NSDA Sayur dan Buah Semusim Kab. Pati
3
Pendahuluan LATAR BELAKANG
Sumber: Unsplash
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Pembangunan sendiri seyogyanya diselenggarakan untuk memenuhi tujuan pengembangan wilayah yang komprehensif dan holistik dengan mempertimbangkan keserasian antara sumber daya sebagai unsur utama pembentuk wilayah (alam, buatan, manusia, aktivitas) yang didukung oleh sistem hukum dan kelembangaan (Hariyanto dan Tukidi,2007). Tetapi, pembangunan yang dilakukan seringkali hanya memperhatikan kebermanfaatan yang dirasakan manusia tanpa melihat keseimbangan dengan sumber daya lainnya, terutama sumber daya alam. Sehingga, terjadi eksploitasi berlebihan yang dapat mengancam ketahanan dan kontinyuitas dari sumber daya alam.Diperlukan cara untuk mengendalikan eksploitasi sumber daya alam yang berlebih untuk menjaga ketahanan dan kelestariannya. Salah satu upaya pengendalian tersebut dengan penyusunan neraca sumber daya alam. Neraca sumber daya alam ini merupakan gambaran ketersediaan sumber daya alam, volume, tingkat penggunaan dan pengambilannya, baik dalam bentuk neraca fisik mapun neraca moneter (Kemendagri, 2012). Hasil perhitungan dari neraca sumber daya alam, baik fisik maupun moneter, dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam pembuatan suatu kebijakan atau program pengoptimalan sumber daya alam suatu wilayah, salah satunya berhubungan dengan konversi lahan hijau menjadi guna lahan lainnya. Sehingga dapat diketahui analisis keuntungan atau kerugian yang terjadi beserta nilai ekonominya untuk mengetahui nilai PDRB Hijau. Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang sektor pertaniannya masihtermasuk dalam kontributor yang besar setelah industri pengolahan pada perekonomian Kabupaten Pati. Namun, lahan pertanian adalah salah satu lahan yang sering dialihfungsikan menjadi guna lahan permukiman. Sehingga, konversi lahan tersebut juga mengancam pendapatan Kabupaten Pati dari sektor pertanian. Selain pengaruhnya terhadap perekonomian wilayah, konversi lahan juga mengancam ketahanan pangan atas tanaman hortikultura sayur dan buah semusim. Maka dari itu, neraca sumber daya alam ini sangat diperlukan dalam upaya pengendalian pengembangan wilayah yang komprehensif dan sustainable development .
4
Pendahuluan
LANDASAN HUKUM Landasan hukum yang digunakan untuk acuan dalam penyusunan NSDA Pertanian Hortikultura Sayur dan Buah Semusim Kabupaten Pati adalah: 1. Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan SNI-19-6728-3-2002 tentang pedoman penyusunan Neraca Sumber Daya 2. Peraturan Menteri Pejerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya 3. Peraturan Menteri Pertanaian No 41/Permentan/OT.140/9/2009 Tentang Kriteria Teknis Kawasan peruntukan Pertanian 4. SK Mentan No 07/Permentan OT.142/2/2012 tentang Pedoman Teknis Kriteria Dan Persyaratan Kawasan, Lahan, Dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan 5. Perda No. 5 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Pati Tahun 2010-2030 6. Perda No. 1 Tahun 2018 tentang RPJMD Kabupaten Pati Tahun 2017 - 2022
TUJUAN Tujuan dari penyusununan analisis Neraca Sumber Daya Alam adalah: 1. Mengetahui potensi sumber daya pertanian hortikultura sayur dan buah semusim di Kabuapten Pati 2. Mengetahui ketersediaan cadangan lahan dan produksi potensi sumber daya pertanian hortikultura sayur dan buah di Kabupaten Pati 3. Mengetahui nilai kontribusi pertanian hortikultura sayur dan buah semusim terhadap perekonomian Kabupaten Pati 4. Mengetahui cadangan moneter pertanian hortikultura sayur dan buah semusim dan keterkaitannya dengan perkembangan perkonomian Kabupaten Pati 5. Mengetahui komoditas unggulan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan atau rekomendasi program peningkatan perekonomian Kabupaten Pati.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian dalam analisis Neraca Sumber Daya Alam pertanian hortikultura sayur dan buah semusim Kabupaten Pati, meliputi : 1. Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial mencakup perhitungan eksisting dan potensi lahan dan produksi pertanian hortikultura sayur dan buah semusim. Jenis tanaman yang masuk dalam kategori sayur dan buah semusim adalah bawang merah, sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung, bayam, belewah, melon, dan semangka. Lahan yang dihitung berupa lahan sawah tadah hujan, tegalan, lahan terbuka, dan kebun. 2. Ruang Lingkup Areal Area amatan dalam perhitungan neraca sumber daya alam ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Pati 3. Ruang Lingkup Temporal Penyusunan analisis ini menggunakan data-data terkait pertanian hortikultura sayur dan buah semusim tahun 2014 - 2018.
