MAInfo Edisi 4 Mei - Agustus 2018

Page 1



DAFTAR ISI 3 | Liputan Khusus

29-33 | Inovasi/Teknologi

Asian - Pacific Aquaculture

Penerapan Biosekuriti di Industri Akuakultur

4-5 | Event

Protein Sel Tunggal

Politektik KP Sidoarjo Siap menjadi Leader Akuakultur Jatim Sarasehan Nasional Bisnis dan Teknologi Komodias Udang Pemilu World Aquaculture SocietyAsian Pasific Chapter Roadmap Industri Rumput Laut dari Hulu ke hilir

6-9 | Teropong Pemanfaatan Budiaya Perikanan Natuna Baru 2%

Teropong Hal. 6-9

36-37 | Organisasi 18-19 | Budidaya Payau Si Perak Komoditas Budidaya Payau

12-13 | Budidaya Tawar Ikan Dewa, Ikon Masyarakat Kuningan

Jurnal Ilmiah Internasional Aqucultura Indonesiana, dan JSTA Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-AI), dan undangan sertifikasi

25 | Kolom Budhi Wibowo (Ketua AP5I): Kenaikan Nilai Ekspor Produk Perikanan RI Bukan Indikasi Kebangkitan Industri Perikanan

26-27 | Enterpreneur 14-17 | Budidaya Ikan Hias Tulungagung Penyuplai 90% Ikan Maskoki Dunia Infografis Ikan Koi

Ikan Maskoki Hal. 14-17

Asosiasi Pengusaha Pengolahan & Pemasaran Produk Perikanan Indonesia

20-23 | Info MAI

10-11 | Budidaya Laut King Ocean Ikan Napoleon yang Berharga Jutaan Rupiah

Biosekuriti Pakan Udang

38-39 | Komoditas Primadona Anggur Laut, Primadona Baru Indonesia

40-41 | Tanya Pembaca Tips dan Trik Memelihara Anggur Laut (lawi-lawi) 42 | Almamater Traceability dalam Pengembangan Industri Perikanan Global

M. Agung Meidito, Eksportir Muda Ikan Mas Koki Tosakin Irpadi: Pengusaha Udang Asal Subang Andi Abdullah Rahim, sukses budidaya lobster

Komoditas Primadona Anggur Laut Hal. 38-39

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 1


SALAM REDAKSI Pembina Rokhmin Dahuri Pengarah Agung Sudaryono Pemimpin Umum/ Redaksi Mussalimun

MENCIPTAKAN SINERGI

M

Redaksi Zulfa Sania Dasairy Wikke Elta Ayu Selviani

Bulan Maret dan April ini menjadi momen Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dalam melaksanakan temu stakeholder

Layout & Desain Ichfar Jaffar Sodiq

udang dan rumput laut nasional, tepatnya pada tanggal 27 Maret 2018 dan 30 April 2018. Program ini sebagai tindak lanjut dari silaturahmi MAI dengan Ditjen PSDKP guna bersama memajukan industri akuakultur Indonesia dari hulu hingga hilir. Berita selengkapnya dapat Anda lihat pada rubrik Event Majalah MAInfo edisi 4 (Mei-Agustus 2018).

Dalam rubrik Teropong, kami mengulas

mengenai Kepulauan Natuna yang ditengarai memiliki banyak keunggulan sebagai kepulauan di garis terdepan Indonesia, di antaranya potensi sumber daya perikanan laut yang ditaksir lebih dari satu juta ton per tahun. Namun, ternyata pemanfaatan budidaya perikanan Natuna baru 2%.

Pembaca juga dapat menikmati informasi

mengenai budidaya ikan napoleon, ikan dewa, ikan maskoki, dan juga ikan belanak. Pada rubrik Komoditas Primadona, tersaji informasi mengenai Anggur Laut dan diperdalam mengenai budidayanya pada rubrik Tanya Pembaca. Artikel menarik lainnya dapat pembaca temui di rubrik entrepreneur, kolom, organisasi, dan almamater. Semoga dapat menambah informasi pembaca budiman. Masukan dari Anda sangat kami tung-

Kontributor Sonni Kurniawan Sirkulasi Tim MAI Publishing Alamat redaksi Jl. Dewi Sartika IV No. 70 , Sukorejo, Gunungpati, Semarang : (024) 8318 908 : 085724312584 : publishingmai@gmail.com Pemasaran : aquacultureindonesia@gmail.com : 085740313146 Redaksi menerima artikel liputan terkait akuakultur/ budidaya perikanan dan artikel opini untuk almamater disertai dengan foto kegiatan, kartu identitas, foto diri, dan data diri. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isi. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan. : www.aquaculture-mai.org : facebook.com/aquacultureindonesia : @mai.ias

gu demi memajukan majalah ini. Selamat membaca.

2 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


LIPUTAN KHUSUS Sumber foto: Dok. MAI

ASIAN-PACIFIC AQUACULTURE 2018 eningkatan produksi dan konsumsi perikanan didorong oleh perkembangan akuakultur. Dengan prediksi populasi manusia mencapai 9,8 milyar pada tahun 2050, akuakultur akan semakin berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan. Sekretaris Jenderal Masyarakat Akuakultur Indonesia, Agung Sudaryono berkesempatan mengikuti konferensi dan pameran Asian Pacific Aquaculture 2018 (APA18). Acara ini diadakan pada tanggal 23-26 April, 2018 di Taipei Convention Center (TICC), Taipei, Taiwan. Melalui kolaborasi dan upaya bersama National Taiwan Ocean University (NTOU), komite pengarah APA18, dan World Aquaculture Society - Asian Pacific Chapter (WAS-APC), acara APA 18 berlangsung sukses. Taiwan menjadi lokasi APA salah satunya karena negara ini strategis bagi usaha perikanan, karena dilalui arus Kuroshio, arus Pantai Cina, dan arus Laut Cina Selatan. Negara ini pun memiliki sejarah budidaya perikanan sejak 300 tahun yang lalu.Saat ini Taiwan mulai menggarap akuakultur lepas pantai. Sekitar 80% dari produksi akuakultur dunia berasal dari kawasan Asia.

Sumber foto: Dok. MAI

P

Khusus di Taiwan ada 70 spesies yang dibudidayakan (tilapa, sidat, kerapu, bandeng, kobia, kakap, udang, kekerangan, dan lain-lain. APA18 terdiri dari sesi konferensi, sesi akuakultur, pertemuan bisnis, pameran produk, dan farm tour. Acara dibuka untuk pendaftaran dan dihadiri oleh sekitar 2.000 peserta yang berasal dari 48 negara. Pameran produk, yang terdiri dari 100 stan, adalah pameran terkemuka dengan banyak perusahaan yang mempresentasikan produk akuakultur mereka. Ada 445 abstrak dengan 295 presentasi lisan dan 150 poster di konferensi. Pembukaan diresmikan oleh Dr. Ching Fong Chang, (presiden NTOU), Dr. Guillaume Drillet (Presiden WS-APC), dan perwakilan APA18: Mr. Tian-Shou, Chen (Ex-Director General of Fish

Agency of Taiwan), Dr. I-Chou, Liou (Akademisi dari Akademia Sinica, Taiwan)., Mr. Hong-Yen Huang (Director General of Fish Agency of Taiwan), Mr. Allen (Ming-Hsun), WU (Manajer Regional Akuakultur, Nutriad), dan Mr. Jeff Chuang (Manajer Umum Sheng Long Biotech). Sidang pleno pada 24 April adalah presentasi oleh Dr. Ching Fong Chang, dengan judul “Pengenalan Inovasi Akuakultur yang berkelanjutan dan Keamanan Pangan”. Dan Dr. Peter De SCHRYVER, mempresentasikan “Wawasan Baru dalam Manajemen Mikroba untuk membuat akuakultur intensif lebih berkelanjutan”. APA18 memiliki 40 sesi tentang akuakultur dengan topik termasuk pakan ikan, budidaya udang, penyakit ikan, keanekaragaman hayati lingkungan dan perubahan iklim, kesehatan ikan nila dan farm tour. Lebih dari 60 peserta bergabung dengan dua farm tour. Tur 1 di West of Taipei, penelitian Koi Farm and Fisheries, dan Tour 2 di East of Taipei, NTOU dan NMMST, yang diselenggarakan oleh NTOU. Pada resepsi presiden, para peserta juga menikmati tarian tradisional, dan pertunjukan dari Taiwan.

Edisi Mei - Agustus 2018

(DASAIRY ZULFA/WAS)

MAInfo | 3


EVENT Sumber foto: Dok. MAI

POLITEKNIK KP SIDOARJO BERSIAP MENJADI LEADER AKUAKULTUR JATIM

R

ini. Melalui jejaring organisasi MAI, antar stakeholder akuakultur dapat menjalin silaturahmi untuk bertukar informasi terkini guna meningkatkan kompetensi dan dedikasi dalam pembangunan akuakultur nasional secara berkelanjutan. Selain itu, MAI juga rutin menyelenggarakan workshop dan even international seperti International Conference Aquaculture Indonesia (ICAI) setiap tahunnya, sehingga dapat dimanfaatkan khususnya oleh masyarakat akuakultur

(WIKKE ELTA/BERBAGAI SUMBER) Sumber foto: Dok. MAI

abu, 14 Februari 2018 lalu, sekjen MAI (Dr. Agung Sudaryono, M.Sc) melakukan silaturahmi dan sosialisai program kerja MAI di Kampus Politeknik KP Sidoarjo. Melalui diskusi dan kunjungan dengan pimpinan dan staf pengajar Politeknik KP Sidoarjo, Dr. Agung Sudaryono menginisiasi kerjasama dalam memajukan akuakultur Indonesia, salah satunya adalah sarasehan rutin Temu Stakeholder yang akan MAI selenggarakan setiap bulannya di tahun 2018

untuk meningkatkan wawasan terkini.Tidak ketinggalan juga untuk para dosen dan peneliti, MAI menyediakan sarana publikasi Jurnal Ilmiah baik skala nasional (Jurnal Sains Teknologi Akuakultur) maupun International (Aquacultura Indonesiana) yang dapat dimanfaatkan untuk mempublikasikan karya hasil penelitian yang bermanfaat untuk memajukan akuakultur. Direktur Politeknik KP Sidoarjo, Dr. Muh Hery Riyadi Alauddin, S.Pi, M.Si menyambut baik kerjasama ini. Politeknik KP Sidoarjo siap menjadi tuan rumah temu stakeholder sekaligus bersiap menjadi pendorong dan pusat pembangunan sektor perikanan di Jawa Timur khususnya bidang perikanan.

Sumber foto: Dok. MAI

maupun off farm hilir. Berbeda halnya dengan negara maju, dimana kelembagaan asosiasi tersebut terhimpun dalam satu wadah yang besar, sehingga asosiasi ini bisa fokus, solid, dan kuat, sehingga pada akhir nya memilki posisi tawar yang tinggi dalam penyusunan regulasi Pemerintah. Hal ini juga rumus keberhasilan produksi pada on farm ROKHMIN DAHURI : PERLUNYA INDONESIA AQUACULTURE merupakan hubungan sebab-akibat INCORPORATED dengan off farm. Hal serupa disampaikan asyarakat Akuakultur Indonesia harusnya Indonesia dapat menjadi Sekretaris Jenderal MAI Agung menggelar Sarasehan negara produsen dan pengekspor Sudaryono. “Di industri sawit sudah Nasional Bisnis dan Teknologi udang budidaya terbesar di dunia. terbentuk asosiasi yang menyatukan Komoditas Udang, pada hari Selasa Rokhmin mengatakan, perlu stakeholder dari hulu ke hilir. Tidak (27/03) bertempat di Sekolah Tinggi dibentuk Indonesia Aquaculture Incor- terpisah-pisah antara stakeholder Perikanan Jakarta. Hadir pada porated. “Apa itu Indonesia Aquaculpupuk misalnya dengan stakeholder kesempatan ini 150 stakeholder di ture Incorporated? Setiap komponen lainnya. Di Vietnam juga seperti itu bidang budidaya udang dari berbagai dalam sistem usaha budidaya udang, sehingga menjadi maju. Thailand juga kalangan dan daerah. Hasil yang seperti pengusaha hatchery, pakan, demikian, misalnya fokus di durian diharapkan pada kegiatan ini adalah petambak, pengolah, pemerintah, montong. Karena itu, Indonesia harus lahirnya embrio Asosiasi Udang asosiasi, peneliti, dan dosen, harus bersatu,” ujarnya. Indonesia. mengeluarkan atau menyumbangkan Oleh karena itu, pihaknya Ketua Umum MAI Prof. kemampuan terbaiknya, sehingga menginisiasi terbentuknya sebuah Dr. Rokhmin Dahuri menyebutkan, menghasilkan output terbaik. Antar asosiasi yang menghimpun seluruh Indonesia sebagai negara dengan komponen sistem usaha budidaya stakeholder di bidang budidaya udang garis pantai terpanjang kedua di udang harus solid, care and share, dari hulu ke hilir, yang selanjutnya dunia yakni 95.185 km, memiliki strengthening to each other, dan akan dibahas pada kesempatan lain. potensi lahan pesisir untuk tambak bekerja sama secara sinergis.” Disampaikan Agung, nama yang udang terluas di dunia mencapai Asosiasi yang bergerak pada diusulkan adalah Asosiasi Udang lebih dari 3 juta ha. Dengan potensi bisnis udang di Indonesia saat ini Indonesia atau disingkat AUDI. tersebut ditambah mahalnya harga masing-masing berdiri sendiri, yaitu (DASAIRY ZULFA/MAI) udang yang cenderung stabil, seasosiasi pada on farm, off farm hulu

M

4 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


EVENT

PEMILU WORLD AQUACULTURE SOCIETYASIAN PASIFIC CHAPTER

P

emilu WAS-APC memiliki tantangan untuk melakukan pemilihan, secara tepat waktu dan sepenuhnya transparan dengan pandangan untuk membangun keanggotaan Dewan yang mencerminkan keanggotaan masyarakat dan ingin masyarakat untuk maju dan memiliki keragaman yang memadai untuk mendukung tujuan strategis masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan keanggotaan secara global termasuk di wilayah yang kurang terwakili.

Ex-Presiden membangun komite yang akan menggabungkan keragaman daerah yang diperlukan, dan termasuk anggota yang dan termasuk anggota yang cenderung proaktif dan responsif dalam mengumpulkan nominasi dan dalam menanggapi permintaan dari Ex-Presiden. Untuk memiliki pemilihan nominasi yang baik, penting untuk mencari nominasi dari kandidat yang memenuhi syarat seluas mungkin meminta saran dari sebanyak mungkin orang (termasuk Presiden sebelumnya). Selama masa jabatannya sebagai Presiden terpilih, dia harus melaksanakan tugas-tugas Presiden dan berfungsi sebagai anggota Komite Eksekutif (EXCOM). Sementara itu, tugas dua Dewan Direksi terpilih bertanggung jawab atas pengelolaan urusan bisnis perhimpunan dan dua pertemuan bisnis tahunan secara berturut-turut.

Sumber foto: Dokumen MAI

ROADMAP INDUSTRI RUMPUT LAUT DARI HULU KE HILIR

P

emanfaatan rumput laut di Indonesia masih belum optimal, padahal keanekaragaman rumput laut di Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan dengan negara lain. Hal inilah yang mendasari Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan, bekerjasama dengan MAI (Masyarakat Akuakultur Indonesia), dan ARLI (Asosiasi Rumput Laut Indonesia) mengadakan acara Temu Stakeholder Rumput Laut. Acara ini diselenggarakan pada hari Senin, 30 April 2018 bertema Peluang Usaha Rumput Laut yang Berkelanjutan di Indonesia. Lokasi diskusi berada di Menara Kadin Lantai 3, Jakarta. Pihak yang hadir dalam diskusi di bidang hulu rumput laut,

yakni Direktur Produksi dan Usaha Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP Umi Windrani, Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis, dan Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri. Adapula perwakilan pengusaha yang kegiatan usahanya menggunakan bahan baku rumput laut (bagian hilir), yakni Mursalim dari PT Kappa Carrageenan Nusantara, Yanuarius Triyanto dari PT Agarswallow, serta Adhi S. Lukman sebagai perwakilan dari asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI). Harapan dari hasil diskusi ini, para stakeholder rumput laut dapat memahami konsep usaha hulu dan hilir rumput laut secara komprehensif. Selain itu, dapat

Hasil pemilihan untuk Pemilu APC 2018 yang diselesaikan pada 8 Januari 2018 diverifikasi oleh Judy Andrasko dan Carol Mendoza pada tanggal 12 Januari 2018 dan orang yang terpilih adalah: Dr. Rohana P. Subasinghe sebagai PRESIDEN terpilih, Dr. Jean-Yves Mevel dan Dr. Agung Sudaryono sebagai DIREKTUR terpilih. Dr Rohana Subasinghe sebagai presiden WAS-APC terpilih adalah seorang Sri Lanka / Italia dengan lebih dari 30 tahun profesional dan berpengalaman dalam pengembangan dan manajemen akuakultur di tingkat global. Sementara itu, direktur terpilih Dr. Jean-Yves MEVEL adalah Ahli Akuakultur, dan sejak tahun 1979 terlibat dengan sebagian besar aspek akuakultur di lebih dari 30 negara dan 5 benua. Dr. Agung Sudaryono adalah sekretaris jenderal untuk Masyarakat Akuakultur Indonesia (IAS / MAI) selama lebih dari lima tahun. Dr. Endhay selaku presiden WAS-APC lalu mengucapkan terima kasih kepada semua pelamar, dan selamat kepada mereka yang telah terpilih. (DASAIRY ZULFA)

memberikan informasi terkini terkait dengan peluang, hambatan serta solusi dari usaha rumput laut. Tentunya yang tidak kalah penting yaitu menawarkan peluang usaha rumput laut. Menurut Yugi Prayanto, selaku Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan, di usaha bagian hulu rumput laut harus memperhatikan pembibitan dan metode budidayanya. Kemudian, bagaimana upaya perlindungan pada para petani dan pembudidaya juga harus diperhatikan. Sementara di sektor hilir, daya saing industri pengolahan pun perlu ditingkatkan agar bisa menyerap bahan baku rumput laut petani dengan baik. Tingkat ekspor rumput laut memang besar, namun belum optimal karena Indonesia masih melakukan ekspor dalam bentuk raw material. Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri menerangkan, salah satu solusi mengurangi ekspor rumput laut dengan kualitas raw material adalah konsisten tiap tahun reducing 10%, sampai akhirnya Indonesia punya kekuatan industri rumput laut sendiri. Dengan roadmap yang jelas, maka 550 jenis rumput laut di Indonesia bisa didorong potensinya. (DASAIRY ZULFA/MAI)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 5


TROPONG

PEMANFAATAN BUDIDAYA PERIKANAN NATUNA BARU 2% Natuna ditengarai memiliki banyak keunggulan sebagai kepulauan di garis terdepan Indonesia, di antaranya potensi sumber daya perikanan laut yang ditaksir lebih dari satu juta ton per tahun.

Sejarah Singkat Kabupaten Natuna erdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999, Kabupaten Natuna merupakan hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau sebelum menjadi Provinsi dengan ibukota Ranai. Letak Kabupaten Natuna sangat srategis yang dilalui lalu lintas perdagangan internasional. Terdapat 12 kecamatan di Kabupaten Natuna, yaitu Kecamatan Midai, Bunguran Barat, Bunguran Utara, Pulau Laut, Pulau Tiga, Bunguran Timur, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan, Serasan, Subi, dan Serasan Timur. Secara administratif, Kabupaten Natuna berbatasan dengan Laut Cina Selatan di sebelah utara dan timur, Kabupaten Bintan di sebelah selatan, dan Sememnanjung Malaysia di sebelah barat. Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 264.198,37 km2, sebagian besar terdiri dari lautan 262.197,07 km2 dengan luas daratan hanya 2.001,30 km2. Jumlah pulau di Kabupaten Natuna sebanyak 154 pulau, dengan 27 pulau yang berpenghuni dan sebagian besar pulau, yaitu 127 pulau tidak berpenghuni. Dua pulau terbesar yaitu Pulau Bunguran dan Pulau Serasan. Sementara itu, pulau-pulau yang ada juga dapat dikelompokkan dalam 2 gugusan, yaitu Gugusan Pulau Natuna, terdiri dari pulau-pulau di Bunguran, Sedanau, Midai, Pulau Laut, dan Pulau Tiga; dan Gugusan Pulau Serasan, terdiri dari pulau-pulau di Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil.

B

Topografi di Pulau Bunguran umumnya berelief landai dan ada beberapa tempat berelief terjal dengan ketinggian berkisar antara 0–550 m di atas permukaan laut (dpl). Wilayah bagian selatan umumnya merupakan daerah bertopografi landai dengan ketinggian sekitar 0-200 meter dpl. Di bagian utara merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian hingga 300 meter dpl. Pulau-pulau lain di sebelah Selatan Pulau Bunguran seperti Pulau Tiga, bentuk topografinya secara umum landai sedang dengan ketinggian berkisar antara 0-200 m dpl, demikian juga pulau-pulau kecil lainnya. Hampir 10% dari wilayah Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat merupakan dataran rendah dan landai terutama di pinggiran pantai, 65% berombak, dan 25% berbukit sampai bergunung. Ketinggian dari permukaan laut beragam berkisar 3-959 m dpl dengan kemiringan antara 2-5 m. Tingkat kelerengan di wilayah Kabupaten Natuna cukup bervariatif. Hal ini karena Natuna memiliki topografi daratan yang berbukit-bukit. Kelerengan di Natuna dapat mencapai 50%, berada di sekitar Kecamatan Bunguran Timur. Tingkat kelerengan yang rendah umumnya terdistribusi di sekitar pesisir, yang berkisar 10-20%. Jumlah penduduk Kabupaten Natuna pada tahun 2015 sebanyak 74.520 jiwa, terdiri dari 38.410 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 36.110 jiwa perempuan

6 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


TROPONG Kecamatan Bunguran Barat dan Bunguran Timur merupakan dua kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat di Kabupaten Natuna, yaitu masing-masing sebanyak 11.231 jiwa dan 26.127 jiwa. Distribusi penduduk di Kabupaten Natuna banyak didominasi pada usia produktif yaitu usia 16 – 59 tahun, yaitu sebesar 60,55 persen. Kelompok usia di bawah 16 tahun dan di atas 60 tahun masing-masing sebesar 33,17 persen dan 6,28 persen. Keadaan ini mendukung kabupaten Natuna untuk dikembangkan sebagai industri perikanan dilihat dari segi sumber daya manusianya. Kegiatan perikanan di Kabupaten Natuna didominasi oleh usaha penangkapan ikan 98% dan budidaya hanya 2%. Pada tahun 2015, produksi perikanan tangkap mencapai 48.698,84 ton sedangkan produksi perikanan budidaya sebesar 754,84 ton. Pertumbuhan produksi perikanan tangkap tahun 2015 terhadap 2014 mencapai 2,87 persen. Sedangkan pertumbuhan produksi perikanan budidaya pada periode waktu yang sama mengalami penurunan sebesar 69,55 persen. Hal ini disebabkan pembudidaya mengalami kesulitan dalam mencari pangsa pasar bagi produk perikanan budidaya yang dihasilkan. Potensi Dan Pemanfaatan Perikanan Budidaya Wilayah perairan Kabupaten Natuna tentunya memiliki potensi untuk melakukan usaha budidaya perikanan. Jenis budidaya perikanan yang sudah dikembangkan di Kabupaten Natuna antara lain budidaya karamba (jaring apung dan tancap), kolam, tambak, dan bak, dengan jenis komoditas meliputi ikan kerapu (macan, bebek, malam, sunu, bakau, kertang, lumpur), kakap putih, bawal bintang, kakap merah, dan ikan hias.

Komoditas unggulan yang memiliki nilai jual tinggi antara lain ikan kerapu dan kakap putih. Selain itu, sebagian besar kecamatan di Kabupaten Natuna juga sangat cocok untuk pengembangan komoditas rumput laut, baik dengan menggunakan metode patok dasar maupun longline. Wilayah yang potensial dikembangkan untuk budidaya laut sebesar Âą 12.997 ha yang terdiri dari perairan pesisir pantai dengan kedalaman maksimal 20 meter. Tingkat pemanfaatan lahan masih sangat kecil, yaitu sekitar 268,25 ha (2,06 persen). Hal ini menunjukkan peluang yang besar untuk usaha budidaya perikanan di wilayah ini. Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Natuna pada tahun 2015 sebesar 754,84 ton atau turun 69,55 persen dibandingkan produksi tahun 2014 sebesar 2.479,12 ton. Produksi komoditas rumput laut mengalami penurunan 92,43 persen, dari semula pada tahun 2014 sebesar 1.886,75 ton menjadi 142,80 ton pada tahun 2015. Permasalahan ini disebabkan tidak seimbangnya antara modal produksi yang dibutuhkan untuk pembelian benih dari luar Kabupaten Natuna (BBL Lampung, BBL Batam) dibandingkan dengan hasil penjualan produksi rumput laut,di mana

Edisi Mei - Agustus 2018

mengalami kesulitan memasarkannya. Kondisi tersebut perlu mendapatkan perhatian untuk mencari peluang pangsa pasar produksi rumput laut dan mengajarkan pembudidaya untuk dapat menghasilkan benih rumput laut unggul. Budidaya ikan air tawar dan budidaya ikan laut mengalami kenaikan pada tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,64 persen dan 0,81 persen. Pada tahun 2014 produksi budidaya ikan air tawar sebesar 217,57 ton meningkat menjadi 234,19 ton pada tahun 2015. Sementara itu, produksi budidaya ikan laut sebesar 374,80 ton pada tahun 2014 meningkat menjadi 377,85 ton pada tahun 2015. Jumlah RTP (Rumah Tangga Perikanan) yang melakukan usaha budidaya ikan di Kabu-paten Natuna pada tahun 2015 sebanyak 1.040 RTP dengan kenaikan rata-rata 5,61 persen per tahun. Jumlah RTP terbanyak ada di Kecamatan Bunguran Barat sebanyak 322 buah, sedangkan jumlah RTP terkecil terdapat di Kecamatan Bunguran Selatan sebanyak 12 buah. Kecamatan Serasan merupakan satusatunya daerah yang mengalami penurunan jumlah RTP sebesar

MAInfo | 7


TROPONG

27,06 persen per tahun, dari semula 170 RTP pada tahun 2014 menjadi 78 RTP pada tahun 2015. Permasalahan ini disebabkan usaha perikanan budidaya mulai ditinggalkan masyarakat Kecamatan Serasan karena modal produksi yang dibutuhkan untuk pembelian benih dari luar Kabupaten Natuna (BBL Lampung, BBL Batam) jauh lebih besar daripada hasil penjualan produksi rumput laut, dimana pembudidaya mengalami kesulitan memasarkannya. Berdasarkan sarana budidaya yang digunakan, jumlah karamba di Kabupaten Natuna pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 61,50 persen, dari semula 5.538 unit pada tahun 2014 menjadi 2.132 unit. Dari tabel jumlah karamba di tiap kecamatan terlihat bahwa pada tahun 2014 di Kecamatan Bunguran Timur Laut terjadi peningkatan yang sangat signifikan, dari semula 31 unit pada tahun 2013 menjadi 3.461 unit atau meningkat 11.064,52 persen pada tahun 2014, dan menurun kembali pada tahun 2015 menjadi 46 unit.

Pinang sebesar 212,42 ton (senilai Rp 2,26 Miliar) Kondisi tersebut disebabkan meningkat 13,10 persen pada tahun 2014 terdapat menjadi 240,25 ton (senilai Rp kapal pengangkut hasil 2,40 Miliar) pada tahun 2015. perikanan budidaya dari Pada tahun 2016 (s.d. bulan Hongkong yang siap Juli), ekspor hasil perikanan menampung hasil produksi dari Tanjung Pinang telah Ikan Kerapu, namun setelah mencapai 325 ton (senilai Rp diberlakukannya PERMEN KP 6,51 Miliar). No. 49 tahun 2014, tanggal 16 Perairan pulau Natuna Oktober 2014 mengenai juga memiliki primadona ikan moratorium terhadap kapal seperti ikan Kerapu dan pengangkut ikan hasil Napoleon yang menjadi salah pembudidayaan, pembudidaya satu komoditi ekspor andalan karamba mengalami kesulitan nelayan di pulau Sedanau, dalam melakukan pemasaran Kabupaten Natuna. Jenis ikan produknya. ini dibudidaya nelayan dengan ratusan keramba di pesisir Ekspor Hasil Perikanan Pulau Sedanau dan Kabupaten Natuna dibanderol dengan harga Rp 1 belum memiliki pintu juta per ekor dengan berat 9 pengeluaran untuk kegiatan ons. Konsumen paling ekspor hasil perikanan yang besar ikan tersebut adalah menyertakan Health Hong Kong, dan Tiongkok. Certificate (HC). Kegiatan Untuk membantu ekspor hasil perikanan dari meningkatkan kehidupan para Kabupaten Natuna diperkiranelayan dan memajukan kan melalui pintu pengeluaran industri perikanan di kawasan terdekat, yaitu melalui Stasiun itu, Kementerian dan KIPM Kelas II Tanjung Pinang Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Wilker Pelabuhan Laut telah membangun salah satu dan Penyeberangan Kijang, Sentra Kelautan dan Perikanan Tanjung Pinang. Pada tahun Terpadu (SKPT) Natuna di Se2014, total volume ekspor lat Lampa, Natuna dan juga hasil perikanan dari Tanjung

8 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


TROPONG Natuna dan juga mencakup budidaya perikanan serta rumput laut yang difokuskan di Pulau Sedanau dan Pulau Tiga. Selain itu juga dibangun pelabuhan dengan standar internasional dan industri pengolahan serta pemasaran secara bersamaan dan sejumlah fasilitas seperti ice flake machine (5 unit), integrated cold storage kapasitas 200 ton (1 unit) dan 3.000 ton (1 unit), mobile berpendingin, instalasi karantina ikan, dan pem-

bangunan fasilitas bangunan darat. Selat Lampa akan menjadi tempat baru untuk industri perikanan nasional. Nelayan lokal juga bisa memasarkan hasil tangkapannya ke Selat Lampa. Dengan fasilitas seperti ini, harapan untuk menjadikan Natuna menjadi pusat perikanan nasional bisa terwujud. Dengan demikian, stok ikan yang mencapai 1,1 juta ton per tahun di Natuna juga bisa dimanfaatkan dengan baik.

Edisi Mei - Agustus 2018

(DASAIRY ZULFA/KKP)

MAInfo | 9


BUDIDAYA LAUT Sumber foto: Heta News

KING OF OCEAN, IKAN NAPOLEON YANG BERHARGA JUTAAN RUPIAH

I

kan Napoleon merupakan ikan karang yang berukuran besar anggota dari family Labridae. Ikan mempunyai nama ilmiah Cheilinus undulatus ini bisa mencapai ukuran panjang 2 m dan berat hingga 190 kg. Nama “Napoleon� diambil dari bentuk kepalanya yang khas seperti poni dari pemimpin militer Perancis yang sangat terkenal yaitu Napoleon Bonaparte (1769-1821). Dalam bahasa Inggris, ikan ini dikenal dengan nama Humphead Wrasse, Napoleon Wrasse, Napoleonfish, dan Maori Wrasse. Ikan Napoleon banyak ditemukan di daerah terumbu karang di kawasan samudra hindia dan samudra pasifik. Ikan ini memiliki pola pertumbuhan hemafrodit protogini dengan sebaran di wilayah perairan india-pasifik. Ikan Napoleon memiliki pewarnaan yang berbeda, dimana ikan jantan mulai dari biru cerah sampai hijau, ungu kebiruan atau biru-kehijauan yang kusam.

Ikan Napoleon memiliki pewarnaan yang berbeda, dimana ikan jantan mulai dari biru cerah sampai hijau, ungu kebiruan atau biru-kehijauan yang kusam. Betinanya merah-oranye di bagian atas dan pucat atau keputihan pada permukaan daerah perut. Ikan napoleon merupakan jenis ikan karang yang mempunyai daya tarik menarik bagi para penyelam untuk menikmati wisata alam bawah laut. Selain menjadi incaran para penyelam untuk menikmati keindahan laut, ikan napoleon juga diburu menjadi ikan konsumsi yang berharga tinggi. King of Ocean Tepatnya di Hong Kong, ikan Napoleon mendapat tempat yang sangat spesial. Ikan Napoleon hanya akan disajikan pada acara-acara tertentu. Misalnya pada acara ulang tahun, pesta pernikahan hingga perayaan keluarga. Harga jual ikan napoleon pun

10 | MAInfo

mencapai 1,2-1,6 juta rupiah/ kg, bahkan dipercaya bahwa dengan mengkonsumsi ikan ini akan meningkatkan derajat orang yang memakannya. Selain itu, ikan napoleon juga dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pada pria. Di Indonesia sendiri, harga ikan Napoleon bervariasi, di beberapa tempat seperti di Pulau Natuna, Kepulauan Riau, harga ikan ini mencapai 2 juta rupiah dengan berat 700 gram. Harga yang mahal ini lah yang membuat ikan Napoleon sering disebut-sebut sebagai Rajanya para Ikan. Terancam Punah Permintaan pasar dan harga jualnya yang tinggi membuat ikan napoleon menjadi target buruan para nelayan. Hal ini berdampak pada populasinya di alam yang semakin menurun.Bahkan International Union for The Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yaitu sebuah lembaga konservasi

Edisi Mei - Agustus 2018


BUDIDAYA LAUT Sumber foto: Republika

internasional, telah menetapkan ikan napoleon sebagai spesies yang masuk daftar merah atau spesies yang terancam punah. Oleh karena itu, Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti membuat aturan pembatasan penangkapan ikan Napoleon ini berdasarkan sistem kuota. Persebaran ikan Napoleon di Indonesia ada di empat lokasi sarang Napoleon di Laut Natuna, Anambas, Raja Ampat, dan Wakatobi. Konsumen paling besar ikan Napoleon adalah Hong Kong, dan Tiongkok dengan Pasokan utama berasal dari Indonesia dan Filipina. Nilai Ekspor Mencapai 1 Miliar Rupiah Pada awal Februari (3/2/2018) lalu, untuk pertama kalinya Indonesia mengekspor ikan Napoleon sebanyak 1000 ekor dengan nilai jual mencapai lebih dari 1 miliar rupiah ke Hongkong melalui jalur laut. Sebelumnya selama tiga tahun lebih, Pemerintah hanya mengijinkan ekspor ikan Napoleon yang tergolong CITES Appendix II ini melalui jalur transportasi udara. Ekspor perdana melalui jalur laut tersebut menandai

dibukanya keran ekspor ikan napoleon dari Kabupaten Natuna dan Anambas. Izin ekspor tersebut diberikan oleh lintas kementerian, yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dengan catatan bahwa ekspor tersebut harus memenuhi syarat kuota. Perizinan diambil karena adanya penumpukan ribuan Ikan Napoleon hasiol sea ranching di KJA yang tidak bisa terjual. Setidaknya ada lebih dari 114 ribu ekor stok Ikan Napoleon hasil sea ranching yang tersebar di Natuna dan Kepulauan Anambas pada tahun 2017. Penerapan kuota & Persyaratan Ekspor Ikan napoleon baru dapat diekspor jika memenuhi kuota 40.000 ekor dengan ukuran lebih dari 1 kilogram hingga 3 kilogram per ekor. Kabupaten Kepulauan Anambas diperbolehkan mengekspor 10.000 kilogram. Sementara Kabupaten Natuna diperbolehkan mengekspor

30.000 kilogram. Dirjen Perikanan Budidaya, KKP, Slamet Soebjakto juga mengingatkan bahwa dengan dibukanya keran ekspor ikan Napoleon ini juga harus memperhatikan aturan yang berlaku dan aspek konservasi. Ketentuan diperbolehkannya ekspor ikan napoleon adalah sebagai berikut: 1. Kapal angkut komoditas ekspor berbendera asing harus mempunyai izin pengangkutan ikan hidup hasil pembudidayaan dibuktikan dengan Surat Izin Kapal Pengangkut Kapal Ikan A (SIKPI-A) ; 2. Ikan napoleon yang diekspor benar berasal dari pembudidayaan yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal; 3. Eksportir harus mengantongi izin pengedar satwa dari otoritas Convention on International Trade in Endangered Species of Fauna and Flora (CITES) di Indonesia, yaitu Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK; dan 4. Proses pemindahan (komoditas ekspor) dicatat dan berada di bawah pengawasan pihak BKIPM, Pengawas Perikanan, dinas terkait, dan pihak berwenang lainnya. (WIKKE ELTA/BERBAGAI SUMBER)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 11


BUDIDAYA TAWAR

IKAN DEWA, IKON SATWA MASYARAKAT KUNINGAN Sumber foto: Syukron

Mengapa disebut ikan dewa? Karena masyarakat Kuningan menganggap ikan ini suci. Hukum adat melarang orang untuk membunuh atau memakan ikan ini. Sementara di Padang Pariaman, terdapat zona larangan, penyangga, dan penangkapan sebagai aturan adat untuk melindungi ikan dewa. Penangkapan hanya boleh dilakukan apabila terdapat izin dari kerapatan adat.

P

erjalanan menuju lokasi ikan dewa di Desa Maniskidul, Jalaksana, Kabupaten Kuningan Jawa Barat, cukup mudah dijangkau. Anda dapat menjumpai Ikan dewa, salah satu ikon satwa kebanggaan masyarakat di Kabupaten Kuningan yang populasinya hanya terdapat di Kolam Cibulan, Kolam Cigugur, Kolam Balong Dalam, Kalom Balong Linggarjati, Kolam Pawasahan dan Kolam Darmaloka. Pasalnya, kolam atau balong tersebut merupakan sumber mata air yang memiliki kualitas air jernih dan tidak tercemar. Ikan dewa hidup di sungai-sungai pegunungan beraliran deras. Populasi mereka sangat terancam akibat penangkapan berlebihan, sehingga ikan ini pun dilindungi. Indikasi yang dirasakan masyarakat adalah semakin jarang terlihat, ukuran tangkapan semakin kecil, dan distribusi menurun. Tempat penyedia benih, yaitu Balai Benih Ikan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Padang Pariaman, dan beberapa kabupaten pedalaman Jambi sudah mulai mengembangkan teknologi pembiakan dengan pemijahan buatan dan paket budidaya ikan dewa

Kerabat Ikan Mas Ikan dewa masih sekerabat dengan ikan mas. Tor sp., atau Labeobarbus, dari suku Cyprinidae, dan juga dipakai pada jenisjenis Neolissochilus merupakan nama latin dari ikan dewa. Selain ikan dewa, rupanya banyak nama lain ikan ini sesuai dengan daerahnya masing-masing, yaitu kancra (Sunda), tambra (Jawa), sapan (Kalimantan), ikan batak atau curong (bahasa Toba), mahseer atau klah (Malaysia), dan ikan semah. Semah terkenal di Sumatera bagian tengah hingga ke selatan. Ikan dewa rupanya populer juga sebagai bahan pangan kelas tinggi, terutama di beberapa daerah Indonesia, dan Malaysia. Ikan yang biasa dikonsumsi dan banyak dijumpai adalah Tor douronesis (semah biasa atau kancra bodas), T. tambra (tambra), T. tambroides (tambra), dan T. soro (kancra). Ikan ini dapat mencapai panjang sekitar satu meter, meskipun tangkapan yang dijual biasanya berukuran maksimum 30 cm.

12 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


BUDIDAYA TAWAR Incaran Malaysia Ikan Semah (Tor douronensis) yang merupakan ikan endemik khas Kabupaten Kerinci, atau Ikan dewa sebutan bagi masyarakat Kuningan, ternyata menjadi santapan para raja di Malaysia. Ikan ini dikenal memiliki rasa yang enak dan gurih. Tidak mengherankan, jika ikan yang disebut di Malaysia sebagai ikan klah, memiliki harga yang sangat menonjol. Tidak bisa dinikmati oleh semua orang, meski memiliki uang yang cukup untuk membelinya. Banyak pengusaha di Malaysia, menginginkan Ikan Semah dari Kerinci bisa dijual di Malaysia. Harapannya, mereka juga bisa menikmati ikan langka tersebut, dan bukan hanya dari kalangan kerajaan saja. Guna memenuhi permintaan tersebut, di Kerinci memang sedang dibudidayakan Ikan Semah. Bahkan, Gubernur Jambi juga terus mengupayakan budidaya Ikan Semah, dengan memperbanyak penebaran benih di perairan. Pengusaha suskes asal Kerinci di Malaysia, Muhammad Irwan Syamsudin mengatakan, ikan klah yang mirip sekali dengan ikan semah di Kerinci, per kilonya dihargai Rp. 750 ribu. Itupun jika sedang beruntung menemukannya . “Harganya memang langka tersebut di Malaysia,� sangat mahal, karena sulitnya mendapatkan ikan kata pria yang sudah memiliki tiga per-

Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor telah melakukan translokasi ikan dewa yang masih berupa anakan dari kolam pemijahan Cijeruk Bogor ke dalam kawasan TNGC. Hal ini dilakukan dalam rangka pembinaan populasi Ikan dewa agar tetap terjaga kelestariannya di alam khususnya di Kawasan TNGC, sehingga tetap terjaga menjadi kebangaan masyarakat Kuningan. Anakan ikan dewa yang ditranslokasi ke kawasan TNGC berjumlah 2000 ekor yang merupakan hasil budidaya oleh BRPBATPP Bogor. Indukannya berasal dari Kabupaten Kuningan (Kolam Pasawahan dan Kolam Cigugur). Ikan dewa memiki karakter unik seperti ikan salmon dalam hal perkembangbiakannya dimana membutuhkan parairan dangkal untuk pemijahan dan perkembangan telurnya, dimana perairan dangkal ini merupakan sumber mata air. Upaya Pelestarian terhadap ikan dewa salah satunya dilakukan dengan cara translokasi sehingga jumlah populasi ikan dewa di dalam kawasan TNGC bertambah. Sebanyak 2.000 ekor anakan Ikan dewa berhasil ditranslokasi yang dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017 silam (DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER)

Edisi Mei - Agustus 2018

Sumber foto: Juicytrip

usahaan di Malaysia. Makanya, banyak pengusaha di Malaysia, menginginkan Ikan Semah dari Kerinci bisa dijual di Malaysia. Sehingga, mereka juga bisa menikmati ikan langka tersebut, dan bukan hanya kalangan kerajaan saja. Sementara itu, pemilik pembiakan dan pembesaran ikan dewa di Cilongok Kabupaten Banyumas, Bing Urip Hartoyo menyebutkan, ikan dewa ukuran konsumsi dengan bobot satu kilogram dihargai Rp 1.000.000 perkilogram. Jika bobotnya di atas dua kilogram, harganya menjadi Rp 1,5 juta per kilogram. Menanggapi permintaan konsumsi ikan dewa atau ikan semah yang cukup besar, haruslah diimbangi dengan budidayanya. Sayangnya, budidaya ikan ini terkendala oleh ketersediaan benih. Dr Ir Endhay kusnendar, Ketua Tim Ahli Puslitbang DKP RI menerangkan, pembiakan Ikan Semah memang sudah harus dilakukan di Kerinci. Untuk itu pemerintah pusat sangat memprioritaskan pengembangan Ikan Semah di Kerinci. Pengembangan budidaya ikan ini, sebaiknya dilakukan di kolam air deras. Sebab, ikan ini sifatnya bisa hidup di air tawar yang mengalir seperti di sungai dan danau. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) bekerjasama dengan Balai

MAInfo | 13


BUDIDAYA IKAN HIAS

Sumber foto: Dok Kiwoko

TULUNGAGUNG, PENYUPLAI 90% IKAN MASKOKI DUNIA Namanya ikan maskoki dengan nama latin (Carassius auratus). Bentuk tubuhnya bulat dengan kepala kecil, dan ekor lebar. Usut punya usut, ikan hias ini berasal dari Cina dan disenangi penggemar ikan hias baik di dalam negeri maupun luar negeri.

B

isnis ikan hias mampu memberikan keuntungan yang cukup menggiurkan bagi kalangan pembudidaya ikan hias. Budidaya ikan maskoki tergolong mudah sehingga banyak para pembudidaya yang membudidayajan ikan ini. Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor dan lokal. Bentuk tubuh ikan mas koi pendek dan bulat, mata lebar dan besar, bersirip, dan di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi dan mempunyai lembaran insang. Ikan maskoki dapat tumbuh dengan berat maksimum 4,5 kg dengan panjang 53 cm. Sayangnya, hal ini jarang terjadi. Sebagian besar ikan mas koki hanya mencapai separuh dari ukuran maksimal dalam masa pertumbuhannya. Dalam kondisi yang optimal,

maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, namun umumnya, ikan maskoki hidup antara 6-8 tahun. Ikan maskoki mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ikan ini cocok hidup di perairan tropis kisaran suhu 200C-250C dengan pH dan kesadahan normal. Kondisi lingkungan ideal tentu menjadi faktor krusial dalam memaksimalkan pertumbuhan ikan mas koki. Eksportir Terbesar Indonesia kini berada di posisi 4 eksportir ikan hias di dunia. Sebagai informasi dari KKP, ekspor ikan hias Indonesia pada 2012 mencapai US$ 29 juta dan turun menjadi US$ 24 pada 2013 sebab lesunya ekonomi Eropa pada tahun itu. Pada tahun 2020 nanti nilainya bisa men-

14 | MAInfo

jadi US$70 juta. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Tulungagung, Suprapto mengatakan, ikan hias di Tulungagung sebagian sudah diekspor ke Jepang, Malaysia, Singapura, bahkan ke beberapa negara Eropa. Pemasaran dalam negeri meliputi daerah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, Purwokerto, Denpasar, sebagian Sumatra, dan Sulawesi. Salah satu ikan hias di Tulungagung yang telah menjadi maskot, yaitu, strain tosa. Sementara budidaya ikan hias mas koki ditujukan untuk kaliko, tosa, rasket, mutiara, lion head (kepala singa), mata kantong (mata bola), mas lowo, tekim, spenser, rensil dan 40 jenis lainnya.

Edisi Mei - Agustus 2018


BUDIDAYA IKAN HIAS penguatan produksi dengan cara menyediakan induk-induk unggul ikan hias. Kemudian meningkatkan permodalan, dan tentu saja hillirisasi industri ikan hias. Tanpa memperhatikan pasar ikan hias, maka produksi yang sudah meningkat dengan kualitas yang bagus akan terhambat karena terkendala dengan pasar dan pemasaran. Jika sektor hulu hingga hilirnya bisa dikuasasi, otomatis untuk mencapai target menjadi pengekspor ikan hias terbesar dunia bukan suatu hal yang mustahil. Harga ikan maskoki di pasaran mulai dari 12.000 rupiah dengan jenis lion head (kepala singa), hingga Rp 70.000 untuk ikan maskoki sisik mutiara untuk ukuran 3-5 cm. Untuk kelas penghobi harganya antara Rp. 200.000 – Rp. 500.000 per ekor, sedangkan untuk kelas kontes harga bisa melambung menjadi Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 per ekor. Tips dan Trik Ikan mas koki membutuhkan tempat hidup yang luas baik itu dalam akuarium dengan sistem aerasi kuat dan air yang bersih. Sebagai penjagaan kualitas air, sangat disarankan untuk mengganti minimal 25% air akuarium tiap minggunya.

akuarium tiap minggunya. Pada bagian dasar substrat dasar akuarium dapat diberi pasir atau kerikil. Hal ini membantunya mencari makan karena ikan mas koki dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan mas koki yang dipelihara di kolam atau di akuarium dapat dipijahkan sepanjang tahun. Sedangkan ikan maskoki di alam biasanya memijah setelah musim hujan karena banyak dataran yang terendam air dan telah kering beberapa bulan, karena tempat tersebut mengeluarkan bau ampo atau bau khas dari dalam tanah, sehingga merangsang induk ikan memijah di tempat itu. Warna menjadi indikator keindahan ikan hias, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias. Caranya adalah dengan memberi pakan yang mengandung pigmen warna. Peningkatan intensitas warna pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal seperti umur, ukuran, genetik, jenis kelamin, dan kemampuan ikan dalam menyerap kandungan nutrisi dalam pakan. Faktor lainnya dari segi eksternal adalah kualitas air, cahaya, dan pakan yang mengandung gizi tinggi serta sumber beta karoten. (DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER)

Edisi Mei - Agustus 2018

Sumber foto: Dok Buddy

Terdaftar sebanyak 2.256 RTP (Rumah Tangga Perikanan) budidaya ikan hias di Tulungagung dengan jumlah pembudidaya 3.396 orang yang terpusat di Kecamatan Sumbergempol, Kedungwaru, Boyolangu, Tulungagung. Pembudidaya ikan konsumsi 10.370 RTP dengan jumlah 12.220 orang, tersebar di 12 kecamatan, yaitu Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung, Pakel, Kalidawir, Karangrejo, Gondang, dan Kauman. Sementara itu, potensi budidaya ikan di air deras berada pada wilayah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang. Salah satu yang mempengaruhi produktivitas ikan hias adalah musim penghujan karena di musim ini tingkat kematian ikan bisa mencapai 50%. Ini membuat harga melambung karena stok di pasaran sedikit. Meskipun begitu, setiap tahunnya Tulungagung masih mampu memproduksi lebih dari 55 juta ekor ikan maskoki. Guna menjadikan Indonesia sebagai pengekspor ikan hias terbesar di dunia, ada sejumlah langkah yang dilakukan. pertama adalah

MAInfo | 15


BUDIDAYA IKAN HIAS

16 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


BUDIDAYA IKAN HIAS

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 17


BUDIDAYA PAYAU Sumber foto: Wikimedia

SI PERAK KOMODITAS BUDIDAYA POLIKULTUR Bentuk ikan ini secara umum memanjang agak langsing dan gepeng. Bibirnya bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya untuk mencari makan di dasar atau organisme yang terbenam dalam lumpur. Warnanya yang keperakan membuatnya menyerupai ikan bandeng.

B

elum banyak orang yang mengenal ikan demersal satu ini. Belanak merupakan ikan laut tropis dan subtropis yang mempunyai nama latin Mugil sp, dari family Mugilidae. Kita bisa menyebutnya ikan blue-spot mullet atau blue-tail mullet dalam bahasa Inggris. Distribusi ikan belanak relatif luas, meliputi daerah estuaria, perairan tawar, maupun perairan pantai. Nilai ekonomisnya pun cukup tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Pasalnya, daging dan telur ikan belanak cukup disenangi masyarakat dan banyak dikonsumsi baik sebagai ikan segar maupun ikan asin. Secara budidaya, ikan belanak mempunyai prospek bagus dibandingkan jenis ikan laut dan ikan payau. Hal ini antara lain karena mempunyai penyebaran yang cukup luas, mampu bertoleransi pada kondisi –

kondisi yang ekstrim terhadap salinitas dan suhu, serta dapat menyesuaikan terhadap berbagai makanan di berbagai macam habitat. Budidaya ikan ini hanya dapat ditemui di Pulau Jawa dan sebagian Pulau Kalimantan. Metode budidaya polikutur merupakan salah satu sistem budidaya alternatif yang dapat mengatasi keterbatasan wadah budidaya dan juga mengatasi penurunan kualitas air sehingga menyebabkan penurunan produksi ikan. Syaratnya pemilihan ikan atau organisme secara umum tidak saling memangsa. Nah, ikan belanak dapat dipelihara bersama dengan ikan bandeng, dan dapat pula dipolikultur dengan udang, rumput laut, dan kepiting bakau di tambak. Selain itu, belanak juga dapat dipolikultur dengan rajungan dengan sistem Jaring Kurung Dasar.

18 | MAInfo

Pembesaran Ikan belanak diduga melakukan pemijahan sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juni dan Januari, dengan pola pemijahan secara bertahap. Para nelayan sering menemukan benih belanak tertangkap di muara sungai dan pantai bersama benih bandeng dan udang. Mereka berenang secara berkelompok atau schooling mencapai ratusan ekor di pinggir pantai dan muara sungai. Ukurannya sekitar 2-3 cm. Pemeliharaan belanak di tambak tidak berbeda dengan bandeng. Belanak diproduksi sebagai ikan konsumsi langsung, ukuran 300-500 gr/ekor. Benih belanak ukuran 0,5-1,0 gr/ ekor atau panjang 3-5 cm ditebar dengan kepadatan 10.000-50 000 ekor/ha. Padat penebaran pada tambak tradisional antara 0,3-0,8 ekor/m3 atau 3.000-8.000 ekor/ha.

Edisi Mei - Agustus 2018


BUDIDAYA PAYAU Sumber foto: Arquifo

Pemberian pakan pada budidaya ikan belanak yang dilakukan secara semi intensif dengan padat penebaran 1 hingga 2 ekor per m2, dapat diberi pakan buatan sebanyak 3-5% bobot biomassa sebanyak 2-3 kali sehari. Untuk menghasilkan belanak ukuran 300-500 gr/ ekor, dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 6-7 bulan. Menjadi Komoditas Sampingan Belanak cocok dipelihara dengan komoditas lain yang harganya lebih tinggi, seperti udang dan kepiting. Jika dipolikultur dengan udang atau kepiting belanak merupakan komoditas sampingan atau komoditas kedua. Sistem budidaya polikultur di tambak cocok diterapkan pada tambak yang dikelola secara ekstensif dan ekstensif plus. Tambak yang dikelola secara semi intensif dan intensif tidak cocok diterapkan sistem polikultur. Persiapan tambak untuk polikultur tidak berbeda dengan persiapan tambak untuk sistem monokultur. Udang post larva 30 - 45 hari (ada juga petambak menebar

menebar benih udang post larva 12 hari) ditebar dengan kepadatan 10-12 ekor/m2 atau 100.000 ekor/ha. Klekap akan muncul setelah 45 hari pemeliharaan udang. Inilah waktu penebaran benih belanak ukuran gelondongan (5-10 cm) sebanyak 1.0001.500 ekor/ha. Pemberian pakan pada budidaya udang 1-2 kali sehari sebanyak 15-20% dari berat badan udang per hari, sedangkan belanak memanfaatkan pakan di tambak. Belanak yang dipolikultur dengan kepiting berfungsi sebagai pengendali pertumbuhan plankton, karena kepiting bakau merupakan karnivora. Penebaran benih kepiting bakau kira-kira berukuran 20-40 gr ditebar dengan kepadatan 1-2 ekor/m2. Sedangkan benih belanak berukuran 5-10 cm ditebar sebanyak 2.000-2.500 ekor/ ha. Pemberian pakan cukup dilakukan untuk kepiting bakau. Sementara ikan belanak akan memakan plankton di tambak. Hal ini dikarenakan adanya partikel halus dari pelumatan pakan kepiting bakau, yang menyebabkan kesuburan air meningkat.

Ikan belanak setiap hari mengkonsumsi sisa tanaman yang mati, detritus, sedimen berpasir, memakan epifit dan epifauna dari padang lamun juga mencernakan buih permukaan berisi mikroalga. Ia juga memakan lumut di sekitar habitatnya. Lumut yang dimaksud adalah lumut yang menempel pada dasar air di pinggiran kali, selokan, atau kolam tambak. Pada saat pembesaran, pertumbuhan ikan belanak juga harus diperiksa. Jika tingkat pertumbuhan tidak seperti yang diharapkan, pembudidaya dapat menambahkan gandum dedak setiap hari dengan kadar 0,5-1 persen dari biomassa sebagai pelengkap pakan alami. Ketika ikan belanak dibesarkan dalam polikultur bersama dengan ikan mas, nila, atau bandeng, maka pemberian pakan dapat dengan cara pemberian pelet. Setelah 7 bulan, ikan belanak biasanya akan mencapai ukuran 0,75 kg-1 kg. Jika ingin terus dibesarkan di kolam hingga musim berikutnya, ikan belanak dapat mencapai ukuran 1,5-1,75 kg. Ikan belanak mempunyai manfaat yang baik untuk tubuh. Di antara manfaat tersebut yaitu baik untuk sistem pencernaan, meningkatkan selera makan, menyehatkan kulit dan rambut, mencerdaskan otak, dan menambah tenaga. Harga ikan belanak segar Rp 30.00045.000 per kg. Untuk olahan ikan asin belanak ada yang menjual Rp 42.000 per kg, bahkan mencapai Rp 70.000 per kg. (DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 19


INFO MAI JURNAL AI, MENDUKUNG KEILMUAN AKUAKULTUR Aquacultura Indonesiana (AI) (E-ISSN: 2477-6939) telah mencapai volume 18 dengan h-index 4. Jumlah kutipan yang dilansir sebanyak 51.

J

urnal AI adalah sebuah jurnal ilmiah internasional organisasi profesi nasional Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun. Jurnal AI mempublikasikan makalah-makalah ilmiah aspek akuakultur (nutrisi, penyakit, genetika dan pembiakan, kualitas lingkungan, eknologi sistem budidaya, manajemen akuakultur, ekonomi dan pemasaran, dan lain-lain). Terkait isi jurnal AI, MAI menyatakan sangat senang menerima setiap naskah yang baik dan berkualitas di bidang akuakultur, untuk diproses, dan diterbitkan di jurnal AI. Format naskah harus mengikuti aturan COPE (Commite of Publication Ethics). Paper yang dikirimkan kepada redaksi akan melewati proses peer review. Naskah bisa langsung dikirim ke http://aquasiana.org atau aquaculturaindonesiana@gmail.com. Bagi pembaca, silakan mengunduh publikasi paper AI di http://aquasiana.org/index.php/ai/issue/archive. Aquacultura Indonesiana menyediakan DOI (Digital Object Identifier) untuk setiap artikel yang diterbitkan. Jurnal Aquacultura Indonesiana telah terindek oleh: DOAJ, Google Scholar, WorldCat, CrossRef, BASE, British Library, OneSearch, dan ROAD. Indeksasi berikutnya adalah Academic Resource Index, CiteFactor, Mendeley, OAJI.net, ISJD, Scientific Indexing Services, DRJI, Publising Services, EBSCO, ProQuest, I-Scholar dan ULRICHEB (dalam proses tahun 2017). Informasi lebih lanjut silakan mengunjungi website AI, http://aquasiana.org atau menghubungi kami lewat email aquaculturaindonesiana@gmail.com. ELTA/MAI

Informasi lebih lanjut silakan mengunjungi website AI, http://aquasiana.org atau menghubungi kami lewat email aquaculturaindonesiana@gmail.com. ELTA/MAI Publisher : MAI Publishing Bahasa : English Biaya Publikasi : $100 (Asing) Rp.1.000.000, (Indonesia) Type : Open Access

20 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


INFO MAI

JSTA, TELAH TERBIT! Merespon kebutuhan publikasi ilmiah para akademisi Indonesia di bidang akuakultur, JSTA pun hadir.

J

urnal Sains Teknologi Akuakultur (JSTA) (ISSN: 2599-1701) merupakan suatu jurnal ilmiah yang diinisiasi oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia yang mempublikasikan hasil penilitian maupun pemikiran pada semua aspek budidaya (hewan dan tanaman) dalam lingkungan perairan tawar, payau dan asin baik secara alami maupun terkontrol. JSTA diterbitkan 2 kali dalam setahun (April dan Oktober) dengan satu volume dan 2 nomor. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia. Naskah yang dikirimkan penulis kepada redaksi akan dievaluasi awal untuk subyek materi dan kualitas teknik penulisan secara umum oleh pemimpin redaksi, selanjutnya akan dikirimkan ke mitra bestari (peer review) sedikitnya 2 orang dibidangnya untuk dievaluasi substansi materi, sedangkan tahap akhir akan ada saran penyempurnaan dari pelaksana redaksi.Naskah yang telah dievaluasi dan dinyatakan diterima sesuai saran redaksi akan diterbitkan dalam jurnal JSTA. Naskah yang ditulis dengan bahasa yang tidak baik/tidak memenuhi format penulisan, tidak akan diproses oleh redaksi Bidang yang dibuka antara lain 1)Nutrisi dan Pakan; 2)Genetik dan Reproduksi; 3)Penyakit dan Kesehatan Akuakultur; 4)Manajemen Lingkungan; dan 5)Teknologi dan Manajemen.

PROSES PENGIRIMAN DAN PUBLIKASI Dokumen asli Anda (tidak pernah dipublikasikan dan tidak dipertimbangkan untuk dipublikasikan di tempat lain) mengikuti template standar JSTA. Kemudian dapat dikirimkan melalui situs JSTA http://jmai.aquasiana.org. Manuskrip yang sudah mengikuti template dan aturan penulisan akan ditinjau oleh 2 reviewer selama 3 minggu. Manuskrip revisi yang tepat akan diproses dan diterima untuk dipublikasikan di jurnal. Template naskah artikel JSTA dan panduan penulisan naskah dapat diunduh di jmai. aquasiana.org. Untuk pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi kami: aquacultureindonesia@gmail.com. (ELTA/MAI) Publisher Bahasa Biaya Publikasi Type

: : : :

MAI Publishing Indonesia Rp 250.000,- (Indonesia) Open Access

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 21


INFO MAI STOP PRESS

SELAYANG SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKASI ITU PENTING KOMPETENSI ITU KEREN

Pentingnya Kapasitas SDM Faktor kunci keberhasilan pengembangan bangsa terletak pada tingkat kualitas sumber daya manusia. Dasar pemikiran yang melatari konsep ini adalah hanya orang yang kompeten dan handal yang dapat mengerahkan semua sumber daya yang tersedia dan selanjutnya memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Hal ini menjadi alasan utama mengapa konstitusi telah menetapkan minimal 20% dari total anggaran tahunan nasional yang harus dialokasikan untuk tujuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa proses pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi yang kompeten dan berkapasitas menjadi agenda prioritas utama nasional pada saat ini. LSP Sebagai Lembaga Strategis Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) merupakan badan independen yang bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja. LSP Akuakultur Indonesia sebagai salah satu LSP bidang Akuakultur yang telah mendapat otoritas dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk melaksanakan program sertifikasi berdasarkan nomor lisensi BNSP-LSP-445ID. Pembentukan LSP merupakan bagian integral dari pengembangan paradigma baru dalam sistem penyiapan tenaga kerja yang berkualitas. Paradigma

tersebut berdasarkan prinsip, pertama, penyiapan tenaga kerja didasarkan atas kebutuhan pengguna (demand-driven). Kedua,memastikan lembaga diklat (perguruan tinggi, BLK) sebagai wahana penyiapan tenaga kerja dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi (competency based training/CBT). LSP-AI dalam mendukung proses sertifikasi kompetensi, saat ini telah memiliki 60 asesor kompetensi di bidang akuakultur yang siap melakukan assessment dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. LSP-AI juga telah memiliki 4 (empat) Tempat Uji Kompetensi (TUK) yaitu TUK FIKP Universitas Hasanuddin, TUK Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan, TUK Politeknik Perikanan Negeri Tual, serta TUK Universitas Jenderal Sudirman. Pengembangan jumlah asesor bidang akuakultur dan TUK di berbagai institusi dan daerah lain saat ini masih dalam proses ekspansi kerjasama dan ke depan akan semakin bertambah lagi. (SONNI KURNIAWAN/LSP-AI)

Info lebih lanjut hubungi: Email : info.lspakuakultur@gmail.com WA : 0857-4031-3146 HP : 0857-4031-3146 / 081215916591 (Sdr. Sonni Kurniawan) Website: www.lsp-ai.id/wp/

22 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


INFO MAI

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 23


24 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


KOLOM Sumber foto: Dok. Greeners

KENAIKAN NILAI EKSPOR PRODUK PERIKANAN RI BUKAN INDIKASI KEBANGKITAN INDUSTRI PERIKANAN Oleh BUDHI WIBOWO : Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I)

D

ata sementara yang dirilis pemerintah menunjukkan nilai ekspor produk perikanan nasional tahun 2017 diperkirakan 4,5 miliar dollar AS atau naik sekitar 7 persen jika dibandingkan dengan ekspor tahun 2016 dengan nilai sekitar 4,2 miliar dollar AS. Namun demikian, jumlah tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan ekspor tahun 2014 sebesar 4,6 miliar dollar AS. Ada pihak yang menganggap kenaikan nilai ekspor sekitar 7 persen tersebut merupakan indikasi kebangkitan industri perikanan nasional. Keberhasilan ekspor produk perikanan seharusnya dilihat dari volume ekspor bukan dari nilai ekspor. Bagaimanapun, nilai ekspor sangat tergantung pada harga pasar internasional yang sangat berfluktuatif. Bisa naik dan bisa turun dari waktu ke waktu. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 harga pasar internasional produk perikanan naik dalam jumlah yang cukup signifikan. Sebagai contoh, harga rata-rata pasar internasional tuna jenis skipjack yang merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia tahun 2016 harga rata-ratanya 1.425 dollar AS per ton. Adapun harga ratarata tahun 2017 sebesar 1.860 dollar AS per ton, atau mengalami kenaikan harga sekitar 30 persen. Contoh lainnya, harga udang kupas jenis vannamei ukuran 31/40 untuk

pasar Jepang tahun 2016 harga rata ratanya 9,5 dollar ASper kilogram, sedangkan tahun 2017 harga rata-ratanya 10,2 dollar AS per kilogram. Harganya mengalami kenaikan harga sekitar 8 persen. Dari contoh kenaikan harga tersebut, sudah sangat jelas terlihat bahwa kenaikan nilai ekspor produk perikanan Indonesia sekitar 7 persen tersebut bukan merupakan indikasi kebangkitan industri perikanan nasional, namun hanya diakibatkan oleh kenaikan harga pasar internasional. Bagi industri pengolahan ikan, volume ikan yang diproses, sangat berarti dalam menentukan untung atau ruginya perusahaan, sedangkan nilai penjualan tidak banyak berarti dalam menentukan untung atau ruginya perseroan. Semakin banyak bahan baku yang bisa diproses oleh industri, hal itu akan menurunkan biaya produksi dari UPI tersebut, terutama dalam biaya tetap per kilogram. Sebaliknya jika jumlah bahan baku sedikit walaupun bernilai tinggi, maka biaya produksi per kilogram akan naik dan bisa menyebabkan kerugian bagi industri. Kebangkitan industri perikanan nasional seharusnya dimulai dari kenaikan volume ekspor produk perikanan. Kenyataan saat ini, trend volume ekspor produk perikanan Indonesia sangat memprihatinkan.

Berdasarkan data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, volume ekspor perikanan Indonesia saat ini turun lebih dari 15 persen jika dibandingkan tahun 2014, yaitu dari sekitar 1,3 juta ton pada tahun 2014 turun menjadi sekitar 1,1 juta ton pada tahun 2017. Data dari kementrian perindustrian menyebutkan bahwa utilitas industri pengolahan perikanan secara nasional juga sangat rendah yaitu sekitar 53 persen. Penurunan volume ekspor Indonesia dan rendahnya utilitas industri merupakan indikasi kuat bahwa kondisi industri perikanan nasional saat ini sangat memprihatinkan. Ironi Kondisi memprihatinkan tersebut merupakan suatu ironi. Presiden pada pertangan tahun 2016 telah mengeluarkan Inpres 7 2016 tentang percepatan pembangunan industri perikanan nasional, namun sampai saat ini Industri perikanan nasional tidak menunjukkan tandatanda kondisinya akan membaik. Sudah saatnya bagi Presiden turun tangan menekan para pembantunya agar segera menjalankan Inpres tersebut sehingga Industri perikanan nasional bisa tumbuh kembali dengan cepat sesuai yang diharapkan oleh presiden. (BUDHI WIBOWO/KOMPAS)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 25


ENTERPRENEUR

OLEH : MUHAMMAD AGUNG MEIDITO

M

uhammad Agung Meidito, pria kelahiran Mei 1995 tertarik dengan ikan mas koki sejak kelas 4 SD. Perjalanannya memulai bisnis ikan maskoki memiliki cerita unik. Kesukaannya pada ikan mas koki sejak kecil, ternyata membawanya menjadi pengusaha ikan hias bahkan bisa menjual ikannya ke luar negeri. Tahun 2010, saya hanya komersil fish to fish, ikan untuk ikan, menjual ikan untuk ikan lagi. Namun saya komersil utuh itu tahun 2012, semenjak saya suka seorang cewek dan cewek itu adalah orang yang highclass, keuangannya lebih jauh di atas saya. Bapaknya menantang saya kalau mau sama anak saya jadi pengusaha,” kenangnya. Agung pun berpikir keras, apa yang bisa dilakukannya. Saat itu yang ada dalam pikirannya adalah dia bisa menjual ikan mas koki miliknya. Maka, terjadilah transaksi pertama penjualan ikan mas kokinya saat kelas tiga SMA. Rupanya usaha ikan mas koki ini berlanjut hingga sekarang. Mahasiswa perikanan Universitas Padjadjaran ini juga mendirikan forum jual beli online di grup Facebook belum pernah dibuat oleh orang lain. Fungsinya adalah

untuk menghimpun semua penjual, serta pembeli dalam suatu wadah yang rapi dan terstruktur. Kriteria pemilihan benih yang baik untuk pembesaran ikan maskoki menurut Agung bisa dilihat dari ekor benih maskoki yang terbelah dua. Adapun ekor yang rapat dan tidak memiliki belahan adalah ciri-ciri ikan mas koki yang kurang baik. Berbicara terkait manajemen pakan ikan maskoki, Agung menjelaskan bahwa manajemen pakan ikan mas koki itu berbanding lurus dengan sistem air pemelihara. Bila sistem airnya bisa memecah amonia, ada oksidasi antara filter dan udara, maka amonia bisa ditekan. Pemelihara pun bisa terus memberi pakan ikan mas kokinya. Masalahnya adalah ikan mas koki tidak tahan terhadap amonia. Jadi sistem pemberian pakan mas koki itu banyak atau sedikitnya tergantung sistem filtrasi pemelihara. Menjadi eksportir merupakan mimpi banyak pengusaha. Produknya tidak hanya dikenal dalam negeri, tapi juga luar negeri. Agung juga merintisnya dengan menyuplai ikan maskoki pada eksportir yang sudah berpengalaman. Ia juga pernah mengirim ikannnya ke

26 | MAInfo

Malaysia, namun ia tetap memakai transhipper eksportir yang ada di Indonesia.“Kalau mau ekspor, ikan harus sehat. Jadi itu adalah ikan-ikan maskoki yang sudah dipilih oleh buyer luar negeri. Nah, market juga terbagi menjadi dua. Ada market ikan pasar, ada market ikan kualitas. Saya menggarap dua, yaitu ikan kualitas dan ikan kuantitas. Ikan kuantitas adalah harus memiliki ukuran yang seragam, padat tebar yang sangat padat, tetapi ikannya harus sehat, ukurannya tidak boleh jomplang, ukuran harus seragam. Kalau ikan kontes, ikan yang dijual satuan, jadi agak lebih aman buat ekspor,” jelasnya mengenai pengalamannya menjual ikan ke luar negeri. Agung berpesan kepada pengusaha ikan maskoki di Bandung untuk meningkatkan kualitas. Bedakan dengan kualitas dari kota-kota lainnya. Harga ikan mas koki boleh sama dengan ikan mas koki di kota-kota lain, namun taraf hidupnya harus lebih bagus. “Untuk ikan kontes, menurut saya Bandung sudah cukup baik di mata para hobbiest di Indonesia,” tutupnya. (DASAIRY ZULFA/ICHFAR)

Edisi Mei - Agustus 2018

Sumber foto: Dok. MAI

IMPIAN DALAM IKAN MASKOKI


ENTERPRENEUR

UDANG VANAME OLEH : IRPANDI

U

sianya mencapai kepala empat, saat ia memutuskan untuk berkecimpung dalam usaha tambak udang vaname di Subang, tepatnya di Desa Jayamukti, Kecamatan Blanakan. Namanya Irpadi, atau biasa dipanggil Pak Padi oleh masyarakat sekitar. Ada beberapa tips dari Pak Irpadi bagi petambak pemula. Rentang waktu yang baik untuk menebar benur adalah pada waktu kemarau. Apabila benur ditebar pada musim penghujan, air tambak mudah menjadi tawar. Tentu akan sangat berbahaya bagi kondisi benur tersebut. amanya Andi Abdullah Rahim, seorang pengusaha muda asal Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Tak hanya fokus usaha, ia juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Aspindo) Luwu Utara. Andi juga mengaku memiliki cita-cita melakukan pengembangan budidaya lobster di Kabupaten Luwu Utara. Dengan garis pantai yang panjang di Kabupaten Luwu Utara, maka daerah ini cocok untuk pengembangan lobster laut mutiara. Lobster adalah hewan laut yang berekonomis tinggi dibanding ikan lainnya. Sebagai sumber protein dengan cita rasa gurih serta dagingnya yang lembut, menjadikan loster sebagai primadona di restoran seafood. Hewan nokturnal ini hidup di perairan berbatu, berkarang, dan berpasir.

“Faktor yang membuat gagal panen antara lain karena faktor alam, atau karena lingkungan dari air laut. Listrik di tambak harus diupayakan stabil guna menyuplai kebutuhan oksigen udang, terutama di malam hari. Untuk antisipasi, maka Pak Irpadi pun mengakui bahwa ia memiliki usaha sampingan lain agar usaha tambaknya masih bisa bertahan jika tambak mengalami paceklik atau gagal panen. “Kita juga bisa memintabantuan teknisi tambak udang berpengalaman yang berfungsi sebagai konsultan,” tambahnya.

Sumber foto: Katasatu

N

Sumber foto: Fakta Indonesia News

MENEMPA DIRI DALAM TAMBAK

Bisnis berskala besar dan membutuhkan modal dan tanggung jawab yang besar, itulah bisnis tambak udang vaname. Dengan masa panen 60 hari, apabila sukses, maka untung yang didapat pun banyak. Jika mengalami gagal panen, harus terus berjuang. Seorang pengusaha tambak udang memang harus memiliki sikap kerja keras tinggi, pengetahuan dan pengalaman mumpuni, serta ulet. Oleh karena itu, kegigihan dalam belajar bertahun-tahun dan tidak pantang menyerah harus terus diupayakan dalam diri. Kini, Pak Irpadi tidak hanya sendiri menjadi pengusaha tambak udang. Di desanya, ada dua pengusaha lain yang juga sukses dalam mengelola usaha tambak udang vaname, yaitu Pak Rahmat, dan Pak Bambang. (DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER)

ANDI, SUKSES EKSPOR LOBSTER LAUT KE MANCANEGARA Oleh : Andi Abdullah Rahim

Lobster biasanya bersembunyi dan bereproduksi di dalam karang. Tahun 2017 adalah waktu Andi memulai usaha di bidang lobster menggunakan PT Lobster Laut Takalar. Perusahaannya bergerak dalam bidang pembibitan, pembesaran, dan ekspor lobster laut. Dalam mengembangkan relasi dan jaringan, ia menjalin kerjasama dengan negaranegara luar. Saat ini ia berhasil ekspor ke Hongkong. Bahkan negara Korea, Cina dan Dubai sudah ada permintaan eskpor lobster laut.

“Syukur Alhamdulillah setiap bulannya setengah ton bisa ekspor ke Hongkong,” tutur Andi. Masih di Provinsi Sulawesi Selatan, Bupati Takalar, Syamsari Kitta juga menggelar pertemuan dengan pihak investor dan pembeli untuk membuka pasar lobster di Korea Selatan yang memiliki kebutuhan sekitar 2000 ton lobster per tahunnya. Peluang usaha ini tentu sangat menguntungkan bagi Kabupaten Takalar, karena lobster Takalar akan merambah pasar dunia.

Edisi Mei - Agustus 2018

(DASAIRY ZULFA/BERBAGAI SUMBER)

MAInfo | 27


28 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


INOVASI/ TEKNOLOGI PENERAPAN BIOSEKURITI DI INDUSTRI AKUAKULTUR

Oleh : Romi Novriadi, Staff Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

P

enerapan biosekuriti dalam industri akuakultur saat ini dipandang sangat penting sebagai salah satu faktor penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini selain didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkonsumsi produk yang berasal dari sistem produksi yang memenuhi unsur-unsur keamanan dan keberlanjutan, juga didorong oleh tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju pertumbuhan akibat infeksi mikroorganisme patogen. Selain hal tersebut, penerapan biosekuriti juga dilakukan karena adanya kekhawatiran terhadap introduksi patogen eksotis melalui kegiatan impor organisme akuatik yang bertindak sebagai pembawa infeksi (carrier) penyakit. Oleh karena itu, dalam hal penerapan biosekuriti, prinsip-prinsip yang harus diaplikasikan sangat luas dan hal ini mencakup berbagai komponen. Tindak Pengendalian Tindakan pengendalian berikut dapat dilakukan untuk penerapan biosekuriti: 1. Penggunaan media air pemeliharaan yang bebas patogen dan bahan kontaminan. Proses filtrasi bertingkat yang meliputi filtrasi mekanis, biologis serta dilengkapi dengan UV atau atau ozon menjadi salah satu titik kontrol penting dalam komponen biosekuriti.

2. Seleksi induk bebas penyakit serta penggunaan induk dengan variasi genetik yang beragam. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi status kesehatan dan sistem imun benih yang dihasilkan yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan ikan. 3. Penggunaan benih yang memiliki sertifikat bebas penyakit dan berasal dari hatchery (panti benih) yang tersertifikasi. 4. Tindakan desinfeksi terhadap telur, peralatan kerja, bak inkubasi, bak pemeliharaan, kultur fitoplankton, pakan dan personil yang terlibat dalam proses produksi. Prosedur dan pembuatan bahan desinfeksi termasuk gambaran umum tentang penempatan bak desinfeksi kaki untuk personel terangkum dalam SNI 8230:2016. 5. Tindakan karantina terhadap induk dan benih yang berasal dari sumber eksternal. Satu hal yang perlu diperhatikan pada tindakan karantina ini adalah penggunaan peralatan dan air pemeliharaan yang harus dibedakan dengan unit produksi lainnya. 6. Eliminasi hewan lain yang berpotensi sebagai vektor penyebaran penyakit dalam sistem produksi serta konstruksi bangunan yang dapat mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi.

7. Gunakan estimasi padat tebar yang tepat dengan merujuk kepada publikasi ilmiah atau pengalaman selama produksi. 8. Penerapan monitoring dan pengawasan yang konsisten di setiap unit produksi. Selain untuk identifikasi patogen, kegiatan ini sebaiknya juga diarahkan untuk identifikasi organisme yang memiliki kemungkinan sebagai carrier penyakit dengan tidak menunjukkan gejala klinis spesifik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran horizontal akibat degradasi kualitas lingkungan dan menurunnya sistem daya tahan tubuh ikan. 9. Penerapan berbagai standar produksi yang dapat bersinergi positif dengan penerapan biosekuriti, seperti Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Bila merujuk pada ketentuan internasional, para pelaku usaha dapat menyesuaikan penerapan dimaksud sesuai dengan prinsip-prinsip Good Management practices (GMPs) hingga kepada persyaratan yang lebih spesifik untuk sertifikasi produk, seperti yang tercantum pada dokumen standar Aquaculture Stewardship Council (ASC). Kerugian ekonomi yang diderita akibat merebaknya wabah penyakit cukup besar. Keuntungan dari penerapan biosekuriti bersifat universal dan mungkin dapat diinterpretasikan secara berbeda, tergantung dari sudut pandang para pelaku usaha dan pengambil kebijakan. Namun, yang terpenting adalah investasi kesehatan lingkungan yang dilakukan saat ini dapat menjamin keberlanjutan produksi dan mengurangi kerugian ekonomi per setiap kematian ikan akibat infeksi penyakit, dan meningkatkan reputasi perusahaan. (DASAIRY ZULFA/KOMPASIANA)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 29


INOVASI/ TEKNOLOGI

MAMPUKAH PROTEIN SEL TUNGGAL (PST) MENGGANTIKAN PERAN TEPUNG IKAN DALAM AQUAFEED?

P

rotein Sel Tunggal atau yang lebih sering disebut dengan PST merupakan bahan makanan berkadar protein tinggi yang berasal dari mikroba. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai sumber makanan berprotein tinggi sebenarnya sudah dimulai sejak Perang Dunia 1 di Jerman, yang saat itu memproduksi khamir torula sebagai salah satu sumber bahan makanan berprotein tinggi. Baru-baru ini, beberapa peneliti dari perusahaan bioteknologi KnipBio, Inc – the New England Aquarium, Universitas Massachusetts, Universitas Roger Williams, danUSDA Agricultural Research Service melakukan kolaborasi riset terkait pemanfaatan PST sebagai bahan substitusi tepung ikan pada aquafeed dengan judul “Sebuah pendekatan Transdisipliner terhadap validasi awal dari protein sel tunggal sebagai sumber protein alternatif pada Aquafeed” Menurut hasil studi tersebut yang kemudian diterbitkan oleh PEERJ, Produksi PST skala besar dipercaya mampu mengurangi penggunaan tepung ikan hasil tangkapan dan tanaman pertanian sebagai bahan protein utama pada aquafeed. Penelitian ini dirancang untuk menguji apakah diet yang mengandung pellet

bakteri Methylobacterium extorquens dengan kandungan 30% dan 100% dapat menjadi makanan yang sesuai bagi ikan dan udang. M. extorquens adalah bakteri simbion umum yang tumbuh dengan mengubah metanol dalam tangki fermentasi menjadi sebuah produk yang selanjutnya disebut dengan KnipBio Meal yang memiliki kandungan protein, asam amino dan biomolekul lain yang serupa dengan kandungan tepung ikan. Menurut Larry Feinberg, CEO KnipBio: “Kami melakukan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penting: ‘Mungkinkah membuat kembali pakan ikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak berkelanjutan?” Hasil penelitian menunjukkan bahwa diet yang terdiri dari protein sel tunggal dapat berfungsi sebagai alternatif bahan pakan akuakultur berkualitas tinggi. Selain itu, didapatkan hasil bahwa optimalisasi genetik protein sel tunggal ternyata memberikan efek samping yang lebih baik. Pada studi ini, dilakukan uji keefektifan Tepung KnipBio sebagai bakan pakan untuk tiga spesies akuakultur penting yaitu udang putih, salmon atlantik dan smallmouth grunts. Hasil menunjukkan bahwa ketiga sepesies tersebut mengalami pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup

30 | MAInfo

yang sama bahkan lebih baik saat diberikan pakan yang mengandung KnipBio dibandingkan ikan yang diberi pakan komersial biasa. Pada tes rasa, panelis juga menilai bahwa udang yang diberikan pakan KnipBio secara statistik memiliki rasa yang sama dengan udang kontrol. Setegah dari jumlah ikan keseluruhan yang dikonsumsi manusia di dunia berasal dari budidaya, dan dalam proses budidaya membutuhkan bahan pakan berprotein tinggi. Pakan akuakultur mengandung setidaknya 30% tepung ikan, untuk menekan biaya dan mengurangi eksploitasi penangkapan ikan sebagai bahan pakan, pembudidaya menggunakan tanaman kaya protein seperti kedelai sebagai bahan penyubstitusi. Namun sayangnya, penggunaan diet kaya kedelai dalam jangka panjang dapat menyebabkan peradangan usus pada banyak spesies budidaya, yang mengakibatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup menjadi lebih rendah. Pada penelitian ini, penggunaan KnipBio tidak menunjukkan efek samping ini. “Selain membuat ikan menjadi lebih sehat, terdapat manfaat lain dari penggunaan tepung KnipBio sebagai pengganti protein pada aquafeed. Diperkirakan KnipBio sebesar 100-acre setara dengan produksi protein dari tanaman kedelai seluas 10.000 hektar, secara luas penggunaan KnipBio dapat mengurangi penggunaan lahan untuk produksi. Lain halnya dengan tanaman kedelai, pada proses pembuatan KnipBio juga tidak menggunakan pupuk dan pestisida sehinggga mengurangi penggunaan energi dan dapat menjaga kelestarian lingkungan” Feinberg menambahkan. (WIKKE ELTA/THE FISH SITE)

Edisi Mei - Agustus 2018


INOVASI/ TEKNOLOGI BIOSEKURITI PAKAN UDANG DAN PRAKTEK PEMBERIAN PAKAN: PEDOMAN UNTUK PENGEMBANGAN MASA DEPAN Oleh : Albert G.J. Tacon, Aquatic Farms, Ltd, Hawaii

“Pakan, baik yang hidup, segar, atau diformulasikan, dan pengelolaan pakan di pembudidaya, seharusnya tidak menjadi titik masuk patogen potensial untuk udang dan / atau sistem budidaya.” Sumber foto: Dok. Josef-hlasek

Pentingnya Ekonomi Budidaya Udang dan Dampak Penyakit Udang udidaya Udang merupakan salah satu segmen sektor perikanan budidaya yang paling menguntungkan, dengan produksi udang menjadi komoditi kedua yang paling berharga setelah produksi ikan mas sebesar US $ 23,58 miliar pada tahun 2014 (FAO 2016) dan udang putih, Litopenaeus vannamei, menjadi spesies perairan dunia yang paling banyak dibudidayakan dengan nilai pada tahun 2014 sebesar US$ 18,46 miliar. Meskipun demikian, sektor budidaya udang telah dilanda berbagai wabah penyakit besar dan akibatnya kerugian pada produksi udang. Sementara munculnya penyakit baru tidak berbeda dengan yang dialami oleh sektor produksi hewan

B

dan berkembang pesat lainnya, penting bagi para pembudidaya udang untuk belajar dari pengalaman yang diperoleh dari sektor produksi pangan lainnya, dan khususnya dari ternak pertanian sektor produksi, khususnya berkenaan dengan biosekuriti. Menurut FAO, ‘Biosecuriti didefinisikan sebagai penerapan tindakan untuk mengurangi risiko tertular penyakit dan penyebarannya. Hal ini mengharuskan orang menerapkan seperangkat sikap dan perilaku untuk mengurangi risiko dalam semua aktivitas yang melibatkan hewan piaraan, penangkaran , satwa liar dan produk mereka. Resiko Biosekuriti dari Penggunaan Pakan Udang yang Terkontaminasi Sementara kekhawatiran dan risiko

biosekuriti terkait dengan impor, transportasi, dan penanganan induk udang dan larva dipahami dengan baik, masalah keamanan hayati yang berkaitan dengan pakan dan keamanan pangan, termasuk praktik pengelolaan pakan di pembudidaya, umumnya kurang dipahami dan dihargai. Untuk keperluan makalah ini, biosekuriti pakan udang dan praktik pemberian pakan udang mengacu pada “Pakan, baik yang hidup, tsegar, atau diformulasikan, dan pengelolaan pakan di pembudidaya, seharusnya tidak menjadi titik masuk patogen potensial untuk udang dan / atau sistem budidaya. “ Berbeda dengan budidaya salmon, di mana hewan dibesarkan di bawah sistem budidaya berbasis lahan dan berbasis kolam intensif dan diberi makan dengan pakan biosekuriti pelet kering secara

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 31


INOVASI/ TEKNOLOGI eksklusif yang diformulasikan relatif tetap nutrisi makanannya dari tingkat pertama sampai panen, budidaya udang ditandai dengan penggunaan berbagai sistem produksi dan pakan yang berbeda, yang terakhir berkisar pada penggunaan: 1. organisme hidup dan atau makanan alami yang ditangkap secara liar (termasuk Artemia nauplii dan biomassa, cumi-cumi, kerang, tiram, cacing polychaete, kepiting, dan udang pelagis); 2. Budidaya organisme hidup dan atau olahan alami (termasuk mikro-alga, rotifera, Artemia nauplii dan biomassa, polychaetes laut, in-situ menghasilkan biomassa mikroba (juga dikenal sebagai bioflok); 3. Umpan buatan pertanian tambahan (termasuk bahan pakan fermentasi, pakan buatan, dan pakan pellet; 4. Komersial diformulasikan semi basah dan / atau kering-uap-pelet atau diekstrusi pakan udang. Secara khusus, produksi induk udang dan larva udang saat ini dikarakterisasi oleh penggunaan universal (dengan beberapa variasi selama 30 tahun terakhir) kombinasi berbagai jenis pakan alami dan / atau olahan alami, termasuk polychaetes laut, mantel cumi, Artemia biomassa, kerang, tiram, udang, krill, kepiting, dan pakan pelet kering atau semi basah yang dilapisi (dalam kasus induk udang dan pematangan udang), dan mikroalga, nematoda, Artemia nauplii, dikombinasikan dengan pakan larva mikrokapsul, mikropartikulat, dan / atau kering / cair mikroenkapsulasi yang berbeda. Selain itu, sejak asal mula industri pada pertengahan tahun 1980an sampai hari ini, pada umumnya masih diyakini bahwa penggunaan pakan alami diproses sangat penting untuk keberhasilan pematangan induk udang dan

produksi yang kuat dan larva udang sehat. Resiko Penyakit yang Dilaporkan dari Penggunaan Pakan Alami yang Langsung, Segar, dan / atau Tidak diproses Terlepas dari meluasnya penggunaan pakan udang hidup dan / atau tsegar yang belum diproses, ada kekhawatiran dan bukti bahwa banyak dari pakan ini juga dapat menimbulkan risiko biosekuriti melalui pengenalan patogen potensial terhadap udang budidaya, termasuk (namun tidak terbatas untuk): 1. Virus bintik putih (WSSV): polychaete Dendronereis spp; polychaete Pereneis nuntia, cacing polychaete; biomassa Artemia, fitoplankton, rotifer; copepoda, amphipods, udang nonpenaeid, kepiting; kanibalisme udang; kepiting pertapa; moluska hidup. 2. Hypodermal hematopoietik nekrosis bacoluvirus: udang, fitoplankton, krustasea kecil, ikan. 3. Virus nekrosis hypodermal dan hematopoietik yang menular: udang dan kepiting liar, biomassa Artemia, 4. Bakteri-general: Artemia; Bakteri bercahaya: Artemia; Enterococcus spp.: Artemia; Vibrio parahaemolyticus : induk, freshfeed, zooplankton kolam; Vibrio: artemia; Kontaminasi vibriosis: mantis udang Squila spp, pakan hidup termasuk polychaetes dan bivalvia untuk pematangan induk.Penyakit nekrosisi hepatopancraetik akut (AHPND): polychaetes hidup dan bivalvia; pengumpan filter dan zooplankton; cumi polychaetes, Artemia, kerang, kontaminasi Artemia selama fase pembibitan, polychaetes. 5. Parasit mikrospora: udang Acetes serignan spp. ; polychaetes, kerang, dan pengumpan filter lainnya; krustasea. Enterocytozoon hepatomenaei: polychaeta

32 | MAInfo

hidup; penyakit hidup udang, biomassa artemia beku; polychaeta, kerang, siput; polychaeta; pakan hidup, termasuk cacing darah, bivalvia, dan gastropoda. Aturan dan Tanggung Jawab Perusahaan pakan udang, pedagang, pembudidaya, dan pemerintah semuanya memiliki peran penting dalam memastikan adopsi dan penggunaan biosekuriti pakan udang dan praktik pengelolaan pakan di pertanian, termasuk yang berikut ini: Perusahaan manufaktur pakan udang 1. Merumuskan nutrisi pakan lengkap pada nutrisi yang dapat dicerna untuk kesehatan dan kesejahteraan udang yang optimal. 2. Memastikan bahan baku dan pengungkapan nutrisi lengkap, termasuk melarang penggunaan udang dan makanan krustasea bersumber secara lokal sebagai bahan pakan untuk kebutuhan biosekuriti. 3. Pastikan pakan diproduksi dan dijual sebagai biosekuriti dan bebas patogen 4. Mencegah pembudidaya memberi campuran dengan aditif pakan yang tidak diatur 5. Memberikan pelatihan kepada pembudidaya khususnya kepada pembudidaya skala kecil, mengenai praktik pengelolaan pakan yang baik, termasuk pembuangan udang mati dan pergantian kulit 6. Waspadalah dengan menggunakan ramuan yang sudah dipalsukan Penting untuk disebutkan di sini peraturan pakan akuakultur yang ada secara internasional mengenai larangan daur ulang intraspecies (memberi makan spesies yang sama atau terkait erat kembali ke spesies budidaya yang sama) untuk masalah keamanan hayati, termasuk yang berikut ini:

Edisi Mei - Agustus 2018


INOVASI/ TEKNOLOGI 1. Praktek Produksi Pakan Ternak FAO Good Food “(FAO 2011): Pemberian kembali bahan pakan yang berasal dari produk akuakultur yang tidak diproses dan / atau olahan (termasuk limbah pengolahan ikan dan kerang, tepung ikan, makanan udang, binatang mati, dll) harus dihindari dengan segala cara sehingga mencegah kemungkinan penyebaran penyakit melalui pakan.“ 2. Praktik, Standar, dan Pedoman Terbaik untuk Budidaya Ikan Perak Finfish, Crustacean, dan Molluska (GAA 2014a): “7.6: Tidak ada pakan yang mengandung bahan yang berasal dari daging atau bangkai dari spesies yang sama. yang dipelihara di fasilitas tersebut harus digunakan, walaupun bahan tersebut diduga telah didesinfeksi dengan memasak atau perawatan lainnya.” 3. Praktik, Standar, dan Pedoman Terbaik untuk Pakan Ternak GAA (GAA 2014b): “6.14: Pemohon harus menghormati larangan pengayaan bahan dari organisme akuakultur yang sejenis untuk mencegah penularan penyakit.” Pembudidaya udang 1. Mengetahui pentingnya pencatatan untuk memantau asupan pakan dan menghitung efisiensi pakan pada tangki, kolam, dan basis budidaya 2. Menebar campuran pakan dengan hanya menggunakan aditif pakan yang disetujui secara legal dari komposisi yang diketahui. 3. Larangan penggunaan antibiotik (kecuali jika di bawah kontrol veteriner) dan pemberian pakan segar. 4. Pastikan pelepasan cepat udang mati dan moluska exoskeleton menggunakan metode sterilisasi biosekuriti seperti ensiling atau insinerasi untuk mencegah

penularan penyakit. 5. Patuhi penerapan praktik pengelolaan 6. Menjaga udang pada tingkat oksigen terlarut yang optimal (0,4 mg/L) dan suhu air (28-300C) dan memberi makan sedikit demi sedikit dan sering selama hari kerja 24 jam, dan dengan demikian mencegah terlalu banyak memberi makan dan konsekuen penguraian pakan dan akumulasi lumpur. Otoritas pemerintah yang bertanggung jawab 1. Buat undang-undang untuk perusahaan pakan ternak untuk merumuskan pakan udang untuk kesehatan dan kesejahteraan optimal, dengan penggunaan penuh dan pengungkapan tingkat hara 2. Melarang daur ulang intraspecies dan memberi makan makanan krustasea untuk masalah keamanan hayati. 3. Buat label untuk diberi sertifikasi dan dijual sebagai biosekuriti dan patogen gratis 4. Melarang impor pakan hidup, organisme makanan segar (termasuk kista Artemia), makanan krustasea kering, dan / atau pakan jadi kecuali jika terbukti dapat disertifikasi bebas penyakit. 5. Melarang para pembudidaya untuk mengganti makanan mereka dengan aditif pakan yang tidak diatur termasuk antibiotik (kecuali jika di bawah pengawasan dokter hewan yang ketat) 6. Memberikan bantuan pelatihan kepada pembudidaya dan, khususnya kepada pembudidaya skala kecil, mengenai praktik pengelolaan pakan ternak yang baik, termasuk metode biosekuriti untuk pembuangan udang mati yang tepat 7. Menghentikan dan menuntut pedagang tanpa upah dan penjualan aditif

makanan yang tidak terdaftar atau ilegal, termasuk antibiotik terlarang. Kesimpulan Seperti sistem produksi budidaya intensif modern di mana hewan biasanya dipelihara di bawah sistem produksi biosekuriti yang dikendalikan lingkungan, diyakini bahwa industri udang akan segera mengikutinya sebagai alat untuk menyingkirkan patogen. Selain itu, dengan mengendalikan kondisi pemeliharaan lingkungan untuk udang, fluktuasi kualitas air dapat dijaga seminimal mungkin dan karena itu dioptimalkan (yaitu) termasuk suhu air, kadar oksigen terlarut, dll), dan stres udang dan kerentanan dan risiko akibat penyakit dapat terjadi tetap seminimal mungkin. Tidak kalah pentingnya, udang memiliki kebutuhan makanan dengan 40 nutrisi penting untuk pertumbuhan optimal, namun juga memiliki persyaratan tambahan untuk kesehatan dan kesejahteraan yang optimal, dan penting bagi perusahaan pakan untuk merumuskan pakan mereka. Dalam hal ini, selain penggunaan tingkat nutrisi makanan yang lebih tinggi (untuk asam amino esensial, asam lemak, sterol, mineral, dan vitamin), pembuat pakan atau compounder memiliki banyak zat tambahan pakan lainnya untuk membantu mengoptimalkan kesehatan udang dan kemungkinan resistensi penyakit, termasuk penggunaan polisakarida mikroba dan kelautan spesifik, nukleotida, asam organik, minyak atsiri, prebiotik, dan banyak probiotik yang bermanfaat. (DASAIRY ZULFA/JWAS)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 33


MILIKI BUKU-BUKU TERBAIK Salah satu gagasan cemerlang Presiden Jokowi yang mendapat dukungan publik dengan penuh antusiasme adalah tekadnya untuk mewujudkan Indonesia sebagai PMD (poros Maritim Dunia). Yakni Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaulat berbasis pada ekonomi kelautan, hankam, dan budaya maritim. Lebih dari itu, Indonesia kelak diharapkan menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa lain di dunia dalam berbagai bidang kelautan, mulai dari ekonomi, IPTEK, hankam, sampai cara menata pembangunan kelautan (ocean governance). Ada tujuh peta jalan pembangunan kelautan yang berupa kebijakan dan program bersifat jangka panjang, yang harus dikerjakan sejak sekarang dan berkesinambungan. Jika itu dilakukan, Insya Allah pada 2020 Indonesia akan menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (GNP/kapita sekitar 10.000 dolar AS), pada tahun 2025 menjadi negara maritim yang besar, maju, adil-makmur, dan berdaulat serta sebagai Poros Maritim Dunia. Bila kita mampu membangun wilayah pesisir dan lautan serta kekayaan alam yang terdapat di dalamnya secara produktif, efisien, inklusif, dan ramah lingkungan. Maka, kita akan mampu mengatasi sejumlah permasalahan utama bangsa, seperti pengangguran dan kemiskinan, kesenjangan antara kelompok kaya vs miskin yang kian melebar, disparitas pembangunan antar wilayah, buruknya konektivitas dan sangat mahalnya biaya logistik (26% PDB), gizi buruk, dan rendahnya daya saing serta PM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia.

