Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah No. 01/Juli-GGS/2017
2017
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
Prakata Tim GGS Sejak bulan Juli 2017, Blog “Gerak-Gerik Sejarah” (GGS) dengan alamat url : www.prosesss.blogspot.com
mengonsentrasikan
penulisan
artikel-artikel
kesejarahan melalui berkas berformat .pdf dengan tujuan untuk mempermudah para pembaca mengunduh dan mengakses berkas tersebut secara gratis. Tujuan dari perubahan ini ialah agar para pembaca budiman dapat menyimpan beberapa artikel kami serta mengaksesnya meski tanpa jaringan internet (offline). Sebagai sebuah komunitas sukarela, tim GGS merasa perlu untuk meneruskan perjuangan “Melawan Lupa” dengan berpegang kepada visi yang telah disepakati oleh para anggotanya yakni : 1. Meyakini fungsi sejarah sebagai pembangun kebijaksanaan sesuai dengan motto “Historia Vitae Magistra” dengan mempelajari jatuh-bangunnya peradaban-peradaban manusia di masa silam. 2. Meyakini sifat sejarah sebagai kajian dari peristiwa-peristiwa yang “unik” dan berpengaruh kepada kehidupan manusia di masa kini akibat adanya aspek kausalitas. 3. Meyakini bahwa sejarah erat dengan gagasan/pemikiran manusia sebagai motor dari segala aktifitas di masa lampau. 4. Meyakini bahwa kebijaksanaan yang diperoleh dari berbagai peristiwa sejarah akan selalu mampu untuk menjadi motivasi bagi gerak-gerik (positif) manusia di masa kini maupun mendatang. Dengan keyakinan-keyakinan dalam visi yang disebutkan di atas, tim GGS mengejawantahkannya dengan bertindak untuk mewujudkan misi yang ingin dicapai, yaitu : 1. Menyajikan bahan referensi yang positif, moderat, dan inspiratif bagi masyarakat Indonesia. 2. Menyajikan pengkajian sejarah yang berdasarkan sumber dari berbagai latar belakang pemikiran. 3. Membumikan masyarakat Indonesia “Sadar Sejarah” sehingga dapat menyikapi gejala-gejala globalisasi secara bijak.
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
4. Membawa kajian kesejarahan yang cenderung dianggap “elitis� (terbatas pada kalangan tertentu) dengan sederhana dan rekreatif agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. 5. Mengingatkan kembali masyarakat Indonesia pada peristiwa-peristiwa penting masa silam dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional. 6. Memperkenalkan berbagai corak keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan gagasan pemikiran dalam berbagai peristiwa sejarah. 7. Menjadi antitesis atas berbagai macam sumber informasi yang menebarkan kebencian, disintegrasi, dan intoleransi bernuansa kesukuan, agama, ras, maupun antar-golongan. Melalui visi dan misi yang tersebut di atas, tim GGS menyajikan kumpulan artikel-artikel kesejarahan yang apabila memungkinkan akan diunggah setiap bulan. Memang segala usaha ini sedikit banyak masih terdapat kekurangan, akan tetapi segala kekurangan yang ada diharapkan akan menjadi pembelajaran yang dapat dibenahi untuk kesempatan selanjutnya, oleh karena itu tim kami dengan senang hati menerima segala masukan, koreksi, maupun kritik ke alamat email kami yakni ggsejarah@gmail.com . Alamat surat elektronik tersebut juga selalu terbuka bagi siapapun yang turut ingin membagikan tulisan ringan secara sukarela mengenai kajian kesejarahan dari berbagai tema. Semoga bermanfaat. TTD
Tim GGS
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
Konten 1. Artikel I Identitas-Identitas Zaman Ibukota : Jayakarta ke Batavia