NSDA Sayur dan Buah Semusim Kab. Pati
Gambaran Umum Peta Konstelasi Kabupaten Pati
LETAK GEOGRAFIS Secara astronomis, letak Kabupaten Pati yaitu 6°25’ – 7°00’ lintang selatan dan antara 100°50’ - 111°15’ bujur timur. Kabupaten Pati memiliki luas wilayah sebesar 150.368 hektar yang secara administrasi terbagi ke dalam 21 kecamatan, 401 desa dan 5 kelurahan. Secara geografis, Kabupaten Pati terletak di utara Pulau Jawa yang memiliki batas-batas yaitu: • • • •
Utara
: Laut Jawa dan Kabupaten Jepara Barat : Kabupaten Jepara dan Kudus Selatan : Kabupaten Grobogan dan Blora Timur : Kabupaten Rembang dan Blora
Kecamatan Pati merupakan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Pati. Kecamatan yang memiliki luas terbesar di Kabupaten Pati adalah Kecamatan Sukolilo, yaitu sebesar 15.874 hektar dan kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Wedarijaksa. Kabupaten Pati termasuk daerah yang memiliki cakupan luas di Jawa Tengah. Jarak kecamatan terjauh dari Ibukota adalah 39 km, yaitu kecamatan Kluwak dan Kecamatan Sukolilo dengan jarak 36 km.
KONDISI FISIK Iklim
Kabupaten Pati memiliki intensitas curah hujan sebanyak 192 mm dengan 60 hari hujan selama setahun. Curah hujan di daerah lereng Gunung Muria cenderung tinggi dan masuk dalam kelas 2750 - 4250 mm. Sedangkan curah hujan di dataran rendah dan pegunungan karst lebih rendah daripada di dataran tinggi dengan intensitas sebesar 750 - 2750
Geologi Kondisi geologi Kabupaten Pati dipengaruhi oleh komplek Gunung Api Muria dan Pegununungan Kendeng. Batuan tersusun dalam beberapa formasi, yaitu formasi aluvial , formasi ngrayong, anggota selorejo,formasi bulu, formasi ledok, formasi lidah, formasi mundu, formasi paciran, formasi wonocolo, lava muria, tufa muria, dan perairan
5
6 Gambaran Umum Topografi
Kabupaten Pati memiliki ketinggian yang berbeda setiap daerahnya yang dikelompokkan menjadi tiga satuan yaitu: 1. Lereng Gunung Muria (500 - 100 mdpl, >1000 mdpl) 2. Dataran Rendah (0-7 mdpl, 7 - 100 mdpl) 3. Pegunungan Kapur (0-7 mdpl, 7 - 100 mdpl, 100 - 500 mdpl) Kelerengan yang mendominasi di Kabupaten Pati akibat perbedaan tinggi adalah 0 - 8% dan 8 - 15% yang berada di dataran rendah. Sedangkan kelerengan paling curam yaitu >45% yaitu berada di lereng Gunung Muria.
Jenis Tanah Kabupaten Pati memiliki enam jenis tanah, yaitu aluvial, grumusol, latosol, litosol, mediteran dan regosol.
