7 DESEMBER
TAHUN 2014
Eceran Rp 5.750 HALAMAN 29
FOTO-FOTO: GALIH COKRO/RABA
MUSIK TEPI LAUT: Tohpati tampil di panggung besar di kawasan Pantai Boom, Banyuwangi, tadi malam (kiri). Puluhan penabuh rebana pilihan unjuk kebolehan dalam aksi kolaborasi Banyuwangi Beach Jazz Festival tadi malam (kanan).
azz Pantai Tetap Memikat
BANYUWANGI - Perhelatan Banyuwangi Beach Jazz Festival alias Jazz Pantai benarbenar mampu menyuguhkan “energi” berbeda di tengah maraknya festival musik Jazz di tanah air. Gelaran yang dilangsungkan di kawasan Pantai Boom, Banyuwangi, tadi malam itu (6/12) mampu menghadirkan musik jazz dengan nuansa yang lebih riang
dan bersemangat, seperti halnya budaya masyarakat pesisir. Panggung megah, tata cahaya yang
menawan, dan background Selat Bali yang memesona, membuat pergelaran musik jazz ber-tagline “Gulung Ombak, Jazz Bersemarak” tersebut semakin terkesan “berkelas”. Pergelaran Banyuwangi Beach Jazz Festival terasa semakin menarik berkat kolaborasi Kua Etnika yang dipimpin Djaduk Ferianto bersama kuntulan Banyuwangi.
Kolaborasi tersebut menjadi jembatan menggali kearifan lokal melalui pendekatan musik. Selain itu, penampilan sederet namanama musisi jazz beken, seperti Yovie Widiyanto, Hedi Yunus, Tohpati, Djaduk Ferianto, dan Trie Utami, mampu membius ribuan penonton ■ Baca Jazz...Hal 35
Dua Rumah Ambruk EKONOMI DEDY JUMHARDIYANTO/RABA
HANCUR: Aripah membetulkan puing rumahnya yang ambruk akibat diterjang hujan dan angin di Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, pagi kemarin (6/12).
Kepala Bocor Tertimpa Kayu Atap DEDY JUMHARDIYANTO/RABA
KETAT: Dua petani cabai mengawasi tanaman cabai di ladangnya kemarin (6/12).
Tanaman Cabai Dijaga Siang dan Malam WONGSOREJO - Melambungnya harga cabai dalam beberapa pekan terakhir hingga tembus Rp 70 ribu per kilogram membuat para petani cabai di wilayah Kecamatan Wongsorejo memperketat penjagaan tanamannya. Sebab, tanaman cabai itu kini menjadi incaran maling ■ Baca Tanaman...Hal 35
ADA APA LAGI
SHULHAN HADI/ RABA
LUKA: Kepala Suaidah bocor setelah tertimpa kayu atap rumahnya kemarin.
ROGOJAMPI - Guyuran hujan terus-menerus di Bumi Blambangan beberapa hari terakhir mulai membawa bencana. Dua unit rumah di Kecamatan Rogojampi, ambruk setelah diguyur hujan dan disapu angin Jumat malam lalu (5/12). Salah satu korbannya adalah Aripah, 59, warga Dusun Sidorejo, RT 02/ RW II, Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Janda satu anak itu beruntung tidak menjadi korban saat dapur rumahnya ambruk Jumat malam lalu (5/12). Saat itu dia sedang membantu sebuah hajatan pernikahan tetangga yang tak jauh dari rumahnya. Karena hujan turun cukup deras, dia pulang untuk
mengecek dapur rumahnya yang biasanya bocor. Selain itu, dia bergegas memindahkan kompor gas di dapur tersebut agar tidak basah. Tidak ada firasat apa pun yang dia rasakan, sesaat berhasil mengangkat dan hendak memindahkan kompor gas dari dapur menuju ruang tamu, kayu dan atap dapur rumahnya tiba-tiba ambruk. Kaget bukan kepalang, Aripah yang hanya tinggal seorang diri itu nyaris tertimpa reruntuhan kayu dan genting dapur. “Posisi saya masih memegang kompor gas. Begitu tahu dapur saya ambruk, saya langsung lemas,” katanya dengan mata berkaca-kaca siang kemarin (6/12) ■ Baca Dua...Hal 35
SEMENTARA itu, hujan yang mengguyur Bumi Blambangan Jumat malam lalu (5/12) menyisakan duka bagi Suaidah. Perempuan berumur 85 tahun, warga RT 2, RW 1 Dusun Krajan, Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, mengalami luka bocor di kepala. Dia terluka di kepala karena tertimpa kayu rangka rumahnya. Selain itu, rumah perempuan itu roboh nyaris rata tanah setelah diguyur hujan malam itu. Menurut anak korban, Untung, 65, kejadian itu terjadi saat salat Isya, Saat itu hujan turun cukup lebat ■ Baca Kepala...Hal 35
Sudah Diprediksi BMKG GUYURAN hujan disertai angin kencang ternyata sudah diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Stasiun BMKG Banyuwangi
menyatakan, kawasan Bumi Blambangan dan sekitarnya sudah masuk musim penghujan awal Desember ini ■
SHULHAN HADI/RABA
Baca Sudah...Hal 35
RATA: Puing rumah Suaidah di Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, rata tanah kemarin.
Amurwa Bhumi, Wadah Pencinta Batu Akik di Banyuwangi
Sepakat Akik Masuk Warisan Budaya yang Dilestarikan GALIH COKRO/RABA
WIDE ANGLE: Bupati Anas didampingi Subhan Aksa mengamati foto Parade Gandrung Sewu karya Galih Cokro dari Jawa Pos Banyuwangi di Aula Sayuwiwit kemarin.
Karya Fotografer JPRaBa Laku Termahal BANYUWANGI - Pameran foto yang dihelat Dewan Kesenian Blambangan (DKB) panen apresiasi. Beberapa tokoh memuji karya para fotografer Banyuwangi itu. Bahkan, dalam lelang penutup pameran kemarin (6/12), foto Parade Gandrung Sewu karya fotografer Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa), Galih Cokro Buwono, laku paling mahal ■ Baca Karya...Hal 35 http://www.radarbanyuwangi.co.id
Jual togel kepada polisi Ibarat ulo marani gepuk
Batu akik ternyata bukan sekadar hiasan pemanis jari. Beberapa penggemar menjadikan jenis bebatuan ini sebagai barang koleksi. Bahkan, mereka rutin bertemu dan membentuk perkumpulan kolektor batu akik bernama Amurwa Bhumi.
SEHOBI: Pencinta batu akik dalam acara pertemuan di Kebalenan, Banyuwangi.
