Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
1
Foto Sampul Simbiosis mutualisme lebah dan bunga tanaman (membantu penyerbukan) Foto Dokumentasi AOI inspirasi gaya hidup organik
Dari Redaksi, Terwujudnya petani yang mandiri dengan mengoptimalkan potensi lokal merupakan tujuan dari pertanian organis (organik) yang lestari. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah memproduksi kompos, pupuk cair dan dekomposer yang berkualitas dan terbeli, mengembangkan hanya benih lokal, menerapkan pranata mangsa, rukun dengan burung dan tikus, dan mendorong tumbuhnya usaha pengolahan. Keberlanjutan pertanian lestari atau pertanian organis berjalan dengan sendirinya jika segala sesuatunya berdasarkan potensi setempat, nyata memberi kemanfaatan dan terukur, tabungan meningkat, sebagai akibat dari pemastian-pemastian penghargaan dan pengamanan usaha melalui penguasaan hulu-hilir oleh anggota. Pertanian organik mestinya simbiosis mutualisme, sebagai “spirit yang saling menghidupkan� (lebih dari makna menguntungkan) yaitu menghidupkan pihak-pihak yang terlibat mulai dari peternak penyedia pupuk, keluarga petani yang memproduksi, memproses pasca panen, distributor, keluarga konsumen, dan usaha-usaha pengolahan lainnya. Bahkan lebih dari itu, melestarikan keanekaragaman tanaman sumber pangan, menjaga kelestarian lingkungan hidup, (tanah, air, hewan, dan sebagainya) secara wajar dan terus menerus bahkan keswadayaan karena memang itulah ruh-nya. Kondisi tanah dan air tentu akan sangat diperlukan untuk mendukung pertanian organik. Pertanian organik memerlukan tanah yang tidak tercemar bahan agrokimia. Pupuk hayati diperoleh dari beragamnya jenis-jenis hayati, misalnya dari tanaman yang membantu mengikat nitrogen, dari mikoriza yang membantu meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur-unsur hara khususnya fosfat, dan dari jasad renik yang membantu menyelenggaraan dekomposisi dalam proses pemupukan alamiah. Beragamnya jenis hayati diperlukan pula untuk menghasilkan pestisida alami. Di masa mendatang masih perlu ditemukan jenis-jenis tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai pestisida alami, sehingga kita tidak hanya menggunakan nimba, pinang, tembakau, talas, cabai, pepaya dan bawang putih untuk menghasilkan pestisida alami. Sementara itu pertanian organik juga mempunyai banyak manfaat. Selain menghasilkan produk yang sehat untuk konsumsi masyarakat, juga berpengaruh baik untuk lingkungan hidup, terutama mampu meningkatkan kesehatan ekosistem tanah dan air (aquatic) serta pengurangan emisi gas methan atau berperan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Untuk itu pertanian organik merupakan bagian dari pengelolaan pertanian berwawasan lingkungan yang didefinisikan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, tanpa menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Melihat berbagai keuntungan baik untuk masyarakat sebagai petani maupun konsumen organik dan lingkungan hidup, maka perlu terus digalakkan penyadaran terhadap komunitas petani dan konsumen organik tentang fungsi dan manfaat pertanian organik baik dari segi ekonomi, ekologi maupun mitigasi dan perubahan iklim, sehingga masyarakat meningkatkan partisipasi dalam mengembangkan pertanian organik. Bagaimana simbiosis mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan) antara lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, pertanian organik dan masyarakat di dalamnya? Simak selengkapnya Organis edisi 34 (April-Juni 2014) yang terbit bertepatan dengan Hari Keanekaragaman Hayati 22 Mei dan Hari Lingkungan Hidup 5 Juni.
diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fairtrade. 2
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
ISSN : 2089 7294
Redaksi Penerbit Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggung Jawab Direktur Program AOI Pemimpin Redaksi Sri Nuryati Redaksi Pelaksana Ani Purwati Staf Redaksi Rasdi Wangsa Lidya Inawati Sucipto K. Saputro Desain Grafis Muhammad Rifai Keuangan Endang Priastuti Marketing Rizki Ratna A. Distribusi Ilyas Alamat Redaksi Jl. Singasari A1/2 Cimanggu Permai Bogor, Jawa Barat Telp./Fax +62-251-8330434 E-mail organic@organicindonesia.org Website www.organicindonesia.org
be part of our movement
05 Isu Utama
8 Isu Utama
Pertanian Organik itu, Simbiosis Mutualisme
Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati dukung Pertanian Organik
Dari Redaksi
02
Surat Pembaca
04
Isu Utama
11
- Pertanian Organik Perbaiki Lingkungan yang Rusak
Profil
18
Info Organis
25
Bijak di Rumah
28
- Tangani Hama Secara Organis - Plastik Berkurang, Organik Meningkat
Ragam
- STOS Film Festival Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan Lewat Film
Jendela Konsultasi
14
15 Penjaminan Organis
21 Agribisnis
Prospek Produk Organik Berlogo PAMOR
30
Bumi Langit: Pertanian Permakultur, Terpadu untuk Pengabdian pada Tuhan dan Usaha
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
3
Surat Pembaca
Prosedur dan biaya sertifikasi komunitas PAMOR Apakah produk AOI sudah sertifikasi SNI?
Hilangkan cabuk
4
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
Her k. Y aiz/ Foto
: Do
n Upacara adat, kearifan lokal Tani Lestari dalam pertanian organik
yAs
ton
o
Pertanian organik baik bagi petani, baik bagi kesehatan dan juga baik bagi ekologi produksi. Setelah lebih dari 20 tahun bergulir di Indonesia, apakah perkembangannya sesuai harapan?
Oleh : Yaiz/HeryAstono
A
da semangat pemberontakan terhadap dominasi negara dalam budidaya pertanian di era orde baru. Berbagai sebutan untuk sistem budidaya model ini. Salah satu dari sebutan untuk sistem ini adalah pertanian organik atau pertanian berkelanjutan atau dalam istilah kuno dikenal dengan pertanian lestari.
global di beberapa negara terutama negara donor atau bah-
Sejalan dengan perkembangan waktu dan krisis ekonomi
banyak.
kan memang masa donasinya telah habis, akankah model pertanian ini masih tetap menjadi gerakan kemandirian bagi petani kecil dan cita-cita pelestarian kehidupan? Janganjangan hanya menjadi gerakan ekonomi yang mengabdi pada ndoro PASAR dan dikerjakan oleh rakyat berduit
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
5
Isu Utama Upayakan keberlanjutan pertanian organik Adalah Lumbung Tani Lestari (Lb. Tales) dengan anggota petani di wilayah Bantul Selatan terus berkembang. Setiap musim tanam tiba semakin banyak petani yang bergabung untuk terlibat dalam aktivitas bersama menghasilkan pangan yang sehat dengan mengandalkan kekuatan setempat, termasuk di dalamnya upaya mengelola sendiri hulu-hilir pertanian organik (lestari). Beberapa hal yang mendukung upaya ini adalah:
2. Penataan hulu – hilir & pembagian peran
1. Cukup pemahaman
Foto: Yaiz/HeryAstono
Fakta bahwa aktivitas budidaya/ produksi itu selalu dilakukan oleh petani meski kadang gagal panen, namun sedikit atau bahkan hampir tidak ada kejadian petani berhenti menanam dan membiarkan sawahnya nganggur karena rugi atau kehabisan modal. Setiap musim ia butuh benih, butuh pupuk, butuh pengetahuan agar tanaman tumbuh sehat dan panen yang bernas, dan beberapa lagi butuh menjual hasil panen dengan harga yang layak. Lb. Tales selalu mengawali motivasi dengan standar presentasi upaya-upaya penataan agar tujuan tercapai dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Petani datang bukan karena fasilitas, tetapi karena sadar untuk bersama orang lain mewujudkan harapan.
n Pasca panen padi organik Tani Lestari
6
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
Kecil kemungkinan petani menguasai lahan luas dan permodalan yang besar untuk bisa mengelola usaha tani secara keseluruhan (hulu-hilir). Kumpulan banyak petani kecil adalah hal yang realistis sekaligus menjadi tantangan. Tidak mungkin satu petani akan mengerjakan semua hal. Membagi peran dan mengutamakan tanggungjawab adalah pilihan yang harus dilakukan petani agar fokus dan mendorong semakin professional. Penguasaan hulu – hilir adalah hal yang terus diupayakan agar memiliki kepastian atas tahapan usaha yang dikerjakan. Bagaimana mungkin bertahan dan berkelanjutan jika petani memperoleh harga jual panenannya di bawah biaya produksi?
3. Pembagian rewards (penghargaan) yang adil.
Fairtrade (perdagangan adil) tidak asing di telinga kita, tetapi implementasi mestinya transparan untuk diketahui seluruh bagian agar tidak ada yang merasa dipilihkan pada peran yang kering. Proporsional membagi rewards sesuai dengan risiko yang ditanggung. Normalnya, tidak mungkin pengepul atau pemasar reward nya lebih besar dari petani karena petani menanggung sekurangnya 4 bulan
risiko kerugian, belum lagi kalau permodalan menggunakan pinjaman yang harus membayar bunga pinjaman. Praktik seperti ini banyak terjadi di lingkungan petani. Umumnya para pedagang jauh lebih makmur dibanding petani. Juragan ikan lebih kaya dibanding nelayan. Ini adalah konstruksi yang harus dibongkar. 4. Menjadi anggota CUTM untuk keterikatan komitmen Lb. Tales mendorong anggotanya untuk bergabung dengan Koperasi CU Tyas Manunggal (CUTM) agar keterikatan pada komitmen lebih serius. Hal yang diperoleh dengan bergabungnya petani menjadi anggota adalah upaya pendidikan tata kelola keuangan, kesadaran menata hidup lebih baik dengan menabung, memanfaatkan sumber permodalan yang fleksibel pengembaliannya, memanfaatkan jejaring yang sudah ada, sekaligus mendapatkan bagi hasil usaha koperasi sebagai pemilik di setiap akhir tahunnya.