Sosio Kependudukan
Jumlah Penduduk Kabupaten Pati di tahun 2018 yaitu 1.253.299 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk serbesar adalah Kecamatan Pati yakni sebesar 108.144 jiwa sekaligus kepadatan penduduk tertinggi. pertambahan penduduk dipengaruhi oleh angka kelahiran dan angka migrasi masuk. Sex Ratio penduduk laki-laki dan perempuan tidak terlalu timpang, yaitu 94:100. Dari struktur penduduk berdasarkan usia, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk usia produktif lebih tinggi daripada penduduk usia non produktif. Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Pati setiap tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kualitas hidup dari segi kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.
Ekonomi
SOSIAL EKONOMI Grafik Kontribusi PDRB ADHK Kab. Pati 2014 - 2018
ntribusi Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pati 2014-2018
an Kegiatan
erintahan, Pertahanan
n Asuransi
munikasi
modasi dan Makan
Pergudangan
ar dan Eceran; Reparasi
Kontribusi Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pati 2014-2018 Kontribusi Sektor PDRB ADHK Kabupaten Pati 2014-2018
engelolaan Sampah, dan Gas
an
n Penggalian
anan, dan Perikanan
2014
2015
2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Industri Pengolahan Industri Pengolahan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, LimbahLimbah Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Penyediaan Akomodasi dan Makan Penyediaan Akomodasi dan Makan Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Perusahaan Jasa Perusahaan Jasa Pendidikan Jasa Pendidikan Jasa lainnya Jasa lainnya
2017
Kondisi ekonomi Kabupaten Pati dapat dilihat dari produk domestik regional bruto. Pada PDRB Atas Dasar Harga Konstan, Kontribusi terbesar diberikan oleh sektor industri pengolahan. Hal ini selaras dengan banyaknya pabrik pengolahan barang primer menjadi barang sekunder atau penambahan nilai barang, seperti pabrik gula, rokok dan industri makanan. Setelah sektor industri pengolahan yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Sektor ini turun menjadi peringkat kedua pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan produktivitas di sektor primer menurun akibat banyak lahan hijau yang dikonversi dan terjadi beberapa permasalahan seperti gagal panen. Selanjutnya adalah sektor perdagangan besar dan eceran yang setiap tahunnya meningkat. Dari ketiga sektor teratas tersebut, pergerakan dari tahun 2014 - 2018 fluktuatif dan bersaing.
2018
Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan Penggalian Pengadaan dan Gas Pengadaan Listrik Listrik dan Gas Konstruksi Konstruksi Transportasi dan Pergudangan Transportasi dan Pergudangan Informasi dan Komunikasi Informasi dan Komunikasi Real Estate Real Estate Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Jasa Kesehatan dan Kegiatan
NSDA Sayur dan Buah Semusim Kab. Pati
Metode Penelitian METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data pada analisis ini terdiri dari kegiatan survey data primer dan sekunder. Survey data primer dilakukan dengan melihat kondisi karakter wilayah, kondisi pertanian khususnya hortikultura sayur dan buah semusim. Data sekunder yang dipakai berupa datat kualitatif atau kuantitatif. Pengumpulan data sekunder berasal dari organisasi pemerintah daerah seperti Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Badan Pusat Statistik, dan beberapa dinas terkait. Selain itu pencarian data sekunder juga dilakukan melalui pencarian informasi di situs-situs resmi.
METODE PENGOLAHANDATA
Pengolahan dara untuk keperluan analisis neraca sumber daya pertanian hortikultura sayur dan buah semusim dilakukan menggunakan perhitungan di Microsoft Excel dan ArcGis.
Metode Analisis NSDA Hortikultura Sayur Buah Semusim
Neraca sumber daya alam adalah gambaran ketersediaan sumber daya alam berupa volume yang ada, tingkat pemanfaatan dan ketersediaan cadangan untuk masa depan. Hasil dari analisis NSDA ini berupa gambaran besaran persediaan lahan berpotensi memproduksi sayuran dan buah semusim (hektar) dan moneter yang
didapatkan jika produksi sayur dan buah semusim dilakukan secara maksimal (rupiah). Perhitungan lahan potensial diperoleh dari overlay kriteria lahan tanam hortikultura sayur dan buah semusim yang cocok yang selanjutnya dikurangi oleh luas lahan tanam eksisting. Untuk perhitungan moneter diperoleh dari tingkat produktivitas dan harga setiap jenis sayur dan buah semusim.
