MAInfo Edisi 3 Januari-April 2018

Page 1



DAFTAR ISI

7 TROPONG

Geliat Lampung Dalam Industri Akuakultur 11 BUDIDAYA LAUT

Kakap Merah Strain Taiwan

13 BUDIDAYA TAWAR Kalirejo, Kawasan Minapolitan Gurame

15 BUDIDAYA IKAN HIAS Mengenal Lebih Jauh Ikan Manfish

17 BUDIDAYA PAYAU Expor Udang Vanamei Di Luar Prediksi

2 Salam Redaksi 3 Event 19 Info MAI 25 Enterpreneur 26 Inovasi /Teknologi 30 Organisasi 35 Tanya Pembaca 37 Almamater

23 KOLOM

Sembilan Isu Strategis Masyarakat Akuakultur Inonesia

32 KOMODITAS PRIMADONA Kakap Putih yang Mendunia

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 1


SALAM REDAKSI

Pembina Rokhmin Dahuri Pengarah Agung Sudaryono Pemimpin Umum/ Redaksi Mussalimun Redaksi Zulfa Sania Dasairy Wikke Elta Ayu Selviani

INTENSI

M

asyarakat Akuakultur Indonesia pada bulan

Layout & Desain Ichfar Jaffar Sodiq

Desember lalu telah meresmikan dan membentuk pengurus MAI Korda Lampung yang

diketuai oleh Dr. Supono, salah seorang staf pengajar Universitas Negeri Lampung. Sebagai bentuk dukungan, pada edisi 3 (Januari-April 2018) kali ini, Tim Majalah MAInfo akan mengupas geliat Lampung dalam industri akuakultur.

Pembaca dapat memulai dari rubrik utama

Teropong yang secara umum mengupas potensi dan peran Lampung dalam industri akuakultur. Lalu dilanjutkan ke rubrik-rubrik budidaya mulai dari budidaya laut tentang Kakap Merah Strain Taiwan, budidaya air tawar tentang Gurame di Kalirejo, budidaya ikan hias Manfish, hingga kondisi ekspor udang terkini di rubrik budidaya payau.

Hal menarik lainnya yang dapat pembaca temui

adalah budidaya kakap putih dengan KJA Offshore di rubrik komoditas primadona yang dilengkapi dengan tips dan trik pemeliharannya di rubrik Tanya pembaca. Rubrik kolom, event, entrepreneur, organisasi, dan lain-lain menambah kelengkapan dari majalah ini. Masukan dari Anda sangat kami tunggu demi memajukan majalah ini. Selamat membaca.

Kontributor Sonni Kurniawan Sirkulasi Tim MAI Publishing Alamat redaksi Jl. Dewi Sartika IV No. 70 , Sukorejo, Gunungpati, Semarang : (024) 8318 908 : 085724312584 : publishingmai@gmail.com Pemasaran : aquacultureindonesia@gmail.com : 085740313146 Redaksi menerima artikel liputan terkait akuakultur/ budidaya perikanan dan artikel opini untuk almamater disertai dengan foto kegiatan, kartu identitas, foto diri, dan data diri. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isi. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan. : www.aquaculture-mai.org : facebook.com/aquacultureindonesia : @mai.ias

2 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


EVENT Sumber foto: Dokumen MAI

WUJUDKAN AKUAKULTUR BERKELANJUTAN DI ICAI 2017

S

olo, Indonesia- Baru-baru ini Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) telah sukses menyelenggarakan konferensi internasional tahunan yaitu ICAI (International Conference of Aquaculture Indonesia) ke-7 pada tanggal 26 – 28 Oktober 2017 di Hotel Alana, Solo. Sebanyak 200 delegasi dari 7 negara hadir berpartisipasi aktif dalam konferensi. Mereka terbagi menjadi 57 presenter oral, 17 presenter poster, dan lainnya adalah pendengar. Para peserta berasal dari teknokrat, pengusaha, birokrat, penggiat asosiasi akuakultur, maupun tokoh-tokoh nasional dan internasional bidang akuakultur. Ketua Umum MAI, Prof. Rokhmin Dahuri menuturkan konferensi ini dapat mendorong pertukaran gagasan, informasi dan pengetahuan antara ilmuwan dan personel industri mengenai isu-isu penting dalam akuakultur dan bagaimana menemukan solusi dan dukungan bagi industri ini. Acara yang berlangsung dua hari ini menyuguhkan 8 keynotes speaker, yaitu Prof. Rokhmin Dahuri, Aquaculture Development in Indonesia; Guillaume Drillet, Ph.D (Singapura) ,Sustainable Aquaculture Management; Prof. Slamet Budi Prayitno (UNDIP), Finfish Disease; Prof. Dr. Allen Davis (USA), Marine Fish Feed; Dr. Farshad Shishehchian (Singapura), Sustainable Aquaculture Production; Dr. Nyan Taw (Myanmar), Suistanable Shrimp Farming

Production; Sidrotun Naim, Ph.D (Universitas Surya), White Faeces Syndrome in Shrimp; dan Albert G.J. Tacon, Ph.D (USA), Sustainable and Low-Cost Effective Aquafeed. Hal menarik lain dalam ICAI 2017 ini adalah stand untuk para pengusaha, industri, maupun organisasi yang mau berkontribusi dalam konferensi. Mereka dapat mensosialisaikan dan menjual produk, maupun program kerja yang telah dilakukan. Selain itu, terdapat sesi penganugerahan MAI AWARDS 2017 untuk 5 kategori, yaitu Pengusaha Akuakultur, Birokrat Penggiat Akuakultur, Penggiat Asosiasi Akuakultur, Tokoh Akuakultur, dan Teknokrat Akuakultur. Konferensi ICAI menjadi peluang untuk para peserta melebarkan bisnis karena mereka dapat menjalin kerjasama di antara akademisi, dan pengusaha. Akademisi dapat mempresentasikan hasil penelitian terkini, sementara pengusaha mendapat solusi dari permasalahan akuakultur untuk menghasilkan inovasi produk. Sesuai tema ICAI kali ini, yaitu “Feeding The World and Making Prosperity Through Sustainable Aquaculture” yang menuntut aksi nyata perbaikan sehingga kesejahteraan melalui budidaya perikanan berkelanjutan dapat terwujud. (DASAIRY ZULFA/MAI)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 3


EVENT Sumber foto: Dokumen MAI

MAI MENDAPAT BANYAK REKOMENDASI PASCA TEMU STAKEHOLDER AKUAKULTUR NASIONAL

B

andung– Menjelang akhir tahun, tepatnya Selasa, 19 Desember 2017 Masyarakat Akuakultur Indonesia mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Evaluasi Pencapaian Produksi dan Progress Teknologi Akuakultur Indonesia 2017: Problem, solving, & Outlook 2018. Tujuan FGD ini adalah mendorong percepatan pengembangan industri perikanan terkini dan memperkuat sinergitas antar stakeholder akuakultur. FGD dihadiri oleh 40 perwakilan stakeholder akuakultur nasional (akademisi, peneliti, praktisi, birokrat, industri, asosiasi dan LSM) dari berbagai institusi (Bappenas, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jabar, Karantina, UNPAD, UNDIP, IPB, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) divisi pakan akuakultur, PT. Central Proteina Prima, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Asosiasi CCI (Catfish Club Indonesia), Abilindo (Asosiasi Budidaya Laut Indonesia), APINDO, BRPSDMKP – KKP, MAI). Lokasi pertemuan FGD kali ini bertempat di kantor PT Gani Arta Dwitunggal (Aquatec), Aquatec salah satu

produser KJA-HDPE budidaya laut terbesar di Indonesia, di Padalarang, Bandung. Narasumber dalam pertemuan ini adalah Dr. Ir. Iskandar, M.Si (Dekan FPIK Unpad), Ir. Muh. Husein, Drs. H. Nandang (Ketua HNSI Jabar), Dr. Ir. Irzal Effendy, M.Si (IPB), Drs. Legisan Samtafsir, MBA (Bioflok 165 Entepreuner), Dr. Otie (STP), Drs. Imam Kadarisman (Stargold), dan Mulyanto (Asosiasi Mutiara, ASBUMI). Pertemuan yang berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 18.00 menghasilkan beberapa poin penting di antaranya 1. MAI perlu melakukan survey data akuakultur dengan melibatkan asosiasi dan kerjasama dengan Forum Dekan FPIK; 2. melakukan pemetaan produktivitas komoditi unggulan di setiap wilayah di Indonesia (dlm kurun waktu 3 tahun terakhir); 3. menyusun Roadmap supply chain komoditas unggulan akuakultur; 4. memperkuat kelembagaan MAI agar lebih berdayaguna; 5. fokus pada gerakan pemberdayaan masyarakatnya yang mencakup pemberdayaan

ekonomi, pengembangan SDM dan penguatan kelembagaan pembudidaya; 6. MAI siap mendorong dan pengembangkan technopreneurship akuakultur dengan menciptakan banyak pengusaha muda di Indonesia; 7. mendorong pemerintah untuk mengalokasikan dana KUR yang lebih efektif daripada program bantuan paket produksi; 8. menyusun buku petunjuk teknis: Teknologi Praktis Terbarukan Budidaya Komoditas Unggulan; 9. Saran kepada pemerintah (Menteri KP) dan Solusi ke depan tahun 2018: Rubah/Cabut Permen KP yang kontraproduktif dengan usaha perikanan tangkap dan perikanan budidaya (akuakultur), dan Regulasi dipermudah serta Pengawasan diperketat. Agung Sudaryono, selaku Sekjen MAI berharap rekomendasi hasil FGD tersebut menjadi perhatian bagi semua yang berkepentingan dan pemangku amanah masyarakat untuk bersama-sama memajukan akuakultur Indonesia yang berkeadilan, bermartabat, berbudaya, maju, sejahtera, dan berkelanjutan. (DASAIRY ZULFA/MAI)

4 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


EVENT Sumber foto: Dokumen MAI

Diharapkan bahwa acara ini akan sangat bermanfaat bagi peserta untuk menghasilkan banyak informasi dan menerapkan teknik ini untuk meningkatkan produksi udang di perusahaan akuakultur. “I think this is the new MAI GELAR LOKAKARYA BUDIDAYA UDANG BERKELANJUTAN 2017 technology for me, and I will try to use it. Thanks,” ujar Ahmad Syam petambak Udang asyarakat Akuakultur Lokakarya yang bertema “Let dari Medan. Hal yang sama kuIndonesia (MAI) menggelar Making Money In Shrimp rang lebih diungkapkan oleh Lokakarya Budidaya Udang Farming Through Healthier Feed Bintarto, PT Aquafarm Nusantara, Berkelanjutan 2017 atau and Shrimp Production “I think this workshop in new dikenal dengan (SMART SHRIMP Using Biofloc Technolgies (BFT)” topic for us, because biofloc FARMING WORKSHOP 2017), mempertemukan para pakar haven’t done before. And we 29 November – 1 Oktober 2017 terkemuka dunia yang akan hope this technology will give di Hotel Innside, Yogyakarta. menyajikan banyak solusi positive effect for Tilapia Culture.” Delegasi dari 20 institusi negeri terbukti untuk mengurangi risiko Salah satu peserta luar maupun perusahaan nasional terhadap infeksi virus dan negeri juga memberikan apresidan internasional yang bakteri, pengelolaan pakan yang asinya terhadap acara lokakarya merupakan pelaku usaha di baik dan menetapkan tujuan un- ini, “Compact and very relevant bidang perudangan menghadiri tuk menanam udang lebih information to the industry; well kegiatan ini. Konsultan Proyek sejahtera dengan menggunakan covered in 2 days technical risks FAO Vietnam Dr. Nyan Taw, Ahli kemajuan teknologi terkini. Para and economical aspects. Breaks Nutrisi Pakan Dunia Dr. Albert peserta juga diajak melakukan are good timing, fellow attenG.J Tacon (Aquatic Farms Ltd., kunjungan lapangan ke dents are super knowledged, we USA), dan Ahli Patologi Ikan Peternakan Udang Intensif di expect to have more protocol and Sidrotun Naim, Ph.D tampil Bantul, Pesisir Selatan, guideline for future disease sebagai pelatih atau trainer. Yogyakarta dan diskusi lapangan. management. (DASAIRY ZULFA/MAI)

M

B

andar Lampung– Masyarakat Akuakultur Indonesia Koordinator Daerah Lampung (MAI Korda Lampung) mengadakan Seminar Nasional Akuakultur sekaligus pengukuhan pengurus pada hari Sabtu, 9 Desember 2017. Acara ini berlokasi di Aula Fakultas Pertanian, Jl. Prof Dr. Sumantri Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng, Bandar Lampung. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan hikmat pada permulaan acara, dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia

, dan selayang pandang MAI oleh Sekjen MAI Pusat, Agung Sudaryono. Gubernur Lampung pun turut menyambut hangat sekaligus membuka acara. Setelah doa pembuka, Prof. Rokhmin Dahuri melantik Ketua MAI Korda Lampung, Dr. Supono, Sekretaris Limin Santoso, Bendahara Esthi Sandara, dan Humas Drs. Syafrijal Datuk Sinaro beserta jajarannya untuk periode 20172021. Beliau berpesan bahwa hadirnya MAI Korda Lampung kedepannya dapat membantu

Sumber foto: Dokumen MAI

PENGUKUHAN PENGURUS MAI KORDA LAMPUNG

lebih maju lagi pengembangan usaha budidaya perikanan di wilayah Lampung. Penandatangan MoU kerjasama juga dilakukan MAI Pusat dengan Fakultas Pertanian Unila dan MAI Pusat dengan Pascasarjana Unila. Permasalahan perikanan di Lampung saat ini berkaitan dengan perijinan, dan penyakit udang. Dr. Toga Mahaji sebagai Kepala DKP Provinsi Lampung, memberikan sosialisasi terkait kebijakan akuakultur Provinsi Lampung. Sementara itu, Daniel Mastri Nugraha, S.Pi memberikan wawasan mengenai penanggulangan penyakit WFD (White Feces Disease), dan dilengkapi materi manajemen budidaya udang oleh Ir. Wayan Agus Edy. (DASAIRY ZULFA/MAI)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 5