Wujudkan kemandirian dengan optimalkan potensi lokal Terwujudnya petani yang mandiri dengan mengoptimalkan potensi lokal merupakan tujuan dari pertanian organik yang lestari. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: > Memproduksi kompos, pupuk cair dan dekomposer yang berkualitas dan terbeli: Menghasilkan pupuk kompos, pupuk cair dan dekomposer sendiri adalah aktivitas tambahan bagi keluarga petani. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi terus dilakukan agar pupuk terserap kembali oleh anggota dan juga petani lainnya. Penerapan standar produksi kompos dan pupuk cair agar kualitas stabil terus dijaga meski diproduksi di beberapa tempat. Di salah satu titik produksi kompos, 5 orang ibu muda mampu memproduksi 3 ton dalam sehari karena efisiensi dan efektivitas formula kompos. Kompos ini per karung (25kg) dijual dengan harga Rp 11.500 untuk anggota dan Rp 12.500 untuk umum.
Foto: Dok. Yaiz/HeryAstono
Isu Utama
n Proses pembuatan pupuk kompos oleh petani Lumbung Tales
> Mengembangkan hanya benih lokal: Sekurangnya ada 2 varietas padi hitam, 3 varietas padi merah dan 5 varietas beras putih yang selalu diatur penanamannya di setiap musim. Sebenarnya masih banyak varietas yang dimiliki, namun keterbatasan lahan dan untuk menjaga kontinuitas suplai konsumen, ada pembatasan varietas budidaya di setiap musim tanamnya seperti pada musim kali ini (MT1: Des – Maret) yaitu cempowelut (beras hitam), saodah (merah), mentik susu, mentik wangi dan genjah rante (putih). Termasuk sedang dalam pengembangan saat ini adalah varietas beras hitam wangi (relatif langka), yang diharapkan akan melimpah di awal musim hujan mendatang. Selain itu, juga ditanam kedelai lokal varietas wilis yang lebih gurih saat dibuat tempe dan varietas galunggung maupun kedelai hitam.
Mulai bulan Februari 2014, Lb. Tales memasarkan beras kombinasi 2 varietas dengan nama“ QUENAA� (spesifikasi nasi putih, pera tapi empuk dan wangi) karena varietas ini sangat disukai petani dari sisi produktivitas dan cita rasanya.
> Menerapkan pranata mangsa, rukun dengan burung dan tikus: Alam itu memiliki ritme, dan mengikuti ritme jauh lebih memberikan rasa aman dari gangguan hama penyakit tanaman serta kualitas panenan yang maksimal. Cara sederhana dengan memberi makan tikus maupun burung menjadi bagian yang penting dalam budidaya mengingat padi lokal yang ditanam secara alami memang lebih diminati kedua hewan tersebut. > Mendorong tumbuhnya usaha pengolahan: Nasi bakar organik adalah salah satu produk olahan yang berasal dari panenan anggota dan menjadi langganan Menteri BUMN, bubur untuk balita dan remaja, tempe kedelai lokal, aneka minuman jahe merah, kencur-sunti, kunir putih, temulawak siap seduh, aneka kue dari tepung beras, dan sebagainya setiap pagi bisa dijumpai di salah satu dusun anggota Lb. Tales Keberlanjutan pertanian lestari atau pertanian organik berjalan
dengan sendirinya jika segala sesuatunya berdasarkan potensi setempat, nyata memberi kemanfaatan dan terukur, tabungan meningkat, sebagai akibat dari penghargaan dan pengamanan usaha melalui penguasaan hulu-hilir oleh anggota. Makin menghidupkan setiap individu yang terlibat serta ciptaanNya yang lain. Jika kerbau dan burung jalak pun mampu membangun relasi simbiosis mutualisme, kita juga bisa. Pertanian organik itu simbiosis mutualisme, sebagai “spirit yang saling menghidupkan� yaitu menghidupkan pihak-pihak yang terlibat mulai dari peternak penyedia pupuk, keluarga petani yang memproduksi, memproses pasca panen, distributor, keluarga konsumen, dan usaha-usaha pengolahan lainnya. Bahkan lebih dari itu, melestarikan keanekaragaman tanaman sumber pangan, menjaga kelestarian lingkungan hidup, (tanah, air, hewan, dan sebagainya) secara wajar dan terus menerus bahkan keswadayaan karena memang itulah ruhnya.(*) Yaiz / HeryAstono, Petani, Koordinator Lumbung Tales Ketua KSP. CU Tyas Manunggal Email: heryastonoyaiz@gmail.com Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
7
n Kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati di lahan pertanian organik Foto: Dok. ANP
Kondisi tanah dan air tentu akan sangat diperlukan untuk mendukung pertanian organik. Pertanian organik memerlukan tanah yang tidak tercemar bahan agrokimia. Pupuk hayati diperoleh dari beragamnya jenis-jenis hayati.
Oleh : Ani Mardiastuti
B
erbagai penelitian yang cukup intensif di Eropa dan Amerika Serikat telah membuktikan bahwa pertanian organik sangat terkait dengan keanekaragaman hayati dan lingkungan. Para peneliti di berbagai lokasi di negara empat musim itu berhasil mengungkapkan bahwa pertanian organik dapat meningkatkan keanekaragaman hayati dan memperbaiki lingkungan. Burung, serangga, amfibia dan jasad renik di wilayah yang mempraktikkan pertanian organik terbukti lebih beranekaragam dibandingkan dengan lokasi yang menerapkan pertanian konvensional. Demikian pula kondisi dan jasa lingkungan di sistem pertanian organik, yang kualitasnya terbukti meningkat dibandingkan dengan pertanian konvensional. 8
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
Bagaimana jika kita melihat sebaliknya? Benarkah kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati diperlukan untuk dapat mendukung pertanian organik? Jika kita membandingkan ketergantungan sistem pertanian terhadap kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati, maka pertanian organik sesungguhnya memiliki ketergantungan yang jauh lebih tinggi daripada pertanian konvensional. Pertanian organik menggunakan sistem manajemen produksi terpadu, tanpa menggunakan pestisida kimiawi, pupuk buatan, dan hasil rekayasa genetik. Dengan demikian, keberhasilan pertanian organik sangatlah dipengaruhi oleh kualitas lingkungan fisik dan biologis (keanekaragaman
Beragamnya jenis hayati diperlukan pula untuk menghasilkan pestisida alami. Di masa mendatang masih perlu ditemukan jenis-jenis tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai pestisida alami, sehingga kita tidak hanya menggunakan nimba, pinang, tembakau, talas, cabai, pepaya dan bawang putih untuk menghasilkan pestisida alami. Pengetahuan kita tentang entomologi dan ekologi akan sangat berguna dalam menemukan musuh alami serangga pengganggu tanaman. Serangga tertentu dapat membunuh serangga pengganggu tanaman dengan cara memangsa langsung atau melalui sistem host-parasitoid. Selain itu, kita sudah pula menemukan bahwa beberapa mikroorganisme dapat bersifat sebagai agens antagonis, yang menghambat pertumbuhan pathogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Beranekanya jenis serangga dan kelelawar akan membantu proses penyerbukan alami. Dalam sistem ekologi yang sangat kompleks, serangga dan tanaman yang diserbukinya dapat mengembangkan spesialisasi dan ketergantungan. Seandainya serangga X punah, maka tanaman Z tidak dapat menghasilkan buah dan biji karena hanya serangga X itu yang dapat menyerbuk tanaman Z.
Kondisi tanah dan air tentu akan sangat diperlukan untuk mendukung pertanian organik. Pertanian organik memerlukan tanah yang tidak tercemar bahan agrokimia. Pupuk hayati diperoleh dari beragamnya jenis-jenis hayati, misalnya dari tanaman yang membantu mengikat nitrogen, dari mikoriza yang membantu meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur-unsur hara khususnya fosfat, dan dari jasad renik yang membantu menyelenggaraan dekomposisi dalam proses pemupukan alamiah.
Foto: Dok. AOI
hayati) di sekitarnya, serta kecerdikan dan inovasi petani dalam mengelola pertanian organik.
n Bermacam kupu-kupu yang bermanfaat untuk penyerbukan alami di lahan pertanian organik Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
9
Isu Utama kondisi lingkungan yang menjadi prasyarat penting bagi proses produksi pada sistem pertanian organik. Salah satu prinsip penting dalam ilmu ekologi yang perlu kita cermati bersama adalah bahwa everything is interconnected to everything else: semua komponen di alam ini berkaitan erat satu dengan lainnya.