Metode Analisis Ekonomi Makro
Analisis ekonomi makro digunakan untuk mencari kontribusi moneter sayur dan buah semusim terhadap PDRB sektor pertanian, perikanan dan kehutanan PDRB Kabupaten Pati secara keseluruhan. Selain itu, analisis ekonomi makro digunakan juga untuk mencari sektor unggulan dari sayur dan buah semusim. Analisis sektor unggulan menggunakan metode Location Quotient berdasarkan ketersediaan data.
Metode Analisis Keterkaitan NSDA SBS Terhadap Perekonomian Kabupaten Pati
Analisis keterkaitan NSDA SBS terhadap perekonomian Kabupaten Pati berfungsi untuk menjelaskan kondisi perekonomian wialayah, identifikasi sektor unggulan, dan perumusan kebijakan.
7
8
Metode Penelitian
KERANGKA BERPIKIR
NSDA Sayur dan Buah Semusim Kab. Pati
9
Hasil dan Pembahasan Kesesuaian Lahan Intersect dan scoring
Peta Kesesuaian Lahan Budidaya
LEGENDA SLOPE 0-8% 8 - 15 % 15 - 25 %
LEGENDA
25 - 45 %
CURAH_HUJA 750-1250
> 45 %
Kesesuaian
1500-1750
Kawasan Lindung
1750-2250
Kawasan Penyangga
2250-2750
Kawasan Budidaya
2750-3250
Jenis Tanah
LEGENDA
3250-3500 3500-3750 3750-4250
Melakukan select by atribute dengan kriteria kesesuaian lahan pertanian
Kelerengan Curah Hujan
v Peta Lahan Potensial Sayur dan Buah Semusim
Rawan Banjir
Erase
Potensial untuk hortikultura sayur dan buah semusim
LEGENDA HIDROGEO Bukan Daerah Tanah Air Langka
Rawan Banjir
Daerah Air Tanah Langka
Rawan Longsor
Daerah Air Tanah Langka Rawan Longsor Guna Lahan yang tidak boleh dikonversi
Luas Lahan Potensial 4.313,93 ha Legend
Danau Embung Empang Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap Industri Kolam Lahan Terbuka Lapangan
Makam Permukiman Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Sungai Tambak
10 Hasil dan Pembahasan Kriteria lahan Kriteria lahan yang sesuai untuk SK Mentan No. 837/KTPS/UM/11/1980, sayur dan buah tanaman jenis hortikultura sayur dan Permen PU 41 – 2007, dan Petunjuk Evaluasi Lahan Untuk semusim buah semusim diambil berdasarkan Teknis
Kriteria Teknis
Keterangan
Ketersediaan Data
IKLIM Curah Hujan
600 - 2.000
750 - 1750
SIFAT TANAH Drainase (Daya Serap Air)
Baik s/d Agak Terhambat
Aluvial, Latosol
Tekstur Tanah
Halus, Agak Halus, Sedang
Aluvial, Latosol
BAHAYA EROSI Kelerengan
<15%
0 - 8%, 8 - 15%
Tingkat Bahaya Erosi (Kepekaan tanah)
Rendah - Sedang
Rendah Sedang (Aluvial, Latosol)
BAHAYA BANJIR Genangan
Tanpa - Agak Berat
Rendah - Sedang
KETERSEDIAAN AIR TANAH Hidrogeologi
Bukan daerah tanah air langka
akuifer produktif kecil - tinggi
Komoditas Pertanian. Selain kriteria lahan yang sesuai, perlu diketahui lahan apa saja yang boleh dikonversi penggunaannya menjadi lahan untuk hortikultura sayur buah semusim. Berdasarkan Widjatmaka, 2015 lahan yang dapat dikonversi yaitu tegalan, kebun, sawah tadah hujan. Namun, berdasarkan Permen PU 41 - 2007 disebutkan, lahan untuk hortikultura sayur dan buah merupakan lahan kering, yaitu tegalan dan kebun. Sawah tadah hujan boleh dikonversi tetapi jenis sayur dan buah semusim yang dapat tumbuh baik pada sawah hujan tidak banyak. Sehingga lahan yang dapat dikonversi adalah tegalan dan kebun. Berdasarkan analisis overlay dengan kriteria tersebut, didapatkan luas lahan potensial untuk tanaman hortikultura sayur dan buah semusim sebesar 4.313,93 hektar.
