E
E D I S I 0 6 / T H . 0 2 ( JA N UA R I - F E B RUA R I 2 0 1 2 )
F
O
R
F
R
E
AOI NEWSLETTER r g a n i s a l i a N s i o E S I A inDON
Media Informasi Pertanian Organis & Fairtrade
Batang-batang rotan Foto : www.google.com
Skema Penjaminan Alternatif Produk Rotan Rot an m er u p a k an sa lah satu sumbe r ha ya t i Indone sia p ote n s i a l. B i a s an ya men jad i b ah an baku a neka m ebel d an p ro d u k kera jin an lain n ya. Yan g te rpenting juga b is a me n ja di sumb er p en g h a sil d e v isa ne ga ra y a ng cuk u p b e sar. Seb a g ai n eg ara p en g ha sil rota n terbesa r, In do ne si a te l ah m emberikan sumbangan se be sa r 8 0 % ke bu t u h an r o ta n d unia. Dari jumlah terse but , 90 % r ot an d i h a si lk an d a ri h utan alam y ang te rda pa t di S u m ate ra , Kalima nt an , Sulawesi, da n sekita r 10% d i h a s i lk an d a ri bud id aya ro t an . enurut hasil inventarisasi Direktorat Bina Produksi Kehutanan, dari 143 juta hektar luas hutan di Indonesia, diperkirakan hutan yang ditumbuhi rotan seluas kurang lebih 13,20 juta hektar, yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan pulaupulau lain yang memiliki hutan alam.
M
hutan. Menebang pohon, bagi petani rotan justru membuat tempat hidup rotan hilang. Kearifan lokal membiasakan petani tidak membabat habis rotan saat memanennya. Pangkal tumbuhan ini selalu disisakan. Harapannya, kelak, 3_5 tahun ke depan rotan akan tumbuh lagi dan bisa mereka petik kembali.
Bagi masyarakat petani atau pengumpul rotan, melestarikan rotan berarti melestarikan hutan. Karena habitat rotan mensyaratkan adanya
Menurut Sucipto Kusumo Saputro, Staf Program Penjaminan Mutu dan Pasar Aliansi Organis Indonesia (AOI) di Bogor, Jawa Barat, selain untuk
i s k a d e Dari R Pembaca yang Budiman, Pada edisi kali ini AOI Newsletter menyuguhkan informasi tentang manfaat dari penjaminan alternatif rotan dan pentingnya pengawasan internal atau Internal Control System (ICS) dalam produksi beras organik di Sumatera Utara. Selain itu informasi terbaru dari pentas organik dunia BioFach 2012 juga layak untuk disimak.
a t i r e B i Is Page_1 Skema Penjaminan Alternatif Produk Rotan
Page_2 Nurzanah: Yakinkan Petani dengan Keberhasilan ICS Padi Organik
Page_3 Melirik Perkembangan Negara Lain di BioFach 2012
Coming soon on June Come n See ya... ;)
mengantisipasi perkembangan pasar, sertifikasi rotan juga bisa meningkatkan nilai jual rotan, mengatur pemanfaatan dan menjaga kelestarian rotan, sehingga dengan itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani rotan. Selain itu juga adanya permintaan konsumen akan kualitas tertentu dari produk tersebut. Walaupun produsen dan konsumen sama-sama membutuhkan sertifikasi sebagai penjamin bahwa kualitas produk mereka seperti yang diharapkan, tetapi ada kendala yang dihadapi dalam mengakses sertifikasi ini. Kendala yang umum dijumpai adalah tidak terjangkaunya biaya
untuk mendapatkan sertifikasi. Berbagai skema penjaminan atau sertifikasi yang ada selama ini sangat mahal dan produsen ataupun petani cenderung tidak mendapatkan nilai tambah dari kehadiran skema-skema tersebut. Sehingga NTFP-EP South and South East Asia dan AOI mulai merintis sertifikasi atau penjaminan alternatif ini sejak Workshop EcoCertification di Kota Giri India Februari 2011. Dan tujuan utama dari upaya untuk membangun inisiatif ini adalah untuk membantu petanipetani rotan skala kecil yang telah menjaga kelestarian hutan tetapi taraf hidupnya masih berada dibawah garis kemiskinan.