Tanaman cabai dijaga petani siang dan malam Sama halnya menjaga uang, tapi masih berbentuk cabai
NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi HALAMAN depan sebuah rumah di Kelurahan Kebalenan, Kecamatan Banyuwangi, tampak tidak seperti biasanya. Rumah itu milik Wayan Redita. Barisan
NIKLAAS ANDRIES/RABA
kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat tampak memenuhi pelataran rumah yang cukup besar itu.
Beberapa orang juga tampak bergerombol di sudut rumah yang dilengkapi gazebo itu. Dari sekian yang hadir di rumah itu,
semua kaum pria. Mereka kompak mengenakan udeng khas Banyuwangi ■ Baca Sepakat...Hal 35 email: radarbwi@gmail.com / beritaraba@gmail.com
Jawa Pos
Minggu 7 Desember 2014
BERITA UTAMA H A L A M A N
35
S A M B U N G A N
Tetap Berpotensi Terjadi Angin Kencang ■ SUDAH...
Sambungan dari Hal 29
Prakirawan BMKG Banyuwangi, Gigik Nurbaskoro menyatakan, pada awal bulan Desember ini umumnya wilayah Banyuwangi telah memasuki musim hujan. Banyaknya pertumbuhan awan di atmosfer juga menandai bahwa saat ini telah memasuki musim hujan. ”Seperti perkiraan kita sebelumnya, secara umum memang saat ini telah memasuki musim hujan. Awan yang terkumpul di wilayah Banyuwangi sudah banyak,”
terang Gigik beberapa hari lalu. Gigik menambahkan, pada musim seperti ini, peluang turun hujan bisa saja terjadi pagi, siang, dan malam. ”Hujan pada bulan Desember sampai Februari mendatang akan sering terjadi setiap hari. Hujan yang terjadi juga bisa terjadi dari volume rendah sampai lebat,” tambahnya. Datangnya musim hujan di Banyuwangi ini selain karena arah angin yang telah berubah, juga disebabkan adanya tekanan rendah di wilayah Laut Jawa. ”Akan tetapi, hujan lebih dominan terjadi antara
siang sampai malam. Tetapi, juga tidak menutup kemungkinan hujan terjadi pada pagi hari. Tiga hari ke depan dipastikan akan hujan terus karena ada tekanan rendah di wilayah Laut Jawa. Tidak menutup kemungkinan juga setelah tiga hari ke depan hujan masih terjadi, karena ini sudah musim hujan,” jelas prakirawan asli Banyuwangi tersebut. Meski sudah memasuki musim penghujan, terkait angin dan gelombang laut, menurut Gigik, masih tidak terlalu berpengaruh. Kondisi angin dan gelombang di wilayah Banyuwangi masih ter-
pantau normal. ”Angin dan gelombang normal. Yang berubah pastinya suhu, karena penyinaran matahari juga berkurang karena tertutup awan,” terang Gigik. Gigik menambahkan di musim hujan seperti ini yang perlu diwaspadai adalah petir dan angin kencang. Puncak musim hujan, menurut Gigik, terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari. ” Petir dan angin kencang masih potensi terjadi di musim hujan seperti ini. Hujan ini diperkirakan akan berkurang pada bulan Maret,” pungkasnya. (tfs/c1/bay)
Ambruk saat Memegang Kompor ■ DUA...
Sambungan dari Hal 29
Saking kerasnya suara dapur ambruk tersebut, sebagian tetangga di lingkungan tersebut langsung lari berdatangan. Massa langsung berkerumun di rumah korban meski
hujan masih turun dengan derasnya. “Beruntung, Bu Aripah selamat dan tidak apa-apa,” ujar Iman, salah seorang tetangga korban. Iman mengakui, hujan yang mengguyur malam itu memang disertai angin cukup kencang. Hanya saja, kebanyakan warga
bertahan di dalam rumah sembari menunggu hujan reda sambil menonton TV dan berkumpul bersama keluarga. Sebagai tetangga, Imam mengaku sangat prihatin dengan ambruknya rumah janda tersebut. Apalagi, korban hanya tinggal bersama
putra kesayangannya. Dia berharap, ada kepedulian pemerintah setempat untuk membantu rumah janda tua tersebut. “Kita sebagai warga hanya membantu membersihkan puing-puing sisa yang bisa dipakai,” pungkasnya. (ddy/ c1/bay)
Harga Mahal, Marak Pencuri Cabai ■ TANAMAN...
Sambungan dari Hal 29
Untuk mencegah pencurian, para petani cabai memperketat penjagaan dengan mengawasi siang dan malam. “Cabai sekarang mahal, dan itu hanya satu-satunya harapan untuk kehidupan keluarga,” terang Widodo, salah satu petani cabai asal Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo. Widodo mengaku tanaman cabai milik keluarganya dengan luas setengah hektare, itu dijaga siang dan malam. Untuk jaga itu, dirinya harus gantian dengan istri dan
anaknya. “Jaganya gantian dengan ibu dan anak-anak,” ujarnya . Tanaman cabai, jelas dia, memiliki umur yang cukup panjang dengan masa panen cukup lama. Untuk menanam lahan setengah hektare, dirinya hanya butuh sekitar 16 ribu bibit cabai. “Harga bibit cabai itu 1000 bibit hanya Rp75 ribu,” katanya. Usai ditanam hingga panen, dia hanya membutuhkan perawatan yang tidak terlalu banyak, termasuk pemberian pupuk dan jenis obatobatan. Hingga cabai berumur sekitar dua bulan, sudah bisa dipanen dengan hanya dua kali pemupukan.
Kali pertama panen, jelas dia, dapat setengah kuintal. “Saya panen pertama kali sempat merasakan harga Rp. 4 ribu per kilogramnya,” ujar bapak satu anak ini. Mahalnya harga cabai di pasaran yang kini tembus Rp70 ribu per kilogram, dirinya sangat bersyukur. Pasalnya, tidak setiap minggu harga cabai bisa bertahan baik dengan harga mahal. Biasanya, harga cabai akan bagus dan bertahan dalam kurun waktu sebulan. Dampak mahalnya harga cabai, lanjut dia, tidak sedikit dari para juragan cabai itu kini mendadak kaya. Bahkan, ada salah satu petani
yang memiliki lahan luas sudah pesan mobil baru dan daftar haji. Petani cabai dari Desa Bangsring lainnya, Mathaji, 56, mengungkapkan sejak harga cabai di pasaran mahal, tidak sedikit pencuri beraksi di sejumlah ladang yang ada di desanya. “Pencuri bisanya beraksi menggunakan jaring ikan, itu membuat tanaman banyak yang rusak,” terangnya. Untuk menjaga tanamannya, imbuh dia, maka tanaman cabai miliknya dengan luas hampir satu hektare dijaga siang dan malam. “Kalau malam juga kita kasih lampu penerangan,” cetusnya. (ddy/c1/abi)
Ikut Mendukung Pembangunan Pariwisata ■ KARYA...
