11 MEI
TAHUN 2014
Eceran Rp 5.750 HALAMAN 29
Latsitarda Resmi Dibuka BANYUWANGI - Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda) Nusantara XXXIV tahun 2014 resmi dibuka di Taman Blambangan, Banyuwangi, kemarin (10/5). Upacara pembukaan karya bakti taruna Akademi TNI, praja Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dan perwakilan mahasiswa berbagai perguruan tinggi se-Indonesia, tersebut dipimpin langsung Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Moeldoko ■ Baca Latsitarda...Hal 35
ATRAKSI: Drum band gabungan para taruna unjuk kebolehan dalam kirab peserta Latsitarda ke-34 di perempatan Masjid Agung Baiturahman, Banyuwangi, sore kemarin.
Drum Band Jadi Tontonan Berkualitas SEMENTARA itu, upacara pembukaan Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda) Nusantara XXXIV tahun 2014 di lapangan Taman Blambangan diwarnai hiburan berkelas, yakni display drum band gabungan dari unsur Akademi TNI dan praja IPDN. Tak pelak, tontonan spektakuler tersebut menarik animo ribuan masyarakat Banyuwangi. Pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, ribuan orang memadati sisi luar lapangan Taman Blambangan untuk menyaksikan suguhan apik itu ■ Baca Drum...Hal 35
GALIH COKRO/RaBa
UPACARA: Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyematkan pita kepada perwakilan peserta Latsitarda ke-34 di Lapangan Taman Blambangan, Banyuwangi, pagi kemarin.
FOTO-FOTO: GALIH COKRO/RaBa
KUCUR
NGOPAI
BRIGJEN GUSTAF HERU PRAYITNO
Banyuwangi bagai Gadis Cantik “BANYUWANGI bak gadis remaja yang cantik. Banyuwangi ibarat pohon dengan bunga yang ranum dan siap mekar. Bunga itu bukan bunga sembarangan, melainkan bunga yang sangat harum,” begitu kata Direktur Pendidikan Akademi TNI, Brigjen TNI Gustaf Heru Prayitno, kemarin (10/5). Menurut jenderal yang satu itu, Bumi Blambangan memiliki semua potensi penunjang kemajuan daerah ■ Baca Banyuwangi... Hal 35
Tewas Dihujani Tusukan Berlangsung di Depan Banyak Orang LICIN - Nasib tragis menimpa Ahmad Fathanul, 34, warga Dusun Krajan Timur, Desa Segobang, Kecamatan Licin, Banyuwangi, malam kemarin. Pria berstatus duda satu anak itu menerima kenyataan pahit tewas akibat senjata tajam. Aksi sadis itu terjadi persis di depan rumah korban sekitar pukul 23.00 Jumat malam lalu (9/5). Korban tewas dengan sejumlah luka tusuk di tubuh. Melihat serangan tiba-tiba itu, teman-teman korban yang berada di lokasi kejadian segera memberikan pertolongan. Korban segera dibawa ke rumah sakit. Sayang, di perjalanan, korban mengembuskan napas terakhir. Diduga, korban kehabisan darah akibat luka yang diderita. Hasil otopsi yang dilakukan pihak Instalasi Kedokteran Kehakiman (IKK) RSUD Blambangan, diketahui ada empat bekas luka tusuk di tubuh korban ■
Kronologi 1. Pembunuhan Duda di Segobang
Ahmad Fathanul sedang berkumpul teman-temannya membakar ubi di depan rumah pukul 23.00 Jumat malam (9/5).
2. FR, seorang tetangga
3. Tanpa basa-basi, FR
yang istrinya adalah mantan pacar Fathanul, tiba-tiba datang menghampiri.
tiba-tiba menyerang Fathanul dengan pisau.
KORBAN: Petugas memeriksa jenazah Ahmad Fathanul di ruang Instalasi Kedokteran Kehakiman (IKK) RSUD Blambangan Banyuwangi pagi kemarin (10/5).
Baca Tewas...Hal 35
4. Serangan
membabi buta itu melukai dada kiri, dada kanan, perut kiri, dan pinggang kiri Fathanul. Ususnya juga sempat terburai.
5. FR dengan cepat kabur meninggalkan lokasi.
6. Warga membawa Fathanul ke
rumah sakit, namun korban meninggal di perjalanan karena kehabisan darah. FOTO: GALIH COKRO/RaBa
Raih WTP Murni karena Prinsip Kehati-hatian Sering sekali surat ke putusan (SK) sudah keluar, tapi duit tidak cair di BPKAD. Dan saya tidak bisa mengintervensi pencairan itu. Model-model ini harus terus dilanjutkan, sehingga BPKAD bersama Kabid Akuntansi mempunyai otoritas bolehtidaknya uang dicairkan.” ABDULLAH AZWAR ANAS Bupati Banyuwangi
SIGIT HARIYADI/RaBa
DOK. RaBa
BANYUWANGI - Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Tanpa Catatan/Tanpa Paragraf Penjelasan alias WTP Murni dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Banyuwangi Tahun 2013 ternyata tidak dicapai dengan mudah. Predikat tersebut berhasil direngkuh dengan kesungguhan, kehati-hatian, dan pemberlakuan tertib administrasi keuangan di lingkungan Pemkab Banyuwangi. Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, opini WTP tanpa catatan berhasil dicapai berkat adanya teknologi informasi (TI) dan kesungguhan jajaran pemerintah kabupaten ujung timur Pulau Jawa
ini. “Kami sering ada rapat koordinasi (rakor) penyerapan keuangan, akuntansi, dan lain-lain, supaya ini bisa berjalan dengan baik,” ujarnya kemarin (10/5). Dikatakan, WTP murni tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi Pemkab Banyuwangi. Anas mengaku akan terus mendorong prinsip kehati-hatian supaya ke depan pengelolaan keuangan di Banyuwangi semakin lengkap. Bukan hanya baik programnya, tapi perencanaannya juga baik, program kerjanya juga baik, dan yang paling penting adalah evaluasi pelaksanaan administrasi keuangannya juga baik. “Jadi, empat hal itu alhamdulillah sudah jalan. Mudah-mudahan ke depan
terus bisa jalan,” terangnya. Menurut Bupati Anas, pihaknya sudah menjelaskan bahwa sesuai standar operasional prosedur (SOP), jika menurut Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan Kepala Bidang (Kabid) akuntansi tidak sesuai, keuangan tidak boleh dicairkan sungguh pun ada memo bupati. “Sering sekali surat keputusan (SK) sudah keluar, tapi duit tidak cair di BPKAD. Dan saya tidak bisa mengintervensi pencairan. Model-model ini harus terus dilanjutkan, sehingga BPKAD bersama Kabid Akuntansi mempunyai otoritas boleh-tidaknya uang dicairkan,” paparnya ■ Baca Raih...Hal 35
Menengok Kondisi Balai Desa Mojodungkul di Suboh
Empat Tahun Layani Warga di Pendapa Kondisi sejumlah bangunan balai desa di Kabupaten Situbondo cukup memprihatinkan. Salah satunya adalah balai Desa Mojodungkul, Kecamatan Suboh. Perangkat desa setempat terpaksa memberikan pelayanan kepada warga di pendapa. SULTAN ANSHORI, Suboh SEPINTAS memang tidak ada yang memprihatinkan di balai Desa Mojodungkul, Kecamatan Suboh. Apalagi jika dilihat dari kejauhan. Bangunan yang menjadi tempat menjalankan http://www.radarbanyuwangi.co.id
roda pemerintahan desa itu tegak berdiri. Tetapi, jika dilihat dari dekat, maka akan terlihat jelas bagian-bagian yang perlu segera diperbaiki. Salah satu bagian yang kondisinya parah adalah ruang-ruang di balai desa tersebut. Hampir semua ruang sudah tak bisa difungsikan. Hanya satu ruang yang bisa difungsikan. Ruang tersebut kini ditempati bidan desa sebagai ruang polindes. Nah, akibatnya, segala bentuk pelayanan yang diberikan pemerintah desa harus dilakukan di pendapa kantor desa. “Kondisinya sudah tak memungkinkan ditempati. Makanya, demi kenyamanan, khususnya keselamatan bersama, pelayanan kita lakukan di pendapa saja,” terang Agus Budi Santoso, 44, perangkat
Guci Gendoh diduga peninggalan Dinasti Ming Generasi berikutnya masih kerabat Aming dan Mi’ing
Duda tewas dihujani tusukan Kali ini tentu benda tajam, bukan benda tumpul
SULTAN ANSHORI/RaBa
RUSAK: Salah satu sudut balai Desa Mojodungkul, Kecamatan Suboh, Situbondo.