“Harapannya dengan program sertifikasi alternatif ini, para pelaku industri berbahan baku rotan bisa bertemu, berbagi informasi dan menentukan standar maupun harga produk rotan,� kata Sucipto. Melalui sistem penjaminan alternatif atau PAMOR ( Penjaminan Mutu Organis ) ini, petani atau pengumpul rotan bersama para pihak pelaku industri (pengolah, distributor, eksportir, importir) bisa bertemu dalam satu wadah untuk menentukan bersama standar, kualitas, harga dan kelestarian rotan beserta ekosistem hutannya. (ANP/SNY)
Nurzanah:Yakinkan Petani dengan Keberhasilan ICS Padi Organik
Proses pencatatan sistem pengawasan internal padi organik petani dampingan Bitra Indonesia. Foto : Dok. Bitra Indonesia
emulai sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan masyarakat kebanyakan tidaklah mudah. Termasuk dalam hal pertanian organik. Di saat sebagian besar petani mengembangkan pertanian konvensional yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis, Nurzanah bertekad mengembangkan pertanian organik yang tidak menggunakan pupuk
M
2
dan pestisida kimia sintetis. Bersama Bitra Indonesia yang mendampingi petani organik di kawasan Sumatera Utara, Nurzanah sejak tahun 2009 ingin mengembangkan pertanian padi organik untuk mendapatkan beras yang sehat karena bebas bahanbahan kimia sintetis. Dan yang terpenting juga ingin menekan biaya produksi.
Dengan pertanian organik, petani bisa menghemat biaya produksi karena mereka bisa mendapatkan bahan-bahannya seperti pupuk dan pestisida dengan membuatnya sendiri. Pupuk organik dan pestisida alami yang dibuat petani secara mandiri tak kalah dengan pupuk dan pestisida kimia sintetis. Bahkan kualitasnya jauh lebih baik karena pembuatan dan penggunaannya mengutamakan
keselarasan alam sekitarnya. Meski tak mudah mengembangkan pertanian organik di tengah pengembangan pertanian konvensional, apalagi meyakinkan petani konvensional bahwa bisa berhasil dengan pertanian organik bahkan mau mengikuti pilihannya bertani organik, Nurzanah bersama Bitra Indonesia tak putus asa. Untuk menjaga kualitas produksi dan hasil panen padi organiknya, Nurzanah bersama Bitra Indonesia menerapkan Sistem Pengawasan Internal (Internal Control SystemICS) sejak 2009 di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan Sergai, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Dengan ICS, petani padi organik melakukan pertanian padi organik sesuai dengan standar yang ada. Petani juga melakukan pengawasan pertanian padi organik di antara petani anggota kelompoknya. ”Yang paling penting dalam menjalankan ICS adalah kejujuran, kerjasama dan pengawasan yang berkelanjutan,” jelas Nurzanah, inspektor ICS Bitra Indonesia. ”Dengan cara ini kita bisa membuktikan pertanian padi organik bisa berhasil, dengan
sendirinya petani lain ikut bertani organik dan alhamdulillah sekarang lahan yang diikutkan dalam ICS sudah seluas 20 hektar,” tambahnya.
Arahkan petani organik sesuai ICS Dalam proses ICS padi organik, kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi ICS pada anggota kelompok, melakukan Sekolah Lapang, latihan tentang pembuatan pupuk dasar dan cair, serta diskusi kelompok. Sebagai inspektor ICS, Nurzanah juga mengarahkan kelompok petani supaya tetap berjalan sesuai ICS. Nurzanah juga sekaligus bertani sesuai ICS sambil memberi bukti ke petani yang belum ICS bahwa bertani organiklah yang terbaik, bukan pertanian konvensional. Nurzanah juga mengikuti kegiatan penting lainnya dalam ICS padi organik yaitu membuat standar ICS beras organik saat melakukan pelatihan ICS dasar di Sayum Sabah bersama anggota kelompok yang lain dan akhirnya ditunjuk sebagai salah satu inspektor lokal. Setelah melakukan pertanian padi organik dengan ICS, Nurzanah berharap ke depan makin banyak petani yang
mau ikut bertani padi organik dan melakukan ICS. Nurzanah bersama kelompok petaninya juga berharap bisa menuju sertifikasi organik dan pemasaran beras organik lebih baik dan cerah. Saat ini ada tiga kelompok petani yang melakukan ICS padi organik dengan jumlah petani keseluruhan 30 orang. Jenis padi dalam proses ICS itu ialah jenis Ciherang dan Sintanur. Dengan luas lahan keseluruhan kurang lebih 20 hektar, hasil panen per musim maksimal yang pernah dicapai adalah 10,4 ton gabah per hektar. Menurut Nurzanah, pada tahun 2011 permintaan pasar beras organik baru mencapai kurang lebih 2 ton per bulan, tetapi mulai Januari 2012 permintaan pasar meningkat menjadi 4 ton lebih per bulannya. Jangkauan pasarnya baru di dua daerah yaitu daerah Sumatera Utara dan Riau. Untuk perluasan pemasaran beras organik, kelompok petani ICS Bitra Indonesia saat ini bermitra dengan JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam) dan SPSB (Serikat Petani Serdang Bedagai). (ANP/SNY)
Melirik Perkembangan Negara Lain di BioFach 2012 i perhelatan akbar BioFach 2012, selain Indonesia, banyak negara lain yang juga unjuk gigi. Untuk negara-negara di ASEAN, yang paling menonjol adalah Thailand. Stand mereka kurang lebih 3 kali stand Indonesia dengan 12 co-exhibitors. Yang menarik, mereka juga menjual air kelapa, santan organik dalam kaleng, dan banyak lagi snacks organik.
