5 minute read

Hanebado

Next Article
Girls Frontline

Girls Frontline

Hanebado adalah anime badminton pertama hasil adaptasi manga karya Ko- suke Hamada. Olahraga badminton me- mang pernah menyelip di sejumlah judul anime misalnya Gochiusa, Tanaka-kun wa Itsumo Kedaruge, dan Tari Tari. Namun Hanebado lah yang benar-benar fokus ke olahraga badminton.

Ada banyak perubahan antara manga dengan adaptasi anime. Perubahan ini pun telah mendapat persetujuan dari manga-ka. Episode perdana dibuka de- ngan kekalahan Nagisa melawan Ha- nesaki yang masih SMP. Kekalahan ini berdampak besar pada kondisi mental Nagisa. Kapten klub badminton SMA mu- lai memaksa para anggota untuk berlatih lebih keras. Hal ini berlangsung setidak- nya enam bulan setelah kekalahan me- nyakitkan 21-0.

Advertisement

Tak disangka Nagisa bakal bertemu lagi dengan Hanesaki yang kini masuk SMA sama dan menjadi adik kelasnya. Dia mulai teringat kenangan pahitnya saat Hanesaki menampilkan kemampuan atletik luar biasa yang sedang mencoba klub tenis. Di waktu nyaris bersamaan, pelatih baru Kentarō Tachibana juga me- lihat kemampuan Hanesaki. Dia berusaha menarik Hanesaki menjadi anggota klub badminton. Mampukah Hanesaki akur dengan Nagisa?

RIVAL DAN KAWAN

Hanebado pada tiga episode awal sudah menampilkan drama antar ang- gota klub. Jadi sejak awal sudah ngegas. Penonton yang terbiasa dengan model konflik gunung yaitu perkenalan secara ringan baru dibawa ke konflik selanjut- nya penyelesaian, akan merasa drama di Hanebado tidak natural. Untuk itulah staff LIDEN Films beru- saha menggenjot kualitas animasinya. Setidaknya bila penonton kurang sreg dengan drama antar tokoh, bisa terpukau dengan animasi. Gerakan karakter Hane- bado saat beraksi di lapangan badminton tidak bisa dipandang sebelah mata. De- ngan memanfaatkan teknik rotoscoping, staff mampu membuat gerakan karakter semirip mungkin dengan pemain bad- minton asli.

Rotoscoping bukanlah teknik baru maupun tabu. Studio besar seperti Dis- ney pun juga pernah menggunakan di sejumlah film animasi karyanya. Bagi yang tidak tahu apa itu rotoscoping, pen- jelasan singkatnya adalah menggunakan referensi gerakan orang nyata untuk dija- dikan animasi. Teknik yang paling umum digunakan adalah merekam gerakan orang dalam kamera sesuai sudut yang dibutuhkan.

Rotoscoping di Hanebado mengguna- kan anggota klub badminton di Jepang. Tidak mengherankan saat pertandingan utama gerakan karakter animasinya mu- lus dan mirip dengan gerakan manusia pada umumnya.

Bagi beberapa orang menganggap rotoscoping adalah jalan pintas untuk animator yang malas. Namun sebetulnya sejumlah gerakan yang sulit akan lebih cepat dikerjakan bila ada referensi frame.

Pengambilan sudut kamera dan pilih- an warna pun tidak bisa diremehkan. Staff LIDEN Films berusaha keras agar visual tampak menarik. Bila menonton anime ini, sekilas mendekati kualitas movie atau sudah pantas tayang di layar lebar. Musik latar sudah mampu mendukung atmosfer berbagai adegan di anime Hanebado.

Di episode awal Nagisa yang tidak me- miliki bakat natural, bekerja keras hanya untuk kalah dari Hanesaki yang sangat berbakat. Hanesaki sendiri pun tidak le- pas dari masalah. Dia ditinggal ibunya karena salah paham usai sebuah pertan- dingan. Ibunya merasa perlu memberi jarak agar si anak jenius ini tidak hanya fokus ke badminton. Namun Hanesaki menyangka ibunya mencampakannya dan memilih melatih pemain baru yang bisa meraih juara.

