Issue #1: The Era of Green Architecture

Page 1

R ÇAKA

ISSUE #1.NOVEMBER2013

UAJY




WHOAREUS

R ÇAKA

MAJALAH ILMIAH POPULER A R S I TE KTU R UA J Y

VISI ARÇAKA koordinator biro penelitian & penulisan BILLY GERRARDUS SANTO wakil koordinator biro penelitian & penulisan AJI BAYU KUSUMA

Membangun kecerdasan, kecintaan, dan kelestarian dunia arsitektur nusantara yang berwawasan internasional.

sekretaris JECKHI HENG reporter AGNES ARDIANA ARIANTI ELIZABETH NADA TRISUCI W. desain & layout ALEICIA VIDYA PHITALOKA THOMAS A. SANTOSO marketing WAYA THERESIA UTOMO

MISI ARÇAKA

1.Menyajikan informasi sesuai dengan realita dalam proses berfikir kritis mahasiswa. 2.Menjadi acuan dan pedoman untuk memperkaya keilmuan di bidang arsitektur 3.Membangun, mengajak, dan menginspirasi pembaca untuk sadar, berpikir, dan berkarya bagi masyarakat.

CONTACT US: Biro Penelitian dan Penulisan Sekretariat Himpunan Mahasiswa Arsitektur TRIÇAKA Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No.44 , Sleman, Yogyakarta 55281- Indonesia email : arcakauajy@gmail.com


EDITORIAL

FROM THE EDITOR ARSITEKTUR HIJAU diangkat sebagai tema penting dalam terbitan edisi pertama majalah ilmiah populer mahasiswa UAJY yang berjuluk ARÇAKA. Green Stream dalam arsitektur masa kini seakan-akan berkembang menjadi tema seksi di tengah hiruk-pikuk kerusakan lingkungan yang merajalela dimana-mana. Manusia merasakan beban berat dari kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai belahan bumi akibat dari ulah manusia sendiri yang konon menjauh atau tidak bersahabat dengan alam. Ketika manusia mengabaikan alam, melakukan tindakan yang merugikan alam, bahkan melukai alam, pada gilirannya alam murka dan bertindak menghukum manusia dengan beragam bentuk bencana alam dan kemanusiaan. Arsitektur Hijau ternyata merupakan tema yang menarik dan asyik diperbincangkan. Berbagai upaya kreatif disodorkan untuk mengembangkan pemikiran maupun tindakan arsitektural yang menggunakan green sebagai paradigma. Arus arsitektur hijau merambah ke mana-mana, bagaikan jamur yang tumbuh subur pada musim hujan. Arsitektur hijau yang memanifestasi secara beragam seakan-akan menyihir para arsitek di berbagai tempat untuk merasuknya sebagai ideologi. Arsitektur hijau telah menjadi idola yang diyakini mampu menyelamatkan bumi dari kerusakan yang lebih parah. Para arsitek yang tergila-gila mengidolakan arsitektur hijau telah berhasil membuka cakrawala baru yang memberi karakter kuat pada desain arsitektur yang mereka ciptakan. Kini, arsitektur hijau menjadi sepenggal era baru dalam sejarah arsitektur yang memuja kelestarian alam. Diskusi tentang penyelamatan bumi mengingatkan pada sosok AVATAR. Film animasi berjudul Avatar : The Last Airbender buatan Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko (2005-2008) ini menampilkan sosok penyelamat bumi bernama Avatar Aang. Ia diilustrasikan sebagai sosok yang mampu menguasai dan mengendalikan unsur-unsur alam berupa udara, air, tanah, api, dan angin. Sosok Avatar sebagai penyelamat kehidupan ternyata adalah tokoh penting dalam kepercayaan Hindu. Avatar atau Awatara dalam agama Hindu diyakini merupakan penjelmaan Tuhan. Ia pernah hadir berkali-kali (berinkarnasi) ke dalam berbagai jaman dengan wujud fisik berbeda-beda sesuai dengan tema penyelamatan jaman yang dihadirinya. Ada sepuluh Avatar yang diyakini dan sembilan diantaranya pernah hadir di bumi. Avatar terakhir diyakini akan hadir pada akhir jaman. Paradigma green dalam arsitektur tampaknya sejalan dengan misi dan upaya penyelamatan bumi yang menjadi tugas Avatar. Paradigma green dengan wujudnya yang beragam, mulai dari yang bersifat saintifik hingga bermuatan kearifan lokal, memiliki muara yang sama, yaitu menyelamatkan bumi dan membangun bumi agar dapat ditempati manusia dan kehidupannya secara berkelanjutan. Tugas arsitek berparadigma green mirip dengan tugas Avatar, menyelamatkan bumi dengan mengendalikan elemen-elemen kunci bumi. Semoga arsitektur hijau menjadi sarana dan ideologi penting bagi para arsitek dalam membantu Avatar untuk menyelamatkan bumi dan kehidupan yang berlangsung di atasnya. Semoga ia bukan Avatar ke sepuluh, yang kehadirannya menandai akhir jaman.


THE CONTRIBUTORS

WAYA THERESIA UTOMO ARS 2011

THOMAS A. SANTOSO ARS 2012

ELIZABETH NADA T. ARS 2012

BILLY GERRARDUS S. ARS 2011

R ÇAKA AJI BAYU KUSUMA ARS 2011

JECKHI HENG ARS 2011

AGNES ARDIANA ARS 2012

ALEICIA VIDYA P. ARS 2011


“Centralized” at Green School, Bali Photograph by Billy Gerrardus


CONTENTS AGENDA 10 PROFILE YOUNG ARCHITECT

14

SENIOR ARCHITECT

YULI SRI HARTANTO

DESIGN PROJECTS

LOCAL

DJOKO ISTIADJI

20

ALMAMATER

26

28

BCA ZERO ENERGY BUILDING

GOLDEN SECTION

23 RUMAH SAKIT KHUSUS BERSALIN ADINDA

MASJID PATHOK NEGARA PLOSOKUNING

WORLDWIDE

17

KROON HALL YALE UNIVERSITY

32 BERARSITEKTUR DALAM GREEN STREAM

STUDENT WORKS!

COMPETITION

39 WEX UGM 2013

RESEARCH

44 MENUJU INDONESIA HIJAU


48

OPINION

GO GREEN KATA MEREKA...

ARCHITECTURAL EVENTS

51

FTKIMAI 2013

CAMPUS NEWS

52 POINT PAMERAN STPK 2013

53

54 STUDI BANDING UNDIP-UAJY

WELPARCH!

55 WANAPRASTA

56 BATA INOVASI LIMBAH ABU

JEJAK ARSITEKTUR

58 IKATAN MASA LALU AKAN KOTAGEDE

57 TECHNOLOGY & INNOVATION

BATAKO STYROFOAM

FENOMENA & LIFESTYLE

60 ANJANGSANA

MANDALA MENURUT KOSMOLOGIS BUDDHIS


AGENDA

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 10


AGENDA

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 11


AGENDA

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 12


The Earth provides enough to satisfy every man s needs, but not every man s greed.

- Mahatma Gandhi

http://research.unt.edu/sites/default/files/Gandhi02_0.jpg ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 13


PERSPECTIVE - YOUNG ARCHITECT

YULI SRI HARTANTO

GREEN TIDAK HANYA DI ATAS KERTAS 2010 – 2011 2001-2003 Model Maker ( Archigramm ) Free Architect (HSH Architekten Berlin,Germany ) 2003 – 2005 Model Maker ( LOKKET) 2011 – 2012 Jumior Architect ( Weberwurschinger 2006 – 2007 Architekten , Berlin , Germany ) Assistant Architect and 2012 – sekarang 3D Modeler Junior Architect ( White Sky Group ( CV.MAA) Gewers & Pudewill,Berlin,Germany ) Yuli Sri Hartanto, begitu nama lengkap arsitek muda kita yang sudah melanglang buana jauh ke negeri orang. Akrab disapa dengan sebutan Mas Yuli, pria asli Yogyakarta ini berbagi cerita kepada ARÇAKA seputar perjalanan karirnya dari Jogja ke Jerman dan berbagi pandangannya seputar Green Architecture.

Perjalanan Berarsitektur dari Jogja ke Jerman Sebelum memutuskan untuk belajar berarsitektur, sebenarnya Mas Yuli sudah memiliki minat dan keterkaitan akan bentuk dan performa. Ia menyadari minatnya tersebut ketika melihat film anime dan tokusatsu dari Jepang. Mendapatkan brosur dari fakultas teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), tanpa pikir panjang Ia mengisi formulir pendaftaran, memilih jurusan Arsitektur dan langsung mengirimnya. Masa kuliah Ia nikmati dengan bermain bentuk dan proporsi. Tahun 2001-2005 Mas Yuli “nyambi” membuat maket di studio milik Andy Santosa bernama Archigramm. Proses membuat maket dilanjutkan dengan bekerja di Lokket bersama beberapa teman. Di akhir tahun 2005, Mas Yuli diperkenalkan dengan Agus Handoko,seorang arsitek yang mengajarkannya banyak hal tentang detail baik standard detail ataupun special detail.

Kendala dalam melakukan Tugas Akhir terjadi ketika Gempa 6,2 Skala Richter mengguncang Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 pukul 05.55. Mas Yuli pun berhenti sejenak dari proses penyusunan tugas akhir dan fokus untuk membangun kembali rumah nya yang rusak total. Setelah wisuda,Ia mendapat undangan wawancara dan test di Budi Pradono Arsitek. Mas Yuli pun diterima dan berkarya bersama Budi Pradono dan tim selama 3 tahun 7 bulan. Proyek di Budi Pradono Arsitek antara lain Villa Berawa di Bali dan Pure Shi Shi Lin Exhibition di Taipei. Setelah mendapatkan kesempatan jalan-jalan ke Jerman tahun 2010, Mas Yuli pulang ke Tanah Air untuk mengasah kemampuannya dalam berarsitektur dan belajar bahasa Jerman di Goethe Institute, Jakarta. Setahun kemudian Mas Yuli kembali ke Jerman dan mulai berjibaku dengan pesaing dari beberapa negara di Eropa untuk memperoleh kesempatan magang.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 14


PERSPECTIVE - YOUNG ARCHITECT

Villa Berawa by Budi Pradono Architects

Photograph : Courtesy of Budi Pradono Architect Memulai belajar dari nol karena standard berarsitektur yang berbeda dari Asia, Mas Yuli magang selama 6 bulan di HSH Architekten yang dibimbing langsung oleh Harald Schindele. Enam bulan selanjutnya Ia melanjutkan kerja magang di Weberwürschinger Architekten bersama Haye Baker. Disinilah Mas Yuli mengetahui tentang tes kelayakan dan uji standard bangunan di Berlin. Saat ini Mas Yuli bekerja sebagai junior architect di Gewers & Pudewill dan masih disibukkan dalam proyek masterplan di Saudi Arabia. Secara tidak langsung dan perlahan, Mas Yuli merasakan bahwa arsitektur itu seperti halnya never ending story atau never ending adventure. Mas Yuli berkata “Setiap akhir adalah awal. Puncak adalah dasar. Setiap tempat baru memiliki keanekaragaman yang tidak akan pernah selesai dijelajahi. Setiap langkah progress adalah proses pencarian jati diri.”

Arsitek dan Arsitektur Hijau Dari pengalamannya bekerja di Jerman, Mas Yuli menyimpulkan bahwa arsitektur hijau bukan lagi menjadi tema, karena semua produk dan standar kualitasnya sudah dites berdasarkan standar arsitektur hijau , yaitu daur ulang, tahan lama, dan bebas efek buruk bagi kesehatan. Mas Yuli berpendapat bahwa dalam dekade ini, profesi arsitek yang berorientasi pada kebutuhan tempat tinggal, dan estetika, mempunyai tanggung jawab baru, yaitu mengakomodasi dan menerapkan rancangan yang tidak hanya memiliki karakter kekinian, akan tetapi juga tanggap terhadap isu-isu lingkungan. Selama Ia bekerja di Tanah Air, Ia belum sekalipun mengalami atau menemui ujian kelayakan bangunan. Ujian tersebut, difokuskan pada beberapa poin pokok, yaitu standar kelayakan dalam lingkup penghuni, standar kelayakan dalam lingkup bertetangga dan standar kenyamanan dalam lingkup kota.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 15


PERSPECTIVE - YOUNG ARCHITECT

Pure Shi Shi Lin Exhibition Taipei by Budi Pradono Architects

Photograph : Courtesy of Budi Pradono Architect Beberapa proyek green yang pernah Mas Yuli kerjakan yaitu di Jakarta, bersama Budi Pradono Arsitek, membangun Resort and Spa di Uluwatu Bali. Konsep yang ditawarkan adalah recycle material, yaitu memanfaatkan kayu bekas kapal dan untuk dinding dalam bangunan menggunakan batu cadas sisa pondasi yang di potong kecil – kecil.

“Arsitek sebaiknya mencermati kembali tradisi, kearifan lokal baik dari segi kedekatan dengan alam, material maupun teknik dan prinsip bangun untuk dapat diolah sedemikan rupa sehingga menghasilkan citra dan karakter kekinian.” Sementara itu di Jerman ada proyek apartemen yang menggunakan konsep passive system house, yaitu rumah yang dapat menyulai energi sendiri. Bangunan memiliki solar system sehingga hemat energi. Passive house sendiri menjadi tren di Jerman saat ini. Ia yakin jika kita menciptakan jarak dengan alam, maka kita sendiri akan tahu dampak yang akan timbul. “Dari Arsitektur tradisional leluhur, kita melihat dan merasakan sendiri, bahwa Arsitektur tersebut tidak hanya hijau terintegrasi dengan alam tetapi juga memiliki estetika tertentu berdasarkan filosofi kesepahaman antara Tuhan dan alam tempat mereka tinggal.” kata Mas Yuli menutup perbincangan mengenai arsitektur hijau. Pada akhirnya, yang menjadi daya tarik dan daya jual suatu karya adalah kekuatan ciri khas dari desain,kejujuran,dan konsistensi.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 16


PERSPECTIVE - SENIOR ARCHITECT

Ir. A. Djoko Istiadji, MSc.Bld.Sc.,

memulai pendidikan arsitektur di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1985. Beliau memulai karir sebagai arsitek sejak duduk di bangku kuliah. Pada tahun 2000, Pak Djoko melanjutkan studi di NUS School of Design & Environment: Building Perfomance & Sustainability. ARÇAKA mencoba mengulas riwayat karir dan pandangan beliau tentang green architecture.

Perjalanan Karier Pak Djoko memulai pendidikan arsitektur di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1985 dan lulus pada tahun 1992. Beliau memiliki pandangan bahwa arsitektur adalah ilmu terapan yang membutuhkan praktek di dunia nyata. Atas dasar itulah, pada awal masa kuliah Pak Djoko membentuk kelompok dengan 5 kawannya dan mengidentitaskan diri sebagai “Studio 85 Utama”. Kelompok kecil ini kemudian berkelana bersama untuk mecari pengalaman-pengalaman di lapangan. Mereka mulai belajar dari proyekproyek kecil yang ada di Yogyakarta. Tahun 19901992, Kelompok ini mengalami vakum karena konsentrasi untuk menyelesaikan kuliah. Seiring berjalannya waktu anggota “Studio 85 Utama” mulai meniti karirnya masing-masing dan hingga saat ini studio tersebut masih dilanjutkan oleh Pak Djoko. Pada tahun 1993 sampai sekarang, Pak Djoko mengabdi sebagai dosen program studi Arsitektur di Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pada tahun 2000, beliau melanjutkan pendidikan magisternya di National University of Singapore School of Design & Environment: Building Perfomance & Sustainability. Pak Djoko memiliki prinsip bahwa sebuah bangunan tidak hanya harus terlihat cantik, namun juga harus memiliki performa Ir.A.Djoko Istiadji,MSc.Bld. yang baik. Menurutnya, performa yang baik dari sebuah bangunan dapat dicapai dengan “Arsitektur terdiri dari dua pokok pikiran menyeimbangkan aspek yang terukur dan penting yaitu hal yang terukur dan hal yang aspek yang tidak terukur dari bangunan tidak terukur, namun pada umumnya para tersebut. Aspek yang tidak terukur antara lain estetika, warna, komposisi bentuk, seharusnya arsitek kurang memikirkan hal-hal yang dipadupadankan dengan aspek terukur yang terukur.” bersangkutan dengan fisika bangunan. “Dalam Arsitektur, hal-hal tidak terukur atau spekulatif tersebut seharusnya dapat lebih didefinitifkan, Teks oleh Waya Theresia Utomo agar menciptakan sebuah karya arsitektur yang seimbang”, ujar Pak Djoko.

3GreenESENSI Architecture

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 17


PERSPECTIVE - SENIOR ARCHITECT

1

3 Esensi Green Architeture Isu arsitektur yang muncul dari masa ke masa selalu berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang ada pada zaman tersebut. Isu green architecture jelas sedang menjadi tren di zaman ini. Beliau memiliki pandangan bahwa green architecture memang perlu untuk diterapkan pada masa kini, karena kondisi alam yang sudah tidak seimbang. Pak Djoko berpendapat bahwa terdapat 3 esensi dalam pemikiran green architecture : 1. Sebuah karya arsitektur harus meminimalisir dampaknya pada lingkungan. Bangunan seharusnya memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya, sehingga tidak memberikan pengaruh buruk. 2. Karya arsitektur harus mengoptimalkan penggunaan energi pada bangunan. Pengoptimalan ini dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu passive system dan active system. • passive system : energi dari alam harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. • active system : menggunakan energi mekanik yang diimbangi dengan optimalisasi energi. Active system baiknya dilakukan apabila passive system sudah dimanfaatkan dengan optimal. 3. Performa bangunan yang dimiliki oleh sebuah bangunan haruslah optimal. Bagi beliau, hal ini sangat berpengaruh bagi pengguna bangunan tersebut, karena kualitas kegiatan dari pengguna sangat bergantung pada performa bangunan tersebut.

2 1 2 salah satu project Pak Djoko, Hotel Grand Sae Solo yang menerapkan konsep green dengan mengaplikasikan recycle water, green roof, dan pencahayaan alami. 3 pemanfaatan vegetasi pada Hotel

3

Beliau berpendapat bahwa 3 esensi ini seharusnya sudah menjadi pegangan umum bagi para arsitek dalam merancang sebuah bangunan, terlepas dari adanya konsep pikir green architecture.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 18


we believe the quality of our surroundings can lift the quality of our lives."

- Foster + Partners

http://www.designwikipedia.org/Imag/Architecten%20&%20designers/Fo.%20Norman%20Foster.jpg ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 19


DESIGN PROJECT - LOCAL

[GARIS KERAS!] POLITIK HARMONI KERATON DAN MASJID

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 20


DESIGN PROJECT - LOCAL

Masjid Pathok Nagari Sulthoni berlokasi di jalan Plosokuning Raya No.99, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono III, dengan luas lahan 2 2 2500 m dan luas bangunan Âą328m . Nama Plosokuning diambil dari sebuah pohon ploso yang berdaun kuning yang berada di sebelah timur masjid.

SEJARAH Masjid Pathok Negara Plosokuning dibangun pada masa Raden Mustafa (18121814), sebagai rasa hormat kepada sang guru dan sebagai dasar hukum agama atau yang memberi nasehat spiritual bagi Sang Raja. Raden Mustafa adalah putra dari Raden Mursada. Raden Mursada adalah putra Kyai Nur Iman yang tak lain adalah kakak kandung Sri Sultan Hamengkubuwana I dan Pakubuwana II.

KONSEP FILOSOFIS Di depan masjid terdapat dua kolam dengan kedalaman tiga meter, bermakna setiap orang yang akan memasuki masjid harus bersuci dulu dan apabilla menuntut ilmu harus sedalam-dalamnya. Masjid memiliki pintu gerbang berundak. Tiga undakan pertama menunjukkan bahwa islam terdiri dari 3 elemen yaitu iman, islam, dan ikhsan. Lima undakan kedua menunjukkan rukun silam, sedangkan enam undakan ketiga menunjukkan rukun iman.

EKSPLORASI Pathok Negara berarti tanda yang tidak dapat berubah pada kerajaan atau Negara. Masjid Pathok Negara Plosokuning adalah masjid jami sebagai simbol pusat pemerintahan. Ciri-ciri masjid berupa : (1) beratap tumpang gasal, (2) denah bujur sangkar / persegi panjang dengan batur yang lebih tinggi dibanding daerah sekitar, (3) memiliki serambi, (4) memiliki ruang pawestren, (5) terletak dekat dengan pusat pemerintahan, (6) terdapat mihrab, mimbar, bedug, dan kentongan, (7) terdapat makam di sekitar masjid, (8) terdapat kolam keliling, dan (9) dibatasi tembok keliling.

1

2

1Gerbang masuk menuju masjid 2 Regol utama masjid 3 Tampak samping kanan 4 Serambi masjid 5 Detail atap masjid

4

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 21


DESIGN PROJECT - LOCAL

MATERIAL & KONSTRUKSI Lantai masjid Pathok Negara terbuat dari plester ubin yang kini sudah diganti dengan keramik. Tiang penyangga (kolom) utama menggunakan kayu yang ditumpu pada kondisi umpak (umpak motif sulur dan polos). Dinding menggunakan batu bata dengan cat sebagai finishing. Beberapa bagian memiliki artikulasi berupa jalusi, roster dan bukaan. Penutup atap dan kerangka atap terbuat dari kayu. Bagian utama masjid menggunakan bentuk masjid dan tajug lambang gantung. Hal ini dipengaruhi oleh pemakaian saka bentung (tiang bentung) sebagai penggantung atap menanggap pada atap brujung. Serambi masjid menggunakan limasan lawaka, susunan tiangnya seperti limasan trajumas yang diberi atap emper pada keempat sisinya, seperti diuraikan Ismunandar (Joglo Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, 2003: Hlm 121 & 163). RUANG Kualitas ruang yang dapat dirasakan ketika berada di dalam masjid yakni pencahayaan yang optimal akibat peletakan sistem bukaan yang tepat, penghawaan yang sejuk karena sirkulasi udara yang lancar, dan ruang yang affordance. Susunan tata ruang yang tegas memisahkan fungsi bangunan utama dengan serambi. Pemisahan teritori yang sesuai dengan kaidah islam, perempuan bagian kanan dan lakilaki di bagian kiri.

1 ruang dalam masjid 2 atap masjid 3 mimbar masjid Sumber Pustaka:  Ismunandar .K, 2003, Joglo Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Semarang : Effar & Dahara Prize.  Jurnal ‘Menengok Hubungan “Kraton dan Masjid” di Dunia Kerajaan Melayu dan Jawa : Menjadi Pusat Pengembangan Kebudayaan Lokal Nusantara yang Harmonis dan Toleran, Djoko Suryo  Masjid Pathok Negara. http://www.tembi.org/situsprev/dongkelan.htm. Diakses 17 November 2013. ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 22

1

2


DESIGN PROJECT - ALMAMATER



RUMAH SAKIT KHUSUS BERSALIN

DENGAN IDE MEMBAWA SUASANA KENYAMANAN RUMAH KE DALAM RUMAH SAKIT, SEMUA KEEKSKLUSIFAN DAN BATASAN DIRIPUN DITEROBOS SANG ARSITEK.

R

UMAH. Itulah suasana yang tim ARÇAKA rasakan kala mengunjungi rumah sakit khusus bersalin Adinda. Permainan warna jingga hitam yang tak lazim ditemui pada rumah sakit pada umumnya menjadi ciri khas sekaligus bentuk perwujudan ide yang dasar diusung.

Ir. Didik S. Margono yang merupakan perancang sekaligus pemborong bangunan ini mengaku bila konsep yang ingin dibawa sederhana yaitu kenyamanan rumah. Alumni Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UAJY angkatan 1983 ini ingin membuat terobosan menanggapi isu yang berkembang tentang eksklusifitas dan batasan diri yang ada dalam rumah sakit pada umumnya. ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 23

Achitect Ir. Didik S. Margono

Client Dr. Indera Istiadi

Year 2008 Location Jl. Soragan 14, Ngestiharjo Kasihan, Bantul

all photo by Dionysius Christian S.


DESIGN PROJECT - ALMAMATER

1

2

1Tampak depan bangunan Rumah Sakit Adinda 2 Lobby rumah sakit 3 Hiasan dinding di ruang lobby

3

Lobby Saat memasuki Lobby rumah sakit Adinda, semua batasan rumah sakit dalam benak kami hilang. Lukisan yang terpajang hampir disetiap sudut ruangan, ornamen seni, serta karya-karya kriya yang terpampang membuat kami sejenak betah menikmati. Warna putih yang mendominasi pada rumah sakit pada umumnya terganti oleh warna jingga menyala yang berkarakter hangat dan bersahabat, sehingga melalui ruang lobi arsitek tampaknya ingin menyambut pengguna bangunan dengan hangat bersahabat seperti di rumah sendiri.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 24


DESIGN PROJECT - ALMAMATER

Lorong Langkah kami berlanjut untuk menelusuri bangunan ini lebih dalam. Dengan lebar 1,8 meter lorong-lorong dalam bangunan ini mencukupi kebutuhan sirkulasi yang cukup vital bagi kepentingan rumah sakit. Namun tak sebatas memenuhi fungsi, dengan penghias dinding seperti lampu bergaya klasik di kanan-kiri lorong, arsitek tetap pada garis besar konsep awal, yaitu membawa kenyamanan rumah.

Foyer Denah bangunan ini berbentuk persegi panjang, memanjang dari arah utara ke selatan sehingga pencahayaan alami pagi dan sore merata ke seluruh bangunan. Namun dengan lebar bangunan yang cukup besar, membuat masuknya cahaya alami tidak sampai di tengah ruangan. Oleh karena itu, Pak Didik mengatasi permasalahan tersebut dengan membuat foyer. Selain berfungsi masuknya pencahayaan alami, pengahawaan alami pun dapat tersalurkan ke tengah ruangan. Gemericik air mancur di tengah foyer juga menjadi musik alami yang menemani. Keberadaan foyer mempertegas suasana rumah yang ingin diciptakan oleh Pak Didik dalam karyanya ini, melengkapi usaha-usaha pak Didik dalam mencapai ide pokok yang ingin dia wujudkan dalam karyanya yaitu suasana rumah didalam rumah sakit.

1Foyer yang melengkapi suasana rumah yang ingin diciptakan oleh arsitek 2,3 lorong di dalam rumah sakit yang tetap terang tanpa lampu 4 lampu bergaya klasik pada dinding lorong

1

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 25


DESIGN PROJECT - WORLDWIDE

The Building and Construction Academy (BCA) Zero Energy Building, Singapura

A

khir-akhir ini, banyak diantara para Arsitek dan desainer muda semakin gencar dalam pendirian dan perancangan bangunan yang berkonsep Zero Energy Building. Zero Energy Building adalah bangunan tanpa menggunakan energi. Bangunan yang menciptakan nol emisi karbon dan mengonsumsi nol energi per tahun. Cara ini dianggap paling mutakhir untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan hidup. Di Asia Tenggara, Singapura merupakan negara pertama yang memiliki ZEB di tahun 2009. Gedung seluas 4.500 m² ini memperoleh energi lewat panel-panel surya seluas 1.540 m2 yang dipasang di atap gedung dan tempat strategis lain.

Teks oleh Jeckhi Heng

The Building and Construction Academy (BCA) Zero Energy Building adalah sebuah proyek bangunan yang didirikan hanya untuk percobaan, berfungsi sebagai eksplorasi penggunaan energi pada masa yang akan datang dan program pendidikan penghijauan (green) di iklim tropis. Bangunan yang direnovasi menjadi bangunan institusi tiga lantai berfungsi sebagai energy self-sufficient school dan tempat kerja. Proyek ini bekerja dua kali lipat. Pertama, Passive Systems diterapkan untuk mengurangi beban pendinginan bangunan. Lalu, Bangunan ini juga dilengkapi dengan intelligent active feedback systems yang memerlukan ketergantungan minimal terhadap sumber daya alam.

Semua itu dilakukan untuk mencapai net-zero energy consumption dan menghasilkan 100% dari kebutuhan energi untuk institusi melalui tenaga surya. Moderate passive design mendapatkan panas matahari bangunan dan ventilasi alami melalui dinding hijau, atap hijau, perangkat bayangan, low-E glass, lapisan solar film, dan dinding panel komposit. Sementara itu, saluran cermin dan sistem rak cahaya, pipa dan tabung membawa cahaya alami ke dalam ruang bangunan, dan saluran sistem pembuangan udara panas dari setiap tingkat melalui dinding bangunan dan atap harus dihilangkan oleh cerobong asap knalpot.

Architect DP Architech Client Building Construction Authority of Singapore Year 2009 Alamat 200, Braddell Road, Singapura (579700) Šbeca.com ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 26


DESIGN PROJECT - WORLDWIDE

1

©dpa.com

Sistem manajemen bangunan berfungsi sebagai active feedback mechanism, pemantauan real-time data stream berkelanjutan untuk menjaga kenyamanan penggunaan daya minimal. Bangunan ini menggunakan panel photovoltaic untuk menghasilkan 100% energi terbaru yang bersih, sehingga tidak ada energi yang terbuang, setiap kelebihan daya didistribusikan ke kampus akademi BCA atau ke grid kota. Pada bangunan gedung ZEB BCA terdapat ruang-ruang yang terdiri dari kantor-kantor, laboratorium penelitian, ruang kelas dan aula terbuka untuk fungsi-fungsi yang lebih besar. Terdapat juga sebuah pusat pengunjung yang ditampilkan sebagai fasilitas pendidikan masyarakat, menampilkan teknologi dan strategi dimasukkan ke dalam desain bangunan hijau.

2

©beca.com

3

©beca.com

Sumber Referensi: http://www.dpa.com.sg/projects/zero-energy-building/ 1 Instalasi Mirror ducts pada siang hari 2 Bagian Atap Bangunan 3 PV Roof 4 Penggunaan Laci Cahaya ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 27

4

©beca.com


DESIGN PROJECT - WORLDWIDE

K

ROON

H

ALL 2

1

YALE UNIVERSITY

Teks: Elizabeth Nada Foto & Gambar: Courtesy of Hopkins Architects

1

K

roon hall setinggi 4 tingkat merupakan bagian dari Yale University yang berfungsi sebagai kantor fakultas, ruang kelas, perpustakaan, auditorium dan student lounge. Bangunan ini menerima sertifikasi LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) Platinum oleh US Green Building Council sebagai bangunan ramah lingkungan. Bangunan yang dirancang oleh Hopkins Architects and Planners yang berkolaborasi dengan Centerbrook Architects dan Atelier Ten Environmental Designers ini menerima 59 poin secara keseluruhan dari hasil penilaian. Menurut www.public.asu.edu, diperkirakan pengunjung sekitar 522 orang per minggu dengan estimasi waktu 18 jam per minggu per pengunjung. Kroon hall ini juga dapat digunakan untuk acara yang berhubungan dengan masyarakat khususnya ruang auditoriumnya. Hal ini memungkinkan terjadinya koneksi antara Universitas ini dengan lingkungannya.

3 1 tampak depan Kroon Hall 2 Perspektif Kroon Hall 3 Interior

Architect Centerbrook Architects and Planners Hopkins Architects

Client Yale University

Year 2009

Location School of Forestry & Environmental Studies 195 Prospect Street New Haven Connecticut 06511 United States

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 28


DESIGN PROJECT - WORLDWIDE

Mengacu ke www.archinnovation.com dan www.public.asu.edu, ada beberapa aspek yang akan dibahas mengenai Kroon Hall , antara lain sustainable sites , energi dan bahan, serta efisiensi air

PV’s

SUSTAINABLE SITES

4 Water Temperature 50-60°F / 10-16°C Rooflights Rooflights Return Air Path

PV’s

Solar Hot Water Collectors

Under Floor Air Displacement

Heat Exchanger Open Loop Wells

5 Water Temperature 50-60°F / 10-16°C

PV’s

Pressure Meeting Rooms

Dedicated AHU

Pressure

Bangunan ini dirancang guna memperlihatkan suatu pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Building) dengan memperhatikan lingkungan dimasa yang akan datang dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, kesinambungan dengan alam dan pemanfaatan limbah-limbah yang dihasilkan dari bangunan ini. Kroon Hall didesain 81% hemat air, 58% hemat energi, dan menghasilkan 25% listrik dari sumber terbarukan. Kroon Hall memiliki desain yang berbeda di banding dengan bangunan sekitarnya yang bernuasa arsitektur neo-gothic. Walaupun begitu bangunan ini tetap terlihat selaras dengan lingkungan sekitarnya, bentuknya yang memanjang menyesuaikan dengan kontur yang ada.

ENERGI DAN BAHAN Kroon hall menggunakan desain pasif yaitu mengoptimalkan pencahayaan dan penggabungan sumber energi terbarukan. Orientasi bangunan mengambil keuntungan dari akses matahari dan ventilasi alami sehingga mengurangi penggunaan AC. Dinding beton dan langit-langit beton ekspos berfungsi menahan panas agar tidak keluar di musim dingin dan membantu mendinginkan di musim panas.

Wind Direction

Natural Ventilation

6

4 Simulasi sistem aliran udara saat musim dingin 5 Simulasi sistem aliran udara saat musim panas 6 Simulasi sistem aliran udara saat musim dingin

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 29


DESIGN PROJECT - WORLDWIDE

EFFISIENSI AIR

7 tanaman penyaring stormwater 8 sistem pengolahan air dengan tanaman penyaring stormwater

Kroon Hall menggunakan inovasi untuk menghemat air yaitu penggunaan kembali limbah air. Stormwater dari atap dan dari bawah dikumpulkan lalu disaring melalui tanaman. Air limbah dikumpulkan dalam bak cuci dan air hujan kemudian digunakan untuk semua kebutuhan nonminum seperti toilet dan irigasi.

7

Roof Inflow Inflow from north courtyard Water Treatment System

Day tank for toilet flushing and irrigation

Pump

Pump

Carbon Filter Sand Filter

Pump Foundation Grains

Emergency Overflow Bulk Tank

Filtering Aquatic Plants Overflow 8 SUMBER REFERENSI http://news.yale.edu/2010/02/01/kroon-hall http://www.public.asu.edu/~kroel/www558/KroonHall%20P aper.pdf www.archinnovation.com

SUMBER GAMBAR http://www.aiatopten.org/node/112 http://www.public.asu.edu/~kroel/www558/KroonHall%20P aper.pdf

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 30


the greenest architecture is building from what s already there.

- Paula Wallace

http://editoratlarge.com/system/Image/Paula-Wallace.jpg ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 31


GOLDEN SECTION

BERARSITEKTUR DALAM GREEN STREAM

BERARSITEKTUR DALAM GREEN STREAM KETIKA MANUSIA SADAR AKAN PENTINGNYA MENJAGA LINGKUNGAN, SELURUH DUNIA BERGERAK BERSAMA DALAM BERBAGAI KARYA, MENCIPTAKAN SEBUAH ARUS POSITIF YANG DIIKUTI BANYAK ORANG DAN TERUS BERTAMBAH.

Teks oleh Billy Gerrardus S.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 32


GOLDEN SECTION

A

danya isu global warming telah menjadi keprihatinan bersama dalam beberapa tahun terakhir. Gerakan-gerakan berwawasan lingkungan bermunculan, berlomba-lomba menciptakan berbagai macam ide baru yang membuahkan inovasi-inovasi positif bagi manusia dan lingkungan. Konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) telah menjadi fundamental dari berbagai buah pemikiran serta inovasi baru, terutama dalam dunia engineering, arts, dan architecture. Arsitektur hijau kini seringkali terdengar tidak hanya di telinga kalangan mahasiswa, peneliti dan praktisi arsitektur, tapi juga masyarakat awam. Seakan-akan arsitektur hijau menjadi gaya baru dalam dunia arsitektur, menjadi renaissance masa kini, menuju era baru dalam arsitektur.

Apakah sebenarnya green architecture itu sendiri? Jimmy Priatman dalam buku “EnergyEfficient Architecture - Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau” (2005) mengemukakan konsep arsitektur hijau sebagai arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach).

SEBELUMNYA Konstruksi berbentuk perahu bambu di Green School Bali. BAWAH Stacking Green House, Saigon, Vietnam

©Hiroyuki Oki http://www.archdaily.com/199755/ ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 33


GOLDEN SECTION

Untuk memantau perkembangan arsitektur hijau di dunia, pada bulan Februari lalu McGraw-Hill Construction dalam kerjasama dengan United Technologies, USGBC dan World Green Building Council telah merilis sebuah SmartMarket Report yang berjudul World Green Building Trends. Hasilnya cukup luar biasa, green building bertumbuh dengan pesat di seluruh dunia. Data survey diambil mulai tahun 2008 hingga tahun 2013 dengan 62 negara maju dan berkembang sebagai responden, termasuk Indonesia. 28% persen arsitek, insinyur, kontraktor, pemilik bangunan dan konsultan di seluruh dunia melaporkan bahwa mereka sedang mengerjakan sustainable design dan green projects dengan presentase 60% dari keseluruhan proyek. Angka ini beberapa kali lipat dari tahun 2009, yaitu hanya 13%. Dari hasil survey, adanya permintaan pasar dan klien yang sangat kuat pada tahun 2012 menunjukkan bahwa aspek green telah menjadi pengaruh yang masif dalam bisnis.

Top Sectors with Planned Green Building Activity Over the Next Three Years Source: McGraw-Hill Construction, 2013

Top Triggers Driving Growth of Green Building Around the World Source: McGraw-Hill Construction, 2013

Selain peningkatan-peningkatan permintaan green building yang meningkat (institusi pendidikan hingga 45% dalam tiga tahun), hasil studi juga menunjukkan halhal yang memacu pertumbuhan green building diseluruh dunia, antara lain karena permintaan klien, permintaan pasar, biaya operasional yang rendah, branding, transformasi pasar, dan juga karena kesadaran perlunya green building (Right Thing to Do). Data-data ini menunjukkan betapa besarnya potensi green architecture dan akan terus berkembang terutama ke arah negara-negara berkembang yang banyak berada di Asia termasuk Indonesia. Apabila dibandingkan dengan negaranegara lainnya di seluruh dunia, Singapura telah menunjukkan besarnya potensi green architecture dengan rata-rata proyek green building hingga 64%. ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 34


GOLDEN SECTION

Bila dibandingkan dengan Indonesia saat ini, Singapura telah memiliki BCA (Building & Construction Authority) Green Mark Scheme sejak tahun 2005 yang mempromosikan kepedulian lingkungan dalam konstruksi dan sektor real estate serta memberikan sertifikasi pada green building . Tidak hanya itu, Singapura juga telah memiliki SGBC (Singapore Green Building Council) sejak 2009 dan menjadi negara anggota WorldGBC (World Green Building Council) pertama di Asia.

©courtesy of inhabitat.com ATAS Sisi bagian dalam NTU BAWAH Green Roof Nanyang Te c h n o l o g i c a l U n i v e r s i t y, Singapore

Dengan dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan hijau di Singapura kerap bertambah, salah satunya adalah Nanyang Technological University yang menerapkan fasad kaca yang mengurangi solar gain dan heat load sehingga mendapatkan natural views dan pencahayaan yang efektif. Bangunan ini juga dikenal dengan green roof yang melengkung sebagai ruang terbuka hijau yang digunakan untuk tempat berkumpul. Tidak hanya itu, green roof ini juga berfungsi sebagai insulasi termal, dan rainwater harvesting untuk irigasi lansekap. Rumput yang ditanam juga dibuat menyesuaikan lansekap sekitar agar bangunan menyatu dengan lingkungan.

©courtesy of inhabitat.com ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 35


GOLDEN SECTION

Masterplan Gedung Dahana ©courtesy of dahana.com

Gedung Dahana, Subang , Indonesia ©courtesy of dahana.com Bagaimana dengan perkembangan green building di Indonesia? Sejak tahun 2009 Indonesia memiliki GBCI (Green Building Council Indonesia) dengan kegiatan utama edukasi, diseminasi, dan sertifikasi. Selain melakukan program-program kerjasama, GBCI juga melakukan sertifikasi yang nantinya akan menjadi pengakuan atas kinerja fisik bangunan dan diyakini dapat memotivasi semua orang untuk ikut dalam berkebiasaan ‘green’. Tujuan sertifikasi tersebut diwujudkan dengan membuat tolak ukur untuk bangunan hijau berupa greenship. Greenship untuk Bangunan Baru (versi1.0) terdiri dari 42 kriteria dan 101 poin. Sertifikat BRONZE diberikan untuk bangunan yang mencapai 35 poin, GOLD 58 poin, dan yang tertinggi; PLATINUM 74 poin.

Saat ini baru ada beberapa bangunan yang mendapat sertifikat greenship di Indonesia, yaitu Gedung Kantor Manajemen Pusat Dahana di Subang (Platinum), Gedung Menara BCA (Bank Central Asia) di Jakarta (Platinum), dan Gedung Sampoerna Strategic Square di Jakarta (Gold). Beberapa konsep green architecture yang diterapkan di Gedung Kantor Manajemen Pusat PT Dahana antara lain: land efficient, energy efficient, water & local environmental friendly materials serta healthy indoor air. Sementara itu dari artikel energitoday.com yang berjudul Besar dan Jangkung Tetap Ramah Lingkungan, Gedung Menara BCA yang berketinggian 230 meter dengan 57 lantai juga memperoleh greenship karena mampu menghemat konsumsi energi listrik hingga 35% (bila dibandingkan dengan pemakaian energi listrik gedung sejenis). Hampir seluruh lampu di bangunan ini menggunakan lampu LED dengan sensor cahaya yang mampu meghemat listrik hingga 70% bila dibandingkan dengan lampu lain. Penerapan kaca double glazing yang diisi gas diantaranya juga diterapkan untuk insulasi thermal sehingga suhu ruang terjaga.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 36


GOLDEN SECTION

Namun pada kenyataannya, arsitek hanya bisa mendesain se-”hijau” mungkin dan menghasilkan green building dengan konsep green architecture. Menggunakan sistem yang lebih efisien dengan maksud mengurangi pemborosan bisa saja justru memacu pemborosan itu sendiri karena penggunaan energi yang tidak hati-hati, atau yang dikenal dengan fenomena “Jevon’s Paradox”.

“study nature, love nature, stay close to nature. It will never fail you.” -Frank Lloyd Wright

Gedung Menara BCA contohnya, mengatasi masalah tersebut dengan menambahkan parkir sepeda dan layanan shower bagi pesepeda, serta pelatihan internal bagi penghuni gedung untuk memacu green lifestyle pekerjanya. Green architecture sebenarnya hanya merupakan sebagian kecil dari berbagai macam gerakan peduli lingkungan yang harus dipahami dan diterapkan. Gerakan-gerakan inilah yang seakan menciptakan sebuah arus hijau (green stream) menuju hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, selain memperhatikan desain yang hijau untuk memperoleh sertifikasi greenship, gaya hidup yang hijau juga harus diterapkan mulai dari skala yang terkecil yaitu diri sendiri.

SUMBER REFERENSI INIAS Resource Center. 2013, Green Listing Indonesia McGraw-Hill Construction, (2013), World Green Building Trends, SmartMarket Report, McGraw-Hill Construction Priatman, J. (2002), Energy-Efficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jurnal Dimensi Arsitektur , 30. Surabaya: Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra

©Hiroyuki Oki http://www.archdaily.com/199755/ http://inhabitat.com/amazing-green-roof-art-school-insingapore/ http://www.dahana.com/news/dahana-s-officearchitecture-design-won-award/ http://www.dahana.com/news/dahana-s-centralmanagement-office-kampus-anenvironmentally-friendly-green-building/ http://energitoday.com/2013/08/25/besar-dan-jangkungtetap-ramah-dan-untung/ "Stacking green / Vo Trong Nghia + Daisuke Sanuki + Shunri Nishizawa" 20 Jan 2012. ArchDaily. Accessed 22 Nov 2013.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 37


But I absolutely believe that architecture is a social activity that has to

do with some sort of communication or places of interaction, and that to change the environment is to change behaviour.

-Thom Mayne

http://cdn.archinect.net/images/514x/bf/bfbd0f1a6b9acc60b7462e1dc4274ed2.jpg ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 38


STUDENT WORKS - COMPETITION

2nd WINNER

WEX UGM 2013

RUANG EMPATI

OMAH GUYUB KAMPUNG Rimba Harendana

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 39

ARS 09


STUDENT WORKS - COMPETITION

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 40


STUDENT WORKS - COMPETITION

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 41


STUDENT WORKS - COMPETITION

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 42


STUDENT WORKS - COMPETITION

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 43


STUDENT WORKS - RESEARCH

KAJIAN PERANCANGAN

MENUJU INDONESIA HIJAU Teks oleh Aji Bayu Kusuma & Waya

©Alrizki Marino “Jakarta Green City”

D

ewasa ini, berkembangnya isu pemanasan global semakin marak. Dampak perubahan iklim berpengaruh besar terhadap Rencana Tata Ruang Kota (RTRW) yang berbasis Kajian Lingkungan Strategi Hidup (KLSH) sehingga muncul kebijakan dengan beragam fungsi dan kegunaannya. Dalam hal ini, pemerintah selaku pembuat kebijakan mengeluarkan aturan seperti yang telah tercantum dalam peraturan-peraturan pemerintah Indonesia. Permasalahan alih fungsi ruang hijau seperti hutan lindung, lahan pertanian, dan hutan bakau menjadi pertambangan liar, pemukiman, daerah tambak dan sebagainya sangat marak terjadi di Indonesia. Untuk mengoptimalkan upaya meminimalisir permasalahan tersebut, maka diperlukan arah tujuan kota hijau yang tepat, terarah, dan fokus. Terdapat 7 kriteria menuju kota hijau yang harus ada dalam RTRW berbasis KSLH, yaitu zero waste (reduce, reuse, recycle), zero run off (eco-drainage-reduce, reuse, recycle, recharge, recorvery), infrastruktur hijau, transportasi hijau, ruang terbuka hijau (RTH), bangunan hijau, dan komunitas hijau.

©Mokhamad Ediadi

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 44


STUDENT WORKS - RESEARCH

Pembangunan semestinya selaras dengan kondisi geograďŹ s dan lingkungan setempat, akar budaya, adat istiadat, bahkan kepercayaan yang dianut masyarakat. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, ada tiga indikator untuk mewujudkan kota hijau, yaitu udara bersih (clean air), air bersih (clean water), dan tanah bersih (clean land). Hal ini sangat tegantung pada pada kemampuan manusia untuk menjaga kelestarian sungai, danau, dan air dalam tanah.

Šwikimedia.org Jakarta Panorama Contoh kasus yang sering ditemukan ditengah masyarakat adalah terjadinya banjir yang diakibatkan oleh pengaturan sistem drainase kota yang kurang baik, oleh karena itu kehadiran ruang terbuka hijau menjadi angin segar bagi perkembangan pembangunan kota, yang b e r l a n d a s k a n RT R W. Pe n g g u n a a n insfrastruktur hijau selama ini masih menjadi polemik, hal ini dikarenakan perkembangan teknologi bahan yang masih terbatas, ketika dihadapkan pada penggunaan teknologi beton yang selama ini menghiasi kota, atau sering disebut sebagai hutan beton kota, ternyata belum ramah lingkungan, dimana 2 semen mengandung CO yang melimpah.

Mengacu pada arah pembangunan kota yang berkelanjutan, penerapan zero waste (reduce, reuse, recycle) belum menjadi prioritas bagi kalangan pembangun dalam hal ini pengembang (developer), dan kontraktor. Intervensi pemerintah dalam hal pemilihan material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan kurang memiliki suara. Sehingga ketika berhadapan dengan realitas yang sudah terjadi selama ini, zero waste hanyalah isu energi hijau yang belum mampu diterapkan di negara ini. Sementara zero run off (eco drainagereduce, reuse, recycle, recharge, recovery) jauh lebih dipikirkan oleh banyak pihak.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 45


STUDENT WORKS - RESEARCH

Namun kabar gembira ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengakomodir transportasi hijau, salah satu caranya dengan uji emisi karbon pada kendaraan, serta pemikiran dan tindakan nyata akan ruang terbuka hijau (RTH), bangunan hijau, dan komunitas hijau yang akhir-akhir ini didengungkan oleh banyak kalangan terutama akademisi dan praktisi barsangkutan. Ketika menilik perkembangan pembangunan yang berkelanjutan, maka aspek udara bersih (clean air), air bersih (clean water), dan tanah bersih (clean land) menjadi prioritas, dan membutuhkan badan penyelenggara khusus yang mampu mengakomodasi kepentingan mengenai kebijakan energi hijau. Semua bergantung pada kebijakan pemerintah, yang kini dilematis akibat pemerintah yang korup. Terkadang pemikiran dan pelaksanakan pembangunan berkelanjutan terkalahkan dengan kepentingan pembuat kebijakan. Langkah Indonesia untuk menggalakkan kota hijau melalui perencanaan RTRW yang berbasis KLSH pada tiap daerah merupakan langkah awal yang baik. Mulai terlihat benih-benih kegiatan positif yang telah dilakukan oleh pemerintah, developer, dan masyarakat, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara ketiga pihak untuk menciptakan kota hijau yang baik.

RESENSI Nama NPM Konsentrasi Judul Tesis

: DIPTYA ANGGITA : 105401482 : Arsitektur :Kajian Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan dengan Tolok Ukur Greenship pada Bangunan

Jumlah Halaman: 171 Halaman Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga nirlaba menyelenggarakan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia berdasarkan Greenship. Greenship memiliki enam kategori yakni : Tepat Guna Lahan / ASD (Appropriate Site Development) ; Efisiensi dan Konservasi Energi / EEC (Energy & Efficiency Conservation) ; Konservasi Air / WAC (Water Conservation) ; Sumber dan Siklus Material / MRC (Material Resources and Cycle) ; Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang / IHC (Indoor Health and Comfort) ; dan Manajemen Lingkungan Bangunan / BEM (Building Environment Management). Pe n e l i t i a n i n i m e n y a t a k a n b a h w a penerapan tolok ukur Greenship pada bangunan memerlukan : (1) evaluasi untuk memudahkan penerapan dan penilaiannya ; (2) criteria bangunan yang lebih spesifik untuk prasyarat awal penerapan, sebelum sebelum menggunakan tolok ukur Greenship. Hal ini disebabkan bangunan memiliki fungsi, letak/lokasi, kebutuhan ukuran, bentuk, ketinggian, peraturan daerah, dan peraturan menteri.

SUMBER: Buletin Nirwono Joga: RTRW BERBASIS KAJIAN STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP http://jakarta.kompasiana.com http://www.tataruangindonesia.com http://repository.library.uksw.edu SUMBER GAMBAR: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/3/3b/Jakarta-Panorama.jpg http://blog.cifor.org/14368/indonesian-province-explores-green-growth-amidst-economicexpansion#.UpBKYuLcBQ6 http://www.traveldailynews.asia/news/article/50373/ten-indonesian-cities-designated-as ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 46


But now sustainability is such a political category that it's getting more and more difficult to think about it in a serious way. Sustainability has become an ornament.

- Rem Koolhaas

http://pds.exblog.jp/pds/1/200711/05/51/d0079151_23382081.jpg ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 47


OPINION

S

aat ini isu mengenai pemanasan global sedang menjadi masalah bersama dalam masyarakat. Kemudian, muncullah gagasan-gagasan yang menuju konsep hijau melalui berbagai sudut pandang, salah satunya dari sudut pandang arsitektur yang menerapkan program green pada bangunan atau green building.

GO GOGREEN GREEN KATA KATA MEREKA... MEREKA... Teks oleh Agnes Ardiana

Terdapat dua pendapat mengenai green building. Pertama, pendapat dari Ibu Ir. M.K. Sinta Dewi., MSc. atau yang kerap disapa Ibu Sinta dan Ibu V. Reni Vita Surya, ST., M.T. atau yang kerap disapa Ibu Reni. Kedua tokoh tersebut merupakan dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 48


OPINION

Apa itu green Architecture?

Ibu Sinta mengatakan Green Building itu seperti yang ada di “Green Counseling”, yaitu bangunan yang ramah lingkungan. Green itu dapat dimulai dengan hal yang sederhana, tidak harus dengan material yang organik, misalnya seperti mempelajari site. Kemudian mempertimbangkan kebutuhan ruang dan tidak lepas pula diskusi dengan klien “How to Persuade”. Dalam mengolah site perlu adanya pertimbangkan yang matang. Seperti dalam KDB, 60% untuk bangunan dan 40% untuk lahan terbuka. Lahan terbuka tersebut dapat dimanfaatkan untuk vegetasi, pencahayaan dan untuk tumbuhnya rumput yang berfungsi menyerap hujan agar air hujan tidak terbuang begitu saja. Tidak diperkenankan menebang pohon, melainkan menggunakan vegetasi yang sudah ada. Harapannya bangunan dapat memenuhi fungsi kedepan dalam jangka waktu 10-20 tahun. Bangunan sebisa mungkin berhubungan dengan udara luar dan menghindari terjadinya ruang di dalam ruang, minimal memiliki dua arah bukaan .

Bila setiap bangunan melakukan hal tersebut, tentu hasilnya akan baik. Ibu Sinta menerapkan cara tersebut pada proyek gereja, rumah, dan pada proyek lainnya.

Bagaimana dengan di Indonesia? Selain itu, menurut Ibu Sinta “Keadaan arsitektur di Indonesia sendiri kalau di desa justru malah masih green, namun untuk yang di kota menuju sadar akan hijau”, karena saat ini semakin disadari akan pentingnya green building.

Apa itu green Architecture? Ibu Reni mengatakan Green Building merupakan konsep yang harus dipakai untuk sustain. Melalui hal-hal kecil, seperti prilaku yang mempertimbangkan hemat energi, bebas emisi, membuang sampah pada tempatnya. Tidak hanya itu, sebagai pengajar dapat memberikan potensi mengedukasi orang lain. Untuk memperoleh desain yang ideal terdapat tiga tahap penting dalam merancang yaitu kebutuhan, lingkungan, dan sosialisasi. Penerapan green building yang pernah dilakukan Ibu Reni terdapat pada desainnya yang berupa kapel (gereja kecil) di Sengkan, Kaliurang,

dengan menggunakan material ramah lingkungan, penghawaan maksimal, sistem semi basement, dan tampilan Joglo yang mengadaptasi dengan lingkungan.

bagaimana dengan di Indonesia?

Ibu Reni mengatakan, “Kalau untuk bangunan di Indonesia saat ini belum semua green, namun berusaha menuju green. Sedangkan, bangunan yang sederhana justru masih menerapkan green building.” Desain yang paling mempertimbangkan penghawaan dan perlindungan adalah bangunan tradisional karya nenek moyang.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa green building adalah membangun dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan memenuhi fungsi untuk jangka waktu yang panjang. Keadaan arsitektur di Indonesia saat ini sedang mengarah menuju green dan untuk bangunan tradisional di Indonesia justru masih menerapkan prinsip green building. ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 49


p int architectural events campusnews


POINT- ARCHITECTURAL EVENT

1

FORUM KOMUNIKASI TEMU KARYA ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR INDONESIA 2013

K

Teks oleh Thomas A. Santoso

ampung Kota itulah tema besar yang diusung bagi pameran tahunan kali ini, pameran yang diadakan di Solo Paragon Mall mulai dari 20-24 oktober 2013 ini merupakan bagian rangkaian acara besar satu minggu FKTKIMAI (Forum Komunikasi Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia) 2013 Jateng. Pameran ini diikuti oleh peserta perwakilan dari seluruh wilayah Indonesia. M e n u r u t Pr a s e t y o , s e l a k u k o o r d i n a t o r pameran,”Jadi kampung kota itu memiliki makna bahwa Kampung dan Kota itu sama bukan lebih baik antara satu dibanding yang lainnya. Sehingga kampung harus seperti kota dalam kemajuan pembangunan, dan kota harus seperti kampung yang asri dan tentram, bukan kumuh dan semrawut.” “Sehingga dari pameran ini diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dalam membangun supaya pembangunan justru tidak menjadi bumerang yang justru menimbulkan kesemrawutan namun tetap asri dan tentram seperti di kampung. ”, demikianlah penuturan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta ini menyimpulkan tujuan terselenggaranya pameran.

2

3

“Menyenangkan karena jadi mengenal identitas masing-masing daerah.“ itulah kesan Arrin, salah satu peserta pameran perwakilan dari BPR-15 Sumatera Selatan yang merupakan mahasiswa Sriwijaya Palembang.

1suasana area pameran. FTKIMAI 2 Prasetyo, Koordinator Pameran FTKIMAI 2013. 3 area Pameran BPR 15. 4 Pameran Foto BPR 1 - Jakarta ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 51

4


POINT- ARCHITECTURAL EVENT

1 PAMERAN KARYA SEJARAH DAN TEORI PERKEMBANGAN KOTA

A

Teks oleh Agnes Ardiana

cara ini merupakan pameran perdana mata kuliah Sejarah Teori Perancangan Kota (STPK) jurusan Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Mata kuliah STPK dibimbing oleh Ibu Ch. Dwi Astuti Depari, ST., M. T. dan Ibu V. Reni Vita Surya, ST., M.T.

2

Pameran yang dipersiapkan sekitar dua minggu ini diselenggarakan oleh PPLK (Pusat Perencanaan Lingkungan Kawasan) yang bekerjasama dengan Biro Pameran. Pameran ini diadakan di lobby kampus Thomas Aquinas selama satu minggu, mulai tanggal 4 November 2013. Pameran yang bertema “Transformasi Desain Kawsan Bersejarah di Yogyakarta” ini bertujuan mengekspos karya mahasiswa. “Pamerannya bagus, walaupun terlihat agak sepi namun banyaknya pengunjung nampak dari tanda tangan pada kolom pesan kesan. semoga ini bisa menjadi awal untuk pameran selanjutnya”, jelas Tatan, salah satu pengunjung pameran.

3 1 suasana area pameran STPK. 2 pameran diharapkan dapat menjadi motivasi baru bagi mahasiswa lintas angkatan 3 pameran STPK 2013 merubah layout default

Harapannya dengan pameran STPK ini pemahaman akan kawasan bersejarah di Yogyakarta dapat semakin diperdalam. Selain itu diharapkan mahasiswa semakin termotivasi untuk memaksimalkan karya, sehingga dapat dipamerkan pada kesempatan berikutnya.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 52


POINT- CAMPUS NEWS

1

SELAMAT DATANG KELUARGA BARU!

WELPARCH! Teks oleh Agnes Ardiana

21 Sepetember 2013-HIMA Triçaka, mengadakan acara bagi temanteman angkatan baru yang diberi nama Welcome Party Architecture (WelPaRch 2013) Rangkaian acara WelPaRch dimulai pukul 08.00 WIB, yang dibuka oleh ketua HIMA. Setelah itu lomba makan kerupuk, makan sayur, memecahkan balon, tarik tambang, balap karung dan ambil koin. Adanya yel-yel juga ikut meramaikan acara. Meskipun debu berterbangan cukup mengganggu, namun antusiasme para mahasiswa baru tidak dapat dihalangi. Suasana WelPaRch sangat ramai dan mahasiswa baru ikut larut dalam acara, ditambah dengan alunan musik yang membuat acara semakin menyenangkan. “Acara WelPaRch ini seru dan bagus, tapi sayang game-nya kurang.”, tutur Mia, salah satu mahasiswa baru. Acara WelPaRch ini memang baru pertama kali dilakukan, semoga kedepannya lebih baik dan bermanfaat dalam mengakrabkan mahasiswa baru.

2 1 toast kelas Presentasi Arsitektural-C sebagai juara umum bersama Yosandi

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 53


POINT- CAMPUS NEWS

Study Banding HMA AMOGHASIDA dan HIMA TRIÇAKA Teks oleh Agnes Ardiana

27 September 2013 - HIMA Triçaka kedatangan HMA Amoghasida dari Universitas Diponegoro. Himpunan yang memiliki total anggota 62 orang ini dimpimpin oleh Fahry Nur Faizal (2010) sebagai ketua dan Rissa Fahriyan (2011) sebagai wakil. Kedatangan Amoghasida ini dalam rangka Studi Banding mengenai program kerja himpunan. Acara ini dibuka oleh ketua HIMA Triçaka, kemudian presentasi yang menjelaskan program kerja dan perkenalan anggota, setelah itu sharing antar departemen dan biro. Bagi Amoghasida, ini merupakan kunjungan pertama ke Universitas Swasta di Yogyakarta. “Atma itu hangat, kami kagum karena merasa sangat disambut.” tutur Fahry. “Memang beda Universitas Swasta dengan Negeri.” sambung Rissa. “Dari toilet saja sudah berbeda, lebih bersih dan suasana di sini lebih akrab.” Fahry kembali menambahkan. Setelah presentasi dan sharing bersama, HMA Amoghasida merasa mendapatkan sesuatu yang baru dari Triçaka.

“Kami tertarik dengan sistem biro Triçaka, karena lebih spesifik dan fokus pada bidang masin-masing. Tidak seperti sistem Departemen Amoghasida yang terlalu umum dan luas cakupannya. Selain itu, penggunaan video pada presentasi Triçaka lebih kreatif, kami sendiri belum ada.”, ujar Fahry dan Rissa. Di penghujung acara, masingmasing himpunan saling mengungkapkan kesan dan terima kasih. HIMA Triçaka merasa bangga karena telah dikunjungi oleh HMA Amoghasida. Studi Banding ini diharapkan dapat menguatkan tali silaturahmi HIMA Triçaka dengan Amoghasida.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 54


POINT- CAMPUS NEWS

Teks oleh Elizabeth Nada

A

ksara. Sebuah huruf yang mewakili satu individu, membentuk kata, kalimat dan sebuah cerita. Dari pribadi saat ini menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah tema yang dipilih oleh panitia untuk acara Wanaprasta 2013 .

Melalui Wanaprasta, para peserta diajak untuk berbagi kepada sesama yakni dengan srawung bersama anak-anak sekitar desa Wonogondang dengan bermain, benyanyi, dan berbagi mainan serta bukubuku.

Wanaprasta merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur TRIÇAKA yang bertujuan untuk melakukan kaderisasi, melatih leadership, kerjasama dan kebersamaan bagi teman-teman angkatan baru.

Berbagai komentar muncul dari peserta wanaprasta tahun ini ketika ARÇAKA mewawancarai mereka. “Proficiat acaranya bagus, tetapi aku sendiri belum dapat menyimpulkan apa-apa dari acara (Wanaprasta). Semoga tahun depan Wanaprasta bisa lebih sukses.“ kata Tius yang dipilih sebagai ketua wanaprasta tahun 2014.

Wanaprasta yang berlokasi di bumi perkemahan Wonogondang ini diikuti oleh 56 peserta. Rangkaian acara dimulai tanggal 25 Oktober 2013 pukul 12.30 dengan dinamika keberangkatan yang unik. Acara yang berlangsung dari tanggal 25-27 Oktober 2013 diisi dengan kegiatan yang padat, berisi dan seru, mulai dari refleksi malam, outbound, dan acara inagurasi pada hari ketiga. Panitia, peserta, dan seluruh kakak angkatan berkumpul menjadi satu pada acara ini.

Lain hal nya dengan Tius, Caca dan Niken punya tanggapan lain tentang acara ini, “Waktu briefing aku agak takut, karena tampilan kakak-kakak nyeremin tetapi ternyata semuanya baik.” kata Caca. “Acaranya seru sekali. Tema AK.SA.RA dapat diserap dengan baik, aku jadi dapat mengetahui diriku seperti apa dan menyadarkan bahwa kita memiliki keluarga di arsitek ini.” lanjut niken menambahkan. Keduanya kompak berpendapat, “Kebersamaannya terasa sekali. Semoga tahun depan acaranya lebih baik lagi.”

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 55


TECHNOLOGY & INNOVATION

Bata Inovasi Limbah Abu

Teks oleh Aleicia Vidya

Bata Inovasi

Tumpukan Limbah Abu Gula

T

idak hanya sampah

plastik dan styrofoam

yang dapat di olah, abu

limbah pabrik pun dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan. Seperti yang dilakukan oleh bapak Agus Sucahyo yang memanfaatkan Abu Limbah pabrik Gula Madukismo menjadi bata inovasi.

“Bata abu limbah ini tidak merusak lingkungan karena tidak pake tanah�, ujar Mbak Pindo, selaku staff dari pabrik bata inovasi abu limbah yang ditemui di kantornya. Bata inovasi ini memiliki perbandingan semen, limbah abu dan pasir (4:3:3). Bata limbah abu memiliki ukuran 6x11x25 cm, membuat proses emasangan lebih cepat dan hemat. Pada proses pembuatannya bata ini terdapat perbedaan dengan batako pada umumnya, karena pada bata inovasi ini tidak melalui proses pembakaran, namun melalui proses press dengan menggunakan mesin . Bata yang memiliki tampilan menyerupai batu candi ini, bisa menjadi alternatif desain yang membutuhkan batu candi ditengah susahnya memperoleh batu candi. Warna abu-abu kehitaman juga dapat menjadi kelebihan bata ini untuk diekspos. Selain itu, bata inovasi ini memiliki karakter yang unik, karena sensitif akan sentuhan, jika disentuh bata ini akan berubah warna menjadi hitam.

Tempat produksi bata inovasi ini terletak di Jalan Raya Kembaran, Kasihan Bantul. Untuk masalah harga, bata inovasi limbah abu ini dijual dengan harga Rp. 650,00 per keping. Saat ini pemasaran bata abu limbah masih sekitar kota Jogja sampai Klaten.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 56

contoh penerapan bata

Alat pencetak bata inovasi

Tumpukan bata inovasi


DESIGN PROJECT - WORLDWIDE

BATAKO STYROFOAM Teks oleh Aleicia Vidya

B

erawal dari belum adanya pelayanan sampah yang baik di desa SukunanGamping, membuat warga setempat merasa perlu menyulap sampah limbah rumah tangga menjadi barang-barang yang bermanfaat. Sampah styrofoam yang merupakan salah satu masalah dijadikan warga desa Sukunan untuk menunjukan kekreatifitasan menciptakan batako dengan bahan dasar styrofoam. Peralatan yang sederhana tak lantas menyurutkan semangat warga untuk memproduksi batako styrofoam ini, bahkan batako styrofoam ini telah lulus uji oleh salah satu universitas negeri di Yo g y a k a r t a u n t u k m a s a l a h kekuatannya. Tidak hanya styrofoam, sampah plastik, dan kertas juga dimanfaatkan warga sebagai furniture seperti meja dan kursi.

Styrofoam Menjadi Batako

Lebih Menguntungkan

Sesuai dengan namanya batako ini merupakan campuran dengan perbandingan 1(semen): 3 (styrofoam):3(pasir), dan jika ingin di tambahkan kapur mentah sebagai perkat, perbandingan yang digunakan adalah 1 (semen):3(styrofoam) :3(pasir): 1(kapur). “Hampir sama dengan batako biasa, hanya saja untuk pembuatannya styrofoam digiling terlebih dahulu dengan parut kelapa yang mata pisaunya kasar lalu digiling bersamaan dengan campuran pasir dan semen dan tidak dibakar.” jelas pak Harto yang ditemui di kediamannya. Pak Harto adalah salah satu pencetus lahirnya batako styrofoam di desa ini.

Seperti yang diketahui limbah styrofoam merupakan limbah yang susah terurai, maka pemanfaatan styrofoam menjadi batako sudah pasti menjadi salah satu solusi dalam masalah tersebut. “Lebih green karena kita menggunakan metode 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dan pastinya lebih hemat.” jelas pak Harto.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 57

Bukan Untuk Kolom Kelemahan batako styrofoam ini, tidak bisa digunakan untuk kolom, dan hanya dapat digunakan untuk dinding atau sekat.

Pemanfaatannya Sudah terdapat 5 rumah yang menggunakan batako styrofoam ini. Selain sebagai dinding, batako ini dimanfaatkan sebagai pot tanaman pada sepanjang jalan desa dan beberapa kerajinan lainnya.


ANJANGSANA - JEJAK ARSITEKTUR

Ikatan Masa Lalu akan Kotagede

Teks oleh Agnes Ardiana

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 58


ANJANGSANA - JEJAK ARSITEKTUR

K

otagede atau yang biasa disebut otagede atauperak” biasamerupakan disebut sebagai “kota sebagai “Kota Perak”. Kawasan sebuah kawasan yang yang terletak di sebelah selatan menyimpan pesona luar biasa, terletakluar di sebelah kota Jogja ini menyimpan pesona biasa. selatan kota Jogja. Tidak hanya kerajinan perak Tidak hanya kerajinan perak saja, melainkan saja, melainkan bangunan kunonya yang bangunan kuno yang merupakan perkawinan merupakan perkawinan Jawa dan Kolonial. Jawa dan Kolonial. Bahkan internasionalpun secara Internasional kekhasan mengakui Secara Kotagede diakui, dandanbanyak pihak berusaha kekhasan Kotagede, berusaha membangun membangun kembali bangunan-bangunan kuno kembali. Kemudian lahirlah gerakan-gerakan tersebut. Kemudian lahirlah gerakan-gerakan pelestarian Belanda seperti Rodi Besik (membeli, pelestarian Belanda Besik (membeli, membangun), Fasterseperti ParentRodi (Bapak angkat), Nasir membangun), Faster Parent (Bapak angkat), Nasir Tamara (Tenaga Ahli) . Tamara (Tenaga Ahli).

Sejarah Sejarah Dahulu Kotagede merupakan pusat Dahulu Kotagede merupakan pusat Kerajaan Mataram, kemudian berpindah ke Kerajaan Mataram. Awalnya Kerajaan Mataram Pleret dan sekarang menjadi Masjid Mataram dan ditinggal berpindah ke Pleret dan sekarang makam, sehingga muncul periodesasi berupa menjadi Masjid Mataram dan makam, sehingga Trend Maska Mataraman. Pada masa itu muncul periodesasi berupa trend Maska bangunan menunjukkan status social, seperti Mataraman. joglo,limasan,kampung. Akibat trend Pada masa itu bangunan menunjukkan mengalahkan budaya kerajaan, maka abdi dalem status sosial yang dapat dilihat dari bentuk merosot. atapnya. Contonya rumah Joglo (dipakai Berdasarkan sudut pandang arsitektural, kalangan Raja), rumah Limasan (dipakai rakyat banguna masjid dan makan Mataram terbuat biasa) dan rumah kampung (yang banyak di dari susunan bata yang menjulang tinggi seperti perkampungan). Trend mengalahkan budaya sebuah candi, karena pada masa itu berkembang kerajaan dan menyebabkan budaya abdi dalem Majapahit yang bercorak Hindu. merosot. Abad 18 sekitar 300an rumah kuno Berdasarkan sudut pandang arsitektural berkembang di 5 kelurahan. Setelah itu bentuk bangunan masjid dan makam muncullah bangunan Eropa, karena adanya kaum menyerupai candi yang terbuat dari susunan pedagang atau orang-orang Kalang yang berhasil bata menjulang tinggi seperti sebuah candi, hal dan memiliki uang lebih ingin membangun ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu yang rumah dengan trend eropa yang menerapkan berkembang di Kerajaan Majapahit. Barroque dan Art Deco. Pada abad 18, sekitar ±300 rumah Bangunan kuno berkembang di 5 kelurahan. Setelah itu munculah kaum pedagang atau orang-orang Kalang yang berhasil dan memiliki uang lebih yang ingin membangun rumah dengan tren Eropa yang menerapkan gaya arsitektur Baroque dan Art Deco.

1

2

44

1Rumah Orang Kalang 2 Gerbang makam Raja

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 59


ANJANGSANA - JEJAK ARSITEKTUR

3

Bangunan Beberapa contoh bangunan kuno di Kotagede antara lain Omah Dhuwur (yang berarsitektur Eropa), gardu listrik (gaya Belanda) dan rumah model Jengki (tren 1960an, yang meniru rumah juragan batik di Pekalongan). Tidak hanya peninggalan berupa bangunan kuno, melainkan juga detail arsitektural yang berupa boven, roster dan konsul (konsul kayu bernama baut dan yang diterapkan pada bangunan klasik Kotagede, kemudian beralih ke konsul besi pada banguan kolonial).

Keunikan dari bangunan kolonial di Kotagede bila dibandingkan dengan bangunan kolonial pada umumnya yaitu memiliki pagar tinggi yang mengutamakan privacy, sehingga ruang terbuka hijaunya tidak terlihat . Oleh karena itu, yang dapat mengetahui hanya pemilik, kecuali tamu yang diperbolehkan masuk. Ketika gempa Jogja tahun 2006, sebagian bangunan kuno juga mengalami kerusakan, karena belum memiliki tulangan. “Saat ini tidak semua masyarakat Kotagede berminat terhadap bangunan kuno. Sehingga sebagian orang yang masih membangun rumah dengan gaya-gaya kuno karena memiki ikatan masa lalu�, tutur Pak Erwito Wibowo, ketua RW 07 sekaligus Ketua Pusat Studi Kebudayaan Kotagede.

4

5

6 ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 60

3 Omah dhuwur 4 Konsul Besi 5 Gardu Listrik 6 Detail rumah kawasan Kotagede


ANJANGSANA - FENOMENA & LIFESTYLE

Persembahan Mandala dalam bentuk Mudra

©cowbird.com

Mandala Menurut Kosmologis Buddhis

©kepeng-nusantara.com

©vincentspirit.blogspot.com

Mandala beserta isinya

D

i dunia ini sebenarnya banyak terdapat fenomena yang belum diketahui. Dari tiap fenomena terdapat perbedaan makna tersebut. Salah satu diantaranya adalah Mandala. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, Mandala sudah menjadi nama umum untuk rencana yang mana pun, grafik,

Teks oleh Jeckhi Heng

Persembahan Mandala dalam bentuk pasir atau geometris pola yang mewakili kosmos secara metafisik atau simbolik,mikrokosmos semesta dari perspektif manusiawi. Mandala, khususnya pusatnya, bisa dipakai selama meditasi sebagai benda untuk memusatkan perhatian. Mandala merupakan seluruh konsep alam semesta, terutama dalam agama Buddha aliran Mahayana Tibet.

ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 61

Pada agama Buddha aliran Mahayana Tibet, terdapat Dalam alam semesta, bayangkanlah bahwa gunung besar di tengahtengah, dikelilingi oleh empat benua, satu benua pada tiap arah dari ke empat mata angin utama, dikelilingi samudra yang luas. Tiap benua memiliki penduduk dan seluruh harta dalam benua tersebut.


ANJANGSANA - FENOMENA & LIFESTYLE

Šlittletibetgiftshop.com Mandala tanpa pasir Saat dipersembahkan, umat dapat membayangkan b a h w a u m a t mempersembahkan seluruh alam semesta kepada Buddha. Perlu diingat bahwa yang umat persembahkan adalah alam semesta dengan seluruh isinya. Seperti, air, tanah, logam-logam mulia yang terkandung yang di dalamnya, dan seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Pada kenyataannya hal tersebut tidak bisa kita persembahkan karena alam semesta bukan milik kita, jadi faktanya yang umat persembahkan adalah pikiran tulus mereka untuk mempersembahkan sesuatu yang amat berharga dan perbuatan baik mereka sendiri kepada Buddha.

Hal ini biasanya sering dilakukan pada puja bhakti (kebaktian umat Buddha) dalam sehari-hari, atau puja bhakti khusus. Puja bhakti khusus yang dimaksud bisa pada contoh puja tara, yaitu puja dengan membacakan pujian kepada Dewi Tara yang merupakan figur utama dari Candi Kalasan, sehingga puja tersebut dilakukan di Candi Kalasan, daerah Kalasan, Yogyakarta. Saat umat merasa kebajikan mereka sangatlah kurang untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup mereka, umat bisa membuat persembahan mandala sebanyak-banyaknya sampai tak terhingga sehingga kebajikan umat cukup untuk mencapai tujuan tersebut.

Ketika seorang guru besar dari Tibet yang bernama Je Tsongkhapa (1357-1419), akan menyusun sebuah karya terbesar beliau dalam hidupnya, beliau banyak melakukan persembahan Mandala kepada Buddha agar tujuan mulia tersebut tercapai. Ketika beliau melakukan persembahan Mandala, beliau menggunakan kerikil dan batu-batuan sebagai pengisi Mandala, akhirnya batubatu tersebut menjadi sangat halus dan hal ini masih bisa kita lihat di tempat dimana guru Je Ts o n g k h a p a m e l a k u k a n persembahan Mandala. Salah satu komunitas yang masih melakukan persembahan Mandala yang dilakukan oleh gurubesar Je Tshongkapa adalah komunitas D h a r m a C e n t r e Ka d a m Choeling Indonesia. Komunitas ini sudah memiliki cabang sekitar 10 Dharma Centre di bumi Nusantara, salah satu di Yogyakarta. Komunitas tersebut mengajak umat mereka untuk melakukan kebajikan, salah satu diantaranya adalah praktik membuat persembahan Mandala.

Škepeng-nusantara.com Sumber Referensi: Rinpoche, Dagpo. 2005. Penjelasan Tentang Teks Permata Bagi Mereka yang Mandala stone Beruntung & Persembahan Mandala. Bandung : Kadam Choeling Indonesia ARÇAKA #1 | NOVEMBER 2013 62


WE WANT YOU! TO BE THE

NEXT CONTRIBUTORS FOR OUR NEXT ISSUE

ARÇAKA #2: EDISI SEPEKAN ARSITEKTUR 2014 #UAJY STUDENTS & EX-STUDENTS ONLY

kritik. saran. info : arcakauajy@gmail.com



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.