Sambungan dari Hal 29
’’Dalam lelang ini foto-foto laku mulai harga Rp 200 ribu hingga Rp 2,5 juta. Yang paling mahal karya Galih Cokro dari Jawa Pos Radar Banyuwangi,’’ ujar MH. Qowim, salah satu pengurus DKB. Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas bersama bankir yang sekaligus fotografer, Sigit Pramono, dan pengusaha muda sukses, Subhan Aksa, memberikan tanggapan positif terhadap acara yang dihelat di Aula Sayuwiwit, kawasan Taman Makam Pahlawan (TMP) Wisma Raga Satria, Banyuwangi, tersebut. Ya, setelah mendarat di Bandara Blimbingsari, Bupati Anas menyempatkan diri menyaksikan pameran karya fotografer Banyuwangi tersebut. Bupati tampak begitu terpukau melihat foto-foto tentang perhelatan seni dan budaya di Bumi Blambangan tersebut. Salah satu foto yang mendapat pujian orang nomor satu di lingkungan Pemkab Banyuwangi itu adalah foto tentang Festival Gandrung Sewu karya fotografer Jawa Pos Radar Banyuwangi, Galih Cokro. “Foto ini bagus. Dalam foto ini tampak interaksi antara penari dan penonton yang sibuk mengabadikan gerak tari mereka. Selain itu, pemandangan Selat Bali-nya juga tampak,” puji Anas. Bupati Anas menambahkan, dirinya mengapresiasi pameran foto yang diselenggarakan DKB tersebut. Menurut Anas, para pengusaha perhotelan sudah melihat
Kondisi Rumah Sudah Miring ■ KEPALA...
Sambungan dari Hal 29
Ketika musibah itu berlangsung, Untung berada di rumahnya yang bergandengan dan berada di sebelah timur rumah ibunya. Sementara itu, Suaidah berada di rumahnya dengan menantunya bernama Suriyam, 60, yang juga istri Untung. “Saya di rumah. Ibunya di sana
bikin untingan sayur,” ujar Untung yang juga ketua RT setempat itu. Setelah kepalanya bocor, korban sempat pingsan. Pihak keluarga pun segera melarikannya ke Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, agar mendapat pertolongan pertama. Sementara itu, menurut Asmini, 55, perempuan yang sehari-hari sebagai juragan sayur tempat Suriyam bekerja sekaligus tetangga
korban, kondisi rumah yang ditinggali nenek Suaidah memang sudah mencemaskan. “Terlihat doyong. Rumahnya memang sudah mengkhawatirkan,” ujarnya. Kepala dusun setempat, Sodikin mengaku, pihaknya sudah melakukan peringatan mengenai kondisi rumah yang ditinggali nenek tersebut. “Memang sudah mengkhawatirkan. Kondisinya miring,” ujarnya. (sli/c1/bay)
Gencar Menggelar Pariwisata Even ■ JAZZ...
Sambungan dari Hal 29
Uniknya, even tersebut dipandu Cak Lontong dan Insan Nur Akbar. Tak jarang penonton dibuat gergeran dengan banyolan-banyolan renyah dua komedian yang tengah naik daun tersebut. Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, Pemkab Banyuwangi tengah gencar menggelar pariwisata even. Dikatakan, pertumbuhan sektor pariwisata di Banyuwangi melonjak seribu persen lebih dibanding beberapa tahun lalu. Selain itu, pendapatan per kapita masyarakat Bumi
Blambangan juga mengalami perkembangan signifikan. Menurut Bupati Anas, inflasi Banyuwangi selama setahun kalender alias year on year (YOY) merupakan yang terendah di Jatim. “Setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kami berupaya agar banyak orang yang datang ke Banyuwangi agar transaksi ekonomi di tengah masyarakat naik. Dengan demikian, imbas kenaikan harga BBM tersebut bisa diminimalkan,” ujarnya dalam konferensi pers di Pendapa Sabha Swagata Blambangan kemarin. Penyelenggara Banyuwangi Beach Jazz 2014, Sigit Pramono mengatakan,
nama Banyuwangi sudah sangat menjual. Oleh karena itu, ketika musik jazz dan Banyuwangi digabungkan, hal itu mendapat sambutan luar biasa, terutama di kalangan pencinta musik jazz. Sigit menambahkan, pergelaran musik jazz cukup marak diadakan di seluruh Indonesia. Di lingkup nasional, pergelaran musik jazz yang terbesar adalah Java Jazz yang diselenggarakan di Jakarta. “Kalau hanya ingin menikmati musik jazz, di Jakarta banyak. Tetapi, di Banyuwangi kita diajak menikmati musik jazz dengan nuansa tepi pantai,” ujar seniman serba bisa tersebut. (sgt/c1/bay)
Untuk B-Fest Tidak Sampai Rp 10 Miliar ■ GEROJOK... Sambungan dari Hal 30
GALIH COKRO/RABA
VIEW DARI ATAS: Inilah foto berjudul Parade Gandrung Sewu karya Galih Cokro yang dimuat di koran Jawa Pos Radar Banyuwangi edisi 30 November 2014 lalu.
foto-foto yang dipamerkan sejak awal Desember tersebut. “Saya telah mewajibkan kamar-kamar hotel di Banyuwangi secara bertahap memasang foto atau lukisan tentang seni budaya atau landscape alam Banyuwangi. “Ini upaya pemkab mengapresiasi seni fotografi di Banyuwangi. Harapan saya, kegiatan ini bisa dimanfaatkan masyarakat,” kata bupati berusia 41 tahun tersebut. Di sisi lain, Anas mengaku Pemkab Banyuwangi telah menyiapkan space untuk digunakan sebagai lokasi aktualisasi bagi para fotografer, pelukis, dan pelaku seni di Bumi Blambangan. “Saat ini ruang publik yang bisa dimanfaatkan kalangan seniman semakin banyak. Selain di sini (Aula Sayuwiwit), aktualisasi seni juga bisa dilakukan di Gesibu Blambangan, Pelinggihan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), dan beberapa tempat lain. Bahkan, saat ini kita sudah punya ruang teater terbuka (amphitheatre) di kawasan Pantai Boom yang bisa dimanfaatkan sebagai lokasi pertunjukan seni,” beber Anas. Sementara itu, Sigit Pramono mengatakan, pameran fotografi yang diselenggarakan DKB tersebut sangat baik. Sebab, kegiatan itu bisa menjadi wadah aktualisasi bagi para pencinta fotografi yang saat ini banyak digandrungi anak muda. Sigit menambahkan, secara tidak langsung pameran foto kali ini menjadi bagian dari promosi wisata Banyuwangi. “Saya mengapresiasi kegiatan semacam ini. Ini perlu dilanjutkan,” beber pria yang juga Ketua Umum (Ketum) Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) tersebut.