6 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


Menurut Rokhmin Dahuri, di tengah lesunya sektor-sektor ekonomi di daratan salah satu penyelamat yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi (di atas 7 persen per tahun), banyak menyerap tenaga kerja dan mensejahterakan rakyat, serta berkelanjutan adalah sektor perikanan budidaya atau akuakultur

L

ampung dengan Menara Sigernya ini ternyata memiliki luas perairan mencapai 24.820 km2, hampir menyamai luas daratan dengan garis pantai mencapai 1.105 km2. Provinsi ini memiliki potensi perikanan luar biasa. Untuk perikanan tangkap saja, potensinya sebesar 380 ribu ton per tahun. Mari kita telusuri perikanan tangkap yang tersebar di Pantai Timur (Laut Jawa), Selat Sunda (Teluk Lampung dan Teluk Semangka), dan Pantai Barat. Potensi perikanan mencapai 11.800 ton per tahun di Pantai Timur dan didominasi jenis ikan demersal. Di Selat Sunda, potensinya mencapai 97.752 ton per tahun dengan dominasi ikan karang. Potensi terbesar perikanan tangkap berada di daerah Pantai Barat, yaitu 182.864 ton per tahun. Sayangnya, dari potensi besar itu, jumlah yang dimanfaatkan baru 120.366,58 ton per tahun. Masih ada sekitar 259.233 ton (68,22%) yang belum dimanfaatkan, terutama

di wilayah perariran lepas pantai Indonesia. Marikultur atau budidaya perikanan laut bisa diupayakan. Potensi lahan untuk kegiatan budidaya ini mencapai lebih dari 10.600 ha. Berdasarkan potensi lahan yang tersedia, seluas 681 ha sudah digunakan untuk budidaya ikan kerapu, mutiara 3.999 ha, rumput laut 1.325 ha, dan kerang-kerangan 4.596 ha. Sementara itu, lahan yang potensial untuk budidaya air payau baik untuk pembesaran ikan atau udang maupun pembenihan luasnya mencapai 61.200 ha. Peluang ini terdapat di pantai timur Lampung yang membentang dari utara hingga selatan seluas 52.500 ha. Teluk Lampung seluas 700 ha, Teluk Semangka 2.000 ha, dan Pantai Barat seluas 5.000 ha. Komoditas yang bagus untuk dikembangkan secara budidaya yaitu udang,ikan bandeng, ikan kakap, dan ikan kerapu. Beranjak ke potensi budidaya ikan air tawar, kita dapat melihatnya di Kabupaten

Lampung Selatan yang Produksi itu berasal dari 1.150 ha lahan budidaya yang tersebar di sejumlah kecamatan di Lampung Selatan. Luas lahan yang belum dimanfaatkan mencapai 11 ribu hektar. Menurut data statistik tahun 2011, luas areal bersih kegiatan budidaya perikanan untuk tambak 14.050 ha, kolam 6.192 ha, minapadi 1.023 ha, keramba 1.131 ha, KJA 290 ha, dan budidaya ikan laut sebanyak 1.031 ha. Perikanan Budidaya Di Kabupaten Lampung Selatan Mambangunkan raksasa ekonomi Indonesia yang tertidur dilakukan secara bertahap. Kita bisa merasakan dari geliatnya masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi budidaya rumput laut yaitu di Kecamatan Ketapang, Bakauheni, Rajabasa dan Katibung. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah Eucheuma cottonii Komoditas lain yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 7

Sumber foto: Tribunnews.com

GELIAT LAMPUNG DALAM INDUSTRI AKUAKULTUR

TROPONG


TROPONG botia, oscar, cupang, manfish, vtetra, blackgost, koki, koi, dan lobster air tawar merupakan jenis ikan air tawar yang dibudidayakan. Pembeli ikan hias di Kabupaten Natar berasal dari dalam dan luar provinsi. Inspirasi dari Kabupaten Lampung Tengah Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah mengembangkan beberapa (Sumber foto: Tribunnews.com)

kerapu dan kerang mutiara. Budidaya air payau yang dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan adalah budidaya udang windu (Pennaeus monodon) pada tambak tradisional dan udang putih (Pennaeus vanamei) pada tambak intensif. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) pun juga tersedia. Perusahaan pembenihan udang yang ada di Kabupaten Lampung Selatan yaitu PT. CP Prima yang terletak di Desa Merak Belantung Kecamatan Kalianda dan PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) yang terletak di Desa Suak Kecamatan Sidomulyo. Produksi benur dari masing – masing perusahaan adalah 4 milyar dan 3 milyar benur per tahun. Di samping pembenihan udang yang dilakukan perusahaan, penduduk juga melakukan pembenihan skala rumah tangga. Pusat lokasi pembenihan berada di sepanjang pesisir Kecamatan Rajabasa dan Kecamatan Kalianda, dengan jumlah 148 unit. Sementara itu, budidaya kolam yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Selatan umumnya di lakukan secara tradisional dan merupakan usaha sampingan. Padahal, Kabupaten Lampung Selatan berpeluang mengembangkan budidaya kolam. Hal ini dimungkinkan karena tersedianya sumber air tawar dari gunung rajabasa. Komoditas yang dibudidayakan adalah ikan mas, nila, patin, lele, gurami, tawes. Benih ikan diperoleh dari pengusaha pembenihan lokal, Kabupaten Lampung Timur dan Propinsi Jawa Barat. Selain ikan konsumsi, Kabupaten Lampung Selatan juga memiliki pusat usaha budidaya ikan hias, yaitu di Kecamatan Natar. Arwana,

program unggulan sektor perikanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya rumah tangga nelayan. Program unggulan yang dimaksud berupa Pemberdayaan Pembudidayaan Ikan dengan Pengembangan Usaha Budidaya Lele di pekarangan sebagai unggulan. Ada 30 Pokdakan yang terlibat dalam program ini. Mereka mendapat bantuan kolam terpal, dan sarana budidaya lainnya seperti sumur dalam, dan mesin pembuat pakan sederhana. Program lainnya yaitu pengembangan Keramba Jaring Apung (KJA) yang memanfaatkan perairan umum untuk budidaya dan peningkatan produksi ikan dengan melibatkan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Pokdakan. Bantuan sarana KJA ini tersebar di Kecamatan Seputih Banyak, Bangunrejo, Padangratu dan Kecamatan Anak Ratu Aji. Program pengembangan KJA Baung tersedia di wilayah Terbanggibesar, Bandarjaya dan Gunungsugih (TERBAGUS). Selain produksi ikan dioptimalkan, pengembangan

sentra olahan ikan menjadi program unggulan selanjutnya. Program ini melibatkan Poklahsar, Unit Pengolahan Ikan (UPI),dan perorangan yang bergerak dibidang pemasaran dan pengolahan ikan. Beragam olah ikan dikembangkan diantaranya meliputi ikan asap tangkapan dan ikan asap budidaya (lele dan patin), aneka olahan ikan lele, dan aneka olahan ikan patin. Pengembangan pusat olahan ikan berada di Kecamatan Kota Gajah, Bandar Mataram, Rumbia, Bandar Surabaya, dan Kecamatan Kalirejo. Eksportir Udang Terbesar Siapa sangka jika Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil udang terbesar di Indonesia. Jumlah produksi udang nasional mencapai 348.100 ton, dan sebanyak 45% dihasilkan dari wilayah ini. Bahkan, salah satu perusahaan tambak udang terbesar di Indonesia, yaitu CP Prima ada di Lampung. Ikan dan udang menyumbang ekspor Provinsi Lampung sebesar 5,74 persen. Komoditas udang masuk dalam lima produk unggulan ekspor nonmigas Indonesia. Pasar udang asal Lampung diekspor ke Timur Tengah dan Eropa Timur. Negara Timur Tengah yang menjadi sasaran yakni Iran dan Arab Saudi. Daya serap pasar kedua Negara ini terhadap produk udang sangat tinggi.Penjajakan pasar baru itu dilakukan pemerintah pusat. Tiga perusahaan yang mendaftarkan diri untuk memasok udang ke negara tersebut yakni, PT Central Pertiwi Bahari (CPB), PT Centra Proteina Prima (CP Prima), dan PT Indokom Samudra Persada. Dukungan KKP Antusiasme masyarakat Lampung dengan usaha akuakultur menuai dukungan pemerintah.

8 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


TROPONG Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP melalui BBPBL Lampung menyerahkan bantuan langsung kepada masyarakat di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan untuk mendukung pengembangan kegiatan usaha budidaya senilai kurang lebih Rp 4,8 miliar. Angka yang cukup fantastis ini dialokasikan dengan rincian sebanyak 138 ribu ekor benih ikan bawal bintang, kerapu, dan kakap; sebanyak 108 ton pakan ikan; 15 unit bagan untuk alat tangkap ikan rucah; sebanyak 15 paket obat-obatan dan vitamin; serta peralatan kerja sebanyak 20 buah untuk Kabupaten Pesawaran. Sementara itu, Kabupaten Lampung Selatan mendapat bantuan dengan rincian sebanyak 32 ribu ekor benih ikan kerapu, bawal bintang, dan kakap; sebanyak 23,8 ton pakan; sebanyak 4 unit bagan alat tangkap ikan rucah; sebanyak 4 paket obat-obatan dan vitamin; serta peralatan kerja sebanyak 12 buah.

BBPBL Lampung pun telah merealisasikan bantuan lainnya, yakni pakan mandiri sebanyak 6 ton, dan bibit rumput laut hasil kultur jaringan sebanyak 14,3 ton ke berbagai kelompok pembudidaya ikan di Lampung. Slamet Soebjakto selaku Dirjen Budidaya KKP berharap dukungan pemerintah ini betul-betul dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga secara langsung memberikan dampak positif bagi peningkatan produktivitas dan kapasitas usaha budidaya masyarakat. Bupati Pesawaran, Dendi Ramadhona mengungkapkan apresiasinya terhadap dukungan KKP ini. Dampaknya sangat besar dan bisa terlihat dari aktivitas usaha budidaya yang terus berkembang dari tahun ke tahun. MAI di Lampung Dalam sebuah industri, ada dampak positif dan negatif. Permasalahan-permasalahan perikanan di Provinsi Lampung yang muncul seperti penyakit udang, perijinan, biaya produksi tinggi, dan nilai jual ikan yang rendah pada ikan

air tawar membutuhkan pemecahan holistik yang melibatkan akademisi, praktisi, dan birokrat sebagai penentu kebijakan pembangunan akuakultur. Masyarakat Akuakultur Indonesia selayaknya mengambil peran. Dr. Supono, sebagai Ketua Masyarakat Akuakultur (MAI) Korda Lampung berharap dapat bekerjasama atau bersinergi dengan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan akuakultur sehingga keberadaan MAI Korda Lampung dapat dirasakan secara nyata. Prof. Rokhmin Dahuri, dalam sambutannya di pengukuhan MAI Korda Lampung tanggal 9 Desember 2017 lalu berpesan bahwa hadirnya MAI Korda Lampung ke depannya dapat membantu lebih maju lagi pengembangan usaha budidaya perikanan di wilayah Lampung. Penandatangan MoU kerjasama juga dilakukan MAI Pusat dengan Fakultas Pertanian Unila dan MAI Pusat dengan Pascasarjana Unila.

(DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER) Tambak udang di Lampung. (Sumber foto: lampungprov.go.id)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 9


10 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


BUDIDAYA LAUT (Sumber foto: DJPB KKP)

KAKAP MERAH STRAIN TAIWAN, HARAPAN BARU MASYARAKAT LAMPUNG UPT Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung telah sukses mengembangkan jenis Kakap Merah, yaitu Kakap Merah strain Taiwan (Lutjanus Malabaricus). Ini adalah terobosan baru yang menggembirakan banyak pihak. Pasalnya, masyarakat juga bergairah memproduksi benih ikan ini melalui usaha kecil menengah seperti pembenihan skala rumah tangga.

L

ahirnya Kakap Merah strain Taiwan ini tak lepas dari usaha perekayasa di BBPBL Lampung yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Desa Hanura, Padangcermin, Pesawaran, Lampung. Supriya, Prekayasa BBPBL Lampung menyampaikan dalam laporan tertulisnya bahwa ikan kakap merah strain Taiwan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan kakap jenis lainnya. Pertumbuhan kakap merah strain Taiwan relatif cepat, mudah beradaptasi ditandai dengan toleransi tinggi terhadap lingkungan (salinitas, suhu dan kekeruhan), tahan terhadap penyakit, mudah diberi pakan buatan, dan tingkat kanibalismenya rendah. Teknik pemeliharaan larva kakap merah ini rupanya mengadopsi teknologi yang digunakan dalam pemeliharaan larva kakap putih dan kerapu. teknologi yang digunakan dalam pemeliharaan larva kakap putih dan kerapu. Pengamatan yang dilakukan pada fase pendederan umur 35 hari sampai umur 60 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan ini sangat cepat dibandingkan dengan ikan kakap putih dan kakap merah jenis lain. Supriya menambahkan, jika ikan kakap merah strain Taiwan ini mampu mencapai berat hingga 7 gr, maka dalam umur yang sama jenis kakap lain hanya mengalami pertambahan berat sekitar 3-4 gr.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menuturkan dalam upaya mempercepat optimalisasi potensi budidaya laut, KKP terus mengembangkan jenis komoditas budidaya laut yang berbasis kebutuhan permintaan pasar. Adapun ikan kakap menjadi prioritas untuk dikembangkan. Direktur Perbenihan, Coco Kokarkin, juga berpendapat komoditas kakap mempunyai pangsa pasar yang lebih luas dibanding komoditas budidaya laut lainnya. KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya akan menggenjot produksinya melalui program perbanyakan induk jika permintaan terhadap ikan jenis ini meningkat. Di Lampung, ada 6 pembenihan skala rumah tangga yang sudah mulai produksi. Tempat pembenihan yang biasa disebut HSRT (Hatchery Skala Rumah Tangga) bisa mencapai produksi benih 72 ribu ekor per tahun. Rata-rata benihnya sepanjang 7 cm. Sebagai salah satu pemilik HSRT di Kabupaten Pesawaran menyatakan kesuksesan perbenihan ikan kakap merah strain Taiwan dapat memulihkan kepercayaan diri pembenih yang semula tidak produktif. Hal ini didukung dengan kebutuhan benih yang terus meningkat.