Foto: Dok. SNY
Pada tingkatan ekosistem, dukungan yang amat penting bagi pertanian organik adalah jasa lingkungan yang dihasilkan dari ekosistem tersebut. Ekosistem hutan yang baik, misalnya, akan membantu mengatur tata air sepanjang tahun: menyimpan air pada saat hujan lebat dan menyimpan air untuk dialirkan pada musim kemarau.
n Serangga di lahan pertanian organik
Semua komponen di alam berkaitan erat Perlu kita ingat kembali bahwa definisi keanekaragaman hayati tidak hanya mencakup keberagaman spesies saja, namun juga mencakup keberagaman pada tingkatan yang lebih rendah, yakni tingkat genetik, dan keanekaragaman pada tingkat yang lebih tinggi, yakni ekosistem. Pada tingkatan genetik, alam ini menyediakan berbagai plasma nutfah dan sifat-sifat genetik yang menjadi modal dasar penting dalam proses seleksi benih yang unggul. Saat ini produktivitas pertanian organik belum dapat menyaingi pertanian konvensional. Dengan berbagai cara yang inovatif dan kreatif, bukan tidak mungkin bahwa suatu saat pertanian organikpun dapat mengungguli pertanian konvensional, antara lain dengan melalui proses benih unggul dari keanekaragaman genetik. Dari keanekaragaman genetik dan proses seleksi akan diperoleh varietas yang sesuai dengan harapan kita: buah yang lebih manis, tanaman yang lebih tahan kekeringan, ternak yang lebih banyak menghasilkan daging atau susu, ikan yang lebih gurih, dan seterusnya. Alam tropis Indonesia yang memiliki keanekaragaman genetik ini belum habis dieksplorasi dan dimanfaatkan. 10
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
n Ternak angsa di sekitar lahan organik
Ekosistem hutan juga mencegah erosi dan tanah yang longsor. Tipe ekosistem lain yang terdapat di Indonesia, termasuk rawa air tawar, danau, gambut, mangrove, savanna, padang rumput, dan kerangas, tentu memiliki fungsi dan peran penting dalam penyediaan jasa terhadap lingkungan dimana ekosistem itu berada. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingginya keanekaragaman hayati akan sangat mendukung pertanian organik di Indonesia, ataupun di negara lain. Keanekaragaman hayati pada tingkat spesies dan genetika akan membantu berlangsungnya proses produksi dalam sistem pertanian organik, sementara keanekaragaman hayati pada tingkatan ekosistem akan menghasilkan
Foto: Dok. Bumi Langit
Hanya saja, pengetahuan manusia saat ini seringkali belum dapat memahami dan menguak hubungan keterkaitan ini, mengingat sangat rumitnya sistem di alam, termasuk di wilayah pertanian organik ataupun pertanian konvensional. Keterkaitan yang rumit antara lingkungan, keragaman hayati dan pertanian organik ini masih banyak yang perlu diteliti lebih lanjut, agar kita dapat memetik pelajaran guna meningkatkan upaya dan produksi pertanian organik Indonesia di masa mendatang.(*)
Ani Mardiastuti Staff Pengajar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Email: aniipb@indo.net.id
Melihat berbagai keuntungan pertanian organik bagi petani maupun konsumen organik dan lingkungan hidup, maka perlu terus digalakkan penyadaran terhadap komunitas petani dan konsumen organik tentang fungsi dan manfaat pertanian organik baik dari segi ekonomi, ekologi maupun mitigasi dan perubahan iklim, sehingga masyarakat meningkatkan partisipasi dalam mengembangkan pertanian organik. Oleh : Ir. Antung Deddy Radiansyah
P
ertanian organik mempunyai banyak manfaat. Selain menghasilkan produk yang sehat untuk konsumsi masyarakat, juga berpengaruh baik untuk lingkungan hidup, terutama mampu meningkatkan kesehatan ekosistem tanah dan air (aquatic) serta pengurangan emisi gas methan atau berperan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Untuk itu pertanian organik merupakan bagian dari pengelolaan pertanian berwawasan lingkungan yang didefinisikan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, tanpa menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Isu peran dan manfaat pertanian organik telah diangkat dalam rangkaian Pertemuan COP 15 UNFCCC di Kopenhagen pada bulan Desember 2009. Pertanian organik merupakan jalur yang layak dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dan merupakan pilihan yang penting dalam IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). Berbagai manfaat dan peran pertanian organik antara lain sebagai berikut: 1. Dalam pertanian organik akan terbentuk bahan karbon organik tanah yang membutuhkan CO2 yang akan ditarik dari atmosfer, sehingga berperan dalam program penurunan emisi Indonesia 26%.
n Suburnya tanaman padi organik yang berbatasan dengan padi konvensional di Banjarnegara, Jawa Tengah Foto: Dok. AOI
34 / Th. 11 -(April - Juni 2013) 2014) Edisi 32 / Th. Edisi 10 (September Desember
11
Foto: Dok. AOI
Isu Utama
n Bertani jahe merah dan sayuran di seputar kolam ikan di halaman rumah oleh Hendro Utoyo di Banjarnegara, Jawa Tengah
2. Dalam pengolahan pertanian organik biomassa tanah dibakar, sehingga emisi karbon dapat dikurangi. 3. Pertanian organik tidak menggunakan pupuk kimia nitrogen, sehingga dapat mengurangi emisi gas methana. Berdasarkan Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (2007), emisi gas methana padi gogorancah pada sawah tadah hujan dengan pupuk organik lebih rendah 28.2% dibanding dengan pupuk sintesis. 4. Penelitan dan pengembangan (Litbang) Pertanian. 5. Pertanian organik memiliki potensi signifikan untuk memanfaatkan biogas dari kotoran ternak. 6. Pertanian organik meningkatkan bahan organik tanah yang dapat menangkap dan menyimpan air lebih dari tanah budidaya konvensional. 7. Pertanian organik menggunakan keanekaragaman tanaman yang lebih dalam rotasi tanaman dibanding pertanian konvensional dan pertanian besar (monokultur), sehingga dapat meningkatkan ketahanan untuk 12
mengatasi dampak buruk perubahan cuaca/iklim. Sebagai contoh adanya serangan ulat bulu pada tahun 2011. 8. Pertanian organik merupakan pertanian berisiko rendah karena menurunkan input kimia eksternal dan mengoptimalkan fungsi biologis. Selain menurunkan toksisitas, mengurangi biaya input membuat pertanian organik kompetitif secara ekonomi. 9. Memanfaatkan pengetahuan lokal dan masyarakat adat petani, pengembangan tanaman lokal sebagai upaya adaptasi perubahan iklim, seperti bertanaman atau memilih tanaman dengan kondisi kelangkaan air. 10. Meningkatkan keanekaragaman hayati mikroba tanah, serangga dan cacing yang dapat meningkatkan kesuburan/kualitas tanah. Melihat berbagai keuntungan baik untuk masyarakat sebagai petani maupun konsumen organik dan lingkungan hidup, maka perlu terus digalakkan penyadaran terhadap komunitas petani
Edisi 34 32 / Th. 11 10 (April (September - Juni 2014) - Desember 2013)
dan konsumen organik tentang fungsi dan manfaat pertanian organik baik dari segi ekonomi, ekologi maupun mitigasi dan perubahan iklim, sehingga masyarakat meningkatkan partisipasi dalam mengembangkan pertanian organik. Bila dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada, maka pertanian organik yang ramah lingkungan ini mampu menunjang pembangunan rendah karbon, dan dapat dikembangkan dalam mekanime perdagangan karbon.
Pupuk kimia sintetis rusak ekosistem Saat ini telah ditemui berbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian yang menggunakan pupuk kimia sintesis. Pemakaian pupuk kimia sintesis dalam jangka panjang akan mengakibatkan akumulasi bahanbahan tersebut menjadi jenuh di tanah, sehingga kesimbangan ekosistem tanah terganggu. Rantai makanan yang tadinya
Isu Utama selalu berputar atau terdekomposisi akan terhenti karena beberapa mikroba tanah seperti cacing sebagai fungsi peluruh tidak bisa hidup lagi. Sisa-sisa pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah ini, bila telah terkena air akan mengikat tanah seperti lem/semen. Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain (alias tidak gembur lagi), dan keras. Selain keras, tanah juga menjadi masam. Bila ini terjadi, maka tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan akhirnya menjadi sangat tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk kimia. Jika terus berlangsung, tanah menjadi asam dan terjadi pengerasan tanah, sehingga akan terjadi kerusakan tanah seperti yang dimaksud dalam PP 150 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk produksi biomassa dimana disebutkan “Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah.� Saat ini Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sedang memetakan kerusakan tanah tersebut.
Foto: Dok. AOI
Selain kerusakan tanah juga berdampak pada ekosistem air (aquatic) yang mengakibatkan eutrofikasi pada badanbadan air seperti danau, sungai dan dapat menyebabkan kematian biota penting di perairan. Eutrofikasi adalah
suatu proses dimana suatu tumbuhan tumbuh dengan sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal akibat munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 Âľg/L.
Dampak negatif pestisida kimia sintetis Seperti diketahui dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia sintesis antara lain hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, dan terbunuhnya musuh alami. Indonesia sebagai salah satu negara megabiodiversity atau urutan ketiga di dunia dimana salah satunya adalah jumlah species tumbuhan di Indonesia termasuk lima besar di dunia dan 55% merupakan tumbuhan endemik. Banyak tumbuhan yang penyerbukannya memerlukan serangga, sementara beberapa serangga penyerbuk mati atau hilang karena penyemprotan pestisida.
ekosistem tersebut menyebabkan ledakan (blooming) hama baru yang merugikan petani. Untuk itu disarankan dalam pengendalian hama agar menggunakan cara-cara alami seperti penggunaan predator dari hama sasaran, pengelolaaan ekosistem dengan mengubah microhabitat sehingga tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pengganggu (hama dan pathogen), serta melalui teknik budidaya yang intensif: penanaman bibit dari varietas yang tahan hama dan penyakit, pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama dan pathogen. Cara-cara alami tersebut akan menggali dan memelihara kearifan lokal dalam budidaya tanaman dan juga biayanya akan lebih murah dan menghilangkan ketergantungan pada produk industri.(*) Ir. Antung Deddy Radiansyah Asisten Deputi Urusan Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia. E-mail: antungdeddy@yahoo.com
Apabila pemakaian pestisida tidak terkendali maka ancaman kepunahan berbagai tumbuhan semakin tinggi dan akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan keseimbangan
n Kondisi lahan pertanian konvensional
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
13
Atasi Virus Gemini Kuning pada Cabai Saya mau tanya informasi tentang mengatasi hama penyakit tanaman cabai, virus gemini kuning. Kebetulan kami dari forum petani kreatif Tapanuli Utara kewalahan menghadapi penyakit virus tersebut secara organik. Mohon dibantu ya pak. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Terima kasih, Roni Silitonga Tapanuli Utara Sumatera Utara
Toto Himawan menjawab: Penyakit virus pada tanaman budidaya, termasuk cabai, agak sulit dikendalikan. Tanaman yang sudah terinfeksi virus tidak bisa disembuhkan, jadi harus dicabut atau dimusnahkan. Sampai saat ini belum ada pestisida untuk virus. Vaksin CARNA 5 yang dikembangkan oleh BALITSA belum diproduksi massal untuk dikomersilkan, tetapi bisa dipesan ke Balai tersebut. Tetapi tentunya vaksin ini tidak direkomendasikan untuk pertanian organik. Sementara yang bisa dilakukan untuk menanggulangi penyakit virus adalah menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat dan pengendalian vektornya (serangga yang menularkan penyakit). Tetapi dengan menyehatkan kondisi agroekosistem pertanaman cabai melalui penerapan pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu diharapkan dapat menekan perkembangan penyakit virus.