Pernyataan senada dilontarkan Subhan Aksa. Pria yang menjabat CEO grup bisnis Bosowa, yakni transportasi dan logistik, itu mengatakan pameran foto yang mengusung tema kekayaan seni budaya Banyuwangi tersebut sangat bermanfaat dalam promosi pariwisata Banyuwangi. Subhan menambahkan, pameran foto tersebut sejalan dengan planning Bosowa untuk mendukung pariwisata di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini. Sebab, dalam waktu dekat Bosowa akan mengoperasikan taksi di Banyuwangi. “Taksi merupakan salah satu tools (sarana) pariwisata di suatu kota. Kami akan mendukung pariwisata di Banyuwangi,” pungkas putra bungsu penggagas Bosowa Corporation, Aksa Mahmud, tersebut. (sgt/c1/bay)
Jadi Ajang Barter, Transaksi, dan Diskusi ■ SEPAKAT...
GALIH COKRO/RABA
BASAH: Pengendara motor mengenakan jas hujan saat melintasi Jalan A. Yani, Banyuwangi.
Sambungan dari Hal 29
Tetapi, ada juga yang tidak mengenakan ikat kepala kain batik masyarakat Osing itu. Naga-naganya, si empunya rumah sepertinya tengah menggelar sebuah acara. Hanya, Wayan Redita selaku tuan rumah menepis anggapan bahwa di rumahnya sedang ada acara khusus. “Tidak ada acara khusus. Ini cuma rutin berkumpul bersama sambil ngobrol santai,” ujar Wayan Redita sambil mempersilakan Jawa Pos Radar Banyuwangi ikut bergabung di gazebo berukuran cukup besar di sudut halaman rumahnya itu. Pagi itu, rumah Wayan memang sedang ketiban giliran menjadi tuan rumah perkumpulan Amurwa Bhumi. Perkumpulan itu resmi terbentuk baru seumur jagung. Mereka yang hadir adalah anggota peguyuban komunitas pencinta sekaligus kolektor batu akik. Tidak mengherankan bila di gazebo tersebut terdapat banyak batu akik. Koleksi tersebut tampak beragam model dan warnanya. Paguyuban tersebut sepakat batu akik sebagai salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Sebagai warisan budaya, batu akik juga mencerminkan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah. Pertemuan itu bukan hanya sebagai sarana komunikasi, tapi juga menjadi ajang pertukaran dan rembug para anggota tentang batu akik. Ada tiga karakteristik atau jenis batu akik
berdasar golongannya. Bila diukur dengan skala-mus, golongan pertama memiliki kekerasan 10-9. Batu itu biasanya berupa batu mirah, berlian, atau intan. Golongan dua dengan skala 8,5, biasa berupa zamrud atau kecubung. Kemudian golongan ketiga. Level ketiga inilah yang ditempati oleh akik atau aji. Ada banyak cara yang dilakukan anggota komunitas untuk memburu batu akik idamannya. Asal-usul sebenarnya batu akik adalah hasil tambang mineral. Bisa terlihat bagus, tentu tergantung finishing yang dilakukan perajin melalui proses bertahap. “Dari tambang ke perajin, kemudian digosok dan dipoles,” cetus lelaki anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Banyuwangi itu. Terkait adanya nilai gaib dari sebuah batu akik, Wayan mengungkapkan hal itu kembali kepada pemilik masing-masing. Sebab, nilai batu terkait kekuatan gaib yang terkandung di dalamnya semua kembali kepada pengalaman si pemakainya. Seperti pengalaman pengguna cincin kecubung welas asih. Ada atau tidaknya pengaruh welas asih dari orang sekitarnya hanya bisa dirasakan oleh pengguna cincin tersebut. Seperti halnya warna merah pada batu akik. Warna ini menumbuhkan spirit agar pemakainya lebih bersemangat dan tegas. Selubung energi inilah yang kemudian dipahami sebagai nilai magis dari sebuah batu akik. Dapat dikatakan, batu akik sebagai benda molekul yang bisa membawa spirit kepada pemakaiannya dan yang melihatnya. Dari sini, kemudian berkembang market pasar
batu akik. Batu yang dinilai memiliki nilai lebih tersebut cenderung memiliki harga jual yang cukup lumayan. Tidak ada plafon harga atau batasan harga. Sebab semua tergantung negosiasi antar pemilik barang dan peminat. “Ibarat pepatah Jawa mengatakan ajining diri soko latihi. Ajining jiwo soko busono. Maka semakin dinilai berharga, batu akik akan semakin mahal,” ujar KRA Pieter Leo Adiningrat, salah seorang kolektor batu akik di Banyuwangi. Selain penilaian seseorang, kata Leo, keistimewaan batu akik juga bisa dilihat dari nama yang melekat pada benda ini. Penemu batu bisa melekatkan identitasnya pada batu yang dikenakannya. Tidak hanya nama si empunya, identitas tempat temuan juga bisa disematkan. Seperti batu kalsedoni yang dikombinasikan dengan warna dan tempat temuannya. Batu ini bisanya disebut dengan kalsedoni red. Dengan kandungan mineral yang di dalamnya. Biasanya asal usul batu ini bisa dilacak. Karena setiap tempat atau daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Tidak mengherankan satu sama lain sesama kolektor akan berebut untuk saling memiliki. Inilah yang coba diwadahi oleh Amurwa Bhumi. Dengan pertemuan rutin sesama anggotanya setiap dua bulan, ajang ini akan menjadi sarana untuk tukar menukar, transaksi jual beli, hingga informasi terbaru soal batu akik. “Paguyuban ini pun jadi ajang sharing dan lainnya,” pungkas Pieter Leo. (c1/bay)
Sekretaris Kabupaten (Sekkab), Slamet Kariyono, mengatakan meski ada beberapa kegiatan berskala internasional pada rangkaian B-Fest 2015, dana APBD 2015 yang digelontorkan untuk menunjang pelaksanaan rangkaian B-Fest tersebut tidak sampai Rp 10 miliar. “Dengan anggaran yang tidak terlalu besar, B-Fest telah mampu menjadi ajang promosi wisata Banyuwangi yang cukup efektif,” ujarnya. Sementara itu, anggaran yang khusus digelontorkan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dis-
budpar) yang merupakan leading sector pengembangan pariwisata dan budaya di kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu sebesar Rp 8,5 miliar. Dari total anggaran sebesar Rp 8,5 miliar tersebut, sebanyak 2,28 miliar terserap untuk belanja pegawai alias belanja tidak langsung. Sedangkan sebagian besar anggaran yang lain terserap untuk belanja langsung Disbudpar, tepatnya mencapai Rp 6,21 miliar. Dari total belanja langsung sebanyak Rp 6,21 miliar, dana sebesar Rp 1,82 dialokasikan untuk pengembangan nilai budaya, tepatnya untuk pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah. Program
pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah dianggarkan sebesar Rp 1,42 miliar, dan program pengembangan pemasaran pariwisata sebanyak Rp 1,28 miliar. Selebihnya, anggaran belanja langsung Disbudpar digunakan untuk pengelolaan dan pengembangan pelestarian peninggalan sejarah purbakala dan museum sebanyak Rp 50 juta, pengembangan jaringan kerja sama promosi pariwisata sebanyak Rp 395 juta. Selain itu, program pengembangan destinasi pariwisata dianggarkan sebesar Rp 120 juta dan program pengembangan kemitraan senilai Rp 300 juta. (sgt/abi/bersambung)
Membawa Perhiasan, HP, dan Uang ■ DUA... Sambungan dari Hal 31
Sadar dirinya terancam, Suherlin mengaku hanya pasrah. Apalagi, pelaku mengancam akan membunuhnya kalau dia berteriak dan tidak menyerahkan perhiasan. “Ojo njaluk tolong , cepat duit karo mas-masan mu kekno. Lak gak, tak pateni awakmu (Jangan minta tolong, cepat uang dan perhiasan mu berikan. Kalau tidak, saya bunuh kamu,” ujar korban menirukan ancaman perampok. Usai mengancam, kedua perampok mengikat tangan dan kaki korban. Bukan itu saja, mulut korban juga disumbat kain. “Mereka langsung melepas semua perhiasan yang saya pakai,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Puas mempreteli perhiasan
korban, kedua juga perampok mengobrak-abrik kamarnya. Semua lemari di geledah. Selanjutnya, mereka kabur melalui pintu belakang. “Saya tidak bisa mengenali. Semua mengenakan cadar,” ungkapnya. Menurut korban, perampok itu berhasil membawa sejumlah perhiasan berupa dua cincin, dua gelang, dan satu kalung. Sebuah HP dan dompet berisi uang Rp 1.125.000 juga dibawa lari. “Saya berusaha keras buka kain di mulut, lalu jalan ke pintu dengan posisi kaki dan tangan terikat,” katanya. Saat membuka pintu depan, secara bersamaan ada Gatot, tetangganya yang baru pulang dari rumah saudaranya yang hajatan. “Saya minta tolong kepada Gatot yang kebetulan lewat di depan rumah,” cetusnya. Setelah menolong korban, Gatot
membangunkan sejumlah tetangga. Hanya dalam hitungan menit, belasan warga sudah berdatangan. “Warga sempat memeriksa rumah, tapi kawanan perampok sudah kabur,” terang korban seraya mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 10 juta. Kapolsek Gambiran, AKP M. Ibnu Masud saat dikonfirmasi mengatakan, setelah mendapat laporan ada perampokan, anggota langsung datang ke rumah korban. “Kita masih melakukan penyelidikan,” katanya. Mengenai perampokan itu, kapolsek belum berani banyak komentar. Hanya saja, anggota masih melakukan penyelidikan dengan memanggil sejumlah saksi untuk dimintai keterangan. “Kita belum bisa memberi kesimpulan. Masih dilakukan penyelidikan,” dalihnya. (sli/c1/abi)
Depresi, Tenggak Miras, Terjun ke Laut KALIPURO - Penumpang Kapal Motor Penumpang (KMP) Niaga Ferry dibikin kaget kemarin. Salah seorang penumpang kapal, Eko Pratama, 28, warga Jalan Gajah Mada, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi, tercebur ke perairan Selat Bali. Tak pelak, kejadian itu membuat seluruh awak dan penumpang kapal yang berangkat menuju Pulau Bali tersebut panik. Beruntung, korban berhasil diselamatkan. Meski sempat hilang selama 10 menit di laut, Eko akhirnya dievakuasi awak LCT Jambo 6 yang kebetulan melihat tubuh manusiamengambangdipermukaanair.
Dengan kondisi lemas, dia dilarikan di UGD RSUD Blambangan. Belum diketahui penyebab pria yang bekerja di Bali itu kecebur laut. Informasi yang dihimpun menyebutkan, korban terjatuh dari kapal lantaran pengaruh minuman keras. Selain itu, korban juga mengalami depresi hingga sengaja berusaha mengakhiri hidupnya. Korban diduga tengah memiliki masalah pribadi dengan istrinya. Kejadian yang dialami Eko Pratama itu terjadi pukul 10.00. Saat itu korban baru saja tiba di Banyuwangi. Dia tidak menuju ke
tempat istrinya di Muncar. Sebaliknya, Eko malah singgah di rumah saudaranya di Mojoroto, Kelurahan Mojopanggung. Tidak lama di Banyuwangi, Eko memutuskan kembali ke Bali. Belum jelas masalah apa yang menimpa pria tersebut. “Dia masih ada masalah dengan istrinya di Muncar. Datang pagi tadi, tapi langsung pulang lagi,” ujar kerabat korban. Saat berada di kapal itu, korban diduga menenggak minuman keras untuk menenangkan pikiran. Dalam kondisi fly itu, korban berusaha bunuh diri dengan cara terjun ke laut. (nic/c1/aif)