2. Cadangan Lahan Cadangan lahan dihitung dengan Pada ketersediaan data sayur dan Tabel Luas Panen mengurangi luas lahan potensial buah semusim Kabupaten Pati dan Luas Tanam (aktiva) dengan eksisting (passiva). tidak menyebutkan luas tanam, melainkan luas panen. Luas panen Luas Standar Luas tersebut merupakan akumulasi Jenis Tanaman Panen Musim Tanam dari lahan yang habis dibongkar (ha) Panen (ha) dan belum habis dibongkar selama a b c d=b/c beberapa kali panen. Sehingga perlu Bawang Merah 2.541 3 847,00 dilakukan penghitungan luas tanam berdasarkan standar panen setiap Sawi 93 4 23,25 jenis tanaman. Standar ini diperoleh Kacang Merah 0 4 0,00 berdasarkan Buku Pedoman Kacang Panjang 53 4 13,25 Pengumpulan Data Hortikultura 2008 Cabe Besar 426 3 142,00 oleh Direktorat Jendral Hortikultura dan Badan Pusat Statistik. Namun, Cabe Rawit 46 3 15,33 penulis mengurangi jumlah Tomat 20 4 5,00 musim panen sebanyak 1 musim Terung 20 9 2,22 pada jenis tertentu seperti sawi Ketimun 17 4 4,25 dan bayam, hal ini dikarenakan menurut Pusat Penelitian Tanaman Kangkung 43 4 10,75 Hortikultura, jenis tanaman tersebut Bayam 162 10 16,20 membutuhkan 2-4 minggu waktu Belewah 64 3 21,33 persiapan tanah. Sehingga setelah Melon 111 3 37,00 melakukan perhitungan, ditemukan luas tanam saat ini sebesar 1.285,92 Semangka 445 3 148,33 hektar. TOTAL 4.041 68 1.285,92 Sumber : Pati Dalam Angka 2019, Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura
NSDA Sayur dan Buah Semusim Kab. Pati
Berdasarkan perhitungan disamping, maka dapat disimpulkan Kabupaten Pati memiliki cadangan lahan seluas 3.082 hektar Sumber : Analisis Penulis
Moneter Produksi Produksi sayur dan buah semusim Kabupaten Pati 2018 sebesar 370.226 kwintal. Jenis tanaman yang memiliki produksi paling tinggi adalah bawang merah, sebesar 270.722 kw. Sedangkan produksi yang paling kecil adalah belewah,1.364 kw. Untuk menghitung neraca moneter, dibutuhkan data harga yang berlaku setiap jenis tanaman. Harga ini didapatkan dari Statistik Harga Produsen Pertanian BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Pati. Dari harga tersebut Dari data tersebut didapatkan moneter produksi saat ini sebesar Rp 497.770.062.139. Setelah ditemukan harga rata-rata sayur dan buah semusim, maka didapatkan moneter produktivitas sebesar Rp 387.091.889/ha. Artinya, setiap satu hektar lahan memiliki nilai sebesar Rp 387.091.889. Nilai ini cukup tinggi karena tingkat proudiktivitas tanah sangat tinggi.
Tabel Cadangan Lahan Sayur dan Buah Semusim
Luas Potensial (Aktiva) a
Luas Tanam (ha) b
Luas Cadangan (ha) c=a-b
4.313,93
1.285,92
3.028
Tabel Produksi dan Harga Sayur dan Buah Semusim
* = Rata-Rata Sumber : Kabupaten Pati Dalam Angka 2019, Statististik Harga Produsen Pertanian 2018, Dinas Pertanian Kabupaten Pati
Tabel Moneter Produktivitas Sayur dan Buah Semusim
Sumber : Analisis Penulis 2019
Potensi Produksi Tambahan
Kabupaten Pati mampu menambah jumlah produksi sebesar 871.877,63 kw/tahun apabila memanfaatkan cadangan lahan dengan optimal.
Cadangan Moneter Moneter cadangan ini dihitung dengan mengalikan moneter prouktivitas dengan luas cadangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Pati memiliki cadangan moneter sebesar Rp 1.172.115.670.572,77 Jika Kabupaten Pati mengelola hortikultura sayur dan buah semusim dengan maskimal, maka pendapatan dari pertanian hortikultura sayu dan buah semusim menjadi sebesar Rp 1.669.885.732.711,77.
11
Sumber : Analisis Penulis 2019
Tabel Moneter Cadangan Sayur dan Buah Semusim
Sumber : Analisis Penulis 2019
Tabel Moneter Maksimum Sayur dan Buah Semusim
Sumber : Analisis Penulis 2019
12
Hasil dan Pembahasan
Keterkaitan dengan Perekonomian Kabupaten Pati Kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Pati Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah salah satu sektor unggulan menjadi tiga penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Pati. Dalam sektor tersebut terdapat bagian lebih rinci atau disebut sub sektor. Salah satu yang menjadi subsektor pertanian adalah pertanian hortikultura. Pertanian hortikultura ini dibagi menjadi sayur buah semusim, buah sayur tahunan, tanaman hias dan tanan biofarmaka. Untuk melihat kontribusi subsektor holtikultura sayur dan buah semusim terhadap PDRB Kabupaten Pati, maka dilakukan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut: Kontribusi = Sektoral
PDRB Subsektor PDRB Kab. Pati
=100%
Tabel Kontribusi Eksisting Sayur dan Buah Semusim Terhadap PDRB Kabupaten Pati Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sumber : Analisis a. Hortikultura Sayur Buah Semusim Penulis 2019 PDRB KAB PATI ADHK
2018 6.920.950.000.000
Kontribusi (%) 23,706
497.770.062.139
1,705
29.194.700.000.000
Pada tahun 2018, Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Pati sebesar 23,706 %. Sedangkan hortikultura sayur dan buah semusim berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Pati sebesar 1,705 %. Angka kontribusi SBS didapatkan dari perbandingan pendapatan subsektor SBS dengan Sektor Pertanian lalu dikalikan dengan kontribusi pertanian, kehutanan, dan perkinana terhadap PDRB Kabupaten Pati ADHK. Tabel Kontribusi Rencana Sayur dan Buah Semusim Terhadap PDRB Kabupaten Pati
Sumber : Analisis Penulis 2019
Apabila Kabupaten Pati mengelola sektor pertanian hortikultura sayur maka kontribusi subsektor hortikultura sayur dan buah semusim menjadi 5,72%. Angka ini naik sebesar 4,015 % jika PDRB subsektor hortikultura mampu menaikkan sebesar Rp 1.172.115.670.572,77. Untuk kenaikan ini dapat didukung dengan improvisasi tekonologi pengolahan pertanian sayur buah semusim untuk meningkatkan produktivitas lahan.
NSDA Sayur dan Buah Semusim Kab. Pati
Analisis Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan dikembangkan pada suatu daerah (Depkimpraswil, 2003). Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sendiri merupakan sektor unggulan di Kabupaten Pati. Hal tersebut dibuktikan dengan perhitungan sektor unggulan menggunakan Metode Location Quotient, Tipologi Klassen, dan Shifshare yang dilakukan oleh Kelompok 4 Studio Analisis Wilayah Kabupaten Pati. Untuk perhitungan sektor unggulan pada hortikulturan sayur buah semusim digunakan metode Location Quotient berdasarkan ketersediaan data. Pada metode ini membandingkan produksi, baik tiap jenis maupun keseluruhan, tanaman sayur dan buah semusim Kabupaten Pati dengan Provinsi Jawa Tengah. Dari perhitungan metode tersebut diperoleh bahwa jenis tanaman bawang merah, bayam, dan melon merupakan sektor unggulan atau sektor basis di Kabupaten Pati. Hal ini sesuai dengan tingginya produktivitas bawang merah hingga mampu ekspor keluar Kabupaten Pati. Buah melon di Kabupaten Pati yang memiliki variasi jenis yang cukup banyak salah satunya white melon dan banyak wisata petik melon. Sedangkan untuk bayam produksi pada tahun 2018 yang meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun 2014.
13
Tabel Sektor Unggulan pada PDRB Kabupaten Pati ADHK
Tabel Sektor Unggulan pada Sektor Hortikultura Sayur Buah Semusim
Jenis Tanaman Bawang Merah Sawi Kacang Panjang Cabe Besar Cabe Rawit Tomat Terung Ketimun Kangkung Bayam Belewah Melon Semangka
1,91 0,39 0,55 0,45 0,05 0,12 0,34 0,32 0,96 3,37 0,52 1,40 0,77
LQ Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis
Sumber : Analisis Kelompok 4 Studio Pati 2019
Sumber : Analisis Penulis 2019
14
Kesimpulan dan Saran
Potensi dan Masalah Kabupaten Pati memiliki potensi dalam sektor hortikultura sayur dan buah semusim. Hal ini ditujukan dengan terdapat 3 jenis tanaman yang merupakan sektor unggulan. Salah satu jenis sayuan yang paling tinggi produksinya adalah bawang merah. Bawang merah di Kabupaten Pati telah banyak di ekspor keluar Kabupaten Pati. Namun dibalik potensi yang dimiliki, Kabupaten Pati memiliki cukup banyak masalah pada sektor sayur buah semusim. Kondisi alam Kabupaten Pati yang sangat panas, menyebabkan rawan kekeringan. Tidak semua jenis sayur dan buah semusim bertahan dengan ketidaktersedianya air. Selain kondisi alam, serangan hama, gulma, virus sering menyerang tanaman petani. Sehingga seringkali petani harus memanen lebih awal. Berkurangnya lahan untuk ditanam dan berkurangnya minat orang menjadi petani juga menjadi ancaman bagi sektor pertanian secara keseluruhan. Dari faktor pemerintah, harga sayur saat musim panen raya sering tidak bisa dijaga kestabilannya. Sehingga menyebabkan petani menjadi rugi. Persaingan dengan kabupaten lain yang memiliki sektor unggulan sama juga mempengaruhi dari harga jual saat itu.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis neraca sumberdaya alam pertanian hortikultura sayuran dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Pati masih memiliki cadangan lahan untuk sayur buah semusim sebesar 3.082 hektar dari 4.313,93 hektar lahan yang sesuai. Selain itu, Kabupaten Pati memiliki cadangan moneter yang sebesar Rp 1.172.115.670.572,77 jika sayur dan buah semusim diproduksi dengan maksimal. Dari segi kontribusi ekonomi dan sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Pati disebutkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar (3 besar) terhadap PDRB Kabupaten Pati dan merupakan komoditas unggulan. Kabupaten Pati sebaiknya harus lebih memperhatikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dan memiliki kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Pati. Improvisasi teknologi pertanian, pemberian modal, pelatihan pengelolaan pertanian perlu dilakukan untuk peningkatan produktivitas mengingat cadangan yang dihasilkan apabila sektor ini berhasil dikembangkan, sangat berpengaruh besar dengan PDRB Kabupaten Pati. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kestabilan harga pasar sayur dan buah semusim. Upaya pengendalian konversi lahan pertanian menjadi non pertanian juga harus dilakukan dan ditindak tegas bagi pelanggarnya agar lahan potensial yang memiliki nilai cukup tinggi ini tidak salah digunakan.
Daftar Pustaka BPS Statisik Harga Produsen 2018 BPS Pedoman Pengumpulan Data 2009 Kabupaten Pati Dalam Angka 2019 SNI-19-6728-3-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya Peraturan Menteri Pertanian No. 41/Permentan/ OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura. Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada SK Mentan nomor 837/kpts/um/11/80 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Harahap, Ahmad Afandi. 2017. The Direction of the Land Use Horticulture Commodities Agriculture Based on Land Capability in Semarang Regency and Salatiga City. Bandung. Widiatmaka. 2015. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sayuran Unggulan di Kabupaten Batang. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No 1
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada