Tim Penyusun
BARTOVEN VIVIT NURDIN DAMAYANTI BINTANG WIRAWAN ROBI CAHYADI KURNIAWAN
ETNOGRAFI MARGA MESUJI KAJIAN ADAT ISTIADAT MARGA MESUJI KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG
KERJASAMA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS LAMPUNG DENGAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MESUJI, LAMPUNG TAHUN 2013
DAFTAR
ISI
BAB. I PENDAHULUAN (hlm. 1)
A. Tujuan Penelitian (hlm. 2)
B.
C. Mesuji Sebagai Sebuah Marga Konstruksi
Masalah Penelitian Dan Ruang Lingkup (hlm. 3) Dan Rekonstruksi (hlm. 4)
D. Metode Penelitian (hlm. 6) Mengenal Fisik Dan Geografis Mesuji (hlm. 13)
B.
Batas Administratif Dan Batas Etnik (Culture Area)... (hlm. 14) B.1. Batas Administratif (hlm. 15) B.2. Batas Etnik Dan Budaya (hlm. 16)
C.
Penduduk : Jejak Tahun 1930 Sampai Sekarang ........ (hlm. 17)
D.
Perekonomian : Antara Tanah Dan Sungai (hlm. 20)
E.
Sungai, Kebun Dan Orang Mesuji : Suasana Perkampungan (hlm. 22)
F.
Transmigrasi Lokal: Dimulainya Heterogenitas .........
(hlm. 28)
BAB. III ETNOGRAFI MARGA MESUJI (hlm. 35) A.
Asal Usul Orang Mesuji Dan Kampung Tua (hlm. 35)
B.
Adat Istiadat (hlm. 46)
C.
Kelompok Kekerabatan Dan Daur Hidup (hlm. 48)
C.1. Upacara Dan Ritual Dalam Daur Hidup Marga Mesuji (hlm. 49)
C.2. Ritual Kelahiran (hlm. 49)
v
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
A.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
BAB. II MESUJI : SEKILAS PROFIL (hlm. 13)
C.3. Ritual Sunatan (hlm. 49)
C.4. Ritual Perkawinan (hlm. 50)
C.5. Jenis-Jenis Perkawinan Lainnya (hlm. 66) C.5.1. Perkawinan Gubalan, Adu Gadi (Ngubal) dan pantangan menyentuh gadis (digubal). (hlm. 66)
C.5.2. Gubalan, Belaian atau Larian (hlm. 67)
C.5.3. Rasan Minde (hlm. 67)
C.6. Kehidupan Sesudah Menikah : Dari Patrilokal Ke Neolokal. (hlm. 67)
C.7. Upacara Kematian (hlm. 68)
D. Pola Perkampungan Dan Rumah Adat (hlm. 68)
E.
Seni (hlm. 72)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
E.1. Tarian (hlm. 72)
E.2. Lagu Dan Nyanyian (hlm. 75)
E.3. Jenis-Jenis Alat Musik (hlm. 75)
Mata Pencaharian (hlm. 77)
F.
F.1. Kebun Dan Sungai (hlm. 77)
F.2. Tanah Ulayat Adat (hlm. 77)
G. Teknologi Lokal Dan Perlengkapan (hlm. 78)
H. Religi Dan Pengetahuan (hlm. 80)
I.
Bahasa Lokal (hlm. 81)
J.
Makanan Tradisional (hlm. 81)
K. Perubahan Sosial Budaya (hlm. 82)
L.
Kearifan Lokal Untuk Pembangunan Kabupaten Mesuji (hlm. 83)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
BAB. IV PENUTUP (hlm. 89) DAFTAR PUSTAKA (hlm. 93) LAMPIRAN (hlm. 95)
vi
DAFTAR
TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Persentase Etnik/Marga di Kabupaten Mesuji .... (hlm. 8) Tabel 2.1 Data Sensus Penduduk Marga di Kabupaten Mesuji ....... (hlm. 18) Tabel 2.2 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Mesuji Tahun 2009 (hlm. 19) Tabel.2.3 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Wilayah Kabupaten Mesuji Tahun 2010 (hlm. 20) Tabel 2.4 Tutupan lahan di wilayah Kabupaten Mesuji (hlm. 27) Tabel 3.1 Pimpinan Dusun / Kerio / Kepala Kampung Wiralaga ..... (hlm. 41) Tabel 3.3 Asisten Demang Sejak 1898 s/d 1928 di Wiralaga ............
(hlm. 42)
Tabel 3.4 Keturunan Keluarga Sinungan (hlm. 43)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Tabel 3.5 Camat Kecamatan Wilayah Mesuji Lampung (hlm. 43)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Tabel 3.2 Pimpinan Marga / Sirah / Kepala Negeri (hlm. 42)
vii
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Mesuji (hlm. 14) Gambar 2.2. Peta Batas Administratif Kabupaten Mesuji .............
(hlm. 15)
Gambar 2.3. Peta Budaya (Culture Area) Kabupaten Mesuji
Provinsi Lampung (Ket : Peta diolah tim peneliti dari data FGD dengan titik-titik Merah yang menandakan 9 kawasan kampung tua). (hlm. 17)
Gambar 2.4. Sungai merupakan salah satu potensi perekonomian bagi Marga Mesuji. (hlm. 21)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 2.5.
Suasana Perkampungan Wiralaga-Mesuji,
Lampung. (hlm. 22)
Gambar 2.6.
Seorang wanita mencari ikan di sungai dengan menggunakan perahu, dan tampak juga rombongan pemuda-pemudi yang sedang mengisi waktu sore dengan menaiki perahu di sungai Mesuji. (hlm. 24)
Gambar 2.7.
Suasana perkampungan pinggir sungai Mesuji...... (hlm. 25)
Gambar 2.8.
Perkebunan sebagai salah satu basis perekonomi足an rakyat di salah satu kampung di Mesuji, ditengahnya dialiri sungai untuk irigasi...... (hlm. 26)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.1. Makam Pangeran Muhammad Ali atau Pangeran Mad Di Wiralaga, sedang dilakukan renovasi. .........
(hlm. 46)
Gambar 3.2.
Keris yang digunakan Marga Mesuji. (hlm. 48)
Gambar 3.3.
Penganggon atau hiasan kepala pengantin perempuan Mesuji. (hlm. 52)
viii
Gambar 3.4.
Atribut perhiasan pengantin perempuan. .................
(hlm. 53)
Gambar 3.5. Atribut pengantin perempuan atau Mahkota pengantin perempuan Marga Mesuji. (hlm. 53) Gambar 3.6
Pakaian Pengantin wanita Mesuji. (hlm. 54)
Gambar 3.7.
Songket untuk pakaian wanita. (hlm. 54)
Gambar 3.8
Selop Pengantin perempuan Marga Mesuji. .............
(hlm. 55)
Gambar 3.9. Atribut di tangan dan lengan pada pengantin perempuan. (hlm. 55) Gambar 3.10 Kalung tiga susun pada pengantin perempuan. (hlm. 56)
Gambar 3.13. Pakaian pengantin laki-laki (hlm. 60) Gambar 3.14. Ikat Pinggang dan Pakaian Pengantin Laki-laki dari Belakang. (hlm. 61) Gambar 3.15. Selop untuk pengantin laki-laki Marga Mesuji.......... (hlm. 61) Gambar 3.16. Pakaian pengantin laki-laki dan perempuan
Marga Mesuji. (hlm. 63)
Gambar 3.17. Kalung Pengantin Laki-laki (hlm. 64) Gambar 3.18. Keris atau Keyis bagi Penganti Laki-laki (hlm. 64) Gambar 3.19 Pakaian adat Laki-laki Marga Mesuji (hlm. 65) Gambar 3.20. Rumah Tradisional Marga Mesuji (hlm. 68) Gambar 3.21. Rumah-rumah penduduk yang membelakangi sungai, dimana dapurnya berada di atas sungai, dan dibelakangnya biasanya diletakkan/ diparkirkan kapal atau perahu untuk mencari ikan dan untuk transportasi antar kampung. (hlm. 70)
ix
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.12. Topong, atau topi pengantin laki-laki Marga Mesuji. (hlm. 59)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.11. Pakaian pengantin wanita Marga Mesuji. (hlm. 58)
Gambar 3.22. Rumah yang menghadap jalan dan membelakangi sungai (hlm. 70) Gambar 3.23. Rumah yang menghadap sungai, dimana harus menyeberangi sungai dahulu baru bisa masuk ke depan rumah, kamar mandi berada di depan rumah, karena air sungai menjadi sumber MCK. ...
(hlm. 71)
Gambar 3.24. Kampung Wiralaga Saat ini, 2012 (hlm. 71)
MESUJI
Kehadiran buku ini membawa kebahagiaan tersendiri bagi saya, dan tentunya masyarakat Kabupaten Mesuji. Buku yang berjudul “Etnografi Marga Mesuji� ini telah mampu menggali khasanah budaya lokal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Mesuji secara turun-menurun. Di samping mengenalkan kita pada adat-istiadat masyarakat Mesuji, buku ini juga memberikan wawasan kepada kita tentang pentingnya kearifan lokal sebagai konstruksi pembangunan daerah menuju masyarakat Mesuji yang sejahtera. Selama ini mungkin khalayak luas lebih mengenal Mesuji karena berbagai pemberitaannya yang miring. Padahal sesungguhnya Mesuji kaya akan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebudayaannya, yang antara lain dapat kita ketahui dengan membaca buku ini. Adat-istiadat sebagai hasil kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita harus kita hargai, kita pelihara, dan kita tumbuh kembangkan. Karena saya yakin, masyarakat akan maju jika menghargai budayanya. Akhirnya, saya berharap budaya Mesuji tidak saja dikenal di lingkup lokal, melainkan juga di kenal di lingkup yang lebih luas sebagai salah satu khasanah kebudayaan Indonesia.
Mesuji, Desember 2012 BUPATI MESUJI
K H A M A M I, S.H.
xi
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
BUPATI
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
SAMBUTAN
SAMBUTAN REKTOR
UNIVERSITAS
LAMPUNG
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Rasa syukur yang mendalam saya panjatkan kepada Allah SWT dengan tersusunya buku “Etnografi Marga Mesuji�. Tersusunnya buku Etnografi Marga Mesuji merupakan suatu langkah besar bagi Universitas Lampung dalam melakukan kajian dan penggalian potensi budaya yang ada di Provinsi Lampung. Lahirnya buku ini juga sebagai salah satu tugas menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni melakukan penelitian. Penggalian potensi budaya marga Mesuji merupakan salah satu tanggung jawab besar bagi Universitas Lampung, sebagai Universitas terbesar yang ada di Provinsi Lampung. Mesuji merupakan bagian dari Provinsi Lampung, memiliki kekayaan budaya dan adat istiadat yang perlu dilestarikan, digali dan diperkenalkan kepada generasi muda. Banyak kekayaan budaya di Indonesia dan salah satunya di Provinsi Lampung yang belum tergali dan dilakukan kajian ilmiah, oleh karena itu penggalian terhadap etnografi Marga Mesuji ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan pembangunan di Mesuji dan di Provinsi Lampung pada umumnya. Saya sebagai rektor Universitas Lampung menyambut hangat dan gembira dengan terbitnya buku ini, semoga tidak hanya bermanfaat bagi kajian-kajian ilmiah, namun juga bermanfaat bagi pembangunan di Kabupaten Mesuji sebagai Daerah Otonomi Baru dan bagi masyarakat Mesuji. Terimakasih untuk tim peneliti dari Lembaga Penelitian Universitas Lampung, yang telah bekerja keras demi tersusunnya buku ini, dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pihak Pemerintah Daerah Mesuji yang telah mempercayakan kepada tim peneliti kami untuk melakukan kajian etnografi ini.
xii
Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S.
SAMBUTAN
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Syamsudin, S. Sos., M. M.
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Alhamdulillah penulisan Buku Kajian Etnografi Marga Mesuji dapat terwujud, atas kerjasama Pemerintah Mesuji dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mesuji dan Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Dalam era modernisasi saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa budaya lokal seakan-akan telah sirna apalagi para tokoh sejarah telah tiada dan para generasi penerus kurang memahami tentang adat budaya asalnya, sehingga adat budaya yang ada seolah–olah terlupakan dan mengagungkan budaya barat yang berkembang saat ini. Hal ini belum tentu cocok dan baik bagi masyarakat terutama bagi generasi muda. Kabupaten Mesuji merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dimekarkan tahun 2009 dari Kabupaten Tulang Bawang, dimana Pemerintah Kabupaten Mesuji merasa sangat perlu melakukan kajian etnografi ; adat budaya, asal usul masyarakat, Pakaian, bahasa dan sejarah marga Mesuji secara umum. Dengan tersusunnya Buku Kajian Etnografi Marga Mesuji ini, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kita untuk menambah pengetahuan dan wawasan kedepan khususnya dalam rangka menggali Adat Budaya Marga Mesuji yang lebih baik dan lebih sempurna di masa mendatang. Pada akhirnya saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama kepada Tim Peneliti dari Universitas Lampung.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MESUJI
xiii
SAMBUTAN KETUA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Era globalisai saat ini, ditandai dengan paradigma penggunaan teknologi informasi yang sangat luas sehingga menciptakan dunia tanpa batas yang menyebabkan bergesernya peran budaya dan adat. Sehingga tidaklah heran bahwa sebagian kaum muda tidak lagi memahami nilai-nilai budaya serta adat istiadatnya sendiri. Tersusunnya buku Etnografi Marga Mesuji adalah sebagai bentuk tanggung jawab Pemda Mesuji d a n Universitas Lampung untuk melestarikan budaya dan adat istiadat lokal. Budaya lokal sebagai cikal kearifan lokal sangat penting sebagai pondasi pembangunan dalam suatu daerah. Diharapkan juga dengan tersusunnya buku ini, budaya Marga Mesuji dapat dikenal dalam khasanah yang lebih luas. Harapan kami semua budaya Lampung termasuk budaya Marga Mesuji dapat dikenal dunia. Penelitian potensi budaya marga Mesuji diharapkan sebagai cikal bakal penelitian-penelitian yang lebih mendalam tentang budaya Mesuji, pun juga dapat menjadi motivasi daerah lain di Lampung untuk menggali potensi budaya sendiri yang khas dan khusus. Saya sebagai Ketua Lembaga penelitian tentu saja mendukung kajian serta penelitian tentang budaya sebagai bentuk pelestarian asset budaya lokal Lampung. Kajian lanjutan dari penelitian ini, menjadi menarik dan diperlukan, seperti kajian tentang aksara dan bahasa Mesuji, kuliner (makanan) khas orang Mesuji atau bahkan kesenian seperti tari dan musik khas Mesuji. Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat didalam penelitian ini, untuk tim peneliti dari Lembaga Penelitian Universitas Lampung yang diketuai oleh Dr. Bartoven Vivit Nurdin, M.Si, dan kepada Pemerintah Daerah Mesuji, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta para Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat Kabupaten Mesuji serta seluruh masyarakat Mesuji. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
xiv
Dr. Eng. Admi Syarif
KASIH
Kajian dan penulisan Etnografi Mesuji ini tidak terlepas dari peran dan pemikiran dari lembaga maupun pihak-pihak perseorangan yang telah dengan senang hati membantu sampai kajian etnografi ini berhasil disusun menjadi buku. Buku yang menurut tim penulis sangat bermanfaat untuk marga Mesuji, masyarakat Mesuji pada umumnya, para peneliti etnografi, para mahasiswa, para akademisi, dan siapa saja yang ingin mempelajari marga dan adat istiadat Mesuji. Sebagai sebuah kekayaan yang luar biasa dari pada Indonesia, Negara tercinta. Selama ini begitu banyak potensi kekayaan suku bangsa di Indonesia belum tercatat dan tidak didokumentasikan dengan baik, niat baik dalam menyusun buku “Etnografi Marga Mesuji� ini merupakan langkah awal yang sangat baik dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Lampung dan Kabupaten Mesuji sebagai Daerah Otonomi Baru yang akan mengembangkan potensi budayanya sebagai salah satu kekayaan Bangsa. Untuk itu tim peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bupati Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, Bapak Khamami, SH berserta jajarannya di Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. 2. Rektor Universitas Lampung, Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, beserta seluruh civitas akademika di Universitas Lampung. 3. Ketua DPRD Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, Ibu Chandra Lela, S.Sos, M.M. 4. Kepala Dinas Pendidikan dan Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, Syamsudin, S.Sos., MM, beserta seluruh jajarannya di Disdikbud. 5. Ketua Lembaga Penelitian UNILA, Dr. Eng. Admi Syarif dan Sekretaris Lembaga Penelitian UNILA, Drs. Mardi Syahperi, M.M., serta seluruh staf di Lembaga Penelitian UNILA yang telah memberikan dukungan penuh terhadap terwujudnya buku ini. 6. Pusat Studi Budaya Lembaga Penelitian UNILA
xv
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
TERIMA
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
UCAPAN
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ENTOGRAFI MARGA MESUJI xvi
Bapak Basis, Mantan Kepala Dinas Budaya, Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Mesuji, dan Bapak Drs. Ismail, MM. Para narasumber peserta FGD dan informan yang menjadi ujung tombak tersusunnya buku ini (daftar narasumber FGD terlampir) Bapak Drs. Hi. Hairi Sinungan, sebagai narasumber yang banyak memberikan referensi dan informasi penting. Bapak Hi. Tabrani Ismail, sebagai narasumber yang dengan semangat luar biasa memberikan informasi dan catatan tertulis tentang Sejarah Marga Mesuji. Bapak Ilyas Marzuki, sebagai narasumber yang telah banyak memberikan catatan tertulis tentang sejarah Mesuji dan Transmigrasi Lokal di Mesuji. Para narasumber sekaligus editor yaitu Bapak Mat Jaya, Bapak Badrul Aly dan Bapak Ismail Muhadir Manessa. Warga Masyarakat Mesuji pada umumnya yang telah mendukung terbitnya buku ini. Para mahasiswa kami yang sudah banyak membantu tersusunnya buku ini.
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kajian etnografi Marga Mesuji merupakan hasil penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun 2009-2012. Kajian terhadap marga Mesuji ini diawali oleh keinginan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, untuk menggali potensi pakaian daerah Mesuji dan atribut dari adat istiadat Mesuji. Sebagai Daerah Otonomi Baru waktu itu, Kabupaten Mesuji ingin mengidentifikasikan budaya dan adat istiadat Marga Mesuji sebagai suku Asli Mesuji, dan sebagai etnik yang namanya dijadikan nama Kabupaten Mesuji. Keinginan ini disambut baik oleh pihak tim peneliti dari Pusat Studi Budaya, Lembaga Penelitian, Universitas Lampung, yang saat itu diketuai oleh Dr. Bartoven Vivit Nurdin, M.Si (Periode 2008-2011), Ketua Lembaga Penelitian UNILA Dr. Eng Admi Syarif dan Sekretaris Lembaga Penelitian UNILA, Drs. Mardi Syahperi, MM, untuk melakukan kerjasama dalam rangka penggalian potensi budaya Mesuji, dalam hal ini marga Mesuji. Tim peneliti Pusat Studi Budaya Lampung, Lembaga Penelitian, UNILA, kemudian melakukan kajian dengan menganalisis bahwa perlu adanya kajian etnografi mendalam terhadap Marga Mesuji, sehingga tersusunlah tema dari kegiatan ini Etnografi Marga Mesuji. Dalam kajian etnografi ini ada beberapa tema yang diangkat dalam rangka penggalian potensi budaya Mesuji yakni : Asal Usul Orang Mesuji Dan Kampung Tua Adat Istiadat Kelompok Kekerabatan Dan Daur Hidup Pola Perkampungan dan Rumah Adat Seni Mata Pencaharian Teknologi Lokal dan Perlengkapan Religi dan Pengetahuan Bahasa Lokal Makanan Tradisional Perubahan Sosial Budaya
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
1
Diharapkan dengan 11 tema budaya tersebut dapat menggali potensi Marga Mesuji secara maksimal. Dimana 11 tema ini mencakup semua hal yang ada dalam budaya Marga Mesuji, di Provinsi Lampung. A. TUJUAN PENELITIAN
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Tujuan Penelitian dan kajian etnografi Marga Mesuji ini secara umum adalah untuk menggali potensi budaya Marga Mesuji yang selama ini belum digali, dikaji dan dipublikasikan. Sebagai daerah otonomi baru penggalian potensi budaya merupakan hal yang sangat penting untuk memperkuat akar budaya, karena walaubagaimana pun akar budaya sangat penting dalam kemajuan pembangunan suatu daerah. Tujuan khusus dari penyusunan buku ini adalah untuk menggali dan membuat kata sepakat dengan para pemuka dan tokoh masyarakat Mesuji yang dalam penelitian ini bertindak sebagai informan, tentang pakaian daerah dan atribut Marga Mesuji, yang akan dipakai untuk simbol dan identitas kabupaten Mesuji nantinya. Tujuan khusus ini sangat diperlukan untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mesuji untuk mensosialisasikan pakaian adat dan atribut Mesuji, sebagai ikon pariwisata Kabupaten Mesuji. Tujuan penting lainnya adalah untuk menyelamatkan salah satu asset bangsa, yakni budaya dan adat istiadat yang penting dilestarikan, digali dan diperkenalkan kepada seluruh dunia sebagai salah satu asset budaya bangsa. Dari aspek akademik, bertugas mendalami dan menggali potensi budaya yang ada dari sisi ilmiah. Masyarakat Mesuji dalam hal ini pemuka masyarakat dan tokoh adat bertugas menghidupkan kembali atau merevitalisasi budaya-budaya Mesuji yang patut dikembangkan bagi pengembangan pembangunan di Mesuji. Dari pihak Pemerintah sebagai lembaga yang bertugas untuk menjaga dan melestarikan budaya daerah pada dasarnya telah membentuk Peraturan Daerah sebagai upaya pemeliharaan kebudayaan Lampung yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2008 tentang Pemeliharaan Kebudayaan Daerah Lampung.
2
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
3
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Dari segi akademik, penelitian tentang Marga Mesuji belum pernah dilakukan secara tuntas dan mendalam. Mesuji sangat unik, karena secara administrative terbelah oleh sungai Mesuji, dimana sisi sungai yang satu masuk ke wilayah administrative Provinsi Lampung dan sisi sungai yang lain masuk ke wilayah administrative Provinsi Sumatera Selatan. Namun keduanya adalah Marga Mesuji. Marga Mesuji yang berada di Provinsi Lampung adalah ruang lingkup kajian dalam buku ini. Marga Mesuji di Provinsi Lampung telah lama mengadakan kontak budaya dengan marga-marga di Lampung, Khususnya Marga Megow Pak Tulang Bawang di Tulang Bawang. Dari segi kekayaan sejarah dan nilai budaya, Mesuji belum secara maksimal digali potensi budaya dan adat istiadatnya. Sebelum Mesuji menjadi Kabupaten sendiri pada tahun 2008, Mesuji masuk kedalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang, dan kemudian mekar dari kabupaten induknya dengan menjadi Kabupaten Mesuji. Ternyata otonomi daerah dengan pemekaran menjadi kabupaten Mesuji, menjadi suatu hal yang positif bagi Marga Mesuji, salah satunya adalah dengan terbitnya buku ini, yang menggali potensi Marga Mesuji, yang selama ini belum disusun dan diekspose. Dari segi keanekaragaman budaya di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung, ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang mesti dilestarikan dan dipelihara oleh generasi bangsa sebagai salah satu warisan leluhur bangsa Indonesia. Etnografi Marga Mesuji menunjukkan bahwa khususnya untuk provinsi Lampung, yang sangat kaya dengan anekaragaman budaya, maka Marga Mesuji sebagai salah satu pemberi warna dan pemberi nilai penting dalam khasanah budaya di Provinsi Lampung. Keanekaragaman budaya merupakan potensi positif untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bangsa bisa maju karena bisa mengharga budaya warisan leluhurnya. Selama ini kebudayaan selalu dipandang sebagai hal yang tidak berarti untuk suatu kemajuan, karena kemajuan selalu dikonotasikan dengan meninggalkan budaya warisan leluhur yang dianggap ‘tradisional’. Padahal kebudayaan merupakan tonggak dan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Demikian juga dengan Kabupaten Mesuji, sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru, maka penyusunan Etnografi Marga Mesuji merupakan langkah penting
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
B. MASALAH PENELITIAN DAN RUANG LINGKUP
dan tepat sebagai permulaan menyusun program pembangunan yang berbasiskan budaya lokal setempat. C. MESUJI SEBAGAI SEBUAH MARGA :
KONSTRUKSI DAN REKONSTRUKSI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Dari awal tulisan ini, kami menyebut Mesuji sebagai sebuah Marga. Secara ilmiah, penyebutan terhadap istilah Marga merupakan suatu kesepakatan dari warga masyarakat sebagai anggota dari suatu kelompok suku bangsa tersebut. Orang Mesuji menyebut kelompok suku bangsanya sebagai sebuah Marga. Penyebutan Marga telah melewati sebuah proses sejarah yang panjang. Dengan karakteristik Masyarakat di kawasan bahagian Selatan Sumatera dengan pola mata pencaharian berladang berpindah. Sehingga perpindahan suatu kelompok suku bangsa ke kawasan yang baru untuk mencari tanah yang baru adalah hal yang wajar terjadi. Suatu kelompok suku bangsa yang mendiami wilayah yang baru kemudian menciptakan, mengembangkan bahkan mengkonstruksi budayanya sendiri. Proses konstruksi bahkan kemudian direkontruksi sebagai wujud kebudayaan yang diciptakan kembali. Oleh karena itu istilah Marga merupakan sebuah konstruksi dan rekonstruksi bagi anggota kelompok suatu suku bangsa dengan kebudayaan yang dimilikinya. Istilah Marga di masyarakat Sumatera bagian Selatan juga dipengaruhi oleh penjajahan Belanda, dimana hasil penelitian Jefrey B. Kingston (1991) memperlihatkan bahwa istilah Marga selain diwariskan oleh nenek moyang leluhur bangsa, istilah Marga juga merupakan sebuah konstruksi yang sengaja diciptakan oleh Penjajah untuk melabelkan kelompok-kelompok suku bangsasuku bangsa yang ada di Indonesia. Mungkin saja untuk politik pecah belah bisa juga untuk fungsi administrasi sebagai bentuk yang mempermudah Penjajah dalam mengkategorisasikan kelompok-kelompok suku bangsa. Yang jelas, orang Mesuji telah lama ada dan menyebar di bahagian Selatan Sumatera. Penyebaran suku bangsa ini adalah hal yang alamiah terjadi, seiring dengan sistem mata pencaharian berladang berpindah pada masa dahulunya. Berabad lamanya orang Mesuji telah mendiami sepanjang sungai Mesuji, perkembangan suatu kelompok suku bangsa. Etnik atau
4
Bab I Pendahuluan
1 Bartoven Vivit Nurdin (2012) Analisis pernah ditulis dalam makalah yang berjudul “Potensi Kearifan Etnik Lampung dalam Membangun Harmoni Sosial� dipresentasikan pada dialog budaya dengan tema “Sang Bumi Ruwa Jurai, Merajut Harmoni�, tanggal 21 November 2012.
Bab I Pendahuluan
5
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
suku bangsa merupakan kelompok manusia yang sudah lama hidup di Indonesia jauh sebelum adanya Negara. Mereka hidup berkelompok-kelompok dengan satu wilayah geografis yang sama dengan batas-batas area. Disamping itu mereka juga memiliki kebudayaan, termasuk adat dan kepercayaan yang sama di anut satu kelompok etnik. Etnik atau suku bangsa di Indonesia, telah lama hadir mendiami wilayahnya masing-masing dengan karakteristik budayanya masing-masing. Kelompok etnik bisa didefinisikan merujuk Barth (1988 :11), yaitu populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan bentuk budayanya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan mempunyai ciri yang membedakannya dengan kelompok lain. Namun menurut Barth (1988:12) dengan definisi tersebut membuat kita terjebak melihat etnik dengan batasannya, sehingga kita berasumsi bahwa tiap-tiap kelompok etnik mengembangkan budaya dan bentuk sosialnya dalam keadaan yang terisolasi, kondisi isolasi ini terbentuk akibat factor ekologi setempat sehingga membuat kelompok etnik tersebut beradaptasi dengan segala daya ciptanya. Kondisi ini lah yang telah menghasilkan berbagai kelompok etnik di dunia, dimana tiap bangsa menciptakan budayanya sendiri berdasarkan adaptasinya dengan lingkungan mereka. Pengertian etnik telah berubah sebagaimana etnik itu sendiri telah berubah. Ini dikarenakan suatu etnik tidak terikat lagi dengan batas-batas wilayah tertentu karena telah terjadi migrasi dan perpindahan seperti merantau misalnya. Artinya perkembangan pengertian konsep etnik telah berkembang menuju etnik tanpa batas-batas area. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Irwan Abdullah (2006 :p86) menyatakan bahwa etnik merupakan tidak hanya terdiri dari konstruksi biologis, namun juga konstruksi social budaya akibat interaksi social budaya, berbagai etnik saat ini tidak lagi berada dalam batas-batas fisik (boundaries), karena keberadaannya telah tercampur dengan etnik lainnya, dan wilayahnya telah saling bersinggungan dan berhimpitan1. Sehingga dari analisis tersebut dapat dikatakan bahwa Mesuji sebagai suatu Marga adalah sebuah kategorisasi yang dibangun
oleh anggota suku bangsa Marga tersebut. Konstruksi social budaya telah menjadikan Mesuji sebagai suatu fenomena suku bangsa yang berkembang menjadi suatu istilah yang anggota kelompok suku bangsanya menyebut Marga. D. METODE PENELITIAN
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian etnografi Marga Mesuji ini melewati proses selama lebih kurang empat tahun dalam penyusunanya menjadi buku, yakni sejak tahun 2009-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah Etnografi, pendekatan etnografi bertujuan untuk memahami atau sebagaimana yang dicetuskan Max Weber yaitu verstehen . Sebagai kajian etnografi, tim peneliti melakukan teknik penelitian dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan (observasi) dan dokumentasi. (Hammersley, Martyn dan Paul Atkinson, 1983) Dalam melakukan kegiatan kajian etnografi ini ada tiga tahapan yang dilakukan oleh tim peneliti, yakni melakukan FGD atau Focus Group Discussion, melakukan seminar dan kemudian melakukan penelitian serta analisis kajian. Kegiatan Focus Group Discussion dilakukan dalam rangka menggali potensi budaya di Kabupaten Mesuji. Sejak Mesuji dimekarkan menjadi sebuah kabupaten pada tahun 2009, maka pemerintah Kabupaten Mesuji merasa perlu untuk melakukan sebuah pengkajian tentang budaya Mesuji, yang selama ini belum secara maksimal terwujud. Disamping karena belum adanya kajian ilmiah tentang budaya Mesuji, hal ini juga disebabkan oleh wilayah Mesuji sebelum dimekarkan menjadi Kabupaten, termasuk dalam kabupaten Tulang Bawang, yang secara budaya terakomodasi di dalam kebudayaan Tulang Bawang secara umumnya serta belum dikaji secara spesifik dan mendalam. Kegiatan ini bekerjasama antara Pusat Studi Budaya, Lembaga Penelitian, UNILA dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga, Kabupaten Mesuji, Lampung. Dengan tujuan untuk menggali budaya asli Mesuji sehingga diketahui seperti apa budaya asli, pakaian, pernak-pernik, budaya adat, pakaian pernikahan, tari-tarian dan upacara meninggal , berduka dan sebagainya. Dari hasil Focus Group Discussion yang telah dilakukan pada tanggal 16 Juni 2011 oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Mesuji
6
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
7
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
bekerjasama dengan Pusat Penelitian Budaya, Lembaga Penelitian, Universitas Lampung, diperoleh hasil yang sangat berarti sebagai permulaan penting untuk mendalami potensi budaya Mesuji yang bermanfaat bagi perkembangan pembangunan kabupaten Mesuji ke depannya. Suatu hal yang menarik adalah kabupaten Mesuji terdiri dari masyarakat yang multietnik dengan beragam bahasanya. Terdapat 9 kampung tua yang sebagian besar didiami oleh kelompok masyarakat yang memiliki marga Mesuji. Marga Mesuji yang mereka pahami adalah mereka sebagai kelompok yang pertama kali datang ke Mesuji. Pada saat itu belum ada orang yang datang ke Mesuji, kelompok-kelompok inilah yang kemudian membangun kampung-kampung tua disepanjang sungai Mesuji sehingga membentuk 9 kampung. Mereka inilah yang kemudian mengakui bahwa mereka orang asli Mesuji, yang berasal dari nama sungai yang ada diwilayah tersebut, yaitu sungai Mesuji. Pada sebelum tahun 1878, Mesuji dinamakan Babatan, tetapi dikarenakan adanya konflik yang didamaikan oleh pihak Belanda, maka setelah tahun 1878 Babatan diganti dengan nama Moisoji (Mesuji) yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya sama dengan Babatan. Dikarenakan mereka menempati wilayah sepanjang sungai Mesuji maka disebut dengan orang Mesuji. Dalam fakta sejarahnya, pemerintahan Belanda telah memberikan nama Marga Mesuji Lampung pada tahun 1886 dengan memberikan gelar kepada Muhammad Ali sebagai orang yang datang pertama kali membuka kawasan sungai Mesuji dengan gelar Kerio amat atau Pangeran Mat sebagai raja adat Marga Mesuji Lampung dengan surat Keputusan Gubernur Jenderal Nederland tangal 22 Oktober 1886, dengan ciri khas payung kebesaran berwarna putih. Menurut pengakuan mereka, nenek moyang mereka berasal dari Sirah Pulau Padang, yakni suatu kawasan di Ogan Kemering Ilir. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Melayu Ogan Kemering Ilir. Bahasa yang berbeda dengan bahasa etnik Lampung pada umumnya. Bagi orang Mesuji ini, mereka cenderung menyatakan berbeda dengan etnik Lampung dan tidak begitu persis sama juga dengan kelompok etnik Palembang yang ada di Sumatera Selatan. Meskipun mereka hidup dan tinggal di dalam kawasan administrative provinsi Lampung. Secara administrasi mereka tinggal di Provinsi Lampung, namun secara cultural area (batas-batas budaya) mereka adalah kelompok etnik tersendiri yang berbeda dengan yang lainnya.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Tim peneliti, khususnya pusat studi budaya Lampung Lemlit Unila, melihat fenomena ini suatu hal yang sangat menarik, memperlihatkan suatu kekayaan yang luar biasa yang diberikan kepada Indonesia, kususunya Provinsi Lampung, bahwa memiliki multi etnik yang dapat dilihat sebagai sesuatu yang memperkaya khasanah budaya yang ada di Provinsi Lampung. Bagi Kabupaten Mesuji sendiri, tentu saja hal ini adalah suatu potensi yang perlu dilestarikan, jika ingin membangun Mesuji ke depan yang sejahtera, menurut hemat kami perlu adanya mengikutsertakan faktor-faktor potensi budaya Mesuji di dalam berbagai kebijakan pembangunan, sebagai local wisdom atau kearifan lokal yang perlu dilestarikan serta dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan dan masalah-masalah sosial yang ada di Kabupaten Mesuji. Dalam FGD ini kami terlebih dahulu memfokuskan pada penggalian budaya di kampung-kampung tua di Mesuji, yang merupakan marga Mesuji yang pertama kali datang ke kawasan sungai Mesuji. Namun ada etnik lain yang ada di Kabupaten Mesuji, yang terbesar adalah etnik Jawa, karena datang sebagai transmigrasi. Kemudian ada etnik lain yakni etnik Lampung Tulang Bawang. Sementara etnik-etnik lainnya seperti Batak, Bugis Minangkabau dan lain sebagainya hanya berjumlah perorangan saja. Belum ada data statistik yang menghitung data tentang jumlah penduduk Kabupaten Mesuji berdasarkan etnik. Namun dari hasil FGD diperkirakan orang asli Mesuji berkisar 15% saja dari jumlah seluruh penduduk Mesuji. Hal ini dapat dilihat pada table berikut :
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Tabel 1.1 Jumlah Persentase Etnik/Marga di Kabupaten Mesuji Perkiraan No Nama Etnik/Marga Jumlah Orang Mesuji (berasal dari Seri Pulau 1 15% Padang, Ogan Kemering Ilir) 2 Lampung Tulang Bawang 10% 3 Jawa 70% 4 Lain-lain (Batak/Minangkabau/Bugis,dll.) 5% Sumber : Hasil FGD, 16 Juni 2011
Meskipun Kabupaten Mesuji memiliki banyak etnik seperti yang dijelaskan dalam table 1.1, Pemerintah Daerah Mesuji khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Mesuji dan tim Pusat
8
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
9
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Studi Budaya, Lembaga Penelitian, UNILA untuk tahap awal ini terlebih dahulu mengkaji budaya Mesuji dari kampung-kampung tua yang ada di Mesuji sebagai identitas asli Mesuji, bukan berarti menepiskan etnik lainnya yang ada di Mesuji, melainkan kami tim peneliti melihat dan memandang bahwa Mesuji sebagai Kabupaten yang multietnik, sehingga semua etnik atau marga yang ada di Kabupaten Mesuji, adalah orang Mesuji. Namun, untuk tahap awal ini alangkah lebih elok mengkaji dan mendalami budaya kampung-kampung tua terlebih dahulu. Kami berharap untuk tahap berikutnya etnik lainnya yang ada di Mesuji ikut tergali dan dikaji sebagi bagian dari Kabupaten Mesuji yang terintegrasi dalam satu kesatuan wilayah Kabupaten Mesuji. Dalam laporan ini, kami tim peneliti akan memaparkan unsurunsur kebudayaan yang dimiliki oleh orang Mesuji yang ada di kampung-kampung tua di sepanjang sungai Mesuji. Ada 10 unsur kebudayaan yang dikaji, ditambah satu unsur tentang perubahan sosial budaya yang ada di Mesuji. 10 unsur budaya yang dikaji merupakan unsur budaya yang pernah dimiliki oleh orang Mesuji dahulu kala, sebagaimana yang diingat oleh para informan yang datang pada saat FGD dilakukan. FGD dilakukan di Kantor Pemerintah Daerah, Kabupaten Mesuji, tanggal 16 Juni 2011, dari pukul 9.00 – 16.00 WIB. FGD diikuti oleh 40 orang informan yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh adat, dan kepala kampung dari 9 kampung tua di Kabupaten Mesuji. Teknik FGD yang dilakukan adalah dengan membentuk tiga kelompok diskusi dari masing-masing informan yang difasilitasi oleh masing-masing kelompok oleh satu orang peneliti dari Pusat Penelitian Budaya Lembaga Penelitian UNILA, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari 10 unsur budaya yang telah dikembangkan oleh tim peneliti. Setelah itu, masing-masing kelompok kembali bergabung membentuk satu kelompok untuk menkonfirmasi kembali hasil diskusi masing-masing kelompok, dengan cara presentasi dari masing-masing kelompok dan dianalisis oleh semua informan yang hadir beserta tim peneliti. Setelah FGD dilakukan, maka tim peneliti melakukan seminar dalam rangka penggalian Potensi Budaya Marga Mesuji, dalam seminar ini dipaparkan hasil kegiatan FGD yang dilakukan. Seminar bentuk dalam dengan para anggota FGD sebagai informan. Dalam kegiatan ini diperoleh reduksi dan verifikasi kembali kepada informan untuk mendapatkan hasil yang valid. Kegiatan ini diperoleh hasil penelitian merupakan verifikasi
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
kepada informan yang telah memberikan informasi. Seminar juga diikuti dengan penelitian kembali tim peneliti ke lapangan, dan dengan membentuk FGD kembali, namun dalam kelompok yang terbatas. Dalam FGD kedua kali ini dihadiri oleh tim inti, atau informan yang mengetahui secara persis tentang budaya dan adat istiadat Marga Mesuji. Dalam kegiatan ini kelompok kerja kecil ini diperoleh kembali verifikasi hasil penelitian, sehingga hasil yang diperoleh lebih abash. Penelitian tidak berhenti sampai disitu, tim juga melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati perkampungan tua di Mesuji, yakni kampung Wiralaga, sebagai kampung tertua di Mesuji. Terlihat rumah dipinggir sungai dan suasana perkampungan yang sangat harmoni. Tim peneliti kemudian juga mewawancarai secara khusus, bapak Drs. Hi. Hairi Sinungan (Djugal), sebagai seorang keturunan Sinungan, yang merupakan turunan keluarga pertama yang datang ke Mesuji. Dari informan ini, sebagai informan kunci diperoleh banyak data dan konfirmasi kembali tentang hasil penelitian yang diperoleh sehingga memperoleh data yang valid. Tim peneliti dalam hal ini terdiri dari Dr. Bartoven Vivit Nurdin, M.Si (ketua peneliti), Damayanti, S.AB, M.AB (anggota), Drs. Bintang Wirawan, M.Hum (anggota) dan Robi Cahayadi Kurniawan, S.IP, MA (anggota).
