Edisi 4 (Oktober – Desember 2012)
ACCCRN B A N D A R
Newsletter
L A M P U N G
Penerapan Kurikulum Iklim
Bantu Warga Tanggap Bencana Penerapan kurikulum perubahan iklim pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Bandar Lampung diharapkan dapat membantu warga Kota Tapis Berseri untuk tanggap terhadap bencana alam khususnya yang diakibatkan cuaca ekstrim. Munculnya cuaca ekstrim sebagai dampak perubahan iklim kerap menimbulkan hujan lebat yang diikuti petir dan angin puting beliung. “Mengedukasi warga dapat meminimalisir korban dan kerugian”.
di Bandar Lampung akan terjadi dan beresiko banjir besar jika kita tidak siap”, kata Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila ini.
Demikian dikatakan Pakar Lingkungan Hidup dan Klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S terkait peringatan mengenai potensi cuaca ekstrim oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Cuaca ekstrim ini ditandai dengan potensi muculnya awan kumolonimbus yang bernaung di wilayah Bandar Lampung. Awan Kumolonimbus dikenal sebagai awan dengan kandungan air tinggi sehingga mungkin sekali menjadi hujan.
Program Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Guru dalam Ketahanan Kota terhadap Perubahan Iklim di Bandar Lampung yang merupakan bagian dari dalam program Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) menurutnya adalah salah satu cara meningkatkan pemahaman masyarakat melalui pendidikan. “Melalui program inilah, kita dapat membangun generasi mendatang yang paham terhadap perubahan iklim, implikasinya, dan bencana alam yang sangat mungkin ditimbulkannya. Mereka juga dapat bersikap adaptif dan antisipatif terhadap cuaca ekstrim yang terjadi di kemudian hari,
Ia menerangkan, bencana puting beliung jauh lebih sulit diprediksi seperti halnya bencana gempa, karena kejadian alam tersebut tidak bisa diprediksi. Daerah mana yang akan terjadi pemusatan udara panas tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Para pakar hanya bisa memprediksi potensi cuaca namun tidak bisa mengetahui secara pasti di mana hujan disertai puting beliung akan muncul. “ Kami memprediksi, sekitar minggu kedua sampai ketiga Januari 2013, hujan lebat
Adanya perubahan iklim merupakan fenomena yang tidak dapat ditangani dan dicegah secara regional melainkan harus secara global. Namun setidaknya Bandar Lampung bisa melakukan langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim.
Salah satu anggota Tim Penyusunan Modul (TPM) kurikulum ketahanan kota terhadap perubahan iklim bagi guru sekolah dasar dan pendidikan menengah pertama di Bandar Lampung ini menerangkan, melalui kurikulum iklim nantinya langkah antisipasi diharapkan dapat dipelajari termasuk upaya adaptif menghadapi bencana dalam jangka panjang.
Newsletter ini diterbitkan sebagai media penyebarluasan informasi kepada stakeholders tentang kegiatan “Penguatan dan Pemberdayaan Kapasitas Guru dan Siswa dalam Ketahanan Perubahan Iklim Perkotaan (UCCR) di Bandar Lampung” sebagai salah satu kegiatan dalam Program Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) di Indonesia, Thailand, Vietnam dan India. Diterbitkan oleh : Project Management Unit (PMU) Universitas Lampung dan BAPPEDA Kota Bandar Lampung Didukung oleh : Mercy Corps Indonesia – Rockefeller Foundation
Bandar Lampung Tuan Rumah
Forum ACCCRN
B
andar Lampung menjadi tuan rumah dalam Forum Pembelajaran Program Jejaringan Ketahanan Kota-kota Asia Terhadap Perubahan Iklim (Asian Cities Climate Change Resilience Network-ACCCRN) bersama Marcy Corp Indonesia. Kegiatan yang bertempat di lantai 2 hotel Novotel ini diikuti 11 negara meliputi Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Thailand, Hongkong, Vietnam, India dan Indonesia.Peserta berasal dari berbagai institusi Internasional seperti The Rockfeller Foundation, Arup, ISET, IIED, ICCCAD, Verulam Asssociates, ICLEI, APCO, berlangsung sejak tanggal 1 sampai 3 Oktober 2012. Walikota Bandar Lampung Drs. H. Herman HN, MM membuka Seminar Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN), di Ruang Ambasador Hotel Novotel Bandar Lampung pada Senin. Kegiatan yang dilakukan atas kerja sama Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan Mercy Corps bersama The Rockefeller Foundation, ARUP, ICCCAD ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pencanangan program peningkatan kapasitas guru dan siswa dalam adaptasi perubahan iklim dan program pembuatan 20 ribu lubang biopori di Kota Bandar Lampung. Dalam sambutannya, Walikota memaparkan bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung mendukung pelaksanaan pemberian bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim serta pembuatan lubang biopori ini karena Biopori ini sangat bermanfaat sekali untuk dijadikan resapan air, dan untuk cadangan air saat musim kemarau khususnya di daerah perkotaan dimana lahan resapan sudah sangat terbatas serta bisa membantu mencegah banjir disaat musim penghujan. Salah satu dari agenda petrtemuan tersebut adalah kunjungan ke SMP Negeri 7 Bandar Lampung yang dianggap sukses menerapkan materi ketahanan kota terhadap perubahan iklim. Hal ini terungkap dari kunjungan tim dari sebelas negara yang tergabung dalam program Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) ke sekolah tersebut. Stefan Nachuk, associate director The Rockefeller Foundation –lembaga yang mensponsori program ini—
2 ACCCRN Newsletter
mengaku senang melihat siswa SMPN 7 menguasai materi tentang perubahan iklim serta menerapkannya. Seperti membuat lubang-lubang biopori yang berguna untuk mencegah banjir, menyimpan air, dan bisa dijadikan kompos organik. ’’Dan karena kami nilai berhasil, tentu ke depannya kami terus men-support kegiatan-kegiatan di sekolah ini. Terutama untuk penerapan kurikulum ketahanan kota terhadap perubahan iklim,” paparnya. Sementara Kepala SMPN 7 Bandarlampung Nurmaini, S.Pd. mengatakan, untuk Indonesia, daerah yang ditunjuk buat menjalankan program ini hanya dua, yaitu Lampung dan Semarang. Dan untuk Bandarlampung, sekolahnya menjadi pilot project penerapan program ini. “Kami senang jika tim menilai materi ini berhasil diterapkan di sekolah kami. Keberhasilan tersebut juga tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Seperti siswa, orang tua, komite sekolah, Unila, Dinas Pendidikan, terutama Wali Kota Drs. Hi. Herman H.N.,” paparnya. Nurmaini melanjutkan, tindak lanjut dari materi tersebut di sekolahnya adalah dengan membentuk kelompok-kelompok kerja (pokja) siswa. Yaitu pokja kebersihan, penghijauan, kompos, dan energi di setiap kelas yang mengaplikasikan kurikulum perubahan iklim. Di mana, kata dia, materi ini diberikan kepada siswa kelas 7 dan 8 yang berjumlah 570 orang. Tugas mereka adalah menjaga kebersihan di dalam dan luar kelas. “Manfaat yang didapat dari kegiatan ini banyak. Seperti adanya perubahan perilaku siswa ke arah yang positif. Di mana mereka lebih mencintai alam dan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, serta tidak boros menggunakan air,” paparnya. Sedangkan Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Bandarlampung Tatang Setiadi, M.Pd. yang turut hadir dalam kunjungan itu sangat mengapresiasi keberhasilan SMPN 7 menerapkan materi tersebut. Dia pun mengatakan dinas dan pemkot akan terus mendukung penerapan program ini.
S
SMPN 7 Sukses Terapkan Materi Perubahan Iklim
MPN 7 Bandar Lampung yang terpilih sebagai salah satu dari empat sekolah di Bandar Lampung sebagai tempat uji coba bagi sukses menerapkan materi ketahanan kota terhadap perubahan iklim. Terkait akan hal ini berbagai kegiatan telah dilakukan, mulai dari membangun lubang biopori di lingkungan sekolah, membangun kantin sehat ramah lingkungan, menggalakkan penghijauan, mengelola sampah menjadi pupuk kompos, hingga membentuk berbagai kelompok kerja oleh siswa. Koordinator Penerapan Kurikulum Ketahanan Perubahan IKlim SMPN 7 Bandar Lampung Drs. Ngatijo mengemukakan, program ini diajarkan pada tahun ajaran 2012/2013 pada semester 1 dan 2. Pelaksanaannya diintegrasikan dalam mata pelajaran IPA dan IPS terpadu dan ditujukan bagi kelas VII dan VIII. Tujuh orang guru terlibat sebagai tim pengajar. Jumlah siswa yang terlibat mencapai 570 orang. Sejak awal semester ini ia menerangkan, SMPN 7 Bandar Lampung mulai membuat 100 titik lubang resapan air atau biopiri di lingkungan sekolah. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum ini mengemukakan pembangunan lubang lubang resapan biopori ini akan dilakukan secara bertahap dan sudah di buat sejak dimulainya penerapan kurikulum perubahan iklim di sekolahnya. “Sekolah kami terpilih sebagai salah satu sekolah uji coba. Dampaknya sangat luar biasa bagi warga sekolah. Para guru hingga siswa begitu antusias menjalankan program ini. Semua warga sekolah kini menjadi lebih aktif dalam menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungam. Jika program ini berhasil tentu akan sangat membanggakan,” ujarnya, Selain membangun lubang lubang resapan air dalam lingkungan sekolah ia melanjutkan, para siswa juga diajak untuk membentuk berbagai kelompok kerja (Pokja) bidang lingkungan hidup seperti Pokja Sampah, Pokja Kompos,
Pokja Biopiri dan Pokja Penghijauan. Pokja Energi, dan Pokja Kebesihan. “Ke tujuh orang guru juga bertugas membina Pokja pokja tersebut,” ujarnya. Dengan demikian lanjut Ngatijo, pengetahuan siswa terhadap perubahan iklim bukan hanya semata mata sebatas teori di dalam kelas. Tetapi mereka juga langsung dilibatkan ke dalam berbagai kegiatan positif yang ramah terhadap lingkungan. “Pokja sampah bertugas memilah sampah organik dan non organik. Pokja penghijauan bertugas menanam pohon sekaligus merawatnya, Pokja Biopori mebuat Biopori,” tambahnya. Dalam hal pembuatan lubang lubang resapan air di lingkungan sekolah, para siswa juga dilibatkan khususnya mereka yang terhimpun dalam Pokja Biopori, “Dalam proses membuat lubang resapan para guru menyisipkan pengetahuam kepada siswa tentang perubahan iklim dan kekeringan serta mengapa kita harus membuat lubang resapan air, salah satu alasannya untuk mengantisipasi kekurangan air,” ujarnya. Selain itu lanjutnya, tim penanggung jawab pelaksanaan kurikulum ketahan kota terhadap perubahan iklim juga memiliki rencana untuk melakukan penghijauan dengan menanam bibit bibit pohon di lingkungan sekolah. “Pengadaan bibit bisa dari para siswa, masyarakat sekitar sekolah. Selain itu tim ketahanan kota Bandar Lampung, Unila maupun Mercy Corpspun siap memberikan bantuan bibit,” ujarnya. Ia mengutarakan pelaksanaan program ini mendapat dukungan penuh dari Badan Perancaaan Pembanguan Daerah (Bappeda) Universitas Lampung (Unila) dan Mercy Corps salah satunya dengan pemberian buku materi sisipan yang dibagikan geratis bagi para guru maupun para siswa. “Penyusunan buku inipun sangat partisipatif. Tim penyusun bahkan melibatkan guru secara langsung proses pembuatan buku. Artinya buku inipun hasil partisipasi dari para guru,” pungkasnya. ACCCRN Newsletter
3
PIDATO ANAK 12 TH YANG MEMBUNGKAM
PARA PEMIMPIN DUNIA DI PBB
C
erita ini berbicara mengenai seorang anak yang bernama Severn Suzuki, seorang anak yang pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children’s Organization ( ECO ). ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yang mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak� lain mengenai masalah lingkungan. Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yang berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yang memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka. Apa yang disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yang berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun.
Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation) Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O – Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja. Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada di sini untuk berbicara bagi semua generasi yang akan datang. Saya berada di sini mewakili anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar. Saya berada di sini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak didengar. Saya merasa takut untuk berada di bawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yang dibawa oleh udara. Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatangbinatang dan tumbuhan satupersatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya. Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya. Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalahmasalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?
