekerja dalam tim dan lebih toleran daripada generasi sebelumnya, berfokus pada keluarga dan karenanya
perlu memiliki keseimbangan kerja, terampil memanfaatkan teknologi (positif (Smith dan Nichols, 2015).
Beriringan dengan sisi positif yang dimiliki generasi sekarang, ada sisi negatif yang harus diperhatikan dan ditanggulangi bersama. Tantangan pemuda pada zaman ini setidaknya ada tiga. Pertama, rasa malas untuk bergerak. Hal ini muncul karena dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ada seperti informasi, teknologi, media sosial dan lain sebagainya. Orang tidak perlu pergi jauh-jauh untuk berbelanja bahkan membeli makanan. Semua sudah dapat dilakukan dengan menggunakan smartphone di tangan. Kedua, rasa tidak peduli. Dengan adanya kecanggihan teknologi salah satunya banyaknya media sosial baik yang ada seperti facebook, instagram, twitter, dll berdampak pada kurangnya interaksi langsung. Pada saat berkumpul di suatu tempat bahkan tidak jarang masing-masing orang fokus kepada gadget miliknya. Pemuda sekarang sangat berpotensi tidak mampu untuk bergaul dengan lingkungan sekitarnya yang pada akhirnya menimbulkan rasa acuh satu sama lain. Ketiga, pola pikir dan perilaku serba instan. Generasi sekarang yang merasakan kenyamanan dan kecepatan akses memunculkan pikiran semua dapat dicapai dengan cara yang instan. Satu sisi hal ini mendorong untuk menjadi efektif dan
efisien. Namun jangan lupa bahwa segala sesuatu butuh proses dan waktu.
Jika ditilik dari sejarah, pemuda selalu berada pada garda terdepan dalam perubahan bangsa yang maju. Salah satunya kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang dipelopori oleh gerakan-gerakan yang dipimpin oleh para pemuda. Karena sejatinya pemuda mempunyai pendirian kokoh dan sikap yang enerjik. Maka dari itu, supaya potensi ini tidak mengarah pada hal-hal negatif perlu solusi-solusi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan pemuda yang kontributif terhadap pembangunan bangsa. Pertama, pendidikan agama dan moral. Mengapa ini penting? Agama dan moral adalah landasan seseorang dalam mengarungi berbagai peristiwa dalam kehidupan. Ilmu-ilmu lain dengan cepat berkembang namun jika pemuda tidak dibekali dengan hal ini maka ia akan menjadi pribadi yang rentan diombang-ambing oleh kerasnya zaman. Kedua, pendidikan keahlian. Menjadi ahli di setidaknya dalam satu bidang merupakan hal penting bagi pemuda di zaman sekarang. Walau juga pemuda harus didorong untuk mempunyai wawasan yang luas dari disiplin ilmu yang lainnya. Ketiga, kolaborasi yang kontributif. Untuk mencapai suatu hal yang berdampak besar tentu tidak dapat dilakukan oleh seseorang dengan ilmu dan kemampuan yang terbatas, maka dari itu
kolaborasi sangat diperlukan. Namun harus dipastikan bahwa segala aksi-aksi yang diambil adalah aksi yang mempunyai manfaat yang besar terhadap masyarakat.
Referensi
[1] United Nations Development Programme (UNDP). (2016).
Human Development Report 2016. Lowe-Martin Group:
Canada.
[2] Travis, J. Smith dan Tommy Nichols. 2015. Understanding
Millenials. Journal of Business Diversity Vol. 15(1).