ETNOGRAFI MARGA MESUJI 10
Bab I Pendahuluan
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
BAB II MESUJI : SEKILAS PROFIL
BAB II
MESUJI : SEKILAS PROFIL
13
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Mesuji adalah nama sebuah Marga atau kelompok suku bangsa yang mendiami suatu wilayah di Sumatera, tepatnya dibahagian Selatan. Ciri khas Marga Mesuji adalah memiliki aktivitas berkebun atau ber ume, dan hidup di sepanjang sungai, yang salah satu sungainya diberi nama sungai Mesuji. Secara administratif kawasan Marga Mesuji ini masuk ke dalam Provinsi Lampung, sehingga sering dinamakan dengan Marga Mesuji Lampung, dan sejak lama masuk dalam Kabupaten Tulang Bawang. Mesuji kemudian terus berkembang menjadi sebuah kawasan yang maju dan berhasil menjadi sebuah kabupaten, yang diberi nama kabupaten Mesuji. Data dari situs Pemda Mesuji (www.mesujikab.go.id), Kabupaten Mesuji diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang sebagai kabupaten induknya. Kabupaten Mesuji terbentuk dengan Undang-undang No. 49 Tahun 2008. Berdasarkan Undang-Undang ini jugalah ditetapkan Ibu kota pemerintahan kabupaten Mesuji terletak di Kecamatan Mesuji yakni Kampung yang diberinama Wiralaga Mulya. Menurut data dari situs Pemda Mesuji (www.mesujikab.go.id), Kabupaten Mesuji sampai sekarang memiliki 7 kecamatan dan 73 desa dengan memiliki luas wilayah Âą 2.184 Km2 atau 218.400 Ha. Kecamatannya meliputi antara lain Way Serdang, Simpang Pematang, Panca Jaya, Tanjung Raya, Mesuji, Mesuji Timur dan Rawajitu Utara. Selain itu Kabupaten Mesuji memiliki 75 kampung dengan 9 kampung tua dan 66 kampung transmigrasi lokal Untuk lebih jelasnya ketujuh kecamatan dalam Kabupaten Mesuji dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
A. MENGENAL FISIK DAN GEOGRAFIS MESUJI
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Mesuji (Sumber : Peta diolah tim peneliti dari data FGD, 2012 )
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Dari peta di atas terlihat bahwa perbedaan warna menunjukkan perbedaan kecamatan. Data dari situs Pemda Mesuji (www.mesujikab.go.id), ada 7 kecamatan yakni Kecamatan Mesuji, Kecamatan Mesuji Timur, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Rawajitu Utara, Kecamatan Way Serdang, Kecamatan Simpang Pematang dan Kecamatan Panca Jaya. Jika dilihat secara geografis maka kabupaten Mesuji terletak pada 5째-6째 LS dan 106째107째BT. Secara fisik wilayah Kabupaten Mesuji adalah wilayah perkebunan, dan sungai. Berbeda dengan Marga Mesuji batas-batasnya tidak mengikuti pada batas-batas administratif. Khususnya bagi Marga Mesuji yang mendiami kabupaten Mesuji secara fisik adalah wilayah pertanian yakni perkebunan dan sungai. Marga Mesuji mendiami kampung-kampung tua, yang terletak disepanjang sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
B. BATAS ADMINISTRATIF DAN BATAS ETNIK (CULTURE AREA) Mesuji dalam hal ini dilihat sebagai sebuah Marga yang hidup di Kabupaten Mesuji sekarang, oleh karena itu dibedakan antara Mesuji sebagai kabupaten dan Mesuji sebagai Kelompok subetnik atau marga. Mesuji sebagai sebuah kabupaten, merupakan batas administrative, dimana di dalamnya telah hidup berbagai
14
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
macam etnik dan tentunya heterogen. Dalam penelitian ini Mesuji dilihat sebagai suatu Marga (sub- etnik), yang dibatasi oleh batas-batas budaya. Secara budaya, Mesuji merupakan satu kesatuan budaya dengan Mesuji yang di Sumatera Selatan, namun secara administratif masuk ke dalam Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Kabupaten Mesuji, mengambil nama Mesuji berdasarkan penduduk asli Mesuji yang mendiami wilayah tersebut, sehingga Budaya Marga Mesuji menjadi penting sebagai ikon budaya di Kabupaten Mesuji. Oleh karena itu perlu kami jelaskan batas-batas admnistratif dan batas-batas budaya (culture area) Mesuji.
Gambar 2.2 Peta Batas Administratif Kabupaten Mesuji (Sumber: Peta diolah tim peneliti dari data FGD, 2012)
Kabupaten Mesuji berada pada jalur Lintas Sumatera, yang menghubungkan Provinsi lampung dengan Provinsi Sumatera Selatan, sehingga letak kabupaten ini sangat strategis karena merupakan jalur perlintasan. Seperti yang tampak pada gambar 2.2 di atas, maka dapat diketahui bahwa batas-batas administratif Kabupaten Mesuji adalah sebagai berikut: (1). Sebelah Utara Bab II Mesuji: Sekilas Profil
15
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
B.1. Batas Administratif Secara administratif, kabupaten Mesuji dapat dilihat dalam peta berikut. Ini merupakan batas-batas kabupaten dan provinsi, yang sudah diatur oleh Negara. Ini dapat dilihat dalam gambar 2.2. berikut ini :
berbatasan dengan Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Kecamatan Penawar Tama Tulang Bawang serta Kecamatan Way Kenanga, Kabupaten Tulang bawang Barat. (3) Sebelah Barat berbatasan dengan Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Dan (4) Sebelah timur berbatasan dengan Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. B.2. Batas Etnik dan Budaya
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Batas etnik merupakan batas-batas budaya dari Marga Mesuji. Dimana marga Mesuji tinggal dan hidup disepanjang sungai Mesuji dan sungai-sungai lainnya. Bisa dikatakan sungai merupakan ciri khas bagi marga Mesuji. 9 kampung tua yang ada di Mesuji merupakan area budaya bagi Marga Mesuji. Ini berdasarkan Keterangan dari narasumber dan informan kami yaitu bapak Thabrani Ismail dan bapak Ilyas Marzuki menyatakan bahwa terdapat 9 kampung tua yang ada di Mesuji. Nama 9 kampung itu yaitu ( tahun 1875-1982) : 1. Kampung Wiralaga 2. Kampung Sungai Sidang 3. Kampung Sungai Cambai 4. Kampung Sungai Badak 5. Kampung Nipah Kuning 6. Kampung Sri Tanjung 7. Kampung Kangungan Dalam 8. Kampung Talang Batu 9. Kampung Labuhan Batin Dari 9 kampung tua tersebut yang tertua adalah Kampung Wiralaga yang saat ini terbagi menjadi dua kampung, yaitu kampung Wiralaga I dan kampung Wiralaga II. Kampung-kampung tua berada dalam beberapa kecamatan, antara lain: 1. Kecamatan Tanjung Raya terdiri dari dua kampung tua yaitu Kagungan Dalam dan Seri Tanjung. 2. Kecamatan Mesuji terdiri dari empat kampung tua yaitu Kampung Nipah Kuning,Kampung Sungai Badak, Kampung Wiralaga I dan Kampung Wiralaga II. 3. Kecamatan Way Serdang hanya terdiri dari satu kampung yakni Kampung Labuhan Batin.
16
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
Dalam peta di atas terlihat titik-titik merah, dimana disitulah perkampungan Marga Mesuji berada. Disepanjang aliran sungai kampung-kampung Marga Mesuji berjejer dengan indahnya. C. PENDUDUK : JEJAK TAHUN 1930 SAMPAI SEKARANG Jumlah penduduk asli suku Mesuji diperkirakan hingga saat ini sekitar 15% dari jumlah keseluruhan penduduk di kabupaten Mesuji. Ini berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Etnik lainnya yang tinggal di kabupaten Mesuji berasal dari suku Lampung Tulang Bawang, Jawa, Bali, Minangkabau, Bugis dan lain-lain. Sensus penduduk tahun 1930 menjelaskan bahwa jumlah Marga Mesuji tahun 1930 sekitar tiga ribu lima ratus Sembilan puluh empat jiwa penduduk. Ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
17
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 2.3 Peta Budaya (Culture Area) Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung (Ket : Peta diolah tim peneliti dari data FGD dengan titik-titik Merah yang menandakan 9 kawasan kampung tua)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
4. Kecamatan Mesuji Timur terdiri dari Kampung Talang Batu dan Kampung Sungai Cambai. 5. Kecamatan Rawajitu Utara hanya terdiri dari satu kampung, yaitu Kampung Sungai Sidang. Batas kampung-kampung tua di daerah Kabupaten Mesuji disajikan dalam gambar peta culture area Mesuji pada gambar 2.3. berikut :
Tabel 2.1
Marga
TeloekBetoeng
1
Gebeidsindeeling (Territory)
Afdeeling (Division) Onderafdeeling (sub-division) Menggala
Europeanen en gelijkgestelden (European and assimilated persons)
Chineezen (Chinese)
5
Andere Vreemde Oosterlingen (Other Foreign Asiatics)
6
Totaal (Total)
Gedetailleerde opgave van de bevolkingssterke in de onderafdeelingen Specification of the number of population of the subdivisions Zielentaal van: Number of: Inlander (Natives)
4
10,245
9,259
3,594
3,807
2,032 6,486
3
1
27
2
3,586
78
26
1
6
15
2,032 6,380
9,226
1
3,807
Boeay Adji Boeay Boelan Ilir Boeay Boelan Oedik Mesoedji Lampoeng Soeay Oempoe
10,229
8
Tegamoan
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Sumber: Volkstelling 1930 deel IV inheemsche bevolking van sumatra departement van economische zaken landsdrukkerij 1935 batavia (census of 1930 in the netherlands indies volume IV native population in sumatra departement van economische zaken landsdrukkerij 1935 batavia) hal 139-140.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
18
Sumber: Mesuji Dalam Angka 2010, BPS Kabupaten Tulang Bawang (Berdasarkan Permintaan dan Pendaan Bappeda Kab. Mesuji). Profil Dinas Dukcapil Nakertran Kabupaten Mesuji
Data pada Laporan dari tim RPJP Bappeda Mesuji dan LPM UNILA (2010) menunjukkan bahwa registrasi penduduk terakhir per-kecamatan dapat diketahui bahwa keseluruhan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Mesuji pada tahu 2010 berjumlah sebanyak 200.403 jiwa, meliputi jumlah penduduk Bab II Mesuji: Sekilas Profil
19
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten MesujI Tahun 2009 NO. KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK 1 Way Serdang 46.245 2 Simpang Pematang 23.106 3 Panca Jaya 15.930 4 Tanjung Raya 33.898 5 Mesuji 23.204 6 Mesuji Timur 30.529 7 Rawajitu Utara 27.491 JUMLAH 200.403
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Sensus penduduk tahun 1930 di atas memperlihatkan bahwa penduduk di data berdasarkan Marga, sehingga diketahui jelas jumlah Marga Mesuji saat itu. Setelah tahun 1930, belum diketahui lagi jumlah kepastian marga Mesuji, data yang diperoleh adalah jumlah penduduk Kabupaten Mesuji. Dimana tidak terdeteksinya jumlah Marga Mesuji. Dikarenakan Kabupaten Mesuji telah menjadi heterogen dan banyak etnik yang tinggal di sana. Apalagi sebelumnya Mesuji masuk ke dalam kabupaten Tulang Bawang. Jelasnya, jumlah penduduk di Kabupaten Mesuji pertambahnnya dipengaruhi oleh pertumbuhan, penduduk datang dan keluar dari kabupaten. Dapat diutarakan pada tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Mesuji adalah sebanyak 188.999 jiwa. Sedangkan berdasarkan hasil pendataan Dinas Dukcapil Nakertran Kabupaten Mesuji Tahun 2009 (Mesuji dalam Angka), jumlah penduduk Kabupaten Mesuji tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu sebesar 200.403 jiwa. Berikut disajikan data jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Mesuji pada tabel 2.2.
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 101.886 jiwa dan perempuan berjumlah 98.517 jiwa. Ditinjau dari jumlah kepala keluarga yang mendiami wilayah Kabupaten Mesuji diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah kepala keluarga secara keseluruhan sebesar 56.265 KK, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Wilayah Kabupaten Mesuji Tahun 2010 No
Kecamatan
1 2
Mesuji Tnjung Jaya Rawajitu Utara Mesuji Timur Simpang Pematang Way Serdang Panca Jaya
3 4 5 6
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
7
Kabupaten Mesuji
Penduduk (jiwa) Perempuan Jumlah 11.111 23.204 15.908 33.898
Desa/ Kelurahan
Jumlah KK
9 13
8.737 9.813
Laki-laki 12.093 17.990
11
8.800
13.790
13.701
27.491
13
8.798
14.838
15.691
30.529
9
6.035
12.010
11.096
23.106
11
9.813
23.207
23.038
46.245
7
4.268
7.958
7.972
15.930
73
56.067
101.886
98.517
200.403
Sumber: Data diolah oleh Tim RPJP Bappeda Kabupaten Mesuji bekerja sama dengan LPM Unila Tahun 2010
D. PEREKONOMIAN : ANTARA TANAH DAN SUNGAI
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Tanah dan Sungai tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Marga Mesuji sejak dahulu kala. Pertama kali Pangeran Mad datang ke Wiralaga atau Sungai Kabung pada waktu itu dalam rangka mencari lahan subur untuk pertanian dan perkebunan. Tanah itu kemudian semakin subur dan mampu menopang kehidupan ekonomi rombongan pangeran Mad yang membuka lahan di Sungai Kabung. Tidak lah heran kemudian pangeran Mad memanggil kepada sanak saudaranya untuk datang ke Sungai Kabung, karena potensi tanah di Sungai Kabung yang bagus untuk pertanian. Dalam sistem pertanian ‘ume’, maka kondisi perekonomian kampung Wiralaga terus menerus menjadi membaik. Tanah ditanami padi ladang, lada, kopi, singkong dan tanaman perkebunan lainnya. Apalagi area yang ditempati membuka lahan adalah daerah sepanjang sungai, ini mencirikan
20
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
Pada awalnya penduduk asli Mesuji memiliki mata pencaharian berupa meramu hasil-hasil hutan (rotan, damar, dan lain-lain), bertani ladang berpindah-pindah atau Ume dan menangkap ikan di sungai. Hal ini disebabkan karena keadaan geografis Mesuji yang dilalui oleh beberapa sungai dan memiliki dataran yang sangat baik untuk bercocok tanam. Seiring dengan perkembangan perekonomian daerah setempat, maka masyarakat Mesuji telah memiliki perkembangan dalam hal perekonomian, sehingga mereka memanfaatkan keadaan geografis yang cukup baik tersebut tidak hanya dengan bertani dengan ladang berpindah-pindah, tetapi mengalami perkembangan seperti memiliki perkebunan, beternak, membuka sektor perikanan dan
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
21
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 2.4 Sungai merupakan salah satu potensi perekonomian bagi Marga Mesuji. (Foto by. Damayanti, 2012)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
bahwa sungai termasuk salah satu basis perekonomian penting bagi Marga Mesuji. Sampai saat ini marga Mesuji terkenal dengan kepemilikan lahan yang luas dan handal dalam perekonomian berbasiskan perikanan. Sungai bukanlah hal yang asing lagi bagi Marga Mesuji, karena marga Mesuji merupakan masyarakat yang handal dalam mengelola sungai. Ini dapat dilihat dalam gambar berikut :
industri kecil, bahkan saat ini sudah memiliki beberapa koperasi pertanian guna menunjang usaha pertanian di daerah setempat. Saat ini Marga Mesuji mengutamakan sector pertanian terutama perkebunan, perikanan, dan peternakan. Marga Mesuji dikenal dengan Perkebunan yang luas, ditanami dengan kopi, sawit, singkong, dan juga lada. Untuk perikanan merupakan kehidupan sehari-hari, karena sungai merupakan salah satu potensi perekonomian yang perlu dikembangkan. Disamping sebagai basis perekonomian, sebenarnya sungai-sungai yang ada di Mesuji sangat berpotensi sebagai kawasan wisata. Wisata sungai yang unik dan menarik. E. SUNGAI, KEBUN DAN ORANG MESUJI :
SUASANA PERKAMPUNGAN
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 2.5 Suasana Perkampungan Wiralaga-Mesuji, Lampung.(Foto by. Damayanti, 2012 ) Gambar di atas adalah salah satu warga masyarakat marga Mesuji, yang sedang duduk diberanda rumahnya di sore hari sambil bersendau gurau dengan anak-anaknya. Inilah situasi dimana seorang Ibu Mesuji sedang mengasuh anaknya sambil bercanda dan bergembira. Memasuki suasana perkampungan di
22
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Mesuji memang tidak terlepas dari senyum ramah penduduknya. Bagi Marga Mesuji dengan kampung tertua, yakni kampung Wiralaga, sore hari adalah saatnya beristirahat, duduk diteras rumah dan bersendau gurau dengan keluarga. Selain itu juga ada yang beraktifitas memasak, duduk di warung dan mandi di sungai pada sore hari. Pada pagi hari biasanya laki-laki bekerja ke kebun, ke kantor atau kerja-kerja yang lainnya, sedangkan perempuan sebagian ada yang bekerja di kantor, menjadi pegawai, guru atau lainnya, dan ada juga yang menjadi Ibu Rumah Tangga. Namun, pekerjaan utama yang paling banyak dilakukan warga Mesuji sejak dahulu adalah berkebun dan mencari ikan di Sungai. Sungai dan kebun, tidak bisa dipisahkan dari Marga Mesuji. Bisa dilihat ketika memasuki perkampungan Wiralaga. Sungai dan kebun yang luas merupakan pemandangan pertama yang bisa dilihat. Ini menandakan bahwa Marga Mesuji sangat akrab dengan sungai dan kebun. Laki-laki dan perempuan biasa ke kebun, tapi yang paling banyak adalah laki-laki, seperti kebun karet, dan sawit. Sejak sistem tanah ulayat terpinggir, maka banyak tanah menjadi hak milik pribadi dan dijual keperusahaan perkebunan sehingga kepemilikan tanah menjadi berkurang. Namun berkebun masih menjadi mata pencaharian utama warga Mesuji. Disamping berkebun, yang ,menarik adalah sungai. Perkampungan Mesuji terletak di sepanjang sungai Mesuji. Sehingga bila ingin melihatnya dari dekat dapat dengan menaiki perahu untuk berkeliling kampung. Setiap rumah rata-rata memiliki perahu yang siap berlayar untuk berbagai keperluan termasuk mencari ikan. Tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki, namun juga banyak dilakukan oleh kaum wanita dan anak-anak sudah banyak yang mahir membawa perahu disepanjang sungai Mesuji yang besar. Ini dapat kita lihat dalam gambar berikut ini :
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
23
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 2.6 Seorang wanita mencari ikan di sungai dengan menggunakan perahu, dan tampak juga rombongan pemudapemudi yang sedang mengisi waktu sore dengan menaiki perahu di sungai Mesuji. (Foto By. Damayanti, 2012)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Ikan sungai merupakan salah satu makanan yang digemari oleh warga Mesuji di Wiralaga. Ibu-ibu dan anak-anak perempuan pun sudah mahir memancing ikan di sungai. Rumah mereka menghadap atas dua arah pertama arah jalan untuk lewat mobil atau kendaraan lainnya, dan arah yang lain adalah sungai. Namun depan rumah tetaplah di depan jalan, sedangkan belakang rumah atau di dapur menghadap sungai Mesuji. Menariknya jika ingin makan ikan, ibu-ibu cukup menangkap dan memancing ikan di dapur yang berada di atas sungai. Kamar mandi dan WC pun berada di belakang setelah dapur, berdampingan dengan sungai. Berperahu tidak hanya dilakukan untuk menangkap ikan juga, melainkan juga sebagai alat transportasi dari satu tempat ke tempat lainnya, selain itu juga untuk sekedar jalan-jalan sore mengisi waktu para pemuda dan pemudi. Sungai dan perahu di kampung Wiralaga ini merupakan potensi baik untuk pariwisata sungai.
24
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
Suasana sungai di perkampungan Wiralaga dapat dilihat dalam gambar berikut :
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
25
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Menurut Data dari tim RPJP Bappeda Kabupaten Mesuji bekerjasama dengan LPM Unila, Kabupaten Mesuji sangat berpotensi untuk irigasi pertanian, karena memiliki potensi sumber daya air yang tinggi. Sungai yang terbesar di Mesuji adalah Sungai (Way) Mesuji dengan panjang 220 Km ( di wilayah Kabupaten Mesuji-Tulang Bawang) dan daerah alir 2.053 Km2. Sungai Mesuji bermuara di laut Jawa dan membentang dari Timur ke Barat Provinsi Lampung yang sekaligus menjadi pembatas antar Provinsi Lampung dengan Provinsi Sumatra Selatan. Disamping Sungai Mesuji yang terbesar terdapat beberapa anak sungai lainya, yaitu Sungai Buaya, Sungai Sidang, Sungai Brabasan, Sungai Cambai, dan Sungai Gebeng. Berdasarkan data Dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Tulang Bawang (dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah Tahun 2007), panjang Sungai Buaya adalah 58.900 Km dengan daerah air seluas 796,82 Km2. sementara sungai Gebang Panjangnya Dalah 26910 Km dengan daerah alir seluas 200,3 Km2. (Sumber : Tim RPJP Bappeda Kabupaten Mesuji dan LPM UNILA, 2012) Jelaslah bahwa sungai merupakan ciri utama perkampungan Marga Mesuji, sungai memiliki fungsi yang besar bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini tidak hanya potensi ikan yang bisa
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 2.7 Suasana perkampungan pinggir sungai Mesuji. (Foto by. Damayanti, 2012)
dikonsumsi untuk makanan sebagai sumber ketahanan pangan warga Mesuji, melainkan juga memiliki fungsi keteraturan sosial, kekeluargaan, dan fungsi rekreasi bagi warga Mesuji. Sungai merupakan salah satu ciri khas Mesuji yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan Marga Mesuji. Apabila di pagi hari banyak kesibukan di sungai untuk mencari ikan, maka pada sore hari nya banyak dimanfaatkan anak muda untuk berkeliling sungai sambil menanti senja. Untuk perkebunan, marga Mesuji dan penduduk Mesuji pada umumnya merupakan pekebun yang handal, karena sejak dahulunya perkebunan merupakan salah satu ekonomi andalan bagi marga Mesuji pada khususnya dan penduduk Mesuji pada umumnya. Jika dilihat dari kawasan di Mesuji, terlihat merupakan lahan atau tanah yang luas yakni perkebunan yang luas dengan irigasi yang baik, dikarenakan sungainya yang banyak. Ini dapat dilihat dalam gambar 2.7.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 2.8 Perkebunan sebagai salah satu basis perekonomian rakyat di salah satu kampung di Mesuji, ditengahnya dialiri sungai untuk irigasi. ( Foto by. Vivit, 2012)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Berdasarkan data yang diolah oleh tim RPJP Bappeda Kabupaten Mesuji bekerja sama dengan LPM UNILA dan Profil Dinas Perkebunan dan kehutanan kabupaten Mesuji tahun 2010, hutan di Mesuji terdiri atas hutan tanaman industry (HTI), hutan lahan kering sekunder, hutan rawa sekunder, permukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering bercampur semak, tambak, savanna, dan tanah terbuka.
26
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
27
Mesuji Tanjung Raya Rawajitu Utara
Mesuji Timur
1 2
4
HTI
-
-
1.404,00 335,00 6.664,00 3,05
5,00 8.229,00 3,77
3.022,00 759,00 80.792,00 36,99
1.254,00
56.697,00
8.765,00
10.283,00 13,00
Kebun
830,00 0,38
54,00
-
-
702,00 73,00
Sawah
18.385,00 6.212,00 72.924,00 33,39
9.416,00
11.989,00
9.867,00
4.117,00 12.937,00
Tegalan
1.042,00 2.860,00 23.953,00 10,97
5.740,00
3.628,00
1.840,00
7.918,00 925,00
Belukar
8.70,00 25.008,00 11,45
3.954,00
6.429,00
782,00
1.694,00 3.579,00
Rawa
23.859,00 18.734,00 218.400.00 100,00
21.490,00
88.151,00
22.541,00
25474,00 18.10,00
Jumlah (Ha)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Sumber : Diolah tim RPJP Bappeda Mesuji bekerjsasama dengan LPM Unila Tahun 2010 dan Peta RBI Bakosurtanal
1.058,00
1.198,00
1.286,00
759,00 623,00
Permukiman
14,00
8.210,00
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
5
Simpang Pematang 6 Way Serdang 7 Panca Jaya Total (Ha) %
3
Kecamatan
No
Tabel 2.4 Tutupan lahan di wilayah Kabupaten Mesuji Tutupan Lahan (Ha)
Tutupan lahan di wilayah Kabupaten Mesuji dapat dilihat pada Tabel 2.4. dan berikut.
Dari tabel di atas terlihat bahwa lahan untuk perkebunan jauh lebih luas dibandingkan dengan sawah dan lainnya, sehingga inilah yang memperlihatkan bahwa berkebun merupakan salah satu basis terbesar bagi kehidupan penduduk di Mesuji, baik yang Marga Mesuji maupun yang bukan. Yang jelas penduduk Mesuji merupakan pekebun yang handal. F. TRANSMIGRASI LOKAL : DIMULAINYA HETEROGENITAS
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Salah satu perubahan sosial budaya yang besar di Mesuji adalah dengan kedatangan Transmigrasi di Mesuji. Sebagaimana wilayah Lampung pada umumnya sebagai salah satu tujuan transmigrasi terbesar, Mesuji juga merupakan tujuan transmigrasi. Transmigrasi yang berhasil, adalah julukan yang bagi predikat keberhasilan transmigrasi di Lampung. Transmigrasi apapun bentuknya, spontan atau pun direncanakan dari sejak pemerintahan Hindia Belanda sampai kepada pemerintahan Indonesia, telah membangun dan menciptakan akulturasi dan bahkan asimilasi dalam masyarakat. Cerita transmigrasi datang ke Mesuji didapat dari narasumber bernama Bapak Ilyas Marzuki (2010). Menurut beliau sebagaimana kita diketahui, Mesuji terdiri dari 9 kampung tua, telah didatangi transmigrasi lokal sejak tahun 1980, dan menjadi ramai pada tahun 1982. Menurut bapak Ilyas Marzuki (2010), pada waktu camat Mesuji dipimpin oleh Bapak Mahidin, dimulai program pemerataan wilayah resetelmen di 9 Kampung tua di Mesuji tersebut, sebagai tujuan penempatan transmigrasi lokal. Lahan yang disediakan untuk transmigrasi lokal adalah tanah daratan, kecuali kebun milik penduduk Mesuji dan tanah rawa. Pemberian tanah tersebut dilakukan masyarakat Mesuji secara ikhlas dengan perintah, tanpa ganti rugi termasuk juga kawasan register 45. Pergantian Camat terjadi pada tahun 1983, dimana camat Mahidin digantikan oleh camat M. Sofyan, yang menjabat dari tahun 1983-1986. Saat pergantian camat tersebut, disaat itulah program transmigrasi lokal akan berakhir. Pembinaan dan program transmigrasi lokal ini terus berlangsung, meskipun menemukan kendala yaitu terhambatnya informasi dari Ibu Kota Kecamatan Mesuji yaitu Kampung Wiralaga, hal ini dikarenakan jalan tembus antara Sungai Badak dan Kampung Wiralaga belum
28
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
ada untuk masuk ke kawasan transmigrasi lokal berada. Kawasan atau kampung dimana tempat transmigrasi lokal berada terus menerus diberikan pembinaan meskipun masih belum definitif (Ilyas Marzuki, 2010). Adapun Kampung-kampung binaaan di wilayah Mesuji adalah:
(Sumber : Ilyas Marzuki, 2010)
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
29
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
1. Kampung Wiralaga (Ibukota kecamatan Mesuji-Desa Definitif ) 2. Kampung Sungai Siding (Kampung definitif ) 3. Kampung Sungai cambai (kampung Definitif ) 4. Kampung Talang Gunung / Talang Batu (Definitif ) 5. Kampung Sungai Badak (definitif ) 6. Kampung Nipah Kuning (Definitif ) 7. Kampung Sri Tanjung (Definitif ) 8. Kampung Kagungan Dalam (Definitif ) 9. Kampung Sungai Pematang (Definitif ) 10. Kampung Labuhan Batin (Definitif ) 11. kampung Budi Aji (Persiapan) 12. Kampung Harapan Jaya (Persiapan) 13. kampung Wira Bangun (Persiapan) 14. kampung Barabasan (Persiapan) 15. Kampung Gedung Ram (Persiapan) 16. Kampung Mekar Sari (Persiapan) 17. Kampung Suka Agung (Persiapan) 18. Kampung Gedung Boga (Persiapan) 19. Kampung Kebun dalam (Persiapan) 20. kampung Rejo Mulyo (Persiapan) 21. Kampung Panca Warna (Persiapan) 22. Kampung kejadian (Persiapan) 23. kampung Buko Poso (Persiapan) 24. Kampung Bumi Harapan (Persiapan) 25. Wilayah Sungai Sidang 1. Rawa Jitu 2. Rawa Puji 3. Ipil 4. Asabah
Kemudian menurut bapak Ilyas Marzuki (2010) juga, terjadi perpindahan pusat ibukota kecamatan dari Kampung Wiralaga ke Kampung Simpang Pematang pada tahun 1983, hal ini dilakukan karena untuk memudahkan komunikasi dan informasi. Kampung Simpang Pematang merupakan kawasan transmigrasi lokal dan masih belum definitif, namun karena terlalu sulitnya informasi dan pembinaan bagi kawasan transmigrasi lokal, maka ibu kota kecamatan tersebut dipindahkan ke kawasan transmigrasi lokal tersebut. Hal ini tentu saja mendatangkan masalah bagi penduduk Wiralaga dengan Kepala Wilayah, banyak diantara penduduk Wiralaga tidak setuju akan perpindahan tersebut, namun apapun perjuangannya, ibukota kecamatan ini tetap dilangsungkan dimulai tahun 1983 sampai tahun 1992 atau selama lebih kurang 9 tahun. Adapun camat-camat yang memimpin di Simpang Pematang adalah sebagai berikut :
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
1. Tahun 1983 S/D 1986 Camat Sofyan 2. Tahun 1986 S/D 1988 Camat Suhaimi Permata,BA 3. Tahun 1988 S/D 1992 Camat Tanthowi Jauhari,BA (Sumber : Ilyas Marzuki, 2010)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Akibat pemindahan ini, pembangunan infrastruktur lebih banyak difokuskan kepada wilayah kecamatan yang baru, yakni pembangunan perkantoran, dinas-dinas, sarana pendidikan dan lain sebagainya. Padahal sebelumnya pembangunan di Wiralaga sudah mulai dilakukan sedikit banyaknya, namun karena perpindahan tersebut pembangunan difokuskan di Simpang Pematang, dan akibatnya Kampung Wiralaga kosong dari pusat pemerintahan. Ini terjadi pada tahun 1992 (Sumber : ILyas Marzuki, 2010). Pada saat transmigrasi lokal ini begitu banyak kampung yang akan dibina, dan banyak akses sulit ditempuh karena sarana transportasi yang belum memadai, maka dibentuklah kecamatankecamatan pembantu, yakni: 1. Kecamatan pembantu Simpang Pematang yang dipimpin oleh seorang camat pembantu 2. Kecamatan pembantu Tanjung Raya yang dipimpin oleh camat pembantu 3. Kecamatan pembantu Way Serdang yang dipimpin camat pembantu
30
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
Lama kelamaan wilayah ini menjadi daerah definitive, dimana kampung-kampung menjadi definitive demikian juga dengan kecamatan menjadi definitive. Sehingga kecamatan Mesuji kembali pindah di Wiralaga, dengan sebelumnya pada taun 1985 Wiralaga menjadi dua kampung yaitu Wiralaga Satu dan Wiralaga Dua.
(Sumber : Ilyas Marzuki, 2010) Pemberian tanah dan kawasan untuk penempatan transmigrasi lokal terus berlangsung, dimana untuk tahap kedua masyarakat Mesuji menyerahkan tanah rawa-rawa seluas 9500 Hektar kepada pemerintah, yaitu tanah di Kampung Sungai Siding, Sungai Cambia dan Wiralaga sendiri. Ini mengakibatkan terbukanya kampung baru dengan Kecamatan Mesuji berkedudukan di Wiralaga, yakni :
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Kampung Wiralaga I Kampung Wiralaga II Kampung Nipah Kuning Kampung Sungai Badak kampung Argo Jadi Kampung Sidomulyo kampung Tanjung Menang Kampung Dwi Karya Mulya kampung Wonosari Kampung Eka Mulya Kampung Pangakal Mas Jaya Kampung Pangkal MAs Mulya Kampung Muara Mas Kampung Tanjung Mas Makmur Kampung tanjung Mas Jaya Kampung Tirta Laga Kampung Tanjung serayan Kampung Tanjung Mas Mulya Kampung Sungai Cambai Kampung Talang Batu Kampung Mulya Sari Kampung Sumber Makmur Kampung Suka Maju (sumber : ILyas Marzuki, 2010)
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
31
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Tidak lama kemudian kecamatan Kecamatan Mesuji di pecah menjadi 2 kecamatan yakni: 1. Kecamatan Mesuji membawahi 10 kampung 2. Kecamatan Mesuji Timur membawahi 13 kampung Sehingga sekarang sudah terbentuk beberapa kecamatan di wilayah Mesuji, antara lain: 1. Kecamatan Mesuji 2. Kecamatan Mesuji Timur 3. Kecamatan Simpang pematang 4. Kecamatan Tanjung Raya 5. Kecamatan Way Serdang 6. Kecamatan Rawa Jitu Utara 7. Kecamatan Panca Jaya (Adi Luhur) (sumber : ILyas Marzuki, 2010)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Disamping kedatangan transmigrasi lokal, Mesuji juga ditempati oleh warga dari berbagai suku lainnya seperti Suku Minangkabau, Suku Batak, Suku Semendo, Suku Madura dan lain sebagainya. Hubungan antara suku atau etnik di Mesuji adalah hubungan yang harmoni dan terbuka terhadap perubahan, sehingga dimungkinkan terjadi akulturasi, asimilasi dan kontak kebudayaan sejak berabad tahun yang lalu. Heterogenitas masyarakat di Mesuji, memperlihatkan bahwa perubahan sosial budaya terjadi di Mesuji sebagai masyarakat yang terbuka terhadap dunia luar (Sumber : Ilyas Marzuki, 2010.
ETNOGRAFI MARGA MESUJI 32
Bab II Mesuji: Sekilas Profil
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
BAB III ETNOGRAFI MARGA MESUJI
BAB III
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
35
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Tahun 2012 adalah setelah 147 tahun Mesuji, demikian salah satu informan atau nara sumber kunci menyebutkn usia Mesuji di Propinsi Lampung, yaitu bapak Drs. Hi. Hairi Sinungan (Djugal). Sejarah dan asal usul Mesuji telah ditulis secara ringkas oleh Bapak Hairi Sinungan (Djugal), sebagai salah satu keturunan Sinungan, satu keluarga di Marga Mesuji. Selain dengan wawancara mendalam, maka tulisan singkat beliau adalah iinformasi yang penting dalam menuliskan sejarah Mesuji. Dimulai pada tahun 1865, dimana Sirah Pulau Padang Kayu Agung Onder Afdeling Kayu Agung melaksanakan pemilihan Pasirah. Hal ini dilakukan karena pangeran Djugal sudah merasa tua dan sudah ada yang pantas untuk menggantikannya. Pemilihan ini diadakan oleh pemerintah Hindia Belanda di Kayu Agung. Pemilihan Pasirah waktu itu diadakan dengan memilih antara dua kakak beradik yaitu kakaknya Muhammad Ali Bin Pangeran Djugal dan adiknya Muhammad Batun Bin Pangeran Djugal. Adu domba atau sistem pecah belah terjadi waktu itu sehingga yang menang waktu itu adalah adiknya yaitu Muhammad Batun Bin Pangeran Djugal. Hal ini tentu saja mendatangkan perasaan tidak menyenangkan buat sang kakak yaitu Muhammad Ali Bin Pangeran Djugal, sehingga beliau melakukan hijrah dengan mendatangi daerah baru dengan mengajak pengikut-pengikutnya untuk membuka daerah yang baru, yang merupakan cikal bakal dari Marga Mesuji Lampung berkembang. Informasi dari Bapak Drs. Hi. Hairi Sinungan (Djugal) ini, sesuai dengan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan dengan cara mengkonfirmasi kepada peserta FGD yang keseluruhannya merupakan nara sumber penting dalam penyusunan sejarah dan asal usul Marga Mesuji di Lampung ini. Para informan terutama yang sudah berusia lebih dari 70 an tahun mengetahui pasti asal usul orang Mesuji, sedangkan yang berusia relatif muda (30-
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
A. ASAL USUL ORANG MESUJI DAN KAMPUNG TUA
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
40 tahun) kurang mengetahui asal usul mereka sendiri. Hal ini dapat dimaklumi karena generasi muda kurang mendapatkan cerita-cerita tentang asal usul mereka dari generasi sebelumnya. Bagi informan yang sudah tua meyakini bahwa mereka berasal dari sebuah tempat di Ogan Kemering Ilir Sumatera Selatan yang bernama kampung Seri Pulau Padang sebagaimana yang diceritakan oleh Bapak Drs. Hi. Hairi Sinungan (Djugal). Dikarenakan pola mata pencaharian masyarakat di Selatan Sumatera sampai ke Lampung dahulunya adalah berladang berpindah, sehingga suatu kelompok masyarakat pindah dari satu tempat ke tempat adalah hal yang biasa, dan inilah awal dari pembukaan suatu kampung. Yang jelas nama Mesuji adalah nama sungai yang melintasi kampung mereka tersebut. Salah seorang informan yang bernama bapak Thabrani Ismail (78 tahun) memiliki informasi yang juga lengkap tentang asal usul orang Mesuji, bahkan sudah diketik dan diarsip dengan baik. Dari informasi beliau inilah banyak diperoleh asal usul orang Mesuji. Menurut beliau yang juga masih keluarga Sinungan, Muhammad Ali bin Pangeran Djugal atau Pangeran Mat, merupakan orang pertama kali datang ke Mesuji untuk membangun Umbul untuk membuka perladangan yang disebut dengan Ume (sistem berladang berpindah dengan menanam tanaman padi ladang dan tanaman keras lainnya untuk kebutuhan hidup). Ume adalah bahasa lokal Mesuji, hampir semua marga atau suku di bagian Sumatera Selatan dahulunya adalah berladang berpindah, di dalam etnik Lampung disebut dengan Ngumo. Dari cerita bapak Thabrani Ismail dan bapak Ilyas Marzuki yang sudah ditulis dan diketik ulang pada tahun 2010 oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga, Kabupaten Mesuji, menyatakan bahwa terdapat 9 kampung tua yang ada di Mesuji. Nama 9 kampung itu yaitu (tahun 1875-1982) :
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
36
Kampung Wiralaga Kampung Sungai Sidang Kampung Sungai Cambai Kampung Sungai Badak Kampung Nipah Kuning Kampung Sri Tanjung Kampung Kangungan Dalam Kampung Talang Batu Kampung Labuhan Batin Bab III Etnografi Marga Mesuji
1. Suku Sirah Pulau Padang membuka perladangan di Sungai Badak, Sungai Cambai, Nipah kuning dan Sungai Kabung (Wiralaga sekarang) 2. Suku Sugih Waras berlokasi di Sungai Sidang dan Kota Rame (sudah musnah). Bab III Etnografi Marga Mesuji
37
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Untuk menghindari perselisihan dan tumpang tindih lokasi berladang maka dibagilah secara adil masing-masing suku dimana kawasan berladangnya yakni :
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Namun dari 9 kampung tua tersebut yang paling tertua adalah Kampung Wiralaga. Dari cerita tentang asal usul Mesuji baik dari Bapak Hairi Sinungan, Bapak Tabrani Ismail dan tulisan Bapak Ilyas Marzuki serta seluruh narasumber, diperoleh informasi yang senada dimana seorang yang bernama Muhammad Ali pada tahun 1865 datang dari kawasan yang bernama Seri Pulau Padang, Ogan Kemering Ilir (OKI) Sumatera Selatan, datang kesebuah tempat yang memiliki sungai dan sekitarnya bisa ditanami ladang karena tanahnya yang subur. Sungai itu bernama sungai Babatan, sehingga pertama kali kawasannya disebut dengan babatan, yang saat ini dinamakan Mesuji. Muhammad Ali membuka ladang disekitar sungai tersebut, dan memiliki anak sungai. Disitu ditemu tinggallah seorang bernama Pak Kabung atau Fuk Kabung yang menghuni satu pondok, sehingga anak sungai tersebut diberi nama sungai Kabung. Fuk Kabung, adalah orang itu yang membantunya dalam berladang, misalnya untuk memelihara ladang, menangkap ikan, bercocok tanam padi, rotan, buah-buahn serta juga beternak kerbau dan sapi sehingga berhasil. Setelah perladangan (ume’) yang dilakukan oleh Muhammad Ali ini berhasil maka pada tahun 1870 ia kemudian memanggil sanak keluarga, family dan kerabat serta untuk pindah teman-temannya untuk pindah ke tempat yang baru tersebut yaitu di Sungai Kabung Mesuji. Ajakan itu mendapatkan tanggapan yang antusias dari sanak saudara dan kerabatnya. Adapun suku-suku yang ikut Muhammad Ali datang ke sungai Kabung Mesuji adalah : 1. Suku Sirah Pulau Padang disebut suku Seri Pulau 2. Suku Sugi Waras, disebut suku Sugi Waras 3. Suku Kayu Agung, disebut suku Kayu Agung 4. Suku Palembang disebut suku Palembang 5. Suku Lampung Tulang Bawang.
