MAInfo Edisi 2 September-Desember 2017

Page 1



DAFTAR ISI

6 TROPONG

Pesona Akuakultur Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat 12 BUDIDAYA LAUT

Genjot Produksi : BPBAP Takalar Sulsel Berhasil Benihkan Rajungan Secara Masal

14 BUDIDAYA TAWAR Nila Sultana , Unggulan Sukabumi

12 BUDIDAYA IKAN HIAS Ikan Cantik dari Jepang, Koi

2 Salam Redaksi 3 Surat Pembaca 4 Event 25 Info MAI 30 Enterpreneur 33 Inovasi /Teknologi 38 Organisasi 46 Tanya Pembaca 47 Almamater

22 BUDIDAYA PAYAU Progress Budidaya Kepiting Soka di Tanah Air

28 KOLOM

Memacu Pertumbuhan Ekonomi Berkeadilan (Rokhmin Dahuri)

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 1


SALAM REDAKSI Pembina Rokhmin Dahuri Pengarah Agung Sudaryono Pemimpin Umum/ Redaksi Mussalimun Redaksi Zulfa Sania Dasairy Wikke Elta Ayu Selviani

P

Layout & Desain Ichfar Jaffar Sodiq

TERUS MAJU

uji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmatNya sehingga Majalah MAInfo edisi 2 (September-Desember 2017) dapat diterbitkan. MAInfo diterbitkan oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia dengan tujuan sebagai media informasi internal maupun eksternal MAI terkait kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan akuakultur. Hal menarik yang dapat pembaca temui dalam majalah ini adalah rubrik Tropong yang mengangkat profil Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Daerah ini memiliki produk budidaya unggulan, yaitu mutiara jenis south sea pearl (SSP) atau mutiara laut selatan. Mutiara ini kami ulas di rubrik Komoditas Primadona, antara lain keunggulan, potensi, proses pembentukan, dan cara menentukan keaslian mutiara. Sementara itu, pada rubrik lain kami juga membahas tentang budidaya Nila Sultana, Rajungan, Kepiting Soka, dan Ikan Koi. Tentunya, kami juga menyediakan artikel menarik lainnya di rubrik kolom, event, entrepreneur, organisasi, dan lain-lain. Kami juga menantikan masukan dari Anda, pembaca budiman demi kemajuan majalah ini. Selamat membaca.

Kontributor Sonni Kurniawan Sirkulasi Tim MAI Publishing Alamat redaksi Jl. Dewi Sartika IV No. 70 , Sukorejo, Gunungpati, Semarang : (024) 8318 908 : 085724312584 : publishingmai@gmail.com Pemasaran : aquacultureindonesia@gmail.com : 085740313146 Redaksi menerima artikel liputan terkait akuakultur/ budidaya perikanan dan artikel opini untuk almamater disertai dengan foto kegiatan, kartu identitas, foto diri, dan data diri. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isi. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan. : www.aquaculture-mai.org : facebook.com/aquacultureindonesia : @mai.ias

2 | MAInfo Edisi September-Desember 2017


SURAT PEMBACA TESTIMONI TOKOH AKUAKULTUR

“MAInfo bagaikan pasokan energi dan sinergi positif diantara pelaku Akuakultur. MAInfo mengajak semua pihak untuk lebih semakin solid sesuai taglinenya, “Bersama Memajukan Akuakultur Indonesia”. -Iwan Sutanto (Ketua SCI)-

“Selamat dan sukses MAInfo, semoga menjadi media Akuakultur yang progresif, dinamis dan dibutuhkan masyarakat” -Sulkhaf (Kadin KP Provinsi Sulawesi Selatan/ Penasehat MAI Korda Sulawesi Selatan)-

Semoga MAInfo mendapat simpati dari para stakeholder akuakultur, khususon bisa menggairahkan akademisi untuk lebih giat membantu memajukan masyarakat pembudidaya melalui media MAInfo. -Agung Sudaryono (Sekjen MAI/ Dosen UNDIP)-

“Saya senang dan bangga MAInfo bisa terbit dengan harapan MAinfo bisa tampil beda dengan lainnya. Selamat dan Sukses !” -Agusri Syarief (Ketua Ikatan Petambak Pantai Barat Sumatera (IPPBS)/Penasehat MAI)-

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 3


EVENT

MAI Adakan FGD Pengelolaan Danau Toba yang Ramah lingkungan dan Berkelanjutan

M

edan – Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), organisasi profesi nirlaba nasional pada hari Senin tanggal 10 Juli 2017 telah menyelenggarakan acara FGD (Focus Group Discussion) dengan tema “Prospek pengembangan budidaya perikanan KJA yang berkelanjutan di Danau Toba”. Acara ini dihadiri oleh 47 peserta perwakilan dari berbagai instansi dan pakar bertempat di Hotel Aston City Hall, Kota Medan. Peserta yang hadir adalah Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan & Perikanan (KKP), Kepala Badan Riset & SDM KKP, Staff Ahli Kepresidenan, DPRD Prov Sumut, Kepala Dinas Perikanan & Kelautan Prov Sumut, BLH Prov Sumut, Direktorat Pencemaran KLH, Asosiasi Pengusaha KJA Kab Haranggaol, PT Aquafarm Nusantara, PT Suri Tani Pemuka (STP), dan Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I). FGD juga dihadiri oleh akademisi dan peneliti dari berbagai institusi (UNDIP, IPB, USU, Balai Riset, Universitas HKPB Nomensen, Universitas Wangenigen Nedherland, LIPI dan LSM Geopark Danau Toba).dalam menata Danau toba sebagai lahan untuk usaha budidaya perikanan KJA yang berkelanjutan dan berkeadilan.

LSP-AI Gelar Uji Kompetensi Bidang Akuakultur

B

aru- baru ini Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakakultur Indonesia (LSP-AI) telah sukses menyelenggarakan uji kompetensi profesi bidang Akuakultur. Kegiatan uji kompetensi ini dilaksanakan pada tanggal 22-23 Agustus 2017 di Tempat Uji Kompetensi (TUK) Universitas Pekalongan dan juga tanggal 28-29 Agustus 2017 di TUK BBPBAP Jepara. Jumlah peserta yang melaksanakan uji kompetensi ini sebanyak 112 peserta, mereka berasal dari kelompok- kelompok pembudidaya, operator dan teknisi tambak, pekerja di hatchery dan sebagian berasal dari industri pakan (PT. Matahari Sakti dan PT Central Proteinaprima). Pelaksanaan uji kompetensi diawali dengan arahan kepada peserta tentang penting dan perlunya sertifikasi profesi bagi para pekerja, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan uji itu sendiri. Skema yang diujikan yaitu operator tambak udang, teknisi pengelolaan air budidaya udang, teknisi pembenihan udang, teknisi pembesaran udang dan teknisi pengelolaan pakan udang.

Tujuan utama FGD adalah untuk membahas dan menyatukan pendapat bagaimana mencari solusi terbaik“Rembuk nasional terkait usaha KJA di Danau Toba ini merupakan kepedulian MAI setelah dalam Rakernas MAI di Bogor pada bulan April 2017 pihak AP5I meminta agar MAI memberi perhatian besar pada isu Danau Toba. Ketua MAI mengharapkan bahwa pertemuan ini dapat menghasilkan solusi yang berbasisscience tanpa melibatkan kepentingan politik manapun,” ujar Prof Rokhmin Dahuri selaku Ketua MAI dalam sambutan pembukaan. Arahan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya disampaikan oleh Direktur Kawasan, Direktorat Jenderal Budidaya KKP (Ir. Arik Hari Wibowo, M.Si). Kemudian arahan Kepala BRSDM KP disampaikan oleh M. Zulficar Mochtar, ST, M.Sc. Beliau menyebutkan bahwa daya dukung lingkungan untuk pemanfaatan Perairan Danau Toba telah dikaji minimal sebanyak 5 alternatif (30.000; 35.282; 50.000; 55.000 dan 10.000 ton/tahun) sehingga Pemerintah perlu segera menetapkan mana hasil kajian yang akan digunakan berdasarkan kesesuaian metodologi yang digunakan. Oleh karena banyaknya alternatif hasil kajian tersebut, sebaiknya perlu dilakukan review ulang dan menyempurnakannya agar dapat menetapkan daya dukung lingkungan secara bersama termasuk penetapan zonasi untuk KJA. Berdasarkan hasil diskusi yang berlangsung 5 jam tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, pengelolaan usaha KJA danau Toba harus berkelanjutan dan terintegrasi dengan melibatkan masyarakat pelaku usaha KJA kecil. Selain itu, perlu adanya upaya bersama tanpa ego sektoral agar seluruh pihak terkait dapat menyepakati saran/masukan tentang penentuan kuota produksi lestari untuk usaha KJA Danau Toba kepada PEMPROV Sumatera Utara. DASAIRY ZULFA/MAI

Sementara itu, asesor penguji dalam pelaksanaan uji kompetensi ini sebanyak 11 orang yang berasal dari UNDIP Semarang, UGM Yogyakarta, Universitas Pekalongan, dan Praktisi BBPBAP Jepara. Agung Sudaryono, salah seorang asesor penguji berpendapat bahwa uji kompetensi sejatinya sangat penting dilakukan karena merupakan suatu hak bagi setiap orang dengan profesinya untuk mendapatkan pengakuan atas profesi yang ditekuninya. Bentuk pengakuan tersebut terimplementasi dengan dimilikinya sertifikat kompetesi profesi apakah yang bersangkutan layak dikatakan KOMPETEN atau tidak pada suatu profesinya. Standarisasi pengakuan profesi juga telah berdasarkan standar baku nasional yang disebut SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Harapannya jika seorang telah dinyatakan KOMPETEN, kompetensi terhadap suatu profesi orang tersebut dapat diakui baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu dan tidak kalah bersaing dengan para tenaga- tenaga kerja lainnya baik dari lokal maupun tenaga kerja asing. (SN/LSP AI)

4 | MAInfo Edisi September-Desember 2017


EVENT MAI Hadiri FGD Kemenko Bidang Perekonomian

M

asyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang diwakili oleh Ibu Endang Jamal selaku Koordinator Daerah (Korda) Kota Ambon menghadiri undangan Focus Group Discussion {FGD) pada hari Selasa, tanggal 29 Agustus 2017 di Swiss-Belhotel Ambon, Maluku. Tema FGD kali ini adalah Peta Pasokan dan Kebutuhan Aneka Jenis Ikan Konsumsi Regional Papua-Maluku. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian yang dihadiri oleh berbagai stakeholder terkait, seperti Kementerian Kelautan Perikanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan. Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian PPN/BAPPENAS, Badan Pusat Statistik, Badan dan Dinas Provinsi Kabupaten/Kota, Perguruan tinggi, dan berbagai asosiasi atau pelaku usaha.

Kegiatan FGD ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang pasokan ikan dan kebutuhan aneka jenis ikan konsumsi pada wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Sasarannya adalah untuk menjamin ketersediaan pasokan dan kebutuhan aneka jenis ikan konsumsi lokal. Diskusi dilakukan secara panel setelah penyampaian materi per seksi. Acara diskusi terbagi atas 2 sesi dan masing-masing seksi terdiri dari 3 pemateri dan 1 pembahas. Adapun materi yang dibahas selama diskusi adalah sistem informasi pasokan ikan dan penerapan sistem rantai dingin di pelabuhan perikanan, implementasi sistem logistik ikan nasional, peta pasokan dan kebutuhan aneka jenis ikan konsumsi di provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, serta kebijakan daerah terkait pengembangan industri perikanan di provinsi Maluku.

Dari hasil pemaparan materi dan diskusi dapat disimpulkan bahwa pasokan dan kebutuhan aneka jenis ikan di regional Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat didominasi oleh produksi perikanan tangkap. Jaminan keamanan kualitas dan kuantitas pangan lokal didukung efektivitas dan efisiensi rantai pasok melalui optimalisasi sistem infrastuktur regulasi dan kebijakan.

DASAIRY ZULFA/MAI

RAKERNAS MAI Bersama Memajukan Akuakultur Indonesia

B

ogor (21-22 April 2017), Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) sebagai organisasi profesi akuakultur terbesar di Indonesia telah menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) tahunan yang diikuti oleh para akademisi, peneliti, asosiasi pelaku usaha budidaya dan korda MAI di berbagai daerah sebagai perwakilan para pemangku kepentingan budidaya di seluruh Indonesia. Tema yang diusung pada rakernas tahun ini adalah “Bersama Memajukan Akuakultur Indonesia�. Prof. Rokhmin Dahuri selaku ketua umum MAI periode 2015-2019 mengemukaan bahwa produksi budidaya perikanan/akuakultur Indonesia saat ini menduduki posisi kedua setelah China, sehingga potensi pemanfaatan usaha perikanan masih sangat terbuka. Menurutnya, total potensi ekonomi yang bisa dikembangkan dari usaha akuakultur diperkirakan sebesar 200 miliar dolar AS per tahun atau hampir sama dengan APBN 2017. Oleh karena itu, sektor perikanan budidaya seharusnya menjadi prioritas utama mengingat potensi akuakultur

nasional sangat besar, namun sayangnya hal ini belum dimanfaatkan secara optimal. MAI menilai, KKP dan Kementerian-kementerian terkait belum melaksanakan Inpres 7/2017 dan inpres 3/2017, tentang percepatan industrialisi Perikanan Nasional, khususnya yang berkaitan dengan perikanan Budidaya. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Indonesia (AP5I) Budi Wibowo, juga mengemukakan bahwa pemerintah dinilai belum berpihak kepada pengembangan budidaya nasional. Dengan demikian, MAI mendesak pemerintah untuk meningkatkan dukungan terhadap sektor perikanan budidaya nasional dengan fokus kepada pembangunan fasilitas pendukung dan infrastruktur budidaya meliputi jalan, jembatan, irigasi dan listrik, selain kemudahan perizinan dan pendanaan. Turut hadir dalam Rakernas MAI, Bapak Hardi Pitoyo selaku Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) wilayah Banyuwangi yang menyampaikan tentang perkembangan tambak udang skala mini di berbagai daerah. Beliau berharap agar pengembangan budidaya komoditas udang mendapat dukungan kebijakan dan kemudahan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan udang merupakan komoditas ekspor yang mendatangkan devisa negara. Sekjen Asosiasi Pembudidaya Catfish Indonesia (APCI), Azzam Bachrur dalam Rakernas April lalu juga bicara soal perlu upaya pengembangan pasar patin dalam dan luar negeri, apalagi jika dilihat dari sisi produksi patin di pembudidaya Indonesia saat ini cukup berlipah. Sedangkan, untuk komoditas lele perlu adanya pengembangan dan penerapan teknologi budidaya agar lebih efisien. WIKKE ELTA/ MAI

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 5


TROPONG

Pesona Akuakultur Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Pulau Lombok merupakan sebuah pulau di provinsi Nusa Tenggara Barat yang terpisahkan oleh Selat Lombok di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur. Luas pulau ini mencapai 5.435 km², menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram. Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia.

A

sal muasal nama daerah Lombok, konon berasal dari bahasa Sasak yaitu ‘Lombo’ yang berarti lurus. Sementara Sasak adalah suku bangsa yang mendiami Pulau Lombok, kurang lebih sebanyak 80%. Mereka menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Di Pulau Lombok ini terdapat 4 Kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur, serta Kota Mataram. Masing-masing wilayah memiliki kekhasannya sendiri. Hal ini tentunya menarik para wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Lombok Barat Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu dari 9 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas wilayah darat seluas 1.672,15 km2 dan perairan seluas 1352,49 km2 yang dikelilingi garis pantai sepanjang 182,17 km serta pulau-pulau kecil (gili dan taket) sebanyak 88 buah.

Pulau ini terbentang dari utara ke selatan Di antara 88 buah pulau-pulau kecil yang merupakan gili sebanyak 15 buah dan taket sebanyak 73 buah. Ibu kota Kabupaten Lombok Barat adalah Gerung. Daerah Lombok Barat memiliki potensi hutan mangrove sebesar 307,17 Ha, ekosistem padang lamun sebesar 291,87 Ha, potensi rumput laut 2.900 Ha, potensi tambak garam 279,192 Ha, dan potensi terumbu karang 866,59 Ha. Sementara itu, potensi areal budidaya laut untuk komoditas kerang mutiara dan abalone sebesar 6,90 Ha. Mutiara merupakan salah satu komoditi unggulan di Nusa Tenggara Barat, dan telah dikenal sebagai mutiara terbaik di dunia. Budidaya mutiara tersebar di sepanjang pantai Lombok dan Pulau Sumbawa. Produksi butir mutiara NTB pada tahun 2012 tercatat sebesar 0,17 ton dengan nila produksi sebesar Rp 1.262.250.000,00. Lombok Barat sendiri mengambil bagian wilayah produksinya sebesar 0,15 km2, dan diikuti Sumbawa Barat 0,02 km2.

