Edisi 5 (Januari-Maret 2013)
ACCCRN ACCCRN B A N D A R
Newsletter
L A M P U N G
Bandar Lampung Rawan Bencana Alam
K
ota Bandar Lampung rawan terhadap bencana alam. Jenis bencana alam yang melanda kota ini meliputi banjir dan tanah longsor. Kemudian air pasang yang menyebabkan rob, tsunami, gempa bumi, dan kekeringan. ’’Juga terdapat risiko abrasi, erosi, dan sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir,” kata anggota Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung Maulana Mukhlis dalam dialog program Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) di Hotel Marcopolo. Dijelaskan Maulana, banjir di Bandar Lampung diakibatkan berbagai faktor. Yaitu sistem drainase yang tidak terintegrasi dengan baik, rusaknya wilayah tangkapan air seperti gunung dan bukit, serta adanya perubahan fungsi lahan sehingga daya dukung lingkungan menjadi lemah. ’’Sebab lain adalah tingkat curah hujan yang tinggi dengan intensitas waktu yang panjang, Hal tersebut diperparah oleh kondisi iklim global akibat perubahan iklim” paparnya. ’’Jika tidak diantisipasi sejak dini, kondisi ini akan mengakibatkan kerugian material bagi penduduk, khususnya masyarakat rentan,” imbuh dia. Untuk itu, secara teknis Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim merekomendasikan pembuatan lubang resapan biopori, serta memperbaiki pola aliran dan desain
saluran drainase. Lalu merevisi masterplan drainase. ’Kemudian membuat aturan yang tegas tentang pemanfaatan air hujan atau biopori dan resapan sebagai syarat izin mendirikan bangunan. Ini mengacu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 12/2009,” pungkasnya. Sedangkan secara sosial, Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung percaya bahwa pendidikan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku adaptasi perubahan iklim dan membangun kapasitas adaptif masyarakat terhadap risiko bencana tersebut. Di bagian lain, Maulana menjelaskan, untuk mengevaluasi dampak sosial ekonomi bencana terkait iklim, pihaknya melakukan survei dan wanwancara. Kegiatan di enam kelurahan itu dilakukan melalui dukungan ACCCRN. Survei dilakukan di tiga kelurahan nonpantai di Batuputu, Pasirgintung, dan Sukabumi Indah. ’’Lalu tiga kelurahan pesisir di Kangkung, Kotakarang, dan Panjang Selatan,” ungkap Maulana. Menurut dia, survei melibatkan 256 orang. Informasi juga dipertajam melalui diskusi kelompok terfokus di empat kelurahan, yaitu Panjang Selatan, Kotakarang, Batuputu, dan Pasirgintung, serta melalui studi literatur.
Newsletter ini diterbitkan sebagai media penyebarluasan informasi kepada stakeholders tentang kegiatan “Penguatan dan Pemberdayaan Kapasitas Guru dan Siswa dalam Ketahanan Perubahan Iklim Perkotaan (UCCR) di Bandar Lampung” sebagai salah satu kegiatan dalam Program Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) di Indonesia, Thailand, Vietnam dan India. Diterbitkan oleh : Project Management Unit (PMU) Universitas Lampung dan BAPPEDA Kota Bandar Lampung Didukung oleh : Mercy Corps Indonesia – Rockefeller Foundation
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akhir Tahun 2012
Program Penguatan & Pemberdayaan Kapasitas Guru dan Siswa dalam Peningkatan Ketahanan Kota terhadap Perubahan Iklim Di Kota Bandar Lampung
D
alam rangka meningkatkan ketahanan, kota-kota harus meningkatkan kapasitas masyarakatnya untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Pendidikan dan pengetahuan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kapasitas adaptasi. Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung percaya bahwa pendidikan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku adaptasi perubahan iklim dan membangun kapasitas adaptif tersebut. Ketika guru dan siswa dilatih untuk menjadi lebih tahan, mereka harus mendapatkan pengetahuan dan menghasilkan perilaku untuk diaplikasikan ke lingkungan mereka. Meningkatkan kapasitas adaptif guru dan siswa dianggap mampu untuk meningkatkan ketahanan perubahan iklim di seluruh kota dan mengurangi kerentanan. Namun saat ini, materi tentang perubahan iklim dan bencana masih sangat terbatas dalam kurikulum pendidikan resmi (formal) di semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi). Lembaga pendidikan juga terbatas dalam hal kemampuan dan sumber daya manusia (guru) dalam isu perubahan iklim. Oleh karena itu, tantangan yang muncul adalah bagaimana mengembangkan bahan-bahan atau materi dalam adaptasi perubahan iklim untuk program pendidikan, dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah yang selanjutnya diujicobakan sebagai bahan untuk replikasi dalam skala yang lebih luas.