3. Suku Kayu Agung berlokasi di Karang Sia dan Pagar Dewa (keduanya sekarang masuk Kecamatan Mesuji Palembang. 4. Suku Palembang berlokasi di Keagungan Dalam (Lubuk Beruk) dan Kampung Seri Tanjung (campu dengan suku Seri Pulau Padang) 5. Suku Lampung berlokasi di Talang Gunung dan Talang Batu yaitu diujung sungai buaya dekat Menggala dan Labuhan Batin. Setelah suku-suku ini berhasil bercocok tanam, pada saat inilah pemerintahan Hindia Belanda menjadikan dan merubah status Dusun Sungai Kabung Mesuji dijadikan Desa Definitf dengan SK Tanggal 26 Juli 1873, dengan Muhammad Ali Sinungan Bin Pangeran Djugal Bin Depati Djumair diangkat menjadi Kerio atau Kepala Kampung membawahai dusun-dusun yang ada di Mesuji.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Setelah beberapa tahun kampung tersebut terus menunjukkan peningkatan kesejahteraan penduduknya, sehingga pemerintah Hindia Belanda kemudian memberikan penghargaan kepada Muhammad Ali yaitu sebuah gelar. Gelar tersebut adalah dengan nama Pangeran Mad, pada tanggal 22 Oktober 1886. Dengan menggunakan simbol yaitu berupa payung obor-obor warna putih. Hal ini juga menandakan bahwa Pangeran Mad sebagai Raja Adat di Mesuji, dan mensyahkan warga dari kampung tua yang ada di Mesuji yang berasal dari Sumatera Selatan, Palembang, Seri Pulau Padang, Kayu Agung dan sekitarnya disebut dengan Marga Mesuji. Sehingga kemudian Mesuji menjadi suatu marga. Marga Mesuji ini menurut bapak Hairi Sinungan, merupakan adat Lampung Mesuji yang termasuk Marga Suay Umpu Menggala Afdaeling Tulang Bawang sebagai Kepala Adat (Penyeimbang) Raja Pagar Alam. Namun, kemudian terjadi sengketa antara pangeran Muhammad Ali atau pangeran Mad dengan Raja Pagar Alam, mengenai pungutan ulahan hasil bumi. Pangeran Mad menentang pungutan hasil bumi dari pengikutnya. Akhirnya keduanga sepakat mengakhiri sengketa, Raja Pagar Alam mengakui Muhammad Ali sebagai saudara dan demikian juga sebaliknya, Muhammad Ali mengakui Raja Pagar Alam sebagai saudara. Dengan kesepakatan bahwa masalah adat yang berlaku pada Raja Pagar Alam berlaku pula bagi Pangeran Muhammad
38
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Bab III Etnografi Marga Mesuji
39
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Ali Sinungan (Pangeran Mad). Menurut Bapak Hairi Sinungan, sekitar tahun 1870-an (beliau tidak pasti tahunnya), peristiwa pengakuan saudara antara Pangeran Mad dan Raja Pagar Alam, merupakan peristiwa diangkonkan (atau biasa disebut dalam bahasa Lampung Mewakhi) yaitu pengangkatan menjadi saudara. Dengan upacara pemotongan kerbau dan ritual lainnya. Hal ini menandakan bahwa antara Pangeran Mad dan Raja Pagar Alam telah terikat satu persaudaraan. Peristiwa ini merupakan pertanda bahwa antara dua suku ini telah menjadi satu adat, karena telah bersaudara. Bapak Hairi Sinungan menegaskan bahwa Marga Mesuji dan Lampung di Tulang Bawang merupakan satu adat, namun tidak dalam hal batas wilayah. Setelah sekian lama, dikarenakan usia Pangeran Mad ini telah lanjut dan merasa tidak mampu menjalankan roda pemerintahan secara optimal, maka dengan kesadarannya yang mendalam maka beliau mengajukan pengunduran diri kepada pemerintahan Hindia Belanda untuk berhenti secara terhormat dari jabatan Kerio. Pemerintahan Hindia Belanda belum memberhentikan dengan pertimbangan karena harus menunggu sampai ada penggantinya, dengan mengadakan pengangkatan Kerio Dusun Sungai Kabung yang baru. Kemudian diangkatlah anak Pangeran Mad yaitu Muchlisin Sinungan dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No 201 Tanggal 10 April 1891, dan bersamaan dengan itu dengan SK No 203 Sungai Kabung diganti namanya menjadi Wiralaga atas usulan dari Muchlisin Gelar Raden Bestari (sumber : Hairi Sinungan, 2010). Menurut catatan Bapak Ilyas Marzuki (2010), Perubahan Dusun Sungai Kabung menjadi Kampung Wiralaga, memiliki cerita sendiri. Dikarenakan dusun Sungai Kabung yang terdiri dari berbagai suku tadi dan pusat pemerintahan pada waktu itu di kampung sungai Kabung. Dengan pengaruh sistem colonial yang menggunakan siasat adu domba maka timbul bentrok fisik antara masing-masing perwira-perwira (jagoan silat) antara kampung, sehingga timbul seolah-olah Kampung Wiralaga adalah ajang bagi perwira masing-masing suku tersebut sehingga terjemalah julukan Wiralaga. Berbeda dengan informasi dari bapak Hairi Sinungan, dikatakan bahwa dikarenakan antara perwira-perwira antara suku sering berlaga namun hanya sekedar untuk berlatih ilmu, bukan karena adu domba Belanda. Sehingga kawasan Sungai Kabung itu lebih terkenal dengan nama Wiralaga yaitu tempat perwira berlaga.
Kemudian setelah berapa lama, nama Dusun atau kampung Sungai Kabung resmi pun diubah menjadi Kampung Wiralaga. Jadi Wiralaga, artinya adalah perwira yang berlaga atau bertarung, perubahan kampung Wiralaga Ini disahkan oleh SK Gubernur General Van Nederlands Indie No 203 yang berbunyi : EXTRACT : VIT REGISTER DEN GUBERNUR GENERAL VAN NEDERLANDS INDIE MUHAMMAD ALI GELAR KERIO AMAT MENJADI PANGERAN BERTAHLUK DI TULANG BAWANG BERKEDUDUKAN DI WIRALAGA (Sumber : catatan tertulis Bpk Marzuki Ilyas, 2010)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Demikianlah, maka kepemimpinan Kampung Wiralaga semasa dipimpin oleh Muhlisin memiliki kepemimpinan yang baik dapat menyatukan dusun-dusun yang ada di Wiralaga, sehingga Muchlisin Sinungan diangkat menjadi Demang yang berkedudukan di Wiralaga dan tunduk ke Menggala pada Tahun 1898 sampai tahun 1908 dan kemudian dipindahkan menjadi asisten demang di Rembang Kasui Kota Bumi. Ini memperoleh sedikit masalah yakni pengganti asisten demang tidak diterima oleh penduduk Wiralaga, sehingga digantikan oleh Raja Mangu Desa Asisten Demang yang berasal dari Menggala sampai pension pada tahun 1928 (Sumber : Hairi Sinungan, 2010). Pemerintahan Hindia Belanda kemudian mengangkat Pasirah sebagai atasan kepala-kepala kampung Mesuji, dengan SK (surat keputusan) Residen Lampung No 389 Tanggal 8 September 1928 Bandarsyah Bin Muchlisin Raden Bastari Bin Pangeran Muhammad Ali diangkat menjadi Pasirah Marga Mesuji Lampung yang berkedudukan di Wiralaga. Pada tahun 1944 beliau dipindahkan menjadi Wedana di Pedamaran dan kemudian pindah lagi sebagai Wedana di Menggala. Perpindahan itu terus terjadi, dimana pada tahun 1954 menjadi Wedana di Kota Agung dan sampai akhirnya pension pada tahun 1959 sebagai ahli Praja di Kota Agung. (Sumber : catatan tertulis Bapak Marzuki Ilyas, 2010 dan Bapak Hairi Sinungan, 2010). Dari catatan Bapak Hairi Sinungan, tercatat bahwa dari tahun 1944 sampai dengan 1950 Pasirah digantikan oleh anak Bandarsyah Muhammad Ali Bin Bandarsyah Bin Muchlisin Bin Muhammad Ali Sinungan. Sampai pada tahun 1950 Kampung Wiralaga dijadikan kecamatan dengan kewedanaan Menggala dan sebagai camat pertama adalah Muhammad Ali Bin Bandarsyah Bin Muchlisin Bin
40
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Muhammad Ali. Kemudian adik Bandarsyah bernama Abdul Gafur Bin Muchlisin menduduki posisi Pasirah dari tahun 1950 sampai dengan 1965. Pada tahun 1965 sampai dengan 1972 Kepala Negri dijabat adik misan Bandarsyah bernama Bakeri Kirom Bin Abdul Kirom. Kemudian Pemda atau Pemerintah Daerah Provinsi Lampung menghapuskan Kepala Negeri pada tahun 1972. (sumber : Hairi Sinungan, 2010). Pasang surut pemerintahan Kerio di Mesuji, mengalami proses yang panjang dan telah banyak pergantian kepala Kerio dan Kepala Kampung, hal ini dapat dilihat dalam table berikut ini Tabel 3.1 Pimpinan Dusun / Kerio / Kepala Kampung Wiralaga Nama
keterangan
3 4 5 6 7
Muhammad 1873 s/d 1891 Kerio Ali (Pangeran Mat) Kirom 1891 s/d 1928 Abdul Sinungan 1928 s/d 1946 Muchlison Sinungan 1946 Muchlison Sinungan 1947 s/d 1968 Jusuf Bin Rejet 1969 s/d 1973 Bujang Bin Buntut 1974 s/d 1984 Kadarsyah Sinungan
8
1986 s/d 1993 Kadarsyah Sinungan
9
1993 s/d 1995 Ilyas Marzuki
10
1993 s/d 1995 Sukarno Anwar
11 12
1995 s/d 2005 Ali Imron Kirom 1995 s/d 2005 Mat Jaya
1 2
Tahun 1993 meninggal dunia PLH. kepala desa wiralaga 1 Pjs. Kepala desa Wiralaga 1
(Sumber : Ilyas Marzuki, 2010)
Adapun pimpinan Marga/Sirah/Kepala Negeri telah terjadi beberapa pergantian dari tahun 1928 sampai berakhir tahun 1972, ini dapat dilihat dalam table 3.2 berikut ini:
Bab III Etnografi Marga Mesuji
41
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Tahun Jabatan
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
No
Tabel 3.2 Pimpinan Marga / Sirah / Kepala Negeri Keterangan
No
Tahun Menjabat
Nama
1 2 3 4
1928 s/d 1944 1950 s/d 1953 1955 s/d 1965 1965 s/d 1972
Bandarsyah Sinungan Abdul Gafur Sinungan Abdul Gafur Sinungan Bakri Kirom
5
1972
kepala negeri dihapuskan (Sumber : Ilyas Marzuki, 2010)
Sementara itu pergantian asisten Demang sejak tahun 1898 sampai 1928 di Wiralaga adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 Asisten Demang Sejak 1898 s/d 1928 di Wiralaga No
Nama
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
1
Muchlisin Sinungan
2
Ratu Bagus Ass. Demang
3
Najamudin Candidat Ass. Demang
4
Abdullah Candidat Ass. Demang
5
Much. Ali CAndidat Ass Demang
Keterangan Tahun 1898 s/d 1908 dipindahtugaskan ke Rebang Kasui Kotabumi
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
6
Muchlisin Sinungan Ass. demang
Dikembalikan ke wilayah Mesuji karena penduduk Mesuji kurang menerima Ass. Demang lain dari luar. dan sampai pensiun.
7
Raja Mangku Bumi Ass. Demang
Dari menggala menggantikan Muchlisin sampai pensiun
(Sumber :Drs. Hi. hairi Sinungan(Djugal), 2008 )
42
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Sementara itu dari keluarga Sinungan sendiri dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut keturunanya : Tabel 3.4 Keturunan Keluarga Sinungan Nama
1
Drs.Hi. Hairi Sinungan (Djugal Hairi Sinungan)
2
Bin Hi. A Djauhari Sinungan
3
Bin Hi. A. Bandarsyah Sinungan
4 5 6 7 8
Makam Kebun Jeruk Tanjung Karang Makam Kebun Jeruk Tanjung Karang
Bin Muchlisin Sinungan (Gelar Makam Wiralaga Raden Bastari) Bin Hi. Muhammad Ali Sinungan Makam Wiralaga (Gelar Pangeran Mad) Makam Sirah Pulau Bin Pangeran Djugal Padang Makam Kramat Sirah Bin Djumair Pulau Padang Makam di Masjid Bin Raden Sinungan Demak
(Sumber :Drs. Hi. Hairi Sinungan(Djugal) 2008 )
Adapun sejak tahun 1950 sudah ada camat yang memimpin di Mesuji sampai tahun 2012 ini yakni dapat dilihat dalam table 3.5 berikut ini: Tabel 3.5 Camat Kecamatan Wilayah Mesuji Lampung Tahun Menjabat
Nama
1 2 3 4 5 6
1950 s/d 1959 1960 s/d 1963 1964 s/d 1966 1967 s/d 1968 1969 s/d 1970 1970 s/d 1974
Muhammad Ali Sinungan Wira Hamid Putra Alam Panji Kesuma Yudha,BA A.Aziz Ridwan Nawawi
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Keterangan
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
No
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
No
Keterangan (Tempat Pemakaman)
43
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1974 s/d 1975 1976 s/d 1978 1979 s/d 1980 1981 s/d 1982 1983 s/d 1986 1986 s/d 1988 1988 s/d 1992 1993 s/d 1998 1998 s/d 2000 2000 s/d 2003 2003 s/d 2010 2010 s/d 2011 2011 s/d 2011 2011 s/d 2012
Kusairi,BA A.Kadir Gusen, BA Tunggal Ahmad Mahidin M. Sofyan Suhaimi Permata Thantowi Jauhari,BA Saleh Mulyono, BA Fauzi A.R Syarkhoti Toha,BA Drs. Hendarma Nazarudin Burhan Marhasan Ari Iskandar
(Meninggal)
(Sumber : Ilyas Marzuki, 2010)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Pada saat pemerintahan Indonesia, Mesuji mengikut sistem pemerintahan daerah yang ada di Indonesia, seperti camat, desa dan dusun, terutama sejak masa Orde Baru yang menyeragamkan sistem pemerintahan Desa ke seluruh Indonesia, sehingga namanama lokal menjadi hilang. Namun sejak otonomi daerah di Indonesia, gerakan untuk memperkuat budaya lokal semakin kuat, sehingga banyak daerah-daerah di Indonesia merubah namanama dan sistem pemerintahan daerahnya dengan kembali lagi ke sistem lokal, seperti Pekon atau tiyuh di Lampung, dan Nagari di Minangkabau. Untuk Mesuji dengan Pemekaran menjadi Kabupaten Mesuji yang merupakan pecahan dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Tulang Bawang, memberikan dampak yang besar bagi peluang diangkat potensi budaya Mesuji sebagai salah satu khasanah kekayaan bumi Lampung. Dari cerita di atas, dapat dililihat dan dianalisis bahwa sejarah pemerintahan adat Mesuji merupakan sebuah dinamika dan perubahan sosial budaya besar bagi kampung-kampung di Mesuji. Pemerintahan Hindia Belanda turut menjadi faktor penting dalam pasang surut sejarah dan cerita asal usul orang Mesuji. Namun, yang terpenting adalah bagaimana membangun kesejahteraan warga masyarakat yang ada di Mesuji ke depan
44
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Bab III Etnografi Marga Mesuji
45
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
dengan potensi budaya yang dimiliki sebagai kekayaan Mesuji dan perlu dilestarikan menjadi milik bersama warga masyarakat Mesuji semuanya. Mengenai asal usul dan sejarah perlu dihargai serta diwariskan pengetahuan tersebut dari generasi ke generasi sebagai kekayaan budaya Mesuji. Bagi Marga Mesuji, yang asal usulnya budayanya berasal dari Sumatera Selatan terutama daerah Seri Pulau Padang, Ogan Kemering Ilir (OKI), pernah terjadi perbedaan pendapat antara Lampung dan Mesuji pada masa Pangeran Mat, karena marga Mesuji menggunakan adat Palembang bukan adat Lampung, padahal Mesuji secara administratif area masuk wilayah Lampung. Ini dikarenakan ketika marga Mesuji dibentuk pemerintahan Belanda dengan Pangeran Mat sebagai Ketua adatnya, Pemerintahan Belanda memberikan kebebasan kepada marga Mesuji apakah akan menggunakan adat Palembang atau adat Lampung. Sehingga Marga Mesuji yang dipimpin oleh Pangeran Mat memilih untuk tetap memakai adat Seri Pulau Padang, OKI. Namun, sebagaimana yang diceritakan oleh Bapak Hairi Sinungan bahwa telah terjadi mewakhi antara adat Lampung dengan adat Mesuji, sehingga secara adat antara Lampung dan Mesuji merupakan satu. Perbedaan tidak boleh dipandang sebagai suatu masalah, justru kita harus merubah cara pandang kita dimana perbedaan harus merupakan kekayaan dan kekuatan. Dengan perbedaan maka suatu negeri bisa maju dan menemukan kesejahteraan. Sampai saat ini adat Mesuji terus dilahirkan oleh warganya, hal ini terlihat dari dibentuknya perwakilan adat Mesuji, baik di Mesuji sendiri maupun di rantau. Perwakilan adat Mesuji menurut bapak Ilyas Marzuki (2010), sudah terbentuk pada bulan Maret 2007 yang diwakili oleh Perwakilan Jakarta yaitu H. Abdurrahman, Perwakilan Lampung : Drs. Sodri Abas dan Perwakilan Tulang Bawang : H. Ismail Ishak. Warga Mesuji tidak pernah melupakan leluhurnya dan sangat menghormati sejarah asal usul, ini terlihat dengan direhabnya Makam Pangeran Mad yang berada di Wiralaga, akan dijadikan sebagai makam bersejarah bagi Mesuji. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 3.1 dibawah ini :
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.1 Makam Pangeran Muhammad Ali atau Pangeran Mad Di Wiralaga, sedang dilakukan renovasi. (Foto, by Damayanti, 2012) B. ADAT ISTIADAT
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Bagi suku ‘asli’ Mesuji yang berada dikawasan Kabupaten Mesuji, Lampung, dengan 9 kampung tua disepanjang sungai Mesuji menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kelompok adat seperti marga atau buay. Ini dikarenakan mereka hanya menganut sistem nama keluarga besar saja yang diambil dari garis keturunan laki-laki atau patrilinial, yakni garis keturunan diambil dari garis pihak laki-laki. Jadi, tidak ada tingkatan-tingkatan suku atau sub suku di dalam masyarakat asli Mesuji ini. Demikian juga dengan sistem pemerintahan adat sudah tiada lagi. Sistem pemerintahan adat saat ini tidak digunakan lagi sebagaimana yang diceritakan dalam asal usul Mesuji pada bagian sebelumnya. Ketua adat dan Kepala Kampung (yang disebut dengan “ketue quqok”), juga diakui sebagai tokoh masyarakat dan dianggap paling mengetahui persoalan adat dan kampung tersebut. Masing-masing orang secara adat berada dalam kelompok keluarga besar, misalnya nama keturunan keluarganya adalah Sinungan, maka mereka disebut dengan keluarga Sinungan, demikian juga dengan yang lainnya.