6 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


TROPONG

Lombok Utara Kabupaten Lombok Utara beribukota di Tanjung yang sekaligus sebagai pusat Pemerintahan. Kabupaten Lombok Utara mempunyai luas wilayah daratan 809.53 km2 yang terdiri dari wilayah khusus (hutan lindung, kawasan margasatwa, dll) seluas 361,86 km2 (44,30%) dan sisanya daratan rata untuk lahan pertanian dll seluas 447,67 km 255,30%). Luas wilayah perairan Lombok Utara adalah 594,71 km2 dengan panjang pantai 127 km2. Potensi areal budidaya laut di Kabupaten Lombok Utara untuk komoditas kerang mutiara dan abalone mencapai 37,48 Ha, dan budidaya rumput laut sebesar 120 Ha. Namun, kabupaten ini lebih mengedepankan sektor pariwisatanya, di mana terdapat kawasan Gili Indah (Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan yang masuk dalam zona pengembangan kawasan pesisir dan laut provinsi NTB.

Pulau-pulau kecil di pesisir barat laut Lombok ini pun masih menjadi tujuan wisata utama pelancong domestik maupun mancanegara. Potensi pengembangan rumput laut di NTB semakin prospektif dengan pengembangan 10 kawasan minapolitan yang tersebar dari kawasan Pengantap Kabupaten Lombok Barat hingga ke kawasan Waworada Kabupaten Bima. Jumlah produksi rumput laut Lombok Barat mampu mencapai 36.495 ton pada tahun 2012. Pemanfaatan areal budidaya tambak di Lombok Barat terdapat di Sekotong, dan Lembar dengan potensi 1.233 Ha dan telah dimanfaatkan sebanyak 47%. Objek wisata di Kabupaten Lombok Barat adalah Pantai Senggigi, Taman Narmada, Hutan Seasot, Pantai Sekotong, Bukit Malimbu, Pantai Kerandangan, Pantai Batu Bolong, Pemandian, dan Hutan Lindung Suranadi, dan Hutan Wisata Pusuk.

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 7


TROPONG Gili Trawangan merupakan pulau terbesar dari ketiga gili ini. Biasanya para wisatawan memilih akomodasi, karena memang banyak tersedia penginapan mulai dari yang sangat murah hingga resor mewah. Banyak juga penduduk setempat yang menyewakan kamar di rumah-rumah mereka. Sementara itu, Gili Meno dan Gili Air berukuran lebih kecil dan sangat cocok bagi wisatawan yang menginginkan suasananya yang lebih sepi dan privat. Pulau-pulau ini memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sepi dan indah. Bahkan banyak yang menjadikan pulau ini sebagai pilihan tempat berbulan madu. Pantai-pantai di kawasan Gili Indah lebih bersih. Di pulau-pulau kecil nan cantik ini para pelancong dapat melakukan berbagai aktivitas, antara lain menyelam, snorkeling, atau sekadar bermalas-malasan di pinggir pantai sambil menikmati matahari tenggelam. Kabupaten Lombok Utara termasuk kabupaten termuda di provinsi NTB. Sebagai kabupaten yang baru, pemerintah Kabupaten Lombok Utara berupaya keras meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sehingga dapat bersaing dengan daerah lainnya. IPM kabupaten ini pada tahun 2012, memiliki indeks skor 61,37%, dan berhasil meraih predikat Peringkat 2 Naional sebagai Daerah Otonomi Baru Terbaik di Indonesia.

Lombok Tengah Kabupaten Lombok Tengah beribukota Praya. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.208,39 km² dengan populasi sebanyak 860.209 jiwa. Luas perairan lautnya mencapai 3987,56 km2, dengan jumlah pulau sebanyak 20. Tentunya, hal ini berdampak pada potensi areal budidaya lautnya sebesar 1.541,30 Ha untuk komoditas kerang mutiara dan abalone, dan budidaya rumput laut sebesar 1.200 Ha. Sementara itu, areal budidaya tambak Kabupaten Lombok Tengah tersebar di lokasi Mortak, Bilelando, Kidang Jerowaru, dan Sakra Timur. Dalam hal budidaya air tawar, Kabupaten Lombok Tengah memiliki potensi budidaya ikan air tawar yang cukup besar yaitu sekitar 15.291,57 Ha yang terdiri dari potensi pembudidayaan ikan di kolam sebesar 1.072 Ha, mina padi 2.250 Ha, dan pengembangan budidaya ikan melalui sistem Keramba Jaringan (KJA) di perairan umum sekitar 7.201,2 Ha. Budidaya air tawar ini tersebar hampir di semua kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah.

8 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


TROPONG Lombok Timur Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah 2.679,88 km² yang terdiri dari daratan seluas 1.605,55 km² (59,91%) dan lautan seluas 1.074,33 km² (40,09%). Kepulauan yang memiliki 35 pulau dalam wilayah administratifnya beribukota di Selong. Bentangan pantainya mencapai 220 km dari selatan ke utara. Pengembangan wilayah pesisir dan pulau– pulau kecil itu pun mencakup 6 kecamatan serta 22 desa/ kelurahan pantai, dengan jumlah nelayan perikanan tangkap sebanyak 16.434 jiwa. Potensi pengembangan budidaya Mutiara cukup luas yaitu 2.394,50 ton Ha dan baru di manfaatkan 1.962,50 Ha dengan tingkatan produksi mencapai 0,20 ton. Permintaan Mutiara produksi Lombok sangat di minati baik oleh pembeli dalam negeri maupun manca Negara karena mutiaranya memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan produksi daerah lain. Selain perairan tangkap dan bididaya perairan pantai Lombok Timur juga memiliki peluang cukup besar untuk pengembangan perikanan air tawar. Dari data yang ada tahun 2008 potensi produksi perikanan sekitar 21.497 ton,dimana potensi terbesar ada di kecamatan Aikmel, Pringgasela, Masbagik, Selong dan lainnya. Potensi perikanan tangkap di Lombok Timur mencapai 12.691,5 ton. Tahun 2009 nilai produksi perikanan tangkap sebesar Rp.150 Miliar. Selain potensi perikanan tangkap, laut Lombok Timur juga berpotensi untuk kegiatan budidaya laut yaitu mutiara, ikan kerapu, udang lobster, rumput laut, teripang dan kekerangan. Pemanfaatan potensi budidaya laut sampai dengan saat ini adalah budidaya mutiara 1.805,50 Ha; budidaya ikan kerapu 6,50 Ha; budidaya udang lobster 12,37 Ha; budidaya rumput laut 232,58 Ha;

sedangkan potensi budidaya teripang dan kekerangan belum termanfaatkan. Di samping itu, pemanfaatan areal budidaya tambak di Lombok Timur baru 7,7% dari total potensi 3.500 Ha dengan sebaran lokasinya adalah daerah Sambelia. Tantangan Pulau Lombok yang memiliki potensi perikanan karang yang tinggi, disisi lain terdapat ancaman terhadap degradasi ekosistem terumbu karang. Hal ini terlihat dari kerusakan habitat terumbu karang yang cukup besar, meninggalkan hamparan padang pecahan karang yang luas di hampir 40% luasan terumbu karangnya. Kondisi ini merata hampir di semua kabupaten di Pulau Lombok. Praktek penangkapan ikan dengan bom dan racun, diduga merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan ini. Tim peneliti WCS (Wildlife Conservation Society) menemukan bahwa biomassa ikan karang di Pulau Lombok sebesar 541,85 kg/Ha. Lokasi dengan biomassa ikan karang tertinggi ditemukan di Kabupaten Lombok Barat sebesar 818,43 kg/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Lombok memiliki potensi perikanan karang yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah di Indonesia Peneliti juga mencatat sebanyak 578 spesies yang berasal dari 162 genera dan 49 famili ikan karang yang ditemukan selama survei. Berdasarkan kelompok trofik, hampir 80% ikan karang di perairan Lombok didominasi oleh planktivora dan omnivora, yaitu kelompok ikan yang mayoritas dari famili Caesionidae (ekor kuning dan pisang-pisang), Pomacentridae (betok laut) dan Labridae (keling-kelingan), kecuali di Kabupaten Lombok Tengah.

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 9


TROPONG Penghargaan yang Pernah Diraih Pulau Lombok Melihat berbagai fakta di atas, tidak heran apabila Pulau Lombok mendapat berbagai penghargaan dalam dunia pariwisata. Beberapa prestasi yang pernah di raih oleh Pulau Seribu Masjid ini antara lain sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia pada tahun 2015. Istimewanya adalah, pada kompetisi ini Pulau Lombok mampu menyingkirkan negara-negara Islam yang sudah lebih dahulu dikenal sebagai destinasi wisata dunia. Diantara negara-negara pesaing adalah: Kairo (Mesir), Antalya (Turki), Amman (Jordan), Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Doha (Qatar), Istanbul (Turki), Kuala Lumpur (Malaysia), Teheran (Iran), dan Marrakech (Maroko). Selain sebagai destinasi wisata halal, Lombok juga menyabet beberapa gelar bergengsi lainnya seperti: World’s Best Halal Honeymoon Destination, dan World’s Best Halal Tourism Destination. Pulau Lombok menawarkan banyak kemudahan bagi wisatawan Muslim untuk menikmati berbagai destinasi wisata halal dan fasilitas-fasilitas wisata halal lainnya seperti, Kota Ampenan di Lombok Barat yang dipenuhi cafe-cafe, restoran, hingga entertainment halal. Jadi, tidak heran apabila wisatawan berkunjung ke Lombok, mereka bisa dengan mudah menemukan sajian kuliner hingga hiburan halal tanpa harus merasa khawatir dan was-was.

Lombok dan Sumbawa juga meraih penghargaan melalui website www.wonderfullomboksumbawa. com, sebagai yang terbaik. Website ini merupakan sumber informasi mengenai destinasi wisata halal di Pulau Lombok dan Sumbawa. Di website tersebut kita bisa menemukan berbagai informasi menarik mengenai destinasi wisata di Lombok. Mulai dari pantai, gunung, gili, wisata budaya, calendar event, wisata kuliner, tips berwisata ke Lombok, dan lain-lain. Tidak ketinggalan, informasi mengenai hotel dan transportasi juga tersedia di website ini. Penghargaan lainnya adalah Gunung Rinjani diakui oleh UNESCO sebagai satu dari sekian Global Geopark Network. Sehingga, saat ini Gunung Rinjani sering disebut “Taman Geopark,” sebagai ganjaran atas keindahan panorama alam yang dimilikinya. Salah satu pantai di Lombok Barat, tepatnya di Sekotong, bernama Pantai Desert Point Bangko-Bongko pernah meraih predikat “The Best Wave In The World” versi majalah Aussie Tracks. TripAdvisor sebagai salah satu website pariwisata terkemuka bahkan menjadikan Pulau Lombok sebagai salah satu dari 10 pulau tujuan wisata terbaik di Asia. Pulau Lombok menempati peringkat 5 dan Gili Trawangan ada di peringkat ke-6. Menyimak semua hal di atas, peran aktif seluruh pemangku kepentingan maupun warga dan wisatawan dalam penjagaan wilayah sangat diperlukan agar semua kekayaan Indonesia di Pulau Lombok ini dapat bertahan hingga anak cucu kita di masa depan. DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER

10 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 11


BUDIDAYA LAUT GENJOT PRODUKSI : BPBAP TAKALAR SULSEL BERHASIL BENIHKAN RAJUNGAN SECARA MASAL Permintaan ekspor rajungan (Portunus pelagicus) kian naik dari tahun ke tahun. Namun sayangnya ketersediaan kepiting laut ini justru semakin menyusut. Hal ini dikarenakan pemenuhan permintaan rajungan sebagian besar masih mengandalkan stok di alam.

R

ajungan (Portunus pelagicus) atau dengan nama umum Blue swimming crap merupakan salah satu komoditas perikanan penting andalan Indonesia yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi, baik sebagai komoditas lokal maupun komoditas ekspor.

Permintaan pasar terhadap rajungan terus meningkat setiap tahunnya dengan harga jual mencapai Rp. 70.000/kg. Tidak hanya pada pasar lokal, permintaan ekspor juga terus berdatangan dari negara Amerika Serikat, Australia, Kanada dan beberapa negara di Eropa. Tingginya permintaan pasar global terhadap rajungan, mendorong pasar untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun sayangnya, produksi rajungan di Indonesia masih berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, volume ekspor kepiting dan rajungan mencapai 28.11 ton dengan nilai US$ 329,7 juta, lalu meningkat pada tahun 2013 sebesar 34.172 ton atau setara dengan US$359,3 juta, namun pada tahun 2014 volume ekspor rajungan dan kepiting justru mengalami penurunan menjadi 28.090 ton dengan nilai US$ 414,3 juta dan pada tahun 2015 sebesar 29.038 ton dengan nilai ekspor US$ 321.842. Permintaan pasar yang tinggi seiring harga yang menguntungkan, telah menyebabkan eksploitasi intensif terhadap sumber daya rajungan di Indonesia. Rusaknya habitat dan eksploitasi yang di lakukan nelayan di be-

berapa daerah mengakibatkan rendahnya ketersediaan rajungan di alam. Padahal seperti yang kita tahu bahwa produksi rajungan di Indonesia sebagian besar masih mengandalkan hasil tangkapan di alam. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya melindungi komoditas rajungan dari eksploitasi berlebihan (over exploitation) di antaranya adalah dengan mengembangkan teknologi budidaya yang mampu mendorong keberlanjutan komoditas tersebut. KKP juga telah merilis Permen KP no 52 tahun 2016 yang merupakan perangkat untuk melakukan tindakan preventif bagi perlindungan komoditas perikanan, termasuk didalamnya adalah rajungan. Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan bahwa perlindungan terhadap komoditas perikanan termasuk di dalamnya rajungan, penting untuk dilakukan mengingat saat ini peran perikanan budidaya dinilai sebagai jawaban bagaimana di satu sisi kelestarian rajungan tetap terjaga, dan di sisi lain masyarakat masih bisa menikmati nilai ekonominya secara langsung. PEMBENIHAN RAJUNGAN DI BPBAP TAKALAR Salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di Sulawesi Selatan, Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar sejak tahun 2004 telah mengembangkan unit Pembenihan Kepiting Bakau dan Rajungan. Saat ini, BBAP Takalar merupakan unit pembenihan rajungan yang paling berhasil di dunia dan menjadi lokasi kunjungan studi banding dan pelatihan dari berbagai negara.

12 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


BUDIDAYA LAUT Nono Hartono, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Sulawesi Selatan membenarkan bahwa pihaknya telah mampu memproduksi benih kepiting dan rajungan secara massal. Kabar gembira ini pun disambut oleh semua pihak. Diakui Nono, kegiatan budidaya memang telah cukup lama dilakukan masyarakat, hanya saja belum memenuhi kaidah budidaya yang baik, di samping itu benih yang digunakan masih tergantung stok dari alam. Dengan adanya produksi massal benih ini, diharapkan mampu menyuplai kebutuhan benih bagi masyarakat. Kebutuhan benih nantinya tidak lagi bergantung dari alam, dan rajungan hasil budidaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar tanpa adanya eksploitasi penangkapan seperti yang saat ini terjadi. Kegiatan Restocking yang dilakukan di Perairan Pulau Sanrobengi , Takalar (Januari 2017).

Pembenihan rajungan dan kepiting di BPBAP Takalar, Sulawesi Selatan Benih rajungan dan kepiting yang diproduksi oleh BPBAP Takalar selain digunakan untuk budidaya juga disediakan untuk proses restocking di alam. Setiap tahunnya BBAP Takalar melakukan restocking atau penebaran kembali benih minimal 100.000 ekor crablet rajungan di habitat aslinya. Dampak nyata dari kegiatan restocking ini adalah peningkatan jumlah populasi rajungan dan kepiting di alam sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Saat ini Unit Pembenihan Rajungan, BPBAP Takalar terus menggenjot produksi benih rajungan. Sebagai gambaran, pada tahun 2016, produksi benih rajungan mencapai 126.400 ekor dan sepanjang tahun 2017 ini ditargetkan dapat memproduksi 800.000 ekor benih. Pada awal tahun 2017, BPBAP Takalar bekerjasama dengan PT. Kemilau Bintang Timur (KBT) dan Harbor Seafood,USA, telah melakukan restocking benih Rajungan (Portunus pelagicus) hasil pembenihan BPBAP Takalar berukuran crab 25 sebanyak 150.000 ekor . Perairan Pulau Sanrobengi , Takalar.

