aoi newsletter-09-juli-agustus-2012

Page 1

EDISI 09/TH.02 (JULI - AGUSTUS 2012) F O R F R E E

NEWSLETTER

Produk organik Tani Organik Foto : Dok. AOI

asan berlabel PAMOR Merapi ( TOM ) dalam kem

r g a n i s   a l i a N s i o E S I A inDON

Media Informasi Pertanian Organis & Fairtrade

Produk Dengan Jaminan

PAMOR INDONESIA Rambah Supermarket Setelah proses produksi dan hasil panen, tahap terpenting bagi petani adalah terjualnya hasil panen dengan harga layak. Terlebih lagi hasil panen organik yang saat ini konsumennya masih terbatas. Diperlukan strategi khusus untuk bisa menjangkau konsumen yang lebih luas. ani Organik Merapi (TOM), sebuah kelompok petani organik di Sleman, Yogyakarta, baru-baru ini mendapat kabar yang menggembirakan. Produk organiknya yang menggunakan penjaminan organik partisipatif (PAMOR INDONESIA) yang dikembangkan Aliansi Organis Indonesia (AOI) bisa masuk dan dipasarkan di beberapa supermarket di seputaran Yogyakarta.

T

Menurut Untung Wijanarko, salah seorang pengelola TOM, hampir semua supermarket Yogyakarta sudah memajang produk TOM. Ada sekitar 15 supermarket yang berskala nasional maupun lokal yang memajang produk mereka, yaitu: Carrefour, Superindo, Indogrosir, Hero, Giant, Matahari, Mirota, Progo, Pamela, Ramai. “Ini menandakan konsumen yang sadar akan kesehatan dan mengkonsumsi sayuran organik ada dan itu tidak sedikit. Dan mereka sendiri mulai percaya bahwa

TOM dengan penjaminan PAMOR INDONESIA adalah organik. Selain itu tak sedikit dari konsumen yang langsung melihat ke lahan TOM dari mulai budidaya - panen - pengemasannya,” jelas Untung. “Jadi mereka tahu dari mana sayuran ini berasal dan bagaimana budidaya dilakukan. Untuk supermarket sendiri bisa menerima kita karena mereka juga survai langsung ke lokasi dan juga berkat adanya surat keterangan dari sekretariat PAMOR INDONESIA yang menjelaskan bahwa produk organik TOM masih dalam proses inspeksi dan sertifikasi,” kata Untung lebih lanjut. Saat ini tidak semua jenis sayur organik TOM bisa memenuhi permintaan supermarket. Baru 75% permintaan supermarket yang bisa dipasoknya. Untung mengatakan baru ada 34 jenis sayuran yang bisa dipasok oleh TOM. Dan ini menurutnya baru bisa memenuhi 75% dari permintaan supermarket.

i s k a d e Dari R Pembaca Budiman, Produk organik kembali menunjukan keunggulannya. Tidak hanya yang menggunakan sertifikasi pihak ketiga, produk organik dengan penjaminan organik partisipatif (PAMOR Indonesia) pun sudah mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Produk organik Tani Organik Merapi (TOM) yang dalam proses penjaminan PAMOR Indonesia bisa meningkat pemasarannya melalui distributor dan supermarket. Begitu pun beras organik Gapoktan Simpatik di Tasikmalaya dengan sertifikasi organik dan fairtrade dari IMO yang diminati konsumen luar negeri. Hal ini semakin memompa semangat petani organik untuk berbenah dan terus menjaga dan meningkatkan kualitas produknya.

a t i r e B Isi Page_1 Produk Dengan Jaminan PAMOR INDONESIA Rambah Supermarket

Page_2

Kedelai Organik Indonesia Lebih Enak!