2 ACCCRN Newsletter
Oleh karena itu, proyek ini ditujukan untuk membangun ketahanan kota terhadap dampak perubahan iklim melalui meningkatkan kapasitas adaptif (dengan membangun pemahaman, kesadaran, dan perilaku adaptif para guru dan siswa) untuk mengurangi kerentanan terhadap dampak perubahan iklim melalui pemberdayaan pada sektor pendidikan. Kegiatan yang sudah dilakukan dalam pelaksanaan proyek pada periode Bulan Januari-Juni 2012 adalah : (1) Pembentukan Project Manajemen Unit (selanjutnya disebut PMU) termasuk Rencana Kerja PMU; (2) Penerbitan Surat Dukungan dari Walikota Bandar Lampung untuk Implementasi Bahan Ajar; (3) Penyusunan Rencana Implementasi Proyek (PIP), Rencana Pemantauan Penyelenggaraan (PMP), dan Kerangka Logis final; (4) Lokakarya Pendahuluan; (5) Rencana Kerja Tim Penyusun Modul (TPM); (6) Tinjauan Modul Saat Ini terhadap Muatan Materi Perubahan Iklim; (7) Rangkaian Lokakarya Penyusunan Modul; (8) Diskusi Kelompok Terfokus (FGD); (9) Identifikasi dan Pemetaan Hasil Input dari Stakeholders terhadap Bahan Ajar; (10) Finalisasi Modul (Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung) Semester 1; (11) Kriteria Pemilihan Sekolah Percontohan; dan (12) Pemilihan Sekolah Lokasi Ujicoba Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung. Dalam periode ini juga dilakukan beberapa kali rapat Tim Kota.
Kegiatan selanjutnya dilakukan dalam periode Bulan JuliSeptember 2012. Jenis kegiatan yang sudah dilakukan dalam periode ini adalah : (13) Nota Kesepahaman dengan Kepala Sekolah untuk Implementasi Bahan Ajar; (14) Penyusunan Desain Monitoring dan Evaluasi untuk Pelaksanaan Pilot Project (Ujicoba Bahan Ajar di Sekolah); (15) Pembekalan Observer dan Pelatihan Guru SD; (16) Pembekalan Observer dan Pelatihan Guru SMP; dan (17) Jadual Monitoring dan Evaluasi oleh Observer. Dalam periode ini juga dilakukan beberapa kali rapat Tim Kota sebagai bagian dari tahapan pelaksanaan kegiatan. Pada periode ini juga mulai dilakukan kegiatan (18) Implementasi Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Semester 1. Tahapan kegiatan proyek selanjutnya dilakukan pada
periode Bulan Oktober-Desember 2012. Kegiatan yang telah dilaksanakan dalam periode ini yaitu : (19) Finalisasi Modul (Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung) Semester 2; (20) Dokumentasi dan Praktek Teladan (Good Practices); (21) Rangkaian Rapat Internal Tim Kota; (22) Laporan Hasil Pemantauan Ujicoba Bahan Ajar Semester I; (23) Laporan Hasil Kinerja Guru, Aktifitas Pokja dan Kinerja Observer; dan (24) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Proyek. Jika dibandingkan dengan Rencana Pelaksanaan Proyek (PIP), maka pada periode Januari – Desember 2012 (tahun pertama pelaksanaan proyek pendidikan) terdapat dua kegiatan yang ditunda yaitu Lokakarya Ahli Pendidikan dan Kunjungan ke Daerah Lain. Penundaan Lokakarya Ahli Pendidikan ini didasarkan atas kesepakatan antara PMU dengan Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung (selanjutnya disebut Tim Kota) dengan tujuan untuk menyediakan forum pertemuan lain untuk memfinalisasikan Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim semester 2. Keputusan penundaan ini dilakukan karena seluruh pertemuan yang melibatkan publik (rapat perancangan modul, diskusi kelompok terfokus, pelatihan guru, pembekalan observer serta rapat-rapat lainnya) dalam proposal pelaksanaan proyek hanya dilakukan untuk persiapan semester 1. Sementara PMU dan Tim Kota berpendapat dan sepakat bahwa bahan ajar semester 2 juga harus lebih fokus untuk dibahas bersamaan dengan proses pemantauan yang sedang dilakukan oleh para pemantau (observer), sehingga sejak awal Bahan Ajar yang disusun sudah merupakan perbaikan dari hasil pemantauan yang dilakukan pada semester 1 tersebut. Sedangkan Kegiatan studi banding ke kota lain ditunda karena rencana pelaksanaan bersamaan dengan waktu libur sekolah sehingga beberapa calon kota yang hendak dikunjungi (Palembang dan Batam) menyatakan belum siap
untuk menerima. Pada saat sekolah sudah mulai masuk (tanggal 9 Juli 2012) bersamaan dengan mulainya awal bulan puasa ramadhan sehingga Tim Kota dan PMU belum dapat menemukan waktu yang tepat untuk menjalankannya. Sebagaimana diketahui, awal semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013 dimulai pada tanggal 9 Juli 2012. Dengan asumsi bahwa bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim sudah harus diimplementasikan pada tanggal tersebut (semester 1) maka seluruh kebutuhan dan prasyarat implementasi juga harus sudah siap. Prasyarat tersebut meliputi kesiapan sekolah untuk menjadi lokasi pilot project., kesiapan (finalisasi) bahan ajar (modul), pencetakan buku modul (bahan ajar), kesiapan dan kemampuan guru untuk mengajar, kesiapan desain pemantauan implementasi bahan ajar, kesiapan observer untuk melakukan pemantauan, serta kesiapan dukungan administratif yang diperlukan dalam pelaksanaan implementasi modul (bahan ajar) yang mulai resmi harus diajarkan pada tahun pelajaran 2012/2013 ini. Secara kualitatif dapat disimpulkan bahwa respon para pihak untuk proyek ini sangat besar dilihat dari antusiasme stakeholders pendidikan dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan maupun harapan akan adanya manfaat dari modul pendidikan ketahanan perubahan iklim yang disusun.
Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa) sangat mendukung dan berkomitmen untuk mengajarkan materi ini di sekolah. Walikota Bandar Lampung dan Rektor Universitas Lampung juga telah memberikan dukungan dalam implementasi bahan ajar ini di sekolah contoh. Dikaitkan dengan tujuan jangka panjang dari proyek, maka faktor kepemilikan dan kesepahaman para pihak terhadap tujuan dan manfaat proyek ini sudah dapat dicapai sehingga kapasitas adaptif guru dan siswa dalam adaptasi terhadap dampak perubahan iklim akan dapat tercapai. Secara teknis dapat disimpulkan bahwa seluruh prasyarat untuk implementasi bahan ajar sudah siap untuk memulai proyek intervensi ini di sekolah. Sedangkan secara kualitatif, dapat disimpulkan bahwa respon para pihak yang akan terlibat dalam implementasi proyek di sekolah sangat besar dilihat dari antusiasme mereka dalam mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka implementasi bahan ajar di sekolah pilot project. Para pihak yang terlibat langsung dalam implementasi (pemantau, kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa) sangat mendukung dan berkomitmen untuk memantau dan mengajarkan materi ini di kelas dan menjadikan bahan ajar ini pintu masuk untuk memberikan pemahaman tentang perubahan iklim, dan merubah perilaku guru dan siswa dalam meningkatkan adaptasi tehadap perubahan iklim. Walikota Bandar Lampung dan Rektor Universitas Lampung juga telah memberikan dukungan dalam implementasi bahan ajar ini di sekolah contoh. Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung (sebagai salah satu observer) juga berkomitmen ACCCRN Newsletter