Kegiatan restocking ini sebenarnya merupakan agenda rutin yang telah dimasukkan dalam perjanjian kerjasama BPBAP Takalar sebagai unit pelaksana teknis dibawah Ditjen Perikanan Budidaya dengan PT. Kemilau Bintang Timur (KBT). Pada bulan April lalu juga dilakukan restocking sebanyak 25.000 ekor benih rajungan di perairan pangkep dan pada tanggal 7 September 2017 lalu, BPBAP Takalar kembali melakukan restocking benih rajungan di pantai Kuricaddia Nisombalia, Maros sebanyak 125.000 ekor yang turut dihadiri oleh stake holder terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan propinsi Sulawesi Selatan, DKP Kabupaten Maros, Penyuluh Perikanan, BPSPL Maros dan Karantina Ikan. Upaya restocking ini juga dilakukan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Jepara yaitu dengan menebar 200.000 ekor di tiga titik yaitu perairan Pulau Panjang dan Kawasan Peraran Jepara yang juga diprakarsai oleh 2 perusahaan yang bergerak di bidang usaha rajungan yakni PT. Kemilau Bintang Timur Cirebon dan Harbor Seafood. Ir. Aris selaku perwakilan dari PT. KBT mengemukakan bahwa PT. KBT akan terus konsisten menjaga kelestarian dan stok rajungan di alam. Pihaknya akan berupaya melakukan kegiatan budidaya rajungan di tambak sehingga kedepannya rajungan tidak selamanya mengandalkan tangkapan alam tetapi sudah dibudayakan agar stok rajungan di alam tidak punah.

WIKKE ELTA/BERBAGAI SUMBER

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 13


BUDIDAYA TAWAR

NILA SULTANA, UNGGULAN SUKABUMI Ikan Nila Sultana merupakan hasil persilangan 10 varietas nila unggul seperti nila gift, JICA, gesit, putih dan beberapa nila unggul lainnya. Nila ini dikembangkan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sejak 2001.

K

ota Sukabumi terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C. Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Kota ini merupakan salah-satu kota dengan luas wilayah terkecil di Jawa Barat. Di lokasi inilah Nila Sultana lahir, yang merupakan hasil persilangan 10 varietas nila unggul seperti nila gift, JICA, gesit, putih dan beberapa nila unggul lainnya. Nila ini dikembangkan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi sejak 2001. Varietas nila sultana mendapat pengakuan dari KKP dengan keluarnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.28/MEN/2012 tentang Pelepasan Ikan Nila Sultana pada 7 Juni 2012. Dalam pembesaran ikan nila Sultana, sangat cocok dibudidayakan monoseks, dengan tujuan agar kandungan gizi dari pakan yang diberikan terserap seutuhnya ke-

pada tubuh ikan tersebut karena tidak digunakan untuk kawin. Selain itu ikan nila ini sangat cocok disilangkan dengan ikan nila gesit. Abduh Nurhidajat dari BBPBAT Sukabumi memaparkan, hasil dari perkawinan tersebut menghasilkan benih ikan yang sangat baik dan pertumbuhannya lebih cepat sampai 40 persen. Biasanya ikan nila di panen pada size 4 atau 1 kg berisi empat ikan nila selama tiga bulan, tetapi Nila Sultana untuk mencapai bobot tubuh tersebut hanya di bawah tiga bulan. Nama Nila Sultana merupakan singkatan dari Seleksi Unggul Salabintana. Ikan nila ini memiliki beberapa keunggulan dari nila-nila lainnya seperti daya tahan tubuh yang bagus, telurnya yang lebih banyak dan pertumbuhannya yang cukup cepat. Ciri khas Nila Sultana tubuhnya lebih merah dan bagian perut terlihat terang. Nila Sultana dipelihara di beberapa daerah ternyata lebih cepat menyesuaikan diri dengan alam barunya. Sementara, dari satu bibit ukuran 3 kg bisa menghasilkan anakan kurang lebih 539 ekor. Untuk SR (survival rate) mencapai 95 persen, pertumbuhannya 3,67-4,25 persen setiap harinya dan tahan dari berbagai penyakit.

14 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


BUDIDAYA TAWAR Salah satu tugas BBPBAT Sukabumi adalah memperbaiki genetika reproduksi ikan nila yang setiap tahunnya mengalami penurunan kualitas akibat perkawinan yang tidak teratur. Hal ini menyebabkan ketidakjelasan genetik ikan nila. Untuk mengantisipasi hal tersebut, setiap penjualan bibit nila BBPBAT Sukabumi selalu sertakan surat keterangan asal dan terdata serta mengirimkan pendamping agar bibitnya nila sultana tidak dikawinkan secara bebas dengan varietas lainnya. Nila sultana bisa memiliki bobot 420 g/ekor bisa dicapai dalam waktu 120 hari dari penebaran bibit ukuran 2-3 cm. Hal ini diakui Sunanto Tjahyadi, salah satu pembudidaya ikan nila Sultana. Ia mampu mendulang omset hingga 13,5 juta rupiah. “Salah satu faktor penghambat dalam budidaya ikan nila dalah cuaca. Apalagi jika hujan terus menerus. Ikan nila dapat berkembang dengan biak dalam kondisi suhu air kolam antara 25 hingga 28 derajat, serta ph sekitar 6-8. Di bawah atau di atas suhu tersebut, perkembangan nila cukup lambat. Risiko paling fatal dalam budidaya ikan ya kematian,� ungkap Sunanto. Variasi Harga : Pertambahan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat ternyata mempengaruhi harga beberapa jenis pangan di pasaran. Salah satu jenis pangan yang memiliki permintaan cukup banyak yaitu ikan nila. Ikan satu ini memang terkenal akan rasa dagingnya yang enak, gurih, kenyal, dan tidak bau lumpur. Bahkan ikan ini menjadi komoditi ekspor dan menjadi konsumsi perusahaan besar pengolahan hasil ikan sehingga membuat nila sultana mempunyai nilai jual tinggi.

Ikan satu ini memang terkenal akan rasa dagingnya yang enak, gurih, kenyal, dan tidak bau lumpur. Bahkan ikan ini menjadi komoditi ekspor dan menjadi konsumsi perusahaan besar pengolahan hasil ikan sehingga membuat nila sultana mempunyai nilai jual tinggi. Harga ikan nila di pasaran cukup berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya saja harga ikan nila di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan saat ini sangat tinggi. Harga ikan nila per kg di kabupaten ini mencapai 35 ribu rupiah per kilogramnya. Harga yang sangat tinggi dibanding harga ikan tawar lainnya. Sementara itu, harga ikan nila di Kabupaten Nganjuk, JawaTimur ditawarkan dengan harga yang lebih murah, yaitu pada kisaran harga 21 ribu rupiah. Harga-harga ini bervariasi tergantung akan permintaan. Ikan air tawar jenis nila sering dijumpai di beberapa pasar tradisional atau di berbagai pasar ikan lainnya. Karena permintaan tinggi, tidak hanya mempengaruhi harga ikan nila di pasaran namun bibit i k a n nila juga semakin naik. Saat ini rata-rata harga ikan nila di pasaran sebesar 20.000-25.000 rupiah per kg. Tahun 2017 ini terlihat keoptimisan dalam geliat budidaya ikan nila. Semenjak 2016 lalu, harga nila di tingkat pembudidaya mengalami peningkatan. Soeprijatno Soebardjo, pembudidaya ikan nila asal Sleman, Jogjakarta menjelaskan, nila yang awalnya berkisar di harga Rp 19 ribu per kg naik menjadi Rp 25 ribu per kg. Faktor penarik inilah yang menjadi pemikat pertumbuhan pembudidaya nila yang cukup signifikan. DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 15


INFOGRAFIS

16 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


BUDIDAYA TAWAR

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 17


BUDIDAYA IKAN HIAS

IKAN CANTIK DARI JEPANG, KOI Ikan koi pertama kali dipopulerkan di Jepang. Sekitar tahun 1820-an para penangar ikan negeri sakura berhasil menyilangkan beberapa strain ikan mas menjadi ikan dengan warna merah dan putih yang menarik. Ikan hasil persilangan ini dikenal dengan nama koi.

N

egeri ini memiliki banyak jenis ikan hias air tawar. Menurut catatan KKP, terdapat lebih dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang diperdagangkan secara global. Dari jumlah itu, negeri kita memiliki 400 spesies. Namun hanya sekitar 90 spesies yang dibudidayakan masyarakat. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan, sebagai negara tropis dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah termasuk didalamnya potensi ikan hias, tidak heran saat ini Indonesia dijuluki sebagai “Home of Hundreds Exotic Ornamental Fish Species�.

Ikan koi pertama kali dipopulerkan di Jepang. Sekitar tahun 1820-an para penangar ikan negeri sakura berhasil menyilangkan beberapa strain ikan mas menjadi ikan dengan warna merah dan putih yang menarik. Ikan hasil persilangan ini dikenal dengan nama koi. Kemudian tahun-tahun berikutnya berkembang ikan koi dengan berbagai varian warna menarik lainnya. Ikan koi ini cocok dipelihara di kolam bukan akuarium. Hal ini disebabkan daya tarik ikan koi terdapat pada warna-warni yang indah bila dilihat dari atas. Ikan koi juga memerlukan ruang gerak yang luas

Salah satu komoditas ikan hias air tawar introduksi yang sampai saat ini masih menjadi primadona di pasar internasional dan merupakan ikan hias kelompok mahal, serta fluktuasi di pasaran pun relatif stabil adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Komoditas ikan hias koi telah menjadi komoditas andalan di beberapa daerah seperti Sukabumi, Cianjur, dan Blitar karena telah berhasil mengangkat perekonomi masyarakat dan menjadikannya sebagai alternatif penghasilan selain padi.

Saat ini, budidaya ikan Koi di Indonesia untuk Jawa Barat terpusat di Sukabumi dan di Jawa Timur terpusat di Blitar dan Kediri. Menurut Bapak Tri Pujayanto, selaku Sekjen Asosiasi Pecinta Koi Indonesia –APKI, daerah di Indonesia yang berpotensi besar menjadikan koi sebagai industri adalah Sukabumi, Bogor, Yogyakarta, Purwokerto, Blitar, Kediri dan Tulungagung. Jika kota penghobi koi adalah Surabaya dan beberapa ada di luar pulau Jawa, seperti Makassar, Bali, dan Palembang.

18 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


BUDIDAYA IKAN HIAS Berbagai macam acara diselenggarakan untuk mensosialisasikan ikan koi kepada masyarakat, di antaranya yaitu Jakarta Ornamental Fish Festival (JOFF), Lomba Tingkat Nasional yang ke13 Ikan Koi bertajuk “All Indonesia Young Koi Show 2017”, dan kontes ikan hias koi bertajuk ‘One Day Show Festival Koi Banyuwangi’. Kegiatan tersebut biasanya terdapat agenda bazaar, pameran ikan hias, kompetisi aquascape, dan lelang ikan koi. Sementara itu, kategori penilaian untuk lomba adalah proporsional badan, tekstur warna, serta kesehatan ikan atau cacat dan tidaknya ikan. Tri Pujayanto mengungkapkan bahwa orang yang memelihara koi itu sebenarnya sudah beruntung karena memelihara koi itu mahal bahkan lebih mahal dari makanan kita sehari-hari. Untuk hidup ikan koi membutuhkan listrik yang tidak boleh mati dan itu mahal. Jadi orang yang memelihara koi adalah orang yang beruntung dan pasti dia beruntung. Di sinilah salah satunya letak kenapa ikan koi dijadikan objek koleksi bernilai tinggi. Tri menambahkan banyak dan hampir semua jenis koi yang ada di Indonesia di ekspor ke luar negeri, seperti Jakarta yang pernah ekspor ikan koi ke Kuwait dan ada juga beberapa anggota dari APKI ekspor ke Jerman dan Amerika. Potensi besar sumberdaya ikan hias nasional, menjadi nilai strategis bagi Indonesia menggenjot penerimaan negara dari sumber devisa atas ekspor ikan hias Indonesia.

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai produsen dan eksportir ikan hias terbesar dunia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Ditjen Perikanan Budidaya menggenjot volume produksi ikan hias nasional. Bahkan tahun 2017 ini diproyeksikan mencapai 2,1 milyar ekor dan hingga tahun 2019 ditargetkan menjadi 2,5 milyar ekor. Penyumbang terbesar berasal dari ikan hias air tawar sejumlah lima sepesies antara lain Platy, baster, komet, cupang dan koi sebanyak 392 juta ekor. Sedangkan ikan hias laut, ikan nemo menempati posisi tertinggi dengan angka produksi sebesar 307 ribu ekor, disusul kemudian kuda laut, mandarin fish, banggai cardinal, dan blue devil. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, setidaknya ada 8 langkah strategis yang akan dilakukan yaitu : peningkatan mutu melalui penerapan SNI dan CBIB Ikan Hias; peningkatan produksi ikan hias, khususnya ikan koi dengan aplikasi vaksin, hormone, vitamin; mendorong konservasi dan perlindungan habitat ikan asli Indonesia; penguatan promosi dan pemasaran (branding); pelayanan terpadu satu pintu; meningkatkan kelancaran perdagangan dan transportasi; penyeragaman data dan informasi produksi dan distribusi ikan hias; dan pengawasan dan penegakan aturan. Khusus kebijakan yang telah dijalankan oleh Ditjen Perikanan Budidaya dalam meningkatkan produksi ikan hias Koi, yaitu dengan program “Koidi” berupa membudidayakan ikan hias dipadukan dengan cara bertanam padi, menggunakan minagrow dan vaksin. DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 19


INFOGRAFIS

20 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


BUDIDAYA IKAN HIAS

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 21


BUDIDAYA PAYAU

PROGRES BUDIDAYA KEPITING SOKA DI TANAH AIR Soft shell crab adalah salah satu produk andalan usaha perikanan laut di Indonesia. Permintaan pasar lokal maupun luar negeri yang terus meningkat untuk produk kepiting yang satu ini, membuat banyak penduduk pesisir Indonesia mengadu nasib untuk memproduksinya.

K

daya kepiting meskipun teknologi yang digunakan masih bersifat tradisional dan dipelajari secara otodidak

Kegiatan budidaya kepiting soka sudah berjalan dengan baik di Kota Banda Aceh terutama di Desa Lamjabat, Kecamatan Meuraxa. Bentuk produk kepiting yang hasilkan adalah softshell kepiting soka. Luas kawasan budidaya kepiting soka adalah 1 ha berhadapan langsung dengan pesisir pantai Lamjabat.

Sementara itu, di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah usaha budidaya kepiting soka banyak dilirik para petambak setempat, setelah usaha budidaya udang windu dan bandeng tidak lagi menjanjikan. Menurut mereka, budidaya kepiting soka relatif mudah dan tidak beresiko dibanding udang maupun bandeng, serta lebih cepat mendatangkan keuntungan. Para petambak memanfaatkan lahan tambak bekas udang maupun bendeng yang sudah tidak produktif lagi.

epiting merupakan salah satu komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi. Kepiting soka atau biasa juga disebut dengan istilah kepiting fase ganti kulit (moulting). Pengembangan budidaya kepiting bakau cangkang lunak ini merupakan diversifikasi produksi untuk menjawab tantangan pasar luar negeri. Data dari Direktorat Jenderal P2HP KKP pada tahun 2011 volume ekspor kepiting mencapai 23.089 ton dan mengalami tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya namun di sisi lain data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menunjukkan bahwa produksi kepiting bakau hasil budidaya berfluktuasi tiap tahunnya sehingga hal tersebut dapat mengindikasikan adanya kelemahan dari sisi produksi budidaya kepiting dibandingkan tingkat permintaan dari pasar yang cenderung meningkat.

Dari segi teknik budidaya dan pasar, kepiting soka sudah cukup dikuasai oleh kelompok pembudi22 | MAInfo

Pasar kepiting soka softshell dari kelompok pembudidaya di Desa Lamjabat adalah ke Kota Medan dan kemudian dikirim oleh perusahan di Medan ke Amerika Serikat. Koordinator Wilayah Jawa Tengah Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia (Hipilindo), Yuliana Ekawati MS.Ssi, mengatakan prospek budidaya kepiting soka cukup bagus. Ada sekitar 22 orang yang berminat usaha budidaya kepiting soka. Kemudian ia membelinya dari pembudidaya tersebut dan memasarkannya ke Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Denpasar.

Edisi September-Desember 2017


BUDIDAYA PAYAU Metode Budidaya Metode yang Yuli gunakan untuk budidaya kepiting Soka adalah sistem mutilasi, dimana capit dan kaki jalannya ini dipotong serta disisakan kaki renang. Hal tersebut bertujuan, agar mempercepat pergantian kulit dari kepiting itu sendiri. Pengawasan dilakukan setiap 2 – 3 jam agar kualitas kepiting Soka yang diproduksi tetap terjaga. Presentasi molting tertinggi biasanya pada jam 6 pagi dan jam 10 malam. Yuli juga menerapkan sistem polikultur bersama nila, bandeng, dan rumput laut. Di lain tempat, Rifa’i, Tony, dan Aisyah tahun 2014 telah berhasil mengaplikasikan teknologi budidaya kepiting soka menggunakan sistem crab box di perairan tambak non produktif di Kalimantan Selatan. Aplikasi dimulai dengan menyiapkan areal lahan tambak yaitu melakukan perbaikan pematang dan pintu air, pembersihan lumpur dasar, pengapuran, pengolahan tanah, pengeringan, dan pengisian air. Bersamaan kegiatan tersebut, dilaksanakan pula pembuatan rakit yang terbuat dari paralon 4x1,2 m. Selanjutnya rakit-rakit tersebut ditempatkan di perairan tambak dengan posisi mengapung di permukaan air. Kemudian, rakit tersebut ditempatkan crab box masing-masing sebanyak 80 buah. Setelah crab box terpasang di rakit maka penebaran benih siap dilaksanakan. Benih langsung dimasukkan ke crab box sebanyak 1 ekor. Benih yang dimasukkan tanpa melalui pelepasan organ capit dan kaki jalan sehingga pemeliharaan ini murni mengandalkan

pergantian cangkang secara alamiah. Di lain tempat, Rifa’i, Tony, dan Aisyah tahun 2014 telah berhasil mengaplikasikan teknologi budidaya kepiting soka menggunakan sistem crab box di perairan tambak non produktif di Kalimantan Selatan. Aplikasi dimulai dengan menyiapkan areal lahan tambak yaitu melakukan perbaikan pematang dan pintu air, pembersihan lumpur dasar, pengapuran, pengolahan tanah, pengeringan, dan pengisian air. Bersamaan kegiatan tersebut, dilaksanakan pula pembuatan rakit yang terbuat dari paralon 4x1,2 m. Selanjutnya rakit-rakit tersebut ditempatkan di perairan tambak dengan posisi mengapung di permukaan air. Kemudian, rakit tersebut ditempatkan crab box masing-masing sebanyak 80 buah. Setelah crab box terpasang di rakit maka penebaran benih siap dilaksanakan. Benih langsung dimasukkan ke crab box sebanyak 1 ekor. Benih yang dimasukkan tanpa melalui pelepasan organ capit dan kaki jalan sehingga pemeliharaan ini murni mengandalkan pergantian cangkang secara alamiah. Pada hari kedua setelah penebaran benih kepiting diberi ikan rucah segar sebanyak 5% dari berat tubuh per hari. Setelah 10 hari masa pemeliharaan sebagian kepiting mulai ada yang berganti kulit dan segera dipanen. Mulai saat itu pemanenan sudah dapat dilakukan setiap hari. Untuk mempertahankan kepiting agar cangkangnya tetap lunak maka setelah dipanen segera direndam di air tawar beberapa saat, kemudian dikembalikan ke airnya semula. Akhir dari rangkaian produksi ini telah dihasilkan produk kepiting soka yang siap untuk dipasarkan.

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 23


BUDIDAYA PAYAU Prof. Dr. Ir. Yushinta Fujaya, Guru besar di Universitas Hasanuddin (UNHAS) juga telah berhasil mengembangkan vitomolt sebagai stimulator molting kepiting yaitu dengan cara penyuntikan vitomolt 1/10 ml pada pangkal kaki renang kepiting, Vitomolt sendiri merupakan formula yang mengandung hormon molting dari kombinasi ekstrak bayam dan daun murbei. Kepiting soka akan terbentuk tanpa dilakukan mutilasi. Untuk membudidayakan kepiting Soka ini, ia membina lebih dari 20 petani kepiting di Kabupaten Barru. Hasil produksi kepitingnya mencapai 200 kg per hari atau 2-3 ton per bulan. Proyeksi Harga Sumber benih kepiting soka yang dibudidaya berasal dari tangkapan liar dengan berat 70 gram per ekor. Harga benih kepiting berkisar 25 ribu/kg. Setelah dipelihara selama 15 – 20 hari, kepiting soka akan dipanen dan siap dipasarkan dengan harga Rp.90.000– Rp. 120.000 per kg sesuai dengan ukuran berat yang dipesan. Harga kepiting soka di Medan ukuran jumbo (150+ gr) kuantitas 4-6 ekor/ kg sebesar 90.000/kg, kepiting soka medium 120-140 gr Rp 85.000/kg kuantitas 8 ekor/kg, dan kepiting soka small 60-110 gr 80.000/kg kuantitas 10-16 ekor/ kg.Wahyono, salah seorang pembudidaya kepiting soka mengatakan “Masa panen kepiting soka hanya memerlukan waktu paling lama 15 hari sejak penebaran benih. setelah masa itu, panen dapat dilakukan setiap hari dengan hasil mencapai 50 kilo perhari, per 1000 bibit kepiting. Untuk harga satu kilogramnya menembus angka Rp 60 ribu,� jelas Wahyono. Tantangan Negara-negara tujuan ekspor, seperti Hongkong dan Tiongkok, menyukai kepiting soka dengan ukuran di bawah 120 gram. Namun, mengacu pada Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2015 tentang Penangkapan Lobster, Kepiting, dan Rajungan, kepiting soka harus memenuhi standar ukuran berat minimal 150 gram. Dari delapan petambak kepiting soka di Balikpapan, dalam setahun terakhir jumlahnya terus berkurang hingga tinggal tiga orang. Harga jual yang tak lagi bersahabat serta pembatasan ukuran kepiting yang ditetapkan pemerintah membuat para pembudidaya kepiting kulit lunak tersebut mulai beralih ke usaha lain.

Kebutuhan utama dalam menjalankan usaha budidaya kepiting soka memang ketersediaan bibit atau benih kepiting. Kondisi riil di Banda Aceh menunjukkan bahwa benih kepiting hanya diperoleh berdasarkan hasil tangkapan dari alam. Hal ini menyebabkan sangat sulit tercapai kontinuitas produksi dalam usaha budidaya kepiting. Permintaan dari pembeli biasanya menekankan pada kontinuitas produksi dan kualitas yang konsisten sehingga kendala dalam hal ketersediaan benih sangat dirasakan bagi pembudidaya. Hal ini menyebabkan pembudidaya belum bisa memenuhi permintaan pasar terutama dari luar negeri meskipun harga yang ditawarkan sangat tinggi. Para peneliti kepiting bakau di Instalasi pembenihan (hatchery) kepiting bakau milik Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berlokasi di Maranak Kabupaten Maros menunjukkan kinerja positif dengan melakukan uji coba budidaya pembesaran kepiting dengan benih yang berasal dari instalasi pembenihan tersebut. Benih tersebut diberikan secara gratis sekaligus pendampingan teknis budidaya oleh tim peneliti kepiting bakau BPPBAP yang disupervisi oleh Drs. Gunarto, M.Sc. Benih umur 7 hari dengan berat 0,04 g sebanyak 1440 individu dibawa ke tambak yang berlokasi di desa Tekkolabua, Kec Pangkajene, Kabupaten Pangkep. Luas tambak sekitar 5000 m2 dan dipagari dengan waring hitam untuk menjaga agar kepiting tidak lolos keluar tambak. Pemilihan lokasi tambak di daerah tambak Tekkolabua karena tambak sangat cocok untuk budidaya kepiting bakau. Kegiatan litbang pembenihan kepiting bakau yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau merupakan upaya mendukung Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan no 1 tahun 2015 tentang larangan penangkapan dari alam untuk komoditas lobster, kepiting bakau dan rajungan. Selain BBPBAP Maros, benih kepiting bakau juga diproduksi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.

24 | MAInfo

DASAIRY ZULFA/ BERBAGAI SUMBER

Edisi September-Desember 2017


INFO MAI STOP PRESS

LSP-AI

SERTIFIKASI ITU PENTING KOMPETENSI ITU KEREN

Merespon diberlakukannya pasar MEA sejak Desember 2015, mengindikasikan bahwa persaingan SDM semakin tajam dan perlunya SDM yang diakui kompeten di bidangnya termasuk tenaga kerja bidang akuakultur.

L

ahirnya Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia, atau disingkat dengan LSP-AI merupakan salah satu solusi cepat dalam menjawab fenomena kekurangan tenaga kerja terampil dan kompeten dalam industry budidaya udang. LSP-AI merupakan lembaga independen yang telah diberikan lisensi Nomor : BNSP-LSP-445-ID) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Kemenaker RI yang memiliki wewenang dalam melakukan sertifikasi kompetensi profesi melalui uji kompetensi tenaga kerja dilingkup bidang akuakultur. Eksistensi LSP-AI siap membantu melakukan proses sertifikasi melalui uji kompetensi sesuai dengan klaster skema yang telah terlisensi dan mengacu pada Sistem Kerangka Kerja Nasional (SKKNI) sektor perikanan budidaya yaitu skema untuk operator tambak udang, operator mesin listrik budidaya udang, operator logistik budidaya udang, teknisi pengelolaan air budidaya udang, teknisi pembenihan udang, teknisi pembesaran udang, teknisi pengelolaan pakan udang, dan teknisi pengelolaan hama dan penyakit udang.

LSP-AI dalam mendukung proses sertifikasi kompetensi, saat ini telah memiliki 60 asesor kompetensi di bidang akuakultur yang siap melakukan assessment dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. LSP-AI juga telah memiliki 4 (empat) Tempat Uji Kompetensi (TUK) yaitu TUK FIKP Universitas Hasanuddin, TUK Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan, TUK Politeknik Perikanan Negeri Tual, serta TUK Universitas Jenderal Sudirman. Pengembangan jumlah asesor bidang akuakultur dan TUK di berbagai institusi dan daerah lain saat ini masih dalam proses ekspansi kerjasama dan ke depan akan semakin bertambah lagi. SONNI KURNIAWAN/LSP-AI

Info lebih lanjut hubungi: Email: info.lspakuakultur@gmail.com WA: 0857-4031-3146 HP: 0857-4031-3146 / 081215916591 (Sdr. Sonni Kurniawan) Website: www.lsp-ai.id

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 25


INFO MAI

ALUR ASSESMENT : Tahap Pendaftaran : 1. Calon Asesi mendaftar langsung ke LSP atau TUK. 2. Mengisi formulir permohonan uji (FR.APL-01) 3. Mengisi form asesmen mandiri (FR.APL-02) 4. Mempelajari SKKNI yang telah disediakan. 5. Menyerahkan FR.APL-01 & 02 dengan melampirkan berkas persyaratan (portofolio). 6. Bagian Admin LSP atau TUK segera menjadwalkan assessment

Tahap Asemen : 1. Asesi melaksanakan proses asesmen. 2. Asesor akan menilai dan mencatat bukti untuk dibuat keputusan asesmen (FR.MAK-04) 3. Asesor memberikan keputusan asemen kepada asesi. 4. Asesor bersama asesi melakukan kaji ulang/ umpan balik pelaksanaan asesmen (FR.MAK 05) 5. Asesor bersama asesi menandatangani berita acara pelaksanaan asesmen

Tahap Pra-Asemen : 1. Asesor akan mengkaji ulang kompetensi calon asesi dengan memerikasa persyaratan yang ada. (MAK 01) 2. Calon asesi diberi penjelasan oleh asesor terkait pelaksanaan asessmen. (FR.MAK 02) 3. Calon asesi berhak berkonsultasi kepada asesor perihal segala ketentuan pra-asesmen. 4. Bersama asesor, calon asesi menandatangani lembar persetujuan asesmen (FR.MAK 03).

Tahap Post Asemen : 1. Asesor menyusun laporan asesmen (FR.MAK 06 & 07). 2. LSP/ TUK melaksanakan rapat pleno untuk menentukan pengeluaran sertifikat. 3. Penyerahan Sertifikat dan dinyatakan KOMPETEN.

26 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


INFO MAI

TELAH TERBIT JURNAL AI

A

quacultura Indonesiana (AI) (E-ISSN: 2477-6939) telah terbit. Jurnal AI adalah sebuah jurnal ilmiah internasional organisasi profesi nasional Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun. Jurnal AI mempublikasikan makalah-makalah ilmiah aspek akuakultur (nutrisi, penyakit, genetika dan pembiakan, kualitas lingkungan, Teknologi sistem budidaya, manajemen akuakultur, ekonomi dan pemasaran, dan lain-lain). Terkait isi jurnal AI, MAI menyatakan sangat senang menerima setiap naskah yang baik dan berkualitas di bidang akuakultur, untuk diproses, dan diterbitkan di jurnal AI. Format naskah harus mengikuti aturan COPE (Commite of Publication Ethics). Paper yang dikirimkan kepada redaksi akan melewati proses peer review. Naskah bisa langsung dikirim ke http:// aquasiana.org atau aquaculturaindonesiana@ gmail.com. Bagi pembaca, silakan mengunduh publikasi paper AI di http://aquasiana. org/index.php/ai/issue/archive. Aquacultura Indonesiana menyediakan DOI (Digital Object Identifier) untuk setiap artikel yang diterbitkan.

Jurnal Aquacultura Indonesiana telah terindek oleh: DOAJ, Google Scholar, WorldCat, CrossRef, BASE, British Library, OneSearch, dan ROAD. Indeksasi berikutnya adalah Academic Resource Index, CiteFactor, Mendeley, OAJI.net, ISJD, Scientific Indexing Services, DRJI, Publising Services, EBSCO, ProQuest, I-Scholar dan ULRICHEB (dalam proses tahun 2017). WIKKE ELTA/MAI

Informasi lebih lanjut silakan mengunjungi website AI, http://aquasiana.org atau menghubungi kami lewat email aquaculturaindonesiana@gmail. com. ELTA/MAI Publisher : MAI Publishing Bahasa : English Biaya Publikasi : $100 (Asing) Rp.1.000.000,- (Indonesia) Type : Open Access

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 27


KOLOM

MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI BERKEADILAN Oleh : Prof Rokhmin Dahuri, MS, (Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia)

K

ita bersyukur sejak merdeka 72 tahun lalu, bangsa Indonesia secara umum mengalami perbaikan di berbagai bidang kehidupan. Namun hingga kini, Indonesia masih sebagai Negara berkembang berpendapatan menengah bawah dengan PDB per kapita USD 3.540 (Bank Dunia 2016) dan kapasitas ilmu pengetahuan serta teknologinya (iptek) hanya kelas 3 (UNESCO, 2016)� Padahal suatu negara bisa dinobatkan sebagai negara maju dan makmur bila kapasitas ipteknya berada di kelas 1 dan PDB per kapitanya di atas USD 11.750. Sementara itu, atas dasar garis kemiskinan BPS (pengeluaran sekitar Rp 365.000/orang/bulan), jumlah penduduk miskin per Februari tahun ini masih cukup besar 27,77 juta orang (10,64% total penduduk). Jumlah pengangguran terbuka sebanyak 6,5 juta orang (5,33% total angkatan kerja). Yang lebih menyesakkan dada, Indonesia juga merupakan negara dengan ketimpangan ekonomi terburuk keempat di dunia (setelah Rusia, India, dan Thailand) yang 1% orang terkayanya menguasai sekitar 49,3% total kekayaan Negara (Credit Cuisse, 2016) dengan koefisien gini sebesar 0,393. engangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial tersebut diyakini sebagai penyebab utama dari semakin membuncahnya kecemburuan sosial di tengah-tengah masyarakat, maraknya radikalisme perkelahian

antar kelompok, perampokan, narkoba, Lebih dari itu, bila kita tidak segera mengatasi ketiga musuh bangsa itu, dikhawatirkan Indonesia akan terperangkap dalam jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) alias tidak bisa menjadi bangsa yang maju, adil-makmur, dan berdaulat sesuai dengan cita-cita kemerdekaan RI. Teori dan pengalaman empiris negara-negara maju dan makmur, khususnya Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok telah memberikan pelajaran berharga bagi kita bangsa Indonesia. Bahwa agar sebuah negara berpendapatan menengah bawah bisa naik kelas menjadi negara maju dan makmur diperlukan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 7% per tahun selama 15 tahun berturut-turut. Selain itu, kontribusi sektor investasi dan ekspor bagi pertumbuhan ekonomi (PDB) pun harus lebih besar ketimbang sektor konsumsi dan impor. Beranjak dari kondisi di atas, arah kebijakan Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dan Wapres JK sebenarnya sudah tepat dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi 2015-2019 rata-rata 7% per tahun (RPJMN 2014-2019). Sayangnya, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,88% pada 2015, naik sedikit menjadi 5,02% tahun lalu, dan tahun ini diharapkan mencapai sekitar 5,1%.