Harga Rp 80.000,-

JUDUL: Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia; PENULIS: Rokhmin Dahuri; EDITOR: Arie Wibowo Irawan, Artanti Yulaika, Endang Darmawan, Yeyen Handayani; SETTING/LAYOUT & COVER: Iwan Priatna; UKURAN: 14,5 x 21 cm; HALAMAN: xiv + 310 Halaman; CETAKAN Keenam, April 2017; ISI: Paper Book 58 gr; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISBN: 978-60270193-2-4; PENERBIT: Roda Bahari

(3 in 1) CETAK BIRU PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Indonesia memiliki perairan laut yang potensial (sesuai) untuk usaha budidaya laut terluas di dunia (FAO,2002). Berdasarkan pada perhitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, maka potensi luas perairan laut Indonesia yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut tersebut terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia. Dengan teknologi budidaya (Keramba Jaring Apung atau cage nets) laut dalam atau laut lepas yang telah berhasil dikembangkan oleh Norwegia, Amerika Serikat, Kanada,dan Indonesia (BPPT), maka potensi luas laut yang cocok untuk usaha budidaya laut tentu akan bertambah luas. DUKUNGAN IPTEK UNTUK PEMBANGUNAN KELAUTAN Banyak faktor yang menyebabkan Indonesia tertinggal, mulai dari kelembagaan politik (political institution) yang menyuburkan budaya instan, premanisme politik uang (money politics), dan korupsi, bukan etos kerja yang unggul dan demokrasi yang adil dan mensejahterakan bangsa; sampai lemahnya penguasaan dan penerapan IPTK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam berbagai bidang kehidupan bangsa ini. Dan, salah satu yang terpenting adalah karena kita belum punya visi pembangunan yang tepat dan benar serta dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. MENGELOLA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI TENGAH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Tantangan bagi kita bangsa Indonesia di tengah era perubahan iklim global dan persaingan antara bangsa yang kian tajam ini (globalisasi) adalah bagaimana kita secara cerdas dan bijaksana mengelola pembangunan bangsa untuk mengembangkan daya saing nasonal; mewujudkan kedaulatan pangan dan energy; dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang bisa menciptakan banyak lapangan kerja dan mensejahterakan seluruh rakyat secara berkeadilan, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. JUDUL: (3 in 1) Cetak Biru Pembangunan Kelautan Dan Perikanan ; Dukungan Iptek Untuk Pembangunan Kelautan; Mengelola Pembangunan Berkelanjutan Di Tengah Perubahan Iklim Global; PENULIS: Rokhmin Dahuri; EDITOR: Herry Nurdi; SETTING/LAYOUT & COVER: Iwan Priatna; UKURAN: 10,5 x 15 cm; HALAMAN: 134;84;64 Halaman; CETAKAN Pertama, September 2012; ISI: Paper Book 58 gr; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISBN: 978-602-18871-0-3; 978-602-18871-10; 978-602-18871-2-7; PENERBIT: Roda Bahari

34 | MAInfo

Harga Rp 50.000,-

Edisi Mei - Agustus 2018


Teknologi budidaya rumput laut yang dipaparkan oleh penulis dalam buku ini, memberikan pengetahuan yang lengkap tentang budidaya rumput laut. Mulai dari pengenalan rumput laut, persyaratan ekologi dan lokasi budidaya, pemilihan bibit rumput laut, hama dan penyakit, pemanenan, pasca panen hingga analisis usaha budidaya rumput laut. Penulis melengkapi uraiannya dengan informasi tentang teknologi yang dikembangkan berkaitan dengan budidaya rumput laut seperti teknik kultur jaringan. Buku ini menjadi ‘istimewa’ karena dilengkapi dengan glosarium, yakni “kamus kecil” sehingga dapat memudahkan pembaca untuk memahami istilah-istilah perikanan yang tidak biasa digunakan.

Harga: Rp 120.000,-

JUDUL: Teknologi Budidaya Rumput Laut; PENULIS: Nunik Cokrowati,S.Pi.,M.Si; EDITOR: Agung Sudaryono, Mussalimun, Wikke Elta Ayu Selviani, Abdul Mufid; SETTING/LAYOUT & COVER: Tim Kreatif MAI Publishing; UKURAN: 15 x 20 cm; HALAMAN: 266 Halaman; CETAKAN Pertama, Mei 2017; ISI: Paper Book; COVER: Art Carton 260 gr; ISBN: 978-60261714-0-5; PENERBIT: MAI Publishing Pemesanan dapat menghubungi penulis 081907193232 (WA).

Global food demand increases 70% up to 2050 due to an increasing of the population. Economic crisis causing high unemployed people and high food demand has positioned aquaculture becoming an important industry sector as food supply and economic mover. Aquaculture is the world‟s fastest growing food production sector by about 11 percent annually. Aquaculture in Indonesia is one of the most feasible means answering the expanding demand for fish, looking at the leveling off in the capture fisheries production and increasing demand for seafoods. Indonesia has a potential to be the greatest aquaculture producer in the world (67.7 millions MT per year) consisting of marine aquaculture sector (47 millions MT), brackishwater aquaculture sector (15 millions MT), and freshwater aquaculture sector (5.7 millions MT). However, this high potency is just utilized up to 11% and this will be a challenge to trigger for the Indonesia aquaculture stakeholders to be the greatest in the future. This high potency (population and fisheries resources) will result in attracting overseas aquaculture stakeholders to invest and to be t he players in Indonesia A sustainable aquaculture management is needed in Indonesia, including the development of infrastructure, investment, friendly environment, production and human resources. Future global aquaculture industry growth especially in Indonesia will be severely restricted if the aquaculture industry remains reliant on fishmeal and fish oil. So that in the future, aquaculture industry must reduce reliance on fishmeal and fish oil as a key ingredient in aquafeeds. A focus on looking for new sources omega-3 will be very important in developing sustainable aquafeeds. The next 10 years, Indonesia will face some great challenges for the sustainable development of aquaculture industry. The International Conference of Aquaculture Indonesia would allow us to look at many threats and opportunities and consider how to best manage the sustainable development of the global aquaculture industry especially toward sustainable future aquaculture industry in Indonesia.

Harga: Rp 400.000,-

JUDUL: International Conference of Aquaculture Indonesia Proceedings (2014/2015/2016) ; EDITOR: Agung Sudaryono, Abdul Mufid; SETTING/LAYOUT & COVER: Tim Kreatif MAI; UKURAN: 20,5 x 29 cm; HALAMAN: 129-231 Halaman; ISI: HVS; COVER: Soft Cover, Laminating Glossy; ISSN: 2356-0800; PENERBIT: MAI Publishing

Info pemesanan hubungi : Wikke (085740313146)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 35


ORGANISASI ASOSIASI PENGUSAHA PENGOLAHAN DAN PEMASARAN PRODUK PERIKANAN INDONESIA (AP5I) Sumber foto: Agribisnis

A

P5I sebagai forum untuk pengusaha dan asosiasi profesional di bidang pengolahan, produksi dan pemasaran produk perikanan, akan berjuang untuk persatuan, kemajuan dan pengembangan usaha perikanan Indonesia, dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional. AP5I akan bergerak di koridor Hukum dan Peraturan yang berlaku yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan otoritas yang berwenang. AP5I mempunyai visi membangun industri pengolahan hasil perikanan Indonesia yang dapat bersaing dan berkembang di pasar global. Misinya adalah sebagai berikut: 1) Menyatukan proses pengolahan dan pemasaran produk perikanan Indonesia, sehingga memiliki visi yang sama dan bersedia bekerja sama untuk memajukan industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia; 2) Untuk memberikan informasi terkini kepada semua anggota tentang hal-hal yang bermanfaat bagi pengembangan industri pengolahan hasil

perikanan di Indonesia, misalnya pada perkembangan pasar / teknologi dan perubahan peraturan (baik lokal maupun internasional); 3) Membangun komunikasi dan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan industri pengolahan hasil perikanan, baik dari instansi pemerintah maupun swasta; 4) Bekerja sama dan bertukar informasi dengan lembaga di luar negeri, misalnya dengan asosiasi eksportir / importir dan lembaga lain yang terkait dengan pengembangan industri pengolahan hasil perikanan; dan 5) Memberikan saran kepada pemerintah bahwa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sejalan dengan kepentingan bisnis pengolahan dan pemasaran produk perikanan Indonesia. Rencana Kerja AP5I Dua rencana kerja yang menjadi fokus AP5I yaitu kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan terkait dengan industri perikanan (pihak-pihak pemerintah atau swasta) dan konsolidasi internal.

36 | MAInfo

Kolaborasi Stakeholder Kerjasama degan semua pemangku kepentingan industri perikanan (baik pemerintah maupun stakeholder lainnya) di antaranya untuk memastikan ketersediaan bahan baku agar tidak terlihat ketika ada kelebihan / kekurangan bahan baku di daerah tertentu. Jika kekurangan bahan baku terjadi, diskusi akan diadakan dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan pasokan bahan baku, baik dari kolam atau penangkapan. Selanjutnya meminta kepada pemerintah untuk merevisi peraturan impor untuk mendukung industri pengolahan ikan. Meminta pemerintah untuk berkoordinasi dengan AP5I dalam berbagai proyek pemerintah seperti pendirian penyimpanan dingin. Apabila pemerintah membuat peraturan yang berhubungan dengan pengolahan produk perikanan Indonesia, seyogyanya juga selalu melibatkan AP5I. Perbaikan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik

Edisi Mei - Agustus 2018


ORGANISASI terutama di kawasan industri perikanan utama merupakan hal penting. Di sinilah ada peran AP5I untuk mendesak pemerintah memenuhi kebutuhan tersebut. Kemudian meminta pemerintah untuk mengkategorikan industri pengolahan hasil perikanan sebagai industri padat karya, sehingga mereka bisa mendapatkan fasilitas pemotongan pajak. Apabila pemerintah membuat peraturan yang berhubungan dengan pengolahan produk perikanan Indonesia, seyogyanya juga selalu melibatkan AP5I. Perbaikan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik terutama di kawasan industri perikanan utama merupakan hal penting. Di sinilah ada peran AP5I untuk mendesak pemerintah memenuhi kebutuhan tersebut. Kemudian meminta pemerintah untuk mengkategorikan industri pengolahan hasil perikanan sebagai industri padat karya, sehingga mereka bisa mendapatkan fasilitas pemotongan pajak. Konsolidasi Internal Konsolidasi internal adalah salah satu target utama AP5I 2015 - 2010. Untuk mengubah pola pikir bahwa meskipun anggota AP5I adalah pesaing, tetapi perlu bekerja sama dan saling mendukung untuk mempromosikan industri perikanan Indonesia. Tugas AP5I yaitu memperkuat dengan menambah lebih banyak anggota karena hanya presentase kecil industri perikanan yang bersedia bergabung dengan AP5I. AP5I belum memiliki posisi tawar yang kuat ketika bernegosiasi dengan para pemangku kepentingan industri perikanan Indonesia. Oleh karena itu, sebuah program harus dimulai segera untuk meningkatkan jumlah anggota AP5I, dengan

melakukan “road show� ke daerah-daerah di mana produsen utama produk perikanan berada dan mencoba membujuk atau meyakinkan industri di daerah untuk bergabung dengan AP5I. Manfaat bergabung dengan AP5I juga akan disajikan selama road show. AP5I menginisiasi pendirian Koordinator Wilayah. Tugas utama koordinator meliputi memperbarui informasi dari kantor utama ke masing-masing daerah, mengumpulkan informasi dari masing-masing wilayah dan meneruskannya ke kantor pusat. Mengkoordinir dan memecahkan masalah yang muncul di wilayah tersebut, baik antar anggota atau antara anggota AP5I dan pemangku kepentingan industri perikanan lainnya di wilayah tersebut. AP5I harus mempromosikan kompetisi yang adil antar anggota. Kenaikan harga bahan baku bisa terjadi karena persaingan yang tidak adil antara anggota AP5I atau karena adanya informasi yang salah dari pemasok bahan baku. Dengan pertemuan rutin di setiap wilayah, anggota akan mendapatkan pembaruan informasi yang benar. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang pengolahan serta pemasaran, AP5I harus belajar dan mengikuti secara kontinyu, berbagai perubahan peraturan (baik lokal maupun internasional) agar anggota selalu update sehingga bisa menyiapkan strategi baru menghadapi pasar domestik maupun mancanegara. Informasi tentang kondisi pasar, penawaran dan harga kepada semua anggota AP5I sangat penting dilakukan. AP5I perlu meningkatkan daya saing anggota AP5I dengan mengurangi biaya, misalnya dengan meminta jalur pelayaran untuk memberikan tarif khusus kepada anggota AP5I, atau membeli

bahan pengepakan bersama untuk mendapatkan harga lebih murah. Selain itu, AP5I perlu mendorong dan membantu anggota agar memenuhi standar kualitas dan memiliki sertifikat yang dibutuhkan oleh pembeli. AP5I mempunyai kewajiban mengadakan pertemuan rutin untuk mengkonsolidasikan dan bertukar informasi, dan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Salah satu sarana menyebarkan informasi adalah dengan membuat dan mengelola situs web AP5I. Situs web ini berisi profil anggota AP5I dan berbagai informasi yang diperlukan oleh anggota AP5I. Anggota AP5I diharapkan dapat saling bekerjasama untuk melakukan pemasaran bersama, termasuk membuat profil atau brosur AP5I online dan offline yang berisi informasi tentang produk perikanan Indonesia, membuat situs web untuk mempromosikan berbagai produk dari anggota AP5I, dan bergabung dengan berbagai pameran (baik domestik maupun luar negeri) untuk menawarkan produk anggota AP5I, serta mendistribusikan daftar pembeli dan pemasok yang dibutuhkan oleh anggota. Untuk memperkenalkan produk perikanan Indonesia, anggota AP5I dapat bergabung dengan misi dagang ke luar negeri dan berpartisipasi dalam berbagai seminar internasional. (DASAIRY ZULFA/AP5I) Sekretariat AP5I: Global Terpadu Office ( GTO ) Graha Simatupang Tower II.B, 1st Floor. Jl. TB. Simatupang Kav. 38, Jakarta 12540 - Indonesia Telp. +6221 29712779 Fax. +6221 29712778 Email. ap5i@cbn.net.id

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 37


KOMODITAS PRIMADONA ANGGUR LAUT, PRIMADONA BARU INDONESIA Anggur laut menjadi primadona baru di dunia bisnis perumput-lautan nasional bahkan dunia, sehingga menjadi nilai tambah tersendiri sekaligus tantangan untuk terus melakukan riset terkait nilai ekonomi sumberdaya rumput laut nasional yang potensi lahan dan varian jenisnya yang beragam.