4 ACCCRN Newsletter
Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya! Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaimana cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA! Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang. Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut. Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama. Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan. Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuangnya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan
mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi. Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi. Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: “ Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang “ . Jika seorang anak yang berada di jalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah? Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup diFavellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India . Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini. Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut? Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak
anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, “Semuanya akan baik-baik saja, kami melakukan yang terbaik yang dapat kamilakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya”. Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu” . Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya. *********** Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir di ruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu. Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya: “ Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan isinya di sekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato. Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun “ *(Copyright from: Moe Joe Free)* ACCCRN Newsletter
5
PROFIL
Drs. Ngatijo
(Guru SMPN 7 Bandar Lampung) Kecintaannya pada lingkungan membuat Ngatijo, guru SMP Negeri 7 Bandar Lampung, berupaya menjadikan siswa dan teman sejawatnya di sekolah itu untuk melakukan penghijauan. Bukan hanya itu, Ngatijo pun menerapkan program kompos, biopori, dan kebersihan lingkungan.
P
agi itu, 7 Oktober 2011, di pelataran SMP Negeri 7 Bandar Lampung, Syas Barma Gorakur, guru besar dari Geography Gorakspur University India, begitu serius memperhatikan para siswa yang asyik bekerja. Di hadapan sang profesor, para siswa menunjukkan kepiawaian mereka dalam membuat lubanglubang biopori di depan kelas. Kamera poket Gorakur tak henti-hentinya berkedip, mengabadikan kesibukan para siswa. “Luar biasa,” ujarnya. Sementara itu, Nguyen Anh dari Vietnam lebih antusias lagi. Setelah beberapa saat mengamati siswa membuat lubang biopori, dia pun mengulurkan tangannya untuk mencoba alat bor tanah seperti linggis bermata penjepit yang digunakan siswa. “Do you want to try it,” ujar Nguyen Anh kepada Nguyen Huy, rekannya dari Vietnam. Huy pun menerima tantangan itu. Dia bergegas mengambil alih alat bor dan memutar-mutar ruasnya dengan sigap. Tenaga besar yang dimilikinya tentu lebih memperlihatkan hasil ketimbang Anh. Ketika bor ditarik, dia berhasil memperoleh tanah galian lebih banyak. Melihat hal ini, Huy kembali bekerja lebih bersemangat lagi. Syas Barma Gorakur maupun Nguyen Anh merupakan bagian dari delegasi yang turut andil dalam pertemuan Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) di Bandar Lampung beberapa waktu silam. Kala itu, mereka dan beberapa delegasi lain berkunjung ke SMPN 7 Bandar Lampung. Kenangan Manis Kunjungan internasional pagi itu juga menjadi kenangan manis bagi Ngatijo, koordinator materi ketahanan perubahan iklim di sekolahnya. Sebab, apa yang baru dia mulai beberapa bulan terakhir ternyata sudah membuat para delegasi terkagum-kagum. Selain Syas Barma Gorakur dari India dan Nguyen Anh dari Vietnam, juga hadir 18 delegasi lainnya dari
6 ACCCRN Newsletter