28 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


KOLOM Sifat pertumbuhan ekonominya pun kurang berkualitas ( inklusif), yaitu setiap 1% pertumbuhan hanya mampu menghasilkan 250.000-300.000 orang tenaga kerja (Kemenkeu, 2017). Padahal di era tahun 1970-an, hingga sebelum krisis keuangan Asia (1997/1998) dan antara tahun 2001-2004, setiap 1% pertumbuhan ekonomi dapat menyediakan sekitar 500.000-600.000 orang tenaga kerja. Rendahnya penyerapan tenaga kerja sejak 2005 disebabkan sebagian besar pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor financial dan sektor non-tradable yang sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan dan Pulau Jawa. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain bagi kita selain memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi (di atas 7%/tahun), berkualitas (dapat menyerap tenaga kerja dan menyejahterakan seluruh rakyat secara adil), ramah lingkungan, dan berkelanjutan (sustainable). Kuncinya, kita mesti lebih kreatif, inovatif, dan out of the box di dalam upaya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkeadilan secara berkelanjutan. Jangan terlalu dominan mengendalikan dana APBN untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, di seluruh dunia besaran APBN (state budget) itu tidak lebih dari 20% besaran ekonomi (PDB) suatu negara. Dengan perkataan lain, perekonomian suatu negara itu sebagian besar (lebih dari 80%) digerakkan oleh sektor swasta dan rakyat (masyarakat madani). Mulai sekarang, kita harus memacu investasi dan perdagangan di sektor riil tradable, misalnya kemaritiman, perikanan, pertanian, kehutanan, ESDM, industri manufaktur (pengolahan), teknologi informasi, dan komunikasi (TIK), industri nano-bioteknologi, ekonomi kreatif, dan pariwisata.

Untuk itu, pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki iklim investasi dan kemudahan berbisnis yang saat ini hanya menduduki peringkat keenam di ASEAN. Kedua, berikan insentif dan penghargaan kepada para entrepreneur (pengusaha) baik yang mau berinvestasi di sektor tradable maupun di luar Jawa. Ketiga, terus merevitalisasi dan mengembangkan infrastruktur (seperti jaringan jalan, listrik, irigasi, telkom, konektivitas digital, pelabuhan, dan bandara), khususnya di luar Jawa, dalam kerangka PMD. Dalam hal ini urusan pembebasan lahan mesti segera diatasi pemerintah dan skema public private partnership (PPP) mesti terus didorong untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Keempat, suku bunga dan persyaratan perbankan mesti lebih rendah dan lebih lunak seperti yang berlaku di negara maju dan emerging economies lainnya. Kelima, alokasi belanja APBN (kebijakan fiskal) harus dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan berkeadilan berbaisis sektor tradable dan inovasi. Keenam, tuntaskan reformasi birokrasi, dan revolusi mental supaya birokrasi lebih kondusif bagi iklim investasi, kemudahan berbisinis, peningkatan produktivitas, dan daya saing bangsa. Akhirnya, politik dan hukum mesti ditegakkan secara tegas, adil, dan berwibawa. Jangan ada lagi lembaga penegak hukum yang dijadikan alat untuk kepentingan pribadi, pencitraan, atau membunuh lawan lawan politiknya sehingga membuat para entrepreneur dan investor nasional maupun global ragu-ragu berinvestasi dan berbisnis di Tanah Air tercinta ini. ROKHMIN DAHURI/ KORAN SINDO 2017

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 29


ENTERPRENEUR

STARTUP BAKULIKAN.COM, MUDAHKAN PELAKU USAHA PERIKANAN

M

uhammad Yusuf (35), asal Sulawesi Selatan. Pria yang telah menempuh Pasca Sarjana di Universitas Hasanudin Makassar, jurusan Ilmu Administrasi Publik ini merasa prihatin terhadap pola jaringan bisnis perikanan yang dinilai relatif tertutup. Apalagi setelah ia bergabung sebagai staf Kementrerian Kelautan dan Perikanan. Pemberdayaan terhadap masyarakat pesisir terutama nelayan harus diupayakan. Ia bersama kawan-kawan (Rahmadi, Syarif, Dedi, Fahrul, dan Ulla) akhirnya membuat solusi dengan membentuk sebuah start up bidang maritim bernama bakulikan.com. Tujuannya adalah menjadi media alternatif bagi pelaku usaha dan UMKM di bidang kelautan dan perikanan serta nelayan dalam mempromosikan dan menjual hasil produk tangkapan. Disamping itu, bakulikan. com juga menjadi tempat untuk memasarkan berbagai hasil karya lainnya di bidang kemaritiman (market place), diantaranya adalah produk olahan ikan, hasil tangkapan, hasil budidaya, benih, berbagai alat tangkap, garam, dan lain-lain. Ada dua program unggulan di bakulikan.com, yaitu FISHA dan SINAR. FISHA (Fish Auction) merupakan program penjualan yang dilakukan secara lelang. Hal ini dalam rangka mendukung penguatan daya tawar UMKM sektor kelautan dan perikanan terhadap pasar.

SINAR (Sistem Informasi Logistik Ikan Virtual) yakni sistem informasi ketersedian stok di setiap titik di Indonesia serta perkiraan rencana panen. Dengan SINAR, Pemerintah dapat memperkirakan daerah surplus hasil perikanan dan daerah yang membutuhkan suplai hasil perikanan. Sejak dilaunching Bulan Desember 2016 lalu, Muhammad Yusuf menuturkan sudah ada 1200 UMKM yang bergabung. Kesulitan yang dihadapi selama ini adalah mengembangkan website karena dibangun dari nol. Sementara bahagianya adalah bakulikan.com dapat dimanfaatkan gratis oleh masyarakat perikanan, dan mereka pun bisa lebih kompetitif dalam pemasaran. “Harapan saya ke depan, bakulikan.com mendapat dukungan dari pemerintah dan BUMN secara finansial dan membuat kebijakan strategis bagaimana mendesain program agar sektor kelautan perikanan lebih berdaya saing. Bakulikan.com juga membantu sosialisasi program pemerintah, yaitu Gemarikan,� tukasnya kepada MAI. DASAIRY ZULFA/WAWANCARA TOKOH

Kontak : Muhammad Yusuf, M.Si, CEO bakulikan.com YYS INDONESIA MENDIDIK Jl. Cipinang Raya No.38, Jakarta Timur, Indonesia. Phone 081343539555 / 0811 1059 947 Email info@bakulikan.com support@bakulikan.com

30 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


ENTERPRENEUR

FAUZAN HANGRIAWAN PENGUSAHA SUKSES LELE SANGKURIANG

S

eorang alumnus Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Fauzan Hangriawan namanya. Anak sulung dari tiga bersaudara ini lahir di Pontianak, 24 Juli 1986. Ia berani belajar lagi menjadi pembudidaya lele hingga memiliki peternakan Sylva Farm Bangun Bangsa yang berlokasi di Jl. Purwa Raya 1, Kavling DKI Blok U No. 3 Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dia mengaku nama Sylva Farm diambil dari usaha peternakan ayam orang tuanya yang dulu bangkrut. Setiap kesuksesan, pasti ada sebuah proses yang ia lalui, pahit maupun manis. Tahun 2008 merupakan awal Fauzan menekuni usaha budidaya lele. Ia melihat tren budidaya lele berkembang cukup baik. Sebagai modal awal usaha, ia mengeluarkan dana sebesar Rp 1,5 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli 1.000 bibit lele, pakan lele di daerah Depok, Jawa Barat, dan perlengkapan kolam buatan yaitu terpal untuk pembuatan satu kolam di belakang rumahnya. Namun, usahanya kandas karena dalam waktu tiga bulan, lele peliharaannya mati dan modal tidak kembali. Beruntung, ia bertemu dengan Nasrudin, seorang pembudidaya lele yang sukses di Bogor. Dari beliaulah ia banyak belajar budidaya lele agar berhasil panen. Usaha tidak mengkhianati proses. Tahun 2010, Fauzan berhasil menjadi juara Wirausaha Muda Mandiri kategori Mahasiswa Program Diploma & Sarjana bidang usaha Industri & Jasa.

Kesempatan ini sangat baik bagi perkembangan usaha budidaya miliknya, karena ia mendapat pembinaan, baik dari segi pendampingan usaha, pelatihan, manajemen dan lain-lain dari Bank Mandiri. Akhirnya hasil panen sebanyak 900 kg dengan ukuran lele siap konsumsi (2 bulan masa pemeliharaan) dan dijual seharga Rp 15.000,- per kg bukan lagi mimpi. Dari jumlah panen tersebut, 60%nya dijual melalui 2 outlet ikan milik Fauzan di Krukut dan Cinere, sedangkan sisanya dijual langsung ke pasar. Penjualan melalui outlet ditargetkan untuk menyasar langsung ke pembeli ibu-ibu rumah tangga, sedangkan penjualan melalui pasar biasanya masuk ke rumah makan dan pembeli di pasar. Selain melakukan pembesaran lele, setiap bulannya Fauzan juga memproduksi sekitar 200.000 benih Lele Sangkuriang dengan harga jual Rp 150 per ekor. Dari seluruh hasil usahanya tersebut, Fauzan menyisihkan sepertiga bagian untuk kegiatan sosial, terutama diperuntukan bagi peternak plasma yang membutuhkan biaya untuk pengembangan usahanya. Kini, ia juga membina sekitar 30-an pembudidaya lele di kawasan Jagakarsa, Depok, dan Bekasi. Salah satu prinsipnya yang bisa kita jadikan contoh adalah pantang menyerah dalam berusaha, begitu jatuh harus bangkit lagi. DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER

Kontak: Fauzan Hangriawan, Pembudidaya Lele Sangkuriang HP : 08176591004 / 08561281234

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 31


ENTERPRENEUR

INOVASI JASA AQUASCAPE BESERTA LAYANAN PERAWATANNYA

A

gus Purnomo Wibisono (31) menyukai hal-hal terkait Agribisnis (khususnya Aquaculture), Entrepreneurship, Marketing dan Community Development. Sarjana perikanan Institut Pertanian Bogor dan Magister Pemasaran Prasetiya Mulya Business School ini menawarkan paket aquascape beserta layanan perawatannya bagi para penggemar keindahan dunia bawah air yang malas mengurus akuariumnya. Dengan produknya, mereka dapat menikmati keindahan akuarium tanpa kerepotan mengganti air atau memberi pakan. Inovasi inilah di kemudian hari menjadi kunci sukses bisnisnya. Lepas kuliah S1 pada tahun 2010 Agus mencoba membuka toko ikan hias di Dramaga, Bogor. Ketika itu, ia melihat sebagian besar daerah ini dihuni oleh mahasiswa yang tertarik memelihara ikan. Tanggapan positif dari pelanggannya membuat ia berani mengembangkan bisnis aquascape ke Jakarta pada tahun 2013. Ia mengincar target market konsumen kelas menengah dengan membuka toko di daerah Kemanggisan dengan nama Simple Pet. Untuk modal awalnya, ia menghabiskan Rp 30 juta untuk toko di Bogor dan untuk yang Simple Pet sebesar Rp 40 juta. Membangun bisnis aquascape, diakuinya, gampang-gampang susah karena diawal ia mengalami kendala untuk mengedukasi pasar. Umumnya, banyak anggapan bahwa memelihara ikan harus diberi makan yang banyak, air harus sering diganti, atau ikan harus dipelihara dalam jumlah banyak agar tidak kesepian. Anggapan-anggapan seperti ini yang lantas diluruskan Agus dengan berbagai paket garansi dan percontohan, misalnya dengan menaruh akuarium di kantor.

Agus menuturkan, jika sistem aquascape sudah berjalan baik, sebuah akuarium dapat tidak diganti airnya sampai bertahun tahun,ditambahkan air saja untuk menggantikan air yang menguap. Rata rata ikan pun dapat dipuasakan sampai dengan satu minggu dalam kondisi tanpa tanaman dan dapat bertahan lebih dari dua bulan tanpa pakan dalam aquascape. Demi mendapat kepercayaan konsumen, dia pun memberikan paket garansi kematian ikan dan perawatan hingga tiga bulan. Saat ini banyak pelanggan yang membeli aquascape untuk diletakkan di meja kantor atau apartemen. Hal ini disebabkan hanya akuarium dan ikan saja binatang yang diperbolehkan dipelihara di kantor atau apartemen. Agus memberikan kebebasan kepada para kliennya untuk menambahkan berbagai ornamen khas seperti foto, miniatur bangunan, hingga logo perusahaan agar aquascape lebih cantik dan personal. Ukuran akuarium yang ia layani mulai dari 20 cm x 20 cm sampai dengan ukuran besar sekali. Berkat fokus dan gigih menggarap bisnis aquascape, kini Agus sudah menggarap ratusan proyek yang tersebar di Jabodetabek, Bandung dan Bali dengan kisaran harga Rp 400 ribu-50 juta. Ke depan, ia ingin berekspansi dengan membuka kantor pemasaran di Bali dan membuka galeri aquascape miliknya di mal-mal Jakarta. “Saya percaya, perikanan Indonesia dapat menjadi sektor unggulan di masa depan jika dikelola dengan baik dengan pendekatan manajemen dan bisnis yang tepat. Ikan dan Iklan memang mirip namun jauh berbeda. Namun bagi saya keduanya merupakan dua bidang yang penting untuk Indonesia� ujarnya. DASAIRY ZULFA/SWA

Kontak: Agus Purnomo Wibisono Aquaculturist, Entrepreneur, Lecturer PT. Duaikan Mitra Nusantara

32 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


INOVASI / TEKNOLOGI

KOI HERPES VIRUS DISEASE (KHVD) Kathleen H. Hartman, Roy P.E. Yanong, Deborah B. Pouder, B. Denise Petty, Ruth Francis-Floyd, Allen C. Riggs, and Thomas B. Waltzek*)

Pada awal tahun 1996, di Inggris ditemukan sebuah virus yang menyerang ikan mas, yang akhirnya dikenal dengan nama Koi Herpes Virus (KHV). Sejak saat itu, penyakit KHV ini berkembang hampir di semua negara.

K

oi Herpesvirus (KHV) merupakan virus menular yang secara signifikan menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ikan Mas (Cyprinus carpio). Ikan mas didunia beragam jenisnya, ada yang dibudidayakan sebagai ikan konsumsi, namun ada juga yang dikembangkan sebagai ikan hias (ikan mas koi) yang bernilai tinggi. Gejala Klinis Gejala klinis dari ikan mas yang terjangkit KHV ini tidak spesifik. Kematian akan terjadi secara cepat pada populasi ikan yang terjangkit virus ini. Kematian dimulai pada kurun waktu 24-48 jam setelah muncul tanda klnis awal. Dalam penelitian Ronen et al. (2003), sebanyak 82% ikan yang terpapar virus ini pada suhu air 22 ° C, mati dalam kurun waktu 15 hari. Gejala klinis KHV adalah sebagai berikut: Lesi insang yang parah dan adanya bintik merah dan putih pada insang; bagian putih pada insang menandakan adanya jaringan yang mati; pendarahan pada insang; mata cekung; kulit berwarna pucat; dan pembesaran organ dalam. Dalam beberapa kasus, setelah KHV mengenai ikan dan menunjukkan tanda klinis , akan ada serangan sekunder dari bakteri dan jamur yang disebabkan adanya luka yang terbuka.