Sebetulnya nyaris semua kisah olahraga selalu ada drama. Namun saat penonton belum terlalu kenal dengan karakter, akan sulit peduli dengan permasalahan mereka. Penonton yang suka melihat animasi di atas rata-rata, sangat dianjurkan me- nonton Hanebado. Hingga episode keti- ga, animasi pertandingan tidak mengece- wakan. Bahkan bisa membuat penonton penasaran animasi apalagi yang akan di- tampilkan staff.

Satu lagi yang memukau adalah desa- in visual pembuka. Diawali dengan ade- gan yang dinamis dan penggunaan palet warna minim untuk memberikan impact yang besar.

MANGA

Versi manga memulai dengan kisah klub badminton sekolah yang nyaris bubar akibat Nagisa mendorong rekan-rekannya agar lebih keras berlatih. Ini tanpa menceritakan kekalahannya dari Hanesaki.

Awalnya cenderung ringan, banyak momen imut dan mirip komedi. Bahkan banyak ekspresi karakter yang tampil komikal. Beberapa contoh bisa dilihat pada panel di bawah ini.

Bila kamu sudah menonton anime Hanebado dan merasa bisa langsung meloncat ke chapter tertentu, ini tidak bisa dilakukan. Lebih baik membaca dari awal untuk menikmati cerita ringan yang nyaris bebas drama. Namun karena ini adalah olahraga

Lebih banyak ekspresi wajah.

Lebih banyak (>_<)

Meskipun manga bisa menggambarkan gerakan secara dinamis, tidak bisa mengalahkan animasi penuh warna lengkap efek bunyi. Kepribadian karakter di manga relatif lebih santai kecuali saat bertanding.

Versi anime ternyata juga membuang beberapa karakter yang mungkin nantinya menjadi penting. Salah satunya adalah jurnalis olahraga yang menyadari talenta Hanesaki saat bermain melawan Connie.

Awal kisah anime telah menceritakan pelatih adalah salah satu calon pemain badminton yang akan maju ke olimpiade. Namun langkahnya terhenti akibat cedera lutut. Dia tidak banyak menyinggung lagi masalah olimpiade sejak Connie muncul. Sebab di versi manga, ini adalah landasan cerita mendorong Hanesaki untuk lebih serius menekuni badminton. Bahkan dia sempat bertemu salah satu anggota Badminton World Federation. Menjanjikan bisa mempertemukan Hanesaki yang ditinggalkan ibunya. Karena anime menghilangkan semua ini, kisahnya diubah menjadi rivalitas Hanesaki dengan Nagisa.

Tarikan garis manga karya Hamada Kousuke patut diacungi jempol. Gambarnya rapi dan mampu memvisualkan gerakan yang dinamis. Ini sangat penting dalam manga olahraga. Desain karakternya juga mampu memikat pembaca. Lucunya, manga-ka tetap berusaha menyelipkan fanservice dalam wujud kostum olahraga badminton. Dia mendesain kostum tidak natural yang mirip baju renang.

Cukup masuk akal bila staff anime melakukan perubahan dari sisi cerita. Ini agar kisahnya muat dalam 13 episode dan lebih intens di pertandingan. Sayangnya perubahan ini tidak disambut baik oleh semua penonton. Karena drama di anime tidak berimbang dengan hal-hal ringan. Terlalu banyak sorotan permasalahan anggota klub. Tentunya masing-masing media memiliki keunggulan masing-masing.

Happy go Lucky Hanesaki Mau renang atau badminton sih?

Adaptasi anime pun bukannya tanpa cela. Bagi penonton yang jeli pastinya menyadari sejumlah pertandingan tidak penting menggunakan animasi yang sama. Hanya perubahan baju dan wajah karakter. Ini disebut recycling animation. Kembali menggunakan stock yang sudah ada untuk menekan biaya produksi dan mempersingkat proses pembuatan. Meski begitu dengan adanya banyak perbedaan ini, penonton justru diuntungkan. Karena membaca manga dari chapter pertama memberikan nuansa dan sudut pandang baru. Penonton anime juga bisa belajar cara staff membuat seri ini tetap menarik meski telah terjadi banyak pemotongan cerita di sana-sini.

This article is from: