Amr dan Nahy: Penerapan QS. Al-Ahzab ayat 59 dan QS. An-Nur: 31 A. Pendahuluan Al-Qur’an sebagai firman Allah, mengandung berbagai aturan pokok dunia dan akhirat. Sebagian aturan tersebut, membahas tentang hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesama. Aturan-aturan tersebut ditegakkan agar manusia dapat selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW sebagai penerima wahyu, salah satu tugasnya adalah memberikan pemahaman kepada manusia, khususnya para sahabat mengenai kandungan firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Beliau memberikan penjelasan tentang tata cara mengamalkan Al-Qur’an, baik melalui ucapan, prilaku, akhlak maupun ketetapan. Imam Ahmad meriwayatkan, ketika Siti Aisyah ditanya mengenai akhlak Rasulullah, beliau menyatakan bahwa, akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Setelah Nabi wafat, proses memahami Al-Qur’an tidak kemudian berhenti. Para Sahabat berusaha memahami dan menerapkan Al-Qur’an sesuai dengan tingkatan ilmunya masing-masing. Begitu pula pada masa tabi’in, tabi’ut tabi’in, hingga pada masa sekarang ini. Istilah memahami atau fiqh, pada perkembangnya mengalami pergeseran makna, menjadi memahami atau pemahaman hukum syara’ melalui ijtihad. 1 Imam Syafi’i rahimahullah, merupakan ulama pertama yang menghimpun tentang metode memahami Al-Qur’an, atau yang biasa dikenal dengan ushul fiqh. Salah satu pembahasan dalam ushul fiqh adalah mengenai kaidah amr dan nahy yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Pada prisnsipnya, lafadh yang mengandung perintah atau amr, menunjukkan pada kewajiban sebuah perbuatan, begitu juga sebaliknya dalam pelarangan atau nahy. Namun kemudian, tidak serta merta semua perintah atau larangan menunjukkan hal yang demikian, adakalanya lafadh amr atau nahy mengisyaratkan anjuran, kebolehan ataupun bahkan kebalikannya. Para ulama mempunyai perbedaan pandangan terhadap beberapa masalah dalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya adalah masalah jilbab. Telah umum diketahui bahwa mengenai masalah jilbab, terdapat ulama yang mewajibkan dan ada yang membolehkan. Dalil Al-Qur’an tentang jilbab sendiri, umumnya yang dipakai adalah QS. Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31. Berdasarkan hal tersebut, penyusun akan memaparkan teori ushul tentang amr dan nahy. Setelah itu, akan mendeskripsikan penerapannya terhadap QS. AlAhzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31. B. Amr dan Nahy Amr berasal dari kata
امر.
Kamus al-Munawwir memberikan pengertian kata ini
طلب منه فعل شئ, menuntut darinya mengerjakan sesuatu, atau bisa dicakupkan pada kata memerintahkan. Sedangkan kata nahy berasal dari kata نهي, berarti mencegah, sebagai,
melarang atau mengharamkan.
1 Imam Haramain, Waraqat fi Ushul Fiqh, penerjemah H. M. Basori Alwi, hal. 1
1