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 11


BUDIDAYA LAUT Krisna juga menceritakan pengalaman produksi benihnya. Ia mampu meraup pendapatan sebesar Rp 42 juta per siklus atau sebesar Rp 21 juta per bulan. Harga rata-rata benih Rp 500 per sentimeter panjang ikan. Hasil ini dihitung jika rata-rata produksi benih per siklus (2 bulan) sebanyak 12 ribu ekor. Kelompok pembudidaya ikan di Lampung sudah mulai mengusahakan budidaya jenis ini. Kurang lebih 13 kelompok dan jumlah ini akan meningkat, mengingat komoditas ini memiliki prospek cerah sebagai pilihan usaha baru.

Banyak daerah di luar Lampung yang tertarik membudidayakan Kakap Merah strain Taiwan seperti Bali, Riau, Situbondo, Maluku, dan Kepulauan Seribu. Kepala BBPBL Lampung, Mimid Abdul Hamid menjelaskan untuk produksi benih di BBPBL Lampung mencapai paling sedikit 15.000 ekor per bulan. Benih yang diproduksi BBPBL Lampung akan digunakan untuk calon induk. Sementara sisanya sebanyak 10.000 ekor ukuran 8-10 cm akan didistribusikan guna mendukung kegiatan revitalisasi keramba jaring apung. Hal ini bertujuan mengoptimalkan marikultur nasional. (DASAIRY ZULFA/DJPB)

*Keterangan Penebaran benih ikan kakap merah merah strain Taiwan (Lutjanus Malabaricus) di KJA.( Sumber foto : DJPB KKP)

12 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


BUDIDAYA TAWAR KALIREJO, KAWASAN MINAPOLITAN GURAME Perjalanan menuju lokasi Kecamatan Kalirejo dari Ibukota Provinsi Lampung di Bandar Lampung sekitar 78 km dengan waktu tempuh berkisar antara 1,5 jam – 2 jam. Kalirejo merupakan bagian wilayah administrasi Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Wilayah administrasi Kecamatan Kalirejo sejak akhir tahun 2010 atau awal tahun 2011 terdiri dari 17 (enam belas) desa/ kampung.

(Sumber Foto : harianlampung.com)

K

abupaten Lampung Tengah giat mengembangkan budidaya perikanan. Terlihat dari produksi ikan air tawar pada tahun 2017 sebanyak 30.858,10 ton dengan luas areal kolam 1.836,68 ha. Produksi ikan air tawar ini tentunya melibatkan warga sekitar, bahkan mencapai 8.119 Kepala Keluarga. Hal menarik di Kabupaten Lampung Tengah adalah terdapat tiga kawasan minapolitan dengan tiga komoditas unggulan. Kawasan minapolitan patin dengan produksi sebesar 9.783 ton di daerah sentral Kecamatan Kotagajah, kawasan minapolitan pesisir di Kecamatan Bandar Surabaya, dan kawasan minapolitan gurame berada di Kecamatan Kalirejo dengan produksi sebesar 7.488 ton.

Mustafa memiliki proyeksi bahwa ke depan Lampung Tengah bisa menjadi sentra budidaya ikan air tawar di Lampung. Pasalnya, Lampung Tengah memiliki potensi budidaya air tawar dan sumber daya manusia yang mumpuni. Harapannya, perekonomian masyarakat khususnya para pembudidaya di Lampung Tengah bangkit. Ia pun optimis hal ini dapat terwujud. Produksi ikan gurame konsumsi mencapai 36 ton/tahun di Kecamatan Kalirejo. Sementara itu, untuk produksi benih sekitar 60.503.500 ekor/tahun. Hasil ini tidak lepas dari usaha 33 Pokdakan atau kelompok pembudidayaan ikan yang memiliki 632 anggota dengan luas kolam 96,6 ha.

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 13


BUDIDAYA TAWAR Sumber foto: radarlampung.co.id

Pasar Benih Minat masyarakat terhadap budidaya ikan air tawar bertambah, sehingga berpengaruh pada permintaan benih ikan yang semakin hari semakin tinggi. Permintaan benih ini tidak hanya berasal dari Lampung Tengah dan sekitarnya, namun di luar pulau Sumatera juga. Oleh karena itu, warga Kecamatan Kalirejo membuka pasar benih ikan bernama Mitra Jaya untuk mengakomodasi permintaan benih ikan air tawar yang semakin tinggi. Pasar ini terletak di Jalan Raya Sukosari RT 1, RW 1 Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Benih gurame yang dijual di pasar ini tersedia berbagai macam ukuran. Mulai dari benih ukuran gabah, kuku klingking, ukuran kuku jari tengah, ukuran kuku jempol, ukuran silet, ngorek, jingo, dan ukuran super. Pembudidaya biasanya memang menyebut benih gurame berdasarkan nama benda yang ada di kehidupan sehari-hari, bukan per sentimeter. Di Pasar ini tersedia pula benih ikan patin, ikan lele, ikan mas, dan ikan nila. Bicara soal harga, ikan gurame memang terhitung lebih mahal jika dibandingkan dengan ikan lele ataupun ikan mujair.

Benih grame ukuran super. (Sumber foto: pasarbenihikanmitrajayalampung. blogspot.co.id)

Benih grame ukuran

jinggo. (Sumber foto: pasarbenihikanmitrajayalampung. blogspot.co.id)

Benih grame ukuran kuku jempol. (Sumber foto: pasarbenihikanmitrajayalampung. blogspot.co.id)

Faktor yang mempengaruhinya adalah segi ukuran gurame yang besar, biaya dan lama pemeliharaan yang lebih. Bagi kalangan pembudidaya, untuk membesarkan ikan gurame dengan bobot 0,5 kg per ekor saja membutuhkan waktu sekitar 4 -5 bulan. Sementara itu, ikan mas atau mujair, masing-masing membutuhkan 2 - 3 bulan saja untuk mencapai bobot 0,5 kg per-ekor. Harga ikan gurame berbeda di setiap daerah, namun cenderung stabil setiap bulan. Jika harga di Lampung untuk satu kg Gurame bisa mencapai Rp 30 ribu-38 ribu rupiah.

Sementara untuk harga dari pembudidaya langsung sebesar Rp 28 ribu per kg. Keistimewaan budidaya gurame dengan budidaya ikan lainnya adalah segi kepraktisan dan metode usaha yang lebih sederhana. Mengapa? Hal ini dikarenakan budidaya gurame relatif hemat tempat karena tidak membutuhkan sarana dan prasarana seperti kolam, instalasi air, dan pakan yang bersifat kompleks di setiap segmen usahanya. Pembudidaya tidak perlu melakukan seluruh segmen usaha, sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Segmen usaha tersebut ialah pembenihan, pendederan I, pendederan II, pendederan III, pendederan IV, dan pembesaran. Kondisi di lapangan, permintaan gurame di pasar lokal belum dapat dipenuhi pembudidaya setempat. Saat ini, baru 30 % permintaan pasar lokal maupun internasional yang dapat dipenuhi. Hal ini membuka peluang bagi pembudidaya baru untuk turut terlibat dalam mengembangkan sektor perikanan air tawar, khususnya komoditas gurame.

(DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER)

14 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


BUDIDAYA IKAN HIAS (Sumber foto: Istimewa)

MENGENAL LEBIH JAUH IKAN MANFISH Berlokasi di Kabupaten Lampung Selatan, terdapat pusat usaha budidaya ikan hias, yaitu Kecamatan Natar. Arwana, botia, oscar, cupang, manfish, tetra, blackgost, koki, koi, dan lobster air tawar merupakan jenis ikan air tawar yang dibudidayakan. Pembeli ikan hias di Kabupaten Natar berasal dari dalam dan luar provinsi

I

kan Manfish adalah ikan hias air tawar yang memiliki tubuh lebar dan tipis. Sebagian orang menyebut ikan ini dengan Angelfish atau ikan malaikat. Tidak heran, warna-warna ikan manfish memang menarik dan berwarna-warni. Ditambah, gerakannya yang begitu tenang membuat ikan ini dicintai berbagai kalangan untuk menghilangkan stress. Tergolong ke dalam family Cichlidea, ikan malaikat ini dapat hidup di perairan air tawar (pH 6 – 8) dengan arus yang tenang serta punya banyak tanaman air. Suhu air ideal untuknya berkisar 24 – 30o C. Panjang ukuran ikan Manfish rata-rata 7,5 cm.

Keistimewaan ikan manfish adalah ia mampu membuat perlindungan terhadap keturunannya. Ikan ini tidak memakan burayak atau anakannya yang baru menetas. Pakannya pun cukup mudah didapatkan, seperti cacing beku, jentik nyamuk, cacing kering, dan pelet. Ikan manfish termasuk omnivora. Meskipun habitat asli ikan manfish ini ada di perairan Amazon, Brazil, Columbia, dan Peru, ikan ini sudah banyak dibudidayakan pula di Indonesia. Usaha pengembangan budidaya ikan ini telah dilakukan melalui Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.

Selain itu, banyak masyarakat Indonesia yang sudah sukses membudidayakan ikan manfish ini. Salah satunya ada di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Berbagai macam warna ikan manfish tersedia. Di antaranya warna putih, hitam, belang-belang ada pula ikan manfish yang warnanya kekuningkuningan. Bagi kamu penikmat ikan hias, pasti ikan ini menambah daya tarik tersendiri. Umur indukan ikan manfish kurang lebih 7 bulan dengan jumlah telur 500 hingga 1000 butir. Biasanya induk ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus.

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 15


BUDIDAYA IKAN HIAS Beberapa Jenis Ikan Manfish

Super veil manfish

Silver Manfish

Platinum manfish

Zebra Manfish

Gold Pearlscale

(Sumber foto: majalahikan.com)

Marble manfish Setelah induk mengeluarkan telurnya, ikan manfish jantan akan menyemprotkan spermanya pada semua telur, sehingga telur-telur tersebut terbuahi. Perawatan larva hingga burayak ikan manfish berumur kurang lebih 7 hari. Ketika merawat burayak ikan, sebaiknya diberi pakan alami seperti Artemia sp karena memiliki kandungan protein tinggi dan sesuai dengan mulut burayak. Pakan sebaiknya diberikan dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hingga berumur 10 hari. Setelah itu burayak dapat diberi pakan cacing tubifex.

Pendederan dilakukan setelah burayak berumur 14 hari hingga 30 hari. Selanjutnya dipindahkan ke wadah pembesaran. Selama masa pembesaran, para pembudidaya sebaiknya menyiapkan aliran air ke dalam wadah pembesaran. Kepadatan penebaran untuk pembesaran ikan manfish sekitar 100 ekor/m2. Pakan yang baik saat pembesaran ikan manfish adalah cacing tubifex ataupun pelet hingga ikan manfish berumur 60 hari. Terdapat jenis parasit yang biasa menyerang ikan manfish. Diantaranya yaitu Triodina sp, Chillodonella sp dan Epystilys sp.

Sedangkan bakteri yang biasa mengifeksi ikan manfish adalah Aeromonas hydrophilla. Penanggulangan untuk mengatasi hal ini bisa diberikan formalin 25 % NaC1 500 ppm, sedangkan untuk bakteri bisa diberikan obat oxytetrachycline 5-10 ppm dengan cara perendaman 24 jam. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, lakukan upaya preventif seperti menjaga kualitas air dan pemberian pakan yang tepat.

(DASAIRY ZULFA/MAJALAHIKAN.COM)

16 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


EKSPOR UDANG VANAME DI LUAR PREDIKSI

BUDIDAYA PAYAU

Budidaya Udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahun 2017 diprediksi mempunyai prospek cerah dengan nilai ekspor meningkat. Di Provinsi Lampung sejak 2015 marak rehabilitasi tambak-tambak di Pantai Timur Lampung. Di Kabupaten Pesisir Barat juga terus dilakukan perluasan tambak-tambak superintensif. Sayangnya, realita menunjukkan hal lain. (Sumber foto: dokumen MAI)

S

elain usaha tambak udang meluas, harga jual di tingkat petambak cenderung naik. Harga udang vaname ukuran 50 ekor per kg (ukuran 50) naik dari Rp 75.000 per kg menjadi Rp 85.000 per kg. Udang ukuran 100 dari semula Rp 45.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg. Kenaikan harga ini mencapai Rp 10.00015.000 per kilogramnya. Beberapa faktor kenaikan harga udang ini disebabkan permintaan dunia yang bagus dan pengakuan terhadap kualitas udang Indonesia. Sayangnya, realita menunjukkan hal lain. Ekspor

udang Indonesia pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan 2016. Penyebabnya antara lain karena penyakit yang menyerang udang. Kemunculan tambak-tambak udang baru skala kecil belum cukup mendorong produksi. Tahun 2016 produksi udang sebanyak 315.000 ton. Sementara tahun 2017 produksi udang hanya sekitar 300.000 ton. Dari jumlah produksi ini memperoleh nilai ekspor 1,8 miliar dollar AS atau sekitar 12,13 triliun. Budhi Wibowo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan pemasaran

Produk Perikanan Indonesia (AP5I) menuturkan dalam beberapa tahun terakhir ekspor udang Indonesia stagnan di kisaran 190.000 ton per tahun. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan KKP, udang masih menjadi komoditas ekspor tertinggi untuk produk perikanan, yaitu sebesar 40 % dibandingkan tuna, tongkol, cakalang, rajungan, rumput laut, dan lainnya. Tahun 2016 ekspor udang mampu mencapai 1,43 miliar dollar AS, sedangkan tahun 2017 menurun menjadi 1,42 miliar dollar AS.