Pemeriksaan mikroskopik terhadap biopsi insang ikan yang terkena KHV, ditemukan sejumlah bakteri dan parasit dalam jumlah yang tinggi (Hedrick et al., 2000; Haenen et al., 2004). Ikan yang terinfeksi KHV akan tampak berenang dengan lesu dan tidak beraturan, dan terlihat ada gangguan pada pernafasannya. Bagaimana ikan bisa terkena KHV? Metode penyebaran KHV bisa terjadi melalui kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi KHV melaui media air, lumpur, maupun cairan dari ikan yang terinfeksi. Virus pertama kali akan menyerang kulit dan insang. Bergantung pada suhu air, ikan yang terkena virus bisa lemas dan mati atau bertahan dan menjadi agen pembawa virus (Petty dan Fraser 2005; St. Hilaire et al., 2005; Eide et al. 2011). Apakah ada pengobatan untuk KHV? Hingga saat ini belum ada pengobatan untuk KHV. Tidak tersedia obat anti virus KHV ataupun anti virus lainya pada ikan budidaya. Hanya saja, pada penelitian yang pernah dilakukan Ronen et al. (2003), menunjukkan bahwa ikan koi akan dapat bertahan saat serangan wabah KHV jika suhu air ditingkatkan sampai 30 ° C. Namun teknik ini tidak dianjurkan dalam jangka panjang, apalagi untuk budidaya ikan hias. Vaksinasi menjadi langkah yang strategis dalam upaya pencegahan KHV, mengingat tidak adanya terapi dan pengobatan yang efektif dan spesifik terhadap virus ini. *)Dari: University of Florida IFAS Extension Publication #VM-149)

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 33


INOVASI/ TEKNOLOGI

TEKNOLOGI RAS TINGKATKAN PRODUKSI IKAN INDONESIA

R

ESIRKULASI pada dasarnya terdiri dari dua buah kata yaitu re-yang berarti kembali dan sirkulasi-yang berarti peredaran. Resirkulasi pada sistem budidaya merupakan suatu cara/teknologi untuk memanfaatkan media budidaya (air) yang telah digunakan dalam sistem produksi untuk digunakan kembali layaknya air yang baru. Dengan menggunakan berbagai treatment dan filter baik itu mekanis dan/atau biologis dalam wadah terkontrol, air sisa/air buangan/air limbah budidaya yang seharusnya dibuang dapat dimanfaatkan kembali. Hal ini tentunya akan sangat menghemat waktu, biaya dan juga air yang digunakan untuk proses pergantian air. Dalam media budidaya, pakan yang tidak termakan dan sisa feses akan terakumulasi di perairan dalam bentuk amoniak. Jumlah akumulasi amoniak yang besar di dalam perairan ini tentunya berbahaya untuk biota yang hidup di dalamnya dan harus segera dihilangkan dengan cara rutin melakukan pergantian air. Namun jika dilihat dari kacamata lingkungan, hal ini tentunya merupakan salah satu bentuk pemborosan sumber daya air. Di Negara maju seperti Norwegia, telah menggunakan sistem resirkulasi dalam proses budidaya untuk menghemat pemborosan sumberdaya air, yang lebih dikenal dengan nama Resirculating Aquaculture System (RAS).

Manfaat penerapan teknologi RAS ini memang sangat besar bagi pelaku budidaya salah satunya adalah menghemat penggunaan air bersih yang tentunya akan mengurangi cost produksi dan dalam skala besar dapat mengurangi efek pemanasan global. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),Slamet Soebjakto di Jakarta belum lama ini menjelaskan bahwa teknologi RAS telah berhasil diadopsi dan dikembangkan di Indonesia dengan model dan perangkat prasarana yang lebih murah oleh tim Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Minahasa, Sulawesi Utara. Slamet menjelaskan filter fisika, filter biologi, sinar UV maupun generator oksigen bisa dimanfaatkan untuk mengkontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah penggunaan air dan meningkatkan kelulushidupan ikan. Fernando, Kepala BPBAT Tatelu menuturkan bahwa prinsip dasar RAS di seluruh dunia hampir sama yaitu dengan memanfaatkan air media pemeliharaan secara berulang-ulang dengan mengendalikan beberapa indikator kualitas air agar tetap pada kondisi prima. RAS yang dikmbangkan pada BPBAT Tatelu telah mengalami modifikasi sesuai kondisi yang ada salah satunya dengan menggunakan peralatan yang berasal dari salam negeri. Biaya instalasi RAS yang dikembangkan oleh BPBAT tatelu hanya memakan Biaya tidak lebih dari 80 juta rupiah.

Gambar 1. Contoh Penerapan RAS dalam media Budidaya

34 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


INOVASI/ TEKNOLOGI Biaya ini meliputi pembelian peralatan, seperti generator 02, tangki filter, venturi, blower, ultraciolet dan material lainnya yang diperkirakan mempunyai umur pemakaian 6 (enak) tahun. Nilai ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan sistem instalasi RAS impor yang biayanya dapat mencapai ratusan juta rupiah per unit instalasi. Peningkatan Produksi Benih Pemanfaatan teknologi RAS ini tidak hanya dapat mengurangi cost produksi budidaya, namun juga dapat meningkatkan kualitas dan jumlah produksi benih ikan budidaya. Aliran air yang bersih (bebas dari mikroorganisme dan kotoran) dengan memanfaatkan berbagai filter dapat meningkatkan daya tetas telur dan jumlah benih hidup. Hal ini telah dibuktikan oleh BPBAT Tatelu dalam produksi benih ikan Nila. Fernando mencontohkan, dengan penerapan teknologi RAS pada kolam ikan Nila, mampu meningkatkan produksi benih hingga 5.000 ekor/m2, padahal dengan teknologi konvensional hanya sekitar 5 ekor/m2. Hal ini berarti, dengan penerapan teknologi RAS mampu menggenjot produksi benih hingga 100%. Menilik banyaknya manfaat dari penerapan teknologi RAS ini, pada awal tahun 2017, sejumlah daerah di Indonesia mulai menerapkan teknologi RAS untuk meningkatkan produksi benih ikan, salah satunya adalah Unit Pembenihan Perikanan (UPT) DKP Sulteng dan Balai Benih Air Payau (BBAP) Ujung Batee, Provinsi NAD.

Kepala UPT DKP Sulteng, Dr. Saldiansyah Effendy S.Pi, M.Si di Kota Palu menyebutkan bahwa pihaknya telah menginvestasikan dana sekitar 200 juta rupiah untuk menerapkan teknologi ini untuk produksi benih ikan nila. Diharapkan penerapan teknologi RAS ini dapat meningkatkan produksi benih ikan nila hingga 10% dari produksi tahun 2016. Saldi menjelaskan bahwa saat ini pihaknya optimis mampu meningkatkan produksi benih ikan nila ntuk tahun 2017 ini menjadi 200.000 ekor/bulan, yang pada tahun sebelumnya hanya mencapai 15.00020.000ekor/bulan seperti yang telah dilakukan BBAP Ujung Bate’e. Produksi benih ikan Nila saat ini telah mencapai 500.000 ekor benih nila setiap bulannya pada bak-bak pembenihan dengan kapasitas yang sama dengan UPT Pembernihan Perikanan Sulteng, dilakukan BBAP Ujung Bate’e. Produksi benih ikan Nila saat ini telah mencapai 500.000 ekor benih nila setiap bulannya pada bak-bak pembenihan dengan kapasitas yang sama dengan UPT Pembernihan Perikanan Sulteng, Bagaimana penerapan RAS? Secara garis besar penerapan teknologi RAS tidak perlu wadah yang besar, karena teknologi RAS cukup dilakukan pada bak-bak kecil berkapasitas 10 ton air. Beberapa treatment yang dilakukan untuk menerapkan teknologi RAS adalah sebagai berikut:

Bak budidaya perikanan dengan system Recirculating Aquaculture System (RAS). Sistem yang dikembangkan BPBAT Tatelu, Minahasa, Sulut ini dapat meningkatkan produksi hingga 100 kali lipat dari budidaya ikan konvensional. Foto : DJPB KKP

Solid Removal Tujuan step ini adalah menghilangkan bahan-bahan padat yang mencemari perairan seperti sisa makanan, feses, maupun limbah berbentuk lainnya yang mencemari kolam. Pada step ini, bisa dilakukan penyaringan untuk menghilangkan limbah padat. Biofiltration Setelah dilakukan penyaringan terhadap bahan-bahan pencemar padat yang masih terlihat tersebut, pada step ini dilakukan treatment untuk menghilangkan bahan pencemar yang tidak terlihat seperti amonia. Amonia merupakan gas pencemar di dalam perairan yang berbahaya bagi ikan. Salah satu cara untuk menghilangkan amonia adalah dengan menggunakan filter biologi salah satunya adalah melepaskan bakteri yang mampu merubah amonia menjadi nitrogen sehingga aman dilepaskan ke lingkungan. Dissolve gas control Berikut merupakan step terakhir, yaitu dengan menambah jumlah oksigen terlarut sehingga air yang dilepaskan kaya akan oksigen terlarut yang baik untuk ikan budidaya. Setelah melewati stepstep tersebut, air bisa dikembalikan lagi ke dalam kolam.

Foto : DJPB KKP

Dirjen Perikanan Budidaya (DJPB) KKP Slamet Soebjakto melihat bak budidaya perikanan dengan system Recirculating Aquaculture System (RAS). Sistem yang dikembangkan BPBAT Tatelu, Minahasa, Sulut ini dapat meningkatkan produksi hingga 100 kali lipat dari budidaya ikan konvensional. WIKKE ELTA/MAI

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 35


INOVASI/ TEKNOLOGI

WASPADA ANCAMAN TILV (Tilapia Lake Virus), KKP KELUARKAN SURAT EDARAN Kementerian Kelautan dan Perikanan menyetop impor Ikan Nila dari negara-negara luar khususnya negara-negara yang terkena wabah Tilapia Lake Virus (Ekuador, Israel, Kolombia, Mesir dan Thailand) atau TILV hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Pelarangan tersebut dikeluarkan dalam bentuk surat edaran No.3975/DJBP/VII/2017.

APA ITU TILV? Tilapia Lake Virus (TiLV) merupakan virus baru dalam budidaya perikanan yang secara signifikan menyebabkan kematian pada ikan nila hingga 80-100%. Penyakit TiLV pertama kali dilaporkan menyerang ikan tilapia yang ada di danau Kinneret (sea of Galilee) dan ikan budidaya di Israel pada tahun 2009 sehingga menyebabkan penurunan produksi sebesar 25%. Beberapa tahun kemudian dilaporkan ikan Tilapia di Ekuador, Mesir, Kolombia dan Thailand juga mengalami kematian massal dan belakangan diketahui bahwa ikan – ikan tersebut juga telah terjangkit penyakit TiLV. Pada bulan Juni 2017 lalu, Taiwan dilaporkan menjadi negara keenam yang telah terkena penyakit ini. Penyakit ini disebabkan oleh serangan Orthomyxo-like virus. Di Israel virus ini diketahui menyebabkan kerusakan otak dan sistem syaraf sedangkan di Ekuador menyebabkan kerusakan hati ikan.

Benua Asia, Afrika dan negara Amerika Selatan telah menyebut TILV ini sebagai ancaman besar dalam industri global ikan nila. Semua negara yang memiliki industri ikan nila harus waspada dan bertindak cepat untuk menyelidiki kasus terjadinya mortalitas di lahan budidaya ikan nila. Di Indonesia sendiri, produksi ikan nila terus mengalami kenaikan. Kenaikan rata – rata produksi yaitu 17,98% per tahun sedangkan nilai produksi rata-rata naik 24,91% per tahun. Tahun 2013 produksi Tilapia sebanyak 914,78 ribu ton senilai Rp. 10,698 trilyun, tahun 2014 naik menjadi 999,69 ribu ton senilai Rp. 12,389 trilyun dan pada tahun 2015 mencapai 1,084 juta ton dengan nilai Rp. 21,236 trilyun. Menanggapi munculnya penyakit TILV ini, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DJPB) KKP, pada (03/7/2017) telah membunyikan alarm kewaspadaan terhadap ancaman penyakit Tilapia Lake Virus (TiLV).

36 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


INOVASI/ TEKNOLOGI “KKP terus memonitor dan mencermati perkembangan penyebaran penyakit TiLV yang sudah mulai mendekat ke Indonesia. Berbagai langkah pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah” demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat dikonfirmasi Senin (3/7/2017) Apa Gejala Klinisnya ? Gejala klinis ikan yang terserang TILV adalah sebagai berikut : • Tubuh ikan seluruh atau sebagian besar terlihat berwarna hitam • Bola mata membengkak • Kornea mata menyusut dan cekung ke dalam • Kulit mengalami erosi, dan • Jika dilihat pada bagian anatomi, rongga perut terlihat membengkak.

Ikan Nila yang terserang Tilapia Lake Virus Sumber : www.mailman.columbia.edu “Virus ini sangat ganas, ikan yang terserang penyakit ini hanya mampu bertahan 4 – 7 hari setelah terinfeksi. Melihat betapa seriusnya penyakit ini, maka pemerintah berharap pembudidaya dapat segera melaporkan kepada dinas, penyuluh atau UPT terdekat jika ada kematian massal dan tiba – tiba terhadap usaha budidaya Nila atau Mujair yang dikembangkannya” demikian himbauan yang disampaikan Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto.

Apa yang Harus Dilakukan ? Saat ini seperti yang kita tahu bahwa virus TILV belum masuk di Indonesia. Upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan pencegahan dan meningkatkan kewaspadaan akan bahaya penyakit TiLV yang mengancam ikan jenis Tilapia baik yang dibudidayakan maupun perairan umum. KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah mengeluarkan surat edaran nomor 3975/DJPB/VII/2017 tanggal 14 Juli 2017 tentang pencegahan dan pemantauan terhadap Penyakit TiLV pada Ikan Nila. Adapun isi dari surat edaran tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, melarang pemasukan calon induk, induk, dan/atau benih ikan Nila dari negara yang terkena wabah TiLV yaitu Israel, Kolombia, Ekuador, Mesir dan Thailand; Kedua: membatasi pemasukan calon induk, induk, dan/atau benih ikan Nila dari negara yang tidak terkena wabah dengan memenuhi ketentuan wajib melampirkan izin pemasukan ikan hidup, melampirkan sertifikat kesehatan ikan dan uji hasil mutu; Ketiga: untuk sementara tidak melakukan kegiatan penebaran benih Tilapia di perairan umum; Keempat: melakukan pengujian laboratorium di pintu pemasukan dan pengeluaran antar daerah; dan Kelima: meminta seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup DJPB dan Dinas Perikanan Provinsi/ Kabupaten/Kota melakukan surveilan serta monitoring penyakit TiLV. (WIKKE ELTA/ BERBAGAI SUMBER)

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 37


ORGANISASI

KORAL KERANG DAN IKAN HIAS INDONESIA Kehadiran AKKII mempunyai sejumlah latar belakang

A

sosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) atau Indonesian Coral, Shell and Ornamental Fish Association didirikan di Jakarta pada 1 Agustus 1990. Anggota AKKII merupakan eksortir karang hias, ikan hias dan kerang hias, tercatat sampai saat ini terdapat 55 perusahaan eksportir karang hias alam dan hasil penangkaran/transplantasi serta eksportir kerajinan kerang hias. Di dalam rangka prinsip pemanfaatan sumberdaya alam, anggota AKKII memiliki komitmen untuk melaksanakan prinsip pemanfaatan sumberdaya alam yang lestari dan berkelanjutan. Kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga membantu para nelayan anggota AKKII di dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tujuan AKKII sendiri ada 5 (lima) hal. Pertama sebagai mitra pemerintah dalam melaksanakan kebijakan, konservasi dan pemanfaatan. Kedua memantau dan membina para anggota dalam melaksanakan perdagangan agar tidak menyimpang dari aturan nasional dan internasional. Ketiga menjaga kelangsun- g a n berusaha bagi para pengusaha dalam menanggulangi tantangan dan hambatan. Keempat mempererat kerjasama antar anggota dalam prinsip pemanfaatan secara lestari. Kelima turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah serta konservasi.

Sedangkan visinya adalah sebagai mediator dalam menjalankan prinsip pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan terhadap sumberdaya karang hias, kerang hias dan ikan hias. Misinya menjembatani kepentingan antar anggota AKKII dengan pemerintah atau pihak terkait lainnya serta menjalankan peraturan-peraturan dan fungsi sosial. Untuk mewujudkan Visi dan Misi AKKII, Pengurus dan Sekretariat AKKII harus memiliki dedikasi dan akuntabilitas dalam menjalankan amanah Anggota, antara lain harus selalu memperhatikan perubahan yang terjadi, baik dalam lingkup makro maupun mikro. Dalam upaya mencapai keberhasilan visi dan misi tersebut, AKKII bertekad untuk membina hubungan yang baik dengan Anggota, mitra kerja, Pemerintah Pusat dan Daerah serta para pemangku kepentingan. Kemudian secara aktif mengejar kesempatan / peluang untuk meningkatkan dan

38 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


ORGANISASI mewujudkan visi AKKII. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mendorong serta menghargai keterlibatan seluruh anggota, mitra kerja dan lembaga terkait. Menjadikan AKKII sebagai wadah bagi eksportir karang hias, ikan hias dan kerajinan kerang yang dikelola secara profesional, terpercaya, berhasil guna dan mampu mewujudkan visi dan misi AKKII. Meningkatkan profesionalisme insan koral kerang dan ikan hias melalui aksi yang berkelanjutan dalam forum atau kegiatan seminar, workshop, training dan kegiatan lainnya secara intensif. Terakhir, terus melakukan studi potensi karang hias, baik dengan pihak dalam negeri maupun luar negeri. AKKII dikelola dengan manajemen yang profesional dan independen, dimana Direktur Eksekutif dibantu oleh beberapa Dewan Direktur serta Sekretariat, yang melaksanakan tugas sehari-hari yang terkait dengan perdagangan karang hias. Direktur Eksekutif, Dewan Direktur dan Sekretariat AKKII merupakan para profesional yang bukan berasal dari perusahaan Anggota AKKII sehingga merupakan lembaga yang independen di dalam pengelolaannya.

Kerja sama yang aktif dengan Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya terkait dengan penyelundupan karang hias di berbagai daerah; Membantu Pemerintah di dalam menyelesaikan berbagai hal yang terkait dengan isu atau permasalahan perdagangan karang hias, baik di dalam negeri maupun luar negeri ; Mendorong anggota untuk menggiatkan dan meningkatkan mutu karang hias hasil penangkaran/transplantasi di dalam mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan ekspor karang hias hasil penangkaran/transplantasi. Ini merupakan tantangan bagi negara penghasil ikan hias, termasuk Indonesia, dalam mengelola pemanfaatan dan perdagangan ikan hiasnya. Harapannya adalah dengan usaha-usaha tersebut di atas dapat terwujud pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan terhadap sumberdaya karang hias, kerang hias dan ikan hias seperti visi yang dicita-citakan AKKII. DASARY ZULFA/ AKKII

Beberapa agenda yang akan dan sedang dilaksanakan didalam tahun ini, antara lain pembinaan kepada Anggota terkait dengan pelaksanaan aturan yang telah ditentukan secara nasional dan internasional;

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 39


KOMODITAS PRIMADONA

INDONESIA RATUNYA MUTIARA LAUT SELATAN

Budidaya kerang mutiara kembali bergeliat di tengah masyarakat. Pasalnya, teknologi pembenihan hingga pembuatan produk mutiara berhasil dikembangkan dengan baik. Hal ini ditandai dengan pelepasan 15.000 ekor spat kerang mutiara jenis Pinctada maxima ke perairan Gili Kondo, Desa Padak Guar, Sambalia- Lombok Timur pada Juli 2017 lalu. Ribuan spat kerang mutiara ini merupakan hasil pembenihan buatan yang dilakukan Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok guna menjaga kelestarian spesies tersebut di alam.

D

irektur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan, akibat penangkapan berlebih, banyak perusahaan pembenih mutiara yang mulai kesulitan mendapatkan sumber induk di alam, dan tentunya ini sangat mengkhawatirkan bagi keberlanjutan bisnis mutiara di Indonesia. Padahal, Indonesia saat ini masih diperhitungkan sebagai produsen utama mutiara jenis south sea pearl (SSP) atau mutiara laut selatan. Keunggukan Mutiara Laut Selatan Pakar mutiara, Yustinus Mario Tenggara mengatakan mutiara laut selatan atau SSP yang asli berasal dari Indonesia lebih memiliki kilau yang alamiah dibandingkan dengan beragam jenis mutiara lainnya. Apabila diwariskan tidak perlu khawatir kilaunya akan berkurang. Mutiara jenis ini hanya dapat ditemui di negara-negara yang memiliki lautan di sebelah selatan garis khatulistiwa, seperti Republik Indonesia dan Australia. “SSP kerap disebut Queen Pearl karena sering dipakai oleh ratu dan bangsawan,” ucap Mario yang juga memiliki perusahaan penjual mutiara itu.

Karakter utama dari SSP yaitu memiliki ukuran sekitar 9-17 milimeter dan biasanya memiliki dua warna yaitu warna putih dan kuning. Sedangkan jenis mutiara lainnya yang juga dikenal di percaturan internasional antara lain adalah Tahitian Black Pearl dari Samudera Pasifik, mutiara Akoya, dan mutiara air tawar. Sesuai namanya, Tahitian Black Pearl umumnya adalah mutiara dengan tingkat gradasi cenderung gelap atau hitam, dan biasanya berada di perairan dangkal, berbeda dengan SSP yang biasanya ditemukan di kerang kedalaman 30-70 meter. Mutiara Akoya kerap dipopulerkan oleh perusahaan asal Jepang. Sementara itu, Mutiara Air Tawar (Fresh Water Pearl) diproduksi oleh China. “Pembeda paling utama biasanya produk kita dari Indonesia kilaunya masih natural, sedangkan produk mutiara dari Jepang biasanya dipoles,” ungkapnya.

40 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


KOMODITAS PRIMADONA Anatomi Kerang Kerang merupakan hewan yang sangat khas dengan cangkangnya yang cukup keras. Banyak yang suka mencari hewan ini di pantai dan ada juga yang suka mencarinya di rumah makan karena sudah diolah menjadi makanan lezat. Cangkang kerang juga banyak dijadikan perhiasan dan pernak-pernik lainnya.

Potensi Besar Mutiara Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor mutiara asal Indonesia dalam kurun 2012-2016 rata-rata naik 2,6 persen per tahun. Tahun 2016 nilai ekspor mutiara Indonesia mencapai 15,16 juta dollar AS. Hal ini diakui Ahmad Efendi, salah seorang pendeder spat kerang mutiara di Dusun Gili Genting, Sekotong, Lombok Barat bahwa secara ekonomi kegiatan usaha pendederan spat mutiara menguntungkan. Dengan masa pemeliharaan selama 12 bulan (mencapai ukuran spat 6-8 cm), paling tidak dapat meraup keuntungan bersih 9 juta per bulan. KKP menjadikan komoditas ini menjadi unggulan perikanan budidaya dan menjamin usaha ekspor mutiara aman dan kondusif. Upaya tersebut antara lain mencegah ekspor ilegal SSP ke luar negeri, menolak mutiara impor tak sesuai SNI, dan gencar melakukan promosi untuk menaikan citra SSP asal Indonesia. Salah satu bentuk sosialisasi ini adalah dengan membuat acara Indonesian Pearl Festival (IPF) yang sudah diselenggarakan sebanyak enam kali. Kemudian, KKP akan mengatur zonasi untuk memastikan aktivitas budidaya tidak berbenturan dengan sektor lain, menjamin keamanan berusaha dan iklim investasi yang kondusif, dan melakukan konservasi terhadap ketersediaan stok induk SSP di alam. Dalam rangka menjamin kualitas produk mutiara, KKP terus mendorong kegiatan pemuliaan induk dengan menunjuk BBPBL Lombok dan BPIU2K Karangasem untuk bertanggung jawab dalam menghasilkan induk kerang mutiara berkualitas.

Kerang merupakan hewan tingkat rendah. Sehari-hari ia hanya berdiam diri saja di dalam cangkangnya. Untuk membantu pergerakannya, mereka memiliki ‘kaki’ berupa sejumput daging yang menyembul ke luar cangkangnya. Itulah yang digunakan para kerang untuk berjalan, yaitu dengan cara mendorong pasir tempatnya berpijak sehingga mereka dapat berpindah tempat. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya sehari-hari, hewan ini menggunakan semacam selang. Selang yang bernama sifon ini terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama digunakan untuk menyedot berbagai jenis makanan, seperti plankton, ganggang, dan organisme laut kecil lainnya atau sering disebut sebagai filter feeder. Saluran kedua digunakan sebagai pembuangan sisa makanan setelah dicerna.

Proses Pembentukan Mutiara Mutiara terbentuk dengan dua cara, yang pertama adalah mutiara yang terbentuk secara alami, dan yang kedua terbentuk secara rekayasa atau istilahnya budidaya mutiara. Pembentukan mutiara secara alami terjadi karena faktor iritan atau karena masuknya benda – benda padat ke dalam mantel kerang sehingga benda padat ini akan terbungkus nacre

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 41


KOMODITAS PRIMADONA Pembentukan mutiara secara rekayasa yaitu dengan cara menyisipkan nukleus dengan sedikit irisan mantel dari kerang lain atau kerang donor dimana lembaran mantel ini disebut dengan saibo. Saibo dan inti nukleus selanjutnya dimasukkan melalui irisan kecil ke dalam gonad melalui irisan dinding gonad. Irisan pada dinding mantel ini bertujuan agar terjadinya biomineralisasi, yaitu penutupan dan pembentukan kantung mutiara atau pear sact. “acre merupakan zat unik yang dimiliki kerang dan berfungsi sebagai pelindung tubuh.� Teori lain menjelaskan bahwa mutiara bisa terbentuk apabila adanya kerusakan pada bagian mantel dan cangkang kerang maka kerang akan menutup dan memperbaiki lubang – lubang tersebut dengan menggunakan zat nacre. Proses ini sama dengan proses pembentukan tulang pada manusia. Nacre inilah yang disebut dengan mother of pearls atau ibu dari mutiara. Kualitas nacre juga menentukan kualitas kilau atau sinar mutiara, yang sangat penting untuk keindahan dan nilainya.

Operasi ini sangat rumit, ada banyak tahapan yang harus dijalani, termasuk melemahkan mutiara selama beberapa minggu untuk tujuan memudahkan saat melakukan operasi. Pemilihan kerang untuk donor saibo haruslah benar - benar diperhatikan, karena saibo inilah yang nantinya akan menjadi inti dari lapisan mutiara dan dipercaya mampu menghasilkan kualitas mutiara yang sempurna, dimana kilauan dan warna mutiara sangat ditentukan oleh pemilihan saibo yang tepat.

Akibat adanya partikel pasir atau zat asing yang masuk ke dalam cangkang tiram dalam jumlah tertentu untuk menenangkan iritasi maka kerang mulai membentuk lapis demi lapis hingga membentuk bahan bahan shell. Lapisan ini terdiri dari kalsium karbonat. Setelah beberapa waktu, pembentukan mutiara di dalam shell selesai. Mutiara yang terbentuk adalah bulat, putih dan bersinar. Ini disebut sebagai mutiara murni. Namun, mutiara pada dasarnya tidak hanya berwarna putih saja, ada warna hitam, putih, rose, biru pucat, kuning, hijau, dan ungu. 42 | MAInfo

Tahapan Proses Budidaya Mutiara

Pembenihan

Pembenihan

Pendederan

Pendederan

Pendederan

Pendederan

Edisi September-Desember 2017


KOMODITAS PRIMADONA

Menentukan Keaslian Mutiara Hal-hal yang sangat perlu diperhatikan konsumen ketika memilih mutiara yaitu dengan melihat cahaya kilaunya. Mutiara asli memiliki sinar dari dalam dan permukaannya yang alami membuat mutiara itu terlihat bening. Apabila dibandingkan dengan mutiara palsu yang pada permukaannya terlihat seperti semprotan pewarna dan merata. Hal penting yang juga harus diperhatikan adalah jika mutiara asli tidak mudah tergores karena terbuat dari kalsium, sedangkan yang palsu sangat mudah sekali untuk tergores. Jika masih sulit untuk mendeteksinya secara kasat mata, bisa dengan cara menggesek mutiara pada gigi untuk mengetahui tekstur permukaan. Jika konsumen merasakan permukaannya agak berpasir dan tidak rata maka itu merupakan mutiara asli, namun jika terasa licin dan mulus pada permukaannya maka mutiara tersebut adalah mutiara palsu. Cara lain untuk membuktikan keasliannya juga bisa dengan cara menggosokkan mutiara pada kaca, dan biasanya cara tersebut juga digunakan oleh penjual dan pembeli karena bisa terbilang mudah dan praktis untuk membuktikannya. Jika mutiara menimbulkan bekas di kaca berarti mutiara itu asli, namun ketika mutira digosokkan tidak berbekas maka mutiara tersebut bukan mutiara asli.

Selain itu, konsumen juga perlu memperhatikan segi bentuknya. Bila benda yang dianggap mutiara tersebut terlihat teralu sangat sempurna bentuknya, maka ada kemungkinan bahwa itu adalah mutiara palsu. Bisa juga dengan menguji melalui kaca pembesar yang permukaannya di bawah 64 daya pembesaran sehingga akan terlihat jelas apakah mutiara tersebut terlihat halus, bersisik dan seperti labirin. Jika iya, maka itu asli. Sedangkan mutiara palsu terlihat kasar atau berbintik-bintik. Cara lain adalah dengan menggunakan Aseton atau pembersih kuku yang diteteskan ke permukaan mutiara. Apabila setelah diteteskan mutiara tersebut semakin bersih maka bisa dipastikan bahwa itu adalah mutiara asli dan sebaliknya jika setelah diteteskan menjadi buram atau bahkan luntur maka itu bukanlah mutiara. Keaslian mutiara juga bisa dilihat dari harga dan beratnya. Ini bukan tes ilmiah, dan tidak mudah untuk mengukur berat mutiara. Mengukur berat mutiara hanya dengan cara memegang dapat membantu untuk mengkonfirmasi kecurigaan setelah melakukan tes lain. Mutiara palsu biasanya terasa ringan dibandingkan dengan mutiara asli. Mutiara palsu ini sudah beredar di Indonesia, misalnya di kota Mataram yang menjual kalung dengan harga hanya Rp. 100.000,-. Padahal mutiara asli juga memiliki harga standart selayaknya emas yang juga ada harga rujukan. DASAIRY ZULFA/MAI

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 43


MILIKI BUKU-BUKU TERBAIK Salah satu gagasan cemerlang Presiden Jokowi yang mendapat dukungan publik dengan penuh antusiasme adalah tekadnya untuk mewujudkan Indonesia sebagai PMD (poros Maritim Dunia). Yakni Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaulat berbasis pada ekonomi kelautan, hankam, dan budaya maritim. Lebih dari itu, Indonesia kelak diharapkan menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa lain di dunia dalam berbagai bidang kelautan, mulai dari ekonomi, IPTEK, hankam, sampai cara menata pembangunan kelautan (ocean governance). Ada tujuh peta jalan pembangunan kelautan yang berupa kebijakan dan program bersifat jangka panjang, yang harus dikerjakan sejak sekarang dan berkesinambungan. Jika itu dilakukan, Insya Allah pada 2020 Indonesia akan menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (GNP/kapita sekitar 10.000 dolar AS), pada tahun 2025 menjadi negara maritim yang besar, maju, adil-makmur, dan berdaulat serta sebagai Poros Maritim Dunia. Bila kita mampu membangun wilayah pesisir dan lautan serta kekayaan alam yang terdapat di dalamnya secara produktif, efisien, inklusif, dan ramah lingkungan. Maka, kita akan mampu mengatasi sejumlah permasalahan utama bangsa, seperti pengangguran dan kemiskinan, kesenjangan antara kelompok kaya vs miskin yang kian melebar, disparitas pembangunan antar wilayah, buruknya konektivitas dan sangat mahalnya biaya logistik (26% PDB), gizi buruk, dan rendahnya daya saing serta PM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia. Harga Rp 80.000,-

JUDUL: Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia; PENULIS: Rokhmin Dahuri; EDITOR: Arie Wibowo Irawan, Artanti Yulaika, Endang Darmawan, Yeyen Handayani; SETTING/LAYOUT & COVER: Iwan Priatna; UKURAN: 14,5 x 21 cm; HALAMAN: xiv + 310 Halaman; CETAKAN Keenam, April 2017; ISI: Paper Book 58 gr; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISBN: 978-602-70193-2-4; PENERBIT: Roda Bahari

(3 in 1) CETAK BIRU PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Indonesia memiliki perairan laut yang potensial (sesuai) untuk usaha budidaya laut terluas di dunia (FAO,2002). Berdasarkan pada perhitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, maka potensi luas perairan laut Indonesia yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut tersebut terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia. Dengan teknologi budidaya (Keramba Jaring Apung atau cage nets) laut dalam atau laut lepas yang telah berhasil dikembangkan oleh Norwegia, Amerika Serikat, Kanada,dan Indonesia (BPPT), maka potensi luas laut yang cocok untuk usaha budidaya laut tentu akan bertambah luas. DUKUNGAN IPTEK UNTUK PEMBANGUNAN KELAUTAN Banyak faktor yang menyebabkan Indonesia tertinggal, mulai dari kelembagaan politik (political institution) yang menyuburkan budaya instan, premanisme politik uang (money politics), dan korupsi, bukan etos kerja yang unggul dan demokrasi yang adil dan mensejahterakan bangsa; sampai lemahnya penguasaan dan penerapan IPTK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam berbagai bidang kehidupan bangsa ini. Dan, salah satu yang terpenting adalah karena kita belum punya visi pembangunan yang tepat dan benar serta dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. MENGELOLA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI TENGAH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Tantangan bagi kita bangsa Indonesia di tengah era perubahan iklim global dan persaingan antara bangsa yang kian tajam ini (globalisasi) adalah bagaimana kita secara cerdas dan bijaksana mengelola pembangunan bangsa untuk mengembangkan daya saing nasonal; mewujudkan kedaulatan pangan dan energy; dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang bisa menciptakan banyak lapangan kerja dan mensejahterakan seluruh rakyat secara berkeadilan, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. JUDUL: (3 in 1) Cetak Biru Pembangunan Kelautan Dan Perikanan ; Dukungan Iptek Untuk Pembangunan Kelautan; Mengelola Pembangunan Berkelanjutan Di Tengah Perubahan Iklim Global; PENULIS: Rokhmin Dahuri; EDITOR: Herry Nurdi; SETTING/LAYOUT & COVER: Iwan Priatna; UKURAN: 10,5 x 15 cm; HALAMAN: 134;84;64 Halaman; CETAKAN Pertama, September 2012; ISI: Paper Book 58 gr; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISBN: 978-602-18871-0-3; 978-602-18871-1-0; 978-602-18871-2-7; PENERBIT: Roda Bahari

44 | MAInfo

Harga Rp 50.000,-

Edisi September-Desember 2017


Teknologi budidaya rumput laut yang dipaparkan oleh penulis dalam buku ini, memberikan pengetahuan yang lengkap tentang budidaya rumput laut. Mulai dari pengenalan rumput laut, persyaratan ekologi dan lokasi budidaya, pemilihan bibit rumput laut, hama dan penyakit, pemanenan, pasca panen hingga analisis usaha budidaya rumput laut. Penulis melengkapi uraiannya dengan informasi tentang teknologi yang dikembangkan berkaitan dengan budidaya rumput laut seperti teknik kultur jaringan. Buku ini menjadi ‘istimewa’ karena dilengkapi dengan glosarium, yakni “kamus kecil” sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami istilah-istilah perikanan yang tidak biasa digunakan.