14
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
Redaksi Ahli Agus Kardinan
Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHT) di Indonesia telah mengembangkan analisis agroekosistem, yang sifatnya lebih dinamis untuk dapat diterapkan pada kondisi agroekosistem yang berbeda. Pengambilan keputusan pengendalian disesuaikan dengan fenomena kehadiran Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di antara fase-fase pertumbuhan tanaman, mempertimbangkan keberadaan musuh alaminya yang diperoleh dari hasil pengamatan. Dalam melaksanakan PHT cabai yang diutamakan adalah mengupayakan budidaya tanaman sehat, karena merupakan dasar dari pencapaian hasil produksi yang tinggi dan selain itu tanaman akan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pelestarian dan pendayagunaan fungsi musuh alami, karena bekerjanya musuh alami mampu menekan populasi OPT dalam batas keseimbangan yang tidak merugikan. Pemantauan lahan secara rutin, karena populasi OPT dan musuh alaminya akan selalu berubah mengikuti keadaan agroekosistem yang cenderung berubah dan terus berkembang sehingga informasi yang terkumpul tidak terlambat bagi pengambilan keputusan pengendalian. (Bersambung di Edisi 35)
Sabirin
Pestisida Nabati
Tanaman Tahunan
Agung Prawoto
YP Sudaryanto
Diah Setyorini
Daniel Supriyono
Standar dan Sertifikasi
Kesuburan Tanah
Sayuran Organik
Padi Organik
Toto Himawan
Hama dan Penyakit Tanaman
Imej PAMOR mesti melampaui model sertifikasi organik lainnya. Dari proses yang dilalui petani, terutama kelompok-kelompok petani kecil yang bekerjasama dengan Unit PAMOR setempat, kita tahu bukan sekedar produknya yang ditelisik mesti organik, tetapi di sana juga ada upaya peningkatan kapasitas petani agar produknya benar-benar organik. Oleh : Thomas Wendorise Rakam
D
etik Health pada 2012 pernah merilis 7 alasan masyarakat memilih produk organik. Ketujuh alasan itu dilatarbelakangi oleh imej masyarakat bahwa bahan makanan organik diproduksi tanpa menggunakan pestisida dan pupuk sintetis, rekayasa genetik, antibiotik, hormon pertumbuhan, bahan pengawet, atau pewarna. Dengan jitu Barbara Haumann, seorang juru bicara Organic Trade Association, merangkum ketujuh alasan itu dengan pernyataan bahwa manfaat makanan organik tidak hanya untuk kesehatan karena lebih kaya nutrisi, tetapi juga mengurangi polusi pestisida dan bahan kimia lain di bumi. Itu sebabnya masyarakat antusias melirik produk organik sebagai makanan layak konsumsi. Apalagi kita semua tahu bahwa biaya pengobatan orang sakit di rumah sakit amat mahal. Benarlah ujaran yang menyatakan lebih baik menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan sehat dari pada mengobati sakit karena makan makanan tercemari polutan.
n Aneka produk
berlabel PAMOR Foto: Dok. AOI
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
15
Penjaminan Organis pengawasannya sehari-hari diserahkan pada wakil komunitas petani setempat. Oleh karena itu biayanya pun bisa sangat murah.
PAMOR lampaui model sertifikasi lain
Antusiasme masyarakat terhadap pangan organik yang sekarang ini berkembang di mana-mana ternyata bukan tanpa diikuti kecemasan atau tanda tanya, apakah benar produk yang ditawarkan pada mereka benar-benar organik? Dari mana masyarakat tahu produk ini benarbenar organik atau palsu? Bukan rahasia umum, seringkali terjadi kasus ada orang jualan produk yang diakuinya organik, ternyata bukan setelah melalui tester tertentu terhadap kemungkinan polusi pestisida. Maka munculah tuntutan sertifikasi sebagai upaya penjaminan terhadap produk yang diakui organik. Sebetulnya jawaban atas pertanyaan atau kecemasan konsumen haruslah ditemukan oleh konsumen itu sendiri. Caranya dengan mendatangi kebun petani yang produknya mereka konsumsi. Berilah kesempatan pada petani yang bersangkutan untuk mempertanggungjawabkan hasil kerjanya pada konsumen yang sudah membeli produk-produk yang diklaim organik itu. Hanya saja persoalannya tidak semua konsumen sudi berjauh-jauh dan bersusah-susah datang hanya untuk melihat-lihat kebun petani. Mereka ingin terobosan lain untuk memastikan produk yang mereka beli benar-benar organik. Harus ada lembaga penjamin. Tuntutan itu kemudian direspon oleh pemerintah bekerjasama dengan otoritas kompetensi penjamin 16
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
organik dengan meresmikan lembagalembaga sertifikasi organik. Isu tentang sertifikasi produk organik memang selalu menarik dan penuh dinamika. Terkait sertifikasi produk organik, sekurang-kurangnya kita mengenal dua sistem sertifikasi organik. Pertama, sistem sertifikasi dari lembaga sertifikasi organik pihak ketiga yang berfungsi sebagai penilai yang independen terhadap kepentingan petani atau konsumen. Tugas lembaga ini hanya menelisik apakah produk tersebut benar-benar organik menurut kriteria yang ditetapkan oleh otoritas kompeten penjamin organik. Biayanya tentu saja mahal karena tindakan lembaga ini masuk dalam kategori bisnis jasa. Kedua, sistem sertifikasi atau penjaminan berbasis komunitas, biasa disebut partisipatori guarantee system atau sistem penjaminan partisipatif. Petani yang mewakili komunitas ikut menginspeksi kebun kelompok taninya apakah benar-benar organik. Lembaga yang mendampingi kelompok tani untuk proses sertifikasi di Indonesia kita kenal dengan sebutan PAMOR atau penjaminan mutu organik. Jaminan dari PAMOR Indonesia itu terbit berkat pembinaan dan inspeksi yang diusahakan bersama diantara lembaga penjamin yang terbentuk dengan petani langsung ke lapangan untuk kemudian
Jika kita berbicara tentang prospek produk berlogo PAMOR Indonesia, pertanyaan utamanya adalah apa yang mesti ada di benak konsumen tentang logo ini. Apakah sekedar mutu organik saja? Apakah sesuatu yang ada di benak konsumen itu nantinya akan sangat populis atau lebih bersifat eksklusif saja? Menurut hemat saya imej PAMOR mesti melampaui model sertifikasi organik lainnya. Dari proses yang dilalui petani, terutama kelompok-kelompok petani kecil yang bekerjasama dengan Unit PAMOR setempat, kita tahu bukan sekedar produknya yang ditelisik mesti organik, tetapi di sana juga ada upaya peningkatan kapasitas petani agar produknya benar-benar organik. PAMOR Indonesia harus benar-benar peduli pada keinginan petani agar produknya benar-benar organik. Jadi jika dalam proses pemeriksaan ditemukan ada unsur belum organik, mesti ada bantuan dan pembinaan pada kelompok petani yang bersangkutan untuk memenuhi kriteria mutu organik. Imej semacam itulah yang layak dicita-citakan oleh PAMOR Indonesia. Jadi ketika konsumen beli produk berlogo PAMOR, mereka sadar betul bahwa yang ikut mereka biayai bukan saja pertanian yang bebas polusi, melainkan pembinaan petani agar lebih memiliki sikap organis (organik). Bukankah itu merupakan citacita kita bersama? Jika halnya demikian sudah tentu ide ini akan sangat popular. Artinya prospek produk berlogo PAMOR sangatlah tidak masuk akal kalau tidak secerah matahari pada tengah hari. Mari kita belajar dari Philip Kotler sebagai ahli pemasaran tentang pentingnya apa yang ada di benak konsumen jika melihat logo suatu produk tertentu. Tindakan
Penjaminan Organis pemerintah belum ke arah sana. Maka tepatlah kalau PAMOR diidentikan sebagai gerakan kemasyarakatan. Dan memang hanya masyarakat sendirilah yang paling berwenang melakukan perubahan atas dirinya sendiri. Jika Logo PAMOR dapat diidentikan sebagai buah dari gerakan pemberdayaan petani organik Indonesia maka sifatnya menjadi populis. Masyarakat sangat suka dengan ide pemberdayaan, terutama untuk kalangan para petani yang memang selama ini dianggap hidupnya terlalu sederhana karena terlalu banyak mensubsidi rakyat perkotaan di bidang pangan. Masyarakat ingin mendengar bahwa di setiap rupiah yang mereka belanjakan
Menurut hemat saya Logo PAMOR yang disematkan pada produk-produk pertanian organik mesti memperhatikan hal-hal apa yang ingin ditanamkan di benak masyarakat. Dari teori Behaviorisme kita tahu bahwa apa yang dipikirkan seseorang akan menentukan tindakannya. Maka kembali ke persoalan prospek produk berlogo PAMOR, pertanyaannya apa yang hendak kita tanamkan pada benak masyarakat ketika melihat logo PAMOR. Wacana yang sempat berkembang di kalangan Litbang Kementerian Pertanian menyatakan potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri Indonesia masih sangat kecil. Peredarannya pun masih terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang mesti dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk pro-
n Pemasaran produk PAMOR Indonesia melalui pameran produk sehat dan organik di Jakarta
dusen produk pertanian organik, 2) diperlukan investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahanbahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar. Tiga alasan itu menurut mereka membuat petani enggan memproduksi komoditas tersebut. Jika demikian apa yang pemerintah lakukan terhadap para petani organik ini? Apakah ada usaha serius untuk pembinaan kelompok-kelompok petani kecil dengan serius sambil memberi insentif harga yang memadai untuk petani organik? Rupanya kehendak politik
Foto: Dok. AOI
merancang penawaran atau menanamkan citra sebuah produk di benak pelanggan sasarannya dikenal dengan istilah positioning. Upaya tersebut merupakan elemen yang sangat utama dalam suatu strategi pemasaran. Logo atau Citra apapun, termasuk di dalamnya perusahaan manapun, dapat menentukan posisinya melalui persepsi pelanggan terhadap produknya. Ada positioning menurut atribut produknya, manfaat produk, menurut harga atau kualitas, atau menurut pemakainya.