Desa Mojodungkul. Kata dia, Pemerintahan Desa Mojodungkul sebenarnya sudah men-
gajukan kegiatan rehabilitasi kepada Pemkab Situbondo ■ Baca Empat...Hal 35 email: radarbwi@gmail.com / beritaraba@gmail.com
Jawa Pos
BERITA UTAMA
Minggu 11 Mei 2014
R A D A R
B A N Y U W A N G I
31
Truk Muatan Larutan Ditinggal Kabur Sopir Sudah Dua Bulan Berada di SPBU Sumberrejo
HABIBUL ADNAN/RaBa
ALL OUT: Salah satu peserta lomba puisi saat tampil dalam festival ilmiyah dan gebyar bakat dalam rangka 1 Abad Pesantren Sukorejo.
Peserta Membeludak, Panitia Tambah Juri BANYUPUTIH - Perayaan 1 Abad Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Banyuputih, Situbondo, semakin meriah. Kemarin (10/5), ribuan peserta dari berbagai daerah mengikuti festival ilmiyah dan gebyar bakat yang digelar pesantren yang dihuni ribuan santri itu. Koordinator festival, Ahmad Baihaqi mengatakan, para peserta tidak hanya berasal dari Kabupaten Situbondo. Namun juga berasal dari Bondowoso, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Probolinggo, Sumenep, dan Pamekasan.
Mereka bersaing dalam tiga kategori perlombaan. Yaitu sains, bahasa, dan seni budaya. Menurut Baihaqi, peminat even ini benar-benar membeludak. Dari target panitia yang hanya 1000 peserta, melonjak hingga angka 2000-an. “Yang tercatat di panitia, jumlah total peserta mencapai 2299 orang,” katanya. Karena banyaknya jumlah peserta tersebut, imbuh Baihaqi, panitia harus menjadwal perlombaan hingga 16 Mei mendatang. Padahal, jadwal semula, festival tersebut hanya digelar selama tiga hari.
“Kami harus melibatkan 48 orang juri untuk menilai para peserta festival,” terang Baihaqi. Menurut Baihaqi, para juri itu sebagian besar berasal dari luar Jawa. Antara lain dari Denpasar dan Makassar. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo, Fatkhor Rakhman yang hadir dalam acara pembukaan mengapresiasi acara tersebut. “Hal semacam ini perlu terus dilaksanakan dalam rangka pengembangan SDM yang Khaira Ummah,” ungkap Kadispendik yang juga mantan agen koran Jawa Pos Radar Banyuwangi itu. (mg3/als)
Sekolah Usulkan Ibrahim Dipecat SITUBONDO - Sekolah tempat Ibrahim Malik mengajar langsung mengambil langkah tegas terkait dengan perilaku salah satu tenaga pengajarnya yang memalukan tersebut. Jumat lalu (9/5) SDN 4 Dawuhan langsung mengirimkan surat ke Dinas Pendidikan agar Ibrahim dipecat. Pernyataan itu disampaikan Ketua Komite SDN 4 Dawuhan, Habib Sholeh Al-Muhdlar. “Jadi, hari ini juga (9/5) pihak sekolah sudah bersikap. Kepala sekolah diminta membuat surat ke Dinas Pendidikan agar Ibrahim dikeluarkan dari SDN 4 Dawuhan,” ujar Sholeh kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Menurut dia, di sekolah, Ibrahim bukanlah guru yang baik. Sebab, sering meninggalkan tugas mengajar. “Saya sudah cek ke sekolah, Pak Ibrahim itu
Edy S/RaBa
Habib Sholeh Al-Muhdlar
jarang masuk. Kepala sekolah sudah sering menegurnya,” ungkap Sholeh. Sebagai ketua komite, kata dia, pihaknya sangat menyesalkan perilaku Ibrahim. Sebab, selain memberikan teladan tidak baik kepada para siswa, aksi kriminalnya juga sangat mencoreng nama baik lembaga tempatnya mengajar. “Pak Ibrahim sudah mengajar sekitar lima tahun. Dia
menjadi guru bahasa Inggris. Tapi jarang masuk. Karena pertimbangan kemanusiaan, selama ini masih dimaafkan. Tapi kali ini sudah keterlaluan. Sekolah tidak akan pernah menerimanya lagi,” tandas Sholeh. Pria yang tinggal di Jalan Cendrawasih tersebut menegaskah, kasus Ibrahim seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi Pemkab Situbondo. Pemkab harus mampu menyejahterakan para guru honorer. “Jangan cuma guru ngaji yang diperhatikan, guru honorer harus diperhatikan juga. Bagaimana peningkatan pendidikan akan baik kalau honornya cuma Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu per bulan,” tandasnya. Dengan tingginya biaya hidup saat ini, lanjut Habib Sholeh, honor seratus ribu tidak
akan pernah cukup. “Jadi, saya sangat menyesalkan karena pemkab tidak pernah peduli guru honorer. Dia mencuri kemungkinan besar karena terdesak kebutuhan ekonomi,” pungkas Sholeh. Seperti pernah diberitakan, Ibrahim Malik, 35, oknum guru honorer SDN Situbondo ditangkap polisi setelah mencuri motor Rabu malam (7/5) lalu. Pria asal Lingkungan Paraaman, Kelurahan Dawuhan, kota Situbondo, itu langsung digelandang ke Mapolres Situbondo. Aksi kejahatan oknum guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris itu dilakukan bersama temannya berinisial U dan P. Mereka mencuri motor Honda Beat bernopol P 2049 FD, milik Faris Irfan Faruqi, 18, pelajar asal Jalan Hasan Assegaf, Situbondo. (pri/c1/als)
Anggota Askab Belajar Wisata Ke Bali BANYUWANGI - Demi mendorong suksesnya program pengembangan wisata Banyuwangi, Asosiasi Kepala Desa Kabupaten Banyuwangi (Askab) ramai-ramai belajar pengembangan wisata ke Bali. Seluruh anggota Askab secara bertahap akan terbang ke Pulau Dewata Bali untuk belajar pengembangan wisata dan akan dikembangkan di desanya masing-masing. Sebelumnya, beberapa kepala desa diberangkatkan Bupati Abdullah Azwar Anas ke Bali untuk belajar wisata desa adat di Bali. Saat ini Askab berinisiatif sendiri mengajari sekitar 198 anggotanya cara pengembangan wisata. Tahap pertama, Askab mengirim sekitar 20 kades ke Bali Rabu (8/5) lalu. Keberangkatan 20 kades itu menggunakan pesawat terbang Garuda Indonesia dari Bandara Blimbingsari. Selama sehari penuh, mereka belajar ilmu pengembangan wisata. “Agar tidak mengganggu pelayanan desa, maka kita berangkatkan secara bertahap. Semua anggota Askab akan terbang ke Bali secara bertahap,” ujar Ketua Askab, Agus Tarmidzi, usai memberangkatkan rombongan belajar-wisata kepala desa di Bandara Blimbingsari Rabu lalu. Para kades yang berangkat ke Bali itu menggunakan transportasi udara pulang-pergi (PP). Sehari penuh mereka mengunjungi beberapa lokasi adat di Bali. “Kami ingin semua anggota Askab memiliki bekal pengetahuan untuk mengem-
bangkan wisata,” katanya. Agus Tarmidzi mengatakan, Askab juga mendukung penuh pembukaan rute penerbangan pesawat Garuda Indonesia
Banyuwangi-Denpasar. Pembukaan rute itu diharapkan akan membuka akses bagi Banyuwangi. “Kami berangkat ke Bali menggunakan trans-
portasi udara merupakan bagian dari dukungan kades terhadap pembukaan rute penerbangan itu,” ungkap Agus Tamidzi. (c1/afi)
BANYUPUTIH - Sebuah truk bermuatan larutan penyegar ditinggalkan sang sopir di SPBU Sumberrejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo. Diduga, truk bernopol H 1869 AA itu sudah berada di SPBU tersebut sejak dua bulan lalu. Sopir meninggalkan truk itu setelah meminta ditransfer sejumlah uang kepada sang bos. “Kami menyuruh sopir truk mengantarkan larutan penyegar ke Denpasar,” ujar Yanti, 35, pemilik muatan dalam truk tersebut. Menurut Yanti, sopir berangkat dari Jakarta pada 22 Maret. Berarti, truk sudah sekitar dua bulan ini ditinggalkan di SPBU tersebut. Yanti menceritakan, sekitar satu setengah bulan lalu, sopir truk meminta ditransfer uang Rp 5 juta. Alasannya, uang itu sebagai uang jalan. Yanti pun mentransfer uang yang diminta sang sopir itu ke rekening atas nama Teguh Nugroho. Seminggu kemudian, si sopir kembali menelepon dan meminta
HABIBUL ADNAN/RaBa
TAK BERTUAN: Truk muatan larutan penyegar ini ditinggal sopir selama dua bulan. Sopir kabur setelah meminta sejumlah uang kepada sang pemilik.