1
2. Artikel II Bahaya Sikap Nrimo dan Jumud : Pemikiran Al-Afghani dan Abduh dari “Barat Islam�
16
3. Nyastra Puisi : Merah Juang
26
Rindu Ahlul Bayt Nabi
28
4. Artikel III Mendedah Teladan para Khalifah : Bijak Memandang Khilafah
30
5. Artikel IV Hasan Al-Sabbah Sang Pendiri Sekte Hashashin
38
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
Identitas-Identitas Zaman Ibukota : Jayakarta ke Batavia
1. Pendahuluan Kota Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia merupakan sebuah tempat yang tak kunjung sepi dari kesibukan hidup warga yang tinggal di dalamnya, ataupun bagi mereka yang hidup di luarnya. Sederhananya, kota ini adalah kota utama yang menjadi tempat di mana banyak keputusan di ambil berkenaan dengan posisinya sebagai sebuah ibukota. Masyarakat yang tinggal di luarnya pun bisa mengetahui perkembangan seputar kota Jakarta dengan hanya duduk di ruang keluarga sambil menonton TV walaupun contohnya mereka berada di Pulau Kalimantan. Jarak yang jauh bukanlah kendala dalam mengakses berita mengenai ibukota karena pemberitaan sehari-hari kebanyakan memuat dinamika yang terjadi di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta. Belum lagi sekian juta orang yang datang setiap harinya ke Jakarta, entah untuk urusan kerja, mengunjungi sanak-kerabat, urusan studi, berbelanja atau sekadar mencari hiburan maupun berlibur. Sungguh Jakarta adalah “Ibu” bagi segala kegiatan kehidupan berbangsa dan kota ini adalah “milik seluruh warga negara Indonesia” : kebanggaan atasnya adalah ikon yang tak tergantikan. Tapi apalah daya, Jakarta dapat pula menjadi sebuah topik hangat yang menebar kuat pengaruhnya, bukan hanya kepada warga di dalam kota ini tetapi pada seluruh masyarakat Indonesia. Masih jelas di depan mata dan batang hidung kita, beberapa aksi besar digelar sebagai respon atas kontroversi yang dibuat oleh seorang petahana gubernur DKI yang menyebar di era digital “Maha Cepat” ini, yakni isu “Penistaan Agama.” Secara bijak, kita mesti mengembalikan itu pada pihak yang berwenang di samping juga menyadari akan hak-hak rakyat dalam bersuara ; pelajaran yang amat bijak dapat di ambil dari kejadian tersebut, bahwasannya pernyataan seseorang apalagi yang menjabat sebagai pemimpin mesti “ekstra” hatihati. Atas kesadaran bahwa dirinya menjadi teladan bagi sekian banyak orang -
1
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
dengan identitas beragam maka hal ini adalah kontrak sosial yang selalu mengawasi kelakuan seorang pemimpin. Rakyat juga tidak boleh bergerak di luar aturan yang telah ditetapkan, mereka pun sekiranya harus mampu untuk menahan diri dari emosi di luar kendali dan tidak terorganisir (anarkhis). Kejadian aktual ini tidak boleh merubah spirit bagi mereka yang ingin terus belajar, malah menjadi keberpihakan “buta.�
Peristiwa yang disebutkan di atas menjadi latar belakang yang baik agar kita memakai nalar dengan mengarahkannya untuk mencapai makna melalui tinjauan kesejarahan. Maksudnya ialah dengan berpikir lebih dalam lagi serta mempelajari sejarah dengan lebih giat lagi. Kita harus bertanya dari dinamika kekinian itu memalui sedikit pelacakan sejarah di sekitar kita. Penulis melihat bahwa sesungguhnya kita dapat mencari runutan kesejarahan Jakarta sejak berabad-abad silam yang telah ada jauh sebelum polemik yang disebutkan di atas terjadi. Bukan untuk mencari kejadian manakah yang sama di kota Jakarta masa silam, namun tulisan ini bertujuan mengungkap bagaimana pertemuan maupun dinamika -
2
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
indentitas-identitas yang beragam silih berganti mengambil posisinya dalam eksistensi alur zaman kota Jakarta. 2. Marunda : Pijakan Menuju Jayakarta Mengapa memilih Marunda sebagai titik awal pengkajian ini ? Alasannya ialah kota Jakarta tak bisa lepas dari nama terdahulunya yakni “Jayakarta�. Marunda juga memiliki aspek historis yang telah lama dikenal luas dalam kesejarahan Jakarta sendiri. Kawasan ini mulai populer sejak awal abad ke-16 saat tentara Kesultanan Demak dan Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah memasuki kawasan Marunda. Pasukan itu membangun masjid sembari menyiapkan diri untuk merebut Pelabuhan Kelapa yang berada di bawah kerajaan Sunda yang bekerjasama dengan orang-orang Portugis, ketika itu bangsa barat ini berpangkalan di Malaka pada tahun 1522. Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 22 Juni 1527 Fatahillah beserta pasukannya yang bergerak dari Marunda dapat merebut Pelabuhan Kelapa dan segera merubah nama tempat itu menjadi kota Pelabuhan Jayakarta. Pada tahun 1607 dicatatkan kedatangan orang-orang Belanda dalam serikat dagang VOC di kota Pelabuhan Jayakarta. Di masa itu, Jayakarta belum memiliki tembok, sehingga penguasa Jayakarta kala itu, Pangeran Jayakarta Wijayakrama segera membangun tembok untuk kota yang ia pimpin. Hubungan dengan VOC terus berlanjut dengan Jayakarta, pasalnya pada tahun 1610 penguasa kota pelabuhan ini memberikan izin pada VOC untuk membangun loji atau kantor urusan dagang di sebelah timur Kali Ciliwung. VOC juga memperoleh izin memakai empat pulau yang bernama Onrust, Cipir, Kelor, dan Bidadari sebagai galangan (tempat perbaikan / bengkel khusus kapal). Saat itu keempat pulau berada di bawah kekuasaan Kesultanan Banten sehingga sering dijadikan tempat untuk berhenti sejenak / beristirahat para pelaut yang akan masuk ke Pelabuhan Jayakarta ataupun ke Banten.
3
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
3. Kehidupan Masyarakat Jayakarta Jayakarta meskipun dikenal nilai strategisnya sebagai sebuah pelabuhan, tempat ini juga dikenal sebagai kota yang ramai. Kehidupan sehari-hari masyarakat kota Jayakarta hampir mirip dengan kehidupan negeri Banten, baik dari segi perdagangan,
pasar,
administrasi
dan
kegiatan
beragama
Islam.
Tidak
mengherankan karena Banten adalah wilayah terdekat sebagai kesultanan yang berdiri mapan dan mampu menyebarkan pengaruh budayanya. Penguasa Jayakarta juga memiliki ikatan kekerabatan dengan keluarga Kesultanan Banten. Administrasi serta hukum ikut ditegakkan di wilayah kota Jayakarta. Di kota ini, maupun di Banten, terdapat kantor-kantor agama yang memberikan petunjuk tentang ajaran dan hukum Islam kepada rakyat dan nasihat kepada para penguasa. Seorang pangeran bisa mencari solusi menurut hukum adat jika terjadi konflik antara dua kelompok atau antara orang asing. Keputusan diambil oleh seorang patih dengan hukuman atau putusan yang dijatuhkan lumrahnya menurut status -
4
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
seseorang, misalnya seseorang harus membayar denda jika membunuh seorang Jawa, namun denda itu menurut kedudukan orang yang terbunuh, apakah korban itu seorang budak, orang merdeka, ataupun mungkin orang terhormat.
Bisa dibilang kala itu masyarakat asli Jayakarta tak dapat lepas dari corak kental keislaman. Masyarakat kota ini diwarnai oleh pemahaman Madzhab Syafi’i, bahkan Indonesia di era modern mayoritas mengikuti madzhab tersebut sampai sekarang. Di masjid-masjid kampung diadakan pengajian Al-Quran untuk anak anak hingga orang dewasa. Dari ini turut hidup kesenian bercorak Islami, salah satunya adalah seni ukir bermotif bunga, sulur-sulur geometris, atau juga kaligrafi ; ukiran gaya lama bisa dijumpai di Masjid Luar Batang, Jakarta. Kesenian Islam juga tergambar dari pagelaran wayang golek versi Islam yang menceriterakan tokohtokoh pahlawan Islam seperti Hamzah dan Baginda Ali ; selain pertunjukan wayang itu dunia sastra bercorak Islam dalam bentuk Suluk, Hikayat, maupun Babad ikut berkembang. Ada sebuah pertunjukan kesenian yang bercampur dengan unsur mistis yakni “Debus�. Pertunjukan Debus dimainkan dengan alat-alat tajam dari -
5
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
besi dengan bandulan pada kayu dan rantai besi. Para pendatang dari Banten dan Cirebon banyak memperagakan keahlian Debus seperti menusukan senjata-senjata tajam ke anggota badan sembari menari untuk mempertontonkan kekebalan tubuhmereka. Tak hanya ragam corak kehidupan Islami yang ada di kota Jayakarta. Orangorang Cina yang kebanyakan menjadi pedagang, tinggal di suatu daerah khusus yang disebut “Pacinan” atau “Pecinan”. Perkampungan
para
pedagang
asing
seperti Pecinan, dan Pekojan (diambil dari kata Khwaja : Orang Persia) berada di pinggiran kota luar tembok Jayakarta. Orang Cina terkenal, bahkan sejak masa itu, sebagai pembuat arak. Minuman arak dibuat secara tradisional dari beras dan gula yang difermentasi. Perdagangan orang-orang Cina di Jayakarta dan Banten salah satunya ialah komoditas arak. Orang Eropa sejak awal permulaan kedatangannya di Jayakarta telah memiliki independensi dalam menyelesaikan perkara-perkara mereka sendiri. Uniknya masyarakat pendatang Eropa mempunyai kebijakan membunuh orang pribumi yang tidak dikenal jika pada waktu malam orang pribumi itu berada di tanah area orang Eropa. Kelamnya perdagangan budak juga masih berlangsung di Jayakarta pada masa itu. 4. Batavia : VOC-Belanda, Bahari-Sungai Besarnya independensi orang-orang Eropa membawa pengaruh yang sangat besar bagi kota Jayakarta sebagai pelabuhan penting. Pengaruh itu sampai-sampai menentukan nasib kota ini sendiri. Jayakarta jatuh ke tangan VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen pada 30 Mei 1619. Nama Jayakarta pun diubahnya menjadi “Kota Pelabuhan Batavia”. Jatuhnya Jayakarta dilalui dengan pertempuran-
6
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
yang menghancurkan dan membakar habis isi kota ini tanpa menyisakan apapun kecuali sejumlah tanda batas tembok kota. Dengan Batavia sebagai pusat administrasinya, keempat pulau yang sebelumnya mendapatkan izin untuk dipakai – Onrust, Cipir, Kelor, dan Bidadari – semakin ramai dengan kegiatan galangannya serta bongkar muat rempah-rempah. Galangan VOC di Pulau Onrust merupakan yang terbesar di Asia pada abad ke-17 hingga 18. Kejatuhan – atau lebih tepatnya “kehancuran” – Jayakarta membangkitkan semangat yang di dalamnya terkandung penghayatan kepada indentitas keislaman. Meski telah berubah nama menjadi ‘Batavia’, ikhtiar untuk merebutnya dari tangan VOC masih terjadi. Marunda yang menjadi pintu gerbang kemenangan Fatahillah turut kembali menjadi pangkalan orang-orang Jayakarta dan Banten melawan VOC. Tahun 1627 dan 1628, Kesultanan Mataram mengirimkan pasukan (invasi) untuk menguasai Batavia dengan yakni
komandan
perangnya
Tumenggung
Bahurekso.
Tentara Mataram juga memilih Marunda sebagai
pangkalannya
menyerbu kota. Pasukan Mataram ikut membangun masjid baru yang kini dikenal dengan nama “Masjid Al-Alam usaha
Cilincing”. perebutan
Sayangnya
Batavia
oleh
Sultan Agung itu menemui kegagalan, walaupun demikian hal ini tidak mengurangi peran posisi strategis Marunda sebagai tempat penting yang harus diingat. Pada rentang waktu 1628 hingga 1690 daerah Marunda menjadi pangkalan pasukan Banten melawan VOC di Batavia. VOC memiliki taktik jitu guna melindungi Batavia dari usaha serangan itu. Orang-orang keturunan Portugis yang disebut Mardijkers ditempatkan di daerah Tugu. Marunda juga direncanakan -
7
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
untuk dikuasai oleh Kapiten VOC bernama Tete Jonker. Namun justru Kapiten Jonker memilih membangun kekuatan bersama prajurit Banten di Marunda untuk melawan VOC. Tete Jonker gugur di Marunda, ia secara khusus menjadi nisbat nama tempatnya menghembuskan nafas terakhir yaitu ‘Pajongkoran’. VOC sama sekali tidak tergoyahkan otoritas dominasinya atas Batavia yang mereka dirikan di atas puing-puing Jayakarta. Untuk dapat selalu meraih untung di bidang perniagaan, sarana pendukung utama pun telah dibangun VOC jauh sebelum hancurnya Kota Jayakarta, sebut saja galangan kapal di Pulau Onrust yang telah ada sejak tahun 1613, pulau ini selanjutnya dijadikan oleh Jan Pieterzoon Coen sebagai pertahanan pada fase berikutnya dari ancaman Banten dan Inggris. Tahun 1656 dibangun sebuah benteng kecil di Onrust berbentuk persegi empat dengan dua bastion (bagian bangunan yang menjorok ke luar sebagai pos pengintaian). Tahun 1671 bangunan benteng itu diperluas menjadi benteng persegi lima dengan bahan batu bata dan karang. Gudang penyimpanan rempah-rempah yang akan dikirim ke Eropa serta sebuah kincir angin untuk penggergajian kayu dibangun pada tahun 1674. Dengan semakin banyaknya komoditi yang mereka dapatkan, VOC membangun gudang lainnya di Pulau Cipir. Kincir angin yang kedua didirikan tahun 1691, serta pada tahun 1695 Pulau Onrust semakin kuat sebagai tempat pertahanan dan depot logistik VOC. Kemajuan Pulau Onrust ini mempunyai arti dari namanya yakni “sibuk” atau “tanpa istirahat.” Apabila awalnya pulau ini dijadikan tempat peristirahatan bagi kapalkapal, dengan semakin pesatnya VOC, Onrust-pun kian ramai. Kegiatan galangan kapal dengan bongkar muat rempah-rempah sebagai kegiatan utama, telah membawa jumlah populasi sebanyak 1000 orang yang menempati pulau seluas ± 12 hektar itu.
8
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
Dengan kemajuan Pulau Onrust yang sibuk, tidak berarti ketiga pulau lainnya tak punya ikonnya masing-masing ; Pulau Kelor sering disebut sebagai “Pulau Kerkhoff ” atau pulau dengan pekuburan Belanda, Pulau Cipir disebut juga “Pulau Kuipir” atau “Pulau Kahyangan” dengan luas ± 8 hektar itu juga memiliki sebuah benteng VOC serta sebuah bangunan yang nampaknya dijadikan tempat eksekusi mati (mungkin ini asal julukan ‘Kahyangan’ itu), dan Pulau Bidadari yang mendapat julukan sebagai “Pulau Sakit” karena pada tahun 1679 VOC membangun sebuah rumah sakit Lepra atau untuk penderita Kusta yang dipindahkan dari Angke. Pembangunan lainnya selain di Kepulauan Seribu, VOC di abad ke-18 awal juga membangun kawasan yang kini dikenal dengan nama ‘Penjaringan’, di sana terdapat gudang rempah yang sekarang menjadi bangunan Museum Bahari. Jumlah gedung di sana terbagi menjadi tiga bagian ; Gedung A berlantai tiga (lantai dasar,lantai 2, dan loteng) selesai dibagun tahun 1718 bagian blok utara dan tahun 1719 bagian blok selatan. Gedung B berlantai dua (lantai dasar dan loteng) selesai dibangun tahun 1774. Sedangkan Gedung C berlantai tiga (lantai dasar, lantai 2 dan loteng) selesai dibangun tahun 1773. Gudang rempah-rempah di Penjaringan masih terus dipakai hingga bubarnya VOC pada tahun 1799. Nasib yang kurang baik menimpa empat pulau di Kepulauan Seribu itu. Akibat pengaruh Perang Napoleonik di Eropa, Negeri Belanda dikuasai Prancis yang memusuhi Inggris. Armada Inggris di tanah seberang melakukan penggempuran pada tanah-tanah jajahan Belanda yang secara singkat-