untuk produk organik berlogo PAMOR berarti telah memberdayakan satu kelompok tani agar semakin mampu bertani secara organik. Tentu saja alamnya semakin subur dan pembelinya semakin sehat pula. Imej inilah yang terus akan menciptakan prospek cerah produk pertanian organik berlogo PAMOR. (*)
Thomas Wendorise Rakam Aktif di Divisi Diklat Yayasan Bina Sarana Bakti. Berwirausaha di bidang Agribisnis Pengurus Unit PAMOR Bogor Email: thomas.liemtjoe@yahoo.co.id Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
17
Foto: Dok. Komar Udin
n Komar Udin
o: D
Fot ok.
nP
oh
on
Ka
Y
kao
SN
S
udah hampir 6 tahun Komar Udin (31) di Desa Tegi Neneng, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Lampung menanam tanaman kakao bersama kopi dan lada di kebunnya secara organik atau tidak menggunakan bahan-bahan kimia sisntetis. Pemilihan kakao, kopi dan lada diharapkan bisa mencegah erosi atas kemiringan kebunnya. Tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis, diharapkan pula bisa menjaga lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak membunuh mahkluk hidup lain. Dan pastinya agar petani bisa mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. “Dengan berkebun kakao secara organik beberapa keuntungan selain pendapatan adalah lebih sehat, mikroorganisme tanah, cacing dan semut bisa terjaga sehingga tanah lebih subur, tidak banyak mengeluarkan biaya karena inputnya dibuat dari bahan-bahan di sekitar kita. Keuangan nggak banyak keluar,� jelas Komar Udin kepada Organis. 18
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
Profil Menurut ayah dua orang anak ini, sekarang harga kakao organik masih sama dengan non organik karena belum ada pasar khusus organiknya. Meski demikian yang terpenting dengan cara organik tanaman organik-nya bisa mendapatkan nutrisi yang lebih baik. Di lahan kebun seluas 3 hektar lebih, Komar Udin bisa mendapatkan hasil panen rata-rata per bulan untuk kakao sebanyak 150 kg, kopi 1000 kg dan juga hasil panen dari tanaman sela lainnya seperti lada dan sayur-sayuran. Harga kakao kering bisa mencapai Rp 28.000,- per kg.
Kakao sebagai sumber devisa Sebagai salah satu komoditas andalan perkebunan yang perannya cukup penting bagi perekonomian nasional, perkebunan kakao menjadi penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa
Namun karena cuaca yang tidak menentu, akhir-akhir ini hasil panen kakao Komar Udin menurun. Beberapa hama pengganggu tanaman kakao seperti tupai, musang dan tikus. Untuk mengatasinya dengan menggunakan perangkap atau kurungan tikus yang di dalamnya diberi umpan yang paling disukai hama-hama tersebut seperti alpukat. Komar Udin tentunya menjadi salah satu petani kakao yang berpotensi dari Lampung sebagai salah satu penghasil kakao Indonesia. Pada Desember 2013, Lampung telah mengekspor kakao ke berbagai negara tujuan sebesar 2.055 ton dengan nilai 5,5 juta dolar Amerika Serikat. Menurut Kepala Dinas Koperindag
n Buah Kakao Foto: Dok. AOI
Provinsi Lampung Choiria Pandarita, ekspor kakao Lampung cukup tinggi pada periode itu. Bagi Lampung, kakao merupakan salah satu ekspor andalan sektor perkebunan di daerah ini selain kopi, lada, karet, dan sawit. Saat ini produksi kakao petani di Lampung terus meningkat seiring harga jualnya yang cukup tinggi. Hasil panen kakao mengalami kenaikan cukup signifikan dalam bulan ini, hal tersebut didukung curah hujan yang mencukupi. Dengan peningkatan produksi tersebut, diharapkan bisa berpengaruh terhadap pendapatan para petani.
terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah negara Pantai Gading dan Ghana. Tiga besar negara penghasil kakao sebagai berikut; Pantai Gading (1.276.000 ton), Ghana (586.000 ton), Indonesia (456.000 ton). Luas lahan tanaman kakao Indonesia lebih kurang 992.448 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 456.000 ton per tahun, dan produktivitas rata-rata 900 kg per ha. Daerah penghasil kakao Indonesia adalah
Sulawesi Selatan 184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tengah 137.000 ton (21,04%), Sulawesi Tenggara 111.000 ton (17,05%), Sumatera Utara 51.000 ton (7,85%), Kalimantan Timur 25.000 ton (3,84%), Lampung 21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya 122.000 ton (18,74%) (Kementerian Perindustrian, 2007). Kakao merupakan tanaman perkebunan/ industri berupa pohon yang dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun 1975, setelah PTP IV berhasil menaikkan produksi kakao atau cokelat per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hibryd, yang merupakan hasil persilangan antar klon dan sabah. Tanaman tropis tahunan ini berasal dari Amerika Selatan. Penduduk Maya dan Astec di Amerika Selatan dipercayai sebagai perintis pengguna kakao dalam makanan dan minuman. Sampai pertengahan abad ke XVI, selain bangsa di Amerika Selatan, hanya bangsa Spanyol yang mengenal tanaman kakao. Dari Amerika Selatan tanaman ini menyebar ke Amerika Utara, Afrika dan Asia. Tanaman kakao tumbuh baik di hutan tropik, sebab pertumbuhan cokelat sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Tanaman kakao yang dapat tumbuh ada di daerah yang terletak di antara 20 LU dan 20 LS (Lintang Selatan). Tanaman kakao juga dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1600 sampai 3000 mm per tahun atau rata-rata optimumnya sekitar 1500 mm per tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. Tanaman kakao sangat peka terhadap kekeringan yang panjang (3-4 bulan) (WA Siahaan, USU, 2011).(*) Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
19
n Buah Kakao Foto: Dok. SNY
Perkembangbiakan Kakao
T
anaman kakao dikembangbiakan dari bibit. Bibit akan berkecambah dan memproduksi tanaman yang baik jika diambil dari pot tidak lebih dari 15 hari. 1. Stek Pohon dipotong antara 2 atau 5 daun dan 1 atau 2 pucuk, daun dipotong setengah dan potongan tadi ditanam di pot dengan ditutupi lembaran polythene hingga akar mulai tumbuh. 2. Penyilangan Pucuk dipotong dari pohon dan ditempel di bawah kulit kayu di pohon lain. Potongan tadi kemudian diikat dengan tali rapia dan plester lilin yang terbuat dari plastik bening untuk mencegah hilangnya kelembaban. Bila pucuk mulai tumbuh maka pohon tua yang terletak di atas harus dipotong
20
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
3. Cangkok Kulit kayu diambil potongannya kemudian ditutupi dengan serbuk kayu dan sehelai polythene. Area tadi akan memproduksi akar-akar dan batang dapat dipotong untuk kemudian ditanam
Hama Hama pada tanaman kakao sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian produksi, beberapa hama penting yang sering dijumpai di kebun kakao adalah penggerek buah kakao, kepik penghisap buah, penggerek kulit batang, ulat kilan, tikus dan tupai. Hama ini dapat menyebabkan kerugian yang besar bila menyerang buah-buah muda. Serangannya dapat menyebabkan buah berhenti perkembangannya, bahkan serangan yang berat dapat menyebabkan buah
mati. Untuk itu perlu adanya pengendalian secara terpadu dan keberlanjutan agar tanaman dapat terpelihara dengan baik dan tidak merugikan secara ekonomi (Sudarmo, 1989).