sejumlah uang kepada Yanti. Kali ini beralasan ban kempis. Yanti pun mentransfer uang lagi ke rekening yang sama dengan jumlah yang sama. Namun, setelah sekian lama, larutan penyegar tersebut tidak pernah sampai kepada tangan si penerima di Denpasar. Yanti pun bingung. Dia berusaha menghubungi sang sopir, tapi nomornya sudah tidak aktif. Keberadaannya pun
tidak diketahui. “Padahal hakhaknya sudah kami penuhi,” kata Yanti. Beruntung, sekitar dua hari lalu, petugas SPBU Sumberrejo menelepon Yanti. Nomor HP Yanti ternyata tertulis di struk yang ditinggalkan sopir dalam truk tersebut. Mendapat informasi tersebut, Yanti langsung meluncur bersama suaminya ke Situbondo n Baca Truk...Hal 35
BUDAYA
34
R A D A R
Jawa Pos
Minggu 11 Mei 2014
B A N Y U W A N G I
Tanjung Kamal Oleh Yudik W.*
SUNGGUH. Kamal telah membulatkan tekad untuk segera angkat kaki dari rumahnya. Ia lebih memilih meninggalkan ayahnya dan pergi bersama laki-laki yang ia cintai. Cinta Kamal pada kekasihnya itu sudah terlampau besar, bahkan ayahnya sekalipun tak mampu untuk menghalang-halanginya lagi. “Silakan pergi dari rumah ini!” kata Pak Sukron, ayah Kamal. “Ingat! Tak ada yang boleh kau bawa dari sini. Kau hanya bisa membawa baju yang sedang kau pakai itu.” “Kuharap Ayah mengizinkan aku membawa restu ayah.” jawab Kamal tersedu-sedu. “Apa?” Pak Sukron berang. “Tak sudi aku mengucap restu untuk kau.” “Bukankah aku tetap anak ayah?” Pak Sukron masuk ke dalam rumah dan membanting pintunya dengan keras. Bunyi bantingan itu membuat Kamal terkejut. “Pintu rumah ini tak akan pernah terbuka untukmu,” teriak Pak Sukron. “Kau bukan anakku lagi.” Tangis Kamal semakin menjadi. Air matanya makin membanjiri paras ayunya itu. Ia berkata dalam hati, andai ibunya masih bersamanya, tentu akan ada yang membela dirinya. Tapi itu tidak mungkin lagi. Kini, hanya satu orang yang bisa dia jadikan tempat menampung semua kesedihannya, Tanjung. *** Kamal datang ke rumah Tanjung. Rumah sederhana yang terletak di dekat pantai, dengan atap yang memiliki beberapa lubang dan membuat cahaya bulan malam itu menyelinap masuk, ruang tamu yang terbuka dan menyatu dengan teras, dindingnya dari bambu yang dianyam serta lantai tanahnya mirip seperti benjolan, kursi-kursi kayu yang sudah lapuk termakan waktu, tempat tidur berbalut sprei berwarna keruh, hingga dapur yang berantakan. Bagi Pak Sukron, rumah Tanjung tak patut disebut sebagai rumah dan tentu tak pantas pula Kamal tinggal di sana. Sedang rumahnya lebih layak untuk ditinggali. Tapi, tak ada pilihan lagi ke mana Kamal harus membawa dirinya. Hanya di sinilah satu-satunya tempat Kamal bisa pulang untuk saat ini. Atau, bahkan selamanya. “Seharusnya kau tak melakukan itu, Kamal.” kata Tanjung duduk di tepi tempat tidur. Dia tak percaya atas sikap yang diambil Kamal. “Tapi, sampai kapan?” “Aku bisa berbicara pada ayahmu,” sahut Tanjung, “... untuk menerima kita.” Kamal mendekat dan duduk di samping Tanjung.“Kau sudah pernah melakukannya. Apa yang kau dapat? Hinaan dari ayah lalu kau diusir, bukan?” jelas Kamal. Tanjung terdiam. “Aku hanya ingin bahagia bersamamu, Tanjung.” lanjut Kamal. “Bagaimana kalau aku tidak bisa melakukan itu?” “Bukankah kau mencintaiku?” sahut Kamal. “Tak mungkin kau tidak bisa membahagiakanku.” “Cinta tak selalu berakhir dengan bahagia, Kamal. Apalagi cinta yang kita jalani ini.” Kamal menggenggam tangan Tanjung. Laki-laki itu memandang wajah Kamal. Mereka saling menatap, seolah saling mencari kesungguhan yang tersimpan di balik mata mereka masing-masing. “Sekalipun cinta kita berakhir pada ketidakbahagiaan,” ucap Kamal,“ setidaknya kita tetap bisa bersama. Berbagi ketidakbahagiaan itu berdua. ” Mendengar kata-kata Kamal, mata Tanjung berkacakaca. Dia pun langsung memeluk Kamal. Tangis mereka sama-sama pecah, namun terselip senyuman bahagia. “Kini,” bisik Kamal di telinga Tanjung,“ aku sepenuhnya milikmu.” Malam itu menjadi awal di mana cinta mereka benarbenar tak bisa dipisahkan lagi. Tanjung pun meneguk manisnya cinta yang telah Kamal berikan semua untuknya. Percintaan penuh gairah pun tak bisa dielakkan di tengah cahaya bulan yang menyusup lewat atap rumah. Desah napas yang memburu beradu dengan deru ombak malam itu. *** Pernikahan mereka pun berlangsung seminggu setelah Kamal pergi dari rumahnya. Layaknya pengantin baru yang lain, setiap hari mereka selalu tampak bahagia. Kamal ingin ayahnya tahu bahwa apa yang dia pilih tidaklah sepenuhnya salah. Meski, jauh di dalam hatinya, ia menyadari kesalahan telah meninggalkan ayahnya sendiri. Tapi, di sisi lain ia hanya ingin bahagia bersama orang yang ia cintai. Setiap hari mereka selalu terlihat mesra. Tiga hari berturut-turut setelah pernikahannya, Tanjung tak sekalipun melaut. Seakan dia takut akan terjadi apa-apa pada istrinya ketika ditinggal pergi. Mungkin Tanjung masih ingin merasakan dekapan hangat istrinya. “Kau begitu cantik, Kamal.” ucap Tanjung membelai pipi Kamal yang sedang berbaring di sampingnya. “Ah, kau selalu menggoda sejak dulu.” jawab Kamal.