D
Stand Indonesia di BioFach 2012 Foto : Dok. AOI
“Sepertinya tidak ada kesulitan bagi kita untuk membuat snack sejenis itu. Columbia dan Brazil sudah menjual kelapa sawit organik, 3
padahal tahun lalu belum ada,” kata Sabastian Saragih, Presiden Aliansi Organis Indonesia (AOI) dalam laporan langsungnya dari BioFach, Nurenberg, Jerman, 16 Februari 2012. Menurut Bastian, saat ini di Indonesia masih terbatas pada produk mentah atau sedikit sekali produk olahan seperti gula kelapa. Disisi lain pengepakan (packaging) di pasar organik semakin menekankan aspek ekologis dan sosiologis. Jadi bukan asal bagus tetapi juga harus bersahabat dengan alam dan manusia. Sekarang India sudah memiliki sekitar 1000 jenis produk organik
olahan. Thailand kurang lebih 100 jenis. Untuk mewujudkan semua ini, Bastian mengatakan bahwa dukungan pemerintah sangat penting untuk membuat lingkungan kondusif bagi pelaku pertanian organik dalam mengembangkan pertanian organik. Melihat perkembangan India dan Thailand, Bastian sangat berharap supaya pemerintah Indonesia bisa menjadikan BioFach sebagai salah satu agenda negara. Selanjutnya pemerintah melakukan kajian atau assessment yang lebih mendalam untuk menjawab pertanyaan mengapa Indonesia yang menjadi pemain besar di sektor komoditi
konvensional menjadi pemain tidak berarti di sektor pertanian organik di tingkat global. “Meski demikian, peningkatan volume pemasaran produk organik pasti akan terjadi. Tapi sejauh ini baru ada dua pemain yaitu PT. Bloom Agro dan CV. Aliet Green,” kata Bastian. “Bayangkan kalau dua tahun lagi kita punya 20 pemasar di BioFach, lalu 100 pemasar pada 2015, volume perdagangan pasti meningkat! Tentu saja pada saat itu sudah ada 5000 pemasar di pasar domestik,” jelas Bastian menambahkan. (ANP/SNY)
FOR SALE !! Mete Organik
SILO
Kelompok ICS Jambu Desa Banga, Kecamat an Mawasangka, Kabupaten Buton, Su lawesi Tenggara, Indonesia ✆ +62 251 831 6294 ✉ market@organicind onesia.org
AOI Newsletter adalah media informasi antar anggota dan mitra AOI untuk meningkatkan partisipasi publik dalam mengembangkan pertanian organis dan fairtrade. Newsletter ini terbit setiap dua bulan sekali. Diterbitkan Oleh : Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggung Jawab : Rasdi Wangsa; Dewan Redaksi : Ani Purwati, Sri Nuryati, Lidya Inawati, Rizki Ratna, Sucipto K. Saputro; Tata Letak : Arief Rifali Firman Alamat Redaksi : Jl. Kamper Blok M No.1, Budi Agung, Bogor, Jawa Barat; Telp/Fax : +62 251 831 6294; Email organicindonesia@organicindonesia.org; Website : www.organicindonesia.org
Didukung oleh :