Panen Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Keterlambatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun-kebun yang mengusahakan kakao. (Dari berbagai sumber)
Agribisnis
Pertanian permakultur memuat unsur-unsur pertanian terpadu atau integrated farming. Namun dalam kerangka etik, permakultur tidak melulu untuk kepentingan bisnis tapi diniatkan sebagai penghambaan atau pengabdian kepada Allah, Tuhan semua makhluk.
n Lahan pertanian Bumi Langit Foto: Dok. Bumi Langit
Edisi Edisi 31 /34 Th. / Th. 10 (Mei 11 (April - Agustus - Juni 2014) 2013)
21
Agribisnis
U
ntuk meraih kesuksesan, berdoa dan berusaha merupakan dua sisi yang tidak bisa terpisahkan. Melakukan usahapun bisa bernilai ibadah di mata Allah SWT yang tidak hanya menghasilkan keuntungan, melainkan bisa menghadirkan pahala. Iskandar Wawo Runtu bersama komunitasnya di Yogyakarta mengembangkan pertanian terpadu dengan pendekatan permakultur karena ingin beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan ridho-Nya. “Sering kita bicara mengenai kehidupan yang Islami, dalam arti sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Dalam pencarian, kami ingin mencari bagaimana sih yang disebut bertani secara Islami, bagaimana sih makanan yang tidak hanya halal tapi juga toyib, bagaimana beternak yang Islami, dan seterusnya,� jelas Anam Alhabsyi Ketua Harian Yayasan Wakaf Bumi Langit kepada Organis.
“Tentu saja kami tidak membatasi hanya pada orang-orang yang secara tegas menyatakan beragama Islam. Kami meyakini Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, seluruh makhluk Tuhan, yang ghaib maupun yang kasat mata. Kami meyakini bahwa bertani Islami juga bertani yang ekologis, ramah lingkungan, selaras alam. Kami meyakini bahwa makanan Islami adalah yang halal dan juga toyib, yang membawa kesehatan dan bukan penyakit, seperti makanan-makanan seperti junkfood (red:
Foto: Dok. Bumi Langit
Di sisi lain, merupakan tugas keislaman
untuk mengajak orang lain hidup secara Islami. Maka suatu institut bernama Bumi Langit di Imogiri, Yogyakarta dibentuk pada akhir 2006 sebagai sarana untuk dakwah, sarana mengajak orang-orang bertani secara Islami, memproduksi pangan yang Islami dan seterusnya. Iskandar Wawo Runtu sebagai Ketua Umum Bumi Langit Institut menginisiasi lembaga ini sudah dua tahun sebelumnya bahkan niatnya sudah sejak 2001 ketika beliau hijrah atau pindah dari Bali ke Yogyakarta.
n Proses pengelolaan sumberdaya air oleh Bumi Langit
22
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
cepat saji), yang membawa penyakit dan kerusakan,� lanjut Anam. Bumi Langit berlokasi tidak jauh dari makam Raja-Raja Mataram Imogiri di lereng timur kota Yogyakarta yang menjadi awal dari hamparan perbukitan Gunung Kidul. Pada ketinggian 280m dpl, permukiman ini terbuka pada keindahan hamparan dataran rendah Yogyakarta dengan garis laut di Selatan dan 4 gunung di Utara (Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi). Diapit kawasan hutan milik Universitas Gajah Mada dan ladang pertanian masyarakat sekitar menjadikannya sebuah pemandangan indah yang nyaris sempurna. Menurut Anam, pertanian Bumi Langit Institut lebih tepat disebut permakultur, yaitu pendekatan desain dan etika dalam membangun kultur atau pertanian (dan tidak terbatas pertanian, termasuk juga keuangan, perumahan, komunitas, dan lain-lain) yang selaras dengan prinsipprinsip kehidupan, yang disebut sunnatullah. Dalam pertanian permakultur
Agribisnis
Foto: Dok. Bumi Langit
Pertanian Bumi Langit mengutamakan pendekatan yang arif dengan nilai-nilai yang berazaskan kerjasama antara manusia dengan alam dalam menata saranasarana kehidupan (permukiman dan sarana kehidupan lainnya). Menggunakan bahan-bahan dari sumber-sumber yang
Tentu saja prospek pertanian terpadu ini tidak melulu berarti ekonomi, tapi bisa menjadi prospek pada perubahan tatanan kehidupan
“
Pertanian terpadu juga merupakan produksi terpadu (integrated production)
pendekatan dan program perbaikan lahan dan lain-lain, maka bisa menjadi pendekatan yang baik dalam kehidupan yang akan memberikan dampak bagi masa depan dan tentu saja dalam kerangka untuk mendapatkan ridho Allah.
“
memang unsur-unsur pertanian terpadu atau integrated farming ada. Hanya saja yang mungkin membedakan adalah kerangka etik, di mana permakultur tidak melulu untuk kepentingan bisnis tapi diniatkan sebagai penghambaan atau pengabdian kepada Allah, Tuhan semua makhluk. Tentu saja pertanian terpadu bisa mengadopsi atau menerapkan etika tersebut. Sehingga kemudian bisa seiring antara permakultur dengan pertanian terpadu.
n Kunjungan ke lahan pertanian terpadu Bumi Langit (Proses pengolahan kompos)
yang memaksimalkan hasil-hasil pertanian secara optimal sehingga menuai manfaat atau barokah yang berkelimpahan. Dan pertanian terpadu mendorong keanekaragaman hayati (biodiversity) di dalam sistem yang terbangun untuk bekerja sama saling bermanfaat satu sama lain. Prinsip ini asalkan ada niat bukan untuk semata-mata memaksimalkan produksi dalam arti semakin banyak keuntungan atau profit yang dikumpulkan, dan di dalamnya juga menganut keberlanjutan atau sustainability dengan
berkelanjutan dan kearifan arsitektur tradisional sehingga melahirkan suasana yang indah dan ketersambungan antara karya manusia dan alam.
Keberagaman Bagi Bumi Langit, pertanian dan peternakan adalah sebuah elemen yang amat penting dalam mata rantai kehidupan manusia. Niat dan cara yang benar dalam melakukannya akan menjadi penentu
kualitas kehidupan kita secara keseluruhan sebagai manusia, di sini Bumi Langit mengembangkan budidaya pertanian dan peternakan alami atau organik yang amat bermanfaat bagi pembekalan mahasiswa KKN, para pegiat masyarakat, dan pihak-pihak yang berminat berusaha dan memahami makna dan manfaat pertanian atau perternakan alami. Dalam pertanian terpadu prinsipnya adalah keberagaman. Semakin beragam makhluk yang ada di dalam sistem seEdisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
23
Agribisnis makin baik, dan tentu saja sesuai dengan kealamian yang ada pada kita. Kita juga tidak boleh melalaikan jasad-jasad renik, yang biasa disebut mikroba, yang juga hidup dalam setiap inci tanah di kebun kita. Bumi Langit Institut menanam berbagai jenis tanaman pangan termasuk buahbuahan, sayuran, herb atau bumbubumbu, dan lain-lain. Selain itu juga beternak sapi, kambing, ayam kampung, kalkun, bebek entok, itik, ikan nila, ikan gurame dan ikan patin. “Tapi beberapa ternak tidak selalu ada seperti itu, kita bisa saja merotasi dan menggantinya, misalnya kita pernah kembangkan ikan bawal, ikan lele, dan lain-lain. Jadi kita tidak membatasi pada jenis ikan atau ternak apa yang dibiakkan. Seperti dikatakan di atas keberagaman adalah prinsip yang kita anut,” papar Anam. Sementara untuk pupuk, Bumi Langit mengolah limbah kotoran ternak dan rumah tangga menjadi kompos panjang. Khusus untuk kotoran sapi dan kotoran manusia dicampur dan dipisahkan dengan instalasi biogas. Hasil berupa gas digunakan untuk biodigester atau kompor biogas, cair digunakan untuk filter air bersama tanaman penyaring dan batu-batuan (juga ijuk dan pasir), sehingga menghasilkan air sehat untuk kolam ikan dan penyiraman tanaman, dan hasil padatnya dicampur dengan sisa makanan untuk diolah menjadi kompos dengan cacing.
sumber karbohidrat impor (tepung gandum), Bumi Langit juga mengembangkan makanan sehat berbahan karbohidrat lokal, semua ini bermanfaat sebagai sarana belajar dan pengembangan kesadaran akan kesehatan, dan akan menjadi menu selama pengunjung berada di Bumi Langit.
mian yang sulit, maka usaha pertanian terpadu ini bisa sebagai pencarian untuk alternatif kehidupan yang lebih baik,” papar Anam.
Bumi Langit merasa ikut bertanggung jawab dalam mengurangi kerusakan bumi karena penggunaan energi bersumber pada bahan bakar fosil. Hal ini menjadi dasar dari pengembangan sumber-sumber energi terbarukan dari Bumi Langit seperti biogas, matahari dan lain-lain. Ini dapat digunakan sebagai sarana pelatihan, konsultasi dan menjadi dasar perenungan dalam aktivitas seharihari.
Untuk membantu pemasaran hasil panen, Bumi Langit memiliki satu unit bernama Warung Bumi sebagai display produk-produk dari kebun, berupa makanan dan minuman. Pengunjung dapat menikmati susu kefir yang diolah dari sapi perahan sendiri dan difermentasi menjadi probiotik yang bermanfaat bagi pencernaan kita. Selain itu ada roti yang diolah dengan tepung ubi ungu dan/atau sorghum atau canthel yang ditanam di kebun.