“Karena kau benar-benar cantik.” “Kalau aku tidak cantik, kau tak akan menikah denganku?” tanya Kamal. “Jangan berkata seperti itu, sayang.” jawab Tanjung lalu mendaratkan kecupan mesra di kening Kamal. Kecupan yang hangat membuat darah Kamal seperti mendidih. “Kau mau berjanji padaku?” tanya Kamal. “Apa?” “Jika kau benar-benar mencintaiku,” ucap Kamal, “kau tidak akan meninggalkanku. Kita akan terus bersama.” “Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita.” jawab Tanjung. “Sekalipun itu maut?” tanya Kamal. Tanjung kembali mencium istrinya. Mesra. Cinta telah membuat mereka tak bisa saling melepaskan. Seperti dua benda yang saling membutuhkan. Bagi Kamal, Tanjung seperti barang yang tidak bisa diganti keberadaannya dengan barang lain. Setiap hari dia rajin melaut dan pulang dengan hasil laut yang melimpah. Setiap pagi Kamalakan menyambut suaminya pulang dari melaut, setelah selesai menyiapkan makanan untuk suaminya. Satu bulan pernikahan mereka, Kamal memberi tahu bahwa dirinya sedang mengandung. Tanjung bahagia mendengar itu.
*** “Beberapa hari ini sepertinya ikan-ikan mengerti kalau aku butuh mereka.” kata Tanjung setelah sampai di rumahnya. “Tangkapanmu melimpah lagi hari ini?” tanya Kamal. Tanjung berlutut di hadapan Kamal, lalu mencium perut istrinya yang membesar karena kehamilannya sudah berumur tujuh bulan. “Tentu,” jawab Tanjung.“Ini untuk anak kita.” Mereka hidup dengan kesederhanaan. Tapi, mereka selalu merasa bahagia. Kamal berharap bahwa ayahnya mengetahui keadaan keluarganya saat ini. Bukan untuk menyombongkan diri, tetapi ia ingin menunjukkan bahwa dia bisa bahagia dengan apa yang dia pilih. Atau, jika ayahnya khawatir akan kebahagiannya, kini ayahnya tak perlu melakukannya lagi. Kamal tahu hatinya telah memilih Tanjung untuk menemukan kebahagiaan baginya. Bukankah hati tak pernah salam memilih? Pak Sukron tahu bahwa anaknya kini telah mengandung dan tak lama lagi akan melahirkan. Sebenarnya, dia tetap mengawasi Kamal. Pak Sukron merasa bahwa dia tetaplah ayah bagi Kamal. Dan dia masih menginginkan cucu dari Kamal. Tanjung dan Kamal sedang menanti anaknya. Mereka
sudah tak sabar lagi mendengar tangisan bayi yang akan memecah kesunyian di rumahnya. Kamal ingin segera menyibukkan diri mengurus bayinya. Tanjung pun ingin segera bermain bersama bayinya untuk melepas lelah sepulang melaut. “Cuaca terlalu parah saat ini,” kata Kamal. “Itu membahayakanmu. Apalagi kau sendiri.” “Tak ada pilihan lagi,” ucap Tanjung. “Kita butuh uang untuk kelahiran anak kita nanti.” Cuaca sedang buruk. Sementara, Tanjung harus pergi melaut. Namun, tak ada pilihan lagi baginya. Dia dan orang-orang di kampungnya hidup dari apa yang dihasilkan laut. Tentu jika mereka tak melaut maka tak ada yang bisa dimakan esok hari. Tapi, bukankah setiap tindakan selalu mengandung konsekuensi? “Aku bisa menjual kalungku.“ “Kalung itu pemberian ibumu,” sahut Tanjung. “Satusatunya benda yang bisa membuat kau dekat dengan ibumu. Simpan saja.” “Tapi, cuaca-“ “Sudahlah,” potong Tanjung.“Aku sudah melaut sejak kecil. Laut adalah rumah keduaku. Aku akan baik-baik saja selama kau terus berdoa untukku.” Tanjung melangkah keluar rumah. Tak lupa sebuah kecupan dia berikan pada Kamal. *** Ombak bergulung-gulung berantakan menghantam karang. Angin bertiup kencang, membuat daun-daun pohon kelapa bergoyang-goyang. Tiupannya seolaholah mengirim perasaan ketakutan bagi warga di sana. Beberapa perahu yang menepi terseret menjauhi bibir pantai, bahkan ada yang hampir terbalik. Suara bayi terdengar memecah malam yang gelap dan mulai turun hujan. Suara yang berasal dari rumah Kamal. Ia telah melahirkan bayinya dengan selamat dibantu beberapa tetangga. Seorang bayi perempuan yang berbalut kain batik cokelat, kini telah berbaring di samping Kamal. Sementara Kamal masih tak tenang melihat cuaca yang semakin memburuk. Ia teringat pada suaminya. Matahari hampir meninggi. Saatnya bagi para pelaut pulang. Kamal masih menunggu suaminya pulang. Namun, hingga sore akan kembali tenggelam, suaminya tak kunjung datang. Khawatir. Kamal ingin mendatangi rumah nelayan lain untuk menanyakan keberadaan suaminya. Namun, ia belum bisa sepenuhnya untuk berjalan. Malam pun kembali menyelimuti kampung. Kamal gelisah. Hatinya tidak tenang. Tidak mungkin bisa tenang, terus menerus was-was. Sudah dua hari Tanjung belum juga datang. Apa mungkin perahunya dihantam badai, batin Kamal. Pikirannya menjadi kalang kabut, memikirkan tentang segala kemungkinan yang terjadi. Berita itu pun sampai ke telinga seluruh penduduk kampungnya termasuk juga ayahnya. “Kenapa kau tidak pulang?” lirih Kamal sambil menangis.“Apa yang terjadi?” Tujuh hari kemudian, di kampungnya digegerkan dengan penemuan sebuah pecahan perahu. Mendengar kabar itu, Kamal bergegas menuju tepi pantai. Di pecahan perahu itu terdapat tulisan “Tanjung Kamal”. Tak salah lagi itu milik Tanjung, hati Kamal berkata. Oh, kapan Tanjung menulis nama itu? *** Kamal menangis setiap malam datang menyapa. Ia menyesali mengapa dia tak bisa mencegah suaminya pergi melaut saat itu. Andai ia bisa, tentu suaminya masih berada di sampingnya saat ini. Menemani dirinya dan anaknya. Kamal begitu mencintai suaminya. Malam itu dia begitu merindukan Tanjung. Di pikirannya berkelebatan adegan-adegan mesra bersama Tanjung. Semua kenangan tentang suaminya itu pun tak luput ikut terbayang. Termasuk kecupan terakhir yang dia dapatkan. Bayinya tiba-tiba menangis. Mungkin ia merasakan kegelisahan hatiibunya. Dia coba menenangkan bayinya itu dengan memberikan air susunya. Kamal memandangi wajah bayi perempuannya itu. “Malang sekali kau, Nak,” kata Kamal. “Kau harus kehilangan ayahmu.” Tiba-tiba dia teringat Pak Sukron.Dia ingin menumpahkan segala kesedihan saat ini padanya. Dia ingin mendapat pelukan ayahnya sekali saja. Dia merindukannya. Seketika pula dia teringat pada janjinya bersama Tanjung suatu malam. Pagi itu di rumah Pak Sukron banyak sekali orang. Ditemukan seorang bayi dalam sebuah keranjang di depan rumahnya. Tak ada yang tahu itu bayi siapa. Pak Sukron mengambil anak itu dari keranjangnya lalu jatuh sebuah benda. “Kalung,” gumam Pak Sukron. Dia ingat. Dia ingat betul pada bentuk kalung itu. Kalung itu pernah dia berikan pada seorang wanita. Istrinya. “Kamal?” ucap Pak Sukron. Dan di salah satu kampung nelayan yang lain, juga dihebohkan dengan penemuan mayat seorang wanita muda oleh nelayan di sana. Mayat itu ditemukan mengambang di tengah laut. *) Cerpenis Kota Santri.
