M. Aqil Ersa Putra 1806182315
Study Case Ergonomics At Home
人 間 工 学 自 宅 で の 人 間 工 学
環境
Context
Sebagai konteks awal pembahasan permasalahan pada video ‘Before After, Ep 152 Japan House Renovation TV Show, Indonesian Sub’, dapat dilihat dari penghuni rumahnya terlebih dahulu. Penghuni rumah dengan luas 39,6m² ini adalah Keluarga Ryu di Jepang yang terdiri dari 5 orang; ayah, ibu, dan 3 anak. Berdasarkan yang disebutkan pada video tersebut, ayah dari keluarga ini memiliki ketinggian tubuh kurang lebih 190 cm. Tinggi anggota keluarga lainnya tidak disebutkan namun lebih rendah dari ayah. Dua anak pertama dari rumah ini merupakan anak-anak yang masih cukup kecil (kisaran anak taman kanak-kanak atau awal sekolah dasar). Keduanya masih memiliki potensi yang cukup besar untuk tumbuh menjadi lebih besar dan tinggi di masa yang akan datang. Anak bungsu dari keluarga ini masih dalam fase balita. Anak ketiga tersebut memiliki disabilitas otak yang mengharuskannya untuk melakukan rehabilitasi. Adapun bayi tersebut masih menggunakan stroller ketika bepergian bahkan ketika baru masuk ke dalam rumah.
分析
Analysis
Akses menuju tangga ke toilet sempit dan tangga curam.
Mulai dari menit-menit awal video tersebut tayang, isu pertama yang dilontarkan berasal dari sang ibu yang mengatakan bahwa mereka hanya memiliki satu kamar mandi dan letaknya berada di lantai dua. Akses menuju kamar mandi tersebut juga sulit karena ketika hendak naik ke lantai dua, tangga yang digunakan cukup curam dan bidang tangganya pun miring. Hal ini menjadi isu yang perlu diperhatikan karena dengan keberadaan satu kamar mandi tersebut, ayah bolak-balik ke kamar mandi ketika membawa bayinya. Yang mana dengan kecuraman tersebut menjadi berbahaya dan sangat beresiko apabila bayi terjatuh dari pegangan ayah. Kebiasaan membawa bayi naik turun tangga tersebut juga membuat ayah merasakan sakit pada punggungnya. Dari tangga menuju kamar mandi pun harus melalui lorong yang sempit yang memerlukan ayah berjalan menyamping ketika membawa bayi. Dari lorong menuju kamar mandi pun terdapat lo suatu isu lain yaitu adanya perbedaan ketinggian. Hal ini menjadi berbahaya. Apabila sang ayah sedang tidak fokus, bayi yang
digendongnya dapat jatoh. Bagi dua anak lainnya yang masih dalam fase pertumbuhan, ketinggian ini juga tidak nyaman karena postur mereka ketika masuk kamar mandi akan canggung karena elevasi yang cukup tinggi. Di dalam kamar mandi pun bukan berarti sudah tidak ada permasalahan lain. Clearance space dari elemen kamar mandi bagi penghuni rumah juga sempit. Bayi akan bertambah besar namun akan ada fase dimana bayi cukup besar namun tetap harus dimandikan oleh ayah. Apabila hal tersebut terjadi, ruang di kamar mandi akan terasa semakin sempit. Bak mandi yang digunakan pun memiliki ukuran yang dapat dikatakan relatif sempit.
Ilustrasi sketsa potongan menuju kamar mandi.
Kepala ayah harus merunduk ketika keluar masuk pintu depan
Isu ergonomi berikutnya terletak di teras rumahnya. Rumah tersebut berada di sebuah gang yang berukuran sempit. Kondisi teras sebelum direnovasi adalah terdapatnya perbedaan ketinggian yang cukup signiďŹ kan (disebut kurang lebih 15 cm). Perbedaan ketinggian tersebut membuat stroller menjadi harus diangkat ketika harus memasuki rumah dan ketika keluar rumah berarti harus mengalami benturan sedikit. Hal ini berbahaya bagi bayi, terlebih dengan kondisi otak yang kurang bayi. Apabila terjatuh dan terbentur, kondisi dapat semakin parah. Selain pengaruh yang negatif bagi bayi, ketinggian teras yang berundak ini dapat menjadi berbahaya bagi orang di luar juga. Pada video tersebut dapat dilihat cuplikan anak-anak yang berlarian. Bagi anak-anak tersebut, teras depan tersebut dapat membahayakan mereka. Apabila mereka tiba-tiba tersandung teras akan menjadi sangat berbahaya. Di dekat teras, pintu masuk menuju rumah juga memiliki ketinggian yang lebih rendah dari sang ayah. Pada video ketika keluarga tersebut pertama kali bertemu dengan sang desainer, terlihat sang ayah harus menunduk ketika hendak keluar dari rumah. Dapat dilihat bahwa bahkan akses masuk rumahnya saja sudah mempersulit orang setinggi 190 cm.