Thailand, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Bangladesh, Afrika Selatan, Hong Kong, dan Australia. “Usai kunjungan itu, keesokan harinya, Pak Wali Kota ikut berkunjung ke sini,” kata Ngatijo di ruang kerjanya, Senin (7-1). Ngatijo menuturkan posisinya sebagai koordinator pada program uji coba ini pun sebenarnya terjadi tanpa sengaja. “Sebenarnya tidak ada mandat dari kepala sekolah kepada saya. Tanggung jawab ini melekat karena awalnya saya yang biasa mondar-mandir memenuhi undangan dari pihak Unila (Universitas Lampung),” kata dia. Karena aktifnya mempelajari program itu, rekanrekan Ngatijo mendaulat dia sebagai koordinator program. Amanat ini coba dia lakoni dengan serius. Buku materi yang dibagikan secara gratis dia pelajari dengan saksama. “Dari buku ini tertulis agar sekolah membentuk kelompok kerja siswa,” kata dia. Ngatijo pun berinisiatif membentuk kelompok kerja penghijauan, energi, kompos, dan biopori, serta kebersihan. Setiap wali kelas didaulatnya sebagai guru penanggung jawab pokja di kelas masing-masing. Baik kelas VII, VIII, bahkan kelas IX yang tidak menerima materi perubahan iklim diimbau untuk membentuk pokja. “Sedangkan berbagai areal dan fasilitas sekolah, selain kelas, diberikan kepada pokja umum yang merupakan representasi atau perwakilan dari perangkat kelas. Baik ketua kelas, wakil, sekretaris, hingga bendahara. Merekalah yang bertanggung jawab untuk areal di luar kelas,” kata Ngatijo. Namun, menurut dia, agar kegiatan ini berlangsung sukses, maka keberadaan guru penanggung jawab maupun panitia pokja tidaklah menjadi penting jika mereka tidak memiliki kesadaran maupun keikhlasan dalam menjaga lingkungan. ?Untuk itu, harus ada cara yang dapat menggugah mereka dari dalam,” kata dia. Ngatijo pun mulai mengingat-ingat beberapa kutipan hadis Nabi yang berkaitan dengan kebersihan maupun lingkungan. Dia berharap hadis yang dia sampaikan membuat siswa dan guru dapat lebih tersugesti untuk menjaga lingkungan. Sebab, di balik semua kegiatan itu bernilai pahala. “Nabi bersabda: Barang siapa menanam pohon dan kemudian pohon itu berbuah dan buahnnya itu dimakan, baik oleh manusia maupun binatang, maka yang menanam akan memperoleh pahala.”
TIM KOORDINASI KETAHANAN PERUBAHAN IKLIM
Drs. Badri Tamam Ketua TKKPI Bandar Lampung
Ir. Pola Pardede, Dipl. S.Eng Wakil Ketua TKKPI Bandar Lampung
H. Juhandi Goeswi, S.H Sekretaris TKKPI Bandar Lampung
KATA KUNCI
B
ulan Desember 2012 adalah bulan terakhir dari implementasi bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim untuk semester 1. Dari sisi administratif seluruh sekolah lokasi ujicoba yaitu SDN 1 Karang Maritim, SDN 1 Langkapura, SMPN 7 Bandar Lampung, dan SMPN 27 Bandar Lampung telah mengimplementasikan dengan baik seluruh materi dalam bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim. Dari sisi substantif terdapat hasil yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh tiga sebab yaitu (1) kemampuan dan kreatifitas guru, (2) dukungan pihak luar, dan (3) aktifitas Kelompok Kerja. Kemampuan dan kreatifitas guru berimplikasi terhadap bagaimana Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP Dosen FISIP Unila cara guru mengajar, kreatifitas guru dalam menyiapkan bahan pembelajaran, bagaimana guru mengajak Koordinator Program siswa untuk terlibat aktif dan mengimplementasikan materi bahan ajar menjadi perilaku, serta bagaimana materi yang telah diajarkan dapat diuji kemampuan dan kompetensi siswanya melalui ujian akhir. Dukungan pihak luar berimplikasi terhadap kesadaran dari siswa bahwa terdapat perubahan perilaku setelah adanya pembelajaran materi perubahan iklim yang disampaikan di ruang kelas; di SDN 1 Langkapuran dan SMPN 7 Bandar Lampung (misalnya) karena ada bantuan lubang biopori dan tong komposter serta video-video tentang perubahan iklim dan video lingkungan hidup dari pihak luar, meraka merasa terbantu dan menyadari bahwa perubahan perilaku ini terjadi sebagai manfaat dari materi bahan ajar yang disampaikan di kelas. Sedangkan aktifitas kelompok kerja berimplikasi terhadap ada tidaknya perubahan perilaku siswa dan guru termasuk masyarakat di luar sekolah dari pengajaran materi perubahan iklim ini. Dengan landasan tiga faktor tersebut, dapat dinilai bahwa terjadi dinamika yang berbeda antar sekolah dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Selain daripada itu, selama pelaksanaan proyek Tahun 2012 dapat dinyatakan bahwa meskipun pengukuran indikator keberhasilan belum dapat dilihat, namun seluruh sekolah mengakui terdapat banyak sekali manfaat dari pelaksanaan ujicoba bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim di sekolah mereka. Ketertarikan media massa terhadap isu perubahan iklim melalui proyek ini juga menjadi salah satu indikator bahwa ada manfaat nyata dari proyek ini terhadap adaptasi di satu sisi dan terhadap masyarakat di sisi lain.