46
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Senjata
Topi biasa hitam Telok belange’ (baju) Dibalut kain songket dengan benang emas Keyis (keris) yang bengkok-bengkok
Berikut gambar keris yang diperoleh dari Disbudpora Kabupaten Mesuji dapat dilihat pada gambar 3.2
Bab III Etnografi Marga Mesuji
47
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Tutup Kepala (Topong) Baju Celana panjang
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Namun, dari kehidupan sehari-hari, hanya keluarga Sinungan yang masih memakai nama keluarga, sementara kelompokkelompok keluarga besar yang lainnya tidak lagi memakai nama keturunan atau keluarga besar tersebut sehingga tidak ingat lagi dan tidak dipakai lagi. Sehingga, dalam kehidupan adat orang Mesuji ‘asli’ ini tidak ada juga yang memiliki gelar adat, karena gelar adat tidak ada dalam adat mereka, hanya memakai nama keturunan atau nama keluarga saja. Dalam pantauan selama penelitian sebagaimana yang diungkapkan di atas hanya keluarga Sinungan yang masih menggunakan nama keluarganya, sementara yang lain tidak menggunakannya lagi. Bahkan, untuk kepala kampung yang juga kepala adat ini juga tidak memiliki gelar adat juga. Kepala kampong atau kepala adat ini dipilih berdasarkan kesepakatan dari warga kampong tersebut, yakni orang yang dipandang cakap dan mampu memimpin kampong dibantu oleh para orang-orang tua yang ada di kampong tersebut. Setelah otonomi daerah berlaku, kepala kampung dipilih berdasarkan suara terbanyak dari warga masyarakat kampung tersebut yang berusia 17 tahun ke atas yang kemudian disahkan dan dilantik oleh Gubernur atau Bupati atau Camat. Dahulunya hanya disahkan saja oleh masyarakat yang ada dikampung. Seorang kepala kampong atau juga kepala adat, memiliki atribut sebagai tanda, yakni memiliki pakaian adat yang dipakai hanya ketika upacara adat misalnya perkawinan. Berikut bentuk dan nama dari pakaian tersebut :
Gambar 3.2 Keris yang digunakan Marga Mesuji (Foto by disbudpora Kab. Mesuji) C. KELOMPOK KEKERABATAN DAN DAUR HIDUP
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada kelompok adat, hanya ada kelompok keluarga besar dan keluarga inti. Namun saat ini hampir tidak ada lagi yang hidup dalam keluarga besar melainkan hanya dalam keluarga inti atau batih saja. Untuk menandakan keluarga besar adalah dengan nama keluarga, namun sekarang pun sudah jarang digunakan, kecuali keluarga besar Sinungan yang masih menggunakannya. Hubungan diantara keluarga besar dan kecil diatur dalam sistem patrilinial. Dalam keluarga, saling menghormati antara yang tua dan yang muda, orang tua dan anak, kakak dan adik, ini tercermin dalam tata cara memanggil diantara mereka atau yang disebut dengan tuturan, dalam tuturan ini ada istilah dalam adat untuk memanggil, sebagaimana yang dijelaskan berikut ini :
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Panggilan kekerabatan marga Mesuji = Tuturan 1. Kakak laki-laki = kakak 2. Kakak perempuan = mbok 3. adik = adek 4. ayah = bapak, 5. ibu = emak/umak/umbuk sama dengan sebutan orang Ogan Komering Ilir (OKI)/ kalau orang Palembang menyebut embik 6. Orang tua Bapak/Ibu =gede, Kakek = yek, Nenek = nyek
48
Bab III Etnografi Marga Mesuji
7. Keponakan disebut nakon dan biasanya hanya memanggil nama saja. 8. jang untuk anak laki-laki yang belum menikah dan dis untuk keponakan perempuan yang belum menikah. C.1. Upacara dan Ritual dalam Daur Hidup Marga Mesuji
Semasa bayi dalam kandungan tidak ada upacara khusus yang dilakukan, namun ketika lahir barulah dilakukan dengan nama ngeramasi utk anak bayi yg pusarnya sudah lepas. Dalam acara ini mengadakan selamatan dan dipanggil dukun yg membantu melahirkan. Dukun tersebutlah yg ngeramasi. Caranya dimandikan dengan air yg dimasukkan uang ringgit. Kemudian menyediakan ayam panggang sebagai sesajian. Hanya kerabat dan tetangga yang diundang untuk menyaksikan. Dalam acara ini ada acara hajat atau makan-makan seperti pesta, namun tidak diwajibkan hanya tergantung kemampuan masing-masing. Sampai saat ini ritual ini masih dilakukan dan dukun yang melakukan tersebut juga masih ada di Mesuji. C.3. Ritual Sunatan Untuk sunatan biasanya memanggil dukun kampung untuk menyunat, sekarang kebanyakan tenaga media. Tidak ada upacara adat khusus dalam menyunat anak laki-laki ini. Kalau pun diadakan hajat, maka bila keluarga tersebut mampu boleh menyelenggarakannya sesuai dengan kemampuan mereka. Bab III Etnografi Marga Mesuji
49
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
C.2. Ritual Kelahiran
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Dalam daur hidup marga Mesuji memiliki ritual dan upacara adat maupun agama. Marga Mesuji memiliki agama 100% Islam sehingga percampuran antara kebudayaan dan adat dengan agama juga terjadi dalam ritual dan upacara dalam Daur Hidup. Dalam upacara dan ritual Daur hidup menandakan bahwa Marga Mesuji sangat menghormati dan menghargai anugerah yang telah diberikan oleh sang pencipta atas kelahiran dan kehidupan. Ritual dan upacara daur hidup dalam marga Mesuji terdiri dari upacara kelahiran, sunatan dan aqiqah, perkawinan, kematian serta ritual lainnya. Berikut akan dijelaskan satu persatu ritual dalam kehidupan marga Mesuji.
C.4. Ritual Perkawinan Untuk upacara perkawinan secara adat dilakukan urutan tata cara perkawinan mulai dari melamar, menikah secara agama, sampai kepada pesta atau keramaian. Dari semua informan yang datang Bapak Tabrani Ismail sebagai narasumber juga membawa hasil tulisannya sendiri tentang upacara adat perkawinan, menurut beliau ada 5 kali proses melamar, yakni : 1.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
2.
3. 4.
ETNOGRAFI MARGA MESUJI 50
Nyelundup (penjajakan), yaitu pihak keluarga laki-laki menjajaki pihak keluarga perempuan, yang mana kedua belah pihak boleh saja telah menjalin hubungan kasih sebelumnya, atau mungkin juga dijodohkan. Dalam penjajakan ini pihak keluarga laki-laki datang kerumah keluarga si gadis dengan membawa ramuan berupa bahan mentah seperti gula, kopi dan lain sebagainya. Dalam penjajakan tersebut akan bertanya apakah sigadis sudah ada yang melamar, apabila belum maka akan disambung dengan pertemuan berikutnya. Sebenarnya sebelum ini dijalankan ada proses yang namanya nindai, yaitu pemilihan bibit, bobot dan bebet dari si calon, namun kemudian kebiasaan ini sudah hilang sejak tahun 1980-an. Datang bertanya/si anyot ( sie Tanye’), yaitu pihak keluarga laki-laki datang ke keluarga si gadis dengan membawa anggota keluarga sekitar 15-25 orang dengan membawa penginangan atau sekapur sirih yang berisikan beras ketan, kelapa, gula, kopi, susu dan lain sebagainya. Dalam sie Tanya ini akan melanjutkan pembicaraan untuk melamar sigadis, apabila disetujui maka akan segera dilanjutkan. Datang Kecek atau datang kecil, yaitu kedatangan pihak lakilaki ke pihak perempuan namun terbatas atas pihak-pihak keluarga inti saja. Datang melamar/merasan/Rasan tuwe (tunangan/melamar), yaitu pihak keluarga laki-laki yang beranggotakan 15-25 orang datang melamar dengan membawa sarana adat, disaksikan oleh pamong adat atau kepala kampong. Pada saat acara ini dilangsungkan pertukaran cincin antara sigadis dan sibujang menandakan bahwa sudah bertunangan, juga dibicarakan dan disepakati tentang mas kawin, jujur dan hari akad nikahnya. Apabila belum disepakati maka akan datang kembali dengan nama Datang besar. Bab III Etnografi Marga Mesuji
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Sekapur sirih lengkap melambangkan hukum adat marga Mesuji Pakaian wanita lengkap (baju, kain dan sepatu) melambangkan kemuliaan akan menyunting seorang wanita. Mas kawin sudah ketentuan Uang jujur melambangkan penghargaan terhadap orang tua si gadis. Satu tandan buah dogan melambangkan suatu ikatan mufakat keluarga besar Satu carangan daun sirih segar melambangkan suatu ikatan mufakat keluarga besar kedua belah pihak Satu tandan buah pinang melambangkan ikatan keluarga besar berserta tokoh adat, agama dan masyarakat di kampong tersebut. Sagon melambangkan makanan khas Dodol melambangkan ketulusan dan keikhlasan suci Wajik melambangkan ketulusan dan keikhlasan suci Kue-kue adat melambangkan keikhlasan dan keindahan Lemang terdiri dari 9 lenjer yang diikat menjadi tiga dengan kain sutra putih, melambangkan batang hari 9, sedangkan tiga ikat itu melambangkan ada tiga marga Mesuji Palembang, Marga Mesuji Lampung dan Marga Lampung Tulang Bawang.
Bawaan ini kemudian diperiksa oleh Kepala Kampung, alim ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan cendikiawan. Setelah itu baru diadakan akad nikah dengan cara Islam. Acara akad nikah dilakukan dimana pengantin laki-laki diarak menuju rumah pengantin perempuan dengan rombongan kesenian beserta dipayungi dengan payung adat berwarna putih, adalah payung kehormatan bagi marga Mesuji. Setelah acara akad Bab III Etnografi Marga Mesuji
51
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
6.
Datang besar (penentuan hari H), yaitu kedatangan keluarga laki-laki untuk membicarakan mas kawin, hari nikahnya dan jujur nya. Apabila sudah disepakati maka akan dilangsungkan pernikahan pada hari H. Datang akad nikah (pernikahan), dilakukan Prosesi secara Islam. Dalam acara perkawinan ini maka dibawalah perlengkapan adat dengan wadahnya yakni :
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
5.
nikah dilakukan makam diadakanlah pesta atau keramaian yang biasanya dilakukan pada malam hari dengan memakai baju adat bagi kedua pengantin. Adapun baju adat perkawinan adalah sebagai berikut : Pakaian pengantin perempuan atau disebut dengan baju adat (alat pengantin/siokan), yaitu 1.
Untuk bagian kepala dengan nama penganggon, berasal kata anggon/anggun. Bagian runcing (9 buah) berarti adanya 9 kampung dari Mesuji. Gambarnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.3 Penganggon atau hiasan kepala pengantin perempuan Mesuji. (Foto by. Damayanti 2012)
52
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Gambar 3.5 Atribut pengantin perempuan atau Mahkota pengantin perempuan Marga Mesuji (Foto By. Damayanti, 2012) Bab III Etnografi Marga Mesuji
53
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.4 Atribut perhiasan pengantin perempuan (Foto By. Damayanti, 2012)
2.
Baju dengan nama baju kebaya berlengan panjang dengan warna hitam berbenang emas.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.6 Pakaian Pengantin wanita Mesuji (Foto by. Damayanti, 2012) 3. 4.
Selendang dengan nama kemban bermotif berbahan songket, yakni kain songket yang dilipat tiga ketika menggunakannya. Untuk bawahan, yang digunakan adalah kain songket dengan gantungan dinar dibawahnya.
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.7 Songket untuk pakaian wanita. (foto by. Damayanti, 2012)
54
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Sepatu/sandal: cenela seperti selop, warnanya ada yang merah dan ada yg putih, sesuai dengan warna songket. Sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 3.8 Selop Pengantin perempuan Marga Mesuji (Foto By. Damayanti, 2012)
7.
Sarung tangan warna putih atau disebut dengan serompong tangan Perangkat lainnya adalah gelang tangan, dan burung merak (cekak lengan). Sebagaimana gambar berikut :
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
6.
Gambar 3.9 Atribut di tangan dan lengan pada pengantin perempuan. (Foto By. Damayanti, 2012) Bab III Etnografi Marga Mesuji
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
5.
55
8. Gelang keroncong 9. Inai dari sehari sebelum menikah. 10. Kalung tiga susun dari kuningan atau emas, gambarnya dapat dilihat dibawah ini:
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.10 Kalung tiga susun pada pengantin perempuan (Foto By. Damayanti, 2012)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI 56
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Gambar dari pakaian pengantin perempuan dapat dilihat sebagai berikut: Penggagon (siger) untuk kepala pengantin wanita, ada 9 lekung yang artinya 9 kampung. Gelang tangan burung merak (cekak lengan)
Kalung tiga susun dari kuningan atau emas Selendang yang terbuat dari songket Kain songket Uang dinar
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Selop
57
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Baju kurung atau baju kebaya lengan panjang
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gelang keroncong dari emas atau kuningan selain itu juga memakai sarung tangan.
Berikut disajikan gambar/foto pengantin perempuan secara lengkap:
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.11 Pakaian pengantin wanita Marga Mesuji (Foto By. Damayanti, 2012)
58
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Pengantin laki-laki pakaian adatnya terdiri dari: Peci dengan nama topong berbahan kain
Gambar 3.12 Topong, atau topi pengantin laki-laki Marga Mesuji. (Foto By. Damayanti, 2012) Biasanya tidak menggunakan baju, hanya kain songket dengan keris dibelakang, namun karena perubahan maka sekarang banyak dikreasikan sehingga memakai baju, sebagaimana gambar dibawah ini:
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
2.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
1.
Bab III Etnografi Marga Mesuji
59
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.13 pakaian pengantin laki-laki (Foto By. Damayanti, 2012)
60
Bab III Etnografi Marga Mesuji
5. Selop
Gambar 3.15 Selop untuk pengantin laki-laki Marga Mesuji. (Foto By. Damayanti, 2012) Bab III Etnografi Marga Mesuji
61
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.14 Ikat Pinggang dan Pakaian Pengantin Laki-laki dari Belakang (Foto By. Damayanti, 2012)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
3. Iket pinggang emas 4. Bebe (penutup dari selendang)
Berikut ini adalah gambar untuk pakaian adat pengantin laki-laki :
Topi pengantin laki-laki (penganggon)
Selendang untuk menutupi badan
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Ikat Pinggang Emas Kain Songket Setengah tiang
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Celana panjang terbuat dari kain songket atau bahan emasan lainnya Selop
62
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Gambar 3.16 Pakaian pengantin laki-laki dan perempuan Marga Mesuji. (Foto By. Damayanti, 2012) Bab III Etnografi Marga Mesuji
63
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Untuk foto pakaian adat pengantin laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.17 Kalung Pengantin Laki-laki. (Foto by. Disbudpora Kab. Pemda Mesuji)
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.18 Keris atau Keyis bagi Penganti Laki-laki (Foto by Disbudpora Kab. Mesuji)
64
Bab III Etnografi Marga Mesuji
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Sementara itu baju adat dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 3.19 Pakaian adat Laki-laki Marga Mesuji (Foto By. Damayanti, 2012) Bab III Etnografi Marga Mesuji
65
Setelah diadakan upacara perkawinan maka diadakanlah Upacara penjemputan penganten atau nyumputi penganten, dimana pengantin perempuan (betine) dibawa ke rumah penganten laki-laki . Pada saat inilah adanya jujur (pesangon) yg akan dibelikan, yakni berupa alat-alat masak yang akan dibawa. Kemudian calon pengantin wanita menggunakan sepenyenang yaitu seperangkat pakaian perempuan. Setelah upacar penjemputan atau biasa disebut dengan nyumputi, ada acara tandang sujud ke keluarga dekat baik keluarga lakikai maupun keluarga penganten perempuan (betine). Untuk menyelenggarakan pesta perkawinan adalah keluarga laki-laki termasuk biayanya (Sumber : Bapak Thabrani Ismail, 2010) Namun, saat ini telah terjadi perubahan pakaian pengantin karena sebagian besar menggunakan baju nasional seperti kebaya dan hiasan kepala yang lebih simpel atau sederhana. Bahkan ada juga yang menggunakan baju putih untuk perempuan seperti yang dipakai pengantin wanita Eropah (bridal) dan laki-laki menggunakan jas ala Eropah. Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
C.5. Jenis-jenis Perkawinan lainnya C.5.1. Perkawinan Gubalan, Adu Gadi (Ngubal) pantangan menyentuh gadis (digubal).
dan
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Selain perkawinan yang dilakukan secara wajar dan normal atau ideal, ada juga perkawinan bentuk lain atau yang disebut dengan Gubalan dan kecak-kecak an. Dalam adat istiadat Marga Mesuji sangat menjunjung tinggi kehormatan wanita terutama itu adalah gadis, sehingga harga diri dan kesucian seorang gadis adalah teramat penting. Sehingga menurut hasil penelitian apabila ada seorang gadis yang tak senang hatinya disentuh walaupun hanya dicolek atau disentuh sedikit, si gadis berhak melaporkan kepada kepala kampong, sehingga laki-laki yang mencolek tadi wajib memenuhi keinginan sigadis baik itu untuk dinikahi atau memberikan denda sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Ini namanya digubal atau gecaan. Apalagi kalau sigadis tersebut mengaku sudah dihamili (disebut dalam bahasa adat Mesuji Adu Gadik), maka sibujang wajib memenuhi keinginan sigadis. Adu gadik ini harus ada bukti, misalnya berupa bukti bahwa si perempuan hamil, atau ada pakaian si laki-laki ketinggalan di tempat si perempuan dan bukti-bukti lainnya.
66
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Apabila si bujang tidak bersedia memunhinya maka sibujang akan dipaksa atau ditangkap oleh warga kampong untuk dinikahkan, ini disebut dengan nangkap rimau. C.5.2. Gubalan, Belaian atau Larian Selain gubalan, digubal dan nangkap rimau ada namanya gubalan, yaitu seorang bujang dan gadis datang ke rumah kepala kampung berniat untuk menikah karena tidak disetujui oleh orang tua maka sama-sama meminta kepada kepala kampung untuk dinikahkan, sehingga kepala kampung yang menfasilitasi untuk menikahkan mereka berdua dengan syarat sudah ada mas kawin, sibujang siap membayar biaya nikah dan uang jujur kalau ada kesepakatan. Gubalan ini juga disebut sebagai belaian atau larian, dimana kedua pihak keluarga baik gadis maupun bujang tidak menyetujui keinginan keduanya untuk menikah, sehingga mereka melakukan larian atau belaian tersebut.
C.6. Kehidupan Sesudah Menikah : Dari Patrilokal Ke Neolokal. Kehidupan sesudah menikah bagi marga Mesuji adalah hidup di tempat keluarga laki-laki, ini disebabkan tradisi patrilinial dalam masyarakat Mesuji, yakni ikut pada keluarga laki-laki, sehingga kehidupan sesudah menikah ikut kepada keluarga suami atau dalam antropologi disebut dengan patrilokal, yaitu hidup di keluarga suami atau laki-laki. Namun saat ini sudah banyak memilih untuk hidup sendiri atau dalam antropologi disebut dengan neolokal, tidak ditempat keluarga laki-laki maupun perempuan karena perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Banyak pasangan tinggal di tempat keluarga suami atau isteri hanya untuk sementara waktu saja bagi yang memiliki Bab III Etnografi Marga Mesuji
67
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Sebagian nara sumber berpendapat bahwa ada suatu proses dalam larian atau belaian yaitu Rasan Minde, yaitu suatu proses pernikahan dimana pasangan calon suami isteri datang keorangtuanya sendiri dan minta dinikahkan, meskipun kedua keluarga tidak setuju. Fenomena ini banyak juga terjadi di Marga Mesuji.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
C.5.3. Rasan Minde
kesanggupan membangun rumah, namun kemudian biasanya bagi yang sudah mampu membangun rumah sendiri dan hidup membangun rumah tangga sendiri (neolokal). Sumber yang tertulis maupun lisan dari bapak Thabrani Ismail sebagai salah satu narasumber penelitian ini, menjelaskan dengan sangat rinci tentang tata cara perkawinan ini. Bagi marga Mesuji perkawinan adalah hal yang terpenting dalam hidup, sehingga banyak tata caranya yang diatur oleh adat mulai dari melamar sampai prosesi pernikahan dan pestanya bahkan gubalan serta digubal. C.7. Upacara Kematian Tidak ada upacara kematian khusus bagi marga Mesuji. Dimana disesuaikan dengan agama Islam, yakni ritual agama yang dijalankan. Kemudian juga dijalankan tahlilan, seperti tiga hari, tujuh hari, 40 hari, 100 hari dan sebagainya.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
D. POLA PERKAMPUNGAN DAN RUMAH ADAT Bagi Marga Mesuji, tidak ada rumah adat khusus. Rumah tinggal untuk pemukiman keluarga-keluarga Marga Mesuji pada umumnya rumah yang didiami berbentuk rumah panggung (limas) hampir sama dengan rumah panggung orang Menggala. Terbuat dari kayu ulin dengan atap daun nipah. Sebagaimana gambar berikut ini:
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.20 Rumah Tradisional Marga Mesuji (Foto By. Damayanti, 2012)
68
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Dalam rumah ini yang tinggal disana adalah keluarga besar. Besar ukurannya rumah tergantung kemampuan dari sipemilik rumah tersebut. Rumah dalam marga Mesuji diwariskan kepada anak laki-laki tertua dan kemudian dibagi-bagi kepada adik-adik laki-lakinya yang lain. Bagi marga Mesuji tidak ada rumah adat khusus bagi pemuka adat, sehingga kalau ada rapat diadakan rumah kepala kampung. Rumah adat Mesuji ini memiliki teras yang disebut dengan serambi, ada ruang untuk menerima tamu setelah pintu masuk, kemudian ada ruangan keluarga untuk kumpulkumpul keluarga, ada kamar-kamar dan dapur dibelakang rumah. Dapur dalam bahasa Melayu Mesuji disebut dengan Dapoeu. Makan dilakukan di dapur. Masak dengan menggunakan kayu bakar dan keran (tungku) tetapi bisa dihangatkan atau dipindahpindahkan. Rumah-rumah pemukiman penduduk Marga Mesuji sangatlah unik. Ada dua tipe rumah, pertama (1) adalah membelakangi sungai dan, (2) kedua menghadap sungai. Yang pasti uniknya rumah-rumah didirikan disepanjang sungai Mesuji. Rumah tipe pertama yaitu rumah yang membelakangi sungai, bagian dapur berada di atas sungai, dan bahagian ruang tamu, ruang keluarga dan kamar-kamar si pemilik rumah ada di depan berhadapan dengan jalan. Sementara itu rumah tipe kedua, yaitu rumah yang di depannya menghadap sungai, dimana harus menyeberangi sungai dahulu baru kemudian bertemu dengan pintu rumah, ruang tamu, kamar-kamar, ruang tengah dan dapur di belakang. Kedua tipe rumah atau pemukiman dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Bab III Etnografi Marga Mesuji
69
Tipe pertama: Rumah yang membelakangi sungai
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.21 Rumah-rumah penduduk yang membelakangi sungai, dimana dapurnya berada di atas sungai, dan dibelakangnya biasanya diletakkan/diparkirkan kapal atau perahu untuk mencari ikan dan untuk transportasi antar kampung (foto by Bartoven Vivit, 2012).