Sketsa potongan teras
Ruang Gerak Sempit
Mesin Cuci Wastafel
Selain itu, dapur di rumah ini juga memiliki permasalahan ergonomis. Melihat keruangannya, sirkulasi di dapur dapat dikatakan kurang baik. Ruangnya sempit dan mempersulit penggunaan. Penempatan elemen di dapur juga pembagiannya kurang jelas. Tidak hanya terdapat peralatan memasak seperti tempat cuci piring dan kompor, pada dapur rumah ini terdapat mesin cuci baju dan wastafel. Dapur juga kekurangan lahan sehingga ketika ada piring kotor, keluarga tersebut meletakkannya di atas mesin cuci baju. Pada pagi hari, di video tersebut disebutkan bahwa ketika bersiap-siap sebelum melakukan kegiatan, dapur menjadi sangat sempit karena hampir seluruh anggota keluarga melakukan kegiatan mereka disana. Hal ini membuat pergerakan menjadi sulit dan kurang nyaman bagi mereka. Fenomena ini juga mempengaruhi higienitas di dalam rumah terutama di area lantai satu.
Postur canggung ketika mengambil piring kotor untuk dicuci
Sketsa potongan ayah mengambilkan barang
Area terakhir yang menjadi sorotan isu ergonomi di rumah ini adalah ruang tamu yang menjadi pusat kegiatan keluarga. Ruangan ini berada di lantai satu. Meskipun menjadi ruangan yang dapat dikatakan paling depan di rumah ini, aksesnya cukup sulit dan sempit dari pintu masuk di depan rumah. Di dalamnya pun segala kegiatan dilakukan disana, mulai dari berkumpul sampai tidur. Pemilik rumah sampai harus menutupi kasur yang dilipat ketika tidak digunakan. Katanya agar tidak mencolok. Tempat penyimpanan di rumah ini juga memiliki masalah. Awalnya ruangan ini memiliki lemari yang kemudian disingkirkan karena mereka harus menyimpan barang-barang anak-anak mereka. Adapun tempat penyimpanan yang tersisa, jika dilihat berdasarkan videonya, penempatannya cukup tinggi dan hanya dapat dijangkau oleh sang ayah. Sementara, 4 penghuni rumah lainnya belum tentu dapat mengambilnya. Hal ini dapat mempersulit keberlangsungan hidup mereka. Di video tersebut terlihat ayah mengambilkan barang untuk ibunya. Fenomena tersebut mungkin dapat menghambat kegiatan sang ayah karena harus membantu ibunya mengambil barang.
解決
Solution
Solusi dari Akira Anamo Pada video berdurasi 45 menit tersebut, rumah tersebut mengalami renovasi dengan bantuan desainer Akira Amano. Setelah melihat kondisi existing rumah tersebut, Amano mengusulkan konsep rumah bebas tekanan. Konsep tersebut diadaptasi dari rumah dengan desain universal yang seperti tempat untuk penyandang disabilitas, dapat digunakan orang dengan kelainan maupun orang normal. Ide tersebut diusulkan melihat kondisi salah satu anak keluarga tersebut yang memiliki disabilitas otak. Amano menginginkan rumah tersebut memiliki akses yang lebih baik dan lebih aman bagi keluarga. Yang ia lakukan mulai dari bagian depan rumah adalah mengganti teras yang memiliki tinggi canggung menjadi sebuah ramp. Tujuannya adalah untuk memudahkan mobilisasi pergerakan stroller bayi ketika masuk. Ketika masuk, perubahan lain yang dirancang oleh Amano adalah rak sepatu yang di spesialisasi untuk anggota keluarga dengan kode warna yang berbeda bagi masing-masing anggota keluarga. Rak sepatu tersebut menurut saya cukup baik untuk mengorganisir kerapihan rumahnya mulai dari bagian depan. Peletakan rak tersebut yang berada di samping bertujuan agar penghuni rumah atau tamu tidak meletakan alas kaki mereka di ramp karena aksi tersebut akan menghalangi jalannya kursi roda atau stroller. Adapun menurut saya ada kekurangan pada desain ini. Desain tersebut merupakan desain yang personal berdasarkan request Amano kepada tukang pandai besi. Rak yang memiliki tutup tersebut mungkin ketika keluarga tersebut baru awal-awal menghuni kembali rumah tersebut harus membiasakan diri dengan benda tersebut. Karena pada umumnya rak sepatu dapat dibuka dengan mudah dan alas kaki diletakan begitu saja.