BUDAYA
34
R A D A R
Oleh: Muttafaqur Rohmah *
pernah berbohong padaku, dia selalu jujur” “Hoesnan lagi, Hoesnan lagi, aku juga sahabatmu Li!” “Yaa … tapi sahabatku tidak pernah berbohong” “Asssssss … sudah-sudah! Ayo kita buktikan ke Kali Lor sekarang juga, betul banjir tidak, ayooo!!” “Ayooo!!” tukas Untung tak mau kalah Kali Lor memang benar-benar banjir, airnya menggulung apa saja yang ada di dalamnya, pasir-pasir dan bebatuan kecil ikut tergulung di dalamnya, menyebabkan warna kecokelatan, suara gulungan air, dentumannya mirip dengan suara halilintar bercampur dengan auman harimau, mengerikan sekali, Hoesnan menatap Untung, menggenggam erat tangannya, matanya berkata meminta maaf, Untung melepaskan tangan Hoesnan “Lihatkan aku tidak berbohong Nan, Ali memang tidak pernah percaya padaku, hanya kamu yang ada di hatinya, aku tahu aku memang orang baru di hatinya, kamu dan keluargamu memang dekat dengan keluarga Ali,” “Tung, kedekatan kami itu hanya sebatas pembantu dan juragan, aku tidak layak disebut sahabat, bagiku Ali ya juraganku, dia bukan sahabatku, mesti dia berkali-kali memintaku memanggilnya Ali saja, tanpa juragan, dalam hati aku masih menganggapnya juragan, kamu juga sahabatku Tung,” “Lalu aku harus bagaimana Nan?! Aku harus bilang apa? Ini sapi Nan! Bukan ayam!!” “Aku tidak tahu Tung, aku juga bingung, kita ke rumah Kang Ilik saja sekarang, kita pikirkan di jalan” “Tapi aku takut Nan, aku takut sekali, bagaimana jika aku harus dihukum tidak boleh bekerja padanya lagi, aku harus makan apa, ibu dan adikku makan apa Nan?” “Sudah kita pikirkan di jalan, jangan menangis terus, siro kai ngisin-ngisini isun byaen lek13 … laki-laki kok nangis” Belum sampai di rumah Kang Ilik, mereka dikejutkan suara di belakang mereka, suara yang mereka kenal. “Tung, Nan, teko ndi byaen? Kali Lor byanjir!14” Untung menutup wajahnya, mulutnya komat-kamit merapal doa, doa apa saja yang dia bisa. “Iya Kang, kami baru saja dari sana” jawab Hoesnan “Sapinya segera dimasukkan kandang ya Tung, sepertinya akan turun hujan” “Anu Kang, maaf …” Untung melirik Hoesnan, Hoesnan yang juga kebingungan tidak tahu harus membantu apa, harus berkata apa. “Paran maning?15 Segera pulang, ini sudah mendung sekali!” “Maaf Kang Ilik, sapinya hanyut lagi, Kali Lorrrr … ” “Masya Alloh…!!! Hanyut lagi?!” “Maaaaf…maaaf Kang, maaaaf Kang Ilik, tadi saya sudah bilang Hoesnan untuk menjaga, tapi Hoesnan tidak berhati-hati Kang” terbata-bata Untung menjelaskan alasannya. Hoesnan melongo, tapi tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, Hoesnan memaklumi ketakutan Untung, dia hanya mengambil nafas panjang, mengambil sebuah keputusan di luar perkiraannya sendiri. “Iya Kang Ilik, saya yang salah, saya yang kurang hati-hati membawanya” “Lho kok jadi kamu yang bawa sapi? Kamu kan sudah punya tugas sendiri menjaga sapinya Ali?!” Untung dan Hoesnan bingung harus menjawab apa, mereka saling pandang. Jelas Kang Ilik tidak bisa percaya begitu saja, Kang Ilik tahu betul bagaimana sifat Hoesnan, bukan kebiasaannya melalaikan tugas, apalagi sampai menghilangkan sapi yang bukan miliknya, tapi Kang Ilik tidak punya bukti, mau tidak mau Ia percaya pada ucapan Untung dan Hoesnan. “Iya Kang, Untung minta tolong saya menjaga, saya yang teledor, maaf Kang, saya akan ganti sapinya” Kang Ilik masih sangsi, tapi Ia mengiyakan, sebenarnya Ia ingin menghukum Untung saja, bukan Hoesnan, tapi kata Untung Hoesnan yang bersalah, Kang Ilik bingung, di tengah kebingungannya Ia kemudian memutuskan untuk menghukum keduanya. “Baiklah, karena kalian berdua yang salah, saya akan menghukum kalian berdua! Nanti setelah ashar temui saya di bale” Sepeninggal Kang Ilik, Untung hanya menunduk saja, Hoesnan juga diam, mereka berdua berjalan dalam diam, sampai Untung menangis di kaki Hoesnan, sambil menangis Untung meminta maaf. “Maafkan aku Nannnn…” “Iya” jawab Hoesnan singkat “Tolong maafkan aku Nan, aku tidak tahu
Ikuti Lomba Menulis Puisi Potensi Lokal Banyuwangi DEWAN Kesenian Blambangan (DKB) mengadakan lomba menulis puisi bertema “Potensi Lokal Banyuwangi”. Lomba tersebut terbuka untuk tiga kategori, yakni SMP, SMA, dan mahasiswa/umum. Syaratnya cukup mudah; puisi berbahasa Indonesia, tentang Banyuwangi, dan bukan plagiat. Cara mengikutinya juga cukup mudah, silakan kirim karya Anda secara terlampir ke email naniasiany@yahoo.com. Jangan lupa cantumkan nama lengkap, asal sekolah, scan kartu pelajar/kartu mahasiswa/KTP, dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Tiap peserta boleh mengirim maksimal lima karya. Di tiap kategori akan ditentukan juara satu hingga juara tiga. Pengiriman karya paling lambat tanggal 14 Desember 2014. Pengumuman pemenang akan diselenggarakan tanggal 18 Desember 2014 di Rumah Budaya Osing, Desa Kemiren. Tiga puluh karya terbaik di tiap kategori akan dibukukan. Pendaftaran lomba ini tidak dipungut biaya alias gratis. Keterangan lebih lanjut silakan hubungi Ibu Nanik di nomor 082141626093.