A

nggur laut memiliki nama lokal lawi-lawi di Sulawesi Selatan, atau latoh di Lombok merupakan rumput laut jenis Caulerpa sp. Komoditas ini bernilai ekonomis tinggi dan digenjot produksinya untuk ekspor. Data rumput laut nasional dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2011 – tahun 2015) menunjukkan tren kenaikan positif, dengan rata-rata kenaikan mencapai 22,25%. Tahun 2015 volume produksi rumput laut nasional mencapai ± 11,2 juta ton dengan nilai produksi mencapai 13,2 trilliun rupiah atau naik 9,8% dari tahun sebelumnya yang mencapai ± 10,2 juta ton. Salah satu komoditas yang menjadi unggulan untuk mendulang jumlah produksi yang banyak, menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto adalah rumput laut. Komoditas tersebut setiap tahunnya selalu menyumbang jumlah produksi yang banyak dan mendominasi dari total produksi perikanan budidaya. Agar target produksi bisa terwujud, pihak DJPB melakukan inovasi dengan menciptakan varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi dan dilakukan melalui perekayasa teknologi. Anggur laut yang masuk kelompok alga hijau ini pada awalnya masih dianggap sebagai gulma dan hanya menjadi bahan

makanan biasa masyarakat. Namun setelah dilaksanakan program diversifikasi komoditas yang dikembangkan Balai Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, varian tersebut kini menjadi salah satu komoditas primadona. “Varian anggur laut dipilih para petambak dan menjadi alternatif utama untuk menopang pendapatan masyarakat,” tutur Slamet. Menurutnya, produksi anggur laut yang dilaksanakan di tambak akan meningkat cepat jika para pembudidaya semakin banyak mengadopsi teknologi budidaya. Jika itu sudah terlaksana, maka kebutuhan pasar baik lokal maupun ekspor bisa dipasok dengan cukup. Lebih lanjut Slamet menjelaskan, sebelum mengembangkan anggur laut, Indonesia terbiasa memproduksi rumput laut sebagai komoditas andalan untuk perikanan budidaya. Namun, dari 550 jenis rumput laut yang ada di perairan Indonesia, varian yang baru diproduksi massal hanya 5 jenis rumput laut saja. Kelima jenis rumput laut tersebut adalah Eucheuma cottoni, Gracilaria sp., Spinosum sp., Halymenia sp., dan Caulerpa sp. Baginya, kelima jenis rumput laut tersebut selama ini sudah memberi peluang bagi para pembudidaya ikan yang ada di Tanah Air. Sumber foto: Mongabay

38 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


KOMODITAS PRIMADONA Sumber foto: Jitunews

Sumber foto: Republika

Sumber foto: Greeners

Target Ekspor Slamet Soebjakto mengatakan, sebagai varian terbaru yang dikembangkan dan diproduksi massal, rumput laut jenis anggur laut disiapkan untuk bisa menembus pasar internasional (ekspor). Untuk itu, pemanfaatan varian tersebut oleh pembudiaya ikan akan terus didorong oleh Pemerintah Indonesia sehingga memberikan manfaat nilai ekonomi bagi masyarakat maupun perekonomian nasional. “Pengembangan anggur laut yang berhasil menembus pasar ekspor, menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk terus mengeksplorasi sumberdaya rumput laut nasional. Dengan demikian, harapan Indonesia menjadi kiblat rumput laut dunia dapat terwujud,” ujarnya. Kepala BPBAP Takalar Nono Hartono mengungkapkan, sebagai varian baru yang berhasil dikembangkan melalui peran teknologi, anggur laut memang sudah berhasil mencuri perhatian para pengusaha budidaya. Tak tanggung-tanggung, varian tersebut kini sudah resmi masuk pasar internasional di Jepang. Keberhasilan tersebut, tentunya tak bisa dilepaskan dari kerja sama dengan Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) yang sudah membuka pintu untuk masuk ke pasar Jepang.

Dalam sebulan, kebutuhan anggur laut untuk pasar Jepang, sedikitnya mencapai 500 kilogram dalam bentuk segar. “Permintaan cenderung naik, kita harapkan berikutnya pasar ekspor Jepang ini bisa naik minimal 10 kali lipat,” ucapnya. Nono mengungkapkan, meski sudah berhasil diekspor, namun itu merupakan tahap awal dan ditargetkan negara tujuan ekspor akan bertambah lagi hingga menjangkau Tiongkok, Korea Selatan, dan Filipina. Negara-negara tersebut, saat ini sudah menyatakan ketertarikannya untuk mengimpor anggur laut dari Indonesia. “Karakter masyarakat negara tersebut yang cenderung menyukai produkproduk sehat seperti rumput laut, secara langsung akan memicu permintaan pasar yang signifikan,” jelasnya. Selain untuk pasar internasional, Nono menyebut, permintaan anggur laut juga berdatangan dari pasar dalam negeri. Di antaranya, dari perusahaan ritel PT Transmart Carrefour yang sudah menjual produk segar rumput laut tersebut di pasar modern mereka. Ratte Daeng Bella, 46 tahun, salah satu pembudidaya di Takalar, Sulawesi Selatan mengatakan,

selama ini para pembudidaya belum tahu bahwa tambak bisa menghasilkan budidaya rumput laut jenis lain. Biasanya, rumput laut yang dibudidayakan di tambak hanya jenis Gracillaria. “Sejak anggur laut dikenalkan, banyak warga yang mulai melakukan usaha budidaya. Mereka senang karena pendapatannya jadi meningkat,” tuturnya. Ratte mengungkapkan, dengan harga jual basah sekitar Rp150.000 hingga Rp250.000 per karung, dia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp15 juta per bulan dari tambak seluas 3.200 m2 yang dimilikinya. Ketua ARLI Safari Azis mengapresiasi langkah KKP untuk serius mengembangkan komoditas rumput laut. Ia meminta agar KKP dapat memastikan rantai produksi dari hulu hingga hilir kondusif bagi dunia usaha. “Di Kabupaten Bone, ARLI telah berhasil memfasilitasi anggotanya untuk memanfaatkan rumput laut di kabupaten hasil kerjasama dengan KKP dan pemerintah daerah dan telah berhasil melakukan ekspor perdana pada bulan Februari berupa alkali treated gracillaria (ATG) ke China. Kondisi kondusif seperti ini kami harapkan dapat terjadi di daerah lainnya,” ungkap Azis. (DASAIRY ZULFA/BBAP TAKALAR)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 39


TANYA PEMBACA Sumber foto: Mongabay

TIPS DAN TRIK

MEMELIHARA ANGGUR LAUT (LAWI-LAWI) Nana S.S. Udi Putra, Jumriadi, Michael Rimmer, Sugeng Raharjo Balai Budidaya Air Payau Takalar

Caulerpa sp. dikenal oleh masyarakat dengan nama anggur laut atau lawi-lawi, merupakan salah satu rumput laut hijau dan dalam pemanfaatannya hanya mengandalkan pengambilan dari alam. Umumnya sumberdaya yang masih mengandalkan hasil dari alam banyak mengalami kendala, antara lain rendahnya produksi karena ketergantungan pada musim. Hal ini berakibat tidak adanya produksi yang berkelanjutan dan sangat membahayakan kelestarian Caulerpa sp. di alam. Caulerpa sp. tumbuh berkelompok dan dapat dijumpai di kedalaman hingga 200 m. Tumbuhan ini hidup menempel di substrat dasar perairan seperti pecahan karang, pasir, dan lumpur

Bagaimana pemilihan lokasi yang baik untuk budidaya rumput laut? Anggur laut hidup di pantai pada suhu air hangat (250C-300C). Ia memiliki talus yang menjalar dan pada bagian-bagian tertentu terdapat akar rambut yang berfungsi mengambil makanan dari substrat. Biasanya tumbuh di laguna dangkal, bisa tumbuh di substrat karang, atau batu, hingga substrat berpasir hingga berlumpur, dan berada di perairan yang tenang dengan salinitas antara 25- 30 ppt. Caulerpa sp. dapat dibudidayakan di kawasan pertambakan, meskipun habitat awalnya berasal dari laut dan selama sirkulasi air pasang surut di kawasan pertambakan dapat terjaga dengan baik. Penanaman di permukaan media pemeliharaan menunjukkan pencapaian berat akhir dan laju pertumbuhan lebih baik dibandingkan di kolom air atau di dasar media pemeliharaan. Hal ini disebabkan karena penerimaan cahaya pada metode penanaman di permukaan lebih efektif untuk proses fotosintesis yang selanjutnya dipergunakan di dalam proses metabolisme untuk memproduksi cadangan makanan di dalam rumput laut.

Pemilihan lokasi tambak untuk budidaya anggur laut harus jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air, dan jauh dari sumber polutan. Air tambak bisa berganti-ganti secara rutin dengan air baru dari laut. Tambak memiliki dasar tanah yang berlumpur dengan kedalaman tambak dengan volume air 50-120 cm. Kontruksi tambak harus benar-benar bisa menjaga pergantian air secara rutin. Konstruksi tambak harus bisa menjaga ketinggian air minimal antara 50-80 cm dan menjaga derasnya aliran ombak laut. Tambak akan sangat bagus bila air mengalir masuk dan bisa keluar dari pintu yang berbeda (inlet dan outlet). Pemupukan perlu dilakukan ketika nutrisi yang dibutuhkan sangat kurang. Bagaimana kriteria pemilihan bibit yang baik dan penebaran yang disarankan? Bibit di bagi-bagi ke dalam bagianbagian kecil (Talus dipotong), namun bisa tenggelam di air. Jika perlu air diturunkan hingga 30 – 50 cm. Bibit dibiarkan dalam keadaan basah dan lembab serta (disimpan di waring di dalam tambak). Hindari bibit masih dalam kondisi muda (warna putih/bening).

40 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


TANYA PEMBACA Sumber foto: Mongabay

Bibit disebar secara merata di tambak. Jika perlu lakukan penebaran pada jarak tertentu seperti menanam padi (dilakukan di Filipina). Saat penebaran ketinggian air dinaikan menjadi 80-120 cm.

Sumber foto: Mongabay

Apa yang perlu diperhatikan saat memelihara rumput laut? Perlunya pengontrolan rutin, di antaranya kualitas air terutama salinitas harus 25 ppt – 30 ppt. Pergantian air 1-3 hari sekali. Suhu air 250C hingga 300C dengan mempertahankan ketinggian air (80 cm- 120 cm), dan pH air netral (tidak asam).

Adakah penyakit yang biasa menyerang anggur laut? Dan bagaimana langkah pencegahannya? Penyakit : belum ada. Pernah ada kasus anggur laut berwarna hitam, akibat tertimbun lumpur.

Kapan waktu panen yang baik? Caulerpa sp. bisa tumbuh antara 10-13 kali setelah 3 bulan masa pemeliharaan (berat awal 500 gr menjadi 6000 gr). Dengan bibit awal 120 – 140 kg, bisa dipanen setelah 20 hari, mencapai 900 kg – 1400 kg dan berikutnya bisa dipanen tiap hari (40 kg - 80 kg) selama 15 hari. Harga anggur laut berkisar antara Rp 1.500,00 – Rp3,000,00/ kg sangat menguntungkan secara ekonomi. Sehingga budidaya lawi-lawi (Caulerpa sp.) bisa menjadi alternatif komoditas budidaya di tambak. (DASAIRY ZULFA/BBAP TAKALAR)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 41


ALMAMATER TRACEABILITY DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI PERIKANAN GLOBAL Oleh : Irma Dwi Desi Fajar Aslamulloh, Alumni Teknologi Hasil Perikanan Universitas Diponegoro

M

penelusuran asal muasal bahan baku yang akan di produksi, terlebih lagi dengan melihat persaingan industri di bidang olahan. Dua fungsi yang tercantum dalam paradigma industri perikanan pun saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ikan sebagai natural resource mempengaruhi ikan sebagai bahan pangan, kualitas yang diharapkan industri perikanan global akan dipengaruhi oleh lingkungan yang diciptakan karena berhubungan dengan keamanan pangan yang diminta sebagai salah satu persyaratan tingkat global yang harus dipenuhi dalam menciptakan sebuah industri perikanan, sehingga kedua fungsi ini akan saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Traceability dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal. Secara internal, hal ini mencakup ketertelusuran bahan baku, produk setengah jadi dan produk akhir di dalam satu unit produksi atau satu unit pengolahan, dan hanya melibatkan satu pihak. Sedangkan secara eksternal, ketertelusuran mencakup perpindahan produk sepanjang rantai nilai (misalnya dari kolam/tambak ke konsumen), dan dapat melibatkan lebih dari satu pihak. Agar penerapan sistem traceability lebih integratif serta komprehenseif yang bertujuan menjamin keamanan produk perikanan, maka dibutuhkan kerjasama pelaku usaha perikanan budidaya dari hulu sampai hilir. (DASAIRY ZULFA)

42 | MAInfo

Sumber foto: Dok. Dita

uncul sebuah paradigma terkait dengan industri hasil perikanan, yaitu sumber ikan di dunia terbagi menjadi dua sektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kedua sektor ini memiliki dua fungsi, yaitu ikan sebagai natural resource dan ikan sebagai bahan pangan. Dari kedua fungsi ini diyakini Indonesia mampu berperan aktif terhadap perikanan global. Ikan sebagai natural resource dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kelestarian biota dan perizinan penangkapan. Ketiga hal ini saling mendukung antara satu dengan yang lain. Kelestarian lingkungan akan sangat mempengaruhi ketersediaan biota-biota yang hidup di wilayah-wilayah yang lingkungannya mendukung untuk perkembangbiakan biota tersebut. Adapun sertifikat penangkapan adalah bentuk legalitas terhadap penangkapan ikan dari sektor perikanan tangkap, karena dengan adanya catch sertificate maka aturan dalam penangkapan sudah ditetapkan seperti ukuran ikan, alat yang digunakan menangkap, fishing ground penangkapan, dan lain-lain. Menurut Pradita Puspasari, instruktur BPPP Banyuwangi, potensi gangguan keamanan pangan produk ikan budidaya dapat terjadi pada perbenihan (benih dan induk), pakan, obat atau perairan. Walaupun lebih mudah teridentifikasi lokasinya, namun pelacakan penyebabnya tetap saja membutuhkan upaya ekstra. Salah satu instrumen yang dapat dipilih untuk memudahkan upaya pelacakan ini adalah penerapan traceability. Ikan Sebagai bahan pangan memiliki tiga faktor yang terus diperhatikan yaitu penjagaan kualitas produk, traceability, dan keamanan pangan. Ketiga faktor ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, di mana dalam industri perikanan yang harus dijaga adalah kualitas dan keamanan produknya, traceability yang merupakan

Edisi Mei - Agustus 2018


MILIKI AKSESORIS TERBAIK MAI

Topi MAI

Dilengkapi dengan penutup bagian belakang, membantu melindungi pemakai dari sengatan matahari. Topi ini biasa digunakan ketika di tambak, pesisir, kolam budidaya, maupun lokasi kerja lainnya. Tersedia warna coklat muda, krem, dan coklat tua

Harga

Rp. 50.000,-

Kaos MAI Kaos berbahan polo dilengkapi dengan kerah. Tersedia warna merah, kuning, dan biru

Harga

Rp. 100.000,Informasi pemesanan dapat menghubungi: Sonni Kurniawan (085740313146)

Edisi Mei - Agustus 2018

MAInfo | 43


44 | MAInfo

Edisi Mei - Agustus 2018


HARGA IKLAN MAINFO IKLAN HARGA

SPESIFIKASI

Cover II (Sampul Muka Dalam)

Rp. 12.500.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

Cover III (Sampul Belakang Dalam)

Rp. 10.000.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

Cover IV (Sampul BelakangLuar)

Rp. 15.000.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

2 (Dua) Halaman Tengah (Center Spread)

Rp. 20.000.000,00

Uk. 42 x 28 Cm

2 (Dua) Halaman Dalam Adventorial

Rp. 15.000.000,00

Uk. 42 x 28 Cm

1 (Satu) Halaman Warna

Rp. 7.500.000,00

Uk. 21 x 28 Cm

1/2 Halaman Dalam Warna Vertikal

Rp. 5.000.000,00

Uk. 9 x 28 Cm

1/2 Halaman Dalam Warna Horizontal

Rp. 5.000.000,00

Uk. 19 x 19 Cm

Pemasangan Iklan Hubungi: Masyarakat Akuakultur Indonesia MAI Publishing Mussalimun Jl. Dewi Sartika IV No 70 Semarang Telp (024) 8318908 / 085740313146 Email: publishingmai@gmail.com

Informasi Majalah MAInfo: Terbit: Setiap empat bulan sekali Ukuran: Majalah 21x28 cm Halaman: 44 Halaman full colour Penyebaran: Seluruh Indonesia secara online Harga iklan belum termasuk ppn 10% Belum termasuk biaya penulisan artikel advertorial Materi bahan iklan diserahkan sepekan sebelum majalah terbit



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.