Pada penyimpanan alas kaki ini, sepatu atau sandal harus diletakan secara vertikal. Terlebih karena Amano menyiapkan rak untuk tamu, terdapat kemungkinan tamu akan bingung terhadap instruksi desain tersebut dan justru akan tetap meletakan alas kaki mereka di atas ramp. Pembagian ruang setelah perombakkan juga dipertimbangkan lebih oleh Amano. Dari segi higienitas, dapur diletakkan di paling depan. Menurut saya, selain untuk mempermudah akses, tujuannya adalah karena dapur dapat menghasilkan sampah dan bau yang mungkin tidak nyaman jika terpapar ke ruangan lain. Selain itu, meskipun tidak dibahas secara eksplisit pada video, perubahan yang dilakukan secara signiďŹ kan pada dapur adalah pencahayaannya. Dapat dilihat posisi dapur terletak di depan yang mana terdapat pintu. Pintu sendiri sebagai bukaan menjadi celah bagi cahaya untuk masuk. Jika dikaitkan dengan materi yang sudah dipelajari, pencahayaan di dapur menjadi penting. Dengan adanya pencahayaan lebih tersebut mungkin keselamatan di dapur tersebut lebih terjamin (apabila gelap bisa jadi pisau tidak terlihat dan anak-anaknya dapat mencelakakan diri sendiri). Pembagian ruang lainnya yang signiďŹ kan adalah lantai satu yang lebih leluasa karena ruangan di lantai dua mulai dikosongkan dan dirapikan. Ruangan di lantai satu setelah di renovasi diutamakan sebagai tempat berkumpul. Area yang lebih lowong memudahkan penghuni rumah untuk bergerak lebih leluasa. Ketika melakukan persiapan sebelum berangkat di pagi hari, trafďŹ c kegiatan menjadi berkurang. Dengan posisi dapur yang sudah dipindahkan juga, mereka tidak akan merasa kesempitan.
Posisi tangga rumah ini dirombak dan dipindahkan lokasinya. Kemiringan tangga pun dibuat menjadi lebih landai. Pertimbangan pemindahan posisi tangga ini agar sirkulasi di rumah tidak padat dan mengurangi belok ketika mau ke tangga. Selain itu, dengan adanya dua lantai pada rumah ini, langit-langit menjadi lebih luas. Pada atapnya juga menggunakan material yang transparan sehingga dapat lebih banyak cahaya masuk. Pencahayaan ini mempengaruhi ergonomi tangga yang mana dengan tangga yang terpapar cahaya dengan baik bisa menjadi lebih aman karena anak tangga lebih terlihat. Kamar mandi yang menjadi isu pertama yang dibahas pada video ini juga mengalami perubahan yang signifikan. Akses menuju kamar mandi menjadi lebih mudah dengan tangga yang lebih lebar dan lebih landai sehingga lebih aman. Kamar mandi sendiri tidak memiliki perbedaan ketinggian yang signifikan dari lorong. Penggunaan material di kamar mandi juga menjadi perhatian bagi Amano. letak elemen di dalamnya juga menurut saya dipertimbangkan berdasarkan tingkat kebasahan. Ketika masuk, yang dapat ditemukan adalah toilet. Dengan posisi yang sangat dekat dengan pintu. Hal tersebut ditujukan secara spesifik agar anak bungsu mereka ketika besar dapat mengaksesnya dengan mudah. Namun kemudahan akses tersebut juga dapat digunakan oleh anggota keluarga lainnya. Di dalamnya, terdapat bathtub yang kini memiliki tempat duduk yang dapat dilipat. Keberadaannya juga spesifik untuk sang bayi agar ketika mandi dia bisa mulai berdiri sendiri. Pada beberapa bagian juga terdapat railing untuk menyokong keamanan pada kamar mandi tersebut. Clearance space pada kamar mand setelah renovasi juga menjadi lebih luas. Ruang terakhir yang dioptimalkan oleh Amano adalah kamar di lantai atas. Setelah dikosongkan, dapat dilihat bahwa sebetulnya lantai dua memiliki cukup ruang yang leluasa untuk ditempati. Akhirnya setelah dirombak, lantai dua dapat dimanfaatkan menjadi kamar. Dengan adanya ruang yang spesifik tersebut, peletakan barang-barang menjadi lebih rapi dan lebih khusus bagi pengguna ruangan tersebut. Sehingga tidak lagi ayah harus mengambilkan barang yang berada di ketinggian yang tidak dapat dijangkau oleh anggota keluarga lain.
Solusi dari Saya Sendiri Menurut saya yang sudah dilakukan Amano cukup baik dan signifikan terhadap keberlangsungan kehidupan keluarga tersebut dirumah. Adapun solusi yang menurut saya dapat ditambahkan terhadap rancangan Amano adalah desain rak sepatu yang dapat dibuat dengan rancangan sepatu konvensional. Meskipun tujuannya adalah untuk menghindari sepatu lembab, sepatu dapat ditaruh pada rak pada umumnya dan ditutup dengan pintu laci atau sejenisnya. Karena orientasi rak sepatunya juga yang berhadapan dengan dapur sehingga tidak jorok.
Referensi Pheasant, S. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the Design of Works. Taylor Francis Inc. Philadelphia. 2003. chapter 7 Steinfeld, Edward, Maisel, Jordana L. Universal Design. Wiley, New Jersey, 2012. chapter 9. File Completed: Steinfeld, Edward, Maisel, Jordana L. Universal Design. Wiley, New Jersey, 2012. chapter 9.. Select to mark as not complete.