Minggu 7 Desember 2014
B A N Y U W A N G I
Asal-usul Desa Kebalenan DI suatu siang yang terik, di sebuah desa, tersebutlah 2 sahabat, Hoesnan dan Ali. Ali adalah anak juragan sawah di desa tersebut, sedangkan Hoesnan adalah batur atau rewang atau tukang momong3, yang tugasnya menjaga Ali dan beberapa kerbau milik Keluarga Usman, yaitu ayah Ali, ayah Hoesnan juga bekerja di ladang milik keluarga Usman, sedangkan ibunya membantu ibu Ali di dapur. “Nan, kamu itu nggak perlu manggil aku juragan, gan … paran byaen iku Nan, biasa sajalah, walaupun ayah dan ibumu kerja di rumah, panggil saja Ali, wes heng usah Gan Gen ikau, kan sudah aku bilang berkali-kali,” “Saya ini kan hanya anak pembantu, tidak pantaslah jika saya hanya memanggil nama, apalagi jika nanti didengar Abah dan Umi,” “Heleh … menengo byaen taweh7” Lagi-lagi Hoesnan tersenyum, “Ayo Gan, ” goda Hoesnan “Hoesnannnnnnn … ” Ali melempar Hoesnan dengan tanah liat, begitu juga Hoesnan, tidak ada yang menyangkan jika kedua orang ini adalah pembantu dan juragan, mereka terlihat sangat akrab dan sangat dekat. “Nan, kenapa tiba-tiba mendung ya? Padahal tadi masih terik dan panas sekali, bukankah seharusnya musim-musim ini adalah musim panas?” Hoesnan mengendikkan bahu tanda tidak tahu “Ayo Nan, kita segera pulang, aku khawatir akan turun hujan, meski rasanya tidak mungkin,” kata Ali menutup perbincangan mereka. Di tengah jalan mereka bertemu Untung yang juga tergopoh-gopoh dan kebingungan “Tungg…dari mana? Kok lari-lari begitu?” “Ini Liii…Nan…Anuuu…” “Anu anu klendai?8” “Ini lho … banjir bandang di Kali Lor, kerbaunya Kang Ilik hanyut Nannn” “Lho kok bisa?” Sambil tergopoh-gopoh dan dengan nafas yang memburu, Untung menjelaskan bagaimana kerbau Kang Ilik hanyut ke sungai. “Aku benar-benar bingung Li … bagaimana aku menjelaskannya nanti ke Kang Ilik, ini sapi ketiga yang hanyut, aku sudah menghanyutkannya tiga kali di Kali Lor, aku harus bagaimana lagi?!” Untung menangis tersedu-sedu, Hoesnan mencoba menenangkan Untung dan berusaha mencari solusi. “Bilang saja sapinya Kang Ilik itu tergelincir ketika kamu meliwati jembatan di atas Kali Lor itu!” “Kemarin aku sudah bilang begitu” jawan Untung cepat. “Lho memangnya benar tergelincir?” “Sebenarnya tidak, aku yang lalai, sapinya kutinggal di bawah, hanya kuikat saja di pohon kecil, sambil menunggu dia minum, sementara aku pulang beristirahat,” kata Untung “Siroooo kaiiiii!11 Bagaimana bisa kamu tidur sementara sapinya kamu tinggal di sungai?” Ali yang sedari tadi diam, tidak bisa menahan emosi, Ali tahu bahwa Paman Suhaili atau yang bisa dipanggil Kang Ilik oleh orang desa adalah orang yang baik, tapi jika kebaikannya disalahgunakan orang yang tidak benar seperti Untung ini jelas saja akan menjadi masalah, bisa saja Untung berbohong, atau sengaja mengarang cerita bahwa sapinya hanyut, padahal dijual, bisa saja dia …“Aku tidak percaya jika sapi yang sekarang ini benar-benar hilang dan hanyut” Ali menghardik Untung. “Ayo ikut aku ke Kali Lor kalau kamu memang tidak percaya padaku” “Ayo! Aku yakin kamu berbohong, aku tidak akan ke sana tapi Hoesnan yang akan membuktikannya, aku mau memulangkan sapiku dulu lalu ke rumah Man12 Ilik” “Kamu mau mengadu? Kamu mau bilang kalau aku menghilangkan sapinya lagi?” “Ya jelas kan, memang kamu hilangkan, terus aku harus bilang apa?” “Jangan Liii … tolonglah aku,” pinta Untung “Kamu sendiri yang bilang kamu sudah tiga kali menghanyutkan sapi, kalau kali ini Man Ilik mengampunimu, pasti akan ada sapi keempat yang hilang” “Tidak Liii … tidak akan ada lagi, tolonglah aku, tolong Lii … jaga persahabatan kita ini” “Aduh … jangan bawa-bawa persahabatan, kamu telah membohongi pamanku, bisa jadi kamu nanti akan membohongiku, dalam persahabatan tidak ada kebohongan, dan aku tidak mau punya sahabat yang suka berbohong, lihat Hoesnan, dia tak
Jawa Pos
harus bagaimana, dalam otakku hanya ada namamu, dan aku … aku … mengatakan hal itu tiba-tiba, tapi … tapi mengapa kamu tidak membela? Mengapa kamu diam saja? Mestinya kamu membela diri Nan!” “Membela diri atau tidak kamu tetap akan dihukum, lihat saja Kang Ilik, sebenarnya dia tidak percaya pada ucapanmu kan?!” Lagi-lagi Untung menangis, “Maafkan aku Nan … maafkan akuuuu … huhuhuhu …” “Ahh … sudahlah, sebentar lagi ashar, setelah ashar kita harus menemui Kang Ilik!” “Benar kamu tidak marah?!” “Lupakan … ” jawab Hoesnan memalingkan wajahnya dari Untung. Setelah ashar, mereka berdua menemui Kang Ilik. “Apa yang harus saya kerjakan?” tanya mereka bersamaan. “Ambil rumput-rumput ini, kang nang wetan ambi nang kulon16, masing-masing sudah saya beri tanda, Hoesnan kang wetan17, Untung kang kulon18” Tapi mendung bertambah gelap, dan gerimis datang mengiringi langkah-langkah panjang Ali, Ali kaget karena Hoesnan masih bersama Untung dan pamannya, “Kamu tidak pulang Nan?” “Aku dihukum, sudah diam saja, tinggalkan kami, kami harus menyelesaikan ini sebelum malam tiba” “Nan … pasti gara-gara Untung kan? Iya kan?” Ali meminta penjelasan, “Sudahlah” tukas Hoesnan. “Minggir Nan, biar aku saja yang selesaikan, kamu tidak salah Nan, kamu itu bodoh Nan, mau maunya dibodohi” Ali berteriak sambil melirik Untung. Untung yang dari tadi sudah sangat malu bertambah malu, sedikitpun Untung tak berani melihat ke arah Ali dan Hoesnan. Hoesnan yang tahu sifat keras Ali menyingkir, menyerahkan sabit ke tangan Ali, dan hujan gerimis berubah menjadi deras dan bertambah deras, seolah-olah air dari langit dikucurkan ke bumi semuanya, diikuti angin menguing-uing suaranya, orang-orang berhamburan ke luar rumah, sebab rumah-rumah mereka yang terbuat dari daun pohon kelapa berterbangan, para ibu berteriak mencari