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 17


BUDIDAYA PAYAU Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Denny D Indradjaja, penurunan produksi udang terlihat pula dari penurunan penjualan pakan udang. Selama 6 bulan pertama 2017, penjualan pakan udang sebanyak 124.494 ton lebih rendah daripada periode 2016, yaitu 198.511 ton. Iwan Sutansto, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) mengatakan tahun 2017 memang terjadi penutupan perusahaan udang terintegrasi di wilayah Sumatera Selatan sehingga menekan produksi udang vaname hingga 70.000 ton. Penyakit udang yang masih menghantui para petambak udang adalah white spot syndrome (bintik putih) dan white feces disease (kotoran putih). Misalnya saja budidaya udang vaname di sepanjang Jalinpantim Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, terjangkit serangan penyakit bintik putih pada Januari 2018 ini. Akibatnya para petambak komoditas tersebut terancam gagal panen. Hal ini dialami oleh I Made Ardana selaku petambak udang vaname di Desa Tridar

mayoga, Ketapang, Lampung Selatan. Ia mengaku hampir rugi disebabkan ganasnya serangan hama bintik putih. Udang yang terserang penyakit tersebut awalnya mengalami bintik-bintik putih dan akhirnya mati. Ia pun memutuskan panen lebih cepat dari pada gagal total dengan kondisi udang masih berusia 50 hari. Akibat serangan penyakit bintik putih, lahan tambak udang vaname seluas 1,5 hektar milik Ardana hanya menghasilkan panen sebanyak 4,5 ton. Padahal, biasanya bisa menghasilkan 10 ton udang vaname size 60 dalam kondisi normal. Hal yang menyedihkan lagi harga pun ikut jatuh. Pengepul hanya membeli seharga Rp 53.000 per kg dengan rata rata ukuran 100. Kendala lain dalam budidaya udang di tambak-tambak baru adalah ketersediaan listrik yang masih terbatas. Padahal sarana listrik merupakan infrastruktur utama tambak. Banyak juga petambak yang terpaksa menggunakan genset sehingga biaya operasional lebih tinggi. Hal menyedihkan juga terjadi di Kota Cirebon yang

terkenal dengan Kota Udang. Menurut Kepala bidang Kelautan dan Perikanan Dinas PPKP Kota Cirebon Erythrina Oktiyani, pada tahun 2016 dan 2017 sudah tidak ada data yang spesifik pada komoditas udang karena produksinya semakin sedikit. Pembudidaya udang yang tercatat hanya dua kelompok, yang juga membudidayakan komoditas lain seperti bandeng dan nila. Saat ini tambak udang di daerah pesisir Cirebon beralih fungsi menjadi perumahan dan tambak ikan. Hanya tersedia lahan 3.500 meter persegi dari luas wilayah 37 ribu meter persegi untuk budidaya udang. Para nelayan pun enggan membudidayakan udang karena rentan terserang virus yang menyebabkan udang mati. Kedepan, Indonesia harus berupaya meningkatkan produksi udang agar tidak tertinggal dengan Vietnam. Ditilik dari laman vietnamnews. vn, ekspor udang Vietnam tahun 2017 mencapai 3,8 miliar dollar AS. Nilai ekspornya tumbuh sekitar 18 persen dibandingkan 2016.

(DASAIRY ZULFA/HARIAN KOMPAS)

(Sumber foto: Lampost.co)

18 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


INFO MAI STOP PRESS

LSP-AI

SERTIFIKASI ITU PENTING KOMPETENSI ITU KEREN

L

Merespon diberlakukannya pasar MEA sejak Desember 2015, mengindikasikan bahwa persaingan SDM semakin tajam dan perlunya SDM yang diakui kompeten di bidangnya termasuk tenaga kerja bidang akuakultur.

ahirnya Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia, atau disingkat dengan LSP-AI merupakan salah satu solusi cepat dalam menjawab fenomena kekurangan tenaga kerja terampil dan kompeten dalam industrit budidaya udang. LSP-AI merupakan lembaga independen yang telah diberikan lisensi Nomor : BNSP-LSP-445-ID) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Kemenaker RI yang memiliki wewenang dalam melakukan sertifikasi kompetensi profesi melalui uji kompetensi tenaga kerja dilingkup bidang akuakultur. Eksistensi LSP-AI siap membantu melakukan proses sertifikasi melalui uji kompetensi sesuai dengan klaster skema yang telah terlisensi dan mengacu pada Sistem Kerangka Kerja Nasional (SKKNI) sektor perikanan budidaya yaitu skema untuk operator tambak udang, operator mesin listrik budidaya udang, operator logistik budidaya udang, teknisi pengelolaan air budidaya udang, teknisi pembenihan udang, teknisi pembesaran udang, teknisi pengelolaan pakan udang, dan teknisi pengelolaan hama dan penyakit udang.

LSP-AI dalam mendukung proses sertifikasi kompetensi, saat ini telah memiliki 60 asesor kompetensi di bidang akuakultur yang siap melakukan assessment dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. LSP-AI juga telah memiliki 4 (empat) Tempat Uji Kompetensi (TUK) yaitu TUK FIKP Universitas Hasanuddin, TUK Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan, TUK Politeknik Perikanan Negeri Tual, serta TUK Universitas Jenderal Sudirman. Pengembangan jumlah asesor bidang akuakultur dan TUK di berbagai institusi dan daerah lain saat ini masih dalam proses ekspansi kerjasama dan ke depan akan semakin bertambah lagi. (SONNI KURNIAWAN/LSP-AI)

Info lebih lanjut hubungi: Email : info.lspakuakultur@gmail.com WA : 0857-4031-3146 HP : 0857-4031-3146 / 081215916591 (Sdr. Sonni Kurniawan) Website: www.lsp-ai.id

Panen udang lebih cepat untuk mencegah gagal panen total di Lampung Selatan.

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 19


INFO MAI

JSTA, TELAH TERBIT!

Merespon kebutuhan publikasi ilmiah para akademisi Indonesia di bidang akuakultur, JSTA pun hadir.

J

urnal Sains Teknologi Akuakultur (JSTA) (ISSN: 2599-1701) merupakan suatu jurnal ilmiah yang diinisiasi oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia yang mempublikasikan hasil penilitian maupun pemikiran pada semua aspek budidaya (hewan dan tanaman) dalam lingkungan perairan tawar, payau dan asin baik secara alami maupun terkontrol. JSTA diterbitkan 2 kali dalam setahun (April dan Oktober) dengan satu volume dan 2 nomor. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia. Naskah yang dikirimkan penulis kepada redaksi akan dievaluasi awal untuk subyek materi dan kualitas teknik penulisan secara umum oleh pemimpin redaksi, selanjutnya akan dikirimkan ke mitra bestari (peer review) sedikitnya 2 orang dibidangnya untuk dievaluasi substansi materi, sedangkan tahap akhir akan ada saran penyempurnaan dari pelaksana redaksi.Naskah yang telah dievaluasi dan dinyatakan diterima sesuai saran redaksi akan diterbitkan dalam jurnal JSTA. Naskah yang ditulis dengan bahasa yang tidak baik/tidak memenuhi format penulisan, tidak akan diproses oleh redaksi Bidang yang dibuka antara lain 1)Nutrisi dan Pakan; 2)Genetik dan Reproduksi; 3)Penyakit dan Kesehatan Akuakultur; 4)Manajemen Lingkungan; dan 5) Teknologi dan Manajemen.

PROSES PENGIRIMAN DAN PUBLIKASI Dokumen asli Anda (tidak pernah dipublikasikan dan tidak dipertimbangkan untuk dipublikasikan di tempat lain) mengikuti template standar JSTA. Kemudian dapat dikirimkan melalui situs JSTA http://jmai.aquasiana.org. Manuskrip yang sudah mengikuti template dan aturan penulisan akan ditinjau oleh 2 reviewer selama 3 minggu. Manuskrip revisi yang tepat akan diproses dan diterima untuk dipublikasikan di jurnal. Template naskah artikel JSTA dan panduan penulisan naskah dapat diunduh di jmai. aquasiana.org. Untuk pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi kami: aquacultureindonesia@ gmail.com. (ELTA/MAI) Publisher Bahasa Biaya Publikasi Type

: : : :

MAI Publishing Indonesia Rp 250.000,- (Indonesia) Open Access

20 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


INFO MAI JURNAL AI, MENDUKUNG KEILMUAN AKUAKULTUR Aquacultura Indonesiana (AI) (E-ISSN: 2477-6939) telah mencapai volume 18 dengan h-index 4. Jumlah kutipan yang dilansir sebanyak 51.

J

urnal AI adalah sebuah jurnal ilmiah internasional organisasi profesi nasional Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun. Jurnal AI mempublikasikan makalah-makalah ilmiah aspek akuakultur (nutrisi, penyakit, genetika dan pembiakan, kualitas lingkungan, eknologi sistem budidaya, manajemen akuakultur, ekonomi dan pemasaran, dan lain-lain). Terkait isi jurnal AI, MAI menyatakan sangat senang menerima setiap naskah yang baik dan berkualitas di bidang akuakultur, untuk diproses, dan diterbitkan di jurnal AI. Format naskah harus mengikuti aturan COPE (Commite of Publication Ethics). Paper yang dikirimkan kepada redaksi akan melewati proses peer review. Naskah bisa langsung dikirim ke http://aquasiana.org atau aquaculturaindonesiana@gmail.com. Bagi pembaca, silakan mengunduh publikasi paper AI di http://aquasiana.org/index.php/ai/issue/archive. Aquacultura Indonesiana menyediakan DOI (Digital Object Identifier) untuk setiap artikel yang diterbitkan. Jurnal Aquacultura Indonesiana telah terindek oleh: DOAJ, Google Scholar, WorldCat, CrossRef, BASE, British Library, OneSearch, dan ROAD. Indeksasi berikutnya adalah Academic Resource Index, CiteFactor, Mendeley, OAJI.net, ISJD, Scientific Indexing Services, DRJI, Publising Services, EBSCO, ProQuest, I-Scholar dan ULRICHEB (dalam proses tahun 2017). Informasi lebih lanjut silakan mengunjungi website AI, http://aquasiana.org atau menghubungi kami lewat email aquaculturaindonesiana@gmail.com. ELTA/MAI Informasi lebih lanjut silakan mengunjungi website AI, http://aquasiana.org atau menghubungi kami lewat email aquaculturaindonesiana@gmail.com. ELTA/MAI Publisher : MAI Publishing Bahasa : English Biaya Publikasi : $100 (Asing) Rp.1.000.000, (Indonesia) Type : Open Access

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 21


22 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


KOLOM

SEMBILAN ISU STRATEGIS MASYARAKAT AKUAKULTUR INDONESIA Oleh: Agung Sudaryono, Sekjen MAI

M

asyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) didirikan oleh berbagai stakeholder akuakultur nasional (akademisi, peneliti, praktisi, dan birokrat) berperan penting sebagai pendorong untuk mewujudkan pembangunan akuakultur nasional yang maju dan berkelanjutan, sekaligus sebagai wadah pemersatu dalam meningkatkan komunikasi, kompetensi, dan dedikasi antar stakeholder akuakultur nasional. Sektor perikanan budidaya (akuakultur) sangat berpotensi menjadi penyelamat sektor ekonomi kelautan dan perikanan karena akuakultur merupakan lumbung pangan protein. Indonesia, sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia memiliki sekitar 24 juta hektar wilayah perairan laut dangkal yang sesuai untuk usaha budidaya laut, 3 juta hektar lahan pesisir untuk usaha budidaya tambak, dan masih ada ekosistem perairan tawar untuk budidaya di darat. Dalam rangka mewujudkan pembangunan akuakultur Indonesia yang terintegrasi, maju, efisien, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan ada 3 cara yang harus ditempuh yaitu melalui (1) Revitalisasi semua sumberdaya yang ada agar efisien lebih produktif; (2) Extensifikasi (perluasan dan pengembangan) wilayah baru sebagai sentra produksi usaha yang merata di seluruh wilayah; dan (3) Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha produksi komoditas baru dan diversifikasi produk. Organisasi MAI memiliki peran sentral di mana para akademisi, peneliti, praktisi, birokrat, dan asosiasi berkumpul menjadi penengah agar peraturan pemerintah dan

rakyat di lapangan bisa saling mendukung dan bekerjasama satu sama lain, sehingga bisa mensejahterakan masyarakat. Guna menjawab tantangan dan menyamakan persepsi serta harapan, maka MAI pada tanggal 19 Desember lalu di Bandung (Aquatec) mengadakan Temu Stakeholder Akuakultur Nasional dengan topik: “Evaluasi Pencapaian Produksi dan Progress Teknologi Akuakultur Indonesia 2017: Problem, solving, & Outlook 2018�. Tujuan pertemuan dan diskusi ini adalah mendorong percepatan pengembangan industri akuakultur terkini dan memperkuat sinergitas antar stakeholder akuakultur. Pertama, MAI perlu melakukan survei data akuakultur dengan melibatkan asosiasi dan kerjasama dengan Forum Dekan FPIK (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan). Data akuakultur ini akan menjadi data dasar untuk pengembangan maupun evaluasi ke depan. Data akuakultur ini misalnya berupa data kepakaran akademisi, jumlah perusahaan perikanan budidaya, data daerah minapolitan, data ekspor dan impor akuakultur. Kedua, MAI perlu melakukan pemetaan produktivitas komoditi unggulan di setiap wilayah di Indonesia (dalam kurun waktu 3 tahun terakhir). Komoditas unggulan ini harus dijaga track recordnya supaya semakin berkembang dan mensejahterakan. Perlu juga menjaga atau mencegah timbulnya penyakit pada ikan. Ketiga, MAI perlu menyusun Roadmap supply chain atau rantai

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 23


KOLOM pasok komoditas unggulan akuakultur. Data akuakultur ini berkaitan dengan proses hingga pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Biasanya setiap produk yang sampai kepada konsumen akhir merupakan kumpulan usaha dari berbagai organisasi. Organisasi-organisasi inilah yang secara kolektif dianggap sebagai rantai pasok. Keempat, memperkuat kelembagaan MAI agar lebih berdayaguna. Kelima, MAI agar lebih fokus pada gerakan pemberdayaan masyarakatnya (agar akuakultur lebih berbudaya) yang mencakup pemberdayaan ekonomi, pengembangan sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan pembudidaya. Keenam, MAI siap mendorong dan mengembangkan techno-preneurship akuakultur dengan menciptakan banyak pengusaha muda di Indonesia.