Rumah-rumah yang membelakangi sungai ini, di depannya menghadap jalan, ini dapat dilihat dalam gambar berikut ;
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Gambar 3.22 Rumah yang menghadap jalan dan membelakangi sungai. (Foto by. Damayanti, 20100
70
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Tipe Kedua; Rumah yang menghadap sungai
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Secara umum saat ini keadaan kampung-kampung tua sangatlah unik, apalagi kalau dipoles dengan daya tarik wisata kampung tua dan wisata sejarah dengan wisata sungainya yang unik dan menarik. Meskipun perkampungan tua, namun kehidupan sosial ekonomi tidak bisa diukur dengan keadaan fisik perkampungan karena Marga Mesuji merupakan pekebun yang handal, disamping pencari ikan yang mahir. Kampung Wiralaga merupakan kampung tertua di Mesuji saat ini, dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 3.24 Kampung Wiralaga Saat ini, 2012 (Foto by, Damayanti, 2012) Bab III Etnografi Marga Mesuji
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Gambar 3.23 Rumah yang menghadap sungai, dimana harus menyeberangi sungai dahulu baru bisa masuk ke depan rumah, kamar mandi berada di depan rumah, karena air sungai menjadi sumber MCK (Foto by. Damayanti, 2012).
71
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Dikarenakan marga Mesuji adalah marga yang pertama kali membuka kampung di Mesuji, sehingga dengan pola berladang berpindah, memiliki banyak tanah ulayat yang dimanfaatkan oleh warganya, namun saat ini tanah-tanah ulayat itu sudah mulai berkurang jumlahnya. Ini disebabkan Banyak faktor, diantaranya karena diperuntukkan untuk transmigrasi, pembukaan lahan perkebunan yang besar bagi perusahaan-perusahaan swasta maupun milik pemerintah ada puluhan perusahaan perkebunan yang ada di Mesuji saat ini. Untuk keperluan transmigrasi masyarakat tidak memperoleh ganti rugi, tapi untuk keperluan perusahaan ada yang mendapatkan ganti rugi ada yang tidak, biasanya dengan masuknya perusahaan banyak orang Mesuji yang memiliki tanah menjual tanahnya terpaksa atau tidak, dengan harga yang relatif murah. Pola perkampungan bagi Marga Mesuji adalah mengelompok disepanjang aliran sungai. Hal ini dikarenakan sungai adalah hal utama yang sangat penting bagi Marga Mesuji sebagai sumber kehidupan. Ini tertuang dalam aturan adat Mesuji yang menjadikan sungai sebagai syarat utama berdirinya kampung. Selain itu sungai merupakan jalur transportasi yang termudah dan terdekat bagi marga Mesuji untuk pergi ketempat lain. Transportasi di sungai dengan menggunakan perau (perahu). Dalam satu kampong, marga Mesuji biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan atau keluarga, misalnya saja di Kampung Sungai Kabung yang sekarang namanya berubah menjadi kampung Wiralaga, semuanya hampir memiliki hubungan keluarga dalam keluarga besar Sinungan. E. SENI E.1. Tarian
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Marga Mesuji tidak hanya memiliki kekayaan akan adat istiadat dan upacara, namun juga memiliki banyak jenis kesenian, diantaranya adalah tari-tarian. Salah satu tarian yang sangat popular dikalangan marga Mesuji adalah Tari sembah sebagai tarian utama, dengan gerakan membawa tepak (kotak) untuk dipersembahkan kepada tamu penting. Tujuan tarian ini adalah untuk menyambut kedatangan tamu /pembesar. Si penari membawa tepak (berisi sirih) yang akan diserahkan kepada tamu/
72
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Simbol yang paling penting dalam adat Mesuji adalah Payung obor-obor, yaitu payung putih 1 (satu) kiri dan kanan, yang berarti kesucian. Payung ini biasa juga dipakai dalam upacara perkawinan untuk memayungi pengantin atau memayungi tamu yang datang. Bab III Etnografi Marga Mesuji
73
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
pembesar yg terhormat. Sedangkan tarian lainnya adalah : 1. Tari Lilin, yaitu lilin dibakar, sehingga api memakan lilin tersebut dengan membawa cahaya, yang berarti pengorbanan orang Mesuji untuk orang banyak. 2. Tari Tanggai, bertujuan sebagai bahan panen jika ada ancaman 3. Tari Serai Serumpun, melambangkan persatuan dan satu asal. 4. Tari Gajah Berjuang, merupakan suatu gambaran kekuatan besar dalam hal persatuan, dimana yang diwajibkan menari adalah pengantin perempuan. 5. Tari Piring, dengan tujuan bahwa perempuan dalam berumah tangga harus giat, tekun dan terampil. 6. Tari Kipas, dalam rangka untuk memberikan angin sejuk kepada masyarakat mesuji 7. Tari Selendang, melambangkan persatuan dalam satu ikatan. 8. Tari Lading Ge’rpu, si penari membawa lading dengan ditancamkan kekepala, pundak, dengan maksud kebal dan berjaga diri. 9. Tari Payung, utk memayungi masyarakat Mesuji 10. Tari Danau Ranau, digunakan ketika perkawinan (hiburan) 11. Tari Sabung, menyabung ayam 12. Tari Benang Setukal, menggambarkan menenun menjadi satu gulungan 13. Tari Elang Menarap, menggambarkan burung elang menangkap mangsa. 14. Tari Gending Sriwijaya (diadakan ketika penikahan/ penyambutan tamu kehormatan), tarian ini berasal dari Palembang Sumatera Selatan, namun demikian marga Mesuji sangat familiar dengan tarian ini dan biasa juga dilakukan. 15. Tari Sirih Sekapur, yaitu tarian yang digunakan untuk menyambut tamu.
Tarian-tarian diatas tersebut bertujuan untuk :
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
1. Tari Sembah, bertujuan Penyambutan dan penghormatan tamu/pembesar . 2. Tari Serai Serumpun, menggambarkan bahwa semua yang hadir merupakan serumpun /sekeluarga/sama 3. Tari Lilin, menggambarkan pengorbanan untuk orang banyak 4. Tari Gajah Berjuang, bertujuan mengambarkan perjuangan dan persatuan berjuang bersama untuk mencapai tujuan bersama 5. Tari Piring, menggambarkan keahlian dan keterampilan para wanita Mesuji dalam berumah tangga 6. Tari Payung, mengayomi masyarakat dan mengambarkan kesejukan dalam masyarakat. 7. Tari Kipas, membuat sejuk dalam masyarakat 8. Tari Selendang, bertujuan untuk menggambarkan persahabatan 9. Tari Tanggai (kuku), bertujuan untuk menangkal dari segala ancaman yang datang 10. Tari Pisau, bertujuan untuk mengambarkan kekebalan/ sifat tidak mudah terpengaruh Adapun peralatan dan perlengkapan dalam tarian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tari Sembah: • Siger/sioman • Pengangon/anggun (gelang) • Tepak/kotak
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
2. Tari Serai Serumpun dan yang lainnya (8 macam) : • Pakaian serampang 12 (Baju kurung/kebaya) • Sanggul • Kain • Ditambah dengan alat-alat yang dibutuhkan sesuai nama tariannya 3. Tari Sembah: • Pakaian Tari : menunjukkan keaslian Mesuji • Tepak : tanda kehormatan (sirih, kapur dan lain-lain)
74
Bab III Etnografi Marga Mesuji
E.2. Lagu dan Nyanyian Marga Mesuji disamping memiliki banyak tarian, juga memiliki kekayaan akan nyanyian. Ada dua jenis khas nyanyian Mesuji yaitu : 1. Seni Betembang (Batanghari 9, tiga serangkai dll, kumpai beranyut,) 2. Jemaranan cerita lama yang tidak tertulis/mendongeng dengan menggunakan ayakan.
Fungsi masing-masing alat tersebut adalah : 1. Ayakan: Mengingatkan apa yang disampaikan/ diceritakan 2. Alat-alat lain : Untuk menghibur/mendukung acara 3. Gitar: Menggoda linjangan/pacar 4. Perahu: Pacaran terapung pada saat air pasang Disamping nyanyian dan alat musik, juga dikenal ada pantun dalam masyarakat Mesuji, yakni (1). Pantun Bersaut bertujuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan, sindiran dan perkenalan muda mudi ketika sebelum perkawinan. (2).Bedundai (meratap ketika terjadi kematian). Untuk seni bela diri yang ada dalam masyarakat Mesuji adalah
Bab III Etnografi Marga Mesuji
75
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Adapun jenis-jenis alat musik yang digunakan masyarakat Mesuji adalah : 1. Biola 2. Gambus 3. Terbangan 4. Gitar 5. Keroncong 6. Gamalan (gamelan) 7. Kromongan (gong kecil) 8. Rebana 9. Alat pendukung (spt; ayakan) 10. Kenong (gong besar)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
E.3. Jenis-Jenis Alat Musik
1. Rodat/terbangan/kuntow/silat 2. Pencak (trisula dan pisau) 3. Kontow (tembung/pentungan)
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Masyarakat Mesuji juga menghasilkan kerajinan khas asli daerah mereka, yakni: 1. Anyaman Tikar; tikar purun cucut, tikar rumbai, tikar rotan (kasa), tikar purun, tikar mengkuang 2. Bubu (terbuat dari bamboo berfungsi untuk alat menangkap ikan) 3. Kemilar (terbuat dari bambu/kawat berfungsi untuk menangkap ikan) 4. Seruwe (sama fungsinya seperti kemilar hanya berbeda bentuk) 5. Rawi (benang tebal digantung pancing untuk memancing), fungsinya sama dengan bubu yaitu untuk menangkap ikan. 6. Tengalak (Untuk mengkap ikan dibuat dari rotan) 7. Telujung (terbuat dari duri rotan untuk menangkap ikan) 8. Berunang (dibuat dari daun bengkuang untuk mengangkut hasil padi 9. Kiding (digunakan untuk mengangkut hasil panen) 10. Tuay (dibuat dari kaleng besai bertangkai rotan/bamboo digunakan untuk menuai padi) 11. Tenggok (terbuat dari rotan untuk menangkap ikan dan juga untuk peralatan di dapur) 12. Tajur (mabu digantung pancing dan umpan untuk menangkap ikan) 13. Pancing Ulur 14. Ambung untuk menangkap ikan terbuat dari rotan bentuk bubu 15. Tudung kepala terbuat dari daun nipah 16. Bakul/ sangke 17. Senek, yaitu tempat gual-gualan dari lidi dan rotan 18. Lekou (alas kuali atau periuk) 19. Sumpit, untuk menyimpan padi atau beras berupa karung yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan. 20. Dunak, tempat wadah padi 21. Isaran padi (lesung atau penggiling padi dari kayu) 22. Antar (alu)
76
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Semua hasil kerajinan dan peralatan musik saat ini karena perubahan sosial budaya dan masyarakat sudah mulai berkurang, khusus peralatan musik biasanya hanya digunakan pada saat upacara adat atau perkawinan secara adat. Sedangkan hasil kerajinan sudah banyak digantikan dengan alat-alat yang terbuat dari pabrik.
F.2. Tanah ulayat adat Marga Mesuji mengenal tanah ulayat sebagai tanah bagi seluruh marga yang dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup, sebagai Bab III Etnografi Marga Mesuji
77
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Dalam kehidupan sehari-hari marga Mesuji sangat mengantungkan hidupnya dari ketersediaan sumber alam, hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian Marga Mesuji, yakni: 1. Menangkap ikan/bekarang dengan menyewa sungai, menggunakan alat seperti Bubu, sangkow, pancing, rawe, tajur dan digunakan sesui dengan. Najur dan bubu dipasang sendiri-sendiri. Bekarang dilakukan dari sungai ke sungai. 2. Merotan (menananm dan memanfaatkan rotan) 3. Beume’ (berladang berpindah-pindah), Kegiatan Upacara seperti; beume ada upacara adatnya beruapa sajian berupa telur, nasi dan doa yang memimpin upacara adalah para org tua. Beume dilakukan di hutan ke hutan yang lain. Apabila Waktu panen ada upacara panen disebut dengan ngantip 4. Bekayu (Menebang pohon untuk membuat rumah) dilakukan dengan sanak famili dengan menebang hutan liar. 5. Nyabut Purun untuk membuat tikar, dilakukan dengan sanak famili di rawa liar. 6. Nyadap karet (mahat). 7. Beburu, rusa, kancil dan gajah, dilakukan dengan teman dan sanak family. 8. Memelihara ternak seperti kerbau (Berenongan).
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
F. MATA PENCAHARIAN F.1. Kebun dan sungai
penduduk atau kelompok yang membuka ladang pertama kali di Mesuji. Untuk batas-batas tanah ulayat ini dibatasi oleh tanda-tanda alam yakni berdasarkan batas seperti bambu, sumur, sungai yang dialiri sebagai batas wilayah tanah atau dibuat berdasarkan batas sejauh kerbau pergi mencari makan (melepaskan kerbau). Tanah ulayat merupakan tanah yang diwariskan secara turun temurun dari sejak nenek moyang mereka. Dalam prinsip tanah ulayat tiada kepemilikan tanah pribadi, yang ada adalah milik adat dan dipergunakan oleh anggota marga untuk kebutuhan hidupnya. Namun perubahan sosial budaya yang besar terjadi, dinamika perubahan tanah ulayat milik adat mengalami perubahan besar tidak hanya di Mesuji melainkan hampir diseluruh Indonesia. Saat ini tanah ulayat sudah jauh berkurang karena sebagaimana diceritakan dibagian depan, bahwa tanah-tanah ulayat marga Mesuji mengalami perubahan dengan berbagai faktor penyebabnya, termasuk karena faktor penjajahan, UndangUndang Negara Indonesia, dan faktor perkebunan swasta yang ramai di Mesuji. Sekarang urusan pertanahan di Mesuji mengikut kepada aturan Undang-Undang Negara Indonesia. Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
G. TEKNOLOGI LOKAL DAN PERLENGKAPAN
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Marga Mesuji memiliki berbagai perlengkapan dan teknologi lokal dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, misalnya alat untuk memasak yaitu : 1. Alat masak dari kayu: centong 2. Alat dari tanah: keran / kompor; priuk tanah; cuek; tempat mencuci piring; mukun, tempat terasi 3. Keran ( terbuat dari tanah, seperti tungku, untuk memasak) bentuknya agak lonjonng. 4. Anglo terbuat dari tanah untuk memasak, bentuknya bulat. 5. Periuk 6. Kuali, dari besi alumuniaum 7. Cerek, air.. 8. Paso , untuk nyuci piring, dulu dari tanah Alat-alat untuk pertanian yaitu : 1. Parang panjang untuk menebas kayu 2. Parang pakok untuk nebang kayu
78
Bab III Etnografi Marga Mesuji
3. 4. 5. 6.
Beliung Kapak Dolok, untuk menanam padi lubang kecil Tugal, untuk membuat lobang lebih besar. Tugal berasal dari bahasa Jawa. 7. Parang, dibuat dari besi, untuk membabat hutan. 8. Parang pako; parang besar, untuk nebang kayu dan untuk membuka lahan
Alat-alat untuk berternak : 1. Kandang, 2. Arit, alat mencari rumput untuk ternak. 3. Tali ciak / buling ; alat untuk mengikat hidung ternak. 4. Getuk atau telikuk ( bunyinya berasal dari kayu) :alat Bab III Etnografi Marga Mesuji
79
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Alat-alat untuk menangkap Ikan dan Udang : 1. Untuk menangkap udang digunakan cedok terbuat dari benang 2. Belor tebeng//serampang seperti trisula untuk menangkap ikan 3. Serkap dari bambu untuk menangkap ikan 4. Bubu ; menangkap ikan , terbuat dari bambu, bentuknya bulat lonjong. 5. Kemilar ; untuk ikan dan udang, bentuknya segiempat dari bambu. 6. Rawi ; terbuat dari benang dan pancing, 7. Tajur ; dibuat dari benag dan pancing bamboo untuk ikan. 8. Sangkou : tempat mengurung ikan, terbuat dari bambu bentuknya persegi empat, besarnya tergantung banyaknya ikan.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Alat-alat untuk tidur : 1. Ranjang besi 2. Tikar purun 3. Kelambu 4. Bantal-guling 5. Amben, bentuk seperti dipan terbuat dari kayu apa saja. 6. Ayunan kayu 7. Ayunan kain untuk bayi
untuk dikalungkan dileher kerbau dan berbunyi. Alat-alat untuk transportasi sungai dan darat: 1. Perahu Jalur, kecil transportasi jarak dekat. 2. Perahu Jerubungan/Kajang untuk berdagang dan transportasi ukurannya lebih besar. 3. Darat: Gerobak kerbau Pakaian sehari-hari wanita Marga Mesuji : • Baju telok belange (baju kurung) • Celana setengah tiang (seluar tiga suku) • Sewet • Topi (Topong) • Terompak kayu H. RELIGI DAN PENGETAHUAN
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Marga Mesuji sebelum agama Islam masuk, belum dilakukan penelitian ilmiah tentang agama apa yang dipeluk atau semacam kepercayaan apa yang diyakini. Namun, sekarang ini semua berlandaskan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Islam. Untuk berbagai keyakinan lainnya marga Mesuji juga mengenal jimat dan berbagai ilmu kekebalan. Namun, sekarang sudah jarang yang memilikinya. Selain kepercayaan, Marga Mesuji juga mengenal tabu atau larangan dalam perilaku sehari-hari yakni:
1. Duduk depan pintu sulit melahirkan, rencana bisa batal 2. Bangun rumah diapit oleh dua saudara kandung maka
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
3. 4. 5. 6. 7.
yang yang di tengah akan mendapat celaka. Tidak boleh menjahit dimalam hari Tidak boleh potong kuku dimalam hari Pantangan dilarang berbicara untuk hukum adat. Ngajiwang : yaitu larangan memaki orang. Berewang ; yaitu larangan anak gadis dilarang keluar malam tanpa ada saudri atau saudaranya.
Marga Mesuji juga mengenal arti mimpi seperti : 1. Mimpi ular nyebrang dari kanan ke kiri, artinya alamat baik. 2. Mimpi ular nyebrang dari kiri kanan, artinya alamat buruk
80
Bab III Etnografi Marga Mesuji
3. Mimpi gigi patah, artinya alamat ada keluarga meninggal. 4. Mata kedutan sebelah kanan; artinya adalah ada yang meninggal. 5. Gempa : artinya adalah anak baru lahir harus cepat diberi nama. 6. Marga Mesuji juga mengenal hari baik dan bulan baik. Perhitungan Bulan baik biasanya sehabis lebaran. Untuk larangan adalah misalnya dilarang menikah di bulan apit, yaitu bulan syahban yang datang sebelum lebaran.