3
Lampung dihadapan ratusan guru SD dan SMP. Sebenarnya, terlihat antusiasme sangat tinggi dari para guru untuk mengimplementasikan bahan ajar tersebut, namun berbagai kendala mereka ungkapkan misalnya apakah ada ketertarikan dari kepala sekolah, apalagi ketiga bahan ajar tersebut berimplikasi terhadap penambahan sarana dan prasarana termasuk di dalamnya tidak semua guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang konsep lingkungan hidup umumnya dan perubahan iklim khususnya. Kata kunci dari materi lingkungan hidup adalah kesadaran karena dengan kesadaran itu, seseorang (terutama guru) akan berupaya semaksimal mungkin belajar secara mandiri tentang lingkungan hidup dan perubahan iklim. Selain itu, katra kunci berikutnya adalah untuk segera menyiapkan regulasi (Peraturan Walikota) agar Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim ini dapat diimplementasikan secara menyeluruh di SD dan SMP seKota Bandar Lampung pada tahun ajaran mendatang. Dikaitkan dengan tujuan jangka panjang dari proyek, sebenarnya sudah nampak adanya kepemilikan dan kesepahaman serta dukungan dari para pihak terhadap tujuan dan manfaat proyek ini bagi Kota Bandar Lampung. Namun hasil implementasi dan pemantauan ujicoba bahan ajar di kelas pada sekolah pilot project masih menunjukkan bahwa kualitas, kreatifitas, persiapan dan metode mengajar serta pemahaman para guru masih lemah sehingga penguatan terhadap mereka mutlak harus dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik, sosial dan profesional dari para guru yang seharusnya dimiliki oleh guru masih sangat lemah; namun sesungguhnya hal ini tidak hanya terjadi pada guru-guru di lokasi ujicoba, namun juga terdapat pada mayoritas guru yang ada di Indonesia. Kondisi ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi PMU terhadap keberhasilan dan dampak proyek terutama dalam upaya peningkatan adaptasi terhadap perubahan iklim melalui perilaku guru dan siswa dalam adaptasi terhadap perubahan iklim. Dalam masa implementasi bahan ajar pada semester I, PMU melaporkan bahwa secara umum pelaksanaan ujicoba sudah berjalan dengan baik. Ujicoba bahan ajar dideskripsikan dalam dua ranah, yakni ranah pembelajaran di dalam kelas dan ranah implementasi di luar kelas. Di dalam kelas, semua guru sudah melakukan tugasnya dengan baik, namun terdapat dua kendala utama yaitu kemampuan guru yang masih rendah (menyusun silabus, menyusun kerangka evaluasi, cara mengajar, dsb) serta kekurangan alat bantu pembelajaran dalam rangka mendukung pembelajaran bahan ajar perubahan iklim terutama pada tayangan-tayangan tentang perubahan iklim dan bencana. Sedangkan pada ranah pembelajaran di luar kelas, seluruh sekolah lokasi ujicoba sudah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) dan seluruhnya sudah melakukan implementasi secara baik. Bahkan aktifitas di luar kelas dalam bentuk Pokja tersebut terasa lebih berhasil dan hal tersebut telah menjadikan sekolah contoh (lokasi ujicoba) berbeda dengan sekolah lainnya. Dalam mendukung aktifitas Pokja ini, PMU Unila juga bekerja sama dengan proyek ACCCRN lainnya di Bandar Lampung (Proyek Pembuatan Lubang Resapan Biopori) yang juga menjadikan 2 (dua) sekolah lokasi ujicoba sebagai sekolah lokasi pembangunan biopori. Gerakan membuat lubang resapan biopori ini bahkan sudah menjadi tugas khusus siswa di 2 sekolah (SDN 1 Langkapura dan SMP Negeri 7 Bandar Lampung) untuk menyeberluaskannya di luar lingkungan sekolah yaitu di perumahan dan permukiman tempat siswa tinggal. Upaya menyebarluasakan informasi tentang Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung juga terus dilakukan oleh PMU; salah satunya dengan terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bersentuhan dengan sekolah. Pada tanggal 28 November 2012 (misalnya), Koordinator Program mengisi Materi dalam Sosialisasi Sekolah Adiwiyata di Kota Bandar
4 ACCCRN Newsletter
kebijakan karena ketertarikan dan kemauan kepala sekolah terhadap isu lingkungan hidup dan perubahan iklim akan terbangun dengan sendirinya apabila ada kebijakan dari atas yang secara formal mewajibkan sekolah untuk mengajarkan dan mendukung penerapan Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim tersebut. Selama pelaksanaan proyek Tahun 2012, jumlah penerima manfaat langsung dari proyek ini adalah sebanyak 1.840 orang. Tujuan menghitung jumlah penerima manfaat adalah untuk memastikan bahwa proyek telah mencapai individual/ masyarakat / institusi yang menjadi target penerima manfaat proyek sekaligus untuk mengindetifikasi kelompok rentan yang belum teridentifikasi sebelumnya. Jumlah penerima manfaat langsung tersebut terdiri atas siswa, guru, dan kepala sekolah pada 4 (empat) sekolah lokasi ujicoba pembelajaran bahan ajar pendidikan ketahanan perubahajn iklil, serta para observer yang melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan ujicoba bahan ajar. Dari sisi jenis kelamin, jumlah tersebut terbagi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 880 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 960 orang. Jumlah tersebut belum termasuk penerima manfaat tidak langsung dari proyek ini yaitu para orang tua dari siswa yang telah melakukan replikasi kelompok kerja di rumah serta guruguru dari luar sekolah percontohan yang mendapatkan sosialisasi dan materi bahan ajar dalam bentuk soft file untuk diajarkan oleh mereka di sekolahnya.
Buku Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung
“
Bahan Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim� terdiri dari 2 buku utama, yaitu Bahan Ajar Panduan Guru (10 judul), serta Pegangan Siswa (10 judul) yang dibuat sejalan dengan bahan ajar mata pelajaran IPA, IPS, dan PKn untuk siswa kelas 4 dan 5 SD serta IPA Terpadu dan IPS Terpadu untuk Kelas 7 dan 8 SMP. Materi dalam bahan ajar tersebut pada dasarnya merupakan pengayaan atau penguatan berkaitan dengan topik adaptasi perubahan iklim terhadap materi yang saat ini sudah ada di mata pelajaran tersebut sesuai dengan standra kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ada, sehingga diharapkan siswa dapat memahami pembahasan materi pembelajaran dan dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim tanpa merasa mendapat beban tambahan.