Prospek bagus Saat ini Bumi Langit menggarap lahan seluas hampir 3 hektar. Dengan niat awal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di dalamnya, Bumi Langit belum menghitung secara pasti jumlah produksi dan jenisnya. Meski demikian, sebagai bentuk usaha, pertanian terpadu Bumi Langit mempunyai prospek ke depan. “Kami berharap prospeknya sangat bagus. Karena saat ini kerusakan yang dihadapi di kota, baik dari pangan yang tidak sehat, kehidupan yang berat, perekono-
24
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
Warung Bumi juga berperan sebagai community center dimana anggota komunitas dapat menjual produk-produk mereka yang berlebih setelah untuk konsumsi sendiri, sekaligus menjadi wahana silaturahmi dan berdiskusi bagi komunitas. Atau dalam terminologi Islam disebut muamalah. Bumi Langit juga menyediakan pilihan paket pelatihan yang bisa diikuti sebagai sarana belajar mengembangkan diri dengan trainer bertaraf nasional dan internasional, dengan metoda kesatuan antara konsep dan tingkah laku keseharian. Dari berbagai kegiatan yang Bumi Langit kembangkan, bisa disebut Bumi Langit merupakan tempat dimana aktifitas kerajinan dipulihkan kedudukannya sebagai aktifitas kreatif yang dikerjakan dalam suasana hati bahagia. Semua mengutamakan penggunaan bahan-bahan dari lingkungan sekitar yang dalam pengolahannya tidak menimbulkan limbah (kerajinan batok kelapa, anyaman bambu dan kulit nabati).(*)
Untuk limbah ternak ayam juga bercampur dengan kompos panjang, kotoran bebek bercampur dengan air kolam untuk penyiraman tanaman. Air kencing kelinci untuk pupuk cair dan diolah menjadi MOL (mikroorganisme lokal). “Itu hanya satu contoh, masih banyak yang lain dan masih banyak yang dikembangkan Bumi Langit, misalnya pupuk biodinamik yang juga kita kembangkan di sini,” ungkap Anam. Untuk menjawab tragedi kehidupan bangsa akan ketergantungannya pada
“Tentu saja prospek pertanian terpadu ini tidak melulu berarti ekonomi, tapi bisa menjadi prospek pada perubahan tatanan kehidupan,” lanjutnya.
Foto: Dok. Bumi Langit
n Pembuatan kerajinan dari limbah oleh
komunitas Bumi Langit
Bumi Langit Institute Jl. Imogiri-Mangunan Km.3, Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul Telp: +62 274 857 2121
Oleh : Sutriyono
D
banyak dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Memperhatikan dampak negatif dari penggunaan pestisida yang tidak bijaksana, maka perlu dilakukan cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan.
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana menimbulkan
Hal ini sesuai dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu pengendalian OPT dilakukan dengan mempertahankan kelestarian lingkuangan, aman bagi produsen dan
ampak penggunaan pestisida kimia sintetis sangat merugikan. Pestisida sintetis tidak mengenal apa dan siapa serta sangat merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati. Hal ini sangat dirasakan oleh petani saat ini dengan merebaknya hama penyakit, misal penggerek batang padi, wereng batang coklat, uret tanah, wereng daun hijau, kresek, blass dan lain-lain.
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
25
konsumen serta menguntungkan petani. Salah satu alternatif pengendalian dengan memanfaatkan cendawan penyebab penyakit pada serangga (cendawan pathogen serangga). Contoh cendawan pathogen serangga yang sudah populer dimanfaatkan kalangan petani antara lain cendawan Beauveria bs., Metarhizium Spp. dan Verticillium Sp.
Cara kerja cendawan pathogen
Cendawan pathogen serangga masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan dan lubang lainnya. Cendawan yang menempel pada tubuh serangga akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah. Penembusan dilakukan secara mekanis dan kimiawi dengan mengeluarkan zat metabolik berupa enzim atau toksin. Cendawan selanjutnya berkembang dalam tubuh serangga dan menyerang seluruh jaringan tubuh. Miseliun jamur selanjutnya menembus ke luar tubuh. OPT sasaran Cendawan pathogen: WBC, WDH, walang sangit, penggerek batang padi. Cara aplikasi: 100 gr biakan /14 lt air disemprotkan pd pagi/sore hari. Akan lebih baik jika dalam aplikasi agens hayati ditambah dengan gula pasir 2 ons/14 lt air. Seandainya setelah aplikasi di lapang ada serangga [walang sangit] yang mati dan ditumbuhi miselia/jamur Beauveria sp, 26
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
atau Metarhizium spp, serangga tersebut bisa digunakan sebagai bahan pengendali hama sesuai dengan jenisnya, misal walang sangit untuk walang sangit, wereng untuk wereng [sangat spesifik] dan tidak mengganggu terhadap musuh alami yang perlu kita lindungi. Cara pembiakan agens hayati cendawan pathogen tersebut sangat mudah, dengan media padat baik jagung maupun beras dengan sedikit perlakuan dan sterilisasi yang bisa dikerjakan oleh petani sudah bisa untuk media tumbuh agens hayati tersebut.
n Mindi [Melia azedarech L]
Pestisida alami
2. Abu Dapur
Sebenarnya petani bisa menerapkan pengendalian hama/penyakit secara organik dan lestari menggunakan pestisida alami. Pestisida alami harus dijadikan pilihan terakhir setelah cara-cara pencegahan sudah dilakukan dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Bahan-bahan: a. Abu dapur 100 kg b. Garam krosok 25 kg
Pestisida alami dibuat dari daun-daunan, tumbuhan, atau bahan organik lainnya. Bahan pestisida ini disamping mudah ditemukan di sekitar petani, bahan tersebut tidak mencemari lingkungan dan mudah terurai, juga tidak menjadikan kekebalah terhadap hama/penyakit.
Hama yang dikendalikan adalah uret tanah. Gejala tanaman yang terserang uret tanah akan terlihat daun menguning kemudian layu, karena uret menyerang pada akar dan pangkal batang tanaman.
Beberapa bahan yang bermanfaat untuk mengendalikan hama penyakit tanaman antara lain: 1. Mimba [Azadirachta Indica] atau Mindi [Melia azedarech L] Daun mimba/mindi yang segar 1 kg ditumbuk halus lalu direbus dengan air 5 liter sampai mendidih, bila warna hijau daun sudah hilang berarti daun mimba/ mindi sudah larut, selanjutnya dinginkan semalam, pagi hari larutan tersebut disaring dan ambil airnya. Untuk meningkatkan dosis, daun bisa ditambah. Fungsinya untuk mengendalikan penggerek batang padi, ulat, kutu daun dan lain-lain.
Cara pembuatan: Campur kedua bahan tersebut sampai merata, dan sebarkan pada tanaman [cukup untuk lahan 1 hektar]
Catatan: a. Buatlah lahan tidak terlalu banyak air atau agak dikeringkan [macak-macak] b. Waktu penyebaran atau pengendalian sebaiknya pagi hari sebelum embun menguap sehingga campuran abu dan garam bisa menempel pada daun padi.
n Abu dapur
Cara penggunaan:
3. Gadung [Dioscorea Hispida L]
Ambil larutan jenu dan lain-lain lalu disaring, setiap 250 cc larutan ditambah air 14 l disemprotkan ke tanaman yang terserang hama, hama yang dikendalikan antara lain ulat, hama putih palsu, walang sangit, penggerek batang, wereng coklat. 6. Jahe Bahan-bahan a. Gadung b. Ikan asin bs c. Bekatul d. Kemiri
1 kg 1 kg 3 kg 1 ons
Cara pembuatan: Gadung, ikan asin, kemiri dihaluskan selanjutnya dicampur bekatul dan dicetak dengan paralon 0,5 inci dan dijemur sampai kering.
Cara penggunaan:
Cara penggunaan:
Hama yang dikendalikan adalah: Ulat grayak, ulat , dan berbagai serangga.
Tablet gadung dicampur dengan singkong/gabah ditaruh di daerah serangan hama tikus, fungsinya menjadikan tikus mandul bila memakan tablet gadung [untuk menekan populasi perkembangbiakan tikus].
Setiap 250 cc larutan dicampur dengan 14 liter air dan semprotkan ke tanaman yang terserang hama.
5. Jenu/Tuba [Derris elliptica]
4. Daun Kleresede [Glyricidia sepium]
Bahan-bahan: a. Jahe b. Kunyit c. Lengkuas d. Daun sirih e Alkohol
1 kg 1 kg 1 kg 0,5 kg 100 cc
Cara pembuatan: Semua bahan dihaluskan/ditumbuk diuleni dengan air 3 liter, selanjutnya diperas, air perasan ditambah alkohol dan masukkan ke dalam jeligen difermentasi selama 3 hari, lebih lama lebih baik setiap pagi di kocok supaya endapannya larut. Bahan-bahan: a. Daun kleresede 1 kg b. Tembakau 0,5 kg c. Air 1 liter Cara pembuatan: Daun kleresede ditumbuk halus dan direbus dengan air selama 25 menit, biarkan sampai dingin selanjutnya tembakau dimasukkan, aduk hingga merata hingga warna berubah menjadi kehitaman/kemerah-merahan.
Cara penggunaan:
Bahan-bahan: a. Akar, kulit kayu jenu b. Biji mahoni c. Bratawali d. Lengkuas e. Air f. Alkohol Cara pembuatan:
1 kg 2 ons 1 kg 0,5 kg 5 liter 100 cc
Semua bahan dihaluskan/ditumbuk. Selanjutnya masukkan ke dalam ember dan 5 liter air dan diaduk hingga merata, diamkan semalam jangan lupa tambah alkohol.
Ambil larutan jahe dan lain-lain 100 cc dan tambah air 14 liter, semprotkan ke tanaman yang terserang hama wereng coklat, walang sangit, ulat daun dan jamur yang menyerang tanaman padi maupun palawija, akan lebih baik ditambah cuka beras/methanol.(*) Sutriyono Anggota Kelompok Tani JATI JAYA Ds. Sawangan, Kec. Kebasen Kab. Banyumas, Jawa Tengah Hp: 081380810713 Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
27
Bij ak di Rumah
P
ertanian organik bukan sekedar bebas bahan kimia saja melainkan bagaimana pelakunya memahami bahwa ia adalah bagian kesatuan alam ini. Sistem pertanian organik secara langsung mengarahkan pada usaha meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha merusak lingkungan pertanian (agroekosistem). Kesadaran inilah yang membuat kita berusaha untuk menjaga alam dan lingkungan di sekitar kita. Sistem organik sangat tergantung pada sumber daya lokal yang tersedia dan proses produksinya harus dilakukan sebagai suatu proses yang terpadu, hemat energi dan membatasi penggunaan bahan tambahan makanan. Sehingga usaha tani organik dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu meningkatkan hasil pertanian organik yang berkualitas. Di sinilah pentingnya kondisi lingkungan pertanian yang baik. Peran masyarakat dalam menjaga lingkungan pun sangat penting. Perilaku ramah lingkungan, hemat energi dan tidak mencemari juga sangat mendukung. Termasuk tidak menggunakan dan membuang sampah plastik sembarangan. Sebagaimana diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan 28
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang (http://blh.grobogan.go.id; 2012).
Bahaya Plastik Konsumsi plastik secara berlebihanpun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Bij ak di Rumah
n Aneka produk olahan
limbah plastik Foto: Dok. AOI
antara lain: tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah, racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing, PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan, kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
Tanggulangi Plastik Melihat kebutuhan yang semakin meningkat, kita memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan kantong plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah dengan memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur ulang (recycle). Yang penting juga, perlu regulasi dari pemerintah untuk meredam semakin meningkatnya penggunaan plastik.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batubara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan plastik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut. Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT, serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun, akan memberikan akibat
Salah satu cara untuk mengatasi membludaknya keberadaan limbah plastik adalah dengan menghapus budaya plastik yang berakar di masyarakat. Pandangan masyarakat bahwa plastik merupakan alternatif praktis yang dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan mereka perlu diubah. Fungsi edukasi merupakan salah satu solusi untuk memberikan informasi permasalahan sampah plastik kepada masyarakat sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik (Renny Jasniar, 2013). Edukasi dapat melalui ajakan-ajakan untuk tidak memakai plastik (iklan, reklame) dan penyuluhan tentang bahaya sampah bagi lingkungan dan bagi kesehatan masyarakat.
Pendekatan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan trendsetter juga dapat dilakukan, disamping dengan membuat acara-acara atau hari peringatan bebas plastik seperti hari tanpa bungkus plastik sedunia. Selain itu untuk mengurangi penggunaan kantong plastik bisa dilakukan dengan menggunakan tas kain, paper bag dan plastik dari kulit jeruk setiap kali berbelanja. Paper bag dibuat dari daur ulang koran, majalah, maupun buku-buku yang sudah tidak terpakai lagi. Karena kertas untuk membuat paper bag ini merupakan bahan yang mudah diuraikan dan dapat didaur ulang kembali tanpa perlu proses yang lama, paper bag merupakan solusi yang ramah lingkungan untuk mengganti pembungkus plastik. Paper bag juga tidak akan mengganggu kesehatan karena tidak terdapat zat aditif yang membahayakan kesehatan. Jika hanya membeli sedikit, masukkan barang belanjaan ke dalam tas. Yang perlu dilakukan juga di antara kita harus saling mengingatkan untuk selalu membawa tas kain saat belanja. Bahkan pihak supermarket, mall sebagai pusat perbelanjaan juga harus berhenti memberikan kantong plastik. Bila sampah plastik telah terlanjur terjadi, yang perlu dilakukan juga daur ulang sampah plastik menjadi barang baru. Sampah plastik dari rumah tangga maupun dari industri ini bisa diolah menjadi produk dengan ketahanan yang lebih tahan lama, baik dalam segi usia maupun dari segi kekuatan / tahan banting, dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Contohnya: Vas bunga, Asbak rokok, Pengganti keramik, Pengganti papan, dan lain lain. Namun jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolah dan mendaur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.(*)
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
29
Ragam
T
ahun ini adalah tahun kelima sejak diselenggarakan pada 2006, dan berlangsung pada 14-18 Maret 2014 di Goethehaus dan Kineforum Jakarta. Diusung tema “O Balihara: Memelihara Harapan Bagi Nusantara� sebagai ekspresi keprihatinan terhadap degradasi ekologis yang semakin menurun. O Balihara, adalah sebuah kata dari bahasa suku Kei di Maluku Tenggara yang bermakna “Pelihara�. Dipilih sebagai tema StoS 2014, O Balihara diharapkan menjadi inspirasi bagi setiap orang untuk memelihara dan menyelamatkan alam Indonesia yang semakin kritis. Lembaga-lembaga yang mendukung penyelenggaraan STOS Film Festival 2014 adalah Jatam, Walhi, Kiara, Sawit Watch, Climate Justice, Bingkai Indonesia, Ecosisters dan Gekko Studio. Seluruh lembaga yang bargabung dengan StoS Film Festival sangat menyadari bahwa begitu banyak informasi yang terjadi di hulu (di wilayah dimana eksploitasi sumber daya alam dilakukan) tidak pernah sampai ke publik di kota 30
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
(hilir). Padahal seluruh yang terjadi di bumi ini selalu terkait dan saling barhubungan (We are connected). Jika konsumsi di hilir meningkat, otomatis permintaan (demand) di hulu juga meningkat, karenanya penting pendidikan (edukasi) bagi publik di kota untuk menjadi konsumen cerdas dan membeli dengan kesadaran. Dan akan sangat baik jika kita mampu mempengaruhi gaya hidup (lifestyle) yang konsumstif menjadi konsumen yang turut memikirkan keberlanjutan alam dan mengimplementasikanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Voni Novita, Direktur StoS 2014, mengharapkan hadirnya StoS menjelang pemilu 2014 ini bisa memberikan inspirasi bagi publik untuk menentukan pilihannya. Pilihan yang akan menentukan nasib bangsa dan lingkungan Indonesia 5 tahun ke depan.
Ragam
Foto: Dok. AOI
Sebagai satu-satunya festival film di Indonesia yang fokus pada isu lingkungan lokal dan global, StoS Film Festival 2014 menampilkan 63 film dokumenter dan fiksi dari berbagai negara dan Indonesia. Selain itu juga diisi dengan diskusi tentang pangan dan perempuan, serta pameran produk-produk hasil pertanian dan perkebunan seperti kopi, benih padi dan bermacam olahannya.
n Pemenang StoS Award
Sebagai pemenang adalah: 1. Kategori Film Fiksi terbaik South to South Film Festival (StoS Film Festival) 2014: “Lawuh Boled” 2. Kategori Film Dokumenter terbaik South to South Film Festival (StoS Film Festival) 2014: “Tambaksari Last Land” 3. Kategori Spesial Mention Film Pendek Fiksi: “Menuk” 4. Kategori Special Mention Film Dokumenter: “Menolak Menyerah”
7 Perempuan Pejuang Pangan Dalam salah satu diskusi, StoS Film Festival menyuguhkan 7 perempuan pejuang pangan yang memaparkan pengalaman dalam mengelola sumber daya pangan di kawasannya masing-masing. Mereka adalah Siti Rofi’ah dari Lembata, Nusa Tenggara Timur, Parijem dari Wareng, Gunung Kidul, Yogyakarta, Habibah dari Marunda Kepu, Jakarta Utara, Jumiati dari Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Marlina Rambu Meha dari Sumba, Nusa Tenggara Timur, Siti Rahmah dari Pangkep, Sulawesi Selatan dan Robeka Ruminatun dari Nabire, Papua. Siti Rofi’ah menyampaikan bagaimana dia bersama kelompoknya membuka percontohan pangan lokal dan mensosialisasikan pentingnya dukungan pada pangan lokal yang hampir punah.
Saat ini Siti Rofiah bersama kelompok petaninya berhasil mengembangkan 51 jenis pangan lokal yang terdiri dari padi, umbi dan kacang-kacangan. “Seharusnya masyarakat mengembangkan dan mengonsumsi pangan lokal, tidak hanya mengonsumsi bantuan beras untuk orang miskin (raskin). Bahkan bila dukungan pada pangan lokal dilakukan, pada tahun 2015 masyarakat tidak perlu mengonsumsi raskin lagi,” ungkap Siti Rofi’ah. Sedangkan Siti Rahmah mengungkapkan bahwa masyarakat harus mengonsumsi produk organik karena lebih sehat, tidak mengandung bahan-bahan kimia buatan seperti pupuk dan pestisida. Petani pun seharusnya bisa mengembangkan pertanian organik karena bahan-bahan untuk pupuk dan pestisida organik (alami) ada di sekitar kita. “Meski harga produk organik yang kami hasilkan seperti beras dan sayur-sayuran masih sama dengan produk non-organik, namun kami tetap mensyukurinya. Petani bisa mengonsumsi hasil panen pertanian organik yang menyehatkan. Selain itu petani bisa mendapatkan penghasilan dengan menjual sisa hasil panen,” ungkap salah satu penerima penghargaan 7 perempuan pejuang pangan ini.(*)
n Diskusi tentang 7 perempuan pejuang
pangan di ajang StoS Film Festival
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)
31
Foto: Dok. AOI
“StoS Film Festival sebagai ajang dua tahunan hadir untuk memberi inspirasi kita agar menjaga lingkungan dan melakukan tindakan penyelamatan lingkungan. Selain menyuguhkan film-film yang bisa menginspirasi pengunjung, pada 2014 ini StoS Film Festival juga menghadirkan berbagai produk nusantara,” kata Voni Novita, saat pembukaan StoS Film Festival.
32
Edisi 34 / Th. 11 (April - Juni 2014)