Page_3 Beras Organik Tasikmalaya Tembus Ekspor

Page_4 Pasar Produk Organik Tak Kenal Inflasi


Sayuran yang bisa mereka pasok adalah : bayam hijau, bayam merah, bayam raja, bit, buncis, baby buncis, cabe rawit, caisim, baby caisim, kacang panjang, baby kailan, kailan, kangkung, baby kangkung, kenikir, kemangi, daun bawang, pakchoy, baby pakchoy, pakchoy putih, parsley, selada hijau, selada merah, serai, terong lalap ungu, terong sayur, timun jepang, tomat sayur, tomat cerry, jamur tiram, oyong, daun ginseng, wortel dan brokoli. Selama ini pemasaran produk TOM tidak hanya supermarket di sekitaran Yogyakarta saja tetapi sudah mencoba ke luar kota seperti Solo, Klaten, Magelang dan Ungaran. Panen produk organik TOM biasanya tiap hari dan rata-rata produksinya sekitar 8.186 kg/bulan.

Terobosan yang Melegakan “Diterimanya produk TOM dengan penjaminan organik PAMOR

INDONESIA di supermarket merupakan terobosan yang melegakan bagi produk-produk kelompok petani kecil. Terlebih lagi untuk produk organik yang selama ini terkendala masuk ke pasar mainstream yang hanya menerima produk organik dengan sertifikasi dari pihak ketiga,� kata Lidya Inawati dari Sekretariat PAMOR INDONESIA menanggapi. Menurutnya, sistem penjaminan PAMOR INDONESIA yang dikembangkan AOI adalah sistem penjaminan berbasis komunitas yang melibatkan banyak pihak termasuk petani dalam proses penjaminannya. Sistem ini dapat menghasilkan produk yang terpercaya karena petani sendirilah yang paham dengan apa yang mereka lakukan dan tentu bisa menekan biaya dibanding proses penjaminan yang melibatkan pihak luar. Selain TOM, ada kelompok petani lain yang produknya juga sudah merambah

supermarket. Mereka adalah kelompok tani dampingan Trukajaya, Sahani, Vigur Organik dan Brenjonk. Ini menandakan sudah banyak kelompok petani kecil yang merasakan manfaat dari sistem penjaminan PAMOR INDONESIA. Nampaknya pasar sudah mulai terbuka bagi masuknya produk organik dengan penjaminan komunitas. (ANP/SNY)

CV. Tani Organik Merapi Perum Graha Citra No. 2D Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta Atau Balangan, Wukirsari Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Telp. 0274-896468/6606826

Kedelai Organik Indonesia Lebih Enak!

Kedelai organik Foto : Dok. Google.com

B

aru-baru ini kedelai menjadi produk yang sangat berharga. Keberadaan bahan baku tahu dan tempe ini banyak dicari oleh pengolahnya. Langkanya bahan baku ini berimbas pada produsen dan konsumen tahu dan tempe. Banyak alasan yang menyebabkan langkanya bahan baku susu kedelai dan kecap ini, diantaranya adalah sedikitnya produksi kedelai dalam negeri dan kendala impor. Ya, bahan baku makanan lokal Indonesia ini

2

sebagian besar ternyata masih diimpor. Ini yang terjadi dengan kedelai konvensional. Lalu bagaimana dengan kedelai lokal dan organik? Seperti dikutip sebuah media nasional pakar tempe asal Inggris Jonathan Agranoff, menilai kualitas kedelai Indonesia jauh lebih berkualitas dibandingkan kedelai impor terutama yang berasal dari Amerika Serikat.