ACCCRN Newsletter
5
Tim Kota Lakukan Studi Komparatif
Pembelajaran Materi Perubahan Iklim ke Kota Batam
P
enyusunan bahan ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim untuk SD Kelas IV dan V, serta SMP kelas VII dan VIII yang saat ini proses implementasinya dalam percobaan di 2 (dua) Sekolah Dasar dan 2 (dua) Sekolah Menengah Pertama di Bandar Lampung pada awalnya menggunakan dasar pemikiran pada modul Perubahan Iklim yang disusun oleh Hans Seidel Foundation (HSF), dengan pembedaan strategi yaitu bahan ajar yang disusun di Bandar Lampung disisipkan pada mata pelajaran IPA, IPS dan PKn (jenjang SD) serta IPA terpadu dan IPS terpadu (jenjang SMP), diikuti dengan pelatihan kepada guru dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah kepada siswa, dan dilakukan pemantauan prosesnya oleh pemantau independen yang ditugasi secara khusus. Guna mendukung penerapan strategi tersebut, maka setelah diperoleh hasil evaluasi dan pemantauan sementara selama semester pertama Tahun Pelajaran 2012/2013, maka diselenggarakan kegiatan studi komparatif kepada sekolahsekolah yang menerima program dari HSF. Dalam hal ini ditetapkan studi komparatif ke SD Negeri 007 Tiban Indah Kecamatan Sekupang dan SMP Negeri 6 Kota Batam yang dilaksanakan pada tanggal 25 -26 Januari 2013. Studi Sekupang tersebut diikuti oleh 15 orang yang terdiri atas anggota Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Bandar Lampung, Universitas Lampung sebagai penanggung jawab program, Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, wakil Tim Penyusun Modul dan wakil dari sekolah-sekolah lokasi ujicoba implementasi bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim. Penetapan sekolah tujuan studi banding dilakukan atas dasar rekomendasi dari Hans Seidel Foundation (HSF) di Jakarta, kemudian ditindaklanjuti dengan koordinasi kepada Pemerintah Kota Batam sebagai pihak yang bekerjasama dengan HSF. Menurut penjelasan dari BAPEDALDA Kota Batam,
6 ACCCRN Newsletter
kerjasama yang dibangun antara Pemerintah Kota Batam dengan Hans Seidel Foundation (HSF) sejak tahun 2019 itu dilatarbelakangi oleh hubungan erat antara Ketua BAPEDALDA Kota Batam sebagai salah satu alumni HSF yang kemudian bermaksud memberikan kesadaran dan pemahaman tentang perubahan iklim kepada para pelajar di Kota Batam. Ruang lingkup kerjasama tersebut pada awalnya bertujuan untuk mempersiapkan sekolah-sekolah di Kota Batam sebagai sekolah adiwiyata. Namun diakui bahwa pelaksanaannya menghadapi kendala koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Batam untuk menghasilkan sinergi program yang lebih konkrit, sehingga pada akhirnya keberhasilan program tersebut lebih banyak karena faktor inisiatif sekolah-sekolah yang bersangkutan dengan dukungan kesadaran atau kepedulian kepala sekolah dan guru terhadap permasalahan lingkungan hidup (perubahan iklim). Hasil studi perbandingan menunjukkan bahwa secara umum apa yang dilakukan di Kota Bandar Lampung melalui dukungan ACCCRN relatif lebih baik karena selain melatih guru, proyek pendidikan di Bandar Lampung juga menghasilkan buku ajar sesuai konten lokal serta kewajiban para guru untuk langsung mengimplementasikan bahan ajar tersebut di sekolah. Sedangkan di Kota Batam, memang lebih banyak guru yang dilatih dan diberikan modul perubahan iklim versi HSF namun para guru tersebut tidak memiliki kewajiban untuk mengajarkannya di kelas sehingga hanya guru-guru yang memiliki kesadaran-lah yang mau mengajarkan modul tersebut. Namun, Bandar Lampung dapat belajar dari HSF yakni waktu pelatihan yang lebih lama karena hal tersebut akan berimplikasi terhadap peningkatan kemampuan para guru serta adanya green teacher yang telag terbentuk yakni kumpulan para guru yang peduli terhadap lingkungan hidup untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerah.