Harga: Rp 130.000,-

JUDUL: Teknologi Budidaya Rumput Laut; PENULIS: Nunik Cokrowati,S.Pi.,M.Si; EDITOR: Agung Sudaryono, Mussalimun, Wikke Elta Ayu Selviani, Abdul Mufid; SETTING/LAYOUT & COVER: Tim Kreatif MAI Publishing; UKURAN: 15 x 20 cm; HALAMAN: 266 Halaman; CETAKAN Pertama, Mei 2017; ISI: Paper Book; COVER: Art Carton 260 gr; ISBN: 978-602-61714-0-5; PENERBIT: MAI Publishing Pemesanan dapat menghubungi penulis 081907193232 (WA).

Global food demand increases 70% up to 2050 due to an increasing of the population. Economic crisis causing high unemployed people and high food demand has positioned aquaculture becoming an important industry sector as food supply and economic mover. Aquaculture is the world‟s fastest growing food production sector by about 11 percent annually. Aquaculture in Indonesia is one of the most feasible means answering the expanding demand for fish, looking at the leveling off in the capture fisheries production and increasing demand for seafoods. Indonesia has a potential to be the greatest aquaculture producer in the world (67.7 millions MT per year) consisting of marine aquaculture sector (47 millions MT), brackishwater aquaculture sector (15 millions MT), and freshwater aquaculture sector (5.7 millions MT). However, this high potency is just utilized up to 11% and this will be a challenge to trigger for the Indonesia aquaculture stakeholders to be the greatest in the future. This high potency (population and fisheries resources) will result in attracting overseas aquaculture stakeholders to invest and to be t he players in Indonesia A sustainable aquaculture management is needed in Indonesia, including the development of infrastructure, investment, friendly environment, production and human resources. Future global aquaculture industry growth especially in Indonesia will be severely restricted if the aquaculture industry remains reliant on fishmeal and fish oil. So that in the future, aquaculture industry must reduce reliance on fishmeal and fish oil as a key ingredient in aquafeeds. A focus on looking for new sources omega-3 will be very important in developing sustainable aquafeeds. The next 10 years, Indonesia will face some great challenges for the sustainable development of aquaculture industry. The International Conference of Aquaculture Indonesia would allow us to look at many threats and opportunities and consider how to best manage the sustainable development of the global aquaculture industry especially toward sustainable future aquaculture industry in Indonesia.

Harga: Rp 400.000,-

JUDUL: International Conference of Aquaculture Indonesia Proceedings (2014/2015/2016) ; EDITOR: Agung Sudaryono, Abdul Mufid; SETTING/LAYOUT & COVER: Tim Kreatif MAI; UKURAN: 20,5 x 29 cm; HALAMAN: 129-231 Halaman; ISI: HVS; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISSN: 2356-0800; PENERBIT: MAI Publishing Info pemesanan hubungi : Wikke (085740313146)

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 45


TANYA PEMBACA BAGAIMANA MENGATASI MASALAH PADA BUDIDAYA LELE? Narasumber: Azzam Bachrur (Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia)

Ikan lele termasuk kosmopolitan nusantara dan pelaku usaha budidaya lele dari berbagai kalangan masyarakat. Ada 3 (tiga) keunikan membudidaya lele. Pertama Lele masih bisa hidup dalam kondisi air tidak optimal, namun pakan harus bagus dengan protein tinggi. Kedua secara perkembangan teknologi, padat tebar lele mampu mencapai 300-400 ekor/m2 untuk skala menengah (sekitar 5-10 ha kolam) dan 1000 ekor/m2 untuk skala besar (>10 ha). Ketiga, secara pasar antara permintaan dan penawaran lele seimbang. Permintaan dan penawaran terbanyak berada di Jawa dan Sumatera. Pertanyaan merupakan beberapa rangkuman dari beberapa orang penanya

Jawaban : Lele yang baik berasal dari benih yang baik pula. Bagaimana kriteria pemilihan benih yang baik untuk pembesaran ikan lele? Benih yang baik itu yang sehat, tidak luka. Hal terpenting adalah ketika pengangkutan dan penanganan fisik benih lele tersebut dari lokasi pembenihan ke lokasi pembesara harus betul-betul diperhatikan. Ukuran benih yang disarankan untuk pembesaran lele 7-8 cm, dan yang aman ukuran 10 cm. Pakan merupakan biaya produksi terbesar pada budidaya ikan. Bagaimana cara manajemen pakan yang baik pada ikan lele? Untuk para pembudidaya pemula, sesuaikan saja dengan Feeding Rate (FR), agar tidak mengganggu FCRnya atau (Feed Convertion Ratio), dimana lele dapat mengubah pakan tersebut menjadi daging. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian dan dapat dihitung. Jika pembudidaya terampil biasanya sudah dapat memprediksi ukuran pakan yang tepat sesuai kondisi lele.

Bagaimana kriteria pakan yang baik pada ikan lele? Apakah aroma pakan yang kuat (berbau amis) akan menghasilkan pertumbuhan ikan lele yang lebih baik? Aroma pakan yang kuat (bukan amis) mengindikasikan protein yang dikandung dalam pakan tersebut tinggi. Lele tidak mau pakan dengan protein rendah. Saya pernah coba pakan dengan protein 23-24 lele pura-pura kenyang tidak mau makan. Setelah saya ganti pakan dengan protein 29-30 lele mau makan lagi. Jika dipaksakan dengan pakan protein rendah, lele tidak dapat tumbuh. Pada saat musim penghujan, ikan lele menjadi rentan terkena serangan penyakit. Bagaimana cara penanganan ikan lele pada saat musim penghujan? Jika ukuran lele sudah besar, tidak masalah. Namun, jika ikan lele masih kecil biasanya drop karena perubahan pH, dan suhu. Para pembudidaya biasanya menggunakan tutupan plastik di atas kolam, untuk mencegah air hujan masuk ke kolam. Selain itu, banyak juga pembudidaya lele yang mengganti air kolam, dan diberi pipa supaya air hujan yang masuk ke kolam dapat keluar. Apa langkah-langkah yang bisa dilakukan ketika ikan lele sudah terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur? Penanganan lele yang terkena penyakit memang masih sulit ditangani. Untuk lele yang terkena bakteri di tahap awal dapat diberi tambahan probiotik pada pakan. Segera pisahkan dengan lele lain. Saat ini dalam budidaya lele telah dikenal berbagai macam teknologi budidaya (probiotik, bioflok, rws dsb). Menurut bapak teknologi apa yang paling efektif untuk diaplikasikan?Bagaimana cara mengaplikasikannya pada kolam pembesaran ikan lele? Teknologi yang paling efektif sebenarnya tergantung pembudidaya sendiri. Ini disesuaikan juga dengan jumlah karyawan yang dimiliki. Dalam praktek di lapangan, saya biasanya melihat industri budidaya lele skala menengah-skala besar cukup dengan ganti air. Jika intensif biasanya industri skala kecil. Apa saran Bapak untuk para pembudidaya lele? Pengusaha budidaya lele yang sudah besar dan eksis harus mencoba menggunakan pakan mandiri. Memang awalnya perlu dilakukan pengujian pakan terlebih dahulu. Namun, jika berhasil keuntungan yang didapat lebih besar karena dapat menekan harga pakan yang merupakan biaya produksi terbesar pada budidaya ikan. DASAIRY ZULFA/MAI

46 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


ALMAMATER

BUDIDAYA MENOPANG EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA Oleh : Siti Zulaeha, S.Pi (Alumni Budidaya Perairan FPIK Undip 2011, Penyuluh Perikanan Bantu Enumerator 2017)

M

enurut Joze Graziano, ikan akan menjadi salah satu komoditas makanan yang paling banyak diperdagangkan di dunia dengan lebih dari 50% nilai ekspor ikan berasal dari negara-negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki panjang garis pantai 104 ribu km dengan luas total wilayah maritim 5,8 juta km2 berpotensi besar dalam berperan penting memenuhi kebutuhan pangan nasional dan dunia. Tahun 2016 tercatat tingkat konsumsi ikan nasional sebanyak 43,94 kg per kapita per tahun atau naik sebesar 6,8 persen dari tahun sebelumnya. Dalam memenuhi kebutuhan ikan nasional dan dunia, dapat diperoleh dari sektor penangkapan ikan dan budidaya ikan. Disisi lain, semakin tingginya permintaan terhadap produk perikanan ada kekhawatiran bahwa perikanan tangkap yang dilakukan secara over eksploitatif secara langsung menurunkan potensi lestari sumber daya ikan. Oleh karena itu FAO memprediksi ke depan perikanan budidaya akan menjadi penopang utama dalam kebutuhan pangan, ikan bagi masyarakat global. Tahun 2016 target produksi budidaya ikan Indonesia 19,46 juta ton. Tahun ini, 2017 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi mencapai 22,46 juta ton. Untuk itu, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menggenjot program kerja prioritas. Di antaranya, adalah gerakan pakan mandiri ikan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) fokus kurangi biaya pakan ikan melalui Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI) dalam usaha budidaya ikan, khususnya budidaya ikan air tawar. Biaya operasional terbesar budidaya adalah biaya pakan berkisar 70-80% dari biaya keseluruhan.

Bantuan GERPARI sangat membantu kelompok budidaya ikan (POKDAKAN) terutama di Kabupaten Musi Banyuasin. Pada Tahun 2016 ada dua POKDAKAN yang menerima bantuan GERPARI yaitu POKDAKAN Sinar Teladan dan KTNA. POKDAKAN Sinar Teladan berada di Desa Muara Teladan Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Sedangakan POKDAKAN KTNA berada di Desa Berlian Jaya, Kecamatan Tungkal Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Monitoring produksi pakan dilakukan tiap bulan. Monitoring produksi panen ikan dilakukan setiap panen per 3-6 bulan. Harga pakan ikan mandiri dibandrol Rp 7.000,00/kg jauh lebih murah dibandingkan harga pakan pabrik berkisar Rp 12.000,00/kg. Dengan menekan biaya pakan,

dan hasil panen yang tinggi dapat meningkatkan perekonomian POKDAKAN. Namun kendala lain dari pembuatan pakan mandiri ini adalah pakan tidak mengapung, sehingga minat pembeli menurun. Pakan tidak dapat mengapung dikarenakan tidak adanya alat pencetak pakan apung. Harga alat pencetak pakan apung ini berkisar Rp 65.000.000,00 hingga Rp 125.000.000,00. Mahalnya harga alat tesebut, POKDAKAN tidak mampu untuk membelinya. Berbagai halangan yang ada tidak membuat kendur semangat POKDAKAN. Mereka tetap membuat pakan mandiri dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan kolam kelompok. Warga sekitar yang melihat hasil panen POKDAKAN dengan bobot ikan yang cukup, tergiur untuk membeli pakan tersebut. Menurut warga desa Muara Teladan dan Berlian Jaya dengan melihat hasil panen ikan dengan bobot yang cukup, mengartikan pakan yang dikonsumsi ikan cukup baik dan memiliki protein yang tinggi. Warga pemilik kolam budidaya pun membeli pakan mandiri di dua POKDAKAN. Dengan hasil panen tinggi dan menekan biaya operasional pakan ikan dapat meningkatkan perekonomian POKDAKAN dan memenuhi kebutuhan konsumsi ikan di daerah. Berdasarkan kasus tersebut, dapat diambil pelajaran bagi para pembudidaya, dan kelompok pembudidaya ikan untuk terus maju bersama-sama membangun akuakultur Indonesia di daerah masing-masing dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Sikap positif, terus belajar, dan pantang menyerah tidak boleh ditinggalkan masing-masing individu. Hasil akan datang dengan berjalannya proses tersebut. Sehingga, budidaya dapat menopang ekonomi dan ketahanan pangan Indonesia dapat terwujud. Tentunya ini harus ada sinergi dari pemerintah dan juga pembudidaya. DASAIRY ZULFA/MAI

Edisi September-Desember 2017 MAInfo | 47


MILIKI AKSESORIS TERBAIK MAI

Topi MAI

Dilengkapi dengan penutup bagian belakang, membantu melindungi pemakai dari sengatan matahari. Topi ini biasa digunakan ketika di tambak, pesisir, kolam budidaya, maupun lokasi kerja lainnya. Tersedia warna coklat muda, krem, dan coklat tua

Harga

Rp. 50.000,-

Kaos MAI Kaos berbahan polo dilengkapi dengan kerah. Tersedia warna merah, kuning, dan biru

Harga

Rp. 100.000,Informasi pemesanan dapat menghubungi: Sonni Kurniawan (085740313146)

48 | MAInfo

Edisi September-Desember 2017


HARGA IKLAN MAINFO Berlaku September 2017 IKLAN HARGA

SPESIFIKASI

Cover II (Sampul Muka Dalam)

Rp. 12.500.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

Cover III (Sampul Belakang Dalam)

Rp. 10.000.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

Cover IV (Sampul BelakangLuar)

Rp. 15.000.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

2 (Dua) Halaman Tengah (Center Spread)

Rp. 20.000.000,00

Uk. 42 x 28 Cm

2 (Dua) Halaman Dalam Adventorial

Rp. 15.000.000,00

Uk. 42 x 28 Cm

1 (Satu) Halaman Warna

Rp. 7.500.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

1/2 Halaman Dalam Warna Vertikal

Rp. 5.000.000,00

Uk. 9 x 28 Cm

1/2 Halaman Dalam Warna Horizontal

Rp. 5.000.000,00

Uk. 19 x 19 Cm

Pemasangan Iklan Hubungi: Masyarakat Akuakultur Indonesia MAI Publishing Mussalimun Jl. Dewi Sartika IV No 70 Semarang Telp (024) 8318908 / 085740313146 Telp (024) 8318908 Email: publishingmai@gmail.com

Informasi Majalah MAInfo: Terbit: Setiap empat bulan sekali Ukuran: Majalah 21x28 cm Halaman: 48 Halaman full colour Penyebaran: Seluruh Indonesia secara online Harga iklan belum termasuk ppn 10% Belum termasuk biaya penulisan artikel advertorial Materi bahan iklan diserahkan sepekan sebelum majalah terbit



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.