Menurutnya keunggulan kedelai Indonesia adalah: tidak modifikasi genetik, organik, rasanya enak sekali dan air rendaman kedelainya pun jernih. Imam Hidayat dari Sahani pun mengakui bahwa kedelai organik yang ditanam secara tumpangsari dengan jagung membuat produk olahannya seperti tahu dan tempe berasa lebih enak ketimbang kedelai konvensional. Namun bentuk kedelai yang biasanya lebih kecil membuat konsumen


kurang menyukainya. Ini yang membuat petani enggan menanam kedelai lokal dan organik. “Harga kedelai impor yang murah juga membuat petani enggan menanam kedelai lokal, sehingga produksi kedelai lokal dan organik bisa

dibilang langka,” jelas Imam kepada redaksi AOI Newsletter. Menurut Imam, kebutuhan untuk kedelai saat ini memang berkurang. Saat booming susu kedelai dan tempe atau tahu kebutuhan konsumen

sekitar 2 ton per bulan, tetapi saat ini tak sampai 500 kg per bulan. (ANP/ SNY)

Untuk kebutuhan kecap jenis hitam, dari sekitar 1.000 liter cuma butuh 30-35 kg kedelai organik. Sedangkan umur kedelai sampai panen sekitar 3 bulan. Dan rerata panen-nya adalah sekitar 1,2 ton/ha.

Beras Organik Tasikmalaya Tembus Ekspor

S Beragam jenis beras organik Gapoktan Simpatik Tasikmalaya Foto : Dokumentasi AOI.

S

etelah mendapatkan sertifikat organik dan fairtrade dari IMO pada 2009, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik, Tasikmalaya, Jawa Barat tidak hanya bangga karena bisa mengekspor beras organiknya, mereka juga semakin bersemangat menjaga dan menerapkan pertanian organik. Kesuksesan kelompok tani yang berhasil mengekspor beras organik bersama CV Bloom Agro ini juga mengundang banyak pihak untuk berkunjung dan bertukar pengalaman. Sering ada silaturahmi, jadi bisa bertambah rekan. Banyak pihak dari daerah lain bahkan sering dari negara lain berkunjung. Kami pun sering diundang ke berbagai acara di daerah dengan akademisi, birokrasi,

pengusaha, NGO dan Aliansi Organis Indonesia /AOI,” ungkap M. Yayan Royan, Sekretaris Gapoktan Simpatik. Kesibukan dalam menerapkan pertanian organik ini juga memicu terbukanya lapangan kerja baru bagi pemuda disekitarnya. Keuntungan yang menjanjikan dari produk organik menarik pemuda. Harga gabah organik petani yang lebih tinggi, lebih kompetitif dan pasti daripada konvensional, banyaknya permintaan yang belum terlayani, membuat pemuda di seputar kelompok tani tidak ragu untuk bergabung. Tentu saja keikutsertaan pemuda ini membuat pengetahuan mereka

tentang ilmu pertanian organik semakin bertambah. Terutama tentang mekanisme sistem pengawasan internal (Internal Control System-ICS), manajemen, Teknologi Informasi dan sebagainya. Bermacam pengetahuan dan kesuksesan ini bisa meningkatkan peran petani. “Yang asalnya petani biasa, jadi petani pemandu dan petani pengusaha atau agribisnis,” jelas Yayan. Upaya dalam menjaga dan menerapkan pertanian organik ini tidak hanya bermanfaat bagi petani setempat. Konsumen yang semakin percaya dengan keabsahan sertifikat organik dan fairtrade karena adanya logo sertifikat IMO, USDA, JAS, dan EU juga bisa mendapatkan beras organik yang sehat. 3


Sejak Agustus 2009 hingga Juli 2012 ekspor beras organik dan fairtrade Gapoktan Simpatik Tasikmalaya telah mencapai 188.775 kg ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Jerman dan Singapura. Harga beras organik produksi Gapoktan Simpatik Tasikmalaya ini di pasar ekspor AS dihargai US$ 33/ 5 kg. Rata-rata petani yang tergabung dalam

Gapoktan Simpatik bisa memproduksi beras organik sebanyak 6 ton/bulan. Saat ini kelompok tani (KT) yang mendapatkan sertifikat organik dan fairtrade ini tersebar di 5 kecamatan, yaitu KT Surakatiga (Kec. Sukaresik), KT Srilangen II (Kec. Sukahening), KT Mekarjaya (Kec. Sukahening), KT Cidahu (Kec.