Caranya bisa dengan membuat pelatihan dan lokakarya. Ketujuh, MAI mendorong pemerintah untuk mengalokasikan dana KUR yang lebih efektif daripada program bantuan paket produksi yang justru bersifat tidak mendidik mental pembudidaya, hasilnya tidak efektif dan dipandang gagal dari tahun ke tahun. Kedelapan, MAI akan menyusun buku petunjuk teknis: Teknologi Praktis Terbarukan Budidaya Komoditas Unggulan. Tentunya hal ini dapat mengedukasi masyarakat dalam mengembangkan budidaya perikanan. Kesembilan, saran dan solusi ke depan tahun 2018 kepada pemerintah (Menteri Kelautan dan Perikanan) adalah merubah atau mencabut Permen KP yang kontraproduktif dengan usaha perikanan tangkap dan perikanan budidaya (akuakultur) dengan mempermudah Regulasi dan Pengawasan diperketat. (AGUNG SUDARYONO/MAI)

(Sumber foto: Dok.MAI)

24 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


ENTERPRENEUR AGUSRI SYARIEF, USAHA HARUS HALAL, JUJUR, DAN BERKAH! Wirausahanya di sektor perikanan tidak mempertimbangkan apakah sektor tersebut yang paling prospektif dan menjanjikan keuntungan berlipat. Justru, yang ia pertimbangkan adalah nasihat ibunya untuk tidak berdusta atau menipu orang. Karena hasilnya untuk dimakan bersama keluarga, sehingga semua harus halal. Agusri Syarif Ketua IPPBS Lampung

D

i kalangan industri pertambakan udang, siapa yang tidak kenal Haji Agusri Syarif? Dia pemilik PT Anesta Agung sekaligus Ketua Ikatan Petambak Pantai Barat Sumatera (IPPBS) dan Penasehat Masyarakat Akuakltur Indonesia (MAI). Bapak berusia 70 tahun ini memulai usaha di bidang peternakan ayam petelur, meliputi distributor pakan unggas, dan ekspedisi. Kemudian pada tahun 1987, ia merambah budidaya udang. Tidak ada kata pensiun dalam kamus hidupnya. Semangat membangun sektor perikanan Indonesia, khususnya udang selalu berkobar. Sehari dalam sepekan Agusri tetap menyempatkan diri mengecek tambak udangnya di Kabupaten Pesawaran dan kandang ayamnya di Kabupaten Lampung Selatan. Wirausahanya di sektor perikanan tidak mempertimbangkan apakah sektor tersebut yang paling prospektif dan menjanjikan keuntungan berlipat. Justru, yang ia pertimbangkan adalah nasihat ibunya untuk tidak berdusta atau menipu orang. Karena hasilnya untuk dimakan bersama keluarga, sehingga semua harus halal. Usaha harus halal, jujur, dan harapannya menjadi berkah. Ketika memulai usaha dulu, ia melirik usaha peternakan ayam. Jika ayam sudah waktu nya dijual, ayam ditimbang dalam kondisi hidup dan dapat diketahui persis bobot dan jumlahnya.

Hal ini menghindari penipuan yang merugikan konsumen. Jadi, sampai sekarang Agusri selalu memegang erat nasihat orangtuanya itu. Kini, PT Anesta Agung yang berdiri pada tanggal 4 Januari 1994 dan berlokasi di JL Soekarno Hatta No. 111 Kota Bandar Lampung sudah memiliki kantor cabang di Tangerang, Banten. Agusri mengaku bahwa usaha udang berat dan menantang dibandingkan dengan usaha unggas miliknya. Selain fluktuasi harga yang tajam, serangan penyakit tiada henti turut menghantui para pembudidaya. Budidaya udang pun merupakan usaha padat modal. Tips dan trik bagi pemula adalah tidak jor-joran mengeluarkan biaya. Bila gagal panen terjadi, kerugian yang diderita masih bisa ditutupi. Pada tahun 2017 banyak budidaya udang di Pesisir Barat dan Bintuhan mengalami gagal panen disebabkan penyakit myo. Padahal awalnya tidak sedikit pembudidaya yang membuka tambak di Bintuhan, Kaur dan Pesisir Barat. Berbagai upaya pun dilakukan untuk menekan serangan virus Myo ini, tetapi hasilnya belum berdampak nyata meskipun tingkat kepadatan tebar sudah diturunkan hingga 70-80 ekor udang/m2. Tingkat kelangsungan hidup udang masih berkisar masih berkisar antara 60%-70%.

Terkait pengendalian penyakit, Agusri mengajak pengusaha udang lain yang memiliki tambak di perairan Teluk Lampung supaya meningkatkan penanganan limbah tambak sesuai UPL (Unit Pemantauan Lingkungan Hidup) yang sudah dibuat. Prinsipnya selama limbah bisa ditangani, harapannya penyakit bisa dikendalikan. Berdasarkan pengalaman, sebetulnya serangan penyakit pada unggas lebih hebat. Mulai dari ND (Newcastle Disease), lalu ada pula flu burung (Avian Influenza). Semua pengusaha ayam pun menerapkan SOP dan biosekuriti secara ketat, sehingga penyakit tersebut bisa dikendalikan. Ketika serangan flu burung pada 2012 datang, peternakan ayam bisa terhindar. Dalam menjalankan budidaya udang, Agusri menggunakan beberapa merek pakan agar bisa membandingkan pakan yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan udang. Ia pernah menggunakan pakan merek Gold Coin, Grobes, dan CP. Sementara untuk pengobatan menggunakan produk Blue Aqua. Merek Galpatch ia gunakan untuk kincir. Sementara untuk benur dibeli dari CPB, Swaqua, Globalqua, dan Luxindo karena sudah menjalankan biosekuriti yang ketat. Agusri menngakui budidaya udang memang berisiko tinggi, tapi seiring perkembangan teknologi budidaya risiko tersebut bisa dikendalikan. Ia berharap masa keemasan udang tahun 1990-an bisa didapat kembali. Potensi pasar udang global sangat besar dan terus berkembang, serta potensi lahan untuk dibangun tambak masih luas. Mari sama-sama bersinergi antar pembudidaya, pemerintah, dan masyarakat untuk menjaga kualitas perairan. Sehingga budidaya udang tetap eksis. (DASAIRY ZULFA/AGRINA)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 25


INOVASI/ TEKNOLOGI (Sumber foto: Dokumen.MAI)

PREBIOTIK, PROBIOTIK, DAN IMUNOSTIMULAN PADA PAKAN BUDIDAYA: PERTIMBANGAN KUALITAS UDANG

Oleh : George Baker Ahli sains dan teknologi makanan laut Florida dalam program penyuluhan Institut Teknologi Pangan dan Pertanian Universitas Florida.

P

enggunaan PPI sekarang menjadi praktik umum dalam budidaya udang. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan PPI ke pakan atau ke air budidaya itu sendiri. Telah diketahui dengan baik bahwa komposisi pakan sangat penting karena komponen gizi dari pakan akan terakumulasi di jaringan otot kultivan. Sebagai contoh fenomena ini dalam akuakultur, beberapa bahan telah menunjukkan bahwa komposisi asam lemak dari jaringan otot udang budidaya dipengaruhi secara signifikan oleh pakan. Pembibitan bakteri di saluran pencernaan udang dapat dilakukan melalui penambahan probiotik ke dalam pakannya. Beberapa peneliti telah menunjukkan resistensi penyakit yang lebih besar dengan peningkatan kelimpahan spesies Lactobacillus, Streptomyces, Bacillus, dan Vibrio di saluran pencernaan udang. Selain potensi manfaat untuk saluran pencernaan, PPI kemungkinan juga memberi keuntungan bagi udang dengan melindungi dari patogen di lingkungan mereka.

Apa itu Prebiotik, Probiotik, dan Imunostimulan? Probiotik didefinisikan sebagai mikrooganisme hidup atau bakteri baik dalam usus untuk memperbaiki sifat mikroflora asli atau meningkatkan kesehatan. Penggunaan probiotik dalam akuakultur telah diminati beberapa saat dan diselidiki oleh sejumlah peneliti, terutama sebagai alternatif obat antibiotik atau kemoterapi. Prebiotik adalah zat atau senyawa dalam pakan yang tidak dapat dicerna usus yang berfungsi sebagai suplemen untuk meningkatkan bakteri baik di dalam usus. Beberapa, tapi tidak sama sekali, definisi prebiotik termasuk imunosakarida dan mereka juga dapat diklasifikasikan sebagai imunostimulan. Imunostimulan adalah agen kimia, sediaan bakteri, polisakarida, ekstrak hewan, atau tumbuhan, faktor gizi, dan sitokin yang meningkatkan respons kekebalan tubuh dengan berinteraksi dengan sel sistem yang mengaktifkannya. Contoh imunostimulan adalah B-glucan, yang tampaknya meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan respon kekebalan pada udang budidaya.

26 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


INOVASI/ TEKNOLOGI Peninjauan makalah tentang penggunaan probiotik dalam akuakultur oleh Verschuere (2000), Martinez-Cruz (2012), Akhter (2015), Lakhsmi (2013), Hai (2015), dan yang lainnya memberikan informasi berlimpah yang melibatkan penggunaan probiotik dan manfaat untuk percepatan pertumbuhan, penghambatan patogen, kecernaan nutrisi, kualitas air, toleransi stres, dan perbaikan reproduksi. Salah satu studi tersebut menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang hijau yang diternakkan sementara mengurangi penggunaan antimikroba sebesar 94%. Penggunaan Prebiotik, Probiotik, dan Imunostimulan di Industri Makanan Lainnya Industri daging babi dan unggas telah sukses besar menggunakan prebiotik dan probiotik untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pangan. Sebagai contoh, Suo (2012) menemukan peningkatan kualitas daging babi sebagai fungsi tekstur dengan memperkenalkan Lactobacillus plantarum ZJ316 pada makanan babi. Takashi dan lainnya (2005) menunjukkan peningkatan hasil karkas dan memenuhi kualitas unggas dengan menambahkan pakan dengan campuran prebiotik dan probiotik. Sejumlah penelitian yang dilakukan pada kualitas unggas dengan melengkapi pakan ayam dengan probiotik menunjukkan hasil atribut kualitas daging yang positif, seperti peningkatan kapasitas menahan air, kelembutan, stabilitas oksidatif, dan sifat sensorik. Meskipun penggunaan dan penerapan prebiotik, probiotik, dan imunostimulan pada hewan darat merupakan referensi yang baik untuk penelitian akuakultur, lingkungan hewan air sangat berbeda dengan spesies darat dan tidak dapat langsung diaplikasikan. Seperti Verschuere (2000) menunjukkan, “hewan budidaya perairan dikelilingi oleh lingkungan yang mendukung patogen mereka secara independen dari hewan inang …, mencapai kepadatan tinggi di sekitar hewan …. dan terus tertelan.” Dengan kata lain, hewan air yang dipelihara dalam kepadatan tinggi tunduk pada potensi agen penyebab penyakit yang lebih besar bila dibandingkan dengan hewan darat. Jika keberhasilan industri makanan lain yang menggunakan PPI harus diterapkan di industri akuakultur udang, modifikasi harus dipertimbangkan karena perbedaan lingkungannya.

Prebiotik, Probiotik, dan Penggunaan Immunostimulan dan Pertimbangan Kualitas Udang Puluhan publikasi peer-review telah terbukti efektif menggunakan prebiotik, probiotik, dan imunostimulan pada akuakultur udang. Penggunaan prebiotik, probiotik, dan imunostimulan sangat menarik, dipelajari dengan baik. Apa yang tampaknya kurang dalam literatur ilmiah adalah bukti (apakah positif atau negatif) bahwa penggunaan prebiotik, probiotik, dan / atau imunostimulan pada pakan udang mempengaruhi kualitas pasca panen yang dapat dimakan. Mudah untuk berasumsi bahwa jika bahan tambahan menghasilkan budidaya udang yang sehat, harus ada semacam manfaat yang diberikan pada kualitasnya sebagai makanan laut. Namun, asumsikan bahwa salah satu faktor antimikroba dari prebiotik, probiotik, atau imunostimulan berasal dari penurunan pH usus udang yang disebabkan oleh pembentukan asam laktat. Asam laktat menghasilkan aroma “susu asam”. Jika konsentrasi asam organik tertentu yang terbentuk oleh mikroflora probiotik tertentu cukup tinggi untuk mengubah warna, bau, atau rasa udang yang dipelihara di lingkungan ini, masalah kualitas akan terlihat. Analisis mikrobiologis udang yang dibesarkan di lingkungan kaya PPI sebagai metrik atau peraturan yang berkualitas akan terpengaruh. Sebagai alternatif penggunaan antibiotik, probiotik yang ditambahkan ke pakan atau persediaan air mungkin merupakan metode terbaik yang tersedia untuk menumbuhkan udang sehat dalam akuakultur. Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan menunjukkan fokus pada adaptasi campuran probiotik terhadap ekosistem laut dan konsekuensi potensial untuk mengenalkannya ke lingkungan akuakultur, seperti meningkatnya ekspresi gen resistensi antibiotik pada plasmid probiotik. Selain bidang penelitian yang sangat penting ini, diperlukan informasi tambahan untuk menjelaskan efek kualitas udang dalam penerapan prebiotik, probiotik, dan imunostimulan pada akuakultur udang. Seperti halnya dengan teknologi makanan, teknik baru dikembangkan dengan niat terbaik saat kita mencoba memberi makan populasi yang semakin banyak. Tanpa perhatian, bagaimanapun, teknologi dapat digunakan secara berlebihan dan kualitas pada akhirnya akan terpengaruh. (DASAIRY ZULFA/ AQUACULTURE VOL 43 NO 5)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 27


INOVASI/ TEKNOLOGI (Sumber foto: dok.MAI)

UDANG VEGETARIAN: BUDIDAYA UDANG BEBAS PELET Oleh: Nicholas Romano dan Vikas Kumar Salah satu kendala potensial dalam pakan udang, bagaimanapun, adalah persyaratan untuk kolesterol dan pigmen mahal. Suplemen tambahan seperti probiotik, prebiotik, ekstrak dan asam organik untuk membuat pakan fungsional selanjutnya meningkatkan biaya pakan.