J. MAKANAN TRADISIONAL Sebagai marga yang memiliki kebudayaan tinggi, Marga Mesuji memiliki berbagai macam jenis kekayaan akan makanan tradisional yang diolah dari bahan-bahan alamiah yang ada disekitar mereka. Makanan ini terdiri dari beberapa jenis makanan, yaitu : 1. Makanan adat : dodol ketan pakai gula merah dan ojig (wajig ), lemang, ketan, seperti , pakai gula merah dimakan waktu lebaran, pernikahan, sunatan, dan acara adat lainnya. Sagon , wajig, dan dodol digunakan untuk pernikahan. 2. Makanan pokok beras, beras padi ampai, ketan, lauknya ikan air tawar misalnya gabus. Bab III Etnografi Marga Mesuji
81
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Bahasa asli Marga Mesuji adalah bahasa Melayu dengan penekanan kepada e’. Bahasa tidak memiliki tingkatan atau struktur, bahasa sama untuk semua kalangan. Sebenarnya Bahasa Mesuji memiliki aksara yang dinamakan huruf ulu, namun sudah tidak dipergunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, karena sudah tidak ada lagi yang bisa membaca dan menulis dengan aksara tersebut. Sekarang ini buku ulu itu masih ada dipegang oleh Bapak Ilyas Marzuki, salah satu tokoh adat di Mesuji. Selain huruf Ulu, ada juga dikenal Marga Mesuji yaitu Arab Gundul.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
I. BAHASA LOKAL
3. Makanan selingan khas Mesuji bogro ( seperti lepat tapi ada kuah, kuahnya dari ikan), lakso ( sama seperti bogro tapi seperti mie), anam ( kuahnya seperti lakso tapi atasnya pakai ayam), pakai lontong dibelah dan juga memakai kerupuk, dan terasi. Selain dari dua jenis makanan di atas marga Mesuji juga memiliki berbagai makanan lainnya yang sangat khas, yakni : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Cecalan : yakni makan dilek (dicolek) pakai tangan seperti seruit pada orang Lampung. Sambal lingkung Lempeng ; opak , kelempe (lempeng) Sop ketan Kelepon Emping, yakni ketan muda digoreng lalu ditumbuk Serabi dan apam; berguna untuk orang meninggal 7 hari Tetenyekan terbuat dari singkong. Kasam, yaitu ikan dibusukkan di kasih garam. Botok, yaitu ikan yang dimasak kemudian diawetkan. Berengkes pepes ikan Sate ikan gabus/rawon, lele, betok, Ikan asap dan ikan salay Sambal tomesan digoreng pakai minyak, Pindang ikan baung, Tapai singkong Salai ikan sebung pindang asam pedas. Sambal gesek, terasi bakar, ikan, cabe diulek-ulek Sambal buah kemang Binjai sambal kemang Tempoyak, durian difermentasi Balur, ikan asin
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
K. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Perubahan Sosial budaya tidak bisa dilepaskan dari perjalan suatu masyarakat, demikian juga dengan marga Mesuji, tentu saja perubahan-perubahan diberbagai bidang terjadi dengan masuknya budaya lain, termasuk akulturasi, asimilasi dan
82
Bab III Etnografi Marga Mesuji
Bab III Etnografi Marga Mesuji
83
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
L. KEARIFAN LOKAL UNTUK PEMBANGUNAN KABUPATEN MESUJI Dari penggalian potensi budaya Mesuji ini dapat dikatakan bahwa budaya lokal Mesuji yang dapat dijadikan sebagai kearifan lokal bagi Marga Mesuji. Kearifan lokal ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pembangunan untuk Kabupaten Mesuji. Dalam hal budaya adat istiadat Mesuji dipandang sebagai budaya lokal yang berisikan muatan pengetahuan lokal sebagai cikal bakal kearifan lokal Marga Mesuji. Berbicara lokal bukanlah sesuatu yang sempit atau kedaerahan, lokal yang dimaksud disini adalah pada ruang dan konteks tertentu. Artinya ini hanya penamaan kita saja terhadap istilah lokal (Ezra M. Choesin, 2002). Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh suatu kelompok suku bangsa yang berdasarkan pengalaman, dan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Pengetahuan ini sudah menjadi kebiasaan bagi anggota masyarakatnya. Belakangan ini pendekatan kearifan lokal begitu gencar dilakukan karena sulitnya mencari solusi terhadap berbagai masalah pembangunan, terutama di wilayah yang majemuk seperti Indonesia. Selama ini pendekatan kearifan lokal seringkali diabaikan, dan dipinggirkan. Ini dikarenakan pendekatan kearifan lokal yang berada pada ranah sosial budaya dianggap sepele dan diremehkan yang dikonotasikan terhadap kuno dan tradisional. Padahal Kearifan lokal yang dimiliki penduduk adalah suatu bentuk
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
globalisasi yang memberikan dampak bagi marga Mesuji. Perubahan sosial budaya boleh terjadi akibat dampak perubahan politik, kemajuan pendidikan dan ekonomi masyarakat. Sebagai contoh perubahan sistem mata pencaharian, sudah sangat jarang yang ber ume atau berladang berpindah, sebagian besar generasi muda menempuh pendidikan tinggi dan kemudian beralih kepada pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Demikian juga dengan aspek budaya yang lain, dalam laporan ini ini tidak menjangkau semua aspek perubahan sosial budaya karena terlalu mencakup aspek yang sangat luas, namun sebagai suatu dinamika masyarakat, bahwa kami tim peneliti tidak menutup mata bahwa perubahan sosial budaya telah terjadi setiap saat sebagai sesuatu yang tiada bisa dihindari.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
adaptasi terhadap perubahan, dan kearifan lokal memiliki daya lentur terhadap perubahan dari luar. Oleh karena itu pentingnya kearifan lokal sebagai pondasi dalam setiap program-program pembangunan. Pengetahuan lokal atau kearifan lokal Marga Mesuji sangatlah kaya dimulai dari karakter masyarakat yang suka berkebun. Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam hal ini tanah dan hutan merupakan bentuk adaptasi Marga Mesuji dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan bahkan sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Kemudian Marga Mesuji juga dikenal dengan masyarakat yang handal dalam mengelola sungai, artinya interaksi manusia dan lingkungan dalam hal ini sungai merupakan suatu bentuk adaptasi dan pelestarian terhadap sungai itu sendiri. Dari sisi adat istiadat, misalnya perkawinan, banyak nilai-nilai dan aturan moral yang mampu mengatur kehidupan masyarakat. Perkawinan gubalan, merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Mesuji, dimana mengatur tata nilai dan norma dalam hubungan masyarakat. Aturan-aturan dalam gubalan perlu dipelihara dan terus dilestarikan sebagai sebuah bentuk tabo dalam masyarakat. Hal ini mungkin perlu untuk mengatasi masalah hubungan muda-mudi. Namun, tentu perlu dengan aturan, bukti dan sanksi yang sesuai dengan hukum adat yang adil. Demikian juga dengan ritual-ritual lainnya dimana banyak unsur kebajikan dan kebersamaan serta gotong royong, sebagai salah satu bentuk solusi konflik dalam masyarakat. Potensi sungai di Mesuji sangatlah baik bila dikembangkan untuk Pariwisata sungai dan pariwisata sejarah. Selain itu makanan tradisional Mesuji sebagai bentuk potensi budaya dan pariwisata yang mesti dilestarikan, karena walaubagaimanapun makanan merupakan unsur penting dalam suatu masyarakat, bahkan menjadi unsur identitas suatu suku bangsa. Demikian halnya dengan seni termasuk tarian dan nyanyian serta atribut pakaian adat Mesuji, perlu dijadikan simbol bagi Kabupaten Mesuji, sekaligus sebagai daya tarik bagi Mesuji. Pakaian adat merupakan identitas penting bagi suatu suku bangsa. Hendaknya setiap program-program pembangunan di Kabupaten Mesuji, didasari dengan potensi kearifan lokal yang dimiliki oleh kelompok masyarakatnya. Namun, tidak berarti bahwa harus melupakan perubahan, karena perubahan selalu ada dalam masyarakat. Perubahan adalah hal yang wajar terjadi.
84
Bab III Etnografi Marga Mesuji
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Marga Mesuji terbuka akan perubahan, ini terlihat dari mobilitas marga Mesuji yang tinggi sejak Pangeran Mad membuka perkampungan Wiralaga. Ini juga terlihat dari heterogonitas yang ada di Kabupaten Mesuji sampai saat ini. Sejak dari masa transmigrasi lokal di Mesuji, Mesuji sudah berada diantara lokal, nasional dan global. Mesuji dengan potensi kearifan lokalnya akan menjadi suatu fenomena yang mendunia.***
Bab III Etnografi Marga Mesuji
85
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
BAB IV PENUTUP
BAB IV
PENUTUP
Tulisan etnografi adat istiadat Marga Mesuji ini dalam rangka menggali potensi budaya yang selama ini masih belum diangkat secara maksimal. Sebagai salah satu kekayaan budaya di Indonesia, budaya Mesuji memberikan corak warna yang unik bagi Lampung. Ini merupakan salah satu kekayaan budaya di Provinsi Lampung yang perlu dilestarikan, dijaga dan dipelihara sebagai salah satu identitas bangsa serta tentu saja milik bangsa. Disamping itu, unsur-unsur budaya yang digali disini, yakni Asal Usul Orang Mesuji Dan Kampung Tua; Adat Istiadat Kelompok Kekerabatan Dan Daur Hidup ; Pola Perkampungan dan Rumah Adat ; Seni ; Mata Pencaharian ; Teknologi Lokal dan Perlengkapan; Religi dan Pengetahuan ; Bahasa Lokal ; Makanan Tradisional ; dan Perubahan Sosial Budaya. Unsur-unsur ini merupakan potensi kearifan lokal Marga Mesuji yang perlu terus dipelihara, dilestarikan bahkan dikembangkan tidak hanya sebagai identitas bangsa melainkan juga berfungsi untuk kepentingan pembangunan di Kabupaten Mesuji. Sebagai salah satu Daerah Otonomi Baru yang baru saja mekar sangat memerlukan pondasi dalam membangun daerahnya, sebagai salah satu pondasi kuat adalah budaya lokal yang dimiliki masyarakat setempat. Budaya lokal berpotensi sebagai kearifan lokal suatu masyarakat. Dengan kearifan lokal yang dimiliki suatu masyarakatlah maka pembangunan dapat dilakukan seutuhnya. Selama ini pendekatan sosial budaya dengn kearifan lokal sebagai salah satu aspeknya selalu disepelekan dan dipinggirkan dalam setiap program pembangunan suatu wilayah, akibatnya banyak program pembangunan yang hanya berjalan sebagai proyek dan tidak tepat sasaran apalagi memberikan dampak kemajuan bagi masyarakatnya. Padahal kearifan lokal merupakan konsep adaptif dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, sehingga merupakan salah satu pondasi bagi berkembangnya suatu masyarakat. Sebagai wujud nyata dari pelestarian budaya Mesuji perlu dilakukan segera program-program pembangunan dalam rangka melestarikan budaya Marga Mesuji. Program-program pelestarian
89
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
tersebut terintegrasi dalam setiap tujuan pembangunan yang dilakukan di Mesuji dengan berbasiskan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Mesuji. Namun, kearifan lokal marga Mesuji harus dilihat sebagai suatu pendekatan besar dalam pembangunan, yang bukan hanya kepemilikan monolitik suatu kelompok dan komunitas, melainkan milik semua masyarakat kabupaten Mesuji yang heterogen dan multietnik. Deskripsi dan kajian etnografi ini berupaya mengungkap jati diri dan masyarakat dan perkembangan suatu wilayah yang menjadi tempat tinggal dan sumber penghidupan bagi warga yang mendiami daerah tersebut. Dinamika yang terjadi senantiasa berkaitan dengan aktor aktor yang terlibat dan berkepentingan dengan wilayah tersebut penting untuk dikemukakan. Dalam perjalanan kesejarahan senantiasa terlibat berbagai macam aktor yang terlibat dengan kepentingan mereka masing masing, dan ini yang mewarnai dinamika suatu wilayah. Mesuji memiliki masa lalu demikian pula masa kini, tetapi yang tidak bisa diabaikan adalah bagaimana membentuk masa depan untuk berbagai pihak yang terlibat dan berkepentingan. Pemerintah daerah diharapkan menjadi regulator sekaligus dinamisator untuk dapat mewadahi perkembangan kependudukan dan investasi perekonomian di daerah yang masih bisa dikatakan baru mulai berkembang. Perkembangan pembangunan wilayah dan masyarakat ke depan tidak dapat mengabaikan kondisi dan perkembangan dari masa kini dan masa lalu. Seperti diuraikan pada bab bab sebelumnya, potensi yang ada di wilayah ini hanya akan berkembang sejalan dengan kemauan dan kemampuan penduduk yang berdiam di daerah ini. Di samping itu, pengaruh kepentingan perekonomian global juga berimbas pada daerah ini. Kedatangan investor dan kemunculan perkebunan besar swasta mampu mendorong perekonomian daerah, tetapi dapat pula menimbulkan berbagai masalah jika tidak dikelola sesuai dengan kepentingan berbagai kelompok kepentingan yang ada. Perubahan sosial ekonomi merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari, dan Mesuji sebagai wilayah maupun sebutan bagi warga yang asli bisa lepas dari hal ini. Sebagai mana mereka harus menentukan ke mana rumah mereka menghadap, apakah ke arah sungai atau jalan darat, karena semuanya merupakan pilihan jalur transportasi yang dibutuhkan. Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak hal-hal yang belum tercapai dengan sempurna dan belum
90
Bab IV Penutup
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
tergali dengan mendalam. Penelitian tentang Adat Istiadat Marga Mesuji seyogyanya mesti dilihat secara holistik, dilihat dalam aspek arkeologi, sejarah, akulturasi, asimilasi, modernisasi, globalisasi dan lain sebagainya untuk menuju kesempurnaan. Namun, sebagai sebuah permulaan maka etnografi Marga Mesuji ini dapat dijadikan tonggak awal untuk perkembangan dan penggalian Adat Istiadat Marga Mesuji yang lebih sempurna.
Bab IV Penutup
91
DAFTAR PUSTAKA Abdullah,
Irwan. 2006. Konstruksi dan Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
reproduksi
Barth, Frederick. (1988). Kelompok etnik dan batasannya. Jakarta : UI press. Ezra M. Choesin. 2002. Connectionism: Alternatif dalam Memahami Dinamika Pengetahuan Lokal dalam Globalisasi. Jurnal Antropologi Indonesia Vol. 69. (p1-9). Universitas Indonesia. Hairi Sinungan. 2010. Sejarah Singkat Mesuji (setelah 140 tahun). Catatan tertulis tidak dipublikasikan.
Ilyas Marzuki. 2010. Tentang Berdirinya Transmigrasi Lokal di Mesuji. Catatan tertulis tidak dipublikasikan. Ismail Ishak. 2010. Sejarah Mesuji. Catatan Tertulis tidak dipublikasikan. Tahun 2010. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Mesuji 2005-2025. Bapepeda Kabupaten Mesuji Bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung. Tahun 2010. Mesuji Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang (Berdasarkan Permintaaan dan Pendanaan Kabupaten Mesuji). Volkstelling. 1930. deel IV inheemsche bevolking van sumatra departement van economische zaken landsdrukkerij 1935 batavia (census of 1930 in the netherlands indies volume IV native population in sumatra departement van economische zaken landsdrukkerij 1935 batavia) hal 139-140. Kingston, Jeffrey B. 1991. Manipulating Tradition, the state, adat, popular protest and class conflict in colonial Lampung. Journal Indonesia. Vol 51. 1991. Pg 21-46. USA: Cornell University.
93
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Ilyas Marzuki. 2010. Gambaran Umum Kondisi Kampung. Catatan tertulis tidak dipublikasikan.
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
Hammersley, Martyn dan Paul Atkinson. 1983. Ethnography Principles in Practice. Tavistock Publication
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN/ NARASUMBER/FGD
95
ILYAS MARZUKI
Drs. Hi. HAIRI SINUNGAN (DJUGAL)
ABU ROSYID ISTOARI
H.THABRANI ISMAIL
1
2
2
3
NAMA LENGKAP
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
NO
-
-
SINUNGAN
-
GELAR ADAT
STRATA I
SGB NEGERI
KAMPUNG BUBOOR, KEC. TANJUNG RAYA, KAB. MESUJI KAMPUNG SIMPANG PEMATANG KEC. SIMPANG PEMATANG KAB. MESUJI
SUNGAI BADAK, 16 SEPTEMBER 1977
SUNGAI BADAK, 9 JANUARI 1935
MELAYU MESUJI
MELAYU MESUJI
DUSUN 4 KAMPUNG WIRALAGA I KEC. MESUJI KAB. MESUJI LAMPUNG
PENSIUNAN PNS
PNS
PENSIUNAN PNS
WIRASWASTA
PONDOK PESANTREN MODERN GONTOR PONOROGO, JAWA TIMUR SARJANA
PEKERJAAN
PENDIDIKAN
ALAMAT
JL. PAKIS NO 26 KEMILING
WIRALAGA, 21 AGUSTUS 1945
TEMPAT/ TGL LAHIR
MELAYU MESUJI
MELAYU MESUJI
MARGA/ BUAY/ SUKU
TABEL IDENTITAS INFORMAN (MARGA MESUJI) MENGGALI POTENSI BUDAYA DI KABUPATEN MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
96 -
-
-
TAHUN DPT GELAR
AMIRSYAIFUDIN
CIK USIN
MULFAN
SAMIUN
ASRUL ANWAR
DARMAWAN D
5
6
7
8
9
10
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
H. SAPLI
4
97
7 NOVEMBER 1953
WIRALAGA, 20 AGUSTUS 1947
KAGUNGAN DALAM
SUNGAI CAMBAI, 18 SEPTEMBER 1972
12 OKTOBER 1970
20 NOVEMBER 1987 KAGUNGAN DALAM , 1969
MELAYU MESUJI
MELAYU MESUJI
MELAYU MESUJI MELAYU MESUJI
MELAYU MESUJI MELAYU MESUJI MELAYU MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
-
-
-
-
-
-
-
KAGUNGAN DALAM
SUNGAI BADAK
SD
SARJANA TEKNIK
SMU
SLTA
SUNGAI CAMBAI KEC. MESUJI, MESUJI TIMUR SUKU III RT 03 SK 06 KAMPUNG SUNGAI BADAK
SD
MADRASAH ALIYAH
SUKU 01, RT 01, RW 01 KAMPUNG WIRALAGA II KEC. MESUJI KAB. MESUJI
KAGUNGAN DALAM
SLTA
KAMPUNG SIMPANG PEMATANG KEC. SIMPANG PEMATANG KAB. MESUJI
PETANI
WIRASWASTA
WIRASWASTA
PETANI / KEPALA KAMPUNG
-
-
-
-
-
-
JURU TULIS KAMPUNG, PEMBANTU PENGHULU , DAN TOKOH ADAT MESUJI PETANI
-
PETANI
-
-
-
-
H.A. QODAR
ALIASAN
MADERONI
MAT JAYA (08218504054)
BADRUL ALY (081379855095/ 082376061545)
ISMAIL MUHADIR MANESSA (08526960564)
12
13
14
15
16
17
-
-
NUSIRMAN
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
11
-
-
-
-
MELAYU
MELAYU
MELAYU
MELAYU MESUJI
SUKU I KAMPUNG KAGUNGAN DALAM
KAGUNGAN DALAM, 22 JANUARI 1969
WIRALAGA, 1 JANUARI 1961
WIRALAGA, 30 -9 – 1965
TALANG BATU
TEBING TINGGI II, MESUJI TIMUR
WIRALAGA II
SUKU I KAMPUNG KAGUNGAN DALAM
KAGUNGAN DALAM, 1 JANUARI 1956
WIRALAGA, 2 JANUARI 1950
BOGATAMA, KEC. PENAWAR TAMA
KAMPUNG SUNGAI CAMBAI KEC. MESUJI TIMUR, KAB. MESUJI, LAMPUNG
WIRALAGA, 1943
KP. SUNGAI CAMBAI, 4 APRIL 1954
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung
98 STM DI KAYU AGUNG OGAN KOMERING ILIR (OKI)
-
-
-
SLTA
-
-
-
PETANI
PETANI
WIRASWASTA
SLTP
SD
PETANI, MANTAN KEPALA KAMPUNG SUNGAI CAMBAI
-
-
-
-
-
-
-
99
ETNOGRAFI MARGA MESUJI
Kajian adat istiadat marga Mesuji Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung