Soeloeh Sejarah Juli 2017 Part 3 Mendedah Teladan para Khalifah : Bijak Memandang Khilafah

Page 1

Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Sambungan Bahaya Sikap Nrimo....... Kemunduran Umat Islam, penyebabnya adalah – menurut Abduh – faham “Jumud” yang beredar dan menjadi momok di tengah Umat. Kata “Jumud” berarti “Membeku”, statis, tak ada perubahan. Karena dipengaruhi oleh paham Jumud itu, Umat Islam tidak menghendaki perubahan, bahkan menolak untuk menerima perubahan dan hanya bersiteguh dengan tradisi. Penafikan akan perubahan ini adalah pengkhianatan atas logika yang sebenarnya adalah kunci dari keimanan Islam. Sikap ini dibawa kedalam tubuh Islam oleh orang-orang Non-Islam yang pembenci, yang kemudian dapat merampas kekuasaan puncak politik dan pemikiran di dunia Islam. Dengan masuknya paham-paham oleh orang-orang tersebut ke dalam adat-istiadat dan faham yang cenderung “Animistis” itu, mereka turut pula mempengaruhi umat Islam yang mereka perintah / kuasai secara fisik melalui penjajahan. Mereka berasal dari bangsa yang ingin menanamkan kembali kejahiliyahan ke dalam negeri-negeri Islam. Mereka turut pula menghalangi Umat untuk mendapat ilmu pengetahuan karena takut akan membuka mata Rakyat Islam. Rakyat Islam bagi mereka harus dicekokoi dengan kebodohan saja, agar lebih mudah untuk diperintah.

Soeloeh Sedjarah

23


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Untuk itu mereka membawa masuk ke dalam ajaran umat Islam berbentuk ajaran-ajaran yang membuat rakyat berada dalam keadaan statis, seperti pemujaan yang berlebihan kepada sosok-sosok orang Alim dan penguasa lokal, kepatuhan yang membabi buta kepada ulama yang ada, bertaqlid (patuh tanpa mengonfirmasi lagi) segala ajaran Ulama terdahulu tanpa peninjauan ulang, dan penyerahan bulat segala hal kepada Taqdir tanpa usaha yang konstruktif untuk pribadi dan komunal. Dengan demikian berhenti dan membekulah akal yang menunjang dunia pemikiran di dalam Islam. Lama kelamaan, faham Jumud meluas di tengah masyarakat di seluruh dunia Islam. Bagi Abduh, ini adalah bid’ah dan bid’ah sejatinya adalah lupa akan ajaran-ajaran Islam yang akan membawa kemajuan pada pelbagai bidang kehidupan. Untuk itu “Jumud� harus segera dikeluarkan, ditolak, dan dimusnahkan dari tubuh Islam. 6. Akhiran Sikap yang cenderung berpasrah diri dan menyerah kepada Takdir bukanlah sifat Islam yang sejati karena agama ini menginginkan Umatnya untuk maju. Kita harus kembali mengingat bahwasannya apa yang dilakukan Rasulullah Saw dalam perjuangannya adalah bentuk yang sempurna dari kepatuhan kepada Taqdir namun tetap berusaha sebaik mungkin dengan ikhtiar ala kemanusiaan yang sewajarnya. Jika sikap Nrimo itu adalah ajaran yang tertinggi dalam Islam, pastinya Rasulullah tak akan pergi berhijrah ke Madinah, tak akan berusaha yang terbaik dalam berdakwah, dan tak akan pernah melakukan perlawanan kepada serangan yang dilakukan oleh musuh Islam di masa kenabiannya. Sikap Jumud sama bahayanya dengan Nrimo, karena Jumud bisa saja membawa kehancuran akibat tidak adanya keinginan yang stimulan dari Muslimin untuk maju. Jikalau sikap Jumud benar adanya, akankah Islam melalui Al-Quran menekankan pentingnya mencari ilmu ? Akankah Islam mengajarkan pentingnya giat dalam berusaha ?. Sungguh ini adalah sebuah makna yang terbaik dari apa yang telah kita saksikan dari pemikiran dua tokoh itu. Author Co-Author

: Hendra Yuliyandri, A. Ma. Pust. : Arafah Pramasto, S.Pd.

Soeloeh Sedjarah

24


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017 Tulisan ini diolah dari sumber : Pasha, Musthafa Kamal, Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2003. Suito, Deny, Radikalisme Di Dunia Islam, Jakarta : CMM, 2005.

Soeloeh Sedjarah

25


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Nyastra Merah Juang Tar....... ! Kukira “Tarmihim bii hijaratin Min Sijjil ” Oh jika saja Ababil turun, karena ‘Tar’ sejatinya adalah sucinya ‘Prole-Tar’ Lumat segala pelumat-pelumat sesama Bukankah senyum mengembang dalam wajah-wajah lesu di tengah sawah itu !?

Bulan..... Indahnya sering dipanggil di awal puisi para pujangga Tapi itu penanda saja bagi yang banyak Dua belas banyaknya Sama saja mereka tetap lapar

Adinda.... Jika saja aku pangeran punya tunggangan Sambut peluk harum nirwana Ah....sudahlah aku ini Peluh bergelimpangan dan peluk hanya impian

Hai Pencuri... Siapa lagi nama panggilan ? Ia kehilangan setelah kekenyangan Yang berlari itu punya niat suci

Soeloeh Sedjarah

26


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Karena ia tak masuk daftar anggaran

Dasi itu..... Amboi dalam seruan orang Melayu Kemeja putih itu sengaja dibersihkan Sebelum nanti menjadi tak bersih lagi Karena “Merah� cipratan dari yang terbuang

Oh pacul.... Ia bukan perkakas saja Karena dia utama sebelum sendok Aku butuh pacul itu Agar kenyang anak bini di rumah ku

Soeloeh Sedjarah

27


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Rindu Ahlu Bayt Nabi (untuk mereka yang disita rumahnya) Mengapa rintih menindihmu ? Sedangkan Zulfikar di tanganmu ? Yakinlah bahwa menang tak semata gagahmu Aryat dan Abrahah tlah lalu Kau lihat bagaimana rumahmu dulu Kala pintu menganga memuntah barang-barangmu Mana adil dalam dalam buku-buku ? Dimanakah ada benar dalam pandangmu ? Terduduk lagi di meja kayu ini

Mengingat Imam Jafar itrah Nabi

Terngiang kesabaran dari buluh pena sejati Lembaran-lembaran bukti ilmu pasti Sedangkan para penidas nan hina diri Meraba jamah penuh iri Saat ditegur agar berlari Malah congkak gagah berdiri Duhai keparat lihatlah ke sana Tinggi langit tak kau jangkau jua Jangan mendongak kepadanya Apalagi meludah hinakannya

Soeloeh Sedjarah

28


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Pasti kembali pada mata mu yang hina Karena langit itu milik-Nya Masih banyak Abu Fadzl lainnya Sang penebus dahaga di tanah Karbala Mahdi lama dinanti Mesjid Jamkarani Bukan berarti kini bertekuk lutut Semangat dari Ahlu Bayt Nabi Pukul penindas hingga berlari kecut Ingatlah bahwa jaminan pasti bidadari Hanya iman diri menjadi penyambut Bahagianya membela milik sendiri Akal sejati syarat terpaut Karya : Hendra Yuliyandri, A.Ma.Pust.

Soeloeh Sedjarah

29


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Mendedah Teladan para Khalifah : Cara Bijak Memandang Khilafah 1. Pendahuluan Saat ini sedang gencar diberitakan mengenai sebuah organisasi keagamaan yang selalu mengusung sebuah mimpi tentang terciptanya kesatuan politik berbasis ajaran agama. Tidak tanggung-tanggung, organisasi tersebut tidak sebatas menyebarkan gagasannya melalui metode dakwah pegajian orang-orang, namun mereka juga telah memiliki media cetak berupa buletin (lumrah disebarkan saat ibadah shalat Jumat ke masjid-masjid), majalah, tabloid, maupun pencetakan bukubuku yang memuat gagasan-gagasan mereka. Selain media cetak, organisasi tersebut telah sempat mengadakan kongres nasional yang menekankan agenda pendirian “Khilafah” (kekhalifahan) ataupun mengorganisir elemen terbesar mereka yaitu para mahasiswa-mahasiswi yang tesebar di sejumlah universitas di Indonesia, bahkan didapati sebuah video tatkala kegiatan mereka dilaksanakan terdapat sebuah sesi “sumpah setia” para pengikutnya untuk selalu konsisten dalam perjuangan pendirian pemerintahan negara kekhalifahan. Khilafah bagi organisasi ini diibaratkan seperti sebuah “Toserba” untuk segala kebutuhan manusia, di mana secara paralel akan dan tengah dibenturkan dengan bentuk negara Indonesia sebagai sebuah republik yang kini tengah dirundung berbagai masalah karena – bagi organisasi tersebut – tidak mengadopsi hukum berlabel “Syariat Islam” yakni sistem hukum yang katanya akan diterapkan apabila Khilafah tadi berdiri. Secara jujur, gagasan pemimpi itu terdengar “menggelikan” apabila ditinjau secara saksama karena organisasi pengusungnya tersebut enggan masuk ke gelanggang politik formiil (melalui Pemilihan Umum), namun sebenarnya ada hal yang lebih baik dibandingkan hanya memperdebatkan seputar polemik apakah organisasi ini terbilang sebagai sebuah tindakan “Makar” terhadap negara. Hal baik yang dimaksudkan adalah menggali kembali kisah-kisah inspiratif para Khalifah serta pemimpin Islam masa silam untuk menjadi motivasi dan teladan kepemimpinan kita di masa kini, karena sesungguhnya setiap individu adalah “pemimpin” dalam artian personal (bagi dirinya sendiri), sehingga kita tidak terjerat dalam masalah sebatas “bagaimana mendirikan Khilafah” saja yang -

Soeloeh Sedjarah

30


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

cenderung tendensius pada bidang politik seperti gagasan organisasi tersebut di atas, namun di saat bersamaan justru melupakan esensi demonstrasi kepemimpinan yang luhur dari para Khalifah masa silam. 2. Idealisme Kepemimpinan : Totalitas dan Kapabilitas Ada sebuah kajian menarik dalam kolom opini harian Sumatera Ekspress 7 Maret 2017, kolom itu memuat tulisan dari Riezki Aprilia,S.H.,M.H., selaku ketua umum organisasi pemuda dari sebuah partai politik. Opini yang dituliskannya berpendapat bahwa sistem demokrasi memang bukanlah sistem terbaik, tetapi di antara pilihan sistem yang ada, mungkin demokrasi adalah yang terbaik. Lanjutnya, tulisan itu menekankan bahwa politik “seharusnya” adalah jalan pengabdian, melalui sistem demokrasi harapan rakyat memilih para pemimpinnya adalah mampu memberikan pencerahan terhadap kepesimisan mereka atas apa yang terjadi di masa sekarang, janji politik di saat kampanye pun menjadi mimpi besar para pemilih. Tak dapat dipungkiri bahwa memang personalitas seorang pemimpin serta kecakapannya tidak bisa disederhanakan dengan memandang pada sistem apa dia berada. Apabila memedomani pada ayat suci Al-Quran sebagai aspek tatanan skriptur keagamaan, dalam QS. An-Nisa (4) : 59, kita akan temukan perintah bagi orang-orang beriman untuk taat pada Allah, Rasul, dan “orang-orang yang berkuasa di antara kamu (manusia).” Sebenarnya secara esensi, kita akan melihat adanya gradasi pada subjek-subjek yang disebutkan tadi yakni ‘Allah’ (tuhan); selanjutnya pada ‘manusia pilihan’ Allah yang disebut sebagai ‘Rasul’, dan baru kemudian manusia biasa (umum) yang berkuasa atas dasar pertimbangan kemanusiaan (amri minkum). Tak dapat dipungkiri bahwa ini adalah sebentuk hikmah dari tuhan tentang bagaimana manusia secara kodrati juga berhak berkuasa di antara sesamanya. Bagaimana hubungan antara antara totalitas pengabdian politik seorang pemimpin dalam identifikasi ulil amri minkum itu ? Penjabaran tentang siapa ulil amri yang dimaksud ialah yang “menguasai pekerjaan” untuk berkuasa di antara kamu (manusia) atas daripada kamu. Lalu makna minkum sesuangguhnya ada dua arti yakni : 1) Di antara kamu, dan, 2) dari pada kamu ; -

Soeloeh Sedjarah

31


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

disimpulkan sebagai ialah mereka yang memimpin atau berkuasa dari pada kamu juga (manusia), naik atau terpilihnya / kamu akui kekuasaannya oleh kamu sebagai sebuah kenyataan duniawi. Jelas di sini terlihat bahwa kapabilitas seseorang yang diakui sesamanya ialah aspek esensial dari terbentukya figur yang disetujui sebagai pemimpin di tengah sekumpulan orang. Ketimbang hanya mempertanyakan, “mengapa kita tidak mengadopsi sistem khilafah ?�, lebih baik kiranya jika kita simak kisah beberapa Khalifah dalam catatan kesejarahan serta sifat personalitas yang diunggulkan dalam totalitas mereka memimpin. 3. Menguji Kejujuran Seorang pemimpin yang baik tidak terbatas hanya dirinya secara individu yang mengamalkan kebaikan itu. Namun, pemimpin yang baik itu harus juga mampu menjadi pengawas terhadap orang-orang di dalam lingkar kekuasaannya. Dalam sebuah surat yang dituliskan Imam Ali Bin Abi Thalib (Khalfiah Rasyidin ke4 Islam) pada seorang gubernur yang diangkatnya, ia mengingatkan bahwa seorang pemimpin harus ingat sebenarnya orang-orang dekat, kerabat atau kaum elit sesungguhnya tidak menjamin akan selalu berada di dekat pemimpin itu pada masa-masa sulit, mereka akan berusaha melanggar aturan, meminta lebih daripada apa yang mereka berikan, kurang memiliki rasa terima kasih, dan mereka cenderung hanya akan meminta maaf ketika sudah dimasukkan ke tahanan. Surat Imam Ali itu menjadi peringatan pada para pemimpin untuk selalu mengawasi orang-orang terdekatnya. Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa seorang pemimpin Islam turut menegakkan kedisiplinan dan kejujuran bagi aparatur negara yang berada di bawahnya. Sultan Murad IV dari Khilafah Utsmaniyah (Ottoman) yang memimpin dari tahun 1623-1640 M adalah contoh bagi sifat tersebut. Suatu hari sultan mendapat laporan bahwa seorang petugas keamanan (Al-Baladiyah) kota Istanbul telah meminta suap dari masyarakat. Sultan kemudian memberi perintah pada seorang stafnya untuk mengawasi petugas itu. Staf sang sultan maupun menterinya melihat bahwa petugas itu tidak pernah berbuat curang (melawan hukum). Sang sultan memerintahkan petugas Al-Baladiyah ini untuk menghadapnya esok hari di -

Soeloeh Sedjarah

32


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

istana. Esoknya, sang sultan ternyata hanya meminta petugas tersebut untuk menyampaikan sekantung uang kepada seorang fakir dengan ciri-ciri tertentu setelah shalat Subuh berjamaah. Petugas itu memenuhi perintah sultan dan kemudian menyerahkan amanat dari sang sultan kepada si fakir pengemis. Di hari berikutnya, sultan memerintahkan penangkapan petugas Al-Baladiyah ini. Para menteri

bertanya-tanya

dengan

sedikit

protes,

“Bagaimana

sultan

bisa

memerintahkan penangkapan pada petugas yang tidak bersalah ?.” Meski begitu, rakyat jelata di luar istana bersorak gembira atas keputusan sang sultan. Akhirnya, Sultan Murad IV menjelaskan pada para menterinya : “Sesungguhnya orang fakir yang meminta-minta di Mesjid itu adalah seorang staf saya yang menyamar, dan saya memang menguji petugas itu dengan memintanya mengirimkan sekantung uang kepada orang fakir tadi. Kantung itu sebenarnya berisi 50 Lira emas, tapi ternyata orang fakir itu hanya menerima kantung berisi 5 Lira emas saja. Jadi petugas keamanan itu menggelapkan 45 Lira emas. Karena itulah saya jadi tahu, ternyata petugas keamanan itu adalah pengkhianat yang tidak bisa dipercaya.” Ketepatan Murad IV ialah saat ia dengan yakin memutuskan untuk menampung aspirasi rakyatnya – bisa berbentuk keluhan maupun laporan – dan menindaklanjutinya dengan tidak gegabah tetapi memakai sebuah pengujian terhadap petugas keamanan AlBaladiyah pejabat

yang (hingga

menurut para

para

Menteri)

adalah orang yang baik. Pilihan untuk menguji kejujuran tersebut sebenarnya tidak jauh dari apa yang disebut

sebagai

kemampuan

psikoanalisis.

Soeloeh Sedjarah

33


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

Cara ini (psikoanalisis) juga pernah dilakukan oleh seorang penguasa (setingkat Gubernur) wilayah Isfahan (Iran) di masa silam bernama Muhammad Baqir Al-Shifti. Di masa pemerintahannya pernah ditemukan jenazah seseorang yang kematiannya diakibatkan oleh pembunuhan. Beberapa cara telah ia tempuh untuk memecahkan kasus itu, tetapi belum juga membuahkan hasil. Asy-Syifti akhirnya memilih untuk memakai jasa seorang psikoanalis berpengalaman yang lalu memeriksa keadaan jenazah itu. Lalu gubernur memerintahkan semua tukang daging di kota Isfahan untuk berkumpul di suatu tempat dengan dihadiri oleh gubernur itu juga. Dalam pertemuan tersebut, gubernur memerintahkan mereka untuk berbaris membelakanginya. Pada akhir acara, gubernur berseru kepada semua tukang daging tersebut, “Kalian semua boleh pergi sekarang.” Saat mereka mulai beranjak pergi, beliau tiba-tiba berseru, “Kamu, yang membunuh ! Mau pergi kemana ?.” Pada saat itu, tiba-tiba seorang di antara mereka tanpa sadar memalingkan tubuhnya. Psikoanalis dan

gubernur yang

ada di tempat

memerintahkan agar orang yang memalingkan tubuhnya ditangkap. Setelah melalui

Soeloeh Sedjarah

34


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

proses interogasi, akhirnya menjadi jelas bahwa memang dialah yang telah melakukan pembunuhan terhadap orang yang telah menjadi jenazah itu. Pasca terungkapnya kasus pembunuhan ini, psikoanalis tadi lalu ditanya bagaimana ia bisa mencapai kesimpulannya yang begitu tepat. Ia menjawab saat ia meneliti jasad korban, didapati bahwa si pembunuh membersihkan pisaunya di pakaian korban, hal ini adalah kebiasaan tukang daging setelah menyembelih seekor domba ; tukang daging selalu membersihkan pisau di bulu domba. Kejadian ini seturut dengan apa yang diungkapkan oleh Imam Ali Bin Abi Thalib dalam Hikmah no. 526 Nahjul Balaghah-nya ; “Seseorang biasanya menampilkan apa yang dimaksudkannya melalui air mukanya, ataupun terpelesetnya lidah.” 4. Perhatian pada Ilmu Pengetahuan Penyelenggaraan pemerintahan yang dilandaskan pada jiwa yang bersih serta kejujuran pemimpinnya adalah pondasi terbaik untuk memajukan peradaban manusia. Kejujuran itu tentu tidak bisa berdiri tegak apabila tidak disertai oleh pengetahuan yang kuat. Diibaratkan keluguan seorang bocah, kejujuran tanpa ilmu pengetahuan yang memadai sama saja dengan mengorbankan domba untuk disantap seekor harimau. Ilmu pengetahuan adalah bekal lainnya yang bisa menopang kehidupan berbangsa guna – selain juga melindungi kejujuran – menjawab berbagai tantangan. Peradaban Islam telah banyak dikenal sebagai sebuah untaian sejarah panjang yang merangkai berbagai kemajuan termasuk di dalamnya pada bidang ilmu pengetahuan. Sederhananya, kemajuan intelektual dunia Islam tidak hanya diklaim oleh pemeluk Islam sendiri. Dalam majalah Menara Pengawal yang diterbitkan oleh kelompok Kesaksian Yehovah ( Jehovah’s Witnesses) yakni sebuah denominasi Kristen MillenarianRestorasionis, ikut mengulas sosok Al-Khwarizmi (L. 780 M) dalam majalah Vol. 136 No. 5/1 Mei 2015, ulasan itu mengakui bahwa ilmuan Islam penulis buku Kitab Al-Jabr wal Muqbala (The Book of Restoring and Balancing) yang menjadi cikal bakal metode Aljabar itu memberi pengaruh besar pada ilmu pengetahuan di Barat. Seorang ahli Matematika Italia bernamana Fibonnaci, yang juga disebut -

Soeloeh Sedjarah

35


Kumpulan Artikel Gerak-Gerik Sejarah

2017

No. 01/Juli-GGS/2017

sebagai Leonardo dari Pisa dianggap berjasa karena mempopulerkan sistem yang ditemukan oleh Al-Khwarizmi. Perlu waktu berabad-abad memang sampai akhirnya metode Al-Khwarizmi diketahuhi banyak orang. Tapi sekarang metode Matematikanya sudah menjadi bagian penting dari ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan dalam bidang perdagangan dan industri. ......(Bersambung / buka file

selanjutnya)--->

Soeloeh Sedjarah

36


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.