AGENDA DALAM LENSA
Kondisi Lingkungan SDN 007 Sekupang, Batam; Lokasi Studi Komparatif Tim Kota Bandar Lampung, 25-26/1/2013
Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Serahkan Modul Ketahanan Iklim ke Pemkot Batam, 25-26/1/2013
Diskusi Kelompok Terfokus Evaluasi Buku Ajar Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim Semester 1, Universitas Lampung, 4/1/2013
Rapat Tim Pemnatau (Observer) Penyusunan Instrumen Pemantauan Ujicoba Bahan Ajar Semester 2, Bandar Lampung, 8/1/2013
TIM KOORDINASI KETAHANAN PERUBAHAN IKLIM
Drs. Badri Tamam Ketua TKKPI Bandar Lampung
Ir. Pola Pardede, Dipl. S.Eng Wakil Ketua TKKPI Bandar Lampung
H. Juhandi Goeswi, S.H Sekretaris TKKPI Bandar Lampung
TIM MANAJEMEN PELAKSANA KEGIATAN Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S Rektor Unila Penanggung Jawab Kegiatan
Dr. Eng. Admi Syarif Ketua Lembaga Penelitian Unila Koordinator Tenaga Ahli
Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP Dosen FISIP Unila Koordinator Program
Ahmad Rifa’i, S.Sos, M.Si Dosen FISIP Unila Administrasi dan Keuangan
ACCCRN Newsletter
7
KATA KUNCI
Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP Dosen FISIP Unila Koordinator Program
............. terdapat optimisme terhadap keberhasilan implementasi bahan ajar pendidikan ketahanan perubahan iklim karena para guru dan siswa sangat antusias dalam mengimplementasikan bahan ajar (modul) yang ada. Meskipun berdasarkan hasil pemantauan, para guru masih menghadapi kendala kemampuan dan dukungan alat bantu pembelajaran, namun pada aspek perilaku sudah mulai terjadi perubahan yang signifikan. Seluruh sekolah lokasi ujicoba sudah membentuk Kelompok Kerja (Pokja). Dalam Pokja inilah perilaku berketahanan iklim sebagai manifestasi dari penyampaian materi di kelas dapat dipraktikkan. Jika selama ini ada tesis (kesimpulan) bahwa perilaku siswa di sekolah adalah cerminan dari perilaku mereka di rumah, maka melakui proyek ini, kami hendak merubah atau membalik tesis tersebut menjadi bahwa “perilaku anak di rumah (dalam hal kesadaran, dan perilaku adaptif terhadap perubahan iklim) adalah cerminan dari perilaku mereka selama di sekolah, Proyek pendidikan ini telah memiliki ‘ruh’ baru yaitu semangat untuk membalikkan tesis yang selama ini berlaku dalam perilaku siswa .......
KISAH INSPIRATIF
Air Minum di Gurun
S
eorang pria tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya, ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar. Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air. “Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya
The Rockefeller Foundation’s Climate Change Resilience Initiative, bertujuan untuk mengkatalisasi perhatian, dana dan tindakan dari negara-negara maju untuk mendukung masyarakat rentan untuk mampu merespon secara proaktif dalam mengelola risiko yang terkait dengan dampak perubahan iklim. Inisiatif ini memberikan dukungan untuk Jaringan Kota-Kota di Asia dalam Ketahanan Iklim Perkotaan (Asian Cities Climate Change Resilience Network/ ACCCRN), peningkatan kapasitas di sektor pertanian di Afrika, dan memperkuat kebijakan dalam upaya adaptasi dan mitigasi oleh Amerika Serikat.
ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya. Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya. Benar!! Air keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya. Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”
Mercy Corps membantu banyak orang di tempat-tempat di dunia yang menghadapi krisis alam (lingkungan) yang parah, kemiskinan, bencana dan konflik menjadi peluang untuk kemajuan. Didorong oleh kebutuhan lokal dan kondisi pasar, program kami memberikan kepada masyarakat dengan pengetahuan, alat-alat dan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengubah kehidupan mereka sendiri menjadi lebih baik. Tugas tim kami di seluruh dunia yang berjumlah 3,700 orang profesional adalah untuk meningkatkan kehidupan 14,5 juta orang di lebih dari 40 negara.
Universitas Lampung (Unila) adalah satu-satunya perguruan tinggi (umum) negeri di Provinsi Lampung. Dengan lebih dari 1.300 dosen, Unila siap mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi (pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat) secara optimal. Fungsi tridharma tersebut bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kampus dalam menghasilkan lulusan yang berkarakter dan berdaya saing bagi lebih dari 27 ribu mahasiswa, namun juga turut membantu pemerintah dalam proses pembangunan nasional. Karena itu, Unila terus berkomitmen untuk bekerja sama dengan segenap komponen baik pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri dalam mencapai tujuan mulia tersebut.
8 ACCCRN Newsletter