Cisayong), KT Jembar II (Kec. Manonjaya), KT Jembar Karya (Kec. Manonjaya), KT Mekar Karya (Kec. Manonjaya), KT Sangkan Hurip (Kec. Salwu), KT Rancage (Kec. Salawu), KT Sundamekar (Kec. Salawu). (ANP/SNY)

Pasar Produk Organik Tak Kenal Inflasi mind set orang itu sendiri tentang kesehatan," ujarnya, Kamis (12/7/2012). Walau sangat tergantung pada siklus alam, kini Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam ini sudah kontinyu menjual produk-produk organik terutama beras. "Sekarang kita sudah rutin mengeluarkan beras selaras alam 1,5 hingga 3 ton per bulannya. Sementara untuk produk sayur masih sekali seminggu, biasanya sayur organik kita pasarkan setiap Selasa," ujarnya.

Beras organik JaPPSA Foto : Dokumentasi AOI

Hasil pertanian selaras alam atau lebih popular dengan nama produk organik kini semakin banyak. Hal itu dikatakan Mardo, marketing outlet produk pertanian organik JaPPSA Medan. "Kebanyakan orang sudah tahu makanan organik. Namun kesadaran untuk mengonsumsinya masih sedikit. Mungkin salah satunya karena faktor harga dan terutama

Sementara produk-produk olahan seperti minyak kelapa organik, kopi luwak, bumbu penyedap, hingga gula aren tetap ada di rak-rak display outlet yang berada di Jalan Setia Budi Medan. Uniknya, Mardo mengatakan jika harga-harga produk organiknya sangat stabil walau cenderung sedikit lebih mahal dibanding produk pertanian kovensional. "Beras lebih mahal kira-kira Rp. 3.000/Kg, sayur Rp. 500 sampai Rp.1.000 per ikat. Memang biaya operasional pertanian selaras alam jauh lebih murah dibanding yang konvensional, namun intensitas kerja petani jauh lebih tinggi dan sangat

tergantung cuaca. Selain itu juga melalui penjualan produk organik mereka, kita memanusiakan petani," katanya. Mardo mengaku dari hitung-hitungan harga penjualan produk petani, JaPPSA sangat memperhitungkan kesejahteraan dan kemandirian petani. "Karena petani kita sangat mandiri tanpa terikat oleh pihak lain seperti produsen pupuk, harga-harga produknya juga stabil dan kontinyu. Hanya saja ketika cabai konvensional naik tetapi produk organik tidak, mereka juga kerap protes. Kalau produk tani konvensional turun sementara kita tidak, malah konsumen yang protes," ujarnya. "Pasar organik itu tidak mengenal inflasi, soalnya inflasi itu kan permainan pasar atau pengusaha yang membuat nasib petani sering mengkhawatirkan. Kita ini mandiri dan keuntungan petani sejak dini sudah bisa diprediksi," ujar alumnus Unpad ini. Sumber: http://alturl.com/v6xuv

AOI Newsletter adalah media informasi antar anggota dan mitra AOI untuk meningkatkan partisipasi publik dalam mengembangkan pertanian organis dan fairtrade. Newsletter ini terbit setiap dua bulan sekali. # # # # # # # #

# # # # # # # #

Diterbitkan Oleh : Aliansi Organis Indonesia (AOI) Penanggung Jawab : Direktur Program AOI Dewan Redaksi : Ani Purwati, Sri Nuryati, Rasdi Wangsa, Lidya Inawati, Rizki Ratna A, Sucipto K. Saputro Tata Letak : Arief Rifali Firman Alamat Redaksi : Jl. Kamper Blok M No.1, Budi Agung, Bogor, Jawa Barat Telp/Fax : +62 251 831 6294; E-mail organicindonesia@organicindonesia.org

Didukung oleh :


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.