TIM MANAJEMEN PELAKSANA KEGIATAN
Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S Rektor Universitas Lampung Penanggung Jawab Kegiatan
Dr. Eng. Admi Syarif Ketua Lembaga Penelitian Unila Koordinator Tenaga Ahli
Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP Dosen FISIP Unila Koordinator Program
Ahmad Rifa’i, S.Sos, M.Si Dosen FISIP Unila Administrasi dan Keuangan
PROFIL PEMANTAU UJI COBA MODUL 1. Tatang Setiadi, SE, M.Pd (Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Bandar Lampung) 1
2
3
4
2. Tri Priyono, S.Pd (Ketua MGMP IPA SMP Kota Bandar Lampung) 3. Peniwar, S.Pd (Ketua MGMP IPS SMP Kota Bandar Lampung) 4. Hendrawan, S.H (Direktur LSM Walhi Lampung) 5. Ir. Nanang Wirianto (Kepala Sekolah Alam Lampung) 6. Parwono, S.Pd (MGMP IPA SMP Bandar Lampung)
5
6
7
8
7. Dra. Sri Hidayati, M.Pd (Ketua KKKS SD Kota Bandar Lampung) 8. Dra. Islamiyah (KKKS SD Kota Bandar Lampung)
ACCCRN Newsletter
7
Agenda Kegiatan Bulan Oktober – Desember 2012 1 : Lanjutan Ujicoba Implementasi Modul Bahan Ajar 2 : Proses Pemantauan Ujicoba Implementasi Modul Bahan Ajar 3 : Kunjungan dan Diskusi Peserta Knowledge Management Forum ke-4 ACCCRN 4 : Rapat Hasil Pemantauan Ujicoba Implementasi Modul Periode Kedua dan Ketiga 5 : Rapat Internal Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung 6 : Diskusi Kelompok Terfokus dengan Guru tentang Materi Bahan Ajar Semester II 7 : Perbaikan dan Finalisasi Draft Bahan Ajar Semester II 8 : Diskusi Kelompok Terfokus Finalisasi Materi Bahan Ajar Semester II 9 : Laporan Hasil Pemantauan Ujicoba Bahan Ajar Semester I 10: Kampanye Media, Dokumentasi dan Praktek Teladan (Good Practices) The Rockefeller Foundation’s Climate Change Resilience Initiative, bertujuan untuk mengkatalisasi perhatian, dana dan tindakan dari negara-negara maju untuk mendukung masyarakat rentan untuk mampu merespon secara proaktif dalam mengelola risiko yang terkait dengan dampak perubahan iklim. Inisiatif ini memberikan dukungan untuk Jaringan Kota-Kota di Asia dalam Ketahanan Iklim Perkotaan (Asian Cities Climate Change Resilience Network/ACCCRN), peningkatan kapasitas di sektor pertanian di Afrika, dan memperkuat kebijakan dalam upaya adaptasi dan mitigasi oleh Amerika Serikat.
Mercy Corps membantu banyak orang di tempat-tempat di dunia yang menghadapi krisis alam (lingkungan) yang parah, kemiskinan, bencana dan konflik menjadi peluang untuk kemajuan. Didorong oleh kebutuhan lokal dan kondisi pasar, program kami memberikan kepada masyarakat dengan pengetahuan, alat-alat dan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengubah kehidupan mereka sendiri menjadi lebih baik. Tugas tim kami di seluruh dunia yang berjumlah 3,700 orang profesional adalah untuk meningkatkan kehidupan 14,5 juta orang di lebih dari 40 negara.
Universitas Lampung (Unila) adalah satusatunya perguruan tinggi (umum) negeri di Provinsi Lampung. Dengan lebih dari 1.300 dosen, Unila siap mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi (pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat) secara optimal. Fungsi tridharma tersebut bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kampus dalam menghasilkan lulusan yang berkarakter dan berdaya saing bagi lebih dari 27 ribu mahasiswa, namun juga turut membantu pemerintah dalam proses pembangunan nasional. Karena itu, Unila terus berkomitmen untuk bekerja sama dengan segenap komponen baik pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri dalam mencapai tujuan mulia tersebut.
8 ACCCRN Newsletter