SAJAK-SAJAK MAVISA KIS W
ADZAN SUBUH PERTAMA Bilamana kau panahkan jatuh mengambang di hulu perasaan pada adzan subuh pertama menginjak kata sinar suara tempat kami mengabdi dalam waktu menanti Rindu menderu Tak kuraba seharum itu atas debu Adakah kau dengar? Suara angin menderu kalbu Meracun sudah kini segala pendar Namun kau benteng, telinga dengan seribu alasan
AKU Aku ini orang yang tertinggal Aku ini orang yang akrab dengan kegagalan Aku tetap saja begini Hendak kukejar dan kugapai Tapi tetap saja begini Aku lumpuh ... Aku luluh ... Dengan hidup ini Lumpuh dengan masa depan ini Seakan kegamangan menggurita dalam
tubuh ini Mungkinkah papa aku ini? Jalang Bukan Berlari ... Tidak Kubawa luka di hati Hingga hilang segala alpa Perih tak terperi Aku gamang memvisi masa depan
ANGANKU TERPAKU DIPULAU MERAH Desiran angin Seolah menggelitik gejolak hati Sayup sayup suara gemericik air Melintas diperaduan Kupejam mata batinku sejenak Kala kicau burung melambai ditelingaku Tak ada sudut tandus diwajahmu Indah jelita taman surga dunia Segulung ombak yang slalu Berdiri pulang dan pergi Kau akrab dengan bukit kecilmu Ditepi bahari Menjulang gagah Memecah langit permadani Air bahari ditubuhmu
Bening menyelimuti Tenang, permai Damai di pangkuan … PULAU MERAH
BAHAGIA Kurasa bahagia itu sederhana Cukup dengan bersyukur Berdoa dan slalu sabar Bersyukur karna apa yang telah didapat Berdoa untuk memohon petunjuk jalan Slalu sabar oleh ujian yang diberi tuhan Ternyata …. Bahagia itu Ketika senantiasa dekat dengan-MU
BANYUWANGI Mungkin suratanmu Tak seelok pulau bali Namunkau lahirkan Banyak taruna jaya Tapi tak satu noktah-noktah pertikaian Lahir diperutmu Beta tersenyum melihatb tiranimu Teluk yang masih alami Gunung menjulang tinggi Bahari terbentang luas Mengitari plosok negeri Segulung ombak
Menghiasi figur kota permaimu Kutuk merunduk malam suram buram Meski tak banyak Tahu tentangmu Aku tahu Mereka tahu Tahu aku mencintaimu
BINTANG HARAPAN Degup jantung berpadu Menyibak kabut keraguan Di sore penantian Yang penuh pengharapan Angin bertiup kencang Dikala teja menghampiri bintang Gelap malam pendamping cahaya rembulan Mula segala berpandang terang
BINTANGKU Bintang ... Bagai berlian penerang angan Cahaya kehabagian Setetes makna penuh harapan Kau adalah teman pemandu malam Terselip antara gelapnya malam Dan kusamnya awan Kau bagaikan secercah potongan kertas putih
Berbalut mimpi penuh kehangatan
CITA Saat tangan menggenggam Seketika emosi, tubuh meredam Kilau bening mata memancar Tabir-tabir kehidupannampak permukaan Kilau mentari mencium pipi Menusuk raga sajad ini Beta bakal masa depan Menggapai cita jiwa belia Mimpi masa depan Tertanam cita di dasar Bahari yang terdalam *) Siswa SMPN 2 Srono, Banyuwangi.
Penjaga gawang rubrik budaya Radar Ba nyuwangi siap me nerima tendangan kar ya Anda dalam bentuk gambar, sketsa, pui si, cerpen, apresiasi sastra, dan ar tikel bu daya (maksimal 10.000 characters with spaces). Silakan kirim ke budayaradarbwi@gmail.com.
Jawa Pos
Minggu 11 Mei 2014
BERITA UTAMA R A D A R
35
B A N Y U W A N G I
Tak hanya Sehari tapi Sebulan ■ LATSITARDA... Sambungan dari Hal 29
Dalam Sambutannya, Jenderal Moeldoko mengatakan, Latsitarda yang dilaksanakan di Banyuwangi itu menjadi wahana integrasi para generasi muda calon pemimpin bangsa. Kegiatan tersebut diharapkan mampu menjadi wahana kebersamaan bagi 1.275 peserta dari unsur taruna Akademi Militer (Akmil), Akademi Angkatan Laut (AAL), Akademi Angkatan Udara (AAU), praja IPDN, dan mahasiswa, dengan masyarakat melalui bakti nyata. Jenderal Moeldoko menambahkan, pihaknya berharap persembahan bakti tersebut menjadi bukti betapa kuatnya komitmen generasi muda, baik taruna akademi TNI, praja IPDN, maupun mahasiswa yang mewakili perguruan tinggi, untuk senantiasa bersama dan berbagi serta peduli dengan sesama anak bangsa, khususnya masyarakat Banyuwangi dan umumnya masyarakat Jatim. “Sejak kelahirannya dan selama hayat dikandung badan, kita semua, termasuk TNI dan mahasiswa, harus selalu berjuang dan bekerja
GERDA SUKARNO/RaBa
OKSIGEN: Penabuh bass drum beraksi dengan mengenakan helm pilot unjuk kebolehan di lapangan Taman Blambangan pagi kemarin.
sama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Yang pasti, bagi TNI dan generasi muda, apa yang terbaik bagi rakyat, itulah
yang terbaik bagi TNI dan generasi muda,” ujarnya. Jenderal Moeldoko menambahkan, saat ini sedang dibentuk
sebuah sistem global yang mampu masuk ke ranah terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Dikatakan, globalisasi menawarkan berbagai kemudahan bagi masyarakat di seluruh belahan dunia. Namun, globalisasi juga menimbulkan berbagai masalah yang dapat merugikan masyarakat. Menurut jenderal lulusan Akabri tahun 1981 tersebut, tampak jelas bahwa kekuatan ekonomi dunia menguasai kedaulatan ekonomi hampir di seluruh negara di dunia. Karena itu, imbuh Jenderal Moeldoko, mempertahankan kedaulatan bangsa adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar. “Negara tidak boleh kalah dengan perkembangan global apa pun. Karena negara dibangun untuk kepentingan seluruh rakyat. Tidak ada warga negara lain yang mampu membangun Indonesia, kecuali kita sendiri,” tegasnya. Sementara itu, peserta Latsitarda akan melakukan pembangunan fisik dan nonfisik. Di bidang fisik, para taruna akademi TNI, praja IPDN, dan mahasiswa akan membangun sarana yang dibutuhkan masyarakat setempat. Di bidang nonfisik, mereka
Ribuan Penonton Memadati Sisi Jalan ■ DRUM... Sambungan dari Hal 29
Para penonton pun terkesima dengan atraksi yang ditampilkan para personel grup drum band Gita Dirgantara asal Akademi Angkatan Udara (AAU), Cakra Lokananta asal Akademi Militer (Akmil), Gita Jala Taruna dari Akademi Angkatan Laut (AAL), dan Gita Abdi Praja asal Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tersebut. Di hadapan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan seluruh hadirin, grup drum band gabungan di bawah pimpinan Ko-
mandan Jenderal Akademi TNI Marskal Muda TNI Bambang Samoedro itu menampilkan dua formasi. Formasi pertama adalah formasi TNI. Formasi itu melambangkan jati diri para taruna yang terdiri atas tiga matra, yakni darat, laut, dan udara. Meski berasal dari tiga matra, tapi mereka menjadi satu kesatuan TNI yang memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan keutuhan bangsa dan negara. Formasi kedua, drum band gabungan menampilkan formasi “34” yang melambangkan pelaksanaan Latsitarda XXXIV tahun 2014. “Saya sangat kagum. Penampilan grup drum band tersebut sangat bagus,” gumam Suhaili, salah satu penonton. Tidak hanya itu, usai upacara, tepatnya sekitar pukul 14.00, tim drum band gabungan tersebut kembali beraksi. Kali ini mereka menggelar pawai di sejumlah ruas jalan di pusat kota Banyuwangi. Kirab drum band dan peserta Latsitarda XXXIV diberangkatkan
Bupati Abdullah Azwar Anas di depan Pendapa Sabha Swagata Blambangan. Dari depan pendapa, barisan drum band yang disusul barisan seluruh taruna Akademi TNI, praja IPDN, dan mahasiswa, itu bergerak menuju Jalan PB. Sudirman hingga Simpang Lima, Banyuwangi. Dari Simpang Lima, peserta kirab berbelok ke kiri menuju Jalan dr. Soetomo, dan finish di Taman Blambangan. Sama seperti saat penampilan di lapangan Taman Blambangan, ribuan penonton tumplek-blek memadati sisi jalan yang dilalui kirab drum band dan peserta Latsitarda tersebut. (sgt/c1/bay)
Perut Penuh Tusukan, Usus Terburai ■ TEWAS... Sambungan dari Hal 29
Luka-luka itu ada di dada atas bagian kiri, di dada kanan, perut bagian kiri, dan pinggang bagian kiri. “Luka terakhir menyebabkan usus korban terburai. Selain itu, ada pula bekas luka tusuk benda tajam dan luka robek,” beber Yudi, petugas kamar mayat RSUD Blambangan. Aksi pembunuhan tersebut berlangsung cepat. Saat keja-
dian, korban tengah berkumpul dengan teman-temannya. Malam itu mereka sedang menggelar acara bakar-bakaran ubi. Tak lama berselang, pelaku muncul dan menghampiri korban. Tanpa basa-basi, pelaku langsung menghunjamkan pisau ke tubuh korban. Diserang bertubi-tubi, korban tidak bisa berbuat banyak. Itu membuat pelaku leluasa meneruskan aksinya hingga korban roboh.
Puas menuntaskan aksi, pelaku langsung kabur. Rekan korban berupaya memberikan pertolongan. Namun apa daya, korban meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Usai diperiksa dan diotopsi, jasad korban kemarin langsung dibawa pulang pihak keluarga untuk dimakamkan. Sementara itu, pelaku penusukan, FR, 30, yang tidak lain tetangga korban, kini masih diburu polisi. Motif di balik penusukan Ahmad
Fathanul itu hingga kini masih dalam penyelidikan aparat Polsek Licin. Berdasar keterangan beberapa saksi mata di sekitar tempat tinggal korban, aksi nekat pelaku diduga bermotif asmara. Itu didasari beberapa keterangan bahwa rumah tangga pelaku dalam guncangan. Diduga, korban yang pernah menjalin asmara dengan istri pelaku semasa lajang kembali menjalin komunikasi. (nic/c1/bay)
Minta BPKP Tetap Awasi Banyuwangi ■ RAIH... Sambungan dari Hal 29
Bukan itu saja, khusus kebijakan akuntansi, imbuh Anas, Pemkab Banyuwangi hanya merekrut sarjana dengan indeks prestasi (IP tinggi). Selain itu, mutasi jarang menyentuh pegawai bagian keuangan. Kalau pun terjadi mutasi, maka mutasi dilakukan antar bagian keuangan, misalnya pegawai bagian di salah satu dinas dipindah ke bagian keuangan dinas lain. Anas berterima kasih kepada seluruh staf yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah. Sebab, opini WTP murni tersebut telah menjawab bahwa tertib administrasi di Banyuwangi telah berjalan dengan baik sesuai standar akuntansi pemerintahan. Seperti diberitakan kemarin, Pemkab Banyuwangi berhasil mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Tanpa Catatan/Tanpa Paragraf Penjelasan. Predikat WTP murni tersebut diberikan Badan Pe-
meriksa Keuangan (BPK) RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2013. Opini WTP Murni itu diketahui setelah Bupati Abdullah Azwar Anas menerima hasil pemeriksaan LKPD 2013 dari BPK Jatim di Surabaya kemarin (9/5). Hasil pemeriksaan LKPD 2013 pemerintah kabupaten/kota di Jatim diserahkan secara bertahap. Bulan ini ada sekitar tujuh kabupaten/kota yang LKPD-nya sudah rampung dan diserahkan. Dalam acara yang berlangsung di kantor BPK Jawa Timur di Surabaya kemarin ada lima bupati yang menerima hasil pemeriksaan LKPD 2013. Selain Bupati Anas, juga ada Bupati Bondowoso Amin Said, Bupati Pacitan Indarto, Bupati Ponorogo H. Amin, dan Bupati Tulungagung Sahri Mulyo. Dari lima bupati yang menerima hasil pemeriksaan LKPD itu, tiga kabupaten status opininya naik, satu kabupaten turun dari WTP murni menjadi WTP dengan catatan, dan satu lagi Kabu-
paten Banyuwangi bertahan dengan WTP murni. “Kita baru selesai menerima rapor dari BPK. Hasilnya, alhamdulilllah tetap seperti tahun 2013, WTP murni,” ungkap Bupati Anas usai menerima berkas hasil pemeriksaan kemarin. Bupati Anas mengatakan, opini dari BPK itu menunjukkan pengelolaan keuangan Banyuwangi sangat akuntabel dan kredibel. “Kami kelola APBD dengan tiga parameter; akuntabel, transparan, dan partisipatif. BPK sudah menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan Banyuwangi sangat baik. Itu berarti parameter akuntabel terpenuhi. APBD bisa dipertanggungjawabkan dengan baik,” papar Anas. Parameter transparan, kata Anas, menunjukkan proses penganggaran dilakukan secara terbuka. Parameter partisipatif diwujudkan dengan mengakomodasi semua opini kritis publik dalam proses penyusunan anggaran. Parameter partisipatif juga ditunjukkan dengan keterli-
batan publik dalam penyusunan anggaran dan perencanaan pembangunan. “Soal transparansi dan partisipatif ini juga sudah diakui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Banyuwangi dinobatkan sebagai daerah dengan perencanaan pembangunan terbaik,” katanya. Bupati Anas berharap, kinerja itu bisa dipertahankan pada tahun-tahun mendatang. Anas mengakui, tidak mudah memperbaiki pengelolaan keuangan Banyuwangi yang pada tahuntahun sebelumnya selalu mendapat disclaimer opinion (menolak berkomentar karena tidak bisa dinilai) dari BPK. Lembaga audit negara itu memberikan disclaimer opinion, karena pengelolaan keuangan Banyuwangi sangat buruk. “Pengelolaan anggaran tidak boleh ada yang main-main. Saya minta Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menempatkan stafnya di Banyuwangi guna mengawasi kerja kami,” katanya. (sgt/c1/bay)
akan memberikan kesadaran kepada masyarakat, mulai kesadaran bela negara, kesadaran hidup bernegara, dan kesadaran hukum. Dikonfirmasi terpisah, Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, Latsitarda kali ini adalah kehormatan bagi Banyuwangi.
Saat Latsitarda berlangsung, banyak taruna, praja, dan mahasiswa ikut berprestasi di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini. “Ini akan menginspirasi anak-anak Banyuwangi. Sebab, mereka “bergumul” bukan hanya satu atau dua hari, tapi satu bulan,” tuturnya.
Bupati Anas menambahkan, Latsitarda sekaligus bisa menjadi ajang promosi Banyuwangi. Sebab, melalui kegiatan tersebut, banyak petinggi negeri ini yang hadir di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini. “Harapan kami, Banyuwangi akan terus mendapat tempat di hati mereka,” pungkasnya.(sgt/c1/bay)
Memuji Masyarakat Giat Kerja ■ BANYUWANGI... Sambungan dari Hal 29
Mulai sarana transportasi hingga kekayaan sumber daya alam di Banyuwangi ada. “Pelabuhan punya, stasiun kereta api (KA) ada, lapangan terbang (lapter) juga punya. Belum lagi kekayaan sumber daya alamnya (SDA). Luar biasa,” bebernya. Belumberhentidisitu,menurutJenderalGustaf,ketersediaan sarana transportasi dan kekayaan SDA tersebut
ditunjang figur Bupati Banyuwangi yang mumpuni. “Bupatinya pintar. Kurang apa lagi?” tanya dia. Ada satu syarat penunjang kemajuan kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini, yakni kemauan masyarakat bekerja membangun daerah. “Bupati punya konsep yang brilian. Jika ada kebijakan, tinggal diupayakan oleh masyarakat bagaimana menyesuaikan dengan kebijakan yang brilian tersebut. Saya yakin Banyuwangi akan menjadi sesuatu yang luar biasa,” pungkasnya. (sgt/c1/bay)
Merugi Jutaan Rupiah ■ TRUK... Sambungan dari Hal 31
Dia tiba di SPBU tersebut sekitar pukul 02.00 dini hari kemarin. Setelah mengecek muatan truk tersebut, Yanti yakin muatan truk tersebut adalah miliknya yang hendak dikirim ke Denpasar, Bali. Ada sekitar
418 kardus berisi larutan penyegar. Namun, ada puluhan dus yang kondisinya sudah rusak. “Akibat peristiwa ini, kami mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Sekitar Rp 10 juta hilang karena dibawa lari sopir, dan jutaan lain karena larutan dalam truk itu banyak yang rusak,” kata Yanti. Atas kejadian itu, dia langsung melaporkan peristiwa tersebut kepada polisi. (mg3/c1/als)
Mencampur Tinta Sendiri ■ TINTA... Sambungan dari Hal 36
Selain itu, penyampuran tinta yang akan dibuat membatik tidak boleh dilakukan oleh banyak tangan. Alasannya, karena setiap orang memiliki imajinasi berbeda. “Yang mencampur tinta harus satu orang sampai selesai. Setiap pembuatan jenis batik, maka yang mencampur tidak boleh banyak orang. Cukup satu saja,” imbuhnya. Tinta pewarna batik memiliki banyak jenis yang mempenga-
ruhi hasil. Misalnya, ada pewarna batik jenis naptol, yakni sejenis pewarna kimia yang biasa digunakan membatik dengan cara yang lebih modern. “Naptol biasa digunakan membatik dengan alat pembatik berupa cetakan,” katanya. Selain naptol, ada juga yang sifat warnanya lebih alami, yakni menggunakan tinta jenis indigusol. Tinta ini kebanyakan digunakan untuk pembuatan batik secara manual. “Indigusol digunakan untuk batik tulis secara manual. Jadi, dengan menggunakan sejenis ketel kecil
atau canting, pembatik langsung menuliskan tinta pewarna ke kain,” kata Ali. Sejak zaman nenek moyang sampai tahun ini, para pembatik di seluruh Indonesia tidak lepas dari dua jenis tinta tersebut. Karena itu, pencampuran tinta harus dilakukan secara mandiri agar mendapat hasil yang seimbang. “Selain dua tinta itu, masih banyak tinta yang lain. Tapi hampir semua pembatik pakai dua jenis pewarna itu. Orang Solo dan Banyuwangi juga itu,” pungkasnya. (rri/c1/als)
Dua Hari Satu Karya ■ PERBEDAAN... Sambungan dari Hal 36
Pada era kekinian, menggambar kain batik memang bisa dengan cara modern. Tetapi, pasar tetap saja lebih mengunggulkan desain batik yang dibuat secara manual menggunakan tangan. Tak heran, bila harga kain batik manual lebih mahal daripada kain batik yang dibuat dengan alat pencetak. Siang kemarin (3/5), di lokasi perajin batik Desa Paowan, ada perajin yang membatik menggunakan tangan. Dengan cara seperti itu, perajin bisa menyelesaikan satu karya sampai dua hari. “Karya tangan dengan alat ketel kecil itu bisa selesai satu sampai dua hari,
dan hasilnya sangat alami,” kata Muhammad Akip, perajin batik asal Desa Paowan. Selain itu, juga ada beberapa perajin yang membatik menggunakan alat pencetak. Cara yang cukup modern ini dalam sehari mampu membuat kain batik mencapai puluhan lembar hingga ratusan. “Untuk yang pakai alat cetak lebih cepat,” imbuhnya. Perbedaan yang paling menonjol pada kain batik secara manual dan modern terletak pada desain corak serta halusnya pembuatan batik. Gambar pada batik manual, terkadang tulisannya ada yang timbul dan tipis. Sedangkan kain batik yang dibuat dengan pencetak rata-rata menghasilkan batik
yang relatif sama. Kain batik manual, biasanya sangat jarang digunakan oleh warga, karena produksinya yang terbatas. Selain itu, ada nilai lebih karena proses pembuatannya mayoritas menggambar isi hati dan pikiran secara langsung. “Batik karya tulis masih lebih unggul, tetapi satu desain yang sama itu sangat jarang diproduksi secara partai,” katanya. Sementara, untuk batik modern bisa buat sebanyak apa pun. Batik ini biasa dibuat sesuai pesanan kelompok yang dijadikan seragam. “Batik manual juga banyak yang pesan, tapi mayoritas untuk perorangan. Beda dengan yang dicetak,” pungkas Muhammad Akip. (rri/c1/als)
Kalau Hujan Pindah ke Polides ■ EMPAT... Sambungan dari Hal 29
Hanya saja, hingga kini belum ada kabar menggembirakan. “Kami hanya terus berharap pemerintah daerah segera merespons dan segera membangun ruang di balai desa kami,” imbuhnya. Hampir tak terasa, kondisi pelayanan pemerintah desa yang memprihatinkan di Desa Mojodungkul itu sudah berlangsung selama empat tahun. “Mau bagaimana lagi. Bahkan, kami
sudah terbiasa dengan keadaan semacam ini. Warga pun merasa sudah terbiasa karena saking lamanya,” ujar Agus. Sebetulnya sedikit-banyak keadaan tersebut berpengaruh terhadap kenyamanan pelayanan. Apalagi, di musim hujan, kondisi jauh lebih memprihatinkan terjadi. Sebab, air hujan dengan leluasa masuk ke ruangan. “Atap pendapa rusak dan air meluber ke dalam,” terangnya. Akibatnya, seluruh dokumen yang diletakkan di pendapa harus ditutup menggunakan plas-
tik. Jika tidak, maka dokumen akan basah terkena luberan air hujan. “Kalau sudah musim hujan, proses pelayanan kita pindah ke ruang polides. Kadang juga menggunakan rumah perangkat desa yang tidak jauh dari pendapa,” kata Agus. Camat Suboh, Bahri, tidak membantah terkait kondisi kan tor Desa Mojodungkul yang memprihatinkan tersebut. Kata dia, di wilayah kerjanya ada dua desa yang kondisi balai desanya sangat memprihatinkan, yaitu balai Desa Mo-
jodungkul dan Gunung Puteri. “Bahkan, gedung kantor desa di Gunung Puteri sudah hancur. Jadi, jauh lebih parah di bandingkan yang di Desa Mojodungkul,” tandasnya. Camat Suboh mengaku akan terus berupaya memperjuangkan agar balai desa di dua desa tersebut segera diperbaiki. Salah satunya, memperjuangkan melalui musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). “Kami terus mengupayakan agar mendapat dana pembangunan,” ujar Bahri. (pri/c1/bay)
NIKLAAS ANDRIES/RaBa
ASPAL MENGELUPAS: Akses jalan umum sebelah timur RSUD Blambangan rusak parah kemarin.
Jalan Penuh Batu di Timur RSUD BANYUWANGI - Kondisi jalan di sebelah timur RSUD Blambangan, Banyuwangi, cukup mengenaskan. Aspal yang melapisi jalan tersebut sudah tidak tampak lagi. Yang ada kini hanya lapisan batu rejeng dan tanah. Padahal, jalan tersebut cukup ramai dilewati pengendara setiap hari. Selain jalan masuk bagi pengunjung rumah sakit yang mengendarai motor,
jalan tersebut merupakan akses menuju kamar mayat. Dampaknya, banyak pengunjung rumah sakit yang menggunakan motor merasa tidak nyaman melintasi jalan tersebut. Mereka mengeluhkan jalan yang tidak rata dan bergelombang itu. Bahkan, mobil jenazah juga harus berhati-hati melintasi jalan sempit tersebut. Kapan dibenahi? (nic/c1/bay)
MINGGU 11 MEI 2014 HALAMAN MAN 36 Q
Q
PEWARNAAN
NUR HARIRI/RaBa
DITIMBANG: Ali Sadikin (pakai topi) mencampur tinta pewarna batik.
Tinta Harus Seimbang PERSIAPAN awal membatik adalah menyiapkan tinta pewarna. Langkah itu menjadi satu bagian yang cukup penting agar menghasilkan ratusan kain batik yang seragam. Maka diperlukan pencampuran tinta dengan ukuran yang tepat demi memperoleh warna batik yang diinginkan. Salah seorang perajin, Ali Sadikin mengatakan, tidak semua perajin batik bisa mencampur tinta pewarna batik. Diperlukan keahlian khusus untuk mencampur tinta pewarna, dan proses mencampurnya tidak boleh terburuburu. “Tujuan kenapa tinta itu ditimbang, agar warna semua kain batik itu sama,” kata Ali, saat menuang tinta bubuk ke timbangan ■ Baca Tinta...Hal 35
MOTIF FOTO-FOTO: NUR HARIRI/RaBa
KOMPAK: Beberapa santri saat menjemur kain batik yang masih basah. Membatik ibarat melukiskan imajinasi sang perajin.
Melukiskan Imajinasi NUR HARIRI/RaBa
MENDESAIN: Para santri Ponpes Nurul Huda melihat proses pembatikan.
Perbedaan Batik Manual dan Cetak TAHAP tersulit dalam membatik adalah membuat desain gambar pada kain polos. Proses itu yang disebut para perajin bahwa membuat batik harus dengan pikiran dan hati yang sejalan. Para perajin harus dengan sabar menuangkan imajinasi ke kain polos. Setelah corak batik di kain polos itu terlihat jelas, maka sang perajin harus menyelesaikan pekerjaan batiknya sampai kain seukuran 1,5 meter x 2,5 meter tergambar seluruhnya dengan desain yang sama. Proses itulah yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan ■ Baca Perbedaan...Hal 35
MESKI kerajinan batik menjadi warisan para leluhur, bukan berarti perkembangan corak pakaian khas Indonesia itu berjalan monoton. Kerajinan batik di Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, misalnya, terus berproduksi dengan desain yang berbeda dan lebih menarik hati. Agar bisa membatik diperlukan banyak persiapan. Itu tidak hanya berupa material, tapi juga butuh keteguhan hati dan pikiran. Sehingga, mampu menuangkan gambar yang cantik di kain putih polos. Bila persiapan dasar itu tidak dipenuhi, maka selama membatik dipastikan akan belepotan. “Membatik itu perlu ketekunan dan kesabaran. Ibaratnya, pembatik itu adalah orang yang menggambar isi hati dan pikiran ke dalam kain polos. Jika hati tidak
GALERI BATIK: Warga dan seorang santriwati menjaga toko kain batik.
Dipercantik dengan Warna Dasar SETELAH melalui proses penggambaran sesuai yang diidamkan, kain batik yang sudah terlihat coraknya langsung diberi warna dasar. Proses itu tampak lebih mudah daripada pembuatan batik yang lain. Meski demikian, warna dasar juga butuh keserasian agar gambar yang menarik tidak kalah oleh warna dasar. Pemberian warna dasar pada kain berarti menunjukkan bahwa produksi batik sudah 75 persen atau hampir selesai. Setelah kain diberi warna dasar, maka kain batik siap dipoles dengan kuas cat. Kain batik cukup dibentangkan dan diikat di bambu. “Warna dasar tidak boleh mengalahkan warna corak gambar yang ada. Jadi, pemberiannya tidak boleh terlalu tebal agar gambar batik yang dibuat tidak tertutupi dan tetap mencolok,” kata Muhammad Akip, perajin batik yang tinggal di Desa Paowan, Panarukan.
Begitu pewarnaan dasar pada kain batik merata, maka kain yang basah karena tinta tersebut langsung dipanaskan di bawah terik matahari. Beberapa jam setelah dipanaskan, kain batik tersebut sudah kering dan siap dijual di pasaran. Menurut Ali Sadikin, perajin lain, proses pengeringan kain batik tidak harus dijemur di bawah sinar matahari. Ada juga kain batik yang hanya didiamkan di dalam ruangan sudah kering. “Pembuatan kain batik yang manual dengan menulis tidak perlu dijemur. Jadi akan kering dengan sendirinya,” kata Ali. Dijemur atau tidaknya kain batik bergantung proses pembuatan kain batik. Selain itu, juga berdasar jenis tinta yang digunakan sebagai pewarna untuk membatik. “Dilihat dari corak, kemudian jenis tinta yang dipakai, maka bisa ditentukan apa perlu dijemur ataukah tidak,” imbuhnya.
Pewarnaan dasar kain batik bisa dilakukan siapa pun. Prosesnya yang sangat mudah membuat warna dasar yang dioleskan bisa selesai lebih cepat daripada proses lain. “Tinggal nguas saja. Yang penting jangan tebal-tebal tapi merata,” pungkas Ali. (rri/c1/als)
silkan puluhan bahkan ratenang dan pikiran lagi ribut, tusan kain batik dengan pasti batiknya tidak akan corak yang sama. jadi,” kata Muhammad Produk dalam “Setiap kali produkAkip, salah seorang negeri berupa pakaian si batik, itu menghaperajin batik. khas batik sudah diakui banyak silkan ratusan kain Karena itu, pemorang di berbagai penjuru dunia. yang corak dan buatan corak dan gambarnya sama desain pada kain Kreativitas itu tidak lepas dari semua. Baru, sebisa ber ubah karya tangan warga pribumi untuk telah produksi sewaktu-waktu. terus berproduksi, menjaga, dan lagi akan dibuat Hal itu dipengadesain gambar ruhi pikiran pemmeneruskan warisan yang berbeda agar buat yang harus nenek moyang sebagai hasilnya tidak itu-itu tabah dan tenang kekayaan intelektual. saja,” terang Karim, seselama menuliskan orang santriwati sambil garis-garis yang memmenunjukkan kain batik bentuk gambar. Pembuatan segala macam. batik, biasa dilakukan berpartaiTempat kerajinan membatik milik Nyai partai yang dalam satu momen mengha-
Kholifah Mursid Romli ini berlokasi di selatan Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Paowan. Pantauan koran ini, setidaknya ada belasan warga yang bekerja sebagai perajin batik. Selain itu, juga ada beberapa santri putra dan putri yang terlihat pandai membatik. Kini, kerajinan batik bernama Batik Sanggar Batik Cendekia yang melibatkan tangan-tangan warga dan sejumlah santri, bisa memberi manfaat lain secara ekonomi. Selain banyak mendapat pesanan dari lokal Situbondo, batik ini juga sudah mengirim ke sejumlah kota besar, seperti Bali dan Surabaya. “Sudah berjalan sekitar empat tahun. Yang bekerja di sini sebagian warga sekitar pondok dan ada sebagian lagi dari santri,” pungkas Muhammad Akip. (rri/c1/als)