9
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
sempat berubah nama menjadi Republik Bataaf. Pada tahun 1806, Inggris menggempur empat pulau itu (Onrust, Cipir, Kelor, dan Bidadari). Karena persenjataan yang lebih baik daripada milik pemerintah kolonial Belanda, Inggris membuat keempat pulau itu luluh lantak. Memasuki tahun 1820 ketika Hindia Belanda kembali berkuasa, keempat pulau itu dibangun lagi beserta dengan perbentengan yang semuanya bernama “Benteng Mortello�, saat ini hanya Benteng Mortello Pulau Kelor dan Bidadari yang tersisa. Konstruksi sarana fisik itu dilanjutkan dengan pembangunan menara syahbandar atau dlaam bahasa Belandanya adalah De Uitkijk Post di tahun 1839. Di lokasi menara syahbandar terdapat bangunan lain dalam satu kompleksnya seperti gedung Uji Tera, Gedung Navigasi, dan Gedung Administrasi Umum : semuanya berada di kawasan Penjaringan. Kurang lebih satu dekade, Belanda ikut membangun sebuah tambahan area pelabuhan di Pulau Onrust beserta sebuah dok terapung untuk perbaikan kapal di laut ; kedua fasilitas ini hancur akibat gelombang tidal letusan Krakatau tahun 1883, dua tahun sebelum Pelabuhan Penjaringan pindah setelah Tanjung Priok selesai dibangun pada 1885. Dengan berdirinya Tanjung Priok, kawasan Marunda menjadi perkampungan para nelayan, perkampungan peternak ayam, dan kebun sayur orang-orang Cina. Kehidupan bahari yang dekat dengan masalah perniagaan tidak sebatas pada kawasan pelabuhan laut. Indonesia adalah sebuah negeri yang sejak dahulu kala mempunyai keterikatan dengan peradaban perairan lainnya ; sungai. Perlu sedikit kita ingat kembali kerajaan-kerajaan dahulu kala seperti Kutai dengan Sungai Kapuasnya, Kerajaan Medang dengan Sungai Brantasnya, ataupun Kerajaan Sriwijaya dengan Sungai Musi serta aliran Batanghari Sembilan-nya. Sungai menjadi tempat sarana transportasi dan sumber air minum di Jayakarta maupun di Banten. Kota Jayakarta sendiri berlokasi di bagian kiri Ciliwung atau pada sebelah barat sungai. Gaya penataan Jayakarta juga mengikuti kota-kota kerajaan Islam lainnya yang terdiri dari dalem, alun-alun, dan pasar. Secara prinsip dasar pada kota pelabuhan seperti Jayakarta di zamannya, dalem adalah daerah area keraton untuk pegawai kerajaan berikut pendoponya sebagai tempat pertemuan. Alun-alun-
10
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
biasanya dikelilingi oleh pohon waringin ; setelah alun-alun terdapat perumahan pegawai dan lalu setelah itu baru kemudian masjid, pasar, dan rumah para pedagang. Alun-alun mempunyai posisi penting sebagai tempat perayaan upacaraupacara maupun hari besar. Wartawan Alwi Shahab pernah menuliskan di tahun 2010 bahwa Jakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang mempunyai banyak sungai. Di baratnya ada Kali Angke, Kali Blondongan, Kali Krukut, dan Kali Grogol. Di timur ada Kali Gunung Sahari dan Kali Sunter. Ada lagi Kali-Kali besar yang menampung air Kali Krukut di ujung barat Pancoran (Glodok) setelah jembatan Toko Tiga. Masih ada lagi Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Cideng, Kali Buaran, dan Kali Kramat Jati. Bagi Alwi Shahab, saat pemerintah daerah Jakarta pada tahun 2010 tengah berencana untuk membersihkan sampah di sungai-sungai dalam upaya menanggulangi banjir dan menghidupkan kembali aliran sungai yang sebagian besar kini sudah menjadi selokan-selokan besar, sejak zaman kolonial Belanda pun peraturan larangan membuang sampah di kali-kali Jakarta masa itu telah diberlakukan......(Bersambung / buka file selanjutnya)--->
11
Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah
2017
No. 01/Juli-GGS/2017
12