kanak-kanak mereka, para bapak sibuk menyelamatkan harta benda yang bisa diselamatkan, entah bagaimana, gerimis berubah menjadi hujan deras, ditambah angin kencang, dan tentu saja Kali Lor meluap, Hoesnan yang tidak menyadari hal tersebut dengan santai berjalan menuju ke Kali Lor Ia yakin sapi Kang Ilik masih bisa ditemukan, pikirannya sibuk, mencoba mengerti bagaimana sapi Kang Ilik bisa hanyut untuk ketiga kalinya sampai-sampai Ia tidak merasakan apapun di sekitarnya, baik hujan, maupun angin yang menguing, Ali mencari sabahatnya itu, Ali merasa Hoesnan masih di sekitarnya, “Hoesnann … Hoesnann!!” Sayup-sayup Hoesnan mendengar namanya dipanggil, tapi Ia bergeming, tubuhnya kaku, Ia takjub melihat gulungan air yang besar dan indah di Kali Lor, Hoesnan merasa seperti tubuhnya ada di dalam Kali Lor, tergulung, tergulung, tergulung, kepalanya pusing, air masuk ke mulut dan telinganya, juga ke kerongkongannya, Hoesnan tergulung bersama air, Ia memegang kaki, ah … sebuah kaki, kaki sapi!!! Ia tersenyum dalam hati Ia menemukan sapi Kang Ilik, sayup-sayup Ia mendengar suara Ali memanggil namanya, tapi Ia tak bisa membuka mata, sekelilinya gelap. “Hoesnannn … Hoesnannn … ke bale Naannnnn, ayo ke baleeeeeee Nan!!!!!!! Ke baleeeeeee Nan, Ayo ke baleeeee Nannnnn” Semua orang berteriak memanggil Hoesnan, Ali, Untung, Kang Ilik, semua keluarganya mencari Hoesnan dalam hujan, dari wetan dan kulon mereka semua berkumpul di bale, di tengah kerumunan, lagi-lagi Untung menangis, “Saya yang salah Kang Ilik, saya berbohong, saya yang teledor, membuat sapi-sapi itu hanyut, bukan Hoesnan” Tapi semuanya sudah terlambat, Hoesnan tetap hilang, semua orang menangisi kepergian Hoesnan, air mata mereka bercampur bersama air hujan, mereka semua terendam dalam air mata dan air hujan kelak di tempat itu disebut Kebalenan, dan sisa-sisa Kali Lor masih bisa ditemukan di Desa Kebalenan, tempat Untung dan Hoesnan dihukum; wetan dan kulon menjadi 2 masjid, yang biasa orang-orang sebut sekarang dengan masjid wetan (Masjid Al-Furqon) dan masjid kulon (Masjid Jami’ Darul Falah). *) Pencinta sastra.
Cantik dan Sehat Bersama VZ Skincare
C
antik dan sehat adalah dambaan setiap wanita. Tapi sebenarnya, apakah kecantikan itu? Definisi kecantikan bervariasi pada masing-masing individu dan zaman. Kecantikan bukan hanya sekedar penampilan, kulit cantik, dan bebas dari penyakit, tetapi juga kearifan dan cara kita membawa diri dalam lingkungan sosial. Hal inilah yang disebut inner dan outerbeauty. Menjamurnya produk kecantikan membuat wanita bingung memilih produk perawatan. Wanita yang bijak akan berhati-hati di dalam menentukan perawatan diri terutama perawatan kulit wajah. Perawatan yang tidak tepat justru akan menimbulkan permasalahan baru. Misalnya timbulnya jerawat, flek, allergy dll. Akibatnya membutuhkan penanganan yang lebih kompleks dan tentu saja hal ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Klinik Perawatan kulit wajah VZ Skincare di Jalan Letjend S. Parman 115 A Pakis, Banyuwangi, telepon 081249732599, ditangani dokter yang profesional di bidang kecantikan, menjamin kesterilan alat, suasana nyaman diiringi musik klasik selama perawatan di klinik dengan harga terjangkau, memberikan kesempatan masyarakat memperoleh layanan kecantikan. Mulai facial treatment, totok wajah, eye treatment, Face Lift, Chemical Peelling, dan Mycrodermabrasi. Selain itu ada produk Home care dll. “Kami berharap Anda bijak dalam memilih produk perawatan karena kulit Anda sangat berharga,” ujar dr. Andriyani H, MMRS, Manajer VZ Skincare. (*/als)
MEGAH: VZ Skincare menlayani facial treatment, totok wajah, eye treatment, Face Lift, Chemical Peelling, dan Mycrodermabrasi. ISTIMEWA
LEBIH ANDAL: Bahan dasar polywood dibuat dari kulit kayu yang berlapislapis dipres, dan tekstur kayu lebih rapat. Sehingga memiliki kekuatan yang lebih baik dan daya tahan terhadap air lebih kuat. ISTIMEWA
Produk Micasa Desain Interior Berbahan Dasar Polywood
K
ini, Micasa Desain Interior hadir di Banyuwangi. Jasa desain interior ini memiliki desainer dan para perkerja workshop yang berpengalaman serta profesional. Mereka sudah terbiasa menangani project-project dengan schedule yang padat. Meski begitu, Micasa Desain Interior tetap mendahulukan kepuasan pelanggan. Micasa Desain Interior memberi tatanan ruang yang menarik untuk dilihat dengan pemilihan bahan yang berkualitas tinggi, fungsional, dan nyaman untuk Anda. Produk Micasa Desain Interior berbahan dasar polywood/ multiplek. Bahan dasar polywood
dibuat dari kulit kayu yang berlapis-lapis dipres, tekstur kayu lebih rapat. Sehingga memiliki kekuatan yang lebih baik dan daya tahan terhadap air lebih kuat. Beda halnya dengan bloackboard, MDF, dan particle board proses pembuatan dari serbuk kayu atau potongan potongan kayu disusun horisontal dengan pori-pori yang lebih besar. Sehingga sangat rentan terhadap air. Menyebabkan furniture tidak bisa menahan beban berat. Particle board dan MDF biasanya digunakan pada funiture pabrikasi yang dijual dalam bentuk sudah ”jadi.” Biasanya pelapis luarnya kertas bertekstur. Meng-
apa harus memilih produk murah, tetapi beresiko tinggi jika ada produk yang lebih unggul dan bida dinikmati dalam jangka panjang. Untuk menyambut hari jadi Banyuwangi Micasa Desain Interior memberikan voucher belanja gratis dan discon menarik setiap pembelian produk di Micasa Design Interior (furniture, gordyn, wallpaper, karpet dll). Kunjungi kantor kami, Micasa Design Interior and Furniture di Jl. Ahmad Yani No.14 (dekat lampu merah Simpang Lima sebelah Honda Ahas, atau di depan Toko Buku Istana) Banyuwangi. Hubungi cp: 0333428422, 0853-3600-0830. (*/als)