B

udidaya udang bisa menjadi bisnis yang sangat menggiurkan di seluruh dunia, namun semakin ditandai dengan intensifikasi, dengan masukan pakan yang lebih banyak. Intensifikasi telah meningkatkan risiko wabah penyakit dan proporsi biaya operasi yang ditunjukkan oleh pakan bisa mencapai 60 persen. Berbagai strategi telah diselidiki untuk mengatasi masalah ini, seperti menggunakan pakan fungsional yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan udang dengan penambahan suplemen. Selain itu, peneliti terus mengevaluasi penggantian yang tepat untuk bahan laut yang lebih mahal (Gatlin et al 2007). Sebagai alternatif, petani dapat membuat pelet di lokasi dengan bahan yang tersedia secara lokal dan / atau menggunakan ikan rucah (Gonzalez dan Allan 2007). Ada beberapa kekurangan dalam praktik ini, seperti penggunaan umpan yang tidak efisien, yang menyebabkan kerusakan

kualitas air, kualitas bahan bervariasi dan pengenalan patogen yang potensial (Kim et al 2007). Dalam situasi ini, pendekatan yang berpotensi lebih baik adalah menggabungkan konsep “Aquamimicry� yang bergantung pada penggunaan dedak padi fermentasi (FRB/ fermented rice bran) untuk merangsang zooplankton alami (Romano 2017) dengan penyediaan tunggal kedelai fermentasi (FSY/ fermented soybeans) sebagai pakan untuk udang. Kombinasi ini yang benar-benar menggantikan kebutuhan untuk membeli atau membuat pelet disebut sebagai “kedelai fermentasi akimimetrik� (AFSY/ Aquamimicry fermented soybeans ). Meskipun bertentangan dengan praktik pertanian tradisional, AFSY telah berhasil dalam pertanian udang windu dan udang whiteleg yang luas dan semi intensif di beberapa bagian Thailand, Vietnam, Ekuador dan India.

Artikel singkat ini akan menjelaskan keseluruhan metodologi pertanian bebas pelet dengan menggunakan AFSY sebagai sarana potensial untuk meningkatkan efektivitas biaya dan keberlanjutan budidaya udang. Penerapan AFSY tidak memerlukan bahan kimia atau antibiotik yang keras karena penyakit diminimalkan dan kualitas air meningkat. Upaya sedang dilakukan untuk menyebarkan pengetahuan ini kepada petani di seluruh dunia dan untuk berbagi pengalaman, pendapat dan saran mereka dengan orang lain. Metode Studi Metode ini mengandalkan penerapan konsep Aquamimicry di dalam kolam dengan menambahkan FRB untuk merangsang produksi alami zooplankton (terutama copepoda) sebelum menebar udang. Untuk membuat FRB, dedak padi digiling menjadi bubuk halus, ditambahkan ke air dengan perbandingan 1: 1 dan kemudian probe

28 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


INOVASI/ TEKNOLOGI Bacillus atau enzim hidrolitik ditambahkan dengan aerasi. Setelah 24 jam, aplikasi awal campuran dibuat ke kolam pada 50-100 ppm. Copepoda akan mekar dalam waktu dua minggu, tergantung pada sumber air, suhu dan pengelolaan tambak sebelumnya, tapi bisa sedini dua hari. Aplikasi probiotik secara periodik ke air tambak dan menyeret rantai di sekitar dasar kolam juga harus dilakukan. Tidak perlu memiliki desain kolam terpisah seperti yang dipersyaratkan untuk Aquamimicry. Rincian lebih lanjut tentang protokol ini dapat ditemukan di Romano (2017) dan di www.bioshrimp.com. Setelah copepoda berkembang, larva pasca-awal ditebar pada 20 / m2, kerapatan yang jauh lebih rendah daripada peternakan intensif. Kepadatan yang tepat tergantung pada ukuran kolam, tingkat pertumbuhan, kualitas air dan permintaan pasar. Setelah stok, FRB ditambahkan setiap hari pada 1 ppm sepanjang siklus budaya untuk melayani dua fungsi penting. Pertama, ini akan menciptakan beberapa bioflok untuk membantu menjaga kualitas air, namun pada skala yang jauh lebih rendah (<25 mL / L yang diukur dengan kerucut Imhoff) daripada sistem berbasis bioflok yang telah mapan. Kedua, FRB akan mendukung zooplankton kolam dan bertindak untuk memberikan nutrisi tambahan pada udang. Selain itu, pasca larva yang langsung memakan pakan hidup, diyakini bahwa udang yang lebih besar dan lebih bentik mengkonsumsi telur copepod saat mereka tenggelam ke dasar kolam. Setelah udang mencapai 40-50 g (sekitar 180 hari kultur), harus segera dipanen sebagian untuk

GAMBAR 1. Fermentasi bungkil kedelai dengan bahan lain untuk digunakan sebagai pakan di kolam udang windu. (Sumber foto: was.org)

memastikan bahwa kerapatan stok tidak menjadi berlebihan. Untuk membuat FSY, crumble bungkil kedelai difermentasi dengan bahan tambahan dalam jumlah yang lebih kecil. Contoh formulasi ini ditunjukkan pada Tabel 1 dan dapat dilakukan dalam wadah sederhana (Gambar 1) atau dalam mixer semen. Pertanian lainnya menggunakan variasi formulasi ini, berdasarkan pengalaman dan ketersediaan bahan. Misalnya, kecap yang difermentasi bisa menggantikan garam dan dedak gandum yang bisa menggantikan dedak padi. Saat menerapkan campuran ini ke kolam, memberi nampan harus digunakan untuk mengukur dan menyesuaikan tarif makan. Tabel 2 menunjukkan jadwal pemberian makan secara umum, namun secara umum, kurang pemberian pakan lebih disukai daripada memberi pakan berlebihan sehingga meminimalkan dampak negatif dari kelebihan FSY yang membusuk di kolam.

Alasan Sukses Berdasarkan laporan dari pembudidaya yang menerapkan sistem pengelolaan ini, pertumbuhan udang dilaporkan bisa mencapai 0,5 g / hari dan bertahan hidup di atas 80 persen tanpa wabah penyakit serius. Ada beberapa kontributor keberhasilan protokol ini, termasuk peningkatan kualitas air, produksi pakan hidup yang dikonsumsi udang dan pretreatment SBM untuk meningkatkan nilai nutrisinya dan palatabilitasnya. Copepoda adalah sumber makanan alami udang, mengandung astaxanthin, asam amino dan asam lemak, seperti asam lemak omega-3, yang tidak ditemukan pada bahan dasar tanaman darat, seperti bungkil kedelai. Oleh karena itu, konsumsi makanan hidup oleh udang sangat penting, karena bungkil kedelai lebih rendah dari pada tepung ikan dalam makanan krustasea (Taher et al., 2017). Selain kekurangan nutrisi tertentu, protein tanaman sering mengandung sejumlah besar faktor antinutritional, termasuk asam fitat, polisakarida non-pati, protease inhibitor dan tanin yang mengganggu pemanfaatan nutrisi dan dapat memberi rasa pahit pada udang. (DASAIRY ZULFA/WAS)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 29


ORGANISASI (Sumber foto Istimewa)

PENTINGNYA ASOSIASI PEMBUDIDAYA UDANG, SCI Berdasarkan data Shrimp Club Indonesia (SCI), luas tambak intensif di Indonesia adalah 30.000 hektare milik 700 pengusaha yang tersebar di Medan, pantai barat Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Banyuwangi, Lampung, Bali, dan Lombok. Sekitar 60% produksi udang nasional berasal dari petambak intensif anggota SCI.

I

wan Sutanto, terpilih kembali sebagai Ketua SCI untuk periode 2017 – 2022 pada acara Munas IV tahun 2017di Bali. SCI berusaha mengorganisir secara rapi potensi budidaya udang dan menjembatani kepentingan dan permasalahan para petambak kepada mitra kerja dan pemerintah. Terbentuknya iklim usaha yang kondusif sehingga dapat mengikuti trend perkembangan usaha budidaya dunia dan mampu memenuhi harapan pasar domestik dan internasional yang semakin ketat merupakan cita-citanya. Tantangan dan tugas ke depan makin berat, terutama masalah perizinan dan regulasi di daerah. Iwan mengakui di usia SCI yang ke 13 tahun dan periode kepengurusan ke empat, SCI telah mendapat banyak apresiasi dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah dan mitra kerja terkait. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran organisasi dan dedikasi anggota pusat hingga daerah yang sangat nyata dan jelas. Mereka terus berkembang dan tanggap terhadap permasalahan yang ada. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, namun untuk kepentingan masyarakat dan NKRI juga.

Prestasi lain dari SCI, menurut Iwan adalah memperjuangkan larangan impor udang vaname yang berlaku setiap enam bulan untuk melindungi pembudidaya. Larangan impor tersebut sebagai pencegahan masuknya penyakit, walaupun kedua penyakit itu sudah ada di Indonesia. Dua jenis penyakit udang yang bisa masuk melalui impor adalah Taura syndrome virus (TSV) dan myo (Infectious myonecrosis virus/IMNV). Hal yang perlu diwaspadai juga adalah kalau udang impor itu dikemas ulang, lalu diekspor lagi ke Eropa atau AS. Nama negara dan bangsa Indonesia menjadi taruhannya. Mereka melarang udang impor diekspor lagi. Selain memperjuangkan kepentingan anggotanya, SCI juga memperjuangkan industri udang nasional. Industri udang nasional mendapat tekanan dari AS soal antidumping dan larangan ekspor ke Eropa pada tahun 2006. Akhirnya Indonesia berhasil lolos dari petisi antidumping AS dan larangan impor dari Eropa.

30 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


ORGANISASI Banyak hal yang dihadapi petambak anggota SCI maupun petambak tradisional. Salah satunya soal solar dan peraturan daerah yang kurang bersahabat. Iwan teguh membela para petambak udang. Hal ini juga berdampak pada lebih dari seratus ribu orang pedagang bakul udang. Mereka secara tidak langsung terlibat dengan bisnis udang SCI. Klub ini mempunyai sekitar 500 anggota, dan semuanya menikmati harga udang tertinggi yang pernah ada. Faktor pendukungnya adalah Indonesia merupakan salah satu produsen udang terbesar di dunia yang tidak memiliki EMS / AHPND. Broodstock dan postlarvae pun diproduksi secara lokal untuk memastikan penyakit tidak diimpor dari negara lain. SCI sangat merekomendasikan agar pembudidaya menggunakan pendekatan pengelolaan pertanian terpadu yang mencakup aspek gizi dan lingkungan. Salah satunya bisa menggunakan sistem bioflok dan semi-flok untuk menyeimbangkan ekosistem tambak Pada umumnya tambak udang yang ada dalam suatu kawasan berjalan sendiri-sendiri dan rawan dalam penularan penyakit. Padahal, permasalahan ke depan terkait pertambakan udang adalah terjadinya pencemaran sehingga kualitas air sumber menurun, dan timbul wabah penyakit yang sangat merugikan petambak. Jika dibiarkan, usaha budidaya tidak menarik karena terus merugi. Hal ini berimbas pula pada omset penjualan pakan, benur, dan tenaga kerja. Disinilah pentingnya Asosiasi Pembudidaya Udang seperti Shrimp Club Indonesia dari tingkat pusat dan daerah. Perlu aturan, penataan

kawasan, dan daerah peruntukan agar usaha berkelanjutan, tidak merusak lingkungan lingkungan, merugikan pihak lain, serta perlunya kelestarian lingkungan. Di Beberapa fungsi organisasi adalah mewadahi dan melindungi seluruh anggota (petambak udang) di seluruh Indonesia. Turut mengawasi adanya impor udang oleh pengusaha pengolahan Indonesia. Turut membantu mengatasi permasalahaan yang dihadapi para petambak. Memberi informasi kepada anggota terkait permasalahan yang sedang muncul. Meningkatkan kemampuan (SDM) anggota melalui pelatihan dan seminar. Pembudidaya udang juga perlu berorganisasi. Keuntungannya bisa mendapatkan informasi baru, alternatif solusi dalam pemecahan masalah melalui diskusi, dan ajang untuk saling tukar informasi. Selain itu, lingkungan pun lebih terkendali. Penyebaran penyakit dapat ditekan sehingga produksi dapat berkelanjutan (sustainable). Tantangan SCI ke depan menyangkut enam hal, yaitu 1)penyakit udang dan ikan lainnya yang semakin hari semakin banyak; 2) standar prosedur operasional atau SOP; 3)keamanan pangan; 4)persaingan pasar bebas; 5)lingkungan; dan 6)fish health and animal welfare. Ir. Maskur, MSi staff senior Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP berharap SCI mampu menjadi partner pemerintah dalam menghadapi persaingan global dan merebut pasar internasional udang. Ia pun mengajak SCI untuk bersama-sama mewujudkan target produksi udang 2018 sebesar 915 ribu ton. (DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER) (Sumber Foto : Dokumentasi MAI)

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 31


KOMODITAS PRIMADONA (Sumber foto: eatingjellyfish.com)

KAKAP PUTIH YANG MENDUNIA Walaupun namanya tidak sebesar kakap merah, kini kakap putih terus didorong sebagai komoditas unggulan di sektor perikanan di Indonesia. Saat ini, ikan yang bernama latin Lates calcalifer ini memiliki pasar ekspor yang cukup baik terutama di pasar Australia, Amerika Serikat, Eropa, bahkan negara-negara Timur Tengah. Tentunya. Selain sudah banyak diminati pasar dalam negeri

I

kan kakap putih memiliki nama latin yaitu Lates calcarifer. Nama yang lebih kerennya adalah Baramundi atau bisa juga Seabass. Ikan kakap putih yang hidup di Indonesia memiliki sebutan lain yang mungkin muncul karena keragaman bahasa yang ada di Indonesia. Selain memiliki pasar sasaran negara tujuan yang lebih luas dibandingkan beragam komoditas lainnya, Slamet Subjakto, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP menuturkan bahwa keunggulan kakap putih adalah pengolahannya tidak harus hidup, tetapi bisa berupa daging fillet dan olahan lainnya. Menurutnya, penguasaan teknologi pengembangan kakap putih juga sudah dikuasai dan pemeliharaannya juga dinilai nisbi lebih mudah.

Pertumbuhan Kakap Putih relatif cepat dan mudah menyesuaikan diri dengan llingkungan budidaya, serta secara ekonomis cukup menjanjikan. Sifatnya juga mampu memenuhi kolom air (schooling fish) atau bergerombol. Ikan kakap putih hidup di muara sungai hingga laut lepas, dengan rentang kadar garam dari 0-40 ppt. Prospek pemasaran ikan kakap putih sangat baik. Tingkat permintaan kakap putih yang cukup tinggi menyebabkan terjadinya penangkapan yang cukup intensif, sehingga ketersediannya di alam semakin menurun. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP terus berusaha meningkatkan dan mengembangkan budidaya laut kakap putih untuk memanfaatkan potensi yang masih cukup besar. Nelayan tidak lagi mengandalkan penangkapan,

32 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


KOMODITAS PRIMADONA KJA OFFSHORE (Sumber foto: dok.stargold)

tapi budidaya berkelanjutan. Jika digarap maksimal, hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia pun tak hanya jadi semboyan. Kementerian Kelautan dan Perikanan fokus mengembangkan komoditas ikan kakap putih dalam melaksanakan program Keramba Jaring Apung (KJA) offshore atau lepas pantai yang dilaksanakan pada tahun 2017. Slamet menuturkan bahwa sistem pembudidaya ikan ke depan tentu saja tidak menggunakan bahan antibiotik sedikit pun. Kita akan menggunakan vaksin seperti yang dilakukan Norwegia dengan pembudidaya ikan salmon di negaranya. Kerjasama Indonesia dengan Norwegia dalam pengadaan KJA Offshore saat ini di sebar di tiga lokasi yaitu di Sabang, Karimun Jawa, dan Pangandaran. Masingmasing KJA Offshore terdiri dari 8 lubang dan masing-masing lubangnya diisi 15.000 benih.

Sehingga satu KJA dapat mengelola 1.200.000 benih. Selama satu tahun pemeliharaan hingga mencapai ukuran 1 kilogram per ekor, dapat diperoleh hasil panen sebanyak 1.000 ton dengan asumsi tingkat kelulusan hidup (survival rate, SR) 80%. Dalam operasionalnya, KJA Offshore Sabang berada di bawah pengelolaan BPBL Batam dan BPBL Ujung Batee. KJA Karimun Jawa di bawah pengelolaan BBPBAP Jepara dan BPBAP Situbondo, sedangkan KJA Pangandaran di bawah pengelolaan BBPBL Lampung. Berbagai manfaat yang diperoleh dari pengembangan program ini adalah dapat mempekerjakan 1.450 orang, dan penggunaan tambak hingga sekitar 290 hektare. Untuk pengadaan benih, KKP menggandeng pembudidaya untuk melakukan pendederan kakap putih sebagai pendukung ketersediaan benih, seperti di daerah Jepara, Pati, dan Demak. Subkontraktor yang dilibatkan untuk membesar

kan benih untuk KJA Offshore Pangandaran adalah Pokdakan Mimi Soka di Subang dan pendederanKakap Putih di Tambak di Lampung. KKP juga akan memberikan bantuan revitalisasi keramba jaring apung kepada masyarakat sebagai upaya untuk menggerakkan kembali motivasi dari para pembudidaya agar mereka dapat kembali beroperasi. Kriteria penerima bantuan revitalisasi KJA yang ditetapkan KKP antara lain sudah memiliki badan hukum (namun memiliki kondisi teknis yang tidak operasional), berpengalaman usaha di bidang pembesaran ikan laut di KJA atau minimal telah mengikuti pelatihan. Pada tahun 2017 lalu, revitalisasi KJA sudah berjalan antara lain di Bintan 30 paket, Kepulauan Natuna 20 paket, Batam 25 tahun, Lampung Selatan 16 paket, Kepulauan Seribu 40 paket, Lombok Tengah 30 paket, dan Lombok Timur 30 paket

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 33


KOMODITAS PRIMADONA (Sumber foto: Dok.MAI) (Sumber foto: Dok.MAI)

(Sumber foto: Dok.Aquatec)

Harga Stabil Perekayasa Madya Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung Yuwana Puja, S.Pi, mengatakan prospek budidaya kakap putih saat ini sangat baik dan harga jual di Lampung (kondisi ikan hidup) cukup stabil yaitu sekitar Rp. 60.000,-/kg dengan ukuran 500 gr/ekor dengan masa pemeliharaan 5-6 bulan (dua kali dalam setahun). Salah seorang pembudidaya sekaligus pemasar ikan kakap putih, Effendi atau lebih populer disebut Aseng menyatakan bahwa untuk pasar hasil budidaya kakap putih masih sangat terbuka lebar, khususnya pasar lokal. Harga satu kilogram kakap putih di restoran adalah Rp140.000. Harga ini masih bisa bersaing dengan komoditas ikan lain. Selain itu, biaya produksi budidaya sekitar Rp23.000 Rp 25.000 per kg

dengan harga jual di KJA sekitar Rp60.000 per kg. Kira-kira keuntungan yang didapat mencapai 100%. Jadi, usaha budidaya kakap putih ini berpeluang menghasilkan keuntungan besar. Usaha pengembangan kakap putih saat ini dilakukan melalui pelaksanaan demonstration farm (demfarm) budidaya kakap putih dikaramba jaring apung (KJA). Salah satu usaha yang dilakukan adalah mengembangkan teknologi budidaya untuk kakap putih, sehingga menjadi komoditas unggulan perikanan budidaya laut (marikultur). Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) sendiri menargetkan produksi kakap termasuk di dalamnya kakap putih untuk tahun 2015 sebesar 312.500 ton. Target pertumbuhannya dalam jangka waktu lima tahun ke depan sebesar 17,31% per

tahun atau 589.800 ton pada 2019. Teknologi pembenihan dan pembesaran kakap putih sudah dikuasai Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) melalui Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) di seluruh Indonesia. Selanjutnya, teknologi ini dapat disebarluaskan ke masyarakat sehingga usaha budidaya kakap putih dapat dilakukan secara efisien dan menguntungkan. Pengembangan budidaya laut dengan komoditas kakap putih ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Penghasilan nelayan melalui hasil tangkapan ikan sangat tergantung dari musim. Oleh karena itu, melalui budidaya ikan kakap putih ini, nelayan akan tetap mendapatkan penghasilan meskipun tidak melaut. (DASAIRY ZULFA/ BERBAGAI SUMBER)

34 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


TANYA PEMBACA

TIPS DAN TRIK USAHA BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH

Wahju Subachri (Senior Fisheries Officer),Agis Riyani (Fisheries for Aquaculture Program), Nur Ahyani (Aquaculture Officer), Candhika Yusuf (National Coordinator for Fisheries Science Training), M Yusuf (Assistant for Aquaculture Program) Narasumber: Tim Perikanan WWF Indonesia

Para pembudidaya sebaiknya menggunakan standar nasional Indonesia (SNI) budidaya ikan kakap putih dan SNI sarana pembudidaya ikan yang telah ditetapkan oleh BSN dan cara budidaya ikan yang baik (CBIB) yang dikeluarkan oleh Dirjen Perikanan Budidaya.

Pertanyaan dan Jawaban : Bagaimana pemilihan lokasi yang baik untuk budidaya kakap? Secara umum, lokasi yang dipilih sebaiknya mudah dijangkau, mudah mendapatkan sarana produksi, termasuk benih dan pakan. Bebas dari pencemaran, terutama pencemaran logam berat, dan kondisi keamanan baik. Jika menggunakan sistem keramba, perairan harus terlindung dari ombak dan angin besar. Hindari dasar perairan yang mempunyai tutupan karang hidup yang masih baik. Bila harus dilakukan di daerah tersebut, perlu kehati-hatian agar tidak menimbulkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang. Sementara itu, bagi yang menggunakan sistem tambak harus dekat dengan sumber air laut. Tidak terletak di daerah rawan banjir. Perlu adanya penerapan biosecurity berupa pagar keliling untuk mencegah hewan berkeliaran di daerah budidaya. Desinfektan di depan pintu masuk dan jalur kolam untuk menghindari penyebaran penyakit. Sarana pengolah limbah (air dan lumpur dari kolam) baik berupa kolam atau parit yang berfungsi untuk mengendapkan bahan organik serta mengembalikan parameter kualitas air sebelum dibuang ke perairan umum. Pemilihan lokasi budidaya harus sesuai dengan kebijakan yang berlaku untuk menghindari konflik dengan pemanfaatan lain seperti kawasan pemukiman, konservasi,

penangkapan ikan, wisata, industri, dan lain-lain. Perizinan usaha juga harus dimiliki ya. Bagaimana kriteria pemilihan benih yang baik dan berapa padat tebar yang disarankan? Benih ikan kakap putih dapat diperoleh di tempat pembibitan ikan maupun pendederan yang bersertifikat CPIB. Ciri-ciri benih yang baik adalah warnanya cerah mengkilat, putih keperakan, tidak gelap, atau tidak pucat. Bentuk tubuh proporsional dan sirip lengkap tidak cacat. Bebas penyakit (diutamakan yang sudah divaksin), gerakan aktif, respon terhadap pakan yang diberikan positif dan responsif terhadap kejutan. Keseragaman ukuran minimal 80%. Bukan merupakan benih transgenik. Ikan yang ditebar di KJA sebaiknya beukuran > 10 cm dengan padat penebaran awal 100 ekor per meter kubik. Kemudian secara bertahap padat tebar diturunkan menjadi 50 ekor per meter kubik (untuk ukuran 35 g/ekor) dan menjadi sekitar 20 ekor per meter kubik (untuk ukuran 200 g/ekor sampai panen). Padat penebaran untuk tambak adalah 5-12 ekor per meter persegi, tergantung pada sarana penunjang yang diberikan seperti kincir dan konstruksi tambak. Ukuran benih yang digunakan adalah 10 cm dengan berat sekitar 20 g.

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 35


TANYA PEMBACA

(Sumber foto: ikijime.com) Terkait pakan ikan kakap putih, apakah bisa menggunakan ikan rucah? Penggunaan ikan rucah tidak disarankan karena memiliki berbagai kelemahan. 1) Ketersediaan pakan rucah sangat dipengaruhi oleh musim; 2) tingkat kesegaran ikan rucah sangat berpengaruh terhadap ikan budidaya, apabila ikan rucah sudah busuk dapat menyebabkan ikan budidaya sakit; 3) ikan rucah dapat menjadi perantara penyebaran penyakit; 4) di beberapa daerah pakan ikan rucah harganya mahal; 4) ikan rucah yang tersedia di pasaran kemungkinan telah diawetkan dengan formalin atau borax;, 5) penyimpanan ikan rucah membutuhkan fasilitas pendingin. Sangat dianjurkan untuk menggunakan pakan buatan karena formulasi pakan buatan pada umumnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi ikan laut, sehingga memberikan dampak baik terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan budidaya. Ketersediaan pakan buatan juga lebih stabil. Apa yang perlu diperhatikan saat memelihara kakap putih? Pengelolaan lingkungan budidaya merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting keberhasilan budidaya kakap putih. Perlu pemantauan kualitas air secara berkala untuk mengetahui perubahan warna air, blooming plankton, serta pencemaran. Tidak membuang sampah domestic ke perairan, termasuk ikan mati atau ikan sakit. Perlu juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pemantauan kualitas air secara berkala.

Apa saja penyakit yang biasa menyerang kakap putih? Dan bagaimana langkah pencegahannya? Penyakit bisa disebabkan oleh parasit, bakteri, virus, jamur, dan jenis non-infeksi. Ada penyakit gatal, bakteri perusak sirip, bercak merah, Saprolegniasis, dan malnutrisi. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah melakukan vaksinasi secara berkala sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Pemberian pakan harus cukup. Pantau kebersihan jaring dan lingkungan agar tidak ada sisa pakan yang dapat mengundang ikan perusak jaring. Perendaman dengan air tawar secara berkala saat grading untuk ikan yang sehat selama 5-10 menit. Pemberian vitamin, dan lakukan pemeriksaan kesehatan ikan secara berkala ke laboratorium. Kapan waktu panen yang baik? Lakukan saat ikan sudah mencapai ukuran panen seberat lebih dari 500 g atau sesuai dengan permintaan pasar pada tingkat harga yang paling menguntungkan. Lakukan pengecekan timbangan pada saat jual beli agar tidak ada pihak yang merugi. (DASAIRY ZULFA/WWF)

36 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


ALMAMATER INOVASI DAN TEKNOLOGI PERKUAT DAYA SAING AKUAKULTUR Oleh : Agil Setya Utomo, S.Pi (Departemen Akuakultur 2011 Universitas Diponegoro)

A

kuakultur merupakan salah satu sektor pangan global yang berkembang sangat pesat dengan rata-rata perkembangan melebihi angka 10% per tahun (FAO, 2010) Perkembangan ini sangat terjadi karena kebutuhan ikan semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia tiap tahunnya. Pada tahun 2050 diperkirakan produksi perikanan global harus mencapai 80 juta ton untuk memenuhi kebutuhan 9 triliun penduduk dunia (Olsen, 2015). Sebagai salah satu negara produsen perikanan terbesar, Indonesia harus ikut andil dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan ikan dunia. Kita tidak bisa terus bergantung kepada perikanan tangkap yang hampir mencapai titik maksimal sehingga kegiatan akuakultur akan menjaga keberlajutan suplai produk-produk akuatik. Hal ini menjadikan akuakultur menghadapi tantangan yang cukup besar, mulai dari kualitas ikan, ketersedian pakan, lingkungan, dan ketersediaan air. Dapat disederhanakan, tantangan sektor akuakultur saat ini adalah “bagaimana menghasilkan produk yang banyak dari sumberdaya yang terbatas!�. Apakah tanah dan air terbatas? Mungkin untuk negara kita, tidak sekarang tapi dimasa yang akan datang akan jadi isu yang cukup besar bukan kah dari air dan tanah kehidupan berasal? Jawaban untuk pertanyaan diatas adalah “teknologi�. Pelaku budidaya baik perorangan maupun industri, termasuk pemerintah di setiap negara mengembangkan teknologi untuk mendongkrak pertumbuhan produksi akuakultur. Di Indonesia, beberapa diantaranya sudah dikenal, yaitu teknologi resirkulasi, probiotik, bioflock, aquaponik, yumina dan bumina, teknologi 90% satiation feeding, protein sparing hingga perekayasaan genetika. Akan tetapi untuk menjawab tantangan di atas, teknologi resirkulasi lah yang paling tepat.

Meski demikian, peranan teknologi lainnya akan memberikan kesempurnaan untuk setiap teknologi yang diterapkan dalam bidang akuakultur. RAS (Recirculation Aquaculture System) memberikan banyak keuntungan untuk kegiatan budidaya dibandingkan dengan budidaya sIstem terbuka/flow-through termasuk dalam memaksimalkan skala produksi dengan air dan lahan yang terbatas, mengontrol lingkungan budidaya secara optimal agar lingkungan budidaya menjadi ideal untuk pertumbuhan ikan. Pada RAS dengan lingkungan yang sangat terkontrol, organisme budidaya terhindar dari berbagai macam gangguan seperti penyakit, parasit, predator, dan polusi karena dalam sistem RAS kontrol dilakukan secara cepat dan efektif. Kegiatan budidaya dengan RAS akan menjaga lingkungan khususnya tanah dan air. RAS tidak membutuhkan lokasi yang cukup luas untuk melakukan produksi secara besar dan optimal. Penggunaan air dengan volume yang relatif sedikit, dengan demikian RAS juga memberikan solusi untuk kesulitan air, yang disebabkan oleh konflik kepentingan, kualitas air, dan polusi dari pembuangan limbah. Di negara-negara maju budidaya dengan RAS sudah tidak asing lagi seperti pada budidaya salmon, kakap, kerapu, catfish, karper, tilapia, dll. Berbeda halnya dengan

Wadah Budidaya

Mechanical filter

UV disinfection

penerapan di Indonesia yang sampai saat ini terkendala pada mahalnya biaya investasi untuk memulai kegiatan budidaya dengan teknologi RAS, padahal Indonesia termasuk negara produsen ikan terbesar di dunia. Kemudian, RAS juga memerlukan sumber daya manusia yang terlatih dan terampil untuk menjalankan RAS karena cukup kompleks. Walaupun demikian, kita tidak perlu berecil hati, kedepannya Indonesia juga akan sejajar dengan negara-negara maju seperti Norwegia, Australia, dan Jepang yang sudah lama mengaplikasikan RAS dalam dunia akuakultur. Kita juga harus yakin, sebagai sarjana perikanan, pelaku usaha bidang perikanan, praktisi ahli, peniliti hingga pemerintah akan bersatu padu untuk mulai menerapkan sistem RAS di Indonesia sebagai sumbangsih dan bakti pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. (ELTA/MAI)

*Keterangan Gambar Sistem pengolahan air dasar terdiri dari filtrasi mekanis, pengolahan biologis dan aerasi / pengupasan. Instalasi lebih lanjut, seperti pengayaan oksigen atau disinfeksi UV, dapat ditambahkan tergantung pada kebutuhan.

Biofilter

Trickling filter

Oxygen enrichment

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 37


MILIKI AKSESORIS TERBAIK MAI

Topi MAI

Dilengkapi dengan penutup bagian belakang, membantu melindungi pemakai dari sengatan matahari. Topi ini biasa digunakan ketika di tambak, pesisir, kolam budidaya, maupun lokasi kerja lainnya. Tersedia warna coklat muda, krem, dan coklat tua

Harga

Rp. 50.000,-

Kaos MAI Kaos berbahan polo dilengkapi dengan kerah. Tersedia warna merah, kuning, dan biru

Harga

Rp. 100.000,Informasi pemesanan dapat menghubungi: Sonni Kurniawan (085740313146)

38 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


MILIKI BUKU-BUKU TERBAIK Salah satu gagasan cemerlang Presiden Jokowi yang mendapat dukungan publik dengan penuh antusiasme adalah tekadnya untuk mewujudkan Indonesia sebagai PMD (poros Maritim Dunia). Yakni Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaulat berbasis pada ekonomi kelautan, hankam, dan budaya maritim. Lebih dari itu, Indonesia kelak diharapkan menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa lain di dunia dalam berbagai bidang kelautan, mulai dari ekonomi, IPTEK, hankam, sampai cara menata pembangunan kelautan (ocean governance). Ada tujuh peta jalan pembangunan kelautan yang berupa kebijakan dan program bersifat jangka panjang, yang harus dikerjakan sejak sekarang dan berkesinambungan. Jika itu dilakukan, Insya Allah pada 2020 Indonesia akan menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (GNP/kapita sekitar 10.000 dolar AS), pada tahun 2025 menjadi negara maritim yang besar, maju, adil-makmur, dan berdaulat serta sebagai Poros Maritim Dunia. Bila kita mampu membangun wilayah pesisir dan lautan serta kekayaan alam yang terdapat di dalamnya secara produktif, efisien, inklusif, dan ramah lingkungan. Maka, kita akan mampu mengatasi sejumlah permasalahan utama bangsa, seperti pengangguran dan kemiskinan, kesenjangan antara kelompok kaya vs miskin yang kian melebar, disparitas pembangunan antar wilayah, buruknya konektivitas dan sangat mahalnya biaya logistik (26% PDB), gizi buruk, dan rendahnya daya saing serta PM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia.

Harga Rp 80.000,-

JUDUL: Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia; PENULIS: Rokhmin Dahuri; EDITOR: Arie Wibowo Irawan, Artanti Yulaika, Endang Darmawan, Yeyen Handayani; SETTING/LAYOUT & COVER: Iwan Priatna; UKURAN: 14,5 x 21 cm; HALAMAN: xiv + 310 Halaman; CETAKAN Keenam, April 2017; ISI: Paper Book 58 gr; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISBN: 978-60270193-2-4; PENERBIT: Roda Bahari

(3 in 1) CETAK BIRU PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Indonesia memiliki perairan laut yang potensial (sesuai) untuk usaha budidaya laut terluas di dunia (FAO,2002). Berdasarkan pada perhitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, maka potensi luas perairan laut Indonesia yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut tersebut terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia. Dengan teknologi budidaya (Keramba Jaring Apung atau cage nets) laut dalam atau laut lepas yang telah berhasil dikembangkan oleh Norwegia, Amerika Serikat, Kanada,dan Indonesia (BPPT), maka potensi luas laut yang cocok untuk usaha budidaya laut tentu akan bertambah luas. DUKUNGAN IPTEK UNTUK PEMBANGUNAN KELAUTAN Banyak faktor yang menyebabkan Indonesia tertinggal, mulai dari kelembagaan politik (political institution) yang menyuburkan budaya instan, premanisme politik uang (money politics), dan korupsi, bukan etos kerja yang unggul dan demokrasi yang adil dan mensejahterakan bangsa; sampai lemahnya penguasaan dan penerapan IPTK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam berbagai bidang kehidupan bangsa ini. Dan, salah satu yang terpenting adalah karena kita belum punya visi pembangunan yang tepat dan benar serta dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. MENGELOLA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI TENGAH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Tantangan bagi kita bangsa Indonesia di tengah era perubahan iklim global dan persaingan antara bangsa yang kian tajam ini (globalisasi) adalah bagaimana kita secara cerdas dan bijaksana mengelola pembangunan bangsa untuk mengembangkan daya saing nasonal; mewujudkan kedaulatan pangan dan energy; dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang bisa menciptakan banyak lapangan kerja dan mensejahterakan seluruh rakyat secara berkeadilan, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. JUDUL: (3 in 1) Cetak Biru Pembangunan Kelautan Dan Perikanan ; Dukungan Iptek Untuk Pembangunan Kelautan; Mengelola Pembangunan Berkelanjutan Di Tengah Perubahan Iklim Global; PENULIS: Rokhmin Dahuri; EDITOR: Herry Nurdi; SETTING/LAYOUT & COVER: Iwan Priatna; UKURAN: 10,5 x 15 cm; HALAMAN: 134;84;64 Halaman; CETAKAN Pertama, September 2012; ISI: Paper Book 58 gr; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISBN: 978-602-18871-0-3; 978-602-18871-10; 978-602-18871-2-7; PENERBIT: Roda Bahari

Harga Rp 50.000,-

Edisi Januari - April 2018 MAInfo | 39


Teknologi budidaya rumput laut yang dipaparkan oleh penulis dalam buku ini, memberikan pengetahuan yang lengkap tentang budidaya rumput laut. Mulai dari pengenalan rumput laut, persyaratan ekologi dan lokasi budidaya, pemilihan bibit rumput laut, hama dan penyakit, pemanenan, pasca panen hingga analisis usaha budidaya rumput laut. Penulis melengkapi uraiannya dengan informasi tentang teknologi yang dikembangkan berkaitan dengan budidaya rumput laut seperti teknik kultur jaringan. Buku ini menjadi ‘istimewa’ karena dilengkapi dengan glosarium, yakni “kamus kecil” sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami istilah-istilah perikanan yang tidak biasa digunakan.

Harga: Rp 120.000,-

JUDUL: Teknologi Budidaya Rumput Laut; PENULIS: Nunik Cokrowati,S.Pi.,M.Si; EDITOR: Agung Sudaryono, Mussalimun, Wikke Elta Ayu Selviani, Abdul Mufid; SETTING/LAYOUT & COVER: Tim Kreatif MAI Publishing; UKURAN: 15 x 20 cm; HALAMAN: 266 Halaman; CETAKAN Pertama, Mei 2017; ISI: Paper Book; COVER: Art Carton 260 gr; ISBN: 978-60261714-0-5; PENERBIT: MAI Publishing Pemesanan dapat menghubungi penulis 081907193232 (WA).

Global food demand increases 70% up to 2050 due to an increasing of the population. Economic crisis causing high unemployed people and high food demand has positioned aquaculture becoming an important industry sector as food supply and economic mover. Aquaculture is the world‟s fastest growing food production sector by about 11 percent annually. Aquaculture in Indonesia is one of the most feasible means answering the expanding demand for fish, looking at the leveling off in the capture fisheries production and increasing demand for seafoods. Indonesia has a potential to be the greatest aquaculture producer in the world (67.7 millions MT per year) consisting of marine aquaculture sector (47 millions MT), brackishwater aquaculture sector (15 millions MT), and freshwater aquaculture sector (5.7 millions MT). However, this high potency is just utilized up to 11% and this will be a challenge to trigger for the Indonesia aquaculture stakeholders to be the greatest in the future. This high potency (population and fisheries resources) will result in attracting overseas aquaculture stakeholders to invest and to be t he players in Indonesia A sustainable aquaculture management is needed in Indonesia, including the development of infrastructure, investment, friendly environment, production and human resources. Future global aquaculture industry growth especially in Indonesia will be severely restricted if the aquaculture industry remains reliant on fishmeal and fish oil. So that in the future, aquaculture industry must reduce reliance on fishmeal and fish oil as a key ingredient in aquafeeds. A focus on looking for new sources omega-3 will be very important in developing sustainable aquafeeds. The next 10 years, Indonesia will face some great challenges for the sustainable development of aquaculture industry. The International Conference of Aquaculture Indonesia would allow us to look at many threats and opportunities and consider how to best manage the sustainable development of the global aquaculture industry especially toward sustainable future aquaculture industry in Indonesia.

Harga: Rp 400.000,-

JUDUL: International Conference of Aquaculture Indonesia Proceedings (2014/2015/2016) ; EDITOR: Agung Sudaryono, Abdul Mufid; SETTING/LAYOUT & COVER: Tim Kreatif MAI; UKURAN: 20,5 x 29 cm; HALAMAN: 129-231 Halaman; ISI: HVS; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISSN: 2356-0800; PENERBIT: MAI Publishing

Info pemesanan hubungi : Wikke (085740313146)

40 | MAInfo Edisi Januari - April 2018


HARGA IKLAN MAINFO Berlaku September 2017 IKLAN HARGA

SPESIFIKASI

Cover II (Sampul Muka Dalam)

Rp. 12.500.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

Cover III (Sampul Belakang Dalam)

Rp. 10.000.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

Cover IV (Sampul BelakangLuar)

Rp. 15.000.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

2 (Dua) Halaman Tengah (Center Spread)

Rp. 20.000.000,00

Uk. 42 x 28 Cm

2 (Dua) Halaman Dalam Adventorial

Rp. 15.000.000,00

Uk. 42 x 28 Cm

1 (Satu) Halaman Warna

Rp. 7.500.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

1/2 Halaman Dalam Warna Vertikal

Rp. 5.000.000,00

Uk. 9 x 28 Cm

1/2 Halaman Dalam Warna Horizontal

Rp. 5.000.000,00

Uk. 19 x 19 Cm

Pemasangan Iklan Hubungi: Masyarakat Akuakultur Indonesia MAI Publishing Mussalimun Jl. Dewi Sartika IV No 70 Semarang Telp (024) 8318908 / 085740313146 Telp (024) 8318908 Email: publishingmai@gmail.com

Informasi Majalah MAInfo: Terbit: Setiap empat bulan sekali Ukuran: Majalah 21x28 cm Halaman: 48 Halaman full colour Penyebaran: Seluruh Indonesia secara online Harga iklan belum termasuk ppn 10% Belum termasuk biaya penulisan artikel advertorial Materi bahan iklan diserahkan sepekan sebelum majalah terbit



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.